analisis perbandingan model akuntabilitas dalam …repository.akuntansiukipaulus.com/55/1/skripsi...

94
1 ANALISIS PERBANDINGAN MODEL AKUNTABILITAS DALAM ORGANISASI GEREJA KATOLIK DAN GEREJA TORAJA (Studi Kasus Pada Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea dan Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar OLEH : PRICILIA LITANI PIRRI 6160301160083 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

64 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • 1

    ANALISIS PERBANDINGAN MODEL AKUNTABILITAS DALAM

    ORGANISASI GEREJA KATOLIK DAN GEREJA TORAJA

    (Studi Kasus Pada Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea dan Gereja Katolik

    Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas

    Kristen Indonesia Paulus Makassar

    OLEH :

    PRICILIA LITANI PIRRI

    6160301160083

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS

    MAKASSAR

    2020

  • v

  • vi

  • vii

  • v

    SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

    (SKRIPSI) UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertandatangan di bawah ini, saya:

    Nama : Pricilia Litani Pirri

    Stambuk : 6160301160083

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

    kepada Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar han bebas Royalty Non-

    Eksklusif (non-exclusive royalty-free right) atas karya ilmiah saya yang berjudul

    “ANALISIS PERBANDINGAN MODEL AKUNTABILITAS DALAM

    ORGANISASI GEREJA KATOLIK DAN ORGANISASI GEREJA

    TORAJA (Studi Kasus Pada Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea dan Gereja

    Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang)” beserta perangkat yang diperlukan (bila

    ada) untuk disimpan, dipublikasikan, dan atau diperbanyak dalam bentuk apapun

    oleh UKI-Paulus Makassar bagi keperluan akademis

    Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenarnya,

    Makassar, 10 Maret 2020

    Pricilia Litani Pirri

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih

    karunia yang tak terhingga banyaknya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan

    merampungkan skripsi ini dengan judul “ANALISIS PERBANDINGAN

    MODEL AKUNTABILITAS DALAM ORGANISASI GEREJA KATOLIK

    DAN GEREJA TORAJA (Studi Kasus Pada Gereja Toraja Jemaat

    Tamalanrea dan Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang)”.

    Dengan penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu

    persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi

    Jurusan Akuntansi untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Kristen

    Indonesia Paulus (UKIP) Makassar.

    Selama peneilitian dan penyusunan laporan dalam skripsi ini, merupakan

    kebanggaan tersendiri bagi penulis, dan tidak lupu dari kendala yang dapat

    dilewati oleh penulis berkat bimbingan dan bantuan serta dukungan dari berbagai

    pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-

    besarnya kepada:

    1. Bapak DR. AgusSalim, SH, MH selaku Rektor Universitas Kristen

    Indonesia Paulus, beserta pembantu rektor yang telah memberikan fasilitas

    yang menunjang kegiatan belajar mengajar di kampus.

    2. Bapak Drs. Luther Palembangan Tangdialla, M.M sebagai Dekan Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan

    pikirannya dalam usaha menyempurnakan isi skripsi ini.

    3. Ibu Erna Pasanda, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas

    Kristen Indonesia Paulus Makassar.

  • vii

    4. Ibu Maria Yesicca Halik, SE,M.Acc selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

    Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar.

    5. Bapak DR. Fransiskus Randa, SE,M.Si,Ak,AC danIbu Maria Yesicca Halik,

    SE,M.Acc selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu

    pikiran, kesabaran, dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan

    pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

    6. Ibu Pdt. Ida Theresia Toban,S.Th,MM selaku Ketua Majelis Gereja Toraja

    Jemaat Tamalanrea dan Pdt. Jemaat Gereja Toraja Tamalanrea dan Pr. Eltus

    selaku Pastor Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang dan Bapak Paulus

    Tangke selaku bendahara Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang serta

    narasumber lainnya yang telah membantu dalam proses pengambilan data,

    beserta seluruh pihak Gereja yang telah memberikan izin kepada penulis

    dalam melakukan penelitian.

    7. Bapak dan Ibu dosen dan seluruh staff pengajar pada Universitas Kristen

    Indonesia Paulus yang memberikan bimbingan selama masa perkuliahan

    hingga selesainya studi penulisan skripsi ini.

    8. Kepada orang tua, Bapak Nathalipdema Pirri dan IbuMerty Simon yang

    telah melahirkan dan membesarkan saya dengan cinta kasih serta keluarga

    dan saudara-saudara saya yang tersayang terkhusus adik-adik saya, terima

    kasih atas doa, motivasi dan dorongannya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    9. Kepada sahabat-sahabat penulis, Gusti Bagus Giano Valera, Nadalia Gita

    Lestari Ro’son, Natanael Yunus Alik, Nataniel Yunus Alik dan Rebecca

    Sintawati Tambunan, dan Debora terima kasih telah menjadi sahabat

  • viii

    terbaik bagi penulis yang selalu memberikan dukungan, semangat motivasi,

    serta doa hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

    memberikan bantuan dan dukungannya. Semoga kebaikan kalian dibalas

    oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

    Tidak ada gading yang tak retak, pepatah tersebut tepat untuk

    menggambarkan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

    saran yang bersifat membangun dari pembaca. Dan akhir kata, penulis berharap

    bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

    Makassar, 10 Maret 2020

    PRICILIA LITANI PIRRI

  • ix

    ABSTRAK

    ANALISIS PERBANDINGAN MODEL AKUNTABILITAS DALAM

    ORGANISASI GEREJA KATOLIK DAN GEREJA TORAJA

    (Studi Kasus Pada Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea dan Gereja Katolik

    Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang)

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan praktik akuntabilitas

    dalam dua organisasi gereja. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus di

    Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea dan Gereja Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang

    dengan melibatkan data kualitatif, yaitu dengan melakukan observasi dan

    wawancara langsung. Hasil penelitian ini adalah, pada praktik akuntabilitas

    spiritual, akuntabilitas kepemimpinan dan akuntabilitas keuangan, ditemukan

    perbedaan pada praktik akuntabilitas serta menemukan praktik akuntabilitas moral

    dan akuntabilitas kejujuran yang sangat eratkaitannya dengan ketiga dimensi

    akuntabilitas tersebut.

    Kata kunci: Praktik Akuntabilitas, Akuntabilitas Spiritual, Akuntabilitas

    Kepemimpinan, Akuntabilitas Kauangan.

  • x

    ABSTRACT

    COMPARATIVE ANALYSIS OF THE IN-ACCOUNTABILITY MODEL

    ORGANIZATION OF THE CATHOLIC CHURCH AND THE TORAJA

    CHURCH

    (Case Study of the Toraja Church Tamalanrea Congregation and Maria

    Rosa MysticaSudiang Catholic Church)

    This study aims to determine the differences in accountability practices in

    two church organizations. This research uses a case study method in the Toraja

    Church of Tamalanrea Congregation and Maria Rosa MysticaSudiang Parish

    Church by involving qualitative data, namely by conducting direct observations

    and interviews. The results of this study are, in the practice of spiritual

    accountability, leadership accountability and financial accountability, found

    differences in accountability practices and find practices of moral accountability

    and honesty accountability which are very closely related to these three

    dimensions of accountability.

    Keywords: Accountability Practices, Spiritual Accountability, Leadership

    Accountability, Financial Accountability.

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

    LEMBAR PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING ..................................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .............................................. iv

    PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................................... v

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

    ABSTRAK .......................................................................................................... ix

    ABSTRACT.......................................................................................................... x

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 4

    1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

    1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5

    1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................... 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Landasan Teori ..................................................................................... 7

    2.1.1 Pengertian Gereja ........................................................................ 7

    2.2 Akuntabilitas ........................................................................................ 8

    2.2.1 Pengertian Akuntabilitas ............................................................. 8

    2.2.2 Konsep Akuntabilitas .................................................................. 8

    2.2.3 Jenis Akuntabilitas ...................................................................... 9

    2.3 Definisi Organisasi Nirlaba ................................................................... 9

    2.3.1 Karakteristik Organisasi Nirlaba ................................................. 9

    2.3.2 Jenis Organisasi Nirlaba .............................................................. 10

  • xii

    2.3.3 Ruang Lingkup Organisasi Nirlaba ............................................. 10

    2.4 Praktik Akuntabilitas ............................................................................ 11

    2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 13

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................... 15

    3.2 Jenis Penelitian ..................................................................................... 15

    3.3 Lokasi Penelitian .................................................................................. 15

    3.4 Sumber Data ......................................................................................... 16

    3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 17

    3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................ 18

    BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    4.1 Sejarah Singkat Organisasi ................................................................... 20

    4.1.1 Organisasi Gereja Toraja Jemaat Tamalnrea ................................. 20

    4.1.2 Struktur Organisasi Dan Uraian Tugas Gereja Toraja Jemaat

    Tamalanrea ................................................................................. 22

    4.1.3 UraianTugas ................................................................................ 26

    4.2 Sejarah Singkat Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang .... 30

    4.2.1 Struktur Organisasi Dan Uraian Tugas Gereja Katolik Paroki

    Maria Rosa Mystica Sudiang ...................................................... 31

    4.2.2 Uraian Tugas ............................................................................... 34

    BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    5.1 HasilAnalisis Data ................................................................................ 39

    5.1.1 Praktik Akuntabilitas Spiritual Pada Organisasi Gereja ................ 39

    1. Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea ............................................ 39

    2. Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang ................. 40

    5.1.2 Praktik Akuntabilitas Kepemimpinan Pada Organisasi Gereja ...... 42

    1. Gereja Toraja Jemaat Tamalanre .............................................. 42

    2. Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang ................. 44

    5.1.3 Praktik Akuntabilitas Keuangan Pada Organisasi Gereja .............. 45

    1. Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea ............................................ 45

    2. Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang ................. 52

  • xiii

    a. Akuntabilitas Moral .......................................................................... 55

    b. Akuntabilitas Kejujuran .................................................................... 56

    BAB VI PENUTUP

    6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 58

    6.2 Saran .................................................................................................... 60

    LAMPIRAN

    DAFTAR PUSTAKA

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel Hal

    2.4 Jenis Laporan Keuangan Gereja Torajadan Gereja Katolik ..................... 12

    2.5 Penelitian Terdahulu . ............................................................................ 13

    3.1 Daftar Narasumber . ............................................................................... 16

    4.1 Nama Pengurus Organisasi Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea ................ 24

    5.1 Sistem Pertanggungjawaban Komisi ...................................................... 48

    5.2 Persamaan dan Perbebedaan Praktik Akuntabilitas Pada Organisasi

    Gereja Toraja dan Organisasi Gereja Katolik .......................................... 56

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Hal

    4.1 Struktur Organisasi GerejaToraja Jemaat Tamalanrea ............................ 23

    4.2 Struktur Organisas iGereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica

    Sudiang .................................................................................................. 33

    5.1 Alur Pertanggungjawaban Komisi Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea ..... 47

    5.2 Alur Pertangungjawaban Keuangan Paroki Maria Rosa Mystica

    Sudiang .................................................................................................. 54

  • 1

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang harus dimiliki oleh suatu

    organisasi baik pemerintah maupun organisasi yang bersifat sosial. Dalam bidang

    ilmu akuntansi, akuntabilitas dapat diartikan sebagai pertanggungjelasan, suatu

    organisasi dapat dikatakan akuntabel apabila memiliki kemampuan untuk

    menjelaskan kondisi yang sedang dialami.

    Akuntabilitas dalam organisasi keagamaan memiliki tanggung jawab penuh

    terhadap hal-hal yang bersangkutan dengan kegiatan organisasi, diantaranya

    akuntabilitas spiritual, akuntabilitas kepemimpinan dan akuntabilitas keuangan.

    Salah satu organisasi keagamaan adalah gereja, gereja merupakan organisasi

    nirlaba yang tujuannya tidak mencari keuntungan. Sumber penerimaannya berasal

    dari uang persembahan. Penerimaan gereja yang besar tanpa disertai

    pertanggungjawaban pengelolaan keuangan menjadi penyebab utama terjadinya

    penyelewengan dana gereja. Mardiasmo (2009 : 20)mengatakan bahwa pihak

    pemegang amanah (agent), wajib untuk memberikan, melaporkan dan

    bertanggungjawab kepada pihak pemberi amanah (principal) atas segala kegiatan

    yang dilakukan. Selain itu, pemimpin gereja dalam hal keuangan gereja

    diharapkan memiliki integritas yang tinggi, seperti tidak menggunakan uang.

  • 2

    gereja untuk kepentingan pribadi, tidak menipu orang untuk mendapatkan

    keuntungan, tidak melakukan kekerasan dalam bentuk apapun untuk memperoleh

    uang dan tidak menerima suap. Pemimpin gereja harus menjaga tangannya

    agartetap bersih dalam setiap hal khususnya dalam hal keuangan gereja dan

    bersifat transparan serta bersedia untuk diverifikasi dari awal hingga akhir

    pelayanannya.

    Akuntabilitas merupakan unsur dalam menciptakan Good Governance atau

    tata kelola yang baik. Akuntabilitas dibagi menjadi 2 macam, yaitu akuntabilitas

    vertikal dan akuntabilitas horizontal (Devani, 2013). Akuntabilitas vertikal dalam

    organisasi gereja adalah pertanggungjawaban atas aktivitas dan kegiatan

    organisasi gereja kepada otoritas yang lebih tinggi, yaitu kepada Tuhan,

    sedangkan akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada jemaat,

    pengurus, gembala sidang dan pemberi sumbangan (donatur).

    Komponen yang menjadi bagian dari akuntabilitas adalah transparansi.

    Transparansi merupakan wujud dari praktik akuntabilitas yang baik, sehingga

    jemaat dapat memperoleh informasi penggunaan uang gereja. Jemaat sebagai

    pemangku kepentingan berhak mengetahui besar penerimaan dan pengeluaran

    uang gereja. Transparansi juga merupakan bentuk pengendalian dan pengawasan

    aliran kas gereja yang dapat dilakukan oleh jemaat atas bendahara gereja.

    Bendahara gereja yang diberi kepercayaan untuk mengelolah keuangan gereja

    juga harus melakukan setiap pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab.

  • 3

    Hal yang sama diungkapkan dalam 1 Petrus 3:15 yang mengatakan:

    “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap

    sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungjawaban kepada

    tiap-tiap orang yang meminta pertanggungjawaban dari kamu tentang

    pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan

    hormat,”

    Dalam organisasi gereja Katolik menganut sistem hirarkis. Pada Gereja

    Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang juga menganut sistem hirarkis

    (tertutup) yang artinya sebuah urutan suci yang diterapkan dalam keseluruhan

    Gereja Katolik, yang tergabung dalam satu dari tiga jenjang imamat suci, yaitu:

    Episkopat (para Uskup), Presbiterat (para Imam), Diakonat (para Diakon).

    Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang menjadi tanda kehadiran dan

    karya penebusan Allah yang terus-menerus hadir di dunia khususnya di kota

    Makassar. Jumlah umat di Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang kurang lebih 3.000

    yang terdiri dari 9 Rukun, yakni Rukun YMY, Rukun Santo Yakobus, Rukun

    Bunda Maria, Rukun Santo Yoseph, Rukun Materdolorosa, Rukun St. Marselinus

    dan tiga rukun pecahan dari Paroki Maria Ratu Rosari Kare yakni, Rukun Caritas,

    Rukun St. Katarina dan beberapa keluarga dari Rukun Hati Kudus yang dikenal

    sebagai umat kampung sawah. Menurut Randa (2019 : 5)organisasi Gereja

    Katolik lebih tertutup dan hirarkis, sehingga praktik akuntabilitas dalam

    organisasi tersebut tidak banyak diketahui oleh publik

    Dari jenis organisasi gereja yang lain, pada Gereja Toraja Jemaat

    Tamalanrea Klasis Makassar Timur menganut sistem Presbiterial (terbuka)

    dimana gereja dipimpin oleh Pimpinan Majelis Gereja (PMG). Gereja Toraja

    Jemaat Tamalanrea adalah pemekaran dari Gereja Toraja Biringkanaya, mekar

  • 4

    menjadi Jemaat Tamalanrea, Biringkanaya (Satria Kasih, Lanraki, Biring

    Romang, Biringkanaya), Sudiang dan Baji Marumpa. Dalam melakukan tugas dan

    tanggung jawabnya PMG membentuk 5 (lima) komisi, yaitu: Ibadah, Diakonia,

    Pekabaran Injil, Pembinaan Warga Gereja, Sarana Prasarana, dan satu komisi

    yang berdiri sendiri yaitu komisi Verifikasi (keuangan dan aset gereja). Gereja ini

    secara berkala menerbitkan laporan keuangan gereja sebagai bukti dari

    pertanggungjawabannya kepada Tuhan dan jemaat. Laporan keuangan gereja

    hanya terdiri dari penerimaan, pengeluaran, anggaran dan realisasi.

    Akuntabilitas harusnya bersifat transparan karena sangat erat kaitannya

    dengan etika dan kejujuran, dengan demikian pemberi amanat dapat mengetahui

    apakah pihak yang diberikan amanat sudah menjalankan tugas yang diberikan dan

    apakah aktivitas organisasi tersebut sudah sesuai dengan aturan.

    Dengan demikian perlu kajian yang mendalam tentang perbedaan tata kelola

    dari kedua bentuk organisasi tersebut. Untuk mendapatkan bentuk praktik dan

    model akuntabilitas pada masing-masing organisasi gereja, yang mana pada

    organisasi Gereja Katolik menganut sistem hirarkis dan organisasi Gereja Toraja

    menganut sistem presbiteral, dan menemukan dasar pengelolaan pada praktik dan

    model akuntabilitas yang berbeda, sehingga penelitian ini perlu dilakukan.

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah pada penelitian ini adalah, bagaimana praktik akuntabilitas

    dalam organisasi Gereja yang hirarkis (tertutup) dan presbiteral (terbuka)

    dilakukan.

  • 5

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui konsep perbedaan model

    dan praktik akuntabilitas dari kedua bentuk Gereja.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat dalam penelitian ini adalah:

    1. Praktis

    Sebagai referensi bagi gereja dalam melakukan praktik akuntabilitas yang

    baik dan transparan.

    2. Teoritis

    Untuk mengetahui model akuntabilitas dalam organisasi non profit.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Kerangka dari sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

    BAB 1 PENDAHULUAN

    Bab ini bersis tentang latar belakang masalah yang muncul karena

    ditemukan model dan praktik akuntabilitas dalam setiap organisasi gereja

    memiliki perbedaan sesuai dengan bentuk dan sinode gereja tersebut. Dari

    latar belakang masalah tersebut maka disusunlah perumusan masalah,

    kemudian tujuan penelitan dibuat untuk mengarahkan penelitian ini,

    manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh, serta sistematika

    penulisan.

  • 6

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang meliputi teori dan konsep

    mengenai akuntabilitas dalam organisasi gereja, teori ini berkaitan dengan

    permasalahan yang ada, yaitu kesesuaian praktik akuntabilitas dalam

    Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang dan Gereja Toraja

    Jemaat Tamalanrea.

    BAB 3 METODE PENELITIAN

    Bab ini mencakup tempat penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan

    sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

    BAB 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    Bab ini merupakan gambaran umum organisasi. Bab ini berisi sejarah, visi

    dan misi organisasi, struktur organisasi, kegiatan organisasi, serta model

    dan praktik akuntabilitas.

    BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dalam bab ini membahas hasil penelitian, yaitu analisis data yang terdiri

    dari deskripsi dan hasil analisis.

    BAB 6 PENUTUP

    Dalam bab ini memuat kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan

    pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya dari serangkaian

    pembahasan, dan saran-saran yang dapat disampaikan.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Landasan Teori

    2.1.1 Pengertian Gereja

    Gereja berasal dari bahasa Portugis: igreja, yang berasal dari bahasa

    Yunani: ekklesia yang berarti dipanggil keluar. Gereja adalah jemaat Allah yang

    dikuduskan dalam Kristus Yesus (1 Korintus 1:2). Ada tiga nama yang dipakai

    oleh gereja dalam perjanjian baru, yaitu Umat Allah (1 Petrus 2:9), Tubuh Kristus

    (1 Korintus 12:12-13), dan bait Roh Kudus (1 Korintus 3:16), ketiganya berkaitan

    satu satu sama lain. Gereja terbentuk setelah kebangkitan Yesus Kristus pada hari

    raya Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan oleh Tuhan diberikan

    kepada semua yang percaya pada Yesus Kristus.

    Persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus adalah gereja. Apa

    yang disebut gereja perdana adalah persekutuan para murid Yesus dan ditambah

    dengan beberapa orang lain yang telah mengaku Yesus sebagai Tuhan dan

    menjadi saksi atas kebangkitanNya. Gereja perdana ini memiliki semangat

    persekutuan, pelayanan, dan kesaksian yang kuat, sehingga iman Kristen mulai

    tersebar dari Yerusalem, seluruh daerah Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung

    dunia (Kisah Para Rasul. 1:8). Ia lahir seiring kehidupan dan pelayanan Yesus

    Kristus di dunia.

  • 8

    2.2 Akuntabilitas

    2.2.1 Pengertian Akuntabilitas

    Akuntabilitas sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan

    keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu misi organisasi dalam mencapai

    tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang

    dilaksanakan secara berkala (Sawir, 2017). Sedangkan pengertian dasar

    akuntabilitas lain adalah suatau hubungan antara pemberi dan penerima yang ada

    di luar lingkungan mereka yang dapat diterima secara akal sehat. Dari defenisi

    tersebut, menunjukkan bahwa akuntabilitas adalah tingkat pertanggungjawaban

    seseorang ataupun suatu lembaga tertentu dalam melaksanakan tugasnya dan

    setiap individuatau organisasi wajib menyampaikan pertanggungjawaban sebagai

    wujud akuntabilitas individu atau organisasi.

    2.2.2 Konsep Akuntabilitas

    Akuntabilitas dapat diartikan sebagai hak masyarakat untuk saling

    berhubungan antar organisasi (Muhammad, 2017). Akuntabilitas sangat erat

    hubunganya dengan konsep etika dan kejujuran. Dari pemahaman akuntabilitas

    tersebut, dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas juga berkaitan dengan faktor-

    faktor nurani setiap manusia, yakni tidak hanya menjalankan formalitas belaka

    tetapi juga timbul ke permukaan sebagai hasil dari proses perenungan.

    Pada tingkat aksiologi akuntabilitas dapat diartikan sebagai suatu konsep

    ilmu pengetahuan yang membutuhkan praktik yang nyata. Maka dari itu,

    akuntabilitas dibangun dalam ilmu pengetahuan akuntansi. Konsep teori dalam

  • 9

    bidang akuntansi dilakukan dengan teori stakeholder dan teori agensi. Dalam

    pemikiran akuntabilitas tidak hanya penting secara teoritis dan moral, tetapi juga

    pada praktiknya.

    2.2.3 Jenis Akuntabilitas

    MenurutMardiasmo (2013), akuntabilitas dibagi menjadi dua jenis yaitu:

    a. Akuntabilitas Vertikal: adalah akuntabilitas berupa pertanggungjawaban

    yang dilakukan kepada atasan.

    b. Akuntabilitas Horizontal: adalah akuntabilitas berupa pertanggungjawaban

    yang dilakukan kepada orang ataupun lembaga yang setara yang akan atau

    telah diambil.

    2.3 Definisi Organisasi Nirlaba

    Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah salah satu organisasi

    yang bertujuan untuk mendukung suatu isu atau perihal yang menarik perhatian

    publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-

    hal yang bersifat mencari laba (moneter).

    2.3.1 Karakteristik Organisasi Nirlaba

    Karakteristik entitas nirlaba berbeda dengan entitas bisnis. Perbedaan utama

    yang mendasar terletak pada cara entitas nirlaba memperoleh sumber daya yang

    dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Entitas nirlaba

    memperoleh sumber daya dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan

    pembayaran kembali atau manfaat ekonomik yang sebanding dengan jumlah

    sumber daya yang diberikan. Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam

  • 10

    entitas nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah

    terjadi dalam entitas bisnis, contohnya penerimaan sumbangan.

    Pada beberapa bentuk entitas nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan,

    entitas nirlaba tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan

    operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya

    pengukuran jumlah, saat dan kepastian arus kas masuk menjadi ukuran kinerja

    penting bagi pengguna laporan keuangan seperti, kreditur dan pemasok dana lain.

    2.3.2 Jenis Organisasi Nirlaba

    Organisasi nirlaba meliputi gereja, yayasan sosial, sekolah negeri, derma

    publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat

    dalam hal perundang-undangan organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh,

    asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.

    2.3.3 Ruang Lingkup Organisasi Nirlaba

    Organisasi nirlaba dalam beberapa hal mempunyai kesamaan bila

    dibandingkan dengan organisasi komersial yang bermotif mencari laba. Kesamaan

    tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

    1. Kedua sektor, baik sektor publik maupun sektor swasta merupakan bagian

    integral dari sistem ekonomi dari suatu Negara dan keduanya menggunakan

    sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.

    2. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber

    daya (scarity of resources), sehingga baik sektor publik maupun swasta

  • 11

    dituntut untuk menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomi, efisien,

    dan efektif.

    3. Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada

    dasarnya sama di kedua sektor. Kedua sektor sama-sama membutuhkan

    informasi yang handal dan relevan untuk melaksanakan fungsi manajemen,

    yaitu: perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.

    2.4 Praktik Akuntabilitas

    Praktik akuntabilitas dalam suatu organisasi tidak terlepas dari sejarah

    organisasi. Gereja sebagai salah satu organisasi tertua. Bukti sejarah menegaskan

    jika Gereja tidak akuntabel maka dia akan jatuh tetapi jika dikelola secara

    akuntabel maka akan dicintai oleh para stakeholdernya. Praktik akuntabilitas

    dalam organisasi Gereja didasarkan pada Kitab Suci sebagai sumber utama iman

    dan aturan-aturan lain.

    Salah satu komponen dalam akuntabilitas Gereja adalah laporan keuangan.

    Laporan keuangan sebagai komponen dalam akuntansi merupakan alat

    akuntabilitas (pertanggungjawaban) bendahara gereja kepada jemaat. Terdapat 6

    tujuan dan fungsi laporan keuangan sebagai alat akuntabilitas, namun ada 2 tujuan

    dan fungsi yang dapat disesuaikan dalam mengelolah keuangan gereja. Tujuan

    laporan keuangan pertama, sebagai petunjuk adanya kepatuhan pelaksanaan tugas.

    Kedua, tujuan laporan keuangan adalah sebagai laporan akuntabilitas dan alat

    evaluasi. Laporan keuangan bermanfaat untuk memonitor dan mengevaluasi

    kinerja manajer sektor publik.

  • 12

    Table 2.4

    Jenis Laporan Keuagan Gereja Toraja dan Gereja Katolik

    Laporan keuangan yang mencatat penerimaan dan pengeluaran keuangan

    gereja berfungsi sebagai alat pengawasan dan alat evaluasi jemaat atas kinerja

    bendahara gereja dalam mengelola keuangan gereja. Akuntabilitas keuangan

    menurut bendahara gereja adalah bentuk dari penyampaian atas kinerja yang

    dilakukan dalam mengelolah uang, selain itu sebagai media komunikasi antara

    bendahara dan jemaat mengenai kondisi keuangan gereja.

    NO.

    JENIS LAPORAN KEUANGAN

    GEREJA KATOLIK

    (Berdasarkan

    http://keuskupan.blogspot.com/2014/03/tata-

    kelola-keuangan-paroki.html)

    GEREJA TORAJA

    1. Laporan Keuangan Bulanan

    Laporan Posisi Keuangan

    Bulanan

    2. Laporan Keuangan Tahun

    Laporan Posisi Keuangan

    Tahunan

    3. Laporan Arus Kas Rincian Penerimaan

    4. Laporan Posisi Keuangan Rincian Pengeluaran

    5. Laporan Aktivitas

    Rincian Saldo

    6. Laporan Anggaran dan Realisasi Anggaran

    7. Catatan Atas Laporan Keuangan

    8. Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya

    (RAPB)

    http://keuskupan.blogspot.com/2014/03/tata-kelola-keuangan-paroki.htmlhttp://keuskupan.blogspot.com/2014/03/tata-kelola-keuangan-paroki.html

  • 13

    2.5 Penelitian Terdahulu

    Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu mengenai bentuk dan praktik

    akuntablitiras dalam organisasi gereja:

    Tabel 2.5

    Penelitian Terdahulu

    NO.

    Nama

    Peneliti /

    Tahun

    Penelitian

    Judul Hasil Penelitian

    1. Yuesti

    (2013) Akuntansi dan

    Akuntabilitas Pada

    Komunitas Kristen

    di Bukit Doa Nusa

    Dua Bali

    Hasil penelitian tersebut menyatakan

    bahwa akuntabilitas kepada Tuhan

    merupakan wujud ucapan syukur

    karena manusia telah menerima berkat

    yang harus dipertanggungjawabkan

    penggunaannya secara rohani. Bentuk

    pertanggungjawaban dan transparansi

    yang dilakukan guna menghindari

    terjadinya penyelewengan dana

    gereja. Laporan keuangan yang

    tercantum dalam warta jemaat

    merupakan bentuk akuntabilitas

    bendahara gereja kepada jemaat.

    Bentuk akuntabilitas keuangan kepada

    Tuhan adalah mengelola kas gereja

  • 14

    dengan jujur dan penuh dengan

    tanggung jawab.

    2 Randa

    (2019) Model

    Akuntabilitas

    Organisasi Gereja

    Pemaknaan dan

    Rekonstruksi

    Inkulturatif Nilai-

    nilai Budaya Lokal

    Dari penelitian ini menunjukkan

    bahwa praktik akuntabilitas dalam

    organisasi gereja didasarkan pada

    Kitab Suci sebagai sumber iman

    utama dan aturan-aturan lain yang

    ditetapkan oleh para pemimpin gereja

    pada hirarki pusat maupun oleh

    keuskupan seperti kanon, statuta,

    pedoman dan kebijakan. Hasil dari

    penelitian ini juga menunjukkan

    pemaknaan dari praktik akuntabilitas

    dalam organisasi gereja dapat

    dibedakan menjadi tiga dimensi, yaitu

    akuntabilitas spiritual, akuntabilitas

    kepemimpinan, serta akuntabilitas

    keuangan. Ketiga dimensi utama ini

    hadir disetiap tingkatan organisasi,

    seperti stasi, paroki maupun pada

    tingkat keuskupan.

  • 15

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Pendekatan Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat ilmiah yang bertujuan

    untuk memahami konteks sosial secara alamiah yang mengedepankan proses

    interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.

    3.2 Jenis Penelitian

    Studi kasus adalah jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Studi

    kasus merupakan metode yang digunakan untuk memahami individu secara

    mendalam (Susilo Rahardjo & Gudnanto, 2011).Hal ini dilakukan supaya peneliti

    dapat mengumpulkan dan memperoleh pemahaman secara mendalam mengenai

    individu atau kelompok yang diteliti agar masalah yang dihadapi dapat terselesaikan

    dan membuat diri individu atau kelompok tersebut berkembang lebih baik.

    3.3 Lokasi Penelitian

    Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Gereja Katolik

    Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang yang berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan No.

    237, Pai Sudiang dan Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea Klasis Makassar Timur yang

    berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 11 No. 246, Tamalanrea.

  • 16

    3.4 Sumber Data

    Sumber data yang digunakan adalah data kualitatif. Data Kualitatif, yaitu

    penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis.

    Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori

    dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di

    lapangan.

    Sumber data dalam penelitian ini adalah:

    1. Data Primer, menurut (Purhantara, 2010:79) adalah data atau informasi yang

    didapat secara langsung dari sumbernya. Teknik yang digunakan untuk

    mengumpulkan data primer dalam penelitian ini antara lain dengan melakukan

    pengamatan dan melakukan wawancara dengan perwakilan organisasi gereja

    yang ditunjuk oleh pemimpin organisasi.

    Table 3.1

    Daftar Narasumber

    No. Narasumber Jabatan

    1. Ibu Pdt. Ida Theresia

    Toban,S.Th,MM

    Ketua Majelis Gereja Toraja Jemaat

    Tamalanrea

    2. Pr.Eltus Pastor Paroki Maria Rosa Mystica

    Sudiang

    3. Pak Paulus Tangke Bendahara Paroki Maria Rosa

    Mystica Sudiang

    4 Narasumber 1 Bendahara Komisi Gereja Toraja

    Jemaat Tamalanrea

    5. Narasumber 2 Majelis Gereja Toraja Jemaat

    Tamalanrea

    6. Narasumber 3 Jemaat Gereja Toraja Tamalanrea

    7. Narasumber 4 Umat Paroki Maria Rosa Mystica

  • 17

    2. Data Sekunder,yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari berbagai

    sumber yang telah ada. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah data yang berasal langsung dari organisasi, laporan keuangan gereja, dan

    lain-lain yang diproleh dari dari gereja, jurnal ilmiah maupun Alkitab.

    3.5 Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

    a. Wawancara Semi Terstruktur

    Yaitu kegiatan tanya jawab kepada pihak terkait untuk memperoleh

    keterangan yang berkaitan dengan masalah. Wawancara semi terstruktur

    tidak mengikuti daftar pertanyaan yang telah dibuat, pewawancara akan

    mengajukan pertanyaan yang lebih terbuka dengan orang yang akan

    diwawancarai.

    b. Observasi

    Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung ke objek

    penelitian dengan cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara

    sistematis tentang tingkah laku objek yang akan diteliti.

    c. Dokumentasi

    Dalam metode dokumentasi, data yang diperoleh berasal dari dokumen,

    laporan, jurnal dan buku-buku yang ada di Gereja Katolik Paroki Maria

    Rosa Mystica Sudiang dan Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea Klasis

    Makassar Timur dengan cara melihat, membaca dan mencatat data-data

  • 18

    tersebut yang kemudian dikumpulkan, diolah, dianalisis bagi penelitian

    yanglebih lanjut untuk fenomena yang diteliti.

    3.6 Teknik Analisis Data

    Sesudah data yang diperlukan diperoleh, kemudian data tersebut diolah dan di

    analisis dengan cara deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Kebenaran yang

    diperoleh dari data tersebut kemudian dapat digunakan untuk memperoleh jawaban

    dari rumusan masalah dalam penilitian ini.

    Menurut W. Pardiwan (2016), terdapat tiga teknik analisis data kualitatif, antara

    lain reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Proses tersebut

    berlangsung terus-menerus selama penelitian ini berlangsung bahkan sebelum data

    benar-benar terkumpul.

    1. Reduksi Data

    Proses reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

    penyederhanaan, pengasbtrakan dan transformasi data. Reduksi data ini akan

    berlanjut sesudah penelitian lapangan sampai pada laporan akhir secara

    lengkap.

    2. Penyajian Data

    Penyajian data dilakukan setelah data telah selesai direduksi. Data yang telah

    diperoleh dari hasil wawancara, observasi serta dokumentasi akan dianalisis

    kemudian disajikan dalam bentuk catatan. Catatan tersebut adalah Catatan

    Wawancara, Catatan Lapangan dan Catatan Dokumentasi.

  • 19

    3. Penarikan Kesimpulan

    Berdasarkan data yang telah direduksi dan disajikan, langkah akhir dalam

    analisis data kualitatif model interaktif adalah penarikan kesimpulan. Peneliti

    akan membuat kesimpulan yang didukung dengan bukti yang kuat pada

    tahap pengumpulan data.

  • 20

    BAB IV

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    4.1 Sejarah Singkat Organisasi

    4.1.1 Organisasi Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea

    Gereja Toraja merupakan buah Pekabaran Injil (PI) dari sebuah badan di

    Negeri Belanda, yakni De Gereformeede Zendings Bond (GBI) yang didirikan tahun

    1901 oleh sebagian pengurus aliran Gereformeed yang berada dalam Nederlandse

    Hervorm De Kerk. GZB berlatar belakang pietis, dalam arti sangat menekankan

    kesalehan dan kesucian orang Kristen.

    Gereja Toraja Klasis Makassar Timur terdiri dari Jemaat Biringkanaya, Jemaat

    Lanraki Biringkanaya, Jemaat Biring Romang, Jemaat Satria Kasih, Jemaat Bukit

    Tamalanrea, Jemaat Sudiang, Jemaat Baji’ Ma’rumpa-Maros dan Jemaat

    Tamalanrea. Jemaat Tamalanrea adalah pemekaran dari Gereja Toraja Biringkanaya.

    Berdirinya Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea didasarkan atas beberapa asas

    Tata Gereja. Gereja Toraja dan pelaksanaannya, yaitu dalam bab IV pasal 45 ayat 3

    tentang berdirinya suatu jemaat, Klasis dan Sinode wilayah sebagai berikut:

    Calon jemaat dapat disahkan sebagai jemaat oleh sidang klasis apabila

    dalam jemaat itu terdapat sekurang-kurangnya 10 orang anggota jemaat

    dewasa yang memenuhi syarat-syarat untuk dicalonkan untuk menjadi

    Penatua dan Diaken. Sanggup memanggil seorang Pendeta dan

    memberikan jaminan hidup yang layak serta fasilitas yang akan

    menunjang pelayanannya. Mempunyai tanah dan gedung gereja serta

    rumah Pendeta.Mampu membiayai diri sendiri dan pelayanan.

    Mempunyai batas pelayanan yang tidak tumpang tindih dengan jemaat

    Gereja Toraja lain.

  • 21

    Berdasarkan beberapa aturan yang terkandung dalam asas Gereja Toraja yang

    berlaku, maka Jemaat Tamalanrea menjadi satu jemaat yang mandiri.

    Tanah milik Jemaat Tamalanrea memiliki luas bangunan, lebar 22 M2 dan

    panjang 32 M2 dengan batas-batas:

    Utara : Lapangan Parkir

    Timur : Tanah Kosong

    Selatan : Sekolah YKTM Elim

    Barat : Kantor Klasis Makassar

    Saat ini Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea dilayani oleh 3 orang

    Pendeta.Jemaat ini mempunyai anggota jemaat yang berkomunitas terbanyak dari

    suku Toraja, walaupun tidak semua berasal dari Kabupaten Tana Toraja. Pola

    kehidupan jemaat setiap hari baik itu diluar maupun di dalam gereja yang merupakan

    pekerjaan tetap, sama seperti pola kehidupam masyarakat pada umumnya dengan

    bermacam-macam jenis pekerjaan, seperti pegawai pemeritahan, tenaga kerja swasta,

    dan lain-lain.

    Sarana dan prasarana Gereja Toraja Jemaat Tamalnra mempunyai gedung

    gereja yang menjadi pusat kegiatan kebaktian hari minggu dan kegiatan

    lainnya.Dalam lingkungan gereja terdapat gedung Balla yang digunakan untuk

    berbagai acara dan juga terdapat gedung sekolah YKTM Elim dari tingkat SD

    sampai tingkat SMA.Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea terdiri atas Majelis Jemaat

  • 22

    (Pendeta, Penatua, Diaken) yang beranggotakan 3 orang Pendeta, 132 Penatua, 115

    Diaken.

    4.1.2 Struktur Organisasi Dan Uraian Tugas Gereja Toraja Jemaat

    Tamalanrea

    Struktur organisasi merupakan rangkaian kerangka dasar menyeuruh yang

    mempersatukan fungsi-fungsi dalam suatu Gereja untuk mencapai tujuan. Struktur

    organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang secara tegas dan jelas

    memperlihatkan fungsi-fungsi, wewenang, tanggung jawab serta hubungan kerja

    antar bagian dalam Gereja yang akan memberikan kemudahan bagi pimpinan untuk

    mengawasi segala aktivitas yang terjadi dan memperlancar arus kerja dalam Gereja,

    kerena setiap fungsi mengetahui tugas dan wewenang tanggung jawab serta

    mengetahui kepada siapa harus bertanggung jawab. Struktur organisasi Gereja harus

    fleksibel dan dinamis dalam arti memungkinkan adanya penyesuaian yang sejalan

    dengan perkembangan Gereja. Demikian pula dengan struktur organisasi Gereja

    yang berbentuk organisasi garis telah mengalami perubahan sesuai dengan

    perkembanganGereja.

  • 23

    23

  • 24

    24

    Table 4.1

    Nama Pengururs Organisasi Gereja Toraja Jemaat Tamalnrea

    Ketua : Pdt. Ida Theresia Toban,S.Th,MM

    Wakil Ketua : Pnt. Ir. John H. Tonapa,SE,MM

    Sekretaris : Pnt. Drs. Mathius Tanga

    Bendahara : Pnt. Drs. A.B. Mapandin, SU

    Ketua I Bidang Ibadah/Liturgi/Musik : Pnt. Ny.Dorce Rante Ponipadang

    Gerejawi/Audio Visual

    Ketua II Bidang Diakonia : Dkn. Dra.Ny.Bertha. P

    Ketua III Kesaksian/Pekabaran Injil : Pdt. Meryaty Dampa, S.Th

    Ketua IV PWG/OIG-Lansia : Pnt. Drs. L.R.P.Somalinggi,SH,M.Sc

    Ketua V Pembangunan,Sarana-Prasarana, : Pnt. Dr.Ir. John Patanduk,MS

    Rumah Tangga

    Ketua VI Verifikasi (Keuangan dan Asset : Pnt. Sulbianma Tangdilintin,SE

    Gereja)

    Sekretaris : Pnt. Drs. Luther P. Tangdialla, MM

    Anggota : Pnt. Drs. Yani Tandi Tulak

    Pnt. Dr.Ir. Luther Sule,MT

    Pnt. Oktvianus S.R Pasanda,ST,MT

    Koordinator Kelompok Jemaat

    Kelompok 1 : Pnt.Drs. Yulius Kendek

    Kelompok 2 : Pnt.Drs. Samuel Dido

    Kelompok 3 : Pnt. Mathius Tempe,SE

    Kelompok 4 : Pnt.Ir. Christian Sampebua’,SH,M.Sp

    Kelompok 5 : Pnt.Ny. Alfrina Rantesalu,S.Pd

    Kelompok 6 : Pnt.Drs. Mathius Sile,MM

    Kelompok 7 : Pnt. Drs. Marthen Minggu

    Kelompok 8 : Pnt. Daniel Wahlens,SH

    Kelompok 9 : Pnt. Ferdinand R.Poylema

    Kelompok 10 : Pnt. Yosep Mangallo,S.Pd

  • 25

    25

    Kelompok 11 : Pnt. Jonathan Mangalik,ST

    Kelompok 12 : Pnt. Husni Anwar

    Penguus Organisasi Intra Gerejawi

    Persekutuan Kaum Bapak Gereja Toraja

    Ketua : Djois Masago Pali’

    Wakil Ketua : Pnt.Drs. Iteng Ruttu

    Sekretaris : Pnt. Yan Kondo

    Bendahara : Pnt.Drs.Frans Pakka

    Persekutuan Wanita Gereja Toraja

    Ketua : Pnt.Ny. Gallmerrya Kondorura Bida

    Sekretaris : Ririn Sahara

    Bendahara : Pnt.Ny. Magdalena P.Sampebua

    Persekutuan Pemuda Gereja Toraja

    Ketua : Hardono Dwisto

    Sekretaris : Jane Thely Mesalayuk

    Wakil Sekretaris : Zethyanto Subito

    Bendahara : Windy Sirenden

    Sekolah Minggu Gereja Toraja

    Ketua : Ny.Esther Rada Mathius

    Wakil Ketua : Jensriawan Kalafadang

    Sekretaris : Yohanis Ma’dan

    Wakil Sekretaris : Lanrianna Likulangi Toban .T

    Bendahara : Andini Sari Makka

    Wakil Bendahara : Harguningsih Andang

  • 26

    26

    4.1.3 Uraian Tugas

    1. Ketua Umum

    1. Bertanggung jawab atas tugas Pelayanan yang diatur TGGT dan

    penugasan persidangan Majelis Jemaat Tamalanrea.

    2. Mewakili jemaat kedalam dan keluar jemaat.

    3. Mengontrol dan mengkoodinasika tugas pelayanan yang dilaksanakan

    pada semua bidang pelayanan dalam Jemaat Tamalanrea.

    4. Mengkoordinasikan penyusunan konsep program atau anggaran bersama

    dengan tim untuk dibahas dan disahkan dalam sidang tahunan, serta

    laporan tahunan BPM dan laporan pertanggungjawaban masa periode

    BPM.

    5. Bersama dengan sekretaris memimpin rapat dan menandatangani surat-

    surat keluar.

    6. Mengontrol dan menyetujui penggunaan dana program yang

    dialokasikan bendahara.

    2. Ketua Bidang I, II, III, IV, dan V

    1. Menyusun konsep program tahunan pengembangan di bidangnya dengan

    mangacu pada rancangan program tiga tahun.

    2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan program pada masing-masing

    bidangnya.

    3. Mengontrol dan mengkoordinir program yang dilaksanakan seski dalam

    bidangnya.

  • 27

    27

    4. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada ketua umum BPM

    yang dituangkan dalam rapat-rapat yang dilaksanakan.

    5. Melaksanakan tugas penugasan ketua umum.

    3. Sekretaris

    1. Bersama ketua umum mewakili jemaat kedalam dan keluar.

    2. Bersama ketua umum mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan.

    3. Mempersiapkan semua agenda dan materi rapat/sidang.

    4. Mempersiapkan laporan tahunan dan laporan pertanggungjawaban masa

    periode BPM.

    5. Mempersiapkan semua surat-surat.

    6. Mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakanBPM kepada tata usaha.

    7. Melakukan tugas penugasan ketua umum.

    4. Bendahara

    1. Menyimpan, mengontrol, dan mengalokasikan dana-dana sesuai pos

    anggaran atas persetujuan ketua umum.

    2. Membuat lapoan realisasi anggaran bulanan semesteran, tahunan, dan

    ditembuskan ke BVJ.

    3. Mengarsipkan bukti penerimaan dan pengeluaran pos anggaran program.

    4. Mengamankan harta milik dan surat berharga jemaat.

    5. Melaksanakan tugas penugasan ketua umum.

  • 28

    28

    5. Seksi-Seksi

    1. Melaksanakan dan bertanggungjawab atas tugas masing-masing seksi

    dengan berkoordinasi pada ketua bidangnya.

    2. Dalam koordinasi ketua bidang menyusun strategi kegiatan-kegiatan,

    serta menyusun laporan hasil kegiatan yang dilaksanakan.

    3. Melaksanakan penugasan ketua bidang/ ketua umum.

    6. Koordinator Kelompok

    1. Mengkoordinir pelaksanaan pelayanan yang dilaksanakan di

    kelompok pelayanan masing-masing.

    2. Mengatur dan melaksanakan pembagian tugas (sel pelayanan) masing-

    masing majelis di kelompok pelayanan.

    3. Mengatur pelayanan KRT di kelompoknya.

    4. Mendistribusikan kartu persembahan atau surat-surat lainnya di

    kelompoknya.

    5. Mengumpulkan persembahan di kelompoknya.

    6. Menjaga dan memelihara asset jemaat di kelompoknya dan secara

    berkala di laporkan ke bendahara jemaat.

    7. Mengelola persembahan jemaat lewat pundi II di kelompok dan secara

    berkala di laporkan ke BPM dan ditembuskan kepada BVJ untuk

    diverifikasi.

    8. Bertanggungjawab atas aktivitas OIG di kelompoknya.

  • 29

    29

    9. Mengatur pendampingan majelis terhadap kebaktian SMGT di

    kelompoknya.

    10. Melaksanakan tugas lainnya yang diatur BPM.

    7. Tata Usaha: Administrasi

    1. Membantu pendeta, menata pekerjaan dan tenaga pekerja Gereja di

    Kantor.

    2. Menata penyimpanan pengarsipan surat-surat masuk dan keluar sesuai

    petunjuk Sekretaris.

    3. Melaksanakan/ menata administrasi Kantor, koordinasi dengan

    Sekretaris.

    4. Melaksanakan/ menyiapkan materi-materi rapat atas Koordinasi Ketua

    dan Sekretaris BPM.

    5. Menyiapkan bahan pengisian papan potensi dan asset jemaat dengan

    koordinasi BPM yang membidangi.

    6. Membuat laporan Administrasi Keuangan, Kolekte Hari Minggu,

    KRT/ Insidentil dan persembahan lainnya dan disampaikan kepada

    masing-masing Bendahara, Jemaat (kutipan dari buku-buku

    pelayanan).

    7. Menghitung dana/ kolekte-kolekte dan sumbangan lainnya, kemudian

    diserahkan kepada masing-masing Bendahara Jemaat.

    8. Melaksanakan pengetikan untuk semua surat dan dokumen

    kepentingan jemaat.

    9. Bertanggungjawab atas pemeliharaan dan pemakaian peralatan kantor.

  • 30

    30

    10. Melaksanakan koordinasi kepada Majelis Gereja dan OIG untuk

    kepentingan Jemaat.

    11. Melaksanakan koordinasi dengan anggota BPM, BVJ untuk kegiatan

    kerja.

    12. Melaksanakan/ merampungkan surat-surat masuk untuk dibahas

    dalam rapat.

    13. Mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan jemaat di kantor.

    14. Hal-hal lain yang dipandang perlu yang berkaitan dengan tugas.

    4.2 Sejarah Singkat Organisasi Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica

    Sudiang

    Pemberkatan Gereja Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang dilaksanakan pada

    tanggal 1 Mei 2015 oleh Bapak Uskup Keuskupan Agung Makassar yaitu Mgr.

    Yohanes Liku Ada’ Pr. Pemberkatan gedung gereja dilakukan dengan

    menggunakan konsep pemberkatan secara lengkap sesuai pedoman pemberkatan

    gereja dalam dokumen Gereja Katolik Roma. Pada tanggal 2 Mei 2015 Gereja

    Katolik Paroki Rosa Mystica Sudiang diresmikan, Gereja Katolik Paroki Maria

    Rosa Mystica Sudiang dibangun untuk memenuhi kebutuhan Umat Katolik di

    Makassar bagian Timur yang jumlahnya kian bertambah.

    Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang dibangun di KM 20

    Poros Makassar-Maros dan berada di antara Perumahan Citra Sudiang Indah dan

    Perumahan R.S Stella Maris.Gedung gereja didirikan diatas lahan milik

    Keuskupan Agung Makassar + 1 Ha dan menjadi Paroki yang memiliki lahan

  • 31

    31

    terluas di Makassar. Jumlah umat di Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica

    Sudiang + 3.000 umat yang terdiri dari 9 rukun, yakni Rukun YMY, Rukun Santo

    Yakobus, Rukun Santo Yoseph, Rukun Materdolorosa, Rukun St. Marselinus,

    Rukun Bunda Maria dan 3 rukun hasil dari pecahan Paroki Maria Ratu Rosari

    Kare, yakni Rukun Katarina, Rukun Carits dan beberapa keluarga dari Rukun Hati

    Kudus yang dikenal sebagai umat kampung sawah.

    Pembangunan Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang dimulai

    dengan adanya rekomendasi dari masyarakat sekitar dan izin dari pemerintah Kota

    Makassar, proses pembangunan gedung gereja kemudian dimulai dengan modal

    sekitar 25 juta rupiah. Pada awalnya Paroki Induk pertama di Bagian Timur

    Makassar adalah Paroki Santo Paulus Tello yang kemudian berpindah ke Paroki

    Maria Ratu Rosari Kare.Paroki Maria Ratu Rosari Kare kemudian dimekarkan

    lagi oleh kehadiran Paroki Bunda Maria Mandai yang sekaligus menjadi Paroki

    baru dan berfungsi sebagai induk dari stasi Maros dan stasi Tonasa, kemudian

    setelah Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang.

    4.2.1 Struktur Organisasi Dan Uraian Tugas Gereja Katolik Paroki Maria

    Rosa Mystica Sudiang

    Struktuk Gereja Katolik disusun secara hierarkis, dalam Konsili Vatikan II

    dengan jelas struktur ini dibuat hukumnya.Menurut ajaran resmi Gereja Katolik,

    struktur hierarkis termasuk hakikat kehidupannya juga, maka Konsili suci

    mengajarkan bahwa “atas penetapan Ilahi, para Uskup menggantikan para Rasul

    sebagai gembala Gereja” (Lumen gentium 20).

  • 32

    32

    Konsili suci tersebut mengajarkan dan menyatakan bahwa Yesus Kristus

    adalah Gembala Yang kekal yang telah mendirikan Gereja kudus dengan

    mengutus para Rasul seperti Ia sendiri (Yesus Kristus) diutus oleh Bapa (Yoh

    20:21).

    Para pengganti mereka, yakni para Uskup, dikehendaki-Nya menjadi gembala

    dalam Gereja-Nya hingga akhir zaman (Lumen Gentium 18).Struktuk hierarkis

    bukanlah sesuatu yang ditambahkan atau dikembangkan dalam sejarah Gereja

    saja.Menurut ajaran Konsili Vatikan II struktur dikehendaki oleh Tuhan dan

    akhirnya berasal dari Tuhan Yesus sendiri.Dalam kurun waktu antara kebangkitan

    Yesus dan kemartiran St. Ignatius dari Anthiokia pada awal abad kedua, secara

    prinsip terbentuklah hierarki Gereja sebagaimana dikenal dalam Gereja Katolik

    sekarang.

    Yang disebut awal perkembangan hierarkis adalah kelompok ke-12 Rasul.

    Dengan demikian bahwa yang dimaksud dengan hierarkis dalam Gereja Katolik

    sudah jelas dan tidak dipertentangkan, dan setiap pertentangan dan perlawanannya

    jelas melawan hukum Konsili suci.

  • 33

    33

    STRUKTUR ORGANISASI GEREJA KATOLIK

    PAROKI MARIA ROSA MYSTICA SUDIANG

    Gambar 4.2 Struktur Organisasi Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang

    PASTOR PAROKI

    (KETUA DEPAS)

    KETUA 1 KETUA 2

    SEKRETARIS

    PGPN

    SEKSI 1 SEKSI 2 SEKSI 4 SEKSI 5 SEKSI 3

    BENDAHARA

  • 34

    4.2.2 Uraian Tugas Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang

    1. Ketua Umum (DEPAS)

    1. Berdasarkan jabatannya sebagai Pastor Paroki mewakili Uskup.

    2. Memegang pimpinan tertinggi di paroki dan berhak mengambil

    keputusan akhir atas usul, saran dan pendapat Dewan Pastoral Paroki.

    3. Berdasarkan tanggung jawabnya yang khusus dapat menunda

    pengambilan atau pelaksanaan keputusan terutama dalam bidang iman,

    moral, hokum gereja dan tata tertib.

    4. Melakukan pengawasan umum terhadap Dewan Pastoral Paroki untuk

    meningkatkan kualitas pelayanan.

    5. Membina pengurus Dewan Pastoral Paroki untuk meningkatkan kualitas

    pelayanan.

    6. Mengambil keputusan tentang kebijakan sebagaimna dalam Pedoman

    DPP.

    7. Mendelegasikan sebagian tugas-tugas, wewenang kepada DPP atau

    pengurus lain apabila dipandang perlu.

    8. Bersama DPP harian memberikan laporan pertanggungjawaban seluruh

    kegiatan kepada Uskup.

    9. Mau menjadi moderator kelompok atau persekutuan atau perkumpulan

    atau organisaso Katolik di Paroki, bila AD/ART organisasi tersebut

    menyebutnya demikian.

  • 35

    10. Setelah berkonsultasi dengan Ukup dan memberitahu Dewan Pastoral

    Paroki Harian, berwenang mengangkat dan memberhentikan pegawai

    paroki dan pegawai pastoral.

    11. Menandatangani surat-surat ke luar paroki.

    2. Ketua I DPP

    1. Menerima dan melaksanakan tugas yang diperikan oleh Ketua Umum.

    2. Mengkoordinir, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan Seksi

    DPP dan mengkoordinir stasi dan lingkungan.

    3. Memimpin peretemuan/ rapat DPP Harian, Inti dan Pleno.

    4. Mengkoordinir penyusunan rencana kerja dan anggaran yang dibuat

    ketua-ketua seksi.

    5. Memberikan penjelasan umum kepada instansi pemerintah dan

    masyarakat apabila diperlukan.

    6. Meminta dan menerima hasil rapat dan pertemuan seksi atau bagian dari

    seksi dan meneruskan kepada Ketua Umum.

    7. Mengupayakan kerja sama dengan seksi-seksi lain terutama seksi

    Pewartaan.

    3. Ketua II DPP

    1. Membantu melakukan pengawasan umum terhadap semua kegiatan DPP

    dan bersama-sama Ketua Umum dan Ketua I menyusun laporan

    pertanggungjawaban seluruh kegiatan paroki yang akan disampaikan

    kepada Uskup Makassar secara tertulis.

    2. Mewakili ketua I apabila berhalangan melaksanakan tugasnya.

  • 36

    3. Membantu ketua I dalam koordinasi, pengawasan dan evaluasi atas seksi-

    seksi DPP.

    4. Melaksanakan tugas-tugas yang diserahkan oleh Ketua Umum dan Katua

    I.

    4. Sekretaris

    6. Mengelola secara rutin kegiatan kesekretariatan DPP secara luas dan

    memadai.

    7. Mengurus administrasi, pengarsipan surat-surat dan dokumen lainnya

    yang berkaitan dengan DPP.

    8. Bertanggung jawab dan melaporkan hasil kegiatan dan pemakaian

    anggaran kesekretariatan kepada Ketua Umum dan Ketua I DPP.

    9. Melaksanakan prepensi rapat dan membuat notula rapat yang diadakan

    DPP Harian dan Inti.

    10. Melaksanakan tugas tertentu yang diberikan oleh Ketua Umum dan atau

    Ketua DPP.

    11. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pegawai tata usaha

    paroki.

    5. Bendahara

    1. Mengelola seluruh pemasukan dan pengeluaran rutin paroki secara

    akurat, jelas dan kredibel, yaitu berupa buku harian dan jurnal bulanan

    serta rekap tahunan.

  • 37

    2. Mengelola harta benda paroki, baik harta bergerak, tidak bergerak, juga

    tabungan dan bentuk lainnya dan harus menghindarkan risiko kerugian

    yang mungkin terjadi.

    3. Menyimpan uang paroki yang diperoleh secara rutin dan mengeluarkan

    uang paroki yang dianggarkan secara rutin.

    4. Berkomunikasi dengan DPP Harian terutama mengenai pemasukan dan

    pengeluaran tidak rutin.

    5. Melaksanakan tugas-tugas tertentu yang diberikan oleh Keuskupan yang

    berkaitan dengan masalah keuangan.

    6. Menyusun dan memberikan laporan triwulan dan tahunan kepada

    keusukupan serta laporan tahunan kepada DPP Pleno.

    6. Seksi-Seksi

    1. Menyusun rencana erja dan anggaran belanja dan menyapaikannya

    kepada DPP Harian dan DPP Pleno.

    2. Melaksanakan, memonitor dan mengevaliasi seluruh kegiatan liturgy di

    Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang.

    3. Menyusun dan menyampaikan jadwal petugas liturgy untuk Misa,

    khususnya untuk Hari Minggu dan Hari Raya dan Pesta Besar.

    4. Membina mdan melatih para Lektor dan Lektris agar dapat bertuga

    dengan baik dan pantas.

    5. Membuat daftar perlengkapan liturgy dan ibadat yang perlu dibeli atau

    diperbaiki.

  • 38

    6. Mendata tenaga pewartaan dan menyelenggarakan kaderisasi dan

    pembinaan petugas pewartaan (evangelisasi), teristimewa para pengurus

    stasi dan lingkungan, pemimpin ibadat dan kaum muda melalui

    pembekalan, pelatihan, retret dan sebagainya.

    7. Mengadakan pertemuan Seksi secara berkala.

    8. Mendampingi dan meyelanggarakan berbagai kegiatan kaum muda dalam

    bentuk seminar, lokakarya, pelatihan, outbond, rekolkesi, retret,

    kunjungan ke paroki lain da ziarah.

    9. Membinan keluarga khususnya keluarga balita agar mampu mewujudkan

    nilai-nilai kristiani serta kasih dan damai di keluarga-keluarga.

    10. Memelihara dan meningkatkan rasa kesetiakawanan social, solidaritas,

    perhatian dan kepedulian social terutama kepada masyarakat yang

    miskin, terlantar dan korban bencana dan menyalurkannya.

  • 39

    BAB V

    ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    5.1 Hasil Analisis Data

    Berikut ini adalah deskripsi hasil wawancara dan dokumentasi mengenai

    praktik akuntabilitas pada oganisasi Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea dan Gereja

    Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang.

    5.1.1 Praktik Akuntabilitas Spiritual Pada Organisasi Gereja.

    1) Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea

    Praktik akuntabilitas vertikal sangat erat kaitannya dengan akuntabilitas

    spiritual.Akuntabilitas spiritual Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea dilakukan

    sepenuhnya oleh jemaat dan pengurus gereja sebagai bagian dari organisasi

    gereja. Jemaat dan pengurus gereja melaksanakan kewajibannya dalam bentuk

    kegiatan religius antara lain mengikuti ibadah minggu, ibadah rumah tangga,

    ibadah PPGT, ibadah PWGT, ibadah PKBGT, dan memberikan persembahan

    dengan kerelaan dan ketulusan hati sebagai wujud ucapan syukur kepada

    Tuhan. Ibu Pdt. Ida Theresia Toban,S.Th,MM mengatakan:

    “Setiap orang harus memiliki kesadaran dalam dirinya untuk

    mewujudkan nilai-nilai religius dalam kehidupannya sehari-hari.Hal

    yang bisa dilakuakn untuk mewujudkan nilai-nilai religius tersebut

    adalah dengan mengikuti ibadah yang dilaksanakan dan memberikan

    korban ucapan syukur dalam bentuk persembahan (kolekte).Selain itu

    juga jemaat dan para pengurus gereja harus membangun hubungan

    pribadi yang intim dengan Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai

    pedoman yang utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selain

  • 40

    membangun hubungan yang intim dengan Tuhan, jemaat dan para

    pengurus gereja juga harus hidup rukun dan saling menghargai, saling

    membantu dan menguatkan jika salah seorang mengalami masalah.”

    Salah seorang jemaat juga mengatakan bahwa:

    “Dalam mewujudkan nilai religius dalam kehidupan sehari-hari itu

    tidaklah mudah, diperlukan komitmen dan memiliki kesadaran untuk

    menerapkan nilai tersebut.Kita harus menjalin hubungan yang mesra

    dengan Allah dan menjalankan kehidupan sesuai dengan Firman

    Tuhan.”

    Dari pernyataan diatas dapat disimpulka bahwa untuk mewujudkan

    praktik akuntablitas spiritual dalam organisasi gereja khususnya pada Gereja

    Toraja Tamalanrea adalah dengan membangun hubungan yang lebih intim

    dengan Tuhan dan melakukan nilai-nilai religius yang dinyatakan dalam

    bentuk mengikuti setiap ibadah yang dilaksanakan dan memberikan

    persembahan tanpa paksaan sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan, dan

    menjadikan Tuhan sebagai pedoman utama dalam kehidupan sehari-hari.

    Selain membangun hubungan yang intim antara Tuhan dengan individu,

    membangun hubungan yang baik anatar para pengurus gereja, gembala sidang

    dan jemaat juga sangat penting dalam mewujudkan akuntabilitas spiritual.

    2) Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang

    Pemahaman spiritualitas sebagai pengalaman yang suci yang

    diwujudkan kedalam bentuk perilaku sehari-hari.Akuntabilitas spiritual juga

    dimaknai bahwa setiap individu harus mempunyai kesadaran untuk

    mewujudkan praktik akuntabilitas spiritual kepada Tuhan. Umat dan

  • 41

    pemimpin gereja mewujudkan praktik akuntabilitas spiritual dengan

    mengikuti apa yang menjadi ajaran gereja. Pr. Eltus mengatakan:

    “Spiritualitas dimaknai sebagai pengalaman yang suci dan menjadi

    dasar bagi manusia dalam berperilaku.Dalam menjalankan aktivitas

    sehari-hari, baik sebgai umat maupun pemimpin gereja harus

    memiliki komitmen dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

    sesuai dengan ajaran gereja dan amanah yang diberikan, Tuhan

    sebagai pemberih amanah serta umat dan para pemimpin gereja yang

    melaksanakan amanah tersebut.”

    Narasumber lain juga mengungkapkan bahwa:

    “Dalam mewujudkan nilai spiritualitas dalam ajaran katolik adalah

    dengan mengikuti ibadah setiap hari minggu yang didalamnya

    dilakukan perayaan ekaristi yang dimaknai sebagai puncak karya

    keselamatan umat manusia, doa kelompok dan keluarga, devosi,

    memberikan persembahan syukur dengan kerelaan hati, menjalani

    hidup bakti untuk melayani Tuhan, yaitu hidup sederhana dan tidak

    menikah dan menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupannya.”

    Seperti yang dikatan oleh narasumber diatas, dalam mewujudkan

    praktik akuntabilitas pada organisasi gereja katolik adalah dengan mengikuti

    ibadah minggu yang didalamnya dilakukan perayaan ekaristi (perjamuan),

    mengikuti ibadah devosi yaitu doa rosario dan penghormatan kepada santo,

    serta memilih untuk menjalai hidup bakti yaitu hidup dengan sederhana dan

    tidak menikah serta tujuan hidupnya hanya untuk melayani Tuhan.

    Dari kedua pernyataan diatas, terdapat perbedaan praktik akuntabilitas

    pada organisasi gereja Toraja dan organisasi gereja Katolik.Praktik

    akuntabilitas pada gereja Toraja dilakukan sepenuhnya oleh para jemaat dan

    pengurus gereja sebagai bagian dari organisasi. Dalam organisasi gereja

    Toraja, untuk hidup melayani Tuhan tidak ada paksaan untuk tidak menikah,

  • 42

    karena jemaat dan pengurus gereja menghidupi Firman Tuhan yang terdapat

    dalam kitab Kejadian 1:28a yang berbunyi: “beranakcuculah dan bertambah

    banyak, penuhilah bumi dan taklukanlah itu,”. Pada organisasi gereja Toraja

    juga tidak melakukan perjamuan setiap ibadah pada hari minggu, perjamuan

    dilakukan hanya pada hari raya gereja seperti, perjamuan asa sedunia, dan

    perjamuan Dalam mewujudkan praktik akuntabilitas spiritual, jemaat dan

    pengurus gereja juga harus memiliki rasa cinta kasih kepada sesama dan

    membangun hubungan intim secara pribadi dengan Tuhan, serta menjadikan

    Tuhan sebagai sumber utama dalam kehidupannya.

    Sedangkan pada organisasi gereja Katolik, spiritualitas dimaknai

    sebagai pengalam suci dan menjadi dasar bagi manusia dalam

    berperilaku.Untuk mewujudkan praktik akuntabilitas spiritual dengan

    mengikuti ibadah minggu yang didalamnya dilaksanakan perayaan ekaristi

    yang dimaknai sebagai puncak karya penyelamatan umat manusia.Untuk

    menyatakan spiritualitas dalam hidup beriman katolik adalah dengan memilih

    untuk menjalani hidup bakti yang artinya siap untuk hidup sederhana dan

    tidak menikah dan hidupnya hanya untuk melayani Tuhan saja.

    5.1.2 Praktik Akuntabilitas Kepemimpinan Pada Organisasi Gereja

    1) Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea

    Kepemimpinan gereja adalah bagian dari kepemimpinan kristen.

    Kepemimpinan gereja juga dapat dikatan sebagai suatu proses terencana yang

    dinamis dalam konteks pelayanan kristen. Dalam organisasi gereja Toraja,

    jemaat dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin gereja

  • 43

    adalah seseorang yang dipanggil oleh Allah kedalam tanggung jawab untuk

    memimpin umatnya. Ibu Pdt. Ida Theresia Toban,S. Th,MM mengatakan:

    “Kepemimpinan dalam gereja Toraja adalah kepemimpinan seperti

    Yesus Kristus, yaitu memimpin dari hati dan berlandaskan kasih dan

    kebenaran.Pemimpin juga harus kompeten dalam melaksanakan

    tugasnya, dan dapat memimpin dengan baik dan benar. Seorang

    pemimpin gereja juga harus memiliki kharisma kepemimpinan, hal ini

    menjadi dasar sehingga pemimpin dapat memimpin organisasi gereja

    dengan sehat, efektif serta efisien yang nantinya akan memberikan

    manfaat bagi semua pihak. Untuk mewujudkan itu semua, seorang

    pemimpin harus bertanggung jawab meneguhkan sikap terhadap diri

    sendiri dan dalam keluarganya, serta dalam pelayanannya sehingga

    dapat menjadi berkat. Sebagai pemimpin gereja yang terpanggil

    sebagai gembala, ia harus hidup sama seperti Yesus. Sebagai

    pemimpin rohani ia harus hidup dalam kebenaran, kekudusan,

    keadilan dan memiliki budi luhur, karena hanya pemimpin yang

    memiliki budi yang luhur saja yang dapat memimpin dari hati yang

    olehnya ia membawa berkat bagi jemaat yang dipimpinnya.”

    Dari pernyataan informan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

    seorang pemimpin gereja haruslah memiliki kharisma kepemimpinan (Roma

    12:8c) sama seperti Tuhan Yesus. Seorang pemimpin rohani juga harus

    memimpin dengan benar dan adil serta bertanggung jawab untuk meneguhkan

    sikap terhadap dirinya sendiri, dalam keluarga dan pelayanannya sehingga ia

    dapat menjadi berkat bagi jemaat yang dilayani. Seorang pemimpin juga harus

    hidup seperti Tuhan Yesus (Yoh 10:11; 1 Yoh 2:6) dalam kekudusan,

    kebenaran (Filipi 4:5,8-9) serta memiliki budi yang luhur (Amsal 4:23).

    Pemempin juga harus memimpin dengan kasih, iman serta pengharapan yang

    teguh, sehingga ia dapat membangun dan mempersatukan jemaatnya.

  • 44

    2) Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang

    Dalam kepemimpinan gereja Katolik cenderung lebih sentralistik atau

    terpusat.Keuskupan adalah bagian dari umat Allah.Tata kelola keuskupan

    hampir menyerupai suatu negara, dengan kata lain Uskup menjadi kepalanya.

    Salah satu informan mengatakan:

    “Dalam memimpin, seorang Uskup harus bersikap tegas dan bijaksana

    dalam bertindak.Dalam menjalankan tugasnya Uskup dibantu oleh

    Pastor. Pastor sebagai seorang gembala yang baik harus memiliki nilai-

    nilai kepemimpinan seperti rendah hati, jujur, terbuka, sabar dan mau

    mengayomi umat yang dipimpinnya, dan tidak menjadikan kekuasaanya

    sebagai seorang pemimpin yang otoriter dan tidak bertanggung jawab

    dengan tugasnya, melainkan seorang Pastor harus mau melayani dengan

    rendah hati sama seperti Yesus yang datang kedunia untuk melayani

    umat manusia. Seorang Pastor juga harus betindak agar selalu mengingat

    umatnya dan tidak bertindak berdasarkan kinginannya melainkan

    berdasarkan kehendak dan sesuai dengan ajaran Yesus. Tetapi pada

    kenyataannya masih ada saja Pastor yang menjalankan tugasnya tidak

    dengan sepenuh hati melainkan melakukannya sesuai dengan

    kehendaknya sendiri dan tidak mau melibatkan umat dan para pengurus

    gereja yang lain, sehingga organisasi gereja yang dijalankan tidak lagi

    sesuai dengan ajaran Yesus Kristus sebagai pemimpin gereja.”

    Dari pernyatan yang diperoleh dari salah seorang informan, maka

    penulis dapat menyimpulkan bahwa praktik akuntabilitas kepemimpinan

    dalam organisasi Gereja Katolik khususnya pada Gereja Katolik Paroki Maria

    Rosa Mystica Sudiang telah mencoba untuk menerapkan kepemimpinan yang

    menjadikan Yesus Kristus sebagai pedoman utama dalam mewujudkan praktik

    akuntabilitas kepemimpinan yaitu melayani umuat dan bukan dilayani umat.

    Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa kepemimpinan organisasi Gereja

    Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang masih sentralistik, ini dapat

    dilihat dari tata kelola keuskupan yang menyerupai suatau negara dan Uskup

  • 45

    yang menjadi kepalanya, dan seluruh lembaga-lembaga yang ada di dalam

    organisasi gereje ada dibawah kewenangan Uskup dan tunduk pada ketentuan

    keuskupan.

    Hasil dari wawancara dari kedua informan diatas, maka dapat

    diketahui perbedaan praktik akuntabilitas kepemimpinan. Pada organisasi

    Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea menjadikan Yesus Kristus sebagai tokoh

    utama dalam melakukan tugas dan tanggungg jawabnya dan melibatkan

    jemaat dalam proses pengambilan keputusan.

    Sedangkan praktik akuntabilitas kepemimpinan pada organisasi Gereja

    Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang juga telah mencoba untuk

    menerapkan bentuk kepemimpinan Yesus Kristus. Tetapi disisi lain organisasi

    Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang masih sentralistik, karena

    tata kelola organisasinya ada dibawah kewenangan Uskup dan tunduk pada

    ketentuan keuskupan.

    5.1.3 Praktik Akuntabilitas Keuangan Pada Organisasi Gereja

    1) Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea

    Di dalam Alkitab telah dibahas dengan jelas tentang keuangan, bahwa

    uang ataupun berbgai hal yang mengenai materi bukanlah suatu masalah yang

    besar, Paulus berkata kepada Timotius jika akar dari segala kejahatan di dunia

    ada dua, yaitu cinta dan uang. Salah satu bendahara komisi mengatakan:

    “Dana yang dikelola oleh setiap komisi, dikelola dengan jujur

    berlandaskan rasa takut akan Tuhan. Berapapun dana yang masuk dari

    jemaat akan dicatat secara rinci di dalam laporan keuangan, yang

    nantinya laporan itu dapat dipertanggungjawabkan kepada jemaat

    terlebih kepada Tuhan.”

  • 46

    Berdasarkan hasil wawancara dari narasumber diatas, maka penulis

    dapat menyimpulkan bahwa, dana yang diterima oleh setiap komisi dari

    jemaat akan digunakan kembali untuk menunjang kegiatan pelayanan dalam

    gereja. Selain itu, pertanggungjawaban dari setiap komisi akan dicantumkan

    kedalam warta jemaat pada setiap ibadah di hari Minggu.

    a. Alur Pelaporan Pertanggungjawaban Komisi

    Pada Gereja Toraja Tamalanrea telah memiliki alur

    pertanggungjawaban yang sudah ditetapkan. Seperti yang telah dikatakan oleh

    Ibu Pdt. Ida Theresia Toban,S.Th,MM selaku ketua majelis bahwa:

    “Setiap komisi diharuskan untuk membuat pelaporan untuk

    dipertanggungjawabkan kepada gerjea, dalam hal ini adalah

    majelis.Setiap penyerahan laporan dari masing-masing komis harus

    diketahui oleh PMG.”

    Narasumber lain yang juga sebagai bendahara komisi mengungkapkan bahwa:

    “Kita telah melaksanakan rapat majelis.Dalam rapat itu kita membahas

    tentang program yang telah dilaksanakan.Bisa dibilang laporan

    pertanggungjawabannya.Laporan tersebut meliputi laporan anggaran

    dan pelaksanaan kegiatannya. Setelah itu laporan tersebuat kemudian

    ditanda tangani oleh masing-masing komisi dengan sepengetahuan

    majelis yang terkait dan laporan itu akan diberika kepada PMG lalu

    PMG akan menyerahkan kembali ke gereja. Kurang lebih begitulah alur

    pelaporan pertanggunjawabannya.”

    Dari kedua pernyataan narasumber diatas, maka dapat disimpulkan

    bahwa setiap komisi harus melalui PMG untuk menyerahkan laporan

    pertanggungjawabannya yang kemudian laporan tersebut akan diserahkan

    kepada majelis gereja oleh PMG.

  • 47

    Alur pelaporan tersebut akan memudahkan setiap komisi dalam

    membuat laporan, serta siapa yang akan menerima laporan tersebut. Setiap

    komisi berperan sebagai aktor yang diberikan tanggung jawab untuk membuat

    laporan pertanggungjawaban atas program kegiatan yang mereka laksanakan.

    Hasil dari laporan tersebut akan digunakan oleh PMG sebagai bahan untuk

    rapat majelis atau sering disebut Rapat Pleno. Dalam rapat tersebut, semua

    OIG akan turut hadir untuk melihat dan mengetahui laporan tersebut.

    Gambar 5.1 Alur Pertanggungjawaban Komisi Gereja Toraja Jemaat

    Tamalanrea

    Sumber: Data Olahan

    b. Praktik Akuntabilitas Keuangan Komisi

    Sistem pertanggungjawaban setiap komisi dapat memberikan gambaran

    mengenai praktik akuntabilitas keuangan yang dijalankan. Berdasarkan sistem

    tersebut, maka dapat kita ketahui siapa saja yang bertugas untuk membuat

    laporan, siapa yang menerima serta standar apa yang dipakai untuk menilai

    pertanggungjawaban tersebut.

    JEMAAT

    GEREJA

    (MAJELIS) PMG KOMISI

  • 48

    Tabel 5.1 Sistem Pertanggungjawaban Komisi

    No Unit

    Akuntabilitas

    Siapa Kepada Siapa Standar Penilaian

    Mengenai Apa

    Program Keuangan

    1 Komisi 1 Komisi 1 PMG, Majelis Gereja Pelaksana

    Program

    Nama,tujuan,sasaran,waktu,tempat Pembiayaan

    2 Komisi 2 Komisi 2 PMG, Majelis Gereja Pelaksana

    Program

    Nama,tujuan,sasaran,waktu,tempat Pembiayaan

    3 Komisi 3 Komisi 3 PMG, Majelis Gereja Pelaksana

    Program

    Nama,tujuan,sasaran,waktu,tempat Pembiayaan

    4 Komisis 4 Komisi 4 PMG, Majelis Gereja Pelaksana

    Program

    Nama,tujuan,sasaran,waktu,tempat Pembiayaan

    5 Komisi 5 Komisi 5 PMG, Majelis Gereja Pelaksana

    Program

    Nama,tujuan,sasaran,waktu,tempat Pembiayaan

    Sumber: Data Olahan

  • 49

    Berdasarkan informasi diatas, maka dapat dikatakan setiap komisi dalam

    membuat rencana program yang akan dilaksanakan selama setahun. Rencana

    program tersebut kemudian akan diberikan kepada majelis gereja pada akhir tahun

    anggaran yang disetujui. Rencana program dibuat berdasarkan uraian tugas yang

    telah ada dan ditetapkan. Salah informan mengatakan bahwa:

    “Sebelum meminta anggaran yah terlebih dahulu harus membuat

    program kegiatan yang akan dijalankan, kemudian diajukan kepada

    gereja untuk disetujui program dan juga anggarannya.”

    Program dan anggaran yang telah disetujui oleh gereja selanjutnya

    akandiminta pertanggungjawabannya. Laporan pertanggungjawaban tersebut

    kemudian akan disampaikan pada pelaksanaan rapat PMG dengan kordinasi.

    Laporan tersebut berisi tentang apa saja program yang telah dilaksanakan dan

    berapa anggarannya, anggaran tersebut meliputi penerimaan dan pengeluaran.

    Dalam rapat triwulan, PMG akan menyampaikan perkembangan pelaksanaan

    program yang telah direncanakan beserta anggarannya. Selain itu PMG juga nanti

    akan menyampaikan program kerja dari setiap komisi yang menjadi tanggung

    jawabnya, yang nantinya laporan pertanggungjawaban mereka akan

    diperhitungkan pada akhir tahun.

    Laporan pertanggungjawaban keuangan yang akan dilaporkan dalam

    laporan kerja komisi adalah pembiayaan gereja. Laporan keuangannya dibuat

    lebih rinci dan detail agar dalam penggunaan dana dapat diketahui oleh semua

    pihak baik jemaat maupun PMG. Hal ini diperkuat dengan adanya pernyataan dari

    salah satu anggota komisi, yang mengatakan:

  • 50

    “Kita melakukan semuanya dengan transparan, setiap ada dana yang

    masuk akan dicatat secara rinci dan akan diberitahukan pada setiap

    ibadah minggu. Berbeda dengan pengeluaran, yang dipublikasikan

    setiap 1 kali dalam 2 bulan, tergantung kapan dana tersebut digunakan.

    Jadi kita tidak perlu lagi menampilkan rincian dana tersebut pada saat

    rapat pleno, yang ditampilkan hanya garis-garis besarnya saja.”

    Dari pernyataan informan diatas, dapat dikatakan bahwa setiap komisi

    dalam melaporkan keuangannya sudah transparan, karena sudah ditampilkan

    dalam setiap ibadah minggu dalam bentuk warta jemaat. Namun pada rapat pleno

    laporan yang ditampilkan sudah tidak rinci dan detail lagi, hanya garis besarnya

    saja. Dalam membuat laporan pertanggungjawaban keuangan, komisi tidak

    diharuskan mebuat laporannya secara detail karena laporan pertanggungjawaban

    yang diminta sudah memiliki format yang menjadi ketentuan dari gereja. Menurut

    salah satu majelis gereja bahwa:

    “Kami tidak menuntut agar setiap komisi membuat laporan

    pertanggungjawabannya secara rinci, jika mereka memberikan laporan

    yang sederhana itu sudah cukup, karena laporan yang rinci itu sudah

    dicantumkan pada warta jemaat pada ibadah minggu, jadi kami ingin

    membuat laporan pertanggungjawaban yang sederhana tentunya

    desertai dengan bukti yang ada serta ingin membangun rasa saling

    percaya antara majelis dan juga jemaat.”

    Pernyataan dari majelis tersebut menunjukkan bahwa gereja

    menginginkan laporan pertanggungjawaban yang sederhana dan membangung

    kepercayaan antar majelis dan jemaat. Laporan pertanggungjawaban yang dibuat

    sederhana dirasa akan mempermudah gereja dalam membuat laporan

    pertanggungjawaban pada saat rapat pleno.Menurut salah satu narasumber,

  • 51

    laporan pertanggungjawaban yang dibuat dengan sederhana bukan berarti tidak

    dapat dipercaya dan dicurigai, karena pertanggungjawaban dalam organisasi

    gereja berlandaskan pada kepercayan dan kejujuran.

    Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

    kepercayaan menjadi hal yang sangat diutamakan dalam praktik akuntabilitas

    keuangan gereja.Tetapi itu semua harus sesuai dengan keputusan bersama majelis,

    karena semua keputusan dan kebijakan ada ditangan majelis karena sistemnya

    presbiterial. Demikian juga dengan input yang diharapkan adalah pelaporan

    pertanggungjawaban yang detail namun dalam bentuk yang sederhana.

    c. Laporan Pertanggungjawaban Komisi

    Setiap komisi akan membuat laporan pertanggungjawabannya setiap

    akhir tahun. Laporan pertanggungjawaban keuangan setiap komisi yang

    dicantumkan dalam leporan kinerja komisi adalah jumlah anggaran dan

    pengeluaran gereja sudah terlaksana dengan baik dalam satu periode. Laporan

    tersebut nantinya akan diperlihatkan dalam rapat pleno. Jumlah anggaran yang

    tercantum dalam laporan teresebuat adalah jumlah anggaran yang digunakan atau

    dikeluarkan oleh gereja dalam melaksanakan program kegiatan dari setiap

    komisi.Jumlah anggaran yang dikeluarkan olehn gereja itulah yang dicatat sebagai

    realisasi anggaran.

    d. Tim Verifikasi Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea

    Pada Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea memiliki tim verifikasi yang

    bertugas untuk memeriksa keuangan gereja, pelaksanaan program serta

    mengevaluasi. Tim verifikasi ini berdiri sendiri, yaitu komisi

  • 52

    verifikasi.Verifikasi dilakukan setiap akhir bulan dan setiap kegiatan gereja

    yang sudah dilaksanakan untuk tim kerja dan kepanitiaan. Hasil wawancara

    dari Tim Verifikasi Gereja, pemeriksaan keuangan gereja dilakukan

    berdasarkan pada rencana keuangan dan program yang telah dibuat oleh

    gereja. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mencocokkan anggaran dengan

    realisasinya. Laporan kinerja komisi dan APBJ (Anggaran Pendapatan

    Belanja Jemaat) akan diperiksa apakah sudah sesuai dengan realisasi atai

    tidak, dan hasil dari pemeriksaan tim verifikasi gereaja akan ditampilkan

    dalam rapat pleno.

    2) Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang

    Paroki sebagai perpanjangan tangan Keuskupan serta menjadi

    penanggung jawab Gereja. Untuk mencapai tujuannya, gereja memerlukan

    dana sehingga gereja perlu membangun akuntabilitas tata kelola organisasi

    khususnya dalam aspek keuangan. Menurut Pak Paulus Tangke selaku

    bendahara gereja menjelaskan bahwa:

    “Pemasukan gereja itu berasal dari sumbangan umat, seperti melalui

    persembahan, ungkapan syukur, dan yang paling rutin itu persembahan

    setiap ibadah.”

    Dana yang diperoleh gereja berasal dari sumbangan umat seperti

    persembahan dan ucapan syukur.Umat memberikan persembahan kepada

    Tuhan sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada Tuhan karena merasa

    terberkati.

  • 53

    Dalam pertanggung jawaban pengelolaan dana gereja, semua berada

    dibawa tanggung jawab Pastor Paroki yang kemudian diberikan kepada

    keuskupan. Seperti yang dikatakan oleh Pak Paulus Tangke bahwa:

    “Jadi ada aturannya itu, misalnya dari sekian penerimaan dalam satu

    bulan ada yang wajib disetor ke keuskupan, ada yang tinggal di Paroki

    yang bersangkutan sebagai dana untuk pengelolaan atau pelayanan

    gereja.”

    Alur pelaporan keuangan pada Gereja Katolik Paroki Maria Rosa

    Mystica dibuat sederhana, hanya penerimaan dan pengeluaran saja dan hanya

    sampai pada Pastor Paroki, karena apa yang dipersembahkan itu untuk Tuhan

    dan Pastor Paroki dianggap sebagai utusan dari Tuhan. Pak Paulus juga

    mengatakan bahwa:

    “Apa yang kita berikan ya kita berikan untuk Tuhan, jangan sampai kita

    ini cari lagi oh mana itu persembahanku digunakan untuk apa, karena

    itulah makna persembahan. Istilahnya seperti kita ikhlaskan bahwa itu

    sudah kita persembahkan. Tereserah Pastor, karena kita sudah anggap

    Pastor itu wakil dari Tuhan, jadi kita tidak perlu tau dana itu digunakan

    untuk apa, yang penting digunakan dengan baik dan benar. Seperti kata

    Firman Tuhan bahwa apa yang diberikan oleh tangan kananmu

    janganlah diketahui tangan kirimu, jadi untuk apa kita memberikan

    kalau kita mau tanya lagi untuk apa itu saya punya uang, itu bukan lagi

    persembahan. Hanya saja kita memberitahukan berapa pemasukan dan

    pengeluaran, selebihnya hanya Pastor yang punya tanggung jawab.Jadi

    kita memberikan persembahan itu dengan suka rela dan ikhlas.”

    Dari pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa praktik akuntabilitas

    keuangan pada Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang tidak

  • 54

    terlalu diketahui oleh publik karena bersifat hierarkis dan

    tertutup.Penerimaan gereja berasal dari sumbangan umat, seperti

    persembahan dan ucapan syukur. Umat memberikan persembahan tersebut

    dengan rela tanpa harus mengetahui persembahan tersebut digunakan untuk

    apa saja, karena itu adalah makna dari sebuah persembahan. Apa yang kita

    persembahkan itu kita persembahkan untuk Tuhan. Persembahan yang

    diberikan oleh umat akan d