analisis studi kelayakan bisnis pengolahan susu …etheses.uin-malang.ac.id/10557/1/13510013.pdf ·...
TRANSCRIPT
ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGOLAHAN
SUSU SAPI MURNI
(Studi Kasus: Koperasi Susu SAE di Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang)
SKRIPSI
O l e h :
IDA NUR AISYAH
NIM : 13510013
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2017
i
ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGOLAHAN
SUSU SAPI MURNI
(Studi Kasus: Koperasi Susu SAE di Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang)
SKRIPSI
Diajukan Kepada:
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
O l e h :
IDA NUR AISYAH
NIM : 13510013
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2017
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kebesaranNya telah
menghadirkan ilmu pengetahuan yang indah kepada umat manusia, sehingga
mewajibkan setiap umat manusia untuk mempelajarinya agar bertambah pula
kecintaannya kepada sang pencipta. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa
umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiah.
Syukur alhamdulillah karya kecil ini telah selesai berkat banyak do’a dan
dukungan dari berbagai pihak yang telah banyak memberikan warna warni dalam
kehidupan saya. Maka dengan ketulusan hati yang terdalam karya ini saya
persembahkan kepada mereka semuanya.
Untuk Bapak dan Ibuku terkasih yang hingga saat ini aku masih belum
bisa menjadi kebanggaan keduanya akan tetapi segala cinta kasih serta do’anya
selalu mengiringi langkah kakiku tiada henti dan hanya ucapan terimakasih dari
lubuk hati yang paling dalam yang sekarang dapat aku sampaikan serta ungkapan
cinta kasihku setulus hati kepada keduanya semoga suatu saat nanti dapat kulihat
senyum kabanggaan dari keduanya. Semoga keduanya selalu dan terus berada
dalam lindungnNya.
Untuk adekku tersayang yang selalu memberikan semangat dan
dukungannya yang tiada henti kepada kakaknya. Semoga selalu dilancarakan
dalam menuntut ilmu dan dalam segala urusan.
Untuk semua teman kos ijo squad yang selalu mengingatkan dan
memberikan dukungan setiap saat dan setiap waktu. Semua teman angkatan
manajemen 2013 Fakultas Ekonomi UIN Malang yang setia menemani perjalanan
perkuliahan dalam empat tahun terakhir. Semoga kita selalu diberikan kesuksesan
untuk menghadapi dunia kerja setelah masa-masa perkuliahan usai.
Untuk Almamaterku tercinta Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen 2013
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
vi
MOTTO
“Kebahagiaan Tersbesarku Terletak pada Kebahagiaan Kedua
Orangtuaku”
إ ن مع العسر يسرا“Sesungguhnya Sesudah Kesulitan itu Ada Kemudahan”
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul “Analisis Studi Kelayakan
Bisnis Peternakan Rakyat Susu Sapi Murni (Studi Kasus: Koperasi Susu SAE di
Kecamatan Pujon Kebupaten Malang)”.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari kegelapan menuju jalan
kebaikan, yakni Din al-Islam.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini tidak
akan berhasil dengan baik tanpa adanya bimbingan dan sumbangan pemikiran dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Ibunda Yuni Lestari, Bapak Sunarto dan Adik tercinta Indri Dwi Astuti
serta seluruh keluarga, yang senantiasa memberikan do’a dan
dukungannya baik secara moril maupun spiritual.
2. Bapak Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M. Si., selaku Rektor Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Bapak Dr. H. Salim Al Idrus, MM., M.Ag, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi UIN MALIKI Malang.
4. Bapak Dr. H. Misbahul Munir, Lc., M.Ei, selaku Ketua Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi UIN MALIKI Malang.
5. Bapak Drs. Agus Sucipto,MM. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan masukan, saran dan bimbingannya dalam proses penulisan
skripsi.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang, yang telah memberikan ilmunya dengan tulus dan
iklas.
7. Seluruh karyawan Koperasi Susu SAE di Kecamatan Pujon Kabupaten
Malang yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
viii
8. Teman-teman ekonomi angkatan 2013 yang telah memberikan semangat
dan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
9. Dan seluruh pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa
penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan penulisan
ini. Penulis berharap semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat dengan
baik bagi semua pihak. Amin ya Robbal ‘Alamin…
Malang, 04 Mei 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
HALAMAN MOTTO ............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv
ABSTRAK (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahas Arab) ............................. xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 23
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 23
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 23
1.5 Batasan Penelitian ................................................................................... 24
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 25
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 25
2.2 KajianTeori ........................................................................................... 30
2.2.1 Studi Kelayakan Bisnis ............................................................... 30
2.2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis .............................. 30
2.2.1.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis .................................. 33
2.2.1.3. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis .................................... 34
2.2.1.4. Pihak-Pihak yang Memerlukan Studi Kelayakan
Bisnis ............................................................................ 36
2.2.1.5. Mengembangkan Keunggulan Kompetitif ................... 39
2.2.1.6. Tahapan Studi Kelayakan Bisnis .................................. 40
2.2.1.7. Aspek-Aspek dalam Studi Kelayakan Bisnis ............... 42
2.2.2 Peternakan Susu Sapi Perah ........................................................ 72
2.2.2.1. Peternakan Sapi Perah .................................................. 72
2.2.2.2. Susu Sapi Perah ............................................................ 74
2.3 Kerangka Berfikir ................................................................................. 78
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 79
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian ......................................................... 79
3.2 Objek Penelitian ................................................................................ 80
3.3 Subyek Penelitian .............................................................................. 80
x
3.4 Data dan Jenis Data ........................................................................... 81
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 82
3.6 Analisis Data ..................................................................................... 84
BAB VI PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ...... 90
4.1 Paparan Data Hasil Penelitian .............................................................. 90
4.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian ........................ 90
4.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ......................................... 91
4.1.3 Sejarah Koperasi Susu SAE Pujon ............................................. 92
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 94
4.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran ....................................................... 94
4.2.2 Apek Teknik / Operasional dan Teknologi ................................ 106
4.2.3 Aspek Manajemen dan Organisasi ............................................. 117
4.2.4 Aspek Keuangan ......................................................................... 125
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 133
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 133
5.2 Saran .................................................................................................... 134
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 136
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara - Negara ASEAN Tahun 2013─2016 1
Tabel 1.2 Distribusi Persentase PDB Kategori Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan Atas Dasar Harga Berlaku, 2012-2016 ............................... 4
Tabel 1.3 Populasi Sapi Perah di Indonesia ......................................................... 6
Tabel 1.4 Populasi Sapi Potong di Indonesia ....................................................... 6
Tabel 1.5 Nilai Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian
Januari – September 2015 .................................................................... 7
Tabel 1.6 Populasi Peternakan Sapi Perah Menurut Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur (Ekor) pada Tahun 2012-2016 .................... 9
Tabel 1.7 Produktivitas Perusahaan Peternak Sapi Perah Menurut Provinsi
Tahun 2015 .......................................................................................... 10
Tabel 1.8 Produksi Susu Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun
2013 ..................................................................................................... 11
Tabel 1.9 Rata-rata Konsumsi Perkapita Bahan Makanan Mengandung Susu
Tahun 2011-2015 dan Ketersediaan Perkapita Susu Sapi di Indonesia
dan Susu Impor .................................................................................... 13
Tabel 1.10 Populasi Ternak Besar menurut Kecamatan di Kabupaten Malang
Tahun 2015 .......................................................................................... 14
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 28
Tabel 4.1 Rata-Rata Konsumsi dan Produksi Susu Perkapita Serta Peluang
Pasar pada Tahun 2011-2015 ............................................................... 95
Tabel 4.2 Peramalan Permintaan Susu untuk Empat Tahun Kedepan ................. 96
Tebel 4.3 Peramalan Produksi Susu Empat Tahun Kedepan ............................... 96
Tabel 4.4 Ramalan Permintaan dan Produksi Susu Perkapita Serta Peluang
Pasar (liter) pada Tahun 2016-2019 ..................................................... 97
Tabel 4.5 Personil Organisasi .............................................................................. 119
Tabel 4.6 Susunan pengurus ................................................................................ 121
Tabel 4.7 Susunan Manager dan Kabag .............................................................. 121
Tabel 4.8 Susunan Pengawas ............................................................................... 122
Tabel 4.9 Jumlah Karywan Tetap ........................................................................ 123
Tabel 4.10 Jumlah Karyawan Berdasarkan Tenaga Honorer ................................ 123
Tabel 4.11 Uraian Gaji ........................................................................................... 123
Tabel 4.12 Cash Flow Koperasi Susu SAE ........................................................... 127
Tabel 4.13 Cash Inflow dengan DF 5% ................................................................. 129
Tabel 4.14 Table NPV dengan DF 14% ................................................................ 130
Tabel 4.15 Table NPV dengan DF 17% ................................................................ 130
Tabel 4.16 Perbandingan NPV dengan DF 14% dan 17% .................................... 131
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Peranan Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan terhadap Total
PDB, 2015 dan 2016 .............................................................................. 3
Grafik 1.2 Produksi Susu Perusahaan Sapi Perah Tahun 2000-2014 ...................... 11
Grafik 1.3 Perkembangan Anggota Koperasi Susu SAE Pujon Tahun 2011-2015 .. 16
Grafik 1.4 Perkembangan Produksi Koperasi Susu SAE Pujon .............................. 17
Grafik 1.5 Perkembangan Pendapatan Koperasi Susu SAE Pujon ......................... 18
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Solut Tester (alat untuk mengukur kegumpalan) .................................. 111
Gambar 4.2 Laktodensimeter (alat untuk mengukur berat jenis) .............................. 111
Gambar 4.3 Packo (alat pendingin) ........................................................................... 111
Gambar 4.4 Neogeon (untuk menguji antibiotic) ..................................................... 112
Gambar 4.5 MBRT (Meclean Blue Reduct Time) alat untuk uji kebersihan ........... 112
Gambar 4.6 Sentripus (alat untuk uji lemak) ............................................................ 112
Gambar 4.7 Truk (alat untuk mengangkut susu dari TPS ke Koperasi) ................... 113
Gambar 4.8 Truk (alat untuk mengangkut susu dari koperasi ke konsumen) ........... 113
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Panduan Wawancara
Lampiran 2 : Jumlah Investasi dan Rincian Aktiva Tetap
Lampiran 3 : Ramalan EAT
Lampiran 4 : Foto Kegiatan Warga Pujon di TPS
Lampiran 5 : Bukti Konsultasi
Lampiran 6 : Biodata Peneliti
xv
ABSTRAK
Ida Nur Aisyah. 2017. SKRIPSI. Judul : “Analisis Studi Kelayakan Bisnis
Pengolahan Susu Sapi Murni (Studi Kasus: Koperasi Susu
SAE di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang)” Pembimbing : Drs. Agus Sucipto, MM.
Kata Kunci : Studi Kelayakan Bisnis, Penilaian Investasi
Kecamatan Pujon merupakan salah satu penghasil susu sapi murni terbesar
di Kabupaten Malang. Kebutuhan konsumsi susu di Indonesia belum bisa
terpenuhi oleh persediaan susu lokal. Sedangkan produksi susu mengalami
penurunan tiap tahunnya. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan
hasil produksi susu murni. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kelayakan penambahan produksi usaha pengolahan susu sapi murni di Koperasi
Susu SAE.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Objek dalam penelitian ini adalah Koperasi Susu SAE di Kecamatan
Pujon Kabupaten Malang. Teknik pengumpulan data dengan metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Aspek-aspek yang dikaji adalah aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknik/operasional dan teknologi, aspek manajemen dan
organisasi, aspek keuangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, aspek pasar dan pemasaran
memiliki peluang pasar yang tinggi, sehingga usaha ini layak untuk
dikembangkan. Berdasarkan aspek teknik/operasional dan teknologi usaha
pengolahan susu sapi murni layak untuk dikembangkan, karena alat-alat yang
digunakan dalam proses produksi mempunyai kapasitas yang tinggi. Aspek
manajemen dan organisasi menunjukkan hasil bahwa usaha ini layak untuk
dikembangkan. Karena semua karyawan bekerja sesuai dengan latar belakang
pendidikannya, serta untuk karyawan baru dilakukan pelatihan khusus agar dapat
menjadi tenaga ahli dan dapat bekerja sesuai dengan tenaga yang dibutuhkan.
Berdasarkan aspek keuangan usaha ini layak untuk dikembangkan, karena dari
hasil lima metode perhitungan menunjukan hasil yang sesuai dengan kriteria.
Hasil perhitungan Payback Period (PP) lebih kecil dari umur ekonomis. Hasil
Average Rate Of Return (ARR) lebih besar dari keuntungan minimal yang
disyaratkan. Hasil Net Present Value (NPV) adalah positif. Hasil Internal Rate Of
Return (IRR) adalah lebih besar dari bunga pinjaman. Hasil Profitability Index
(PI) adalah lebih dari satu.
xvi
ABSTRACT
Ida Nur Aisyah. 2017. THESIS. Title: “Business Feasibility Study on Pure Milk
Processing (Case Study: SAE Dairy Cooperative in Pujon Sub-
district, Malang Regency)” Advisor : Drs. Agus Sucipto, MM.
Key words : Business Feasibility Study, Assessment of Investment
Pujon sub-district is one of the biggest pure milk producer in Malang
regency. Since the milk production has been decreasing over the years, Indonesian
milk consumption can not be fulfilled by the local milk production. Thus, it needs
an attempt to increase the number of milk production. The objective of this
research is to find out the feasibility of production increase of pure milk
processing in SAE Dairy Cooperative.
This research is a qualitative research using descriptive approach. The
object of this research is SAE Dairy Cooperative in Pujon sub-district, Malang
regency. The data is collected through interview, observation, and documentation.
The aspects being reviewed in this study involve market and marketing,
technology and technical/operational aspect, management and organization, and
financial aspect.
The finding of this research shows that market and marketing aspect derive
the highest marketing opportunity, so that the business is feasible into
development. Due to the technology and technical/operational aspect, such pure
milk processing business is feasible as well, since the equipment used in the
production process are on high-capacity. With respect to the management and
organization aspect, it appears that the business come about to be feasible into
development. The members are all capable corresponding to their educational
background, deep training si needed by new employees for upgrading the
personal skill so they can work according to require labour needed. As well as
those three preceding aspects, the financial aspect allows the feasibility of this
business since the five counting methods show the result appropriate with the
criteria. The result of Payback Period (PP) counting is less than the economical
age. The Average Rate of Return (ARR) is more than the minimum profit
required. The result of Net Present Value (NPV) is positive. The Internal Rate of
Return (IRR) is more than the loan interest. While the result of Probability Index
(PI) is more than one.
xvii
المستخلص
العنوان: حتليل اجلدوى األعمال دراسة األبقار الصرفة .رسالة البحث .2017. عائشة إيدا نور األلبان التعاونية يف فوجون ماالنج( SAE :جتهيز احلليب )دراسة حالة
.MMأجوس سوسيبتو، .املشرف: الدكاترة كلمات البحث: دراسة اجلدوي، تقييم االستثمارات
منطقة فوجون هي من أكرب املناطق إلنتاج حليب البقر يف ماالنج. أن حاجة احلليب لالستهالك يف اندونيسيا مل يستطيع الوفاء من خالل توريد احلليب احمللي. أما إنتاج احلليب يف كل سنة منخفض. لذلك حيتاج على بذل اجلهود لتقوية إنتاج احلليب. وكان الغرض من هذا البحث
عرفة جدوى اإلنتاج اإلضايف من أعمال جتهيز حليب البقر يف التعاونية ملنتاجات األلبان هو مل.(SAE)
هذا البحث هو البحث النوعى الذي استخدم فيه املنهج الوصفي. واملوضوع من هذا طريقة مجع املعلومات فيه .يف فوجون ماالنج (SAE) البحث هو التعاونية ملنتاجات األلبان
اجلوانب الىت تبحث فيه هي اجلوانب السوق والتسويق باملقابالت، املالحظات، وبالوثائق املكتوبة. ، اجلوانب اهلندسة أوالعمليات والتكنولوجيا، اجلوانب اإلدارة والتنظيمية، واجلوانب املالية.
تأثري وفرصة عالية يف السوق، وأظهرت نتائج البحث، أن جوانب السوق والتسويق هلا لذلك هذا العمل ميكن تطويره يف املستقبل. وبناء على جوانب اهلندسة أوالعمليات والتكنولوجيا أن حتويل األعمال حلليب البقر ينبغي تطويره، ألن األدوات املستخدمة يف عملية اإلنتاج لديها قدرة
ألن مجيع املوظفني هذا العمل حيسن تطويره.عالية.ومن جوانب اإلدارة والتنظيمية، يظهر أن يعملون حسب اخللفية التعليمية هلم، وكذلك للموظفني اجلدد لديهم التدريب خاص من أجل أن يكون اخلرباء ويستطيعون أن يعملوا حسب اخلربة املطلوبة. نظرا من جوانب املالية أن هذا العمل
نتيجة حساب ية، تبني أن النتائج تناسب املعايري.ألن من نتائج مخس طرق احلسابميكن تطويره، (PP) فرتة العائد على االستثمار هو أقل من اجلانب االقتصادي. نتيجة (ARR) معدل العائد
صافية القيمة احلالية هو (NPV) على متوسط أكرب من احلد األدىن للربح املطلوبة. نتيجةالنتائج معدل العائد الداخلي هو أكرب من الفائدة على القرض. نتيجة (IRR) إجيايب. نتيجة
(PI) قيمة املقبوضات النقدية هي أكثر من واحد.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepuluan yang mempunyai luas wilayah kurang
lebih sekitar 735.400 mi2. Luas wilayah yang begitu besar, sebanding dengan
penduduk Indonesia yang mencapai 258 juta jiwa pada tahun 2016. Jumlah
penduduk tersebut termasuk jumlah penduduk yang begitu besar untuk ukuran
Negara yang sedang berkembang. Melihat kondisi tersebut dan melihat kondisi
pertumbuhan perekonomian Indonesia yang semakin tahun belum menunjukkan
perubahan yang signifikan secara otomatis tidak sebanding dengan pertumbuhan
penduduknya, maka perlu dilakukan upaya lebih lanjut dalam mengembangkan
perekonomian Indonesia, terutama kepada masyarakat pedesaan. Hingga saat ini
banyak masyarakat yang belum bisa mengembangkan usahanya, karena
terkendala oleh beberapa faktor, misalkan kendala mengenai modal usaha,
teknologi, pemasaran, Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni, dan lain
sebagainya. Berikut ini adalah perbandingan pertumbuhan perekonomian Negara
Indonesia dengan Negara-negara ASEAN.
Tabel 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Negara - Negara ASEAN Tahun 2013─2016 (persen)
Negara 2013 2014 2015 2016
Brunei Darussalam -2,13 -2,51 -0,41 -3,17
Kamboja 7,43 7,07 7,04 7,02
Indonesia 5,56 5,01 4,88 5,02
Laos PDR 7,97 7,98 7,45 6,94
Malaysia 4,69 6,01 4,97 4,24
Myanmar 8,43 7,99 7,29 6,30
2
Lanjutan tabel 1.1
Filipina 7,06 6,22 5,91 6,84
Siangapura 5,00 3,57 1,93 2,00
Thailand 2,73 0,92 2,94 3,23
Vietnam 5,42 5,98 6,68 6,21
Sumber : Buku Badan Pusat Statistik Pendapatan Nasional Indonesia Tahun : 2012-2016
Negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang paling rendah
adalah Brunei Darussalam. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami
penurunan pada tahun 2013-2015. Berdasarkan hal ini warga Negara Indonesia
harus dapat meningkatkan penghasilannya. Melakukan hal tersebut maka tidak
hanya peran masyarakat saja yang akan dibutuhkan tetapi juga peran dari
pemerintah. Sehingga dengan saling membantu diantara dua pihak tersebut maka
diharapkan dapat mengangkat pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Disamping wilayah Negara yang luas dan jumlah penduduk yang
tergolong besar, Negara Indonesia berada pada wilayah geografis yang
menguntungkan. Posisi geografis Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa,
menyebabkan Indonesia mempunyai iklim tropis, sehingga mengizinkan Negara
Indonesia untuk disinari matahari dan dijatuhi hujan sepanjang tahun. Perubahan
cuaca tersebut cocok untuk usaha pada sector agribisnis. Curah hujan yang cukup
dan cuaca panas yang sebanding dengan curah hujan yang turun, sangat
memberikan efek yang baik bagi pelaku usaha agribisnis.
Usaha dibidang agribisnis yang dijalankan oleh masyarakat Indonesia
tidak hanya pada sector pertanian, akan tetapi juga pada sector peternakan. Selain
pertanian yang berperan akatif dalam memenuhi kebutuhan pangan Indonesia,
sector peternakan juga beperan aktif dalam memenuhi kebutuhan gizi dan pangan
3
pada masyarakat Indonesia. Kedua bidang usaha tersebut sebagain besar berada di
pedesaan. Usaha yang berkembang di pedesaan inilah yang harus dipertahankan
dan dikembangkan, karena selain untuk memenuhi kebutuhan pangan dan
kebutuhan gizi masyarakat Indonesia, usaha peternakan dan pertanian juga
memberikan manfaat yang besar pada pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Agribisnis mempunyai peran yang cukup besar dalam pertumbuhan PDB (Produk
Domestik Bruto). Berikut ini adalah peran kategori pertanian, peternakan,
perburuan, jasa pertanian.kehutanan, penebangan kayu, dan perikanan terhadap
PDB di Indonesia.
Sumber : Buku Badan Pusat Statistik Pendapatan Nasional Indonesia Tahun : 2012-2016
Data diatas menjelaskan bahwa diantara kategori diatas yang paling
mendominasi pertumbuhan PDB adalah kategori peternakan, pertanian,
perburuan, dan jasa pertanian. Peran pada kategori tersebut sangat mempengaruhi
pertumbuhan PDB. Kategori-kategori yang mempunyai peran terbesar tersebut
kebanyakan berkembang pada daerah pedesaan. Hal ini menjadi tantangan
pemerintah dalam mengembangkan setiap usaha-usaha yang berada pada
0
2
4
6
8
10
12
2015 2016
10,27 10,21
0,72 0,69
2,51 2,56
Grafik 1.1
Peranan Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
terhadap Total PDB, 2015 dan 2016 (persen)
peternakan, pertanian, perburuan,dan jasa pertanian
kehutanan dan penebangan kayu
perikanan
4
masyarakat kecil. Karena usaha-usaha tersebut mempunyai potensi besar untuk
dikembangkan.
Tabel 1.2
Distribusi Persentase PDB Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Atas Dasar Harga Berlaku, 2012-2016
Lapangan Usaha / tahun 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pertanian, Peternakan, Perburuan,
dan Jasa Pertanian 78,29 78,02 77,19 76,10 75,88
a. Tanaman pangan 26,53 26,05 24,38 25,54 25,46
b. Tanaman hortikultura 10,86 10,77 11,31 11,21 11,20
c. Tanaman Perkebunan 28,06 28,09 28,21 26,05 25,74
d. Peternakan 11,34 11,61 11,84 11,84 12,02
e. Jasa pertanian dan perburuan 1,51 1,50 1,45 1,45 1,45
2. Kehutanan dan penebangan kayu 5,72 5,46 5,29 5,33 5,13
3. Perikanan 15,99 16,52 17,52 18,57 19,00
Sumber : Buku Badan Pusat Statistik Pendapatan Nasional Indonesia Tahun : 2012-2016
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa diantara ketiga
kategori, yaitu pertanian, kehutanan, dan perikanan dsitribusi paling besar adalah
pada ketegori pertanian. Kategori pertanian ini terdari dari tanaman pangan,
tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, jasa pertanian dan
perburuan. Beberapa kategori tersebut, jika diurutkan distribusi persentase PDB
dari yang terbesar adalah :
1. Tanaman perkebunan
2. Tanaman pangan
3. Peternakan
4. Tanaman hortikultura
5. Jasa pertanian dan perburuan
Jika dibandingkan dengan tanaman perkebunan dan tanaman pangan,
maka kategori peternakan, tanaman hortikultura, jasa pertanian dan perburuan
5
mempunyai tingkat distribusi yang kecil. Sehingga diperlukan adanya
pengembangan usaha, terutama pada kategori peternakan, tanaman hortikultura,
jasa pertanian dan perburuan. Agar tingkat distribusi yang diberikan kepada PDB
dapat meningkat dalam tiap tahunnya. Berdasarkan aspek yang mendasari
tersebut, penelitian ini akan membahas mengenai pengembangan usaha
peternakan yang ada di Indonesia.
Industry peternakan di Indonesia saat ini masih mengalami banyak
masalah dan belum terdapat solusi yang tepat untuk digunakan dalam jangka
panjang. Maka dari itu industry peternakan di Indonesia masih sangat lemah.
Aspek yang mendasari permasalahan tersebut disebabkan oleh beberapa factor,
yaitu dari pihak pemerintah yang belum sepenuhnya memberikan solusi yang
efektif untuk permasalah yang sedang dihadapi oleh industry peternakan
Indonesia. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan untuk industry peternakan
masih belum tepat sasaran. Akibat dari kebijakan tersebut sangat dirasakan oleh
para peternak sapi, seperti pada saat tahun baru dan hari raya permintaan akan
produk peternakan sapi sangat meingkat tajam. Akan tetapi produk peternakan
dalam negeri, belum bisa memenuhi permintaan tersebut. Sehingga jalan yang
diambil untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan mengimpor baik
mengimpor daging sapi siap konsumsi atau daging sapi siap potong. Selain daging
sapi, hingga pada tahun 2015 komoditi susu sapi masih belum dapat dipenuhi oleh
peternak local.
6
Tabel 1.3
Populasi Sapi Perah di Indonesia
(Ekor)
Tahun Pertumbuhan
(%) 2012 2013 2014 2015 2016*)
611.939 444.266 502.516 518.649 533.860 2,93
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Keterangan : *) Angka Sementara
Table 1.4
Populasi Sapi Potong di Indonesia
(Ekor)
Tahun Pertumbuhan
(%) 2012 2013 2014 2015 2016*)
15.980.697 12.686.239 14.726.875 15.419.718 16.092.561 4,36
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Keterangan : *) Angka Sementara
Dari tahun 2012 hingga tahun 2016 petumbuhan sapi perah di Indonesia
hanya sebesar 2,93%. Sedangkan untuk pertumbuhan sapi potong adalah sebesar
4,36%. Dapat di ketahui bahwa pertumbuhan sapi perah lebih rendah jika
dibandingkan dengan pertumbuhan sapi potong. Jika dilihat dari kedua
pertumbuhan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan sapi di
Indonesia, baik perah maupun potong pada lima tahun terakhir sangat tergolong
rendah. Besar kemungkinan hal tersebut menyebabkan perdagangan sapi impor
terus dilakukan.
Sejak tahun 1990 Indonesia telah melakukan impor sapi hidup dari
Australia, hingga pada puncaknya adalah pada tahun 2009 impor sapi mencapai
772.868 ekor sapi hidup. Kebijakan ini dapat membantu pemerintah dalam
mengatasi permintaan produk ternak sapi yang sangat tinggi didalam negeri dan
para pedagang akan diringankan dari harga daging sapi yang tidak terkontrol.
Akan tetapi, impor sapi yang semakin tahun semakin banyak dapat memberikan
efek yang negatif kepada peternak local. Para peternak local tidak akan bisa
7
mengembangkan ternaknya secara mandiri, karena merekan akan kalah dengan
produk sapi impor.
Untuk mengontrol agar tidak terjadi oversupply seperti yang terjadi pada
tahun 2009 yang menyebabkan industri peternakan Indonesia terpuruk, mulai
tahun 2014 pemerintah Indonesia mencanangkan program swasembada daging di
mana permintaan pasar akan dipenuhi dengan daging lokal sebanyak 90% dan
10%-nya lagi dipenuhi dari impor. Namun target ini kemudian dihentikan dan
digantikan dengan program peningkatan populasi sapi lokal dengan inseminasi
buatan. Kemudian pada tahun 2016 mulai diperkenalkan Sentra Peternakan
Rakyat yang memberikan edukasi kepada peternak lokal untuk meningkatkan
hasil produksi daging potong dengan sehat (http://agribisnis.co.id).
Tabel 1.5
Nilai Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian
Januari – September 2015
Sub Sektor/Komoditi Nilai (US$ 000) Neraca
(US$ 000) Ekspor Impor
Peternakan 328,723 2,198,907 -1,870,184
Sapi hidup 0 385,012 -385,012
Babi Hidup 41,899 64 41,835
Susu dan kepala susu 38,876 462,872 -423,996
Daging dan jeroan lembu 6 170,443 -170,437
Telur unggas 55 8,132 -8,077
Mentega 9,573 213,652 -204,079
Lemak 37,749 5,928 31,821
Obat hewan 8,267 38,831 -30,564
Kulit dan jangat 79,459 354,053 -274,594
Pakan hewan 16,709 411,097 -394,388
Wol 17 5,181 -5,165
Lainnya 96,113 143,641 -47,528
Sumber : Buletin Triwulanan Ekspor Impor Komoditas Pertanian Vol. VII No. 4 Tahun 2015
Keterangan : Neraca bernilai + = surplus; - = defisit
semua komoditas termasuk wujud segar dan olahan
8
Kementerian Pertanian Republik Indonesia dalam laporan triwulanan
bulan Januari hingga September 2015, tercatat bahwa impor sapi hidup sebesar $
385,012. Selain impor, Indonesia tidak melakukan ekspor sapi ke Negara lain
sehingga perkembangan sapi di Indonesia mengalami defisit sebesar $ -385,012.
Hal ini membuktikan bahwa perkembangan sapi dalam negeri masih tergolong
sangat rendah.
Berdasarkan laporan beberapa data di atas, dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan populasi sapi, baik perah maupun potong yang masih rendah
mengakibatkan kurangnya pasokan sapi dalam negeri. Sehingga Negara Indonesia
melakukan impor sapi hidup untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat,
terutama untuk kebutuhan gizi. Mengingat bahwa terdapat banyak gizi yang
terkadung pada daging sapi dan susu sapi murni.
Selain disebabkan oleh factor kebijakan pemerintah, lemahnya peternakan
sapi di Indonesia disebabkan karena peternak local masih didominasi oleh
peternak rakyat dengan kapasitas produksi yang masih rendah. Kapasitas
produksi yang masih rendah ini disebabkan oleh metode pemeliharaan sapi yang
masih trandisional. Seperti metode beranak yang masih tradisional sehingga
menyebabkan indukan sapi hanya mempunyai anak satu atau dua saja. Sehingga
mutu dari bibit indukan tidak mempunyai mutu yang baik.
Melihat kondisi yang telah dipaparkan di atas jika dilihat dari sisi
positifnya adalah terbukanya peluang besar untuk berbisnis pada industry
peternakan. Tingginya supply dan kurangnya demand akan mendorong para
peternak sapi untuk mengembangkan usahanya dengan memunculkan ide-ide
9
yang dapat memberikan inovasi tanpa mengkhawatirkan target pemasarannya.
Serta diharapkan dapat menarik para investor untuk berinvestasi pada industry
peternakan, sehingga dapat ikut berpartisipasi dalam pengembangan industry
peternakan local.
Mengatasi permasalahan-permasalahan yang berlarut-larut dan tidak
ditemukannya kebijakan yang tepat, maka pada tahun 2016 Kementerian Koperasi
dan UKM (Usaha Kecil Menengah) akan mewadahi pembangunan koperasi
khusus kepada para peternak sapi seperti salah satunya adalah akta pendirian yang
direncanakan tanpa biaya apapun. Pembangunan koperasi ini diharapkan dapat
mendampingi dan mengarahkan para peternak sapi dalam metode pemeliharaan
sapi. Sehingga industry peternakan dapat meningkatkan produktivitasinya.
Dari data Kemenkop UKM saat ini koperasi yang memiliki unit usaha
ternak dan terdaftar dalam sistem ODS (Online Data Sistem) Kemenkop adalah
556 koperasi. Menurut Menkop UKM Puspayoga bagi koperasi peternak yang
sudah RAT selama 2 tahun berturut dapat mengajukan pembiayaan kepada LPDB
(Lembaga Pengelola Dana Bergulir) yang akan dikenakan bunga sebesar 2,5%
pertahun (http://agribisnis.co.id).
Table 1.6
Populasi Peternakan Sapi Perah Menurut Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur (Ekor) pada Tahun 2012-2016
Provinsi 2012 2013 2014 2015 2016
Jawa Barat 136.054 103.832 123.140 116.400 119.287
Jawa Tengah 154.398 103.794 122.566 134.670 137.434
Jawa Timur 308.841 222.910 245.246 255.947 264.905
Sumber : http://jatim.bps.go.id
Berdasarkan data tersebut provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang
mempunyai peternakan sapi perah terbesar. Secara keseluruhan dapat disimpulkan
10
bahwa kondisi jumlah peternakan di Indonesia cenderung mengalami penurunan
dalam tiap tahunnya. Penurunan tersebut sebanding dengan penurunan produksi
susu sapi di Indonesia. Penurunan produksi susu tidak sebanding dengan
kebutuhan konsumsi susu yang terus meningkat. Di bawah ini adalah produksi
susu yang ada di Jawa Timur.
Tabel 1.7
Produktivitas Perusahaan Peternak Sapi Perah Menurut Provinsi Tahun
2015
Provinsi
Rata-rata Produksi Susu
per Ekor per Hari
(Liter)
Rata-rata Lama Berproduksi
per Ekor Selama Setahun
(Hari)
Jawa Barat 18,52 306
Jawa Tengah 12,03 299
Jawa Timur 15,80 266
Lainnya1 10,28 281
Indonesia 16,44 279
2014 15,68 293
2013 15,67 296
Sumber: Buku Statistik Perusahaan Peternakan Sapi Perah Tahun 2015 1
Lainnya terdiri dari Provinsi Sumatera Utara, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan,
Jumlah produksi susu tertinggi menurut provinsi adalah Jawa Barat, dan
yang kedua adalah Jawa Timur. Jika dilihat produksi susu per ekor per hari dalam
tiap tahunnya mengalami penurunan. Kondisi tersebut harus segera diatasi karena
mengingat bahwa kebutuhan susu sapi sangat penting bagi masyarakat Indonesia.
11
Sumber : produksi susu perusahaan sapi.bps.htm Tahun 2016
Sepanjang 2000-2013 menunjukkan produksi susu sapi perah selalu
fluktuatif. Pada tahun 2000, produksi susu mencapai 34,3 ribu liter. Terjadi
lonjakan produksi hingga 351,7 per liter di tahun berikutnya. Sepanjang tahun
2002-2006 terjadi penurunan produksi susu di kisaran 30-an ribu liter. Angka ini
terus menurun hingga 2011 menjadi kurang dari 20 ribu liter per tahun. Sejak
tahun 2012, produksi kembali mengalami peningkatan hingga 305,4 ribu liter dan
terus naik hingga 588,1 liter dengan total nilai mencapai 257,7 miliar per tahun.
Tabel 1.8
Produksi Susu Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2013
(Kg)
Kabupaten/Kota Sapi Perah Kambing Perah Jumlah
Kabupaten
01. Pacitan 189.059 - 189.059
02. Ponorogo 4.176.338 465.324 4.641.662
03. Trenggalek 8.900.492 691.057 9.591.549
04. Tulungagung 45.720.190 607.248 46.327.438
05. Blitar 26.012.061 - 26.012.061
06. Kediri 16.529.449 54.732 16.584.181
2014; 64110
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000
1995 2000 2005 2010 2015
Lite
r
Tahun
Grafik 1.2
Produksi Susu Perusahaan Sapi Perah Tahun 2000-2014
Produksi Susu (Liter)
12
Lanjutan tabel 1.8
07. Malang 127.529.424 1.147.721 128.677.145
08. Lumajang 7.592.674 116.025 7.708.700
09. Jember 2.760.263 - 2.760.263
10. Banyuwangi 1.966.197 - 1.966.197
11. Bondowoso 32.856 215.056 247.912
12. Situbondo 200.914 - 200.914
13. Probolinggo 13.554.108 - 13.554.108
14. Pasuruan 122.396.314 12.226 122.408.540
15. Sidoarjo 7.918.940 - 7.918.940
16. Mojokerto 2.452.064 - 2.452.064
17. Jombang 7.648.624 673.839 8.322.462
18. Nganjuk 113.629 - 113.629
19. Madiun 210.083 - 210.083
20. Magetan 179.628 556.285 735.913
21. Ngawi 54.393 - 54.393
22. Bojonegoro 30.870 - 30.870
23. Tuban 2.953.578 - 2.953.578
24. Lamongan 29.738 - 29.738
25. Gresik 907.877 - 907.877
26. Bangkalan 19.959 - 19.959
27. Sampang
-
28. Pamekasan 28.526 - 28.526
29. Sumenep
-
Kota
71. Kediri 407.567 - 407.567
72. Blitar 456.851 - 456.851
73. Malang 354.971 - 354.971
74. Probolinggo 339.303 - 339.303
75. Pasuruan 44.238 - 44.238
76. Mojokerto 15.792 - 15.792
77. Madiun 46.194 - 46.194
78. Surabaya 906.456 - 906.456
79. Batu 13.739.034 33.622 13.772.655
Jawa Timur 416.418.653 4.573.135 420.991.788
Sumber : http://malangkab.bps.go.id
13
Produksi susu di Malang Raya dibedakan menjadi tiga yaitu di Kota
Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu. Pada data di atas dapat dilihat bahwa
Kabupaten Malang mempunyai penghasilan produksi susu sapi perah lebih besar
jika dibandingkan dengan Kota Malang dan Kota Batu. Kabupaten Malang
menghasilkan 127.529.424 Kg susu sapi perah pada tahun 2013. Kabupaten
Malang adalah penghasil produk susu sapi perah terbesar se-Jawa Timur.
Melihat kondisi tersebut maka Indonesia melakukan impor susu sapi untuk
mencukupi kebutuhan susu masyarakat Indonesia. Produksi susu nasional
Indonesia hanya dapat memenuhi 30% dari kebutuhan susu 250 juta penduduk
Indonesia. Sehingga 70% suplai susu nasional dipasok dari impor. Indonesia
impor susu terutama dari Selandia Baru dan Australia.
Tabel 1.9
Rata-rata Konsumsi Perkapita Bahan Makanan Mengandung Susu Tahun
2011-2015 dan Ketersediaan Perkapita Susu Sapi di Indonesia dan Susu
Impor
Jenis Makanan 2011 2012 2013 2014 2015
Rata-rata
Pertumbuhan
Susu murni 0.156 0.156 0.104 0.162
-19.55
Susu cair pabrik 1.147 1.46 1.46 1.616 2.399 21.6
Susu kental manis 3.285 2.711 3.024 3.069 3.598 3.2
Susu bubuk 0.73 0.365 0.73 0.771 0.939 19.34
Susu bubuk bayi 1.356 1.408 1.408 1.482 0.678 -11.29
Keju 0.104 0.104 0.052 0.105
-12.04
Hasil lain dari susu 0.365 0.417 0.209 0.298
-23.2
Konsumsi Susu
Perkapita 7.143 6.621 6.987 7.503 7.614 -21.94
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Ketersediaan per kapita
susu sapi 3.18 3.4 3.3 2.67 2.68 -3.68
Ketersediaan per kapita
susu impor 9.96 11.06 11.47 12.2 11.45 3.74 Sumber : Neraca Bahan Makanan, BKP Kementan
Keterangan : *) Angka Sementara
14
Konsumsi susu baik susu murni maupun makanan yang mengandung susu
di Indonesia masih belum bisa terpenuhi oleh persediaan susu sapi di Indonesia.
Sehingga hal ini menyebabkan Indonesia harus memenuhi kebutuhan susu terebut
dengan impor susu dari luar negeri. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa
konsumsi susu terus mengalami peningkatan, akan tetapi persediaan susu
mengalami penurunan tiap tahunnya. Hal ini menarik perhatian peneliti untuk
melakukan penelitian pada usaha pengolahan susu murni.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pujon Kebupaten Malang. Di
Kecamatan Pujon adalah tempat berkembangnya peternakan sapi perah yang
cukup besar perannya dalam memenuhi kebutuhan susu di Indonesia. Berikut
adalah data populasi ternak besar di Kabupaten Malang.
Tabel 1.10
Populasi Ternak Besar menurut Kecamatan di Kabupaten Malang (ekor)
Tahun 2015
Kecamatan Kuda Sapi Perah Sapi Potong Kerbau
Donomulyo 7 139 10 906 31
Kalipare 14 157 13 342 17
Pagak 9 67 9 124 -
Bantur 19 973 11 327 -
Gedangan 18 49 14 227 -
Sumbermanjing 13 - 9 553 135
Dampit 9 53 8 518 56
Tirtoyudo 14 - 2 229 1
Ampelgading 19 23 988 115
Poncokusumo 13 2 368 13 581 19
Wajak 52 1 963 15 875 -
Turen 19 670 8 943 47
Bululawang 22 92 2 211 -
Gondanglegi 38 298 6 025 23
Pagelaran 42 623 2 752 64
Kepanjen 22 276 1 333 27
Sumberpucung 37 117 3 975 116
15
Lanjutan tabel 1.10
Kromengan 5 22 1 893 61
Ngajum 15 7 396 6 102 61
Wonosari 26 134 2 672 20
Wagir 10 427 6 195 89
Pakisaji 14 64 2 355 52
Tajinan 27 283 6 595 8
Tumpang 90 441 5 793 4
Pakis 37 221 8 145 9
Jabung 64 10 957 6 259 9
Lawang 26 1 105 6 856 -
Singosari 57 561 12 073 84
Karangploso 43 2 576 4 229 35
Dau 21 1 401 6 854 -
Pujon 19 24 097 360 -
Ngantang 5 15 330 296 -
Kasembon 10 5 146 1 289 44
Kabupaten Malang 836 78 029 212 289 1 127
Sumber: http://malangkab.bps.go.id
Kecamatan Pujon mempunyai populasi ternak sapi perah terbesar jika
dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Malang. Keadaan
wilayahnya yang berada di dataran tinggi memungkinkan pengusahaan
hortikultura dan peternak sapi. Hasil utamanya adalah buah-buahan, sayur-
sayuran, dan susu sapi. Aspek yang mendasari tersebut menunjukkan bahwa di
Kecamatan Pujon terdapat adanya peluang yang besar untuk pengembangna
produksi peternakan terutama susu murni. Agar persediaan susu dapat meningkat
dan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
Produksi susu sapi perah yang dihasilkan oleh peternak Kecamatan Pujon
dikelola oleh Koperasi Susu SAE (Sinau Andandani Ekonomi) yang telah
didirikan sejak tahun 1962. Sesuai dengan nama tersebut, Koperasi Susu SAE
(Kop SAE) mempunyai tujuan untuk memperbaiki perekonomian masyarakat
16
Pujon. Upaya pembangunan koperasi tersebut dapat mengantarkan perkonomian
masyarakat Pujon menjadi lebih baik dan dapat berkembang pesat. Namun hal itu
terjadi pada saat awal Koperasi Susu SAE didirikan. Melihat kenyataannya saat
ini produksi susu di Koperasi Susu SAE mengalami penurunan dan para peternak
banyak yang beralih menjadi peternak daging sapi. Hal ini disebabkan karena
harga susu sapi lebih murah jika dibandingkan dengan harga daging sapi.Berikut
ini adalah data perkembangan anggota Koperasi Susu SAE.
Grafik 1.3
Perkembangan Anggota Koperasi Susu SAE Pujon Tahun 2011-2015
Suber: Buku Laporan Tahunan Koperasi Susu SAE Tahun 2015
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa perkembangan keanggotaan
Koperasi Susu SAE dari tahun 2011 hingga 2015 tidak mengalami peningkatan
yang signifikan, akan tetapi cenderung konsisten. Sedangkan, perkembangan
ternak sapi perah mengalami penurunan pada tahun 2012 dan 2013. Pada tahun
2014 mengalami peningkatan relative masih kecil. Hingga pada tahun 2015
mengalami penurunan kembali.
86
74
88
20
88
07
87
92
87
76
25
18
9
18
05
7
18
03
8
19
73
1
18
02
1
2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5
anggota ternak
17
Grafik 1.4
Perkembangan Produksi Koperasi Susu SAE Pujon
Suber: Buku Laporan Tahunan Koperasi Susu SAE Tahun 2015
Perkembangan produksi Koperasi Susu SAE sama halnya dengan
perkembangan ternak, dimana pada tahun 2012 dan 2013 mengalami penurunan
serta mengalami peningkatan kembali pada tahun 2014. Kemudian produksi
mengalami penurunan kembali pada tahun 2015. Menurunnya hasil produksi
tersebut disebabkan banyak peternak yang lebih memilih untuk menjual sapi
perahnya untuk kebutuhan hidup. Selain alasan tersebut banyak pula peternak
yang menyembelih sapinya untuk dijual dagingnya kerena menurut mereka lebih
menguntungkan harga sapi dari pada harga susu murni. Seiring dengan
perkembangan anggota yang menurun dikarenakan hal tersebut, maka hasil
produksi yang diterima oleh Koperasi menurun.
Jika dilihat dari kondisi alam di Kecamatan Pujon yang sangat luas dan
mempunyai suhu yang lebih dingin sangat cocok jika digunakan untuk
pengembangan ternak sapi perah. Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti ingin
mengadakan penelitian mengenai usaha pengolahan susu sapi di Kecamatan
Pujon. Karena mengingat kebutuhan konsumsi susu di Indonesia yang belum
39757114 35123128
32803815 33363191 30304634
0
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
30000000
35000000
40000000
45000000
2011 2012 2013 2014 2015
produksi (Ltr)
18
mencukupi standar, dalam hal ini dibutuhkan upaya yang lebih maksimal untuk
pengembangan peternakan susu sapi.
Data perkembangan produksi susu lima tahun terakhir di atas
menunjukkan penurunan. Melihat kondisi tersebut, koperasi Susu SAE di
Kecamatan Pujon akan melakukan pengembangan dalam produksinya. Koperasi
Susu SAE beranggotakan para peternak masyarakat Pujon pada tahun 2011 dapat
menghasilkan 110.000 liter susu perhari, akan tetapi data tahun 2015 produksi
susu perhari sebesar 84.000 liter perhari. Aspek yang mendasari tersebut maka
koperasi Susu SAE akan melakukan pengembangan produksi agar dapat
memproduksi susu sebesar 110.000 liter perhari. Sehingga berbarti bahwa
peternak harus dapat meningkatkan produksinya sebesar 26.000 liter perhari.
Grafik 1.5
Perkembangan Pendapatan Koperasi Susu SAE Pujon
Sumber: Buku Laporan Tahunan Koperasi Susu SAE
Berdasarkan data pendapatan Koperasi Susu SAE Pujon tersebut, maka
dapat dilihat bahwa pendapatan Koperasi meningkat pada tahun 2014. Pada tahun
2015 pendapatan Koperasi mengalami peningkatan yang cukup kecil
dibandingkan dengan peningkatan pada tahun 2014. Aspek yang mendasari
19
tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah usaha yang dijalankan Koperasi Susu
SAE Pujon dapat dikembangkan atau tidak.
Agar pendapatan dapat ditingkatkan lagi maka upaya untuk
pengembangan produksi secara otomatis akan dilakukan oleh koperasi dengan
melakukan pengembangan baik pengembangan pada sumber-sumber produksi
maupun pengembangan produksinya sendiri. Aspek yang mendasari tersebut,
peneliti ingin meneliti mengenai studi kelayakan bisnis pada pengolahan susu sapi
Pujon yang dekelola oleh Koperasi Susu SAE. Peneliti ingin mengetahui apakah
koperasi Susu SAE di Kecamatan Pujon layak atau tidak untuk dikembangkan.
Menjalankan usaha diperlukan sebuah studi kelayakan apakah sebuah
usaha layak dijalankan atau tidak layak dijalankan. Jika layak untuk dijalanakan,
landasan apa saja yang yang menjadikan layak dan begitu juga tidak layak, factor-
faktor apa saja yang menyebabkan ketidak layakan usaha tersebut. Studi
kelayakan usaha usaha bisa disimpulkan untuk menentukan seberapa besar
pengembalian sebuah investasi atas suatu aktivitas usaha dan implikasi usaha
tersebut, tentunya dalam sebuah investasi, selalu ada nilai investasi awal atau
disebut sumber daya yang akan dialokasikan. Pengembaliannya adalah
perbandingan antara input investasi dengan dibandingkan dengan output yang
akan dihasilkan dengan mempertimbangkan seluruh aspek yang perlu dijalankan.
Studi kelayakan tidak hanya perlu dijalankan untuk usaha baru, tapi juga produk
baru yang akan dijalankan oleh perusahaan. Studi kelayakan tidak hanya untuk
usaha baru saja, tetapi termasuk juga dalam pengembangan anak perusahaan atau
unit usaha baru, termasuk dalam akuisisi perusahaan lainnya (Johan, 2011: 3).
20
Perencanaan yang baik diyakini akan dapat mengurangi kesalahan pada
tataran praktis. Yang terpenting bagi kita adalah bukan bagaimana masa depan
yang akan terjadi, tetapi sejauh mana kita telah menyiapkan diri untuk
menghadapi masa depan tersebut. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-
Hasyr ayat 18, mengingatkan :
متل غد إ ن الل ه وات قواالل ه ياأي هاال ذ ينآمنواات قواالل هولت نظرن فسماقد
خب يرب مات عملون
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”(Q.S Al-Hasyr: 18)
Semua pekerjaan yang baik mesti didahului dengan studi kelayakan
terlebih dahulu, dan harus dipastikan menghasilkan sesuatu yang memuaskan
sebelum pekerjaan itu dimulai. Karena itu, mesti ada perencanaan sebelum
melakukannya, dan harus perhitungan secara matematis, dan dilakukan berbagai
penelitian sebelum pekerjaan itu dilakukan.
Sesungguhnya penelitian, perencanaan, dan studi kelayakan sebelum kerja
dilaksanakan merupakan etos kerja yang telah ada dalam islam. Rasulullah SAW
adalah orang yang pertama kali melakukan perhitungan secara statistic terhadap
orang-orang beriman yang berhijrah ke Madinah al-Munawarrah. Dan kesan dari
perencanaan itu begitu terasa pada perjalanan hidup Beliau dalam berbagai
bentuknya (Qardhawi, 1996: 83).
Studi kelayakan usaha bertujuan untuk menentukan alokasi sumber-
sumber (resources) perusahaan sebaik mungkin kedalam setiap kegiatan usaha
21
untuk mendapatkan hasil (output) yang maksimal. Dengan kata lain, studi
kelayakan usaha bertujuan mengukur profitabilitas sumber-sumber yang
digunakan dalam suatu usaha. Studi kelayakan usaha merupakan kegiatan
persiapan sebelum menjalankan usaha yang sesungguhnya. Studi kelayakan usaha
sangat penting dan menjadi dasar untuk mengambil keputusan bagi seseorang
yang ingin membangun suatu perusahaan. Studi kelayakan dilakukan untuk
melihat apakah produk yang akan dibuat dibutuhkan oleh masyarakat dalam
jumlah yang cukup besar dan berkesinambungan. Selanjutnya, apakah sumber
daya yang dibutuhkan, seperti sumber daya manusia, peralatan, bahan-bahan, dan
system manajemen dapat disediakan sehingga usaha tersebut berjalan dengan baik
dan memberikan hasil yang positif (Zubir, 2005:1).
Bagi perusahaan yang didirikan untuk tujuan total profit, yang paling
utama adalah perlu dipikirkan seberapa lama pengembalian dana yang ditanam di
proyek tersebut agar segera kemabli. Agar tujuan perusahaan tersebut dapat
tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan, maka apa pun tujuan perusahan
(baik profit, social maupun gabungan dari keduanya profit dan social), hendaknya
apabila ingin melakukan investasi sebaiknya didahului dengan suatu studi.
Terkadang dalam praktiknya, sekalipun telah dilakukan studi secara baik dan
benar factor kegagalan suatu usaha tetap ada, apalagi yang tanpa dilalui studi
sebelumnya. Oleh sebab itu, untuk menghindari kegagalan ini perlu diadakan
studi sebelum proyek tersebut dijalankan. Salah satu tujuan dilakukan studi
kelayakan bisnis adalah untuk mencari jalan keluar agar dapat meminimalkan
hambatan dan risiko yang mungkin timbul dimasa yang akan datang. Mengapa hal
22
ini dilakukan karena di masa yang akan datang penuh dengan ketidakpastian.
Semua ketidak pastian ini akan mengakibatkan apa yang sudah direncakan
menjadi meleset atau tidak tercapai, sehingga resiko kerugian tidak akan
terelakkan (Kasmir dkk., 2008: 1-2).
Penelitian terdahulu yang melakukan penelitian mengenai studi kelayakan
bisnis adalah Muhammad Gunawan Wibowo (2005). Hasil penelitian tersebut
adalah usaha susu sapi murni pada perusahaan “Rahmawati Jaya” mempunyai
prospek untuk dikembangkan. Akan tetapi untuk analisis sensitivitas pada harga
output tertentu, usaha tidak layak untuk diusahakan.
Ray Paksi Labodu, Erwin Wantasen, M.T. Massie, dan Frangky N.S. Oroh
(2015) juga telah melakukan penelitian, dan hasilnya adalah usaha peternakan sapi
perah secara finansial layak untuk dijalankan. Usaha tersebut mempunyai
keuntungan yang baik sehingga usaha peternakan layak untuk dijalankan.
Peneliti lain adalah Nikki Ariesta Poetri, Abdul Basith, dan Nur Hadi
Wijaya (2014) hasil dari penelitian adalah usaha ternak dikatakan layak
dikembangkan dari aspek nonfinansial. Sedangkan, hasil analisis sensitivitas
menunjukkan bahwa usaha ternak layak untuk dikembangkan.
Dari pemaparan di atas peneliti tertarik untuk meneliti studi kelayakan
bisnis peternak susu sapi di Kecamatan Pujon. Karena keadaan peternak sapi yang
saat ini sangat memburuk dan dibutuhkan inovasi. Oleh karena itu peneliti ingin
mengetahui bagaimana cara yang lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan
hasil produksi pengolahan susu sapi murni. Agar kesenjangan yang terjadi antara
kebutuhan konsumsi susu dan produksi susu sapi perah dapat diatasi, sehingga
23
tidak terjadi kesenjangan dan kebutuhan konsumsi susu dalam negeri dapat
dipenuhi oleh peternak local. Penelitian mengenai studi kelayakan bisnis ternak
susu sapi rakyat juga sangat jarang dilakukan. Berdasarkan hal tersebut maka
peneliti mengambil judul penelitian“Analisis Studi Kelayakan Bisnis Pengolahan
Susu Sapi Murni (Studi Kasus: Koperasi Susu SAE di Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah :
Bagaimana kelayakan usaha pengolahan susu sapi murni masyarakat
Pujon yang dikelola oleh Koperasi Susu SAE dengan menggunakan aspek pasar
dan pemasaran, aspek teknis/operasi dan teknologis, aspek manajemen dan
organisasi, aspek keuangan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kelayakan usaha pengolahan
susu sapi murni masyarakat Pujon yang dikelola oleh Koperasi Susu SAE dengan
menggunakan aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis/operasi dan teknologis,
aspek manajemen dan organisasi, aspek keuangan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak
yang terlibat dalam usaha peternakan susu sapi murni baik produsen, konsumen,
dan pihak koperasi sendiri. Manfaat penelitian secara teoritis dan secara empiris
yaitu :
24
1.4.1 Manfaat Teoritis
Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan
ilmu kepada dunia pendidikan pada khususnya, sehingga hasil penelitian ini dapat
dijadikan tambahan literatur bagi peneliti lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan
pula dapat menambah pengetahuan atau wawasan masyarakat pada umumnya.
1.4.2 Manfaat Empiris
Khusus bagi investor dan masyarakat penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat berupa :
a) Sebagai alat informasi mengenai pengembangan usaha peternakan.
b) Menambah pengetahuan mengenai perkembangan peternakan susu sapi
murni di Indonesia.
c) Dapat memberikan saran yang baik dalam memilih investasi.
1.5 Batasan Penelitian
Batasan penelitian kelayakan usaha peternakan susu sapi murni
masyarakat Pujon yang dikalola oleh Koperasi Susu SAE adalah :
a) Masyarakat Pujon yang mempunyai usaha Peternakan Sapi.
b) Masyarakat yang mempunyai hasil ternak sapi berupa susu murni.
c) Pelaku peternak sapi yang tergabung dalam Koperasi Susu SAE.
d) Aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian adalah aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis/operasi dan teknologis, aspek manajemen dan
organisasi, aspek keuangan.
25
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Fajar Mutaqien (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Finansial Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus Peternakan “HMB Agro”,
Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor)”. Aspek yang
digunakan untuk menganalisis masalah adalah aspek keuangan dengan metode
kuantitatif. Hasil penelitiannya menyebutkan peternakan sapi perah “HMB Agro”
selama tahun 2005 masih mengalami kerugian sebesar Rp. 11.168.258.
Berdasarkan analisis tingkat pendapatan kondisi finansial peternakan “HMB
Agro” tahun 2005 tidak layak.
Nikki Ariesta Poetri, Abdul Basith, Nur Hadi Wijaya (2014) judul
penelitiannya adalah “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Sapi
Perah KUNAK (Studi Kasus Usaha Ternak Kavling 176, Desa Pamijahan Kab.
Bogor)”. Analisis kelayakan yang digunakan adalah aspek non finansial usaha,
potensi pengembangan usaha dari aspek finansial, dan analisis sensitivitas
usaha.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada usaha ternak
kavling 176, dapat disimpulkan bahwa usaha ini dikatakan layak dikembangkan
dari segi aspek nonfinansial. Usaha ternak kavling 176 juga layak dari segi aspek
finansial. Hasil analisis sensitivitas pada skenario pertama, kedua, dan ketiga,
menunjukkan bahwa usaha ini layak.
Muhammad Gunawan Wibowo (2005), penelitiannya berjudul Analisis
Kelayakan Usaha Susu Sapi Murni pada Perusahaan “Rahmawati Jaya”. Data
26
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik
yang bersifat deskriptif maupun kuantitatif. Analisis datanya adalah aspek pasar
dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan, aspek
keuangan, dan analisis sensitivitas. Hasil penelitian tersebut adalah usaha susu
sapi murni pada perusahaan “Rahmawati Jaya” mempunyai prospek untuk
dikembangkan. Akan tetapi untuk analisis sensitivitas pada harga output tertentu,
usaha tidak layak untuk diusahakan.
Shanti Emawati, dan Ayu Intan Sari (2009) dengan judul “Analisis
Investasi Usaha Tani Sapi Perah Pada Anggota Koperasi Usaha Peternakan Dan
Pemerahan (UPP) Kaliurang Di Kabupaten Sleman”. Analisis kelayakan finansial
investasi usahatani sapi perah menggunakan kriteria investasi benefit cost ratio
(BCR), net present value (NPV), internal rate of return (IRR) dan payback period
(PP) berdasarkan umur investasi 5 tahun dengan discount factor 12%/tahun. Hasil
analisis menunjukkan bahwa usahatani sapi perah pada kondisi peternak di
Kabupaten Sleman layak untuk diusahakan.
Ray Paksi Labodu, Erwin Wantasen, M.T. Massie dan Frangky N.S. Oroh
(2015) judulnya adalah “Analisi Finansial Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kota
Tomoho (Studi Kasus Dikelompok Ramulu Sangkor)”. Analisis yang digunakan
ialah analisis kriteria investasi yaituNPV,BC Ratio, IRR , ROI, dan analisis
Keuntungan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan usaha ternak Sapi
Perah “Kelompok Ramulu Sangkor” secara finansial layak dijalankan.
Eko Ardy Prasetyo (2011) judulnya adalah “Analisis Finansial Usaha
Ternak Sapi Perah Pada UD Hadi Putra Ngijo Karang Ploso Malang”. Metede yag
27
di gunakan adalah study kasus.Pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan observasi dan wawancara.Kesimpulan yang diambil
berdasarkan hasil penelitian adalah unit usaha sapi perah UD. Hadi putra layak
diteruskan dan dikembangkan.
28
Table 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama, Tahun, Judul Penelitian Metode Analisis Analisis Data Hasil Penelitian
1. Fajar Mutaqien (2006) Analisis Finansial
Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus
Peternakan “HMB Agro”, Desa Sukajaya
Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor)
Kuantitatif Aspek keuangan Berdasarkan analisis tingkat
pendapatan kondisi finansial
peternakan “HMB Agro” tahun
2005 tidak layak
2. Nikki Ariesta Poetri, Abdul Basith, Nur
Hadi Wijaya (2014) Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Peternakan Sapi
Perah KUNAK (Studi Kasus Usaha Ternak
Kavling 176, Desa Pamijahan Kab. Bogor)
Kuantitatif, dengan
pendekatan deskriptif
aspek pasar, teknis,
manajemen, hukum,
sosial, ekonomi
lingkungan, aspek
keuangan, dan analisis
sensitivitas
Hasil penelitian yang telah
dilakukan pada usaha ternak
kavling 176, dapat disimpulkan
bahwa usaha ini dikatakan layak
dikembangkan dari segi aspek
nonfinansial. Usaha ternak kavling
176 juga layak dari segi aspek
finansial. Hasil analisis sensitivitas
menunjukkan bahwa usaha layak.
3. Muhammad Gunawan Wibowo (2005)
Analisis Kelayakan Usaha Susu Sapi
Murni pada Perusahaan “Rahmawati Jaya”
Kuantitatif, dengan
pendekatan deskriptif
Aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis,
aspek manajemen, aspek
lingkungan, aspek
keuangan, dan analisis
sensitivitas.
Hasil penelitian tersebut adalah
usaha susu sapi murni pada
perusahaan “Rahmawati Jaya”
mempunyai prospek untuk
dikembangkan. Akan tetapi untuk
analisis sensitivitas pada harga
output tertentu, usaha tidak layak
untuk diusahakan.
4. Shanti Emawati, dan Ayu Intan Sari (2009)
Analisis Investasi Usahatani Sapi Perah
Pada Anggota Koperasi Usaha Peternakan
Kuantitatif Analisis data
menggunakan benefit cost
ratio (BCR), net present
Hasil analisis menunjukkan bahwa
usahatani sapi perah pada kondisi
peternak di Kabupaten Sleman
29
Dan Pemerahan (UPP) Kaliurang Di
Kabupaten Sleman
value (NPV), internal rate
of return (IRR) dan
payback period (PPC)
layak untuk diusahakan
5. Ray Paksi Labodu, Erwin Wantasen, M.T.
Massie dan Frangky N.S. Oroh (2015)
Analisi Finansial Peternakan Sapi Perah
Rakyat di Kota Tomoho (Studi Kasus
Dikelompok Ramulu Sangkor)
Metode survey
denganpendekatanstudi
kasus
Analisis yang digunakan
ialah analisis kriteria
investasi yaituNPV, BC
Ratio, IRR, ROI, dan
analisis Keuntungan.
usaha peternakan sapi perah secara
finansial layak untuk dijalankan.
Usaha tersebut mempunyai
keuntungan yang baik sehingga
usaha peternakan layak untuk
dijalankan.
6. Eko Ardy Prasetyo (2011) Analisis
Finansial Usaha Ternak Sapi Perah Pada
UD Hadi Putra Ngijo Karang Ploso
Malang
Metede yang di
gunakan adalah study
kasus.
Analisis Finansial yang
meliputi analisis Net
Present Valve (NPV),
Internal Rate Of Return
Ratiun (B/C Ration),
Berdasarkan hasil penelitian adalah
unit usaha sapi perah UD. Hadi
putra layak diteruskan dan
dikembangkan karena nilai NPV
yang lebih dari “ 0 “ (positif). Nilai
IRR yang lebih besar dari Social
Discount Rate, dan Nilai
B/CRation lebih dari “ 1 “ (positif).
30
Persamaan penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah sama-sama
meneliti tentang usaha susu sapi perah. Sedangkan, perbedaannya adalah
penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, tepatnya pada
Koperasi Susu SAE. Perbedaan lainnya adalah penelitian yang dilakukan di
lembaga koperasi dengan menggunakan aspek pasar dan pemasaran, aspek
teknis/operasi dan teknologis, aspek manajemn dan organisasi, aspek keuangan.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Studi Kelayakan Bisnis
2.2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Studi Kelayakan Bisnis (SKB) adalah suatu kegiatan yang mempelajari
secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam
rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan.
Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut
dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan
memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan
dikeluarkan. Dengan kata lain, kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang
dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan
tujuan yang mereka inginkan. Layak di sini diartikan juga akan memberikan
keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, tetapi juga bagi
investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat laus.
Sedangkan pengertian bisnis adalah usaha yang dijalankan yang tujuan
utamanya untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan yang dimaksud dalam
perusahaan bisnis adalah keuntungan finansial. Namun dalam praktiknya
31
perusahaan nonprofit pun perlu dilakukan studi kelayakan bisnis karena
keuntungan yang diperoleh tidak hanya dalam bentuk finansial akan tetapi juga
nonfinansial. Jadi dengan dilakukannya studi kelayakan bisnis akan dapat
memberikan gambaran apakah usaha atau bisnis yang diteliti layak atau tidak
untuk dijalankan (Kasmir dan Jakfar, 2003: 6).
Studi kelayakan bisnsi, yang juga sering disebut studi kelayakan proyek
adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan
proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Istilah proyek mempunyai arti
suatu pendirian usaha baru atau pengenalan sesuatu (barang maupun jasa) yang
baru kedalam suatu produk mix yang sudah ada selama ini. Pengertian
keberhasilan bagi pihak yang berorientasi profit dan pihak nonprofit bisa berbeda
(Jumingan, 2009: 3).
Kajian studi kelayakan bisnis ditujukan untuk mengindentifikasi kondisi
dan situasi dari bisnis yang akan dilaksanakan. Hasil kajian yang akan dilakukan
tersebut nantinya akan menjadi bahan masukan yang berarti kepada pihak
pemimpin yang nantinya dapat dianggap sebagai rekomendasi yang membantu
dalam proses penagmbilan keputusan secara lebih baik (Fahmi, dkk, 2009: 16).
Studi kelayakan pada akhir-akhir ini telah banyak dikenal oleh
masyarakat, terutama masyarakat yang bergerak dalam bidang dunia usaha.
Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan dunia usaha,
telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan/kesempatan tersebut
dapat memberikan manfaat manfaat (benefit) bila diusahakan. Kegiatan untuk
32
menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu
kegiatan usaha/proyek, disebut dengan studi kelayakan bisnis.
Dengan demikian studi kelayakan yang juga sering disebut dengan
feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu
keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang
direncakan. Pengertain layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari
gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan akan memberikan manfaat
(benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit.
Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti social benefit tidak selalu
menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari segi
penilaian yang dilakukan.
Proyek-proyek yang dinilai dari segi secia benefit pada umumnya adalah
proyek-proyek yang benefitnya dihitung/dinilai dari segi manfaat yang diberikan
proyek terhadap perkembangan perekonomian masyarakat secara keseluruhan.
Kegiatan usaha/proyek yang dinilai dari segi financial benefit adalah usaha-usaha
yang dinilai dari segi penanaman investasi/modal yang diberikan untuk
pelaksanaan usaha/proyek tersebut (Ibrahim, 1998:1-2).
Studi kelayakan bisnis dalam arti sempit merupakan penelitian terhadap
rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya suatu bisnis
dibangun, tetapi juga pada saat bisnis tersebut beroperasi secara rutin dengan
berhasil untuk memperoleh keuntungan yang maksimal secara ekonomi.
Pengertian tersebut mempunyai arti bahwa tujuan pelaku bisnis adalah profit.
Artinya, jika hasil penelitian dari bisnis yang akan dilakukan memberikan
33
tambahan kekayaan bagi pelaku bisnis, maka bisnis dianggap menguntungkan
dengan demikian ia akan menjalankan bisnis tersebut. Tetapi jika hasil penelitian
cenderung menunjukkan pengurangan kekayaan bagi pelaku bisnis, maka ia akan
meninggalkan bisnis tersebut, karena bisnis tersebut tidak menguntungkan.
Sedangkan dalam arti luas studi kelayakan bisnis adalah penelitian yang
mendalam tentang dapat tidaknya atau layak tidaknya rencana bisnis dilakukan
dengan berhasil dan menguntungkan (tidak hanya keuntungan
ekonomis/finansial), akan tetapi cenderung melihat kemanfaatan yang lebih luas
(makro) bagi daerah atau lokasi dimana bisnis tersebut dilaksanakan. Misalnya,
penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah di lokasi
tersebut, penambahan atau penghematan devisa bagi pemerintah, membuka
peluang usaha lain akibat adanya proyek investasi tersebut, dan sebagainya
(Sucipto, 2011: 2).
2.2.1.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
Terdapat tiga manfaat yang ditimbulkan dari adanya studi kelayakan binis,
yaitu (Sucipto, 2011: 4):
1) Manfaat finansial
Manfaat finansial diperoleh oleh pelaku bisnis jika bisnis tersebut dirasa
menguntungkan dibandingkan dengan risiko yang akan dihadapi.
2) Manfaat ekonomi nasional
Bisnis yang dijalankan tidak hanya menguntungkan secara ekonomis saja tetapi
juga bermanfaat bagi peningkatan ekonomi Negara secara makro. Misalnya
semakin banyaknya tenaga kerja yang dapat diserap, peningkatan devisa,
34
membuka peluang bagi investasi yang lain, peningkatan GDP, kontribusi pajak,
dan sebagainya.
3) Manfaat social
Memberikan manfaat terutama bagi masyarakat di sekitar lokasi bisnis tersebut
dibangun.
Dilihat dari segi penilaian benefit, proyek-proyek yang dilakukan oleh
pemerintah pada umumnya lebih menitikberatkan pada penilaian social benefit
dari pada financial benefit dan sebaliknya proyek-proyek yang dikembangkan
oleh swasta (private investor) lebih menekankan pada financial benefit dari pada
social benefit.
Manfaat yang dilihat dari segi social benefit pada umumnya lebih luas,
seperti dampak proyek terhadap terbukanya kesempatan kerja, bertambahnya
pendapatan regional, bertambahnya sarana dan prasarana produksi, terbukanya
daerah dari keterbelakangan (terisolir), terjadinya perubahan pendidikan
masyarakat, perubahan pola pikir masyarakat, meningkatnya disiplin masyarakat,
timbulnya industry hilir dengan adanya proyek, dan lain sebagainya. Untuk
penilain yang dilakukan dari segi social benefit kendatipun kurang memberi
manfaat dari segi financial benefit, proyek tersebut dianggap layak (feasible)
untuk dikembangkan (Ibrahim, 1998: 5).
2.2.1.3. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis
Tujuan pentingnya melakukan studi kelayakan bisnis adalah :
1) Menghindari risiko keuangan
35
Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menghindari risiko kerugian
keuangna dimasa yang akan datang yang penuh ketidakpastian. Kondisi seperti ini
ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau terjadi tanpa dapat diramalkan.
Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah mengantisipasi ketidakpastian yang
terjadi serta untuk meminimalkan risiko yang tidak diinginkan, baik risiko yang
dapat dikendalikan maupun tidak dapat dikendalikan.
2) Memudahkan perencanaan
Ramalan tentang apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dapat
mempermudah dalam melakukan perencanaan, yang meliputi :
a. Berapa jumlah dana yang dibutuhkan
b. Kenapa usaha akan dijalankan
c. Di mana lokasi usaha akan dibangun
d. Siapa yang akan melaksanakan
e. Bagaimana cara melaksanakannya
f. Berapa besar keuntungan yang akan diperoleh
g. Bagaimana cara mengawasinya jika terjadi penyimpangan.
Dengan adanya perencanaan yang baik, maka suatu usaha akan
mempunyai jadwal pelaksanaan usaha, mulai dari usaha dijalankan sampai pada
waktu tertentu.
3) Memudahkan pelaksanaan pekerjaan
Berbagai rencana yang sudah disusun akan memudahkan dalam
pelaksanaan usaha. Rencana yang sudah disusun akan dijadikan acuan dalam
mengerjakan setiap tahap usaha, sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan secara
36
sistematis dan dapat mencapai sasaran serta sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
4) Memudahkan pengawasan
Pelaksanaan usaha yang sesuai rencana akan memudahakn untuk
melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan
agar tidak terjadi penyimpangan dari rencana yang telah disusun. Disamping itu
pelaksanaan usaha dapat dilakukan secara sungguh-sungguh, karena ada yang
mengawasi.
5) Memudahkan pengendalian
Adanya pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat mendeteksi
terjadinya suatu penyimpangan, sehingga dapat melakukan mengendalian atas
penyimpangan tersebut. Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk mengendalikan
pelaksanaan pekerjaan yang melenceng, sehingga tujuan yang telah ditetapkan
dapat tercapai (Sucipto, 2011: 5).
2.2.1.4. Pihak-Pihak yang Memerlukan Studi Kelayakan Bisnis
Ada beberapa pihak yang sangat berkepentingan dengan dilakukannya
studi kelayakan bisnis, diantaranya adalah :
1) Manajemen perusahaan
Sebagai pihak yang menjadi project leader, maka pihak manajemen perlu
mempelajari studi kelayakan bisnis untuk merealisasikan ide bisnis tersebut,
sehingga manajemen perusahaan mengetahui apakah ide tersebut layak atau tidak
untuk dilaksankan ditinjau dari segi kepentingan bisnis yang berorientasi pada
profit serta peningkatan laba perusahaan.
37
2) Investor
Investor akan mempelajari hasil studi kelayakan bisnis yang telah dibuat
sebelum menanamkan modalnya pada bisnis yang dikehendaki. Investor perlu
mempelajari prospek bisnis usaha yang diminati sebelum terlanjur salah dalam
mengambil keputusan untuk berinvestasi, karena investor mempunyai
kepentingan langsung terhadap keuntungan yang akan diperoleh dan jaminan
keselamatan atas modal yang diinvestasikan. Selain itu investor juga
mempertimbangkan seberapa risiko yang harus dihadapi dari bisnis tersebut.
3) Mitra penyerta modal
Investor biasanya membutuhkan mitra penyerta modal baik perseorangan
atau perusahaan. Hasil studi kelayakan bisnis akan membantu investor dalam
meyakinkan mitranya untuk melakukan investasi.
4) Kreditur/perbankan
Pihak kreditur sangat berkepentingan terhadap hasil laporan studi
kelayakan bisnis. Sebelum mengucurkan kredit maka kreditur terlebih dahulu
mengkaji hasil studi kelayakan bisnis tersebut, hal ini dilakukan untuk
memperoleh jaminan bahwa kredit yang dikucurkan tersebut aman dan pelaku
bisnis mampu mengembalikan hutang serta bunganya. Selain itu kreditur biasanya
juga mempertimbangkan bonafiditas serta jaminan yang dimiliki oleh perusahaan.
Jika hasil laporan studi kelayakan bisnis tersebut merekomendasikan bahwa bisnis
yang akan dilakukan dianggap feasible, tentunya dalam proses persetujuan
perkreditan rekomendasi itu akan menjadi penilaian tersendiri bagi
perbankan/kreditor.
38
5) Pemerintah
Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakan-
kebijakan pemerintah karena secara langsung maupun tidak langsung kebijakan-
kebijakan pemerintah tersebut memengaruhi kebijakan perusahaan. Perhatian
pemerintah terutama pada apakah bisnis tersebut bisnis tersebut mempunyai
kontribusi bagi perekonomian nasional atau tidak. Hal ini bisa dilihat dari rencana
bisnis tersebut, apakah dapat membuka dan memperluas kesempatan kerja,
menghemat devisa, menambah devisa bahkan mampu meningkatkan menerimaan
Negara dari sector pajak. Bisnis yang membantu kebijakan pemerintah inilah yang
diprioritaskan untuk memperoleh kemudahan dan bantuan dari pemerintah.
Penilaian pemerintah terhadap studi kelayakan bisnisnya berkaitan dengan aspek
legalitas dan perijinan. Pemerintah berkepentingan dalam memberikan ijin prinsip
maupun ijin operasional.
6) Masyarakat
Masyarakat akan menerima akibat sampingan dari adanya bisnis tersebut,
baik akibat yang bersifat negative maupun positif, sehingga kepentingan
masyarakat terutama masyarakat di sekitar lokasi bisnis terhadap studi kelayakan
bisnis ini bersifat eksternalitas. Namun, demikian mereka selayaknya mengetahui
sehingga tidak timbul hal-hal negative di kemudia hari setelah bisnis berjalan
(Sucipto, 2011: 11-12).
39
2.2.1.5. Mengembangkan Keunggulan Kompetitif
Guna mencapai keberhasilan dalam memulai suatu usaha, maka kita perlu
menciptakan keunggulan kompetitif dibandingkan dengan produk atau jasa yang
telah ada saat ini. Keunggulan kompetitif bisa didapat melalui :
1) Menghasilkan produk yang efisien
Produk yang memiliki kualitas yang sama tetapi dengan biaya yang lebih
murah, bisa dijual dengan dengan harga yang lebih murah, dan pasti akan menarik
konsumen untuk membelinya.
2) Menghasilkan produk yang berkualitas tinggi
Bisa menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, tanpa perlu tambahan
biaya yang lebih mahal, ataupu pada biaya sama, maka dapat dicapai harga jual
yang sama dengan kualitas yang lebih baik.
3) Menghasilkan produk yang inovatif dan kreatif
Menghasilkan produk yang belum ada di pasaran sehingga bisa memenuhi
harapan konsumen yang belum terpenuhi.
Pada saat ini, beberapa perusahaan mempergunakan sarana komunikasi
internet untuk melakukan penjualan produk mereka maupun melalui internet
jaringan social seperti facebook untuk memasarkan produk mereka. Ide ini akan
membedakan mereka dari hal biaya pemasaran dan konsumsi penjualan yang
mungkin akan dikenakan. Hal tersebut bisa juga menghemat biaya produksi dan
memasarkan produk dengan harga yang lebih kompetitif. Mengembangkan
keunggulan kompetitif tidak semata-mata harus dengan keunggulan teknologi
40
tetapi bisa juga dengan melihat variable-variabel yang menjadi keinginan
konsumen yang belum terpenuhi (Johan, 2011:20-21).
2.2.1.6. Tahapan Studi Kelayakan Bisnis
Terdapat beberapa tahapan dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis
yang bersifat umum, yaitu :
1) Penemuan ide
Dalam memilih suatu produk yang akan dibuat harus memperhatikan
potensi produk tersebut di pasar nantinya laku dijual dan menguntungkan
sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap kebutuhan pasar dan jenis produk
yang akan dibuat. Penelitian jenis produk dapat dilakukan dengan kriteria-kriteria
bahwa suatu produk dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar yang masih belum
terpenuhi, memenuhi kebutuhan manusia tetapi produk tersebut belum tersedia,
dan untuk mengganti produk yang sudah ada dengan produk lain yang
mempunyai nilai lebih. Sedangkan untuk kebutuhan pasar, hasil penelitian yang
diharapkan adalah bahwa produk yang akan dihasilkan dapat dijual di pasar yang
cukup sehat (permintaan yang cukup baik dalam jangka panjang). Selanjutnya
untuk menghasilkan ide proyek tadi, perlu dilakukan penelitian yang terorganisasi
dengan baik serta dukungan sumber daya yang memadai. Jika terdapat ide proyek
lebih dari satu, maka yang dipilih oleh pengambil keputusan biasanya digantung
pada tiga factor, pertama, bahwa ide proyek cocok dengan kata hatinya, kedua,
bahwa pengambil keputusan akan mampu melibatkan diri dalam hal-hal yang
sifatnya teknis, dan ketiga, keyakinan akan kemampuan proyek untuk
41
menghasilkan laba. Pada dasarnya jika terdapat lebih dari satu proyek, maka yang
akan dipilih adalah sesuai dengan skala prioritasnya.
2) Tahap penelitian
Setelah beberapa ide proyek dipilih, selanjutnya dilakukan penelitian
secara mendalam dengan memakai metode ilmiah. Dimulai dengan
mengumpulkan data, lalu mengolah data berdasarkan teori-teori yang relevan,
menganalisis dan menginterpretasikan hasil pengolahan data dengan alat-alat
analisis yang sesuai, menyimpulkan hasil sampai membuat laporan hasil
penelitian tersebut, dengan melakukan penilaian terhadap aspek-aspek yang perlu
dilakukan penilaian.
3) Tahap evaluasi
Evaluasi berarti membandingkan sesuatu dengan satu atau lebih standar
atau kriteria, dimana standar atau kriteria tersebut dapat bersifat kuantitatif atau
kualitatif. Hal yang dibandingkan dalam evaluasi bisnis adalah seluruh biaya yang
akan ditimbulkan oleh usulan bisnis serta manfaat atau benefit yang diperkirakan
akan diperoleh. Terdapat tiga macam evaluasi, pertama, mengevaluasi usulan
proyek/bisnis yang akan didirikan, kedua, mengevaluasi proyek yang sedang
dibangun, dan ketiga, mengevaluasi bisnis yang sudah dioperasionalkan secara
rutin.
4) Tahap pengurutan usulan yang layak
Jika terdapat lebih dari satu usulan bisnis yang dianggap layak dan
terdapat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki manajemen untuk merealisasikan
semua rencana bisnis tersebut, misalnya keterbatasan dana, maka perlu dilakukan
42
pemilihan rencana bisnis yang dianggap paling penting untuk direalisasikan.
Sudah tentu yang menjadi prioritas adalah rencana bisnis yang mempunyai skor
tertinggi yang dibandingkan dengan usulan-usulan lain berdasarkan kriteria –
kriteria penilaian yang telah ditentukan.
5) Tahapan rencana pelaksanaan
Setelah rencana bisnis dipilih untuk direalisasikan, perlu dibuat rencana
keja pelaksanaan pembangunan proyek. Mulai dari menentukan jenis pekerjaan,
waktu yang dibutuhkan untuk setiap jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga
pelaksana, ketersediaan dana dan sumber-sumber lain, kesiapan manajemen dan
lain-lain.
6) Tahap pelaksanaan
Merealisasikan pembangunan proyek, kegiatan ini membutuhkan
manajemen proyek. Jika proyek selesai dikerjakan, tahap berikutnya adalah
melaksanakan operasional bisnis secara rutin. Dalam operasional ini, perlu kajian-
kajian untuk mengevaluasi bisnis, yaitu dari fungsional keuangna, pemasaran,
SDM, produk/operasi, dan manajemennya agar selalu bekerja secara efektif dan
efisien dalam rangka meningkatkan laba perusahaan. Hasil evaluasi dijadikan
feedback bagi perusahaan untuk selalu mengkaji ulang proses bisnis ini secara
terus menerus.
2.2.1.7. Aspek-Aspek dalam Studi Kelayakan Bisnis
Dalam studi kelayakan bisnis terdapat beberapa aspek yang harus
dianalisis, yaitu (Sucipto, 2011: 18) :
43
1) Aspek Hukum, berkaitan dengan legalisasi keberadaan bisnis yang akan
dijalankan baik segi perijinan maupun dari segi badan hukumnya.
2) Aspek pasar dan pemasaran, berkaitan dengan potensi pasar produk yang
akan dipasarkan, analisis kekuatan pesaing, estimasi penjualan yang
mungkin bisa diraih (market share).
3) Aspek teknis/operasi dan teknologis, berkaitan dengan pemilihan lokasi
bisnis, pemilihan mesin dan peralatan yang sesuai dengan kapasitas
produksi, penataan layout serta pemilihan teknologi yang sesuai.
4) Aspek manajemen dan organisasi, berkaitan dengan manajemen dalam
pembangunan fisik serta manajemen dalam operasionalnya dan struktur
organisasi.
5) Aspek sosial, ekonomi, dan budaya, mencakup pengaruh proyek terhadap
kehidupan sosial, budaya dan perekonomian secara makro dan lain
sebagainya.
6) Aspek keuangan, berkaitan dengan sumber dan penggunaan dana serta
proyeksi pengembaliannya dengan tingkat biaya modal dari masing-masing
sumber dana yang bersangkutan.
7) Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), berkaitan dengan
dampak yang ditimbulkan oleh adanya bisnis tersebut terhadap lingkungan
baik lingkungan air, darat, udara.
Studi kelayakan bisnis akan memberikan keputusan yang mana suatu
usaha layak atau tidak layak untuk dilaksanakan. Sehingga dalam studi kelayakan
44
bisnis terdapat beberapa aspek yang harus di analisis, dalam penelitian ini akan
digunakan beberapa aspek tersebut, yaitu :
1) Aspek pasar dan pemasaran
Kajian yang dilakukan dalam aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk
menguji serta menilai sejauh mana pemasaran dari produk yang dihasilkan
perusahaan dapat mendukung pengembangan usaha atau bisnis yang
direncanakan. Kajian aspek pasar berkaitan dengan ada tidaknya potensi pasar dan
peluang pasar atas suatu produk yang akan diluncurkan di masa yang akan datang
serta berapa market share yang dapat diserap oleh bisnis tersebut dari keseluruhan
pasar potensial.
Sedangkan kajian aspek pemasaran berkaitan dengan bagaimana
penerapan strategi pemasaran dalam rangka meraih sebagian pasar potensial atau
peluang pasar yang ada. Dengan kata lain seberapa besar market share (pangsa
pasar) yang ditentukan dapat diraih sangat bergantung pada penerapan strategi
pemasaran yang dipilih. Dalam menerapkan strategi pemasaran diharapkan tidak
menyimpang dari kaidah-kaidah yang telah di digariskan dalam al-Qur’an dan
sunnah, sehingga akan bisa menerapkan marketing syari’ah dengan baik (Sucipto,
2011: 47).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai etika dalam pemasaran
menurut islam misalkan seperti, memiliki kepribadian yang baik dan spiritual
(takwa) sehingga dalam melakukan pemasaran tidak semata-mata untuk
kepentingan sendiri melainkan juga untuk menolong sesama (Idri, 2015: 281).
Allah berfirman dalam Surah al-Maidah ayat 2:
45
لواشعائ رالل ه ولالش هرالحرامولالهديولالقلئ د ولآمينياأي هاال ذ ينآمنوالتح
مور ضوانا من كمشنآنوليجر وإ ذاحللتمفاصطادوا الب يتالحرامي بت غونفضلم نربه
أنت عتدوا د الحرام المسج والت قوى ق ومأنصدوكمعن ولت عاونوا وت عاونواعلىالب ر
والعدوان ثم إ ن الل هشد يدالع قاب وات قواالل ه علىال Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-
syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram,
jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang
qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridaan
dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka
bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada
sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
(Q.S Al-Maidah: 2).
a. Potensi pasar
Potensi pasar adalah peluang penjualan optimum yang dapat dicapai oleh
seluruh penjualan baik saat ini maupun yang akan datang. Dengan kata lain
potensi pasar adalah seluruh permintaan atau kebutuhan konsumen yang
didasarkan pada dua factor, yaitu jumlah konsumen potensial dan daya beli.
Konsumen potensial adalah konsumen yang memiliki keinginan/hasrat untuk
membeli sedangkan daya beli adalah kemampuan konsumen untuk membeli
barang atau produk. Dengan melihat potensi pasar maka dapat dilakukan evaluasi
apakah masih ada atau tidak potensi untuk memasarkan barang atau produk di
pasar (Sucipto, 2011: 48).
b. Teknik pengukuran permintaan produk
46
Hakekat produksi dalam ilmu ekonomi dipahami sebagai aktifitas untuk
mengolah sumber daya dalam bentuk lain yang mempunyai nilai dan manfaat
yang lebih. Produksi bukan berarti membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada,
karena hal seperti ini hanya bisa dilakukan oleh Allah swt dan biasanya digunakan
dengan kata “khalaqa” (menciptakan). Kata yang lebih popular untuk
membahasakan produksi dalam bahasa arab adalah al-intaj, yang memiliki arti
menjadikan sesuatu yang ada menjadi sesuatu mempunyai nilai dan manfaat lebih.
Dalam rangka pengembangan produktifitas tanah, dalam islam dikenal
dengan konsep ihya’ al-Mawat (menghidupkan tanah mati). Yang dimaksud
dengan menghidupkan tanah mati disini adalah merubah lahan yang mati menjadi
lahan yang produktif dengan menanaminya atau mendirikan sebuah bangunan di
atasnya. Sedangkan yang dimaksud dengan tanah mati adalah tanah yang tidak
ada pemiliknya dan belum pernah dikelola oleh siapa pun. Hal ini sebagaimana
dijelaskan dalam riwayat lain bahwasanya Rasulullah saw. bersabda (Munir,
2007: 52-53):
صل ياهللعليه وسل مقالمنأعمرأرضاليست الن ب يى هاعن ىااهللعن أعنعاء شةرض
لفت ه ياهللعنهف يخ حققالعروةقضىب ه عمررض حدف هوأ
Artinya: “Dari Aisyah ra. bahwasamya Rasulullah saw. bersabda: “barang siapa
memakmurkan (menghidupkan) tanah yang tidak ada pemiliknya, maka
ia lebih berhak memilikinya. “ sahabat Urwah berkata: “ketetapan ini
telah ditetapkan (dalam kebijakan negara) pada masa khilafah Umar
bin Khattab”. (HR. Bukhari: 2167, dan Ahmad: 23737).
Pengukuran permintaan produk adalah menghitung atau menentukan
jumlah produk yang secara riil dikonsumsi oleh masyarakat atau konsumen dalam
47
kurun waktu tertentu. Sedangkan metode-metode yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut (Sucipto, 2011: 48).
a) Penggunaan data impor produk yang bersangkutan
Cara ini dilakukan jika kondisi dalam negeri belum pernah menghasilkan
produk tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat, dan selama ini kebutuhan
produk dipenuhi oleh produk substitusi impor. Dengan demikian cara untuk
mengukur permintaan adalah berdasarkan jumlah produk yang diimpor dalam
periode yang bersangkutan.
b) Penggunaan data impor, ekspor, dan produksi dalam negeri
Untuk mengetahui jumlah permintaan efektif jika suatu produk selain
diimpor juga diekspor dan diproduksi di dalam negeri adalah sebagai berikut :
PE = P + (I – E) + DC
Keterangan :
PE : permintaan efektif yang dicari
P : jumlah produksi dalam negeri selama periode yang bersangkutan
I : jumlah produk yang diimpor
E : jumlah produk yang diekspor
DC : selisih persediaan awal dan akhir produk
c) Metode rasio rantai (permintaan per kapita)
Metode ini menghitung permintaan efektif dengan cara membagi dalam
komponen-komponen kecil dari suatu mata rantai variable yang berpengaruh
terhadap permintaan produk yang bersangkutan. Misalnya variable-variabel yang
berpengaruh terhadap permintaan produk minuman ringan berserat adalah :
48
Minuman ringan berserat = jumlah penduduk di suatu wilayah secara keseluruhan
x % penghasilan perkapita yang dikonsumsikan x % rata-rata penghasilan per
kapita yang dikonsumsikan untuk minuman ringan x % rata-rata penghasilan yang
dikonsumsikan untuk minuman ringan yang berserat.
d) Permintaan industri
Metode ini digunakan untuk melihat apakah jumlah produk yang telah
dihasilkan oleh perusahaan yang memproduksi produk sejenis pada masa lalu
sudah cukup memenuhi seluruh kebutuhan konsumen atau belum. Jika ternyata
jumlah yang dibutuhkan ternyata belum dapa terpenuhi oleh produsen yang ada
(adanya keterbatasan kapasitas, sumber daya lain-lain), maka masih ada
kesempatan bagi produsen lain untuk membuat produk sejenis.
c. Metode peramalan permintaan
Beberapa teknik/metode peramalan yang dapat dilakuakn antara lain:
metode time series (runtut waktu), metode regresi korelasi, teknik ekonometri, dan
lain-lain. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode time series
dengan ekstrapolasi trend. Dengan menggunakan metode trend linier ini
kecenderungan permintaan dimasa yang akan datang diwujudkan dalam bentuk
garis lurus. Fungsi persamaan dari metode ini adalah (Sucipto, 2011: 50):
Y = a + bx
Koefisen (nilai a dan b) ditentukan dengan rumus:
a = ∑Y dan b = ∑XY
n ∑X2
Dengan asumsi ∑X = 0
Keterangan :
49
a = rata-rata permintaan masa lalu
b = koefisien yang menunjukkan perubahan setiap tahun
Y = nilai data hasil ramalan permintaan
n = jumlah data runtut waktu
X = waktu tertentu yang telah diubah menjadi bentuk kode
Jumlah penjualan industry (permintaan efektif) menunjukkan pangsa pasar
(market share) kelompok industry yakni sebagian potensi pasar yang telah
diambil oleh seluruh perusahaan dalam kelompok investasi. Jumlah penjualan
perusahaan menunjukkan pangasa pasar (market share) perusahaan yakni
sebagian potensi pasar yang dapat diraih oleh perusahaan. Sedangkan peluang
pasar adalah selisih antara potensi pasar dengan penjualan industry (permintaan
efektif).
d. Ramalan penjualan industry
Untuk meramalkan pejualan industry dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut (Sucipto, 2011: 53):
Untuk menentukan fungsi persamaan: Y = a + bx
e. Penjualan perusahaan (market share)
Untuk menentukan penjualan perusahaan (market share) dapat digunakan
dengan cara yang sama, yaitu (Sucipto, 2011: 54): Y = a + bx
Setelah dikatahui market share-nya, langskah selanjutnya adalah
bagaimana strategi pemasaran yang digunakan untuk mencapai market share
tersebut. Dalam rangka melakukan analisis terhadap aspek pemasaran, terdapat
50
beberapa kegiatan yang terkait antara satu dengan yang lainnya, yaitu (Sucipto,
2011: 55):
a) Penentuan segmen, target, dan posisi produk pada pasarnya.
b) Mengkaji mengenai sikap perilaku, serta kepuasan mereka atas produk-
produk sejenis.
c) Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran.
f. Segmentasi pasar (market segmentation)
Segmentasi pasar adalah membagi pasar menjadi beberapa kelompok
pembeli yang berbeda yang mungkin memerlukan produk atau marketing mix
yang berbeda pula. Untuk melakukan segmentasi pasar terdiri dari beberapa
variable yang harus diperhatikan. Beberapa variable untuk melakukan
segementasi pasar terdiri dari segmentasi pasar konsumen dan segmentasi pasar
industrial. Menurut Philip Kotler variable utama dalam segmentasi pasar
konsumen adalah sebagai berikut (Sucipto, 2011: 56):
a) Segmentasi berdasarkan geografik yaitu :
1. Bangsa
2. Propinsi
3. Kebupaten/Kota
4. Kecamatan
5. Iklim
b) Segmentasi berdasarkan demografik, yaitu :
1. Umur
2. Jenis kelamin
51
3. Ukuran keluarga
4. Daur hidup kelaurga
5. Pendapatan
6. Pekerjaan
7. Pendidikan
8. Agama
9. Ras
10. Kebangsaan
c) Segmentasi berdasarkan psikografik, yaitu :
1. Kelas social
2. Gaya hidup
3. Karakteristik kepribadian
d) Segementasi berdasarkan perilaku, yaitu :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Keguanaan
4. Tanggap terhadap suatu produk
Sedangkan variable utama untuk melakukan segementasi pasar industry
terdiri dari :
a) Segmentasi berdasarkan demografik, yaitu :
1. Jenis industry
2. Besar perusahaan
3. Lokasi perusahaan
52
b) Segmentasi berdasarkan karakteristik pengoperasian, yaitu :
1. Teknologi yang difokuskan
2. Status pengguna (berat, sedang atau ringan)
3. Kemampuan pelanggan
c) Segmentasi berdasarkan pendekatan pembeli, yaitu :
1. Organisasi berfungsi pembeli
2. Sifat hubungan yang ada
3. Struktur kekuatan
4. Kebijakan pembelian umum
5. Kriteria
d) Segmentasi berdasarkan karakteristik personil industry, yaitu :
1. Kesamaan pembeli
2. Sikap terhadap risiko
3. Kesetiaan
e) Segmentasi berdasarkan factor situasi, yaitu :
1. Urgensi
2. Pengguna khusus
3. Besarnya pesanan
g. Menetapkan pasar sasaran (marketing targeting)
Secara umum pengertian menetapkan pasar sasaran adalah mengevaluasi
keaktivan setiap segmen, kemudian memilih salah satu dari segmen pasar atau
lebih yang dilayani. Analisis dapat dilakukan dengan melakukan beberapa
kegiatan sebagai berikuat (Sucipto, 2011: 57):
53
a) Evaluasi Segmen Pasar
b) Memilih segmen yaitu menentukan satu atau lebih segmen yang memiliki nilai
tinggi bagi perusahaan, menentukan segmen mana dan berapa banyak yang
dapat dilayani.
h. Menentukan posisi pasar (market positioning)
Menentukan posisi pasar adalah menentukan posisi yang kompetitif untuk
produk atau suatu pasar. Untuk menentukan posisi pasar terdiri dari :
a) Atas dasar atribut (harga murah atau mahal)
b) Kesempatan penggunaan (sebagai minuman energy atau minuman obat)
c) Menurut kelas pengguna (obat anak-anak atau dewasa)
d) Langsung menghadapi pesaing (kami yang terbaik)
e) Kelas produk (sabun kecantikan)
Terdapat tiga langkah untuk menentukan posisi pasar sebagai berikut :
a) Mengidentifikasi keunggulan kompetitif. Perusahaan akan memperoleh
keunggulan kompetitif jika mampu menentukan posisinya sendiri sebagai
yang memberikan nilai superior kepada sasaran pemilih.
b) Memilih keunggulan kompetitif. Jika perusahaan telah menentukan beberapa
keunggulan kompetitif yang potensial, selanjutnya harus dipilih satu
keunggulan kompetitif sebagai dasar bagi kebijakan penentuan posisi.
c) Menunjukkan dan mengkomunikasikan posisi (Sucipto, 2011: 59).
i. Strategi bauran pemasaran
Adapun strategi bauran pemasaran tersebut adalah (Kasmir dan Jakfar,2008: 50):
a) Strategi Produk
54
Pihak perusahaan terlebih dahulu harus mendefinisikan, memilih dan
mendesain suatu produk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen
yang akan dilayaninya, agar investasi yang ditamana dapat berhasil dengan baik.
Produk adalah sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Pengertian produk menurut Philip Kotler adalah : sesuatu yang dapat ditawarkan
ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau
dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan. Factor-faktor yang
memengaruhi kesempatan atau peluang bagi produk baru adalah :
1. Perubahan ekonomi
2. Perubahan social budaya
3. Perubahan teknologi
4. Perubahan politik, dan
5. Perubahan lainnya
Strategi produk yang dilakukan perusahaan dalam mengembangkan suatu
produk adalah sebagai berikut :
1. Penentuan logo dan moto
Logo merupakan ciri khas suatu produk, sedangkan moto merupakan
serangkaian kata-kata yang berisi visi dan misi perusahaan dalam melayani
masyarakat. Pertimbangan pembuatan logo dan moto adalah logo dan moto harus
mempunyai arti (dalam arti positif), logo dan moto harus menarik perhatian, logo
dan moto harus mudah diingat.
2. Menciptakan merek
55
Pengertian merek sering diartikan sebagai nama, istilah, symbol, desain
atau kombinasi dari semuanya. Agar merek mudah dikenal masyarakat, maka
penciptaan merek harus mempertimbangkan factor-faktor antara lain :
1) Mudah diingat
2) Terkesan hebat dan modern
3) Memiliki arti (dalam arti positif)
4) Menarik perhatian
3. Menciptakan kemasan
Kemasan merupakan pembungkusan suatu produk. Penciptaan kemasan
pun harus memenuhi berbagai persyaratan, seperti kualitas kemasan, bentuk,
warna, dan persyaratan lainnya.
4. Keputusan label
Label merupakan sesuatu yang dilengketkan pada produk yang ditawarkan
dan merupakan bagian dari kemasan. Didalam label harus menjelaskan siapa yang
membuat, dimana dibuat, kenapa dibuat, cara menggunakan waktu kadaluarsa,
dan informasi lainnya.
b) Strategi harga
Besarnya harga yang harus dipasang tentu disesuaikan dengan tujuan
penentuan harga. Ada tiga strategi dasar dalam penentuan harga yaitu :
1. Skimming pricing, yaitu harga awal produk yang ditetapkan setinggi-tingginya
dengan tujuan bahwa produk atau jasa memiliki kualitas tinggi.
2. Penetration pricing, yaitu dengan menetapkan harga yang serendah mungkin
dengan tujuan untuk menguasai pasar.
56
3. Status qou pricing, yaitu penetapan harga status quo adalah harga yang
ditetapkan disesuaikan dengan harga pesaing.
Terdapat beberapa metode penetapan harga yang sering digunakan yaitu :
1. Penetapan harga berdasarkan biaya
1) Cost plus pricing
Metode penentuan harga cost plus pricing menggunakan rumus :
Harga pokok = VC + FC
Total sales
Dimana : VC = variable cost (biaya variable)
FC = fixed cost (biaya tetap)
2) Cost plus pricing dengan mark up
Penetapan harga markup adalah biaya pemebelian produk dari produsen ditambah
sejumlah keuntungan yang diinginkan.
Harga dengan markup = harga pokok perunit
(1– laba yang diinginkan)
2. Break Even Pricing (BEP) atau target pricing
Break Even Pricing adalah harga ditentukan berdasarkan titik impas (pulang
pokok).
BEP = FC atau FC
P – VC 1 – VC/P
3. Percieved value pricing
Percieved value pricing adalah harga ditentukan oleh kesan pemebeli (persepsi)
terhadap produk yang ditawarkan. Biasanya penetapan harga seperti ini
berdasarkan nilai yang dipersepsikan sesuai dengan penentuan posisi produk oleh
perusahaan di pasar.
c) Strategi lokasi dan distribusi
57
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penentuan lokasi
adalah dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Dekat dengan kawasan industry
2. Dekat dengan lokasi perkantoran
3. Dekat dengan lokasi pasar
4. Dekat dengan pusat pemerintahan
5. Dekat dengan lokasi perumahan atau masyarakat
6. Mempertimbangkan jumlah pesaing yang ada disuatu lokasi
7. Sarana dan prasarana (jalan, pelabuhan, listrik, dan lain-lain)
Factor-faktor yang mempengaruhi strategi distribusi adalah :
1. Pertimbangan pembeli atau factor pasar
2. Karakteristik produk
3. Factor produsen atau pertimbangna pengawasan dan keuangna
d) Strategi promosi
Sarana promosi yang yang dapat digunakan adalah :
1. Periklanan (advertising)
Iklan adalah sarana promosi yang diguankan oleh perusahaan guna
menginformasikan, menarik, dan memengaruhi calon konsumennya. Penggunaan
promosi dengan iklan dapat dilakukan dengan berbagai media seperti lewat koran,
majalah, televisi, pemasangan billboarddi jalan strategis, dan lain-lain.
2. Promosi penjualan (sales promotion)
Bagi perusahaan promosi penjualan dapat dilakukan melalui :
1) Pemberian harga khusus atau potongan harga (diskon) untuk produk tertentu.
58
2) Pemberian undian kepada setiap pelanggan yang membeli dalam jumlah
tertentu.
3) Pemberian cendera mata serta kenang-kenangan lainnya kepada konsumen
yang loyal.
4) Promosi dan penjualan lainnya.
3. Publisitas (publicity)
Publisitas merupakan kegiatan promosi untuk memancing konsumen
melalui kegiatan seperti pameran, bakti social serta kegiatan lainnya.
4. Penjualan pribadi (personal selling)
Dalam dunia bisnis penjualan pribadi secara umum dilakukan oleh
salesman dan salesgirl.
2) Aspek teknik / operasional dan teknologi
Proses produksi atau proses operasional sama seperti pada saat baru
memulai satu aktivitas langkah awalnya adalah dengan mengatur sumber-sumber
pokok yang terdiri dari bahan-bahan mentah, kebutuhan dan perlengkapan sehari-
hari, serta kekuatan energi karena Allah SWT memulai proyeknya dengan
mengatur dan menyediakan bahan-bahan pokok yang ada di langit dan bumi,
seperti bahan-bahan mentah, kebutuhan-kebutuhan dan fasilitas-fasilitas
perlengkapan. Seperti firman Allah SWT pada surat al-Baqarah ayat 29, yaitu:
جم يعاثم آست وىإ لىآلس ماء فسو هن سبعسموت هوال ذ يخلقلكمم اف ىاأرض
وهوب كلشىءعل يم
Artinya: “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikanNya tujuh langit. Dan
Dia Maha mengetahui segala sesuatu”. (Q.S Al-Baqarah: 29)
59
Dari sumber-sumber itu dapat merasakan adanya suhu panas, pencerahan,
air, cahaya yang berwarna-warni, udara, hiasan (bintang-bintang) dan atap
pelindung dari langit. Mengetahui segala sesuatu tentang aktivitasnya, agar dapat
merealisasikan persiapan-persiapan yang telah ada, maka perusahaan atau
organisasi harus mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan proses
produksi. Allah SWT memberikan perumpamaan yang bagus, setelah mengatur
segala sesuatu dimuka bumi (Hasan, 2011:2-3).
Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan analisis dalam aspek ini
diantaranya adalah penentuan lokasi, penentuan luas produksi, penentuan tata
letak (layout), penyusunan peralatan pabrik, dan proses produksinya termasuk
pemilihan teknologi, metode persediaan, dan system informasi manajemen.
Kelengkapan kajian aspek teknik/operasional sangat tergantung pada jenis usaha
yang dijalankan. Dengan demikian analisis ini dilakukan untuk menilai kesiapan
perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas
produksi dan tata letak (layout)serta kesiapan mesin-mesin dan teknologi, metode
persediaan serta system informasi manajemen yang akan digunakan (Sucipto,
2011: 87).
a. Penentuan lokasi usaha
Untuk memilih lokasi tergantung dari jenis usaha yang akan dijalankan.
Untuk mempertimbangkan lokasi yang dipilih harus disesuaikan dengan
keperluan usaha, misalnya untuk lokasi pabrik, lokasi kantor pusat, lokasi kantor
pamasaran, lokasi gudang, dan lainnya. Sebenarnya terdapat beberapa
60
pertimbangan yang harus diketahui dalam penentuan lokasi, namun pada garis
besarnya terdapat pendekatan sebagai berikut (Sucipto, 2011: 89) :
a) Pendekatan berdasarkan kedekatan dengan bahan baku
Pendekatan penentuan lokasi ini didasarkan kepada bahwa sebaiknya
lokasi perusahaan ditentukan didaerah bahan baku. Dengan demikian biaya
angkut bahan baku dari sumbernya ke pabrik seefisien mungkin.
b) Pendekatan berdasarkan kedekatan dengan daerah pemasaran
Berdasarkan pendekatan ini, maka perusahaan harus ditempatkan di daerah
pemasaran. Pertimbangannya adalah efisiensi pengangkutan hasil produksi dari
pabrik ke daerah pemasaran.
b. Penentuan luas produksi/skala operasi
Skala operasi/luas produksi adalah kuantitas unit produk yang seharusnya
dihasilkan pada satu periode tertentu dalam rangka mencapai optimalisasi profit.
Penentuan skala produksi berkaitan dengan berapa jumlah produksi yang
dihasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas produksi
dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang paling efisien. Skala operasi dapat
dilihat dari segi ekonomis, yaitu yang dilihat adalah berapa jumlah produk yang
dihasilkan dalam waktu tertentu dengan biaya yang paling efisien dan segi teknis
yang dilihat adalah jumlah produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan mesin
dan peralatan serta persyaratan teknis lainnya. Beberapa model/alat untuk
membantu menganalisis penentuan luas produksi antara lain (Sucipto, 2011: 94):
a) Metode Break Event Point (BEP)
Formula : Q = FC
S – VC
61
Keterangan :
Q : Quantity
FC : Fixed Cost
S : Sales
VC : Variabel Cost
b) Metode Marginal Cost (MC) dan Marginal Revenue (MR)
Pada pendekatan ini luas produksi optimal tercapai pada saat margin cost (CM)
sama dengan marginal revenue (MR).
c) Metode Linear Programming
Metode grafik dan metode simplek.
c. Penentuan tata letak (layout)
Tata letak (layout) adalah suatu proses dalam menentukan bentuk dan
penempatan fasilitas yang dapat menentukan efisiensi produksi atau operasi.
Layout dirancang berkenaan dengan produk, proses, sumber daya manusia dan
lokasi sehingga efisien operasi dapat tercapai (Sucipto, 2011: 95).
Desain tata letak juga dapat memperindah ruang, hal ini dapat dilihat
dalam hadist berikut (Hasan, 2011: 90):
بالجما صل ىاهللعليه وسل مإ ن اهللجم يليح مسعودعنالن ب ي عنعبد اهلل بن
Artinya: “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, dan mencintai keindahan” (HR.
Muslim: 1921 dan 1922, Abu Dawud: 3568, Ibn Majah: 58, dan Ahmad: 3600)
d. Pemilihan teknologi
Pemilihan teknologi yang akan digunakan dalam proses produksi baik
barang atau jasa hendaknya disesuaikan dengan kemajuan teknologi yang terus
62
berkembang. Dengan demikian, kemajuan teknologi diharapkan dapat menjadikan
proses produksi akan menjadi lebih efisien yang sekaligus dapat menghasilkan
produktivitas tinggi. Teknologi yang digunakan selayaknya harus disesuaikan
dengan lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan agar teknologi yang digunakan sesuai dengan derajat
mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan (Sucipto,
2011: 101):
a) Kesesuaian teknologi dengan bahan mentah yang digunakan
b) Keberhasilan pemakaian teknologi ditempat lain
c) Kemampuan sumber daya manusia dalam menerapkan/mengoperasikan
teknologi
d) Kemampuan mengantisipasi perkembangan teknologi lanjutan
e) Besarnya biaya investasi serta biaya pemeliharaan
f) Peraturan pemerintah terkait dengan kebijakan ketenagakerjaan
3) Aspek manajemen dan organisasi
Kajian aspek manajemen dalam studi kelayakan bisnis mencakup
manajemen dalam pengembangan fisik proyek dan manajemen sumber daya
manusia. Kajian manajemen sumber daya manusia meliputi struktur organisasi,
analisis pekerjaan, analisis jabatan, proses rekrutmen, teknik pemberian
kompensasi. Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan segala sesuatu secara
terorganisasi dengan rapi (Sucipto, 2011: 119).
Allah berfirman dalam al-Qur’an surat ash-Shaf ayat ke 4:
ال ذ ين ب يانمرصوصإ ن الل هيح كأن همب ن ي قات لونف يسب يل ه صفا
63
Artinya:“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh” (Q.S Ash-Shaf: 4).
اهلل صل ىاهللعليه وسل مقالماأكلأحدطعاماقطعن رض ياهللعنهعنرسول قدام الم
يد نعمل كانيأكلم اهلل داودعليه الس لم يد ه وإ ن نب ي كلم نعمل نأنيأ رام ه خي
Artinya:“Dari al-Miqdam (bin Ma’di Karib) bahwasanya Rasulullah saw.
bersabda: “Tidaklah sama sekali seseorang dari kalian memakan
makanan yang lebih baik daripada ia memakan hasil kerjanya sendiri.
Dan sungguh Nabi Dawud as. makan dari hasil kerja tangan
sendiri”(HR. Bukhari: 1930, Ibn Majah: 2129 dan Ahmad: 16552,
16560).
Islam sangat mendorong orang-orang mukmin untuk bekerja keras, karena
pada hakikatnya kehidupan dunia ini merupakan kesempatan yang tidak akan
pernah terulang untuk berbuat kebajikan atau sesuatu yang bermanfaat bagi orang
lain. Ini sekaligus untuk menguji orang-orang mukmin, siapakah diantara meraka
yang paling baik dan tekun dalam bekerja (Munir, 2007:105-106).
Dalam penyusunan studi kelayakan diperlukan perencanaan yang meliputi
pembentukan tim kerja, permbagian kerja, pembuatan rencana kerja, penyusunan
anggaran, dan penyusunan jadwal (Scheduling) (Subagyo, 2007: 154).
a. Pemebentukan tim kerja
Sebelum kegiatan studi kelayakan dilakukan, langkah awal yang terlebih
dahulu harus dilakukan adalah membentuk tim manajemen yang solid. Untuk
menyusun studi kelayakan yang baik, tim biasanya terdiri atas beberapa orang
yang ahli di bidangnya masing-masing. Jumlah tim disesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan anggota yang ada. Idealnya, masing-masing aspek dibahas dan
dianalisis oleh orang-orang expert. Sebagai contoh, pembahasan serta analisis
pasar dan pemasaran dikerjakan oleh ahli marketing yaitu orang yang mempunyai
64
latar belakang pendidikan marketing dan berpengalaman di bidangnya. Aspek
produksi disusun oleh orang berpengalaman di bidang produksi sesuai dengan
objek studi yang akan dikerjakan. Jika objek studi adalah
konvenksi/garmen/tekstil, orang yang mempunyai pengalaman sebagai manajer
produksi sangat diperlukan untuk mempertajam analisis proses produksi beserta
factor-faktornya. Aspek legal memerlukan ahli hokum afar ketentuan dan
peraturan serta perundang-undangan depat diakomodasikan dalam bisnis/proyek
yang akan dijalankan. Aspek keuangan, yang merupakan penialaian final dari
studi kelayakan untuk menentukan apakah proyek/bisnis yang akan dijalankan
menguntungkan atau tidak, memerlukan orang yang mengetahui proses dan
system akuntansi serta Analisis Laporan Keuangan (ALK).
b. Pembagian kerja
Tim kerja yang sudah terbentuk terbagi menjadi dua orang tim, yaitu (1)
tim pengarah dan (2) tim pelaksana. Tim pengarah merupakan pemilik ide
(gagasan), bias dalam bentuk perorangna ataupun kelompok (perusahaan). Untuk
perusahaan konsultan, tim pengarah ini merupakan konsultan senior yang
berpengalaman, mereka bekerja untuk menyiapkan studi kelayakan itu sendiri,
yang meluputi:
a) Menyiapkan desain studi kelayakan, yang terdiri atas tim ahli atau senior
konsultan.
b) Merekomendasikan anggota tim, yamg akan bergabung dalam tim
pelaksana.
65
c) Menghubungkan (mediasi) antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam
studi kelayakan. Tim pelaksana, yang ditarik tim pengarah, bertugas
melaksanakan desain studi kelayakan sebagaimana yang telah
direkomendasikan tim pengarah.
c. Pembuatan rencana kerja
Rencana kerja (action plan) dibuat bersama-sama antara tim pengarah dan
tim pelaksana untuk mendapatkan sinergi yang tinggi. Rencana kerja meliputi:
a) Sistematika studi kelayakan
b) Pengumpulan data
c) Pengolahan data
d) Penyusunan laporan
d. Penyusunan anggaran
Untuk menyusun studi kelayakan diperlukan anggaran dalam jumlah
tertentu. Penyusunan anggaran disesuaikan dengan besar kecilnya objek studi
kelayakan. Dana yang dibutuhkan dalam studi kelayakan, antara lian:
a) Kantor sekertariat
b) Peralatan kantor (office equipment) di antaranya meja, kursi, lemari arsip,
dan sebagainya.
c) Computer yang layak pakai, minimal Pentium 3, beserta printernya.
d) Perlengkapan kantor, misalnya kertas HVS, pulpen, penggaris, dan
sebagainya.
e) Kendaraan operasional (motor/mobil).
f) Biaya riset dan perolehan data, baik dari sumber primer maupun sekunder.
66
e. Penyusunan jadwal
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembuatan studi kelayakan, langkah
terakhir yang perlu dilakukan adalah membuat jadwal, beberapa bagian yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan jadwal adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan yang akan dilaksanakan, dengan skala prioritas.
b) Pelaksanaan dan penanggung jawab kegiatan.
c) Biaya yang dibutuhkan.
d) Target.
e) Waktu pelaksanaan.
f) Realisasi (kolom pengendalian) (Subagyo, 2007: 154).
4) Aspek keuangna
Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai
keuangna perusahaan secara menyeluruh dan merupakan salah satu aspek yang
sangat penting untuk dinilai kelayakannya. Dalam praktiknya pembiayaan suatu
usaha bersumber dari sumber dimana yang diperoleh secara gabungan antara
modal sendiri dengan midal pinjaman. Apalagi untuk usaha baru tidak mungkin
memperoleh modal secara pinjaman sepenuhnya, karena belum adanya
kepercayaan dari pihak investor maupun kreditor. Yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan perolehan modal adalah masa pengembalian modal dalam
jangka waktu tertentu. Tingkat pengembalian ini tergantung dari perjanjian dan
estimasi keuntungan yang akan diperoleh pada masa yang akan datang. Estimasi
keuntungan diperoleh dari selisih pendapatan dengan biaya dalam satu periode
tertentu. Besar kecilnya keuntungan sangat berperan dalam pengembalian dana
67
suatu usaha. Oleh karena itu perlu dibuatkan estimasi pendapatan dan biaya
sebelum usaha dijalankan.
Dalam membuat estimasi pendapatan yang akan diperoleh dimasa yang
akan datang perlu dilakukan perhitungan secara cermat dengan membandingkan
data dan informasi yang ada sebelumnya. Begitu juga dengan estimasi biaya-biaya
yang akan dikeluarkan perlu diperhitungkan secara rinci. Semua ini tentunya
menggunakan asumsi-asumsi tertentu yang akhirnya akan dituangkan dalam aliran
kas (cash flow) perusahaan selama periode usaha.
Dengan dibuatnya aliran kas perusahaan, kemudian dinilai kelayakan
investasi tersebut, melalui kriteria kelayakan investasi. Tujuannya adalah untuk
menilai apakah investasi tersebut layak atau tidak dijalankan dilihat dari aspek
keuangan. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan
kriteria investasi dapat dilakuakan melalui pendekatan Payback Period (PP),
Average Rate of Return (ARR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), dan Profitability Index (PI) (Sucipto, 2011: 167-168).
Salah satu hikmah pelarangan riba, serta pengenaan zakat 2,5% terhadap
uang (walau tidak diperdagangkan) adalah untuk mendorong aktifitas ekonomi,
perputaran dana sekaligus mengurangi spekulasi dan penimbunan. Hal ini
merupakan kebalikan dari sistem konvensional yang memberikan bunga atas
harta,islam malah menjadikan harta (capital) sebagai objek zakat. Artinya,
sebagai obyek zakat harta tersebut harus terus dikembangkan sehingga tidak
berkurang hanya untuk membayar zakat. Berbeda dengan system konvensional
yang menjadikan setiap harta yang disimpan sebagai sarana untuk menambah
68
jumlah uang, terlepas dari dikembangkan dalam sector produktif atau tidak, atau
dikembangkan dalam sector produktif namun terlepas dari produk riilnya (Munir,
2007: 63). Allah swt. berfirman:
نزكاةتر يد فلي رب واع نداهلل وماآت يتمم الن اس ونوجهاهلل وماآت يتمم نر بال ي رب واف يأموال
فأولئ كهمالمضع فون
Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya)”. (QS. Ar-Ruum’: 39)
Islam melarang konsumsi yang berlebihan dan penimbunan kekayaan,
karenanya dana perlu diorganisasi dengan cara yang baik agar terus berkembang
dan berkelanjutan. Aset tidak boleh habis dikonsumsi tetapi harus ditabung atau
diinvestasikan. Jika asset terjaul tanpa diinvestasikan maka tidak akan mendapat
keberkahan, sebaliknya jika diinvestasikan yang lebih baik maka yang akan diberi
keberkahan dalam usahanya.
Dalam ilmu ekonomi konvensional, salah satu factor yang mempengaruhi
investasi adalah suku bunga. Keputusan untuk investasi tergantung dari
perbandingan antara keuntungan yang diharapkan dengan bunga. Dalam ekonomi
islam, investasi tidak dipengaruhi oleh tingkat bunga, tetapi meningkatnya
keuntungan yang diharapkan dan tingkat zakat atas dana yang tidak produktif.
Menurut pandangan sejumlah tokoh agama, seorang muslim yang
menginvestasikan tabungannya tidak akan terkena zakat, mereka hanya
berkewajiban membayar zakat atas hasil yang diperoleh dari investasinya.
Sebaliknya, jika memegang harta kekayaan dalam bentuk cash atau memegang
69
tabungan dalam bentuk asset tidak produktif semisal deposito, pinjaman, permata
yang melebihi nisab maka akan dikenakan zakat. Oleh karenanya penabung
muslim akan terdorong mengarahkan tabungannya untuk investasi (Diana,
2012:117-118).
نمالومازاداهلل هلل صل ىاهللعليه وسل مقالمان قصتصدقةم عنأب يهري رةعنرسول
ع زاومات واضعأحدل له إ ل رف عههلل عبداب عفوإ ل
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“sedekah itu tidak pernah mengurangi harta seseorang, dan Allah tidak
akan menambahkan kepada orang yang suka memaafkan melainkan
kemuliaan, dan tidaklah seseorang yang merendahkan diri kepada Allah
swt. melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (Muslim: 4689,
Tirmidzi: 1952, Ahmad: 6908, 8647, 9268, Malik: 1590, dan Darimi:
1614).
Hadis di atas Rasulullah saw. menerangkan bahwa harta yang
disedekahkan itu tidak akan mengurangi harta, bahkan menambah. Secara
lahiriyah dipandang selintas, sedekah memang mengurangi harta yang dimiliki
seseorang, tetapi karena bersedekah itu merupakan manifestasi keimanan
seseorang, juga bersedekah merupakan amal ketaatan yang diberi pahala,
disamping mempunyai jangkauan pengaruh sosial maupun psikologis, maka pada
hakekatnya sedekah itu tidak mengurangi harta yang dimiliki seseorang bahkan
menambahnya (Munir, 2007: 87-88).
1) Payback Period (PP)
Metode pengukuran Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian
terhadap jangka waktu pengembalian investasi usaha peternak masyarakat Pujon
dengan mengukur seberapa cepat suatu investasi kembali. Terdapat dua macam
70
model perhitungan yang dapat digunakan untuk menghitung masa pengembalian
investasi, yaitu (Sucipto, 2011: 176) :
a. Jika aliran kas per tahun jumlahnya sama
PP = total investmentX 1 tahun
Cash flow/tahun
b. Jika aliran kas tidak sama maka harus dicari satu persatu yakni :
PP = n + a – b X 1 tahun
c – b
Keterangan :
n = tahun terakhir dimana jumlah cash flow masih belum bisa menutup
original investment.
a = jumlah original invesment
b = jumlah kumulatif cash flow pada tahun ke n
c = jumlah kumulatif cash flow pada tahun ke n + 1
2) Average Rate of Return (ARR)
Metode Average Rate of Return (ARR) adalah metode yang mengukur
seberapa besar tingkat keuntungan rata-rata yang diperoleh dari suatu investasi
dengan cara membandingkan laba setelah pajak (EAT) terhadap investasinya
(Sucipto, 2011: 175).
ARR = Average Earning After TaxX 100%
Average Invesment
Apabila hasil perbandingan prosentase ARR >return yang disyaratkan
maka usulan proyek investasi tersebut dinyatakan layak (diterima), sebaliknya jika
ARR <return yang disyaratkan maka usulan proyek investasi tersebut dinyatakan
tidak layak (Sucipto, 2011: 176).
3) Net Present Value (NPV)
71
Metode Net Present Value adalah metode yang menghitung selisih antara
nilai sekarang investasi (capital outlays) dengan nilai sekarang penerimaan-
penerimaan kas bersih (present value of proceed) baik dari operational cash flow
maupun dari terminal cash flow pada masa yang akan datang (selama umur
investasi). Keputusan tentang apakah suatu usulan proyek investasi diterima atau
ditolak ditentukan oleh NPV-nya. Jika nilai sekarang menerima kas bersih lebih
besar dari pada nilai sekarang investasi, atau bisa disebut nilai NPV positif, maka
usulan proyek investasi tersebut dinyatakan layak (Sucipto, 2011: 177).
n
NPV = -A0 ∑ At
t=0 (1 – r)t
Keterangan :
-A0 = aliran kas keluar (initial investment)
At = aliran kas masuk pada periode t
N = periode terakhir aliran kas yang diharapkan
4) Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang menjadikan NPV sama
dengan nol, karena present value dari cash flow pada tingkat bunga tersebut sama
dengan internal investasinya. Untuk menentukan suatu usulan proyek investasi
dianggap layak atau tidak, dengan cara membandingkan antara IRR dengan
tingkat keuntungan yang diharapkan/disyaratkan (expected rate of return).
Perhitungan IRR dilakukan dengan cara mencari discount rate yang dapat
menyamakan antara present value dari aliran kas dengan present value dari
investasi (initial investment). Secara matematis tingkat discount rate yang
72
dinyatakan sebagai r, dapat diformulasikan sebagai berikut (Sucipto, 2011: 179-
180):
n
A0 = ∑ At
t=0(1 – r)t
Keterangan :
A0 = aliran kas keluar (initial investment)
At = aliran kas masuk pada periode t
Simbol ∑ = aliran kas yang didiskon pada akhir tahun 0 sampai tahun ke-t
5) Profitability Index (PI)
Metode Profitability Index adalah metode yang menghitung perbandingan
antara nilai sekarang penerima kas bersih dimasa yang akan datang (selama umur
investasi) dengan nilai sekarang investasi (initial investment). Rumus PI (Sucipto,
2011: 181) :
Keterangan :
CF = cash flow
I = required rate of return
I = initial investment
2.2.2 Peternakan Susu Sapi Perah
2.2.2.1. Peternakan Sapi Perah
Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi prinsip sebagai
penghasil susu. Diantara ternak perah, sapi perah merupakan penghasil susu yang
73
sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya
dalam memenuhi kebutuhan konsumsi bagi manusia (Makin, 2011: 1).
Usaha peternakan sapi perah adalah salah satu usaha yang sangat
menjanjikan dan peluangnya masih terbuka secara luas. Dukungan pemerintah
untuk mencerdaskan bangsa yaitu dengan adanya gerakan minum susu secara
nasional yang telah mulai dijalankan di beberapa daerah, turut menunjang usha
peternakan sapi perah sebagai salah satu usaha yang perlu dikembangkan.
Mengingat besarnya potensi yang dimiliki Indonesia untuk pengembangan usaha
sapi perah (Nurdin, 2011: 1).
Peternakan susu adalah salah satu jenis usaha di bidang peternakan yang
mengusahakan produksi susu, biasanya dari sapi susu, namun juga bisa bersumber
dari hewan lain seperti kambing, domba, unta, dan kerbau yang bisa langsung
diolah di tempat, dikirimkan ke pabrik pengolahan susu, atau dijual secara
langsung ke masyarakat. Kebanyakan peternakan susu sapi menjual sapi jantan
yang baru lahir, biasanya untuk dipelihara yang kemudian dipotong sebagai
daging sapi muda (veal) atau sebagai sumber benih sapi susu. Kebanyakan
peternakan susu juga menumbuhkan atau mencari bahan pakan mereka sendiri,
terutama rumput dan daun dan batang jagung. Bahan pakan ini bisa diberikan
secara langsung ke sapi atau disimpan dan difermentasikan sebagai silase untuk
diberikan kemudian.
Peternakan susu telah menjadi bagian dari pertanian sejak ribuan tahun
yang lalu, awalnya muncul sebagai usaha pemeliharaan skala kecil dan tersebar di
berbagai tempat. Dalam perkembangannya selama ratusan tahun, peternakan yang
74
dikhususkan untuk memproduksi susu mulai bermunculan. Peternakan susu skala
besar ketika itu hanya dikembangkan ketika ada permintaan susu dalam jumlah
besar atau jika susu bisa diolah menjadi produk yang lebih tahan lama, seperti
keju, mentega, krim, dan sebagainya. Peternakan susu tersentralisasi berkembang
di sekitar desa dan pinggir kota di mana tumbuh bahan pakan sapi dan ruang
untuk menggembalakan sapi. Petani bisa memelihara sapi dalam skala kecil untuk
diperah susunya sebagai konsumsi keluarga sendiri, penghasil pupuk kandang,
dan sumber tenaga penggerak. Kebanyakan peternak melakukan pemerahan susu
di dalam ruangan dua kali sehari, di dalam kandang. Pemberian pakan dapat
dilakukan ketika pemerahan. Penggembalaan sapi saat ini sulit ditemukan, kecuali
di daerah pedesaan di mana masih terdapat padang rumput atau wilayah alam
terbuka luas (https://id.wikipedia.org).
2.2.2.2. Susu Sapi Perah
Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar susu merupakan
makanan sumber utama protein, kalsium, fosfor, dan vitamin. Kuantitas dan
kualitas susu berbeda antar spesies dan bangsa. Demikian juga antarbangsa dalam
spesies yang sama mempunyai karekteristik masing-masing, baik dalam besar dan
postur, tubuh, warna bulu, sifat produksi, reproduksi dan ciri-ciri lainnya,
sehingga nampak jelas perbedaannya (Makin, 2011: 1).
Sapi susu atau sapi perah adalah sapi yang dikembangbiakan secara
khusus karena kemampuannya dalam menghasilkan susu dalam jumlah besar.
Sapi susu adalah varietas dari spesies Bos taurus. Dalam sejarahnya, sapi
penghasil susu dan sapi pedaging tidak memiliki perbedaan mencolok, dengan
75
induk yang sama dapat digunakan untuk menghasilkan sapi yang menghasilkan
susu (sapi betina) maupun daging (umumnya sapi jantan). Saat ini, pengembang
biakan sapi lebih terspesialisasi dengan seleksi buatan untuk mendapatkan sapi
varietas khusus yang mampu menghasilkan susu dalam jumlah besar.
Sapi susu dapat digembalakan oleh petani maupun dipelihara di dalam
kandang secara komersial, dalam usaha peternakan susu. Ukuran peternakan dan
jumlah sapi susu dapat bervariasi tergantung luas kepemilikan lahan dan struktur
sosial. Di Selandia Baru, jumlah kepemilikan sapi susu rata-rata 375 ekor per
peternak. Di Australia, jumlah kepemilikan sapi susu rata-rata adalah 220 ekor per
peternak. Di Inggris, terdapat dua juta ekor sapi susu dengan rata-rata kepemilikan
100 ekor. Di Amerika Serikat, jumlah kepemilikan sapi bervariasi antara selusin
hingga 15000 ekor. Sedangkan di Indonesia, kepemilikan sapi susu rata-rata
hanya 4 ekor per peternak.
Mempertahankan periode laktasi, sapi susu harus beranak. Tergantung
kondisi pasar, sapi susu dapat dikawinkan dengan pejantan dari ras yang sama
dengan sapi susu dengan harapan untuk mendapatkan betina penghasil susu, atau
dengan pejantan sapi pedaging. Jika didapatkan sapi betina penghasil susu yang
produktif, dapat dipertahankan untuk dijadikan generasi pengganti sapi susu yang
telah tua. Jika didapatkan sapi betina non-produktif atau sapi jantan, maka dapat
dijadikan sapi pedaging. Peternak dapat memilih untuk membesarkannya sendiri,
atau dijual ke penggemukan sapi. Sapi muda juga dapat disembelih untuk
mendapatkan daging sapi muda. Peternak sapi susu umumnya mulai melakukan
inseminasi buatan pada sapi betina di usia 13 bulan dengan masa kehamilan
76
sekitar sembilan bulan. Anak sapi yang baru lahir dipisahkan segera dari
induknya, umumnya setelah tiga hari karena hubungan antara anak sapi dan
induknya dapat bertambah intens seiring dengan berjalannya waktu sehingga
pemisahaannya dapat menyebabkan stress bagi induk sapi.
Sapi dapat hidup hingga usia 20 tahun, namun sapi yang dibesarkan untuk
diperah jarang sekali dipertahankan hingga usia tersebut, karena ketika sapi perah
tidak produktif, akan disembelih. Pada tahun 2009, setidaknya 19% stok daging
yang disuplai oleh Amerika Serikat berasal dari sapi susu yang tidak produktif.
Selain karena tidak lagi produktif, sapi susu yang sudah tua rentan terhadap
penyakit seperti mastitis yang dapat mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan.
Di India dan Nepal, masyarakat penganut agama Hindu memuja sapi
sehingga menyembelihnya dapat dikategorikan sebagai sebuah dosa.
Penyembelihan sapi dilarang di sebagian besar India dan menjadi masalah yang
dipertentangkan di wilayah yang diizinkan. Sapi susu yang tidak produktif dapat
terlihat berkeliaran di jalanan kota dan dibiarkan begitu saja karena mereka akan
meninggal karena sakit atau usia lanjut. Beberapa organisasi hindu membangun
rumah singgah khusus sapi yang disebut dengan Goshala untuk tempat
peristirahatan terakhir.
Nutrisi berperan penting dalam menjaga kesehatan sapi. Pemberian nutrisi
yang tepat dapat meningkatkan produksi dan performa reproduksi sapi. Nutrisi
yang dibutuhkan dapat berbeda-beda tergantung pada usia dan tahap pertumbuhan
sapi. Hijauan, terutama rerumputan dan jerami merupakan jenis pakan yang paling
banyak digunakan. Serealia seperti barley banyak digunakan sebagai pakan
77
tambahan di berbagai negara beriklim sedang karena merupakan sumber protein,
energi, dan serat yang baik.
Pemenuhan kadar lemak pada tumbuh sapi penting dalam menjaga
produktivitas susu. Sapi yang terlalu gemuk atau terlalu kurus dapat menimbulkan
masalah pada kesehatannya maupun sistem reproduksinya. Pemberian suplemen
lemak diketahui dapat menguntungkan masa laktasi sapi. Suplemen lemak yang
dimaksud terutama asam oleat yang ditemukan pada minyak kanola, asam
palmitat yang ditemukan pada minyak sawit, dan asam linoleat yang ditemukan
pada biji kapas, bunga matahari, dan kedelai. Pemberian suplemen lemak yang
tepat juga dapat meningkatkan usia harapan hidup sapi.
Pemanfaatan produk samping suatu usaha budi daya tanaman merupakan
salah satu cara dalam mengurangi biaya pemberian pakan. Namun jenis pakan
yang diberikan tidak bisa sembarangan karena dapat menyebabkan penyakit.
Daun jagung, daun kedelai, dan daun singkong dapat dijadikan pakan tambahan
bagi sapi, di mana kesemuanya merupakan produk samping pembudidayaan
tanaman pertanian. Daun singkong memiliki kandungan protein kasar sebanyak
28.66 persen, lebih tinggi dibandingkan kadar protein rumput gajah yang hanya
13.13 persen (https://id.wikipedia.org).
78
2.3 Kerangka Berfikir
Produksi susu nasional yang selalu mengalami penurunan tiap tahunnya.
Kosumsi susu harus dapat dipenuhi oleh produksi susu nasional, agar Negara
tidak melakukan impor susu.
Pengolahan susu sapi murni Koperasi Susu SAE di Kecamatan Pujon Kabupaten
Malang
Analisis kelayakan usaha
Aspek pasar dan pemasaran
Aspek teknis/operasi dan
teknologis
Aspek manajemen dan
organisasi
Aspek keuangan
Layak Tidak Layak
Saran dan rekomendasi dalam
pengembangan usaha
79
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif ditujukan pada
pembentukan teori substantive berdasarkan konsep-konsep yang timbul dari data
empiris. Dalam penelitian kualitatif peneliti merasa “ tidak tahu mengenai apa-apa
yang hendak diketahuinya”, sehingga desain penelitian yang dikembangkan selalu
merupakan kemungkinan yang terbuka akan berbagai perubahan yang diperlukan
dan lentur terhadap kondisi yang ada di lapangan pengamatannya (Suryani dkk.,
2015: 111). Dalam konteks ilmu ekonomi, penelitian kualitatif ekonomi menunjuk
pada penyelidikan tentang kehidupan ekonomi (masyarakat, persahaan, Negara,
dan lain sebagainya), sejarah perkembangan maupun kemunduran ekonomi,
berbagai tindakan seseorang pelaku ekonomi atapun kebijakan entitas bisnis
(Leksono, 2013: 19).
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah deskripif, penelitian jenis
ini dilakukan pada taraf atau kadar kajian dan analisis semata-mata ingin
mengungkapkan suatu gejala atau pertanda dan keadaan sebagaimana
adanya.Penelitian deskriptif secara garis besar merupakan kegiatan penelitian
yang hendak membuat gambaran atau mencoba mencandra suatu peristiwa atau
gejala secara sistematis, factual dengan penyusunan yang akurat (Supardi, 2005:
27-28). Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
80
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga
menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi (Narbuko dkk., 2012: 44).
3.2 Objek Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.
Kecamatan Pujon merupakan kecamatan penghasil susu murni, karena di daerah
Kecamatan Pujon keadaan alam yang ada di daerahnya sangat mendukung untuk
pengembangan usaha ternak. Selain lahannya yang luas dengan rerumputan, iklim
dinginnya juga sangat mendukung untuk keberlangsungan hidup sapi perah. Di
Kecamatan Pujon terdapat Koperasi yang bertugas mengelola peternakan susu
sapi yaitu Koperasi Susu SAE. Koperasi Susu SAE sangat berperan terhadap hasil
ternak susu sapi di Kecamatan Pujon, sehingga objek penelitian ini adalah
Koperasi Susu SAE di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.
3.3 Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat variable penelitian
melekat (Arikunto, 2005: 99). Subyek penelitian ini adalah :
1) Bpk. Samsu Madyan sebagai Ketua Bagian Personalia dan Ibu Sumaiya
sebagai Koordinator Akuntansi.
2) Bpk. Karyono bagian laboratorium.
3) Peternak di Kabupaten Pujon yang terdir dari :
a. Dua orang peternak, dan,
b. Satu orang ketua kelompok.
81
3.4 Data dan Jenis Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lofland, 1984
dalam Moleong, 2013: 157). Data menurut cara memperolehnya, yaitu (Suryani
dan Hendryadi, 2015: 171) :
1. Data primer, adalah data yang dikumpulkan dan dioleh sendiri oleh suatu
organisasi atau perorangan langsung dari obyeknya. Data primer diperoleh
peneliti dari wawancara langsung kepada manajer Koperasi Susu SAE. Serta
melakukan observasi langsung dan dokumentasi langsung di Koperasi Susu
SAE Kecamatan Pujon. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah :
1) Kondisi pesaing yang potensial mempengaruhi penjualan dan harga susu
sapi murni.
2) Segmentasi pasar yang dipilih oleh koperasi.
3) Factor-faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan produksi.
4) Penentuan harga yang dapat bersaing.
5) Saluran distribusi penjualan hasil susu sapi murni.
6) Media yang digunakan dalam promosi.
7) Melihat factor-faktor yang mempengaruhi dalam penentuan lokasi usaha
dan pemilihan teknologi.
8) Proses produksi.
9) Perkembangan produksi peternak masyarakat Pujon.
82
Berdasarkan pemaparan di atas, maka data primer yang dibutuhkan dalam
penelitian diperoleh dari :
1) Manajer Koperasi Susu SAE
2) Bagian Laboratorium
3) Peternak di Kabupaten Pujon yang terdir dari :
c. Dua orang peternak dan,
d. Satu orang ketua kelompok.
2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi,
sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk
publikasi. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi Koperasi Susu SAE.
Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
1) Struktur Organisasi Koperasi Susu SAE
2) Job Description Koperasi Susu SAE
3) Laporan Laba Rugi Koperasi Susu SAE
4) Laporan Arus Kas Koperasi Susu SAE
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini akan menggunakan beberapa metode pengumpulan data,
yaitu metode wawancara, metode observasi, dan metode dokumentasi.
1. Metode Wawancara
Wawan cara (interview) adalah tanya jawab atau pertemuan dengan
seseorang untuk suatu pembicaraan. Metode wawancara dalam kontek ini berarti
proses memperoleh suatu fakta atau data dengan melakukan komunikasi langsung
(tanya jawab secara lisan) dengan responden penelitian, baik secara temu wicara
83
atau menggunakan teknologi komunikasi (jarak jauh). Dalam wawancara ini ada
dua belah pihak yang berinteraksi yaitu yang bertanya disebut dengan interviewer
(pewawancara) dan interviwee (yang diwawancarai atau dalam penelitian disebut
dengan responden).
Pada metode wawancara ini peneliti menggali dan mengumpulkan data
penelitian melakukan pertanyaan dan atau pernyataan secara lisan untuk dijawab
oleh responden (subyek) penelitian. Peneliti mencatat apa yang dijawab oleh
responden penelitian sebagai data penelitian yang dapat dihimpun atau diperoleh
dalam kegiatan pengumpul data. Pencatatan hasil wawancara harus dilakukan
secara sempurna agar kualitas hasil penelitian menjadi kenyataan, mengingat data
yang diperoleh hanya dalam bentuk catatan atau berita acara yang disusun oleh
peneliti sendiri (Supardi, 2005: 121-122).
2. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan, perhatian atau pengawasan. Metode
pengumpulan data dengan observasi artinya mengumpulkan data atau menjaring
data dengan melakukan pengamatan terhadap subyek dan atau obyek penelitian
secara seksama (cermat dan teliti) dan sistematis. Peneliti melakukan pencatatan
secara seksama dan sistematis terhadap apa dan bagaimana serta pertanyaan-
pertanyaan yang lainnya yang dilihat, didengar maupun dirasakan terhadap
subyek/obyek yang diamati tersebut (Supardi, 2005: 136).
3. Metode Dokumentasi
Penjaringan data dengan metode ini, adalah peneliti mencari dan
mendapatkan data-data primer dengan melalui data-data dari prasasti-prasasti,
84
naskah-naskah kearsipan (baik dalam bentuk barang cetakan maupun rekaman),
data gambar/foto/blue print dan lain sebagainya. Adanya data tersbut, maka
peneliti akan dapat memecahkan masalah penelitian sekaligus usaha membuktikan
hipotesis penelitian (Supardi, 2005: 138).
3.6 Analisis Data
Aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknik/operasional dan teknologi, aspek manajemen dan
organisasi, aspek keuangan.
1. Aspek pasar dan pemasaran
Kajian aspek pasar dan pemasaran delakukan secara deskriptif dengan
metode statistic yaitu dengan analisis Trend, Regresi, model lian yang sesuai, dan
strategi pemasaran yang digunakan (Sucipto, 2011: 19). Kajian aspek pasar adalah
untuk melihat apakah terdapat potensi pasar dan peluang pasar atas produk/jasa
yang akan diluncurkan di masa yang akan datang. Aspek pasar dapat di katakana
layak apabila Koperasi susu sapi murni di Kecamatan Pujon mempunyai potensi
dan peluang pasar yang menguntungkan terhadap produk yang akan diluncurkan.
Sedangkan kajian aspek pemasaran berkaitan dengan bagaimana
penerapan strategi pemasaran dalam rangka meraih sebagain pasar potensial atau
peluang pasar yang ada. Dengan kata lain seberapa besar market share (pangsa
pasar) yang ditentukan dapat diraih sangat bergantung pada penerapan strategi
pemasaran yang dipilih (Sucipto, 2011: 47). Aspek pemasaran dapat dikatakan
layak apabila strategi pemasaran Koperasi Susu SAE dapat meraih sebagian besar
pangsa pasar yang telah ditentukan.
85
2. Aspek teknik/operasional dan teknologi
Analisis data yang dilakukan untuk aspek ini adalah judgement yang
terdiri dari analisis biaya, layout, metode transportasi dan model lain yang sesuai
(Sucipto, 2011: 19). Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan analisis dalam
aspek ini diantaranya adalah penentuan lokasi, penentuan luas produksi,
penentuan tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses
produksinya termasuk pemilihan teknologi, metode persediaan, dan system
informasi manajemen. Kelengkapan kajian aspek teknik/operasional sangat
tergantung pada jenis usaha yang dijalankan (Sucipto, 2011: 87). Aspek
teknik/operasional dan teknologi dikatakan layak apabila semua kelengkapan
produksi memudahkan perusahaan untuk melakukan proses produksi, maupun
dalam proses pemasarannya.
3. Aspek manajemen dan organisasi
Teknik analisis data untuk aspek manajemen dan organisasi adalah
dilakukan secara judgementyang meliputi jenis pekerjaan, urutan-urutan
pengerjaan, lama waktu dan biaya masing-masing pekerjaan, analisis jabatan,
struktur organisasi, dan model lain yang sesuai (Sucipto, 2011: 19).
Kajian manajemen sumber daya manusia meliputi job analisis/analisis
pekerjaan, perencanaan, rekrutmen, seleksi, kompensasi, pelatihan,
pengembangan karier, dan pemutusan hubungan kerja. Kajian organisasi untuk
melakukan analisis tentang asas-asas organisasi, bentuk organisasi, dan struktur
organisasi (Sucipto, 2011: 146). Aspek manajemen dan organisasi dikatakan layak
86
apabila sumber daya manusia yang ada sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan
organisasi perusahaan dapat dijalankan dengan baik.
4. Aspek keuangan
Analisis data untuk aspek keuangan dengan cara judgement yang terdiri
dari analisis sumber dan penggunaan dana, penentuan kebutuhan dana, penentuan
biaya modal, kriteria penilaian investasi (Sucipto, 2011: 19).
Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria
investasi dapat dilakukan melalui perndekatan Payback Period (PP), Average
Rate of Return (ARR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
dan Profitability Index (PI) (Sucipto, 2011: 168).
1) Payback Period (PP)
Metode pengukuran Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian
terhadap jangka waktu pengembalian investasi usaha peternak masyarakat Pujon
dengan mengukur seberapa cepat suatu investasi kembali. Terdapat dua macam
model perhitungan yang dapat digunakan untuk menghitung masa pengembalian
investasi, yaitu (Sucipto, 2011: 176) :
c. Jika aliran kas per tahun jumlahnya sama
PP = total investmentX 1 tahun
Cash flow/tahun
d. Jika aliran kas tidak sama maka harus dicari satu persatu yakni :
PP = n + a – b X 1 tahun
c – b
Keterangan :
n = tahun terakhir dimana jumlah cash flow masih belum bisa menutup
original investment.
87
a = jumlah original invesment
b = jumlah kumulatif cash flow pada tahun ke n
c = jumlah kumulatif cash flow pada tahun ke n + 1
2) Average Rate of Return (ARR)
Metode Average Rate of Return (ARR) adalah metode yang mengukur
seberapa besar tingkat keuntungan rata-rata yang diperoleh dari suatu investasi
dengan cara membandingkan laba setelah pajak (EAT) terhadap investasinya
(Sucipto, 2011: 175).
ARR = Average Earning After TaxX 100%
Average Invesment
Apabila hasil perbandingan prosentase ARR >return yang disyaratkan
maka usulan proyek investasi tersebut dinyatakan layak (diterima), sebaliknya jika
ARR <return yang disyaratkan maka usulan proyek investasi tersebut dinyatakan
tidak layak (Sucipto, 2011: 176).
3) Net Present Value (NPV)
Metode Net Present Value adalah metode yang menghitung selisih antara
nilai sekarang investasi (capital outlays) dengan nilai sekarang penerimaan-
penerimaan kas bersih (present value of proceed) baik dari operational cash flow
maupun dari terminal cash flow pada masa yang akan datang (selama umur
investasi). Keputusan tentang apakah suatu usulan proyek investasi diterima atau
ditolak ditentukan oleh NPV-nya. Jika nilai sekarang menerima kas bersih lebih
besar dari pada nilai sekarang investasi, atau bisa disebut nilai NPV positif, maka
usulan proyek investasi tersebut dinyatakan layak (Sucipto, 2011: 177).
88
n
NPV = -A0 ∑ At
t=0 (1 – r)t
Keterangan :
-A0 = aliran kas keluar (initial investment)
At = aliran kas masuk pada periode t
N = periode terakhir aliran kas yang diharapkan
4) Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang menjadikan NPV sama
dengan nol, karena present value dari cash flow pada tingkat bunga tersebut sama
dengan internal investasinya. Untuk menentukan suatu usulan proyek investasi
dianggap layak atau tidak, dengan cara membandingkan antara IRR dengan
tingkat keuntungan yang diharapkan/disyaratkan (expected rate of return).
Perhitungan IRR dilakukan dengan cara mencari discount rate yang dapat
menyamakan antara present value dari aliran kas dengan present value dari
investasi (initial investment). Secara matematis tingkat discount rate yang
dinyatakan sebagai r, dapat diformulasikan sebagai berikut (Sucipto, 2011: 179-
180):
n
A0 = ∑ At
t=0(1 – r)t
Keterangan :
A0 = aliran kas keluar (initial investment)
At = aliran kas masuk pada periode t
Simbol ∑ = aliran kas yang didiskon pada akhir tahun 0 sampai tahun ke-t
5) Profitability Index (PI)
89
Metode Profitability Index adalah metode yang menghitung perbandingan
antara nilai sekarang penerima kas bersih dimasa yang akan datang (selama umur
investasi) dengan nilai sekarang investasi (initial investment). Rumus PI (Sucipto,
2011: 181) :
Keterangan :
CF = cash flow
I = required rate of return
I = initial investment
90
BAB IV
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Paparan Data Hasil Penelitian
4.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian
Kecamatan Pujon merupakan salah satu dari 33 Kecamatan yang ada di
Kabupatan Malang. Wilayah Kecamatan Pujon terletak + 29 Km. arah barat
Ibukota Kabupaten Malang yang dikelilingi oleh perbukitan dan gunung, antara
lain : Gunung Biru, Gunung Argowayang, Gunung Gentong Growah, Gunung
Dworowati, Gunung Kukusan, Gunung Parangklakah, Gunung Kawi, Gunung
Cemoro Kandang, dan Gunung Anjasmoro.Luas Wilayah Kecamatan Pujon
adalah 13.075,144 Ha / 130.76 Km. dan mempunyai ketinggian 1.100 di atas
permukaan laut, dengan batas-batas wilayah :
1. Sebelah Utara : Kabupaten Mojokerto
2. Sebelah Timur : Kota Batu
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Blitar
4. Sebelah Barat : Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang
Kondisi Fisik Geografi Kecamatan Pujon memiliki wilayah, sebagai berikut :
1. Datar sampai berombak : 40 %
2. Berombak sampai berbukit : 30 %
3. Berbukit sampai bergunung : 30 %
Suhu minimum 18 0C dan suhu maksimum 20
0C serta memiliki rata-rata curah
hujan 21.400 mm / tahun.
91
4.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Kondisi Demografis penduduk Kecamatan Pujon 64.594 jiwa, terdiri
dari:
1. Laki – laki : 32.600 jiwa
2. Perempuan : 31.994 jiwa
Dengan perkembangan penduduk rata-rata 0,1 % pertahun dan kepadatan
penduduk rata-rata 210/Km2
dan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 18.569 KK.
Perekonomian di wilayah Kecamatan Pujon cukup stabil dengan penghasilan rata-
rata masyarakat cukup tinggi dengan mata pencaharian penduduk terdiri dari :
1. Petani : 28.957 orang
2. Buruh tani : 7.894 orang
3. Pengusaha : 223 orang
4. Pengrajin : 820 orang
5. Buruh Bangunan : 373 orang
6. Buruh Pekebunan : 175 orang
7. Pedagang : 1.225 orang
8. Pegawai Negeri : 875 orang
9. ABRI : 623 orang
10. Peternak : 5.941 orang
11. Lain-lain : 7.488 orang
Letak geografis dan bentuk wilayah sangat berpengaruh pada produktifitas
tanah di wilayah Kecamatan Pujon yang menghasilkan hasil bumi ( sayur mayur )
yang sangat berpotensi dengan perincian sebagai berikut :
92
1. Tanah Sawah : 910,10 Ha.
2. Tanah Tegalan : 2.276,00 Ha.
3. Tanah Perkebunan :14,00 Ha.
4. Tanah Hutan : 21.671,00 Ha.
5. Lain-lain : 48,55 Ha.
Sesuai dengan potensi wilayah Kecamatan Pujon, maka andalan
perekonomian masyarakat Pujon adalah hasil pertanian (sayur mayur) didukung
oleh peran serta Gapoktan dan klompok tani dan hasil peternakan yaitu susu sapi
segar yang tergabung dalam wadah koperasi, dalam hal ini Koperasi SAE yang
bergerak di bidang persusuan.
4.1.3 Sejarah Koperasi Susu SAE Pujon
Susu sapi segar adalah salah satu yang dihasilkan dari kecamatan Pujon
yang didapatkan dari sapi perah. Peternakan sapi di daerah yang berhawa dingin
di Malang itu sudah ada sejak tahun 1900-an.Peternakan sapi di Pujon secara garis
besar sudah ada pada tahun 1910.Hal ini dibuktikan dengan adanya foto bertahun
1910 yang menunjukan sebuah vemarkt atau pasar yang khusus menjual sapi dan
kambing.Orang yang pertama kali berternak sapi perah atau milkchray adalah
Pokert dan Swarhuten.Lokasi pertenakan dari orang Belanda itu berada di sekitar
lapangan Pujon Lor sekarang.Di saat itu, banyak penduduk setempat yang bekerja
sebagai karyawan sapi perah di dua orang Belanda itu. Dari sapi perah itu, Pujon
mampu memberikan suplai kepada hotel-hotel yang ada di kota Batu yang di saat
itu sudah terkenal sebagai tempat peristirahatan.
93
Di tahun 1942, saat Jepang menyerang Indonesia.Peternakan itu diambil
alih dan digunakan oleh Jepang.Tidak lama kemudian saat Jepang kalah,
penduduk setempat mendapatkan sapi-sapi itu dan dirawat dirumahnya sendiri-
sendiri. Sayang di saat itu para penduduk masih belum tahu cara
memasasarkannya, Peternak masih memelihara sapi sendiri-sendiri dan memerah
sapi sendiri-sendiri, dan tidak ada lembaga yang menaungi. Setelah itu
berkembang, sekitar tahun 1960-an baru pertama kali ada seorang yang
menghimpun susu. Untuk pertama kali penghasilan susu di Pujon dihimpun oleh
Pak Tasripin.
Pada tahun 1962 koperasi SAE berdiri dengan beranggotakan 22
orang.Dengan jumlah sapi 35 ekor, dan produksi sekitar 50 liter untuk pertama
kali.Koperasi Susu Sinau Andandani Ekonomi atau disingkat Kop SAE memang
sesuai namanya untuk memperbaiki ekonomi rakyat Pujon.Pada tanggal 30
Oktober 1962 tepatnya koperasi berdiri, dan yang menjadi kepala koperasi yang
pertama kali adalah Pak Uyoso. Untuk pertama kali kepengurusan, selama 3 tahun
untuk satu periode.
Dalam perjalanannya, tahun 1968-1969 koperasi mengalami jatuh
bangun.Pada 1970 dalam rangka menyelamatkan kopeasi dilaksanakan Rapat
Anggota Luar Biasa (RALB).Kenapa dilakukan RALB Karena pada saat itu
situasinya sedang goyah dan tidak menentu serta kondisinya tidak stabil, akhirnya
dilaksanakan Rapat Anggota Luar Biasa.Pada saat itu mengangkat ketua baru
yaitu Pak Aji Kalam Kerto Raharjo, beliau adalah pemimpin koperasi yang
membawa perkembangan yang sangat pesat pada koperasi hingga saat ini.Sejak
94
saat itu periodesasi kepengurusan tidak lagi 3 tahun melainkan 5 tahun untuk satu
periode kepengurusan.
Pada tanggal 1 Januari 1975 koperasi melakukan kerja sama,
penandatanganan MOU (Memorandum Of Understanding) dengan PT. Nestle.
Mulai saat itu pemasaran susu koperasi SAE kepada PT. Nestle. Sebelum
pemasaran kepada PT Nestle, koperasi telah memasarkan produknya ke pasar
local, yaitu malang.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran
Pasar pertama yang dituju oleh koperasi Susu SAE untuk menjual
produknya adalah pasar local, hingga saat ini pasar local tersebut selalu
dipertahankan.
a. Ramalan Permintaan dan Produksi
Konsumsi susu murni merupakan bahan makanan pokok yang harus
dipenuhi oleh setiap manusia. Kesadaran akan pentingnya susu untuk tubuh harus
ditingkatkan agar masyarakat Indonesia dapat memenuhi kebutuhan gizi dalam
tubuh. Secara tidak langsung kebutuhan konsumsi susu akan semakin besar, dan
produksi susu harus dapat memenuhi permintaan tersebut. Berikut ini adalah rata-
rata konsumsi susu dan produksi susu di Indonesia pada tahun 2011-2015:
95
Tabel 4.1
Rata-Rata Konsumsi dan Produksi Susu Perkapita Serta Peluang
Pasar(liter) padaTahun 2011-2015
Tahun Konsumsi Produksi Peluang
2011 7,143 3,18 3,963
2012 6,621 3,4 3,221
2013 6,987 3,3 3,687
2014 7,503 2,67 4,833
2015 7,614 2,68 4,934
Jumlah 35,868 15,23 20,638
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa produksi susu yang tersedia
masih kurang memenuhi konsumsi susu yang ada. Terlihat bahwa terdapat 20,638
liter susu yang belum dapat dipenuhi oleh produksi susu di Indonesia. Dimana
selama ini konsumsi susu dipenuhi oleh impor. Sehingga terdapat adanya peluang
yang cukup besar dalam memperluas produksi susu. Terdapat kesempatan usaha
yang luas untuk usaha susu murni agar kebutuhan susu di Indonesia dapat
dipenuhi oleh produk susu dalam negeri.
Peluang untuk beberapa tahun kedepan dapat dilakukan perhitungan
ramalan permintaan dan ramalan produksi untuk melihat banyaknya susu yang
tersedia di dalam negeri. Untuk melihat ramalan permintaan susu dan produksi
susu pada 4 tahun kedepan maka akan dilakukan perhitungan menggunakan time
series (runtut waktu). Dengan menggunakan metode ini kecenderungan
permintaan dimasa yang akan datang diwujudkan dalam bentuk garis lurus.
Fungsi persamaan dari metode ini adalah: Y = a + bx
96
Tabel 4.2
Peramalan Permintaan Susu untuk Empat Tahun Kedepan (liter)
Tahun X Y X2 XY
2011 -2 7,143 4 -14,286
2012 -1 6,621 1 -6,621
2013 0 6,987 0 0
2014 1 7,503 1 7,503
2015 2 7,614 4 15,228
Jumlah 0 35,868 10 1,824
a : 35,868= 7,1736
5
b : 1,824 = 0,1824
10
Sehingga fungsi persamaannyaadalah :
Y = 7,1736 + 0,1824 X
Jadi ramalan permintaan susu untuk 4 tahun kedepan adalah :
Y2016 = 7,1736 + 0,1824 (3) = 7,7208
Y2017 = 7,1736 + 0,1824 (4) = 7,9032
Y2018 = 7,1736 + 0,1824 (5) = 8,0856
Y2019 = 7,1736 + 0,1824 (6) = 8,268
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa masih terdapat peningkatan
permintaan susu untuk 4 tahun kedepan.
Tabel 4.3
Peramalan Produksi Susu Empat Tahun Kedepan (liter)
Tahun X Y X2 XY
2011 -2 3,18 4 -6,360
2012 -1 3,4 1 -3,400
2013 0 3,3 0 0,000
2014 1 2,67 1 2,670
2015 2 2,68 4 5,360
Jumlah 0 15,23 10 -1,730
97
a : 15,23 = 3,046
5
b : -1,730 = -0,173
10
Sehingga fungsi persamaannya adalah :
Y = 3,046 + (-0,173) X
Jadi, ramalan produksi susu untuk 4 tahun kedepan adalah :
Y2016 = 3,046 + (-0,173) (3) = 2,527
Y2017 = 3,046 + (-0,173) (4) = 2,354
Y2018 = 3,046 + (-0,173) (5) = 2,181
Y2019 = 3,046 + (-0,173) (6) = 2,008
Perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa produksi susu yang
dihasilkan oleh peternak untuk empat tahun kedepan akan mengalami penurunan.
Sehingga diperlukan adanya pengembangan usaha pengolahan susu sapi murni.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui besarnya
peluang pasar untuk empat tahun kedepan, yaitu :
Tabel 4.4
Ramalan Permintaan dan Produksi Susu Perkapita Serta Peluang Pasar
(liter) pada Tahun 2016-2019
Tahun Ramalan Permintaan Ramalan Produksi Peluang Pasar
2016 7,7208 2,527 5,1938
2017 7,9032 2,354 5,5492
2018 8,0856 2,181 5,9046
2019 8,268 2,008 6,260
Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa peluang pasar yang
ada untuk empat tahun kedepan masih mengalami peningkatan yang cukup
besar.Sedangkan ramalan produksi mengalami penurunan, sehingga pada keadaan
ini harus dilakukan pengembangan usaha pengolahan susu sapi murni agar
98
permintaan pasar dapat dipenuhi. Melihat besarnya peluang pasar yang ada maka
usaha pengolahan susu sapi murni akan memberikan keuntungan yang cukup
besar.
Terdapat banyaknya peluang usaha dalam bidang susu sapi murni ini maka
terdapat banyak kesempatan untuk membuka dan mengembangkan usaha jual beli
susu sapi murni tersebut. Seperti pada ayat dibawah ini yang menjelaskan bahwa
Allah telah menyuruh hambanya untuk membuka usaha jual beli atau
perdagangan yang sesuai dengan syariat islam.
نكموياأي هاا أنتكونت جارةعنت راضم إ ل نكمب الباط ل لل ذ ينآمنوالتأكلواأموالكمب ي
يمات قت لواأن فسكمإ ن كانب كمرح الل ه
Artinya :” Wahai orang-orang yang beriman, janagnlah kalian memakan harta-
harta kalian di antara kalian dengan cara yang batil, kecuali
dengan perdagangan yang kalian saling ridha. Dan janganlah kalian membunuh
diri-diri kalian, sesungguhnya Allah itu Maha Kasih Sayang kepada kalian “.
(QS. An-Nisa ayat 29)
b. Pesaing
Kecamatan Pujon merupakan kecamatan yang mempunyai produksi susu
terbanyak di Kabupaten Malang. Produksi tersebut yang terhimpun di dalam
Koperasi SAE telah di kelola oleh koperasi dengan baik sehingga dapat bertahan
sampai saat ini.Koperasi SAE sangat mempunyai peran yang besar dalam
perkembangan produk susu dari peternak di Kecamatan Pujon. Dalam pemasaran
produk susu telah menghadapi beberapa pesaing.
Pesaing yang muncul beberapa bulan yang lalu adalah melonjaknya harga
daging sapi yang sangat mempengaruhi penjualan susu sapi. Harga daging sapi
99
yang mengalami peningkatan beberapa bulan yang lalu telah memberikan akibat
yang negative terhadap peternak susu. Hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti adalah :
“Akibat melonjaknya harga daging yang terjadi pada beberapa bulan
yang lalu, banyak peternak yang memilih untuk menyembelih sapinya dan
menjual dagingnya, karena bagi mereka lebih menguntungkan (Karyono,
4 Pebruari 2017)”.
Harga daging sapi yang sangat menggiurkan membaut para peternak sapi
perah beralih menjual daging sapi. Hal ini sangat dirasakan oleh pihak koperasi
selaku sebagai penghimpun susu di Kecamatan Pujon.
1. Ancaman Pendatang
Data hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada pengurus koperasi
SAE mengenai pesaing adalah sebagai berikut:
“Tidak ada pesaing yang mempengaruhi penjualan produksi susu murni
Koperasi SAE. Selama koperasi dapat memberikann hak-hak dengan baik
kepada para anggota dan juga dapat bekerja sama dengan baik maka
tidak akan ada masalah (Samsu, 11 Januari 2017).”
Wawancara tersebut menjelaskan bahwa tidak ada pesaing di daerah tempat usaha
yang memberikan pengaruh negatif terhadap Koperasi Susu SAE.
Sedangkan di daerah pemasaran terdapat pesaing yang potensial. Salah
satu daerah pemasaran Koperasi Susu SAE adalah PT Nestle. Pemasok susu sapi
murni kepada PT Nestle dari berbagai daerah yaitu diantaranya dari Pasuruan,
Kediri, Tulung Agung, Blitar, dan lainnya. Karena melihat pemasok susu ke PT
Nestle tidak hanya dari Koperasi Susu SAE saja, akan tetapi dari berbagai macam
daerah lainnya, maka Koperasi Susu SAE harus dapat mempertahankan kerja
100
samanya dengan PT Nestle. Sehingga Koperasi Susu SAE harus dapat menjaga
kepercayaan dari pihak PT Nestle agar kerja sama yang terjalin dapat berjalan
dengan baik.
2. Ancaman Produk Pengganti
Data wawancara yang dilakukan peneliti kepada pengurus koperasi adalah:
“Tidak ada produk pengganti yang mungkin mengancam eksistensi produk
koperasi sae(Samsu, 11 Januari 2017).”
Tidak adanya keberadaan ancaman pesaing yang potensial maka, memperkecil
adanya produk pengganti. Hingga saat ini tidak ada produk pengganti yang
mampu menggantikan produksi susu murni Koperasi Susu SAE Kecamatan
Pujon.Koperasi Susu SAE Pujon juga telah melakukan inovasi dalam upaya
pengembangan produknya.
c. Segmentasi Pasar
1. Segmentasi Pasar Konsumen
Pasar konsumen Koperasi Susu SAE adalah semua kalangan. Produk susu
yang diproduksi oleh Koperasi, baik produk olahan maupun produk untuk susu
sapi murni dijual kepada semua konsumen. Karena mengingat bahwa produksi
susu sangat dibutuhkan oleh setiap manusia. Pemasaran yang dijangkau oleh
koperasi sampai saat ini adalah pasar local, yaitu di daerah Malang Raya.
2. Segmentasi Pasar Industri
Segmentasi pasar industry yang dilakukan oleh Koperasi Susu SAE adalah
berdasarkan demografik, yaitu :
a) Jenis Industri
101
Koperasi Susu SAE memilih perusahaan manufaktur yang memiliki
peralatan yang lebih baik dalam pengolahan susu. Selain hal tersebut Koperasi
Susu SAE lebih memilih perusahaan yang mempunyai target pemasaran yang
jelas.
b) Besar Perusahaan
Koperasi Susu SAE memasarkan produknya kepada perusahaan yang
mempunyai profitabilitas yang cukup besar dan pemasarannya dapat mencapai
pasar internasional.Serta perusahaan yang dapat memberikan keuntungan yang
cukup besar baik finansial maupun nonfinansial.Upaya tersebut dilakukan agar
Koperasi Susu SAE dapat terus mengembangkan usaha ternak rakyat.
c) Lokasi Perusahaan
Lokasi pebrik perusahaan harus dekat dengan Kecamatan Pujon, karena
mengingat bahwa produk yang dijual oleh Koperasi adalah susu sapi murni yang
memiliki sifat sensitive sehingga harus dijaga kualitasnya. Hal tersebut menjadi
pertimbangan Koperasi karena jika pabrik terlalu jauh dengan tempat bahan baku
(Kecamatan Pujon) maka akan mempengaruhi kualitas susu. Jika lokasi
perusahaan dekat dengan tempat bahan baku, maka produksi susu tidak akan
terlalu lama dalam perjalanan menuju pabrik pengolahan susu, sehingga kualitas
susu dapat dipertahankan. Akan tetapi jika pabrik terlalu jauh dan produk susu
murni terlalu lama diperjalnan maka kualitas susu akan menurun. Lokasi pabrik
yang semakin dekat dengan tampat bahan baku, maka kualitas susu yang
dihasilkan akan semakin baik.
102
Perusahaan yang memenuhi segmentasi berdasarkan demografik adalah
PT. Nestle.Koperasi Susu SAE telah melakukan kerjasama dengan PT. Nestle
mulai dari tahun 1975 sampai sekarang.
d. Bauran Pemasaran
1. Produk
Koperasi Susu SAE merupakan Koperasi untuk mengelola hasil
peternakan rakyat yang berupa susu sapi murni. Berdirinya Koperasi Susu SAE
karena banyaknya peternak yang terdapat di Pujon. Berdasarkan hal tersebut maka
produksi Koperasi Susu SAE adalah susu sapi murni. Terdapat dua macam produk
yang dikeluarkan oleh Koperasi dari susu sapi murni tersebut.
1. Pertama, adalah prodak susu sapi murni yang dijual kepada perusahaan, yang
akan diolah kembali.Perusahaan yang dimaksud adalah PT. Nestle.
2. Kedua, adalah produk olahan dari susu murni tersebut, yaitu yagurt dan
pesturisasi.
Prodak yang dikeluarkan dari susu olahan merupakan bentuk inovasi yang
dilakukan oleh Koperasi. Produk olahan ini dipasarkan di daerah Malang, atau
disebut dengan pasar local. Produk olahan yang dikeluarkan oleh Koperasi telah
memberikan dampak yang baik bagi perkembangan usaha Koperasi.
Data hasil wawancara mengenai produk adalah sebagai barikut :
“Produk yang kami keluarkan sudah sesuai dengan permintaan
konsumen.Sejauh ini tidak ada yang mengeluhkan mengenai produk yang
telah dikeluarkan oleh koperasi. Untuk pemasaran produk kepada PT
Nestle hingga saat ini tidak ada complain apapun mengenai produk
koperasi, karena dengan terjalinnya kerja sama yang baik dan komunikasi
103
yang baik dapat meminimalisir kemungkinan adanya produk yang tidak
sesuai dengan permintaan konsumen (Samsu, 11 Januari 2017).”
Berdasarkan wawancara dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,
produk olahan telah sesuai dengan keinginan konsumen, karena produk olahan ini
banyak dicari dan dipesan oleh konsumen.Selama produk ini dikeluarkan
penjualannya memberikan dampak yang baik bagi Koperasi.Selain hal tersebut,
kerjasama yang saling menguntungkan yang dilakukan oleh Koperasi Susu SAE
dengan PT. Nestle dapat memberikan profit yang besar bagi Koperasi. PT. Nestle
juga ikut memberikan pengarahan langsung kepada para peternak yang tergabung
di Koperasi Susu SAE. Adanya peran serta yang dilakukan PT. Nestle tersebut,
maka tidak ada protes ataupun complain jika produk susu tidak sesuai dengan
kapasitas yang seharusnya. Hal tersebut karena PT. Nestle ikut memantau dalam
perkembangan peternak dan proses produksi serta ikut andil dalam upaya-upaya
pengembangan usaha.
Pembagian bahan baku susu murni kepada PT. Nestle dan prodak olahan,
prosentasenya adalah 97% hasil susu murni dijual atau disetor ke PT. Nestle.
Karena PT. Nestle merupakan partai terbesar yang memiliki pangsa pasar
internasional, sehingga prosentasenya lebih besar. Sedangkan, 3% hasil susu
murni untuk bahan baku prodak oalahan yang dikembangkan oleh Koperasi.
2. Harga
System penentuan harga yang diberikan Koperasi Susu SAE kepada
peternak yang menyetor hasil susu adalah dengan melihat kualitas susu yang
dihasilkan oleh peternak. Semakin baik kualitas susu yang dihasilkan maka harga
akan semakin tinggi. Ukuran kualitas susu tersebut akan diukur sesuai dengan
104
standar yang berlaku. Sedangkan system penentuan harga untuk PT. Nestle adalah
denga TS (Total Solit). Berikut adalah data wawancara untuk penentuan harga :
“Penentuan harga jual ditentukan oleh kualitas dengan TS (total solit).
Ada standart nasional tentang kualitas untuk menentukan harga susu.
Pihak yang menentukan harga jual adalah PT Nestle, akan tetapi pihak
koperasi juga mengetahui standart harga jual yang digunakan oleh PT
Nestle. Sehingga keputusan penentuan harga yang diberikan adalah
keputusan yang telah disepakati bersama (Samsu, 11 Januari 2017).”
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa strategi yang digunakan
Koperasi Susu SAE dalam penentuan harga adalah skimming pricing, yaitu harga
awal produk yang ditetapkan setinggi-tingginya dengan tujuan bahwa produk atau
jasa memiliki kualitas tinggi.
3. Distribusi (Place)
Pendistribusian susu sapi dari peternak ke Koperasi melalui TPS (Tempat
Penampungan Susu). Masing-masing Desa terdapat TPS, bahkan TPS juga ada
disetiap Dusun.Pada tiap-tiap TPS terdapat satu orang penanggung jawab atau
yang disebut dengan ketua kelompok. Ketua kelompok akan bertanggungjawab
atas hasil perahan susu di TPS. Ketua kelompok akan bertanggungjawab
mengantarkan setiap sampel untuk diuji di pabrik. Setelah peternak selesai
memerah susu sapi murni maka akan disetor ke TPS, di tempat tersebut susu akan
dilakukan pengujian. Setelah semua lolos uji, maka susu akan dimasukkan ke
mesin pendingin. Setelah dimasukkan ke dalam mesin pendingin untuk beberapa
saat, setelah itu akan diangkut ke pabrik Koperasi Susu SAE. Kemudian di pabrik
akan dilakukan pengujian kembali untuk memastikan kualitas susu. Jika semua
telah lolos pengujian maka susu akan dikirim ke pasar local dan PT. Nestle.
105
Sedangkan pendistribusian susu dari Koperasi kepada konsumen dengan
cara pengankutan menggunakan truk dan langsung diantar ke konsumen. Berikut
ini adalah data wawancara distribusi susu :
“Untuk pendistribusian pasar local langsung ke konsumen, dengan
pengangkutan menggunakan truk.Dari koperasi akan diantarkan langsung
ke konsumen pada malam hari, sehingga sampai pada komsumen pagi
hari (Samsu, 11 Januari 2017).”
Pendistribusian kepada PT. Nestle dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi
dan sore hari. Pengantaran susu menggunakan truk pengangkut susu. Dibawah ini
adalah bagan saluran distribusi penjualan susu murni di Kabupaten Pujon :
4. Periklanan
Koperasi Susu SAE tidak melakukan promosi dalam penjualan prodaknya.
Data hasil wawancara adalah sebagai berikut :
“Pertama kali sebelum kerja sama kepada PT Nestle, menjalin komunikasi
dengan rekan rekan yang ada di Malang, dari situ maka berkembang dan
dikenal oleh banyak kalangan.Dapat dikatakan mulut ke mulut.Koperasi
tidak melakuakn promosi menggunakan media, baik cetak maupun
TPS (Tempat Penampungan Susu)
Konsumen Lokal
Konsumen Akhir
PT Nestle
Peternak
Koperasi Susu SAE
106
elektronik.Kerena koperasi mempunyai pasar yang sudah jelas dan
menguntungkan (Samsu, 11 Januari 2017).”
Koperasi Susu SAE tidak melakukan promosi karena prodak susu murni
telah mempunyai tempat tersendiri bagi konsumen, mengingat bahwa kandungan
susu murni diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap orang. Sehingga
susu murni akan selalu dicari oleh konsumen. Koperasi Susu SAE melakukan
upaya dalam promosi hanya dengan memperluas relasi dan memperbanyak rekan
kerja terutama di daerah Malang Kota. Hal tersebut akan lebih memudahkan
Koperasi dalam memperluas penjualannya.
Berdasarkan aspek pasar dan pemasaran yang telah dipaparkan di atas,
usaha pengolahan susu sapi murni Koperasi Susu SAE layak untuk
dikembangkan.
4.2.2 Aspek Teknik / Operasional dan Teknologi
ف رثودملب نا نب ين رةنسق يكمم م اف يبطون ه م لع ب خال صاسائ غاوإ ن لكمف ياأن عام
ل لش ار ب ين
Artinya: “Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam
perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan
bagi orang-orang yang meminumnya”.(Q.S An-Nahl: 66)
Berdasarkan ayat di atas terlihat bahwa Allah seakan-akan memasang
mesin pada hewan ternak yang hanya makan rumput dapat menghasilkan susu
murni. Sehingga dari ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hewan ternak
107
dapat menghasilkan susu murni yang baik manfaatnya jika diolah dengan masin-
mesin yang baik. Firman Allah :
الس حاب مر دةوه يتمر بالتحسب هاجام كل شيء وت رىالج إ ن ه صنعالل ه ال ذ يأت قن
خب يرب مات فعلون
Artinya: “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di
tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan
Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (An-Naml: 88)
Ayat di atas mengingatkan kepada manusia semua tentang hasil temuan
teknologi-teknologi terbaru tidak lepas dari kekuasaan Allah, karena tanpa
kebesaran Allah tidak akan tercipta mesin-mesin yang modern. Sehingga mesin-
mesin tersebut harus digunakan dengan sebaik mungkin dalam meningkatkan
kehidupan.
a. Penentuan Lokasi
Produk yang dikeluarkan oleh Koperasi Susu SAE adalah susu sapi murni
yang memiliki sifat sangat sensitive maka hal tersebut sangat mempengaruhi
dalam penentuan lokasi usaha. Data hasil wawancara penentuan lokasi usaha
adalah sebagai berikut :
“Dalam pertimbangan pemilihan lokasi pabrik harus dekat dengan pasar
dan bahan baku.Dulu pabrik PT Nestle di Surabaya, jika terletak di
Surabaya terlalu beresiko. Kerena jarak yang terlalu jauh dengan Pujon
dikhawatirkan akan mengalami kemacetan terlalu lama dalam
perjalanannya yang akan mengakibatkan kuliatas susu menjadi
berkurang. Sehingga pabrik PT Nestle sekarang berada di Pasuruan,
108
selain agar lebih dekat dengan lokasi bahan baku, tetapi juga agar lebih
dekat dengan pasar (Samsu, 11 Januari 2017).”
Berdasarkan hal tersebut penentuan lokasi usaha untuk usaha susu sapi
murni, menggunakan pendekatan berdasarkan kedekatan bahan baku dan
kedekfatan dengan pasar. Alasan yang mendasari hal tersebut adalah sifat susu
yang sensitive mengharuskan produksi susu harus dekat dengan bahan baku dan
pasar. Sehingga jika usaha ini didirikan dekat dengan bahan baku dan pasar maka
produksi susu akan segera diolah dan dijual kepada konsumen dengan kualitas
yang baik. Semakin dekat kedua factor tersebut maka semakin baik pula kualitas
susu yang akan dihasilkan.
Koperasi Susu SAE didirikan karena adanya peternak susu sapi di
Kecamatan Pujon. Guna untuk mengelola hasil ternak agar lebih terorganisasi dan
lebih dikembangkan lagi, maka didirikanlah Koperasi Susu SAE yang dapat
menghimpun hasil ternak susu sapi di Kecamatan Pujon. Koperasi Susu SAE
terletak di Jln. Brigjen Abdul Manan Wijaya 16, Pujon, Malang, Jawa
TImur.Koperasi didirikan di Kecamatan Pujon karena dekat dengan bahan baku
dan masyarakat penghasil susu sapi murni.
Pasar terdekat dari Pujon adalah Kota Malang dan Pasuruan. Sehingga
produksi susu murni dijual ke daerah Malang dan Perusahaan yang berada di
Pasuruan. Koperasi Susu SAE memilih menjual produk susu murni nya ke pasar
local yaitu Malang dan perusahaan yang ada di Pasuruan yaitu PT. Nestle karena
pasar tersebut dekat dengan Kecamatan Pujon. Seperti yang telah disebutkan
diatas, bahwa semakin dekat daerah pemasaran dengan tempat bahan baku, maka
akan semakin baik pula kualitas susu yang akan dihasilkan. Pemasaran yang
109
dilakukan di Malang merupakan pemasaran local, untuk pemasan local ini yang
dijual adalah susu murni dan produk olahan susu yang keluarkan oleh Koperasi
Susu SAE sendiri. Sedangkan prodak yang dijual ke PT. Nestle adalah susu sapi
murni.
Berikut ini analisis factor yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi
untuk usaha peternakan susu sapi murni Koperasi Susu SAE adalah :
a) Kedekatan dengan pasar atau konsumen yang potensial dimana tempat
produk akan dijual.
b) Kedekatan dengan sumber bahan baku utama.
c) Ketersediaan tenaga kerja. Ketersediaan tenaga kerja yang ada di Pujon
mampu memenuhi kebutuhann yang diperlukan Koperasi Susu SAE dalam
mengolah dan mengelola hasil produksi susu sapi dari masyarakat Pujon. Dalam
melakukan uji kualitas susu sapi dapat dilakukan karyawan Koperasi dengan baik
dan benar. Selain itu juga terbukti bahwa tenaga kerja yang ada di Koperasi
mempu mengembangkan pemasaran prodak susu sapi hingga dapat bekerjasama
dengan PT. Nestle dalam kurun waktu yang lama.
d) Ketersediaan sarana dan prasarana transprotasi. Koperasi Susu SAE
menggunakan transportasi truk pengangkut susu khusus untuk pengangkutan susu
dari TPS menuju Koperasi dan truk pengangkutan susu ke tempat pemasarannya.
Sarana jalan raya untuk pengangkutan susu telah tersedia sarana yang memadai,
seperti jalanan aspal yang masih bagus dan baik.
e) Sikap masyarakat. Sejak didirikannya Koperasi Susu SAE masyarakat
sangat mendukung dengan pendirian koperasi tersebut. Karena mereka merasa
110
terbantu dalam mengembangkan hasil ternak sapi perahnya. Terbukti hingga saat
ini koperasi masih tetap dapat mempertahankan hasil peternak sapi murni.
f) Kondisi iklim. Kecamatan Pujonterletak pada ketinggian 1.100 di atas
permukaan laut, dan mempunyai suhu minimum 18 0C dan suhu maksimum 20
0C
serta memiliki rata-rata curah hujan 21.400 mm / tahun.Kondisi Fisik Geografi
Kecamatan Pujon memiliki wilayah, sebagai berikut :
Datar sampai berombak : 40 %
Berombak sampai berbukit : 30 %
Berbukit sampai bergunung : 30 %
Kecamatan Pujon termasuk daerah yang berada di dataran tinggi, sehingga suhu
udaranya dingin. Hal tersebut sangat mendukung sekali untuk dikembangkannya
usaha peternakan.Keadaan alam di Kecamatan Pujon sangat memungkinkan sekali
jika dipergunakan untuk memelihara sapi perah.
b. Pemilihan Teknologi
Peralatan yang digunakan oleh koperasi adalah peralatan untuk melakukan
uji kualitas susu murni dari peternak. Alat uji yang digunakan oleh koperasi
merupakan peralatan modern dan telah memenuhi standart atau SOP (Standart
Operasional Prosedur). Data wawancara mengenai teknologi adalah :
“Peralatan yang digunakan sudah memenuhi standart, sudah sesuai
dengan standart operasional prosedur (SOP). Seperti standart kebersihan
dan standar lain yang diterapkan sudah sesuai dengan SOP yang berlaku
(Samsu, 11 Januari 2016).”
Berdasarkan peralatan yang digunakan maka tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk produksi susu sapi harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam
111
pengoperasian peralatannya. Koperasi memberikan pelatihan kepada calon
karyawannya terutama pada bagian mesin produksi agar tidak terjadi kesalahan
dalam proses produksi. Hal tersebut adalah upaya koperasi agar tenaga kerja yang
tersedia mampu mengoperasikan teknologi atau peralatan yang digunakan dalam
produksi.
Beberapa peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Solut Tester (alat untuk mengukur kegumpalan)
Gambar 4.2 Laktodensimeter (alat untuk mengukur berat jenis)
Gambar 4.3 Packo (alat pendingin)
112
Gambar 4.4 Neogeon (untuk menguji antibiotic)
Gambar 4.5 MBRT (Meclean Blue Reduct Time) alat untuk uji kebersihan
Gambar 4.6 Sentripus (alat untuk uji lemak)
113
Gambar 4.7 Truk (alat untuk mengangkut susu dari TPS ke Koperasi)
Gambar 4.8 Truk (alat untuk mengangkut susu dari koperasi ke konsumen)
Pemeliharaan mesin-mesin tersebut dilakukan sebulan sekali. Sedangkan
pengadaan mesin dilakukan tiap lima tahun sekali.
c. Produksi
Rencana produksi Koperasi Susu SAE adalah sebanyak 110.000 liter
perhari sedangkan koperasi saat ini telah memproduksi 84.000 liter perhari,
sehingga kenaikan produksi yang harus ditambahkan perharinya adalah 26.000
liter. Berdasarkan pengembangan tersebut maka peralatan yang mendukung
proses produksi harus dapat menampung banyaknya produksi yang akan
114
dikeluarkan. Ada beberapa alat yang harus diperhatikan kapasitasnya, diantaranya
adalah :
1. Alat Pendingin (Packo)
Koperasi Susu SAE telah mempunyai 40 buah packo, dan masing-masing
packo tersebut mempunyai kapasitas sebesar 2500 liter. Seluruh packo tersebut
jika diakumulasikan dapat menampung susu murni sebanyak 100.000 liter dalam
sekali produksi. Sedangkan Koperasi Susu SAE dalam sehari melakukan produksi
sebanyak dua kali sehingga dalam sehari packo tersebut dapat menampung hasil
produksi maksimum sebesar 200.000 liter susu murni. Sedangkan saat ini packo
tersebut setiap harinya digunakan untuk menampung susu sebanyak 84.000 liter,
maka masih terdapat banyak ruang untuk menambah produksi sebanyak 26.000
liter.
2. Truk
Truk pengangkut susu murni di Koperasi Susu SAE adalah sebanyak 11
kendaraan. Dari jumlah truk tersebut keseluruhannya dapat menampung 76.000
liter susu murni dalam satu kali produksi. Sedangkan, Koperasi dalam sehari
melakukan produksi sebanyak dua kali, sehingga dalam sehari truk-truk tersebut
dapat mengangkut sebanyak 152.000 liter susu murni. Sedangkan saat ini truk-
truk tersebut dalam satu hari mengangkut 84.000 liter susu, maka truk-truk
tersebut masih dapat mengangkut produksi susu jika produksi susu ditambah
sebanyak 26.000 liter perharinya.
Peternakan rakyat yang ada di Kecamatan Pujon adalah peternakan yang
dimiliki oleh perseorangan, sapi perah yang di ambil susunya adalah milik warga
115
Pujon. Koperasi sebagai tempat penampung susu murni berkewajiban untuk
mengelola hasil peternakan masyarakat Pujon. Tidak hanya dalam hal
memperosesnya menjadi prodak yang siap jual tetapi juga memasarkannya. Proses
produksi susu dari peternak hingga penerimaan susu kepada koperasi adalah :
a) Peternak memerah sendiri dengan ketentuan yang telah ditentukan oleh
koperasi dan dengan bimbingan dari koperasi.
Upaya koperasi agar hasil susu perah dapat memberikan kualitas yang baik
adalah dengan cara memberikan arahan kepada para peternak. Koperasi berperan
aktif dalam membimbing peternak dalam perawatan dan pemeliharaan sapi perah.
Sebelum susu sampai pada Koperasi peternak diwajibkan memberikan hasil susu
berkualitas terbaik, sehingga hal ini memberi kewajiban pula kepada Koperasi
untuk terus memberikan bimbingan dalam hal peternakan.
b) Pengumpulan ke TPS (Tempat Penampungan Susu)
Semua hasil perahan susu sapi dari masyarakat disetorkan ke TPS sebelum
dikirimkan ke Koperasi. Setiap desa terdapat TPS yang akan mengumpulkan susu
dari masyarakat dua kali dalam sehari, yaitu tiap pagi dan sore hari. Setor pagi
hari yaitu jam 4 pagi, sedangkan untuk sore hari jam 3 sore. Terkadang satu desa
lebih dari satu TPS karena terdapat beberapa dusun, maka tiap dusun terdapat satu
TPS.Penanggung jawab atau coordinator tiap TPS adalah ketua kelompok. Ketua
kelompok mempunyai tugas untuk mengumpulkan hasil perahan susu sapi dari
masyarakat, mencatatan hasil masing-masing perorang, melakukan beberapa tes
untuk hasil susu sapi untuk mencari tahu apakah susu sapi mempunyai kualitas
yang sesuai dengan ketentuan atau tidak, dan memberikan sampel susu setiap pagi
116
dan sore kepada koperasi. Jika hasil perahan susu sapi dari masyarakat tidak
memiliki kualitas yang baik maka susu akan dikembalikan. Beberapa pengujian
yang dilakukan oleh ketua kelompok di TPS adalah :
1. Uji organolektip, yaitu pengujian bau, rasa, dan warna.
2. Menguji kegumpalan susu menggunakan alat solut tester. Jika terdapat
gumpalan besar pada susu maka susu tersebut mempunyai kualitas tidak
baik. Mungkin susu telah diperas sudah jauh-jauh hari sehingga terdapat
gumpalan besar yang mengakibatkan kualitas susu menurun. Jenis susu
yang seperti itu akan dikembalikan kepada peternak.
3. Untuk mengukur berat jenis menggunakan laktodensimeter. Dalam
pengujian ini suhu yang harus dipenuhi pada susu adalah untuk pagi 24o
C –
29,5o
C dan sore hari 27,5o
C – 34o
C. Penentuan suhu ini tiap TPS berbeda-
beda.
4. Setelah melalui pengujian tersebut susu ditimbang dan dilakukan
penyaringan. Hasil susu dari peternak ditimbang untuk dilaporkan kepada
koperasi. Penyaringan susu dilakukan agar kotoran-kotoran setelah
pemerahan tidak ikut tercampur kedalam susu.
5. Setelah disaring susu akan dimasukkan ke pendingin, yaitu packo.
Pendinginan dilakukan selama 1-1,5 jam. Suhunya 4o C tidak boleh lebih.
c) Kemudian proses selanjutnya pengangkutan susu ke kantor pusat produksi
menggunakan truk.
Kantor pusat produksi akan melakukan uji kembali kepada susu setoran
dari TPS yang dibawa oleh ketua kelompok. Pengujian yang dilakukan adalah :
117
1. Uji Antibiotik (AB)
2. Uji Fat (lemak)
3. Uji berat jenis (untuk kolektif)
4. Uji MBRT (Meclean Blue Reduct Time)
d) Setelah semua susu lolos pengujian tersebut, maka langkah selanjutnya
adalah mengirim susu kepada konsumen dengan menggunakan truk khusus
untuk mengangkut susu.
Berdasarkan aspek teknik / operasional dan teknologi yang telah
dipaparkan di atas, usaha pengolahan susu sapi murni Koperasi Susu SAE layak
untuk dikembangkan.
4.2.3 Aspek Manajemen dan Organisasi
a. Struktur Organisasi
ت لونف ىسب يل ه ٱل ذ يني ق ب نم رصوصۦإ ن ٱلل هيح ي كأن همب ن صفا
Artinya:“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh” (Q.S Ash-Shaf: 4).
Sesuai dengan ayat tersebut, pengorganisasian di Koperasi Susu SAE telah
terorganisasi dengan teratur. Organisasi yang teratur akan lebih memudahkan
dalam operasionalnya, sehingga akan memberikan kinerja yang lebih baik.
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai pengorganisasian Koperasi Susu SAE.
Susunan pengurus yang terdapat di Koperasi Susu SAE adalah sebagai berikut :
118
Keterangan : = Garis batas lingkup organisasi yang menjadi kewenangan organisasi Koperasi “SAE” Pujon
= Garis yang merupakan petunjuk penguasaan atau memberi kekuasaan atau pendelegasian tugas dan
wewenang
= Garis koordinasi yang bersifat umum dan mengarah pada kepentingan ekstern yang berfungsi sebagai
pelindung dan pengayom
= Garis pengawas
= Garis pembinaan yang meliputi organisasi, administrasi, dan teknis
D
E
P
K
O
P
Rapat Anggota
Tahunan
B
P
P
Pengawas Pengurus
D
I
S
P
E
T
Manager
Satuan
Keamana
n
Akuntansi Personalia
dan
Humas
Bidang
Sekretariat
Unit Inti Unit Difersivikasi
Unit
BP/
RB
Unit
Waserda
Unit
Simpan
Pinjam
Unit Tehnic
dan
Transportasi
Unit
Persusuan
Unit
Pakan
Ternak
Unit
Peterna
kan
119
Sedangkan personil organisasi adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
Personil Organisasi
No. UNIT PERSONAL TOTAL
Job/Jabatan Jumlah
1. ADMINISTRASI (Kantor
Pusat)
1.1 SUB. UNIT WASERDA
1.2 SUB. UNIT SATPAM
1.3 SUB. UNIT SIMPAN
PINJAM
1.4 SUB. UNIT BKIA / BP /
RB
- Manajer
- Kabag. Personalia/Humas
- Kasir
- Juru Buku
- Administrasi
- Sekretariat
- Komputer
- Tukang Kebun
- Staf Kantor
1 orang
1 orang
1 orang
2 orang
1 orang
1 orang
6 orang
3 orang
2 orang
18 orang
- Ka. WASERDA
- Kasir
- Pramuniaga
1 orang
2 orang
2 orang
5 orang
- Ka. SATPAM
- Anggota SATPAM
1 orang
27 orang
28 orang
- Ka. Simpan Pinjam
- Staf
1 orang
4 orang
5 orang
- Kabag.
- Staf Perawat / Sopir
1 orang
9 orang
10 orang
2. PETERNAKAN - Ka. UNIT
- Dokter hewan
- Administrasi
- Peramedis
- Inseminator
- Tukang Kebun
1 orang
2 orang
1 orang
6 orang
10 orang
1 orang
21 orang
3 TEKNIS DAN
TRANSPORTASI
- Kabag. Teknis
- Monitor
- Tukang Las
- Mekanik Pendingin
- Administrasi
- Pengemudi
- Pembantu Pengemudi
- Staf Pengairan
1 orang
5 orang
1 orang
2 orang
1 orang
9 orang
9 orang
2 orang
30 orang
120
Lanjutan Tabel 4.5
4 PAKAN TERNAK - Kabag. Pakan Ternak
- Pengendalian Mutu
- Administrasi
- Pengemudi
- Operator
- Staf Produksi
- Tenaga Angkut
- Tukang Kebun
1 orang
1 orang
3 orang
4 orang
1 orang
32 orang
9 orang
1 orang
52 orang
5 PERSUSUAN - Kabag. Persusuan
- Kepala Pos
- Penerima Susu
- Pengemudi
- Laborat
- Administrasi
- Tukang Kebun
- Superveser
- Asisiten Penerima Susu
1 orang
19 orang
48 orang
6 orang
8 orang
1 orang
2 orang
2 orang
31 orang
118 orang
6 KIOS SUSU - Petugas / Koordinator
- Proses
1 orang
4 orang
5 orang
7 UNIT REARING - Staf Rearing 5 orang
5 orang
8 CAFÉ SUSU - Staf 5 orang
5 orang
JUMLAH KESELURUHAN 302 orang
Tingkat pendidikan :
a. Sarjana = 14 orang, yang mempunyai latar belakang
pendidikan sebagai berikut :
a) Peternakan
b) Hukum
c) Manajemen, dan
d) Kedokteran Hewan
121
b. S.L.T.A = 85 orang
c. S.L.T.P = 42 orang
d. S.D = 93 orang
b. Kegiatan Rapat-rapat dan Pendidikan yang Diikuti
Berikut ini kegiatan rapat dan pendidikan yang diikuti adalah :
1. Rapat pengurus dan pengawas
2. Rapat kelompok pengurus, pengawas
3. Rapat pembinaan perkoperasian anggota
4. Apel karyawan
c. Susunan Pengurus Periode 2012 s/d 2016
Table 4.6
Susunan pengurus
Nama Jabatan Periode
H. Abdi Suwasono
H. Hasan Suwardi, SH
M. Niam Shofi
H. Suyanto
H. Sunardi
Ketua Umum
Ketua I
Ketua II
Sekretaris
Bendahara
2012 s/d 2016
2012 s/d 2016
2012 s/d 2016
2012 s/d 2016
2012 s/d 2016
d. Pembagian Tugas Pengurus
Dalam melaksanakan tugas pengurus dibantu oleh Manager dan Kabag-
kabag Unit. Adapun susunan Manager dan Kabag-kabag sebagai berikut :
Tabel 4.7
Susunan Manager dan Kabag
No. Nama Jabatan Masa Jabatan
1
2
3
4
5
6
Ir. H. Supriyono
Nurkayin
Budi Nyoto
Sugianto
Suyono SH
Gogok Suprapto SH
Manager
Kabag. Persusuan
Kabag. Pakan Ternak
Kabag. Peternakan dan Rearing
Kabag. Teknis Transportasi
Kabag. USP
6 Mei 2013–6 Mei 2017
15 April 2013–15 April 2016
15 April 2013–15 April 2016
15 April 2013–15 April 2016
15 April 2013–15 April 2016
15 April 2013–15 April 2016
122
Lanjutan tabel 4.7
7
8
9
10
11
12
Irwati SE
Hetty Meimula
Samsu Madyan SH
Sanusi
Suwarno Rohadi
Sumaiyah SE
Kabag. Waserda
Kabag. BP/RB
Kabag. Personalia
Humas dan SDM
Kepala Satpam
Koordinator Akuntansi
15 April 2013–15 April 2016
15 April 2013–15 April 2016
15 April 2013–15 April 2016
15 April 2013–15 April 2016
15 April 2013–15 April 2016
15 April 2013–15 April 2016
e. Susunan Pengaawas
Table 4.8
Susunan Pengawas
Nama Jabatan Periode
Mudjiono
Drs. Harianto
Muslimin
Koordinator
Anggota
Anggota
2013 s/d 2015
2014 s/d 2016
2015 s/d 2017
f. Aktifitas Pengawas
1. Mengadakan kegiatan pemeriksaan setiap bulan.
2. Mengadakan pemeriksaan sewaktu-waktu.
3. Mengevaluasi, mengecek, mendata diseluruh usaha dan keuangan serta
pembukuan.
4. Membuat laporan hasil pengawasan atau pemeriksaan.
g. Tugas Pengawas
1. Mengawasi semua kebijakan operasional pengurus yang meliputi bidang
usaha dan keuangan koperasi.
2. Memeriksa dan menilai pelaksanaan organisasi usaha dan keuangan serta
memberikan pendapat dan saran perbaikan.
3. Memeriksa, meneliti ketepatan dan kebenaran catatan, buku-buku,
organisasi usaha dan administrasi keuangan yang ada dari keadaan
keuangan, persediaan barang dan semua harta kekayaan koperasi.
123
4. Membuat laporan pemeriksaan secara tertulis dengan memberikan
pendapat dan saran perbaikan dalam rangka perbaikan penyajian laporan
pemeriksaan sebagai pertanggungjawabannya didalam Rapat Anggota
Tahunan.
h. Susunan Karyawan
Tabel 4.9
Jumlah Karywan Tetap
Uraian Jumlah
Jumlah Karyawan
Jumlah Karyawati
202
32
Jumlah 234
Tabel 4.10
Jumlah Karyawan Berdasarkan Tenaga Honorer
Tenaga Honorer Jumlah
Asisten Penerima Susu
Persusuan dan Teknis
Pakan Ternak
Peternakan
BP/RB
Sat Pam
USP
Rearing
Café Susu
31
4
15
2
9
0
0
2
5
Jumlah 68
i. Upah
Tabel 4.11
Uraian Gaji
Uraian Tahun 2014 Tahun 2015
Gaji tertinggi
Gaji terendah
2.821.829/bulan
1.245.498/bulan
3.406.689/bulan
1.647.439/bulan
j. Hubungan Koordinasi
1. Antar pengurus
2. Pengurus dengan karyawan
124
3. Pengurus dengan anggota
4. Antar koperasi
5. Koperasi dengan usaha swasta
k. Pelatihan
Usia maksimal karyawan yang dapat diterima bekerja di koperasi adalah 30
tahun. Sedangkan usia purna tugas adalah 60 tahun. Ada beberapa proses dalam
penerimaan karyawan di koperasi, terutama jika karyawan tersbut mempunyai
pekerjaan sebagai pemegang alat-alat produksi. Karyawan pada bagian
laboratorium sebagian besar adalah dari tingkat pendidikan S.L.T.A sehingga
semua karyawan yang bekerja di laboratorium telah dilatih terlebih dahulu
sebelum mereka melakukan pekerjaannya. Pihak Koperasi selalu mengadakan
pelatihan khusus untuk karyawan-karyawannya. Sehingga karyawan yang bekerja
di koperasi baik di kantor koperasi maupun di unit produksi, mereka telah dibekali
ilmu terkait dengan pekerjaan yang diterima oleh setiap karyawan.
Karyawan kontrak, merupakan karyawan yang masih dilakukan tes. Jika
seorang karyawan tersebut cakap dalam melakukan pekerjaannya maka pihak
koperasi akan mempertimbangkan untuk merekomendasikan karyawan tersbut
sebagai karyawan tetap.
l. Pengembangan Karir Karyawan
Pengembangan karir karyawan, manajer koperasi melakukan seleksi kepada
karyawan yang mempunyai kredibilitas, integritas, kecakapan, kedisiplinan,
keterampilan, ketertiban, dan loyalitas yang bagus untuk dinaikkan jabatannya,
sesuai dengan jabatan yang dibutuhkan.Manajer juga melakukan pembinaan dan
125
memberikan training motivasi kepada karyawannya agar mampu
berkembang.Koperasi juga mengupayakan untuk memberikan beberapa fasilitas
kepada karyawannya dengan tujuan agar karyawan koperasi dapat menghasilkan
kinerja yang lebih baik dan lebih bersemangat dalam melakukan pekerjaannya.
Fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada karyawan adalah sebagai berikut :
1. Setiap bulan mendapatkan upah
2. Setiap bulan diberi uang makan
3. Jaminan kesehatan ditanggung oleh koperasi : koperasi mempunyai
poliklinik tersendiri untuk karyawan koperasi.
4. Jaminan hari tua dari BPJS dan ASKES
5. Mendapat pesangon
6. Dana pensuin (BPJS)
Berdasarkan aspek manajemen dan organisasi yang telah dipaparkan di atas,
usaha pengolahan susu sapi murni Koperasi Susu SAE layak untuk
dikembangkan.
4.2.4 Aspek Keuangan
والف ض ة نالنساء والبن ينوالقناط ير المقنطرة م نالذ هب م الش هوات حب زينل لن اس
والحرث المسو مة واأن عام ن يا والخيل ل كمتاعالحياة الد والل هع ندهحسنالمآب ذ
Artinya:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga)”.(Q.S Ali ‘Imran: 14)
126
Tanpa tersedianya modal yang cukup dalam mengelola usaha maka akan
mustahil usaha tersebut dijalankan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Ayat di
atas menerangkan bahwa setiap manusia harus dapat mengelola hartanya denga
baik agar tidak hanya menuruti nafsu saja. Sehingga hartanya akan lebih
bermanfaat jika digunakan dalam usaha. Suatu usaha akan berjalan sesuai dengan
rencana dan mencapai tujuannya dengan baik, maka harus tersedianya modal yang
cukup.
Aspek keuangan yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu
usaha atau investasi adalah :
1. Payback Period (PP)
2. Average Rate Of Return (ARR)
3. Net Present Value (NPV)
4. Internal Rate of Return (IRR)
5. Profitability Index (PI)
Sebelum melakukan keempat metode analisis di atas, yang perlu dilakukan
terlebih dahulu adalah mengerjakan cash flow. Cash flow merupakan arus kas atau
aliran kas yang ada di perusahaan dalam periode tertentu. Cash flow juga
menggambarkan berapa uang keluar (cash out) serta jenis-jenis biaya yang
dikeluarkan.
Perhitungan Cash flow merupakan semua data pendapatan yang diterima
dan biaya yang dikeluarkan baik jenis maupun jumlahnya diestimasi sedemikian
rupa, sehingga menggambarkan kondisi kondisi pemasukan dan pengeluaran di
masa yang akan datang.
127
Salah satu ayat yang menjelaskan menganai bagaimana cara mendapatkan
harta sesuai dengan syariat islam. Sesuai dengan ayat ini Koperasi Susu SAE juga
menginvestasikan dananya untuk pengembangan usaha. Agar keuntungan yang
didapatkan lebih besar dan lebih bermanfaat.
Investasi yang digunakan dalam usaha Koperasi Susu SAE adalah sebesar
Rp 15.371.347.627 dimana sejumlah Rp 33.965.000 merupakan modal kerja.
Umur ekonomisnya adalah 5 tahun. Sedangkan, pengembalian yang diharapkan
adalah sebesar 10%. Tablecash flow adalah sebagai berikut :
Tabel 4.12
Cash Flow Koperasi Susu SAE
Tahun EAT Penyusutan Kas Bersih DF 5% PV Kas Bersih
2015 956.258.674 3.067.476.525 4.023.735.199 0,952 3.830.595.910
2016 1.053.617.066 3.067.476.525 4.121.093.591 0,907 3.737.831.887
2017 1.143.991.403 3.067.476.525 4.211.467.928 0,864 3.638.708.290
2018 1.234.365.740 3.067.476.525 4.301.842.265 0,823 3.540.416.184
2019 1.324.740.077 3.067.476.525 4.392.216.602 0,784 3.443.497.816
2020 1.415.114.414 3.067.476.525 4.482.590.939 0,746 3.344.012.841
Total 7.128.087.374
25.532.946.526
21.535.062.929
1. Payback Period (PP)
Karena cash flow tiap tahunnya tidak sama maka payback periodnya
adalah :
Investasi 15.371.347.627
kas bersih tahun 1 4.023.735.199(-)
11.347.612.428
kas bersih tahun 2 4.121.093.591(-)
7.226.518.836
kas bersih tahun 3 4.211.467.928(-)
3.015.050.908
128
Karena sisa sebesar 3.015.050.908 sehingga tidak dapat dikurangi kas
bersih tahun ke empat, maka sisa kas tahun ke tiga dibagi kas bersih tahun ke
empat, yaitu :
PP = 3.015.050.908 x 12bulan = 8,4 bulan = 8 bulan
4.301.842.265
Maka Payback Period adalah 3 tahun 8 bulan, artinya bahwa jangka waktu
yang diperlukan untuk pengembalian nilai investasi sebesar Rp 15.371.347.627
adalah 3 tahun 8 bulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak
dikembangkan karena PP < umur ekonomis.
2. Average Rate Of Return (ARR)
Mencarai ARR adalah dengan mencari rata-rata EAT nya terlebih dahulu,
sebagai berikut :
Rata-rata EAT = 7.128.087.374
6
= 1.188.014.562
Rata-rata investasi = 15.371.347.627
2
=7.685.673.814
ARR = 1.188.014.562
7.685.673.814
= 15,46% dibulatkan menjadi 15%
Hasil dari perhitungan ARR adalah 15% sedangkan keuntungan minimal
yang disyaratkan adalah 10%.Artinya bahwa rata-rata pengembalian dalam usaha
ini adalah sebesar 15%, akan tetapi keuntungan yang disyaratkan adalah 10%.
Sehingga disimpulkan bahwa hasil ARR > keuntungan yang disyaratkan, maka
pengembangan usaha ini layak untuk dilakukan.
3. Net Present Value (NPV)
129
Menghitung NPV terlebih dahulu harus tahu berapa PV kas bersihnya. PV
kas bersih dapat dicari dengan cara menghitung dari cash flow perusahaan selama
umur ekonomis.
Table 4.13
Cash Inflow dengan DF 5%
tahun kas bersih DF 5% PV kas bersih (cash inflow)
2015 4.023.735.199 0,952 3.830.595.910
2016 4.121.093.591 0,907 3.737.831.887
2017 4.211.467.928 0,864 3.638.708.290
2018 4.301.842.265 0,823 3.540.416.184
2019 4.392.216.602 0,784 3.443.497.816
2020 4.482.590.939 0,746 3.344.012.841
Total PV Kas bersih 21.535.062.929
total PV kas bersih = Rp 21.535.062.929
total PV investasi = Rp 15.371.347.627-
NPV Rp 6.163.715.302
Nilai NPV adalah positif sebesar Rp 6.163.715.302 sehingga usaha
Koperasi Susu SAE dapat dikembangkan, karena hasil NPV adalah positif.Artinya
dana sebesar Rp15.371.347.627 dapat menghasilkan present value cash flow
sebesar Rp 6.163.715.302.
4. Internal Rate Of Return (IRR)
Ada beberapa langkah dalam menghitung IRR, yaitu sebagai berikut :
a. Mencari rata-rata kas bersih, yaitu Rp 25.532.946.526
6
= Rp 4.255.491.088
b. Perkiraan besarnya PP, yaitu : Rp 15.371.347.627
Rp 4.255.491.088
= 3,612
c. Dalam table PVIFA, tahun ke 6 diketahui yang terdekat dengan angka
3,618adalah 3,658 yaitu 16%.
130
d. Secara subjektif tiap discount dikurangi 2% menjadi 14% sehingga
NPV nya dapat dilihat dalam table berikut :
Tabel 4.14
Table NPV dengan DF 14%
Tahun Kas Bersih DF 14% PV Kas Bersih
2015 4.023.735.199 0,877 3.528.815.770
2016 4.121.093.591 0,769 3.169.120.972
2017 4.211.467.928 0,675 2.842.740.852
2018 4.301.842.265 0,592 2.546.690.621
2019 4.392.216.602 0,519 2.279.560.417
2020 4.482.590.939 0,456 2.044.061.468
Total PV kas bersih 16.410.990.099
Nilai NPV positif, yaitu : 16.410.990.099 – 15.371.347.627 = 1.039.642.472
Kemudian untuk discount factor 17%, NPV nya dapat dilihat dalam table berikut :
Tabel 4.15
Table NPV dengan DF 17%
tahun kas bersih DF 17% PV kas bersih
2015 4.023.735.199 0,855 3.440.293.595
2016 4.121.093.591 0,731 3.012.519.415
2017 4.211.467.928 0,624 2.627.955.987
2018 4.301.842.265 0,534 2.297.183.770
2019 4.392.216.602 0,456 2.002.850.771
2020 4.482.590.939 0,390 1.748.210.466
Total PV kas bersih 15.129.014.005
Nilai NPV negative, yaitu = 15.129.014.005 - 15.371.347.627= - 242.333.622
Kemudian jika tabel tersebut digabungkan sebagai berikut :
131
Tabel 4.16
Perbandingan NPV dengan DF 14% dan 17%
Tahun Kas Bersih Bunga 14% Bunga 17%
DF PV kas bersih DF PV kas bersih
2015 4.023.735.199 0,877 3.528.815.770 0,855 3.440.293.595
2016 4.121.093.591 0,769 3.169.120.972 0,731 3.012.519.415
2017 4.211.467.928 0,675 2.842.740.852 0,624 2.627.955.987
2018 4.301.842.265 0,592 2.546.690.621 0,534 2.297.183.770
2019 4.392.216.602 0,519 2.279.560.417 0,456 2.002.850.771
2020 4.482.590.939 0,456 2.044.061.468 0,390 1.748.210.466
total PV kas bersih 16.410.990.099
15.129.014.005
total PV investasi 15.371.347.627
15.371.347.627
NPV C1 1.039.642.472 C2 (242.333.622)
Jika dimasukkan kedalam rumus sebagai berikut :
P1 = 14% P2 = 17%
C1 = 1.039.642.472 C2 = - 242.333.622
P2 – P1
IRR = P1 + C1 x C2 – C1
17 – 14
IRR = 14+1.039.642.472 x (-242.333.622) – 1.039.642.472
3
IRR = 14+1.039.642.472 x 1.306.362.964
IRR = 14 +3.118.927.417
1.306.362.964
IRR = 14 + 2,387 = 16,387 %
Berdasarkan hasil perhitungan IRR di atas maka dapat dilihat bahwa nilai
IRR adalah 16,387 %. Sehingga IRR > bunga pinjaman atau 16,387 % >14%
maka usaha Koperasi Susu SAE layak untuk dikembangkan. Artinya bahwa dana
sebesar Rp15.371.347.627 yang diinvestasikan dalam usaha ini menghasilkan
16,387% lebih besar dari bunga pinjaman yaitu sebesar 14%.
132
5. Profitability Index (PI)
PI = 21.535.062.929
15.371.347.627
= 1,40098731
Berdasarkan kriteria PI, usulan pengembangan usaha ini layak untuk
dilakukan, karena PI > 1. Artinya present value cash inflow yang dihasil dari
usaha ini lebih besar dari present value cash outflow.
133
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Koperasi Susu SAE
di Kecamatan Pujon maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Aspek Pasar dan Pemasaran
Terdapat adanya peluang pasar yang terus meningkat dalam beberapa
tahun yang akan datang. Pabrik terletak dekat dengan daerah bahan baku dan
tempat pemasaran, hal ini sangat mendukung proses produksi. Berdasarkan aspek
pasar dan pemasaran usaha Koperasi Susu SAE layak untuk dikembangkan.
2. Aspek Teknik / Operasional dan Teknologi
Kapasitas peralatan-peralatan yang dipakai cukup besar sehingga jika
produksi bertambah, maka tetap dapat tertampung. Proses produksi yang berawal
dari para peternak di Pujon hingga sampai pada tangan konsumen semua telah
ada prosedurnya dan terdapat standarisasi dalam menghasilkan susu murni
berkualitas. Berdasarkan aspek teknik / operasional dan teknologi usaha Koperasi
Susu SAE layak untuk dikembangkan.
3. Aspek Manajemen dan Organisasi
Pembagian tugas dan wewenang telah dibagi sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan dan dibagi sesuai latar belakang pendidikan masing-masing
karyawan. Sebelum merekrut karyawan baru manajer koperasi selalu melakukan
pelatihan terlebih dahulu. Berdasarkan aspek manajemen dan organisasi usaha
Koperasi Susu SAE layak untuk dikembangkan.
134
4. Aspek keuangan
Lima metode yang telah digunakan dalam penelitian ini dalam menguji
aspek keuangan memberikan hasil yang baik. Hasil PP lebih kecil dari umur
ekonomis, artinya jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi
lebih kecil dari umur ekonomis. Perhitungan ARR dapat disimpulkan ARR lebih
besar dari keuntungan yang disyaratkan. Rata- rata pengembalian dalam usaha ini
lebih besar dari pada keuntungan yang disyaratkan. Nilai NPV adalah positif.
Hasil perhitungan IRR adalah IRR lebih besar bunga pinjaman. Dana yang
diinvestasikan dalam usaha ini menghasilkan laba yang lebih besar dari pada
bunga pinjamannya. Hasil Perhitungan PI adalah PI lebih besar dari satu. Artinya
present value cash inflow yang dihasil dari usaha ini lebih besar dari present value
cash outflow. Berdasarkan aspek keuangan usaha Koperasi Susu SAE layak untuk
dikembangkan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ada beberapa saran untuk Koperasi
Susu SAE, Pemerintah Daerah, dan untuk penelitian selanjutnya.
1) Saran kepada Koperasi Susu SAE :
a. Berdasarkan aspek-aspek yang telah diteliti, maka pengembangan usaha
dengan cara meningkatkan hasil produksi pada usaha pengolahan susu
sapi murni Koperasi Susu SAE layak untuk dilaksanakan.
b. Pihak Koperasi Susu SAE dan para peternak masyarakat Pujon sebaiknya
setahun sekali mengadakan sosialisasi mengenai metode-metode terbaru
dalam merawat sapi dengan efektif dan efisien, agar para peternak dapat
135
menghasil susu murni lebih banyak dan lebih berkualitas. Sehingga
kebutuhan pasar dapat terpenuhi.
c. Pihak Koperasi Susu SAE sebaiknya menjalin hubungan kerja sama yang
lebih intens dengan para peternak, sehingga dari hubungan tersebut
diharapkan masyarakat termotivasi untuk menjadi peternak yang sukses
dan dapat menekuni pekerjaannya sebagai peternak sapi.
d. Pengembangan usaha Koperasi Susu SAE akan lebih baik jika dapat
diekspor ke luar kota. Karena melihat usaha pengembangan yang
dilakukan dan peluang pasar yang besar maka diharapkan inovasi-inovasi
yang dilakukan dapat memperluas pemasaran produksi susu sapi murni.
2) Saran kepada Pemerintah Daerah :
Pemerintah telah banyak mendukung perkembangan usaha peternakan
susu sapi murni, sehingga diharapkan selanjutnya pemerintah dapat melindungi
harga susu agar tetap lebih tinggi dari harga daging sapi.
3) Saran untuk penelitian selanjutnya :
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti lebih memperluas
pembahasan dan memperbanyak aspek yang diteliti. Sehingga akan menambah
kajian semakin mendalam menganai usaha ternak susu sapi murni.
136
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Arikunto, Suharsimi. (2005). Manajemen Penelitian (cet. ke-7). Jakarta: PT
Rineka Cipta.1
Diana, Ilfi Nur. (2012). Hadis – Hadis Ekonomi (cet. ke-3). Malang: UIN
MALIKI Press.
Fahmi, Irham., Syahiruddin., Hadi, Yovi Lavianti. (2009). Studi Kelayakan Bisnis
(Teori dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta.
Hasan, Irmayanti. (2011). Manajemen Operasional Perspektif Integratif. Malang:
UIN MALIKI Press.
Idri. (2015). Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi (cet. ke-1).
Jakarta: Prenadamedia Group.
Ibrahim, Yacob. (1998). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT RinekaCipta.
Johan, Suwinto. (2011). Studi Kelayakan Pengembangna Bisnis. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Jumingan. (2009). Studi Kelayakan Bisnis (Teori & Pembuatan Proposal
Kelayakan). Jakarta: PT BumiAksara.
Kasmir., Jakfar. (2008). Studi Kelayakan Bisnis (edisi 2, cet. ke-5). Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Leksono, Sonny. (2013). Penelitian Kualitatif Ilmu Ekonomi: dari Metodologi ke
Metode. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Moleong, Lexy J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif (cet. ke-30). Bandung:
PT RemajaRosdakarya.
Makin, Moch. (2011). Tata Laksana Peternakan Sapi Perah(cet. ke-1).
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Munir, Misbahul. (2007). Ajaran-Ajaran Ekonomi Rasulullah: Kajian Hadis Nabi
dalam Perspektif Ekonomi. Malang: UIN-Malang Press.
Narbuko, Cholid., Achmadi, Abu., (2012). Metodologi Penelitian: memberikan
bekal teoretis pada mahasiswa tentang metodologi penelitian serta
diharapkan dapat melaksanakan penelitian dengan langkah-langkah yang
benar (cet. ke-12). Jakarta: BumiAksara.
137
Nurdin, Allyza. (2011). Manajemen Sapi Perah (cet. ke-1). Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Qardhawi, Yusuf. (1996). Fiqih Prioritas, Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Jakarta: Rabbani Press.
Sucipto, Agus. (2011). Studi Kelayakan Bisnis (Analisis Integratif dan Studi
Kasus). Malang: UIN-MALIKI Press.
Suryani., Hendryadi.(2015). Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenada
Media Group.
Supardi, (2005). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII
Press.
Subagyo, Ahmad. (2007). Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT
Gramedia.
Zubir, Zalmi. (2005). Studi Kelayakan Usaha. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
https://id.wikipedia.org./, diakses 6 November 2016.
http://agribisnis.co.id, diakses 6 November 2016.
http://jatim.bps.go.id, diakses 16 Juni 2017.
http://malangkab.bps.go.id, diakses 16 Juni 2017.
Lampiran 1 : Panduan Wawancara
Panduan wawancara kepada Manajer Koperasi Susu SAE :
1) Aspek Pasar dan Pemasaran
Item Pertanyaan
Peluang 1. Apakah produksi susu SAE dapat di ekspor keluar Jawa
maupun Luar Negeri ?
Pesaing 1. Adakah pesaing yang potensial yang dapat mempengaruhi
penjualan susu di Koperasi Susu SAE ?
2. Adakah pesaing yang berpotensi untuk memunculkan
produk pengganti ?
Segmentasi 1. Kemana saja pemasaran produk yang dilakukan ?
2. Siapa saja target konsumen yang akandituju ?
Strategi
Pemasaran :
Produk
Harga
Saluran Distribusi
Promosi
1. Apakah produk yang dikeluarkan sudah sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan konsumen ?
2. Bagaimana penentuan harga jual produksi susu ?
3. Bagaimana pendistribusian produksi susu ?
4. Sarana promosi apa yang digunakan untuk memasarkan
prodak ?
2) Aspek Teknik/Operasional dan Teknologi
Item Pertanyaan
Penentuan Lokasi 1. Berdasarkan pendekatan apa yang digunakan oleh
koperasi untuk menentukan lokasi produksi ?
2. Factor apa saja yang dipertimbangkan dalam pemilihan
lokasi produksi ?
Pemilihan
Teknologi
1. Apakah teknologi yang dipilih sudah memenuhi standart
dalam proses produksi ?
2. Apakah teknologi yang dipilih sudah teruji pemkaiannya ?
3. Apakah sumber daya manusia yang tersedia mampu
menerapkan/mengoperasikan teknologi tersebut ?
4. Berapa biaya pemeliharaan mesin ?
Proses Produksi 1. Bagaimana proses produksi mulai dari peternak hingga
pada pengelolaan di koperasi ?
3) Aspek Manajemen dan Organisasi
Item Pertanyaan
Pengembangan
Karier
1. Bagaimana upaya koperasi dalam melakukan
pengembangan karier pada karyawan ?
Pemutusan
Hubungan Kerja
1. Apakah koperasi pernah melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja ?
2. Jika pernah apa alasan yang mendasarinya ?
Lampiran 2 : Jumlah Investasi dan Rincian Aktiva Tetap
Jumlah investasi untuk usaha di Koperasi Susu SAE adalah :
Digunakan untuk modal kerja : Rp 33.965.000
Dan biaya aktiva tetap : Rp 15.337.382.627(+)
Jumlah : Rp 15.371.347.627
Rincian aktiva tetapnya adalah sebagai berikut :
Sumber : Buku Laporan Tahunan Koperasi Susu SAE tahun 2015
Depresiasi : Rp 15.337.382.627 : 5 = Rp 3.067.476.525
Aktiva Tetap Jumlah
Tanah 4.609.476.636
Bangunan 5.364.714.320
Kendaraan 3.421.243.642
Perlengkapan unit persusuan dan teknis 1.248.458.193
Perlengkapan kantor pusat 82.404.080
Perlengkapan unit pakan ternak 337.208.669
Perlengkapan peternakan dan rearing 6.718.515
Perlengkapan kesenian 2.559.593
Perlengkapan unit waserda 127.863.581
Perlengkapan unit BP dan RB 83.579.100
Perlengkapan kendaraan unit simpan pinjam 9.602.398
Perlengkapan café 43.553.900
Jumlah 15.337.382.627
Lampiran 3 : Ramalan EAT
Ramalan EAT untun lima tahun kedepan adalah :
Tahun X SHU (EAT) (Y) X2
XY
2013 -1 775.510.000 1 -77.510.000
2014 0 886.836.502 0 0
2015 1 956.258.674 1 956.258.674
Jumlah 0 2.618.605.176 2 180.748.674
a : 2,618,605,176 : 3 = 872.868.392
b : 180.748.674 : 2 = 90.374.337
sehingga fungsi persamaannya adalah :
Y = 872.868.392 + 90.374.337 X
Jadi ramalan EAT untuk lima tahun kedepan adalah :
Y2016 = 872.868.392 + 90.374.337 (3) = 1.053.617.066
Y2017 = 872.868.392 + 90.374.337 (4) = 1.143.991.403
Y2018 = 872.868.392 + 90.374.337 (5) = 1.234.365.740
Y2019 = 872.868.392 + 90.374.337 (6) = 1.324.740.077
Y2020 = 872.868.392 + 90.374.337 (7) = 1.415.114.414
Lampiran 4 : Foto Kegiatan Warga Pujon di TPS
Berikut ini adalah beberapa foto kegiatan menghimpun susu sapi murni dan
pengujian hasil susu sapi murni warga Pujon di salah satu TPS :
BIODATA PENELITI
Nama Lengkap : Ida Nur Aisyah
Tempat, tanggal lahir : Ponorogo, 05 Mei 1995
Alamat Asal : Dsn. Tegal Asri, Ds. Karanggebang, Kec. Jetis,
Kab. Ponorogo
Alamat Kos : Jln. Sunan Kalijaga Dalam No. 1 Dinoyo
Lowokwaru Malang
No. Hp : 082331556093
E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal
2000 – 2001 : TK Muslimat Puhlimo
2001 – 2007 : SD Negeri 3 Karanggebang
2007 – 2010 : MTs Al-Islam
2010 – 2013 : SMA Negeri 1 Sambit
2013 – 2017 : Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Pendidikan Non Formal
2013 – 2014 : Program Khusus Perkuliahan Bahasa Arab UIN Maliki
Malang
2014 – 2015 : English Language Center (ELC) UIN Maliki Malang
Aktivitas dan Pelatihan
Peserta Pelatihan Makalah dan Teknik Presentasi oleh Halaqoh Ilmiah
Ma’had Sunan Ampel Al-Ali UIN Maliki Malang Tahun 2013
Peserta Sminar Nasional Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dilaksanakan
oleh DEMA Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang Tahun 2013
Peserta Roadshow Sekolah Pasar Modal Syariah UIN Maliki Malang Tahun
2015
Peserta Seminar Nasional Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang
“Membentuk Calon Wirausahawan Muda Tangguh, Kreatif, Inovatif dan
Berjiwa Ulul Albab” Tahun 2015
Peserta Pelatihan Statistik Bidang Ekonomi di PI7STATISTICS Tahun 2016
Malang, 19 Juni 2017
Ida Nur Aisyah