antara kebutuhan dan potensi pasar risiko...

1
Bisnis Indonesia, 15 Mei 2017

Upload: vunga

Post on 15-May-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

21 Senin, 15 Mei 2017

�RISIKO SIBER

Antara Kebutuhan dan Potensi PasarRisiko siber cyber risk niscaya meningkat sei-ring dengan berkembangnya layanan tekno-logi informasi. Bagi industri asuransi umum, meningkatnya jenis risiko ini merupakan se-

buah potensi pasar baru, lantaran kebutuhan akan proteksi siber diyakini akan meningkat.

Oktaviano D.B. Hana

[email protected]

Tengok saja, dampak yang ditimbulkanoleh serangan ‘tero-ris’ siber, Ransom-ware WannaCry, dalam beberapa

hari terakhir. Dikutip dariReuters, Sabtu (13/5), serangansiber berskala global ini menye-rang puluhan ribu komputer, baik di berbagai jenis perusaha-an, rumah sakit dan universitas di hampir negara.

Serangan tersebut bahkan

telah mengganggu sistem layan-an kesehatan Inggris dan sis-tem korporasi berskala global,FedEx. Renault, produsen mobilasal Prancis, bahkan terpaksa menghentikan sementara proses produksi di sejumlah pabriknyaguna mencegah penyebaranserangan siber berskala global pada akhir pekan lalu.

Pada hari yang sama, kan-tor berita Rusia, RIA Novosti,mengabarkan adanya percobaanserangan siber secara masif yangmenyasar perbankan domestik, meski upaya kejahatan itu ber-hasil digagalkan.

Indonesia pun tidak terle-pas dari serangan tersebut. Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan dua rumah sakit besar di Ibu KotaJakarta pun menjadi sasarannya.

Di industri asuransi, pening-katan kebutuhan akan proteksi di bidang teknologi informasi (TI) itu pun sebenarnya telah menjadi salah satu pokok per-

bincangan utama. Dalam 28thEast Asian Insurance Congress,yang dihadiri oleh perwakilan asuransi dari 12 negara dan dihelat di Makau, China, pada 11–15 Oktober 2016, tema itu pun menjadi bahasan utama.

Yasril Y. Rasyid, yang kala itumasih menjabat sebagai KetuaUmum Asosiasi Asuransi UmumIndonesia (AAUI), mengung-kapkan kongres mendoronghadirnya layanan proteksi barudari pelaku industri asuransi ditengah berkembangnya risikobaru, khususnya cyber risk.

Sejumlah negara maju yang menjadi peserta kongres, sepertiJepang dan Korea, sudah ter-lebih dahulu mengantisipasi perkembangan risiko tersebutdengan menyediakan produkproteksi khusus di sektor TI.Sejumlah negara lain yang belum mengimplementasikan-nya, seperti Indonesia, pun diimbau untuk mulai menyiap-kan produk khusus.

“Cyber risk sudah berkembangsejalan dengan kemajuan finan-

cial technology. Masa depan asu-ransi itu ditentukan dari kemam-puan asuransi untuk memenuhikebutuhan nasabahnya,” ujarnyakepada Bisnis.

CYBER INSURANCEJulian Noor, Direktur

Eksekutif AAUI, mengatakansaat ini sejumlah perusahaan asuransi umum sebenarnyatelah menyediakan asuransisiber atau cyber insurance untukmenjamin kerugian finansial(financial loss) yang ditimbulkanakibat risiko tersebut.

“Setidaknya 10 perusahaan besar sudah menyediakan pro-teksi itu,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (14/5).

Julian mengatakan, sebenar-nya risiko siber terbilang tinggi diIndonesia, sejalan dengan upaya berbagai korporasi di berbagai sektor untuk mengembangkan layanan TI dalam beberapa tahunterakhir. Kondisi itu semestinyamembuka celah kebutuhan akanproteksi asuransi siber.

Namun, dia mengakui saat ini

pemasaran produk asuransi anyar itu pun belum signifikan lantaranmasih rendahnya kesadaran akan pentingnya proteksi itu.

Efisiensi, katanya, seharusnya tidak menjadi dalih bagi peru-sahaan untuk memiliki proteksiasuransi siber. Pasalnya, kerugi-an finansial yang ditimbulkanoleh serangan ‘dunia maya’ itupun akan jauh lebih besar.

Nicolaus Prawiro, VicePresident PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia, pun menilaipeningkatan risiko siber men-jadi celah bagi pelaku asuransiuntuk menyediakan produk pro-teksi baru. Langkah diversifikasi produk itu dapat memperbesarpangsa pasar asuransi umum.

Meskipun begitu, dia menga-takan ke depan sosialisasi dan edukasi produk anyar tersebut masih menjadi tantangan bagi pelaku asuransi. “Di Indonesia,umumnya harus ada kejadiandulu baru layanan asuransinyadicari. Jadi, dengan adanyafinancial loss, baru ramai dicari. Masih soal awareness.”

�JASA RAHARJA

LabaDitargetTurun

JAKARTA — PT Jasa Raharja (Perse-ro), BUMN asuransi kecelakaan, menar-getkan perolehanlaba Rp1,7 triliun pada tahun ini, turun 28,27% dari realisa-si laba 2016 sebesarRp2,37 triliun, sete-lah adanya kebijak-an kenaikan besaran santunan kecelakaansebesar 100%.

Direktur UtamaJasa Raharja Budi Setyarso menga-takan, penurunan laba tersebut me-rupakan konseku-ensi dari naiknya besaran santunankorban kecelakaan penumpang angkut-an umum dan kor-ban kecelakaan lalulintas, sebagaimana ditetapkan dalam dua Peraturan Men-teri Keuangan (PMK)yang dirilis pada 13Februari 2017.

“Penurunan labaitu karena adanyakenaikan santu-nan hingga 100%,sementara penda-patan tidak naik. Kalau ada penurun-an [laba], itu tidak banyak,” ujar Budi, Jumat (12/5)

D a l a m P M K No.15/2017 tentangBesar Santunan dan Iuran Wajib Dana Pe r t a n g g u n g a nWajib Kecelakaan Penumpang AlatAngkutan Penum-pang Umum di Da-rat, Sungai/Danau,Feri/Penyeberangan,Laut, dan Udara ser-ta PMK No.16/2017tentang Besar Santu-nan dan Sumbangan Wajib Dana Kecela-kaan Lalu Lintas,santunan kepadaahli waris korban meninggal dunia yang semula sebe-sar Rp25 juta naik menjadi Rp50 juta.

Kemudian, peng-gantian biaya pe-rawatan dan peng-obatan meningkat menjadi Rp20 juta, serta biaya pengu-buran meningkatmenjadi Rp4 juta.

Meski tidak disertai dengan kenaikan iu-ran dan sumbanganwajib, Budi optimis kenaikan besaran santunan tidak akan mengganggu kinerja keuangan perusaha-an BUMN itu.

Menurut Budi, potensi kenaikanjumlah kendaraan bermotor dan jumlah penumpang angkut-an umum yang terustumbuh tiap tahun-nya dapat menutupi sumber pendanaan Jasa Raharja. (Denis

Riantiza Meilanova)

Serangan Siber di Asia Negara Jumlah Serangan

China 1.601.637

Taiwan 631.639

India 222.244

Korea Selatan 185.026

Jepang 160.513

Thailand 159.278

Hong Kong 81.617

Indonesia 71.334

Vietnam 66.516

Singapura 54.542

Sumber: Akamai (Real Time Web Monitor), 14 Mei 2017, 19.50 WIB

A S U R A N S I & P E M B I AYA A N

Bisnis Indonesia, 15 Mei 2017