analisis pengaruh kemenarikan pesan iklan dan kredibilitas
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH KEMENARIKAN PESAN IKLAN DAN
KREDIBILITAS CELEBRITY ENDORSER TERHADAP BRAND
AWARENESS UNTUK MENINGKATKAN BRAND ATTITUDE PASTA
GIGI MEREK PEPSODENT
Hafiedz Elyasa
C2A607073
Dosen Pembimbing : Sri Rahayu Tri Astuti, SE., MM
ABSTRACT The era of free trade and globalization on the mark with the ever-
expanding products and services, leading to competition faced by business firms
increasingly stringent. This causes the management company claimed to be more
careful in determining competitive strategy addressing. Toothpaste is an
important requirement for every individual in all segments and demographics, so
the production of such products is very high every day along with the high
demand. For that big companies like Unilever did not want to be left to compete
in terms of toothpaste, then Unilever created the toothpaste products, namely
toothpaste Pepsodent.
The purpose of this study was to determine the effect of attractiveness
advertising messages and credibility of celebrity endorser of the brand awareness
to enhance brand attitude. This research is a descriptive type of research,
research that describes the objects that relate to decisions of a general nature.
Keywords: attractiveness Message Advertishing, Celebrity endorser Credibility,
Brand Awareness, Brand Attitude.
1. PENDAHULUAN
Era perdagangan bebas dan globalisasi di tandai dengan semakin
meluasnya produk dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang dihadapi
perusahaan-perusahaan semakin ketat. Hal ini menyebabkan manajemen
perusahaan dituntut untuk lebih cermat menyikapi dalam menentukan strategi
bersaing. Perusahaan selalu mencari ide-ide kreatif dan mengembangkan
tekhnologi maupun berusaha untuk dapat meningkatkan penjualan dan juga
memuaskan kebutuhan pelangganya. (Makmun, 2008).
Untuk dapat bersaing dengan produk sejenis perusahaan dituntut untuk
mampu memposisikan produknya di benak konsumen. Positioning produk harus
memberi arti penting bagi konsumen. Positioning ditujukan untuk menciptakan
gambaran tentang produk yang akan selalu diingat oleh konsumen dalam hal
kualitas serta dapat menciptakan keinginan konsumen untuk tetap mengkonsumsi
produk tanpa beralih ke produk pesaing. Posisi produk erat kaitanya dengan
kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen merupakan faktor penentu
kelangsungan hidup produk dan perusahaan. Dalam upaya memposisikan
produknya perusahaan sering melakukan promosi terutama menjalin hubungan
komunikasi dengan konsumen sehingga produknya dikenal luas oleh konsumen.
Komunikasi pemasaran saat ini memasang peranan penting bagi pemasar
untuk mengkomunikasikan produk dan jasanya kepada konsumen maupun
masyarakat. Komunikasi ini dimaksudkan agar pasar sasaran atau pembeli
potensial menyadari, mengetahui dan menyukai apa yang disediakan perusahaan.
Oleh karena itu sangat diperlukan adanya suatu komunikasi pemasaran yang
disebut juga dengan promosi. Promosi merupakan bagian dari bauran pemasaran
(marketing mix) yang terdiri dari iklan (advertising), pemasaran langsung (direct
marketing), promosi penjualan (sales promotion), kehumasan (public relation and
publicity), penjualan perorangan/tatap muka ( direct selling) (Kotler, 1997).
Salah satu program komunikasi adalah promosi. Promosi merupakan salah satu
elemen dari marketing mix yang dipakai perusahaan untuk memasarkan
produknya. Periklanan merupakan salah satu dari alat promosi yang paling umum
digunakan perusahaan untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan
pembeli sasaran atau masyarakat. Inti dari periklanan adalah untuk memasukkan
sesuatu ke dalam pikiran konsumen, mengubah persepsi konsumen, dan
mendorong konsumen untuk bertindak (Kotler, 2003).
Iklan menggunakan selebriti banyak digunakan untuk menarik perhatian
konsumen. Di Indonesia sangat mudah kita temui produk yang diiklankan di
media cetak, radio dan televisi menggunakan selebritas sebagai model.
Penggunaan selebriti tidak terbatas pada produk yang low involvement (produk
yang berukuran kecil seperti pena, handphone), namun juga produk high
involvement ( produk yang berukuran besar sepreti mobil, motor). Penggunaan
selebriti sebagai model iklan bertujuan untuk menumbuhkan citra yang baik bagi
produk itu sendiri. Target utamanya adalah meningkatkan kepercayaan.
Diharapkan dengan adanya bintang iklan tersebut membuat konsumen percaya
pada produk dan perusahaan yang memproduksinya, sehingga mendorong
masyarakat untuk membelinya. Fungsi selebriti dari sisi lain adalah karena
selebritis menjadi idola bagi orang awam. Apa yang menjadi impian masyarakat
umum mampu digambarkan oleh selebriti. Mereka kadang mengidentikan dirinya
dengan figur yang dikaguminya. Perusahaan menggunakan selebritas sebagai
bintang iklan karena melalui mereka suatu produk akan lebih mudah diterima
pasar, dan mendapatkan perhatian di pasar (Kusudyarsana, 2004).
Pasta gigi merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi
pemeliharaan dan kesehatan gigi dan gusi. Kesadaran masyarakat akan pentingnya
kebersihan gigi membuat produsen pasta gigi sering kali mengeluarkan pasta gigi
jenis baru. Hal ini dapat dilihat di pasaran, bahwa pasta gigi yang ada tidak lagi
seperti pasta gigi dengan rasa segar, tetapi sudah sangat beragam macamnya.
PT. Unilever untuk saat ini menjadi market leader di pemasaran Indonesia
terutama pasta gigi untuk merek Pepsodent dengan ukuran antara 25 gram – 190
gram, dimana tingkat produksi rata-rata per hari 870.000 pcs. Barang produksi
tersebut dipasarkan melalui depo maupun outlet yang dikelola oleh PT. Excell.
Untuk setiap depo rata-rata sirkulasi atau perputaran barang pasta gigi ini 2
minggu.
Keunggulan pasta gigi Pepsodent pada awal launching melaksanakan
positioning pada gigi lebih putih dan sehat yang selanjutnya disempurnakan
sebagai perawatan gigi. Pepsodent kemudian dilengkapi dengan baking soda,
setelah sebelumnya sukses dengan Pepsodent Zinc zitrate dan Triclosant.
Beberapa tahun sebelum sukses dengan nilai tambahan tersebut, telah sukses
dengan Fluoride dan Kalsium, sehingga terakhir ini fluoride di tambah menjadi
Fluoride bicarbonate calcium. Bahkan diperluas dengan Fluoride washmouth.
Dalam mengembangkan pemasaran, Pepsodent menggunakan product life cycle
strategy. Di samping mengembangkan produk content sebagai bagian product life
cycle strategy, juga terus melakukan inovasi dalam kemasan, rasa, warna, bentuk,
ukuran dan merancang produknya sesuai dengan segmentasi pasarnya yakni
dewasa dan anak-anak. Selain itu warnanya disesuaikan dengan warna-warna
trendi, yakni putih dan hijau baik isi maupun kemasannya. Volume/isi dari pasta
gigi Pepsodent memiliki ukuran kecil sampai besar, kesuksesan Pepsodent
tentunya menjadikan pabrikan lain terus mengembangkan produknya.
Iklan Pepsodent yang ditampilkan di televisi memiliki teknik penyampaian
yang menarik, misalnya : iklan Pepsodent parsial maupun iklan Pepsodent berseri.
Iklan Pepsodent parsial merupakan iklan Pepsodent yang dibuat dengan tokoh
berbeda dan cenderung tidak ada kaitanya dengan iklan sebelumnya maupun iklan
selanjutnya. Contoh iklan parsial tersebut dapat dilihat pada salah satu iklan
Pepsodent, ditampilkan seorang kakek yang mengajak cucunya untuk memeriksa
gigi ke dokter, iklan dimana ada seorang dokter mengadakan penelitian dengan
mencelupkan kapur tulis warna putih ke dalam suatu gelas takar yang berisi cairan
kimia dan sebagainya. Sedangkan iklan berseri merupakan iklan yang diperankan
dengan tokoh yang sama secara terus menerus, memiliki pesan yang berbeda dan
jalan cerita yang ditampilkan menceritakan suatu rutinitas kehidupan yang
berkesinambunangan. Contohnya iklan berseri yang menampilkan tokoh Tasya
pada tahun lalu, dan sekarang ini iklan berseri terbaru diperankan oleh Irgy
Fahrezy dan Dika. Yang berperan sebagai Ayah dan Anak dalam iklan Pepsodent
tersebut.
Pasta gigi Pepsodent selalu membangun komunikasi kepada konsumen
melalui kampanye-kampanye kesehatan gigi mereka, seperti kampanye yang
terbaru mengenai kampanye “Sikat Gigi Pagi + Malam” yang mengetengahkan
dua tokoh: Ayah Adi dan Dika, ayah dan anak yang berbagi tips dan trik tentang
bagaimana menjadikan menyikat gigi lebih bisa dinikmati, dan tidak menjadi
pengalaman buruk bagi orang tua dan anak-anak. Dengan adanya iklan yang
menarik tersebut, Pepsodent dapat meningkatkan brand attitude para konsumen
serta Pepsodent dapat menduduki peringkat paling tinggi dibandingkan dengan
pesaing-pesaingnya.
Masalah yang dihadapi dalam pesan iklan pepsodent adalah kurang
dimengerti dan dipahami oleh konsumen dalam penyampaian pesan iklan tersebut.
Selain itu, celebrity yang digunakan dalam iklan Pepsodent kurang begitu
terkenal, jadi kurangnya ketertarikan konsumen dalam melihat iklan tersebut.
Dengan adanya masalah tersebut, lama kelamaan pengaruhnya terhadap brand
awarness menurun, maka juga akan menurunkan brand attitude pada konsumen.
Berdasarkan latar belakang uraian di atas, perumusan masalah dalam
penelitian ini adalahsebagai berikut: Bagaimana kemenarikan pesan iklan
berpengaruh terhadap Brand Awareness suatu produk? Bagaimana penggunaan
kredibilitas celebrity endorser dalam iklan berpengaruh terhadap Brand
Awareness suatu produk? Apakah Brand Awareness berpengaruh terhadap Brand
Attitude suatu produk kepada konsumen?
Berdasarkan permaslahan yang dirumuskan, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk menganalisa
pengaruh daya tarik penyampaian pesan iklan terhadap Brand Awareness suatu
produk. Untuk menganalisa pengaruh penggunaan Celebrity Endorser pada iklan
terhadap Brand Awareness suatu poduk. Untuk menganalisa pengaruh Brand
Awareness terhadap Brand Attitude suatu produk kepada konsumen.
2. TELAAH TEORI
Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa
yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2005).
Konsep dasar pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai
sasaran organisasi adalah perusahaan harus lebih menjadi efektif dibandingkan
para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai
pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih.
Konsep pemasaran terdiri dari empat pilar, yaitu:
a. Pasar sasaran
b. Kebutuhan pelanggan
c. Pemasaran terintegrasi
d. Laba melalui kepuasan pelanggan (Kotler, 2005).
Peter dan Olson (2000) menyatakan bahwa brand awareness adalah
sebuah tujuan umum komunikasi untuk semua strategi promosi. Dengan
menciptakan brand awareness, pemasar berharap bahwa kapanpun kebutuhan
kategori muncul, brand tersebut akan dimunculkan kembali dari ingatan yang
selanjutnya dijadikan pertimbangan berbagai alternatif dalam pengambilan
keputusan.
Peter dan Olson (2000) menyatakan tingkat brand awareness dapat diukur
dengan meminta konsumen menyebutkan nama brand yang mana yang dianggap
akrab oleh konsumen. Apakah pengingatan ulang atau brand awareness sudah
mulai memadai tergantung pada di mana dan kapan suatu keputusan pembelian
dilakukan. Strategi brand awareness yang tepat tergantung pada seberapa terkenal
brand tersebut. Kadang kala tujuan promosi adalah untuk memelihara tingkat
brand awareness yang sudah tinggi.
Brand awareness memiliki beberapa tingkatan dari tingkatan yang paling
rendah (tidak menyadari brand) sampai tingkatan yang paling tinggi yaitu Top of
Mind, yang bisa digambarkan dalam sebuah piramida. Piramida brand awareness
dari rendah sampai tingkat tertinggi adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Piramida Brand Awareness
Top of Mind
Brand Recal
Brand recognition
Unware of Brand
Sumber: David A. Aaker (1997)
1. Unware of Brand (Tidak menyadari brand) adalah tingkat paling rendah
dalam piramida brand awareness di mana konsumen tidak menyadari adanya
suatu brand.
2. Brand Recognition (pengenalan brand) adalah tingkat minimal brand
awareness, di mana pengenalan suatu brand mucul lagi setelah dilakukan
pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).
3. Brand Recall (pengingatan kembali brand) adalah pengingatan kembali
brand tanpa bantuan.
4. Top of Mind (puncak pikiran) adalah brand yang disebutkan pertama kali
muncul dalam benak konsumen (Durianto dkk., 2004).
Efektifitas iklan dapat dilihat dari dua sudut pandang hasil/dampak, yaitu
dampak komunikasi dari suatu iklan yang meliputi pengaruhnya pada kesadaran,
pengetahuan dan preferensi, dan yang kedua adalah dampak terhadap penjualan
dimana dampak ini lebih sulit untuk diukur karena penjualan dipengaruhi oleh
banyak faktor (Kotler, 2003).
Iklan yang menarik adalah iklan yang mempunyai daya tarik, yaitu
memiliki kemampuan untuk menarik pasar (audience) sasaran. Pesan-pesan yang
akan disampaikan dapat dapat disajikan dalam gaya penyampaian yang berbeda-
beda yaitu dengan menampilkan : cuplikan kehidupan individu atau kelompok,
gaya hidup individu, fantasi tentang produk, suasana hati (mood) atau citra seputar
produk, musik untuk lebih menghidupkan pesan, simbol kepribadian untuk
menciptakan karakter yang mempersonifikasikan produk, memamerkan keahlian
dan pengalaman perusahaan dalam menghasilkan produk, bukti-bukti ilmiah
keunggulan produk, bukti kesaksian dari orang-orang terkenal (Fandi Tjiptono,
1997).
Shimp (2003) membagi endorser ke dalam dua tipe, yaitu celebrity
endorser dan typical-person endorser. Penggunaan selebriti di dalam mendukung
iklan memiliki empat alasan utama, yaitu: Pemasar rela membayar tinggi selebriti
yang banyak disukai oleh masyarakat. Selebriti digunakan untuk menarik
perhatian khalayak dan meningkatkan awareness produk. Pemasar mengharapkan
persepsi konsumen terhadap produk tersebut akan berubah. Penggunaan selebriti
menimbulkan kesan bahwa konsumen selektif dalam memilih dan meningkatkan
status dengan memiliki apa yang digunakan oleh selebriti. Sedangkan pemasar
memilih typical-person endorser untuk mendukung iklan, dengan alasan: Typical-
person endorser biasanya digunakan sebagai bentuk promosi testimonial untuk
meraih kepercayaan konsumen. Typical-person endorser dapat lebih diakrabi oleh
konsumen karena mereka merasa memiliki kesamaan konsep diri yang aktual
(actual-self concept), nilai-nilai yang dianut, kepribadian, gaya hidup (life styles),
karakter demografis, dan sebagainya.
Untuk mengukur kredibilitas endorser, menurut Kotler (2000) dalam
Kussudyarsana (2004) ada tiga faktor/indikator yaitu expertise, trustworthiness
dan likability. Keahlian (expertise) yaitu pengetahuan khusus yang dimiliki oleh
komunikator. Trustworthiness berkaitan dengan seberapa objektif dan kejujuran
dari endorser bisa diterima. Likability menggambarkan daya tarik endorser.
Semakin memenuhi syarat ketig komponen tersebut, maka akan semakin kredibel
endorser. Hal yang sama dikemukakan oleh Ohanian (1990), menurutnya ada tiga
komponen yang mempengaruhi kredibilitas endorser, yaitu keahlian, kepercayaan,
dan ketertarikan. Sedangkan menurut Royan (2005) penggunaan endorser dalam
iklan perlu dievaluasi dengan empat indikator, yaitu popularitas, kredibilitas, daya
tarik, dan kekuatan untuk menggerakkan target.
Sikap terhadap merek ditampilkan sebagai fungsi ganda dari kepercayaan
yang terpenting yang dimiliki konsumen tentang suatu merek (sebagai contoh,
tingkatan tentang sejauh mana sesuatu yang dipikirkan konsumen bahwa suatu
merek memiliki beberapa atribut atau kegunaan di dalamnya). Dan juga penilaian
evaluative dari kepercayaan itu (maksudnya, seberapa baik atau buruk atribut atau
kegunaan yang dimiliki oleh suatu merek) (Fishbein, Keller, 1998).
Selanjutnya Chaundhuri (1999) mengatakan bahwa sikap terhadap merek
(brand attitude) adalah evaluasi keseluruhan konsumen terhadap merek, dalam
model ekuitas merek ditemukan bahwa peningkatan pangsa pasar terjadi ketika
sikap terhadap merek makin positif. Sikap terhadap merek tertentu sering
mempengaruhi apakah konsumen akan membeli atau tidak. Sikap positif terhadap
merek tertentu akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian terhadap
merek tersebut, sebaliknya jika negatif akan menghalangi konsumen tersebut
untuk melakukan pembelian (Sutisna, 2002).
Hipotesis
Penulis mengemukakan suatu hipotesis untuk identifikasi masalah dan
tujuan penelitian sebagai berikut :
H1 : Kemenarikan pesan iklan berpengaruh positif terhadap brand awareness.
Semakin baik kemenarikan pesan iklan maka semakin baik brand
awareness suatu produk.
H2 : Kredibilitas celebrity endorser berpengaruh positif terhadap brand
awareness. Semakin baik kredibilitas celebrity endorser maka semakin baik
brand awareness suatu produk.
H3 : Brand awareness berpengaruh positif terhadap brand attitude. Semakin baik
brand awareness maka semakin baik brand attitude suatu produk.
3. METODE PENELITIAN
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat / nilai dari orang objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitian
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2001).
Variabel penelitian ini terdiri dari tiga macam variabel, yaitu variabel
terikat (dependent variable) atau variabel yang tergantung pada variabel lainnya.
Variabel intervening atau variabel yang menghubungkan antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Serta variabel bebas (independent variable) atau variabel
yang tidak tergantung pada variabel yang lainnya. Variabel-variabel yang
digunakan pada penelitian ini adalah:
a) Variabel terikat (Dependent Variable) yaitu brand attitude pasta gigi merek
Pepsodent (Y2).
b) Variabel Intervening yaitu brand awareness pasta gigi merek Pepsodent (Y1).
c) Variabel bebas (Independent Variable) yaitu alasan keputusan pembelian
pasta gigi merek Pepsodent (X) yang meliputi 2 dimensi, yaitu:
1) Kemenarikan Pesan Iklan (X1)
2) Kredibilitas Celebrity Endorser (X2)
Dalam penelitian tersebut, brand attitude menjadi variabel dependent
dengan indikator sebagai berikut: Tertarik (tertarik untuk menggunakan merek
tersebut), kepercayaan (percaya terhadap merek tersebut), sikap positif (konsumen
ingin memakai serta menggunakan kembali merek tersebut).
Brand awareness yang menjadi variabel intervening, memiliki indikator
sebagai berikut: Mudah diingat (Tertanam dalam benak konsumen tentang brand
suatu produk/ kemampuan mengingat merek dalam level top of mind), Mudah
dikenali (merek mudah dikenali jenis dan tipenya), ingat merek (kemampuan
konsumen dalam mengingat kembali merek).
Variabel independen yaitu kemenarikan pesan iklan dengan indikator
sebagai berikut: Menarik (Iklan menampilkan sesuatu yang beda dan unik
sehingga dapat menarik konsumen), kreatif (iklan menampilkan hal-hal yang baru
dan berbeda dari pesaingnya), kesan positif (memiliki kesan positif dimata
konsumen). Sedangkan variabel independen yang kedua adalah kredibilitas
celebrity endorser dengan indikator sebagai berikut: Kepribadian selebritis
(selebriti yang digunakan harus memliki kepribadian yang baik), terkenal atau
ternama (selebriti yang digunakan harus terkenal dan ternama di masyarakat),
karakter selebritis (Selebritis yang digunakan memiliki karakter yang sesuai
dengan produknya).
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Universitas
Diponegoro Semarang yang mengetahui iklan pasta gigi merek Pepsodent.
Penentuan jumlah sampel yang representatif menurut (Ferdinand, 2003) adalah
tergantung pada jumlah indikator dikalikan 5-10
n = Jumlah indikator x 9
Dalam penelitian ini kuesioner menggunakan pertanyaan tertutup dan
terbuka. Pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih 2 minggu. Pengukuran
variabel dilakukan dengan skala Likert yang menggunakan metode scoring
sebagai berikut :
Sangat
tidak setuju
Sangat
Setuju
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Angka 1 menunjukkan bahwa responden tidak mendukung terhadap pertanyaan
yang diberikan. Sedangkan angka 10 menunjukkan bahwa responden mendukung
terhadap pertanyaan yang diberikan.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2006). Suatu kuesioner dikatakan
reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu.
Adapun cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam
penelitian ini adalah mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha.
Untuk mengetahui kuesioner tersebut sudah reliable akan dilakukan pengujian
reliablitas kuesioner dengan bantuan kuesioner dengan bantuan program komputer
SPSS. Kriteria penilaian uji reliabilitas adalah (Ghozali, 2006) :
• Apabila hasil koefisien Alpha lebih besar dari taraf signifikansi 60% atau 0,6
maka kuesioner tersebut reliable.
• Apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil dari taraf signifikansi 60% atau 0,6
maka kuesioner tersebut tidak reliable.
1∑
dan ∑ ∑
Dimana :
r = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan
∑
2 = varian total
2 = jumlah varian butir
n = jumlah responden
X = nilai skor yang dipilih
Uji Validitas
Untuk mendukung analisis regresi dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas. Uji validitas dalam penelitian ini digunkan untuk menguji kevalidan
kuesioner. Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi alat ukurnya.
Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,
2006).
digunakan rumus teknik korelasi product moment ( Umar, 2003 ) :
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
Dimana :
r = koefisien korelasi
n = jumlah observasi/responden
X = skor pertanyaan
Y = skor total
Uji validitas dapat dilakukan dengan melihat korelasi antara skor masing-
masing item dalam kuesioner dengan total skor yang ingin diukur yaitu
menggunakan Coefficient Corelation Pearson dalam SPSS. Jika nilai signifikansi
(P Value) > 0,05 maka tidak terjadi hubungan yang signifikan.
Model penelitian ini dapat dijelaskan dengan model linier sebagai berikut:
Y1 = α + b1X1 + b2X2 + e (Persamaan 1)
Y2 = α + b1Y1 + e (Persamaan 2)
Dimana:
Y1 = Brand awareness
Y2 = Brand attitude
α = Konstanta
X1 = Kredibilitas celebrity endorser
X2 = Kemenarikan pesan iklan
b1, b2 = Besaran koefisien dari masing-masing variabel
e = Error
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. (Ghozali, 2006).
Pengujian reliabillitas dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus cronbach
alpha. Hasil pengujian reliabilitas untuk masing-masing variabel dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini:
Uji Reliabilitas
No Variabel Penelitian Cronbach
Alpha
Alpha Kritis Keterangan
1 Kemenarikan Pesan
Iklan 0,794 > 0,60 Reliabel
2 Kredibilitas
Celebrity Endorser 0,733 > 0,60 Reliabel
3 Brand Awareness 0,729 > 0,60 Reliabel
4 Brand Attitude 0,760 > 0,60 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah (2011)
Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel
mempunyai koefisien alpha yang cukup besar yaitu di atas 0,6 sehingga dapat
dikatakan semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah
reliabel yang berarti bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan kuesioner yang handal.
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut
(Ghozali, 2006). Perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS. Nilai
korelasi lebih besar dari nilai r tabel maka menunjukkan nilai item yang valid.
Pengujian validitas selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Uji Validitas
No Keterangan Korelasi r Tabel Keterangan
1 Kemenarikan Pesan Iklan:
Indikator 1 0,827 0,187 Valid
Indikator 2 0,860 0,187 Valid
Indikator 3 0,838 0,187 Valid
2 Kredibilitas Celebrity Endorser:
Indikator 1 0,832 0,187 Valid
Indikator 2 0,838 0,187 Valid
Indikator 3 0,750 0,187 Valid
3 Brand Awareness:
Indikator 1 0,839 0,187 Valid
Indikator 2 0,834 0,187 Valid
Indikator 3 0,740 0,187 Valid
4 Brand Attitude:
Indikator 1 0,788 0,187 Valid
Indikator 2 0,881 0,187 Valid
Indikator 3 0,797 0,187 Valid
Sumber: Data primer yang diolah (2011)
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa semua indikator yang digunakan untuk
mengukur variable-variabel yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai nilai
korelasi item-total lebih besar dari r tabel. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
semua indikator tersebut adalah valid.
Analisis Regresi
Berdasarkan perhitungan regresi berganda antara kemenarikan pesan iklan,
kredibilitas celebrity endorser, dan brand awareness terhadap brand attitude
dengan menggunakan program SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut:
Uji Model Regresi Persamaan Pertama
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 7.878 2.640 2.984 .004
Kemenarikan Pesan
Iklan
.468 .065 .589 7.211 .000 .949 1.054
Kredibilitas Celebrity
Endorser
.196 .080 .201 2.461 .015 .949 1.054
endent Variable: Brand Awareness
Dari tabel 4.8 maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut:
Y1 = 0,589 X1+ 0,201 X2
Adapun ringkasan hasil pengolahan data persamaan regresi dua dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Uji Model Regresi Persamaan Kedua
Dari tabel 4.9 maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut:
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 19.531 1.573 12.419 .000
Brand
Awareness
.209 .067 .288 3.102 .002 1.000 1.000
endent Variable: Brand Attitude
Y2= 0,288 Y1
Uji Normalitas Data
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang
baik adalah data distribusi yang normal.
Uji Normalitas Persamaan Pertama
Gambar di atas menunjukkan bahwa residual terdistribusi dengan normal,
hal ini dibuktikan dengan bentuknya yang simetris, tidak menceng kekanan
ataupun kekiri.
Berdasarkan hasil analisis data pada gambar di atas maka dapat diketahui
bahwa data pada kedua model regresi tersebut menyebar di sekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas, karena data dari hasil jawaban responden tentang kemenarikan pesan
iklan, kredibilitas celebrity endorser dan brand awareness adalah menyebar
diantara garis diagonal.
Uji Normalitas Persamaan Kedua
Gambar di atas menunjukkan bahwa residual terdistribusi dengan normal,
hal ini dibuktikan dengan bentuknya yang simetris, tidak menceng kekanan
ataupun kekiri.
Begitu juga dengan hasil analisis data pada gambar di atas maka dapat
diketahui bahwa data pada kedua model regresi tersebut menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas, karena data dari hasil jawaban responden tentang variabel
brand awareness dan brand attitude adalah menyebar diantara garis diagonal.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara independennya.
Uji Multikolinearitas Persamaan Pertama Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 7.878 2.640 2.984 .004
Kemenarikan Pesan Iklan .468 .065 .589 7.211 .000 .949 1.054
Kredibilitas Celebrity
Endorser
.196 .080 .201 2.461 .015 .949 1.054
endent Variable: Brand Awareness
Sumber: Data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan hasil tersebut maka dalam model regresi tidak terjadi
multikolinearitas atau korelasi yang sempurna antara variabel-variabel bebas,
yaitu kemenarikan pesan iklan dan kredibilitas celebrity endorser mempunyai VIF
< 10 dan TOLERANCE > 0,1. Hal ini berarti tidak terjadi Multikolinearitas.
Uji Multikolinearitas Persamaan Kedua
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 19.531 1.573 12.419 .000
Brand
Awareness
.209 .067 .288 3.102 .002 1.000 1.000
ndent Variable: Brand Attitude
Hal serupa juga terjadi pada tabel di atas maka dalam model regresi tidak
terjadi multikolinearitas atau korelasi yang sempurna pada variabel brand
awareness mempunyai VIF < 10 dan TOLERANCE > 0,1. Hal ini berarti tidak
terjadi Multikolinearitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan VARIANCE dari suatu pengamatan
kepengamatan yang lain. Jika VARIANCE dari residual satu pengamatan
lain tetap, maka disebut homokedastis dan jika berbeda maka disebut
heterokedastis. Model regresi yang baik adalah bersifat homokedastis.
Uji Heterokedastisitas Persamaan Pertama
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa tidak ada pola yang jelas,
serta titik titik menyebar di atas dan di baawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi Heterokedastisitas.
Uji Heterokedastisitas Persamaan Kedua
Berdasarkan uji heterokedastisitas kedua pada gambar di atas diketahui
bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heterokedastisitas
Uji Hipotesis
1. Uji t
Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas
secara parsial atau individual menerangkan variabel terikat.
Uji t Persamaan Pertama
Uji t Persamaan Kedua
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 7.878 2.640 2.984 .004
Kemenarikan Pesan Iklan .468 .065 .589 7.211 .000 .949 1.054
Kredibilitas Celebrity Endorser .196 .080 .201 2.461 .015 .949 1.054
endent Variable: Brand Awareness
Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut:
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 19.531 1.573 12.419 .000
Brand Awareness .209 .067 .288 3.102 .002 1.000 1.000
endent Variable: Brand Attitude
1. Uji hipotesis kemenarikan pesan iklan terhadap brand awareness. Dari
hasil perhitungan yang diperoleh t hitung untuk X1 sebesar 7,211 dengan
probabilitas sebesar 0,000. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%
diperoleh nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, dengan demikian berarti
Hipotesis 1 (H1) diterima. Arah koefisien regresi positif dan signifikan
terhadap brand awareness. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika
kemenarikan pesan iklan semakin baik , maka brand awareness juga akan
semakin baik.
2. Uji hipotesis pengaruh kredibilitas celebrity endorser terhadap brand
awareness. Dari hasil perhitungan yang diperoleh t hitung untuk X2
sebesar 2,461 dengan probabilitas sebesar 0,015. Dengan menggunakan
taraf signifikansi 5% diperoleh nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05,
dengan demikian berarti Hipotesis 2 (H2) diterima. Arah koefisien regresi
positif dan signifikan terhadap brand awareness. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa jika daya tarik iklan semakin baik, maka brand
awareness juga akan semakin baik.
3. Uji hipotesis pengaruh brand awareness terhadap brand attitude. Dari
hasil perhitungan yang diperoleh t hitung untuk Y1 sebesar 3,102 dengan
probabilitas sebesar 0,002. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%
diperoleh nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, dengan demikian berarti
Hipotesis 3 (H3) diterima. Arah koefisien regresi positif dan signifikan
terhadap brand attitude. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika brand
awareness semakin baik, maka brand attitude juga akan semakin baik.
2. Uji F
Untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variable-variabel
independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variable
dependen dilakukan dengan menggunakan uji F test yaitu dengan cara
membandingkan antara F hitung dengan F tabel.
Uji F Persamaan Pertama ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 312.084 2 156.042 26.360 .000a
Residual 621.574 105 5.920
933.657 107
ctors: (Constant), Kredibilitas Celebrity Endorser, Kemenarikan Pesan Iklan
endent Variable: Brand Awareness
Sumber: Data primer yang diolah (2011)
Dari hasil perhitungan statistik yang menggunakan SPSS yang tertera pada
tabel di atas, diperoleh nilai F sebesar 26,360 dengan tingkat signifikansi 0,000.
Nilai signifikansi yang dihasilkan tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti
bahwa variabel brand awareness dapat dijelaskan secara signifikan oleh
kemenarikan pesan iklan dan kredibilitas celebrity endorser.
Uji F Persamaan Kedua ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 40.711 1 40.711 9.622 .002a
Residual 448.474 106 4.231
489.185 107
ctors: (Constant), Brand Awareness
endent Variable: Brand Attitude
Sumber: Data primer yang diolah (2011)
Begitu juga dengan tabel di atas, diperoleh nilai F sebesar 9,622 dengan
tingkat signifikansi 0,002. Nilai signifikansi yang dihasilkan tersebut lebih kecil
dari 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel brand attitude dapat dijelaskan secara
signifikan oleh brand awareness.
Uji Kebaikan Model (R2)
Koefisien determinasi merupakan petunjuk mengenai besarnya pengaruh
variable bebas terhadap variabel terikatnya. Nilai koefisien determinasi
ditunjukkan dengan nilai adjusted R2. Hasil penelitian ini memberikan hasil nilai
adjusted R2 pada tabel di bawah sebesar 0,322. Hal ini mengindikasikan bahwa
32,2 % brand awareness dapat dijelaskan oleh kemenarikan pesan iklan dan
kredibilitas celebrity endorser, sedangkan selebihnya 67,8 % brand awareness
dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak termasuk dalam model ini. Hal ini
mengindikasikan bahwa brand awareness tidak hanya dipengaruhi oleh
kemenarikan pesan iklan dan kredibilitas celebrity endorser, namun ada variabel
lain yang mempengaruhi brand awareness.
Koefisien Determinasi Persamaan Pertama
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .578a .334 .322 2.43305
a. Predictors: (Constant), Kredibilitas Celebrity Endorser,
Kemenarikan Pesan Iklan
b. Dependent Variable: Brand Awareness
Koefisien Determinasi Persamaan Pertama
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
.288a .083 .075 2.05691
a. Predictors: (Constant), Brand Awareness
b. Dependent Variable: Brand Attitude
Pada tabel 4.17 nilai adjusted R2 pada sebesar 0,075. Hal ini
mengindikasikan bahwa 7,5% brand attitude dapat dijelaskan oleh brand
awareness, sedangkan selebihnya 92,5% brand attitude dipengaruhi oleh variabel
lainnya yang tidak termasuk dalam model ini. Hal ini mengindikasikan bahwa
brand attitude tidak hanya dipengaruhi oleh brand awareness, namun ada variabel
lain yang mempengaruhi brand attitude.
5. SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Variabel Kemenarikan Pesan Iklan (X1) yang memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,000 < 0,05 memenuhi syarat untuk menjadi variabel pendukung
Brand Awareness. Dilihat dari alasan-alasan yang dikemukakan oleh
beberapa responden, mereka mengemukakan bahwa, pesan dalam iklan
pasta gigi Pepsodent sifatna mendidik dan mudah diingat, selain itu dalam
pesan iklan yang disampaikan tersebut mengajarkan cara menggosok gigi
yang benar dan asyiknya menggosok gigi. Maka kemenarikan pesan iklan
tersebut dapat mempengaruhi brand awareness pasta gigi Pepsodent.
2. Variabel Kredibilitas Celebrity Endorser (X2) menjadi variabel kedua
yang memiliki tingkat signifikansi 0,015. Nilai signifikansi tersebut
memenuhi syarat untuk menjadi variabel pendukung terhadap brand
awareness karena nilainya < 0,05. Dilihat dari alasan-alasan yang
dikemukakan oleh beberapa responden, mereka mengemukakan bahwa,
bintang iklan pasta gigi Pepsodent memiliki kepribadian yang baik, serta
sudah memiliki karakter yang cocok untuk membawakan iklan pasta gigi
Pepsodent tersebut.
3. Variabel Brand Awareness (Y1) merupakan variabel intervening yang
memiliki tingkat signifikansi 0,002 < 0,05, maka brand awareness memenuhi
syarat untuk menjadi variabel pendukung untuk brand attitude. Dilihat dari
alasan-alasan yang dikemukakan oleh responden, mereka mengemukakan
bahwa, para responden memiliki kesadaraan akan pasta gigi Pepsodent yang
besar karena dari iklan yang mudah diingat, pesan iklan yang disampaikan
mendidik, serta kualitas Pepsodent yang memang bagus membuat para
konsumen sadar akan merek tersebut. Maka dari hal tersebut juga dapat
mempengaruhi sikap akan merek tersebut, konsumen akan memiliki sikap
yang positif terhadap pasta gigi Pepsodent dan akan loyal untuk
menggunakanya kembali.
4. Variabel yang memiliki pengaruh paling besar adalah variabel
Kemenarikan Pesan Iklan (X1) dengan tingkat signifikansi 0,000 diikuti
variabel Brand Awareness (Y1) dengan tingkat signifikansi 0,002 dan
pengaruh yang paling kecil adalah variabel Kredibilitas Celebrity
Endorser (X2) dengan tingkat signifikansi 0,015.
5. Dengan menggunakan uji F didapatkan hasil bahwa variabel independen
dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Brand Awareness (Y1), serta variabel
Brand Awareness yang memiliki tingkat signifikansi 0,002 < 0,05, maka
variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Brand
Attitude (Y2).
Keterbatasan Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa kekurangan
dan kelemahan dalam penyusunan skripsi ini. Kelemahan dan kekurangan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Jumlah responden yang diteliti hanya 108 orang, hal ini dikarenakan
sulit menentukan responden yang dapat mengemukakan pendapat apa
adanya dan sejujur-jujurnya.
b. Variabel-variabel yang diteliti hanya terdiri atas tiga variabel
(Kemenarikan Pesan Iklan, Kredibilitas Celebrity Endorser, serta
Brand Awareness yang menjadi variabel interveningnya), karena
keterbatasan waktu dan responden serta karena ketiga variabel tersebut
dianggap dapat menjelaskan variabel yamg mempengaruhi Brand
Attitude.
Saran bagi Perusahaan
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
diajukan saran-saran pelengkap terhadap hasil penelitian yang dapat diberikan
sebagai berikut :
1. Perusahaan harus mampu membuat iklan yang pesan dalam iklan
Pepsodent tersebut mudah dipahami masyarakat atau konsumen,
karena dengan iklan yang menarik, akan memunculkan ketertarikan
para konsumen untuk membeli produk tersebut.
2. Pepsodent sebaiknya menggunakan atau menampilkan celebrity endorser
lebih terkenal dan popular pada saat ini serta diusahakan celebrity yang
digunakan memiliki gigi yang bagus agar konsumen lebih yakin dan
percaya akan produk tersebut. Karena dengan iklan yang berbeda dari
pesaingnya dan apabila iklan tersebut lebih menarik, maka dapat
berpengaruh juga terhadap konsumen untuk menggunakan produk
tersebut.
3. Pepsodent harus lebih gencar lagi untuk melakukan program-program
yang diadakan di sekolah-sekolah, serta membawa langsung dokter
gigi untuk menunjukkan bahwa Pepsodent merupakan pasta gigi yang
dapat diunggulkan, dengan adanya kegiatan tersebut, maka akan
menambah keyakinan pada konsumen untuk menggunakan produk
tersebut.
Saran untuk Penelitian yang akan Datang
1. Jumlah responden yang diteliti hanya 108 orang, disarankan untuk
penelitian selanjutnya jumlah responden yang diteliti lebih banyak.
2. Responden yang diambil tidak hanya mencakup mahasiswa Fakultas
Ekonomi S1 Universitas Diponegoro, sehingga bisa mewakili seluruh
lapisan masyarakat terhadap brand attitude pasta gigi Pepsodent.
3. Pengumpulan data yang dilakukan sebaiknya bukan hanya melalui
kuesioner namun dapat dilakukan dengan wawancara langsung sehingga
akan memperoleh informasi yang lebih mendalam dari responden.
4. Penelitian terbatas pada tiga variabel, untuk penelitian selanjutnya
diharapkan untuk menggunakan variabel yang lebih banyak atau
berbeda dengan penelitian ini untuk menguji konsistensi penelitian.
REFERENSI
Assael H. (2002), Consumers Behavior and Marketing Action, Edisi 3,
SouthWestern College Publishing, Cincinatti,OH.
Burton, Graeme. 2007. Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kepada
KajianTelevisi. Yogyakarta: Jalasutra.
Byrne, Whitehead, dan Breen. 2003. The truth of celebrity endorsement
Durianto, Darmadi, Sugiarto, dan Budiman, Lie Joko. 2004. Brand Equity
Ten,Strategi Memimpin Pasar. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Durianto, Darmadi, CICILIA Liana. 2004. ”Analisa efektifitas iklan Televisi
SoftenerSoft & Fresh di Jakarta”. Jurnal Ekonomi Perusahaan. VOL. 11
No. 1, Maret
Basu, Swastha, dan Hani, Handoko, 2002, Manajemen Pemasaran : Analisa
Perilaku Konsumen, Edisi I, BPFE Yogyakarta.
Basu, Swastha, DH dan Irawan, 2002, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty:
Yogyakarta.
Belch, George E & Michael A. Belch, 2003. Advertising and Promotion : An
Integrated Marketing Communication Perspective, Internasional Edition,
McGraw Hill, New York. Kotler,Philip dan Gary Amstrong. 1997. Dasar- Dasar Pemasaran Jilid
2.Prenhallindo. Jakarta
Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. 2006. Marketing Management. 12th
edition..New Jersey : Prentice Hall
Kotler, Philip, 2005, Manajemen Pemasaran jilid 1, edisi kesebelas, Indeks,
Jakarta.
Kotler, Philip, 2005, Manajemen Pemasaran jilid 2, edisi kesebelas, Indeks,
Jakarta.
Kurniawati,Dyah. 2009. Studi Tentang Sikap Terhadap merek dan Implikasinya
PadaMinat Beli Ulang. Universitas Dipongoro, Semarang
Kussudyarsana. 2004. Fenomena Selebritas sebagai Model Iklan Dari
SudutPandang Sumber Pesan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Marketing.No O3/X/Maret 2010
Marketing.No O2/X/Februari 2010
Mittal, Banwari.1994. ”Public Assessment of TV Advertising ; Faint Praise
andHarsh Criticism”. Jurnal of Advertising Reseach. Januari-Februari,
Vol. 34 (1)
Ohanian, Roobina,1990. ”Construction and Validation of a scale to
measureCelebrity Endorsers Perceived Expertise, Trustworthinesess
andAttractiveness”, Journal of Marketing. Vol 19 (3)
Peter, J. Paul. dan Jerry, C. Olson. 2000. Consumer Behavior, Perilaku
Konsumendan Strategi Pemasaran; alih bahasa, Sihombing, Damos.
Jakarta: ErlanggaPublishing Company, Boston Massachusset, AS.
Riyanto, Makmun. 2008. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Iklan
danImplikasinya Terhadap Sikap Merek.
Shimp, Terence A. 2000/2003. Advertising Promotion and Supplement Aspect
ofIntegrated Marketing Communication5th Edition ; Alih Bahasa :
PeriklananPromosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran
Terpadu, edisi ke-5 ,Terjemahan: Reyvani Syahrial. Jakarta : Erlangga
Simamora, Bilson. 2003. Aura Merek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Silvera, dan Austad. 2003. Factors Predicting the effectiveness of
celebrityendorsement advertisement.
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeto. Bandung
Susanto, dan Wijanarko, Himawan. 2004. Power Branding, Membangun
MerekUnggul dan Organisasi Pendukungnya. Jakarta: PT. Mizan.
Tampubolon, Viviyanti. 2006. Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan
Pembelian Pasta Gigi Pepsodent.
Wulandari. 2009. Analisis Pengaruh kreatifitas Iklan dan Kredibilitas
EndorserTerhadap Efektifitas Iklan Serta Implikasinya pada sikap
terhadap Merek.Universitas Diponegoro.
Husni, Ahmad Rifqy. 2010. Analisis Pengaruh Brand Awareness terhadap
Brand Attitude. Universitas Diponegoro.
Novita, Eta. 2010. the Effect of Brand Characteristic, Company
Characteristicand Consumer–Brand CharacteristictoBrand Loyaltyof
Pepsodent Toothpaste Product. Universitas Gunadarma.
Yulistiano, Muhammad, Retno Tanding Suryandari, 2003, Pengukuran
AdvertisingRespone Modelling (ARM) Iklan Televisi Denag Endorser
Selebritis dannonSelebritis. Emperika, Vol.16 no 2 Desember, UNS
Surakarta.
Tjiptono, Fandi, 1997, Strategi Pemasaran, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Tjiptono, Fandi, 2001, Strategi Pemasaran, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Ferdinand, Augusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen, edisi kedua, Badan
Penerbit UNDIP, Semarang.
Ghozali, Imam, 2007, Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS, Badan
Penerbit UNDIP, Semarang.
Ghozali, Imam, 2009, Ekonometrika Teori Konsep dan Aplikasi dengan SPSS
17, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.
http//www.google.com
http//www.unilever.com
http//www.Pepsodent.com