analisis pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Indriyani (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa masa
kerja, usia dan jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor-faktor
sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja
wanita pada industri kecil jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Dari
analisisnya dengan menggunakan metode analisis regresi linear
berganda, didapatkan bahwa peningkatan masa kerja akan meningkatkan
produktivitas, dan jumlah tanggungan keluarga akan meningkatkan
pengeluaran rumah tangga sehingga tenaga kerja wanita berusaha untuk
meningkatkan produktivitas, sedangkan peningkatan atau penambahan
usia akan menurunkan produktivitas tenaga kerja wanita. Kemudian masa
kerja juga memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap
produktivitas tenaga kerja wanita pada industri kecil jamu tradisional di
Kabupaten Sukoharjo.
Menurut penelitian Yunianti (2006), secara keseluruhan faktor
curahan waktu kerja, umur, upah, pengalaman kerja dan tingkat
pendidikan mempengaruhi besarnya produktivitas tenaga kerja wanita
pada industri emping melinjo di Kecamatan Kartasura Kabupaten
Sukoharjo. Upah tenaga kerja mempengaruhi besarnya produktivitas
tenaga kerja dimana semakin besar upah akan semakin meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.
Menurut Indrawati dan Llewelyn (1999) dalam penelitiannya
membuktikan bahwa model kuadrat menjadi model regresi yang paling
tepat untuk digunakan. Pengalaman kerja tidak berpengaruh tetapi umur
mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan dengan produktivitas
dan pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan. Tingkat
pendidikan tidak dapat diabaikan tetapi menjadi kurang penting
dibandingkan dengan umur. Orang yang lebih muda menjadi lebih
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
produktif dalam analisis ini, dikarenakan mereka lebih semangat atau
dapat bekerja lebih keras.
Purnamasari dan Darmansyah (2005) dalam jurnalnya,
menyatakan bahwa tenaga kerja wanita PT Misaja Mitra berperan baik
dalam kegiatan produktivitas perusahaan. Kondisi tersebut ditunjukkan
dari nilai rata-rata skor empat indikator yaitu antara lain : prestasi yang
dicapai berdasarkan target produksi dan kemampuan kerja, serta curahan
waktu kerja reguler dan tambahan yang dipenuhi, yaitu sebesar 4,00 yang
bermakna baik. Dengan demikian tenaga kerja wanita telah
melaksanakan kewajibannya dengan baik. Kesejahteraan yang diberikan
oleh pihak perusahaan PT Misaja Mitra terhadap tenaga kerja wanitanya
berdasarkan tujuh indikator yaitu kesesuaian terhadap nilai upah,
kelancaran pembayaran upah, pemberian tunjangan/insentif tambahan,
pelayanan kesehatan/pengobatan dan keselamatan kerja, proses
pemberian cuti hamil/melahirkan dan cuti tahunan, hubungan kerja
sesama karyawan, serta hubungan kerja pimpinan dan karyawan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kewajiban perusahaan dalam memenuhi
hak tenaga kerja wanitanya telah cukup, namun masih dapat ditingkatkan
untuk mengimbangi peran yang telah diberikan oleh pekerjanya.
Menurut Maja dan Sudibia (2012), produktivitas merupakan hal
yang sangat penting untuk ditingkatkan karena akan berpengaruh
terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu perlu
dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga
kerja. Pengukuran produktivitas tenaga kerja digunakan sebagai sarana
manajemen untuk menganalisis dan mendorong efisiensi. Maka
peningkatan produktivitas akan memberikan kemampuan yang lebih
besar bagi perusahaan untuk memperbaiki pengupahan pekerjanya, yang
kemudian akan mendorong kegairahan dan semangat kerja dari para
pekerja. Analisis faktor-faktor tersebut sangat penting dilakukan agar
mampu mengetahui sejauh mana pengaruhnya terhadap peningkatan
produktivitas tenaga kerja. Untuk menganalisis faktor-faktor yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja wanita sebagai pengepul squin
dengan penerapan putting out system, digunakan analisis regresi
berganda yang selanjutnya diuji secara simultan pengaruh seluruh
variabel bebas terhadap variabel terikat dengan Uji F dan diuji secara
parsial pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya dengan Uji t
pada taraf signifikansi 5 persen. Formula regresi linier berganda yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 +
β4X4 + βnXn + e. Dari hasil analisis regresi berganda terbukti bahwa
secara simultan variabel bebas yang meliputi pengalaman kerja, tingkat
pendidikan, umur, dan jumlah tanggungan rumah tangga memiliki
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap variabel terikat
produktivitas tenaga kerja wanita pengepul squin di Desa Dalung
Kecamatan Kuta Utara
Penelitian terdahulu diatas membahas mengenai faktor-faktor
sosial ekonomi yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja wanita.
Penelitian tersebut dipilih karena memiliki topik yang sama dengan
penelitian ini dan dapat dijadikan sebagai rujukan serta sumber referensi
pada penelitian ini. Penelitian tersebut juga digunakan untuk menemukan
variabel-variabel yang akan digunakan yang berpengaruh terhadap
produktivitas tenaga kerja wanita, metode analisis regresi linier berganda
dan dua penelitian diantaranya memiliki kesamaan tempat penelitian
yaitu di Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan kelebihan atau perkembangan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu antara lain adanya tambahan
variabel bebasnya yaitu variabel kemampuan, keadaan lingkungan,
motivasi, perjanjian kerja dan penerapan teknologi. Pengukuran
produktivitas dengan menggunakan 3 parameter yaitu efisiensi,
efektivitas dan kinerja. Metode penelitian menggunakan metode
explanatory atau eksplanatif. Mengambil lokasi penelitian di 6 tempat
usaha pembuatan baglog jamur kuping dalam 1 desa dan 1 kecamatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
B. Tinjauan Pustaka 1. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu sumber
daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang
melakukan aktivitas. Secara umum, sumber daya yang terdapat dalam
suatu organisasi bisa dikelompokkan atas dua macam, yakni: (1)
sumber daya manusia (human resources), dan (2) sumber daya non-
manusia (non-human resources). Kelompok sumber daya non-
manusia ini antara lain modal, mesin, teknologi, bahan-bahan
(material), dan lain-lain (Gomes, 1997).
Kualitas sumber daya manusia merupakan komponen penting
dalam setiap gerak pembangunan. Hanya dari sumber daya manusia
yang berkualitas tinggilah yang dapat mempercepat pembangunan
bangsa. Jumlah penduduk yang besar, apabila tidak diikuti dengan
kualitas yang memadai, hanyalah akan menjadi beban pembangunan.
Kualitas penduduk adalah keadaan penduduk baik secara perorangan
maupun kelompok berdasarkan tingkat kemajuan yang telah dicapai.
Agar menjadi sumber daya manusia yang tangguh penduduk harus
mempunyai kualitas yang memadai sehinga dapat menjadi modal
pembangunan yang efektif. Tanpa adanya peningkatan kualitas,
jumlah penduduk yang besar akan menimbulkan berbagai masalah dan
menjadi beban pembangunan (Soerjani, 1987).
Pengembangan sumber daya manusia dapat diartikan sebagai
usaha mempersiapkan orang baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat dengan segala kedudukannya. Hal ini berarti
bahwa usaha itu tidak terbatas pada pembinaan kemampuan fisik
melainkan juga kemampuan mental sebagai pendukung suatu
kebudayaan. Dengan demikian maka pengembangan sumber daya
manusia itu harus dapat mempersiapkan keterampilan jasmaniah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
seseorang agar ia dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya serta
tanggungannya.
Pengembangan sumber daya manusia juga harus dapat
mempersiapkan seseorang untuk memainkan peranan sosial secara
mantap sesuai dengan kedudukan-kedudukannya di masyarakat. Oleh
karena itu praktek komunikasi atau interaksi sosial yang efektif itu
hanya mungkin terselenggara kalau ada pranata yang terwujud atas
dasar nilai-nilai, maka pengembangan sumber daya manusia berarti
usaha aktif penanaman sikap dan keterampilan pada anggota
masyarakat sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku sebagai pedoman
hidup yang mengembalikan pola tingkah laku sosial mereka
(Yustiono, 2011).
Menurut Soerjani (1987), sumber daya manusia harus dapat
dibina dan diarahkan secara tepat agar mampu mengembangkan
potensinya, antara lain :
a. Manusia yang profesional, yang memiliki keahlian dan
keterampilan sehingga mampu bekerja lebih produktif
b. Manusia yang berkembang kemampuan intelektualnya sehingga
mampu menjadi pelopor perubahan masyarakat
c. Manusia yang berjiwa wiraswasta yang mampu menciptakan
lapangan kerja untuk dirinya sendiri, tidak tergantung pada
kesempatan kerja yang diciptakan pemerintah, tetapi juga mampu
menciptakan lapangan kerja bagi orang lain
d. Manusia sebagai tenaga kerja yang berkeahlian dan
berketerampilan sehingga dari kesempatan kerjanya dapat
menikmati kehidupan yang layak.
2. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja (menurut UU No. 13 th 2003 tentang
Ketenagakerjaan) adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan baik guna menghasilkan jasa dan atau barang untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja
ialah besarnya bagian dari penduduk yang dapat diikutsertakan dalam
proses ekonomi. Sedangkan bekerja diartikan sebagai melakukan
suatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan
barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan
berupa uang dan atau barang, dalam kurun waktu tertentu
(Mantra, 2003).
Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses
produksi. Sebagai sarana produksi, tenaga kerja lebih penting daripada
sarana produksi yang lain seperti bahan mentah, tanah, air dan
sebagainya. Karena manusialah yang menggerakkan semua sumber-
sumber tersebut (Bakir dan Manning, 1984).
Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang
bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan
kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga
golongan (pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga)
walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu
dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Secara praktis pengertian
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batasan
umur. Tiap-tiap negara memberikan batasan umur yang berbeda. Di
Indonesia, dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas umur
maksimum (Simanjuntak, 1985).
Tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang berumur 10
tahun ke atas dan penduduk yang berumur dibawah 10 tahun
digolongkan bukan tenaga kerja atau penduduk usia muda. Alasan
pemilihan 10 tahun sebagai batas umur batas mínimum didasarkan
kenyataan bahwa dalam batas umur tersebut sudah banyak penduduk
Indonesia terutama di pedesaan yang sudah bekerja atau sedang
mencari pekerjaan, alasan lain penggunaan batas umur yang
dikenakan untuk tenaga kerja umur 10 tahun ke atas oleh Badan Pusat
Statistik (BPS), batasan umur mínimum ini merupakan upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pemerintah untuk melindungi tenaga kerja dibawah umur 10 tahun,
namun semenjak dilaksanakan Sakernas 2001, batas usia kerja yang
semula 10 tahun dirubah oleh pemerintah menjadi 15 tahun atau lebih
mengikuti definisi yang dianjurkan oleh International Labour
Organization (ILO), selain batasan umur yang diterapkan oleh
pemerintah untuk melindungi tenaga kerja di bawah umur pemerintah
juga melaksanakan berbagai program antara lain membuat program
wajib belajar sembilan tahun (Akbar, 2011).
3. Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas menurut Simanjuntak (1985) mengandung
pengertian filosofis, definisi kerja dan teknik operasional. Secara
filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap
mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan.
Untuk definisi kerja, produktivitas merupakan perbandingan antara
hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya
(masukan) yang dipergunakan per satuan waktu. Pengertian ketiga
mengandung makna peningkatan produktivitas yang dapat terjadi
dalam empat bentuk :
a. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan
sumber daya yang lebih sedikit
b. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan
menggunakan sumber daya yang kurang
c. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan
menggunakan sumber daya sama
d. Jumlah produksi yang jauh lebih besar dapat diperoleh dengan
pertambahan sumber daya yang relatif kecil.
Di dalam ilmu ekonomi, produktivitas merupakan nisbah atau
rasio antara hasil kegiatan (output/keluaran) dan segala pengorbanan
(biaya) untuk mewujudkan hasil tersebut (input/masukan). Pada
umumnya, nisbah ini berupa suatu bilangan rata-rata yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
mengungkapkan hasil bagi antara angka keluaran total dan angka
masukan total dari beberapa kategori barang/jasa (seperti biaya tenaga
kerja dan bahan baku) (Kussriyanto, 1986).
Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep
menunjukkan adanya kaitan antara output (hasil kerja) dengan waktu
yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seorang tenaga
kerja. Konsep ini merupakan pengertian produktivitas yang paling
dasar dan sederhana. Seorang tenaga kerja dinilai produktif jika ia
mampu menghasilkan output atau produk yang lebih besar dari tenaga
kerja lain untuk satuan waktu yang sama. Dapat juga dikatakan bahwa
seorang tenaga kerja menunjukkan tingkat produktivitas tinggi jika ia
mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang
ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat (Suroto, 1992).
Produktivitas tenaga kerja merupakan hal yang sangat
menarik, sebab mengukur hasil-hasil tenaga kerja manusia dengan
segala kasus-kasus di negara-negara berkembang atau pada semua
organisasi selama periode antara perubahan-perubahan besar pada
formasi modal. Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem
pemasukan fisik perorangan atau per-jam kerja orang diterima secara
luas, namun dari sudut pandangan/pengawasan harian, pengukuran-
pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan, dikarenakan
adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu
unit produk yang berbeda. Oleh karena itu, digunakan metode
pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun). Pengeluaran
diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai
jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang
terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar
(Sinungan, 2003).
Berbagai ungkapan seperti output, kinerja, efisiensi,
efektivitas, dan bang for the buck sering dihubungkan dengan
produktivitas. Secara umum, pengertian produktivitas dikemukakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
orang dengan menunjukkan kepada rasio output terhadap input. Inputs
bisa mencakup biaya produksi (production cost) dan biaya peralatan
(equipment cost). Sedangkan outputs bisa terdiri dari penjualan
(sales), pendapatan (earnings), market share, dan kerusakan (defects).
Bahkan ada yang melihat pada performansi dengan memberikan
penekanan pada nilai efisiensi. Efisiensi diukur sebagai rasio output
dan input. Dengan kata lain, pengukuran efisiensi menghendaki
penentuan outcome, dan penentuan jumlah sumber daya yang dipakai
untuk menghasilkan outcome tersebut (Bernandin dan Russel, 1993).
Produktivitas memiliki dua dimensi produktivitas kinerja
yakni efektivitas dan efisiensi. Dimensi pertama berkaitan dengan
pencapaian untuk kinerja yang maksimal, dalam arti pencapaian target
yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan
dimensi kedua berkaitan dengan upaya membandingkan masukan
dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut
dilaksanakan (Sedarmayanti, 2009).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diartikan bahwa untuk
mengukur suatu produktivitas diperlukan dua dimensi yaitu efektivitas
dan dimensi efisiensi, yang keduanya saling berkaitan satu sama lain
dalam pencapaian target yang berkaitan, berupa kualitas yang
maksimal. Efisiensi adalah seberapa hemat masukan sumber daya
yang digunakan untuk menghasilkan keluaran yang ditentukan.
Sedangkan efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan
memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. Pengertian
efektivitas ini lebih berorientasi pada keluaran, sedangkan masalah
masukan kurang menjadi perhatian khusus atau utama. Oleh karena itu
keterkaitannya dengan produktivitas kerja tingkat keefektifan aparatur
atau pegawai sangat penting untuk menghasilkan suatu output.
Berbeda dengan efektivitas, keterkaitan efisiensi dengan
produktivitas lebih berorientasi terhadap suatu ukuran dalam
membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dengan penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana. Singkatnya
pengertian efisiensi disini lebih berorientasi pada masukan, sedangkan
masalah keluaran (output) kurang menjadi perhatian utama.
Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan
gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pengertian efektivitas
ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan
masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan
dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas
belum tentu efisiensi meningkat (Sedarmayanti, 2001).
Produktivitas adalah rahasia antara output dan input yang
bernilai, misalnya efisiensi dan efektivitas sumber daya yang tersedia
yaitu kepegawaian, mesin, bahan, modal, fasilitas, energi dan waktu
untuk mencapai keluaran yang sangat bernilai. Produktivitas juga
berkaitan dengan efisiensi penggunaan sumber daya (input) dalam
menghasilkan barang atau jasa.
Selain efektivitas dan efisiensi, kinerja juga berkaitan dengan
produktivitas. Bernandin dan Russel (1993) menyatakan kinerja
adalah catatan perolehan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan
tertentu atau kegiatan selama satu periode pekerjaan tertentu.
Penerapan standar diperlukan untuk mengetahui apakah kriteria
karyawan telah sesuai dengan sasaran yang telah diharapkan,
sekaligus melihat besarnya penyimpangan dengan cara
membandingkan antara hasil pekerjaan aktual dengan hasil yang
diharapkan.
Konsep kinerja sering dipakai organisasi atau individu,
khususnya dalam rangka mendorong keberhasilan organisasi atau
SDM. Kinerja SDM merupakan istilah yang berasal dari kata Job
Performance atau Actual Performance (prestasi kinerja atau prestasi
yang sesungguhnya dicapai oleh seseorang). Kinerja akan selalu
menjadi isu aktual dalam organisasi, karena apapun bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
organisasinya kinerja merupakan pernyataan kunci terhadap
efektivitas atau keberhasilan suatu organisasi.
Menurut Mangkunegara (2009), kinerja (prestasi kerja)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dapat diartikan bahwa
kinerja merupakan tanggung jawab para pegawai dalam melaksanakan
tugasnya, yang disesuaikan dengan tugas dan fungsinya guna
menghasilkan output yang berkualitas baik dalam tataran organisasi
swasta maupun organisasi publik. Konsep kinerja disatu sisi ada yang
lebih terfokus pada konteks individual atau SDM, bahkan sampai
pencampuran pemahaman tentang konsep kinerja itu sendiri.
Ukuran atau standar kinerja terkait dengan parameter-
parameter tertentu atau dimensi yang dijadikan acuan oleh organisasi
untuk mengukur suatu kinerja. Produktivitas kinerja diharapkan
pekerjaan akan terlaksana secara efisien dan efektif, sehingga pada
akhirnya sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan yang sudah
ditetapkan. Menurut Sutrisno (2009) untuk mengukur sebuah
produktivitas kinerja, diperlukan suatu indikator, yaitu kemampuan,
meningkatkan hasil yang dicapai, semangat kerja, pengembangan diri,
mutu dan efisiensi.
4. Tenaga Kerja Wanita
Wanita sebagai salah satu sumber daya manusia patut
diperhitungkan dalam pembangunan ekonomi suatu negara,
dikarenakan pembangunan ekonomi akan ditingkatkan jika sumber
daya manusia yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Peranan wanita sebagai ibu rumah tangga berkaitan dengan kegiatan-
kegiatan yang sifatnya tidak mendatangkan pendapatan secara
langsung, tetapi peranan wanita tersebut memberikan dukungan bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
rumah tangga lain (pencari nafkah) untuk memanfaatkan peluang yang
ada (Sajogyo, 1985).
Menurut Sajogyo (1985), terdapat 2 peranan wanita. Pertama,
peranan wanita sebagai istri dan ibu rumah tangga. Kedua, peranan
wanita sebagai pencari nafkah. Secara spesifik peranan wanita sebagai
istri dan ibu rumah tangga berkaitan erat dengan telaahan pekerjaan
yang dilakukan wanita yang berkaitan dengan mendidik dan
membesarkan anak, mengelola rumah tangga dan sebagainya.
Kalsum (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa jika
tenaga kerja wanita yang bekerja di perusahaan atau pabrik maupun
yang menjual jasa dari tenaganya, harus mendapat perlindungan yang
baik atas keselamatan, kesehatan, serta kesusilaan, pemeliharaan moril
kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral
agama. Hal ini telah diterapkan dalam pasal 10 UU No. 1969, yang
berlaku baik tenaga kerja pria maupun wanita yang menyebutnya
bahwa pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup :
a. Norma keselamatan kerja
b. Norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan
c. Norma kerja
d. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitas dalam hal
kecelakaan kerja
Pemerintah mempunyai kewajiban membina perlindungan
kerja bagi tenaga kerja Indonesia, dan tidak membedakan antara
tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja wanita. Undang-undang No. 14
tahun 1969, pasal 2 menyebutkan bahwa : “ Didalam menjalankan
undang-undang ini serta peraturan pelaksaannya tidak boleh diadakan
diskriminasi”. Namun dalam kenyataan menunjukkan bahwa ada
peraturan-peraturan atau ketentuan yang hanya diperuntukkan sifat
kodrat wanita, yang pada saat tertentu mengalami haid, hamil,
melahirkan dan sebagainya. Mengingat hal demikian pemerintah
membina perlindungan kerja yang khusus bagi tenaga kerja wanita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja
Pada dasarnya, setiap bentuk masukan bila dikuantifikasikan
dapat digunakan sebagai faktor penyebut (pembagi) pada nisbah
produksi. Atas dasar itulah orang dapat berbicara tentang produksi
lahan, produksi modal, produksi tenaga kerja atau produksi dari
bagian sub kategori lain masing-masing faktor produksi. Sampai
sekarang ini tenaga kerjalah yang lazim dijadikan faktor pengukur
produksi itu. Hal ini disebabkan, pertama, karena besarnya biaya yang
dikorbankan untuk tenaga kerja sebagai bagian dari biaya yang
terbesar untuk pengadaan produk atau jasa. Kedua, karena masukan
pada sumber daya manusia mudah dihitung ketimbang masukan pada
faktor-faktor lain seperti modal. Disamping itu, perlu diingat bahwa
kemajuan teknologi yang mempermudah cara pembuatan barang
berasal dan berkembang dari faktor tenaga kerja (lebih dari faktor lain
manapun). Maka, kedudukan tenaga kerja sebagai unsur pengukur
faktor produktivitas nampaknya makin sah dan sulit digoyahkan.
Produktivitas tenaga kerja secara spesifik yang dimaksudkan adalah
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga
kerja per satuan waktu (lazimnya per jam orang) (Kussriyanto, 1986).
Sebuah perusahaan atau sistem produksi lainnya menerapkan
kombinasi kebijakan, rencana sumber-sumber dan metodenya dalam
memenuhi kebutuhan dan tujuan khususnya. Kombinasi kebijakan-
kebijakan ini dituangkan melalui dan dengan bantuan faktor-faktor
produktivitas internal dan eksternal. Pada tingkat perusahaan, faktor-
faktor tersebut hampir seluruhnya direfleksikan dalam sumber pokok,
yakni : manusia dan bahan-bahan atau melalui tenaga kerja,
manajemen dan organisasi, serta modal pokok dan bahan mentah
(Sinungan, 2003).
Faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja
menurut Gomes (1997) salah satunya adalah kemampuan (abilities).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Kemampuan seseorang mencerminkan kesehatan dan
keterampilannya. Apabila kesehatannya bermasalah maka
kemampuannya dapat berkurang, begitu pula dengan keterampilan.
Kesehatan tubuh seseorang akan dipenggaruhi oleh gizi dan pola
makan yang dikonsumsinya setiap hari. Gizi dan pola makan yang
seimbang akan berpengaruh terhadap pola pikir dan daya tahan tubuh
seseorang karyawan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya dengan baik. Kemampuan seorang tenaga kerja
yang dipengaruhi oleh kesehatan tenaga kerja yang baik akan
memberikan kemampuan serta kesegaran fisik dan mental tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaan. Semakin tinggi kesehatan tenaga kerja,
cenderung semakin tinggi tingkat produktivitasnya. Produktivitas
tenaga kerja mencerminkan kemampuan tenaga kerja dalam hal
menghasilkan nilai tambah pada suatu proses produksi
(Tjiptoheriyanto, 2008).
Dari para pekerja yang ada di dalam organisasi sehingga
banyak program perbaikan produktivitas meletakkan hal-hal tersebut
sebagai asumsi-asumsi dasarnya. Sedangkan menurut Sinungan
(2002), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga
kerja adalah curahan tenaga kerja, tingkat upah, umur, pendidikan, dan
pengalaman kerja.
Dahlan (2009) menyebutkan ada 7 faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja, antara lain :
a. Kemampuan, adalah kecakapan yang dimiliki berdasarkan
pengetahuan, lingkungan kerja yang menyenangkan akan
menambah kemampuan tenaga kerja.
b. Situasi dan keadaan lingkungan, faktor ini menyangkut fasilitas dan
keadaan dimana semua karyawan dapat bekerja dengan tenang
serta sistem kompensasi yang ada.
c. Motivasi, setiap tenaga kerja perlu diberikan motivasi dalam usaha
meningkatkan produktivitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
d. Upah, upah atau gaji minimum yang tidak sesuai dengan
peraturan pemerintah dapat menyebabkan penurunan produktivitas
kerja.
e. Tingkat pendidikan, latar belakang pendidikan dan latihan dari
tenaga kerja akan mempengaruhi produktivitas, karenanya perlu
diadakan peningkatan pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja.
f. Perjanjian kerja, merupakan alat yang menjamin hak dan kewajiban
karyawan. Sebaiknya ada unsur-unsur peningkatan produktivitas
kerja.
g. Penerapan teknologi, kemajuan teknologi sangat mempengaruhi
produktivitas, karena itu penerapan teknologi harus berorientasi
mempertahankan produktivitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja
wanita menurut beberapa sumber antara lain :
a. Curahan waktu tenaga kerja
Pengalokasian curahan kerja rumah tangga banyak ditentukan
oleh latar belakang dan kondisi rumah tangga secara keseluruhan.
Jumlah anggota rumah tangga dan komposisinya mempengaruhi
curahan kerja rumah tangga baik secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung komposisi anggota rumah tangga lebih
banyak pada usia kerja memiliki potensi yang tinggi untuk
memiliki curahan kerja rumah tangga lebih banyak. Misalnya
banyak anggota rumah tangga yang belum bekerja mendorong ibu-
ibu semakin banyak mencurahkan tenaganya pada kegiatan yang
dapat memberikan tambahan pendapatan.
Dalam proses produksi, curahan waktu kerja yang digunakan
untuk melakukan pekerjaan akan berpengaruh pada besarnya
produk yang dihasilkan yang kemudian akan mempengaruhi
besarnya produktivitas tenaga kerja, semakin tinggi curahan waktu
kerja yang dilakukan untuk melakukan suatu kegiatan produktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
maka semakin besar jumlah produk yang dihasilkan dan semakin
besar pula produktivitas kerjanya (Soekartawi, 1993).
b. Umur
Umur merupakan faktor yang berperan penting dalam
menentukan produktivitas tenaga kerja. Semakin bertambah umur
seseorang produktivitasnya akan meningkat seiring dengan
bertambahnya pengalaman kerja atau masa kerja tetapi pada suatu
saat penambahan umur itu justru akan menurunkan produktivitas
tenaga kerja. Pada umur muda kondisi fisik tenaga kerja masih
memungkinkan untuk dapat bekerja secara optimal. Sedangkan
pada umur tua kemampuan seseorang akan semakin menurun
sehingga akan mempengaruhi pekerjaan (Suroto, 1992).
c. Upah
Salah satu indikator produktivitas yang sering digunakan
adalah upah dan sebagai indikator kualitas manusia adalah
Kebutuhan Fisik Minimum (KFM). Upah sebagai output produksi
menggambarkan produktivitas seseorang, sedangkan kebutuhan
fisik minimum adalah input minimal yang harus dipenuhi
seseorang agar mempunyai kualitas yang baik dan akhirnya dapat
berproduksi secara maksimal.
Dalam suatu proses produksi, buruh hanya akan
menghasilkan produktivitas yang tinggi apabila keadaan fisiknya
cukup memadai. Hal itu akan tercapai apabila upah yang
diterimanya dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum
(Effendi, 1995).
d. Pengalaman kerja
Pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan
serta keterampilan seseorang dalam pekerjaannya yang dapat
diukur dari masa kerja dan dari tingkat pengetahuan serta
keterampilan yang dimilikinya. Semakin tinggi pengalaman kerja
seseorang, maka semakin tinggi pula produktivitas kerjanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Pengukuran pengalaman kerja menurut Asri (1986) sebagai
sarana untuk menganalisa dan mendorong efisiensi dalam
pelaksanaan tugas pekerjaan. Beberapa hal yang digunakan untuk
mengukur pengalaman kerja seseorang adalah gerakannya mantap
dan lancar. Setiap karyawan yang berpengalaman akan melakukan
gerakan yang mantap dalam bekerja tanpa disertai keraguan.
a. Gerakannya berirama. Artinya terciptanya dari kebiasaan dalam
melakukan pekerjaan sehari-hari.
b. Lebih cepat menanggapi tanda-tanda. Artinya tanda-tanda
seperti akan terjadi kecelakaan kerja.
c. Dapat menduga akan timbulnya kesulitan sehingga lebih siap
menghadapinya. Karena didukung oleh pengalaman kerja
dimilikinya maka seorang pegawai yang berpengalaman dapat
menduga akan adanya kesulitan dan siap menghadapinya.
d. Bekerja dengan tenang. Seorang pegawai yang berpengalaman
akan memiliki rasa percaya diri yang cukup besar.
e. Jumlah tanggungan keluarga
Produktivitas akan dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah
tanggungan keluarga. Semakin besar tanggungan keluarga, maka
semakin besar pula beban yang ditanggung karyawan dalam
memenuhi kebutuhan keluarga. Sebaliknya semakin sedikit jumlah
tanggungan keluarga maka semakin sedikit pula beban yang
ditanggung karyawan dalam memenuhi kebutuhan keluarga
(Zaini, 2010).
Jumlah anggota keluarga atau ukuran keluarga juga
mempengaruhi pola konsumsi. Hasil Survei Biaya Hidup (SBH)
tahun 1989 membuktikan bahwa semakin besar jumlah anggota
keluarga semakin besar proporsi pengeluaran keluarga untuk
makanan dari pada untuk bukan makanan. Ini berarti semakin kecil
jumlah anggota keluarga, semakin kecil pula bagian pendapatan
untuk kebutuhan makanan. Selebihnya, keluarga akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
mengalokasikan sisa pendapatannya untuk konsumsi bukan
makanan. Dengan demikian, keluarga dengan jumlah anggota
sedikit relatif lebih sejahtera dari keluarga dengan jumlah anggota
besar (Sumarwan, 2003).
f. Pendidikan
Pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja langsung
dengan pelaksanaan tugas, akan tetapi juga landasan untuk
mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua
sarana yang ada di sekitar kita untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi produktivitas
kerja. Hubungan pendidikan dengan produktivitas kerja dapat
tercermin dalam tingkat penghasilan. Pendidikan yang lebih tinggi
mengakibatkan produktivitas kerja yang lebih tinggi dan oleh sebab
itu memungkinkan penghasilan yang lebih tinggi juga
(Simanjuntak, 1985).
g. Cuti Haid, Hamil, Melahirkan dan Menyusui
Faktor yang membedakan antara tenaga kerja wanita dengan
tenaga kerja pria adalah bahwa tenaga kerja wanita memiliki hak
untuk cuti haid, hamil, melahirkan, dan menyusui. Sebab pada
dasarnya wanita memiliki kodrat untuk mengalami menstruasi,
hamil, melahirkan anak dan menyusui. Di Indonesia terdapat
Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 yang
memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja untuk menjamin
hak-hak dasar pekerja, dan menjamin kesamaan kesempatan serta
perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan
kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap
memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha
(Yusticia, 2012).
Dikutip dari Luhulima (2007), perlindungan terhadap tenaga
kerja wanita khususnya diatur dalam pasal 81-83, mengenai hak-
hak tentang cuti haid, hamil, melahirkan, dan menyusui.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pasal 81 : Pekerja perempuan dalam masa haid, merasa sakit dan
melapor pada pengusaha, TIDAK WAJIB bekerja pada hari 1 dan 2
pada waktu haid.
Pasal 82 :
1) Pekerja wanita berhak atas istirahat selama 1,5 bulan sebelum
melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan
dokter atau bidan
2) Pekerja wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak
memperoleh istirahat 1,5 bulan atau sesuai dengan surat keterangan
dokter kandungan atau bidan
Pasal 83 : Pekerja wanita yang anaknya masih menyusui berhak
atas kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu
harus dilakukan selama waktu kerja.
6. Usaha Jamur Kuping
Potensi bisnis jamur konsumsi saat ini cukup tinggi. Selain
budidaya jamur tiram dan jamur merang yang mendatangkan
keuntungan besar, jenis jamur yang cukup banyak dibudidayakan para
petani adalah jamur kuping. Harga jamur kuping dipasaran bisa lebih
mahal dibandingkan jamur tiram serta jamur merang. Budidaya jamur
kuping sangat cocok untuk dikembangkan menjadi peluang usaha
skala rumah tangga. Target pasar dari jamur kuping adalah konsumen
rumah tangga atau pelaku bisnis kuliner yang memanfaatkan jamur
kuping sebagai bahan utamanya. Saat ini konsumsi jamur kuping di
kalangan masyarakat memang cukup tinggi, bahkan untuk memenuhi
pasar ekspor para petani mulai menawarkan jamur kuping kering
sebagai alternatifnya. Strategi ini sengaja dilakukan para petani agar
jamur kuping bisa bertahan lebih lama, yaitu kurang lebih selama 1
tahun. Jadi selama proses pengiriman berlangsung, kualitas jamur
kuping tidak menurun. Kondisi ini cukup menguntungkan para petani
jamur kuping, sehingga harga jamur kuping bisa laku mahal di
pasaran, yaitu berkisar Rp 55.000,00 per kilogram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pemanenan jamur kuping pada waktu yang kurang tepat
sering kali merugikan para petani. Idealnya waktu panen jamur kuping
yang paling tepat ketika jamur berumur 3-4 minggu, dengan berat
sekitar 65 gram. Bila proses pemanenan terlambat, maka kualitas
jamur kuping yang dihasilkan juga akan menurun sehingga harga
jualnya juga ikut turun. Disamping itu keterlambatan dalam proses
pemanenan juga akan menurunkan kemampuan tumbuh jamur
generasi berikutnya. Jadi sebisa mungkin perhatikan waktu
pemanenan dengan baik, agar resiko kerugian bisa dihindarkan.
Dalam berbisnis jamur kuping yang terpenting adalah menekuni cara
budidaya jamur dengan penuh ketelitian, dan melakukan pemanenan
tepat pada waktunya. Selanjutnya dapat mengembangkan hasil panen
jamur yang didapatkan menjadi beragam produk komoditas yang
memiliki harga jual cukup tinggi (Febrian, 2012).
Jamur kuping (Auricularia auricula) merupakan salah satu
jamur kayu yang dapat dimakan dan cukup dikenal di Indonesia.
Jamur kuping sebagai salah satu jamur kayu mengandung mineral
lebih tinggi daripada daging sapi, daging kambing, dan sayur-sayuran
lain. Di samping itu, jamur kuping tidak mengandung kolesterol.
Sedangkan khasiat jamur untuk kesehatan bagi manusia, yakni
mencegah penyakit darah tinggi, menurunkan kolesterol darah,
menambah vitalitas dan daya tahan tubuh, mencegah tumor atau
kanker, karena mengandung senyawa lentinon dan retiran
(Chang et al., 1993).
Klasifikasi jamur kuping adalah sebagai berikut.
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycotina
Kelas : Heteobasidiomycetes
Ordo : Auriculariales
Filum : Auriculariaceae
Genus : Auricularia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Spesies : Auricularia auricula
Jamur kuping dapat ditanam di daerah beriklim dingin
sampai panas dan dapat hidup pada rentang suhu yang cukup panjang,
yaitu antara 12-35°C, tetapi suhu optimum untuk pertumbuhannya
adalah antara 20-30°C. Kelembaban ideal yang dibutuhkan oleh jamur
kuping berkisar 80-90%. Selain suhu dan kelembaban, pada budidaya
jamur kuping perlu memperhatikan intensitas cahaya dan sirkulasi
udara. Pada prinsipnya pertumbuhan jamur kuping tidak
membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi, karena cahaya hanya
bersifat sebagai pendorong pembentukan primordia jamur dan
perkembangan badan buah saja, sehingga pembuatan bedengan atau
rak jamur diusahakan jangan terkena cahaya matahari secara langsung.
Jamur kuping juga membutuhkan sirkulasi udara segar untuk
pertumbuhannya sehingga bedeng perlu diberi ventilasi agar aliran
udara dapat berjalan dengan baik (Subowo et al., 1993).
Untuk kebutuhan ekspor, jamur kuping harus memenuhi
syarat mutu, yaitu tidak terlalu keriting, berwarna coklat seperti
beludru dan dibelakangnya agak keputih-putihan, serta tidak begitu
lebar dan tebal. Budidaya jamur yang baik melibatkan beberapa faktor
yang perlu mendapat perhatian secara seksama, di antaranya ialah
bibit jamur. Meskipun semua faktor dalam kegiatan budidaya jamur
telah terpenuhi, tetapi jika bibit jamur yang digunakan berkualitas
kurang baik, maka produksi jamur yang diperoleh tidak akan
memuaskan, oleh karena itu bibit jamur dapat dikatakan merupakan
faktor kunci dalam budidaya jamur (Irawati et al., 1999).
Potensi bisnis budidaya jamur konsumsi tidak ada matinya
dan prospeknyapun sangat bagus baik itu budidaya jamur kuping atau
jamur-jamur lainnya seperti budidaya jamur tiram putih ataubudidaya
jamur merang. Jamur kuping (Auricularia auricula) memiliki bentuk
tubuh yang melebar seperti bentuk daun telinga manusia, karena itulah
jamur yang masuk dalam kelompok jelly fungi ini diberi nama jamur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
kuping oleh masyarakat luas, kata “kuping” diambil dari Bahasa Jawa
yang memiliki arti daun telinga. Jamur kuping sangat baik untuk di
konsumsi sebab banyak mengandung nutrisi, lemak, dan vitamin yang
manfaatnya sangat baik untuk kesehatan tubuh. Jamur kuping dapat di
olah dengan bebagai masakan yang lezat dan nikmat sesuai dengan
selera. Disamping itu jamur kuping hitam juga bermanfaat untuk obat
sakit jantung, menurunkan kolesterol, juga sebagai anti-pendarahan.
Jamur kuping ada yang dipasarkan dalam bentuk masih segar atau
kering namun keduanya sangat laku keras dipasaran. Potensi inilah
yang mendorong sebagian besar masyarakat untuk mulai tertarik
menekuni bisnis budidaya jamur kuping sebagai alternatif peluang
usaha yang cukup menjanjikan (Arif, 2012).
Aspek budidaya merupakan bagian yang sangat penting
dalam agribisnis jamur kuping. Aspek budidaya ini berkaitan erat
dengan kualitas dan kuantitas hasil produksi jamur kuping. Menurut
Suriawiria (1986), faktor-faktor dasar yang harus diperhatikan dalam
budidaya jamur kuping adalah sebagai berikut :
a. Sanitasi dan keberhasilan lingkungan dari lokasi tempat penanaman
berada. Hal ini diharapkan untuk menghindari terjadinya
kontaminasi dengan jenis-jenis jamur lain yang tidak diharapkan
kehadirannya.
b. Ruangan tempat penanaman dan pemeliharaan jamur. Ruang
tempat penanaman dan pemeliharaan jamur kuping harus
dilengkapi dengan alat pengatur suhu, kelembaban dan cahaya, atau
dirancang bangunan khusus agar suhu, kelembaban dan cahaya
didalam ruangan dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan jamur kuping.
c. Bahan baku dan bahan-bahan tambahan untuk pembuatan substrat.
d. Kualitas benih. Kualitas benih yang baik akan meningkatkan
kuantitas dan kualitas hasil panen yang diperoleh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
e. Pemeliharaan. Pemeliharaan jamur kuping menyangkut
penyiraman, pengaturan temperatur dan kelembaban ruangan,serta
pemberantasan hama (umumnya serangga) dan penyebab penyakit
(bakteri pembusuk).
C. Kerangka Berfikir
Produktivitas dapat diartikan sebagai hubungan antara hasil
nyata maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya. Ukuran
produktivitas berkaitan dengan tenaga kerja yang dapat dihitung
dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-
jam kerja orang. Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki
produktivitas yang tinggi apabila dapat memproduksi output atau
keluaran yang maksimal dengan menggunakan sumber daya manusia
secara efisien, serta dapat menjaga kualitas produk yang tinggi.
Faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja
menurut Gomes (1997) salah satunya adalah kemampuan (abilities).
Menurut Sinungan (2002), antara lain curahan tenaga kerja, tingkat
upah, umur, pendidikan, dan pengalaman kerja.
Dahlan (2009) menyebutkan ada 7 faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja, yaitu kemampuan, situasi
dan keadaan lingkungan, motivasi, upah atau gaji, tingkat pendidikan,
perjanjian kerja dan penerapan teknologi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja wanita dari gabungan
beberapa sumber antara lain curahan waktu tenaga kerja, umur, upah,
pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan,
serta cuti haid, hamil, melahirkan dan menyusui.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tersebut
dikelompokkan menjadi 4, yaitu : karakteristik individu, faktor
eksternal, faktor motivasi dan faktor penunjang. Adapun parameter
dari produktivitas tenaga kerja meliputi efisiensi, efektivitas dan
kinerja atau kemampuan kerja. Dari faktor-faktor tersebut akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
diketahui faktor mana saja yang signifikan terhadap produktivitas
tenaga kerja wanita, yakni dengan analisis pengukuran produktivitas
tenaga kerja wanita dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas tenaga kerja wanita dengan regresi linier berganda.
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu : diduga faktor
karakteristik individu meliputi umur, tingkat pendidikan, masa kerja,
jumlah tanggungan keluarga, pendapatan rumah tangga dan kemampuan
membuat baglog jamur kuping. Faktor eksternal meliputi upah/gaji,
keadaan lingkungan dan cuti haid, hamil, melahirkan dan menyusui.
Faktor motivasi meliputi motivasi kerja. Serta faktor penunjang meliputi
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir
Faktor Eksternal (X2) : X2.1 Upah/gaji X2.2 Keadaan lingkungan X2.3 Cuti haid, hamil,
melahirkan, dan menyusui
Faktor Penunjang (X4) : X4.1 Perjanjian kerja X4.2 Penerapan teknologi
Produktivitas Tenaga Kerja Wanita (Y) : - Efisiensi
- Efektivitas
- Kinerja
Faktor Motivasi (X3): X3.1 Motivasi Kerja
Karakteristik Individu (X1) : X1.1 Umur X1.2 Tingkat pendidikan X1.3 Masa kerja X1.4 Jumlah tanggungan
keluarga X1.5 Pendapatan rumah tangga X1.6 Kemampuan membuat
baglog jamur kuping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
perjanjian kerja dan penerapan teknologi. Keempat faktor tersebut
berpengaruh nyata secara individu maupun bersama-sama terhadap
produktivitas tenaga kerja wanita pada usaha pembuatan baglog jamur
kuping di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Produktivitas tenaga kerja wanita adalah jumlah hasil produksi
baglog yang dihasilkan oleh tenaga kerja wanita. Diukur dengan 3
parameter, yaitu :
a. Efisiensi : berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan
realisasi penggunaan atau bagaimana pekerjaan tersebut
dilaksanakan. Diukur dengan memberikan beberapa pernyataan
mengenai kesesuaian jumlah baglog yang dihasilkan dalam satu
hari kerja dengan jumlah target yang ditetapkan (sesuai/cukup
sesuai/tidak sesuai).
b. Efektivitas : mengarah pada pencapaian target yang berkaitan
dengan kualitas, kuantitas, dan waktu. Diukur dengan
memberikan beberapa pernyataan mengenai upaya yang
dilakukan untuk mencapai target yang ditetapkan (sangat
setuju/setuju/tidak setuju).
c. Kinerja : catatan perolehan yang dihasilkan dari fungsi suatu
pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode pekerjaan
tertentu. Kinerja dari tenaga kerja yang tinggi akan mampu
membawa perusahaan pada keberhasilannya. Diukur dengan
memberikan beberapa pernyataan mengenai kesesuaian kriteria
hasil kerja (baglog) dengan tujuan yang ditetapkan (sesuai/cukup
sesuai/tidak sesuai).
Pengukuran produktivitas yaitu dari hasil penjumlahan efisiensi,
efektivitas dan kinerja, kemudian digolongkan menjadi 3, yaitu :
produktivitas rendah, sedang dan tinggi dengan sistem kuartil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Masa kerja tenaga kerja wanita adalah periode tenaga kerja wanita
sejak pertama kali bekerja pada usaha pembuatan baglog jamur
kuping di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo sampai tahun
data yang digunakan dalam analisis. Diukur dari lamanya tenaga
kerja wanita bekerja di usaha jamur kuping tersebut (tahun).
3. Umur tenaga kerja wanita adalah usia tenaga kerja wanita dihitung
sejak lahir sampai tahun data yang digunakan dalam analisis (tahun).
4. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang
belum mempunyai pendapatan sendiri dan masih menjadi
tanggungan orang tuanya (orang).
5. Pendapatan rumah tangga adalah keseluruhan pendapatan dalam
rumah tangganya (Rupiah/bulan).
6. Pendapatan tenaga kerja (upah) adalah imbalan yang diperoleh
tenaga kerja wanita atas jasa membuat baglog selama satu minggu
(Rupiah/minggu)
7. Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan formal yang pernah
di tempuh tenaga kerja wanita (tahun).
8. Kemampuan adalah kecakapan yang dimiliki tenaga kerja wanita
berdasarkan pengetahuan, lingkungan kerja yang menyenangkan
akan menambah kemampuan tenaga kerja dalam membuat baglog
jamur kuping. Diukur dengan mengamati cara kerja dan kerapian
hasil baglog jamur kuping (sesuai/cukup sesuai/tidak sesuai).
9. Keadaan lingkungan meliputi fasilitas dan keadaan dimana semua
tenaga kerja wanita dapat bekerja dengan nyaman. Diukur dengan
mengamati fasilitas di tempat kerja berupa tempat duduk, masker,
dan celemek serta mengamati keadaan di sekitar tempat kerja apakah
sepi/tenang atau ramai (ya/tidak).
10. Motivasi adalah gerakan/dorongan bagi tenaga kerja wanita untuk
memenuhi suatu kebutuhan dan untuk mencapai suatu tujuan yaitu
meningkatkan produktivitas perusahaan. Diukur dengan memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
beberapa pernyataan kepada tenaga kerja wanita (sangat
setuju/setuju/ragu-ragu/tidak setuju).
11. Perjanjian kerja adalah alat yang menjamin hak dan kewajiban
tenaga kerja wanita. Diukur dengan memberikan beberapa
pernyataan mengenai perjanjian kerja antara pemilik dengan tenaga
kerja wanitanya (sesuai/cukup sesuai/tidak sesuai).
12. Penerapan teknologi adalah bagaimana teknologi yang telah
diterapkan dalam usaha pembuatan baglog jamur kuping. Diukur
dengan mengamati teknologi berupa alat, bahan, maupun cara yang
terdapat di usaha jamur kuping (ya/tidak).
13. Cuti haid, hamil, melahirkan dan menyusui. Haid, hamil, melahirkan
dan menyusui merupakan kodrat bagi wanita yang dapat
menghambat wanita untuk bekerja, sehingga wanita berhak
memperoleh cuti kerja (istirahat) pada saat haid, hamil, melahirkan,
dan menyusui. Diukur dengan menghitung lamanya waktu yang
diberikan untuk cuti kerja (ya/tidak).
F. Asumsi
1. Proses produksi selama penelitian berlangsung normal.
2. Teknologi dan sarana produksi yang digunakan didasarkan pada
kondisi saat penelitian berlangsung.
3. Variabel-variabel yang tidak diamati dianggap konstan/diabaikan.
4. Kemampuan tenaga kerja wanita mencerminkan kesehatan dan
keterampilan.
G. Pembatasan Masalah
1. Responden dalam penelitian ini adalah tenaga kerja wanita yang
bekerja pada usaha pembuatan baglog jamur kuping di Kecamatan
Polokarto Kabupaten Sukoharjo.
2. Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini adalah yaitu umur,
tingkat pendidikan, masa kerja, jumlah tanggungan keluarga,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pendapatan rumah tangga, cuti haid, hamil, melahirkan dan menyusui,
kemampuan, upah/gaji, keadaan lingkungan, motivasi, perjanjian kerja
dan penerapan teknologi.
3. Pengambilan data dilaksanakan di usaha pembuatan baglog jamur
kuping di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo dalam 2
minggu hari kerja.