analisis tingkat kesehatan bank perkreditan rakyat … · bank perkreditan rakyat (bpr) (a case...

154
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Studi Kasus : BPR Yuwana Nindya Raharja Wonosari SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Disusun Oleh : Ari Widyatmoko ( 012214213 ) PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

14 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS TINGKAT KESEHATAN

    BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Studi Kasus : BPR Yuwana Nindya Raharja Wonosari

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

    gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

    Disusun Oleh :

    Ari Widyatmoko ( 012214213 )

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2007

  • i

    ANALISIS TINGKAT KESEHATAN

    BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Studi Kasus : BPR Yuwana Nindya Raharja Wonosari

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

    gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

    Disusun Oleh :

    Ari Widyatmoko ( 012214213 )

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2007

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    ABSTRAK

    ANALISIS TINGKAT KESEHATAN

    BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

    (Studi kasus pada BPR Yuwana Nindya Raharja)

    Ari Widyatmoko

    Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta

    2007

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank pada

    tahun 2002 – 2006 yang meliputi faktor permodalan, kualitas aktiva produktif,

    manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.

    Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, studi dokumen, dan

    wawancara. Teknik analisis data untuk menjawab permasalahan yang ada dengan

    metode CAMEL yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengukur tingkat

    kesehatan bank yang terdiri dari lima faktor yang meliputi Capital Adequacy

    Ratio, Assets Quality, Management, Earning Ability and Liquidity.

    Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa

    tingkat kesehatan BPR Yuwana Nindya Raharja tahun 2002 – 2007 mendapat

    predikat sehat.

  • vii

    ABSTRACT

    ANALYSIS ON THE SOUNDNESS OF

    BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

    (A CASE STUDY AT BPR YUWANA NINDYA RAHARJA)

    Ari Widyatmoko

    Sanata Dharma University

    Yogyakarta

    2007

    The purposes of this research are to know the soundness of a bank in

    2002 – 2006, based on its Capital Adequacy Ratio, Assets Quality, Management,

    Earning Power and Liquidity.

    The techniques for data collection are questionnaire, documentation and

    interview. The technique for data analysis was the CAMEL method, the method

    consists of Capital Adequacy Ratio, Assets Quality, Management, Earning Ability

    and Liquidity.

    Based on the analysis, the study concluded that BPR Yuwana Nindya

    Raharja in 2002 – 2006 on the whole was classified as sound.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

    rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan mulai dari perencanaan sampai

    dengan terselesaikannya skripsi ini.

    Skripsi ini berjudul, “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan

    Rakyat (BPR)”. Lokasi penelitian di BPR Yuwana Nindya Raharja. Tujuan

    penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Ekonomi, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata

    Dharma Yogyakarta.

    Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Bapak Drs. G.Hendra Poerwanto, M.Si, selaku Kepala Program Studi

    Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    3. Ibu Dra. C. Wahyu Estining R, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang selalu

    mendampingi dan memberikan dorongan dan saran kepada penulis dari awal

    hingga terselesainya skripsi ini.

    4. Bapak A. Yudi Yuniarto, SE. MBA., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

    meluangkan waktu dan memberikan masukan hingga terselesainya skripsi ini.

    5. Ibu Dra. Y. Rini Hardanti, M.Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan

    masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

  • ix

    6. Yang terhormat ibu Rinaras Widi Atmini SE; selaku pimpinan BPR Yuwana

    Nindya Raharja yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan

    penelitian.

    7. Seluruh staf BPR Yuwana Nindya Raharja khususnya untuk bagian SPI, mbak

    Sudaryanti, yang telah begitu banyak membantu dan memberi masukan.

    8. Ayah Bundaku, terimakasih atas pengertiannya, kasih sayangnya, nasehatnya,

    motivasinya, dukungannya baik moril maupun materiil, doa dan restunya, aku

    akan mempersembahkan yang terbaik untuk kalian.

    9. Adik-adikku (Banar, Candra, Dian), kalianlah semangat dan keceriaanku,

    berhati-hatilah dalam menjalani hidup dan rajinlah belajar.

    10. Peni, terimakasih karena tidak pernah lelah memberi dukungan dan nasehat.

    11. Keluarga besar Munir Yasin, khususnya Mbak Niraina Masrika dan Mas Daru,

    terimakasih untuk waktu, nasehat, dan bantuannya.

    12. Keluwargo Ageng Narto Pawiro, Keluwargo Ageng Tugiwiyono, dan

    Keluwargo Ageng Wiryo Pawiro. Maturnuwun sanget..

    13. Sahabat-sahabatku Agus, Soni, Cahyo, Mezoem, Wowok, Ndower, Mamat,

    Morries, Irma, Moniq, Topan, Boni, Dewan & Danies, David, Roni, Martin,

    Bambang, Michael, Danol & Wi, Cicil & Basil, dll. Dan semua teman-teman

    di “Songket Reggae Community”. Terimakasih untuk dreadlock,

    persahabatan, dan persaudaraan.

    14. Teman-teman KKP-ku dari “Waluyo’s Cow Stable Gank” (Markus, Anton,

    Theo, Ijoel, Danik, Sinta, Ria, Rita, Vika, Lisa). Terimakasih untuk 2 minggu

    yang tak terlupakan.

  • x

    15. Teman-temanku TK, SD, SMP, SMA. Khususnya SMA Jurusan Bahasa.

    (Jack Borland, Edi Van Halen, Bangun Bawono SE & Dewi, Mr. Lam & istri,

    Nunk Bettencourt). Thanks for all!!

    16. Teman-teman “Komoenitas Rakjat Djelata” (Agungevara, Yoyok Gimbal,

    Doleo, Azan, Tofek, Faisal, Aji). Keep The Revolution Till Indonesia Raja

    Gemah Ripah Loh Djinawi!!

    17. PC Pentium II-ku dan Canon BJC 2100SP. Uzur usiamu, handal kerjamu. Dan

    Almarhum Blue Tigerku yang telah setia mengantarku kemanapun aku pergi.

    18. Semua pihak yang belum disebutkan, yang telah membantu dan mengganggu

    terselesainya skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih dan hore!!

    Menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, maka

    kritikan terhadap tulisan ini menjadi bahan pertimbangan yang sangat penting

    dalam merevisi dan menyempurnakannya. Semoga skripsi ini dapat memberikan

    manfaat bagi yang membutuhkan.

    Yogyakarta, 2 November 2007

    Penulis,

    Ari Widyatmoko

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.........................................v

    ABSTRAK .......................................................................................................... vi

    ABSTRACK ....................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

    DAFTAR ISI....................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL............................................................................................... xiv

    BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1

    A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

    B. Rumusan Masalah....................................................................... 4

    C. Batasan Masalah ......................................................................... 4

    D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4

    E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

    F. Sistematika Penulisan ................................................................. 5

    BAB II. LANDASAN TEORI........................................................................ 7

    A. Perbankan.................................................................................... 7

    B. Bank BPR.................................................................................... 11

    C. Karakteristik BPR....................................................................... 12

    D. Manfaat Kesehatan Bank ............................................................ 13

    E. Tingkat Kesehatan Bank ............................................................. 13

    F. Pelaksanaan Ketentuan Lain ....................................................... 24

  • xii

    G. Faktor Judgment.......................................................................... 25

    BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 27

    A. Jenis Penelitian............................................................................ 27

    B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 27

    C. Subyek dan Obyek Penelitian..................................................... 27

    D. Data yang diperlukan.................................................................. 28

    E. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 28

    F. Teknik Analisis Data................................................................... 29

    BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............................. 38

    A. Sejarah Singkat BPR Yuwana Nindya Raharja .......................... 38

    B. Kegiatan Usaha ........................................................................... 39

    C. Susunan Pengurus ....................................................................... 38

    D. Kepemilikan................................................................................ 39

    E. Struktur Organisasi ..................................................................... 39

    F. Produk dan Jasa .......................................................................... 45

    BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ....................................... 47

    A. Hasil Perhitungan Tingkat Kesehatan BPR Yuwana

    Nindya Raharja tahun 2002 - 2006 ............................................. 47

    1. Hasil Perhitungan CAR tahun 2002 – 2006 .......................... 47

    2. Hasil Perhitungan KAP tahun 2002 – 2006 .......................... 48

    3. Hasil Perhitungan Manajemen tahun 2002 – 2006................ 50

    4. Hasil Perhitungan Rentabilitas tahun 2002 – 2006 ............... 52

    5. Hasil Perhitungan Likuiditas tahun 2002 – 2006 .................. 53

    B. Hasil Penentuan Predikat Tingkat Kesehatan BPR Yuwana

    Nidya Raharja ............................................................................. 55

    BAB VI. PENUTUP ......................................................................................... 59

    A. Kesimpulan ................................................................................. 59

    B. Keterbatasan................................................................................ 60

  • xiii

    C. Saran............................................................................................ 60

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel III.1 Predikat Tingkat Kesehatan Bank ................................................. 25

    Tabel V.1 Hasil Perhitungan CAR.................................................................. 47

    Tabel V.2 Hasil Perhitungan KAP .................................................................. 49

    Tabel V.3 Hasil Perhitungan PPAP ................................................................ 50

    Tabel V.4 Hasil Perhitungan Aspek Manajemen............................................ 50

    Tabel V.5 Hasil Perhitungan ROA ................................................................. 52

    Tabel V.6 Hasil Perhitungan BOPO............................................................... 53

    Tabel V.7 Hasil Perhitungan Likuiditas.......................................................... 54

    Tabel V.8 Hasil Perhitungan LDR.................................................................. 54

    Tabel V.9 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank tahun

    2002................................................................................................ 56

    Tabel V.10 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank tahun

    2003................................................................................................ 56

    Tabel V.11 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank tahun

    2004................................................................................................ 57

    Tabel V.12 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank tahun

    2005................................................................................................ 58

    Tabel V.13 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank tahun

    2006................................................................................................ 58

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Lembaga keuangan perbankan di Indonesia merupakan suatu lembaga

    yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada

    masyarakat. Perbankan di Indonesia mempunyai misi sebagai penunjang

    pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat.

    Dengan diberlakukannya Undang-Undang no. 7 tahun 1992 yang

    kemudian ditegaskan lagi dengan dikeluarkannya Undang-Undang no. 10

    tahun 1998 maka perbankan di Indonesia ada 2 macam yaitu Bank Umum dan

    Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum adalah suatu badan usaha yang

    kegiatan utamanya menerima simpanan dari masyarakat atau pihak lainnya,

    kemudian menyalurkannya dalam bentuk pinjaman terutama pinjaman jangka

    pendek serta menyediakan jasa dalam lalulintas pembayaran. Bank Umum

    merupakan lembaga keuangan yang memberikan layanan jasa-jasa keuangan,

    sebagai financial intermediary ( perantara keuangan ), bank memerlukan

    pengelolaan yang terpadu antara tujuan mendapatkan keuntungan di satu sisi

    dengan keamanan dana di sisi lain.

    Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, disebutkan bahwa Bank

    Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

    konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak

  • 2

    memberikan jasa dalam la lu lintas pembayaran. Keberadaan lembaga

    keuangan bank khususnya Bank Perkreditan Rakyat merupakan alternatif

    untuk mengurangi adanya dualisme keuangan di Indonesia. Dualisme

    keuangan ditunjukkan dengan adanya lembaga keuangan terorganisir (bank)

    dan lembaga keuangan yang tidak terorganisir (rentenir atau lintah darat).

    BPR mempunyai peranan menghimpun dana dari sektor rumah tangga

    (kelompok masyarakat berpendapatan rendah) dan menyalurkannya kepada

    sektor perusahaan (kelompok pengusaha ekonomi lemah). Munculnya BPR

    tersebut menunjukkan bahwa selama ini kelompok masyarakat berpendapatan

    rendah dan kelompok pengusaha ekonomi lemah belum mampu melakukan

    akses ke lembaga keuangan yang sudah ada. Oleh karena itu peranan lembaga

    keuangan BPR sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat diharapkan

    dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia terutama

    kesejahteraan masyarakat berpendapatan rendah dan kelompok pengusaha

    ekonomi lemah.

    Dewasa ini perbankan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat

    pesat. Banyak bank-bank baru bermunculan yang tentu saja membuat

    persaingan yang semakin tajam di industri perbankan. Persaingan yang

    semakin tajam harus diikuti oleh manajemen yang semakin baik untuk bisa

    bertahan di industri perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh

    bank untuk bisa survive adalah kondisi kesehatan bank. Tingkat kesehatan

    bank bisa dilihat dari dua sisi yaitu sisi kualitatif yang meliputi sejarah,

  • 3

    pengelolaan, pemilik dan sisi kuantitatif yang meliputi permodalan, kualitas

    aktiva produktif, manajemen , rentabilitas dan likuiditas.

    Untuk melakukan penilaian kesehatan sebuah bank dapat dilihat dari

    berbagai aspek. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank

    tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat,

    sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan Pembina bank-bank dapat

    memberikan arahan bagaimana bank tersebut harus dijalankan dengan baik

    atau bahkan dihentikan operasinya. Metode yang sering digunakan untuk

    menilai kesehatan bank adalah metode CAMEL, yang penilaiannya meliputi :

    ( Lukman Dendawijaya, 2001: 142 )

    • Capital, untuk rasio kecukupan modal.

    • Assets, untuk rasio kualitas aktiva.

    • Management, untuk menilai kualitas manajemen.

    • Earning, untuk rasio-rasio rentabilitas bank.

    • Liquidity, untuk rasio-rasio likuiditas bank.

    Kondisi bank yang sehat sangat diharapkan oleh semua pihak yaitu antara

    lain pemilik bank, pengelola bank (pihak manajeman), masyarakat pengguna

    jasa bank dan Bank Indonesia sebagai pengawas bank. Untuk itu kesehatan

    bank sangatlah penting bagi eksistensi sebuah bank temasuk Bank Perkreditan

    Rakyat, maka dari itu penulis tertarik untuk menganalisis tingkat kesehatan

    sebuah bank khususnya BPR dengan judul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank

    Perkreditan Rakyat (BPR)”.

  • 4

    B. Rumusan Masalah

    Bagaimana tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Yuwana Nindya

    Raharja di Wonosari Tahun 2002-2006 berdasarkan metode CAMEL ?

    C. Batasan Masalah

    Faktor-faktor yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi faktor

    permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.

    Sedangkan data yang akan diolah dalam penelitian ini adalah data yang

    tersedia pada tahun 2002-2006. Data yang diambil tidak menyangkut

    kerahasiaan bank.

    D. Tujuan Penelitian

    Mengetahui tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Yuwana Nindya

    Raharja di Wonosari pada tahun 2002-2006 berdasarkan metode CAMEL.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Bank

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

    membuat keputusan oleh pihak manajemen.

    2. Universitas Sanata Dharma

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan wacana dan studi

    yang bermanfaat bagi Universitas Sanata Dharma.

  • 5

    3. Penulis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan yang

    diperoleh di bangku kuliah khususnya tentang perbankan dan penulis juga

    dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah.

    F. Sistematika Penulisan

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini menguraikan tentang latar belakang pemilihan judul, batasan maslah,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

    penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Bab ini menjelaskan teori tentang pengertian perbankan, macam-macam bank,

    pengertian BPR, karakteristik BPR, manfaat kesehatan bank dan tingkat

    kesehatan bank.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian,

    subyek dan obyek penelitian data yang diperlukan, metode pengumpulan data

    dan teknis analisis data.

    BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

    Bab ini menguraikan tentang sejarah berdirinya usaha atau jasa, permodalan,

    struktur organisasi, wilayah operasional BPR Yuwana Nindya Raharja di

    Wonosari.

  • 6

    BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    Bab ini menguraikan tentang data penelitian, perhitungan tingkat kesehatan,

    analisis tingkat kesehatan BPR Yuwana Nindya Raharja.

    BAB VI PENUTUP

    Bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan dan saran yang bisa dijadikan

    bahan pertimbangan.

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Perbankan

    1. Pengertian Perbankan

    Bank merupakan suatu bentuk lembaga keuangan. Menurut Ruddy

    Tri Santoso (1994:1) :

    ” Bank adalah suatu industri yang bergerak dibidang kepercayaan, yang

    dalam hal ini adalah sebagai perantara keuangan (financial intermediary)

    antara debitur dan kreditur dana. ” Sedangkan Menurut UU no 7 tahun

    1992 yang diubah menjadi UU no 10 tahun 1998 : ” Bank adalah badan

    usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

    dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf

    hidup rakyat. ”

    2. Fungsi Perbankan

    Secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari

    masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk

    berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik

    fungsi bank adalah sebagai berikut (Y. Srisusilo, Sigit Triandaru dan A.

    Totok Budi Santosa, 2000:6) :

    a. Agent of trust

    Dasar utama kegiatan perbakan adalah trust atau kepercayaan, baik

    dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat

  • 8

    mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur

    kepercayaan.

    b. Agent of development

    Sektor dalam kegiatan pereknomian masyarakat yaitu sektor moneter

    dan sektor riil tidak dapat dipisahkan. Tugas bank sebagai penghimpun

    dana dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan

    perekonomian disektor riil. Kegiatan tersebut memungkinkan

    masyarakat melakukan investasi, distribusi, konsumsi barang dan jasa.

    Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, konsumsi ini tidak lain

    adalah pembangunan perekonomian masyarakat.

    c. Agent of service

    Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran

    dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain

    seperti jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa

    pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.

    3. Jenis Bank

    Bank dapat digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu sebagai berikut :

    a. Jenis bank menurut kegiatan usahanya :

    Menurut UU no 7 tahun 1992 ( dikutip dalam : Y. Srisusilo, 2000 :

    49), bank dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

  • 9

    1) Bank Umum

    Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya

    secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang

    dalam kegiatan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

    2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

    BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan

    hanya dalam bentuk deposita berjangka, tabungan, dana dan atau

    bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan

    dana sebagai usaha BPR.

    b. Jenis bank menurut kepemilikannya. (Ruddy Tri Santoso, 1994 : 5-6) :

    1) Bank Pemerintah

    Bank Pemerintah adalah bank yang seluruh modalnya berasal dari

    kekayaan negara yang dipisahkan dan pendiriannya di bawah UU

    sendiri, contohnya : BNI 46, BRI.

    2) Bank Pembangunan Daerah

    Bank Pembangunan Daerah adalah bank yang pendiriannya

    berdasarkan peraturan daerah tingkat I dan sebagian besar

    sahamnya dimilki oleh pemerintah daerah tingkat II di wilayah

    bersangkutan dan modalnya merupakan harta kekayaan milik

    pemerintah daerah yang dipisahkan. Contoh : BPD DKI Jakarta,

    BPD Jawa Tengah.

  • 10

    3) Bank Swasta Nasional

    Bank Swasta Nasional adalah bank milik swasta yang didirikan

    dalam bentuk hukum perseroan terbatas dimana seluruh sahamnya

    dimiliki oleh WNI dan atau badan-badan hukum di Indonesia serta

    pengelolaan manajemennya ditangani oleh para WNI itu sendiri,

    contohnya : Bank Lippo, Bank Niaga, BCA.

    4) Bank Swasta Asing

    Bank Swasta Asing adalah bank yang didirikan dalam bentuk

    cabang bank yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk

    campuran antara bank asing dengan bank nasional di Indonesia,

    contohnya : ABN AMRO Bank, Bank of Tokyo, Standard

    Chartered Bank.

    5) Bank Koperasi

    Bank Koperasi adalah bank yang pengoperasiannya berlandaskan

    hukum koperasi dan anggotanya sendiri terdiri dari badan-badan

    hukum koperasi, contohnya : Bank Umum Koperasi Indonesia.

    c. Jenis bank menurut kegiatan operasionalnya :

    1) Bank Devisa

    Bank Devisa adalah bank yang mempunyai hak dan wewenang

    yang diberikan oleh Bank Indonesia untuk melakukan transaksi

    valuta asing dan lalu lintas devisa serta hubungan koresponden

    dengan bank asing di luar negeri.

  • 11

    2) Bank Swasta Non Devisa

    Bank Swasta Non Devisa adalah bank yang dalam operasionalnya

    hanya melaksanakan transaksi di dalam negeri (Rupiah) dalam

    bentuk simpanan dan pinjaman serta tidak melaksanakan transaksi

    valuta asing atau hubungan dengan luar negeri.

    d. Jenis bank berdasarkan penciptaan uang giral :

    1) Bank Primer

    Bank Primer adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya

    tidak sekedar mengumpulkan dana dan menyalurkan pinjaman,

    tetapi juga melaksanakan segala macam transaksi yang

    berhubungan langsung dengan kas.

    2) Bank Sekunder

    Bank Sekunder adalah bank yang kegiatan operasionalnya hanya

    sekedar melayani transaksi kas langsung seperti pemberian

    pinjaman.

    B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

    Pengertian BPR menurut UU no 7 tahun 1992 adalah lembaga keuangan

    bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan,

    dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana

    sebagai usaha BPR. Adanya perkembangan lembaga keuangan BPR pasca UU

    perbankan no 7 tahun 1992 tersebut dan kondisi lembaga keuangan pada

    umumnya terutama pada masa dan pasca krisis moneter tahun 1997, maka

  • 12

    pengertian BPR mengalami perubahan dengan munculnya UU perbankan no 10

    tahun 1998 pasal 1. Dengan munculnya UU perbankan no 10 tahun 1998 pasal 1,

    disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan

    kegiatan usahanya secara konvensial atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

    kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.

    C. Karakteristik Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

    Adapun usaha-usaha BPR adalah (Astuti Purnamawati dan Ruddy

    Badrudin, 2002:120) :

    1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

    deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan

    dengan itu.

    2. Memberikan kredit.

    3. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

    deposito berjangka, dan atau tabungan pada bank lain.

    Agar peranan BPR sebagai penghimpun dan penyalur dana khususnya

    untuk kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan kelompok pengusaha

    ekonomi lemah yang belum mampu melakukan akses ke lembaga keuangan yang

    ada dapat optimal, maka BPR dilarang melakukan kegiatan usaha sebagai berikut

    ( Pasal 14 UU Nomor 7 Tahun 1992 ) :

    1. Menerima simpanan berupa giro.

    2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

    3. Melakukan usaha perasuransian.

  • 13

    4. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud

    dalam usaha BPR.

    D. Manfaat Kesehatan Bank.

    Bank merupakan suatu bentuk dari lembaga keuangan yang menjalankan

    usahanya berdasarkan atas kepercayaan. Tanpa adanya kepercayaan masyarakat

    terhadap perbankan dan juga sebaliknya tanpa adanya kepercayaan perbankan

    terhadap masyarakat maka kegiatan perbankan tidak dapat berjalan dengan baik.

    Setiap nasabah pasti menginginkan uang yang disimpan di bank itu aman.

    Mengingat kondisi seperti itu, maka bank wajib menjaga kesehatan usahanya dan

    bank wajib melaksanakan usahanya dengan prinsip kehati-hatian. Bila bank dapat

    menjaga kesehatannya, otomatis bank akan memberikan jaminan dan akan

    mampu menimbulkan rasa kepercayaan masyarakat terutama nasabah yang

    menyimpan dananya di bank.

    E. Tingkat Kesehatan Bank

    Untuk melakukan penilaian kesehatan sebuah bank dapat dilihat dari

    berbagai aspek. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank

    tersebut untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup

    sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan

    pembina bank-bank dapat memberikan arahan bagaimana bank tersebut harus

    dijalankan dengan baik atau bahkan dihentikan operasinya.

  • 14

    Ukuran untuk penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank

    Indonesia. Seperti yang tertera pada Undang-undang RI No 7 tahun 1992 tentang

    perbankan pasal 29, yang isinya adalah :

    1. Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia

    2. Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan

    memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen,

    rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan

    dengan usaha bank.

    3. Bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan

    sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan wajib melakukan usaha sesuai

    dengan prinsip-prinsip kehati-hatian.

    Tingkat kesehatan bank dinilai dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

    ini meliputi penilaian terhadap faktor- faktor yang meliputi permodalan, kualitas

    aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Penilaian ini biasa

    disebut dengan analisis CAMEL ( Lukman Dendawijaya, 2001: 142 ), yaitu :

    Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity. Disamping kuantifikasi

    komponen-komponen dari faktor CAMEL, di dalam surat keputusan Direksi BI

    No. 30/KEP/DIR tanggal 30 April 1997, penilaian tingkat kesehatan bank juga

    dikaitkan dengan pemenuhan ketentuan tertentu yaitu Batas Maksimum

    Pemberian Kredit (BMPK). Selain itu juga dilakukan judgement serta melihat

    faktor- faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil penilaian akhir kesehatan bank.

    Berikut ini merupakan faktor-faktor yang meliputi dalam analisis

    CAMEL:

  • 15

    1. Permodalan (Capital Adequacy Ratio)

    Modal adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka

    pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan

    usaha bank disamping memenuhi peraturan yang ditetapkan. Kewajiban

    penyediaan modal minimum Bank Perkreditan Rakyat diatur dalam surat

    edaran Bank Indonesia No. 26/2/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Dalam surat

    edaran BI tersebut dijelaskan bahwa modal merupakan faktor yang penting

    bagi Bank Perkreditan Rakyat dalam rangka pengembangan usaha dan

    menanggung risiko kerugian. Modal bagi Bank Perkreditan Rakyat terdiri

    dari modal inti dan modal pelengkap.

    a. Modal inti, yaitu modal yang terdiri dari :

    1) Modal Disetor

    Modal Disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh

    pemiliknya.

    2) Modal Sumbangan

    Modal Sumbangan adalah modal yang diperoleh kembali dari

    sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan

    harga jual apabila saham tersebut dijual.

    3) Cadangan Umum

    Cadangan Umum adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan

    laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan

    mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat

    anggota.

  • 16

    4) Cadangan Tujuan

    Cadangan Tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang

    disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat

    umum pemegang saham atau rapat anggota.

    5) Laba Yang Ditahan

    Laba Yang Ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak

    yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan

    untuk tidak dibagi.

    6) Laba Tahun Lalu

    Laba Tahun Lalu adalah seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu

    setelah dikurangi pajak dan belum ditetapkan penggunaannya oleh

    rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.

    7) Laba Tahun Berjalan

    Laba Tahun Berjalan laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan

    setelah dikurangi taksiran hutang pajak. Jumlah laba tahun buku

    berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%.

    Jika dalam tahun berjalan BPR mengalami kerugian, maka seluruh

    kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

    b. Modal pelengkap, yaitu modal yang terdiri dari :

    1) Cadangan revaluasi aktiva tetap merupakan cadangan yang

    dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang mendapat

    persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.

  • 17

    2) Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang selama ini dikenal

    sebagai cadangan aktiva yang diklasifikasikan yaitu penyisihan

    penghapusan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi

    tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang

    mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali

    sebagian atau seluruh aktiva produktif. Jumlah penyisihan

    penghapusan aktiva produktif yang dapat diperhitungkan sebagai

    komponen modal pelengkap adalah maksimum 1,25% dari jumlah

    Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

    3) Modal pinjaman

    Modal pinjaman merupakan hutang yang didukung oleh instrumen

    atau warkat yang memiliki sifat seperti modal.

    4) Pinjaman subordinasi

    Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang hak tagihnya dalam hal

    terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada.

    Pinjaman subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai modal adalah

    pinjaman subordinasi dikurangi amortisasi yang dihitung dengan

    menggunakan metode garis lurus. Disamping itu jumlah pinjaman

    subordinasi yang dijadikan komponen modal pelengkap adalah

    maksimum 50% dari modal inti.

    Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada Aktiva Tertimbang

    Menurut Risiko (ATMR). Dalam hal menghitung ATMR, pos-pos aktiva

    diberikan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang

  • 18

    terkandung pada aktiva itu sendiri. Aktiva yang likuid bobot risikonya

    hanya 0%. Antar bank aktiva kredit pada bank lain atau bank pemerintah

    bobot risikonya masing-masing sebesar 20%. Sedangkan untuk aktiva

    tetap investasi dan kredit yang diberikan bobot risikonya 100% kecuali

    kredit pemilikan rumah (KPR) bobot risikonya hanya 50%.

    Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank

    Perkreditan Rakyat diatur secara khusus dalam SK Direksi BI

    no.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. Sesuai dengan surat keputusan

    tersebut penilaian terhadap penentuan KPMM ditetapkan sebagai berikut:

    a. Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberikan predikat sehat dengan nilai

    kredit 81 dan untuk setiap kenaikan 0,1 % dari pemenuhan KPMM

    sebesar 8% nilai kredit ditambah 1 hingga maksimum 100.

    b. Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberikan

    predikat kurang sehat dengan nilai kredit 65 dan untuk setiap

    penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit

    dikurangi 1 dengan nilai minimum 0.

    Untuk mengkuantifikasi permodalan digunakan rumus :

    Modal CAR = -------------- X 100 %

    ATMR

    2. Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality)

    Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.26/4/BPPP tanggal

    29 Mei 1993 mengenai kualitas aktiva produktif, yang dimaksud dengan

    aktiva produktif adalah aktiva dalam rupiah maupun valuta asing yang

  • 19

    dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai

    dengan fungsinya. Aktiva produktif tersebut meliputi : kredit yang

    diberikan, surat-surat berharga, penempatan dana pada bank lain, dan

    penyertaan. Sedangkan aktiva produktif yang diklasifikasikan datanya

    berasal dari pengklasifikasian kolektibilitas aktiva produktif yang

    prosentasenya sudah ditentukan oleh Bank Indonesia. Prosentasenya

    adalah : 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar, 75%

    dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan, 100% dari aktiva

    produktif yang digolongkan macet.

    Dan untuk penyisihan penghapusan aktiva produktif, datanya

    diperoleh langsung dari bank. Sedangkan penyisihan penghapusan aktiva

    produktif yang wajib dibentuk oleh bank, datanya berasal dari : 0,5% dari

    aktiva produktif yang tergolong lancar, 10% dari aktiva produktif kurang

    lancar, 50% dari aktiva produktif diragukan, dan 100% dari aktiva

    produktif yang tergolong macet.

    Perhitungan terhadap faktor kualitas aktiva produktif (KAP)

    menurut surat keputusan Direksi Bank Indonesia no 30/12/KEP/DIR

    tanggal 30 April 1997 dibedakan atas dua rasio yaitu :

    a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif:

    Aktiva produktif yang diklasifikasikan KAP = -------------------------------------------------- X 100 %

    Aktiva produktif

  • 20

    b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang dibentuk

    oleh bank terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang

    wajib (PPAPW) dibentuk oleh bank :

    PPAP yang dibentuk PPAP = ----------------------------------- X 100%

    PPAP yang wajib dibentuk

    3. Manajemen (Management)

    Penilaian terhadap faktor manajemen menggunakan daftar

    pertanyaan yang telah disediakan menurut SK Direksi BI no

    30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. Daftar pertanyaan sebagai berikut :

    a. 10 pertanyaan untuk manajemen umum

    b. 15 pertanyaan untuk manajemen risiko

    Cara penilaiannya ditetapkan sebagai berikut :

    a. Perhitungan nilai kredit didasarkan pada hasil penilaian jawaban atas

    aspek-aspek pertanyaan.

    b. Memberikan nilai kredit maksimal 4 untuk aspek-aspek yang dinilai

    positif dengan rincian sebagai berikut :

    1) Nilai 0 mencerminkan kondisi lemah.

    2) Nilai 1,2, dan 3 mencerminkan kondisi antara.

    3) Nilai 4 mencerminkan kondisi baik.

    4. Rentabilitas (Earning)

    Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada dua rasio

    yaitu :

  • 21

    a. Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata

    volume usaha dalam periode yang sama.

    Laba sebelum pajak ROA = ---------------------------------- X 100 %

    Rata-rata volume usaha

    Yang dimasukkan ke dalam Laba sebelum pajak adalah

    penjumlahan antara pendapatan operasional bersih, pendapatan/beban

    operasional, dan pendapatan/beban luar biasa. Yang termasuk dalam

    rata-rata volume usaha adalah jumlah dari seluruh aktiva pada neraca.

    b. Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan

    operasional dalam periode yang sama (BOPO).

    Biaya operasional BOPO = --------------------------------- X 100 %

    Pendapatan operasional

    Yang dimasukkan ke dalam biaya operasional adalah biaya

    atau beban yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank.

    Pendapatan operasional berisikan semua pendapatan yang merupakan

    hasil langsung dari kegiatan usaha utama bank.

    Penilaian terhadap faktor rentabilitas ditetapkan sebagai berikut :

    a. Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata

    volume usaha dalam periode yang sama sebesar 0% atau negatif diberi

    nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai

    kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

  • 22

    b. Rasio Biaya Operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan

    operasional dalam periode yang sama sebesar 100% atau lebih dari

    nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan sebesar 0,08% nilai kredit

    ditambah 1 dengan maksimum 100.

    5. Likuiditas (Liquidity)

    Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 rasio yaitu :

    a. Rasio alat likuid terhadap hutang lancar

    Alat likuid Likuiditas = ----------------------- X 100 %

    Hutang lancar

    Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.30/3/UPPB tanggal 30 April

    1997, yang dimaksud dengan alat likuid meliputi kas dan penanaman

    pada bank lain dalam bentuk giro dan tabungan dikurangi dengan

    tabungan bank lain pada bank. Sedangkan hutang lancar meliputi

    kewajiban segera, tabungan, dan deposito.

    b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank

    Kredit yang diberikan LDR = -------------------------- X 100 %

    Dana yang diterima

    Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.30/3/UPPB tanggal 30 April

    1997, yang dimaksud dengan kredit yang diberikan meliputi :

    1). Kredit yang diberikan kepada masyarakat dikurangi dengan bagian

    kredit sindikasi yang dibiayai bank lain.

    2). Penanaman kepada bank lain, dalam bentuk kredit yang diberikan

    dengan jangka waktu lebih dari 3 (tiga) bulan.

  • 23

    3). Penanaman kepada bank lain dalam bentuk kredit dalam rangka

    kredit sindikasi.

    Sedangkan yang dimaksud dengan dana yang diterima menurut Surat

    Edaran Bank Indonesia No.30/3/UPPB tanggal 30 April 1997, yang

    meliputi :

    1). Deposito dan tabungan masyarakat

    2). Pinjaman bukan dari bank lain dengan jangka waktu lebih dari 3

    (tiga) bulan (diluar pinjaman subordinasi)

    3). Deposito dan pinjaman dari bank lain dengan jangka waktu lebih

    dari 3 bulan

    4). Modal inti

    5). Modal pinjaman

    Penilaian terhadap faktor likuiditas ditetapkan sebagai berikut :

    a. Rasio alat likuid terhadap hutang lancar sebesar 0% diberi kredit 0 dan

    untuk setiap kenaikan 0,05% nilai kredit ditambah 1 dengan

    maksimum 100.

    b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank sebesar 115% atau

    lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari

    rasio 115% nilai kredit ditambah 4 dengan nilai maksimum 100.

  • 24

    F. Pelaksanaan ketentuan lain.

    1. Pelaksanaan ketentuan yang sanksinya dikaitkan dengan penilaian tingkat

    kesehatan bank adalah pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum

    Pemberian Kredit (BMPK).

    2. Pelanggaran terhadap ketentuan BMPK sebagaimana dimaksud dalam

    ketentuan dihitung berdasarkan jumlah kumulatif pelanggaran BMPK kepada

    debitur individual, debitur kelompok dan pihak terkait dengan bank terhadap

    modal bank.

    3. Pelanggaran sebagaimana tersebut diatas mengurangi nilai kredit hasil

    penilaian tingkat kesehatan dengan perhitungan :

    1) Untuk setiap pelanggaran BMPK nilai kredit dikurangi 5

    2) Untuk setiap 1% pelanggaran BMPK nilai kredit dikurangi lagi dengan

    0,05 dengan maksimum 10.

    Menurut SK Direksi BI No. 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 bobot

    nilai yang diberikan untuk setiap komponen sebagai berikut :

    Faktor yang Dinilai Komponen Bobot

    Capital Rasio Modal terhadap aktiva tertimbang 30 % (permodalan) menurut risiko Assets 30 % (Kualitas Aktiva a. Rasio aktiva yang diklasifikasikan Produktif) terhadap aktiva produktif 25 % b. Rasio Penyisihan penghapusan aktiva penyisihan yang dibentuk Bank terhadap Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk 5 % Management 20 % (Manajemen) a. Manajemen Umum 10 % b. Manajemen Resiko 10 %

  • 25

    Earnings 10 % (Rentabilitas) a. Rasio Laba terhadap total asset 5 % b. Rasio Biaya operasional terhadap pendapatan operasional 5 % Liquidity 10 % (Likuiditas) a. Rasio alat likuid terhadap hutang lancar 5 % b. Rasio Biaya operasional terhadap pendapatan operasional 5 %

    Sumber : Surat Keputusan Direktur BI Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997

    Nilai kredit hasil penilaian kuantitatif terhadap lima faktor beserta

    komponennya tersebut dijumlahkan, sehingga akan diperoleh hasil penilaian

    faktor yang dikuantifikasi. Atas dasar nilai kredit dari faktor- faktor yang

    dinilai, diperoleh nilai kredit gabungan setelah itu diberikan predikat atas

    penilaian berdasarkan bobot masing-masing.

    Predikat yang diberikan antara lain :

    Tabel III.1 Predikat Tingkat Kesehatan Bank

    Nilai Kredit Predikat

    81 sampai dengan 100

    66 sampai

  • 26

    1. Perselisihan intern yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan dalam

    bank yang bersangkutan.

    2. Campur tangan pihak-pihak di luar bank dalam kepengurusannya ata

    manajemen bank, termasuk didalamnya kerjasama yang tidak wajar yang

    mengakibatkan salah satu atau beberapa kantornya berdiri sendiri.

    3. Window Dressing dalam pembukuan dan atau laporan bank yang secara

    materiil dapat berpengaruh terhadap keuangan bank yang secara materiil

    dapat berpengaruh terhadap keuangan.

    4. Praktek “Bank dalam Bank” atau melakukan usaha bank diluar

    pembukuan.

    5. Kesulitan keuangan yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk

    memenuhi kewajibannya kepada pihak ketiga.

    6. Praktek perbankan lain yang menyimpang yang dapat membahayakan

    kelangsungan usaha bank dan atau menurunkan kesehatan bank.

  • 27

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian merupakan studi kasus pada Bank Perkreditan Rakyat

    (BPR) Yuwana Nindya Raharja Wonosari. Oleh karena itu, hasil penelitian dan

    kesimpulan yang diambil hanya berlaku pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

    Yuwana Nindya Raharja Wonosari.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian dilakukan pada BPR Yuwana Nindya Raharja di Wonosari.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan dari tanggal 14 Mei sampai dengan 23 Mei tahun

    2007.

    C. Subjek dan Objek Penelitian

    1. Subjek Penelitian

    a. Pihak manajemen

    b. Kepala Bagian Operasional

    c. Bagian Administrasi dan Akuntansi

  • 28

    2. Objek Penelitian

    a. Laporan Keuangan yang meliputi neraca, laporan laba/rugi, laporan

    kewajiban penyediaan modal minimum, dan laporan batas pemberian

    kredit.

    b. Faktor Permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas,

    dan likuiditas.

    D. Data yang diperlukan

    1. Data Primer

    Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari perusahaan

    melalui wawancara antara lain sejarah berdirinya perusahan, struktur

    organisasi dan data lain yang diperlukan.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder merupakan data yang didapat atau dikumpulkan dari pihak

    lain baik internal maupun eksternal.

    E. Metode Pengumpulan Data

    Untuk memberikan data primer dan data sekunder, metode yang digunakan

    adalah:

    1. Wawancara

    Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan tanya jawab

    secara langsung dengan pihak perusahaan sebagai pemilik informasi, untuk

    mendapatkan data yang relevan dengan perusahaan yang diteliti..

  • 29

    2. Kuesioner

    Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan membuat daftar

    pertanyaan yang harus dijawab oleh responden atau pihak manajemen.

    3. Studi Dokumentasi

    Studi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

    dengan cara melihat berkas, catatan akuntansi dan dokumen lainnya yang

    berkaitan dengan objek penelitian.

    F. Teknik Analisis Data

    Berikut ini merupakan faktor- faktor yang dinilai dalam analisis CAMEL:

    1. Permodalan (Capital Adequacy Ratio)

    Untuk mengkuantifikasi permodalan digunakan rumus :

    Modal CAR = --------------------------------------------------------- X 100 % Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

    Hasil penilaian :

    a. Sehat : 8%

    b. Kurang Sehat : 6,5% sampai dengan

  • 30

    2. Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality)

    Perhitungan terhadap faktor kualitas aktiva produktif (KAP)

    dibedakan atas dua rasio yaitu :

    a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif:

    Aktiva produktif yang diklasifikasikan KAP = -------------------------------------------------- X 100 %

    Aktiva produktif

    Aktiva produktif meliputi : kredit yang diberikan, surat-surat

    berharga, penempatan dana pada bank lain, dan penyertaan. Sedangkan

    aktiva produktif yang diklasifikasikan datanya berasal dari

    pengklasifikasian kolektibilitas aktiva produktif yang prosentasenya sudah

    ditentukan oleh Bank Indonesia. Prosentasenya adalah : 50% dari aktiva

    produktif yang digolongkan kurang lancar, 75% dari aktiva produktif yang

    digolongkan diragukan, 100% dari aktiva produktif yang digolongkan

    macet.

    Hasil penilaian :

    1) Sehat : 0,0% sampai dengan 10,35% sampai dengan

  • 31

    Dari hasil KAP tersebut kemudian dicari nilai kreditnya :

    22,5 % - KAP % N.K = ------------------------- x 1 (maksimal 100)

    0,15 %

    b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang dibentuk

    oleh bank terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang

    wajib (PPAPW) dibentuk oleh bank :

    PPAP yang dibentuk PPAP = ------------------------------------- X 100%

    PPAP yang wajib dibentuk Dan untuk penyisihan penghapusan aktiva produktif, datanya

    diperoleh langsung dari neraca. Sedangkan penyisihan penghapusan aktiva

    produktif yang wajib dibentuk oleh bank, datanya berasal dari : 0,5% dari

    aktiva produktif yang tergolong lancar, 10% dari aktiva produktif kurang

    lancar, 50% dari aktiva produktif diragukan, dan 100% dari aktiva

    produktif yang tergolong macet.

    Hasil penilaian : 1) Sehat : 81,0%

    2) Cukup sehat : 66,0% sampai dengan

  • 32

    Dari hasil PPAP tersebut kemudian dicari nilai kreditnya :

    N.K : PPAP % x 1 (maksimal 100)

    3. Manajemen (Management)

    Penilaian terhadap faktor manajemen menggunakan daftar

    pertanyaan yang telah disediakan menurut SK Direksi BI no

    30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. Daftar pertanyaan sebagai berikut :

    a. 10 pertanyaan untuk manajemen umum

    b. 15 pertanyaan untuk manajemen risiko

    Sepuluh (10) pertanyaan manajemen umum terdiri dari 1

    pertanyaan tentang strategi dan sasaran, 2 pertanyaan tentang struktur, 4

    pertanyaan tentang sistem dan 3 pertanyaan tentang kepemimpinan.

    Sedangkan lima belas (15) pertanyaan manajemen risiko terdiri dari 2

    pertanyaan tentang risiko likuiditas, 3 pertanyaan risiko tentang kredit, 3

    pertanyaan tentang risiko operasional dan 3 pertanyaan tentang risiko

    hukum, serta 4 pertanyaan tentang resiko pemilik dan pengurus bank

    Ketentuan penilaian :

    a. Setiap jawaban diberi nilai 0,1,2,3,4.

    b. Nilai 0 : lemah, nilai 1,2,3 : antara, nilai 4 : baik

    Cara perhitungan :

    Jumlah Nilai Aspek Manajemen Umum Manajemen Umum : --------------------------------------------------- x 100% 0,4

  • 33

    Jumlah Nilai Aspek Manajemen Risiko Manajemen Risiko : --------------------------------------------------- x 100% 0,6

    Hasil penilaian :

    a. Sehat : 81,0%

    b. Cukup sehat : 66,0% sampai dengan

  • 34

    operasional, dan pendapatan/beban luar biasa. Yang termasuk dalam

    rata-rata volume usaha adalah jumlah dari seluruh aktiva pada neraca.

    Hasil penilaian :

    1) Sehat : >1,215%

    2) Cukup sehat : >0,999% sampai dengan 0,765% sampai dengan

  • 35

    2) Cukup sehat : >93,52% sampai dengan 94,72% sampai dengan 3,30% sampai dengan 2,55% sampai dengan

  • 36

    Dari hasil likuiditas tersebut kemudian dicari nilai kreditnya :

    Likuiditas % N.K = ----------------- (maksimal 100)

    0,05 %

    b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank :

    Kredit yang diberikan LDR = ------------------------------- X 100 % Dana yang diterima

    Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.30/3/UPPB tanggal 30 April

    1997, yang dimaksud dengan kredit yang diberikan meliputi :

    1). Kredit yang diberikan kepada masyarakat dikurangi dengan bagian

    kredit sindikasi yang dibiayai bank lain.

    2). Penanaman kepada bank lain, dalam bentuk kredit yang diberikan

    dengan jangka waktu lebih dari 3 (tiga) bulan.

    3). Penanaman kepada bank lain dalam bentuk kredit dalam rangka

    kredit sindikasi.

    Sedangkan yang dimaksud dengan dana yang diterima menurut Surat

    Edaran Bank Indonesia No.30/3/UPPB tanggal 30 April 1997, yang

    meliputi :

    1). Deposito dan tabungan masyarakat

    2). Pinjaman bukan dari bank lain dengan jangka waktu lebih dari 3

    (tiga) bulan (diluar pinjaman subordinasi)

    3). Deposito dan pinjaman dari bank lain dengan jangka waktu lebih

    dari 3 bulan

  • 37

    4). Modal inti

    5). Modal pinjaman

    Hasil penilaian :

    1) Sehat : 94,75% sampai dengan 98,5%

    3) Kurang sehat : >98,5% sampai dengan 102,25%

    4) Tidak sehat : >102,25%

    Dari hasil LDR tersebut kemudian dicari nilai kreditnya :

    N.K = 115 % - LDR % x 4

  • 39

    BAB IV

    GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

    A. Sejarah Singkat PT BPR Yuwana Nindya Raharja PT BPR Yuwana Nindya Raharja berkedudukan di Jalan Tentara Pelajar

    No.97, Kranon, Kepek, Wonosari. PT BPR Yuwana Nindya Raharja didirikan

    berdasarkan akta nomor 001 tangga l 02 April 1994, notaris Koesharyati Tito, SH.

    Anggaran dasar telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir

    adalah akta nomor 113/VII/ 2004 tanggal 20 Juli 2004, notaris Koesharyati Tito,

    SH dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

    Republik Indonesia dalam Surat Keputusan nomor C-17645 HT.01.04.TH.20035

    tertanggal 24 Juni 2005.

    B. Kegiatan Usaha

    Kegiatan Usaha PT BPR Yuwana Nindya Raharja adalah :

    • Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan : Deposito berjangka

    dan Tabungan.

    • Menempatkan dana dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan di bank

    lain.

    • Menyalurkan kembali dananya dalam bentuk kredit yang diberikan.

    C. Susunan Pengurus

    Susunan Pengurus PT BPR Yuwana Nindya Raharja adalah :

  • 40

    Komisaris Bagus Kris Bawono, SE

    Direktur Utama : Drs. Sudjut Budi Utomo

    Direktur : Rinaras Widi Atmini, SE

    D. Kepemilikan

    Kepemilikan PT BPR Yuwana Nindya Raharja :

    • PT Usaha Karya Bina Mandiri 67,34 %

    • Bagus Kris Bawono 6,06 %

    • Alfius Wastono 6,06 %

    • Sri Murniyati 6,06 %

    • Zamsuri 6,06 %

    • Prambudi 4,38 %

    • Rinaras Widi Atmini 6,06 %

    ---------- +

    100,00 %

    E. Struktur Organisasi

    Struktur Organisasi PT BPR Yuwana Nindya Raharja tersusun sebagai berikut :

  • 41

    Keterangan :

    Garis Instruksi

    Garis Koordinasi

    Berikut ini akan diuraikan tugas dan tanggung jawab, serta wewenang

    masing-masing bagian :

    1. RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)

    Rapat Umum Pemegang Saham ini merupakan kekuasaan tertinggi

    dalam perseroan yang bertugas dan berkewajiban menetapkan anggaran

    dasar, yang di dalamnya memuat bahwa dewan komisaris dan dewan

    direksi diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham

    R U P S

    KOMISARIS

    DIREKSI S P I

    Bagian Pemasaran &

    Kredit - Acc. Officer - Administrasi kredit - Penilai Jaminan & Investigasi

    Bagian Operasional

    - Tabungan / Deposito - Teller - Accounting

    Bagian Personalia &

    Umum - Personalia - Umum - Sopir - Keamanan - Office Boy

    Kantor Kas - Acc. Officer - Teller & Administrasi - Keamanan - Office Boy

  • 42

    yang secara langsung menetapkan jumlah gaji bulanan yang diberikan

    kepada dewan komisaris dan dewan direksi.

    2. Dewan Komisaris

    Dewan Komisaris ini bertanggungjawab kepada RUPS atas segala

    usaha dan kebijaksanaan yang ia keluarkan. Dewan Komisaris bertugas

    melakukan pengawasan dan kepengurusan perseroan yang dilakukan oleh

    direksi. Maka ia memiliki wewenang untuk melakukan pemeriksaan

    terhadap buku-buku, surat-surat, bukti-bukti, mencocokkan keadaan uang

    kas, minta penjelasan mengenai suatu hal kepada direksi, dan sebagainya.

    3. Direksi

    Direksi bertanggung jawab memimpin kegiatan yang dilakukan

    atas nama perusahaan, baik didalam maupun diluar perusahaan.

    Memimpin secara mutlak terhadap seluruh kegiatan operasional maupun

    non operasional yang dijalankan oleh seluruh perusahaan. Direksi bertugas

    untuk memikirkan, merumuskan, dan menetapkan kebijaksanaan dalam

    menentukan program kerja untuk kegiatan yang dilakukan perusahaan.

    4. SPI (Satuan Pengawas Intern)

    Satuan Pengawas Intern bertanggung jawab langsung kepada Direksi.

    SPI memiliki tugas antara lain :

    a. Menyusun rencana kerja pengawasan tahunan.

    b. Mempersiapkan pelaksanaan pengawasan.

    c. Melakukan pengujian kelayakan yang digunakan.

    d. Membuat laporan hasil pengawasan.

  • 43

    e. Melakukan pengujian efektifitas pengendalian intern yang

    digunakan.

    Adapun wewenang-wewenang yang dimiliki Satuan Pengawas Intern

    antara lain :

    a.Menetapkan cara-cara pengawasan yang akan dilakukan.

    b.Meminta keterangan dari segenap karyawan.

    c.Meminta data.

    d.menetapkan cara pelaporan.

    e.Memperoleh peraturan-peraturan baik intern maupun ekstern.

    f.Meminta informasi dari semua karyawan.

    5. Bagian Pemasaran dan Kredit

    Bagian Pemasaran dan Kredit ini membawahi langsung beberapa

    kepala seksi, yaitu : Seksi Account Officer, Seksi Administrasi Kredit, dan

    Seksi Penilai Jaminan & Investigasi. Bagian Pemasaran dan Kredit

    memiliki tugas antara lain :

    a. Membantu direksi dalam melaksanakan tugas-tugas yang

    berhubungan dengan program di bidang dana dan perkreditan.

    b. Menyampaikan saran-saran kepada pimpinan sehubungan dengan

    pelaksanaan tugas-tugas di bidang dan dan perkreditan.

    c. Menyusun rencana kerja dan anggaran bidang dana dan perkreditan

    sebagai usulan untuk mendapatkan persetujuan Dewan Komisaris.

    d. Menyusun jadwal kegiatan rencana anggaran yang telah disetujui

    oleh Dewan Komisaris.

  • 44

    e. Mengatur pengelolaan uang kas dalam rangka pengendalian

    likuiditas secara efektif dan efisien.

    f. Membantu Direksi dalam merumuskan kebijaksanaan bidang

    perkreditan.

    g. Membantu Direksi untuk menjalankan kebijaksanaan dalam bidang

    kredit.

    h. Menghubungi sasaran kredit yang potensial baik terhadap sektor

    pemerintah, swasta maupun sasaran lainnya.

    6. Bagian Operasional

    Bagian Operasional ini membawahi langsung beberapa seksi, yaitu

    Seksi Tabungan / Deposito, Seksi Teller, dan Seksi Accounting. Bagian

    Operasional bertanggung jawab langsung kepada direksi. Tugas dari

    Bagian Operasional adalah :

    a. Menyusun jadwal kerja dan peta kerja seksi.

    b. Menilai hasil kerja staf dan seksi.

    c. Memeriksa kelayakan permohonan kredit

    d. Mengarahkan bawahan.

    Wewenang dari Bagian Operasional itu sendiri adalah :

    a.Memilih sistem.

    b.Memberi penilaian

    c.Memilih program memberi tugas.

    d.Memerintahkan bawahan untuk melengkapi persyaratan kredit

    7. Bagian Personalia dan Umum

  • 45

    Bagian Personalia dan Umum membawahi langsung beberapa

    seksi, yaitu : Seksi Personalia, Seksi Umum, Sopir, Seksi Keamanan, dan

    Office Boy. Bagian Personalia dan Umum memiliki tugas antara lain :

    a. Menerima surat masuk.

    b. Membuat surat keluar.

    c. Mengarsipkan surat masuk dan keluar

    d. Mencatat semua inventaris

    e. Mencatat mutasi sisa persediaan.

    f. Mengatur penjagaan keamanan

    g. Merencanakan kebutuhan karyawan

    h. Memeriksa presensi karyawan

    i. Membuat surat perintah dinas.

    j. Mengurus fasilitas karyawan.

    Sedangkan wewenang Bagian Personalia dan Umum antara lain :

    a.Membuka dan membaca surat masuk.

    b.Menggunakan sarana yang ada.

    c.Menetapkan cara pengarsipan.

    d.Meneliti semua inventaris

    e.Melarang karyawan yang tidak berhak menggunakan formulir.

    f.Memerintah petugas yang terkait.

    g.Mengusulkan penambahan persediaan kepada Direksi.

    h.Menolak presensi yang tidak sah.

    i.Meminta tanda tangan pejabat yang berwenang.

  • 46

    8. Kantor Kas

    Kantor Kas memiliki beberapa seksi, yaitu : Seksi Acc. Officer,

    Seksi Teller & Administrasi, Seksi Keamanan, dan Office Boy

    F. Produk dan Jasa

    Bank adalah mitra bagi siapa saja. Bukan hanya bagi dunia usaha, tapi juga

    untuk perorangan dan keluarga. Di BPR Yuwana Nindya Raharja, nasabah akan

    mendapatkan pelayanan yang ramah, professional dan personal untuk beberapa

    jasa perbankan. Produk dan Jasa BPR Yuwana Nindya Raharja antara lain:

    1. Tabungan

    a. Tabungan Raharja, adalah tabungan untuk masyarakat umum

    b. Tabungan Kusuma, adalah tabungan untuk masyarakat yang dikhususkan

    untuk wanita.

    a. Deposito

    Deposito dengan jangka waktu 1,3,6,dan 12 bulan. Dapat diperpanjang

    secara otomatis. Deposito ini juga dapat dipergunakan sebagai jaminan

    kredit.

    3. Kredit

    a. Kredit Modal Usaha

    b. Kredit Konsumtif

    c. Kredit Pembiayaan Kendaraan Bermotor Bekas

    d. Kredit Sebrakan

  • 47

    Kredit tunai jangka pendek maksimal 3 bulan untuk keperluan usaha

    dengan pengembalian berupa angsuran bunga, sedangkan pokok

    pinjaman dilunasi pada saat jatuh tempo.

    e. Kredit Kusuma (kredit tanpa agunan)

    Dengan syarat :

    i. Wanita

    ii. Berkelompok

    iii. Memiliki usaha yang produktif

    iv. Bertempat tinggal menetap.

  • 47

    BAB V

    ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan atas

    berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan bank. Data

    yang diambil dari PT BPR Yuwana Nindya Raharja adalah data yang meliputi

    neraca, laporan laba/rugi, laporan pelampauan Batas Maksimal Pemberian Kredit

    (BMPK) bagi peminjam dan kelompok peminjam.

    A. Hasil Perhitungan Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Yuwana

    Nindya Raharja tahun 2002 – 2006.

    1. Hasil Perhitungan CAR (Capital Adequacy Ratio) tahun 2002 – 2006.

    Tabel V.1 Hasil Perhitungan Capital Adequacy Ratio

    BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002 - 2006

    Tahun

    Modal (000)

    ATMR (000)

    CAR (%)

    Nilai

    Kredit 2002 607.738 4.368.519 13,9 % 100 2003 474.392 3.704.493 12,8 % 100 2004 531.116 4.451.771 11,9 % 100 2005 795.403 8.089.180 9,8 % 99 2006 1.241.720 14.245.453 8,7 % 88

    Sumber : Lampiran II.1 sampai dengan Lampiran II.3

    Dari tabel tersebut, dapat diketahui adanya penurunan nilai CAR. Pada tahun

    2002, nilai CAR cukup tinggi sebesar 13,9 %, yang menunjukkan bahwa bank

    telah memenuhi persyaratan penyediaan modal minimum yaitu sebesar 8 %.

    Pada tahun 2003, nilai CAR menurun menjadi 12,8 %. Hal ini disebabkan karena

    adanya penurunan modal menjadi sebesar Rp 474.392 ribu, sedangkan ATMR

  • 48

    yang dimiliki bank sebesar Rp 3.704.937. Pada tahun 2003, penurunan nilai CAR

    masih berlangsung pada tahun ini yaitu menjadi sebesar 11,9 %. Ini diakibatkan

    karena adanya kenaikan jumlah modal menjadi sebesar Rp 531.116 ribu diikuti

    dengan kenaikan besarnya ATMR menjadi sebesar Rp 4.451.771 ribu. Hal ini

    pun, lagi- lagi tidak mempengaruhi pada kesehatan permodalan BPR Yuwana

    Nindya Raharja. Pada tahun 2005, sisa modal minimum yang dihasilkan pada

    tahun ini sebesar Rp 148.269 ribu, mengalami penurunan dari tahun lalu yang

    menyebabkan nilai CAR juga mengalami penurunan menjadi sebesar 9,8 %. Hal

    ini disebabkan karena laba ditahan lebih kecil dari tahun lalu sehingga

    mengurangi jumlah modal bank. Sedangkan ATMR yang ada sebesar Rp

    8.089.180 ribu naik dari tahun lalu. Tahun 2006 merupakan tahun dimana rasio

    CAR yang dihasilkan terendah dari tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 8,7 %.

    Ini terjadi karena kenaikan modal yang disetor oleh pemegang saham dan

    kenaikan laba yang dihasilkan juga diikuti oleh kenaikan jumlah ATMR sebesar

    Rp 14.245.453 ribu.

    2 Hasil Perhitungan Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality) tahun

    2002 – 2006.

    Perhitungan terhadap faktor kualitas aktiva produktif (KAP)

    dibedakan atas dua rasio yaitu :

    a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva

    produktif:

  • 49

    Tabel V.2 Hasil Perhitungan KAP

    BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002 - 2006

    Tahun

    Aktiva Produktif

    yang diklasifikasikan (000)

    Jumlah Aktiva

    Produktif (000)

    KAP (%)

    Nilai

    Kredit

    2002 228.853 4.017.777 5,7 % 100 2003 377.496 4.045.680 9,3 % 88 2004 101.156 4.179.231 2,4 % 100 2005 325.644 7.689.334 4,2 % 100 2006 617.078 14.221.914 4,3 % 100

    Sumber : Lampiran III.3 sampai dengan Lampiran III.5

    Dari tabel V.2 dapat dilihat bahwa besarnya nilai rasio KAP yang

    dihasilkan pada tahun 2002 adalah sebesar 5,6 % dengan nilai kredit 113

    melebihi nilai maksimal yaitu 100. Tetapi nilai tersebut turun menjadi 9,3 % pada

    tahun 2003. Karena rasio yang meningkat maka nilai kredit yang dihasilkan

    menurun. Tapi pada tahun 2004 dan seterusnya, nilai rasio KAP meningkat

    kembali dan menjadi stabil di kisaran sehat. Hal ini menunjukkan bahwa BPR

    Yuwana Nindya Raharja telah mengelola dengan baik aktiva produktifnya, karena

    bank tidak memiliki risiko kerugian yang disebabkan oleh dapat diterimanya

    aktiva produktif yang diklasifikasikan jika dibandingkan dengan aktiva produktif

    yang dimilikinya. Semakin kecil rasio maka kesehatan bank semakin baik.

    b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang

    dibentuk oleh bank terhadap penyisihan penghapusan aktiva

    produktif yang wa jib (PPAPW) dibentuk oleh bank

  • 50

    Tabel V.3 Hasil Perhitungan PPAP

    BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002 - 2006

    Tahun

    PPAP

    yang dibentuk (000)

    PPAP yang wajib dibentuk

    (000)

    PPAP (%)

    Nilai

    Kredit

    2002 105.157 60.400 174 % 100 2003 145.930 84.423 173 % 100 2004 133.329 53.183 176 % 100 2005 174.440 99.584 175 % 100 2006 199.330 146.285 136 % 100

    Sumber : Lampiran III.5 sampai dengan Lampiran III.6 Dari tabel V.3 dapat dilihat bahwa nilai rasio PPAP yang diperoleh BPR

    Yuwana Nindya Raharja pada tahun 2002 - 2006 mengalami kenaikan dan

    penurunan. Tapi hal itu masih dalam batas ketentuan BI karena nilai kredit yang

    dihasilkan masih melebihi nilai maksimal.

    3. Hasil Perhitungan Aspek Manajemen (Management) tahun 2002 - 2006

    Tabel V.4 Hasil Perhitungan Aspek Manajemen

    PT BPR Yuwana Nindya Raharja Komponen Nilai

    Kredit Komponen Nilai

    Kredit Manajemen umum Strategi dan sasaran Struktur Sistem Kepemimpinan

    4 7 11 8

    Manajemen Risiko Risiko likuiditas Risiko kredit Risiko operasional Risiko hukum Risiko pemilik & pengurus

    7 10 8 11

    11 Jumlah 30 Jumlah 47

    Sumber : PT BPR Yuwana Nindya Raharja

    Pada aspek ini penulis hanya bisa mewancara narasumber pada

    tahun ketika penelitian ini dibuat. Karena adanya kesulitan dari

  • 51

    narasumber bila analisis dilakukan per tiap tahun. Sehingga hasil

    wawancara diasumsikan bahwa jawaban pertanyaan itu mencakup pada

    periode tahun yang diteliti yaitu tahun 2002 sampai dengan tahun 2006.

    Dari analisis kumulatif dapat diketahui bahwa nilai kredit yang dihasilkan

    dari 25 pertanyaan yang diajukan adalah sebesar 30 untuk Manajemen

    Umum, dan 47 untuk Manajemen Risiko. Sehingga nilai yang didapatkan

    adalah sebesar :

    a. Manajemen Umum :

    Jumlah Nilai Aspek Manajemen Umum M. Umum : --------------------------------------------------- x 100% 0,4

    30 : ----------- x 100% 0,4 : 75 %

    b. Manajemen Risiko :

    Jumlah Nilai Aspek Manajemen Risiko M. Risiko : --------------------------------------------------- x 100% 0,6

    47 : ----------- x 100% 0,6 : 78,3 %

    Nilai Kredit yang diperoleh yaitu :

    N. K = (40 x Nilai Manajemen Risiko) + (60 x Nilai Manajemen Risiko)

    = (40 x 75%) + (60 x 78,3%)

    = 30 + 46,98 = 76,98

  • 52

    Ini menunjukkan bahwa bank memiliki predikat “cukup sehat”

    untuk kesehatan manajemen. Dari hasil tersebut berarti aspek – aspek

    manajemen yang disyaratkan oleh Bank Indonesia telah dijalankan dengan

    cukup baik.

    4. Hasil Perhitungan Rentabilitas (Earning) tahun 2002 - 2006

    Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada dua rasio

    yaitu :

    a. Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-

    rata volume usaha dalam periode yang sama :

    Tabel V.5 Hasil Perhitungan ROA

    BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002 - 2006

    Tahun

    Laba/Rugi

    (000)

    Rata-rata Volume Usaha

    (000)

    ROA (%)

    Nilai

    Kredit 2002 124.791 4.623.843 2,7 % 100 2003 136.423 4.321.450 3,2 % 100 2004 167.574 4.935.183 3,4 % 100 2005 281.004 9.533.124 2,9 % 100 2006 542.275 16.215.447 3,3 % 100

    Sumber : Lampiran IV.1 sampai dengan Lampiran IV.2

    Dari tabel V.5, dapat dilihat bahwa pada tahun 2002 – 2006, BPR Yuwana

    Nindya Raharja memperoleh rasio ROA yang stabil di kisaran sehat. Ini berarti

    bahwa pihak BPR Yuwana Nindya Raharja telah mengelola dengan baik

    penggunaan aset-asetnya, sehingga tingkat keuntungan yang dicapai bank akan

    semakin baik. ROA juga dapat menunjukkan kemampuan bank untuk

    menghasilkan income dari pengolaan aset yang dimiliki

  • 53

    b. Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap

    pendapatan operasional dalam periode yang sama (BOPO):

    Tabel V.6

    Hasil Perhitungan BOPO BPR Yuwana Nindya Raharja

    Tahun 2002 – 2006

    Tahun

    Biaya Operasional

    (000)

    Pendapatan Operasional

    (000)

    BOPO (%)

    Nilai

    Kredit

    2002 1.403.406 1.528.406 91,8 % 100 2003 1.673.996 1.810.119 92,5 % 93,7 2004 1.768.472 1.936.648 91,3 % 100 2005 2.268.009 2.466.711 91,9 % 100 2006 4.441.070 4.983.169 89,1 % 100

    Sumber : Lampiran IV.3

    Dari tabel V.6, dapat dilihat bahwa pada tahun 2003, rasio BOPO BPR

    Yuwana Nindya Raharja mengalami penurunan. Tapi penurunan tersebut masih

    dalam kisaran sehat. Hal ini bisa terjadi karena pendapatan yang diperoleh dari

    kegiatan operasional tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi

    dan kemampuan bank dalam mengelola dan melakukan kegia tan operasi dapat

    dikategorikan “sehat”. Semakin tinggi rasio yang dicapai semakin rendah pula

    pendapatan yang diperoleh, semakin kecil rasio maka semakin baik manajemen

    bank dalam efisiensi dalam mengelola kegiatan operasionalnya. Ini terbukti

    karena adanya penurunan pada nilai rasio yang diperoleh menyebabkan kenaikan

    nilai kredit yang diperoleh melebihi nilai maksimum.

    5. Hasil Perhitungan Likuiditas (Liquidity) tahun 2002 – 2006

    Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 rasio yaitu :

    a. Rasio alat likuid terhadap hutang lancar :

  • 54

    Tabel V.7 Hasil Perhitungan Likuiditas

    BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002 – 2006

    Tahun

    Alat Likuid

    Hutang Lancar

    Likuiditas

    (%)

    Nilai

    Kredit 2002 357.001 2.839.239 12, 5 % 100 2003 94.992 2.015.235 4,6 % 92 2004 565.855 3.583.860 15,8 % 100 2005 1.346.478 7.900.532 17 % 100 2006 1.046.649 14.193.623 7,4 % 100

    Sumber : Lampiran V.1 dan Lampiran V.2

    Dari tabel V.7, dapat dilihat bahwa pada tahun 2003, rasio Likuiditas BPR

    Yuwana Nindya Raharja mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2002.

    Tapi penurunan tersebut masih dalam kisaran sehat. Pada tahun 2004 – 2006, BPR

    Yuwana Nindya Raharja dapat meningkatkan rasio Likuiditasnya. Bahkan pada

    tahun 2005, BPR Yuwana Nindya Raharja dapat meningkatkan Likuiditasnya

    menjadi 17%. Hal ini berarti bahwa bank memiliki kemampuan untuk segera

    menutup kewajiban-kewajiban lancar dengan alat-alat likuid yang dimiliki

    b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank:

    Tabel V.8 Hasil Perhitungan LDR

    BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002 – 2006

    Tahun

    Kredit (000)

    Dana yang Diterima

    (000)

    LDR (%)

    Nilai

    Kredit

    2002 4.000.277 4.406.305 90,8 % 97 2003 3.209.660 4.232.518 75,8 % 100 2004 4.113.342 4.758.566 86,4 % 100 2005 7.330.103 8.584.984 85,3 % 100 2006 12.806.674 14.472.912 88,5 % 100

    Sumber : Lampiran V.3 dan Lampiran V.4

  • 55

    Dari tabel V.8, dapat dilihat bahwa pada tahun 2002 - 2006, rasio

    Likuiditas BPR Yuwana Nindya Raharja mengalami kenaikan dan penurunan.

    Tapi penurunan tersebut masih dalam kisaran sehat. Dengan nilai rasio ini,

    berarti bank mampu menekan biaya kredit, karena hanya sedikit dana yang

    menganggur dilihat dari dana yang diterima untuk disalurkan .

    B. Hasil Penentuan Predikat Tingkat Kesehatan BPR Yuwana Nindya

    Raharja tahun 2002 – 2006.

    Atas dasar nilai kredit dari faktor-faktor yang dinilai kemudian diperoleh

    nilai kredit gabungan dari hasil penilaian tingkat kesehatan bank secara

    keseluruhan dengan pembagian dalam empat golongan yaitu:

    (1) nilai kredit 81 sampai dengan 100 diberi predikat sehat,

    (2) nilai kredit 66 dampai dengan kurang dari 81 diberi predikat cukup

    sehat,

    (3) nilai kredit 51 sampai dengan kurang dari 66 diberi predikat kurang

    sehat, dan

    (4) nilai kredit 0 sampai dengan nilai kredit kurang dari 31 diberi predikat

    tidak sehat.

  • 56

    Tabel V.9 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank

    PT BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002

    Rasio Nilai Rasio Nilai Kredit Bobot N.K dibobot CAR

    KAP

    PPAP

    MAN

    ROA

    BOPO

    Likuiditas

    LDR

    13,9 %

    5,7 %

    174 %

    153,3 %

    2,7 %

    91,8 %

    12,5 %

    90,8 %

    100

    100

    100

    76,98

    100

    100

    100

    96,8

    30%

    25 %

    5 %

    20 %

    5 %

    5 %

    5 %

    5 %

    30

    25

    5

    15,4

    5

    5

    5

    4,8

    Jumlah 95,2 Predikat Sehat

    Sumber : Tabel V.1 sampai dengan Tabel V.8

    Tabel V.10 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank

    PT BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2003

    Rasio Nilai Rasio Nilai Kredit Bobot N.K dibobot CAR

    KAP

    PPAP

    MAN

    ROA

    BOPO

    Likuiditas

    LDR

    12,8 %

    9,3 %

    173 %

    153,3 %

    3,2 %

    92,5 %

    4,6 %

    75,8 %

    100

    88

    100

    76,98

    100

    93,7

    92

    100

    30%

    25 %

    5 %

    20 %

    5 %

    5 %

    5 %

    5 %

    30

    22

    5

    15,4

    5

    4,7

    4,6

    5

    Jumlah 91,7 Predikat Sehat

    Sumber : Tabel V.1 sampai dengan Tabel V.8

  • 57

    Tabel V.11 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank

    PT BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2004

    Rasio Nilai Rasio Nilai Kredit Bobot N.K dibobot CAR

    KAP

    PPAP

    MAN

    ROA

    BOPO

    Likuiditas

    LDR

    11,9 %

    2,4 %

    176 %

    153,3 %

    3,4 %

    91,3 %

    15,8 %

    86,4 %

    100

    100

    100

    76,98

    100

    100

    100

    100

    30%

    25 %

    5 %

    20 %

    5 %

    5 %

    5 %

    5 %

    30

    25

    5

    15,4

    5

    5

    5

    5

    Jumlah 95,4 Predikat Sehat

    Sumber : Tabel V.1 sampai dengan Tabel V.8

    Tabel V.12 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank

    PT BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2005

    Rasio Nilai Rasio Nilai Kredit Bobot N.K dibobot CAR

    KAP

    PPAP

    MAN

    ROA

    BOPO

    Likuiditas

    LDR

    9,8 %

    4,2 %

    175 %

    153,3 %

    2,9 %

    91,9 %

    17 %

    85,3 %

    99

    100

    100

    76,98

    100

    100

    100

    100

    30%

    25 %

    5 %

    20 %

    5 %

    5 %

    5 %

    5 %

    29,7

    25

    5

    15,4

    5

    5

    5

    5

    Jumlah 95,1 Predikat Sehat

    Sumber : Tabel V.1 sampai dengan Tabel V.8

  • 58

    Tabel V.13 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank

    PT BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2006

    Rasio Nilai Rasio Nilai Kredit Bobot N.K dibobot CAR

    KAP

    PPAP

    MAN

    ROA

    BOPO

    Likuiditas

    LDR

    8,7 %

    4,3 %

    136 %

    153,3 %

    3,3 %

    89,1 %

    7,4 %

    88,5 %

    88

    100

    100

    76,98

    100

    100

    100

    100

    30%

    25 %

    5 %

    20 %

    5 %

    5 %

    5 %

    5 %

    26,4

    25

    5

    15,4

    5

    5

    5

    5

    Jumlah 91,8 Predikat Sehat

    Sumber : Tabel V.1 sampai dengan Tabel V.8

    Dari analisis atas masing-masing faktor dan komponen BPR Yuwana

    Nindya Raharja dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, maka BPR Yuwana

    Nindya Raharja tergolong kategori “SEHAT”, karena syarat yang telah

    ditetapkan oleh Bank Indonesia telah terpenuhi yaitu 95,25 nilai kredit tahun

    2002 ; 95,75 nilai kredit tahun 2003 ; 95,4 nilai kredit tahun 2004 ; 94,8 nilai

    kredit tahun 2005 ; 91,1 nilai kredit tahun 2006, dengan nilai kredit rata-rata

    selama 5 tahun terakhir yaitu 94,16 lebih besar dari 81 sesuai batas sehat yang

    ditetapkan Bank Indonesia.

  • 59

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    1. Permodalan

    Faktor permodalan selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2002 – 2006,

    tergolong kategori “sehat” dengan nilai kredit dibobot rata rata 29,2 terdiri

    dari nilai 30 tahun 2002, nilai 30 tahun 2003, nilai 30 tahun 2004, nilai 29,7

    tahun 2005, dan nilai 26,4 tahun 2006.

    2. Kualitas Aktiva Produktif

    Kualitas aktiva produktif termasuk kategori “sehat” dengan nilai kredit

    dibobot rata-rata 29,4 terdiri dari nilai 30 tahun 2002, nilai 27 tahun 2003,

    nilai 30 tahun 2004, nilai 30 tahun 2005, dan nilai 30 tahun 2006.

    3. Manajemen

    Hasil analisis terhadap faktor manajemen, secara keseluruhan penilaian

    terhadap faktor manajemen yang meliputi manajemen umum dan manajemen

    risiko tergolong kategori “cukup sehat” dengan nilai kredit rata-rata 15,4.

    4. Rentabilitas

    Hasil analisis terhadap rentabilitas selama lima tahun 2002 – 2006, maka

    rentabilitas tergolong kategori “sehat” dengan nilai kredit dibobot rata-rata

    9,9 terdiri dari nilai 10 tahun 2002, nilai 9,7 tahun 2003, nilai 10 tahun 2004,

    nilai 10 tahun 2005, dan nilai 10 tahun 2006.

  • 60

    5. Likuiditas

    Hasil analisis terhadap likuiditas selama lima tahun 2002 – 2006,

    tergolong kategori “sehat” dengan nilai kredit dibobot rata-rata 9,9 terdiri

    dari nilai 9,8 tahun 2002, nilai 9,6 tahun 2003, nilai 10 tahun 2004, nilai 10

    tahun 2005, dan nilai 10 tahun 2006.

    B. Keterbatasan

    Dalam melakukan penelitian ini penyusun menyadari bahwa masih banyak

    terjadi kekurangan dan kelemahan sehingga hasil penelitian yang diperoleh tidak

    maksimal. Dan hasil penilaian kinerja BPR ini mungkin berbeda (dapat berbeda)

    dengan penilaian kinerja dari Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan di

    Indonesia yang berwenang melakukan penilaian.

    C. Saran

    1. Dari faktor permodalan, secara kesuluruhan BPR Yuwana Nindya Raharja

    tergolong dalam kategori “sehat”. Namun bila dicermati pada tahun 2005 dan

    2006 ada kecenderungan menurun. Agar permodalan tetap kuat dan sehat, di

    masa yang akan datang setidaknya ada beberapa hal yang dapat dilakukan,

    yaitu :

    a. Mengurangi aktiva yang berisiko tinggi.

    b. Pemilik/pemegang saham dianjurkan untuk menambah modal disetor.

    c. Meningkatkan perolehan laba.

    d. Memperbesar laba ditahan.

  • 61

    2. Dari segi kualitas aktiva produktif, BPR Yuwana Nindya Raharja secara

    keseluruhan tergolong sehat, kondisi ini diharapkan dapat dipertahankan,

    jika perlu ditingkatkan lagi dengan memperkecil kredit yang

    diklasifikasikan atau menekan kredit bermasalah dengan cara lebih hati-

    hati dan selektif dalam pemberian kredit.

    3. Dari segi penilaian manajemen, secara keseluruhan BPR Yuwana Nindya

    Raharja tergolong “cukup sehat”, hal ini dapat diperbaiki dengan cara

    antara lain menjalankan operasional bank sesuai aturan atau ketentuan

    yang berlaku baik ketentuan intern (aturan yang dibuat sendiri) maupun

    ketentuan ekstern (ketentuan dari Bank Indonesia).

    4. Dilihat dari penilaian terhadap rentabilitas, BPR Yuwana Nindya Raharja

    secara keseluruhan tergolong sehat dan diharapkan dapat terus

    dipertahankan serta ditingkatkan. Tingkat rentabilitas yang tinggi berarti

    bank dapat tetap mempertahankan efisiensi biaya operasionalnya serta

    mengupayakan adanya peningkatan pendapatan, sehingga akan berakibat

    laba yang diperoleh akan semakin besar dan dapat mempertahankan

    kelangsungan usahanya.

    5. Dilihat dari penilaian likuiditas, BPR Yuwana Nindya Raharja secara

    keseluruhan tergolong “sehat” dan diharapkan kondisi seperti ini terus

    dipertahankan. Dengan terpeliharanya tingkat likuiditas yang baik, berarti

    bank telah memelihara kepercayaan nasabahnya, dan bila likuiditas terlalu

    berlebihan akan mengurangi pendapatan atau ada dana yang tidak

    produktif.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Bank Indonesia.1993.Tata cara penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan

    Rakyat. SE BI No.26/6/BPR (29 Mei)

    Bank Indonesia.1993.Tata cara penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan

    Rakyat. SK Direksi BI No.26/24/KEP/DIR (29 April)

    Bank Indonesia.1997.Tata cara penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan

    Rakyat. SE BI No.30/12/KEP/DIR (30 April)

    Bank Indonesia.1997.Tata cara penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan

    Rakyat. SE BI No.30/3/UPPB (30 April)

    Lukman. D. 2000. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta.

    Rudy Badrudin. Dkk. (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.

    Yogyakarta: STIE YKPN.

    Rudi Trisantoso. 1995. Prinsip Dasar Akuntansi Perbankan. Andy Offset

    Yogyakarta.

    Susilo, Sri, y.dkk. (2000). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Yogyakarta:

    Salemba Empat.

    Undang-undang no 7 tahun 1992 tentang perbankan.

    Undang-undang no 10 tahun 1998 tentang perbankan.

  • LAMPIRAN I

  • Lampiran I.1 Neraca

    PT BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002-2006

    POS-POS

    2002 (000)

    2003 (000)

    2004 (000)

    2005 (000)

    2006 (000)

    AKTIVA 1. Kas 2. Giro pada bank lain 3. Penempatan pada bank

    lain 4. Surat berharga 5. Kredit yang

    diberikan : a. Pihak terkait dengan

    bank b. Pihak lain

    Penyisihan ph. kredit 6. Aktiva tetap

    akumulasi ph.AT 7. Aktiva lain-lain

    303.599 53.602

    17.500

    0

    24.000 4.000.277

    105.157 467.766 143.301

    5.557

    88.165 6.827

    836.020

    0

    0 3.209.660

    145.930 479.927 217.608 64.389

    556.729 9.126

    6