analisis peningkatan kualitas produk yang diukur … · 2018-03-24 · i analisis peningkatan...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS PRODUK
YANG DIUKUR DENGAN
LAPORAN TREND PERIODE GANDA Studi Kasus: Pabrik Gula Madukismo
Kelurahan Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
Tahun 2006-2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Paulina Austino Filla Regal
NIM: 062114022
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
i
ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS PRODUK
YANG DIUKUR DENGAN
LAPORAN TREND PERIODE GANDA Studi Kasus: Pabrik Gula Madukismo
Kelurahan Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
Tahun 2006-2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Paulina Austino Filla Regal
NIM: 062114022
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
iii
Skripsi
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN
PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JABAR BANTEN
DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMELS
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Frans Setia Faomusododo Daely
NIM: 062114075
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 20 Juli 2010
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Dra. YFM. Gien Agustinawansari, M.M., Akt .........................
Sekretaris : Lisia Apriani, S.E., M.Si., Akt., QIA .........................
Anggota : M. Trisnawati Rahayu, S.E., M.Si., Akt., QIA .........................
Anggota : Dra. YFM. Gien Agustinawansari, M.M., Akt .........................
Anggota : A. Diksa Kuntara, S.E., M.F.A., QIA .........................
Yogyakarta, 31 Juli 2010
Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.”
(Fillipi 4:13)
“Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah
menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”
(Markus 10:24)
“Jangan takut akan hidup percayalah bahwa hidup amatlah berharga dan
kepercayaan akan membantu menciptakan kenyataan.”
(William James)
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus, Bapakku Titus santoso, Ibuku Andarti,
Mas Rocky, Mas Adith, Fransiska Trianingsih,
Yuli dan semua teman-temanku yang tercinta
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta. 31 Juli 2010
Penulis
Paulina Austino Filla Regal
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Paulina Austino Filla Regal
Nomor Mahasiswa : 062114022
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS PRODUK YANG DIUKUR
DENGAN LAPORAN TREND PERIODE GANDA – STUDI KASUS
PABRIK GULA MADUKISMO TAHUN 2006-2009.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan,mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 31 Juli 2010
Yang menyatakan
Paulina Austino Filla Regal
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terwujud seperti sekarang ini.
Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs YP. Supardiyono, M.Si, Akt selaku Dekan Fakultas Ekonomi,
Universitas Sanata Dhama Yogyakarta.
2. Lisia Apriani, S.E, M.Si., Akt, QIA selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk, masukan serta saran kepada penulis
selama penyusunan skripsi ini.
3. Segenap Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, yang secara langsung atau tak langsung membantu
penulis selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Gatot selaku staf akuntansi dan keuangan di PT. Madu Baru yang
telah membantu dalam memberikan data yang digunakan penulis untuk
penelitian dalam skripsi ini.
5. Pimpinan dan seluruh staf PT. Madu Baru yang telah yang telah
membantu baik langsung maupun tak langsung dalam penyusunan skripsi
ini.
viii
6. Bapak, Ibu, dan Ignatius Tenaar Rocky (kakakku) tercinta yang telah
banyak memberi dorongan baik materiil maupun spiritual, sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi dengan lancar.
7. Special thanks for Nungky Aditya atas kesempatan, kesabaran, dan
dorongan yang diberikan selama penyelesaian skripsi ini.
8. Temanku Delavia dan Tasya serta Ibu-Ibu PKK (Isna, Irene, Asti, Yaya,
Mike, Putri) yang telah menemani dalam melakukan penelitian maupun
kebersamaannya.
9. Temanku tercinta Frans Setia, Fredy Justinus, Elisabeth Meryshinta, Ria
Adhoniawati, dan Fransiska Trianingsih atas masukan dan motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Temanku Yosephin Yulianingsih, Mbak Sam serta semua teman-teman
kos di Demangan Baru No. 23 atas motivasi yang diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua teman-teman akuntansi Angkatan 2006 yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu
dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 31 Juli 2010
Paulina Austino Filla Regal
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS.............................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................vi
HALAMAN KATA PENGANTAR....................................................................vii
HALAMAN DAFTAR ISI .................................................................................. ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ..........................................................................xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR......................................................................xiii
HALAMAN DAFTAR GRAFIK ........................................................................xiv
ABSTRAK ...........................................................................................................xv
ABSTRACT.........................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................3
D. Manfaat Penelitian......................................................................3
E. Sistematika Penulisan.................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................6
A. Konsep Kualitas .........................................................................6
B. Pentingnya Kualitas Produk dan Perbaikan Kualitas .................9
x
C. Biaya Kualitas ............................................................................12
D. Pelaporan Biaya Kualitas ...........................................................19
E. Jenis-Jenis Laporan Kinerja Kualitas .........................................21
F. Peningkatan Kualitas ..................................................................22
G. Penjualan ....................................................................................24
H. Penelitian Terdahulu...................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................27
A. Jenis Penelitian ...........................................................................27
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................27
C. Subjek Penelitian........................................................................27
D. Objek Penelitian .........................................................................28
E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................28
F. Jenis Data ...................................................................................29
G. Data yang Diperlukan.................................................................29
H. Teknik Analisis Data ..................................................................30
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN..........................................32
A. Sejarah Singkat Perusahaan .......................................................32
B. Lokasi Perusahaan ......................................................................35
C. Struktur Organisasi.....................................................................37
D. Fasilitas yang dimiliki Pabrik Gula Madukismo........................42
E. Bagian Personalia .......................................................................43
F. Bagian Produksi .........................................................................47
G. Bagian Pemasaran ......................................................................53
H. Pengawasan Kualitas ..................................................................53
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ......................................55
A. Deskripsi Data ............................................................................55
xi
B. Analisis Data dan Pembahasan...................................................56
1. Analisis Data dan Pembahasan Masalah Pertama ................57
2. Analisis Data dan Pembahasan Masalah Kedua ...................67
BAB VI PENUTUP.........................................................................................76
A. Kesimpulan.................................................................................76
B. Keterbatasan Penelitian ..............................................................77
C. Saran ...........................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................79
LAMPIRAN.........................................................................................................80
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1: Contoh Laporan Biaya Kualitas ……………………………... 20
Tabel 4.1: Jumlah Tenaga Kerja PG. Madukismo ……………………… 44
Tabel 5.1: Data Volume Penjualan PG. Madukismo
Tahun 2006-2009 ……………………………................... 54
Tabel 5.2: Biaya Kualitas PG. Madukismo tahun 2006-2009 …………... 55
Tabel 5.3: QCC, QAC, TQC PG. Madukismo tahun 2006-2009 ………… 57
Tabel 5.4: Biaya Sisa Bahan PG. Madukismo tahun 2006-2009 ………… 60
Tabel 5.5: Komposisi Elemen Biaya Kualitas terhadap Total
Biaya Kualitas PG. Madukismo tahun 2006-2009 ………... 62
Tabel 5.6: Total Biaya Kualitas terhadap Penjualan PG. Madukismo
Tahun 2006-2009 ……………………………...................... 66
Tabel 5.7: Komposisi Elemen Biaya Kualitas terhadap Total
Biaya Kualitas PG. Madukismo tahun 2006-2009 ………... 70
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1: Struktur Organisasi PG. Madukismo ……………………… 37
Gambar 4.2: Tahap pengolahan Gula …………………………………… 48
xiv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 3.1: Contoh Grafik Trend Periode Ganda Biaya Kualitas
terhadap Penjualan ……………………………………… 31
Grafik 3.2: Contoh Grafik Trend Periode Ganda Elemen
Biaya Kualitas terhadap Penjualan ……………………… 31
Grafik 5.1: Grafik TQC, QCC, QAC PG. Madukismo
Tahun 2006-2009 ……………………………………… 58
Grafik 5.2: Komponen Biaya Kualitas terhadap Total Biaya
Kualitas PG. Madukismo tahun 2006-2009 …………… 63
Grafik 5.3: Total Biaya Kualitas terhadap Total Penjualan
PG. Madukismo Tahun 2006-2009 …………………… 67
Grafik 5.4: Persentase Elemen Biaya Kualitas terhadap Total
Penjualan PG. Madukismo tahun 2006-2009 …………… 71
xv
ABSTRAK
ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS PRODUK
YANG DIUKUR DENGAN
LAPORAN TREND PERIODE GANDA
Studi Kasus pada PG. Madukismo
Tahun 2006-2009
Paulina Austino Filla Regal
NIM: 062114022
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2010
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui perubahan komposisi
masing-masing biaya kualitas pada PG. Madukismo tahun 2006-2009. (2) Untuk
mengetahui arah perubahan biaya kualitas dalam Laporan Trend Periode Ganda
yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas produk pada PG.
Madukismo tahun 2006-2009. Latar belakang penelitian ini adalah bahwa kualitas
produk menawarkan keunggulan daya saing tersendiri bagi perusahaan untuk
merebut simpati pembeli karena trend bagi produsen lingkungan pemanufakturan
maju telah berubah dari kuantitas menjadi kualitas.
Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan
menghitung prosentase biaya kualitas per komponen maupun secara total,
menggambar grafik trend periode ganda dan menganalisisnya untuk mengetahui
peningkatan kualitas produk.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) komposisi elemen biaya kualitas
yang terdiri dari Quality Control Cost (QCC) yaitu Biaya Pencegahan (Prevention
Cost) mengalami penurunan setiap tahunnya dan Biaya Penilaian (Appraisal Cost)
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun 2006. Secara keseluruhan
QCC mengalami penurunan persentase tahun 2006-2009 sedangkan Quality
Assurance Cost yang terdiri dari Biaya Kegagalan Internal mengalami kenaikan
dalam rupiah yang disebabkan naiknya harga gula. Perubahan QCC dan QAC
membuat TQC mengalami penurunan persentase dari tahun 2006-2009. (2) Grafik
trend periode ganda yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas produk
mengalami penurunan setiap tahun dan menunjukkan angka 16,47% pada tahun
2009, hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas produk pada PG. Madukismo
telah berhasil dilaksanakan meskipun masih perlu peningkatan lagi untuk tahun-
tahun yang akan datang karena persentase ideal biaya kualitas terhadap penjualan
dalam peningkatan kualitas produk belum tercapai yaitu sebesar 2,5%.
xvi
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF PRODUCT QUALITY IMPROVEMENT
MEASURED BY MULTIPLE PERIODS TREND REPORT
A Case Study at PG. Madukismo
2006-2009
Paulina Austino Filla Regal
NIM: 062114022
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2010
The purposes of this research were: (1) to know the changes of
composition in each quality costs at the PG. Madukismo 2006-2009. (2) To
determine the direction of changes quality cost in the Multiple Periods Trend
Report used to measure product quality improvement at the PG. Madukismo
2006-2009. The background of this research is that quality product offers its own
competitive advantages for company to get the buyer because the trend for
company of advance manufacturing environment has changed from quantity into
quality.
The type of this research was case study. The data collection technique
used was interview and documentation. The data analysis techniques used were
calculating the percentage of component of quality cost and total quality cost,
xvii
make the Multiple Periods Trend Report and then analyzing the trend to identify
product quality improvement.
The results showed that: (1) the composition of the quality cost elements
comprising the cost of Quality Control Cost (QCC), namely the Prevention Costs
had decreased every year and Appraisal Cost increased when it were compared
with the one in 2006. Overall, the percentage decreased at 2006 until 2009 while
the Quality Assurance Cost of Internal Failure Costs increased in rupiah caused by
the rising of sugar price. QCC and QAC made TQC percentages decreased from
2006 to 2009. (2) The Multiple Periods Trend Graph used to measure the
improvement of product quality had decreased every year and showed the figure
16.47% in 2009, this meant that the product quality improvement in PG.
Madukismo had been successfully implemented but still need more improvement
for the years to come because the percentage of ideal quality cost to sales in the
improvement of product quality had not been reached that was equal to 2.5%.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era Globalisasi membawa perubahan besar di berbagai aspek
kehidupan khususnya pada dunia bisnis. Dengan semakin ketatnya persaingan,
para pelaku bisnis dituntut untuk melakukan perbaikan terhadap kinerjanya
dalam rangka memenuhi kualitas produk atau jasa yang dikehendaki oleh
pasar. Perusahaan juga dituntut untuk bersaing secara sehat dengan
perusahaan sejenis yang lebih besar.
Agar produk yang dihasilkan perusahaan mampu bertahan dan
bersaing dengan produk sejenis lainnya, maka kualitas produk menjadi hal
utama yang harus diperhatikan. Dalam hal ini kualitas menawarkan suatu
keunggulan daya saing tersendiri bagi perusahaan untuk dapat merebut simpati
pembeli. Di pihak lain konsumen juga semakin selektif dalam menentukan
produk yang akan dibeli, sebab dalam masyarakat modern orang semakin
sadar akan nilai uang yang dibelanjakannya. Jadi untuk trend sekarang ini
peningkatan produksi tidak lagi menjadi sasaran bagi produsen dalam
lingkungan pemanufakturan maju, tekanannya berubah dari kuantitas menjadi
kualitas (Mizuno, 1994: 3). Sekarang ini produsen dituntut untuk
menyediakan barang yang berkualitas hingga dapat membuat konsumen
percaya untuk membelanjakan uangnya untuk membeli produk yang
ditawarkan, sehingga hal ini dapat meningkatkan volume penjualan bagi
perusahaan.
2
Kualitas produk dapat diukur berdasarkan biayanya, yang sering
disebut biaya kualitas, dimana biaya kualitas berhubungan dengan penciptaan,
pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan. Perusahaan dapat
menggunakan standar atau ukuran-ukuran untuk mengukur biaya kualitas
sehingga dapat diperoleh informasi mengenai peningkatan kualitas dari tahun
ke tahun. Dalam hal ini peneliti menggunakan Laporan Trend Periode Ganda
sebagai alat ukur.
Bertitik tolak dari pemikiran tersebut di atas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang ”Analisis Peningkatan Kualitas Produk yang
Diukur dengan Laporan Trend Periode Ganda pada Pabrik Gula Madukismo
periode 2006-2009.” Peneliti ingin mengetahui apakah peningkatan kualitas
pada PG. Madukismo tahun 2006-2009 tersebut sudah berhasil.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perubahan komposisi masing-masing biaya kualitas pada PG.
Madukismo tahun 2006-2009?
2. Bagaimana arah perubahan biaya kualitas dalam Laporan Trend Periode
Ganda yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas produk pada
PG. Madukismo tahun 2006-2009?
3
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui perubahan komposisi masing-masing biaya kualitas
pada PG. Madukismo tahun 2006-2009.
2. Untuk mengetahui arah perubahan biaya kualitas dalam Laporan Trend
Periode Ganda yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas
produk pada PG. Madukismo tahun 2006-2009.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan untuk
mengambil keputusan manajemen dalam perbaikan kualitas produk.
2. Bagi Penulis
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan teori
yang telah diperoleh sewaktu di bangku kuliah ke dalam praktek yang
sesungguhnya.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Menambah perbendaharaan bacaan ilmiah dan memberi masukan bagi
pihak-pihak yang berminat menambah wawasan tentang biaya kualitas.
4
E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II Landasan Teori
Bab ini berisi uraian teoritis dari hasil pustaka. Uraian dalam bab ini
diharapkan dapat dijadikan dasar pengolahan data biaya kualitas dan
penjualan yang didapat dari perusahaan.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi metode-metode yang digunakan penulis dalam
menganalisis penulisan yang akan diajukan.
Bab IV Gambaran Umum Perusahaan
Dalam bagian ini menjelaskan mengenai sejarah didirikannya
perusahaan, struktur organisasinya, fasilitas yang dimiki perusahaan,
personalia, proses produkdi, pemasaran, keuangan, dan pengawasan
kualitas produk pada Pabrik Gula Madukismo.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menyajikan data yang diperlukan, meganalisis data yang
diperoleh dengan menerapkan rumus-rumus yang digunakan dalam
membahas analisis tersebut.
5
Bab VI Penutup
Bab ini merupakan bagian akhir dari hasil penelitian yang berisi
kesimpulan, keterbatasan dan saran dari hasil pembahasan yang telah
dikemukakan.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Kualitas
Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau
kebutuhan pelanggan, sedangkan dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary),
kualitas didefinisikan sebagai total karateristik suatu produk yang menunjang
kemampuan produk itu untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan
atau ditetapkan (Gaspers, 2006 ;1).
Dari dua definisi di atas kualitas masih terdapat beberapa definisi
kualitas menurut para ahli:
1. Kualitas adalah kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan pelanggan (Juran dalam Nasution, 2001 :15).
2. Kualitas adalah sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu
produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah
ditentukan, baik itu bahan baku, proses produksi, maupun produk jadi
(Crosby dalam Nasution, 2001; 16).
3. Kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya. Suatu produk dikatakan
berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada
konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu
produk (Figenbaum dalam Nasution, 2001; 16).
4. Kualitas adalah suatu kondisi yang dinamis yang berhubungan dengan
produk, manusia/ tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Selera atau harapan
7
konsumen akan suatu produk yang sering berubah membuat kualitas
produk juga terus berubah (Deming dalam Nasution, 2001; 16).
Dari definisi menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kualitas mengandung beberapa elemen berikut ini (Nasution, 2001; 16):
a. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b. Kualitas mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan.
c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang
berkualitas pada masa mendatang).
Suatu produk dikatakan memiliki kualitas baik apabila memenuhi dua
kriteria (Monika, 1999; 69):
1. Kualitas Desain (Design Quality)
Suatu produk dikatakan memenuhi kualitas desain apabila produk tersebut
memenuhi spesifikasi produk yang bersangkutan secara fisik.
2. Kualitas Kesesuaian (Conformance Quality)
Suatu produk dikatakan memiliki kualitas kesesuaian apabila produk
tersebut tidak menyimpang dari spesifikasi yang ditetapkan dan dapat
memenuhi permintaan konsumen sehingga konsumen merasa puas dengan
produk yang diterimanya.
8
Terdapat lima alternatif perspektif kualitas yang biasa digunakan
(David Garvin dalam Fandy dan Diana, 2003; 25-26), yaitu:
1. Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit
didefinisikan dan dioperasionalkan, biasanya diterapkan dalam bidang seni
(seni rupa, seni tari dan lain-lain).
2. Product-based Approach
Pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karateristik atau atribut yang
dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas
mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang
dimiliki produk.
3. User-based Approach
Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada
orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan
preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas tinggi. Perspektif
yang subjektif dan demand-oriented ini juga menyatakan bahwa pelanggan
yang berbeda juga memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula
sehingga kualitas bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum
yang dirasakannya.
4. Manufacturing-based Approach
Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-
praktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas
sebagai sama dengan persyaratannya.
9
5. Value-based Approach
Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga, sehingga
kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif sehingga produk yang
memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai.
B. Pentingnya Kualitas Produk dan Perbaikan Kualitas
Kualitas produk didefinisikan sebagai sifat-sifat yang mencirikan
ketepatan produk tersebut untuk digunakan. Dengan demikian apakah sebuah
produk dianggap bermutu atau tidak tergantung pada apakah produk itu
menjalankan fungsinya sebagaimana yang dimaksudkan atau tidak.
Beberapa unsur kualitas produk diantaranya (Mizuno, 1994; 6):
1. Harga yang wajar
Sebuah produk tidak perlu secara mutlak mutunya terbaik, yang terpenting
adalah bahwa produk tersebut memenuhi tuntutan konsumen agar dapat
dimanfaatkan. Selain itu juga harus memperhatikan harga yang wajar,
itulah sebabnya tidak artinya mengejar mutu produk tanpa memperhatikan
harga.
2. Ekonomi
Konsumen mencari sifat ekonomis dari suatu produk yang dihasilkan oleh
perusahaan seperti kebutuhan rusak sekecil mungkin, kebutuhan energi
sekecil mungkin dan penggunaan yang luas.
10
3. Awet
Pemakai mengharapakan agar produk itu terbuat dari bahan yang awet dan
tahan terhadap perubahan drastis sepanjang waktu.
4. Aman
Sebuah produk diharapakan aman digunakan dan tidak membahayakan
kehidupan.
5. Mudah Digunakan
Konsumen berharap dapat menggunakan produk dengan segera, terus-
menerus dan tanpa kesulitan, untuk itu umumnya sebuah produk dirancang
untuk rata-rata konsumen pada umumnya tanpa memerlukan pelatihan
khusus terlebih dahulu untuk menggunakannya.
6. Mudah dibuat
Hal ini berkaitan dengan biaya produksi. Produk tadi harus terbuat dari
bahan-bahan yang mudah diperoleh, mudah disimpan dan
pemanufakturannya harus memerlukan proses dan ketrampilan sesedikit
mungkin.
7. Mudah dibuang
Pada masyarakat sekarang yang sangat padat populasinya, sebuah produk
yang tidak dapat digunakan bisa dibuang begitu saja disembarang tempat.
Biaya pembuangan (daur ulang) merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan dalam menciptakan sebuah produk.
Selain unsur-unsur kualitas yang diungkapkan oleh Mizuno di atas,
masih terdapat beberapa kriteria dimana produk atau jasa yang berkualitas
11
adalah yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dalam delapan
dimensi berikut (Hansen dan Mowen, 2005; 5-6):
1. Kinerja
Kinerja mengacu pada konsistensi dan seberapa baik fungsi-fungsi sebuah
produk.
2. Estetika
Estetika berhubungan dengan penampilan wujud produk serta penampilan
fasilitas, peralatan, pegawai dan materi komunikasi yang berkaitan dengan
jasa.
3. Kemudahan perawatan dan perbaikan
Kemudahan perawatan dan perbaiakan berhubungan dengan tingkat
kemudahan merawat dan memperbaiki produk.
4. Fitur
Fitur adalah karateristik produk yang berbeda dari produk-produk sejenis
yang fungsinya sama.
5. Keandalan
Keandalan adalah probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsi seperti
yang dimaksudkan dalam jangka waktu tertentu.
6. Tahan lama
Tahan lama didefinisikan sebagai jangka waktu produk dapat berfungsi.
7. Kualitas kesesuaian
Kualitas kesesuaian adalah ukuran mengenai apakah sebuah produk telah
memenuhi spesifikasinya atau tidak.
12
8. Kecocokan penggunaan
Kecocokan penggunaan adalah kecocokan dari sebuah produk
menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana yang diiklankan.
C. Biaya Kualitas
Biaya Kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau
telah terdapat produk yang buruk kualitasnya. Jadi biaya kualitas adalah biaya
yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan
pecegahan kerusakan (Fandy dan Diana 2003; 34). Dari definisi tersebut
mengimplikasikan bahwa biaya kualitas berhubungan dengan dua kegiatan
utama yaitu kegiatan pengendalian dan kegiatan karena kegagalan. Kegiatan
pengendalian dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi
kualitas yang buruk, sedangkan kegiatan karena kegagalan dilakukan oleh
perusahaan atau oleh pelanggannya untuk merespon kualitas yang buruk.
Elemen-elemen Biaya Kualitas
Terdapat 4 macam yang menjadi elemen biaya kualitas yaitu (Fandy dan
Diana, 2003; 34-49):
1. Biaya Pengendalian, yang termasuk didalamnya adalah;
a) Biaya Pencegahan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mencegah
kerusakan pada produk yang dihasilkan.
13
Biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
1) Biaya Teknik dan Perencanaan Kualitas
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas-aktivitas yang
berkaitan dengan patokan rencana kualitas produk yang dihasilkan,
rencana tentang kehandalan, rencana pemeriksaan, dan rencana
khusus dari jaminan kualitas.
2) Biaya Tinjauan Produk Baru
Biaya yang dikeluarkan untuk penyiapan usulan tawaran, penilaian
rancangan baru dari segi kualitas, dan aktivitas-aktivitas kualitas
lainnya selama tahap pengembangan dan pra produksi dari
rancangan produk baru.
3) Biaya Rancangan Proses atau Produk
Biaya yang dikeluarkan pada waktu perancangan produk atau
pemilihan proses produksi yang dimaksudkan untuk meningkatkan
keseluruhan kualitas produk tersebut.
4) Biaya Pengendalian Proses
Biaya yang dikeluarkan untuk teknik pengendalian proses, seperti
grafik pengendalian yang memantau proses pembuatan dalam
usaha mencapai kualitas produksi yang dikehendaki.
5) Biaya Pelatihan
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan, penyiapan,
pelaksanaan, dan pemeliharaan program latihan formal masalah
kualitas.
14
6) Biaya Audit Kualitas
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengevaluasi tindakan yang
telah dilakukan terhadap rencana kualitas keseluruhan.
b) Biaya Penilaian adalah biaya yang dikeluarkan untuk menentukan
apakah produk dan jasa telah sesuai dengan persyaratan kualitas atau
kebutuhan pelanggan. Biaya penilaian ini meliputi:
1) Biaya Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Baku yang Dibeli
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memeriksa dan
menguji kesesuaian bahan baku yang dibeli dengan kualifikasi
yang tercantum dalam pesanan.
2) Biaya Pemeriksaan dan Pengujian Produk
Biaya ini meliputi biaya yang dikeluarkan untuk meneliti
kesesuaian hasil produksi dengan standar perusahaan, termasuk
meneliti pengepakan dan pengiriman.
3) Biaya Pemeriksaan Kualitas Produk
Biaya ini meliputi biaya untuk melaksanakan pemeriksaan kualitas
produk dalam proses maupun produk jadi.
4) Biaya Evaluasi Persediaan
Biaya ini meliputi biaya yang terjadi untuk menguji produk di
gudang, dengan tujuan untuk mendeteksi terjadinya penurunan
kualitas produk.
2. Biaya Kegagalan, yang termasuk didalamnya adalah;
a) Biaya Kegagalan Internal adalah biaya yang terjadi karena ada
ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang
15
atau jasa tersebut dikirim ke pihak luar atau pelanggan. Pengukuran
biaya kegagalan internal dilakukan dengan menghitung kerusakan
produk sebelum meninggalkan pabrik, yang termasuk dalam biaya ini
yaitu:
1) Biaya Sisa Bahan
Biaya ini adalah kerugian yang ditimbulkan karena adanya sisa
bahan baku yang tidak terpakai dalam upaya memenuhi tingkat
kualitas yang dikehendaki.
2) Biaya Pengerjaan Ulang
Biaya ini meliputi biaya ekstra yang dikeluarkan untuk melakukan
proses pengerjaan ulang agar dapat memenuhi standar kualitas
yang disyaratkan.
3) Biaya untuk Memperoleh Material
Biaya ini meliputi biaya-biaya tambahan yang timbul karena
adanya aktivitas menangani penolakan dan pengaduan terhadap
bahan baku yang telah dibeli.
4) Factory Contact Engineering
Biaya ini merupakan biaya yang berhubungan dengan waktu yang
digunakan oleh para ahli produk atau produksi yang terlibat dalam
masalah-masalah produksi yang menyangkut kualitas.
b) Biaya Kegagalan Eksternal adalah biaya yang dikeluarkan karena
produk dan jasa yang dihasilkan gagal memenuhi persyaratan-
persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirim ke
16
pelanggan. Biaya ini merupakan yang paling buruk karena dapat
mengakibatkan reputasi perusahaan buruk, kehilangan pelanggan dan
penurunan pangsa pasar, yang termasuk dalam biaya ini adalah:
1) Biaya penanganan keluhan selama masa garansi
Biaya ini meliputi semua biaya yang ditimbulkan karena adanya
keluhan-keluhan tertentu, sehingga diperlukan pemeriksaan,
reparasi, dan penggantian atau penukaran produk.
2) Biaya penanganan keluhan di luar masa garansi
Biaya ini merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan keluhan-
keluhan yang timbul setelah berlalunya masa garansi.
3) Pelayanan (servis) produk
Biaya ini adalah keseluruhan servis produk yang diakibatkan oleh
usaha untuk memperbaiki ketidaksempurnaan atau untuk pengujian
khusus, atau untuk memperbaiki cacat yang bukan disebabkan oleh
adanya keluhan pelanggan.
4) Product liability
Biaya ini merupakan biaya yang timbul sehubungan dengan
jaminan atau pertanggungjawaban atau kegagalan memenuhi
standar kualitas.
5) Biaya penarikan kembali produk
Biaya ini timbul karena adanya penarikan kembali suatu produk
atau komponen produk tertentu.
17
Dalam sub bab ini perlu dibahas mengenai:
1. Pemilihan Standar Kualitas
Dalam pemilihan standar kualitas dapat digunakan dua pendekatan
yaitu: (a) pendekatan tradisional dan (b) pendekatan kerusakan nol.
a) Pendekatan Tradisional
Merupakan standar mutu yang sederhana yang mengijinkan
kemungkinan terjadinya sejumlah tertentu produk rusak yang akan
diproduksi dan dijual.
b) Pendekatan Kerusakan nol
Merupakan standar kerja yang mengharuskan produk dan jasa yang
diproduksi dan dijual sesuai dengan persyaratan-persyaratan. Standar
ini lebih masuk akal ditentukan untuk menghasilkan produk sesuai
dengan yang diinginkan. Standar ini sering disebut dengan kerusakan
nol (Supriyono, 1992; 394-396).
a) Kuantifikasi Standar Mutu
Kualitas produk dapat diukur dari biayanya. Perusahaan
menginginkan agar biaya kualitas turun, namun mencapai kualitas yang
lebih tinggi, setidak-tidaknya sampai titik tertentu (Supriyono, 1992; 398-
399). Menurut pakar kualitas, suatu perusahaan dengan program
pengelolaan kualitas yang berjalan baik, biaya kualitasnya tidak lebih
besar dari 2,5% dari penjualan. Standar 2,5% tersebut mencakup biaya
kualitas total. Biaya untuk setiap kelompok atau elemen secara individual,
misalnya biaya pelatihan mutu atau inspeksi bahan, lebih kecil dari jumlah
18
tersebut. Agar standar mutu dapat digunakan dengan baik perlu dipahami
tentang:
a) Perilaku Biaya Kualitas
Agar standar biaya kualitas tidak lebih dari 2,5% dari
penjualan, perusahaan harus dapat mengidentifikasi perilaku setiap
elemen biaya kualitas secara individual. Jika untuk mempertahankan
standar kerusakan nol dibutuhkan rasio biaya kualitas variabel sebesar
1,5% dari penjualan, maka untuk memenuhi tujuan biaya kualitas
maksimal sebesar 2,5% dari penjualan, besarnya biaya kualitas tetap
maksimal sebesar 1% dari penjualan.
Biaya kualitas tetap dievaluasi dengan membandingkan biaya
sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan. Penjualan yang
dianggarkan belum tentu sama dengan penjualan sesungguhnya,
sehingga persentase sesungguhnya dapat lebih besar atau lebih kecil
daripada persentase yang dianggarkan, bahkan jika biaya tetap yang
sesungguhnya tepat sama besarnya dengan biaya yang dianggarkan.
Sebaliknya biaya kualitas variabel dapat dibandingkan dengan
menggunakan persentase penjualan atau jumlah rupiah biaya atau
kedua-duanya.
b) Standar Fisik
Untuk para manajer lini dan karyawan pengoperasian, ukuran
fisik kualitas misalnya; jumlah unit rusak, persentase kegagalan
eksternal, kegagalan pengiriman, kesalahan pemenuhan kontrak, dan
19
ukuran-ukuran fisik mutu lainnya mungkin lebih bermanfaat. Untuk
ukuran-ukuran fisik, standar kualitasnya adalah kerusakan nol atau
kesalahan nol. Tujuan ukuran-ukuran ini adalah agar setiap orang
mengerjakan dengan benar sejak pertama kali.
c) Penggunaan Standar Interim
Bagi sebagian besar perusahaan, standar kerusakan nol
merupakan tujuan jangka panjang. Kemampuan untuk mencapai
standar ini sangat dipengaruhi oleh kualitas para pemasoknya.
Pengembangan hubungan erat dan kerjasama yang baik dengan
pemasok memerlukan waktu lama, mungkin bertahun-tahun. Hal ini
sama dengan menyadarkan semua orang dalam perusahaan itu sendiri
agar mengerti pentingnya penyempurnaan kualitas dan memberikan
kepercayaan kepada mereka untuk melaksanakan program
penyempurnaan kualitas dapat memerlukan waktu bertahun-tahun.
Maka dari itu standar penyempurnaan per tahun harus dikembangkan
sehingga para manajer dapat menggunakan laporan-laporan kinerja
untuk menilai kemajuan yang dibuat berdasar interim. Standar kualitas
interim menunjukkan sasaran kualitas untuk tahun yang bersangkutan.
D. Pelaporan Biaya Kualitas
Sistem pelaporan biaya kualitas memiliki arti penting bagi perusahaan
yang menaruh perhatian serius terhadap perbaikan dan pengendalian biaya
kualitas. Pencatatan secara rinci biaya kualitas aktual berdasarkan kategorinya
20
dapat memberikan dua masukan pandangan penting (Hansen dan Mowen,
2005; 12):
1. Catatan tersebut mengungkapkan besarnya biaya kualitas dalam setiap
kategori yang memungkinkan para manajer menilai dampak keuangannya.
2. Catatan tersebut menunjukkan distribusi biaya kualitas menurut kategori,
yang memungkinkan para manajer menilai kepentingan relatif dari
masing-masing kategori.
Laporan biaya kualitas dibuat sedemikian rupa oleh perusahaan
sehingga memudahkan manajer untuk memahami laporan biaya kualitas
tersebut.
Tabel 2.1: Contoh Laporan Biaya Kualitas
PT ”X”
Laporan Biaya Kualitas
Kelompok Biaya Kualitas Tahun
Biaya Kualitas % Total Biaya
Kualitas
% Total penjualan
1. Biaya Pencegahan:
a. Biaya Perancangan kualitas
b. Biaya Pelatihan kualitas
c. Biaya Perencanaan Kualitas
d. Biaya Pengendalian Proses
e. Biaya Audit Kualitas
..........................
..........................
..........................
..........................
..........................
........................
........................
........................
........................
........................
.............................
.............................
.............................
.............................
.............................
Jumlah XX % %
2. Biaya Penilaian:
a. Biaya Inspeksi bahan baku
b. Biaya Pemeriksaan dan
pengujian produk
c. Biaya pemeriksaan kualitas
produk
d. Biaya evaluasi persediaan
..........................
..........................
..........................
..........................
..........................
........................
........................
........................
........................
........................
.............................
..............................
..............................
..............................
..............................
Jumlah XX % %
3. Biaya Kegagalan Internal
21
a. Biaya sisa bahan
b. Biaya pengerjaan ulang
c. Biaya inspeksi kembali
d. Biaya pengujian kembali
e. Biaya perubahan rancangan
..........................
..........................
..........................
..........................
..........................
........................
........................
........................
........................
........................
..............................
..............................
..............................
..............................
..............................
Jumlah XX % %
4. Biaya Kegagalan eksternal
a. Biaya kehilangan penjualan
b. Biaya garansi dan jaminan
c. Biaya penggantian produk
d. Biaya keluhan pelanggan
e. Biaya perbaikan produk
f. Biaya penarikan kembali
produk
..........................
..........................
..........................
..........................
..........................
.........................
........................
........................
........................
........................
........................
........................
..............................
..............................
..............................
..............................
..............................
..............................
Jumlah XX % %
Sumber: Hansen & Mowen, 2005; 12
E. Jenis-jenis Laporan Kinerja Kualitas
Laporan kinerja kualitas harus mengukur realisasi kemajuan atau
perkembangan program penyempurnaan kualitas dalam suatu organisasi.
Empat jenis laporan yang dapat digunakan untuk melaporkan program
penyempurnaan kualitas adalah sebagai berikut (Supriyono, 1992; 402-405):
1. Laporan standar interim. Laporan ini untuk menunjukan kemajuan yang
berhubungan dengan sasaran atau standar periode sekarang.
2. Laporan trend satu periode. Laporan ini untuk menunjukkan kemajuan
yang berhubungan dengan kinerja kualitas tahun terakhir.
3. Laporan trend periode ganda. Laporan ini digunakan untuk menunjukkan
sejak awal mulai program penyempurnaan kualitas.
4. Laporan jangka panjang. Laporan ini untuk menunjukkan kemajuan yang
berhubungan dengan sasaran atau standar jangka panjang
22
Untuk jenis-jenis laporan kinerja kualitas ini penulis memilih laporan
trend periode ganda untuk mengukur kemajuan program peningkatan kualitas
yang dilakukan oleh PG. Madukismo selama periode 2006-2009. Laporan ini
biasanya disajikan menggunakan sebuah grafik dimana sumbu vertikal
menggambarkan biaya kualitas dalam persentase yang dihitung dari penjualan
sesungguhnya, sedangkan sumbu horizontal menunjukkan tahun-tahun
penerapan program kualitas. Dengan laporan ini diharapkan manajemen
memperoleh informasi trend menyeluruh mengenai peningkatan kualitas yang
dilakukan.
F. Peningkatan Kualitas
Beberapa tokoh yang berperan dalam peningkatan kualitas yaitu:
1. Deming menyatakan bahwa peningkatan kualitas produk merupakan
tanggung jawab seluruh bagian dalam perusahaan termasuk top manajer
(Deming dalam Monika, 1999; 70).
2. Crosby, inti pendapatnya mengenai peningkatan kualitas adalah integritas
kepuasan konsumen terhadap produk yang dihasilkan serta sistem
perusahaan dan operasionalnya harus didesain sedemikian rupa untuk
menghasilkan produk yang memenuhi kepuasan konsumen (Crosby dalam
Monika, 1999; 71).
Perbaikan kualitas tidak hanya terjadi begitu saja, tetapi direncanakan
dan dilaksanakan secara sistematis dan tahap demi tahap, untuk itu perbaikan
yang berkesinambungan diperlukan. Perbaikan berkesinambungan tidak hanya
23
sekedar memecahkan masalah tetapi juga memperbaiki penyebab
penyimpangan dari standar yang ditetapkan. Ada lima aktivitas pokok dalam
perbaikan yang berkesinambungan, yaitu (Fandy dan Diana, 2003; 266-267):
1. Komunikasi
Komunikasi tidak hanya terjadi diantara anggota tim saja, tetapi
komunikasi antar tim dalam suatu perusahaan diperlukan. Komunikasi
diperlukan untuk memberikan informasi sebelum, selama, dan sesudah
perbaikan. Semua orang yang terlibat langsung dan orang atau unit yang
mungkin terkena pengaruh perbaikan yang direncanakan harus mengetahui
apa yang sedang terjadi, mengapa, dan bagaimana pengaruhnya terhadap
mereka.
2. Memperbaiki masalah yang nyata
Dalam langkah ini pendekatan ilmiah sangat diperlukan untuk
mengidentifikasi masalah yang sedang terjadi yang kemungkinan kurang
jelas dan untuk mengatasinya.
3. Memandang ke hulu
Memandang ke hulu berarti mencari penyebab suatu masalah, bukan
gejalanya.
4. Mendokumentasi kemajuan dan masalah
Dokumentasi masalah dan kemajuan dilakukan agar apabila di kemudian
hari dijumpai masalah yang sama, maka pemecahannya dapat dilakukan
dengan cepat.
24
5. Memantau perubahan
Pemantauan secara objektif terhadap kinerja suatu proses setelah diadakan
perubahan perlu dilakukan, karena kadang-kadang solusi yang diajukan
untuk suatu masalah belum tentu memecahkan masalah tersebut secara
tuntas.
G. Penjualan
Turunya kualitas barang sangat berpengaruh terhadap grafik omzet
penjualan. Jika barang yang diproduksi atau yang diperdagangkan kualitasnya
menurun, maka para langganan akan merasa kecewa dan mereka akan
berpaling untuk mencari barang yang kualitasnya lebih baik. Hal seperti ini
akan dapat menurunkan penjualan (Nitisemito, 1978: 9-11).
Turunnya kualitas suatu barang dapat disebabkan oleh beberapa
kemungkinan antara lain pembelian bahan baku yang keliru atau ceroboh, cara
mengerjakan dalam memproduksi barang kurang teliti, pengawasan kurang
dan lain-lain.
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi volume penjualan (Sutojo,
1981; 13), yaitu:
1. Pengaruh dari luar perusahaan
Pengaruh dari luar perusahaan meliputi kebijakan ekonomi pemerintah,
dan persaingan.
25
2. Pengaruh dari dalam perusahaan
Banyak faktor dari dalam perusahaan dalam usahanya mencapai penjualan
lebih dari satu jumlah tertentu atau mampu mencapai jumlah maksimal
penjualan hasil produksinya. Beberapa faktor tersebut adalah kapasitas
produksi, kesan pembeli terhadap hasil produksi serta kebijakan harga jual
yang digunakan.
Perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan pemanufakturan maju,
mempunyai tantangan yang berat yaitu kompetensi dengan perusahaan sejenis,
oleh karena itu perusahaan dapat menggunakan kualitas produk sebagai alat
untuk bersaing dan bertahan hidup. Kualitas juga dapat menawarkan atau
memberikan suatu keunggulan kompetitif dibandingkan dengan strategi yang
lainnya, strategi peningkatan kualitas tidak mudah ditiru oleh perusahaan lain.
H. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susana Tri
Septiani dengan judul ”Analisis Pengendalian Biaya Kualitas untuk Menilai
Program Peningkatan Kualitas Diukur Dengan Laporan Trend Periode
Ganda,” menghasilkan kesimpulan bahwa biaya kualitas menunjukan arah
yang benar yaitu menuju 2,5% dalam Laporan Trend Periode Ganda, yang
berarti persentase biaya kualitas terhadap penjualan semakin turun dari tahun
ke tahun dan penurunan biaya kualitas ini disertai dengan peningkatan
permintaan akan produk yang berarti penjualan meningkat.
26
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hotman AM Sagala dengan judul
“Analisis Biaya Kualitas (Studi Kasus PT. Sari Husada Yogyakarta)”
menghasilkan kesimpulan bahwa biaya kualitas pada PT. Sari Husada sudah
efisien karena persentase biaya kualitas terhadap penjualan berkisar antara 1,42%
sampai 1,63% atau kurang dari 2,5%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan kualitas produk pada PT. Sari Husada, seiring dengan peningkatan
tersebut terjadi kenaikan permintaan yang berarti penjualan meningkat.
Penelitian tentang biaya kualitas juga dilakukan oleh Chatarina Noviartaty
Rahayu denagn judul “Analisis Biaya Kualitas (Studi Kasus PT. Bertoni Sari
Jaya).” Dari penelitian ini salah satu kesimpulan yang diambil adalah bahwa
persentase biaya kulaitas terhadap penjualan berkisar antara 1,44% sampai 1,63%
atau kurang dari 2,5%. Hal ini menunjukkan bahwa biaya kualitas yang
dikeluarkan sudah sangat efisien, peningkatan kualitas pada produk yang dimiliki
perusahaan telah terjadi, seiring dengan peningkatan tersebut permintaan akan
produk juga meningkat yang berarti penjualan mengalami kenaikan.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu penelitian
yang memusatkan pada objek penelitian tertentu dengan mempelajarinya
sebagai studi kasus. Data yang terkumpul disusun dan dipelajari menurut
urutannya dan dihubungkan satu dengan yang lainnya secara menyeluruh
sehingga kesimpulan yang dapat diambil hanya akan berlaku untuk objek yang
akan diteliti.
B. Tempat dan Waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada PG. Madukismo di Kelurahan
Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Yogyakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan bulan Maret-Mei 2010
C. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah orang-orang yang mengerti tentang informasi
biaya kualitas serta pelaku program peningkatan kualitas, yaitu:
1. Kepala Bagian Produksi
2. Kepala Bagian Pemasaran
3. Kepala Bagian Keuangan
28
4. Kepala Bagian Personalia
D. Objek penelitian
1. Biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya
kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal selama empat periode
terakhir.
2. Total volume penjualan produk selama empat periode terakhir.
E. Teknik pengumpulan data
1. Wawancara
Teknik mengumpulkan data dengan cara mengadakan atau mengajukan
pertanyaan secara langsung kepada bagian-bagian yang berwenang yang
terlibat langsung dalam perusahaan. Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data tentang gambaran umum perusahaan, fungsi penjualan,
fungsi produksi, fungsi pembelian, dan fungsi keuangan perusahaan.
2. Dokumentasi
Mengumpulkan data dengan melihat catatan yang tersedia dalam
perusahaan yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang hendak
dikumpulkan dengan teknik ini terutama data tentang biaya kualitas,
stuktur organisasi, dan jumlah penjualan.
29
F. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2
golongan yaitu:
1. Menurut Sifatnya
a) Data Kualitatif, yaitu data yang tidak berbentuk angka. Data ini bisa
didapat melalui wawancara.
b) Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka. Misalnya: laporan
biaya kualitas dari perusahaan, dan laporan penjualan.
2. Menurut Cara Memperolehnya
Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti
langsung dari objeknya.
G. Data yang Diperlukan
Data yang diperlukan oleh peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini
adalah:
1. Gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah berdirinya perusahaan,
personalia, produksi, dan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Biaya kualitas total setiap periode (dari tahun 2006-2009).
3. Biaya pencegahan setiap periode.
4. Biaya penilaian setiap periode.
5. Biaya kegagalan internal setiap periode.
6. Biaya kegagalan eksternal setiap periode.
7. Penjualan sesungguhnya setiap periode.
30
H. Teknik analisis data
Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat maka teknik analisis data
yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah tersebut adalah:
1. Untuk mengetahui komposisi masing-masing biaya kualitas pada PG.
Madukismo tahun 2006-2009 langkahnya:
a. Menghitung total biaya kualitas
TQC = QCC + QAC
Keterangan:
TQC = Total Quality Cost (Total Biaya Kualitas)
QCC = Quality Control Cost (Biaya Pencegahan + Biaya Penilaian)
QAC = Quality Assurance Cost (Biaya kegagalan internal + Biaya
kegagalan eksternal).
b. Membuat grafik trend periode ganda lalu menganalisisnya.
c. Menghitung komposisi elemen biaya kualitas yaitu dengan
menghitung persentase biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya
kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal terhadap total biaya
kualitas untuk mengetahui persentase masing-masing elemen biaya
kualitas terhadap total biaya kualitas.
d. Membuat grafik trend periode ganda lalu menganalisnya untuk
mengetahui kenaikan dan penurunannya.
31
2. Untuk mengetahui peningkatan kualitas pada PG. Madukismo tahun 2006-
2009 menggunakan laporan trend periode ganda langkahnya;
a. Menghitung rasio total biaya kualitas terhadap penjualan
sesungguhnya masing-masing periode selama 4 tahun.
b. Membuat grafik Trend Periode Ganda dan menganalisisnya.
Grafik 3.1 Contoh Grafik Trend Periode Ganda
Biaya Kualitas Total terhadap Penjualan Sumber: Supriyono, 1994; 408.
c. Menghitung rasio masing-masing biaya kualitas terhadap penjualan
sesungguhnya setiap periode.
d. Membuat grafik Trend Periode Ganda dan menganalisisnya.
Grafik 3.2 Contoh Grafik Trend Periode Ganda
Elemen Biaya Kualitas terhadap Penjualan Sumber: Supriyono, 1994; 410.
32
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
Pabrik Gula Madukismo didirikan pada tahun 1995 oleh Yayasan
Kredit Tani Indonesia (YAKTI). Yayasan ini bergerak dalam bidang
perkebunan, yaitu bidang penanaman tembakau Virginia serta penanaman
tebu, tetapi karena sering mengalami kerugian, maka yayasan ini dibubarkan
dan selanjutnya dibentuklah menjadi sebuah lembaga yang berbentu perseroan
terbatas, dengan nama PT. Madu Baru. PT. Madu Baru ini memiliki 2 pabrik
yaitu Pabrik Gula Madukismo dan Pabrik Spiritus Madukismo. Pada
penelitian ini penulis hanya melakukan penelitian pada Pabrik Gula
Madukismo.
Pabrik mulai dibangun pada pertengahan tahun 1955, tepatnya pada
tanggal 14 Juni 1955 dengan kontraktor utama Machine Fabric Sangerhousen
dari JermanTimur. Pembangunan ini berlangsung kurang lebih selama 3 tahun,
dan pada tanggal 2 Mei 1958 pabrik ini diresmikan oleh Presiden Soekarno.
Sejarah pendirian Pabrik Gula ini tidak terlepas dari hubungannya
dengan pabrik gula di Daerah Istimewa Yogyakarta pada masa sebelum
perang kemerdekaan. Pada saat itu ada 17 pabrik gula di Yogyakarta yang
seluruhnya dikelola oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1942 dengan
masuknya tentara Jepang ke wilayah RI, seluruh pabrik gula dikuasai oleh
Pemerintah Jepang, namun Pemerintah Jepang tidak dapat mengelola pabrik
sepenuhnya, sehingga perkembangan pabrik semakin merosot. Pabrik yang
33
semula ada 17 buah hanya tersisa 12 pabrik saja yang masih produktif. Hal ini
dikerenakan oleh banyaknya areal tanaman tebu yang dialih fungsikan sebagai
areal tanaman palawija dan areal persawahan padi untuk kepentingan bala
tentara Jepang. Keadaan ini berlangsung sampai proklamasi kemerdekaan
Indonesia yaitu tanggal 17 Agustus 1945.
Perkembangan dan pertumbuhan pabrik gula ini mulai menemui titik
terang setelah Sri Sultan Hamengku Buwono IX merintis prakarsa
pembangunan kambali pabrik-pabrik tersebut. Tujuan Sri Sultan Hamengku
Buwono IX membangun kembali pabrik-pabrik tersebut adalah:
1. Untuk menampung para buruh bekas Pabrik Gula yang kehilangan
pekerjaannya.
2. Menambah kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
3. Menambah pendapatan pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Pada waktu berdirinya pabrik ini merupakan perusahaan swasta yang
berbentuk perseroan terbatas. Saham-saham dari perusahaan ini merupakan
gabungan antara saham milik Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan milik
pemerintah RI. Pada awal berdirinya, kepemilikan saham sebesar 75% milik
Sri Sultan Hamengku Buwonwo IX dan 25% milik Pemerintah RI. Saat ini
kepemilikan saham sebesar 65% milik Sri Siltan Hamengku Buwono X dan
35% milik Pemerintah RI yang dikuasakan kepada PT Rajawali Nusantara
Indonesia, sebuah BUMN.
Pada tahun 1962 Pemerintah RI mengambil alih semua perusahaan
yang ada di Indonesia, baik milik asing, swata maupun semi swasta, maka
34
mulai tahun 1962 Pabrik Gula Madukismo berubah status menjadi perusahaan
Negara. Pemerintah membentuk suatu badan yang diberi nama “Badan
Pimpinan Umum Perusahaan-Perusahaan Negara.” (BPU-PPN) untuk
memimpin pabrik-pabrik gula, dengan demikian semua pabrik gula berada di
bawah kepengurusan BPU-PPN. Serah terima Pabrik Gula Madukismo kepada
Pemerintah RI dilakukan pada tanggal 11 Maret 1962 oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono IX selaku Presiden Direktur PT. Madu Baru pada waktu
itu.
Pada tahun 1966 BPU-PPN bubar dan pemerintah memberi
kesempatan kepada pabrik-pabrik gula yang ingin menarik diri dari
perusahaan perkebunan negara. Pada perkembangannya yaitu tanggal 3
September 1968 status pabrik kembali menjadi Perseroan terbatas dan
dinamakan PT. Madu Baru yang memiliki 2 unit usaha yakni pabrik Gula
Madukismo dan Pabrik Alkohol Spiritus Madukismo, hal ini berjalan sampai
tahun 1984.
Sejak tanggal 4 Mei 1984 dengan persetujuan Sri Sultan Hamengku
Buowo IX selaku pemilik saham terbesar PT. Madu Baru, pabrik gula kembali
dikelola oleh Pemerintah RI yakni PT. Rajawali Nusantara Indonesia (PT.
RNI), berdasarkan Contract Management yang ditanda tangani pada tanggal 4
Maret 1984 oleh Direktur Utama PT. Rajawali Nusantara Indonesia
(Muhamad Yusuf) dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Lama kontrak
manajemen 10 tahun dan saat berakhirnya kontrak pada tahun1994, kontrak
manajemen antara PT. Rajawali Nusantara Indonesia dengan PT. Madu Baru
35
diperpanjang 10 tahun kedua mulai 1 April 1994 sampai dengan 31 Maret
2004.
B. Lokasi Perusahaan
Lokasi merupakan masalah yang sangat penting bagi sebuah
perusahaan, karena lokasi akan menentukan kelangsungan hidup perusahaan.
Penentuan lokasi harus mengingat faktor-faktor, antara lain tenaga kerja,
sumber bahan baku, pengangkutan, pasar dan faktor lain yang dapat
mempengaruhi kemajuan suatu perusahaan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut PT. Madu Baru dibangun dibekas
lokasi bangunan Pabrik Gula Pandokan, yang tepatnya di kelurahan
Tirtonimolo, kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, dengan menempati tanah
seluas 30 Ha. Latar belakang pemilihan lokasi adalah:
1. Sarana perhubungan
Pandokan adalah sebuah desa yang letaknya tidak begitu jauh dengan kota
Yogyakarta. Lokasi yang tidak terlalu jauh dengan kota ini memberikan
keuntungan terutama dalam hal transportasi atau perhubungan.
2. Ketersediaan bahan baku
Produksi gula pasir membutuhkan tebu sebagai bahan baku, ketersediaan
bahan baku yang cukup memadai baik dalam hal kualitas sangat
diperlukan. Oleh karena itu diperlukan lahan yang memadai, jenis tanah
yang cocok serta curah hujan yang cukup, maka wilayah kabupaten Bantul
36
dipandang cukup baik dan memenuhi syarat, terlebih lagi dapat menekan
biaya tranportasi.
3. Kebutuhan akan tenaga kerja
Sebagian besar tenaga pabrik adalah karyawan musiman yang hanya
bekerja pada masa giling saja. Kebutuhan tenaga kerja perusahaan ini
diambil dari wilayah kabupaten Bantul.
4. Sumber air
Lokasi pabrik Gula Madukismo sangat menguntungkan karena dekat
dengan sungai Winogo yang sangat besar dan dapat mencukupi kebutuhan
dalam proses produk jadi.
Sementara itu wilayah kerja Pabrik Gula Madukismo meliputi 6 kabupaten
yang terletak di 2 daerah tingkat 1, yaitu:
Daerah Tingkat 1 di Daerah Istimewa Yogyakarta:
1. Kabupaten Bantul
2. Kabupaten Sleman
3. Kabupaten Kulon Progo
Daerah Tingkat II di Jawa Tengah:
1. Kabupaten Purworejo
2. Kabupaten Magelang
3. Kabupaten Kebumen
37
C. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah suatu kegiatan yang diperlukan untuk
mengoperasikan perusahaan sehingga dapat menghasilkan produk yang
diinginkan. Tujuan dari struktur organisasi yaitu agar semua kegiatan yang
dilakukan sehari-hari untuk tugas, wewenang, serta tanggung jawab dari
semua unit kerja maupun setiap orang yang melaksanakan tugas-tugas tertentu
dapat dikoordinir sehingga masing-masing personil mengetahui tanggung
jawabnya sebagai penyelenggara organisasi. Struktur organisasi PT. Madu
Baru merupakan penggabungan antara PT. Rajawali Nusantara Indonesia.
Struktur organisasi pada PT. Madu Baru dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:
38
Gambar 4.1: Struktur Organisasi PT. Madu Baru
Sumber: PT. Madu Baru
Dewan Komisaris
Sek. Dekom
Kabag. Pabrik
Spiritus
Kabag.
SDM &
Umum
Kabag. Akt
& Keu
Kabag.
Tanaman
Direktur
Penasehat
Kabag.
Pabrikasi
Kabag.
Pemasaran
Kabag.
Instalasi
SPI
39
PT. Madu Baru merupakan Badan Usaha Milik Negara dibawah naungan
Departemen Keuangan RI, dimana sebagai perusahaan pengelola adalah PT.
RNI.
Berikut ini dijelaskan secara singkat mengenai fungsi, tugas, wewenang, dan
tanggung jawab dari berbagai tingkat manajerial PT. Madu Baru:
1. Dewan Komisaris
a. Membawahi langsung direktur, kepala bagian dan staf-stafnya.
b. Menetapkan kebijakan-kebijakan yang ada dalam perusahaan.
2. Penasehat
a. Sebagai penasehat Dewan Komisaris
b. Mendampingi langsung Dewan Komisaris terutama memberikan
masukan-masukan yang diperlukan oleh Dewan Komisaris untuk
kemajuan perusahaan.
3. Direktur Utama
a. Berfungsi mengelola perusahaan secara keseluruhan untuk
melaksanakan kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham.
b. Bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham.
c. Merumuskan tujuan perusahaan, menetapkan strategi untuk mencapai
tujuan perusahaan dan menyusun rencana jangka panjang.
d. Berwenang mengangkat dan memberhentikan karyawan dan staff
perusahaan.
e. Bertanggung jawab atas tercapainya tujuan perusahaan dan efektivitas
strategi yang ditetapkan.
40
4. Kepala Bagian Tanaman
a. Bertanggung jawab kepada direktur.
b. Mengkoordinasikan penyusunan rencana areal tanaman untuk tahun
yang akan datang.
c. Menyusun komposisi tanaman mengenai luas, letak, masa tanam dan
jenis sehingga penyediaan bahan baku giling yang telah ditentukan
dapat dijamin.
5. Kepala Bagian Instalasi
a. Bertanggung jawab kepada direktur.
b. Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bidang instalasi.
c. Meningkatkan efisiensi kerja alat produksi untuk kelangsungan proses
produksi.
6. Kepala Bagian Pabrikan
a. Berfungsi melaksanakan kebijaksanaan direksi dan ketentuan
administratur dalam pabrik gula dan spiritus, pemeliharaan, reparasi,
perluasan instalasi pabrik gula dan spiritus.
b. Membawahi langsung: Bagian instalasi pabrik gula dan Pabrik
Spiritus, bagian Pabrikasi Gula dan Seksi Pabrikasi Spriritus.
c. Bertugas menjalankan kebijaksanaan direksi dan ketentuan
administrasi dalam bidang produksi gula dan spiritus serta menyusun
rencana anggaran divisinya.
41
d. Berwenang menetapkan rancangan anggaran bagian pabrik serta
menetapkan daftar bagi hasil gula petani yang dibuat oleh bagian
pabrikasi gula.
e. Bertanggung jawab atas proses produksi pemeliharaan, alat-alat
produksi, rehabilitasi peralatan pabrik.
7. Kepala Bagian Personalia
a. Bertanggung jawab kepada direktur.
b. Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengelola tenaga kerja dan
kesehatan karyawan.
c. Mengkoordinir kegiatan pendidikan bagi karyawan.
8. Kepala Pengawasan (SPI)
a. Berfungsi malaksanakan kebijaksanaan direksi dalam bidang
pengawasan terhadap pengendaian intern perusahaan.
b. Bertanggung jawab kepada direksi.
c. Bertugas melaksanakan pemeriksaan terhadap efektivitas pengendalian
intern akuntansi dan membuat rancangan anggaran bagiannya untuk
diajukan kepada Direksi.
d. Berwenang untuk meminta informasi yang dibutuhkan dalam rangka
tugas pemeriksaan dari administratur , semua kepala divisi, kepala
bagian, kepala seksi, dan seluruh karywan perusahaan, serta
berwenang menentukan bagiannya yang akan diusulkan.
e. Bertanggung jawab atas ketepatan laporan hasil pemeriksaan kepada
Direksi.
42
D. Fasilitas yang dimiliki pabrik Gula Madukismo
Dalam memperlancar jalannya proses produksi pada Pabrik Gula
Madukismo, maka perusahaan berusaha melengkapi sarana-sarana atau
fasilitas, baik yang ada di pabrik maupun fasilitas untuk karyawan. Tujuannya
agar karyawan lebih giat dalam melaksanakan tugasnya dan juga untuk
meningkatkan kualitas, kuantitas dan kapasitas produk pada Pabrik Gula
Madukismo.
1. Fasilitas di dalam pabrik
a. Bengkel dan peralatan pengamanan
Bengkel merupakan untuk melayani perbaikan mesin-mesin yang
rusak. Pada waktu tidak giling bagian bengkel melakukan pengecekan
dan perbaikan sehingga pada saat giling tiba, peralatan tidak
mengalami gangguan. Sedangkan peralatan pengamanan pada mesin
maupun karyawan dalam pabrik sudah dilengkapi.
b. Laboratorium penelitian
Kegiatan laboratorium penelitian adalah melakukan percobaan,
penelitian dan pemeriksaan. Kegiatan ini meliputi:
1) Pemeriksaan terhadap banyaknya kandungan gula dalam ampas
tebu
2) Pemeriksaan terhadap air ambisi serta air tebu yang keluar tiap 24
jam
3) Pemeriksaan terhadap nira pada proses pembuatan gula
43
Di samping kegiatan-kegiatan tersebut kegiatan lain adalah
menyelidiki hama pada tanaman tebu, pemupukan, menyelidiki kadar
gula dari tebu sebelum di giling dan penyelidikan tebu yang akan
ditanam, tujuan penelitian di laboratorium adalah untuk meningkatkan
hasil produksi sehingga produktivitas akan lebih meningkat.
2. Fasilitas di luar Pabrik
a. Perumahan
Fasilitas ini diberikan kepada karyawan tetap di pabrik, adapun letak
dari perusahaan tersebut adalah disekitar pabrik sehingga kesulitan-
kesulitan yang timbul dapat segera diatasi.
b. Klinik
Fasilitas ini sangat dibutuhkan bagi perusahaan untuk memberikan
pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan di dalam maupun di
luar pabrik. Selain itu juga memberikan pengobatan kepada karyawan
yang sakit secara cuma-cuma.
E. Bagian Personalia
1. Tenaga Kerja Pabrik
Berdasarkan peraturan pemerintahan yaitu surat keputusan kepala kantor
wilayah Departemen Tenaga Kerja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 075/ WK/ Tahun 1986 tentang Tenaga Kerja, maka Tenaga Kerja
di Pabrik Gula Madukismo dibedakan menjadi:
44
a. Tenaga Kerja Tetap
Tenaga kerja tetap yaitu karyawan yang dipekerjakan oleh perusahaan
secara kontinyu, tenaga kerja tetap ini dibedakan menjadi 2 status yaitu
karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana. Sistem pengupahan
diatur tersendiri antara Serikat Pekerja dan Direksi.
b. Tenaga Kerja Tidak Tetap
Tenaga kerja tidak tetap yaitu karyawan yang bekerja pada waktu
tertentu, biasanya pada musim giling berlangsung (saat proses
produksi) dan sistem pengupahan mengacu pada upah minimum
Propinsi yang berlaku, tenaga kerja ini dibedakan menjadi:
1) Karyawan Kerja Waktu Tertentu/ KKWT atau tenaga kerja
kampanye
Karyawan ini berkerja saat masa produksi saja. Jangka waktu
hubungan kerja adalah selama musim giling dari pabrik gula dan
spiritus.
2) Karyawan musiman
Karyawan ini bekerja disekitar emplacement akan tetapi tidak
berhubungan dengan proses produksi. Jangka hubungan kerja
adalah selama musim giling pabrik gula dan pabrik spiritus.
3) Karyawan Borongan
Karyawan ini bekerja bila ada pekerjaan borongan, dan karyawan
diupah secara harian.
45
2. Jumlah Tenaga Kerja
Tabel 4.1: Jumlah Tenaga Kerja PG. Madukismo
Karyawan Pimpinan 60 orang
Karyawan Pelaksana 432 orang
KKWT 844 orang
Jumlah 1.336 orang
Borongan tebangan dan garap kebun 3.000 orang
Sumber: PG. Madukismo
3. Jam Kerja dan Hari Kerja
Jam kerja karyawan Pabrik Gula Madukismo yaitu:
a. Regu kerja umum
Hari Senin sampai dengan Kamis
Jam Kerja : 06.30-15.00
Istirahat : 11.30-12.30
Hari Jumat dan Sabtu
Jam kerja : 06.30-11.30
Tanpa istirahat
b. Regu kerja khusus
Shift I : 06.00-14.00
Shift II : 14.00-22.00
Shift III : 22.00-06.00
Hari Libur untuk karyawan terdiri dari:
a. Hari Minggu
b. Hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah
46
c. Hari libur yang ditetapkan oleh perusahaan
Cuti karyawan terdiri dari:
a. Cuti selama 12 hari kerja
b. Cuti panjang 1 bulan
Seorang karyawan tetap dengan masa kerja selama 3 tahun terus menerus
berhak menikmati cuti panjang selama 1 bulan penuh. Cuti tersebut dapat
dinikmati sekaligus atau dapat dipisahkan 2 atau 3 kali.
4. Jaminan Sosial
Perusahaan memberikan jaminan sosial kepada karyawan-karyawannya
dengan tujuan untuk kesejahteraan karyawan sendiri. Untuk
mewujudkannya maka perusahaan memberikan fasilitas-fasilitas antara
lain:
a. Program JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) untuk semua
karyawan
b. Hak Pensiun untuk karyawan tetap (Pimpinan dan Pelaksana)
c. Program Taskat (Tabungan Asuransi Kesejahteraan Hari Tua) untuk
Karyawan Kampanye
d. Koperasi karyawan dan pensiun PT. Madu Baru
e. Perumahan dinas untuk karyawan tetap
f. Poliklinik dan klinik KB perusahaan untuk semua karyawan
g. Taman Kanak-kanak perusahaan untuk karyawan dan umum
h. Sarana olah raga untuk karyawan tetap dan kesenian
i. Pakaian dinas untuk karyawan tetap, kampanye dan musiman
47
j. Biaya pengobatan
k. Rekreasi karyawan dan keluarga
F. Bagian Produksi
1. Produk yang dihasilkan
Pabrik Gula Madukismo memproduksi gula pasir dengan kualitas
SHS IA (Superior Head Sugar) atau sering disebut GKP (Gula Kristal
Putih) dan sebagian lagi masih kualitas SHS 1B. Sesuai dengan ketetapan
Bulog pada tahun 1982, kualitas gula dibedakan menjadi:
SHS I A : tingkat n.r.d di atas 70
SHS I B : tingkat n.r.d 67-69,9
SHS I C : tingkat n.r.d 62-66,9
SHS Standard : tingkat n.r.d 60-61,9
Stes II : tingkat n.r.d 56-59,9
Kualitas gula Pabrik Madukismo termasuk klasifikasi dengan standar Nilai
Remisi Direduksi (NRD) di atas 70. Mutu produksi gula pasir Pabrik Gula
Madukismo ini dipantau oleh P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia).
2. Bahan Baku Utama
Bahan baku yang dipergunakan atau diolah dalam proses produksi
pada Pabrik Gula Madukismo adalah tebu. Tebu yang ditanam memiliki
jenis yang bermacam-macam, tetapi Pabrik Gula Madukismo
mengusahakan tebu yang jenisnya ungul, dengan tujuan agar hasil yang
48
didapat berkualitas tinggi. Adapun jenis tebu yang ditanam oleh pabrik
adalah jenis BZ 148, BZ 132, PS 58, dan PS 38, jenis-jenis tersebut adalah
jenis tebu yang bervarietas unggul.
Bahan baku tebu yang dibutuhkan mencapai 400.000-500.000 ton
per tahun untuk diolah menjadi gula pasir. Bahan baku tersebut tersebut
akan menjadi hasil olahan yang baik apabila memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan. Syarat-syarat tersebut misalnya kadar zat, penggunaan ukuran,
umur atau tingkat kemasakan, tingkat rendamen (kadar gula) dan
kemurnian, sehingga penebangan tebu dilakukan pada saat yang tepat
yaitu pada waktu tanaman tebu sudah mencapai optimal kemasakannya,
dan tebu dengan kualitas baik bisa ditebang sebanyak 6 kali tebangan.
Oleh karena itu sebelum penebangan, dilakukan analisa kemasakan tebu
atau analisa pendahuluan.
3. Bahan Tambahan
Bahan pembantu proses produksi gula pasir adalah batu gamping
sebesar 3 ku per 1000 ku tebu, belerang sebesar 70 kg per 1000 ku tebu,
minyak bakar (FO) sebesar 300 liter per 1000 ku tebu, soda api (Na OH)
sebesar 3 kg / 1000 ku tebu, bahan tambahan lain seperti Flokulant sebesar
0,25 kg per 1000 ku tebu. Flokulant adalah bahan pembantu untuk
mempercepat pengumpulan bahan-bahan terlarut dan kotoran halus agar
proses pengendapan dapat berjalan dengan cepat.
4. Proses Produksi
49
Adapun proses pembuatan gula adalah sebagai berikut: tebu
digiling, diperas, akhirnya keluar nira, kemudian dimurnikan dengan
Ca(OH)2 dan gas belerang (SO2) selanjutnya diendapkan, diuapkan,
dimasak (kristalkan), diputar, dikeringkan di udara luar, dan akhirnya
menjadi gula (SHS) yang berwarna putih. Proses pengolahan gula di
Pabrik Gula Madukismo secara garis besar dibagi menjadi beberapa tahap
di bawah ini:
Gambar 4.2: Tahap pengolahan gula
Sumber: Pabrik Gula Madukismo
Tebu
Pemurnian nira
Pemerahan nira
Penguapan nira
penebangan
Pemutaran gula
Kristalisasi
Penyelesaian
Gula SHS I A
50
Dalam proses produksi Pabrik Gula Madukismo menggunakan alat
sebagai berikut:
a. 2 timbangan, yaitu timbangan truk dan lori
b. 1 alat Derek
c. 2 meja tebu
d. 2 pisau tebu
e. 1 turbin
f. 5 ketel pemasakan
g. 2 diesel
h. 1 timbangn nira
i. 2 pemanas pendahuluan
j. 1 sublimator
k. 1 filter press
l. 1 sulifilter
m. 1 alat pengendap
n. 5 evaparator
o. 12 pan masakan
p. 16 peti strop
q. 5 centrifugal
r. 2 belt conveyor
s. 1 talang
51
Proses pembuatan gula sebagai berikut:
a. Pemerahan Nira
Tebu setelah ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan
antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula
(Nira mentah) melalui alat-alat berupa Unigrator Mark IV dan Cane
Knife digabung dengan 5 gilingan. Nira mentah akan dikirim ke
bagian pemurnian untuk proses lebih lanjut. Untuk mencegah
kehilangan gula karena bakteri dilakukan sanitasi di Stasiun Gilingan.
b. Pemurnian Nira
PG. Madukismo menggunakan sistem Sulfitasi. Nira mentah lalu
ditimbang, dipanaskan70o – 75
o C, direaksikan dengan susu kapur
dalam Defekator dan diberi gas SO2 dalam peti Sulfitasi sampai PH
7,00 kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100o – 105
o C. Kotoran
yang dihasilkan diendapkan dalam peti pengendap (Dorr Clarifier)
dan disaring menggunakan Rotary vacum Filter (alat penapis hama).
Endapan padatnya digunakan sebagai pupuk organik. Nira jernihnya
dikirim ke stasiun penguapan.
c. Penguapan Nira
Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem
multiple effect yang disusun secara interchangeable agar dapat
dibersihkan secara bergantian. Nila encer dengan padatan terlarut 16%
dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut nira kental, yang siap
dikristalkan di stasiun kristalisasi. Nira kental yang berwarna gelap ini
52
diberi gas SO2, sebagai bleaching / pemucatan, dan siap untuk
dikristalkan.
d. Kristalisasi
Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam Pan
kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang
dipakai yaitu ACD, dimana gula A sebagai gula produk, gula C dan D
dipakai sebagai bibit, serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi.
Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan. Sebelum
dipisahkan di stasiun puteran, gula terlebih dahulu didinginkan di
dalam palung pendingin.
e. Pemutaran Gula
Dalam tahap ini gula dipisahakan dengan larutannya. Agar gula lebih
putih maka pemutaran gula dilakukan dua kali, sedangkan filtratnya
(sisa larutannya) terakhir yang sudah tidak bisa dikristalkan lagi
disebut tetes, dan dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan alkohol
dan spiritus.
f. Penyelesaian
Dengan alat penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dipisahkan
antara gula halus, gula kasar, dan gula normal dikirim ke gudang gula
dan dikemas dalam karung plastic, kapasitas 50 kg netto. Produksi gula
per hari tergantung pada rendemen gula, kalau rendemen 8% maka
kapasitas diperoleh 2.400 ku gula atau 4.800 sak.
53
Gula yang selesai diproduksi disimpan dalam gudang, tempat
penggudangan gula harus mempunyai suhu berkisar 10-40o C dengan
kelembaban antara 50-75 % sedang gula yang dimpan harus dalam
keadaan kering. Di Pabrik Gula Madukismo, gudang tempat
penyimpanan gulanya mempunyai kelembaban 65-70 % dengan suhu
berkisar 25-30o C sehingga mempunyai syarat untuk penyimpanan
gula.
G. Bagian Pemasaran
Sebelum pertengahan tahun 1997, semua hasil produksi dari pabrik
gula Madukismo dibeli semua secara monopoli oleh pemerintah melalui
Badan Urusan Logistik (Bulog) dengan harga yang ditentukan oleh
pemerintah. Namun pada saat Indonesia mengalami krisis moneter, ini
membawa dampak positif terhadap sistem penjualan gula yang dilakukan oleh
perusahaan. Sistem pendistribusian gula tidak lagi dimonopoli oleh Bulog
sehingga perusahaan dapat menjual langsung kepasaran. Dengan demikian
harga gula ditentukan oleh tingkat keseimbangan antara permintaan pasar dan
penawaran dari produsen.
H. Pengawasan Kualitas
Pabrik gula Madukismo selalu berusaha untuk menghasilkan produk
dengan tingkat kerusakan yang paling kecil. Oleh sebab itu, perusahaan selalu
berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk yang
54
dihasilkan. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk,
perusahaan perlu mengadakan pengawasan kualitas yang baik. Pengawasan
kualitas produksi di pabrik gula Madukismo adalah sebagai berikut:
1. Pengawasan terhadap bahan baku yang dipakai
Perusahaan menggunakan bahan baku yang berupa tebu, untuk membuat
gula tebu sebelum digiling harus diketahui dulu kadar gulanya. Untuk itu
perusahaan mengambil sampel, tiap satu sampai dua hektar diambil 15
batang secara acak untuk diuji kadar gulanya. Dengan demikian dapat
diketahui kebun mana yang tebunya sudah masak dan perlu ditebang dulu.
2. Pengawasan selama proses produksi oleh pengawas yang sudah
berpengalaman.
3. Pemeliharaan terhadap mesin-mesin dan alat-alat produksi yang dipakai
setelah musim giling berakhir, perusahaan melakukan perbaikan-perbaikan
mesin dan alat produksi yang dipakai, sehingga pada musim giling
berikutnya berjalan dengan lancar dan tidak terjadi kerusakan-kerusakan.
4. Pengawasan kualitas produk akhir
Sebelum produk dipasarkan perusahaan melakukan pengawasan kualitas
produk dengan cara menyortir produk cacat atau rusak, yang dimaksud
dengan produk rusak oleh perusahaan adalah bila gula basah, butirannya
terlalu kecil atau halus dan gula berwarna kuning. Produk atau gula yang
baik selanjutnya dipasarkan, sedangkan produk yang rusak pada akhir
musim giling disimpan untuk proses kembali atau diolah kembali pada
musim giling berikutnya.
55
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Sehubungan dengan judul penelitian yaitu analisis peningkatan kualitas
produk yang diukur dengan laporan trend periode ganda, maka dalam bab ini
penulis akan menyajikan data yang berkaitan dengan topik tersebut. Data ini
diperoleh secara langsung dari Pabrik Gula Madukismo selama penulis
melakukan penelitian. Berikut ini adalah data penjualan gula pada Pabrik Gula
Madukismo:
Data penjualan gula pasir.
Tabel 5.1: Data volume penjualan tahun 2006-2009
Tahun Volume Penjualan
Unit Rupiah
2006 111.692,19 Rp 54.746.267.265
2007 126.498,98 Rp 62.713.946.218
2008 130.272,73 Rp 64.092.612.154
2009 146.617,18 Rp 88.397.946.849
Sumber: PG. Madukismo
56
Tabel 5.2: Biaya Kualitas PG. Madukismo tahun 2006-2009
Sumber: Dari data primer PG. Madukismo yang telah diolah
B. Analisis Data dan Pembahasan
Untuk memecahkan masalah yang telah dikemukakan dalam bab
pendahuluan maka penulis akan menyajikan hasil dari analisis data sekaligus
dengan pembahasannya. Hasil dari analisis ini akan penulis sajikan ke dalam
bentuk tabel dan grafik agar lebih mudah dalam pembahasannya.
Elemen Biaya
Kualitas 2006 2007 2008 2009
Biaya Pencegahan
Teknik &
Perencanaan kualitas 8.030.875.000 7.090.584.146 7.190.449.968 7.022.853.066
Pelatihan Kualitas 32.621.437 42.586.780 100.081.572 77.092.612
Audit Kualitas 3.039.057.000 1.670.367.551 1.473.747.090 1.212.957.367
Total Biaya
Pencegahan 11.102.553.437 8.803.538.477 8.764.278.630 8.312.903.045
Biaya Penilaian
Pemeriksaan &
Pengujian Bahan
Baku
3.034.612.000 3.190.221.149 2.807.398.942 3.093.858.523
Pemeriksaan &
Pengujian Produk 958.867.000 1.052.747.808 875.737.193 914.139.642
Pemeriksaan Kualitas
Produk 70.412.000 35.044.546 73.664.854 47.359.667
Evaluasi Persediaan 103.837.000 106.577.276 90.698.194 103.289.153
Total Biaya
Penilaian 4.167.728.000 4.384.590.779 3.847.499.183 4.158.646.985
Quality Control
Cost (QCC) 15.270.281.437 13.188.129.256 12.611.777.813 12.471.550.030
Biaya Kegagalan
Internal
Sisa bahan 2.190.827.100 2.477.847.558 2.687.099.989 2.087.922.050
Quality Assurance
Cost (QAC) 2.190.827.100 2.477.847.558 2.687.099.989 2.087.922.050
Total Quality Cost
(TQC) 17.461.108.537 15.665.976.814 15.298.877.802 14.559.472.080
57
1. Analisis Data dan Pembahasan Masalah Pertama
a) Menghitung Total Biaya Kualitas
Analisis tahap pertama ini digunakan untuk mengetahui berapa
besar nilai Quality Assurance Cost (QAC), Quality Control Cost
(QCC) dan Total Quality Cost (TQC) selama 5 tahun, sumber data
diambil dari tabel 5.2
Periode 2006
QCC = Rp 11.102.553.437 + Rp 4.167.728.000
= Rp 15.270.281.437
QAC = Rp 2.190.827.100
TQC = Rp 16.926.293.437 + Rp 2.190.827.100
= Rp 17.461.108.537
Periode 2007
QCC = Rp 8.803.538.477 + Rp 4.384.590.779
= Rp 13.188.129.256
QAC = Rp 2.477.847.558
TQC = Rp 13.188.129.256 + Rp 2.477.847.558
= Rp 15.665.976.814
Periode 2008
QCC = Rp 8.764.278.630 + Rp 3.847.499.183
= Rp 12.611.777.813
TQC = QCC + QAC
58
QAC = Rp 2.687.099.989
TQC = Rp 12.611.777.813 + Rp 2.687.099.989
= Rp 15.298.877.802
Periode 2009
QCC = Rp 8.312.903.045 + Rp 4.158.646.985
= Rp 12.471.550.030
QAC = Rp 2.087.922.050
TQC = Rp 12.471.550.030 + Rp 2.087.922.050
= Rp 14.559.472.080
Perhitungan di atas dapat ditampilkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 5.3: QCC, QAC, TQC PG. Madukismo tahun 2006-2009
Tahun Quality Control Cost Quality Assurance Cost Total Quality Cost
(QCC) (QAC) (TQC)
Jumlah (Rp) % Jumlah (Rp) % Jumlah (Rp) %
2006
15.270.281.437
87,45
2.190.827.100
12,55
17.461.108.537 100
2007
13.188.129.256
84,18
2.477.847.558
15,82
15.665.976.814 100
2008
12.611.777.813
82,44
2.687.099.989
17,56
15.298.877.802 100
2009
12.471.550.030
85,66
2.087.922.050
14,34
14.559.472.080 100
Sumber: data yang diolah
Dari hasil perhitungan pada tabel 5.3 dan dengan melihat tabel
5.2 dapat dilihat total biaya kualitas (TQC) dari tahun ke tahun
mengalami penurunan, hal ini disebabkan komponen pembentuk biaya
kualitas yaitu Quality Control Cost (QCC) turun setiap tahunnya
meskipun Quality Assurance Cost mengalami kenaikan dan penurunan
dari tahun 2006-2009.
59
Berikut ini akan disajikan grafik untuk mempermudah melihat
kenaikan dan penurunan jumlah rupiah TQC, QCC dan QAC:
Grafik 5.1: TQC, QCC, QAC PG. Madukismo tahun 2006-2009
Sumber: data yang diolah
Dari grafik 5.1 dapat dilihat perubahan QCC, QAC dan TQC
setiap tahunnya. QCC (Biaya Pengendalian) merupakan komponen
terbesar yang membentuk biaya kualitas dan sisanya merupakan QAC.
Grafik 5.1 mengacu pada tabel 5.3. Dari grafik 5.1 dapat dilihat QCC
dari tahun 2006-2009 mengalami penurunan. Hal itu dikarenakan QCC
terdiri dari 2 komponen pembentuk yaitu biaya pencegahan dan biaya
penilaian. Pada tabel 5.2 biaya pencegahan memiliki jumlah yang
paling besar dibandingkan biaya penilaian, yaitu jumlahnya hampir
dua kali lipat dari biaya penilaian. Total biaya pencegahan dari tahun
2006-2009 semakin menurun. Hal ini disebabkan karena biaya
perawatan mesin yang diturunkan oleh perusahaan, kebijakan ini
60
diambil karena perusahaan berasumsi bahwa karyawan telah terlatih
dan mengetahui dengan pasti kondisi mesin dari tahun ke tahun
sehingga biaya perawatan mesin dapat diturunkan untuk dialokasikan
pada biaya penilaian, sedangkan biaya penilaian dari tahun 2006-2009
mengalami kenaikan dan penurunan. Kenaikan dan penurunan pada
biaya penilaian ini tidak mempengaruhi kecenderungan QCC pada
grafik 5.1 yang jumlahnya semakin turun, karena hal tersebut lebih
dipengaruhi oleh biaya pencegahan yang jumlahnya dua kali lipat dari
biaya penilaian yang mana jumlah biaya pencegahan tersebut
cenderung turun dari tahun ke tahun.
Pada grafik 5.1, QAC yang hanya terdiri dari biaya kegagalan
internal mengalami kenaikan dari tahun 2006-2008 meskipun tidak
cukup besar dan grafiknya turun pada tahun 2009. Dari tabel 5.2 dapat
dilihat bahwa yang membentuk biaya kegagalan internal hanya biaya
sisa bahan dan jumlah biaya tersebut naik dari tahun 2006-2008 lalu
turun di tahun 2009. Penurunan QCC seharusnya menurunkan juga
QAC tetapi jumlah QAC justru naik. Kenaikan QAC ini sebenarnya
disebabkan oleh naiknya harga gula dari tahun 2006-2009 sedangkan
gula sisa dalam unit yang membentuk biaya sisa bahan jumlahnya
turun dari tahun ke tahun.
61
Berikut ini disajikan informasi biaya sisa bahan:
Tabel 5.4: Biaya sisa bahan PG. Madukismo
Tahun 2006-2009
Keterangan 2006 2007 2008 2009
Gula sisa
(Kw) 5.668 5.465 5.577 4.997
Harga (Rp) 386.525 453.403 481.818 497.883
Biaya sisa
bahan (Rp) 2.190.827.100 2.477.847.558 2.687.099.989 2.087.922.050
Sumber: PG. Madukismo
Dari informasi tersebut dapat dilihat bahwa sebenarnya jumlah
gula sisa dari tahun ke tahun secara keseluruhan turun jika
dibandingkan dengan tahun 2006, tetapi harga gula terus mengalami
kenaikan sampai tahun 2009 maka yang terjadi adalah biaya sisa bahan
naik dari tahun 2006-2008 dan jumlahnya pada tahun 2009. Penurunan
biaya sisa bahan di tahun 2009 ini disebabkan karena jumlah gula sisa
turun dalam jumlah yang besar dibandingkan tahun sebelumnya
meskipun harga gula naik pada tahun 2009.
Penurunan jumlah QCC yang merupakan komponen terbesar
yang membentuk TQC membuat grafik TQC turun setiap tahunnya
meskipun QAC mengalami kenaikan dalam jumlah rupiahnya
dikarenakan adanya kenaikan harga. Hal ini menunjukkan bahwa
penekanan biaya kualitas telah cukup berhasil dilakukan dari tahun ke
tahun.
62
b) Menghitung Komposisi Elemen Biaya Kualitas
Pada tahap ini perhitungan dilakukan untuk mengetahui
komposisi elemen biaya kualitas (prevention cost, appraisal cost, dan
internal failure cost) pada PG. Madukismo terhadap total biaya
kualitas. Melalui perhitungan ini juga akan diketahui apakah
peningkatan biaya pencegahan dan biaya penialaian dapat menurunkan
biaya kegagalan internal. Komposisi elemen biaya kualitas terhadap
total biaya kualitas diperoleh dengan membagi elemen biaya kualitas
dengan total biaya kualitas kemudian hasilnya dikalikan seratus persen.
Hasil perhitungan komposisi elemen biaya kualitas terhadap total biaya
kualitas disajikan dalam tabel 5.3 dan sumber diambil dari tabel 5.2,
dengan rumus sebagai berikut:
%100Kualitas Biaya Total
Kualitas BiayaElemen x
Periode 2006
Prevention Cost = %58,63%100537.108.462.17
437.553.102.11=×
Appraisal Cost) = %87,23%100537.108.462.17
000.728.167.4=×
Internal Failure Cost = %55,12%100537.108.462.17
100.827.190.2=×
Periode 2007
Prevention Cost = %20,56%100814.976.665.15
477.538.803.8=×
63
Appraisal Cost = %99,27%100814.976.665.15
779.590.384.4=×
Internal Failure Cost = %82,15%100814.976.665.15
558.847.477.2=×
Periode 2008
Prevention Cost = %29,57%100802.877.298.15
630.278.764.8=×
Appraisal Cost = %15,25%100802.877.298.15
183.499.847.3=×
Internal Failure Cost = %56,17%100802.877.298.15
989.099.687.2=×
Periode 2009
Prevention Cost = %10,57%100080.472.559.14
045.903.312.8=×
Appraisal Cost = %56,28%100080.472.559.14
985.646.158.4=×
Internal Failure Cost = %34,14%100080.472.559.14
050.922.087.2=×
Hasil perhitungan di atas dapat ditampilkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 5.5: Komposisi Elemen Biaya Kualitas terhadap Total
Biaya Kualitas PG. Madukismo tahun 2006-2009
Elemen Biaya Kualitas 2006 2007 2008 2009
Biaya Pencegahan
(Prevention Cost)
63,58%
56,20%
57,29%
57,10%
Biaya Penilaian (Appraisal
Cost)
23,87%
27,99%
25,15%
28,56%
Biaya Kegagalan Internal
(Internal Failure Cost)
12,55%
15,82%
17,56%
14,34%
Sumber: data yang diolah
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui adanya
perubahan masing-masing elemen biaya kualitas terhadap total biaya
64
kualitasnya dari tahun ke tahun, hal ini menunjukkan berapa besar
elemen biaya kualitas terhadap total biaya kualitasnya. Besar kecilnya
komponen masing-masing biaya kualitas tergantung pada Total
Quality Cost (TQC) dan masing-masing komponen biaya kualitas itu
sendiri. Berikut ini disajikan grafik yang akan mempermudah dalam
melihat perubahan komponen biaya kualitas terhadap total biaya
kualitas dari tahun 2006-2009:
Grafik 5.2: Komponen Biaya Kualitas terhadap Total Biaya Kualitas PG. Madukismo tahun 2006-2009
Sumber: data yang diolah
Grafik 5.2 merupakan grafik yang menggambarkan secara
rinci grafik 5.1 yaitu komponen QCC yang terdiri dari biaya
pencegahan dan biaya penilaian, sedangkan QAC terdiri dari biaya
kegagalan internal. Pada grafik 5.2 dapat dilihat bahwa persentase
biaya pencegahan jumlahnya sangat besar dibandingkan dua
komponen biaya kualitas lainnya dimana persentase biaya pencegahan
65
secara keseluruhan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
tahun 2006, namun jika dilihat dan dibandingkan per tahun biaya
pencegahan sebenarnya mengalami kenaikan dan penurunan.
Pada tahun 2006-2007 persentase biaya pencegahan turun
sebesar 7,38% yang semula tahun 2006 sebesar 65,58% menjadi
56,20% tahun 2007. Penurunan ini dilakukan perusahaan karena ingin
mengalokasikan dana pada biaya penilaian untuk lebih meningkatkan
pengawasan pada bahan baku dan menekan biaya kegagalan internal.
Hasil dari upaya tersebut adalah grafik biaya penilaian tahun 2006-
2007 naik dari 23,87% tahun 2006 menjadi 27,99% tahun 2007,
sedangkan biaya kegagalan internal justru mengalami kenaikkan.
Kenaikkan biaya kegagalan internal ini sebenarnya disebabkan karena
naiknya harga gula dari tahun ke tahun seperti yang dijelaskan pada
pembahasan sebelumnya, bahwa dalam unit ternyata jumlah gula sisa
turun dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2007-2008 biaya pencegahan naik dari yang semula
56,20% pada tahun 2007 menjadi 57,29% di tahun 2008. Hal ini
disebabkan karena perusahaan menaikkan biaya pelatihan kualitas
untuk karyawan di tahun 2008. Pelatihan ini sangat diperlukan untuk
lebih meningkatkan kemampuan karyawan dalam pengawasan kualitas
khususnya. Kenaikan biaya pencegahan membuat perusahaan harus
mengurangi alokasi biaya penilaian di tahun 2008. Biaya penilaian di
tahun 2008 turun dari jumlah semula tahun 2007 sebesar 27,99%
66
menjadi 25,15% tahun 2008. Penurunan biaya penilaian ini membuat
biaya kegagalan internal dalam unit maupun persentase rupiah naik
yaitu dari 15,82% tahun 2007 menjadi 17,56% di tahun 2008, dan
sebenarnya jumlah gula sisa juga mengalami kenaikan dalam unit yaitu
sebesar 5.465 Kw tahun 2007 menjadi 5.577 Kw tahun 2008.
Pada tahun 2008-2009 biaya pencegahan mengalami penurunan
dari jumlah 57,29% pada tahun 2008 menjadi 57,10% tahun 2009.
Penurunan biaya pencegahan ini dilakukan perusahaan untuk
menaikkan biaya penilaian sekaligus menekan biaya kegagalan internal
tahun 2009. Melalui kebijakan alokasi tersebut biaya penilaian berhasil
dinaikkan terutama untuk biaya pemeriksaan dan pengujian bahan
baku, biaya pemeriksaan dan pengujian produk serta biaya evaluasi
persediaan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memfokuskan pada
pemeriksaan bahan baku sebelum diproduksi dan proses selama
produksi. Hasil dari naiknya biaya penilaian tersebut adalah biaya
kegagalan internal yang hanya dibentuk oleh biaya sisa bahan jumlah
prosentasenya turun dari yang 17,56% di tahun 2008 menjadi 14,34%
di tahun 2009. Pada pembahasan sebelumnya juga diperoleh hasil
bahwa jumlah gula sisa turun dari 5.577 Kw di tahun 2008 menjadi
4.997 Kw tahun 2009 meskipun harga gula terus mengalami kenaikan
sampai tahun 2009.
Dari pembahasan di atas memberikan gambaran bahwa usaha
yang dilakukan PG. Madukismo dalam mengalokasikan dana pada
67
pilihan biaya tertentu baik biaya pencegahan maupun biaya penilaian
selama tahun 2006-2009 memberikan hasil yang cukup bagus di tahun
2009 yaitu berhasil menekan biaya kegagalan internal sampai 14,34%.
Angka tersebut masih dapat diturunkan atau ditekan lagi pada tahun-
tahun mendatang mengingat peningkatan kualitas tidak hanya berhenti
sampai tahun 2009 saja.
2. Analisis dan Pembahasan Masalah Kedua
Untuk menjawab permasalahan yang kedua, maka perlu dilakukan:
a) Menghitung rasio total biaya kualitas terhadap penjualan
Rasio Total Biaya Kualitas = %100Penjualan
Kualitas Biaya Total×
Dengan rumus di atas dapat disajikan laporan trend periode
ganda sebagai berikut: (sumber data diambil dari tabel 5.1 dan 5.2)
Tabel 5.6: Total Biaya Kualitas Terhadap Penjualan
PG. Madukismo tahun 2006-2009
Tahun Total Biaya Kualitas Total Penjualan Rasio
2006 Rp 17.461.108.537 Rp 54.746.267.265 31,89%
2007 Rp 15.665.976.876 Rp 62.713.946.218 24,98%
2008 Rp 15.298.877.802 Rp 64.092.612.154 23,87%
2009 Rp 14.559.472.080 Rp 88.397.946.849 16,47%
Sumber: data yang diolah
b) Membuat Grafik Trend Periode Ganda
Dari tabel 5.6 langkah selanjutnya adalah membuat grafik trend
periode ganda dengan sumbu horizontal adalah tahun peningkatan
68
kualitas dan sumbu vertikal adalah persentase total biaya kualitas
terhadap penjualan.
Grafik 5.3: Total Biaya Kualitas Terhadap total Penjualan
PG. Madukismo tahun 2006-2009 Sumber: data yang diolah
Dari grafik trend periode ganda pada gambar grafik 5.3 dapat
dilihat usaha peningkatan kualitas PG. Madukismo dari tahun 2006-
2009. Pada tahun 2009 persentase total biaya kualitas terhadap total
penjualan menunjukan angka 16,47%. Persentase ini masih jauh dari
persentase ideal untuk peningkatan kualitas, dimana persentase ideal
untuk peningkatan kualitas atau total biaya kualitas dibandingkan
dengan penjualan adalah sebesar 2,5%.
Dari grafik 5.3 itu juga dapat disimpulkan bahwa persentase
total biaya kualitas terhadap total penjualan dari tahun ke tahun
mengalami penurunan, meskipun persentase tersebut belum mendekati
angka 2,5%, usaha PG. Madukismo untuk meningkatkan kualitas
69
dengan menekan biaya kualitas terhadap penjualan telah berhasil dan
perubahan biaya kualitas dalam usaha peningkatan kualitas sudah
sesuai dengan arah yang benar. Hal ini dapat dilihat dari persentase
biaya kualitas terhadap total penjualan dari tahun 2006-2009 yang
mengalami penurunan yaitu pada tahun 2006 persentasenya sebesar
31,89%, di tahun2007 sebesar 24,98%, di tahun 2008 turun menjadi
23,87% dan di tahun 2009 persentasenya sebesar 16,47%.
Adanya tabel persentase biaya kualitas terhadap penjualan dan
grafik trend periode ganda, memberikan informasi bagi manajemen
tentang tingkat keberhasilan program peningkatan kualitas yang
dijalankan oleh PG. Madukismo. Persentase biaya kualitas terhadap
penjualan sebesar 2,5% menurut para ahli menjadi persentase ideal
biaya kualitas dalam hal peningkatan kualitas produk. Kenyataannya
pada PG. Madukismo persentase biaya kualitas terhadap penjualan
yang dapat dicapai dari tahun 2006-2009 adalah sebesar 16,47%,
jumlah ini masih jauh dari 2,5% dan pengurangan biaya kuallitas
sangat mungkin dilakukan dalam jangka panjang sebagai upaya
peningkatan kualitas secara terus- menerus.
Angka 16,47% di tahun 2009 dapat menjadi evaluasi kinerja
program peningkatan kualitas secara menyeluruh, penelusuran
perusahaan atas perbaikan kualitas yang berkelanjutan dan perhatian
manajemen dalam rangka pembuatan anggaran untuk biaya kualitas
pada tahun yang akan datang. Biaya kualitas yang dianggarkan pada
70
tahun-tahun yang akan datang masih perlu pengurangan lagi sehingga
untuk tahun yang akan datang persentase biaya kualitas terhadap
penjualan dapat mencapai 2,5% dan seiring dengan penurunan
persentase tersebut, terjadi peningkatan kualitas produk dan
berdampak pada naiknya permintaan akan gula sehingga penjualan
gula juga akan naik.
c) Komposisi elemen biaya kualitas terhadap penjualan
Komposisi elemen biaya kualitas terhadap penjualan diperoleh
dengan membagi elemen biaya kualitas (biaya pencegahan, biaya
penilaian, dan biaya kegagalan internal) dengan total penjualan,
kemudian dikalikan dengan seratus persen. Hasil perhitungan
komposisi elemen biaya kualitas terhadap penjualan disajikan dalam
tabel 5.7 sumber data diambil dari tabel 5.1 dan 5.2 dengan rumus
sebagai berikut:
Periode 2006
Prevention Cost = %28,20%100265.267.746.54
437.553.102.11=×
Appraisal Cost = %61,7%100265.267.746.54
000.728.167.4=×
Internal Failure Cost = %00,4%100265.267.746.54
100.827.190.2=×
%100Penjualan Total
Kualitas BiayaElemen ×
71
Periode 2007
Prevention Cost = %04,14%100218.946.713.62
477.538.803.8=×
Appraisal Cost = %99,6%100218.946.713.62
779.590.384.4=×
Internal Failure Cost = %95,3%100218.946.713.62
558.847.477.2=×
Periode 2008
Prevention Cost = %67,13%100154.612.092.64
630.278.764.8=×
Appraisal Cost = %00,6%100154.612.092.64
183.499.847.3=×
Internal Failure Cost = %19,4%100154.612.092.64
989.099.687.2=×
Periode 2009
Prevention Cost = %40,9%100849.946.397.88
045.903.312.8=×
Appraisal Cost = %70,4%100849.946.397.88
985.646.158.4=×
Internal Failure Cost = %36,2%100849.946.397.88
050.922.087.2=×
72
Tabel 5.7: Komposisi Elemen Biaya Kualitas terhadap Total Penjualan
PG. Madukismo tahun 2006-2009
Elemen Biaya Kualitas 2006 2007 2008 2009
Prevention Cost 20,28% 14,04% 13,67% 9,40%
Appraisal Cost 7,61% 6,99% 6,00% 4,70%
Internal Failure Cost 4,00% 3,95% 4,19% 2,36%
Total 31,89% 24,98% 23,87% 16,47%
Sumber: data yang diolah
Dari hasil perhitungan pada tabel 5.7 diketahui bahwa elemen
biaya kualitas terhadap total penjualan dari tahun ke tahun secara
umum mengalami penurunan. Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat
grafik trend periode ganda yang menggambarkan persentase elemen
biaya kualitas terhadap total penjualan sebagai berikut:
Grafik 5.4: Persentase Elemen Biaya Kualitas terhadap Total penjualan
PG. Madukismo tahun 2006-2009 Sumber: data yang diolah
Dari grafik trend periode ganda di atas dapat dilihat bahwa
komposisi elemen biaya kualitas terhadap total penjualan dari tahun ke
tahun mengalami penurunan secara keseluruhan. Biaya pencegahan
73
merupakan elemen biaya kualitas yang memiliki jumlah paling besar
dibandingkan komponen biaya kualitas yang lain, hal ini dikarenakan
di dalam biaya pencegahan terdapat biaya pemeliharaan mesin yang
jumlahnya cukup besar. PG. Madukismo mengalokasikan uang pada
biaya pencegahan terutama pada biaya pemeliharaan mesin agar pada
saat musim giling maupun proses produksi mesin-mesin tersebut dapat
bekerja dengan baik tanpa ada kerusakan saat produksi sehingga akan
menyebabkan waktu menganggur atau yang sering disebut wasting
time yang nantinya akan dapat menambah jumlah biaya kualitas.
Selain itu alokasi pada biaya pencegahan yang cukup besar dilakukan
PG. Madukismo dengan tujuan untuk mengurangi tingkat kegagalan
produk (produk cacat) saat selesai produksi.
Persentase biaya pencegahan turun dari tahun 2006-2009 yaitu
pada tahun 2006 persentase biaya kualitas terhadap penjualan sebesar
20,28% turun menjadi 14,04% di tahun 2007 kemudian di tahun 2008
penurunannya menjadi 13,67% sedangkan di tahun 2009 jumlahnya
persentasenya turun menjadi 9,40%. Hal ini menunjukkan bahwa di
tahun 2006 saat biaya pencegahan mencapai angka 20,28% atau saat
awal program peningkatan kualitas dimulai, biaya tambahan mungkin
terjadi seperti gaji pelaksana audit kualitas yang dianggarkan dalam
jumlah tertentu pada biaya pencegahan. Jumlah ini akan tetap
dianggarkan untuk tahun-tahun yang akan datang tetapi ketika program
telah dijalankan secara penuh dan bukti telah menunjukkan biaya
74
kegagalan turun maka jumlah tersebut akan dikurangi dalam
pembuatan anggarannya. Secara tidak langsung ketika jumlah
anggaran untuk biaya pencegahan dikurangi maka yang terjadi adalah
realisasi biaya pencegahan juga akan turun. Hal ini dibuktikan dengan
semakin menurunnya persentase biaya pencegahan tahun sesudahnya.
Hal ini juga berlaku untuk biaya penilaian. Jadi ketika terjadi
penurunan biaya pada salah satu komponen biaya kualitas hal ini dapat
menurunkan jumlah seluruh komponen biaya kualitas. Akibatnya
kualitas meningkat.
Berdasarkan tabel dan grafik di atas biaya penilaian (appraisal
cost) terhadap penjualan dari tahun ke tahun juga mengalami
penurunan yaitu di tahun 2006 persentasenya sebesar 7,61%, di tahun
2007 sebesar 6,99%, tahun 2008 turun menjadi 6,00% sedangkan di
tahun 2009 persentasenya menjadi 4,70%. Hal ini dilakukan oleh
perusahaan karena perusahaan merasa bahwa biaya yang dianggarkan
sudah dapat meminimalisir biaya kegagalan produk terutama saat
produk tersebut berada di lingkungan perusahaan. Jika dalam teori
diharapkan QCC mengalami peningkatan sehingga dapat mengurangi
QAC, hal yang sebaliknya justru terjadi pada PG. Madukismo, QCC
mengalami penurunan begitu pula dengan QAC. Hal ini tidak menjadi
masalah selama penurunan QCC ternyata bisa membuat QAC juga
menurun.
75
Pada sisi yang lain biaya kegagalan internal atau Internal
Failure Cost juga mengalami penurunan, meskipun pada tahun 2008
biaya kegagalan internal persentasenya naik menjadi 4,19%
dibandingkan tahun 2007 yang jumlahnya 3,95%, kenaikan ini
disebabkan karena harga gula yang terus naik pada tahun tersebut dan
jumlah gula sisa juga naik di tahun tersebut, tetapi pada tahun 2009
persentase biaya kegagalan internal terhadap penjualan ini telah
mencapai target 2,5% yaitu sebesar 2,36%. Jumlah ini harus
dipertahankan oleh perusahaan.
Bila dilihat secara keseluruhan pada grafik trend periode ganda
di atas, komposisi elemen biaya kualitas terhadap total penjualan sudah
baik karena setiap tahunnya mengalami penurunan prosentase, dimana
persentase biaya kegagalan internal sudah mencapai 2,5%, sedangkan
biaya pencegahan dan penilaian yang belum mencapai target 2,5%
untuk PG. Madukismo dalam usaha untuk meningkatkan kualitas gula
sudah berjalan dengan baik karena biaya yang dikeluarkan menurun
jumlahnya dan kualitas yang dihasilkan meningkat, itu terbukti dengan
semakin meningkatnya permintaan akan gula disertai dengan
peningkatan penjualan, meskipun masih perlu lagi untuk ditingkatkan
mengingat persentase ideal biaya kualitas terhadap penjualan dalam
program peningkatan kualitas adalah 2,5%.
76
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian
pada PG. Madukismo penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Komposisi elemen biaya kualitas pada PG. Madukismo sudah
menunjukkan adanya perubahan artinya jumlah Quality Control Cost yang
terdiri dari Prevention Cost mengalami penurunan dari tahun 2006-2009
sedangkan Appraisal Cost secara keseluruhan mengalami kenaikan jika
dibandingkan dengan tahun 2006, namun secara keseluruhan jumlah
Quality Control Cost mengalami penurunan pada tahun 2006-2009. Pada
pihak lain jumlah Quality Assurance Cost (Internal Failure Cost) dari
tahun 2006-2008 mengalami kenaikan dan penurunan di tahun 2009 dalam
jumlah rupiahnya, namun sebenarnya Internal Failure Cost dalam unit
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini membuat Total Quality
Cost (TQC) setiap tahunnya semakin mengecil.
2. Trend periode ganda yang digunakan untuk mengukur program
peningkatan kualitas produk gula pada PG. Madukismo sudah
menunjukkan perubahan biaya kualitas sesuai dengan arah yang benar,
meskipun pada tahun 2009 persentasenya belum mencapai target 2,5%
namun persentase total biaya kualitas terhadap penjualan dari tahun 2006-
2009 mengalami penurunan, artinya bahwa program peningkatan kualitas
yang dijalankan oleh PG. Madukismo untuk meningkatkan kualitas
77
produknya sampai dengan tahun 2009 telah berjalan dengan baik
meskipun perlu ditingkatkan lagi. Seiring dengan penurunan persentase
total biaya kualitas terhadap penjualan yang mengindikasikan adanya
peningkatan kualitas, permintaan konsumen terhadap produk gula yang
dihasilkan oleh PG. Madukismo mengalami peningkatan, karena
permintaan akan produk meningkat maka penjualan juga meningkat.
B. Keterbatasan Penelitian
Pada Pabrik Gula Madukismo yang hasil produksinya berupa gula
pasir kualitas gula sangat diperhatikan terutama dalam hal ketepatan waktu
produksi, penyimpanan gula di gudang dan saat gula harus disalurkan ke
konsumen. Berdasarkan hal tersebut maka biaya kegagalan eksternal tidak
ditemukan atau tidak akan pernah ada pada PG. Madukismo.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan serta kesimpulan di atas,
maka penulis mencoba memberikan saran yang dapat diharapkan dapat
bermanfaat bagi perusahaan dalam hal ini PG. Madukismo dalam usahanya
mempertahankan dan mengembangkan usahanya.
1. Perubahan komposisi biaya kualitas sudah baik dalam arti Quality Control
Cost (QCC) mengalami penurunan dan Quality Assurance Cost (QAC)
masih mengalami kenaikkan dan penurunan dalam jumlah rupiahnya yang
disebabkan karena kenaikkan harga tetapi hal itu membuat Total Quality
78
Cost (TQC) menurun setiap tahunnya. Perusahaan harus tetap
memperhatikan perubahan tersebut agar nantinya persentase total biaya
kualitas terhadap penjualan setiap tahun yang akan datang dapat mencapai
target 2,5% sebagai persentase ideal untuk biaya kualitas dalam rangka
peningakatan kualitas, karena sampai dengan tahun 2009 ini persentase
total biaya kualitas dengan penjualan masih jauh dari target yaitu 2,5%.
Seiring dengan penurunan persentase tersebut yang berarti kualitas produk
gula meningkat dapat diimbangi dengan peningkatan permintaan sehingga
penjualan produk gula naik.
2. Adanya standar kualitas produk yang dimiliki oleh PG. Madukismo yaitu
dibawah pengawasan P3GI merupakan salah satu alat untuk memantau
kualitas produk, tetapi perusahaan belum memiliki standar tersendiri
terhadap biaya kualitas yang digunakan perusahaan, sehingga perusahaan
tidak dapat mengetahui apakah pengendalian biaya kualitas sudah baik
atau belum. Berdasarkan hal tersebut penulis menyarankan sebaiknya
perusahaan membuat laporan biaya kualitas yang lengkap dan jelas setiap
tahunnya serta sistem pelaporan biaya kualitas itu sendiri, misalnya
menggunakan grafik trend periode ganda, sehingga dapat diketahui
kemajuan yang dicapai perusahaan tentang peningkatan kualitas yang
dilakukan perusahaan.
79
DAFTAR PUSTAKA
Ciptani, Monika K. 1999. Pengukuran Biaya Kualitas: Suatu Paradigma
Alternatif. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 1, No. 1. Hal. 68-83.
Surabaya: Universitas Kristen Petra.
Gaspers, Vincent. 2006. Total Quality Management untuk Praktisi Bisnis dan
Industri. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hansen, Don. R dan Mowen, Maryanne. M. 2005. Akuntansi Manajemen. Edisi 7.
Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Mizuno, Shigeru. 1994. Pengendalian Mutu Perusahaan Secara Menyeluruh.
Jakarta: PT. Pustaka Binaman Kressindo.
Nasution, N.M. 2001 Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nitisemito, Alek S. 1978. Mengatasi Turunnya Omzet Penjualan. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Rahayu, Chatarina Noviartaty. 1997. Analisis Biaya Kualitas (Studi Kasus PT.
Bertoni Sari Jaya). Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Akuntasi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.
Sagala, Hotman AM. 2000. Analisis Biaya Kualitas (Studi Kasus PT. Sari Husada
Yogyakarta). Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.
Septiani, Susana Tri. 2001. Analisis Pengendalian Biaya Kualitas untuk Menilai
Program Peningkatan Kualitas Diukur Dengan Laporan Trend Periode
Ganda (Studi Kasus pada PT First Fixo Furniture). Skripsi. Yogyakarta:
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma.
Supriyono. 1994. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi
Maju dan Globalisasi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Sutojo, Siswanto. 1981. Kerangka Dasar Manajemen Pemasaran. Seri
Manajemen No. 55. Jakarta: Bagian Publikasi Lembaga Pendidikan dan
Pembinaaan Manajemen.
Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia. 2003. Total Quality Management. Edisi
Revisi. Yogyakarta: Andi Offset.
80
81
PERTANYAAN WAWANCARA
A. SEJARAH PERUSAHAAN
1. Pendirian Perusahaan
a. Pada tahun berapakah perusahaan didirikan?
b. Siapakah yang mendirikan perusahaan?
c. Bagaimana perkembangan awal perusahaan?
d. Berapakah modal awal perusahaan?
e. Alasan-alasan apakah yang mendukung berdirinya perusahaan?
f. Fasilitas apa saja yang terdapat di perusahaan ini?
2. Lokasi Perusahaan
a. Dimanakah letak perusahaan ini?
b. Alasan apakah yang mendasari pemilihan lokasi perusahaan?
c. Berapakah luas tanah yang dipakai untuk perusaan?
d. Bagaimana yang dilakukan perusahaan untuk perluasan usaha?
3. Bentuk Perusahaan dan Struktur Organisasi
a. Berbentuk apakah perusahaan ini?
b. Bagaimanakah struktur organisasi perusahaan?
c. Bagaimana tugas dan tanggung jawab dari masing-masing personal
yang ada dalam struktur organisasi tersebut?
B. PERSONALIA
1. Berapakah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam perusahaan ini?
2. Berapa jumlah karyawan tetap dan tidak tetap yang bekerja pada
perusahaan ini?
3. Darimana tenaga kerja diperoleh?
4. Bagaiamana cara perusahaan memperoleh tenaga kerja?
5. Bagaimana jam kerja yang berlaku dalam perusahaan?
6. Usaha apa yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kualitas
karyawan?
82
7. Bagaimana sistem penggajian yang dilakukan?
8. Fasilitas apakah yang diberikan perusahaan untuk karyawan?
C. PRODUKSI
1. Ada berapa macam produk yang dihasilkan?
2. Bahan apa saja yang diperlukan untuk melakukan produksi?
3. Berapa bahan baku yang diperlukan setiap bulan atau tahun?
4. Bagaimanakah gambaran singkat tentang proses produksi yang dilakukan
perusahaan?
5. Peralatan apa saja yang digunakan perusahaan untuk melakukan proses
produksi?
6. Usaha apa yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan dan menjaga
kualitas produk?
7. Bagaimana penjualan setiap tahunnya?
D. PEMASARAN
1. Wilayah mana saja yang menjadi daerah pemasaran perusahaan?
2. Siapakah pembeli mayoritas dari produk yang dihasilkan?
3. Bagaimana saluran distribusi yang dilakukan oleh perusahaan?
E. PENGAWASAN KUALITAS
1. Apakah ada pengawasan kualitas pada PG. Madukismo?
2. Pada bagian apa saja pengawasan kualitas dilakukan?
3. Bagaimana pengawasan kualitas itu dilakukan?
83
83