analisis pengaruh sistem · pdf filei oleh : nurani, s.e., m.m. analisis pengaruh sistem...
TRANSCRIPT
i
Oleh : Nurani, S.E., M.M.
ANALISIS PENGARUH SISTEM
MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
(STUDI KASUS PADA UD. PANDOWO DI TULUNGAGUNG)
Penerbit : Fakultas Ekonomi Universitas Tulungagung
Dilarang mengutip sebagian ataupun seluruh buku ini dalam
bentuk apapun tanpa izin dari penerbit
Edisi Pertama
ii
Cetakan Pertama, 2015
Penerbit : Fakultas Ekonomi
Universitas Tulungagung
Penulis : Nurani, S.E., M.M.
Penelaah Materi : Tim Fakultas Ekonomi
Universitas Tulungagung
Desain Cover & Ilustrator : Erajawali Adv
Lay Outer : Agus Dwi Prasetyo, S.Sos.
Copy Editor : Tim Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
Jl. Ki Mangun Sarkoro Beji Tulungagung
Telp. (0355) 322145, 320396 Fax. (0355) 322145
e-mail: [email protected] website: http:
//www.unita.ac.id
iii
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Analisis pengaruh
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (Studi
Kasus pada UD. Pandowo di Tulungagung)”.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan ini tidak
terlepas dari bantuan beberapa pihak. Untuk itu sudah sepantasnya
pada kesempatan ini penulis memberikan ucapan terima kasih kepada
:
1. Bpk. Dr. H. Eko Sugiono, MM, selaku Rektor Universitas
Tulungagung
2. Bpk. Rudi Rusiyanto, SE selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Tulungagung.
3. Bpk. Pimpinan Bengkel Pandowo Tulungagung beserta
semua pegawai yang telah membantu penulis dalam
memperoleh data.
4. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang telah banyak membantu dalam penulisan
Penelitian ini.
Penulis berharap semoga hasil penulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Tulungagung, September 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………… iv
DAFTAR ISI ………………………………… vi
DAFTAR GAMBAR ………………………………… ix
DAFTAR TABEL ………………………………… ix
ABSTRAK ………………………………… x
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................. 1
1.2. Permasalah.................................................................. 3
1.3. Tujuan......................................................................... 3
1.4. Kegunaan Penelitian................................................... 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Pendukung ....................................................... 4
2.1.1 Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3) ............................................................. 7 12
2.1.2 Hakekat Metode Analisis Hirarki Proses(AHP).... 19
2.1.3 Engine Value Dan Eigen Vector ........................... 34
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu ......................................... 35
BAB III : PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian ........................................................ 37
3.2 Metode Dan Desain Penelitian ................................... 37
3.3 Teknik Pengambilan Sampel ...................................... 38
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................... 38
3.5 Variabel Penelitian ..................................................... 40
3.6 Teknik Analisa Data ................................................... 41
v
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian........................................................... 43
4.1.1 Keadaan Umum Perusahaan ............................... 43
4.1.3 Pemasaran ........................................................ 51
4.2 Pembahasan ................................................................ 60
4.2.1 Pengumpulan Data.............................................. 61
4.2.2 Teknis Analisis Data Dengan Analytic Hirachy
Proces (AHP) ...................................................... 62 56
4.2.3 Perhitungan Faktor Pembobotan Hirarki untuk semua
Kriteria ...................................................... 65
4.2.4 Penentuan Prioritas Kriteria................................ 68
4.2.5 Penilaian Alternatif ............................................. 71
4.2.6 Pengelolaan data alternative untuk criteria manusia 69
4.2.7 Penentuan Prioritas Alterntif Yang Dikaitkan Dengan
Kriteria Manusia ................................................. 74
4.2.8 Pengolahan Data alternative untuk criteria alat .. 77
4.2.9 Penentuan Prioritas Alternatif Yang Dikaitkan 80
4.2.10 Pengolahan data alternatif untuk criteria lingkungan 79
4.2.11 Penentuan PrioritasAlternatif Yang Dikaitkan Dengan
Kriteria Lingkungan ........................................... 89
4.2.12 Hasil Bobot Prioritas dan Bobot Global ............ 94
4.2.13 Pengujian Konsistensi Keseluruhan Hierarki .... 96
4.2.14 Rekapitulasi Bobot Prioritas Pada Masimg masing
Elemen ...................................................... 99
4.2.15 Analisis Global .................................................. 99
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................... 102
5.2 Saran ................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA …………………….………………. 106
1
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki era indutrialisasi dan globalisasi yang ditandai
dengan semakin berkembangnya perindustrian mendaya gunakan
teknologi tinggi. Hal ini diperlukan peningkatan sumber daya
manusia serta pelaksanaan yang konsisten dari Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia
masih perlu ditingkatkan, hal ini terbukti dengan masih banyak
ditemui pekerja yang tidak mengindahkan ketentuan perlengkapan
keamanan.
Pemerintah telah menetapkan kebijakan perlindungan tenaga
kerja terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) melalui
peraturan perundangan. Peraturan perundangan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu upaya dalam
pencegahan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, peledakan,
kebakaran, dan pencemaran lingkungan kerja yang penerapannya
menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaan serta kondisi
lingkungan kerja. Selain peraturan perundangan K3, komitmen
perusahaan dalam menerapkan SMK3 juga tidak kalah penting
2
guna mencegah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan lain-
lain. Hal lain yang menyebabkan kualitas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Indonesia sangat rendah yakni kurangnya
pemahaman para pengusaha maupun pekerja dalam manajemen
risiko (risk management). Risiko saat bekerja dapat diidentifikasi
menjadi beberapa faktor, yakni sumber risiko, peluang terjadinya
risiko, serta konsekuensi yang ditimbulkan. Sumber risiko dapat
berasal dari faktor manusia, peralatan, proses, serta lingkungan
kerja.
Analisis kecelakaan kerja memegang peranan yang sangat
strategis dalam upaya peningkatan keselamatan dan kesehatan
kerja khususnya dalam rangka mewujudkan kecelakaan nihil
dimasa mendatang. Jika kecelakaan terjadi dan menyebabkan luka
atau kematian pekerja, maka akan dilakukan langkah-langkah
pencegahan dan penanggulangan. Namun sebaik apapun langkah
penanggulangan yang diambil tetap menuju pada suatu hal yaitu
kerugian.
Dari gambaran di atas, peneliti tertarik untuk
mengidentifikasi faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja penelitian ini
dilakukan pada Sistem Manajemen K3 di UD. Pandowo
Tulungagung. Dengan demikian judul dalam penelitian ini adalah
3
“Analisis pengaruh sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (Studi Kasus pada UD. Pandowo di
Tulungagung).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dalam penelitian ini dapat di-
rumuskan sebagai berikut : “Faktor apa yang mempengaruhi
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Unit
Bengkel UD. Pandowo Tulungagung. ?
C. Tujuan Penelitian
Memperhatikan latar belakang masalah dan rumusan
masalah di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan
tujuan penelitiannya adalah “untuk mengetahui faktor apa yang
mempengaruhi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di Unit Bengkel UD. Pandowo Tulungagung.
D. Manfaat Penelitian
Bagi pihak perusahaan sebagai perbandingan
pentingnya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Bagi peneliti lain sebagai referensi yang tertarik mengangkat
masalah manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Pendukung
Beberapa fungsi manajemen personalia adalah memperoleh
karyawan, mengembangkan kemampuan karyawan, memberikan
kompensasi yang adil dan layak kepada karyawan,
mengintegrasikan keinginan individu yang telah ada dari
karyawan. Fungsi yang terakhir ini menitik beratkan pada
pemeliharaan kondisi fisik dari karyawan (keselamatan dan
kesehatan kerja).
Sehubungan dengan pemeliharaan kondisi yang telah ada,
menurut (Heidjarachman Ranupandjojo dan Suad Husnan : 1990 :
245) menjelaskan bahwa “Program-program keselamatan dan
kesehatan misalnya akan membantu untuk memelihara kondisi
fisik mereka, sementara program pelayanan karyawan dan berbagai
bentuknya membantumemelihara sikap para karyawan.”
Menurut (Suma’mur : 1995 : 1), Keselamatan Kerja dan
Pencegahan Kecelakaan diberikan batasan keselamatan kerja yaitu
:
5
“Keselamatan yang berkaitan dengan mesin pesawat, alat-alatkerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja danlingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaannya.Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja baik di darat, didalam tanah, di permukaan air maupun di udara. Tempat-tempatkerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti:pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum,jasa dan lain-lain. Keselamatan kerja menyangkut segenap prosesproduksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspekpenting sasaran keselamatan kerja mengingat resiko bahayanyaadalah penerapan teknologi yang lebih maju atau mutakhir.Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja.Keselamatan kerja adalah dari oleh dan untuk setiap tenaga kerjaserta orang lainnya dan juga masyarakat pada umumnya”.
Sedangkan M. Manullang (1990:87) menjelaskan bahwa
“Keselamatan kerja berkaitan dengan kecelakaan kerja yaitu
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau yang dikenal dengan
kecelakaan industri”.
Dari batasan tersebut di atas, jelaslah bahwa keselamatan
dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan
tenaga kerja terhadap bahaya yang timbul dari pekerjaan.
Kesehatan kerja merupakan lapangan kesehatan yang
ditujukan kepada pemeliharaan dan mempertinggi derajat
kesehatan tenaga kerja dilaku-kan dengan mengatur pemberian
pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit, pengaturan
persediaan tempat. Cara-cara dan syarat yang memenuhi norma-
norma higiene perusahaan dan kesehatan kerja untuk mencegah
penyakit, baik sebagai akibat pekerjaan maupun penyakit umum.
6
Sedangkan menurut M. Manullang (1990:87), kesehatan
kerja adalah : “Bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar
tenaga kerja memperoleh keadaan yang sempurna baik fisik,
mental maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja
dengan baik dan tidak terganggu kesehatannya”.
Definisi tersebut menggambarkan tujuan yang harus dicapai
di bidang kesehatan dan mengenai masalah kesehatan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia termasuk lingkungan
kerja. Dengan demikian berarti kesehatan ini menyangkut keadaan
fisik maupun mental. Kesehatan karyawan bisa terganggu karena
penyakit, ketegangan atau stress maupun kecelakaan.
Kesehatan kerja berhubungan dengan pekerjaan,
Summa’ur membaginya dalam dua aspek yaitu: higiene perusahaan
dan kesehatan kerja. Keduanya bisa merupakan kesatuan
pengertian yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan
yang mengurus problematika kesehatan karyawan secara
menyeluruh. Menyeluruh berarti yang dilakukan mencakup seluruh
aspek terhadap pekerjaannya.
Dari beberapa pengertian tersebut jelaslah kesehatan kerja
merupakan segi penting dalam melindungi tenaga kerja agar
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam
hubungan ini, bahaya dapat timbul dari mesin pesawat alat kerja,
7
bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja,
caramelakukan pekerjaan dan sebagainya harus sejauh mung-kin
dikendalikan. Keselamatan dan kesehatan yang baik dapat
mempertinggi efisiensi dan produktivitas kerja.
A.1. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3)
A.1.1. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja K3
merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan kesehatan kerja mencakup dua istilah
yaitu keselamatan kerja dan kesehatan kerja. Dalam bidang
kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan. Menurut
Payaman J. Simanjuntak (1989, 4) “Keselamatan kerja yaitu
suatu kondisi yang bebas dari resiko kecelakaan atau kerusakan
atau dengan resiko yang relatif sangat kecil di bawah tingkat
tertentu.
Menurut Suma’mur, bahwa keselamatan kerja adalah
keselamatan yang bertalian dengan mesin, alat kerja, bahan dan
8
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara–cara melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja bersasaran segala kerja, tempat kerja, baik di
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di
udara.
Tujuan keselamatan kerja :
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang
berada ditempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan
secara aman dan efesien.
Sependapat dengan Daryanto, bahwa keselamatan kerja
adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat
kerja, lingkungan kerja, serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja pada
hakekatnya adalah usaha manusia dalam melindungi
hidupnya dan berhubungan dengan itu, dengan melakukan
tindakan preventif dan pengamanan terhadap terjadinya
kecelakaan kerja ketika kita sedang bekerja. Kita harus
9
melaksanankan keselamatan kerja karena dimana saja, kapan
saja, dan siapa saja, manusia normal atau tidak, pasti tidak
meng-inginkan terjadinya kecelakaan terhadap dirinya yang
dapat berakibat fatal.
Sedangkan upaya kesehatan kerja adalah upaya
penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di
sekelilingnya, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal
sesuai dengan UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23. Konsep
dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah: Identifikasi
permasalahan, Evaluasi dan dilanjutkan dengan tindakan
pengendalian.
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian
antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik
fisik maupun psikis dalam hal cara/metode kerja, proses kerja
dan kondisi yang bertujuan untuk :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja
masyarakat pekerja di semua lapangan kerja
setinggitingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan
social.
10
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat
pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan
kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di
dalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang
disebabkan oleh faktor–faktor yang membahayakan
kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik psikis
pekerjanya.
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja
merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja,
dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen
tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan
optimal.Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal
awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula
mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk bekerja
dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja dan lain-
lain.Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental.
Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik
yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja
menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi
11
lingkungan kerja (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia
dan lain-lain) dapat merupakan beban tambahan terhadap
pekerjaan.
Menurut Bennet N.B Silalahi, keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap
operasional, baik di sektor tradisional maupun sektor modern.
Khususnya dalam masyarakat yang sedang beralih dari suatu
kebiasan kepada kebiasan lain perubahanperubahan pada
umumnya menimbulkan beberapa permasalah-an yang tidak
ditanggulangi secara cermat dapat membawa berbagai akibat
buruk bahkan fatal. (Bennet N.B Silalahi, 1985 : 90)
Hal serupa juga dikemukan oleh Suma’mur PK yang
berpendapat bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah
“Usaha perlindungan yang ditujukan agar karyawan terhindar
dari mesin alat kerja, bahan dan proses produksi, landasan dan
lingkungan tempat kerja dan cara-cara melakukan karyawan
sehingga kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah.
(Suma’mur, 1995 : 57)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), adalah segala upaya
untuk mengendalikan risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efesien dan
12
produktif.Sasaran utama dari K3 ditujukan terhadap pekerja
dengan melakukan segala daya upaya berupa pencegahan,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja, agar
terhindar dari risiko buruk di dalam melakukan pekerjaan untuk
mencapai kecelakaan nihil (zero accident).
Area permesinan dan karoseri merupakan salah satu
tempat kerja yang berbahaya atau berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja.Keselamatan kerja pada seksi permesinan dan
karoseri harus mendapatkan perhatian khusus, bukan hanya
karena lingkungan kerjanya berbahaya, tetapi karena tingkat
resiko kecelakaannya yang cukup tinggi.
A.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian atau
peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan manusia,
merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.
(Depnakertrans, 2000 : 10) Ada 3 (tiga) faktor yang
mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja yaitu :
1. Kelemahan Pengawasan oleh manajemen (Lack of control
management)
Pengawasan ini diartikan sebagai fungsi manajemen, yaitu
perencanaan, pengorganisasian kepemimpinan (pelaksana)
13
dan pengawasan.Partisipasi aktif manajemen sangat
menentukan keberhasilan usaha pencegahan kecelakaan bagi
para pekerja.
2. Sebab dasar / asal mula (basic cause)
Sebab dasar adalah merupakan sebab atau faktor yang
mendasari secara umum terhadap kejadian kecelakaan yaitu :
a. Kebijaksanaan dan keputusan manajemen.
b. Faktor manusia dalam hal ini pekerja, seperti :
1) Kurang pengetahuan dan keterampilan serta
pengalaman.
2) Tidak adanya motivasi.
3) Masalah fisik dan mental.
c. Faktor kondisi dan lingkungan kerja, seperti :
1) Kurang / tidak adanya standar.
2) Desain dan pemeliharaan yang kurang memadai.
3) Pemakaian yang abnormal.
3. Sebab utama / gejala atau symptom / penyebab langsung
(immediate cause)Sebab utama yang dikenal yaitu :
a. Kondisi tidak aman (unsafe condition), yaitu kondisi
tidak aman dari :
1) Mesin, peralatan, bahan.
2) Alat pelindung diri.
14
3) Sistem tanda peringatan.
4) Bising.
5) Radiasi.
6) Ventilasi dan penerangan.
7) Lingkungan.
b. Perbuatan tidak aman (unsafe action), yaitu perbuatan
dari manusia, yang dalam beberapa hal dapat
dilatarbelakangi faktor-faktor sebagai berikut :
1) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan (lack of
knowledge and skill).
2) Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect).
3) Keletihan dan kelesuan (fatigue and boredom).
4) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman.
A.1.3. Pengertian Sistem ManajemenKeselamatan Dan
Kesehatan Kerja
Pada tahun 1996 dikeluarkan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No.Per/05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang mewajibkan setiap
perusahaan untuk menerapkan Sistem Manajemen K3 sebagai
bagian dari system manajemen secara keseluruhan. Oleh karena
itu setiap perusahaan wajib untuk menerapkan Sistem
Manajemen K3 sebagai bagian dari sistem mana-jemen secara
15
keseluruhan. Hadi Setia Tunggal (2007 : 20) menjelaskan
bahwa :
“Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalahbagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputistruktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagipengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeli-haraan kebijakan keselamtan dan kesehatan kerja dalam rangkapengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja gunaterciptanya tempat kerja yang aman, efesien dan produktif.”
Tujuan dan sasaran dari sistem manajemen K3 adalah
menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di
tempta kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka
mencegah dan megurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja
serta terciptanya tempat kerja yang aman, efesien dan produktif.
Dalam penerapan sistem manajemen K3 harus memenuhi
ketentuan–ketentuan sebagai berikut:
1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan
menjamin komitmen terhadap penerapan sistem manajemen K3.
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara
efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme
pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan
dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.
16
4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan
dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan.
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem
manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan
meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia Nomor: PER.05/MEN/1996, Tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, penerapan
sistem manajemen K3 yang efektif perlu dipertimbangkan hal–
hal sebagai berikut:
a. Menyediakan sumber daya yang memadai, sesuai dengan
ukuran dan kebutuhan.
b. Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan pada
setiap tingkatan manajemen perusahaan dan menyelenggarakan
setiap pelatihan yang dibutuhkan.
c. Membuat ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi
keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif.
d. Membuat peraturan untuk mendapatkan pendapat dan saran
para ahli.
e. Membuat peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan
keterlibatan tenaga kerja secara aktif.
17
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
diarahkan untuk pencapaian zero accident. Menurut Agus
Maulana (1991 : 90), faktor penting dalam manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja disajikan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1: Faktor Penting Manajemen K3
Adapun tujuan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja untuk mencegah dan mengurangi
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan
menjamin (Depnakertrans, 2000 : 10) :
a. Bahwa setiap tenaga kerja dan orang lainya di
tempat kerja dalam keadaan selamat dan sehat.
18
b. Bahwa setiap sumber produksi dipergunakan secara
aman dan efesien.
c. Bahwa proses produksi dapat berjalan lancar.
A.1.4. Aspek-Aspek Penting Dalam Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
Terdapat tiga aspek penting dalam
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yaitu : proses manajemen, program
keselamatan dan kesehatan kerja dan sumber
daya. Ketiga aspek tersebut dikenal sebagai
pendekatan Arthur D. Little. Program
keselamatan dan kesehatan kerja
menghasilkan lingkungan kerja yang aman
dan menjamin cangkupan yang lengkap.
Proses manajemen berada dalam lingkup
organisasi dan mencakup kebijakan, prosedur
dan standar, pelatihan, dan prosedur
pemeriksaan. Proses tersebut harus mengalir
baik ke bagian atas maupun ke bagian bawah
or-ganisasi. Program keselamatan dan
kesehatan kerja tidak akan bisa diterapkan
19
secara efektif jika sumber daya tidak
memadai. Sumber daya meliputi pendanaan
staff, dan material. Sumber daya memberikan
pijakan dasar keber-hasilan keselamatan kerja.
A.2.. Hakekat Metode Analisis Hirarki Proses (AHP)
A.2.1. Sejarah Singkat AHP (Analisis Hirarki Proses)
Metoda Analytical Hierrchy Process
(AHP) dikembangkan oleh Prof. Thomas
Lorie Saaty dari Wharton Business School di
awal tahun 1970, yang digunakan untuk
mencari rangking atau urutan prioritas dari
berbagai alternatif dalam pemecahan suatu
permasalahan.Dalam kehidupan sehari-hari,
seseorang senantiasa dihadapkan untuk
melakukan pilihan dari berbagai
alternatif.Disini diperlukan penentuan
prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-
pilihan yang telah dilakukan.Dalam situasi
yang kompleks, pengambilan keputusan tidak
dipengaruhi oleh satu faktor saja
melainkanmultifaktor dan mencakup berbagai
jenjang maupun kepentingan.
20
A.2.2. Pengertian Metode Analisis Hirarki Proses (AHP)
Pada dasarnya AHP adalah suatu teori
umum tentang pengukuran yang digunakan
untuk menemukan skala rasio, baik dari
perbandingan berpasangan yang diskrit
maupun kontinu. Perbandingan-perbandingan
ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala
dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan
dan preferensi relatif. Metode ini adalah
sebuah kerangka untuk mengambil keputusan
dengan efektif atas persoalan dengan
menyederhanakan dan mempercepat pro-ses
pengambilan keputusan dengan memecahkan
persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya,
menata bagian atau variabel ini dalam suatu
susunan hirarki, memberi nilai numerik pada
pertimbangan subjektif tentang pentingnya
tiap variabel dan mensintesis berbagai
pertimbangan ini untuk menetapkan variabel
yang mana yang memiliki pri-oritas paling
tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi
hasil pada situasi tersebut.
21
Analytic Hierarchy Process (AHP)
dapat menyederhanakan masalah yang
kompleks dan tidak terstruktur, strategi dan
dinamik menjadi bagiannya, serta menjadikan
variabel dalam suatu hirarki (tingkatan).
Masalah yang kompleks dapat diartikan
bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu
banyak (multikriteria), struktur masalah yang
belum jelas, ketidakpastian pendapat dari
pengambil ke-putusan, pengambil keputusan
lebih dari satu orang, serta ketidakakuratan
data yang tersedia.
Metode AHP ini membantu
memecahkan persoalan yang kompleks
denganmenstruktur suatu hirarki kriteria,
pihak yang berkepentingan, hasil dan
denganmenarik berbagai pertimbangan guna
mengembangkan bobot atau prioritas.
Metodeini juga menggabungkan kekuatan dari
perasaan dan logika yang bersangkutan
padaberbagai persoalan, lalu mensintesis
berbagai pertimbangan yang beragam
22
menjadihasil yang cocok dengan perkiraan
kita secara intuitif sebagaimana
yangdipresentasikan pada pertimbangan yang
telah dibuat.Selain itu AHP juga memiliki
perhatian khusus tentang penyimpangan dari
konsistensi, pengukuran dan ketergantungan
di dalam dan di luar kelompok elemen
strukturnya.(Saaty, T.L, 2005 : 12)
Analytic Hierarchy Process (AHP)
mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri
dari :
1. Resiprocal Comparison, yang mengandung
arti bahwa matriks perbandingan
berpasangan yang terbentuk harus bersifat
berkebalikan. Misalnya, jika Aadalah k
kali lebih penting dari pada B maka B
adalah 1/k kali lebih penting dari A.
2. Homogenity, yaitu mengandung arti
kesamaan dalam melakukan perbandingan.
Misalnya, tidak dimungkinkan
membandingkan jeruk dengan bola tenis
23
dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan
jika membandingkan dalam hal berat.
3. Dependence, yang berarti setiap level
mempunyai kaitan (complete
hierarchy)walaupun mungkin saja terjadi
hubungan yang tidak sempurna
(incompletehierarchy).
4. Expectation, yang berarti menonjolkon
penilaian yang bersifat ekspektasi dan
preferensi dari pengambilan keputusan.
Penilaian dapat merupakan data kuantitatif
mau-pun yang bersifat kualitatif.
Secara umum pengambilan keputusan
dengan metode AHP didasarkan pada
langkah–langkah berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan
solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali
dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan
kriteria–kriteria dan alternatifalternatif
pilihan yang ingin di rangking.
24
3. Membentuk matriks perbandingan
berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap
elemen terhadap masing–masing tujuan
atau kriteria yang setingkat diatasnya.
Perbandingan dilakukan berdasarkan
pilihan atau judgement dari pembuat
keputusan dengan menilai tingkat tingkat
kepentingan suatu elemen dibandingkan
elemen lainnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi
nilai dari setiap elemen di dalam matriks
yang berpasangan dengan nilai total dari
setiap kolom.
5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji
konsistensinya, jika tidak konsistenmaka
pengambilan data (pre-ferensi) perlu
diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud
adalah nilai eigen vector maksimum yang
diperoleh denganmenggunakan matlab
maupun dengan manual.
25
6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk
seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung eigen vector dari setiap
matriks perbandingan berpasangan.
Nilaieigen vector merupakan bobot se-tiap
elemen. Langkah ini untuk
mensintesispilihan dalam penentuan
prioritas elemenelemen pada tingkat
hirarki terendahsampai pencapaian tujuan.
8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak
memenuhi dengan CR < 0, 100;
makapenilaian harus diulang kembali.
A.2.3. Prinsip-Prinsip Dasar Analytic Hierarchy Process
(AHP)
Dalam menyelesaikan persoalan dengan
metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
ada beberapa prinsip dasar yang harus
dipahami antara lain:
1. Decomposition
Pengertian decomposition adalah
memecahkan atau membagi problema yang
utuh menjadi unsur - unsurnya ke bentuk
26
hirarki proses pengambilan keputusan,
dimana setiap unsur atau elemen saling
berhubungan. Untuk mendapatkan hasil
yang akurat, pemecahan dilakukan
terhadap unsur–unsur sampai tidak
mungkin dilakukan pemecahan lebih
lanjut, sehingga didapatkan beberapa
tingkatan dari persoalan yang hendak
dipecahkan. Struktur hirarki keputusan
tersebut dapat dikategorikan sebagai
complete dan incomplete. Suatu hirarki
keputusan disebut complete jika semua
elemen pada suatu ting-kat memiliki
hubungan terhadap semua elemen yang
ada pada tingkat berikutnya, sementara
hirarki keputusan incomplete kebalikan
dari hirarki yang complete yakni tidak
semua unsur pada masing-masing jenjang
mem-punyai hubungan (lihat gambar 2.2).
Pada umumnya problem nyata mempunyai
karakteristik struktur yang incomplete.
Bentuk struktur dekomposition yakni :
27
Tingkat pertama : Tujuan keputusan
(Goal)
Tingkat kedua : Kriteria – kriteria
Tingkat ketiga : Alternatif –
alternatif
Gambar 2.2 Struktur Hirarki dalam AHP
Hirarki masalah disusun untuk membantu
proses pengambilan keputusan dengan
memperhatikan seluruh elemen keputusan
yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar
masalah menjadi sulit untuk diselesaikan
karena proses pemecahannya dilakukan
tanpa memandang masalah sebagai suatu
sistem dengan suatu struktur tertentu.
2. Comparative Judgement
28
Comparative Judgement dilakukan dengan
penilaian tentang kepentingan relatif dua
elemen pada suatu tingkat tertentu dalam
kaitannya dengan tingkatan di atasnya.
Penilaian ini merupakan inti dari AHP
karena akan ber-pengaruh terhadap urutan
prioritas dari elemenelemen-nya. Hasil dari
penilaian ini lebih mudah disajikan dalam
bentuk matrix pairwise comparisons yaitu
matriks per-bandingan berpasangan
memuat tingkat preferensi be-berapa
alternatif untuk tiap kriteria. Skala
preferensi yang digunakan yaitu skala 1
yang menunjukkan tingkat yang paling
rendah (equal importance) sampai dengan
skala 9 yang menunjukkan tingkatan yang
paling tinggi (extremeimportance).
3. Synthesis of Priority
Synthesis of Priority dilakukan dengan
menggunakan eigen vektor method untuk
mendapatkan bobot relatif bagi unsur–
unsur pengambilan keputusan.
29
4. Logical Consistency
Logical Consistency merupakan
karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai
dengan mengagresikan seluruh eigenvektor
yang diperoleh dari berbagai tingkatan
hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu
vektor composite tertimbang yang
menghasilkan urutan pengambilan
keputusan.
A.2.4. Penyusunan Prioritas
Menentukan susunan prioritas elemen
adalah dengan menyusun perbandingan
berpasangan yaitu membandingkan dalam
bentuk berpasangan seluruh elemen untuk
setiap sub hirarki. Perbandingan tersebut
ditransformasikan dalam bentuk matriks.
Contoh, terdapat n objek yang dinotasikan
dengan (A1, A2, …, An) yang akan dinilai
berdasarkan pada nilai tingkat kepentingannya
antara lain Ai dan Aj di-presentasikan dalam
matriks Pair-wise Comparison.
30
Tabel 2.1 Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan
A1 A2 ⋯ An
A1 a11 a12 ⋯ a1n
A2 a21 a22 ⋯ a2n⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮An am1 am2 ⋯ amn
Nilai a11 adalah nilai perbandingan
elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom) yang
menyatakan hubungan :
a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A1
(baris) terhadap kriteria C
dibandingkandengan A1 (kolom) atau
b. Seberapa jauh dominasi Ai (baris) terhadap
Ai (kolom) atau
c. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat
pada A1 (baris) dibandingkan dengan A1
(kolom).
Menurut Suryadi dan Ramdhani secara
naluri, manusia dapat mengestimasi besaran
sederhana melalui indera-nya. Proses yang
paling mudah adalah membandingkan dua hal
dengan keakuratan perbandingan tersebut
31
dapat diper-tanggung jawabkan. Untuk itu
Saaty menetapkan skala kuantitatif 1 sampai
dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat
kepentingan suatu elemen terhadap elemen
lain dapat dilihat pada table 2.2.( Suryadi,
Kadarsah, Ali Ramdhani, 2002 : 131)
Tabel 2.2:Skala Penilaian Perbandingan
Berpasangan
IntensitasKepentingan
Keterangan Penjelasan
1 Kedua elemen samapentingnya
Dua elemen mempunyaipengaruh yang sama besar
3 Elemen yang satusedikit lebih pentingdaripada elemenyanga lainnya
Pengalaman dan penilaiansedikit menyokong satuelemen dibandingkan elemenyang lainnya
5 Elemen yang satulebih pentingdaripada yanglainnya
Pengalaman dan penilaiansangat kuat menyokong satuelemen dibandingkan elemenyang lainnya
7 Elemen jelas lebihmutlak pentingdaripada elemenlainnya
Satu elemen yang kuatdisokong dan dominan terlihatdalampraktek
9 Satu elemen mutlakpenting daripadaelemen lainnya
Bukti yang mendukungelemen yang satu terhadapelemen lain memeliki tingkatpenegasan tertinggi yangmungkin menguatkan
32
2,4,6,8 Nilai-nilai antara duanilai pertimbangan-pertimbangan yangberdekatan
Nilai ini diberikan bila adadua kompromi di antara 2pilihan Kebalikan = Jikauntuk aktivitas i mendapatsatu angka dibanding denganaktivitas j , maka jmempunyai nilaikebalikannya dibandingdengan I
Model AHP didasarkan pada pair-wise
comparison matrix, dimana elemen-elemen
pada matriks tersebut merupakan judgement
dari decision maker. Seorangdecision maker
akan memberikan penilaian, mempersepsikan,
ataupun mem-perkirakan kemungkinan dari
suatu hal/peristiwa yang di-hadapi. Matriks
tersebutterdapat pada setiap level of hierarchy
dari suatu struktur model AHP yang membagi
habis suatu persoalan.
Berikut ini contoh suatu Pair-Wise
Comparison Matrix pada suatu level
ofhierarchy, yaitu:
33
Tabel 2.3 Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan
D E F G
D 1 3 7 9
E 1/3 1 ¼ 1/8
F 1/7 4 1 5
G 1/9 8 1/5 1
Baris 1 kolom 2 :Jika D dibandingkan dengan
E, maka D sedikit lebih penting/cukup penting
dari pada E yaitu sebesar 3. Angka 3 bukan
berarti bahwa D tiga kali lebih besar dari E,
tetapi D moderat importance dibandingkan
dengan E, sedangkan nilai pada baris ke2
kolom1diisi dengan kebalikan dari 3 yaitu1/3.
Baris 1 kolom 3 : Jika D dibandingkan dengan
F, maka D sangat penting daripada F yaitu
sebesar 7.Angka 7 bukan berarti bahwa D tujuh
kali lebih besar dari F, tetapi D very strong
importance daripada Fdengan nilai judgement
sebesar 7. Sedangkan nilai pada baris 3 kolom1
diisi dengan kebalikan dari 7 yaitu1/7.
Baris 1 kolom4 : Jika Ddibandingkan dengan
G, maka D mutlak lebih penting daripada G
dengan nilai9. Angka 9 bukan berarti D
34
sembilan kali lebih besar dari G, tetapi D
extreme importance daripada G dengan nilai
judgement sebesar 9. Sedangkan nilai pada
baris 4 kolom 1 diisi dengan kebalikan dari 9
yaitu 1/9.
A.3. Eigen Value dan Eigen Vector
Apabila decision maker sudah memasukkan
persepsinya atau penilaian untuk setiap perbandingan
antara criteria-kriteria yang berada dalam satu level
(tingkatan) atau yang dapat diperbandingkan maka
untuk mengetahui kriteria mana yang paling disukai
atau paling penting, disusun sebuah matriks
perbandingan di setiap level (tingkatan). Untuk
melengkapi pembahasan tentang eigen value dan eigen
vector maka akan diberikan definisi-definisi mengenai
matriks dan vector.
1. Matriks
Matriks merupakan sekumpulan himpunan objek
(bilangan riil atau kompleks, variabel-variabel) yang
terdiri dari baris dan kolom dan di susun persegi
panjang.Matriks biasanya terdiri dari m baris dan n
kolom maka matriks tersebut berukuran (ordo) m x
35
n. Matriks ke-i dan kolom ke-j yang disebut (ij)
matriks entri.
2. Vektor dari n dimensi
Suatu vektor dengan n dimensi merupakan suatu
susunan elemenelemen yang teratur berupa angka-
angka sebanyak n buah, yang disusun baik menurut
bans, clan kin ke kanan (disebut vector bans atau
Row Vektor dengan ordo 1 x n ) maupun menurut
kolom , dan atas ke bawah (disebut vector kolom
atau Colomn Vector dengan ordo n x 1). Himpunan
semua vector dengan n komponen dengan entri riil
dinotasikan dengan R'.
3. Prioritas, Eigen value dan eigen vector
Untuk menentukan nilai dari masing masing pada
matrik m x n maka; Nilai total matriks dalam
masing-masing kolom di bandingkan dengan nilai
matriks dan di jumlahkan untuk tiap baris. Total
nilai baris dati matrik hasil perhitungan tersebut di
jumlahkan.
Untuk mementukan nilai prioritas adalah
dengan membandingkan nilai total baris dalam
matrik tersebut dengan nilai total dari kolom hasil
36
perhitungan tersebut. Nilai eigen value di dapatkan
dari total jumlah dari perkalian nilai prioritas dalam
matrik dibandingkan dengan nilai prioritas tersebut.
Nilai eigen value merupakan total dari nilai egin
dibagi dengan ordo matriks atau n.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek penelitian
Sebagai obyek penelitian adalahUD. Pandowo di
Tulungagung yang berkaitan dengan Sistem Manajemen K3
yang telah dilaksanakan perusahaan.
B. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode dan desain penelitian
survey. Survey dilakukan untuk mengetahui faktor–faktor yang
berpengaruh terhadap pelaksanaan sistem manajemen K3, yaitu
penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer
dengan menganalisa data menggunakan metode AHP
(Analytical Hierarchy Process). Untuk sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah karyawan unit bengkel UD.
Pandowo Tulungagung.
38
C. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam menyusun Penelitian ini, penulis menggunakan
populasi dan teknik pengambilan sampel dari data yang telah
diperoleh melalui penelitian perusahaan. Jumlah Populasi seksi
permesinan sebanyak 10 karyawan dan seksi Las sebanyak 26
karyawan di UD. Pandowo Tulungagung.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan simple random sampling yaitu pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan analisis deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif dan dibantu dengan program SPSS.
Untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai K3 yang
dilakukan perusahaan melalui observasi pada resonden terpilih
yang berada di bagian permesinan dan pengelasan pada UD.
Pandowo Tulungagung.
Sumber data primer merupakan sumber data yang didapat
dan diolah secara langsung dari subjek yang berhubungan
langsung dengan penelitian. Data primer ini di antaranya
didapat dari data hasil observasi langsung pada karyawan
39
terpilih yang ada di bagian permesinan dan pengelasan pada
UD. Pandowo Tulungagung.
Penggunaan data sekunder adalah sebagai penunjang
yang menguat-kan perolehan data hasil yang didapat dari
artikel, internet, dan dokumen–dokumen yang dimiliki
organisasi yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.
Pada bagian ini dilakukan beberapa langkah penting
diantaranya :
Langkah awal :
Pada awal memulai penelitian ini peneliti melakukan
brainstorming untuk menentukan kriteria–kriteria apa saja
yang berperan dalam pencapaian tujuan dari penelitian ini,
selanjutnya kami mencari alternatif apa saja yang dapat
dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut.
1. Brainstorming I
Pada saat brainstorming pertama kali disimpulkan dari
banyak kriteria menjadi 4 kriteria, yaitu kriteria manajemen,
manusia, alat dan lingkung-an.
40
2. Brainstorming II
Pada brainstorming kedua untuk menyimpulkan alternatif
menjadi 3 alternatif yaitu, program K3, proses manajemen
dan sumber daya manusia.
3. Brainstorming III
Pada saat brainstorming ketiga struktur dari AHP untuk
meningkatkan kepuasan peserta pelatihan sudah mulai
terbentuk, kemudian dilanjutkan dengan membuat diagram
AHP dari permasalahan tersebut. Pada saat ini juga sudah
mulai dibuat pembuatan kuesioner dan juga proses
pemilihan responden. Pada metode AHP tidak perlu
mengambil responden dengan jumlah minimum penelitian
statistik (min. 30 orang), karena ini expert choice maka
cukup pakarnya saja dan bila populasinya homogen bisa
diwakilkan oleh seorang responden, bila mau lebih dari satu
pun haruslah yang mutually exclusive.
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) jenis variabel,
yaitu : variabel
dependen dan variabel independen. Namun dalam penelitian ini
peneliti menggunakan variabel yang hanya berhubungan
41
dengan perhitungan penelitian yang meliputi : Consistency
Ratio (CR), Consistency Ratio (CRH).
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan
teknik AHP (Analytic Hirarchy Process). Rumus yang
digunakan adalah :
1. Indeks Konsistensi, dengan persamaan
CI =λ
Dimana :λ = eigenvalue maksimum
n = ukuran matriks
2. Rasio Konsistensi (CR).
CR =
Keterangan :
CR = rasio konsistensi
CI = indeks konsistensi
RI = indeks random
3. Geometric Mean
GM = √X1 x X2 x X3…x Xn
42
Dimana :
GM : Geometric Mean
X1 x X2 x X3…x Xn : Bobot penilaian ke
1,2,3,…,n
n : Jumlah n (ordo)
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Perusahaan
1. Sejarah singkat perusahaan
Bagi masyarakat Tulungagung, keberadaan
Bengkel Las “Pandowo” sudah tidak asing lagi.
Bengkel Las “Pandowo” merupakan salah satu
kegiatan usaha dalam bidang las yang ada di
wilayah Kota Tulungagung yang mempunyai
perkembangan cukup pesat.
Perusahaan Bengkel Las “Pandowo”
Tulungagung mulai pada tanggal 8 Juli 1995
dirintislah perusahaan ini dalam bentuk perusahaan
perseorangan. Pertimbangan didirikannya per-
usahaan tersebut adalah semakin banyaknya orang
mem-bangun rumah maka semakin besar pula orang
akan mem-butuhkan bengkel las. Hal ini terbukti,
setelah perusahaan Bengkel Las “Pandowo”
Tulungagung berdiri dan mendapatkan pengakuan
dari pemerintah Kabupaten Tulungagung yaitu
44
dengan dikeluar-kannya akte pendirian tertanggal 8
Nopember 1995 bernomorkan 420/TGK/11/95
dengan nama Perusahaan Bengkel Las “Pandowo”,
Tulungagung yang beralamat di Kelurahan
Kepatihan, Kecamatan Tulungagung.
Pada mulanya perusahaan Bengkel Las
“Pandowo” Tulungagung hanya melayani pesanan
dalam bentuk pagar yang masih sangat sederhana
baik motif maupun peralatan yang digunakan.
Selain itu jumlah tenaga kerja yang digunakan juga
relatif sedikit yaitu hanya sebanyak 4 orang. Akan
tetapi berkat kemauan dan kerja keras serta rasa
optimis, maka mulai tanggal 08 Nopember 1998
dikembangkan usaha baru yang tidak hanya
melayani pembuatan pagar tetapi juga melayani
pesanan tralis, etalase, tempat TV, pagar dengan
berbagai motif dan sebagainya.
Kondisi perusahaan Bengkel Las
“Pandowo”, Tulung-agung sampai saat ini, terus
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perusahaan
dapat menerima berbagai macam pesanan dalam
berbagai bentuk sesuai permintaan pemesan.
45
Permodalan perusahaan terus semakin berkembang
dan bertambah, jumlah tenaga kerja semakin
meningkat.
2. Bidang Usaha
Perusahaan Bengkel Las “Pandowo” adalah
perusahaan yang bergerak di bidang las. Dalam
bidang las, perusahaan menghasilkan suatu hasil
produksi berupa pagar besi, pagar stainlise, meja
TV, etalase, tralis.
Adapun ijin usaha yang dimiliki oleh
perusahaan Bengkel Las “Pandowo”, Tulungagung
berdasarkan Surat Ijin No. 420/TGK/11/95 dengan
NPWP No. 6.857.734.5.622.
3. Lokasi Perusahaan
Lokasi bagi sebuah perusahaan merupakan
salah satu faktor yang menentukan kemajuan dan
perkembangan serta menyang-kut kelangsungan
hidup perusahaan. Penentuan lokasi perusaha-an
yang tepat, maka dapat mempengaruhi biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan dengan kata lain jika
lokasi perusahaan menempati posisi lokasi yang
46
tepat maka biaya operasinya dapat ditekan dengan
serendah mungkin.
Pada perusahaan Bengkel Las “Pandowo”,
Tulungagung, baik tempat kediaman maupun
tempat dimana perusahaan menjalankan aktifitas,
menjadi satu lokasi yaitu di Kelurahan Kepatihan,
Kecamatan Tulungagung, Kabupaten Tulungagung,
Jawa Timur.
Perusahaan Bengkel Las “Pandowo”,
Tulungagung, me-nempati tanah seluas 2.800 m2,
dan bangunan seluas 2.100 m2.
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah suatu kerangka
yang menun-jukkan pembagian pekerjaan untuk
mencapai tujuan yang didasarkan pada hubungan
antara fungsi, wewenang dan tanggung jawab tiap
bagian perusahaan sesuai dengan tugas dan
posisinya. Struktur organisasi pada perusahaan
Bengkel Las “Pandowo”, Tulungagung berbentuk
garis, dimana wewenang dan tanggung jawaban
pada satu seorang pimpinan. Struktur organisasi
berperan sangat besar dalam pencapaian suatu
47
tujuan perusahaan, sehingga setiap aktifitas yang
ada pada perusahaan akan menjadi lebih jelas.
Adapun gambar struktur organisasi pada perusahaan
Bengkel Las “Pandowo”, Tulungagung dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4.1 :Struktur Organisasi Bengkel Las“Pandowo”
Tulungagung
Sumber : Data Sekunder, 2014
Tugas dan tanggung jawab dari setiap bagian
adalah :
a.Pimpinan perusahaan.
Memimpin dan mengkoordinir semua karyawan.
Menentukan kebijakan prusahaan.
Memberikan pengertian dan pengembangan atas
pekerja-an yang dilaksanakan bawahan.
48
Pimpinan memiliki kewenangan untuk mengangkat
dan memberhentikan karyawan yang tidak
mentaati peraturan perusahaan.
Tanggung jawab seorang pimpinan adalah
bertanggung jawab sepenuhnya atas maju dan
mundurnya perusahaan.
b.Tugas tanggung jawab bagian administrasi dan
keuangan.
Mengkoordinir pekerjaan sesuai dengan prosedur.
Mengatur dan melaksanakan pembayaran baik,
upah karyawan, pembelian bahan, dan menerima
hasil pen-jualan.
Memberikan informasi mengenai keadaan
keuangan per-usahaan.
Mengatur administrasi keuangan, personalia dan
admi-nistrasi perkantoran.
Menyusun laporan rugi laba dan neraca
perusahaan.
c.Tugas dan tanggung jawab bagian produksi dan staf.
Mengkoordinir dan mengatur tugas karyawan
bagian produksi.
Mengawasi jalannya proses produksi.
49
Bertanggung jawab penuh atas kelangsungan
produksi.
Memelihara terhadap semua peralatan serta sarana
lain-nya yang berhubungan dengan proses
produksi.
d. Tugas dan tanggung jawab pemasaran
Tugas pemasaran adalah menerima pesanan dan
meneruskan bagian produksi.
Memonitor dan mengamati tentang keadaan pasar
serta melakukan promosi.
Menyelenggarakan administrasi penjualan sesuai
pro-sedur perusahaan.
Menerima hasil produksi dari bagian untuk
selanjutnya dipasarkan.
Melakukan penagihan piutang terhadap penjualan
kredit.
Merencanakan pengiriman barang yang dijual
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Bertanggung jawab kepada pimpinan atas semua
tugas-tugasnya.
50
5. Produksi
1. Alat Produksi
Jenis peralatan yang digunakan dalam kegiatan
pada Bengkel Las “Pandowo”, Tulungagung
adalah:
a. Disel
Merupakan peralatan yang digunakan untuk
melakukan pengelasan. Dan biasanya alat ini
bisa dibawa untuk melakukan pengelasan baik
di dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan.
b. Trava
Jenis alat sama dengan disel, yaitu untuk
melakukan akan tetapi hanya dipakai di dalam
perusahaan.
c. Gurenda
Jenis alat ini digunakan untuk menghaluskan
besi, aluminium atau bahan lain setelah
dipotong maupun setelah di las.
d. Gergaji Mesin
51
Alat ini digunakan untuk melakukan
pemotongan besi,
stainlis, dan aluminium.
e. Bur Duduk dan Bur Tembak
Alat ini digunakan untuk memberikan lubang
pada besi, aluminium, stainlis guna
memasukkan baut.
f. Ral
Jenis alat ini digunakan untuk membentuk besi,
aluminium, dan stainlis sesuai dengan
permintaan pemesan atau sesuai dengan
motifnya.
g. Ripet
Jenis peralatan ini digunakan untuk mengunci
slat tenda dan slat rolling.
Selain peralatan utama di atas perusahaan
Bengkel Las “Pandowo”, Tulungagung juga
menggunakan peralatan lainnya seperti gunting
besi, pemotong kaca, amer dan sebagainya.
2. Jenis bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan oleh perusahaan Bengkel
Las “Pandowo”
52
Tulungagung dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Bahan Baku
Bahan utama yang digunakan untuk
menghasilkan pagar, trailis, meja TV, etalase
adalah pada Bengkel Las “Pandowo”,
Tulungagung adalah : besi, aluminium, piber,
stenlis, baja, kaca.
b. Bahan Pembantu
Sebagai bahan pembantu yang diperlukan
adalah : pali
karbonat, meni, cat, dempul, dan karbit.
3. Proses produksi
Proses produksi merupakan suatu cara,
metode dan tehnik untuk menciptakan atau
menambah suatu barang atau jasa dengan
menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin,
bahan bakar, dan dana) yang ada. Mengenai sifat
produski perlu dibedakan antara produksi massa
dan produksi satuan. Sifat produksi massa adalah
produksi yang diperuntukkan kepentingan umum.
Sedangkan sifat produksi satuan adalah produk
yang dibuat untuk kepentingan perseorangan atau
53
suatu badan, dengan kata lain produksi yang dibuat
berdasarkan pesanan.
Erat kaitannya dengan sifat produksi
kontinyu atau terus-menerus dimana bahan
mengalir secara berurutan melalui be-berapa tingkat
pengerjaan sampai pada tahap barang jadi.
Sedangkan pada sifat produksi terputus-putus
(intermitten), aliran proses produksi tidak mungkin
mengikuti pola yang berurutan karena pada waktu
bersamaan dibuat berbagai macam produk.
Pada Bengkel Las “Pandowo” Tulungagung
yang bekerja berdasarkan adanya pesanan, maka
proses produksi disesuaikan dengan pesanan. Ada
beberapa tahap dalam proses produksi, yaitu :
a. Memilih dan membeli bahan baku sesuai
dengan permintaan pesanan.
b. Memotong bahan-bahan yang telah dipilih
sesuai dengan
ukuran yang telah ditentukan.
c. Bahan yang telah dipotong di ral sesuai motif
gambar yang telah ditentukan.
54
d. Bahan-bahan yang telah siap di las sesuai
dengan bentuk gambar, kemudian di grenda dan
di dempul agar tampak ke-
lihatan lebih halus.
e. Pada tahap yang terakhir adalah dilakukan
pemberian cat dasar dengan meni dan apabila
telah kering di pasang di tempat pemesan dan di
cat akhir sesuai dengan warna pe-sanan.
4. Hasil Produksi
Seperti yang telah diuraikan bahwa
perusahaan Bengkel Las “Pandowo”, Tulungagung
menghasilkan berbagai macam jenis produksi yang
dikelompokkan sesuai dengan bahan bakunya :
a. Besi
Bahan dari bersi meliputi ; pagar, trails, meja,
rolling, pintu, rak, dan kerangka tenda.
b. Stenlis
Bahan dari stelis ; pagar, meja, pintu, rak,
aluminium, etalase, rolling door, dan
harmonica.
c. Baja
55
Salah satu hasil produksi dengan bahan baku
baja adalah kontraksi.
6. Pemasaran
1. Pasar sasaran
Adapun yang menjadi target pemasaran hasil
produksi adalah konsumen yang datang pada
perusahaan, orang yang sedang atau setelah
membangun (belum ada pagar), kantor, dan toko.
2. Daerah pemasaran
Daerah pemasaran yang menjadi sasaran penjualan
adalah :
a. Tulungagung.
b. Trenggalek.
c. Kediri.
d. Blitar.
e. Malang
3. Saluran distribusi
Saluran distribusi merupakan lembaga
penyalur atau distributor yang mempunyai kegiatan
menyalurkan barang sampai ke tangan konsumen.
Dalam melaksanakan hasil produksinya perusahaan,
menggunakan sistem saluran distribusi langsung
56
dan semi langsung. Saluran distribusi langsung
diterapkan bagi konsumen yang berada di dalam
kota atau dekat dengan perusahaan. Sedangkan
saluran distribusi semi langsung diterapkan pada
konsumen yang berlokasi diluar kota atau jauh dari
perusahaan.
4. Harga dan kebijakan harga
Dalam menetapkan harga hasil produksi,
Bengkel Las
“Pandowo”, Tulungagung ditetapkan sesuai barang
yang dipesan konsumen.
5. Kegiatan promosi
Perusahaan Bengkel Las “Pandowo” dalam
usaha meng-komunikasi keberadaan perusahaan
dan hasil produksi kepada masyarakat dengan
menggunakan sarana periklanan: kalender,kaos dan
dengan cara membuat Bor atau papan nama
perusahaan.
7. Ketenagakerjaan
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor
utama penunjang keberhasilan pengelolaan suatu usaha.
Dalam menjalankan aktivitas produksinya perusahaan,
57
banyak mengerahkan tenaga kerja manusia, maka dari
itu perusahaan sangat memperhatikan karyawannya dan
beranggapan bahwa kondisi yang tidak sehat dan
ketidakpuasan tenaga kerja akan mengganggu stabilitas
produksi perusahaan.
- Status Karyawan
Status karyawan pada perusahaan berkaitan dengan
sistem upah dan penggajian yang dibagi dalam 3
bagian yaitu :
a. Karyawan bulan
Yang statusnya diangkat sebagai karyawan
bulanan yang diangkat berdasarkan keputusan
pimpinan perusahaan.
Sistem bulanan diberikan kepada karyawan
tetap yang bukan pekerja yang langsung terikat
dalam proses produksi.
b. Karyawan harian tetap
Statusnya adalah harian dengan hubungan
kerjanya terbatas. Namun demikian karyawan
ini merupakan prioritas utama dalam
mengangkat karyawan bulanan dengan catatan
formasi perusahaan memungkinkan karyawan
58
tersebut menunjukkan prestasi kerja yang
dipersayaratkan.
Sistem harian diterapkan kepada karyawan
tetap yang langsung terlibat dalam proses
produksi, besarnya minimal disesuaikan dengan
UMK pengalaman dan ketrampilan.
c. Karyawan lepas / borongan
Sistem borongan diterapkan pada para
karyawan tidak tetap dan bekerja dengan sistem
borongan. Besarnya upah pada tingkat
produktivitas masing-masing karyawan.
Semakin banyak pekerjaan yang dikerjakan
(makin produktif) maka semakin besar upah
yang diterima.
Jumlah tenaga kerja yang ada pada perusahaan
Bengkel Las Pandowo Tulungagung sejumlah
27 orang karyawan dengan perinciannya dapat
digambarkan sebagai berikut : 1 orang
memegang Jabatan Pimpinan, 2 orang
memegang Jabatan Wakil Pimpinan, 4 orang
karyawan bulanan, 3 orang seorang mandor
merangkap teknisi, 2 orang sebagai sopir, 1
59
orang penjaga gudang, dan 14 orang tenaga
kerja lapangan.
Jam Kerja Karyawan
Perusahaan menetapkan jam kerja normal untuk
bagian produksi, setiap harinya selama 8 jam
selebihnya dianggap jam lembur. Pada umumnya
jam kerja hari dimulai pukul 07.30 WIB sampai
dengan pukul 15.30 WIB, kemudian istrirahat mulai
pukul 12.00 WIB sampai dengan 13.00 WIB,
kecuali hari Jum’at istirahat hingga pukul 11.30
sam,pai dengan pukul 13.00.
Kompensasi (compensation)
Kompensasi dirumuskan sebagai balas jasa yang
memadai dan
layak diberikan kepada personalia untuk mencapai
tujuan. Kompensasi atau upah yang ditetapkan di
perusahaan mengacu pada standart yang
disesuaikan dengan UMK, sesuai dengan
pengalaman, jenis pekerjaan dan keterampilan
tenaga kerja yang bersangkutan.
2. Pemisahan (separation)
60
Pada umumnya pemisahan atau pemutusan
hubungan kerja
terjadi bila sudah tidak terdapat kesepakatan antara
organisasi atau perusahaan dengan karyawan
mengenai pencapaian tujuan. Misalnya perusahaan
sudah beranggapan bahwa karyawan sudah tidak
mememnuhi syarat untuk ikut melaksnakan proses
produksi dalam perusahaan ataupun perusahaan
beranggapan karyawan telah melakukan hal yang
menyimpang dari aturan yang telah digariskan oleh
perusahaan. Bila peristiwa tersebut terjadi pada
perusahaan Bengkel Las “Pandowo”, maka
perusahaan akan menerapkan sistem peringatan.
Maksudnya karyawan yang melakukan kesalahan
dipanggil dan didekati untuk diperingatkan.
Apabila dengan usaha yang dilakukan tersebut
gagal, maka per-usahaan akan mempertimbangkan
pengambilan keputusan pe-misahan atau pemutusan
hubugan kerja yang dilakukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
B. Pembahasan
61
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan
penyebaran kuesioner kepada responden yang telah
ditentukan. Dalam hal penyebaran kuesioner, cara
pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:
1. Dilakukan perancangan responden yang akan
ditanyai dan dimintai keterangan tentang kriteria-
kriteria yang berkaitan dengan pemilihan alternatif
Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Responden yang masuk dalam daftar pengisian
kuesioner adalah karyawan Bengkel Las Pandowo
Tulungagung. Jumlah responden semuanya
mencapai 11 orang.
2. Pengambilan data dari responden dilakukan melalui
kuesioner yang diberikan ke responden disesuaikan
dengan kondisi responden dan kemudahan
pengambilan data.
3. Rancangan isi pertanyaan ke responden meliputi 18
pertanyaan yang mewakili kriteria-kriteria penilaian
sebagai ukuran yang mempengaruhi terhadap
pemilihan alternatif faktor yang mempengaruhi
62
pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja. Kuesioner dirancang sedemikian
rupa sehingga memudahkan dalam pembacaan dan
pemahaman responden (Kuesioner dapat dilihat pada
Lampiran).
b. Teknik analisis data dengan Metode Analytic
Hirarchy Process (AHP)
Proses hirarki analitis (AHP) yang diusulkan
dalam penelitian ini bertujuan memberikan penilaian
bagi kriteria yang mempengaruhi keputusan pemilihan
alternatif faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Pemilihan metodologi didasarkan pada karakteristik
masalah dan pertimbangan keuntungan dan kelemahan
dari metodologi lain. Peneliti menilai pentingnya
masing-masing kriteria menurut nilai pasangan kriteria
yang dibandingkan.Hasil akhir AHP adalah suatu
ranking atau pembobotan prioritas dari tiap alternatif.
Dalam penelitian ini fokus pada perumusan suatu
model berbasis AHP untuk menilai dari ketiga alternatif
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
63
diusulkan dan memiliki kelayakan yang paling baik
diantara ketiganya. Dalam menganalisis data
menggunakan perhitungan secara manual dan
menggunakan alat bantu yaitu perangkat lunak
ExpertChoice.
Secara mendasar, ada tiga langkah dalam model
AHP, yaitu: Penyusunan hirarki, penilaian, dan
penentuan prioritas.
1. Penyusunan Hirarki (Decomposition)
Dalam bagian ini diperkenalkan suatu
pendekatan konseptual untuk penilaian alternatif
model dengan menggunakan model AHP. Dalam
model yang diusulkan dalam penelitian ini,
setidaknya terdapat 3 level hirarki sebagai berikut:
a. Level I: Sasaran dari keputusan yang akan
diambil ditempatkan pada puncak hirarki.
Dalam hal ini sasaran yang dimaksud adalah
“Pemilihan faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja”
b. Level II: Pada tingkatan kedua, diajukan
kriteria-kriteria penilaian dari yang dapat
64
menunjukan kualitas atau tingkat pelayanan
dari alternatif yang diusulkan. Kriteria-keriteria
tersebut terdiri dari manajemen, manusia, alat
dan lingkungan.
c. Level III: Pada tingkatan ketiga, diusulkan
alternatif Pemilihan faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja.
Gambar 4.2 : Hirarki Pemilihan Faktor Yang
Mempengaruhi
Pelaksanaan Sistem Manajemen K3
2. Penilaian kriteria
Setelah penyusunan hirarki, maka langkah
selanjutnya melakukan perbandingan berpasangan
(pairwise comparison). Untuk hirarki di atas
65
(gambar 4.1) kita dapat melakukan penentuan
prioritas (pembobotan elemen). Untuk kriteria
:Manajemen, Alat, Manusia, Lingkungan.Penentuan
prioritas untuk kriteria tersebut dilakukan dalam
bentuk matriks berikut :
c. Perhitungan Faktor Pembobotan Hirarki untuk
Semua Kriteria
Tabel 4.1 :Matriks penilaian perbandingan darirespondenterhadap faktor yang mempengaruhipelaksanaansistem manajemen K3
Responden 1Manajemen Manusia Alat Lingkungan
Manajemen 1 1 3 5Manusia 1 1 3 3Alat 1/3 1/3 1 1Lingkungan 1/5 1/3 1 1
Responden 2Manajemen Manusia Alat Lingkungan
Manajemen 1 1/5 1/2 3Manusia 5 1 3 5Alat 2 1/3 1 1Lingkungan 1/3 1/5 1 1
Responden 3Manajemen Manusia Alat Lingkungan
Manajemen 1 1 1/3 1/3Manusia 1 1 3 1/3Alat 3 1/3 1 1/3Lingkungan 3 3 3 1
Responden 4Manajemen Manusia Alat Lingkungan
Manajemen 1 1 1/3 1/3
66
Manusia 1 1 1 3Alat 3 1 1 1/3Lingkungan 3 1/3 3 1
Responden 5Manajemen Manusia Alat Lingkungan
Manajemen 1 5 2 7Manusia 1/5 1 4 5Alat 1/2 1/4 1 7Lingkungan 1/7 1/5 1/7 1
Responden 6Manajemen Manusia Alat Lingkungan
Manajemen 1 1/3 3 3Manusia 3 1 5 5Alat 1/3 1/5 1 1/5Lingkungan 1/3 1/5 5 1
Responden 7Manajemen Manusia Alat Lingkungan
Manajemen 1 1 1 2Manusia 1 1 5 5Alat 1 1/5 1 1Lingkungan 1/2 1/5 1 1
Responden 8Manajemen Manusia Alat Lingkungan
Manajemen 1 3 3 5Manusia 1/3 1 5 5Alat 1/3 1/5 1 3Lingkungan 1/5 1/5 1/3 1
Responden 9Manajemen Manusia Alat Lingkungan
Manajemen 1 1 1/5 7Manusia 1 1 5 5Alat 5 1/5 1 3Lingkungan 1/7 1/5 1/3 1
Responden 10Manajemen Manusia Alat Lingkungan
Manajemen 1 1 3 5Manusia 1 1 1 3Alat 1/3 1 1 3
67
Lingkungan 1/5 1/3 1/3 1
Responden 11Manajemen Manusia Alat Lingkungan
Manajemen 1 3 5 5Manusia 1/3 1 1 3Alat 1/5 1 1 1Lingkungan 1/5 1/3 1 1
Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
Setelah penilaian perbandingan sudah dimasukkan
dam matriks diatas, maka untuk memperoleh satu matriks
harus dilakukan rata-rata ukur. Hasilnya adalah :
Geometriks Mean dari 11 matrik penilaian responden
GM 12= 1 x x 1 x 1 x 5 x x 1 x 3 x 1 x 1 x 3 = √3 = 1,105
GM 13= 3 x x x x 2 x 3 x 1 x 3 x x 3 x 5 = √9 = 1,221
GM 14= 5 x 3 x x x 7 x 3 x 2 x 5 x 7 x 5 x 5 = √61250 =2,724
GM 21= 1 x 5 x 1 x 1 x x 3 x 1 x x 1 x 1 x = √0,33 = 0,904
GM 23= √ 3 x 3 x 3 x 1 x 4 x 5 x 5 x 5 x 5 x 1 x 1 = √67500 =2,748
GM 24= 3 x 5 x x 3 x 5 x 5 x 5 x 5 x 5 x 3 x 3 = √421875 =3,246
GM 31= x 2 x 3 x 3 x x x 1 x x 5 x x = √0,111 = 0,818
GM32= x x x 1 x x x x x x 1 x 1 = 0,000015 = 0,364
GM 34= 1 x 1 x x x 7 x x 1 x 3 x 3 x 3 x 1 = √4,2 = 1,140
GM 41= x x 3 x 3 x x x x x x x = √0,000016 = 0,366
68
GM 42= x x 3 x x x x x x x x = √0,0000024 =0,308
GM 43= 1 x 1 x 3 x 3 x x 5 x 1 x x x x 1 = √0,238 = 0,877
Tabel 4.2 :Matriks penilaian pembobotan hirarki untuk semua
kriteria dari 11 responden yang disederhanakan
Manajeman Manusia Alat LingkunganManajeman 1 1,105 1,221 2,724Manusia 0,904 1 2,748 3,246Alat 0,818 0,364 1 1,140Lingkungan 0,366 0,308 0,877 1Jumlah 3,088 2,777 5,846 8,11
Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
d. Penentuan Prioritas Kriteria
Dengan melakukan penilaian relatif pada setiap sel
dengan cara nilai setiap sel dibagi dengan jumlah pada setiap
kolomnya maka, akan diperoleh nilai relatif per sel. Akhirnya
pada setiap faktor secara horisontal dijumlahkan dan dicari
bobot prioritasnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
69
Tabel 4.3 :Matriks Bobot Prioritas nilai perbandinganberpasangan untuk Setiap Kriteria
Manajemen
Manusia Alat Lingkungan
Jumlah
Prioritas
Manajeman 0,324 0,398 0,208 0,336 1,266 0,316Manusia 0,292 0,360 0,470 0,400 1,522 0,380
Alat 0,265 0,131 0,171 0,140 0,707 0,176Lingkungan
0,118 0,111 0,150 0,123 0,502 0,125
Jumlah 1 1 1 1 4 1
Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
Perhitungan Uji konsistensi matriks :
1. Mencari nilai [A] = matriks x bobot prioritas
matriks bobot prio Vektor [A]
1 1,105 1,221 2,724 0,316 1,291
0,904 1 2,748 3,246 X 0,380 = 1,554
0,818 0,364 1 1,140 0,176 0,714
0,366 0,308 0,877 1 0,125 0,511
2. Mencari vektor B =[ ]
B = 1,291 1,554 0,714 0,5110,316 0,380 0,176 0,125
= 4,08 4,09 4,05 4,09
3. Mencari Maximum Eigenvalue =
70
Maximum Eigenvalue =, , , ,
= 4,07
4. Mencari Consistency index =λ
=,
C.I = 0,023
5. Mencari Consistency Ratio, dengan nilai random
indeksnya 4 = 0,90
Consistency Ratio =
=, ,
CR = 0,025
dinyatakan konsisten karena CR < 0,1 sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Saaty
Tabel di atas memperlihatkan bahwa diantara 4
kriteria yang akan digunakan dalam menentukan
pemilihan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan sistem
manajeman keselamatan dan kesehatan kerja, maka
kriteria manusia memiliki bobot yang paling tinggi
dibandingkan dengan kriteria-kriteria yang lain. Bobot
prioritas manusia adalah 0,380. Kriteria Manajemen
memiliki bobot prioritas 0,316 dan kriteria alat memiliki
bobot prioritas yang sama dengan nilai 0,176, sedangkan
71
bobot prioritas kriteria paling rendah adalah lingkungan
dengan nilai 0,125.
e. Penilaian alternatif
Setelah penyusunan hirarki dan melakukan
penghitungan perbandingan berpasangan kriteria, maka
langkah selanjutnya melakukan perbandingan
berpasangan (pairwise comparison) untuk alternatif yang
dikaitkan pada kriteria.Untuk hirarki di atas (gambar 4.1)
kita dapat melakukan penentuan prioritas (pembobotan
elemen).
Untuk alternatif :Program K3, Proses Manajemen
dan Sumber Daya Manusia. Penentuan prioritas untuk
alternatif tersebut dilakukan dalam bentuk matriks
sebagai berikut.
1. Membuat Prioritas Antar Alternatif Kaitannya Dengan
Setiap Kriteria
a. Pengolahan data alternatif yang dikaitkan dengan
kriteria manajemen
Tabel 4.4 :Matriks penilaian perbandingan antar alternatifkaitannya dengan kriteria manajemen dari 11responden
72
Responden 1Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 1/3 1/3
Proses Manajemen 3 1 3Sumber Daya
Manusia3 1/3 1
Responden 2Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 1/3 1/3
Proses Manajemen 3 1 1Sumber Daya
Manusia3 1 1
Responden 3Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 1/5 5
Proses Manajemen 5 1 1/5Sumber Daya
Manusia1/5 5 1
Responden 4Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 5 7
Proses Manajemen 1/5 1 1/5Sumber Daya
Manusia1/7 5 1
Responden 5Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 2 3
ProsesManajemen 1/2 1 5Sumber Daya
Manusia1/3 1/5 1
Responden 6Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 5 1/5
Proses Manajemen 1/5 1 1/5
73
Sumber DayaManusia
5 5 1
Responden 7Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 1 3
Proses Manajemen 1 1 1Sumber Daya
Manusia1/3 1 1
Responden 8Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 1 1/3
Proses Manajemen 1 1 1/3Sumber Daya
Manusia3 3 1
Responden 9Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 5 1/5
Proses Manajemen 1/5 1 1/5Sumber Daya
Manusia5 5 1
Responden 10Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 1 3
Proses Manajemen 1 1 1/3Sumber Daya
Manusia1/3 3 1
Responden 11Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 3 1/3
Proses Manajemen 1/3 1 3SDM 3 1/3 1Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
Setelah penilaian perbandingan sudah dimasukkan
dam matriks diatas, maka untuk memperoleh satu matriks
harus dilakukan rata-rata ukur. Hasilnya adalah :
74
Geometriks Mean dari 11 matrik penilaian responden
GM 12= x x x 5 x 2 x 5 x 1 x 1 x 5 x 1 x 3 = √16,67 = 1,291
GM 13= x x 5 x 7 x 3 x x 3 x x x 3 x = √4,2 = 1,139
GM 21= 3 x 3 x 5 x x x x 1 x 1 x x 1 x = √0,06 = 0,774
GM 23= 3 x 1 x x x 5 x x 1 x x x x 3 = √0,008 = 0,644
GM31= 3 x 3 x x x x 5 x x 3 x 5 x x 3 = √2,143 = 1,072
GM 32= x 1 x 5 x 5 x x 5 x 1 x 3 x 5 x 3 x = √125 = 1,551
Tabel 4.5 :Matriks penilaian pembobotan hirarki untuk semuaaltenatifyang dikaitkan dengan kriteria manajemen dari 11responden yang disederhanakan
Program K3 ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 1,291 1,139
Proses Manajemen 0,774 1 0,644Sumber Daya
Manusia1,072 1,551 1
Jumlah 2,846 3,842 2,783Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
1. Penentuan Prioritas Alternatif Yang Dikaitkan Dengan
Kriteria Manajemen
Dengan melakukan penilaian relatif pada setiap sel
dengan cara nilai setiap sel dibagi dengan jumlah pada
75
setiap kolomnya maka, akan diperoleh nilai relatif per sel.
Akhirnya pada setiap faktor secara horisontal dijumlahkan
dan dicari bobot prioritasnya. Hasil selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 :Matriks Bobot Prioritas nilai perbandinganberpasangan untuk alternatif dikaitkandengan kriteria manajemen
ProgramK3
ProsesManajeme
n
SumberDaya
Manusia
Jumlah Prioritas
Program K3 0,351 0,336 0,410 1,097 0,366
ProsesManajemen
0,272 0,260 0,231 0,763 0,254
Sumber DayaManusia
0,376 0,404 0,360 1,140 0,380
Jumlah 1 1 1 3 1
Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
Perhitungan Uji konsistensi matriks :
a. Mencari nilai [A] = matriks x bobot prioritas
matriks bobot prio Vektor [A]
1 1,291 1,139 0,366 1,127
0,774 1 0,664 X 0,254 = 0,789
1,072 1,551 1 0,380 1,166
76
b. Mencari vektor B =[ ]
B = 1,127 0,789 1,1660,366 0,254 0,380
= 3,079 3,106 3,068
c. Mencari Maximum Eigenvalue =
Maximum Eigenvalue =, , ,
= 3,084
d. Mencari Consistency index =λ
=,
C.I = 0,042
e. Mencari Consistency Ratio, dengan nilai random
indeksnya 3 = 0,58
Consistency Ratio =
=, ,
CR = 0,072
dinyatakan konsisten karena CR < 0,1 sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Saaty
77
Dari 3alternatif yang dikaitkan dengan kriteria
manusia, maka alternatif Sumber Daya Manusia
memiliki bobot yang paling tinggi dengan bobot adalah
0.380. Alternatif Program K3 memiliki bobot prioritas
0,366 dan alternatifProses Manajemen memiliki bobot
prioritas yang sama dengan nilai 0.254.
f. Pengolahan data alternatif untuk kriteria manusia
Tabel 4.7 :Matrikspenilaian perbandingan antar alternatifkaitannya dengan kriteria manusia dari 11responden
Responden 1Program
K3Proses
ManajemenSumber
DayaManusia
Program K3 1 1 1/3Proses
Manajemen1 1 1/3
Sumber DayaManusia
3 3 1
Responden 2Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 3 1/5
Proses Manajemen 1/3 1 1/7Sumber Daya
Manusia5 7 1
Responden 3Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 2 1
Proses Manajemen 1/2 1 3Sumber Daya
Manusia1 1/3 1
78
Responden 4Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 2 1/3
Proses Manajemen 1/2 1 1/5Sumber Daya
Manusia3 5 1
Responden 5Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 3 1/3
Proses Manajemen 1/3 1 1Sumber Daya
Manusia3 1 1
Responden 6Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 1/3 1/5
Proses Manajemen 3 1 1/3Sumber Daya
Manusia5 3 1
Responden 7Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 1/3 7
Proses Manajemen 3 1 5Sumber Daya
Manusia1/7 1/5 1
Responden 8Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 1 1/3
Proses Manajemen 1 1 1/3Sumber Daya
Manusia3 3 1
Responden 9
79
ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 1/5 1/9Proses Manajemen 5 1 1
Sumber DayaManusia
9 1 1
Responden 10Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 1 1/5
Proses Manajemen 1 1 1Sumber Daya
Manusia5 1 1
Responden 11Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 ½ 1/3
Proses Manajemen 2 1 1/3Sumber Daya
Manusia3 3 1
Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
Setelah penilaian perbandingan sudah dimasukkan
dam matriks diatas, maka untuk memperoleh satu matriks
harus dilakukan rata-rata ukur. Hasilnya adalah :
Geometriks Mean dari 11 matrik penilaian responden
GM 12= 1 x 3 x 2 x 2 x 3 x x x 1 x x 1 x = √0,4 = 0,920
GM13= x x 1 x x x x 7 x x x x = 0,000025 =0,382
GM 21= 1 x x x x x 3 x 3 x 1 x 5 x 1 x 2 = 2,5 = 1,087
GM 23= x x 3 x x 1 x x 5 x x 1 x 1 x = 0,0053 = 0,621
GM 31= 3 x 5 x 1 x 3 x 3 x 5 x x 3 x 9 x 5 x 3 = 39053,6 = 2,615
80
GM 32= 3 x 7 x x 5 x 1 x 3 x x 3 x 1 x 1 x 3 = √189 = 1,610
Tabel 4.8 :Matriks penilaian pembobotan hirarki untuk semuaaltenatif yang dikaitkan dengan kriteria manusiadari 11 responden yang disederhanakan
ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 0,920 0,382Proses Manajemen 1,087 1 0,621
Sumber DayaManusia
2,615 1,610 1
Jumlah 4,702 3,530 2,003
g. Penentuan Prioritas Alternatif Yang Dikaitkan Dengan
Kriteria Manusia
Dengan melakukan penilaian relatif pada setiap
sel dengan cara nilai setiap sel dibagi dengan jumlah
pada setiap kolomnya maka, akan diperoleh nilai relatif
per sel. Akhirnya pada setiap faktor secara horisontal
dijumlahkan dan dicari bobot prioritasnya. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9 :Matriks Bobot Prioritas nilai perbandinganberpasangan untuk alternatif dikaitkan dengankriteria manusia
ProgramK3
ProsesManaje
men
SumberDaya
Manusia
Jumlah Prioritas
Program K3 0,213 0,261 0,191 0,665 0,222
ProsesManajemen
0,231 0,283 0,310 0,824 0,275
Sumber DayaManusia
0,556 0,456 0,499 1,511 0,503
Jumlah 1 1 1 3 1
81
Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
Perhitungan Uji konsistensi matriks :
a. Mencari nilai [A] = matriks x bobot prioritas
matriks bobot prio Vektor [A]
1 0,920 0,382 0,222 0,667
1,087 1 0,621 X 0,275 = 0,828
2,615 1,610 1 0,503 1,526
b. Mencari vektor B =[ ]
B = 0,667 0,828 1,5260,222 0,275 0,503
= 3,004 3,011 3,034
c. Mencari Maximum Eigenvalue =
Maximum Eigenvalue =, , ,
= 3,016
d. Mencari Consistency index =λ
=,
C.I = 0,008
82
e. Mencari Consistency Ratio, dengan nilai random
indeksnya 3 = 0,58
Consistency Ratio =
=, ,
CR = 0,014
dinyatakan konsisten karena CR < 0,1 sesuai dengan
yang dikemuka-kan oleh Saaty
Dari 3alternatif yang dikaitkan dengan kriteria
manusia, maka alternatif Sumber Daya Manusia memiliki
bobot yang paling tinggi dengan bobot adalah 0.503.
Alternatif Proses Manajemen memiliki bobot prioritas
0,275 dan alternatifProgram K3 memiliki bobot prioritas
yang sama dengan nilai 0,222.
h. Pengolahan data alternatif untuk kriteria alat
83
Tabel 4.10 :Matriks penilaian perbandingan antaralternatif kaitannya dengan kriteria alatdari 11 responden
Responden 1Program K3 Proses
ManajemenSumber DayaManusia
ProgramK3
1 5 1/3
ProsesManajemen
1/5 1 1
SumberDayaManusia
3 1 1
Responden 2Program K3 Proses
ManajemenSumber DayaManusia
ProgramK3
1 1/3 1/5
ProsesManajemen
3 1 1/3
SumberDayaManusia
5 3 1
Responden 3ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 1 3ProsesManajemen
1 1 1/3
SumberDayaManusia
1/3 3 1
Responden 4ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 5 3ProsesManajemen
1/5 1 1/7
Sumber DayaManusia
1/3 7 1
84
Responden 5ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 1 3ProsesManajemen
1 1 1
Sumber DayaManusia
1/3 1 1
Responden 6ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 3 1/3ProsesManajemen
1/3 1 1/3
Sumber DayaManusia
3 3 1
Responden 7ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 1 1/5ProsesManajemen
1 1 1/5
Sumber DayaManusia
5 5 1
Responden 8ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 1 3ProsesManajemen
1 1 1/5
Sumber DayaManusia
1/3 5 1
85
Responden 9ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 5 1/3ProsesManajemen
1/5 1 1/5
Sumber DayaManusia
3 5 1
Responden 10ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 1 1/3ProsesManajemen
1 1 1/3
Sumber DayaManusia
3 3 1
Responden 11Program
K3Proses
ManajemenSumber Daya
ManusiaProgram K3 1 1/3 1/5
ProsesManajemen
3 1 1/3
Sumber DayaManusia
5 3 1
Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
Setelah penilaian perbandingan sudah dimasukkan
dam matriks diatas, maka untuk memperoleh satu matriks
harus dilakukan rata-rata ukur. Hasilnya adalah :
Geometriks Mean dari 11 matrik penilaian responden
GM 12= 5 x x 1 x 5 x 1 x 3 x 1 x 1 x 5 x 1 x = √41,6 = 1,403
GM 13= x x 3 x 3 x 3 x x x 3 x x x = √0,008 = 0,644
GM 21= x 3 x 1 x x 1 x x 1 x 1 x x 1 x 3 = √0,024 = 0,712
86
GM23= 1 x x x x 1 x x x x x x = √0,0000047= 0,330
GM 31= 3 x 5 x x x x 3 x 5 x x 3 x 3 x 5 = √125 = 1,551
GM 32= √ 1 x 3 x 3 x 7 x 1 x 3 x 5 x 5 x 5 x 3 x 3 = √212625 = 3,050
Tabel 4.11:Matriks penilaian pembobotan hirarki untuk semuaaltenatifyang dikaitkan dengan kriteria alat dari 11responden yang disederhanakan
ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 1,403 0,644
Proses Manajemen 0,712 1 0,330Sumber Daya
Manusia1,551 3,050 1
Jumlah 3,263 5,453 1,974Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
i. Penentuan Prioritas Alternatif Yang Dikaitkan Dengan
Kriteria Alat
Dengan melakukan penilaian relatif pada setiap sel
dengan cara nilai setiap sel dibagi dengan jumlah pada setiap
kolomnya maka, akan diperoleh nilai relatif per sel.
Akhirnya pada setiap faktor secara horisontal dijumlahkan
dan dicari bobot prioritasnya. Hasil selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
87
Tabel 4.12 :Matriks Bobot Prioritas nilai perbandinganberpasangan untuk alternatif dikaitkan dengankriteria alat
Program K3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Jumlah Prioritas
ProgramK3
0,306 0,260 0,326 0,892 0,297
ProsesManajeme
n
0,220 0,183 0,167 0,570 0,190
SumberDaya
Manusia
0,475 0,560 0,506 1,541 0,513
Jumlah 1 1 1 3 1
Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
Perhitungan Uji konsistensi matriks :
a. Mencari nilai [A] = matriks x bobot prioritas
matriks bobot prio Vektor[A]
1 1,403 0,644 0,297 0,893
0,712 1 0,330 X 0,190 = 0,571
1,551 3,050 1 0,513 1,553
b. Mencari vektor B =[ ]
B = 0,893 0,571 1,5530,297 0,190 0,513
= 3,006 3,005 3,027
88
c. Mencari Maximum Eigenvalue =
Maximum Eigenvalue =, , ,
= 3,013
d. Mencari Consistency index =λ
=,
C.I = 0,0065
e. Mencari Consistency Ratio, dengan nilai random
indeksnya 3 = 0,58
Consistency Ratio =
=, ,
CR = 0,0112
dinyatakan konsisten karena CR < 0,1 sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Saaty
Dari 3alternatif yang dikaitkan dengan kriteria
alat, maka alternatif Sumber Daya Manusia memiliki
bobot yang paling tinggi dengan bobot adalah 0.513.
Alternatif Program K3 memiliki bobot prioritas 0,297
dan alternatifProses manajemen memiliki bobot
prioritas yang sama dengan nilai 0,190.
89
j. Pengolahan data alternatif untuk kriteria lingkungan
Tabel 4.13 :Matriks penilaian perbandingan antar alternatifkaitannya dengan kriteria lingkungan dari 11responden
Responden 1ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 3 5ProsesManajemen
1/3 1 1
Sumber DayaManusia
1/5 1 1
Responden 2ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 1 3ProsesManajemen
1 1 5
Sumber DayaManusia
1/3 1/5 1
Responden 3ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 1 3ProsesManajemen
1 1 5
Sumber DayaManusia
1/3 1/5 1
Responden 4ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 3 1/3ProsesManajemen
1/3 1 1/5
Sumber DayaManusia
3 5 1
90
Responden 5ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 1/3 1ProsesManajemen
3 1 1/5
Sumber DayaManusia
5 1 1
Responden 6ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 5 1ProsesManajemen
1/5 1 1/3
Sumber DayaManusia
1 3 1
Responden 7ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 1 5ProsesManajemen
1 1 7
Sumber DayaManusia
1/5 1/7 1
Responden 8ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 1/3 1/3ProsesManajemen
3 1 1
Sumber DayaManusia
3 1 1
Responden 9ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 5 9ProsesManajemen
1/5 1 3
Sumber DayaManusia
1/9 1/3 1
91
Responden 10Program K3 Proses
ManajemenSumber DayaManusia
Program K3 1 1 1/3ProsesManajemen
1 1 1
Sumber DayaManusia
3 1 1
Responden 11Program K3 Proses
ManajemenSumber DayaManusia
Program K3 1 1 3ProsesManajemen
1 1 5
Sumber DayaManusia
1/3 1/5 1
Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
Setelah penilaian perbandingan sudah dimasukkan
dam matriks diatas, maka untuk memperoleh satu matriks
harus dilakukan rata-rata ukur. Hasilnya adalah :
Geometriks Mean dari 11 matrik penilaian responden
GM 12= 3 x 1 x 1 x 3 x x 5 x 1 x x 5 x 1 x 1 = √25 = 1,340
GM 13= 5 x 3 x 3 x x 1 x 1 x 5 x x 9 x x 3 = √225 = 1,636
GM 21= x 1 x 1 x x 3 x x 1 x 3 x x 1 x 1 = √0,04 = 0,746
GM 23= 1 x 5 x 5 x x x x 7 x 1 x 3 x 1 x 5 = √35 = 1,381
GM 31= x x x 3 x 5 x 1 x x 3 x x 3 x = √0,022 = 0,707
GM 32= 1 x x x 5 x 1 x 3 x x 1 x x 1 x = 0,0057 = 0,625
92
Tabel 4.14:Matriks penilaian pembobotan hirarki untuk semuaaltenatifyang dikaitkan dengan kriteria lingkungandari 11 responden yang disederhanakan
ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Program K3 1 1,340 1,636Proses Manajemen 0,746 1 1,381
Sumber DayaManusia
0,707 0,625 1
Jumlah 2,453 2,965 4,017Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
k. Penentuan Prioritas Alternatif Yang Dikaitkan Dengan
Kriteria Lingkungan
Dengan melakukan penilaian relatif pada setiap sel
dengan cara nilai setiap sel dibagi dengan jumlah pada setiap
kolomnya maka, akan diperoleh nilai relatif per sel. Akhirnya
pada setiap faktor secara horisontal dijumlahkan dan dicari
bobot prioritasnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.15 :Matriks Bobot Prioritas nilai perbandinganberpasangan untuk alternatif dikaitkan dengan kriterialingkungan
ProgramK3
ProsesManajemen
Sumber DayaManusia
Jumlah
Prioritas
Program K3 0,407 0,452 0,407 1,266
0,422
ProsesManajemen
0,304 0,337 0,344 0,985
0,330
SumberDaya
Manusia
0,288 0,211 0,249 0,748
0,250
Jumlah 1 1 1 3 1
Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
93
Perhitungan Uji konsistensi matriks :
a. Mencari nilai [A] = matriks x bobot prioritas
matriks bobot prio Vektor [A]
1 1,340 1,636 0,422 1,273
0,746 1 1,381 X 0,330 = 0,990
0,707 0,625 1 0,250 0,754
b. Mencari vektor B =[ ]
B = 1,273 0,990 0,7540,422 0,330 0,250
= 3,016 3 3,016
c. Mencari Maximum Eigenvalue =
Maximum Eigenvalue =, ,
= 3,011
d. Mencari Consistency index =λ
=,
C.I = 0,0055
e. Mencari Consistency Ratio, dengan nilai random
indeksnya 3 = 0,58
94
Consistency Ratio =
=, ,
CR = 0,0095
dinyatakan konsisten karena CR < 0,1 sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Saaty
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh
prioritas untuk alternatif - alternatifyang dikaitkan
dengan kriteria. Untuk alternatif yang dikaitkan dengan
kriteria manajemen adalah alternatif sumber daya
manusia memiliki bobot prioritas tertinggi yaitu
0,380.Pada alternatif yang dikaitkan dengan kriteria
manusia bahwa alternatif sumber daya manusia
memiliki bobot prioritas tertinggi yaitu 0,503.Untuk
alternatif yang dikaitkan dengan kriteria alat didapatkan
bahwa alternatif sumber daya manusia memiliki bobot
prioritas tertinggi yaitu 0,513.Sedangkan pada alternatif
yang dikaitkan dengan kriteria lingkungan didapatkan
bahwa alternatif program k3 dengan bobot prioritas
tertinggi yaitu 0,422.
l. Hasil Bobot Prioritas dan Bobot Global
95
Pembobotan tiap kriteria yang terlibat dalam
analisis AHP dapat dihitung manual atau menggunakan
bantuan software Expert Choice v11. Dalam penilitian
ini pembobotan menggunakan Expert Choice v11.
Untuk Tabel Perhitungan Vektor Eigen dan Nilai Eigen
Maksimum serta pengujian nilai Consistency Ratiohasil
dari pembobotan menggunakan Expert Choice v11
dapat dilihat di Lampiran, Hasil akhir dari pengolahan
data berdasarkan metode AHP adalah sebagai berikut:
Tabel 4.16 Bobot Prioritas Setiap Kriteria
Kriteria Bobot Prioritas
Manajemen 0,317
Manusia 0,382
Alat 0,176
Lingkungan 0,126
Consisteny Ratio = 0,03
Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
Kemudian bobot keseluruhan atau agregat dari
alternatif yang dikaitkan dengan setiap kriteria yang
ada. Hasil bobot agregat dari masing-masing alternatif
adalah sebagai berikut:
96
Tabel 4.17 : Bobot Global untuk Setiap Alternatif
Alternatif Bobot Prioritas
Program K3 0,317
Proses Manajemen 0,263
Sumber Daya Manusia 0,420
Consisteny Ratio = 0,02
Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
m.Pengujian Konsistensi Keseluruhan Hirarki
Setelah nilai didapatkan sejumlah angka indeks
konsistensi yang banyaknya sama dengan unsur-unsur
dalam kriteria, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan perkalian vektor antara vektor prioritas level
kriteria sebagai vektor baris dengan vektor indeks
konsistensi dari level alternatif sebagai vektor kolom
hasil perkalian ini merupakan satu angka yang
kemudian ditambah dengan indeks konsistensi level
kriteria dan hasilnya disebut M. Selanjutnya dihitung
indeks random keseluruhan dengan cara yang sama,
hanya setiap indeks konsistensi diganti dengan indeks
random yang besarnya tergantung ukuran matriks. Dari
operasi ini didapatkan indeks random hirarki secara
keseluruhan yang dilambangkan dengan M’. Dengan
demikian akan didapatkan rasio konsistensi secara
keseluruhan dengan membagi Indeks Konsistensi
97
Keseluruhan (M) dengan Indeks Random Keseluruhan
(M’), yang bisa ditulis:
CRH =
Dimana CRH adalah Rasio Konsistensi
Hirarki.Sama seperti rasio konsistensi lokal, tingkat
CRH yang bisa diterima adalah inkonsistensi 10%
kebawah.
Kemudian hasil dari rasio konsistensi hirarki
dapat dilihat pada perhitungan sebagai berikut:
Langkah pertama adalah menghitung indeks konsistensi
keseluruhan (M)
Bobot prioritas level 2 (faktor) : 0,316 0,380
0,176 0,125
Indeks konsistensi level 1 (tujuan) : 0
Indeks konsistensi level 3 (alternatif) : 0,0420
0,0080 0,0065 0,0055
M = 0 + (0,316 0,380 0,176 0,125) 0,0420
0,0080
0,0065
0,0055
98
M = 0,0181
Langkah kedua perhitungan random indeks
adalah
Random indeks level 1 (tujuan) : 0
Random indeks level 3 (alternatif) : 0,58 0,58
0,58 0,58
M’ = 0 + (0,316 0,380 0,176 0,125)
0,58
0,58
0,58
0,58
M’ = 0,5770
Karena itu konsistensi rasio hirarki (CRH)
CRH = ′
CRH =0,0181
0,5770
CRH = 0,031
Nilai konsistensi ternyata cukup baik karena
tidak melebihi syarat 10%, karena itu
konsistensi hirarki keseluruhan dapat diterima.
99
n. Rekapitulasi bobot prioritas pada masing-masing
elemen
Berikut ini merupakan hasil keseluruhan dari
besarnya bobot prioritas yang telah dihitung
selanjutnya pada tabel 4.18 berikut ini:
Tabel 4.18:Rekapitulasi bobot prioritas
Tujuan Kriteria BobotPrioritas
Alternatif Bobotprioritas
Faktor yangberpengaruh terhadappelaksanaan sistemmanajemenK3
Manajemen 0,380Sumber DayaManusiaProgram K3ProsesManajemen
0,380
0,3660,254
Manusia 0,316 Sumber DayaManusiaProsesManajemenProgram K3
0,503
0,2750,222
Alat 0,176 Sumber DayaManusiaProgram K3ProsesManajemen
0,513
0,297
0,190Lingkungan 0,125 Program K3
ProsesManajemenSumber DayaManusia
0,422
0,330
0,250
o. Hasil Analisis
Setelah dilakukan perhitungan mengenai
penentuan alternatif yang dikaitkan dengan kriteria
terhadap pemilihan faktor yang berpengaruh dalam
100
pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja, didapatkan yang dari alternatif yang
dikaitkan dengan kriteria manajemen adalah alternatif
sumber daya manusia memiliki bobot prioritas
tertinggi yaitu 0,380. Pada alternatif yang dikaitkan
dengan kriteria manusia bahwa alternatif sumber daya
manusia memiliki bobot prioritas tertinggi yaitu
0,503. Untuk alternatif yang dikaitkan dengan kriteria
alat didapatkan bahwa alternatif sumber daya manusia
memiliki bobot prioritas tertinggi yaitu 0,513.
Sedangkan pada alternatif yang dikaitkan dengan
kriteria lingkungan didapatkan bahwa alternatif
program k3 dengan bobot prioritas tertinggi yaitu
0,422. Hasil bobot agregat dari masing-masing
alternatif adalah sebagai berikut: prioritas pertama
Sumber Daya Manusia dengan bobot prioritas 0,420.
Prioritas kedua Program K3 dengan bobot prioritas
0,317. Dan Prioritas terakir adalah Proses Manajemen
dengan bobot prioritas 0,263. Dengan demikian faktor
yang memerlukan perhatian dan pertimbangan
perusahaan untuk pelaksanaan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja adalah faktor
101
Sumber Daya Manusia dengan perolehan bobot
prioritas terbesar.
Dari sini dapat diartikan bahwa faktor yang
berpengaruh dalam pelaksanaan sistem manajemen
didapatkan bahwa sumber daya manusia merupakan
faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan sistem
manajemen K3 untuk meningkatkan kualitas sistem
manajemen dibutuhkan pelatihan yang baik dan
berkualitas karena semakin sering ada pelatihan maka
dapat meningkatkan kualitas sistem manajemen.
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan
perhitungan dan pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Pada kriteria-kriteria faktor yang berpengaruh terhadap
pelaksanaan sistem manajeman keselamatan dan kesehatan
kerja adalah Manusia dengan bobot prioritas = 0,380 dan
kriteria yang kedua adalah Manajemen dengan bobot
prioritas = 0,316. Kriteria yang ketiga adalah Alat dengan
bobot prioritas = 0,176 Sedangkan kriteria yang terakir
adalah Lingkungan dengan bobot prioritas = 0,125.
Untuk alternatif – alternatif yang dikaitkan dengan
kriteria yang mempengaruhi pelaksanaan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja adalah alternatif yang
dikaitkan dengan kriteria manajemen didapat pada alternatif
sumber daya manusia dengan bobot prioritas tertinggi yaitu
0,380. Untuk alternatif yang dikaitkan dengan kriteria
manusia bahwa alternatif sumber daya manusia memiliki
bobot prioritas tertinggi yaitu 0,503. Untuk alternatif yang
dikaitkan dengan kriteria alat didapatkan bahwa alternatif
103
sumber daya manusia memiliki bobot prioritas tertinggi
yaitu 0,513. Sedangkan pada alternatif yang dikaitkan
dengan kriteria lingkungan didapatkan bahwa alternatif
program k3 dengan bobot prioritas tertinggi yaitu 0,422.
Hasil bobot agregat dari masing-masing alternatif adalah
sebagai berikut: prioritas pertama Sumber Daya Manusia
dengan bobot prioritas 0,420. Prioritas kedua Program K3
dengan bobot prioritas 0,317. Dan Prioritas terakir adalah
Proses Manajemen dengan bobot prioritas 0,263.
2. Dari sini dapat diartikan bahwa faktor yang berpengaruh
dalam pelaksanaan sistem manajemen di Bengkel Las
Pandowo Tulungagung didapatkan bahwa sumber daya
manusia merupakan faktor yang berpengaruh dalam
pelaksanaan sistem manajemen K3 untuk meningkatkan
kualitas sistem manajemen dibutuhkan pelatihan yang baik
dan berkualitas karena semakin sering ada pelatihan maka
dapat meningkatkan kualitas sistem manajemen. Kemudian
faktor yang kedua adalah program K3 merupakan usaha
suatu perusahaan untuk mebentuk peraturan kesehatan dan
keselamatan kerja, yaitu membentuk tempat kerja,
perlengkapan serta peralatan kerja yang aman dari segi
kesehatan dan keselamatan kerja, memperbelakukan
104
peraturan kesehatan dan keselamatan kerja, menyusun
prosedur kerja lengkap dan terinci bagi pekerjaan yang
dianggap berbahaya. Program K3 yang efektif adalah hasil
suatu perusahaan, koordinasi serta komitmen semua
karyawan suatu perusahaan dari tenaga kerja terbawah
sampai pimpinan teratas. Kemudian yang ketiga adalah
proses manajemen, proses manajemen berada dalam lingkup
organisasi dan mencakup kebijakan, prosedur dan standar,
pelatihan, dan prosedur pemeriksaan. Proses tersebut harus
mengalir baik ke bagian atas maupun ke bagian bawah
organisasi.
B. Saran
Sebagai penelitian yang bersifat sederhana, tentu saja
hasil penelitian ini belum dapat dikatakan sebagai penelitian
yang sempurna, akan tetapi dari penelitian ini dapat diberikan
sedikit saran yang bisa bermanfaat yaitu:
1. Sebaiknya pihak perusahaan mempertimbangkan pelatihan
K3 pada karyawannya.
2. Unsur-unsur penilaian yang lain seperti kecakapan,
kesungguhan kerja, disiplin, tanggung jawab, kemampuan
bekerja sama dan ketentuan pada perintah dinas, serta
105
kehadiran juga harus disertakan dalam peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja para karyawannya.
3. Untuk lebih meningkatkan keselamatan dan kesehatan
karyawannya, pihak perusahaan sebaiknya membuka diri
untuk menerima keluhan-keluhan maupun saran terutama
dari para karyawannya.
106
DAFTAR PUSTAKA
Agus Maulana, Manajemen Proyek Konstruksi (Jakarta : IPPM,1991), hlm. 90.
Bennet N.B Silalahi, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,(Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo, 1985) hlm. 90
Daryanto, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bengkel, (Jakarta :Rineka Cipta, 2007) hlm. 20
Depnakertrans, ,Modul Pelatihan Bagi Pengurus dan Anggota P2K3(JICA – Depnaker RI, 2000), hlm.10
Gerry Silaban, Hak dan atau Kewajiban Tenaga Kerja dan Pengusaha/ Pengurus Yang Ditetapkan dalam Peraturan PerundanganKeselamatan dan Kesehatan Kerja, (Medan : USU Press),2008, hlm.1
Hadi Setia Tunggal, Peraturan Sistem Manajemen Keselamatan &Kesehatan Kerja (Jakarta : Harvarindo, 2007), hlm. 20
Payaman J Simanjuntak, Manajemen Keselamatan Kerja, (Jakarta :HIPSMI, 1994), hlm.2
Payaman J Simanjuntak, Manajemen Keselamatan Kerja, (Jakarta :HIPSMI, 1994), hlm. 34
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor:PER.05/MEN/1996, Tentang Sistem Manajemen Keselamatandan Kesehatan Kerja
Saaty, T.L. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, ProsesHirarkiAnalitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasiyang Kompleks. Jakarta: PT.Pustaka Binaman Pressindo
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm.118
Suma’mur Pk., Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, ( Jakarta : PustakaBinaman Pressindo, 1995) hlm. 57
107
Suma’mur, Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan, (Jakarta: Gunung Agung, 1989) hlm. 4
Suryadi, Kadarsah, Ali Ramdhani .Sistem Pendukung Keputusan :Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi KonsepPengambilan Keputusan. (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,2002), hlm.131