analisis tingkat kesehatan bank perkreditan rakyat … · bank perkreditan rakyat (bpr) (a case...
TRANSCRIPT
-
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Studi Kasus : BPR Yuwana Nindya Raharja Wonosari
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Disusun Oleh :
Ari Widyatmoko ( 012214213 )
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
-
i
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Studi Kasus : BPR Yuwana Nindya Raharja Wonosari
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Disusun Oleh :
Ari Widyatmoko ( 012214213 )
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
ABSTRAK
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
(Studi kasus pada BPR Yuwana Nindya Raharja)
Ari Widyatmoko
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank pada
tahun 2002 – 2006 yang meliputi faktor permodalan, kualitas aktiva produktif,
manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, studi dokumen, dan
wawancara. Teknik analisis data untuk menjawab permasalahan yang ada dengan
metode CAMEL yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengukur tingkat
kesehatan bank yang terdiri dari lima faktor yang meliputi Capital Adequacy
Ratio, Assets Quality, Management, Earning Ability and Liquidity.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa
tingkat kesehatan BPR Yuwana Nindya Raharja tahun 2002 – 2007 mendapat
predikat sehat.
-
vii
ABSTRACT
ANALYSIS ON THE SOUNDNESS OF
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
(A CASE STUDY AT BPR YUWANA NINDYA RAHARJA)
Ari Widyatmoko
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2007
The purposes of this research are to know the soundness of a bank in
2002 – 2006, based on its Capital Adequacy Ratio, Assets Quality, Management,
Earning Power and Liquidity.
The techniques for data collection are questionnaire, documentation and
interview. The technique for data analysis was the CAMEL method, the method
consists of Capital Adequacy Ratio, Assets Quality, Management, Earning Ability
and Liquidity.
Based on the analysis, the study concluded that BPR Yuwana Nindya
Raharja in 2002 – 2006 on the whole was classified as sound.
-
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan mulai dari perencanaan sampai
dengan terselesaikannya skripsi ini.
Skripsi ini berjudul, “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR)”. Lokasi penelitian di BPR Yuwana Nindya Raharja. Tujuan
penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. G.Hendra Poerwanto, M.Si, selaku Kepala Program Studi
Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dra. C. Wahyu Estining R, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang selalu
mendampingi dan memberikan dorongan dan saran kepada penulis dari awal
hingga terselesainya skripsi ini.
4. Bapak A. Yudi Yuniarto, SE. MBA., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan memberikan masukan hingga terselesainya skripsi ini.
5. Ibu Dra. Y. Rini Hardanti, M.Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
-
ix
6. Yang terhormat ibu Rinaras Widi Atmini SE; selaku pimpinan BPR Yuwana
Nindya Raharja yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan
penelitian.
7. Seluruh staf BPR Yuwana Nindya Raharja khususnya untuk bagian SPI, mbak
Sudaryanti, yang telah begitu banyak membantu dan memberi masukan.
8. Ayah Bundaku, terimakasih atas pengertiannya, kasih sayangnya, nasehatnya,
motivasinya, dukungannya baik moril maupun materiil, doa dan restunya, aku
akan mempersembahkan yang terbaik untuk kalian.
9. Adik-adikku (Banar, Candra, Dian), kalianlah semangat dan keceriaanku,
berhati-hatilah dalam menjalani hidup dan rajinlah belajar.
10. Peni, terimakasih karena tidak pernah lelah memberi dukungan dan nasehat.
11. Keluarga besar Munir Yasin, khususnya Mbak Niraina Masrika dan Mas Daru,
terimakasih untuk waktu, nasehat, dan bantuannya.
12. Keluwargo Ageng Narto Pawiro, Keluwargo Ageng Tugiwiyono, dan
Keluwargo Ageng Wiryo Pawiro. Maturnuwun sanget..
13. Sahabat-sahabatku Agus, Soni, Cahyo, Mezoem, Wowok, Ndower, Mamat,
Morries, Irma, Moniq, Topan, Boni, Dewan & Danies, David, Roni, Martin,
Bambang, Michael, Danol & Wi, Cicil & Basil, dll. Dan semua teman-teman
di “Songket Reggae Community”. Terimakasih untuk dreadlock,
persahabatan, dan persaudaraan.
14. Teman-teman KKP-ku dari “Waluyo’s Cow Stable Gank” (Markus, Anton,
Theo, Ijoel, Danik, Sinta, Ria, Rita, Vika, Lisa). Terimakasih untuk 2 minggu
yang tak terlupakan.
-
x
15. Teman-temanku TK, SD, SMP, SMA. Khususnya SMA Jurusan Bahasa.
(Jack Borland, Edi Van Halen, Bangun Bawono SE & Dewi, Mr. Lam & istri,
Nunk Bettencourt). Thanks for all!!
16. Teman-teman “Komoenitas Rakjat Djelata” (Agungevara, Yoyok Gimbal,
Doleo, Azan, Tofek, Faisal, Aji). Keep The Revolution Till Indonesia Raja
Gemah Ripah Loh Djinawi!!
17. PC Pentium II-ku dan Canon BJC 2100SP. Uzur usiamu, handal kerjamu. Dan
Almarhum Blue Tigerku yang telah setia mengantarku kemanapun aku pergi.
18. Semua pihak yang belum disebutkan, yang telah membantu dan mengganggu
terselesainya skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih dan hore!!
Menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, maka
kritikan terhadap tulisan ini menjadi bahan pertimbangan yang sangat penting
dalam merevisi dan menyempurnakannya. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membutuhkan.
Yogyakarta, 2 November 2007
Penulis,
Ari Widyatmoko
-
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.........................................v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
ABSTRACK ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 4
C. Batasan Masalah ......................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 5
BAB II. LANDASAN TEORI........................................................................ 7
A. Perbankan.................................................................................... 7
B. Bank BPR.................................................................................... 11
C. Karakteristik BPR....................................................................... 12
D. Manfaat Kesehatan Bank ............................................................ 13
E. Tingkat Kesehatan Bank ............................................................. 13
F. Pelaksanaan Ketentuan Lain ....................................................... 24
-
xii
G. Faktor Judgment.......................................................................... 25
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 27
A. Jenis Penelitian............................................................................ 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 27
C. Subyek dan Obyek Penelitian..................................................... 27
D. Data yang diperlukan.................................................................. 28
E. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 28
F. Teknik Analisis Data................................................................... 29
BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............................. 38
A. Sejarah Singkat BPR Yuwana Nindya Raharja .......................... 38
B. Kegiatan Usaha ........................................................................... 39
C. Susunan Pengurus ....................................................................... 38
D. Kepemilikan................................................................................ 39
E. Struktur Organisasi ..................................................................... 39
F. Produk dan Jasa .......................................................................... 45
BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ....................................... 47
A. Hasil Perhitungan Tingkat Kesehatan BPR Yuwana
Nindya Raharja tahun 2002 - 2006 ............................................. 47
1. Hasil Perhitungan CAR tahun 2002 – 2006 .......................... 47
2. Hasil Perhitungan KAP tahun 2002 – 2006 .......................... 48
3. Hasil Perhitungan Manajemen tahun 2002 – 2006................ 50
4. Hasil Perhitungan Rentabilitas tahun 2002 – 2006 ............... 52
5. Hasil Perhitungan Likuiditas tahun 2002 – 2006 .................. 53
B. Hasil Penentuan Predikat Tingkat Kesehatan BPR Yuwana
Nidya Raharja ............................................................................. 55
BAB VI. PENUTUP ......................................................................................... 59
A. Kesimpulan ................................................................................. 59
B. Keterbatasan................................................................................ 60
-
xiii
C. Saran............................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III.1 Predikat Tingkat Kesehatan Bank ................................................. 25
Tabel V.1 Hasil Perhitungan CAR.................................................................. 47
Tabel V.2 Hasil Perhitungan KAP .................................................................. 49
Tabel V.3 Hasil Perhitungan PPAP ................................................................ 50
Tabel V.4 Hasil Perhitungan Aspek Manajemen............................................ 50
Tabel V.5 Hasil Perhitungan ROA ................................................................. 52
Tabel V.6 Hasil Perhitungan BOPO............................................................... 53
Tabel V.7 Hasil Perhitungan Likuiditas.......................................................... 54
Tabel V.8 Hasil Perhitungan LDR.................................................................. 54
Tabel V.9 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank tahun
2002................................................................................................ 56
Tabel V.10 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank tahun
2003................................................................................................ 56
Tabel V.11 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank tahun
2004................................................................................................ 57
Tabel V.12 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank tahun
2005................................................................................................ 58
Tabel V.13 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank tahun
2006................................................................................................ 58
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga keuangan perbankan di Indonesia merupakan suatu lembaga
yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada
masyarakat. Perbankan di Indonesia mempunyai misi sebagai penunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang no. 7 tahun 1992 yang
kemudian ditegaskan lagi dengan dikeluarkannya Undang-Undang no. 10
tahun 1998 maka perbankan di Indonesia ada 2 macam yaitu Bank Umum dan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum adalah suatu badan usaha yang
kegiatan utamanya menerima simpanan dari masyarakat atau pihak lainnya,
kemudian menyalurkannya dalam bentuk pinjaman terutama pinjaman jangka
pendek serta menyediakan jasa dalam lalulintas pembayaran. Bank Umum
merupakan lembaga keuangan yang memberikan layanan jasa-jasa keuangan,
sebagai financial intermediary ( perantara keuangan ), bank memerlukan
pengelolaan yang terpadu antara tujuan mendapatkan keuntungan di satu sisi
dengan keamanan dana di sisi lain.
Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, disebutkan bahwa Bank
Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
-
2
memberikan jasa dalam la lu lintas pembayaran. Keberadaan lembaga
keuangan bank khususnya Bank Perkreditan Rakyat merupakan alternatif
untuk mengurangi adanya dualisme keuangan di Indonesia. Dualisme
keuangan ditunjukkan dengan adanya lembaga keuangan terorganisir (bank)
dan lembaga keuangan yang tidak terorganisir (rentenir atau lintah darat).
BPR mempunyai peranan menghimpun dana dari sektor rumah tangga
(kelompok masyarakat berpendapatan rendah) dan menyalurkannya kepada
sektor perusahaan (kelompok pengusaha ekonomi lemah). Munculnya BPR
tersebut menunjukkan bahwa selama ini kelompok masyarakat berpendapatan
rendah dan kelompok pengusaha ekonomi lemah belum mampu melakukan
akses ke lembaga keuangan yang sudah ada. Oleh karena itu peranan lembaga
keuangan BPR sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia terutama
kesejahteraan masyarakat berpendapatan rendah dan kelompok pengusaha
ekonomi lemah.
Dewasa ini perbankan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Banyak bank-bank baru bermunculan yang tentu saja membuat
persaingan yang semakin tajam di industri perbankan. Persaingan yang
semakin tajam harus diikuti oleh manajemen yang semakin baik untuk bisa
bertahan di industri perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh
bank untuk bisa survive adalah kondisi kesehatan bank. Tingkat kesehatan
bank bisa dilihat dari dua sisi yaitu sisi kualitatif yang meliputi sejarah,
-
3
pengelolaan, pemilik dan sisi kuantitatif yang meliputi permodalan, kualitas
aktiva produktif, manajemen , rentabilitas dan likuiditas.
Untuk melakukan penilaian kesehatan sebuah bank dapat dilihat dari
berbagai aspek. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank
tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat,
sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan Pembina bank-bank dapat
memberikan arahan bagaimana bank tersebut harus dijalankan dengan baik
atau bahkan dihentikan operasinya. Metode yang sering digunakan untuk
menilai kesehatan bank adalah metode CAMEL, yang penilaiannya meliputi :
( Lukman Dendawijaya, 2001: 142 )
• Capital, untuk rasio kecukupan modal.
• Assets, untuk rasio kualitas aktiva.
• Management, untuk menilai kualitas manajemen.
• Earning, untuk rasio-rasio rentabilitas bank.
• Liquidity, untuk rasio-rasio likuiditas bank.
Kondisi bank yang sehat sangat diharapkan oleh semua pihak yaitu antara
lain pemilik bank, pengelola bank (pihak manajeman), masyarakat pengguna
jasa bank dan Bank Indonesia sebagai pengawas bank. Untuk itu kesehatan
bank sangatlah penting bagi eksistensi sebuah bank temasuk Bank Perkreditan
Rakyat, maka dari itu penulis tertarik untuk menganalisis tingkat kesehatan
sebuah bank khususnya BPR dengan judul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR)”.
-
4
B. Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Yuwana Nindya
Raharja di Wonosari Tahun 2002-2006 berdasarkan metode CAMEL ?
C. Batasan Masalah
Faktor-faktor yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi faktor
permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.
Sedangkan data yang akan diolah dalam penelitian ini adalah data yang
tersedia pada tahun 2002-2006. Data yang diambil tidak menyangkut
kerahasiaan bank.
D. Tujuan Penelitian
Mengetahui tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Yuwana Nindya
Raharja di Wonosari pada tahun 2002-2006 berdasarkan metode CAMEL.
E. Manfaat Penelitian
1. Bank
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
membuat keputusan oleh pihak manajemen.
2. Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan wacana dan studi
yang bermanfaat bagi Universitas Sanata Dharma.
-
5
3. Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan yang
diperoleh di bangku kuliah khususnya tentang perbankan dan penulis juga
dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang pemilihan judul, batasan maslah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan teori tentang pengertian perbankan, macam-macam bank,
pengertian BPR, karakteristik BPR, manfaat kesehatan bank dan tingkat
kesehatan bank.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian,
subyek dan obyek penelitian data yang diperlukan, metode pengumpulan data
dan teknis analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menguraikan tentang sejarah berdirinya usaha atau jasa, permodalan,
struktur organisasi, wilayah operasional BPR Yuwana Nindya Raharja di
Wonosari.
-
6
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang data penelitian, perhitungan tingkat kesehatan,
analisis tingkat kesehatan BPR Yuwana Nindya Raharja.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan dan saran yang bisa dijadikan
bahan pertimbangan.
-
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perbankan
1. Pengertian Perbankan
Bank merupakan suatu bentuk lembaga keuangan. Menurut Ruddy
Tri Santoso (1994:1) :
” Bank adalah suatu industri yang bergerak dibidang kepercayaan, yang
dalam hal ini adalah sebagai perantara keuangan (financial intermediary)
antara debitur dan kreditur dana. ” Sedangkan Menurut UU no 7 tahun
1992 yang diubah menjadi UU no 10 tahun 1998 : ” Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat. ”
2. Fungsi Perbankan
Secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk
berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik
fungsi bank adalah sebagai berikut (Y. Srisusilo, Sigit Triandaru dan A.
Totok Budi Santosa, 2000:6) :
a. Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbakan adalah trust atau kepercayaan, baik
dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat
-
8
mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur
kepercayaan.
b. Agent of development
Sektor dalam kegiatan pereknomian masyarakat yaitu sektor moneter
dan sektor riil tidak dapat dipisahkan. Tugas bank sebagai penghimpun
dana dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan
perekonomian disektor riil. Kegiatan tersebut memungkinkan
masyarakat melakukan investasi, distribusi, konsumsi barang dan jasa.
Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, konsumsi ini tidak lain
adalah pembangunan perekonomian masyarakat.
c. Agent of service
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran
dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain
seperti jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa
pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.
3. Jenis Bank
Bank dapat digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu sebagai berikut :
a. Jenis bank menurut kegiatan usahanya :
Menurut UU no 7 tahun 1992 ( dikutip dalam : Y. Srisusilo, 2000 :
49), bank dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
-
9
1) Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan
hanya dalam bentuk deposita berjangka, tabungan, dana dan atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan
dana sebagai usaha BPR.
b. Jenis bank menurut kepemilikannya. (Ruddy Tri Santoso, 1994 : 5-6) :
1) Bank Pemerintah
Bank Pemerintah adalah bank yang seluruh modalnya berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan dan pendiriannya di bawah UU
sendiri, contohnya : BNI 46, BRI.
2) Bank Pembangunan Daerah
Bank Pembangunan Daerah adalah bank yang pendiriannya
berdasarkan peraturan daerah tingkat I dan sebagian besar
sahamnya dimilki oleh pemerintah daerah tingkat II di wilayah
bersangkutan dan modalnya merupakan harta kekayaan milik
pemerintah daerah yang dipisahkan. Contoh : BPD DKI Jakarta,
BPD Jawa Tengah.
-
10
3) Bank Swasta Nasional
Bank Swasta Nasional adalah bank milik swasta yang didirikan
dalam bentuk hukum perseroan terbatas dimana seluruh sahamnya
dimiliki oleh WNI dan atau badan-badan hukum di Indonesia serta
pengelolaan manajemennya ditangani oleh para WNI itu sendiri,
contohnya : Bank Lippo, Bank Niaga, BCA.
4) Bank Swasta Asing
Bank Swasta Asing adalah bank yang didirikan dalam bentuk
cabang bank yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk
campuran antara bank asing dengan bank nasional di Indonesia,
contohnya : ABN AMRO Bank, Bank of Tokyo, Standard
Chartered Bank.
5) Bank Koperasi
Bank Koperasi adalah bank yang pengoperasiannya berlandaskan
hukum koperasi dan anggotanya sendiri terdiri dari badan-badan
hukum koperasi, contohnya : Bank Umum Koperasi Indonesia.
c. Jenis bank menurut kegiatan operasionalnya :
1) Bank Devisa
Bank Devisa adalah bank yang mempunyai hak dan wewenang
yang diberikan oleh Bank Indonesia untuk melakukan transaksi
valuta asing dan lalu lintas devisa serta hubungan koresponden
dengan bank asing di luar negeri.
-
11
2) Bank Swasta Non Devisa
Bank Swasta Non Devisa adalah bank yang dalam operasionalnya
hanya melaksanakan transaksi di dalam negeri (Rupiah) dalam
bentuk simpanan dan pinjaman serta tidak melaksanakan transaksi
valuta asing atau hubungan dengan luar negeri.
d. Jenis bank berdasarkan penciptaan uang giral :
1) Bank Primer
Bank Primer adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya
tidak sekedar mengumpulkan dana dan menyalurkan pinjaman,
tetapi juga melaksanakan segala macam transaksi yang
berhubungan langsung dengan kas.
2) Bank Sekunder
Bank Sekunder adalah bank yang kegiatan operasionalnya hanya
sekedar melayani transaksi kas langsung seperti pemberian
pinjaman.
B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Pengertian BPR menurut UU no 7 tahun 1992 adalah lembaga keuangan
bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan,
dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana
sebagai usaha BPR. Adanya perkembangan lembaga keuangan BPR pasca UU
perbankan no 7 tahun 1992 tersebut dan kondisi lembaga keuangan pada
umumnya terutama pada masa dan pasca krisis moneter tahun 1997, maka
-
12
pengertian BPR mengalami perubahan dengan munculnya UU perbankan no 10
tahun 1998 pasal 1. Dengan munculnya UU perbankan no 10 tahun 1998 pasal 1,
disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan
kegiatan usahanya secara konvensial atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
C. Karakteristik Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Adapun usaha-usaha BPR adalah (Astuti Purnamawati dan Ruddy
Badrudin, 2002:120) :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, dan atau tabungan pada bank lain.
Agar peranan BPR sebagai penghimpun dan penyalur dana khususnya
untuk kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan kelompok pengusaha
ekonomi lemah yang belum mampu melakukan akses ke lembaga keuangan yang
ada dapat optimal, maka BPR dilarang melakukan kegiatan usaha sebagai berikut
( Pasal 14 UU Nomor 7 Tahun 1992 ) :
1. Menerima simpanan berupa giro.
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
3. Melakukan usaha perasuransian.
-
13
4. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud
dalam usaha BPR.
D. Manfaat Kesehatan Bank.
Bank merupakan suatu bentuk dari lembaga keuangan yang menjalankan
usahanya berdasarkan atas kepercayaan. Tanpa adanya kepercayaan masyarakat
terhadap perbankan dan juga sebaliknya tanpa adanya kepercayaan perbankan
terhadap masyarakat maka kegiatan perbankan tidak dapat berjalan dengan baik.
Setiap nasabah pasti menginginkan uang yang disimpan di bank itu aman.
Mengingat kondisi seperti itu, maka bank wajib menjaga kesehatan usahanya dan
bank wajib melaksanakan usahanya dengan prinsip kehati-hatian. Bila bank dapat
menjaga kesehatannya, otomatis bank akan memberikan jaminan dan akan
mampu menimbulkan rasa kepercayaan masyarakat terutama nasabah yang
menyimpan dananya di bank.
E. Tingkat Kesehatan Bank
Untuk melakukan penilaian kesehatan sebuah bank dapat dilihat dari
berbagai aspek. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank
tersebut untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup
sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan
pembina bank-bank dapat memberikan arahan bagaimana bank tersebut harus
dijalankan dengan baik atau bahkan dihentikan operasinya.
-
14
Ukuran untuk penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank
Indonesia. Seperti yang tertera pada Undang-undang RI No 7 tahun 1992 tentang
perbankan pasal 29, yang isinya adalah :
1. Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia
2. Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan
memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen,
rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank.
3. Bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan wajib melakukan usaha sesuai
dengan prinsip-prinsip kehati-hatian.
Tingkat kesehatan bank dinilai dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
ini meliputi penilaian terhadap faktor- faktor yang meliputi permodalan, kualitas
aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Penilaian ini biasa
disebut dengan analisis CAMEL ( Lukman Dendawijaya, 2001: 142 ), yaitu :
Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity. Disamping kuantifikasi
komponen-komponen dari faktor CAMEL, di dalam surat keputusan Direksi BI
No. 30/KEP/DIR tanggal 30 April 1997, penilaian tingkat kesehatan bank juga
dikaitkan dengan pemenuhan ketentuan tertentu yaitu Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK). Selain itu juga dilakukan judgement serta melihat
faktor- faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil penilaian akhir kesehatan bank.
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang meliputi dalam analisis
CAMEL:
-
15
1. Permodalan (Capital Adequacy Ratio)
Modal adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka
pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan
usaha bank disamping memenuhi peraturan yang ditetapkan. Kewajiban
penyediaan modal minimum Bank Perkreditan Rakyat diatur dalam surat
edaran Bank Indonesia No. 26/2/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Dalam surat
edaran BI tersebut dijelaskan bahwa modal merupakan faktor yang penting
bagi Bank Perkreditan Rakyat dalam rangka pengembangan usaha dan
menanggung risiko kerugian. Modal bagi Bank Perkreditan Rakyat terdiri
dari modal inti dan modal pelengkap.
a. Modal inti, yaitu modal yang terdiri dari :
1) Modal Disetor
Modal Disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya.
2) Modal Sumbangan
Modal Sumbangan adalah modal yang diperoleh kembali dari
sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan
harga jual apabila saham tersebut dijual.
3) Cadangan Umum
Cadangan Umum adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan
laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan
mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat
anggota.
-
16
4) Cadangan Tujuan
Cadangan Tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota.
5) Laba Yang Ditahan
Laba Yang Ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak
yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan
untuk tidak dibagi.
6) Laba Tahun Lalu
Laba Tahun Lalu adalah seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu
setelah dikurangi pajak dan belum ditetapkan penggunaannya oleh
rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.
7) Laba Tahun Berjalan
Laba Tahun Berjalan laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan
setelah dikurangi taksiran hutang pajak. Jumlah laba tahun buku
berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%.
Jika dalam tahun berjalan BPR mengalami kerugian, maka seluruh
kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
b. Modal pelengkap, yaitu modal yang terdiri dari :
1) Cadangan revaluasi aktiva tetap merupakan cadangan yang
dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang mendapat
persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.
-
17
2) Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang selama ini dikenal
sebagai cadangan aktiva yang diklasifikasikan yaitu penyisihan
penghapusan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi
tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang
mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali
sebagian atau seluruh aktiva produktif. Jumlah penyisihan
penghapusan aktiva produktif yang dapat diperhitungkan sebagai
komponen modal pelengkap adalah maksimum 1,25% dari jumlah
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
3) Modal pinjaman
Modal pinjaman merupakan hutang yang didukung oleh instrumen
atau warkat yang memiliki sifat seperti modal.
4) Pinjaman subordinasi
Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang hak tagihnya dalam hal
terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada.
Pinjaman subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai modal adalah
pinjaman subordinasi dikurangi amortisasi yang dihitung dengan
menggunakan metode garis lurus. Disamping itu jumlah pinjaman
subordinasi yang dijadikan komponen modal pelengkap adalah
maksimum 50% dari modal inti.
Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR). Dalam hal menghitung ATMR, pos-pos aktiva
diberikan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang
-
18
terkandung pada aktiva itu sendiri. Aktiva yang likuid bobot risikonya
hanya 0%. Antar bank aktiva kredit pada bank lain atau bank pemerintah
bobot risikonya masing-masing sebesar 20%. Sedangkan untuk aktiva
tetap investasi dan kredit yang diberikan bobot risikonya 100% kecuali
kredit pemilikan rumah (KPR) bobot risikonya hanya 50%.
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank
Perkreditan Rakyat diatur secara khusus dalam SK Direksi BI
no.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. Sesuai dengan surat keputusan
tersebut penilaian terhadap penentuan KPMM ditetapkan sebagai berikut:
a. Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberikan predikat sehat dengan nilai
kredit 81 dan untuk setiap kenaikan 0,1 % dari pemenuhan KPMM
sebesar 8% nilai kredit ditambah 1 hingga maksimum 100.
b. Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberikan
predikat kurang sehat dengan nilai kredit 65 dan untuk setiap
penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit
dikurangi 1 dengan nilai minimum 0.
Untuk mengkuantifikasi permodalan digunakan rumus :
Modal CAR = -------------- X 100 %
ATMR
2. Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality)
Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.26/4/BPPP tanggal
29 Mei 1993 mengenai kualitas aktiva produktif, yang dimaksud dengan
aktiva produktif adalah aktiva dalam rupiah maupun valuta asing yang
-
19
dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai
dengan fungsinya. Aktiva produktif tersebut meliputi : kredit yang
diberikan, surat-surat berharga, penempatan dana pada bank lain, dan
penyertaan. Sedangkan aktiva produktif yang diklasifikasikan datanya
berasal dari pengklasifikasian kolektibilitas aktiva produktif yang
prosentasenya sudah ditentukan oleh Bank Indonesia. Prosentasenya
adalah : 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar, 75%
dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan, 100% dari aktiva
produktif yang digolongkan macet.
Dan untuk penyisihan penghapusan aktiva produktif, datanya
diperoleh langsung dari bank. Sedangkan penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang wajib dibentuk oleh bank, datanya berasal dari : 0,5% dari
aktiva produktif yang tergolong lancar, 10% dari aktiva produktif kurang
lancar, 50% dari aktiva produktif diragukan, dan 100% dari aktiva
produktif yang tergolong macet.
Perhitungan terhadap faktor kualitas aktiva produktif (KAP)
menurut surat keputusan Direksi Bank Indonesia no 30/12/KEP/DIR
tanggal 30 April 1997 dibedakan atas dua rasio yaitu :
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif:
Aktiva produktif yang diklasifikasikan KAP = -------------------------------------------------- X 100 %
Aktiva produktif
-
20
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang dibentuk
oleh bank terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang
wajib (PPAPW) dibentuk oleh bank :
PPAP yang dibentuk PPAP = ----------------------------------- X 100%
PPAP yang wajib dibentuk
3. Manajemen (Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen menggunakan daftar
pertanyaan yang telah disediakan menurut SK Direksi BI no
30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. Daftar pertanyaan sebagai berikut :
a. 10 pertanyaan untuk manajemen umum
b. 15 pertanyaan untuk manajemen risiko
Cara penilaiannya ditetapkan sebagai berikut :
a. Perhitungan nilai kredit didasarkan pada hasil penilaian jawaban atas
aspek-aspek pertanyaan.
b. Memberikan nilai kredit maksimal 4 untuk aspek-aspek yang dinilai
positif dengan rincian sebagai berikut :
1) Nilai 0 mencerminkan kondisi lemah.
2) Nilai 1,2, dan 3 mencerminkan kondisi antara.
3) Nilai 4 mencerminkan kondisi baik.
4. Rentabilitas (Earning)
Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada dua rasio
yaitu :
-
21
a. Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata
volume usaha dalam periode yang sama.
Laba sebelum pajak ROA = ---------------------------------- X 100 %
Rata-rata volume usaha
Yang dimasukkan ke dalam Laba sebelum pajak adalah
penjumlahan antara pendapatan operasional bersih, pendapatan/beban
operasional, dan pendapatan/beban luar biasa. Yang termasuk dalam
rata-rata volume usaha adalah jumlah dari seluruh aktiva pada neraca.
b. Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan
operasional dalam periode yang sama (BOPO).
Biaya operasional BOPO = --------------------------------- X 100 %
Pendapatan operasional
Yang dimasukkan ke dalam biaya operasional adalah biaya
atau beban yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank.
Pendapatan operasional berisikan semua pendapatan yang merupakan
hasil langsung dari kegiatan usaha utama bank.
Penilaian terhadap faktor rentabilitas ditetapkan sebagai berikut :
a. Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata
volume usaha dalam periode yang sama sebesar 0% atau negatif diberi
nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai
kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
-
22
b. Rasio Biaya Operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan
operasional dalam periode yang sama sebesar 100% atau lebih dari
nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan sebesar 0,08% nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100.
5. Likuiditas (Liquidity)
Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 rasio yaitu :
a. Rasio alat likuid terhadap hutang lancar
Alat likuid Likuiditas = ----------------------- X 100 %
Hutang lancar
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.30/3/UPPB tanggal 30 April
1997, yang dimaksud dengan alat likuid meliputi kas dan penanaman
pada bank lain dalam bentuk giro dan tabungan dikurangi dengan
tabungan bank lain pada bank. Sedangkan hutang lancar meliputi
kewajiban segera, tabungan, dan deposito.
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank
Kredit yang diberikan LDR = -------------------------- X 100 %
Dana yang diterima
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.30/3/UPPB tanggal 30 April
1997, yang dimaksud dengan kredit yang diberikan meliputi :
1). Kredit yang diberikan kepada masyarakat dikurangi dengan bagian
kredit sindikasi yang dibiayai bank lain.
2). Penanaman kepada bank lain, dalam bentuk kredit yang diberikan
dengan jangka waktu lebih dari 3 (tiga) bulan.
-
23
3). Penanaman kepada bank lain dalam bentuk kredit dalam rangka
kredit sindikasi.
Sedangkan yang dimaksud dengan dana yang diterima menurut Surat
Edaran Bank Indonesia No.30/3/UPPB tanggal 30 April 1997, yang
meliputi :
1). Deposito dan tabungan masyarakat
2). Pinjaman bukan dari bank lain dengan jangka waktu lebih dari 3
(tiga) bulan (diluar pinjaman subordinasi)
3). Deposito dan pinjaman dari bank lain dengan jangka waktu lebih
dari 3 bulan
4). Modal inti
5). Modal pinjaman
Penilaian terhadap faktor likuiditas ditetapkan sebagai berikut :
a. Rasio alat likuid terhadap hutang lancar sebesar 0% diberi kredit 0 dan
untuk setiap kenaikan 0,05% nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank sebesar 115% atau
lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari
rasio 115% nilai kredit ditambah 4 dengan nilai maksimum 100.
-
24
F. Pelaksanaan ketentuan lain.
1. Pelaksanaan ketentuan yang sanksinya dikaitkan dengan penilaian tingkat
kesehatan bank adalah pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK).
2. Pelanggaran terhadap ketentuan BMPK sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan dihitung berdasarkan jumlah kumulatif pelanggaran BMPK kepada
debitur individual, debitur kelompok dan pihak terkait dengan bank terhadap
modal bank.
3. Pelanggaran sebagaimana tersebut diatas mengurangi nilai kredit hasil
penilaian tingkat kesehatan dengan perhitungan :
1) Untuk setiap pelanggaran BMPK nilai kredit dikurangi 5
2) Untuk setiap 1% pelanggaran BMPK nilai kredit dikurangi lagi dengan
0,05 dengan maksimum 10.
Menurut SK Direksi BI No. 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 bobot
nilai yang diberikan untuk setiap komponen sebagai berikut :
Faktor yang Dinilai Komponen Bobot
Capital Rasio Modal terhadap aktiva tertimbang 30 % (permodalan) menurut risiko Assets 30 % (Kualitas Aktiva a. Rasio aktiva yang diklasifikasikan Produktif) terhadap aktiva produktif 25 % b. Rasio Penyisihan penghapusan aktiva penyisihan yang dibentuk Bank terhadap Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk 5 % Management 20 % (Manajemen) a. Manajemen Umum 10 % b. Manajemen Resiko 10 %
-
25
Earnings 10 % (Rentabilitas) a. Rasio Laba terhadap total asset 5 % b. Rasio Biaya operasional terhadap pendapatan operasional 5 % Liquidity 10 % (Likuiditas) a. Rasio alat likuid terhadap hutang lancar 5 % b. Rasio Biaya operasional terhadap pendapatan operasional 5 %
Sumber : Surat Keputusan Direktur BI Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997
Nilai kredit hasil penilaian kuantitatif terhadap lima faktor beserta
komponennya tersebut dijumlahkan, sehingga akan diperoleh hasil penilaian
faktor yang dikuantifikasi. Atas dasar nilai kredit dari faktor- faktor yang
dinilai, diperoleh nilai kredit gabungan setelah itu diberikan predikat atas
penilaian berdasarkan bobot masing-masing.
Predikat yang diberikan antara lain :
Tabel III.1 Predikat Tingkat Kesehatan Bank
Nilai Kredit Predikat
81 sampai dengan 100
66 sampai
-
26
1. Perselisihan intern yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan dalam
bank yang bersangkutan.
2. Campur tangan pihak-pihak di luar bank dalam kepengurusannya ata
manajemen bank, termasuk didalamnya kerjasama yang tidak wajar yang
mengakibatkan salah satu atau beberapa kantornya berdiri sendiri.
3. Window Dressing dalam pembukuan dan atau laporan bank yang secara
materiil dapat berpengaruh terhadap keuangan bank yang secara materiil
dapat berpengaruh terhadap keuangan.
4. Praktek “Bank dalam Bank” atau melakukan usaha bank diluar
pembukuan.
5. Kesulitan keuangan yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
memenuhi kewajibannya kepada pihak ketiga.
6. Praktek perbankan lain yang menyimpang yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha bank dan atau menurunkan kesehatan bank.
-
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian merupakan studi kasus pada Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) Yuwana Nindya Raharja Wonosari. Oleh karena itu, hasil penelitian dan
kesimpulan yang diambil hanya berlaku pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Yuwana Nindya Raharja Wonosari.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada BPR Yuwana Nindya Raharja di Wonosari.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari tanggal 14 Mei sampai dengan 23 Mei tahun
2007.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
a. Pihak manajemen
b. Kepala Bagian Operasional
c. Bagian Administrasi dan Akuntansi
-
28
2. Objek Penelitian
a. Laporan Keuangan yang meliputi neraca, laporan laba/rugi, laporan
kewajiban penyediaan modal minimum, dan laporan batas pemberian
kredit.
b. Faktor Permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas,
dan likuiditas.
D. Data yang diperlukan
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari perusahaan
melalui wawancara antara lain sejarah berdirinya perusahan, struktur
organisasi dan data lain yang diperlukan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat atau dikumpulkan dari pihak
lain baik internal maupun eksternal.
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk memberikan data primer dan data sekunder, metode yang digunakan
adalah:
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan tanya jawab
secara langsung dengan pihak perusahaan sebagai pemilik informasi, untuk
mendapatkan data yang relevan dengan perusahaan yang diteliti..
-
29
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan membuat daftar
pertanyaan yang harus dijawab oleh responden atau pihak manajemen.
3. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara melihat berkas, catatan akuntansi dan dokumen lainnya yang
berkaitan dengan objek penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Berikut ini merupakan faktor- faktor yang dinilai dalam analisis CAMEL:
1. Permodalan (Capital Adequacy Ratio)
Untuk mengkuantifikasi permodalan digunakan rumus :
Modal CAR = --------------------------------------------------------- X 100 % Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Hasil penilaian :
a. Sehat : 8%
b. Kurang Sehat : 6,5% sampai dengan
-
30
2. Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality)
Perhitungan terhadap faktor kualitas aktiva produktif (KAP)
dibedakan atas dua rasio yaitu :
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif:
Aktiva produktif yang diklasifikasikan KAP = -------------------------------------------------- X 100 %
Aktiva produktif
Aktiva produktif meliputi : kredit yang diberikan, surat-surat
berharga, penempatan dana pada bank lain, dan penyertaan. Sedangkan
aktiva produktif yang diklasifikasikan datanya berasal dari
pengklasifikasian kolektibilitas aktiva produktif yang prosentasenya sudah
ditentukan oleh Bank Indonesia. Prosentasenya adalah : 50% dari aktiva
produktif yang digolongkan kurang lancar, 75% dari aktiva produktif yang
digolongkan diragukan, 100% dari aktiva produktif yang digolongkan
macet.
Hasil penilaian :
1) Sehat : 0,0% sampai dengan 10,35% sampai dengan
-
31
Dari hasil KAP tersebut kemudian dicari nilai kreditnya :
22,5 % - KAP % N.K = ------------------------- x 1 (maksimal 100)
0,15 %
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang dibentuk
oleh bank terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang
wajib (PPAPW) dibentuk oleh bank :
PPAP yang dibentuk PPAP = ------------------------------------- X 100%
PPAP yang wajib dibentuk Dan untuk penyisihan penghapusan aktiva produktif, datanya
diperoleh langsung dari neraca. Sedangkan penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang wajib dibentuk oleh bank, datanya berasal dari : 0,5% dari
aktiva produktif yang tergolong lancar, 10% dari aktiva produktif kurang
lancar, 50% dari aktiva produktif diragukan, dan 100% dari aktiva
produktif yang tergolong macet.
Hasil penilaian : 1) Sehat : 81,0%
2) Cukup sehat : 66,0% sampai dengan
-
32
Dari hasil PPAP tersebut kemudian dicari nilai kreditnya :
N.K : PPAP % x 1 (maksimal 100)
3. Manajemen (Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen menggunakan daftar
pertanyaan yang telah disediakan menurut SK Direksi BI no
30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. Daftar pertanyaan sebagai berikut :
a. 10 pertanyaan untuk manajemen umum
b. 15 pertanyaan untuk manajemen risiko
Sepuluh (10) pertanyaan manajemen umum terdiri dari 1
pertanyaan tentang strategi dan sasaran, 2 pertanyaan tentang struktur, 4
pertanyaan tentang sistem dan 3 pertanyaan tentang kepemimpinan.
Sedangkan lima belas (15) pertanyaan manajemen risiko terdiri dari 2
pertanyaan tentang risiko likuiditas, 3 pertanyaan risiko tentang kredit, 3
pertanyaan tentang risiko operasional dan 3 pertanyaan tentang risiko
hukum, serta 4 pertanyaan tentang resiko pemilik dan pengurus bank
Ketentuan penilaian :
a. Setiap jawaban diberi nilai 0,1,2,3,4.
b. Nilai 0 : lemah, nilai 1,2,3 : antara, nilai 4 : baik
Cara perhitungan :
Jumlah Nilai Aspek Manajemen Umum Manajemen Umum : --------------------------------------------------- x 100% 0,4
-
33
Jumlah Nilai Aspek Manajemen Risiko Manajemen Risiko : --------------------------------------------------- x 100% 0,6
Hasil penilaian :
a. Sehat : 81,0%
b. Cukup sehat : 66,0% sampai dengan
-
34
operasional, dan pendapatan/beban luar biasa. Yang termasuk dalam
rata-rata volume usaha adalah jumlah dari seluruh aktiva pada neraca.
Hasil penilaian :
1) Sehat : >1,215%
2) Cukup sehat : >0,999% sampai dengan 0,765% sampai dengan
-
35
2) Cukup sehat : >93,52% sampai dengan 94,72% sampai dengan 3,30% sampai dengan 2,55% sampai dengan
-
36
Dari hasil likuiditas tersebut kemudian dicari nilai kreditnya :
Likuiditas % N.K = ----------------- (maksimal 100)
0,05 %
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank :
Kredit yang diberikan LDR = ------------------------------- X 100 % Dana yang diterima
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.30/3/UPPB tanggal 30 April
1997, yang dimaksud dengan kredit yang diberikan meliputi :
1). Kredit yang diberikan kepada masyarakat dikurangi dengan bagian
kredit sindikasi yang dibiayai bank lain.
2). Penanaman kepada bank lain, dalam bentuk kredit yang diberikan
dengan jangka waktu lebih dari 3 (tiga) bulan.
3). Penanaman kepada bank lain dalam bentuk kredit dalam rangka
kredit sindikasi.
Sedangkan yang dimaksud dengan dana yang diterima menurut Surat
Edaran Bank Indonesia No.30/3/UPPB tanggal 30 April 1997, yang
meliputi :
1). Deposito dan tabungan masyarakat
2). Pinjaman bukan dari bank lain dengan jangka waktu lebih dari 3
(tiga) bulan (diluar pinjaman subordinasi)
3). Deposito dan pinjaman dari bank lain dengan jangka waktu lebih
dari 3 bulan
-
37
4). Modal inti
5). Modal pinjaman
Hasil penilaian :
1) Sehat : 94,75% sampai dengan 98,5%
3) Kurang sehat : >98,5% sampai dengan 102,25%
4) Tidak sehat : >102,25%
Dari hasil LDR tersebut kemudian dicari nilai kreditnya :
N.K = 115 % - LDR % x 4
-
39
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat PT BPR Yuwana Nindya Raharja PT BPR Yuwana Nindya Raharja berkedudukan di Jalan Tentara Pelajar
No.97, Kranon, Kepek, Wonosari. PT BPR Yuwana Nindya Raharja didirikan
berdasarkan akta nomor 001 tangga l 02 April 1994, notaris Koesharyati Tito, SH.
Anggaran dasar telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir
adalah akta nomor 113/VII/ 2004 tanggal 20 Juli 2004, notaris Koesharyati Tito,
SH dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dalam Surat Keputusan nomor C-17645 HT.01.04.TH.20035
tertanggal 24 Juni 2005.
B. Kegiatan Usaha
Kegiatan Usaha PT BPR Yuwana Nindya Raharja adalah :
• Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan : Deposito berjangka
dan Tabungan.
• Menempatkan dana dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan di bank
lain.
• Menyalurkan kembali dananya dalam bentuk kredit yang diberikan.
C. Susunan Pengurus
Susunan Pengurus PT BPR Yuwana Nindya Raharja adalah :
-
40
Komisaris Bagus Kris Bawono, SE
Direktur Utama : Drs. Sudjut Budi Utomo
Direktur : Rinaras Widi Atmini, SE
D. Kepemilikan
Kepemilikan PT BPR Yuwana Nindya Raharja :
• PT Usaha Karya Bina Mandiri 67,34 %
• Bagus Kris Bawono 6,06 %
• Alfius Wastono 6,06 %
• Sri Murniyati 6,06 %
• Zamsuri 6,06 %
• Prambudi 4,38 %
• Rinaras Widi Atmini 6,06 %
---------- +
100,00 %
E. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PT BPR Yuwana Nindya Raharja tersusun sebagai berikut :
-
41
Keterangan :
Garis Instruksi
Garis Koordinasi
Berikut ini akan diuraikan tugas dan tanggung jawab, serta wewenang
masing-masing bagian :
1. RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
Rapat Umum Pemegang Saham ini merupakan kekuasaan tertinggi
dalam perseroan yang bertugas dan berkewajiban menetapkan anggaran
dasar, yang di dalamnya memuat bahwa dewan komisaris dan dewan
direksi diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham
R U P S
KOMISARIS
DIREKSI S P I
Bagian Pemasaran &
Kredit - Acc. Officer - Administrasi kredit - Penilai Jaminan & Investigasi
Bagian Operasional
- Tabungan / Deposito - Teller - Accounting
Bagian Personalia &
Umum - Personalia - Umum - Sopir - Keamanan - Office Boy
Kantor Kas - Acc. Officer - Teller & Administrasi - Keamanan - Office Boy
-
42
yang secara langsung menetapkan jumlah gaji bulanan yang diberikan
kepada dewan komisaris dan dewan direksi.
2. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris ini bertanggungjawab kepada RUPS atas segala
usaha dan kebijaksanaan yang ia keluarkan. Dewan Komisaris bertugas
melakukan pengawasan dan kepengurusan perseroan yang dilakukan oleh
direksi. Maka ia memiliki wewenang untuk melakukan pemeriksaan
terhadap buku-buku, surat-surat, bukti-bukti, mencocokkan keadaan uang
kas, minta penjelasan mengenai suatu hal kepada direksi, dan sebagainya.
3. Direksi
Direksi bertanggung jawab memimpin kegiatan yang dilakukan
atas nama perusahaan, baik didalam maupun diluar perusahaan.
Memimpin secara mutlak terhadap seluruh kegiatan operasional maupun
non operasional yang dijalankan oleh seluruh perusahaan. Direksi bertugas
untuk memikirkan, merumuskan, dan menetapkan kebijaksanaan dalam
menentukan program kerja untuk kegiatan yang dilakukan perusahaan.
4. SPI (Satuan Pengawas Intern)
Satuan Pengawas Intern bertanggung jawab langsung kepada Direksi.
SPI memiliki tugas antara lain :
a. Menyusun rencana kerja pengawasan tahunan.
b. Mempersiapkan pelaksanaan pengawasan.
c. Melakukan pengujian kelayakan yang digunakan.
d. Membuat laporan hasil pengawasan.
-
43
e. Melakukan pengujian efektifitas pengendalian intern yang
digunakan.
Adapun wewenang-wewenang yang dimiliki Satuan Pengawas Intern
antara lain :
a.Menetapkan cara-cara pengawasan yang akan dilakukan.
b.Meminta keterangan dari segenap karyawan.
c.Meminta data.
d.menetapkan cara pelaporan.
e.Memperoleh peraturan-peraturan baik intern maupun ekstern.
f.Meminta informasi dari semua karyawan.
5. Bagian Pemasaran dan Kredit
Bagian Pemasaran dan Kredit ini membawahi langsung beberapa
kepala seksi, yaitu : Seksi Account Officer, Seksi Administrasi Kredit, dan
Seksi Penilai Jaminan & Investigasi. Bagian Pemasaran dan Kredit
memiliki tugas antara lain :
a. Membantu direksi dalam melaksanakan tugas-tugas yang
berhubungan dengan program di bidang dana dan perkreditan.
b. Menyampaikan saran-saran kepada pimpinan sehubungan dengan
pelaksanaan tugas-tugas di bidang dan dan perkreditan.
c. Menyusun rencana kerja dan anggaran bidang dana dan perkreditan
sebagai usulan untuk mendapatkan persetujuan Dewan Komisaris.
d. Menyusun jadwal kegiatan rencana anggaran yang telah disetujui
oleh Dewan Komisaris.
-
44
e. Mengatur pengelolaan uang kas dalam rangka pengendalian
likuiditas secara efektif dan efisien.
f. Membantu Direksi dalam merumuskan kebijaksanaan bidang
perkreditan.
g. Membantu Direksi untuk menjalankan kebijaksanaan dalam bidang
kredit.
h. Menghubungi sasaran kredit yang potensial baik terhadap sektor
pemerintah, swasta maupun sasaran lainnya.
6. Bagian Operasional
Bagian Operasional ini membawahi langsung beberapa seksi, yaitu
Seksi Tabungan / Deposito, Seksi Teller, dan Seksi Accounting. Bagian
Operasional bertanggung jawab langsung kepada direksi. Tugas dari
Bagian Operasional adalah :
a. Menyusun jadwal kerja dan peta kerja seksi.
b. Menilai hasil kerja staf dan seksi.
c. Memeriksa kelayakan permohonan kredit
d. Mengarahkan bawahan.
Wewenang dari Bagian Operasional itu sendiri adalah :
a.Memilih sistem.
b.Memberi penilaian
c.Memilih program memberi tugas.
d.Memerintahkan bawahan untuk melengkapi persyaratan kredit
7. Bagian Personalia dan Umum
-
45
Bagian Personalia dan Umum membawahi langsung beberapa
seksi, yaitu : Seksi Personalia, Seksi Umum, Sopir, Seksi Keamanan, dan
Office Boy. Bagian Personalia dan Umum memiliki tugas antara lain :
a. Menerima surat masuk.
b. Membuat surat keluar.
c. Mengarsipkan surat masuk dan keluar
d. Mencatat semua inventaris
e. Mencatat mutasi sisa persediaan.
f. Mengatur penjagaan keamanan
g. Merencanakan kebutuhan karyawan
h. Memeriksa presensi karyawan
i. Membuat surat perintah dinas.
j. Mengurus fasilitas karyawan.
Sedangkan wewenang Bagian Personalia dan Umum antara lain :
a.Membuka dan membaca surat masuk.
b.Menggunakan sarana yang ada.
c.Menetapkan cara pengarsipan.
d.Meneliti semua inventaris
e.Melarang karyawan yang tidak berhak menggunakan formulir.
f.Memerintah petugas yang terkait.
g.Mengusulkan penambahan persediaan kepada Direksi.
h.Menolak presensi yang tidak sah.
i.Meminta tanda tangan pejabat yang berwenang.
-
46
8. Kantor Kas
Kantor Kas memiliki beberapa seksi, yaitu : Seksi Acc. Officer,
Seksi Teller & Administrasi, Seksi Keamanan, dan Office Boy
F. Produk dan Jasa
Bank adalah mitra bagi siapa saja. Bukan hanya bagi dunia usaha, tapi juga
untuk perorangan dan keluarga. Di BPR Yuwana Nindya Raharja, nasabah akan
mendapatkan pelayanan yang ramah, professional dan personal untuk beberapa
jasa perbankan. Produk dan Jasa BPR Yuwana Nindya Raharja antara lain:
1. Tabungan
a. Tabungan Raharja, adalah tabungan untuk masyarakat umum
b. Tabungan Kusuma, adalah tabungan untuk masyarakat yang dikhususkan
untuk wanita.
a. Deposito
Deposito dengan jangka waktu 1,3,6,dan 12 bulan. Dapat diperpanjang
secara otomatis. Deposito ini juga dapat dipergunakan sebagai jaminan
kredit.
3. Kredit
a. Kredit Modal Usaha
b. Kredit Konsumtif
c. Kredit Pembiayaan Kendaraan Bermotor Bekas
d. Kredit Sebrakan
-
47
Kredit tunai jangka pendek maksimal 3 bulan untuk keperluan usaha
dengan pengembalian berupa angsuran bunga, sedangkan pokok
pinjaman dilunasi pada saat jatuh tempo.
e. Kredit Kusuma (kredit tanpa agunan)
Dengan syarat :
i. Wanita
ii. Berkelompok
iii. Memiliki usaha yang produktif
iv. Bertempat tinggal menetap.
-
47
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan bank. Data
yang diambil dari PT BPR Yuwana Nindya Raharja adalah data yang meliputi
neraca, laporan laba/rugi, laporan pelampauan Batas Maksimal Pemberian Kredit
(BMPK) bagi peminjam dan kelompok peminjam.
A. Hasil Perhitungan Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Yuwana
Nindya Raharja tahun 2002 – 2006.
1. Hasil Perhitungan CAR (Capital Adequacy Ratio) tahun 2002 – 2006.
Tabel V.1 Hasil Perhitungan Capital Adequacy Ratio
BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002 - 2006
Tahun
Modal (000)
ATMR (000)
CAR (%)
Nilai
Kredit 2002 607.738 4.368.519 13,9 % 100 2003 474.392 3.704.493 12,8 % 100 2004 531.116 4.451.771 11,9 % 100 2005 795.403 8.089.180 9,8 % 99 2006 1.241.720 14.245.453 8,7 % 88
Sumber : Lampiran II.1 sampai dengan Lampiran II.3
Dari tabel tersebut, dapat diketahui adanya penurunan nilai CAR. Pada tahun
2002, nilai CAR cukup tinggi sebesar 13,9 %, yang menunjukkan bahwa bank
telah memenuhi persyaratan penyediaan modal minimum yaitu sebesar 8 %.
Pada tahun 2003, nilai CAR menurun menjadi 12,8 %. Hal ini disebabkan karena
adanya penurunan modal menjadi sebesar Rp 474.392 ribu, sedangkan ATMR
-
48
yang dimiliki bank sebesar Rp 3.704.937. Pada tahun 2003, penurunan nilai CAR
masih berlangsung pada tahun ini yaitu menjadi sebesar 11,9 %. Ini diakibatkan
karena adanya kenaikan jumlah modal menjadi sebesar Rp 531.116 ribu diikuti
dengan kenaikan besarnya ATMR menjadi sebesar Rp 4.451.771 ribu. Hal ini
pun, lagi- lagi tidak mempengaruhi pada kesehatan permodalan BPR Yuwana
Nindya Raharja. Pada tahun 2005, sisa modal minimum yang dihasilkan pada
tahun ini sebesar Rp 148.269 ribu, mengalami penurunan dari tahun lalu yang
menyebabkan nilai CAR juga mengalami penurunan menjadi sebesar 9,8 %. Hal
ini disebabkan karena laba ditahan lebih kecil dari tahun lalu sehingga
mengurangi jumlah modal bank. Sedangkan ATMR yang ada sebesar Rp
8.089.180 ribu naik dari tahun lalu. Tahun 2006 merupakan tahun dimana rasio
CAR yang dihasilkan terendah dari tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 8,7 %.
Ini terjadi karena kenaikan modal yang disetor oleh pemegang saham dan
kenaikan laba yang dihasilkan juga diikuti oleh kenaikan jumlah ATMR sebesar
Rp 14.245.453 ribu.
2 Hasil Perhitungan Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality) tahun
2002 – 2006.
Perhitungan terhadap faktor kualitas aktiva produktif (KAP)
dibedakan atas dua rasio yaitu :
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva
produktif:
-
49
Tabel V.2 Hasil Perhitungan KAP
BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002 - 2006
Tahun
Aktiva Produktif
yang diklasifikasikan (000)
Jumlah Aktiva
Produktif (000)
KAP (%)
Nilai
Kredit
2002 228.853 4.017.777 5,7 % 100 2003 377.496 4.045.680 9,3 % 88 2004 101.156 4.179.231 2,4 % 100 2005 325.644 7.689.334 4,2 % 100 2006 617.078 14.221.914 4,3 % 100
Sumber : Lampiran III.3 sampai dengan Lampiran III.5
Dari tabel V.2 dapat dilihat bahwa besarnya nilai rasio KAP yang
dihasilkan pada tahun 2002 adalah sebesar 5,6 % dengan nilai kredit 113
melebihi nilai maksimal yaitu 100. Tetapi nilai tersebut turun menjadi 9,3 % pada
tahun 2003. Karena rasio yang meningkat maka nilai kredit yang dihasilkan
menurun. Tapi pada tahun 2004 dan seterusnya, nilai rasio KAP meningkat
kembali dan menjadi stabil di kisaran sehat. Hal ini menunjukkan bahwa BPR
Yuwana Nindya Raharja telah mengelola dengan baik aktiva produktifnya, karena
bank tidak memiliki risiko kerugian yang disebabkan oleh dapat diterimanya
aktiva produktif yang diklasifikasikan jika dibandingkan dengan aktiva produktif
yang dimilikinya. Semakin kecil rasio maka kesehatan bank semakin baik.
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang
dibentuk oleh bank terhadap penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang wa jib (PPAPW) dibentuk oleh bank
-
50
Tabel V.3 Hasil Perhitungan PPAP
BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002 - 2006
Tahun
PPAP
yang dibentuk (000)
PPAP yang wajib dibentuk
(000)
PPAP (%)
Nilai
Kredit
2002 105.157 60.400 174 % 100 2003 145.930 84.423 173 % 100 2004 133.329 53.183 176 % 100 2005 174.440 99.584 175 % 100 2006 199.330 146.285 136 % 100
Sumber : Lampiran III.5 sampai dengan Lampiran III.6 Dari tabel V.3 dapat dilihat bahwa nilai rasio PPAP yang diperoleh BPR
Yuwana Nindya Raharja pada tahun 2002 - 2006 mengalami kenaikan dan
penurunan. Tapi hal itu masih dalam batas ketentuan BI karena nilai kredit yang
dihasilkan masih melebihi nilai maksimal.
3. Hasil Perhitungan Aspek Manajemen (Management) tahun 2002 - 2006
Tabel V.4 Hasil Perhitungan Aspek Manajemen
PT BPR Yuwana Nindya Raharja Komponen Nilai
Kredit Komponen Nilai
Kredit Manajemen umum Strategi dan sasaran Struktur Sistem Kepemimpinan
4 7 11 8
Manajemen Risiko Risiko likuiditas Risiko kredit Risiko operasional Risiko hukum Risiko pemilik & pengurus
7 10 8 11
11 Jumlah 30 Jumlah 47
Sumber : PT BPR Yuwana Nindya Raharja
Pada aspek ini penulis hanya bisa mewancara narasumber pada
tahun ketika penelitian ini dibuat. Karena adanya kesulitan dari
-
51
narasumber bila analisis dilakukan per tiap tahun. Sehingga hasil
wawancara diasumsikan bahwa jawaban pertanyaan itu mencakup pada
periode tahun yang diteliti yaitu tahun 2002 sampai dengan tahun 2006.
Dari analisis kumulatif dapat diketahui bahwa nilai kredit yang dihasilkan
dari 25 pertanyaan yang diajukan adalah sebesar 30 untuk Manajemen
Umum, dan 47 untuk Manajemen Risiko. Sehingga nilai yang didapatkan
adalah sebesar :
a. Manajemen Umum :
Jumlah Nilai Aspek Manajemen Umum M. Umum : --------------------------------------------------- x 100% 0,4
30 : ----------- x 100% 0,4 : 75 %
b. Manajemen Risiko :
Jumlah Nilai Aspek Manajemen Risiko M. Risiko : --------------------------------------------------- x 100% 0,6
47 : ----------- x 100% 0,6 : 78,3 %
Nilai Kredit yang diperoleh yaitu :
N. K = (40 x Nilai Manajemen Risiko) + (60 x Nilai Manajemen Risiko)
= (40 x 75%) + (60 x 78,3%)
= 30 + 46,98 = 76,98
-
52
Ini menunjukkan bahwa bank memiliki predikat “cukup sehat”
untuk kesehatan manajemen. Dari hasil tersebut berarti aspek – aspek
manajemen yang disyaratkan oleh Bank Indonesia telah dijalankan dengan
cukup baik.
4. Hasil Perhitungan Rentabilitas (Earning) tahun 2002 - 2006
Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada dua rasio
yaitu :
a. Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-
rata volume usaha dalam periode yang sama :
Tabel V.5 Hasil Perhitungan ROA
BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002 - 2006
Tahun
Laba/Rugi
(000)
Rata-rata Volume Usaha
(000)
ROA (%)
Nilai
Kredit 2002 124.791 4.623.843 2,7 % 100 2003 136.423 4.321.450 3,2 % 100 2004 167.574 4.935.183 3,4 % 100 2005 281.004 9.533.124 2,9 % 100 2006 542.275 16.215.447 3,3 % 100
Sumber : Lampiran IV.1 sampai dengan Lampiran IV.2
Dari tabel V.5, dapat dilihat bahwa pada tahun 2002 – 2006, BPR Yuwana
Nindya Raharja memperoleh rasio ROA yang stabil di kisaran sehat. Ini berarti
bahwa pihak BPR Yuwana Nindya Raharja telah mengelola dengan baik
penggunaan aset-asetnya, sehingga tingkat keuntungan yang dicapai bank akan
semakin baik. ROA juga dapat menunjukkan kemampuan bank untuk
menghasilkan income dari pengolaan aset yang dimiliki
-
53
b. Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap
pendapatan operasional dalam periode yang sama (BOPO):
Tabel V.6
Hasil Perhitungan BOPO BPR Yuwana Nindya Raharja
Tahun 2002 – 2006
Tahun
Biaya Operasional
(000)
Pendapatan Operasional
(000)
BOPO (%)
Nilai
Kredit
2002 1.403.406 1.528.406 91,8 % 100 2003 1.673.996 1.810.119 92,5 % 93,7 2004 1.768.472 1.936.648 91,3 % 100 2005 2.268.009 2.466.711 91,9 % 100 2006 4.441.070 4.983.169 89,1 % 100
Sumber : Lampiran IV.3
Dari tabel V.6, dapat dilihat bahwa pada tahun 2003, rasio BOPO BPR
Yuwana Nindya Raharja mengalami penurunan. Tapi penurunan tersebut masih
dalam kisaran sehat. Hal ini bisa terjadi karena pendapatan yang diperoleh dari
kegiatan operasional tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi
dan kemampuan bank dalam mengelola dan melakukan kegia tan operasi dapat
dikategorikan “sehat”. Semakin tinggi rasio yang dicapai semakin rendah pula
pendapatan yang diperoleh, semakin kecil rasio maka semakin baik manajemen
bank dalam efisiensi dalam mengelola kegiatan operasionalnya. Ini terbukti
karena adanya penurunan pada nilai rasio yang diperoleh menyebabkan kenaikan
nilai kredit yang diperoleh melebihi nilai maksimum.
5. Hasil Perhitungan Likuiditas (Liquidity) tahun 2002 – 2006
Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 rasio yaitu :
a. Rasio alat likuid terhadap hutang lancar :
-
54
Tabel V.7 Hasil Perhitungan Likuiditas
BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002 – 2006
Tahun
Alat Likuid
Hutang Lancar
Likuiditas
(%)
Nilai
Kredit 2002 357.001 2.839.239 12, 5 % 100 2003 94.992 2.015.235 4,6 % 92 2004 565.855 3.583.860 15,8 % 100 2005 1.346.478 7.900.532 17 % 100 2006 1.046.649 14.193.623 7,4 % 100
Sumber : Lampiran V.1 dan Lampiran V.2
Dari tabel V.7, dapat dilihat bahwa pada tahun 2003, rasio Likuiditas BPR
Yuwana Nindya Raharja mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2002.
Tapi penurunan tersebut masih dalam kisaran sehat. Pada tahun 2004 – 2006, BPR
Yuwana Nindya Raharja dapat meningkatkan rasio Likuiditasnya. Bahkan pada
tahun 2005, BPR Yuwana Nindya Raharja dapat meningkatkan Likuiditasnya
menjadi 17%. Hal ini berarti bahwa bank memiliki kemampuan untuk segera
menutup kewajiban-kewajiban lancar dengan alat-alat likuid yang dimiliki
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank:
Tabel V.8 Hasil Perhitungan LDR
BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002 – 2006
Tahun
Kredit (000)
Dana yang Diterima
(000)
LDR (%)
Nilai
Kredit
2002 4.000.277 4.406.305 90,8 % 97 2003 3.209.660 4.232.518 75,8 % 100 2004 4.113.342 4.758.566 86,4 % 100 2005 7.330.103 8.584.984 85,3 % 100 2006 12.806.674 14.472.912 88,5 % 100
Sumber : Lampiran V.3 dan Lampiran V.4
-
55
Dari tabel V.8, dapat dilihat bahwa pada tahun 2002 - 2006, rasio
Likuiditas BPR Yuwana Nindya Raharja mengalami kenaikan dan penurunan.
Tapi penurunan tersebut masih dalam kisaran sehat. Dengan nilai rasio ini,
berarti bank mampu menekan biaya kredit, karena hanya sedikit dana yang
menganggur dilihat dari dana yang diterima untuk disalurkan .
B. Hasil Penentuan Predikat Tingkat Kesehatan BPR Yuwana Nindya
Raharja tahun 2002 – 2006.
Atas dasar nilai kredit dari faktor-faktor yang dinilai kemudian diperoleh
nilai kredit gabungan dari hasil penilaian tingkat kesehatan bank secara
keseluruhan dengan pembagian dalam empat golongan yaitu:
(1) nilai kredit 81 sampai dengan 100 diberi predikat sehat,
(2) nilai kredit 66 dampai dengan kurang dari 81 diberi predikat cukup
sehat,
(3) nilai kredit 51 sampai dengan kurang dari 66 diberi predikat kurang
sehat, dan
(4) nilai kredit 0 sampai dengan nilai kredit kurang dari 31 diberi predikat
tidak sehat.
-
56
Tabel V.9 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank
PT BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002
Rasio Nilai Rasio Nilai Kredit Bobot N.K dibobot CAR
KAP
PPAP
MAN
ROA
BOPO
Likuiditas
LDR
13,9 %
5,7 %
174 %
153,3 %
2,7 %
91,8 %
12,5 %
90,8 %
100
100
100
76,98
100
100
100
96,8
30%
25 %
5 %
20 %
5 %
5 %
5 %
5 %
30
25
5
15,4
5
5
5
4,8
Jumlah 95,2 Predikat Sehat
Sumber : Tabel V.1 sampai dengan Tabel V.8
Tabel V.10 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank
PT BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2003
Rasio Nilai Rasio Nilai Kredit Bobot N.K dibobot CAR
KAP
PPAP
MAN
ROA
BOPO
Likuiditas
LDR
12,8 %
9,3 %
173 %
153,3 %
3,2 %
92,5 %
4,6 %
75,8 %
100
88
100
76,98
100
93,7
92
100
30%
25 %
5 %
20 %
5 %
5 %
5 %
5 %
30
22
5
15,4
5
4,7
4,6
5
Jumlah 91,7 Predikat Sehat
Sumber : Tabel V.1 sampai dengan Tabel V.8
-
57
Tabel V.11 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank
PT BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2004
Rasio Nilai Rasio Nilai Kredit Bobot N.K dibobot CAR
KAP
PPAP
MAN
ROA
BOPO
Likuiditas
LDR
11,9 %
2,4 %
176 %
153,3 %
3,4 %
91,3 %
15,8 %
86,4 %
100
100
100
76,98
100
100
100
100
30%
25 %
5 %
20 %
5 %
5 %
5 %
5 %
30
25
5
15,4
5
5
5
5
Jumlah 95,4 Predikat Sehat
Sumber : Tabel V.1 sampai dengan Tabel V.8
Tabel V.12 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank
PT BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2005
Rasio Nilai Rasio Nilai Kredit Bobot N.K dibobot CAR
KAP
PPAP
MAN
ROA
BOPO
Likuiditas
LDR
9,8 %
4,2 %
175 %
153,3 %
2,9 %
91,9 %
17 %
85,3 %
99
100
100
76,98
100
100
100
100
30%
25 %
5 %
20 %
5 %
5 %
5 %
5 %
29,7
25
5
15,4
5
5
5
5
Jumlah 95,1 Predikat Sehat
Sumber : Tabel V.1 sampai dengan Tabel V.8
-
58
Tabel V.13 Hasil Nilai Kredit dan Predikat Tingkat Kesehatan Bank
PT BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2006
Rasio Nilai Rasio Nilai Kredit Bobot N.K dibobot CAR
KAP
PPAP
MAN
ROA
BOPO
Likuiditas
LDR
8,7 %
4,3 %
136 %
153,3 %
3,3 %
89,1 %
7,4 %
88,5 %
88
100
100
76,98
100
100
100
100
30%
25 %
5 %
20 %
5 %
5 %
5 %
5 %
26,4
25
5
15,4
5
5
5
5
Jumlah 91,8 Predikat Sehat
Sumber : Tabel V.1 sampai dengan Tabel V.8
Dari analisis atas masing-masing faktor dan komponen BPR Yuwana
Nindya Raharja dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, maka BPR Yuwana
Nindya Raharja tergolong kategori “SEHAT”, karena syarat yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia telah terpenuhi yaitu 95,25 nilai kredit tahun
2002 ; 95,75 nilai kredit tahun 2003 ; 95,4 nilai kredit tahun 2004 ; 94,8 nilai
kredit tahun 2005 ; 91,1 nilai kredit tahun 2006, dengan nilai kredit rata-rata
selama 5 tahun terakhir yaitu 94,16 lebih besar dari 81 sesuai batas sehat yang
ditetapkan Bank Indonesia.
-
59
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Permodalan
Faktor permodalan selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2002 – 2006,
tergolong kategori “sehat” dengan nilai kredit dibobot rata rata 29,2 terdiri
dari nilai 30 tahun 2002, nilai 30 tahun 2003, nilai 30 tahun 2004, nilai 29,7
tahun 2005, dan nilai 26,4 tahun 2006.
2. Kualitas Aktiva Produktif
Kualitas aktiva produktif termasuk kategori “sehat” dengan nilai kredit
dibobot rata-rata 29,4 terdiri dari nilai 30 tahun 2002, nilai 27 tahun 2003,
nilai 30 tahun 2004, nilai 30 tahun 2005, dan nilai 30 tahun 2006.
3. Manajemen
Hasil analisis terhadap faktor manajemen, secara keseluruhan penilaian
terhadap faktor manajemen yang meliputi manajemen umum dan manajemen
risiko tergolong kategori “cukup sehat” dengan nilai kredit rata-rata 15,4.
4. Rentabilitas
Hasil analisis terhadap rentabilitas selama lima tahun 2002 – 2006, maka
rentabilitas tergolong kategori “sehat” dengan nilai kredit dibobot rata-rata
9,9 terdiri dari nilai 10 tahun 2002, nilai 9,7 tahun 2003, nilai 10 tahun 2004,
nilai 10 tahun 2005, dan nilai 10 tahun 2006.
-
60
5. Likuiditas
Hasil analisis terhadap likuiditas selama lima tahun 2002 – 2006,
tergolong kategori “sehat” dengan nilai kredit dibobot rata-rata 9,9 terdiri
dari nilai 9,8 tahun 2002, nilai 9,6 tahun 2003, nilai 10 tahun 2004, nilai 10
tahun 2005, dan nilai 10 tahun 2006.
B. Keterbatasan
Dalam melakukan penelitian ini penyusun menyadari bahwa masih banyak
terjadi kekurangan dan kelemahan sehingga hasil penelitian yang diperoleh tidak
maksimal. Dan hasil penilaian kinerja BPR ini mungkin berbeda (dapat berbeda)
dengan penilaian kinerja dari Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan di
Indonesia yang berwenang melakukan penilaian.
C. Saran
1. Dari faktor permodalan, secara kesuluruhan BPR Yuwana Nindya Raharja
tergolong dalam kategori “sehat”. Namun bila dicermati pada tahun 2005 dan
2006 ada kecenderungan menurun. Agar permodalan tetap kuat dan sehat, di
masa yang akan datang setidaknya ada beberapa hal yang dapat dilakukan,
yaitu :
a. Mengurangi aktiva yang berisiko tinggi.
b. Pemilik/pemegang saham dianjurkan untuk menambah modal disetor.
c. Meningkatkan perolehan laba.
d. Memperbesar laba ditahan.
-
61
2. Dari segi kualitas aktiva produktif, BPR Yuwana Nindya Raharja secara
keseluruhan tergolong sehat, kondisi ini diharapkan dapat dipertahankan,
jika perlu ditingkatkan lagi dengan memperkecil kredit yang
diklasifikasikan atau menekan kredit bermasalah dengan cara lebih hati-
hati dan selektif dalam pemberian kredit.
3. Dari segi penilaian manajemen, secara keseluruhan BPR Yuwana Nindya
Raharja tergolong “cukup sehat”, hal ini dapat diperbaiki dengan cara
antara lain menjalankan operasional bank sesuai aturan atau ketentuan
yang berlaku baik ketentuan intern (aturan yang dibuat sendiri) maupun
ketentuan ekstern (ketentuan dari Bank Indonesia).
4. Dilihat dari penilaian terhadap rentabilitas, BPR Yuwana Nindya Raharja
secara keseluruhan tergolong sehat dan diharapkan dapat terus
dipertahankan serta ditingkatkan. Tingkat rentabilitas yang tinggi berarti
bank dapat tetap mempertahankan efisiensi biaya operasionalnya serta
mengupayakan adanya peningkatan pendapatan, sehingga akan berakibat
laba yang diperoleh akan semakin besar dan dapat mempertahankan
kelangsungan usahanya.
5. Dilihat dari penilaian likuiditas, BPR Yuwana Nindya Raharja secara
keseluruhan tergolong “sehat” dan diharapkan kondisi seperti ini terus
dipertahankan. Dengan terpeliharanya tingkat likuiditas yang baik, berarti
bank telah memelihara kepercayaan nasabahnya, dan bila likuiditas terlalu
berlebihan akan mengurangi pendapatan atau ada dana yang tidak
produktif.
-
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia.1993.Tata cara penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat. SE BI No.26/6/BPR (29 Mei)
Bank Indonesia.1993.Tata cara penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat. SK Direksi BI No.26/24/KEP/DIR (29 April)
Bank Indonesia.1997.Tata cara penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat. SE BI No.30/12/KEP/DIR (30 April)
Bank Indonesia.1997.Tata cara penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat. SE BI No.30/3/UPPB (30 April)
Lukman. D. 2000. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Rudy Badrudin. Dkk. (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.
Yogyakarta: STIE YKPN.
Rudi Trisantoso. 1995. Prinsip Dasar Akuntansi Perbankan. Andy Offset
Yogyakarta.
Susilo, Sri, y.dkk. (2000). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Yogyakarta:
Salemba Empat.
Undang-undang no 7 tahun 1992 tentang perbankan.
Undang-undang no 10 tahun 1998 tentang perbankan.
-
LAMPIRAN I
-
Lampiran I.1 Neraca
PT BPR Yuwana Nindya Raharja Tahun 2002-2006
POS-POS
2002 (000)
2003 (000)
2004 (000)
2005 (000)
2006 (000)
AKTIVA 1. Kas 2. Giro pada bank lain 3. Penempatan pada bank
lain 4. Surat berharga 5. Kredit yang
diberikan : a. Pihak terkait dengan
bank b. Pihak lain
Penyisihan ph. kredit 6. Aktiva tetap
akumulasi ph.AT 7. Aktiva lain-lain
303.599 53.602
17.500
0
24.000 4.000.277
105.157 467.766 143.301
5.557
88.165 6.827
836.020
0
0 3.209.660
145.930 479.927 217.608 64.389
556.729 9.126
6