analisis pendapatan pedagang buah di pd pasar … · analisis pendapatan pedagang buah di pd pasar...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG BUAH
DI PD PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR
TENRI WALI BAHTIAR SYAM
A 14105613
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
TENRI WALI BAHTIAR SYAM. Analisis Pendapatan Pedagang Buah di PD
Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur. (Dibawah Bimbingan MUHAMMAD
FIRDAUS).
Masyarakat mulai menyadari bahwa mengkonsumsi makanan alami yang
memiliki kandungan vitamin maupun mineral jauh lebih baik bagi kesehatan,
sehingga kecenderungan masyarakat dalam mengkonsumsi buah meningkat. Pada
tahun 2007 konsumsi buah mencapai 30,25 Kg/Tahun/Kapita, jika dibandingkan
pada tahun 2006, maka pada tahun 2007 konsumsi buah mengalami pertumbuhan
tertinggi sebesar 36,38 persen. Peningkatan konsumsi buah-buahan segar akan
meningkatkan permintaan buah segar baik buah nasional maupun buah impor.
Permintaan buah impor pada tahun 2007 sebesar 465.679.473 Ton dan diprediksi
akan berkurang pada tahun 2008 sebesar 458.516.183 Ton. Perkiraan permintaan
buah-buahan di Indonesia sampai tahun 2015 masih terus meningkat seiring
dengan pertambahan laju jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah.
Perkiraan jumlah populasi di Indonesia pada 2010 sebanyak 240 juta dan
diperkirakan konsumsi buah sebesar 57,92 Kg/Tahun/Kapita dan pada tahun 2015
diperkirakan konsumsi buah sebesar 78,74 Kg/Tahun/Kapita. Peningkatan
konsumsi buah-buahan segar yang terjadi ini merupakan salah satu peluang yang
harus dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga pemasaran khususnya pedagang
pengecer yang terlibat dalam penyediaan dan distribusi buah. Peran lembaga
pemasarn ini adalah sebagai pihak yang menghubungkan produsen buah-buahan
ke konsumen.
Penyediaan buah-buahan oleh pedagang pengecer bukan hanya buah
nasional saja tapi juga buah impor. Penyediaan buah-buahan tertentu akan
dilakukan oleh pedagang apabila memberikan nilai positif dalam arus penerimaan,
seperti kecenderungan pedagang hanya menjual buah-buahan nasional saja atau
kedenderungan pedagang hanya menjual buah-buahan impor saja, atau
kecenderungan pedagang menjual buah-buahan nasional sebagai komoditi utama
dan menjual buah-buahan impor sebagai komoditi pelengkap saja. Hal ini tentu
saja menimbulkan adanya perbedaan pendapatan pedagang buah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik pedagang
buah nasional dan buah impor serta pola penyediaan buah nasional dan buah
impor di pasar induk kramat jati. menganalisis tingkat pendapatan pedagang buah
di pasar induk kramat jati, dalam menjawab tujuan pertama dilakukan dengan cara
mendeskripsikan pedagang buah berdasarkan data yang diperoleh melalui
wawancara langsung ke pedagang buah. Tujuan kedua diperoleh dengan
menggunakan analisis pendapatan dengan menggunakan teori biaya ∏ = TR-TC
dan nilai R/C ratio.
Berdasarkan karakteristik pedagang buah, pada umumnya pedagang buah
nasional dan buah impor berusia 48 tahun keatas, sedangkan tingkat pendidikan
terakhir pedagang buah nasional dan buah impor pada umumnya yaitu SMU
dengan lamanya berdagang buah mayoritas diatas 21 tahun. Jumlah kios pedagang
buah nasional maupun impor pada umumnya berkisar antara 4 – 5 TU, sedangkan
jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh pedagang buah nasional pada
umumnya berkisar antara 6 – 10 orang dan jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh
pedagang buah impor pada umumnya berkisar antara 11 – 15 orang. Pada
umumnya modal pembelian buah untuk pedagang buah nasional antara
10.000.000 – 50.000.000 dan pedagang buah impor diatas 151.000.000.
Berdasarkan pola penyediaan buah, pada umumnya pedagang buah di pasar Induk
Kramat Jati melakukan pengumpulan (konsentrasi) produk-produk pertanian dari
beberapa wilayah pemasok buah lalu dijual ke konsumen bisnis, maka dapat
dikatakan bahwa pedagang buah di pasar Induk Kramat Jati merupakan pedagang
grosir terkadang merangkap sebagai pedagang pengumpul.
Tingkat pendapatan pedagang buah nasional yaitu buah semangka, buah
salak, buah melon, buah pisang, dan buah mangga masing-masing rata-rata
sebesar Rp 6.190.442/Kios, Rp 6.444.150/Kios, Rp 5.913.425/Kios, Rp
2.511.635/Kios, dan Rp 1.191.914/Kios. Tingkat pendapatan pedagang buah
impor rata-rata sebesar Rp 9.602.178/Kios. Kegiatan penjualan antara buah
nasional dan buah impor yang paling menguntungkan adalah kegiatan penjualan
buah nasional (buah semangka), karena nilai R/C ratio pedagang semangka
sebesar 1,42 merupakan yang paling tinggi bila dibandingkan dengan pedagang
impor sebesar 1,21. Penjualan buah nasional musiman dan buah nasional
sepanjang tahun, yang paling menguntungkan adalah kegiatan penjualan buah
nasional sepanjang tahun, karena nilai R/C ratio pedagang buah nasional
sepanjang tahun (buah semangka) sebesar 1,42 merupakan yang paling tinggi bila
dibandingkan dengan pedagang buah nasional musiman (buah salak) sebesar 1,35.
ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG BUAH
DI PD PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR
TENRI WALI BAHTIAR SYAM
A 14105613
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Pedagang Buah di PD Pasar Induk
Kramat Jati Jakarta Timur
Nama : Tenri Wali Bahtiar Syam
NRP : A 14105613
Disetujui,
Pembimbing
Muhammad Firdaus, Ph.D
NIP. 19730105 1997021 001
Diketahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP. 19571222 1982031 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Pendapatan Pedagang Buah di PD Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur”
adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2010
TENRI WALI BAHTIAR SYAM
A 14105613
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan pada tanggal 11
Maret 1983. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak
Bahtiar Syam dan Ibunda Nurdaningsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 04 Pagi Pasar Minggu,
Jakarta Selatan pada tahun 1994 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan
pada tahun 1997 di SMPN 163 Kalibata, Jakarta Selatan. Pendidikan lanjutan
menengah atas di MAN 04 Model Pondok Pinang, Jakarta Selatan diselesaikan
pada tahun 2001.
Penulis diterima pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Program Studi Diploma Tiga (D III) Manager Alat Mesin Pertanian,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan seleksi masuk IPB pada tahun
2001. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan kegiatan perkuliahan di Program
Sarjana Penyelenggaraan Khusus, Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti pendidikan program diploma, penulis pernah tercatat
sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) Fakultas
Teknologi Pertanian periode tahun 2002-2003, penulis juga pernah tercatat
sebagai Ketua Pelaksana penyambutan mahasiswa baru angkatan 40 Fakultas
Teknologi Pertanian, serta penulis juga pernah tercatat sebagai Koordinator Divisi
Propaganda dan Strategi Taktik Aksi pada Front Mahasiswa Bogor periode tahun
2002-2003.
KATA PENGANTAR
Bismillaahir rohmaanir rohim, puji syukur kepada Alloh azza wa jalla
atas segala berkat dan karuniaNya yang tiada terbatas sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Pedagang Buah di PD
Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur”.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik pedagang buah
lokal dan buah impor serta pola penyediaan buah lokal dan buah impor di pasar
induk kramat jati serta menganalisis tingkat pendapatan pedagang buah di pasar
induk kramat jati Jakarta Timur.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2010
TENRI WALI BAHTIAR SYAM
A 14105613
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillaahi robbil‘alamiin, penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, terutama Ayah dan Ibunda serta adik dan kakakku
tercinta, yang selalu menyemangati penulis baik dalam bentuk dukungan moral
maupun dalam bentuk lantunan doa-doa disetiap ba’da sholatnya, dengan tujuan
agar anaknya/saudaranya diberikan kemudahan Alloh azza wa jalla dalam
penyelesaian studi penulis. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Alloh azza wa
jalla, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Muhammad Firdaus, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing.
2. Dr. Rita Nurmalina, selaku Dosen Evaluator pada kolokium penulis.
3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS, selaku dosen penguji utama pada sidang penulis.
4. Rahmat Yanuar, SP, MSi, selaku dosen komisi pendidikan pada sidang
penulis.
5. Drs. H. Lukman ZA, selaku Manager Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur
yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.
6. H. Setyo Margono, selaku Ketua KOPPAS Pasar Induk Kramat Jati Jakarta
Timur.
7. Yudistira Marfianda, yang telah bersedia menjadi pembahas pada seminar
penulis.
8. Akbar Zamani, Kholid Samsurrijal, Yudistira Marfianda, Agung, dan Rudi
Lintau yang telah membantu dalam pengambilan data kuesioner penelitian.
9. Yayan Muhammad Ahyani, Hendri Zulfa, Wan Aswan Cahyadi, Asep Ali
Akbar, Rudi Paladium, Ariyoso, Irwan Firdaus, Didu Slow, Gabol, Hatta,
Firdaus Sinulingga dan Dimas Rizaldi yang telah berkesempatan hadir dalam
acara kolokium penulis.
10. Karyawan dan Karyawati pihak sekretariat penyelengaraan khusus Program
Sarjana Ekstensi Agribisnis.
11. Ismie Arum, Fuji Lestari, Abdi Haris Tjolly, Eko Hendrawanto, Alam
Lazuardi, Kholid Samsurrijal, Yudistira Marfianda, dan Akbar Zamani terima
kasih atas dukungannya dan tukar pikiran serta masukkannya selama penulis
melakukan penelitian.
12. Teman-teman satu dosen bimbingan, Rudy Hadianto, Romlah, Firdaus
Sinulingga, dan Muhammad Wijaya, terimakasih atas dukungan dan
semangatnya.
Semoga Alloh subhana wata’ala melimpahkan rahmat dan hidayahNya
serta membalas kebaikan semua pihak yang telah memberikan do’a, bantuan dan
dukungannya kepada penulis.
Bogor, Mei 2010
TENRI WALI BAHTIAR SYAM
A 14105613
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
1.4 Kegunaan Penelitian ..................................................................... 8
1.5 Ruang Lingkup .............................................................................. 9
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Informal ............................................................................. 10
2.2 Sistem Pemasaran Buah ............................................................... 11
2.4 Pasar Induk dan Pasar Penunjang ................................................. 13
2.5 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 16
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teori ............................................................................. 20
3.1.1 Tataniaga Pertanian ............................................................ 20
3.1.2 Pasar dan Bentuk Pasar ...................................................... 22
3.1.2.1 Pasar ...................................................................... 22
3.1.2.2 Bentuk Pasar .......................................................... 23
3.1.3 Pedagang Eceran ................................................................ 26
3.1.4 Biaya ................................................................................... 28
3.1.5 Pendapatan .......................................................................... 31
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. 34
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 37
4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................. 37
4.3 Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 38
4.4 Alat Pengolahan Data ................................................................... 39
4.5 Analisis Data ................................................................................ 39
4.5.1 Karakteristik dan Pola Pedagang Buah .............................. 39
4.5.2 Analisis Pendapatan Pedagang Buah .................................. 40
4.6 Definisi Operasional ..................................................................... 42
V GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
5.1 Pasar Induk Kramat Jati ............................................................... 45
5.2 Latar Belakang Pendirian ............................................................. 46
5.3 Kedudukan Pasar .......................................................................... 46
5.4 Tugas Pokok dan Fungsi .............................................................. 47
5.4.1 Tugas Pokok ....................................................................... 47
ii
5.4.2 Fungsi .................................................................................. 47
5.5 Peremajaan Pasar .......................................................................... 47
5.6 Aktivitas Tempat Usaha ............................................................... 48
5.7 Jenis Kepemilikan Usaha ............................................................. 49
5.8 Pasokan dan Distibusi .................................................................. 50
5.9 Komposisi Pegawai ...................................................................... 51
5.10 Lembaga Pendukung Operasional .............................................. 52
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Umum Pedagang Buah .......................................... 54
6.1.1 Usia Pedagang ................................................................... 54
6.1.2 Tingkat Pendidikan ............................................................ 55
6.1.3 Lama Berdagang ................................................................ 56
6.1.4 Jumlah Tempat Usaha ....................................................... 57
6.1.5 Jumlah Tenaga Kerja Tetap ............................................... 58
6.1.6 Modal Pembelian Buah ..................................................... 59
6.2 Pola Penyediaan Buah Lokal dan Buah Impor di Tingkat
Pedagang Buah ...........................................................................
59
6.2.1 Pedagang Buah Semangka ................................................. 67
6.2.2 Pedagang Buah Salak ......................................................... 71
6.2.3 Pedagang Buah Melon ....................................................... 78
6.2.4 Pedagang Buah Pisang ....................................................... 85
6.2.5 Pedagang Buah Mangga ..................................................... 92
6.2.6 Pedagang Buah Impor ........................................................ 100
6.3 Analisis Pendapatan Pedagang Buah .......................................... 106
6.3.1 Biaya Pedagang Buah ........................................................ 109
6.3.2 Pendapatan Pedagang Buah ............................................... 114
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ................................................................................. 120
7.2 Saran ........................................................................................... 121
VII DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 122
LAMPIRAN ..................................................................................... 123
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Perkiraan Konsumsi Buah-buahan di Indonesia Sampai
Tahun 2015 .............................................................................................
4
2 Jumlah Responden Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat
Jati Data Bulan Desember 2009 .............................................................
38
3 Sebaran Responden Menurut Usia Pedagang Buah Lokal
dan Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 .......................................................................................
54
4 Sebaran Responden Menurut Tingkat Pedidikan Pedagang
Buah Lokal dan Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data
Bulan Desember 2009 ............................................................................
55
5 Sebaran Responden Menurut Lama Berdagang Buah Lokal
dan Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 .......................................................................................
56
6 Sebaran Responden Menurut Jumlah Tempat Usaha
Dagang Buah Lokal dan Buah Impor di Pasar Induk
Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ................................................
57
7 Sebaran Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja Tetap
Pedagang Buah Lokal dan Buah Impor di Pasar Induk
Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .................................................
58
8 Sebaran Responden Menurut Modal Pembelian Buah
Pedagang Buah Lokal dan Pedagang Buah Impor di Pasar
Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .......................................
59
9 Jumlah Angkutan Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat
Jati dan Kapasitas Rata-rata Angkutan Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
61
10 Upah Bongkar Muat Komodi Buah Semangka (Rp/Kios)
di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ........................
69
11 Jumlah Pembelian Buah (Kg/Kios), Harga Jual (Rp/Kg)
dan Harga Beli (Rp/Kg) serta Marjin Penjualan (Rp/Kg)
Pedagang Buah Semangka di Pasar Induk Kramat Jati
Data Bulan Desember 2009 ...................................................................
70
12 Jumlah Modal Pembelian Buah Semangka (Rp/Kios) Oleh
Pedagang Buah Semangka di Pasar Induk Kramat Jati
iv
Data Bulan Desember 2009 ....................................................................
71
13 Persentase Pemesan Buah Salak Pondoh ke Pemasok oleh
Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
73
14 Jumlah Pembelian Buah Salak Pondoh (Kg/Kios) Oleh
Pedagang Buah Pasar Induk Kramat Jati dari Pemasok
Buah Data Bulan Desember Tahun 2009 ................................................
73
15 Harga Jual (Rp/Kg), Harga Beli (Rp/Kg) dan Marjin
Penjualan (Rp/Kg) Pedagang Buah Salak Pondoh di Pasar
Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .......................................
75
16 Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Salak (Rp/Kios) di
Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .............................
76
17 Modal Pembelian Buah (Rp/Kios) Oleh Pedagang Buah
Salak di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember
2009 .........................................................................................................
77
18 Persentase Pembelian Buah Melon oleh Pedagang Buah
Melon di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember
2009 .........................................................................................................
80
19 Jumlah Pembelian Buah Melon (Kg/Kios) Oleh Pedagang
Buah Melon di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
81
20 Harga Jual (Rp/Kg) dan Harga Beli (Rp/Kg) serta Marjin
Penjualan (Rp/Kg) Pedagang Buah Melon di Pasar Induk
Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .................................................
82
21 Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Melon (Rp/Kios) di
Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .............................
84
22 Modal Pembelian Buah Melon (Rp/Kios) Oleh Pedagang
Buah Melon di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
84
23 Persentase Pembelian Buah Pisang Ambon, Pisang
Lampung dan Pisang Tanduk di Pasar Induk Kramat Jati
Data Bulan Dember 2009 ........................................................................
86
24 Persentase Pembelian Buah Pisang Ambon, Pisang
Lampung dan Pisang Tanduk di Pasar Induk Kramat Jati
Data Bulan Dember 2009 ........................................................................
87
v
25 Harga Beli dan Harga Jual serta Marjin Penjual Buah
Pisang di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember
2009 .........................................................................................................
88
26 Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Pisang (Rp/Kios) di
Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .............................
90
27 Modal Pembelian Buah Pisang (Rp/Kios) Oleh Pedagang
Buah Pisang di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
91
28 Persentase Pembelian Buah Mangga untuk Setiap Grade
Oleh Pedagang Buah Mangga di Pasar Induk Kramat Jati
Bulan Desember Tahun 2009 ..................................................................
94
29 Jumlah Pembelian Buah Mangga (Kg/Kios) Oleh
Pedagang Buah Mangga di Pasar Induk Kramat Jati Data
Bulan Dember 2009 ................................................................................
95
30 Harga Beli (Rp/Kg) dan Harga Jual (Rp/Kg) Serta Margin
Penjualan (Rp/Kg) Buah Mangga di Pasar Induk Kramat
Jati Data Bulan Desember 2009 ..............................................................
96
31 Upah Bongkar Muat Komoditi (Rp/Kios) Buah Mangga di
Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .............................
98
32 Modal Pembelian Buah Mangga (Rp/Kios) Oleh Pedagang
Buah Mangga di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
99
33 Persentase Pembelian Buah Impor Oleh Pedagang Buah
Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember
2009 .........................................................................................................
102
34 Jumlah Pembelian Buah Impor (Dus/Kios) Oleh Pedagang
Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
103
35 Harga Beli (Rp/Dus) dan Harga Jual (Rp/Dus) serta Marjin
Penjualan (Rp/Dus) Buah Impor di Pasar Induk Kramat
Jati Data Bulan Desember Tahun 2009 ...................................................
104
36 Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Impor (Rp/Kios) di
Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .............................
105
37 Modal Pembelian Buah Impor (Rp/Kios) Oleh Pedagang
Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
106
vi
38 Total Biaya Tetap (Rp/Kios) Setiap Pedagang Buah di
Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .............................
109
39 Total Biaya Variabel, Total Biaya, Total Biaya Tunia
Setiap Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data
Bulan Desember 2009 .............................................................................
111
40 Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Biaya Variabel Rata-rata
(Rp/Kg) serta Biaya Total Rata-rata Pedagang Buah di
Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .............................
113
41 Penerimaan dan Pendapatan Pedagang Buah di Pasar
Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .......................................
114
42 Penerimaan Rata-rata (Rp/Kg) dan Pendapatan Rata-rata
(Rp/Kg) Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data
Bulan Desember 2009 .............................................................................
115
43 Posisi Titik Impas (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) Pedagang
Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember
2009 .........................................................................................................
116
44 Nilai R/C Ratio Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati
Data Bulan Desember 2009 .................................................................... 117
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Grafik Perkembangan Produksi Buah di Indonesia dan
Perkembangan Volume Impor Buah di Indonesia dari
Tahun 2003-2007 ....................................................................................
2
2 Grafik Peningkatan Konsumsi Buah-buahan Oleh
Masyarakat di Indonesia Tahun 2003-2007 ............................................
3
3 Kerangka Pemikiran Operasional ...........................................................
36
4 Pola Penyediaan Buah Oleh Pedagang Buah Pasar Induk
Kramat Jati ..............................................................................................
67
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Denah Pasar Induk Kramat Jati ...............................................................
123
2 Karakteristik Pedagang Buah Data Bulan Desember 2009 .....................
124
3 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah
Semangka Data Bulan Desember 2009 ...................................................
126
4 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Salak
Data Bulan Desember 2009 .....................................................................
128
5 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Melon
Data Bulan Desember 2009 .....................................................................
129
6 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Pisang
Data Bulan Desember 2009 .....................................................................
131
7 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Mangga
Data Bulan Desember 2009 .....................................................................
133
8 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Impor
Data Bulan Desember 2009 .....................................................................
135
9 Harga (Beli Rp), Harga Jual (Rp/Kg), dan Margin Penjualan
(Rp/Kg) Buah Data Bulan Desember 2009 .............................................
138
10 Modal Pembelian (Rp/Kios), Penerimaan (Rp/Kios), dan
Margin Penjualan (Rp/Kios) Data Bulan Desember 2009 ......................
139
11 Jumlah Pembelian Buah Buah Semangka (Kg/Kios), Buah
Salak (Kg/Kios), Buah Melon (Kg/Kios), dan Buah Mangga
(Kg/Kios) Data Bulan Desember 2009 ....................................................
140
12 Jumlah Pembelian Buah Buah Pisang dalam (Tanda/Kios)
dan Jumlah Pembelian Buah Pisang dalam (Kg/Kios) Data
Bulan Desember 2009 ..............................................................................
141
13 Jumlah Pembelian Buah Buah Impor dalam (Dus/Kios) dan
Jumlah Pembelian Buah Impor dalam (Kg/Kios) Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
142
14 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas
dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah
Semangka Data Bulan Desember 2009 ...................................................
143
ix
15 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas
dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah Salak
Data Bulan Desember 2009 .....................................................................
144
16 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas
dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah
Melon Data Bulan Desember 2009 .........................................................
145
17 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas
dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah
Pisang Data Bulan Desember 2009 .........................................................
146
18 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas
dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah
Mangga Data Bulan Desember 2009 .......................................................
147
19 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas
dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah
Impor Data Bulan Desember 2009 ..........................................................
148
20 Jumlah Kios Pedagang (TU), Gaji Karyawan Tetap dalam
(Rp/Orang/Hari) dan (Rp/Kios), Biaya Bongkar Komoditi
(Rp/Kios) Data Bulan Desember 2009 ....................................................
149
21 Kuesioner Penelitian Bulan Desember 2009 ........................................... 150
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan potensi
hortikultura yang cukup besar terutama pada komoditi buah tropis. Hal ini
dibuktikan dengan terdapatnya keanekaragaman sumberdaya alam pertanian yang
menghasilkan komoditi hortikultura yang beraneka ragam. Sehingga dengan
adanya keberagaman sumberdaya alam tersebut, menjadikan Indonesia salah satu
penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa
yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan dari negara-negara
penghasil buah tropis lainnya.
Prioritas pengembangan sektor pertanian komoditi hortikultura di titik
beratkan pada komoditi unggulan yang mengacu pada pangsa pasar, keunggulan
kompetitif, nilai ekonomi, sebaran wilayah produksi dan kesesuain agroekosistem.
Meskipun demikian komoditi binaan hortikultura berdasarkan KEPMENTAN No.
511 tahun 2006 sebanyak 323 komoditas terdiri dari buah-buahan 80 jenis,
sayuran 60 jenis, tanaman biofarmaka 66 jenis dan tanaman hias 117 jenis tidak
luput dari perhatian untuk dikembangkan. Peningkatasn produksi hortikultura
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, bahan baku industri,
peningkatan ekspor dan substitusi impor. Dengan demikian peningkatan produksi,
mutu dan daya saing produk merupakan kegiatan utama yang di barengi dengan
upaya pengembangan pasar dan promosi. Kegiatan pengembangan produksi telah
memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi regional dan penyediaan
lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan petani dan pelaku usaha. Secara
keseluruhan produksi hortikultura menunjukkan peningkatan sebesar 7,43 persen
sedangkan untuk pencapaian luas panen mengalami peningkatan sebesar 7,86
persen1.
Berbagai program dan kegiatan pembangunan hortikultura dilakukan dan
difasilitasi kepada petani dan pelaku usaha di sentra dan kawasan agribisnis
hortikultura. Hal ini telah memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan
produksi, peningkatan kualitas produk maupun dalam pengembangan usaha.
1 http://www.hortikultura.deptan.go.id/index2.php? [30 Agustus 2009]
2
Secara makro keberhasilan pembangunan agribisnis hortikultura ditandai dengan
meningkatnya kuantitas dan kualitas produksi, peningkatan areal tanam,
penyerapan tenaga kerja, ketersediaan produk, dan tingkat konsumsi akan
komoditi hortikultura.
Peningkatan produksi dan mutu yang dilaksanakan seperti penerapan good
agricultural practise atau standard operating procedure, penataan rantai pasokan
diharapkan ketersediaan buah-buahan nasional dapat dipertahankan dan
diusahakan tersedia sepanjang tahun untuk memenuhi pangsa pasar domestik
maupun international. Produksi hortikultura khususnya buah-buahan nusantara
pada tahun 2007 mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2006 (Gambar
1).
Sumber : http://hortikultura.deptan.go.id/dastat.htm (dalam angka, 30 Agustus 2009)
Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Buah di Indonesia dan Perkembangan
Volume Impor Buah di Indonesia dari Tahun 2003-2007
Berdasarkan (Gambar 1), total produksi buah-buahan di Indonesia dari
tahun 2003 – 2007 setiap tahunnya mengalami kenaikan. Produksi buah Indonesia
pada tahun 2007 sebesar 13.773.192 Ton atau naik sekitar 7,64 persen bila
3
dibandingkan dengan produksi tahun 2006 sebesar 12.795.113 Ton. Jumlah
peningkatan produksi terbesar terjadi pada tahun 2005-2006 sebesar 8,04 persen.
Peningkatan konsumsi masyarakat akan buah-buahan segar akan meningkatkan
permintaan buah segar baik buah nasional maupun buah impor. Peningkatan
permintaan buah segar impor dapat dilihat dari besarnya volume impor komoditas
buah-buahan di Indonesia di mulai dari tahun 2003 – 2007 dimana setiap tahun
terjadi peningkatan.
Berdasarkan (Gambar 1), besarnya volume impor komoditas buah-buahan
di Indonesia pada tahun 2006 sebesar 427.484,33 Ton bila dibandingkan dengan
tahun 2005 sebesar 413.410,64 Ton, maka pada tahun 2006 terjadi peningkatan
sebesar 3,40 persen. Tahun 2007 volume impor komoditas buah-buahan di
Indoensia sebesar 502.156,14 Ton, hal ini mengalami peningkatan sebesar 17,47
persen bila dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 427.484,33 Ton.
Kecenderungan masyarakat dalam mengkonsumsi buah masih rendah.
Terutama mengkonsumsi buah nasional, pada tahun 2007 konsumsi buah nasional
sebesar 30,25 Kg/Tahun/Kapita (Gambar 2).
Sumber : http://hortikultura.deptan.go.id/dastat/ekim.htm (dalam angka, 30 Agustus 2009)
Gambar 2. Grafik Peningkatan Konsumsi Buah-buahan Oleh Masyarakat di
Indonesia Tahun 2003-2007
Berdasarkan (Gambar 2), penurunan dratis konsumsi masyarakat akan
buah-buahan antara tahun 2003 – 2007 terjadi pada tahun 2005 sebesar 22,47
Kg/Tahun/Kapita atau minus 12,53 persen bila dibandingkan pada tahun 2004
sebesar 25,69 Kg/Tahun/Kapita. Peningkatan konsumsi buah-buahan tertinggi
4
terjadi pada tahun 2007 sebesar 30,25 Kg/Tahun/Kapita atau sebesar 36,38 persen
bila dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 22,18 Kg/Tahun/Kapita.
Perkiraan permintaan buah-buahan di Indonesia sampai 2015 masih akan
terus meningkat seiring dengan pertumbuhan laju jumlah penduduk Indonesia
yang terus bertambah (Tabel 1).
Tabel 1. Perkiraan Konsumsi Buah-buahan di Indonesia Sampai Tahun 2015
No Tahun Populasi Penduduk
(Juta)
Konsumsi
(Kg/Tahun/Kapita)
Total Konsumsi
(ribu Ton)
1 2010 240 57,92 13.900
2 2015 254 78,74 20.000 Sumber : PKBT IPB (2002)
Perkiraan konsumsi buah sampai tahun 2015 dimana konsumsi buah
diperkiraan pada tahun 2010 sebesar 57,92 Kg/Tahun/Kapita dan pada tahun 2015
sebesar 78,74 Kg/Tahun/Kapita akan terus mengalami peningkatan (Pusat Kajian
Buah-buahan Tropika 2002).
Peningkatan mengkonsumsi buah segar oleh masyarakat merupakan
prospek pada tahun-tahun selanjutnya sehingga merupakan pangsa pasar usaha
yang potensial dibidang pertanian khususnya usaha buah. Faktor kesadaran
masyarakat, faktor lain yaitu pengetahuan yang berkembang dimasyarakat bahwa
mengkonsumsi buah-buahan segar sangat bermanfaat bagi tubuh. Buah-buahan
merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral, yang tidak dapat dihasilkan
oleh tubuh, dan juga sebagai sumber serat (dietary fiber) yang berperan sama
pentingnya seperti karbohidrat dan protein yang memberikan energi, dengan kata
lain buah-buahan termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber
utama vitamin dan mineral yang berperan sebagai zat pembangun dan pengatur
dalam tubuh. Peningkatan konsumsi buah-buahan diharapkan memotivasi
lembaga-lembaga pemasaran khususnya pedagang buah yang terlibat dalam
penyediaan dan distribusi buah untuk mengembangkan usahanya.
Jumlah usaha yang bergerak dibidang pertanian mulai dari hulu sampai
hilir masih dalam bentuk usaha kecil menengah (UKM), sehingga untuk
mempertahankan atau meningkatkan produksi diperlukan bantuan dan kerjasama
dari berbagai pihak. Pengusaha tani sendiri tidak akan mampu melakukan hal ini,
mereka membutuhkan kerja sama dengan produsen yang bergerak pada bidang
5
penyediaan input-input pertanian untuk kelancaran di hulu dan untuk kelancaran
di hilir diperlukan bantuan supplier atau pemasok hasil produk hortikultura untuk
melakukan pemasaran dan penjualan produk akhir hortikultura ke konsumen.
Menurut Kementerian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia
Tahun 2008, bahwa eksistensi usaha kecil dan menengah (UKM) ditinjau dari
jumlah usaha dan penyerapan tenaga kerja yang begitu besar, peran UKM relatif
sangat rendah dibandingkan dengan usaha besar. Usaha besar tetap menguasai
sebagian besar sumberdaya nasional walaupun jumlah usaha besar sangat kecil.
Jumlah usaha kecil dan menengah yang bergerak di sektor pertanian, peternakan,
kehutanan, dan perikanan mencapai 26.209.346 unit, yang bergerak di sektor
perdagangan, hotel dan restoran mencapai 13.304.939 unit dan yang bergerak di
industri pengolahan mencapai 3.217.506 unit2.
Usaha dibidang pertanian untuk saat ini mayoritas banyak terkumpul
dipasar-pasar tradisional, dimana pasar-pasar merupakan salah satu tempat atau
wadah bagi UKM dalam menjalankan aktivitas usahanya khususnya di sektor
perdagangan. Karena pasar merupakan tempat pertemuan pembeli dan penjual
dalam melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kementerian
Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, melakukan upaya pengembangan
pasar-pasar yang ada di Indonesia melalui program pemberdayaan pasar
tradisional. Bantuan perkuatan yang telah direalisasikan dibeberapa pasar di
Indonesia melalui kerjasama Pemerintah daerah Kabupaten/Kota serta pengelola-
pengelola pasar, agar pada nantinya diharapkan pasar-pasar tradisional dapat
tertata dengan rapi sehingga konsumen tidak akan sungkan untuk berbelanja
dipasar-pasar tradisional serta diharapkan pasar tradisional dapat bersaing dengan
pasar modern yang belakangan ini perkembangannya relatif lebih pesat.
Salah satu pasar yang ada di Indonesia adalah pasar induk kramat jati.
Pasar induk kramat jati merupakan pusat distribusi yang menampung hasil
produksi petani khususnya sayur mayur dan buah-buahan dalam jumlah besar
yang dibeli oleh para pedagang tingkat grosir. Komoditi pertanian tersebut
kemudian dilelang atau dijual kepada para pedagang tingkat eceran untuk
selanjutnya diperdagangkan di pasar-pasar eceran yang tersebar di berbagai
2 http://www.mediacenterkopukm.com [5 Oktober 2009]
6
tempat mendekati lokasi para konsumen. Pasar induk menempati area yang besar
yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti pergudagang, tempat
pelelangan, pusat informasi pasar, perkantoran, bongkar muat dan parkir yang
lapang. Pasar induk kramat jati merupakan pasar perdagangan besar sayur mayur
dan buah-buahan khususnya daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
serta nasional pada umumnya.
1.2 Perumusan Masalah
Pasar penunjang merupakan bagian dari pasar induk yang membeli dan
menampung hasil produksi petani yang berlokasi dekat dengan petani. Pasar
penunjang ini berfungsi hanya menampung sementara karena komoditi yang
berhasil ditampung akan dipindahkan ke pasar induk untuk selanjutnya dilelang
ke pedagang tingkat eceran. Pasar penunjang dibangun di daerah yang
mempunyai potensi besar sebagai sentra produksi pertanian yang berkapasitas
komoditi yang diperdagangkan lebih dari 30 Ton/Hari. Berlokasi di tengah daerah
produsen dan memiliki akses jalan yang cukup baik dan sarana transportasi yang
cukup. Transaksi umumnya dilakukan dengan partai besar oleh para petani
dengan pedagang antar daerah3.
Kegiatan operasional pasar induk telah ditopang oleh adanya pasar
penunjang sehingga memudahkan dalam penyediaan komoditi yang akan
dipasarkan, terutama dalam penyediaan sayur mayur dan buah-buahan. Kegiatan
operasional pasar induk khususnya pasar induk kramat jati lebih banyak
memasarkan dua jenis komoditi hortikultura yaitu sayur mayur dan buah-buahan.
Pasar induk kramat jati dalam melakukan proses penjualan komoditi hortikultura
khususnya sayur mayur dan buah-buahan dilakukan oleh pedagang pengecer.
Pedagang pengecer merupakan salah satu lembaga pemasaran dimana konsumen
dapat memperoleh sayur mayur dan buah-buahan untuk dikonsumsi baik secara
pribadi maupun untuk dijual kembali.
Penyediaan buah-buahan oleh pedagang pengecer bukan hanya buah
nasional saja tapi juga buah impor. Buah-buahan merupakan barang akhir yang
tidak tahan lama kalau dilihat dari pihak pedagang buah, dimana barang akhir
3 http://www.depdag.go.id/index.php? [5 Oktober 2009]
7
merupakan barang yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi dan dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Buah-buahan merupakan
barang antara kalau dilihat dari sisi industri pengolahan buah, dimana buah-
buahan belum menjadi barang akhir dan masih akan diproses lagi sebelum dapat
digunakan oleh konsumen. Penyediaan buah tertentu akan dilakukan oleh
pedagang apabila memberikan nilai positif dalam arus penerimaan, seperti
kecenderungan pedagang hanya menjual buah-buahan nasional (nasional) atau
kecenderungan pedagang hanya menjual buah-buahan impor, atau
kencenderungan pedagang menjual buah-buahan nasional sebagai komoditi utama
dan menjual buah-buahan impor sebagai komoditi pelengkap. Hal ini tentu saja
menimbulakan adanya perbedaan pendapatan pedagang buah.
Menurut pengelola pasar induk kramat jati tahun 2009, permintaan akan
buah segar yang didistribusikan petani dari beberapa daerah di Indonesia ke pasar
induk kramat jati kurang lebih 1.000 Ton setiap hari. Jumlah tersebut terutama
didominasi enam belas jenis buah, salah satunya yaitu jeruk yang mencapai rata-
rata 400 Ton setiap hari. Buah lainnya yang paling banyak dipasok yakni melon
sebanyak 150 Ton – 200 Ton, pada saat panen raya pasokan buah melon segar
bisa mencapai 50 truk atau sekitar 300 Ton setiap hari. Buah jeruk dan melon,
kedua jenis buah tersebut paling banyak dipasok karena kebetulan sedang panen
di beberapa sentra produksi. Pasar induk Kramat Jati sebenarnya lebih dikenal
orang sebagai pusat buah mangga dan duku, namun karena dua jenis buah tersebut
tidak sedang panen, maka jumlahnya pun relatif terbatas.
Enam belas jenis buah yang saat ini banyak dipasok petani yakni pisang,
nenas, jeruk, pepaya, alpukat, apel, semangka, salak, kedondong, durian, dukuh,
mangga, anggur nasional, markisah, melon, dan manggis. Buah-buah yang dijual
ke konsumen ada yang didatangkan langsung dari petani namun sebagian melalui
pedagang perantara. Pasokan buah selama sepekan ini diantaranya, jeruk 1.768
Ton, Melon 1.093 Ton, Semangka 608 Ton, Pepaya 336 Ton, Nenas 268 Ton,
Pisang 254 Ton, Alpukat 201 Ton, Salak 178 Ton, Apel 156 Ton, Kedondong 113
Ton, Mangga 87 Ton, Markisah 78 Ton, Anggur nasional 13 Ton (PD Pasar
Kramat Jati).
8
Buah imporpun yang masuk ke Indonesia berdasarkan nilai impor dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Tahun 2008 volume impor apel telah
mencapai 145.000 Ton, pear 94.000 Ton, jeruk 25.000 Ton, durian 21.000 Ton,
dan anggur 1.100 ton4. Penjualan buah impor di pasar induk kramat jati pada
umumnya lebih laris ketimbang buah nasional, meskipun harga relatif lebih
mahal. Buah impor yang ramai saat ini adalah pear jenis Lie yang diimpor dari
China dan buah apel impor dari China, disisi lain penjualan buah nasional di pasar
induk kramat jati terlihat lebih sepi.5
Sesuai dengan uraian sebelumnya maka dapat dirumuskan permasalahan
yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik pedagang buah nasional dan buah impor serta pola
penyediaan buah nasional dan buah impor?
2. Berapa pendapatan yang diperoleh oleh masing-masing pedagang buah?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan karakteristik pedagang buah nasional dan buah impor serta
pola penyediaan buah nasional dan buah impor di pasar induk kramat jati.
2. Menganalisis tingkat pendapatan pedagang buah nasional dengan pedagang
buah impor serta pedagang buah nasional musiman dengan buah nasional
yang tersedia sepanjang tahun di pasar induk kramat jati.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi penulis untuk melatih dan
mengembangkan pola pikir ilmiah serta mencoba menerapkan teori yang didapat
selama dibangku perkuliahan dengan mengaplikasikan kekondisi realita yang ada,
sehingga dapat menambah wawasan dan cara berpikir penulis, selain itu penelitian
ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Kegunaan lainnya diharapkan dapat berguna bagi pedagang, penelitian ini
juga diharapkan dapat berguna sebagai bahan literatur bagi penelitian selanjutnya,
4 http://www.sinarharapan.co.id/berita [21 Maret 2010].
5 http://www.kapanlagi.com/h [18 Maret 2010]
9
dimana dapat memberikan informasi bagi yang ingin mengenal dan mempelajari
kondisi pedagang buah-buahan, khususnya pedagang buah-buahan di pasar induk
kramat jati.
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini akan mengambarkan mengenai karakteritsik pedagang buah,
mengetahui pola penyediaan buah serta menganalisis tingkat pendapatan
pedagang buah di pasar induk kramat jati lalu membandingkan tingkat pendapatan
pedagang buah. Pedagang buah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pedagang buah yang berjualan di dalam lokasi pasar induk kramat jati. Waktu
pelaksanaan penelitian dari bulan Desember 2009 sampai dengan 1 Januari 2010.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Informal
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. IX tahun 1995 tentang
usaha kecil menyatakan bahwa usaha kecil merupakan kegiatan ekonomi rakyat
yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan atau hasil penjualan per
tahun sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-.
3. Milik warga negara Indonesia.
4. Berdiri sendiri.
5. Bentuk usaha perorangan.
Menurut Syaukat dan Sutara dalam Zuhriski (2008), ciri-ciri sektor
informal adalah produsen berskala kecil, menggunakan tenaga kerja sendiri untuk
produksi barang, serta berkecimpung dalam kegiatan bisnis, transportasi dan
penyedia jasa. Sektor informal merupakan komponen ekonomi nasional dan
nasional yang tumbuh secara cepat. Walaupun pendapatan secara individu rendah,
secara kolektif pendapatan tersebut relatif tinggi. Sektor informal bukan hanya
pilihan bagi pencari kerja yang kurang terdidik atau terlatih dari kalangan
ekonomi menengah ke bawah, tetapi juga menjadi pilihan beberapa pencari kerja
terdidik atau terlatih dari kalangan menengah yang sulit menembus kesempatan
kerja pada sektor informal. Sektor informal dapat secara langsung berkontribusi
terhadap penurunan dan pengentasan kemiskinan.
Pialang atau perantara merupakan usaha bisnis yang berdiri sendiri dan
beroperasi sebagai penghubung antara produsen dan konsumen akhir atau
pemakai dari kalangan industri. Pialang memberikan jasa dalam hal pembelian
maupun penjualan, yaitu segala sesuatu yang bergerak dari produsen ke
konsumen. Pialang selain melayani arus produk dari produsen ke konsumen,
secara aktif juga membantu pemindahan hak kepemilikan (ownership). Pialang
biasanya diklasifikasikan atas dasar apakah mereka memiliki barang yang
dipasarkan atau tidak. Pialang dagang (merchant middlemen) memiliki produk
11
yang dipasarkan. Dua kelompok utama pialang dagang, yaitu pengecer dan grosir
(pedagang besar). Pialang agen tidak memiliki produk yang dipasarkan (Stanton
1996).
Setiap pedagang pengecer dalam melaksanakan kegiatannya selalu
bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan
pedagang. Berbagai cara atau strategi pemasaran dilakukan pedagang untuk dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Pemilihan tempat, keputusan harga dan
promosi merupakan faktor yang menentukan dalam memperoleh pasar. Pemilihan
produk yang tepat juga merupakan faktor yang sangat penting. Seorang pedagang
pengecer harus bisa menentukan pola penyediaan produk dalam hal ini adalah
buah-buahan agar produk tersebut dapat terjual dengan cepat karena sifatnya yang
mudah rusak sehingga dapat merugikan pedagang. Pola penyediaan yang
dilakukan oleh pedagang tentunya memiliki faktor yang mempengaruhi dalam
menjual buah tertentu.
2.2 Sistem Pemasaran Buah
Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan,
memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen serta
perusahaan lain. Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa
yang bernilai dengan pihak lain. Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan
memahami pelanggan dengan baik sehingga produk atau jasa itu cocok dengan
pelanggan dan selanjutnya mampu menjual dirinya sendiri. Idealnya, pemasaran
harus menghasilkan pelanggan yang siap membeli, yang dibutuhkan adalah
menyediakan produk atau jasa. Pemasaran secara lengkap merupakan proses
perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, dan
penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.
Pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha.
Pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
12
barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial. Keputusan-keputusan dalam pemasaran harus dibuat
untuk menentukan produk dan pasarnya, harga dan promosinya. Kegiatan
pemasaran tidak bermula pada saat selesainya proses produksi, juga tidak berakhir
pada saat penjualan dilakukan. Perusahaan harus dapat memberikan kepuasan
kepada konsumen jika mengharapkan usahanya dapat berjalan terus, atau
konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahan (Swastha dan
Sukotjo 1988).
Pertukaran merupakan konsep inti pemasaran, pertukaran merupakan
proses mendapatkan produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan
sesuatu sebagai imbalannya. Pertukaran juga merupakan suatu proses penciptaan
nilai karena biasanya berakibat keadaan dua pihak menjadi lebih baik. Agar
pertukaran dapat tercipta maka lima persyaratan berikut harus dipenuhi, antara
lain (Kotler 2005) :
1. Sekurang-kurangnya ada dua pihak.
2. Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang bisa bernilai bagi pihak lain.
3. Masing-masing pihak mampu mengkomunikasikan dan menyerahkan sesuatu.
4. Masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak imbalan
pertukaran.
5. Masing-masing pihak yakin bahwa bertransaksi dengan pihak lain merupakan
tindakan yang tepat dan diinginkan.
Pemasaran merupakan kegiatan yang diarahkan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran, seperti halnya pada sistem
tataniaga pertanian lainnya. Tataniaga hortikultura ditandai dengan kegiatan
pengumpulan oleh pedagang pengumpul (Desa/Kecamatan/Kabupaten) dan
kegiatan penyaluran atau borongan serta eceran. Karakteristik yang melekat pada
produk hortikultura dan produk pertanian pada umumnya adalah produk dipanen
dan dimanfaatkan dalam keadaan segar, hal ini menyebabkan sifat produk
hortikultura mudah rusak (perishable) karena masih ada proses-proses lain setelah
produk pertanian dipanen yaitu pengolahan pasca panen.
Menurut Haryadi dalam Despriza (2003), komponen utama mutu
ditentukan oleh kandungan air, bukan oleh kandungan bahan kering (dry matter).
13
Sifat yang voluminous atau bulky menyebabkan produk hortikultura susah
diangkut dan biaya pengangkutannya mahal. Harga pasar produk hortikultura
ditentukan oleh mutu (kualitas), bukan hanya kuntitasnya saja. Penanganan yang
cepat dan tepat disemua tingkat tataniaga. Lembaga tataniaga yang bergerak
dalam pemasaran komoditas seperti itu menghadapi resiko fisik dan ekonomis
yang tinggi, sehingga dapat diperkirakan bahwa lembaga ini juga ingin
mendapatkan marjin keuntungan yang tinggi.
Karakteristik produk hortikultura mudah rusak (perishable), maka peranan
lembaga pemasaran sebagai pihak menghubungkan produsen buah-buahan ke
konsumen sangat penting. Tujuannya adalah untuk menjaga kualitas buah agar
kualitas buah yang diterima konsumen tetap bagus dan tidak menurun. Salah satu
lembaga pemasaran yang berperan penting dalam mempercepat sampainya produk
ke tangan konsumen adalah pedagang eceran. Usaha eceran meliputi seluruh
aktivitas yang melibatkan penjualan barang dan jasa langsung ke konsumen, baik
digunakan untuk kepentingan bisnis maupun digunakan untuk keperluan pribadi
(non bisnis).
Menurut Lukmanto dan Suharyanto dalam Despriza (2003), stategi bisnis
jangka panjang pengecer dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1. Pemilihan lokasi yang strategis.
2. Menekan biaya agar relatif rendah.
3. Meningkatkan mutu private label dan menyediakan produk segar.
Keberhasilan suatu bisnis eceran juga tidak terlepas dari citra yang ditampilkan
oleh pengecer, hal ini disebabkan karena citra berperan penting dalam
mengkomunikasikan harapan terhadap publik dan sebagai penyaring terhadap
pelayanan yang kurang baik. Citra tidak hanya dapat mempengaruhi konsumen,
namun juga dapat mempengaruhi pegawai, calon pegawai dan pemilik sumber
daya sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi keuangan suatu bisnis
eceran.
2.3 Pasar Induk dan Pasar Penunjang
Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia Tahun 2009,
mendefinisikan pasar induk sebagai pusat distribusi yang menampung hasil
14
produksi petani dalam jumlah partai besar yang dibeli oleh para pedagang tingkat
grosir. Komoditi pertanian tersebut kemudian dilelang atau dijual kepada para
pedagang tingkat eceran untuk selanjutnya diperdagangkan di pasar-pasar eceran
yang tersebar di berbagai tempat mendekati lokasi para konsumen. Pasar Induk
menempati area yang besar yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung
seperti pergudangan, tempat pelelangan, pusat infomasi pasar, perkantoran,
bongkar muat dan parkir yang lapang.
Peranan, fungsi serta guna pasar induk sebagai berikut :
1. Membantu pedagang grosir komoditi pertanian (sayur mayur dan buah-
buahan) mendapatkan tempat berdagang yang layak.
2. Membina pedagang grosir menjadi pedagang yang tumbuh menjadi besar
namun lebih profesional yang bisa memelihara mekanisme perdagangan yang
sehat.
3. Menciptakan akses pasar dan transparansi harga bagi petani produsen
sehingga mereka bisa lebih mengetahui kualitas yang dibutuhkan pasar serta
lebih meningkatkan produksi dan pendapatannya.
4. Membantu pemerintah kota atau daerah dalam menata tata ruang wilayah serta
membina pelaku usaha menjadi pelopor pembangunan ekonomi rakyat.
5. Membantu pemerintah dalam menciptakan pasar dalam negeri yang
terintegrasi antar wilayah. Disparitas harga antar wilayah menjadi kecil dan
dengan cepat bisa di hilangkan, hal ini bisa terwujud karena sistem distribusi
menjadi lebih baik dan tersedia informasi yang lebih akurat tentang
dinamisme kebutuhan konsumen dan dinamisme produksi para petani.
6. Membantu agar margin distribusi menjadi lebih rendah dan tingkat fluktuasi
harga konsumen lebih mudah dikendalikan.
Pasar Penunjang adalah bagian dari pasar induk yang membeli dan
menampung hasil produksi petani yang berlokasi jauh dari pasar induk. Pasar ini
bertugas sebagai penampung sementara karena komoditi yang berhasil ditampung
akan dipindahkan ke pasar induk untuk selanjutnya dilelang ke pedagang tingkat
eceran.
Pasar Penunjang dibangun di daerah yang mempunyai potensi besar
sebagai sentra produksi pertanian yang berkapasitas komoditi yang
15
diperdagangkan lebih dari 30 Ton/hari. Berlokasi di tengah daerah produsen dan
memiliki akses jalan yang cukup baik dan sarana transportasi yang cukup.
Transaksi umumnya dilakukan dengan partai besar oleh para petani dengan
pedagang antar daerah. Peranan, fungsi serta guna pasar penunjang sebagai
berikut :
1. Membantu petani yang berada di wilayah sentra-sentra produksi mandapatkan
akses pasar yang lebih dekat dan lebih transparan.
2. Merupakan sarana pengumpulan hasil produksi petani dari berbagai sentra
produksi untuk kemudian diangkut ke pasar induk.
3. Membantu petani di sentra produksi mendapatkan akses permodalan karena di
pasar penunjang ditempatkan lembaga keuangan mikro.
4. Membantu petani meningkatkan kualitas produksinya karena pasar penunjang
menyediakan pusat informasi dan tenaga pendamping yang dapat memberikan
edukasi kepada petani tentang berbagai pengetahuan teknis yang perlu
diketahui para petani.
5. Menyediakan data yang lebih akurat tentang kapasitas produksi suatu sentra
produksi.
6. Menyediakan informasi tentang pola tanam petani sehingga diharapkan dapat
diantisipasi lebih awal kemungkinan terjadinya over supply atau lack of supply
yang dapat menyebabkan harga menjadi tidak stabil.
Prosedur serta penentuan tempat lokasi berdagang di pasar induk dan
dipasar penunjang ditentukan lewat kocokan (diundi), dengan prioritas atau
ketentuan penempatan sebagai berikut :
1. Komoditas utama (dagangan komoditas utama pasar) dibagi merata (untuk
pemerataan lokasi).
2. Komoditas umum dibagi merata setelah komoditas utama.
Pemesan tempat jualan atau lapak jualan dengan menggunakan surat
pemesanan, di dalam surat pemesanan tercantum persyaratan :
1. Uang pendaftaran pemesanan tempat berjualan sebesar Rp 500.000,-. Dengan
ketentuan uang pendaftaran dapat hangus jika; lapak atau los tidak ditempati
paling lama setelah 2 minggu beroperasi, volume dagangan yang terjadi tidak
16
mencapai target atau tidak sesuai dengan volume yang dilaporkan pada saat
pemesanan tempat.
2. Menyanggupi pembayaran administrasi penggunaan lapak sebesar Rp 75,-/Kg
untuk komoditas yang dijual. Biaya administrasi merupakan pembayaran rutin
setelah beroperasi, yaitu :
Untuk barang masuk
Biaya Administrasi sebesar Rp 75,-/Kg. Terdiri dari biaya administrasi
pengelola (termasuk sewa los dan biaya prasarana) sebesar Rp 65,-/Kg,
biaya buruh (biaya bongkar) sebesar Rp 10,-/Kg.
Biaya jasa timer bongkar untuk mengatur ketertiban jalur kendaraan
bongkar.
Biaya parkir.
Untuk barang keluar :
Biaya jasa muat barang belanjaan
Biaya timer kendaraan muat untuk mengatur ketertiban jalur kendaraan
muat.
Berfungsinya Pasar Induk dan Pasar Penunjang maka petani akan sangat
terbantu dalam memasarkan dan meningkatkan produksinya serta mandapatkan
pendapatan yang wajar. Konsumen juga akan menikmati produk pertanian yang
berkualitas dengan harga yang terjangkau. Para pedagang dan pengusaha akan
lebih bergairah karena mendapatkan tempat yang layak dan sehat untuk berusaha.
Pemerintah dapat mengendalikan harga dengan mudah karena pasar di dalam
negeri menjadi lebih terintegrasi dan margin distribusi menjadi lebih rendah.
2.4 Penelitian Terdahulu
Despriza (2003), dengan judul penelitian analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan penyediaan dan pendapatan pengecer buah, kasus di
kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan pola
penyediaan buah nasional dan impor di pedagang pengecer buah. Mengetahui
faktor yang menentukan keputusan pedagang pengecer dalam menjual buah
tertentu dan mengetahui faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang. Tujuan
pertama dilakukan dengan cara mendeskripsikan pedagang pengecer, lalu
17
dilanjutkan dengan matriks perbandingan berpasangan. Tujuan kedua diperoleh
dengan menggunakan analisis faktor dan tujuan ketiga diperoleh dengan
melakukan analisis regresi.
Pedagang pengecer kios buah didominasi oleh pedagang yang berusia 26-
35 tahun yaitu sebesar 44 persen. Pedagang yang sedikit jumlahnya yang berusia
36-45 tahun dan 46-55 tahun, masing-masing sebesar 13 persen. Pedagang buah
ini seperti halnya pedagang buah kelompok pertama lebih banyak yang
berpendidikan SMP yaitu sebesar 43 persen. Rata-rata omset penjualan per hari
adalah Rp 91.000,-. Sebanyak 43 persen pedagang mendominasi omset penjualan
per hari sebesar Rp 500.000 – Rp 700.000,-. Pedagang ini umumnya melakukan
pembelian buah untuk dijual 2 sampai 3 kali dalam seminggu. Umumnya
pedagang buah di Kota Bogor menjual buah sebanyak 8 sampai 12 jenis buah.
Beberapa pedagang buah yang hanya menjual 6 jenis buah, namun ada juga
pedagang yang menjual buah 14 jenis buah.
Hasil analisis faktor yang dilakukan, terbentuk tiga faktor utama
(komponen utama). Komponen itu adalah komponen utama pertama, yaitu
ketahanan buah terhadap kerusakan terdiri dari variabel susut (X9), bentuk (X12)
dan ketahanan fisik (X1). Bila dilihat dari nilai communility nya adalah susut
sebesar 82,8 persen, bentuk sebesar 72,3 persen dan ketahanan fisik sebesar 51,3
persen. Komponen utama kedua adalah daya tarik buah oleh konsumen terdiri dari
warna (X11), cepat dibeli (X6), dan lama simpan (X3). Variabel warna mempunyai
nilai communility sebesar 63,3 persen, yang artinya sebesar 63,3 persen dari
variabel ini bisa dijelaskan oleh variabel yang terbentuk. Variabel cepat dibeli
memiliki nilai communility sebesar 46,8 persen. Hal ini berarti sekitar 46,8 persen
dari variabel cepat dibeli bisa dijelaskan oleh tiga komponen utama yang
terbentuk. Komponen utama ketiga adalah biaya dan penerimaan adalah marjin
penjualan (X2) dan jarak pembelian (X5). Variabel marjin penjualan memiliki nilai
communility yang cukup tinggi yaitu sebesar 78,9 persen. Hal ini berarti variabel
marjin penjualan bisa menjelaskan tiga komponen yang terbentuk sebesar 78,9
persen. Variabel jarak pembelian memiliki nilai communility sebesar 78,2 persen.
Nilai ini berarti variabel jarak pembelian bisa menjelaskan tiga komponen yang
terbentuk sebesar 78,2 persen.
18
Hasil pendugaan terhadap pendapatan diperoleh koefisien determinasi (R2)
sebesar 71,9 persen yang artinya 71,9 persen keragaman dalam pendapatan dapat
dijelaskan oleh peubah-peubah bebasnya dalam model. Variabel omset penjualan,
jumlah jenis buah dan proporsi penjualan buah impor merupakan variabel yang
berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Proporsi omset tiga buah yang cepat laku
dan proporsi omset tiga buah yang ketahanan fisiknya baik merupakan variabel
yang tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan.
Zuhriski (2008), dengan judul penelitian analisis pendapatan pedagang
sayur keliling di kelurahan tegallega Kota Bogor. Permasalahan dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut; 1) Berapa tingkat pendapatan usaha pedagang
sayur keliling, 2) Apakah usaha pedagang sayur keliling menguntungkan.
Penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) di Kelurahan Tegallega Kota
Bogor. Zuhriski dalam penelitiannya membagi penjualan sayur kedalam empat
wilayah. Data dan informasi dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Alat
analisis yang digunakan ∏ = TR-TC dan R/C ratio.
Analisis total penjualan yang diperoleh terlihat bahwa wilayah sangat
mempengaruhi para pedagang sayur keliling dalam menjajakan sayurannya.
Wilayah tiga merupakan wilayah yang memiliki nilai penjualan tertinggi bila
dibandingkan dengan tiga wilayah lainnya. Rata-rata pedagang sayur keliling
diwilayah tiga memperoleh total penjualan dalam satu minggu sebesar Rp
620.716,67 total penjualan terendah berada pada wilayah empat. Penyebabnya
karena wilayah ini tidak memiliki kepadatan penduduk seperti di wilayah tiga.
Rata-rata pedagang sayur keliling di wilayah empat dalam satu minggu
memperoleh total penjualan sebesar Rp 464.083,33.
Berdasarkan pendapatan tunai yang diperoleh pedagang sayur di masing-
masing wilayah terlihat bahwa pedagang sayur keliling di wilayah memperoleh
pendapatan tunai sebesar Rp 83.066,67 dengan pendapatan total sebesar Rp
41.469,85. Pendapatan tunai terendah terdapat pada wilayah empat dengan nilai
sebesar Rp 58.100,00 dan pendapatan total sebesar Rp 20.283,07. Pendapatan
tunai dipengaruhi oleh biaya-biaya yang diperhitungkan yang dikeluarkan oleh
masing-masing pedagang di masing-masing wilayah berbeda.
19
Hasil analisis pendapatan pedagang sayur keliling yang diperoleh
menunjukkan bahwa usaha pedagang sayur keliling dimasing-masing wilayah
menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai R/C ratio di tiap-tiap wilayah.
Pedagang sayur keliling di wilayah tiga memiliki nilai R/C ratio sebesar 1,072.
Sedangkan nilai R/C ratio terendah terdapat pada wilayah empat yakni sebesar
1,046. Dari kedua nilai R/C ratio dapat diketahui bahwa usaha pedagang sayur
keliling menguntungkan karena nilai R/C ratio lebih besar dari satu. Perbedaan
R/C ratio antar wilayah tidak terlalu besar, hal ini di sebabkan karena biaya tenaga
kerja dimasukkan kedalam analisis.
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teori
3.1.1 Tataniaga Pertanian
Menurut Bachtiar Rivai dalam Limbong dan Situros (1987),
mendefinisikan tataniaga pertanian merupakan serangkaian jasa-jasa untuk
mengusahakan benda-benda mengalir mulai dari titik produksi hingga titik
konsumsi. Pengertian jasa-jasa dalam hal ini termasuk atau mencakup semua
fungsi yang merubah benda dalam hal bentuk, waktu, tempat atau hak milik.
Pengertian jasa bila ditinjau dari segi ekonomi maka kegiatan tataniaga pertanian
merupkan kegiatan yang produktif, karena memberikan kegunaan bentuk,
kegunaan waktu, kegunaan tempat dan kegunaan hak milik pada komoditi hasil
pertanian.
Menurut Limbong dan Situros (1987), kegiatan tataniaga pertanian dari
tingkat produsen ke tingkat konsumen diperlukan berbagai kegiatan atau
tindakan-tindakan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang atau jasa
bersangkutan, kegiatan tersebut dinamakan sebagai fungsi-fungsi tataniaga.
Fungsi tataniaga tersebut dapat dikelompokkan atas tiga fungsi, yaitu :
1. Fungsi pertukaran.
Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik
dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi
pembelian dan fungsi penjualan. Fungsi pembelian berhubungan dengan
pemindahan hak milik dari sejumlah barang atau jasa yang dipasarkan dengan
tujuan untuk persediaan produksi atau untuk dijual kembali.
Fungsi penjualan bertujuan untuk mencari atau mengusahakan agar ada
pembeli atau adanya permintaan pasar yang cukup baik terhadap barang atau
jasa yang dipasarkan pada tingkat harga yang menguntungkan, selain itu
fungsi penjualan juga melakukan kegiatan mencari pasar lokasi atau tempat,
kwalitas maupun waktu yang tepat untuk memasarkan komoditi pada setiap
pasar tujuan (pasar sasaran).
21
2. Fungsi fisik.
Fungsi fisik merupakan semua tindakan yang langsung berhubungan dengan
barang atau jasa sehingga menimbulkan guna tempat, guna bentuk, dan guna
waktu. Fungsi fisik meliputi kegiatan Penyimpanan, pengolahan dan
pengangkutan. Fungsi penyimpanan bertujuan untuk menyimpan barang
selama belum dijual atau menunggu diangkut ke daerah pemasaran atau
menunggu untuk diolah.
Fungsi pengangkutan bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa di daerah
konsumen sesuai dengan kebutuhan konsumen baik menurut waktu, jumlah
dan mutunya. Fungsi pengangkutan mempunyai kegiatan perencanaan jenis
alat angkutan yang digunakan, volume yang akan diangkut, waktu
pengangkutan dan jenis barang yang akan diangkut. Fungsi pengangkutan
harus dapat direncanakan dengan matang menginggat komoditi hasil pertanian
bersifat mudah busuk, dalam jumlah yang besar, memerlukan tempat, dan
mudah rusak.
3. Fungsi fasilitas.
Fungsi fasilitas merupakan tindakan yang bertujuan untuk memperlancar
kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi
fasilitas terdiri dari fungsi standardisasi dan grading, fungsi penanggungan
resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Fungsi standardisasi
dan grading bertujuan untuk penentuan mutu suatu barang dengan
menggunakan berbagai ukuran seperti warna, susunan kimia, ukuran bentuk,
kekuatan atau ketahanan, kadar air, tingkat kematangannya dan rasa.
Fungsi penanggungan resiko merupakan resiko kejadian yang tidak diduga
seperti kehilangan, kebakaran, penurunan harga. Resiko tersebut dapat saja
terjadi ketika penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan. Fungsi
pembiayaan meliputi penyediaan dana untuk membeli komoditi yang hendak
dijual, menyediakan kredit bagi para langganan, dan membayar semua biaya-
biaya dimulai dari proses pengankutan sampai proses komoditi tersebut siap
dijual kekonsumen akhir. Fungsi informasi pasar meliputi kegiatan
pengumpulan informasi pasar serta menafsirkan data informasi pasar tersebut.
sehingga pedagang dapat menentukan pemasaran komoditi selanjutnya.
22
Definisi tataniaga pertanian seharusnya dapat memberikan keterangan
tentang komoditi, partisipan dan luas pasar dan batas pasar dengan pasar, selain
itu juga dapat memberikan indikasi tentang struktur pasar atau sifat dari proses
pembentukan harga, karena proses tataniaga pertanian sebenarnya dimulai
sebelum komoditi dihasilkan.
3.1.2 Pasar dan Bentuk Pasar
3.1.2.1 Pasar
Menurut Swastha dan Sukotjo (1988), konsumen yang membeli suatu
barang atau jasa akan terlibat dalam suatu transaksi pembelian. Transaksi jual-beli
yang terjadi dilakukan oleh penjual dan pembeli. Kejadian ini berlangsung pada
saat tertentu di tempat tertentu, sehingga pasar dapat dianggap sebagai suatu
tempat. Pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang
untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Definisi pasar dapat
diketahui adanya tiga unsur penting yang terdapat dalam pasar, yaitu orang
dengan segala keinginannya, daya beli mereka, dan kemauan untuk
membelanjakan uangnya.
Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi dimana pembeli
(konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah
kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah
(kuantitas) barang dengan kuantitas tertentu yang menjadi objek transaksi. Kedua
pihak (pembeli dan penjual), mendapatkan manfaat dari adanya transaksi atau
pasar. Pihak pembeli mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi dan
memuaskan kebutuhannya sedangkan penjual mendapatkan imbalan pendapatan
untuk selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku
ekonomi produksi atau pedagang.
Proses transaksi dapat berjalan dan kedua belah pihak mencapai tujuannya,
masing-masing pihak akan selalu berusaha mencari informasi yang akurat dan up
to date tentang berbagai hal. Pembeli berusaha mendapatkan informasi tentang
barang apa saja yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya, berapa jumlah yang
tersedia, dimana barang tersebut tersedia serta bagaimana kualitasnya. Penjual di
pihak lain, juga mencari informasi tentang barang apa saja yang dibutuhkan oleh
23
konsumen, kapan dibutuhkan, berapa banyak yang dibutuhkan, kwalitas seperti
apa yang diinginkan dan dimana konsumen merasa senang untuk
mendapatkannya.
Pembeli dan penjual pada dasarnya yang paling dibutuhkan oleh kedua
belah pihak tersebut adalah adanya media atau wadah yang dapat mengumpulkan
dan menyebar luaskan objek transaksi termasuk bagaimana transaksi dapat
dilakukan, dalam era globalisasi seperti sekarang ini dengan semakin intensifnya
penggunaan teknologi informasi, transaksi dapat dilakukan melalui jaringan
internet dimana pembeli dan penjual tidak perlu harus bertemu langsung.
Hanya saja tidak semua pembeli dan penjual dapat memanfaatkan
kecanggihan internet dalam melakukan transaksi, wadah ini hanya dapat
digunakan oleh sebagian kecil penduduk yang mengerti tentang penggunaan
internet dan memiliki cukup penghasilan yang memadai. Mayoritas penduduk
masih membutuhkan wadah atau tempat transaksi yang mudah digunakan dan
dijangkau, serta dimana pembeli dan penjual dapat langsung bertemu secara fisik,
dalam kaitan ini agar transaksi bisa berjalan lancar, aman dan tertib, dibutuhkan
tempat yang layak yaitu pasar.
3.1.2.2 Bentuk Pasar
Pasar menurut persaingannya dibagi menjadi empat, yaitu (Rahardja dan
Manurung 2001; Sudarman dan Algifari 1991) :
1. Pasar persaingan sempurna (perfect competition market), seorang produsen
yang beroperasi pada pasar persaingan sempurna dikatakan pada kondisi
keseimbangan apabila dari output yang dia jual dapat diperoleh keuntungan
maksimum atau kerugian minimum. Pasar persaingan sempurna memiliki ciri
sebagai berikut :
Penjualnya banyak.
Barang yang dijual bersifat homogen.
Barang yang dijual seorang penjual merupakan bagian kecil dari seluruh
barang yang ada di pasar tersebut.
Setiap penjual mempunyai kebebasan masuk atau keluar pasar.
pengetahuan penjual dan pembeli tentang keadaan pasar lengkap.
24
Mobilitas sumber ekonomi di seluruh pasar adalah bebas dan tidak ada
hambatan.
2. Pasar persaingan monopoli, sebab terjadinya pasar monopoli diantaranya
sebagai berikut; 1) produsen memiliki faktor produksi strategis yang tidak
dimiliki oleh produsen lain. 2) pemilikan hak paten. 3) pemberian pemerintah.
4) ukuran pasar yang sangat kecil sehingga dengan satu produsen saja sudah
cukup memenuhi permintaan pasar. 5) produsen menerapkan kebijaksanaan
penetapan harga (lirnit pricing policy), yaitu menetapkan harga jual yang
sangat rendah sehingga produsen lain tidak mau memasuki pasar tersebut.
Seorang monopolis dapat menentukan harga jual di pasar bagi produk yang
dihasilkannya sesuai dengan tingkat keuntungan yang dia harapkan, apabila
monopolis menginginkan jumlah ouput yang terjual sedikit, maka dia harus
menaikkan harga jual produknya, begitu pun sebaliknya. Pasar monopoli
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Pasar hanya terdapat satu penjual dan banyak pembeli.
Tidak ada penjual lain yang dapat menjual output pengganti bagi output
yang dijual monopolist tersebut.
Ada halangan masuk pasar bagi penjual lain, baik bersifat alami maupun
buatan (barier to entry).
3. Pasar persaingan monopolistik, struktur pasar persaingan monopolistik hampir
sama dengan pasar persaingan sempurna, cuman produk yang dihasilkan
didalam pasar persaingan monopolistik tidak homogen, melainkan
terdiferensiasi (differentiated product). Diferensiasi produk ini mendorong
produsen (penjual) untuk melakukan persaingan non harga, terutama melalui
iklan untuk membangun citra terhadap produk yang dijual produsen.
Walaupun ada kemungkinan produk yang di jual produsen satu dengan
produsen yang lain saling menjadi subtitusi. Ciri pasar persaingan
monopolistik sebagai berikut :
Produsen (penjual) banyak.
Barang yang dijual terdiferensiasi.
Barang yang dijual seorang penjual merupakan bagian kecil dari seluruh
barang yang ada di pasar tersebut.
25
Setiap penjual mempunyai kebebasan masuk atau keluar pasar.
pengetahuan penjual dan pembeli tentang keadaan pasar lengkap.
Mobilitas sumber ekonomi di seluruh pasar adalah bebas dan tidak ada
hambatan.
4. Pasar persaingan oligopoli, pasar dimana terdiri dari hanya sedikit produsen
(penjual). Produsen memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi harga
pasar. Produk dapat homogen atau terdiferensiasi. Perilaku setiap produsen
akan mempengaruhi perilaku produsen lainnya dalam pasar. Jadi, kondisi
pasar oligopoli mendekati kondisi pasar monopoli. Ciri pasar oligopoli sebagai
berikut :
Hanya sedikit produsen (penjual).
Produknya homogen atau terdiferensiasi.
Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi.
Kompetisi non harga.
Produsen (penjual) memperhatikan reaksi konsumen terhadap produk yang
dijual.
Pasar menurut kepentingan usahanya dibagi menjadi empat, yaitu
(Swastha dan Sukotjo 1988; Kotler 2005) :
1. Pasar konsumen, merupakan pasar yang terdiri dari sekelompok pembeli yang
membeli barang-barang untuk dikonsumsikan, bukannya dijual atau diproses
lebih lanjut. Termasuk dalam pasar konsumen ini adalah pembeli-pembeli
individual atau pembeli rumah tangga (non bisnis). Barang yang dibeli adalah
barang konsumsi. Produsen didalam pasar konsumen berusaha membangun
citra produk yang unggul. Pembangunan citra ini menuntut didapatkannya
pemahaman yang jelas tentang konsumen sasaran, kebutuhan-kebutuhan apa
yang akan dipenuhi oleh produsen, dan pengkomunikasian penentuan posisi
merek secara gencar dan kreatif.
2. Pasar penjual atau pasar bisnis, merupakan pasar yang terdiri atas individu-
individu dan lembaga atau oragnisasi yang membeli barang-barang untuk
dipakai lagi (bisnis), baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam
memproduksi barang lain yang kemudian dijual. Barang yang dibeli adalah
barang industri. Produsen yang menjual barang-barang dipasar industri atau
26
pasar bisnis menghadapi para pembeli profesional yang terlatih, terinformasi
dengan baik dan terampil dalam menilai tawaran yang bersaing. Pembeli di
pasar industri membeli barang berdasarkan kegunaan barang tersebut sehingga
memungkinkan mereka untuk membuat atau menjual kembali produk ke
pembeli lain dan juga mereka membeli produk dalam rangka mencari laba.
3. Pasar global, produsen yang menjual barang dipasar global menghadapi
keputusan dan tantangan tambahan, yaitu produsen harus memutuskan negara
mana yang harus dimasuki, bagaimana cara memasuki negara tujuan,
bagaimana cara mengadaptasi fitur produk dan jasa mereka ke masing-masing
negara, bagaimana menetapkan harga produk mereka di negara-negara yang
berlainan dalam suatu cakupan harga yang cukup sempit untuk menghindari
terciptanya pasar gelap bagi barang yang di jual.
4. Pasar pemerintah, merupakan pasar dimana terdapat lembaga-lembaga
pemerintah, seperti departemen-departemen, direktorat, kantor-kantor dinas,
dan instansi pemerintah lainnya.
3.1.3 Pedagangan Eceran
Menurut Stanton (1996), eceran mencakup semua kegiatan yang langsung
berhubungan dengan penjualan barang atau jasa ke konsumen akhir untuk
pemakai non bisnis atau pribadi. Meskipun eceran umumnya dilakukan melalui
toko pengecer, kadang-kadang eceran juga dapat dilakukan oleh pranata-pranata
lain. Perusahaan atau pabrikan, grosir atau toko pengecer yang menjual sesuatu ke
konsumen akhir untuk pemakaian non bisnis dapat dikatakan sedang melakukan
penjualan eceran. Hal ini berlaku tanpa melihat bagaimana produk dijual
(langsung ke konsumen, melalui telepon, pos, atau mesin otomatis) atau di mana
produk dijual (di toko atau langsung ke rumah konsumen).
Pengecer (retailer) atau toko eceran adalah usaha bisnis yang menjual
barang-barang terutama (lebih dari setengah volume penjualan toko) ke konsumen
rumahtangga untuk digunakan secara non bisnis. Istilah pengecer pada umumnya
sama dengan penyalur (dealer), sedangkan diluar fungsi ini, pialang yang
berfungsi sebagai grosir disebut distributor.
27
Pialang atau perantara merupakan usaha bisnis yang berdiri sendiri dan
beroperasi sebagai penghubung antara produsen dan konsumen akhir atau
pemakai dari kalangan industri. Pialang memberikan jasa dalam hal pembelian
maupun penjualan, yaitu segala sesuatu yang bergerak dari produsen ke
konsumen. Pialang selain melayani arus produk dari produsen ke konsumen,
secara aktif juga membantu pemindahan hak kepemilikan (ownership). Inti
operasi dari perantara (pialang) terletak pada peranannya yang aktif dan penting
dalam melakukan negosiasi bisnis, yaitu segala sesuatu yang menyangkut
pembelian dan penjualan barang.
Pialang biasanya diklasifikasikan atas dasar, apakah mereka memiliki
barang yang dipasarkan atau tidak. Pialang memiliki barang yang akan di
dagangkan maka disebut pialang dagang (merchant middlemen), sedangkan
pialang yang tidak memiliki barang yang akan di dagangkan maka disebut pialang
agen. Pengecer dan grosir merupakan dua kelompok pialang dagang.
Pialang mempunyai peranan yang sangat penting dalam banyak hal,
bahkan dalam semua kasus dimana konsumen terlibat didalamnya. Pialang
menyediakan berbagai barang dan jasa untuk mensuplai pelanggannya. Jasa
pergudangan yang disediakan oleh pialang, kegiatan memilih barang ke bentuk
yang dapat dijajakan dalam penjualan eceran, dan informasi pasar yang
disediakan, semuanya memberikan manfaat yang tidak kecil bagi pensuplai dan
pelanggan. Seringkali kuantitas dan ragam barang yang diproduksi oleh
perusahaan tidak dapat mengimbangi jumlah dan variasi barang yang dibutuhkan
oleh konsumen, oleh sebab itu dunia usaha membutuhkan seseorang untuk
berfungsi sebagai jembatan penghubung antara apa yang di produksi dan apa yang
diinginkan oleh konsumen. Fungsi seperti inilah yang menjadi tugas pialang.
Tugas pialang secara garis besar mencakup, yaitu :
1. Mengumpulkan atau mengkonsentrasikan aneka ragam produk dari berbagai
produsen.
2. Menyamakan, merupakan kegiatan mengelompokkan produk-produk yang
telah dikumpulkan dalam jumlah yang sesuai dengan keinginan konsumen dan
kemudian memilah-milahnya menjadi satu ragam barang yang dibutuhkan
konsumen.
28
3. Menyebarkan kelompok barang ke konsumen atau pembeli dari kalangan
industri.
Beberapa kasus, ketiga tugas pialang secara garis besar (konsentrasi, penyamaan
dan penyebaran) dilakukan secara sederhana dan langsung dari produsen ke
konsumen akhir.
Klasifikasi pengecer berdasarkan empat hal, yaitu :
1. Ukuran toko berdasarkan volume penjualan, volume toko merupakan dasar
yang berguna untuk mengklasifikasikan toko eceran karena toko dengan
ukuran yang berbeda (diukur dari penjualannya) mempunyai masalah
manajemen yang tersendiri. Pembelian, promosi, keuangan, hubungan antar
karyawan, dan pengendalian biaya sangat dipengaruhi apakah volume
penjualan toko kecil atau besar.
2. Lini produk yang ditangani, klasifikasi pengecer berdasarkan lini produk yang
diperdagangkan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori; yaitu toko yang
menjual aneka ragam lini produk dan toko yang menjual lini produk terbatas.
3. Bentuk kepemilikan usaha, kategori pengecer berdasarkan bentuk kepemilikan
(store ownership) dibagi menjadi tiga; yaitu toko yang mandiri (independent
stores), rangkaian toko berbentuk perusahaan (corporate chain store), dan
gabungan atau asosiasi toko-toko mandiri dengan tujuan agar dapat bersaing
secara efektif dengan tipe toko berbentuk perusahaan.
Metoda operasi, berdasarkan klasifikasi ini pengecer dibagi menjadi empat; yaitu
operasi tradisional dimana penjualan dengan pelayanan penuh di dalam toko,
operasi eceran langsung, operasi eceran dengan potongan, operasi eceran non toko
(eceran dari rumah ke rumah, pos, mesin otomatis).
3.1.4 Biaya
Menurut Nicholson (2002), Biaya secara garis besarnya terdiri dari dua,
yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya dilihat dari segi waktu terbagi menjadi
dua, yaitu biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Jangka pendek
merupakan periode waktu dimana sebuah perusahan harus mempertimbangkan
beberapa inputnya secara absolut bersifat tetap dalam membuat keputusannya.
Jangka panjang merupakan periode waktu dimana sebuah perusahan
29
mempertimbangkan seluruh inputnya bersifat variabel dalam membuat
keputusannya.
Menurut Rahardja dan Manurung (1999), biaya total jangka pendek (total
cost) sama dengan total biaya tetap ditambah total biaya variabel. Biaya tetap
(fixed cost) adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada jumlah
pegadaan buah (biaya sewa kios, gaji pegawai, iuran listrik, iuran fasilitas umum,
iuran keamanan, dan upah service timbangan). Biaya variabel (variable cost)
adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada jumlah pegadaan buah (upah
bongkar komoditi dan biaya pembelian buah), secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut :
dimana :
STC = Biaya total jangka pendek
SFC = Total biaya tetap jangka pendek
SVC = Total biaya variabel jangka pendek
Biaya rata-rata merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh jumlah satu unit buah yang ingin diperdagangkan, jika jumlah total
buah yang dibeli pedagang dinotasikan sebagai (Q), maka total biaya tetap (TFC)
dibagi dengan jumlah total buah yang dibeli pedagang (Q) merupakan average
fixed cost (AFC), sedangkan total biaya variabel jangka pendek (SVC) dibagi
dengan jumlah total buah yang dibeli merupakan average variable cost (AVC),
maka secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
AFC = TFC
Q
AVC = TVC
Q
Biaya tetap rata-rata (AFC) merupakan biaya tiap perkilogram buah yang
dikeluarkan oleh pedagang untuk menjual buah yang sifatnya biaya tetap. Biaya
variabel rata-rata (AVC) merupakan biaya tiap perkilogram buah yang
dikeluarkan oleh pedagang untuk menjual buah yang sifatnya biaya variabel.
STC = SFC + SVC
30
Besarnya biaya total rata-rata (ATC) adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh
pedagang untuk memperoleh satu kilogram buah yang ingin dijual. Besarnya
biaya total rata-rata dapat diperoleh dari biaya total (total cost) dibagi dengan
jumlah total buah yang dibeli (Q),
Menurut Nicholson (2020), biaya total rata-rata secara matematis dapat
ditulis sebagai berikut :
AC = TC
Q
Jangka pendek total cost (TC) sama dengan total fixed cost (TFC)
ditambah total variable cost (TVC), maka biaya total rata-rata (ATC) sama
dengan biaya tetap rata-ratanya (AFC) ditambah biaya variabel rata-ratanya
(AVC), maka secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
Berdasarkan konsep biaya, maka biaya di bedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakan
tenaga kerja per orang per satuan waktu. Harga tenaga kerja adalah upahnya
(per jam atau per hari).
2. Biaya barang modal
Biaya barang modal merupakan biaya ekonomi penggunaan barang modal,
bukanlah berapa besar uang yang harus dikeluarkan untuk menggunakannya,
melainkan berapa besar pendapatan yang diperoleh bila mesin disewakan
kepada pengusaha lain, karena itu biaya barang modal diukur dengan harga
sewa mesin.
3. Biaya kewirausahawanan
Wirausaha (pengusaha) adalah orang yang mengombinasikan berbagai faktor
produksi untuk ditransformasi menjadi output berupa barang dan jasa, dalam
upaya tersebut, pengusaha harus menanggung resiko kegagalan atas
keberanian menanggung resiko tersebut. Pengusaha akan mendapat balas jasa
berupa laba. Makin besar resiko yang dihadapi maka laba yang diharapkan
juga akan semakin besar. Laba disini merupakan laba ekonomi, yaitu
AC = AFC + AVC
31
kelebihan pendapatan yang diperoleh dibandingkan jika dia memilih alternatif
lain.
3.1.5 Pendapatan
Alokasi sumberdaya mempunyai peranan yang sangat penting dalam
memilih jenis usaha, karena itu pula penting dalam menyusun pola organisasi
usaha yang efisien. Jenis usaha dipertimbangkan dalam perencanaan usaha selama
sumbangan yang diharapkan terhadap pendapatan bersih usaha melebihi biaya
yang diluangkan sumberdaya yang digunakan.
Menurut Ibrahim (2009), keuntungan (profit) merupakan tujuan utama
dalam melakukan usaha, semakin besar keuntungan yang diterima maka semakin
efisien usaha yang dijalankan, didasarkan pada perkiraan dan perencanaan jumlah
produk yang dijual. Hal ini dapat diketahui dari hasil penjualan produk kapan
pedagang mendapatkan keuntungan maksimal (terbanyak). Ketika total
penerimaan (total revenue) sama dengan total biaya (total cost), maka pedagang
bisa dikatakan berada pada posisi titik pulang pokok (break even point).
Menurut Limbong dan Sitorus (1987), break even point (BEP) merupakan
kondisi dimana tidak untung dan tidak rugi, dengan kata lain penerimaan total
(TR) sama dengan total biaya-biaya (TC) atau (TR = TC). Jadi kondisi dimana
pedagang memperoleh total penerimaan sama dengan total biaya-biayanya maka
pedagang mengalami titik impas atau break even point. Kondisi pedagang berada
di bawah titik impas maka dapat dikatakan pedagang berada dalam kondisi
mengalami kerugian, karena total penerimaan (TR) yang diperoleh lebih kecil dari
total biaya-biaya (TC) yang dikeluarkan, jika pedagang berada diatas titik impas
maka pedagang berada dalam kondisi memperoleh keuntungan karena total
penerimaan (TR) yang diperoleh lebih besar dari total biaya-biaya (TC) yang
dikeluarkan.
Kondisi dimana TR = TC, berarti pendapatan total (∏) sama dengan nol,
jika total biaya tetap jangka pendek dinotasikan sebagai (SFC), total biaya
variabel jangka pendek dinotasikasikan sebagai (SVC), total penerimaan
dinotasikan sebagai (TR), harga jual buah dinotasikan sebagai (P) dan biaya rata-
32
rata variabel dinotasikan sebagai (AVC), maka kondisi titik impas (BEP) dalam
satuan Rupiah dan unit dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :
𝐵𝐸𝑃(𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎 ℎ) =𝑇𝐹𝐶
1−𝑇𝑉𝐶𝑇𝑅
BEP (Unit) = TFC
P – AVC
Pendapatan usaha ada dua yaitu pendapatan total dan pendapatan tunai.
Pendapatan total merupakan selisih antara penerimaan total (total revenue) dengan
biaya total (total cost). Pendapatan tunai dihitung dari selisih antara penerimaan
total dengan biaya tunai. Analisis pendapatan usaha memerlukan dua keterangan
pokok, yaitu penerimaan usaha dan penerimaan tunai.
Penerimaan usaha didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari
penjualan semua produk. Penerimaan usaha meliputi jumlah penambahan
inventaris, nilai penjualan hasil, nilai pengguna rumah dan yang dikonsumsi.
Ketentuan yang harus berlaku ialah tiap unit tempat, kerja dan modal harus
digunakan sehingga memberikan tambahan sebesar-besarnya kepada pendapatan,
apapun ukuran yang dipakai untuk pendapatan tersebut.
Penerimaan tunai usaha didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari
penjualan produk atau jasa usaha. Pengeluaran tunai usaha didefinisikan sebagai
jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa untuk
menjalankan usaha. Penerimaan tunai usaha tidak mencakup pinjaman uang untuk
keperluan usaha, sedangkan pengeluaran tunai usaha tidak mencakup bunga
pinjaman dan jumlah pinjaman pokok. Jadi, penerimaan tunai dan pengeluaran
tunai usaha tidak mencakup yang berbentuk benda.
Makin besar resiko, maka profit (laba) yang diperoleh harus semakin
besar. Profit atau keuntungan adalah penerimaan total pedagang setelah dikurangi
total biaya-biayanya, jika total penerimaan dinotasikan sebagai (TR), output
dinotasikan sebagai (q), total output dinotasikan sebagai (Q), dan harga jual per
output dinotasikan sebagai (Pq), maka total penerimaan sama dengan total output
dikalikan dengan harga jual per output, maka secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut :
33
Usaha dikatakan memperoleh profit kalau nilai profit positif (Π > 0)
dimana TR > TC. Total biaya-biayanya diperoleh dari total biaya tetap (TFC)
ditambahkan dengan total biaya variabel (TVC). Jika pendapatan atau profit
dinotasikan sebagai (Π), total biaya-biayanya dinotasikan sebagai (TC), dan total
penerimaan dinotasikan sebagai (TR), maka total penerimaan dikurangi dengan
total biaya-biayanya merupakan pendapatan atau profit yang diperoleh, maka
secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Menurut Ibrahim (2009), implikasi dari pendekatan totalitas adalah
pedagang menempuh strategi penjualan maksimum (maximum selling). Sebab
makin besar penjualan makin besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum
mengambil keputusan, pedagang harus menghitung berapa unit output (q) yang
harus dijual untuk mencapai titik impas. Kemudian jumlah total ouput (Q)
dibandingkan dengan potensi permintaan efektif, jika persentasenya 80 persen,
maka untuk mencapai break even point pedagang harus menjangkau 80 persen
potensi permintaan efektif. Penjualan berjalan secara efektif jika penerimaan yang
diperoleh pedagang dapat menutupi semua biaya-biaya total yang dikeluarkan
oleh pedagang, untuk melihat sejauh mana penerimaan dapat menutupi biaya-
biaya yang dikeluarkan dapat dilihat dari nilai imbangan antara revenue dengan
cost (nilai R/C ratio) atau perbandingan antara nilai penerimaan dan nilai biaya.
Menurut Soekartawi (2006), jika nilai R/C ratio lebih besar dari satu (nilai
R/C ratio > 1), artinya penerimaan yang diperoleh akan lebih besar daripada tiap
unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan yang diinginkan atau
total penerimaan yang diperoleh lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan (R >
TC). Sebaliknya, jika nilai R/C ratio lebih kecil dari satu (nilai R/C ratio < 1)
artinya biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk mendapatkan pendapatan yang
diinginkan akan lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh atau total biaya
TR = Pq x Q
Π = Pq x Q – (TFC + TVC)
Π = TR - TC
34
yang dikeluarkan lebih besar ketimbang total penerimaan yang diperoleh (R <
TC). Nilai R/C ratio sama dengan satu (nilai R/C ratio = 1), artinya pedagang
berada pada posisi normal profit atau dengan kata lain pedagang berada pada
posisi tidak rugi tetapi tidak efisien dalam melakukan penjualan karena tidak
mendatangkan profit.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Salah satu pasar yang ada di Indonesia adalah pasar induk kramat jati.
Pasar induk kramat jati merupakan pusat distribusi buah-buahan dan sayur mayur,
dimana kegiatan operasional pasar induk kramat jati lebih banyak memasarkan
dua jenis komoditi hortikultura yaitu buah-buahan dan sayur mayur. Proses
penjualan buah-buahan dilakukan oleh pedagang pengecer, pedagang pengecer
inilah yang pada akhirnya menjual langsung ke konsumen akhir.
Pengaruh mobilitas penduduk dalam pertumbuhan dan perkembangan
suatu daerah bisa secara positif atau negatif. Sisi positifnya, penduduk yang
memenuhi kebutuhan akan mempengaruhi permintaan suatu barang atau jasa.
Pemenuhan faktor kebutuhan maka seseorang akan mencari daerah-daerah yang
berpeluang untuk membuka usaha-usaha produktif atau kesempatan kerja yang
menjanjikan. Berusaha disektor pertanian merupakan suatu peluang alternatif
karena mempunyai prospek yang bisa dibilang menjanjikan buat dicoba. Salah
satu usaha dibidang sektor pertanian adalah berbisnis hasil produk pertanian
seperti berjualan buah, karena seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarkat
dalam hal mengkonsumsi makanan alami (buah) yang memiliki kandungan
vitamin maupun mineral yang berguna bagi kesehatan, maka akan meningkatkan
permintaan akan buah-buahan.
Peningkatan konsumsi buah-buahan segar oleh masyarakat dengan
demikian akan menambah permintaan akan buah-buahan baik buah nasional
maupun buah impor. Masuknya buah impor ke Indonesia jumlahnya masih
dibawah produksi buah-buahan dalam negeri dan hampir mendekati jumlah
produksi buah-buahan dalam dalam negeri, berarti ada kecenderungan bahwa
masyarakat lebih menyukai buah impor ketimbangan buah nasional, apalagi
didukung dengan adanya pasar bebas yang telah berlaku di Indonesia mendorong
35
pedagang-pedagang buah mancanegara untuk melakukan ekspedisi buah ke
Indonesia, hal ini dikarenakan Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 200 juta
merupakan pangsa pasar tersendiri untuk melakukan ekspedisinya. Buah nasional
sendiri mayoritas pasokan buahnya berada pada tempat-tempat terpencil dimana
proses ekspedisinya lebih sulit dilakukan, sedangkan buah-buahan impor pasokan
buahnya diperoleh dari importir yang lokasinya berada di daerah-daerah perkotaan
sehingga lebih mudah dalam melakukan pengiriman buah ke penjual-penjual buah
yang berada di pasar-pasar atau untuk menjangkau pasar-pasar modern.
Berjualan buah, selain mempertimbangkan buah dari jenis mana yang
banyak disukai oleh pembeli, harus juga mempertimbangkan resiko dalam
menjual buah. Pasokan buah merupakan hal yang terpenting dari memulai
berbisnis berjualan buah, bagaimana cara memperoleh buah dalam artian
bagaimana cara menyediakan permintaan akan buah agar bisa bersaing dengan
pedagang buah yang lain, karena buah memiliki sifat tidak tahan lama
(perishable) maka jarak pemasok perlu jadi pertimbangan serta banyaknya jumlah
yang akan dibeli akan menentukan jenis angkutan apa yang akan dipergunakan
dalam proses pengangkutan buah yang dibeli dari pemasok. Tersedia tidaknya
buah dari pemasok dalam jumlah banyak akan mempengaruhi harga beli buah
yang akan diperjualkan.
Penyediaan buah dari setiap pedagang cenderung memiliki pola yang
berbeda-beda dalam memasok buah yang akan diperjual belikan, karena setiap
penjual buah ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan
memperkecil resiko yang ada dalam menjual buah. Memasok buah tertentu akan
dilakukan oleh penjual buah apabila memang mempunyai nilai positif dalam arus
penerimaan dan pendapatan yang diperoleh penjual buah. Buah-buahan yang
penjualannya cepat, resiko kerusakan kecil, dan mempunyai umur simpan yang
lama adalah sifat-sifat buah yang disukai oleh penjual untuk dipesan dari pemasok
buah. Sifat-sifat buah seperti itu maka penjual buah dapat meminimalkan resiko
yang akan terjadi ketika membeli buah sehingga dapat memperkecil tingkat
kerugian yang diderita penjual, sehingga penjual buah dalam menjual buah dapat
semurah mungkin sehingga dapat bersaing dengan penjual buah yang lain dalam
memperoleh keuntungan.
36
Permintaan buah impor oleh masyarakat merupakan pangsa pasar
tersendiri bagi pedagang untuk menyediaan buah impor. Permintaan buah
nasional juga merupakan pangsa pasar yang tidak kalah dengan buah impor,
cuman dari segi harga jual tentu buah impor lebih mahal ketimbang buah
nasional. Harga jual ke konsumen cenderung tinggi untuk buah impor berarti
harga beli juga lumayan tinggi di berlakukan oleh importir. Bagaimana tingkat
pendapatan yang diperoleh pedagang jika menjual buah impor dan bagaimana
tingkat pendapatan pedagang jika menjual buah nasional atau mengkombinasikan
kedua-duanya.
Kerangka pemikiran operasional secara ringkas dalam bentuk bagan dapat
menjelaskan prosedur penelitian (Gambar 1).
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Permintaan semakin meningkat
Pedagang Buah
Pasar induk kramat jati
Pedagang buah impor
Pedagang buah nasional
Profitability ratio
∏ = TR-TC
R/C Ratio
Rekomendasi, Saran dan
Kesimpulan
Deskriptif pedagang
Karakteristik dan pola
penyediaan buah
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Pasar Induk Kramat Jati, berlokasi di jalan Raya
Bogor KM 17 Jakarta Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa pasar induk kramat jati merupakan salah
satu pusat perdagangan besar sayur-mayur dan buah-buahan untuk menjamin
kelancaran distribusi nasional dan juga sebagai terminal pengadaan dan
penyaluran sayur-mayur dan buah-buahan. Pengambilan data dilaksanakan pada
bulan November 2009 – Januari 2010.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data merupakan kumpulan angka, fakta, fenomena atau keadaan lainnya
yang merupakan hasil pengamatan, pengukuran, atau pencacahan terhadap
variabel dari suatu objek kajian, yang berfungsi dapat digunakan untuk
membedakan objek yang satu dengan lainnya pada variabel yang sama, dari cara
pengambilan data maka data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber primer. Sumber
primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Data
primer merupakan data yang diperoleh tidak melalui perantara dan dikumpulkan
lalu diolah dan digunakan sendiri oleh peneliti. Sedangkan data sekunder
diperoleh melalui sumber sekunder dimana data dikumpulkan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, dimana data primer diperoleh melalui wawancara dengan pedagang
buah melalui kuesioner yang telah disediakan sebelumnya. Data sekunder
diperoleh melalui literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian dari berbagai
sumber, yaitu Badan Pusat Statistik, Departemen Perdagangan, Direktorat Jendral
Hortikultura dan Perusahan Daerah Pasar Induk Kramat Jati.
38
4.3 Teknik Pengambilan Sampel
Jumlah keseluruhan pedagang dalam lokasi penelitian sebanyak 95
pedagang buah (Tabel 5). Pengambilan sampel dilakukan pada pedagang buah
nasional dan buah impor yang berada di lokasi penelitian, cara pengambilan
sampel merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang
akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan salah satunya yaitu metode sampling purposive.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode
sampling purposive. Sampling purposive yaitu pengambilan sampel dengan
pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian dengan mengambil 60
pedagang buah. Sampel 60 pedagang buah terdiri dari pedagang pisang, pedagang
melon, pedagang semangka, pedagang mangga, pedagang salak, pedagang
lengkeng, pedagang anggur impor, pedagang pear, pedagang durian impor dan
pedagang apel impor.
Tabel 2. Jumlah Responden Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data
Bulan Desember 2009
No Pedagang Buah Jumlah Keterangan
1 Semangka 20 Responden pedagang 10 orang
2 Salak 5 Responden pedagang 5 orang
3 Melon 15 Responden pedagang 10 orang
4 Pisang 30 Responden pedagang 10 orang
5 Mangga 10 Responden pedagang 10 orang
6 Apel Washinton 15 Responden pedagang 15 orang. 15
orang pedagang tersebut menjual
semua buah yaitu apel washinton,
pear shian ly, lengkeng, anggur
amerika, durian thailand.
7 Pear Shian Ly
8 Lengkeng
9 Anggur Amerika
10 Durian Thailand Sumber : pengelola PD Pasar Induk Kramat Jati Data Oktober 2009
Berdasarkan pengamatan sementara peneliti bahwa buah semangka, buah
salak, buah melon, buah pisang, buah mangga, buah apel, buah pear, buah
lengkeng, buah anggur, dan buah durian lebih banyak dijual oleh pedagang buah
di pasar induk kramat jati. Sampel 60 pedagang buah tersebut lalu dikelompok
menjadi pedagang buah nasional dan pedagang buah impor. Penentuan pedagang
buah nasional dan buah impor dengan cara melihat jumlah volume penjualan buah
nasional dan buah impor, jika volume penjualan buah nasional lebih banyak
39
daripada buah impor, maka pedagang tersebut dikatakan sebagai pedagang buah
nasional.
Pengambilan responden untuk diwawancarai dengan cara undian.
Pengundiannya yaitu semua pedagang yang akan diwawancarai didata dan
didaftar lalu ditentukan pemberian nomor undian. Pemberian nomor undian
dengan cara kios yang letaknya berada dipinggir los diberi nomor genap dan
untuk kios yang berada di tengah los diberi nomor ganjil. Pemberian nomor
dimulai dari pintu masuk los blok buah, kios yang berada di dekat los tentunya
memperoleh nomor awal ganjil atau nomor awal genap tergantung letaknya
ditengah atau dipinggir los.
4.4 Alat Pengolahan Data
Pengolahan data dan perhitungan pendapatan pedagang akan dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak komputer Office Excel 2007. Analisis
pendapatan pedagang menggunakan nilai R/C rasio yang diperoleh dari hasil
pengolahanan bantuan perangkat lunak komputer Office Excel 2007.
4.5 Analisis Data
4.5.1 Karakteristik dan Pola Pedagang Buah
Karakteristik dan pola pedagang diperoleh dari kuesioner yang digunakan
untuk mengetahui data dengan cara medeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau mengeneralisasi. Deskripsi digunakan oleh
peneliti hanya untuk mendeskripsikan data sampel yang diperoleh dan tidak ingin
membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel tersebut
diambil.
Penyajian data secara deskripsi meliputi tabel, perhitungan penyebaran
data melalui perhitungan rata-rata dan persentase, mencermati rata-rata data
sampel yang telah didapat lalu dibahas mengenai rata-rata dan persentase data
tersebut. Data yang diambil untuk mendeskripsikan karakteristik dan pola
pedagang buah bersumber dari penelitian terdahulu yang telah melakukan
penelitian mengenai pedagang buah. Data-data tersebut antara lain :
40
1. Umur pedagang.
2. Tingkat pendidikan.
3. Lama berdagang
4. Jumlah tempat usaha
5. Jumlah tenaga kerja tetap
6. Modal pembelian buah
7. Waktu operasional.
8. Asal pasokan buah.
9. Pemesanan buah.
4.5.2 Analisis Pendapatan Pedagang Buah
Pendapatan usaha diperoleh dengan cara menggurangkan antara total
penerimaan yang diperoleh dengan total biaya-biaya yang telah dikeluarkan.
Unsur-unsur total biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pedagang untuk saat ini
didasarkan pada penelitian-penelitan yang telah dilakukan terhadap pedagang
serta didasarkan pada teori biaya dan pendapatan. Berdasarkan teori biaya dan
pendapatan, bahwa biaya total (TC) didapat dari total biaya tetap (TFC) ditambah
dengan total biaya variabel (TVC).
Menurut Zuhriski (2008) yang termasuk kedalam unsur biaya tetap (FC)
dan biaya variabel (VC) adalah sebagai berikut :
1. Unsur biaya tetap :
Biaya sewa lapak.
Biaya konsumsi.
2. Unsur biaya variabel :
Biaya pembelian bahan.
Biaya pengemasan.
Berdasarkan pengamatan sementara peneliti yang termasuk unsur biaya
tetap dan unsur biaya variabel adalah sebagai berikut :
3. Unsur biaya tetap :
Biaya sewa kios.
Biaya tenaga kerja.
Biaya listrik.
41
Biaya keamanan.
4. Unsur biaya variabel :
Biaya pembelian bahan.
Biaya angkut buah.
Biaya pengemasan buah.
Informasi yang dibutuhkan dalam perhitungan pendapatan adalah total
penerimaan (TR) dan total biaya usaha (TC) dalam jangka waktu satu minggu.
Periode satu minggu digunakan karena menurut pengamatan sementara bahwa
pedagang buah menjual buah tiap hari dan membeli persediaan buah dalam waktu
satu minggu. Total penerimaan (TR) diperoleh dari total buah yang dijual (Q)
dikali dengan harga jual perkilogram buah (Pq). Total biaya (TC) adalah biaya-
biaya yang dikeluarkan mulai dari pembelian buah sampai dengan buah siap
untuk dijual, total biaya (TC) terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Total
biaya tetap (SFC) merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan secara rutin baik
kegiatan penjualan berlangsung maupun tidak berlangsung. Total biaya variabel
(SVC) merupakan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh buah
yang akan dijual. Pendapatan bersih (∏) adalah total penerimaan (TR) dikurangi
dengan total biaya-biaya (TC). Berdasarkan uraian tersebut maka secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut :
Analisis penerimaan dan biaya mengukur tingkat keberhasilan usaha
dalam kegiatan usaha yang dilakukan, untuk melihat tingkat keberhasilan usaha
melalui nilai imbangan penerimaan dan biaya atau revenue cost ratio (nilai R/C
ratio) yang dihitung dengan membandingkan antara total penerimaan (TR) dengan
total biaya (TC). Makin tinggi nilai R/C ratio menunjukkan bahwa penerimaan
yang diperoleh semakin besar. Nilai R/C ratio yang lebih besar dari satu
menunjukkan kegiatan usaha menguntungkan karena penerimaan lebih besar dari
pengeluran (R/C ratio > 1). Nilai R/C ratio yang lebih kecil dari satu menunjukkan
TR = Pq x Q
TC = TFC + TVC
∏ = TR – TC
42
kegiatan usaha tidak menguntungkan karena penerimaan lebih kecil dari
pengeluaran (R/C ratio < 1).
Kriteria yang digunakan dalam analisis penerimaan dan biaya secara
teoritis yaitu, jika nilai R/C ratio lebih besar dari satu (R/C ratio > 1) maka nilai
R/C ratio menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh lebih besar daripada
tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan yang diinginkan.
Nilai R/C ratio lebih kecil dari satu (R/C ratio < 1) maka nilai R/C ratio
menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh tidak dapat menutupi dari tiap
unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan yang diinginkan. Nilai
R/C ratio sama dengan satu (R/C ratio = 1) maka besarnya penerimaan yang
diperoleh hanya mampu menutupi dari tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan yang diinginkan. Nilai imbangan penerimaan dan biaya
dapat dicari dengan menggunakan rumus matematis sebagai berikut :
Nilai R/C ratio = TR
TC
Berdasarkan uraian diatas maka secara ringkas perhitungan pendapatan
pedagang buah nasional dan pedagang buah impor, antara lain sebagai berikut :
1. Total Penerimaan (TR) = Harga Jual Buah (Pq) x Jumlah Total Buah (Q)
2. Total Biaya (TC) = TFC + TVC
Biaya Tetap :
Biaya sewa = 1 A
Gaji karyawan tetap = 2 A
Iuran listrik = 3 A
Iuran fasilitas umum = 4 A
Iuran keamanan = 5 A
Iuran service timbangan = 6 A
Total Biaya Tetap (TFC) = 1A + 2A + 3A + 4A + 5A + 6A
Biaya Variabel :
Biaya bongkar komoditi = 7 A
Biaya pembelian buah = 8 A
Total Biaya Variabel (TVC) = 7A + 8A
3. Pendapatan total (∏) = TR – TC
4. Nilai R/C ratio = TR/TC
4.6 Definisi Operasional
1. Responden dalam penelitian ini adalah pedagang buah-buahan yang berjualan
di PD Pasar Induk Kramat Jati.
43
2. Umur atau usia adalah lama hidup pedagang yang diukur mulai dari tanggal
dan tahun kelahiran sampai dengan sekarang.
3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang pernah diikuti oleh
responden meliputi SD, SMP, SMU dan perguruan tinggi.
4. Lama berjualan yang dimaksud disini adalah berapa lama pedagang sudah
berjualan di lokasi tempat berjualan.
5. Modal pembelian buah adalah biaya yang digunakan untuk membeli buah dari
pemasok buah diukur dengan Rupiah.
6. Waktu operasional merupakan lamanya melakukan kegiatan dagang dalam
satu hari diukur dengan jam/hari.
7. Asal pasokan buah merupakan tempat atau sumber mengambil buah yang
akan dijual.
8. Pemesanan buah adalah cara memesan buah oleh pedagang untuk memperoleh
buah yang diinginkan.
9. Total Penerimaan adalah jumlah uang yang dihasilkan oleh pedagang buah
dilihat dalam waktu satu minggu.
10. Volume penjualan buah perminggu adalah banyaknya buah-buahan yang
dijual oleh pedagang dalam satu minggu.
11. Harga jual buah adalah harga yang dipatok oleh pedagang buah kepada
pembeli buah diukur dengan Rupiah.
12. Harga beli buah adalah harga beli buah dari pemasok buah ke pedagang buah
diukur dengan Rupiah.
13. Jumlah tenaga kerja adalah jumlah tenaga yang diperkerjakan oleh pedagang
buah selama operasi penjualan berlangsung.
14. Lapak atau kios adalah tempat penjualan khusus buah yang menempati kios
sederhana atau bangunan yang semi permanen.
15. Perizinan penjualan adalah perjanjian tertulis dari pengurus pasar yang
memperboleh pedagang buah menempati los dagang yang telah disediakan
(pendagang legal atau tidak legal).
16. Biaya pembelian buah adalah biaya yang dikeluarkan oleh pedagang dalam
memenuhi kebutuhan akan penawaran buah.
44
17. Biaya pengemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan alat
pengemasan buah.
18. Biaya sewa kios adalah biaya yang dikeluarkan oleh pedagang untuk
menempati los atau kios di pasar.
19. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan oleh pedagang dalam
memperkerjakan seseorang dalam membantu operasi penjualan buah diukur
dengan Rupiah per hari atau Rupiah per bulan.
20. Pendapatan tunai adalah pendapatan yang diperoleh dari selisih antara total
penerimaan dengan total biaya tunai.
21. Pendapatan total adalah pendapatan yang diperoleh dari selisih antara total
penjualan dengan total biaya.
22. Total biaya adalah jumlah keseluruhan dari pengeluaran pedagang dalam
pengadaan bahan baku sampai dengan proses penjualan terjadi.
23. Jumlah pedagang adalah banyaknya pedagang yang menempati kawasan
perdagangan dengan menjual komoditi yang sama yaitu buah-buahan.
24. Jumlah jenis buah yang dijual adalah keragaman buah yang disediakan oleh
penjual untuk dijual.
BAB V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
5.1 Pasar Induk Kramat Jati
Sejalan dengan perkembangan pembangunan kota Jakarta dan
pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin bertambah selain mengakibatkan
meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap barang dagangan kebutuhan rumah
tangga, juga berpengaruh terhadap pelaksanaan pengelolaan area pasar di wilayah
Provinsi Daerah Khsusus Ibukota Jakarta, maka diperlukan peraturan pengurusan
perpasaran didalam wilayah DKI Jakarta, hal ini perlu dilakukan guna
mengantisipasi pesatnya pembangunan kota Jakarta baik sebagai Ibukota Negara
maupun sebagai pusat perdagangan yang semakin meningkat pula. Pemenuhan
tuntutan kebutuhan konsumsi masyarakat tersebut dan dalam rangka
menyeleraskan pengelolaan pasar dan fasilitas penunjangnya serta untuk
meningkatkan pembinaan pedagang ekonomi lemah perlu dilakuan peningkatan
pengurusan pasar guna menunjang sarana pengembangan perekonomian Daerah
sebagai salah satu sumber pendapatan Daerah. Salah satu pasar yang berada di
wilayah DKI Jakarta adalah pasar induk kramat jati.
Pasar induk kramat jati merupakan pusat distribusi yang menampung hasil
produksi petani dalam jumlah partai besar yang dibeli oleh pedagang tingkat
grosir. Komoditi pertanian tersebut kemudian dilelang atau dijual kepada para
pedagang tingkat eceran untuk selanjutnya diperdagangkan di pasar-pasar eceran
yang tersebar diberbagai tempat mendekati lokasi para konsumen. Pasar induk
menempati area yang besar yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung
seperti pergudangan, tempat pelelangan, pusat informasi pasar, perkantoran,
bongkar muat dan parkir yang luas. Pengelolaan pasar induk induk kramat jati
diawasi oleh PD Pasar Jaya, dimana PD Pasar Jaya merupakan Perusahaan Daerah
(PD) Pasar Jaya Provinsi Khusus Ibukota Jakarta. Area pasar induk kramat jati
merupakan area yang dimiliki dan dikelola oleh Perusahan Daerah (PD) Pasar
Jaya berupa pasar dan berserta fasilitas penunjang. Fasilitas penunjang di pasar
induk kramat jati terdiri dari prasarana dan sarana yang langsung atau tidak
langsung mendukung kegiatan pasar induk kramat jati yang berada di area pasar.
46
Pasar induk kramat jati didirikan dengan dasar hukum peraturan daerah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta No. 3 Tahun 2009 tertanggal 28
Januari 2009 tentang pengelolaan area pasar di DKI Jakarta. Akta pendirian pasar
induk berdasarkan surat kuasa (SK) Gubernur Kepala Daerah DKI Jakarta
bernomor D-V. a18/1/17/1973 tertanggal 28 Desember 1973 tentang pendirian
pasar induk sayur mayur dan buah-buahan dengan ketentuan pengurusannya.
Lokasi umum pasar induk kramat jati beralamat dijalan Raya Bogor KM
17 Jakarta Timur. Pasar induk kramat jati diremajakan pada tanggal 1 Maret 2003
sampai dengan 31 Desember 2008 dengan investasi pembangunan kurang lebih
Rp 284.789.945.516. Pasar induk kramat jati menghasilkan sampah sebanyak
kurang lebih 250 M3 (200 Ton) per hari, pasar induk kramat jati secara
keseluruhan berluas areal 14,7 Hektar dengan rincian sebagai berikut :
1. Luas bangunan 83.605 M2.
2. Luas area parkir 14.737 M2 dengan daya tampung kendaraan sebagai berikut :
Truk : 238 kendaraan
Mobil : 637 kendaraan
Motor : 600 kendaraan
5.2 Latar Belakang Pendirian
1. Pasar induk kramat jati sebagai pusat perdagangan besar sayur mayur dan
buah-buahan untuk menjamin kelancaran distribusi dan juga sebagai terminal
pengadaan dan penyaluran sayur dan buah yang akan berpengaruh kepada
kegiatan perekonomian baik nasional maupun regional.
2. Mengurangi volume sampah dalam kota mengingat Jakarta sebagai Ibukota
Negara.
5.3 Kedudukan Pasar
1. Pasar induk kramat jati merupakan fasilitas pusat perdagangan besar sayur
mayur dan buah-buahan di DKI Jakarta yang bersifat menyeluruh dengan
fasilitas pelengkap yang diperlukan.
2. Pasar induk kramat jati secara organisasi dan administrasi merupakan salah
satu pasar dari 151 pasar yang dikelola oleh Perusahan Daerah Pasar Jaya.
47
3. Pasar induk kramat jati sebagai wadah pada kegiatan perdagangan besar bahan
pangan sayur mayur dan buah-buahan yang pengisiannya diserahkan kepada
potensi swasta dan pedagang bersangkutan.
5.4 Tugas Pokok dan Fungsi
5.4.1 Tugas Pokok
1. Mengatur dan menyelenggarakan pengurusan fasilitas untuk kelancaran arus
bahan makanan sayur dan buah.
2. Menyediakan fasilitas perdagangan dan pemasaran yang diperlukan bagi
penyelenggaraan perdagangan besar sayur dan buah.
3. Melaksanakan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat menyeluruh dari fungsi
pasar induk.
5.4.2 Fungsi
1. Menyediakan dan mengatur fasilitas perdagangan dan pemasaran.
2. Menyediakan fasilitas umum.
3. Mengatur kegiatan angkutan dan bongkar muat komoditi.
4. Pencatatan harga dan tonase.
5.5 Peremajaan Pasar
1. Pasar induk kramat jati dibangun kembali pada tahun 2003 berkejasama
dengan pihak ke tiga, yaitu PT Tritunggal Sentra Sejahtera, dengan sistem
sharing.
2. Jumlah tempat usaha awal berjumlah 3.653 tempat usaha (TU), setelah
dilakukan peremajaan maka tempat usaha bertambah sebesar 20 persen
menjadi 4.428 TU. Selain tempat usaha dibangun juga Uniko yang berlokasi
didepan pasar.
3. Harga sewa tempat usaha (TU) untuk saat ini (pada saat penelitian ini
dilakukan) antara lain sebagai berikut :
Kios : Rp 8.445.000,-/Bulan
Counter : Rp 7.111.000,-/Bulan
Los : Rp 5.778.000,-/Bulan
48
5.6 Aktivitas Tempat Usaha
1. Jumlah tempat usaha menurut tipe dan jenis tempat usaha berjumlah 4.428
tempat, terdiri dari :
Kios : 294 tempat
Conter : 710 tempat
Los : 3.424 tempat
2. Tempat usaha batal/kosong milik developer yang belum terjual berjumlah 710
TU. Sedangkan tempat usaha yang telah terisi berjumlah 3.718 TU.
3. Total tempat usaha berjumlah 4.428 TU atau berkapasitas 1.885 pedagang,
ditambah dengan Uniko berjumlah 80 TU. Adapun rincian bangunan tempat
usaha antara lain sebagai berikut :
Bangunan grosir (A.1, A.2, A.3) berjumlah 2.188 TU atau berkapasitas
932 pedagang.
Bangunan kantor pengelola berjumlah 435 TU atau berkapasitas 246
pedagang.
Kantor agro otlet berjumlah 29 TU atau berkapasitas 29 pedagang.
Bangunan sub grosir sayuran (C.1) berjumlah 1.426 TU atau berkapasitas
498 pedagang.
Bagunan sub grosir buah (C.2) berjumlah 350 TU atau berkapasitas 230
pedagang.
4. Jumlah tempat usaha sebanyak 4.428 tempat, adapun perincian peruntuhkan
tempat usaha tersebut, antara lain sebagai berikut :
Jenis jualan buah-buahan diperuntuhkan 1.492 TU.
Jenis jualan sayuran diperuntuhkan 2.080 TU.
Jenis jualan bumbu dapur diperuntuhkan 388 TU.
Jenis jualan tekstil diperuntuhkan 31 TU.
Jenis jualan jasa lain diperuntuhkan 45 TU.
Jenis usaha jasa bank diperuntuhkan 6 TU.
Kantor agro otlet dipertuntuhkan 29 TU.
Jenis jualan klontong dan lainnya diperuntuhkan 174 TU.
Warung makan dan minum diperuntuhkan 183 TU.
49
5. Jumlah tempat usaha sebanyak 4.428 tempat, adapun perincian luas tempat
usaha tersebut, antara lain sebagai berikut :
Ukuran tempat usaha 3,91 M2 berjumlah 1.384 TU.
Ukuran tempat usaha 4 M2 berjumlah 781 TU.
Ukuran tempat usaha 6 M2 berjumlah 73 TU.
Ukuran tempat usaha 8,26 M2 berjumlah 126 TU.
Ukuran tempat usaha 8,40 M2 berjumlah 1.682 TU.
Ukuran tempat usaha 12,46 M2 berjumlah 20 TU.
Ukuran tempat usaha 12,60 M2 berjumlah 360 TU.
Ukuran tempat usaha 30,90 M2 berjumlah 1 TU.
Ukuran tempat usaha 90,72 M2 berjumlah 1 TU.
5.7 Jenis Kepemilikan Tempat Usaha
Jenis kepemilikan tempat usaha diatur oleh Manager PD Pasar Induk
Kramat Jati. Surat izin pemakaian tempat usaha merupakan izin tertulis yang
diajukan oleh pedagang buah lalu ditindak lanjuti oleh Direksi PD Pasar Jaya
melalui Manager PD Pasar Induk Kramat Jati sesuai dengan SK Direksi PD Pasar
Jaya terdiri dari dua, yaitu sertifikat hak pemakaian tempat usaha (SHPTU) dan
surat izin pemakaian tempat usaha (SIPTU). Perincian tempat usaha berdasarkan
SHPTU dan SIPTU adalah sebagai berikut :
1. SHPTU (sertifikat hak pemakaian tempat usaha) sesuai dengan surat kuasa
Direksi PD Pasar Jaya no. 47 tahun 2006 tanggal 1 Maret 2006. Masa hak
pakai selama 20 tahun.
Sudah memiliki sebanyak 2.757 TU
Belum memiliki sebanyak 961 TU.
Belum wajib sebanyak 710 TU.
2. SIPTU (surat izin pemakaian tempat usaha) sesuai dengan surat kuasa Direksi
PD Pasar Jaya no. 450 tahun 2003 tanggal 17 Desember 2003. Masa hak pakai
selama 1 tahun diperpanjang.
Sudah memiliki sebanyak 1.935 TU.
Belum memiliki sebanyak 1.783 TU.
Belum wajib sebanyak 710 TU.
50
5.8 Pasokan dan Distribusi
1. Jumlah pasokan per hari antara lain sebagai berikut :
Sayur : 1.100 – 1.400 Ton
Buah : 1.200 – 1.500 Ton
Umbi : 90 – 120 Ton
Bumbu dapur : 10 – 30 Ton
2. Pasokan sayur-sayuran berasal dari berbagai daerah, antara lain sebagai
berikut :
Buncis dipasok dari Sukabumi, Bandung, Cipanas, Pengalengan dan
Kuningan.
Cabe merah kriting dipasok dari Wates, Rembang, Sukabumi, Tanjung
Karang, Medan dan Muntilan.
Cabe merah besar dipasok dari Cirebon, Brebes, Pemalang, Tasik, dan
Sukabumi.
Cabe rawit hijau dipasok dari Sukabumi, Bandung, Kuningan, dan
Bojonegoro.
Cabe rawit merah dipasok dari Wates, Rembang, Sukabumi, Bandung,
Tanjung Karang, Banyuwangi, dan Jember.
Daun bawang dipasok dari Sukabumi, Cipanas, Bogor, Pengalengan, dan
Garut.
Daun seledri dipasok dari Sukabumi, Cipanas, Bogor dan Ciwidey.
Bawang merah dipasok dari Brebes, Tegal, Bandung, Cirebon,
Kuningan/Patrol, Impor.
Bawang putih dipasok dari impor.
Jengkol dipasok dari Lampung, Palembang, Tegal dan Banyuwangi.
Jahe dipasok dari Bogor, Sukabumi, Malang, Kediri, Garut, Bengkulu,
Lampung dan medan.
Kentang dipasok dari Pengalengan, Wonosobo, Garut, Sukabumi, Malang
dan Medan.
Ketimun dipasok dari Lembang, Cipanas, Garut, Cikampek dan Sukabumi.
Nangka muda dipasok dari Lampung, Padang, Bogor dan Serang.
Tomat dipasok dari Garut, Ciwidey, Cipanas dan Dieng.
51
Wortel dipasok dari Lembang, Cipanas, Cianjur, Garut, Sukabumi dan
Impor.
3. Pasokan buah-buahan berasal daerah, antara lain sebagai berikut :
Pisang dipasok dari Sukabumi, Lampung dan Serang.
Nanas dipasok dari Palembang dan Subang.
Pepaya dipasok dari Sukabumi, Bogor, Lampung dan Malang.
Alpukat dipasok dari Garut, Malang, Tasikmalaya, Padang, Lampung dan
Probolinggo.
Appel dipasok dari Malang dan Impor.
Semangka dipasok dari Banyuwangi, Lampung, Kediri dan Cirebon.
Salak dipasok dari Bali, Tasikmalaya, Magelang dan Jogya.
Kedondong dipasok dari Padang, Madura dan Lampung.
Mangga dipasok dari Indramayu, Probolinggo, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Kediri dan Jepara.
Anggur dipasok dari Bali, Malang dan Impor.
Markisa dipasok dari Medan dan Padang.
Melon dipasok dari Malang, Kediri, Banyuwangi, Ngawi dan Ponorogo.
Manggis dipasok dari Padang, Subang dan Tasikmalaya.
Dukuh dipasok dari palembang, Jambi dan Lampung.
Durian dipasok dari Lampung, Palembang dan Impor.
4. Pasokan di distribusikan ke berbagai wilayah antara lain sebagai berikut :
Daerah khusus Ibukota Jakarta sebanyak 70 persen.
Daerah Bogor, Tangerang, dan Bekasi sebanyak 25 persen.
Restoran dan rumah sakit sebanyak 2 persen.
Lain-lainnya sebanyak 3 persen.
5.9 Komposisi Pegawai
PD Pasar Induk Kramat Jati merupakan salah satu perusahaan daerah yang
aktivitasnya diawasi oleh PD Pasar Jaya. PD Pasar Induk Kramat jati sebagai
sebuah perusahaan daerah mempunyai struktur oranginsasi kepengurusan pasar
induk kramat jati dan komposisi pengawai. Komposisi pegawai area 20 pasar
52
induk kramat jati berjumlah 53 orang, dengan komposisi data pegawai sebagai
berikut :
1. Manager Area berjumlah 1 orang.
2. Asisten Manager Bidang Hukum dan Perencanaan berjumlah 1 orang.
3. Asisten Manager Bidang Administrasi berjumlah 1 orang.
4. Asisten Manager Bidang Operasi berjumlah 1 orang.
5. Penanggung jawab blok berjumlah 9 orang.
6. Staf Asmen Hukum dan Perencanaan berjumlah 1 orang.
7. Staf Asmen Administrasi berjumlah 15 orang.
8. Staf Asmen operasi berjumlah 4 orang.
9. Juru pungut berjumlah 20 orang.
Struktur organisasi yang sederhana akan memudahkan dalam pembagian
tugas dan wewenang serta pengawasan intern kepada tiap bagian pekerjaan.
Pembagian tugas kinerja dilakukan secara berjenjang dari pimpinan ke tiap bagian
pengelolaan pasar yang dilanjutkan kepada masing-masing bidang yang
dibawahinya.
Berdasarkan komposisi pengawai PD Pasar Induk Kramat jati,
pengelolaan dan kebijakan pasar diatur oleh seorang manager yang sekaligus
pimpinan di wilayah PD Pasar Induk Kramat Jati yang membawahi asisten
manager bidang hukum dan perencanaan, asisten manager bidang administrasi
dan asisten manager bidan operasi. Asisten manager bidang hukum dan
perencanaan membawahi staf asisten manager (ASMEN) hukum dan
perencanaan. Asisten manager bidang administrasi membawahi staf asisten
manager administrasi. Asisten manager bidang operasi membawahi staf asisten
manager operasi. Staf asisten manager operasi membawahi penanggung jawab
blok dan juru pungut.
5.10 Lembaga Pendukung Operasional
Lembaga pendukung operasional pasar induk kramat jati antara lain
sebagai berikut :
1. Badan Pekerja Bongkar Muat (BAPENGKAR) mengurus masalah bongkar
dan muat barang.
53
2. Koperasi Angkutan Barang dan Industri (KABAPIN) mengurus distribusi
barang dari pasar induk kramat jati ke pasar eceran.
3. Koperasi Pedagang Pasar (KOPPAS) mengurus koperasi pedagang termasuk
penyediaan komoditi masyarakat pedagang.
4. CV Garda Transmoes Mandiri sebagai pengelola kebersihan pasar.
5. PT Kelola Jasa Amanusa sebagai pengelola keamanan dan ketertiban.
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Umum Pedagang
6.1.1 Usia Pedagang
Umumnya pedagang buah nasional maupun buah impor terbagi menjadi
beberapa kelompok usia, yaitu usia 15 – 25 tahun, 26 – 36 tahun, 37 – 47 tahun
dan berusia 48 tahun keatas (Tabel 3).
Tabel 3. Sebaran Responden Menurut Usia Pedagang Buah Nasional dan Buah
Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Kelompok Usia
(Tahun)
Pedagang Buah
Nasional
Pedagang Buah Impor
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1 15-25 1 2,22 0 0,00
2 26-36 9 20,00 0 0,00
3 37-47 17 37,78 6 40,00
4 ≥ 48 18 40,00 9 60,00
Total 45 100 15 100
Berdasarkan (Tabel 3), sebaran responden dapat dilihat bahwa responden
dengan kelompok usia 48 tahun keatas mendominasi umur responden pedagang
buah nasional sebesar 40,00 persen, begitupun pedagang buah impor kelompok
usia 48 tahun keatas mendominasi umur responden sebesar 60,00 persen,
kemudian kelompok usia terbanyak kedua adalah usia diantara 37 – 47 tahun
sebesar 37,78 persen untuk pedagang buah nasional dan 40,00 persen untuk
pedagang buah impor. Kelompok usia terbanyak ketiga adalah usia diantara 26 –
36 tahun untuk pedagang buah nasional sebesar 20,00 persen dan sisanya sebesar
2,22 persen. Kelompok usia ketiga adalah usia antara 26 – 36 tahun dan sisanya
kelompok usia antara 15 – 25 tahun masing-masing sebesar nol persen untuk
pedagang buah impor.
Hal ini menandakan bahwa pada umumnya pedagang buah nasional dan
pedagang buah impor berusia 48 tahun keatas. Tidak adanya pedagang buah
impor yang berusia antara 26 – 36 tahun dan berusia diantara 15 – 25 tahun
mungkin disebabkan resiko yang terlalu besar untuk beralih ke buah impor,
karena kematangan umur akan berpengaruh terhadap pola pikir, corak, dan
55
perilaku baik formal maupun informal, selain itu juga umur mempengaruhi
emosionalisme dan rasionalisme.
6.1.2 Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam pengembangan
usaha. Untuk memperoleh hasil yang optimal dan pendapatan yang lebih
menguntungkan. Jenis pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang
diikuti oleh pedagang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama atau
sederajat (SMP), sekolah menengah umum atau sederajat (SMU), dan perguruan
tinggi (Tabel 4). Namun tidak menutup kemungkinan pendidikan non formal
seperti kursus, pelatihan, magang, dan sebagainya turut berpengaruh terhadap
kemampuan pedagang.
Tabel 4. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pedidikan Pedagang Buah
Nasional dan Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember
2009
No Tingkat
Pendidikan
Pedagang Buah Nasional Pedagang Buah Impor
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1 SD 0 0,00 0 0,00
2 SMP 8 17,78 1 6,67
3 SMU 35 77,78 12 80,00
4 Perguruan Tinggi 2 4,44 2 13,33
Total 45 100 15 100
Berdasarkan (Tabel 4), tingkat pendidikan responden pada umumnya
cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan latar belakang pendidikan. Latar
pendidikan yang terbanyak adalah SMU sebanyak 35 orang untuk responden
pedagang buah nasional atau sebesar 77,78 persen, sedangkan untuk responden
pedagang buah impor sebanyak 12 orang atau sebesar 80 persen yang berlatar
belakang pendidikan SMU. Hal ini menunjukan responden yang berperan sebagai
pedagang buah baik nasional maupun impor mempunyai tingkat pendidikan yang
relatif tinggi karena sebagian besar responden telah melewati jenjang pendidikan
menengah keatas. Tingkat pendidikan seseorang yang semakin tinggi akan
mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, dan cara pandang.
56
Pedagang responden yang tergolong berpendidikan tinggi akan lebih besikap hati-
hati dalam merencanakan proses penjualan buah dari awal sampai akhir.
6.1.3 Lama Berdagang
Pengalaman merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan suatu
usaha. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang buah yang jadi responden,
maka sebaran pengalaman berdagang responden terbagi menjadi beberapa
kategori, yaitu pengalaman berdagang antara 5 – 10 tahun, antara 11 – 15 tahun,
antara 16 – 20 tahun dan diatas 21 tahun (Tabel 5).
Tabel 5. Sebaran Responden Menurut Lama Berdagang Buah Nasional dan Buah
Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No
Lama
Berdagang
(Tahun)
Pedagang Buah Nasional Pedagang Buah Impor
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1 5 – 10 9 20 1 6,67
2 11 – 15 9 20 0 0,00
3 16 – 20 12 26,67 3 20,00
4 ≥ 21 15 33,33 11 73,33
Total 45 100 15 100
Lama berdagang merupakan lamanya seorang pedagang berjualan buah.
Lama berdagang untuk pedagang buah nasional dimana persentase terbesar yaitu
kategori lama berdagang 21 tahun ke atas sebesar 33,33 persen atau sebanyak 15
orang. Sedangkan lama berdagang untuk pedagang buah impor sebanyak 11 orang
atau sebesar 73,33 persen merupakan pedagang yang berjualan selama 21 tahun
keatas. Persentase terkecil dengan lamanya berdagang antara 5 – 10 tahun sebesar
20 persen atau sebanyak 9 orang untuk pedagang buah nasional. Persentase
terkecil lama berdagang sebesar 6,67 persen atau sebanyak 1 orang untuk
pedagang buah impor.
Lamanya berdagang menunjukkan bahwa usaha berdagang umumnya
dikelola oleh pedagang yang kategori usia diatas 48 tahun keatas dengan lamanya
berdagang diatas 21 tahun, demikian pedagang sudah lebih mengenal apa yang
menjadi utama berdagang dan lebih berpengalaman dalam berjualan karena sudah
mengetahui seluk beluk dari apa yang dijualnya sehingga dapat membuahkan
kesuksesan dan keberhasilan dalam mengelola usaha dagangnya apabila dilakukan
57
dengan sungguh-sungguh dimana pengalaman berdagang bisa dijadikan intuisi
dalam berdagang.
6.1.4 Jumlah Tempat Usaha
Jumlah tempat usaha akan mempengaruhi skala usaha. Skala usaha ini
pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi atau tidaknya suatu usaha dan
mempengaruhi pendapatan pedagang. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa
semakin banyak jumlah tempat usaha yang dipunyai maka akan semakin banyak
jumlah buah yang dijual oleh pedagang. Maka sebaran responden pedagang
berdasarkan jumlah tempat usaha terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu
banyaknya jumlah tempat usaha antara 2 – 3 tempat usaha, antara 4 – 5 tempat
usaha, antara 6 – 7 tempat usaha dan banyaknya jumlah tempat usaha diatas 8
tempat usaha (Tabel 6).
Tabel 6. Sebaran Responden Menurut Jumlah Tempat Usaha Dagang Buah
Nasional dan Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009
No
Jumlah
Tempat Usaha
(TU)
Pedagang Buah
Nasional Pedagang Buah Impor
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1 2 - 3 17 37,78 1 6,67
2 4 - 5 23 51,11 11 73,33
3 6 - 7 5 11,11 3 20,00
4 ≥ 8 0 0,00 0 0,00
Total 45 100 15 100
Berdasarkan (Tabel 6), sebanyak 23 orang pedagang buah nasional
mempunyai tempat usaha antara 4 – 5 tempat usaha atau sebesar 51,11 persen
yang mempunyai tempat usaha antara 4 – 5 tempat usaha. Sedangkan untuk
pedagang buah impor sebanyak 11 orang memiliki tempat usaha antara 4 – 5
tempat usaha atau sebesar 73,33 persen yang mempunyai tempat usaha antara 4 –
5 tempat usaha. Sebanyak 17 orang pedagang buah nasional yang mempunyai
tempat usaha antara 2 – 3 tempat usaha, yang memiliki tempat usaha 6 – 7 tempat
usaha sebanyak lima orang pedagang buah nasional (11,11 persen) dan tiga orang
pedagang buah impor (20 persen). Hal ini menandakan bahwa pedagang buah
58
yang menjual buah nasional maupun buah impor mempunyai tempat usaha paling
banyak antara 4 – 5 tempat usaha.
6.1.5 Jumlah Tenaga Kerja Tetap
Tenaga kerja tetap dimana kegiatannya tidak dipengaruhi oleh besar
kecilnya output yang dijual, jadi ada tidaknya output yang dijual tenaga kerja
tetap ini tetap melakukan kegiatan penjualan dan tetap mendapatkan upah, dimana
tenaga kerja tetap ini diupah berdasarkan perhari. Menurut sebaran data responden
pedagang berdasarkan jumlah tenaga kerja tetap terbagi menjadi beberapa
kategori, yaitu banyaknya jumlah tenaga kerja tetap antara 2 – 5 orang, antara 6 –
10 orang, antara 11 – 15 orang dan banyaknya jumlah tenaga kerja tetap diatas 16
orang (Tabel 7).
Tabel 7. Sebaran Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja Tetap Pedagang
Buah Nasional dan Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009
No
Jumlah Tenaga
Kerja Tetap
(Orang)
Pedagang Buah
Nasional Pedagang Buah Impor
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1 2 - 5 8 17,78 0 0,00
2 6 - 10 29 64,44 4 26,67
3 11 - 15 7 15,56 6 40,00
4 ≥ 16 1 2,22 5 33,33
Total 45 100 15 100
Berdasarkan (Tabel 7), sebanyak 29 pedagang buah nasional yang
mempunyai tenaga kerja antara 6 – 10 orang atau sebesar 64,44 persen pedagang
buah nasional mempunyai tenaga kerja antara 6 – 10 orang. Sedangakan pedagang
buah impor sebanyak 6 orang mempunyai tenaga kerja antara 11 – 15 orang atau
sebesar 40 persen pedagang buah impor mempunyai tenaga kerja antara 11 – 15
orang dan sebanyak 5 pedagang buah impor yang mempunyai tenaga kerja diatas
16 orang. Hal ini menandakan bahwa pedagang buah impor lebih membutuhkan
banyak tenaga kerja ketimbang pedagang buah nasional.
59
6.1.6 Modal Pembelian Buah
Modal yang digunakan akan menentukan seberapa banyak kuantitas buah
yang akan dijual. Besarnya modal pembelian buah baik pedagang buah nasional
maupun impor sangat beragam beragam, tergantung dari berapa banyak kuantitas
volume buah yang dijual oleh pedagang buah. Menurut sebaran data responden
pedagang buah berdasarkan modal pembelian buah terbagi menjadi beberapa
kategori, yaitu modal pembelian buah antara Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000,
antara Rp 11.000.000 – Rp 15.000.000, antara Rp 16.000.000 – Rp 20.000.000
dan modal pembelian buah diatas Rp 21.000.000 (Tabel 8).
Tabel 8. Sebaran Responden Menurut Modal Pembelian Buah Pedagang Buah
Nasional dan Pedagang Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data
Bulan Desember 2009
No Modal Pembelian Buah
(Rp/Kios)
Pedagang Buah
Nasional Pedagang Buah Impor
Jumlah
(Orang)
Persentasi
(%)
Jumlah
(Orang)
Persentasi
(%)
1 5.000.000 - 10.000.000 19 42,22 0 0
2 11.000.000 - 15.000.000 15 33,33 0 0
3 16.000.000 - 20.000.000 9 20,00 0 0
4 ≥ 21.000.000 2 4,44 15 100
Total 45 100 15 100
Berdasarkan (Tabel 8) sebanyak 19 pedagang buah nasional yang
memiliki modal pembelian buah antara Rp 5.000.000/Kios – Rp 10.000.000/Kios
atau sebesar 42,22 persen pedagang buah nasional yang melakukan pembelian
buah antara Rp 5.000.000/Kios – Rp 10.000.000/Kios dan sebanyak 15 orang
pedagang buah nasional yang melakukan pembelian buah antara Rp
11.000.000/Kios – Rp 15.000.000/Kios. Sedangkan pedagang impor sebanyak 15
orang pedagang melakukan pembelian buah diatas Rp 21.000.000/Kios. Hal ini
menandakan bahwa untuk berjualan buah impor cenderung lebih banyak
membutuhkan modal ketimbangan menjual buah nasional.
6.2 Pola Penyedian Buah Nasional dan Impor di Tingkat Pedagang Buah
Kegiatan perdagangan buah-buahan dipasar induk kramat jati beroperasi
selama 24 jam dengan tingkat keramaian kegiatan operasional efektif pada pukul
07.00 – 14.00 WIB. Pedagang buah nasional pada umumnya melakukan penjualan
60
buah dengan satu jenis buah nasional saja, hal ini disebabkan dengan berbagai
alasan memilih buah. Umumnya pedagang buah nasional lebih tertarik terhadap
buah nasional karena jarak pemasoknya dekat, tidak mudah rusak, merupakan ciri
khas toko, karena pesanan, ketika lagi musim buah mudah didapat, modal yang
diperlukan tidak terlalu besar (harga belinya ke pemasok murah), selain itu ada
sebagian yang sudah dikenal oleh pelangannya sebagai pemasok buah nasional
tertentu. Pedagang buah impor pada umumnya melakukan penjualan buah dengan
berbagai jenis buah impor saja dan mengkhususkan hanya menjual berbagai
macam buah impor tanpa menjual buah nasional, hal ini disebabkan dengan
berbagai alasan memilih buah untuk dijual. Umumnya pedagang buah impor lebih
tertarik menyediakan buah impor karena bentuk buah tersebut menarik, buah laku
terjual, lebih menguntungkan walaupun harga belinya tinggi, serta ada sebagian
pedagang yang memang sudah dikenal oleh pelanggannya sebagai pedagang buah
impor.
Pedagang buah nasional yang menjadi responden antara lain pedagang
buah yang menjual semangka, pedagang buah yang menjual salak, pedagang buah
yang mejual melon, pedagang buah yang menjual pisang, dan pedagang buah
yang menjual mangga. Pedagang buah impor yang menjadi responden antara lain,
pedagang buah yang menjual buah apel Washington, pedagang yang menjual
buah pear Shiang Ly, pedagang yang menjual buah lengkeng impor, pedagang
yang menjual buah anggur Amerika dan pedagang yang menjual buah durian
Thailand (Monthonk).
Pedagang buah umumnya melakukan pembelian buah secara sendiri-
sendiri dalam melakukan penyediaan buah, hal ini dilakukan karena jumlah yang
dibeli oleh masing-masing pedagang dalam jumlah besar. Biaya angkut buah
sudah dibebankan kepada pemasok, jadi pedagang buah hanya mengeluarkan
biaya parkir masuk kendaraan ke pasar induk kramat jati dan biaya tenaga kerja
bongkar. Biaya parkir dan biaya tenaga kerja bongkar disebut sebagai biaya
bongkar muat. Biaya bongkar muat komoditi, pedagang buah nasional yaitu buah
pisang yang paling besar mengeluarkan biaya bongkar muat komoditi yaitu rata-
rata sebesar Rp 245.300/Kios, sedangkan pedagang buah impor rata-rata sebesar
Rp 119.299/Kios (Lampiran 20).
61
Pesanan buah dari pemasok atau dari importir buah jika sudah sampai ke
kios pedagang buah maka pedagang akan menelpon pelanggan untuk mengambil
buah yang telah dipesan. Kelebihan pesanan buah dari pemasok diberi batas
waktu seminggu, jika dalam waktu seminggu kelebihan pasokan buah belum
terjual maka pedagang akan menjual buah tersebut dengan setengah harga, tapi
hal ini jarang terjadi karena dalam satu minggu dagangan buah telah habis terjual.
Pedagang buah nasional dan buah impor melakukan pembelian buah ke pemasok
terkadang 2 kali dalam satu minggu atau seminggu sekali, tergantung banyaknya
pesanan dari pelanggan dan pasokan buah tersebut memang tersedia. Pembelian
buah, umumnya pedagang buah baik buah nasional maupun buah impor belanja
dalam jumlah yang besar dengan menggunakan angkutan yang telah disediakan
oleh pedagang pengumpul untuk buah nasional atau perusahaan importir untuk
buah impor (Tabel 9).
Tabel 9. Jumlah Angkutan Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati dan
Kapasitas Rata-rata Angkutan Data Bulan Desember 2009
No Pedagang
Buah
Jumlah Pedagang (Orang) Kapasitas Angkutan (Kg/Unit)
Truck
Fuso
Super
Truck
190 PS
Kontainer Truck
Fuso
Super
Truck
190 PS
Kontainer
1 Semangka 4 4 2 4.500 6.500 10.000
2 Salak 3 1 1 4.500 6.500 10.000
3 Melon 8 2 4.500 6.500 10.000
4 Pisang 10 4.500 6.500 10.000
5 Mangga 10 4.500 6.500 10.000
6 Impor 13 2 4.500 6.500 10.000
Total 7 46 7
Berdasarkan (Tabel 9), pedagang buah yang menggunakan Super Truck
190 PS sebanyak 46 orang pedagang buah nasional dan buah impor. Pedagang
buah yang menggunakan Truck Fuso sebanyak 7 orang pedagang buah nasional
dan buah impor, sedangakan yang menggunakan kontainer sebanyak 7 orang
pedagang buah nasional dan buah impor.
Pola penyediaan buah, pada umumnya pedagang buah nasional di pasar
induk kramat jati melakukan pengumpulan (konsentrasi) produk-produk pertanian
dari beberapa wilayah pemasok buah lalu dijual ke konsumen bisnis, selain itu
pedagang buah di PD Pasar Induk Kramat Jati sudah mengetahui beberapa
informasi pasar diantaranya :
62
1. Mengetahui persediaan produk pertanian yang ingin diperjual belikan.
2. Mengetahui pergerakan harga dipasar produk pertanian yang dipasarkan.
3. Mengetahui tentang jenis dan kwalitas buah yang diperdagangkan.
Pedagang buah nasional di pasar induk kramat jati merupakan pedagang
grosir terkadang merangkap sebagai pedagang pengumpul, dikatakan sebagai
pedagang grosir karena pedagang buah hanya menjual buahnya dengan batasan
minimal pembelian buah 50 Kg untuk pembeli yang bukan pelanggan, selain itu
pembeli buah kebanyakan dari konsumen bisnis yang berjualan dipasar-pasar
tradisional (yang berada di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi), pasar
modern, serta pedagang yang berjualan dipinggir-pinggir jalan. Pelanggan
konsumen bisnis membeli buah untuk dijual kembali bukan untuk dikonsumsi
secara pribadi. Pedagang buah nasional terkadang menjadi pedagang pengumpul
karena pedagang buah nasional terkadang mendatangi langsung petani tanpa
melalui pedagang pengumpul untuk memperoleh buah yang ingin dijual atau
untuk memenuhi pesanan pelanggannya. Pedagang buah impor berbeda dengan
pedagang buah nasional, pedagang buah impor hanya pelaku pedagang grosir.
Bentuk persaingan pedagang buah dipasar induk kramat jati,
kencenderungan struktur pasar mendekati pasar persaingan monopolistik. Ciri-
cirinya yaitu :
1. Produk yang dijual pedagang buah saling bersubtitusi dengan produk yang
dijual oleh pedagang yang lain, maka memaksa pedagang untuk melakukan
persaingan non harga seperti melakukan perbaikan keadaan buah yang dijual
dengan memberlakukan sistem nomor, tipe dan grade.
2. Persaingan harga pedagang berusaha mencari sumber-sumber pasokan buah
yang memberikan harga murah sehingga pedagang buah dapat menekan biaya-
biaya dan mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Pedagang buah nasional dan pedagang buah impor pada umumnya
mengambil atau memasok buah dengan berbagai cara, antara lain :
1. Memesan buah nasional memasok dari pedagang pengumpul.
2. Pedagang buah nasional mendatangi langsung petani buah.
3. Pedagang buah nasional melakukan kerjasama dengan petani buah.
63
4. Pedagang buah nasional mengambil pasokan buah dari pedagang bandar buah
dipasar induk kramat jati.
5. Pedagang buah impor memasok dari perusahan importir.
Responden pedagang buah nasional pada saat dilakukan penelitian, pada
umumnya pedagang buah nasional untuk buah semangka, buah salak, buah melon,
buah mangga dan sebagian pedagang pisang memperoleh pasokan buah melalui
pedagang pengumpul yang berada dilokasi pasokan buah. Pedagang buah nasional
di pasar induk kramat jati dalam memasok buah ke pedagang pengumpul setelah
disepakati mengenai harga maka pedagang pengumpul melakukan pengiriman
buah. Buah yang akan dikirim oleh pedagang pengumpul setelah sebelumnya
menghubungi pedagang buah nasional dipasar induk kramat jati untuk
memberitahukan jumlah dan mutu buah yang akan dikirim. Ongkos kirim
biasanya ditanggung oleh pedagang pengumpul.
Pedagang pengumpul akan memberitahukan jika pasokan buah yang
diinginkan tidak tersedia maka pedagang buah nasional dipasar induk kramat jati
akan melakukan pembelian langsung dengan cara mendatangi langsung petani
dikebun. Pedagang pengumpul menanggung beberapa resiko sesuai dengan
kesepakatan dengan pedagang buah di pasar induk kramat jati mengenai
pengiriman buah antara lain :
1. jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti tabrakan maka pedagang
pengumpul akan menganti total buah yang rusaknya mencapai 60 persen yang
rusaknya tidak mencapai 60 persen diselesaikan dengan cara negosiasi dengan
pedagang buah.
2. Jika barang yang dikirim hilang atau terjadi perampokan selama dalam
perjalanan maka pedagang pengumpul akan menganti total barang yang hilang
atau dirampok.
3. Jika terjadi keterlambatan buah yang dikirimin lebih dari seminggu maka
pedagang pengumpul akan menyelesaikannya dengan cara negosiasi dengan
pedagang buah, tapi biasanya jika jumlahnya banyak dan mengalami
keterlambatan pedagang buah dipasar induk kramat jati tidak mengakui bahwa
telah memesan buah. Kekacauan seperti ini yang sering menyebabkan terjadi
perselisihan antara pedagang pengumpul dan pedagang buah dipasar induk
64
kramat jati, hal yang menyebabkan pedagang buah tidak mau mengakui
pesanannya karena pedagang buah merasa memesan buahnya kapan dan
kenapa tibanya sekarang, dilain pihak pedagang pengumpul tidak menerima
karena telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mengirim buah
yang dipesan pedagang buah.
Upah bongkar buah komoditi yang ada telah sampai dipasar induk kramat
jati disesuaikan dengan ukuran truck yang digunakan untuk mengangkut buah
tersebut. Upah bongkar untuk angkutan buah jenis truck fuso sebesar Rp
75.000/Unit, untuk angkutan buah jenis truck super 190 PS sebesar Rp
150.000/Unit, dan untuk angkutan buah jenis kontainer sebesar Rp 250.000/Unit.
Sistem pembayaran buah yang telah dibeli dari pemasok oleh pedagang
buah dipasar induk kramat jati biasanya dengan antara lain :
1. Secara tunai/kontan.
2. Secara pembayaran tunda.
3. Sistem pemberian uang depan dan sisanya melalui transfer bank.
4. Sistem titip barang setelah buah terjual maka pedagang buah akan menerima
upah dari hasil penjualan buah.
Pedagang buah impor pada umumnya mengambil pasokan buahnya
melalui importir yang berlokasi di sunter dan tanjung priok yang telah melakukan
kerjasama dengan Bea Cukai. Pemesanan buah dilakukan oleh pedagang buah
impor dipasar induk kramat jati melalui buah yang telah ada di importir dalam
jumlah banyak dan disesuaikan dengan jumlah pesanan pelanggan. Pesanan
pelanggan pedagang buah impor dipasar induk kramat jati jika tidak tersedia di
importir atau Bea Cukai maka pedagang buah impor akan memberitahukan bahwa
buah yang diinginkan lagi tidak tersedia. Pemesanan buah ke importir melalui
telpon dan jika buat yang diinginkan tersedia maka pedagang buah dipasar induk
kramat jati akan menanyakan harga terjadi perubahan atau tidak, jika terjadi
perubahan maka pedagang buah impor dipasar induk kramat jati akan melakukan
negosiasi harga. Kesepakatan harga telah disepakati maka importir akan
melakukan pengiriman keesokan harinya. Pembayaran dilakukan ketika buah
telah semuanya dikirim ke kios pedagang buah impor.
65
Perlakukan buah yang telah sampai dikios pedagang buah, selanjutnya
pedagang buah menyuruh tenaga kerjanya untuk memisahkan buah berdasarkan
pesanan pelanggan. Buah pesanan pelanggan lalu pisahkan dan diletakkan dikios
terpisah. Kelebihan dari pesanan buah, petinya (packing) dibuka dan dipajang
dikios sebagai display untuk pembeli yang datang langsung ke pasar induk dan
bukan pelanggan. Pedagang buah impor tidak pernah membuka packing yang
memang dari importirnya telah dipacking. Kelebihan pesanan pedagang buah
impor memajangnya tanpa membuka packing. Buah semangka dan buah melon
dalam pengirimannya menggunakan keranjang dari anyaman bambu dilapis
malai-malai yang telah kering setelah sampai dikios pedagang maka buah
semangka dan buah melon dikeluarkan dari keranjangnya dan dipisahkan antara
pesanan pelanggan dan kelebihan pesanan. Buah pisang dikirim dengan
dibungkus daun pisang setelah sampai dikios pedagang pisang maka buah pisang
dipilah-pilih berdasarkan pesanan pelanggan dan kelebihan pesanan. Pedagang
buah semangka dan buah melon dalam menjual buahnya hanya melayani pembeli
yang buka pelanggan yang mau membeli buah paling sedikit 50 Kg. Pedagang
pisang menjual ke pembeli yang hanya mau membeli pisang paling sedikit tiga
tandan. Buah mangga, buah salak, dan buah impor hanya menjual ke pembeli
yang bukan pelanggan yang mau membeli minimal satu packing.
Ukuran packing untuk buah salak, buah mangga dan buah impor antara
lain sebagai berikut; buah salak ukuran satu kardusnya 50 Kg/Dus, buah mangga
ukuran satunya peti 50 Kg/Peti, dan buah impor ukuran satu dusnya bermacam-
macam antara lain; untuk buah apel washinton berukuran 20 Kg/Dus, untuk buah
pear shian ly berukuran 20 Kg/Dus, untuk buah lengkeng berukuran 10 Kg/Dus,
untuk buah anggur berukuran 10 Kg/Dus, dan untuk buah durian thailand
berukuran 20 Kg/Dus (isi 7 – 8 Buah).
Harga jual buah terbentuk dipasar sebagai interaksi antara jumlah
permintaan dan jumlah penawaran buah dipasar. Pedagang buah memerlukan
informasi biaya untuk memperhitungkan konsekuensi laba dari setiap alternatif
harga jual yang terbentuk dipasar terhadap barang yang akan dijualnya. Harga jual
buah nasional berdasarkan harga jual yang terbentuk dipasar sehingga pedagang
buah nasional dapat dikatakan sebagai price taker, tapi terkadang harga jual buah
66
nasional terbentuk berdasarkan tawar menawar harga yang paling rendah antara
petani dan pedagang buah nasional sehingga dapat dikatakan pedagang sebagi
price maker. Pedagang buah nasional sebagai price maker, dimana posisi tawar
pedagang buah nasional sangat kuat ke petani ketika memang buah yang hendak
dijualnya lagi sedang musim panen raya (buah melimpah). Harga jual buah impor
berdasarkan harga jual yang terbentuk dipasar sehingga pedagang buah impor
dapat dikatakan sebagai price taker. Posisi tawar harga pedagang impor sangat
lemah karena pasokan buah yang hendak dijual diperoleh dari perusahaan importir
dimana harga beli telah ditetapkan oleh pedagang importir dan stock yang dimiliki
selalu terbatas.
Harga jual buah merupakan harga yang ditawarkan pendagang buah di
pasar induk kramat jati kepada pelanggan. Harga beli buah merupakan harga yang
ditawarkan pedagang pengumpul kepada pedagang buah di pasar induk kramat
jati. Margin penjualan merupakan selisih antara harga jual buah dan harga beli
buah, dimana margin penjualan merupakan penerimaan kotor pedagang buah
dipasar induk kramat jati yang belum dikurangkan dengan biaya total. Tinggi
rendahnya harga yang ditawarkan pasar induk kramat jati tergantung kepada
keseimbangan antara jumlah penawaran dan permintaan. Harga jual buah-buahan
yang tergantung kepada musim atau mempunyai masa panen raya, harga jual
buah-buahan tersebut cenderung murah pada saat masa panen raya, dikarenakan
ketersediaan buah tersebut melimpah, sebaliknya pada masa tidak panen raya
kecenderungan buah tersebut mahal bahkan harga jualnya hampir sebanding
dengan harga jual buah impor hal tersebut dikarenakan ketersediaan buah tersebut
terbatas di pedagang pengumpul atau di petani.
Pola penyediaan buah oleh responden pedagang buah di Pasar Induk
Kramat Jati dalam bentuk bagan dapat menjelaskan pola penyediaan buah, dimana
pola 1 merupakan pola responden yang diteliti (Gambar 4).
67
Keterangan Gambar :
Pola 1 Garis = Petani → Pedagang Pengumpul/Importir → Pedagang Buah
Pisang/Salak/Melon/Semangka/Impor → Konsumen
Pola 2 Garis = Petani bekerjasama dengan pedagang buah pisang
Pola 3 Garis = Petani → Pedagang buah mangga/salak → Konsumen
Gambar 4. Pola Penyediaan Buah Oleh Pedagang Buah Pasar Induk Kramat Jati
6.2.1 Pedagang Buah Semangka
Responden pedagang buah semangka pada saat dilakukan penelitian, pada
umumnya pedagang buah nasional untuk buah semangka memperoleh pasokan
buah melalui pedagang pengumpul yang berada diwilayah Banyuwangi. Pedagang
buah semangka sebelum melakukan pemesanan buah terlebih dahulu dihubungi
oleh pedagang pengumpul buah semangka. Umumnya pedagang semangka
mengambil pasokannya dari pedagang pengumpul di wilayah Banyuwangi, selain
itu ada sebagian kecil pedagang yang mengambil buah semangka dari Lampung.
Pedagang yang mengambil dari Banyuwangi karena persediaan semangka untuk
saat ini lagi banyak di Banyuwangi sedangkan pedagang semangka yang
mengambil dari Lampung mereka sudah terbiasa mengambil dari Lampung. Asal
pasokan buah semangka selain dari Banyuwangi dan Lampung pedagang buah
semangka dipasar induk kramat jati juga memasok dari wilayah Kediri, Cirebon
dan Karawang dengan melalui pedagang pengumpul yang berada di lokasi
pengambilan buah.
Pedagang buah semangka di pasar induk kramat jati dalam memasok buah
ke pedagang pengumpul setelah disepakati mengenai harga maka pedagang
pengumpul melakukan pengiriman buah. Buah yang akan dikirim oleh pedagang
pengumpul setelah sebelumnya menghubungi pedagang buah semangka dipasar
Petani Pedagang Pengumpul/Importir
Buah
Pedagang Buah Mangga
Pedagang Buah Melon
Pedagang Buah Pisang
Pedagang Buah Semangka
Pedagang Buah Salak
K
O
N
S
U
M
E
N
Pedagang Buah Impor
68
induk kramat jati untuk memberitahukan jumlah dan mutu buah yang akan
dikirim. Ongkos kirim biasanya ditanggung oleh pedagang pengumpul. Pedagang
buah semangka dalam melakukan pembelian buah semangka umumnya dalam
ukuran berat yang sebelumnya ditimbang. Pembelian buah ke pedagang
pengumpul, biasanya pedagang pengumpul telah meklasifikasikan buah
berdasarkan besar kecilnya buah semangka. Pedagang buah semangka dipasar
induk kramat jati sebagai pembeli buah semangka apabila menyepakati jenis
semangka yang tersedia, maka pedagang buah dan pedagang pengumpul
melakukan kesepakatan harga. Kesepakatan harga telah disepakati maka pedagang
pengumpul buah semangka melakukan pengiriman buah. Ongkos angkutan
pengiriman buah ditanggung oleh pedagang pengumpul.
Buah yang dikirim apabila prosesnya pengirimannya berjalan lancar maka
buah akan sampai dipasar induk kramat jati sesuai dengan jadwal yang disepakati
antara pedagang pengumpul dan pedagang buah semangka dipasar induk kramat
jati. Pesanan buah setelah sampai dipasar tidak langsung dibongkar tapi mengantri
untuk dibongkar, nomor antrian bongkar diperoleh dari pintu gerbang masuk
pasar induk kramat jati. Pembongkaran buah yang dikirim dilakukan oleh kuli
khusus yang telah disediakan oleh pengelola pasar induk kramat jati. Kuli khusus
ini dikelola oleh Badan Pekerja Bongkar (BAPENGKAR), jika pedagang buah
semangka menginginkan agar buah segera dibongkar maka dapat menggunakan
kuli lepas tapi segala resiko kehilangan dan kerusakan menjadi tanggung jawab
pedagang buah semangka dan tidak bisa mengeluh ke pengelola pasar induk
kramat jati jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Pembongkaran buah yang dikirim apabila telah selesai dan telah berada di
kios pedagang buah maka juru kirim akan menyerahkan kertas rincian biaya dan
keterangan pengiriman ke pedagang buah. Isi nota biasanya jumlah total buah
yang dikirim, biaya masuk pasar induk kramat jati, harga beli buah (Rp/kg),
jumlah total pembelian buah yang harus segera dilunasi oleh pedagang buah.
Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pedagang buah semangka biasanya
dengan cara menyerahkan uang depan, berarti sisa pembayaran akan dilakukan
apabila buah semuanya telah sampai dikios pedagang buah semangka.
69
Upah bongkar muat disesuaikan dengan ukuran truck yang digunakan
untuk mengangkut buah tersebut. Upah bongkar untuk angkutan buah jenis. Upah
bongkar untuk masing-masing pedagang buah semangka di pasar induk kramat
jati berbeda-beda untuk setiap pedagang buah (Tabel 10).
Tabel 10. Upah Bongkar Muat Komodi Buah Semangka (Rp/Kios) di Pasar
Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Uraian Upah Bongkar Muat (Rp/Kios)
1 Terendah 100.000
2 Tertinggi 366.667
3 Rata-rata 233.635
Berdasarkan (Tabel 10), upah bongkar muat komoditi untuk buah
semangka yang dikeluarkan oleh pedagang buah semangka rata-rata sebesar Rp
233.635/Kios dengan kisaran antara Rp 100.000/Kios – Rp 366.667/Kios. Besar
kecilnya jumlah upah bongkar komoditi buah salah yang dilakukan di pasar induk
kramat jati tergantung dari banyaknya buah semangka yang dipesan oleh
pedagang buah semangka di pasar induk kramat jati, serta jenis angkutan yang
digunakan dalam pengiriman buah semangka dari pemasok buah ke pasar induk
kramat jati.
Jumlah pembelian buah semangka ditentukan berdasarkan pesanan
pelanggan pedagang buah semangka di pasar induk kramat jati, hal ini disebabkan
untuk meminimalkan kerugian yang akan ditimbulkan dari kelebihan pembelian
buah semangka. Biasanya, pedagang buah semangka di pasar induk kramat jati
dalam membeli pasokan buah semangka sengaja melebihkan pesanan buahnya ke
pedagang pengumpul, kelebihan pesanan tersebut yang pada nantinya di jual ke
pembeli buah semangka yang datang langsung ke pasar induk kramat jati, dan
pedagang buah di pasar induk kramat jati menjual kelebihan buah tersebut ke
pembeli yang mau membeli buah semangka sekurang-kurangnya 50 Kg.
Pedagang buah semangka dipasar induk kramat jati melakukan pembelian
buah semangka rata-rata sebesar 11.212 Kg/Kios dengan jumlah pembelian buah
semangka berkisar antara 15.333 Kg/Kios – 6.000 Kg/Kios. Harga beli buah
semangka ke pedagang pengumpul rata-rata sebesar Rp 1.130/Kg dengan harga
beli buah semangka berkisar antara Rp 1.000/Kg – Rp 1.200/Kg (Tabel 11).
70
Tabel 11. Jumlah Pembelian Buah (Kg/Kios), Harga Jual (Rp/Kg) dan Harga Beli
(Rp/Kg) serta Marjin Penjualan (Rp/Kg) Pedagang Buah Semangka di
Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Uraian Jumlah
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Jumlah Pembelian (Kg/Kios) 6.000 15.333 11.212
2 Harga Jual Semangka (Rp/Kg) 1.900 2.000 1.930
3 Harga Beli Semangka (Rp/Kg) 1.000 1.200 1.130
4 Marjin Penjualan Semangka (Rp/Kg) 700 900 800
Berdasarkan (Tabel 11), harga jual buah semangka baik ukuran sedang
maupun ukuran besar di jual dengan harga yang sama, karena pedagang menjual
buah semangka dengan sistem Rp/Kg. Harga jual buah semangka rata-rata per
kilonya sebesar Rp 1.930/Kg dengan harga jual buah semangka berkisar antara Rp
1.900/Kg – Rp 2.000/Kg. Selisih harga beli dan harga jual (marjin penjualan)
yang diperoleh oleh pedagang buah semangka rata-rata sebesar Rp 800/Kg dengan
margin penjualan buah semangka berkisar antara Rp 700/Kg – Rp 900/Kg. Besar
kecilnya margin penjualan semangka dipengaruhi oleh faktor banyaknya buah
yang dijual oleh pedagang buah semangka, selain itu harga beli buah semangka
dari pemasok buah semangka menentukan berapa besarnya harga jual sehingga
margin penjualan yang ingin diperoleh dapat ditentukan apakah ingin besar atau
kecil. Pedagang semangka menjual buah dengan ukuran sedang dan ukuran besar,
dimana ukuran sedang dalam satu karung yang berukuran 50 Kg berisi 13 buah
semangka ukuran sedang, sedangkan untuk ukuran besar dalam satu karung yang
berukuran 50 Kg berisi 6 – 7 buah semangka berukuran besar. Pedagang buah
semangka akan menelpon pelanggannya jika buah telah siap dikiosnya dan dapat
diambil oleh pelanggan.
Volume pembelian dan penjualan buah semangka oleh pedagang buah
semangka dipasar induk kramat jati rata-rata 11.212 Kg/Kios. Besar kecilnya
volume pembelian dan penjualan buah semangka oleh pedagang buah semangka
di pasar induk kramat jati salah satu faktornya tergantung pada ketersediaan
modal yang dimiliki pedagang buah semangka dipasar induk kramat jati (Tabel
12).
Berdasarkan (Tabel 12), jumlah modal pembelian buah semangka oleh
pedagang buah dipasar induk kramat jati rata-rata sebesar Rp 12.617.500/Kios
dengan kisaran antara Rp 18.400.000/Kios – Rp 7.200.000/Kios.
71
Tabel 12. Jumlah Modal Pembelian Buah Semangka (Rp/Kios) Oleh Pedagang
Buah Semangka di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember
2009
No Uraian Jumlah Modal Pembelian Buah Semangka
(Rp/Kios)
1 Terendah 7.200.000
2 Tertinggi 18.400.000
3 Rata-rata 12.617.500
6.2.2 Pedagang Buah Salak
Responden pedagang buah salak yang diteliti umumnya mengambil
pasokan buahnya dari pedagang pengumpul buah salak di wilayah Banjarnegara.
Pedagang buah nasional untuk buah salak pada umumnya memasok buahnya dari
pedagang pengumpul buah salak yang terdapat di wilayah pasokan buah salak.
Umumnya pedagang buah salak dipasar induk kramat jati sudah mengenal
karakteristik serta kualitas buah salak dari setiap pedagang pengumpul buah salak
yang menjadi langganannya dan hal ini dapat dijadikan dasar oleh pedagang buah
salak dipasar induk kramat jati dalam menentukan harga beli buah salak.
Pemesanan buah salak oleh pedagang buah salak dipasar induk kramat jati melalui
telpon lalu pedagang pengumpul menyiapkan pesanan pedagang buah salak di
pasar induk kramat jati, sebelum buah dikirim ke pasar induk kramat jati
pedagang pengumpul akan memberitahukan hari pengiriman buah salak tersebut.
Pedagang pengumpul akan memberitahukan jika pasokan buah yang
diinginkan tidak tersedia maka pedagang buah salak dipasar induk kramat jati
akan melakukan pembelian langsung dengan cara mendatangi langsung petani
dikebun. Pedagang buah salak kebanyakan pada saat ini memasok salaknya dari
wilayah Banjarnegara (salak pondoh), karena untuk saat ini buah salak lagi
banyak di wilayah tersebut. Pedagang salak, selain menjual salak pondoh
pedagang buah salak juga menjual salak condet, salak bali, salak manonjaya dan
salak gula pasir jika persediaan buah salak tersebut banyak. Asal pasokan buah
selain dari daerah Banjarnegara, pedagang buah salak dipasar induk kramat jati
memasok buah juga dari Bali, Tasikmalaya, Jogya, dan Magelang.
Pedagang buah salak di pasar induk kramat jati dalam memasok buah
salak dari pedagang pengumpul setelah disepakati mengenai harga maka
pedagang pengumpul buah salak melakukan pengiriman buah salak. Buah salak
72
yang akan dikirim oleh pedagang pengumpul setelah sebelumnya menghubungi
pedagang buah salak dipasar induk kramat jati untuk memberitahukan jumlah dan
mutu buah yang akan dikirim. Ongkos kirim biasanya ditanggung oleh pedagang
pengumpul buah salak. Pedagang dalam melakukan pembelian buah umumnya
dalam ukuran berat yang sebelumnya ditimbang, pedagang buah salak memesan
buah ke pedagang pengumpul buah yang berada diwilayah pasokan buah.
Pembelian buah salak dari pedagang pengumpul, biasanya pedagang pengumpul
telah mengklasifikasikan buah berdasarkan mutu dan grade buah yang telah
tersedia dan memberitahukan ke pedagang buah salak dipasar induk kramat jati
mengenai mutu atau grade. Pedagang buah salak dipasar induk kramat jati sebagai
pembeli buah apabila menyepakati mutu atau grade, lalu pedagang buah salak dan
pedagang pengumpul buah salak melakukan kesepakatan harga untuk setiap mutu
atau grade. Kesepakatan harga mengenai mutu atau grade apabila telah disepakati
maka pedagang pengumpul buah salak melakukan pengiriman buah salak. Ongkos
angkutan pengiriman buah salak ditanggung oleh pedagang pengumpul.
Pengemasan umumnya dilakukan oleh pedagang pengumpul untuk
memudahkan penimbangan dan pengangkutan saat pengiriman buah salak serta
memudahkan bongkar muat. Pengemasan juga bertujuan untuk memisahkan buah
salak berdasarkan grade buah salak yang telah ditentukan oleh pedagang
pengumpul dan membantu dalam perlindungan fisik khususnya saat buah salak
dalam pengiriman. Jenis kemasan yang digunakan berupa kardus karton,
keranjang anyaman bambu, atau peti kayu yang berkapasitas 50 Kg. Pedagang
pengumpul buah salak dalam melakukan pengiriman barang memberlakukan
sistem grade yaitu grade A, grade B dan grade C. Pedagang buah salak di pasar
induk kramat jati memesan buah salak pondoh dengan tiga jenis grade yang telah
ditentukan oleh pedagang pengumpul di wilayah pasokan buah. Jumlah persentase
pemesanan buah salak pondoh untuk ke tiga jenis grade masing-masing pedagang
buah salak dipasar induk kramat jati berbeda-beda (Tabel 13).
Berdasarkan (Tabel 13), persentase pemesanan buah salak pondoh untuk
masing-masing pedagang disesuaikan dengan permintaan pelanggan pedagang
buah salak tersebut. Persentase pemesanan salak pondoh terbanyak yaitu grade A
sebesar 61 persen dengan kisaran antara 70 persen – 50 persen, sedangkan
73
persentase pemesanan terendah yaitu grade C sebesar 12 persen dengan kisaran
antara 5 persen – 25 persen.
Tabel 13. Persentase Pemesan Buah Salak Pondoh ke Pemasok oleh Pedagang
Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Grade Persentase Pemesan Buah Salak (%)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Salak Grade A 50 70 61
2 Salak Grade B 25 30 27
3 Salak Grade C 5 25 12
Perbedaan ke tiga grade salak pondoh tersebut antara lain :
1. Grade A untuk berat 1 Kg berjumlah kurang lebih 9 Buah.
2. Grade B untuk berat 1 Kg berkisar antara 14 – 18 Buah.
3. Grade C untuk berat 1 Kg berjumlah kurang lebih 19 Buah.
Perbedaan ke tiga grade tersebut selain dilihat dari bobot buah, pedagang
juga melihat dari segi warna dan bentuk buah salak. Grade A biasanya warna
kulitnya coklat kekuning-kuningan dan bentuknya sangat besar, untuk grade B
warna kulitnya coklat dan bentuknya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil
(sedang), untuk grade C warna kulitnya coklat dan bentuknya kecil.
Jumlah pembelian buah salak dari pedagang pengumpul merupakan
banyaknya buah salak yang dibeli dari pemasok buah (pedagang pengumpul)
untuk setiap grade dihitung dalam Kg/Minggu. Persentase pemesan buah salak
pondoh terlihat bahwa pada umumnya pelanggan memesan salak pondoh dengan
grade A, berarti jumlah pembelian buah salak oleh pedagang buah salak pondoh
dipasar induk kramat jati dari pemasok buah salak pondoh yang terbanyak adalah
salak pondoh dengan tipe grade A (Tabel 14).
Tabel 14. Jumlah Pembelian Buah Salak Pondoh (Kg/Kios) Oleh Pedagang Buah
Pasar Induk Kramat Jati dari Pemasok Buah Data Bulan Desember
Tahun 2009
No Tipe Salak Jumlah Pembelian Salak (Kg/Kios)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Salak Grade A 1.500 4.200 3.046
2 Salak Grade B 750 2.100 1.346
3 Salak Grade C 233 750 536
74
Berdasarkan (Tabel 14), diketahui bahwa salak grade A merupakan salak
yang paling banyak dibeli oleh pedagang buah salak di pasar induk kramat jati,
pembelian salak untuk grade A rata-rata sebesar 3.046 Kg/Kios dengan kisaran
pembelian antara 1.500 Kg/Kios – 4.200 Kg/Kios. Buah salak terbanyak ke dua
yang dibeli dari pemasok buah yaitu salak grade B, pembelian salak untuk grade
B rata-rata sebesar 1.346 Kg/Kios dengan kisaran pembelian antara 750 Kg/Kios
– 2.100 Kg/Kios. Salak dengan grade C merupakan salak yang dibeli paling
banyak ketiga dengan kisaran antara 233 Kg/Kios – 750 Kg/Kios dengan rata-rata
pembelian sebesar 536 Kg/Kios. Hal ini dikarenakan pembelian buah yang
dilakukan pedagang berdasarkan pesanan pelanggan dan dalam waktu satu
minggu pelanggan datang untuk mengambil pesanan buah tersebut.
Harga beli untuk masing-masing grade buah salak berbeda-beda, setiap
grade dari salak pondoh memiliki perbedaan yang mendasar, dimana harga jual
grade A lebih mahal dari grade B dan grade B lebih mahal dari grade C.
Penetapan grade dilakukan oleh pemasok buah salak sedangkan penetapan harga
beli dilakukan melalui tawar menawar pedagang buah dipasar induk kramat jati
dengan pemasok (jika mengalami kenaikan harga buah salak). Penentuan harga
jual antara pedagang pengumpul dengan pedagang buah salak dipasar induk
kramat jati ditentukan melalui tawar-menawar. Kondisi tawar-menawar antara
pedagang pengumpul dengan pedagang buah salak dipasar induk kramat jati,
posisi tawar pedagang induk kramat jati lebih dominan dibandingkan dengan
pedagang pengumpul.
Perubahan yang terjadi pada harga jual pedagang pengumpul kepada
pedagang buah salak dipasar induk kramat jati, secara langsung akan
mempengaruhi harga beli pedagang pengumpul buah salak kepada petani.
Umumnya pedagang buah salak dipasar induk kramat jati memperoleh informasi
perubahan harga yang terjadi melalui aktivitas penjualan buah salak dipasar induk
kramat jati, jika bongkaran kendaraan komoditi salak banyak dibongkar maka
penawaran harga beli untuk salak akan turun. Harga beli buah salak, harga jual
buah salak serta marjin penjualan buah salak untuk setiap pedagang berdeda-beda
(Tabel 15).
75
Tabel 15. Harga Jual (Rp/Kg), Harga Beli (Rp/Kg) dan Marjin Penjualan (Rp/Kg)
Pedagang Buah Salak Pondoh di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009
No Uraian Jumlah (Rp/Kg)
1 Harga Jual Buah Salak Terendah Tertinggi Rata-rata
► Grade A 5.200 5.400 5.400
► Grade B 4.200 4.500 4.400
► Grade C 3.200 3.500 3.500
2 Harga Beli Buah Salak
► Grade A 3.400 4.000 3.620
► Grade B 2.400 3.000 2.540
► Grade C 1.400 1.700 1.540
3 Marjin Penjualan Salak
► Grade A 1.500 2.100 1.780
► Grade B 1.500 2.100 1.900
► Grade C 1.700 2.100 1.880
Berdasarkan (Tabel 15), rata-rata marjin penjualan tertinggi adalah grade
B sebesar Rp 1.900/Kg dengan kisaran marjin perjualan antara Rp 1.500/Kg – Rp
2.100/Kg. Harga beli rata-rata buah salak yang tertinggi adalah grade A sebesar
Rp 3.620/Kg dengan kisaran harga beli antara Rp 3.400/Kg – Rp 4.000/Kg.
Sedangkan harga jual rata-rata tertinggi adalah grade A sebesar Rp 5.400/Kg
dengan kisaran harga antara Rp 5.200/Kg – Rp 5.500/Kg, hal ini menandakan
bahwa rata-rata harga jual dan rata-rata harga beli untuk masing-masing grade
berberda-beda, begitupun dengan besar selisih harga jual dan harga beli untuk
setiap grade berbeda-beda. Grade B merupakan buah salak yang paling besar
margin penjualannya dan grade A merupakan buah yang paling mahal dijual oleh
pedagang buah salak.
Buah yang dikirim oleh pedagang pengumpul salak apabila prosesnya
pengirimannya berjalan lancar maka buah salak akan sampai dipasar induk kramat
jati sesuai dengan jadwal yang disepakati antara pedagang pengumpul buah salak
dan pedagang buah salak dipasar induk kramat jati. Pesanan buah setelah sampai
dipasar induk kramat jati tidak langsung dibongkar tapi mengantri untuk
dibongkar, nomor antrian bongkar diperoleh dari pintu gerbang masuk pasar
induk kramat jati. Pembongkaran buah yang dikirim dilakukan oleh kuli khusus
yang telah disediakan oleh pengelola pasar. Kuli khusus ini dikelola oleh Badan
Pekerja Bongkar (BAPENGKAR), jika pedagang buah menginginkan agar buah
segera dibongkar maka dapat menggunakan kuli lepas tapi segala resiko
76
kehilangan dan kerusakan menjadi tanggung jawab pedagang buah dan tidak bisa
mengeluh ke pengelola pasar jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Upah bongkar buah disesuaikan dengan ukuran truck yang digunakan
untuk mengangkut buah tersebut. Upah bongkar untuk angkutan buah jenis truck
fuso sebesar Rp 75.000/Unit, untuk angkutan buah jenis truck super 190 PS
sebesar Rp 150.000/Unit, dan untuk angkutan buah jenis kontainer sebesar Rp
250.000/Unit. Upah bongkar untuk setiap pedagang buah salak dipasar induk
kramat jati untuk setiap pedagang berbeda-beda (Tabel 16).
Tabel 16. Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Salak (Rp/Kios) di Pasar Induk
Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Uraian Jumlah Upah Bongkar Muat (Rp/Kios)
1 Terendah 75.000
2 Tertinggi 206.250
3 Rata-rata 110.417
Berdasarkan (Tabel 16), jumlah upah bongkar muat komoditi untuk buah
salak rata-rata sebesar Rp 110.417/Kios dengan kisaran antara Rp 75.000/Kios –
Rp 206.000/Kios. Besar kecilnya jumlah upah bongkar muat komoditi buah salak
oleh pedagang buah salak di pasar induk kramat jati salah satu faktornya
tergantung banyaknya komoditi yang dibeli oleh pedagang buah dipasar induk
kramat jati, sehingga dalam pengangkutan buah salak menggunakan lebih banyak
lagi kendaraan angkut buah.
Pembongkaran buah yang dikirim apabila telah selesai dan telah berada di
kios pedagang buah maka juru kirim akan menyerahkan kertas rincian biaya dan
keterangan pengiriman ke pedagang buah. Isi nota biasanya jumlah total buah
yang dikirim, grade buah, biaya masuk pasar induk kramat jati, dan harga seluruh
buah yang harus segera dilunasi oleh pedagang buah. Sistem pembayaran yang
dilakukan oleh pedagang buah biasanya dengan cara menyerahkan uang depan
dan sisanya melalui transfer bank setelah semua buah yang telah dipesan oleh
pedagang buah dipasar induk kramat jati telah sampai dikios pedagang.
Volume pembelian dan penjualan buah salak oleh pedagang buah salak
dipasar induk kramat jati, dimana besar kecilnya volume pembelian dan penjualan
buah salak oleh pedagang buah salak dipasar induk kramat jati salah satu
77
faktornya tergantung pada ketersediaan modal yang dimiliki pedagang buah
dipasar induk kramat jati (Tabel 17).
Tabel 17. Modal Pembelian Buah (Rp/Kios) Oleh Pedagang Buah Salak di Pasar
Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Grade Salak Modal Pembelian Buah Salak (Rp/Kios)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Grade A 6.000.000 14.700.000 11.851.833
2 Grade B 2.250.000 5.040.000 3.346.250
3 Grade C 396.667 1.275.000 818.383
Berdasarkan (Tabel 17), modal pembelian buah salak dari ketiga jenis
grade buah salak, buah salak dengan grade A merupakan salak yang paling tinggi
modal pembeliannya yang dikeluarkan oleh pedagang buah, yaitu rata-rata sebesar
Rp 11.851.833/Kios. Buah salak dengan grade C merupakan buah salak yang
paling kecil modal pembeliannya yang dikeluarkan oleh pedagang buah, yaitu
rata-rata sebesar Rp 818.383/Kios. Hal ini menandakan bahwa pelanggan
pedagang buah salak di pasar induk kramat jati lebih banyak yang memesan buah
salak yang grade A ketimbang grade B dan grade C.
Pedagang buah salak dipasar induk kramat jati apabila persediaan buah di
pedagang pengumpul tidak begitu banyak maka pedagang buah dipasar induk
kramat melakukan pembelian buah langsung dari petani. Pembelian langsung ke
petani, petani yang menyediakan tenaga kerja petik, sortir, grading, packing, dan
angkutan, tapi pedagang buah sebagai pembeli menanggung biaya tenaga kerja
dan angkutan yang telah disediakan oleh petani. Pembelian langsung ke petani,
jika kebunnya tidak luas maka petani yang menyediakan tenaga untuk memetik,
packing, angkutan buah dan dibayar oleh petani, tetapi sebelumnya pedagang
buah sebagai pembeli melihat dan memeriksa lalu meprediksikan berapa kira-kira
hasil panen jika dilakukan pemetikan buah, setelah itu pedagang lalu memberikan
penawaran harga ke petani. Penawaran harga jika terjadi kesepakatan maka
dilakukan pemetikan.
Kegiatan sortasi maupun grading dilakukan dengan cepat oleh pedagang
buah untuk mengejar waktu pengiriman buah. Buah salak yang telah siap lalu
dikemas ke dalam keranjang bambu besar berkapasitas 150 Kg, dengan tujuan
memudah untuk melakukan pengangkutan. Pedagang buah salak biasanya
78
melakukan pemotongan berat 10 persen dari berat keseluruhan buah yang telah di
kemas ke dalam keranjang bambu. Pemotongan berat sebesar 10 persen
merupakan salah satu upaya pedagang buah dalam melakukan penanggungan
resiko, hal ini disebabkan buah salak pondoh yang dipanen pedagang buah
dikebun petani masih bercampur kotoran yang dapat berupa tangkai dan serabut
tandan buah karena kegiatan sortasi maupun grading dilakukan dengan cepat oleh
pedagang buah.
Perlakuan buah yang telah dikirim oleh pedagang buah salak dari hasil
pembelian langsung dari petani, apabila telah sampai dikios pedagang buah
dipasar induk kramat jati maka pedagang buah melakukan sortasi dan grading
ulang. Sortasi dan grading yang dilakukan oleh pedagang buah salak dipasr induk
kramat jati mengikuti cara sortasi dan grading pedagang pengumpul buah salak.
Buah salak yang telah di sorting dan grading lalu dikemas kembali kedalam
kardus ukuran 50 Kg. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pedagang buah
salak apabila mengambil dari petani langsung biasanya dengan cara tunai
diserahkan dirumah petani atau dikebun petani.
6.2.3 Pedagang Buah Melon
Responden pedagang buah melon yang diteliti umumnya mengambil
pasokan buahnya dari pedagang pengumpul buah melon. Pasokan buah melon
dipesanan melalui pedagang pengumpul yang berada di wilayah pasokan buah.
Pedagang buah melon umumnya sudah mengenal karaktersitik serta kualitas buah
melon dari setiap pedagang pengumpul buah melon yang menjadi pemasok buah
dan hal ini dapat dijadikan dasar penentuan harga oleh pedagang buah melon
dipasar induk kramat jati dalam memesan buah melon ke pedagang pengumpul.
Pemesan buah melon oleh pedagang buah melon dipasar induk kramat jati melalui
telpon lalu pedagang pengumpul tersebut menyiapkan pesanan melon yang
dipesan. Pedagang pengumpul akan memberitahukan terlebih dahulu ke pedagang
buah melon dipasar induk kramat jati sebelum buah melon dikirim ke pasar induk
kramat jati. Pedagang melon dipasar induk kramat jati kebanyakan pada saat ini
memasok buah melon yang berasal dari Banyuwangi. Daerah pasokan melon
selain Banyuwangi pedagang melon juga memasok buah melon dari beberapa
79
wilayah diantaranya Ngawi, Madiun, Ponorogo, Sragen, Sukaharjo, Boyolali,
Karanganyar, Klaten, dan Lampung.
Pedagang buah melon dipasar induk kramat jati dalam memasok buah
melon dari pedagang pengumpul setelah disepakati mengenai harga maka
pedagang pengumpul buah melon akan memberitahukan jadwal pengiriman buah
melon ke pasar induk kramat jati. Ongkos kirim biasanya ditanggung oleh
pedagang pengumpul buah melon. Pedagang buah melon seperti halnya pedagang
buah lainnya dalam melakukan pembelian buah melon ke pedagang pengumpul
umumnya dalam ukuran berat timbangan. Pedagang pengumpul buah melon
dalam memenuhi pesanan pedagang buah melon dipasar induk kramat jati
umumnya telah mengklasifikasikan buah melon berdasarkan mutu buah melon
yang telah ada, dan memberitahukan ke pedagang buah melon dipasar induk
kramat jati mengenai mutu buah melon yang telah ada. Pedagang buah melon
dipasar induk kramat jati apabila telah menyepakati mengenai mutu buah melon,
maka dilakukan kesepakatan harga untuk setiap mutu buah melon yang telah ada.
Kesepakatan harga mengenai mutu atau tipe jenis melon, lalu pedagang
pengumpul buah melon melakukan pengiriman buah melon ke pasar induk kramat
jati.
Pengemasan buah melon yang dilakukan oleh pedagang pengumpul untuk
memudahkan penimbangan dan pengangkutan saat pengiriman buah melon serta
memudahkan bongkar muat. Pengemasan juga bertujuan untuk memisahkan buah
melon berdasarkan tipe buah melon yang telah ditentukan sebelumnya, selain itu
membantu dalam perlindungan fisik khsusunya pada saat buah melon dalam
proses perjalanan saat dikirim. Jenis kemasan buah melon yang digunakan oleh
pedagang pengumpul berupa keranjang anyaman bambu yang berkapasitas 150
Kg, diantar buah melon satu dengan buah melon yang lain diberikan mulsa kering
untuk mencega benturan secara langsung antara buah melon satu dengan buah
melon yang lain.
Pedagang pengumpul buah melon menjual melon dalam tiga tipe yaitu tipe
bagus, tipe sedang, dan tipe jelek. Pedagang pengumpul dalam melakukan
pengiriman buah melon dalam tiga tipe tersebut. Pedagang buah melon di pasar
induk kramat jati memesan buah melon dengan tiga jenis tipe tersebut. jumlah
80
persentase pemesan buah melon untuk ketiga jenis tipe melon untuk masing-
masing pedagang berbeda-beda.
Berdasarkan (Tabel 18), persentase pembelian buah melon yang dilakukan
oleh pedagang buah dilihat dari tiap pedagang untuk jumlah seluruh buah melon
yang dijual oleh pedagang. Persentase buah melon dengan tipe bagus merupakan
buah yang paling banyak dibeli oleh pedagang buah melon dipasar induk kramat
jati sebesar 54 persen, sedangkan buah melon yang paling sedikit dibeli oleh
pedagang buah dipasar induk kramat jati adalah melon dengan tipe jelek sebesar
18 persen. Persentase pembelian melon tipe sedang tertinggi sebesar 36 persen
dan terendah sebesar 21 persen dengan persentase pembelian buah melon sebesar
29 persen, sedangkan persentase pembelian melon tipe jelek tertinggi sebesar 29
persen dan terendah sebesar 10 persen dengan persentase pembelian buah melon
sebesar 18 persen.
Tabel 18. Persentase Pembelian Buah Melon oleh Pedagang Buah Melon di Pasar
Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Tipe Buah
Melon
Persentase Pembelian Buah Melon (%)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Tipe Bagus 39 63 54
2 Tipe Sedang 21 36 29
3 Tipe Jelek 10 29 18
Perbedaan dari ketiga tipe melon tersebut dilihat dari berat bobot dan
bentuk dinding buah melon. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Tipe bagus berat bobotnya kurang lebih sama dengan 2 Kg/Buah (≤ 2
Kg/Buah), serta disetiap dinding melon sudah terbentuk jaring-jaring yang
menyebar keseluruh dinding melon dan permukaan dinding terasa halus.
2. Tipe sedang berbobot kurang lebih sama dengan 1,5 Kg/Buah (≤ 1,5
Kg/Buah), serta jaring-jaring yang terbentuk pada dinding melon tidak
terbentuk semua dan permukaan dinding terasa agak kasar.
3. Tipe jelek berbobot lebih besar sama dengan 1 Kg/Buah (≥ 1 Kg/Buah),
dinding melonnya berperawakan jaring-jaringnya hanya sedikit yang terbentuk
hanya sedikit, dan permukaan dinding terasa kasar.
Jumlah pembelian buah melon dari pedagang pengumpul merupakan
banyaknya buah melon yang dibeli dari pedagang pengumpul untuk setiap tipe
81
melon dihitung dalam Kg/Kios. Persentase pembelian buah melon terlihat bahwa
pada umumnya pedagang buah melon meyediakan buah melon paling banyak
adalah melon tipe bagus, berarti jumlah pembelian buah melon oleh pedagang
buah melon dipasar induk kramat jati didominasi oleh melon tipe bagus (Tabel
19).
Tabel 19. Jumlah Pembelian Buah Melon (Kg/Kios) Oleh Pedagang Buah Melon
di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Tipe Buah
Melon
Jumlah Pembelian Buah Melon (Kg/Kios)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Tipe Bagus 2.750 6.250 4.603
2 Tipe Sedang 1.667 3.333 2.429
3 Tipe Jelek 960 2.000 1.482
Berdasarkan (Tabel 19), pedagang melon pada umumnya membeli buah
melon ke pedagang pengumpul buah melon paling banyak adalah tipe bagus,
dimana jumlah pembelian melon tipe bagus rata-rata sebesar 4.603 Kg/Kios
dengan kisaran jumlah pembelian melon tipe bagus antara 2.250 Kg/Kios – 6.250
Kg/Kios. Pembelian buah melon terbanyak kedua yang dibeli pedagang buah
melon yaitu melon tipe sedang dengan jumlah pembelian melon tipe sedang rata-
rata sebesar 2.429 Kg/Kios dengan kisaran pembelian antara 1.667 Kg/Kios –
3.333 Kg/Kios, sedangkan sisanya yaitu melon dengan tipe jelek merupakan buah
urutan ketiga yang dibeli oleh pedagang buah melon dimana jumlah pembelian
melon tipe jelek rata-rata sebesar 1.482 Kg/Kios dengan kisaran pembelian antara
960 Kg/Kios – 2.000 Kg/Kios.
Harga beli untuk masing-masing tipe buah melon berbeda-beda, penetapan
tipe buah melon dilakukan oleh pemasok sedangkan penetapan harga beli
dilakukan melalui tawar menawar pedagang buah melon dipasar induk kramat jati
dengan pedagang pengumpul buah melon (jika mengalami kenaikan harga buah
melon). Perubahan yang terjadi terhadap harga beli buah melon dari pedagang
pengumpul secara langsung mempengaruhi harga jual buah melon oleh pedagang
buah melon dipasar induk kramat jati. Perubahan harga jual buah melon dipasar
induk kramat jati dapat terjadi dari aktivitas bongkar muat buang melon, jika
bongkar muat melon banyak dilakukan maka pedagang buah melon dipasar induk
kramat jati akan menjual buah melon dengan harga murah. Hal ini akan mendasari
82
perubahan harga beli melon dari pedagang pengumpul oleh pedagang melon
dipasar induk kramat jati. Harga beli buah melon dari petani, harga jual buah
melon ke konsumen pedagang buah dipasar induk kramat jati serta marjin
penjualan buah melon untuk setiap pedagang berbeda-beda.
Berdasarkan (Tabel 22), harga beli rata-rata buah melon tipe bagus pada
umumnya sebesar Rp 2.930/Kg dengan kisaran harga pembelian antara Rp
2.800/Kg – Rp 3.000/Kg. Harga beli rata-rata buah melon tipe sedang sebesar Rp
1.430/Kg dengan kisaran harga pembelian antara Rp 1.200/Kg – Rp 1.500/Kg.
Harga beli rata-rata melon tipe jelek sebesar Rp 1.040/Kg dengan kisaran harga
pembelian antara Rp 1.000/Kg – Rp 1.100/Kg, sedangkan harga jual rata-rata
melon tipe bagus sebesar Rp 3.970/Kg dengan kisaran harga jual antara Rp
3.900/Kg – Rp 4.000/Kg. Harga jual rata-rata melon tipe sedang sebesar Rp
2.450/Kg dengan kisaran harga jual antara Rp 2.400/Kg – Rp 2.500/Kg. Harga
jual rata-rata melon tipe jelek sebesar Rp 1.970 dengan kisaran harga jual antara
Rp 1.900/Kg – Rp 2.000/Kg.
Tabel 20. Harga Jual (Rp/Kg) dan Harga Beli (Rp/Kg) serta Marjin Penjualan
(Rp/Kg) Pedagang Buah Melon di Pasar Induk Kramat Jati Data
Bulan Desember 2009
No Uraian Jumlah (Rp/Kg)
1 Harga Jual Buah Melon Terendah Tertinggi Rata-rata
► Tipe Bagus 3.900 4.000 3.970
► Tipe Sedang 2.400 2.500 2.450
► Tipe Jelek 1.900 2.000 2.000
2 Harga Beli Buah Melon
► Tipe Bagus 2.800 3.000 2.930
► Tipe Sedang 1.200 1.500 1.430
► Tipe Jelek 1.000 1.100 1.040
3 Margin Penjualan Melon
► Tipe Bagus 1.000 1.100 1.040
► Tipe Sedang 1.000 1.200 1.020
► Tipe Jelek 900 1.000 930
Berdasarkan (Tabel 20), pedagang buah melon membeli melon tipe bagus
dengan harga beli tertinggi sebesar Rp 3.000/Kg dan menjual dengan harga Rp
4.000 maka pedagang akan memperoleh marjin penjualan sebesar Rp 1.000/Kg,
jika pedagang menjual dengan harga terendah sebesar Rp 3.900/Kg maka
pedagang akan memperoleh marjin penjualan sebesar Rp 900/Kg untuk melon
83
tipe bagus. Melon tipe sedang, jika pedagang membeli melon tipe sedang dengan
harga tertinggi sebesar Rp 1.500/Kg dan menjual dengan harga jual tertinggi
sebesar Rp 2.500/Kg maka pedagang akan memperoleh marjin penjualan sebesar
Rp 1.000/Kg, jika pedagang menjualnya dengan harga jual terendah sebesar Rp
2.400/Kg maka pedagang memperoleh marjin penjualan sebesar Rp 900/Kg,
sedangkan melon dengan tipe jelek apabila pedagang membeli dengan harga Rp
1.000/Kg dan menjual dengan harga tertinggi sebesar Rp 2.000/Kg maka
pedagang akan memperoleh margin penjualan sebesar Rp 1.000/Kg, jika
pedagang menjual dengan harga terendah sebesar Rp 1.900/Kg maka pedagang
akan memperoleh marjin penjualan sebesar Rp 900/Kg.
Buah yang dikirim oleh pedagang pengumpul buah melon apabila
prosesnya lancar maka buah melon yang dikirim akan sampai dipasar induk
kramat jati sesuai dengan jadwal yang disepakati antara pedagang pengumpul
buah melon dengan pedagang buah melon dipasar induk kramat jati. Kiriman
buah yang telah sampai dipasar induk kramat jati tidak langusng dibongkar tapi
menunggu antrian bongkar. Pembongkaran buah melon dipasar induk kramat jati
seperti halnya dengan buah-buahan yang lain dilakukan oleh kuli khusus yang
telah disediakan oleh pengelola pasar. Pembongkaran buah dapat dilakukan
dengan segera oleh pedagang buah melon dipasar induk kramat jati tanpa perlu
mengantri dengan menggunakan kuli lepas. Penggunaan kuli lepas pada saat
pembongkaran buah bukan merupakan tanggung jawab pengelola pasar jika
terjadi kehilangan buah pada saat pembongkaran sedang berlangsung.
Upah bongkar buah melon disesuaikan dengan ukuran kendaraan angkutan
buah yang digunakan pada waktu pengiriman buah melon ke pasar induk kramat
jati. Upah bongkar untuk angkutan buah jenis truck fuso sebesar Rp 75.000/Unit,
untuk angkutan buah jenis truck super 190 PS sebesar Rp 150.000/Unit, dan untuk
angkutan buah jenis kontainer sebesar Rp 200.000/Unit. Upah bongkar untuk
setiap pedagang buah melon dipasar induk kramat jati berbeda-beda (Tabel 21).
Berdasarkan (Tabel 21), jumlah upah bongkar muat komoditi untuk buah
melon rata-rata sebesar Rp 216.417/Kios dengan kisaran jumlah upah bongkar
buah antara Rp 175.000/Kios – Rp 291.667/Kios. Besar kecilnya jumlah upah
bongkar muat pedagang buah melon dipengaruhi oleh banyaknya angkutan buah
84
yang digunakan untuk melakukan pengiriman buah ke pasar induk kramat jati,
selain itu banyaknya buah yang dibeli oleh pedagang buah melon dipasar induk
kramat jati mempengaruhi besar kecilnya jumlah upah bongkar muat komoditi
buah melon.
Tabel 21. Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Melon (Rp/Kios) di Pasar Induk
Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Uraian Upah Bongkar Muat (Rp/Kios)
1 Terendah 175.000
2 Tertinggi 291.667
3 Rata-rata 216.417
Besar kecilnya volume pembelian dan penjualan buah melon oleh
pedagang buah melon dipasar induk kramat jati selain ketersediaan buah
dipedangan pengumpul buah melon, juga dipengaruhi oleh faktor ketersediaan
modal oleh pedagang buah melon dipasar induk kramat jati. Modal pembelian
buah melon untuk tiap-tiap tipe buah melon berbeda-beda antara pedagang buah
melon dipasar induk kramat jati (Tabel 22).
Tabel 22. Modal Pembelian Buah Melon (Rp/Kios) Oleh Pedagang Buah Melon
di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Tipe Buah
Melon
Modal Pembelian Buah Melon(Rp/Kios)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Tipe Bagus 8.250.000 18.000.000 13.451.800
2 Tipe Sedang 2.500.000 4.666.667 3.452.167
3 Tipe Jelek 1.056.000 2.200.000 1.537.933
Berdasarkan (Tabel 22), jumlah modal pembelian buah melon oleh
pedagang buah melon dipasar induk kramat jati untuk melon tipe bagus rata-rata
sebesar Rp 13.451.800/Kios dengan kisaran modal pembelian buah melon tipe
bagus antara Rp 8.250.000/Kios – Rp 18.000.000/Kios. Modal pembelian buah
melon tipe sedang rata-rata sebesar Rp 3.452.167/Kios dengan kisaran jumlah
modal pembelian buah melon tipe sedang antara Rp 2.500.000/Kios – Rp
4.666.667/Kios. Modal pembelian melon tipe jelek rata-rata sebesar Rp
1.537.933/Kios dengan kisaran modal pembelian buah melon tipe jelek antara Rp
1.056.000/Kios – Rp 2.200.000/Kios.
Pembongkaran buah melon yang dikirim oleh pedagang pengumpul,
apabila telah selesai dan telah berada di kios pedagang buah melon maka juru
85
kirim akan menyerahkan kertas rincian biaya dan keterangan pengiriman ke
pedagang buah melon dipasar induk kramat jati. Isi nota biasanya jumlah total
buah yang dikirim, tipe buah melon, biaya masuk pasar induk kramat jati, dan
harga seluruh buah yang harus dilunasi oleh pedagang buah melon. Sistem
pembayaran yang dilakukan oleh pedagang buah melon dipasar induk kramat jati
umumnya dengan cara menyerahkan uang depan sebagai tanda jadi dan sisanya
melalui transfer bank setelah semua buah telah berada di kios pedagang buah
melon.
6.2.4 Pedagang Buah Pisang
Responden pedagang buah pisang memperoleh buah pisang melalui
pedagang pengumpul buah pisang di wilayah Lampung. Pedagang buah pisang
selain memasok buah pisang dari pedagang pengumpul, juga ada yang
bekerjasama dengan petani dalam memasok buah pisang di pasar induk kramat
jati, selain itu ada juga pedagang buah pisang yang memasok buah pisang dari
pedagang bandar yang berada di lokasi pasar induk kramat jati. Responden
pedagang buah pisang di pasar induk kramat jati yang diambil sebagai responden
adalah pedagang buah pisang yang mengambil buah pisang di pedagang
pengumpul serta pedagang buah pisang yang mengambil buah pisang di pedagang
bandar.
Pedagang buah pisang di pasar induk kramat jati umumnya sudah
mengenal karakteristik serta kualitas buah pisang dari setiap pedagang pengumpul
maupun dari petani yang menjadi pemasok buah dan hal ini dapat dijadikan dasar
penentuan harga oleh pedagang buah pisang dipasar induk kramat jati. Pemesanan
buah pisang ke pedagang pengumpul atau petani oleh pedagang buah pisang
dipasar induk kramat jati melalui telpon. Daerah pasokan buah pisang selain di
Lampung, pedagang buah pisang juga memasok dari daerah Sukabumi dan
Serang. Pedagang buah pisang yang mengambil buah pisang dari pedagang
bandar yang berlokasi di pasar induk kramat jati merupakan pedagang buah
pisang yang menempati kios milik pedagang bandar. Pedagang bandar telah
membeli beberapa unit tempat usaha dan menjadi hak milik pedagang bandar,
tempat usaha tersebut lalu disewakan ke pedagang buah lainnya.
86
Pedagang buah pisang di pasar induk kramat jati dalam memasok buah
pisang dari pedagang pengumpul pisang yang berada di Lampung, setelah
disepakati mengenai harga maka pedagang pengumpul buah pisang yang berada
di Lampung akan memberitahukan jadwal pengiriman buah pisang ke pasar induk
kramat jati. Ongkos kirim biasanya ditanggung oleh pedagang pengumpul buah
pisang di Lampung. Pedagang pengumpul buah pisang yang berada di Lampung,
dalam memenuhi pesanan pedagang buah pisang dipasar induk kramat jati
umumnya dengan sistem tandan. Penjualan pisang oleh pedagang pengumpul
yang berada di Lampung menjual pisang ke pedagang pisang dipasar induk
kramat jati dalam satuan Rp/Tandan. Kesepakan mengenai harga dan sistem
pembelian, maka pedagang pengumpul di Lampung akan mengirim pesanan buah
pisang tersebut ke pedagang buah dipasar induk kramat jati.
Pedagang pengumpul buah pisang di Lampung dalam melakukan
pengiriman buah pisang, buah pisang tidak dikemas tapi hanya ditutupi dengan
terpal. Pedagang pisang di pasar induk kramat jati umumnya menjual pisang
ambon, pisang lampung dan pisang tanduk, selain ketiga jenis pisang tersebut
pedagang buah pisang menjual juga buah pisang raja, pisang uli, pisang barangan,
pisang kepok, pisang, nangka, pisang badak dan pisang masan. Jumlah persentase
pembelian buah pisang dari pedagang pengumpul dan dari pedagang bandar untuk
ketiga jenis pisang berbeda-beda untuk masing-masing pedagang buah pisang di
pasar induk kramat jati (Tabel 23).
Tabel 23. Persentase Pembelian Buah Pisang Ambon, Pisang Lampung dan
Pisang Tanduk di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Dember 2009
No Buah Pisang Persentase Pembelian Buah Pisang (%)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Pisang Ambon 10 40 27
2 Pisang Lampung 18 79 44
3 Pisang Tanduk 11 43 29
Berdasarkan (Tabel 23), persentase pembelian untuk masing-masing buah
pisang yaitu untuk pisang ambon persentase pembelian tertingginya sebesar 40
persen dan persentase terendahnya sebesar 10 persen dengan rata-rata pesentase
pembelian sebesar 27 persen. Untuk pisang rames atau lampung persentase
pembelian tertingginya sebesar 79 persen dan persentase pembeliannya terendah
87
sebesar 18 persen dengan persentase rata-rata sebesar 44 persen. Sedangkan untuk
pisang tanduk persentase pembelian tertingginya sebesar 43 persen dan persentase
terendahnya sebesar 11 persen dengan persentase rata-rata sebesar 29 persen.
Jumlah pembelian buah pisang dari pedagang pengumpul maupun dari
pedagang bandar merupakan banyaknya buah pisang yang dibeli dari pemasok
buah (pedagang pengumpul/bandar) untuk setiap jenis pisang dihitung dengan
dalam Tandan/Kios. Persentase pembelian buah pisang oleh pedagang buah
pisang di pasar induk kramat jati terlihat bahwa pada umumnya pedagang buah
pisang membeli buah pisang jenis lampung (rames). Jumlah pembelian buah
pisang oleh pedagang buah pisang di pasar induk kramat jati dari pedagang
pengumpul dan dari pedagang bandar yang berada di Lampung didominasi oleh
buah pisang jenis pisang lampung (rames). Pembelian buah pisang dari pedagang
pengumpul dan dari pedagang bandar untuk ketiga jenis pisang masing-masing
pedagang berbeda-beda (Tabel 24).
Tabel 24. Jumlah Pembelian Buah (Tandan/Kios) dari Pedagang Pengumpul Oleh
Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Dember 2009
No Buah Pisang Pembelian Buah Pisang (Tandan/Kios)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Pisang Ambon 104 278 193
2 Pisang Lampung 125 827 350
3 Pisang Tanduk 115 343 214
Berdasarkan (Tabel 24), pembelian pisang dari pedagang pengumpul oleh
pedagang buah pisang dipasar induk kramat jati dalam satu minggu untuk pisang
ambon berkisar antara 104 Tanda/Kios – 278 Tandan/Kios dengan rata-rata
pembelian sebesar 193 Tandan/Kios. Sedangkan pembelian pisang dalam satu
minggu untuk pisang lampung berkisar antara 125 Tanda/Kios – 827 Tandan/Kios
dan rata-rata pembelian sebesar 350 Tanda/Kios. Pembelian pisang dalam satu
minggu untuk pisang tanduk berkisar antara 115 Tanda/Kios – 343 Tanda/Kios
dengan rata-rata pembelian pisang sebesar 214 Tandan/Kios.
Harga beli untuk masing-masing buah pisang untuk setiap pedagang
berbeda-beda, penetapan harga beli dilakukan melalui tawar menawar pedagang
buah pisang dipasar induk kramat jati dengan pemasok buah pisang (jika
mengalami kenaikan harga buah pisang). Kondisi tawar-menawar antara pedagang
88
pengumpul yang berlokasi di Lampung dengan pedagang buah pisang di pasar
induk kramat jati, posisi tawar pedagang buah pisang di pasar induk kramat jati
yang lebih dominan dibandingkan dengan posisi tawar pedagang pengumpul.
Perubahan yang terjadi pada harga jual pedagang pengumpul kepada pedagang
buah pisang di pasar induk kramat jati, secara langsung akan mempengaruhi harga
beli pedagang pengumpul buah pisang kepada petani. Umumnya pedagang pisang
di pasar induk kramat jati memperoleh informasi perubahan harga yang terjadi
melalui aktivitas penjualan buah pisang di pasar induk kramat jati, jika bongkaran
kendaraan yang mengangkut buah pisang banyak dibongkar maka penawaran
harga beli untuk buah pisang akan turun. Harga beli buah pisang, harga jual buah
pisang serta marjin penjualan buah pisang untuk setaip pedagang berbeda-beda
(Tabel 25).
Tabel 25. Harga Beli dan Harga Jual serta Marjin Penjual Buah Pisang di Pasar
Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Uraian Jumlah (Rp/Tandan)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Harga Beli Buah Pisang
▶Ambon 12.000 18.000 15.400
▶Rames/Lampung 9.000 12.000 9.900
▶Tanduk 2.000 6.000 4.200
2 Harga Jual Buah Pisang
▶Ambon 18.000 27.000 23.100
▶Rames/Lampung 18.000 24.000 19.800
▶Tanduk 3.000 9.000 6.300
3 Marjin Penjualan
▶Ambon 6.000 9.000 7.700
▶Rames/Lampung 12.000 24.000 18.600
▶Tanduk 2.000 9.000 5.900
Berdasarkan (Tabel 25), rata-rata harga beli pisang tertinggi adalah pisang
ambon sebesar Rp 15.400/Tandan dengan kisaran harga beli antara Rp
12.000/Tandan – Rp 18.000/Tandan. Rata-rata harga beli pisang terendah adalah
pisang tanduk sebesar Rp 4.200/Tandan dengan kisaran harga beli antara Rp
2.000/Tandan – Rp 6.000/Tandan. Rata-rata harga jual pisang tertinggi adalah
pisang ambon sebesar Rp 23.100/Tandan dengan kisaran harga jual antara Rp
18.000/Tandan – Rp 27.000/Tandan. Rata-rata harga jual terendah adalah pisang
89
tanduk sebesar Rp 6.300/Tandan dengan kisaran harga jual antara Rp
3.000/Tandan – Rp 9.000/Tandan.
Berdasarkan (Tabel 25), jika pedagang pisang membeli pisang ambon
dengan harga Rp 12.000/Tanda dan menjual dengan harga Rp 18.000/Tandan
maka marjin penjualan yang diperoleh pedagang sebesar Rp 6.000/Tandan, jika
pedagang membeli dengan harga Rp 18.000/Tandan dan menjual dengan harga
Rp 27.000/Tandan maka pedagang akan mendapatkan marjin penjualan sebesar
Rp 9.000/Tandan, jika pedagang membeli pisang ambon dengan harga rata-rata
sebesar Rp 15.400/Tandan dan menjual pisang ambon dengan harga rata-rata pula
sebesar Rp 23.100/Tandan maka pedagang tetap akan mendapatkan marjin
penjualan yaitu marjin penjualan rata-rata sebesar Rp 7.700/Tandan.
Buah yang dikirim dari pedagang pengumpul buah pisang di Lampung
apabila proses pengirimannya berjalan lancar maka buah pisang akan sampai
dipasar induk kramat jati sesuai dengan jadwal yang disepakati antara pedagang
pengumpul buah pisang di Lampung dengan pedagang buah pisang di pasar induk
kramat jati. Pesanan buah pisang dari pedagang pengumpul di Lampung setelah
sampai di pasar induk kramat jati tidak langsung dibongkar tapi mengantri untuk
dibongkar. Nomor antrian bongkar komoditi ke kios pedagang buah diperoleh dari
pintu masuk pasar induk kramat jati. Pembongkaran buah dilakukan oleh kuli
khsusu yang telah disediakan oleh pengelola pasar. Kuli khusus ini dikelola oleh
Badan Pekerja Bongkar (BAPENGKAR), jika pedagang buah pisang dipasar
induk kramat jati menginginkan agar buah cepat dibongkar maka dapat
menggunakan kuli lepas tapi segala resiko menjadi tanggung jawab pedagang
buah pisang.
Upah bongkar oleh BAPENGKAR, disesuaikan dengan ukuran truck
angkutan buah yang digunakan untuk mengirim buah pisang. Upah bongkar untuk
angkutan buah jenis truck fuso sebesar Rp 75.000/Unit, untuk angkutan buah jenis
truck super 190 PS upah bongkarnya sebesar Rp 150.000/Unit, dan upah bongkar
untuk kendaraan angkutan jenis kontainer sebesar Rp 250.000/Unit. Upah
bongkar untuk setiap pedagang buah pisang di pasar induk kramat jati berbeda-
beda untuk pedagang yang mengambil pasokan buah pisang dari pedagang
90
pengumpul, sedangkan pedagang buah yang mengambil dari pedagang bandar
maka upah bongkar muatnya telah ditanggung oleh pedagang bandar (Tabel 26).
Tabel 26. Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Pisang (Rp/Kios) di Pasar Induk
Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Uraian Upah Bongkar Muat (Rp/Kios)
1 Terendah 215.385
2 Tertinggi 314.103
3 Rata-rata 245.299
Berdasarkan (Tabel 26), upah bongkar muat komoditi untuk buah pisang
rata-rata sebesar Rp 245.299/Kios dengan kisaran upah bongkar muat komoditi
antara Rp 215.385/Kios – Rp 314.103/Kios. Besar kecilnya upah bongkar
komdoti buah pisang yang dibebankan ke pedagang buah pisang dipasar induk
kramat jati salah satu faktornya yaitu banyaknya komoditi buah pisang yang dibeli
oleh pedagang di pasar induk kramat jati serta banyaknya kendaraan angkutan
buah yang digunakan untuk setiap orang pedagang buah pisang dipasar induk
kramat jati.
Buah yang telah dibongkar dan berada di kios pedagang buah maka juru
kirim akan menyerahkan kertas rincian biaya dan keterangan pengiriman ke
pedagang buah pisang di pasar induk kramat jati. Isi nota biasanya jumlah total
buah yang dikirim, jenis buah pisang, biaya masuk pasar induk kramat jati, dan
harga seluruh buah yang harus segera dilunasi oleh pedagang buah pisang di pasar
induk kramat jati. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pedagang buah pisang
di pasar induk kramat jati biasanya dengan cara pembayaran akhir, karena
pedagang pengumpul di Lampung dan pedagang buah pisang dipasar induk
kramat jati sudah saling percaya. Pembayaran pembelian buah akan dilunasi
semuanya setelah semua pesanan buah telah sampai dikios pedagang buah pisang,
pembayaran dilakukan lewat transfer Bank.
Sortir dan grading terhadap buah pisang yang telah berada di kios
pedagang tidak dilakukan oleh pedagang buah pisang di pasar induk kramat jati.
Pedagang buah pisang di pasar induk kramat jati hanya menimbang buah pisang
dalam satu tandan, setelah ditimbang lalu untuk pisang ambon diletakkan
bertumpuk dengan pisang ambon. Pisang rames di ikat lalu digantung sisanya di
tumpuk dengan pisang rames lainnya. Pisang tanduk di bersihkan lalu di letakkan
91
bertumpuk dengan pisang tanduk lainnya. Pesanan pelanggan buah pisang akan
disiapkan setelah pedagang buah pisang di pasar induk kramat jati menelpon
pelanggan untuk mengambil pesanan buah pisang yang telah dipesannya.
Pedagang buah pisang yang mengambil pasokan pisang dari pedagang
bandar yang berada di pasar induk kramat jati, pedagang buah pisang tersebut
merupakan penyewa dari tempat usaha yang hak pemakaiannya telah sepenuhnya
milik pedagang bandar di pasar induk kramat jati. Pedagang bandar tersebut telah
membeli tempat usaha tersebut dan pemakaian tempat tersebut masih tetap
memakai peraturan pengurus pasar dan izin pemakaian tempat merupakan hak
dari pedagang bandar sebagai pemilik tempat usaha tersebut.
Volume pembelian dan penjualan buah pisang oleh pedagang buah pisang
di pasar induk kramat jati, dimana besar kecilnya volume pembelian dan
penjualan buah pisang tergantung pada ketersediaan modal yang dimilii oleh
pedagang buah pisang di pasar induk kramat jati. Modal pembelian buah pisang
untuk setiap pedagang berbeda-beda, baik pedagang buah pisang yang mengambil
pasokan dari pedagang pengumpul maupun pedagang buah pisang yang
mengambil pasokan pisang dari pedagang bandar (Tabel 27).
Tabel 27. Modal Pembelian Buah Pisang (Rp/Kios) Oleh Pedagang Buah Pisang
di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Jenis Pisang Modal Pembelian Buah Pisang (Rp/Kios)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Pisang Ambon 1.451.333 4.953.000 3.028.853
2 Pisang Rames 1.500.000 7.440.000 3.320.913
3 Pisang Tanduk 254.500 2.060.000 906.583
Berdasarkan (Tabel 27), modal pembelian buah pisang oleh pedagang
buah pisang di pasar induk kramat jati untuk pisang ambon rata-rata sebesar Rp
3.028.853/Kios dengan kisaran modal pembelian buah pisang antara Rp
1.451.333/Kios – Rp 4.953.000/Kios. Modal pembelian buah pisang rames rata-
rata sebesar Rp 3.320.913/Kios dengan kisaran modal pembelian buah pisang
rames antara Rp 1.500.000/Kios – Rp 7.440.000/Kios. Modal pembelian buah
pisang tanduk rata-rata sebesar Rp 906.583/Kios dengan kisaran pembelian buah
pisang tanduk antara Rp 254.500/Kios – Rp 2.060.000/Kios.
92
Pedagang buah pisang yang memasok buah pisang dengan melakukan
kerjasama dengan petani pisang. Pedagang buah nasional untuk buah pisang ada
yang memang dari awal mengambil tidak melalui pedagang pengumpul tapi
mengambil pasokan buahnya langsung dari petani dengan melakukan kerjasama
dengan petani buah. Pedagang buah pisang di pasar induk kramat jati yang
melakukan kerjasama dengan petani pisang masih terikat hubungan keluarga atau
kerabat dari petani buah pisang. Biaya operasional pengiriman diurus oleh petani
pisang dan upah bongkar dan biaya parkir menjadi tanggungan pedagang buah
pisang di pasar induk kramat jati. Buah pisang yang diinginkan sebelumnya
dipesan dulu oleh pedagang buah pisang di pasar induk kramat jati, lalu petani
pisang akan melakukan pengiriman buah pisang berdasarkan pesanan pedagang
buah pisang di pasar induk kramat jati. Buah pisang yang tidak diambil oleh
pelanggan pedagang buah pisang di pasar induk kramat jati maka akan dijual ke
pelanggan lain atau dikembalikan lagi ke petani pisang. Pengembalian buah
pisang ke petani sangat dihindari oleh pedagang buah pisang di pasar induk
kramat jati, karena dapat merusak hubungan kerjasama dengan petani pisang.
Selisih harga dari petani dan harga jual dari pedagang pisang di pasar
induk kramat jati merupakan keuntungan pedagang pisang. Hasil dari penjualan
pisang setiap minggunya akan ditransfer oleh pedagang buah pisang di pasar
induk kramat jati melalui Bank. Resiko kerusakan fisik setelah buah telah sampai
di pasar induk kramat jati serta resiko perubahan harga jual buah pisang di pasar
induk kramat jati merupakan tanggungan sepenuhnya oleh pedagang buah pisang
di pasar induk kramat jati.
6.2.5 Pedagang Buah Mangga
Responden pedagang buah mangga yang diteliti umumnya mengambil
pasokan buahnya dari pedagang pengumpul buah mangga. Pedagang buah
mangga pada umumnya memasok buah mangga dari pedagang pengumpul buah
mangga yang terdapat di wilayah Probolinggo dan Banyuwangi, selain di dua
tempat tesebut pedagang juga mengambil memasok buah dari wilayah Indramayu,
Bali, NTB, Kediri, dan Jepara. Umumnya pedagang buah mangga di psar induk
kramat jati sudah mengenal karaktersitik serta kualitas buah mangga dari setiap
93
pedagang pengumpul buah mangga yang menjadi langgannya dan hal ini dapat
dijakan dasar oleh pedagang buah mangga di pasar induk kramat jati dalam
menentukan harga beli buah mangga.
Pemesan buah mangga oleh pedagang buah mangga di pasar induk krama
jtai melalui telpon lalu pedagang pengumpul menyiapakan pesanan pedagang
buah mangga di pasar induk kramat jati, sebelum buah dikirim ke pasar induk
kramat jati, pedagang pengumpul akan memberitahukan hari pengiriman buah
mangga tersebut. Pedagang pengumpul akan memberithukan jika pesanan
pedagang buah mangga di pasar induk kramat jati yang diinginkan tidak tersedia,
maka pedagang buah mangga di pasar induk kramat jati akan melakukan
pembelian langsung dengan cara mendatangi langsung petani.
Pedagang buah mangga di pasar induk kramat jati dalam memasok buah
mangga dari pedagang pengumpul setelah disepakati mengenai harga maka
pedagang pengumpul buah mangga melakukan pengiriman buah mangga. Buah
mangga yang akan dikirim oleh pedagang pengumpul setelah sebelumnya
menghubungi pedagang buah mangga di pasar induk kramat jati untuk
membertiahukan jumlah dan mutuh buah yang akan dikirim. Ongkos kirim
biasanya ditanggung oleh pedagang pengumpul buah mangga. Pedagang dalam
melakukan pembelian buah umumnya dalam ukuran berat yang sebelumnya
ditimbang, pedagang buah mangga memesan buah dari pedagang pengumpul buah
yang berada diwilayah pasokan buah mangga.
Pembelian buah mangga dari pedagang pengumpul, biasanya pedagang
pengumpul telah mengklasifikasikan buah berdasarkan mutu dan grade buah telah
tersedia dan memberitahukan ke pedagang buah mangga dipasar induk kramat jati
mengenai mutu dan grade. Pedagang buah mangga di pasar induk kramat jati
sebagai pembeli buah apabila menyepakati mutu dan grade, lalu pedagang buah
mangga dan pedagang pengumpul melakukan kesepakatan harga untuk setiap
mutu atau grade. Kesepakatan harga mengenai mutu dan grade, apabila telah
disepakati maka pedagang pengumpul buah mangga melakukan pengiriman buah
mangga. Ongkos angkutan pengiriman buah mangga ditanggung oleh pedagang
pengumpul.
94
Pengemasan buah mangga yang dilakukan oleh pedagang pengumpul
untuk memudahkan penimbangan dan pengangkutan saat pengiriman buah
mangga serta memudahkan boangkar muat komoditi pada saat di pasar induk
kramat jati. Pengemasan juga bertujuan untuk memisahkan buah mangga
berdasarkan mutu dan grade buah mangga yang telah ditentukan sebelumnya oleh
pedagang pengumpul, selain itu membantu dalam perlindungan fisik khususnya
pada saat buah mangga dalam proses perjalanan saat dikirim. Jenis kemasan buah
mangga yang digunakan oleh pedagang pengumpul berupa peti kayu berongga
berkapasitas 50 Kg/Peti. Pedagang pengumpul buah mangga dalam melakukan
pengiriman buah mangga memberlakukan sistem grade buah mangga, yaitu buah
mangga mana lagi nomor 1, mana lagi nomor 2, harum manis nomor 1, dan harum
manis nomor 2.
Pedagang buah mangga di pasar induk kramat jati memesan buah mangga
dengan jenis buah mangga yang telah ditentukan oleh pedagang pengumpul.
Jumlah persentase pemesan buah mangga untuk keempat grade buah mangga
tersebut untuk setiap pedagang berbeda-beda (Tabel 28).
Tabel 28. Persentase Pembelian Buah Mangga untuk Setiap Grade Oleh
Pedagang Buah Mangga di Pasar Induk Kramat Jati Bulan
Desember Tahun 2009
No Uraian Persentase Pembelian Buah Mangga (%)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Mana Lagi No.1 17 42 30
2 Mana Lagi No.2 13 28 18
3 Harum Manis No.1 21 43 35
4 Harum Manis No.2 9 27 17
Berdasarkan (Tabel 28), rata-rata persentase pembelian buah mangga
terbanyak yaitu buah mangga jenis harum manis nomor satu sebesar 35 persen
dengan kisaran persentase antara 21 persen – 43 persen. Persentase rata-rata
pembelian buah mangga mana lagi nomor satu merupakan pembelian buah
terbanyak ke dua oleh pedagang sebesar 30 persen dengan kisaran persentase
antara 17 persen – 42 persen. Persentase rata-rata pembelian mangga terbanyak
ketiga adalah harum manis nomor dua sebesar 18 persen dengan kisaran antara 9
persen – 27 persen dan persentase rata-rata pembelian mangga ke empat adalah
mangga mana lagi nomor dua sebesar 17 persen dengan kisaran persentase 28
95
persen, hal ini menandakan bahwa pembelian buah mangga harum manis nomor
satu paling banyak dibeli oleh pedagang buah dipasar induk kramat jati setelah
harum manis nomor satu, mangga mana lagi nomor satu merupakan terbanyak
kedua yang dibeli oleh pedagang, dan yang ketiga dan keempat berturut-turut
adalah mangga harum manis nomor dua dan mana lagi nomor dua.
Perbedaan dari keempat jenis grade mangga tersebut dilihat dari berat
bobot buahnya antara lain :
1. Nomor satu biasanya bobot per buahnya lebih besar sama dengan 320 gram (≥
320 gr).
2. Bobot buahnya untuk nomor dua lebih besar sama dengan 200 gram (≥ 200
gr).
Jumlah pembelian buah mangga dari pedagang pengumpul merupakan
banyaknya buah mangga yang dibeli dari pedagang pengumpul untuk setiap mutu
buah mangga dihitung dalam Kg/Minggu. Persentase pembelian buah mangga
terlihat bahawa pada umumnya pedagang buah mangga menyediakan buah
mangga paling banyak adalah mangga harum manis nomor 1 dan mana lagi
nomor 1. Jumlah pembelian buah mangga oleh pedagang buah mangga dipasar
induk kramat jati didominasi oleh buah mangga dengan mutu nomor satu. Jumlah
pembelian buah mangga untuk setiap mutu berbeda-beda untuk setiap pedagang
buah mangga di pasar induk kramat jati (Tabel 29).
Tabel 29. Jumlah Pembelian Buah Mangga (Kg/Kios) Oleh Pedagang Buah
Mangga di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Dember 2009
No Mutu Buah
Mangga
Jumlah Pembelian Buah Mangga (Kg/Kios)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Mana Lagi No.1 463 1.750 979
2 Mana Lagi No.2 375 1.167 538
3 Harum Manis No.1 625 1.600 1.085
4 Harum Manis No.2 375 750 551
Berdasarkan (Tabel 29), rata-rata jumlah pembelian mangga harum manis
nomor satu yang paling banyak dibeli oleh pedagang dimana jumlah rata-rata
pembeliannya sebesar 1.085 Kg/Kios dengan kisaran pembelian buah mangga
harum manis nomor satu antara 625 Kg/Kios – 1.600 Kg/Kios. Mangga mana lagi
nomor satu merupakan mangga kedua yang paling banyak di beli oleh pedagang
96
buah mangga di pasar induk kramat jati, dimana jumlah rata-rata pembeliannya
sebesar 979 Kg/Kios dengan jumlah kisaran pembelian antara 463 Kg/Kios –
1.750 Kg/Kios. Mangga mana lagi nomor dua merupakan buah ketiga yang paling
banyak dibeli oleh pedagang dengan jumlah rata-rata pembelian sebesar 538
Kg/Kios dengan pembelian berkisar antara 375 Kg/Kios – 1.167 Kg/Kios.
Mangga harum manis nomor dua merupakan buah yang paling banyak keempat
yang dibeli oleh pedagang buah, dimana jumlah rata-rata pembeliannya sebesar
551 Kg/Kios dengan jumlah pembelian berkisar antara 375 Kg/Kios – 750
Kg/Kios.
Harga beli untuk masing-masing nomor buah mangga berbeda-beda,
penetapan nomor buah mangga dilakukan oleh pemasok sedangkan penetapan
harga beli dilakukan melalui tawar menawar pedagang buah mangga dipasar
induk kramat jati dengan pemasok (jika mengalami kenaikan harga buah
mangga). Harga beli buah dari pemasok menentukan besarnya harga jual buah ke
pelanggan (Tabel 30).
Tabel 30. Harga Beli (Rp/Kg) dan Harga Jual (Rp/Kg) Serta Margin Penjualan
(Rp/Kg) Buah Mangga di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009
No Uraian Jumlah (Rp/Kg)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Harga Beli Buah Mangga
▶Mana Lagi No.1 3.500 3.500 3.500
▶Mana Lagi No.2 2.000 2.500 1.850
▶Harum Manis No.1 4.500 4.800 4.560
▶Harum Manis No.2 2.300 3.000 2.930
2 Harga Jual Buah Mangga
▶Mana Lagi No.1 4.300 5.500 4.780
▶Mana Lagi No.2 3.000 3.500 2.920
▶Harum Manis No.1 5.200 6.500 5.900
▶Harum Manis No.2 3.300 4.500 3.990
3 Marjin Penjualan Mangga
▶Mana Lagi No.1 800 2.000 1.280
▶Mana Lagi No.2 500 1.500 1.070
▶Harum Manis No.1 700 2.000 1.340
▶Harum Manis No.2 300 2.200 1.060
97
Berdasarkan (Tabel 30), rata-rata harga jual untuk mangga mana lagi
nomor satu sebesar Rp 4.780/Kg dengan harga tertinggi sebesar Rp 5.500/Kg dan
harga terendah sebesar Rp 4.300/Kg. Rata-rata harga jual untuk mangga mana lagi
nomor dua sebesar Rp 2.920/Kg dengan harga tertinggi sebesar Rp 3.500/Kg dan
harga terendah sebesar Rp 3.000/Kg. Rata-rata harga jual untuk harum manis
nomor satu sebesar Rp 5.900/Kg dengan harga jual tertinggi sebesar Rp 6.500/Kg
dan terendah sebesar Rp 5.200/Kg. Rata-rata harga jual untuk harum manis nomor
dua sebesar Rp 3.990/Kg dengan harga jual tertinggi sebesar Rp 4.500/Kg dan
terendah sebesar Rp 3.500/Kg. Rata-rata harga beli mangga mana lagi nomor satu
sebesar Rp 3.500/Kg dengan harga beli sebesar Rp 3.500/Kg. Rata-rata harga beli
mangga mana lagi nomor dua sebesar Rp 1.850/Kg dengan harga beli terendah
sebesar Rp 2.000/Kg dan harga beli tertinggi sebesar Rp 2.500/Kg. Rata-rata
harga beli harum manis nomor satu sebesar Rp 4.560/Kg dengan harga beli
tertinggi sebesar Rp 4.800/Kg dan harga beli terendah sebesar Rp 4.500/Kg. Rata-
rata harga beli mangga harum manis nomor dua sebesar Rp 2.930 dengan harga
beli tertinggi sebesar Rp 3.000/Kg dan harga beli terendah sebesar Rp 2.300/Kg.
Berdasarkan (Tabel 30), harga jual dan harga beli mangga maka rata-rata
margin penjualan terbesar yaitu mangga harum manis nomor satu sebesar Rp
1.340/Kg dengan margin penjualan tertinggi sebesar Rp 2.000/Kg dan margin
penjualan terendah sebesar Rp 700/Kg. Rata-rata margin penjualan terbesar kedua
yaitu mangga mana lagi nomor satu sebesar Rp 1.280/Kg dengan margin
penjualan tertinggi sebesar Rp 2.000/Kg dan terendah sebesar Rp 800/Kg. Rata-
rata margin penjualan terbesar ketiga yaitu mangga mana lagi nomor 2 sebesar Rp
1.070/Kg dengan margin penjualan tertinggi sebesar Rp 1.500/Kg dan terendah
sebesar Rp 500/Kg. Rata-rata margin penjualan keempat yaitu mangga harum
manis nomor 2 sebesar Rp 1.060/Kg dengan margin penjualan tertinggi sebesar
Rp 2.200/Kg dan terendah Rp 300/Kg. Berdasarkan margin penjualan tertinggi
bahwa mangga harum manis nomor dua yang merupakan margin tertinggi untuk
semua mangga, hal ini menandakan bahwa ada kecenderungan walaupun bukan
rata-rata tapi ada bebeapa pedagang yang mengambil margin penjualan lebih
tinggi pada mangga mutu nomor dua. Mungkin dikarenakan harga beli untu mutu
nomor dua yang diperoleh pedagang jauh lebih rendah dari nomor satu.
98
Berdasarkan (Tabel 30), apabila pedagang menjual mangga untuk setiap
tipe mangga dengan harga rata-ratanya maka akan memperoleh margin penjualan
sebesar margin penjualan rata-ratanya, dan jika pedagang menjual dengan harga
tertinggi untuk setiap mangga maka akan memperoleh margin penjualan tertinggi
untuk setiap mangga, dan begitu pun sebalik jika pedagang menjual dengan harga
terendah maka akan memperoleh margin penjualan terendah. Pedagang tetap
mendapatkan margin penjualan walaupun menjual dengan harga jual rata-rata
asalkan membeli buah dengan harga beli rata-rata.
Upah bongkar muat komoditi dipasar induk kramat jati disesuaikan
dengan ukuran kendaraan angkutan buah yang digunakan dalam pengangkutan
dari pedagang pengumpul. Upah bongkar untuk angkutan buah mangga jenis
truck fuso sebesar Rp 75.000/Unit, untuk angkutan buah mangga jenis truck super
190 PS sebesar Rp 150.000/Unit, dan untuk angkutan buah mangga jenis
kontainer sebesar Rp 200.000/Unit. Upah bongkar untuk setiap pedagang buah
mangga di pasar induk kramat jati berbeda-beda (Tabel 31).
Tabel 31. Upah Bongkar Muat Komoditi (Rp/Kios) Buah Mangga di Pasar Induk
Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Uraian Upah Bongkar Muat (Rp/Kios)
1 Terendah 84.853
2 Tertinggi 112.179
3 Rata-rata 67.308
Berdasarkan (Tabel 31), jumlah upah bongkar muat komoditi buah
mangga rata-rata sebesar Rp 67.308/Kios dengan kisaran upah bongkar muat buah
mangga antara Rp 84.853/Kios – Rp 112.179/Kios. Besar kecilnya upah bongkar
muat komoditi buah mangga dipengaruhi oleh banyaknya angkutan armada yang
digunakan dalam proses pengiriman buah oleh pedagang pengumpul buah
mangga, selain itu banyaknya buah yang dibeli oleh pedagang menjadi salah satu
faktor besar kecilnya upah angkutan komoditi buah mangga.
Besar kecilnya volume pembelian dan penjualan buah mangga oleh
pedagang buah mangga di pasar induk kramat jati, selain dipengaruhi oleh
ketersediaan buah mangga di pedagang pengumpul, modal pedagang buah
mangga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi volume pembelian buah
mangga dari pedagang pengumpul. Modal pembelian buah mangga untuk setiap
99
pedagang berbeda-beda untuk setiap mutu buah mangga yang dibeli dari
pedagang pengumpul (Tabel 32).
Tabel 32. Modal Pembelian Buah Mangga (Rp/Kios) Oleh Pedagang Buah
Mangga di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Mutu Buah
Mangga
Modal Pembelian Buah Mangga (Rp/Kios)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Mana Lagi No.1 2.312.500 7.875.000 4.583.750
2 Mana Lagi No.2 1.312.500 3.733.333 1.735.833
3 Harum Manis No.1 3.750.000 9.600.000 6.397.500
4 Harum Manis No.2 1.237.500 2.812.500 2.192.083
Berdasarkan (Tabel 32), modal pembelian buah mangga untuk Harum
Manis No.1 merupakan buah mangga yang paling tinggi modal pembeliannya
rata-rata sebesar Rp 6.397.500/Kios dengan kisaran modal pembelian buah antara
Rp 3.750.000/Kios – Rp 9.600.000/Kios. Modal pembelian mangga untuk Mana
Lagi No.2 merupakan buah mangga yang modal pembeliannya paling kecil, yaitu
sebesar Rp 1.735.750/Kios dengan kisaran modal pembelian antara
1.312.500/Kios – Rp 3.733.333/Kios.
Bongkar muat komoditi buah mangga yang dikirim oleh pedagang
pengumpul apabila telah selesai dan telah berada di kios pedagang buah mangga,
maka juru kirim menyerahkan nota pembayaran. Isi nota pembayaran biasanya
jumlah total buah mangga yang dikirim, mutu buah mangga, biaya masuk pasar
induk kramat jati, dan harga seluruh yang harus dilunasi oleh pedagang buah
mangga. Sistem pembayaran oleh pedagang buah mangga seperti halnya
pedagang buah yang lainnya, yaitu pembayaran dilakukan oleh pedagang buah
mangga dengan cara melunasi sisanya lewat transfer Bank.
Pedagang buah mangga di pasar induk kramat jati apabila persediaan buah
di pedagang pengumpul tidak begitu banyak maka pedagang buah mangga di
pasar induk kramat jati melakukan pembelian buah langsung dari petani.
Pembelian langsung ke petani mangga, dimana petani mangga menyediakan
tenaga kerja petik, sortir, grading, packing, dan angkutan, tapi pedagang buah
mangga sebagai pembeli menanggung biaya tenaga kerja dan angkutan yang telah
disediakan oleh petani. Pembeliang langsung ke petani, jika kebunnya tidak luas
maka petani yang menyediakan tenaga untuk memetik, packing, angkutan buah
100
dan dibayar oleh petani, tetapi sebelumnya pedagang buah mangga sebagai
pembeli melihat dan memeriksa lalu memprediksikan berapa kira-kira panen jika
dilakukan pemanenan buah mangga, setelah itu pedagang buah mangga lalu
memberikan penawaran harga ke petani. Penawaran harga jika sesuai maka
dilakukan pemanenan buah mangga dikebun sesuai dengan waktu dan hari yang
telah disepakati oleh pedagang buah dan petani.
Pembayaran buah yang telah dipanen dilakukan setelah pedagang buah
telah selesai memetik semua buah yang layak panen di kebun petani. Kegiatan
Sortasi dan grading yang dilakukan oleh pedagang buah mangga ketika selesai
memanen semua buah mangga tidak jauh berbeda dengan sistem yang telah
dipakai oleh pedagang pengumpul buah mangga. Sortasi dan grading yang
dilakukan hanya sebatas memilih buah yang layak dijual dan bernilai jual tinggi
lalu dikemas kedalam keranjang besar untuk memudahkan pengangkutan. Sortasi
dan grading dilakukan dengan cepat oleh pedagang buah mangga untuk mengejar
waktu pengiriman buah, agar nantinya buah mangga yang telah sampai pelanggan
masih dalam keadaan segar. Sortasi dan grading secara teliti akan dilakukan nanti
di pasar induk kramat jati. Pedagang buah mangga biasanya melakukan
pemotongan berat sebesar 10 persen dari berat keseluruhan hasil petik buah yang
telah dikemas.
6.2.6 Pedagang Buah Impor
Pedagang buah impor menjual buah dalam satu kios dengan berbagai
macam buah dan hanya menjual buah impor saja. Umumnya pedagang buah
impor menjual buah apel Washington, pear shian ly, lengkeng impor, anggur
Amerika, dan durian Thailand (monthonk) dalam satu kios. Pedagang menjual
buah tersebut karena memang pelanggannya sudah ada. Pedagang buah impor
pada umumnya memasok buah dari importir yang berlokasi di Sunter atau di
Tanjung Priok. Terkadang juga pedagang buah memasok buah impor dari Bea
Cukai. Pembelian buah impor terlebih dahulu pedagang buah impor dipasar induk
kramat jati memesan ke importir melalui telpon, jika buah yang di inginkan
pedagang telah tersedia maka pihak importir akan menelpon kembali dan
mengirimkan pesanan buah yang telah dipesan sebelumnya ke pasar induk kramat
101
jati. Harga beli yang ditawarkan oleh importir jika ada perubahan harga maka
importir akan memberitahukannya terlebih dahulu.
Pengiriman buah ke pasar induk kramat jati oleh importir dalam bentuk
paket yang telah dibungkus. Kapasitas paketan untuk tiap buah berbeda-beda,
untuk paket buah apel Washington dibungkus dengan dus karton kapasitas 20 Kg,
paket buah pear shian ly dibungkus dengan dus karton kapasitas 20 Kg, paket
buah lengkeng dibungkus dengan keranjang plastik berjala-jala berbentuk kotak
dengan kapasitas 10 Kg, paket buah anggur Amerika dibungkus dengan dus yang
terbuat dari gabus putih berbahan filamen dengan kapasitas 10 Kg, dan paket
durian Thailand dibungkus didalam dus karton berwarna coklat dengan kapasitas
20 Kg yang dapat berisi 7 – 8 buah durian.
Penjualan buah impor, pedagang buah impor menjual dengan ukuran
satuan dus tanpa membuka dus yang memang dari perusahan importir telah
terbungkus. Pelanggan yang membeli, jika ingin melihat isinya dan khawatir akan
terjadi kerusakan pada buah, maka pedagang buah dipasar induk kramat jati
memberikan harga khusus dimana pelanggan menambahkan 50 persen dari harga
jual buah untuk setiap dus, maka pedagang akan membuka pembungkus buah
tersebut dan yang rusak akan diganti dengan buah yang tidak rusak dengan jenis
yang sama dari kardus yang belum terbuka, jika memang ada buah yang rusak
atau busuk. Kelebihan dari pesanan dijual ke konsumen yang bukan pelanggan,
tapi pedagang buah impor tidak akan memberikan buah yang telah dipesan oleh
pelanggannya. Pedagang buah impor memesan buah terkadang 2 kali dalam
seminggu, tergantung pesanan banyak atau tidak. Persentase pembelian buah apel
Washinton, buah pear shian ly, buah lengkeng impor, buah anggur Amerika, serta
buah durian Thailand untuk masing-masing buah impor oleh pedagang buah
dipasar induk kramat jati berbeda-beda untuk setiap pedagang.
Berdasarkan (Tabel 33), persentase pembelian buah impor untuk masing-
masing buah impor berbeda-beda untuk setiap pedagang, persentase rata-rata
pembelian terbesar buah impor yaitu buah apel Washington sebesar 38 persen
dengan persentase pembelian tertinggi sebesar 48 persen dan persentase
pembelian terendah sebesar 20 persen. Persentase rata-rata pembelian buah impor
terbesar kedua yaitu buah pear shian ly sebesar 27 persen dengan persentase
102
pembelian tertinggi sebesar 40 persen dan persentase pembelian terendah sebesar
18 persen. Persentase rata-rata pembelian buah impor terbesar ketiga yaitu buah
anggur Amerika sebesar 14 persen dengan persentase pembelian tertinggi sebesar
25 persen dan persentase pembelian terendah sebesar 8 persen. Persentase rata-
rata pembelian terbesar ketiga yaitu buah lengkeng impor sebesar 13 persen
dengan persentase pembelian tertinggi sebesar 26 persen dan persentase terendah
sebesar 4 persen. Persentase rata-rata pembelian keempat yaitu buah durian
Thailand sebesar 8 persen dengan persentase pembelian tertinggi sebesar 26
persen dan persentase pembelian terendah sebesar 3 persen.
Tabel 33. Persentase Pembelian Buah Impor Oleh Pedagang Buah Impor di Pasar
Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Buah Impor Persentase Pembelian Buah Impor (%)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Apel Washington 20 48 38
2 Pear Shian Ly 18 40 27
3 Lengkeng Impor 4 26 13
4 Anggur Amerika 8 25 14
5 Durian Thailand 3 26 8
Persentase pembelian buah apel Washington merupakan persentase
pembelian buah impor terbanyak oleh pedagang buah di pasar induk, hal ini
menandakan bahwa kebanyakan dari pedagang buah impor di pasar induk kramat
jati memasok buah apel Washington dan buah yang paling sedikit dipasok adalah
buah durian Thailand. Buah apel washington jika dibanding dengan buah impor
lainnya memiliki daya simpan yang lebih lama. Buah apel Washington memiliki
lama simpan selama 14 hari, buah pear shian ly memiliki lama simpan selama 12
hari, buah lengkeng impor memiliki lama simpan selama 10 hari, buah anggur
amerika memiliki lama simpan 7 hari dan buah durian thailand memiliki lama
simpan selama 10 hari.
Pasokan buah impor untuk durian Thailand untuk saat ini memang tidak
begitu banyak di importir jadi pasokan buahnya terbatas. Jumlah pembelian buah
impor oleh pedagang buah impor dipasar induk kramat jati dari importir buah
dalam ukuran Dus. Jumlah pembelian buah impor untuk setiap buah impor
berbeda-beda (Tabel 34).
103
Tabel 34. Jumlah Pembelian Buah Impor (Dus/Kios) Oleh Pedagang Buah Impor
di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Buah Impor Jumlah Pembelian Buah Impor (Dus/Kios)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Apel Washington 42 133 94
2 Pear Shiang Ly 40 100 67
3 Lengkeng Impor 10 56 31
4 Anggur Amerika 20 67 35
5 Durian Thailand 8 56 18
Berdasarkan (Tabel 34), buah apel washington merupakan buah yang
paling banyak dibeli oleh pedagang buah impor dimana jumlah pembelian rata-
rata sebesar 94 Dus/Kios dengan kisaran jumlah pembelian buah apel Washington
antara 42 Dus/Kios – 133 Dus/Kios. Buah durian Thailand dipasok oleh pedagang
buah impor yang paling sedikit diantara buah impor lainnya, dengan jumlah rata-
rata pembelian sebesar 18 Dus/Kios dengan kisaran jumlah pembelian buah
durian Thailand antara 8 Dus/Kios – 56 Dus/Kios.
Berdasarkan (Tabel 35) Harga beli untuk masing-masing buah impor
berbeda-beda, penetapan harga beli dilakukan oleh perusahaan importir buah tapi
masih bisa terjadi tawar menawar pedagang buah impor dipasar induk kramat jati
dengan pemasok buah impor (jika mengalami kenaikan harga buah impor). Harga
beli buah dari pemasok buah impor menentukan besarnya harga jual buah ke
pelanggan. Harga beli rata-rata buah dapat diketahui bahwa buah termahal adalah
durian Thailand sebesar Rp 238.000/Dus dengan harga beli tertinggi sebesar Rp
240.000/Dus dan harga jual terendah sebesar Rp 220.000/Dus, sedangkan harga
buah termurah adalah pear Shiang Ly sebesar Rp 79.000/Dus dengan harga beli
tertinggi sebesar Rp 80.000/Dus dan harga beli terendah sebesar Rp 70.000/Dus.
Berdasarkan harga jual rata-rata maka harga buah termahal adalah buah apel
Washington sebesar Rp 296.333/Dus dengan harga jual tertinggi sebesar Rp
300.000/Dus dan harga jual terendah sebesar Rp 280.000/Dus, sedangkan buah
termurah adalah buah pear Shiang Ly sebesar Rp 105.333/Dus dengan harga jual
tertinggi sebesar Rp 110.000/Dus dan harga jual terendah sebesar Rp 90.000/Dus.
Berdasarkan (Tabel 35), marjin penjualan apabila pedagang membeli buah
durian Thailand dengan harga terendah sebesar Rp 220.000/Dus dan menjual buah
durian Thailand dengan harga terendah sebesar Rp 250.000/Dus maka akan
104
memperoleh marjin penjualan sebesar Rp 30.000/Dus, jika pedagang membeli
buah durian Thailand dengan harga tertinggi sebesar Rp 240.000/Dus dan menjual
dengan harga tertinggi sebesar Rp 300.000/Dus maka akan memperoleh margin
penjualan sebesar Rp 60.000/Dus, jika pedagang membeli buah durian Thailand
dengan harga rata-rata sebesar Rp 238.000/Dus dan menjual buah durian Thailand
dengan harga rata-rata sebesar Rp 295.333/Dus maka pedagang akan memperoleh
marjin penjualan sebesar Rp 57.333/Dus.
Tabel 35. Harga Beli (Rp/Dus) dan Harga Jual (Rp/Dus) serta Marjin Penjualan
(Rp/Dus) Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember
Tahun 2009
No Uraian Buah Impor Harga (Rp/Dus)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Harga Beli Buah Impor
Apel Washington 225.000 240.000 235.667
Pear Shiang Ly 70.000 80.000 79.000
Lengkeng Impor 130.000 144.000 137.467
Anggur Amerika 220.000 240.000 235.333
Durian Thailand 220.000 240.000 238.000
2 Harga Jual Buah Impor
Apel Washington 280.000 300.000 296.333
Pear Shiang Ly 90.000 110.000 105.333
Lengkeng Impor 160.000 200.000 190.667
Anggur Amerika 250.000 300.000 290.000
Durian Thailand 250.000 300.000 295.333
3 Marjin Penjualan
Apel Washington 55.000 65.000 60.667
Pear Shiang Ly 20.000 30.000 26.333
Lengkeng Impor 30.000 60.000 53.200
Anggur Amerika 30.000 70.000 54.667
Durian Thailand 30.000 60.000 57.333
Berdasarkan (Tabel 35), pedagang dalam menjual apel Washington
menginginkan memperoleh marjin penjualan sebesar Rp 65.000/Dus maka
pedagang harus menjual buah apel Washington dengan harga Rp 300.000/Dus
kalau pedagang membeli buahnya dengan harga Rp 240.000/Dus. Pedagang
membeli buah apel Washington dengan harga kisaran Rp 225.000/Dus – Rp
240.000/Dus dan menjual dengan harga kisaran Rp 280.000/Dus – Rp
300.000/Dus maka pedagang akan memperoleh margin penjualan diatas margin
penjualan rata-rata sebesar Rp 60.667/Dus. Hal ini dapat diketahui bahwa jika
105
pedagang membeli dengan harga sebesar harga beli kisaran dan menjual dengan
harga sebesar harga jual rata-rata maka pedagang akan memperoleh tetap akan
memperoleh margin penjualan sebesar margin penjualan rata-rata.
Buah yang dikirim dari importir apabila prosesnya lancar maka buah
impor yang dikirim akan sampai di pasar induk kramat jati sesuai dengan jadwal
yang disepakati antara pedagang buah impor dengan importir. Kiriman buah
impor yang telah sampai di pasar induk kramat jati tidak langsung dibongkar tapi
menunggu antrian bongkar. Pembongkaran buah impor di pasar induk kramat jati
seperti halnya dengan buah-buahan yang lain dilakukan oleh kuli khusus yang
dibina oleh Badan Pekerja Bongkar. Upah bongkar komoditi buah impor di pasar
induk kramat jati yang dikirim oleh importir disesuaikan dengan ukuran
kendaraan yang digunakan dalam pengangkutan buah. Upah bongkar untuk
angkutan buah jenis truck fuso sebesar Rp 75.000/Unit, untuk angkutan buah jenis
truck super 190 PS sebesar Rp 150.000/Unit, dan untuk angkutan buah jenis
kontainer sebesar Rp 200.000/Unit. Upah bongkar komoditi buah impor untuk
setiap pedagang buah impor berbeda-beda (Tabel 36).
Tabel 36. Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Impor (Rp/Kios) di Pasar Induk
Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Uraian Upah Bongkar Muat (Rp/Kios)
1 Terendah 91.538
2 Tertinggi 207.308
3 Rata-rata 119.299
Berdasarkan (Tabel 36), upah bongkar muat komoditi buah impor rata-rata
sebesar Rp 119.299/Kios dengan kisaran jumlah upah bongkar komoditi buah
impor antara Rp 91.538/Kios – Rp 207.308/Kios. Besar kecilnya upah bongkar
komoditi buah impor untuk setiap pedagang buah impor tergantung dari
banyaknya buah yang dipasok oleh pedagang buah impor dari importir buah,
karena dengan banyaknya buah yang dibeli oleh pedagang buah impor maka
armada angkutan buah juga akan banyak digunakan dalam mengangkut buah ke
pasar induk kramat jati.
Besar kecilnya volume pembelian dan penjualan buah impor oleh
pedagang buah impor di pasar induk kramat jati tergantung berapa banyak
persediaan buah yang ada di importir, selain itu modal pedagang buah impor
106
dipasar induk kramat jati dalam membeli buah dari importir yang menjadi faktor.
Modal pembelian untuk masing-masing buah impor berbeda-beda untuk setiap
pedagang buah impor di pasar induk kramat jati (Tabel 37).
Tabel 37. Modal Pembelian Buah Impor (Rp/Kios) Oleh Pedagang Buah Impor
di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Buah Impor Modal Pembelian Buah Impor (Rp/Kios)
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Apel Washington 10.080.000 32.000.000 21.980.889
2 Pear Shian Ly 3.200.000 7.200.000 5.133.889
3 Lengkeng Impor 1.440.000 6.160.000 3.932.778
4 Anggur Amerika 4.800.000 14.687.500 8.088.056
5 Durian Thailand 2.000.000 12.880.000 4.165.333
Berdasarkan (Tabel 37), jumlah modal pembelian buah impor oleh
pedagang buah impor sangat besar, yaitu modal pembelian buah apel Washington
rata-rata sebesar Rp 21.980.889/Kios dengan kisaran modal pembelian apel
Washington antara Rp 10.080.000/Kios – Rp 32.000.000/Kios. Jumlah modal
pembelian buah Lengkeng Impor merupakan yang paling kecil, yaitu sebesar Rp
3.932.778/Kios dengan kisaran modal pembelian antara Rp 1.440.000/Kios – Rp
6.160.000/Kios. Modal pembelian buah apel Washington merupakan buah yang
paling banyak menyerap modal pedagang buah impor di pasar induk kramat jati,
buah lengkeng impor merupakan buah yang rendah menyerap modal pedagang
buah impor bila dibandingkan dengan buah-buahan impor lainnya.
Pembongkaran buah impor yang dikirim oleh importir apabila selesai dan
telah berada di kios pedagang buah impor maka juru kirim akan menyerahkan
kertas rincian biaya dan keterangan pengiriman ke pedagang buah impor di pasar
induk kramat jati. Isi nota biasanya jumlah total buah yang dikirim, tipe jenis buah
impor, biaya masuk pasar induk kramat jati, dan biaya-biaya yang belum dilunasi
oleh pedagang buah impor di pasar induk kramat jati. Sistem pembayaran yang
dilakukan oleh pedagang buah impor umumnya dengan cara pelunasan sisa
pembayaran melalui transfer Bank.
6.3 Analisis Pendapatan Pedagang Buah
Pedagang buah di pasar induk kramat jati mengeluarkan biaya untuk
menyewa kios, gaji karyawan tetap, iuran listrik, iuran fasilitas umum, iuran
107
keamanan, upah service timbangan, biaya bongkar komoditi, dan pembelian buah.
Biaya sewa untuk satu Kios/Bulan sebesar Rp 8.455.000/Bulan/Kios. Biaya sewa
kios dibayarkan setahun sekali dengan memperpanjang surat izin pemakaian
tempat usaha (SIPTU). Iuran listrik dibayarkan sebulan sekali sebesar Rp
5.000/Bulan/Kios. Iuran fasilitas umum dibayarkan sebulan sekali sebesar Rp
20.000/Bulan/Pedagang. Iuran keamanan dibayarkan sebulan sekali sebesar Rp
40.000/Bulan/Pedagang. Upah service timbangan dibayarkan sebulan sekali
sebesar Rp 20.000/Bulan/Perdagang. Gaji karyawan tetap dikeluarkan pedagang
buah sehari sekali sesuai dengan banyaknya tenaga kerja yang dimiliki oleh
pedagang buah serta tingkat upah yang diberikan oleh pedagang buah untuk setiap
karyawan tetapnya.
Biaya bongkar komoditi terdiri dari biaya parkir dan upah tenaga bongkar
angkutan buah. Besarnya biaya bongkar disesuaikan dengan ukuran angkutan
buah yang digunakan dalam proses pengiriman buah ke pasar induk kramat jati.
Biaya parkir masuk pasar induk kramat jati untuk semua jenis angkutan buah
sama yaitu sebesar Rp 25.000/Unit. Upah bongkar muat komoditi angkutan buah
jenis truck fuso sebesar Rp 75.000/Unit, upah bongkar muat untuk angkutan buah
jenis truck super 190 PS sebesar Rp 150.000/Unit, upah bongkar muat untuk
angkutan buah jenis kontainer sebesar Rp 250.000/Unit. Pembongkaran komoditi
buah untuk satu angkutan buah dikerjakan oleh 5 orang kuli yang disediakan oleh
pengelola pasar induk kramat jati dan dikoordinir oleh Badan Pekerja Bongkar
(BAPENGKAR). Jumlah tenaga kerja kuli BAPENGKAR ada 150 orang kuli
yang diatur berdasarkan shift pagi dan shift sore. Pembongkaran komoditi buah
dilakukan mulai dari jam 6 pagi sampai jam 12 malam.
Perhitungan biaya dan perhitungan pendapatan diasumsikan bahwa jumlah
penjualan buah sama dengan jumlah pembelian buah dihitung dalam skala usaha
pedagang buah yaitu kios. Perhitungan biaya dan pendapatan untuk buah impor
dan untuk buah pisang yang semulanya dalam Dus/Kios dan Tandan/Kios
dikonversi kedalam Kg/Kios. Tujuan dikonversi agar memudahkan dalam
perhitungan biaya dan pendapatan sehingga dengan mudah dapat dibandingkan
dengan buah-buahan yang lain. Perhitungan biaya dan pendapatan yang
dikeluarkan dan diterima oleh pedagang buah dilihat dalam aktifitas pedagangan
108
buah dalam waktu satu minggu, karena pengeluaran pedagang buah sudah dapat
dilihat dengan jarak waktu satu minggu (Rp/Minggu), hasil perhitungan tersebut
lalu dikonversi kedalam skala usaha pedagang buah, yaitu (Rp/Kios).
Pembahasan biaya dan pendapatan pedagang buah dilakukan pada hasil
perhitungan rata-rata untuk setiap pedagang buah. Perhitungan total biaya dalam
jangka pendek terdiri dari total biaya tetap dalam jangka pendek (SFC) dan total
biaya variabel dalam jangka pendek (SVC). Perhitungan pendapatan total
pedagang diperoleh setelah penerimaan dikurangi dengan total biaya-biaya.
Perbedaan jenis buah yang dijual menyebabkan perhitungan biaya dan pendapatan
buah dihitung berdasarkan buah yang dijual oleh pedagang, yaitu buah semangka,
buah salak, buah melon, buah pisang, buah mangga, dan buah impor. Buah
nasional musiman terdiri dari buah salah dan buah mangga dan buah nasional
yang tersedia sepanjang tahun terdiri dari buah melon, buah semangka dan buah
pisang.
Analisis penerimaan (revenue) dan biaya (cost) dianalisis dengan
menggunakan R/C ratio (revenue-cost ratio), dimana R/C ratio melihat nilai
perbandingan antara penerimaan total yang didapat oleh pedagang buah dengan
total biaya-biaya yang ada berdasarkan pengeluaran dalam satu satuan biaya. Nilai
R/C ratio dapat melihat sejauh mana penerimaan pedagang buah dapat menutupi
biaya-biaya yang ada sehingga dapat diketahui tingkat pendapatan relatif
pedagang buah berdasarkan hasil perhitungan finasial. Kriteria yang digunakan
dalam analisis penerimaan dan biaya secara teoritis yaitu, jika nilai R/C ratio lebih
besar dari satu (nilai R/C ratio > 1), menunjukkan bahwa penerimaan yang
diperoleh lebih besar dari daripada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan yang diinginkan. Nilai R/C ratio lebih kecil dari satu
(nilai R/C ratio < 1), menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh tidak dapat
menutupi dari tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
yang diinginkan. Nilai R/C ratio sama dengan satu (nilai R/C ratio = 1), artinya
besarnya penerimaan yang diperoleh hanya mampu menutupi dari tiap biaya yang
dikeluarkan tanpa memperoleh pendapatan yang diinginkan.
109
6.3.1 Biaya Pedagang Buah
Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik
turunnya produksi yang dihasilkan, atau biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya-
biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada jumlah pegadaan buah. Unsur
total biaya tetap (total fixed cost) dalam perhitungan biaya pedagang buah terdiri
dari biaya sewa kios, gaji karyawan tetap, iuran listrik, iuran fasilitas umum, iuran
keamanan, dan upah service timbangan.
Berdasarkan (Tabel 38), beban total biaya tetap (total fixed cost) yang
dikeluarkan oleh pedagang buah yang paling besar adalah pedagang buah impor
sebesar Rp 3.055.133/Kios. Beban total biaya tetap (total fixed cost) yang
dikeluarkan oleh pedagang buah yang paling kecil adalah pedagang buah
semangka (pedagang buah nasional) sebesar Rp 2.057.267/Kios. Beban total biaya
tetap (total fixed cost) dimana unsur total biaya tetap (total fixed cost) yang
dikeluarkan sama besarnya untuk setiap pedagang buah tiap kiosnya yaitu biaya
sewa kios dan iuran listrik, masing-masing sebesar Rp 2.111.250/Kios dan Rp
1.250/Kios. Unsur dari beban total biaya tetap (total fixed cost) yang dikeluarkan
berbeda-beda besarnya untuk setiap pedagang buah yaitu gaji karyawan tetap,
iuran fasilitas umum, iuran keamanan, dan upah service timbangan.
Tabel 38. Total Biaya Tetap (Rp/Kios) Setiap Pedagang Buah di Pasar Induk
Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Rincian Biaya Tetap Jumlah Biaya Tetap Untuk Setiap Pedagang Buah (Rp/Kios)
Semangka Salak Melon Pisang Mangga Impor
1 Biaya Sewa Kios 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250
2 Gaji Karyawan Tetap 388.967 457.100 415.392 511.583 407.517 938.389
3 Iuran Listrik 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250
4 Iuran Fasilitas Umum 1.450 1.367 1.533 1.433 1.325 1.061
5 Iuran Keamanan 2.900 2.733 3.067 2.867 2.650 2.122
6 Upah Service Timbangan 1.450 1.367 1.533 1.433 2.500 1.061
Total Biaya Tetap 2.507.267 2.575.067 2.534.025 2.629.817 2.525.317 3.055.133
Ket :data yang dipergunakan merupakan data penjualan dalam waktu satu minggu
Berdasarkan (Tabel 38), terlihat bahwa unsur total biaya tetap (total fixed
cost) yang paling besar dikeluarkan adalah biaya sewa kios dan gaji karyawan
tetap. Besarnya biaya sewa kios untuk setiap pedagang buah jumlah sama yaitu
sebesar Rp 2.111.250/Kios. Unsur dari total biaya tetap (total fixed cost) yang
paling besar dikeluarkan selain biaya sewa kios adalah gaji karyawan tetap. Besar
kecilnya gaji karyawan tetap yang dikeluarkan oleh pedagang buah impor dan
110
pedagang buah semangka dipengaruhi oleh besarnya upah karyawan tetap yang
diberikan untuk setiap (Rp/Hari/Orang).
Besarnya gaji karyawan tetap yang dikeluarkan oleh pedagang buah impor
di pasar induk kramat jati sebesar Rp 938.389/Kios, menandakan bahwa
umumnya jumlah tenaga kerja yang digunakan serta gaji karyawan tetap yang
dikeluarkan oleh pedagang buah impor di pasar induk kramat jati lebih besar
ketimbang pedagang buah nasional untuk satu orang karyawan tetap setiap
harinya. Kecil gaji karyawan tetap yang dikeluarkan oleh pedagang buah
semangka di pasar induk kramat jati sebesar Rp 388.967/Kios, menandakan
bahwa umumnya jumlah tenaga kerja yang digunakan serta gaji karyawan tetap
yang dikeluarkan oleh pedagang buah semangka di pasar induk kramat jati lebih
sedikit ketimbang pedagang buah nasional (pedagang buah melon, pedagang buah
salak, pedagang buah pisang pedagang buah mangga) dan pedagang buah impor
di pasar induk kramat jati.
Jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh pedagang buah impor rata-rata
sebanyak 14 orang, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh pedagang buah
semangka rata-rata sebanyak 8 orang. Gaji karyawan tetap yang dikeluarkan oleh
pedagang buah impor rata-rata sebesar Rp 48.667/Orang/Hari, dan gaji karyawan
tetap yang dikeluarkan oleh pedagang buah semangka rata-rata sebesar Rp
27.500/Orang/Hari (Lampiran 14).
Berdasarkan (Tabel 38), total biaya tetap pedagang buah musiman dan
pedagang buah yang tersedia sepanjang tahun yang paling besar adalah pedagang
buah pisang (buah sepanjang tahun) dan yang terkecil adalah pedagang buah
mangga (buah musiman). Besarnya gaji karyawan tetap pedagang buah pisang
sebesar Rp 511.583/Kios dan besarnya gaji karyawan tetap pedagang buah
mangga sebesar Rp 407.517/Kios. Sewa kios untuk setiap pedagang besarnya
sama yaitu Rp 2.111.250/Kios.
Biaya variabel (variable cost) merupakan biaya yang besar kecilnya
tergantung dari jumlah pengadaan bahan baku (buah). Total biaya variabel (total
variable cost) didapatkan dari penambahan unsur-unsur biaya variabel untuk
setiap pedagang. Unsur total biaya variabel (total variable cost) antara lain biaya
bongkar komoditi dan biaya pembelian buah (Tabel 39).
111
Tabel 39. Total Biaya Variabel, Total Biaya, Total Biaya Tunia Setiap Pedagang
Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Biaya-Biaya Jumlah Biaya Rata-rata Untuk Setiap Buah (Rp/Kios)
Semangka Salak Melon Pisang Mangga Impor
1 Biaya Variabel
Biaya Bongkar Komoditi 233.625 110.417 216.417 245.300 84.853 119.299
Biaya Pembelian Buah 12.617.500 15.016.467 18.441.900 7.256.349 11.107.083 44.358.711
Total Biaya Variabel 12.851.125 15.126.883 18.658.317 7.403.529 11.191.936 43.420.244
2 Total Biaya 15.358.392 17.701.950 21.192.342 10.157.085 13.717.253 46.475.377
Ket :data yang dipergunakan merupakan data penjualan dalam waktu satu minggu
Berdasarkan (Tabel 39), responden pedagang buah di pasar induk kramat
jati yang paling besar mengeluarkan total biaya variabel (total variable cost)
adalah pedagang buah impor sebesar Rp 43.420.244/Kios, dan yang paling kecil
mengeluarkan total biaya variabel (total variable cost) adalah pedagang buah
pisang sebesar Rp 7.403.529/Kios. Besar kecilnya total biaya variabel (total
variable cost) dipengaruhi oleh biaya bongkar komoditi dan biaya pembelian
buah. Biaya bongkar komoditi buah untuk pedagang buah impor sebesar Rp
119.299/Kios dan biaya bongkar muat komoditi buah pisang rata-rata sebesar Rp
245.300/Minggu. Biaya bongkar komoditi buah, besar kecilnya dipengaruhi oleh
banyaknya jumlah buah yang dibeli oleh pedagang buah impor dan pedagang
buah pisang, selain itu besar kecilnya biaya bongkar komoditi buah dipengaruhi
oleh banyaknya angkutan buah yang digunakan oleh pedagang pada saat
melakukan pengambil buah dari pedagang pengumpul ke pasar induk kramat jati.
Biaya bongkar komoditi buah unsur yang mempengaruhi besar kecilnya
adalah total jumlah buah yang dibeli oleh pedagang buah dalam satu minggu
karena semakin banyak buah yang dipasok oleh pedagang buah maka semakin
banyak jumlah angkutan buah yang digunakan pada saat pengangkutan buah dari
pedagang pengumpul ke pasar induk kramat jati, selain itu besarnya upah bongkar
komoditi mempengaruhi besar kecilnya biaya bongkar komoditi di pasar induk
kramat jati untuk setiap pedagang.
Jumlah buah yang dibeli oleh pedagang buah di pasar Induk Kramat Jati
merupakan salah satu unsur yang menentukan besar kecilnya biaya bongkar
komoditi, dimana total jumlah pembelian buah oleh pedagang buah impor rata-
rata sebesar 244 Dus/Kios atau setara dengan 4.233 Kg/Kios, dengan kisaran
pembelian antara 3.400 Kg/Kios – 5.000 Kg/Kios. Total jumlah pembelian buah
pisang rata-rata sebesar 757 Tandan/Kios atau setara dengan 4.804 Kg/Kios,
112
dengan kisaran pembelian antara 4.021 Kg/Kios – 6.313 Kg/Kios (Lampiran 12
dan 13).
Biaya pembelian buah unsur yang mempengaruhi besar kecilnya biaya
pembelian buah adalah harga jual beli buah dari pedagang pengumpul dan jumlah
total buah yang dibeli oleh pedagang buah dipasar induk kramat jati. Jarak lokasi
pasokan buah tidak mempengaruhi secara nyata walaupun ada tapi kecil, karena
pemesanan buah pada umumnya dilakukan melalui telpon dan biaya pengiriman
buah dibebankan ke pedagang pengumpul buah, kecuali jika pedagang buah di
pasar induk kramat jati mengambil langsung dari petani maka jarak lokasi petani
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi besar kecilnya biaya pembelian
buah, karena ongkos pengangkutan dan pengiriman buah masuk dalam beban
pedagang buah di pasar induk kramat jati.
Harga beli buah impor dari importir untuk buah apel Washington rata-rata
sebesar Rp 11.700/Kg, harga beli buah pear shian ly rata-rata sebesar Rp
3.880/Kg, harga beli buah lengkeng impor rata-rata sebesar Rp 13.187/Kg, harga
beli buah anggur Amerika rata-rata sebesar Rp 23.633/Kg, dan harga beli durian
Thailand rata-rata sebesar Rp 11.933/Kg. Harga beli buah pisang dari pedagang
pengumpul untuk pisang Ambon rata-rata sebesar Rp 1.365/Kg, harga beli pisang
rames rata-rata sebesar Rp 2.451/Kg, dan harga beli pisang tanduk rata-rata
sebesar Rp 1.194/Kg (Lampiran 9).
Berdasarkan (Tabel 41), besar kecilnya total biaya variabel (total variable
cost) dipengaruhi oleh jumlah total buah yang dibeli oleh pedagang buah impor
dan pedagang buah pisang, besarnya upah bongkar muat komoditi atau jumlah
angkutan armada buah yang digunakan, dan harga beli buah dari pemasok. Total
biaya variabel (total variable cost) yang terbesar adalah pedagang impor dan total
biaya variabel (total variable cost) yang terkecil adalah pedagang pisang, hal ini
menandakan bahwa harga beli buah impor dari pemasok yang paling mahal bila
dibandingkan dengan pedagang buah nasional. Harga beli buah pisang dari
pemasok merupakan buah yang paling murah bila dibandingkan dengan pedagang
buah semangka, pedagang buah salak, pedagnag buah melon, pedagang buah
mangga dan pedagang buah impor.
113
Total biaya merupakan jumlah semua biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
pedagang buah di pasar induk kramat jati untuk memperoleh buah yang ingin
dijual. Total biaya merupakan totalitas pengorbanan pedagang buah di pasar induk
kramat jati agar aktifitas penjualan buah dapat berjalan. Total biaya pedagang
buah diketahui dengan menambahkan total biaya tetap dengan total biaya variabel.
Berdasarkan (Tabel 39), total biaya untuk setiap pedagang buah yang
menjadi responden penelitian di pasar induk kramat jati, terlihat bahwa pedagang
buah impor mempunyai total biaya yang paling besar diantara pedagang buah
nasional yang menjadi responden penelitian, yaitu rata-rata sebesar Rp
46.475.377/Kios. Pedagang buah pisang mempunyai total biaya yang paling kecil
yaitu sebesar Rp 10.157.085/Kios. Total biaya pedagang buah musiman yang
terbesar adalah pedagang buah salak sebesar Rp 17.701.950/Kios, sedangkan buah
bukan musiman yang terbesar adalah buah melon sebesar Rp 21.192.342/Kios.
Berdasarkan (Tabel 40), biaya total rata-rata pedagang buah yang paling
besar adalah pedagang buah impor sebesar Rp 11.053/Kg, dan biaya total rata-rata
pedagang buah yang paling kecil adalah pedagang buah semangka yaitu sebesar
Rp 1.393/Kg. Besar kecil total biaya rata-rata di pengaruhi oleh jumlah biaya tetap
rata-rata dan jumlah biaya variabel rata-rata.
Tabel 40. Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Biaya Variabel Rata-rata (Rp/Kg) serta Biaya
Total Rata-rata Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009
No Kode
Pedagang
Biaya Tetap
Rata-rata
(Rp/Kg)
Biaya Variabel
Rata-rata
(Rp/Kg)
Biaya Total
Rata-rata
(Rp/Kg)
1 Semangka 242 1.151 1.393
2 Salak 564 3.089 3.653
3 Melon 305 2.184 2.489
4 Pisang 557 1.545 2.101
5 Mangga 828 3.546 4.374
6 Impor 732 10.320 11.053
Berdasarkan (Tabel 40), pedagang buah semangka pada umumnya
mengeluarkan biaya tetap rata-rata (AFC) sebesar Rp 242/Kg dan mengeluarkan
biaya variabel rata-rata (AVC) sebesar Rp 1.151/Kg. Pedagang buah impor pada
umumnya mengeluarkan biaya rata-rata (AFC) sebesar Rp 732/Kg dan biaya
variabel rata-rata (AVC) sebesar Rp10.320/Kg. Hal ini menandakan bahwa
114
pedagang buah impor untuk memperoleh satu kilogram buah untuk dijual
mengeluarakan biaya total rata-rata sebesar Rp 11.053/Kg.
Berdasarkan (Tabel 40), pedagang buah semangka dalam memperoleh
pasokan buah semangka sebesar 11.212 Kg/Kios mengeluarkan biaya rata-rata
tetap sebesar Rp 242/Kg dan biaya variabel sebesar Rp 1.152/Kg. Pedagang buah
impor dalam memperoleh pasokan buah impor untuk dijual sebesar 4.233
Kg/Kios, pedagang impor mengeluarkan biaya rata-rata tetap sebesar Rp 732/Kg
dan biaya variabel rata-rata sebesar Rp 10.320/Kg. Biaya tetap rata-rata dan biaya
variabel rata-rata, untuk setiap penambahan biaya tetap rata-rata dan biaya
variabel rata-rata sebesar satu satuan Rupiah/Kg akan menambah biaya total rata-
rata pedagang sebesar satu satuan Rupiah/Kg.
6.3.2 Pendapatan Pedagang Buah
Berdasarkan (Tabel 41), Pendapatan total terbesar adalah pedagang buah
impor sebesar Rp 9.602.178/Kios dan terendah adalah pedagang buah mangga
sebesar Rp 1.191.914/Kios. Besar kecilnya pendapatan total dipengaruhi oleh
besarnya biaya total dan besarnya total penerimaan penjualan. Besarnya biaya
total untuk pedagang mangga sebesar Rp 2.525.317/Kios dan besarnya biaya total
untuk pedagang buah impor sebesar Rp 3.055.133/Kios. Pendapatan total untuk
pedagang buah nasional musiman yang terbesar adalah pedagang buah salak
sebesar Rp 6.444.150/Kios dan pendapatan total untuk pedagang buah nasional
bukan musiman yang terbesar adalah pedagang buah semangka sebesar Rp
6.190.442/Kios.
Tabel 41. Penerimaan dan Pendapatan Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati
Data Bulan Desember 2009
No Pedagang Buah Jumlah (Rp/Kios)
Total Penerimaan Pendapatan Total
1 Semangka 21.548.833 6.190.442
2 Salak 24.146.100 6.444.150
3 Melon 27.105.767 5.913.425
4 Pisang 12.544.980 2.511.635
5 Mangga 14.909.167 1.191.914
6 Impor 56.077.556 9.602.178 Ket :data yang dipergunakan merupakan data penjualan dalam waktu satu minggu
115
Berdasarkan (Tabel 41), total penerimaan pedagang buah impor sebesar
Rp 56.077.556/Kios berarti penerimaan pedagang buah impor sudah dapat
menutupi total biaya sebesar Rp 3.055.133/Kios dengan memperoleh pendapatan
total sebesar Rp 9.602.178/Kios. Total penerimaan pedagang buah mangga
sebesar Rp 14.909.167/Kios berarti total penerimaan pedagang buah mangga
sudah dapat menutupi total biaya sebesar Rp 2.525.317/Kios dengan memperoleh
pendapatan total sebesar Rp 1.191.914/Kios. Hal ini menandakan bahwa dengan
tertutupinya biaya-biaya yang ada dalam satu minggu untuk skala usaha satu kios,
maka operasional masing-masing pedagang dapat berjalan untuk proses minggu
selanjutnya, karena modal yang dikeluarkan oleh pedagang dapat kembali dalam
waktu satu minggu, sehingga pedagang dapat melakukan perencanaan dengan
mengatur proses perputaran modal yang dimilikinya agar usaha dagang buahnya
dapat berjalan secara terus menerus.
Berdasarkan (Tabel 42), penerimaan rata-rata pedagang buah yang paling
besar adalah pedagang buah impor sebesar Rp 13.324/Kg dan penerimaan rata-
rata terkecil adalah pedagang buah pisang sebesar Rp 2.621/Kg. Pendapatan rata-
rata pedagang buah yang paling besar adalah pedagang buah impor sebesar Rp
2.271/Kg dan pendapatan rata-rata terkecil adalah pedagang buah mangga sebesar
Rp 387/Kg.
Tabel 42. Penerimaan Rata-rata (Rp/Kg) dan Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg)
Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember
2009
No Kode Pedagang Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg)
Pendapatan Rata-rata
(Rp/Kg)
1 Semangka 1.930 537
2 Salak 4.904 1.251
3 Melon 3.175 686
4 Pisang 2.621 520
5 Mangga 4.761 387
6 Impor 13.324 2.271
Berdasarkan (Tabel 42), pedagang buah impor dalam menjual buah-
buahan impor sebanyak 4.233 Kg/Kios, memperoleh penerimaan rata-rata dari
hasil penjualan buah sebesar Rp 13.324/Kg untuk setiap buah yang dijualnya.
Pedagang buah pisang dalam menjual buah pisang sebanyak 4.804 Kg/Kios,
116
memperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 2.621/Kg untuk setiap buah yang
dijualnya. Penerimaan rata-rata dan pendapatan rata-rata, untuk setiap
penambahan penerimaan rata-rata sebesar satu satuan (Rp/Kg) akan menambah
pendapatan rata-rata sebesar satu satuan (Rp/Kg).
Berdasarkan (Tabel 43), posisi titik impas adalah suatu posisi untuk
mempelajari hubungan antara biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pedagang buah,
pendapatan, serta volume kegiatan penjualan buah. Posisi titik impas (break event
point) yang terendah adalah pedagang semangka sebesar Rp 6.244.989/Kios,
sedangkan posisi titik impas tertinggi adalah pedagang buah impor sebesar Rp
13.632.639/Kios. Hal ini menandakan bahwa kecenderungan buah semangka
harga jualnya sebesar Rp1.930/Kg yang paling murah diantara buah yang lainnya,
dan penjualan buah impor harga jualnya sebesar Rp 13.324/Kg cenderung lebih
mahal diantara buah yang lainnya.
Berdasarkan (Tabel 43), posisi titk impas pedagang dalam satu (Kg/Kios)
yang paling tinggi adalah pedagang buah semangka sebesar 3.236 Kg/Kios dan
yang paling rendah adalah pedagang buah impor sebesar 1.032 Kg/Kios.
Pedagang semangka dalam menjual buahnya dengan jumlah buah yang dijual
sebesar 3.236 Kg/Kios dengan penerimaan yang diperoleh sebesar Rp
6.244.989/Kios maka pedagang semangka akan berada pada posisi titik impas,
dimana posisi tersebut pedagang tidak memperoleh keuntungan yang diinginkan
serta tidak menderita kerugian yang tidak diharapkan dengan penerimaan rata-rata
pedagang sebesar Rp 1.930/Kg dan mengeluarkan biaya total rata-rata sebesar Rp
1.393/Kg.
Tabel 43. Posisi Titik Impas (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) Pedagang Buah di Pasar
Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009
No Kode Pedagang Posisi Titik Impas Pedagang Buah (TR=TC)
(Rp/Kios) (Kg/Kios)
1 Semangka 6.244.989 3.236
2 Salak 7.001.670 1.432
3 Melon 8.144.405 2.566
4 Pisang 6.590.843 2.604
5 Mangga 10.338.640 2.195
6 Impor 13.632.639 1.032
117
Berdasarkan (Tabel 43), Pedagang buah semangka, jika menginginkan
menjual buah dengan modal pembelian buah sebesar 6.244.989/Kios, dengan
harga jual sama dengan penerimaan rata-ratanya (P = penerimaan rata-rata )
sebesar Rp 1.930/Kg, jika menginginkan memperoleh keuntungan, maka
pedagang buah semangka harus memasok total buah yang dijual diatas 3.236
Kg/Kios agar pedagang buah semangka memperoleh total penerimaan yang
diinginkan, yaitu diatas penerimaan total titik impas dengan asumsi total biaya
rata-ratanya tetap sebesar Rp 1.393/Kg. Titik impas merupakan kondisi dimana
pedagang tidak untung dan tidak pula rugi, jadi sebenarnya jika pedagang buah
semangka dalam menjual buah dengan menetapkan harga jual (P) sebesar
penerimaan rata-ratanya (AR), pedagang tetap untung karena jumlah total buah
yang dijual pedagang buah pada umumnya diatas jumlah titik impas sebesar 3.236
Kg/Kios. Umunya pada saat ini pedagang berada pada kondisi diatas titik impas
atau kegiatan penjualannya memperoleh keuntungan yang diharapkan.
Berdasarkan (Tabel 44), nilai R/C ratio antara pedagang buah nasional dan
pedagang buah impor berdasarkan biaya total, yang terbesar adalah pedagang
buah nasional (buah semangka) sebesar 1,42 artinya jika pedagang buah
semangka menambah biaya total sebesar 100 maka akan menambah penerimaan
total sebesar 142 atau jika pedagang semangka menambah biaya total rata-ratanya
sebesar Rp 1.393/Kg maka akan menambah total penerimaan rata-ratanya sebesar
Rp 1.930/Kg.
Tabel 44. Nilai R/C Ratio Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009
No Pedagang Buah Nilai R/C Pedagang Buah Berdasarkan Biaya Total
1 Semangka 1,42
2 Salak 1,35
3 Melon 1,28
4 Pisang 1,26
5 Mangga 1,09
6 Impor 1,21
Rata-rata 1,27
Tertinggi 1,42
Terendah 1,09
Berdasarkan (Tabel 44), Nilai R/C ratio antara pedagang buah nasional
musiman dengan pedagang buah nasional yang tersedia sepanjang tahun
118
berdasarkan biaya total, yang terendah adalah pedagang buah nasional musiman
(buah mangga) sebesar 1,09 artinya, jika pedagang mangga menambah biaya
totalnya sebesar 100 rupiah maka akan menambah penerimaan totalnya sebesar
Rp 109 atau jika pedagang buah mangga menambah total biaya rata-ratanya
sebesar Rp 4.373/Kg maka akan menambah total penerimaan rata-ratanya sebesar
Rp 4.761/Kg.
Berdasarkan (Tabel 44), penjualan buah antara buah impor dan buah
nasional, penjualan buah yang lebih menguntungkan adalah penjualan buah
nasional, karena nilai R/C ratio pedagang buah nasional yaitu semangka
merupakan nilai R/C ratio yang paling tinggi, dimana semakin tinggi nilai R/C
ratio maka dapat dikatakan bahwa usaha penjualan buah nasional (semangka)
merupakan yang paling menguntungkan. Penjualan buah nasional musiman
dengan yang bukan musiman, penjualan buah yang lebih menguntungkan adalah
penjualan buah nasional yang bukan musiman, dilihat dari nilai R/C ratio
pedagang buah antara buah semangka dengan buah salak yaitu masing-masing
sebesar 1,42 dan 1,35.
Berdasarkan (Tabel 44), selain itu kegiatan penjualan buah yang dilakukan
oleh pedagang buah nasional (semangka) dan pedagang buah nasional yang bukan
musiman (semangka), berdasarkan nilai R/C ratio atas biaya total merupakan
kegiatan penjualan yang efisien. Hal ini dapat dilihat dengan posisi titik impas
pedagang semangak untuk modal pembelian paling rendah sebesar Rp
6.244.989/Kios serta posisi impas untuk menjual buah paling tinggi sebesar 3.236
Kg/Kios, berarti dalam penggunaan satu unit kios pedagang semangka dapat lebih
efisien dalam pembelian jumlah buah dengan modal yang lebih rendah
dibandingkan dengan pedangang buah impor dan buah musiman.
Berdasarkan (Tabel 44), nilai R/C ratio atas biaya total untuk semua
pedagang buah, nilai R/C ratio berada pada posisi diatas satu atau dengan kata lain
nilai R/C ratio > 1, maka dapat dikatakan kegiatan penjualan buah yang dilakukan
pedagang sudah berjalan efisien, artinya penerimaan masing-masing pedagang
dari berjualan buah pada umumnya mampu menutupi total biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk berjualan buah. Pedagang semangka dalam menjalankan
aktifitas penjualannya lebih efisien dibandingkan dengan pedagang buah lainnya,
119
karena nilai R/C ratio pedagang semangka atas biaya tunai dan atas biaya total
paling tinggi dibandingkan dengan pedagang buah yang lainnya.
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan karakteristik pedagang buah, pada umumnya pedagang buah
nasional dan buah impor berusia 48 tahun keatas, sedangkan tingkat
pendidikan terakhir pedagang buah nasional dan buah impor pada umumnya
yaitu SMU dengan lamanya berdagang buah mayoritas diatas 21 tahun.
Jumlah kios pedagang buah nasional maupun impor pada umumnya berkisar
antara 4 – 5 TU, sedangkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh pedagang
buah nasional pada umumnya berkisar antara 6 – 10 orang dan jumlah tenaga
kerja yang dimiliki oleh pedagang buah impor pada umumnya berkisar antara
11 – 15 orang. Pada umumnya modal pembelian buah untuk pedagang buah
nasional antara 10.000.000 – 50.000.000 dan pedagang buah impor diatas
151.000.000. Berdasarkan pola penyediaan buah, pada umumnya pedagang
buah di PD Pasar Induk Kramat Jati melakukan pengumpulan (konsentrasi)
produk-produk pertanian dari beberapa wilayah pemasok buah lalu dijual ke
konsumen bisnis. Maka dapat dikatakan bahwa pedagang buah di Pasar Induk
Kramat Jati merupakan pedagang grosir terkadang merangkap sebagai
pedagang pengumpul.
2. Tingkat pendapatan pedagang buah nasional yaitu buah semangka, buah salak,
buah melon, buah pisang, dan buah mangga masing-masing rata-rata sebesar
Rp 6.190.442/Kios, Rp 6.444.150/Kios, Rp 5.913.425/Kios, Rp
2.511.635/Kios, dan Rp 1.191.914/Kios. Tingkat pendapatan pedagang buah
impor rata-rata sebesar Rp 9.602.178/Kios. Kegiatan penjualan antara buah
nasional dan buah impor yang paling menguntungkan adalah kegiatan
penjualan buah nasional (buah semangka), karena nilai R/C ratio pedagang
semangka sebesar 1,42 merupakan yang paling tinggi bila dibandingkan
dengan pedagang impor sebesar 1,21. Penjualan buah nasional musiman dan
buah nasional bukan musiman, yang paling menguntungkan adalah kegiatan
penjualan buah nasional bukan musiman, karena nilai R/C ratio pedagang
121
buah nasional musiman (buah semangka) sebesar 1,42 merupakan yang paling
tinggi bila dibandingkan dengan pedagang buah nasional musiman (buah
salak) sebesar 1,35.
7.2 Saran
1. Pedagang dalam menjual buah, jika menginginkan mendapatkan pendapatan
(profit) maka total penerimaan (TR) yang diperoleh harus lebih besar dari total
biaya yang dikeluarkan (TC). Salah satu cara untuk memperoleh penerimaan
lebih besar dari biaya dengan cara menjual jumlah total buah diatas jumlah
posisi untuk setiap masing-masing pedagang buah titik impas.
2. Pedatang baru yang berminat untuk terjun ke bisnis usaha buah dapat
berjualan buah semangka karena untuk modal pembelian buah semangka
membutuhkan dana paling kecil sebesar Rp 7.200.000/Kios dengan
penerimaan sebesar Rp 12.000.000/Kios serta pendapatan total sebesar Rp
2.082.500/Kios. Selain itu posisi BEP rata-rata buah semangka paling rendah
sebesar Rp 6.244.989/Kios dengan jumlah total buah sebanyak 3.236 Kg/Kios
dan nilai R/C ratio atas biaya total sebesar 1,42 menunjukkan kalau aktivitas
pedagang buah semangka efisien dan menguntungkan. Masalah pasokan buah
dapat berkonsultasi dengan koperasi pasar induk kramat jati (KOPPAS),
koperasi akan membantu bagaimana cara memperoleh pasokan buah
semangka sekaligus memperkenalkan dengan petani yang sudah bekerjasama
dengan koperasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Despriza F. 2003. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
penyediaan dan pendapatan pengecer buah [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ibrahim Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis edisi revisi. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.
Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran edisi kesebelas, jilid 1. Indonesia: PT
Indeks kelompok Gramedia.
Limbong HW dan Sitorus P. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian edisi kedua
revisi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian: Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Nicholson W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya edisi kedelapan.
Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Rachmina D dan Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi.
Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Raharja P dan Manurung M. 1999. Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar edisi
kedua, cetakan 2001. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-Press.
Stanton JW. 1996. Prinsip Pemasaran edisi ketujuh, jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sudarman A dan Algifari. 1991. Ekonomi Mikro-Makro (Teori, Soal dan
Jawaban) edisi 3. Yogyakarta: BPFE.
Swastha B dan Sukotjo IW. 1988. Pengantar Bisnis Modern edisi ketiga, cetakan
1998.Yogjakarta: Liberty Yogyakarta.
Zuhriski H. 2008. Analisis pendapatan pedagang sayur keliling di kelurahan
Tegallega Kota Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
123
Lampiran 1. Denah Pasar Induk Kramat Jati
Lampiran 2. Karakteristik Pedagang Buah Data Bulan Desember 2009
Karakteristik Pedagang
No Kode Kuesioner Usia (Tahun) Tingkat pendidikan Lama berjualan (Tahun) Jumlah
Pedagang Buah Kios (TU) Tenaga Kerja (Orang)
1 SEM-01 25 SLTP 5 2 4 Semangka
2 SEM-02 29 SMU 10 4 10 Semangka
3 SEM-03 40 SMU 20 4 6 Semangka
4 SEM-04 59 SLTP 25 5 12 Semangka
5 SEM-05 52 Sarjana 20 5 8 Semangka
6 SEM-06 33 SMU 15 4 10 Semangka
7 SEM-07 29 SMU 11 3 6 Semangka
8 SEM-08 36 SMU 20 3 5 Semangka
9 SEM-09 38 SMU 20 3 6 Semangka
10 SEM-10 40 SMU 19 4 8 Semangka
11 SAL-01 35 SMU 10 2 5 Salak
12 SAL-02 45 SMU 20 4 10 Salak
13 SAL-03 50 SMU 25 4 10 Salak
14 SAL-04 39 SMU 20 5 8 Salak
15 SAL-05 53 SMU 25 6 15 Salak
16 MEL-01 50 SLTP 30 5 12 Melon
17 MEL-02 49 SMU 29 5 8 Melon
18 MEL-03 35 SMU 15 2 5 Melon
19 MEL-04 39 SMU 19 3 6 Melon
20 MEL-05 35 SMU 15 4 10 Melon
21 MEL-06 47 SMU 13 2 4 Melon
22 MEL-07 49 SMU 29 4 8 Melon
23 MEL-08 39 SMU 19 4 8 Melon
24 MEL-09 49 SMU 11 3 10 Melon
25 MEL-10 39 SMP 25 4 5 Melon
26 PIS-01 43 SLTP 20 2 5 Pisang
27 PIS-02 59 SMU 30 4 10 Pisang
28 PIS-03 63 SLTP 35 6 18 Pisang
29 PIS-04 45 SMU 20 4 12 Pisang
30 PIS-05 65 SMU 35 6 15 Pisang
125
Lampiran 2 (lanjutan). Karakteristik Pedagang Buah Data Bulan Desember 2009
Karakteristik Pedagang
No Kode Kuesioner Usia (Tahun) Tingkat pendidikan Lama berjualan (Tahun) Jumlah
Pedagang Buah Kios (TU) Tenaga Kerja (Orang)
31 PIS-06 45 SMU 15 3 10 Pisang
32 PIS-07 36 Sarjana 10 3 8 Pisang
33 PIS-08 50 SMU 32 3 9 Pisang
34 PIS-09 45 SMU 11 5 10 Pisang
35 PIS-10 50 SMU 25 3 6 Pisang
36 MAN-01 52 SLTP 24 4 6 Mangga
37 MAN-02 50 SMU 30 6 15 Mangga
38 MAN-03 44 SMU 26 2 5 Mangga
39 MAN-04 45 SMU 10 5 8 Mangga
40 MAN-05 50 SLTP 15 6 14 Mangga
41 MAN-06 35 SMU 10 3 6 Mangga
42 MAN-07 49 SMU 8 3 8 Mangga
43 MAN-08 52 SMU 20 4 10 Mangga
44 MAN-09 40 SMU 10 5 10 Mangga
45 MAN-10 42 SMU 10 4 12 Mangga
46 IMP-01 45 SMU 25 5 15 Import
47 IMP-02 40 SMU 20 4 8 Import
48 IMP-03 69 SMU 35 4 10 Import
49 IMP-04 47 SMU 24 5 10 Import
50 IMP-05 67 SMU 47 5 12 Import
51 IMP-06 52 SMU 28 5 13 Import
52 IMP-07 64 SMU 44 6 16 Import
53 IMP-08 41 SMU 10 6 20 Import
54 IMP-09 50 SMU 28 4 11 Import
55 IMP-10 49 Sarjana 29 5 14 Import
56 IMP-11 45 SMU 20 5 15 Import
57 IMP-12 50 SMU 16 3 8 Import
58 IMP-13 62 SMU 35 6 18 Import
59 IMP-14 56 SMU 30 5 17 Import
60 IMP-15 45 SMU 27 5 16 Import
126
Lampiran 3. Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Semangka Data Bulan Desember 2009
No Uraian Analisis Pendapatan Pedagang Buah Semangka (Rp/Kios)
SEM-01 SEM-02 SEM-03 SEM-04 SEM-05 SEM-06 SEM-07
A 1 Total Penerimaan Penjualan 12.000.000 14.000.000 23.275.000 20.140.000 23.940.000 23.750.000 22.166.667
B Rincian Biaya-biaya
Biaya Tetap
2 Biaya Sewa Kios 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250
3 Gaji Karyawan Tetap 420.000 350.000 262.500 672.000 336.000 437.500 420.000
4 Iuran Listrik 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250
5 Iuran Fasilitas Umum 2.500 1.250 1.250 1.000 1.000 1.250 1.667
6 Iuran Keamanan 5.000 2.500 2.500 2.000 2.000 2.500 3.333
7 Upah Service Timbangan 2.500 1.250 1.250 1.000 1.000 1.250 1.667
8 Total Biaya Tetap 2.542.500 2.467.500 2.380.000 2.788.500 2.452.500 2.555.000 2.539.167
Biaya Variabel
9 Biaya Bongkar Komoditi 175.000 100.000 131.250 275.000 280.000 250.000 291.667
10 Biaya Pembelian Buah 7.200.000 8.400.000 13.475.000 10.600.000 12.600.000 13.750.000 14.000.000
11 Total Biaya Variabel 7.375.000 8.500.000 13.606.250 10.875.000 12.880.000 14.000.000 14.291.667
C 12 Total Biaya-Biaya (B8+B11) 9.917.500 10.967.500 15.986.250 13.663.500 15.332.500 16.555.000 16.830.833
D 13 Pendapatan Total (A1-C12) 2.082.500 3.032.500 7.288.750 6.476.500 8.607.500 7.195.000 5.335.833
R/C ratio biaya total (A1/C12) 1,21 1,28 1,46 1,47 1,56 1,43 1,32
127
Lampiran 3 (lanjutan). Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Semangka Data Bulan Desember 2009
No Uraian Analisis Pendapatan Pedagang Buah Semangka (Rp/Kios)
SEM-08 SEM-09 SEM-10 Rata-rata Tertinggi Terendah
A 1 Total Penerimaan Penjualan 29.133.333 23.333.333 23.750.000 21.548.833 29.133.333 12.000.000
B Rincian Biaya-biaya
Biaya Tetap
2 Biaya Sewa Kios 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250
3 Gaji Karyawan Tetap 291.667 350.000 350.000 388.967 672.000 262.500
4 Iuran Listrik 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250
5 Iuran Fasilitas Umum 1.667 1.667 1.250 1.450 2.500 1.000
6 Iuran Keamanan 3.333 3.333 2.500 2.900 5.000 2.000
7 Upah Service Timbangan 1.667 1.667 1.250 1.450 2.500 1.000
8 Total Biaya Tetap 2.410.833 2.469.167 2.467.500 2.507.267 2.788.500 2.380.000
Biaya Variabel
9 Biaya Bongkar Komoditi 366.667 166.667 300.000 233.625 366.667 100.000
10 Biaya Pembelian Buah 18.400.000 14.000.000 13.750.000 12.617.500 18.400.000 7.200.000
11 Total Biaya Variabel 18.766.667 14.166.667 14.050.000 12.851.125 18.766.667 7.375.000
C 12 Total Biaya-Biaya (B8+B11) 21.177.500 16.635.833 16.517.500 15.358.392 21.177.500 9.917.500
D 13 Pendapatan Total (A1-C12) 7.955.833 6.697.500 7.232.500 6.190.442 8.607.500 2.082.500
R/C ratio biaya total (A1/C12) 1,38 1,4 1,44 1,39 1,56 1,21
128
Lampiran 4. Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Salak Data Bulan Desember 2009
No Uraian Analisis Pendapatan Pedagang Buah Salak (Rp/Kios)
SAL-01 SAL-02 SAL-03 SAL-04 SAL-05 Rata-rata Tertinggi Terendah
A 1 Total Penerimaan Penjualan 14.250.000 33.110.000 21.612.500 27.748.000 24.010.000 24.146.100 33.110.000 14.250.000
B Rincian Biaya-biaya
Biaya Tetap
2 Biaya Sewa Kios 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250
3 Gaji Karyawan Tetap 437.500 525.000 350.000 448.000 525.000 457.100 525.000 350.000
4 Iuran Listrik 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250
5 Iuran Fasilitas Umum 2.500 1.250 1.250 1.000 833 1.367 2.500 833
6 Iuran Keamanan 5.000 2.500 2.500 2.000 1.667 2.733 5.000 1.667
7 Upah Service Timbangan 2.500 1.250 1.250 1.000 833 1.367 2.500 833
8 Total Biaya Tetap 2.560.000 2.642.500 2.467.500 2.564.500 2.640.833 2.575.067 2.642.500 2.467.500
Biaya Variabel
9 Biaya Bongkar Komoditi 87.500 206.250 75.000 100.000 83.333 110.417 206.250 75.000
10 Biaya Pembelian Buah 9.525.000 20.720.000 13.650.000 16.884.000 14.303.333 15.016.467 20.720.000 9.525.000
11 Total Biaya Variabel 9.612.500 20.926.250 13.725.000 16.984.000 14.386.667 15.126.883 20.926.250 9.612.500
C 12 Total Biaya-Biaya (B8+B11) 12.172.500 23.568.750 16.192.500 19.548.500 17.027.500 17.701.950 23.568.750 12.172.500
D 13 Pendapatan Total (A1-C12) 2.077.500 9.541.250 5.420.000 8.199.500 6.982.500 6.444.150 9.541.250 2.077.500
R/C ratio biaya total (A1/C12) 1,17 1,40 1,33 1,42 1,41 1,35 1,42 1,17
129
Lampiran 5. Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Melon Data Bulan Desember 2009
No Uraian Analisis Pendapatan Pedagang Buah Melon (Rp/Kios)
MEL-01 MEL-02 MEL-03 MEL-04 MEL-05 MEL-06 MEL-07
A 1 Total Penerimaan Penjualan 31.296.000 22.320.000 35.500.000 26.833.333 23.950.000 24.000.000 20.625.000
B Rincian Biaya-biaya
Biaya Tetap
2 Biaya Sewa Kios 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250
3 Gaji Karyawan Tetap 336.000 280.000 525.000 420.000 787.500 350.000 420.000
4 Iuran Listrik 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250
5 Iuran Fasilitas Umum 1.000 1.000 2.500 1.667 1.250 2.500 1.250
6 Iuran Keamanan 2.000 2.000 5.000 3.333 2.500 5.000 2.500
7 Upah Service Timbangan 1.000 1.000 2.500 1.667 1.250 2.500 1.250
8 Total Biaya Tetap 2.452.500 2.396.500 2.647.500 2.539.167 2.905.000 2.472.500 2.537.500
Biaya Variabel
9 Biaya Bongkar Komoditi 210.000 175.000 275.000 175.000 206.250 175.000 175.000
10 Biaya Pembelian Buah 20.640.000 14.904.000 24.700.000 18.966.667 16.575.000 16.500.000 13.625.000
11 Total Biaya Variabel 20.850.000 15.079.000 24.975.000 19.141.667 16.781.250 16.675.000 13.800.000
C 12 Total Biaya-Biaya (B8+B11) 23.302.500 17.475.500 27.622.500 21.680.833 19.686.250 19.147.500 16.337.500
D 13 Pendapatan Total (A1-C12) 7.993.500 4.844.500 7.877.500 5.152.500 4.263.750 4.852.500 4.287.500
R/C ratio biaya total (A1/C12) 1,34 1,28 1,29 1,24 1,22 1,25 1,26
130
Lampiran 5 (lanjutan). Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Melon Data Bulan Desember 2009
No Uraian Analisis Pendapatan Pedagang Buah Melon (Rp/Kios)
MEL-08 MEL-09 MEL-10 Rata-rata Tertinggi Terendah
A 1 Total Penerimaan Penjualan 24.325.000 29.333.333 32.875.000 27.105.767 35.500.000 20.625.000
B Rincian Biaya-biaya
Biaya Tetap
2 Biaya Sewa Kios 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250
3 Gaji Karyawan Tetap 350.000 466.667 218.750 415.392 787.500 218.750
4 Iuran Listrik 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250
5 Iuran Fasilitas Umum 1.250 1.667 1.250 1.533 2.500 1.000
6 Iuran Keamanan 2.500 3.333 2.500 3.067 5.000 2.000
7 Upah Service Timbangan 1.250 1.667 1.250 1.533 2.500 1.000
8 Total Biaya Tetap 2.467.500 2.585.833 2.336.250 2.534.025 2.905.000 2.336.250
Biaya Variabel
9 Biaya Bongkar Komoditi 218.750 291.667 262.500 216.417 291.667 175.000
10 Biaya Pembelian Buah 16.125.000 20.133.333 22.250.000 18.441.900 24.700.000 13.625.000
11 Total Biaya Variabel 16.343.750 20.425.000 22.512.500 18.658.317 24.975.000 13.800.000
C 12 Total Biaya-Biaya (B8+B11) 18.811.250 23.010.833 24.848.750 21.192.342 27.622.500 16.337.500
D 13 Pendapatan Total (A1-C12) 5.513.750 6.322.500 8.026.250 5.913.425 8.026.250 4.263.750
R/C ratio biaya total (A1/C12) 1,29 1,27 1,32 1,28 1,34 1,22
131
Lampiran 6. Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Pisang Data Bulan Desember 2009
No Uraian Analisis Pendapatan Pedagang Buah Pisang (Rp/Kios)
PIS-01 PIS-02 PIS-03 PIS-04 Rata-rata Tertinggi Terendah
A 1 Total Penerimaan Penjualan 10.551.000 11.744.250 11.400.000 9.527.000 10.805.563 11.744.250 9.527.000
B Rincian Biaya-biaya
Biaya Tetap
2 Biaya Sewa Kios 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250
3 Gaji Karyawan Tetap 350.000 840.000 583.333 350.000 530.833 840.000 350.000
4 Iuran Listrik 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250
5 Iuran Fasilitas Umum 2.500 1.250 1.667 1.667 1.771 2.500 1.250
6 Iuran Keamanan 5.000 2.500 3.333 3.333 3.542 5.000 2.500
7 Upah Service Timbangan 2.500 1.250 1.667 1.667 1.771 2.500 1.250
8 Total Biaya Tetap 2.472.500 2.957.500 2.702.500 2.469.167 2.650.417 2.957.500 2.469.167
Biaya Variabel
9 Biaya Bongkar Komoditi
10 Biaya Pembelian Buah 6.534.000 6.340.000 6.721.000 5.470.500 6.266.375 6.721.000 5.470.500
11 Total Biaya Variabel 6.534.000 6.340.000 6.721.000 5.470.500 6.266.375 6.721.000 5.470.500
C 12 Total Biaya-Biaya (B8+B11) 9.006.500 9.297.500 9.423.500 7.939.667 8.916.792 9.423.500 7.939.667
D 13 Pendapatan Total (A1-C12) 1.544.500 2.446.750 1.976.500 1.587.333 1.888.771 2.446.750 1.544.500
R/C ratio biaya total (A1/C12) 1,17 1,26 1,21 1,20 1,21 1,26 1,17
Ket : perhitungan pendapatan pedagang buah pisang yang memasok buah pisang dari pedagang bandar yang berada di Pasar Induk Kramat jati
132
Lampiran 6 (lanjutan). Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Pisang Data Bulan Desember 2009
No Uraian Analisis Pendapatan Pedagang Buah Pisang (Rp/Kios)
PIS-05 PIS-06 PIS-07 PIS-08 PIS-09 PIS-10 Rata-rata Tertinggi Terendah
A 1 Total Penerimaan
Penjualan 10.523.250 17.746.000 17.125.500 12.899.000 11.260.000 12.673.800 13.704.592 17.746.000 10.523.250
B Rincian Biaya-biaya
Biaya Tetap
2 Biaya Sewa Kios 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250
3 Gaji Karyawan Tetap 437.500 840.000 350.000 560.000 525.000 280.000 498.750 840.000 280.000
4 Iuran Listrik 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250
5 Iuran Fasilitas Umum 1.250 833 833 1.667 1.667 1.000 1.208 1.667 833
6 Iuran Keamanan 2.500 1.667 1.667 3.333 3.333 2.000 2.417 3.333 1.667
7 Upah Service Timbangan 1.250 833 833 1.667 1.667 1.000 1.208 1.667 833
8 Total Biaya Tetap 2.555.000 2.955.833 2.465.833 2.679.167 2.644.167 2.396.500 2.616.083 2.955.833 2.396.500
Biaya Variabel
9 Biaya Bongkar Komoditi 215.385 269.231 314.103 215.385 242.308 215.385 245.300 314.103 215.385
10 Biaya Pembelian Buah 6.286.625 9.350.667 10.064.500 7.361.333 6.889.667 7.545.200 7.916.332 10.064.500 6.286.625
11 Total Biaya Variabel 6.502.010 9.619.898 10.378.603 7.576.718 7.131.974 7.760.585 8.161.631 10.378.603 6.502.010
C 12 Total Biaya-Biaya
(B8+B11) 9.057.010 12.575.731 12.844.436 10.255.885 9.776.141 10.157.085 10.777.715 12.844.436 9.057.010
D 13 Pendapatan Total
(A1-C12)
1.466.241 5.170.269 4.281.064 2.643.115 1.483.859 2.516.715
2.926.877 5.170.269 1.466.241
R/C ratio biaya total (A1/C12) 1,16 1,41 1,33 1,26 1,15 1,25 1,26 1,41 1,15
Ket : perhitungan pendapatan pedagang buah pisang yang memasok buah pisang dari pedagang pengumpul.
133
Lampiran 7. Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Mangga Data Bulan Desember 2009
No Uraian Analisis Pendapatan Pedagang Buah Mangga (Rp/Kios)
MAN-01 MAN-02 MAN-03 MAN-04 MAN-05 MAN-06 MAN-07
A 1 Total Penerimaan Penjualan 11.875.000 17.920.833 12.250.000 13.350.000 17.375.000 16.333.333 17.750.000
B Rincian Biaya-biaya
Biaya Tetap
2 Biaya Sewa Kios 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250
3 Gaji Karyawan Tetap 262.500 350.000 525.000 336.000 326.667 350.000 560.000
4 Iuran Listrik 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250
5 Iuran Fasilitas Umum 1.250 833 2.500 1.000 833 1.667 1.667
6 Iuran Keamanan 2.500 1.667 5.000 2.000 1.667 3.333 3.333
7 Upah Service Timbangan 1.250 833 2.500 1.000 833 1.667 1.667
8 Total Biaya Tetap 2.380.000 2.465.833 2.647.500 2.452.500 2.442.500 2.469.167 2.679.167
Biaya Variabel
9 Biaya Bongkar Komoditi 67.308 112.180 67.308 67.308 94.231 89.744 98.718
10 Biaya Pembelian Buah 8.125.000 13.520.833 8.500.000 8.825.000 12.500.000 13.066.667 13.733.333
11 Total Biaya Variabel 8.192.308 13.633.013 8.567.308 8.892.308 12.594.231 13.156.410 13.832.051
C 12 Total Biaya-Biaya (B8+B11) 10.572.308 16.098.846 11.214.808 11.344.808 15.036.731 15.625.577 16.511.218
D 13 Pendapatan Total (A1-C12) 1.302.692 1.821.987 1.035.193 2.005.192 2.338.269 707.756 1.238.782
R/C ratio biaya total (A1/C12) 1,12 1,11 1,09 1,18 1,16 1,05 1,08
134
Lampiran 7 (lanjutan). Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Mangga Data Bulan Desember 2009
No Uraian Analisis Pendapatan Pedagang Buah Mangga (Rp/Kios)
MAN-08 MAN-09 MAN-10 Rata-rata Tertinggi Terendah
A 1 Total Penerimaan Penjualan 13.525.000 12.400.000 16.312.500 14.909.167 17.920.833 11.875.000
B Rincian Biaya-biaya
Biaya Tetap
2 Biaya Sewa Kios 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250
3 Gaji Karyawan Tetap 525.000 420.000 420.000 407.517 560.000 262.500
4 Iuran Listrik 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250
5 Iuran Fasilitas Umum 1.250 1.000 1.250 1.325 2.500 833
6 Iuran Keamanan 2.500 2.000 2.500 2.650 5.000 1.667
7 Upah Service Timbangan 1.250 1.000 1.250 1.325 2.500 833
8 Total Biaya Tetap 2.642.500 2.536.500 2.537.500 2.525.317 2.679.167 2.380.000
Biaya Variabel
9 Biaya Bongkar Komoditi 75.385 75.385 100.962 84.853 112.180 67.308
10 Biaya Pembelian Buah 10.075.000 9.600.000 13.125.000 11.107.083 13.733.333 8.125.000
11 Total Biaya Variabel 10.150.385 9.675.385 13.225.962 11.191.936 13.832.051 8.192.308
C 12 Total Biaya-Biaya (B8+B11) 12.792.885 12.211.885 15.763.462 13.717.253 16.511.218 10.572.308
D 13 Pendapatan Total (A1-C12) 732.116 188.115 549.039 1.191.914 2.338.269 188.115
R/C ratio biaya total (A1/C12) 1,06 1,02 1,03 1,09 1,18 1,02
135
Lampiran 8. Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Impor Data Bulan Desember 2009
No Uraian Analisis Pendapatan Pedagang Buah Import (Rp/Kios)
IMP-01 IMP-02 IMP-03 IMP-04 IMP-05 IMP-06
A 1 Total Penerimaan Penjualan 47.200.000 62.750.000 57.500.000 53.200.000 49.930.000 51.500.000
B Rincian Biaya-biaya
Biaya Tetap
2 Biaya Sewa Kios 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250
3 Gaji Karyawan Tetap 840.000 700.000 700.000 700.000 840.000 910.000
4 Iuran Listrik 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250
5 Iuran Fasilitas Umum 1.000 1.250 1.250 1.000 1.000 1.000
6 Iuran Keamanan 2.000 2.500 2.500 2.000 2.000 2.000
7 Upah Service Timbangan 1.000 1.250 1.250 1.000 1.000 1.000
8 Total Biaya Tetap 2.956.500 2.817.500 2.817.500 2.816.500 2.956.500 3.026.500
Biaya Variabel
9 Biaya Bongkar Komoditi 91.538 123.750 114.423 96.923 96.800 123.846
10 Biaya Pembelian Buah 36.800.000 50.200.000 47.200.000 42.560.000 39.584.000 42.080.000
11 Total Biaya Variabel 36.891.538 47.873.750 46.114.423 41.096.923 37.216.800 40.123.846
C 12 Total Biaya-Biaya (B8+B11) 39.848.038 50.691.250 48.931.923 43.913.423 40.173.300 43.150.346
D 13 Pendapatan Total (A1-C12) 7.351.962 12.058.750 8.568.077 9.286.577 9.756.700 8.349.654
R/C ratio biaya total (A1/C12) 1,18 1,24 1,18 1,21 1,24 1,19
136
Lampiran 8 (lanjutan). Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Impor Data Bulan Desember 2009
No Uraian Analisis Pendapatan Pedagang Buah Import (Rp/Kios)
IMP-07 IMP-08 IMP-09 IMP-10 IMP-11 IMP-12
A 1 Total Penerimaan Penjualan 54.166.667 63.666.667 63.000.000 51.600.000 46.600.000 68.333.333
B Rincian Biaya-biaya
Biaya Tetap
2 Biaya Sewa Kios 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250
3 Gaji Karyawan Tetap 933.333 1.166.667 962.500 980.000 1.050.000 933.333
4 Iuran Listrik 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250
5 Iuran Fasilitas Umum 833 833 1.250 1.000 1.000 1.667
6 Iuran Keamanan 1.667 1.667 2.500 2.000 2.000 3.333
7 Upah Service Timbangan 833 833 1.250 1.000 1.000 1.667
8 Total Biaya Tetap 3.049.167 3.282.500 3.080.000 3.096.500 3.166.500 3.052.500
Biaya Variabel
9 Biaya Bongkar Komoditi 116.667 130.128 111.058 99.615 94.231 134.615
10 Biaya Pembelian Buah 43.466.667 53.066.667 49.600.000 41.280.000 36.480.000 54.133.333
11 Total Biaya Variabel 41.366.667 49.863.462 49.398.558 41.129.615 36.574.231 54.267.949
C 12 Total Biaya-Biaya (B8+B11) 44.415.833 53.145.962 52.478.558 44.226.115 39.740.731 57.320.449
D 13 Pendapatan Total (A1-C12) 9.750.833 10.520.705 10.521.442 7.373.885 6.859.269 11.012.885
R/C ratio biaya total (A1/C12) 1,22 1,2 1,2 1,17 1,17 1,19
137
Lampiran 8 (lanjutan). Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Impor Data Bulan Desember 2009
No Uraian Analisis Pendapatan Pedagang Buah Import (Rp/Kios)
IMP-13 IMP-14 IMP-15 Rata-rata Tertinggi Terendah
A 1 Total Penerimaan Penjualan 63.416.667 53.900.000 54.400.000 56.077.556 68.333.333 46.600.000
B Rincian Biaya-biaya
Biaya Tetap
2 Biaya Sewa Kios 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250 2.111.250
3 Gaji Karyawan Tetap 1.050.000 1.190.000 1.120.000 938.389 1.190.000 700.000
4 Iuran Listrik 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250
5 Iuran Fasilitas Umum 833 1.000 1.000 1.061 1.667 833
6 Iuran Keamanan 1.667 2.000 2.000 2.122 3.333 1.667
7 Upah Service Timbangan 833 1.000 1.000 1.061 1.667 833
8 Total Biaya Tetap 3.165.833 3.306.500 3.236.500 3.055.133 3.306.500 2.816.500
Biaya Variabel
9 Biaya Bongkar Komoditi 130.128 118.462 207.308 119.299 207.308 91.538
10 Biaya Pembelian Buah 45.750.000 41.240.000 41.940.000 44.358.711 54.133.333 36.480.000
11 Total Biaya Variabel 45.880.128 41.358.462 42.147.308 43.420.244 54.267.949 36.574.231
C 12 Total Biaya-Biaya (B8+B11) 49.045.962 44.664.962 45.383.808 46.475.377 57.320.449 39.740.731
D 13 Pendapatan Total (A1-C12) 14.370.705 9.235.038 9.016.192 9.602.178 14.370.705 6.859.269
R/C ratio biaya total (A1/C12) 1,29 1,21 1,2 1,21 1,29 1,17
138
Lampiran 9. Harga (Beli Rp), Harga Jual (Rp/Kg), dan Margin Penjualan (Rp/Kg) Buah Data Bulan Desember 2009
No Pedagang Buah Harga Beli Buah (Rp/Kg) Harga Jual Buah (Rp/Kg) Margin Penjuanlan (Rp/Kg)
Terendah Tertinggi Rata-rata Terendah Tertinggi Rata-rata Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Semangka 1.000 1.200 1.130 1.900 2.000 1.930 700 900 800
2 Salak
► grade A 3.400 4.000 3.620 5.200 5.500 5.400 1.500 2.100 1.780
► grade B 2.400 3.000 2.540 4.200 4.500 4.440 1.500 2.100 1.900
► grade C 1.400 1.700 1.540 3.200 3.500 3.420 1.700 2.100 1.880
3 Melon
► tipe Bagus 2.800 3.000 2.930 3.900 4.000 3.970 1.000 1.100 1.040
► tipe Sedang 1.200 1.500 1.430 2.400 2.500 2.450 1.000 1.200 1.020
► tipe Jelek 1.000 1.100 1.040 1.900 2.000 1.970 900 1.000 930
4 Pisang
► Ambon 1.003 1.716 1.365 1.504 2.574 2.047 501 858 682
► Rames/Lampung 1.184 3.529 2.451 2.368 7.059 4.902 1.184 3.529 2.451
► Tanduk 364 2.400 1.194 546 3.600 1.791 182 1.200 597
5 Mangga
► Mana Lagi No.1 3.500 3.500 3.500 4.300 5.500 4.780 800 2.000 1.280
► Mana Lagi No.2 2.000 2.500 1.850 3.000 3.500 2.920 500 1.500 1.070
► Harum Manis No.1 4.500 4.800 4.560 5.200 6.500 5.900 700 2.000 1.340
► Harum Manis No.2 2.300 3.000 2.930 3.300 4.500 3.990 300 2.200 1.060
6 Buah Import
► Apel Washinton 11.000 12.000 11.700 14.000 15.000 14.817 2.750 3.750 3.117
► Pear Shian Ly 3.450 4.000 3.880 4.500 5.500 5.217 1.000 2.050 1.337
► Lengkeng 11.000 14.400 13.187 16.000 20.000 19.067 1.600 8.500 5.880
► Anggur Amerika 22.000 24.000 23.633 25.000 30.000 29.000 1.000 7.000 5.367
► Durian Thailand 11.500 12.000 11.933 12.5000 15.000 14.767 500 3.500 2.833
139
Lampiran 10. Modal Pembelian (Rp/Kios), Penerimaan (Rp/Kios), dan Margin Penjualan (Rp/Kios) Data Bulan Desember 2009
No Pedagang
Buah
Modal Pembelian (Rp/Kios) Penerimaan (Rp/Kios) Margin Penjuanlan (Rp/Kios)
Terendah Tertinggi Rata-rata Terendah Tertinggi Rata-rata Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Semangka 7.200.000 18.400.000 12.617.500 12.000.000 29.133.333 21.548.833 4.800.000 10.733.333 8.931.333
2 Salak 9.525.000 20.720.000 15.016.467 14.250.000 33.110.000 24.146.100 4.725.000 12.390.000 9.129.633
3 Melon 13.625.000 24.700.000 18.441.900 20.625.000 35.500.000 27.105.767 7.000.000 10.800.000 8.663.867
4 Pisang 5.470.500 10.064.500 7.256.349 9.527.000 17.746.000 12.544.980 4.056.500 7.681.500 5.288.631
5 Mangga 8.125.000 13.733.333 11.107.083 11.875.000 17.920.833 14.909.167 3.750.000 4.187.500 3.802.084
6 Buah Import 36.480.000 54.133.333 44.358.711 46.600.000 68.333.333 56.077.556 10.120.000 14.200.000 11.718.845
140
Lampiran 11. Jumlah Pembelian Buah Buah Semangka (Kg/Kios), Buah Salak (Kg/Kios), Buah Melon (Kg/Kios), dan Buah Mangga (Kg/Kios)
Data Bulan Desember 2009
No Pedagang
Jumlah Pembelian Buah (Kg/Kios)
Semangka
Salak Melon Mangga
grade A grade B grade C Total Tipe
Bagus
Tipe
Sedang
Tipe
Jelek Total
ML
No.1
ML
No.2
HM
No.1
HM
No.2 Total
1 Pedagang-01 6.000 1.500 750 750 3.000 5.760 2.880 960 9.600 625 625 625 625 2.500
2 Pedagang-02 7.000 4.200 2.100 700 7.000 3.600 2.160 1.440 7.200 1.750 1.167 875 375 4.167
3 Pedagang-03 12.250 2.625 1.313 438 4.375 6.000 3.000 2.000 11.000 750 500 750 500 2.500
4 Pedagang-04 10.600 3.640 1.400 560 5.600 5.000 1.667 1.333 8.000 500 500 1.050 450 2.500
5 Pedagang-05 12.600 3.267 1.167 233 4.667 4.250 2.000 1.250 7.500 1.250 583 1.250 417 3.500
6 Pedagang-06 12.500 4.000 2.000 1.500 7.500 1.333 0 1.333 667 3.333
7 Pedagang-07 11.667 2.750 2.250 2.000 7.000 1.167 500 1.600 400 3.667
8 Pedagang-08 15.333 3.750 2.500 1.750 8.000 463 375 1.213 750 2.800
9 Pedagang-09 11.667 4.667 3.333 1.333 9.333 700 500 900 700 2.800
10 Pedagang-10 12.500 6.250 2.500 1.250 10.000 1.250 625 1.250 625 3.750
Rata-rata 11.212 3.046 1.346 536 4.928 4.603 2.429 1.482 8.513 979 538 1.085 551 3.152
Tertinggi 15.333 4.200 2.100 750 7.000 6.250 3.333 2.000 11.000 1.750 1.167 1.600 750 4.167
Terendah 6.000 1.500 750 233 3.000 2.750 1.667 960 7.000 463 375 625 375 2.500
141
Lampiran 12. Jumlah Pembelian Buah Buah Pisang dalam (Tanda/Kios) dan Jumlah Pembelian Buah Pisang dalam (Kg/Kios) Data Bulan
Desember 2009
No Pedagang Jumlah Pembelian Buah Pisang (Tandan/Kios) Jumlah Pembelian Buah Pisang (Kg/Kios)
Ambon Rames/Lampung Tanduk Total Ambon Rames/Lampung Tanduk Total
1 PIS-01 278 125 286 689 3.239 425 514 4.178
2 PIS-02 200 208 150 558 2.332 1.108 792 4.232
3 PIS-03 104 827 115 1.045 846 3.770 416 5.031
4 PIS-04 135 497 127 759 1.613 2.314 425 4.352
5 PIS-05 275 451 176 902 3.916 1.258 439 5.613
6 PIS-06 169 293 343 805 1.503 949 2.421 4.873
7 PIS-07 172 413 136 721 2.135 2.443 305 4.884
8 PIS-08 256 206 234 696 3.471 1.563 1.279 6.313
9 PIS-09 205 226 284 715 2.200 816 1.525 4.541
10 PIS-10 141 252 289 681 1.575 861 1.585 4.021
Rata-rata 193 350 214 757 2.283 1.551 970 4.804
Tertinggi 278 827 343 1.045 3.916 3.770 2.421 6.313
Terendah 104 125 115 558 846 425 305 4.021
142
Lampiran 13. Jumlah Pembelian Buah Buah Impor dalam (Dus/Kios) dan Jumlah Pembelian Buah Impor dalam (Kg/Kios) Data Bulan
Desember 2009
No Pedagang
Jumlah Pembelian Buah Import (Dus/Kios) Jumlah Pembelian Buah Import (Kg/Kios)
Apel
Washinton
Pear
Shiang
Ly
Lengkeng Anggur
Amerika
Durian
Thailand Total
Apel
Washinton
Pear
Shiang
Ly
Lengkeng Anggur
Amerika
Durian
Thailand Total
1 IMP-01 90 40 40 20 10 200 1.800 800 400 200 200 3.400
2 IMP-02 125 50 50 25 13 263 2.500 1.000 500 250 250 4.500
3 IMP-03 100 50 50 25 25 250 2.000 1.000 500 250 500 4.250
4 IMP-04 60 40 40 40 40 220 1.200 800 400 400 800 3.600
5 IMP-05 42 40 56 20 56 214 840 800 560 200 1.120 3.520
6 IMP-06 100 100 20 20 10 250 2.000 2.000 200 200 200 4.600
7 IMP-07 83 83 33 33 17 250 1.667 1.667 333 333 333 4.333
8 IMP-08 100 83 17 67 17 283 2.000 1.667 167 667 333 4.833
9 IMP-09 100 50 25 63 13 250 2.000 1.000 250 625 250 4.125
10 IMP-10 80 60 20 50 10 220 1.600 1.200 200 500 200 3.700
11 IMP-11 80 60 20 30 10 200 1.600 1.200 200 300 200 3.500
12 IMP-12 133 67 33 33 17 283 2.667 1.333 333 333 333 5.000
13 IMP-13 100 92 42 42 8 283 2.000 1.833 417 417 167 4.833
14 IMP-14 100 90 10 30 10 240 2.000 1.800 100 300 200 4.400
15 IMP-15 120 100 10 20 10 260 2.400 2.000 100 200 200 4.900
Rata-rata 94 67 31 35 18 244 1.885 1.340 311 345 352 4.233
Tertinggi 133 100 56 67 56 283 2.667 2.000 560 667 1.120 5.000
Terendah 42 40 10 20 8 200 840 800 100 200 167 3.400
143
Lampiran 14. Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata (Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas dalam
(Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah Semangka Data Bulan Desember 2009
No Kode Pedagang Biaya Rata-rata (Rp/Kg)
Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg)
Pendapatan Rata-rata
(Rp/Kg) Titik Impas (TR=TC)
(AVC) (AFC) (ATC) (AR) (π) (Rp/Kios) (Kg/Kios)
1 SEM-01 1.229 424 1.653 2.000 347 6.596.757 3.298
2 SEM-02 1.214 353 1.567 2.000 433 6.280.909 3.140
3 SEM-03 1.111 194 1.305 1.900 595 7.638.974 4.021
4 SEM-04 1.026 263 1.289 1.900 611 6.061.564 3.190
5 SEM-05 1.022 195 1.217 1.900 683 3.317.860 1.746
6 SEM-06 1.120 204 1.324 1.900 576 2.489.487 1.310
7 SEM-07 1.225 218 1.443 1.900 457 4.288.370 2.257
8 SEM-08 1.224 157 1.381 1.900 519 5.081.355 2.674
9 SEM-09 1.214 212 1.426 2.000 574 3.771.091 1.886
10 SEM-10 1.124 197 1.321 1.900 579 2.013.853 1.060
Rata-rata 1.151 242 1.393 1.930 537 4.754.022 2.458
Tertinggi 1.229 424 1.653 2.000 683 7.638.974 4.021
Terendah 1.022 157 1.217 1.900 347 2.013.853 1.060
144
Lampiran 15. Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata (Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas dalam
(Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah Salak Data Bulan Desember 2009
No Kode
Pedagang
Biaya Rata-rata (Rp/Kg) Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg)
Pendapatan Rata-rata
(Rp/Kg) Titik Impas (TR=TC)
(AFC) (AVC) (ATC) (AR) (π) (Rp/Kios) (Kg/Kios)
1 SAL-01 853 3.204 4.058 4.750 693 7.866.307 1.656
2 SAL-02 378 2.989 3.367 4.730 1.363 7.181.137 1.518
3 SAL-03 564 3.137 3.701 4.940 1.239 6.761.185 1.369
4 SAL-04 458 3.033 3.491 4.955 1.464 6.610.902 1.334
5 SAL-05 566 3.083 3.649 5.145 1.496 6.588.820 1.281
Rata-rata 564 3.089 3.653 4.904 1.251 7.001.670 1.432
Tertinggi 853 3.204 4.058 5.145 1.496 7.866.307 1.656
Terendah 378 2.989 3.367 4.730 693 6.588.820 1.281
145
Lampiran 16. Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata (Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas dalam
(Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah Melon Data Bulan Desember 2009
No Kode Pedagang Biaya Rata-rata (Rp/Kg)
Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg)
Pendapatan Rata-rata
(Rp/Kg) Titik Impas (TR=TC)
(AFC) (AVC) (ATC) (AR) (π) (Rp/Kios) (Kg/Kios)
1 MEL-01 255 2.172 2.427 3.260 833 7.347.639 2.254
2 MEL-02 333 2.094 2.427 3.100 673 7.387.085 2.383
3 MEL-03 241 2.270 2.511 3.227 716 8.929.810 2.767
4 MEL-04 317 2.393 2.710 3.354 644 8.858.198 2.641
5 MEL-05 387 2.238 2.625 3.193 569 9.705.283 3.039
6 MEL-06 330 2.223 2.553 3.200 647 8.101.024 2.532
7 MEL-07 363 1.971 2.334 2.946 613 7.668.269 2.603
8 MEL-08 308 2.043 2.351 3.041 689 7.520.368 2.473
9 MEL-09 277 2.188 2.465 3.143 677 8.514.624 2.709
10 MEL-10 234 2.251 2.485 3.288 803 7.411.746 2.255
Rata-rata 305 2.184 2.489 3.175 686 8.144.405 2.566
Tertinggi 387 2.393 2.710 3.354 833 9.705.283 3.039
Terendah 234 1.971 2.334 2.946 569 7.347.639 2.254
146
Lampiran 17. Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata (Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas dalam
(Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah Pisang Data Bulan Desember 2009
No Kode Pedagang Biaya Rata-rata (Rp/Kg)
Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg)
Pendapatan Rata-rata
(Rp/Kg) Titik Impas (TR=TC)
(AFC) (AVC) (ATC) (AR) (π) (Rp/Kios) (Kg/Kios)
1 PIS-01 592 1.564 2.156 2.526 370 6.494.236 2.571
2 PIS-02 680 1.457 2.137 2.699 562 6.427.093 2.381
3 PIS-03 555 1.379 1.934 2.340 406 6.584.420 2.814
4 PIS-04 614 1.361 1.975 2.369 395 5.799.026 2.448
5 PIS-05 604 1.536 2.140 2.487 346 6.686.221 2.689
6 PIS-06 587 1.912 2.500 3.527 1.028 6.455.028 1.830
7 PIS-07 439 1.849 2.288 3.051 763 6.258.970 2.051
8 PIS-08 549 1.551 2.100 2.641 541 6.493.187 2.458
9 PIS-09 419 1.130 1.549 1.784 235 7.212.483 4.044
10 PIS-10 528 1.709 2.237 2.791 554 6.181.850 2.215
Rata-rata 557 1.545 2.101 2.621 520 6.459.252 2.550
Tertinggi 680 1.912 2.500 3.527 1.028 7.212.483 4.044
Terendah 419 1.130 1.549 1.784 235 5.799.026 1.830
147
Lampiran 18. Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata (Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas dalam
(Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah Mangga Data Bulan Desember 2009
No Kode
Pedagang
Jumlah Rata-rata (Rp/Kg) Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg)
Pendapatan Rata-rata
(Rp/Kg) Titik Impas (TR=TC)
(AFC) (AVC) (ATC) (AR) (π) (Rp/Kios) (Kg/Kios)
1 MAN-01 952 3.277 4.229 4.750 521 7.674.413 1.616
2 MAN-02 592 3.272 3.864 4.301 437 10.305.886 2.396
3 MAN-03 1.059 3.427 4.486 4.900 414 8.806.567 1.797
4 MAN-04 981 3.557 4.538 5.340 802 7.344.804 1.375
5 MAN-05 698 3.598 4.296 4.964 668 8.876.906 1.788
6 MAN-06 741 3.947 4.688 4.900 212 12.694.586 2.591
7 MAN-07 731 3.772 4.503 4.841 338 12.137.782 2.507
8 MAN-08 944 3.625 4.569 4.830 261 10.590.781 2.193
9 MAN-09 906 3.455 4.361 4.429 67 11.543.868 2.607
10 MAN-10 677 3.527 4.204 4.350 146 13.410.806 3.083
Rata-rata 828 3.546 4.374 4.761 387 10.338.640 2.195
Tertinggi 1.059 3.947 4.688 5.340 802 13.410.806 3.083
Terendah 592 3.272 3.864 4.301 67 7.344.804 1.375
148
Lampiran 19. Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata (Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas dalam
(Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah Impor Data Bulan Desember 2009
No Kode
Pedagang
Biaya Rata-rata (Rp/Kg) Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg)
Pendapatan Rata-rata
(Rp/Kg) Titik Impas (TR=TC)
(AFC) (AVC) (ATC) (AR) (π) (Rp/Kios) (Kg/Kios)
1 IMP-01 870 10.850 11.720 13.882 2.162 13.537.112 975
2 IMP-02 626 10.639 11.265 13.944 2.680 11.884.590 852
3 IMP-03 663 10.850 11.513 13.529 2.016 14.229.077 1.052
4 IMP-04 782 11.416 12.198 14.778 2.580 12.380.141 838
5 IMP-05 840 10.573 11.413 14.185 2.772 11.611.400 819
6 IMP-06 658 8.723 9.381 11.196 1.815 13.701.006 1.224
7 IMP-07 704 9.546 10.250 12.500 2.250 12.903.375 1.032
8 IMP-08 679 10.317 10.996 13.172 2.177 15.140.385 1.149
9 IMP-09 747 11.975 12.722 15.273 2.551 14.266.134 934
10 IMP-10 837 11.116 11.953 13.946 1.993 15.260.127 1.094
11 IMP-11 905 10.450 11.354 13.314 1.960 14.717.963 1.105
12 IMP-12 611 10.854 11.464 13.667 2.203 14.829.847 1.085
13 IMP-13 655 9.492 10.147 13.121 2.973 11.448.474 873
14 IMP-14 751 9.400 10.151 12.250 2.099 14.210.406 1.160
15 IMP-15 661 8.601 9.262 11.102 1.840 14.369.544 1.294
Rata-rata 732 10.320 11.053 13.324 2.271 13.632.639 1.032
Tertinggi 905 11.975 12.722 15.273 2.973 15.260.127 1.294
Terendah 611 8.601 9.262 11.102 1.815 11.448.474 819
149
Lampiran 20. Jumlah Kios Pedagang (TU), Gaji Karyawan Tetap dalam
(Rp/Orang/Hari) dan (Rp/Kios), Biaya Bongkar Komoditi
(Rp/Kios) Data Bulan Desember 2009
No Uraian Jumlah
Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Jumlah Kios Pedagang (TU)
Semangka 2 5 4
Salak 2 6 4
Melon 2 5 4
Pisang 2 6 4
Mangga 2 6 4
Import 3 6 5
2 Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
Semangka 4 12 8
Salak 5 15 10
Melon 4 12 8
Pisang 5 18 10
Mangga 5 15 9
Import 8 20 14
4 Gaji Karyawan Tetap (Rp/Orang/Hari)
Semangka 20.000 40.000 27.500
Salak 20.000 40.000 29.000
Melon 20.000 45.000 27.500
Pisang 20.000 40.000 27.000
Mangga 20.000 30.000 26.000
Import 40.000 50.000 48.667
5 Gaji Karyawan Tetap (Rp/Kios)
Semangka 262.500 672.000 388.967
Salak 457.100 525.000 350.000
Melon 218.750 787.500 415.392
Pisang 280.000 840.000 498.750
Mangga 262.500 560.000 407.517
Impor 700.000 1.190.000 938.389
6 Biaya Bongkar Komoditi (Rp/Kios)
Semangka 100.000 366.667 233.625
Salak 75.000 206.250 110.000
Melon 175.000 291.667 216.417
Pisang 215.385 314.103 245.300
Mangga 67.308 112.180 84.853
Import 91.538 207.308 119.299
150
Lampiran 21. Kuesioner Penelitian Bulan Desember 2009
Nama Responden :
Tgl/bulan/tahun pengambilan data : ...../Desember/2009
Jenis kategori pedagang : Grosir/Pengecer/Grosir dan Pegecer
Awal memulai usaha : Tanggal.......... bulan..........tahun.......
A. Informasi Karakteristik Pedagang Buah.
1. Umur : .............................................. (tahun)
2. Status Pernikahan :
( )Sudah Menikah ( ) Belum Menikah
3. Jumlah tanggungan keluarga : ...............................................................................
4. Status dalam keluarga : ...............................................................................
5. Pendidikan Terakhir :
( ) SD ( ) SLTP ( ) SMU ( ) Diploma ( ) Sarjana
6. Tempat asal pedagang : ...............................................................................
7. Pekerjaan sebelum jadi pedagang : ...............................................................................
8. Pengalaman berdagang/lama berdagang : ...............................................................................
9. Jumlah tenaga kerja tetap :................................(Orang)
10. Jumlah tenaga kerja tidak tetap :................................(Orang)
11. Jenis tempat berjualan : Kios
12. Nomor tempat usaha : ................................................................................
13. Perizinan penjualan : ................................................................................
14. Jumlah komoditi buah yang dijual :...................................(Buah)
15. Sumber penghasilan selain berdagang : ................................................................................
16. Pedagang menggunakan lembaga konsultasi : ................................................................................
B. Pola penyediaan buah.
1. Aktivitas penjualan
a. Mulai jam berapa : ................................................................................
Kuesioner ini digunakan dalam penelitian sebagai informasi dalam
penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan Pedagang Buah di
PD Pasar Induk Kramat Jati. Oleh Tenri Wali BS (A 14105613), Program
Sarjana Penyelengaraan Khusus Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-
ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
151
b. Selesai jam berapa : ................................................................................
c. Waktu efektif penjualan : ................................................................................
2. Buah apa saja yang anda jual dan berapa rata-rata penjualan per harinya
Buah Import Volumenya (Ton)
Apel Import
Pear
Lengkeng
Anggur Import
Durian Import
Buah Lokal
Melon
Semangka
Mangga
Pisang
Salak
3. Asal pasokan buah
Buah Import Volumenya (Ton) Rata-rata penjualan perhari (Ton)
Apel Import
Pear
Lengkeng
Anggur Import
Durian Import
Buah Lokal Volumenya (Ton) Rata-rata penjualan perhari (Ton)
Melon
Semangka
Mangga
Pisang
Salak
4. Harga beli buah dari pemasok dan harga jual buah ke konsumen
Buah Import Pemasok (Rp/Kg) Konsumen (Rp/Kg)
Apel Import
Pear
Lengkeng
Anggur Import
Durian Import
Buah Lokal Pemasok (Rp/Kg) Konsumen (Rp/Kg)
Melon
Semangka
Mangga
Pisang
Salak
5. Ketika melakukan pemesan, berapa volume pemesanan buah
Buah Import (Kg) Buah Lokal (Kg)
Apel Import Melon
Pear Semangka
Lengkeng Mangga
Anggur Import Pisang
Durian Import Salak
152
6. Pemesan buah-buahan dilakukan dalam jangka waktu
Buah Import (Hari/Minggu/Bulan) Buah Lokal (Hari/Minggu/Bulan)
Apel Import Melon
Pear Semangka
Lengkeng Mangga
Anggur Import Pisang
Durian Import Salak
7. Pesanan buah dilakukan dengan cara
( ) Mendatangi langsung ke petani ( ) Petani yang mendatangi anda
Alasannya :
( ) .........................................................................................
( ) .........................................................................................
( ) .........................................................................................
( ) ..........................................................................................
Alasannya :
( ) ................................................................................
( ) ................................................................................
( ) ................................................................................
( ) ................................................................................
8. Apa alasan anda memilih buah untuk dijual
( ) Tidak mudah rusak ( ) Jarak pemasok dekat ( ) Lagi musim panen
( ) Harga jualnya mahal ( ) Buahnya laku terjual ( ) Bentuk buah tersebut menarik
( ) Rasa buah tersebut ( ) Karena Pesanan ( ) Persediaan habis
( ) Tidak mudah busuk ( ) Harga belinya murah ( ) Merupakan ciri khas toko
..................................................... ..................................................... ........................................................
9. Alat pengemasan buah dan kapasitasnya : ..............................................................................................
......................................................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................................................
........................................................
C. Perhitungan pendapatan pedagang buah.
1. Modal Awal (investasi) : ......................................................................................
I. Penerimaan pedagang
2. Harga jual buah : .......................................................................................
II. Pengeluaran pedagang
3. Biaya pembelian buah (kosongkan jika menggunakan kendaraan pribadi)
a. Sewa kendaraan : ....................................................................
b. Ongkos perjalanan (tol dan lain-lain) : .....................................................................
c. Upah tenaga kerja angkut : ....................................................................
4. Biaya pembelian buah (kosongkan jika menyewa kendaraan)
d. Bensin : .....................................................................
e. Ongkos perjalanan (tol dan lain-lain) : .....................................................................
f. Upah tenaga kerja angkut : .....................................................................
153
5. Biaya Pengemasan
a. Upah tenaga kerja : .....................................................................
b. Plastik : .....................................................................
c. Kardus kemasan : .....................................................................
6. Biaya bongkar muat komoditi
a. Biaya parkir : .....................................................................
b. Upah tenaga kerja bongkar : .....................................................................
7. Biaya sewa lapak/los : .....................................................................
8. Berapa umur kardus pengemasan : .....................................................................
9. Berapa umur buah yang dijual : .....................................................................
10. Biaya konsumsi : .....................................................................
11. Biaya tenaga kerja : .....................................................................
12. Iuran pasar (per hari/per bulan) :
a. Listrik : .....................................................................
b. Penggunaan fasilitas umum : .....................................................................
c. Keamanan : .....................................................................