analisis potensi pengelolaan sampah kemasan …

20
Universitas Indonesia 1 ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN DALAM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI APARTEMEN (STUDI KASUS: APARTEMEN GARDENIA BOULEVARD DAN APARTEMEN KALIBATA RESIDENCE, JAKARTA) Nurhayati Caesaria, Gabriel S. B. Andari K., dan Cindy R. Priadi Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok ABSTRAK Timbulan limbah padat yang terus meningkat serta minimnya lahan TPA mendorong timbulnya upaya untuk mengatasi masalah persampahan, salah satunya dengan Extended Producer Responsibility (EPR) dimana tanggung jawab produsen diperluas hingga tahap post- consumer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi reduksi sampah kemasan di apartemen dengan diterapkannya konsep EPR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata timbulan sampah di Apartemen Gardenia Boulevard dan Kalibata Residence adalah 0,226 dan 0,342 kg/orang/hari atau sebesar 2,746 dan 2,687 liter/orang/hari, dengan sampah kemasan sebesar 63,5% dan 43,7% dari total limbah padat anorganik yang dihasilkan.Rekomendasi mekanisme pelaksanaan konsep EPR yang sesuai untuk Apartemen Gardenia Boulevard adalah melakukan penarikan kembali produk dan/atau kemasan yang habis masa pakainya dan dikelola melalui cara reuse dan recycle oleh produsen. Sedangkan untuk Apartemen Kalibata Residence pelaksanaan EPR akan memanfaatkan lapak disekitar lokasi untuk selanjutnya disalurkan ke pabrik daur ulang. Dengan diterapkannya konsep EPR kemasan di Apartemen Gardenia Boulevard dan Kalibata Residence dapat mengurangi timbulan limbah padat anorganik yang dibawa ke TPST Bantar Gebang yaitu sebesar 55,2% dan 50,2%. Kata kunci: timbulan limbah padat; rata-rata timbulan; EPR; kemasan; daur ulang ABSTRACT The continously increasing solid waste generation and lack of landfill area encourage efforts to tackle the waste problem. This includes Extended Producer Responsibility (EPR) where a producer’s responsibility for a product is extended to the post-consumer stage of the product’s lifecycle, including its final disposal. This study aims to determine the reduction potential of packaging waste in apartment with the implementation of EPR concept. The results showed that the rate of waste generation in Gardenia Boulevard and Kalibata Residence is 0.226 dan 0.342 kg/person/day or 2.746 dan 2.687 liters/person/day, respectively, in which the packaging waste is 63.5% and 43.7% of the total inorganic solid waste generated. Recommendation mechanism for EPR concept in Gardenia Boulevard is product/waste collection in the post-consumer stage and then managing with reuse and recycle. Whereas in Kalibata Residence, retailer close to building will accept packaging waste to convey it afterwards to recycling plant. The implementation of EPR concept in Gardenia Boulevard and Kalibata Residence can reduce the generation of inorganic solid waste brought to Bantar Gebang landfill by 55.2% and 50.2%. Key words : solid waste generation; rate of generation; EPR; packaging; recycle Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 1  

ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN DALAM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI APARTEMEN (STUDI KASUS:

APARTEMEN GARDENIA BOULEVARD DAN APARTEMEN KALIBATA RESIDENCE, JAKARTA)

Nurhayati Caesaria, Gabriel S. B. Andari K., dan Cindy R. Priadi

Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok

ABSTRAK

Timbulan limbah padat yang terus meningkat serta minimnya lahan TPA mendorong timbulnya upaya untuk mengatasi masalah persampahan, salah satunya dengan Extended Producer Responsibility (EPR) dimana tanggung jawab produsen diperluas hingga tahap post-consumer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi reduksi sampah kemasan di apartemen dengan diterapkannya konsep EPR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata timbulan sampah di Apartemen Gardenia Boulevard dan Kalibata Residence adalah 0,226 dan 0,342 kg/orang/hari atau sebesar 2,746 dan 2,687 liter/orang/hari, dengan sampah kemasan sebesar 63,5% dan 43,7% dari total limbah padat anorganik yang dihasilkan.Rekomendasi mekanisme pelaksanaan konsep EPR yang sesuai untuk Apartemen Gardenia Boulevard adalah melakukan penarikan kembali produk dan/atau kemasan yang habis masa pakainya dan dikelola melalui cara reuse dan recycle oleh produsen. Sedangkan untuk Apartemen Kalibata Residence pelaksanaan EPR akan memanfaatkan lapak disekitar lokasi untuk selanjutnya disalurkan ke pabrik daur ulang. Dengan diterapkannya konsep EPR kemasan di Apartemen Gardenia Boulevard dan Kalibata Residence dapat mengurangi timbulan limbah padat anorganik yang dibawa ke TPST Bantar Gebang yaitu sebesar 55,2% dan 50,2%. Kata kunci: timbulan limbah padat; rata-rata timbulan; EPR; kemasan; daur ulang

ABSTRACT

The continously increasing solid waste generation and lack of landfill area encourage efforts to tackle the waste problem. This includes Extended Producer Responsibility (EPR) where a producer’s responsibility for a product is extended to the post-consumer stage of the product’s lifecycle, including its final disposal. This study aims to determine the reduction potential of packaging waste in apartment with the implementation of EPR concept. The results showed that the rate of waste generation in Gardenia Boulevard and Kalibata Residence is 0.226 dan 0.342 kg/person/day or 2.746 dan 2.687 liters/person/day, respectively, in which the packaging waste is 63.5% and 43.7% of the total inorganic solid waste generated. Recommendation mechanism for EPR concept in Gardenia Boulevard is product/waste collection in the post-consumer stage and then managing with reuse and recycle. Whereas in Kalibata Residence, retailer close to building will accept packaging waste to convey it afterwards to recycling plant. The implementation of EPR concept in Gardenia Boulevard and Kalibata Residence can reduce the generation of inorganic solid waste brought to Bantar Gebang landfill by 55.2% and 50.2%. Key words : solid waste generation; rate of generation; EPR; packaging; recycle

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 2: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 2  

PENDAHULUAN

DKI Jakarta sebagai ibukota Negara memegang peranan penting dalam sektor

perekonomian Indonesia. Banyak masyarakat daerah yang berbondong-bondong untuk

mencari nafkah di kota metropolitan ini. Hal tersebut menyebabkan jumlah penduduk Jakarta

semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Pertambahan penduduk yang pesat ini

menyebabkan tingkat konsumsi serta tingkat aktivitas juga meningkat, akibatnya jumlah

buangan sampah/limbah yang dihasilkan meningkat pesat pula.

Limbah padat merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang belum dapat

teratasi dengan baik di DKI Jakarta. Hal ini terbukti dengan volume limbah padat yang terus

meningkat, namun minim penanganan. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta

tahun 2011, total timbulan limbah padat yang dihasilkan yaitu sebanyak 5.597,87 ton per

harinya (Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2011). Dari total timbulan limbah padat tersebut,

sebanyak 4.986,31 ton limbah padat masuk ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)

Bantar Gebang setiap harinya (Jakarta dalam Angka, 2012). Dengan kata lain, volume limbah

padat yang masuk ke TPST Bantar Gebang telah melebihi kapasitas yang hanya dapat

menampung sekitar 3.000 ton per harinya. Untuk itu diperlukan pengolahan limbah padat

dalam jumlah besar di sumber agar memperpanjang usia TPST Bantar Gebang.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan konsep Perluasan

Tanggung Jawab Produsen atau selanjutnya disebut Extended Producer Responsibility (EPR)

dimana para produsen harus bertanggung jawab terhadap produk dan atau kemasannya

sehingga potensi sampah dari produk yang mereka hasilkan dapat dikurangi, khususnya

sampah kemasan. Sampah kemasan merupakan salah satu jenis sampah yang banyak

dihasilkan, hal ini disebabkan karena setiap produk akan selalu dikemas untuk menjaga

kualitas dan kuantitas produk tersebut sebelum diterima konsumen.

Permasalahan jumlah penduduk yang terus meningkat tidak hanya dirasakan dengan

bertambahnya limbah padat yang dihasilkan saja. DKI Jakarta yang memiliki daerah seluas

662 km2 dan dengan jumlah penduduk sebanyak 9.607.787 jiwa menjadikan kota ini sebagai

kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia (Jakarta dalam Angka, 2012).

Kepadatan penduduk yang tinggi dan sempitnya wilayah DKI Jakarta inilah yang belakangan

mendorong para pengembang untuk menyediakan hunian vertikal yang dilengkapi pula

dengan fasilitas yang memanjakan penghuninya. Umumnya, penghuni apartemen ini memiliki

sifat praktis dan serba cepat, hal ini mendorong konsumen untuk menggunakan produk

“disposable” seperti mie instan, minuman kotak (tetrapak), kopi sachet, shampoo sachet,

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 3: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 3  

detergen sachet, dll. Limbah padat kemasan ini merupakan salah satu limbah padat yang

sangat berpotensi sebagai objek dari konsep EPR. Oleh sebab itu, apartemen dengan

mayoritas penghuninya bersifat praktis dan berpotensi besar untuk penerapan konsep EPR

dipilih sebagai wilayah studi.

Melalui penelitian ini diharapkan pihak apartemen dapat bekerja sama dengan

penghuni dan produsen dalam mendukung program EPR yang tentunya dapat meminimisasi

penggunaan bahan baku dan juga meminimisasi timbulan limbah padat apartemen.

TINJAUAN TEORITIS

Extended Producer Responsibility (EPR)

Perluasan Tanggung Jawab Produsen atau biasa disebut Extended Producer

Responsibility (EPR) adalah suatu pendekatan kebijakan yang meminta produsen

menggunakan kembali produk-produk dan kemasannya. Menurut Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan

Recycle melalui Bank Sampah, EPR merupakan strategi yang didisain dalam upaya

mengintegrasikan biaya lingkungan ke seluruh proses produksi suatu batang sampai produk

itu tidak dapat dipakai lagi sehingga baya lingkungan menjadi bagian dari komponen harga

pasar tersebut. Sedangkan menurut Organisation for Economic Cooperpation and

Development (OECD), EPR merupakan suatu pendekatan kebijakan lingkungan dimana

tanggung jawab produsen pada sebuah mata rantai produksi diperluas hingga pada tahap post-

consumer. Kebijakan ini memberikan insentif kepada produsen untuk mendisain ulang produk

mereka agar memungkinkan untuk didaur-ulang, tanpa material-material yang berbahaya dan

beracun (Rafianti, 2010). Dalam hal ini tanggung jawab produsen terhadap sampah yang

dihasilkan dari produk mereka telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012

tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

khususnya pasal 12, 13, 14, dan 15.

Dalam implementasinya, konsep EPR bisa dilakukan dengan tiga cara yaitu (Rafianti,

2010) :

1. Melakukan evaluasi dan manajemen ulang pada proses produksi. Cara ini bisa

dilakukan dengan mengevaluasi bahan baku produk dan kemasan dan menukarnya

dengan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan, seperti kemasan bioplastik. Cara

ini biasanya menggunakan berbagai analisis seperti Life Cycle Analysis (LCA) yang

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 4: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 4  

dapat membantu meningkatkan penerimaan program dan optimasi sebuah produk

lingkungan.

2. Melakukan penarikan kembali produk dan/atau kemasan yang habis masa pakainya

dan dikelola melalui cara reuse dan recycle, atau dimanfaatkan sebagai sumber energi.

Seluruh mekanisme ini dapat dilaksanakan sendiri oleh produsen/perusahaan.

3. Mendelegasikan tanggung jawab tersebut ke pihak ketiga, dimana pihak ketiga

tersebut dibayar untuk mengumpulkan dan mengelola produk dan/atau kemasan

mereka. Praktik ini telah banyak dilakukan di negara-negara maju, biasanya ini berupa

bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti baterai, perlengkapan pertanian, dan

industri kimia.

Sampah Kemasan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemasan adalah bungkus pelindung barang

dagangan. Kemasan merupakan wadah atau tempat yang digunakan untuk mengemas suatu

komoditas dan telah dilengkapi dengan tulisan atau label yang menjelaskan tentang isi,

kegunaan dan lain-lainnya yang perlu atau diwajibkan. Kemasan melindungi produk dari sinar

matahari berlebih, kelembaban, dan sebagainya serta melindungi produk dari pengaruh

penanganan yang tidak benar.

Berdasarkan urutan dan jaraknya dengan produk, kemasan dapat dibedakan sebagai

berikut (Astawan, 2007):

1. Kemasan Primer

Kemasan yang langsung bersentuhan dengan isi produk, sehingga dapat terjadi migrasi

komponen bahan kemasan ke isi produk yang berpengaruh terhadap rasa, bau dan

warna. Contoh kemasan primer dapat berupa plastik pembungkus makanan, botol

plastik, kaleng, aerosol spray, alumunium foil, bungkus permen, dll.

2. Kemasan Sekunder

Kemasan lapis kedua setelah kemasan primer, dengan tujuan untuk lebih memberikan

perlindungan kepada produk dan mewadahi beberapa kemasan primer sekaligus.

Contoh kemasan sekunder dapat berupa duplex, plastik, kardus, dll.

3. Kemasan Tersier

Kemasan lapis ketiga setelah kemasan sekunder, dengan tujuan untuk memudahkan

proses transportasi agar lebih praktis dan efisien. Contoh kemasan tersier dapat berupa

kotak kardus atau peti kayu.

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 5: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 5  

Terdapat berbagai macam bahan kemasan yang saat ini sudah beredar di pasaran.

Berikut beberapa penjabaran mengenai bahan kemasan yang sering digunakan produsen untuk

mengemas produk mereka (Miltz, 1992).

1. Plastik

Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia,

menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan karena

kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi,

tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal), dapat diberi warna dan harganya

yang murah. Beberapa jenis kemasan plastik yang banyak digunakan untuk berbagai

tujuan kemasan adalah polistiren, polietilen dan polivinil klorida. Kelemahan dari

plastik karena adanya zat monomer dan molekul kecil dari plastik yang mungkin

bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas.

2. Kertas

Kemasan kertas merupakan kemasan fleksibel yang pertama sebelum

ditemukannya plastik dan aluminium foil. Kemasan kertas dapat berupa kemasan

fleksibel atau kemasan kaku. Beberapa jenis kertas yang dapat digunakan sebagai

kemasan fleksibel adalah kertas kraft dan kertas tahan lemak (grease proof). Kemasan

kertas yang kaku terdapat dalam bentuk karton, kotak, kemasan tetrahedral dan lain-

lain, yang dapat dibuat dari paper board, kertas laminasi, corrugated board dan

berbagai jenis board dari kertas khusus. Wadah kertas biasanya dibungkus lagi dengan

bahan-bahan kemasan lain seperti plastik dan alumunium foil yang lebih bersifat

protektif.

3. Logam

Bentuk kemasan dari bahan logam yang biasa digunakan untuk bahan pangan

yaitu kaleng tinplate, kaleng alumunium, dan alumunium foil. Kaleng tinplate banyak

digunakan dalam industri makanan dan komponen utama untuk tutup botol. Kaleng

alumunium banyak digunakan dalam industri minuman. Alumunium foil banyak oleh

industri makanan ringan, susu bubuk dan sebagainya. Penggunaan kemasan logam

pada makanan dan minuman harus dipantau karena sigatnya yang korosif.

4. Kaca

Bahan gelas sesuai digunakan untuk produk pangan yang mengalami

pemanasan seperti pasteurisasi atau sterilisasi. Wadah gelas kedap terhadap semua gas

sehingga menguntungkan bagi minuman berkarbonasi.

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 6: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 6  

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Terdapat 2 pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan

kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif yang dilakukan berupa

pengukuran jumlah timbulan dan komposisi limbah padat yang dihasilkan masing-masing

tower apartemen dence selama 8 hari sesuai SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan

dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Dari data pengukuran

yang diperoleh maka akan dilakukan perhitungan untuk mengetahui timbulan limbah padat

yang dihasilkan dan juga komposisi limbah padat dalam bentuk persentase. Selain itu dari

data timbulan dan komposisi tersebut dapat diketahui pula jumlah kemasan primer, sekunder,

dan tertier sebagai potensi konsep EPR pada apartemen.

Untuk pendekatan kualitatif dilakukan dengan penyebaran kuesioner yang diperlukan

dalam membuat rekomendasi perancangan pengelolaan limbah padat kemasan yang dapat

diterapkan di apartemen serta pengumpulan data sekunder dari pengelola apartemen.

Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan di Apartemen Gardenia Boulevard (364 unit dalam 1 tower)

dan Apartemen Kalibata Residence (250 unit dalam 1 tower). Sampel yang akan diteliti

berjumlah 15 untuk Apartemen Gardenia Boulevard dan 23 untuk Apartemen Kalibata

Residence yang meliputi limbah padat yang berasal dari tower apartemen dan taman. Berikut

perhitungan dengan rmenggunakan rumus Slovin untuk mengetahui jumlah sampel yang akan

diteliti :

dimana,

n = jumlah sampel

N = ukuran populasi

α = taraf signifikansi

Dikarenakan jumlah sampel yang terlalu banyak dan penelitian dilakukan dalam

jangka waktu yang singkat, maka tingkat akurasi untuk perhitungan disesuaikan yaitu menjadi

80%. Berikut perhitungan jumlah sampel dengan tingkat kepercayaan 80% :

• Untuk Apartemen Gardenia Boulevard dengan jumlah 364 unit pada tower

Bougenville, dengan tingkat kepercayaan 80% didapatkan jumlah sampel :

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 7: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 7  

n =250

1+ 250(0,2)2

= 23 sampel

• Untuk Apartemen Kalibata Residence dengan jumlah 250 unit pada tower Borneo,

dengan tingkat kepercayaan 80% didapatkan jumlah sampel :

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Timbulan Limbah Padat Apartemen

Kebanyakan penghuni Apartemen Gardenia Boulevard tidak membuang limbah padat

mereka setiap hari, melainkan setiap 2-3 hari sekali. Hal ini dikarenakan limbah padat yang

dihasilkan per harinya tidak terlalu banyak, sehingga limbah padat tersebut diakumulasikan

untuk keesokan harinya. Lain halnya dengan Apartemen Kalibata Residence, pembuangan

limbah padat sebagian besar dilakukan rutin setiap hari. Tabel berikut merupakan rata-rata

timbulan yang dihasilkan di kedua apartemen beserta perbandingan dengan literatur dan

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan pada landed house.

Tabel 1. Perbandingan Apartemen Gardenia Boulevard dan Apartemen Kalibata Residence

Sumber Limbah Padat Rata-Rata Timbulan

(kg/org/hari)

Literatur landed house*

(kg/org/hari)

Rata-Rata Timbulan

(L/org/hari)

Literatur Standar SNI 3242:2008**

(L/org/hari)

Gardenia Boulevard 0,226 ± 0,06 0,276 2,746 ± 0,42 2,5

Kalibata Residence 0,342 ± 0,08 0,276 2,687 ± 0,43 2,5

*Ramandhani (2011)

**SNI 3242:2008

Sumber: Hasil Olahan (2013)

Berdasarkan SNI 3242:2008 tentang Pengelolaan Sampah di Pemukiman, standar

timbulan rumah permanen yaitu sebesar 2,5 L/orang/hari (Tabel 1). Dari perbandingan berat

diketahui bahwa hasil penelitian pada apartemen Gardenia Boulevard dan Kalibata Residence

melebihi standar timbulan SNI yang ditetapkan. Selain itu, jika dibandingkan dengan

penelitian yang telah dilakukan pada landed house (Ramandhani, 2011) dimana timbulan

untuk perumahan menengah adalah sebesar 0,276 kg/orang/hari, timbulan rata-rata yang

n =364

1+ 364(0,1)2

= 23 sampel

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 8: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 8  

dihasilkan Apartemen Kalibata Residence dan Apartemen Gardenia Boulevard dapat

dianggap setara dengan literatur.

Dari tabel tersebut terlihat selisih rata-rata timbulan limbah padat yang cukup

signifikan antara kedua apartemen tersebut. Beberapa faktor yang menyebabkannya tersaji

dalam tabel berikut.

Tabel 2. Perbandingan Apartemen Gardenia Boulevard dan Apartemen Kalibata Residence

Faktor Kalibata Residence Gardenia Boulevard

Jenis Apartemen Bersubsidi Apartemen Komersil

Lokasi Terletak di daerah Kalibata, dekat dengan stasiun Kalibata, akses transportasi mudah

Terletak di daerah Pejaten, strategis terutama untuk para pekerja karena dekat dengan daerah bisnis dan komersil

Fasilitas City forest, children playground, taman, mesjid dan tempat ibadah

Taman, putting golf, lapangan tnnis, kolam renang, jogging track, gymnasium, dan juga lapangan badminton.

Harga/m2* ± Rp 10.000.000,00 ± Rp 13.500.000,00

*data sekunder

Sumber: Hasil Olahan (2013)

Dari tabel tersebut dapat dianalisis tingkat perekonomian penghuni di Apartemen

Gardenia Boulevard lebih tinggi dibanding Apartemen Kalibata Residence. Daya beli

penghuni di apartemen Gardenia Boulevard cenderung lebih tinggi, hal ini dapat terlihat dari

fasilitas yang diberikan dan juga lokasi apartemen yang strategis sehingga harga unit

huniannya pun menjadi lebih mahal. Selain itu, berdasarkan data kuisioner didapat bahwa

sebagian besar penghuni terdiri dari pekerja, pasangan muda dan juga kaum professional yang

hanya tinggal sementara di Apartemen Gardenia Boulevard.

Faktor pekerjaan dapat berpengaruh terhadap timbulan limbah padat yang dihasilkan.

Semakin lama waktu yang dihabiskan penghuni di dalam rumah maka semakin banyak pula

limbah padat yang dihasilkan. Becker (1996) dalam Febrero & Schwartz (2000) menjelaskan

teori alokasi waktu dengan perbedaan kegiatan yaitu bahwa total waktu dibedakan atas waktu

produktif yang digunakan untuk bekerja di luar rumah (productive working time) dan waktu

produktif untuk melakukan aktivitas di dalam rumah (work at home or not work). Apabila

dikaitkan dengan timbulan limbah padat, maka penggunaan waktu produktif di luar rumah

dapat mempengaruhi timbulan limbah padat yang dihasilkan. Dengan kata lain hal ini

menyebabkan timbulan limbah padat yang dihasilkan Apartemen Gardenia Boulevard

menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan apartemen Kalibata Residence yang mana para

penghuninya sebagian besar terdiri dari keluarga kecil yang sering menghabiskan waktu di

dalam rumah.

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 9: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 9  

Komposisi Limbah Padat Apartemen

Hasil pengukuran komposisi limbah padat diperlukan untuk menentukan upaya

pengelolaan yang paling efektif dan efisien dalam mengatasi timbulan limbah padat yang

dihasilkan di masing-masing apartemen. Komposisi limbah padat yang diteliti terbagi menjadi

8 komponen, yaitu organik, plastik, kertas, logam, kaca, kayu, tekstil, karet, dan lain-lain.

Dari 8 komponen tersebut, dipisahkan lagi menjadi beberapa bagian kecil.

Berikut merupakan perbandingan komposisi limbah padat keseluruhan yang terdapat

pada Apartemen Gardenia Boulevard dan Apartemen Kalibata Residence.

Tabel 2. Perbandingan Komposisi Limbah Padat Apartemen Gardenia Boulevard dan Apartemen Kalibata Residence

Komposisi Gardenia Boulevard Kalibata Residence

Berat (kg) Persentase (%) Berat (kg) Persentase (%)

Organik 6,760 51,7 14,316 68,0

Plastik 1,801 13,8 1,534 7,3

Kertas 1,034 7,9 1,246 5,0

Kaca 1,105 8,4 0,326 1,5

Logam 0,156 1,2 0,254 1,2

Kayu 0,016 0,1 0,037 0,2

Tekstil 0,062 0,5 0,071 0,3

Lain-lain 2,152 16,5 3,256 16,4

Sumber: Hasil Olahan (2013)

Dari tabel 2 di atas terlihat komposisi limbah padat untuk masing-masing apartemen.

Presentase limbah padat organik di kedua apartemen dominan diantara komposisi limbah

padat lainnya, hal ini dikarenakan makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi

oleh setiap orang. Untuk komposisi limbah padat organik, Apartemen Kalibata Residence

memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan Apartemen Gardenia Boulevard.

Pada posisi kedua, komponen limbah padat yang mendominasi di kedua apartemen

adalah plastik. Dalam hal ini, persentase plastik pada apartemen Gardenia Boulevardlah yang

lebih besar. Nilai ini terkait pula dengan profesi dan gaya hidup para penghuni. Berdasarkan

hasil survei kuisioner dan penelitian serta pengamatan di lapangan, para penghuni di

Apartemen Gardenia Boulevard cenderung bergaya hidup praktis dimana dibuktikan dengan

cukup banyak kemasan makanan instan. Terdapat perbedaan pada urutan posisi komposisi

yang dihasilkan kedua apartemen. Pada Apartemen Gardenia Boulevard posisi ketiga

ditempati oleh kaca, sedangkan pada Apartemen Kalibata Residence posisi ketiga ditempati

oleh kertas. Komponen lain-lain di kedua apartemen cukup signifikan, dimana komposisi

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 10: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 10  

terbanyak dari lain-lain adalah pampers yang umumnya sangat mudah menyerap air sehingga

kandungan airnya tinggi dan menambah bobot sampah.

Tchobanoglous (1993) dalam Integrated Solid Waste Management menyebutkan

salah satu faktor pengaruh variasi komposisi yang dihasilkan adalah kondisi ekonomi.

Kondisi ekonomi yang berbeda akan menghasilkan limbah padat dengan komposisi yang

berbeda pula. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu masyarakat, produksi limbah padat

anorganik seperti plastik, kertas, kaca, dan kaleng cenderung tinggi. Hal ini terlihat pada tabel

2 dimana komposisi nonorganik pada Apartemen Gardenia Boulevard mencapai 50% dari

total komposisi limbah padat yang dihasilkan.

Analisis Potensi EPR Kemasan di Apartemen

Berdasarkan penelitian dan pengolahan data yang dilakukan, didapatkan data

penggunaan kemasan yang terdiri dari kemasan primer, sekunder, dan tersier di kedua

apartemen. Berikut hasil penelitian limbah padat kemasan yang dilakukan di kedua

apartemen.

Tabel 3. Perbandingan Rata-rata Timbulan Sampah Kemasan di kedua Apartemen

Rata-rata Timbulan Kemasan (kg/hari) Primer Sekunder Tersier

Gardenia Boulevard 3,472 0,275 0,269

Kalibata Residence 2,699 0,183 0,056

Sumber: Hasil Olahan (2013)

Terlihat pada tabel 3 bahwa total rata-rata limbah padat kemasan (primer, sekunder,

dan tersier) yang dihasilkan di Apartemen Gardenia Boulevard mencapai 4,017 kg/hari, atau

sebesar 63,5% dari total rata-rata limbah padat anorganik yang dihasilkan setiap harinya.

Begitu pula dengan apartemen Kalibata Residence, total rata-rata limbah padat kemasan

(primer, sekunder, dan tersier) yang dihasilkan cukup banyak yaitu 2,939 kg/hari atau sebesar

43,7% dari total rata-rata limbah padat anorganik yang dihasilkan setiap harinya. Sebesar

86,5% limbah padat kemasan yang dihasilkan di apartemen Gardenia Boulevard berupa

kemasan primer, dimana jenis kemasan tersebutlah yang secara langsung mengemas produk.

Hal serupa juga terjadi pada Apartemen Kalibata Residence, dimana kemasan primer

mendominasi komposisi limbah padat kemasan yaitu sebesar 91,9%. Angka ini cukup besar

dan tentunya apabila diolah dengan baik sangat berpotensi untuk mengurangi timbulan limbah

padat yang dibawa ke TPST Bantar Gebang.

Gambar berikut merupakan komposisi limbah padat kemasan primer yang

dihasilkan di Apartemen Gardenia Boulevard.

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 11: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 11  

                     

Gambar 1. Total Komposisi Jenis Limbah Padat Kemasan di Apartemen Gardenia Boulevard

Sumber: Hasil Olahan (2013)

Sedangkan untuk limbah padat kemasan di Apartemen Kalibata Residence tertuang

dalam gambar berikut.  

                       Gambar 2. Total Komposisi Jenis Limbah Padat Kemasan di Apartemen Kalibata Residence

Sumber: Hasil Olahan (2013)

 Dari Gambar 1 dan Gambar 2 terlihat bahwa kemasan plastik mendominasi di kedua

apartemen. Lebih dari 50% dari persentase keseluruhan kemasan primer ini didominasi oleh

komponen plastik. Sulchan (2007) menyebutkan bahwa penggunaan kemasan plastik sudah

mendominasi industri makanan (mengemas, menyimpan dan membungkus makanan) di

Indonesia yaitu sebesar 80%.

Selain kemasan plastik, komponen kemasan terbesar selanjutnya berasal dari kertas

dan kaca. Sebagian besar kemasan yang terbuat dari kertas adalah dupleks, yang sering

digunakan sebagai wadah nasi kotakan maupun makanan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada

Gambar dimana persentase kertas menempati posisi kedua terbesar pada komposisi limbah

padat kemasan primer di apartemen Kalibata Residence. Lain halnya dengan Apartemen

51.9%

7.0%

31.7%

4.7% 0.5% 1.8% 2.4%

plastik

kertas

kaca

logam

kayu

kain

lain-lain

53.9% 29.2%

8.2%

4.8% 0.1% 0.0% 3.8%

plastik

kertas

kaca

logam

kayu

kain

lain-lain

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 12: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 12  

Gardenia Boulevard yang mana posisi kedua kemasan primer komponen limbah padat

terbesarnya berupa botol kaca.

Disamping itu, penggunaan styrofoam juga masih banyak dijumpai. Penggunaan

styrofoam sangat luas terutama sebagai kemasan mie instan dan kemasan makanan siap saji.

Berdasarkan penelitian dan pengamatan dilapangan didapat bahwa jumlah kemasan styrofoam

cukup banyak, namun karena massa jenis styrofoam yang kecil sehingga berat yang didapat

tidak begitu besar.

Dengan persentase jumlah limbah padat kemasan primer yang sangat tinggi ini

apabila dilakukan penanganan secara sistematis dapat mengurangi timbulan dan volume

limbah padat yang dibawa ke TPA secara signifikan. Berikut persen faktor pemulihan yang

didasarkan pada asumsi yang digunakan oleh Tchobanoglous dkk (2002) dimana pemilahan

sampah dilakukan dari sumbernya sehingga material sampah tidak rusak akibat bercampurnya

sampah kering dengan sampah basah.

Tabel 4. Faktor Pemulihan Limbah Padat

Material Persentase Pemulihan

Rentang Tipikal

Kertas campuran 40-60 50

Cardboard 25-40 30

HDPE 70-90 80

PET 70-90 80

Plastik campuran 30-70 50

Kaca 50-80 65

Kaleng 70-85 80

Alumunium 85-95 90 Sumber: Tchobanoglous dkk (2002)

Berdasarkan faktor pemulihan tersebut kemudian dihitung laju reduksi dan residu

sampah kemasan di kedua apartemen. Laju reduksi merupakan banyaknya sampah kemasan

yang dapat dikurangi dengan cara melakukan pemanfaatan kembali dan daur ulang. Laju

reduksi didapat dengan mengalikan setiap komposisi sampah kemasan dengan persen

pemulihan tipikal, sedangkan residu sampah didapatkan dengan mengurangi timbulan awal

masing-masing komposisi dengan laju reduksi masing-masing komposisi. Kemudian hasilnya

dipersentasekan pada tabel 5.

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 13: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 13  

67% 95%

33% 5%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Gardenia Boulevard Kalibata Residence

Tidak

Ya

Gambar 3. Persentase Kebersediaan Penghuni untuk Memilah

Tabel 5. Persentase Laju Reduksi dan Residu Sampah dikedua Apartemen

Sumber: Hasil Olahan (2013)

Rekomendasi Penerapan EPR Kemasan di Apartemen

Melihat komposisi limbah padat kemasan yang dihasilkan di kedua apartemen, dapat

digolongkan komponen kemasan yang berpotensi besar untuk dikembalikan ke produsen

untuk dapat didaur ulang, diantaranya : botol plastik, botol kaca, wadah dan pembungkus dari

kertas, serta wadah dan pembungkus dari plastik. Berikut tiga buah rekomendasi skenario

yang dapat diberikan sebagai salah satu opsi penerapan EPR kemasan di apartemen.

1. Melakukan penarikan kembali produk dan/atau kemasan yang habis masa pakainya

dan dikelola melalui cara reuse dan recycle.

Seluruh mekanisme ini dapat dilaksanakan sendiri oleh produsen/perusahaan

dan bekerjasama dengan pihak pengelola apartemen. Kunci dari skenario ini terletak

pada proses pengumpulan limbah padat kemasan. Berdasarkan data sekunder yang

diperoleh melalui kuisioner, didapat bahwa sebagian besar penghuni bersedia untuk

memilah limbah padat organik dan anorganik yang mereka hasilkan, apabila terdapat

peraturan khusus dan ketat yang diterapkan di apartemen. Berikut persentase

kebersediaan penghuni untuk melakukan pemilahan di kedua apartemen.

Sumber: Hasil Olahan (2013)

Presentase (%)

Laju Reduksi (kg/hari) Residu Sampah (kg/hari)

Gardenia Boulevard 55,2 44,8

Kalibata Residence 50,2 49,9

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 14: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 14  

Melihat tingginya animo penghuni untuk memilah limbah padat yang mereka

hasilkan, maka disarankan untuk meletakkan sebuah wadah khusus kemasan secara

komunal (dropping point) berupa tong dengan ukuran 120 L, dimana ukuran wadah

tersebut disesuikan berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap banyaknya limbah

padat kemasan di apartemen, yang diletakkan di setiap lantai apartemen dan juga

tempat-tempat umum di sekeliling apartemen, sehingga para penghuni dapat

memisahkan dan membuang limbah padat kemasan mereka ke dalam wadah tersebut.

Wadah tersebut direncanakan untuk menampung limbah padat kemasan

selama 3 hari untuk selanjutnya diangkut ke TPS (Rabu dan Sabtu). Untuk teknis

pengangkutan, petugas kebersihan mengangkut limbah padat kemasan dari tong yang

disediakan di masing-masing lantai dengan menggunakan sulo beroda ke TPS setelah

pengangkutan limbah padat rumah tangga dilakukan, hal ini dimaksudkan agar tidak

terjadi pencampuran limbah padat rumah tangga pada sulo beroda yang akan

membawa limbah padat kemasan ke TPS.

Limbah padat kemasan yang terkumpul kemudian diserahkan kembali kepada

produsen. Produsen dapat mendaur ulang limbah padat kemasan tersebut secara reuse,

direct recycling maupun indirect recycling (Damanhuri, 2010) sebagai bahan baku

kemasan maupun memanfaatkannya menjadi bentuk lain. Dalam hal ini, pihak

produsen lah (secara individu maupun kelompok) yang menyediakan fasilitas dan

sumber daya manusia yang bekerja untuk memindahkan dan mengangkut limbah

padat kemasan kembali ke pabrik untuk diolah. Peran pengelola apartemen hanya

sebatas menyediakan petugas kebersihan untuk mengumpulkan limbah padat kemasan

di setiap lantai apartemen.

Selain itu para produsen juga dapat melakukan evaluasi dan manajemen

ulang pada proses produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengevaluasi bahan baku

produk dan kemasan dan menukarnya dengan bahan-bahan yang lebih ramah

lingkungan, seperti kemasan bioplastik. Cara ini biasanya menggunakan berbagai

analisis seperti Life Cycle Analysis (LCA) yang dapat membantu meningkatkan

penerimaan program dan optimasi sebuah produk lingkungan. Berikut diagram alir

pengelolaan kemasan untuk skenario pertama yang disajikan dalam Gambar 4.

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 15: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 15  

Gambar 4. Diagram Alir Skenario Ke-1 Pengelolaan Kemasan Sumber: Hasil Olahan (2013)

2. Mendelegasikan tanggung jawab tersebut ke pihak ketiga, dimana pihak ketiga

tersebut dibayar untuk mengumpulkan dan mengelola produk dan/atau kemasan

mereka.

Dalam skenario ini produsen dapat menggunakan pihak ketiga untuk

mengumpulkan limbah padat yang dihasilkan. Produsen dapat secara individu ataupun

berkelompok dengan produsen lain untuk menunjuk pihak ketiga yang akan mengelola

limbah padat mereka. Dalam hal ini pihak ketiga dapat memilah limbah padat yang

dihasilkan di TPS yang tersedia di apartemen. Dengan kata lain penghuni tidak secara

langsung memilah limbah padat kemasan mereka.

Pihak ketiga yang dimaksud dapat berupa perusahaan yang khusus mengelola

limbah padat kemasan maupun organisasi untuk melaksanakan aktivitas daur-ulang

atas nama produsen. Diperlukan pula kerjasama dengan pihak pengelola apartemen

untuk perizinan petugas yang akan memilah limbah padat kemasan penghuni di TPS.

Untuk mekanisme pelaksanaannya para penghuni membuang limbah padat mereka

seperti biasa (tanpa adanya pemilahan di sumber), kemudian limbah padat yang telah

terkumpul di TPS dipilah oleh petugas dan selanjutnya dibawa ke tempat pemrosesan

Dropping Point Disposal

Bahan Baku

Produsen

Distributor

Konsumen Proses Daur Ulang dan

Pengembalian Produk oleh

Produsen Pemilahan oleh

konsumen

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 16: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 16  

untuk diolah sedemikian rupa sehingga bernilai jual. Seluruh kegiatan pengumpulan,

pemilahan, pengangkutan, dan pengolahan dilakukan dan difasilitasi oleh pihak ketiga.

Dalam hal ini penghuni tidak secara langsung berperan dalam melakukan pemilahan,

namun dalam biaya kebersihan yang tentunya meningkat dari biaya sebelumnya.

Berikut diagram alir skenario ke-2 dengan perusahaan pengelola sampah.

Gambar 5. Diagram Alir Skenario Ke-2 Pengelolaan Kemasan dengan

Keterlibatan Perusahaan Pengolah Sampah Sumber: Hasil Olahan (2013)  

Selain itu pihak ketiga juga dapat berupa bank sampah. Produsen berperan

dalam membentuk dan mendanai seluruh biaya operasional bank sampah. Bank

sampah yang direncanakan dapat melakukan kegiatannya di sekitar TPS yang tersedia

di apartemen. Dalam skenario ini bank sampah dapat berperan sebagai dropping point,

yaitu tempat dimana penghuni dapat mengembalikan sampah dari produk dan/ atau

kemasan yang layak daur ulang, guna ulang, dan/ atau layak jual yang dikenai

ketentuan EPR. Nilai ekonomi dari sampah yang ditabung di bank sampah merupakan

insentif bagi penghuni agar mereka mau memilah dan mengupulkan sampah. Dengan

memanfaatkan bank sampah, tentunya dapat memudahkan pihak produsen karena

tidak perlu membangun dropping point yang baru.

Bahan Baku

Produsen

Distributor

Konsumen

Perusahan Pengolah Sampah Disposal

TPS

Proses Daur Ulang dan Pengembalian

Produk oleh Perusahaan

Pengolah Sampah

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 17: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 17  

Untuk mekanisme pelaksanaannya penghuni mengumpulkan limbah padat

kemasan yang layak dan secara langsung meletakkannya ke bank sampah yang

tersedia.Berikut diagram alir pengelolaan limbah padat kemasan untuk skenario ke-2

dengan bank sampah.

Gambar 6. Diagram Alir Skenario Ke-2 Pengelolaan Kemasan dengan Keterlibatan Bank Sampah

Sumber: Hasil Olahan (2013)

3. Memanfaatkan lapak disekitar objek untuk selanjutnya disalurkan ke pabrik daur

ulang.

Pada skenario ini pihak pengelola apartemen bekerja sama dengan pihak

produsen dalam memfasilitasi dan memberdayakan petugas untuk mengumpulkan dan

memilah limbah padat yang dihasilkan dan juga untuk mengangkut limbah padat

kemasan yang telah terpilah ke lapak yang berada di sekitar lokasi apartemen.

Skenario ini cocok untuk diterapkan di Apartemen Kalibata Residence dimana dalam

pengelolaan limbah padat eksistingnya pihak apartemen sudah terbiasa menjual

sampah mereka ke lapak yang berada di sekitar apartemen. Dengan diterapkannya

skenario ini, tanggung jawab pihak apartemen tentunya akan lebih ringan karena

adanya bantuan dari pihak produsen dalam hal fasilitas dan pemberdayaan petugas

Produsen

Bahan Baku

Konsumen

Distributor

Pemilahan oleh Konsumen

Bank Sampah Disposal

Proses Daur Ulang dan Pengangkutan

Produk Oleh Produsen

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 18: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 18  

Gambar 7. Diagram Alir Skenario Ke-3 Pengelolaan Kemasan

pemilah. Sampah kemasan dari lapak kemudian dapat ditarik kembali oleh produsen

untuk didaur ulang.

Sumber: Hasil Olahan (2013)  

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengukuran dan pengolahan terhadap sampel limbah padat di

Apartemen Gardenia Boulevard dan Apartemen Kalibata Residence selama, dapat diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah rata-rata timbulan limbah padat yang dihasilkan Apartemen Gardenia

Boulevard adalah sebesar 0,226 kg/orang/hari dengan rata-rata volume sebesar 2,746

L/orang/hari. Sedangkan jumlahrata-rata timbulan limbah padat yang dihasilkan

Apartemen Kalibata Residence adalah sebesar 0,342 kg/orang/hari dengan rata-rata

volume sebesar 2,687 L/orang/hari. Apabila dibandingkan dengan standar SNI

3242:2008, dimana rata-rata timbulan sebesar 2,5 L/orang/hari maka rata-rata

timbulan yang dihasilkan dikedua apartemen dapat dianggap serupa.

2. Persentase komposisi limbah padat yang dihasilkan di Apartemen Gardenia Boulevard

dan Apartemen Kalibata Recidence terdiri dari: Organik (51,7% ; 68,0%), Plastik

Bahan Baku

Produsen

Distributor

Lapak Disposal

Proses Daur Ulang dan Pengangkutan Produk Oleh Pihak

Produsen

TPS (Pemilahan Oleh

Pihak Apartemen)

Konsumen

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 19: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 19  

(13,8% ; 7,3%), Kertas (7,9% ; 5,0%), Kaca (8,4% ; 1,5%), Logam (1,2% ; 1,2%),

Kayu (0,1% ; 0,2%) dan Lain-lain (16,4% ; 16,4%).

3. Potensi Perluasan Tanggung Jawab Produsenlimbah padat kemasan primer yang

dihasilkan Apartemen Gardenia Boulevard dan Apartemen Kalibata Residencedalam

mengurangi timbulan limbah padat anorganik yang dibawa ke TPST Bantar Gebang

secara berurutan yaitu sebesar 55,2% dan 50,2%.

4. Terdapat 3 skenario pengelolaan yang diberikan. Skenario dengan melakukan

penarikan kembali produk dan/atau kemasan yang habis masa pakainya dan kemudian

dikelola melalui cara reuse dan recycle oleh produsen merupakan skenario yang

dianggap cocok untuk diterapkan di Apartemen Gardenia Boulevard, karena belum

memiliki pengelolaan sampah yang baik. Sedangkan skenario pengelolaan limbah

padat kemasan yang cocok diterapkan di Apartemen Kalibata Residence adalah

skenario ketiga dengan memanfaatkan lapak disekitar objek untuk selanjutnya

disalurkan ke pabrik daur ulang, dimana disekitar lokasi apartemen terdapat sebuah

lapak yang biasanya menerima limbah padat anorganik Apartemen Kalibata Residence

yang layak jual.

SARAN

Terdapat beberapa hal yang perlu diupayakan berhubungan dengan sistem

pengelolaan dan pengolahan limbah padat pada Apartemen Gardenia Boulevard dan

Apartemen Kalibata Residence :

1. Mengadakan kegiatan sosialisasi kepada penghuni, pegawai dan petugas kebersihan

mengenai sistem pengelolaan dan pengolahan limbah padat kemasan yang diterapkan

di kedua apartemen sejak dari pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengolahan,

dan pengangkutan.

2. Melakukan pencerdasan dan pelatihan kepada para petugas kebersihan dalam

memilah limbah padat kemasan yang berpotensi untuk diolah.

3. Membuat pembagian tugas dan jadwal yang jelas kepada petugas kebersihan yang

berperan sebagai staf bank sampah.

KEPUSTAKAAN

Astawan, M. (2007). Fungsi Kemasan.http://www.puslitbang.com. Dipetik:Oktober 30, 2012.

Badan Pusat Statistik. Sensus Penduduk 2012. Jakarta

Becker, G. (1995). The Economic Way of Looking at Behavior. Dalam R. Febrero

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013

Page 20: ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN …

Universitas Indonesia 20  

dan P. Schwartz. (2000). The Essence of Becker. Standford University,

California: Hoover institution Press.

Damanhuri, E. (2004). Diktat Pengelolaan Sampah. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Fishbein. (2000). Current Status of Extended Producer Responsibility Legislation adn Effects

on Product Design. (hal. 1-8). Miami: Ann Arbor.

Husein, U. (2004). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Miltz, J. (1992). Food Packaging. In D. Heldman, & D. Lund, Handbook of Food

Engineering (pp. 847-915). New York: Mercel Dekker.

Nako, T., Lindhqvist, T., & Davis, G. (2001). EPR Programme Implementation: Institutional

and Structural Factors. OECD Seminar on Extended Producer Responsibility, EPR:

Programme Implementation and Assessment (p. 46). Paris: Organisation for Economic

Co-operation and Development.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan

Reduce, Reuse, dan Recycle melalui Bank Sampah.

Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Rafianti. (2010). Ketika Pengelolaan Sampah Dibebankan Kepada Sang Produsen. Riau:

Riau Pos.

Ramandhani, Tri A. (2011). Analisis Timbulan dan Komposisi Sampah Rumah Tangga di

Kelurahan Mekar Jaya (Depok) Dihubungkan dengan Tingkat Pendapatan-

Pendidikan_Pengetahuan-Sikap-Perilaku Masyarakat. Skripsi Teknik Lingkungan

FTUI.

Standar Nasional Indonesia 19-3964-1994 mengenai Metode Pengambilan dan Pengukuran

Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.

Smith, S. (2005). Analiytical Framework for Evaluating the Cost and Benefits of Extended

Producer Responsibilit Programmes. Paris: Organisation for Economic Co-operation

and Developement.

Tchobanoglous, G., Theisen, H., &Vigil S, A. (1993). Integrated Solid Waste Management.

Singapore: McGraw-HIll.

Tchobanoglous, G. Theisen, H., & Vigil S, A. (2002). Handbook of Solid Waste

Management. New York: Mc.Graw-Hill.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Analisis potensi..., Nurhayati Caesaria, FT UI, 2013