analisis perubahan penggunaan lahan skripsieprints.ums.ac.id/2365/1/e100010073.pdf · budaya dari...
TRANSCRIPT
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
DI KECAMATAN SUKOHARJO, KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN 1998 – 2004
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1
Fakultas Geografi
Oleh :
Arief Budiono
NIRM 01.6.106.09010.5.0073
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Kota merupakan pusat kegiatan, baik ekonomi, sosial, politik dan
budaya dari suatu masyarakat kota itu sendiri maupun wilayah pendukungnya
(Secha Alatas, 1982) Sebagai perwujudan geografis kota selalu berkembang
yang berarti kota selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu, baik
perubahan dari segi fisik maupun non fisik.
Kota juga dapat diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala dan materialistis
dibandingkan dengan daerah di belakangnya (R. Bintarto, 1983). Masalah
yang ditimbulkan sebagai akibat dari pemekaran kota adalah munculnya
masalah yang berkaitan dengan masalah perumahan, masalah sampah,
masalah air bersih, masalah lalu-lintas, masalah terdesaknya lahan persawahan
dan masalah administratif pemerintahan.
Kota ditinjau dari segi yuridis administrasi adalah suatu daerah tertentu
dalam wilayah negara di mana keberadaannya diatur oleh Undang-Undang
(Peraturan tertentu), daerah mana dibatasi oleh batas–batas administratif yang
jelas yang keberadaannya diatur oleh Undang-Undang/peraturan tertentu dan
ditetapkan berstatus sebagai kota dan berpemerintahan tertentu dengan segala
hak dan kewajiban dalam mengatur wilayah kewenangannya (Hadi Sabari
Yunus, 2005).
Pada dasarnya perkembangan kota sangat ditentukan oleh 2 faktor
utama yaitu pertambahan penduduk baik secara alami maupun karena migrasi
desa-kota atau perkembangan keadaan sosial budaya dan peningkatan
ekonomi masyarakat. Masalah ini berakibat kepada perubahan dan
perkembangan fisik seperti perubahan penggunaan lahan, kepadatan penduduk
yang semakin tinggi serta penyebarannya yang semakin luas.
Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian dan lahan yang
dibangun menjadi daerah perkotaan memerlukan perencanaan secara aktif.
2
Penggunaan lahan oleh manusia atas wilayah yang sedemikian luas dan
tersebar di Indonesia adalah benar-benar sangat kompleks sehingga untuk
mengadakan inventarisasi sangat penting (J.P. Mallingreau, 1978 dalam
Sugiharto B.S., 1999).
Setiap wilayah memiliki Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK)
yang berbeda-beda, di mana RUTRK tersebut dibuat oleh setiap Pemerintah
Daerah masing-masing, yang mana berdasarkan pada karakteristik, dan
kondisi geografis dari wilayah/daerah tersebut. Penataan ruang diperlukan
dalam pembangunan daerah agar alokasi pembangunan dapat diarahkan secara
tepat dan maksimal sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan keterbatasan
ruang yang ada.
Menurut Johara (1999), ruang dapat diartikan sebagai wujud fisik
lingkungan yang mempunyai dimensi geografis, terdiri dari daratan, lautan,
dan udara, serta segala isi sumberdaya yang ada di dalamnya. Karena itu ruang
merupakan wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang
angkasa, sebagai satu-kesatuan wilayah, tempat manusia dan makluk hidup
lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan
hidupnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan lahan adalah tanah yang sudah ada
peruntukkannnya dan umumnya ada pemiliknya, baik perorangan atau
lembaga. Berdasarkan pada dua pengertian tersebut, maka dapat diartikan
bahwa lahan merupakan bagian dari ruang. Lahan merupakan unsur penting
dalam kehidupan manusia baik sebagai ruang maupun sebagai sumberdaya
karena sebagian besar kehidupan manusia tergantung pada lahan.
Menurut Bintarto (1983), ada beberapa masalah yang timbul dalam
pengaturan tata guna tanah, antara lain:
a). Timbulnya masalah di bidang pertanian seperti pelapukan, banjir dan erosi
yang mengakibatkan terancamnya masa depan Indonesia.
b). Timbulnya masalah di bidang tata ruang desa yang dapat berakibat negatif
bagi penduduk.
3
c). Adanya kekhilafan di masa lampau dalam pemilihan lokasi proyek-proyek
sumber alami, juga penggunaan lahan-lahan pertanian untuk pertanian
yang tidak terarah dan yang terencana.
Perubahan penggunaan lahan terjadi karena adanya pertambahan
penduduk dan perkembangan tuntutan hidup, kebutuhan rumah yang
membutuhkan ruang sebagai wadah menjadi semakin meningkat. Bintarto
(1983), mengungkapkan bahwa telah terjadi gerakan penduduk yang terbalik
yaitu dari kota ke daerah pinggiran kota yang sudah termasuk wilayah desa.
Daerah pinggiran kota sebagai daerah yang memiiliki ruang relatif masih luas
ini memiliki daya tarik bagi penduduk dalam memperoleh tempat tinggal.
Pertambahan jumlah penduduk, baik yang bersifat alami maupun
migrasi merupakan salah satu penyebab meningkatnya jumlah penduduk
membawa pengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan ruang. Meningkatnya
jumlah penduduk membawa pengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan akan
permukiman, fasilitas jalan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, dan
fasilitas pelayanan umum dan lainnya. Hal ini juga terjadi di Wilayah
Kecamatan Sukoharjo disajikan pada tebel 1.1 berikut.
Tabel 1.1. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Sukoharjo dirinci per kelurahan
Tahun 1998 & 2004.
No Desa Luas
Wilayah (ha)
Jumlah Penduduk (juta jiwa) Pertumbuhan
(%) 1998 2004
1 Kenep 282 4.058 4.558 12.33
2 Banmati 339 4.080 4.523 10.85 3 Mandan 319 4.823 5.093 5.59 4 Begajah 217 5.482 5.615 2.24 5 Gayam 203 8.332 9.194 10.34 6 Joho 218 4.933 5.691 15.36 7 Jetis 192 6.070 6.517 7.36 8 Combongan 325 4.233 4.474 5.69 9 Kriwen 313 4.816 5.091 5.71 10 Bulakan 302 5.905 6.624 12.17 11 Dukuh 394 5.048 5.362 6.22 12 Sukoharjo 495 8.518 9.038 6.10 13 Bulakrejo 415 4.495 4.877 8.49 14 Sonorejo 444 4.000 4.313 7.82
Jumlah 4458 74.793 80.970 8.25 Sumber: Kecamatan Sukoharjo dalam Angka Tahun 1998, 2004
4
Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 12 Kecamatan yang terdiri dari 167
desa/kelurahan. Luas wilayah Kabuaten Sukoharjo tercatat 46.666 ha, di mana
Kecamatan terluas adalah Kecamatan Polokarto yaitu 6.218 ha sedangkan
yang paling kecil adalah Kecamatan Kartasura yaitu seluas 1.923 ha. adapun
lebih jelasnya disajikan pada tabel 1.2 berikut.
Tabel 1.2 Data Luas Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Dirinci per Kecamatan Tahun 1998 dan 2004
No Kecamatan Luas (ha)
1998 2004 1 Weru 4.198 4.198 2 Bulu 4.386 4.386 3 Tawangsari 3.998 3.998 4 Sukoharjo 4.458 4.458 5 Nguter 5.488 5.488 6 Bendosari 5.299 5.299 7 Polokarto 6.218 6.218 8 Mojolaban 3.554 3.554 9 Grogol 3.000 3.000 10 Baki 2.197 2.197 11 Gatak 1.947 1.947 12 Kartasura 1.923 1.923 Jumlah 2044.666 2050.666
Sumber: Kabupaten Sukoharjo dalam angka tahun 1998 dan 2004
Kecamatan Sukoharjo merupakan pusat Kota Kabupaten Sukoharjo, di
mana berbagai jenis kegiatan berpusat di Kecamatan Sukoharjo. Secara
administratif, di bagian Utara Kecamatan Sukoharjo berbatasan dengan
Kecamatan Grogol, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nguter,
di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bendosari, dan di sebelah
barat berbatasan dengan Kecamatan Tawangsari dan Kabupaten Klaten.
Berdasarkan pembagian wilayah administrasinya Kecamatan
Sukoharjo dibagi menjadi 14 kelurahan, adapun disajikan pada gambar 1.1.
Dalam strategi pengembangannya, Kota Kecamatan Sukoharjo dibagi menjadi
5 (lima) Bagian Wilayah Kota (BWK). Pembagian wilayah kota ini didasarkan
pada struktur pelayanan yang direncanakan dan disesuaikan dengan
kecenderungan perkembangan. Adapun arahan pembagian BWK adalah
sebagai berikut:
5
a). Bagian Wilayah Kota I (BWK I)
BWK I meliputi Kelurahan Sukoharjo, Jetis, Joho, Gayam dan mempunyai
luas sekitar 1108 Ha. BWK I ini merupakan pusat perkembangan Kota
Kecamatan Sukoharjo dan dilalui oleh jalan utama kota dan merupakan
jalan regional di samping sebagai pusat kegiatan pelayanan umum tingkat
Kabupaten juga merupakan titik pertumbuhan kota dan pusat kegiatan
utama. Selain itu BWK I diperuntukan sebagai pusat pelayanan umum,
perkantoran tingkat Kabupaten, perdagangan, jasa, permukiman, fasilitas
social dan umum, campuran, industri dan transportasi dengan dominasi
fungsi kawasan sebagai pelayanan umum dan perkantoran tingkat
kabupaten.
b). Bagian Wilayah Kota II (BWK II)
BWK II meliputi Kelurahan Mandan dan Begajah dengan luas wilayah
sekitar 536 Ha. Bagian Wilayah Kota II (BWK II) diperuntukan sebagai
kawasan penunjang pusat kota, permukiman, pertanian, fasilitas sosial dan
umum, transportasi dan fungsi campuran, dengan dominasi fungsi
kawasan sebagai pemukiman.
c). Bagian Wilayah Kota III (BWK III)
BWK III meliputi Kelurahan Bulakrejo dan Sonorejo dengan luas wilayah
sekitar 859 ha. Bagian Wilayah Kota III (BWK III ) diperuntukkan sebagai
kawasan pemukiman, fasilitas sosial dan umum, campuran dan pertanian,
dengan domonasi fungsi kawasan sebagai kawasan pemukiman.
d). Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV)
BWK IV meliputi wilayah Kelurahan Dukuh, Bulakan, Kriwen dengan
luas wilayah sekitar 1009 ha. Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV)
diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman, industri non polutan,
perdagangan jasa, fasilitas sosial dan umum, campuran dan pertanian
dengan dominasi sebagai kawasan industri non polutan, perdagangan dan
jasa.
6
e). Bagian Wilayah Kota V (BWK V)
BWK V meliputi wilayah Kelurahan Combongan, Kenep dan Banmati
dengan luas wilayah sekitar 964 ha. Bagian Wilayah Kota V (BWK V)
diperuntukkan sebagai kawasan permukiman, industri non polutan,
fasilitas sosial dan umum, campuran dan pertanian dengan domonasi
fungsi sebagai kawasan industri non polutan dan pertanian.
(RUTRK Kecamatan Sukoharjo tahun 2005).
Sebagai wilayah perkotaan, Kecamatan Sukoharjo diharapkan menjadi
penggerak pembangunan bagi wilayah sekitarnya terutama bagi wilayah desa-
desa yang tidak termasuk dalam wilayah perkotaan. Oleh karena itu dalam
mewujudkan peran Kecamatan Sukoharjo sebagai pengerak pembangunan
bagi wilayah sekitarnya maka diperlukan penataan konsepsual tata ruang kota
yang sesuai dengan dinamika kegiatan masyarakat. Oleh karena itu dalam
perkembangannya Kecamatan Sukoharjo lebih berkembang sebagai wilayah
pendukung pertumbuhan dan perkembangan wilayah sekitarnya dan sebagai
penyangga perkembangan Kecamatan sekitarnya. Adapun permasalahan yang
terjadi dalam pembangunan wilayah Kecamatan Sukoharjo adalah
pembangunan yang tidak merata, yang mana saat ini pembangunan wilayah
masih terpusat di bagian timur yaitu Kelurahan Sukoharjo, Gayam dan Jetis.
Atas dasar uraian tersebut di atas maka penulis akan melakukan
penelitian dengan judul: ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN
LAHAN DI KECAMATAN SUKOHARJO, KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN 1998 – 2004.
1.2.Perumusan masalah
Dalam penataan ruang wilayah suatu kota biasanya selalu mengalami
beberapa kendala antara lain; alih fungsi lahan yang dilakukan oleh
masyarakat tidak sesuai dengan RUTRK yang telah ditetapkan. Hal tersebut
menjadi penghalang atau penghambat dalam pelaksanaan penataan ruang kota,
maka dengan demikian penulis mengambil masalah sebagai berikut:
7
a) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan
di Kecamatan Sukoharjo tahun 1998-2004?
b) Apakah perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sukoharjo tahun
1998-2004 mengikuti RUTRK atau tidak? Bagaimana pola perubahan
penggunaan lahannya?
1.3.Tujuan Penelitian
a). Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan
lahan dan faktor apa yang lebih dominan dalam perubahan penggunaan
lahan di Kecamatan Sukoharjo tahun 1998-2004.
b). Mengetahui kesesuaian dan penyimpangan perubahan penggunaan lahan
di Kecamatan Sukoharjo tahun 1998-2004 dengan RUTRK Kecamatan
Sukoharjo tahun 2004-2013. Serta mengetahui pola perubahan
penggunaan lahan di Kecamatan Sukoharjo tahun 1998-2004.
1.4.Kegunaan Penelitian
a). Untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan
program S-1 Geografi di Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
b). Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi Pemerintah Daerah setempat
dalam merencanakan dan melaksanakan tata ruang kota yang sesuai
dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota yang telah di tetapkan.
c). Sebagai sumber informasi dan penambah wawasan bagi penulis dan
pembaca.
8
9
1.5.Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya
1.5.1.Telaah Pustaka
Pengertian kota dari segi geografi adalah sebuah bentang budaya
yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-
gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang
bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah
belakangnya (Bintarto, 1983). Berkembangnya kota-kota di Indonesia
pada akhir-akhir ini lebih banyak menimbulkan pelbagai masalah fisik,
sosial, ekonomi dan kependudukan. Masalah-masalah itu timbul karena
persediaan ruang kota tidak mampu lagi menampung arus pertambahan
penduduk dan kebutuhan serta keinginan penduduk yang semakin
meningkat. Dengan adanya permasalahan-permasalahan tersebut, maka
keberadaan kota menjadi sangat penting, apalagi jika dilihat
hubungannya dengan aspek-aspek lain seperti permukiman, lalu lintas
dan transportasi, lingkungan dan tata guna tanah/lahan.
Perkembangan kota yang dialami timbul karena kebutuhan dan
keinginan warga kota yang selalu berkembang sebagai akibat adanya
perkembangan penduduk, kemajuan pendidikan, kemajuan kebudayaan
dan juga karena kota tersebut mempunyai kontak atau hubungan keluar
baik nasional maupun internasional. Hubungan ini dapat mempengaruhi
gagasan-gagasan warga kota dalam cara-cara mengembangkan kotanya,
terutama di bidang pengaturan tata ruang kota.
Menurut Djoko Sujarto (1977), perkembangan dan pertumbuhan
kota sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam faktor-
faktor perubahan yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, kultural
dan politik. Manifestasi dan perubahan-perubahan yang terjadi pada
segi-segi tersebut di atas adalah kepada perubahan-perubahan fisik kota.
Pertambahan jumlah penduduk kota, baik itu disebabkan oleh
pertambahan alamiah maupun perpindahan penduduk dari desa menuju
kota mengakibatkan terjadinya peningkatan tuntuan pelayanan
10
kebutuhan seperti perumahan, pusat pembelanjaan, pusat kesehatan,
fasilitas pendidikan, angkutan kota, dan kebutuhan umum lainnya.
Ditinjau dari ruang dan waktu maka penggunaan lahan oleh
manusia atas wilayah yang sedemikian luas dan tersebar seperti
Indonesia adalah benar-benar sangat kompleks, sehingga untuk
mengadakan inventarisasi dan yang lebih penting untuk memantaunya
merupakan suatu tugas yang sangat besar. Bahkan pada periode di mana
pembangunan dan kerusakan lahan sedang berjalan dengan kecepatan
yang sangat besar, maka kebutuhan akan data penggunaan lahan yang
muktahir pada saat ini dirasakan sangat penting (Malingreau, 1978
dalam Sugiharto, 1999).
Penggunaan lahan dapat dilacak dari penutup lahannya
(Landcover), yakni semua perwujudan yang menutupi lahan, baik
perwujudan alamiah ataupun perwujudan buatan manusia. Sebagai
contoh: sawah mencerminkan kegiatan pertanian, pabrik mencerminkan
kegiatan industri, terminal bus, kereta api mencerminkan kegiatan lalu
lintas darat, pelabuhan mencerminkan kegiatan tranportasi laut dan
sebagainya (Sugiharto Budi S, 1999).
1.5.2.Penelitian Sebelumnya
(a). Yulianto (1997)
Judul Penelitian Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan
Kartasura Kabupaten Dati II Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah dari
Tahun 1985-1995. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui luas
perubahan bentuk penggunaan lahan pertanian ke non pertanian
selama 10 tahun terakhir dari tahun 1985-1995, agihan serta
kecenderungan perubahan bentuk penggunaan lahan selama 10
tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey. Data sekunder yang diperoleh dari kantor kelurahan se-
Kecamatan Kartasura dan instansi terkait. Metode analisa yang
digunakan adalah analisa peta kelurahan skala 1 : 5.000. hasil
11
penelitian menunjukan bahwa di daerah penelitian dalam kurun
waktu 10 tahun telah terjadi perubahan bentuk penggunaan lahan
pertanian ke non pertanian seluas 97,6960 Ha.
(b). Erwin Susilawati (2005)
Judul Penelitian Analisis Keruangan Pola Bentuk Perubahan
Penggunaan Lahan Kecamatan Boyolali Tahun 1999 dan 2004.
Tujuan penelitian ini mengetahui luas perubahan bentuk penggunaan
lahan dan mengetahui arah perubahan bentuk penggunaan lahan
yang terjadi di Kecamatan Boyolali pada tahun 1999 dan 2004.
Metode yang digunakan adalah pengumpulan data sekunder, yaitu
berupa: peta bentuk penggunaan lahan tahun 1999 dan 2004, serta
data statistik yang diperoleh dari instansi terkait. Hasil dari
penelitian ini menunjukan daerah yang terbesar yang mengalami
perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian.
(c). Shinta Harmulyanti (2005)
Judul penelitian analisis terhadap perubahan bentuk
penggunaan lahan di Kota Kajen sejak ditetapkan menjadi ibu kota
pekalongan (periode tahun 1996-2002). Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui pola perubahan penggunaan lahan setelah ditetapkannya
Kota Kajen sebagai Ibu Kota Pekalongan pada tahun 2001, dan
mengetahui arah penyimpangan perubahan penggunaan lahan pada
tahun 1996-2002 terhadap rencana bentuk penggunaan lahan yang
terdapat pada RDTRK, metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pengumpulan data sekunder dan metode analisis peta. Hasil
dari penelitian ini adalah menunjukkan pola perubahan lahan yang
terjadi di daerah penelitian selama periode 1996-2002 dan adanya
penyimpangan perubahan penggunaan lahan dan ketidaksesuaian
terhadap RDTRK.
12
Dari penelitian sebelumnya penelitian ini mengacu pada metode
penelitian yang digunakan, yaitu berupa analisis data sekunder dan
analisis peta. Di mana analisis data sekunder menggunakan Analisis
Korelasi Product Moment, sedangkan analisis peta menggunakan
metode tumpang susun peta (Overlay) dan Analisis Tetangga Terdekat.
Adapun penjelasan singkatnya disajikan pada tabel 1.3 berikut.
1.6.Kerangka Pemikiran
Perubahan penggunaan lahan di suatu daerah cenderung meningkat
sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan
kebutuhannya. Pertambahan penduduk yang semakin meningkat akan diikuti
peningkatan kegiatannya, sehingga perubahan bentuk penggunaan lahan
cenderung pula meningkat.
Untuk mengetahui distribusi keruangan dari perubahan yang terjadi
dapat dipelajari dari peta, karena peta dapat mencerminkan distribusi
keruangan fenomena geografis, termasuk karakteristik dan posisinya sesuai
dengan posisi di permukaan bumi. Pada dasarnya peta merupakan hasil
pengecilan fenomena geografis yang luas. Hal ini akan sangat membantu bagi
pengguna peta memperluas batas pandangannya, sehingga melalui peta dapat
dengan mudah dan cepat memahami informasi yang terkandung di dalamnya,
serta dapat melihat saling hubungan keruangan antara fenomena yang satu
dengan fenomena yang lain. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian
ini peta digunakan sebagai sarana utama untuk menunjang studi perubahan
penggunaan lahan.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan
dan faktor apa yang dominan dalam mempengaruhi perubahan penggunaan
lahan di Kecamatan Sukoharjo tahun 1998-2004, serta mengetahui kesesuaian
dan penyimpangan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sukoharjo
terhadap RUTRK Kecamatan Sukoharjo tahun 2004-2013, dan mengetahui
pola perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sukoharjo tahun 1998-2004.
1312
Tabel 1.3. Tabel Perbandingan
Penelitian Yulianto (1997)
Erwin Susilawati (2005)
Shinta Harmulyanti (2005)
Arief Budiono (2006)
Judul Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo Tahun 1985-1995.
Analisis Keruangan Pola Bentuk Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Boyolali Tahun 1999 dan 2004
Analisis Terhadap perubahan bentuk Penggunaan Lahan di Kota Kajen Sejak ditetapkan menjadi Ibu Kota Pekalongan (Periode Tahun 1996-2002)
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 1995 – 2004.
Tujuan Untuk mengetahui besarnya perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian tahun 1985-1995 dan agihannya.
� untuk mengetahui luas bentuk penggunaan lahan di Kecamatan Boyolali Tahun 1999 dan 2004.
� Mengetahui arah perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Boyolali tahun 1999 dan 2004.
� Untuk Mengetahui Pola Perubahan Penggunaan Lahan setelah ditetapkannya Kota Kajen menjadi Ibu Kota pekalongan pada tahun 1996-2002
� Untuk mengetahui arah penyimpangan perubahan penggunaan lahan pada tahun 1996-2002 terhadap rencana bentuk penggunaan lahan yang terdapat pada RDTRK
� Mengetahui kesesuaian dan penyimpangan perubahan penggunaan lahan. Dan mengetahui pola dan distribusi keruangan di Kecamatan Sukoharjo Tahun 1998-2004
� Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan penggunaan lahan dan faktor apa saja yang lebih dominan dalam perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sukoharjo Tahun 1998 - 2004
Data � Sekunder � Sekunder � Sekunder � Sekunder
Metode Penelitian
� Metode Survey � Pengumpulan data sekunder.
� Pengumpulan data sekunder
� Pengumpulan data sekunder � Analisis Peta
� Analisis data sekunder � Analisis peta
Hasil Penelitian
� Besarnya perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian seluas 97,6960 Ha
� Perubahan penggunaan lahan terbesar adalah perumahan yaitu 46,8210 Ha.
Menunjukan daerah yang terbesar yang mengalami perubahan penggunaan lahan dan pertanian ke non pertanian.
� menunjukkan pola perubahan lahan yang terjadi di daerah penelitian selama periode 1996-2002
� adanya penyimpangan perubahan penggunaan lahan dan ketidaksesuaian terhadap RUTRK
14
Tahap persiapan meliputi studi pustaka, studi peta, selanjutnya
melakukan pengumpulan data (data sekunder) bantu guna untuk memperjelas
dan mempermudah penyediaan data. kemudian data-data tersebut
diklasifikasikan untuk data peta berupa peta RUTRK Kecamatan Sukoharjo
tahun 2004-2013, Peta Penggunaan lahan Kecamatan Sukoharjo tahun 1998
dan 2004. untuk data statistik berupa data monografi Kecamatan Sukoharjo
tahun 1998 dan 2004.
Kemudian Peta Bentuk Penggunaan Lahan Kecamatan Sukoharjo
Tahun 1998 dan 2004 di overlay (tumpang susun), untuk memperoleh Peta
Perubahan Bentuk Penggunaan Lahan 1998-2004. Setelah itu peta perubahan
penggunaan lahan kecamatan Sukoharjo Tahun 1998-2004 di overlay dengan
peta Rencana Umum Tata Ruang Kota Kecamatan Sukoharjo Tahun 2004-
2013, untuk mengetahui kesesuaian dan penyimpangan penggunaan lahan.
Sedangkan untuk mengetahui pola perubahan penggunaan lahan yaitu peta
perubahan penggunaan lahan Kecamatan Sukoharjo tahun 1998-2004
dijadikan peta persebaran titik guna untuk analisis tetangga terdekat.
Sedangkan untuk menentukan faktor yang dominan mempengaruhi perubahan
penggunaan lahan dilakukan penilaian dengan metode skoring terhadap factor-
faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Adapun ringkasan di
atas disajikan pada gambar 1.2 berikut.
1.7.Hipotesis
1. Faktor yang dominan mempengaruhi dalam perubahan penggunaan lahan
di Kecamatan Sukoharjo pada tahun 1998 – 2004 adalah faktor non fisik
yaitu pertumbuhan penduduk.
2. Perubahan penggunaan lahan Kecamatan Sukoharjo tahun 1998-2004
sebagian besar telah sesuai dengan RUTRK dan berpola mengelompok
(Clustered).
15
1.8.Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan geografi berupa
pendekatan kompleks wilayah, di mana pendekatan ini merupakan kombinasi
antara analisa keruangan dan analisa ekologi. Analisa keruangan mempelajari
perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting,
sedangkan analisa ekologi mempelajari interaksi antara organisme hidup
dengan lingkungan. Adapun Langkah-langkah yang diambil dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1.8.1.Pemilihan Lokasi Penelitian
Di dalam penelitian ini dipilih Kecamatan Sukoharjo sebagai
daerah penelitian didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut:
a. Kecamatan Sukoharjo, merupakan daerah yang terdapat banyak
kegiatan pemerintahan dari Kabupaten Sukoharjo dan banyak
perkembangan kegiatan sosial ekonomi sehingga banyak terjadi
perubahan penggunaan lahan.
b. Kecamatan Sukoharjo, telah terjadi perubahan penggunaan lahan
yang relatif luas selama 6 (Enam) tahun terakhir.
1.8.2.Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data Sekunder yaitu data-data yang didapat dari sumber-sumber yang
telah ada, referensi maupun laporan penelitian terdahulu, instansi-
instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini, antara lain
meliputi:
1. Letak, luas, dan batas administrasi
2. Kondisi fisik daerah
3. Kondisi sosial ekonomi
4. Bentuk dan fungsi penggunaan lahan
5. Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Tahun 2005
6. Peta administrasi Kecamatan Sukoharjo Tahun 2004
7. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Sukoharjo Tahun 1998 dan 2004
16
: Input/Data
: Proses
: Output Sementara
: Output Akhir
Sumber: Penulis Gambar 1.2 Diagram Alir Penelitian
17
1.8.3.Analisis Data
Di dalam penelitian ini, digunakan metode analisis peta yaitu
dengan menggunakan teknik tumpang susun peta (Overlay), pada peta
penggunaan lahan tahun 1998 dan 2004. dari tumpang susun kedua peta
penggunaan lahan tersebut akan didapatkan peta perubahan penggunaan
lahan 1998-2004. sedangkan untuk mengetahui kesesuaian dan
penyimpangan perubahan penggunaan lahan, dilakukan dengan
mengOverlay peta perubahan penggunaan lahan tahun 1998-2004
dengan Peta Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) tahun 2004-
2013. sedangkan untuk menentukan pola persebaran yang dikatakan
seragam (Uniform), random, mengelompok (Clustered) dengan
menggunakan metode analisis tetangga terdekat (Nearest Neighbour
Analysis). Dalam menggunakan analisa tetangga terdekat harus
diperhatikan beberapa langkah sebagai berikut: (a) tentukan batas
wilayah yang akan diselidiki, (b) ubahlah pola penyebaran pemukiman
seperti yang terdapat dalam peta topografi menjadi pola penyebaran titik,
(c) berikan nomor urut bagi tiap-tiap titik untuk mempermudah cara
menganalisanya; (d) ukurlah jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus
antara satu titik dengan titik yang lain yang merupakan tetangga
terdekatnya dan catatlah ukuran jarak ini; (e) hitunglah besar parameter
tetangga terdekat (nearest neigbour statistik) T dengan menggunakan
rumus:
Keterangan:
T : indeks penyebaran tetangga terdekat
uj : jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik
tetangganya yang terdekat
hj : jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai
pola random.
h
u
j
jT =
18
pjh
2
1=
∑∑=
N
jju
Dimana:
Keterangan:
∑j : Jumlah Jarak pada titik tetangga terdekat
∑N : Jumlah titik tetangga terdekat
P : kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah
titik (N) , dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer
persegi (A).
Sehingga :
Parameter tetangga terdekat atau indeks penyebaran tetangga terdekat
mengukur kadar kemiripan pola titik terhadap pola random. Untuk
memperoleh uj digunakan cara dengan menjumlahkan semua jarak
tetangga terdekat dan kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada.
Parameter tetangga terdekat (T) tersebut dapat ditujukan pula dengan
rangkaian kesatuan (Continuum) untuk mempermudah perbandingan
antar pola titik, disajikan pada gambar 1.3 berikut.
Gambar 1.3 Continuum nilai analisis tetangga terdekat (T)
A
Np =
19
Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam perubahan penggunaan lahan digunakan
penilaian dengan metode skoring, sehingga dapat diketahui tingkat
pengaruh tiap-tiap faktor.
1.9.Batasan Operasional
Analisis
adalah uraian atau usaha mengetahui suatu arti keadaan. Data atau bahan
keterangan mengenai suatu keadaan diurai dan selidiki hubungannya satu
sama lain (Muehrcke, 1978 dalam Erwin Susilawati, 2005).
Peta
Adalah gambaran konvensional dan selektis yang diperkecil, dibuat pada
bidang datar dan dapat meliputi kenampakan permukaan bumi, ruang angkasa
maupun data yang berkaitan dengan permukaan bumi atau benda angkasa
(Bos, E.S. 1977 dalam dalam Erwin Susilawati, 2005).
Peta Bentuk Penggunaan Lahan
Adalah peta yang menggambarkan hasil hubungan interaksi aktifitas manusia
dengan lingkungannya (Raisz, 1986 dalam Erwin Susilawati, 2005).
Lahan
Adalah tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada pemiliknya
(perorangan atau lembaga). (Johara, 1999).
Penggunaan Lahan
Adalah aktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia di atas suatu lahan
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (Parmadi, 1973, dalam Ida tri,
1996).
Perubahan
Adalah adanya peralihan atau hal berubahnya sesuatu (Purwodarminto, 1976
dalam Ida Tri, 1996).
20
Perubahan Bentuk Penggunaan Lahan
Adalah beralihnya atau berubahnya bentuk penggunaan lahan yang satu
menjadi bentuk penggunaan lahan yang lain, baik sebagian maupun
seluruhnya (Ida Tri, 1996).
Perubahan Fungsi Penggunaan Lahan
Adalah beralihnya atau berubahnya fungsi penggunaan lahan yang satu
menjadi fungsi pengggunaan lahan yang lain, baik sebagian maupun
seluruhnya (Ida Tri, 1996).
Penggunaan Lahan Pertanian
Adalah penggunaan lahan yang mana diproduksi bahan makanan utama
seperti beras, palawija, dan tanaman-tanaman holtikultura seperti sayur-
sayuran dan buah-buahan. (Mubyarto, 1977 dalam Ida Tri, 1996).
Penggunaan Lahan Non Pertanian
Adalah penggunaan lahan untuk:
- Perumahan, yang terdiri dari rumah tempat tingggal, lapangan olah raga,
asrama, taman, dan kuburan
- Perusahaan, yang terdiri dari pasar, toko, warung, kios, gudang, pompa
bensin, stasiun pangkalan, pelabuhan dan tempat hiburan
- Industri, yang terdiri dari indsutri-industri kecil logam, mesin, kerajinan,
kimia dan farmasi, karet, kulit, plastik, pengolahan hasil pertanian,
perbengkelan, pertambangan dan bahan galian.
Jasa yang terdiri dari perkantoran, sekolahan, kesehatan, peribadatan dan
tempat jasa lainnya (Suryo Suwarno, 1985 dalam Ida Tri, 1996).
Ruang
Adalah seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfera, tempat
hidup tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia (Johara, 1999).
Rencana Umum Tata Ruang Kota
Adalah rencana pemanfaatan ruang kota yang disusun untuk menjaga
kelestarian pembangunan antar sektor dalam rangka pelaksanaan program-
progran pembangunan kota (RUTRK Kab. Sukoharjo, 2005).