analisis tingkat kesehatan bank syariah di indonesia...
TRANSCRIPT
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DI
INDONESIA PADA SAAT KRISIS KEUANGAN GLOBAL
DAN SETELAH KRISIS KEUANGAN GLOBAL (2008-2013)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
DINI HALIMAH TUTSAADIYAH
NIM. 1111015000048
JURUSAN PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
i
ABSTRAK
Dini Halimah Tutsa’adiyah (1111015000048). Analisis Tingkat Kesehatan Bank
Syariah di Indonesia Ketika Krisis Keuangan Global dan Setelah Krisis Keuangan
Global.Skripsi (2008-2013), Jakarta: Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Januari 2015.
Penelitian Ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank syariah
yang di ada di indoensia ketia krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan
global. Dalam penelitian ini metode penilaian tingkat kesehatan bank yang digunakan
yaitu Metode CAMELS. Metode CAMELS yaitu menilai kesehatan bank dari faktor
Permodalan (Capital), Aset (Asset), Manajemen (Managaent), Rentabilitas(Earning),
Likuiditas (liquidity), dan risiko terhadap Pasar (Market to Risk). Dalam Penelitian ini
faktor CAMELS yang digunakan hanya dilihat dari faktor Keuangan/financial nya
saja. Sedangkan untuk faktor Manajemen dan market to risk tidak di gunakan karena
kedua faktor tersebut termasuk dalam kualitatif yaitu penilaian uraian.
Populasi penelitian ini yaitu Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank
Indonesoa periode tahun 2008-2013. Penarikan sampel dengan purposive sapling
yaitu 4 bank umum syariah yang masing-masing diteliti selama 6 tahun. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analisis deskriptif.
Dan sumber data yang digunakan yaitu data sekunder dari laporan keuangan publikasi
bank umum syariah kepada Bank Indonesia yang sudah diaudit.
Hasil penelitian yang di lakukan peneliti menunjukan bahwa tingkat
kesehatan bank syariah aitu Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muammalat
Indoneisa (BMI), Bank Mega Syariah (BMS) dan Bank Bukopin Syariah (BSM)
menunjukan tidak ada perbedaan tingkat kesehatan bank-bank tersebut ketika krisis
keuangan global dan setelah krisis keuangan global. Hal ini dilihat dari hasil penilaian
tingkat kesehatan yang di miliki asing-asing bank selama 6 tahun perhitungan
menunjukan kondisi yang sehat dan sangat sehat disetiap tahunnya. Dan masing-
asing faktor penilaian berada pada peringkat 1 dan 3.
Kata Kunci : Tingkat Kesehatan Bank Syariah, Krisis Keuangan Global, Analisis
CAMELS
ii
ABSTRACT
Dini Halimah Tutsa'adiyah ( 1111015000048 ) . Analysis of Islamic Banks in
Indonesia when the Global Financial Crisis and After the Financial Crisis
Global.Skripsi (2008-2013) , Jakarta: Department of the Faculty of Social Science
Education and Teaching Tarbiah , Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta . January 2015 .
This study aims to determine the level of health in existing Islamic banks in
indonesia ketia global financial crisis and after the global financial crisis . In this
study bank rating method used is the method CAMELS . CAMELS method of
assessing the health of the banks of factors Capital ( Capital ) , assets ( Asset ) ,
Management ( Managaent ) , Profitability ( Earnings ) , liquidity (liquidity ) , and the
risks to the Market ( Market to Risk ) . In this study CAMELS factor used only seen
from a factor of Finance / Financial its course . As for the management and market
factors to risk not in use because of two factors included in the description of
qualitative assessment .
The population of this study are listed Islamic Banks in Bank Indonesoa
period 2008-2013 . Purposive sampling with sapling that is 4 Islamic banks were
each studied for 6 years . This type of research used in this research is descriptive
analysis . And sources of data used are secondary data from published financial
statements of Islamic banks to Bank Indonesia, which has been audited .
The results of the research will be undertaken researchers showed that the
level of health of Islamic banks aitu Bank Syariah Mandiri ( BSM ) , Bank
Muammalat Indoneisa ( BMI ) , Bank ( BMS ) and Bukopin Sharia ( BSM ) showed
no difference in the level of health of these banks when the global financial crisis and
after the global financial crisis . It is seen from the results of the rating of the foreign
- owned foreign bank for 6 years Calculation shows a healthy condition and very
healthy in every year . And each foreign - assessment factors are ranked 1 and 3 .
Keywords : Islamic Bank Soundness , Global Financial Crisis , Analysis CAMELS
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah wa syukurilah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dzat yang
maha sempurna dan berilmu. Ungkapan sholawat serta salam semoga tercurah kepada
Rasullah SAW insane paling mulia yang telah menghabiskan waktu untuk menuntun
umat pengikutnya kearah kesempatan hidup. Dalam menyelesaikan skripsi ini,
penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan waktu, pengetahuan dan biaya
sehingga tampa bantuan dan bimbingan dari semua pihak tidaklah mungkin berhasil
dengan baik. Karena itulah sepatutna di ucapkan terima kasih yang tak terhingga
terutama penulis tunjukan kepada yang terhormat :
1. Dra. Nurlela Rifa’I, MA, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr.Iwan Purwanto, M.Si., Ketua Jurusan Pendidkan IPS Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang dengan
penuh kesabaran dan penuh perhatian, ketelatenan, dalam memberikan arahan
serta bimbingan dalam penulisan skripsi ini, dan terimakasih sebesar-besarnya
atas watu yang diluangkannya. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan
kebaikan dibalas dengan berlipat ganda.
4. Annisa Windarti, M.Sc., Dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran
dan penuh perhatian, ketelatenan, dalam memberikan arahan serta bimbingan
dalam penulisan skripsi ini, dan terimakasih sebesar-besarnya atas watu yang
diluangkannya. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kebaikan
dibalas dengan berlipat ganda.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Khususnya
Jurusan Pendidikan IPS yang dengan ikhlas menyumbangkan ilmunya selama
penulis mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang diterima dapat enjadi bekal
bagi penulis.
iv
6. Keluargaku tercinta, Ayahanda (Endang Sukmayadi) dan Ibunda (Entin
Suntinah) ang senantiasa mengiringi langkahku dengan doa. Hanya Allah yang
sanggup membalas semua pengorbanan kalian di surgeNya kelak.
7. Kaka-kaka (Ira aditami dan Dina Halimah Tutsaadiyah, S.E) dan adik-adik ku (
Siti Humairah, Isti anggraini, dan Khairunisa) tersayang teriakasih atas
dorongan baik materil, moril dan spiritual, serta doa dan kasih saying yang
tiada tara, dengan segenap cinta dan buktiku kupersebahkan karya kecilku
untuk kalian orang-orang tercinta.
8. sahabat-sahabat terbaikku Intan N Aini, Kiki Ulfa Lesmana, Atin Kurniatin,
yang senantiasa menemani penulis dala susah maupun senang. Sukses untuk
kita semua. Amin.
9. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta, yang menjadi
tepat menaung dan tempat menempa ilmu bagi penulis selama menuntut ilmu
di kampus tercinta, terimakasih telah atas motivasi dan do’anya.
10. Tean-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan IPS 2010 dan 2011, khusunya
teman-teman terbaiku Chentaury Galih Kismareti, Lilian Paramitha,
Nurfadilah, Prizca Nufauziah, Gina Rosdianti, Cindy Fatika sari dan
Desdeomona. Terimakasih atas doa dan dukunganya dan menjadi teman
terbaik. Sukses untuk kita semua.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang tidak bisa disebutkan satu
persatu hingga skripsi ini terselesaikan. Semoga bantuan yang diberikan menjadi
amal saleh yang memperberat timbangan kebaikan kita di akhirat kelak. Kritik dan
saran serta ide senantiasa penulis terima dengan suka cita. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita seua. Amiin, Sekian dan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................ i
ABSTRACK ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. . Identifikasi Masalah ......................................................................... 5
C. . Pembatasan Masalah ........................................................................ 6
D. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
E. Tujuan Masalah ................................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Perbankan Syariah ............................................................................. 8
1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ................................... 8
2. Produk Bank Syariah .................................................................... 9
3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ................ 13
B. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank .................................................. 16
1. Tingkat Kesehatan Bank ............................................................. 16
C. Krisis Keuangan Global .................................................................. 25
1. Pengertian Krisis .......................................................................... 25
vi
2. Penyebab Krisis Keuangan Global ............................................. 25
3. Dampak Krisis Keuangan Global ............................................... 29
D. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 30
E. Kerangka Berfikir ............................................................................ 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................. 36
B. Populasi dan Sampel......................................................................... 36
1. Populasi ........................................................................................ 36
2. Sampel ......................................................................................... 38
C. Jenis Penelitian ................................................................................ 39
D. Operasional Variable ........................................................................ 40
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 41
F. Teknik Analisa Data ........................................................................ 41
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Perusahaan .............................................................................. 47
1. Profil PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk .................................. 48
2. Profil PT. Bank Syariah Mandiri Tbk ......................................... 52
3. Profil PT. Bank Mega Syariah Tbk ............................................. 55
4. Profil PT. Bank Syariah Bukopin Tbk ......................................... 57
B. Analisis Tingkat Kesehatan BSM, BMI, BMS dan BSB ................. 60
1. Capital ........................................................................................ 61
2. Asset ............................................................................................. 66
3. Earning ....................................................................................... 68
4. Liquidity ...................................................................................... 74
C. Penetapan Peringkat Kesehatan BSM, BMI, BMS dan BSB .......... 76
vii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 80
B. Saran ................................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 82
LAMPIRAN ............................................................................................................ 84
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bnak Konvensional ........................................ 16
Tabel 2.2 Penilian Tingkat Kesehatan Bank Syariah ......................................................... 24
Tabel 2.3 Rasio Tingkat Kesehatan Bank Syariah Rasio CAMELS ................................. 24
Tabel 2.4 Peringkat Faktor Keuangan Rasio CAMELS .................................................... 25
Tabel 2.5 Penilitian Relevan ............................................................................................... 30
Tabel 3.1 Daftar Bank Umum Sariah Populasi Penelitian ................................................. 37
Tabel 3.2 Penetapan Sampel Penelitian ............................................................................. 39
Tabel 3.3 Penghitungan Kriteria Penlialian dari Masing-Masing Aspek .......................... 46
Tabel 4.1 Hasil Penentuan Sampel ..................................................................................... 48
Tabel 4.2 Daftar Sapel Bank Syariah ................................................................................. 48
Tabel 4.3 Profil Perusahaan PT. Bank Muaalat Inodonesia Tbk ........................................ 49
Tabel 4.4 Profil Perusahaan PT. Bank Syariah Mandiri Tbk .............................................. 53
Tabel 4.5 Profil Perusahaan PT. Bank Mega Syariah Tbk ................................................ 55
Tabel 4.6 Profil Perusahaan PT. Bank Syariah Bukopin Tbk ............................................ 58
Tabel 4.7 Rasio CAR (Capital Adequarcy Ratio) BSM, BMI, BMS, BSB tahun2008 -
2013 ................................................................................................................... 61
ix
Tabel 4.8 Rasio KAP (Kualitas Aktifa Produktif) BSM, BMI, BMS dan BSB Tahun
2008 – 2013 ........................................................................................................ 66
Tabel 4.9 Rasio NOM (Net Operating Margin) BSM, BMI, BMS, dan BSB tahun
2008 – 2013 ........................................................................................................ 68
Tabel 4.10 Rasio STM (Short Term Mismatch) BSM, BMI, BMS dan BSB tahun
2008 – 2013 ....................................................................................................... 74
Tabel 4.11 Peringkat Kesehatan BSM, BMI, BMS, dan BSB tahun 2008 – 2013 ............. 77
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 34
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank Muaalat Indonesia Tbk .......................................... 51
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Tbk .............................................. 54
Gambar 4.3 Struktur Organisasi Bank Mega Syariah Tbk ................................................. 56
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Bank Syariah Bukopin Tbk ............................................. 59
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Sariah
Mandiri, Tbk.
2. Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Muammat
Syariah, Tbk.
3. Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Mega
Syariah, Tbk.
4. Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Sariah
Bukopin, Tbk.
5. Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas
PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk.
6. Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas
PT. Bank Muammalat Indonesia, Tbk.
7. Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas
PT. Bank Mega Syariah, Tbk.
8. Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas
PT. Bank Syariah Bukopin, Tbk.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan atau kondisi bank dan lembega keungan non-bank adalah faktor
peting yang sangat terkait baik bagi pemilik bank, pengelola, (manajemen) bank,
pengguna atau masyarakat pengguna bank, Bank Indonesia selaku otoritas
pengawas bank, dan pihak lainnya yang terkait dengan bank yang bersangkutan.
Fungsi dari penilaian tingkat kesehatan bank dapat di gunakan oleh pihak-pihak
terkait untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian,
kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen resiko. Untuk menilai
kesehatan sebuah bank dapat dilihat dari berbagai aspek. Penilaian ini bertujuan
untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang
sehat dan tidak sehat. Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan setiap periode
dan dalam setiap penilaian ditentukan kondisi suatu bank. Penilaian untuk
menentukan kondisi suatu bank, biasanya menggunakan alat ukur. Salah satu alat
ukur yang utama yang digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank yaitu
dikenal dengan analisis CAMELS1 Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor
9/1/PBI/2007 adalah hasil penilaian kualitatif atau aspek yang berpengaruh
terhadap kondisi atau kinerja suatu bank atau UUS melalui penilian kuantitatif
terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas,
sensisitibilitas terhadap risiko pasar, dan penilaian kualitatif terhadap faktor
1 Kasmir. Pemasaran Bank.(Kencana, Jakarta.2005) hal 49.
2
manajemen. Tingkat kesehatan bank syariah merupakan kepetingan semua pihak
yang terkait, termasuk Bank Indoneisa. Bagi bank syariah hasil penilaian tingkat
kesehatan dapat dipergunakan sebagai salah satu alat bagi manajemn dalam
menentukan kebijakan pengelolaan bank kedepan.
Tingkat kesehatan keuangan bank adalah hasil kualitatif atas berbagi aspek
yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian
kuantitatif dan atau penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor Capital, Asset
Quality, Manajement, Earning, dan likuidity yang disingkat CAMEL2. Penilaian
tingkat kesehatan bank dan penilaian manajemen risiko dibedakan namun terdapat
perpotongan antara keduanya. dalam penilaian tingkatan kesehatan bank telah
memasukan risiko yang melekat pada aktifitas bank (inherent risk) yang
merupakan bagian dari proses penilaian manajemn risiko3.
Pada umumya bank dikenal sebgai lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menerima simpanan, Giro, Tabungan dan Deposito. Ada dua macam
jenis bank sesuai dengan prinsipnya, ada bank syariah dan ada bank konvensional.
Kedua jenis bank memiliki fungsi yang sama. Namun perbedaanya hanya pada
prinsip pelaksanaannya. Subjek penelitian yang akan dilaksanakan hanya pada
Bank syariah. Pada perkembangannya bank syariah bisa dikatakan sangat pesat.
Apalagi di masa kini, masyarakat lebih memilih bank syariah sebagai tempat
menghimpun dananya. Ada banyak alasan sesorang memilih bank syariah, bisa
dalam segi agama, keuntungan dan kemanannya. Terlebih bank syariah di
Indonesa dari tahun-ketahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Kemudian bermunculan bank-bank umum berprinsip syariah. Berdasarkan data
Bank Indonesia, prospek perbankan syariah pada tahun 2008 di perkirakan cukup
baik. Industri bank syariah diperkirakan masih akan berkembang dengan tingkat
pertumbuhan yang cukup tinggi. Jika pada posisi 2004, volum usaha perbankan
2 Surat Edaran, Kepada bank Umum yang melaksanakan kegiaan usaha berdasarkan
prinsip syariah di Indonesia, prihal system peningkatan tingkat kesehtan bank umum berdasarkan
prinsip syariah No.9/24/DPbs , Jakarta : Bank Indonesia 3 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Jakarta : UIN
Jakarta Press 2013. Hal.88
3
syariah telah mencapai 14,0 triliun rupiah, dengan tingkat pertumbuhanya yang
terjadi pada tahun 2004 sebesar 88,6%, volum perbankan syariah di tahun 2005
diperkirakan akan mencapai 24 triliun rupiah dengan volum tersebut diperkirakan
industri perbankan syariah akan mencapai pangsa sebesar 1,8% dari industri
perbankan Nasional di bandingkan sebesar 1,1% pada akhir tahun 2004.
Pertumbuhan volum usaha perbankan syariah tersebut ditopang oleh rencana
pembukaan unit usaha syariah yang baru dengan pembukaan jaringan kantor yang
lebih luas. Dana pihak ketiga (DPK) diperkirakan akan mencapai jumlah sekitar 20
triliun dengan jumlah pembayaran sekitar 21 triiun rupiah di akhir tahun 20054.
Kemudian diterangkan pula pada surat kabar sindo5. Di jelaskan bahwa “ nilai-nilai
ini telah membawa keuangan syariah global berkembang pesat dengan nilai
sebesar USD 1,6 triliun serta pemikiran pertumbuhan pertahun mencapai 20%, ujar
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo di sela-sela acara Gerakan
Ekonomi Syariah (Gres) dilapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta
Hal ini terlihat ketika bank syariah dapat bertahan di krisis keuangan di
tahun 1997 maupun krisi keuangan tahun2008. Fakta memperlihatkan disaat
banyaknya bank konvensional yang koleps ketika menghadapi krisis bank syariah
justru menuai profit besar.
Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 menjadi titik ukur
keberhasilan bank syariah di Indonesia. Krisis moneter yang terjadi pada tahun itu
menyebabkan keterpurukan bagi bank konvensional dan banyak diantaranya yang
mengalami likuidasi karena kegagalan sistem. Tidak hanya itu di tengah-tengah
krisis keuangan global tahun 2008, lembaga keuangan Islam kembali membuktikan
daya tahan terhadap krisis. Lembaga keungan syariah stabil dalam perkembangan
dan dapat memberikan manfaat, kenyamanan serta kemanan bagi para pemegam
saham, surat berharga, peminjam dan deposen di bank syariah. Hal ini dapat
dibuktikan dari keberhasilan Bank Syariah, dimana mampu melalui krisis yang
terjadi pada tahun 1998 dengan kinerja yang semakin meningkat, bank Syariah
4 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Perbankan
Syariah Tahun 2004, (Jakarta, Bank Indonesia. 2004), h. 8. 5http://www.koran-sindo.com/node/345365
4
seperti Bank Muamalat bahkan mampu membukukan keuntungan lebih dar 300
miliar rupiah6.
Dalam subjek ini, tidak akan membahas mengenai perkembangan dari bank
syariah itu sendiri. Tapi yang akan dibahas dalam penelitian kali ini yaitu tingkat
kesehatan bank syariah ketika krisis Global berlangsung dan setelah krisis Global.
Karena pada masa itu banyak lembaga keuangan seperti bank mengalami likuidasi
dan diberhentikan operasinya yang diakibatkan oleh krisis keuangan global
tersebut. Analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini yaitu analisis CAMELS.
Analisis ini merupakan peraturan atau ketetapan yang ditetapkan oleh bank
indonesia dalam penilaian tingkat kesehatan bank.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang
sisitem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah,
dijelaskan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip
syariah menggunakan lima kelompok faktor, yaitu Capital, Aktiva Produktif,
Manajement, Earning, dan Likuidity. Pada analisis CAMELS tersebut terdapat
peringkat yang telah ditetapkan oleh bank Indonesia. Bank Indoensia sudah
menetapkan Peringkat atau prosentase kinerja keuangan yang memenuhi
persyaratan bank untuk dinyatakan sehat, serta tidak membahanyakan/ merugikan
pihak-pihak yang berkepentingan. Analisis CAMELS, diklasifikasikan sebagai
aspek penilaian yang merupakan perhitungan rasio keuangan. Rasio keuangan
berfungsi dalam melihat tingkat kesehatan kuangan bank. Semakin besar sekala
operasi bank dan semakain tinggi jumlah modal dari bank tersebut diharapkan pada
kinerja operasinya semakin baik. Keberhasilan suatu usaha bank syarah dapat
dicerminkan dari peranannya terhadap kebijakan ekonomi rakyat. Untuk
mengetahui keberhasilan keuangan bank syariah perlu diadakannya tingkat
kesehatan bank syariah secara menyeluruh. Apalagi penelitian ini meneliti kondisi
tingkat kesehatan bank syariah kala itu. Yang ditinjau adakah penngkatan atau
perbedaan dalam dua periode tersebut. Dari penelitian tingkat kesehatan bank
6 Tatis. Joesron, “perkembangan perbankan syariah dan prospeknya d Indonesia” jurnal
bisnis dan manajemen vol 1, 2009, h. 1.
5
syariah ketika krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global dapat
dijadikan evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan kedepan dan ketika hal-hal
tersebut terulang kembali.
Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
tingkat kesehatan keuangan Bank Syariah di Inonesia ketika krisis keuangan
Global dan setelah krisis keuangan global. Dengan menggunakan analisis
CAMELS ( capital, asset, management, earning, liquidity dan sensitive risk)
namun dalam penelitian ini hanya akan menggunakan analisis CAMELS dari segi
kuantitatif atau keuanganya saja yaitu capital, asset, earning dan likuiditasnya saja.
Sedangkan dari sisi kualitatif yaitu manajen dan sensitivity risk tidak akan di
gunakan. Karena dalam menggunaan manajemen dan sensitivity risk yaitu
menggunakan angket dan wawancara kepada bank-bank terkait atau menggunakan
data primer. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa
laporan keuangan masing-masing bank dan dalam 6 tahun perhitungan yaitu
setelah krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global. Penelitian ini
hanya menganalisis pada dua periode saat krisis dan 4 periode setelah krisis
keuangan global saja. Sedangkan untuk sebelum krisis keuangan global tidak
diteliti. hal ini disebebkan oleh ketersediaan data penelitian dan sampel dari bank
syariah di Indonesia, yang mana pada tahun itu belum banyak bank syariah yang
beroperasi di Indonesia. Untuk itu penulis mengambil judul “ Analisis Tingkat
Kesehatan Bank Syariah Di Indonesia Ketika Krisis Keuangan Global dan Setelah
Krisis Keuangan Global (2008-2013)”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat di identifikasi masalah-masalah sebagai
berikut:
1. Banyaknya bank dilikuidasi ketika krisis keuangan global.
2. Ketidakpercayaan nasabah ketika krisis keuangan global terhadap rentabilitas
bank.
3. Asset bank tidak Produktif ketika krisis keuangan global.
6
4. Banyaknya bank yang tidak sehat saat krisis keuangan global dari sisi Capital
(permodalan), Asset (kualitas asset), Manajemen Earning (rentabilitas),
Liquidity (Likuiditas) dan sensitivity to market risk (sensitivitas atas resiko
pasar).
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitiannya, penulis membatasi masalahnya hanya pada peningkatan
kesehatan bank Syarih pada saat krisis dan setelah krisis keuangan global. Metode
yang akan digunakan dalam perhitungan tingkat kesehatan bank yaitu dengan
menggunakan metode CAMELS pada peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007
tentang kesehatan bank umum berprinsip syariah.
Dalam menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode
CAMELS, peneliti hanya akan meneliti dari sisi rasio keuangannya saja yaitu dari
sisi rasio keuangan bank yaitu Rasio Permodalan (capital), kualitas Aset (Asset
Quality, Rentabilitas (Earning) dan likuiditas (Likuidity). Sedangkan dari sisi
Manajemen ( Management) dan sensitivity to Market Risk tidak diikut sertakan.
Perhitungan tingkat kesehatan bank yang peneliti teliti hanya pada Bank Umum
Syariah yang terdaftar di BI, menerbitkan Annual Report dari tahun 2008-
2013¸melaporkan Publikasi Laporan Keuangan Bank ke BI. Dan perhitungan yang
dilakukan peneliti hanya selama 6 periode yaitu dari tahun 2008-2013.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah ditentukan di atas, maka peneliti
merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Bagaimana penilaian
tingkat kesehatan keuangan bank syariah di Indonesia ketika krisis keuangan
global dan sesudah krisis keuangan global (2008-2013)?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui peniliaian tingkat kesehatan keuangan Perbankan Syariah saat
krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global tahun 2008-2013
7
F. Manfaat Penelitian
Penulis berharap informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat bermanfaat
bagi pihak, diantaranya adalah:
1. Manfaat Untuk Penulis
Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman yang lebih luas tentang tingkat kesehatan Bank Syariah di
Indonesiadan ketahanan Bank Syariah ketika krisis keuangan global dan
setelah krisis keuangan global.
2. Manfaat Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan intelektual
akademis dan merupakan kesempatan untuk mengimplementasikan teori-teori
yang telah dipelajari oleh penulis. Serta sebagai khazanah ilmu pengetahuan
mengenai penilaian tingkat kesehatan Bank Umum Syariah di Inonesia.
3. Manfaat Bagi Institusi Perbankan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi kepada Bank
Indonesia sebgai intstitusi tertinggi untuk mengatur, mengawasi, dan menilai
tingkat kesehatan bank umum Syariah sesuai dengan peraturan Bank
Inodonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang tingkat kesehatan Bank Umum
Syariah. Peneliti juga berharap, penelitian yang sudah diteliti dapat bermanfaat
untuk institusi perbankan untuk dapat meningkatkan dan mempertahankan
tingkat kesehatan banknya agar terus dapat bertahan ditengah krisis ekonomi.
4. Masyarakat dan Investor
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap, agar penelitian ini beramanfaat
untuk masyarakat dan para investor yang akan mengalokasikan dananya ke
bank. Supaya mengalokasikan danya ke bank yang mempunyai predikat baik
yang sehat sehingga tidak akan kecewa dan merugi nantinya.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PERBANKAN SYARIAH
1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Berkembangnya bank-bank syariah di Negara-negara Islam berpengaruh
ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an. Diskusi mengenai bank syariah sebagai
pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Prakarsa lebih khusus untuk mendirikan
bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan lokakarya
bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, jawa Barat. Hasil lokakarya itu
dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di
Hotel Syahid Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas MUI, di
bentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam Indonesia. Kelompok kerja
yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konstitusi
dengan semua pihak terkait.
Bank Muammalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja keras tim perbankan
MUI tersebut. Pada awal pendirian bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank
syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri
perbankan Nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem
syariah ini hanya di katagorikan sebagai “bank dengan sistem bagi hasil” tidak
terdapat rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang
9
diperbolehkan. Hal ini tercermin sangat jelas dari UU No 7 Tahun 1992, di mana
pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil di uraikan hanya sepintas lalu
merupakan sisipan belaka.
Perkembangan Indonesia pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya
Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut di atur
dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan
diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan
arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan
mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah. Peluang tersebut ternyata
disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan
perhatian dalam bidang perbankan syariah bagi para stafnya. Banyak bank
konvensional yang membagi cabangnya menjadi bank syariah.
Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank milik pemerintah pertama
yang melandaskan operasionalnya pada prinsip syariah. Secara struktural, BSM
berasal dari Bank sulila Bakti (BSB), sebagai salah satu anak perusahaan
dilingkup bank Mandiri (ex BDN), yang kemudian dikonversikan menjadi bank
syariah secar penuh. Sebagai salah satu bank yang di miliki oleh Bank Mandiri
yang memiliki asset ratusan teriliun dan Networking yang sangat luas, BSM
memiliki beberapa keunggulan komperatif dibidang pendahulunya. Satu
perkembangan lain perkembangan bank syariah di Indonesia secara reformasi
adalah diperkenalkannya konversional menjadi bank syariah.1
2. Produk Perbankan Syariah2
Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat di
bagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: Produk Penyaluran Dana, Produk
Penghimpunan Dana, Produk Jasa
a. Penyaluran Dana
Dalam penyaluran dana prinsip-prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki
barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditunjukan untuk
1 Muhamad syafii Antonio, Bank Syariah bagi Bankir dan praktisi keuangan (Jakarta Bank of
Indonesia and Tazkia Institute,1999 2Adiwarman A.Karim, Bank Islam : Analisis Fikih dan Keuangan. Raja Graindo Persada, 2007
.hal 97
10
mendapakan jasa. Prinsip bagi hasil di gunakan untuk usaha kerja sama yang
ditujukan guna mendapakan barang dan jasa sekaligus. Pada katagori pertama
dan kedua, tingkat keuntungan bank di tentukan di depan dan menjadi bagian
harga atas barang atau jasa yang di jual. Produk yang termasuk kepada
kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli seperti
Murabahah, saham, dan istisna seperti produk yang menggunakan produk
sewa, yaitu ijarah dan IMBT.
Sedangkan pada katagori ketiga, tingkat keuntungan bank di tentukan dari
besarnya keuntungan usaha sesuai degan prinsip-prinsip bagi hasil. Pada
produk bagi hasil keuntungan di tentukan oleh nisbah bagi hasil yang di
sepakati dimuka. Produk perbankan yang termasuk kedalam kelompok ini
adalah Musyarakah dan Mudharabah. Sedangkan pembiayaan dengan akad
pelngkap ditujukan untuk memperlancar pembiayaan dengan menggunakan
tiga prinsip di atas. Kita akan membahas masing-masing produk ini dengan
lebih rinci pada uraian berikut.
b. Prinsip-prinsip jual beli (Ba’i)
Prinsip jual beli dilaksanakan dengan sambungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property) tingkat
keuntungan bank di tentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang
yang dijual. Dalam kajian ini akan di bahas mengenai produk-produk bank
syariah namun hanya produk yang menyakut dengan kajian dalam proposal
ini.
c. Pembiayaan murabahah
Murabahah (al-bai’ tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja.
Murabahah yang di berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual
beli dimana bank menyebut jumlah keuntunagnnya. Bank bertindak sebagai
penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli
bank dari pemasok di tambah keuntungan (margin). Kedua belah pihak harus
menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual di
cantumkan dalam akad jual beli dan jika telah telah disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan murabahah selalu di
11
lakukan dengan pembayaran cicilan ( bi tsaman ajil atau muajjal). Dalam
transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sementara pembayaran
dilakukan secara tangguh/cicilan.
d. Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang popular dalam bentuk
perbakan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama
antara dua belah pihak atau lebih pihak dimana pemilik modal ( shahib al-
maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan
satu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama
dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian
mudharib. Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al-
maal dalam manajemn produk. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus
bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi
akibat kelalaian. Perbedaan yang esensial dari musyarakah dan mudharabah
terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan atau selain
salah satu diantara itu. Dalam mudharabahah, modal hanya berasal dari satu
pihak sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua belah pihak.
Musyarakah dan mudharabah dalam literature fiqih berbetuk perjanjian
kepercayaan (uqud al-amanah) yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi
dan menjunjung keadilan. Karenanya masing-masing pihak untuk melakukan
kecurangan dan ketidakadilan pembagian pendapatan betul-betul akan
merusak ajaran isalm.
Ketentuan umum skema pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:
a) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal
harus diserahkan tunai dan dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan
nilainya dalam satuan uang.
b) Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat
diperhitungkan dengan cara:
1. Perhitungan dari pendapatan proyek atau revenue sharing
2. Perhitungan dari keuntungan proyek atau profit sharing
12
c) Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap
bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal
menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan
pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan
dana.
d) Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak
berhak mencampuri urusan pekerjaan atau usaha nasabah. Jika nasabah
cedera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban
atau menunda pembayaran kewajiban maka ia dapat dikenakan sanksi
administrasi
e. Pembiayaan musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau
syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang
bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara
bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih
dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya
baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Secara spesifik bentuk kontribusi
dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan
(Trading Assets) , kewiraswastaan ( Entrepreneurship), kepandaian (Skill),
kepemilikan (Property), peralatan (Equipment), atau Intangible Asset (seperti
hak paten atau Good Will), kepercayaan/ reputasi (Credit Worthiness) dan
barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkup
seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau
tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel. Ketentuan umum
pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut:
1. Semua modal disatukan untuk menjadikan modal proyek musyarakah dan
dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah dan tidak
boleh melakukan tindakan seperti:
a) Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi
13
b) Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik
modal lainnya
c) Memberi pinjaman kepada pihak lain
d) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila:
menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia, menjadi tidak cakap
hokum
2. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek
harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai porsi kesepakatan
sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.
3. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad setelah proyek
selesai. Nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang
telah disepakati untuk bank.
3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional3
Dalam beberapa hal, bank konvensional dengan bank syariah memiliki
persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi komputer yang di gunakan, syarat-syarat umum memperoleh
pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebgaianya.
Akan tetapi tedapat perbedaan yang amat sangat mendasar diantara keduannya.
Perbedaan itu menyangkut asspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai,
dan lingkungan kerja.
1. Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan
ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Seringkali
nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila
hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila
perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah
nanti4. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku
3Muhamad Syafi’I Antonio, Bank Syariah : dari Teori Keperaktek,Gema Insani, 2001. Hal,29
4 Ibid, hal 29
14
transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, seperti
hal-hal berikut:
a. Rukun
a) Penjual.
b) Pembeli.
c) Barang.
d) Harga.
e) Akad/ijab-qabul.
b. Syarat.
Seperti syarat berikut :
a) Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa
yang haram menjadi batal demi hukum syariah.
b) Harga barang dan jasa harus jelas.
c) Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak
pada biaya transportasi.
d) Barang yang di transaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan
tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti
yang terjadi pada transaksi Short Sale dalam pasar modal.
2. Lembaga Penyelesaian Sengketa
Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah
terdapat perbedaan dan perselisiahan antara bank dan nasabahnya, kedua
belah pihak tidak menyelsesikannya di pengadilan negeri, tetapi
penyeselainnya sesuai dengan tata cara dan hukum materi syariah.
Lambega yang mengatur hukum materi dan atau bersasarkan prinsip syariah
di indonesia dikenal dengan nama badan Abritase Muamallah Indonesia atau
BAMUI yang didirikan secara bersama oleh kejaksaan Agung Republik
Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
3. Struktur Organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
konvensioanl,misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yangamat
membedakan antar bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan
15
adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi oprasioanal bank
dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan
Pengawas syariah biasanya diletakan pada posisi setigkat komisaris pada
setiap bank. Hal ini menjamin efektivitas dan setiap opini yang diberikan oleh
Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota Dewan
Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, Setelah
para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekumendasi dari Dewan
Syariah Nasional.
4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Dalam bank Syariah, bisnis dan usaha yang dilakukan tidak terlepas dari
syaringan syariah, karena itu, bank syariah tidak akan mungkin membiayai
usaha yang terkandung didalamnya hal-hal yang di haramkan.
Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum
dipastikan beberapa pokok, diantaranya sebagai berikut:
a. Apakah objek pembiayaan halal atau haram ?
b. Apakah objek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat?
c. Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila?
d. Apakah proyek berkaitan dengan perjudian?
e. Apakah usaha tersebut berkaitan dengan industri senjata yang legal atau
berorientasi pada pengembangan senjata pembunuh masal?
f. Apakah proyek dapat merugikan syiar islam, baik secara langsung
maupun tidak langsung?
5. Lingkungan Kerja dan Corporate Culture
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan
dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shidiq, harus
melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim
yang baik. Disamping itu, karyawan bank syariah harus skillfull dan
profesional atau (fathonah) dan mampu melakukan tugas secara teamwork.
Dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh). Demikian
pula dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang
sesuai dengan syariah
16
6. perbandingan antara Bank Syariah dan Konvensional.
Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan dalam
tabel berikut.
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank Islam Bank Konvensional
1. Melakukan investasi yang halal
saja.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil,
jual beli, atau sewa.
3. Profit dan falah orientid.
4. Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan
kemitraan.
5. Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai dengan fatwa
Dewan Pengawas Syariah.
1. Investasi yang halal dan
yang haram.
2. Memakai perangkat bunga.
3. Profit Orienid.
4. Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk debitor-
debitor.
5. Tidak terdapat dewan
sejenis.
B. PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK
1. Tingkat Kesehatan Bank
Kesehatan keuangan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank
untuk melakukan kegiatan operasional perbankkan secara normal seperti
kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari
modal sendiri, kemampuan mengelola dana, kemampuan untuk menyalurkan
dana ke masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain, pemenuhan
peraturan perbankkan yang berlaku dan mampu memenuhi semua kewajiban
dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peratuan perbankkan yang
berlaku5. Penilaian tingkat kesehatan bank juga dapat diartikan sebagai hasil
5 Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso : 2006
17
penilaian kuntitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau
kinerja bank tersebut6.
Penilaian kesehatan bank, disamping untuk konvensional, juga dilakukan
untuk bank syariah baik bank umum syariah atau bank perkreditan syariah. Hal
ini dilakukan sesuai dengan perkembangan metodelogi penelitian kondisi bank
yang bersifat dinamis yang mendorong pengaturan kembali sistem penilaian
tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah7.
Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat di lihat dari berbagai aspek.
Penilaian ini bertujuan untuk apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup
sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Penilaian kesehatan bank tidak hanya untuk
bank umum/konvensional saja tapi juga untuk menilai kesehatan bank berprinsip
syariah juga. Hal ini dilakukan sesuai dengan perkembangan metodologi penilaian
kondisi bank bersifat dinamis yang mendorong pengaturan kembali system
penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip Syariah.
Penilaian kesehatan bank syariah dilakukan berdasarkan peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan
bank umum berdasarkan prinsip syariah yang berlakuk mulai 24 Januari 2007.
Dari hasil penjelasan Deputi Bank Indonesia menjelaskan bahwa penerapan ini
dilakukan dengan memperkirakan produk dari jasa perbankan syariah ke depan
kian beragam dan kompleks, sehingga eksposur risiko yang dihadapi juga
meningkat8. meningkatnya kesposur risiko tersebut akan mengubah profil risiko
bank syariah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank
tersebut.
Dalam penilaian tingkat kesehatan, bank syariah telah memasukan risiko
yang melekat pada aktivitas bank (interent risk), yang merupakan bagian dari
proses penilaian manajemen risiko. Bank umum syariah wajib melakukan
6Ade Arthesa, Edia Handiman. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (Indeks, Jakarta:2004)
hal 132 7 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Rajawali Pers:Jakarta, 2011) hal 200
8 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan(edisi revisi). Jakarta : Rajagrafindo Perkasa, 2012 hal, 256
18
penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan, yang meliputi faktor-faktor
berikut9 :
a. Capital (Permodalan)
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang
ditentukan. Dalam pos modal (modal saham, surplus dan laba yang ditahan)10
.
salah satu alat ukur penilaian yang digunakan untuk mengukur seberapa baik
kondisi modal yaitu menggunakan rasio permodalan. Rasio permodalan ini
berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam menyerap kerugian-
kerugian yang tidak dapat dihindari lagi serta dapat pula digunkan untuk
mengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki
oleh para pemegang sahamnya. Penilaian permodalan dimaksudkan untuk
menilik kecukupan modal bank dalam nengamankan eksposur risiko posisi dan
mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul. Penilaian terhadap faktor
permodalan meliputi penilain terhadap komponen-komponen sebagai berikut
(pasal 4 no 1)
1. Kecukupan, proyeksi (trand ke depan) permodalan dan kemampuan
permodalan dalam mengcover risiko.
2. Kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari
keuntungan, rencana permodalan untk mendukung pertumbuhan untuk
usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang
saham.
Peringkat faktor permodalan, kualitas asset, rentabilitas, likuiditas dan
sensitivitas terhadap risiko pasar ditetapkan dalam 5 (lima) peringkat (pasal 8
no3). Rasio utama pada permodalan adalah rasio kewajiban penyedian modal
minimum (KPMM) atau lebih dikenal sebagai rasio capital Adeuary ratio
(CAR) adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum bank yang harus
dimiliki oleh bank.
9Dwi Nura’ini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. UIN Jakarta Perss, 2013.
Hal, 29
10
Munaware. Analisis Laporan Keuangan. (Liberty, Yogyakarta.1995)hal. 19
19
Rumus untuk menghitung CAR/KPMM adalah sebagai berikut:
Ativa tertimbang menurut Risiko (ATMR) adalah nilai total
masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing
bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang tidak berisiko diberi bobot 0%
dan ktiva yang paling berisiko di beri bobot 100%. Dengan demikin
AMRT menunjukan nili aktiva beresiko yang memerlukn antisipasi modal
dalam jumlah yang cukup.
b. Asset (Aset)
Aset atau Aktiva merupakan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan
baik itu yang berwujud maupun tidak berujud. Aktiva bukan hanya
kekayaan yang dimiliki perusahaan saja, tetapi juga termasuk
pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered charge) atau
biaya yang masih terus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang,
serta aktiva aktiva yang tidak berujud lainnya semisal Goodwill, hak
M tier 1 : Modal inti
M tier 2 : Modal pelengkap
M tier 3 : Modal pelengkap tambahan
Penyertaan : Penambahan dana bank dalam bentuk saham pada
perusahaan yang bergerak dibidang keuangan
syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan
perinsip syariah yang berkibat bank memiliki atau
tidak akan memiliki saham pada perusahaan yang
bergerang di bidang keuangan syariah
ATMR : Aktiva tertimbang menurut risiko
Mtier 1 + Mtier 2 + Mtier 3 – penyertaan CAR = Aktiva tertimbang Menurut risiko
20
patent, hak penerbitkan dan sebagainya11
. Rasio ini digunakan untuk
mengetahui kualitas aktiva produktif, yaitu penanaman dana bank dalam
rupiah atau valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatn
pada bank lain dan penyertaan. Penilaian tersebut dilakukan untuk melihat
apakah aktiva produkti digunkn untuk menghasilkan laba secara
maksimum. Penilaian terhadap faktor kualitas asset meliputi penilian
terhdap komponen komponen sebagai berikut:
1. Kualitas aktiva produktif, perkembangan kualitas aktiva produktif
bermasalah, konsentrasi eksposur risiko, dan eksposur nasabah inti.
2. Kecukupn kebijkn dan prosedur, sisitem kaji ulang (review) internal,
system dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif
bermaslah.
Kualitas aktiva produktif (KAP) sebagai rasio dalam penilaian kualitas
asset sangat berguna untuk mengetahui bagaimana pihak bank dapat
mengelola aktiva yang dimiliki dengan sebaik-baiknya sehinga dapat
menghasilkan pendapatan atau keuntungan semaksimal mungkin.
11
Ibid hal 14
APYD : Aktiva Produktif yang dikaslifikasikn dalah aktiva
produktif yang sudah maupun yang mengandung
potensi untuk memberikan penghasilan atau
menimbulkan kerugian yang besarnya ditetapkan
sebagai berikut:
a. 25% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam
perhatian khusus
b. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurng
APYD (DPK,KL, D, M) KAP =
Aktiva Produktif
21
c. Earnings (Rentabilitas)
Rasio Rentabilitas merupakan alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan kemampuan bank dalam
menghasilkan laba. Penilaian rentabilitas bank dimksudkan untuk menilai
kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian terhadap faktor
rentabilitas menliputi penilaian terehadap komponen-komponen sebagai
berikut:
1. Komponen dalam menghasilakn laba, kemampun laba mendukung
ekspansi dan menutup risiko, serta tingat efisiensi.
2. Diversifikasi pendapatan termasuk kemampuan bank untuk
mendapatkan free based income, dan diversifikasi penanaman dana,
serta penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan terhadap
pendapatan dan biaya.
Net Operating Margin adalah rasio rentabilitas untuk mengetahui
kemampuan aktiva produktif dalam menghasikan laba melalui
perbandingan pendapatan oprasional dan beban oprasional dengan rata-
rata aktiva. Retrun On Asset (ROA) adalah rasio rentabilitas yang
menunjukan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total
lancer.
c. 75% dari aktiva produktif yang digolongkan
diragukan.
d. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan
Macet.
Aktiva Produktif : Penanaman bank dalam bentuk penempatan, surat
berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang
dimakusdkan untuk memperoleh pendapatan bagi
bank.
(PO –DBH) – BO NOM = Rata-Rata Aktiva Produktif
(PO –DBH) – BO NOM = Rata-Rata Aktiva Produktif
22
Asset bank, rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan asset
yang dilalukan oleh bank yang bersangkutan. Rumus menghitung NOM
Dimana :
PO = Pendpatan oprasional adalah pendapatan oprasional
setelah disitribusi dibagi dalam 12 (dua belas) bulan
terakhir.
BDH = Distribusi bagi hasil adalah hak pihak ketiga bagi
hasil dana syirkah temporer
BO = Biaya oprasional adalah beban oprasional termasuk
kekurangan PPAP yang wajib dibentuk sesuai dengan
ketentuan 12 (dua belas) bulan terakhir.
Penghitungan rata-rata aktiva produktif merupakan rata-rata aktiva
produktif 12 (dua belas) dalam bulan terakhir. Rumus menghitung
ROA sebagai berikut :
d. Liquidity (Likuiditas)
Rasio likuiditas digunakan untuk menganalisis kemapuan bank
dalam memenuhi kebijakan-kebijakannya terutama kewajiban jangka
pendeknya. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank tersebut memenuhi
kebijakan hutangnya, dapat membayar kembali semua simpanan nasabah,
serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tampa terjadi
penangguhan.
Penilaian kuantitatif sktor likuiditas dilakukan dengan melakukan
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
1. Besarnya aset berjangka pendek dibandingkan dengan kewajiban
jangka pendek, merupakan rasio utama.
Laba Sebelum Pajak ROA =
Rata-rata Total Asset
Laba Sebelum Pajak ROA =
Rata-rata Total Asset
23
2. Kemampuan Aset jangka pendek, kas dan Secondary Reserve dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek, merupakan rasio penunjang.
3. Ketergantungan kepada dana deposan inti, merupakan rasio
penunjang.
4. Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total dana pihak ketiga,
merupakan rasio penunjang.
5. Kemampuan dalam memperoleh dana dari pihak lain apabila terjadi
misstmach, merupakan rasio pengamatan (observed).
6. Ketergantungan pada antar bank, merupakan rasio pengamatan
(observed).
Short term mismatch (NOM) adalah rasio likuiditas untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek.
Rumus menghitung NOM sebagai berikut:
Dimana :
STM : Short team Mismatch
Aktiva jangka pendek : Aktiva likuid kurang dari 3 (tiga) bulan
selain kas, SWBI dan surat berharga
Syariah Negara (SBSN)
Kewajiban jangka pendek : Kewajiban likuid kurang dari 3 bulan.
Hasil analisis terhadap CAMEL, kemudian dituangkan dalam
bentuk angka yang diberikan bobot sesuai ketentuan yang telah diteapkan.
Bobot nilai ini diartikan sebagai kredit. Dari bobot nilai ini dapat
Aktiva Jangka Pendek
NOM =
Kewajiban jangka pendek
24
dipastikan kondisi suatu bank . batas minimal dan maksimal untuk
menentukan predikat suatu bank dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.2
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah12
Nilai Kredit Predikat
81 – 100
66 - > 81
51 - < 66
0 - < 50
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
Table 2.3
Rasio Tingkat Kesehatan Bank dengan Rasio CAMELS13
Kriteria
Capital Asset Earning Liquidity
Peringkat
1
≥ 12% KAP > 0.99% NOM < 3% ST < 2< 5%
Peringkat
2
9% < - 12% 0,96%< - 0,99% 2% < – 3% 20% < - 25%
Peringkat
3
8% < - 9% 0.93%<- 0.96% 1.5% < - 2% 15% < - 20%
Peringkat
4
6 % < - 8% 0,90%< – 0,93% 1% < - 1,5% 10% < - 15%
Peringkat
5
>6% KAP 0,90% NOM 1%
STM 10%
Sumber : kodifikasi peraturan BI
12
Ibn hal 51 13
Bank Indonesia. Kodifikasi Penilaian Kesehatan bank (BI, Jakarta 2012) hal 200
25
Tabel
Peringkat Faktor keuangan Rasio CAMELS14
Rasio Peringkat Pembobotan
Capital 25%
Asset 45%
Rentabilitas 15%
Likuiditas 15%
Sumber : SK Gubernur
C. KRISIS KEUANGAN GLOBAL
1. Pengertian Krisis
Sebelum membahas mengenai kriris keuangan global, terlebih dahulu akan di
bahas mengenai pengertian dari krisis itu sendiri. Dalam buku Memahami Krisis
yang di tulis oleh Tulus Tambunan di jelaskan bahwa Krisis adalah suatu situasi
dimana ekonomi dari sebuah Negara mengalami penurunan secara mendadak
yang disebabkan oleh suatu krisis keuangan. Sedangkan untuk krisis keuangan
tersebut di jelakan bahwa keadaan dimana jumlah permintaan uang lebih besar
dari jumlah penawaran uang15
. Yang artinya kondisi bank-bank dan lembaga
keuangan mengalami kehabisan likuiditas. Jenis dari krisis itu sendiri terdiri dari
krisis produksi, krisis Perbankan, Krisis Nilai tukar, Krisis Perdagangan, dan
krisis Modal.
2. Penyebab Krisis Global
Krisis ekonomi global adalah krisis yang dipicu oleh masalah kredit
perumahan murah yang dialami oleh Amerika tahun 2008/2009. Krisis ini dalam
waktu singkat berubah menadi krisis keuangan besar di Amerika Serikat (AS)
pada tahun 2007. Melalui keterkaitan ekonomi global, krisis ekonomi ini langsung
menjalar kesebagian besar dunia, terutama Negara-negara dengan kemampuan
ekonomi yang sudah mju terutama Jepang, Uni Eropa (UE) yang secara ekonomi
14 Ibid hal 276
15 Tulus Tambuan, Memahami Krisis (LP3S Jakarta 2011) hal 9
26
dan keuangan sangat terintegrasi dengan AS16
. Krisis ekonomi ini mempengaruhi
kegiatan-kegiatan ekonomi yang terkait dengan industri dunia seperti sektor-
sektor keuangan dan perdagangan sehingga mengakibatkan menurunnya laju
pertumbuhan ekonomi global dan tingkat pendapatan rill perkapita di Dunia.
Banyak bank dan perusahaan asuransi besar di sejumlah Negara, khusunya
Negara-negara maju, mengalami kebangkrutan.
Di Asia banyak negra-negara yang terkena dampak negatife dari krisis
tersebut, termasuk Cina, India, dan Indonesia. Walaupun derajat dampaknya
berbeda antar Negara, tergantung pada kondisi ekonomi di dalam Negeri dan
tingkat integrasi dari Negara bersangkutan dengan ekonomi dunia (khusunya
dalam perdagangan dan keuangan)17
.
Fakta yang muncul bahwa asal muasal krisis yang muncul sebenarnya
sebuah kesengajaan (atau lebih tepatnya ketamkan) perusahan finansial dalam
mengalokasikan dananya pada kredit perumahan sub-prima (subprime
morigage)18
. Dari relita ini sebenarnya muncul bagai mana kelemahan dari sistem
kapitalis itu sendiri, yang semata-mata mendasarkan proyeksi bisnis saja.
Dampaknya banyak perusahan-perusahan keuangan di Amerika di ambil alih oleh
pemerintah. Dimulai dengan bangkrutnya bank rasksaksa Lehman Brothers dan
perusahaan finansila besar Steams dan selanjutnya semua perusahan finansial,
bank, dan Asuransi beras di Amerika. Untuk mengatasi krisis yang hebat itu dan
menyelamatkan bank-bank raksaksa, pemerintah Amerika Serikat terpaksa
melakukan bailout sebesar 700 miliar dolar sampai 1 triliun US dolar.
Krisis ekonomi global 2008/2009 mempengaruhi banyak Negara melaui
jalur-jalur transmisi, seperti ekspor, pengiriman uang dan termasuk penanaman
modal asing (PMA). Namun inti dari dampak krisis global yang melanda Negara-
negara yang terkena kirisis global ini lebih pada exspor.
Harap diingat bahwa krisis kali ini berbeda dengan krisis-krisis
sebelumnya. Setidaknya, di dunia ini menghadapi tiga krisis jenis yakni kritis di
16
Tulus Tabunan, Memahai Krisis (LP3S jakarta, 2011) hal 106 17
Ibid hal 106 18
Edy suandi hamid. Akar ekonomi global dan dampaknya terhadap Indonesia. Jurnal ekonomi
La_Riba Vol III, No 1, juli 2009.
27
sektor property yang pada umumnya melanda Negara-negara maju, dan krisis
finansial serta krisis pasar akomoditas yang melanda seluruh Negara tampa ada
satupun yang terlewati. Ini merupakan jenis krisis yang tidak pernah dialami umat
manusia sebelumnya dan mungkin merupakan krisis yang paling besar.
Lantas apa yang salah dari berbagai literature kita bisa mengidentifiksai
empat penyebab krisis. Kelangkaan ekonomi secara popular menyebutnya sebagai
four deadly sins atau empat dosa yang mematikan19
. Pertama, kita lupa bahwa
untuk menjaga kesinambungan dibutuhkan sebuah keteraturan yang sangat rapih.
Contohnya sunatullah yang menjamin bintang dan planet tidak saling
bertubrukan sampai akhir jaman nanti. Dalam pasar finansial global, bentuk
keteraturan seperti itu hampir tidak ada. Modal sepenuhnya digerakan oleh motif
mencari untung sebesar-besarnya tanpa sepenuhnya mempertimbangkan
kesinambungan jangka panjang.
Pasar financial global mungkin merupakan satu-satunya pasar yang tidak
tersentuh oleh regulasi. Disetiap Negara memang ada regulator yang mengatur
pasar dalam negeri. Tetapi dengan integrasi pasar yang semakin dalam, modal
bebas bergerak selama 24 jam setiap hari dari pasar satunya kepasar yang lainnya.
Libarisasi telah menyebabkan otoritas keuangan di masing-masing Negara telah
kehilangan kemampuan dalam mengendalikan para investor besar terutama
Hadge fund. Hasil akhirnya bisa ditebak, ketika krisis Subprime mortgage mulai
merebak maka harga-harga asset yang berkaitan dengannya ikut jatuh karena
portofolionya terkontaminasi. Dalam pasar yang sehat dan tertata baik,
seharusnya jenis asset yang yang jejak disisihkan dari neraca dan tidak
diperdagangkan. Bukankan kita dilarang untuk mengurangi timbangan,
mencampur yang haram dengan yang halal dan menjal barang yang berkualitas
jelek dengan yang berkualitas baik.
Kedua, dalam sistem keuangan modern telah dimungkinkan untuk
menstransfer resiko kepada pihak lain melalui sekuritisasi. Bank sebagai
originator pemeberi kredit perumahan bisa menjual kreditnya kepada pihak lain
19
Soegengsarjadi,imam sugema, Ekonomi konstitusi “haluan baru kegiatan ekonomi
indonesia”.perpustakaan Indonesia:Jakarta 2009.
28
meleui pasar modal. Dengan cara ini, bank tidak lagi bertanggung jawab atas
resiko gagal bayar yang terjadi di kemudian hari. Dengan kata lain bank tidak
harus peduli dengan kemampubayaran para nasabahnya. Bank menjadi terdorong
untuk menerbitkan kredit secara tidak hati-hati, karena resiko akan ditanggung
oleh pihak lain. Itu lah yang di sebut dengan moral hazard dalam arti yang
sebenarnya. Ini jelas menyalahi kaidah dasar transaksi yang adil. Ketiga, dan
mungkin yang paling penting adalah kenyataan bahwa pemerintah presiden Bush
mendefinisikan America dream sebagai sebuah mimpi yang materialistik. Mimpi
Amerika didefinisikan sebgaai sebuah keluarga yang terdial dari sepasang suami
istri dengan satu atau dua orang anak, serta memiliki rumah yang luas dan
rumput yang hijau di depan halaman belakangnya plus satu atau dua buah mobil.
Untuk mewujudkan mimipi ini dibuatlah berbagai kemudahan dalam kredit
kepemilikan rumah dan kendaraan bermotor. Bahkan ada skema khusus untuk
kredit tampa down payment.
Rumah tangga di dorong untuk untuk berhutang kepada bank untuk
bertangung jawab kepada bank untuk mengejar mimpi besarhasil akhirnya adalah
bahwa rata-rata hutang perumah tangga di Amerika mencapai 118 ribu dolar. Di
lain pihak rata-rata tabungan perkeluarga hanya 380 dollar saja. Rakyat Amerika
merupakan masyarakat yang gemar mengutang atau tersebut di biayai. Tentunya
dengan cara gali lubang tutup lubang. Cara ini sangat di mungkinkan mengingat
kepemilikan kartu kredit perkeluarga mencapai 12 buah. Menarik uang dari satu
kartu kredit untuk membayar kewajiban kredit lainnya. Keempat, librarisasi
keunagan yang ugal-ugalan dengan agenda untuk menyedot sumberdaya
keuangan Negara berkembang ke Negara maju. Melalui liberalsasi pergerakan
modal antar Negara di dorong untuk sangant volatile. Disamping itu hampir
setiap Negara di dorong untuk mengadopsi rezim ini, nilai tukar sangat di
tentukan oleh pergerakan modal. Untuk menghindari fluktuasi yang tajam dalam
nilai tukar. Negara kecil dan Negara berkembang harus memupuk cadangan
devisa. Pada umumnya cadangan devisa berbentuk mata uang asing dan surat
berharag asing yang diterbitkan oleh Negara-negara maju. Jadi dengan memupuk
cadangan devisa sebelumnya kita telah memberi pinjaman kepada Negara-negar
29
maju, khususnya Amerika. Dengan kata lain sumber daya keungan Negara
berkembang tersedot oleh Negara maju untuk membiayai konsumsi mereka.
Perlu diketahui bahwa total utang pemerintah Amerika saja mencapai US$ 12
triliun yang berarti bahwa Negara tersebut merupakan pengutang terbesar di dunia
3. Dampak Krisis Global20
Dampak dari krisis ini pada umunya adalah meningkatnya inflasi,
turunnya nilai tukar, turunya pertumbuhan ekonomi, runtuhnya indeks bursa dan
sejumlah bank/institusi keungan/koperasi mengalami kesulitan keungan atau
bangkrut. Dampak lngsung dari krisis keuangan global ini bagi Indonesia adalah
kerugian beberapa perusahan di Indonesia yang berinvestasi di institusi-institusi
keuangan Amerika Serikat. Perusahan keungan ataupun non-bank yang
mengalokasikan dana pada pada sumber dana alternatif, melalui pembelian saham
obligasi pada instrumen keangan asing, seperti Citigroup, UBS, Merril Lynch,
Morgan Stanley, Lehman Brothers, Fannie Mae, Freddie Mac, American
International Group (AIG) dan lainnya.
Sedangkan dampak tidak langsungnya dari krisis ini adalah turunnya
likuiditas, melonjaknya tingkat suku bunga, turunnya harga komoditas,
melemahnya nilai tukar rupiah, dan melemahmya pertumbuhan sumber daya.
Demikian juga, menurunya tingkat kepercayaan konsumen, investor, dan pasar
terhadap berbagai institusi keuangan yang menyebabkan melemahnya pasar
modal.
Krisi keuangan juga telah mengurangi pasokan likuidasi sektor keuangan
karena bangkrutnya beberapa institui keuangan global khususnya bank-bank
invesiasti yang berpengaruh pada aliran khas perusahaan di Indonesia. Keadaan
ini akan menyebabkan naiknya tingkat suku bunga dan turunnya ppendanaan ke
pasar modal dan perbankan global. Sesungguhnya turunya nilai tukar rupiah ini
bisa meningkatkan nilai ekspor, namun krisi keunangan menyebabkan turunnya
permintaan komodiats dari luar negri. Turunnya eksopr mengurangi pendapatan
20
Heri Sudarsono. Dampak krisis keuangan global terhadap perbankan syariah di inonesia:perbandingan antara bank konvensional dan bank syariah. La-riba-vol3-nol-2009-02
30
Negara sehingga jika tidak dibimbangi dengan turunya pengeluaran dollar melalui
penurunan tingkat impor akan menyebabkan defisit perdagangan. Defisit
perdagangan mempersulit modal masuk seiring dengan keringnya likuditas pasar
keunagn global. Selain itu, kenaikan impor diasaat pasar ekspor stagnan akan
menekan kenaikan cadangan devisa dan beberarti akan memunculkan ekspetasi
gejolak depresi rupiah.
Dampak krisis global Indonesia ditandai oleh dengan adanya penarikan
dana dalam valas khusunhya dolar AS oleh lembaga-lembaga keuangan kreditor
dan invesor di AS. Penarikan tersebut dilakukan dengan menjual sekuritas saham
dan surat berharga hutang yang dibeli sebelumnya dalam rupiah kemudian
dibelikan dolar, juga penarikan dana dilakukan dengan mencairkan dana yang
telah ditempatkan pada bank-bank di Indonesia dan langsung dalam dolar. Krisi
keuangan ini menyebabkan dana yang direpitalisasi berjumlah besar sehingga
menimbulkan penjualan saham dan surat berharga utang akan turun sehingga
indek harga saham turun tajam.
Turunya kepercayaan terhadap pasar domestik menyebabkan permintaan
terhadap dolar naik signifikan, yang berarti yang mengakibabtkan nilai dolar
terhadap rupiah naik. Depresiasi rupiah tidak saja diesebabkan langsung oleh
penarikan dana tersebut atas, tetapi juga berpotensi di perparah karena lebih besar
dari tingkat depersiasi mata uang diluar dolar.
D. Penilitian Terdahulu
Tabel 2.4
Penelitian Relevan
Nama/Tahu
n
Judul Variab
le
Alat
Analisis
Hasil Penelitian
Heri
Praktikto
dan Iis
suganto
Kinerja
Efisiensi Bank
Syariah
Sebelum dan
Data
Envelopm
ent
Anelyisis
Hasil penelitian menunjukan
perbankan syariah mengalami
perkembangan cukup
signifikan dari tahun ketahun.
31
(2011) Sesudah Krisis
Global
Berdasarkan
Data
Envelopment
Anelyisis
Pada saat sebelum krisis global
sebesar 25.56%. pada saat
sesudah krisis 43.40%.
pertumbuhan jumlah simpanan
ini menunjukan bahwa
loyalitas nasabah pada saat
krisis global tetap baik dan
cendrung meningkat.
Zahra
(2008)
Peran Perbakan
Syariah dalam
Memperkokoh
Perekonomian
Sektor Rill Di
Indonesia.
Variabe
l
depend
ent :
Pereko
nomian
Sektor
Rill
Variabl
e In
depend
ent :
Peran
Perban
kan
Syaria
h
Rgresi
Berganda
dan
Regresi
Sederhana
Dari Hasil Penelitian terlihat
bahwa bank Syariah memiliki
peranan yang lebih dari bank
konvensional. Nilai-nilai
Syariahnya yang di emban juga
sangat memperhatikan
profesionalisme serta
menyentuh langsung sector
Rill dalam rangka
mensejahterakan masyarakat.
Nur
Shopiany/
Tingkat
Kesehatan
bank syariah
Mandiri Pada
periode 2004-
2008 dengan
Deskriptif
kuantitatif
Hasil penelitian ini adalah
CAE pada tahun 2004
mengalai penurunan dan pada
tahun 2005-2008 kecukupan
modal sangat baik. Asset bank
syariah Mandiri mencerminkan
32
menggunkan
etode CAMEL
(studi kasus
pada Bank
Syariah
Mandiri Pusat)
kesehatan bank syariah. Dari
hasil rentabilitas ROA yang
lebih besar dari nilai yang telah
ditentukan, dan BOPO
menggambarkan kondisi
kurang baik. Dari sisi likuiditas
tanun 2004-2008 mengalami
penurunan.
Yulistin/20
12
Analisis
Tingkat
Kesehatan
Bank Syariah
dengan Metode
CAEMEL
Metode
Analisis
CAMEL
dengan
pendekata
n
kuantitatif.
Hasil penelitian ini adalah
bahwa Bank Syariah Mandiri
dan Bank Muamalat Indonesia
Sangat sehat, sedangkan Bank
Syariah Syariah Bukopin dan
BRI syariah Kurang Sehat.
Inas Septa
Hidayati/20
13
Analisis
tingkat
Kesehatan
Bank Mandiri
Syariah tahun
2009-2012
Menggunkan
Metode
CAMEL
(Capital, Asset,
Management,
Earning,
Liquidity )
Analisis
Deskriptif
Hasil penelitian ini adalah
kesehatan Bank Syariah
Mandiri sejak tahun 2009-
2013 dari kelima aspek
penilaian yaitu Capital, Asset,
Management, Earning dan
Liquidity berada dalam
kondisi sehat.
Mahmudah
/ 2013 UIN
Jakarta
Penilaian
tingkat
Kesehatan
Analisis
deskriptif
kualitatif
Hasil penelitian ini adalah
penilaian tingkat kesehatan
bank sariah dengan
33
Bank Syariah
(Studi
Komperasi
CAMELS dan
RCEC pada
BSM, BMI,
dan BRI
syariah)
komperatif
terhadap
laporan-
laporan
keuangan
Bank.
menggunakan Metode
CAMELS dan RGEC BS,
BMI, dan BRI syariah dalam
kondisi baik. Untuk perbedaan
dari kedua etode ini yaitu pada
etode CAMELS karena
menggunakan analisis secara
terpisah, tidak ada keterkaitan
antara satu komponen dengan
komponen lainya belum dapat
menggambarkan keadaan suatu
bank secara utuh. Sedangkan
menggunakan Metode RGEC
karena ada kaitan manajemen
dengan faktor lain-lainya dan
merupakan hasil penerapan
manajemen. Metode RGEC
lebih baik dalam menilai
tingkat kesehatan bank
dibandingkan dengan
menggunakan Metode
CAMELS
E. KERANGKA BERFIKIR
Penilaian tingklat Kesehatan Bank Umum Berprinsip Syariah diatur
melalui peraturan bank Indonesia No . penilaian kesehatan keuangan Bank Umum
Berprinsip Syariah juga menggunakan analisis CAMELS dan analisis yang
digunakan ada 5 faktor yaitu Capital (Permodalan), Asset Quality (Kualitas
Aktiva Produktif), Managemen (Manajemen), Earning (Rentabilitas), dan
Liquidity (Likuiditas), Sensitivity of risk ( sensitivitas terhadap risiko pasar)
34
Tingkat kesehatan menurut peraturan BI no 9/1/PBI/2007 merupakan hasil
penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau
kinerja suatu bank atau UUS melalui penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif
terhadap faktor-faktor perodalan, Kualitas aset, Manajemen, rentabilitas,
likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Dalam penelitian ini akan di
hitung bagai mana tingkat kesehatan bank syariah dengan menggunakan metode
CAMELS. Naun dalam penelitian ini metode CAMELS yang akan di gunakan
hanya dari sisi keuangan atau financial nya saja yaitu penilaian terhadap captal
(perodalan), asset (aset), earning (rentabilitas), dan liquidity (likuiditas).
Penelitian ini akan menggabarkan Kondisi bank syariah ketika Krisis Keuangan
Global dan Setelah Krisis Keuangan Global. Apakah ada perbedaan tingkat
kesehatan bank syariah ketika krisis keuangan global (2008-2009) dan setelah
krisis keuangan global (2010-2013). Dan apakah ada pengaruh krisis keuangan
global terhadap tingkat kesehatan bank syariah kalaa itu.
Kerangka pemikiran penulis, dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 : Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah saat Krisis Keuangan Global dan
setelah Krisis Keuangan Global (2008-2013).
Tingkat Kesehatan Bank Syariah di Indonesia dengan menggunakan Analisis Camel
- Capital - Asset Quality - Earning - Likuidity
Setelah Krisis Keuangan Global
(2010-2013)
Sebelum Krisis Keuangan Global
(2008-2009)
35
Dalam urayan diatas dapat ditarik kerangka pemikiran bahwa adanya perbedaan tingkat
kesehatan bank Syariah di Indonesia saat Krisis keuangan Global dan Setelah Krisis
Keuangan Global (2008-2013).
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Berdasarkan tingkat eksplansi penelitian ini merupakan penelitian
deskriprif. Penilaian deskriptif adalah penilaian yang bertujuan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(Independent) dan mampu menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti
dalam suatu situasi. Berdasarkan datanya penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif, artinya penelitian ini menggunakan data berbentuk
angka. Berdasarkan dimensi waktuna, penelitian ini merupakan penelitian
yang time series dan ross sectional. Penelitian time series yaitu penelitian
yang terdiri dari suatu objek tetapi meliputi beberapa periode waktu.
Sedangkan penelitian corss sectional yaitu penelitian yang terdiri dari
bebrapa objek data pada suatu waktu. Berdasarkan pengumpulan datanya,
penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan tampa interaksi antara
peneliti dan sumber data.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi berasal dari bahasa inggris, yaitu “population” yang berarti
jumlah penduduk. Dalam metode penelitian kata populasi amat populer
dipakai untuk menyebutkan serumpun/sekelompok objek yang menjadi
sasaran penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan
(universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan,
37
tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap, dan sebagainya1.
Sedangkan menurut sugiono2 Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua Bank
Umum Syariah yang tercatat di Bank Indonesia, baik dari BUSN Devisa,
BUSN non-Devisa maupun campuran. Yang mengumumkan laporan
keuangan di Bank Indonesia yang berjumlah 11 Bank Umum Syariah.
Bank umum Syariah yang termasuk dalam populasi penelitian ini adalah:
Tabel 3.1
Daftar Bank Umum Syariah Populasi Penelitian
No Nama Bank Umum Syariah
1 PT. Bank BNI Syariah
2 PT. Bank Mega Syatiah
3 PT. Bank Muamalat Syariah
4 PT. Bank Syariah Mandiri
5 PT. Bank BCA Syariah
6 PT. Bank BRI Syariah
7 PT. Bank Jabar Banten Syariah
8 PT. Bank Pain Syariah
9 PT. Bank Syariah Bukopin
10 PT. Bank Victoria Syariah
11 PT. Bank Maybank Syariah Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
1 Sofian Siregar, Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif, (jakarta: Bumi Aksara), h.
56. 2 Sugiono,statistik untuk penelitian, (bandung : Alfabeta 2010) h. 115
38
2. Sampel
Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, dimana hanya
sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan
sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi3. Bila populasi besar, dan
tidak memungkinkan mempelajari semua yang ada pada populasi, apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk
populasi. Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk penelitian
yang dianggap dapat mewakili keadaan keseluruhan populasi. Dalam sebuah
penelitian, peneliti harus tepat dalam menentukan sampel.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa
perusahaan dari sub Bank Umum Syariah. Dalam penarikan sampel yang
digunakan peneliti dalah teknik Purposive Sampling. Purposive sampling
adalah metode pengambilan sampel dengan didasarkan kriteria-kriteria
tertentu4. Purposive sampling merupakan teknik sampling yang digunakan
oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya5. Berikut kriteria sampel dalam penelitian ini:
1. Merupakan Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia. Baik
dari BUSN Devisa, BUSN non-Devisa, dan campuran.
2. Melaporkan laporan keuangan Bank Indonesia dan web resmi bank terkait
yang berupa Anual Reportdari tahun 2008 sampai dengan 2013.
33
Sofian Siregar, Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif, (jakarta: Bumi
Aksara), h.26 4ibd
5 Suharsi Arik. Manajemen Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 2005) hal.79.
39
Tabel 3.2
Penentuan Sampel Penelitian.
No
Nama Bank Umum Syariah
Kriteria
Penelitian
sempel
1 2
1 PT. Bank BNI Syariah -
2 PT. Bank Mega Syatiah
3 PT. Bank Muamalat Syariah
4 PT. Bank Syariah Mandiri
5 PT. Bank BCA Syariah -
6 PT. Bank BRI Syariah
7 PT. Bank Jabar Banten
Syariah -
8 PT. Bank Pain Syariah -
9 PT. Bank Syariah Bukopin -
10 PT. Bank Victoria Syariah -
11 PT. Bank Maybank Syariah
Indonesia -
Berdasarkan Tabel 3.2 diperoleh sampel sebanyak 1 Bank Umum
Syariah dari 11 Bank Umum Syariah yang terdaftar di BEI. Jenis data yang
digunakan adalah jenis data sekunder yang dipebanroleh dari publikasi
Laporan keuangan Perbangkan di Bang Indonesia . yaitu: Bank Syariah
Mandiri (BSM), Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Mega Syariah
(BMS), Bank Syariah Bukopin (BSB).
C. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Analisis Deskriptif Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian
40
ini adalah sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak
langsung. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data laporan keuangan
dan anual Report yang terdaftar di Bank Indonesia Indonesia dan situs web
Resmi Bank terkait.
D. Operasional Variable
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanny6. Kerlinger (1973) menyatakan
bahwa variabel adalah konstruksi atau sifat yang akan dipelajari.
Berdasarkan penelitianyang diteliti variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Kesehatan Bank \
Kesehatan bank adalah Kesehatan keuangan bank adalah kemampuan
suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal
dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara
yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
1. Capital
Capital adalah dana yang disimpan dan diinvestasikan oleh pemilik badan
usaha untuk pendirian badan saha yang bertujuan untukmembiayayi
kegiatan saha suatu perusahaan disamping untuk memenuhi regulasi yang
ditetapkan oleh otoritas moneter.
2. Asset
Asset adalah semua kekayaan/Aktiva baik dalam rupiah atau valuta asing
yang dimiliki oleh bank dengan bertujuan untuk memperoleh penghasilan
yang sesuai dengan fungsinya, yaitu pemberian kredit,kepemilikan surat-
surat berharga, dan penempatan dana kepada bank-bank lain baik dalam
maupn luar negeri terkecuali penempatan dana dalam bentuk giro atau
penyertaan.
3. Earning
6ibd
41
Earning merpakan kegiatan pemilihan kegiatan yang dilakkan oleh
manajer dalam menentukan kebijakan akntansi untuk mencapai beberapa
tujuan tertentu.
4. Liqudity
Liquidity merpakan kemampuan satu perusahan dalam memenhi
kewajiban jangka panjang dan jangka pendeknya, dan pemenuhan
kewajiban keuangan tepat pada waktnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan digunakan adalah data yang bersifat data kuantitatif. Data
kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka dan
menunjukkan nilai terhadap besaran yang diwakilinya dengan sifat time series
dan cross sectional Data time series adalah data yang menggambarkan dari
waktu ke waktu, dari satu periode ke periode lainnya yang dapat dinyatakan
dalam hari, minggu, bulan, hingga tahun. Dan dalam penelitian kali ini akan
digunakan data time series yang menurut data tahunan. Sedangkan data cross
sectional adalah data yang menggambarkan keadaan antara objek yang satu
dengan objek lainnya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yaitu data yang dikumpulkan pada satu waktu tertentu yang dapat
menggambarkan keadaan atau kegiatan pada waktu tertentu pula. Adapun data
yang dapat menunjang penelitian ini adalah yang berasal dar:
a. Laporan keuangan yang berasal dari internet (on-line Library)
b. Sumber lainnya yang dapat dijadikan bahan penelitian, seperti artikel,
Koran, majalah, jurnal dan penelitian lainnya yang terdahulu.
F. Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis Deskriptif. Dimana anlisis Deskriptif adalah memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standard
42
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness
(kemencengan dan distribusi)7.
Rumsan Rasio yang Digunakan untuk menilai tingkat masing-masing
kesehatan keangan Bank Syariah di Indonesia saat krisis keuangan global dan
setelah krisis keuangan global untk masing-masing faktor dan komponennya
adalah sebagai berikut8 ;
1. Capital (Permodalan)
Permodalan antara modal bank terhadap aktiva tertimbang menurt Risiko
(ATMR).
a. Perhitungan ATMR
ATMR = Aktiva Neraca x Bobot Risiko
b. Pemenuhan Kewajiban penyediaan modal Minimm (KPMM)
KPMM = 8% x ATMR
c. Rasio Modal (CAR)
CAR merupakan perbandingan antara modal bank dengan aktiva
tertimbang menurt risiko nATMR
Keterangan
7Ibid hal 56
8BI, Kodifikasi Peraturan Perbankan Bank Indonesia Kelebagaan Pnilaian tingkat
kesehatan Bank (Bank Indonesia, Jakarta :2012) hal 163
M tier 1 : Modal inti
M tier 2 : Modal pelengkap
M tier 3 : Modal pelengkap tambahan
Penyertaan : Penambahan dana bank dalam bentuk saham pada
perusahaan yang bergerak dibidang keuangan
syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan
perinsip syariah yang berkibat bank memiliki atau
43
d. Kriteria peringkat penilaian
Peringkat 1 = KPMM ≥ 12%
Peringkat 2 = 9% ≤ KPMM < 12%
Peringkat 3 = 8% ≤ KPMM < 9%
Peringkat 4 = 6% < KPMM < 8%
Peringkat 5 = KPMM ≤ 6%
2. Asset (Aset)
Dalam menentukan nilai Asset Rumus yang digunakan adalah
Kualitas Aktifa Produktif (KAP). Dalam penilian komponen dari kualitas
aktiva produktif didasarkan pada 2 rasio yaitu :
a. Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
K
e
t
e
r
a
n
g
a
n
tidk akan memiliki saham pada perusahaan yang
bergerang di bidang keuangan syariah
ATMR : Aktiva tertimbang menurut risiko
APYD : Aktiva Produktif yang dikaslifikasikn dalah aktiva
produktif yang sudah maupun yang mengandung
potensi untuk memberikan penghasilan atau
menimbulkan keugian yang besarnya ditetapkan
sebagai berikut:
a. 25% dari aktiva produktif yang digolongkn dalam
perhatian khusus
b. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurng
lancer.
c. 75% dari aktiva produktif yang digolongkan
diragukan.
44
b. kriteria Penilaian Peringkat
Peringkat 1 = KAP > 0,99%
Peringkat 2 = 0,96% < KAP ≤ 0.99%
Peringkat 3 = 0.93% < KAP ≤ 0.96%
Peringkat 4 = 0.90% < KAP ≤ 093%
Peringkat 5 = KAP ≤ 0.90%
Pemberian Nilai kredit adalah
3. Earning (Rentabilitas)
Dalam melakukan penilaian terhadap komponen faktor rentabilitas penelti
menggunakan 2 rasio, yaitu:
a. Rasio NOM
( )
Keterangan
PO = Pendapatan oprasional adalah pendapatan oprasional
setelah disitribusi dibagi dalam 12 (dua belas) bulan
terakhir.
BDH = Distribusi bagi hasil adalah hak pihak ketiga bagi
hasil dana syirkah temporer
BO = Biaya oprasional adalah beban oprasional termasuk
kekurangan PPAP yang wjib dibentuk sesui dengan
ketentuan 12 (dua belas) bulan terakhir.
d. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan
Macet.
ktiva Produktif : Penanaman bank dalam bentuk penempatan, surat
berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang
dimakusdkan untuk memperoleh pendapatan bagi
bank.
45
b. Kriteria Penilaian peringkat
Peringkat 1 = NOM 3%
Peringkat 2 = 2% < NOM ≤ 3%
Peringkat 3 = 1.5% < NOM ≤ 2%
Peringkat 4 = 1% < NOM ≤ 1.5%
Peringkat 5 = NOM ≤ 1%
4. Liquidity (Likuiditas)
a. Perhitungan STM .
Keterangan
STM : Short team Mismatch
Aktiva jangka pendek : Aktiva likuid kurang dari 3 (tiga)
bulan selain kas, SWBI dan surat
berharga Syariah Negaa (SBSN)
Kewajiban jangka
pendek
: Kewajiban likuid kurang dari 3
bulan.
b. Kriteria Penilaian
Peringkat 1 = STM 25%
Peringkat 2 = 20% < STM ≤ 25%
Peringkat 3 = 15% < STM ≤ 20%
Peringkat 4 = 10% < STM ≤ 15%
Peringkat 5 = STM ≤ 10%
Setelah melakukan perhitungan dari komponen-komponen tersebut
dan didapat nilai kredit masing-masing aspek langkah berikutnya, mengisi
kolom-kolom pada tabel seperti dibawah ini untuk penghitungan total nilai
46
untuk pkriteria penilaian dan menentukan kriteria kondisi dari masing-masing
bank.
Tabel 3.3
Penghitungan Kriteria Penilaian dari Masing-masing Aspek
Komponen A
Peringkat
faktor
B
Nilai peringkat
faktor
C
Bobot
Nilai
Peringkat
Setelah Bobot
(B XC)
Capital 25%
Asset 45%
Earning 15%
Liquidity 15%
JUMLAH
PREDIKAT
47
BAB IV
PEMBAHASAN TINGKAT KESEHATAN BANK
1. PROFIL PERUSAHAAN
Penelitian ini mengambil objek Lembaga Keuangan Bank Syariah
yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2008-2013. Setelah dilakukan
penentuan sampel dalam purpusive sampling dengan berbagai kriteria seperti :
merupakan Bank Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia, berupa Bank
Syariah dari BUSN Devisa, BUSN non-Devisa, dan campuran. Bank Syariah
yang berturut-turut melaporkan laporan keungannya ke Bank Indonesia
selama 6 tahun dari tahun 2008 – 2013, baik laporan triulan maupun
smesterannya. Dan mempublikasikan laporan tahunannya (Annual Report).
Berdasarkan kriteria yang ditentukan diperoleh sampel penelitan sebanyak 4
Bank Syariah, yaitu : PT. Bank Mandiri Syariah, PT. Bank Muamalat, PT.
Bank Mega, PT, Bank Bukopin Syariah. Periode penelitian yaitu selama 6
tahun, dibagi menjadi 2 periode yaitu dua periode saat krisi keuangan global
(2008-2009) dan empat periode setelah krisis keuangan global (2010-2013)
dan menggunakan laporan keuangan triulan yang telah diaudit, jumlah sampel
adalah 24, yang diperoleh dari 4 x 6 (perkalian antara jumlah bank Syariah
yang dijadikan sampel dengan periode pengamatan). Hasil penelitian sampel
dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :
48
Tabel 4.1
Hasil Penentuan Sampel
Kriteria Jumlah
Perusahaan sempel merupkan Bank Syariah yang terdaftar di
Bank Indonesia dari BUSN Devisa, BUSN non-Devisa, dan
campuran. Dan melaporkan laporan keuangannya dalam bentuk
mata uang rupiah
11
Bank Syariah yang berturut-turut melaporkan laporan
keuangannya selama 6 (enam) tahun dari tahun 2003-2012
4
Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian dilihat pada tabel 4.2
sebagai berikut :
Tabel 4.2
Daftar Sampel Bank syariah
No Kode Perusahaan Emiten
1 BMI PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk
2 BSM PT. Bank Syariah Mandiri Tbk
3 BMS PT. Mega Syariah Tbk
4 BSB PT. Bank Syariah Bukopin Tbk
a. Profil PT. Bank Muammalat
Bank muammalat syariah adalah bank pertama di Indoneisa yang
dirintis umat Islam Indonesia yaitu Mejelis Ulama Indonesia (MUI)
serta tokoh Muslim di Nusantara yang tergabung dalam Ikatan
Cendikiawan Muslim se-Indoneisa (ICMI). Dan didukung oleh
pemerintah dan pengusaha muslim. Dengan sumber permodalan lebih
dari 800.000 lembaga serta masyarakat muslim. Bank Muamalat adalah
49
bank pertama murni syariah dalam sumber permodalan dan
pengelolaanya. Misi pendiri bank Muammalat oleh MUI dan ICMI
adalah untuk melaksanakan taqwa kepada Allah terhadap Al-Quran
tentang larangan riba sehingga meujudkan layanan perbankan yang
halal dan membangun perekonomian ummat melalui perbankan murni
syariah dan mampu mengangkat harkat dan martabat masyarakat
muslim diseluruh Indonesia. Produk dan layanan perbankan muamalat
didasarkan pada prinsip dan kaidah syariah sesuai komitmen : “berasal
sumber yang bersih, berbagi hasil yang Murni”1. Produk penghimpunan
serta penanaman dana dilandaskan pada kaidah murni syariah dan
pemberdayaan modal secara produktif. Dengan kordo pertama Murni
Syariah, Bank Muammalat menjadi lembaga Islam yang bergerak
dengan berkhidmat melayani kebutuhan perbankan dan keuangan
Islami, bukan semata-mata bank yang hanya menjual produk perbankan
syariah.
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius
Tsani 1412 H atu 1 November 1991. Bank Muamalat mulai beroprasi
27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. dan mempunyai visi Menjadi
bank syariah utama di Indonnesia, dominan pasar spiritual, dan
dikagumi di pasar rasiona
a. Profil Prusahaan
Tabel 4.3
Profil Perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Nama PT. Bank Muamalat Indonesia
Tbk
Alamat Gedung Arthaloka lantai 5 jln
Sudirman kav 2 jakrta 10220
Telepon (62)(21) 2511411,2511470
Facsimile (62)(21) 2511464,251143
Tangggal Berdiri 01 November 1991 (24 Rabius
Tsani 1412 H)
1 Annual Riport Bank Muamalat Syariah hal 2
50
Tanggal beroprasi 01 mei 1992 (27 Syawwal
1412 H)
Kantor Layanan 75 kantor, 29 KCP, 185 KK,
43 Outlet
Jumlah jaringan ATM 172 ATM Muamalat, 32000
ATM bersama
b. Produk – Produk
Jenis dan Produk bank Mumamalat Indonesia terdiri dari Giro,
tabungan syariah, Deposito dan Pembiayaan.
1. Giro
Giro Perorangan dan Giro Institut.
2. Tabungan
Tabungan Muamalat, Taungan Muamalat dollar, Tabungan
Haji Arafah , Tabungan Haji Arafah Plus, Tabungan Muamatal
Umroh, Tabunganku , Tabungan iB Muamalat Wisata,
Tabungan iB Muamalat Prima
3. Deposito
Deposito Mudharabah, Deposito fulinves, KPR Muamalat iB,
Auto Muamalat, Dana Talangan Porsi Haji
4. Pembiayaan
Pembiayaan Muamalat Umroh, Pembiayaan anggota Koprasi,
Pembiayaan LKM Syariah, Pembiayaan Hunian Syariah
Bisnis, Remittance BMI – MayBank, Remittance BMI –
BMMB, Remittance BMI – NCB, Tabungan Nusantara, Bank
Garansi, Ekspor, Impor, Ekspor Impor Non LC Financing,
SKBDN, Letter of Credit, Investment Service, Transver, SMS
Banking, SalaMuamalat, Muamalat Mobile, Internet Banking,
Cash Management System, PC Banking
51
c. Struktur organisasi
Gambar 4.1
Struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia Tbk
Sharia Supervisory
Corporate Banking Director
President Director
Compliance & Risk
Management Director
Human Capital Division
Internal Audit Division
Remedial Division
Treasury Division
Invormation Technology
Division
Antifraud Team
Compliance Division
Risk Managemen
t division
Corporate secretary Division
Corporate Legal Desk
Corporate Financing Division
FI & Transactional
Banking Division
Corporate Banking Support Division
Distribution
Retail Banking Director
SME & micro Financing division
Consumer Financing Division
Retail Funding Division
Sales MGMT & Support
Division
E-Buisness Management
Desk
Finance & Operation Directo
Financing Strategy division
National Operation
division
Network & General Service division
IT Steering Committee
Financing Policy
Committee
Alco
Risk Management
Commitee
Procurement & Service Commitee
Board of Commissioners
Risk Monitoring commitee
Audit commitee
Nomination & Remueration Commite
52
B. Bank Syariah Mandiri
Sebagai tidak lanjut dari keputusan marger, bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk tim pengembangan
perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk
mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan
Bank Mandiri, sebgai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun
1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi
syariah (dual banking system). Tim pengembangan syariah
memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum
yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank
konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, tim
pengembangan perbankan syariah mempersiapkan system dan
infrastrukturnya, serta kegiatan usaha BSB berubah dari baik
Konvensional menjadi bank yang berorientasi berdasarkan prinsip
syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandir sebagaiman tercantum
dalam Akta Notaris: Sujipto, SH, No23 tanggal 8 September 1999.
Perubahan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI
No. 1/24/KEPBI/1999, selanjutnya, melalui surat keputusan Deputi
Gubernur Senior Bank Indonesia No.1/1/KEP.DGS/1999, BI
menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri dan
secara resmi mulai beroprasi sejak senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau
tanggal 1 November 1999. PT Bank Mandiri Syariah hadir, tampil
dan tumbuh sebagai bank yang mampu menampilkan idealism
kegiatan oprasionalnya, harmoni antara idelisme usaha dan nilai-nilai
rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk
bersana membangun Indonesia menuju Indonesia yang baik. Visi yang
53
dimiliki BSM yaitu Menjadi Bank Syariah Terpercaya pilihan Mitra
Usaha
a. Profil Perusahaan
Tabel 4.4
Profil Perusahaan PT. Bank Mandiri Syariah
Nama PT. Bank Mandiri syariah
Alamat
Jl. Wisma Mandiri I, Jl. MH Thamrin No 5 jakarta
1034
Telepon
(62-21) 2300 509, 3983 9000
Faksimile
(62-21) 3983 2989
Situs web
www.syariahmandiri.acid
Tanggal berdiri
25 Oktober 1999
Tanggal Beroprasi
1 November 1999
Modal Dasar
2.500.000.000.000
Modal disetor
1.158.243.565.000
Kantor Layanan
796 kantor yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia
Jumlah jaringan ATM
BSM
825 ATM syariah, ATM Mandiri 10,361, ATM
Bersama 47,669 unit, ATM Prima 50,316 unit, EDC
CA 196,870 unit, ATM BCA 10,596 dan Malasiya
Elektonic Payment System (MEPS) 7,435 unit.
Jumlah Kariawan
16.554 ( per Mei 2013)
Kepemilikan sagam
231.648.712 lembar saham PT Bank Mandiri Tbk, !
lembar saham PT Mandiri Sekuritas.
b. Jenis dan nama produk
Produk pendanaan
Tabungan BSM, BSM tabungan Mabrur, BSM tabungan Investa
Cendekia, Tabungan Berencana BSM, Tabungan Simpatik BSM,
Deposit BSM, Deposito BSM Valas, Giro BSM, Giro BSM valas,
Tabungan Kurban BSM, Edukasi BSM.
Produk Pembiayaan
54
Edukasi BSM, Mudharabah Muqayyadan On Balance Sheet
(MMOB), dana Berputar, Pensiun, Griya BSM, Pembiayaan
Koperasi Kariawan untuk para anggotana (PKPA), Pembiayaan
talangan Haji.
Produk jasa
BSM Card, Santra bayar BSM, BSM SMS Banking.
Produk Jasa Oprasional
Kliring BSM, BSM RTGS, Transfer Dalam kota, transver Valas
BSM.
c. Struktur Organisasi
Garmbar 4.2
Struktur Organisasi PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Divisi Dana, Treasury,
perbankan internasiona
Divisi Restrukturasi
Divisi Peyelesaian Pembiayaan
Divisi
Pengembangan
jaringan
cabang
Desk Sisdur & Pengawasn
SDA Sumber
Daya insane
RUPS
Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syariah
Direktur utama
Dire
Directorat
oprasi &
pendukung
Direktorat pembiayaan komporasi &
komersial
Komite
Audit
Komite
remunerei
&
nominasi
Komite
Pemantau
risiko
Divisi
Pengawas
interen
Divisi hub
korporasi &
Hukum
Divisi sarana
& logistik
Divisi Operasi
& akuntansi
Divisi Sistem
& teknologi
Komite Manajeman Risiko Ketua :
Direktur Utama Sekertaris : Ka Divisi Manajemen Risiko
Divisi Perencanaan, Pengembangan & manajemen kinerja
Divisi Sumber Daya Insani
Divisi pembiayaan kecil mikro &program
Divisi pembiayaan komersial
Divisi pembiayaan korporasi & investasi
Divisi pembiayaan komersial pusat
SDA pembiayan
Direktorat kepatuhan & manajemen
risiko
SDK Perbankan
internasional SKD jarlangan
SAD dana
Divisi pembiayaan komersial&konsum
er
Direktorat Treasury &
Jaringan
RUPS
Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syariah
Direktur utama
Dire
RUPS
Direktorat pembiayaan komporasi &
komersial
SDK Perbankan
internasional SKD jarlangan
SAD dana
Divisi pembiayaan komersial&konsum
er
Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syariah
Direktur utama
Dire
RUPS
Direktorat kepatuhan & manajemen
risiko
Direktorat Treasury &
Jaringan
Direktorat pembiayaan komporasi &
komersial
SDK Perbankan
internasional SKD jarlangan
SAD dana
Divisi pembiayaan komersial&konsum
er
Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syariah
Direktur utama
Dire
RUPS
Divisi Dana, Treasury,
perbankan internasiona
Divisi Restrukturasi
Directorat
oprasi &
pendukung
Divisi pembiayaan kecil mikro &program
Divisi pembiayaan komersial
Divisi pembiayaan korporasi & investasi
Divisi pembiayaan komersial pusat
Direktorat kepatuhan & manajemen
risiko
Direktorat Treasury &
Jaringan
Direktorat pembiayaan komporasi &
komersial
SDK Perbankan
internasional SKD jarlangan
SAD dana
Divisi pembiayaan komersial&konsum
er
Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syariah
Direktur utama
Dire
RUPS
Divisi Peyelesaian Pembiayaan
Divisi Dana, Treasury,
perbankan internasiona
Divisi Restrukturasi
Directorat
oprasi &
pendukung
Divisi pembiayaan kecil mikro &program
Divisi pembiayaan komersial
Divisi pembiayaan korporasi & investasi
Divisi pembiayaan komersial pusat
Direktorat kepatuhan & manajemen
risiko
Direktorat Treasury &
Jaringan
Direktorat pembiayaan komporasi &
komersial
SDK Perbankan
internasional SKD jarlangan
SAD dana
Divisi pembiayaan komersial&konsum
er
Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syariah
Direktur utama
Dire
RUPS
Divisi pembiayaan komersial cabang
Divisi pengembangan produk
Desk pembiayaan khusus & special
Divisi
Pengembangan
jaringan
cabang
Divisi Peyelesaian Pembiayaan
Divisi Dana, Treasury,
perbankan internasiona
Divisi Restrukturasi
Directorat
oprasi &
pendukung
Divisi pembiayaan kecil mikro &program
Divisi pembiayaan komersial
Divisi pembiayaan korporasi & investasi
Divisi pembiayaan komersial pusat
Direktorat kepatuhan & manajemen
risiko
Direktorat Treasury &
Jaringan
Direktorat pembiayaan komporasi &
komersial
SDK Perbankan
internasional SKD jarlangan
SAD dana
Divisi pembiayaan komersial&konsum
er
Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syariah
Direktur utama
Dire
RUPS
Divisi hub
korporasi &
Hukum
Divisi sarana
& logistik
Divisi Operasi
& akuntansi
Divisi Sistem
& teknologi
Divisi pembiayaan komersial cabang
Divisi pengembangan produk
Desk pembiayaan khusus & special
Divisi
Pengembangan
jaringan
cabang
Divisi Peyelesaian Pembiayaan
Divisi Dana, Treasury,
perbankan internasiona
Divisi Restrukturasi
Directorat
oprasi &
pendukung
Divisi pembiayaan kecil mikro &program
Divisi pembiayaan komersial
Divisi pembiayaan korporasi & investasi
Divisi pembiayaan komersial pusat
Direktorat kepatuhan & manajemen
risiko
Direktorat Treasury &
Jaringan
Direktorat pembiayaan komporasi &
komersial
SDK Perbankan
internasional SKD jarlangan
SAD dana
Divisi pembiayaan komersial&konsum
er
Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syariah
Direktur utama
Dire
RUPS
Divisi Manajemen
Risiko
Divisi Kepatuhan
Desk Sisdur & Pengawasn
SDA Sumber
Daya insane
Komite
Audit
Komite
remunerei
&
nominasi
Divisi
Pengawas
interen
Komite Manajeman Risiko Ketua :
Direktur Utama Sekertaris : Ka Divisi Manajemen Risiko
Divisi Perencanaan, Pengembangan & manajemen kinerja
Divisi Sumber Daya Insani
SDA pembiayan
Divisi hub
korporasi &
Hukum
Divisi sarana
& logistik
Divisi Operasi
& akuntansi
Divisi Sistem
& teknologi
Divisi pembiayaan komersial cabang
Divisi pengembangan produk
Desk pembiayaan khusus & special
Divisi
Pengembangan
jaringan
cabang
Divisi Peyelesaian Pembiayaan
Divisi Dana, Treasury,
perbankan internasiona
Divisi Restrukturasi
Directorat
oprasi &
pendukung
Divisi pembiayaan kecil mikro &program
Divisi pembiayaan komersial
Divisi pembiayaan korporasi & investasi
Divisi pembiayaan komersial pusat
Direktorat kepatuhan & manajemen
risiko
Direktorat Treasury &
Jaringan
Direktorat pembiayaan komporasi &
komersial
SDK Perbankan
internasional SKD jarlangan
SAD dana
Divisi pembiayaan komersial&konsum
er
Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syariah
Direktur utama
Dire
RUPS
55
C. Profil PT. Bank Mega Syariah (BMS)
Bank Mega Syariah berawal dari bank kovensional yaitu Bank
Tugu. Bank umum yang didirikan pada 14 juli 1990, yang kemudian
di akuisi CT Corpora. Yang dahulunya bernama Para Group melalui
PT Para Global Investindo dan PT Para Rekan Investama pada 2001.
Konversi bank konvensional menjadi bank syariah memang berawal
dari keinginan pemegang saham. Keinginan tersebut terlaksana ketika
Bank Indonesia mengizinkan bank tugu di konversi menjadi PT Bank
Mega Syariah Indonesia (BMS) pada tanggal 27 Juli 2004.
Pengoperasian tersebut tercatat dalam sejarah perbankan Indonesia
sebagai upaya pertama pengonversian bank umum konvensional
menjadi bank umum syariah.
Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi hamper tiga
tahun kemudian 7 November 2007, pemegang saham memutuskan
perubahan benttuk logo BSM ke bentuk logo bank umum
konvensional yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega
Tbk. tetapi berbeda warna. Sejak 2 November 2010 sampai dengan
sekarang bank ini berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah. Visi
yang dimilki Bank Mega Syariah yaitu Tumbuh Sejahtera Bersama
Bangsa.
a. Profil Perusahaan
Tabel 4.5
Profil Bank Mega Syariah
Nama Bank PT Bank Mega Syariah
Alamat Menara Mega Syariah Jl.HR Rasuna
Said kav.19A Jakarta 12940
Telepon 021- 29852000
Fax 201-29852100
Homepage www.megasyariah.co.id
Tanggal berdiri 25 Agustus 2004
Mulai beroprasi 07 November 2007
56
b. Produk dan jasa Bank Mega Syariah
Tabungan utama iB, tabungan Utama Pensiun iB, tabungan Mitra
iB, Taungan Rencana iB, Tabungan plus iB, tabungan investasya
ib, Tabungan haji i.
c. Struktur organisasi
Gambar 4.3
Struktur Organisasi Bank Mega Syariah
President Director
Business Director
Corporate strategic
Plan
Product Development
Comercial Business
Financing Risk
Acceptance Mangement
Retail & Funding
Business
Micro & small
Business
Opration, IT& collection
director
Opration
General affairs
Information
Tecnology
Collection &
Remedial
Regional
Branch Manager
Sub Branch Manager
Risk.Compliance& hic
Director
Human Capital management
Risk & complinace
Legal & fund
Internal Control
Financial Management
Treasury & Coroprate
Reationship
Corporate Secretary
Internal Audit &
control
57
D. Profil PT. Bank Syariah Bukopin (BBS)
Bank bukopin syariah dulu bernama PT. bank Persyarikatan
Indonesia (BPI), yang didirikan berdasarkan Akta No. 102 tertanggal
20 juli dengan nama PT. Bank djojo Wilami, SH, Notaris di
Samarinda. Dalam Swansarindo Internasional yang dibuat dihadapan
Dr. Wijmerupakan rusahan yang dahulunya diakuisisi oleh PT. Bank
Bukopin Tbk untuk dikembangkan menjadi sebuah bank syariah yng
kini menjadi PT. Bank Syariah Bukopin. Keberadaan PT Bank Syariah
Bukopin (selanjutnya disebut perseroan) sebagai bank yang beroprasi
dengan prinsip syariah bermula dari diakuisinya PT Bank Perserikatan
Indonesia (sebuah bank umum konvensional) oleh PT bank Bukopin,
Tbk, proses akuisi tersebut berlangung secara bertahap sejak 2005
hingga 2008. PT bank Perserikatan Indonesia sebagai cikal bakal
perseroan, sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo Internasional,
didirikan berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 juli 1990,
dihadapan Notaris Dr. Widjojo Wilami, S.H. di Samarinda,
Kalimantan Timur. Selanjutnya pada tahun 2008, PT Bank
Perserikatan Indonesia berubah nama menjadi PT Bank Syariah
Bukopin. Perubahan nama tersebut sekaligus menjadi penanda
perubahan kegiatan usaha bank, dari bank konvensional menjadi bank
syariah. Secra legal dan formal, perubahan kegiatan usaha bank
tersebut berdasarkan surat keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 oktober 2008. Secara efektif,
perseroan baru menjalankan kegiatan usaha dengan prinsip syariah
pada 9 desember 2008 selanjutna kegiatan operasional perseroan secra
resmi dibuka oleh M Jusuf Kala, wakil presiden Republik Indonesia
Pada 11 Desember 2008.
a. Profil Bank Syariah Bukopin
58
Tabel 4.6
Profil Perusahaan Bank Bukopin Syariah
Nama Bank PT Bank Syariah Bukopin
Alamat Jalan Salemba Raya Nomor 55,
Salemba Jakarta Pusat 10440
Telepon 021-2300912
Fax 201-31480401
Homepage www.syariahbukopin.co.id
Email [email protected]
Tanggal berdiri 29 juli 1990
Mulai beroprasi 9 Desember 2008
Modal dasar Rp. 1.000.000.000.000
Modal disetor Rp. 450.370.000.000
Ekuitas Rp. 273.072.153.130
Kantor layanan 21 kantor layanan di seluruh
Indonesia
Kantor layanan Syariah 53 kantor Layanan Syariah
Jaringan ATm ATM Syariah Bukopin, ATM
Bukopin, ATM Bersama, ATM
Prima
Jumlah pegawai 539 orang
Produk dan jasa Tabungan siaga iB, taungan iB,
Rencana, tabungan iB siaga bisnis,
tabungan iB haji, Giro iB, depositi
iB, tabunganku iB
.
59
b. Struktur organisasi
Gambar 4.4
Struktur Organisasi Bank Bukopin syariah
RUPS
DEWAN
KOMISARIAT
DEWAN
PENGAWAS
SYARIAH
DIREKTORAT
UTAMA
DIREKTORAT
BISNIS
DIREKTORAT
OPRASI
&PELAYANAN
DIREKTORAT
KEPATUHAN &
MANAJEMEN
RISIKO
DIVISI
KEPATUHAN
DIVISI
MANAJEMEN
RISIKO
DIVISI
RESTRUKTURIASI
& PENYELESAIAN
PEMBIAYAAN
DIVISI OPRASI
& ANALISA
KEUANGAN
DIVISI
PELAANAN
DIVISI
SUPPORT
PEMBIAYAAN
DIVISI
TEKNOLOGI
INORMASI
BISNIS
CABANG
DIVISI INSTITUSI/
KOMERSIAL
DIVISI SUPERVSI
BISNIS & FEE
BASED
DIVISI
PENGEMBANGAN
PRODUK
DIVISI BISNIS
AREA
KOMITE
REMUNERASI\
& NOMINASI
KOMITE
AUDIT
KOMITE
PEMANTAU
RISIKO
DIVISI SUMBER DAYA INSANI
SATUAN KERJA
AUDIT INTEREN
SEKERTARIS
PERUSAHAAN
BAGIAN
TREASURY
60
2. PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK
Kesehatan bank adalah gambaran mengenai kondisi dan kinerja
bank sebagai alat bagi otoritas pengawas keuangan dalam menetapkan
strategi dan fokus pengawasan terhadap bank. Selain sebagai alat bagi
pengawas keuangan, kesehatan bank juga penting bagi pihak-pihak terkait,
seperti pengelola bank, pemilik, pemerintah, pemegang saham dan
pengguna jasa perbankan. Siring dengan perkembangan jaman dan
berkembangnya industri perbankan yang semakin kompleks dan beragam,
sehingga penilaian kesehatan bank telah mengalami beberapa perubahan
yang disempurnakan agar dapat menggambarkan kondisi bank saat ini dan
yang akan datang. Analisis yang digunakan dalam menilai tingkat
kesehatan bank yang penulis gunakan adalah metoode CAMELS. Namun
dalam penelitian ini hanya akan menggunakan analisis dari komponen
keuangan atau financialnya saja, komponen-komponenya yaitu Capital,
Asset, Earning dan liquidity. Sedangkan untuk komponen Management
dan Market to Risk tidak digunakan, karena dua komponen tersebut
menggunakan analisis kualitatif yaitu korsioner dan wawancara. Alasan
lainya kenapa dua komponen ini tidak diikutsertakan dalam penilaian
tingkat kesehatan bank syariah yaitu karena penelitian ini meneliti 6 tahun
perhitungan dimulai dari tahun 2008 sampai 2013 sedangkan untuk
manajemen dan market to risk harus diteliti setiap tahunya.
Metode CAMELS
Metode CAMELS adalah penilaian kuantitatif dan kualitatif
terhadap 6 faktor pembentuk yaitu terdiri dari Capital (permodalan), Asset
quality (kualitas aset), Manajement (manajement), Earning (rentabilitas),
Liquidity (likuiditas), dan sensitivity to market risk (sensitifitas terhadap
risiko pasar).
61
Dalam penelitian ini analisis yang akan digunakan untuk
mengukur kesehatan bank yaitu dengan metode CAMEL, tapi penulis
membatasi dari sisi finansialnya saja. Sehingga peneliti hanya meneliti
dari faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas.
Dalam penelitian ini akan melihat bagai mana kesehatan Bank
Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, dan
Bank Syariah Bukopin dilihat dari 4 aspek dalam metode CAMELS dan
dalam perhitungan 6 tahun yaitu tahun 2008 sampai dengan 2013.
Berikut ini adalah analisis kesehatan Bank Syariah di Indonesia ketika
Krisis dan Sesudah Krisis keuangan global
1. Capital
Rasio Permodalan diukur dengan mengunakan perbandingan antara
jumlah modal terhadap aktiva tertimbang Menurut Risiko (ATMR)2.
Sehingga CAR (capital Adequacy Ratio) bank-bank Syariah (Bank
Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah dan
Bank Syariah Bukopin) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2013
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7
Rasio Car (Capital Adequacy Ratio) BSM, BMI, BMS, BSB tahun
2008 - 2013
No NAMA
BANK/
TAHUN
RASIO CAR/KPMM
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 BSM 12,72% 12,29% 10,96% 14,69% 13,87% 14,12%
2 BMI 10,83% 11,10% 13,26% 12,01% 11,57% 17,46%
2 BMS 13,47% 10,96% 12,35% 13,51% 12,35% 12,99%
4 BSB 37,19% 13,06% 11,51% 11,29% 12,78% 11,10%
Sumber : perhitungan dari anuual report dan laporan keuangan
publikasi BI
2 Bank Indonesia.Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Penilaian Tingkat Kesehatan
Indonesia. (BI, Jakarta 2012) hal 163
62
Berdasarkan hasil perhitungan rasio permodalan Bank Syariah
Mandiri selama 6 tahun berturut-turut adalah 12,72%, 12,29%, 10.96%,
12,29%, 13,87% dan 14,12%. Rasio yang dihasilkan berada pada
interval 10% > CAR > 12% lebih besar dari CAR yang telah ditetapkan
oleh BI yaitu sebesar 8%, maka rasio permodalan BSM pada tahun 2008
sampai dengan 2013 dikatakan sangat sehat. Berdasarkan nilai Rasio
CAR yang didapat BSM mendapat 2 katagori peringkat dari tahun 2008
sampai dengan 2013. Yaitu peringkat 1 ditahun 2008, 2009, 2011,2012
dan 2013. Sedangkan di peringkat 2 yaitu hanya pada tahun 2010.
Walaupun setiap tahunya mengalami fluktuasi seperti pada
tahun 2010 dan 2013. Keadaan CAR di tahun 2008 – 2009 atau 2
periode saat krisis keuangan global dapat dikatakan masih memenuhi
kriteria yang ditetapkan oleh BI dan walapun terjadi penurunan ditahun
2009. Kestabilan nilai CAR di tahun 2008 dan 2009 dibantu karena
adanya peraturan BI yang menaikkan BI rate hingga 205 basis poin ke
level 16,75% sehingga mengakibatkan daya beli meningkat dan
kepercayaan masyarakat terhadap pasar keuangan juga meningkat3.
Penurunan di tahun 2010 disebabkan oleh adanya ekspansi pembiayaan
yang signifikan selama tahun 2010 dengan pertumbuhan mencapai 49,21
atau 7,91 triliun. Dan karena adanya pembayaran pembiayaan diterima
sebesar Rp 150 miliar dan pembayaran subordinasi sebesar Rp.200
miliar. Sehingga terjadi penurunan CAR sebesar 1,09% di tahun 2012.
dari penurunan yang terjadi di tahun 2010 dan 2012 Namun BSM
mampu meningkatkan kecukupan permodalan bank, menunjukan
kemampuan BSM dalam menyerap kerugian dan mengelola kecukupan
modal dengan baik.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio permodalan Bank Muamalat
Indonesia selama 6 tahun berturut-turut dimulai dari tahun 2008 sampai
dengan 2013. Rasio CAR yang diperoleh adalah 10,83%, 11,10%,
3 Annual Riport BSM 2008 hal 39
63
13,26%, 12,01%, 11, 57% dan 17,46%. Rasio yang dihasilkan BMI pada
6 tahun berturut-tirut berada pada interval 10% < CAR< 15%. Dari rasio
CAR yang didapat selama 6 tahun berjalan, didapatkan 2 katagori
peringkat. Yaitu, peringkat 1 untuk tahun 2010, 2011dan 2013.
Sedangkan untuk 2 yaitu didapat di 2008, 2009 dan 2012. Dilihat dari
nilai rasio CAR yang didapat dari 6 tahun perhitungan, rasio CAR yang
paling tinggi yang dimiliki oleh BMI yaitu pada tahun 2013. CAR BMI
mengalami kenaikan yang sangat signifikan hingga 5,89% dibandingkan
tahun lalu. Pemicu kenaikan nilai CAR yaitu dengan adanya penerbitan
saham baru (rights issue) senilai Rp.1,35 triliun dengan menerbitkanya
saham baru memberikan keleluasaan bagi ekspansi pembiayaan lebih
lanjut. Sedangkan rasio terkecil yang didapat BMI terlihat pada tahun
2008. Kembali lagi penyebab dari penurunan yang terjadi di BMI pada
tahun 2008 juga disebabkan oleh keadaan ekonomi Indonesia pada
tahun 2008 yaitu adanya krisis keuangan global walau tidak terlalu
terlihat dampaknya karena rasio yang di dapat tahun itu dapat
menempati nilai CAR di peringkat 2. Sedangkan untuk penurunannya di
tahun 2012 dipicu oleh adanya ekspansi Pembiayaan yang cukup agresif
ditahun 2012.
Kondisi rasio CAR selanjutnya yaitu Bank Mega Syariah.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh peneliti, nilai rasio CAR
BMS dalam 6 tahun berturut-turut yaitu 13,47%, 10,96%, 12,35%,
13,51%, 12,35% dan 12,99%. diliahat dari rasio yang didapat oleh BMS,
rasio CAR berada pada interval 10 < KPMM <13%. Didapat peringkat
di tahun 2008, 2010, 2011, 2012 dan 2013 sehingga dapat dikatakan
sangat sehat. Sehingga didapat 2 katagori peringkat. Dari 6 tahun
perhitungan hanya satu tahun yang mendapatkan peringkat 2 yaitu di
tahun 2009. Sedangkan selebihnya ditahun 2008, 2010,2011,2012, dan
2013 mendapatkan peringkat 1. Sedangkan ditahun 2009 rasio yang
didapat yaitu 10,96% sehingga rasio masuk pada peringkat 2 yaitu
64
cukup sehat. Nilai yang didapat pada tahun 2009 lebih kecil
dibandingkan tahun-tahun yang lainnya yaitu disebabkan tidak adanya
penambahan modal disetor ketika tahun 2009. Ditambah pula di tahun
2008 CAR sebesar 13,47 % dibantu dengan adanya peraturan BI yang
menaikan nilai rate sebsar 250 basis poin yang disebabkan adanya
inflasi di bulan desember 2008. Walaupun terjadi penurunan ditahun
2009 namun BMS mapu meningkatan kecukupan permodalan bank, dan
menunjukan kemampuan BMS dalam menyerap kerugian dan
mengelola kecukupan permodalan dengan baik.
Berdasarkan hasil rasio CAR yang didapat oleh bank Bukopin
dalam 6 tahun berturut-turut adalah 37,19%, 13,06%, 11,51%, 11,29%,
12,78%, da 11,10%. berdasarkan rasio yang dihasilkan oleh BSB rasio
CAR berada pada interval 11% < KPM < 13%. Peringkat yang didapat
oleh bank syariah bukopin pada faktor capital mendapatkan 2 katagori
peringkat, peringkat 1 ditahun 2008, 2009 dan 2012. Sedangkan
peringkat 2 di tahun 2010, 2011 dan 2013. Nilai rasio yang terkecil
didapat oleh BSB yaitu pada tahun 2013 dan nilai tertinggi pada tahun
2008. Rasio yang tinggi yang didapat BSB pada tahun 2008 sebenarnya
dipicu oleh baru beroperasinya BSB sebagai Bank Umum dengan
Prinsip syariah. Yang pada awalnya BSB bernama bank Persyarikatan
Indonesia dan masih menggunakan sisitem konvensional. Setelah
mendapatkan persetujuan dari bank Indonesia sesuai surat Dewan
Gubernur Bank Indonesia Nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27
Oktober 2008 dan diresmikan oleh wakil presiden Republik Indonesia
pada tanggal 11 Desember 2008. Sedangkan penurunan yang terjadi
ditahun 2013 yaitu adanya pembenahan internal dan penguatan
infrastruktur yang dilakukan oleh perusahaan yang sedikitnya dapat
meningkatkan perodalan.
Kecendrungan yang terlihat dari nilai rasio CAR/KPMM dari ke
empat bank dan enam tahun perhitungan. Adanya banyak penurunan
65
nilai CAR/KPMM di tahun 2012 yaitu periode di saat setelah krisis
keuangan global. Terlihat ditahun tersebut 3 dari 4 bank mengalami
penurunan yaitu BSM, BMI, dan BMS. Faktor penyebab dari penurunan
ini lebih kepada alasan dari internal bank tersebut tidak ada yang
dipengaruhi oleh keadaan perekonomian Indonesia. Sedangkan untuk
BSB tidak mengalami penurunan nilai CAR/KPM ditahun 2012.
Gambaran nilai CAR/KPPM dari 2 periode saat krisis keuangan global
dan 4 periode setelah krisis keuangan global terlihat bahwa ketika krisis
keuangan global di dua periode tersebut mengalai fluktuasi di dua
periode tersebut. Fluktuasi yang terjadi di saat krisis keuangan global
lebih disebebkan oleh keadaan perekonomian Indonesia yang waktu itu
terkena dapak krisis keuangan global dan kemudian adanya bantuan dari
pemerintah yaitu BI dengan menaikan BI rate sebesar basis poin 205%
yang membantu perbankan dalam menangani kepercayaan nasabah.
Selain dari keadaan perekonomian Indonesia nilai fluktuasi di
tahun 2008 dan 2009 juga di pengaruhi oleh keadaan internal di asing-
asing bank. Namun secara keseluruhan keempat bank tersebut yaitu
BSM, BMI, BMS dan BSB nilai CAR/KPPM yang didapat berada pada
peringkat 1 yang artinya artinya tingkat modal secara signifikan berada
lebih tinggi dari ketentuan CAR/KPMM yang berlaku dan diperkirakan
tetap berada di tingkat ini untuk 12 (dua belas) bulan mendatang dan
peringkat 2 yang artinya tingkat modal berada lebih tinggi dari
ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat
ini serta membaik dari tingkat saat ini untuk 12 (dua belas) bulan
mendatang. Secara garis besar ini menunjukan nilai CAR/KPPM dari
bank syariah sehat dan cukup sehat dalam hal permodalan pada saat
krisis dan setelah krisis keuangan global. Bank syariah tersebut mampu
menyerap kerugian dan mengelola kecukupan modal dengan baik.
66
2. Asset
Penilaian terhadap kualitas asset berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal KAP (kualitas
Aktiva Produktif) dan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktifa Produktif).
Tabel 4.8
Rasio Aspek KAP (Kualitas Aktiva Produktif) BSM, BMI, BMS,
dan BSB Tahun 2008-2013
No NAMA
BANK/
TAHUN
RASIO KAP
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 BSM 0,92% 0,95% 0,97% 0,98% 0,97% 0,96%
2 BMI 0,96% 0,96% 0,92% 0,97% 0,99% 0,98%
2 BMS 0,98% 0,96% 0,92% 0,97% 0,97% 0,96%
4 BSB 0,98% 0,97% 0,95% 0,97% 0,96% 0,95%
Sumber : Perhitungan dari Annual Report dan Laporan keuangan
Publikasi BI
Berdasarkan perhitungan Rasio KAP yang dilakukan penulis, dengan
membandingkan kualitas aktifa produktif yang dikualifikasikan dengan
jumlah kualitas aktifa produktif dan dikalikan seratus persen. Nilai yang
didapat dari perhitungan ini hasilnya hampir mendekati 1% dari masing-
masing tahun. Rasio KAP yang didapat oleh Bank Mandiri Syariah selama 6
tahun perhitungan yaitu sebagai berikut, Ditahun 2008 BSM menghasilkan
nilai rasio KAP sebesar 0,91, di tahun 2009 memperoleh senilai 0,96%, 2010
sebesar 0,97%, tahun 2011 nilai rasio KAP sebesar 0,98%, dan nilai Rasio
KAP tahun 2012 dan 2013 masing-masing sebesar 0,97 dan 0,96%. Dilihat
dari perolehan nilai rasio KAP pertahunnya mengalami peningkatan hanya di
tahun 2013 yang menurun dengan nilai sebesar Basis Poin sebesar 0,1
dibandingkan tahun 2012. Penyebab dari penurunan ini disebabkan oleh
banyaknya jumlah aset macet pada aktiva produktif yang diklasifikas pada
tahun 2013. Sedangkan untuk peringkat dari masing-masing tahun untuk rasio
KAP yang dimiliki BSM rata-rata memiliki peringkat 2 yang artinya rasio
KAP pada BSM dikatagorikan sehat. Rasio KAP BSM selama 6 tahun
67
berturut-turut berada pada interval 0.91 < KAP < 0.98% sehingga masuk
dalam 3 katagori. Yaitu ditahun 2008 peringkat 4, 2009 peringkat 3, dan 2010
sampai dengan 2013 peringkat ke 2.
Selanjutnya Rasio KAP yang dimiliki oleh BMI dari 6 tahun
perhitungan mengalami peningkatan. Di tahun 2008 rasio KAP yang dimiliki
BMI sebesar 0,96%, ditahun 2009 0,96%, tahun 2010 sebesar 0,92%, tahun
2011 yaitu 0,97% tahun 2012 rasio KAP sebesar 0,99% dan di tahun 2013
0,98%. Dilihat dari perolehan nilai rasio KAP dari BMI selalu meningkat
setiap tahunnya. Hanya di tahun 2008 saja yang mengalami penurunan
sebesar basis poin 0,4 % dari tahun sebelumnya. Sedangkan nilai tertinggi
terdapat pada tahun 2012. Dari perhitungan rasio KAP yang dimiliki BMI
berada pada interval 0.92%<KAP<0,99%. Dari interval ini terdapat 3
peringkat pada rasio KAP yang di peroleh BMI,. Yaitu peringkat pertama di
tahun 2012, peringkat ke dua di tahun 2008, 2009, 2011 dan 2013. Kemudian
di peringkat empat ada di tahun 2010.
Rasio KAP yang dimiliki oleh BMS masing-masing tahun yaitu 2008
BMS memiliki nilai rasio KAP sebesar 0,98%, tahun 2009 rasio KAP sebesar
0,96%, tahun 2010 rasio KAP sebesar 0,92%, rasio KAP di tahun 2011
sebesar 0,97%, dan di tahun 2012 dan 2013 nilai rasio KAP masing-asing
sebesar 0,99% dan 0,98%. Dapat disipulkan bahwa nilai Rasio KAP BMS
mengalami fluktuasi di setiap tahunnya nilai rasio KAP tertinggi terdapat di
tahun 2012 dan terendah di tahun 2010 dengan nilai KAP sebesar 0,92%.
Rasio KAP yang di miliki BMS berada pada interval 0,92% < KAP> 0,99%.
sehingga di dapat 3 peringkat KAP yang dimiliki BMS. Di tahun 2012
mendapatkan peringkat pertama. 2008,2009, 2011 dan 2013. Sedangkan 2010
mendapatakn peringkat ke empat.
Rasio KAP terakhir yang diiliki oleh BSB dala 6 tahun terakhir. Tahu
2008 rasio KAP yang di peroleh BSB sebesar 0,98%. 2009 rasio KAP sebesar
0,97% . tahun 2010 rasio KAP sebesar 0,95% rasio KAP ditahun 2011 sebsar
0,97 tahun 2012 rasio KAP sebesar 0,96% dan tahun 2013 rasio KAP yang di
68
Peroleh BSB sebesar 0,95%. Rasio KAP yang dimiliki BSB berada pada
interval 0.95%<KAP>0,98%. Hal ini menendakan bahwa kondisi kesehatan
KAP BSB selama 6 tahun berturut-turut mendapatkan katagori, yaitu pada
tahun 2008, 2009, 2011 dan 2012 mendapatkan peringkat ke dua. Sedangkan
2010 dan 2013 mendapatkan peringkat ke tiga.
Dari nilai Rasio KAP masing-masing Bank dalam dua periode ketika
krisis keuangan global dan empat periode setelah krisis keuangan global,
kecendrungan yang terlihat bahwa dari tahun 2008 sampai dengan 2012
mengalami sedikit peningkatan di masing-masing bank. Sedangkan pada
tahun 2013 di keempat bank tersebut mengalami penurunan rasio KAP.
Penurunan yang terjadi sebenarnya dikarenakan oleh perubahan jumlah PPAP
serta PPAPWD pada tiap tahunnya yang dipengaruhi oleh perubahan jumlah
cadangan yang harus disediakan seiring dengan pertumbuhan jumlah
pembiayaan yang diberikan.
3. Rantabilitas (Earning)
Rasio Rantabilitas merupakan alat untuk menganalisis atau mengukur
tingkat efisiensi usaha dan kemapuan bank dalam menghasilkan laba.
Penilaian rentabilitas bank dimaksudkan untuk menilai keampuan bank dalam
menghasilkan laba. Net Operating Margin adalah rasio rentabilitas untuk
mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba melalui
perbandingan pendapatan oprasional dan beban oprasional dengan rata-rata
aktiva.
Tabel 4.9
Rasio NOM (Net Operating Margin) BSM, BI, BMS dan BSB
tahun 2008-2009
NAMA
BANK/TAH
UN
RASIO NOM
2008 2009 2010 2011 2012 2013
BSM 20,48% 23,10% 22,06% 19,80% 25,84% 17,81%
BMI 31,86% 6,17% 14,28% 17,76% 20,11% 15,83%
69
BMS 10,14% 25,52% 24,47% 17,26% 39,26% 26,04%
BSB -58,34% 1,94% 8,74% 7,56% 9,59% 9.29%
Tabel 4.5 diatas adalah nilai rasio NOM yang didapat oleh BSM, BMI,
BMS, dan BSB dalam kurun waktu enam tahun dalam dua periode. Berikut
nilai NOM yang didapat oleh masing-masing bank. BSM ditahun 2008
memperoleh nilai NOM yang cukup tinggi yaitu sebesar 20,48%. Faktor
pendorong dari kenaikan ini yaitu besarnya pendapatan oprasional yang
didapat oleh BSM ketika tahun 2008 dibandingkan dengan tiga variabel lain
pembentuk nilai NOM, seperti nilai bagi hasil, beban oprasional, dan aktiva
rata-rata pertahunnya. Kemudian ditahun 2009 nilai NOM BSM mengalami
kenaikan sebesar 2,62% dengan nilai NOM sebesar 23,10%. kenaikan ini
dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan operasional dan juga diikuti oleh
kenaikan beban oprasional juga terdapat peningkatan pada rata-rata aktiva
produktif yang semula di tahun 2008 sebesar 1.366.856 miliar menjadi
1.775.839 walaupun dalam tahun ini masih terjadi ekspansi ekonomi namun
tidak mempengaruhi terhadap nilai NOM yang didapat oleh BSM pada tahun
2009. Tahun 2010 dan 2011 terjadi penurunan masing-masing sebesar 1,04%
dan 2,98% dengan nilai NOM masing-masing sebesar 22,06 dan 19,80%.
penurunan yang terjadi ditahun 2010 yaitu karena peningkatan pada beban
operasional atau beban usaha karena BSM melakukan pembangunan
infrastruktur bisnis yang signifikan ditahun 2010. Pada 2010 BSM membuka
144 outlet baru yang berpengaruh terhadap kebutuhan pegawai. Dan selama
2010 terdapat penambahan pegawai sebanyak 3.358 orang. Sama hal nya
dengan alasan penurunan nilai NOM ditahun 2010, pemicu penurunan
ditahun 2011 juga karena kenaikan jumlah beban usaha atau beban
operasional karena BSM meenambah infrastruktur bisnis yaitu dengan
mebuka outlet sebanyak 162 dan penambahan pegawai sebanyak 2.222 orang
termasuk outsorce. Untuk tahun 2012 BSM mengalami kenaikan nilai NOM
sebesar 6,04% dengan nilai NOM sebesar 25,84% lebih besar dibandingkan
70
dua tahun terakhir. Peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan
usaha dan laba usaha yang didapat oleh BSM peningkatan yang terjadi
sebesar 46,20% dibandingkan tahun lalu dan beban usaha yang sedikit
menurun dibandingkan tahun sebelumnya walupun masih menambah
infrastruktur bisnis sebanyak 92 outlet. Ditahun 2013 nilai NOM dari BSM
kembali mengalami penurunan dengan nilai NOM sebesar 17,81%. penurunan
ini dipicu oleh penurunan laba usaha dibening tahun sebelumnya sebesar
19,74% atau Rp 221 miliar. Ditambah pula dengan peningkatan beban usaha
karena peningkatan infrastruktur. Walaupun setiap tahunya mengalami
fluktuasi naun nilai NOM yang didapat oleh BSM mendapat peringkat 1 yang
artinya SEHAT karena nilai NOM yang didapat melebihi 3% dari ketetapan
BI. Dari nilai yang tertera di atas rasio NOM BSM berada pada interval 17 <
NOM < 26%. Sehingga didapat kan peringkat 1 untuk masing-masing tahun
selama 6 tahun berturut-turut.
Selanjutnya kondisi NOM BMI dari tahun 2008-2009 menunjukan
terjadi fluktuasi disetiap tahunya namun menempati peringkat 1 untuk tingkat
kesehatan Bank syariah dilihat dari faktor NOM nya. Nilai yang di dapat di
tahun 2008 cukup mmenggembirakan dan merupakan nilai tertinggi dari 6
tahun perhitungan yaitu sebesar 31,86%.nilai ini diperoleh karena adanya
peningkatan laba usaha yang diperoleh dari kinerja bank yang seakin solid,
antra lain melelui keberhasilan perluasan jaringan layanan ke seluruh provinsi
di Indonesia berkat prestasi Shar-E, serta keberhasilan strategi pengembangan
usaha WAR yang mulai diterapkan tahun 2007. Selain itu saldo piutang jual
beli tercatat meningkat sebesar 18,35% dari Rp 4.220,18 miliar pada 2007
menjadi Rp. 4994,47 miliar ditahun 2008. Sedangkan saldo pembiayaan bagi
hasil meningkat sebesar 19,81% dari Rp 41.190,57 miliar tahun 2007 menjadi
Rp. 5.020,76 miliar pada tahun 2008. Ditahun 2009 terjadi penurunan nilai
NOM sebesar 25,69% dengan nilai NOM sebesar 6,17%. penurunan ini
sangat drastis hal ini disebebkan oleh terjadinya penurunan aktiva rata-rata
yang didapat di tahun 2009 lebih kecil dibandingkan tahun 2008 serta terjadi
71
peningkatan beban oprasional yang disebebkan oleh pembukaan jaringan baru
yang cukup luas serta perbaikan kondisi fisik (Phiysical condition) dari
beberapa outlet yang ada sebagai bagian dari program peningkatan kualitas
layanan. Tahun 2010, 2011 dan 2012 NOM mengalami peningkatan masing-
masing sebesar sebesar 8,11%, 3,48% dan 2,35% dengan nilai NOM masing-
masing sebesar 14,28%, 17,76% dan 20,11%. peningkatan ini dipengaruhi
oleh perekonomian dunia yang mengalami perbaikan pada awal 2010 dan
telah menimbulkan optimis. kian membaiknya kondisi peekonomian pasca
krisis financial global tahun 2008. Serta peningkatan yang terjadi di tahun
2010 dipengaruhi oleh peningkatan laba operasional yaitu sebesar Rp 238,28
miliar atau naik 202,74% dibandingkan tahun 2009 yang hanya 78,71 miliar.
Peningkatan ini disebabkan oleh pertumbuhan yang cukup tinggi pada
Portofolio pembiayaan yang berdampak terhadap kenaikan pendapatan
margin dan bagi hasil cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun
2011 dan 2012 juga mengalami peningkatan laba operasional yang sangat
signifikan masing-masing sebesar 60,07% dan 42,32% atau Rp 273,6 miliar
dan Rp 132,43 miliar. Sedangkan ditahun 2013 NOM BMI mengalami
penurunan di bandingkan tahun sebelunya yaitu sebesar 15,83%. penurunan
ini dipicu oleh kenaikan beban operasional ditahun 2013. Nilai rasio NOM
BMI berada pada interval 6% < NOM < 35%.. dan nilai NOM yang didapat
setiap tahunnya berada di peringkat 1 karena melampaui nilai yang sudah
ditetapkan oleh BI yaitu sebesar 3%.
Nilai rasio berikutnya yaitu nilai rasio NOM Bank Mega Syariah.
Dimulai dari tahun 2008 nilai NOM yang didapat oleh bank Mega Syariah
yaitu sebesar 10,14% , tahun 2009 sebesar 25,52%, tahun 2010 sebesar
24,47%, tahun 2011 sebesar 17,26%, tahun 2011 sebesar 39,26% dan tahun
2013 sebesar 26,04%. dilihat dari perolehan nilai NOM BMS dari tahun 2008
sampai dengan 2013 nilai yang di dapat mengalami fluktuasi dimasing
tahunnya. Apa bila kita bagi menjadi dua periode yaitu ketika krisis financial
global dan setelah krisis financial global dapat di jabarkan bahwa keadaan
72
NOM di dua periode tersebut hamper mengalami perubahan yang sama.
Sama-sama mendapatkan peringkat 1 atau SEHAT karena dapat melampaui
ketetapan dari BI yaitu 3%. fluktuasi yang terjadi setiap tahunya disebabkan
oleh naik turunya laba operasional dan naik turunya beban operasional yang
disebebkan oleh ekspansi bisnis. Nilai NOM BMS berada di interval 10 <
NOM > 39%. Dan semua tahun mendapatkan peringkat pertama dan itu
artinya bank mega syariah untuk faktor Earning berada di kondisi sangat
sehat setiap tahunnya.
Ditahun 2008 rasio NOM yang didapat sebesar -58,34%. penyebab
rendahnya nilai NOM di tahun 2008 disebebkan oleh baru beroperasinya BSB
sebagai Bank berprinsip syariah yang asal mulanya dari bank kovensional.
Kemudian di tahun 2009 ada sedikit peningkatan walaupun tidak memenuhi
kriteria dari BI. Penyebab terjadinya rendahnya nilai NOM yang didapat BSB
ditahun 2009 yaitu lebih kepada pemulihan perekonomian karena di tahun
2008 BSB baru beroperasi menjadi bank Syariah. Diliahat dari kinerjanya
BSB ditahun 2009 benyak mengalami peningkatan dari segi laba bersih,
aktiva dan lain sebagainya. Kemudian masa setelah krisis keuangan global
BSB mengalami peningkatan disetiap tahunnya untuk rasio NOM ini. tahun
2010 NOM yang di dapat BSB bisa memnuhi ketentuan dari BI dengan
perolehan NOM sebesar 8,74%. sedangkan di tahun 2011 NOM BSB turun
1,8% dibandingkan tahun 2010 nilai NOM sebesar 7,56%. Peneyebab dari
penurunan ini yaitu Memburuknya bagi hasil investor dan laba bersih BSB
yang disebebkan oleh besarnya pengeluaran bebean operasional yang
dikeluarkan oleh BSB. Walaupun ditahun 2011 BSB mengalami penurunan
namun di tahun 2012 dan 2013 BSB naik kembali untuk perolehan NOM nya
yaitu masing-masing sebesar 9,59% dan 9,29%. peningkatan ini lebih kepada
meningkatnya laba bersih dan bagi hasil investor yang meningkat ditahun
2012 dan tahun 2013. Walaupun demikian kondisi NOM di tahun 2010
sampai dengan 2013 dapat memenuhi ketetapan dari BI mengenai standar
kesehatan Bank Syariah dari faktor Earning yaitu sebesar 3%. Dan BSB
73
ditahun 2010 sampai dengan 2013 dalam keadaan SEHAT dengan interval
yang di dapat pada nilai -58 < NOM < 9%. Dari interval ini BSB
mendapatkan 3 katagori peringkat. Yaitu ditahun 2008 peringkat 5 dan dari
2010 sampai dengan 2013 mendapatkan peringkat 1 . dan 2009 mendapatkan
peringkat 3.
Kecenderungan yang terlihat dari rasio NOM didapat bank syariah
pada dua periode saat krisis keuangan global dan empat periode setelah krisis
keuangan global melebihi nilai rasio NOM yang ditetapkan oleh BI. Keempat
bank tersebut dapat memenuhi kebutuhan rasio NOM yang menunjukan
kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan. Nilai NOM dari keempat
bank tersebut kecendrungannya dapat melampaui ketetapan BI mengenai
ketentuan NOM yang harus lebih dari 3%. Hanya di bank Syariah Bukopin di
tahun 2008 dan 2009 yaitu 2 periode krisis global yang tidak memenuhi
ketetapan dari BI. Hal ini sebenarnya bukan disebabkan oleh keadaan
perekonomian Indonesia saat itu, namun lebih kepada baru beroprasinya BSB
di tahun 2008 dan 2009. Jadi BSB di dua periode tersebut belum bisa
menghasilkan keuntungan yang besar. Tapi terlihat dari empat periode setelah
krisis BSB mampu menunjukan perkembanganya dengan dapat melampaui
ketetapan dari BI.
Dari ketiga peringkat yang didapat ke empat bank tersebut
mengandung arti setiap peringkatnya. Untuk peringkat satu pada rasio NOM
yang dimiliki oleh BSM, BMI, BMS dan BSB (2011 dan 2012) menunjukan
kondisi bank syariah dalam keadaan aman dan sehat; dan didokumentasikan
dan diadiministrasi dengan sangat baik. Sedang peringkat 4 dan 5 yang
didapat BSB masing-masing menunjukan bahwa bank terdapat tindakan
korektif dan membahayakan kelangsungan bank. Sedangkan untuk peringkat
lima menunjukan signifikan dan kelangsungan usaha bank sulit untuk dapat
diselamatkan dan atau didokumentasikan dan administrasikan dengan baik.
74
4. Liquidity
Rasio Likuiditas digunakan untuk menganalisis kemampuan
bank dalam memenuhi kebijakan-kebijakan terutama kewajiban jangka
pendeknya. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank tersebut memenuhi
kebijakan hutangnya, dapat membayar kembali semua simpanan nasabah,
serta dapat memnuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi
penangguhan. Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas Bank
Syariah yaitu dengan menggunakan Short Term Mismatch (STM). Dimana
STM adalah rasio likuiditas untuk mengukur kemapuan bank dalam
memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendeknya. Ketetapan BI mengenai
kecukupan likuiditas dari rasio STM yaitu sebesar 25%.
Tabel 4.10
Rasio STM (Short Term Mismatch) BSM, BMI, BMS dan BSB
tahun 2008-2013
Nama
Bank/
Tahun
Rasio STM
2008 2009 2010 2011 2012 2013
BSM 145,25% 138,39% 155,92% 131,27% 118,73% 160,39%
BMI 78,87% 69,11% 183% 190,69% 99,91% 119,15%
BMS 125,49% 301,79% 48,38% 37,93% 89,47% 37,23%
BSB 122,62% 71,35% 103,14% 388,47% 100,52% 76,08%
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan peneliti. Rasio STM yang di
miliki BSM selama 6 tahun berturut-turut yaitu 145,25%,138,39%, 155,92%,
131,27%,118,73%, dan 160,39%. berdasarkan rasio yang didapat, rasio STM
BSM berada pada interval 118% > STM < 160%. Sehingga peringkat yang
didapat BSM pada faktor STM berada di peringkat 1 untuk 6 tahun
perhitungan. Dilihat dari peringkat yang didapat BSM selama 6 tahun
berturut-turut dapat disimpulkan bahwa BMS dapat memenuhi kewajiban -
kewajibanya terutama kewajiban jangka pendeknya.
Nilai rasio STM yang di miliki BMI sama halnya dengan rasio STM
yang dimiliki BSM. Semua peringkat disetiap tahunya mendapat peringkat 1.
75
Hal ini mencerminkan bahwa BMI dalam penuhan likuiditasnya dapat
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek dan hutang-hutang kepada
nasabah. Selama 6 tahun berturut-turut nilai likuiditas yang di dapat BMI
sebesar, yaitu 78,87%, 69,11%, 183%, 190,69%, 99,91%, dan 119,15%.
walaupun setiap tahun nya terjadi fluktuasi namun nilai STM yang didapat
memenuhi ketetapan dari BI tentang batas Minimum STM bank Syariah
sebesar 25%. Interval STM BMI berada pada 6911% > STM < 190,69%.
STM terendah di dapat BMI terjadi pada tahun 2009. Hal ini di picu karena
adanya pergantian Manajemen pada bulan juli.
Selanjutnya nilai STM yang di dapat BMS selama 6 tahun berturut-
turut berada pada interval 21,31% < STM > 360%. Dari interval ini dapat di
jabarkan bahwa BMS mendapatkan katagori peringkat 1 untuk setiap
tahunya. Perolehan nilai yang di dapat selama 6 tahu berturut-turut yaitu
125,49%, 301,79%, 43,83%, 37,93%, 89,47% dan 37,23%. nilai terendah di
dapat tahun 21,52%. dilihat nilai STM yang paling kecil yaitu nilai STM
pada tahun 2010. Walau nilai STM pada tahun 2010 adalah nilai terkecil
namun BMS masih mendapatkan peringkat 1 untuk Tingkat kesehatan dalam
faktor likuiditas. Hal ini menggambarkan bahwa BMS mampu melakukan
manajemen likuiditas lebih baik sehingga tidak terkena dampak dari risiko
likuiditas. Faktor pendukung dari keberhasilan likuiditas yang di terima BMS
yaitu posisi secondary reserve dalam bentuk SBIS dan surat berharga yang
dapat dijaga pada tingkat aman dan ketentuan BI yang memperbolehkan
dilakukannya repo terhadap SBSN yang diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor 16/12/PBI/2014 tentang operasi Moneter Syariah.
Berdasarkan nilai Likuiditas yang didapat Bank Syariah Bukopin
selama 6 tahun berturut-turut adalah 122,62%, 71,35%, 103,14%, 388,47%,
100,52% dan 78,08%. dari perolehan nilai STM yang didapat Selma 6 tahun
nilai STM BSB berada pada interval 71,35% > STM < 388,47%. sehingga
peringkat yang didapat BSB dari 2008 sampai dengan 2013 mendapatkan
peringkat 1 disetiap tahunya. Hal ini menandakan nilai rasio likuiditas BSB
76
dalam keadaan SEHAT. Dengan demikian BSB mampu mengelola likuiditas
nya demi memenuhi kebutuhan dan kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.
Juga menunjukan bahwa perusahan tersebut kuat dan memadai untuk
mengembangkan bisnis serta perluasan jaringan demi mencapai pertumbuhan
usaha sesuai dengan yang telah ditargetkan.
Dengan demikian nilai STM yang didapat ke empat bank Syariah
tersebut dapat memenuhi ketentuan limit internal GW rupiah di atas ambang
batas ketetapan BI. Dan ke empat Bank tersebut mendapat predikat 1 untuk
setiap tahun dalam 6 tahun perhitungan. Peringkat satu yang didapat masing-
masing bank menunjukan bahwa BSM, BMI, BMS dan BSB memiliki
kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan
penerapan manajemen risiko likuiditas sangat baik.
3. PENETAPAN PERINGKAT KESEHATAN BSM, BMI, BMS, DAN
BSB
Setelah melakukan penilaian terhadap faktor Permodalan, Aset,
Rentabilitas dan likuiditas. Tahap selanjutnya untuk menetapkan peringkat
kesehatan BSM, BMI, BMS, dan BSB dilakukan melalui penetapan peringkat
keuangan, dengan melakukan penghitungan gabungan melalui pembobotan
atas nilai peringkat faktor keuangan sebagai berikut4 :
a. Permodalan, dengan bobot 25% (dua puluh lima per seratus)
b. Kualitas Aset, dengan bobot 45% (empat puluh lima perseratus)
c. Rentabilitas, dengan bobot 15% (lima belas per seratus)
d. Likuiditas, dengan bobot 15% (limabelas per seratus)
Berdasarkan hasil perhitungan metode CAMELS Bank Syariah
Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Bukopin
Syariah selama Krisis Keuangan Global dan Setelah Krisis Keuangan Global
periode 2008-2013 adalah sebagai berikut :
4 Bank Indonesia. Kodifikasi Penilaian Kesehatan bank (BI, Jakarta 2012) hal 276
77
Tabel 4.11
Peringkat tingkat kesehatan bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat
Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Syariah Bukopin periode 2008-
2013 dengan Metode CAMELS
Nama bank
Peringkat Komposit (predikat)
2008 2009 2010 2011 2012 2013
PT. Bank
Syariah
Mandiri, Tbk
2
Cukup
Sehat
1
Sehat
1
Sehat
1
Sehat
1
Sehat
1
Sehat
PT. Bank
Muamalat
Indonesia,
Tbk.
2
Cukup
Sehat
1
Sehat
1
Sehat
1
Sehat
1
Sehat
1
Sehat
PT. Bank
Mega
Syariah, Tbk
1
Sehat
2
Cukup
Sehat
2
Cukup
Sehat
1
Sehat
1
Sehat
1
Sehat
PT. Bank
Syariah
Bukopin, Tbk
2
Cukup
Sehat
2
Cukup
Sehat
2
Cukup
Sehat
1
Sehat
1
Sehat
2
Cukup
Sehat
Dari hasil penilaian diatas Bank Mandiri Syariah selama 6 tahun
mendapat 2 predikat. Predikat Cukup Sehat untuk tahun 2008 dan predikat
sehat untuk tahun 2009 sapai dengan 2013.untuk tahun 2008 predikat 2
yang di terima BSM Artinya bank tergolong baik dan mampu mengatasi
pengaruh negatif dari kondisi krisis keuangan Global maupun Krisis
Lainnya namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan kecil yang
dapat di kelola dan diperbaiki oleh manajemen bank. Sedangkan untuk
tahun 2009 – 2013 berada pada peringkat 1 yang artinya mencerminkan
bahwa bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif
kondisi perekonomian dan industry keuangan. Periode tahun 2011 -2013
adalah periode setelah krisis keuangan global. Dilihat dari sini bank dapat
berkembang lebih pesat ketika krisis keuangan global berlangsung.
78
Untuk kondisi kesehatan bank Muamalat Indonesia atau BMI
predikat 2 untuk tahun 2008, yaitu menandakan bahwa BMI ditahun 2008
dalam kondisi cukup sehat yang artinya bank tergolong baik dan mampu
mengatasi pengaruh negatif dari kondisi krisis keuangan Global maupun
Krisis Lainnya namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan kecil
yang dapat di kelola dan diperbaiki oleh manajemen bank. Kemudian di
tahun 2009 – 2013 BMI mendapatkan Peringkat 1 atau sehat. Hal ini
mencerminkan bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi
pengaruh negatif dari kondisi perekonomian dan industri keuangan.
Peringkat tingkat kesehatan bank yang diperoleh BMS atau
Bank Mega Syariah selama 2 periode saat krisis keuangan global dan 4
periode setelah krisis keuangan global menunjukan adanya perkembangan.
Walau di tahun 2009 BMS mendapatkan peringkat 2 menurun dari tahun
2008 yang mendapat peringkat 1. Setelahnya diempat periopde setelah
krisis keuangan di tahun 2010 BMS masih mendapat peringkat 2 tapi di
tiga periode tahun 2011, 2012 dan 2013 BMS mendapat peringkat 1. Jadi
apabila dilihat secara kecendrungan BMS mengalami peningkatan
diempat periode setelah krisis keuangan global.
Sedangkan untuk BSB atau Bank Bukopin syariah secara
keseluruhan didua periode saat krisis dan empat peroiode setelah krisis
keuangan global lebih cendring pada predikat ke 2 atau cukup sehat.
Namun ada peningkatan di dua periode setelah krisis keuangan global
yaitu tahun 2011 dan 2012 BSB mendapatkan peringkat 1 yaitu cukup
sehat. Walaupun kecendrungan kondisi kesehatan BSB di peringkat 2
selama 6 periode perhitungan. Namun BSB masih dalam keadaan cukup
sehat yang artinya bank tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh
negatif dari kondisi krisis keuangan Global maupun Krisis Lainnya namun
bank masih memiliki kelemahan-kelemahan kecil yang dapat dikelola dan
diperbaiki oleh manajemen bank.
79
Analisis secara keseluruhan dari keempat bank syariah tersebut
tentang tingkat kesehatan bank yang diperoleh keempat bank tersebut
berkisar pada peringkat 1 dan 2. Yang artinya bank menunjukan kondisi
yang baik di setiap tahunnya. Dengan demikian krisis keuangan global
yang terjadi di tahun 2008-2009 tidak terlalu berdapak kepada kesehatan
bank syariah di Indonesia. Sehingga nasabah dan calon investor dapat
mempercayakan uangnya pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat
Indonesia, Bank Mega Syariah, dan Bank Syariah Bukopin.
80
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV, penelitian kesehatan Bank
Syariah di Indonesia analisis faktor Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat
Indonesia, Bank Mega Syariah dan Bank Bukopin Syariah pada dua periode
saat krisis Keuangan Global dan empat periode Setelah Krisis Keuangan
Global tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, berikut hasil penilaian tingkat
kesehatan BSM, BMI, BMS dan BSB yaitu tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara saat dan setelah krisis keuangan Global. Keempat bank yang
di teliti selama 6 tahun perhitungan berada pada peringkat 1 dan 2 yang artinya
bank syariah dalam keadan sehat dan cukup sehat. Hal ini menggambarkan
bahwa ke empat bank tersebut memiliki kondisi kesehatan bank yang baik.
Berikut rincian peringkat kesehatan BSM, BMI, BMS dan BSB.
a. Tingkat kesehatan pada Bank Syariah Mandiri, selama lima tahun berturut-
turut dilihat dari faktor financialnya yaitu Capital, Asset, Earning, dan
liquiditas yaitu PK2, PK1, PK1, PK1, PK1, PK1 dan PK1
b. Tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia selama lima tahun berturut-
turut dilihat dari faktor financialnya yaitu Capital, Asset, Earning, dan
liquiditas yaitu PK2, PK, PK1, PK1,PK, dan PK1.
81
c. Tingkat kesehatan Bank Mega Syariah selama lima tahun berturut-turut
dilihat dari faktor financialnya yaitu Capital, Asset, Earning, dan liquiditas
yaitu PK1, PK2,PK2, PK1,PK1, dan PK2.
d. Tingkat kesehatan Bank Bukopin Syariah selama lima tahun berturut-turut
dilihat dari faktor financialnya yaitu Capital, Asset, Earning, dan liquiditas
yaitu PK2, PK2, PK2, PK1, PK1, dan PK2.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka para nasabah serta calon investor dapat
mempercayakan uang mereka pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat
Indonesia, Bank Mega Syariah, dan Bukopin Syariah dengan rasa aman.
B. SARAN
Setelah peneliti melakukan penelitian atas tingkat kesehatan BSM, BMI,
BMS dan BSB, maka peneliti memberikan saran yang semoga bermanfaat.
1. Kepada setiap bank hendaknya memperhatikan kualitas aktiva produktif,
baik aktiva bermasalah atau pun berkualitas rendah dengan cara
memperbaiki pengendalian kualitas aset (aktiva produktif). Dan
mengembangkan pembiayaan secara ekstra hati-hati atas dasar kecukupan
likuiditas.
2. Peneliti sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, masih
banyak kekurangan dalam penulisan sekrispi ini, sehingga peneliti meberi
saran kepada peneliti selanjutnya yang akan meneliti tingkat kesehatan
bank Syariah lebih teliti dan lebih valid.
82
Daftar Pustaka
Dwi Nur’aini Ihsan. 2003, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Jakarta :
UIN Jakarta Press.
Adiwarman A.Karim. 2007, Bank Islam : Analisis Fikih dan Keuangan. Raja Graindo
Persada.
Munaware. 1995, Analisis Laporan Keuangan., Yogyakarta : Liberty.
Muhamad Syafi’I Antonio. 2001, Bank Syariah : dari Teori Keperaktek, Jakarta :
Gema Insani.
Kasmir. 2012, Dasar-dasar Perbankan(edisi revisi). Jakarta : Rajagrafindo Perkasa.
Ade Arthesa. 2004, Edia Handiman. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
Jakarta : Indeks.
Kasmir. 2011, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Rajawali Pers
Bank Indonesia. 2012, Kodifikasi Penilaian Kesehatan bank, Jakarta : Bank
Indonesia
Soegengsarjadi,imam sugema, 2009, Ekonomi konstitusi “haluan baru kegiatan
ekonomi indonesia”.Jakarta : Perpustakaan Indonesia
Suharsi Arik. 2005, Manajemen Penelitian . Jakarta : Rineka Cipta.
Sofian Siregar, Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif, jakarta: Bumi
Aksara
Sugiono. 2010, statistik untuk penelitian, bandung : Alfabeta
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia.2004, Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah Tahun 2004, (Jakarta, Bank Indonesia.
Surat Edaran, Kepada bank Umum yang melaksanakan kegiaan usaha
berdasarkan prinsip syariah di Indonesia, prihal system peningkatan tingkat kesehtan
bank umum berdasarkan prinsip syariah No.9/24/DPbs , Jakarta : Bank Indonesia
hal 3
Peraturan Bank Indonesia no 9/1/PBI/2007 jakarta : Bank Indonesia
83
Tatis. Joesron, “perkembangan perbankan syariah dan prospeknya d Indonesia” jurnal
bisnis dan manajemen vol 1
Muhamad syafii Antonio, 1991, Bank Syariah bagi Bankir dan praktisi
keuangan (Jakarta Bank of Indonesia and Tazkia Institute
Edy suandi hamid. Akar ekonomi global dan dampaknya terhadap Indonesia.
Jurnal ekonomi La_Riba Vol III, No 1, juli 2009
Heri Sudarsono. Dampak krisis keuangan global terhadap perbankan syariah di
inonesia:perbandingan antara bank konvensional dan bank syariah. La-riba-vol3-
nol-2009-02
Annual Riport BSM tahun 2008 s/d 2013
Annual Riport BMI tahun 2008 s/d 2013
Annual Riport BMS tahun 2008 s/d 2013
Annual Riport BSB tahun 2008 s/d 2013
Laporan Keuangan Konsolidasi Bank Indonesia tahun 2008 s/d 2013 Bank
Syariah Mandiri
Laporan Keuangan Konsolidasi Bank Indonesia tahun 2008 s/d 2013 Bank
Muamalat Syariah
Laporan Keuangan Konsolidasi Bank Indonesia tahun 2008 s/d 2013 Bank
Mega Syariah
Laporan Keuangan Konsolidasi Bank Indonesia tahun 2008 s/d 2013 Bank
Syariah Bukopin.
84
BANK SYARIAH MANDIRI
A. CAR
2008
A. MODAL INTI
1. Modal disetor
2. Cadangan tabahan Modal
a. Agio saham
b. Disagio (-/-)
c. Modal sumbangan
d. Cadangan umum dan tujuan
e. Laba tahun lalu setelah pajak
f. Rugi tahun lalu (-/-)
g. Laba tahun berjalan setelah pajak
h. Rugi tahun berjalan
i. Selisih penjabaran laporan keuangan
j. Dana setoran modal
k. Penurunan nilai penyertaan pada
portofolio
3. Goodwil
1.097.945
558.244
539.701
-
-
-
206.993
234.500
-
98.208
-
-
-
-
-
-
B. MODAL PELENGKAP
(maks.100% dari odal inti)
1. Selisih penilaian kembali aktifa tetap
2. Cadangan umum penyisishan penghapusan
aktiva produktig/PPAP (maks.50% dari modal
inti)
3. Modal pinjaman
4. Investasi subodinasi (mak 50% dari modal
inti)
5. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio
tersedia untuk di jual (45%)
335.324
-
135.324
-
200.000
-
-
-
C. MODAL PELENGKAP
1. Modal inti yang dilokasikan untuk risisko
pasar
2. Modal pelengkap yang tidak di gunakan untuk
risisko penaluran dana
3. 3. Investasi subordinasi untuk risiko pasar
4. Jumlah modal pelengkap tembahan (1s/d3)
5. Jumlah odal pelengkap tabahan yang
memenuhi kriteria untuk risiko pasar
-
-
-
-
-
-
Total M₁ + M₂ + ₃ 1.433.269
Aset tertimbang menurut risiko (ATMR) 11.270.010
NILAI CAR/KPMM 12.71%
2009
A. MODAL INTI
1. Modal disetor
2. Cadangan tabahan Modal
a. Agio saham
b. Disagio (-/-)
1.419.541
658.244
761.297
-
-
85
c. Modal sumbangan
d. Cadangan umum dan tujuan
e. Laba tahun lalu setelah pajak
f. Rugi tahun lalu (-/-)
g. Laba tahun berjalan setelah pajak
h. Rugi tahun berjalan
i. Selisih penjabaran laporan keuangan
j. Dana setoran modal
k. Penurunan nilai penyertaan pada
portofolio
3. Goodwil
-
206.993
408.832
-
145.472
-
-
-
-
-
-
B. MODAL PELENGKAP
(maks.100% dari odal inti)
1. Selisih penilaian kembali aktifa tetap
2. Cadangan umum penyisishan penghapusan
aktiva produktig/PPAP (maks.50% dari modal
inti)
3. Modal pinjaman
4. Investasi subodinasi (mak 50% dari modal inti)
5. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio
tersedia untuk di jual (45%)
356.659
-
156.659
-
200.000
-
C. MODAL PELENGKAP
1. Modal inti yang dilokasikan untuk risisko pasar
2. Modal pelengkap yang tidak di gunakan untuk
risisko penaluran dana
3. Investasi subordinasi untuk risiko pasar
4. Jumlah modal pelengkap tembahan (1s/d3)
5. Jumlah odal pelengkap tabahan yang
memenuhi kriteria untuk risiko pasar
-
-
-
-
-
-
Total M₁ + M₂ + ₃ 1.776.200
Aset tertimbang menurut risiko (ATMR) 14.331.168
NILAI CAR/KPMM 12.39%
2010
A. MODAL INTI
1. Modal disetor
2. Cadangan tabahan Modal
a. Agio saham
b. Disagio (-/-)
c. Modal sumbangan
d. Cadangan umum dan tujuan
e. Laba tahun lalu setelah pajak
f. Rugi tahun lalu (-/-)
g. Laba tahun berjalan setelah pajak
h. Rugi tahun berjalan
i. Selisih penjabaran laporan keuangan
j. Dana setoran modal
k. Penurunan nilai penyertaan pada
portofolio
3. Goodwil
1.727.188
658.244
1.068.944
-
-
-
206.993
652.691
-
-
-
-
-
-
-
D. MODAL PELENGKAP
(maks.100% dari odal inti)
6. Selisih penilaian kembali aktifa tetap
7. Cadangan umum penyisishan penghapusan
451.689
-
251.689
86
aktiva produktig/PPAP (maks.50% dari modal
inti)
8. Modal pinjaman
9. Investasi subodinasi (mak 50% dari modal
inti)
10. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio
tersedia untuk di jual (45%)
-
200.000
-
-
E. MODAL PELENGKAP
6. Modal inti yang dilokasikan untuk risisko
pasar
7. Modal pelengkap yang tidak di gunakan untuk
risisko penaluran dana
8. 3. Investasi subordinasi untuk risiko pasar
9. Jumlah modal pelengkap tembahan (1s/d3)
10. Jumlah odal pelengkap tabahan yang
memenuhi kriteria untuk risiko pasar
-
-
-
-
-
-
Total M₁ + M₂ + ₃ 2.178.877
Aset tertimbang menurut risiko (ATMR) 20.495.916
NILAI CAR/KPMM 10.63%
2011
A. MODAL INTI
1. Modal disetor
2. Cadangan tabahan Modal
a. Agio saham
b. Disagio (-/-)
c. Modal sumbangan
d. Cadangan umum dan tujuan
e. Laba tahun lalu setelah pajak
f. Rugi tahun lalu (-/-)
g. Laba tahun berjalan setelah pajak
h. Rugi tahun berjalan
i. Selisih penjabaran laporan keuangan Dana
setoran modal
j. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio
3. Goodwil
2.701.419
1.158244
1.543.176
-
-
-
206.993
1.060.647
-
275.515
-
-
-
B. MODAL PELENGKAP
(maks.100% dari odal inti)
1. Selisih penilaian kembali aktifa tetap
2. Cadangan umum penyisishan penghapusan
aktiva produktig/PPAP (maks.50% dari modal
inti)
3. Modal pinjaman
4. Investasi subodinasi (mak 50% dari modal inti)
5. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio
tersedia untuk di jual (45%)
1.019.255
-
319.235
-
700.000
\-
C. MODAL PELENGKAP
1. Modal inti yang dilokasikan untuk risisko pasar
2. Modal pelengkap yang tidak di gunakan untuk
risisko penaluran dana
3. Investasi subordinasi untuk risiko pasar
-
-
-
-
87
4. Jumlah modal pelengkap tembahan (1s/d3)
5. Jumlah odal pelengkap tabahan yang
memenuhi kriteria untuk risiko pasar
-
-
Total M₁ + M₂ + ₃ 3.720.674
Aset tertimbang menurut risiko (ATMR) 15.314.942
NILAI CAR/KPMM 14.69%
2012
A. MODAL INTI
1. Modal disetor
2. Cadangan tabahan Modal
a. Agio saham
b. Disagio (-/-)
c. Modal sumbangan
d. Cadangan umum dan tujuan
e. Laba tahun lalu setelah pajak
f. Rugi tahun lalu (-/-)
g. Laba tahun berjalan setelah pajak
h. Rugi tahun berjalan
i. Selisih penjabaran laporan keuangan
j. Dana setoran modal
k. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio
3. Goodwil
3.655.579
1.458.244
2.197.335
-
-
-
231.649
1.562.841
-
402.845
-
-
-
-
-
B. MODAL PELENGKAP
(maks.100% dari odal inti)
1. Selisih penilaian kembali aktifa tetap
2. Cadangan umum penyisishan penghapusan
aktiva produktig/PPAP (maks.50% dari modal
inti)
3. Modal pinjaman
4. Investasi subodinasi (mak 50% dari modal inti)
5. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio
tersedia untuk di jual (45%)
911.731
-
411731
-
500.000
-
C. MODAL PELENGKAP
1. Modal inti yang dilokasikan untuk risisko pasar
2. Modal pelengkap yang tidak di gunakan untuk
risisko penaluran dana
3. Investasi subordinasi untuk risiko pasar
4. Jumlah modal pelengkap tembahan (1s/d3)
5. Jumlah odal pelengkap tabahan yang
memenuhi kriteria untuk risiko pasar
-
-
-
-
-
-
Total M₁ + M₂ + ₃ 4.567.310
Aset tertimbang menurut risiko (ATMR) 32.916.532
NILAI CAR/KPMM 13.87%
2013
A. MODAL INTI
1. Modal disetor
2. Cadangan tabahan Modal
a. Agio saham
b. Disagio (-/-)
4.391.216
1.489.022
2.902.194
-
-
88
c. Modal sumbangan
d. Cadangan umum dan tujuan
e. Laba tahun lalu setelah pajak
f. Rugi tahun lalu (-/-)
g. Laba tahun berjalan setelah pajak
h. Rugi tahun berjalan
i. Selisih penjabaran laporan keuangan
j. Dana setoran modal
k. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio
3. Goodwil
-
291.649
1.284.925
-
325.620
-
-
-
-
-
F. MODAL PELENGKAP
(maks.100% dari odal inti)
11. Selisih penilaian kembali aktifa tetap
12. Cadangan umum penyisishan penghapusan
aktiva produktig/PPAP (maks.50% dari modal
inti)
13. Modal pinjaman
14. Investasi subodinasi (mak 50% dari modal
inti)
15. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio
tersedia untuk di jual (45%)
953.685
-
453.685
-
500.000
-
G. MODAL PELENGKAP
11. Modal inti yang dilokasikan untuk risisko
pasar
12. Modal pelengkap yang tidak di gunakan untuk
risisko penaluran dana
13. 3. Investasi subordinasi untuk risiko pasar
14. Jumlah modal pelengkap tembahan (1s/d3)
15. Jumlah odal pelengkap tabahan yang
memenuhi kriteria untuk risiko pasar
-
-
-
-
-
-
Total M₁ + M₂ + ₃ 5.344.901
Aset tertimbang menurut risiko (ATMR) 37.904.941
NILAI CAR/KPMM 14.10%
NO Urutan Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 CAR 12,71% 12.39% 10,96% 14,69% 13,87% 14,12%
2 Growth 4,73% (3,8%) (3,73%) 0,82% (0,25%)
3 ATMR 14276446 11270010 20485916 25314942 32916532 37841216
5 Peringkat
B. AKTIVA PRODUKTIF
1. kualitas aktifa produktif tahun 2008
JUMLAH KAP : 16.402.271
Aktiva Produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun 2008
Lancar (0% X 15.191.224) 0
89
DPK (25% X 459.253) 114813,25
Kurang Lancar (50% X 126.423) 63211,5
Diragukan (75% X 88.159) 661129,25
Macet (100%X 539.212) 539212
Jumlah 1378366
2. Aktiva Produktif tahun 2009
JUMLAH KAP : 21.310.071
Aktiva Produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun 2008
Lancar (0% x Rp.19.451.981) 0
DPK (25% x Rp. 1.044.013) 261003,25
Kurang Lancar (50% x Rp. 290.903) 145451,5
Diragukan (75% x Rp. 11.167) 8375,25
Macet (100% x Rp 531.007) 531007
Jumlah 945837
3. Aktiva Produktif 2010
JUMLAH KAP : Rp. 30.743.722
Aktiva Produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun 2010
Lancar (0% x Rp. 28.961.532) 0
DPK (25% x Rp. 892.475) 223118,75
Kurang Lancar (50% x Rp. 386.272) 193163
Diragukan (75% x Rp. 149.066) 111799,5
Macet (100% x Rp.372.427) 372427
Jumlah 677362,5
90
4. Aktiva Produktif Tahun 2011
JUMLAH KAP : Rp. 44.947.008
Aktiva Produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun 2011
Lancar (0% x Rp. 42.698.132) 0
DPK (25% x Rp. 1225.733) 306433,25
Kurang Lancar (50% x Rp. 420.174) 120087
Diragukan (75% x Rp. 92.949) 69711,75
Macet (100% x Rp. 510.020) 510020
Jumlah 699818,8
5. Aktiva Produktif tahun 2012
JUMLAH KAP : Rp. 50.640.092
Aktiva Produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun 2012
Lancar (0% x Rp. 47..601.717) 0
DPK (25% x Rp. 1.641.731) 410432,75
Kurang Lancar (50% x Rp. 485.268) 242634
Diragukan (75% x Rp, 188.683) 141512,5
Macet (100% x Rp. 722.692) 722692
Jumlah 1517271
6. Kualitas Aktiva Produktif 2013 58.946.625
JUMLAH KAP ; Rp. 58.946.652
Aktiva Produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun 2013
Lancar (0% x Rp. 54.563.418) 0
DPK (25% x Rp. 2.074.116) 518529
Kurang Lancar (50% x Rp 621. 429) 31071,5
Diragukan (75% x Rp. 305.485) 229113,75
Macet (100% x Rp. 1.382.204) 1282204
Jumlah 2440561
91
C. EARNING
2008
2009
keterangan jumlah NOM
keterangan jumlah NOM
Pendapatan Oprasional 2108026
Pendapatan Oprasional 2490814 Distribusi bagi hasil 793049 20,48%
Distribusi bagi hasil 927054 23.10%
beban oprasional 1035037
beban oprasional 1153376 rata-rata aktiva produktif 1366611
rata-rata aktiva produktif 21310071
2010
2011
keterangan jumlah NOM
keterangan jumlah NOM
Pendapatan Oprasional 3446382
Pendapatan Oprasional 5056218 Distribusi bagi hasil 1188913 22.06%
Distribusi bagi hasil 1808702 19..80%
beban oprasional 1692371
beban oprasional 2505671 rata-rata aktiva produktif 2561977
rata-rata aktiva produktif 3745591
2012
2013
keterangan jumlah NOM
keterangan jumlah NOM
Pendapatan Oprasional 6055278
Pendapatan Oprasional 6776206 Distribusi bagi hasil 1967852 25.84%
Distribusi bagi hasil 2128642 17.81%
beban oprasional 2997018
beban oprasional 3772661 rata-rata aktiva produktif 4220008
rata-rata aktiva produktif 4912221
D. LIQUIDITY
KETERANGAN 2008 2009 2010 2011 2012 2013
GIRO WADIAH 815006 959887 1401140 2048515 2242456 3238728
PENEMPATAN PADA BANK LAIN 193146 283264 301584 229980 221720 226696
JUMLAH AKTIVA JANGKA PENDEK 1008152 1243151 1702724 2278495 2464176 3465424
KEWAJIBAN SEGERA LAINNYA 215622 336751 450916 621068 718813 718813
KEWAJIBAN PADA BANK LAIN 278429 316543 441100 369239 256471 341795
SURAT BERHARGA YANG DI TERBITKAN 200000 245000 200000 745338 500000 500000
PEMBIAYAAN/PINJAMANAN YANG DITERIMA 750000 600000 600000
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 694051 898294 1092016 1735645 2075284 2160608
145.25618 138.39022 155.924822 131.2765571 118.73922 160.39115
92
BANK MUAMALAT INDONESIA
A. CAR
1. PERHITUNGAN PERMODALAN 2008
A. MODAL INTI
Modal Disetor
Cadangan tambahan Modal
Agio Saham
Cadangan umum dan tujuan
Laba tahun lalu setelah pajak
Laba Tahun berjalan setelah pajak
492790792
132498258
126444653
7325004
102270204
Jumlah modal inti 861238951
B. MODAL PELENGKAP
Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif
Pnjaman subordinasi
103092515
312436175
Jumlah Modal Pelengkap 415528690
Total modal inti dan modal pelengkap
Penyertaan (-/-)
127767641
(41559263)
TOTAL 1235208378
Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) 11402270390
ANALISIS DATA
2. PERHITUNGAN MODAL TAHUN 2009
C. MODAL INTI
Modal Disetor
Cadangan tambahan Modal
Agio Saham
Cadangan umum dan tujuan
Laba tahun lalu setelah pajak
Laba Tahun berjalan setelah pajak
492790792
132498258
240410642
7235044
25096156
Jumlah modal inti 898038892
93
D. MODAL PELENGKAP
Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif
Pnjaman subordinasi
107710360
312775600
Jumlah Modal Pelengkap 420485960
Total Modal initi dan Modal tambahan
Pernyatan (-/-)
1318518852
(45365989)
TOTAL MODAL 1273150863
Aset Tertimbang menurut Risiko (ATMR) 11467222068
Analisi data
3. Perhitungan Permodalan 2010
E. MODAL INTI
Modal Disetor
Cadangan tambahan Modal
Agio Saham
Cadangan umum dan tujuan
Laba tahun lalu setelah pajak
Laba Tahun berjalan setelah pajak
782667194
513731161
348512902
27445302
85469969
Jumlah modal inti 1654613519
F. MODAL PELENGKAP
Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif
Pnjaman subordinasi
Keuntungan belum direalisasikan dari perubahan nilai efek
tersedia
150474698
313115022
9074337
Jumlah Modal Pelengkap 472664055
Jumlah modal inti danModal Pelengkap
Penyertaan (-/-)
2127277574
(46707875)
Total Modal 2080569699
Aktiva Tertimbang Menurut risiko (ATMR) 20109146671
Analisis CAR
94
4. Perhitungaan Modal tahun 2011
G. MODAL INTI
Modal Disetor
Cadangan tambahan Modal
Agio Saham
Cadangan umum dan tujuan
Laba tahun lalu setelah pajak
Laba Tahun berjalan setelah pajak
821843362
513737161
348512902
48504507
138810801
Jumlah modal inti 1869402733
H. MODAL PELENGKAP
Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif
Pnjaman subordinasi
Keuntungan belum diralisasikan dari perubahan nilai efek
tersedia untuk dijual
218399500
313454497
61187365
Jumlah Modal Pelengkap 593041312
Jumlah Modal inti dan Modal Pelengkap
Penyertaan (-/-)
2415629113
Total Moal 2415629113
Aktiva Tertimbang Menurut risiko (ATMR) 20109146671
Analisis CAR
5. Perhitungan Modal Tahun 2012
I. MODAL INTI
Modal Disetor
Cadangan tambahan Modal
Agio Saham
Cadangan umum dan tujuan
Laba tahun lalu setelah pajak
Laba Tahun berjalan setelah pajak
812843363
513731161
622134505
109345167
172104778
95
Jumlah modal inti 2239158974
J. MODAL PELENGKAP
Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif
Pnjaman subordinasi
Inventaris tersedia dijual
327535010
1114000000
1520814
Jumlah Modal Pelengkap 1443055824
Total modal inti dan modal Pelengkap
Penyertaan (-/-)
3662214798
(46928176)
Total Modal 3635286622
Aktiva Tertimbang Menurut risiko 31422597851
ANalisis CAR
K. MODAL INTI
Modal Disetor
Cadangan tambahan Modal
Agio Saham
Cadangan umum dan tujuan
Laba tahun lalu setelah pajak
Laba Tahun berjalan setelah pajak
1.103.435
2.937.742
-
-
-
Jumlah modal inti
L. MODAL PELENGKAP
Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif
Pnjaman subordinasi
Eksposur sekuritas
441.525
1.500.000
(39.459)
Jumlah Modal Pelengkap
Total modal inti dan modal pelengkap
Penyertaan (-/-)
5.943.244
TOTAL
Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) 33.864.606
Car 17.27%
No Urutan Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013
96
1 CAR 10,83% 11,10% 13,26% 12,01% 11,57%
2 Growth 0,27% 2,16% (1,25%) (0,44%)
B. AKTIVA PRODUKTIF
1. Aktiva Produktif Tahun 2008
JUMLAH KAP : Rp. 11.642.598
Kualitas Aktiva Prioduktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun 2008
Lancar (0% x Rp.10.813.266) 0
DPK (25% x Rp. 366.777) 91694,25
Kurang Lancar (50% x Rp. 290.172) 145086
DIragukan (75% x Rp. 28.871) 21653,25
Macet (100% x Rp. 143.512) 143512
Jumlah 401945,5
2. AKtiva Produktif tahun 2009
JUMLAH KAP : Rp. 15.083.200
Kualitas Aktiva Prioduktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp.13.644.353) 0
DPK (25% x Rp.893.061) 223265,25
Kurang Lancar (50% x Rp. 41.816) 20908
DIragukan (75% x Rp. 401.865) 301298,75
Macet (100% x Rp.102.105) 102105
Jumlah 647677
3. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2010
JUMLAH KAP : Rp. 19.881.169
Kualitas Aktiva Prioduktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun 2010
Lancar (0% x Rp. 18.417.671) 0
DPK (25% x Rp. 773.971) 967463,75
97
Kurang Lancar (50% x Rp. 330. 874) 165437
DIragukan (75% x Rp. 42.616) 31962
Macet (100% x Rp. 316.073) 316073
Jumlah 1480935,75
4. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2011
JUMLAH KAP : Rp 31.095.375
Kualitas Aktiva Prioduktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp.29.178.204) 0
DPK (25% x Rp.1.352.512) 338128
Kurang Lancar (50% x Rp. 326.210) 163110
DIragukan (75% x Rp. 34.210) 25657,5
Macet (100% x Rp.204.228) 204228
Jumlah 731123,5
5. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2012
JUMLAH KAP : Rp 43.006.061
Kualitas Aktiva Prioduktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp.29.107.637) 0
DPK (25% x Rp.1.265.285) 316321,5
Kurang Lancar (50% x Rp. 76.815) 38407,5
DIragukan (75% x Rp. 45.787) 34340,25
Macet (100% x Rp.570.537) 570537
Jumlah 959606,25
6. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2013
JUMLAH KAP : Rp. 53.713.374
Kualitas Aktiva Prioduktif yang di kualifikasikan
98
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp.51.525.017) 0
DPK (25% x Rp.1613.539) 403384,75
Kurang Lancar (50% x Rp.73.360) 36680
DIragukan (75% x Rp. 56.457) 42342,75
Macet (100% x Rp.445.001) 445001
Jumlah 927408,5
C. NOM / EARNING
2008
2009
keterangan jumlah NOM
keterangan jumlah NOM
Pendapatan Oprasional 1468034
Pendapatan Oprasional 1746522 Distribusi bagi hasil 515423 31.86%
Distribusi bagi hasil 822350 6.17%
beban oprasional 643513
beban oprasional 846607 rata-rata aktiva produktif 970217
rata-rata aktiva produktif 1256933
2010
2011
keterangan jumlah NOM
keterangan jumlah NOM
Pendapatan Oprasional 1885707
Pendapatan Oprasional 2674527 Distribusi bagi hasil 764601 14.28%
Distribusi bagi hasil 1080051
beban oprasional 884489
beban oprasional 1134174 17.76%
rata-rata aktiva produktif 1656764
rata-rata aktiva produktif 2591281
2012
2013
keterangan jumlah NOM
keterangan jumlah NOM
Pendapatan Oprasional 3382835
Pendapatan Oprasional 4794213 Distribusi bagi hasil 1278218 20.11%
Distribusi bagi hasil 2184274 15.83%
beban oprasional 1400369
beban oprasional 1901262 rata-rata aktiva produktif 3500505
rata-rata aktiva produktif 4476114
99
D. LIQUIDITY
KETERANGAN 2008 2009 2010 2011 2012 2013
SURAT BERHARGA YANG DIMILIKI 789383 656433 1071774 1344424 1647148 2049470
PENEMPATAN PADA BANK LAIN 221158 432450 223523 378158 677358 2200508
JUMLAH AKTIVA JANGKA PENDEK 1010541 1088883 1295297 1722582 2324506 4249978
KEWAJIBAN SEGERA LAINNYA 141987 143810 155270 98407 116987 130715
KEWAJIBAN PADA BANK LAIN 726599 1048761 159344 119973 183942 129962
SURAT BERHARGA YANG DI TERBITKAN 312436 312776 363114 358792 1114000 1800000
PEMBIAYAAN/PINJAMANAN YANG DITERIMA 100244 70197 30079 326146 911531 1506000
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 1281266 1575544 707807 903318 2326460 3566677
78.870508 69.111558 183.00144 190.6949712 99.91601 119.15792
100
BANK MEGA SYARIAH
A. CAR
1. Perhitungan Permodalan tahun 2008
A. Modal Inti
Modal Disetor
Saldo Laba rugi tahun sebelumnya
Laba rugi tahun berjalan
150059655
92062616
7742255
Total Modal Inti 249862526
B. Modal Pelengkap
Modal pelengkap (maksimum
150% dari modal inti) cadangan
penyisishan kerugian aktiva
produktif (maskimum 1,25% dari
ATMR)
23571500
Jumlah Modal Pelengkap 23571500
Total Modal 273433526
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR)
2029524249
Analisis CAR
2. Perhitungan Permodalan tahun 2009
A. Modal Inti
Modal Disetor
Saldo Laba rugi tahun sebelumnya
Laba rugi tahun berjalan
150059655
108280605
29621957
Total Modal Inti 288062217
B. Modal Pelengkap
Modal pelengkap (maksimum
150% dari modal inti) cadangan
penyisishan kerugian aktiva
produktif (maskimum 1,25% dari
ATMR)
29976759
Jumlah Modal Pelengkap 29976759
Total Modal 318038976
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR)
2901522837
Analisis CAR
101
3. Perhitungan Permodalan tahun 2010
A. Modal Inti
Modal Disetor
Saldo Laba rugi tahun sebelumnya
Laba rugi tahun berjalan
31884500
56645
30510646
Total Modal Inti 349431391
B. Modal Pelengkap
Modal pelengkap (maksimum
150% dari modal inti) cadangan
penyisishan kerugian aktiva
produktif (maskimum 1,25% dari
ATMR)
29019813
Jumlah Modal Pelengkap 29019813
Total Modal 37845103
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR)
2879916727
Anaisis CAR
4. Perhitungan Permodalan tahun 2011
A. Modal Inti
Modal Disetor
Saldo Laba rugi tahun sebelumnya
Laba rugi tahun berjalan
318864500
61007936
26218591
Total Modal Inti 406160527
B. Modal Pelengkap
Modal pelengkap (maksimum
150% dari modal inti) cadangan
penyisishan kerugian aktiva
produktif (maskimum 1,25% dari
ATMR)
35408492
Jumlah Modal Pelengkap 35408492
Total Modal 441469019
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR)
3670436609
102
Analisis CAR
5. Perhitungan Modal Tahun 2012
A. Modal Inti
Modal Disetor
Saldo Laba rugi tahun sebelumnya
Laba rugi tahun berjalan
316864000
111460980
91508387
Total Modal Inti 521833367
B. Modal Pelengkap
Modal pelengkap (maksimum
150% dari modal inti) cadangan
penyisishan kerugian aktiva
produktif (maskimum 1,25% dari
ATMR)
57048218
Jumlah Modal Pelengkap 57048128
Total Modal 578881585
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR)
4285661562
Analisis CAR
6. Perhitungan CAR tahun 2013
A. Modal Inti
Modal Disetor
Saldo Laba rugi tahun sebelumnya
Laba rugi tahun berjalan
620314000
(10727113)
74769976
Total Modal Inti 684356863
B. Modal Pelengkap
Modal pelengkap (maksimum
150% dari modal inti) cadangan
penyisishan kerugian aktiva
produktif (maskimum 1,25% dari
ATMR)
62612027
Jumlah Modal Pelengkap 62612027
Total Modal 746968890
103
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR)
5749199601
Analisis CAR
NILAI CAR BANK MEGA SYARIAH TAHUN 2008-2013
N
O
Urutan Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 CAR 13,47% 10,96% 13,14% 12,03% 13,51% 12,99%
2 Growth (2,51%) 2,18% (1,11%) 1,48% (0,52%)
C. KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
1. Kualitas Aktiva Produktif tahun 2008
JUMLAH KAP : Rp.2.790.323
Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp. 2.685.253) 0
DPK (25% x Rp. 73.742) 18435,5
Kurang Lancar (50% x Rp.13.949) 6974,5
Diragukan (75% x Rp. 13.475) 10106,5
Macet (100%x Rp. 3.904) 3904
Jumlah 39420,25
2. Kualitas Aktiva Produktif tahu 2009
JUMLAH KAP : Rp. 3.920.322
Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp. 3.379.502) 0
DPK (25% x Rp. 114.325) 28581,25
Kurang Lancar (50% x Rp.23.303) 116515
Diragukan (75% x Rp. 17.334) 13000,5
Macet (100%x Rp. 25.858) 25858
Jumlah 160954,75
104
3. Kualitas Aktiva Produktif tahu 2010
JUMLAH KAP : Rp. 4.187.256
Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp. 3.841.020) 0
DPK (25% x Rp. 235.332) 58833
Kurang Lancar (50% x Rp. 52.890) 26445
Diragukan (75% x Rp. 30.375) 22781,25
Macet (100%x Rp. 27.637) 27639
Jumlah 135698,25
4. Kualitas Aktiva Produktif tahun 2011
JUMLAH KAP : Rp. 5.134.358
Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp. 4.721.431) 0
DPK (25% x Rp. 288.754) 72188,5
Kurang Lancar (50% x Rp. 74.154) 37078,5
Diragukan (75% x Rp. 36.772) 27579
Macet (100%x Rp. 13.244) 13244
Jumlah 150090
5. Kualitas Aktiva Produktif 2012
JUMLAH KAP : Rp. 7.547.221
Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp. 6.905.629) 0
DPK (25% x Rp. 470.351) 117587,75
Kurang Lancar (50% x Rp.92.920) 46460
Diragukan (75% x Rp. 59.045) 44283,75
Macet (100%x Rp. 19246) 19246
Jumlah 227577,5
105
6. Kualitas Aktiva Produktif tahun 2013
JUMLAH KAP : Rp. 8.362.630
Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp. 7.419.126) 0
DPK (25% x Rp. 724.140) 181035
Kurang Lancar (50% x Rp. 89.863) 44931,5
Diragukan (75% x Rp. 89.365) 66948,75
Macet (100%x Rp. 40.236) 40236
Jumlah 334151,25
D. EARNING
2008
2008
keterangan jumlah NOM
keterangan jumlah NOM
Pendapatan Oprasional 367313
Pendapatan Oprasional 764195 Distribusi bagi hasil 116738 10.14%
Distribusi bagi hasil 215858 2552%
beban oprasional 226994
beban oprasional 464943 rata-rata aktiva
produktif 232527
rata-rata aktiva produktif 326693
2010
2011
keterangan jumlah NOM
keterangan jumlah NOM
Pendapatan Oprasional 971497 24.47%
Pendapatan Oprasional 982607 17.26%
Distribusi bagi hasil 185710
Distribusi bagi hasil 159476 beban oprasional 700376
beban oprasional 749285
rata-rata aktiva produktif 348938
rata-rata aktiva produktif 427863
2012
2013
keterangan jumlah NOM
keterangan jumlah NOM
Pendapatan Oprasional 1302340
Pendapatan Oprasional 1673842 Distribusi bagi hasil 187536 39.26%
Distribusi bagi hasil 332824 26.04%
beban oprasional 867870
beban oprasional 1159567 rata-rata aktiva
produktif 628935
rata-rata aktiva produktif 696886 E. LIQUIDITY
106
KETERANGAN 2008 2009 2010 2011 2012 2013
SURAT BERHARGA YANG DIMILIKI 132273 213933 195313 243437 331437 385383
PENEMPATAN PADA BANK LAIN 13325 18069 301584 17784 44319 46609
JUMLAH AKTIVA JANGKA PENDEK 145598 232002 496897 261221 582088 516141
KEWAJIBAN SEGERA LAINNYA 6034 19180 870581 583472 347197 916721
KEWAJIBAN PADA BANK LAIN 19982 3694 6441 5114 18332 5511
SURAT BERHARGA YANG DI TERBITKAN 90000 54000 150000 100000 285000 464000
PEMBIAYAAN/PINJAMANAN YANG DITERIMA
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 116016 76874 1027022 688586 650529 1386232
125.49821 301.79515 48.3823131 37.93585696 89.479178 37.233378
107
PERHITUNGAN TINNGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH BUKOPIN
A. CAPITAL (CAR)
1. CAR Tahun 2008
Analisis CAR
2. CAR tahun 2009
C. Modal Inti
Modal disetor
Cadangan umum dan khusus
Laba rugi tahun sebelumnya
Laba rugi tahun berjalan
350370
1213
(248835)
416
Jumlah modal inti 103164
D. Modal Pelengkap
A. Modal Inti
Modal disetor
Cadangan umum dan khusus
Laba rugi tahun sebelumnya
Laba rugi tahun berjalan
350370
1213
(244978)
(7715)
Jumlah modal inti 98890
B. Modal Pelengkap
Penyisishan atas kemungkinan kerugian
pada aktiva produktif
Hutang subordinasi
3439
Jumlah Modal Pelengkap 3439
Total Modal 102329
ATMR 275151
108
Penyisishan atas kemungkinan kerugian
pada aktiva produktif
Hutang subordinasi
14791
50000
Jumlah Modal Pelengkap 64791
Total Modal 167955
ATMR 1285887
ANalisis CAR
3. CAR tahun 2010
E. Modal Inti
Modal disetor
Cadangan umum dan khusus
Laba rugi tahun sebelumnya
Laba rugi tahun berjalan
350370
1213
(243319)
10234
Jumlah modal inti 118498
F. Modal Pelengkap
Penyisishan atas kemungkinan kerugian
pada aktiva produktif
Hutang subordinasi
16913
50000
Jumlah Modal Pelengkap 66913
Total Modal 185411
ATMR 1611473
Analisis CAR
109
4. CAR tahun 2011
G. Modal Inti
Modal disetor
Cadangan umum dan khusus
Laba rugi tahun sebelumnya
Laba rugi tahun berjalan
450370
1213
(232157)
12209
Jumlah modal inti 231635
H. Modal Pelengkap
Penyisishan atas kemungkinan kerugian
pada aktiva produktif
Hutang subordinasi
20224
50000
Jumlah Modal Pelengkap 70224
Total Modal 301859
ATMR 1973954
Analisis CAR
5. CAR tahun 2012
I. Modal Inti
Modal disetor
Cadangan umum dan khusus
Laba rugi tahun sebelumnya
Laba rugi tahun berjalan
450370
1213
(219482)
17298
Jumlah modal inti 249399
J. Modal Pelengkap
Penyisishan atas kemungkinan kerugian
pada aktiva produktif
Hutang subordinasi
31800
50000
110
Jumlah Modal Pelengkap 81800
Total Modal 331199
ATMR 2591579
Analisis CAR
6. CAR tahu 2013
K. Modal Inti
Modal disetor
Cadangan umum dan khusus
Laba rugi tahun sebelumnya
Laba rugi tahun berjalan
450370
1213
(201820)
19548
Jumlah modal inti 269311
L. Modal Pelengkap
Penyisishan atas kemungkinan kerugian
pada aktiva produktif
Hutang subordinasi
39608
50000
Jumlah Modal Pelengkap 89608
Total Modal 358919
ATMR 3232827
Analisis CAR
111
NILAI CAR BSB TAHUN 2008 S/D 2013
No Urutan Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 CAR 37,19% 13,06% 11,51% 11,29% 12,78% 11,10%
2 Growth (24,13%) (1,55%) (0,22%) 1,49% 1,68%
3 ATMR 275151 1285887 1611473 1973954 2591579 3232817
4 KPMM 22012,08 102870,96 128917,84 157916,32 207326,32 258626,16
5 Kriteria
B. KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
1. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2008
JUMLAH KAP: Rp. 520.560
Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp. 501.896) 0
DPK (25% x Rp. 14.918) 3729,5
Kurang Lancar (50% x Rp. 1.009) 504,5
Diragukan (75% x Rp. 985) 738,75
Macet (100%x Rp. 1.752) 1752
Jumlah 6724,75
2. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2009
JUMLAH KAP : Rp. 1.778.198
Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp. 1.704.257) 0
112
DPK (25% x Rp. 14.918) 8090,75
Kurang Lancar (50% x Rp.1.009) 4334,5
Diragukan (75% x Rp. 985) 7788,75
Macet (100%x Rp. 1.752) 22,524
Jumlah 42738
3. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2010
JUMLAH KAP : Rp. 1.971.707
Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp. 1.734.883) 0
DPK (25% x Rp. 175.531) 43882,75
Kurang Lancar (50% x Rp. 8.935) 4467,5
Diragukan (75% x Rp. 13.820) 10365
Macet (100%x Rp. 38.538 38538
Jumlah 97253,25
4. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2011
JUMLAH KAP : Rp. 2.385.492
Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp. 2.138.108) 0
DPK (25% x Rp. 214.119) 34527
113
Kurang Lancar (50% x Rp. 9.361) 4680,5
Diragukan (75% x Rp. 7.898) 5923,5
Macet (100%x Rp. 16.006) 16006
Jumlah 61137
5. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2012
JUMLAH KAP : Rp. 3.271.480
Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp. 2.951.721) 0
DPK (25% x Rp. 196.886) 49221,5
Kurang Lancar (50% x Rp. 91.238) 45619
Diragukan (75% x Rp. 7.687) 5765,25
Macet (100%x Rp. 23.948) 23.948
Jumlah 124553,75
6. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2013
JUMLAH KAP: Rp.3.955.011
Kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan
Kriteria Tahun
Lancar (0% x Rp. 3.599.315) 0
DPK (25% x Rp. 213.029) 53257,25
Kurang Lancar (50% x Rp. 10.657) 53288,5
114
Diragukan (75% x Rp. 4.489) 3366,75
Macet (100%x Rp. 127.521) 127521
Jumlah 189473,5
C. EARNING
2008
2009
keterangan jumlah NOM
keterangan jumlah NOM
Pendapatan Oprasional 28512
Pendapatan Oprasional 131451
Distribusi bagi hasil 31038
Distribusi bagi hasil 66731 1.94%
beban oprasional 22781 -58.34%
beban oprasional 61834
rata-rata aktiva
produktif 43380
rata-rata aktiva
produktif 148183
2010
2011
keterangan jumlah NOM
keterangan Jumlah NOM
Pendapatan Oprasional 223156
Pendapatan Oprasional 245306
Distribusi bagi hasil 122255 8.74%
Distribusi bagi hasil 137513 7.59%
beban oprasional 86528
beban oprasional 92700
rata-rata aktiva
produktif 164309
rata-rata aktiva
produktif 198791
2012
2013
keterangan jumlah NOM
keterangan jumlah NOM
Pendapatan Oprasional 311220
Pendapatan Oprasional 401503
Distribusi bagi hasil 165274
Distribusi bagi hasil 220413 9.29%
beban oprasional 119785 9.59%
beban oprasional 150468
rata-rata aktiva
produktif 272623
rata-rata aktiva
produktif 329584
115
D. LIQUIDITY
KETERANGAN 2008 2009 2010 2011 2012 2013
SURAT BERHARGA YANG DIMILIKI 11838 74098 73819 114168 139827 162989
PENEMPATAN PADA BANK LAIN 309175 276134 277335 257757 274266 371451
JUMLAH AKTIVA JANGKA PENDEK 309175 350232 351154 371925 414093 534440
KEWAJIBAN SEGERA LAINNYA 24251 19767 17796 10478 19094 112793
KEWAJIBAN PADA BANK LAIN 178100 421273 272878 35482 343048 539839
SURAT BERHARGA YANG DI TERBITKAN
PEMBIAYAAN/PINJAMANAN YANG DITERIMA 49780 49780 49780 49780 49780 49780
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 252131 490820 340454 95740 411922 702412
122.62475 71.356505 103.142862 388.4739921 100.52704 76.086399