analisis permintaan kentang di kabupaten boyolali

92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : NURINA KUSUMA WARDHANI H 1307025 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: vudat

Post on 12-Jan-2017

238 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI

Oleh :

NURINA KUSUMA WARDHANI

H 1307025

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

Nurina Kusuma Wardhani

H 1307025

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik,

hidayah dan inayah-NYA kepada penulis sehingga diberi kemudahan dan

kelancaran senantiasa mengiringi di setiap langkah penyusunan karya ini.

Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW, keluarga,

sahabat, dan orang-orang yang mengikuti sampai hari pembalasan.

Usaha dan upaya untuk senantiasa lakukan yang terbaik atas setiap kerja

menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan

skripsi dengan judul “Analisis Permintaan Kentang Di Kabupaten Boyolali”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan

skripsi ini, antara lain :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/

Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan

Sosial Ekonomi Pertanian/ Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

4. Bapak Ir. Priya Prasetya, MS selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

memberikan semangat dan bimbingan kepada penulis.

5. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MP selaku dosen pembimbing utama skripsi yang

telah memberikan semangat, bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis

sepanjang menempuh studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Page 5: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

6. Ibu Wiwit Rahayu, SP. MP selaku dosen pembimbing pendamping yang

senantiasa memberikan semangat, saran, bimbingan dan arahan kepada

penulis.

7. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS selaku dosen penguji yang

senantiasa memberikan semangat, saran, bimbingan dan arahan kepada

penulis.

8. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staf Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama

menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

9. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat

Kabupaten Boyolali, Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali,

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali, Kepala Kantor Ketahanan

Pangan Kabupaten Boyolali, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Pengelolahan Pasar Kabupaten Boyolali, beserta staf atas bantuan dan

kerjasamanya.

10. Kedua orang tuaku Drs. Sudarmoko dan Dra. Endang Tri Rochmani, adikku

tersayang Mahendra Kusuma Wardhana beserta keluarga besar yang

senantiasa memberikan doa dan semangat di setiap langkah penulis.

11. Yosefh Gita Maulana terima kasih atas kasih sayang, perhatian, doa, semangat

dan bantuannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabatku yang tersayang Rosita Wiwik R, Monika Risang W, Fahmi

Iqlima S, Yunita Ratih T, Hesti Purba W, Linda Riyanti, Annisa Permatasari,

Fajar Prasetyaningrum, Nury Pujiati A, Agustina Kesdu, Silviana A, Meiana I,

Amanda K, Ari Setyo S, Endra Setiawan, Adia Endar F, Aryo Wibisono,

Primadani Setyo Prakoso, Muhammad Faturahman, Bella Zaini, Diki Ari

Sumanto, Rohmad Jati Kurniawan, Dwi Satrio Wicaksono, Adam Agusta,

beserta seluruh keluarga besar regular dan ekstensi 2007 agrobisnis maupun

agronomi yang telah memberikan semangat, doa, dukungan dan bantuan

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Page 6: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

13. Kakak tingkatku Hendrik Mulyo W, Dyah Kartika R, Nurul Huda S, Reza

Prima R, Yeriana Saraswati, Sarayusa, Farid Fahrudin, Tunjung, Eka Kartika,

Dian Paramitha, Sujatmoko, Ms Wahid yang telah memberikan semangat,

doa, dukungan dan bantuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

14. Anak kosku Ratna, Widya, Erwin, Ana, Mbak Riyan, Putri, Nia, yang selalu

memberikan doa, semangat dan bantuannya kepada penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengembangkan diri dan

membantu penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa sesungguhnya karya ini hanya sedikit

memberikan kontribusi bagi pihak pemerintah Kabupaten Boyolali maupun bagi

almamater. Namun begitu besar memberikan kemanfaatan bagi penulis. Dengan

segala kerendahan hati penulis berharap di balik kekurangsempurnaan karya ini

masih ada manfaat yang bisa diberikan baik bagi penulis sendiri, bagi pihak

almamater dapat menjadi tambahan referensi, dan bagi pembaca semoga bisa

dijadikan tambahan pengetahuan. Amin.

Surakarta, September 2011 Penulis

Page 7: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

RINGKASAN ................................................................................................... xiv

SUMMARY ....................................................................................................... xv

I. PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………. 1 B. Perumusan Masalah ………………………………………………… 3 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 5 D. Kegunaan Penelitian ……………………………………………........ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………… 6

A. Penelitian Terdahulu ...........………………………………………….. 6 B. Landasan Teori …………………………………………………...... 9

1. Kentang ............................................................…………………… 9 2. Budidaya Kentang…………………………………………………. 10 3. Konsumen Kentang di Kabupaten Boyolali…………………….. 16 4. Teori Permintaan ..................................…………………………… 16

4.1 Elastisitas ……………………………………………………… 20 4.2 Efek Subsitusi dan Efek Pendapatan ………………………… 23

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah………………………………… 25 1. Teori Dasar Permintaan…………………………………………… 25 2. Estimasi Fungsi Permintaan ………………………………………. 25

D. Hipotesis…………………………………………………………….. . 29 E. Pembatasan Masalah…………………………………….…...……….. 29 F. Asumsi-asumi.…………………….……………………..…………….. 29 G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………………………. 29

III. METODE PENELITIAN ……………………………………………… 32

A. Metode Dasar Penelitian …………………………………………...... 32 B. Lokasi Penelitian……………………….…………………………….. 32 C. Jenis dan Sumber data………………………………………………… 32 D. Metode Analisis Data……………………………………………...…. 32

Page 8: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN .................................... 40

A. Keadaan Alam ..................................................................................... 40 B. Keadaan Penduduk .............................................................................. 43 C. Keadaan Perekonomian ....................................................................... 47 D. Keadaan Pertanian ............................................................................... 49 E. Gambaran Komoditi Kentang ............................................................. 51

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 53

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 53 1. Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali ................................. 53 2. Harga Kentang .............................................................................. 55 3. Harga Wortel ............. .................................................................... 56 4. Harga Beras ................................................................................... 58 5. Pendapatan Penduduk Kabupaten Boyolali ................................... 60 6. Jumlah Penduduk ........................................................................... 62

B. Analisis Permintaan Kentang Kabupaten Boyolali ........................ 64 1. Estimasi Fungsi Permintaan ........................................................... 64 2. Hasil Analisis Data ......................................................................... 65 3. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 70

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 75

A. Kesimpulan .......................................................................................... 75 B. Saran..................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Jumlah penduduk, konsumsi kentang dan permintaan kentang nasional tahun 2004-2009 ……..................................

1

Tabel 2. Konsumsi kentang, permintaan kentang, konsumsi energi dan sumbangan energi dari kentang di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009 ………………………..................................

2

Tabel 3. Harga kentang, permintaan kentang, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009…………………………………………………..

3

Tabel 4. Luas Panen, Hasil Produksi, dan Produktivitas Kentang di Kabupaten Boyolali Tahun 2004-2009…………………….... 4

Tabel 5 Tata Guna Lahan di Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009... 42

Tabel 6. Perkembangan Penduduk Kabupaten Boyolali Tahun 2005 – 2009 …………………………………………….........

43

Tabel 7. Jumlah Penduduk di Kabupaten Boyolali Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2009 ……………..……………...

44

Tabel 8.

Komposisi Penduduk Usia 10 Tahun Keatas menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Boyolali Tahun 2008 ..............…..

45

Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Boyolali Tahun 2008 ............................................. 46

Tabel 10. Sarana Perekonomian di Kabupaten Boyolali Tahun 2008 ....

47

Tabel 11. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kabupaten Boyolali Tahun 2008 ………………………...........................

48 Tabel 12. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Boyolali

Tahun 2008………….………………………..........................

49 Tabel 13. Perkembangan Produksi Sayur-sayuran di Kabupaten

Boyolali Tahun 2004-2009 ….………………………………. 50

Tabel 14. Luas Panen, Hasil Produksi, Produktivitas Kentang di

Kabupaten Boyolali Tahun 2004-2009 ………….…………..

50 Tabel 15. Perkembangan Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali

Tahun 1993 – 2009 …………………………………………..

53

Page 10: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Tabel 16. Perkembangan Harga Kentang di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009 ……….…………………………………………...

55

Tabel 17. Perkembangan Harga Wortel di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009…………………………………………................

57

Tabel 18. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009 ………………………………..............................

59

Tabel 19. Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kabupaten Boyolali, 1993-2009…………………………………………………….

61

Tabel 20. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009 …………...……………………………….

63

Tabel 21. Hasil Analisis Fungsi Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali ……...........................................................................

65

Page 11: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Kurva Permintaan …………….……….………….. 18

Gambar 2. Pergeseran Kurva Permintaan …..………..……….. 18

Gambar 3. Barang Inferior : Efek Substitusi (e.s) dan Efek Pendapatan (e.p) ……………………………………….

24

Gambar 4. Kurva Permintaan Barang Inferior ……………….. 24

Gambar 5. Kurva Permintaan Barang Giffen ………………… 24

Gambar 12. Fungsi Permintaan dan Harga …………………….. 27

Gambar 13. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Permintaan Kentangdi Kabupaten Boyolali ……………………

28

Gambar 14. Grafik Perkembangan Permintaan kentang di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009 ……………

54

Gambar 15. Grafik Perkembangan Harga Kentang di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009 ……………

56

Gambar 16. Grafik Perkembangan Harga Wortel di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009 ………………………..

58

Gambar 17. Grafik Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009 ………………………..

59

Gambar 18. Grafik Perkembangan Pendapatan Perkapita Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009 ……………

61

Gambar 19. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009 ……………

64

Page 12: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1. Data Penelitian .................................................................... 79

2. Analisis Regresi Permintaan Beras di Kabupaten Boyolali .............................................................................................

83

4. Surat Ijin Penelitian ............................................................ 90

Page 13: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

RINGKASAN

Nurina Kusuma Wardhani. H 1307025. 2011. “Analisis Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali”. Skripsi ini dibawah bimbingan Dr. Ir. Minar Ferichani, MP dan Wiwit Rahayu, SP. MP. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kentang dan elastisitas permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Metode dasar yang dipergunakan adalah deskriptif analitis. Data time series selama 17 tahun (1993-2009) dianalisis menggunakan metode regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai R2 sebesar 0,979 yang berarti variabel bebas didalam model mampu menjelaskan variabel terikat sebesar 97,9%, sedangkan sisanya sebesar 2,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Berdasarkan analisis uji F diketahui bahwa nilai signifikasi sebesar 0,000 dan lebih kecil dari α = 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang diamati yaitu harga kentang, harga wortel, harga beras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 99%.

Berdasarkan uji t variabel harga kentang berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 99%, dengan elastisitas sebesar 0,269 (elastisitasnya 0<EP<1). Nilai elastisitas yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa kentang merupakan barang kebutuhan pokok normal.

Variabel harga wortel berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 99% dengan elastisitas sebesar -0,053. Hal ini dapat diartikan bahwa wortel sebagai barang komplementer dari kentang.

Variabel pendapatan perkapita berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan analisis diketahui besarnya elastisitas pendapatan sebesar 0,057. Angka elastisitas pendapatan perkapita yang lebih kecil dari satu bertanda positif, menunjukkan bahwa kentang tergolong sebagai barang kebutuhan pokok normal.

Page 14: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

SUMMARY

Nurina Kusuma Wardhani. H 1307025. 2011. An Analysis on Potato Demand in Boyolali Regency. This thesis is under guidance of Dr. Ir. Minar Ferichani, MP and Wiwit Rahayu, SP. MP. Agriculture Faculty, Surakarta Sebelas Maret University.

The objective of research is to analyze the factors affecting the potato demand and the elasticity of potato demand in Boyolali Regency. The basic method used was a descriptive analytic one. The data on time series for 17 years (1993-2009) was analyzed using a multiple-linear regression.

The result of research showed that the R2 value is 0.979 meaning that the independent variable of mode can explain the dependent variable of 97.97%, while the rest of 2.1% was explained by other variable excluded from the mode. Based on the F-test analysis, it can be found that the significance value is 0.000 and less than α = 0.01. It indicated that the independent variables observed including potato price, carrot price, rice price, gross domestic product, and population number simultaneously affect significantly the potato demand in Boyolali Regency at confidence interval of 99%.

Based on the t-test, it can be found that potato price variable affects significantly the potato demand in Boyolali Regency at confidence interval of 99%, with elasticity of 0.269 (elasticity 0<EP<1). The elasticity value less than 1 indicates that potato is the normal staple.

The carrot price variable affects significantly the potato demand in Boyolali Regency at confidence interval of 99%, with elasticity of -0.053. It can be interpreted that carrot is the complementary good for potato.

The gross domestic product variable affects significantly the potato demand in Boyolali Regency at confidence interval of 95%. Based on the analysis it can be found that the income elasticity is 0.057. The elasticity rate of gross domestic product less than one with positive sign indicates that potato is categorized into normal staple.

Page 15: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura

penting di Indonesia. Kentang pada saat ini menjadi bahan pangan alternatif

sebagai sumber karbohidrat untuk menunjang program diversifikasi pangan.

Permintaan kentang semakin meningkat seiring dengan berkembangnya

industri makanan ringan dan restoran cepat saji yang salah satu bahan

bakunya adalah kentang, sehingga akan meningkatkan permintaan kentang

baik dalam jumlah maupun mutunya (Direktorat Perbenihan, 2003).

Konsumsi kentang dikalangan masyarakat Indonesia dari tahun 2004 sampai

tahun 2009 berfluktuatif. Jumlah penduduk, konsumsi kentang dan

permintaan kentang nasional tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah penduduk, konsumsi kentang dan permintaan kentang nasional tahun 2004-2009

Tahun Jumlah Penduduk (juta jiwa)

Konsumsi Kentang (kg/kapita/tahun)

Permintaan Kentang (kg/tahun)

2004 2005 2006 2007 2008 2009

216,4 219,8 222,7 234,7 236,4 240,3

1,82 1,92 1,98 2,97 2,04 1,73

393.848.000 422.016.000 440.946.000 697.059.000 463.692.000 415.719.000

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, 2009

Berdasarkan Tabel 1, permintaan kentang nasional pada tahun 2004

sampai dengan tahun 2009 berfluktuatif. Permintaan kentang nasional pada

tahun 2004 sebesar 393.848.000 Kg/tahun dan permintaan kentang terbesar

terjadi pada tahun 2007 sebesar 697.059.000 Kg/tahun, kemudian mengalami

penurunan pada tahun 2008 dan tahun 2009. Tabel 1 juga menunjukkan

jumlah penduduk selama kurun waktu 6 tahun yang terus mengalami

peningkatan, hal ini mempengaruhi peningkatan jumlah permintaan kentang

nasional.

1

Page 16: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk

mengkonsumsi kentang. Konsumsi kentang, permintaan kentang, konsumsi

energi dan sumbangan energi dari kentang di Kabupaten Boyolali tahun

1993-2009 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Konsumsi kentang, permintaan kentang, konsumsi energi dan sumbangan energi dari kentang di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009

Tahun Konsumsi Kentang

(Kg/Tahun/Orang)

Permintaan Kentang

(Kg/Tahun)

Konsumsi Energi (kkal)

Sumbangan Energi dari

Kentang (%)

1993 1,00 878.088,33 0,62 0,031 1994 0,77 681.362,04 0,48 0,024 1995 0,85 757.972,08 0,53 0,026 1996 0,62 559.636,57 0,39 0,019 1997 0,87 788.833,08 0,54 0,027 1998 1,09 987.577,76 0,68 0,034 1999 0,55 505.527,12 0,34 0,017 2000 0,73 667.801,44 0,45 0,023 2001 0,91 837.620,83 0,57 0,028 2002 0,77 717.162,60 0,48 0,024 2003 0,62 580.919,46 0,39 0,019 2004 0,66 618.310,84 0,41 0,021 2005 0,96 899.674,70 0,60 0,030 2006 0,70 659.160,18 0,44 0,022 2007 0,51 483.500,45 0,32 0,016 2008 0,65 620.214,70 0,40 0,020 2009 0,48 453.637,00 0,30 0,015

Rata-rata 0,75 688.058,78 0,47 0,023

Sumber: Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali Tahun, 2011

Berdasarkan Tabel 2, konsumsi kentang, permintaan kentang dan

konsumsi energi dari kentang di Kabupaten Boyolali selama 17 tahun

berfluktuatif. Rata-rata permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tahun

1993-2009 sebesar 688.058,78 kg/tahun. Permintaan kentang terbesar di

Kabupaten Boyolali terjadi pada tahun 1998 sebesar 987.577,76 kg/tahun, hal

ini disebabkan harga kentang pada tahun 1998 mengalami penurunan yaitu

sebesar Rp. 1400,00 dari tahun sebelumnya sehingga menyebabkan terjadinya

peningkatan permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Setelah mengalami

peningkatan pada tahun 1998, pada tahun berikutnya permintaan kentang di

Page 17: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Kabupaten Boyolali mengalami penurunan sebesar 482.050,64 kg/tahun hal

ini disebabkan karena harga kentang mengalami kenaikan, sehingga

mempengaruhi jumlah permintaan kentang di Kabupaten Boyolali (Tabel 3).

Permintaan kentang di Kabupaten Boyolali yang berfluktuatif dengan harga

yang cenderung mengalami peningkatan mendorong peneliti untuk mengkaji

faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya fluktuatif permintaan kentang

di Kabupaten Boyolali.

B. Perumusan Masalah

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu komoditas

diantaranya adalah jumlah penduduk, pendapatan perkapita dan harga.

Hukum permintaan mengatakan bahwa jumlah barang yang diminta dalam

suatu periode tertentu berubah berlawanan dengan harganya jika hal lain

diasumsikan konstan (McEachern, 2000).

Tabel 3. Harga kentang, permintaan kentang, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009

Tahun Harga Kentang (Rp)

Permintaan Kentang

(Kg/Tahun)

Pendapatan Perkapita

(Rp)

Jumlah Penduduk

(Jiwa) 1993 2.900 878088,30 880688,20 886021 1994 3.100 681362,00 938400,50 890757 1995 3.350 757972,10 994848,20 896529 1996 3.500 559636,60 1053662,00 902727 1997 3.700 788833,10 1067102,00 907274 1998 2.300 987577,80 960995,30 912265 1999 4.200 505527,10 966914,00 917437 2000 4.550 667801,40 1161788,00 922852 2001 4.600 837620,80 3226125,00 927502 2002 4.700 717162,60 3295132,00 931380 2003 4.850 580919,50 3440684,00 935768 2004 5.000 618310,80 3542803,00 939087 2005 5.150 899674,70 3675934,00 941147 2006 5.300 659160,20 3822175,00 944181 2007 5.450 483500,50 3963578,00 947026 2008 5.600 620214,70 4113171,00 949594 2009 5.900 453637,00 4313871,00 951717

Sumber : BPS, Disperindagsar, Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali, 2011)

Page 18: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Berdasarkan Tabel 3, harga kentang sebelum terjadi krisis moneter

cenderung mengalami penurunan dan setelah terjadi krisis moneter terjadi

peningkatan harga, baik harga riil maupun harga nominal sehingga

menurunkan permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Data pendapatan riil

secara runtut waktu cenderung mengalami kenaikan yang tidak bergejolak

walaupun terjadi krisis moneter. Sementara faktor pendapatan berdasarkan

standar teori ekonomi mempengaruhi daya beli seseorang terhadap suatu

jenis barang.

Data tentang Luas panen, hasil produksi, dan produktivitas kentang di

Kabupaten Boyolali tahun 2004-2009 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. Luas Panen, Hasil Produksi, dan Produktivitas Kentang di Kabupaten Boyolali Tahun 2004-2009

Tahun Luas Panen (Ha) Hasil Produksi (Ton) Permintaan Kentang (Ton/Tahun)

2004 4 44 618,3 2005 22 297 899,7 2006 28 334,5 659,2 2007 31 44,3 483,5 2008 2009

95 35

1.169,5 3.837

620,2 453,6

Rata-rata 35,83 954,38 622,4

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2011

Berdasarkan Tabel 4, jumlah produksi kentang di Kabupaten Boyolali

berfluktuatif, hal ini menyebabkan jumlah ketersediaan kentang di Kabupaten

Boyolali lebih kecil dari jumlah permintaan kentang sehingga merupakan

salah satu penyebab terjadinya kenaikan harga kentang. Kentang dan wortel

merupakan jenis sayuran yang sering dikonsumsi bersama, sehingga ada

tendensi wortel merupakan barang komplementer bagi kentang, disisi lain

konsumen akan terpenuhi kebutuhannya. Berdasarkan uraian diatas, maka

pada penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan kentang di

Kabupaten Boyolali?

2. Bagaimanakah elastisitas permintaan kentang di Kabupaten Boyolali?

Page 19: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang Analisis Permintaan Kentang ini mempunyai tujuan

yaitu sebagai berikut:

1. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan

kentang di Kabupaten Boyolali.

2. Menganalisis elastisitas permintaan kentang di Kabupaten Boyolali.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian tentang Analisis Permintaan Kentang ini mempunyai

kegunaan :

1. Bagi Peneliti

Hasil Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengetahuan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dan bahan

pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pangan terutama yang

berkaitan dengan permintaan kentang.

3. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai tambahan

informasi, wawasan, dan pengetahuan serta sebagai pembanding untuk

penelitian selanjutnya.

Page 20: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Irvan (2006) yang berjudul Analisis Biaya Dan Keuntungan

Pada Usahatani Kentang Di Kabupaten Wonosobo menyimpulkan bahwa

biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani kentang adalah sebesar Rp

19.591.013,33. Hasil produksi rata-rata yang diperoleh dari usahatani kentang

selama satu kali musim tanam per usahatani adalah 9.086,7 kg, dengan

penerimaan rata-rata 25.442.666,67 dan dengan harga Rp2.800,- per kg. Dari

hasil usahatani kentang dalam satu kali musim tanam ini, maka rata-rata

keuntungan yang diperoleh adalah Rp 5.851.653,33 per usahatani.

Pengusahaan kentang di Kabupaten Wonosobo telah efisien Perubahan

kenaikan biaya sebesar 10%,20% dan 25% dan penurunan harga sebesar 10%

dan 20% masih dapat memberikan keuntungan pada usahatani kentang

sedangkan penurunan harga 25 % sudah tidak dapat memberikan keuntungan.

Untuk perubahan variabel yaitu kenaikan biaya dan penurunan harga secara

besama-sama pada perubahan tingkat 10% masih dapat memberikan

keuntungan, sedangkan perubahan secara bersama pada tingkat 20% dan 25%

sudah tidak dapat memberikan keuntungan.

Penelitian Nurulita (2011) yang berjudul Analisis pemasaran kentang

(Solanum tuberosum l.) di kabupaten Wonosobo menyimpulkan bahwa

terdapat tiga pola saluran pemasaran kentang yaitu, saluran pemasaran I:

Petani Pedagang Pengumpul Kecamatan Pedagang Luar Kota,

saluran pemasaran II: Petani Pedagang Pengumpul Desa Pedagang

Luar Kota, saluran pemasaran III: Petani Pedagang Pengumpul Desa

Pe pedagang pengecer Konsumen. Total biaya pada saluran

pemasaran I sebesar Rp 386,19 per kg untuk tiap kualitas kentang. Total

biaya pada saluran pemasaran I sebesar Rp 246,16 per kg untuk tiap kualitas

kentang. Total biaya pada saluran pemasaran I sebesar Rp 329,79 per kg

untuk tiap kualitas kentang. Besarnya keuntungan dan marjin pemasaran pada

tiap saluran pemasaran berbeda-beda untuk tiap kualitas kentang. Saluran II

6

Page 21: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

adalah saluran pemasaran kentang yang paling efisien, memiliki persentase

margin pemasaran terendah yaitu sebesar 9,24 %; 10,70 % dan 20,00 % untuk

kentang kualitas AB, DN dan rindil serta memiliki nilai farmer’s share-nya

lebih tinggi yaitu sebesar 90,76 %; 89,30 % dan 80,00 % untuk kentang

kualitas AB, DN dan rindil.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa kentang yang diteliti

menggunakan analisis ilmu usahatani dan pemasaran akan tetapi belum ada

yang menggunakan analisis permintaan dalam penelitiannya, sehingga

peneliti tertarik untuk menggunakan analisis permintaan dalam penelitian

skripsi dengan daerah penelitian yang berbeda yaitu Kabupaten Boyolali.

Untuk menunjang dan sebagai referensi dalam penelitian, maka peneliti

menggunakan penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan analisis yaitu

analisis permintaan dengan komoditi yang berbeda, uraiannya sebagai

berikut: Penelitian Hendriani (2005) yang berjudul Analisis Permintaan

Beras di Kabupaten Karawang menyimpulkan bahwa harga beras, harga

jagung, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita. Hasil perhitungan

diperoleh besarnya angka elastisitas harga beras adalah sebesar 0,024

(elastisitasnya 0<EP<1) yang berarti bahwa permintaan beras bersifat

inelastis. Berdasarkan penelitian ini elastisitas harga silang harga jagung

adalah sebesar 0,008 %, artinya jika harga jagung naik 1 %, maka jumlah

permintaan beras akan naik sebesar 0,008 %. Nilai elastisitas harga silang

yang positif ini menandakan bahwa jagung merupakan barang subtitusi untuk

beras. Berdasarkan Penelitian ini nilai elastisitas pendapatan adalah sebesar

0,227 %, artinya jika pendapatan per kapita naik 1%, maka jumlah

permintaan beras akan naik sebesar 0,227 %.

Penelitian Wiwin (2006) yang berjudul Analisis Permintaan Beras Di

Kabupaten Pati menghasilkan kesimpulan yaitu harga beras, harga tepung

gandum, harga telur ayam ras, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk

secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di

Kabupaten Pati. Berdasarkan analisis uji-t diketahui bahwa variabel harga

tepung gandum dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan

Page 22: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

beras di Kabupaten Pati pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel harga beras

dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata terhadap permintaan beras

terhadap tingkat kepercayaan 95%. Harga telur ayam ras tidak berpengaruh

nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Pati. Variabel yang

memberikan pengaruh paling besar terhadap permintaan beras di Kabupaten

Pati adalah jumlah penduduk yang mempunyai nilai koefisien regresi terbesar

yaitu 0,86710. Berdasarkan elastisitas harga, permintaan beras bersifat

inelastis yang menunjukkan bahwa jumlah beras yang diminta berubah

dengan persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga. Harga tepung

gandum memiliki nilai elastisitas silang positif dan merupakan barang

subtitusi bagi beras, sedangkan harga telur ayam memliki elastisitas negatif

dan merupakan barang komplementer. Berdasarkan elastisitas harga beras

bersifat inelastis yang menunjukkan bahwa jumlah beras yang diminta

berubah dengan persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga. Harga

tepung gandum memiliki nilai elastisitas silang positif dan merupakan barang

subtitusi bagi beras, sedangkan harga telur ayam memliki elastisitas negatif

dan merupakan barang komplementer.

Penelitian Agung (2010) yang berjudul Analisis Penawaran dan

Permintaan Tembakau (Nicotiana sp.) Di Indonesia menghasilkan

kesimpulan yaitu harga tembakau, harga cengkeh, pendapatan masyarakat

secara bersama-sama berpengaruh nyata pada permintaan tembakau di

Indonesia. Berdasarkan analisis uji-t diketahui bahwa variabel harga

tembakau, harga cengkeh, pendapatan masyarakat berpengaruh nyata

terhadap permintaan tembakau di Indonesia pada tingkat kepercayaan 90%.

Jumlah permintaan tembakau tahun sebelumnya tidak berpengaruh secara

nyata terhadap model permintaan pada taraf kepercayaan 90%, karena

besarnya hasil uji-t untuk Variabel Dp diperoleh t-hitung sebesar 1,010,

dimana nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel yaitu sebesar 1,753 yang berari

bahwa permintaan tembakau tahun sebelumnya tidak berpengaruh secara

nyata terhadap permintaan tembakau di Indonesia. Variabel yang memberikan

pengaruh paling besar terhadap permintaan tembakau di Indonesia adalah

Page 23: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

pendapatan masyarakat yang mempunyai nilai koefisien regresi terbesar

yaitu 0,109606 berarti kenaikan pendapatan masyarakat sebesar

Rp. 1/kapita/tahun akan meningkatkan permintan tembakau di Indonesia

sebesar 0,109606 ton.

Kelima hasil penelitian diatas dijadikan referensi penelitian oleh

peneliti dalam menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dan elastisitas

permintaan kentang di Kabupaten Boyolali.

B. Landasan Teori

1. Kentang

Berdasarkan klasifikasinya, tanaman kentang termasuk:

Divisio : Spermathophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Tubiflorae

Family : Solanoceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum

Tanaman kentang yang merupakan tanaman semusim yang

berbentuk semak, tingginya dapat mencapai 0,3 - 1 meter, batangnya agak

lunak, berbulu dan bercabang, akarnya akar serabut. Tanaman kentang

diperbanyak dengan umbinya, atau dengan potongan umbi yang

mengandung sedikitnya satu mata tunas (buds). Umbi dipanen setelah

umur 110 - 150 hari sejak tanam (Ashari, 1995).

Kentang dapat tumbuh subur di tempat yang cukup tinggi, seperti di

daerah pegunungan dengan ketinggian sekitar 500 – 3.000 m dpl, namun

tempat ideal berkisar antara 1.000 – 1.300 m dpl. Curah hujan yang cocok

kira-kira 1.500 mm per tahun. Suhu udara yang ideal untuk kentang

berkisar antara 15 – 18 oC pada malam hari dan 24 – 30 oC pada siang hari.

Tanah yang baik untuk kentang adalah tanah yang gembur dengan sedikit

mengandung pasir (Setiyadi dan Surya, 1998).

Page 24: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Varietas kentang di Indonesia diantaranya, varietas granola dan

varietas atlantic. Varietas granola merupakan kentang dengan bentuk umbi

oval, kulit dan daging umbi berwarna kuning. Umur genjah (80-90 hari),

dan tahan terhadap berberapa penyakit berbahaya.potensi hasil tinggi,

yakni dapat mencapai 30-35 ton per hektar.

Varietas atlantic memiliki bentuk bulat seperti bola tenis, kulit

kuning dan daging umbi putih, dengan mata tunas sedikit. Tanaman rentan

terhadap penyakit busuk bakteri (Pseudomonas solanacearum), dan busuk

cendawan (Phytophthora infestans) dan nematoda Meloidigyne sp.

terutama didaerah kelembaban dan curah hujan yang tinggi. Potensi hasil

yang tinggi mencapai 700 g/butir dengan cita rasa yang sangat cocok

untuk kentang goreng (chip stick) (Hartus, 2001)

Varietas kentang yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dan

di Kabupaten Boyolali adalah varietas granola karena rasanya yang enak

bila dikonsumsi. Pembudidayaannya sesuai dengan kondisi wilayah

Kabupaten Boyolali yang memiliki kelembaban yang tinggi yaitu di

Kecamatan Selo karena berada dibawah lereng gunung merapi. Kabupaten

Boyolali tidak mengadakan kerjasama atau di kontrak industri makanan

dalam membudidayakan kentang, karena kentang hanya untuk konsumsi

masyarakat Kabupaten Boyolali sendiri dan jumlahnya belum mampu

memenuhi kebutuhan konsumsi akan kentang sehingga Kabupaten

Boyolali mendatangkan kentang dari daerah Wonosobo dan Bandungan

(BPS Kabupaten Boyolali, 2011)

2. Budidaya Kentang

2.1 Pembibitan

Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram,

umur 150-180 hari, tidak cacat, dan varitas unggul. Pilih umbi

berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai generasi

keempat saja. Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam. Bila bibit membeli

(usahakan bibit yang bersertifikat), berat antara 30-45 gram dengan

3-5 mata tunas. Penanaman dapat dilakukan tanpa/dengan pembelahan.

Page 25: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas

yang ada. Sebelum tanam umbi direndam dulu menggunakan POC

NASA selama 1-3 jam (2-4 cc/lt air).

2.2 Pengolahan Media Tanam

Lahan dibajak sedalam 30-40 cm dan biarkan selama 2 minggu

sebelum dibuat bedengan dengan lebar 70 cm (1 jalur tanaman)/140

cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan buat saluran pembuangan air

sedalam 50 cm dan lebar 50 cm. Natural Glio yang sudah terlebih

dahulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu,

ditebarkan merata pada bedengan (dosis : 1-2 kemasan Natural Glio

dicampur 50-100 kg pupuk kandang/1000 m2).

2.3 Teknik Penanaman

a. Pemupukan Dasar

1) Pupuk anorganik berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200 kg/ha),

dan KCl (75 kg/ha).

2) Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air

secukupnya secara merata di atas bedengan,

dosis 1-2 botol/ 1000 m². Hasil akan lebih bagus jika

menggunakan SUPER NASA dengan cara : alternatif 1 : 1

botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan

induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk

tadi untuk menyiram bedengan. Alternatif 2 : setiap 1 gembor

vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk

menyiram 10 meter bedengan. Penyiraman

POC NASA / SUPER NASA dilakukan sebelum pemberian

pupuk kandang.

3) Berikan pupuk kandang 5-6 ton/ha (dicampur pada tanah

bedengan atau diberikan pada lubang tanam) satu minggu

sebelum tanam.

Page 26: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

b. Cara Penanaman

Jarak tanaman tergantung varietas, 80 cm x 40 cm atau 70 x 30 cm

dengan kebutuhan bibit + 1.300-1.700 kg/ha

(bobot umbi 30-45 gr). Waktu tanam diakhir musim hujan

(April-Juni).

2.4 Pemeliharaan Tanaman

a. Penyulaman

Penyulaman untuk mengganti tanaman yang tidak

tumbuh/tumbuhnya jelek dilakukan 15 hari semenjak tumbuh.

b. Penyiangan

Penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman

2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan

penggemburan.

c. Pemangkasan Bunga

Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk

mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi

perebutan unsur hara.

d. Pemupukan Susulan

1) Pupuk Makro Urea/ZA: 21 hari setelah tanam (hst) 300 kg/ha

dan 45 hst 150 kg/ha. SP-36: 21 hst 250 kg/ha. KCl: 21 hst 150

kg/ha dan 45 hst 75 kg/ha. Pupuk makro diberikan jarak 10 cm

dari batang tanaman.

2) POC NASA: mulai umur 1 minggu s/d 10 atau 11 minggu.

Alternatif I : 8-10 kali (interval 1 minggu sekali dengan dosis 4

tutup/tangki atau 1 botol (500 cc)/ drum 200 lt air.

Alternatif II : 5 - 6 kali (interval 2 mingu sekali dengan dosis 6

tutup/tangki atau 1,5 botol (750 cc)/ drum 200 lt air.

3) HORMONIK : penyemprotan POC NASA akan lebih optimal

jika dicampur HORMONIK (dosis 1-2 tutup/tangki atau + 2-3

botol/drum 200 liter air).

Page 27: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

e. Pengairan

Pengairan 7 hari sekali secara rutin dengan di gembor, Power

Sprayer atau dengan mengairi selokan sampai areal lembab

(sekitar 15-20 menit).

2.5 Hama dan Penyakit

a. Hama

1) Ulat grayak (Spodoptera litura)

Gejala: ulat menyerang daun hingga habis daunnya.

Pengendalian: (1) memangkas daun yang telah ditempeli telur;

(2) penyemprotan Natural Vitura dan sanitasi lingkungan.

2) Kutu daun (Aphis Sp)

Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman,

juga dapat menularkan virus. Pengendalian: memotong dan

membakar daun yang terinfeksi, serta penyemprotan Pestona

atau BVR.

3) Orong-orong (Gryllotalpa Sp)

Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan

tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap

infeksi bakteri. Pengendalian: Pengocoran Pestona.

4) Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)

Gejala: daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti

benang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus

ulat. Umbi yang terserang bila dibelah, terlihat lubang-lubang

karena sebagian umbi telah dimakan. Pengendalian:

Pengocoran Pestona.

5) Hama trip ( Thrips tabaci )

Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih,

berubah menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan

dimulai dari ujung-ujung daun yang masih muda.

Pengendalian: (1) memangkas bagian daun yang terserang;

(2) mengunakan Pestona atau BVR.

Page 28: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

b. Penyakit

1) Penyakit busuk daun

Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala: timbul bercak-

bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah hingga

warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian

tepi berwarna putih yang merupakan sporangium dan daun

membusuk/mati. Pengendalian: sanitasi kebun. Pencegahan

dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal

tanam.

2) Penyakit layu bakteri

Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum.

Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan

daun tua, daun bagian bawah menguning. Pengendalian:

sanitasi kebun, pergiliran tanaman. Pencegahan dengan

penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

3) Penyakit busuk umbi

Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes. Gejala: daun

menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian

tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak

berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi

muda busuk. Pengendalian: pergiliran tanaman , sanitasi kebun

dan penggunaan bibit yang baik. Pencegahan dengan

penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

4) Penyakit fusarium

Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala: busuk umbi yang

menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang

kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-

luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis. Pengendalian:

menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan

pendangiran. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio

pada sebelum atau awal tanam.

Page 29: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

5) Penyakit bercak kering (Early Blight)

Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman

sakit dan berkembang di daerah kering. Gejala: daun berbercak

kecil tersebar tidak teratur, warna coklat tua, meluas ke daun

muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan,

kering, berkerut dan keras. Pengendalian: pergiliran tanaman.

Pencegahan : Natural Glio sebelum/awal tanam.

6) Penyakit karena virus

Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus

(PLRV) menyebabkan daun menggulung; (2) Potato Virus X

(PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun; (3) Potato Virus

Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4) Potato

Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus

M (PVM) menyebabkan mosaik menggulung; (6) Potato Virus

S (PVS) menyebabkan mosaik lemas. Gejala: akibat serangan,

tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi kecil-

kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan

jaringan mati. Penyebaran virus dilakukan oleh peralatan

pertanian, kutu daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan Myzus

persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan nematoda.

Pengendalian: tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus,

pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit

bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas dan

membakar tanaman sakit, mengendalikan vektor dengan

Pestona atau BVR dan melakukan pergiliran tanaman.

2.6 Panen

Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari,

tergantung varietas tanaman. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat

dipanen jika daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan

disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna

kekuningan (agak mengering) dan kulit umbi akan lekat sekali dengan

Page 30: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari

(Setiyadi dan Surya, 1998).

3. Konsumen Kentang di Kabupaten Boyolali

Konsumen kentang di Kabupaten Boyolali dibedakan menjadi

konsumen rumah tangga, konsumen lembaga (hotel, restoran, rumah

sakit). Konsumen rumah tangga mengkonsumsi kentang dalam menu

masakan, misalnya perkedel, sambal goreng kentang, sop, kentang rebus

dan lain-lain. Konsumen lembaga relatif sama dengan konsumen rumah

tangga (Disperindagsar, 2011).

4. Teori Permintaan

Permintaan menunjukkan produk yang diinginkan dan mampu dibeli

konsumen pada berbagai kemungkinan harga selama jangka waktu tertentu

dan hal lain diasumsikan konstan. Hukum permintaan mengatakan bahwa

jumlah barang yang diminta dalam suatu periode tertentu berubah

berlawanan dengan harganya jika hal lain diasumsikan konstan

(McEachern, 2000).

Faktor-faktor yang menentukan permintaan antara lain harga barang

tersebut, harga barang lain, pendapatan dan jumlah populasi. Permintaan

akan suatu barang dipengaruhi juga oleh sejumlah pengaruh lain

(preferensi, musim, informasi dan lain-lain). Meskipun pengaruh-pengaruh

itu mungkin sangat penting dalam dunia nyata, pengaruh-pengaruh ini

biasanya dianggap konstan menurut asumsi cateris paribus dalam analisis

teoritis (Nicholson, 1992).

Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan

ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut, oleh

karena itu, untuk menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah

barang yang diperjualbelikan maka perlu dilakukan analisis permintaan

dan penawaran atas suatu barang tertentu yang terdapat di pasar. Keadaan

suatu pasar dikatakan seimbang apabila jumlah yang ditawarkan penjual

pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para

Page 31: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

pembeli pada harga tersebut. Harga suatu barang dan jumlah barang yang

diperjualbelikan adalah ditentukan dengan melihat keadaan equilibrium

dalam suatu pasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan atau

penentuan harga suatu barang di pasar antara lain jumlah barang yang

diminta oleh konsumen, jumlah barang yang ditawarkan dan situasi atau

keadaan pasar tersebut, apakah merupakan persaingan sempurna atau pasar

persaingan tidak sempurna (Sukirno, 2005).

Harga barang lainnya terdiri dari harga barang subtitusi dan

komplementer. Barang subtitusi adalah barang-barang yang dapat saling

menggantikan satu sama lain dalam konsumsi. Barang komplementer

adalah barang-barang yang digunakan bersama dalam pengertian bahwa

para individu akan menambah pemakaian atas kedua barang itu secara

serempak. Barang X dan Y disebut barang komplemen jika kenaikan harga

barang X menyebabkan harga barang Y lebih sedikit diminta. Keduanya

merupakan barang subtitusi jika kenaikan harga barang X menyebabkan

harga barang Y lebih banyak diminta (Nicholson, 1992).

Apabila pendapatan naik maka dapat diperkirakan bahwa orang akan

membeli lebih banyak beberapa komoditi, walaupun harga komoditi-

komoditi itu tetap sama. Harga berapapun yang diambil, jumlah komoditi

yang diminta akan lebih banyak daripada yang diminta sebelumnya pada

tingkat harga yang sama. Pertumbuhan jumlah penduduk belum

menciptakan permintaan baru. Penduduk yang bertambah ini harus

mempunyai daya beli sebelum permintaan berubah. Tambahan orang

berusia kerja tentunya akan menciptakan pendapatan baru. Apabila hal ini

terjadi maka permintaan untuk semua komoditi yang dibeli oleh penghasil

pendapatan baru akan meningkat sehingga kenaikan jumlah penduduk

akan menggeser kurva-kurva permintaan untuk komoditi kearah kanan,

yang menunjukkan bahwa akan lebih banyak komoditi yang dibeli pada

setiap tingkat harga (Lipsey et al, 1991).

Sudarsono (1983), mengemukakan bahwa kurva permintaan

mempunyai kemiringan yang menurun, menunjukkan bahwa bila harga

Page 32: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

turun, akan lebih banyak yang dibeli atau disebut hukum permintaan.

Bilamana salah satu dari kondisi “Cateris paribus” berubah, maka seluruh

kurva permintaan akan bergeser atau disebut dengan perubahan

permintaan, seperti ditunjukkan gambar berikut ini:

Harga P3

P2 P0

D0 D1

O Q3 Q0 Q2 Q1 Q (kuantitas)

Gambar 1. Kurva Permintaan

(Sudarsono,1983).

Pergeseran kurva permintaan dapat dilihat seperti grafik berikut ini:

Harga

D2 D0 D1

Kuantitas per periode

Gambar 2. Pergeseran Kurva Permintaan

(Lipsey et al (1991).

Pergeseran kurva permintaan ke kanan (dari D0 ke D1) menunjukkan

adanya kenaikan permintaan bisa disebabkan oleh naiknya pendapatan,

kenaikan harga barang substitusi, turunnya harga barang komplementer,

perubahan selera yang mengarah ke komoditi itu, kenaikan jumlah

penduduk, adanya pendistribusian kembali pendapatan kepada kelompok

yang menyukai komoditi itu. Pergeseran kurva permintaan ke kiri

(dari D0 ke D2) yang menunjukkan adanya penurunan permintaan bisa

disebabkan oleh turunnya pendapatan, turunnya harga barang substitusi,

Page 33: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

naiknya harga barang komplementer, perubahan selera yang tidak

menyukai komoditi itu, penurunan jumlah penduduk, atau adanya

redistribusi pendapatan mengurangi kelompok yang menyukai komoditi

itu (Lipsey et al, 1991).

Arsyad (1995), mengemukakan bahwa permintaan menggambarkan

hubungan fungsional antara harga dengan jumlah barang yang diminta.

Semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak jumlah barang

yang diminta oleh konsumen. Semakin tinggi harga suatu barang maka

makin sedikit jumlah barang yang diminta. Hubungan terbalik (negatif) ini

dikenal dengan nama hukum permintaan. Hubungan terbalik antara jumlah

barang yang diminta dengan harga dapat dijelaskan dengan 2 keadaan:

1. Jika harga suatu barang naik, maka konsumen akan mencari barang

pengganti (subtitute), barang pengganti tersebut akan dibeli apabila

mereka menginginkan tingkat kepuasaan yang lebih tinggi dari setiap

rupiah uang yang dibelanjakan daripada mereka membeli barang yang

pertama.

2. Jika harga naik, maka pendapatan merupakan kendala atau pembatas

yang lebih banyak.

Nicholson (1992), permintaan konsumen merupakan suatu interaksi

antara dua kekuatan, yaitu (1) bahwa konsumen diasumsikan memiliki

preferensi atau minat pada komoditi, dan (2) konsumen diasumsikan

mempunyai pendapatan yang terbatas yang membatasi kemampuan

membeli komoditi-komoditi tersebut. Boediono (1985) menjelaskan

bahwa adanya dua pendekatan untuk menerangkan mengapa konsumen

berperilaku seperti yang dinyatakan oleh hukum permintaan yaitu

pendekatan marginal utility dan pendekatan indifferent curve. Preferensi

dirumuskan berdasarkan konsep utilitas. Utilitas atau faedah atau

kegunaan adalah kepuasan yang diperoleh seseorang dari berbagai

kegiatan yang dikerjakannya.

Richard (1992), mengemukakan bahwa utilitas total digambarkan

secara grafis pada Gambar 3 di bawah ini. Tingkat jumlah atau kuantitas

Page 34: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pembelian tertentu, utilitas total yang diperoleh konsumen dari pemilikan

suatu barang mencapai maksimum, di atas tingkat konsumsi tersebut,

utilitas total turun jika tidak ada alasan lain kecuali masalah penyimpanan,

pada titik q1, konsumen mencapai titik kejenuhan. Kurva utilitas total

sebagaimana digambarkan pada Gambar 3, mempunyai dua bentuk sampai

pada konsumsi di tingkat qo. Kurva ADC menunjukkan konsep utilitas

marginal yang semakin menurun (diminishing marginal utility), yakni

utilitas total naik dengan tingkat yang menurun. Kurva ABC menunjukkan

utilitas marginal yang semakin naik (increasing marginal utility), yakni

utilitas total naik dengan angka yang meningkat.

Utilitas

E TU

C

D

A B A qo q1

Gambar 3. Kurva Marginal Utility

Utilitas marginal dirumuskan sebagai perubahan utilitas total sebagai

akibat perubahan 1 unit barang konsumsi per unit waktu. Sepanjang garis

ABCE, utilitas marginal tersebut mula-mula naik dan kemudian turun.

Konsep utilitas marginal inilah yang memungkinkan untuk menganalisa

perilaku konsumen di pasar, bila mengasumsikan bahwa orang ingin

memaksimalkan kepuasannya berdasarkan pendapatan yang terbatas dan

harga barang-barang yang dapat dikonsumsinya. Jadi berdasarkan

pendapatan yang terbatas, harga produk dan fungsi dari utilitas tertentu,

konsumen berusaha memaksimalkan utilitas (Richard, 1992).

4.1 Elastisitas

Elastisitas permintaan menggambarkan derajat kepekaan fungsi

permintaan terhadap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel yang

mempengaruhinya. Tiga variabel yang mempengaruhi maka dikenal tiga

Page 35: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

elastisitas permintaan, yaitu elastisitas harga (barang sendiri), elastisitas

silang (terhadap perubahan harga barang lain), elastisitas pendapatan

(terhadap perubahan pendapatan atau anggaran belanja)

(Sudarsono, 1983).

Nicholson (1992) menyebutkan beberapa macam konsep elastisitas

yang berhubungan dengan permintaan yaitu

a. Elastisitas Harga atas permintaan

Elastisitas harga adalah perubahan persentase pada jumlah

suatu barang yang diminta yang ditimbulkan oleh perubahan 1

persen pada harganya.

perubahan persentase jumlah yang diminta ∆Q/Q EQ,P = = perubahan persentase harga barang tersebut ∆P/P

1) Bila E Q,P < -1 dikatakan bahwa permintaan elastis, maka

proporsi kenaikan harga lebih besar daripada proporsi

penurunan jumlah. Jika sebuah kurva disebut elastis maka harga

mempunyai pengaruh yang besar terhadap jumlahnya.

2) Bila E Q,P = -1 dikatakan bahwa permintaan unit elastis, maka

harga tidak mempunyai pengaruh yang besar atas jumlah yang

diminta

3) Bila E Q,P > -1 dikatakan inelastis, maka harga tidak mempunyai

pengaruh terhadap jumlahnya.

Kurva yang elastis, sedikit saja terjadi perubahan dalam harga

akan menyebabkan perubahan yang besar dalam permintaan. Kurva

yang unitary elastis, prosentase perubahan dalam jumlah barang

yang diminta sama dengan prosentase perubahan harga. Kurva

inelastis, prosentase perubahan dalam jumlah barang yang diminta

lebih kecil dari prosentase perubahan harga (Nicholson, 1992).

b. Elastisitas Pendapatan atas permintaan

McEachern (2000), mengemukakan bahwa elastisitas

pendapatan atas permintaan yaitu perubahan persentase jumlah

Page 36: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

barang yang dikonsumsi sebagai reaksi terhadap suatu kenaikan

pendapatan sebesar 1 persen

Perubahan persentase jumlah permintaan akan barang X EQ,I =

Perubahan persentase pendapatan

Untuk barang normal, EQ,I adalah positif karena kenaikan

pendapatan akan menaikkan pembelian barang tersebut. Sebaliknya

untuk barang inferior, EQ,I akan menjadi negatif. Kenaikan

pendapatan akan menyebabkan penurunan jumlah barang yang

diminta. Diantara barang-barang normal terdapat perhatian yang

cukup besar mengenai apakah EQ,I lebih besar atau lebih kecil dari 1.

Barang-barang yang EQ,I-nya lebih besar dari 1 disebut barang

mewah dalam arti bahwa pembelian barang-barang ini naik dengan

lebih cepat daripada pendapatan

McEachern (2000), menambahkan pada barang inferior,

elastisitas pendapatannya menjadi negatif, sehingga permintaan

untuk barang semacam ini cenderung menurun dengan naiknya

pendapatan. Permintaan untuk sebagian besar barang akan naik bila

pendapatan naik. Barang tersebut disebut sebagai barang normal,

yang elastisitas pendapatannya lebih besar daripada nol. Barang

normal dengan elastisitas pendapatan kurang daripada 1 disebut

sebagai inelastis terhadap pendapatan. Barang kebutuhan pokok

seringkali mempunyai EP < 1. Barang dengan elastisitas pendapatan

lebih besar daripada 1 disebut elastis terhadap pendapatan. Barang

mewah seringkali mempunyai EP > 1.

c. Elastisitas Silang atas permintaan

McEachern (2000), mengemukakan bahwa elastisitas silang

terhadap permintaan adalah perubahan harga satu barang tidak hanya

berpengaruh terhadap jumlah permintaan atas barang itu, tetapi juga

berpengaruh pada jumlah permintaan terhadap barang lainnya.

Page 37: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

% perubahan jumlah yang diminta akan barang (X) Es =

% perubahan harga untuk barang lain (Y)

Perubahan jumlah barang X yang diminta tersebut adalah

semata-mata diakibatkan oleh perubahan harga barang Y. dalam arti

ekonomi, selain besaran angka elastisitas silang, yang lebih penting

lagi adalah tandanya. Tanda positif berarti barang X dan Y

merupakan barang subtitusi, sedangkan bila tandanya negatif maka

barang X dan Y adalah barang komplementer. Makin besar angka

elastisitas itu makin dekat hubungan antara kedua barang yang

bersangkutan.

Jika kenaikan harga suatu barang mengakibatkan kenaikan

permintaan barang yang lain, maka nilai elastisitas harga silangnya

adalah positif, dan kedua barang tersebut bersubstitusi. Kenaikan

harga suatu barang menyebabkan penurunan permintaan barang yang

lain, maka nilai elastisitas harga silangnya adalah negatif, dan kedua

barang tersebut dikatakan mempunyai hubungan komplementer.

Sebagian besar pasangan barang yang diambil secara acak biasanya

tidak berhubungan, sehingga nilai elastisitas harga silangnya

mendekati nol.

4.2 Efek Subsitusi dan Efek Pendapatan

McEachern (2000), mengemukakan bahwa pengaruh perubahan

harga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu efek substitusi dan efek

pendapatan. Berdasarkan efek substitusi, bila harga suatu barang turun,

konsumen cenderung mensubstitusikan dengan barang lain yang

harganya menjadi relatif lebih mahal. Berdasarkan efek pendapatan,

penurunan harga suatu barang akan meningkatkan pendapatan riil

konsumen yaitu pendapatan yang diukur dengan apa yang dapat dibeli,

sehingga konsumen menjadi lebih mampu membeli barang (konsumen

cenderung untuk meningkatkan jumlah barang yang diminta).

Page 38: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Perbedaan efek substitusi dan efek pendapatan dapat digunakan

untuk menentukan apakah suatu barang itu normal (termasuk superior)

ataukah tergolong barang inferior (termasuk giffen). Barang normal

adalah barang yang efek pendapatannya selalu positif. Bila efek

pendapatan lebih besar daripada nilai absolut efek substitusi, barang ini

tergolong superior. Barang inferior adalah barang yang mempunyai efek

pendapatan negatif. Bila efek pendapatan negatif ini lebih besar daripada

nilai absolut efek substitusi, barang ini tergolong giffen

(Sudarsono, 1983).

Harga Y

A

C

O X1 X2 Xt B D B1 X kuantitas Gambar 4. Barang Inferior : Efek Substitusi (e.s) dan Efek Pendapatan (e.p)

Harga

O X1 X2 Xt kuantitas Gambar 5. Kurva Permintaan Barang Inferior

Harga

E1

E2 T

O X2 X1 Xt kuantitas barang X Gambar 6. Kurva Permintaan Barang Giffen

Page 39: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

1. Teori Dasar Permintaan

Konsep permintaan digunakan untuk mengukur keinginan pembeli

dalam suatu pasar. Fungsi permintaan mengukur hubungan antara

jumlah barang yang diminta dengan semua faktor yang

mempengaruhinya (Arsyad, 1995). Hubungan antara permintaan dengan

faktor-faktor yang mempengaruhinya ditunjukkan dalam satu bentuk

fungsi permintaan sebagai berikut:

Qd = f (X1, X2, Y, JP)

Keterangan:

Qd: Permintaan terhadap suatu barang (kg/th)

X1: Harga barang yang dimaksud (Rp/th)

X2: Harga barang lain (substitusi dan komplementer) (Rp/th)

Y: Tingkat Pendapatan (rupiah/th)

JP: Jumlah penduduk (jiwa)

(Futong, 2002).

2. Estimasi Fungsi Permintaan

Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan

adalah model regresi non linear berganda dengan model perpangkatan

atau eksponensial. Bentuk fungsinya dituliskan sebagai berikut:

Qd = b0. X1b1. X2

b2. X3b3 . X4

b4. X5b5

Fungsi tersebut berbentuk non linier sehingga agar dapat diestimasi

harus ditransformasikan terlebih dahulu ke dalam bentuk double

logaritmik linier, sehingga bentuknya menjadi sebagai berikut:

ln Qd = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3+ b4 ln X4 + b5 ln X5

Keterangan :

Qd = permintaan suatu barang (kg/th)

X1 = harga barang tersebut (Rp/th)

X2 = harga barang subtitusi (Rp/th)

X3 = harga barang komplementer (Rp/th)

X4 = tingkat pendapatan (rupiah/th)

Page 40: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

X5 = jumlah penduduk (jiwa)

b0 = konstanta

b1-b4 = koefisien masing-masing variabel

(Sumodiningrat, 1994).

Estimasi terhadap fungsi permintaan menggunakan metode kuadrat

terkecil yang biasa (Ordinary Least Square/OLS). Metode ini akan

dihasilkan pemerkira yang terbaik, linear, dan memiliki varians yang

minimum dalam kelas sebuah pemerkira tanpa bias (Best Linear

Unbiased Estimator/BLUE) (Supranto, 1984).

Nachrowi (2005), menjelaskan tentang keistimewaan model log-

log dalam aplikasinya adalah slope β2 dalam model ln Y = ln β1 + β2 ln X

menyatakan ukuran elastisitas Y terhadap X, yaitu ukuran persentase

perubahan dalam Y bila diketahui perubahan persentase X. dengan

perkataan lain, bila Y menyatakan kuantitas yang diminta dan X

menyatakan harga komoditas per unit, maka β2 menyatakan elastisitas

harga dari permintaan. Hal lain yang dapat diperhatikan dalam model ini

adalah koefisien elastisitas antara Y dan X selalu konstan. Artinya bila

lnX berubah 1 unit, perubahan lnY akan selalu sama meskipun elastisitas

tersebut diukur pada lnX yang mana saja. Oleh karena itu, model ini

disebut juga model elastisitas konstan. Selain itu β1 dan β2 juga bisa

diinterpretasikan dengan mengembalikan model ke bentuk semula. Jadi

β1 dan β2 diinterpretasikan melalui e β1dan e β2. Model tersebut juga

menunjukkan bahwa bila harga komoditas mahal sekali, maka

permintaan akan minimal yaitu e β1, dan bila harganya murah sekali maka

permintaan maksimal.

Gambar 7, harga tidak akan pernah mencapai nol. Maka dapat

dikatakan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam regresi linier dapat

teratasi dengan fungsi dibawah ini:

Page 41: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Q

e β1 Harga

Gambar 7. Fungsi Permintaan dan Harga

(Nachrowi ,2005).

Page 42: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Kerangka berpikir Analisis Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali

dapat dilihat pada gambar 8 berikut :

Barang Mewah/Normal/

Inferior

Elastisitas/ Inelastis

Elastisitas Harga Sendiri

Analisis Permintaan Kentang Di Kabupaten Boyolali

Gambar 8. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali

Elastisitas Harga Silang

Elastisitas Pendapatan

Subsitusi/ Komplementer

Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali

Faktor Ekonomi Faktor Non Ekonomi

Pendapatan Harga Barang

Faktor Sosial

Jumlah penduduk

Harga Barang Lain

Harga Barang Sendiri

Page 43: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

D. Hipotesis

1. Diduga bahwa harga kentang, harga wortel, harga beras, jumlah

penduduk dan pendapatan perkapita di Kabupaten Boyolali berpengaruh

terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali.

2. Diduga kentang termasuk barang normal dan permintaan kentang bersifat

inelastis.

3. Diduga wortel sebagai barang subsitusi dari kentang.

4. Diduga beras sebagai barang komplementer dari kentang.

E. Pembatasan Masalah

1. Data yang digunakan adalah data time series yaitu berupa data tahunan

permintaan kentang, harga kentang, harga beras, harga wortel, jumlah

penduduk, dan pendapatan perkapita selama 17 tahun dari tahun 1993

sampai dengan tahun 2009.

2. Data kentang pada penelitian, semua merupakan data kentang sayur,

karena data dari BPS dan Disperindagsar Kabupaten Boyolali tidak

diperoleh data tentang komoditi kentang untuk industri makanan.

F. Asumsi-asumsi

1. Variabel-variabel lain yang tidak diamati dianggap tidak berpengaruh.

2. Jenis kentang tidak dibedakan atau dianggap sama.

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Permintaan kentang adalah jumlah kentang yang dikonsumsi oleh

penduduk di Kabupaten Boyolali, dinyatakan dalam satuan kg/tahun.

2. Jumlah penduduk adalah semua penduduk yang tinggal di Kabupaten

Boyolali per tahunnya, dinyatakan dalam satuan jiwa.

3. Harga kentang adalah harga rata-rata kentang ditingkat konsumen rumah

tangga dan industri pada setiap tahunnya yang berlaku di Kabupaten

Boyolali, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.

4. Harga wortel adalah harga rata-rata wortel ditingkat konsumen rumah

tangga dan industri pada setiap tahunnya yang berlaku di Kabupaten

Boyolali, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.

Page 44: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

5. Harga beras adalah harga rata-rata beras ditingkat konsumen rumah

tangga dan industri pada setiap tahunnya yang berlaku di Kabupaten

Boyolali, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.

6. Indeks harga konsumen adalah angka yang menunjukkan besarnya

perubahan rata-rata dari harga-harga kelompok atau sekumpulan barang

dari satu waktu ke waktu lainnya.

7. Harga sebelum terdeflasi adalah besarnya harga pada tahun yang

bersangkutan.

8. Harga terdeflasi adalah besarnya perubahan harga-harga yang berlaku

jika dibandingkan dengan tahun dasar.

Untuk menghilangkan pengaruh inflasi pada harga, harga dideflasi

dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar (2002 = 100). Harga

terdeflasi dapat dicari dengan rumus berikut ini :

Hx = HtIHKtIHKd

´

Keterangan :

Hx = Harga yang terdeflasi

IHKd = Indeks Harga Konsumen tahun dasar

IHKt = Indeks Harga Konsumen tahun t

Ht = Harga sebelum terdeflasi

Tahun dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah tahun 2002,

dengan pertimbangan pada tahun tersebut kondisi perekonomian

Indonesia dalam keadaan relatif stabil.

9. Pendapatan perkapita yang dimaksud adalah rata-rata pendapatan riil

perkapita penduduk Kabupaten Boyolali per tahun yang dinyatakan

dalam rupiah. Pendapatan riil perkapita didapatkan dengan melakukan

pendeflasian terhadap PDRB perkapita tahun yang bersangkutan dengan

indeks implisit tahun dasar (2002 = 100). Tahun dasar yang digunakan

pada penelitian ini adalah tahun 2002, dengan pertimbangan pada tahun

tersebut kondisi perekonomian Indonesia dalam keadaan relatif stabil.

Pendapatan riil penduduk dihitung dengan rumus :

Page 45: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Yt = abtYIHtIRd

´

Keterangan:

Yt = pendapatan penduduk tahun t

IRd = Indeks Implisit PDRB tahun dasar

IHt = Indeks Implisit PDRB tahun t

Yabt = PDRB perkapita sebelum terdeflasi

Page 46: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitis yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-

masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah-masalah yang

aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian

dianalisis (Surakhmad, 1998).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Boyolali. Kabupaten

Boyolali memiliki tingkat konsumsi kentang yang berfluktuatif (Tabel 2).

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

time series (dari waktu ke waktu). Data sekunder adalah data yang diperoleh

dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain,

biasanya dalam bentuk publikasi (Supranto, 1984). Data sekunder yang

digunakan dalam bentuk data tahunan berupa data permintaan kentang, harga

kentang, harga beras, harga wortel, jumlah penduduk, dan pendapatan

perkapita selama 17 tahun, yaitu dari 1993 sampai dengan tahun 2009.

Sumber data dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari Dinas

Pertanian Kabupaten Boyolali, Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Pengelolaan Pasar Kabupaten Boyolali, Badan Pusat Statistik Kabupaten

Boyolali, Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura,

Departemen Pertanian, Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali, serta

instansi terkait lainnya.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode regresi linear berganda dengan penaksir kuadrat terkecil atau OLS

(Ordinary Least Square). Penaksir kuadrat terkecil atau OLS yaitu proses

matematis untuk menentukan intersep dan slope garis yang paling tepat yang

32

Page 47: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

menghasilkan jumlah kuadrat deviasi atau simpangan yang minimum.

Penaksir kuadrat terkecil dalam kelas penaksir linear tak bias, mempunyai

varians minimum yaitu penaksir (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE)

(Gujarati, 1991).

Hubungan antara permintaan kentang dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya ditunjukkan dalam satu bentuk fungsi permintaan sebagai

berikut:

Qd = f (X1, X2, X3 , Y, JP)

Keterangan:

Qd: Permintaan kentang di Kabupaten Boyolali (kg/th)

X1 : Harga kentang di Kabupaten Boyolali (Rp/th)

X2 : Harga wortel di Kabupaten Boyolali (Rp/th)

X3 : Harga beras di Kabupaten Boyolali (Rp/th)

Y : Pendapatan perkapita di Kabupaten Boyolali (rupiah/th)

JP : Jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali (jiwa)

Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan adalah

model regresi non linear berganda dengan model perpangkatan atau

eksponensial. Bentuk fungsinya dituliskan sebagai berikut:

Qd = b0. X1b1. X2

b2. X3b3 . X4

b4. X5b5

Fungsi tersebut berbentuk non linier, agar dapat diestimasi harus

ditransformasikan terlebih dahulu ke dalam bentuk double logaritmik linier,

sehingga bentuknya menjadi sebagai berikut:

ln Qd = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3+ b4 ln X4 + b5 ln X5

Keterangan :

Qd = Permintaan kentang di Kabupaten Boyolali (kg/th)

X1 = Harga kentang di Kabupaten Boyolali (Rp/th)

X2 = Harga wortel di Kabupaten Boyolali (Rp/th)

X3 = Harga beras di Kabupaten Boyolali (Rp/th)

X4 = Pendapatan perkapita di Kabupaten Boyolali (rupiah/th)

X5 = Jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali (jiwa)

b0 = konstanta

Page 48: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

b1-b5 = koefisien regresi masing-masing variabel

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui

besarnya proporsi pengaruh faktor-faktor yang berupa harga kentang,

harga wortel, harga beras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk

terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali.

R2 = 洈úú飘úú

Keterangan :

R2 : Koefisien determinasi

N : Jumlah observasi (jumlah data)

k : Jumlah variabel bebas

Nilai R2 mempunyai range antara 0 sampai 1. Semakin nilai R2

mendekati 1, maka model yang digunakan semakin baik. Bila nilai R2

semakin mendekati 1 maka semakin besar pengaruh variabel bebas

terhadap variabel tidak bebas dan semakin mendekati 0 maka variabel

bebas secara keseluruhan semakin kurang dapat menjelaskan variabel

tidak bebas.

2. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah harga kentang, harga

wortel, harga beras, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk yang

digunakan secara bersama-sama atau secara simultan berpengaruh nyata

terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali dilakukan uji F pada

tingkat signifikasi (a:1%, a:5%, a:10%) dengan rumus sebagai berikut:

)/(

)1/(

kNTSS

kESSF

-

-=

Keterangan :

ESS = Explained Sum of Square

= Jumlah kuadrat yang bisa dijelaskan atau variasi yang bisa

dijelaskan

Page 49: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

TSS = Total Sum of Square

= Jumlah kuadrat total

k = Jumlah variabel

N = Jumlah sampel

Hipotesisnya dirumuskan :

Ho : Koefisien regresi inelastis

Ha : Koefisien regresi elastis

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0 (paling sedikit ada satu bi ≠ 0)

Kriteria pengambilan keputusan :

1) Jika Fhitung > Ftabel : Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti faktor-

faktor yang berupa harga kentang, harga wortel, harga beras,

pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten

Boyolali.

2) Jika Fhitung < Ftabel : Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti faktor

faktor yang berupa harga kentang, harga wortel, harga beras,

pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk secara bersama-sama

tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten

Boyolali.

3) Dalam penelitian ini, pengambilan keputusan berdasarkan tingkat

signifikasi, jika tingkat signifikasi < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha

diterima faktor-faktor yang berupa harga kentang, harga wortel,

harga beras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di

Kabupaten Boyolali.

4) Jika tingkat signifikasi > 0,05 berarti Ho diterima dan Ha ditolak,

maka faktor faktor yang berupa harga kentang, harga wortel, harga

beras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk secara bersama-

sama tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di

Kabupaten Boyolali.

Page 50: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel bebas yang digunakan terhadap variabel tidak bebas pada tingkat

signifikasi (a:1%, a:5%, a:10%) dengan rumus sebagai berikut:

)(biSe

bithitung =

Keterangan :

bi = koefisien regresi ke-i

Se (bi) = standard error koefisien regresi ke-i

Hipotesisnya dirumuskan :

Ho = bi = 0

Ha = bi ≠ 0

Kriteria pengambilan keputusan:

a) Jika thitung > ttabel : maka Ho ditolak, Ha diterima, yang berarti

variabel bebas (Xi) secara individu berpengaruh nyata terhadap

permintaan kentang di Kabupaten Boyolali (Y).

b) Jika thitung ≤ ttabel : maka Ho diterima, Ha ditolak, yang berarti

variabel bebas (Xi) secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap

permintaan kentang di Kabupaten Boyolali (Y).

c) Dalam penelitian ini, pengambilan keputusan berdasarkan nilai

signifikasi. Jika tingkat signifikasi < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha

diterima faktor-faktor yang berupa harga kentang, harga wortel,

harga beras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di

Kabupaten Boyolali.

d) Jika tingkat signifikasi > 0,05 berarti Ho diterima dan Ha ditolak,

maka faktor faktor yang berupa harga kentang, harga wortel, harga

beras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk secara bersama-

sama tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di

Kabupaten Boyolali.

Page 51: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

4. Pengujian Model

Adapun model dikatakan BLUE bila memenuhi persyaratan

berikut:

a. Non Multikolinearitas (tidak terjadi hubungan yang sangat kuat atau

bahkan sempurna pada variabel independent).

Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana terdapatnya

hubungan yang linier atau mendekati linier diantara variabel-variabel

penjelas. Terjadi atau tidaknya multikolinieritas dapat dideteksi

dengan melihat nilai dari matrik Pearson Correlation (PC). Dari hasil

analisis jika nilai PC lebih kecil dari 0,9 hal ini berarti bahwa antar

variabel bebas tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2001).

b. Tidak terjadi kasus Heteroskedastisitas

Uji Heterokesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi mempunyai varians (variance) yang tidak sama untuk

semua pengamatan. Uji ini dilakukan dengan scatterplot antara nilai

prediksi variabel dependent yaitu ZPRED (sumbu X) dengan

residualnya SRESID (sumbu Y). Apabila tidak terdapat pola yang

jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada

sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Nisfiannoor, 2009).

c. Tidak terjadi kasus Autokorelasi

Menurut Sulaiman (2002), uji autokorelasi digunakan untuk

mengetahui apakah terdapat korelasi antara anggota serangkaian

observasi yang diurutkan menurut waktu (time series). Pengujian

autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson dengan

kriteria sebagai berikut:

1) 1,65 < DW < 2,35 yang artinya tidak terjadi autokorelasi

2) 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 yang artinya tidak dapat

disimpulkan (inconclusion)

3) DW < 1,21 atau DW > 2,79 yang artinya terjadi autokorelasi

Page 52: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

5. Uji Standar Koefisien Regresi (beta coefficient)

Uji Standar Koefisien Regresi digunakan untuk mengetahui

variabel bebas yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap jumlah

permintaan kentang di Kabupaten Boyolali dapat dilihat dari besarnya

nilai standar koefisien regresi parsial yang dirumuskan:

iy

biBidd

´=

Keterangan:

Bi : standar koefisien regresi variabel bebas ke-i

bi : koefisien regresi variabel bebas ke-i

δi : standar deviasi variabel bebas ke-i

δy : standar deviasi variabel tak bebas

Variabel bebas yang mempunyai nilai standar koefisien regresi

yang paling besar merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap

permintaan kentang di Kabupaten Boyolali.

6. Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan digunakan untuk mencari tingkat kepekaan

variabel terhadap permintaan kentang dilakukan dengan cara menghitung

elastisitas harga, elastisitas pendapatan dan elastisitas silangnya.

Besarnya nilai elastisitas tersebut dapat ditunjukkan langsung oleh nilai

koefisien regresi variabel penduganya.

Pengukuran angka elastisitas ini dapat dilakukan dengan 3 macam

analisis elastisitas, yaitu :

a. Elastisitas Harga (E h)

Jika E h < -1 maka permintaan kentang bersifat elastis.

E h = -1 maka permintaan kentang bersifat unit elastis.

E h > -1 maka permintaan kentang bersifat inelastis.

b. Elastisitas Silang (E Q,S )

Jika E,S nilainya positif maka wortel dan beras adalah barang

substitusi.

Page 53: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

E,S nilainya negatif maka wortel dan beras adalah barang

komplementer.

c. Elastisitas Pendapatan (E Q,P)

Jika E,P nilainya negatif maka kentang adalah barang inferior.

E,P nilainya positif maka kentang adalah barang normal.

E,P < 1 maka kentang adalah barang kebutuhan pokok.

E P > 1 maka kentang adalah barang mewah.

Page 54: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

DAFTAR PUSTAKA

Agung, T, S. 2010. Analisis Penawaran dan Permintaan Tembakau (Nicotiana sp.) di Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol.7 No.1 September 2010. Universitas Sebelas Maret Boyolali.

Arsyad, L. 1995. Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta. . 2008. Ekonomi Manajerial. BPFE UGM. Yogyakarta.

Ashari, S. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.

Boediono. 2005. Teori Ekonomi Mikro Seri Sinopsis. BPEE. Yogyakarta.

BPS. 2007. Data Konsumsi Perkapita Pertahun Kentang Nasional Tahun

2004-2006. Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura,

Departemen Pertanian. http://www.bps.go.id. Diakses tanggal 13

Februari 2011.

____. 2008. Boyolali dalam Angka 2008. BPS Kabupaten Boyolali. Boyolali.

____. 2009. Boyolali dalam Angka 2009. BPS Kabupaten Boyolali. Boyolali.

Direktorat Perbenihan. 2003. Vademikum Perbenihan Sayuran. Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura.

Disperindagsar. 2011. Laporan Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok, Barang Penting dan barang umum Lainnya. Disperindagsar Kabupaten Boyolali. Boyolali.

Futong, I. 2002. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi Dua. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Gujarati, D. 1991. Ekonometrika Dasar. (Econometrika, penerjemah: Sumarno Zain). Erlangga. Jakarta.

Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hendriani, S, R. 2005. Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Karawang. Skripsi Mahasiswa S1 Fakultas Pertanian UNS Boyolali.

Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali. 2011. Proyeksi Konsumsi Pangan Penduduk Kabupaten Boyolali Tahun 2011. Laporan Survey Konsumsi Pangan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali. Boyolali.

Lipsey, R, Steider. P. 1991. Pengantar Ekonomi Mikro (Economics, penerjemah: Jaka Wasana). Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.

McEachern, W. 2000. Ekonomi Makro (Macro Economics, penerjemah: Sigit Triandu). Salemba Empat. Jakarta

Page 55: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Nachrowi et all. 2005. Penguasaan Teknik Ekonometri. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nicholson, W. 1992. Mikroekonomi Intermediate dan Penerapannya (Micro Economics, penerjemah: Danny Hutabarat). Erlangga. Jakarta.

Nisfiannoor, Muhammad. 2009. Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial. Salemba Humanika. Jakarta.

Richard, A. 1992. Ekonomi Mikro. Rineka Cipta. Jakarta.

Setiyadi dan Surya F, N. 1998. Kentang: Varietas dan Pembudidayaannya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudarsono. 1991. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Yogyakarta.

Sukirno, S. 2005. Teori Pengantar Mikro Ekonomi Edisi Ketiga. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sulaiman, W. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS 10. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sumodiningrat, G. 1994. Pengantar Ekonometrika. BPFE. Yogyakarta.

Supranto. 1984. Metode Ramalan Kuantitatif Untuk Perencanaan. Edisi Kedua. Gramedia. Jakarta.

Surakhmad, W. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah-Ilmiah Dasar. Penerbit Tarsito. Bandung.

Wiwin, E. 2006. Analisis Permintaan Beras di Kabupaten Pati. Skripsi Mahasiswa S1 Fakultas Pertanian UNS Boyolali.

Page 56: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Lokasi Daerah Penelitian

Kabupaten Boyolali terletak antara lintang 110o22’-110o50’ Bujur

Timur (BT) dan 7o7’-7o36’ Lintang Selatan (LS). Kabupaten Boyolali

memiliki ketinggian tempat yang beragam, antara 75-1500 meter di atas

permukaan laut dengan luas wilayah 101.510,1955 Ha. Jarak bentang

Kabupaten Boyolali dari barat ke timur adalah 48 km dan dari utara ke

selatan adalah 54 km. Batas-batas wilayah Kabupaten Boyolali meliputi :

Sebelah Utara : Kab. Grobogan dan Kab. Semarang

Sebelah Timur : Kab. Karanganyar, Kab. Sukoharjo, dan Kab. Sragen

Sebelah Selatan : Kab. Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta

Sebelah Barat : Kab. Magelang dan Kab. Semarang

Kabupaten Boyolali terdiri dari 19 kecamatan. Kecamatan Selo,

Ampel, Cepogo, dan Musuk terletak di dataran tinggi. Sedangkan

Kecamatan Boyolali, Mojosongo, Teras, Sawit, Banyodono, Sambi,

Ngemplak, Nogosari, Simo, Karanggede, Klego, Andong, Kemusu,

Wonosegoro, dan Juwangi terletak di dataran rendah. Perbedaan

ketinggian tempat tersebut berpotensi menghasilkan beragam hasil

pertanian.

2. Topografi

Kabupaten Boyolali memiliki ketinggian tanah yang beragam,

meliputi daerah dataran dan daerah pegunungan. Daerah dataran meliputi

Kecamatan Mojosongo, Teras, Sawit, Banyudono, Sambi, Ngemplak,

Simo, Nogosari, Karanggede, Andong, Klego, Kemusu, Wonosegoro,

Juwangi, dan Kecamatan Boyolali. Sedangkan daerah pegunungan

meliputi Kecamatan Musuk, Ampel, Cepogo, Selo.

Wilayah dataran cocok digunakan untuk budidaya tanaman pangan,

seperti padi, jagung, kedelai, dan kacang-kacangan. Daerah dengan

40

Page 57: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

topografi bergelombang atau pegunungan lebih cocok sebagai areal

tegalan yang tanaman utamanya adalah sayur-sayuran termasuk kentang.

3. Jenis Tanah

Jenis tanah mempunyai pengaruh terhadap kesuburan tanah. Secara

umum jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Selo yang merupakan

sentra kentang di Kabupaten Boyolali yaitu tanah litosol cokelat, tanah

litosol dan regosol, tanah regosol, tanah andosol cokelat, serta tanah

kompleks andosol kelabu tua dan litosol. Tanaman kentang lebih

menyukai tanah yang banyak mengandung humus (banyak mengandung

bahan organik), subur, gembur, serta berdrainase dan airase baik. Jenis

tanah yang paling baik adalah tanah andosol. Jenis tanah demikian pada

umumnya terdapat di daerah dataran tinggi (pegunungan). Jenis tanah di

daerah sentra kentang di Kabupaten Boyolali berasal dari bahan induk

pasir/tuf yang memiliki tingkat kesuburan yang berbeda-beda dan

memiliki drainase yang cukup hingga baik. Berdasarkan teori di atas,

dapat diketahui bahwa daerah sentra kentang di Kabupaten Boyolali

memiliki syarat yang baik untuk membudidayakan tanaman kentang.

4. Iklim

Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang

dinamik dan sulit dikendalikan. Iklim atau cuaca sering menjadi faktor

pembatas bagi produksi pertanian, sehingga iklim merupakan faktor yang

penting dalam pengelolaan usahatani. Keadaan iklim di suatu wilayah

dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, suhu, ketinggian tempat, sinar

matahari, angin dan musim.

Tanaman kentang membutuhkan lingkungan tumbuh yang suhu

udaranya dingin dan lembab. Untuk pertumbuhan dan produksi umbi yang

optimal membutuhkan suhu udara antara 15,5o-21,1o C.

Kabupaten Boyolali termasuk daerah tropis dan bertemperatur

sedang. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Boyolali sebesar 2.063 mm

per tahun dan mempunyai hari hujan dengan rata-rata di bawah 102 hari

Page 58: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

per tahun. Kondisi iklim seperti ini cocok untuk membudidayakan

sayuran, terutama sayuran dataran tinggi seperti kentang, wortel, kubis.

5. Keadaan Lahan dan Tataguna Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Boyolali dibagi menjadi dua yaitu

lahan sawah dan lahan kering. Lahan sawah terdiri dari irigasi teknis,

irigasi ½ teknis, irigasi sederhana, dan tadah hujan. Sedangkan lahan

kering terdiri dari pekarangan/ bangunan, tegalan/ kebun, padang gembala,

tambak/ kolam, hutan negara, dan lainnya. Tata guna lahan di Kabupaten

Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Tata Guna Lahan di Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009

Penggunaan Lahan Luas (ha)

2005 2006 2007 2008 2009 Lahan Sawah Irigasi Teknis Irigasi ½ Teknis Irigasi Sederhana Tadah Hujan

22.947 4.935 4.876 2.646

10.489

22.939 5.145 4.959 2.613

10.221

22.876 5.119 4.954 2.627

10.174

22.870 5.149 4.919 2.627

10.174

22.859 5145 4913 2627

10.173 Lahan Kering Pekarangan/Bangunan Tegalan/Kebun Padang Gembala Tambak/Kolam Hutan Negara Lain-lain

78.563 25.029 30.616

983 805

14.633 6.496

78.574 25.062 30.690

983 806

14.835 6.294

78.637 25.180 30.700

983 820

14.835 6.115

78.641 25.190 30.681

983 821

14.835 6.129

78.654 25.193 30.667

983 821

14.835 6.151

Jumlah 101.513

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2011

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa di Kabupaten Boyolali

luas lahan sawah lebih kecil daripada lahan kering. Luas lahan sawah pada

tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan ini

disebabkan karena bertambahnya pemukiman akibat dari bertambahnya

penduduk di Kabupaten Boyolali. Luas lahan kering pada tahun 2005

sampai dengan tahun 2009 mengalami peningkatan karena adanya

peningkatan jumlah penduduk dan pada tahun 2006 luas lahan

tegalan/kebun mengalami peningkatan yaitu sebesar 74 hektar, ini

Page 59: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

disebabkan karena beralihnya lahan sawah menjadi lahan kebun yang

digunakan untuk mengganti atau memperluas lahan tegalan/kebun yang

digunakan untuk mengusahakan tanaman selain padi.

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, jumlah

kematian, dan migrasi yang terjadi di daerah tersebut. Pertumbuhan

penduduk Kabupaten Boyolali selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Perkembangan Penduduk Kabupaten Boyolali Tahun 2005 – 2009

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

Pertumbuhan Penduduk

(jiwa)

Persentase Pertumbuhan

(%) 2005 2006 2007 2008 2009

941.147 944.181

947.026 949.594 951.717

3.319 2.060 3.034 2.845 2.568

0,22 0,32 0,30 0,27 0,22

Rata-rata 946.733 2.765 0,27

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2011

Tabel 6 menyatakan bahwa rata-rata jumlah penduduk Kabupaten

Boyolali tahun 2005 – 2009 adalah sebesar 946.733 jiwa. Rata-rata laju

pertumbuhan penduduk Kabupaten Boyolali dari tahun 2005 sampai

dengan tahun 2009 menunjukkan peningkatan sebesar 0,27%. Peningkatan

penduduk tersebut juga akan berpengaruh terhadap peningkatan

kebutuhan-kebutuhan hidup, khususnya kebutuhan pangan.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut kelompok umur merupakan suatu

bentuk penggolongan penduduk berdasarkan umur sehingga dapat

diketahui jumlah penduduk usia belum produktif, jumlah penduduk usia

produktif, dan jumlah penduduk usia tidak produktif. Berdasarkan umur

penduduk dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu usia belum

Page 60: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun), dan usia tidak

produktif (> 65 tahun). Jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali pada

tahun 2009 adalah sebesar 951.717 jiwa yang terdiri dari laki-laki 466.481

jiwa dan perempuan 485.236 jiwa. Jumlah penduduk di Kabupaten

Boyolali berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Penduduk di Kabupaten Boyolali Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2009

Kelompok Umur (th) Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan 0-14 124.226 113.060 237.286 15-64 311.277 329.468 640.745 > 65 30.978 42.708 73.686 Angka Beban Tanggungan 48,53

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2011

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di

Kabupaten Boyolali menurut kelompok umur, yang paling banyak adalah

penduduk dengan kelompok umur produktif atau penduduk yang berusia

antara 15-64 tahun. Kelompok umur produktif dapat memberikan

gambaran akan kebutuhan pangan yang tinggi karena pada usia-usia

produktif umumnya banyak melakukan kegiatan-kegiatan sehingga

diperlukan adanya tenaga untuk menunjang aktivitas yang dapat diperoleh

dari berbagai bahan pangan. Oleh karena itu, dengan banyaknya penduduk

usia produktif maka akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan

akan pangan.

Dari Tabel 7 juga dapat dihitung Angka Beban Tanggungan (ABT) di

Kabupaten Boyolali. Angka Beban tanggungan (ABT) adalah rasio antara

jumlah penduduk usia non produktif dengan jumlah penduduk usia

produktif. Hasil perhitungan menunjukkan Angka Beban Tanggungan di

Kabupaten Boyolali sebesar 48,53% (Lampiran 5). Artinya setiap 100

orang usia produktif menanggung 49 orang usia tidak produktif (penduduk

yang berusia 0-14 tahun dan penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun).

Page 61: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

3. Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian digunakan untuk

mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan

melihat mata pencahariaannya yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Komposisi penduduk di Kabupaten Boyolali menurut mata

pencahariannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Komposisi Penduduk Usia 10 Tahun Keatas menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Boyolali Tahun 2008

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Pertanian tanaman pangan Perkebunan Perikanan Peternakan Pertanian lainnya Industri pengolahan Perdagangan Jasa Angkutan Lainnya

243.264 16.733 1.262

51.172 25.126 43.455 51.366 54.015 7.128

307.284

30,38 2,09 0,16 6,39 3,14 5,43 6,41 6,74 0,89

38,37

Total 800.805 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Boyolali, 2011

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa penduduk di Kabupaten

Boyolali sebagian besar bekerja di sektor lainnya, ditunjukkan dengan

jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini sebesar 307.284 jiwa atau

sebesar 38,37% dari total penduduk yang telah bekerja. Sektor ini meliputi

mata pencaharian sebagai guru, PNS, dan TNI/Polri. Sedangkan penduduk

yang bekerja di sektor pertanian, sebagian besar bekerja di subsektor

pertanian tanaman pangan yaitu sebesar 243.264 jiwa atau 30,38% dari

total penduduk. Total penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebanyak

337.557 jiwa atau sebesar 42,16%, yang meliputi bekerja di subsektor

pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan

pertanian lainnya.

Page 62: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat digunakan

untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia di suatu wilayah tersebut.

Tingkat pendidikan penduduk akan mempengaruhi kemampuan penduduk

dalam menerima teknologi baru dan mengembangkan usaha di daerahnya.

Tingkat pendidikan di suatu daerah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran

akan pentingnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi serta

ketersediaan sarana pendidikan yang ada. Keadaan penduduk menurut

tingkat pendidikan di Kabupaten Boyolali dan dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Boyolali Tahun 2008

No Pendidikan Jumlah % 1. Tidak/Blm Tamat SD 271.515 30,90 2. Tamat SD 303.758 34,58 3. Tamat SLTP 118.825 13,52 4. Tamat SLTA 3.054 0,35 5. Tamat Akademi/D3 10.814 1,23 6. Tamat PT/D4 12.515 1,42 Jumlah 878.605 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2011

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa penduduk di Kabupaten

Boyolali paling banyak adalah tamatan SD yaitu sebanyak 303.758 orang

atau 34,58% dan yang paling sedikit adalah tamatan SLTA yaitu sebesar

3.054 orang atau sebanyak 0,35%. Sedangkan jumlah penduduk di

Kabupaten Boyolali yang tidak atau belum tamat SD sebesar 271.515 jiwa

atau sebesar 30,90%. Besarnya jumlah penduduk yang tidak atau belum

tamat SD dikarenakan pada saat sensus penduduk banyak terdapat anak-

anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) atau masih

bersekolah di taman kanak-kanak (TK) dan juga penduduk yang sudah

lanjut usia dimana mereka tidak mendapat kesempatan untuk menempuh

pendidikan formal.

Adapun jumlah penduduk yang berhasil menyelesaikan tingkat

pendidikannya hingga tingkat perguruan tinggi atau D4 sebanyak 12.515

Page 63: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

orang atau sebesar 1,42%. Sedikitnya jumlah penduduk yang

menyelesaikan tingkat pendidikannya hingga jenjang perguruan tinggi

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Kabupaten Boyolali belum

manjadi sesuatu yang penting untuk ditempuh.

C. Keadaan Perekonomian

Keadaan perekonomian di Kabupaten Boyolali dapat dilihat dari

ketersediaan sarana perekonomian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sarana tersebut digunakan untuk menyalurkan produksi pertanian terutama

kentang dari produsen ke konsumen. Guna menunjang laju perekonomiannya

tersebut maka di Kabupaten Boyolali mempunyai beberapa sarana

perekonomian seperti pasar, toko/kios, dan koperasi.

Tabel 10. Sarana Perekonomian di Kabupaten Boyolali Tahun 2008

No Jenis Sarana Perekonomian Jumlah (unit) 1 Koperasi 967 2 Bank BRI 25 3 Pasar 44

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2011

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang

terdapat di Kabupaten Boyolali sudah memadai. Ini ditunjukkan dengan

jumlah koperasi di Kabupaten Boyolali sebanyak 967 unit. Koperasi ini

meliputi KUD, Non KUD, koperasi industri, koperasi peternakan/pertanian,

koperasi jasa, koperasi fungsional dan koperasi simpan pinjam.

Sarana perekonomian yang lainnya adalah lembaga keuangan berupa

bank yaitu BRI, jumlah bank BRI di Kabupaten Boyolali sebanyak 25 unit.

BRI merupakan bank yang paling banyak terdapat di Kabupaten Boyolali

daripada bank yang lainnya karena BRI mempunyai banyak unit sampai di

tingkat kecamatan.

Kabupaten Boyolali memiliki 44 unit pasar yang terdiri dari 39 unit pasar

umum/desa dan 5 unit pasar hewan. Adanya 39 unit pasar umum ini

menjadikan penyaluran kentang dari konsumen kepada produsen menjadi

lebih mudah. Hal ini dikarenakan pasar menjadi tempat bertemunya produsen

dan konsumen kentang. Kentang dari produsen biasanya dibeli oleh tengkulak.

Page 64: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Kemudian tengkulak membawa kentang tersebut ke Pasar Cepogo untuk

dijual. Pasar Cepogo merupakan pasar induk untuk berbagai komoditas

sayuran. Kemudian pedagang-pedagang sayuran melakukan pembelian

kentang di pasar tersebut untuk dijual kembali ke pasar-pasar umum di

Kabupaten Boyolali.

Selain sarana perekonomian, terdapat juga sarana perhubungan sebagai

penunjang dalam kegiatan perekonomian. Berikut ini tabel yang menunjukan

jumlah sarana perhubungan di Kabupaten Boyolali pada tahun 2008.

Tabel 11. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kabupaten Boyolali Tahun 2008

No Jenis Sarana Perhubungan Jumlah (unit) 1 Mobil Pribadi 4.391 2 Bus 292 3 Truk 793 4 Colt 2.087 5 Sepeda Motor 52.895

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2011

Banyaknya sarana perhubungan yang terdapat di Kabupaten Boyolali

membuat masyarakat tidak akan mengalami kesulitan dalam melakukan

mobilitas untuk melakukan kegiatan perekonomian. Dalam kegiatan

penawaran kentang, sarana perhubungan mempunyai peranan penting dalam

melakukan pemasaran, dimana dengan adanya sifat kentang yang cepat

mengalami penurunan mutu atau busuk maka membutuhkan pengangkutan yang

seefektif dan seefisien mungkin sehingga kentang masih dalam keadan segar

ketika sampai kepada konsumen. Adanya mobilitas yang baik maka akan

semakin menambah jumlah konsumen yang berada di luar kota untuk

membeli.

Page 65: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Tabel 12. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Boyolali Tahun 2008

No Jenis Sarana Perhubungan Jalan Kabupaten (Km) 1 Jenis Permukaan a. Aspal 531,0020 b. Kerikil 0,2600 c. Tanah 1,6700 2 Kondisi Jalan a. Baik 220,6450 b. Sedang 98,1700 c. Rusak 82,3850 d.Rusak berat 131,7330

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2011

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa dari jenis permukaan jalan,

sebagian besar jalan di Kabupaten Boyolali sudah berupa aspal, begitu pula

dengan kondisi jalan yang sebagian besar sudah dapat dikatakan baik,

walaupun juga ada kondisi jalan yang rusak berat. Kondisi jalan yang baik dan

lancar akan semakin memudahkan dalam melakukan pemasaran kentang ke

luar kota sehingga resiko penurunan mutu kentang dapat diperkecil.

D. Keadaan Pertanian

Sektor pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih mampu

memberikan sumbangan terbesar dari sembilan sektor perekonomian yang

lainnya pada perekonomian wilayah Kabupaten Boyolali. Pendapatan sektor

pertanian tersebut sangat tergantung dari jumlah produksi yang dihasilkan.

Hasil produksi pertanian di Kabupaten Boyolali tersebar di 19 kecamatan. Ada

beberapa komoditi yang dihasilkan wilayah tertentu, ada juga yang dihasilkan

di setiap kecamatan.

Keberadaan Gunung Merapi dan Merbabu yang terletak di Kabupaten

Boyolali merupakan potensi yang mampu mendukung berkembangnya sektor

pertanian, terutama sayur-sayuran. Hal ini dikarenakan daerah pegunungan

memenuhi syarat tumbuh bagi tanaman sayur. Adapun komoditi yang menjadi

unggulan di Kabupaten Boyolali adalah kobis, wortel, cabai, bawang daun,

sawi, dan labu siam. Perkembangan produksi sayur-sayuran di Kabupaten

Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 66: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tabel 13. Perkembangan Produksi Sayur-sayuran di Kabupaten Boyolali Tahun 2004-2009

Sayuran 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Bawang Merah 41.675 29.183 27.269 30.202 37.802 22.752 Bawang Daun 35.373 85.429 69.130 74.818 64.780 76.792 Wortel Kentang

200.426 440

99.231 2970

133.492 3345

119.064 4430

119.253 11.695

83.108 3.837

Kobis 135.436 273.476 244.823 186.457 168.706 142.110 Sawi 39.648 30.964 52.022 43.466 50.234 59.419 Cabai 77.880 44.523 9.945 35.379 83.935 254.855 Tomat 9.210 8.674 13.307 10.688 12.526 17.171 Terung 3.223 3.401 2.458 4.246 5.839 5.154 Buncis 6.356 17.495 18.331 16.465 12.007 16.293 Mentimun 8.055 3.844 6.492 9.142 18.345 12.470 Labu Siam 22.641 26.125 30.850 30.762 36.214 60.470 Kangkung 12.916 18.543 23.258 35.983 25.020 15.521 Bayam 3.459 3.434 4.105 8.020 12.404 12.716

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2011

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa komoditas kentang bukan

merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Boyolali hal ini

dikarenakan hasil produksi kentang di Kabupaten Boyolali rendah sehingga

tidak dapat memberikan kontribusi bagi petani kentang. Wilayah di Kabupaten

Boyolali yang menjadi daerah penghasil kentang adalah Kecamatan Selo.

Perkembangan luas areal , produksi, dan produktivitas kentang di Kabupaten

Boyolali dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Luas Panen, Hasil Produksi, dan Produktivitas Kentang di Kabupaten Boyolali Tahun 2004-2009

Tahun Luas Panen (Ha) Hasil Produksi (Ton) Produktivitas (ton/ha) 2004 4 44 11 2005 22 297 13,5 2006 28 334,5 11,9 2007 31 44,3 1,43 2008 2009

95 35

1.169,5 3.837

12,3 109.6

Rata-rata 35,83 954,38 26,62

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2011

Berdasarkan Tabel 14 produktivitas kentang di Kabupaten Boyolali

pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 berfluktuatif, hal ini dapat

mempengaruhi jumlah konsumsi kentang, karena dikhawatirkan ketersediaan

jumlah hasil produksi kentang di Kabupaten Boyolali belum mampu

memenuhi kebutuhan konsumsi kentang, hal ini diperjelas dengan jumlah

Page 67: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

konsumsi kentang di kabupaten Boyolali berfluktuatif dapat dilihat pada

Tabel 2.

E. Gambaran Komoditi Kentang

Tanaman kentang yang merupakan tanaman semusim yang berbentuk

semak, tingginya dapat mencapai 0,3 - 1 meter, batangnya agak lunak, berbulu

dan bercabang, akarnya akar serabut. Tanaman kentang diperbanyak dengan

umbinya, atau dengan potongan umbi yang mengandung sedikitnya satu mata

tunas (buds). Umbi dipanen setelah umur 110 - 150 hari sejak tanam

(Ashari, 1995).

Kentang dapat tumbuh subur di tempat yang cukup tinggi, seperti di

daerah pegunungan dengan ketinggian sekitar 500 – 3.000 m dpl, namun

tempat ideal berkisar antara 1.000 – 1.300 m dpl. Curah hujan yang cocok

kira-kira 1.500 mm per tahun. Suhu udara yang ideal untuk kentang berkisar

antara 15 – 18 oC pada malam hari dan 24 – 30 oC pada siang hari. Tanah yang

baik untuk kentang adalah tanah yang gembur dengan sedikit mengandung

pasir (Setiyadi dan Surya, 1998).

Kabupaten Boyolali adalah daerah dataran tinggi yang mempunyai

ketinggian antara 75-1500 meter diatas permukaan laut. Kabupaten Boyolali

memiliki topografi bergelombang atau pegunungan. Daerah dengan topografi

bergelombang atau pegunungan cocok digunakan sebagai areal tanam yang

tanaman utamanya adalah sayur-sayuran, terutama kentang. Tanaman kentang

di Kabupaten boyolali ditanam di Kecamatan Selo, karena kondisi topografi

Kecamatan Selo cocok untuk ditanami kentang. Apabila produksi kentang

ditingkatkan maka konsumsi kentang Kabupaten Boyolali dapat terpenuhi

mengingat kondisi permintaan kentang yang berfluktuatif (Tabel 2) dan tidak

mendatangkan kentang dari luar daerah Kabupaten Boyolali yaitu daerah

Wonosobo dan Bandungan sehingga harga kentang akan cenderung stabil dan

dapat memberikan keuntungan bagi petani yaitu petani dapat mengembangkan

produksinya sehingga membuat petani tidak dirugikan, dan bagi konsumen

akan mendapatkan harga yang lebih terjangkau bila dibandingkan dengan

harga kentang yang didatangkan dari daerah lain diluar Kabupaten Boyolali.

Page 68: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Diharapkan nantinya Kabupaten Boyolali dapat mensuplai daerah lain

mengingat potensi lahan Kabupaten Boyolali yang cocok digunakan untuk

budidaya kentang yaitu Kecamatan Selo, Cepogo, Musuk dan Ampel yang

berada pada dataran tinggi di Kabupaten Boyolali. (BPS, Disperindagsar dan

Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali, 2011).

Page 69: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data dan hasil analisis dari masing-masing variabel yang di teliti dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali

Tingkat permintaan kentang di Kabupaten Boyolali yang dimaksud

adalah jumlah kentang yang diminta untuk dikonsumsi masyarakat

di Kabupaten Boyolali, dinyatakan dalam satuan kg/tahun. Besarnya

permintaan kentang di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Perkembangan Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali Tahun 1993 – 2009

Tahun Konsumsi Kentang (Kg/Tahun/orang)

Permintaan Kentang (Kg/Tahun)

Perkembangan

1993 1,00 878.088,33 - 1994 0,77 681.362,04 -22,40% 1995 0,85 757.972,08 11,24% 1996 0,62 559.636,57 -26,17% 1997 0,87 788.833,08 40,95% 1998 1,09 987.577,76 25,19% 1999 0,55 505.527,12 -48,81% 2000 0,73 667.801,44 32,10% 2001 0,91 837.620,83 25,43% 2002 0,77 717.162,60 -14,38% 2003 0,62 580.919,46 -19,00% 2004 0,66 618.310,84 6,44% 2005 0,96 899.674,70 45,51% 2006 0,70 659.160,18 -26,73% 2007 0,51 483.500,45 -26,65% 2008 0,65 620.214,70 28,28% 2009 0,48 453.637,00 -26,86%

Rata-rata 0,75 688.058,78 0,26%

Sumber : Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali, 2011

Tabel 15 menyatakan bahwa permintaan kentang di Kabupaten

Boyolali dari tahun 1993-2009. Adapun untuk lebih jelas tentang

perkembangan permintaan kentang di Kabupaten Boyolali tahun

1993-2009 dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut:

Page 70: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Gambar 9. Grafik Perkembangan Permintaan kentang di Kabupaten

Boyolali Tahun 1993-2009

Tabel 15 dan Gambar 9 menyatakan bahwa permintaan kentang di

Kabupaten Boyolali dari tahun 1993-2009 rata-rata adalah

688.058,78 kg/tahun. Sedangkan untuk rata-rata perkembangan permintaan

kentang pada tahun 1993-2009 di Kabupaten Boyolali sebesar

26.528,21 kg/tahun atau 0,26%. Pada tahun 2005 terjadi peningkatan

permintaan kentang yang cukup besar yaitu 0,96% atau sebesar

899.674,70 kg/tahun. Hal ini dikarenakan pada tahun 2005 kondisi

perekonomian Indonesia dalam kondisi yang cukup baik. Selain itu

perubahan kehidupan yang lebih baik membutuhkan barang-barang

konsumsi yang baru, sehingga menyebabkan permintaan akan kentang

dalam negeri mengalami peningkatan.

Peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat tentang

pentingnya kesehatan dan gizi mempengaruhi peningkatan permintaan

kentang di Kabupaten Boyolali. Hal ini dikarenakan kentang merupakan

sumber karbohidrat yang bagus untuk pemenuhan kebutuhan gizi

masyarakat dan olahan kentang sebagai sayur, lauk pauk dan sebagainya,

selain itu kentang juga merupakan makanan yang akrab dan harganya juga

terjangkau bagi semua kalangan masyarakat.

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

1,000,000

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Permintaan Kentang

Kg

Tahun

Page 71: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

2. Harga Kentang

Harga kentang dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang

dibayarkan oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram kentang.

Harga kentang yang diteliti dalam penelitian adalah kentang standar. Data

mengenai perkembangan harga kentang sebelum dan setelah dideflasi dapat

dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Perkembangan Harga Kentang di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009

Tahun Harga Sebelum

Terdeflasi Indeks Harga

Konsumen Harga Sesudah

Terdeflasi Perkembangan

(Rp/Kg) (2002 = 100) (Rp/Kg) % 1993 2.900 82 3.536,59 - 1994 3.100 59 5.254,24 48,57% 1995 3.350 74 4.527,03 -13,84% 1996 3.500 33 10.606,06 134,28% 1997 3.700 92 4.021,74 -62,08% 1998 2.300 153 1.503,27 -62,62% 1999 4.200 39 10.769,23 616,39% 2000 4.550 80 5.687,50 -47,19% 2001 4.600 130 3.538,46 -37,79% 2002 4.700 100 4.700,00 32,83% 2003 4.850 50 9.700,00 106,38% 2004 5.000 55 9.090,91 -6,28% 2005 5.150 151 3.410,60 -62,48% 2006 5.300 76 6.973,68 104,47% 2007 5.450 46 11.847,83 69,89% 2008 5.600 65 8.615,38 -27,28% 2009 5.900 21 28.095,24 226,11% Rata2 4.361,76 76,82 7.757,51 63,71%

Sumber : BPS dan Disperindagsar Kabupaten Boyolali, 2011

Tabel 16 merupakan perkembangan harga kentang di Kabupaten

Boyolali dari tahun 1993-2009. Adapun untuk lebih jelas tentang

perkembangan harga kentang di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009

dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut:

Page 72: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Gambar 10. Grafik Perkembangan Harga Kentang di Kabupaten Boyolali

Tahun 1993-2009

Harga kentang yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga

setelah terdeflasi. Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa harga

kentang setelah terdeflasi selama tahun 1993-2009 mengalami

perkembangan yang meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar

63,71% per tahun, sedangkan rata-rata harga Rp 7.757,51 per kg.

Permintaan kentang terbesar di Kabupaten Boyolali terjadi pada tahun 1998

sebesar 987.577,76 kg/tahun, hal ini disebabkan harga kentang pada tahun

1998 mengalami penurunan yaitu sebesar Rp. 1400,00 dari tahun

sebelumnya sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan

kentang di Kabupaten Boyolali. Setelah mengalami peningkatan pada

tahun 1998, pada tahun berikutnya permintaan kentang di Kabupaten

Boyolali mengalami penurunan sebesar 482.050,64 kg/tahun hal ini

disebabkan karena harga kentang mengalami kenaikan, sehingga

mempengaruhi jumlah permintaan kentang di Kabupaten Boyolali

(Tabel 3). Perkembangan harga kentang mangalami kenaikan tertinggi

terjadi pada tahun 2009 yaitu meningkat sebesar 226,11%. Hal ini

disebabkan karena harga minyak dunia dan kenaikan harga BBM jenis

premium dan solar di dalam negeri yang menyebabkan meningkatnya harga

barang dan biaya produksi yang berimbas pada keadaan perekonomian di

2,300

7,300

12,300

17,300

22,300

27,300

32,300

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Harga sebelum Terdeflasi Harga sesudah terdeflasi

Rp/

Kg

Tahun

Page 73: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Kabupaten Boyolali sehingga menyebabkan harga kentang dan komoditas

lainnya mengalami kenaikan (Disperindagsar, 2011).

3. Harga Wortel

Harga wortel dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang

dibayarkan untuk mendapatkan satu kilogram wortel. Data mengenai

perkembangan harga wortel dari tahun 1993-2009 sebelum dan setelah

dideflasi dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Perkembangan Harga Wortel di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009

Tahun Harga Sebelum

Terdeflasi Indeks Harga

Konsumen Harga Sesudah

Terdeflasi Perkembangan

(Rp/Kg) (2002 = 100) (Rp/Kg) % 1993 500 82 609,76 - 1994 600 59 1.016,95 66,78% 1995 650 74 878,38 -13,63% 1996 700 33 2.121,21 141,49% 1997 800 92 869,57 -59,01% 1998 500 153 326,80 -62,42% 1999 1.000 39 2.564,10 684,62% 2000 1.150 80 1.437,50 -43,94% 2001 1.200 130 923,08 -35,79% 2002 1.300 100 1.300,00 40,83% 2003 1.400 50 2.800,00 115,38% 2004 1.450 55 2.636,36 -5,84% 2005 1.600 151 1.059,60 -59,81% 2006 1.700 76 2.236,84 111,10% 2007 1.750 46 3.804,35 70,08% 2008 1.900 65 2.923,08 -23,16% 2009 2.000 21 9.523,81 225,81% Rata2 1.188,24 76,82 2.178,32 72,03%

Sumber : BPS dan Disperindagsar Kabupaten Boyolali, 2011

Tabel 17 merupakan perkembangan harga wortel di Kabupaten

Boyolali dari tahun 1993-2009. Adapun untuk lebih jelas tentang

perkembangan harga wortel di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009 dapat

dilihat pada gambar grafik sebagai berikut:

Page 74: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Gambar 11. Grafik Perkembangan Harga Wortel di Kabupaten Boyolali

Tahun 1993-2009

Harga wortel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah

terdeflasi. Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa harga wortel

setelah terdeflasi selama tahun 1993-2009 mengalami perkembangan yang

menunjukkan kenaikan dengan rata-rata sebesar 72,03% per tahun,

sedangkan rata-rata harga Rp 2.178,32 per kg. Perkembangan harga wortel

mangalami kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu meningkat

sebesar 225,81%. Hal ini disebabkan karena harga minyak dunia dan

kenaikan harga BBM jenis premium dan solar di dalam negeri yang

menyebabkan meningkatnya harga barang dan biaya produksi yang

berimbas pada keadaan perekonomian di Kabupaten Boyolali sehingga

menyebabkan harga wortel dan komoditas lainnya mengalami kenaikan

(Disperindagsar, 2011).

4. Harga Beras

Harga berasal dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang

dibayarkan oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram beras. Data

mengenai perkembangan harga beras dari tahun 1993-2009 sebelum dan

setelah dideflasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

500

2,500

4,500

6,500

8,500

10,500

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Harga sebelum Terdeflasi Harga sesudah terdeflasi

Rp/

Kg

Tahun

Page 75: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 18. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009

Tahun Harga Sebelum

Terdeflasi Indeks Harga

Konsumen Harga Sesudah

Terdeflasi Perkembangan

(Rp/Kg) (2002 = 100) (Rp/Kg) % 1993 665,25 82 811,28 - 1994 890,75 59 1.509,75 86,09% 1995 950 74 1.283,78 -14,97% 1996 935,45 33 2.834,70 120,81% 1997 1.100,25 92 1.195,92 -57,81% 1998 1.500 153 980,39 -18,02% 1999 2.775 39 7.115,38 625,77% 2000 1.250 80 1.562,50 -78,04% 2001 2.675 130 2.057,69 31,69% 2002 3.105 100 3.105,00 50,90% 2003 2.650 50 5.300,00 70,69% 2004 2.550 55 4.636,36 -12,52% 2005 3.272 151 2.166,89 -53,26% 2006 4.260 76 5.605,26 158,68% 2007 4.580 46 9.956,52 77,63% 2008 4.950 65 7.615,38 -23,51% 2009 5.200 21 24.761,90 225,16% Rata2 2.547,57 76,82 4.852,87 74,33%

Sumber : BPS dan Disperindagsar Kabupaten Boyolali, 2011

Tabel 18 merupakan perkembangan harga beras di Kabupaten

Boyolali dari tahun 1993-2009. Adapun untuk lebih jelas tentang

perkembangan harga beras di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009 dapat

dilihat pada gambar grafik sebagai berikut:

Gambar 12. Grafik Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Boyolali

Tahun 1993-2009

Harga beras yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah

terdeflasi. Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa harga beras setelah

500

5,500

10,500

15,500

20,500

25,500

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Harga sebelum Terdeflasi Harga sesudah terdeflasi

Rp/

Kg

Tahun

Page 76: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

terdeflasi selama tahun 1993-2009 mengalami perkembangan yang

meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar 74,33% per tahun,

sedangkan rata-rata harga Rp 4.852,87 per kg.

Harga beras yang mangalami kenaikan tertinggi tarjadi pada tahun

1999 yaitu meningkat sebesar 625,77%. Hal ini disebabkan pada tahun

sebelumnya terjadi krisis moneter yang melanda negara Indonesia sehingga

menyebabkan harga barang maupun jasa mengalami peningkatan.

Sedangkan harga terendah dari beras terjadi pada tahun 1993 yaitu sebesar

Rp 811,28. Hal ini dikarenakan perekonomian waktu itu cukup baik dan

harga-harga barang cukup stabil. Harga beras yang berfluktuatif disebabkan

karena perubahan produksi dan pasokan beras dari daerah lain di luar

kabupaten Boyolali, serta terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998.

Harga beras di Kabupaten Boyolali pada tahun 2009 mengalami

peningkatan yang cukup tajam sebesar Rp 24.761,90, hal ini disebabkan

karena harga minyak dunia dan kenaikan harga BBM jenis premium dan

solar di dalam negeri yang menyebabkan meningkatnya harga barang dan

biaya produksi yang berimbas pada keadaan perekonomian di Kabupaten

Boyolali sehingga menyebabkan harga beras dan komoditas lainnya

mengalami kenaikan (Disperindagsar, 2011).

5. Pendapatan Perkapita Kabupaten Boyolali

Pendapatan penduduk Boyolali yang dimaksud adalah rata-rata

pendapatan riil perkapita masyarakat di Kabupaten Boyolali per tahun.

Pendapatan riil perkapita didapatkan dengan melakukan pendeflasian

terhadap PDRB perkapita tahun yang bersangkutan dengan indeks implisit

tahun dasar (2002 = 100). Data mengenai perkembangan pendapatan

penduduk sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada Tabel 19.

Page 77: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tabel 19. Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kabupaten Boyolali, 1993-2009

Tahun Pendapatan Sebelum Terdeflasi

Pendapatan Sesudah Terdeflasi

Perkembangan

1993 880.688,18 880.688,18 - 1994 1.032.644,11 938.400,48 6,55% 1995 1.180.208,63 994.848,20 6,02% 1996 1.328.321,71 1.053.661,84 5,91% 1997 1.486.764,25 1.067.101,68 1,28% 1998 2.218.343,49 960.995,30 -9,94% 1999 2.472.100,57 966.914,01 0,62% 2000 3.050.223,88 1.161.788,15 20,15% 2001 3.667.412,64 3.226.125,18 177,69% 2002 4.094.565,11 3.295.131,55 2,14% 2003 4.328.536,66 3.440.683,99 4,42% 2004 4.534.314,07 3.542.803,26 2,97% 2005 4.934.668,51 3.675.934,47 3,76% 2006 5.458.438,41 3.822.175,15 3,98% 2007 6.036.746,72 3.963.578,22 3,70% 2008 6.800.003,76 4.113.171,39 3,77% 2009 7.142.868,60 4.313.871,40 4,88% Rata2 3.567.461,72 2.436.345,44 14,87%

Sumber: BPS Kabupaten Boyolali, 2011

Tabel 19 merupakan perkembangan pendapatan perkapita di

Kabupaten Boyolali dari tahun 1993-2009. Adapun untuk lebih jelas

tentang pendapatan perkapita di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009

dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut:

Gambar 13. Grafik Perkembangan Pendapatan Perkapita Kabupaten

Boyolali Tahun 1993-2009

800,000

2,800,000

4,800,000

6,800,000

8,800,000

10,800,000

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Harga sebelum Terdeflasi Harga sesudah terdeflasi

Rp/

Tah

un

Tahun

Page 78: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa rata-rata perkembangan

pendapatan perkapita di Kabupaten Boyolali mengalami peningkatan

sebesar 14,87% atau Rp 2.436.345,44 per tahun. Peningkatan pendapatan

disebabkan oleh semakin meningkatnya pembangunan yang menyebabkan

peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan dapat

meningkatkan kesempatan kerja yang berdampak pada peningkatan

pendapatan perkapita. Kenaikan pendapatan penduduk yang paling

mencolok adalah pada tahun 2001 yaitu sebesar 177,69%. Peningkatan

pendapatan perkapita ini disebabkan kegiatan perekonomian di Kabupaten

Boyolali menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari

adanya perbaikan maupun penambahan jumlah sarana dan prasarana yang

telah dibangun oleh pemerintah untuk memperlancar kegiatan

perekonomian misalnya, perbaikan jalan raya, transportasi dan komunikasi,

pembangunan pusat pertokoan dan perbelanjaan. Dengan peningkatan

sarana dan prasarana tersebut maka akan memperlancar kegiatan-kegiatan

perekonomian sehingga dapat mendorong masyarakat untuk membuka

usaha maupun pengusaha untuk memperbesar usahanya sehingga dapat

membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.

6. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah

penduduk yang menetap di Kabupaten Boyolali. Data mengenai

perkembangan jumlah penduduk dari tahun 1993 sampai dengan tahun

2009 dapat dilihat pada Tabel 20.

Page 79: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tabel 20. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

Laju Pertumbuhan (%)

1993 886.021 0,66 1994 890.757 0,53 1995 896.529 0,65 1996 902.727 0,69 1997 907.274 0,50 1998 912.265 0,55 1999 917.437 0,57 2000 922.852 0,59 2001 927.502 0,50 2002 931.380 0,42 2003 935.768 0,47 2004 939.087 0,35 2005 941.147 0,22 2006 944.181 0,32 2007 947.026 0,30 2008 949.594 0,27 2009 951.717 0,22

Rata-rata 923.721,41 0,46

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2011

Tabel 20 merupakan perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten

Boyolali tahun 1993-2009. Adapun untuk lebih jelas tentang perkembangan

jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009 dapat dilihat

pada gambar grafik sebagai berikut:

Page 80: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Gambar 14. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten

Boyolali Tahun 1993-2009

Tabel 20 dan Gambar 14 menyatakan bahwa rata-rata perkembangan

jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali pada tahun 1993-2009 sebesar

0,46%, sedangkan rata-rata jumlah penduduk Kabupaten Boyolali adalah

923.721,41 jiwa. Jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali selalu

mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk ini disebabkan oleh

berbagai hal seperti adanya kelahiran, peningkatan kesehatan masyarakat

sehingga menurunkan angka kematian.

B. Analisis Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali

1. Estimasi Fungsi Permintaan

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh model fungsi permintaan

kentang di Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut:

Ln Ù

Qd = 9,623 - 0,269 Ln X1 - 0,053 Ln X2 - 0,056 Ln X3 + 0,057LnX4

+ 0,448 Ln X5

Keterangan : Ù

Qd : Permintaan Kentang (Kg/Tahun)

X1 : Harga Kentang (Rp/Kg)

X2 : Harga Wortel (Rp/Kg)

X3 : Harga Beras (Rp/Kg)

870,000

880,000

890,000

900,000

910,000

920,000

930,000

940,000

950,000

960,000

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah Penduduk

Jiw

a

Tahun

Page 81: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

X4 : Pendapatan Perkapita (Rp/Tahun)

X5 : Jumlah penduduk (Jiwa)

Berdasarkan estimasi fungsi permintaan di atas, dapat diketahui bahwa

nilai konstan (b0) adalah 9,623. Hal ini menunjukkan bahwa bila harga

kentang, harga wortel, harga beras, pendapatan perkapita dan jumlah

penduduk dianggap tetap (cateris paribus), maka permintaan kentang di

Kabupaten Boyolali adalah sebesar 9,623 kg.

2. Hasil Analisis Data

Analisis hubungan antara permintaan kentang di Kabupaten Boyolali

dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya menggunakan model regresi

linier berganda dalam bentuk fungsi logaritma natural. Agar dapat diperoleh

hasil regresi yang terbaik maka harus dilakukan pengujian model terhadap

fungsi permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Hasil analisis fungsi

permintaan kentang di Kabupaten Boyolali, yaitu sebagai berikut:

Tabel 21. Hasil Analisis Fungsi Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali

Variabel Koefisien Regresi thitung Signifikasi

Harga Kentang (X1) Harga Wortel (X2) Harga Beras (X3) Pendapatan Penduduk (X4) Jumlah Penduduk (X5)

-0,269 -0,053 -0,056 0,057 0,448

-5,840 -3,789 -1,367 3,053 1,496

0,000***

0,003***

0,199ns

0,011**

0,630ns

R Square Fhitung

97,9% 103,390***

Sumber: Diadopsi dari Lampiran 4 Keterangan : *** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 99% ** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 95% * : signifikasi pada tingkat kepercayaan 90% ns : tidak signifikan

a. Nilai Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar

proporsi pengaruh variabel-variabel bebas secara bersama-sama

terhadap variabel tidak bebasnya. Berdasarkan hasil dari analisis

diperoleh nilai R2 sebesar 0,979. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

bebas didalam model mampu menjelaskan variabel terikat sebesar

Page 82: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

97,9%, sedangkan sisanya sebesar 2,1% dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak dimasukkan ke dalam model.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang

diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan

kentang di Kabupaten Boyolali. Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa

hasil análisis uji F nilai signifikasi sebesar 0,000 dan lebih kecil dari

α = 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang

diamati yaitu harga kentang, harga wortel, harga beras, pendapatan

perkapita, dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh

nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat

kepercayaan 99%.

c. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang

diteliti secara individual terhadap permintaan kentang di Kabupaten

Boyolali. Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa hasil analisis uji t,

yaitu sebagai berikut:

1) Harga Kentang

Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa variabel harga

kentang berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di

Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai signifikasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari

nilai α = 0,01. Berdasarkan analisis diketahui besarnya elastisitas

harga kentang sebesar -0,269. Nilai elastisitas bertanda negatif

menunjukkan bahwa variabel harga kentang memiliki hubungan

yang terbalik dengan permintaan kentang sesuai dengan hukum

permintaan. Nilai koefisien regresi sebesar -0,269 artinya jika harga

kentang naik 1% maka permintaan kentang akan turun sebesar

0,269% begitu juga sebaliknya sehingga kentang dapat digolongkan

sebagai barang kebutuhan pokok normal. Permintaan kentang

bersifat inelastis karena nilai koefisien elastisitasnya 0<Ep<1, yang

Page 83: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

artinya jumlah kentang yang diminta berubah dengan persentase

yang lebih kecil daripada perubahan harga kentang.

2) Harga Wortel

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa Variabel harga

wortel berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di

Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai signifikasi sebesar 0,003 yang lebih kecil dari

nilai α = 0,01. Berdasarkan analisis diketahui bahwa besarnya

elastisitas silang dari harga wortel adalah -0,053 artinya jika harga

wortel naik 1% maka permintaan kentang akan turun sebesar

0,053% begitu juga sebaliknya. Hal ini dapat diartikan bahwa wortel

sebagai barang komplementer dari kentang.

3) Harga Beras

Hasil perhitungan untuk variabel harga beras tidak berpengaruh

nyata pada permintaan kentang di Kabupaten Boyolali, hal ini

ditunjukkan oleh nilai signifikasinya yang lebih besar dari nilai

α = 1%, 5%, dan 10%.

4) Pendapatan Perkapita

Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa variabel pendapatan

perkapita berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di

Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai signifikasi sebesar 0,011 yang lebih kecil dari

nilai α = 0,05. Berdasarkan analisis diketahui besarnya elastisitas

pendapatan sebesar 0,057 artinya jika terjadi kenaikan pendapatan

sebesar 1% maka akan mengakibatkan bertambahnya permintaan

kentang sebesar 0,057%, begitu juga sebaliknya. Angka elastisitas

pendapatan perkapita yang lebih kecil dari satu bertanda positif,

menunjukkan bahwa kentang tergolong sebagai barang kebutuhan

pokok normal.

Page 84: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

5) Jumlah Penduduk

Variabel jumlah penduduk tidak berpengaruh nyata pada

permintaan kentang di Kabupaten Boyolali, hal ini ditunjukkan oleh

nilai signifikasinya yang lebih besar dari nilai α = 1%, 5%, dan

10%.

d. Pengujian Asumsi Klasik

Agar koefisien-koefisien regresi yang dihasilkan dengan metode

OLS (Ordinary Least Square) bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed

Estimated), maka asumsi-asumsi persamaan regresi linier klasik harus

dipenuhi oleh model. Uji penyimpangan terhadap asumsi klasik yang

dilakukan meliputi uji deteksi multikolinearitas, autokorelasi dan

heteroskedastisitas. Berikut ini adalah hasil pengujian model fungsi

permintaan kentang di Kabupaten Boyolali terhadap asumsi klasik:

1) Multikolinieritas

Hasil dari analisis diperoleh nilai matrik Pearson Correlation

yang terbesar adalah 0,872, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam

model yang digunakan tidak terjadi multikolinieritas.

2) Autokorelasi

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui nilai Durbin Watson

yaitu sebesar 1,421, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model

yang digunakan tidak terjadi autokorelasi karena nilai tersebut berada di

antara 1,21 < DW < 1,65.

3) Heteroskedastisitas

Berdasarkan diagram scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik

yang ada dalam diagram menyebar dan tidak membentuk suatu pola

tertentu, ini berarti bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.

e. Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh

Untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh dapat

diketahui dari nilai standar koefisien regresi. Semakin besar nilai standar

koefisien regresi maka semakin besar pengaruh variabel bebas tersebut

Page 85: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

terhadap permintaan kentang. Nilai standar koefisien regresi dapat

dilihat pada lampiran 5.

Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa variabel harga

kentang (X1) memiliki nilai standar koefisien regresi yang terbesar. Hal

ini menunjukkan harga kentang mempunyai pengaruh yang terbesar

terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Sedangkan

variabel yang mempunyai pengaruh paling kecil adalah pendapatan

penduduk. Penjelasan mengenai pengaruh dari masing-masing variabel

bebas terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Harga Kentang

Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, harga kentang

berada pada urutan pertama dalam mempengaruhi permintaan

kentang di Kabupaten Boyolali. Pada saat harga kentang naik, maka

konsumsi terhadap kentang akan mengalami penurunan. Karena

kentang merupakan sumber karbohidrat penting sebagai makanan

tambahan penduduk Indonesia, maka permintaan terhadap kentang

sangat dipengaruhi oleh harga kentang.

2. Harga Wortel

Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, harga wortel berada

pada urutan kedua dalam mempengaruhi permintaan kentang. Selain

kentang, bahan pokok utama dalam pembuatan sayur sebagai

makanan pendamping nasi adalah wortel. Bagi sebagian besar

masyarakat Indonesia kebutuhan akan wortel cukup tinggi seiring

dengan peningkatan permintaan kentang, karena umumnya kentang

dan wortel merupakan satu kesatuan dalam pembuatan sayur. Oleh

karena itu apabila harga wortel meningkat, maka harga kentang juga

akan meningkat dan dampaknya akan mempengaruhi permintaan

kentang.

Page 86: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

3. Pendapatan Perkapita

Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, pendapatan

perkapita berada pada urutan ketiga dalam mempengaruhi

permintaan kentang. Kentang bukan merupakan makanan pokok

penduduk Indonesia. Kentang merupakan makanan pendamping

yang digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan sayur.

Kebutuhan primer bagi manusia adalah beras sebagai bahan

makanan, oleh karena kentang bukan merupakan kebutuhan utama,

maka pendapatan penduduk cenderung dialokasikan ke kebutuhan

primer yaitu beras. Sehingga pendapatan perkapita berpengaruh

terhadap permintaan kentang setelah harga kentang dan harga

wortel.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu

daerah tertentu dengan tingkat harga tertentu dan dalam periode tertentu.

Hukum permintaan mengatakan bahwa untuk barang normal ada hubungan

terbalik antara harga dan kuantitas, yaitu apabila harga naik maka kuantitas

yang ingin dibeli konsumen akan berkurang. Hukum permintaan hanya berlaku

bila kondisi cateris paribus atau diasumsikan faktor-faktor lain tidak

mengalami perubahan.

Permintaan kentang di Kabupaten Boyolali berfluktuatif, walaupun pada

tahun 2005 mengalami peningkatan dikarenakan stabilitas perekonomian

Indonesia. Hal ini mendorong peneliti untuk mengkaji faktor-faktor apa yang

menyebabkan permintaan kentang yang berfluktuatif di Kabupaten Boyolali.

Berdasarkan uji F, faktor-faktor yang digunakan sebagai penduga yang akan

mempengaruhi tingkat permintaan kentang di Kabupaten Boyolali untuk

analisis permintaan statis meliputi: harga kentang, harga wortel, harga beras,

pendapatan perkapita dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh

sangat nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat

kepercayaan 99%. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,000

lebih kecil dari nilai α = 0,01.

Page 87: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Berdasarkan hasil uji t, menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh

signifikan pada tingkat kepercayaan 99% adalah harga kentang dan harga

wortel, untuk tingkat kepercayaan 95% variabel yang berpengaruh signifikan

adalah pendapatan perkapita. Berdasarkan hasil penelitian untuk mengetahui

penjelasan lebih lanjut dari masing-masing variabel bebas yang digunakan

dalam penelitian ini berdasarkan analisis regresi dapat dijelaskan keterangan

berikut:

1. Harga Kentang (X1)

Pada model analisis harga kentang di peroleh koefisien regresi

bertanda negatif. Sehingga bisa di artikan bila harga kentang naik maka

jumlah kentang yang diminta akan turun. Permintaan kentang terbesar di

Kabupaten Boyolali terjadi pada tahun 1998 sebesar 987.577,76 kg/tahun,

hal ini disebabkan harga kentang pada tahun 1998 mengalami penurunan

yaitu sebesar Rp. 1400,00 dari tahun sebelumnya sehingga menyebabkan

terjadinya peningkatan permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Setelah

mengalami peningkatan pada tahun 1998, pada tahun berikutnya

permintaan kentang di Kabupaten Boyolali mengalami penurunan sebesar

482.050,64 kg/tahun hal ini disebabkan karena harga kentang mengalami

kenaikan, sehingga mempengaruhi jumlah permintaan kentang di

Kabupaten Boyolali (Tabel 3). Hal ini dapat dikaitkan dengan fungsi

kentang sebagai bahan makanan tambahan sumber karbohidrat. Apabila

harga kentang naik maka permintaan kentang akan menurun dalam rangka

sebagai pemenuhan makanan tambahan sebagai sayur mayur untuk

konsumsi. Secara statistik berdasarkan uji t, variabel harga kentang

memberikan pengaruh signifikan terhadap permintaan kentang di

Kabupaten Boyolali. Keadaan ini dapat diterima karena permintaan kentang

sangat dipengaruhi oleh harga kentang di pasaran. Mengingat produksi

kentang yang berfluktuatif dan belum mampu memenuhi kebutuhan

kentang di Kabupaten Boyolali memberi dampak pada harga kentang yang

cenderung terus mengalami kenaikan, maka dari itu perlu adanya usaha

untuk meningkatkan produksi kentang agar pasokan kentang dapat

Page 88: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

terpenuhi sehingga akan menyebabkan harga kentang akan turun atau

minimal dalam keadaan stabil.

2. Harga Wortel (X2)

Suatu barang dikatakan sebagai barang komplementer jika barang

tersebut penggunaanya dapat melengkapi barang lain. Berdasarkan hasil

penelitian wortel merupakan barang kompelementer bagi kentang. Pada

model analisis permintaan diperoleh koefisien regresi bertanda negatif.

Sehingga dapat di artikan bila harga wortel meningkat maka jumlah

kentang yang diminta akan turun. Hal ini dapat dikaitkan dengan fungsi

wortel sebagai bahan makanan tambahan dapat juga digunakan sebagai

sayur. Apabila harga wortel naik maka permintaan kentang akan menurun

dalam rangka sebagai pemenuhan bahan sayuran. Seperti halnya harga

kentang, disini secara statistik berdasarkan uji t, variabel harga wortel

memberikan pengaruh signifikan terhadap permintaan kentang di

Kabupaten Boyolali. Keadaan ini dapat diterima karena wortel hampir

seperti kentang yang digunakan sebagai makanan tambahan dalam sayur,

sehingga peningkatan harga wortel akan diikuti dengan permintaan kentang.

Wortel bukan merupakan makanan pokok bangsa Indonesia, sehingga

para petani menanam wortel pada waktu-waktu tertentu ketika musim sudah

tidak sesuai lagi ditanami padi. Hal ini menjadikan wortel sebagai barang

komplementer dari kentang. Sehingga pada musim-musim di mana kentang

sudah mulai berkurang sebagai alternatif pelengkap konsumsi masyarakat

untuk sayur adalah wortel, hal itu mampu direspon oleh pasar dengan

meningkatkan harga wortel. Karena sesuai dengan hukum permintaan,

semakin tinggi permintaan dan jumlah produk menurun maka harga

komoditi akan mengalami peningkatan, artinya meningkatnya harga wortel

akibat menurunnya produksi wortel sehingga menyebabkan menurunnya

permintaan terhadap wortel.

3. Harga Beras (X3)

Berdasarkan hasil analisis uji t diketahui bahwa variabel harga beras

tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap permintaan kentang.

Nilai elastisitas yang negatif menunjukkan bahwa harga beras berbanding

Page 89: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

terbalik dengan permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Harga komoditi

pertanian, seperti harga beras relatif berfluktuasi. Hal ini dapat dipengaruhi

oleh musim, dimana saat musim panen produk beras melimpah sehingga

harga rendah maka permintaan konsumen terhadap beras meningkat.

Sedangkan pada musim paceklik, produk beras menurun sehingga harga

melambung tinggi yang mengakibatkan menurunnya permintaan konsumen

terhadap komoditi ini. Hal tersebut sesuai dengan hukum permintaan yang

menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah

yang akan diminta untuk komoditi tersebut akan semakin besar dan

sebaliknya. Jadi, apabila harga beras itu sendiri naik maka permintaan beras

akan menurun. Sehingga konsumen akan mengurangi konsumsi terhadap

beras dan begitu juga permintaan terhadap kentang.

4. Pendapatan Perkapita (X4)

Pendapatan merupakan faktor yang penting dalam menentukan

variasi permintaan terhadap berbagai jenis barang karena besar kecilnya

pendapatan dapat menggambarkan daya beli konsumen. Bila terjadi

perubahan dalam pendapatan maka akan menimbulkan perubahan dalam

mengkonsumsi berbagai jenis barang.

Berdasarkan hasil analisis uji t diketahui bahwa variabel pendapatan

perkapita berpengaruh signifikan terhadap permintaan kentang. Nilai

elastisitas yang positif menunjukkan bahwa pendapatan perkapita

berbanding lurus dengan jumlah permintaan kentang di Kabupaten

Boyolali. Hal ini dapat diterima karena semakin tinggi pendapatan perkapita

di Kabupaten Boyolali, maka permintaan akan kentang sebagai sumber

karbohidrat akan semakin mengalami peningkatan.

Selain itu, pada kondisi yang terbatas, sebagian besar penduduk di

Kabupaten Boyolali akan mengurangi mengkonsumsi kentang, karena

kentang bukan merupakan makanan pokok, maka apabila harga kentang

mengalami peningkatan, maka masyarakat akan menunda untuk

mengkonsumsi kentang dan cenderung memenuhi kebutuhan primer yaitu

beras. Sehingga adanya peningkatan pendapatan perkapita akan

berpengaruh terhadap makanan pendamping beras sebagai bahan tambahan

Page 90: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

karbohidrat, protein maupun vitamin seperti sayur-sayuran dan

buah-buahan.

5. Jumlah Penduduk (X5)

Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabel jumlah penduduk

tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap permintaan kentang Hal

ini berarti jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah permintaan

kentang di Kabupaten Boyolali. Berdasarkan nilai standar koefisien regresi,

variabel jumlah penduduk mempunyai nilai koefisien regresi yang paling

kecil, sehingga variabel jumlah penduduk merupakan variabel yang paling

rendah pengaruhnya terhadap permintaan kentang. Hasil analisis ini dapat

dimengerti karena tidak semua masyarakat mengkonsumsi kentang.

Gambaran jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali menunjukkan

peningkatan dari tahun ke tahun. Adanya peningkatan jumlah penduduk

akan mengakibatkan meningkatnya permintaan kentang.

Peningkatan jumlah penduduk saat ini memang agak sulit untuk

dikendalikan. Hal ini disebabkan program Keluarga Berencana di

masyarakat sudah kurang digalakkan. Adanya program Keluarga Berencana

sedikit banyak akan mengendalikan pertambahan penduduk, sehingga

konsumsi atau permintaan terhadap kentang akan dapat ditekan. Sebaliknya

dengan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya Keluarga

Berencana maka akan semakin meningkatkan jumlah penduduk, yang

akibatnya akan meningkatkan jumlah konsumsi kentang dalam masyarakat.

Page 91: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis Permintaan Kentang

di Kabupaten Boyolali ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kentang di

Kabupaten Boyolali adalah harga kentang, harga wortel dan pendapatan

penduduk, sedangkan untuk harga beras dan jumlah penduduk tidak

berpengaruh signifikan terhadap permintaan kentang di Kabupaten

Boyolali.

2. Elastisitas Permintaan Kentang

a. Permintaan kentang bersifat inelastis karena nilai koefisien

elastisitasnya 0<Ep<1, yang artinya jumlah kentang yang diminta

berubah dengan persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga

kentang.

b. Berdasarkan uji t variabel harga kentang berpengaruh nyata terhadap

permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan

99%, dengan elastisitas sebesar 0,269 (elastisitasnya 0<EP<1). Nilai

elastisitas yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa kentang merupakan

barang kebutuhan pokok normal.

c. Variabel harga wortel berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang

di Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 99% dengan

elastisitas sebesar -0,053. Hal ini dapat diartikan bahwa wortel sebagai

barang komplementer dari kentang.

d. Variabel pendapatan perkapita berpengaruh nyata terhadap permintaan

kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan analisis diketahui besarnya elastisitas pendapatan sebesar

0,057. Angka elastisitas pendapatan perkapita yang lebih kecil dari

satu bertanda positif, menunjukkan bahwa kentang tergolong sebagai

barang kebutuhan pokok normal.

Page 92: ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan

adalah sebagai berikut :

Berdasarkan data permintaan dan produksi kentang di Kabupaten

Boyolali menunjukkan bahwa terjadi kelebihan permintaan kentang, sehingga

harus mendatangkan kentang dari daerah lain (Wonosobo dan Bandungan),

sementara berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil bahwa harga kentang

berpengaruh sangat-sangat nyata pada tingkat kepercayaan sebesar 99%, dan

pendapatan berpengaruh sangat nyata pada tingkat kepercayaan sebesar 95%.

Hal ini menunjukkan bahwa minat konsumen Kabupaten Boyolali terhadap

kentang cukup tinggi, walaupun jika dilihat dari daya beli konsumen terhadap

kentang terbilang cukup mahal. Pemerintah Kabupaten Boyolali seyogyanya

melihat hal ini sebagai peluang bagi petani untuk membudidayakan kentang.

Dalam hal ini pemerintah perlu menyediakan sistem informasi yang akurat

bagi petani tentang susunan prioritas komoditi yang potensial untuk

diusahakan oleh petani sehingga memberikan pendapatan yang optimal bagi

petani di Kabupaten Boyolali.