anatomi dan fisiologi sistem reproduksi
TRANSCRIPT
BAB I
(PENDAHULUAN)
1.1 Latar Belakang Masalah
Sistem reproduksi laki-laki atau sistem kelamin laki-laki terdiri dari sejumlah
organ seks yang merupakan bagian dari proses reproduksi manusia. Pada laki-laki, organ-
organ reproduksi ini terletak di luar tubuh manusia, sekitar panggul wilayah.
Organ utama pada laki-laki adalah penis dan testis yang memproduksi air mani dan
sperma, yang sebagai bagian dari hubungan seks pupuk sebuah ovum dalam wanita tubuh dan
ovum dibuahi ( zigot ) secara bertahap berkembang menjadi janin, yang kemudian lahir
sebagai anak.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon
gondaotr opin / steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus – hipofisis – adrenal –
ovarium.
Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh
siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.
1.2 Tujuan Pembahasan
Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna bagi
para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana tujuannya dibagi menjadi dua
macam yang pertama secara umum makalah ini bertujuan menambah wawasan mahasiswa/I
dalam menguraikan suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan melatih pemikiran ilmiah
dari seorang mahasiswa/I fakultas kedokteran, dimana pemikiran ilmiah tersebut sangat
dibutuhkan bagi seorang dokter agar mampu menganalisis suatu persoalan secara cepat dan
tepat. Sedangkan secara khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut :
1 Melengkapi tugas small group discussion skenario pertama , Perut Mama gendut,
modul keempat belas.
2 Menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca dan penulis.
3 Sebagai bahan referensi mahasiswa/I fakultas kedokteran UISU semester empat
dalam menghadapi ujian akhir modul.
1
Itulah merupakan salah satu dari beberapa tujuan dalam penyusunan makalah ini, dan
juga sangat diharapkan dapat berguna bagi setiap orang yang membaca makalah ini. Semoga
seluruh
tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini kami dihadapkan pada suatu sistem yaitu ada suatu
masalah yang harus disusun dalam suatu strukturisasi, dimana strukturisasi ini juga sekaligus
menjadi pembatasan masalah yang akan dibahas pada makalah ini, berikut merupakan
pembatasan masalah dari skenario dua modul tiga belas tentang Perut Mama Gendut Dari
skenario tersebut kami menemukan keyword pembahasannya yaitu Anatmi dan Fisiologi
sistem reproduksi. Berikut pembatasan masalahnya yang dirangkum dalam sebuah
strukturisasi.
1. Anatomi sistem reproduksi.
2. Fisiologi sistem reproduksi.
3. Histologi sistem reproduksi.
4. Hormon –hormon sistem reproduksi.
5. Proses ereksi ejakulasi dan emisi .
6. Terjadinya kehamilan .
Berdasarkan strukturisasi diataslah kami menyusun pembahasan pada makalah ini secara
sistematis dan terarah agar didapatkan suatu penyelesaian masalah yang baik.
1.4 Metode dan Teknik
Dalam penyusunan makalah ini kami mengembangkan suatu metode yang sering
digunakan dalam pembahasan-pembahasan makalah sederhana, dimana kami menggunakan
metode dan teknik secara deskriftif dimana tim penyusun mencari sumber data dan sumber
informasi yang akurat lainnya setelah itu dianalisis sehinggga diperoleh informasi tentang
masalah yang akan dibahas. Setelah itu berbagai referensi yang didapatkan dari berbagai
sumber tersebut disimpulkan sesuai dengan pembahasan yang akan dilakukan dan sesuai
dengan judul makalah dan dengan tujuan pembuatan makalah ini.
Itulah sekilas tentang metode dan teknik yang digunakan dalam penyusunan
makalah ini.
2
BAB II
(SUB PEMBAHASAN)
2.1 Skenario
MODUL 14 (REPRODUKSI)
SKENARIO-1
PERUT MAMA GENDUT
Pada suatu hari , terjadi percakapan antara seorang anak kecil dengan ibunya:
Anak : “Mama!Mama!, perut mama kok makin lama makin gendut”.
Ibu : “ Perut ibu makin gendut, karena di dalam perut ibu ada adik keci”.
Anak : “ Dari mana datngnya adik ?”
Ibu menjelaskan dengan menggunakan gambar – gambar sederhana tentang proses terjadinya
kehamilan.
Learning Objektive
Learning objective diatas akan dibahas secara sistematis dan jelas pada
pembahasan dalam makalah ini, bahan yang diambil dari berbagai sumber baik dari buku,
maupun situs internet yang uptodate dan diolah menjadi sebuah karya tulis ilmiah (makalah).
1. Mahasiswa mampu mengetahui, mememahami anatomi sistem reproduksi.
2. Mahasiswa mampu mengetahui, mememahami fisiologi sistem reproduksi.
3. Mahasiswa mampu mengetahui, mememahami hormon –hormon sistem reproduksi.
4. Mahasiswa mampu mengetahui, mememahami ereksi ,ejakulasi dan emisi .
5. Mahasiswa mampu mengetahui, mememahami terjadinya kehamilan.
3
BAB III
(PEMBAHASAN)
3.1.1 Anatomi Sistem Reproduksi pria
Sistem reproduksi pria terdiri dari testis, saluran (terdiri dari epididimis, vas deferens,
uretra), kelenjar aksesori (mencakup vesikula seminalis, kelenjar prostat, kelenjar
bulbouretral), dan struktur penunjang (skrotum dan penis). Fungsi sistem reproduksi pria
antara lain; (1) memproduksi sperma dan hormon testosteron, (2) duktus (saluran) untuk
mengangkut, menyimpan, dan mematangkan sperma, (3) kelenjar aksesori mensekresi semen,
dan (4) uretra pada penis untuk saluran ejakulasi semen dan ekskresi urine.
a.Skrotum
Dari luar, skrotum terlihat seperti satu kantung yang dipisah menjadi 2 bagian lateral
oleh raphe. Di dalam, scrotal septum yang terdiri dari jaringan otot polos (disebut otot dartos)
dibagi menjadi dua, yang masing-masing berisi satu testis. Kedua testis dihubungkan oleh
otot cremaster. Dengan posisi letak dan kontraksi otot-ototnya, skrotum berfungsi untuk
mempertahankan suhu testis.
4
b.Testis
Testis disebut juga testikel, Testis dilindungi oleh suatu membran yang disebut tunica
vaginalis. Cairan yang ada di membran tersebut disebut hydrocele. Di dalam tunica vaginalis
terdapat semacam kapsul berwarna putih yang disebut tunica albuginea yang memanjang ke
dalam membentuk sekat yang membagi testis ke beberapa bagian yang disebut lobus. Tiap-
tiap lobus mengandung tubulus seminiferus yang merupakan tempat spermatogenesis, yaitu
pembentukan sperma.
Tubulus seminiferus mengandung dua macam sel, yaitu sel spermatogenik (sel tempat
mensistesis sperma) dan sel sertoli (membantu proses spermatogenesis). Sel spermatogonia
yang berkembang dari sel benih primordial akan aktif pada masa pubertas/. Aktifnya
spermatogonia ditandai dengan adanya spermatogenesis.
Spermatogonium (2n) mengalami mitosis dan terbentuk dua spermatosit primer (2n).
Kemudian terjadi meiosis I dimana masing-masing spermatosit primer menjadi spermatosit
sekunder (n). Setelah itu terjadi meiosis II dan terbentuk total 4 spermatid (n). Tahap terakhir
dari spermatogenesis yaitu spermiogenesis dimana masing-masing spermatid menjadi sel
sperma.
c. Sperma
Sperma bertugas untuk membuahi ovum. Bagian utama sperma adalah bagian kepala
dan ekor. Kepala sperma mengandung nukleus, dengan selaput pada ujungnya yang
mengandung enzim hyaluronidase dan protease untuk penetrasi ke ovum. Bagian ekor terbagi
menjadi 4 bagian, yaitu bagian leher (mengandung sentriol), bagian tengah (mengandung
mitokondria), principal piece (bagian terpanjang dari ekor), dan bagian akhir (merupakan
terminal). Sel sperma tidak bertahan lebih dari 8 jam di luar tubuh.
Hormon yang terlibat dalam spermatogenesis adalah testosteron yang produksinya
dimulai oleh LH yang merangsang sel Leydig pada tubulus seminiferus untuk mensekresikan
testosteron, sedangkan FSH merangsang spermatogenesis.
d.Saluran reproduksi pada pria
Saluran Testis
Sel sertoli mengeluarkan cairan yang mendorong sperma untuk melewati lumen
tubulus seminiferus untuk kemudian ke sebuah saluran lurus yang sangat pendek, dan
kemudian sampai ke epididimis.
5
e. Epididimis
Saluran epididimis adalah sebuah saluran (duktus) yang panjangnya sekitar 6 m,
merupakan tempat pematangan dan penyimpanan sperma. Sperma dapat berada di epididimis
hingga berbulan-bulan. Bila tidak dikeluarkan, sperma akan reabsorpsi oleh tubuh.
f. Vas deferens
Vas deferens terletak pada akhir epididimis, panjangnya sekitar 45 cm. Seperti halnya
epididimis, vas deferens dapat menyimpan sperma selama berbulan-bulan.
g.Saluran spermatik
Saluran spermatik merupakan salah satu struktur penunjang sistem reproduksi pada pria
yang terdiri dari vas deferens yang menanjak melalui skrotum, arteri testikuler, vena, saraf
otonom, pembuluh limfa, dan otot cremaster.
h. Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi mempunyai panjang sekitar 2cm dan dibentuk dari kesatuan duktus
dari seminal vesikel dan ampulla vas deferens. Berfungsi sebagai saluran sperma untuk
keluar.
i. Uretra
Uretra adalah saluran terminal dari sistem reproduksi dan sistem perkemihan. Berfungsi
sebagai saluran keluar baik urine maupun semen. Panjangnya sekitar 20 cm, melalui prostat,
perineum, dan penis, Terbagi menjadi 3 bagian, yaitu uretra prostatik, uretra membranosa,
dan spongy urethra yang berakhir di external urethra orifice.
j. Vesikula seminalis
Cairan yang mengandung fruktosa, prostaglandin dan gmpalan protein dikeluarkan melalui
vesikula seminalis. Cairan ini membantu menetralkan suasana asam yang dapat
menonaktifkan dan membunuh sperma. Fruktosa digunakan sperma untuk membentuk ATP,
prostaglandin berperan dalam viabilitas sperma. Gumpalan protein berfungsi untuk
membantu semen menggumpal setelah ejakulasi.
k. Kelenjar prostat
6
Prostat mensekresi cairan seperti susu yang agak asam (pH 6,5), mengandung beberapa
substansi; (1) Citrid acid yang digunakan oleh sperma untuk produksi ATP melalu siklus
Krebs, (2) beberapa enzim proteolitik, seperti PSA (prostate-spesific antigen), pepsinogen,
amilase, dan hyaluronidase, (3) acid phosphatase, (4) seminalplasmin berperan dalam
melawan bakteri.
l. Kelenjar Bulbouretral
Disebut juga kelenjar Cowper, menghasilkan cairan yang berfungsi untuk membersihkan
uretra, menetralkan suasana asam dari urine pada uretra. Juga mensekresikan lendir yang
melumasi ujung penis agar sperma tidak rusak pada saat ejakulasi.
m. Semen
Semen adalah campuran dari sperma dan cairan seminal (terdiri dari sekresi tubulus
seminiferus, vesikula seminalis, prostat, dan kelenjar bulbouretral). Terdapat sperma 50-150
juta sperma per mL semen. Cairan seminal menyediakan perlindungan, makanan dan media
transpor bagi sperma dari suasana asam. Kelainan dimana terdapat darah pada semen disebut
hemospermia.
n. Penis
Penis berbentuk silinder, berfungsi sebagai saluran ejakulasi semen dan ekskresi urine.
Penis terdiri dari tiga jaringan silinder, yang masing-masing dikelilingi oleh jaringan yang
disebut tunica albuginea. Dua bagian dorsolateraldisebut corpora cavernosa penis. Bagian
midventral, corpus spongiosum penis, mengandung uretra spons dan menyimpannya selama
ejakulasi. Bagian luar terdiri dari erectile tissue (jaringan erektil).
Pada waktu melakukan senggama (coitus) sel mani dikeluarkan oleh kantong mani dan
zat cair yang dihasilkan oleh kelenjar prostat.
3.1.2 Sistem Reproduksi Wanita
Anatomi sistem reproduksi wanita terdiri dari bagian luar dan dalam yaitu:
a. Bagian luar terdiri dari:
- Bibir luar (labia mayor)
- Bibir dalam (labia minora)
- Klentit/klitoris yang sangat peka karena banyak mengandug serabut saraf.
- Mulut vagina, merupakan rongga penghubung rahim dengan bagian luar tubuh. Lubang
vagina ditutupi oleh selaput dara (hymen) yaitu jaringan tipis yang membentuk cincin.
7
b. Bagian dalam terletak di dalam rongga panggul terdiri dari:
- Vagina (liang senggama/ kemaluan)
- Mulut rahim (serviks)
- Rahim (uterus)
- 2 buah saluran penghubung ovarium dengan rongga rahim, yang terletak disebelah kanan dan
kiri rahim dan disebut tuba pallopi.
- 2 buah indung telur (ovarium) kanan dan kiri.
Alat reproduksi wanita adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi dalam proses
melanjutkan keturunan. Bila salah satu bagian tidak berfungsi maka dengan sendrinya akan
menghambat (mengganggu) fungsi reproduksi wanita.
a. Mons Pubis
Adalah bantalan jaringan lemak dan kulit yang terletak di atas simfisis pubis. Bagian
ini tertutup rambut pubis setelah pubertas.
b. Labia Mayora
Adalah dua lipatan kulit longitudinal yang merentang ke bawah dari mons pubis dan
menyatu di sisi posterior perineum, yaitu kulit antara pertemuan dua lipatan ini dan anus.
Labia mayora homolog (serupa dalam struktur dan asalnya) dengan skrotum pada laki-laki.
8
c. Labia Minora
Adalah dua lipatan kulit di antara labia mayora. Lipatan ini tidak berambut, tetapi
mengandung kelenjar sebasea dan beberapa kelenjar keringat.Prepusium klitoris adalah
pertemuan lipatan-lipatan labia minora di bawah klitoris. Frenulum adalah area lipatan di
bawah klitoris.
d. Klitoris
Homolog dengan penis pada laki-laki, tetapi lebih kecil dan tidak memiliki mulut
uretra.Klitoris terdiri dari dua krura (akar), satu batang dan satu glans klitoris bundar yang
banyak mengandung ujung saraf dan sangat sensitive.Batang klitoris mengandung dua
korpora kavernosum yang tersusun dari jaringan erektil. Saat menggembung dengan darah
selama eksitasi seksual, bagian ini bertanggung jawab untuk ereksi klitoris.
e. Vestibula
Adalah area yang dikelilingi labia minora. Vestibula menutupi mulut uretra, mulut
vagina dan duktus kelenjar bartolini (vestibular besar).Kelenjar bartolini homolog dengan
kelenjar bulbouretral pada laki-laki. Kelenjar ini memproduksi beberapa tetes sekresi mucus
untuk membantu melumasi orifisium vaginal saat eksitasi seksual.Bulba vestibular adalah
massa jaringan erektil dalam di substansi jaringan labial. Bagian ini sebanding dengan
korpora spongiosum penis.
f. Himen ( Selaput dara )
Himen Adalah selaput tipis selaput lendir yang menutupi sebagian lubang vagina.
Selaput dara mempunyai lubang yang berlainan besarnya pada setiap perempuan. Pada
perempuang yang masih perawan selput dara itu jelas kelihatan.Pada orang yang telah
bersetubh dan lebih lebih pada orang yang telah melahirkan selaput dara itu, telah putus-
putus, sehingga kesudahannya hamper tidak kelihatan lagi ada kalanya pada orang perawan
selaput itu tertutup betul sehingga bisa memisahkan pada waktu haid.
g. Mulut Vagina
Terletak di bawah orifisium uretra. Hymen (selaput dara), suatu membran yang
bentuk dan ukurannya bervariasi, melingkari mulut vagina.
9
3.1.3 Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan Wanita
3.1.3 fisiologi sistem reproduksi pria
spermatogenesis adalah proses pembentukan atau pemasakan spermatozoa. Proses
pembentukan spermatozoa ( sel kelamin jantan ) berlangsung didalam testis yang terdapat
didalam skrotum ( kantong pelir ). Didalam testis terdapat banyak saluran seminiferus
( tubulus seminiferus ) yang berdinding jaringan epitelium dan jaringan ikat. Pada jaringan
epitelium terdapat sel induk spermatozoa (spermatogenium) dan sel sertoli yang berfungsi
member makanan spermatozoa. Pada jaringan ikat terdapat sel leydig yang berfungsi dalam
proses spermatogenesis membentuk testosteron.
Spermatogenesis bermula dari sel spermatogonia yang terdapat pada dinding tubulus
seminiferus. Setiap spermatogenia yang mengandung 23 pasang kromosom, melakukan
pembelahan mitosis membentuk spermatosit primer yang juga mengandung 23 pasang
kromosom. Spermatosit primer melakukan pembelahan miosis pertama membentuk 2 (dua)
spermatosit sekunder yang haploid. Tiap spermatosit sekunder membelah secara meosis
( meosis kedua ) menghasilkan 2(dua) spermatid yang haploid. Sperma yang telah masak
akan menuju epididimis. Keempat spermatid berkembang menjadi sperma masak yang
bersifat haploid. Setiap proses spermatogenesis memerlukan waktu 65-75 hari.
Pada orang dewasa normal setiap 1 ml semen ( air mani ) mengadung lebih kurang
20 juta spermatozoa. Sperma yang matang mempunyai tiga bagian, yaitu bagian
kepala(head), bagian tengah (mid piece ), dan bagian ekor ( tail ).
1. Bagian kepala ( head )
Bagian kepala mengandung inti sel ( nukleus ) yang haploid dan bagian ujungnya
mengandung akrosom yang berisi enzim hialuronidase dan proteinase yang berperan
membantu menembus lapisan yang melindungi sel telur.
2. Bagian tengah ( mid piece )
Bagian tengah mengandung mitokondria yang berperan dalam pembentukan energi yang
digunakan untuk pergerakan ekor sperma.
3. Bagian ekor ( tail )
Bagian ekor sebagai alat gerak sperma agar dapat sampai ke ovum.
3.1.4 Fisiologi sistem reproduksi wanita
1. OOGENESIS
Proses pembentukan gamet betina ( sel telur ) pada wanita disebut oogeniesis dan
terjadi di ovarium.
10
Pada masa Fetus, ovarium mengandung sel pemula atau oogonium sejak bayi lahir
oogonium berkembang menjadi oosit primer hingga pubertas, melalui fase profase pada
pembelahan meiosis.
Pada masa pubertas, dibawah pengaruh FSH ( folikel stimulating hormone ) oosit
primer membelah secara meiosis menghasilkan dua sel yang berukuran besar dan kecil. Sel
yang lebih kecil disebut badan polar dan sel yang besar disebut oosit sekunder.
Oosit sekunder dikelilingi oleh folikel. Folikel-folikel ini dibawah pengaruh FSH
membelah berkali-kali dan membentuk folikel graaf ( folikel yang sudah masak ) yang
diantaranya mempunyai rongga. Sel-sel folikel ini kemudian memproduksi estrogen yang
merangsang hipofisis untuk menyekresikan LH ( luteinizing hormone ) yang berfungsi
mendorong ovulasi ( pelepasan sel telur ) bila pada saat ovulasi terjadi pembuahan maka
oosit sekunder meneruskan pembelahan menjadi ootid ( haploid ) dan polar kedua. Ootid
berdiferensiasi menjadi ovum. Jadi, dalam oogenesis ini dihasilkan oosit sekunder yang akan
dibuahi sperma, dan setelah pembuahan, oosit sekunder membelah lagi secara meiosis hingga
dihasilkan ovum.
2. SIKLUS MENSTRUASI PADA WANITA
Siklus menstruasi berkaitan dengan pelepasan sel telur ( ovulasi ) dan terjadi pad hari
ke-28 dari siklus. Setiap orang mempunyai siklus yang beraneka, dengan periode antara 21
hari ( 3 minggu ) sampai 30 hari. Menstruasi atau haid dialami oleh wanita normal, sehat,
sejak akil balig. Kira-kira sejak usia 11 tahun atau 13 tahun. Siklus menstruasi pada wanita
terdiri dari empat fase sebagai berikut :
1. Fase Proliferasi
Fase ini dikendalikan oleh hormon estrogen sehingga disebut juga fase estrogenic.
Fase ini dimulai pada hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid.
Setiap bulan setelah haid terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer karena
hormon FSH. Pada masa ini sel oogenium membelah secara meiosis dan menghasilkan satu
sel telur haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel graaf yang masak, folikel
menghasilkan hormone estrogen yang merangsang sekresi LH. Fase ini disebut fase folikel.
Estrogen berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus ( endometrium ) yang
terkelupas saat menstruasi sehingga endometrium ( dinding rahim ) menebal hingga 5-7 cm.
selain itui, estrogen juga berfungsi untuk menghambat pembentukan FSH dan memacu
11
pengeluaran LH yang dikeluarkan oleh lobus anteriorhipofisis. Estrogen juga memengaruhi
kelenjar serviks yang menghasilkan cairan encer.
2. Fase Sekresi
Fase ini terjadi pada hari ke-14 sampai hari ke-28 dari siklus. Folikel graaf yang pecah
pada saat ovulasi berubah menjadi korpus rubrum yang mengandung banyak darah. Adanya
LH menyebabkan korpus rubrum berubah menjadi korpus luteum ( badan kuning ) untuk
menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempersiapkan endometrium menerima
embrio. Pada saat endometrium menjadi tebal dan lembut, serta dilengkapi banyak pembuluh
darah. Periode ini disebut fase luteal. Jika tidak ada kehamilan, korpus luteum berdegenerasi
sehingga progesteron dan estrogen menurun bahkan sampai hilang.
3. Fase Menstruasi
Karena estrogen dan progesteron berhenti dikeluarkan maka endometrium mengalami
degenerasi. Darah, mucus dan sel-sel epitel dikeluarkan sebagai darah haid dari rongga uterus
ke vagina. Tahap ini berlangsung pada hari ke-1 hingga ke-4 dari siklus.
4. Fase Reparasi
Terjadi penyembuhan luka akibat pecahnya pembuluh darah. Luka itu tertutup epitel
kembali. Fase ini terjadi pada hari ke-4 hingga ke-6 dari siklus. Siklus menstruasi akan
terhenti jika terjadi kehamilan.
3.1.5 Hormon – hormon sistem reproduksi
3.1.5 Hormon – hormon sistem reproduksi pria
Kelenjar Endokrin dan
Hormon-hormon yang
dihasilkan
Jaringan tujuan Fungsi
a. Hipotalamus
Hormon Gonadotropin Hipofisis anterior Merangsang pengeluaran FSH dan LH dan
hormon tumbuh ( Growth hormone )
12
b. Hipofisis anterior
FSH
LH
Hormon tumbuh
Testis
Testis
Testis
Merangsang sel-sel sertoli pada tubulus
seminiferus pada testis untuk mngubah sel-
sel spermatid menjadi sperma ( proses
spermatogenesis ).
Merangsang sel-sel leydig untuk
menghasilkan testosterone.
Memacu agar memulai pembelahan
spermatogenia.
c. Testis
Hormon Testosteron Seluruh tubuh Pada janin merangsang perkembangan
organ seks primer.
Masa pubertas memengaruhi pertumbuhan
alat reproduksi dan cirri-ciri kelamin
sekunder ( suara, kejantanan, pertumbuhan
rambut, dan kematangan seksual )
Dewasa berperan dalam memelihara ciri-
ciri kelamin sekunder dan mendorong
spermatogenesis.
3.1.6 Hormon – hormon sistem reproduksi pria
Kelenjar Endokrin dan
Hormon-hormon yang
dihasilkan
Jaringan tujuan Fungsi
d. Hipotalamus
Hormon Gonadotropin Hipofisis anterior Merangsang pengeluaran FSH dan LH
e. Hipofisi anterior
FSH
LH
Ovarium
Ovarium
Merangsang perkembangan folikel dan
bersama LH. Merangsang sekresi,
estrogen dan ovulasi.
Merangsang ovulasi dan perkembangan
korpus luteum.
13
Hormon oksitosin
Hormon Ptolaktin
Ovarium
Payudara
Memengaruhi kontraksi otot rahim dan
memengaruhi kelancaran air susu.
Merangsang produksi air susu.
f. Ovarium
Hormon Estrogen
Hormon Progesteron
Seluruh tubuh
Alat reproduksi
Uterus
Payudara
Pertumbuhan organ kelamin dan pubertas,
serta perkembangan ciri-ciri kelamin
sekunder.
Pendewasaan, persiapan bulanan
endometrium dalam kehamilan.
Menyempurnakan penyiapan
endometrium dalam kehamilan.
Merangsang produksi air susu.
3.1.7 Proses Ereksi,Ejakulasi, dan Emisi
1.Mekanisme ereksi
Ereksi adalah salah satu fungsi vascular corpus cavernosum di bawah pengendalian
SSO (sistem saraf otonom). Jika penis lunak, stimulus simpatisterhadap arteriol peni
menyebabkan konstriksi sebagian organ ini, sehinggaaliran darah yang melalui penis tetap
dan hanya sedikit darah yang masuk ke sinousoid karvenosum .saat stimulasi mental atau
seksual, stimulus parasimpatis menyebabkan vasodilatasi arteriol yang memasuki penis.
Lebih banyak darah yang memasuki vena dibandingkan yang dapat didrainase vena.Sinusoid
korpus kavernosum berdistensi karena berisi darah dan men mengekan vena yang dikelilingi tunika
albugine nondistensi.
Setelah ejakulasi impulssimpatis menyebabkan terjadinya vasokontriksi arteri
dan darah akan mengali ke vena untuk di bawa menjauhi orpus penis mengalami
detumesensi, atau kembali ke kondisi lunak
14
2. Emisi dan Ejakulasi
Emisi dimulai dengan kontraksi vas deferens dan ampula yang menyebakan keluarnya sperma ke
dalam uretra interna. Kemudian kontraksi otot yang melapisi kelenjar prostat yang diikuti dengan kontraksi
vesikula seminalis , akan megeluarkan cairan prostat dan cairan cairan seminalis ke dalam uretra juga , yang
akan mendorong sperma lebih jauh. Proses sampai saat ini di sebut dengan Emisi.
Pengisian uretra interna engan semen mengeluarkan sinyal sensoris yang dihantarkan melalui nervus
pudendus ke reenosusgio sakral medulla spinalis, yang menimbulkan rasa penuh yan mendadak di organ
genitalia . selain itu sinyal sensoris ini lebih jauh lagi membangkitkan kontraksi ritmis dari organ genitalia interna
dan menyebabkan kontraksi otot – otot iskhiokarvenosus dan bulbo karvenosus yang menekan dasar jaringan
erektil penis, kedua pengaruh ini menyebabkan peningkatan tekanan ritmis seperti gelombang di kedua jaringan
erektil penis dan di duktus genital serta uretra . yang “ mengejakulasi”.
3.1.8 Proses Terjadinya kehamilan
1. Proses Ovulasi Oogenesis merupakan awal dari proses ovulasi. Oogenesis adalah proses
pembentukan ovum di dalam ovarium dan di dalam ovarium terdapat oogonium atau sel
indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom.
Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Kemudian
oosit primer mengalami meiosis I, yang akan menghasilkan oosit sekunder dan badan polar I
(polosit primer). Selanjutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II dan menghasilkan
satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit
sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya,
ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap
satu oogonium.
Ada 3 fase ovulasi yaitu :
a. Fase pra-ovulasi
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel juga
mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder
hingga terjadi ovulasi. Sebelumnya, Hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin
yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang
pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer.
Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel
15
menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama
pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen
menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam
uterus dan endometrium. Karena itulah fase pra-ovulasi juga di sebut sebagai fase
poliferasi.
b. Fase ovulasi
Ovulasi merupakan proses pelepasan sel telur yang telah matang dari ovarium
dan kemudian berjalan menuju tuba fallopi untuk di buahi. Pada saat mendekati fase
ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi hormon. Peningkatan
kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau
penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan
konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH. Dan LH merangsang
pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi dan
umumnya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
c. Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder
karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus
luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf
memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron mendukung
kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau endometrium dan
menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron juga
merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara.
Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan
penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila
sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus
albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang
rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini,
hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-
ovulasi akan tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
2. Proses Fertilisasi Fertilisasi peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus
untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan
penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami).
16
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh
sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun,
pada fertilisasi mencakup 3 fase:
fase 1 : penembusan korona radiata
Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita, hanya
300-500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk
pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan
membuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang
mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.
Fase 2 : penembusan zona pelusida
Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang mempermudah
dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-
enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga akan bertemu
dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma
menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari
granul-granul korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim
ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi
sperma dan membuat tak aktif tempat tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan
zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi
hanya satu yang menembus oosit.
Fase 3 : penyatuan oosit dan membrane sel sperma Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel
tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang menbungkus kepala akrosom telah hilang pada
saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput
yang meliputi bagian belakang kepala sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa
memasuki sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertingal di permukaan oosit.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling
mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling
mendukung. Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
Antifertilizin
17
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder. Oosit
sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein
dengan fungsi :
Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
Menarik sperma secara kemotaksis positif.
Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara yang berbeda :
1. reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit.
a. selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain
b. zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah penambatan dan
penetrasi sperma
dengan cara ini terjadinya polispermi dapat dicegah.
2. melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis
keduanya segera setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel anaknya hamper tidak
mendapatkan sitoplasma dan dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah
oosit definitive. Kromosomnya (22+X) tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang dikenal
sebagai pronukleus wanita.
3. penggiatan metabolic sel telur. Factor penggiat diperkirakan dibawa oleh spermatozoa.
Sementara itu, spermatozoa bergerak maju terus hingga dekat sekali dengan pronukleus
wanita. Intinya membengkak dan membentuk pronukleus pria sedangkan ekornya terlepas
dan berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan
sesudah itu mereka saling rapat erat dan kehilangan selaput inti mereka. Salama masa
pertumbuhan, baik pronukleus wanita maupun pria (keduanya haploid) harus menggandakan
DNA-nya. Jika tidak, masing-masing sel dalam zigot tahap 2 sel tersebut akan mempunyai
DNA separuh dari jumlah DNA normal. Segera sesudah sintesis DNA, kromosom tersusun
dalam gelendong untuk mempersiapkan pembelahan mitosis yang normal. 23 kromosom ibu
dan 23 kromosom ayah membelah memanjang pada sentromer, dan kromatid-kromatid yang
berpasangan tersebut saling bergerak kea rah kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan
sel zigot yang masing-masing mempunyai jumlah kromosom dan DNA yang normal.
Sementara kromatid-kromatid berpasangan bergerak kearah kutub yang berlawanan,
18
muncullah satu alur yang dalam pada permukaan sel, berangsur-angsur membagi sitoplasma
menjadi 2 bagian.
3. Proses Implantasi
Implantasi adalah suatu proses melekatnya blastosis ke endometrium uterus diawali
dengan menempelnya embrio pada permukaan epitel endometrium, menembus lapisan
epitelium selanjutnya membuat hubungan dengan sistem sirukulasi ibu. implantasi pada
manusia terjadi 2-3 hari setelah telur yang telah dibuahi memasuki uterus atau 6-7 hari
setelah terjadinya fertilasi dimana ditandai dengan menempelnya blastosis pada epitel uterus.
Setelah minggu pertama (hari 7-8), sel-sel trofoblas yang terletak di atas embrioblas yang
berimplantasi di endometrium dinding uterus, mengadakan proliferasi dan berdiferensiasi
menjadi dua lapis yang berbeda :
1. sitotrofoblas : terdiri dari selapis sel kuboid, batas jelas, inti tunggal, di sebelah dalam
(dekat embrioblas).
2. sinsitiotrofoblas : terdiri dari selapis sel tanpa batas jelas, di sebelah luar (berhubungan
dengan stroma endometrium).
Unit trofoblas ini akan berkembang menjadi PLASENTA. Di antara massa embrioblas
dengan lapisan sitotrofoblas terbentuk suatu celah yang makin lama makin besar, yang
nantinya akan menjadi RONGGA AMNION. Sel-sel embrioblas juga berdiferensiasi menjadi
dua lapis yang berbeda :
1. epiblas : selapis sel kolumnar tinggi, di bagian dalam, berbatasan dengan bakal rongga
amnion.
2. Hipoblas: selapis sel kuboid kecil, di bagian luar, berbatasan dengan rongga blastokista
(bakal rongga kuning telur).
Unit sel-sel blast ini akan berkembang menjadi JANIN. Pada kutub embrional, sel-sel dari
hipoblas membentuk selaput tipis yang membatasi bagian dalam sitotrofoblas (selaput
Heuser). Selaput ini bersama dengan hipoblas membentuk dinding bakal yolk sac (kandung
kuning telur). Rongga yang terjadi disebut rongga eksoselom (exocoelomic space) atau
kandung kuning telur sederhana.
Unit sel-sel blast ini akan berkembang menjadi JANIN.
19
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi, maka kami dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Organ reproduksi pria terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian eksterna dan bagian interna.
Bagian eksterna terdiri dari penis yang merupakan organ yang banyak mengandung darah dan
skrotum yang merupakan organ yang membungkus dan menopang testis diluar tubuh.
Sedangkan bagian interna terdiri dari testis, epididimis, duktus deferens, duktus ejakulator,
uretra, vesika seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar bulbouretral.
2. Organ reproduksi wanita terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian eksterna dan bagian
interna. Bagian eksterna terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris,
vestibula, himen dan mulut vagina. Sedangkan pada bagian interna terdiri dari ovarium, tuba
fallopi ( oviduk ), uterus, vagina dan pireneum.
3. Spermatogenesis adalah proses pembentukan atau pematangan spermatozoa yang terjadi
didalam testis serta melibatkan pembelahan sel secara mitosis dan meiosis.
4. Oogenesis adalah proses pembentukan ovum ( sel telur ) yang terjadi didalam ovarium. Hasil
dari oogenesis yaitu ovum dan tiga badan polar.
SARAN
Sebagai saran dari penulis semoga setelah membaca makalah ini kita semua dapat
mengerti tentang anatomi dan fisiologi system reproduksi , dan Mengetahui dan memahami
secara rinci tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pada pria dan wanita.
20
21