anestesi anti hipertensi
TRANSCRIPT
![Page 1: Anestesi Anti Hipertensi](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082416/557202104979599169a2e562/html5/thumbnails/1.jpg)
OBAT ANTI HIPERTENSI
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi sistemik meliputi
simpatolitik, penghambat ACE (angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors),
ARB (angiotensin receptor blockers), CCB (calcium channel blockers),
vasodilator, dan diuretik (Tabel 15-1) (Stoelting RK, Hillier SC. Antihypertensive
drugs. In: Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice. 4th ed.
Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins, 2006:338-351). Interaksi potensial
antara obat anti-hipertensi dan obat anastetik dapat berlebih ketika obatnya
dikombinasikan., hal ini biasanya dapat diprediksi dan dapat dihindari atau
diminimalkan (Tabel 15-2). Terapi dosis pemeliharaan obat anti hipertensi selama
periode perioperatif berhubungan dengan tekanan darah dan denyut jantung
selama anastesi. Hal ini dapat efektif selama terapi obat anti-hipertensi tanpa
gangguan selama periode perioperatif. Mengenai hal ini, setiap obat anti-
hipertensi memiliki dosis umum dan farmakologi yang unik, reflex fisiologi
terjadi dengan respon perubahan tekanan darah, harus dipertimbangkan ketika
direncanakan penatalaksanaan anastesi.
SIMPATOLITIK
β-Adrenergik Blocker
β-Adrenergik blockers digunakan sebagai obat tunggal terapi hipertensi
sistemik yang efektif untuk usia muda, dan pasien usia separuh baya, dan dengan
penyakit arteri koroner.
TABEL 15-1
OBAT-OBATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGOBATAN
HIPERTENSI SISTEMIK
Simpatolitik
β-adrenergic blockers (acebutolol, atenolol, betaxolol, bisoprolol, carteolol,
metoprolol, nadolol, penbutolol, pindolol, propranolol, timolol)
Combined α-adrenergic blockers (labetalol)
α-adrenergic blockers (prazosin, terazosin, doxazosin)
Centrally acting blockers (clonidine, dexmedetomidine)
Penghambat ACE/Angiotensin-converting enzyme inhibitors (captopril,
1
![Page 2: Anestesi Anti Hipertensi](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082416/557202104979599169a2e562/html5/thumbnails/2.jpg)
enalapril, benazepril, fosinopril, lisinopril, quinapril, ramipril, spirapril,
moexipril, perindopril, trandolapril)
ARB/Angiotensin II receptor inhibitors (losartan, valsartan, candesartan,
eprosartan, irbesartan, telmisartan)
Calcium channel blockers (verapamil, diltiazem, nifedipine, nicardipine,
isradipine, amlodipine, felodipine)
Obat-obat vasodilator (hydralazine, monoxidil)
Diuretik
Thiazides (chlorothiazide, hydrochlorothiazide, bendroflumethiazide,
hydroflumethiazide, methyclothiazide, polythiazide, trimethiazide,
indapamide)
Loop diuretics (bumetanide, ethacrynic acid, furosemide, torsemide)
Potassium-sparing diuretics (amiloride, spironolactone, triamterene)
Mekanisme Kerja
β-Blockers dapat diklasifikasikan menurut cara kerjanya, yaitu
menghambat secara selektif (reseptor acting pada β1-cardiac) atau nonselektif
(reseptor acting pada β1- and β2-yang berhubungan dengan reseptor pembuluh
darah, otot polos pada bronchus dan reseptor metabolik) fungsi dan aktivitas
intriksik simpatometik. Hal ini berlawanan pada nonselektif β-blockers, selektif
β1-blockers (acebutolol, atenolol, metoprolol), yang diberikan pada dosis rendah
tidak menyebabkan brochospasme, aliran darah perifer menurun, atau
hipoglikemia. Alasan itulah mengapa β1-blockers dipilih sebagai obat untuk
pasien yang memilii penyakit paru, diabetes militus yang tergantung insulin atau
penyakit pembuluh darah perifer simptomatik.
TABEL 15-2.
INTERAKSI ANTARA OBAT ANTI-HIPERTENSI DAN ANASTESI
Faktor yang mempengaruhi aktivitas sistem saraf simpatis
Hipotensi ortostatik
Tekanan darah yang tinggi akibat respon kehilangan darah akut, perubahan
posisi tubuh.
Aliran balik darah vena yang menurun akibat tekanan positif ventilasi paru
2
![Page 3: Anestesi Anti Hipertensi](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082416/557202104979599169a2e562/html5/thumbnails/3.jpg)
Penurunan sensitivitas kerja simpatomimetik secara tidak langsung
(penurunan norepineprine)
Respon katekolamin yang meningkat dan kerja simpatomimetik secara
langsung
Perubahan respon obat simpatomimetik
Sedasi
Efek Samping (Lihat tabel 15-3)
Labetalol
Kombinasi labetalol α1-adrenergik dan penghambat β-adrenergik juga
memproduksi efek vasodilatasi. Dengan adanya α-adrenergik blocking
menyebabkan kurangnya bradicardia, dan sebagai efek inotropik negatif
dibandingkan dengan β-blocker. Sifat α menyebabkan hipotensi ortostatik.
Insiden bronchospasme dapat terlihat pada penggunaan timolol atau metoprolol.
Prazosin
Prazosin adalah reseptor antagonis selektif postsynaptic α1-adrenergik
yang memberi efek vasodilatasi arteri dan vascularisasi vena. Sebagai tambahan
prazosin dijadikan sebagai pengobatan esensial untuk menurunkan afterload pada
pasien gagal jantung kongestif.
TABEL 15-3
EFEK SAMPING β-BLOCKER YANG DIGUNAKAN SEBAGAI
PENGOBATAN HIPERTENSI SISTEMIK
Bradicardia (blok jantung dapat terjadi menjadi alasan obat ini dihindari)
Gagal jantung kongestif
Bronkospasme (terutama pada pasien asma)
Klaudikasi
Hipoglikemia
Sedasi
Impotensi
Angina pectoris presipitasi dengan diskontinuasi tiba-tiba
Farmakokinetik
3
![Page 4: Anestesi Anti Hipertensi](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082416/557202104979599169a2e562/html5/thumbnails/4.jpg)
Prazosin memiliki metabolisme yang komplit, dan bioviabilitasnya <60%
setelah diberikan secara oral yang dimetabolisme di hepar.
Efek kardiovaskular
Prazosin menurunkan resistensi vascular sistemik tanpa menyebabkan
takikardi atau peningkatan aktivitas rennin. Kegagalan untuk mengubah aktivitas
renin plasma terlihat pada aktivitas reseptor α2.
Efek samping (Lihat Tabel 15-4)
Terazosin and Doxazosin
Terazosin and Doxazosin menyerupai prazosin, yang mekanisme kerjanya
seperti reseptor α1- antagonists. Tidak ada keuntungan diperoleh jika hanya
diberikan sekali dalam sehari.
Klonidin
Klonidin merupakan agonis α2-adrenergik yang selektif (220:1 α2 untuk
α1) mekanisme kerjanya sebagai anti-hipertensi. Sifat dari obat ini adalah
menurunkan kemampuan sistem saraf simpatis yang keluar dari sistem saraf
pusat. Obat ini terbukti efektif untuk pengobatan anti-hipertensi yang parah atau
penyakit yang tergantung rennin. Penggunaan untuk dosis dewas 0.2 hingga 0.3
mg secara oral. Tersedianya klonidin patch transdermal yang dapat diberikan
setiap minggu untuk pasien yangn tidak mampu diberikan secara oral.
TABEL 15-4
EFEK SAMPING PRAZOSIN
Vertigo
Retensi cairan (diberikan diuretik)
Hipotensi orthostatic
Sincop yang terjadi tiba-tiba (vasodilatasi perifer akut)
Gangguan akibat efek anti-hipertensi oleh obat anti inflamasi nonsteroid
Mulut kering
Hipertensi yang tinggi selama anastesi epidural (α1-blockade mencegah
kompensasi vasokonstriksi pada bagian tubuh unblok)
Penggunaan Klinis (Lihat tabel 15-5)
Mekanisme Kerja
4
![Page 5: Anestesi Anti Hipertensi](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082416/557202104979599169a2e562/html5/thumbnails/5.jpg)
Agonis α2-adrenergik memberikan efek klinis melalui ikatan α2-receptor
(Tabel 15-6.). kualitas sedasi diproduksi oleh agonis α2 berbeda dari produksi
sedasi pada obat-obatan (midazolam, propofol) kerjanya pada receptor γ-
aminobutyric acid (GABA). Aktivitas sistem saraf simpatis menurunkan refleks
sedasi, hasilnya pasien dapat sadar secara penuh.
Farmakokinetik
Klonidin diabsorbsi secara cepat jika diberikan secara oral. Melalui
transdermal, konsentrasi terapeutik dicapai setelah 48 jam.
TABEL 15-5
PENGGUNAAN SECARA KLINIS KLONIDIN
Analgesia (epidural atau subarachnoid 150-450 µg diberikan ke dalam
epidural atau ruang subarachnoid )
Medikasi preanastetik (5 µg/kg/oral, memberi efek kardiovaskular melalui
stimulasi sistem saraf simpatis dan menurunkan kebutuhan anastetik,
memperpanjang efek anastesi regional)
Melindungi iskemik myocardial selama perioperatif
Diagnosis pheochromocytoma
Pengobatan opioid dan sindrom withdrawal alkohol (putus alkohol)
Pengobatan menggigil (75 µg IV)
Iskemik myocardial perioperatif (menurunkan mortalitas operasi
kardiovaskular)
Efek Kardiovaskular
Tekanan darah sistolik menurun dengan penggunaan klonidin lebih
menonjol daripada menurunkan tekanan darah diastolik.
Efek Pernapasan
Agonis α2 memiliki efek depresi minimal pada ventilasi, dan agonis tidak
berpotensi memberi efek depresi pada ventilasi dengan opioid.
TABEL 15-6
MEKANISME KERJA KLONIDIN
α2A-Reseptor (sedasi, analgesia, simpatolisis bermanifestasi untuk
vasodilatasi perifer, dan menurunkan tekanan darah sistemik, denyut
5
![Page 6: Anestesi Anti Hipertensi](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082416/557202104979599169a2e562/html5/thumbnails/6.jpg)
jantung, dan cardiac output)
α2B-Reseptor (vasokonstriksi, efek anti menggigil?)
α2C-Reseptor (respon berupa kehilangan akal?)
Efek samping (tabel 15-7)
Hipertensi Rebound (Hipertensi yang berulang)
Hipertensi Rebound terjadi segera 8 jam setelah pemberhentian konsumsi
klonidin secara mendadak (pada pasien yang mendapatkan dosis >1.2 mg sehari).
Peningkatan tekanan darah sistemik berhubungan dengan peningkatan konsentrasi
sirkulasi katekolamin >100% dan vasokonstriksi perifer yang hebat (labetalol
digunakan sebagai pengobatan). Klonidin transdermal menghasilkan level
terapeutik. Rebound hipertensi terjadi mendadak setelah diskontinuitas
pengobatan kronik dengan obat anti-hipertensi yang tidak khas pada klonidin.
Mekanisme kerja obat anti-hipertensi tidak tergantung pada mekanisme sistem
saraf simpatis perifer dan sentral (ACE inhibitors) tidak terlihat hubungan dengan
rebound hipertensi setelah diskontinuitas secara tiba-tiba.
Dexmedetomidine
Dexmedetomidine memiliki selektif yang tinggi, spesifik dan poten α2-
adrenergik agonis (1,620:1 α2 ke α1) memiliki durasi yang lebih singkat daripada
klonidin. Atipamezole adalah spesifik dan selektif pada α2-reseptor antagonis.
Farmakokinetik
Waktu paruh dari dexmedetomidine adalah 2 - 3 jam, dibandingkan
dengan klonidin 6 hingga 10 jam.
TABEL 15-7.
EFEK SAMPING KLONIDIN
Sedasi
Xerostomia
Menurunkan kebutuhan anastetik
Bradikardi
Retensi natrium dan air
Ruam pada kulit
6
![Page 7: Anestesi Anti Hipertensi](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082416/557202104979599169a2e562/html5/thumbnails/7.jpg)
Penggunaan Secara Klinis
Dengan penggunaan klonidin preterapi dengan dexmedetomidine
melemahkan respon hemodinamik untuk intubasi tracheal, menurunkan
konsentrasi katekolamin plasma selama anastesi dan menurunkan syarat
perioperatif untuk inhalasi anastetik dan opioid (efek plateau antara 25% hingga
40%). Meskipun analgesi dan sedasi dari obat ini tergantung dari dosis yang
diberikan dan hanya terjadi depresi ventilasi yang ringan.
Sedasi Postoperasi
Dexmedetomidine (200 hingga 700 µg/kg per jam IV) digunakan sebagai
sedasi postoperasi untuk pasien kritis yang berada di intensif care unit terutama
pada penggunaan ventilasi mekanik via tracheal tube. Ekstubasi tracheal, pasien
disedasi dengan dexmedetomidin bernapas spontan dan nampak tenang dan relax
ANGIOTENSIN-CONVERTING ENZYME INHIBITORS
(PENGHAMBAT ACE)
ACE inhibitors mewakili semua kemajuan dalam pengobatan hipertensi
sebab kemampuan dan efek samping yang minimal (bebas dari insomnia dan
rebound hipertensi). Obat ini digunakan sebagai lini pertama dalam terapi pasien
hipertensi sistemik, gagal jantung kongestif, (remodeling miokard), dan mitral
regurgitasi.
Mekanisme Kerja
ACE inhibitors memblok konversi angiotensin I menjadi angiotensin II,
merupakan vasokonstriktor poten yang bertanggung jawab untuk konstriksi otot
polos arterial, meningkatkan sekresi aldosterone, stimulasi sistem saraf simpatis.
Secara klinis penggunaan ACE inhibitors memiliki durasi kerja yang berbeda.
(tabel 15-8).
Efek Samping (tabel 15-9)
Manajemen Preoperatif
Efek sirkulasi yang kurang baik selama anastesi (hipotensi yang lama
terutama prosedur operasi meliputi perpindahan cairan tubuh secara massif) pada
pasien kronik yang diobati dengan ACE inhibitor, beberapa obat-obatan
direkomendasikan untuk diskontinuitas selama 12 hingga 24 jam sebelum anastesi
7
![Page 8: Anestesi Anti Hipertensi](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082416/557202104979599169a2e562/html5/thumbnails/8.jpg)
dan operasi. Hipotensi menunjukkan dengan terapi ACE inhibitor bertanggung
jawab untuk infus cairan kristaloid atau pemberian simpatometik seperti efedrin
dan penileprine.
Captopril
Captopril adalah obat anti-hipertensi oral yang efektif sebagai kompetitif
inhibisi enzim angiotensin-1
Farmakokinetik
Pemberian Captopril secara oral diabsorbsi dengan baik, dan menghambat
konversi enzim dalam 15 menit.
Efek kardiovaskular
Efek captopril sebagai anti-hipertensi adalah menurunkan resistensi
vascular sistemik, yang hasilnya terjadi penurunan retensi natrium dan air. Secara
tipikal captopril menurunkan tekanan darah sistemik tanpa perubahan cardiac
outpu dan denyut jantung secara bersamaan.
Enalapril
Enalapril adalah ACE inhibitor yang efek farmakologinya menyerupai
captopril. Yang dimetabolisme di hepar dalam bentuk aktif, enalaprilat.
Efek samping (Lihat tabel 15-10)
TABEL 15-8.
EFEK FARMAKOLOGI PADA DOSIS TUNGGAL ANGIOTENSIN-
CONVERTING ENZYME INHIBITORS
Obat
Dosis
(mg) Prodrug
Onset
Waktu
(min)
Puncak
Waktu
(jam)
Efek
Durasi
(jam)
Efek pada
Sistem
Vena
Efek pada
Sistem
Arterial
Captopril 100 Tidak 15-30 1-2 6-10 ++ +++
Enalapril 20 Ya 60-120 4-8 18-30 ++ +++
Lisinopril10 Tidak 60 2-4 18-30 ++ +++
Ramipril 20 Ya 30-60 3-8 24-60
TABEL 15-9
EFEK SAMPING ANGIOTENSIN-CONVERTING ENZYME
INHIBITORS
8
![Page 9: Anestesi Anti Hipertensi](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082416/557202104979599169a2e562/html5/thumbnails/9.jpg)
Batuk (potensi reflex pada efek kinin)
Kongesti pada saluran napas bagian atas
Rhinorrhea
Penurunan filtrasi glomerulus (hati-hati pada pasien dengan disfungsi
renal)
Hiperkalemia(penurunan produksi aldosterone)
PENGHAMBAT RESEPTOR ANGIOTENSIN II
Angiotensin II receptor inhibitor memiliki efek anti-hipertensi dengan
membloking kerja dari vasokonstriksi angiotensin II tanpa mempengaruhi
aktivitas ACE.
Losartan
Losartan adalah obat anti-hipertensi oral yang efektif sebagai antagonis
angotensin II (hormon vasoaktif) pada reseptor angiotensin II yang berada pada
otot polos vascular.
TABEL 15-10.
EFEK SAMPING CAPTOPRIL
Ruam atau gatal
Perubahan atau kehilangan pengecapan
Sebagai antagonis oleh obat antiinflamasi nonsteroid
Hiperkalemia (terutama pada pasien disfungsi renal
Angioedema (menghambat drug-induced pada metabolisme
bradikinin)
Efek Samping
Dibandingkan dengan ACE inhibitors, batuk berhubungan dengan
akumulasi bradikinin lebih kurang dengan terapi losartan. Hiperkalemia adalah
efek samping yang potensial, terutama dengan penggunaan diuretik-
potasium.Dengan ACE inhibitors, hipotensi diikuti pada induksi anastesi pada
pasien dengan pengobatan reseptor angiotensin II blocker.
CALCIUM CHANNEL BLOCKER
9
![Page 10: Anestesi Anti Hipertensi](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082416/557202104979599169a2e562/html5/thumbnails/10.jpg)
Calcium channel blockers, digunakan untuk pengobatan hipertensi
esensial, sebagai vasodilator.
OBAT VASODILATOR
Hidralazine
Hidralazine adalah phtalazin yang mengaktivasi guanilate cyclase untuk
memproduksi relaksasi pembuluh darah. Penurunan tekanan darah sistemik
menggambarkan efek relaksasi secara langsung pada otot polos vascular, efek
dilatasi arteriol lebih besar daripada vena, pemberian β-blocker secara bersamaan
meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis dengan hidralazin. Pengobatan
hipertensi krisis dapat dipenuhi dengan hidralazin intravena, 2.5 hingga 10 mg.
efek anti-hipertensi diperoleh dalam 10-20 menit setelah pemberian intravena dan
3 hingga 6 jam terakhir.
Farmakokinetik
Setelah pemberian secara oral hidralazin terbatas pada metabolisme hepar
secara extensive. Acetilasi terlihat pada metabolisme hidralazin, acetilator cepat
dengan bioviabilitas rendah (sekitar 30 %) daripada acetilator rendah (sekitar
50%) setelah pemberian oral hidralazin.
Efek kardiovaskular
Secara istemewa menyebabkan dilatasi arteriole yang berlebih, dilatasi
minimal pada vena pada insidensi hipotensi ortostatik dan meningkatkan cardiac
output.
Efek samping (Lihat Tabel 15-11)
Minoxidil
Minoxidil adalah obat anti-hipertensi yang aktif diberikan secara oral
untuk menurunkan tekanan darah sistemik melalui relaksasi otot polos arteriole
secara langsung. Efek pada pembuluh darah vena hanya sedikit. ACE inhibitors
dan obat kalsium bloking juga efektif dengan efek samping yang lebih sedikit.
Farmakokinetik
Metabolisme inaktif minoxidil glucuronide sangat luas dan hanya 10%
yang barada di urine.
TABEL 15-11.
10
![Page 11: Anestesi Anti Hipertensi](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082416/557202104979599169a2e562/html5/thumbnails/11.jpg)
EFEK SAMPING HIDRALAZIN
Retensi natrium dan air (dapat diberikan diuretik)
Vertigo
Nausea
Tachycardia
Angina pectoris (stimulasi myocardial)
Demam karena obat-obatan
Polyneuritis
Anemia
Sindrom like-SLE / Systemic lupus erythematosus-like syndrome [10%
hingga 20% pasien yang diobati secara kronik (>6 bulan; >200 mg
sehari, acetylator yang rendah)
Efek Kardiovaskular
Efek hipotensi akibat minoxidil disertai dengan peningkatan denyut
jantung dan cardiac output dan hipotensi orthostatik yang menonjol.
Efek Samping (Tabel 15-12)
TABEL 15-12.
EFEK SAMPING MINOXIDIL
Retensi cairan (peningkatan berat badan, edema)
Hipertensi Pulmonal (gambaran dari retensi cairan)
Efusi pericardial dan cardiac tamponade
Electrocardiogram yang abnormal (flat atau inversi gelombang T,
peningkatan tegangan kompleks QRS)
Hipertrichosis
11