analisis pengaruh komitmen manajemen dalam pemasaran
TRANSCRIPT
Analisis Pengaruh Komitmen Manajemen dalam Pemasaran Internal dan Komunikasi Internal Perusahaan terhadap Employee Engagement
Studi Kasus PT XYZ
Aditia Rahadiyansyah, Imbuh Sulistyarini
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok, 16324
Email: [email protected] / [email protected]
Abstrak
Penelitian ini menguji pengaruh dari komitmen manajemen dalam pemasaran internal dan employee engagement melalui komunikasi internal. Data dikumpulkan dari 135 karyawan full time di PT XYZ, Tbk Indonesia. Hasil dari structural equation modeling memperlihatkan bahwa komitmen manajemen dalam pemasaran internal berpengaruh positif dengan komunikasi internal formal. Komunikasi internal formal didukung oleh komunikasi internal informal. Lebih dari itu, internal marketing, komunikasi internal formal dan komunikasi internal informal mempengaruhi employee engagement. Penelitian ini berkontribusi memberikan pemahaman tentang komitmen manajemen dalam pemasaran internal di perusahaan sektor manufaktur.
Effect of Management Commitment to Internal Marketing and Internal Communication on Employee Engagement
Abstract
The present study examines the effect of management commitment to internal marketing on employee engagement through internal communications. Data were collected from 135 full-time employees of PT XYZ, Tbk in Indonesia. The results of structural equation modeling showed management commitment to internal marketing effect to internal formal communication and formal internal communication is facilitated informal internal communication. Moreover, management commitment to internal marketing, formal internal communication and informal internal communication affected employee engagement. The current study contributes to a deeper understanding of the management commitment to internal marketing in the company in manufacture sector.
Key words: Management Commitment to Internal Marketing, Internal Communication, Employee Engagement
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
Pendahuluan
Industri tekstil dan garmen merupakan kontributor penting bagi perekonomian
Indonesia. Industri ini menyediakan lapangan kerja bagi 3.8 juta orang secara langsung dan 4
juta secara tidak langsung. Industri ini merupakan penyumbang utama devisa negara. PT XYZ
Tbk adalah salah satu contoh dari Perusahaan di dalam industri textile dan garment.
Perusahaan ini telah bertransformasi menjadi perusahaan publik sejak Juni 2013.
Transformasi tersebut menghapus asumsi negatif mengenai industri tekstil dan produk tekstil
(TPT) yang selama ini dinilai sebagai industri dengan tingkat risiko kegagalan tinggi. PT
XYZ telah membuktikan bahwa industri TPT adalah salah satu industri besar Indonesia
dengan potensi menjanjikan. Diversifikasi produk memungkinkan perseroan untuk terus
meningkatkan volume dan pangsa pasar di berbagai belahan dunia. Untuk kinerja saham PT
XYZ pada tahun 2015 bisa dibilang menggembirakan, karena PT XYZ termasuk dalam
kelompok saham margin yaitu efek yang memenuhi kriteria untuk dijadikan jaminan pada
transaksi margin, termasuk kelompok saham MSCI serta LQ45. Saat ini hanya PT XYZ
adalah satu-satunya perusahaan tekstil yang masuk LQ45. Hal ini tentunya atas apresiasi yang
diberikan oleh para investor dan lembaga terkait sehingga PT XYZ bisa meraih prestasi
tersebut. Pada penutupan perdagangan akhir Desember tahun 2015, harga saham PT XYZ
mencapai Rp389. Jika ditarik dari awal tahun, harga saham PT XYZ telah mengalami
kenaikan 140 persen dari sebelumnya, Rp162. Tidak hanya investor lokal, investor asing juga
tercatat ikut memborong saham PT XYZ (Hermansah, 2016).
Sebuah studi oleh IBM mencatat bahwa pelatihan, yang menghasilkan peningkatan
produktivitas rata-rata hanya 3 menit/ hari, tetapi itu akan menghemat setidaknya US $
240.000/ tahun pada sebuah perusahaan dengan 1.000 karyawan. Sementara itu, The 2012
Global Workforce Study (GWS 2012) menemukan bahwa 27% dari karyawan Indonesia yang
disurvei mengatakan mereka akan meninggalkan pekerjaan mereka saat ini dalam dua tahun
ke depan, dan sebanyak 42% dari karyawan yang disurvei percaya bahwa mereka harus
meninggalkan pekerjaan mereka saat ini untuk memajukan karir mereka, survey ini dilakukan
merata di sektor general industry, oil & gas, consumer, asset management, insurance dan
banking.
Jumlah karyawan PT XYZ per 30 Desember 2014 adalah sebesar 17.821 orang yang
terdiri dari bagian produksi sebesar 16.786 orang dan bagian non-produksi sebanyak 1.035
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
orang. PT XYZ menghabiskan sekitar US $ 31.558.381 pada biaya karyawan pada tahun
2015. Rata belanja langsung per karyawan pada tahun 2015 adalah US $ 1.770. Jumlah
karyawan PT XYZ per 31 Desember 2015 mencapai 17.862 karyawan, naik 0,2%
dibandingkan pada 2014 sebesar 17.821 karyawan. Komposisi jumlah karyawan pada 2015
meliputi 17.439 karyawan dari bagian produksi dan 423 karyawan dari bagian non produksi.
Pada tabel dibawah ini terdapat informasi jumlah pegawai operator PT XYZ dari tahun 2013 –
2015. Dilihat dari tabel, bagian staf operator PT XYZ mengalami penurunan dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2013 – 2014 terdapat penurunan jumlah karyawan bagian operator
sebanyak 286 karyawan dan pada tahun 2014 – 2015 terdapat penurunan jumlah karyawan
sebesar 166 orang.
Dalam studi dari Quantum Work Place, 2013, ditemukan bahwa organisasi dengan
tingkat tertinggi keterlibatan memperoleh hasil bahwa delapan puluh tujuh persen
menunjukkan prediksi peningkatan pendapatan dalam 3 tahun berikutnya, delapan puluh enam
persen melaporkan peningkatan pangsa pasar, lima puluh tujuh persen melaporkan pergantian
karyawan yang lebih rendah. sembilan puluh persen dari klien publik melaporkan harga
saham yang lebih tinggi (Kumar, 2014).
Dalam mewujudkan employee engagement, perusahaan perlu memperhatikan
pelanggan internal sehingga pelanggan internal mendukung perusahaan dengan baik. Menurut
Ewing et al (2016), secara umum pemasaran produk fisik difokuskan kepada pelanggan
eksternal. Seringkali pelaksanaan pemasaran dicapai dengan mengadopsi bentuk organisasi
seperti departemen pemasaran. Hal ini sudah sering diselenggarakan oleh brand manager
sebagai orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana pemasaran yang diarahkan
kepada pelanggan di luar organisasi. Pentingnya proses interaksi antara orang-orang didalam
internal organisasi dengan pelanggan eksternal telah disorot oleh sejumlah penulis. Layanan
kepada karyawan sangat penting karena produk yang disediakan adalah kinerja dan proses
dari hubungan yang interaktif antar orang-orang di dalam organisasi merupakan suatu aspek
penting untuk membangun hubungan kerja yang baik dalam jangka panjang.
Pemasaran internal lebih dari mendengarkan karyawan dan staf dari perusahaan dan
mengatakan kepada mereka apa yang terjadi dan apa yang perusahaan akan lakukan. Ini
adalah strategi untuk mengurangi turnover karyawan dan biaya tinggi. Ini adalah strategi
penerapan filosofi pemasaran dan prinsip-prinsip untuk orang-orang yang melayani pelanggan
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
eksternal sehingga orang-orang terbaik mungkin dapat digunakan dan dipertahankan sehingga
mereka akan melakukan pekerjaan sebaik mungkin. Tujuan keseluruhan dari pemasaran
internal adalah untuk mengembangkan dan mempertahankan karyawan agar tetap termotivasi
dalam lingkungan yang berfokus pada kualitas layanan dan peningkatan kesadaran terhadap
pelanggan. Beberapa pertimbangan dalam meningkatkan fokus perusahaan pada pemasaran
internal positif mempengaruhi employee engagement (Ewing, 2016).
Komunikasi adalah salah satu aspek penting dalam perusahaan. Dengan melalui
komunikasi yang baik, tujuan perusahaan akan tercapai. Komunikasi dan organisasi tidak
dapat pisahkan, karena dengan komunikasi akan terjadi sebuah interaksi dalam perusahaan.
Komunikasi yang terjadi dalam perusahaan menjadi kunci penting dalam berjalannya sebuah
perusahaan. Komunikasi dalam perusahaan juga dapat dikatakan sebagai komunikasi internal,
dimana hanya terjadi dilingkup organisasi itu saja. Komunikasi internal ini berfokus pada
menghubungkan antar individu karyawan, kelompok-kelompok, dan organisasi yang menjadi
fasilitator dalam menciptakan kerjasama yang spontan (Balakrishan dan Masthan, 2013).
Employee engagement dipengaruhi oleh komunikasi internal, komunikasi internal digunakan
sebagai cara yang efektif dalam menyampaikan nilai-nilai organisasi kepada seluruh
karyawan dan melibatkan mereka dengan tujuan organisasi. Komunikasi terbuka dengan
manajemen senior merupakan strategi efektif yang diakui memiliki peran penting dalam
membuat employee engagement yang positif (Welch, 2011). Penelitian ini mengusulkan
pengaruh komitmen manajemen dalam pemasaran internal, komunikasi internal dan employee
engagement. Pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme bagaimana pemasaran internal
dan komunikasi internal berjalan diperlukan untuk mengetahui seberapa signifikan
hubungannya terhadap employee engagement sehingga nantinya penelitian ini dapat
digunakan sebagai strategi untuk meminimalkan masalah ini.
Tinjauan Pustaka Komitmen Manajemen dalam Pemasaran Internal Sebagai industri telah matang, perubahan permintaan pasar dan persaingan yang
kompetitif mengalihkan fokus pemasaran dari transaksi pemasaran menjadi hubungan
pemasaran. Pendekatan yang terakhir mengakui pentingnya hubungan dengan berbagai
pemangku kepentingan (misalnya karyawan, pemasok, distributor, pengecer dan bukan hanya
pelanggan). Akibatnya, hubungan pemasaran juga menekankan peran internal marketing
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
kepada karyawan, yang mendukung pengelolaan hubungan antara pengambil keputusan
organisasi dan pasar internal (Elanie, Steyin & Rooyen, 2011).
Internal marketing adalah konsep payung untuk berbagai kegiatan internal dalam suatu
organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan budaya pelayanan dan mempertahankan
orientasi layanan antar karyawan. Dengan cara ini, pemasaran internal yang bertujuan untuk
mengembangkan kesadaran karyawan kepada pelanggan mereka yaitu pelanggan eksternal
dan internal (Elanie, Steyin & Rooyen, 2011). Meskipun internal marketing tidak memiliki
definisi yang diterima secara luas Mosley, Mahnert dan Torres dalam Elanie, Steyin &
Rooyen, 2011 menawarkan definisi Internal marketing adalah akumulasi dan penerapan
fungsi dan alat-alat yang bertujuan untuk pembentukan dan pemeliharaan tenaga kerja yang
konsisten, efisien, efektif dan berorientasi pelanggan. Tujuan ini dicapai melalui komunikasi
dengan dan daya tarik, retensi, motivasi, pendidikan dan manajemen karyawan yang sesuai.
Karyawan yang cocok dalam konteks ini didefinisikan sebagai karyawan yang sadar dan
berkomitmen untuk kebutuhan organisasi dan karyawan lain di semua tingkatan dalam rantai
nilai internal.
Oleh karena itu tujuan pemasaran internal adalah untuk membangun dan memelihara
hubungan antara manajemen dan karyawan dan diantara fungsi-fungsi organisasi dapat
dikatakan bahwa ini salah satu penggunaan internal marketing yang paling menjanjikan.
Bangunan dari terpeliharanya hubungan terjadi melalui budaya organisasi sebagai penyatu
berdasarkan pada nilai-nilai layanan pelanggan internal dan eksternal, pemberdayaan
karyawan dan kualitas layanan (Elanie, Steyin & Rooyen, 2011). Internal marketing adalah
upaya terencana untuk mengatasi resistensi organisasi untuk perubahan dan penyelarasan,
memotivasi dan mengintegrasikan karyawan terhadap efektivitas implementasi dari
perusahaan dan strategi fungsional (Kumar, 2014).
Komunikasi Internal
Komunikasi internal adalah komunikasi untuk pelanggan internal, yaitu pekerja. Hal
ini dibuat dalam menanggapi perubahan kebutuhan perusahaan agar dapat memotivasi tim dan
mempertahankan yang terbaik dalam lingkungan bisnis di mana perubahan yang semakin
cepat. Banyak perusahaan tidak menyadari bahwa untuk menjadi kompetitif adalah dengan
mendorong pasar lebih kuat sehingga manajemen harus mengetahui cara memotivasi tim,
mempertahankan yang terbaik, menanamkan budaya perusahaan yang benar untuk
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
mengidentifikasi diri mereka sendiri dan agar setia kepada organisasi. Dalam konteks ini,
komunikasi internal menjadi alat strategis untuk menanggapi kebutuhan tersebut dan
meningkatkan rasa memiliki di antara karyawan dalam perusahaan (To, Martin & Billy, 2015)
1. Komunikasi Internal Formal (KIF)
KIF bertujuan mengumpulkan umpan balik karyawan tentang kualitas kerja,
sikap terhadap pekerjaan, dan menyebarkan informasi kepada karyawan secara teratur.
Mengingat sifatnya yang periodik, sebuah tim manajemen yang menggunakan KIF
saja tidak dapat menjawab kebutuhan karyawan dengan segera (To, Martin & Billy,
2015). Yu dan To (2013) menunjukkan bahwa komunikasi formal termasuk interaksi
tatap muka resmi antara manajer dan karyawan untuk tujuan tahap pertama untuk
mendapat informasi bisnis. Komunikasi formal memastikan bahwa manajemen
memperoleh informasi yang paling relevan untuk pengambilan keputusan; itu harus
diikuti dengan komunikasi informal.
2. Komunikasi Internal Informal (KII)
KII memiliki peran penting untuk melengkapi KIF melalui jaringan kontak
informal atau pribadi antara manajemen dan karyawan (To, Martin & Billy, 2015).
Komunikasi informal lebih personal dan spontan dalam komunikasi antara dua pihak.
KIF memberikan informasi penting untuk manajer senior, dan mereka dapat
memanfaatkan KII lebih efektif sehingga meningkatkan pengambilan keputusan
mereka (Fay, 2011). Selain itu, manajer senior dari organisasi yang peduli tentang
karyawan dan menggunakan KIF untuk mengidentifikasi kebutuhan karyawan dapat
mengambil satu langkah lebih lanjut untuk melaksanakan KII. Kepuasan pelanggan
internal adalah sebuah konsep di mana pekerja memerlukan perhatian konstan, yang
harus dipantau dan terus ditingkatkan. Dalam studi yang dilakukan secara konsisten
menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan internal adalah penentu signifikan sikap
kerja dalam organisasi (To, Martin & Billy, 2015).
Salah satu langkah pertama untuk meningkatkan kepuasan pelanggan internal
adalah dengan memenuhi harapannya, bila tidak terpenuhi, karyawan akan merasa
berkecil hati dan frustrasi, dan jika mereka puas maka akan memperkuat apa yang
karyawan pikirkan tentang pekerjaan mereka. Jika harapan terlampaui sikap kerja dan
motivasi meningkat sehingga akan mencapai kinerja yang lebih tinggi. Langkah kedua
untuk meningkatkan kepuasan pelanggan internal adalah mengetahui apa yang
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
diinginkan oleh pelanggan. Cara terbaik untuk mengetahui adalah dengan
menggunakan teknik focus group discussion; jika ukuran organisasi lebih besar, kita
dapat melakukannya dengan survei yang tepat (To, Martin & Billy, 2015).
Metode Penelitian Penelitian kuantitatif yang diaplikasikan dalam studi ini dilakukan dengan cara
membagikan kuesioner secara langsung dengan total 140 kuesioner. Kuesioner terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama berisi isian informasi demografis seperti jenis kelamin, usia,
pendidikan, posisi, dan jumlah tahun bekerja di perusahaan. Bagian kedua terdiri dari 27 item
pertanyaan meliputi KPIP, KIF, KII, KK. Kualifikasi responden terdiri dari laki-laki/
perempuan, pendidikan terakhir SMA keatas, bekerja di XYZ, bekerja minimal satu tahun.
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dikirim kepada karyawan dari
Perusahaan XYZ selama satu minggu. Perusahaan dalam penelitian dipilih sebagai objek
penelitian karena memiliki sejarah panjang dan gaya manajemen yang baik dibuktikan dengan
prestasinya sebagai satu satunya perusahaan textile dan garment yang sahamnya berada di
LQ45.
Pengisian data oleh responden menggunakan metode self-evaluation. Metode
pengambilan sampel yang dipergunakan adalah metode purposive sampling. Analisis yang
digunakan menggunakan Analisis Structural Equation Modelling (SEM). Pengolahan data
menggunakan software SPSS dan LISREL 851. Analisis kuantitatif dari kuesioner dilakukan
dengan menggunakan SPSS dan LISREL menurut metode statistik berikut: Pertama, distribusi
frekuensi diperoleh untuk memeriksa kesalahan entri data dan untuk mendapatkan statistik
deskriptif. Kedua, langkah-langkah pemasaran internal dan loyalitas organisasi yang faktor-
dianalisis. Analisis faktor ditentukan faktor-faktor yang mendasari yang dapat menjelaskan
sumber variasi utama antara respon masyarakat baik dalam skala internal marketing dan skala
employee engangement. Akhirnya, SEM digunakan untuk melakukan analisis data, sebagai
teknik konfirmasi untuk memahami pengaruh hubungan antara variabel, dan untuk memahami
pengaruh antara pemasaran internal dan employee engagement. Fit-assessment adalah tugas
dasar pemodelan SEM dan langkah-langkah yang lebih umum digunakan antara lain: Chi-
Squared, root mean square residual (RMR <0,05), (RMSEA <0,08), (SRMR <0,05), (CFI -
0,90), (NFI> 0,90), (RFI> 0,90), (PGFI>. 50), (PNFI> 0,50), dan sebagainya.
Model Penelitian
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jurnal acuan yang berjudul "Effect of
management commitment to internal marketing on employee work attitude", International
Journal of Hospitality Management, Vol. 45 pp. 14-21 yang disusun oleh To, W.M., Martin,
E.F. and Billy, T.W. (2015). Dalam jurnal acuan ditujukan kepada karyawan yang bekerja
dibidang Perhotelan, sementara dalam penelitian sekarang diambil perusahaan sektor
manufaktur. Penelitian ini memiliki perbedaan dari penelitian sebelumnya karena terjadi
perubahan pada dependen variable dari Employee Work Attitude diubah Employee
engagement, objek menjadi karyawan di industry textile dan garment dan lokasi penelitian.
Adapun jurnal yang mendukung pengaruh antara komitmen manajemen dalam pemasaran
internal dan employee engagement berjudul Employee engagement: The Key to Improving
Performance oleh Markos dan Sridevi (2010) dan jurnal yang mendukung pengaruh antara
komunikasi internal dan employee engagement berjudul “Impact of Internal Communication
on Employee engagement – A Study at Delhi International Airport” oleh Balakrishnan dan
Masthan (2013). Berikut merupakan model penelitian yang digunakan:
Gambar 1 Model Penelitian
Sumber:ModifikasimodeldariJurnalTo,W.M.,Martin,E.F.andBilly,T.W.(2015),MarkosdanSridevi
(2010)&BalakrishnandanMasthan(2013).
Hasil Penelitian Tabel 1 : Profil Responden
Variabel Kategori Jawaban dan Presentase
Jenis Kelamin Pria (31.8%), Wanita (68.2%)
Status Perkawinan Sudah Menikah (58%), Belum Menikah (42%)
Pendidikan Terakhir SMA/SMK (91%), D1/D3 (9%)
Masa Kerja 1-2 Tahun (69%), 3-5 Tahun (69%)
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
Posisi dalam perusahaan Staf (100%)
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Tabel 2 : Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel Indikator Total
Mean
Komitmen
Manajemen dalam
Pemasaran Internal
Manajemen menyadari bahwa menjaga kepuasan karyawan sama
pentingnya dengan menjaga kepuasan pelanggan
4,302
(Sangat
tinggi)
Manajemen memenuhi faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
karyawan atas pekerjaannya
Manajemen menganggap karyawan sebagai sumber daya yang paling
penting yang perusahaan miliki
Manajemen menawarkan bimbingan dalam memecahkan masalah yang
berhubungan dengan pekerjaan
Manajemen mendorong arus informasi dua arah di seluruh tingkatan
manajemen di Perusahaan ini
Manajemen dalam perusahaan ini mendorong komunikasi terbuka
Komunikasi
Internal Formal
Manajemen secara periodik melakukan evaluasi untuk membahas apa yang
diinginkan oleh para pegawai
4,266
(Sangat
tinggi)
Manajer berinteraksi secara resmi dan langsung dengan karyawan untuk
mengetahui bagaimana membuat karyawan menjadi lebih puas
Manajer bertemu dengan karyawan secara teratur untuk mengetahui
harapan apa yang mereka miliki dari pekerjaan mereka
Perusahaan melakukan survey karyawan minimal sekali setahun untuk
menilai kualitas hubungan kerja
Semua materi komunikasi yang disampaikan mempunyai gaya yang
konsisten
Terdapat kegiatan/program komunikasi internal secara periodik untuk
semua karyawan
Komunikasi
Internal Informal
Di tempat kerja, manajer/atasan secara teratur berbicara kepada kami untuk
mencari tahu tentang pekerjaan kami
4,228
(Sangat
tinggi)
Ditempat kerja, pada saat atasan mengetahui ada yang berbeda dari
pegawainya dia akan mencoba mencari tahu
Di tempat kerja, manajer mencoba untuk mencari tahu apa yang kami
inginkan dari perusahaan
Di tempat kerja, manajer kami mencoba untuk mencari tahu perasaan kami
yang sebenarnya tentang pekerjaan.
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
Pesan yang saya terima dari manajer/atasan selaras dengan komunikasi
dalam bisnis secara luas
Manajer membuka kesempatan kapan saja untuk kami menyampaikan
kondisi yang kami inginkan
Employee
Engagement
Di tempat kerja, saya merasa penuh dengan energi
4,239
(Sangat
tinggi)
Pekerjaan saya membuat saya merasa lebih kuat dan bersemangat
Saya antusias terhadap pekerjaan saya
Pekerjaan saya menginspirasi saya
Ketika saya bangun di pagi hari, saya merasa seperti ingin pergi bekerja
Saya merasa senang ketika saya dapat bekerja intens
Saya bangga dengan pekerjaan yang saya lakukan
Saya terlibat mendalam dengan pekerjaan saya
Saya terbawa suasana ketika saya bekerja
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Analisis Model Pengukuran
Tabel 3: Uji Kecocokan Keseluruhan Model Pengukuran No. Ukuran GOF Good Fit Value Hasil Uji Keterangan
Absolute Fit Measures
1 P- value p ≥ 0,50 0,00 Poor Fit
2 GFI GFI ≥ 0,90 0,75 Poor Fit
3 RMR RMR ≤ 0,5 0,026 Good Fit
4 RMSEA RMSEA ≤ 0,08 0,079 Good Fit
5 ECVI Model ECVI model ebih
mendekati ECVI
saturated aripada
independence
5,28
Good Fit Saturated 5,64
Independence 20,77
Incremental Fit Measures
6 NNFI NNFI ≥ 0,90 0,84 Marginal Fit
7 NFI NFI ≥ 0,90 0,76 Poor Fit
8 AGFI AGFI ≥ 0,90 0,71 Poor Fit
9 RFI RFI ≥ 0,90 0,73 Poor Fit
10 IFI IFI ≥ 0,90 0,85 Marginal Fit
11 CFI CFI ≥ 0,90 0,85 Marginal Fit
Parsimonius Fit Measures
12 AIC Model AIC model mendekati
AIC
Saturated daripada
Independence
707,26
Good Fit Saturated 756
Independence 2783,49
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
13 CAIC Model CAIC model
mendekati CAIC
saturated daripada
independence
941,57
Poor Fit Saturated 232,19
Independence 2888,93
Sumber: Hasil Olahan Peneliti dengan Lisrel 851
Tabel 4 Uji Validitas dan Reliabilitas KPIP Indikator t-values SLF Error CR VE
KPIP 1 7,40 0,61 0,12 0,95 0,8
KPIP 2 7,11 0,59 0,19
KPIP 3 8,06 0,65 0,18
KPIP 4 10,26 0,78 0,12
KPIP 5 11,39 0,83 0,079
KPIP 6 11,58 0,84 0,097
Sumber: Hasil Olahan Peneliti dengan Lisrel 851
Tabel 5 Uji Validitas dan Reliabilitas KIF Indikator t-values SLF Error CR VE
KIF 1 8,14 0,65 0,17 0,94
0,74 KIF 2 7,09 0,58 0,22
KIF 3 6,65 0,55 0,24
KIF 4 13,43 0,93 0,043
KIF 5 9,31 0,72 0,13
KIF 6 8,18 0,65 0,16
Sumber: Hasil Olahan Peneliti dengan Lisrel 851
Tabel 6 Uji Validitas dan Reliabilitas KII Indikator t-values SLF Error CR VE
KII 1 9,73 0,74 0,13 0,96
0,81
KII 2 8,21 0,65 0,20
KII 3 8,03 0,64 0,18
KII 4 13,29 0,91 0,049
KII 5 12,74 0,88 0,067
KII 6 9,19 0,71 0,16
Sumber: Hasil Olahan Peneliti dengan Lisrel 851
Tabel 7 Uji Validitas dan Reliabilitas EE Indikator t-values SLF Error CR VE
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
EE 1 8,55 0,66 0,20 0,97
0,81 EE 2 7,42 0,59 0,27
EE 3 7,93 0,63 0,24
EE 4 9,97 0,74 0,17
EE 5 13,76 0,92 0,056
EE 6 12,46 0,88 0,095
EE 7 11,37 0,81 0,12
EE 8 13,30 0,90 0,071
EE 9 13,09 0,89 0,068
Sumber: Hasil Olahan Peneliti dengan Lisrel 851
Semua indikator KPIP, KIF, KII dan EE mempunyai validitas yang baik karena memiliki t-values ≥
1,645 dan SLF ≥ 0,5. Selain itu, hal ini menunjukkan bahwa nilai CR dan nilai VE telah memenuhi
kriteria reliabilitas yaitu memiliki nilai CR ≥ 0.70 dan nilai VE ≥ 0.50 (Hair et al., 2010).
Analisis Pengaruh
Tabel 8 Analisis Pengaruh No Path t-value Kesimpulan
1 KPIP -> EE 2,47 Signifikan
2 KPIP -> KIF 3,91 Signifikan
3 KPIP -> KII 0,11 Tidak Signifikan
4 KIF -> KII 2,78 Signifikan
5 KIF -> EE 3,79 Signifikan
6 KII -> EE 3,61 Signifikan
Sumber: Hasil Olahan Peneliti dengan Lisrel 851
Analisis Hasil Penelitian
Tabel 9 Analisis Hasil Penelitian Hipotesis Pernyataan Hasil
Penelitian
Hasil Rujukan Sumber
Rujukan
H1 Komitmen Manajemen
dalam Pemasaran
Internal mempunyai
pengaruh positif dengan
Employee engagement
Data
mendukung
Hipotesis
Data
mendukung
Hipotesis
Markos dan
Sridevi (2010)
H2 Komitmen Manajemen
dalam Pemasaran
Internal mempunyai
pengaruh positif dengan
Komunikasi Internal
Data
mendukung
Hipotesis
Data
mendukung
Hipotesis
To, W.M.,
Martin, E.F.
and Billy, T.W.
(2015)
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
Formal
H3 Komitmen Manajemen
dalam Pemasaran
Internal pengaruh
positif dengan
Komunikasi Internal
Informal
Data tidak
mendukung
Hipotesis
Data
mendukung
Hipotesis
To, W.M.,
Martin, E.F.
and Billy, T.W.
(2015)
H4 Komunikasi Internal
Formal mempunyai
pengaruh positif dengan
Komunikasi Internal
Informal
Data
mendukung
Hipotesis
Data
mendukung
Hipotesis
To, W.M.,
Martin, E.F.
and Billy, T.W.
(2015)
H5 Komunikasi Internal
Formal mempunyai
pengaruh positif dengan
Employee engagement
Data
mendukung
Hipotesis
Data
mendukung
Hipotesis
Balakrishnan &
Masthan, 2013
H6
Komunikasi Internal
Informal mempunyai
pengaruh positif dengan
Employee engagement
Data
mendukung
Hipotesis
Data
mendukung
Hipotesis
Balakrishnan &
Masthan, 2013
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Hasil dalam Hipotesis 1 penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya.
Pada variabel Komitmen Manajemen dalam Pemasaran Internal (KPIP), tiga dari nilai
SLF tertinggi dimiliki oleh indikator “manajemen dalam perusahaan ini mendorong
komunikasi terbuka” sebesar 0,84, “manajemen mendorong arus informasi dua arah
diseluruh tingkatan manajemen di perusahaan” sebesar 0,83 dan “manajemen
menawarkan bimbingan dalam memecahkan masalah yeng berhubungan dengan
pekerjaan” sebesar 0.78. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Manajemen telah
berkomitmen dengan berusaha mendorong karyawan untuk mengutarakan saran dan
keinginannya kepada perusahaan dengan mendorong komunikasi terbuka.
Komunikasi terbuka ini juga didukung dengan adanya arus informasi dua arah antara
staf dan atasan. Selain itu, Manajemen peduli terhadap permasalahan karyawan
dengan menawarkan bimbingan terhadap karyawan yang kesulitan atau mengalami
masalah dalam pekerjaannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Komitmen
Manajemen dalam Pemasaran Internal berpengaruh positif terhadap respon karyawan
dengan tiga SLF tertinggi yang dimiliki oleh indikator Employee Engagement (EE)
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
yaitu “ketika saya bangun di pagi hari, saya merasa ingin pergi bekerja” sebesar 0,92,
“saya terlibat mendalam dengan pekerjaan saya” sebesar 0,90 dan “saya terbawa
suasana ketika saya bekerja” sebesar 0,89 yang berarti karyawan memiliki motivasi
tinggi untuk pergi bekerja. Selain itu bekerja diperusahaan ini membuat karyawan
merasa terlibat mendalam sehingga mereka dapat terbawa suasana yang positif ketika
mereka sedang bekerja. Informasi lebih lanjut mengungkapkan bahwa hal tersebut
terjadi karena komitmen perusahaan yang tinggi dalam menyiapkan program
pengembangan sumber daya manusia dengan alokasi anggaran sebesar Rp5.5 Milyar
untuk tahun 2014 meningkat 10% dibandingkan dengan anggaran tahun 2013 yang
mencapai Rp5 milyar (Annual Report PT XYZ, 2014). Hal ini dapat menjadi indikator
bahwa manajemen telah serius dalam menyiapkan program pelayanan untuk
pelanggan internal.
Hasil dalam Hipotesis 2 penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya.
Pada variabel Komitmen Manajemen dalam Pemasaran Internal (KPIP), nilai tiga
teratas dari SLF tertinggi dimiliki oleh indikator “manajemen dalam perusahaan ini
mendorong komunikasi terbuka” sebesar 0,84, “manajemen mendorong arus informasi
dua arah diseluruh tingkatan manajemen di perusahaan ini” sebesar 0,83 dan
“manajemen menawarkan bimbingan dalam memecahkan masalah yeng berhubungan
dengan pekerjaan” sebesar 0.78. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Manajemen
telah berkomitmen dengan berusaha mendorong karyawan untuk mengutarakan saran
dan keinginannya kepada perusahaan dengan mendorong komunikasi terbuka.
Komunikasi terbuka ini juga didukung dengan adanya arus informasi dua arah antara
staf dan atasan. Selain itu, Manajemen peduli terhadap permasalahan karyawan
dengan menawarkan bimbingan terhadap karyawan yang kesulitan atau mengalami
masalah dalam pekerjaannya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Komitmen
Manajemen dalam Pemasaran Internal berpengaruh terhadap respon karyawan dengan
tiga SLF tertinggi yang dimiliki oleh indikator Komunikasi Internal Formal (KIF)
yaitu “perusahaan melakukan survey karyawan minimal sekali setahun untuk menilai
kualitas hubungan kerja” sebesar 0,93, “semua materi komunikasi yang disampaikan
mempunyai gaya yang konsisten” sebesar 0,72 dan manajer secara periodik melakukan
evaluasi untuk membahas apa yang diinginkan pegawai sebesar 0,65 yang berarti
karyawan merasa bahwa manajemen peduli terhadap kualitas hubungan kerja sehingga
mereka melakukan survey secara teratur kepada karyawan, manajemen juga konsisten
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
dalam memberikan materi ketika melakukan komunikasi internal formal. Setelah
semua itu dilakukan, Manajemen juga memperhatikan evaluasi untuk membahas apa
yang diinginkan pegawai. Informasi lebih lanjut mengungkapkan bahwa hal tersebut
terjadi karena pada tahun 2014, Divisi Sumber Daya Manusia (HRD) mengevaluasi
kekuatan karyawan dan para manajer secara umum. Hal ini merupakan bagian dari
program Achievement Motivation Treatment (AMT) yang dijalankan untuk membentuk
karakter peserta. dengan panduan dari tim Total Quality Indonesia (TQI). Melalui
program tersebut diketahui bahwa "kekuatan" SDM PT XYZ adalah pimpinan dan
karyawan selalu termotivasi karena setiap hari dilakukan aktivitas briefing dan diskusi,
team work telah menjadi semakin baik, produktivitas kerja tetap terjaga dalam level
baik (Annual Report PT XYZ, 2014).
Hasil dalam Hipotesis 3 penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Pada variabel Komitmen Manajemen dalam Pemasaran Internal (KPIP), nilai tiga
teratas dari SLF tertinggi dimiliki oleh indikator “manajemen dalam perusahaan ini
mendorong komunikasi terbuka” sebesar 0,84, “manajemen mendorong arus informasi
dua arah diseluruh tingkatan manajemen di perusahaan ini” sebesar 0,83 dan
“manajemen menawarkan bimbingan dalam memecahkan masalah yeng berhubungan
dengan pekerjaan” sebesar 0.78. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Manajemen
telah berkomitmen dengan berusaha mendorong karyawan untuk mengutarakan saran
dan keinginannya kepada perusahaan dengan mendorong komunikasi terbuka.
Komunikasi terbuka ini juga didukung dengan adanya arus informasi dua arah antara
staf dan atasan. Selain itu, Manajemen peduli terhadap permasalahan karyawan
dengan menawarkan bimbingan terhadap karyawan yang kesulitan atau mengalami
masalah dalam pekerjaannya. Tetapi hasil dari Komitmen Manajemen dalam
Pemasaran Internal tidak berpengaruh positif terhadap respon karyawan dengan tiga
SLF tertinggi yang dimiliki oleh indikator Komunikasi Internal Informal (KII) yaitu
“di tempat kerja, manajer kami mencoba mencari tahu perasaan kami yang sebenarnya
tentang pekerjaan” sebesar 0,91, “pesan yang diterima manajer selaras dengan
komunikasi dalam bisnis secara luas” sebesar 0,88 dan “di tempat kerja,
manajer/atasan secara teratur berbicara kepada kami untuk mencari tahu tentang
pekerjaan kami” sebesar 0,74 yang berarti manajer peduli terhadap perasaan
karyawan, komunikasi internal informal yang dilakukan juga sejalan dengan
komunikasi dalam bisnis dan manajer memperhatikan pekerjaan yang dilakukan
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
karyawan. Namun, hasil hubungan ditas tidak signifikan karena dalam penelitian ini
peneliti mencoba industri diluar sektor jasa. PT XYZ merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang industri textile dan garment (manufaktur) dengan jumlah
perbandingan supervisor dan staf (senior operator dan operator) adalah 1:25 yang
terbagi dalam jumlah supervisor 690 dan jumlah staf 17.059 pada tahun 2015 (Annual
Report PT XYZ, 2014).
Hasil dalam Hipotesis 4 penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya.
Pada variabel Komunikasi Internal Formal (KIF) nilai tiga teratas dari SLF tertinggi
dimiliki oleh indikator “perusahaan melakukan survey karyawan minimal sekali
setahun untuk menilai kualitas hubungan kerja” sebesar 0,93, “semua materi
komunikasi yang disampaikan mempunyai gaya yang konsisten” sebesar 0,72 dan
“manajer secara periodik melakukan evaluasi untuk membahas apa yang diinginkan
pegawai” sebesar 0,65 yang berarti karyawan merasa bahwa atasan peduli terhadap
kualitas hubungan kerja sehingga mereka melakukan survey secara teratur kepada
karyawan, manajemen juga konsisten dalam memberikan materi ketika melakukan
komunikasi internal formal. Setelah semua itu dilakukan, Manajemen juga
memperhatikan evaluasi untuk membahas apa yang diinginkan pegawai. Komunikasi
Internal Formal (KIF) berpengaruh terhadap respon karyawan dengan tiga SLF
tertinggi yang dimiliki oleh indikator Komunikasi Internal Informal yaitu “di tempat
kerja, manajer kami mencoba mencari tahu perasaan kami yang sebenarnya tentang
pekerjaan” sebesar 0,91, “pesan yang diterima manajer selaras dengan komunikasi
dalam bisnis secara luas” sebesar 0,88 dan “di tempat kerja, manajer/atasan secara
teratur berbicara kepada kami untuk mencari tahu tentang pekerjaan kami” sebesar
0,74 yang berarti manajer peduli terhadap perasaan karyawan, komunikasi internal
informal yang dilakukan juga sejalan dengan komunikasi dalam bisnis dan manajer
memperhatikan pekerjaan yang dilakukan karyawan. Informasi lebih lanjut
mengungkapkan bahwa hal tersebut terjadi karena manajer menyelenggarakan diskusi
tematik setiap hari Kamis untuk para supervisor di departemen produksi (Annual
Report PT XYZ, 2014). Kegiatan ini mendorong supervisor untuk dapat melakukan
pendekatan yang diperlukan kepada karyawan dengan komunikasi informal agar
mereka dapat bekerja dengan lebih baik.
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
Hasil dalam Hipotesis 5 penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya.
Pada variabel Komunikasi Internal Formal (KIF) nilai tiga teratas dari SLF tertinggi
dimiliki oleh indikator “perusahaan melakukan survey karyawan minimal sekali
setahun untuk menilai kualitas hubungan kerja” sebesar 0,93, “semua materi
komunikasi yang disampaikan mempunyai gaya yang konsisten” sebesar 0,72 dan
manajer secara periodik melakukan evaluasi untuk membahas apa yang diinginkan
pegawai sebesar 0,65 yang berarti karyawan merasa bahwa atasan peduli terhadap
kualitas hubungan kerja sehingga mereka melakukan survey secara teratur kepada
karyawan, manajemen juga konsisten dalam memberikan materi ketika melakukan
komunikasi internal formal. Setelah semua itu dilakukan, Manajemen juga
memperhatikan evaluasi untuk membahas apa yang diinginkan pegawai. Komunikasi
Internal Formal (KIF) berpengaruh positif terhadap respon karyawan dengan tiga SLF
tertinggi yang dimiliki oleh indikator Employee Engagement (EE) yaitu “ketika saya
bangun di pagi hari, saya merasa ingin pergi bekerja” sebesar 0,92, “saya terlibat
mendalam dengan pekerjaan saya” sebesar 0,90 dan “saya terbawa suasana ketika saya
bekerja” sebesar 0,89 yang berarti karyawan memiliki motivasi tinggi untuk pergi
bekerja. Selain itu bekerja diperusahaan ini membuat karyawan merasa terlibat
mendalam sehingga mereka dapat terbawa suasana yang positif ketika mereka sedang
bekerja. Informasi lebih lanjut mengungkapkan bahwa hal tersebut terjadi karena
Perusahaan mengadakan pelatihan penyegaran karyawan untuk supervisor seminggu
sekali dan untuk staf dua minggu sekali. Selain itu manajer juga melakukan briefing
setiap hari di pagi hari sebelum bekerja (Annual Report PT XYZ, 2014). Hal ini
dilakukan dengan tujuan pertukaran informasi dan manajer ingin mengetahui
keinginan dan harapan karyawan sehingga karyawan merasa diperhatikan dan
memiliki motivasi dalam bekerja.
Hasil dalam Hipotesis 6 penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya.
Pada variabel Komunikasi Internal Informal (KII) yaitu “di tempat kerja, manajer
kami mencoba mencari tahu perasaan kami yang sebenarnya tentang pekerjaan”
sebesar 0,91, “pesan yang diterima manajer selaras dengan komunikasi dalam bisnis
secara luas” sebesar 0,88 dan “di tempat kerja, manajer/atasan secara teratur berbicara
kepada kami untuk mencari tahu tentang pekerjaan kami” sebesar 0,74 yang berarti
manajer peduli terhadap perasaan karyawan, komunikasi internal informal yang
dilakukan juga sejalan dengan komunikasi dalam bisnis dan manajer memperhatikan
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
pekerjaan yang dilakukan karyawan. Komunikasi Internal Informal (KII) berpengaruh
terhadap respon karyawan dengan tiga SLF tertinggi yang dimiliki oleh indikator
Employee Engagement (EE) yaitu “ketika saya bangun di pagi hari, saya merasa ingin
pergi bekerja” sebesar 0,92, “saya terlibat mendalam dengan pekerjaan saya” sebesar
0,90 dan “saya terbawa suasana ketika saya bekerja” sebesar 0,89 yang berarti
karyawan memiliki motivasi tinggi untuk pergi bekerja. Selain itu bekerja
diperusahaan ini membuat karyawan merasa terlibat mendalam sehingga mereka dapat
terbawa suasana yang positif ketika mereka sedang bekerja. Informasi lebih lanjut
mengungkapkan bahwa hal tersebut dapat terjadi walaupun di terdapat span of control
yang luas sehingga jika manajer berusaha melakukan komunikasi informal kepada
bawahaannya maka karyawan akan merasa diperhatikan dan termotivasi dalam
bekerja.
Saran
Bagi Perusahaan
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi karyawan mengenai pemasaran
internal terbukti memiliki pengaruh positif terhadap employee engagement, sehingga beberapa
hal yang perlu diperhatikan oleh pihak manajemen PT XYZ Tbk, yaitu:
1. Manajer menengah disarankan untuk dapat terus berkomitmen dalam pemasaran
internal perusahaan dan memberikan dukungan yang tepat untuk aspirasi karyawan.
Dalam penelitian ini terdapat bukti nyata bahwa komitmen manajemen dalam
pemasaran internal perusahaan mampu meningkatkan employee engagement.
Manajemen dapat melakukannya dengan cara mendorong komunikasi terbuka kepada
para karyawan, mendorong arus informasi dua arah antara staf dan atasan dan
berusaha menawarkan bimbingan terhadap karyawan yang kesulitan atau mengalami
masalah dalam pekerjaannya.
2. Manajer di PT XYZ Tbk telah memanfaatkan komunikasi internal formal dengan
melakukan program pelatihan penyegaran karyawan yang dilakukan dua minggu
sekali untuk staf dan seminggu sekali untuk supervisor. Manajemen dapat membuat
materi komunikasi yang mempunyai gaya konsisten dan tersistem, melakukan
kegiatan/program komunikasi internal secara periodik untuk semua karyawan dan
secara periodik melakukan evaluasi untuk membahas apa yang diinginkan oleh para
pegawai. Manajer juga dapat meningkatkan manfaat dari praktik komunikasi internal
yang sudah ada dengan memanfaatkan saran To, Martin & Billy (2015) yang
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
menyatakan bahwa cara terbaik untuk mengetahui harapan dan keinginan pelanggan
internal atau karyawan adalah dengan menggunakan teknik focus group discussion
tetapi jika ukuran organisasi lebih besar, kita dapat melakukannya dengan survei yang
tepat.
3. Manajer dapat mulai melangkah dalam memanfaatkan komunikasi internal informal
dengan menganjurkan supervisor secara konsisten melakukan komunikasi internal
informal ke para staf untuk menanyakan harapan dan keinginan mereka karena
menurut hasil penelitian ada pengaruh positif terhadap employee engagement yang
terjadi ketika atasan melakukan komunikasi internal informal di Perusahaan PT XYZ
Tbk. Manajer dapat melakukannya dengan memperhatikan perasaan karyawan yang
sebenarnya tentang pekerjaan, memastikan bahwa pesan yang karyawan terima dari
manajer/atasan selaras dengan komunikasi dalam bisnis secara luas dan manajer secara
teratur berbicara kepada mereka untuk mencari tahu tentang pekerjaan mereka.
Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat dikembangkan dengan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya, saran tersebut
sebagai berikut:
1. Objek dalam penelitian ini adalah karyawan PT XYZ Tbk yang bergerak dibidang produk
textile dan garment. Penelitian selanjutnya dapat befokus kepada objek penelitian yang secara
karakteristik berbeda sehingga hasilnya dapat dibandingkan pada hasil penelitian ini.
2. Penelitian selanjutnya juga dapat meneliti pada tingkatan industri untuk dapat mewakili
seluruh sektor dalam industri yang dipilih sehingga responden tidak hanya terbatas dalam satu
perusahaan.
Daftar Referensi Asosiasi Pertextilan Indonesia (2013), Textile News, http://apidki-jakarta.weebly.com/januari.html/. 3 April
2016 19:00 Benavente, G., Valdez, D., & Sosa, V. (2015). Model of Internal Marketing as a Trigger to Achieve the
Commitment of Internal Customers at the Polytechnic University of Tulancingo in the State of Hidalgo, Mexico. International Review of Management and Business Research, Vol. 4 pp. 945-962
Balakrishnan & Masthan. (2013). Impact of Internal Communication on Employee engagement – A Study at Delhi International Airport. International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 3, pp 1 - 12
Cooper, D.R., & Schindler, P.S. (2011). Business Research Method. New York: Mc. Graw-Hill. Cascio, R., Mariadoss, B.J., Mouri, N., 2010. The impact of management commitment alignment on
salespersons’ adoption of sales force automation technologies: an empirical investigation. Ind. Mark. Manag. 39 (7), 1088–1096.
Chang (2016). Effect of servicescape on customer behavioral intentions: Moderating roles of service climate and employee engagement. International Journal of Hospitality Management, Vol. 53 pp. 116-128
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016
Chen ett all (2013), Modeling Internal Marketing and Employee Loyalty: A Quantitative Approach. Asian Social Science 9.5, pp. 99-109
Ewing et al (2016). An internal marketing approach to public sector management The marketing and human resources interface. The International Journal of Public Sector Management, Vol. 12 pp. 17-26
Emerging Markets Direct (2015). Indonesia Textile and Garment Industry. MarketResearch.com, pp. 1-4 Elanie, Steyin & Rooyen (2011). Internal Communication at DaimlerChrysler South Africa: A Qualitative
Perspective on Two-Way Symmetrical Communication and Internal Marketing. Jurnal of Marketing Development and Competitiveness 5.4 pp 131-144.
Fay, M.J., 2011. Informal communication of co-workers: a thematic analysis of messages. Qual. Res. Organ. Manag: Int. J. 6 (3), 212–229
Hair, J.F., Black, W.C., Babin, B.J., & Anderson, R.O. (2010). Multivariate Data Analysis. New Jersey: Pearson Education
Hermansah (2016). PT XYZ, Satu - satunya Perusahaan Tekstil di LQ45. http://economy.okezone.com/read/2016/02/23/278/1319066/XYZ-satu-satunya-perusahaan-tekstil-di-lq45/, 3 April 2016, 20:00
Hernawan, I (2011). Analisis Dampak Kebijakan Makroekonomi terhadap Perkembangan Industri Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Bank Indonesia, pp. 374-406
Huang, Y. and Thiele, S. (2014). The moderating effect of cultural congruence on the internal marketing practice and employee satisfaction relationship: An empirical examination of Australian and Taiwanese born tourism employees, Tourism Management, Vol. 42 pp. 196 - 206
Jacob, M.A, Yu, W. and Chavez, R. (2013). The effect of internal communication and employee satisfaction on supply chain integration, International Journal of Production Economic, Vol. 171 pp. 60-70
Kumar, V. and Pansari, A. (2014). The Construct, Measurement, and Impact of Employee engagement: a Marketing Perspective. Springer Science Business Media New York
Kim, J., Song, H., J., & Lee, C. K. (2016). Effects of corporate social responsibility and internal marketing on organizational commitment and turnover intentions. International Journal of Hospitality Management, Vol. 55 pp. 25-32
Kang, L.S, & Kochar, D. (2013). Employee Attitude and Quality of Work life: A Case of Veterinary doctors in Punjab. Journal of Organisation and Human Behavior, Vol. 2 pp. 36-44
Lind, William & Samuel, (2010). Basic Statistics for Business and Economics 7th Revised edition. Mcgraw-Hill Malhotra, N. K. (2010). Marketing Research: An Applied Orientation (6th ed). Pearson. Markos & Sridevi. (2010). Employee engagement: The Key to Improving Performance. International Journal of
Business and Management Vol 5 pp 89 - 96 Martin Jr., E.F., To, W.M., 2013. Effect of internal market orientation on organizational performance: the case of
Macao’s gaming industry. Int. J. Hosp. Tour. Adm. 14 (3), 233–254 Paille, P., Boiral, O. (2013). Pro-environmental behavior at work: construct validity and determinants. J.
Environ. Psychol. 36, 118–128. PT. XYZ. (2013 - 2015). Annual Report PT. XYZ. (2013 - 2015). PT. XYZ Saari and Judge (2004). Employee Attitude and Job Satisfaction, Human Resource Management, Winter 2003,
Vol.43 pp. 395-407 Scaufeli. (2006). The Measurement of Work Engagement With a Short Questionnaire. Educational and
Psychological Measurement, Volume 66 pp 701-716 Sparrow, P. R. & Balain, S. (2010). The Handbook of Employee engagement: Perspectives, Issues, Research and
Practice. Cheltenham: Edward Elgar, p. 263-296 34 p. To, W.M., Martin, E.F. and Billy, T.W. (2015). Effect of management commitment to internal marketing on
employee work attitude. International Journal of Hospitality Management, Vol. 45 pp. 14-21 Welch, M. (2011). The evolution of the employee engagement concept: communication implications.
EmeralInsight, pp. 328-346
Analisis pengaruh ..., Aditia Rahadiyansyah Bagus Prasetio Utomo, FEB UI, 2016