analisis penerapan sistem sentralisasi pengelolaan
TRANSCRIPT
Analisis Penerapan Sistem Sentralisasi Pengelolaan Keuangan
di Universitas Indonesia
Ma’rifatul Amalia, Emil Bachtiar
1. Department Accounting, Faculty of Economics, Universitas Indonesia.
2. Department Accounting, Faculty of Economics, Universitas Indonesia.
E-mail: [email protected]
Abstrak
Skripsi ini membahas tentang faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan dalam penerapan sistem sentralisasi pengelolaan keuangan di Universitas Indonesia, dengan studi kasus di Fakultas Ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan wawancara mendalam. Hasil analisis menyimpulkan bahwa terdapat empat faktor penyebab permasalahan dalam penerapan sistem sentralisasi pengelolaan keuangan di UI, yakni: aspek ketepatan konsep sentralisasi, aspek proses desain sistem, aspek metode implementasi sistem, dan aspek dokumentasi prosedur pelaksanaan. Adapun faktor penyebab permasalahan dalam penerapan sistem sentralisasi pengelolaan keuangan di FE ada tiga, yakni: aspek dasar hukum pelaksanaan sentralisasi, aspek proses desain sistem, dan aspek dokumentasi prosedur pelaksanaan. Sistem sentralisasi pengelolaan keuangan di UI sebaiknya dilanjutkan dengan penyempurnaan-penyempurnaan sehingga tetap mampu menjamin efektivitas sistem dan menjaga kelancaran dana.
Kata kunci:
Sistem; sentralisasi; keuangan
Abstract
The purpose of the study is to describe factors which caused problems in implementation of financial centralization in Universitas Indonesia, and the case study in Faculty of Economics. This research uses qualitative analysis and in-depth interview to collect the data. The conclusion is there are four factors that caused problems in implementation of financial centralization in UI, such as: rightness of centralization concept, aspect of system design process, aspect of system implementation method, and aspect of procedures documentation. There are also three factors caused problems in implementation of financial centralization in FE, such as: legal aspect of the system, aspect of system design process, and aspect of procedures documentation. Financial centralization system in UI should be continued with some evaluation and improvement.
Key words:
System; centralization; financial
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Pendahuluan
Sebelum tahun 2007, pengelolaan keuangan di Universitas Indonesia (UI) dilaksanakan
oleh masing-masing fakultas dan unit kerja. Akuntabilitas fakultas dan program studi pun
sangat rendah. Bahkan sebelum tahun 2008, UI tidak pernah diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) karena tidak memungkinkan untuk melakukan audit terhadap 12 fakultas dan
satu program pascasarjana karena masing-masing memiliki proses bisnis yang berbeda
sehingga akan membutuhkan biaya yang tinggi untuk melaksanakan audit di setiap unit kerja.
Oleh karena itu, UI mulai menginisiasi penerapan sentralisasi pengelolaan keuangan.
Pemikiran tersebut juga muncul seiring dengan keinginan untuk menyelesaikan permasalahan
Sumber Daya Manusia (SDM) dan melaksanakan integrasi SDM di lingkungan UI.
Sentralisasi atau integrasi pengelolaan keuangan dipandang mampu mendukung proses
integrasi SDM.
Secara resmi, kebijakan sentralisasi pengelolaan keuangan termaktub dalam poin Sistem
Manajemen Keuangan dalam Keputusan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia Nomor
005/SK/MWA-UI/2007 tentang Kebijakan Umum Arah Pengembangan Universitas Indonesia
2007-2012. Mengenai pengelolaan keuangan terpusat pun telah disinggung sebelumnya dalam
Keputusan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia Nomor 007/SK/MWA-UI/2006
tentang Kebijakan Ketenagakerjaan Universitas Indonesia.
Dalam SWOT analysis mengenai Sistem Manajemen Keuangan dalam Keputusan
Rektor Universitas Indonesia Nomor 0958/SK/R/UI/2013 tentang Penetapan Renstra 2012-
2017 Universitas Indonesia, diakui bahwa proses pembayaran kegiatan yang masih lama dan
panjang merupakan suatu kelemahan yang harus diatasi oleh pihak manajemen UI. Pada awal
diterapkannya sentralisasi keuangan ada keluhan dari program studi bahwa proses pencairan
dana membutuhkan waktu yang lebih lama, juga sering terdapat kasus pengembalian
dokumen yang berakibat pada lamanya waktu pencairan dana.
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Berdasarkan uraian latar belakang, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut: Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan dalam penerapan
sistem sentralisasi pengelolaan keuangan di Universitas Indonesia?
Adapun tujuan penelitian ini adalah memetakan dan menganalisis faktor-faktor
penyebab munculnya permasalahan dalam penerapan sistem sentralisasi pengelolaan
keuangan di Universitas Indonesia.
Tinjauan Teoritis
Konsep Sentralisasi dan Desentralisasi
Ada dua kondisi ekstrem yang mungkin terjadi dalam sebuah organisasi: semua
keputusan dalam organisasi dibuat oleh satu orang atau top manager, semua keputusan
diambil oleh semua anggota. Resentralisasi dilakukan ketika pertumbuhan dan ekstensifikasi
desentralisasi membuat top manager merasa kehilangan kontrol atau ketika mengalami masa-
masa sulit (Koontz, O’Donnell, & Weihrich, 1982).
Desentralisasi menurut Megginson, Mosley, dan Pietri (1986) ialah penyebaran
kekuatan dan pengambilan keputusan kepada lower-level manager dalam organisasi. Definisi
ini diperkuat oleh Hodgetts (1981) bahwa desentralisasi adalah sistem dari manajemen yakni
pengambilan keputusan dilaksanakan oleh tingkatan yang lebih bawah dalam hirarkhi.
Adapun berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat desentralisasi.
1. Biaya
Keputusan yang menyangkut jumlah uang yang banyak biasanya diserahkan kepada
tingkat manajerial yang lebih tinggi (Hodgetts, 1981).
2. Ukuran dan usia
Semakin besar organisasi atau perusahaan biasanya akan terjadi desentralisasi
(Hodgetts, 1981). Hal tersebut diperkuat juga oleh Koontz, O’Donnell, Weihrich
(1982) bahwa semakin besar organisasi, semakin banyak keputusan yang harus
diambil, semakin banyak lokasi untuk membuat keputusan tersebut, maka
koordinasi semakin sulit.
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
3. Filosofi dari top management
Keputusan mengenai penerapan sentralisasi atau desentralisasi biasanya
menyesuaikan dengan keinginan pimpinan pusat (Hodgetts, 1981).
4. Filosofi personalia
Ketika karyawan dan subordinat menginginkan otoritas, perusahaan akan cenderung
menerapkan desentralisasi (Hodgetts, 1981).
5. Area fungsional
Area tersebut sesuai dengan fungsional divisi masing-masing perusahaan (Hodgetts,
1981).
6. Sejarah perkembangan organisasi
Pertumbuhan yang didorong oleh faktor internal cenderung membentuk sistem
sentralisasi. Sedangkan pertumbuhan oleh faktor eksternal seperti merger dan
akuisisi akan cenderung membentuk sistem desentralisasi (Megginson, Mosley, &
Pietri, 1986), disampaikan juga oleh Koontz, O’Donnell, dan Weihrich (1982).
7. Persebaran geografis organisasi
Persebaran unit organisasi yang luas akan mendorong desentralisasi (Megginson,
Mosley, & Pietri, 1986).
8. Ketersediaan kontrol yang efektif
Menurut Megginson, Mosley, dan Pietri (1986), ketidakmampuan melakukan
kontrol yang efektif akan mendorong sentralisasi.
9. Kualitas dan ketersediaan manajer
Organisasi atau perusahaan dengan keterbatasan sumber daya manajer berkualitas
akan cenderung mengarahkan pengambilan keputusan pada top management karena
desentralisasi membutuhkan banyak manajer berkualitas (Megginson, Mosley, &
Pietri, 1986) sebagai penerima otoritas. Kunci dalam penerapan desentralisasi ialah
mengadakan pelatihan untuk manajer (Koontz, O’Donnell, & Weihrich, 1982).
10. Keragaman produk barang atau jasa yang ditawarkan
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Semakin beragam produk yang ditawarkan maka akan mendorong desentralisasi,
begitu pula sebaliknya (Megginson, Mosley, & Pietri, 1986).
11. Kompleksitas dan dinamika bisnis
Diversifikasi produk akan membuat manajemen mendelegasikan lebih banyak
otoritas kepada spesialis atau subordinat (Holt, 1990). Pada bisnis yang sudah well-
established dengan pergerakan yang lambat, umumnya memiliki tendensi untuk
sentralisasi otoritas (Koontz, O’Donnell, & Weihrich, 1982).
12. Kebutuhan untuk beradaptasi dan berinovasi
13. Tujuan akan kesatuan bentuk dari kebijakan
Salah satu faktor yang membuat orang menyukai sentralisasi ialah keinginan untuk
mendapatkan kebijakan yang sama atau uniform (Koontz, O’Donnell, & Weihrich,
1982).
14. Keinginan untuk independen (Koontz, O’Donnell, & Weihrich, 1982).
15. Pengaruh lingkungan (Koontz, O’Donnell, & Weihrich, 1982).
Implementasi Sistem dan Manajemen Perubahan
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam mendesain sistem (Terry & Stallard, 1980).
1. Administrative tasks: menentukan tujuan, mendesain tanggung jawab dan kebijakan,
mendefinisikan constraints dari sistem, untuk menentukan ruang lingkup dan
kemungkinan keterbatasan sistem
2. Bases of system: mengumpulkan fakta, mengelola fakta, mengevaluasi fakta,
menentukan premis atau asumsi sistem
3. Design of system: mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang bervariasi,
menyelidiki trade-offs, memutuskan derajat mekanisasi, menghitung preferensi
personel
4. Evaluate the system: review keseluruhan rancangan, mengecek kebutuhan
perusahaan dan manajer, menyetujui sistem yang diajukan.
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Romney dan Steinbart (2012) menyebutkan bahwa implementasi sistem adalah proses
meng-install hardware dan software dan membuat SIA berjalan, meliputi perencanaan
implementasi dan persiapan tempat, memilih dan melatih personel, menyempurnakan
dokumentasi, menguji sistem.
Shelly, Cashman, dan Adamski (1991) menjelaskan empat metode implementasi
perubahan sistem sebagai berikut.
1. Direct cutover
Melalui metode direct cutover, perubahan dari sistem lama ke sistem baru terjadi
secara instan, yakni ketika sistem baru dioperasikan maka sistem lama akan
dihentikan. Romney dan Steinbart (2012) menyebut metode ini sebagai direct
conversion, sesuai diterapkan apabila sistem lama dan sistem baru sangat berbeda.
2. Parallel operation
Metode parallel operation memungkinkan baik sistem lama maupun sistem baru
dioperasikan secara penuh dalam sebuah periode. Parallel operation juga tidak
sesuai ketika sistem lama dan sistem baru tidak bersesuaian atau incompatible.
3. Pilot operation
Dengan metode pilot operation yang disebut juga semiparallel operation, tahap
pertama sistem baru diimplementasikan hanya untuk satu bagian saja dari
perusahaan atau organisasi. Implementasi metode membutuhkan waktu konversi
yang lama (Romney & Steinbart, 2012).
4. Phased changeover
Pada metode phased changeover, sistem baru diimplementasikan dalam satu per
satu bagian atau modular atau dari subsistem satu ke subsistem yang lain.
Menurut Murdick, Ross, dan Claggett (1987), akhir dari mendesain proyek secara detail
adalah menghasilkan dokumen yang menjelaskan sistem, operasional, dan design
justification. Dokumentasi terdiri atas komponen-komponen berikut: rangkuman flowchart,
flowchart detail, kertas aktivitas operasional, spesifikasi database dan master file, hardware
komputer yang dibutuhkan, software (program), personel yang dibutuhkan, dari segi jenis
keterampilan dan kedisiplinan, spesifikasi kinerja akhir, biaya instalasi dan implementasi
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
sistem, biaya operasional sistem setiap unit waktu, program untuk modifikasi atau mengakhiri
sistem, laporan yang dapat dibaca secara cepat oleh top management.
Dua pendekatan dalam perubahan menurut Holt (1990), didukung oleh Ryan, Williams,
Charles, dan Waterhouse (2008).
1. Top-down change: pendekatan tradisional dalam perubahan yakni ketika
superordinat mengarahkan bagaimana perubahan dalam organisasi akan terjadi.
2. Bottom-up change: lingkungan terbuka untuk perubahan yang mendorong karyawan
untuk mengambil tindakan independen, dan menginisiasi atau merekomendasikan
adaptasi organisasi.
Sistem Sentralisasi Pengelolaan Keuangan
Profil Universitas Indonesia
Dalam buku Tahun Emas Universitas Indonesia, Jilid I. Dari Balai ke Universitas
(2000), dijelaskan mengenai sejarah Universitas Indonesia secara rinci. Cikal-bakal
Universitas Indonesia ialah sebuah sekolah bernama Dokterdjawaschool (Sekolah Dokter
Jawa) yang berdiri pada tahun 1849. Sejak saat itu, berdiri sekolah-sekolah tinggi atau
lembaga-lembaga pendidikan yang merupakan awal pertumbuhan fakultas-fakultas di
Universitas Indonesia: Opleidingsschool voor Inlandsche Rechtskundigen di Batavia hingga
menjadi Fakulteit Hukum dan Pengetahuan Masjarakat di Jakarta, Technische Hoogeschool
di Bandoeng hingga menjadi Fakulteit Ilmu Pengetahuan Teknik di Bandung, Faculteit der
Letteren en Wijsbegeerte di Batavia menjadi Fakulteit Sastra dan Filsafat di Jakarta,
Faculteit van Landbouwwetenschap di Buitenzorg menjadi Fakulteit Pertanian di Bogor,
Faculteit der Exacte Wetenschap di Bandoeng menjadi Fakulteit Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di
Bandung, Faculteit der Diergeneeskunde di Buitenzorg menjadi Fakulteit Kedokteran Hewan
di Bogor, Faculteit der Economische Wetenschap di Makassar menjadi Fakulteit Ekonomi di
Makassar, Faculteit der Geneeskunde di Soerabaja menjadi Fakulteit Kedokteran di
Surabaya.
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Mulai tahun 1987, Universitas Indonesia (UI) memindahkan sebagian besar aktivitasnya
ke kawasan Depok (LAKIP UI, 2012). Hingga tahun 2014, UI terdiri atas tiga belas fakultas
dan satu program: Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Teknik, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas
Psikologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Pascasarjana, Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas
Ilmu Keperawatan, Fakultas Farmasi, dan Program Vokasi. Melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 152 Tahun 2000 tentang Penetapan Universitas Indonesia sebagai Badan Hukum
Milik Negara, maka UI mendapatkan otonomi dalam pengelolaan universitas.
Selanjutnya, status UI sebagai PTP BLU ditetapkan berdasarkan PP No. 66 Tahun 2010
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan yakni ketujuh PT BHMN ditetapkan secara penuh menjadi PTP
BLU setelah tiga tahun PP tersebut disahkan. Jangka waktu tiga tahun antara tahun 2010
hingga 2013 ditetapkan sebagai masa transisi untuk melaksanakan perubahan sesuai dengan
ketentuan yang baru. Selama masa transisi tersebut, peraturan PP Nomor 152 Tahun 2000
tentang Penetapan Universitas Indonesia sebagai Badan Hukum Milik Negara masih dapat
berlaku sepanjang dimaknai sebagai penyelenggaraan pendidikan dan tidak bertentangan
dengan PP Nomor 66 Tahun 2010 (LAKIP UI, 2012).
Dalam Pasal 2 Ayat (1) PP 68 Tahun 2013 tentang Statuta Universitas Indonesia,
disebutkan bahwa visi UI ialah sebagai berikut.
UI memiliki visi untuk menjadi pusat ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan
yang unggul dan berdaya saing, melalui upaya mencerdaskan kehidupan bangsa untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga berkontribusi bagi pembangunan
masyarakat Indonesia dan dunia.
Pasal 2 Ayat (2), Statuta UI juga menjabarkan misi UI sebagai berikut.
UI memiliki misi:
a. menyediakan akses yang luas dan adil, serta pendidikan dan pengajaran yang
berkualitas;
b. menyelenggarakan kegiatan Tridharma yang bermutu dan relevan dengan
tantangan nasional serta global;
c. menciptakan lulusan yang berintelektualitas tinggi, berbudi pekerti luhur, dan
mampu bersaing secara global; dan
d. menciptakan iklim akademik yang mampu mendukung perwujudan visi UI.
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Profil Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) secara resmi dibuka pada 18
September 1950 dan memiliki dua lokasi kampus utama: Kampus Widjojo Nitisastro di
Depok dan Kampus Sumitro Djojohadikusumo di Salemba. Visi yang ingin dicapai oleh
FEUI ialah “Terwujudnya knowledge society FEUI yang berwawasan internasional, peka
terhadap kebutuhan bangsa, serta mengedepankan prinsip good governance”. Sedangkan misi
FEUI adalah “Menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam ilmu ekonomi, manajemen, dan
akuntansi yang berwawasan internasional serta berbasis riset untuk meningkatkan taraf dan
kualitas kehidupan masyarakat Indonesia dengan memfasilitasi pengembangan segenap
potensi sivitas akademika”.
Sistem Sentralisasi Pengelolaan Keuangan di Universitas Indonesia
Sistem Pengelolaan Keuangan Sebelum Sentralisasi
Sentralisasi pengelolaan keuangan mulai berlaku secara efektif tahun 2009. Namun
sekitar tahun 2007, FEUI telah melaksanakan integrasi program studi kepada fakultas.
Sebelum tahun 2009, sistem pengelolaan keuangan yang digunakan adalah desentralisasi
karena setiap unit kerja dan program studi memiliki kewenangan yang bebas untuk mengelola
keuangan mereka. Dari 100% dana yang masuk ke UI, sebanyak 20% digunakan untuk UI
dan 80% diberikan langsung ke fakultas, kemudian fakultas mengalokasikan kepada program
studi atau unit kerja, sedangkan selisih sebesar 10% digunakan oleh fakultas untuk membiayai
operasional fakultas. Dana kerjasama dan sponsorship langsung masuk dan dikelola oleh
program studi. Setiap program studi memiliki kewenangan untuk membuat dan mengelola
rekening, sehingga kondisi saat itu banyak rekening yang menyebar di seluruh UI. Akibatnya,
UI tidak dapat mengontrol pengelolaan keuangan dan UI sulit mendapatkan data keuangan
fakultas yang akurat dan tepat waktu. Sebelum penerapan sistem sentralisasi, pelaksanaan
anggaran yang meliputi realisasi dan anggaran tidak dapat diketahui. Pencatatan akuntansi
pun dilaksanakan setelah realisasi transaksi dan terpusat di tingkat fakultas. Sedangkan
penertiban NPWP telah dilaksanakan sejak tahun 2005.
Sejarah dan Dasar Hukum Sentralisasi Pengelolaan Keuangan di Universitas Indonesia
1. Keputusan Majelis Wali Amanat (MWA) Nomor 007/SK/MWA-UI/2006 tentang
Kebijakan Ketenagakerjaan Universitas Indonesia.
2. Keputusan MWA UI Nomor 005/SK/MWA-UI/2007 tentang Kebijakan Umum Arah
Pengembangan Universitas Indonesia 2007-2012.
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
3. Keputusan Rektor Nomor 226A/SK/R/UI/2008 tentang Prosedur Integrasi
Pengelolaan Keuangan di Lingkungan Universitas Indonesia.
4. Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor 1091/SK/R/UI/2009 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Universitas Indonesia.
5. Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor 1403A/SK/R/UI/2012 tentang
Prosedur Operasional Baku Layanan Pusat Administrasi Universitas Indonesia.
Konsep Pelaksanaan Sentralisasi Pengelolaan Keuangan di Universitas Indonesia
Gambar 3.1 menggambarkan konsep pengelolaan keuangan sebelum sentralisasi dan
perbandingannya dengan konsep sesudah ntralisasi pengelolaan keuangan. Fakultas Ekonomi
telah melaksanakan integrasi keuangan pada tingkat fakultas sejak tahun 2007. Pengelolaan
keuangan oleh pihak UI dilaksanakan oleh Tim Asdir yang berperan sebagai bendahara
keuangan, mencairkan dana sesuai dengan RKAT setelah kelengkapan dokumen diberikan.
Dengan demikian, konsep one gate revenue dan multigate expenses policy sebenarnya telah
diterapkan sebelum sentralisasi.
Pusat Administrasi
(PA) UI
Fakultas
Program Studi
100% dana mahasiswa S1
75%-90% dana
dana***
Pusat Administrasi
(PA) UI
Fakultas
Program Studi (Unit Kerja)
100% dana (mahasiswa,hibah, kerjasama)
Dokumenpermintaanpembayaran
75%Dana***
Dokumenpermintaanpembayaran
dana****
Sebelum Sentralisasi * Sesudah Sentralisasi **
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Skema Pengelolaan Keuangan Sebelum dan Sesudah Sentralisasi Sumber: diolah sendiri
*Sebelum proses sentralisasi di UI efektif tahun 2009, terdapat fakultas yang telah melaksanakan sentralisasi keuangan ke
tingkat fakultas, misalnya FE (tahun 2007) dan FIB. Dana dari D3, S2, S3, dan ekstensi langsung dikelola oleh program studi
yang bersangkutan.
**Setelah penerapan sistem sentralisasi pengelolaan keuangan di UI, efektif bulan Oktober tahun 2009.
***Persentase hanya diperuntukkan bagi dana yang bersumber dari biaya pendidikan.
****Jumlah dana dari fakultas yang diberikan ke Program Studi disesuaikan dengan RKAT yang diajukan oleh masing-
masing departemen/program studi diberi kas operasional untuk membiayai kegiatan fakultas atau unit kerja yang
bersangkutan. Salah satu yang membedakan sistem sebelum dan sesudah sentralisasi ialah gaji karyawan. Sebelum
sentralisasi, gaji karyawan dibayar oleh program studi, sedangkan sesudah sentralisasi fakultas, gaji karyawan dibayar oleh
pihak fakultas sehingga alokasi dana fakultas yang diberikan ke program studi tidak termasuk peruntukan gaji.
Tahapan-tahapan Pelaksanaan Sentralisasi Pengelolaan Keuangan di UI
1. Sosialisasi oleh Rektor, dengan mengundang para Dekan.
2. Pertengahan tahun 2009, UI mulai meminta nama-nama karyawan fakultas yang
akan ditugaskan ke UI untuk mengelola keuangan fakultas.
3. Penataan rekening.
4. Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) atau Prosedur Operasional Baku
(POB).
Teknis Pelaksanaan Sentralisasi Pengelolaan Keuangan di Universitas Indonesia
Bentuk dari sistem sentralisasi pengelolaan keuangan di Universitas Indonesia (UI)
ialah one gate revenue policy dan multigates expenses policy. Kebijakan ini berarti seluruh
pendapatan yang diperoleh Satuan Kerja di lingkungan Universitas harus disetor ke rekening
Universitas Indonesia dan dibukukan sebagai pendapatan Universitas (Pasal 2 dalam SK
Rektor Nomor 1091/SK/R/UI/2009). Konsep multigates expenses menyatakan bahwa dana
penerimaan tersebut kemudian disebar lagi ke fakultas-fakultas atau satuan kerja sesuai
dengan Realisasi Implementasi Bulanan (RIB) yang diajukan tiap bulan oleh pihak fakultas
atau satuan kerja. Dokumen RIB merupakan rincian dari rencana anggaran yang telah
dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan (RKAT).
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Dalam SK Rektor Nomor 1091/SK/R/UI/2009 dijelaskan bahwa terdapat tiga jenis tata
cara pembayaran, yakni: Pembayaran Langsung (LS), Kas Operasional (KO), dan Uang Muka
Kegiatan (UMK). Masing-masing jenis pembayaran memiliki ketentuan umum dan prosedur
tersendiri.
Tabel berikut menyajikan perbandingan prosedur pencairan dana di tingkat UI
berdasarkan prosedur tahun 2009 dan 2012.
Tabel 1 Perkembangan Penerapan SOP Pencairan Dana di UI Tahun 2009 dan 2012
Nomor Jenis Prosedur Tahun 2009 Prosedur Tahun 2012
Umum Terdapat perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh tiap tahapan.
Tidak terdapat perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh tiap tahapan.
Spesifik Jenis Pembayaran
1 Pembayaran Langsung (LS) Pemeriksaan ketersediaan/kesesuaian mata anggaran/dana dilakukan oleh Asisten Direktur, Verifikator hanya memeriksa validitas, perhitungan, dan kelengkapan dokumen.
Pemeriksaan ketersediaan/kesesuaian mata anggaran dilakukan oleh Verifikator; Verifikator juga memeriksa kebenaran perhitungan dan kelengkapan dokumen.
Dokumen berupa fotokopi PP disimpan dulu ke dalam unpaid file sebelum terjadi proses pembayaran.
Tidak terdapat penyimpanan berupa unpaid file.
Tidak terdapat tahap pemeriksaan kesesuaian kode segmentasi sebelum input di oracle; pemeriksaan kode hanya dilakukan sebanyak satu kali.
Terdapat tahap pemeriksaan kesesuaian kode segmentasi sebelum input di oracle sehingga pemeriksaan kode dilakukan sebanyak dua kali.
Asdir menentukan dan menuliskan rekening bank untuk transaksi.
Asdir tidak menentukan dan menuliskan rekening bank untuk transaksi.
Dokumen arsip disimpan oleh Senior Akuntan ke dalam paid file setelah transaksi pembayaran dilakukan.
Dokumen arsip disimpan oleh Junior Akuntan.
Setelah tahap mencetak BBK oleh Kasir, prosedur selanjutnya tidak membutuhkan dokumen pendukung.
Prosedur masih membutuhkan dokumen dukti pendukung yang dipersyaratkan hingga akhir proses.
2 Kas Operasional (KO) Cek untuk pembayaran Cek untuk pembayaran
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Nomor Jenis Prosedur Tahun 2009 Prosedur Tahun 2012
diserahkan kepada PUM. diserahkan kepada Koor-PUM.
Tidak terdapat SIMKAS. Terdapat SIMKAS untuk mencatat transaksi pengeluaran ke dalam BPKO.
Pemeriksaan ketersediaan/kesesuaian mata anggaran/dana dilakukan oleh Asisten Direktur, Verifikator hanya memeriksa validitas, perhitungan, dan kelengkapan dokumen.
Pemeriksaan ketersediaan/kesesuaian mata anggaran dilakukan oleh Verifikator; Verifikator juga memeriksa kebenaran perhitungan dan kelengkapan dokumen.
Dokumen berupa fotokopi PP disimpan dulu ke dalam unpaid file sebelum terjadi proses pembayaran.
Tidak terdapat penyimpanan berupa unpaid file.
Tidak terdapat tahap pemeriksaan kesesuaian kode segmentasi sebelum input di oracle; pemeriksaan kode hanya dilakukan sebanyak satu kali.
Terdapat tahap pemeriksaan kesesuaian kode segmentasi sebelum input di oracle sehingga pemeriksaan kode dilakukan sebanyak dua kali.
Asdir menentukan dan menuliskan rekening bank untuk transaksi.
Asdir tidak menentukan dan menuliskan rekening bank untuk transaksi.
Dokumen arsip disimpan oleh Senior Akuntan ke dalam paid file setelah transaksi pembayaran dilakukan.
Dokumen arsip disimpan oleh Junior Akuntan.
3 Uang Muka Kegiatan (UMK)
Cek untuk pembayaran diserahkan kepada PUM.
Cek untuk pembayaran diserahkan kepada Koor-PUM.
Pemeriksaan ketersediaan/kesesuaian mata anggaran/dana dilakukan oleh Asisten Direktur, Verifikator hanya memeriksa validitas, perhitungan, dan kelengkapan dokumen.
Pemeriksaan ketersediaan/kesesuaian mata anggaran dilakukan oleh Verifikator; Verifikator juga memeriksa kebenaran perhitungan dan kelengkapan dokumen.
Dokumen berupa fotokopi PP disimpan dulu ke dalam unpaid file sebelum terjadi proses pembayaran.
Tidak terdapat penyimpanan berupa unpaid file.
Tidak terdapat tahap pemeriksaan kesesuaian kode segmentasi sebelum input di oracle; pemeriksaan kode hanya dilakukan sebanyak satu kali.
Terdapat tahap pemeriksaan kesesuaian kode segmentasi sebelum input di oracle sehingga pemeriksaan kode dilakukan sebanyak dua kali.
Asdir menentukan dan menuliskan rekening bank untuk
Asdir tidak menentukan dan menuliskan rekening bank untuk
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Nomor Jenis Prosedur Tahun 2009 Prosedur Tahun 2012
transaksi. transaksi.
Tidak ada tahap persetujuan oleh Direktur/Wakil Direktur Keuangan setelah PUM dicetak.
Ada tahap persetujuan oleh Direktur/Wakil Direktur Keuangan setelah PUM dicetak.
Tidak ada berkas dokumen pendukung yang dipersyaratkan ketika pemeriksaan cek dan BBK oleh Asdir.
Ada berkas dokumen pendukung yang dipersyaratkan ketika pemeriksaan cek dan BBK oleh Asdir.
Dokumen arsip disimpan oleh Senior Akuntan ke dalam paid file setelah transaksi pembayaran dilakukan.
Dokumen arsip disimpan oleh Junior Akuntan.
4 Laporan Pertanggungjawaban UMK (LPUM)
SOP tidak diatur secara rinci. SOP diatur secara rinci.
5 Pembayaran Langsung-Kas Operasional (LS-KO)
Tidak ada jenis Pembayaran LS-KO.
Ada jenis Pembayaran LS-KO dan prosedur diatur secara rinci.
Sumber: diolah sendiri
Sedangkan tabel berikut menyajikan perbandingan prosedur pengajuan dana di tingkat FE
berdasarkan prosedur tahun 2010 dan 2013.
Tabel 3.2 Perkembangan Penerapan SOP Pengajuan Dana di FEUI Tahun 2010 dan 2013
Nomor Tahun 2010 Tahun 2013
1 Klasifikasi pengajuan dana:
Kegiatan Ada di RKAT
Kegiatan Tidak Ada di RKAT
Dana Non-BP
Klasifikasi pengajuan dana:
Kegiatan Rutin/Non-rutin Melalui KO/LS (dengan TOR dan RAB)
Kegiatan Rutin Melalui KO/LS (Tanpa TOR dan RAB)
Kegiatan Sumber Dana Non-BP/Saldo Dana
2 Bentuk prosedur hanya berupa flowchart.
Prosedur sudah rinci berupa bentuk naratif, flowchart, dan terdapat perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh tiap tahapan.
Sumber: diolah sendiri
Pembahasan
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam pelaksanaan sentralisasi pengelolaan
keuangan di UI: struktur pengelolaan keuangan antarfakultas berbeda-beda, kemampuan
teknis beberapa Sumber Daya Manusia (SDM) baik di tingkat PAU maupun di tingkat
fakultas masih terbatas, SDM keuangan masih dibebani pekerjaan lain (multitasking), realisasi
anggaran belum sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, masih terjadi perubahan-
perubahan atau realokasi anggaran, kelancaran dana, belum ada Standard Operating
Procedures (SOP) keuangan di fakultas, prosedur menjadi lebih panjang, penumpukan
dokumen di Wadir/Direktur Keuangan.
Selain permasalahan yang dipandang dari perspektif UI, dari perspektif FE sebagai
pelaksana teknis di tingkat fakultas juga menghadapi permasalahan terkait kelancaran dana,
prosedur yang menjadi lebih panjang, serta penumpukan dokumen.
Empat aspek yang menyebabkan permasalahan dalam penerapan sistem sentralisasi
pengelolaan keuangan di UI.
1. Aspek ketepatan konsep sentralisasi
Hodgetts (1981) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat sentralisasi
atau desentralisasi dalam sebuah organisasi. Sentralisasi pengelolaan keuangan di
UI diterapkan karena latar belakang status UI sebagai BHMN dengan memiliki
NPWP tunggal, kurangnya kontrol yang efektif untuk mendapatkan laporan
keuangan yang akurat dan tepat waktu, serta keinginan untuk menyeragamkan
kebijakan. Sentralisasi menjadi sistem yang relevan bagi UI apabila dilihat dari
faktor latar belakang berkaitan dengan ketersediaan kontrol yang efektif,
kompleksitas dan dinamika bisnis, serta tujuan akan kesatuan bentuk dari kebijakan.
2. Aspek proses desain sistem
Terry dan Stallard (1980) menjelaskan aktivitas-aktivtas yang dilakukan dalam
mendesain sistem, yakni administrative task, bases system, dan system design.
Dalam pelaksanaan sistem sentralisasi pengelolaan keuangan, UI tidak
melaksanakan tahapan mendefinisikan constraint sistem (administrative task) dan
pengumpulan fakta lapangan (bases system) sehingga berakibat pada munculnya
permasalahan penumpukan dokumen, terhambatnya kelancaran dan lamanya proses
pencairan dana, keluhan dari fakultas dan unit kerja, serta kesiapan SDM terutama
untuk kepanitiaan ad hoc.
3. Aspek metode implementasi sistem
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Shelly, Cashman, dan Adamski (1991) menjelaskan empat metode implementasi
perubahan sistem: direct cutover, parallel operation, pilot operation, dan phased
changeover. Penerapan dengan metode top-down dan direct cutover terlalu ekstrem
dalam mengubah sistem. Pada awal pelaksanaannya tidak didukung prosedur yang
telah rapi sehingga menimbulkan proses pengajuan dana yang panjang,
keterlambatan pencairan dana, dan pengembalian dokumen. Di samping itu, tidak
terdapat evaluasi rutin terhadap pelaksanaan sistem.
4. Aspek dokumentasi prosedur pelaksanaan
Murdick, Ross, dan Claggett (1987) menyebutkan bahwa tahapan terakhir dalam
mendesain sebuah proyek ialah menghasilkan dokumentasi. Keterlambatan
pembuatan dan pengesahan SOP menimbulkan kasus-kasus pengembalian berkas
karena dokumen yang kurang lengkap dan berpotensi memperpanjang waktu
pencairan dana. Selain itu juga belum terdapat SOP pengajuan dana di tingkat
fakultas, SOP UI tidak mencantumkan SPM berupa waktu pelaksanaan tahapan
dalam SOP sehingga tidak dapat dilakukan evaluasi kinerja dan pelayanan, serta
tidak adanya mekanisme sanksi dalam pelanggaran penyerahan LPUM.
Adapun permasalahan dalam penerapan sistem sentralisasi pengelolaan keuangan di FE
disebabkan oleh tiga aspek berikut.
1. Aspek dasar hukum pelaksanaan sentralisasi
POB pengajuan dana di FE belum disahkan dengan SK Dekan sehingga dasar
hukumnya lemah. Kelemahan ini berpotensi menimbulkan perubahan dalam
pelaksanaan prosedur.
2. Aspek proses desain sistem
Permasalahan teknis pada awal penerapan sentralisasi, misalnya kasus
pengembalian dokumen, proses pencairan dana yang membutuhkan waktu lama,
penumpukan dokumen di level pimpinan dan banyak birokrasi yang harus dilewati,
merupakan akibat dari proses desain sistem yang kurang memadai sebelum sistem
diterapkan.
3. Aspek dokumentasi prosedur pelaksanaan
Dalam SOP yang disusun oleh FE, tidak dijelaskan prosedur pembuatan LPUM,
kurang mendetailkan definisi dokumen, sehingga apabila SDM kurang cermat dapat
menimbulkan persepsi dokumen yang berbeda antara UI dan FE.
Evaluasi dan Penyempurnaan Sistem Sentralisasi Pengelolaan Keuangan
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Tabel berikut menyajikan upaya perbaikan sistem sentralisasi pengelolaan keuangan
dan dampaknya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam sentralisasi.
Tabel 2 Evaluasi Penyempurnaan Sistem Sentralisasi Pengelolaan Keuangan di UI
Upaya Perbaikan Dampak
- Penyempurnaan dan pengesahan SOP. - Pelatihan kepada SDM keuangan
fakultas. - Pembagian kewenangan untuk
penandatanganan berkas.
- Menyelesaikan permasalahan kelancaran dana akibat pengembalian dokumen, SDM yang tidak mengetahui prosedur pencairan dana, dan penumpukan dokumen di Wadir/Dirkeu.
Sumber: diolah sendiri
Adapun tabel berikut menyajikan upaya perbaikan sistem sentralisasi pengelolaan keuangan
yang dilaksanakan oleh pihak FE.
Tabel 3 Evaluasi Penyempurnaan Sistem Sentralisasi Pengelolaan Keuangan di FE
Upaya Perbaikan Dampak
- Pelatihan kepada SDM keuangan fakultas.
- Pembagian kewenangan untuk penandatanganan berkas.
- Mengikutsertakan bagian Keuangan fakultas dalam panitia ad hoc.
- Komunikasi yang intensif antara bagian Keuangan fakultas dengan Tim Asdir.
- Berkurangnya kasus pengembalian dokumen.
- Menyelesaikan permasalahan kelancaran dana akibat pengembalian dokumen, SDM yang tidak mengetahui prosedur pencairan dana, dan penumpukan dokumen.
- Komunikasi yang intensif mampu meminimalisasi kesalahan akibat persepsi dokumen yang berbeda antara UI dan FE.
Sumber: diolah sendiri
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4 Analisis Faktor-faktor Penyebab Permasalahan dalam Penerapan Sistem Sentralisasi Pengelolaan Keuangan di UI
Aspek Penjelasan
Ketepatan konsep sentralisasi Sentralisasi diterapkan karena latar belakang status UI sebagai BHMN dengan memiliki NPWP tunggal, kurangnya kontrol yang efektif untuk mendapatkan laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu, serta keinginan untuk menyeragamkan kebijakan. Sentralisasi menjadi sistem
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Aspek Penjelasan
yang relevan bagi UI apabila dilihat dari faktor latar belakang berkaitan dengan ketersediaan kontrol yang efektif, kompleksitas dan dinamika bisnis, serta tujuan akan kesatuan bentuk dari kebijakan.
Proses desain sistem Tidak melaksanakan tahapan mendefinisikan constraint sistem dan pengumpulan fakta lapangan. Akibatnya, muncul permasalahan penumpukan dokumen, terhambatnya kelancaran dan lamanya proses pencairan dana, keluhan dari fakultas dan unit kerja, serta kesiapan SDM terutama untuk kepanitiaan ad hoc.
Metode implementasi sistem Penerapan dengan metode top-down dan direct cutover terlalu ekstrem dalam mengubah sistem. Pada awal pelaksanaannya tidak didukung prosedur yang telah rapi sehingga menimbulkan proses pengajuan dana yang panjang, keterlambatan pencairan dana, dan pengembalian dokumen. Tidak ada tahapan evaluasi rutin terhadap sistem.
Dokumentasi prosedur pelaksanaan Keterlambatan pembuatan dan pengesahan SOP menimbulkan kasus-kasus pengembalian berkas karena dokumen yang kurang lengkap dan berpotensi memperpanjang waktu pencairan dana. Belum terdapat SOP pengajuan dana di tingkat fakultas, SOP UI tidak mencantumkan SPM berupa waktu pelaksanaan tahapan dalam SOP, serta tidak adanya mekanisme sanksi dalam pelanggaran penyerahan LPUM.
Sumber: diolah sendiri
Berikut ini merupakan analisis terhadap faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan dalam
penerapan sistem sentralisasi pengelolaan keuangan di FE. Analisis diuraikan berdasarkan
pada berbagai aspek faktor permasalahan.
Tabel 5 Analisis Faktor-faktor Penyebab Permasalahan dalam Pelaksanaan Sentralisasi Pengelolaan Keuangan di FE
Aspek Penjelasan Dasar hukum pelaksanaan sentralisasi
Alur Pengajuan Dana yang dikeluarkan tahun 2010 tidak disertai dengan SK Dekan. POB pengajuan dana tahun 2013 di FE belum disahkan dengan SK Dekan sehingga dasar hukumnya lemah. Kelemahan ini berpotensi menimbulkan perubahan dalam pelaksanaan prosedur.
Proses desain sistem Permasalahan teknis pada awal penerapan sentralisasi, misalnya kasus pengembalian dokumen, proses pencairan dana yang membutuhkan waktu lama, penumpukan dokumen di level pimpinan dan banyak birokrasi yang harus dilewati.
Dokumentasi prosedur pelaksanaan Tidak menjelaskan prosedur pembuatan LPUM, kurang mendetailkan definisi dokumen, apabila SDM kurang cermat dapat menimbulkan persepsi dokumen yang berbeda antara UI dan FE.
Sumber: diolah sendiri
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Secara umum, permasalahan-permasalahan dalam penerapan sentralisasi pengelolaan
keuangan baik di UI maupun di FE tersebut muncul pada tahap-tahap awal penerapannya.
Sampai tahun 2014, pihak UI dan FE telah melaksanakan upaya evaluasi, perbaikan sistem
dan prosedur, pembagian kewenangan penandatanganan dokumen untuk tiap nominal
tertentu, penyempurnaan SOP, pelatihan, dan komunikasi yang intensif antara pihak UI dan
FE. Evaluasi-evaluasi tersebut menghasilkan perbaikan dalam teknis pelaksanaan sehingga
sistem sentralisasi pengelolaan keuangan di UI sebaiknya dilanjutkan dengan
penyempurnaan-penyempurnaan sehingga tetap mampu menjamin efektivitas sistem dan
menjaga kelancaran dana.
Saran
Upaya perbaikan dan penyempurnaan sistem yang dilakukan oleh UI telah
menyelesaikan beberapa permasalahan dalam penerapan sentralisasi pengelolaan keuangan.
Meskipun demikian, masih terdapat permasalahan yang belum terselesaikan, struktur
pengelolaan keuangan antarfakultas yang berbeda-beda, SDM yang multitasking, belum ada
SOP keuangan di fakultas, dan prosedur yang pencairan dana yang panjang. Oleh karena itu,
peneliti memberikan saran sebagai berikut.
1. Pihak UI memberikan standar struktur pengelolaan keuangan untuk fakultas atau
standar rantai penandatanganan pengajuan dana dan penyediaan dokumen di
fakultas.
2. Pihak UI bersama dengan fakultas menyusun SOP keuangan fakultas yang meliputi
alur pengajuan dana dan penyediaan dokumen pengeluaran dana.
3. Pihak UI menambahkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam SOP pengeluaran
dana berupa waktu yang dibutuhkan untuk setiap tahapan sehingga teknis
pelaksanaan dapat dikontrol, dapat dipertanggungjawabkan, dan memiliki standar
kinerja profesional yang jelas. Penyusunan SPM dalam SOP harus memperhatikan
jumlah SDM, jumlah dokumen, dan waktu yang dibutuhkan untuk mobilisasi
dokumen.
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
4. Dari aspek dasar hukum, pihak UI sebaiknya melakukan penyesuaian untuk SK
Rektor Nomor 1091/SK/R/UI/2009 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Universitas Indonesia dan pihak FE segera mengeluarkan SK Dekan untuk
mengesahkan SOP pengajuan dana yang telah disusun.
Bagi pihak-pihak yang akan menerapkan sistem baru, sebaiknya didahului dengan
pembentukan prosedur resmi, baku, dan telah tertata rapi. Metode implementasi yang
digunakan harus disesuaikan sehingga tidak terlalu ekstrem dalam pelaksanaannya.
Implementasi sistem juga membutuhkan mekanisme evaluasi rutin sehingga dapat
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi dengan cepat dan tepat.
Daftar Referensi
Hodgetts, Richard M. (1981). Management fundamentals. Illinois: The Dryden Press.
Holt, David H. (1990). Management: principles and practices (2nd ed.). New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Keputusan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia Nomor 005/SK/MWA-UI/2007 tentang Kebijakan Umum Arah Pengembangan Universitas Indonesia 2007-2012.
Keputusan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Nomor: KPTS/1795/D/2009 tentang Struktur Organisasi di Lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sebagai Revisi Atas Keputusan Dekan Nomor: KPTS/1604/D/2009.
Keputusan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia Nomor: 007/SK/MWA-UI/2006 tentang Kebijakan Ketenagakerjaan Universitas Indonesia.
Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor 0425/SK/R/UI/2014 tentang Struktur Organisasi Direktorat Keuangan Universitas Indonesia.
Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor: 0958/SK/R/UI/2013 tentang Penetapan Renstra 2012-2017 Universitas Indonesia.
Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor: 1091/SK/R/UI/2009 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Universitas Indonesia.
Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor: 1403A/SK/R/UI/2012 tentang Prosedur Operasional Baku Layanan Pusat Administrasi Universitas Indonesia.
Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor: 226A/SK/R/UI/2008 tentang Prosedur Integrasi Pengelolaan Keuangan di Lingkungan Universitas Indonesia.
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014
Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor: 690/SK/R/UI/2007 tentang Perbaikan Struktur Organisasi Inti Universitas Indonesia.
Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor: 756/SK/R/UI/2007 tentang Kelengkapan Struktur Organisasi Inti Universitas Indonesia.
Koontz, Harold, O’Donnell, Cyril, & Weihrich, Heinz. (1982). Essentials of management (3rd ed.). New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Universitas Indonesia Tahun 2012.
Megginson, Leon C., Mosley, Donald C., & Pietri, Paul H., Jr. (1986). Management: concepts and applications (2nd ed.). New York: Harper & Row, Publishers, Inc.
Murdick, Robert J., Ross, Joel E., & Claggett, James R. (1987). Information systems for modern management (3rd ed.). New Delhi: Prentice-Hall of India Private Limited.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 152 Tahun 2010 tentang Penetapan Universitas Indonesia sebagai Badan Hukum Milik Negara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013 tentang Statuta Universitas Indonesia.
Romney, Marshall B., & Steinbart, Paul J. (2012). Accounting information systems (12th ed.). Edinburgh Gate: Pearson Education Limited.
Ryan, Neal, Williams, Trevor, Charles, Michael, & Waterhouse, Jennifer. (2008). Top-down organizational change initiatives. Shortened version of “Top-down organizational change in an Australian Government agency”, International Journal of Public Sector Management, Volume 21 Number 1,
Shelly, Gary B., Cashman, Thomas J., Adamski, Judy, & Adamski, Joseph J. Systems analysis and design. (1991). Boston: Boyd and Fraser Publishing Company, A Division of South-western Publishing Company.
Tahun emas Universitas Indonesia, jilid I dari balai ke universitas. (2000). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Terry, George R., & Stallard, John J. (1980). Office management and control: the administrative managing of information (8th ed.). Illnois; Richard D. Irwin.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
www.fe.ui.ac.id
http://www.fe.ui.ac.id/index.php/tentang-fe-ui/sejarah
Analisis penerapan…, Ma Rifatul Amalia, FE UI, 2014