analisis peran k elembagaan ekonomi lokal … · 6.2.3.3.aturan aturan kegiatan pemancingan saat...

98
ANALISIS PERAN KELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL TERHADAP PEMANFAATAN PERAIRAN DALAM PENGELOLAAN IKAN LARANGAN Studi Kasus Ikan Larangan Desa Sungai Pasak Kota Pariaman IFTITAHUL FAJRIYAH DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Upload: ngonhi

Post on 17-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

ANALISIS PERAN KELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL

TERHADAP PEMANFAATAN PERAIRAN DALAM

PENGELOLAAN IKAN LARANGAN Studi Kasus Ikan Larangan Desa Sungai Pasak

Kota Pariaman

IFTITAHUL FAJRIYAH

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum
Page 3: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Peran

Kelembagaan Ekonomi Lokal terhadap Pemanfaatan Perairan dalam Pengelolaan

Ikan Larangan: Studi Kasus Pengelolaan Ikan Larangan Desa Sungai Pasak Kota

Pariaman adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan

dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar

Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari

karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Iftitahul Fajriyah

H44090051

Page 4: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum
Page 5: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

ABSTRAK

IFTITAHUL FAJRIYAH. Analisis Peran Kelembagaan Ekonomi Lokal terhadap

Pemanfaatan Perairan dalam Pengelolaan Ikan Larangan (Kasus Ikan Larangan

Desa Sungai Pasak Kota Pariaman). Dibimbing oleh RIZAL BAHTIAR.

Penelitian ini didasarkan pada pengelolaan sumberdaya ikan yang dilakukan

masyarakat di Desa Sungai Pasak Sumatera Barat. Pengelolaan sumberdaya ikan

tersebut dikenal dengan sebutan Ikan Larangan. Ikan larangan adalah sebuah

sistem pengelolaan ikan melalui sistem tutup untuk beberapa waktu yang

dilakukan di sungai atau kanal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

kelembagaan pengelolaan ikan larangan, biaya transaksi, dan mendeskripsikan

manfaat pengelolaan ikan larangan Desa Sungai Pasak. Metode yang purposive

sampling terhadap responden dan snowball sampling terhadap informan kunci.

Metode lain yang mendukung hasil wawancara adalah observasi lapang dan

dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa area Ikan Larangan

sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat secara umum melalui pemerintah desa

dan kelembagaan adat setempat yang berperan sebagai pengawas. Biaya

pengelolaan ikan larangan terdiri dari biaya operasional (Rp 12 000 000) dan

biaya transaksi (Rp 8 000 000 per tahun). Observasi lapangan menunjukkan

bahwa pengelolaan daerah ikan larangan memiliki dampak positif bagi

masyarakat. Beberapa manfaat dari pengelolaan sumberdaya ikan di perairan

umum adalah menjaga keberlanjutan, menjaga persaudaraan antara masyarakat,

dan menjadi penghasilan tambahan bagi masyarakat desa.

Kata kunci: biaya pengelolaan, ikan larangan, kelembagaan lokal, pengelolaan

perikanan

Page 6: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

ABSTRACT

IFTITAHUL FAJRIYAH. Analysis of The Role of Local Institutional Economic

to Waterworks Utilization about Ikan Larangan Management (Case study Ikan

Larangan in Sungai Pasak Village, Pariaman City). Supervised by RIZAL

BAHTIAR

This research based on management of fisheries resources by community

Desa Sungai Pasak in West Sumatera. Management of fisheries resources is

known as ikan larangan. Ikan larangan is a kind of fisheries management system

that applies closing seasons to fishing in a portion of river or canal for a certain

period. The purpose of this study was to indentify management of fisheries

institutional, transaction cost, and describe the benefit from management of ikan

larangan Desa Sungai Pasak. The research method are purposive sampling and

snowball sampling. Another method of supporting the result interview are

observations and documentation. The result of research showed that Ikan

larangan areas is under the management of community from village government

and local comunity representative. Management cost for ikan larangan include

operational cost (IDR 12 000 000) and transaction cost (IDR 8 000 000 anually).

Field observation shows that the management of the ikan larangan areas has a

positive impact on the villagers. Some of the benefits from the system are fisheries

resources in the open waters are kept sustainable, facilitating brotherhood among

the villagers, and generating income for villagers.

Keywords : fisheries management, ikan larangan, local institution, management

cost

Page 7: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ANALISIS PERAN KELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL

TERHADAP AKSES PEMANFAATAN LINGKUNGAN

DALAM PENGELOLAAN IKAN LARANGAN Kasus Ikan Larangan Desa Sungai Pasak

Kota Pariaman

IFTITAHUL FAJRIYAH

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 8: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum
Page 9: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

JudulSkripsi : Analisis Peran Kelembagaan Ekonomi Lokal terhadap Pemanfaatan

Perairan dalam Pengelolaan Ikan Larangan (Studi Kasus Ikan

Larangan Desa Sungai Pasak Kota Pariaman)

Nama : Iftitahul Fajriyah

NIM : H44090051

Disetujui oleh

Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si

Pembimbing

Diketahuioleh

Dr. Ir. AcengHidayat, MT

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Peran Ekonomi Kelembagaan Lokal dalam Pemanfaatan Perairan dalam

Pengelolaan Ikan Larangan (Studi Kasus Ikan Larangan Desa Sungai Pasak Kota

Pariaman)” dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu langkah

dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin menyampaikan rasa terima

kasih dan penghargaan kepada:

Kedua orang tua tercinta yaitu Ibu Asrida Kasim dan Bapak Izhar Idham,

beserta ketiga kakak dan adik saya atas doa, kasih sayang dan perhatiannya.

Bapak Rizal Bahtiar S.Pi, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah

membimbing penulis serta Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT dan Bapak

Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran dan masukan dalam penulisan skiripsi ini.

Kantor Kesbangpolinmas Kota Pariaman, Dinas Kelautan dan Perikanan

Kota Pariaman dan warga Desa Sungai Pasak, Kecamatan Pariaman Timur,

Kota Pariaman yang telah membantu selama pengumpulan data.

Seluruh Rekan-rekan ESL 46, terutama rekan sebimbingan Aulia Putri

Adniey, Sri Kuncoro, Khoirunnisa Cahya, Nur Cahaya, Lungit, dan Sarah

yang telah memberi semangat dan dorongan kepada penulis selama proses

penulisan karya tulis ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik penulis terima.Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi seluruh pihak yang terkait dan para pembaca.

Bogor, Agustus 2013

Iftitahul Fajriyah

Page 11: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 4

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7

1.4. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8

2.1. Hak Kepemilikan (Property Right) .................................................... 8

2.2. Teori Kelembagaan ............................................................................ 9

2.3. Kinerja Kelembagaan ......................................................................... 10

2.4. Biaya Transaksi .................................................................................. 11

2.4.1. Biaya Transaksi Manajerial ........................................................... 12

2.5. Ekosistem Sungai ............................................................................... 13

2.5.1. Pengertian Sungai .......................................................................... 13

2.5.2. Fungsi dan Manfaat Sungai ........................................................... 13

2.6. Teori Pengetahuan Lokal Bagi Pengelolaan Perikanan ...................... 14

2.7. Jenis Ikan dalam Pengelolaan Ikan Larangan ..................................... 15

2.8. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 16

III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................... 18

3.1. Kerangka Teoritis ............................................................................... 18

3.1.1 Analisis Aktor Pengelola Ikan Larangan.................................. ...... 18

3.2. Kerangka Operasional........................................................................ 19

IV. METODE PENELITIAN ........................................................................ 22

4.1. Lokasi dan Waktu ............................................................................... 22

4.2. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 22

4.3. Metode Pengambilan Sampel ............................................................. 22

4.4. Metode dan Prosedur Analisis Data ................................................... 22

4.4.1. Analisis Kelembagaan dan Tata Kelola Ikan Larangan .............. 24

4.4.2. Analisis Kinerja Kelembagaan .................................................... 25

4.4.3. Analisis Biaya Transaksi ............................................................. 25

4.4.4. Analisis Persepsi Masyarakat Mengenai Manfaat Pengelolaan

Ikan Larangan .............................................................................. 25

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................... 28

5.1. Kondisi Togografi .............................................................................. 28

5.2. Kondisi Demografi ............................................................................. 28

Page 12: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

5.3. Sarana dan Prasarana Desa ................................................................ 30

5.4. Mata Pencaharian ............................................................................... 31

5.5. Sejarah Keberadaan Ikan Larangan Desa Sungai Pasak................... 31

5.6. Karakteristik Responden .................................................................... 35

5.6.1. Jenis Kelamin ......................................................................... 35

5.6.2. Tingkat Umur ......................................................................... 35

5.6.3. Tingkat Pendidikan ................................................................ 36

5.6.4. Jenis Pekerjaan ....................................................................... 36

5.6.5. Tingkat Pendapatan................................................................ 37

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 38

6.1. Aktor Pengelolaan dan Pemanfaatan Ikan Larangan ......................... 38

6.1.1. Pengaruh dan Kepentingan Aktor............................................ 40

6.2. Aturan Pengelolaan Ikan Larangan .................................................... 45

6.2.1. Boundary Rule, Sanksi dan Monitoring terhadap Aturan......... 45

6.2.2.Aturan Akses terhadap Sumberdaya dan Penyelesaian

Konflik...................................................................................... 48

6.2.3.Aturan Ikan Larangan yang Berdampak

terhadapPembangunan Desa ..................................................... 48

6.2.3.1.Aturan Musim Tutup Wilayah Ikan Larangan................... 49

6.2.3.2.Aturan Penetapan Musim Buka Ikan Larangan................. 50

6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka

Ikan Larangan .................................................................... 51

6.2.4.Peraturan Perundang-undangan Mengenai Pengelolaan

Perikanan Melalui Pengetahuan Lokal...................................... 52

6.3. Analisis Kinerja Kelembagaan Ikan Larangan .................................. 53

6.3.1.Kejelasan Kelembagaan Ikan Larangan .................................... 53

6.3.1.1. Kejelasan Struktur Kelembagaan ..................................... 53

6.3.1.2. Kejelasan Aturan Kelembagaan ....................................... 56

6.3.2 Keefektifan Kinerja Kelembagaan ............................................ 57

6.3.2.1. Partisipasi dalam Kelembagaan ....................................... 57

6.3.2.2. Efektivitas Kelembagaan .................................................. 59

6.4. Analisis Biaya Transaksi Pengelolaan Ikan Larangan ....................... 61

6.4.1.Komponen Biaya Pengelolaan Ikan Larangan .......................... 61

6.4.2.Biaya Transaksi Pengelolaan Ikan Larangan ............................ 62

6.4.3.Biaya Operasional Pengelolaan Ikan Larangan ........................ 63

6.5. Manfaat Pengelolaan Ikan Larangan .................................................. 64

VII. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 66

7.1. Simpulan ............................................................................................ 66

7.2. Saran .................................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 68

LAMPIRAN ............................................................................................................ 71

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ 84

Page 13: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jumlah Lubuk Larangan yang tercatat hingga tahun 2009 ........................ 6

2 Ukuran Kuantitatif terhadap Identifikasi dan Pemetaan Aktor ................. 18

3 Matriks Keterkaitan antara Tujuan Penelitian, Parameter atau

indikator, dan Analisis data ....................................................................... 23

4 Matriks Analisis Manfaat Pengelolaan Ikan Larangan .............................. 27

5 Data penduduk Desa Sungai Pasak............................................................ 29

6 Jumlah penduduk Desa Sungai Pasak menurut Mata Pencaharian ........... 31

7 Identifikasi Aktor dan Peran ...................................................................... 40

8 Nilai Skor Pemetaan Aktor Pengelola Ikan Larangan ............................... 41

9 Peraturan mengenai Pengakuan Pengelolaan Perikanan berdasarkan

Pengetahuan Lokal..................................................................................... 52

10 Sebaran Persepsi Masyarakat Desa Sungai Pasak mengenai

Kelengkapan Pengurus Kelembagaan ....................................................... 54

11 Sebaran Pengetahuan Masyarakat Desa Sungai Pasak mengenai

Peran dari Susunan Kelembagaan ............................................................. 55

12 Sebaran Persepsi Masyarakat Desa Sungai Pasak mengenai

Periode Pergantian Pengurus ..................................................................... 56

13 Sebaran Persepsi Masyarakat Desa Sungai Pasak mengenai

Partisipasi dalam Kelembagaan ................................................................. 58

14 Sebaran Persepsi Masyarakat Desa Sungai Pasak mengenai

Transaparansi Kelembagaan ...................................................................... 59

15 Sebaran Persepsi Masyarakat terhadap Hasil Panen ................................. 60

16 Sebaran Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat dari Kegiatan

Pemancingan Musim Buka Ikan Larangan ................................................ 60

17 Biaya Transaksi dalam Pengelolaan Ikan Larangan Desa Sungai Pasak .. 62

Page 14: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Matriks analisis aktor (Aktor grid) ............................................................ 19

2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................. 21

3 Sebaran Jumlah Responden berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 35

4 Sebaran Jumlah Responden berdasarkan Tingkat Umur .......................... 35

5 Sebaran Jumlah Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan .................. 36

6 Sebaran Jumlah Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan ........................ 37

7 Sebaran Jumlah Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan ................. 37

8 Pemetaan Aktor Pengelola ikan larangan Desa Sungai Pasak .................. 41

9 Hubungan antar Aktor Pengelolaan Desa Sungai Pasak .......................... 44

10 Analisis Usaha Pengelolaan Ikan Larangan Desa Sungai Pasak .............. 61

11 Persentase persepsi masyarakat Desa Sungai Pasak mengenai

manfaat pengelolaan ikan larangan .......................................................... 65

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Kuisioner Key Person ............................................................................... 72

2 Kuisioner Responden ................................................................................ 75

3 Panduan scoring Penilaian Tingkat Pengaruh dan Kepentingan

Aktor terhadap Pengelolaan Ikan Larangan ............................................. 79

4 Panduan scoring Analisis Kinerja Kelembagaan ...................................... 81

5 Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 83

Page 15: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luas perairan umum daratan di Indonesia diperkirakan mencapai 54 juta

hektar yang merupakan perairan umum yang terluas di wilayah ASEAN. Dari

luasan perairan umum daratan tersebut, 71.63% terdiri dari perairan rawa dan

sungai, perairan lebak sebesar 22.13% dan danau (danau alam dan danau buatan)

sebesar 3,89%. Sebagian besar perairan tersebut berada di Pulau Kalimantan

(60%), Pulau Sumatera (30%) dan sisanya di Pulau Sulawesi, Pulau Papua, Pulau

Nusa Tenggara Barat, Pulau Jawa dan Pulau Bali (Badan Riset Kelautan dan

Perikanan 2009). Dari hasil riset mengenai luasan perairan umum daratan di

Indonesia, menunjukan bahwa secara garis besar sumberdaya perairan umum

daratan mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, salah

satunya bagi pengembangan dan pemanfaatan sektor perikanan (perikanan

tangkap maupun perikanan budidaya).

Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan di Indonesia mulai

mendapat perhatian sekitar tahun 1985. Pengelolaan perikanan yang sebelumnya

bersifat tersentralisasi berubah menjadi desentralisasi sebagaimana tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam

pasal 3 UU No.22/1999 disebutkan bahwa wilayah daerah provinsi terdiri atas

wilayah darat dan wilayah laut sejauh 12 mil laut yang diukur dari garis pantai.

Lebih lanjut, pasal 10 UU No.22/1999 menyebutkan kewenangan daerah

kabupaten/kota sejauh sepertiga dari batas laut provinsi. Selain itu kebijakan

perikanan yang ada saat ini, UU No.45/2009 yang merupakan perubahan dari UU

No.31/2004 diharapkan dapat membangun perikanan Indonesia sesuai dengan

perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum dalam

pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya ikan yang dimiliki.

Kenyataannya kebijakan pengelolaan perikanan yang telah dilakukan oleh

pemerintah saat ini masih memiliki beberapa kelemahan. Kelemahannya diantara

lain adalah belum mampunya pemerintah dalam mengatasi permasalahan

overfishing dan overcapacity. Selain itu, kebijakan yang tidak tepat serta adanya

kebijakan yang saling bertentangan, administrasi yang tidak efisien dalam bentuk

Page 16: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

2

biaya transaksi yang cukup tinggi, kewenangan yang terbagi-bagi kepada

beberapa lembaga pemerintahan, data dan informasi yang diperoleh kurang benar

atau kurang akurat, dan kegagalan dalam merumuskan keputusan manajemen

dalam mengatasi masalah-masalah di lapangan. Hal ini mengakibatkan

permasalahan dalam pengelolaan perikanan yang menjadi tidak efisien, baik

secara ekonomi, sosial dan teknis.

Berdasarkan kelemahan tersebut, pemerintah menyadari bahwa keterlibatan

masyarakat tradisional merupakan suatu rumusan yang perlu dikembangkan

terutama dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan. Pengelolaan sumberdaya

perikanan ada baiknya dilakukan dengan memandang situasi dan kondisi lokal

daerah yang di kelola. Menurut Nikijuluw (2002) dalam Wahyudin (2004),

pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat tradisional dapat

didefinisikan sebagai suatu proses pemberian wewenang, tanggung jawab dan

kesempatan kepada masyarakat untuk mengelola sumberdaya perikanan pada

akhirnya menentukan dan berpengaruh pada kesejahteraan hidup mereka.

Beberapa contoh pengelolaan sumberdaya perikanan yang dikelola oleh

masyarakat melalui adat istiadat lokal yaitu sasi yang dilakukan oleh masyarakat

pesisir di Provinsi Maluku, tradisi Awig-awig di Nusa Penida, Bali dan adanya

Lubuk Larangan yang dilakukan masyarakat disekitar sungai di daerah Muaro

Bungo, Jambi.

Lubuk larangan adalah salah satu bentuk pengelolaan sumberdaya ikan yang

dilakukan di perairan umum yang merupakan tradisi turun temurun dimasyarakat

seperti beberapa daerah di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau.

Pemanfaatan sumberdaya perairan umum bersifat serba guna seperti pola

pemanfaatan masyarakat yang memanfaatkan aliran sungai sebagai lahan untuk

mengembangkan sumberdaya ikan. Sungai merupakan perairan mengalir dari

tingkatan lebih atas yang menunjukkan bagian hulu dan kemudian mengarah ke

bawah yang menunjukkan bagian hilir. Sungai menjadi salah satu pemasok air

terbesar untuk kebutuhan makluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi

kehidupan manusia.

Selain mempunyai fungsi hidrologis, sungai juga mempunyai peran dalam

menjaga keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budaya, transportasi, pariwisata

Page 17: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

3

dan lainnya. Sungai merupakan sumberdaya air yang kaya dengan

keanekaragaman ikan yang selama ini telah banyak dimanfaatkan sebagai

pemenuhan kebutuhan pangan bagi manusia. Menurut Naditia (2011) menyatakan

bahwa sungai memiliki nilai ekonomi sebesar Rp 53 601 669 968.11 per tahun.

Nilai ekonomi total (total economic value) dari sungai terdiri dari nilai ekonomi

kegunaan (use value) dan nilai ekonomi bukan kegunaan (non-use value). Hal ini

menggambarkan bahwa pengelolaan sungai yang baik akan memberikan manfaat

besar bagi kehidupan masyarakat terutama dalam mengembang sumberdaya ikan.

Pengembangan sumberdaya perikanan inilah yang diadopsi untuk

dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat di beberapa daerah di Sumatera.

Salah satunya bentuk pengelolaan sumberdaya ikan dengan sistem ikan larangan.

Ikan larangan bagi masyarakat Sumatera Barat sama halnya dengan lubuk

larangan yang dilakukan masyarakat di Muaro Jambi. Kegiatan ini sudah

dilakukan turun-temurun, dimana berdasarkan kesepakatan bersama seluruh

masyarakat menetapkan sungai, rawa, atau sumber air lainnya selama kurun

waktu tertentu ikan yang ditebar tidak boleh di panen. Komitmen ini dipegang

teguh seluruh masyarakat sampai waktu yang ditentukan karena jika dilanggar

mereka percaya ada konsekuensi yang akan diterima seperti sakit.

Mengelola sumberdaya yang terdapat di sungai tidaklah mudah, karena

sungai merupakan salah satu common-pool resources layaknya laut. Menurut

karakteristik fisiknya, common pool resources (sumberdaya milik bersama), yaitu

sumberdaya alam yang bersifat tidak bisa dikecualikan (non-excludable), sangat

beresiko persoalan penunggang gratis. Common pool resources (CPR) cenderung

akan dieksploitasi dan dimanfaaatkan secara berlebihan untuk memaksimumkan

utilitas para individu yang dapat mengakses (Hardin 1968 dalam Yustika 2006).

Namun, menurut Ostrom (1990) dan Bromley (1992) dalam Yustika (2006)

melaporkan bahwa para pemanfaat CPR mengembangkan kelembagaan yang

mampu mengelola sumberdaya yang dimiliki bersama secara sukses dalam jangka

waktu yang lama.

Hal ini telah dilakukan masyarakat pengelola ikan larangan. Kelembagaan

dalam pengelolaan ikan larangan merupakan kelembagaan adat yang terbentuk

secara alamiah dikarenakan adanya kebiasaan yang telah dilakukan turun

Page 18: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

4

temurun. Tradisi ini telah dilakukan masyarakat karena memberikan manfaat yang

besar disamping dapat memenuhi kebutuhan pangan, lubuk larangan dapat

menjaga keutuhan masyarakat serta menjaga kelestarian sumberdaya alam dan

lingkungan karena terpeliharanya kebersihan sungai dengan adanya ikan tersebut.

Lebih lanjut Surma, dkk (2008) menambahkan bahwa secara sosial ekonomi

keberlanjutan pengelolaan lubuk larangan tidak lepas dari kemampuan komunitas

pengelola lubuk larangan dalam menanam dan mengembangkan investasi modal

sosial (social capital) dalam sistem pengelolaan lubuk larangan, sehingga

mendorong masyarakat untuk berpartisipasi, menciptakan nilai dan aturan baru.

1.2 Perumusan Masalah

Tradisi ikan larangan di Sumatera Barat merupakan tradisi budidaya ikan

yang dilakukan di perairan umum yang dikelola bersama oleh masyarakat.

Pengelolaan ikan di perairan umum ini memiliki dua kategori yaitu ikan diniatkan

dan ikan larangan. Ikan diniatkan adalah ikan yang berada di perairan yang telah

dituahi atau didoakan terlebih dahulu oleh salah seorang pemuka adat agar ikan-

ikan yang dilepas di wilayah tersebut aman. Menurut Pahlevi (2002), ikan

diniatkan merupakan aturan yang dibuat masyarakat sehingga mereka patuh

terhadap ketentuan yang telah diputuskan bersama dan memperlihatkan bahwa

mereka sangat percaya terhadap pemimpin adat yang telah menuahi/mendoakan

ikan-ikan tersebut saat pembukaan tradisi pengelolaan ikan tersebut. Hal ini lebih

pada kepercayaan dimana ketika pemimpin yang menuahi ikan-ikan tersebut

meninggal, masyarakat tidak ada yang berani untuk mengambil ikan tersebut

sehingga membiarkan ikan tersebut terus tumbuh di sungai.

Tidak jauh berbeda dengan ikan diniatkan, ikan larangan merupakan

budidaya ikan di sungai yang dikelola masyarakat dengan ketentuan yang

disepakati bersama, seperti waktu panen dan sanksi yang diterima ketika

ketentuan dilanggar. Pengelolaan ikan diniatkan dan ikan larangan memiliki

aturan-aturan yang mengatur pengelolaan kegiatan tersebut. Aturan yang berlaku

terkait dengan waktu buka dan waktu tutup daerah ikan larangan, ketentuan

larangan dan sanksi jika ikan diambil tidak sesuai waktu yang telah ditetapkan,

hasil dan pendapatan dari ikan larangan, dan tanda batasan daerah perairan yang

Page 19: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

5

dijadikan daerah ikan larangan. Sebenarnya, ikan larangan termasuk dalam daerah

ikan diniatkan karena tidak ada perbedaan dalam pengelolaannya.

Informasi mengenai kegiatan ikan diniatkan dan ikan larangan sangat

terbatas. Hal ini membuat sulit untuk mengetahui kapan asal mulanya ikan

diniatkan dan ikan larangan dimulai. Menurut Dinas Perikanan Propinsi Sumatera

Barat (1998) dalam Pahlevi (2002), jumlah daerah ikan diniatkan telah menurun

selama beberapa tahun terakhir, sementara sejumlah daerah ikan larangan telah

meningkat. Penurunan jumlah daerah ikan diniatkan mungkin karena jumlah

pemimpin desa dengan supranatural kekuasaan telah menurun. Selain itu,

pemimpin desa enggan untuk melatih kekuatan untuk membuka daerah baru ikan

diniatkan. Mereka khawatir tentang keselamatan penduduk desa yang ingin

membuktikan kebenaran dari kemampuan mereka.

Tradisi ikan larangan hampir punah pada masa pembangunan.

Berkurangnya wibawa surau dan ninik mamak sebagai institusi kultural akibat

sentralisasi bentuk pemerintahan orde baru menjadi faktor utama ditinggalkannya

tradisi lubuk larangan. Berdasarkan catatan Dinas Perikanan Propinsi Sumatra

Barat, jumlah daera ikan larangan yang pernah menjadi sumberdaya perikanan

lokal di wilayah-wilayah bersungai Sumatra Barat, tinggal beberapa saja pada

tahun 1993 (Pahlevi 2002). Namun, tradisi ini bangkit lagi sejalan dengan

kembalinya propinsi Sumatra Barat menerapkan bentuk pemerintahan nagari

setelah pemerintah membuka peluang itu berdasarkan UU No 32 tahun 2004. Di

sisi lain, daerah Ikan Larangan telah meningkat karena dua alasan. Pertama,

kepala desa/nagari bersedia untuk membudidayakan ikan mas (Cyprinus carpio)

di daerah ikan larangan. Kedua, mengelola daerah ikan larangan jauh lebih mudah

karena pemerintah daerah memberikan dukungan dengan memberikan bantuan

pemberian benih ikan dan ikut membantu melestarikan tradisi tersebut.

Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Barat

(2010) terdapat 734 wilayah ikan larangan yang tersebar di beberapa kota dan

kabupaten. Berikut data jumlah wilayah ikan larangan (lubuk larangan) yang

terdapat di Provinsi Sumatera Barat.

Page 20: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

6

Tabel 1 Jumlah lubuk larangan yang tercatat hingga tahun 2009

No Kabupaten/Kota Jumlah Lubuk Larangan

1 Kota Padang 9

2 Kabupaten Pasaman Barat 191

3 Kabupaten Pesisir Selatan 11

4 Kabupaten Padang Pariaman 79

5 Kabupaten Tanah Datar 33

6 Kabupaten Solok 6

7 Kota Solok 6

8 Kabupaten Agam 155

9 Kabupaten Sijunjung 7

10 Kabupaten 50 Kota 36

11 Kota Payakumbuh 8

12 Kabupaten Dhamasraya 11

13 Kabupaten Solok Selatan 39

14 Kabupaten Pasaman 130

15 Kota Sawahlunto 8

16 Kota Bukittinggi 3

17 Kota Padang Panjang 2

Total 734

Sumber : Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat dalam angka 2009

Tabel di atas menunjukan bahwa kearifan lokal seperti ikan larangan telah

diakui oleh pemerintah. Kearifan lokal suku Minangkabau yang dikenal dengan

petitih alam takambang manjadi guru (alam terkembang menjadi guru), yang

menganggap alam sebagai guru dalam melakukan tindak tanduk kehidupan.

Kearifan lokal telah menuntun masyarakat untuk mengambil manfaat dari SDA

tanpa merusak kelestarian dan keseimbangan ekologisnya. Salah satu bentuk

kearifan lokal tersebut tercermin pada pengelolaan ikan larangan seperti yang

dilakukan masyarakat Desa Sungai Pasak. Berdasarkan uraian diatas, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1 Bagaimana bentuk kelembagaan pengelolaan dan tata kelola ikan larangan

di Desa Sungai Pasak?

2 Bagaimana efektifitas kinerja kelembagaan ikan larangan di Desa Sungai

Pasak?

3 Berapakah biaya pengelolaan ikan larangan di Desa Sungai Pasak?

4 Bagaimana persepsi masyarakat mengenai manfaat pengelolaan ikan

larangan di Desa Sungai Pasak?

Page 21: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

7

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1 Mengidentifikasi kelembagaan pengelolaan dan tata kelola ikan larangan

yang terdapat di Desa Sungai Pasak.

2 Menganalisis kinerja kelembagaan pengelolaan ikan larangan yang terdapat

di Desa Sungai Pasak.

3 Menganalisis biaya pengelolaan ikan larangan di Desa Sungai Pasak melalui

pendekatan biaya transaksi.

4 Mendeskripsikan manfaat pengelolaan ikan larangan di Desa Sungai Pasak.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup sebagai batasan-batasan dari penelitian ini adalah:

1 Manfaat pengelolaan ikan larangan pada penelitian ini berdasarkan analisis

deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui manfaat yang diperoleh dari

pengelolaan sumberdaya perikanan melalui sistem ikan larangan.

2 Penelitian ini hanya menganalisis bentuk pengelolaan sumberdaya

perikanan melalui sistem ikan larangan di Desa Sungai Pasak, Kecamatan

Pariaman Timur.

3 Kelembagaan yang diidentifikasi merupakan kelembagaan lokal pengelola

ikan larangan di Desa Sungai Pasak, Kecamatan Pariaman Timur.

4 Analisis kinerja kelembagaan ikan larangan terkait dengan kejelasan

kelembagaan dan efektifitas dalam mencapai tujuan kelembagaan.

Page 22: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

8

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hak Kepemilikan (Property Right)

Hak kepemilikan (property right) adalah klaim yang sah terhadap

sumberdaya ataupun jasa yang dihasilkan dari sumberdaya tersebut. Hak

kepemilikan juga dapat diartikan sebagai suatu gugus karakteristik yang

memberikan kekuasaan kepada pemilikan hak (Hartwick dan Olewiler, 1998)

dalam Fauzi (2006). Selain itu, menurut Bromley (1989) dalam Fauzi (2006) juga

menyebutkan bahwa di dalam sumberdaya alam terdapat sumberdaya dan rezim

pemilikan terhadap sumberdaya tersebut harus dibedakan jelas. Satu sumberdaya

bisa saja mempunyai berbagai hak pemilikan.

Hak pemilikan terhadap sumberdaya alam umumnya terdiri dari : (1) State

property dimana klaim pemilikan berda di tangan pemerintah; (2) Private

property dimana klaim pemilikan berada pada individu atau kelompok usaha

(korporasi); (3) Common property atau Communal property dimana individu atau

kelompok memiliki klaim atas sumberdaya yang dikelola bersama. Suatu

sumberdaya alam bisa saja tidak memiliki klaim yang sah sehingga tidak bisa

dikatakan memiliki hak kepemilikan. Sumberdaya seperti ini dikatakan sebagai

open access. Terbukanya akses untuk memiliki sumberdaya ini sering dikenal

dengan common resources. Masalah common resources dititikberatkan pada

alokasi dan penggunaan sumberdaya alam serta efek yang ditimbulkannya.

Common resources atau common-pool resources adalah sumberdaya alam atau

sumberdaya buatan manusia (man-made) yang karena besarnya akses terhadap

sumberdaya tersebut sulit dikontrol dan pemanfaatan oleh seseorang bersifat

mengurangi kesempatan orang lain memanfaatkan sumberdaya tersebut.

Sumberdaya perikanan sering dikemukakan sebagai wadah bersama

(common-pool resources) yaitu sumberdaya yang berada pada suatu wadah atau

ekosistem dimana penangkapan ikan dilakukan secara bersama-sama. Secara

global memang wadah berupa perairan, akan tetapi yang dilihat adalah kesatuan

dari perairan tersebut. Sebagai suatu wadah bersama, sumberdaya perikanan

memili sifat-sifat interkoneksitas, indivisibilitas dan substraktabilitas. Sifat

interkoneksitas artinya bahwa sumberdaya perikanan memiliki saling keterkaitan

Page 23: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

9

antara suatu komponen, katakanlah jenis ikan serta antara ikan dengan lingkungan

alam. Sifat indivisibilitas artinya bahwa sumberdaya perikanan tidak mudah

dibagi-bagi menjadi bagian atau milik wilayah perairan tertentu. Sifat

indivisibilitas muncul karena ikan melakukan migrasi antar wilayah dan tidak bisa

dibatasi pergerakannya dalam suatu ekosistem alam. Sifat subtraktabilitas artinya

bahwa sumberdaya ikan bila diambil oleh orang tertentu pada waktu tertentu akan

mempengaruhi keberadaan dan ketersediaan ikan bagi orang lain di waktu lain

(Nikijuluw 2005).

2.2 Teori Kelembagaan

Ostrom (1985) dalam Suhana (2008a) mendefinisikan kelembagaan sebagai

aturan dan rambu-rambu sebagai panduan yang dipakai oleh para anggota suatu

kelompok masyarakat untuk mengatur hubungan yang saling mengikat atau saling

tergantung satu sama lain. Penataan institusi (institutional arrangements) dapat

ditentukan oleh beberapa unsur, yaitu aturan operasional untuk pengaturan

pemanfaatan sumberdaya, aturan kolektif untuk menentukan, menegakan hukum

atau aturan itu sendiri dan untuk merubah aturan operasional serta mengatur

hubungan kewenangan organisasi. Sementara itu, Rutherford (1994) dalam

Suhana (2008a) menyatakan bahwa kelembagaan dapat dimaknai sebagai regulasi

perilaku yang secara umum diterima oleh anggota-anggota kelompok sosial, untuk

perilaku spesifik dalam situasi yang khusus, baik yang diawasi sendiri maupun

dimonitor oleh otoritas luar. Hal ini juga dijelaskan North (1994) dalam Suhana

(2008a) dengan memaknai kelembagaan sebagai aturan-aturan yang membatasi

perilaku menyimpang manusia untuk membangun struktur interaksi politik,

ekonomi dan sosial.

Kelembagaan sebagaimana yang kita ketahui memiliki ruang lingkup.

Ruang lingkup kelembagaan dapat dibatasi pada hal-hal berikut, yaitu

kelembagaan adalah kreasi manusia, kelembagaan merupakan kumpulan individu,

berkaitan dengan dimensi waktu, adanya dimensi tempat, adanya aturan main dan

norma yang dirumuskan, adanya pemantauan dan penegakan aturan, adanya

hierarki dan jaringan serta adanya konsekuensi kelembagaan (Arifin 2005). Dari

semua ruang lingkup tersebut, kelembagaan amat menentukan bagaimana

Page 24: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

10

seseorang atau kelompok orang harus dan tidak harus mengerjakan sesuatu

(kewajiban atau tugas), bagaimana mereka boleh mengerjakan sesuatu tanpa

intervensi dari orang lain(kebolehan), bagaimana mereka mampu mengerjakan

sesuatu dengan bantuan kekuatan kolektif untuk mengerjakan sesuatu atas

namanya (ketidakmampuan atau exposure). Menurut Bromley (1989) dalam

Arifin (2005), kelembagaan dapat digambarkan sebagai rangkaian hubungan

keteraturan antara beberapa orang yang menentukan hak, kewajiban serta

kewajiban menghargai hak orang lain, dan tanggung jawab mereka dalam

masyarakat atau kelembagaan tersebut.

Menurut Pejovich (1999) dalam Suhana (2008a), kelembagaan memiliki

tiga komponen, yakni : (1) Aturan formal (formal institutions), meliputi

konstitusi, statuta, hukum dan seluruh regulasi pemerintah lainnya. Aturan formal

membentuk sistem politik (struktur pemerintahan, hak-hak individu), sistem

ekonomi (hak kepemilikan dalam kondisi kelangkaan sumberdaya, kontrak), dan

sistem keamanan (peradilan, polisi); (2) Aturan informal (informal institutions),

meliputi pengalaman, nilai-nilai tradisional, agama dan seluruh faktor yang

mempengaruhi bentuk persepsi subjektif individu tentang dunia tempat hidup

mereka; dan (3) Mekanisme penegakan (enforcement mechanism), semua

kelembagaan tersebut tidak akan efektif apabila tidak diiringi dengan mekanisme

penegakan.

2.3 Kinerja Kelembagaan

Kinerja kelembagaan didefinisikan sebagai kemampuan suatu kelembagaan

untuk menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara efisien dan

menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan yang relevan dengan kebutuhan

pengguna (Peterson 2003 dalam Syahyuti 2004). Menurut Mackay (1998) dalam

Syahyuti (2004) ada empat dimensi untuk mempelajari suatu kelembagaan yaitu :

Satu, kondisi lingkungan eksternal. Lingkungan sosial dimana suatu

kelembagaan hidup merupakan faktor pengaruh yang dapat menjadi pendorong

dan sekaligus pembatas seberapa jauh suatu kelembagaan dapat beroperasi.

Lingkungan yang dimaksud berupa kondisi politik dan pemerintahan,

sosiokultural, teknologi, kondisi ekonomi, berbagai kelompok kepentingan

Page 25: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

11

(stakeholder), infrastruktur, serta kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya alam.

Seluruh komponen lingkungan tersebut dipelajari dan dianalisis bentuk

pengaruhnya terhadap kelembagaan.

Kedua, motivasi kelembagaan. Kelembagaan dipandang sebagai suatu unit

kajian yang memiliki jiwanya sendiri. Terdapat empat aspek yang dipelajari untuk

mengetahui motivasi kelembagaan, yaitu sejarah kelembagaan, misi yang

diembannya, kultur yang menjadi pegangan dalam bersikap dan berperilaku

anggotanya, serta pola penghargaan yang dianut.

Ketiga, kapasitas kelembagaan. Pada bagian ini yang dipelajari bagaimana

kemampuan kelembagaan untuk mencapai tujuan-tujuannya. Kemampuan

tersebut diukur melalui lima aspek, yaitu: strategi kepemimpinan yang dipakai,

perencanaan program, manajemen dan pelaksanaannya, alokasi sumberdaya yang

dimiliki, dan hubungan dengan pihak luar yaitu terhadap clients, partners,

government policymakers dan external donor.

Keempat, kinerja kelembagaan. Ada tiga pokok yang harus diperhatikan

yaitu keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan, efisisensi penggunaan

sumberdaya, dan keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan para kelompok

kepentingan luarnya. Pada dimensi ini lebih pada kalkulasi secara ekonomi untuk

mengukur keefektifan dan efisiensi suatu kelembagaan.

2.4 Biaya Transaksi

Biaya transaksi biasanya digunakan untuk mengukur efisien tidaknya suatu

kelembagaan. Semakin tinggi biaya transaksi yang terjadi dalam kegiatan

ekonomi (transaksi), maka semakin tidak efisien kelembagaan yang dibentuk,

demikian sebaliknya. Semakin rendah biaya transaksi yang terjadi dalam kegiatan

ekonomi, maka akan lebih efisien kelembagaan tersebut. Namun, teori biaya

kelembagaan belum memiliki makna definitif, yang artinya terkait dengan sudut

pandang para ahli ekonomi kelembagaan.

Menurut Barzel (1993) dalam Fauzi (2006) menyatakan bahwa biaya

transaksi berhubungan dengan konsep hak kepemilikan seperti yang dikemukakan

oleh Coase (1960). Biaya transaksi diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan

untuk memperoleh, menstransfer dan melindungi hak. Jika biaya transaksi tinggi

Page 26: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

12

maka sangat sulit untuk menetapkan hak kepemilikan karena potensi manfaat atas

sumberdaya atau aset tidak akan diketahui. Namun, jika biaya transaksi nol maka

hak kepemilikan terpenuhi. Dengan kata lain, biaya transaksi nol disebabkan oleh

hak kepemilikan akan terkukuhkan karena kedua belah pihak (pemilik dan pihak

lain yang tertarik untuk memiliki aset), memiliki pengetahuan yang penuh atas

nilai dari aset tersebut.

Menurut Furobotn dan Richter (2000) dalam Yustika (2006) menyatakan

bahwa biaya transaksi adalah ongkos untuk menggunakan pasar dan biaya

melakukan hak untuk memberi pesanan di dalam perusahaan. Disamping itu, ada

juga rangkaian biaya yang diasosiasikan untuk menggerakan dan menyesuaikan

dengan kerangka politik kelembagaan. Untuk masing-masing tiga jenis biaya

transaksi tersebut dapat dibedakan menurut dua tipe: (1) biaya transaksi tetap,

yaitu investasi spesifik yang dibuat didalam menyusun kesepakatan kelembagaan;

dan (2) biaya transaksi variabel, yakni biaya yang tergantung pada jumlah dan

volume transaksi.

Pada poin ini, sifat dari biaya transaksi sama dengan ongkos produksi.

Keduanya mengenal konsep biaya tetap dan biaya variabel. Akan tetapi, dalam

identifikasi yang mendalam, tentu membedakan biaya tetap dan biaya variabel

dalam biaya transaksi tidak semudah membandingkannya dalam biaya produksi.

2.4.1 Biaya Transaksi Manajerial

Furubotn dan Richter (2000) dalam Yustika (2006) menyatakan terdapat dua

tipe biaya taransaksi manajerial, yaitu :

Biaya penyusun, pemeliharaan atau perubahan desain organisasi. Ongkos ini

juga berhubungan dengan biaya operasional yang lebih luas, yang biasanya

secara tipikal masuk ke dalam biaya transaksi tetap.

Biaya menjalankan organisasi, yang kemudian dapat dipilah dalam dua

subkategori: (a) biaya informasi dan (b) biaya yang diasosiasikan dengan

transfer fisik barang dan jasa yang divisinya terpisah.

Page 27: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

13

2.5 Ekosistem Sungai

2.5.1 Pengertian Sungai

Sungai merupakan jalan air alami, mengalir menuju samudera, danau atau

laut, atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara

sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air

lainnya. Selain itu, sungai juga tempat air hujan turun di daratan untuk mengalir

ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa

bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak

sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya

berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan

kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara

sungai.1

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011, sungai adalah

tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air

sampai muara dengan dibatasi pada kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya

oleh garis sempadan. Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang

merupakan satu kesatuan, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari

curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan

pemisah topografis dan batas laut sampai dengan daerah perairan yang masih

terpengaruh aktivitas daratan.

2.5.2 Fungsi dan Manfaat Sungai

Pemanfaatan sumberdaya alam seperti sungai, masyarakat dituntut untuk

memperhatikan tiga aspek secara menyeluruh, yaitu aspek sosial budaya, aspek

kelestarian lingkungan, dan aspek ekonomi. Ketiga aspek tersebut akan menjadi

satu kesinambungan yang penting terjaga bagi pemanfaatan fungsi sungai yang

tepat. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991

Tentang Sungai menyatakan bahwa bahwa sungai sebagai sumber air yang sangat

penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan meningkatkan

pembangunan nasional.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2010) dalam Naditia (2011),

manfaat sungai bagi manusia adalah sebagai berikut:

1http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai. Diakses tanggal 22 April 2012

Page 28: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

14

a Sumber air baku air minum (PDAM).

b Sumber air bagi pengairan wilayah pertanian atau irigasi.

c Sumber tenaga listrik untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

d Tempat untuk mengembangbiakkan dan menangkap ikan guna memenuhi

kebutuhan manusia akan protein hewani.

e Tempat rekreasi, melihat keindahan air terjun.

f Tempat berolahraga, seperti berperahu pada arus deras, lomba dayung.

g Tempat untuk memenuhi kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan

penduduk yang tinggal di tepi sungai, seperti mencuci, mandi, dsb.

h Sarana pendidikan dan penelitian.

i Sumber plasma nutfah (keanekaragaman hayati).

j Tempat ritual kebudayaan.

k Air baku industri dan pertambangan.

l Sumber tambang galian C (pasir, kerikil).

m Penggelontoran.

n Transportasi air.

o Pengendali banjir.

p Pasar terapung.

2.6 Teori Pengetahuan Lokal Bagi Pengelolaan Perikanan

Adat adalah kebiasaan masyarakat, dan kelompok-kelompok masyarakat

yang lambat laun menjadikan adat itu berlaku bagi semua anggota masyarakat

dengan dilenkapi sanksi, sehingga menjadi hukum adat (Setiady 2008 dalam

Adrianto, et al 2011). Menurut Wignjodipoero (1967) dalam Adrianto, et al

(2011) meyatakan hukum adat memiliki dua unsur yaitu : (1) unsur kenyataan,

bahwa adat itu dalam keadaan yang sama selau diindahkan oleh rakyat; dan (2)

unsur psikologis yang menyatakan bahwa terdapat keyakinan pada rakyat, artinya

adat mempunyai kekuatan hukum. Hukum adat di Indonesia umumnya

menunjukan corak-corak sebagai berikut, yaitu : (1) tradisional (turun temurun);

(2) keagamaan (magis religius); (3) kebersamaan; (4) konkret dan visual ;(5)

terbuka dan sederhana;(6) dapat berubah dan menyesuaikan; (7) tidak

dikodifikasi; dan (8) mengutamakan musyawarah dan mufakat. Menurut

Page 29: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

15

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2012 tentang

Pengelolaan dan Perlindungan Sumberdaya Ikan Pasal 1 ayat 35 menyatakan

kearifan lokal adalah gagasan-gagasan masyarakat setempat yang bersifat

bijaksan, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertana dan diikuti oleh anggota

masyarakat.

Pengetahuan lokal masyarakat meliputi segenap pengetahuan tentang hal-

hal-hal yang terkait dengan lingkungan hingga pengetahuan sosial, politik dan

geografis. Menurut Ruddle (2000) dalam Adrianto, et al (2011) menyatakan

bahwa praktik pengelolaan perikan berbasis pengetahuan lokal/adat paling tidak

memiliki empat ciri. Pertama, praktek ini sudah berlangsung lama, empiris dan

dilakukan di suatu tempat (spesifik terhadap lokasi tertentu), mengadopsi

perubahan-perubahan lokal, dan dalam beberapa hal sangat detil. Kedua,

berorientasi pada perilaku masyarakat, tidak jarang spesifik untuk tipe

sumberdaya dan jenis ikan tertentu yang dianggap sangat penting. Ketiga, bersifat

struktural, memiliki perhatian yang kuat terhadap sumberdaya dan lingkungan

sesuai konsep ekologis dan biologis. Keempat, sangat dinamik sehingga adaptif

terhadap perubahan dan tekanan-tekanan ekologis dan kemudian mengadopsi

adaptasi terhadap perubahan tersebut ke dalam inti dari pengetahuan lokal yang

menjadi pengetahuan lokal yang menjadi basis pengelolaan perikanan.

2.7 Jenis Ikan dalam Pengelolaan Ikan Larangan

Berdasarkan hasil penelitian Hendrik (2007), jenis ikan yang terdapat pada

wilayah ikan larangan merupakan jenis ikan garing dengan nama ilmiah Tor sp.

Ikan garing merupakan ikan yang hidup pada perairan air tawar yang airnya

mengalir, jernih dan terlindung.untuk mewujudkan kondisi perairan tersebut

diperlukan perlindungan seperti tidak boleh menebang pohon, mengambil batu

danpasir diperairan tersebut. Jenis ikan garing dikenal juga dengan ikan semah.

Ikan yang masih sekerabat dengan ikan mas ini populer sebagai bahan pangan

kelas tinggi, dan yang biasa dijumpai dan dikonsumsi di Indonesia dan Malaysia

adalah Tor douronesis (semah biasa), T. tambra (tambra), T. tambroides (tambra),

Page 30: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

16

dan T. soro (kancera). Ikan tambra dan semah dapat mencapai panjang sekitar satu

meter, walaupun tangkapan yang dijual biasanya berukuran maksimum 30 cm.2

Ikan ini hidup di sungai-sungai beraliran deras di pegunungan dan populasi

sangat terancam akibat penangkapan berlebihan. Indikasi yang terlihat adalah

semakin jarang terlihat, ukuran tangkapan semakin kecil, dan distribusi menurun.

Bahkan telah dilaporkan pula penangkapan di beberapa taman nasional. Pihak

berwenang di Indonesia (Balai Benih Ikan lokal), seperti di Jawa Tengah, Padang

Pariaman, dan beberapa kabupaten pedalaman Jambi telah mulai mengembangkan

teknologi pembiakan menggunakan pemijahan buatan dan paket budidaya.

Selain itu, di Padang Pariaman aturan adat setempat juga ditegakkan dengan

pemberlakuan zona larangan, penyangga, dan penangkapan. Penangkapan hanya

dilakukan apabila terdapat izin dari kerapatan adat. Pengembangan pengelolaan

ikan larangan saat ini tidak hanya pada jenis ikan garing tetapi jenis ikan mas

(Cyprinus carpio) dan ikan nila juga dikembangkan.

2.8 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil studi dari beberapa penelitian terdahulu, diperoleh hasil

kajian mengenai pengelolaan ikan larangan. Beberapa penelitian sebagai berikut :

Pahlevy (2002), dengan hasil penelitian berjudul “Ikan Diniatkan and Ikan

Larangan : Areas of Traditional Fish Cultivation in Districs of Pasaman and

Padang Pariaman, West Sumatera Province”. Penelitian ini menyatakan bahwa

adanya peran lembaga adat, kelembagaan informal dan lembaga desa yang ada di

masyarakat Pasaman dan Padang Pariaman dalam mengembangkan ikan larangan.

Kesinambungan daerah Ikan Diniatkan dan Ikan Larangan ditentukan oleh desa-

desa melalui lembaga pemimpin adat. Penelitian menunjukkan bahwa daerah Ikan

Diniatkan dan Ikan Larangan membentuk batas-batas wilayah yang jelas yang

diakui oleh desa. Pengelolaan daerah Ikan Diniatkan dan Ikan Larangan didukung

oleh masyarakat karena memiliki dampak positif pada kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, sistem manajemen di kedua daerah telah diberlakukan untuk waktu

yang lama dan telah lulus dari satu generasi ke generasi yang lain. Sistem ini

2 http://id.wikipedia.org/wiki/ikan semah. Diakses tanggal 10 Agustus 2013

Page 31: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

17

efisien dan efektif serta masih ada. Pemerintah daerah juga telah memberikan

bantuan teknis yang sama untuk meningkatkan manajemen di dua daerah.

Suhana (2008b), dengan judul penelitian “Pengakuan Keberadaan Kearifan

Lokal Lubuk Larangan Indarung, Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau

Dalam Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup”. Penelitian ini

menyampaikan bahwa sistem pengelolaan perikanan di perairan umum

dipengaruhi oleh adanya peranan masyarakat hukum adat yaitu kelompok

masyarakat yang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu

karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan

lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi,

politik, sosial, dan hukum. Dalam makalah ini, tatanan kelembagaan sosial

tradisional yang hidup di lingkungan masyarakat perikanan kabupaten Kuantan

Singingi Provinsi Riau bisa dikembangkan, dan diakui keberadaannya dalam

sistem hukum dan aturan-aturan (rules) sistem pengelolaan wilayah perairan

umum.

Parwati, et al (2012), dengan penelitian berjudul “Nilai Pelestarian

Lingkungan dalam Kearifan Lokal Lubuk Larangan Ngalau Agung di Kampuang

Surau, Kabupaten Dhamasraya, Provinsi Sumatera Barat”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengidentifikasi nilai-nilai pelestarian lingkungan yang terkandung dalam

kearifan lokal Lubuk Larangan Ngalau Agung tersebut. Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa: (1) Lubuk Larangan Ngalau Agung memiliki batas areal

tidak boleh diganggu masyarakat memberikan dampak positif pada pelestarian

lingkungan; (2) Nilai pelestarian lingkungan dalam pelaksanaan kearifan lokal

Lubuk Larangan Ngalau Agung berupa tidak boleh menyakiti ikan, tidak boleh

mengambil ikan,kecuali hari tertentu yang ditetapkan bersama, tidak boleh

menganggu ikan, tidak boleh berkata tidak baik (takabur) disekitar lokasi lubuk

larangan, dan tidak boleh berlaku tidak baik di lokasi lubuk larangan.

Berdasarkan ringkasan hasil penelitian terdahulu maka hasil penelitian

yang saya lakukan memiliki perbedaan diantaranya perbedaan lokasi dan adanya

aspek biaya pengelolaan ikan larangan yang jelas serta peranan dan pemetaan

aktor yang jelas dalam penelitian yang saya lakukan.

Page 32: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

18

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Analisis Aktor Pengelola Ikan Larangan

Aktor merupakan kelompok atau individu yang mempengaruhi atau

dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu (Freeman, 1984). Analisis aktor

digunakan untuk mengidentifikasi dan memetakan aktor (terkait dengan pengaruh

dan kepentingan) dalam pengelolaan dan pemanfaatan ikan larangan di Desa

Sungai Pasak.Analisis aktor merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan

pemahaman terhadap suatu sistem melalui identifikasi aktor kunci atau

stakeholder pada suatu sistem dan menduga peranannya pada sistem tersebut

(Grimble dan Chan 1995 diacu dalam Haswanto 2006). Identifikasi dan pemetaan

aktor dilakukan melalui wawancara dengan panduan wawancara. Pengolahan data

kualitatif dari hasil wawancara dikuantitatifkan dengan mengacu pada pengukuran

data berjenjang lima (Tabel 1).

Tabel 2 Ukuran kuantitatif terhadap identifikasi dan pemetaan aktor

Skor Nilai Kriteria Keterangan

Kepentingan Aktor

5 17-20 Sangat tinggi Sangat bergantung pada keberadaan sumberdaya

4 3-16 Tinggi Ketergantungan tinggi pada keberadaan

sumberdaya

3 9-12 Cukup tinggi Cukup bergantung pada keberadaan sumberdaya

2 5-8 Kurang tinggi Ketergantungan pada keberadaan sumberdaya

kecil

1 0-4 Rendah Tidak bergantung pada keberadaan sumberdaya

Pengaruh Aktor

5 17-20 Sangat tinggi Jika responnya berpengaruh nyata terhadap

aktivitas aktor lain

4 13-16 Tinggi Jika respon berpengaruh besar terhadap aktivitas

aktor lain

3 9-12 Cukup tinggi Jika responnya cukup berpengaruh terhadap

aktivitas aktor lain

2 5-8 Kurang tinggi Jika responnya berpengaruh kecil terhadap

aktivitas aktor lain

1 0-4 Rendah Jika responnya tidak berpengaruh terhadap

aktivitas aktor lain

Sumber : Abbas (2005) dalam Haswanto (2006)

Langkah-langkah dalam melakukan analisis aktor adalah:

1 Identifikasi aktor

2 Membuat tabel aktor

Page 33: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

19

3 Menganalisis pengaruh dan kepentingan aktor

4 Membuat aktor grid

Setelah diketahui nilai dari tingkat kepentingan dan pengaruh yang

dimiliki masing-masing aktor maka dapat dipetakan ke dalam matriks analisis

aktor pada Gambar 1.

Gambar 1 Matriks analisis aktor (Aktor grid)

Kuadran I (subjek) menunjukan kelompok aktor yang memiliki

kepentingan yang tinggi terhadap kegiatan tetapi rendah pengaruhnya. Kuadran II

(pemain) merupakan kelompok aktor yang memiliki derajat pengaruh dan

kepentingan yang tinggi untuk mensukseskan kegiatan. Kuadran III (penonton)

merupakan kelompok aktor yang rendah pengaruh dan kepentingannya.

Kepentingan mereka dibutuhkan untuk memastikan kepentingan nya tidak

terpengaruh dan pengaruhnya tidak mengubah keadaan. Kuadran IV (aktor)

merupakan aktor yang terpengaruh tapi rendah kepentingan dalam tujuan dan

hasil kebijakan (Suhana 2008). Tabel parameter dan indikator analisis aktor

pengelola ikan larangan Desa Sungai Pasak dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Ikan larangan di Sumatera Barat merupakan tradisi budidaya ikan yang

dilakukan di perairan umum yang dikelola bersama oleh masyarakat. Ikan

larangan adalah sebuah komitmen bersama untuk memelihara sungai sebagai

pusat kegiatan masyarakat. Komitmen bersama masyarakat untuk memelihara

sungai tersebutlah yang menjadikan ikan larangan terus berkembang hingga saat

PENGARUH RENDAH

TINGGI

Kuadran I Kuadran II

(Subjek) (Pemain)

Kuadran III Kuadran IV

(Penonton) (Aktor)

K

E

P

E

N

T

I

N

G

A

N

TINGGI

Page 34: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

20

ini. Hal terpenting yang bisa dipelajari dari tradisi ini adalah kemampuan

masyarakat sebuah jorong (wilayah hunian di bawah nagari) dalam menjaga nilai-

nilai musyawarah dan keajegan ekosistem perairan di wilayah mereka. Sebab

dalam proses pembukaan ikan larangan, mufakat dan kesediaan mematuhi aturan

nagari merupakan unsur yang utama.

Dengan menggunakan analisis aktor, penelitian ini akan mencoba untuk

menggambarkan bagaimana posisi tokoh pengelola berdasarkan pengaruh dan

kepentingan yang dimiliki, penelitian ini juga mendeskripsikan bentuk aturan

main (rule) yang terdapat dalam pengelolaan sumberdaya ikan dalam ikan

larangan di Desa Sungai Pasak. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis biaya

transaksi pengelolaan ikan larangan serta manfaat pengelolaan ikan larangan

tersebut sehingga ikan larangan dapat dijadikan salah satu alternatif pengelolaan

sumberdaya ikan. Kerangka operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut

(Gambar 2).

Page 35: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

21

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional

Memanfaatkan dan mengembangkan

sumberdaya perairan umum melalui

perikanan

Pengelolaan sumberdaya perikanan

melalui kearifan lokal

Pengelolaan ikan larangan Desa Sungai

Pasak

Pengelola ikan larangan

Desa Sungai Pasak Aturan pengelolaan ikan

larangan

Identifikasi aktor

Kepentingan dan

pengaruh aktor

Kinerja kelembagaan

pengelolaan ikan

larangan

Manfaat ikan

larangan

Biaya

transaksi

Rekomendasi alternatif pengelolaan sumberdaya

perikanan

Page 36: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

22

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sungai Pasak, Kecamatan Pariaman Timur,

Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Lokasi penelitian ini ditentukan secara

sengaja karena Desa Sungai Pasak memiliki kawasan ikan larangan. Masyarakat

Desa Sungai pasak masih memelihara kultur pengelolaan sumberdaya ikan

dengan sistem ikan larangan. Waktu yang digunakan untuk pengambilan data

primer dilaksanakan pada bulan Februari dan Maret 2013.

4.2 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari informan

kunci (key informant) dengan menggunakan panduan wawancara dengan daftar

pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya dan hasil pengamatan langsung

dilapangan (observasi). Data sekunder, yang dikumpulkan dari instansi

pemerintah dan lembaga berupa laporan-laporan, arsip dan dokumentasi yang

terkait dengan ikan larangan.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan informan dan responden sebagai sumber data

primer. Informan adalah pihak-pihak yang berpotensi memberikan informasi

mengenai objek penelitian. Teknik pemilihan informan menggunakan snowball

sampling sebanyak 7 orang. Sedangkan responden adalah masyarakat Desa

Sungai Pasak. Selain itu, teknik pemilihan responden dengan teknik purposive

sampling dengan responden sebanyak 40 responden. Responden berasal dari

masyarakat yang tinggal dekat dengan area ikan larangan.

4.4 Metode dan Prosedur Analisis

Data yang diperoleh dalam penelitian antara lain adalah data kualitatif dan

kuantitatif yang menggunakan kuesioner. Pengolahan data dengan terlebih dahulu

Page 37: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

23

melakukan pengkodean. Kegiatan ini bertujuan untuk penyeragaman data.

Setelah pengkodean, tahap selanjutnya adalah perhitungan persentase jawaban

responden dan dipresentasikan dalam bentuk analisis deskriptif berupa tabel

frekuensi, grafik, ukuran pemusatan, dan ukuran penyebaran. Pengolahan dan

analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan

program Microsoft Excel 2007 dan aplikasi Graph. Berikut ini matriks

keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data dan metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian.

Tabel 3 Matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, parameter atau indikator,

dan analisis data No Tujuan Penelitian Parameter atau indikator Metode Analisis Data

1 Menganalisis

kelembagaan

pengelolaan ikan

larangan

Identifikasi kelembagaan

meliputi:

a. Identifikasi aktor dan

peranannya dalam

pengelolaan Ikan

larangan Desa Sungai

Pasak

b. Tata kelola Ikan larangan

Desa Sungai Pasak

Berkaitan dengan aturan

main yang terdiri dari

aturan-aturan

pengelolaan Ikan

larangan (boundary

rule, monitoring, sanksi,

dan aturan penyelesaian

konflik)

Analisis aktor

Analisis mengenai

aturan (boundary rules,

sanksi dan monitoring)

2 Menganalisis kinerja

kelembagaan

pengelolaan ikan

larangan

a. Kejelasan kelembagaan :

struktur, aturan, dan

pengetahuan anggota

tentang kelembagaan

pengelola ikan larangan

b. Keefektifan kelembagaan:

Partisipasi dalam

kelembagaan dan

efektifitas kelembagaan

Analisis deskriptif

3 Menganalisis biaya

pengelolaan ikan

larangan

Biaya transaksi berupa

biaya persiapan dan biaya

operasional kelembagaan

Analisis biaya transaksi

4 Mendeskripsikan

manfaat dari

pengelolaan ikan

larangan

Identifikasi manfaat

pengelolaan ikan larangan

berdasarkan dampak yang

diterima masyarakat Desa

sungai Pasak baik segi

ekonomi, sosial maupun

ekologi/ lingkungan.

Analisis deskriptif dan

Skala Likert

Page 38: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

24

4.4.1 Analisis Kelembagaan dan Tata Kelola Ikan Larangan

Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik dan

aturan masyarakat dalam mengelola sumberdaya ikan di sungai seperti ikan

larangan di Desa Sungai Pasak, Kecamatan Pariaman Timur. Analisis ini meliputi

beberapa parameter yang bersifat kualitatif. Analisis deskriptif adalah suatu

metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set

kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang. Tujuannya adalah membuat suatu deskripsi, gambaran, atau lukisan

secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta antara

fenomena yang diselidiki.

Kelembagaan dalam pengelolaan ikan larangan dalam konteks penelitian

ini merupakan kelembagaan yang mengatur aktivitas dalam mengelola

sumberdaya ikan yang terdapat dalam area sungai dan aliran irigasi yang telah

ditetapkan sebagai area ikan larangan. Selain itu, kelembagaan ini berperan

dalam mengawasi pemeliharaan ikan, mengatur waktu yang tepat untuk

mengambil ikan, serta mengatur hal-hal yang diperbolehkan dan tidak

diperbolehkan untuk dilakukan di area ikan larangan.

Beberapa atribut yang digunakan dalam menganalisis kelembagaan ikan

larangan adalah: Pertama, aktor dalam kelembagaan dianalisis dengan

mengidentifikasi struktur kelembagaan yang ada pada ikan larangan Desa Sungai

Pasak. Kemudian masing-masing aktor tersebut diidentifikasikan peran dimiliki

dalam kelembagaan.Kedua, aturan kelembagaan diklasifikasikan dalam empat

bagian yaitu: (1) boundary rule mengenai tata aturan yang terdapat dalam

kelembagaan; (2) aturan akses terhadap sumberdaya yang dikelola bersama-

sama; (3) monitoring dan sanksi dalam setiap pelanggaran yang dilakukan; serta

(4) aturan dalam setiap penyelesaian konflik yang terjadi dalam lingkup

kelembagaan.

Setelah mengetahui aktor atau tokoh pengelola ikan larangan maka

berdasarkan peran yang dimiliki masing-masing tokoh perlu dipetakan ke dalam

aktor grid. Berdasarkan hasil pemetaan akan terlihat tokoh mana yang berperan

sebagai subjek, pemain, penonton dan aktor. Pemetaan tokoh memperlihatkan

pengaruh dan kepentingan dari masing-masing tokoh pengelola ikan larangan.

Page 39: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

25

4.4.2 Analisis Kinerja Kelembagaan

Kinerja kelembagaan didefinisikan sebagai kemampuan suatu kelembagaan

untuk menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara efisien dan

menghasilkan output yang sesuai dengan tujuannya dan relevan dengan

kebutuhan pengguna (Peterson, 2003) dalam Syahyuti (2004). Analisis kinerja

kelembagaan teori keempat dari teori Mackay et al (1998) dalam Syahyuti(2004).

Penelitian ini hanya melihat kinerja kelembagaan berdasarkan kejelasan

kelembagaan dalam mencapai outcome dan efektivitas kinerja kelembagaan.

Penilaian ini ditujukan untuk menganalisis keberlanjutan pengelolaan ikan

larangan Desa Sungai Pasak. Tabel parameter analisis kinerja kelembagaan

dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 4.

4.4.3 Analisis Biaya Transaksi

Dalam pengelolaan ikan larangan secara umum memiliki biaya transaksi

berupa biaya pemeliharaan ikan larangan, biaya pada saat pembukaan atau

pemanenan ikan larangan dan lain-lain. Biaya transaksi tersebut termasuk

kedalam biaya transaksi manajemen. Menurut Furubotn & Richter (2000) dalam

Suhana (2008a) biaya transaksi secara umum mencakup biaya transaksi

manajemen dan biaya transaksi politik.

Persamaan yang digunakan untuk biaya transaksi dalam kelembagaan ikan

larangan Desa Sungai Pasak adalah:

TrC=∑Sij..........................................................................................................................................................(1)

Keterangan:

TrC : Total Biaya Transaksi Pengelolaan wilayah ikan larangan

Sij : Komponen Biaya Transaksi Pengelolaan wilayah ikan larangan

Analisis biaya transaksi pada penelitian ini lebih difokuskan pada biaya

menjalankan organisasi seperti biaya pengambilan keputusan dan biaya

operasional bersama yang meliputi biaya tutup untuk penetapan lokasi ikan

larangan serta biaya pada waktu ikan larangan dibuka atau dipanen.

4.4.4 Analisis Persepsi Masyarakat Mengenai Manfaat Pengelolaan Ikan

Larangan

Kelembagaan pengelolaan sumberdaya ikan melalui ikan larangan

merupakan salah satu upaya untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang

Page 40: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

26

memadukan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi

pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup generasi masa kini dan

generasi masa depan. Untuk itu diperlukan mengidentifikasi manfaat apa yang

terkait pengelolaan ikan larangan tersebut melalui penilaian persepsi responden.

Data yang digunakan untuk menganalisis manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan

dari pengelolaan ikan larangan adalah data primer melalui observasi dan

wawancara. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan skala Likert.

Skala Likert merupakan metode untuk mengukur luas/dalamnya persepsi

dan pendapat dari responden. Dalam metode ini sebagian besar pertanyaan

dikumpulkan, setiap pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga bisa dijawab

dalam lima tingkatan jawaban (Gumilar, 2012). Urutan untuk skala Likert

menggunakan lima angka penilaian, yaitu (1) sangat setuju (SS, bobot 5), (2)

setuju (S, bobot 4), (3) netral/ abstain (A, bobot 3), (4) tidak setuju (TS, bobot 2),

dan (5) sangat tidak setuju (STS, bobot 1).

Menurut Riduwan dan Sunarto (2007) cara menghitung skor dari pernyataan

yang dinilai menggunakan skala likert adalah setiap skor jawaban yang dijawab

responden dikalikan dengan jumlah responden yang menjawab pernyataan

tersebut. Misalkan dari 70 responden yang digunakan dalam menilai suatu aspek,

berikut rangkuman hasil penilaian menjawab (5) = 2 orang, menjawab (4) = 8

orang, menjawab (3) = 15 orang, menjawab (2) = 25 orang, dan menjawab (1) =

20 orang. Maka jumlah skor untuk yang menjawab (5) = 2 x 5 = 10, skor yang

menjawab (4) = 8 x 4 = 32, dan seterusnya hingga jawaban skala 1.

Interpretasi skor perhitungan dilakukan dengan menghitung skor ideal yaitu

5 x 70 = 350 dan skor terrendah 1 x 70 = 70. Jadi, jika total skor penilaian di

peroleh angka 157, maka penilaian responden adalah : (157/350) x 100% =

44.86%, atau bisa dikategorikan sebagai cukup. Berikut kriteria interpretasi skor :

- Angka 0% – 20% = Sangat lemah

- Angka 21% – 40% = Lemah

- Angka 41% – 60% = Cukup

- Angka 61% – 80% = Kuat

- Angka 81% – 100%= Sangat kuat

Page 41: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

27

Berikut matriks analisis manfaat dari pengelolaan ikan larangan dari aspek

ekonomi, sosial dan lingkungan:

Tabel 4 Matriks Analisis Manfaat Pengelolaan Ikan Larangan

Aspek Indikator

1. Ekonomi

2. Sosial

3. Lingkungan

Manfaat ekonomi yang dirasakan masyarakat dari

pengelolaan ikan larangan adalah:

a. Meningkatkan pendapatan masyarakat

b. Menjaga ketersediaan sumberdaya ikan untuk

konsumsi

c. Sebagai sumber pendanaan desa

d. Sebagai alternatif wisata/hiburan

Manfaat sosial yang dirasakan oleh masyarakat dari

pengelolaan ikan larangan adalah:

a. Terbinanya kerukunan bermasyarakat

b. Meningkatkan kedisiplinan di masyarakat

c. Sebagai warisan budaya

d. Mendorong terwujudnya kemandirian ekonomi

Manfaat ikan larangan dari aspek lingkungan meliputi:

a. Mencegah kerusakan lingkungan

b. Menjaga kelestarian jenis ikan lokal

c. Menjaga sumber air bersih

d. Sebagai salah satu bentuk pelestarian lingkungan

e. Sebagai sarana melindungi spesies ikan lokal (ikan

garing)

Sumber : Data primer (2013)

Page 42: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

28

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Kondisi Topografi

Desa Sungai Pasak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Pariaman Timur, Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Secara georafis Desa

Sungai Pasak terletak antara 100°9'12'' BT dan 1°24'13'' LS. Desa ini berada pada

ketinggian 5 mdpl dengan luas wilayah sebesar 165 Ha. Suhu rata-rata Desa

Sungai Pasak berada sekitar 30 derajat celcius. Secara administrasi Desa Sungai

Pasak berbatasan dengan 4 desa, yaitu:

- Sebelah Utara : Desa Talago Sarik, Kecamatan Pariaman Timur.

- Sebelah Selatan : Desa Kajai, Kecamatan Pariaman Timur.

- Sebelah Barat : Desa Sungai Sirah, Kecamatan Pariaman Timur.

- Sebelah Timur : Desa Air Santok, Kecamatan Pariaman Timur.

Desa Sungai Pasak terletak pada dataran rendah yang terdiri dari wilayah

daratan bukan pantai. Secara umum, kondisi lingkungan di Desa Sungai Pasak

relatif masih alami. Terlihat dari ketersediaan kawasan (tata ruang desa) dimana

kawasan pemukiman yang digunakan sebesar 65 ha dan kawasan pertanian

sebesar 85 ha. Desa ini berjarak 5 km dari Kota Pariaman dengan waktu tempuh

15 menit. Sedangkan untuk menempuh Kota Padang, ibukota provinsi

membutuhkan waktu selama 1 jam 30 menit dengan jarak sekitar 50 km.

Akses lalu lintas kendaraan menuju desa ini tidak begitu sulit tetapi jumlah

kendaraan menuju desa tersebut masih terbatas. Kendaraan yang banyak

digunakan untuk menempuh desa ini adalah ojek. Hal ini dikarenakan belum

adanya trayek angkutan desa yang melalui desa ini, walaupun kondisi jalan telah

layak untuk dilalui angkutan. Jalan menuju desa ini baik dan telah diaspal.

5.2 Kondisi Demografi

Desa Sungai Pasak dihuni oleh enam kelompok suku yang merupakan

bagian dari suku-suku dalam adat Minangkabau. Keenam suku tersebut adalah

Suku Tanjuang, Suku Jambak, Suku Sikumbang, Suku Caniago, Suku Piliang, dan

Suku Koto dimana keenam suku tersebut tersebar merata di seluruh Desa Sungai

Pasak. Selain itu secara administrasi desa ini terdiri dari empat dusun yaitu Dusun

Page 43: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

29

Sungai Pasak Utara, Dusun Sungai Pasak Selatan, Dusun Sungai Pasak Timur dan

Dusun Sungai Pasak Barat. Posisi desa dikelilingi oleh lahan sawah pertanian,

sungai, serta saluran (banda) irigasi untuk pengairan sawah.

Berikut gambaran jumlah penduduk Desa Sungai Pasak menurut tingkat

usia dan jenis kelamin, kelompok tenaga kerja dan menurut tingkat pendidikan

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5 Data penduduk Desa Sungai Pasak

No Penduduk Desa Sungai Pasak Jumlah (dalam Jiwa) Persentase (%)

1

Rasio Jenis Kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

Total

510

562

1072

47,57

52,43

100

2 Rasio Tingkat Usia

a. 0-4 Tahun

b. 5-6 Tahun

c. 7-12 Tahun

d. 13-15 Tahun

e. 16-18 Tahun

f. 19-25 Tahun

g. 26-34 Tahun

h. 35-49 Tahun

i. 50-54 Tahun

j. 55-59 Tahun

k. 60-64 Tahun

l. 65-69 Tahun

m. > 70 Tahun

Total

98

32

112

76

56

122

138

201

60

55

32

27

63

1072

9,14

2,99

10,45

7,09

5,22

11,38

12,87

18,75

5,59

5,13

2,99

2,52

5,88

100

3 Tingkat Pendidikan

a. Taman Kanak-kanak

b. Sekolah Dasar

c. SLTP

d. SLTA

e. Perguruan Tinggi

Total

15

189

141

208

73

626

2,40

30,19

22,52

33,23

11,66

100

4 Kelompok Usia Tenaga Kerja

a. 15-19 tahun

b. 20-26 Tahun

c. 27-40 Tahun

d. 41-56 Tahun

e. > 57 Tahun

Total

106

118

199

206

150

779

13,61

15,15

25,55

26,44

19,25

100

5 Agama

- Islam

- Non Islam

1072

0

100,00

Sumber: Data Kependudukan Kantor Desa Sungai Pasak 2012

Page 44: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

30

Berdasarkan data monografi desa tahun 2012, jumlah penduduk Desa

Sungai Pasak sekitar 1.072 jiwa yang terbagi dalam 268 kepala keluarga dengan

jumlah penduduk laki-laki adalah 510 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak

562 jiwa. Penyebaran penduduk pada tiap-tiap dusun hampir merata dengan

komposisi jumlah laki-laki dan perempuan seimbang. Dalam profil Desa Sungai

Pasak tahun 2012 penduduk terbagi berdasarkan tingkat usia dan jenis kelamin,

kelompok tenaga kerja dan menurut tingkat pendidikan.

Berdasarkan kategori tingkatan usia penduduk Desa Sungai Pasak

dikelompokkan menjadi 13 kelompok usia. Sebaran terbanyak berada pada

kelompok usia 35-49 tahun. Hal ini menandakan bahwa penduduk Desa Sungai

Pasak memiliki jumlah penduduk dewasa produktif cukup tinggi yang juga

berkaitan dengan kelompok usia tenaga kerja. Jika dilihat dari tingkat pendidikan,

sebanyak 33,23% penduduk Desa Sungai Pasak telah mengenyam pendidikan

sekolah menengah atas. Penduduk Desa Sungai Pasak 100% menganut agama

Islam.

5.3 Sarana dan Prasarana Desa

Desa Sungai Pasak merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah

Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman. Akses terhadap desa sudah cukup

baik karena jalan-jalan menuju desa telah di aspal. Namun, untuk kendaraan

angkutan umum ke desa memang tidak ada, masyarakat desa terbiasa untuk

menggunakan kendaraan pribadi, seperti sepeda, sepeda motor ataupun ojek.

Meskipun demikian, kegiatan masyarakat sehari-hari ditunjang berbagai fasilitas

yang cukup memadai. Program pembangunan desa dari pemerintah telah

memberikan pembangunan bagi sektor publik. Apabila dana dari pemerintah tidak

mencukupi maka secara swadaya masyarakat desa dapat membantu mencukupi

pembangunan sarana desa.

Sarana dan prasarana seperti pendidikan, peribadatan, air dan sanitasi,

kesehatan, dan olahraga tersedia. Sektor pendidkan terdapat satu Paud, satu

Sekolah Dasar (SD), dan satu TPA/TPSA. Terdapat satu masjid dan empat

mushola sebagai prasarana ibadah. Sedangkan prasarana kesehatan terdapat satu

posyandu dan satu puskesmas pembantu. Terdapat satu lapangan sepak bola untuk

prasarana olahraga (Data Monografi Desa Sungai Pasak 2012).

Page 45: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

31

5.4 Mata Pencaharian

Mata pencaharian pokokDesaSungaiPasak terbesar yaitu di bidang pertanian

dan peternakan karena daerah ini sangat cocok untuk bertani dan ternak. Selain

itu, terdapat mata pencaharian lain di berbagai sektor. Berikut ini adalah tabel

jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya.

Tabel 6 Jumlah Penduduk Desa Sungai Pasak Menurut Mata Pencaharian

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah(Jiwa) Persentase

1 Petani 68 23,94

2 Peternak 83 29,23

3 Buruh Tani 14 4,93

4 Wiraswasta 38 13,38

5 Pertukangan 15 5,28

6 Pegawai negeri sipil 25 8,80

7 Swasta 36 12,68

8 Nelayan 1 0,35

9 Pensiunan 4 1,41

Total 284 100

Sumber: Data Kependudukan Kantor Desa Sungai Pasak 2012

Terdapat 284 jiwa (36,45%) dari usia produktif 779 jiwa jumlah penduduk

berusia 15-57 penduduk Desa Sungai Pasak yang mempunyai pekerjaan seperti

pada Tabel 5. Sebagian besar penduduk Desa Sungai Pasak mempunyai

pekerjaan sebagai petani dan peternak.

5.5 Sejarah Keberadaan Ikan Larangan Desa Sungai Pasak

Ikan Larangan merupakan salah satu bentuk dari kearifan lokal (adat dan

kebiasan) dari masyarakat Sumatera Barat (Minangkabau) untuk menjaga

kelestarian komunitas ikan di suatu perairan. Pengelolaan ikan larangan ini

menerapkan suatu aturan yang telah disepakati oleh para pemangku adat, ninik

mamak, alim ulama, perangkat nagari dan masyarakat nagari, dan siapa

melanggarnya akan dikenakan denda sesuai dengan yang telah ditetapkan

bersama. Konsep ini yang tetap dipertahankan masyarakat Desa Sungai Pasak,

Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman. Namun, seiring perkembangan

zaman masyarakat di desa ini mulai mengubah pola ikan larangan yang dahulunya

di uduah dan diniatkan dengan pengelolaan ikan larangan semi diniatkan dengan

pengelolaan budidaya ikan. Dalam perkembangannya ikan larangan yang terdapat

di Kota Pariaman dan sekitarnya yang ada saat ini adalah ikan larangan seperti

Page 46: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

32

budidaya ikan dimana adanya kegiatan penebaran benih, pemeliharaan dalam

beberapa waktu kemudian dipanen.

Pengelolaan ikan larangan di Kota Pariaman masih dikelola oleh masyarakat

secara umum dibawah pengawasan pimpinan nagari/desa. Pimpinan nagari adalah

ninik mamak, alim ulama, dan cadiak pandai. Di ranah Minangkabau termasuk

Kota Pariaman pola kepemimpinan masih menganut sistem Tungku Tigo

Sajarangan yang merupakan sebuah kesatuan dari kepemimpinan ninik mamak

(adat istiadat), alim ulama (agama), dan cadiak pandai (ilmu

pengetahuan/pemerintahan). Ketiga bentuk kepemimpinan ini lahir dan ada, tidak

terlepas dari perjalanan sejarah masyarakat Minangkabau sendiri.

Desa Sungai Pasak, Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman merupakan

salah satu desa yang memiliki ikan larangan. Desa Sungai Pasak memiliki satu

sungai dengan panjang 1000 meter. Sejak tahun 1970 melalui musyawarah adat

ninik mamak, alim ulama, dan cadiak pandai beserta masyarakat desa telah

menetapkan sungai tersebut sebagai wilayah terlarang untuk diambil hasil ikannya

selama jangka waktu yang ditetapkan. Keputusan ini menjadikan ikan yang ada di

sungai desa sebagai ikan larangan. Sistem pengelolaan ikan larangan yang telah

diterapkan oleh masyarakat Desa Sungai Pasak merupakan sebuah kearifan

masyarakat yang partisipatif, adaptif dan berkelanjutan dalam pelestarian

sumberdaya perikanan sungai khususnya ikan lokal yaitu ikan garing (Tor sp).

Ikan larangan merupakan istilah bagi daerah sungai atau aliran air dimana

terdapat sumberdaya ikan baik alamiah maupun di tebar yang dilarang untuk

mengambil hasil ikan dari daerah tersebut. Akan tetapi masyarakat masih dapat

menggunakan air sungai untuk kegiatan lain tanpa mengganggu ikan yang

terdapat di sungai tersebut. Selain itu, untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan

di wilayah sungai tersebut masyarakat melarang menebang pohon disekitar daerah

ikan larangan tersebut karena ikan-ikan yang ada di wilayah ikan larangan dapat

memakan daun-daun pohon yang terjatuh ke sungai.Ikan yang terdapat di sungai

ini dapat diambil ketika telah ada keinginan dari masyarakat yang telah

diputuskan oleh ninik mamak, alim ulama, dan cadiak pandai dalam rapat

nagari/desa. Keinginan masyarakat untuk mengambil ikan biasanya tidak terlepas

dari kebutuhan desa, seperti untuk memperbaiki sarana ibadah di desa, atau untuk

Page 47: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

33

kegiatan keagamaan seperti maulid nabi atau menjelang bulan ramadhan. Pada

awalnya pemanenan ikan yang dilakukan Desa Sungai Pasak terjadi satu kali

dalam setahun.

Menurut masyarakat desa, ikan larangan memiliki banyak manfaat

disamping untuk pembangunan desa, ikan larangan berdampak bagi lingkungan

dan dapat menjadi hiburan di desa. Besarnya manfaat yang diterima dari ikan

larangan tersebut membuat desa melakukan penambahan daerah untuk ikan

larangan tersebut. Hal ini dikarenakan Desa Sungai Pasak memiliki banda (aliran

air untuk irigasi pertanian) yang akhirnya dimanfaatkan juga sebagai daerah ikan

larangan. Ide memanfaatkan banda tersebut di awali dari wakaf yang diberikan

oleh seorang warga Desa Sungai Pasak. Pemberi wakaf tersebut memberikan

wakaf dalam bentuk semen untuk pembangunan mesjid Raya Sungai Pasak setiap

tahunnya.

Saat itu, mesjid dalam keadaan baik sehingga timbullah masukan dari

kepala desa untuk mengembangkan wakaf tersebut untuk ke pembangunan lain

namun dapat berkembang terus-menerus yang hasilnya masih dapat digunakan

untuk kepentingan Desa Sungai Pasak. Ide tersebut disambut baik oleh ninik

mamak, alim ulama, cadiak pandai dan masyarakat desa. Selain untuk

menyalurkan wakaf dari warga, penggunaan banda sebagai banda larangan untuk

mengembangkan ekonomi produktif di Desa Sungai Pasak. Ekonomi produktif

yang dimaksud adalah bagaimana cara masyarakat dapat memikirkan

perekonomian desa dan juga mengembangkan potensi desa. Setelah

dimusyawarahkan maka ditetapkan oleh ninik mamak bahwa banda irigasi desa

digunakan sebagai daerah ikan larangan (banda larangan). Kesepakatan tersebut

ditetapkan tahun 1987.

Sejak tahun 1987 daerah ikan larangan di Desa Sungai Pasak menjadi dua

wilayah yaitu di sungai dan banda. Hasil dari kedua wilayah tersebut terus

meningkat. Keberadaan ikan larangan di Desa Sungai Pasak sejak awal diatur oleh

ninik mamak, alim ulama, dan cadiak pandai yang ada di desa. Dalam

pengelolaan ikan larangan tersebut tentunya terdapat aturan yang mengatur

pengelolaan sumberdaya ikan dan air yang terdapat di desa tersebut. Pengelolaan

sistem ikan larangan diatur bersama dengan penerapan sanksi bagiyang

Page 48: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

34

melanggar. Dimensi spiritual (agama dan kepercayaan) serta kepatuhan

terhadappemuka/kepala adat yang selalu menekankan tentang hubungan antara

manusia dan pencipta serta makhluk hidup lain sebagai bagian dari alam

menjadipijakan dalam pengelolaan ikan larangan. Sistem yang ada pada

masyarakat tradisional tersebut tidak lain adalah diperuntukan untuk menjaga

kelestarian lingkungan dan mengelola sumberdaya yang mereka miliki agar tetap

lestari dan dapat dimanfaatkanuntuk generasi penerus selanjutnya.

Berdasarkan keputusan bersama antara pemangku adat dan masyarakat

beserta perangkat pemerintahan desa, setelah tiga kali pembukaan ikan larangan di

Banda Larangan Desa Sungai Pasak maka dilakukan perubahan pola pengelolaan.

Dahulu ikan yang terdapat di banda dikelola sesuai dengan pengelolaan ikan di

sungai, yaitu ikan diniatkan. Namun, dilihat dari hasil yang diperoleh maka

diputuskan bahwa ikan yang ada di perairan umum Desa Sungai Pasak baik

sungai maupun banda tidak lagi diniatkan. Walaupun tidak diniatkan melalui

dimensi spiritual wilayah perairan umum desa masih ditetapkan sebagai Lubuk

dan Banda Larangan.

Keputusan tersebut diambil agar ikan yang berada di wilayah tersebut dapat

berkembang dengan baik. Dalam hal ini, pemuka adat hanya menyampaikan

bahwa wilayah tersebut dilarang menangkap ikan dengan cara apapun mulai dari

batasan wilayah yang telah ditetapkan serta bagi siapa yang menangkap ikan di

wilayah tersebut, maka akan mendapatkan resiko tersendiri. Aturan ini masih

berlaku hingga sekarang sehingga ikan larangan desa ini tetap terjaga.Ikan yang

berada dalam wilayah lubuk dan banda larangan Desa Sungai Pasak dibuka setiap

enam bulan sekali. Hal ini telah ditetapkan oleh pemuka adat dan masyarakat

desa. Keputusan musim buka dilakukan enam bulan sekali dengan alasan ikan

yang berada di lubuk dan banda biasanya telah besar dan layak untuk dipanen.

Untuk menentukan kapan waktu yang tepat dilakukan musim buka maka

pemuka adat beserta masyarakat dan pemuka desa akan melakukan musyawarah

terlebih dahulu. Waktu yang dipergunakan untuk bermusyawarah adalah hari

Jumat. Setelah musim buka selesai, maka akan dilakukan musyawarah kembali

mengenai waktu penutupan sungai dan banda sebagai wilayah ikan larangan.Pada

Page 49: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

35

hari yang sama juga pemuka adat akan mengumumkan hasil panen ikan larangan

dan peruntukannya. Kegiatan ini berlangsung hingga sekarang.

5.6 Karakteristik Responden Mengenai Ikan Larangan Desa Sungai Pasak

5.6.1 Jenis Kelamin

Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 40 responden. Responden

merupakan penduduk Desa Sungai Pasak yang bertempat tinggal disekitar lokasi

ikan larangan dan mengetahui pengelolaan ikan larangan tersebut. Persentase

jumlah responden laki-laki dan perempuan sebanding. Sebaran jenis kelamin

responden dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: Data primer diolah (2013)

Gambar 3 Sebaran jumlah responden berdasarkan jenis kelamin

5.6.2 Tingkat Umur

Tingkat umur responden antara 20-73 tahun. Berdasarkan aturan Sturges

(Sunyoto 2011) tingkat umur dapat dibagi menjadi 6 kelas yaitu (1) 20-28

tahun, (2) 29-37 tahun, (3) 38-46 tahun, (4) 47-55 tahun, (5) 56-64 tahun, dan

(6) 65-73 tahun. Berikut merupakan sebaran penduduk Desa Sungai Pasak

berdasarkan tingkat umur dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.

Sumber: Data primer diolah (2013)

Gambar 4 Sebaran tingkat umur responden Desa Sungai Pasak

Page 50: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

36

Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat dijelaskan bahwa sebaran umur

responden paling banyak berada pada selang 38-46 tahun sebesar 33 persen.

Sedangkan sebaran umur responden paling kecil pada selang 65-73 tahun sebesar

3 persen.

5.6.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan sebuah gambaran umum untuk melihat

kualitas sumberdaya manusia disuatu tempat. Pendidikan mempunyai pengaruh

terhadap pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan adaptasi dan adopsi

terhadap teknologi dan perubahan. Keragaan pendidikan pada masyarakat Desa

Sungai Pasak adalah seperti yang terdapat pada Gambar 5 di bawah ini.

Sumber : Data Primer diolah (2013)

Gambar 5 Sebaran tingkat pendidikan responden Desa Sungai Pasak

Masyarakat Desa sungai Pasak sekitar 55% telah mengenyam pendidikan

hingga tingkat SMA dan sederajat. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat

Desa Sungai Pasak telah sadar akan pentingnya pendidikan. Selain faktor fasilitas

pendidikan yang dapat ditempuh dari desa, fasilitas pendukung lainnya seperti

jalan raya pun telah baik.

5.6.4 Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang menjadi mata pencaharian responden di Desa Sungai

Pasak cukup bervariasi, diantaranya adalah pegawai negeri sipil, pegawai swasta,

wiraswasta, petani, pedagang, penjahit, pegawai kantor desa, dan ibu rumah

tangga. Berdasarkan hasil survei, mata pencaharian responden tertinggi adalah

wiraswasta sebesar 33 persen. Sedangkan pekerjaan lain adalah petani (22%),

pegawai swasta (13%), dan pegawai negeri sipil (10%). Selain itu terdapat jenis

Page 51: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

37

pekerjaan lain seperti pedagang dan pegawai kantor desa. Sebaran jenis pekerjaan

dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber: Data Primer diolah (2013)

Gambar 6 Sebaran jenis pekerjaan responden Desa Sungai Pasak

5.6.5 Tingkat Pendapatan

Persentase responden dengan tingkat pendapatan terbesar terdapat pada

kelompok pendapatan Rp 500 000 – Rp 1 200 000 yaitu sebesar 47 persen. Hal

ini berhubungan dengan jenis pekerjaan mayoritas responden yaitu petani.

Sebanyak 25 persen responden memiliki selang pendapatan Rp 1 300 000 – Rp

2 000 000, hal ini berhubungan dengan jenis pekerjaan diluar petani, seperti

pegawai negeri sipil, pegawai swasta dan wiraswasta. Selain itu, sebanyak 15

persen reponden memiliki pendapatan antara Rp 2 100 000 - Rp 2 800 000, 10

persen memiliki pendapatan Rp 2 900 000 – Rp 3 600 000 dan 3 persen

responden memiliki pendapatan antara > Rp 3 600 000. Perbandingan tingkat

pendapatan dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber: Data Primer diolah (2013)

Gambar 7 Sebaran responden menurut tingkat pendapatan di Desa Sungai

Pasak

Page 52: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

38

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Aktor Pengelolaan dan Pemanfaatan Ikan Larangan

Ikan larangan Desa Sungai Pasak telah terbentuk sejak dahulu dimana telah

ada saat Sungai Pasak belum ditetapkan sebagai desa. Adapun aktor pengelolaan

dan pemanfaatan ikan larangan yaitu semua pihak yang terlibat pengelolaan dan

pemanfaatan sumberdaya yang terdapat di area ikan larangan tersebut.

Pengelolaan ikan larangan dilakukan oleh kelembagaan lokal Desa Sungai Pasak

yaitu dibawah kepemimipinan Ninik Mamak Desa Sungai Pasak. Pada tahun 2010

keberadaan ikan larangan Desa Sungai Pasak yang dahulunya dikelola oleh Ninik

Mamak bersama masyarakat desa dibantu oleh Kelompok Masyarakat Pengawas

(Pokmaswas) Ikan Larangan.

Berdasarkan pengelolaan tradisional, ikan larangan Desa Sungai Pasak

hanya dikelola bersama oleh masyarakat desa dibawah pimpinan ninik mamak.

Kepemimpinan ninik mamak merupakan kepemimpinan tradisional yang sesuai

dengan pola yang telah digariskan oleh adat. Kepemimpinan secara

berkesinambungan, dengan arti kata “patah tumbuah hilang baganti” dalam kaum

masing-masing, suku dan nagari. Dalam menjalankan tugasnya memimpin suatu

kaum dalam satu nagari ninik mamak didampingi oleh alim ulama dan cadiak

pandai. Ketiga sistem kepemimpinan ini dalam masyarakat Minangkabau disebut

“tungku nan tigo sajarangan, tali nan tigo sapilin”. Mereka saling melengkapi dan

menguatkan. Ketiga unsur tersebut menjadi simbol kepemimpinan yang memberi

warna dan mempengaruhi perkembangan masyarakat Desa Sungai Pasak.

Sebagai pemimpin adat dalam desa “tungku nan tigo sajarangan” harus

menguasai seluk beluk adat, taat beragama, dan berilmu pengetahuan. la harus

memiliki ciri-ciri berakhlak Islami, demokratis, bertanggung jawab dan berilmu

pengetahuan.Sesuai dengan perkembangan peraturan pemerintahan keberadaan

kelembagaan adat yang dipimpin oleh ninik mamak dibantu oleh pemerintahan

administrasi desa yang ada saat ini. Kelembagaan adat yang terdapat di Desa

Sungai Pasak bersifat informal. Saat ini keberadaan Cadiak Pandai (Cendekiawan)

identik dengan kepala desa. Hal ini terjadi seiring pergantian pemerintahan nagari

Page 53: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

39

menjadi desa. Selain itu, agar kegiatan masyarakat dibawah kepemimpinan ninik

mamak dapat berjalan selaras dengan peraturan desa secara administrasi.

Secara struktural, posisi pengelola ikan larangan terdiri dari Ninik Mamak,

Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang, dan pemuda. Kelima unsur ini

merupakan tokoh penting pengelola ikan larangan. Jika salah satu dari lima unsur

tersebut tidak menyetujui kesepakatan yang dibuat maka kesepakatan tersebut

batal. Setelah terbentuknya Pokmaswas posisi pengelolaan ikan larangan tidak

banyak berubah. Keberadaan Pokmaswas ini melengkapi pengelolaan ikan

larangan Desa Sungai Pasak. Selain untuk membantu pengawasan ikan yang

terdapat dalam wilayah ikan larangan, Pokmaswas juga membantu memberikan

pengetahuan baru kepada masyarakat bagaimana kegiatan yang telah dilakukan

selama ini (pengelolaan ikan larangan) tidak hanya bermanfaat sebagai pendanaan

desa tetapi juga bermanfaat menjaga lingkungan.

Masyarakat Desa Sungai Pasak tanpa terkecuali berkewajiban memelihara

keberadaan wilayah ikan larangan sehingga apabila ada hal-hal yang merusak

wilayah ikan larangan atau pelanggar pantangan dapat diketahui dan dicegah

untuk terjadi kerusakan lebih lanjut. Sebelum adanya Pokmaswas pengawasan

ikan larangan Desa Sungai Pasak juga disertai dengan pengawasan menggunakan

dimensi spiritual melalui Pawang. Berdasarkan pola pengelolaan ikan larangan

yang terdapat di Desa Sungai Pasak maka dapat diidentifikasi aktor pengelola

ikan larangan dan peranan setiap aktor yang terdapat dalam pengelolaan ikan

larangan. Adapun peranan tokoh kelembagaan ikan larangan dapat dilihat pada

Tabel 7.

Page 54: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

40

Tabel 7. Identifikasi aktor dan peran

No Aktor Peranan

1 Ninik Mamak

- Unsur pimpinan (adat istiadat) dalam masyarakat adat di

Minangkabau dimana unsur tersebut masih ada di Desa

Sungai Pasak.

- Pengawas ikan larangan mulai dari tahapan penetapan

lokasi sampai masa pembukaan ikan larangan

2 Alim Ulama

(Labai)

- Unsur pimpinan (agama) masyarakat adat di Minangkabau

dimana unsur tersebut masih ada di Desa Sungai Pasak.

- Pengawas ikan larangan mulai dari tahapan penetapan

lokasi sampai masa pembukaan ikan larangan

3 Cadiak Pandai - Unsur pimpinan masyarakat adat di Minangkabau dimana

unsur tersebut masih ada di Desa Sungai Pasak

(cendekiawan).

- Pengawas ikan larangan mulai dari tahapan penetapan

lokasi sampai masa pembukaan ikan larangan

4 Bundo kanduang - Unsur kepemimpinan perempuan yang ikut mengelola ikan

larangan

5 Pemuda - Pengelola harian ikan larangan.

- Mengawasi keadaan area ikan larangan.

6 Kepala Desa - Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial

budaya dan adat istiadat.

- Mengembangkan potensi sumberdaya alam dan

melestarikan lingkungan hidup.

- Pengawas kegiatan ikan larangan.

- Membentuk Kelompok Masyarakat Pengawas Ikan

Larangan untuk mengoptimalkan pengelolaan potensi dari

lubuk dan banda larangan yang terdapat di Desa Sungai

Pasak

7 Pokmaswas - Mengawasi pengelolaan ikan larangan dari penangkapan

ikan yang menggunakan bahan terlarang dari oknum

masyarakat.

8 Masyarakat Desa

Sungai Pasak

- Memanfaatkan sungai pasak dan banda irigasi serta ikut

mengawasi pengelolaan ikan larangan yang terdapat di

sungai maupun di banda tersebut.

- Menjaga keamanan pengelolaan ikan larangan.

9 Pawang - Memiliki kemampuan untuk mengamankan keberadaan

ikan yang terdapat pada area ikan larangan.

- Keberadaaan pawang dalam pengelolaan ikan larangan

Desa Sungai Pasak bersifat sementara karena untuk

kegiatan yang ikan larangan saat ini telah tidak

menggunakan jampi.

Sumber: Data primer diolah (2013)

6.1.1 Pengaruh dan Kepentingan Aktor

Aktor pengelola ikan larangan memiliki pengaruh dan kepentingan yang

telah teridentifikasi melalui peranan yang dimiliki masing-masing. Berdasarkan

pengaruh dan kepentingan yang dimiliki oleh para aktor maka dapat digambarkan

pada aktor grid. Pemetaan aktor tersebut didapatkan dari nilai skor analisis aktor

sebagai berikut.

Page 55: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

41

Tabel 8 Nilai skor pemetaan analisis aktor pengelolaan ikan larangan Desa Sungai

Pasak

No Aktor Pengaruh Kepentingan

1 Alim Ulama 4,00 4,00

2 Ninik Mamak 3,50 4,00

3 Kepala Desa 4,00 3,25

4 Cadiak Pandai 4,00 3,50

5 Pemuda (karang taruna) 4,00 5,00

6 Bundo Kanduang 2,00 3,50

7 Pokmaswas 2,00 2,00

8 Pawang 1,25 1,25

9 Masyarakat 4,00 2,25 Sumber : Data primer diolah (2013)

Hasil pemetaan aktor berdasarkan derajat kepentingan dan pengaruhnya

dalam memanfaatkan dan mengelola sumberdaya ikan larangan dapat dilihat pada

Gambar 8.

labai

ninik mamak

Kepala Desa

bundo kanduang

karang taruna

pokmaswas

pawang

masyarakat

cadiak pandai

1 2 3 4 5 6

1

2

3

4

5

6

subjek

penonton aktor

pemain

12

34

5

6

7

8

KEPENTINGAN

PENGARUH

9

Sumber : Data primer diolah (2013)

Keterangan : 1. Labai (alim ulama),2. Ninik Mamak, 3. Kepala Desa, 4. Cadiak Pandai 5. Pemuda,

6. Bundo Kanduang, 7. Pokmaswas, 8. Pawang dan 9 Warga Desa Sungai Pasak

Gambar 8. Pemetaan aktor pengelola ikan larangan Desa Sungai Pasak

Kuadran I (subjek) ditempati Bundo Kanduang. Bundo kanduang memiliki

kepentingan tinggi terhadap sumberdaya ikan larangan desa sungai Pasak namun

kurang terlibat dalam merumuskan berbagai kebijakan pengelolaan sumberdaya

tersebut. Kepentingan yang tinggi terhadap sumberdaya ikan larangan terkait

dengan penggunaan sumberdaya air dari lokasi ikan larangan tersebut.

Penggunaan sumberdaya air yang dijadikan lokasi ikan larangan menjadikan

Bundo Kanduang memiliki peranan yang tinggi terhadap keberadaan wilayah ikan

larangan untuk menjaga keberlanjutan pengelolaan dan kebersihan air yang

Page 56: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

42

terdapat di wilayah ikan larangan. Selain itu, peranan dan partisipasi Bundo

Kanduang dalam mengelola ikan larangan Desa Sungai Pasak hanya sebagai

pengawas sehingga hanya berkontribusi dari segi sumberdaya manusia.

Kuadran II (pemain) ditempati oleh Alim Ulama, Ninik Mamak, Kepala

Desa dan Pemuda. Kelompok ini memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh

yang tinggi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di Lubuk

Larangan dan Banda Larangan Desa Sungai Pasak. Pengaruh dalam pengelolaan

dan pemanfaatan sumberdaya ikan pada wilayah ikan larangan tersebut terkait

dengan perumusan peraturan mengenai ikan larangan, peran dan partisipasi,

kemampuan berinteraksi serta kewenangan yang dimiliki masing-masing tokoh.

Jika dilihat dari aspek keterlibatan Alim,Ulama, Ninik Mamak, Kepala Desa dan

Pemuda terlibat dalam semua proses yaitu perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan.

Keberadaan ikan larangan memberikan manfaat yang berbeda-beda bagi

tokoh-tokoh pengelola ikan larangan. Pihak Alim Ulama dan Pemuda menyatakan

manfaat yang diterima dari pengelolaan ikan larangan adalah sebagai penerimaan

desa, menjaga keberadaan jenis ikan lokal, melestarikan budaya, terbinanya

kerukunan sosial serta untuk memuaskan hobi para pemancing ikan larangan.

Ninik Mamak dan Kepala Desa menyatakan manfaat ikan larangan adalah sebagai

penerimaan desa, melestarikan budaya dan terbinanya kerukunan sosial.

Pengelolaan ikan larangan menjadi prioritas yang tinggi karena kegiatan ini

berfungsi sebagai sarana penerimaan desa untuk pembangunan sarana ibadah,

sarana mengenalkan potensi desa, dan memberikan dampak ekonomi bagi

sebagian masyarakat. Kelompok pemain memiliki kewenangan dalam

mengendalikan pengelolaan ikan larangan di Desa Sungai Pasak. Pengetahuan

lokal dalam pengelolaan perikanan memiliki pengaruh yang tinggi yang

didasarkan pada kemampuan para tokoh dalam berinteraksi yang dapat menjaga

keberlangsungan keberadaan ikan larangan serta peran dan partisipasi dari tokoh

untuk bersama-sama mengelola sumberdaya yang terdapat di wilayah mereka.

Kuadran III (penonton) ditempati oleh Pokmaswas dan Pawang/tukang

jampi. Keberadaan mereka dinilai tidak terlalu bergantung terhadap sumberdaya

ikan di wilayah ikan larangan Desa Sungai Pasak. Selain itu posisi mereka tidak

Page 57: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

43

terlalu berpengaruh terhadap pengelolaan sumberdaya ikan di wilayah ikan

larangan Desa Sungai Pasak. Berdasarkan keterlibatan, manfaat yang diperoleh,

fokus pengelolaan, dan tingkat ketergantungan terhadap sumberdaya, aktor pada

kuadran ini memiliki nilai yang rendah. Kelompok ini hanya memiliki peranan

yang kecil dalam pengelolaan ikan larangan.

Pokmaswas memiliki peranan dalam pengawasan dan pengamanan

sumberdaya ikan larangan dari penangkapan ikan menggunakan bahan-bahan

terlarang yang dapat merusak perairan dan keberadaan ikan sesuai dengan

pengelolaan perairan. Pawang memiliki peranan sebagai pemberi pengamanan

dalam pengelolaan sumberdaya ikan yang bersifat spiritual namun mulai

ditinggalkan karena terkait dampak yang diterima. Dilihat dari penetapan dan

pelaksanaan aturan, kemampuan dalam berinteraksi dan kewenangan, aktor dalam

kuadran ini memiliki nilai yang rendah. Kedua tokoh ini memiliki pengaruh yang

rendah karena kontribusi yang diberikan kecil dalam pengelolaan ikan larangan

Desa Sungai Pasak.

Kuadran IV (aktor) ditempati oleh masyarakat Desa Sungai Pasak.

Kelompok masyarakat Desa Sungai Pasak memiliki pengaruh yang tinggi dengan

sedikit kepentingan terhadap sumberdaya ikan di wilayah ikan larangan desa. Hal

ini dikarenakan masyarakat memiliki peran memanfaatkan sungai pasak dan

banda irigasi serta ikut mengawasi sumberdaya ikan yang terdapat di wilayah

larangan tersebut. Pengaruh yang dimiliki oleh kelompok masyarakat merupakan

suatu proses pengontrolan proses dan hasil dari kegiatan ikan larangan yang

terdapat di wilayah tempat tinggal mereka. Kelompok ini berpengaruh besar

terkait dalam pelaksanaan aturan dan penegakan sanksi dalam pengelolaan ikan

larangan Desa Sungai Pasak. Peran dan partisipasi masyarakat dalam memantau

dan mengawasi pengelolaan ikan larangan dengan berkontribusi waktu dan tenaga

serta kemampuan bekerja sama dalam menjaga keberadaan ikan larangan.

Berdasarkan pemetaan aktor terkait kepentingan dan pengaruh diatas aktor-

aktor yang harus dilibatkan dalam pengelolaan ikan larangan di Desa Sungai

Pasak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok formal dan kelompok

informal. Aktor-aktor yang berperan ditingkat kelompok formal yaitu kepala desa

sebagai pemimpin pemerintahan administrasi dan Kelompok Masyarakat

Page 58: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

44

Pengawas (Pokmaswas) yang dibentuk berdasarkan surat keputusan kepala desa.

Kelompok informal terdiri dari Ninik Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai,

Bundo Kanduang dan pemuda serta pawang. Kelompok ini merupakan komunitas

lokal yang berperan mengelola ikan larangan Desa Sungai Pasak selama ini.

Walaupun keberadaan pawang sudah tidak digunakan saat ini, kepercayaan

masyarakat akan larangan mengambil ikan tidak sesuai waktu tetap berlangsung

hingga saat ini. Pembagian kelompok ini disebabkan karena pengaruh dari Ninik

Mamak, Alim, Ulama, Cadiak Pandai merupakan orang yang dituakan dan

dihormati di Desa Sungai Pasak. Keberadaan pawang dalam pengelolaan ikan

larangan merupakan unsur dimensi spiritual yang berkembang di masyarakat.

Adapun hubungan aktor-aktor pengelola Ikan Larangan Desa Sungai Pasak yaitu

seperti pada Gambar 9.

Sumber : Data primer diolah (2013)

Gambar 9 Hubungan antar aktor pengelola ikan larangan Desa Sungai Pasak

Ostrom (1990) dalam Suhana (2008a) menyatakan bahwa dalam

menganalisis hubungan antar aktor dalam sistem kelembagaan perlu dibedakan

berdasarkan tingkatannya (level), yaitu pertama, level konstitusi

(constitutional),yaitu lembaga yang berperan dalam menyusun aturan main untuk

level collective choice. Kedua, level pilihan kolektif (collective choice), yaitu

lembaga yang berperan dalam menyusun peraturan untuk dilaksanakan oleh

BUNDO KANDUANG,

PEMUDA ,MASYARAKAT

POKMASWAS

SEIPA LESTARI

IKAN LARANGAN

ATURAN

Operational

Choice Level

Collective

Level

KEPALA DESA SUNGAI PASAK

NINIK MAMAK,

ALIM ULAMA,

CADIAK PANDAI

FORMULASI

ATURAN

Page 59: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

45

lembaga operasional. Ketiga, lembaga operasional (operational), yaitu lembaga

yang secara langsung melaksanakan kebijakan di lapangan.

Berdasarkan teori Ostrom (1990) dalam Suhana (2008a) maka aktor-aktor

pengelolaan dan pemanfaatan ikan larangan di Desa Sungai Pasak yang tergolong

kedalam level penentu aturan (collective choice level) adalah Ninik Mamak, Alim

Ulama, Cadiak Pandai (tungku tigo sajarangan) dan Kepala Desa Sungai Pasak.

Kelompok ini berperan dalam menyusun dan menetukan aturan main dalam

pengelolaan ikan larangan Desa Sungai Pasak. Sementara itu, yang termasuk level

operasional (operational level) adalah kelompok Bundo Kanduang, Pemuda,

Masyarakat Desa Sungai Pasak dan Kelompok Masyarakat Pengawas ikan

larangan Desa Sungai Pasak.

6.2 Aturan Pengelolaan Ikan Larangan Desa Sungai Pasak

Sebuah kelembagaan memiliki aturan main (rule of the game) yang

mengatur kegiatan yang dilakukan, hubungan antar aktor dalam kelembagaan dan

aktor diluar kelembagaan. Hal ini juga terdapat pada kelembagaan pengelola ikan

larangan. Dalam konteks ini, aturan main dalam pengelolaan ikan larangan adalah

berupa aturan informal. Aturan ini terkait dengan pengelolaan perikanan yang

bersifat pengetahuan lokal. Selain aturan informal, pengelolaan ikan larangan juga

memiliki landasan hukum. Berdasarkan konteks hukum nasional yang ada

pengelolaan perikanan berbasis pengetahuan lokal telah mendapat pengakuan

secara nyata dalam peraturan perundang-undangan.

6.2.1 Boundary Rule, Sanksi, dan Monitoring terhadap Aturan

Pengelolaan ikan larangan Desa Sungai Pasak tentu memiliki aturan

tersendiri. Peraturan yang diterapkan dalam ikan larangan pada Desa Sungai

Pasak berupa peraturan tidak tertulis. Hal ini disebabkan karena aturan ini

dikeluarkan oleh kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangan yang telah menjadi

kebiasaan di masyarakat desa. Aturan yang terkait dengan pengelolaan ikan

larangan Desa Sungai Pasak berisi mengenai larangan menangkap ikan saat

musim tutup, seluruh penduduk desa merupakan anggota pengelola ikan larangan

dan bertanggungjawab memantau dan mengawasi ikan larangan tersebut.

Page 60: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

46

Selain itu, penduduk desa yang merupakan suatu komunitas harus ikut

berkontribusi langsung terhadap pengelolaan ikan larang tersebut. Kontribusi

yang dapat diberikan terkait dengan waktu, usaha serta pemikiran bagaimana ikan

larangan ini dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan dengan kontribusi yang

diberikan oleh anggota tersebut manfaat dari ikan larangan ini akan dapat

dirasakan langsung oleh penduduk desa. Secara umum, aturan adat mengenai ikan

larangan masyarakat Desa Sungai Pasak ini berisi aturan-aturan dalam

pemanfaatan (appropriation problems) dan pemeliharaan (provision problems)

sumberdaya ikan di lubuk larangan dan banda larangan. Adapun aturan-aturan

tersebut antara lain aturan batas wilayah ikan larangan, aturan akses pemanfaatan

sumberdaya ikan, aturan sanksi, dan monitoring.

Wilayah ikan larangan desa Sungai Pasak terdiri dari sungai dan banda

irigasi. Wilayah sungai yang menjadi wilayah ikan larangan adalah wilayah lubuk

larangan. Batas wilayah lubuk larangan dengan bukan lubuk larangan ditandai

oleh jembatan. Jembatan merupakan jalan yang membatasi satu desa dengan desa

lain. Sedangkan batas banda larangan adalah sepanjang aliran irigasi yang

melewati desa Sungai Pasak.

Ikan hanya boleh ditangkap ketika telah ada pemberitahuan bahwa lubuk

larangan dan banda larangan telah dibuka oleh ninik mamak dengan waktu yang

telah ditetapkan. Selain itu, ikan yang tidak masuk didalam wilayah yang

dijadikan wilayah ikan larangan dapat ditangkap atau dimanfaatkan. Ikan hanya

boleh ditangkap mengunakan alat pancing, tidak boleh mengunakan racun,

menyentrum ikan dan tidak boleh menggunakan jala.

Aturan mengenai sanksi untuk wilayah ikan larangan di desa Sungai Pasak

secara formal tidak ada. Namun, sanksi tersebut akan terlihat dengan sendirinya

jika mereka melanggar ketentuan yang telah dibuat bersama. Pengelolaan ikan

larangan di Desa Sungai Pasak masih semi tradisional. Sanksi yang dirasakan bagi

pelanggar bersifat alamiah. Berdasarkan penuturan tokoh agama desa (Labai),3

apapun yang terdapat di daerah yang sifatnya milik bersama pasti akan ada saja

yang ingin berbuat curang. Terkadang kita tidak dapat menyalahkan sehingga kita

3 Wawancara Bapak Suardi Tanjung (mantan Kepala Desa Sungai Pasak tahun 1986, pemuka

masyarakat) 18 Februari 2013

Page 61: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

47

hanya dapat memohon pada yang Maha Kuasa agar kesalahannya menghianati

kesepakatan yang ada diampuni.

Ikan larangan Desa Sungai Pasak dahulu pernah di jampi, namun

penggunaan jampi telah dibuka karena pada saat itu membuat ikan yang berada di

kawasan tersebut tidak berkembang dengan baik. Namun, kepercayaaan terhadap

ikan yang terdapat di lubuk dan banda yang ada larangan untuk tidak diambil

masih dianut sampai saat ini. Walau tidak menggunakan jampi lagi masyarakat

masih percaya bahwa sesuatu yang telah disepakati untuk tidak diambil sebelum

masa diperbolehkan maka akan mendapat bala. Menurut kepercayaan masyarakat

setempat, bagi yang mengambil ikan yang terdapat di wilayah berlarangan

tersebut akan mendapat penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara medis.

Untuk menghilangkan penyakit tersebut, maka seseorang harus mengingat

kesalahan yang telah diperbuat dan memohon kepada Allah agar kesalahannya

diampuni. Ketika masih di jampi, orang yang mengambil ikan di wilayah ikan

larangan akan mengaku ditempat ia mengambil ikan tersebut.

Hal ini membuat seseorang merasa bersalah dan mendapat sanksi sosial

karena diperlihatkan secara langsung. Mengingat akibat dari perilaku tersebut

yang berdampak bagi psikologi seseorang maka untuk menghindari permasalahan

yang akan muncul dari perilaku buruk tersebut, ninik mamak bersama alim ulama

dan cadiak pandai desa Sungai Pasak memutuskan untuk tidak menggunakan

jampi lagi. Perubahan sistem pengamanan wilayah ikan larangan ini membuat

monitoring yang kurang jelas dalam pengelolaan ikan larangan tersebut. Menurut

hasil wawancara dengan pemuka agama desa (Labai) dan Kepala Desa Sungai

Pasak yang mengawasi tindakan pelanggaran adalah pribadi masing-masing. Ikan

larangan ini dibuat berdasarkan kesepakatan bersama sehingga perubahan dalam

pengaamanan wilayah ikan diharapkan tidak menimbulkan permasalahan di

masyarakat dan menegaskan bahwa melalui kesepakatan yang telah dibentuk

harus dibuat atas dasar kepercayaan satu sama lain. Terciptanya sikap saling

percaya dengan sesama maka dapat mewujudkan kebaikan dari apa yang

diperbuat sehingga ikan larangan dapat menghasilkan manfaat bagi seluruh

masyarakat desa.

Page 62: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

48

6.2.2 Aturan Akses terhadap Sumberdaya dan Penyelesaian Konflik

Pemanfaatan sumberdaya perairan desa sebagai wilayah ikan larangan telah

ada sejak tahun 1970. Hal ini merupakan kesepakatan ninik mamak beserta

masyarakat desa. Kegiatan ini pernah terhenti selama lima tahun karena adanya

program normalisasi sungai yang digalakkan oleh pemerintah. Kegiatan ini

dianggap sangat baik oleh masyarakat sehingga dilakukan kembali. Oleh karena

itu masyarakat desa mewacanakan untuk memperluas wilayah ikan larangan

dengan memanfaatkan daerah aliran irigasi.

Berdasarkan kesepakatan ninik mamak dan masyarakat maka daerah aliran

irigasi juga dijadikan wilayah ikan larangan yang disebut juga banda larangan.

Banda larangan tersebut ditetapkan tahun 1987. Wilayah ikan larangan desa

berada di sungai dan aliran irigasi dengan panjang sekitar 1880 meter. Masyarakat

Desa Sungai Pasak sangat menyadari potensi yang terdapat di desa mereka

sehingga mereka berusaha untuk menjaga agar potensi desa mereka dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Apapun yang menjadi milik desa harus

dijaga dan dipergunakan untuk kepentingan desa.

6.2.3 Aturan Ikan Larangan yang Berdampak terhadap Pembangunan Desa

Ikan larangan merupakan tradisi yang dilakukan turun temurun oleh

masyarakat Desa Sungai Pasak. Sejak tahun 1970 ikan larangan telah ada dan

mulai dikembangkan oleh masyarakat desa melalui perluasan wilayah ikan

larangan. Perluasan wilayah ikan larangan desa dimaksud dengan memanfaatkan

banda irigasi desa yang dirasa dapat berpotensi untuk membantu perkembangan

ekonomi desa. Pemanfaatan banda irigasi di mulai pada tahun 1987. Selain

sebagai sarana memanfaatkan potensi desa, kegiatan ikan larangan juga

berdampak pada pembangunan desa. Hal ini terlihat dari adanya gerbang selamat

datang pada kawasan Masjid Raya Sungai Pasak.

Kegiatan pengelolaan ikan larangan Desa Sungai Pasak pada awalnya

bersifat tradisional. Namun, setelah melakukan beberapa kali panen, pengelolaan

ikan larangan di Desa Sungai Pasak mengalami perubahan sehingga bersifat semi

tradisional. Pengelolaan bersifat semi tradisional ditandai dengan adanya

penebaran ikan kembali (restocking),serta saat musim buka ikan larangan panitia

musim buka akan memperbolehkan menggunakan alat pancing dan mengutip

Page 63: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

49

sejumlah uang dari semua peserta yang mendaftarkan diri untuk ikut pesta

pembukaan ikan larangan (baik masyarakat desa setempat maupun dari luar desa).

Perubahan tersebut berlaku sejak tahun 1990-an dengan alasan bahwa

penangkapan pada musim buka yang terdahulu sering menyebabkan ikan yang

terdapat di sungai dan banda habis dan tidak berkembang dengan baik. Oleh sebab

itu, mereka mulai menerapkan pola semi-tradisional yang terlihat saat penetapan

musim tutup ikan larangan, sebelum musim buka dan pada masa musim buka.

6.2.3.1 Aturan Musim Tutup Wilayah Ikan Larangan

Aturan dalam memulai waktu musim tutup ikan larangan ditentukan

berdasarkan kesepakatan bersama. Proses pengambilan keputusan yang dilalui

cukup demokratis. Semua masyarakat desa berhak menyampaikan aspirasi,

gagasan dan pandangannya, baik melalui forum informal (seperti pembahasan di

warung-warung kopi) maupun forum formal (musyawarah desa), sehingga

penetapannya dilakukan secara partisipatif. Setelah itu dilakukan pertemuan

bersama ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai dan masyarakat desa. Musim

tutup ditetapkan seminggu setelah musim buka selesai. Wilayah ikan larangan

desa kembali ditutup setelah adanya pertemuan ninik mamak, alim ulama, cadiak

pandai bersama masyarakat. Pertemuan itu berlangsung pada hari Jumat

bertempat di Mesjid Raya Sungai Pasak.

Pertemuan tersebut membahas penetapan lokasi ikan larangan, kapan waktu

penutupan wilayah ikan larangan dan juga mengumumkan pendapatan dari hasil

musim buka wilayah ikan larangan desa yang telah dilakukan. Beberapa

pertimbangan yang biasanya digunakan dalam penetapan sebuah lokasi sebagai

Lubuk Larangan, antara lain yaitu lokasinya tidak jauh dari pusat pemukiman

warga. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan dan pelaksanaan

ketentuan-ketentuan adat yang ditetapkan pada lokasi Ikan Larangan dan daerah

aliran sungai yang memiliki kedalaman yang cukup memungkinkan untuk ikan

berkembang biak. Panjang aliran sungai yang dijadikan lokasi Ikan Larangan

sekitar 300 s/d 1.500 meter. Artinya tidak semua daerah aliran sungai di desa

ditetapkan sebagai kawasan larangan bagi penangkapan ikan.

Setelah disepakati waktu yang tepat untuk menutup wilayah ikan larangan

maka disampaikan pada seluruh masyarakat bahwa wilayah perairan desa yaitu

Page 64: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

50

sungai dan banda irigasi telah ditutup kembali. Dalam pengumuman tersebut juga

disampaikan kepada masyarakat agar tetap menjaga perairan desa dan dilarang

mengambil ikan di wilayah tersebut selama waktu yang ditentukan. Kegiatan

penutupan dimulai dengan dibacakan doa bersama yang disampaikan oleh ulama

desa dengan niat bahwa wilayah ikan larangan dibuat berdasarkan kesepakatan

bersama dan dimanfaatkan untuk kegiatan pembangunan sarana ibadah dan

membantu kegiatan karang taruna Desa Sungai Pasak. Kemudian diumumkan

kepada masyarakat desa dan desa-desa tetangga bahwa sungai itu telah menjadi

lubuk larangan. Hal tersebut merupakan sebuah bentuk kepatuhan, kedisiplinan

dan kekeluargaan yang terjadi antar masyarakat Desa Sungai Pasak.

6.2.3.2 Aturan Penetapan Musim Buka Ikan Larangan

Setelah ditetapkan dan disepakati bersama bahwa sungai dan banda irigasi

merupakan wilayah ikan larangan milik desa maka masyarakat akan menjaga dan

mengawasi perkembangan ikan yang terdapat di wilayah tersebut. Pada

kelembagaan ikan larangan Desa Sungai Pasak ini seluruh masyarakat desa

merupakan suatu bentuk komunitas yang menjadi pengelola ikan larangan

tersebut. Selain itu, mereka memiliki kewajiban untuk mengawasi ikan-ikan yang

terdapat di dalam sungai dan aliran irigasi sebagaimana yang disepakati bersama.

Musim buka akan dilaksanakan setelah melihat apakah ikan yang terdapat

di banda aliran irigasi dan di sungai telah layak di pancing. Berdasarkan

kesepakatan masyarakat desa ikan larangan desa dapat dibuka lebih kurang enam

bulan setelah masa tutup. Terkadang mereka dibantu oleh para penggemar

memancing ikan larangan untuk melihat apakah ikan-ikan yang terdapat di desa

mereka telah dapat dipancing. Jika menurut pemancing, ikan-ikan yang terdapat di

banda dan sungai telah layak untuk dipancing, maka masyarakat akan

menyampaikan kepada ninik mamak untuk menggelar pertemuan membahas

tentang pembukaan ikan larangan tersebut.

Jika ikan-ikan telah layak untuk diambil dan dapat memuaskan minat para

pemancing maka ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai, kepala desa serta

masyarakat akan sepakat untuk mempersiapkan musim buka. Ketika telah

ditetapkan kapan waktu yang tepat untuk membuka ikan larangan maka

ditunjuklah pelaksana dalam acara pembukaan ikan larangan tersebut. Musim

Page 65: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

51

buka ikan larangan di Desa Sungai Pasak dilakukan dengan cara memancing.

Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan pemancingan tersebut maka dibentuklah

kepanitiaan dan penetapan harga pemancingan.

Ikan larangan lebih dikelola dengan baik dan diberi makna sebagai asset

desa. Ada aturan baru yang dikenakan setiap dilakukan pembukaan ikan larangan.

Panitia penyelenggara pesta pembukaan/pembongkaran ikan larangan mengutip

sejumlah uang dari semua peserta yang mendaftarkan diri ingin ikut pesta (baik

masyarakat desa setempat maupun dari luar desa). Panitia pembukaan ikan

larangan bukan dibentuk setiap saat karena pada dasarnya setiap musim buka

ninik mamak akan menyerahkan kegiatan ini kepada pemuda-pemuda desa.

Pemuda-pemuda di Desa Sungai Pasak tersebut tergabung dalam karang taruna

sehingga ketika musim buka ditetapkan maka karang taruna akan dengan segera

mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam musim buka. Pemuda-pemuda

tersebut akan menginformasikan ke desa-desa lain bahwa desa mereka akan

melaksanakan musim buka dan uang pendaftaran pemancingan tersebut.4

Informasi mengenai musim buka desa biasanya menggunakan pamflet,

pemasangan iklan koran dan radio daerah.

6.2.3.3 Aturan Kegiatan Pemancingan saat Musim Buka Ikan Larangan

Setelah ditentukan kesepakatan hari yang sesuai, maka pemuda dan

masyarakat bersama-sama mempersiapkan lokasi. Pembukaan ikan larangan

tersebut dilakukan dengan cara memancing dan dilakukan selama satu hari.

Namun, untuk ikan larangan Desa Sungai Pasak karena memiliki dua wilayah

ikan larangan maka dilaksanakan dua hari. Waktu pembukaan ikan larangan yang

terdapat di sungai dan aliran irigasi dilakukan dalam bulan yang sama di minggu

yang berbeda. Kegiatan ini diikuti sekitar 600 pemancing setiap musim buka,

tidak hanya berasal dari Kota Pariaman, akan tetapi juga berasal dari luar.

Sebelum dimulai, panitia pemancingan ikan larangan akan mengutip biaya.

Para pemancing menganggap biaya tersebut sebagai beramal sambil memancing.

Hasil dari biaya pemancingan tersebut akan dimanfaatkan untuk pembangunan

desa, termasuk untuk sarana ibadah dan sosial serta pembelian benih ikan. Musim

4 Wawancara Sutan Sulaiman Tanjung (tokoh masyarakat) tanggal 20 Februari 2013

Page 66: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

52

buka ikan larangan ini juga dijadikan sarana bersilaturahmi bagi masyarakat

perantau Desa Sungai Pasak.

6.2.4 Peraturan Perundang-undangan Mengenai Pengelolaan Perikanan

Melalui Pengetahuan Lokal

Pengelolaan perikanan melalui sistem ikan larangan merupakan keunikan

dalam adat dan tradisi secara turun temurun dalam pengelolaan perikanan di

Indonesia. Dalam konteks hukum nasional, pengelolaan perikanan yang dikelola

berdasarkan hukum adat atau kearifan lokal mendapatkan pengakuan secara nyata

dalam peraturan perundang-undangan diantaranya yaitu :

1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan Pasal 6 ayat 2.

2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 tentang

Konservasi Sumberdaya Ikan.

4 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2012 tentang

Pengelolaan dan Perlindungan Sumberdaya Ikan Pasal 19.

Tabel 9 berikut ini menyajikan lebih rinci hasil analisis peraturan

perundang-undangan mengenai pengetahuan lokal dalam pengelolaan perikanan

di Indonesia.

Tabel 9 Peraturan mengenai pengakuan pengelolaan perikanan berdasarkan

pengetahuan lokal

No Peraturan Hal yang diatur

1 Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 31 Tahun

2004 tentang Perikanan

Pasal 6 ayat 2, pengelolaan perikanan untuk

kepentingan penangkapan ikan dan pembudidayaan

ikan harus mempertimbangkan hukum adat

dan/atau kearifan lokal serta memeperhatikan peran

serta masyarakat.

2 Undang-undang No 27

Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil

Pasal 7 Ayat 3, meyebutkan pelibatan masyarakat

berdasarkan norma, standar, dan pedoman

dilakukan melalui konsultasi publik dan/atau

musyawarah adat, baik formal maupun nonformal.

Pasal 61 ayat 1 menyebutkan pemerintah

mengakui, menghormati, dan melindungi hak-hak

Masyarakat Adat, Masyarakat Tradisional, dan

Kearifan Lokal atas Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil yang telah dimanfaatkan secara turun-

temurun.

Page 67: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

53

No Peraturan Hal yang diatur

3 Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor

60 Tahun 2007 tentang

Konservasi Sumberdaya

Ikan

Penetapan kawasan konservasi perairan dilakukan

berdasarkan kriteria sosial dan budaya, meliputi

tingkat dukungan masyarakat, potensi konflik

kepentingan, potensi ancaman, kearifan lokal serta

adat istiadat.

4 Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Barat Nomor 4

Tahun 2012 tentang

Pengelolaan dan

Perlindungan Sumberdaya

Ikan Pasal 19

Pemerintah Daerah mengakui nilai-nilai kearifan

lokal yang dimiliki masyarakat dalam pengelolaan

sumberdaya ikan di perairan umum daratan dalam

bentuk lubuk larangan atau ikan larangan.

Sumber: Data sekunder diolah (2013)

6.3 Analisis Kinerja Kelembagaan Ikan Larangan

6.3.1 Kejelasan Kelembagaan Ikan Larangan

Kelembagaan ikan larangan bersifat lokal karena dikelola oleh masyarakat

secara bersama-sama dan secara turun temurun. Dalam kelembagaan terkandung

nilai dan norma dalam pemanfaatan dan pengelolaan, kejelasan orang-orang yang

berpartisipasi, serta cara-cara pengendalian sosial agar kelembagaan senantiasa

terjaga. Kelembagaan yang terdapat dalam pengelolaan ikan larangan Desa

Sungai Pasak merupakan jenis kelembagaan non formal. Pada tahun 2010

berdasarkan hasil musyawarah masyarakat desa yang difasilitasi oleh perangkat

Pemerintahan Desa sepakat membentuk kelompok pengawas ikan larangan desa

baik yang berada di lubuk (sungai) maupun banda irigasi.

Kelompok pengawas dibentuk menjadi Kelompok Masyarakat Pengawas

(Pokmaswas) Seipa Lestari. Tujuan pembentukan kelompok ini yaitu untuk

mengawasi sungai dan banda irigasi dari penangkapan ikan yang menggunakan

bahan terlarang dan pencurian ikan di lokasi ikan larangan oleh oknum

masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan analisis mengenai kejelasan kelembagaan

ikan larangan dalam mencapai tujuan tersebut yang meliputi: (1) kejelasan

struktur kelembagaan dan (2) kejelasan aturan.

6.3.1.1 Kejelasan Struktur Kelembagaan

Struktur kelembagaan berkaitan dengan susunan kedudukan antar pengurus

dengan anggota yang masing-masing memiliki peranan dan pembagian tugas serta

turan yang mengikat. Untuk mengetahui kejelasan struktur kelembagaan dapat

dilihat berdasarkan beberapa indikator antara lain: kelengkapan pengurus,

Page 68: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

54

pengetahuan anggota terhadap susunan kelembagaan, pengetahuan anggota

mengenai prinsip pengurus kelembagaan menjalankan tugas dan periode

pergantian pengurus.

1 Kelengkapan Pengurus Kelembagaan

Kelengkapan pengurus kelembagaan dapat dilihat dari kelengkapan aktor

yang terlibat dalam kelembagaan tersebut. Kelengkapan pengurus kelembagaan

akan berpengaruh pada keberlangsungan kelembagaaan. Berikut ini adalah

sebaran pendapat masyarakat Desa Sungai Pasak mengenai kelengkapan pengurus

ikan larangan yang ada dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini.

Tabel 10 Sebaran persepsi masyarakat Desa Sungai Pasak mengenai kelengkapan

pengurus kelembagaan

Kelengkapan

Kelembagaan

Masyarakat Desa Sungai Pasak

Jumlah Persentase (%)

Tinggi 37 92,5

Kurang 3 7,5

Rendah 0 0

Jumlah 40 100 Sumber: Data primer diolah (2013)

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa menurut persepsi masyarakat

Desa Sungai Pasak beranggapan jika kelembagaan ikan larangan yang ada telah

lengkap. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yaitu sekitar 92,5%

menyatakan telah lengkap dan sisanya 7,5% menyatakan kurang lengkap.

Responden yang menyatakan kelembagaan cukup lengkap dikarenakan mereka

tidak terlalu mengerti tentang kepengurusan kelembagaan tersebut dan

kelembagaan yang ada telah ada sejak turun temurun.

2 Pengetahuan Angota Terhadap Susunan Kelembagaan

Susunan kelembagaan merupakan struktur dari kelembagaan mulai dari

ninik mamak beserta orang-orang yang membantunya hingga ketua kelompok

masyarakat pengawas dan anggotanya. Pengetahuan masyarakat Desa Sungai

Pasak terhadap kelembagaan dinilai berdasarkan tingkat pemahaman mereka

terhadap susunan kelembagaan tersebut. Gambaran mengenai sebaran

pengetahuan masyarakat terhadap susunan kelembagaan disajikan dalam Tabel 11

dibawah ini.

Page 69: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

55

Tabel 11 Sebaran pengetahuan masyarakat Desa Sungai Pasak mengenai peran

dari susunan kelembagaan

Pengetahuan Terhadap

Kelembagaan

Masyarakat Desa Sungai Pasak

Jumlah Persentase (%)

Paham 39 97,5

Kurang Paham 1 2,5

Tidak Paham 0 0

Jumlah 40 100

Sumber: Data primer diolah (2013)

Sebagian besar masyarakat desa sudah paham mengenai susunan

kelembagaan yang ada pada kelembagaan ikan larangan Desa Sungai Pasak yaitu

sekitar 97,5%. Sedangkan sisanya 2,5% kurang paham karena responden hanya

mengetahui pengelola harian saja yaitu pemuda.

3 Periode Pergantian Kepengurusan

Dalam suatu lembaga pergantian pengurus terjadi secara berkala. Pergantian

dilakukan sesuai dengan aturan yang telah disepakati. Untuk kepengurusan

lembaga adat (komunal) dalam pengelolaan ikan larangan pergantian tidak begitu

tinggi dirasakan oleh masyarakat. Hal ini terkait dengan pola kepemimpinan yang

turun temurun dan berdasarkan penilaian masyarakat sekitar. Selain itu, kelompok

yang dibentuk berupa kelompok masyarakat pengawas ikan larangan masih

bersifat baru dan belum mengalami pergantian.

Pengambilan keputusan dalam pergantian periode kepengurusan lembaga

ikan larangan ini hanya terjadi pada kepengurusan kelompok pemuda (karang

taruna) sebagai pelaksana kegiatan pada musim buka ikan larangan. Untuk

kepengurusan inti seperti ninik mamak tidak ada proses untuk pergantian karena

kepengurusan tersebut bersifat alami. Proses pergantian kepengurusan terlihat

pada kelembagaan pemuda yang merupakan kepengurusan harian dalam ikan

larangan sebelum adanya kelompok masyarakat pengawas ikan larangan. Berikut

adalah sebaran pendapat masyarakat tentang periode pergantian kepengurusan

tersaji pada Tabel 12 di bawah ini.

Page 70: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

56

Tabel 12 Sebaran persepsi masyarakat Desa Sungai Pasak mengenai periode

pergantian pengurus

Periode Pergantian Pengurus

Kelembagaan

Masyarakat Desa Sungai Pasak

Jumlah Persentase (%)

Teratur 9 22,5

Kurang Teratur 15 37,5

Tidak Teratur 16 40,0

Jumlah 40 100

Sumber: Data primer diolah (2013)

Berdasarkan tabel diatas dapat tergambar bahwa masyarakat Desa Sungai

Pasak mengetahui pengurus ikan larangan secara umum, namun untuk pergantian

pengurus harian tidak terlalu dirasakan oleh masyarakat. Tergambar jelas dari

sebaran pendapat yang mereka sampaikan yaitu sebagian besar masyarakat

menyatakan tidak teratur yaitu sekitar 40%. Hal ini disebabkan karena

kepengurusan yang ada diganti hanya berdasarkan kesepakatan saja dan biasanya

pengurus yang diganti hanya bertukar peran.

6.3.1.2 Kejelasan Aturan Kelembagaan

Kelembagaan Ikan Larangan Desa Sungai Pasak secara umum yang

terlihat adalah kelembagaan adat (komunal) yang telah ada sejak dahulu.

Sedangkan dalam perkembangannya, kelembagaan komunal menyepakati

dibentuknya kelembagaan baru yang disebut kelompok pengawas

(POKMASWAS) ikan larangan. Hal ini menjelaskan bahwa aturan pengelolaan

ikan larangan dapat berupa lisan, tertulis, atau keduanya. Oleh karena itu,

diperlukan analisis untuk mengetahui kejelasan aturan tersebut. Berdasarkan data

dilapangan, seluruh responden (100%) menyatakan bahwa aturan kelembagaan

ikan larangan bersifat lisan karena aturan tersebut telah dikenal secara turun

temurun. Namun, sejak terbentuk POKMASWAS, masyarakat juga mengenal

aturan secara tertulis. Hal ini menunjukkan bahwa kelembagaan ikan larangan

Desa Sungai Pasak telah menjalankan kedua aturan yang berlaku, yaitu lisan dan

tertulis. Disisi lain, kekuatan aturan lisan lebih dipercaya masyarakat desa, karena

merupakan tradisi dan modal terbentuknya kelembagaan baru seperti kelompok

masyarakat pengawas ikan larangan.

Page 71: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

57

6.3.2 Keefektifan Kinerja Kelembagaan Ikan Larangan

Kelembagaan ikan larangan Desa Sungai Pasak merupakan kelembagaan

lokal yang terbentuk dari modal sosial untuk pembangunan ekonomi desa

sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa.

Selain kelembagaan lokal, ikan larangan Desa Sungai Pasak juga memiliki

kelembagaan formal yang terbetuk sejak tahun 2010 yaitu Pokmaswas Seipa

Lestari. Terbentuknya kelompok masyarakat pengawas merupakan kesepakatan

Ninik Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang, pemuda dan

pemerintah desa sebagai bentuk pelaksanaan dari Keputusan Menteri Kelautan

dan Perikanan Nomor Kep.58/Men/2001 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem

Pengawasan Masyarakat dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan.

Kedua kelembagaan ini merupakan kelembagaan yang mengelola ikan

larangan Desa sungai Pasak. Menurut hasil wawancara, kelompok masyarakat

pengawas dibentuk agar ikan larangan desa diakui secara legal dan lebih

terstruktur. Namun, dimata masyarakat desa ikan larangan dikelola bersama

dibawah pengawasan Ninik Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo

Kanduang, serta pemuda sebagai pelaksana harian. Berdasarkan ulasan yang

dikemukakan oleh narasumber maka penilaian kinerja kelembagaan ikan larangan

Desa Sungai Pasak lebih terfokus pada kelembagaan lokal dibawah pimpinan

Ninik Mamak. Hal ini terkait dengan keberadaan Pokmaswas Seipa Lestari yang

masih tergolong baru dan belum tersosialisasikan dengan benar.

6.3.2.1 Partisipasi Dalam Kelembagaan

Konsep ikan larangan dibentuk dengan tujuan untuk menjaga kelestarian

sumberdaya perikanan dan meningkatkan kesejahteraan serta perekonomian

masyarakat melalui kesepakatan Ninik Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai,

Bundo Kanduang, pemuda dan tokoh masyarakat desa. Kelembagaan ikan

larangan dipimpin oleh Ninik Mamak, Alim Ulama, dan Cadiak Pandai sebagai

pihak dihormati atau “dituakan” oleh masyarakat desa setempat. Prinsip

kepemimpinan yang terdapat diantara ketiganya adalah prinsip partisipatif.

Partisipatif adalah gaya kepemimipinan yang berkonsultasi dengan bawahan dan

mengunakan ide serta saran mereka dalam mengambil keputusan. Hal ini sesuai

Page 72: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

58

dengan sebutan bapantang kusuik indak salasai, bapantang karuah indak janiah

(tidak ada kusut yang tidak akan selesai, tidak ada keruh yang tidak akan jernih).

Artinya, setiap persoalan yang ada dalam kelembagaan ikan larangan dapat dicari

pemecahannya melalui musyawarah dan mufakat. Mufakat merupakan jaminan

utama pengambilan keputusan yang ideal dan benar.

Tabel 13 Sebaran persepsi masyarakat Desa Sungai Pasak mengenai partisipasi

dalam kelembagaan

Tingkat Partisipasi Masyarakat

dalam Kelembagaan

Masyarakat Desa Sungai Pasak

Jumlah Persentase

Tinggi 35 87,5

Sedang 5 12,5

Rendah 0 0

Jumlah 40 100

Sumber : Data primer diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 13 diatas, dapat dijelaskan bahwa sebesar 87,5%

masyarakat menyatakan bahwa kelembagaan ikan larangan Desa Sungai Pasak

pastisipatif. Setiap kelembagaan tentunya akan berjalan baik jika para penggerak

atau orang-orang yang berhimpun didalamnya memiliki motivasi yang sama

untuk mencapai tujuan yang sama. Ninik Mamak sebagai orang yang dituakan di

desa dapat memberikan motivasi kepada masyarakat atau anggotanya untuk

bersama-sama mengembangkan potensi yang dimiliki desa mereka. Motivasi yang

diberikan oleh pemimpin kelembagaan ikan larangan ini tergambar dari kegiatan

yang mereka lakukan. Mulai dari waktu yang tepat ikan larangan di buka dan

ditutup semua berdasarkan suara dari masyarakat dan hasilnya juga dirasakan

masyarakat secara bersama.

Selain itu, kelembagaan ini menerapkan transparansi (keterbukaan) dalam

mengemukakan pendapat dalam berdiskusi pengelolaan dana yang diperoleh dari

kegiatan yang dilakukan. Semua hasil yang diperoleh dari musim buka ikan

larangan diketahui oleh masyarakat dan segala peruntukan dana tersebut jelas

diketahui masyarakat. Selain sikap partisipatif yang dimiliki oleh pemimpin,

kelembagaan ikan larangan juga mengambarkan sikap keterbukaan. Sebaran

persepsi masyarakat Desa Sungai Pasak tergambar pada Tabel 14 di bawah ini.

Page 73: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

59

Tabel 14 Sebaran persepsi masyarakat Desa Sungai Pasak mengenai transparansi

kelembagaan ikan larangan

Transparansi Kelembagaan Terhadap

Hasil dari Kegiatan yang dilakukan

Masyarakat Desa Sungai Pasak

Jumlah Persentase (%)

Tinggi 40 100

Sedang 0 0

Rendah 0 0

Jumlah 40 100

Sumber : Data primer diolah (2013)

Secara umum kelembagaan ikan larangan Desa Sungai Pasak sangat

transparan dalam pengelolaan potensi desa mereka. Masyarakat menyatakan

bahwa hasil pengelolaan ikan larangan diketahui oleh masyarakat desa. Hal ini

terbukti dari sebaran persepsi masyarakat sebesar 100 persen menyatakan

kelembagaan ini bersifat terbuka (transparan). Menurut penuturan salah satu

narasumber, pengelolaan ikan larangan tidak boleh sembunyi-sembunyi, harus

diberitahu kepada semua masyarakat karena sumberdaya ikan tersebut hidup di

perairan desa yang tentunya diketahui oleh masyarakat.

6.3.2.2 Efektivitas Kelembagaan Ikan Larangan

Efektivitas kelembagaan merupakan tercapainya tujuan kelembagaan yang

dihubungkan kepuasan anggota dalam mencapai tujuan tersebut. Selain itu

efektifitas juga dilihat setelah tujuan tersebut tercapai. Efektifitas kelembagaan

ikan larangan Desa Sungai Pasak diukur melalui perubahan hasil panen ikan dan

perubahan perilaku masyarakat sejak dikembangkannya ikan larangan di desa

tersebut. Indikator perubahan perilaku tersebut terlihat dari manfaat yang diterima

masyarakat desa ketika musim panen ikan dilaksanakan. Melalui kegiatan ikan

larangan tersebut memberikan dampak positif terhadap masyarakat menuju

kemandirian ekonomi. Hal ini terlihat beberapa warga desa yang memiliki warung

mendapat penerimaan yang lebih dari biasanya. Terkadang masyarakat yang tidak

berjualan makanan dihari biasa akan ikut serta berjualan ketika musim panen di

buka.

Untuk mengetahui perubahan hasil panen ikan larangan yang dilakukan

masyarakat Desa Sungai Pasak, dapat dilihat berdasarkan pemasukan yang

diterima oleh pemuda selama kegiatan pemancingan dibuka. Perubahan hasil

panen dilihat dari rata-rata penerimaan uang masuk pemancing yang telah

ditetapkan panitia musim buka ikan larangan selama satu tahun terakhir. Dalam

Page 74: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

60

satu tahun kegiatan membuka ikan larangan dilakukan dua kali sehingga dapat

terlihat bahwa penerimaan dari hasil panen mengalami perubahan. Tabel 15

disajikan sebaran persepsi masyarakat Desa Sungai Pasak terhadap hasil panen.

Tabel 15 Sebaran persepsi masyarakat Desa Sungai Pasak terhadap hasil panen

Hasil panen Masyarakat Desa Sungai Pasak

Jumlah Persentase (%)

Tinggi 38 95

Sedang 2 5

Rendah 0 0

Jumlah 40 100

Sumber : Data primer diolah (2013)

Menurut persepsi responden, sebanyak 95% menjawab tinggi. Hal ini

menggambarkan bahwa hasil panen meningkat setiap periode musim buka.

Peningkatan terjadi karena pengelolaan ikan larangan sangat baik dan panitia

musim buka telah melakukan inovasi dalam pemberitahuan pelaksanaan musim

buka ikan larangan tersebut. Keberhasilan peningkatan hasil panen dari ikan

larangan juga memberi dampak pada sebagian masyarakat desa. Meningkatnya

hasil panen menandakan bahwa peserta pemancingan pada musim buka ikan

larangan desa banyak dikunjungi orang. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor

adanya pendapatan tambahan bagi masyarakat desa. Indikator adanya manfaat

berupa pendapatan tambahan yang diterima masyarakat dari kegiatan

pemancingan ikan dimusim buka ikan larangan desa diukur melalui persepsi

masyarakat Desa Sungai Pasak yang tersaji pada Tabel 16 berikut ini.

Tabel 16 Sebaran persepsi masyarakat terhadap manfaat dari kegiatan

pemancingan musim buka Ikan Larangan

Manfaat dari kegiatan

pemancingan

Masyarakat Desa Sungai Pasak

Jumlah Persentase (%)

Bermanfaat 40 100

Kurang Bermanfaat 0 0

Tidak Bermanfaat 0 0

Jumlah 40 100

Sumber : Data primer diolah (2013)

Seluruh responden menyatakan kegiatan pemancingan saat musim buka ikan

larangan bermanfaat. Jawaban tersebut dipilih oleh responden karena selain

menambah pendapatan masyarakat, kegiatan ini juga bermanfaat bagi orang-orang

yang gemar memancing sehingga ikut meramaikan kegiatan yang dilakukan Desa

Sungai Pasak.

Page 75: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

61

6.4 Analisis Biaya Transaksi dalam Pengelolaan Ikan Larangan

6.4.1 Komponen dalam Biaya Pengelolaan Ikan Larangan

Berdasarkan hasil analisis aktor terlihat bahwa aktor utama dari

kelembagaan ikan larangan adalah pengurus lembaga adat. Aktor yang terlibat

dalam kepengurusan memiliki pengaruh yang tinggi dalam menentukan segala

keputusan dan kebijakan. Keputusan yang diambil berdasarkan persetujuan dari

pemimpin desa melalui musyawarah dengan ninik mamak. Berdasarkan hal

tersebut, maka analisis biaya transaksi yang dilakukan dalam penelitian ini

difokuskan pada kelembagaan dengan kelompok pemain utama yaitu lembaga

adat.

Secara sistematis biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat desa dalam

kegiatan ikan larangan dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini.

Sumber: Data primer 2013 (diolah) Gambar 10 Biaya Transaksi pengelolaan ikan larangan Desa Sungai Pasak

Berdasarkan Gambar di atas, total biaya yang dikeluarkan masyarakat

Sungai Pasak dalam kegiatan ikan larangan meliputi (1) Biaya transaksi yang

merupakan biaya yang akan dikeluarkan untuk kegiatan ikan larangan. Dalam

biaya transaksi dalam ikan larangan merupakan biaya pengambilan keputusan

dalam musyawarah dan biaya informasi yang dikeluarkan untuk kegiatan saat

musim buka ikan larangan. Pertemuan ini dilakukan di masjid pada hari Jumat

setiap enam bulan sekali. Pertemuan ini di buka oleh ninik mamak dan diikuti

oleh perwakilan masyarakat dari setiap dusun dan (2) Biaya Operasional Ikan

Larangan yang meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bibit ikan dan

pakan.

Besarnya biaya pengelolaan ikan larangan Desa Sungai Pasak dapat dilihat

pada Tabel 17 pada tabel analisis usaha pengelolaan ikan larangan dibawah ini.

Biaya Pengelolaan Ikan Larangan

Biaya Operasional Biaya Transaksi

Page 76: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

62

Tabel 17 Analisis usaha pengelolaan ikan larangan Sungai Pasak

No Uraian Nilai (Rupiah) Keterangan

1 Penerimaan musim

buka (pemancingan)

47 400 000 Hasil pendapatan dari biaya

masuk pemancingan ikan

larangan dengan biaya biaya

masuk Rp 40 000/ orang.

Total pendapatan dari

pemancingan 47 400 000

Total hasil penjualan tiket masuk

pemancingan ikan saat musim

buka selama tahun 2012

2 Biaya pengelolaan

ikan larangan

a. Biaya operasional

berupa :

- Bibit ikan garing

- Pakan

7 000 000

5 000 000

Dikeluarkan setiap musim tutup

dimulai untuk restocking wilayah

ikan larangan.

b. Biaya transaksi

- Biaya musyawarah

1 Musim tutup

2 Musim buka

- Biaya informasi

kegiatan

pemancingan saat

musim buka

500 000

500 000

7 000 000

Dikeluarkan untuk pelaksanaan

musyawarah untuk menetapkan

musim tutup dan musim buka

wilayah ikan larangan.

Biaya pembuatan pamflet, surat

undangan, iklan elektronik untuk

menginformasikan kegiatan

pemancingan ikan larangan Desa

Sungai Pasak.

Total biaya pengelolaan

ikan larangan 20 000 000

Biaya yang dikeluarkan untuk

pengelolaan wilayah ikan

larangan selama setahun

Manfaat bersih dari ikan

larangan

27 400 000 Total pendapatan dari

pemancingan dikurangi total

biaya pengelolaan

Pembagian hasil pengelolaan ikan larangan

Pembangunan mesjid raya (30%) 8 220 000

Untuk mushola (25 %) 6 850 000

Untuk kas pemuda (15 %) 4 110 000

Sisanya untuk kas desa 8 220 000

Sumber : Data primer diolah (2013)

Total biaya yang wajib dikeluarkan Desa Sungai Pasak setiap tahunnya sekitar

Rp. 20 000 000. Biaya terbesar dikeluarkan adalah biaya operasional. Hal ini

dikarenakan adanya biaya penebaran kembali ikan dan pembelian pakan.

6.4.2 Biaya Transaksi Pengelolaan Wilayah Ikan Larangan

Biaya transaksi pengelolaan ikan larangan Desa Sungai Pasak terdiri dari

biaya musyawarah dan biaya sosialisasi kegiatan pemancingan. Suatu

kelembagaan memiliki cara tersendiri dalam mengambil suatu keputusan. Satu

lembaga dengan lembaga lain tentunya berbeda. Sebagai suatu kelembagaan yang

Page 77: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

63

memiliki jumlah anggota yang cukup besar tentunya memiliki banyak

pertimbangan dalam memutuskan suatu keputusan. Ninik Mamak sebagai

pimpinan utama dalam kelembagaan ikan larangan desa Sungai Pasak memiliki

peranan penting dalam mengatur kelembagaan tersebut. Ninik Mamak bersama

Alim Ulama dan Cadiak Pandai akan berkoordinasi dengan masyarakat desa

selaku anggota kelembagaan ikan larangan. Musyawarah dilakukan di mesjid raya

desa pada hari Jumat.

Pertemuan tersebut membahas tentang anggaran yang akan diperlukan

untuk penutupan wilayah ikan larangan, biaya operasional yang dibutuhkan dalam

pengelolaan, waktu pembukaan wilayah ikan larangan serta biaya yang diperlukan

saat pembukaan ikan larangan. Total biaya transaksi yang dikeluarkan dalam

mengelola ikan larangan adalah Rp 8 000 000 yang terdiri dari biaya penutupan

wilayah ikan larangan sebesar Rp 500 000 dan biaya pembukaan (biaya

musyawarah dan biaya informasi tentang pelaksanaan kegiatan pembukaan

wilayah ikan larangan) sebesar Rp 7 500 000. Musim buka ikan larangan Desa

Sungai Pasak dilakukan dengan pemancingan sehingga untuk menginformasikan

bahwa akan dilaksanakan musim buka diperlukan biaya. Biaya tersebut berguna

untuk memberitahu para pemancing untuk dapat berpartisipasi dalam

pemancingan dalam musim buka ikan larangan Desa Sungai Pasak. Informasi

tersebut disebarkan melalui pamflet, iklan surat kabar lokal dan radio-radio lokal.

6.4.3 Biaya Operasional Pengelolaan Ikan Larangan

Besarnya biaya operasional yang dikeluarkan Desa Sungai Pasak dalam

mengelola ikan larangan setiap tahunnya sekitar Rp 12 000 000. Biaya tersebut

digunakan dalam membeli bibit ikan untuk restocking dan pakan ikan. Biaya

operasional terdiri dari biaya bibit sebesar Rp 7 000 000 dan biaya pakan sebesar

Rp 5 000 000. Bibit ikan untuk restocking adalah jenis ikan nila, ikan garing, dan

ikan mas. Selama satu tahun Desa sungai Pasak melakukan pembukaan wilayah

ikan larangan dua kali sesuai kesepakatan yang telah dibuat.

Biaya ini dikeluarkan dari hasil panen ikan setiap musim buka. Biaya

pembelian bibit ikan sebesar Rp 7 000 000 dibagi dua karena restocking dilakukan

dua kali. Setelah musim buka dilakukan dua minggu setelah musim buka wilayah

perairan untuk ikan larangan kembali di tutup atau di sepakati kembali sebagai

Page 78: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

64

wilayah larangan mengambil ikan. Sebelumnya dilakukan penebaran bibit ikan

agar jumlah ikan dalam wilayah ikan larangan tidak sedikit.

6.5 Manfaat Pengelolaan Ikan Larangan

Secara umum metode analisis yang digunakan dalam menilai manfaat

dari pengelolaan ikan larangan merupakan analisis deskriptif, yaitu

menjelaskan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat di Desa Sungai Pasak

yang telah sejak tahun 1970 melakukan pengelolaan ikan dengan sistem ikan

larangan. Berdasarkan Suhana (2008b), lubuk larangan memiliki dampak

terhadap masyarakat, seperti dampak ekologis, ekonomi dan sosial budaya.

Dampak tersebut memberikan manfaat positif. Penilaian ini mencoba

mengidentifikasi kondisi objek penelitian dengan memberi gambaran persepsi

masyarakat mengenai manfaat yang telah mereka peroleh dari mengelola ikan

larangan tersebut.

Secara ekonomi manfaat yang diterima masyarakat Desa Sungai Pasak

dari pengelolaan ikan larangan adalah (1) memberikan manfaat dalam

meningkatkan pendapatan masyarakat desa; (2) keberadaan ikan larangan ini

dapat menjaga ketersediaan sumberdaya ikan; (3) sebagai sumber pendanaan

desa; dan (4) Ikan larangan dapat dijadikan sarana wisata atau hiburan di desa.

Sementara itu secara sosial mafaat yang dirasakan oleh masyarakat dari

pengelolaan ikan larangan adalah (1) salah satu aspek yang dapat menciptakan

kerukunan yang terjalin antar masyarakat Desa Sungai Pasak; (2) Ikan larangan

merupakan tradisi dan sebagai salah satu warisan budaya di masyarakat Desa

Sungai Pasak; (3) Ikan larangan dapat mewujudkan kedisiplinan di masyarakat

Desa Sungai Pasak; dan (4) Ikan larangan melambangkan kemandirian

ekonomi di masyarakat Desa Sungai Pasak.

Secara ekologi ikan larangan memberikan manfaat sebagai berikut (1)

membuat lingkungan (sekitar aliran sungai) lebih bersih; (2)Adanya Ikan

larangan dapat mencegah kerusakan lingkungan; (3) Ikan larangan yang ada di

sungai maupun di banda irigasi dapat menjaga kebersihan air; (4) Pengelolaan

ikan larangan ini termasuk salah satu cara untuk melestarikan lingkungan; dan

Page 79: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

65

(5) Ikan Larangan membantu melindungi spesies ikan garing. Berikut grafik

sebaran persepsi masyarakat mengenai manfaat pengelolaan ikan larangan.

Sumber : Data primer diolah (2013)

Gambar 11 Persentase persepsi masyarakat Desa Sungai Pasak mengenai manfaat

pengelolaan ikan larangan

Berdasarkan Gambar 11 dapat dijelaskan bahwa manfaat pengelolaan ikan

larangan Desa Sungai Pasak yang dirasakan masyarakat paling besar adalah

sebagai sumber pendanaan pembangunan desa sebesar 94 persen. Sedangkan

manfaat yang kurang dirasakan masyarakat adalah sebagai alternatif wisata atau

hiburan desa sebesar 65 persen. Secara keseluruhan pengelolaan ikan melalui

sistem ikan larangan sangat baik untuk dilakukan. Mencermati keberadaan ikan

larangan terdapat tiga aspek manfaat yang berdasarkan persepsi

masyarakatdiperoleh hasil bahwa manfaat dari aspek ekologi/lingkungan yang

lebih menonjol.

Hal ini terlihat pada gambar, dimana pernyataan mengenai manfaat ekologi

terdapat pada urutan atas. Manfaat kelestarian lingkungan, menjaga keberadaan

sungai dan banda irigasi dari pencemaran menjadi manfaat utama yang dapat

diterima oleh masyarakat. Sedangkan, manfaat sosial merupakan manfaat kedua

yang dirasakan oleh masyarakat. Keberadaan ikan larangan juga meningkatkan

kerukunan masyarakat Desa Sungai Pasak karena sikap saling percaya dalam

Page 80: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

66

mengelola sumberdaya ikan baik yang berada di sungai maupun banda irigasi.

Manfaat ekonomi bukan menjadi manfaat utama pengelolaan ikan larangan.

Menurut hasil wawancara dengan aktor pengelola ikan larangan dan

responden menyatakan bahwa hasil panen ikan larangan telah diperuntukan untuk

pembangunan sarana ibadah desa. Sementara itu, saat musim panen tiba juga

memberikan dampak ekonomi kepada beberapa masyarakat desa seperti warga

desa yang memiliki warung. Kegiatan pemancingan saat musim buka boleh

diikuti oleh siapa saja, tidak harus berasal dari Desa Sungai Pasak. Kegiatan ini

telah berlangsung sekitar 10 tahun belakangan ini. Sebelumnya, kegiatan ini

hanya berlaku bagi warga desa dan daerah sekitarnya. Kegiatan ini dihadiri oleh

ninik mamak desa, kepala desa serta peserta pemancingan. Setiap peserta

pemancingan membayar biaya pemancingan sebesar Rp 40 000.

Hasil dari pemancingan ikan larangan menurut kesepakatan bersama dibagi

menjadi beberapa pos seperti perbaikan sarana ibadah, kas pemuda, sarana umum

berupa jalan desa dan kebutuhan lain yang sesuai dengan kesepakatan tokoh-

tokoh ikan larangan dengan masyarakat desa. Berdasarkan penerimaan yang

diterima dari panen ikan biasanya hasil ikan larangan dipergunakan untuk

kepentingan mesjid sekitar 30 persen, kegiatan di mushola 25 persen serta

tambahan kas pemuda 15 persen dan sisanya dipergunakan untuk pembelian bibit

ikan bagi wilayah banda larangan. Selama tahun 2012 Desa Sungai Pasak

menghasilkan pendapatan dari ikan larangan sebesar Rp 47 400 000.

Page 81: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh beberapa informasi tentang

pengelolaan Ikan Larangan yang terdapat di Desa Sungai Pasak, yaitu:

1 Desa Sungai Pasak merupakan salah satu desa di Kecamatan Pariaman Timur,

Kota Pariaman yang masih menerapkan pengelolaan sumberdaya ikan melalui

sistem ikan larangan. Kelembagaan ikan larangan ini memiliki aktor dan aturan

didalamnya. Meskipun kelembagaan tersebut bersifat informal, tetapi bersifat

mengikat bagi seluruh masyarakat desa.

2 Tata pengelolaan kelembagaan ikan larangan telah menjadi tradisi dalam

kehidupan masyarakat hingga saat ini. Pengelolaan ikan larangan Desa Sungai

Pasak secara teknis sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat setempat.

Meskipun telah dibentuk Pokmaswas, pengelolaan ikan larangan melalui

kelembagaan adat yang dipimpin ninik mamak masih berperan sebagai

pengontrol dan pengawas dari setiap kegiatan yang berkaitan pengelolaan ikan

larangan.

3 Biaya pengelolaan ikan larangan setiap tahunnya mencapai Rp 20 000 000

biaya tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu biaya operasional sebesar Rp

12 000 000 dan biaya transaksi sebesar Rp 8 000 000.

4 Kelembagaan pengelolaan sumber daya ikan melalui ikan larangan merupakan

salah satu upaya untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang

memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi

pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup generasi masa kini

dan generasi masa depan.

7.2 Saran

1 Sistem ikan larangan merupakan kearifan lokal yang patut dijaga dan

dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman seperti halnya memperkuat

aturan pengelolaan ikan larangan dari yang tidak tertulis menjadi aturan

tertulis. Aturan dapat ditingkatkan menjadi aturan tertulis seperti dimasukan

Page 82: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

68

kedalam peraturan desa atau surat keputusan kepala desa dimana isinya tetap

bersumber pada aturan terdahulu.

2 Struktur pengelola harian ikan larangan Desa Sungai Pasak yang ada perlu

dilakukan pergantian secara berkala dan pembaharuan peran serta tanggung

jawab pengurus. Hal ini bertujuan agar pengelolaan ikan larangan Desa Sungai

Pasak lebih terorganisasi dan terstruktur. Pada kelembagaan baru pengelola

ikan larangan yaitu Pokmaswas perlu lebih diaktifkan peranannya, selain itu

perlu diperkuat dengan mendaftarkan kepada Dinas Perikanan Kota Pariaman

agar tercatat dan bersifat legal.

3 Dalam mewujudkan pemanfaatan sumberdaya alam berkelanjutan, termasuk

sumberdaya perikanan perairan umum, diperlukan pengelolaan menyeluruh

yang melibatkan semua pihak terutama komunitas masyarakat lokal yang

tinggal disekitar sumberdaya tersebut.

4 Peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi diharapkan

dapat mengurangi biaya pengawasan yang dibebankan pada pemerintah. Selain

itu, pembentukan kelembagaan formal (Pokmaswas) dapat dijalankan lebih

baik sehingga pengelolaan ikan larangan memiliki struktur organisasi yang

jelas.

Page 83: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

69

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul. 2005. Ekonomi Kelembagaan Pangan. Jakarta (ID): Pustaka

LP3ES Indonesia.

Adrianto, L, Al Amin M A, Solihin A,dan Hartoto D I. 2011. Kontruksi Lokal

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Indonesia. Bogor (ID): IPB Press.

Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2009. Dinamika Pengelolaan Sumber Daya

Kelautan dan Perikanan: Bunga Rampai Hasil-hasil Riset Ke-2.

Departemen Kelautan dan Perikanan. ISBN 978-979-3893-12-9.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2004. Statistik Perikanan Tangkap. Jakarta

(ID):Departemen Kelautan dan Perikanan.

Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat. 2010. Kelautan dan Perikanan

dalam angka tahun 2009. [Internet]. [diakses 2013 Mei 23]. Tersedia pada :

www.dkp.sumbarprov.go.id.

Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan

Aplikasi. Jakarta(ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Gumilar, Iwang. 2012. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem

Hutan Mangrove Berkelanjutan di Kabupaten Indramayu. Jurnal Akuatika

Vol.III No 2./September 2012 (198-211). ISSN 0853-2523.

Haswanto, AI. 2006. Studi Konstruksi Kelembagaan Pengelolaan Sea Farming

(Kasus di Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu)

[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hendrik. 2007. Ikan Larangan Sebagai Bentuk Kearifan Lokal dalam

Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Umum (studi Kasus Pada Beberapa

Nagari di Sumatera Barat). Vol.35 No.1. Berkala Perikanan Terubuk,

Februari 2007, hlm 1-10. Issn 0126-4265. [Internet]. [diakses 2013 Juni 3].

Tersedia pada : http://e-journal.unri.ac.id/index.php/JT/article/1223/1215

Naditia, Junita.2011.Valuasi Ekonomi Ekosistem Sungai [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Nikijuluw,Victor PH. 2005. Politik Ekonomi Perikanan: Bagaimanana dan

Kemana Bisnis Perikanan. Jakarta (ID): FERACO.

Pahlevi, Reza Shah. 2002. Ikan Diniatkan and Ikan Larangan: Areas of

Tradisional Fish Cultivation in the Districts of Pasaman and Padang

Page 84: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

70

Pariaman, West Sumatera Province [Internet]. [diakses 2012 Desember

29]. Tersedia pada : www.konservasi.org.

Parwati A, Purnaweni H, Dwi Anggoro D. 2012. Nilai Pelestarian Lingkungan

dalam Kearifan Lokal Lubuk Larangan Ngalau Agung di Kampung Surau

Kabupaten Dhamasraya Provinsi Sumatera Barat. Prosiding Seminar

Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan [Internet].

Semarang(ID): Universitas Diponegoro. [diakses 2012 Desember 2012].

Tersedia pada : http://e.prints.undip.ac.id.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2012 tentang

Pengelolaan dan Perlindungan Sumberdaya Ikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang

Sungai.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang

Sungai.

Profil dan Monografi Desa Sungai Pasak, Kecamatan Pariaman Timur, Kota

Pariaman, Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012.

Ratmoko, Dani. 2011. Analisis Kinerja Kelembagaan Pangan Lokal terhadap

Peningkatan Ketahanan Pangan Rumahtangga Miskin di Kasepuhan Sinar

Resmi, Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Riduwan, Sunarto. 2007. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan,

Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis. Akdon, editor. Bandung (ID):

ALFABETA.

Suhana. 2008a. Analisis Ekonomi Kelembagaan dalam Pengelolaan Sumberdaya

Ikan Teluk Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi [tesis]. Bogor. (ID):

Institut Pertanian Bogor.

_______. 2008b. Pengakuan Keberadaan Kearifan Lokal Lubuk Larangan

Indarung, Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau dalam Pengelolaan

dan Perlindungan Lingkungan Hidup. COMIT [Internet].[diakses 15

November 2012]. Tersedia pada: http://suhana-ocean.blogspot.com.

Sunyoto, Danang. 2011. Aplikasi SPSS untuk Statistik Ekonomi dan Bisnis.

Yogyakarta (ID): CAPS.

Page 85: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

71

Surma EH, Rodiah, Adnan H. 2008.Mengatur Diri Sendiri Melalui Pengelolaan

Lubuk Larangan, Belajar dari Bungo, Mengelola Sumber Daya Alam di

Era Desentralisasi. ISBN 978-979-1412-47-6, CIFOR Bogor [Internet].

[diakses 20 Desember 2012]. Tersedia pada :

www.cifor.org.publication/pdf_files/Books/Badnan0801.pdf.

Syahyuti. 2004. Model Kelembagaan Penunjang Pengembangan Pertanian di

Lahan Lebak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi

Pertanian. Bogor.

Wahyudin, Yudi. 2004. Community Based Management. Makalah Pelatihan

Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan . Institut Pertanian Bogor (ID): Bogor.

Yustika, Ahmad Erani.2006. Ekonomi Kelembagaan, Definisi, Teori, & Strategi.

Malang (ID): Bayumedia Publishing.

Page 86: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

Lampiran 1 Kuisioner Key Person

No : Hari/Tanggal :

...................

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper level 5 Wing 5 kampus IPB Dramaga Bogor 16

Telp. (0251) 8621 834, Fax (0251) 8421 762

KUESIONER KEY PERSON

Uraikan bagaimana sejarah adanya ikan larangan Desa Sungai Pasak ini, mengenai

kelembagaan yang ada. Hal ini terkait:

a. Aktor

Siapa saja yang terlibat dalam kelembagaan pengelolaan ikan larangan dan peran

dalam kelembagaan?(Identifikasi Struktur Kelembagaan)

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

b. Aturan Kelembagaan

Identifikasi kelembagaan formal dan non formal mengenai kelembagaan yang

mengelola ikan larangan yang ada di Desa Sungai Pasak?

1.a. Kelembagaan Formal

Apakah ada peraturan formal mengenai kelembagaan yang mengelola ikan larangan

yang ada di Desa Sungai Pasak?

( ) Ya

( ) Tidak

Kalau Ya, Sebutkan jenis peraturan dan hal-hal yang diatur

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

1.b. Kelembagaan Non Formal

Apakah ada Peraturan non formal mengenai kelembagaan yang mengelola ikan

larangan di Desa Sungai Pasak?

( ) Ya

( ) Tidak

Kalau Ya, sebutkan jenis peraturan dan hal-hal yang diatur

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

2. Bagaimana dengan aturan boundary di Desa Sungai Pasak?

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

Page 87: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

73

3. Bagaimana aturan akses terhadap sumberdaya yang dikelola masyarakat Desa

Sungai Pasak?

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

4. Bagaimana monitoring terhadap aturan dan sanksi bila melakukan kesalahan?

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

5. Apabila terjadi konflik, jenis konflik apa yang biasa terjadi dan bagaimana

menyelesaikannya?

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

Biaya Transaksi yang terdapat dalam Kelembagaan Ikan larangan

Biaya apa saja yang terdapat dalam kelembagaan ikan larangan yang anda ketahui?

No Biaya Nominal Keterangan/alasan

Analisis pengaruh dan kepentingan tokoh pengelolaan ikan larangan

No Kepentingan Aspek Jawaban Skor

1 2 3 4 5

1 Keterlibatan

Tokoh

a.Perencanaan

menginisiasi

b.Pengorganisasian

c.Pelaksanaan

d.Pengawasan

2 Manfaat

Pengelolaan

Ikan Larangan

a.Penerimaan desa

b.Menjaga keberadaan

ikan garing

c.Melestarikan budaya

d.terbinanya kerukunan

sosial

3 Pengelolaan

sumberdaya

menjadi

prioritas

a.Sebagai penerimaan

desa untuk pembangunan

sarana ibadah

b.Memberi dampak

ekonomi pada sebagian

masyarakat

c.Sarana mengenalkan

potensi desa

d.Kegiatan yang rutin

dilakukan

4 Tingkat

ketergantung

a.Lokasi

b.Hasil

Page 88: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

74

an dengan

sumberdaya

c.Budidaya

d.Konservasi

No Pengaruh Aspek Jawaban

Skor

1 2 3 4 5

1 Aturan

Pengelolaan

a.Menetapkan aturan

b.Melaksanakan aturan

c. Penegakan hukum

d. Pengawasan

2 Peran dan

partisipasi

a.Kontribusi dana

b.SDM

c.Fasilitas

d.Pelaksanaan

3 Kemampuan

dalam

berinteraksi

a.Mengadakan

pertemuan/musyawara

h

b.bekerja sama

c. saling

mempengaruhi

d.mengubah arah

pengelolaan

4 Kewenangan a.Perlindungan dan

pengawasan

b.membangun sarana

prasarana

c.pemberdayaan

masyarakat

d.pelayanan izin

Page 89: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

75

Lampiran 2. Kuisioner Responden

No : Hari/Tanggal : ........................

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper level 5 Wing 5 kampus IPB Dramaga Bogor 16

Telp. (0251) 8621 834, Fax (0251) 8421 762

KUESIONER PENELITIAN

Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “Analisis Kelembagaan dan

Biaya Transaksi dalam Pengelolaan Ikan Larangan”, studi kasus ikan larangan

Desa Sungai Pasak, Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Kami mohon partisipasi

Anda untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi

data yang objektif. Informasi yang Anda berikan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk

dipublikasikan dan tidak digunakan untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan

partisipasinya Kami ucapkan terima kasih.

A. Karakteristik Responden

Nama :

Alamat :

1. Jenis kelamin : L/P

2. Umur : tahun

3. Status : Menikah/ Belum Menikah

4. Jika sudah menikah, berapa jumlah (orang) anggota keluarga yang ditanggung?

5. Pendidikan formal terakhir yang anda tempuh?

a. SD

b. SMP/Tsanawiyah

c. SMA/STM/Aliyah

d. Perguruan Tinggi

e. Tidak sekolah

6. Apakah jenis pekerjaan Anda saat ini ?

a. PNS (Pegawai Negeri Sipil) e. Pegawai Swasta

b. TNI / Polisi f. Pengusaha / Wirausaha

c. Pedagang g. Ibu Rumah Tangga

d. Buruh Pabrik h. Lainnya, …………………….

7. Rata-rata pendapatan perbulan (dalam rupiah) Saudara?

a. <500.000 Tepatnya : Rp.

b. 500.001-1.000.000 Tepatnya : Rp.

c. 1.000.001-1.500.000 Tepatnya : Rp.

d. 1.500.001-2.000.000 Tepatnya : Rp.

e. >2.000.000 Tepatnya : Rp.

8. Adakah pendapatan lain selain pekerjaan yang Saudara sebutkan di atas?

Page 90: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

76

9. Berapakah pendapatan per bulan yang saudara dapatkan dari pekerjaan sambilan

tersebut? Rp.

10. Apakah ada anggota keluarga lainnya yang bekerja?

a. Ya b. Tidak

11. Kalau ada, berapa total pendapatan mereka perbulannya? Rp.

12. Total Pendapatan perbulan satu rumah tangga : Rp.

13. T

o

t

a

l

p

e

ngeluaran Saudara per hari? Rp.

a. Konsumsi keluarga Rp.

b. Biaya anak sekolah Rp.

c. Uang jajan anak Rp.

d. Listrik Rp.

e. Tabungan Rp.

f. Biaya Pengobatan Rp.

B. Kinerja Kelembagaan

1. Kejelasan Kelembagaan

a. Struktur Kelembagaan

No Pernyataan Jawaban

Rendah Sedang Tinggi

1 Bagaimana Struktur kelembagaan dan

pengurus-pengurus pengelolaan ikan larangan

2 Struktur kelembagaan yang ada sudah lengkap

3 Pengurus-pengurus kelembagaan mengetahui

tugasnya masing-masing

4 Pergantian pengurus sesuai waktu yang

dijadwalkan

b. Kejelasan aturan

Menurut sepengetahuan Anda, aturan kelembagaan yang ada di pengelolaan ikan

larangan Desa Sungai Pasak tersaji dalam bentuk apa?

a. Lisan b. Tertulis c. Kedua-duanya

c. Pengetahuan masyarakat terhadap kelembagaan

Menurut tingkat pemahaman Anda, apakah anda mengerti dan memahami siapa saja

aktor yang terlibat serta bagaimana pemahaman tentang aturan kelembagaan?

( )Paham ( )Kurang Paham ( )Tidak Paham

2. Efektivitas Kinerja Kelembagaan

Definisi Skor :

1= Rendah

2= Sedang

3= Tinggi

No Jenis Pekerjaan

Sambilan Curahan jam/hari

Curahan hari/

minggu Keterangan

Page 91: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

77

No Pernyataan Jawaban

1 2 3

1 Dalam pengambilan keputusan anggota

diberikan kesempatan dalam mengemukakan

pendapat

2 Kelembagaan bersifat transparan

3 Kegiatan yang dilakukan bermanfaat bagi

masyarakat (hasil dari pemancingan ikan

meningkat setiap musim buka)

4 Hasil dari musim buka terdistribusi kepada

seluruh kegiatan yang direncanakan

C. Manfaat Pengelolaan ikan larangan

Mendeskripsikan Manfaat ikan larangan

1. Apakah anda penduduk asli daerah ini?

( )Ya ( )Tidak

2. Sudah berapa Lama anda tinggal didaerah ini?.................. Tahun

3. Apakah anda tahu tentang ikan larangan Desa Sungai Pasak?

( )Ya ( )Tidak

4. Sejak kapan adanya Ikan Larangan Desa Sungai Pasak ini?

5. Menurut anda bagaimana pengelolaan ikan larangan Desa Sungai Pasak?

( )Sangat baik ( ) Baik ( ) Cukup Baik

( )Kurang Baik ( )Rendah

6. Apakah Ikan Larangan ini memberikan manfaat bagi anda?

( )Ya ( )Tidak

7. Menurut anda, manfaat apa saja yang terdapat dari pengelolaan ikan larangan

Desa Sungai Pasak?

8. Apakah ikan larangan Desa Sungai Pasak ini memberikan manfaat ekonomi?

Ya, alasannya................................................

Tidak, alasannya............................................

9. Bagaimana dengan manfaat sosial, apakah ikan larangan memberikan manfaat

sosial?

Ya, alasannya................................................

Tidak, alasannya.............................................

10. Apakah ikan larangan ini berdampak terhadap lingkungan?

Ya, alasannya...............................................

Tidak, alasannya............................................

Analisis Manfaat Pengelolaan Ikan Larangan

Definisi Skor:

5= Sangat Setuju

4= Setuju

3= Netral

2= Tidak Setuju

1= Sangat Tidak Setuju

Aspek Ekonomi

1. Menurut anda, apakah adanya ikan larangan ini dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat?

( )1 ( )2 ( )3 ( )4 ( )5

2. Menurut anda, apakah adanya ikan larangan ini dapat menjaga ketersediaan

sumberdaya ikan?

( )1 ( )2 ( )3 ( )4 ( )5

Page 92: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

78

3. Menurut pendapat anda, apakah ikan larangan ini dapat dijadikan sebagai sumber

pendanaan desa?

( )1 ( )2 ( )3 ( )4 ( )5

4. Bagaimana menurut anda, apakah ikan larangan dapat dijadikan sarana wisata

atau hiburan?

( )1 ( )2 ( )3 ( )4 ( )5

Aspek Sosial

1. Menurut pengetahuan anda, apakah dengan adanya ikan larangan kerukunan yang

terjalin antar masyarakat Desa Sungai Pasak semakin meningkat?

( )1 ( )2 ( )3 ( )4 ( )5

2. Menurut anda, apakah ikan larangan merupakan tradisi dan sebagai salah satu

warisan budaya di masyarakat?

( )1 ( )2 ( )3 ( )4 ( )5

3. Menurut pendapat anda, apakah ikan larangan dapat mewujudkan

kedisiplinan di masyarakat?

( )1 ( )2 ( )3 ( )4 ( )5

4. Apakah ikan larangan merupakan salah satu cara untuk melambangkan

kemandirian ekonomi di masyrakat Desa Sungai Pasak?

( )1 ( )2 ( )3 ( )4 ( )5

Aspek Lingkungan

1. Bagaimana dengan manfaat lingkungan yang dirasakan dari adanya ikan larangan

tersebut, apakah dengan adanya ikan larangan lingkungan (sekitar aliran sungai)

lebih bersih?

( )1 ( )2 ( )3 ( )4 ( )5

2. Menurut anda apakah ikan larangan bermanfaat untuk mencegah kerusakan

lingkungan?

( )1 ( )2 ( )3 ( )4 ( )5

3. Apakah dengan adanya ikan larangan ini dapat menjaga sumber air bersih?

( )1 ( )2 ( )3 ( )4 ( )5

4. Apakah dengan adanya pengelolaan ikan larangan ini termasuk salah satu cara

untuk melestarikan lingkungan?

( )1 ( )2 ( )3 ( )4 ( )5

5. Apakah pengelolaan ikanlarangan ini salah satu cara melindungi spesies ikan

garing (jenis ikan lokal)?

( )1 ( )2 ( )3 ( )4 ( )5

Page 93: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

79

Lampiran 3 Panduan scoring penilaian tingkat pengaruh dan kepentingan aktor terhadap

pengelolaan ikan larangan Parameter Indikator

1. Pengaruh

1. Aturan atau kebijakan pengelolaan sumberdaya

perikanan

5=Menetapkan aturan dan kebijakan, melaksanakan

aturan dan kebijakan,penegakan hukum,

pemantauan/pengawasan

4=Hanya menyebutkan tiga saja

3=Hanya menyebutkan dua saja

2= Hanya menyebutkan satu saja

1 =Tidak melakukan apapun

2. Peran dan partisipasi dalam perencanaan atau

pengambilan keputusan

dalam pengelolaan sumberdaya perikanan

5=Sangat besar, memberikan kontribusi berupa dana,

SDM, fasilitas dan dalam pelaksanaannya

4=besar, jika berkontribusi terhadap tiga point

3=cukup besar, jika hanya berkontribusi terhadap dua

point saja

2=kurang, jika hanya berkontribusi terhadap salah satu

point saja

1=sangat kecil, tidak mempunyai kontribusi sama sekali

3. Kemampuan dalam berinteraksi

5=Mengadakan forum untuk membahas rencana

pengelolaan, mengadakan kerjasama, saling

mempengaruhi antara tokoh yang bekerjasama,

mengubah arah pengelolaan

4=hanya menyebutkan tiga saja

3=hanya menyebutkan dua saja

2=hanya menyebutkan salah satu saja

1=jika tidak melakukan apapun

4. Kewenangan tokoh terkait dengan pengelolaan ikan

larangan

5=Kewenangan dalam pengawasan kegiatan ikan

larangan, pembangunan sarana dan prasarana,

pemberdayaan masyarakat, pelayanan perizinan untuk

kegiatan pemancingan ikan larangan.

4=Kewenangan dalam 3 point saja

3=Kewenangan dalam 2 point saja

2=kewenangan dalam 1 point saja

1=Tidak memiliki kewenangan

2. Kepentingan 1. Keterlibatan tokoh dalam pengelolaan ikan larangan

5= Terlibat dalam perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengawasan

4= Keterlibatan dalam 3 poin saja

3= Keterlibatan dalam 2 poin saja

2= Keterlibatan dalam 1 poin saja

1= tidak terlibat sama sekali

Page 94: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

80

2. Manfaaat dari pengelolaan ikan larangan

5= Untuk pendanaan pembangunan sarana ibadah desa,

menjaga keberadaan spesies ikan lokal (ikan garing),

dapat berinteraksi dengan desa lain/orang luar,serta

melestarikan budaya yang telah ada

4= Mendapat 3 manfaat

3= Mendapat 2 manfaat

2= Mendapat 1 manfaat

1= tidak mendapatkan manfaat apa-apa

3. Apakah pengelolaan ikan larangan merupakan prioritas

desa?

5= sangat prioritas, karena salah satu sarana pendapatan

desa untuk pembangunan sarana ibadah di desa

4= Prioritas, selain memberikan penerimaan kepada

desa, kegiatan ini juga berdampak pada penerimaan

masyarakat desa saat musim buka

3=Cukup prioritas, sebagai sarana mengenalkan potensi

desa kepada desa lain

2= kurang prioritas, karena kegiatan hanya dilaksanakan

pada waktu-waktu tertentu

1= Tidak prioritas, karena kegiatan ini telah

berlangsung sejak lama

4. Tingkat ketergantungan tokoh terhadap pengelolaan

ikan larangan

5=bergantung terhadap keberadaan sumberdaya (lokasi,

hasil, budidaya,konservasi)

4=bergantung terhadap keberadaan sumberdaya (lokasi,

hasil, budidaya)

3=bergantung terhadap keberadaan sumberdaya (hasil,

budidaya)

2=bergantung terhadap keberadaan sumberdaya (hasil)

1=tidak bergantung terhadap keberadaan sumberdaya

Page 95: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

81

Lampiran 4 Panduan scoring analisis kinerja kelembagaan

Parameter Indikator

1. Kejelasan

kelembagaan

1. Struktur kelembagaan berkaitan dengan perbedaan

kedudukan antar anggota, danpembagian tugas.

Selanjutnya, bagaimana kelengkapan struktur tugas

kelembagaan yang diaturnya dan persentase jumlah

anggota yang diberi kejelasan. Struktur kelompok diukur

dengan skala ordinal. Indikator struktur kelembagaan

adalah:

a. Kelengkapan susunan pengurus, kategorinya:

- Tinggi, jika susunan pengurus lengkap : 3

- Kurang, jika susunan pengurus kurang lengkap : 2

- Rendah, jika susunan pengurus tidak lengkap: 1

b. Memahami peran dari susunan pengurus, kategorinya:

- Tinggi, jika mengetahui peranan pengurus dengan jelas :

3

- Sedang, jika kurang mengetahui peranan pengurus : 2

- Rendah, jika tidak mengetahui sama sekali : 1

c. Keteraturan waktu pergantian atau penyempurnaan

pengurus kelembagaan, kategorinya:

- Tinggi, jika pergantiannya teratur: 3

- Sedang, jika pergantiannya kurang teratur: 2

- Rendah, jika pergantiannya tidak teratur: 1

2. Kejelasan aturan merupakan analisis untuk mengetahui

aturan informal yang dibuat secara tertulis atau lisan.

Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan skala

ordinal dan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:

(1) lisan, (2) tertulis, dan (3) keduanya.

2.Efektivitas

Kinerja

Kelembagaan

dalam mencapai

tujuan

3. Pengetahuan masyarakat terhadap kelembagaan

merupakan analisis untuk mengetahui seberapa besar

tingkat pengetahuan masyarakat mengenai aktor yang

terlibat beserta interaksi dan aturan yang berlaku.

Pengukurannya dilakukan menggunakan skala ordinal dan

dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:

- Paham, mengetahui sejak kapan ikan larangan ada beserta

tokoh, dan manfaat dari kegiatan tersebut : 3

- Kurang Paham, tidak mengetahui pasti tokoh yang

mengelola dan hanya menyebutkan manfaat dari kegiatan

tersebut : 2

- Tidak Paham, tidak mengetahui sama sekali : 1

1. Partisipatif, indikatornya adalah:

Memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk

mengemukakan pendapat dalam merencanakan kegiatan

atau membuat keputusan, kategorinya:

- Tinggi, jika kesempatan berpendapat yang leluasa: 3

- Sedang, jika kesempatan berpendapat dibatasi: 2

- Rendah, jika tidak diberi kesempatan: 1

2.Transparansi (keterbukaan), indikatornya adalah

menyampaikan informasi mengenai pengelolaan ikan

larangan dari segi keuntungan dan penggunaan dari hasil

yang di dapat.

-Tinggi, informasi mendetail dengan pengumuman dan

Page 96: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

82

pencatatan yang jelas diketahui seluruh masyarakat desa: 3

- Sedang, hanya diketahui sebagian masyarakat : 2

- Rendah, informasi tidak sampai kepada masyarakat : 1

3. Efektifitas kelembagaan adalah tercapainya tujuan

kelembagaan yang dihubungkan besarnya kepuasan

anggota dalam mencapai tujuan kelembagaan melalui

indikator sebagai berikut:

a. Penerimaan yang diterima dari pengelolaan ikan

larangan, dengan kategori:

- Tinggi, jika penerimaan meningkat dari musim buka

sebelumnya : 3

- Sedang, jika penerimaan sama dari musim setiap musim

buka : 2

- Rendah, jika penerimaan menurun setiap musim buka : 1

b. Manfaat pengelolaan ikan larangan yang dirasakan

masyarakat, dengan kategori:

-Tinggi, jika merasakan manfaat seperti mendapat tambahan

pendapatan saat musim buka, air sungai bersih dan

terciptanya kedisiplinan di masyarakat : 3

- Sedang, jika merasakan 2 manfaat : 2

- Rendah, jika tidak merasakan manfaat sama sekali : 1

Page 97: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

83

Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian

Wilayah ikan larangan Desa S. Pasak Wilayah ikan larangan Desa S. Pasak

Wilayah ikan larangan Desa S. Pasak Kondisi alam Desa Sungai Pasak

Sumber : www. google.com

Ikan gariang (Tor sp)

Sumber : www.google.com

Wawancara tokoh

Sumber :www. Pariamankota.go.id

Kondisi saat pemancingan

Page 98: ANALISIS PERAN K ELEMBAGAAN EKONOMI LOKAL … · 6.2.3.3.Aturan Aturan Kegiatan Pemancingan Saat Musim buka Ikan Larangan ... perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

84

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Iftitahul Fajriyah, dilahirkan di Padang tanggal 5

Juni 1991 sebagai anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Izhar

Idham dan Asrida Kasim B.A. Penulis mengawali pendidikan formal di SD

Negeri 20 Indarung tahun 1997-2003. Kemudian menempuh pendidikan di

SMP Negeri 1 Padang tahun 2003-2006 dan pendidikan menegah atas di SMA

Semen Padang tahun 2006-2009. Penulis melanjutkan kuliah di Institut

Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2009 dan

diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti

perkuliahan penulis mengikuti beberapa kepanitiaan yang diselenggarakan di

Institut Pertanian Bogor serta lomba karya tulis ilmiah seperti Program

Kreativitas Mahasiswa (PKM).