analisis pengaruh profitabilitas, struktur modal, dan
TRANSCRIPT
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
54 Volume 9 Nomor 1 November 2019
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, STRUKTUR MODAL, DAN
KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI LQ 45 PERIODE 2015 β 2017
Martha Ayerza*
Program Studi Manajemen, Kwik Kian Gie School of Business, Jl. Yos Sudarso Kav. 87, Sunter, Jakarta 14350
Abstract
Maximizing the value of a company is important for the company, because the higher the value of a
company, the better and more feasible for investors to invest. Therefore the company must be careful in
making policy decisions considering that every financial decision can affect the value of the company
and have an impact on achieving the objectives of the company. The underlying theory of the formation
of this research is signaling theory, bird in the hand theory, and the theory of the firm. Signaling theory
explains how information reported impacts society. Bird in the hand theory explains the impact of
dividend distribution in a company. Theory of the firm explains the characteristics of the company in an
effort to maximize profits. This research was conducted on companies contained in the LQ 45 Index listed
on the Indonesia Stock Exchange in the period 2015 - 2017. Using a purposive sampling method obtained
a sample of 24 companies with the help of SPSS 22 program. The data analysis technique used is multiple
linear regression. The results of this study indicate that the regression model used has met the classical
assumption test. The results of the tests conducted indicate that data can be backed up. The test results
are normally distributed and pass the classical assumption test (Normality, Multicolonity,
Heteroscedasticity, and Autocorrelation). The results of the study show that (1) Profitability has an effect
on Company Values, (2) Capital Structure has an effect on Company Values, and (3) Dividend Policies
have an effect on Company Values.
Abstrak
Memaksimalkan nilai suatu perusahaan merupakan hal yang penting bagi perusahaan, karena semakin
tinggi nilai suatu perusahaan, maka akan semakin baik dan layak bagi investor untuk menanamkan
investasinya. Oleh karena itu perusahaan harus berharti-hati dalam pengambilan keputusan kebijakan
mengingat setiap keputusan keuangan dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan berdampak terhadap
pencapaian tujuan dari perusahaan. Teori yang mendasari dari terbentuknya penelitian ini adalah
signaling theory, bird in the hand theory, dan theory of the firm. Signaling theory menjelaskan mengenai
bagaimana informasi yang dilaporkan berdampak pada masyarakat. Bird in the hand theory menjelaskan
mengenai dampak pembagian dividen dalam perusahaan. Theory of the firm menjelaskan mengenai
karakteristik perusahaan dalam upaya memaksimalkan profitnya. Penelitian ini dilakukan pada
perusahaan yang yang terdapat dalam Indeks LQ 45 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2015 β 2017. Dengan menggunakan metode purposive sampling didapatkan sampel sebanyak 24
perusahaan dengan bantuan program SPSS 22.
___________________________
*Alamat kini: Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie, Jl. Yos Sudarso Kav. 87, Jakarta 14350
Penulis untuk Korespondensi: Telp. (021) 65307062 Ext. 708, Email: [email protected]
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
55 Volume 9 Nomor 1 November 2019
Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan
model regresi yang digunakan sudah memenuhi uji asumsi klasik.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(1) Profitabilitas berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan, (2) Struktur Modal berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan, dan (3) Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.
Kata Kunci: Profitabilitas, Struktur Modal, Kebijakan Dividen, Nilai Perusahaan
PENDAHULUAN
Persaingan dalam industri membuat
setiap perusahaan semakin meningkatkan
kinerja agar tujuannya dapat tercapai. Nilai
penting bagi perusahaan sebab tujuan utama
perusahaan adalah meningkatkan nilai
perusahaan itu sendiri (Putri 2014) dalam
Julianti (2018). Menurut Arindita dan Sampurno
(2015), nilai perusahaan dapat mencerminkan
nilai asset yang dimiliki oleh perusahaan dan
semakin tinggi nilai perusahaan maka
perusahaan akan memiliki citra yang semakin
baik. Nilai perusahaan sering dikaitkan dengan
harga saham, sehingga semakin tinggi harga
saham maka akan semakin tinggi pula nilai
perusahaan dan sebaliknya. Nilai perusahaan
yang tinggi juga akan membuat pasar percaya
tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini,
namun juga pada prospek perusahaan jangka
panjang. Peningkatan nilai perusahaan biasanya
ditandai dengan naiknya harga saham di pasar.
Harga pasar saham merupakan harga yang
bersedia dibayarkan oleh calon investor apabila
ia ingin memiliki saham perusahaan, sehingga
harga saham merupakan harga yang dapat
dijadikan sebagai proksi nilai perusahaan
(Hasnawati, 2005) dalam Fenandar dan Raharja
(2012).
Dalam melakukan investasi, investor
akan mempertimbangkan profit dan perusahaan
mana yang akan memberikan return tinggi
(Julianti, 2018). Oleh karena itu, dalam proses
pengambilan keputusan investasi di pasar modal
investor maupun calon investor perlu
mengumpulkan informasi yang lengkap dan
tepat mengenai perusahaan yang akan dipilih
sebagai tempat investasinya dan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasi yang akan dipilih. Beberapa faktor
yang mempengaruhi nilai perusahaan
diantaranya yaitu profitabilitas, struktur modal
dan kebijakan dividen.
Profitabilitas menunjukkan tingkat
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba atas pengelolaan asset perusahaan,
hubungannya dengan penjualan, total aktiva,
dan modal sendiri (Arindita dan Sampurno,
2015). Menurut Maridiyanti, Ahmad, dan Putri
(2012) perusahaan yang memiliki tingkat
profitabilitas yang tinggi akan diminati
sahamnya oleh investor, sehingga dengan
demikian profitabilitas dapat mempengaruhi
nilai perusahaan. Dari pernyataan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa profitabilitas memiliki
dampak positif bagi nilai perusahaan, akan tetapi
beberapa fenomena memperlihatkan hasil yang
berbeda dan akan dijabarkan dalam tabel
berikut.
Tabel 1.1 menggambarkan nilai
perusahaan yang diukur dengan menggunakan
Price to Book Value (PBV). Kelima sampel
perusahaan menunjukkan nilai perusahaan yang
berbeda. Kenaikan nilai perusahaan berturut-
turut dialami oleh perusahaan Telekomunikasi
Indonesia (Persero) Tbk dan United Tractors
Tbk, penurunan nilai perusahaan berturut-turut
dialami oleh perusahaan Lippo Karawaci Tbk,
sedangkan perusahaan Astra Internasional Tbk
dan Indocement Tunggal Prakasa Tbk
mengalami fluktuasi nilai perusahaan.
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
56 Volume 9 Nomor 1 November 2019
Tabel 1.1
Nilai Perusahaan yang diukur dengan Price to Book Value (PBV)
Sumber: Data yang diolah.
Tabel 1.2 menggambarkan profitabilitas
yang diukur dengan Return on Equity (ROE).
Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek
perusahaan baik, sehingga investor akan
merespon sinyal positif tersebut dan nilai
perusahaan akan meningkat (Julianti, 2018).
Namun bila diteliti, perusahaan Indocement
Tunggal Prakasa Tbk memiliki nilai ROE yang
menurun setiap tahunnya dari 2015-2017 namun
nilai perusahaan yang diukur dengan PBV
menunjukkan adanya kenaikan pada 2017. Hal
sebaliknya terjadi pada perusahaan Lippo
Karawaci Tbk, pada tahun 2016 ROE
mengalami kenaikan tetapi pada tahun 2016
nilai perusahaannya mengalami penurunan. Hal
serupa juga terjadi pada perusahaan Astra
Internasional Tbk, pada tahun 2017 ROE
perusahaan mengalami peningkatan tetapi nilai
perusahaan pada tahun 2017 mengalami
penurunan.
Tabel 1.2
Profitabilitas yang diukur dengan Return on Equity (ROE)
Sumber: Data yang diolah.
Fenomena diatas menggambarkan
bahwa peningkatan maupun penurunan dari
Return on Equity suatu perusahaan akan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan tidak
selalu berpengaruh secara positif, tidak sejala
dengan hasil penelitian yang mengungkapkan
hal yang berbeda, menurut Apsari, dkk (2015),
Mardiyanti, dkk (2012), Jusriani dan Rahardjo
(2013) ROE memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan
demikian pengaruh dari profitabilitas terhadap
nilai perusahaan menunjukkan hasil yang
simpang siur.
Dalam dunia bisnis saat ini, masalah
keputusan pendanaan sangat berpengaruh
terhadap berlangsungnya suatu perusahaan.
Untuk mengantisipasinya, manajer keuangan
harus berhati-hati dalam menentukan struktur
modal yang tepat dan diharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan (Arindita dan
Sampurno, 2015). Struktur modal merupakan
perbandingan antara hutang jangka panjang
No. Nama Perusahaan KODE PBV (x)
2015 2016 2017
1. Astra Internasional Tbk ASII 9,92 11,97 10,28
2. Lippo Karawaci Tbk LPKR 1,46 0,89 0,49
3. Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP 3,44 2,17 3,29
4. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk TLKM 4,09 4,67 4,74
5. United Tractors Tbk UNTR 1,67 1,94 2,91
No. Nama Perusahaan KODE ROE (%)
2015 2016 2017
1. Astra Internasional Tbk ASII 12,34 13,08 14,82
2. Lippo Karawaci Tbk LPKR 5,41 5,56 2,87
3. Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP 18,25 14,81 7,57
4. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk TLKM 24,96 27,64 29,16
5. United Tractors Tbk UNTR 7,11 11,98 16,14
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
57 Volume 9 Nomor 1 November 2019
dengan modal sendiri. Sementara menurut
Brigham dan Huston (2011) dalam Arindita dan
Sampurno (2015), struktur modal sangat penting
bagi perusahaan karena akan berhubungan dan
berpengaruh terhadap besarnya resiko yang
ditanggung oleh pemegang saham dan besarnya
tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan
yang diharapkan.
Teori struktur modal menjelaskan
bahwa kebijakan pendanaan (financial policy)
perusahaan dalam menentukan struktur modal
(bauran antara hutang dan ekuitas) bertujuan
untuk mengoptimalkan nilai perusahaan (value
of the firm). Struktur modal yang optimal suatu
perusahaan adalah kombinasi dari hutang dan
ekuitas (sumber eksternal) yang
memaksimumkan harga saham perusahaan
(Hermuningsih, 2013). Menurut trade-off theory
manajer dapat memilih rasio utang untuk
memaksimalkan nilai perusahaan. Jensen (2001)
menjelaskan bahwa untuk memaksimalkan nilai
perusahaan tidak hanya dengan nilai ekuitas saja
yang harus diperhatikan, tetapi jenis semua
sumber keuangan seperti hutang, waran maupun
saham preferen. Kebijakan hutang sangat
sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan.
Semakin tinggi proporsi utang maka semakin
tinggi harga saham (Jusriani dan Rahardjo,
2013). Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa kebijakan utang bisa
digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan
yang diinginkan. Pernyataan tersebut juga
didukung hasil penelitian dari Mardiyanti, dkk
(2012), Julianti (2018), Gayatri dan Mustanda
(2014) yang menyatakan debt to equity ratio
memiliki pengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
Pecking order theory dalam
Hardiningsih dan Oktaviani (2012) menjelaskan
bahwa perusahaan akan mengutamakan
penggunaan dana internal untuk kebutuhan
investasi dan kegiatan operasionalnya, sehingga
jika perusahaan mempunyai dana internal yang
cukup maka perusahaan tidak akan
menggunakan dana eksternal untuk mencukupi
kebutuhan pendanaanya. Hutang yang tinggi
dapat menunjukkan tingkat resiko suatu
peruahaan dimana semakin tingkat hutang maka
resiko perusahaan semakin tinggi karena
pendanaan dari unsur hutang lebih besar
daripada modal sendiri. Kondisi tersebut
membuat perusahaan harus menanggung biaya
modal yang besar, resiko yang ditanggung
perusahaan juga meningkat apabila investasi
yang dijalankan perusahaan tidak menghasilkan
tingkat pengembalian yang optimal (Nugroho,
2006) dalam Apsari, dkk (2015). Dari
pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa
struktur modal yang diproksikan dengan debt to
equity ratio memiliki pengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan, sejalan dengan hasil penelitian
dari Pasaribu,dkk. (2016) dan Pracihara (2016).
Hasil penelitian lain dari Jusriani dan Rahardjo
(2013), Arindita dan Sampurno (2015), dan
Apsari, dkk (2015) menyatakan bahwa struktur
modal yang diproksikan dengan debt to equity
ratio tidak memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil
dari penelitian-penelitian diatas dapat
disimpulkan hubungan antara struktur modal
dengan nilai perusahaan menunjukkan hasil
yang simpang siur.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan
adalah kebijakan dividen. Kemampuan
perusahaan dalam membayarkan dividen dapat
mencerminkan nilai perusahaan. Menurut
Mardiyanti, dkk (2012) kebijakan dividen
sering dianggap sebagai sinyal bagi investor
dalam menilai baik buruknya perusahaan, hal ini
disebabkan karena kebijakan dividen dapat
membawa pengaruh terhadap harga saham
perusahaan. Jika pembayaran dividen tinggi,
maka harga saham juga tinggi yang akan
berdampak pada tingginya nilai perusahaan
begitu juga sebaliknya (Susanti, 2010). Bird-in-
The-Hand Theory juga menyatakan bahwa nilai
perusahaan akan dimaksimalkan dengan
mementukan pembagian dividen yang tinggi
(Brigham dan Houston, 2001:67).
Dengan demikian kebijakan dividen
merupakan salah satu keputusan yang paling
penting (Murekefu and Ochuodho, 2012) dalam
Gayatri dan Mustanda (2014). Kebijakan
dividen yang optimal adalah kebijakan dividen
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
58 Volume 9 Nomor 1 November 2019
yang menciptakan keseimbangan diantara
dividen saat ini dan pertumbuhan di masa
mendatang sehingga memaksimumkan harga
saham perusahaan (Weston dan Brigham,
2005:199) dalam Pracihara (2016). Manajer
keuangan harus dapat mempertimbangkan
dengan tepat apakah laba yang diperoleh dalam
satu periode akan dibagikan semuanya, sebagian
saja, atau ditahan agar pada tahun berikutnya
kegiatan operasional perusahaan tetap dapat
berjalan dengan baik.
Penelitian mengenai hubungan
kebijakan dividen dengan nilai perusahaan telah
banyak dilakukan. Menurut hasil penelitian dari
Perwira dan Wiksuana (2018) dan Nasehah dan
Widyarti (2012) kebijakan dividen terhadap
nilai perusahaan memiliki pengaruh positif dan
signifikan. Sebaliknya penelitian yang
dilakukan oleh Gayatri dan Mustanda (2014),
Mardiyanti, dkk (2012), dan Labelaha dan
Saerang (2016) menyatakan kebijakan dividen
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Dari hasil penelitian-penelitian tersebut, dapat
disimpulkan hasil dari penelitian mengenai
pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai
perusahaan masih simpang siur.
Ada berbagai macam perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari berbagai
sektor seperti perusahaan manufaktur,
perbankan, dan lain-lain. Diantara berbagai
macam perusahaan tersebut, terdapat
sekelompok saham-saham perusahaan pilihan
yang cenderung stabil. Saham ini termasuk
dalam kelompok indeks LQ 45. Taufiq, dkk
(2015) berpendapat bahwa saham LQ 45
memiliki tingkat likuiditas yang tinggi (sering
diperdagangkan), memiliki kapitalisasi pasar
yang tinggi (mampu mewakili pasar), serta
merupakan saham pilihan terbaik (evaluasi
setiap tiga bulan dan penetapan kembali setiap
enam bulan). Oleh sebab itu, peneliti
memutuskan untuk menggunakan indeks LQ 45
sebagai bahan penelitian karena saham pada
perusahaan indeks LQ 45 mampu mewakili
pasar.
TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
Struktur Modal
Struktur modal yang optimal suatu
perusahaan menurut Brigham dan Huston
(2013:155) didefinisikan sebagai struktur yang
akan memaksimalkan harga saham suatu
perusahaan. Struktur modal disimpulkan sebagai
bauran pendanaan perusahaan yang harus
dimanajemen dengan baik sehingga mampu
memaksimumkan nilai suatu perusahaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, struktur
modal memperlihatkan perbandingan hutang
jangka panjang dengan modal sendiri untuk
mendapatkan perbandingan yang baik bagi
perusahaan, oleh karena itu struktur modal
dalam penelitian ini diukur dengan variabel Debt
to Equity Ratio (DER) yang merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur tingkat
leverage (penggunaan hutang) terhadap total
shareholderβs equity yang dimiliki perusahaan.
Pengertian Debt to Equity Ratio menurut
Darsono dan Ashari (2010:54-55) dalam
Sutrisna, dkk (2017) yaitu merupakan salah satu
rasio leverage atau solvabilitas. Rasio
solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi.
Rasio ini juga disebut dengan rasio pengungkit
(Leverage) yaitu menilai batasan perusahaan
dalam meminjam uang.
Horne dan Machowicz yang dialih
bahasakan oleh Fitriasari dan Kwary (2009:182)
mengemukakan bahwa Leverage merupakan
penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk
meningkatkan profitabilitas. Sedangkan
pengertian Debt to equity ratio (DER) menurut
Gibson (2008:260) yaitu Debt equity ratio is
another computation thats determines the
entityβs long-term debt-paying ability. Artinya,
Rasio utang terhadap ekuitas adalah komputasi
lain yang menentukan kemampuan membayar
utang jangka panjang suatu entitas.
Siegel dan Shim dalam Fahmi (2012:128)
mendefinisikan Debt to Equity Ratio sebagai
ukuran yang dipakai dalam menganalisis
laporan keuangan untuk memperlihatkan
besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor.
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
59 Volume 9 Nomor 1 November 2019
Secara matematis menurut Horne dan
Wachowicz (2009:186) Debt to Equity Ratio
adalah perbandingan antara total hutang atau
total debts dengan total sharehoderβs equity.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah
diuraikan, dapat disimpulkan bahwa Debt to
Equity Ratio merupakan rasio yang mengukur
seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang
dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya dengan ekuitas yang dimiliki.
Kebijakan Dividen
Weston dan Copeland (2010:125)
menyatakan bahwa kebijakan dividen
menentukan pembagian laba antara pembayaran
kepada pembagian saham dan investasi kembali
perusahaan. Laba ditahan (Retained earnings)
merupakan salah satu sumber dana paling
penting untuk membiayai pertumbuhan
perusahaan, tetapi dividen merupakan arus kas
yang disisihkan untuk pemegang saham.
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003: 390)
kebijakan dividen adalah rencana tindakan yang
harus diikuti dalam membuat keputusan
pembagian dividen.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan
dividen adalah keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagian kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi di masa datang (Harjito
2005:153).
Indikator yang dapat digunakan dalam
mengevaluasi kebijakan dividen adalah Dividen
Yield dan Dividen Payout Ratio. Dalam
penelitian ini, proksi yang digunakan untuk
mengukur Kebijakan dividen dipresentasikan
dalam bentuk rasio oleh sebab itu Kebijakan
dividen diproksikan dengan Dividen Payout
Ratio.
Dividen Payout Ratio adalah rasio antara
dividen yang dibayarkan sebuah perusahaan
(dalam satu tahun buku) dibagi dengan
keuntungan bersih perusahaan (net income)
pada tahun buku tersebut. Perusahaan yang
besar dan mapan biasanya cenderung memiliki
DPR yang besar. Umumnya perusahaan yang
memiliki DPR tinggi juga memiliki jumlah kas
yang besar, sehingga perusahaan tidak lagi
membutuhkan laba untuk ditahan.
Profitabilitas
Soliha dan Taswan (2002:153) mengartikan
profitabilitas sebagai tingkat keuntungan bersih
yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat
menjalani kegiatan operasinya. Brigham dan
Houston (2001:99) mengemukakan bahwa
profitabilitas merupakan hasil akhir dari
sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen.
Berdasarkan pengertian para ahli siatas,
maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas
adalah suatu ukuran dalam presentase yang
digunakan untuk menilai sejauh mana
perusahaan mampu menghasilkan laba pada
tingkat yang dapat diterima.
Rasio yang dapat digunakan dalam
menghitung profitabilitas adalah Gross Profit
Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM),
Return on Asset (ROE) dan Return on Equity
(ROE) (Asnawi dan Wijaya 2015:27).
Asnawi dan Wijaya (2015:28)
mengemukakan bahwa bagi pemegang saham,
Return on Equity dianggap lebih penting
dibanding Return on Asset. Meskipun ROA dan
ROE sering searah; artinya jika ROA tinggi
maka ROE juga tinggi, namun faktanya tidak
selalu demikian. Bisa jadi Aktiva tinggi tetapi
Equity rendah; dengan demikian ROA akan
rendah namun ROE akan tinggi. Kondisi terjadi
jika kenaikan Aktiva diperoleh dari Debt.
Berdasarkan pernyataan diatas, profitabilitas
dalam penelitian diproksikan dengan Return on
Equity.
Return on equity (ROE) merupakan ukuran
perusahaan dalam menghasilkan laba atau
keuntungan dikaitkan dengan modal sendiri.
Menurut Brigham dan Houston (2001) ROE
merupakan rasio laba bersih setelah pajak
terhadap modal sendiri. Rasio ROE merupakan
rasio yang paling umum digunakan dalam rasio
profitabilitas dari sudut pandang pemegang
saham. Pertumbuhan ROE menunjukkan
prospek perusahaan yang semakin baik karena
berarti adanya potensi peningkatan keuntungan
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
60 Volume 9 Nomor 1 November 2019
yang diperoleh perusahaan (Apsari, dkk 2015),
jadi semakin besar ROE merupakan sinyal dari
perusahaan kepada pemegang saham maupun
calon investor bahwa semakin besar
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan bagi para pemegang saham.
Naiknya rasio ROE dari tahun ke tahun
pada perusahaan berarti terjadi adanya kenaikan
laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan.
Naiknya laba bersih dapat dijadikan salah satu
indikasi bahwa nilai perusahaan juga akan
mengalami kenaikan karena adanya kenaikan
laba bersih akan memicu kenaikan harga saham
yang menjadi indikator nilai perusahaan.
Menurut Keown (2014) ROE adalah nilai
perusahaan dibagi dengan nilai buku ekuitas,
rasio ini menghitung tingkat pengembalian yang
didapat dari investasi pemegang saham biasa.
ROE dapat disimpulkan sebagai rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menggunakan modal yang dimilikinya untuk
menghasilkan laba setelah pajak.
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan presepsi
investor terhadap tingkat keberhasilan
perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga
saham (Sujoko dan Soebintoro, 2017) dalam
Hardiyanti (2012). Harga saham yang tinggi
membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai
perusahaan yang tinggi membuat pasar percaya
tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini,
namun juga pada proyek perusahaan di masa
depan.
Memaksimumkan nilai perusahaan sangat
penting artinya bagi suatu perusahaan, karena
dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti
juga memaksimalkan kemakmuran pemegang
saham yang merupakan tujuan perusahaan
(Nuraini:2015). Menurut Husnan dan Pudjiastuti
(2013) nilai perusahaan atau disebut dengan
nilai pasar perusahaan merupakan harga yang
bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila
perusahaan tersebut dijual.
Dalam penelitian ini, nilai perusahaan di
proksikan dengan Price to Book Value (PBV),
rasio ini berfungsi untuk mengidentifikasi
saham mana yang memiliki harga wajar, terlalu
rendah (Undervalue), dan terlalu tinggi
(Overvalue).
Rasio PBV merupakan perbandingan antara
harga saham dengan nilai buku ekuitas
perusahaan, menunjukkan tingkat kemampuan
perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap
jumlah modal yang diinvestasikan oleh pihak
investor. Dengan demikian semakin tinggi rasio
tersebut, makin berhasil dan mampu perusahaan
menciptakan nilai bagi pemegang saham,
dimana semakin tinggi tingkat kepercayaan
pasar terhadap prospek perusahaan, sehingga
permintaan saham akan mengalami kenaikan,
kemudian mendorong harga saham perusahaan
tersebut naik.
Menurut Jogiyanto dan Poernamawati
(2008), nilai buku per saham menunjukkan
aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh
pemegang saham dengan memiliki satu lembar
saham.
Tandelilin (2010:323) mengemukakan
hubungan antara harga pasar saham dengan nilai
buku per lembar saham bisa digunakan sebagai
pendekatan alternatif untuk menemukan nilai
dari suatu saham karena secara teoritis nilai
pasar suatu saham haruslah mencerminkan nilai
bukunya.
Theory of The Firm
Theory of the firm menyataka bahwa
perusahaan memiliki tujuan utama untuk
memaksimumkan kekayaan atau nilai
perusahaan (Salvatore,2005:11) dalam Armini
(2015). Untuk dapat mewujudkan tujuan
perusahaan dan bertahan dalam persaingan
bisnis, perusahaan dituntut untuk memberi
perhatian yang serius pada kinerja
perusahaannya. Penelitian yang dilakukan oleh
Sudiyatno dan Puspitasari (2010) serta
Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011)
menemukan bahwa kinerja perusahaan
berpengaruh positif pada nilai perushaan. Hal
tersebut menunjukkan semakin baik kinerja
perusahaan maka nilai perusahaan akan
meningkat yang berarti kemakmuran pemegang
saham juga akan meningkat (Armini, 2015).
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
61 Volume 9 Nomor 1 November 2019
Signalling Theory
George Akerlof (1970) memperkenalkan
istilah assymetric information. Assymetric
information muncul ketika terdapat pihak yang
memiliki informasi yang kurang lengkap
dibanding pihak lainnya, ketidak setaraan
informasi tersebut disebut dengan adverse
selection. Menurut George Akerlof, adverse
selection dapat dikurangi apabila penjual
mengkomunikasikan produk mereka dengan
memberi sinyal berupa informasi tentang
kualitas produk mereka kepada pembeli.
Pemikiran George Akerlof (1970) tersebut
kemudian dikembangkan oleh Spence (1973)
dalam model keseimbangan sinyal. Spence
(1973) mengemukakan bahwa perusahaan yang
memiliki kinerja yang baik, menggunakan
informasi finansial untuk mengirim sinyal ke
pasar.
Teori sinyal ini menekankan adanya
informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
terhadap keputusan investasi yang ditujukan
kepada pihak luar perusahaan termasuk para
investor dan pemangku bisnis lainnya untuk
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut lebih
baik dari perusahaan lain. Informasi tersebut
merupakan unsur yang sangat penting bagi
investor dan pemangku bisnis lainnya, karena di
dalam informasi tersebut menjelaskan mengenai
keterangan, catatan, maupun gambaran
perusahaan baik di asal lalu maupun di masa
depan.
Teori signal menyatakan bahwa para
manajer perusahaan yang memiliki informasi
lebih baik pada perusahaannya akan terdorong
untuk menyampaikan informasi tersebut kepada
calon investor guna untuk meningkatkan nilai
perusahaannya melalui suatu pelaporan dengan
mengirimkan sinyal melalui laporan tahunannya
(Leland, 1997) dalam Scott (2012:475).
Teori signal digunakan pada penelitian ini
karena teori signal menekankan pada pemberian
informasi/signal mengenai keterangan, catatan,
maupun gambaran perusahaan baik di masa lalu
maupun di masa depan kepada calon investor.
Dalam hal ini investor akan mengetahui kinerja
perusahaan melalui pelaporan keuangan yang
disampaikan oleh manajer perusahaan kepada
calon investor, dan hal itu akan mempengaruhi
keputusan investor untuk melakukan investasi
pada perusahaan tersebut.
Reaksi pasar ditunjukan dengan adanya
perubahan harga saham pada waktu informasi
diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut, pelaku pasar
terlebih dahulu menginterpretasikan dan
menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal
baik (good news) atau sinyal buruk (bad news).
Jika pengumuman informasi tersebut sebagai
sinyal baik bagi investor, maka terjadi
perubahan dalam harga saham, harga saham
menjadi naik sehingga return saham mengalami
peningkatan yang akan menyebabkan nilai
perusahaan meningkat.
Pecking Order Theory
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh
Donaldson pada tahun 1961, akan tetapi
penamaan pecking order theory dilakukan
Myers dan Majluf tahun 1984 . Teori
menyatakan ada semacam tata urutan bagi
perusahaan dalam menggunakan modal.
Perusahaan lebih mengutamakan pendanaan
ekuitas internal (menggunakan laba ditahan)
dibanding dengan pendanaan ekuitas eksternal
(menerbitkan saham baru).
Pemilihan internal equity oleh perusahaan
dibandingkan dengan external finance dapat
dijelaskan oleh dua pandangan yang berbeda.
Donaldson (1961) dalam Adedeji (1998)
menyatakan bahwa internal equity dipilih karena
perusahaan ingin menghindari flotation cost
yang biasanya menyertai penggunaan external
finance.
Trade-off Theory
Menurut Modligiani-Miller (1963) Trade-
off theory dapat disimpulkan bahwa penggunaan
utang perusahaan akan meningkatkan nilai
perusahaan hanya sampai pada titik tertentu,
selanjutnya penambahan hutang justru dapat
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
62 Volume 9 Nomor 1 November 2019
menurunkan nilai perusahaan karena
penggunaan hutang tidak sebanding dengan
biaya kesulitan keuangan (financial distress).
Biaya kesulitan keuangan adalah biaya
kebangkturan atau reorganization, beban bunga
yang semakin besar, biaya keagenan (agency
cost), dan sebagainya.
Menurut Myers (2001) dalam Sukirni
(2012), perusahaan akan berhutang sampai pada
tingkat hutang tertentu, dimana penghematan
pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama
dengan biaya kesulitan keuangan (financial
distress). Trade off theory melakukan
perbandingan manfaat dan biaya atau
keseimbangan antara keuntungan dan kerugian
atas penggunaan hutang. Pada teori ini juga
dijelaskan bahwa sebelum mencapai suatu titik
maksimum, hutang akan lebih murah daripada
penjualan saham karena adanya tax shield.
Bird in The Hand Theory
Kebijakan dividen yang relevan menurut
Gordon Lintner dalam Brigham & Houston
(2007:480) mengatakan dividen lebih pasti
daripada perolehan modal, disebut juga dengan
teori bird in the hand, yaitu kepercayaan bahwa
pendapatan dividen memiliki nilai lebih tinggi
bagi investor daripada capital gains, teori ini
mengasumsikan bahwa dividen lebih pasti
daripada pendapatan modal. Gordon Lintner
berpendapat bahwa investor memandang satu
burung di tangan lebih berharga daripada seribu
burung di udara. Bird in the hand theory ini
menyarankan agar perusahaan sebaiknya
memberikan dividen yang sebesar-besarnya
kepada pemegang saham agar dapat menarik
lebih banyak investor dan akhirnya
meningkatkan nilai perusahaan.
Index LQ 45
Indeks saham LQ 45 terdiri dari 45 saham
perusahaan publik yang mempunyai nilai pasar
dan likuiditas yang tinggi (Asnawi dan
Wijaya,2006:176). Perusahaan harus mampu
melunasi kewajiban-kewajiban finansialnya
pada saat jatuh tempo dengan menggunakan
aktiva lancar yang tersedia. Indeks LQ 45
menggunakan 45 saham yang terpilih
berdasarkan likuiditas perdagangan saham yang
disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal
bulan Februari dan Agustus) yang akan selalu
berubah (Rahayu,2007:37) dalam Aini (2015).
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan
Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba. Profitabilitas
menjadi salah satu faktor penentu yang cukup
penting dalam mempengaruhi nilai perusahaan,
karena dengan rasio profitabilitas, para investor
dapat menilai kemampuan suatu perusahaan
untuk mendapatkan laba dalam suatu periode
tertentu. Pemilik, kreditur, dan manajemen akan
memperhatikan secara seksama fluktuasi dari
perubahan laba karena laba merupakan
komponen penting dalam pasar keuangan
(Gitman dan Zutter, 2015).
Menurut Sujono dan Soebiantoro dalam
Apriada dan Shuardika (2016), semakin tinggi
profitabilitas dapat menunjukkan prospek
perusahaan yang berkualitas baik sehingga pasar
akan merespon positif sinyal tersebut (Signaling
theory) dan akan berdampak pada kenaikan nilai
perusahaan. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nuraeni, dkk (2016), Pasaribu,
Topowijono, dan Sulasmiyati (2016), Apsari,
Dwiatmanto, dan Azizah (2015), dan Perwira
dan Wiksuana (2018) dimana profitabilitas yang
diproksikan dengan Return on Equity
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Dengan demikian, hipotesis yang
dibuat adalah:
π»1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap
Nilai Perusahaan
Pengaruh struktur modal terhadap nilai
perusahaan
Struktur modal merupakan bagian dari
struktur keuangan yang mencerminkan
pertimbangan antara keseluruhan modal
eksternal dengan jumlah modal sendiri (Riyanto,
1999) dalam Hermuningsih (2013). Salah satu
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
63 Volume 9 Nomor 1 November 2019
rasio yang dapat digunakan dalam menghitung
nilai perbandingan antara hutang dengan modal
sendiri adalah Rasio Debt to Equity (Asnawi dan
Wijaya, 2015:24). Hutang semakin kecil
dianggap semakin baik karena melihat sisi
buruknya yakni beban tetap (beban bunga) yang
harus dibayar, juga semakin kecil.
Debt to Equity Ratio dapat menunjukkan
tingkat resiko suatu perusahaan dimana semakin
tinggi DER, maka resiko perusahaan semakin
tinggi karena pendanaan perusahaan dari unsur
hutang lebih besar daripada modal sendiri.
Kondisi tersebut menyebabkan tanggungan
perusahaan terhadap biaya modal yang beresiko
besar menjadi meningkat apabila investasi yang
dilakukan perusahaan tidak menghasilkan
tingkat pengembalian yang optimal (Nugroho,
2006) dalam Apsari, dkk (2015).
Pernyataan diatas berhubungan dengan
Pecking order theory yang menyatakan bahwa
manajer pertama kali akan memilih untuk
menggunakan pendanaan dari dalam seperti laba
ditahan, hutang dan penerbitan saham sebagai
pilihan terakhir.
Peningkatan beban terhadap kreditur akan
menunjukkan sumber modal perusahaan sangat
tergantung dari pihak ekternal, sehingga
mengurangi minat investor dalam menanamkan
dananya di perusahaan yang bersangkutan.
Minat investor dalam menanamkan dananya ini
akan berdampak pada menurunnya harga saham
perusahaan dan menyebabkan nilai perusahaan
menjadi menurun. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nurarni,dkk (2016),
Pasaribu, Topowijono, dan Sulasmiyati (2016),
Putri (2014), Arindita dan Sampurno (2015), dan
Pracihara (2016) yang menyatakan Struktur
modal (DER) berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan.
Berdasarkan kajian teoritis, kajian empiris,
dan dasar logika, maka hipotesis alternatif yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
π»2: Struktur Modal berpengaruh negatif
terhadap Nilai Perusahaan.
Pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai
perusahaan
Kebijakan dividen dapat dihubungkan
dengan nilai perusahaan. Kebijakan dividen
yang optimal adalah kebijakan dividen yang
menciptakan keseimbangan di antara dividen
saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang
sehingga memaksumumkan harga saham
perusahaan (Weston dan Brighman, 2005:199)
dalam Pracihara (2016).
Kebijakan dividen dapat dilihat dari nilai
dividen payout ratio (DPR) yang merupakan
dividen per lembar saham dibagi laba per lembar
saham. Rasio ini menunjukkan presentase
bagian dari laba bersih perusahaan yang
dibagikan sebagai dividen. Besarnya dividen
yang dibagikan akan menjadi daya tarik bagi
pemegang saham karena sebagai investor
cenderung lebih menyukai dividen
dibandingkan dengan capital gain karena
dividen bersifat lebih pasti. Jadi kebijakan
dividen yang ditetapkan dapat mempengaruhi
nilai perusahaan (Herawati, 2013).
Pernyataan diatas sejalan dengan teori bird
in the hand yang berpendapat bahwa investor
menghendaki pembayaran dividen yang tinggi
dari keuntungan perusahaan sesuai dengan
tujuan investor yaitu menanamkan sahamnya
untuk mendapatkan dividen. Dengan
memberikan dividen yang tinggi, maka harga
saham perusahaan juga akan mengalami
peningkatan yang akan berdampak pada nilai
perusahaan tersebut.
Didukung dengan hasil penelitian dari Putra
dan Lestari (2016), Wijaya dan Sedana (2015),
Putra dan Lestari (2016), Pracihara (2016),
Senata (2016), Nasehah dan Widyarti (2012),
dan Perwira dan Wiksuana (2018) yang
menyatakan bahwa kebijakan dividen
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
,maka hipotesis alternatif yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
π»3: Kebijakan Dividen berpengaruh positif
terhadap Nilai Perusahaan.
METODE PENELITIAN
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
64 Volume 9 Nomor 1 November 2019
Model penelitian Berdasarkan uraian telaah literatur di
atas, dapat dibangun model penelitian dalam
gambar berikut ini:
Populasi dan sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar pada index LQ 45
periode 2015-2017. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah non probability
sampling. Kriteria yang digunakan untuk
memilih sampel adalah sebagai berikut: (1)
Perusahaan harus terdaftar dalam index LQ 45 di
BEI pada periode 2015-2017. (2) Perusahaan
haruf terdaftar selama tiga tahun berturut-turut
tanpa delisting. (3) Perusahaan harus
menerbitkan laporan keuangan selama periode
pengamatan. (4) Perusahaan harus melakukan
penutupan laporan keuangan tahunan pada 31
Desember. (5) Perusahaan selalu membayarkan
dividennya selama periode penelitian. (6)
Perusahaan harus menyajikan laporan keuangan
dalam mata uang Rupiah.
Variabel Penelitian
Variabel Dependen
Variabel dependen yang terdapat dalam
penelitian ini adalah nilai perusahaan yang
diproksikan dengan Price to Book Value (PBV).
Dalam Asnawi dan Wijaya (2015: 32), Price to
Book Value (PBV) dikenal juga sebagai Market
to Book Value (MBV). Dalam penelitian ini,
variabel PBV ditransformasi dalam bentuk
logaritma natural. Penggunaan logaritma natural
memiliki tujuan agar hasil tidak menimbulkan
bias dan dimaksudkan agar data Price to Book
Value (PBV) dapat terdistribusi normal
(Theresia dan Tendlilin, 2007) dalam (Aulia dan
Ridha, 2012). Hal tersebut juga didukung oleh
Hair, Anderson, Tatham dan Black (1998: 76)
dimana mereka menyebutkan bahwa transform
diperlukan untuk menormalkan data dan
mengatasi masalah heteroskedastisitas.
Perhitungan MBV atau PBV menurut Gitman
dan Zutter (2015: 132) adalah sebagai berikut:
PBV = πππππ πππ ππ πππ ππβππ
πππππ π΅π’ππ’ πππ ππβππ
Variabel Independen
a. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan
mendapatkan hasil selama satu periode produksi
(Asnawi dan Wijaya, 2015:26) atau kemampuan
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
Return on Equity (ROE) sebagai proksi untuk
mengukur profitabilitas dan ditransformasi
dalam bentuk logaritma natural. Penggunaan
logaritma natural memiliki tujuan agar hasil
tidak menimbulkan bias dan dimaksudkan agar
data Return on Equity (ROE) dapat terdistribusi
normal. Menurut Subramanyam (2014: 565),
Return on Equity (ROE) dapat dihitung dengan
cara berikut:
ROE = πππ‘ πΌπππππ
πβπππβπππππ πΈππ’ππ‘π¦
b. Struktur Modal
Pada penelitian ini, struktur modal
diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER).
DER merupakan tingkat hutang yang dijamin
oleh modal sendiri, menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menutupi hutangnya dengan
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
65 Volume 9 Nomor 1 November 2019
modal sendiri. Variabel Debt to Equity Ratio
(DER) ditransformasi dalam bentuk logaritma
natural. Penggunaan logaritma natural memiliki
tujuan agar hasil tidak menimbulkan bias dan
dimaksudkan agar data Debt to Equity Ratio
(DER) dapat terdistribusi normal. Cara
menghitung Debt to Equity Ratio menurut
Subramanyam (2014: 570) adalah:
DER = πππ‘ππ π·πππ‘
πβπππβπππππ πΈππ’ππ‘π¦
c. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen dalam penelitian ini
diproksikan dengan Dividend Payout Ratio
(DPR). Dalam penelitian ini, variabel Dividend
Payout Ratio (DPR) ditransformasi dalam
bentuk logaritma natural. Penggunaan logaritma
natural memiliki tujuan agar hasil tidak
menimbulkan bias dan dimaksudkan agar data
Dividend Payout Ratio (DPR) dapat terdistribusi
normal. Menurut Gitman dan Zutter (2015: 630),
cara perhitungan Dividend Payout Ratio (DPR)
adalah:
DPR = π·ππ£πππππ πππ πβπππ
πΈππππππ πππ πβπππ
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
observasi karena peneliti mengumpulkan data
yang berasal dari data sekunder. Data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang terdiri dari: Laporan laba rugi,
laporan keuangan, dan rasio keuangan
perusahaan yang telah terdaftar di indeks LQ 45
pada Bursa Efek Indonesia dari tahun 2015-
2017.
Teknik Analisis Data
Pengujian analisa yang dilakukan
adalah:
1. Uji Pooling
Sebelum melakukan pengujian pada data
untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen,
harus diketahui apakah pooling data
penelitian (penggabungan antara data cross-
sectional dengan data time-series) dapat
dilakukan atau tidak. Kriteria pengambilan
keputusan, yaitu: (1) Jika sig dummy < nilai
Ξ± (0,05) maka terdapat perbedaan koefisien
yang berarti tolak H0 (pooling tidak dapat
dilakukan). (2) Jika sig dummy > nilai Ξ±
(0,05) maka tidak terdapat perbedaan
koefisien berarti tidak tolak H0 (pooling
dapat dilakukan).
2. Analisi Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk memberi
gambaran atau deskripsi suatu data
(Ghozali, 2016: 19). Analisis ini
menghitung nilai min, max, mean, dan
standar deviasi dari variabel-variabel
yang diujikan. Nilai min adalah nilai
terendah dari sejumlah data yang
dianalisis pada suatu periode tertentu.
Nilai max adalah nilai tertinggi dari
sejumlah data yang dianalisis pada suatu
periode tertentu. Nilai mean adalah nilai
rata-rata dari sejumlah data yang
dianalisis pada suatu periode tertentu.
Standar deviasi adalah nilai yang
menunjukkan variasi data yang dianalisis
pada periode tertentu. Analisis ini
menekankan pada pembahasan data dan
subjek penelitian dengan menyajikan
data secara sistematik dan tidak
menyimpulkan hasil penelitian.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Normalitas, pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui apakah data yang
tersedia berdistribusi normal atau
tidak.
b. Multikolonieritas, bertujuan untuk
menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar
variabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel
independen dengan melihat angka
Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF).
c. Autokorelasi, bertujuan untuk
menguji menguji apakah dalam
regresi linear ada korelasi antara
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
66 Volume 9 Nomor 1 November 2019
kesalahan penggangu pada periode
sebelumnya. Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi.
d. Heteroskedastisitas, yaitu suatu
pengujian untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari
residual dari satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda
disebut heterokedastisitas.
4. Analisis Regresi Berganda
Adalah analisis yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh antara variabel bebas
terhadap variabel terikat. Analisis regresi
berganda dalam penelitian ini
dikembangkan dengan model:
Y= a + Ξ²1 X1 + Ξ²2 X2 + Ξ²3 X3 + e
4.1 beri informasi berkenaan dengan x dan y
nya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Objek Penelitian
Perusahaan-perusahaan yang dijadikan
objek penelitian untuk penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar pada index LQ 45
periode tahun 2015 sampai 2017. Dalam
penelitian ini perusahaan yang dijadikan sebagai
sampel sebanyak 24 perusahaan.
Analisis Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2013:19).
Tabel 1.3
Hasil Uji Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROE 72 .03 1.61 .2470 .31858
DER 72 .15 6.76 1.8360 1.87191
DPR 72 .04 1.39 .4526 .28185
PBV 72 .49 113.57 11.7011 22.96289
Valid N (listwise) 72
Sumber: Data sekunder yang diolah
Analisis statistik deskriptif dari variabel-
variabel yang diuji dalam penelitian ini
disajikan dalam tabel yang menunjukkan
bahwa rata-rata Return on Equity (ROE)
sebesar 0.2470 dengan angka terendah
sebesar 0.03 yang berasal dari PT. Lippo
Karawaci dan tertinggi sebesar 1.61 yang
berasal dari PT. Matahari Department Store
dengan standar deviasi sebesar 0.31858, rata-
rata Debt to Equity (DER) sebesar 1.8360
dengan angka terendah sebesar 0.15 yang
berasal dari PT. Indocement Tunggal Prakasa
dan tertinggi sebesar 6.76 yang berasal dari
PT. Bank Rakyat Indonesia dengan standar
deviasi sebesar 1.87191, rata-rata Dividen
Payout Ratio (DPR) sebesar 0.4526 dengan
angka terendah sebesar 0.04 yang berasal
dari PT. Lippo Karawaci dan tertinggi
sebesar 1.39 yang berasal dari PT.
Indocement Tunggal dengan standar deviasi
sebesar 0.28185, dan rata-rata untuk Price to
Book Value (PBV) 11.7011 dengan nilai
terendah adalah 0.49 yang berasal dari PT.
Lippo Karawaci dan tertinggi 113.57 yang
berasal dari PT. Bank Mandiri dengan
standar deviasi 22.96289.
Analisis Regresi Linier Berganda
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
67 Volume 9 Nomor 1 November 2019
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan tingkat signifikan 0,05.
Analisis regresi digunakan peneliti untuk
melihat apakah variabel independen
berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Berdasarkan hasil
pengolahan data dengan program SPSS maka
diperoleh model sebagai berikut:
Tabel 1.4
Hasil Regresi Linier Berganda
Variabel Unstandardized Coefficients
B Std. Error
(Constant) 3,214 0,275
LNROE 0,732 0,168
LNDER 0,319 0,111
LNDPR 0,424 0,178
Sumber: Data sekunder yang diolah
Y=3,214 + 0,732 LNROE + 0,319 LNDER +
0,424 LNDPR
Jika dilihat dari persamaan regresi
berganda di atas, dapat dijelaskan bahwa
koefisien konstanta sebesar 3,214 artinya jika
profitabilitas (Return on Equity), struktur modal
(Debt to Equity Ratio), dan kebijakan dividen
(Dividend Payout Ratio) sama dengan nol maka
nilai perusahaan (Price to Book Value) adalah
sebesar 3,214.
Koefisien regresi variabel profitabilitas
(Return on Equity) sebesar 0,732 artinya jika
profitabilitas (Return on Equity) mengalami
kenaikan 1% maka nilai perusahaan (Price to
Book Value) akan meningkat sebesar 0,732
dengan asumsi variabel independen lainnya
memiliki nilai konstan dan memiliki hubungan
positif antara profitabilitas (Return on Equity)
dengan nilai perusahaan (Price to Book Value)
sehingga jika profitabilitas (Return on Equity)
naik maka nilai perusahaan (Price to Book
Value) juga akan meningkat.
Koefisien regresi struktur modal (Debt to
Equity Ratio) sebesar 0,319 artinya jika
kebijakan hutang (Debt to Equity Ratio)
mengalami kenaikan 1% maka nilai perusahaan
(price book value) akan mengalami kenaikan
sebesar 0,319 dengan asumsi variabel
independen lainnya memiliki nilai konstan dan
memiliki hubungan positif antara struktur modal
(Debt to Equity Ratio) dengan nilai perusahaan
(price book value) sehingga makin tinggi
kebijakan hutang (Debt to Equity Ratio) maka
nilai perusahaan (price book value) akan
semakin meningkat.
Koefisien regresi variabel kebijakan
dividen (Dividend Payout Ratio) sebesar 0,424
artinya jika kebijakan dividen (Dividend Payout
Ratio) mengalami kenaikan 1% maka nilai
perusahaan (price book value) akan meningkat
sebesar 0,424 dengan asumsi variabel
independen lainnya memiliki nilai konstan dan
memiliki hubungan positif antara kebijakan
dividen (Dividend Payout Ratio) dengan nilai
perusahaan (price book value) sehingga jika
kebijakan dividen mengalami kenaikan maka
nilai perusahaan (price book value) juga akan
meningkat.
PEMBAHASAN
Pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan
Hipotesis satu yang menyatakan
profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan diterima. Profitabilitas memiliki
nilai koefisien regresi sebesar 0,732 (bernilai
positif). Jadi profitabilitas berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Selain itu, tingkat
signifikan sebesar 0,000 dimana angka tersebut
< Ξ± (5%) yang berarti profitabilitas berpengaruh
signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
yaitu profitabilitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Nuraeni, dkk
(2016), Perwira dan Wiksuana (2018),
Apsari,dkk (2015), dan Arindita dan Sampurno
(2015), yaitu profitabilitas berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Profitabilitas juga menjadi variabel yang sangat
penting bagi pemegang saham, selain
berpeluang mendapatkan dividen yang lebih
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
68 Volume 9 Nomor 1 November 2019
besar tentunya juga menjadi salah satu faktor
yang menjadi indikator untuk menaikkan harga
saham perusahaan. Apabila harga saham naik
tentunya nilai perusahaan juga meningkat.
Pengaruh struktur modal terhadap nilai
perusahaan
Hipotesis dua yang menyatakan struktur
modal berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan ditolak. Struktur modal memiliki
nilai koefisien regresi sebesar 0,319 (bernilai
positif). Jadi struktur modal berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Selain itu, tingkat
signifikan sebesar 0,005 dimana angka tersebut
< Ξ± (5%) yang berarti struktur modal
berpengaruh signifikan. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan yaitu struktur modal berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perusahaan yang melakukan peningkatan hutang
akan menaikkan nilai perusahaan. Hal ini tidak
sesuai dengan hipotesis penelitian yang
diajukan, hasil ini juga tidak sejalan dengan hasil
penelitian oleh Nuraeni,dkk (2016),
Pasaribu,dkk (2016), dan Pracihara (2016).
Struktur modal berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Trade-off Theory dimana dalam teori tersebut
menjelaskan manajer dapat memilih rasio
hutang untuk memaksimalkan nilai perusahaan
sampai pada titik tertentu. Dalam komposisi
tertentu, hutang akan meningkatkan
produktivitas perusahaan yang secara otomatis
akan meningkatkan nilai perusahaan, tetapi jika
komposisi itu menjadi berlebihan maka yang
terjadi adalah penurunan nilai perusahaan. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan Gayatri dan Mustada (2014), Julianti
(2018), dan Mardiyanti,dkk (2012) yang
menyatakan bahwa struktur modal memiliki
pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Struktur modal yang optimal, akan membuat
nilai perusahaan meningkat. Karena kombinasi
antara hutang dan modal sendirinya tepat. Jadi
besar utang yang dimiliki perusahaan tidak
membebani kemampuan perusahaan membayar
bunga dan cicilan utang nya..
Pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai
perusahaan
Hipotesis tiga yang menyatakan
kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan diterima. Kebijakan dividen
memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,424
(bernilai positif). Jadi kebijakan dividen
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Selain itu, tingkat signifikan sebesar 0,020
dimana angka tersebut < Ξ± (5%) yang berarti
kebijakan dividen berpengaruh signifikan.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan yaitu
kebijakan dividen berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Senata (2016),
Putra dan Lestari (2016), Wijaya dan Sedana
(2015), Perwira dan Wiksuana (2018), Pracihara
(2016), dan Nasehah dan Widyarti (2012), yaitu
kebijakan dividen berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Kebijakan dividen yg tepat sangat penting untuk
memaksimalkan nilai perusahaan. Karena para
pemegang saham tidak semuanya para spekulan
yang hanya mengincar capital gain. Banyak juga
para stake holder yang mengharapkan kestabilan
jumlah dividen yang dibagikan setiap akhir
tahun. Dividen yang stabil dan cendrung
meningkat diharapkan akan menimbulkan
persepsi positif sehingga memaksimumkan nilai
perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pengujian analisis regresi
maka didapatkan hasil bahwa profitabilitas
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan,
struktur modal berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan, dan kebijakan dividen
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
SARAN
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat
memperluas penelitian dengan menggunakan
proksi lainnya untuk mengukur profitabilitas,
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
69 Volume 9 Nomor 1 November 2019
struktur modal, kebijakan dividen, dan nilai
perusahaan serta memperluas sampel tidak
hanya terbatas pada perusahaan-perusahaan
yang terdaftar pada indeks LQ 45 saja.
DAFTAR PUSTAKA
Apsari Idha, A., Dwiatmanto., & Azizah Devi,
F. (2015), Pengaruh Return On Equity
Net Profit Margin Debt To Equity Ratio
Dan Longterm Debt To Equity Ratio
Terhadap Price Book Value. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), 27(2): 1-8.
Arindita, G. & Sampurno, R, D. (2015), Analisis
Pengaruh Struktur Modal Profitabilitas
Kebijakan Dividen Dan Size Terhadap
Nilai Perusahaan. Diponegoro Journal Of
Management, 4(2): 1-9.
Asnawi, Said Kelana & Chandra, W. (2015),
Finon (Finance for Non Finance),
Jakarta: Rajawali Pers.
Asnawi, Said Kelana & Chandra W. (2006).
Metodologi Penelitian Keuangan:
Prosedur, Ide dan Kontrol. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Batsyeba Eka, W. (2013). Pengaruh
Konvergensi IFRS Terhadap Liabilitas
Dan Pengaruhnya Terhadap Laporan
Konsolidasi. Universitas Negeri
Surabaya.
Brigham, F. Eugene & Houston, Joel F. (2011),
Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Buku II, (Ed. 11), Jakarta: Erlangga.
Fernandar, G., & Surya, R. (2012), Pengaruh
Keputusan Investasi Keputusan
Pendanaan Dan Kebijakan Dividen
Terhadap Nilai Perusahaan. Diponegoro
Journal Of Accounting. 1(2): 2.
Ghozali, I. (2016), Aplikasi Analisis
Multivariete: IBM SPSS 23 (Ed. 8), Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Hardiningsih, P., & Oktaviani Rachmawati, M.
(2012). Determinan Kebijakan Hutang.
1(1): 11-20.
Herawati, T. (2013), Pengaruh Kebijakan
Dividen Kebijakan Hutang Dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan,
Universitas Negeri Padang.
Hermuningsih, S. (2013), Pengaruh
Profitabilitas Growth Opportunity
Struktur Modal Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Publik Di
Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan.
Julianti, D. (2018), Pengaruh Rasio Hutang
(DER) Dan Profitabilitas (ROA)
Terhadap Nilai Perusahaan (PBV),
Universitas Komputer Indonesia.
Jusriani Ika, F., & Rahardjo Shiddiq, N. (2013),
Analisis Pengaruh Profitabilitas,
Kebijakan Deviden, Kebijakan Hutang,
Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap
Nilai Perusahaan. Diponegoro Journal Of
Accounting. 2(2): 2-7.
Labelaha Devina, L, A., & Saerang Ivonne, S.
(2016). Pengaruh Price Earnings Ratio
Debt To Equity Ratio Dan Dividend
Payout Ratio Terhadap Nilai Perusahaan
BUMN Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2014. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(2): 376-385.
Mardayanti, U., Nazir Ahmad, G., & Putri, R.
(2012), Pengaruh Kebijakan Dividen
Kebijakan Hutang Dan Profitabilitas
Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur,
Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia,
3(1): 1-17.
Martikarini, Nani. (2014). Pengaruh
Profitabilitas, Kebijakan Hutang, dan
Kebijakan Dividen Terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal. Universitas
Gunadarma, Jakarta
Manajemen Keuangan ISSN: 2089-3477
e-ISSN: 2477-4774
70 Volume 9 Nomor 1 November 2019
Nasehah, D., & Widyarti Endang, T. (2012),
Analisis Pengaruh ROE DER DPR
Growth Dan Firm Size Terhadap Price To
Book Value, Diponegoro Journal Of
Management, 1(1): 2-6.
Pasaribu Mirry, Y., Topowijono., & Samsuar,
Tenriola dan Akramunnas. (2017).
Pengaruh Faktor Fundamental dan
Teknikal Terhadap Harga Saham
Industri Perhotelan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi
dan Perbankan Syariah. Vol. 1, No. 1.
Sukirni, D. (2012), Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Kebijakan
Dividen Dan Kebijakan Hutang Analisis
Terhadap Nilai Perusahaan, Accounting
Analysis Journal (AAJ).
Sutrisna, K., Purnamawati Gusti, A., & Wahyuni
Made, A. (2017). Pengaruh
Keterlambatan Pelaporan Keuangan
Terhadap Harga Saham Dan Profitabilitas
Perusahaan. e-Journal S1 Ak, 8(2).
Taufiq, R., Rahayu Sri, M., & Azizah Devi, F.
(2015). Analisis Pengaruh Return On
Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER),
Dan Dividend Payout Ratio (DPR)
Terhadap Price Earning Ratio (PER).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 21(1):
1-8.
Sulasmiyati, S. (2016), Pengaruh Struktur
Modal Struktur Kepemilikan Dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Pada Perusahaan Sektor Industri Dasar
Dan Kimia Yang Terdaftar Di BEI Tahun
2011-2014. Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB).
Perwira Aak Agung Gde, A, N., & Wiksuana I
usti, B. (2018), Pengaruh Profitabilitas
Dan Pertumbuhan Aset Terhadap
Kebijakan Dividen Dan Nilai Perusahan,
Fakultas Ekonomi dan Busnis Universitas
Udayana Bali.
PraciharaSonya, M. (2016), Pengaruh Kebijakan
Hutang Kepemilikan Manajerial
Kebijakan Dividen Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan.
Jurnal Ilmu Manajemen.