anatomi dan fisiologi sistem reproduksi

32
BAB I (PENDAHULUAN) 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem reproduksi laki-laki atau sistem kelamin laki-laki terdiri dari sejumlah organ seks yang merupakan bagian dari proses reproduksi manusia. Pada laki- laki, organ-organ reproduksi ini terletak di luar tubuh manusia, sekitar panggul wilayah. Organ utama pada laki-laki adalah penis dan testis yang memproduksi air mani dan sperma, yang sebagai bagian dari hubungan seks pupuk sebuah ovum dalam wanita tubuh dan ovum dibuahi ( zigot ) secara bertahap berkembang menjadi janin, yang kemudian lahir sebagai anak. Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon gondaotr opin / steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus – hipofisis – adrenal – ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya. 1.2 Tujuan Pembahasan Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana tujuannya dibagi menjadi dua macam yang pertama secara umum makalah ini bertujuan menambah 1

Upload: ridho-firmansyah-sitorus

Post on 13-Dec-2014

350 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

BAB I

(PENDAHULUAN)

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem reproduksi laki-laki atau sistem kelamin laki-laki terdiri dari sejumlah

organ seks yang merupakan bagian dari proses reproduksi manusia. Pada laki-laki, organ-

organ reproduksi ini terletak di luar tubuh manusia, sekitar panggul wilayah.

Organ utama pada laki-laki adalah penis dan testis yang memproduksi air mani dan

sperma, yang sebagai bagian dari hubungan seks pupuk sebuah ovum dalam wanita tubuh dan

ovum dibuahi ( zigot ) secara bertahap berkembang menjadi janin, yang kemudian lahir

sebagai anak.

Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon

gondaotr  opin / steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus – hipofisis – adrenal –

ovarium.

Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh

siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.

1.2 Tujuan Pembahasan

Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna bagi

para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana tujuannya dibagi menjadi dua

macam yang pertama secara umum makalah ini bertujuan menambah wawasan mahasiswa/I

dalam menguraikan suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan melatih pemikiran ilmiah

dari seorang mahasiswa/I fakultas kedokteran, dimana pemikiran ilmiah tersebut sangat

dibutuhkan bagi seorang dokter agar mampu menganalisis suatu persoalan secara cepat dan

tepat. Sedangkan secara khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut :

1 Melengkapi tugas small group discussion skenario pertama , Perut Mama gendut,

modul keempat belas.

2 Menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca dan penulis.

3 Sebagai bahan referensi mahasiswa/I fakultas kedokteran UISU semester empat

dalam menghadapi ujian akhir modul.

1

Page 2: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

Itulah merupakan salah satu dari beberapa tujuan dalam penyusunan makalah ini, dan

juga sangat diharapkan dapat berguna bagi setiap orang yang membaca makalah ini. Semoga

seluruh

tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini kami dihadapkan pada suatu sistem yaitu ada suatu

masalah yang harus disusun dalam suatu strukturisasi, dimana strukturisasi ini juga sekaligus

menjadi pembatasan masalah yang akan dibahas pada makalah ini, berikut merupakan

pembatasan masalah dari skenario dua modul tiga belas tentang Perut Mama Gendut Dari

skenario tersebut kami menemukan keyword pembahasannya yaitu Anatmi dan Fisiologi

sistem reproduksi. Berikut pembatasan masalahnya yang dirangkum dalam sebuah

strukturisasi.

1. Anatomi sistem reproduksi.

2. Fisiologi sistem reproduksi.

3. Histologi sistem reproduksi.

4. Hormon –hormon sistem reproduksi.

5. Proses ereksi ejakulasi dan emisi .

6. Terjadinya kehamilan .

Berdasarkan strukturisasi diataslah kami menyusun pembahasan pada makalah ini secara

sistematis dan terarah agar didapatkan suatu penyelesaian masalah yang baik.

1.4 Metode dan Teknik

Dalam penyusunan makalah ini kami mengembangkan suatu metode yang sering

digunakan dalam pembahasan-pembahasan makalah sederhana, dimana kami menggunakan

metode dan teknik secara deskriftif dimana tim penyusun mencari sumber data dan sumber

informasi yang akurat lainnya setelah itu dianalisis sehinggga diperoleh informasi tentang

masalah yang akan dibahas. Setelah itu berbagai referensi yang didapatkan dari berbagai

sumber tersebut disimpulkan sesuai dengan pembahasan yang akan dilakukan dan sesuai

dengan judul makalah dan dengan tujuan pembuatan makalah ini.

Itulah sekilas tentang metode dan teknik yang digunakan dalam penyusunan

makalah ini.

2

Page 3: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

BAB II

(SUB PEMBAHASAN)

2.1 Skenario

MODUL 14 (REPRODUKSI)

SKENARIO-1

PERUT MAMA GENDUT

Pada suatu hari , terjadi percakapan antara seorang anak kecil dengan ibunya:

Anak : “Mama!Mama!, perut mama kok makin lama makin gendut”.

Ibu : “ Perut ibu makin gendut, karena di dalam perut ibu ada adik keci”.

Anak : “ Dari mana datngnya adik ?”

Ibu menjelaskan dengan menggunakan gambar – gambar sederhana tentang proses terjadinya

kehamilan.

Learning Objektive

Learning objective diatas akan dibahas secara sistematis dan jelas pada

pembahasan dalam makalah ini, bahan yang diambil dari berbagai sumber baik dari buku,

maupun situs internet yang uptodate dan diolah menjadi sebuah karya tulis ilmiah (makalah).

1. Mahasiswa mampu mengetahui, mememahami anatomi sistem reproduksi.

2. Mahasiswa mampu mengetahui, mememahami fisiologi sistem reproduksi.

3. Mahasiswa mampu mengetahui, mememahami hormon –hormon sistem reproduksi.

4. Mahasiswa mampu mengetahui, mememahami ereksi ,ejakulasi dan emisi .

5. Mahasiswa mampu mengetahui, mememahami terjadinya kehamilan.

3

Page 4: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

BAB III

(PEMBAHASAN)

3.1.1 Anatomi Sistem Reproduksi pria

Sistem reproduksi pria terdiri dari testis, saluran (terdiri dari epididimis, vas deferens,

uretra), kelenjar aksesori (mencakup vesikula seminalis, kelenjar prostat, kelenjar

bulbouretral), dan struktur penunjang (skrotum dan penis). Fungsi sistem reproduksi pria

antara lain; (1) memproduksi sperma dan hormon testosteron, (2) duktus (saluran) untuk

mengangkut, menyimpan, dan mematangkan sperma, (3) kelenjar aksesori mensekresi semen,

dan (4) uretra pada penis untuk saluran ejakulasi semen dan ekskresi urine.

a.Skrotum

Dari luar, skrotum terlihat seperti satu kantung yang dipisah menjadi 2 bagian lateral

oleh raphe. Di dalam, scrotal septum yang terdiri dari jaringan otot polos (disebut otot dartos)

dibagi menjadi dua, yang masing-masing berisi satu testis. Kedua testis dihubungkan oleh

otot cremaster. Dengan posisi letak dan kontraksi otot-ototnya, skrotum berfungsi untuk

mempertahankan suhu testis.

4

Page 5: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

b.Testis

Testis disebut juga testikel, Testis dilindungi oleh suatu membran yang disebut tunica

vaginalis. Cairan yang ada di membran tersebut disebut hydrocele. Di dalam tunica vaginalis

terdapat semacam kapsul berwarna putih yang disebut tunica albuginea yang memanjang ke

dalam membentuk sekat yang membagi testis ke beberapa bagian yang disebut lobus. Tiap-

tiap lobus mengandung tubulus seminiferus yang merupakan tempat spermatogenesis, yaitu

pembentukan sperma.

Tubulus seminiferus mengandung dua macam sel, yaitu sel spermatogenik (sel tempat

mensistesis sperma) dan sel sertoli (membantu proses spermatogenesis). Sel spermatogonia

yang berkembang dari sel benih primordial akan aktif pada masa pubertas/. Aktifnya

spermatogonia ditandai dengan adanya spermatogenesis.

Spermatogonium (2n) mengalami mitosis dan terbentuk dua spermatosit primer (2n).

Kemudian terjadi meiosis I dimana masing-masing spermatosit primer menjadi spermatosit

sekunder (n). Setelah itu terjadi meiosis II dan terbentuk total 4 spermatid (n). Tahap terakhir

dari spermatogenesis yaitu spermiogenesis dimana masing-masing spermatid menjadi sel

sperma.

c. Sperma

Sperma bertugas untuk membuahi ovum. Bagian utama sperma adalah bagian kepala

dan ekor. Kepala sperma mengandung nukleus, dengan selaput pada ujungnya yang

mengandung enzim hyaluronidase dan protease untuk penetrasi ke ovum. Bagian ekor terbagi

menjadi 4 bagian, yaitu bagian leher (mengandung sentriol), bagian tengah (mengandung

mitokondria), principal piece (bagian terpanjang dari ekor), dan bagian akhir (merupakan

terminal). Sel sperma tidak bertahan lebih dari 8 jam di luar tubuh.

Hormon yang terlibat dalam spermatogenesis adalah testosteron yang produksinya

dimulai oleh LH yang merangsang sel Leydig pada tubulus seminiferus untuk mensekresikan

testosteron, sedangkan FSH merangsang spermatogenesis.

d.Saluran reproduksi pada pria

Saluran Testis

Sel sertoli mengeluarkan cairan yang mendorong sperma untuk melewati lumen

tubulus seminiferus untuk kemudian ke sebuah saluran lurus yang sangat pendek, dan

kemudian sampai ke epididimis.

5

Page 6: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

e. Epididimis

Saluran epididimis adalah sebuah saluran (duktus) yang panjangnya sekitar 6 m,

merupakan tempat pematangan dan penyimpanan sperma. Sperma dapat berada di epididimis

hingga berbulan-bulan. Bila tidak dikeluarkan, sperma akan reabsorpsi oleh tubuh.

f. Vas deferens

Vas deferens terletak pada akhir epididimis, panjangnya sekitar 45 cm. Seperti halnya

epididimis, vas deferens dapat menyimpan sperma selama berbulan-bulan.

g.Saluran spermatik

Saluran spermatik merupakan salah satu struktur penunjang sistem reproduksi pada pria

yang terdiri dari vas deferens yang menanjak melalui skrotum, arteri testikuler, vena, saraf

otonom, pembuluh limfa, dan otot cremaster.

h. Saluran ejakulasi

Saluran ejakulasi mempunyai panjang sekitar 2cm dan dibentuk dari kesatuan duktus

dari seminal vesikel dan ampulla vas deferens. Berfungsi sebagai saluran sperma untuk

keluar.

i. Uretra

Uretra adalah saluran terminal dari sistem reproduksi dan sistem perkemihan. Berfungsi

sebagai saluran keluar baik urine maupun semen. Panjangnya sekitar 20 cm, melalui prostat,

perineum, dan penis, Terbagi menjadi 3 bagian, yaitu uretra prostatik, uretra membranosa,

dan spongy urethra yang berakhir di external urethra orifice.

j. Vesikula seminalis

Cairan yang mengandung fruktosa, prostaglandin dan gmpalan protein dikeluarkan melalui

vesikula seminalis. Cairan ini membantu menetralkan suasana asam yang dapat

menonaktifkan dan membunuh sperma. Fruktosa digunakan sperma untuk membentuk ATP,

prostaglandin berperan dalam viabilitas sperma. Gumpalan protein berfungsi untuk

membantu semen menggumpal setelah ejakulasi.

k. Kelenjar prostat

6

Page 7: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

Prostat mensekresi cairan seperti susu yang agak asam (pH 6,5), mengandung beberapa

substansi; (1) Citrid acid yang digunakan oleh sperma untuk produksi ATP melalu siklus

Krebs, (2) beberapa enzim proteolitik, seperti PSA (prostate-spesific antigen), pepsinogen,

amilase, dan hyaluronidase, (3) acid phosphatase, (4) seminalplasmin berperan dalam

melawan bakteri.

l. Kelenjar Bulbouretral

Disebut juga kelenjar Cowper, menghasilkan cairan yang berfungsi untuk membersihkan

uretra, menetralkan suasana asam dari urine pada uretra. Juga mensekresikan lendir yang

melumasi ujung penis agar sperma tidak rusak pada saat ejakulasi.

m. Semen

Semen adalah campuran dari sperma dan cairan seminal (terdiri dari sekresi tubulus

seminiferus, vesikula seminalis, prostat, dan kelenjar bulbouretral). Terdapat sperma 50-150

juta sperma per mL semen. Cairan seminal menyediakan perlindungan, makanan dan media

transpor bagi sperma dari suasana asam. Kelainan dimana terdapat darah pada semen disebut

hemospermia.

n. Penis

Penis berbentuk silinder, berfungsi sebagai saluran ejakulasi semen dan ekskresi urine.

Penis terdiri dari tiga jaringan silinder, yang masing-masing dikelilingi oleh jaringan yang

disebut tunica albuginea. Dua bagian dorsolateraldisebut corpora cavernosa penis. Bagian

midventral, corpus spongiosum penis, mengandung uretra spons dan menyimpannya selama

ejakulasi. Bagian luar terdiri dari erectile tissue (jaringan erektil).

Pada waktu melakukan senggama (coitus) sel mani dikeluarkan oleh kantong mani dan

zat cair yang dihasilkan oleh kelenjar prostat.

3.1.2 Sistem Reproduksi Wanita

Anatomi sistem reproduksi wanita terdiri dari bagian luar dan dalam yaitu:

a.    Bagian luar terdiri dari:

-       Bibir luar (labia mayor)

-       Bibir dalam (labia minora)

-       Klentit/klitoris yang sangat peka karena banyak mengandug serabut saraf.

-       Mulut vagina, merupakan rongga penghubung rahim dengan bagian luar tubuh. Lubang

vagina ditutupi oleh selaput dara (hymen) yaitu jaringan tipis yang membentuk cincin.

7

Page 8: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

b.    Bagian dalam terletak di dalam rongga panggul terdiri dari:

-       Vagina (liang senggama/ kemaluan)

-       Mulut rahim (serviks)

-       Rahim (uterus)

-       2 buah saluran penghubung ovarium dengan rongga rahim, yang terletak disebelah kanan dan

kiri rahim dan disebut tuba pallopi.

-       2 buah indung telur (ovarium) kanan dan kiri.

Alat reproduksi wanita adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi dalam proses

melanjutkan keturunan. Bila salah satu bagian tidak berfungsi maka dengan sendrinya akan

menghambat (mengganggu) fungsi reproduksi wanita.

a. Mons Pubis

Adalah bantalan jaringan lemak dan kulit yang terletak di atas simfisis pubis. Bagian

ini tertutup rambut pubis setelah pubertas.

b. Labia Mayora

Adalah dua lipatan kulit longitudinal yang merentang ke bawah dari mons pubis dan

menyatu di sisi posterior perineum, yaitu kulit antara pertemuan dua lipatan ini dan anus.

Labia mayora homolog (serupa dalam struktur dan asalnya) dengan skrotum pada laki-laki.

8

Page 9: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

c. Labia Minora

Adalah dua lipatan kulit di antara labia mayora. Lipatan ini tidak berambut, tetapi

mengandung kelenjar sebasea dan beberapa kelenjar keringat.Prepusium klitoris adalah

pertemuan lipatan-lipatan labia minora di bawah klitoris. Frenulum adalah area lipatan di

bawah klitoris.

d. Klitoris

Homolog dengan penis pada laki-laki, tetapi lebih kecil dan tidak memiliki mulut

uretra.Klitoris terdiri dari dua krura (akar), satu batang dan satu glans klitoris bundar yang

banyak mengandung ujung saraf dan sangat sensitive.Batang klitoris mengandung dua

korpora kavernosum yang tersusun dari jaringan erektil. Saat menggembung dengan darah

selama eksitasi seksual, bagian ini bertanggung jawab untuk ereksi klitoris.

e. Vestibula

Adalah area yang dikelilingi labia minora. Vestibula menutupi mulut uretra, mulut

vagina dan duktus kelenjar bartolini (vestibular besar).Kelenjar bartolini homolog dengan

kelenjar bulbouretral pada laki-laki. Kelenjar ini memproduksi beberapa tetes sekresi mucus

untuk membantu melumasi orifisium vaginal saat eksitasi seksual.Bulba vestibular adalah

massa jaringan erektil dalam di substansi jaringan labial. Bagian ini sebanding dengan

korpora spongiosum penis.

f. Himen ( Selaput dara )

Himen Adalah selaput tipis selaput lendir yang menutupi sebagian lubang vagina.

Selaput dara mempunyai lubang yang berlainan besarnya pada setiap perempuan. Pada

perempuang yang masih perawan selput dara itu jelas kelihatan.Pada orang yang telah

bersetubh dan lebih lebih pada orang yang telah melahirkan selaput dara itu, telah putus-

putus, sehingga kesudahannya hamper tidak kelihatan lagi ada kalanya pada orang perawan

selaput itu tertutup betul sehingga bisa memisahkan pada waktu haid.

g. Mulut Vagina

Terletak di bawah orifisium uretra. Hymen (selaput dara), suatu membran yang

bentuk dan ukurannya bervariasi, melingkari mulut vagina.

9

Page 10: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

3.1.3 Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan Wanita

3.1.3 fisiologi sistem reproduksi pria

spermatogenesis adalah proses pembentukan atau pemasakan spermatozoa. Proses

pembentukan spermatozoa ( sel kelamin jantan ) berlangsung didalam testis yang terdapat

didalam skrotum ( kantong pelir ). Didalam testis terdapat banyak saluran seminiferus

( tubulus seminiferus ) yang berdinding jaringan epitelium dan jaringan ikat. Pada jaringan

epitelium terdapat sel induk spermatozoa (spermatogenium) dan sel sertoli yang berfungsi

member makanan spermatozoa. Pada jaringan ikat terdapat sel leydig yang berfungsi dalam

proses spermatogenesis membentuk testosteron.

Spermatogenesis bermula dari sel spermatogonia yang terdapat pada dinding tubulus

seminiferus. Setiap spermatogenia yang mengandung 23 pasang kromosom, melakukan

pembelahan mitosis membentuk spermatosit primer yang juga mengandung 23 pasang

kromosom. Spermatosit primer melakukan pembelahan miosis pertama membentuk 2 (dua)

spermatosit sekunder yang haploid. Tiap spermatosit sekunder membelah secara meosis

( meosis kedua ) menghasilkan 2(dua) spermatid yang haploid. Sperma yang telah masak

akan menuju epididimis. Keempat spermatid berkembang menjadi sperma masak yang

bersifat haploid. Setiap proses spermatogenesis memerlukan waktu 65-75 hari.

Pada orang dewasa normal setiap 1 ml semen ( air mani ) mengadung lebih kurang

20 juta spermatozoa. Sperma yang matang mempunyai tiga bagian, yaitu bagian

kepala(head), bagian tengah (mid piece ), dan bagian ekor ( tail ).

1.  Bagian kepala ( head )

Bagian kepala mengandung inti sel ( nukleus ) yang haploid dan bagian ujungnya

mengandung akrosom yang berisi enzim hialuronidase dan proteinase yang berperan

membantu menembus lapisan yang melindungi sel telur.

2.  Bagian tengah ( mid piece )

Bagian tengah mengandung mitokondria yang berperan dalam pembentukan energi yang

digunakan untuk pergerakan ekor sperma.

3. Bagian ekor ( tail )

Bagian ekor sebagai alat gerak sperma agar dapat sampai ke ovum.

3.1.4 Fisiologi sistem reproduksi wanita

1. OOGENESIS

Proses pembentukan gamet betina ( sel telur ) pada wanita disebut oogeniesis dan

terjadi di ovarium.

10

Page 11: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

Pada masa Fetus, ovarium mengandung sel pemula atau oogonium sejak bayi lahir

oogonium berkembang menjadi oosit primer hingga pubertas, melalui fase profase pada

pembelahan meiosis.

Pada masa pubertas, dibawah pengaruh FSH ( folikel stimulating hormone ) oosit

primer membelah secara meiosis menghasilkan dua sel yang berukuran besar dan kecil. Sel

yang lebih kecil disebut badan polar dan sel yang besar disebut oosit sekunder.

Oosit sekunder dikelilingi oleh folikel. Folikel-folikel ini dibawah pengaruh FSH

membelah berkali-kali dan membentuk folikel graaf ( folikel yang sudah masak ) yang

diantaranya mempunyai rongga. Sel-sel folikel ini kemudian memproduksi estrogen yang

merangsang hipofisis untuk menyekresikan LH ( luteinizing hormone ) yang berfungsi

mendorong ovulasi ( pelepasan sel telur ) bila pada saat ovulasi terjadi pembuahan maka

oosit sekunder meneruskan pembelahan menjadi ootid ( haploid ) dan polar kedua. Ootid

berdiferensiasi menjadi ovum. Jadi, dalam oogenesis ini dihasilkan oosit sekunder yang akan

dibuahi sperma, dan setelah pembuahan, oosit sekunder membelah lagi secara meiosis hingga

dihasilkan ovum.

2. SIKLUS MENSTRUASI PADA WANITA

Siklus menstruasi berkaitan dengan pelepasan sel telur ( ovulasi ) dan terjadi pad hari

ke-28 dari siklus. Setiap orang mempunyai siklus yang beraneka, dengan periode antara 21

hari ( 3 minggu ) sampai 30 hari. Menstruasi atau haid dialami oleh wanita normal, sehat,

sejak akil balig. Kira-kira sejak usia 11 tahun atau 13 tahun. Siklus menstruasi pada wanita

terdiri dari empat fase sebagai berikut :

1. Fase Proliferasi

Fase ini dikendalikan oleh hormon estrogen sehingga disebut juga fase estrogenic.

Fase ini dimulai pada hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid.

Setiap bulan setelah haid terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer karena

hormon FSH. Pada masa ini sel oogenium membelah secara meiosis dan menghasilkan satu

sel telur haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel graaf yang masak, folikel

menghasilkan hormone estrogen yang merangsang sekresi LH. Fase ini disebut fase folikel.

Estrogen berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus ( endometrium ) yang

terkelupas saat menstruasi sehingga endometrium ( dinding rahim ) menebal hingga 5-7 cm.

selain itui, estrogen juga berfungsi untuk menghambat pembentukan FSH dan memacu

11

Page 12: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

pengeluaran LH yang dikeluarkan oleh lobus anteriorhipofisis. Estrogen juga memengaruhi

kelenjar serviks yang menghasilkan cairan encer.

2. Fase Sekresi

Fase ini terjadi pada hari ke-14 sampai hari ke-28 dari siklus. Folikel graaf yang pecah

pada saat ovulasi berubah menjadi korpus rubrum yang mengandung banyak darah. Adanya

LH menyebabkan korpus rubrum berubah menjadi korpus luteum ( badan kuning ) untuk

menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempersiapkan endometrium menerima

embrio. Pada saat endometrium menjadi tebal dan lembut, serta dilengkapi banyak pembuluh

darah. Periode ini disebut fase luteal. Jika tidak ada kehamilan, korpus luteum berdegenerasi

sehingga progesteron dan estrogen menurun bahkan sampai hilang.

3. Fase Menstruasi

Karena estrogen dan progesteron berhenti dikeluarkan maka endometrium mengalami

degenerasi. Darah, mucus dan sel-sel epitel dikeluarkan sebagai darah haid dari rongga uterus

ke vagina. Tahap ini berlangsung pada hari ke-1 hingga ke-4 dari siklus.

4. Fase Reparasi

Terjadi penyembuhan luka akibat pecahnya pembuluh darah. Luka itu tertutup epitel

kembali. Fase ini terjadi pada hari ke-4 hingga ke-6 dari siklus. Siklus menstruasi akan

terhenti jika terjadi kehamilan.

3.1.5 Hormon – hormon sistem reproduksi

3.1.5 Hormon – hormon sistem reproduksi pria

Kelenjar Endokrin dan

Hormon-hormon yang

dihasilkan

Jaringan tujuan Fungsi

a.    Hipotalamus

          Hormon Gonadotropin Hipofisis anterior Merangsang pengeluaran FSH dan LH dan

hormon tumbuh ( Growth hormone )

12

Page 13: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

b.   Hipofisis anterior

          FSH

          LH

          Hormon tumbuh

Testis

Testis

Testis

Merangsang sel-sel sertoli pada tubulus

seminiferus pada testis untuk mngubah sel-

sel spermatid menjadi sperma ( proses

spermatogenesis ).

Merangsang sel-sel leydig untuk

menghasilkan testosterone.

Memacu agar memulai pembelahan

spermatogenia.

c.    Testis

          Hormon Testosteron Seluruh tubuh Pada janin merangsang perkembangan

organ seks primer.

Masa pubertas memengaruhi pertumbuhan

alat reproduksi dan cirri-ciri kelamin

sekunder ( suara, kejantanan, pertumbuhan

rambut, dan kematangan seksual )

Dewasa berperan dalam memelihara ciri-

ciri kelamin sekunder dan mendorong

spermatogenesis.

3.1.6 Hormon – hormon sistem reproduksi pria

Kelenjar Endokrin dan

Hormon-hormon yang

dihasilkan

Jaringan tujuan Fungsi

d.   Hipotalamus

          Hormon Gonadotropin Hipofisis anterior Merangsang pengeluaran FSH dan LH

e.    Hipofisi anterior

          FSH

          LH

Ovarium

Ovarium

Merangsang perkembangan folikel dan

bersama LH. Merangsang sekresi,

estrogen dan ovulasi.

Merangsang ovulasi dan perkembangan

korpus luteum.

13

Page 14: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

          Hormon oksitosin

          Hormon Ptolaktin

Ovarium

Payudara

Memengaruhi kontraksi otot rahim dan

memengaruhi kelancaran air susu.

Merangsang produksi air susu.

f.    Ovarium

          Hormon Estrogen

          Hormon Progesteron

Seluruh tubuh

Alat reproduksi

Uterus

Payudara

Pertumbuhan organ kelamin dan pubertas,

serta perkembangan ciri-ciri kelamin

sekunder.

Pendewasaan, persiapan bulanan

endometrium dalam kehamilan.

Menyempurnakan penyiapan

endometrium dalam kehamilan.

Merangsang produksi air susu.

3.1.7 Proses Ereksi,Ejakulasi, dan Emisi

1.Mekanisme ereksi

Ereksi adalah salah satu fungsi vascular corpus cavernosum di bawah pengendalian

SSO (sistem saraf otonom). Jika penis lunak, stimulus simpatisterhadap arteriol peni

menyebabkan konstriksi sebagian organ ini, sehinggaaliran darah yang melalui penis tetap

dan hanya sedikit darah yang masuk ke sinousoid karvenosum .saat stimulasi mental atau

seksual, stimulus parasimpatis menyebabkan vasodilatasi arteriol yang memasuki penis.

Lebih banyak darah yang memasuki vena dibandingkan yang dapat didrainase vena.Sinusoid

korpus kavernosum berdistensi karena berisi darah dan men mengekan vena yang dikelilingi tunika

albugine nondistensi.

Setelah ejakulasi impulssimpatis menyebabkan terjadinya vasokontriksi arteri

dan darah akan mengali ke vena untuk di bawa menjauhi orpus penis mengalami

detumesensi, atau kembali ke kondisi lunak

14

Page 15: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

2. Emisi dan Ejakulasi

Emisi dimulai dengan kontraksi vas deferens dan ampula yang menyebakan keluarnya sperma ke

dalam uretra interna. Kemudian kontraksi otot yang melapisi kelenjar prostat yang diikuti dengan kontraksi

vesikula seminalis , akan megeluarkan cairan prostat dan cairan cairan seminalis ke dalam uretra juga , yang

akan mendorong sperma lebih jauh. Proses sampai saat ini di sebut dengan Emisi.

Pengisian uretra interna engan semen mengeluarkan sinyal sensoris yang dihantarkan melalui nervus

pudendus ke reenosusgio sakral medulla spinalis, yang menimbulkan rasa penuh yan mendadak di organ

genitalia . selain itu sinyal sensoris ini lebih jauh lagi membangkitkan kontraksi ritmis dari organ genitalia interna

dan menyebabkan kontraksi otot – otot iskhiokarvenosus dan bulbo karvenosus yang menekan dasar jaringan

erektil penis, kedua pengaruh ini menyebabkan peningkatan tekanan ritmis seperti gelombang di kedua jaringan

erektil penis dan di duktus genital serta uretra . yang “ mengejakulasi”.

3.1.8 Proses Terjadinya kehamilan

1. Proses Ovulasi Oogenesis merupakan awal dari proses ovulasi. Oogenesis adalah proses

pembentukan ovum di dalam ovarium dan di dalam ovarium terdapat oogonium atau sel

indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom.

Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Kemudian

oosit primer mengalami meiosis I, yang akan menghasilkan oosit sekunder dan badan polar I

(polosit primer). Selanjutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II dan menghasilkan

satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit

sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya,

ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap

satu oogonium.

Ada 3 fase ovulasi yaitu :

a. Fase pra-ovulasi

Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel juga

mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder

hingga terjadi ovulasi. Sebelumnya, Hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin

yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang

pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer.

Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel

15

Page 16: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama

pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen

menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam

uterus dan endometrium. Karena itulah fase pra-ovulasi juga di sebut sebagai fase

poliferasi.

b. Fase ovulasi

Ovulasi merupakan proses pelepasan sel telur yang telah matang dari ovarium

dan kemudian berjalan menuju tuba fallopi untuk di buahi. Pada saat mendekati fase

ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi hormon. Peningkatan

kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau

penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan

konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH. Dan LH merangsang

pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi dan

umumnya ovulasi terjadi pada hari ke-14.

c. Fase pasca-ovulasi

Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder

karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus

luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf

memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron mendukung

kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau endometrium dan

menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron juga

merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara.

Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan

penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.

Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila

sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus

albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang

rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini,

hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-

ovulasi akan tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.

2. Proses Fertilisasi Fertilisasi peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus

untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan

penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami).

16

Page 17: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh

sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun,

pada fertilisasi mencakup 3 fase:

fase 1 : penembusan korona radiata

Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita, hanya

300-500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk

pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan

membuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang

mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.

Fase 2 : penembusan zona pelusida

Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang mempermudah

dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-

enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga akan bertemu

dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma

menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari

granul-granul korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim

ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi

sperma dan membuat tak aktif tempat tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan

zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi

hanya satu yang menembus oosit.

Fase 3 : penyatuan oosit dan membrane sel sperma Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel

tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang menbungkus kepala akrosom telah hilang pada

saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput

yang meliputi bagian belakang kepala sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa

memasuki sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertingal di permukaan oosit.

Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling

mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling

mendukung. Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:

Hialuronidase

Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.

Akrosin

Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.

Antifertilizin

17

Page 18: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder. Oosit

sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein

dengan fungsi :

Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.

Menarik sperma secara kemotaksis positif.

Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.

Setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara yang berbeda :

1. reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit.

a. selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain

b. zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah penambatan dan

penetrasi sperma

dengan cara ini terjadinya polispermi dapat dicegah.

2. melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis

keduanya segera setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel anaknya hamper tidak

mendapatkan sitoplasma dan dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah

oosit definitive. Kromosomnya (22+X) tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang dikenal

sebagai pronukleus wanita.

3. penggiatan metabolic sel telur. Factor penggiat diperkirakan dibawa oleh spermatozoa.

Sementara itu, spermatozoa bergerak maju terus hingga dekat sekali dengan pronukleus

wanita. Intinya membengkak dan membentuk pronukleus pria sedangkan ekornya terlepas

dan berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan

sesudah itu mereka saling rapat erat dan kehilangan selaput inti mereka. Salama masa

pertumbuhan, baik pronukleus wanita maupun pria (keduanya haploid) harus menggandakan

DNA-nya. Jika tidak, masing-masing sel dalam zigot tahap 2 sel tersebut akan mempunyai

DNA separuh dari jumlah DNA normal. Segera sesudah sintesis DNA, kromosom tersusun

dalam gelendong untuk mempersiapkan pembelahan mitosis yang normal. 23 kromosom ibu

dan 23 kromosom ayah membelah memanjang pada sentromer, dan kromatid-kromatid yang

berpasangan tersebut saling bergerak kea rah kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan

sel zigot yang masing-masing mempunyai jumlah kromosom dan DNA yang normal.

Sementara kromatid-kromatid berpasangan bergerak kearah kutub yang berlawanan,

18

Page 19: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

muncullah satu alur yang dalam pada permukaan sel, berangsur-angsur membagi sitoplasma

menjadi 2 bagian.

3. Proses Implantasi

Implantasi adalah suatu proses melekatnya blastosis ke endometrium uterus diawali

dengan menempelnya embrio pada permukaan epitel endometrium, menembus lapisan

epitelium selanjutnya membuat hubungan dengan sistem sirukulasi ibu. implantasi pada

manusia terjadi 2-3 hari setelah telur yang telah dibuahi memasuki uterus atau 6-7 hari

setelah terjadinya fertilasi dimana ditandai dengan menempelnya blastosis pada epitel uterus.

Setelah minggu pertama (hari 7-8), sel-sel trofoblas yang terletak di atas embrioblas yang

berimplantasi di endometrium dinding uterus, mengadakan proliferasi dan berdiferensiasi

menjadi dua lapis yang berbeda :

1. sitotrofoblas : terdiri dari selapis sel kuboid, batas jelas, inti tunggal, di sebelah dalam

(dekat embrioblas).

2. sinsitiotrofoblas : terdiri dari selapis sel tanpa batas jelas, di sebelah luar (berhubungan

dengan stroma endometrium).

Unit trofoblas ini akan berkembang menjadi PLASENTA. Di antara massa embrioblas

dengan lapisan sitotrofoblas terbentuk suatu celah yang makin lama makin besar, yang

nantinya akan menjadi RONGGA AMNION. Sel-sel embrioblas juga berdiferensiasi menjadi

dua lapis yang berbeda :

1. epiblas : selapis sel kolumnar tinggi, di bagian dalam, berbatasan dengan bakal rongga

amnion.

2. Hipoblas: selapis sel kuboid kecil, di bagian luar, berbatasan dengan rongga blastokista

(bakal rongga kuning telur).

Unit sel-sel blast ini akan berkembang menjadi JANIN. Pada kutub embrional, sel-sel dari

hipoblas membentuk selaput tipis yang membatasi bagian dalam sitotrofoblas (selaput

Heuser). Selaput ini bersama dengan hipoblas membentuk dinding bakal yolk sac (kandung

kuning telur). Rongga yang terjadi disebut rongga eksoselom (exocoelomic space) atau

kandung kuning telur sederhana.

Unit sel-sel blast ini akan berkembang menjadi JANIN.

19

Page 20: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

BAB IV

PENUTUP

  KESIMPULAN  

Dari uraian tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi, maka kami dapat

menarik kesimpulan sebagai berikut :

1.      Organ reproduksi pria terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian eksterna dan bagian interna.

Bagian eksterna terdiri dari penis yang merupakan organ yang banyak mengandung darah dan

skrotum yang merupakan organ yang membungkus dan menopang testis diluar tubuh.

Sedangkan bagian interna terdiri dari testis, epididimis, duktus deferens, duktus ejakulator,

uretra, vesika seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar bulbouretral.

2.      Organ reproduksi wanita terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian eksterna dan bagian

interna. Bagian eksterna terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris,

vestibula, himen dan mulut vagina. Sedangkan pada bagian interna terdiri dari ovarium, tuba

fallopi ( oviduk ), uterus, vagina dan pireneum.

3.      Spermatogenesis adalah proses pembentukan atau pematangan spermatozoa yang terjadi

didalam testis serta melibatkan pembelahan sel secara mitosis dan meiosis.

4.      Oogenesis adalah proses pembentukan ovum ( sel telur ) yang terjadi didalam ovarium. Hasil

dari oogenesis yaitu ovum dan tiga badan polar.

 SARAN

            Sebagai saran dari penulis semoga setelah membaca makalah ini kita semua dapat

mengerti tentang anatomi dan fisiologi system reproduksi , dan Mengetahui dan memahami

secara rinci tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pada pria dan wanita.

20

Page 21: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi

21