analisis pengaruh terhadap dividend payout...

32
1 ANALISIS PENGARUH AGENCY COST TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO ( Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2005-2009) Disusun Oleh : Nur Imam Arifanto (C2A007094) Dosen Pembimbing : Drs. H. Prasetiono, M.Si. ABSTRACT This study was conducted to examine the effect of agency cost in dividend policy (dividend payout ratio). In this case, the agency cost is represented by insider ownership, institutional ownership, collateralizable assets, debt to tatal assets, and frim size. Basically, the purpose of this study is to know how big the influence agency cost of dividen policy (dividend payout ratio) in a company which are listed in Indonesia Stock Exchange. The samples in this study used purposive sampling method of Non-Financial Companies which are listed on the Indonesian Stock Exchange within 2005-2009. The company samples in accordance with the criteria specified as many as 11 companies. The analytical tool that used in this study were multiple regressions. Before tested with a multiple linear regression test, all samples were testified with classical assumptions test first. The results showed that there were no distortion in classical assumption. Those things indicate the data which available in this study has been qualified for use in linear regression model. The resulting regression equation is DPR =-2.170 – 0.116 INSD + 0.275 INSH – 3.403 COLLAS – 1.137 DTA + 1.889. From the analysis shows that in partially institutional ownership variables and firm size variables are influence positively and significantly on DPR. This research also found that collateralizable assets has negative and significant influence on DPR. The other variables in the research which are insider ownership and debt to total assets did not affect significantly on DPR. The result of regression estimation show the ability of model prediction is 45% while the remaining 55% influenced by other factors outside the model that has not been included in the study. Keyword : agency cost, insider ownership, institutional ownership, collateralizable assets, debt to total assets, firm size, dividend payout ratio

Upload: lamngoc

Post on 05-May-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

1

ANALISIS PENGARUH AGENCY COST TERHADAP

DIVIDEND PAYOUT RATIO( Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia

Pada Tahun 2005-2009)

Disusun Oleh : Nur Imam Arifanto (C2A007094)

Dosen Pembimbing : Drs. H. Prasetiono, M.Si.

ABSTRACT

This study was conducted to examine the effect of agency cost in dividend policy(dividend payout ratio). In this case, the agency cost is represented by insider ownership,institutional ownership, collateralizable assets, debt to tatal assets, and frim size. Basically, thepurpose of this study is to know how big the influence agency cost of dividen policy (dividendpayout ratio) in a company which are listed in Indonesia Stock Exchange.

The samples in this study used purposive sampling method of Non-Financial Companieswhich are listed on the Indonesian Stock Exchange within 2005-2009. The company samples inaccordance with the criteria specified as many as 11 companies. The analytical tool thatused in this study were multiple regressions. Before tested with a multiple linear regression test,all samples were testified with classical assumptions test first.

The results showed that there were no distortion in classical assumption. Those thingsindicate the data which available in this study has been qualified for usein linear regression model. The resulting regression equation is DPR =-2.170 – 0.116 INSD +0.275 INSH – 3.403 COLLAS – 1.137 DTA + 1.889. From the analysis shows that in partiallyinstitutional ownership variables and firm size variables are influence positively andsignificantly on DPR. This research also found that collateralizable assets has negative andsignificant influence on DPR. The other variables in the research which are insider ownershipand debt to total assets did not affect significantly on DPR. The result of regression estimationshow the ability of model prediction is 45% while the remaining 55% influenced by other factorsoutside the model that has not been included in the study.

Keyword : agency cost, insider ownership, institutional ownership, collateralizable assets, debtto total assets, firm size, dividend payout ratio

Page 2: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

2

1.PENDAHULUAN

Pasar modal merupakan jembatan untuk mendistribusikan kesejahteraan kepada

masyarakat, khususnya kepada pemegang surat berharga perusahaan, karena pemegang saham

akan mendapatkan hasilnya berupa dividen atau capital gain. Besarnya nilai dividen tergantung

besarnya laba yang akan diterima oleh perusahaan dan kebijakan dividen perusahaan. Kebijakan

dividen merupakan kebijakan yang sangat penting bagi manajer keuangan, yaitu berkaitan

dengan pendistribusian laba yang diperoleh kepada pemegang saham berupa dividen di satu

pihak dan diinvestaikan kembali kedalam perusahaan berupa laha ditahan (retained earning) di

pihak lain. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa perusahan yang

memisahkan antara fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan akan rentan terhadap konflik

keagenan.

Konflik keagenan terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham

dan pihak manajemen mengenai laba perusahaan. Pemegang saham memandang bahwa tujuan

dari mereka adalah mendapat laba dari perusahaan dalam bentuk dividen. Di satu sisi, pihak

manajemen perusahaan lebih menyukai bahwa laba yang diperoleh untuk tidak dibagikan kepeda

pemegang saham. Laba yang tidak dibagikan ini dapat digunakan sebagai modal untuk ekspansi

perusahaan.

Konflik keagenan juga dapat terjadi antara pemilik dengan manajer, dimana terdapat

sudut pandang yang berbeda mengenai dividen. Manajer yang tidak mempunyai kepentingan

dalam dividen akan lebih mementingkan tujuan individu dengan cara melakukan perilaku

opportunistic, sehingga akan berpengaruh terhadap dividen yang akan dibagikan. Konflik juga

dapat terjadi antara manajer dan debtholder, dimana manajer lebih menyukai dividen yang

ditahan digunakan sebagai modal untuk ekspansi perusahaan tetapi debtholder lebih menyukai

bahwa dividen yang ditahan digunakan sebagai dana untuk membayar hutang perusahaan.

Debtholder khawatir apabila laba yang digunakan untuk ekspansi perusahaan tidak sesuai yang

diharapkan sehingga hutang perusahaan tidak dapat dibayarkan.

Adanya konflik-konflik keagenan yang terjadi akan menimbulkan biaya-biaya yang

digunakan untuk mengendalikan konflik. Biaya-biaya tersebut dinamakan sebagai biaya

keagenan atau agency cost. Menurut Jensen dan Meckling (1976), agency cost adalah biaya-

biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk mencegah atau meminimalkan masalah-

masalah keagenan dan memaksimumkan keuntungan pemegang saham. Keuntungan ini adalah

Page 3: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

3

laba perusahaan yang dibagikan dalam bentuk dividen. Menurut Brigham (1997) agency cost

adalah seluruh biaya-biaya yang digunakan untuk memonitoring manajer. Menurut Gitman

(2002) bahwa agency cost adalah biaya-biaya yang ditanggung para pemegang saham untuk

mencegah atau meminimalkan masalah-masalah keagenan dan untuk memaksimalkan kekayaan

pemegang saham.

Agency cost mempunyai hubungan dengan kebijakan dividen suatu perusahaan. Suatu

ketika apabila tingkat agency cost tinggi maka hal ini dapat menjadi pertanda buruk bagi

pemegang saham. Pemegang saham akan mendapatkan dividen yang rendah, hal ini dikarenakan

manajer akan menggunakan dana-dana secara berlebih dan akan berdampak pada penurunan

profitabilitas perusahaan.

Terdapat beberapa cara untuk mengendalikan agency cost dan agency conflik. Menurut

Jensen dan Meckling (1976) cara pertama dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan

oleh manajemen. Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan kepentingan manajemen

dengan kepentingan pemegang saham. Alternatif kedua adalah dengan meningkatkan rasio

dividen terhadap laba bersih atau dividen payout ratio, dengan demikian akan dapat mengurangi

dana discritioner manajer. Dana discritioner adalah dana-dana yang bisa digunakan oleh manajer

secara berlebih.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) ada tiga kategori agency cost. (1) Pengeluran untuk

memonitor aktivitas-aktivitas manajer (the monitoring expenditure by the principal), (2)

pengeluran-pengeluran untuk menstruktur organisasi dimana akan membatasi perilaku-perilaku

manajer yang tidak diinginkan (the bonding cost) dan (3) Residual Cost, adalah opportunity cost

yang timbul akibat kondisi dimana manajer tidak dapat segera mengambil keputusan tanpa

persetujuan pemegang saham.

Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai proksi dari agency cost yang dapat

berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Menurut penelitian yang dilakukan Darwan (2008)

agency cost dapat diproksikan melalui insider ownership, institutional owership, collateralizable

assets, free cash flow, dan dispersion of ownership. Sedangkan menurut Pujiastuti (2008) agency

cost dapat diproksikan melalui insider ownership, collateralizable assets, free cash flow,

dispersion of ownership, debt. Menurut Putra (2006) agency cost dapat diproksikan melalui

insider ownership, dispersion of ownership, institutional ownership, collateralizable assets.

Page 4: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

4

Menurut Mulyono (2009) agency cost dapat diproksikan melalui debt to equity ratio ,insider

ownership, firm size, investment opportunity set.

Insider ownership adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen, maka pihak

manajemen juga sebagai pemegang saham perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976)

menjelaskan bahwa jumlah kepemilikan saham manajemen akan mensejajarkan kepentingan

manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Kesamaan kepentingan antara pihak

manajemen dengan pihak pemegang saham maka dapat menurunkan potensi konflik. Potensi

konflik keagenan yang kecil ini dapat berpengaruh terhadap rendahnya agency cost yang

dikeluarkan oleh pemegang saham.

Pihak insider ownership lebih menyukai apabila laba perusahaan tidak dibagikan kepada

pemegang saham karena digunakan sebagai modal internal yang digunakan untuk ekspansi

perusahaan. Semakin tinggi tingkat insider ownership di perusahaan maka semakin tinggi pula

kemungkinan deviden yang akan dibagikan semakin sedikit, karena pihak insider lebih suka

apabila dividen tersebut ditahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa insider ownership memiliki

hubungan yang negatif dengan kebijakan dividen. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Putra (2006) dan Pujiastuti (2008) menyatakan bahwa variabel insider ownership

memiliki hubungan negatif dan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Tetapi

penelitian yang dilakukan oleh Suwaldiman dan Ahmad Aziz (2006) dan Wahyudi dan Baidori

(2008) menunjukkan bahwa variabel insider ownership memilki hubungan negatif tetapi tidak

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

Institutional ownership akan menggambarkan tingkat kepemilikan saham yang dimiliki

oleh institusi. Institusi dalam hal ini adalah pihak yang berasal dari luar perusahaan yang

berbentuk lembaga. Semakin tingkat presentase institutional ownership akan menimbulkan

pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusi kepada manajer, sehingga dapat

menekan perilaku opportunistic manajer. Perilaku opportunistic adalah perilaku yang sering

dilakukan oleh manajer untuk memanfaatkan segala kesempatan untuk mencapai tujuan pribadi.

Pengawasan terhadap manajer dapat menurunkan konflik keagenan yang dapat terjadi. Ketika

semakin rendah tingkat konflik keagenan maka agency cost perusahaan akan semakin rendah.

Pihak institutional ownership mempunyai keinginan untuk mendapatkan profit dari

perusahaan dalam bentuk dividen. Pihak institutional ownership dapat menekan perusahaan

untuk membagikan dividen di akhir tahun. Dividen ini juga dapat sebagai sarana pengawasan

Page 5: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

5

oleh pihak institutional ownership. Pembagian dividen dapat mencerminkan kinerja perusahaan,

apabila dividen yang dibagi tinggi maka perusahaan tersebut mampu mejalankan perusahaan

secara efektif dan efisien sehingga mencapai profit yang tinggi. Uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa institutional ownership hubungan yang positif terhadap kebijakan dividen. Hal ini sesuai

dengan penelitian Djumahir (2009) yang menyatakan bahwa institutional ownership hubungan

yang positif secara tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Tetapi penelitian yang dilakukan

oleh Putra (2006) dan Darman (2008) yang menyatakan bahwa hasil dari penelitian menunjukan

variabel institutional ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen

Perusahaan yang mempunyai aset tetap yang tinggi, dapat menggunakan hutang yang

tinggi pula. Semakin tingginya aset tetap akan memudahkan jaminan dalam pengajuan hutang

(Sartono, 2001). Tingginya collateralizable assets yang dimiliki perusahaan akan mengurangi

konflik kepentingan antara pemegang saham dengan kreditor. Menurut Mollah, et al. (2000)

bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable assets yang tinggi memiliki agency

problem yang kecil antara manajemen dengan pihak kreditor, sehingga dengan menurunya

agency problem dapat menurunkan agency cost. Collateralizable assets yang tinggi membuat

kreditor lebih terjamin dan kreditor tidak perlu melakukan pembatasan yang ketat terhadap

kebijakan dividen perusahaan sehingga perusahaan bisa membayarkan dividen lebih besar.

Sebaliknya semakin rendah collateralizable assets yang dimiliki perusahaaan akan

meningkatkan konflik kepentingan antara pemegang saham dengan kreditor, sehingga sehingga

dengan menurunya agency problem dapat menurunkan agency cost. Collateralizable assets yang

rendah membuat kreditor akan menghalangi perusahaan untuk membayar dividen dalam jumlah

besar kepada pemegang saham karena takut piutang mereka tidak dibayar (Sartono, 2001). Hal

ini sesuai dengan peneltian yang dilakukan oleh Putra (2006) dan Darman (2008) yang

menyatakan bahwa hasil dari penelitian menunjukan variabel collateralizable assets berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh

Handoko (2002) menunjukan variabel collateralizable assets berpengaruh negatif tetapi tidak

signifikan terhadap kebijakan dividen.

Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang berasal dari hutang

maupun ekuitas. Jensen (1986) berpendapat bahwa dengan hutang, perusahaan mempunyai

kewajiban melakukan pembayaran periodik atas bunga dan principal. Hal ini bisa mengurangi

keinginan manajer untuk menggunakan cash flow untuk kegiatan-kegiatan yang kurang optimal.

Page 6: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

6

Eksistensi hutang dapat memaksa manajer untuk menikmati keuntungan yang lebih sedikit dan

menjadikan manager bekerja lebih efisien. Menurut Sartono (2001), dengan meningkatkan

pendanaan dengan hutang akan menurunkan skala konflik antara pemegang saham dan

manajemen. Menurunya konflik antara pemegang saham dengan manejemen maka akan

menurunkan agency cost.

Hutang yang tinggi membuat perusahaan lebih menyukai untuk menahan laba

perusahaan. Tujuan dari menahan laba tersebut untuk membayar hutang terlebih dahulu daripada

dibayarkan dalam bentuk dividen. Ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Pujiastuti (2008) dan

Khairudin (2010) menunjukan variabel hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

kebijakan dividen. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Sunarto dan Andi Kartika (2003)

menunjukan variabel hutang berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan

dividen.

Suatu perusahaan yang sudah mapan, maka perusahaan akan mempunyai akses yang

lebih mudah untuk menuju ke pasar modal, sementara perusahaan yang baru berdiri banyak

mengalami kesulitan untuk menuju ke pasar modal. Perusahaan yang besar akan lebih fleksibel

untuk mendapatkan tambahan modal, karena perusahaan tersebut sudah menjadi incaran para

investor. Investor akan berlomba-lomba untuk dapat menginvestasikan dananya di perusahaan

tersebut. Pada akhirnya perusahaan tersebut mempunyai banyak investor. Untuk tetap menjaga

agar perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang sesuai dengan harapan investor maka

dibutuhkan dana yang besar untuk tetap bisa mengawasi dan mengontrol perusahaan. Proses

pengawasan ini dilakukan agar bisa mengendalikan konflik keagenan. Apabila terjadi konflik

keagenan juga berpengaruh terhadap agency cost perusahaan.

Harapan dari investor yang menanamkan modalnya dalam perusahaan yang besar dan

mapan adalah perusahaan tersebut dapat lebih menghasilkan laba perusahaan. Investor

menginginkan adanya pembayaran dividen yang konsisten. Pembayaran dividen yang konsisten

membuat investor bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang bonafit, sehingga

semakin besar perusahaan akan berpengaruh positif dengan kebijakan dividen. Ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Khairudin (2010) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Namun peneltian yang

dilakukan oleh Suwaldiman dan Ahmad Aziz (2006) menyatakan bahwa variabel ukuran

perusahaan (firm size) berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

Page 7: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

7

2. TELAAH PUSTAKA

2.1 Dividend Payout Ratio

Dividen Payout Ratio menurut Ang (1997) adalah perbandingan antara dividen per share

dengan earning per share. Menurut Bambang Riyanto (1995) dividen payout ratio merupakan

presentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai cash

dividend.

Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang dibagi dalam bentuk dividen

kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukan presentase laba

perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham yang berupa dividen kas. Apabila laba

perusahaan yang ditahan untuk keperluan operasional perusahaan dalam jumlah yang besar,

berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Sebaliknya jika

perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka hal tersebut akan

mengurangi porsi laba ditahan dan mengurangi sumber pendanaan intern. Namun, dengan lebih

memilih membagikan laba sebagai dividen tentu saja akan meningkatkan kesejahteraan para

pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan terus menanamkan sahamnya pada

perusahaan tersebut.

2.2 Agency Theory

Teori Keagenan (agency theory) yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976)

bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham seringkali bertentangan,

sehingga bisa menyebabkan konflik diantara keduannya. Hal ini lebih disebabkan antara lain

karena manajer lebih cenderung untuk berusaha mengutamakan kepentingan pribadi dari pada

kepentingan pemegang saham. Teori keagenan yang dikemukan oleh Jensen dan Meckling

(1976) menyatakan bahwa yang disebut principal adalah pemegang saham dan yang dimaksud

dengan agent adalah para professional/manajemen/CEO, yang dipercaya oleh principal untuk

mengelola perusahaan.

Dalam menjalankan usaha biasanya pemilik menyerahkan/melimpahkan kepada pihak

manajemen yang menyebabkan hubungan keagenan. Hubungan keagenan merupakan salah satu

sebab adanya suatu konflik. Menurut Pujiastuti (2008) mengatakan bahwa konflik keagenan

tersebut bisa terjadi antara (1) pemilik (shareholders) dan manajer, dimana manajer melakukan

perbuatan opportunistic untuk mencapai tujuan pribadinya. Hal ini tidak disukai oleh

Page 8: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

8

shareholders, dimana shareholders lebih menginkan suatu profit yang lebih. (2) Manajer

dengan debtholder dimana manajer lebih menyukai dividen yang ditahan digunakan sebagai

modal untuk ekspansi perusahaan tetapi debtholder lebih menyukai bahwa dividen yang ditahan

digunakan sebagai dana untuk membayar hutang perusahaan. Debtholder khawatir apabila laba

yang digunakan untuk ekspansi perusahaan tidak sesuai yang diharapkan sehingga hutang

perusahaan tidak dapat dibayarkan.

Konflik-konflik keagenan dapat dikurangi dengan suatu mekanisme pengawasan,

pengontrolan dan mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait. Namun mekanisme

tersebut menimbulkan biaya-biaya yang disebut sebagai biaya keagenan (agency cost). Menurut

Horne dan Wachowicz (2005) biaya keagenan adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan

pengawasan manajemen untuk menyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai

dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham. Menurut Jensen

dan Meckling (1976), biaya keagenan adalah biaya-biaya yang ditanggung oleh pemegang saham

untuk mencegah atau meminimalkan masalah-masalah keagenan dan untuk memaksimumkan

pemegang saham. Sedangkan menurut Brigham (1997), agency cost adalah seluruh biaya yang

dikeluarkan untuk memonitoring manajer.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) agency cost dapat berupa :

1. Pengeluaran untuk memantau tindakan manajer (the monitoring expenditure by the

principal ).

2. The bonding Cost

Biaya yang dikeluarkan oleh principal untuk mengendalikan terhadap agent,

sehingga kemungkinan timbulnya perilaku yang tidak dikendaki semakin kecil.

3. Residual Lost

Pengorbanan karena hilangnya/berkurangnya kesempatan untuk memperoleh laba

karena dibatasinya kewenangan atau adanya perbedaan keputusan antara principal

dan agent.

2.3 Insider Ownership

Kepemilikan manajerial (insider ownership) dalam suatu perusahaan adalah pihak yang

secara aktif berperan dalam mengambil keputusan untuk menjalankan perusahaan. Pihak-pihak

tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan

(Wahidahwati,2002).

Page 9: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

9

Menurut teori keagenan yang disampaikan oleh Jensen dan Meckling (1976), salah satu

cara untuk mengurangi agency cost dalam sebuah perusahaan yaitu dengan adanya insider

ownership. Semakin tinggi tingkat insider maka semakin besar informasi yang dimiliki oleh

manajemen yang sekaligus menjadi pemilik perusahaan, sehingga mengakibatkan agency cost

semakin kecil, karena pemilik sekaligus merangkap menjadi agent sehingga dapat menurunkan

biaya pengawasan terhadap agent. Hal ini dikarenakan informasi-informasi yang dimiliki oleh

insider mengenai rencana-rencana perusahaan lebih lengkap dari pada pemegang saham yang

lain. Pada sisi lain, pembayaran dividen dapat memperkuat posisi perusahaan untuk mencari

tambahan dana dari pasar modal sehingga kinerja perusahaan dimonitor oleh tim pengawas pasar

modal. Adanya pengawasan ini menyebabkan manajer berusaha mempertahankan kualitas

kinerja sehingga akan menurunkan konflik keagenan.

Jensen dan Meckling (1976) mengatakan bahwa semakin besar insider ownership, maka

manajemen akan lebih mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang ada untuk

memaksimalkan nilai perusahaan. Secara empiris Jensen et al (1986), mengatakan bahwa insider

ownership berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian

Rozeff (1982) dalam Pujiastuti (2008) bahwa semakin tinggi insider ownership maka dividen

yang dibayarkan akan semakin rendah. Variabel insider ownership mempunyai hubungan yang

negatif dengan kebijakan dividen. Penetapan dividen yang rendah disebabkan karena manajer

memiliki harapan investasi yang akan datang dibiayai oleh sumber internal yang berasal dari laba

ditahan bukan dari dana eksternal yang berasal dari hutang. Hal ini, sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Putra (2006) dan Pujiastuti (2008). Berdasarkan uraian tersebut maka

kepemilikan manjerial (insider ownership) memiliki pengaruh negatif terhadap dividend payout

ratio.

H 1 : Insider ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen

2.4 Institutional Ownership

Institutional ownership adalah jumlah kepemilikan saham oleh investor institusi dari luar

perusahaan. Institusi adalah semua pihak yang berbentuk lembaga baik swasta,pemerintah dan

asing yang mempunyai saham di perusahaan tersebut. Adanya jumlah presentase saham yang

dimiliki oleh manajemen dan institusi yang tidak imbang, maka akan menimbulkan konflik

keagenan. Semakin tingginya tingkat institutional ownership nya maka menimbulkan tingkat

pengawasan yang tinggi terhadap manajer. Institutional ownership tidak mengharapkan manajer

Page 10: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

10

menggunakan dana-dana perusahaan untuk tindakan yang tidak perlu. Hal ini berakibat

meningkatnya agency cost.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) salah satu usaha untuk menekan agency cost adalah

dengan kebijakan dividen. Salah satu caranya, dengan meningkatkan rasio dividen terhadap laba

bersih atau dividen payout ratio, sehingga akan dapat mengurangi dana discritioner manajer.

Dana discritioner adalah dana-dana yang bisa digunakan oleh manajer secara berlebih maka akan

bisa menurunkan biaya keagenan perusahaan. Semakin tinggi tingkat institutional ownership

akan berpengaruh positif dengan kebijakan dividen. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Djumahir (2009) yang menyatakan bahwa institutional ownership hubungan yang positif

terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil suatu hipotesis alternatif :

H 2 : Institutional ownership berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

2.5 Collateralizable assets

Collateralizable assets adalah besarnya aktiva yang dijaminkan oleh kreditor untuk

menjamin pinjamannya. Semakin besar collateralizable assets, semakin banyak dana yang

digunakan untuk penjamin, sehingga akan menurunkan nilai dividen dan dapat merugikan para

pemegang saham.

Menurut teori keagenan, masalah keagenan terjadi antara manajer dan pemegang saham.

Semakin tingginya collateralizable assets yang dimiliki perusahaan akan mengurangi konflik

kepentingan antara pemegang saham dengan kreditor, sehingga perusahaan dapat membayar

dividen dalam jumlah yang besar. Semakin rendah jumlah collateralizable assets yang dimiliki

oleh perusahaan akan meningkatkan konflik kepentingan antara pemegang saham dengan

kreditor, sehingga kreditor akan menghalangi perusahaan untuk membayar dividen dalam jumlah

besar kepada pemegang saham karena takut piutang mereka tidak dibayar.

Wahyudi dan Baidori mengungkapkan bahwa semakin tinggi collateralizable assets

semakin tinggi tingkat proteksi kreditor menerima pembayaran piutang mereka, hal ini

mengurangi agency cost antara pemegang saham dengan kreditor. Hal ini dapat dikatakan bahwa

collateralizable assets memiliki hubungan yang positif terhadap kebijakan dividen. Teori ini

sesuai dengan peneletian yang dilakukan oleh Pujiastuti (2008). Berdasarkan uraian diatas dapat

diambil suatu hipotesis alternatif :

H 3 : Collateralizable assets berpengaruh positif dengan kebijakan dividen .

Page 11: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

11

2.6 Debt to total assets

Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang berasal dari hutang

maupun ekuitas. Modal yang berasal dari hutang maka akan mendapatkan dua keuntungan.

Keuntungan pertama adalah bunga yang dibayarkan dapat dipotong untuk tujuan pajak, sehingga

menurunkan biaya efektif dari hutang. Keuntungan kedua adalah pemegang hutang mendapatkan

pengembalian yang tetap sehingga pemegang saham tidak perlu mengambil bagian laba ketika

kondisi perusahaan mereka sehat. Hutang juga mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan

pertama adalah ketika semakin tinggi rasio hutang semakin tinggi pula risiko perusahaan.

Kelemahan kedua, ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan laba operasi tidak lagi

mencukupi untuk menutup beban bunga, maka pemegang saham harus menutup kekurangan

tersebut.

Jensen (1986) berpendapat bahwa dengan hutang, perusahaan mempunyai kewajiban

melakukan pembayaran periodik atas bunga dan principal. Hal ini bisa mengurangi keinginan

manajer untuk menggunakan cash flow untuk kegiatan-kegiatan yang kurang optimal. Eksistensi

hutang dapat memaksa manajer untuk menikmati keuntungan yang lebih sedikit dan menjadikan

manager bekerja lebih efisien. Menurut Sartono (2001), dengan meningkatkan pendanaan dengan

utang, tersebut akan menurunkan skala konflik antara pemegang saham dan manajemen.

Menurunya konflik antara pemegang saham dengan manejemen maka akan menurunkan agency

cost.

Hutang yang tinggi membuat perusahaan lebih menyukai untuk menahan laba

perusahaan. Tujuan dari menahan laba tersebut untuk membayar hutang terlebih dahulu daripada

dibayarakan dalam bentuk dividen. Ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Pujiastuti (2008)

dan Khairudin (2010) menunjukan variabel hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

kebijakan dividen. Dengan demikian dapat dambil suatu hipotesis :

H 4 : Debt to total assets berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

2.7 Firm Size

Perusahaan dengan asset yang besar lebih cepat mendiversfikasi hutang yang lebih besar

dan menekan financial distress dibandingkan dengan perusahaan yang memilki asset yang kecil.

Demikian juga perusahaan yang berada dalam satu kelompok perusahaan yang memiliki sumber

Page 12: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

12

pendanaan sendiri akan lebih mudah untuk mendanai investasinya dengan pinjaman yang lebih

tinggi dengan biaya financial yang rendah, dibanding dengan perusahaan yang tidak memiliki.

Suatu perusahaan besar yang sudah mapan maka akan memiliki akses yang mudah untuk

menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru berdiri banyak mengalami kesulitan untuk

memiliki akses ke pasar modal. Dengan akses yang lebih mudah maka perusahaan besar tersebut

lebih fleksibel untuk memperoleh modal, sehingga dalam perusahaan tersebut dimiliki oleh

banyak pemodal. Untuk mengontrol itu, maka dibutuhkan dana untuk tetap bisa mengontrol

perusahaan. Sehingga dengan semakin besar frim size maka akan semakin besar dividenya. Hal

ini sesuai dengan penelitian oleh Damayanti dan Fatchan Achyani (2006) yang menyatakan

perusahaan besar lebih mampu membayar dividen yang lebih besar daripada perusahaan kecil.

Dari uraian diatas dapat ditarik suatu hipotesis bahwa frim size mempunyai berpengaruh positif

terhadap kebijakan dividen.

H 5 : Frim size mempunyai berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen

3.METODE PENELITIAN

3.1 Pemilihan Populasi, sampel, dan Pengumpulan Data

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Non Keuangan yang terdaftar sebagai

emiten di Bursa efek Indonesia dari tahun 2005-2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan

metode purposive sampling, yaitu pengmabilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu

dimana syarat yang dibuat sebagai criteria yang harus dipenuhi oleh sampel. Beberapa criteria

pemilihan sampel tersebut adalah : perusahaan termasuk dalam sektor Non Keuangan yang

terdaftar dalam Bursa efek Indonesia periode 2005-2009, merupakan perusahaan yang

membagikan dividen dengan konsisten selama periode penelitian tahun 2005-2009, merupakan

perusahaan yang memiliki sahamnya dimiliki oleh manajemen (insider ownership) dan dimiliki

oleh insitituonal ownership, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 11 perusahaan selama

periode pengamatan. Data tersebut diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD)

dan publikasi laporan keuangan perusahaan sampel oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun

2005 hingga 2009.

Page 13: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

13

3.2 Model Analisis dan Teknik Pengujian Hipotesis

3.2.1 Variabel Penelitian

a. Dividen payout ratio

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah dividen payout ratio (DPR). Dividen

payout ratio merupakan rasio laba yang dibayarkan perusahaan sebagai dividen kepada investor

pada periode tertentu. Dividen payout ratio didefinisikan sebagai rasio antara dividen per share

(DPS) terhadap earning per share (EPS). Menurut Weston dan Brigham (1997), dividen payout

ratio dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut :

b. Insider Ownership

Insider ownership merupakan presentase saham yang dimililki oleh pihak manajemen.

Dimana pihak manajemen yang dimaksud adalah direktur dan komisaris yang aktif ikut dalam

pengambilan keputusan. Variabel insider ownership ini diberi symbol INSD. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Pujiastuti (2008) variabel ini dapat diukur dari jumlah presentase

saham yang dimiliki atau manajemen.

c. Collateralizable assets

Collateralizable assets adalah besarnya aktiva yang dijaminkan oleh kreditur untuk menjamin

pinjamannya. Variabel ini diberi simbol dengan COLLA. Menurut penelitian yang dilakukan

oleh Pujiastuti (2008) diukur dari rasio asset tetap netto (net fixed assets) terhadap asset total.

Rasio ini anggap sebagai proksi asset-aset koleteral untuk agency cost

d. Debt to total asset

Dividen Payout Ratio = Dividend per shareEarning per share

INSD= Saham yang dimiliki oleh manajerialSaham yang beredar

COLLA = Fixed AssetsTotal Assets

Page 14: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

14

Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang berasal dari hutang

maupun ekuitas. Variabel ini diberi symbol DTA. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Pujiastuti (2008) diukur dari rasio hutang jangka panjang dengan total asset. Rasio ini dianggap

sebagai proksi beban usaha atas hutang jangka panjangnya dari seluruh asset yang dimiliki.

e. Firm Size

Firm size (ukuran perusahaan) adalah skala besar kecilnya perusahaan yang ditentukan oleh

beberapa hal antara lain adalah total penjualan, total aktiva, dan rata-rata tingkat penjualan

perusahaan. Menurut (alli et al, 1993) dalam Damayanti dan Fatchan Achyani (2006) variabel

firm size diwakili oleh log natural dan total assets

3.2.2 Perumusan Model

Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear

berganda (multiple regression). Teknik pengolahan data menggunakan program aplikasi

Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 17. Model regresi yang digunakan adalah:

DPR = b0 + b1 INSD+b2 INSH+b3 COLLAS+b4 DEBT+b5 SIZE+e

Keterangan :

DPR : Dividen Payout Ratio

INSD : Insider Ownership

INSH : Institutional Ownership

COLLAS : Colleralizable Assets

DEBT : Debt to total assets

SIZE : Frim Size

b0 : Konstanta

e : Faktor kesalahan (eror)

b1, b2, b3, b4, b5 : koefisien peruabahan nilai tiap variabel independen

DTA = Hutang Jangka PanjangTotal Assets

Firm size : Ln Total Assets

Page 15: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

15

Disini penulis melakukan uji normalitas dan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa

model yang digunakan terbebas dari multikolonearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.

Pengujian Hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t untuk melihat pengaruh secara parsial

variabel independen terhadap variabel dependen.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif

Tabel 4.1

Deskripsi Variabel Penelitian Perusahaan Sampel

(Sebelum outlier)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

INSD 55 .0010 25.6100 3.281364 7.3478687

INSH 55 12.9300 95.6500 61.366182 25.3667380

COLLA 55 .0075 .4719 .218545 .1274844

DTA 55 .0033 .2617 .097878 .0640652

SIZE 55 10.6500 19.4100 14.492364 2.0119798

DPR 55 6.2400 165.7800 33.802364 28.2981716

Valid N (listwise) 55

Sumber : Output Program SPSS for Windows

Data pada Tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Nilai minimum variabel insider ownership adalah 0.0010 yang dimiliki oleh PT

Tigaraksa Tbk pada tahun 2005, dan nilai maksimum adalah 25.6100 yang dimiliki oleh

PT Lion Mesh Prima Tbk pada tahun 2008 dan 2009. Sementara nilai rata-rata yang

diperoleh adalah 3.281364 dengan standar deviasi 7.3478687. Nilai rata-rata insider

ownership yang hanya sebesar 3.281% menunjukan bahwa sebagian kecil saham

perusahaan sampel yang dimiliki oleh pihak insider ownership bila dibandingkan dengan

total jumlah saham yang beredar. Hal ini akan menimbulkan agency conflict dan akan

berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan.

Page 16: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

16

b. Nilai minimum variabel insititutional ownership adalah 12.93 yang dimiliki oleh PT

Metrodata Electronika Tbk pada tahun 2007,2008 dan 2009. sedangkan nilai maksimum

adalah 95.65 yang dimiliki oleh PT Astra Otoprats Tbk pada tahun 2009. Sementara nilai

rata-rata yang diperoleh adalah 61.366182 dengan starndar deviasi 25.3667380. Nilai

rata-rata sebesar 61.366% menunjukan bahwa sebagian besar saham perusahaan sampel

dimiliki oleh pihak insititutional ownership dibandingkan dengan jumlah total saham

yang beredar. Insititutional ownership yang tinggi diharapkan adanya pengawasan yang

lebih ketat terhadap pihak manajemen perusahaan. Insititutional ownership yang tinggi

akan menuntut perusahaan untuk membagikan dividen yang tinggi.

c. Nilai minimum variabel collateralizable assets adalah 0.0075 yang dimiliki oleh PT

Summarecon Agung Tbk tahun 2008, dan nilai maksimum adalah 0.4719 yang dimiliki

oleh PT AKR Corporindo tahun 2009.Sementara nilai rata-rata yang diperoleh adalah

0.218545 dengan standar deviasi 0.1274844. Hasil ini menunjukan bahwa variabel

collateralizable assets perusahaan sampel sangat rendah. Hal ini akan bisa dapat

menimbulkan konflik keagenan antara manajemen dengan debtholder. Dimana

debtholder lebih menyukai profit yang dihasilkan oleh perusahaan untuk membayar

hutangnya daripada digunakan untuk membayar dividen dan dana ekspansi perusahaan.

d. Nilai minimum variabel debt to total assets adalah 0.0033 yang dimiliki oleh PT Gudang

Garam Tbk pada tahun 2009, dan nilai maksimum adalah 0.2617 yang dimiliki oleh PT

Summarecon Agung Tbk pada tahun 2008. Sementara nilai rata-rata yang diperoleh

adalah 0.097878 dengan standar deviasi 0.0640652. Hasil ini menunjukan bahwa variabel

debt to total assets perusahaan sampel rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa aktiva

perusahaan sampel yang dibiayai oleh hutang rendah. Hal ini berarti semakin rendah pula

risiko hutang perusahaan, ini akan berpengaruh terhadap kebijakan dividen suatu

perusahaan.

e. Nilai minimum variabel firm size adalah 10.650 yang dimiliki oleh PT Lionmesh Prima

Tbk pada tahun 2005, dan nilai maksimum adalah 19.4100 yang dimiliki oleh PT Gudang

Garam Tbk pada tahun 2009. Sementara nilai rata-rata yang diperoleh adalah14.492364

dengan standar deviasi 2.0119798. Hasil ini menunjukan bahwa variabel firm size

perusahaan sampel besar. Harapanya dengan semakin besar firm size, maka akan semakin

banyak investor yang menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Hal ini akan

Page 17: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

17

memacu perusahaan untuk selalu bekerja secara efektif dan efisien sehingga dapat

membagi dividen secara stabil.

f. Nilai minimum DPR adalah 6.2400 yang dimiliki oleh PT Lionmesh Tbk pada tahun

2008, dan nilai maksimum sebesar 165.7800 yang terdapat pada PT. Lautan Luas Tbk

pada tahun 2006. Nilai rata-rata variabel DPR sebesar 33.802364 serta standar deviasi

sebesar 28.2981716. Nilai rata-rata DPR perusahaan sampel sebesar 33.80 %. Hal ini

dikarenakan banyak perusahaan yang mengeluarkan dividen yang rendah. Hal ini adanya

krisis moneter pada akhir tahun 2008, melonjaknya harga minyak dunia dan dipengaruhi

oleh kebijakan intern perusahaan.

4.2 Uji Asumsi Klasik

Suatu model regresi akan membentuk estimasi yang baik harus apabila terpenuhi semua

asumsi klasiknya.Tetapi dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data yang tidak normal,

maka agar data normal dan lolos uji asumsi klasik digunakan metode outlier dan transformasi

data. Adapun hasil dari uji asumsi klasik dalam penelitian ini dapat terlihat sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S), adapun hasilnya

dapat disajikan pada tabel 2 berikut:

Tabel 4.2

Hasil uji Kolmogorov – Smirnov.One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 45

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .93905251

Most Extreme Differences Absolute .060

Positive .058

Negative -.060

Kolmogorov-Smirnov Z .403

Asymp. Sig. (2-tailed) .997

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Page 18: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

18

Sumber : Output Program SPSS for Windows

Tabel 4.2 diatas menunjukan hasil uji K-S dengan nilai Z = 0.403 dengan tingkat

signifikansi 0.997 yang lebih besar dari (Asymp.Sig) yaitu 0.05. Hasil ini dapat menunjukan

bahwa data telah terdistribusi secara normal karena nilai signifikansi lebih besar dari 0.05.

b. Uji MultikolinearitasUntuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dalam model regresi adalah

dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikoleniaritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF >

10. Adapun nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolonearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

sqrt_INSD .442 2.260

sqrt_INSH .620 1.612

sqrt_COLLA .693 1.443

sqrt_DTA .822 1.217

sqrt_SIZE .526 1.902

a. Dependent Variable: sqrt_DPR

Sumber : Output Program SPSS for Windows

Tabel 4.3 di atas dapat dilihat hasil perhitungan nilai tolerance dan VIF, yang mana tidak

terdapat variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 dan VIF yang lebih

dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonearitas antar variabel independen

dalam model penelitian ini, sehingga variabel independen yang ada dapat digunakan untuk

memprediksi dividen payout ratio (DPR) sebagai variabel dependen selama periode pengamatan.

Page 19: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

19

c. Uji Autokorelasi

Untuk dapat mendeteksi ada atau tidaknya gejala autokorelasi pada model regresi

dilakukan uji Durbin – Watson (D-W), yaitu membandingkan nilai D-W statistik dengan nilai D-

W tabel. Dari hasil analisis dapat diketahui nilai DW sebesar 2,191; nilai ini akan dibandingkan

dengan nilai tabel menggunakan tingkat signifikansi 5 persen, jumlah sampel 72 dan jumlah

variabel independen 4 (k = 4), sehingga didapatkan nilai dl = 1,74 dan du = 1,49. Dari hasil

tersebut didapatkan bahwa nilai DW berada diantara du dan 4-du, yaitu 1,49 < 2,19 < 2,51. Jadi

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi dalam model regresi penelitian ini.

Tabel 4.4

Hasil uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .716a .512 .450 .99743 1.881

a. Predictors: (Constant), sqrt_SIZE, sqrt_INSH, sqrt_COLLA, sqrt_DTA, sqrt_INSD

b. Dependent Variable: sqrt_DPR

Sumber : Output Program SPSS for Windows

Tabel 4.4 menunjukan nilai DW sebesar 1.881, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai

tabel menggunakan tingkat signifikansi 5 persen, jumlah sampel 45 dan jumlah variabel

independen 5 (k = 5), sehingga didapatkan nilai dl = 1.720 dan nilai du = 1.287. Hasil tersebut

didapatkan nilai DW berada diantara du dan 4-du, yaitu 1.720 < 1.881 < 2.713. dari uraian

diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi dalam model regresi

dalam penelitian ini.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas menggunakan data yang sudah di otlier dan mengalami

transformasi data. Uji Park mengemukakan metode bahwa variance (s2) merupakan fungsi dari

variabel-variabel independen yang dinyatakan dengan persamaan linear yang di bentuk dalam

Page 20: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

20

persamaan logaritma. Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi linear signifikan

secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat

heteroskesdasitas. Apabila parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka variabel

independen dalam model regersi tersebut tidak mengalami heteroskesdasitas.

Tabel 4.5

Hasil Uji Park

(Setelah Outlier)Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.746 8.462 .206 .838

sqrt_INSD .042 .458 .021 .092 .927

sqrt_INSH .265 .297 .173 .892 .378

sqrt_COLLA -4.606 4.100 -.206 -1.123 .268

sqrt_DTA -4.784 4.867 -.166 -.983 .332

sqrt_SIZE -.608 2.213 -.058 -.275 .785

a. Dependent Variable: Ln_1

Sumber : Output Program SPSS for Windows

Tabel 4.5 dapat dilihat hasil penghitungan nilai signifikan (Sig) masing-masing variabel.

Masing-masing variabel mempunyai nilai signifikan di atas 0.05, ini menunjukan bahwa masing-

masing variabel tidak signifikan secara statitisk. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa masing-

masing variabel yang digunakan dalam peneltian ini tidak terjadi heteroskesdasitas.

4.3 Analisis Regresi Berganda

Uji t statistik pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen

secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengambilan keputusan

dilakukan berdasarkan probabilitas (signifikansi). Apabila probabilitas (signifikansi) lebih besar

dari α (0.05), maka variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen. Akan tetapi, apabila probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari α (0.05), maka variabel

independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut tabel hasil analisis

Page 21: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

21

regresi berganda dengan menggunakan data yang sudah mengalami outlier dan transformasi data,

hal ini dikarenakan data awal tidak lolos uji asumsi klasik :

Tabel 4.6

Hasil Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -2.170 2.736 -.793 .433

sqrt_INSD -.116 .148 -.131 -.781 .439 .442 2.260

sqrt_INSH .275 .096 .406 2.857 .007 .620 1.612

sqrt_COLLA -3.403 1.326 -.345 -2.567 .014 .693 1.443

sqrt_DTA -1.137 1.574 -.089 -.723 .474 .822 1.217

sqrt_SIZE 1.889 .715 .407 2.640 .012 .526 1.902

a. Dependent Variable: sqrt_DPR

Sumber : Output Program SPSS for Windows

Dari analisi regresi berganda Tabel 4.6 diatas, tampak 3 variabel independen yaitu

institutional ownership (INSH), collateralizable assets (COLLA), dan firm size (SIZE) yang

berpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio (DPR), dengan tingkat signifikansi masing-

masing sebesar 0.007; 0.014; 0.012. Sedangkan variabel insider ownership (INSD),dan debt to

total assets (DTA),memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap dividen payout ratio (DPR),

hal ini dikarenakan nilai tingkat signifikansi lebih dari 0.05. Persamaan linear berganda antara

insider ownership, institutional ownership, collateralizable assets, debt to total asset, dan firm

size terhadap variabel dependen (dividen payout ratio) pada perusahaan Non Keuangan adalah

sebagai berikut :

DPR = -2.170 – 0.116 INSD + 0.275 INSH – 3.403 COLLAS – 1.137 DTA + 1.889 SIZE

Dari persamaan regresi diatas dapat diambil pengertian sebagai berikut

Page 22: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

22

1. Nilai konstanta -2.170 dapat diartikan bahwa ketika nilai insider ownership,

institutional ownership, collateralizable assets, debt to total assets, dan firm size = 0,

maka nilai absolute discretionary accruals sebagai proksi dari dividend payout ratio

adalah sebesar 4.7089.

2. Koefisien regresi insider ownership (INSD) sebesar -0.116 menyatakan bahwa

terdapat hubungan negatif antara insider ownership dengan dividen payout ratio

(DPR). Setiap peningkatan insider ownership sebesar 1 persen maka akan

menurunkan nilai DPR sebesar 0.013456 persen

3. Koefisien regresi institutional ownership (INSH) sebesar 0.275 menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang positif antara institutional ownership dengan dividen payout

ratio (DPR). Setiap peningkatan institutional ownership sebesar 1 persen maka akan

meningkatkan nilai DPR sebesar 0.075625 persen

4. Koefisien regresi collateralizable assets (COLLA) sebesar –3.403 menyatakan bahwa

terdapat hubungan negatif antara collateralizable assets dengan dividen payout ratio

(DPR). Setiap peningkatan collateralizable assets sebesar 1 persen maka akan

menurunkan nilai DPR sebesar 11.580409 persen

5. Koefisien regresi debt to total assets (DTA) sebesar -1.137 menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang negatif antara debt to total assetsdengan dividen payout

ratio (DPR). Setiap peningkatan debt to total assetssebesar 1 persen maka akan

menurunkan nilai DPR sebesar 1.292769 persen

6. Koefisien regresi firm size (SIZE) sebesar 1.889 menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang positif antara firm size dengan dividen payout ratio (DPR). Setiap

peningkatan firm size sebesar 1 persen maka akan meningkatkan nilai DPR sebesar

3.568321 persen

4.4 Pembahasan

Dari hasil pengujian hipotesis diatas dapat disimpulkan bahwa hanya hipotesis kedua dan

kelima yang terbukti, sedangkan hipotesis yang lainnya tidak terbukti. Bagian ini berisi

pembahasan terperinci atas hasil pengujian masing-masing variabel dan hasil pengujian koefisen

determinasinya.

4.4.1 Insider Ownership (INSD)

Page 23: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

23

Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel insider ownership

(INSD) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DPR dimana nilai t = -0.781 dan

tingkat signifikansi sebesar 0.439 yang dimana lebih besar dari α (0.05).

Hasil variabel insider ownership berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DPR

menunjukan bahwa semakin besar insider ownership maka dividen yang dibayarkan oleh

perusahaan kepada pemegang saham akan semakin rendah. Insider ownership yang besar akan

menurunkan biaya keagenan karena ada rasa kepemilikan pada diri insider sehingga mereka

bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham, yang mengakibatkan perusahaan membayar

dividen lebih rendah kepada pemegang saham, sedangkan semakin rendah insider ownership

akan meningkatkan biaya keagenan sehingga sebagai konsekuensinya perusahaan membayar

dividen lebih tinggi kepeda pemegang saham. Hal ini seusai dengan pendapat Mollah dalam

Wahyudi dan Bidori (2008) :

“ firm pay hinger amount of dividens as monitoring and bonding package when insiders

hold a lower percentage of common stock and or greater number of common stock held by

outsiders to reduce agency cost”.

Ketidaksignifikannya variabel insider ownership terhadap kebijakan dividen menunjukan

bahwa insider ownership tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini

disebabkan banyak perusahaan public di Indonesia yang belum benar-benar public. Banyak

perusahaan public di Indonesia dikelola oleh pihak yang memiliki kekerabatan. Adanya

hubungan kekerabatan ini menyebabkan tidak ada pemisahan antara pemilik dan pengelola

sehingga konflik keagenan antara pemilik dan pengelola jarang terjadi. Ketika terjadi RUPS

maka akan terjadi aklamasi mengenai penetapan besar dividen yang akan dibagi, karena pemilik

dan pengelola masih mempunyai hubungan kekerabatan. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan

Non Keuangan yang go public sebelumnya adalah perusahaan privat dan anak cabang dari

perusahaan asing. Ini sesuai dengan pendapat Mollah dalam Wahyudi dan Bidori (2008)

menyatakan bahwa jika jumlah saham biasa dimiliki oleh insider lebih besar dari outsider, maka

pihak manajemen biasanya mengambil kekuasaan penggunaan dana perusahaan dengan

meningkatkan kesejahteraan mereka daripada kesejahteraan outsider. Temuan ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Suwaldiman dan Ahmad Aziz (2006) dan Wahyudi dan Baidori

(2008) yang menyatakan bahwa variabel insider ownership tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kebijakan dividen.

Page 24: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

24

4.4.2 Institutional Ownership (INSH)

Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel institutional

ownership (INSH) berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR dimana nilai t = 2.857 dan

tingkat signifikansi sebesar 0.007 yang dimana lebih kecil dari α (0.05).

Hasil ini mununjukan bahwa variabel institutional ownership mempunyai yang negatif

dan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden. Setiap peningkatan 1 persen

variabel institutional ownership maka akan menaikan DPR sebesar 0.275 persen. Hal ini

menunjukan bahwa kepemilikan institusi yang besar pada suatu perusahaan dapat menekan

tindakan opportunistic manajer. Tindakan opportunistic manajer sering dilakukan oleh manajer

untuk memanfaatkan segala kesempatan untuk mencapai tujuan pribadi. Ini sejalan dengan

pendapat yang dikemukan oleh Bathala et, all dalam Putra (2006) yang menyatakan bahwa

penguasaan saham oleh institusi dapat berfungsi sebagai monitoring di dalam mengurangi ageny

cost.

Hal ini diperkuat dengan data perusahaan PT. Astra Otoparts Tbk pada tahun 2009,

dimana tingkat institutional ownership sebesar 50.11% dan PT. Astra Otoparts Tbk membayar

deviden sebesar 47.99%. Temuan ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra

(2006) dan Darman (2008) yang menyatakan bahwa hasil dari penelitian menunjukan variabel

institutional ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

4.4.3 CollateralizableAssets (COLLA)

Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel collateralizable assets

(COLLA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR dimana nilai t = -0.781 dan tingkat

signifikansi sebesar 0. .014 yang dimana lebih kecil dari α (0.05).

Hasil ini menunjukan bahwa variabel collateralizable assets berpengaruh negatif

signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini bertentangan dengan Mollah, et al.

(2000) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable assets yang tinggi memiliki agency

problem yang kecil antara manajemen dengan pihak kreditor, sehingga dengan menurunya

agency problem dapat menurunkan agency cost. Collateralizable assets yang tinggi membuat

kreditor lebih terjamin dan kreditor tidak perlu melakukan pembatasan yang ketat terhadap

kebijakan dividen perusahaan sehingga perusahaan bisa membayarkan dividen lebih besar.

Sebaliknya semakin rendah collateralizable assets yang dimiliki perusahaaan akan

meningkatkan konflik kepentingan antara pemegang saham dengan kreditor, sehingga sehingga

Page 25: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

25

dengan menurunya agency problem dapat menurunkan agency cost. Collateralizable assets yang

rendah membuat kreditor akan menghalangi perusahaan untuk membayar dividen dalam jumlah

besar kepada pemegang saham karena takut piutang mereka tidak dibayar (Sartono, 2001).

Hal ini ternyata tidak dapat digeneralisasikan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia,

terutama ketika terjadi krisis ekonomi dunia pada akhir tahun 2008. Semakin banyaknya

collateralizable assets makin banyak dana yang digunakan untuk menjamin kelangsungan

pemakaian collateralizable assets dalam operasional perusahaan dan bertahan dalam krisis yang

sedang berlangsung. Hasil ini tidak sesuai dengan peneltian yang dilakukan oleh Handoko

(2002) yang menyatakan variabel collateralizable assets berpengaruh negatif tetapi tidak

signifikan terhadap kebijakan dividen.

4.4.4 Debt to total assets(DTA)

Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel debt to total assets

(DTA) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DPR dimana nilai t = -2.567 dan

tingkat signifikansi sebesar sebesar 0 .474 yang dimana lebih besar dari α (0.05).

Hasil ini menunjukan bahwa setiap peningkatan 1 persen maka akan menurunkan DPR

sebesar 1.29276 persen. Ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Jensen (1986)

berpendapat bahwa dengan hutang, perusahaan mempunyai kewajiban melakukan pembayaran

periodik atas bunga dan principal. Hal ini bisa mengurangi keinginan manajer untuk

menggunakan cash flow untuk kegiatan-kegiatan yang kurang optimal. Eksistensi hutang dapat

memaksa manajer untuk menikmati keuntungan yang lebih sedikit dan menjadikan manager

bekerja lebih efisien. Menurut Sartono (2001), dengan meningkatkan pendanaan dengan utang,

tersebut akan menurunkan skala konflik antara pemegang saham dan manajemen. Menurunnya

konflik antara pemegang saham dengan manejemen maka akan menurunkan agency cost.

Hutang yang tinggi membuat perusahaan lebih menyukai untuk menahan laba perusahaan.

Tujuan dari menahan laba tersebut untuk membayar hutang terlebih dahulu daripada

dibayarakan dalam bentuk dividen.

Hasil penelitian yang menunjukan pengaruh debt to total assets tidak signifikan terhadap

kebijakan dividen, disebabkan besarnya hutang tidak mempengaruhi kebijakan manajemen

dalamm membayar dividen. Dengan demikian, temuan ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sunarto dan Andi Kartika (2003) menunjukan variabel debt to total assets

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.

Page 26: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

26

4.4.5 Firm Size (SIZE)

Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel firm size (SIZE)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR dimana nilai t = 2.640 dan tingkat signifikansi

sebesar 0.012 yang dimana lebih kecil dari α (0.05).

Hasil ini menunjukan bahwa variabel firm size mempunyai pengaruh dalam kebijakan

dividen. Perusahaan dengan firm size yang besar cenderung akan lebih besar dalam membagi

dividen, karena perusahaan tersebut akan menunjukan reputasinya kepada para pemegang saham.

Dividen yang dibagi kepada para pemegang saham merupakan kewajiban perusahaan atas retrun

dana yang telah diinvestasikan para pemegang saham ke perusahaan tersebut. Pembayaran

dividen juga dapat sebagai alat monitoring pemegang saham kepada perusahaan tersebut.

Temuan ini sesuai dengan peneltian yang dilakukan oleh Khairudin (2010) yang menyatakan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap kebijakan dividen.

5.PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan dalam penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Berdasarkan uji F menunjukan bahwa secara simultan variabel insider ownership,

institutional owership, collateralizable assets, debt to total assets, dan firm size

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR). Hal ini dapat terlihat dalam

model persamaan yang mempunyai nilai F hitung sebesar 8.198, dimana nilai ini lebih

besar dari F tabel sebesar 2.45, dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari

α (0.05).

2. Koefisien determinasi adjusted R square sebesar 0.450. Hal ini berarti bahwa 45 persen

variasi variabel dependen yaitu dividen payout ratio (DPR) dijelaskan oleh lima variabel

independen yaitu insider ownership, institutional ownership, collateralizable assets,debt

to total asset, dan frim size. Sedangkan sisanya 55 persen dijelaskan oleh variabel atau

sebab-sebab lain di luar model.

Page 27: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

27

3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama menunjukan bahwa secara parsial variabel

insider ownership berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen

(DPR). Hal ini dapat terlihat dari hasil uji t yang mengasilkan nilai t hitung sebesar -

0.781; serta tingkat signifikansi sebesar 0.439 yang dimana lebih besar dari α (0.05)

sehingga hipotesis pertama di tolak.

4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa secara parsial variabel

institutional ownership berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen

(DPR). Hal ini dapat terlihat dari hasil uji t yang menghasilkan nilai t hitung sebesar

2.857; serta tingkat signifikansi sebesar 0.007 yang dimana lebih kecil dari α (0.05)

sehingga hipotesis kedua diterima.

5. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukan bahwa secara parsial variabel

collateralizable assets berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen

(DPR). Hal ini dapat terlihat dari hasil uji t yang menghasilkan nilai t hitung sebesar -

0.723; serta tingkat signifikansi sebesar 0. .014 yang dimana lebih kecil dari α (0.05)

sehingga hipotesis ketiga ditolak

6. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis keempat menunjukan bahwa secara parsial variabel

debt to total assets berpengaruh negatif dan tidak signifikan signifikan terhadap

kebijakan dividen (DPR). Hal ini dapat terlihat dari hasil uji t yang menghasilkan nilai t

hitung sebesar 2.567; serta tingkat signifikansi sebesar 0 .474 yang dimana lebih besar

dari α (0.05) sehingga hipotesis keempat ditolak.

7. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kelima menunjukan bahwa secara parsial variabel

firm size berpengaruh positif dan signifikan signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR).

Hal ini dapat terlihat dari hasil uji t yang menghasilkan nilai t hitung sebesar 2.640; serta

tingkat signifikansi sebesar 0.012 yang dimana lebih kecil dari α (0.05) sehingga

hipotesis kelima diterima.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Setelah melakukan analisis dan interpretasi hasil, terdapat beberapa keterbatasan di dalam

penelitian ini, antara lain :

1. Adanya keterbatasan data dalam melakukan perhitungan terhadap variabel-variabel

penelitian terutama variabel DPR dan insider ownership. Tidak semua perusahaan

Page 28: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

28

yang tercatat di Bursa Efek Indonesia mengeluarkan dividen setiap tahunnya dan

tidak semua perusahaan yang mengeluarkan dividen setiap tahunnya memiliki

variabel insider ownership. Oleh karena itu sampel perusahaan yang digunakan dalam

penelitian ini sangat sedikit hanya 11 perusahaan.

2. Penelitian ini hanya dapat membuktikan dua variabel yang bisa menjelaskan agency

cost terhadap kebijakan dividen. Dua variabel tersebut antara lain institutional

ownership, dan frim size. Selain itu variabel yang digunakan tidak bisa membuktikan

bahwa variabel-variabel tersebut dapat menjelaskan agency cost terhadap kebijakan

dividen.

3. Penelitian ini hanya terbatas untuk sampel perusahaan Non Keuangan dengan periode

pengamatan yang relatif pendek dari tahun 2005-2009. Oleh karena itu, kurang

mewakili seluruh emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan kurang

mencerminkan kondisi perusahaan dalam jangka panjang

4. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa varaibel insider ownership, institutional

ownership, collateralizable assets,debt to total assets, dan frim size mempengaruhi

terhadap kebijakan dividen secara bersama-sama hanya sebesar 45 persen, sehingga

perlu dicari variabel lain yang mempenagaruhi terhadap kebijakan dividen.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Disarankan bagi manajemen perusahaan, sebaiknya dalam menentukan kebijakan

dividen perusahaan agar lebih memperhatikan komposisi saham yang dimiliki oleh

institutional ownership dan frim size suatu perusahaan. Oleh karena hasil penelitian

ini menunjukan bahwa variabel tersebut merupakan faktor yang berpengaruh

signifikan dalam menekan agency cost yang terjadi di perusahaan sampel. Apabila

agency cost dapat dikendalikan maka akan berpengaruh psoitif terhadap kebijakan

deviden pada perusahaan.

2. Disarankan bagi calon investor juga harus memperhatikan presentase insider

ownership dari perusahaan tersebut. Kebanyakan perusahaan yang tercatat di Bursa

Efek Indonesia merupakan perusahaan keluarga dan perusahaan anak cabang dari

perusahaan asing. Hal ini dapat menimbulkan konflik dimana manjemen akan lebih

mementingkan kepentingannya sendiri dari outsider.

Page 29: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

29

3. Disarankan bagi akademis dan peneliti, diharap lebih mengoptimal variabel selain

variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dikarena hanya dua hipotesis

saja yang diterima, selainnya hipotesisnya tidak terbukti. Selain itu dapat

memperpanjang masa pengamatan, sehingga akan mendapatkan sampel yang lebih

besar untuk memperoleh kondisi yang sebenarnya.

Page 30: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

30

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robert. 1997. Buku Pintar : Pasar Modal Indoneisa. Jakarta : Mediasoft Indonesia.

Brigham, Eugene F. 1999. Intermediate Financial Managemen, 6th Edition. USA : The DryenPres.

Brigham, Eugene F dan Houston J. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta : Erlangga.

D’ Souza, Juliet and Atul K. Saxena. 1999. “Agency Cost, Market Risk, InvestmentOpportunities and Dividend Policy- An International Perspective”. Managerial FinanceVol. 25 Numb. 6. pp. 35-43.

Damayanti, Susana dan Fatchan Achayani. 2006. “Analisis Pengaruh Investasi, Likuiditas,Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap DevidenPayout Ratio (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ)”.Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 5, No. 1 April. Hal. 51-62.

Darman. 2008. “Agency Costs dan kebijakan Dividen Pada Emerging Market”. JurnalKeuangan dan Perbankan, Vol. 12, No. 2 Mei. Hal. 198-202.

Djumahir. 2009. “Pengaruh Biaya Agensi, Tahap Daur Hidup perusahaan, dan RegulasiTerhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 11, No. 2 September. Hal. 144-153.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang :Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gitman, Laurence J, Juchan, Roger H, Flanagan Jack. 2002. Principles of Mangement Finance.Australia : Addison-Wesley.

Gujarati. D.N. 1997. Basic Econometric 3th Edition. Mc. Graw Hill, Inc.

Handoko, Jesica. 2002. “Pengaruh Agency Cost terhadap Kebijakan Deviden Perusahaan-Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Widya Manajemen danAkuntansi Vol. 2, No. 3 Desember. Hal. 180-190.

Hatta, Atika Jauhari. 2002. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden: InvestigasiPengaruh Teori Stakeholder”. JAAI Vol 6 No. 2 Desember. Hal. 1-22.

Husnan, Suad. 1996. Manajemen Keuangan (Teori dan Penerapan). Yogjakarta : BPFEUGM.

Indonesia Stock Exchange (IDX). 2006-2010.

Page 31: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

31

Indonesian Capital market Diretory (ICMD). 2006-2010.

Jensen, Michael C dan Meckling W.H. 1976. “Theory of the Firm : Mangerial Behaviour,Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Economic, Vol 3, Numb. 4. pp 305-360.

Jensen, Michael C. 1986. “Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takeovers”. American Economics Review Vol. 76 May. pp. 323-329.

Khairudin, Ellyas. 2010. “Pengaruh Debt To Equity Ratio, Insider Ownership, Sales Growth, danFrim Size Terhadap DPR”. Tesis Program Pasca Sarjana Magister manajemenUniversitas Diponegoro (tidak dipublikasikan), Semarang.

Mollah, S.,Keasy, and Short.2000. “The influence of Agency Cost on Dividend Policy in AnEmerging Market: Evidance from The Dhaka Stock Exchange”. Journal of FinancialResearch.

Mulyono, Budi. 2009. “Pengaruh Debt To Equity Ratio, Insider Ownership, Size, dan InvesmentOpportunity Set Terhadap Kebijakan Deviden (Studi Pada Industri manufaktur yangterdaftar di BEI Periode Tahun 2005-2007)”. Tesis Program Pasca Sarjana MagisterManajemen Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan), Semarang.

Nugroho, R. Fajar.2010. “Analisis Pengaruh Return On Equity, Insider Ownership, InvesmentOpportunity Set, Firm Size, Cash Flow, dan Debt Ratio Terhadap Dividend PayoutRatio”. Skripsi Program Sarjana Ekonomi Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan).Semarang.

Pujiastuti, Triani. 2008. “Agency Cost Terhadap Kebijakan Dividen Pada PerusahaanManufaktur dan Jasa yang Go Public Di Indonesia”. Jurnal Keuangan dan PerbankanVol. 12 No. 2. Mei. Hal 183-197.

Putra, I Nyoman nugraha Ardana. 2006. “Analisis Biaya Keagenan Terhadap Kebijakan DividenPada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa efek Jakarta”. Jurnal RisetAkuntansi Vol. 5, No. 2 Desember. Hal 37-47.

Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE UGM.

Sartono, Agus. 2001. “Kepemilikan Orang Dalam (Insider Ownership), Utang dan KebijakanDividen : Pengujian Empirik Teori Keagenan (Agency Theory). JSB. Vol. 6, No. 2. Hal.107-119.

Sartono, Agus R. 2001. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : BPFE UGM.

Sunarto dan Andi Kartika. 2003. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Kas DiBursa Efek Jakarta”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol.10, No. 1 Maret. Hal. 67-82.

Page 32: ANALISIS PENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIOeprints.undip.ac.id/28752/1/Nur_Imam_Arifanto_Journal.pdf · Menurut Mollah, et al. (2000 ) bahwa perusahaan yang mempunyai collateralizable

32

Suwaldiman dan Ahmad Aziz. 2006. “Pengaruh Insider Ownership dan Resiko Pasar terhadapKebijakan Deviden”. Kajian Bisnis dan Manajemen Vol. 8, No. 1 Januari. Hal. 53-64.

Van Horne, James C. dan Jhon M. Wachowicz. 2005. Financial Management (Prinsip-prinsipManajemen Keuangan). Jakarta : Salemba Empat.

Wahidahwati. 2002. “Pengaruh Kepemilikan Manjerial dan Kepemilikan Institutional padaKebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah Perspektif Theory Agency”. Jurnal RisetAkuntansi Indonesia, Vol 5, No. 1 Januari. Hal. 1-16.

Wahyudi, Eko dan Baidori. 2008. “Pengaruh Insider Onwership, Collateralizable assets, Growthin Net Assets, dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufakturyang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006. Jurnal Aplikasi ManajemenVol. 6, No. 3 Desember. Hal. 474-482.

Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. 1997. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta :Penerbit Erlangga.