analisis populasi liken makro epifitik sebagai ... · polusi udara . summary rindita. analysis of...

64
. ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS UDARA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT RINDITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: doanque

Post on 13-Mar-2019

254 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

.

ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK

SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS UDARA DI KOTA

BOGOR, JAWA BARAT

RINDITA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,
Page 3: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Populasi Liken

Makro Epifitik Sebagai Bioindikator Kualitas Udara di Kota Bogor, Jawa Barat

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Rindita

NIM G351100141

Page 4: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

RINGKASAN

RINDITA. Analisis Populasi Liken Makro Epifitik Sebagai Bioindikator Kualitas

Udara di Kota Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh LISDAR IDWAN

SUDIRMAN dan YONNY KOESMARYONO.

Liken adalah salah satu kelompok organisme simbiosis yang kurang

diteliti di Indonesia. Di negara lain, di Amerika Utara dan Thailand misalnya,

liken telah diaplikasikan sebagai model bioindikator polusi udara dan telah diteliti

selama lebih dari 40 tahun. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2012 hingga

Juli 2013 dengan tujuan untuk: 1) mendata dan mengoleksi liken makro epifitik

pada pohon kenari, 2) menganalisis keadaan populasi di tiga plot dengan tingkat

polusi udara yang diasumsikan berbeda, dan 3) mempertimbangkan populasi liken

makro sebagai salah satu alat untuk memonitor kualitas udara di Kota Bogor.

Metode pengambilan sampel adalah secara purposive, dibatasi hanya pada pohon

kenari (Canarium spp.) di tiga plot: plot 1 yaitu Kebun Raya Bogor (KRB) bagian

dalam, jauh dari sirkulasi lalu lintas padat, plot 2 yaitu KRB bagian tepi yang

berbatasan dengan Jalan Otto Iskandardinata dengan lalu lintas padat, dan plot 3

yang terletak di tepi Jalan Ahmad Yani dan Jalan Pemuda yang sirkulasi lalu

lintasnya padat dan berada dekat pabrik PT Goodyear Indonesia. Liken diamati

pada 8 pohon kenari di setiap plot dengan menggunakan 2 kuadrat kecil berukuran

masing-masing 32 x 20 cm2 per pohon. Luas tutupan talus diperoleh dengan

menggambar talus pada selembar plastik transparan. Gambar talus lalu digunting,

dan ditimbang menggunakan timbangan analitik, lalu dikonversi untuk

memperoleh luas tutupan talus. Parameter populasi liken yang dianalisis adalah

jumlah talus (JT), luas tutupan talus (LT), luas tutupan talus rata-rata (LTR),

kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), dominansi (D), dominansi relatif (DR),

frekuensi (F1, F2), frekuensi relatif (FR1, FR2), dan indeks nilai penting (INP1,

INP2).

Pada penelitian ini diperoleh tujuh genus liken makro yang diidentifikasi

secara morfologi dan kimiawi. Pada plot 1 ditemukan liken Coccocarpia (1),

Leptogium (2), Parmotrema (4), Dirinaria (5), dan Physcia (6). Di plot 2 terdapat

liken Canoparmelia (3), Parmotrema (4), Dirinaria (5), Physcia (6), dan Pyxine

(7). Di plot 3 ditemukan Canoparmelia (3), Parmotrema (4), Dirinaria (5), dan

Pyxine (7). Coccocarpia (1) dan Leptogium (2) hanya ditemukan di plot 1,

membentuk cluster lokasi (A) yang terpisah jauh dengan cluster lokasi lainnya (B,

C, D) dengan jarak cluster lokasi sekitar 36% dan kedua liken memiliki kemiripan

lokasi dengan nilai bootstrap 80%. Canoparmelia (3) dan Pyxine (7) sama-sama

ditemukan di plot 2 dan 3, membentuk cluster lokasi (B) yang terpisah dengan

cluster lokasi C dan D dengan jarak cluster lokasi sekitar 22% dan kedua liken

memiliki kemiripan lokasi dengan nilai bootstrap 77%. Physcia (6) ditemukan di

plot 1 dan 2, membentuk cluster lokasi (C) sendiri yang terpisah lebih dekat

dengan cluster lokasi D dengan jarak cluster lokasi sekitar 16%. Hanya

Parmotrema (4) dan Dirinaria (5) yang ditemukan di ketiga plot, membentuk

cluster lokasi (D) dan keduanya memiliki kemiripan lokasi dengan nilai bootstrap

56%. Canoparmelia (3) dan Pyxine (7) bisa berada bersama-sama dalam satu

lokasi dengan Physcia (6), Parmotrema (4) dan Dirinaria (5), tetapi

keberadaannya tidak ditunjang oleh jarak cluster lokasi yang hanya sekitar 22%.

Page 5: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

Secara umum, plot 2 mengandung liken makro epifitik terbanyak (JT total

= 530 talus, LT total = 1323.39 cm2). Physcia (6) merupakan liken dengan INP

tertinggi di plot 1 (INP1 = 191.7%, INP2 = 176%), sedangkan Dirinaria (5)

memiliki INP tertinggi di plot 2 (INP1 = 144%, INP2 = 145%) dan plot 3 (INP1 =

146.9%, INP 2 = 147%).

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dibuat suatu keadaan populasi liken

makro epifitik untuk dijadikan bioindikator kualitas udara. Plot 1 yang berada

jauh dari sirkulasi lalu lintas padat dan diasumsikan memiliki kualitas udara yang

lebih baik memiliki keadaan: 1) memiliki sianoliken Coccocarpia (1) dan

Leptogium (2). Kedua liken ini tidak ditemukan di plot lain dan keberadaannya

didukung oleh data cluster lokasi kedua liken yang terpisah jauh dari cluster

lokasi liken lainnya; 2) tidak ditemukan Pyxine (7) dan Canoparmelia (3); 3)

ditemukan populasi Dirinaria (5) dalam jumlah sedikit dan jarang, namun luas

tutupan rata-rata talusnya besar-besar (JT = 5, FR1 = 3.33%, FR2 = 10%, LTR =

6.15cm2); dan 4) ditemukan Physcia (6) melimpah. Sebaliknya, plot 2 dan 3 yang

berada dekat dengan sirkulasi padat dan diasumsikan memiliki kualitas udara

yang berpolusi memiliki keadaan: 1) tidak ditemukan Coccocarpia (1) maupun

Leptogium (2); 2) ditemukan Pyxine (7) dan Canoparmelia (3) dalam jumlah

sedikit maupun banyak; 3) ditemukan Dirinaria (5) dalam jumlah banyak dan

sering, namun luas tutupan rata-rata talusnya kecil-kecil, seperti di plot 2 (LTR =

2.85 cm2) dan plot 3 (LTR = 1.16 cm2); dan 4) ditemukan Physcia(6) dalam

jumlah sedikit atau tidak sama sekali seperti di plot 3.

Keadaan populasi Parmotrema (4) di ketiga plot mempunyai pola yang

tidak jelas sehingga genus ini tidak dapat dijadikan bioindikator polusi udara. Pola

Parmotrema mungkin dapat ditemukan pada tingkat spesies. Penelitian serupa

pada pohon inang yang berbeda diperlukan untuk menguatkan keadaan populasi

liken makro epifitik tersebut di atas sehingga dapat dijadikan bioindikator kualitas

udara. Transplantasi liken indikator di ketiga plot dapat dilakukan untuk

memastikan apakah liken tersebut sebagai bioindikator sensitif atau toleran.

Kata kunci: analisis populasi, bioindikator, Bogor, pohon kenari, liken makro,

polusi udara

Page 6: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

SUMMARY

RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for

Air Quality in Bogor City, West Java. Supervised by LISDAR IDWAN

SUDIRMAN and YONNY KOESMARYONO.

Lichens are one of symbiotic organisms that are less studied in Indonesia.

In other countries, for example North America and Thailand, lichens have been

applied as bioindicator model for air pollution and also have been studied for over

forty years. This research project was conducted from March 2012 until July 2013

with the aims to: 1) record and collect epiphytic macrolichens on canary trees, 2)

analyze its population condition in three plots that were assumed to have different

level of air pollution, and 3) considering of macrolichen population to be used as a

tool for air quality monitoring in Bogor City. The sampling technique was

purposive, limited only on canary (Canarium spp.) trees in three plots: plot 1 was

the centre of Bogor Botanical Garden (BBG) that was located far from the traffic

circulation, plot 2 was the edge of BBG that was adjacent to Otto Iskandardinata

Street with intense traffic circulation, and plot 3 was along Ahmad Yani and

Pemuda streets that had intense traffic circulation and also located near PT

Goodyear Indonesia factory. In each plot, lichens were observed on eight

Canarium trees using two 32 x 20 cm2 mini quadrates per tree. Lichen covers

were obtained by drawing the whole thalli on a piece of transparent plastic. To

measure the coverage, each thallus that had been drawn was cut off and then

weighed with an analytic scale. Weighing results were converted into centimeter

squares. Ecological parameters were calculated i.e. thallus number (TN), thallus

coverage (TC), average coverage (AC), density (D), relative density (RD),

dominance (Do), relative dominance (RDo), frequencies (F1, F2), relative

frequencies (RF1, RF2), and important value index (IVI1, IVI2).

From this research, we found seven genera of macrolichens that had been

identified morphologically and chemically. Plot 1 contained Coccocarpia (1),

Leptogium (2), Parmotrema (4), Dirinaria (5), and Physcia (6). In plot 2, there

were Canoparmelia (3), Parmotrema (4), Dirinaria (5), Physcia (6), and Pyxine

(7). In plot 3, we found Canoparmelia (3), Parmotrema (4), Dirinaria (5), and

Pyxine (7). Coccocarpia (1) and Leptogium (2) were only found in plot 1, forming

a location cluster (A) that was far apart from other location clusters (B, C, D) with

about 36% of location cluster distance, and both lichens had the location similarity

with 80% of bootstrap values. Canoparmelia (3) and Pyxine (7) were found in

plot 2 and 3, forming a location cluster (B) that was separated from location

clusters of C and D with about 22% of location cluster distance, and both lichens

had the location similarity with 77% of bootstrap values. Physcia (6) was found in

plot 1 and 2, forming a single location cluster (C) that was closer separated from

location cluster D with about 16% of location cluster distance. Only Parmotrema

(4) and Dirinaria (5) were occurred in all plots, forming a location cluster (D) and

both lichens had the location similarity with 56% of bootstrap values.

Canoparmelia (3) and Pyxine (7) could be found together in one location with

Physcia (6), Parmotrema (4), and Dirinaria (5), but their presences were not

supported by location cluster distance that was only about 22%.

Page 7: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

In general, plot 2 had the highest total thallus number (530 thalli) and total

coverage (1323.39 cm2). Physcia (6) had the highest important value index in plot

1 (IVI1 = 191.7%, IVI2 = 176%), while Dirinaria (5) had the highest important

value index in plot 2 (IVI1 = 144%, IVI2 = 145%) and plot 3 (IVI1 = 146.9%,

IVI2 = 147%).

Based on this research, a population condition of epiphytic macrolichens

was made and to be used as bioindicator of air quality. Plot 1 with location far

from intense traffic circulation and with assumption of having better air quality,

were having some conditions: 1) having Coccocarpia (1) and Leptogium (2) that

were not found in other plots, and their presence were supported by location

cluster data of both lichens that were far apart from other location clusters; 2)

none of Canoparmelia (3) and Pyxine (7) were found; 3) a few and infrequent

Dirinaria (5) was found, but with larger average coverage (TN = 5, FR1 = 3.33%,

FR2 = 10%, AC = 6.15 cm2); and 4) Physcia (6) was found abundantly.

Conversely, plot 2 and 3 with location near intense traffic circulation and with

assumption of having polluted air quality, were having some conditions: 1) none

of Coccocarpia (1) and Leptogium (2) were found; 2) few or many Canoparmelia

(3) and Pyxine (7) were found; 3) many and frequent Dirinaria (5) was found, but

with smaller average coverage as in plot 2 (AC = 2.85 cm2) and plot 3 (AC = 1.16

cm2); and 4) few or none Physcia (6) was found, as in plot 3.

Population condition of Parmotrema (4) in three plots had unclear pattern

so that it cannot be used as bioindicator of air pollution. Parmotrema (4) pattern

probably could be found at species level. Similar researches on different trees are

needed to strengthen the above epiphytic macrolichens population condition so

that it might be used as an indicator of air quality. Transplantation of indicator

lichens will be conducted in these plots to ensure whether those lichens are

sensitive or tolerant bioindicator.

Keywords: air quality, bioindicator, Bogor, canary trees, macrolichens, population

analysis

Page 8: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 9: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Mikrobiologi

ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI

BIOINDIKATOR KUALITAS UDARA DI KOTA BOGOR,

JAWA BARAT

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

RINDITA

Page 10: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.Si.

Page 11: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

Judul Tesis :Analisis Populasi Liken Makro Epifitik Sebagai Bioindikator

Kualitas Udara di Kota Bogor, Jawa Barat

Nama : Rindita

NIM : G351100141

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Lisdar I Sudirman

Ketua

Prof Dr Ir Yonny Koesmaryono, MS

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Mikrobiologi

Prof Dr Anja Meryandini

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

14 Mei 2014

Tanggal Lulus:

Page 12: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga penelitian dan tesis ini berhasil diselesaikan. Tema

yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini ialah

mikrobiologi lingkungan, dengan judul Analisis Populasi Liken Makro Epifitik

Sebagai Bioindikator Kualitas Udara di Kota Bogor, Jawa Barat.

Terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Lisdar I

Sudirman selaku ketua komisi pembimbing yang telah mendidik dan

membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Sekolah Pascasarjana IPB

hingga tahap penelitian tesis dan publikasi. Terima kasih juga penulis ucapkan

kepada Bapak Prof Dr Ir Yonny Koesmaryono MS selaku anggota komisi

pembimbing, atas arahan dan sarannya. Penulis juga menyampaikan terima kasih

kepada dosen penguji, Prof Dr Ir Cecep Kusmana, atas waktu dan perhatian yang

telah diberikan pada tesis ini. Di samping itu, penulis juga menyampaikan terima

kasih kepada Kebun Raya Bogor atas keleluasaan yang diberikan selama

melakukan sampling data penelitian, serta Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kota Bogor, Dinas Kebersihan dan Pertamananan Kota Bogor, dan PT Goodyear

Indonesia atas data sekunder yang telah diberikan untuk mendukung penelitian

ini. Bantuan konsultasi, literatur, dan konfirmasi identifikasi spesimen yang

diberikan oleh Dr Harrie JM Sipman(Freie Universität Berlin, Jerman), Dr

Wanaruk Saipunkaew (Chiang Mai University, Thailand), dan Pradeep K

Divakar, PhD (Universidad Complutense, Spanyol) juga sangat membantu

penelitian ini, dan untuk itu penulis berterima kasih. Penulis juga menyampaikan

terima kasih kepada IPB yang telah memberikan dana perjalanan untuk penulis

mengikuti International Association of Lichenology 7th Symposium di Bangkok,

Thailand pada bulan Januari 2012, serta BIOTROP yang memberikan penulis

beasiswa untuk mengikuti 6th Regional Training Workshop on Biodiversity and

Conservation of Bryophytes and Lichens pada bulan Juli 2011. Dengan kedua

kegiatan tersebut, penulis memperoleh ilmu dan pengalaman berharga yang sangat

membantu dalam pengerjaan penelitian serta tesis.

Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan

kepada ayahanda Ir. Zulfikar Utama, ibunda Fitri Yusma M, suami Brillian Ilham

Prabowo, nenek Hj. Yusniar M., adik Rayandi, dan ananda Aydin Kamil

Prabowo, serta seluruh keluarga besar atas segala fasilitas, doa, dan kasih

sayangnya selama penulis menempuh perjalanan panjang dalam menyelesaikan

tesis ini. Tidak lupa penulis memberi penghargaan kepada teman-teman yang

telah membantu penulis dalam pengambilan sampel hingga penelitian di

laboratorium, sampai penyusunan tesis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Rindita

Page 13: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 3

Karakteristik Liken Makro Epifitik 3

Polusi Udara di Kota Bogor 5

Liken Sebagai Indikator Polusi Udara 6

Kelompok Liken dengan Tingkat Toleransinya 8

3 METODE 10

Lokasi dan Waktu Penelitian 10

Metode Penelitian 10

Alat dan Bahan 12

Prosedur Penelitian 12

Analisis Data 13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Keanekaragaman Liken Makro Epifitik di Pohon Kenari 15

Keadaan Populasi Liken Makro Epifitik di Ketiga Plot Penelitian 20

Populasi Liken Makro Epifitik Sebagai Bioindikator Kualitas Udara

di Ketiga Plot 22

5 SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan 29

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

LAMPIRAN 34

RIWAYAT HIDUP 48

Page 14: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

DAFTAR TABEL

1 Karakter-karakter penting untuk identifikasi liken makro 4 2 Beberapa contoh reaksi spot-test untuk mengidentifikasi genus liken

makro 5

3 Data biner kehadiran liken makro epifitik di plot 1, 2, dan 3 16 4 Perbandingan jumlah dan luas tutupan talus total famili dan genus liken

yang ditemukan di ketiga plot penelitian 19

DAFTAR GAMBAR

1 Empat macam talus liken 4 2 Kelompok liken toleran, intermediet, dan sensitif 8

3 Lokasi plot 1, 2, dan 3 di Kota Bogor 11 4 Pohon kenari (Canarium spp.) yang digunakan dalam pengambilan data

penelitian 12

5 Metode penghitungan populasi liken 13 6 Distribusi liken makro epifitik di plot 1, 2, dan 3 15 7 Dendrogram genus liken makro epifitik berdasarkan data biner 16

8 Sianoliken yang ditemukan di plot 1 17 9 Liken Parmeliaceae yang ditemukan selama penelitian 18

10 Liken Physciaceae di plot penelitian 20 11 Diagram perbandingan jumlah talus total dan luas tutupan talus total

liken makro epifitik di ketiga plot 21 12 Diagram perbandingan luas tutupan talus rata-rata liken makro epifitik

di ketiga plot 21

13 Grafik perbandingan Indeks Nilai Penting (INP) liken makro epifitik di

ketiga plot 22

14 Keadaan populasi liken makro epifitik untuk dijadikan bioindikator

kualitas udara di Kota Bogor 23 15 Grafik perbandingan populasi Canoparmelia dan Pyxine di ketiga plot 24 16 Grafik jumlah talus dan luas tutupan talus rata-rata Parmotrema dan

Dirinaria di ketiga plot 25 17 Pola luas tutupan talus Dirinaria di ketiga plot 26

18 Grafik perbandingan populasi Physcia di ketiga plot 27

Page 15: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

DAFTAR LAMPIRAN

1 Glosarium 34

2 Data pengukuran kualitas udara dari BPLH Kota Bogor tahun 2012 35

3 Data pengukuran kualitas udara dari PT Goodyear Indonesia tahun

2012 36

4 Peta Kebun Raya Bogor 37

5 Daftar spesies dan lokasi pohon kenari (Canarium spp.) yang

digunakan dalam penelitian 40

6 Deskripsi dan identifikasi genus liken makro epifitik pada pohon kenari

(Canarium spp.) di plot 1, plot 2, dan plot 3 41

7 Rincian data liken makro epifitik pada masing-masing plot 43

8 Tabel perhitungan ekologi liken makro epifitik di plot 1, 2, dan 3 46

Page 16: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,
Page 17: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Liken adalah salah satu kelompok organisme simbiosis yang telah

diketahui memiliki kesensitifan terhadap perubahan lingkungan, misalnya polusi

udara. Selama lebih dari 40 tahun, penelitian-penelitian mengenai liken dan polusi

udara telah dilakukan terutama di negara-negara di belahan bumi utara. Saat ini,

sudah banyak negara yang menggunakan liken sebagai alat biomonitoring jangka

panjang. Ribuan publikasi mengenai liken dan polusi udara telah tercatat (Bates

2002), akan tetapi penelitian mengenai liken di Asia masih belum setara dengan di

Eropa maupun Amerika. Thailand merupakan salah satu negara di Asia Tenggara

yang penelitian likennya sudah maju, contohnya penelitian yang dipublikasikan

oleh Saipunkaew et al. (2005, 2006). Sementara Indonesia masih tertinggal,

dengan sedikit peneliti yang memerhatikan liken, lebih banyak dari segi metabolit

sekunder yang dihasilkan liken contohnya penelitian Kusumaningrum et al.

(2011). Hubungan liken dengan polusi udara, seperti yang diteliti di Pekanbaru

(Nursal et al. 2005), masih sangat sedikit dilakukan. Vietnam memiliki

perkembangan yang lebih baik, dengan banyak spesies liken baru yang

dipublikasikan (Jayalal et al. 2013). Diharapkan penelitian ini dapat menambah

khasanah ilmu pengetahuan di Indonesia mengenai liken, terutama manfaatnya

terhadap lingkungan.

Aktivitas manusia sering kali menimbulkan dampak negatif bagi

ekosistem, misalnya proses urbanisasi yang terus mengalami peningkatan. Polusi

udara merupakan salah satu dampak negatif, baik sebagai dampak langsung

ataupun tidak langsung, yang berkembang dari aktivitas manusia. Produksi sulfur

dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2) yang meningkat menjadi

kekhawatiran karena dapat merusak kesehatan manusia dan masa depan dari

ekosistem (Purvis 2000). Liken sebagai bagian dari ekosistem perlahan turut

tergeser keberadaannya dari habitat aslinya. Berbagai cara untuk mengurangi

tingkat polusi udara telah dilakukan di kota-kota besar, namun tingginya biaya

memonitor polusi udara sering kali menjadi hambatan bagi kota-kota di Indonesia

untuk meneruskan memonitor polusi udara dalam jangka waktu yang lama.

Terdapat tiga cara dasar dalam memonitor dampak polusi udara terhadap

liken, yaitu studi pemetaan distribusi, memonitor dengan foto, serta analisis

kimiawi liken (Purvis 2000). Pengamatan populasi liken dalam suatu wilayah

dapat memberikan informasi mengenai kelompok liken mana yang bertahan

ataupun yang sensitif terhadap tingkat polusi udara tertentu.

Penelitian di Kota Bogor dipertimbangkan karena wilayah ini memiliki

banyak vegetasi, sehingga permukaannya lebih basah dan cenderung lebih lembap.

Elevasi beberapa daerah di Kota Bogor seperti Cimanggu dan Baranangsiang

berada di atas 200 m.dpl. (Effendy 2007), sehingga walaupun merupakan daerah

perkotaan liken masih dapat tumbuh dengan baik. Tambahan lagi, keberadaan

Kebun Raya Bogor sebagai Ruang Terbuka Hijau memberikan kontribusi positif

untuk meredam panasnya perkotaan dan tentunya merupakan habitat yang penting

bagi liken (Sipman 2009). Akan tetapi, seiring dengan perkembangan populasi

Page 18: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

2

penduduk maka semakin tinggi polusi udara yang dihasilkan dari aktivitas

manusia di kota ini.

Liken makro yang dipilih sebagai sampel penelitian ini dibatasi yaitu

hanya yang menempel pada pohon kenari (Canariumspp.) saja. Hal ini

dikarenakan pohon kenari merupakan salah satu jenis pohon dominan di jalan-

jalan utama Kota Bogor dan usianya sangat tua.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan

masalah-masalah sebagai berikut:

1) Keanekaragaman hayati Indonesia sangat tinggi, akan tetapi data atau

informasi mengenai liken masih sangat minim, sehingga perlu dilakukan

penelitian-penelitian mengenai liken.

2) Polusi udara di kota-kota besar di Indonesia mengancam kesehatan

masyarakat dan juga kerusakan ekosistem, sehingga perlu dilakukan carauntuk

memonitornya, yang lebih murah dan mudah untuk diaplikasikan di banyak

wilayah.

3) Liken telah lama diteliti memiliki kesensitifan terhadap polusi udara dan

sudah dijadikan bioindikator di berbagai negara di dunia, namun Indonesia

belum memanfaatkannya. Metode analisis populasi liken sebagai indikator

polusi udara diharapkan dapat menyumbang informasi bagi pengguna.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendata dan mengoleksi liken makro

epifitik pada pohon kenari, 2) menganalisis keadaan populasi liken makro epifitik

di tiga plot dengan tingkat polusi udara yang diasumsikan berbeda, dan 3)

menginformasikan serta mempertimbangkanpeluang penggunaan liken makro

epifitik sebagai salah satu indikator untuk memonitor kualitas udara di Kota

Bogor.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat: 1) memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

di Indonesia serta menambah catatan keanekaragaman hayati di Kebun Raya

Bogor dengan menambah data mengenai keanekaragaman liken, dan 2)

memperkenalkan cara yang lebih murah dan mudah untuk mengetahui kualitas

udara di suatu tempat kepada masyarakat awam dan pemerintah yang terkait.

Page 19: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

3

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Liken Makro Epifitik

Liken merupakan makhluk hidup simbiosis dari dua sampai tiga

organisme, terdiri atas ganggang hijau dan atau sianobakteria (fotobion) dan

cendawan (mikobion) berupa Ascomycota, Basidiomycota, atau Deuteromycota.

Fotobion dan mikobion tersebut terintegrasi dalam sebuah talus yang bentuknya

sangat berbeda dari bentuk masing-masing simbionnya. Klasifikasi liken

tergolong ke dalam Kingdom Fungi atau cendawan, yang jumlahnya sekitar

13.500 hingga 30.000 spesies di seluruh permukaan bumi (Purvis 2000). Estimasi

jumlah spesies tersebut belum menyeluruh disebabkan survei mengenai liken

terpusat di daerah beriklim sedang dan boreal. Daerah tropis memiliki banyak

jenis habitat yang diasumsikan memiliki keanekaragaman liken yang tinggi,

namun belum teridentifikasi karena kurangnya peneliti yang mempelajari liken.

Sehingga, jika liken di daerah tropis dieksplorasi menyeluruh maka kemungkinan

akan menggenapkan jumlah liken yang ada di dunia mendekati 100.000 spesies

(Negi 2003).

Proses likenisasi (simbiosis membentuk liken) adalah salah satu cara

cendawan yang sifatnya heterotrof untuk memperoleh nutrisi. Diperkirakan

jumlah cendawan yang membentuk liken adalah 20% dari total seluruh jumlah

cendawan, dengan lebih dari 40% termasuk kelompok askomiset (Purvis 2000).

Fotobion yang menjadi rekan cendawan berasal dari ganggang hijau dan

sianobakteria yang umumnya dapat hidup bebas maupun menjadi simbion liken.

Genus ganggang hijau yang paling umum menjadi fotobion adalah Trebouxia dan

Trentepohlia, dan terdapat banyak genus lain di antaranya Chlorella, Myrmecia,

Pleurastrum, dan Dictyochloropsis. Sianobakteri yang paling sering menjadi

fotobion adalah Nostoc, dan genus sianobakteri yang lainnya misalnya

Gloeocapsa dan Chroococcidiopsis (Purvis 2000, Nash 2008). Beberapa peneliti

di Jepang dan Amerika Utara telah membuktikan bahwa liken dapat dikulturkan di

laboratorium, dipisahkan antara mikobion dan fotobionnya. Media agar lebih baik

digunakan untuk menumbuhkan liken daripada media cair (Purvis 2000).

Umumnyaliken diklasifikasikan menjadi tiga macam talus, yaitu crustose

(seperti kerak), foliose (seperti daun), dan fruticose (seperti semak). Banyak ahli

liken menambahkan satu atau beberapa macam talus lain, dan di antaranya

terdapat bentuk squamulose (seperti sisik). Empat macam talus liken dapat dilihat

pada Gambar 1 dan istilah-istilah dalam liken dapat dilihat pada glosarium

Lampiran 1.

Liken bentuk crustose disebut sebagai liken mikro, karena ukurannya yang

kecil sehingga sering kali terlewatkan, dan membutuhkan analisis mikroskopik

untuk mengidentifikasi jenisnya. Liken foliose, fruticose, dan squamulose disebut

dengan istilah liken makro karena memiliki ukuran talus yang umumnya lebih

besar sehingga lebih mudah untuk diidentifikasi. Liken makro dapat menjadi

pembeda variasi geografis dalam distribusi jenis-jenis liken karena perubahan

antropogenik dari kondisi lingkungan (Saipunkaew et al. 2006). Sebutan epifitik

ditujukan pada liken yang menempel pada substrat berupa batang pohon, tanpa

Page 20: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

4

mengambil nutrisi dari pohon inangnya. Istilah lain yang sering digunakan untuk

menyebut liken yang epifit adalah corticolous.

Gambar 1 Empat macam talus liken, dari kiri ke kanan: crustose (Graphidaceae),

foliose (Peltigera), fruticose (Usnea), dan squamulose (Cladonia).

Sumber: koleksi penulis yang diamati di Borneo.

Anatomi talus liken foliose terdiri atas korteks luar, lapisan fotobion,

medula, dan korteks bawah, namun beberapa jenis tidak memiliki korteks bawah.

Bagian terbesar dari talus liken adalah mikobionnya, dan fotobion hanya

menyusun sekitar 20%. Pada permukaan korteks bawah umumnya terdapat

struktur tambahan seperti rhizine, pseudocyphellae, dan cilia yang merupakan

karakter penting dalam pengidentifikasian jenis liken.

Pertumbuhan dan kolonisasi liken dipengaruhi oleh variasi kemiringan

dataran, tipe vegetasi, adanya gangguan yang disebabkan manusia, ada atau tidak

adanya cahaya, kelembapan, dan juga umur inang serta kondisi substrat (Kumar

2009). Terdapat karakter fisiologis yang unik pada liken, seperti kemampuannya

mengolonisasi habitat yang memiliki kelembapan, cahaya, dan suhu yang ekstrim.

Berbeda dengan tumbuhan, liken tidak memiliki lapisan kutikula yang melindungi

permukaan talusnya sehingga air dengan mudahnya terserap oleh talus (Nash

2008). Liken juga tidak memiliki akar sehingga hanya mengandalkan penyerapan

nutrisi dari atmosfer.

Komunitas liken makro yang terdapat pada satu jenis pohon dapat

berbeda-beda, dan tentunya tiap genus memiliki ciri khas tersendiri. Karakteristik

yang paling penting dalam pengidentifikasian liken makro ini adalah bentuk talus.

Untuk memudahkan dalam melakukan identifikasi liken foliose maka diperlukan

keterangan-keterangan mengenai bentuk lobus, rhizine dan cilia, ada atau tidak

adanya organ pseudocyphellae, korteks bagian atas, korteks bagian bawah, dan

alat reproduksi (Tabel 1).

Reaksi spot-test yang umumnya digunakan untuk mengidentifikasi

metabolit sekunder liken pertama kali dikenalkan oleh William Nylander pada

tahun 1860, yaitu dengan menggunakan larutan kalium hidroksida dan pemutih

(Purvis 2000). Reaksi kimiawi ini menyebabkan perubahan warna pada korteks

ataupun medula liken setelah ditetesi bahan kimia secara langsung menggunakan

pipet atau syringe. Pereaksi yang biasa digunakan adalah larutan kalium

hidroksida 10-15% (K), larutan kalsium hipoklorit (C) yang umumnya

menggunakan larutan pemutih segar, dan larutan paraphenylenediamine (P atau

Pd) (Wolseley dan Aguirre-Hudson [tahun tidak diketahui]). Terdapat pereaksi

lain seperti larutan KC (penggunaan K yang dengan cepat diikuti oleh C) dan

larutan kalium iodida (I) 1% (Divakar dan Upreti 2005). Korteks atas dari

beberapa genus liken Parmeliaceae seperti Bulbothrix, Canomaculina,

Page 21: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

5

Everniastrum, Myelochroa, Parmelia, Parmelina, Parmelinopsis, Punctelia, dan

Rimelia berwarna abu-abu, yaitu mengandung atranorin. Beberapa genus seperti

Flavoparmelia, Flavopunctelia, Relicina, Relicinopsis, dan Xanthoparmelia

memiliki spesies-spesies yang mengandung asam usnic, berwarna kuning-hijau.

Genus Canoparmelia dan Parmotrema memiliki keduanya (Divakar dan Upreti

2005). Contoh reaksi spot-test dalam pengidentifikasian liken dapat dilihat pada

Tabel 2. Metode lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi liken adalah

microcrystallography dan thin layer chromatography (TLC) (Divakar dan Upreti

2005).

Tabel 1 Karakter-karakter penting untuk identifikasi liken makro

No. Karakter Macamnya

1 Bentuk talus foliose, fruticose, squamulose

2 Permukaan atas halus, berurat atau berpola

3 Alat reproduksi isidia, soredia, apothecia, podetia

4 Permukaan bawah Ada/tidak ada rhizine, ada/tidak ada tomentum

5 Lobus Bulat, linear, membulat

6 Rhizine Sederhana, dikotom, bercabang lebih dari dua

7 Cilia Sederhana, bulbate

8 Warna talus Abu-abu, hijau, kuning, hitam, cokelat, dan

lain-lain

Tabel 2 Beberapa contoh reaksi spot-test untuk mengidentifikasi genus liken

makro

Reaksi

Tempat

reaksi

Karakter dari Genus

K+ kuning Korteks Heterodermia, Physcia

K- Korteks Pyxine

K+ kuning, KC- Korteks Bulbothrix, Rimelia, Parmelia,

Canoparmelia

K-, KC+ kuning Korteks Relicina, Relicinopsis

K+ kuning, KC-

C+ merah muda

Korteks

Medula

Parmelinopsis

Sumber: Sipman (2003)

Polusi Udara di Kota Bogor

Polusi udara adalah perpindahan material sintetis maupun alamiah dalam

jumlah yang membahayakan ke dalam atmosfer sebagai dampak langsung

ataupun tidak langsung dari aktivitas manusia (Mackenzie 2001). Adanya

material berbahaya tersebut akan menyebabkan perubahan susunan (komposisi)

udara dari keadaan normalnya (Wardhana 2004).

Partikel-partikel polutan sangat kecil yang terlarut dalam udara sangat

membahayakan kesehatan manusia. Partikel tersebut dapat memasuki alveoulus

manusia dan menyebabkan penyakit pernafasan. Sulfur dioksida (SO2) dan

nitrogen dioksida (NO2) merupakan contoh polutan yang tersebar di perkotaan,

yang berasal dari asap dan aerosol dari pemanasan domestik, asap buangan

Page 22: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

6

transportasi jalan raya, dan emisi transportasi jarak jauh (Zahradníková 2010).

Adapun SO2 merupakan gas penyebab iritasi yang digunakan pada banyak proses

industri, yang dihasilkan terutama dari hasil pembakaran senyawa sulfur. Emisi

dari gas SO2 danNO2akan meningkatkan ozon dan polusi yang nantinya jelas

mempengaruhi iklim melalui kenaikan suhu tahunan rata-rata (Beaven 2008).

Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau,

dan tidak berasa, yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil pada mesin-

mesin penggerak transportasi (Wardhana 2004). Untuk daerah perkotaan yang

banyak kegiatan industrinya serta memiliki lalu lintas yang padat, udaranya sudah

tercemar oleh gas CO. Tambahan lagi, sebelum penggunaannya di dalam bahan

bakar bensin dilarang, logam timbal (Pb) merupakan sumber utama pencemaran di

daerah perkotaan, yaitu daerah yang kepadatan lalu lintasnya tinggi. Suatu

penelitian menyatakan bahwa korelasi kepadatan lalu lintas dengan akumulasi Pb

pada talus liken adalah cukup kuat (r2=83 %) (Nursal et al. 2005).

Secara geografis, Kota Bogor terletak di antara 106’ 48’BT dan 6’ 26’ LS

(Pemerintah Kota Bogor 2014). Belakangan, perkembangan kota yang berada di

tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor ini begitu pesat dan dapat diamati

melalui banyaknya pembangunan perumahan, hotel dan apartemen, serta jalan

layang. Kegiatan pembangunan tersebut akan menghasilkan polusi udara yang

semakin meningkat. Padahal Kota Bogor diketahui memiliki vegetasi yang masih

baik serta elevasi yang lebih tinggi dibandingkan kota-kota di sekitarnya (Jakarta,

Tangerang, dan Bekasi) (Effendy 2007). Melalui penelitian Santosa pada tahun

2005, kecamatan Bogor Tengah diketahui memiliki kadar pencemar udara

tertinggi. Di Pasar Bogor, kandungan SO2 adalah sebesar 18.65 µg/m3 pada

musim hujan. Kandungan SO2 yang berasal dari bahan bakar kendaraan roda

empat tersebut masih tergolong rendah (ambang batas 900 µg/m3, Lampiran 2).

Polutan yang tinggi di Pasar Bogor adalah CO, yaitu sebesar 8.13 µg/m3 pada

musim hujan dan 8.74 µg/m3 pada musim kemarau, karena kecepatan kendaraan

lambat atau sering terjadinya kemacetan di wilayah ini. Di Jalan Jenderal

Sudirman, polutan yang tinggi adalah NO2, yaitu sebesar 59.01 µg/m3 pada musim

hujan dan 62.94 µg/m3 pada musim kemarau, dikarenakan kecepatan kendaraan

lebih tinggi.

Keberadaan Kebun Raya Bogor (KRB) sebagai Ruang Terbuka Hijau

(RTH) di Kota Bogor juga semakin terancam karena pesatnya pembangunan.

Dengan demikian, lebih dari 13.684 spesimen tanaman (Pusat Konservasi

Tumbuhan Kebun Raya Bogor 2006) yang tumbuh di dalamnya juga dapat

terancam. Sayangnya, tidak ada pengukuran polusi udara yang dilakukan di dalam

KRB, sehingga kualitas udara di dalamnya tidak dapat dimonitor secara berkala

dan pasti. Hanya ada data pengukuran polusi udara yang dilakukan tahun 2007

(Yeane 2007) yang mengukur kadar CO2 yaitu sebesar 327 ppm (588.6 µg/m3),

CO 1.37 ppm (1.569 µg/m3), NO2 0.02 ppm (0.037 µg/m3), dan SO2 sebesar 0.01

ppm (0.026 µg/m3).

Liken Sebagai Bioindikator Polusi Udara

Bioindikator adalah organisme yang digunakan untuk memperoleh

informasi mengenai kualitas lingkungan. Organisme tersebut berperan untuk

mendeteksi dan mengidentifikasi dampak dari polutan dan bentuk gangguan lain

sebagai cara alternatif di samping pengukuran secara langsung (Purvis 2000).

Page 23: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

7

Menurut Paoletti (1999), organisme yang digunakan sebagai bioindikator dapat

berupa spesies yang tidak dapat hidup normal di luar habitat hutan, yang hanya

dapat hidup di tanah pertanian, yang mampu mengakumulasi polutan di dalam

jaringan tubuhnya, atau yang bereaksi terhadap praktek manajemen lahan yang

berubah.Tumbuhan sering digunakan sebagai biondikator polusi udara karena

memiliki kesensitifan terhadap perubahan kimiawi dalam lingkungan dan juga

mampu mengakumulasi polutan (Gadzala-Kopciuch 2004). Di antara sekian

banyak spesies tumbuhan tingkat tinggi yang telah diteliti sebagai bioindikator,

bawang merah (Allium cepa L.) adalah contoh yang sensitif terhadap polusi udara

dan dijadikan bioindikator karena daunnya mampu mengakumulasi logam berat

(Atabay et al. 2011). Pinus Aleppo (Pinus halepensis Mill.) juga diketahui dapat

menjadi biondikator polusi udara, melalui analisis senyawa fenolik dan flavonoid

yang terdapat dalam daun jarumnya (Robles et al. 2003). Tumbuhan tingkat

rendah yang populer digunakan sebagai indikator logam berat adalah lumut daun

terestrial (Blagnytė dan Paliulis 2010).

Liken telah diketahui memiliki sifat sensitif terhadap perubahan

lingkungan, misalnya polusi udara. Sifat ini berhubungan dengan kemampuannya

mengakumulasi partikel-partikel yang terlarut dalam udara karena talusnya

tumbuh menahun (perenial). Liken tidak memiliki organ khusus untuk penyerapan

air seperti akar pada tumbuhan tinggi, sehingga penyerapan mineral hanya dapat

melalui permukaan talus. Karena lapisan yang melindungi talus liken hanya

berupa kutikula primitif, maka talus liken tidak dapat menghindari penyerapan

partikel-partikel secara langsung dari udara, termasuk polutan (Bates 2002, Nash

2008).

Aktivitas manusia secara tidak langsung mempengaruhi liken dengan cara

menciptakan habitat baru bagi liken, dan liken yang tidak dapat beradaptasi dapat

menjadi jarang ataupun hilang sama sekali. Sulfur dioksida (SO2), nitrogen

dioksida (NO2), dan karbon monoksida (CO) adalah contoh polutan yang

merupakan ancaman serius bagi keberadaan liken. Melalui analisis kandungan

sulfur dalam talus liken diketahui bahwa liken dapat menyerap jauh lebih banyak

kandungan polutan dari udara dibandingkan tumbuhan tingkat tinggi. Tingkat

polusi udara yang tinggi akan menyebabkan hilangnya spesies liken tertentu atau

perubahan komposisi komunitas liken, yang didahului oleh perubahan morfologi

dan fisiologis pada talus liken (Purvis 2000).

Dampak fisik bagi liken yang mengakumulasi polutan, contohnya sulfur

dioksida (SO2), misalnya terjadinya pemutihan talus (bleaching) yang diikuti oleh

hilangnya klorofil pada sel ganggang, terbentuknya pewarnaan merah atau

penghitaman sebagai hasil dari degradasi senyawa-senyawa dalam talus, dan

pertumbuhan kerdil. Talus liken juga dapat membentuk lobule, mengalami

perlambatan pertumbuhan, dan gagal membentuk tubuh buah (Purvis 2000).

Liken merupakan bioindikator yang sangat berguna karena memiliki

distribusi yang luas, membentuk talus yang perenial, berusia panjang, dan dapat

mengakumulasi unsur-unsur dari lingkungan sekitar tempat dia hidup. Liken

sangat berguna sebagai bioindikator atau biomonitor dari suatu ekosistem karena

bersifat sensitif. Spesies-spesies liken menunjukkan variasi kesensitifan terhadap

polusi udara atau penyebab kerusakan lingkungan yang lainnya. Liken makro

banyak digunakan sebagai model indikator polusi udara yang efektif karena

mudah untuk diidentifikasi dan dianalisis. Liken epifit lebih efektif daripada yang

Page 24: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

8

litofit (hidup pada batu) karena memiliki potensi kontaminasi polutan yang lebih

besar (Purvis 2000).

Menurut Purvis (2000), memonitor dampak polusi udara menggunakan

liken dapat dilakukan dengan tiga cara dasar, yaitu studi pemetaan distribusi,

memonitor dengan foto, serta analisis kimiawi talus liken. Berkaitan dengan cara

yang pertama, yaitu pemetaan distribusi, populasi spesies-spesies liken dalam

suatu wilayah dapat diamati dan kemudian memberikan informasi mengenai

kelompok liken mana yang bertahan ataupun yang sensitif terhadap tingkat polusi

udara tertentu. Populasi diketahui sebagai kumpulan dari individu-individu suatu

spesies, dan kumpulan populasi dalam suatu area akan membentuk suatu

komunitas. Konsep populasi dan komunitas juga berlaku bagi liken (Scheidegger

dan Werth 2009; Bidlack dan Jansky 2011). Populasi suatu spesies liken makro

dari sebuah komunitas epifitik di dataran rendah dapat digunakan untuk

membedakan daerah industri dan perkotaan dengan daerah pertanian dan pedesaan

(Saipunkaew et al. 2005).

Polutan yang berasal dari udara mempengaruhi keanekaragaman dan

distribusi liken epifitik (Hauck 2011). Keanekaragaman liken yang tinggi dan

pertumbuhan yang baik merupakan indikator udara yang lebih bersih,

dibandingkan dengan daerah dengan keanekaragaman liken yang rendah dan talus

liken yang rusak (Purvis 2000). Di daerah dengan kandungan SO2 yang tinggi,

populasi liken epifitik mengalami kerusakan berat dan berkurang menjadi hanya

beberapa spesies yang toleran (Hauck 2011).

Kelompok Liken dengan Tingkat Toleransinya

Setiap jenis liken memiliki batas toleransi terhadap kerusakan lingkungan

atau dalam hal ini polusi. Banyak peneliti menggolongkan liken berdasarkan

tingkat toleransinya terhadap polusi yaitu: toleran, intermediet, dan sensitif. Jenis

yang paling sensitif diharapkan dapat ditemukan pada jarak yang jauh dari sumber

polusi, dan jenis yang tingkat toleransinya paling tinggi diperkirakan ditemukan

pada jarak yang dekat dari sumber polusi (Beaven 2008). Rangkuman kelompok

liken dengan tingkat toleransinya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kelompok liken toleran, intermediet, dan sensitif. Sumber: Wetmore

1989, Purvis 2000, Negi 2003, Saipunkaew et al. 2006, Beaven 2008.

Liken dari famili Physiaceae merupakan contoh liken makro yang toleran

dan dapat tersebar luas di banyak habitat. Di daerah perkotaan di Thailand bagian

utara, spesies yang mampu hidup di daerah perkotaan dengan tingkat polusi yang

TOLE

RA

N

Hyperphysciaadglutinata

Pyxine cocoes

INTE

RM

EDIE

T

Parmotrema

Dirinaria applanata

Menegazziaterebrata

SEN

SITI

F Lobaria

Sticta

Pseudocyphellaria

Usnea longissima

Parmelia cirrhata

Parmelia squarrosa

Usnea filipendula

Page 25: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

9

tinggi adalah Pyxine cocoes. Spesies lain seperti Hyperphyscia adglutinata

keberadaannya terbatas pada daerah perkotaan yang mengandung sedikit spesies

liken. Saat ini, H. adglutinata banyak mendominasi di daerah perkotaan di Asia

Tenggara seiring dengan urbanisasi dan iklim di daerah perkotaan yang hangat

dan kering (Saipunkaew et al. 2006). Melalui penelitian tersebut, meningkatnya

liken dari famili Physiaceae dan mendominasinya H.adglutinata menunjukkan

bahwa kondisi lingkungan menjadi terganggu akibat polusi udara dan semakin

keringnya iklim.

Liken Parmotrema dari suku Parmeliaceae adalah jenis liken intermediet

yang kebanyakan ditemukan di dataran rendah dengan curah hujan yang lebih

tinggi, sedangkan Dirinaria applanata mendominasi daerah pedesaan yang

tingkat polusinya rendah (Saipunkaew et al. 2006). Spesies liken makro lain yang

tergolong intermediet adalah Menegazzia terebrata (Beaven 2008).

Liken dengan fotobion sianobakteria (sianoliken) diketahui meliputi

spesies-spesies liken yang sensitif terhadap polusi udara, seperti liken dari genus

Lobaria, Sticta, dan Pseudocyphellaria (Purvis 2000). Selain itu, Usnea

longissima dan Parmelia cirrhata hanya ditemukan di lingkungan yang bersih

(Negi 2003). Wetmore (1989) juga mendeskripsikan spesies-spesies yang sensitif

terhadap SO2, seperti Parmelia squarrosa dan Usnea filipendula. Spesies liken

yang sensitif tersebut biasanya tidak ditemukan pada habitat yang mengandung

tingkat SO2 dengan konsentrasi tahunan rata-rata mencapai 50 µg/m3.

Page 26: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

10

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Maret 2012 hingga Juli 2013.

Pengambilan data dilakukan pada tiga plot yang ditentukan berdasarkan pada data

sekunder. Data sekunder tersebut antara lain: pengukuran kualitas udara dari

beberapa daerah di Kota Bogor menurut Santosa (2005), pengukuran kualitas

udara dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bogor (Lampiran

2), pengukuran kualitas udara dari Laboratorium Terpadu IPB atas persetujuan PT

Goodyear Indonesia (Lampiran 3), dan data lokasi pohon-pohon di Kota Bogor

dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor.

Penentuan plot dilakukan berdasarkan letaknya dari jalan raya yang juga

ditanami pohon kenari. Plot 1 dan plot 2 terletak di dalam Kebun Raya Bogor

(KRB) yang memiliki ketinggian 260 m.dpl., curah hujan 3.000-4.300 mm/tahun,

dan luas 87 hektar. Jumlah koleksi terakhir tercatat sekitar 13.684 spesimen

tanaman, namun tidak ada catatan mengenai keanekaragaman liken (Pusat

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 2006). Adapun plot 1 terletak di tengah

KRB yang diasumsikan sebagai daerah yang lebih bersih udaranya atau kontrol

karena letaknya jauh dari sirkulasi lalu lintas padat (Lampiran 4). Kriteria dari

kontrol atau daerah ‘bersih’ adalah bebas atau minimal sedikit pengaruh

antropogenik ataupun sumber polusi udara, mengingat tidak adanya jaminan

bahwa suatu daerah sama sekali tidak tersentuh polusi (Kularatne dan de Freitas

2012). Plot 2 masih merupakan bagian dari KRB, yaitu di bagian tepi yang secara

tidak langsung berhubungan dengan Jalan Otto Iskandardinata dengan lalu lintas

padat. Plot 3 terletak di tepi Jalan Ahmad Yani dan Jalan Pemuda yang secara

langsung berhubungan dengan sirkulasi lalu lintas yang padat dan juga berdekatan

dengan pabrik PT Goodyear Indonesia. Gambaran plot penelitian dapat dilihat

pada Gambar 3.

Identifikasi dan pengukuran tutupan liken dilakukan di Laboratorium

Mikologi, Departemen Biologi – FMIPA Institut Pertanian Bogor.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif

dengan teknik survei. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling,

dilanjutkan dengan identifikasi spesimen secara morfologi dan kimiawi. Untuk

melihat dampak polusi udara terhadap talus liken, dilakukan perbandingan

populasi, dominansi, dan frekuensi liken makro yang terdapat di ketiga lokasi

penelitian. Pada penelitian ini dilakukan metode penghitungan luas tutupan

taluslikenmenggunakan plastik transparan (Sudirman LI 2011, komunikasi

pribadi) yang mirip dengan yang dilakukan Mickle di Ohio (1977) namun

menggunakan alumunium foil.

Page 27: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

11

Alat dan Bahan

Pada tahapan pengambilan data liken, digunakan dua buah kuadrat kecil

berukuran 32 x 20 cm2 (dua lembar plastik transparan ukuran folio) untuk

mengambil sampel persatu batang pohon kenari. Adapun rincian spesies dan

lokasi pohon kenari yang digunakan dalam penelitian ini tercantum dalam

Lampiran 5. Untuk identifikasi di lapangan digunakan lup. Kebutuhan

pengambilan sampel liken untuk koleksi dan pengamatan morfologi memerlukan

kantong sampel, pisau lipat, dan kamera digital. Pengukuran suhu udara

menggunakan termometer dan kelembapan menggunakan higrometer.

Gambar 3 A. Lokasi plot 1, 2, dan 3 di Kota Bogor, B. Perbesaran plot 3 untuk

menunjukkan lokasi pohon kenari di plot 3 (pohon 32, 33, 36, 37, 40,

41, 44, 45).

Plot 2

Plot 3

A

Plot 1

36

41

40 37

44 45

33

32

B

Page 28: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

12

Identifikasi liken di laboratorium menggunakan mikroskop stereo dan

mikroskop cahaya disertai dengan buku atau kunci identifikasi liken (Sipman

2003; Divakar dan Upreti 2005; Wolseley dan Aguirre-Hudson [tahun tidak

diketahui]). Pengidentifikasian dilakukan secara kimiawi menggunakan spot test

reagents berupa larutan KOH 10% dan pemutih “Bayclin”. Pengukuran berat

tutupan talus liken menggunakan timbangan analitik. Pengamatan morfologi liken

menggunakan lup dan mikroskop stereo.

Prosedur Penelitian

Pohon kenari (Canarium spp.) atau yang dikenal sebagai genus kedondong

merupakan kelompok pohon berkayu keras, berasal dari Indo-Cina dan Cina

(PROSEA 1995). Pada setiap plot penelitian dipilih pohon kenari yang memiliki

keliling lebih besar dari 60 cm (Saipunkaew et al. 2006). Kriteria batang tegak

tidak dapat digunakan sebagai persyaratan karena sebagian sampel pohon kenari

memiliki akar banir yang tinggi. Pada setiap plot dipilih sebanyak 8 pohon kenari

dengan spesies yang beragam (Lampiran 5). Total pohon sampel dari ketiga plot

penelitian berjumlah 24 pohon. Dengan demikian, total luas kuadrat sampel tiap

plot menjadi 10.240 cm2 (((32 x 20 cm2) x 2 buah kuadrat) x 8 pohon).

Pengambilan sampel liken menggunakan kuadrat yang diletakkan pada

batang pohon yang paling banyak ditutupi oleh liken, baik di akar banir maupun

di batang utama. Akar banir kenari yang dijadikan sampel bervariasi, bisa pendek

dan juga bisa sangat tinggi melebihi tinggi manusia. Misalnya di Jalan Kenari di

dalam KRB (plot 1) telah ditanami pohon kenari yang berasal dari Maluku sejak

lebih dari 100 tahun (Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 2006),

sehingga tinggi akar banirnya melebihi kepala pengunjung. Keragaman pohon

kenari yang dijadikan sampel dapat dilihat pada Gambar 4. Pada satu pohon

kenari diletakkan dua buah kuadrat dan setiap liken makro yang tercakup dalam

kuadrat diamati dan dihitung jumlah talusnya. Tutupan liken diukur dengan

menggambar seluruh talus liken yang tercakup dalam kuadrat di selembar plastik

transparansi ukuran folio (Gambar 5).

Gambar 4 Pohon kenari (Canarium spp.) yang digunakan dalam pengambilan

data penelitian: a. tanpa akar banir (plot 1), b. dengan akar banir

pendek (plot 2), dan c. dengan akar banir tinggi (plot 3).

a b c

Page 29: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

13

Koleksi liken dibuat dengan menggunakan kantong sampel. Sampel yang

dikoleksi disesuaikan dengan kebutuhan, tidak berlebihan mengingat

pertumbuhan liken yang sangat lambat. Data pendukung turut diambil seperti

diameter tiap pohon, arah mata angin, temperatur, dan kelembapan udara di

sekitar pohon kenari.

Identifikasi dilakukan di dalam laboratorium menggunakan lup dan

mikroskop stereo. Identifikasi sering kali harus dilakukan hingga tahap anatomi

dan diamati di bawah mikroskop cahaya. Karakter-karakter yang telah diamati

dicocokkan dengan buku atau kunci identifikasi. Dokumentasi foto di bawah

mikroskop dilakukan dengan menggunakan kamera digital. Untuk spesies yang

tidak dapat diidentifikasi hanya secara morfologi, dapat diuji dengan spot test

reagents untuk melihat reaksi K+ atau C+.

Talus-talus yang telah digambar saat pengambilan sampel kemudian

digunting dan ditimbang dengan timbangan analitik (Gambar 5). Hasil timbangan

(dalam gram) dikonversi menjadi luas (dalam cm2) berdasarkan luas plastik 1 cm2

yang beratnya 0.0149 gr.

Gambar 5 Metode penghitungan populasi liken. (a) metode kuadrat, tanda panah

menunjukkan plastik transparansi yang digunakan untuk

menggambar tutupan talus. (b) gambar talus liken. (c)talus liken

digunting, dan ditimbang (d).

Analisis Data

Pada penelitian ini dilakukan penghitungan jumlah talus (JT), luas tutupan

talus (LT), dan luas tutupan talus rata-rata (LTR). Selain itu, beberapa parameter

ekologi seperti kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), dominansi (D), dominansi

relatif (DR), frekuensi 1 (F1), frekuensi 2 (F2), frekuensi relatif 1 (FR1), frekuensi

relatif 2 (FR2), indeks nilai penting 1 (INP1), dan indeks nilai penting 2 (INP2)

juga diukur. Persamaan-persamaannya diperoleh dari literatur (Dietrich dan

Scheidegger 1997; Rugayah et al. 2004; Smith dan Smith 2007) dengan

modifikasi sebagai berikut:

B C

a

b

c d

Page 30: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

14

1. Luas tutupan talus rata-rata genus A pada plot pengamatan (LTR)

= luas tutupan genus A

jumlah talus genus A

2. Kerapatan genus A pada plot pengamatan (K)

= jumlah talus genus A

luas kuadrat total pada semua pohon di plot pengamatan

3. Kerapatan relatif genus A pada plot pengamatan (KR)

= kerapatan genus A x 100%

kerapatan total seluruh genus yang ditemukan

4. Dominansi genus A pada plot pengamatan (D)

= luas tutupan genus A

luas kuadrat total pada semua pohon di plot pengamatan

5. Dominansi relatif genus A pada plot pengamatan (DR)

= dominansi genus A x 100%

dominansi total seluruh genus yang ditemukan

6. Frekuensi 1 genus A pada plot pengamatan (F1, berdasarkan jumlah talus)

= jumlah talus genus A

jumlah talus total liken pada plot pengamatan

7. Frekuensi 2 genus A pada plot pengamatan (F2, berdasarkan jumlah pohon)

= jumlah perjumpaan genus A

jumlah pohon total pada plot pengamatan

8. Frekuensi relatif 1 genus A pada plot pengamatan (FR1, berdasarkan jumlah

talus)

= frekuensi 1 genus A x 100%

frekuensi total seluruh genus yang ditemukan

9. Frekuensi relatif 2 genus A pada plot pengamatan (FR2, berdasarkan jumlah

pohon)

= frekuensi 2 genus A x 100%

frekuensi total seluruh genus yang ditemukan

10. Indeks nilai penting 1 seluruh liken pada tiap plot pengamatan (INP1)

= kerapatan relatif + dominasi relatif + frekuensi relatif 1

11. Indeks nilai penting 2 seluruh liken pada tiap plot pengamatan (INP2)

= kerapatan relatif + dominasi relatif + frekuensi relatif 2

Analisis cluster menggunakan program MEGA 5.05 metode UPGMA

(Unweighted Pair Group Method with Arithmetic Mean) dengan bootstrap 1000

kali dilakukan untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan liken makro

berdasarkan lokasi ketiga plot penelitian.

Page 31: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Liken Makro Epifitik di Pohon Kenari

Identifikasi spesimen dilakukan hanya sampai nama genus. Identifikasi

tidak dilakukan sampai nama spesies karena kunci identifikasi liken di daerah

tropis masih sangat minim dan kunci identifikasi liken untuk daerah subtropis

sering tidak cocok digunakan untuk daerah tropis. Melalui penelitian ini,

ditemukan tujuh genus liken makro epifitik pada pohon kenari yang termasuk ke

dalam empat famili sebagai berikut: Coccocarpiaceae meliputi Coccocarpia Pers.

(1), Collemataceae meliputi Leptogium (Ach.) Gray (2), Parmeliaceae meliputi

Canoparmelia Elix & Hale (3) dan Parmotrema Mass.(4), serta Physciaceae

meliputi Dirinaria (Tuck.) Clem.(5), Physcia (Schreb.) Michx. (6), dan Pyxine Fr.

(7). Gambar 6 menunjukkan distribusi liken makro epifitik pada ketiga plot.

Deskripsi ketujuh genus berdasarkan kunci identifikasi disajikan pada Lampiran 6.

Pada plot 1 ditemukan liken Coccocarpia (1), Leptogium (2), Parmotrema (4),

Dirinaria (5), dan Physcia (6). Di plot 2 terdapat liken Canoparmelia (3),

Parmotrema (4), Dirinaria (5), Physcia (6), dan Pyxine (7). Di plot 3 ditemukan

Canoparmelia (3), Parmotrema (4), Dirinaria (5), dan Pyxine (7). Dengan

demikian, hanya Parmotrema (4) dan Dirinaria (5) yang ditemukan di ketiga plot.

Liken dengan fotobion berupa sianobakteria (sianoliken), Coccocarpia (1) dan

Leptogium (2), hanya ditemukan di plot 1 yang jauh dari sirkulasi lalu lintas padat.

Physcia (6) ditemukan di plot 1 dan 2, namun tidak terdapat di plot 3.

Canoparmelia (3) dan Pyxine (7) terdapat di plot 2 dan 3 yang dekat dengan

sirkulasi lalu lintas padat.

Gambar 6 Distribusi liken makro epifitik di plot 1, 2, dan 3.

Berdasarkan kehadiran masing-masing genus liken makro epifitik di tiap

plot, dibuat data biner seperti pada Tabel 3. Selanjutnya, melalui analisis cluster

program MEGA 5.05 dengan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Method

with Arithmetic Mean) menggunakan bootstrap 1000 kali diperoleh dendrogram

seperti pada Gambar 7.

Plot 1

1

2

Plot 3Plot 2

1. Coccocarpia (1)

2. Leptogium (2)

3. Canoparmelia (3)

4. Parmotrema (4)

5. Dirinaria (5)

6. Physcia (6)

7. Pyxine (7)

4, 5

6

6

3,7

Page 32: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

16

Tabel 3 Data biner kehadiran liken makro epifitik di plot 1, 2, dan 3

Nomor Genus Notasi

Plot 1 Plot 2 Plot 3

1 Coccocarpia 1 0 0

2 Leptogium 1 0 0

3 Canoparmelia 0 1 1

4 Parmotrema 1 1 1

5 Dirinaria 1 1 1

6 Physcia 1 1 0

7 Pyxine 0 1 1

Keterangan: 1 = Ditemukan; 0 = Tidak Ditemukan

Hasil analisiscluster lokasi genus liken makro dikelompokkan menjadi 4

cluster lokasi (A, B, C, D) dan dapat dilihat pada Gambar 7. Cluster lokasi

pertama (A) yaitu Coccocarpia (1) dan Leptogium (2) terpisah jauh dengan cluster

lokasi lainnya (B, C, D) dengan jarak lokasi sekitar 36% dan kedua liken memiliki

kemiripan lokasi dengan nilai bootstrap 80%. Cluster lokasi A menunjukkan

kekhasan liken Coccocarpia (1) dan Leptogium (2). Canoparmelia (3) dan Pyxine

(7) yang sama-sama ditemukan di plot 2 dan 3 membentuk cluster lokasi kedua

(B) yang terpisah dengan cluster lokasi C dan D dengan jarak cluster lokasi

sekitar 22% dan kedua liken memiliki kemiripan lokasi dengan nilai bootstrap

77%. Physcia (6) yang ditemukan di plot 1 dan 2 membentuk cluster lokasi

sendiri (C) yang terpisah lebih dekat dengan cluster lokasi D dengan jarak cluster

lokasi sekitar 16%. Parmotrema (4) dan Dirinaria (5) yang ditemukan di ketiga

plot membentuk cluster lokasi keempat (D) dan keduanya memiliki kemiripan

lokasi dengan nilai bootstrap 56%. Canoparmelia (3) dan Pyxine (7) bisa berada

bersama-sama dalam satu lokasi dengan Physcia (6), Parmotrema (4) dan

Dirinaria (5), tetapi keberadaannya kurang ditunjang oleh jarak cluster lokasi

sekitar 22%.

Gambar 7 Dendrogram genus liken makro epifitik berdasarkan data biner.

(4)

(5)

(6)

(3)

(7)

(1)

(2)

A

B

C

D

Page 33: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

17

Sianoliken seperti Coccocarpia (1) dan Leptogium (2) kerap hanya

ditemukan di daerah dengan kualitas udara yang baik dan lembap karena sensitif

terhadap proses pengasaman dari polusi udara (Cameron dan Richardson 2006)

sehingga tidak ditemukan di daerah dengan lalu lintas padat seperti pada plot 2

dan 3. Proses pengasaman dari polutan (SO2) dapat menghambat aktivitas

nitrogenase pada talus sianoliken (Sipman 2009). Liken Coccocarpia (1)

merupakan salah satu bentuk liken foliose yang cukup mudah untuk dikenali di

lapangan karena lobus-lobusnya yang kecil membulat dengan warna talus abu-abu

kebiruan sebagai refleksi dari sianobakteri yang menyusun talusnya. Jika diamati

lebih teliti di bawah mikroskop, tampak annual rings atau striasi konsentris pada

tepi permukaan atas lobus (Gambar 8A). Liken makro Leptogium (2) juga mudah

dikenali di lapangan karena talusnya tipis seperti kertas namun jika dalam keadaan

basah akan menjadi seperti gelatin, serta berwarna gelap (Gambar 8B). Lobus-

lobusnya berukuran cukup besar dan jika dibuat sayatan melintang lalu diamati di

bawah mikroskop akan memperlihatkan cellular layer pada bagian korteks atas

(Sipman 2003).

Kehadiran liken Parmeliaceae lebih banyak terdapat di daerah pegunungan

(Saipunkaew et al. 2005) dan daerah dengan curah hujan yang tinggi (Saipunkaew

et al. 2006). Hanya Parmotrema (4) dan Canoparmelia (3) sebagai anggota

Parmeliaceae yang ditemukan pada penelitian ini. Di Kebun Raya Cibodas,

genusliken Parmeliaceae yang ditemukan seperti Everniastrum, Hypotrachyna,

Parmelia, Parmelinella, Relicina, dan Rimelia (Rindita 2007).

Gambar 8 Sianoliken yang ditemukan di plot 1: A. Coccocarpia (1) dengan

annual rings pada lobusnya (tanda panah), B. Leptogium (2) memiliki

satu cellular layer (tanda panah).

Canoparmelia (3, Gambar 9A) sepintas sulit dibedakan dari kelompok

liken Parmeliaceae lainnya, yaitu dengan karakteristik liken foliose yang

A

B

B

Page 34: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

18

menempel longgar dari substratnya, mempunyai korteks bawah berwarna gelap,

talus berwarna abu-abu pucat hingga kuning-kehijauan, dan memiliki lobus-lobus

khas serta rhizine sebagai alat menempel. Namun, jika diamati di bawah

mikroskop stereo, genus ini memiliki karakter khusus yaitu rhizinenya tunggal

atau bercabang tidak beraturan yang tersebar dari tepi korteks bawah hingga ke

bagian tengah. Kemudian, jika dilakukan uji kimiawi yaitu menggunakan larutan

KOH 10% dan pemutih, maka akan menghasilkan reaksi K+kuning dan KC- yang

artinya spesimen mengandung senyawa atranorin. Tambahan lagi, permukaan atas

talusnya tidak memiliki pseudocyphellae, namun terdapat alat perkembangbiakan

vegetatif berupa soralia farinose atau isidia (Sipman 2003). Pada penelitian ini

ditemukan C. texana di plot 3 yang memiliki talus berwarna abu-abu kekuningan,

permukaan atas halus hingga kasar berkerut di bagian tengah, bagian tengah talus

yang melekat erat pada substrat, serta medula yang berwarna putih (Divakar dan

Upreti 2005).

Berbeda dengan Canoparmelia (3), bagian tepi dari korteks bawah

Parmotrema (4) bersih dari rhizine dan pada penelitian ini ditemukan P. tinctorum

(Nyl.) Hale di plot 1 dan plot 2 (Gambar 9B). P. tinctorum memiliki lobus lebar,

struktur reproduksi berupa isidia, korteks bawah berwarna hitam di bagian tengah

dan cokelat di bagian tepi, dengan rhizine yang jarang, pendek atau panjang di

bagian tengah talus. Jika talusnya sedikit disayat, maka akan tampak medula

berwarna putih. Reaksi spot-test larutan pemutih (C) pada medula menghasilkan

warna merah (C+merah), yang artinya positif mengandung asam lecanoric

(Sipman 2003; Divakar dan Upreti 2005) (Lampiran 6).

Gambar 9 Liken Parmeliaceae yang ditemukan selama penelitian: A.

Canoparmelia (3) dan B. Parmotrema (4).

Dari ketiga plot penelitian, Dirinaria (5), Physcia (6), dan Pyxine (7)

merupakan liken makro epifitik yang memiliki jumlah talus total yang mencapai

ratusan talus dengan luas tutupan talus total yang besar (Tabel 4). Ketiga genus

liken tersebut adalah anggota famili Physciaceae. Liken Parmeliaceae yang

ditemukan, yaitu Canoparmelia (3) dan Parmotrema (4), memiliki jumlah talus

yang jauh lebih sedikit dan luas tutupan talus total yang lebih kecil (Tabel 3).

Hasil ini mirip dengan yang terjadi di Thailand, yaitu liken dari famili

Physciaceae lebih menyebar luas di dataran rendah dan daerah perkotaan,

sedangkan Parmeliaceae lebih banyak terdapat di daerah pegunungan

(Saipunkaew et al. 2005). Secara umum, liken Physciaceae memperoleh

keuntungan dari nitrogen terfiksasi yang sering ditemukan di daerah perkotaan

(Sipman 2009), dan oleh karenanya kelompok liken ini disebut liken nitrophilous

A B

Page 35: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

19

(Opdyke 2011). Namun, hasil penelitian di Singapura menunjukkan hal yang

berbeda yang tidak diketahui penyebabnya, yaitu jumlah liken Physciaceae

mengalami penurunan (Sipman 2009).

Tabel 4 Perbandingan jumlah dan luas tutupan talus total family dan genus liken

yang ditemukan di ketiga plot penelitian

Liken makro yang ditemukan Jumlah talus total

seluruh plot (talus)

Luas tutupan talus

total seluruh plot

(cm2) Famili Genus

Coccocarpiaceae Coccocarpia (1) 5 52.23

Collemataceae Leptogium (2) 21 364.41

Parmeliaceae Canoparmelia (3) 12 81.43

Parmotrema (4) 24 197.81

Subtotal 36 279.24

Physciaceae Dirinaria (5) 462 970.51

Physcia (6) 284 435.55

Pyxine (7) 263 649.11

Subtotal 1009 2055.17 Keterangan: Data dihitung dari 16 kuadrat per plot yang luasnya 10.240 cm2

Walaupun banyak dan sering ditemukan, spesimen liken Physciaceae

yang hidup di ketiga plot penelitian sering kali mengalami kerusakan atau tidak

memiliki apotesia sehingga sulit dibedakan secara morfologi. Di antara ketiga

genus, Physcia (6) mudah dibedakan dari Dirinaria (5) dan Pyxine (7) karena

talusnya melekat longgar pada substratnya. Di bawah mikroskop stereo, tampak

bahwa alat pelekat Physcia (6) adalah rhizine dan memiliki korteks bawah

berwarna putih. Liken Physcia (6) sangat penting dalam mempelajari hubungan

liken dengan kualitas udara. Banyak morfospesies dari Physcia (6) yang

ditemukan pada penelitian ini, namun dalam kondisi yang kurang baik. Salah satu

spesies yang berkembang baik di plot 1 adalah P.atrostriata Moberg. (Gambar

10A, Lampiran 6).

Dirinaria (5) dan Pyxine (7) sulit dibedakan secara morfologi, karena talus

keduanya melekat erat pada substrat (Gambar 10B), sehingga untuk

memastikannya perlu dilakukan identifikasi di bawah mikroskop stereo. Karakter

Dirinaria (5) yaitu memiliki alat pelekat bukan rhizine, melainkan hapters (Elix

2009; Wolseley dan Aguirre-Hudson [tahun tidak diketahui]). Dirinaria (5) dan

Pyxine(7) akan lebih mudah dibedakan dengan melakukan spot test reagents,

yaitu meneteskan larutan KOH 10% pada permukaan talus keduanya. Umumnya

jenis-jenis Dirinaria (5) memiliki senyawa atranorin pada korteks bagian atas,

sehingga akan berwarna kuning (K+) setelah diteteskan larutan KOH 10%. Pyxine

(7) umumnya menunjukkan reaksi negatif (K-) setelah diteteskan KOH 10%

(Sipman 2003). Berdasarkan beberapa penelitian, liken Dirinaria (5) bersifat

toleran terhadap polusi udara sehingga banyak ditemukan di daerah perkotaan

(Nursal et al. 2005; Saipunkaew et al. 2006).

Pyxine (7) dapat diidentifikasi setelah melakukan reaksi kimiawi pada talus

(Gambar 10C). Reaksi setelah diteteskan larutan KOH 10% adalah K-, yang

artinya tidak mengandung senyawa atranorin atau mengandung lichexanthone

(Sipman 2003). Pyxine cocoes (Sw.) Nyl. yang ditemukan dalam penelitian ini

6

3

7

Page 36: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

20

(Lampiran 6) merupakan liken yang toleran terhadap polusi di daerah perkotaan

dan industri (Savillo 2003; Saipunkaew et al. 2005; Rout et al. 2010).

Gambar 10 Liken Physciaceae di plot penelitian: A. Physcia (6), contohnya

P. atrostriata yang melimpah di plot 1, B. Dirinaria (5) yang

melekat erat pada substrat dan dominan di plot 2 serta 3, dan C.

Pyxine (7) yang dominan di plot 3.

Daerah yang memiliki cukup banyak liken foliose mengindikasikan

kondisi yang baik untuk pertumbuhan liken (Yazici dan Aslan 2006). Kota Bogor

tampak masih mendukung pertumbuhan liken dengan ditemukannya beragam

liken foliose, bahkan di plot yang diasumsikan berpolusi. Distribusi liken makro

dapat merefleksikan kualitas udara di suatu tempat. Akan tetapi, variasi liken juga

dipengaruhi oleh faktor iklim (Nash 2008, Kumar 2009).

Keadaan Populasi Liken Makro Epifitik di Ketiga Plot Penelitian

Rincian data jumlah talus (JT) dan luas tutupan talus (LT) liken makro

epifitik di tiap plot dilampirkan dalam Lampiran 7. Perhitungan ekologi yang

meliputi jumlah talus, luas tutupan talus, luas tutupan talus rata-rata (LTR),

kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), dominansi (D), dominansi relatif (DR),

frekuensi 1 (F1), frekuensi 2 (F2), frekuensi relatif 1 (FR1), serta frekuensi relatif

2 (FR2) dari tiap genus yang ditemukan dijabarkan dalam Lampiran 8. Indeks

nilai penting 1 (INP1) dan indeks nilai penting 2 (INP2) liken makro epifitik pada

tiap plot juga dihitung.

Berdasarkan data-data yang telah dihitung, keadaan populasi liken makro

epifitik di ketiga plot dapat dijelaskan. Secara umum untuk semua liken makro

epifitik yang ditemukan, jumlah talus total dan luas tutupan talus total liken makro

paling besar berada di plot 2, yaitu berturut-turut 530 talus dan 1323.4 cm2

(Gambar 11). Luas tutupan talus rata-rata liken makro epifitik di plot 2 adalah 2.5

cm2 (Gambar 12), yang diperoleh dari luas tutupan talus total dibagi dengan

jumlah talus total. Plot 1 memiliki jumlah talus total yang lebih kecil dari plot 2

dan plot 3, yaitu 150 talus, akan tetapi luas tutupan talus totalnya lebih besar dari

plot 3. Artinya, walaupun di plot 1 terdapat paling sedikit jumlah talus liken

namun masing-masing liken yang ditemukan memiliki luas tutupan talus rata-rata

yang besar (LTR = 5.1 cm2, Gambar 12). Plot 3 yang memiliki jumlah talus lebih

banyak dari plot 1 ternyata luas tutupan talus rata-ratanya hanya 1.69 cm2 per

talus.

A B C

Page 37: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

21

Gambar 11 Diagram perbandingan jumlah talus total dan luas tutupan talus total

liken makro epifitik di ketiga plot. Data dihitung dari 16 kuadrat per

plot yang luasnya 10.240 cm2.

Gambar 12 Diagram perbandingan luas tutupan talus rata-rata liken makro epifitik

di ketiga plot. Data dihitung dari 16 kuadrat per plot yang luasnya

10.240 cm2.

Plot 2 terletak di KRB bagian tepi, yang memiliki akses lebih dekat

dengan jalan raya berikut polusi udara di sekitarnya. Akan tetapi, plot ini lebih

terbuka dan memungkinkan cahaya lebih banyak untuk pertumbuhan liken

daripada di plot 1, sehingga memungkinkan beberapa kelompok liken tumbuh

lebih baik. Di hutan beriklim sedang di India, pohon Quercus semecarpifolia di

hutan berkanopi terbuka memiliki tutupan liken yang maksimum (70%),

sedangkan di hutan berkanopi tertutup hanya memiliki tutupan 40% (Kumar

2009). Namun, jumlah talus total yang besar dan luas tutupan talus total yang luas

dari liken makro epifitik di plot 2 tidak menunjukkan bahwa pertumbuhannya

lebih baik dari liken di plot 1, karena luas tutupan rata-rata tiap talusnya lebih

kecil dibandingkan dengan liken di plot 1. Dampak dari polutan dapat menjadi

penyebab menyusutnya luas tutupan liken (Bates 2002).

765.32

1323.4

662.34

150

530

391

0

100

200

300

400

500

600

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Plot 1 Plot 2 Plot 3

Jum

lah

Tal

us

Tota

l (t

alu

s)

Lu

as T

utu

pan

Tal

us

Tota

l (c

m2)

Jumlah Talus Total dan Luas Tutupan Talus Total Liken

Makro Epifitik Pada Pohon Kenari di Ketiga Plot

5.1

2.5

1.69

0

2

4

6

8

10

12

Plot 1 Plot 2 Plot 3Lu

as T

utu

pan

Tal

us

Rat

a-R

ata

(cm

2)

Luas Tutupan Talus Rata-Rata Liken Makro Epifitik di

Ketiga Plot

Luas tutupan talus rata-rata

Jumlah talus total Luas tutupan talus total

Page 38: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

22

Gambar 13 menunjukkan perbandingan Indeks Nilai Penting (INP) yang

dimiliki masing-masing genus liken makro epifitik di ketiga plot. Pada plot 1,

liken yang memiliki INP tertinggi adalah Physcia (6) yaitu mencapai 192%,

diikuti dengan Leptogium (2) yang memiliki INP sebesar 75.7%. Liken yang

memiliki INP tertinggi di plot 2 adalah Dirinaria (5), yaitu mencapai 144%,

kemudian diikuti dengan Physcia (6) yang memiliki INP sebesar 73.9%. Dirinaria

(5) juga merupakan liken makro epifitik dengan INP tertinggi di plot 3, yaitu

mencapai 147%, lalu Pyxine (7) menyusul tidak jauh di bawahnya dengan INP

mencapai 135%.

Gambar 13 Grafik perbandingan Indeks Nilai Penting (INP) liken makro epifitik

di ketiga plot. INP 1 = indeks nilai penting dengan frekuensi liken

berdasarkan jumlah talus. Genus liken 1 = Coccocarpia, 2 =

Leptogium, 3 = Canoparmelia, 4 = Parmotrema, 5 = Dirinaria, 6 =

Physcia, dan 7 = Pyxine.

Populasi Liken Makro Epifitik Sebagai Bioindikator Kualitas Udara di

Ketiga Plot

Berdasarkan data keadaan populasi liken makro epifitik yang ada pada

Lampiran 8, dibuat suatu diagram tentang liken makro epifitik yang berpeluang

sebagai bioindikator. Setiap genus liken makro memiliki kesensitifan yang

berbeda terhadap tingkat polusi udara sehingga membentuk komunitas yang

beragam di setiap plot penelitian. Gambar 14 adalah gambaran suatu keadaan

populasi liken makro epifitik pada plot 1 yang jauh dari sirkulasi lalu lintas padat

serta plot 2 dan 3 yang dekat dengan sirkulasi lalu lintas padat.

Plot 1

Plot 2

Plot 30

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 45

67

Ind

ek

s N

ila

i P

en

tin

g 1

(%

)

Genus Liken

Indeks Nilai Penting Liken Makro Epifitik di Ketiga Plot

Plot 1 Plot 2 Plot 3

Page 39: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

23

Gambar 14 Keadaan populasi liken makro epifitik untuk dijadikan bioindikator

kualitas udara di Kota Bogor.

Beberapa genus liken hanya ditemukan di plot 1, yaitu Coccocarpia (1)

dan Leptogium (2), dan dikatakan sebagai liken yang sensitif. Kedua liken ini

tidak ditemukan di plot lain dan keberadaannya didukung oleh data cluster lokasi

keduanya yang terpisah jauh dari cluster lokasi yang lainnya. Walaupun plot 1

memiliki jumlah talus total dan luas tutupan talus total liken makro epifitik yang

lebih kecil daripada di plot 2 (Gambar 11), ditemukannya sianoliken di plot 1

dapat dijadikan bioindikator kualitas udara karena di KRB bagian dalam jauh dari

sirkulasi lalu lintas padat. Bagian dari plot 1 yang terletak di Jalan Kenari II KRB

memiliki pohon-pohon kenari dengan kanopi yang lebih lebar daripada di plot 2,

serta suhu udara berkisar antara 29-31oC dan kelembapan antara 62-98 %. Habitat

seperti ini lebih cocok untuk pertumbuhan lumut, paku, anggrek, dan tumbuhan

tinggi epifit lain, tetapi menyisakan sedikit tempat untuk liken (Kumar 2009). Di

Oregon dan Washington, sianoliken berkontribusi hanya 24% dari total

keragaman spesies liken, yang banyak di antaranya merupakan spesies langka.

Menurut Geiser dan Neitlich (2007), sianoliken rentan terhadap pengaruh polusi

udara. Di hutan Mediterania, sianoliken dihubungkan dengan intensitas

manajemen hutan yang rendah, tutupan semak belukar yang tinggi, dan lereng

yang lebih curam (Aragón et al. 2010). Leptogium (2) yang merupakan liken

makro epifitik paling dominan di plot 1 (DR = 47.6%) dikenal sangat sensitif

terhadap kontaminasi udara di Eropa. Liken ini populasinya menurun di Singapura

dan dapat menjadi tanda-tanda berubahnya kualitas udara (Sipman 2009). Dengan

demikian, keberadaan KRB di Kota Bogor menjadi sangat penting, terutama

untuk habitat liken yang sensitif, seperti halnya keberadaan kebun raya di

Singapura (Sipman 2010).

Plot 1

1) Ditemukan sianoliken

Coccocarpia (1) dan Leptogium (2)

2) Tidak ditemukan Canoparmelia (3)

dan Pyxine (7)

3) Ditemukan Dirinaria (5)dalam jumlah sedikit dan

jarang, namun luas tutupan rata-rata talusnya besar-besar

4) Ditemukan Physcia (6) yang

melimpah

Plot 2 dan Plot 3

1) Tidak ditemukan sianoliken

Coccocarpia (1) danLeptogium (2)

2) Ditemukan Canoparmelia (3) dan

Pyxine (7) dalam jumlah sedikit maupun banyak

3) Ditemukan Dirinaria(5) dalam jumlah banyak dan sering, namun luas

tutupan rata-rata talusnya kecil-kecil

4) ditemukan Physcia (6)dalam jumlah sedikit atau

tidak sama sekali

Page 40: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

24

Beberapa genus liken ditemukan pada plot 2 dan plot 3 saja, yaitu

Canoparmelia (3) dan Pyxine (7), yang dapat ditemukan dalam jumlah sedikit

maupun banyak (Gambar 15). Ditemukannya kedua genus ini di plot 2 dan 3

menguatkan asumsi bahwa kedua plot tersebut adalah plot berpolusi, karena kedua

genus ini diketahui merupakan liken yang toleran terhadap polusi udara. Salah

satu spesies Canoparmelia (3) yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu

C.texana (Tuck.) Elix & Hale dipelajari sebagai spesies yang toleran terhadap

polusi udara (Fuga et al. 2008; Barbosa et al. 2010). Di Brazil, spesies ini diteliti

sebagai bioindikator polusi udara yang berasal dari elemen radionuklida alami

dan berasal dari rare earth element (REEs) (Leonardo et al. 2014), dan juga

polutan yang berasal dari industri timah serta timbal (Leonardo et al. 2011). Di

plot 3, INP Canoparmelia (3) lebih besar (INP1 = 16.91%, INP2 = 23.4%)

daripada di plot 2 (INP1 = 1.003%, INP2 = 7.29%) (Gambar 15).

Gambar 15 Grafik perbandingan populasi Canoparmelia (3) dan Pyxine (7) di

ketiga plot. KR = kerapatan relatif, DR = dominansi relatif, FR1 =

frekuensi relatif berdasarkan jumlah talus, INP1 = indeks nilai

penting dengan frekuensi liken berdasarkan jumlah talus.

Salah satu spesies Pyxine (7) yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu

Pyxine cocoes, yang dominan di plot 3 dandiketahui merupakan liken yang toleran

terhadap polusi udara (Savillo 2003; Rout et al. 2010; Danesh et al. 2013; Shukla

et al. 2014). Peneliti liken di India menggunakan spesies ini untuk menentukan

kualitas udara di suatu wilayah, dengan cara menganalisis kandungan pigmen

klorofil di dalam talusnya (Rout et al. 2010). Frekuensi P.cocoes meningkat

seiring dengan meningkatnya kegiatan transportasi, dan talusnya dapat

mengakumulasi logam berat hingga 97% (Shukla et al. 2014). Begitu juga halnya

dengan di Filipina, P.cocoes dominan di daerah perkotaan yang dekat dengan

sirkulasi transportasi yang padat, dan sulit ditemukan di daerah yang jarang dilalui

kendaraan (Savillo 2003). Namun di India, P.cocoes ditemukan baik di daerah

kontrol maupun daerah dengan sirkulasi transportasi yang padat, akan tetapi

kondisi talusnya lebih baik di daerah kontrol (Danesh et al. 2013). Pada penelitian

ini, indeks nilai penting Pyxine (7) jauh lebih tinggi di plot 3 (INP1 = 134.8%,

INP 2 = 120%) daripada di plot 2 (INP1 = 60.8%, INP2 = 49%) (Gambar 14). Jika

melihat kerapatan, dominansi, dan frekuensi Pyxine (7) serta Canoparmelia (3)

yang lebih tinggi di plot 3, maka dapat diprediksikan bahwa plot 3 memiliki

020406080

100120140160

Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 1 Plot 2 Plot 3

Canoparmelia Pyxine

Per

sen

tase

(%

)

Perbandingan Populasi Canoparmelia dan Pyxine

di Ketiga Plot

KR DR FR1 INP1

Page 41: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

25

tingkat polusi yang lebih tinggi dibandingkan di plot 2. Selain itu, plot 3 memiliki

temperatur yang lebih tinggi (30-33oC) dan kelembapan yang lebih rendah (60-

74%) dibandingkan plot 2 (suhu = 27-31oC, kelembapan 71-93%). Terlebih lagi,

plot 3 terletak persis di tepi jalan raya, sedangkan plot 2 masih di dalam KRB dan

tidak berhubungan langsung dengan jalan raya. Akan tetapi, diperlukan data

pengukuran kualitas udara dan sampel lebih banyak untuk memastikan hal

tersebut.

Parmotrema (4) dan Dirinaria (5) merupakan liken yang toleran karena

ditemukan di semua plot. Jumlah talus dan luas tutupan talus rata-rata

Parmotrema paling besar di plot 2 (JT = 16, LTR = 11.84 cm2), namun JT dan

LTR Parmotrema baik di plot 1 maupun 3 sama-sama kecil (Gambar 16). Tidak

ada pola perubahan berurutan JT dan LTR dari plot 1 sampai plot 3 (meningkat

atau menurun) yang jelas dari Parmotrema menjadikan genus ini tidak dapat

dijadikan indikator. Identifikasi sampai tingkat spesies kemungkinan berpeluang

memberikan informasi yang lebih akurat, mengingat spesies P.tinctorum Nyl.

(Hale) yang ditemukan di plot 1 dan 2 adalah liken yang sensitif terhadap polusi

udara (Ohmura et al. 2009). Sebaliknya, Dirinaria (5) menunjukkan pola

penyusutan luas tutupan talus rata-rata dari plot 1 (LTR = 6.15 cm2) ke plot 2

(LTR = 2.58 cm2) dan plot 3 (LTR = 1.16 cm2) (Gambar 17). Di plot 1, Dirinaria

(5) ditemukan dalam jumlah sedikit (JT = 5), jarang (FR1 = 3.33%, FR2 = 10%),

akan tetapi luas tutupan rata-rata talusnya besar-besar. Di plot 2 dan 3, Dirinaria

(5) ditemukan dalam jumlah banyak (JT = berturut-turut 243 dan 214 talus),

sering (FR1 berturut-turut 45.85% dan 54.73%), namun luas tutupan rata-rata

talusnya kecil-kecil.

Gambar 16 Grafik jumlah talus dan luas tutupan talus rata-rata Parmotrema (4)

dan Dirinaria (5) di ketiga plot. Keterangan: Data dihitung dari 16

kuadrat per plot yang luasnya 10.240 cm2.

Pada penelitian yang dilakukan Nursal et al. (2005), Dirinaria (5) juga

ditemukan pada pohon-pohon di depan Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru

dengan kepadatan lalu lintas kategori tinggi yang setelah dianalisis mengandung

akumulasi timbal (Pb) rata-rata sebanyak 7.75 ppm (65.677 µg/m3) (baku mutu 2

ppm atau setara dengan 16.949 µg/m3). Dirinaria applanata ditemukan di semua

0

50

100

150

200

250

300

02468

101214161820222426283032343638

Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 1 Plot 2 Plot 3

Parmotrema Dirinaria

Jum

lah

Tal

us

Lu

as T

utu

pan

Tal

us

Rat

a-R

ata

(cm

2)

Jumlah Talus dan Luas Tutupan Talus Rata-Rata Parmotrema

dan Dirinaria di Ketiga Plot

Jumlah talus Luas tutupan talus

Page 42: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

26

lokasi penelitian Saipunkaew et al. (2006) di Thailand bagian utara, mulai dari

daerah pedesaan hingga daerah perkotaan dengan tingkat polusi rendah. Tetapi

tidak ada data luas tutupan rata-rata talus seperti yang diukur dalam penelitian ini.

Gambar 17 Pola luas tutupan talus Dirinaria (5) di ketiga plot, ditandai dengan

simbol D. Luas tutupan talus rata-rata di plot 1 6.15 cm2 (A), menurun

di plot 2 yaitu 2.58 cm2 (B), dan di plot 3 sebesar 1.16 cm2 (C).

Genus Physcia (6) juga menunjukkan sifat sensitif terhadap polusi udara

dan dengan demikian dapat juga dijadikan sebagai genus indikator, karena

ditemukan di plot 1 dan 2 namun tidak ditemukan di plot 3. Berdasarkan data

yang diperoleh, keadaan populasi Physcia (6) di plot 1 lebih besar daripada di plot

2. Kerapatan relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif, dan indeks nilai penting

Physcia (6) lebih tinggi di plot 1 daripada di plot 2 (Gambar 18). Namun, tidak

ditemukannya Physcia (6) di plot 3 tidak dapat dijelaskan mengingat genus ini

adalah anggota famili Physciaceae yang banyak terdapat di daerah perkotaan.

Identifikasi Physcia (6) sampai tingkat spesies kemungkinan berpeluang

memperoleh pola populasi yang lebih jelas, karena spesies-spesies Physcia (6)

memiliki kesensitifan yang berbeda terhadap polutan. Di Serbia, P. tenella

merupakan liken yang paling sensitif sedangkan P. adscendens merupakan liken

toleran (Stamenkovićet al. 2010). Di Argentina, Physcia (6) merupakan liken

resisten yang ditemukan dengan jumlah apotesia yang meningkat (Estrabou et al.

2004). Pada penelitian ini sedikit sekali ditemukan apotesia dari Physcia (6), baik

di plot 1 maupun plot 2.

A B C

D

D

Pohon 11

Barat Pohon 6

Timur

D D

D

D

D D

D

Pohon 44

Barat

Page 43: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

27

Gambar 18 Grafik perbandingan keadaan populasi Physcia (6) di ketiga plot. KR

= kerapatan relatif, DR = dominansi relatif, FR1 = frekuensi relatif

berdasarkan jumlah talus, INP1 = indeks nilai penting dengan

frekuensi liken berdasarkan jumlah talus.

Berdasarkan data pengukuran kualitas udara bulan September 2012 dari

PT Goodyear Indonesia, kandungan sulfur dioksida (SO2) di sekitar Jalan Pemuda

adalah 55 µg/m3 dan nitrogen dioksida (NO2) adalah 11 µg/m3 (pengukuran bulan

September 2012, siang hari) (Lampiran 3). KRB tidak memiliki data pengukuran

kualitas udara, sehingga untuk menentukan plot 2 yang diasumsikan berpolusi

digunakan data pengukuran kualitas udara tahun 2012 dari BLH Kota Bogor

(Lampiran 2). Pengukuran kualitas udara terdekat dari plot 2 adalah di sekitar

putaran BTM Jl. Ir. H. Juanda dengan kandungan SO2 34.5 µg/m3 dan di

perempatan Hotel Pangrango 2 sebesar 22.04 µg/m3. Kandungan NO2 di putaran

BTM Jl. Ir. H. Juanda adalah 48.12 µg/m3 dan di perempatan Hotel Pangrango 2

adalah 30.13 µg/m3. Dari data sekunder tidak dapat diketahui secara jelas

kandungan polusi tiap plot, dikarenakan tidak ada kualitas udara di plot 1 dan 2.

Namun, tingkat polusi udara yang terkandung di sekitar plot 2 dan di plot 3

memang masih jauh di bawah baku mutu (SO2 = 900 µg/m3; NO2 = 400 µg/m3).

Banyak kota-kota besar di Korea saat ini memiliki kandungan SO2 yang rendah,

sehingga SO2 diasumsikan bukan lagi sebagai polutan yang membatasi

penyebaran liken seperti pada tahun 1980. Sebaliknya, NO2yang jumlahnya

meningkat sejak sekitar 20 tahun belakangan tampak mempengaruhi komposisi

dan kekayaan spesies liken, karena banyak ditemukan spesies liken nitrophilic

atau toleran (Ahn et al. 2011).

Melalui analisis keadaan populasi liken, kualitas udara di plot 1, 2, dan 3

bisa diprediksikan dan sebenarnya bisa dibandingkan dengan data pengukuran

kualitas udara dengan metode fisik. Dominansi dari sebuah spesies atau taksa

liken relatif dapat dijadikan indikator tingkat polusi udara (LeBlanc dan Rao

1975) dan analisis keadaan populasi liken makro epifitik berpeluang menjadi cara

lain untuk memonitor kualitas udara di Kota Bogor karena pengukuran kualitas

udara yang dilakukan oleh pemerintah setempat hanya terbatas pada titik-titik

tertentu saja. Bahkan, Kebun Raya Bogor yang merupakan paru-paru kota tidak

memiliki data kualitas udara. Selain itu, pemonitoran kualitas udara menggunakan

liken makro epifitik dapat menjadi efektif dan lebih murah dibandingkan

0

50

100

150

200

250

Plot 1 Plot 2 Plot 3

Physcia

Per

sen

tase

(%

)

Perbandingan Populasi Physcia di Ketiga Plot

KR DR FR1 INP1

Page 44: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

28

pengukuran kandungan polutan dengan alat fisik. Transplantasi liken yang sensitif,

seperti Coccocarpia (1) dan Leptogium (2), juga dapat dilakukan untuk melihat

dampak kerusakan yang disebabkan oleh polusi udara pada talus liken (Hale 1983,

Picotto et al. 2011). Tidak hanya yang sensitif, seluruh liken indikator juga dapat

ditransplantasi di ketiga plot untuk memastikan apakah liken tersebut sebagai

bioindikator sensitif atau toleran.

Page 45: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

29

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil penelitian ini, ditemukan 7 genus liken makro epifitik pada pohon

kenari (Canarium spp.) yang berada di tiga plot penelitian di Kota Bogor, Jawa

Barat. Ketujuh genus tersebut adalah: Coccocarpia (1), Leptogium (2),

Canoparmelia (3), Parmotrema (4), Dirinaria (5), Physcia (6), dan Pyxine (7).

Pada plot 1 yang jauh dari sirkulasi padat ditemukan Coccocarpia (1) dan

Leptogium (2), tidak ditemukan Canoparmelia (3) dan Pyxine (7), ditemukan

Dirinaria di plot 1 dalam jumlah sedikit dan jarang (JT = 5, FR1 = 3.33%, FR2 =

10%), namun luas tutupan rata-rata talusnya besar-besar (LTR = 6.15 cm2), dan

ditemukan Physcia dalam jumlah melimpah. Sebaliknya, pada plot 2 dan plot 3

yang dekat dengan sirkulasi transportasi padat tidak ditemukan Coccocarpia (1)

dan Leptogium (2), ditemukan Canoparmelia (3) dan Pyxine(7) dalam jumlah

sedikit (di plot 2) maupun banyak (di plot 3), ditemukan Dirinaria dalam jumlah

banyak (JT plot 2 = 243, JT plot 3 = 214) dan sering (FR1 plot 2 = 45.85%, FR1

plot 3 = 54.73%), namun luas tutupan rata-rata talusnya kecil-kecil (LTR plot 2 =

2.58 cm2, LTR plot 3 = 1.16 cm2), dan ditemukan Physcia (6) dalam jumlah

sedikit (di plot 2) atau bahkan tidak ditemukan sama sekali (di plot 3). Genus

Parmotrema tidak dapat dijadikan indikator kualitas udara karena tidak

menunjukkan pola perubahan populasi yang jelas. Identifikasi sampai spesies

kemungkinan berpeluang menghasilkan pola yang lebih baik.

Saran

Liken makro epifitik dan keadaan populasinya dapat diperkenalkan kepada

siswa-siswi SMU untuk digunakan dalam memonitor kualitas udara, melalui

pelatihan ataupun modul seperti yang dilakukan di Malaysia (Samsudin et al.

2013) dan di Thailand. Penelitian-penelitian serupa perlu dilakukan di Bogor

untuk melihat kesamaan pola populasi liken, tetapi pada jenis pohon yang

berbeda.Untuk memperoleh hasil yang lebih spesifik, spesimen liken perlu

diidentifikasi sampai ke tingkat spesies dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

Transplantasi liken indikator di ketiga plot dapat dilakukan untuk memastikan

apakah liken tersebut sebagai biondikator sensitif atau toleran.

Page 46: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

30

DAFTAR PUSTAKA

Ahn C, Chang E, Kang H. 2011. Epiphytic macrolichens in Seoul: 35 years after

the first lichen study in Korea. J. Ecol. Field Biol. 34(4):381-

391.doi:10.5141/JEFB.2011.040.

Aragón G, Martínez I, Izquierdo P, Belinchón R, Escudero A. 2010. Effects of

forest management on epiphytic lichen diversity in Mediterranean forests.

Appl. Veg. Sci. 13:183-194.

Atabay MM, Kekillioğlu A, Arslan M. 2011. Heavy metal accumulations of

Allium cepa L. as a bioindicator for air pollution in Ereğli, Turkey. Afr. J.

Agric. Res. 6(30):6432-6439.

Barbosa SB, Machado SR, Marcelli MP. 2010. Thallus anatomy of Canoparmelia

texana (Parmeliaceae, lichenized Ascomycota). Biota Neotrop. 10(3):149-

154.

Bates JW. 2002. Effects on bryophytes and lichens. In: Bell JNB, Treshow M

(eds.). Air Pollution and Plant Life. 2nd ed. London: John Wiley & Sons,

Ltd. p 309-342.

Beaven A. 2008. Epiphytic lichen growth and diversity as bioindicators of air

quality at Watershed Park in Olympia, WA.

Bidlack JE, Jansky SH. 2011. Stern’s Introductory Plant Biology. Edition Twelve.

McGraw – Hill, New York.

Blagnytė R, Paliulis D. 2010. Research into heavy metals pollution of atmosphere

applying moss as bioindicator: a literature review. Environ. Res., Eng.

Manage.4(54):26-33.

Cameron RP, Richardson DHS. 2006. Occurrence and abundance of epiphytic

cyanolichens in protected areas of Nova Scotia, Canada. Opusc.

Philolichenum 3:5-14.

Danesh N, Puttaiah ET, Basavarajappa BE. 2013. Studies on diversity of lichen,

Pyxine cocoes to air pollution in Bhadravathi town, Karnataka, India. J.

Environ. Biol. 34:579-584.

Dietrich M, Scheidegger C. 1997. Frequency, diversity and ecological strategies

of epiphytic lichens in the Swiss central plateau and the pre-alps.

Lichenologist 29(3):237-258.

Divakar PK, Upreti DK. 2005. Parmelioid Lichens In India (A Revisionary Study).

Dehra Dun: Bishen Singh Mahendra Pal Singh.

Effendy S. 2007. Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau dengan Urban Heat Island

wilayah Jabotabek [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Elix JA. 2009. Dirinaria. Fl. Australia 57:509-517.

Estrabou C, Stiefkens L, Hadid M, RodrÍguez, Pérez A. 2004. Effects of air

pollutants on morphology and reproduction in four lichen species in

Córdoba, Argentina. Ecol. Bolivia, 39(2):33-45.

Fuga A, Saiki M, Marcelli MP, Saldiva PHN. 2008. Atmospheric pollutants

monitoring by analysis of epiphytic lichens. Environ. Pollut. 151 (2):334-

340.doi:10.1016/j.envpol.2007.06.041.

Gadzala-Kopciuch R, Berecka B, Bartoszewicz J, Buszewski B. 2004. Some

considerations about bioindicators in environmental monitoring. Pol. J.

Environ. Stud. 13 (5):453-462.

Page 47: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

31

Geiser LH, Neitlich PN. 2007. Air pollution and climate gradients in western

Oregon and Washingtonindicated by epiphytic macrolichens. Environ.

Pollut. 145:203-218.

Hale ME. 1983. The Biology of Lichens. Victoria: Edward Arnold.

Hauck M. 2011. Site factors controlling epiphytic lichen abundance in northern

coniferous forests. Review. Flora 206:81-90.doi:10.1016/j.flora.2010.02.

001.

Jayalal U, Aptroot A, Nguyen TT, Dzung NA, Joshi S, Oh SO, Hur JS. 2013.

Further additions to the macrolichen mycota of Vietnam. Mycotaxon

124:51-59.

Kularatne KIA, de Freitas CR. 2012. Epiphytic lichens as biomonitors of airborne

heavy metal pollution. Environ. Exp. Bot. 88:24-32.doi:10.1016/j.

envexpbot.2012.02.010.

Kumar B. 2009. Macrolichens cover and their distribution pattern on two common

phorophytes (Quercus semecarpifolia and Rhododendron arboreum) in a

temperate forest of Rudraprayag District Grahwal (Uttrarkhand), India.

Nat. Sci. 7(3):13-16.

Kusumaningrum IK, Suwarso WP, Cahyana AH. 2011. Screening for bioactive

compound group in Parmotrematinctorum’s extract and bioactivity test of

dichloromethane extract as anti-tuberculosis against Mycobacterium

tuberculosis H37RV and toxicity against Artemia salina. Sci. J. UBU

2(1):53-59.

LeBlanc F, Rao DN. 1975. Effects of air pollutants on lichens and bryophytes. Di

Dalam: Mudd JB, Kozlowski TT, editor. Responses of Plants To Air

Pollution. New York (US): Academic Press. hlm 237 – 271.

Leonardo L, Mazzilli BP, Damatto SR, Saiki M, Maria S, de Oliviera B. 2011.

Assessment of atmospheric pollution in the vicinity of a tin and lead

industry using lichen species Canoparmelia texana. J. Environ. Radioact.

102(10): 906-910.

Leonardo L, Damatto SR, Gios BR, Mazzilli BP. 2014. Lichen species

Canoparmelia texana as bioindicator of environmental impact from the

phosphate fertilizer industry of São Paulo, Brazil. J. Radioanal Nucl.

Chem. 299:1935-1941.doi:10.1007/s10967-013-2887-y.

Levelink J, Mawdsley A, Rijnberg T. 1996. Four Guided Walks Bogor Botanic

Garden. Bogor: PT. Bogorindo Botanicus.

Mackenzie A, Ball AS, Virdee SR. 2001. Ecology. Oxford: BIOS Scientific

Publishers Ltd.

Mickle JE. 1977. A comparison of cover and distribution of corticolous macro-

epiphytes in three woodlots in and north of Colombus Ohio. Ohio J. of Sci.

77 (8):146-148.

Nash III T. 2008. Lichen Biology. Cambridge (GB): Cambridge University Press.

Negi HR. 2003. Lichens: A valuable bioresource for environmental monitoring

and sustainable development. Resonance, January:51-58.

Nursal, Firdaus, Basori. 2005. Akumulasi timbal (Pb) pada talus lichenes di kota

Pekanbaru. Biogenesis 1(2):47-50.

Ohmura Y, Kawachi M, Kasai F, Sugiura H, Ohtara K, Kon Y, Hamada N. 2009.

Morphology and chemistry of Parmotrema tinctorum (Parmeliaceae,

Page 48: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

32

Lichenized Ascomycota) transplanted into sites with different air pollution

levels. Bull. Natl. Mus. Nat. and Sci., Ser. B 35(2):91-98.

Opdyke MR, Dolney BE, Frost LL, Roy JD. 2011. A study of epiphytic lichen

communities in urban and rural environments in southwestern

Pennsylvania. J. Pa. Acad. Sci. 85(4):151-158.

Paoletti MG. 1999. Using bioindicators based on biodiversity to assess landscape

sustainability. Agric. Ecosyst. Environ. 74:1–18.

Pemerintah Kota Bogor. 2014. Letak Geografis Kota Bogor [Internet]. Bogor

(ID): Pemerintah Kota Bogor; [diunduh 2014 Juni 18]. Tersedia pada:

www.kotabogor.go.id/sekilas-bogor/letak-geografis.

Piccotto M, Bidussi M, Tretiach M. 2011. Effects of the urban environmental

conditions on the chlorophyll a fluorescence emission in transplants of

three ecologically distinct lichens. Environ. Exp. Bot. 73:102-107.doi:10.

1016/j.envexpbot.2010.09.010.

PROSEA. 1995. Plant Resources of South East Asia 5. Bogor (ID): Prosea

Foundation.

PT. Goodyear Indonesia. 2012. Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana

Pemantauan Lingkungan (RKL dan RPL) Periode IV. Bogor: PT

Goodyear Indonesia.

Purvis W. 2000. Lichens. Washington DC: Smithsonian Institution Press.

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. 2006. Sekilas Kebun Raya

Bogor. Bogor (ID): Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor –

LIPI.

Rindita. 2007. Keanekaragaman liken makro epifitik yang terdapat pada pohon

Eucalyptus, Pinus, dan Altingia di Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat

[skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Negeri Jakarta.

Robles C, Greff S, Pasqualini V, Garzino S, Bousquet-Mélou, Fernandez C,

Korboulewsky N, Bonin G. 2003. Phenols and flavonoids in Aleppo pine

needles as bioindicators of air pollution. J. Environ. Qual. 32:2265-2271.

Rout J, Singha B, Upreti DK. 2010. Pigment profile and chlorophyll degradation

of Pyxine cocoes lichen: A comparative study of the different degree of

disturbance in Cachar District, Assam. Assam Univ. J. Sci. Technol.: Biol.

Environ. Sci. 5(1):85-88.

Rugayah, Widjaja EA, Praptiwi. 2004. Pedoman Pengumpulan Data

Keanekaragaman Flora. Bogor (ID): Pusat Penelitian Biologi – LIPI.

Samsudin MW, Daik R, Abas A, Meerah TSM, Halim L. 2013. Environmental

learning workshop: Lichen as biological indicator of air quality and impact

on secondary students’ performance. Int. Educ. Stud. 6(6):28-34.doi:10.

5539/ies.v6n6p28.

Saipunkaew W, Wolseley PA, Chimonides PJ. 2005. Epiphytic lichens as

indicators of environmental health in the vicinity of Chiang Mai city,

Thailand. Lichenologist 37(4):345-356.

Saipunkaew W, Wolseley PA, Chimonides PJ, Boonpragob K. 2006. Epiphytic

macrolichens as indicators of environmental alteration in northern

Thailand. Environ. Pollut. 146(2):366-374.

Santosa I. 2005. Model penyebaran pencemar udara dari kendaraan bermotor

menggunakan metode volume terhingga: studi kasus di Kota Bogor

[disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Page 49: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

33

Savillo I. 2003. The common abundance of Pyxine cocoes (Swartz) Nyl. In district

parks of Iloilo City, Philippines. Tersedia pada http://www.geocities.com/

lichens_airquality/index.htm.

Scheidegger C, Werth S. 2009. Conservation strategies for lichens: Insights from

population biology. Fungal Biol. 23:55-66.doi:10.1016/j.fbr.2009.10.003.

Shukla V, Upreti DK, Bajpai R. 2014. Lichens to Biomonitor the Environment.

India: Springer.

Sipman H. 2003. Key to the lichen genera of Bogor, Cibodas and Singapore.

Tersedia pada http://www.bgbm.org/sipman/keys/ Javagenera.htm

Sipman HJM. 2009. Tropical urban lichens: observations from Singapore. Blumea

54:297-299.doi:10.3767/000651909X476328.

Sipman HJM. 2010. A Conspectus of the Lichens (Lichenized Fungi) of

Singapore. Gard. Bull. Singapore 61 (2):437-481.

Smith RL, Smith TM. 2007. Elements of Ecology. San Fransisco (US): Benjamin

Cummings.

Stamenković S, Cvijan M, Aranjelović M. 2010. Lichens as bioindicators of air

quality in Dimitrovgrad (South-Eastern Serbia). Arch. Biol. Sci. 62

(3):643-648.doi: 10.2298/ABS10036435.

Wardhana WA. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit ANDI,

Yogyakarta.

Wetmore CM. 1989. Lichens and air quality in White Mountain National Forest

Wilderness Areas. Final Report. Botany Department, University of

Minnesota. St.Paul. Minnesota.

Wolseley P, Aguirre-Hudson B. Lichens of Tropical Forests in Thailand. A field

key to characteristic epiphytic species in northern Thailand. The Darwin

Initiative.

Yazici K, Aslan A. 2006. Distribution of epiphytic lichens and air pollution in the

city of Trabzon, Turkey. Bull. Environ. Contam. Toxicol. 77:838-845.

Yeane CI. 2007. Respon lumut kerak pada vegetasi pohon sebagai indikator

pencemaran udara di Kebun Raya Bogor dan Hutan Manggala Wana

Bhakti [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Zahradníková M. 2010. Does the traffic flow affect the lichen diversity? A case

study from the Novohradské hory Mts, Czech Republic. Acta Univ. Carol.

Environ. 1-2:27-44.

Page 50: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

34

Lampiran 1 Glosarium (Sumber: Sipman 2003; Divakar dan Upreti 2005;

Wolseley dan Aguirre-Hudson [tahun tidak diketahui])

Annual rings = striasi halus konsentris yang terdapat di tepi lobus Coccocarpia

Apothecia = alat perkembangbiakan seksual liken, berupa askokarp berbentuk

mangkok atau piring yang terbuka, memperlihatkan himenium

yang matang

Atranorin = substansi kimiawi liken yang menghasilkan reaksi warna P-, K+

kuning, C-, KC-

Bulbate = bentuk cilia yang biasanya terdapat pada genus Bulbothrix, yaitu

cilia dengan bagian pangkal yang membengkak

Cellular layer= satu lapis sel-sel yang lebar dan memiliki dinding, terdapat pada

bagian korteks atas talus Leptogium yang dipotong melintang

Cilia = perkembangan dari talus liken yang letaknya di tepi atau atas

talus, berupa struktur seperti rambut atau benang berwarna hitam

yang merupakan kumpulan hifa

Corticolous = komunitas liken yang menempel pada batang pohon

Crustose = bentuk talus liken yang menempel erat dengan substrat seperti

kerak

Farinose = ditutupi oleh serbuk-serbuk

Foliose = bentuk talus liken seperti lembaran daun, dapat dibedakan antara

korteks bawah dan korteks atas

Fruticose = bentuk talus liken seperti semak, dengan lobus-lobus yang

bercabang, silindris maupun pipih

Hapter = suatu organ perlekatan pada substrat yang bentuknya seperti

penghisap, terdapat pada talus Dirinaria

Isidia = alat perkembangbiakan aseksual berupa struktur silindris hingga

globular berkorteks, mengandung sel fotobion dan hifa mikobion,

terletak di permukaan talus

Lobule = alat perkembangbiakan vegetatif, berupa bagian dari lobus

Lobus = bagian membulat dari talus liken foliose

Podetia = bagian fruticose dari beberapa spesies liken yang memiliki talus

dimorfik, adalah struktur yang merupakan perpanjangan dari

apotesium dan bentuknya seperti tangkai

Pseudo- = karakter tambahan pada korteks talus, berupa titik-titik yang

cyphellae tidak tertutupi korteks sehingga memperlihatkan bagian medula

Rhizine = struktur perkembangan dari korteks bawah liken foliose, seperti

benang dan terdiri atas kumpulan hifa, berfungsi sebagai alat

perlekatan pada substrat

Soralia = bagian khusus pada talus liken yang menghasilkan soredia

Soredia = butir-butir seperti tepung yang terdapat pada permukaan talus

Squamulose = bentuk talus liken dengan bagian seperti sisik

Tomentum = lapisan hifa yang berbulu, terletak di permukaan korteks bawah

Page 51: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,
Page 52: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,
Page 53: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

37

Lampiran 4 Peta Kebun Raya Bogor yang difoto dari poster di Kebun Raya

Bogor

Keterangan:

Plot 1:

P1a: VI E 22 A (letak pohon 2, 4, dan 5)

P1b: Jalan Kenari II (letak pohon 7, 8, 11, 13, dan 14)

Plot 2:

P2a: XIX E 83 (letak pohon 6)

P2b: Dekat pintu 1(letak pohon 18, 19, 20, 23, 24, 28, dan 30)

P1a

P1b

P2a

P2b

Page 54: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

38

Perbesaran peta KRB untuk menunjukkan lokasi pohon kenari di plot P1a (pohon

2, 4, 5), P1b (pohon 7, 8, 11, 13, 14), dan P2a (pohon 6), sumber: Levelink et al.

1996

2

4 5

7

8

11

13

14

6

Page 55: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

39

Perbesaran peta KRB untuk menunjukkan lokasi pohon kenari di plot P2b (pohon

18, 19, 20, 23, 24, 28, 30), sumber: Levelink et al. 1996

19

20

23

24

18

28

30

Page 56: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

40

Lampiran 5 Daftar spesies dan lokasi pohon kenari (Canarium spp.) yang

digunakan dalam penelitian

A. Plot 1

Lokasi

pada peta

No.

Pohon

Nama Spesies Lokasi

P1a

2 Canarium asperum Benth VI E 22A, KRB bagian dalam

4 Canarium acutifolium (DC)

Merr. var. acutifolium

VI E 24, KRB bagian dalam

5 Canarium acutifolium (DC)

Merr. var. acutifolium

KRB bagian dalam

P1b

7 Canarium indicum L. Jl. Kenari II

8 Canarium indicum L. Jl. Kenari II

11 Canarium indicum L. Jl. Kenari II

13 Canarium indicum L. Jl. Kenari II

14 Canarium indicum L. Jl. Kenari II

B. Plot 2

Lokasi

pada peta

No.

Pohon

Nama Spesies Lokasi

P2a 6 Canarium

pseudodecumanum Hochr

XIX E 83, berbatasan dengan

Jalan Otista

P2b

18 Canarium indicum L. Dekat Pintu 1

19 Canarium indicum L. Dekat Pintu 1

20 Canarium indicum L. Dekat Pintu 1

23 Canarium indicum L. Dekat Pintu 1, di depan kolam

besar

24 Canarium indicum L. Dekat Pintu 1, di depan kolam

besar

28 Canarium indicum L. Dekat Pintu 1

30 Canarium indicum L. Dekat Pintu 1

C. Plot 3

No. Pohon Nama Spesies Lokasi

32 Canarium indicum L. Jalan Pemuda

33 Canarium indicum L. Jalan Pemuda

36 Canarium indicum L. Jalan Pemuda – Jalan Ahmad Yani

(depan pom bensin Total)

37 Canarium indicum L. Jalan Ahmad Yani

40 Canarium indicum L. Jalan Ahmad Yani

41 Canarium indicum L. Jalan Ahmad Yani

44 Canarium indicum L. Jalan Ahmad Yani

45 Canarium indicum L. Jalan Ahmad Yani

Page 57: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

Lam

pira

n 6

Des

krip

si d

an id

entif

ikas

i gen

us li

ken

mak

ro e

pifit

ik p

ada

poho

n ke

nari

(Can

ariu

m sp

p.) d

i plo

t 1, p

lot 2

, dan

plo

t 3.

Tal

us

Kis

aran

W

arna

T

alus

Perm

ukaa

n A

tas T

alus

Pe

rmuk

aan

Baw

ah

Tal

us

Pele

kata

n pa

da

subs

trat

Rhizi

ne

Saya

tan

mel

inta

ng

Ala

t re

prod

uksi

di

tem

ukan

Rea

ksi

Kim

ia

Nam

a G

enus

• •

Le

ptog

ium

Coc

coca

rpia

• •

Parm

otre

ma

• •

• •

• •

• C

anop

arm

elia

• •

Dir

inar

ia

• •

• •

Py

xine

• •

• •

• •

Phys

cia

Parm

otre

ma

Tal

us

Perm

ukaa

n ta

lus

Lob

us

Tep

i lo

bus

Perm

ukaa

n ba

wah

A

lat

repr

oduk

si

dite

muk

an

Rhizi

ne

Med

ula

Rea

ksi K

imia

N

ama

Spes

ies

Bes

ar,

mel

ekat

lo

ngga

r

Hal

us,

deng

an

isid

ia d

i te

ngah

Leba

r, m

embu

lat,

tidak

be

ratu

ran

Rat

a hi

ngga

be

rger

igi,

tanp

a si

lia

Ber

keru

t dan

kas

ar,

berw

arna

cok

elat

m

uda

di te

pi d

an

hita

m d

i ten

gah,

rh

izine

abs

en d

i tep

i

Isid

ia

silin

dris

Jara

ng,

pend

ek a

tau

panj

ang

Putih

M

edul

a C

+mer

ah

P. ti

ncto

rum

(Nyl

.) H

ale

Ket

.: K

onfir

mas

i ide

ntifi

kasi

P. t

inct

orum

ole

h Pr

adee

p K

Div

akar

, PhD

(Uni

vers

idad

Com

plut

ense

, Spa

nyol

) ber

dasa

rkan

foto

seca

ra v

isua

l

Kompak

Gelatin

Roset

Hijau Keabu-abuan Striasi konsentris

Soralia/Isidia

Korteks

Rhizine

Hapters

Tunggal dan tidak beraturan

Hitam dan putih Absen di tepi lobus

Cellular layer

Fotobion sianobakteria Fotobion ganggang hijau

Apotesia

Isidia

Soralia K+kuning

K-

KC-

Melekat erat

Lobus berbagi

Lobus berlekuk

Abu – abu kebiruan

Pseudocyphellae

Melekat longgar

41

Page 58: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

Cano

parm

elia

Tal

us

Perm

ukaa

n at

as ta

lus

Lob

us

Tep

i lob

us

Perm

ukaa

n ba

wah

talu

s A

lat

repr

oduk

si

dite

muk

an

Rhizi

ne

Med

ula

Nam

a Sp

esie

s

Mel

ekat

lo

ngga

r A

bu-a

bu k

ekun

inga

n, h

alus

hi

ngga

kas

ar b

erke

rut d

i ba

gian

teng

ah

Sub-

linea

r, te

ratu

r

Ber

gerig

i sa

mpa

i ber

gigi

at

au b

erba

gi

sang

at je

las,

tanp

a si

lia

Cok

elat

tua

sam

pai

hita

m, r

hizi

ne a

da

sam

pai d

i tep

i

Sore

dia

gran

ular

Ja

rang

, pe

ndek

da

n tu

ngga

l

Putih

C

. tex

ana

(Tuc

k.) E

lix &

H

ale

Ket

.: K

onfir

mas

i ide

ntifi

kasi

C. t

exan

a ol

eh P

rade

ep K

Div

akar

, PhD

(Uni

vers

idad

Com

plut

ense

, Spa

nyol

) ber

dasa

rkan

foto

seca

ra v

isua

l

Pyxi

ne

Perm

ukaa

n at

as ta

lus

Lob

us

Perm

ukaa

n ba

wah

talu

s A

lat r

epro

duks

i di

tem

ukan

Rh

izine

M

edul

a N

ama

Spes

ies

Abu

-abu

puc

at

Dik

otom

ata

u m

enye

bar,

berja

uhan

ata

u be

rdek

atan

H

itam

di t

enga

h, m

emuc

at

ke p

ingg

ir So

ralia

Pa

dat,

berc

aban

g Pu

tih

P. c

ocoe

s (Sw

.) N

yl.

Ket

.: K

onfir

mas

i ide

ntifi

kasi

P. c

ocoe

s ole

h Pr

adee

p K

Div

akar

, PhD

(Uni

vers

idad

Com

plut

ense

, Spa

nyol

) ber

dasa

rkan

foto

seca

ra v

isua

l

Phys

cia

Lob

us

Perm

ukaa

n ba

wah

talu

s A

lat r

epro

duks

i dite

muk

an

Rhizi

ne

Med

ula

Nam

a Sp

esie

s M

embu

lat s

ampa

i ber

leku

k-le

kuk,

mem

iliki

sora

lia d

i te

piny

a

Mem

iliki

stria

si d

an

rhizi

ne, k

orte

ks p

utih

So

ralia

Ja

rang

, pen

dek

dan

tung

gal

Putih

P.

atr

ostr

iata

Mob

erg

Ket

.: K

onfir

mas

i ide

ntifi

kasi

ole

h D

r Har

rie JM

Sip

man

(Fre

ie U

nive

rsitä

t Ber

lin, J

erm

an)

42

Page 59: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

43

Lampiran 7 Rincian data jumlah talus (JT) dan luas tutupan talus (LT) liken

makro epifitik pada masing-masing plot

A. Plot 1

No.

Pohon

Keliling

Pohon

(cm)

Arah

Pengambil-

an Sampel

Genus liken Jumlah

talus

(talus)

Luas

tutupan

talus

(cm2)

2 100 Barat Leptogium 9 71.79

Physcia 11 109.61

Selatan Leptogium 12 292.62

Subtotal 32 474.02

4 94 Timur Physcia 11 43.35

Parmotrema 1 0.44

Barat Parmotrema 5 5.57

Physcia 5 3.85

Subtotal 22 53.21

5 135 Timur Coccocarpia 5 52.23

7 190 Timur Physcia 9 2.97

Selatan Physcia 1 1.08

Subtotal 10 4.05

8 116 Timur Physcia 12 45.44

11 250 Selatan Dirinaria 3 14.91

Barat Dirinaria 2 15.83

Subtotal 5 30.74

13 357 Barat Physcia 1 15.80

Barat laut Physcia 1 10.99

Subtotal 2 26.79

14 78 Timur Physcia 34 16.91

Barat Physcia 28 61.92

Subtotal 62 78.83

Total 150 765.32 Keterangan: Data dihitung dari 16 kuadrat per plot yang luasnya 10.240 cm2

Page 60: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

44

B. Plot 2

No.

Pohon

Keliling

Pohon

(cm)

Arah

Pengambil-

an Sampel

Genus liken Jumlah

talus

(talus)

Luas

tutupan

(cm2)

6 90 Barat Parmotrema 2 8.53

Timur Parmotrema 4 23.12

Dirinaria 2 10.93

Physcia 119 72.95

Subtotal 127 115.53

18 150 Barat Dirinaria 29 133.08

Utara Dirinaria 16 52.48

Subtotal 45 185.56

19 256 Selatan Dirinaria 21 85.47

Timur Dirinaria 65 99.07

Subtotal 86 184.54

20 176 Barat Dirinaria 13 11.94

Selatan Canoparmelia 2 3.28

Dirinaria 29 15.21

Subtotal 44 30.43

23 228 Barat Pyxine 35 255.28

Selatan Pyxine 63 59.86

Subtotal 98 315.14

24 276 Barat Physcia 1 9.36

Dirinaria 43 37.77

Timur Parmotrema 9 69.07

Physcia 24 4.97

Subtotal 77 121.17

28 131 Utara Dirinaria 15 202.48

Barat Dirinaria 4 27.88

Subtotal 19 230.36

30 208 Utara Dirinaria 6 15.66

Timur Parmotrema 1 88.66

Physcia 27 36.34

Subtotal 34 140.66

Total 530 1323.4 Keterangan: Data dihitung dari 16 kuadrat per plot yang luasnya 10.240 cm2

Page 61: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

45

C. Plot 3

No.

Pohon

Keliling

Pohon

(cm)

Arah

Pengambil-

an Sampel

Genus liken Jumlah

talus

(talus)

Luas

tutupan

(cm2)

32 240 Utara Parmotrema 2 2.42

Dirinaria 45 50.5

Barat Dirinaria 57 84

Subtotal 104 136.92

33 305 Barat Dirinaria 4 9.16

Canoparmelia 10 78.15

Subtotal 14 87.31

36 200 Selatan Pyxine 36 24.64

Barat Pyxine 66 248.13

Subtotal 102 272.77

37 210 Barat Pyxine 48 39.17

Timur Pyxine 6 4.86

Dirinaria 13 3.57

Subtotal 67 47.6

40 220 Selatan Dirinaria 17 7.14

Barat Dirinaria 26 25.33

Subtotal 43 32.47

41 225 Barat Dirinaria 15 6.82

Utara Dirinaria 10 6.25

Subtotal 25 13.07

44 225 Barat Dirinaria 14 23.1

Selatan Dirinaria 13 31.93

Subtotal 27 55.03

45 180 Barat Daya Pyxine 4 13.36

Barat Laut Pyxine 5 3.8

Subtotal 9 17.16

Total 391 662.34 Keterangan:

Data dihitung dari 16 kuadrat per plot yang luasnya 10.240 cm2

Keliling pohon kenari yang tidak memiliki akar banir ataupun memiliki akar

banir pendek diukur pada tinggi pohon setinggi dada pengamat, sedangkan pada

pohon kenari yang memiliki akar banir tinggi diukur setelah pangkal banir

berakhir

Page 62: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

JTK

KR

LTLT

RSD

DD

RF1

F2FR

1FR

2IN

P 1

INP

2C

occo

carp

ia5

0.00

049

3.34

452

.23

10.4

517

.50.

0051

6.83

0.03

30.

125

3.33

310

13.5

120

.2Le

ptog

ium

210.

0020

514

.05

364.

4117

.35

24.9

0.03

559

47.6

0.14

0.12

514

1075

.69

71.7

Can

opar

mel

ia0

00

00

00

00

00

00

0Pa

rmot

rem

a 6

0.00

059

4.01

36.

011.

002

1.05

0.00

059

0.79

0.04

0.12

54

108.

799

14.8

Dir

inar

ia5

0.00

049

3.34

430

.74

6.14

84.

810.

003

4.02

0.03

30.

125

3.33

310

10.7

17.4

Phys

cia

113

0.01

104

75.5

831

1.93

2.76

7.01

0.03

046

40.8

0.753

0.75

75.3

360

191.

717

6Py

xine

00

00

00

00

00

00

00

Tota

l15

00.

0146

510

0.3

765.

320.

0747

410

01

1.25

100

100

300.

430

0

JTK

KR

LTLT

RSD

DD

RF1

F2FR

1FR

2IN

P 1

INP

2C

occo

carp

ia0

00

00

00

00

00

00

0Le

ptog

ium

00

00

00

00

00

00

00

Can

opar

mel

ia2

0.00

020.

377

3.28

1.64

1.72

0.00

032

0.25

0.00

40.

125

0.37

76.

671.

003

7.29

Parm

otre

ma

160.

0015

63.

019

189.

3811

.84

23.4

0.01

849

14.3

0.03

0.37

53.

019

2020

.35

37.3

Dir

inar

ia24

30.

0237

345

.85

691.

972.

848

12.7

0.06

758

52.3

0.45

80.

875

45.8

546

.714

414

5Ph

ysci

a17

10.

0167

32.2

612

3.62

0.72

31.

930.

0120

79.

340.

323

0.37

532

.26

2073

.87

61.6

Pyxi

ne98

0.00

957

18.4

931

5.14

3.21

615

.30.

0307

823

.80.

185

0.12

518

.49

6.67

60.8

49To

tal

530

0.05

176

100

1323

.39

0.12

924

100

11.

875

100

100

300

300

Gen

usPl

ot 1

Gen

usPl

ot 2

46

Lam

pira

n 8

Tab

el p

erhi

tung

an e

kolo

gi li

ken

mak

ro e

pifit

ik d

i plo

t 1, p

lot 2

, dan

plo

t 3.

Page 63: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

JTK

KR

LTLT

RSD

DD

RF1

F2FR

1FR

2IN

P 1

INP

2C

occo

carp

ia0

00

00

00

00

00

00

0Le

ptog

ium

00

00

00

00

00

00

00

Can

opar

mel

ia10

0.00

098

2.55

878

.15

7.81

59.

380.

0076

311

.80.

026

0.12

52.

558

9.09

16.9

123

.4Pa

rmot

rem

a 2

0.00

020.

512

2.42

1.21

0.57

0.00

024

0.37

0.00

50.

125

0.51

29.

091.

388

9.97

Dir

inar

ia21

40.

0209

54.7

424

7.8

1.15

82.

650.

0242

37.4

0.54

70.

7554

.73

54.5

146.

914

7Ph

ysci

a0

00

00

00

00

00

00

0Py

xine

165

0.01

611

42.2

333.

972.

024

4.95

0.03

261

50.4

0.42

20.

375

42.2

27.3

134.

812

0To

tal

391

0.03

818

100

662.

340.

0646

810

01

1.37

510

010

030

030

0

Ket

eran

gan:

JT =

Jum

lah

talu

s, K

= K

erap

atan

, KR

= K

erap

atan

Rel

atif

(%),

LT =

Lua

s Tut

upan

Tal

us (c

m2)

, LT

R =

Lua

s Tut

upan

Tal

us R

ata-

Rat

a (c

m2)

, SD

= S

tand

ar D

evia

si, D

= D

omin

ansi

, DR

= D

omin

ansi

Rel

atif

(%)

F1 =

Fre

kuen

si b

erda

sark

an ju

mla

h ta

lus,

F2 =

Fre

kuen

si b

erda

sark

an ju

mla

h po

hon,

FR

1 =

Frek

uens

i Rel

atif

1 (%

)FR

2 =

Frek

uens

i Rel

atif

2 (%

), IN

P1 =

Inde

ks N

ilai P

entin

g 1

(%),

INP2

= In

deks

Nila

i Pen

ting

2 (%

)

47

Plot

3G

enus

Page 64: ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI ... · polusi udara . SUMMARY RINDITA. Analysis of Epiphytic Macrolichens Population as a Bioindicator for Air Quality in Bogor City,

48

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 November 1984, anak

pertama dari dua bersaudara Bapak Ir. Zulfikar Utama dan Ibu Fitri Yusma.

Penulis menikah pada September 2011 dengan Brillian Ilham Prabowo, dan telah

dikaruniai anak pada Agustus 2012 bernama Aydin Kamil Prabowo.

Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Islam Al-Ihsan,

kemudian Sekolah Dasar di SD Muhammadiyah 24 Rawamangun, Jakarta Timur

pada tahun 1990 sampai dengan tahun 1996, kemudian melanjutkan pendidikan ke

SMP Lab School Jakarta pada tahun 1996 hingga tahun 1999, dan SMAN 21

Jakarta pada tahun 1999 hingga lulus pada tahun 2002. Semasa menduduki

bangku SMA, penulis aktif mengikuti kegiatan OSIS dan PASKIBRA. Pada tahun

2002, penulis mengikuti SPMB dan diterima di Universitas Negeri Jakarta (UNJ)

Jurusan Biologi.

Selama menempuh pendidikan Strata 1 di UNJ, penulis aktif mengikuti

organisasi kemahasiswaan BEM Jurusan Biologi, BEM Fakultas MIPA, dan

pernah menjabat sebagai ketua Kelompok Pengamat Burung Nycticorax pada

tahun 2006 sampai 2007. Penulis pernah menjuarai Lomba Poster Ilmiah Biologi

yang diselenggarakan Jurusan Biologi UNJ, dengan mengangkat

judul ”Keanekaragaman Lichen di Kebun Raya Cibodas.” Penulis pernah menjadi

asisten dosen mata kuliah Botani II dan Biologi Umum pada tahun 2005. Di awal

tahun 2007, penulis berperan menjadi sekretaris di jurnal BIOKONS (Journal Of

Tropical Biodiversity And Conservation), dan turut menulis artikel berjudul ”The

Ecological Roles Of Lichens: A Symbiotic Organism Of Fungi And Algae.”

Penulis lulus dari UNJ pada tahun 2007 dengan skripsi

berjudul ”Keanekaragaman Lichen Makro Epifitik yang Terdapat Pada Pohon

Eucalyptus, Pinus, dan Altingia di Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat”.

Setelah lulus pendidikan S1, penulis pernah bekerja sebagai tutor Biologi

bimbingan belajar PRIMAGAMA (2008-2009), korektor lepas ESIS-Erlangga

(2008-2010), editor Biologi PT Kharisma Ilmu (2008-2009), dan dosen tidak tetap

jurusan Farmasi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (2009-2012).

Pengalaman lain dari penulis adalah pernah mendapatkan beasiswa dari Harvard

University untuk mengikuti Harvard University Field Biology Course:

Biodiversity of Borneo 2009 pada tahun 2011 di Sabah – Sarawak Malaysia.

Penulis melanjutkan studi Strata 2 di program studi Mikrobiologi IPB pada

tahun 2010. Selama menyandang status mahasiswa, penulis pernah mendapatkan

beasiswa dari SEAMEO BIOTROP untuk mengikuti 6th Regional Training

Workshop on Biodiversity and Conservation of Bryophytes and Lichens dan Two-

Day Symposium on “ A Decade of Study of Malesian Bryophytes and Lichens” di

BIOTROP Bogor, sebagai peserta dan presenter. Penulis juga pernah memperoleh

bantuan dana perjalanan dari IPB untuk mengikuti 7th International Associaton for

Lichenology Symposium “Lichens: from genome to ecosystems in a changing

world” pada bulan Januari 2012 di Bangkok – Thailand.