analisis pengaruh hubungan antar manusia, pelatihan …
TRANSCRIPT
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB) Volume 15, Nomor 1, Februari 2017 46
ISSN 2354-5682
www.stie-ibek.ac.id
© 2017, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
ANALISIS PENGARUH HUBUNGAN ANTAR
MANUSIA, PELATIHAN DAN LINGKUNGAN
KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
NEGERI SIPIL (Studi Kasus Pada Kantor Kecamatan Rangkui Pangkalpinang)
MUHAMMAD SYAJIDIN
YENFI
MEDINAL
Management Program
STIE-IBEK Bangka Belitung
Pangkalpinang, Indonesia
Abstract-Authors in conducting this study was to
provide evidence of Interpersonal Human Relations,
Training and Working Environment on the
Performance of Civil Servants. This study goes with
correlation analysis to prove in any analysis of the
relationship of each variable, where data used are
primary data.The results showed no relationship
variables Human Relationships on the Performance of
0,495 means can be interpreted based on the
indicators of the strength of the correlation coefficient
that shows the strength of the correlation value of the
medium category. While training variables have a
correlation to the performance value of 0.863.
Relations Working Environment variables on the
performance of 0.818 meaning can be interpreted
based on the correlation coefficient strength indicator
that shows the strength of the correlation value of the
strong category.
Keywords : Human Intergovernmental Relations,
Training, Work Environment, and Performance
I. PENDAHULUAN
Suatu perusahaan atau organisasi dapat tercapai
tujuannya dikarenakan adanya aktifitas orang-orang
yang menjadi karyawan atau anggotanya. Adanya
human relation (hubungan antar manusia) dari orang-
orang yang berada di dalam sebuah organisasi atau
perusahaan, baik itu pada tingkat manajer maupun
karyawan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja
karyawan. Human Relation adalah komunikasi antar
pribadi yang manusiawi, yang berarti komunikasi
telah memasuki tahap psikologis dimana komunikator
dan komunikasinya saling memahami pikiran,
perasaan dan melakukan tindakan secara bersama.
Menurut pendapat Allo (1997) yang dikutip oleh
Badri (2007), interaksi karyawan dalam lingkungan
perusahaan atau instansi merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan yang nantinya akan menimbulkan
tingkat kepuasan kerja. Wulansari (2007) juga
menjelaskan bahwa situasi lingkungan perusahaan
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya antara
karyawan yang satu dengan yang lain tidak terlepas
dari interaksi demi kelancaran dan keharmonisan
kerja.
Berkaitan dengan pengelolaan organisasi dalam
mencapai tujuannya, Hersey dan Blanchard (2000)
menyatakan bahwa pemanduan tujuan organisasi dan
efektivitas mewujudkan tujuan organisasi mesti
didukung oleh semua pihak dalam organisasi, inilah
yang disebut ”pemanduan tujuan yang
sesungguhnya”. Pihak-pihak yang dimaksudkan disini
adalah para manajer atau pimpinan organisasi dan
para bawahan atau karyawan/pegawai. Dengan
demikian berarti sebuah organisasi atau perusahaan
harus mampu menciptakan suasana yang sinkron
dan kondusif, dimana pimpinan organisasi mampu
bekerjasama dengan karyawan serta mengarahkan
tujuan organisasi secara efektif sehingga para
karyawan merasakan bahwa tujuan tersebut
merupakan tujuan mereka atau tujuan bersama.
Pelatihan merupakan usaha mengurangi atau
menghilangkan terjadinya kesenjangan antara
kemampuan pegawai dengan yang dikehendaki
organisasi (Sedarmayanti, 2008). Pelatihan dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan kerja yang dimiliki
pegawai dengan cara menambah pengetahuan dan
ketrampilan serta merubah sikap. Pegawai merupakan
kekayaan organisasi yang paling berharga, karena
dengan segala potensi yang dimilkinya pegawai dapat
terus dilatih dan dikembangkan, sehingga dapat lebih
berdaya guna, prestasinya semakin optimal untuk
mencapai tujuan organisasi. Pentingnya pelatihan
adalah untuk peningkatan kemampuan kerja yang
dimiliki pegawai karena hal itu akan mempengaruhi
tingkat kinerja pegawai, artinya pada batas waktu
tertentu seorang pegawai mampu menyelesaikan
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB) Volume 15, Nomor 1, Februari 2017 47
ISSN 2354-5682
www.stie-ibek.ac.id
© 2017, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
tugas-tuganya dengan menggunakan kemampuan
yang dimilikinya.
Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang
paling dapat dilihat dan paling umum dari semua
aktivitas karyawan. Jadi, pelatihan merupakan proses
perubahan dan kegiatan jangka pendek, yang
menghasilkan sebuah dampak perubahan jangka
panjang bagi individu organisasi maupun organisasi
itu sendiri dalam cakupan memanfaatkan maupun
dimanfaatkanya oleh sebuah perusahaan. Agar
karyawan dapat menjadi lebih terampil, dan lebih
produktif, sekalipun manfaat-manfaat tersebut juga
harus diperhitungkan dengan waktu yang singkat
ketika para karyawan dilatih.
Lingkungan kerja dan pekerja adalah hal yang
tidak terpisahkan, lingkungan kerja yang nyaman akan
membuat pekerja betah tinggal di perusahaan tersebut.
Banyak karyawan yang menghabiskan waktunya
untuk bekerja pada perusahaan tertentu hingga
puluhan tahun, alasannya bukan hanya karena mereka
mendapatkan gaji yang besar, namun mereka juga
merasakan kenyamanan saat bekerja di
perusahaannya.
Saat lingkungan kerja benar-benar tidak nyaman,
hal ini dirasakan oleh satu atau beberapa orang
karyawan, maka mereka bisa saja pergi dari
perusahaan. Lingkungan kerja sangat penting untuk
menunjang karyawan dalam menjalankan tugas atau
pekerjaan mereka. Hampir semua karyawan
menginginkan lingkungan kerja yang baik agar
mereka merasa betah dan nyaman saat
bekerja.Namun, dalam dunia kerja tak sedikit
lingkungan kerja yang tidak sehat, banyak masalah
yang timbul diantara karyawan, hal ini bisa
menyebabkan lingkungan kerja yang tidak sehat.
Lingkungan kerja memang erat kaitannya dengan
kinerja masing-masing karyawan.
Karyawan akan termotivasi dengan lingkungan
kerja yang nyaman. Lingkungan kerja yang
dimaksudkan bukan hanya menyangkut lingkungan
fisik saja namun juga menyangkut lingkungan sosial.
Manajemen perusahaan seharusnya juga memberikan
perhatian yang lebih terhadap lingkungan kerja agar
kinerja karyawan bisa lebih baik.Lingkungan kerja
bisa meliputi keadaan perusahaan, misalnya saja
kantor yang bersih, area parkir yang nyaman, ruang
kerja karyawan yang nyaman dan tertata sangat rapi.
Lingkungan kerja pun juga meliputi bagaimana
kondisi masing-masing pekerja, apakah mereka rukun
dan tidak terjadi perselisihan ataukah sebaliknya.
Kebanyakan, lingkungan kerja sering ricuh dan
menjadi tidak nyaman ketika dua karyawan atau
beberapa karyawan terlibat perselisihan yang tidak
berujung.
Dalam konteks otonomi daerah di Indonesia,
Kecamatan merupakan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Kabupaten atau Kota yang
mempunyai wilayah kerja tertentu yang dipimpin oleh
seorang camat. Kecamatan merupakan perangkat
daerah kabupaten/kota sebagai pelaksana teknis
kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu
dan dipimpin oleh camat. Sedangkan Camat
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada bupati/wali kota melalui sekretaris daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2008 tentang Kecamatan, selain menjalankan
perannya sebagai pembina dan pengawas
pemerintahan desa, kantor kecamatan juga
melaksanakan berbagai urusan administrasi
kependudukan dan perijinan, serta pelayanan dasar
sektoral mulai dari urusan ketertiban dan keamanan,
pendidikan, kesehatan, pengentasan kemiskinan,
pemberdayaan masyarakat dan upaya-upaya konkrit
mensejahterkan masyarakat. Pada akhirnya hal
tersebut kemudian menjadikan kecamatan berada
pada posisi strategis dalam penyelenggaraan
pelayanan publik setelah kabupaten/kota, sekaligus
menjalankan fungsikontrol atas pelayanan publik yang
dilaksanakan oleh pemerintah desa.
II. LANDASAN TEORI
Pengertian Manajemen
Manajemen adalah keseluruhan proses kegiatan
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara
formal untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. (Hamalik, 2005). Sedangkan Menurut
Simamora (2001) dalam Pasolong (2007), manajemen
adalah proses pendayagunaan bahan baku dan sumber
daya manusia untuk mencapai tujuan-tujuan yang
ditetapkan.
Manajemen berasal dari kata “to manage” yang
artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui
proses dan diatur bedasarkan urutan dari
fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi manajemen
merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan
yang diingini. (Hasibuan, 2003).
Manajemen Sebagai Ilmu Manajemen sebagai ilmu, dikembangkan oleh
Luther Gulick yang mengatakan dalam sebuah
konferensi manajemen internasional, bahwa sebuah
bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha
untuk memahami, mengapa dan bagaimana orang
bekerja bersama untuk mencapai sasaran dan
menjadikan sistem kerjasama ini lebih berguna bagi
kemanusiaan (Purwanto, 2006).
Dasar pemikiran Luther Gulick adalah bahwa
manajemen memiliki serangkaian teori yang terdiri
dari berbagai konsep sistematis, sehingga mampu
menuntun manajemen untuk menjelaskan dan
memberitahukan apa yang harus dilakukan pada
situasi tertentu dan memungkinkan dapat meramalkan
akibat dari tindakannya.
Manajemen Sebagai Seni
Sebaliknya, Henry M. Boettinger yang dikutip
oleh Purwanto (2006) berpendapat bahwa
”Manajemen itu suatu seni”. Menurut pandangannya,
lukisan atau puisi (atau seni sastra lainnya)
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB) Volume 15, Nomor 1, Februari 2017 48
ISSN 2354-5682
www.stie-ibek.ac.id
© 2017, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
membutuhkan tiga unsur; pandangan si seniman,
pengetahuan teknis, dan komunikasi yang berhasil.
Dasar pemikiran inilah yang menjadikan manajemen
sebagai seni karena menurut Boettinger manajemen
memerlukan unsur yang sama. Sedangkan orang
pertama yang mencetuskannya adalah Mary Parker
Follet yang menyatakan manajemen adalah “The art
of getting things done through people” (Manajemen
sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui
orang). Hal ini menekankan, bahwa manajemen
merupakan ekspresi dan aktualisasi daya cipta, karsa
dan rasa manusia yang dalam pengambilan keputusan
mempertimbangkan baik buruk, pantas tidak pantas.
Manajemen Sebagai Ilmu dan Seni
Arti manajemen sebagai ilmu dan seni
didasarkan pada pandangan yang menyatakan bahwa
seorang ilmuwan sekaligus seniman, karena
disamping mengandalkan diri pada ilmu, ia juga harus
mempunyai firasat, keyakinan, kreativitas dan
menguasai cara-cara penerapannya. Untuk
pemahaman yang lebih jelas tentang pandangan di
atas, kita harus memahami ilmu dan seni itu sendiri.
Ilmu (science) diartikan sebagai sekumpulan
pengetahuan yang telah disistematisasi, dikumpulkan
dan diterima menurut pengertian kebenaran umum,
mengenai keadaan suatu subjek dan objek tertentu.
Sedangkan manajemen ilmiah (Science
Management)diartikan sebagai suatu kumpulan
pengetahuan yang disistimatisasi, dikumpulkan dan
diterima menurut pengertian kebenaran universal
mengenai manajemen.
Seni (art) diartikan sebagai suatu kreativitas
pribadi yang kuat dan disertai keterampilan.
Sedangkan seni manajemen meliputi kemampuan
untuk melihat totalitas dari bagian yang terpisah dan
berbeda-beda, kemampuan untuk menciptakan suatu
gambaran tentang visi tersebut dengan skill atau
kemampuan yang efektif. Dengan kata lain, ilmu
(science) mengajarkan kita suatu pengetahuan dan
seni (art) mengajarkan orang untuk berpraktik.
Pengertian Human Relation (Hubungan Antar
Manusia)
Sebuah Hubungan manusiawi adalah terjemahan
dari human relation. Orang-orang juga ada yang
menterjemahkan menjadi ”hubungan manusia ” atau
juga diterjemahkan ”hubungan antarmanusia”, yang
sebenarnya tidak terlalu salah karena yang
berhubungan satu sama lain adalah manusia Hanya
saja, disini sifat hubungan sesama manusianya tidak
seperti orang berkomunikasi biasa, bukan hanya
merupakan penyampaian suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain, tetapi hubungan antara orang-orang
yang berkomunikasi dimana mengandung unsur-unsur
kejiwaan yang amat mendalam. Dikatakan bahwa
hubungan manusiawi itu merupakan suatu komunikasi
karena sifatnya yang orientasi pada perilaku (action
oriented), hal ini mengandung kegiatan untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang
(Onong, 2001). Menurut Keith Davis (1989) ”
Hubungan Antar Manusia (Human Relation) ” adalah
interaksi antara seseorang dengan orang lain baik
dalam situasi kerja atau dalam organisasi kekaryaan.
Ditinjau dari kepemimpinannya, yang bertanggung
jawab dalam suatu kelompok merupakan interaksi
orang-orang menuju situasi kerja yang memotivasi
untuk bekerjasama secara produktif, sehingga dicapai
kepuasan ekonomi, psikologis dan sosial Ada dua
pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan
manusiawi dalam arti luas dan hubungan manusiawi
dalam arti sempit:
1.Hubungan manusiawi dalam arti luas.
Hubungan manusiawi dalam arti luas adalah
interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam
segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan.
Jadi, hubungan manusiawi dilakukan dimana saja;
bisa dilakukan di rumah, di jalan, di dalam
kendaraan umum (misal bis, kereta api) dan
sebagainya.
2.Hubungan manusiawi dalam arti sempit.
Hubungan manusiawi dalam arti sempit adalah juga
interaksi antara seseorang dengan orang lain. Akan
tetapi interaksi di sini hanyalah dalam situasi kerja
dan dalam organisasi kerja (work organization).
Faktor-faktor Persepsi Interpersonal dalam
Human Relation (Hubungan Antar Manusia) Persepsi kita bukan sekedar rekaman peristiwa
atau objek. Komputer hanya mengolah input yang
dimasukkan oleh seseorang. Pengaruh kebutuhan,
kesiapan mental, suasana emosional, dan latar
belakang budaya, menentukan interpretasi kita pada
sensasi. Bila objek atau peristiwa di dunia luar kita
sebut distal stimuli dan persepsi kita tentang stimuli
itu kita sebut persepsi (percept) maka persepsi tidak
selalu sama dengan distal stimuli. Proses subjektif
yang secara aktif menafsirkan stimuli disebut Fritz
Heider sebagai pembangunan proses (constructive
process).
Proses ini meliputi faktor biologis dan
sosiopsikologis individu pelaku persepsi Faktor-
faktor sosial seperti pengaruh interpersonal, nilai-
nilai kultural dan harapan-harapan yang dipelajari
secara sosial, pada persepsi individu, bukan saja
terhadap objek-objek mati tetapi juga pada objek-
objek sosial. Persepsi sosial adalah sebagai proses
mempersepsi objek-objek dan peristiwa-peristiwa
sosial. Untuk tidak memperkabur istilah dan untuk
menggaris bawahi pengertian manusia (dan bukan
merupakan benda) sebagai objek persepsi, maka di
sini menggunakan istilah persepsi interpersonal.
Persepsi pada objek selain manusia disebut sebagai
persepsi objek (Jalaluddin, 1999). Ada empat
perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi
interpersonal. Pertama, pada persepsi objek, stimuli
ditangkap oleh alat indera kita melalui benda-benda
fisik; gelombang, cahaya, gelombang suara,
temperatur dan sebagainya; pada persepsi
interpersonal, stimuli mungkin sampai kepada kita
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB) Volume 15, Nomor 1, Februari 2017 49
ISSN 2354-5682
www.stie-ibek.ac.id
© 2017, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang
disampaikan pihak ketiga. Kedua, bila kita
menanggapi objek, kita hanya menanggapi sifat-sifat
luar objek itu; kita tidak meneliti sifat-sifat batiniah
objek itu. Ketika kita melihat papan tulis, kita tidak
pernah mempersoalkan bagaimana perasaannya
ketika kita amati. Pada persepsi interpersonal, kita
mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat
indera kita. Ketiga, ketika kita mempersepsi objek,
objek tidak bereaksi kepada kita; kita pun tidak
memberikan reaksi emosional padanya. Keempat,
objek relatif tetap, manusia berubahubah. Perubahan
ini kalau membingungkan kita, akan memberikan
informasi yang salah tentang orang lain.
Indikator Hubungan Antar Manusia
Hubungan antar manusia merupakan hubungan
yang harmonis, tercipta atas kesadaran dan kesediaan
melebur keinginan individu demi terpadunya
kepentingan bersama. Oleh sebab itu melalui
hubungan antar manusia yang baik antara seluruh
pihak yang berkepentingan didalam perusahaan tentu
akan mendorong pekerjaan yang menjadi tanggung
jawab pribadi ataupun bersama akan selesai dengan
baik, sehingga dapat mendorong meningkatnya
kepuasan kerjayang dirasakan individu yang bekerja
didalam sebuah organisasi (Hasibuan 2012). Untuk
mengukur hubungan antar manusia maka digunakan
indikator yang diadopsi dari Istijanto (2010) yaitu:
1.Hubungan dengan rekan kerja, merupakan kondisi
ikatan yang terjalin antara sesamakaryawan dan
anggota organisasi.
2.Hubungan dengan atasan, merupakan kondisi ikatan
yang terjalin antara junior dengansenior.
3.Hubungan klien, adalah ikatan kerja yang terbentuk
antara karyawan didalam denganklien yang dilayani.
4.Hubungan dengan masyarakat adalah ikatan kerja
sama yang terbentuk denganmasyarakat yang
beradadisekitar lingkungan.
Pengertian Pelatihan Pelatihan merupakan usaha mengurangi atau
menghilangkan terjadinya kesenjangan antara
kemampuan pegawai dengan yang dikehendaki
organisasi. Pelatihan yang dimaksud diusahakan
dilakukan melalui peningkatan kemampuan kerja
yang dimiliki pegawai dengan cara menambah
pengetahuan dan ketrampilan serta merubah sikap.
Pegawai merupakan kekayaan organisasi yang paling
berharga, karena dengan segala potensi yang
dimilikinya pegawai dapat terus dilatih dan
dikembangkan, sehingga dapat lebih berdaya guna,
prestasinya semakin optimal untuk mencapai tujuan
organisasi (Sedarmayanti, 2008).
Kesenjangan antara kemampuan pegawai dengan
yang dikehendaki organisasi, menyebabkan perlunya
organisasi menjembatani kesenjangan tersebut, salah
satu caranya adalah melalui pelatihan. Dengan
demikian diharapkan seluruh potensi yang dimilki
pegawai,yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
dapat ditingkatkan, sehingga tidak ada lagi
kesenjangan atau minimal menjadi berkurang.
Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan
organisasi. Pendidikan dengan pelatihan merupakan
rangkain yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem
pengembangan pegawai, yang didalamnya terjadi
proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan
pegawai. Dalam proses pengembangan diupakan agar
pegawai dapat diberdayakan secara maksimal,
sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi
kebutuhan hidup pegawai dan dikehendaki organisasi
dapat tercapai.
Pelatihan bertujuan untuk mempersiapkan karyawan
yang akan segera diberi tugas mengerjakan pekerjaan
yang telah ada dalam lembaga (proses pendidikan
jangka pendek) (Sedarmayanti, 2008). Adapun tujuan
pelatihan menurut Lako (2004) adalah untuk
meningkatkan keahlian dan kemampuan,
meningkatkan motivasi untuk sukses, memperbaiki
peluang untuk maju menaikkan moral dan sense of
competence, dan kebanggan untuk prestasi, serta
meningkatkan kualitas dan produktivitas. Pelatihan
juga mengajarkan sikap dan perilaku, pengetahuan,
dan dan pegetahuan yang perlu diketahui pegawai,
artinya pegawai dirancang untuk memberiikan sesuatu
yang baru kepada pegawai yang dilatih.
Pegawai yang memiliki keahlian serta dibarengi
kemampuan yang cukup dengan sikap proaktif,
bertanggung jawab atas semua urusan yang terkait
dengan tugas dan pekerjaannya, serta mau bekerja
sama dan mendengar saran dan masukkan dari kerabat
kerjanya dimungkinkan akan menghasilkan pekerjaan
yang lebih baik. Pegawai yang termotivasi bukan
karena paksaan, namun karena adanya niat untuk
sukses dalam pekerjaannya akan menimbulkan
kepercayaan dari lini pimpinan dan pegawai lainnya,
dorongan yang datang dalam dirinya sendiri akan
mengangkat status pegawai yang bersangkutan untuk
mendapat pertimbangan dipromosikan sebagai
imbalan penghargaan terhadapnya, karena kesinergian
yang ada di diri pegawai tersebut dapat mendongkrak
dan menghasilkan kinerja yang tinggi bagi organisasi.
Tujuan Pelatihan Kerja
Pada dasarnya tujuan pelatihan yaitu ingin
mengembangkan karyawan untuk etrampil, terdidik
dan terlatih secara professional dan siap pakai dalam
bidangnya masing-masing. Namun menurut
Mangkunegara (2006) terdapat alasan-alasan lain
dilaksanakannya pelatihan, diantaranya sebagai
berikut:
1.Adanya pegawai baru: pegawai-pegawai baru sangat
memerlukan pelaihan orientasi. Mereka perlu
tujuan, aturan-aturan, dan pedoman kerja yang ada
pada organisasi perusahaan. Disamping itu, mereka
perlu memahami kewajiban, hak dan tugasnya
sesuai dengan pekerjaannya.
2.Adanya penemuan-penemuan baru: Dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern,
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB) Volume 15, Nomor 1, Februari 2017 50
ISSN 2354-5682
www.stie-ibek.ac.id
© 2017, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
banyak ditemukan peralatan-peralatan baru yang
lebih canggih daripada peralatan kantor yang
digunakan sebelumnya. Maka itu para pegawai perlu
mendapatkan pelatihan agar dapat menggunakannya
dengan sebaik-baiknya.
Indikator dan Syarat Pelatihan Kerja
1. Siagian (2004) berpendapat bahwa pelaksanaan
pelatihan kerja dimaksudkan untuk mendapatkan
tenaga kerja yang memiliki pengetahuan,
keterampilan yang baik, kemampuan dan sikap
yang baik untuk mengisi jabatan pekerjaan yang
tersedia dengan produktivitas kerja yang tinggi,
yang mampu menghasilkan hasil kerja yang baik.
Kebutuhan untuk setiap pekerja sangat beragam,
untuk itu pelatihan kerja perlu dipersiapkan dan
dilaksanakan sesuai dengan bidang pekerjaannya,
dengan demikian pekerjan yang dihadapi akan
dapat dikerjakan dengan lancar sesuai dengan
prosedur yang benar. Siagian (2004) menyatakan
indikator pelatihan kerja meliputi 1. Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata
dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam
encyclope dia of philosophy dijelaskan bahwa
definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang
benar (knowledgement is justified true beliefed).
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi
pikiran. Dengan demikian,pengetahuan merupakan
hasil proses dari usaha manusia. Dalam kamus
filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan
(knowledge) adalah proses kehidupan yang
diketahui manusia secara langsung dari
kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang
mengetahui (subjek) memilliki yang diketahui
(objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif
sehingga yang mengetahui itu menyusun yang
diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan
aktif. Sehingga dengan adanya pengetahuan yang
cukup akan membantu pekerjaan yang dilakukan
cepat selesai dan dengan hasil yang baik.
2. Kemampuan Berpikir
Kemampaun berpikir merupakan kegiatan
penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang
berorientasi pada suatu proses intelektual yang
melibatkan pembentukan konsep
(conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai
informasi yang terkumpul (sintesis) atau
dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman,
refleksi, komunikasi sebagai landasan kepada
suatu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan.
Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia
yang mengakibatkan penemuan yang terarah
kepada suatu tujuan. Kita berpikir untuk
menemukan pemahaman yang kita kehendak.
Dengan adanya kemampuan yang sepadan dengan
pekerjaan yang dilakukan maka pekerjaan akan
menghasilkan hasil yang maksimal dan baik.
3. Sikap
Sikap (attitude) adalah sebagai pernyataan
evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan terhadap objek, individu, atau
peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana
perasaan seseorang tentang sesuatu.
Mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan
merespon sesuatu secara konsisten untuk
mendukung atau tidak mendukung dengan
memperhatikan objek tertentu. Sikap yang baik
dalam menghadapi suatu masalah akan sangat
membantu dalam kelancaran pekerjaan yang
dilakukan.
4. Kecakapan
Kecakapan adalah suatu keterampilan yang
memungkin kanseseorang untuk mendapatkan
pekerjaan atau untuk dapat tetapbekerja, meliputi
personalskills, interpersonal skills, attitudes,
habits dan behaviors. Kecakapan yang dimiliki
seorang karyawandalam melaksankan tugasnya
akan berpengaruh pada hasil yang didapatnya
nanti.
Agar suatu kegiatan dapat disebut sebagai
pelatihan kerja, maka pelatihan kerja harus
memenuhi 3 (tiga) syarat akan pelatihan kerja
(Hariandja, 2002) yaitu :
1.Pelatihan harus membantu pegawai
menambahkan kemampuannya.
2.Pelatihan harus menghasilkan perubahan dalam
kebiasaan bekerja dari pegawai dalam sikapnya
terhadap pekerja, dalam informasi dan
pengetahuan yang diterapkan dalam pekerjaan
sehari-hari.
3.Pelatihan harus berhubungan dengan pekerjaan
tertentu.
Lingkungan Kerja
Pengertian Lingkungan Kerja
Pengertian Lingkungan Kerja Menurut
Mardiana (2005) “Lingkungan kerja adalah
lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya
sehari-hari.” Lingkungan kerja yang kondusif
memberikan rasa aman dan memungkinkan para
pegawai untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan
kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika
pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia
bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat
kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu
kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi
kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut
mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara
sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan
dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai
bekerja.
Menurut Sedarmayati (2009) definisi lingkungan kerja
adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang
dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang
bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya
baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB) Volume 15, Nomor 1, Februari 2017 51
ISSN 2354-5682
www.stie-ibek.ac.id
© 2017, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
Jenis Lingkungan Kerja Sedarmayanti (2009) “secara garis besar, jenis
lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni:
1.Lingkungan kerja fisik
Lingkungan Kerja Fisik Menurut Sedarmayanti
(2009) “lingkungan kerja fisik adalah semua yang
terdapat disekitar tempat kerja yang dapat
mempengaruhi pegawai baik secara langsung
maupun tidak langsung”. Menurut Sarwono (2005)
“Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja
pegawai melakukan aktivitasnya”. Lingkungan kerja
fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja para
karyawan. Faktor-faktor fisik ini mencakup suhu
udara di tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan,
kepadatan, dan kesesakan. Faktor-faktor fisik ini
sangat mempengaruhi tingkah laku manusia.
Selanjutnya menurut Sarwono (2005) “Peningkatan
suhu dapat menghasilkan kenaikan prestasi kerja
tetapi dapat pula malah menurunkan prestasi kerja.”
Kenaikan suhu pada batas tertentu menimbulkan
semangat yang merangsang prestasi kerja tetapi
setelah melewati ambang batas tertentu kenaikan
suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuh yang
mengakibatkan terganggunya pula prestasi kerja
(Sarwono, 2005). Menurut Robbins (2002)
Lingkungan kerja fisik juga merupakan faktor
penyebab strees kerja pegawai yang berpengaruh
pada prestasi kerja. Faktor-faktor yang
mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah:
a.Suhu
Suhu Suhu adalah suatu variabel dimana terdapat
perbedaan individual yang besar. Dengan demikian
untuk memaksimalkan produktivitas, adalah penting
bahwa pegawai bekerja di suatu lingkungan dimana
suhu diatur sedemikian rupa sehingga berada
diantara rentang kerja yang dapat diterima setiap
individu.
b.Kebisingan
Kebisingan Bukti dari telaah-telaah tentang suara
menunjukkan bahwa suara-suara yang konstan atau
dapatdiramalkan pada umumnya tidak menyebabkan
penurunan prestasi kerja sebaliknya efek dari suara-
suara yang tidak dapat diramalkan memberikan
pengaruh negatif dan mengganggu konsentrasi
pegawai.
C.Penerangan
Penerangan bekerja pada ruangan yang gelap dan
samar-samar akan menyebabkan ketegangan pada
mata. Intensitas cahaya yang tepat dapat membantu
pegawai dalam memperlancar aktivitas kerjanya.
Tingkat yang tepat dari intensitas cahaya juga
tergantung pada usia pegawai. Pencapaian prestasi
kerja pada tingkat penerangan yang lebih tinggi
adalah lebih besar untukpegawai yang lebih tua
dibanding yang lebih muda.
a.Mutu Udara
Mutu Udara Merupakan fakta yang tidak bisa
diabaikan bahwa jika menghirup udara yang
tercemar membawa efek yang merugikan pada
kesehatan pribadi. Udara yang tercemar dapat
mengganggu kesehatan pribadi pegawai. Udara
yang tercemar di lingkungan kerja dapat
menyebabkan sakit kepala, mata perih, kelelahan,
lekas marah dan depresi.
Faktor lain yang mempengaruhi lingkungan kerja
fisik adalah rancangan ruang kerja. Rancangan
ruang kerja yang baik dapat menimbulkan
kenyamanan bagi pegawai di tempat kerjanya.
Faktor-faktor dari rancangan ruang kerja tersebut
menurut Robbins (2002) terdiri atas:
a.Ukuran ruang kerja,
Ukuran ruang kerja Ruang kerja sangat
mempengaruhi kinerja karyawan. Ruang kerja yang
sempit dan membuat pegawai sulit bergerak akan
menghasilkan prestasi kerja yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan karyawan yang memiliki
ruang kerja yang luas.
b.Pengaturan ruang kerja
Pengaturan ruang kerja Jika ruang kerja merujuk
pada besarnya ruangan per pegawai, pengaturan
merujuk pada jarak antara orang dan fasilitas.
Pengaturan ruang kerja itu penting karena sangat
dipengaruhi interaksi sosial. Orang lebih mungkin
berinteraksi dengan individu-individu yang dekat
secara fisik. Oleh karena itu lokasi kerja karyawan
mempengaruhi informasi yang ingin diketahui.
c.Privasi.
Privasi Privasi dipengaruhi oleh dinding, partisi, dan
sekatan-sekatan fisik lainnya. Kebanyakan pegawai
menginginkan tingkat privasi yang besar dalam
pekerjaan mereka (khususnya dalam posisi
manajerial, dimana privasi diasosiasikan dalam
status). Namun kebanyakan pegawai juga
menginginkan peluang untuk berinteraksi dengan
rekan kerja, yang dibatasi dengan meningkatnya
privasi. Keinginan akan privasi itu kuat dipihak
banyak orang. Privasi membatasi gangguan yang
terutama sangat menyusahkan orang-orang yang
melakukan tugas-tugas rumit.
1.Lingkungan kerja non fisik
Lingkungan Kerja Non Fisik Menurut Sedarmayanti
(2009) menyatakan bahwa lingkungan kerja non
fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang
berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan
atasan maupun dengan sesama rekan kerja ataupun
hubungan dengan bawahan”. Lingkungan kerja non
fisik ini merupakan lingkungan kerja yang tidak bisa
diabaikan. Menurut Nitisemito (2001) perusahan
hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang
mendukung kerja sama antara tingkat atasan,
bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang
sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya
diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi
yang baik dan pengendalian diri. Membina
hubungan yang baik antara sesama rekan kerja,
bawahan maupun atasan harus dilakukan karena kita
saling membutuhkan. Hubungan kerja yang
terbentuk sangat mempengaruhi psikologis
karyawan. Menurut Mangkunegara (2000), untuk
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB) Volume 15, Nomor 1, Februari 2017 52
ISSN 2354-5682
www.stie-ibek.ac.id
© 2017, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
menciptakan hubungan hubungan yang harmonis
dan efektif, pimpinan perlu:
1.Meluangkan waktu untuk mempelajari aspirasi-
aspirasi emosi pegawai dan bagaimana mereka
berhubungan dengan tim kerja.
2.Menciptakan suasana yang meningkatkatkan
kreativitas. Pengelolaan hubungan kerja dan
pengendalian hubungan kerja dan pengendalian
emosional di tempat kerja itu sangat perlu untuk
diperhatikan karena akan memberikan dampak
terhadap prestasi kerja pegawai. Hal ini disebabkan
karena manusia itu bekerja bukan sebagai mesin.
Manusia mempunyai perasaan untuk dihargai dan
bukan bekerja untuk uang saja.
1.Manfaat Lingkungan Kerja Menurut Ishak dan Tanjung (2003), manfaat
lingkungan kerja adalah menciptakan gairah kerja,
sehingga produktivitas dan prestasi kerja meningkat.
Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja
dengan orang-orang yang termotivasi adalah
pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Yang
artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standard yang
benar dan dalam skala waktu yang ditentukan.
Prestasi kerjanya akan dipantau oleh individu yang
bersangkutan, dan tidak akan menimbulkan terlalu
banyak pengawasan serta semangat juangnya akan
tinggi.
Kinerja
1.Pengertian Kinerja
Istilah kinerja telah populer digunakan oleh
media cetak dan memberi padanan kata dalam
bahasa Inggris, yakni “performance”. Menurut The
Scribner Bantam English Dictionary, terbitan
Amerika Serikat dan Kanada tahun 1979, terdapat
keterangan berasal dari akar kata “to perform” yang
mempunyai “entries” berikut : melakukan,
menjalankan, melaksanakan, memenuhi atau
menjalankan kewajiban sesuatu nazar,
melaksanakan atau menyempurnakan tanggung
jawab, melakukan sesuatu yang diharapkan oleh
seseorang atau mesin. Istilah kinerja dalam
penulisan ini digunakan dalam pengertian kinerja
seorang pegawai atau sekelompok pegawai.
Dapat diketahui bahwa “to perform” adalah
melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan
sesuai dengan tanggung jawab dan hasil yang
diharapkan, sedangkan arti kata performance
merupakan kata benda yaitu hasil yang telah
dikerjakan. Kinerja merupakan keluaran yang
dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-
indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam
waktu tertentu. (Wirawan, 2009).
Pendapat dari Sedarmayanti (2008) bahwa kinerja
terjemahan dari performances :
Perbuatan ,pelaksanaan pekerjaan, prestasi kerja,
pelaksanaan pekerjaan yang berdayaguna.
Pencapaian prestasi seseorang berkenaan dengan
tugas yang diberkan kepadanya.
Hasil kerja seorang pekerja, sebauh proses
manajemen atau suatu organisasi secara
keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat
ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat
diukur (dibandingkan dengan standar yang telah
ditentukan).
Hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing, dalam rangka mencapai
tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Menurut Mangkunegara (2001) prestasi kerja
sama dengan kriteria yang memiliki arti hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang pegawai dalam melaksanaan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Masalah kulaitas ini berkaitan dengan
baik buruknya hasil yang dikerjakan oleh pekerja,
jika perilaku pekerja memberikan hasil pekerjaan
yang sesuai dengan standar yang ditetapkan
organisasi, maka kinerjanya tergolong baik.
Sebaliknya jika perilaku pekerja memberikan kinerja
yang tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh organisas, maka kinerja tergolong
tidak baik. Prestasi kerja atau kinerja berasal dari
kata Job Performances(prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang pernah dicapai orang).
Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja
secara secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
Menurut Robbins (2006) kinerja karyawan dapat
dilihat dalam 3 kriteria, yaitu :Hasil Tugas
Individual Menilai hasil tugas karyawan dapat
dilakukan pada suatu badan usaha yang sudah
menetapkan standar kinerja sesuai dengan jenis
pekerjaan, yang dinilai berdasarkan periode waktu
tertentu. Bila karyawan dapat mencapai standar yang
yang ditentukan berarti hasil tugasnya baik.
Perilaku Perusahaan tentunya terdiri dari banyak
karyawan baik bawahan maupun atasan dan dapat
dikatakan sebagai suatu kelompok kerja yang
mempunyai perilaku masing-masing berbeda karena
itu seorang karyawan dituntut untuk memiliki
perilaku yang baik dan benar sesuai dengan
pekerjaan masing-masing.
Ciri atau Sifat Ini merupakan bagian terlemah dari
dari kriteria yang ada. Ciri atau sifat karyawan pada
umumnya berlangsung lama dan tetap sepanjang
waktu, tetapi adanya perubahan-perubahan atau
campur tangan dari pihak luar seperti diadakannya
pelatihan akan mempengaruhi kinerja dalam
beberapa hal.
Dari pendapat-pendapat tersebut diatas, dapat
disimpulkan bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja
yang dicapai seseorang, baik berupa produk maupun
jasa dan dalam pelaksanaan tugas atau
pekerjaaannya sesuai dengan beban tugas yang harus
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB) Volume 15, Nomor 1, Februari 2017 53
ISSN 2354-5682
www.stie-ibek.ac.id
© 2017, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
dilaksanakan dengan disertai adanya standar kerja
yang telah ditentukan. Prestasi kerja yang baik
merupakan langkah awal untuk menuju tercapainya
tujuan oganisasi. Oleh karena itu perlu diupayakan
untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan,
meskipun hal tersebt tidaklah mudah karena banyak
faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah
penilaian prestasi kerja itu sendiri.
Dengan demkian dapat dsimpulkan bahwa kinerja
dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai seorang
karyawan selama periode waktu tertentu pada
bidang pekerjan tertentu. Seorang karyawan yang
memiliki kinerja yang tinggi dan baik dapat
menunjang tercapainya tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk dapat
memiliki kinerja yang tinggi dan baik, seorang
karyawan, dalam menjalankan pekerjaannya harus
memiliki keahlian dan ketrampilan sesiuai dengan
pekerjaan yang dimilikinya. Dengan kata lain bahwa
kinerja pegawai adalah suatu hasil nyata yang telah
dikerjakan seseorang atau sekelompok orang dalam
mencapai tujuan organisasi yang dilaksanakan
secara legal, tidak melanggar hukum, serta sesuai
dengan moral dan tanggung jawab yang dibebankan
kepada pegawai yang dilaksanakan dalam batas
waktu tertentu. Hasil kerja tersebut dibandingkan
dengan standar kerja yang ditetntukan pimpnan
organisasi guna dimanfaatkan sebagai alat penilaian
prestasi kerja organisasi dalam waktu tertentu, dan
untuk mengetahui apakah sebagian atau keseluruhan
program yang ditetapkan terlaksana sesuai dengan
rencana dan telah mencapai tujuan dan sasaran yang
ditentukan.
Prestasi kerja (kinerja) organisasi dipengaruhi faktor
organisasional (perusahaan) dan personal (Phalstie,
2009). Faktor organisasional meliputi sistem imbal
jasa, kualitas pengawasan, beban kerja, nilai dan
minat serta kondisi fisi lingkungan kerja.
Diantaranya yang paling penting adalah faktor
sistem imbal jasa yang diberikan dalam bentuk
gaji,bonus maupun promosi, dan faktor kulaitas
pengawasan dimana seorang bawahan dapat
memperoleh kepuasan kerja jika atasannya lebih
kompeten dibanding dirinya. Faktor personal
meliputi sifat kepribadian, senioritas, masa kerja,
kemampuan ataupun ketrampilan yang berkaitan
dengan pekerjaan dan kepuasan hidup, dan faktor
status dimana bahwa status pekerjaan yang lebih
tinggi pada dasarnya telah menunjukkan prestasi
kerja yang lebih baik yang dapat memberikan
kesempatan untuk memperoleh masa kerja yang
lebih baik sehingga peluang untuk semakin
menujukkan prestasi kerja semakin terbuka luas.
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kerja
Pegawai
Kinerja pegawai merupakan hasil sinergi dari
sejumlah faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor
lingkungan internal organisasi, faktor lingkungan
eksternal, dan faktorinternal karyawan atau pegawai.
(Wirawan, 2009). Faktor internal pegawai, yaitu
faktor-faktor dari dalam diri pegawai yang
merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yag
diperoleh ketika ia berkembang. Berbagai faktor
bawaan, seperti bakat dan sifat pribadi, serta
keadaan fisik dan kejiwaan, dan faktor-faktor yang
diperoleh seperti pengetahuan, ketrampilan, etos
kerja, pengalaman kerja serta motivasi kerja. Atas
adanya pengaruh lingkungan internal dan eksternal
organisasi, maka faktor internal pegawai tersebut
menentukan kinerja pegawai.
Dengan demikian, semakin tinggi pengaruh faktor-
faktor internal, maka semakin tinggi kinerja
pegawai, dan sebaliknya, semakin rendah pengaruh
faktor-faktor internal pegawai, maka semakin rendah
kinerja pegawai dalam organisasi, Fakktor-faktor
lingkungan internal organisasi, yaitu dalam
melaksanakan tugas pegawai memerlukan dukungan
dari pimpinan organsasi, jika strategi organisasi,
dukungan sumber daya yang diperlukan, serta sitem
manajemen dan kompensasi, lingkungan intenal
oraganisasi yang kondusif dapat mendukung dan
meningkatan produktivitas pegawai.
Faktor lingkungan eksternal organiasi yaitu,
mengenai keadaan, kejadian atau situasi
mempengaruhi kinerja pegawai. Krisis ekonomi,
inflasi, budaya masyarakat yang etos kerjanya
rendah, maka akan menimbulkan produktivitas kerja
yang rendah .Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
internal pegawai bersinergi dengan faktor-faktor
lingkungan internal organisasi dan
faktor-faktor eksternal organisasi, dimana
kesinergian tersebut mempengaruhi perilaku kerja
pegawai dan kemudian mempengaruhi kinerja
pegawai, serta kinerja pegawai akan menentukan
kinerja organisasi. Dari ketiga faktor tersebut, faktor
yang dapat diawasi dan dikondisikan oleh pimpinan
adalah faktor lingkungan internal organisasi dan
faktor internal pegawai, sementara faktor
lingkunagna eksternal organisasi diluar pemgawasan
pimpinan.
Standar Kerja
Standar kinerja adalah tolak ukur minimal
kinerja yang harus dicapai karyawan secara
individual atau kelompok pada semua indikator
kinerjanya (Wirawan, 2009). Tolak ukur minimal
artinya jika prestasi kerja karyawan dibawah standar
kinerja minmal maka kinerjanya tidak dapat
diterima, buruk atau sangat buruk, dan jika prestasi
kerja seorang karyawan berada tepat atau diatas
ketentuan standar minimal maka kinerjanya
diterimadengan predikat sedang, baik atau sangat
baik. Standar kinerja meliputi standar untuk semua
indikator kinerja, jika indikator kinerja seorang
pegawai merupakan kuantitas hasil kerja, kualitas
hasil kerja, disiplin, kejujuran, dan loyalitas, maka
standar kinerja menentukan keempat indikator
kinerja tersebut dimana nilainya paling tidak
mencapai nilai minimal yang ditetapkan organisasi.
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB) Volume 15, Nomor 1, Februari 2017 54
ISSN 2354-5682
www.stie-ibek.ac.id
© 2017, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
Selanjutnya (Wirawan, 2009) mengatakan fungsi
utama standar kinerja adalah sebagai tolak ukur
untuk menentukan berhasil dan ketidakberhasilan
kinerja ternilai dalam pelaksanaan pekerjaannya.
Dengan demikian standar kinerja harus
diberitahukan kepada pegawai sebagai pedoman
melaksanakan tugasnya, jika tidak mengetahui
standar kerjanya pegawai tidak mengetahui apa yang
ingin dicapainya dan tidak terarah dalam mencapai
kinerjnya karena dalam melaksanakan tuganya
egawai selalu berpedoman pada standar kinerjanya
dan standar prosedur dalam pelaksanan tugasnya
yang kemudian kinerja karyawan dievaluasi oleh
penilai secara periodik dan dibandingkan dengan
standar kerjanya.
Standar kinerja memotivasi pegawai agar bekerja
keras, menaraik dan mendorong untuk mencapainya.
Jika hal itu tercapai kepuasan kerja pada diri
pegawai akan terjadi. Oleh karena itu, standar
kinerja juga dikaitkan denga record, imbalan, atau
sistem kompensasi jika dapat mencapainya, dan
dikaitkan dengan sanksi jika tidak dapat
mencapainya. Hubungan antara pelaksanaan
pekerjaa, kinerja pegawai, evaluasi kinerja dan
standar kinerja karyawan, serta ketika melaksanakan
tugas atau pekerjaannya, karyawan menggunakan
standar kinerja sebagai pedoman dalam bekerja.
Standar kinerja sering dirumuskan menjadi prosedur
dalam pelaksamaan pekerjaan dan memnberi arah
kuantitas dan kualitas kinerja yang harus dicapai
karyawan.
Dalam melaksanakan tugasnya pegawai selalu
berpedoman kepada standar kinerjanya dan standar
prosedur dalam pelaksanaan tugasnya yang
kemudian dievaluasi oleh penilai secara periodik dan
dibandingkan dengan standar kinerjanya serta
hasilnya direkm dalam instrumen evaluasi kinerja.
Hasil evaluasi kinerja berupa keunggulan dan
kelemahan kinerja pegawai tersebut dicatat dalam
instrumen evaluasi kinerja dan hasilnya diberikan
kepada karyawan ternilai sebagai hasil evaluasi atas
kinerjanya. Dapat disimpulkan bahwa kinerja
organisasi sangat penting bagi pimpinan, karena hal
ini merupakan suatu hasil kerja yang dicapai dengan
memberdayakan segalan kekuatan yang ada dalam
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dan digunakan untuk
mengethui apakah kinerja yang dicapai sesuai atau
tidak sesuai target. Tindakan pimpinan selamjutnya
dapat mengembangkan atau memperluas kegiatn
organisasinya, memberikan promosi jabatan kepada
pegawai yang berprestasi, meningkatkan
kesejahteraan pegawai (kenaikkan gaji atau
upah,upah, penambahan bonus dan imbalan lain),
dan sebaliknya pimpinan dapat mengambil langkah
perbaikan atau perubahan cara pelaksanaan
pekerjaan, mutasi atau merotasi pegawai,
mengurangi pegawai atau menyederhanakan rencana
kerja yang akan dilaksanakan pada masa depan.
Indikator Kinerja
Kinerja menurut Boediharjo (2002) dapat diukur
berdasarkan empat indikator yaitu:
1.Efektivitas dan efisiensi yaitu kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan benar,
kemampuan untuk memilih peralatan yang tepat
dalam mencapai tujuan.
2.Orientasi tanggung jawab yaitu kemampuan untu
menyelesaikan pekerjaan dengan penuh tanggung
jawab dan mengevaluasi pekerjaan dengan baik.
3.Disiplin yaitu sikap atau kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu, dan
sesuai dengan target yangditentukan.
4.Inisiatif yaitu kemampuan untuk bertanya,
memberi kritik dan saran.
Kerangka pemikiran
Kerangka pemikiran palam penelitian ini
peneliti menyajikan kerangka pemikiran untuk
memperoleh permasalahan yang sedang diteliti,
kerangka pemikiran ini penulis sajikan dalam bentuk
gambar seperti terlihat berikut ini:
GAMBAR I
KERANGKA BERPIKIR
Sumber : Data diolah peneliti
Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan, tetapi kesimpulan
itu belum final masih harus dibuktikan kebenarannya
(Djarwanto, 2005). Tujuan penelitian menggunakan
hipotesa adalah agar dalam kegiatan penelitian
tersebut peneliti berfokus hanya pada informasi atau
data yang diperlukan bagi penguji hipotesis. Adapun
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis 1 :
Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan
variabel human relation terhadap kinerja
pegawai pada Kantor Kecamatan Rangkui
Pangkalpinang
Ha: Diduga terdapat pengaruh signifikan variabel
human relation terhadap kinerja pegawai pada
Kantor Kecamatan Rangkui Pangkalpinang.
Hipotesis 2 :
H: Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan
variabel pelatihan terhadap kinerja pegawai pada
Kantor Kecamatan Rangkui Pangkalpinang.
Ha: Diduga terdapat pengaruh signifikan variabel
Kecamatan Rangkui Pangkalpinang.
Hubungan Antar Manusia
(X1)
Pelatihan (X2)
Lingkungan Kerja (X3)
Kinerja (Y)
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB) Volume 15, Nomor 1, Februari 2017 55
ISSN 2354-5682
www.stie-ibek.ac.id
© 2017, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
Hipotesis 3 :
Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan
lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada
Kantor Kecamatan Rangkui Pangkalpinang.
Ha: Diduga terdapat pengaruh signifikan lingkungan
kerja terhadap kinerja pegawai pada Kantor
Kecamatan Rangkui Pangkalpinang
Hipotesis 4 :
Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan
variabel human relation, pelatihan dan
lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada
Kantor Kecamatan Rangkui Pangkalpinang.
H: Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan
variabel human relation, pelatihan dan
lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada
Kantor Kecamatan Rangkui Pangkalpinang.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 4 (empat) bulan,
dimulai sejak bulan Oktober 2016 sampai dengan
bulan Januari 2017. Adapun objek penelitian dalam
penelitian ini yaitu Pegawai Kantor Kecamatan
Rangkui Pangkalpinang yang beralamat di Jalan
Pahlawan 12 Kelurahan Keramat Pangkalpinang.
Populasi Dan Sampel Penelitian
a) Populasi penelitian
Menurut Sugiyono (2012), populasi adalah wilayah
generalisasi terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Pegawai Kantor
Kecamatan Rangkui yang berjumlah 26 orang.
b) Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut,
ataupun bagian kecil dari anggota pupulasi yang
diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat
mewakili populasinya. Dalam penelitian ini
mengingat jumlah populasi tidak terlalu besar atau
banyak, maka penulis menetapkan seluruh populasi
menjadi sampel dalam penelitian ini.
c) Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2003). “Sampling adalah teknik
pengambilan sampel”. Ada dua macam teknik
pengambilan sampel menurut Sugiyono yaitu:
1.Random Sampling
Adalah teknik pengambilan sampel dimana semua
individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai anggota sampel.
Cara pengambilan sampel dengan random ada tiga
cara:
a. Cara undian adalah pengambilan sampel denga cara
memberikan kesempatan kepada setiap individu
untuk menjadi anggota sampel.
b.Cara ordinal adalah cara pengambilan sampel
dengan cara kelipatan dari sampel sebelumnya,
misalkan kelipatan dua, kelipatan tiga, dan
seterusnya.
c.Cara randomisasi adalah pengambilan sampling
melalui tabel bilangan random.
1.Non Random Sampel
Adalah cara pengambilan sampel yang tidak semua
anggota sampel diberi kesempatan untuk dipilih
sebagai anggota sampel. Cara pengambilan sampel
dengan non random sampel ada tujuh cara yaitu:
a.Proportional sampling adalah pengambilan
sampel yang memperhatikan pertimbangan unsur-
unsur atau kategori dalam populasi penelitian.
b.Stratified sampling adalah cara pengambilan
sampel dari populasi yang terdiri dari strata yang
mempunyai susunan bertingkat.
c.Proporsive sampling adalah cara pengambilan
sampel denganmenetapkan ciri yang sesuai dengan
tujuan.
d.Quota sampling adalah ruang dan tempat belajar
baik yang tersedia dirumah maupun dikampus.
e.Double sampling atau sampling kembar sering
digunakan dalam research dan penelitian yang
menggunakan angket lewat usaha menampung
mereka dan mengembalikan dalam angket.
f.Area probability sampling adalah cara
pengambilan sampel yang menunjukkan cara
tertentu atau bagian sampel yang memiliki ciri-ciri
populasi.
g.Cluster sampling adalah cara pengambilan sampel
yang berdasarkan pada cluster-cluster tertentu.
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan
Random Sampling dengan cara undian yaitu
pengambilan sampel dengan cara memberikan
kesempatan kepada setiap individu untuk menjadi
anggota sampel.
Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006) mengemukakan
bahwa “variabel adalah objek penelitian, atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Secara
umum, variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi
dua jenis, antara lain :
1.Variabel independen (independent variable) atau
variabel bebas (X), yaitu variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012).
2.Variabel dependen (dependent variable) atau
variabel terikat (Y), yaitu variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas (Sugiyono, 2012).
Berdasarkan pokok permasalahan yang diajukan,
maka terdapat beberapa variabel yang digunakan
dalam penelitian ini.
Jenis Data Menurut Suharsimi Arikunto (2006),”Data merupakan
segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan
untuk menyusun suatu informasi”. Dengan kata lain,
data adalah suatu hal yang diperoleh dilapangan
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB) Volume 15, Nomor 1, Februari 2017 56
ISSN 2354-5682
www.stie-ibek.ac.id
© 2017, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
ketika melakukan penelitian dan belum diolah.
Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam
penelitian ini digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.Data kualitatif,yaitu analisis yang dilakukan
terhadap data-data yang non angka seperti hasil
wawancara dan bacaan dari buku-buku yang terkait
dengan penelitian.
2.Data kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung atau
data yang berupa angka-angka dari hasil kuesioner.
Sumber data
Secara garis besar, sumber data didalam
penelitian ini digolongkan menjadi dua, yaitu :
1.Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
obyek yang diteliti. Sugiyini (2012) menyatakan
bahwa “Sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul
data”. Data primer dalam penelitian ini didapat dari
hasil wawancara dan pengamatan langsung pada
Kantor Camat Rangkui, serta melalui kuesioner
yang disebarkan kepada para Pegawai Negeri Sipil
pada Kantor Kecamatan Rangkui Pangkalpinang
untuk mengetahui tanggapan tentang variabel yang
diteliti.
2.Data Sekunder
Yaitu data yang bukan secara langsung dari
sumbernya. Dalam hal ini, Sugiyono (2012)
memberikan pengertian, “sumber data sekunder
adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumen”. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data yang telah dolah oleh pihak lain,
meliputi informasi dari media elektronik (internet),
artikel literatur dari perpustakaan, serta hasil
penelitian terdahulu.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh
melalui kuesioner akan dianalisa secara kuantitatif
melalui suatu metode analisis data, agar hasilnya
dapat dengan mudah dibaca dan dipahami oleh para
pembaca.
Adapun Teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi:
a.Uji Validitas
Uji Validitas merupakan pengujian yang digunakan
untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner (Ghozali, 2005). Uji Validitas dilakukan
dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan r
tabel untuk tingkat signifikansi 5% dari degree of
freedom (df) = n-2, dalam hal ini “n” adalah jumlah
sampel. Jika rhitung > r tabel maka pertanyaan atau
indikator tersebut dinyatakan valid, demikian
sebaliknya bila rhitung < r tabel maka pertanyaan
atau indikator tersebut dinyatakan tidak valid
(Ghozali, 2005).
b.Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur
keakuratan suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2005). Pengukuran Reliabilitas dilakukan dengan
cara one shot atau pengukuran sekali saja
menggunakan alat bantu SPSS uji statistik Cronbach
Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha>
0,60 (Nunnally, dalam Ghozali, 2005)
c.Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk
mengetahui apakah data penelitian berdistribusi
normal atau tidak normal. Uji normalitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Normal
P-Plot. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal grafik. Dasar pengambilan keputusan dari
uji normalitas menurut (Ghozali, 2005), adalah:
1.Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal, maka
menunjukkan pola distribusi yang memenuhi asumsi
normalitas.
2.Jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal
dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka
menunjukkan pola distribusi yang tidak memenuhi
asumsi normalitas.
d.Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana
terjadi satu atau lebih variabel independen yang
berkorelasi sempurna atau mendekati sempurna
dengan variabel independen lainnya. Model regresi
yang baik mensyaratkan tidak terjadinya korelasi
diantara variabel independen. Gejala
Multikolinearitas dapat dideteksi dengan cara
melihat besarnya nilai tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor) pada output SPSS. Jika nilai
Tolerance lebih besar dari 0,10 dan VIP kurang dari
10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Priyatno,
2012).
e.Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi merupakan prosedur dimana dengan
melalui formulasi persamaan matematis, hendak
diramalkan nilai variabel random continue
berdasarkan nilai variabel kuantitatif lainnya yang
diketahui. Dimana variabel bebas yaitu Human
Relation, Pelatihan, dan Lingkungan Kerja di dalam
mewujudkan variabel terikat yaitu Kinerja.
f.Analisis Koefisien Determinasi (R²)
Analisis Koefisien Determinasi pada intinya
digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan variabel bebas (independent) dalam
menerangkan variasi variabel terikat (dependent).
Analisis Koefisien Determinasi pada peneitian ini
didasarkan oleh nilai Adjusted R2, yaitu jika nilai
Adjusted R2 pada output SPSS versi 22 sebesar 1
berarti fluktuasi variabel terikat seluruhnya dapat
dijelaskan oleh variabel bebas dan tidak ada faktor
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB) Volume 15, Nomor 1, Februari 2017 57
ISSN 2354-5682
www.stie-ibek.ac.id
© 2017, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
lain yang menyebabkan fluktuasi variabel terikat.
Apabila nilai Adjusted R2 berkisar antara 0 sampai
1, hal tersebut diartikan bahwa semakin nilai
Adjusted R2 mendekati 1 maka semakin kuat
kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan
variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai Adjusted R2
semakin mendekati angka 0 berarti semakin lemah
kemampuan variabel bebas untuk dapat menjelaskan
fluktuasi variabel terikat (Ghozali, 2005).
g.Uji Hipotesis
1.Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji Signifikansi Parsial (Uji t) digunakan untuk
mengetahui tingkat signifikansi pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel terikat secara
parsial/sendiri-sendiri (Ghozali, 2005). Dalam
penelitian ini, Uji t digunakan untuk menguji
Hipotesis 1, Hipotesis 2, dan Hipotesis 3,.
Pembuktian uji t dilakukan dengan cara
membandingkan nilai signifikansi (Sig.) pada output
SPSS.
Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai
berikut (Priyatno, 2012):
a.Jika nilai signifikans (Sig.) pada output SPSS > 0,05
maka variabel bebas secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat,
berarti H0 diterima dan Ha ditolak.
b.Jika nilai signifikansi (Sig.) pada output SPSS <
0,05 maka variabel bebas secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat, berarti H0
ditolak dan Ha diterima.
2.Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji Signifikansi Simultan (Uji F) digunakan untuk
mengetahui tingkat siginifikansi pengaruh variabel
bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2005). Dalam
penelitian ini, Uji F dilakukan terhadap hipotesis
yang menyatakan signifikansi pengaruh secara
simultan, yaitu Hipotesis 4. Dasar pengambilan
keputusan pada Uji F adalah sebagai berikut:
a.Jika nilai signifikansi (Sig.) pada output SPSS >
0,05 maka variabel bebas secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat,
berarti H0 diterima dan Ha ditolak.
b.Jika nilai signifikansi (Sig.) pada output SPSS <
0,05 maka variabel bebas secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat,
berarti H0 ditolak dan Ha diterima.
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
mengenai Analisis Pengaruh Hubungan Antar
Manusia, Pelatihan dan Lingkungan Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada
Kantor Kecamatan Rangkui Pangkalpinang) didapat
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat Tidak terdapat pengaruh signifikan
antara variabel Hubungan Antar Manusia
terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil pada
Kantor Kecamatan Rangkui Pangkalpinang. Dari
hasil perhitungan, diperoleh nilai thitung sebesar
0,214 sedangkan ttabel dengan derajat bebas 24
pada (0.05) sebesar 2,06390. Dengan
demikian thitung (0,214) > ttabel (2,06390),
sehingga jelas Ho diterima atau dengan melihat
nilai sign sebesar 0,833.
2. Terdapat pengaruh signifikan antara variabel
Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil
pada Kantor Kecamatan Rangkui
Pangkalpinang. Dari hasil perhitungan, diperoleh
nilai t hitung sebesar 0,214 sedangkan t tabel
dengan derajat bebas 24 pada (0.05) sebesar
2,06390. Dengan demikian thitung (3,937) > t
tabel (2,06390), sehingga jelas Ho ditolak dan
dan H1 diterima atau dengan melihat nilai sign
sebesar 0,001 lebih kecil dibandingkan 0,05.
3. Terdapat pengaruh signifikan pada variabel
Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Negeri Sipil pada Kantor Kecamatan Rangkui
Pangkalpinang. Dari hasil perhitungan, diperoleh
nilai thitung sebesar 3,815 sedangkan t tabel
dengan derajat bebas 24 pada (0.05) sebesar
2,06390. Dengan demikian thitung (3,815) >
ttabel (2,06390), sehingga jelas Ho ditolak dan
dan H1 diterima atau dengan melihat nilai sign
sebesar 0,003 lebih kecil dibandingkan 0,05.
4. Terdapat pengaruh signifikan secara simultan
antara variabel Hubungan Antar Manusia,
Pelatihan, dan Lingkungan Kerja terhadap
Kinerja Pegawai Negeri Sipil. Dari hasil
perhitungan diperoleh nilai Fhitung 6,191
sedangkan harga kritis nilai Ftabel dengan
derajat bebas pembilang 3 dan penyebut 22 pada
(0,05) sebesar 3.050. Dengan demikian
Fhitung (6,191) > Ftabel (3.050), sehingga jelas
Ho ditolak dan H1diterima demikian juga jika
menggunakan membandingkan nilai sign sebesar
0,000.
Saran
1. Untuk meningkatkan Kinerja Pegawai Negeri
Sipil maka Camat di Kantor Kecamatan wilayah
Rangkui Pangkalpinang, harus memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja
pegawainya yang dalam penelitian ini diwakili
oleh variabel Hubungan Antar Variabel,
Pelatihan, dan Lingkungan Kerja.
2. Untuk variabel Pelatihan harus benar-benar
diperhatikan agar pelatihan yang diikuti para
pegawai negeri sipil dapat benar-benar
bermanfaat sehingga dapat meningkatkan
Kinerja Pegawai.
3. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian berikutnya diharapkan agar dapat
mencari referensi yang lain untuk lebih
menambah variasi pada dimensi dan indikator-
indikator variabel yang telah dilakukan pada
penelitian sebelumnya.
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB) Volume 15, Nomor 1, Februari 2017 58
ISSN 2354-5682
www.stie-ibek.ac.id
© 2017, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
DAFTAR PUSTAKA
1] Anwar Prabu Mangkunegara. 2000. Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung :
PT Remaja
2] Arep, Ishak dan Hendri Tanjung. 2003.
Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta.
Universitas Trisakti.
3] Arikunto, S.2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta.
4] Blanchard the medim run. 2000.Brooking Papers
on Ecinomic Activity 2, 89-158.
5] Bilson, Simamora. 2001.Memenangkan Pasar
dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. Edisi
pertama. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
6] Djarwanto PS, dan Subagyo, Pangestu. 2000.
Statistik Induktif. Edisi Kelima. Yogyakarta :
BPFE.
7] Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT.
Remaja.
8] Effendy,Onong Uchjana. 2003. Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan
kesembilan belas. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
9] Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan program SPSS, Badan.
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
10] Hamali,, Oemar. 2005. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
11] Handoko, T. H. 2004.Manajemen Personalia dan
Sumber Daya Manusia. PT. Grasindo Persada:
Jakarta.
12] Hasan. 2006.Analisis Data Penelitian dengan
Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
13] Hasibuan, Malayu. S. P. 2003. Manajemen
Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi,. Bumi
Aksara, Jakarta.
14] Hasibuan, S. P. Drs. H. Melayu. 2012.
Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
15] Hariandja, Marihot T.E. 2002. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo.
16] Husnan, Suad. 2002. Dasar-dasar Teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi ke tiga.
Yogyakarta.
17] Istijanto. 2010. Riset Sumber Daya Manusia.
Gramedia Pustaka Utama. Edisi Revisi.
18] Jalaluddin. 2000. Metode Penelitian
Komunikasi, Bandung : Remaja. Rosdakarya.
19] Keith Davis, John W. Newstrom. 2000.
McGraw-Hill- Business & Economics - 643
pages.
20] Mangkunegara. 2006. Perencanaan dan.
Pengembangan Manajemen Sumber Daya
Manusia, Pen. PT Refika. Aditama. 2006
21] Mardiana.2005. Manajemen Produksi. Jakarta:
Penerbit Badan Penerbit IPWI. Nitisemito.
2001.Manajemen Personalia, Ghalia
22] Indonesia, Jakarta. Pasolong, Harbani. 2007.
Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta.
23] Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis.
Jakarta: Erlangga.
24] Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar
Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta :
Erlangga.
25] Robbins SP, dan Judge. 2002. Perilaku
Organisasi Buku 2, Jakarta : Salemba.2001.
Perilaku Organisasi Buku 2. Jakarta : Salemba.
26] Sedarmayanti.2008. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta..2008. Manajemen Sumber
Daya Manusia, Bandung: PT. Refika Aditama..
2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas
Kerja. Bandung: CV. Mandar Maju.
27] Sukoco, Badri. 2007.Manajemen Administrasi
Perkantoran Modern. Jakarta. Erlangga.
28] Sedarmayanti.2001.Sumber Daya Manusia dan
Produktivitas Kerja. Jakarta: Mandar Maju.
29] Siagian, Sondang P. 2004. Teori Motivasi dan
Aplikasinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
30] Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Bisnis.
Bandung :
31] Sunyoto, Dadang. 2011. Analisis Regresi dan
Uji Hipotesis. Yogyakarta: CAPS. Tika.
32] Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber
DayaManusia : Teori Aplikasi dan Penelitian.
Jakarta: Salemba Empat.
33] Wulansari, Nurul. 2007. Manajemen Produksi
dan Industri Kecil. Jakarta: Pusat Penerbitan
Univesitas Terbuka.