analisis pendapatan dan biaya pokok produksi …digilib.unila.ac.id/55644/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA POKOK PRODUKSI
USAHATANI UBI KAYU DI KECAMATAN BANDAR MATARAM
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh
AYU APRILIA MANSI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
PROFIT AND PRODUCTION COST ANALYSIS OF CASSAVA
FARMING AT BANDAR MATARAM DISTRICT CENTER OF
LAMPUNG
By
Ayu Aprilia Mansi
The objectives of this study are to know the net revenue and to know the standard
cost of cassava. This study was conducted on 40 farmes of cassava in Mataram
Udik and Mataram Jaya Villages, Bandar Mataram District, Lampung Tengah
County. The data were processed by using the financial farm analysis. The
average of cassava production is 24,94 ton/ha with the average of net revenue
above its cash cost was Rp12.854.874 and the net revenue above its total cost was
Rp5.716.769. The standard cost of its production is Rp547/kg cassava with its
confidence interval 95% between Rp420/kg and Rp863/kg cassava.
Kata kunci: profit, production cost,confidence interval, cassava
ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA POKOK PRODUKSI
USAHATANI UBI KAYU DI KECAMATAN BANDAR MATARAM
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
Ayu Aprilia Mansi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan usahatani ubi kayu dan
mengetahui biaya pokok produksi usahataninya . Penelitian ini dilakukan pada 40
responden petani ubi kayu yang dipilih secara acak di dua desa, yaitu Desa
Mataram Udik dan Desa Mataram Jaya di Kecamatan Bandar Mataram,
Kabupaten Lampung Tengah. Data diolah dengan analisis keuangan usahatani.
Rata-rata produksi usahatani ubi kayu sebesar 24,94 ton/ha dengan pendapatan
rata-rata per hektar di atas biaya tunai sebesar Rp12.854.874 dan di atas biaya
total sebesar Rp5.716.769. Biaya pokok produksinya adalah sebesar Rp547/kg ubi
kayu, dengan selang kepercayaan 95% antara Rp420/kg dan Rp863/kg ubi kayu.
Kata kunci: pendapatan, biaya pokok produksi, selang kepercayaan, ubi kayu
ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA POKOK PRODUKSI
USAHATANI UBI KAYU DI KECAMATAN BANDAR MATARAM
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
AYU APRILIA MANSI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 04 April
1995 dari pasangan Bapak Mansi dan Ibu Mahmuda. Penulis
adalah anak keempat dari empat bersaudara. Penulis
menyelesaikan studi tingkat Taman Kanak-kanak (TK) di TK
Dewi Sartika Bandar Lampung pada tahun 2001,
tingkat Sekolah Dasar (SD) di SD 2 Rawa Laut (Teladan) pada tahun 2007,
tingkat pertama (SLTP) di SMP Negeri 25 Bandar Lampung pada tahun 2010, dan
tingkat atas (SMA) di SMA Negeri 10 Bandar Lampung pada tahun 2013.
Penulis diterima di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung
pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN).
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis aktif sebagai
anggota Bidang Pengkaderan dan Pengabdian Masyarakat di Himpunan
Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian tahun 2013-2018, dan diamanahkan sebagai
Sekretaris Komisi Bidang Advokasi dan Perundang-Undangan UKM-F Dewan
Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung tahun 2015-
2016. Selama masa perkuliahan, penulis juga diamanahkan menjadi Asisten
Dosen pada mata kuliah Manajemen Pemasaran di semester genap tahun ajaran
2016/2017 dan Komunikasi Bisnis di semester genap tahun ajaran 2016/2017 .
Pada Januari-Maret 2016, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik
di Desa Way Nukak, Kecamatan Karya Penggawa, Kabupaten Pesisir Barat dan
selanjutnya pada Juli-Agustus 2016, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di
PT Central Proteina Prima Tbk. (Representative Office di Provinsi Lampung)
pada bagian Divisi Pemasaran.
SANWACANA
Alhamdulillahi Rabbil ’Alamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan dan Biaya Pokok
Produksi Usahatani Ubi Kayu di Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten
Lampung Tengah.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Teguh Endaryanto, S.P. M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Ir. Agus Hudoyo, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Pertama
dalam penyusunan skripsi yang telah memberikan masukan dan bimbingan
kepada penulis.
4. Bapak Ir. Achdiansyah Soelaiman, M.P., selaku Dosen Pembimbing Kedua
dalam penyusunan skripsi yang telah memberikan masukan dan bimbingan
kepada penulis.
5. Bapak Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran, arahan dan bimbingan dalam penyempurnaan skripsi
kepada penulis.
6. Ibu Dr. Sherly Silviyanti S, S.P., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.
7. Kedua orangtua ku tercinta yang selalu memberikan semangat dan dukungan
baik moril dan materil yang tak henti-hentinya serta do’a ikhlas tak terputus
untuk kesuksesan penulis.
8. Keluarga besar tercinta, Kiyay, Kakak, Adin, Mbak Lia, Mbak Rani, Keyza,
dan Syauqi yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam
penyusunan skripsi.
9. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis atas semua ilmu dan bimbingan yang telah
diberikan selama penulis menempuh ilmu di Universitas Lampung.
10. Seluruh karyawan di Agribisnis, Mbak Iin, Mas Buchori, Mbak Ayi, Mbak
Tunjung dan Mas Boim atas segala bantuan yang telah diberikan kepada
penulis.
11. Bapak Supono, Bapak Trianto, Bapak Suryadi, Mbak Neni, selaku ketua
gapoktan, kepala upt pertanian dan ppl desa penelitian penulis, atas segala
informasi, bantuan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
12. Pihak Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Tengah dan Provinsi Lampung
atas segala informasi, bantuan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
13. Citra Rianzani dan Azil Agustino, yang selalu memberikan semangat dan
bantuan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan penyusunan skripsi.
14. Riandari Irsa, Fadia Diah, Diqa Aulia, Irfan Pratama Putra, yang selalu
memberikan semangat dan bantuan dalam proses penyusunan skripsi.
15. Resti Purwa Ningsih, Indah Purnama, Rayssa, dan boim, teman seperjuangan
dalam proses penyusunan skripsi.
16. Auranggie, Annisa, Rana, Sarah, Renatha, Tetania, Lidya, Diwang, Robi,
Satya yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
17. Angkatan 2013 jurusan agribisnis yang tidak dapat disebutkan satu per satu,
yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
18. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Pertanian Universitas
Lampung, yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi penulis.
19. AGB 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015 yang senantiasa selalu memberikan
dukungan dan motivasi kepada penulis.
20. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu, yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan tetapi
semoga tugas akhir yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
banyak pihak di masa yang akan datang. Semoga Allah SWT membalas budi baik
berbagai pihak atas segala yang telah diberikan kepada penulis.
Bandar Lampung, Desember 2018
Penulis,
Ayu Aprilia Mansi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ................. 10
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10
1. Ubi Kayu ....................................................................................... 10
2. Teori Usahatani ............................................................................. 15
3. Biaya Pokok Produksi ................................................................... 16
4. Teori Biaya ................................................................................... 18
5. Peneliti Terdahulu ......................................................................... 19
B. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 22
III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 25
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ............................................... 25
B. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian ............................ 28
C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ........................................... 30
D. Metode Analisis Data ............................................................................ 30
1. Analisis Pendapatan Usahatani ........................................................ 30
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 32
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 32
B. Keadaan Umum Petani Ubi Kayu ......................................................... 35
C. Keragaan Usahatani ............................................................................... 41
a) Pola Tanam ...................................................................................... 41
b) Budidaya Ubi Kayu di Daerah Penelitian ........................................ 41
D. Penggunaan Sarana Produksi ................................................................ 43
a) Pengunaan Bibit ............................................................................... 43
b) Penggunaan Pupuk ........................................................................... 44
c) Pengunaan Herbisida ........................................................................ 45
d) Pengunaan Tenaga Kerja .................................................................. 46
e) Pengunaan Peralatan ........................................................................ 47
E. Analisis Pendapatan .............................................................................. 48
F. Analisis Biaya Pokok Produksi .............................................................. 53
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 57
A. Kesimpulan ........................................................................................... 57
B. Saran ..................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Luas panen, produksi dan produktivitas komoditas ubi kayu menurut
kabupaten di Provinsi Lampung Tahun 2015 .............................................. 3
2. Perkembangan harga ubi kayu di tingkat petani pada tahun 2015 dan 2016 di
Kabupaten Lampung Tengah ........................................................................ 5
3. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu per kecamatan di
Kabupaten Lampung Tengah tahun 2015 .................................................... 6
4. Komposisi jumlah penduduk di Kabupaten Lampung Tengah
Tahun 2015 .................................................................................................. 33
5. Distribusi penggunaan lahan di Kabupaten Lampung Tengah
Tahun 2015 .................................................................................................. 33
6. Distribusi penggunaan lahan di Kecamatan Bandar Mataram
Tahun 2015 .................................................................................................. 35
7. Sebaran petani sampel ubi kayu berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan
Bandar Mataram ........................................................................................... 36
8. Sebaran petani sampel ubi kayu berdasarkan jumlah tanggungan keluarga di
Kecamatan Bandar Mataram ........................................................................ 37
9. Sebaran petani sampel ubi kayu berdasarkan pengalaman berusahatani di
Kecamatan Bandar Mataram ....................................................................... 38
10. Sebaran petani sampel ubi kayu berdasarkan Suku ................................... 38
11. Sebaran petani sampel ubi kayu berdasarkan pekerjaan sampingan............ 39
12. Sebaran petani sampel ubi kayu berdasarkan luas lahan ............................. 40
13. Rata-rata penggunaan bibit per usahatani dan per hektar oleh petani sampel
ubi kayu di Kecamatan Bandar Mataram ..................................................... 43
14. Rata-rata penggunaan pupuk A, pupuk B, dan pupuk C usahatani per ha di
Kecamatan Bandar Mataram ........................................................................ 45
15. Jenis-jenis pestisida yang banyak digunakan petani dalam usahatani ubi kayu
di Kecamatan Bandar Mataram.................................................................... 46
16. Penggunaan tenaga kerja manusia rata-rata per ha dalam satu musim tanam
untuk usahatani ubi kayu di Kecamatan Bandar Mataram dalam satuan Hari
Orang Kerja (HOK) .................................................................................... 47
17. Rata-rata nilai penyusutan peralaatan untuk usahatani ubi kayu di Kecamatan
Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah
pada tiap musim per tahun ........................................................................... 47
18. Perhitungan biaya usahatani ubi kayu .......................................................... 48
19. Perhitungan rata-rata penerimaan,pendapatan dan biaya pokok produksi ubi
kayu per kg .................................................................................................. 49
20. Analisis Usahatani Ubi Kayu Penggunaan Pupuk A (tanpa Kcl) di Kecamatan
Bandar Mataram .......................................................................................... 50
21. Analisis Usahatani Ubi Kayu Penggunaan Pupuk B (tanpa NPK) di
Kecamatan Bandar Mataram ........................................................................ 51
22. Analisis Usahatani Ubi Kayu Penggunaan Pupuk C (lengkap) di Kecamatan
Bandar Mataram .......................................................................................... 52
23. Analisis rata-rata Biaya pokok produksi Ubi Kayu dengan 3 komposisi
penggunaan pupuk di Kecamatan Bandar Mataram .................................... 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kurva Biaya Total ........................................................................................ 18
2. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 24
3. Pola tanam ubi kayu di Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung
Tengah .......................................................................................................... 41
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang ingin memajukan
pembangunan industri sebagai salah satu usaha untuk memajukan
pembangunan ekonomi yang diharapkan dapat membantu terciptanya struktur
ekonomi yang kokoh serta seimbang sehingga terciptanya industri maju yang
didukung dengan pertanian yang maju, tangguh, dan efisien. Untuk
meningkatkan pertanian sehingga maju, tangguh, serta efisien diperlukannya
pembangunan yang berorientasi pada agribisnis dan agroindustri.
Agroindustri merupakan industri berbasis sumber daya, agroindustri
berpotensi dapat meningkatkan cadangan devisa serta penyediaan lapangan
kerja. Hal ini dinilai strategis mengingat Indonesia merupakan satu dari
sedikit negara di daerah tropis yang memiliki keragaman hayati cukup besar.
Pembangunan pertanian di Indonesia di arahkan ke struktur produksi
komoditas yang lebih beragam lewat program diversifikasi pangan, setelah
berhasil dalam berswasembada beras dan mempertahankannya. Program
diversifikasi ini dimaksudkan pula untuk meningkatkan pendapatan petani
dan menambah kesempatan kerja di pedesaan (Sastraatmadja, 2005). Salah
2
satu komoditas yang sangat penting dan sejalan dengan kerangka
diversifikasi di atas adalah palawija.
Palawija merupakan tanaman yang mempunyai banyak kegunaan, yaitu
sebagai sumber makanan pokok bagi manusia dan ternak, sebagai bahan baku
industri, dan sisa hijau daunnya dapat digunakan untuk menyuburkan tanah
(Najiyati, 2000). Salah satu tanaman palawija yang banyak diusahakan
adalah ubi kayu (Manihot esculenta). Hal ini disebabkan oleh jenis tanah di
Indonesia adalah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol yang sangat cocok untuk
ditanami ubi kayu. Selain itu ubi kayu mudah untuk dibudidayakan dan juga
dapat diolah menjadi bahan yang tahan disimpan lama.
Ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan bahan pangan potensial masa
depan dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri. Ubi kayu berperan
cukup besar dalam mencukupi bahan pangan nasional dan digunakan sebagai
bahan baku industri tepung tapioka, pakan ternak, tekstil, farmasi, dan
sebagainya. Produk utama singkong yaitu berupa tepung tapioka, tepung
gaplek, dan ampas tapioka yang digunakan dalam industri roti, kue, dan
kerupuk. Ubi kayu juga dapat berperan sebagai pengganti beras guna
keperluan konsumsi masyarakat karena ubi kayu mengandung karbohidrat
dan kalori yang hampir sama dengan beras.
Ubi kayu (Manihot esculenta) cukup potensial untuk dikembangkan karena
ubi kayu merupakan tanaman yang sudah sangat dikenal oleh petani dan
dapat ditanam dengan mudah. Ubi kayu juga merupakan tanaman yang
sangat fleksibel dalam usaha tani dan umur panen. Lahan untuk tanaman ubi
3
kayu tidak harus khusus, dan tidak memerlukan penggarapan intensif.
Produksi ubi kayu di Indonesia sebagian besar di hasilkan oleh Provinsi
Lampung yaitu sebesar 7.387.084 ton dan urutan kedua yaitu Provinsi Jawa
Tengah sebesar 3.571.594 ton dari total keseluruhan ubi kayu yang dihasilkan
di Indonesia sebesar 21.801.415 ton (Badan Pusat Statistik Provinsi
Lampung, 2015).
Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu di
Indonesia yang menempati urutan pertama. Hal ini didukung oleh kondisi
iklim dan lahan yang cukup strategis dan memiliki potensi besar untuk
penanaman ubi kayu. Pemerintah Provinsi Lampung menjadikan ubi kayu
sebagai salah satu komoditas pangan penting dalam upaya pencapaian
swasembada dan diversifikasi pangan. Perkembangan luas panen, produksi,
dan produktivitas ubi kayu di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktivitas komoditas ubi kayu
menurut kabupaten di Provinsi Lampung Tahun 2015
Kabupaten/Kota Luas Panen Produksi Produktivitas
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
Lampung Barat 246 5.529 22,47
Tanggamus 439 10.311 23,48
Lampung Selatan 10.398 248.978 23,94
Lampung Timur 48.092 1.224.711 25,46
Lampung Tengah 97.346 2.523.230 25,92
Lampung Utara 54.170 1.526.969 18,18
Way Kanan 14.488 399.810 27,59
Tulang Bawang 17.915 472.577 26,37
Pesawaran 4.431 107.636 24,29
Pringsewu 836 19.823 23,71
Mesuji
3.351 97.682 29,15
Tuba Barat 27.293 741.497 27,16
Bandar Lampung 104 2.937 25,35
Metro
105 2.958 28,16
Pesisir Barat 123 2.755 22,40
Jumlah 279.337 7.387.084 26,44
Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Lampung, 2016
4
Tabel 1 menunjukkan bahwa luas panen, produksi dan produktivitas dari ubi
kayu di Provinsi Lampung yaitu 279.337 ha dengan total produksi 7.387.084
ton dan produktivitas 26,44 ton/ha. Kabupaten Lampung Tengah memiliki
luas panen dan produksi terbesar dibandingkan dengan kabupaten lainnya
dengan produktivitas sebesar 25,92 ton/ha.
Kabupaten Lampung Tengah merupakan daerah produksi ubi kayu terbesar
di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah memiliki lahan yang
cocok dan sangat potensial untuk ditanami ubi kayu, selain itu didukung
juga dengan adanya permintaan pabrik tepung tapioka sebanyak 30 pabrik di
kabupaten tersebut, sehingga mendorong pemerintah daerah untuk membuat
program pertanian dengan pola agribisnis dengan tujuan meningkatkan
produksi ubi kayu, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan
petani ubi kayu.
Pada tahun 2016 harga ubi kayu di Lampung memburuk yaitu mencapai Rp
518/kg di tingkat petani pada bulan Oktober lalu. Namun harga ubi kayu
berangsur membaik pada bulan selanjutnya yaitu pada bulan November
sebesar Rp 600/kg di tingkat petani. Perkembangan harga ubi kayu pada
tahun 2016 di tingkat petani dan pabrik di Kabupaten Lampung Tengah dapat
dilihat pada Tabel 2.
5
Tabel 2. Perkembangan harga ubi kayu di tingkat petani pada tahun 2015 dan
2016 di Kabupaten Lampung Tengah
Bulan Harga (Rp/Kg)
Tahun 2015 Tahun 2016
Januari 1.075 952
Februari 1.076 1.100
Maret 1.075 1.080
April 1.095 1.160
Mei 1.100 1.160
Juni 1.100 1.096
Juli 1.100 944
Agustus 1.300 862
September 1.300 650
Oktober 790 518
November
Desember 790
890
600
614
Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Lampung
Tengah, 2016
Kecamatan Bandar Mataram merupakan salah satu kawasan usahatani ubi
kayu di Kabupaten Lampung Tengah, hal ini dapat terlihat pada Tabel 3
yang menunjukkan bahwa pada luas panen ubi kayu seluas 12.502 ha,
dengan produksi yang dihasilkan sebesar 300.588 ton, dan produktivitasnya
sebesar 24.04 ton/ha. Luas panen, produksi dan produktivitas ubi kayu per
kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2015 dapat dilihat pada
Tabel 3.
6
Tabel 3. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu per kecamatan di
Kabupaten Lampung Tengah tahun 2015
Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
Padang Ratu 4.492 75.171 16.73 Selagai Lingga 557 10.196 18.31 Pubian 511 8.615 16.86 Anak Tuha 3.154 59.459 18.85 Anak Ratu Aji 2.345 46.289 19.74 Kalirejo 255 4.688 18.42 Sendang Agung 145 3.375 23.31 Bangun Rejo 1.146 21.593 18.84 Gunung Sugih 1.779 35.829 20.14 Bekri 1.853 43.238 23.34 Bumi Ratu Nuban 704 15.368 21.84 Trimurjo 54 1.271 23.58 Punggur 235 4.138 17.64 Kota Gajah - - -
Seputih Raman 935 22.081 23.61 Terbanggi Besar 5.556 130.097 23.42
Seputih Agung 4.914 107.897 21.96 Way Pengubuan 5.665 140.269 24.76
Terusan Nunyai 11.693 268.822 22.99 Seputih Mataram 4.903 113.953 23.24
Bandar Mataram 12.502 300.588 24.04 Seputih Banyak 3.439 86.823 25.25
Way Seputih 3.075 82.517 26.83 Rumbia 7.686 194.904 25.36
Bumi Nabung 3.199 87.098 27.22 Putra Rumbia 6.069 164.401 27.09
Seputih Surabaya 4.675 117.563 25.15
Bandar Surabaya 3.751 97.589 26.01
Jumlah 97.346 2.523.230 604.53
Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Lampung Tengah, 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Bandar Mataram
merupakan kecamatan yang memiliki luas lahan dan produksi yang tertinggi
yaitu sebesar 12.502 ha dan 300.588 ton. Namun produktivitasnya belum
cukup efisien dibandingkan dengan kecamatan lainnya dikarenakan
perbedaan luas lahan dan produksi ubi kayu.
7
B. Rumusan Masalah
Produktivitas yang rendah merupakan indikator usahatani ubi kayu di
Kecamatan Bandar Mataram tidak efisien, meskipun produktivitas ubi kayu
di Lampung Tengah merupakan yang tertinggi dari total produktivitas ubi
kayu secara keseluruhan di Indonesia. Hal ini terjadi karena belum
efisiennya pengalokasian faktor-faktor produksi. Faktor lain yang
berpengaruh pula yaitu rendahnya modal yang dimiliki petani, harga input
yang tinggi, harga output yang relatif rendah, dan sebagian besar petani
mempunyai lahan yang relatif sempit.
Harga ubi kayu menurun secara drastis ketika panen raya terjadi, hal ini sangat
merugikan petani ubi kayu. Harga input yang tinggi dengan harga output yang
relatif rendah menjadi permasalahan untuk petani ubi kayu, hal ini membuat
petani harus menghitung ulang biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi ubi
kayu setiap kilogram yang dihasilkan. Biaya pokok produksi merupakan
aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi
(Supriyono, 2002). Penetapan biaya pokok produksi dilakukan dengan cara
menekan biaya produksi serendah mungkin dan tetap menjaga kualitas
produk yang dihasilkan, sehingga biaya pokok produk satuan yang
dihasilkan lebih rendah dari sebelumnya.
Menurut Mulyadi (1991), di dalam akuntansi biaya konvensional komponen
– komponen harga pokok produk terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun
variabel. Biaya pokok produksi sangat berpengaruh dalam perhitungan laba
8
rugi perusahaan. Apabila perusahaan kurang teliti atau salah dalam
penentuan biaya pokok produksi, maka akan mengakibatkan kesalahan
dalam penentuan laba rugi yang diperoleh perusahaan. Kemudian dijelaskan
juga bahwa dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam biaya
pokok produksi, terdapat dua pendekatan, yaitu full costing dan variable
costing. Sebagian besar petani ubi kayu di Lampung Tengah belum
melakukan perhitungan atas biaya produksi dalam membuat laporan biaya
pokok produksinya sehingga belum dapat menentukan biaya pokok produksi
yang tepat dan benar sesuai dengan pengumpulan biaya produksinya.
Kebijakan pemerintah dalam pengembangan komoditas ubi kayu juga
dilakukan agar terjadi peningkatan pendapatan terhadap petani ubi kayu.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian dirumuskan
sebagai berikut :
1. Berapakah pendapatan usahatani ubi kayu di Kecamatan Bandar
Mataram Kabupaten Lampung Tengah?
2. Berapakah biaya pokok dan selang kepercayaan usahatani ubi kayu
di Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pendapatan usahatani ubi kayu di Kecamatan Bandar
Mataram Kabupaten Lampung Tengah.
2. Mengetahui biaya pokok dan selang kepercayaan usahatani ubi
kayu di Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah.
9
D. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Petani ubi kayu, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
pengelolaan produksi ubi kayu.
2. Informasi kepada dinas atau instansi terkait dalam pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan pengembangan usahatani ubi kayu.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Ubi Kayu
Ubi kayu (Manihot esculenta) atau Cassava sudah lama dikenal dan
ditanam oleh penduduk dunia. Ubi kayu termasuk dalam famili
Euphorbiaceae. Selain sebagai bahan makanan manusia, ubi kayu juga
digunakan untuk bahan pakan ternak dan bahan industri yang dapat
menghasilkan tepung tapioka, pembuat alkohol, etanol, gasohol, dan juga
tepung gaplek. Ubi kayu memiliki bentuk struktur batang berkayu,
beruas-ruas dan panjang, yang ketinggiannya dapat mencapai tiga meter
lebih. Daun ubi kayu mempunyai susunan berurat menjari dengan
canggap 5-9 helai. Daun ubi kayu biasanya mengandung racun asam
sianida atau asam biru, terutama pada daun yang masih muda (Rukmana
,1997).
Selanjutnya Rukmana (1997) menyatakan bahwa tanaman ubi kayu
dapat beradaptasi luas di daerah beriklim panas (tropis). Di Indonesia,
ubi kayu tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai dataran
tinggi, yakni antara 10 m - 1500 m dpl. Daerah yang paling ideal untuk
mendapatkan produksi yang optimal adalah daerah dataran rendah yang
11
berketinggian antara 10 m - 700 m dpl. Kondisi iklim yang ideal adalah
daerah yang bersuhu minimum 10oC, kelembaban udara (rH) 60% - 65%
dengan curah hujan 700 mm - 1500mm/tahun, tempatnya terbuka dan
mendapat penyinaran matahari 10jam/hari. Daerah yang beriklim kering
atau bercurah hujan rendah berpengaruh kurang baik terhadap produksi
ubi kayu. Di samping itu, tanaman ubi kayu di daerah beriklim kering
mudah diserang hama tungau merah.
Waktu panen ubi kayu yang paling tepat adalah saat karbohidrat per
satuan luas tanah (hektar) mencapai kadar maksimal. Ciri-ciri ubi
kayu yang siap panen dan kadar karbohidrat (pati) maksimal adalah :
a) Pertumbuhan daun berkurang.
b) Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok.
c) Umur tanaman telah mencapai 6-8 bulan (varietas genjah) atau 9-
12 bulan (varietas dalam).
Menurut Danarti dan Najiyati (1999) Tanaman ubi kayu mengandung
racun biru (HCN) namun bagian dan varietas yang berbeda mempunyai
kadar HCN yang berbeda. Dari kandungan racun pada umbinya, ubi kayu
dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Ubi kayu dengan kadar racun rendah, dicirikan oleh kandungan racun
kurang dari 50 mg/kg umbi, aman untuk di konsumsi, dan rasa ubi
kayu manis.
12
2. Ubi kayu dengan kadar racun sedang, dicirikan oleh kandungan racun
50 – 100 mg/kg umbi, aman untuk di konsumsi bila di beri perlakuan
khusus, dan rasa ubi kayu agak pahit.
3. Ubi kayu dengan kadar racun tinggi dicirikan oleh kandungan racun
lebih dari 100 mg per kg umbi, tidak aman untuk di konsumsi, harus
dibuat gaplek atau tepung dahulu, dan rasa ubi kayu sangat pahit.
Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam penanaman ubi kayu
(Rukmana, 1997), yaitu:
a) Penyiapan bibit
Bibit tanaman berupa stek batang berukuran 20—25 cm. Stek yang
terbaik berasal dari pangkal batang dan bagian tengah batang tanaman
yang telah berumur lebih dari 8 bulan. Ujung stek bagian bawah
dipotong miring 450. Pemotongan ini dimaksudkan untuk
memperluas daerah perakaran dan sebagai tanda bagian yang ditanam.
Jika batang ditanam terbalik, hasil umbi akan sangat rendah.
Kebutuhan bibit per ha sekitar 8.333-40.000 stek.
b) Pengolahan tanah
Pengolahan tanah sangat penting dilakukan karena tanaman ubi
kayu membutuhkan struktur tanah yang remah, gembur, banyak
mengandung bahan organik, aerasi dan drainase baik. Selain itu
pengolahan tanah juga dapat menekan pertumbuhan gulma, agar ubi
kayu tidak bersaing dengan berbagai gulma dalam mengambil hara
tanah, pupuk dan air. Hal ini penting dilakukan agar kesuburan
tanah tetap terjaga.
13
c) Penanaman
Waktu yang tepat dalam penanaman ubi kayu dilakukan pada awal
musim hujan. Penanaman stek ubi kayu dilakukan secara tegak
lurus (vertical), ditanam sedalam 5-10 cm. Penanaman secara tegak
lurus dapat memberikan keseragaman perakaran yang baik dan
merata, sehingga dapat menghasilkan produksi yang optimal.
d) Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman ubi kayu terdiri dari penyulaman, pengairan,
penyiangan dan pemupukan. Penyulaman dilakukan pada bibit
yang mati atau abnormal saat tanaman berumur 1-4 minggu setelah
tanam. Pengairan dilakukan karena tanaman ubi kayu membutuhkan
kelembaban agar pertumbuhan dan produksi dapat optimal.
Penyiangan sangat penting dilakukan agar pertumbuhan ubi kayu dapat
berjalan dengan baik karena tanaman tidak berkompetisi dengan gulma
untuk menyerap unsur hara yang ada pada tanah. Pemupukan juga
penting dilakukan untuk menjaga ketersediaan unsur hara pada tanah.
Pupuk yang biasanya dipakai untuk pemupukan yaitu jenis urea, TSP
dan KCl.
e) Pemanenan
Kriteria utama umur panen ubi kayu adalah pada saat tanaman
berumur 7-9 bulan. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan daun mulai
berkurang, warna daun mulai agak menguning, dan banyak daun
yang rontok. Sifat khusus ubi kayu ialah bobot ubi kayu meningkat
dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan kadar pati
14
cenderung stabil pada umur 7-9 bulan. Hal ini menujukkan bahwa
umur panen ubi kayu fleksibel. Tanaman dapat dipanen pada umur 7
bulan atau ditunda hingga 12 bulan. Namun penundaan umur panen
hanya dapat dilakukan di daerah beriklim basah dan tidak sesuai di
daerah beriklim kering. Berikut adalah teknik panen yang benar :
a) Buanglah batang-batang ubi kayu terlebih dahulu
b) Tinggalkan pangkal batang ± 10 cm untuk memudahkan
pencabutan
c) Cabutlah tanaman dengan tangan menggunakan tenaga dari
seluruh tubuh, sehingga umbinya dapat diangkat keluar dari
tanah
d) Pada tanah berat, pakailah alat pengungkit berupa sepotong
bambu atau kayu dengan ujung pengungkit yang diletakkan
diatas bahu.
Menurut Prihandana dkk (2008), penyebab rendahnya produktivitas ubi
kayu adalah sebagai berikut:
1. Para petani belum menggunakan varietas unggul baru.
2. Kualitas bibit tidak optimal karena disimpan selama 2-3 bulan.
3. Dosis rekomendasi pupuk belum diterapkan.
4. Panen tidak tepat waktu karena petani menanam serempak pada awal
musim hujan.
5. Promosi dan diseminasi yang kurang optimal.
6. Minat petani yang rendah karena fluktuasi harga
15
2. Teori Usahatani
Usahatani merupakan usaha di bidang tanaman, walaupun usahanya kecil dan
apapun bentuknya usahatani tetap mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya, karena itu teori dan konsep-konsep ekonomi diterapkan pada
usahatani. Ilmu ekonomi digunakan untuk mempelajari bagaimana
mengelola faktor-faktor produksi (lahan, tenaga kerja dan modal) yang
ketersediaannya terbatas agar dapat memberikan keuntungan yang sebesar-
besarnya. Usahatani yang memberikan keuntungan atau pendapatan yang
tinggi adalah usahatani yang produktif (efisien) dan usahatani dikatakan
efisien apabila produktivitasnya tinggi. Soekartawi (1995) menyatakan
bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif
bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-
baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut
menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).
Selanjutnya Soekartawi (1995) menyatakan bahwa pendapatan atau
keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi.
Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dengan
harganya (harga produk tersebut), sedangkan biaya produksi merupakan hasil
perkalian antara jumlah faktor produksi dengan harganya (harga faktor
produksi tersebut).
16
Usahatani dapat diketahui menguntungkan atau tidak secara ekonomi melalui
analisis Return Cost Ratio (R/C rasio). R/C merupakan perbandingan
(nisbah) antara penerimaan dan biaya. Kriteria dari R/C rasio adalah sebagai
berikut:
1) Apabila R/C ratio > 1, maka usahatani layak dikembangkan.
2) Apabila R/C ratio < 1, maka usahatani tidak layak dikembangkan.
3) Apabila R/C ratio = 1, maka usahatani impas.
Usahatani dikatakan menguntungkan jika penerimaan yang diperoleh lebih
besar dibandingkan dengan biaya produksi, dimana perbandingan antara
penerimaan dan biaya produksi selalu lebih besar dari satu (Mubyarto, 1989).
3. Biaya pokok produksi
Biaya pokok produksi merupakan total biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi atau menghasilkan suatu produk dalam satu periode.
Komponen biaya produksi karet meliputi biaya tenaga kerja, peralatan serta
sarana dan prasarana produksi seperti bibit, pupuk, herbisida, alat sadap
karet dan lain-lain. Biaya overhead meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh petani dalam proses produksi dalam satu periode tertentu meliputi
biaya listrik, telepon, pajak lahan pertanian. Metode penentuan biaya
pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam
biaya pokok produksi, dengan dua pendekatan, yaitu secara full costing
dan variable costing (Mulyadi, 1991).
17
a. Variable Costing
Variable costing adalah metode penentuan biaya pokok produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variable ke
dalam biaya pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik variable. Dalam metode
variable costing, biaya overhead pabrik tetap diberlakukan sebagai
period cost dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, karena biaya
overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode
terjadinya. Dengan demikian, biaya overhead tetap di dalam metode
variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku
dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya
(Mulyadi, 1991).
b. Full Costing
Full costing adalah metode penentuan biaya pokok produksi yang
memperhitungkan seluruh unsur biaya pokok produksi, yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik tetap maupun variable. Pada metode full costing seluruh
biaya tersebut dibebankan kepada produk yang diproduksi atas
dasar yang sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik
tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam
proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru
dianggap sebagai biaya apabila produk jadi tersebut sudah dijual
(Mulyadi, 1991).
18
4. Teori Biaya
Dalam suatu anggaran kegiatan usahatani unsur biaya adalah komponen
yang termasuk didalamnya. Biaya-biaya dalam proyek pertanian adalah
barang- barang fisik, tenaga kerja, cadangan tidak terduga, pajak, jasa
pinjaman dan biaya-biaya tidak diperhitungkan. Soekartawi (1994)
membagi biaya usahatani berdasarkan sifatnya menjadi 2, yaitu:
a) Biaya tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tidak bergantung pada
besar kecilnya produksi dan dapat digunakan lebih dari satu kali
proses produksi. Sewa atau bunga tanah berupa uang adalah contoh
dari biaya tetap.
b) Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya berhubungan dengan
besar kecilnya produksi dan habis dalam satu kali proses produksi,
yang termasuk dalam biaya variabel misalnya pengeluaran membeli
bibit, obat- obatan, biaya persiapan dan biaya pembuatan kandang.
Kurva biaya total dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kurva Biaya Total
19
Keterangan:
TC : Total Cost (Total Biaya)
TVC : Total Variabel Cost (Biaya Variabel Total)
TFC : Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total)
Gambar 1 menunjukkan sumbu x adalah output dan sumbu y adalah biaya
total. TFC adalah biaya tetap total merupakan keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk pengadaan faktor produksi yang tidak dapat diubah
jumlahnya. TVC atau biaya variabel total merupakan keseluruhan biaya
yang dikeluarkan untuk pengadaan faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya. TC atau biaya total merupakan keseluruhan jumlah biaya
produksi yang dikeluarkan.
Biaya total variabel dan biaya total kesemuanya (TC = TVC + TFC)
akan meningkat dengan meningkatnya output. Biaya total merupakan
biaya keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Biaya ini
didapat dari penjumlahan biaya tetap total (TFC) dan biaya variabel
total (TVC), rumusnya menjadi
TC = TVC + TFC
5. Penelitian Terdahulu
Menurut Laisa (2013) dalam penelitiannya tentang analisis biaya pokok
produksi dan strategi pengembangan industri pengolahan ikan teri nasi
kering di Pulau Pasaran Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar
Lampung, Biaya pokok produksi (HPP) yang diperoleh pada industri
pengolahan ikan teri nasi berdasarkan analisis metode variabel costing
20
pada musim angin barat adalah Rp43.330,15 pada musim angin normal
adalah Rp34.269,58 dan biaya pokok produksi pada musim angin Timur
adalah Rp31.180,36.
Penelitian Tiasari (2010) tentang analisis nilai tambah, pendapatan dan
biaya pokok produksi pada klaster agroindustri berbasis kedelai (tahu dan
tempe) di kecamatan Metro Barat, hasil penelitian menunjukkan bahwa :
(1) Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan per kilogram kedelai
menjadi tempe adalah Rp 3.976,34 atau sebesar 35,41 persen dari nilai
produk dan Rp 35,46 per kilogram kedelai menjadi tahu atau sebesar 35,46
persen dari nilai produk. (2) Pendapatan yang diterima oleh agroindustri
tempe perbulan adalah sebesar Rp 1.807.478,44 dan Rp 3.774.558,46
untuk agroindustri tahu per bulan. Nilai rasio imbangan penerimaan dan
biaya (R/C) pada agroindustri tempe adalah sebesar 1,24 dan nilai rasio
imbangan penerimaan dan biaya pada agroindustri tahu adalah sebesar 1,22.
(3) Biaya pokok produksi tempe yang dihasilkan oleh agroindustri ini
adalah Rp 4.502,83 dan Rp 8.039,63 untuk biaya pokok produksi tahu.
Penelitian Defri (2011) analisis pendapatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi usahatani ubi jalar yaitu hasil penelitian
menjelaskan berdasarkan komponen biaya, pengeluaran biaya terbesar
petani responden yaitu Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) dan
Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK). Biaya TKLK yang
dikeluarkan petani yaitu sebesar Rp 4.546.750,00 atau sekitar 54,65
persen dari biaya total produksi. Penerimaan tunai petani responden
21
sebesar Rp 10.198.907,60. Pendapatan usahatani atas biaya tunai dan
biaya total untuk satu musim panen masing-masing sebesar Rp
4.787.537,60 dan Rp 1.894.078,60. Hasil R/C terhadap biaya tunai
maupun biaya total yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa
usahatani ubi jalar ini masih menguntungkan untuk diusahakan.
Penelitian Budiman (2011) tentang analisis efisiensi pemasaran dan biaya
pokok produksi jagung pada berbagai jenis kadar air di kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan, hasil penelitian menunjukkan bahwa
(1) Pemasaran jagung di daerah penelitian berlangsung secara tidak efisien.
Ratio Profit Margin (RPM) tidak merata, dan nilai elastisitas transmisi harga
kurang dari satu, yaitu sebesar 0,684 dan 0,819 yang menunjukkan bahwa
pasar yang terjadi adalah pasar tidak bersaing sempurna, (2) Terdapat
perbedaan pendapatan antara petani yang menjual jagung berkadar air 15-
27% dan 28-40%, (3) Terdapat selisih biaya pokok produksi (HPP) yang
tidak besar yaitu Rp 24,66/Kg antara petani yang menjual jagung berkadar
air 15-27% dan 28-40%.
Penelitian Luqman (2014) analisis pendapatan dan efisiensi teknis
usahatani ubi kayu Desa Galuga Kecamatan Cibungbulang Kabupaten
Bogor yaitu hasil penelitian menjelaskan berdasarkan analisis keragaan
usahatani dalam hal budidayanya masih perlu dibenahi pada tahap
persiapan lahan, penanaman, dan pemupukan. Pendapatan petani atas
biaya tunai dan total bernilai positif. Rasio R/C atas biaya tunai
sebesar 12.35 dan atas biaya total 1.67. Sehingga dapat dikatakan
22
usahatani ubi kayu di Desa Galuga menguntungkan. Kemudian rata-
rata efisiensi teknis petani sebesar 65.5 persen. Oleh karena itu,
usahatani ubi kayu di Desa Galuga dapat dikatakan masih kurang
efisien.
Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan referensi dan
penuntun dalam penentuan metode dalam menganalisis data penelitian.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu metode
yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis pendapatan
usahatani. Kemudian penulis pula menggunakan selang kepercayaan
untuk melihat batas atas dan bawah dari harga yang ditentukan, dengan
harapan agar dapat membantu pemerintah dalam menentukan
kebijakan harga ubi kayu untuk petani sehingga pendapatan usaha tani
ubi kayu ditingkat petani dapat meningkat dan petani ubi kayu menjadi
sejahtera.
6. Kerangka Pemikiran
Produksi ubi kayu untuk Provinsi Lampung setiap tahunnya mengalami
peningkatan seiring dengan banyaknya permintaan terhadap ubi kayu. Ubi
kayu yang telah diolah pula diperdagangkan di pasar dunia seperti tepung
tapioka dan bioetanol. Dengan adanya ekspor maka ubi kayu dapat
dikatakan berdaya saing dan menguntungkan untuk diusahakan. Ketersedian
produksi ubi kayu ini didukung oleh pengunaan faktor-faktor produksi
seperti luas lahan, tenaga kerja, pupuk, bibit, dan obat-obatan. Petani dalam
23
mengelola usahataninya menggunakan berbagai faktor produksi yaitu bibit,
lahan, pupuk dan obat- obatan. Salah satu usaha pemerintah dalam menjaga
ketersediaan ubi kayu adalah dengan menetapkan harga pembelian.
Penetapan harga pembelian pemerintah merupakan kebijakan harga yang
diharapkan mampu menguntungkan dan mensejahterakan petani.
Suatu proses produksi membutuhkan pengorbanan yang biasa disebut
sebagai biaya. Komponen biaya akan mempengaruhi pembentukan
biaya pokok produksi. Biaya pokok produksi pada hakikatnya adalah
biaya yang melekat pada suatu benda yang belum dikonsumsikan atau
digunakan dalam merealisasikan pendapatan dalam satu periode. Biaya
pokok produksi digunakan sebagai penentu harga jual. Hal ini dapat
dilihat pada kerangka pemikiran pada gambar 2 berikut:
24
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Estimasi Biaya Pokok Produksi
Usahatani Ubi Kayu di Kecamatan Bandar Mataram
Kabupaten Lampung Tengah
Input:
1. Lahan
2. Bibit
3. Pupuk
4. Herbisida
5. Tenaga Kerja
Proses
Output:
Ubi Kayu
Biaya Produksi
Biaya pokok
produksi
Penerimaan
25
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang
digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis yang
berhubungan dengan tujuan penelitian.
Usahatani ubi kayu adalah suatu bentuk organisasi produksi yang dilakukan
di daerah lahan kering dengan komoditi ubi kayu.
Petani ubi kayu adalah setiap orang yang melakukan usahatani ubi kayu
dilahan kering dan memperoleh pendapatan dari usahatani ubi kayu
yang dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Penerimaan usahatani ubi kayu adalah jumlah penerimaan yang diperoleh
dari penjualan produk selama satu tahun dikalikan dengan harga diukur
dalam satuan rupiah (Rp).
Keuntungan usahatani ubi kayu adalah penerimaan usahatani ubi kayu
dikurangi dengan biaya produksi total dalam satu musim tanam diukur dalam
satuan rupiah (Rp).
26
Luas lahan adalah luas lahan yang dimiliki petani untuk melakukan
usahatani, diukur dalam satuan hektar (Ha).
Jumlah stek adalah banyaknya stek yang digunakan petani pada
proses produksi dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan
batang.
Jumlah pupuk adalah banyaknya pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl,
pupuk NPK-Phoska dan pupuk kandang, yang digunakan oleh petani pada
proses produksi dalam satu kali musim tanam. Jumlah pupuk diukur dalam
satuan kilogram (kg).
Jumlah pestisida adalah banyaknya pestisida (herbisida) yang digunakan
oleh petani pada proses produksi dalam satu kali musim tanam. Jumlah
pestisida diukur dalam satuan gram bahan aktif.
Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang tercurah dalam satu
kali produksi, terdiri dari tenaga kerja pria, wanita, hewan, dan mesin diukur
dalam satuan hari kerja pria (HOK).
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam berusahatani
untuk menghasilkan produk, baik secara tunai atau diperhitungkan,
diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya sarana produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
usahatani pada satu kali musim tanam yang meliputi biaya pupuk, pestisida,
peralatan dan stek yang diukur dalam satuan rupiah (Rp) per musim tanam.
27
Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada volume
produksi. Petani harus membayar berapapun jumlah produksi yang
dihasilkan meliputi, penyusutan alat, nilai sewa lahan, bunga modal atas
pinjaman dan pajak lahan usaha yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada volume
produksi, yang dalam penelitian ini adalah stek, pupuk, pestisida, dan
tenaga kerja yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani secara tunai untuk
membeli faktor produksi usahatani ubi kayu, dihitung dalam satuan
rupiah (Rp).
Biaya total adalah total dari biaya tetap dan biaya variabel diukur dalam
satuan rupiah (Rp).
Harga ubi kayu adalah nilai tukar dari komoditas yang dihasilkan,
dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).
Harga faktor produksi yang digunakan pada proses produksi dalam satu
musim tanam adalah harga faktor produksi ditingkat petani. Harga
faktor produksi untuk stek diukur dalam satuan rupiah per batang
(Rp/batang).
Harga faktor produksi untuk pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, pupuk
NPK-Phoska dan pupuk kandang, diukur dalam satuan rupiah per kilogram
(Rp/kg).
28
Harga faktor produksi untuk pestisida (herbisida) diukur dalam satuan liter
per bahan aktif.
Harga faktor produksi tenaga kerja diukur dalam satuan Rp/HOK.
Biaya pokok produksi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi
suatu barang jadi yang siap untuk dijual (Rp).
B. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Lampung Tengah. Pemilihan lokasi
dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten
Lampung Tengah merupakan sentra produksi ubi kayu terbesar di Provinsi
Lampung tetapi memiliki tingkat produktivitas yang masih rendah. Kemudian
dipilih satu kecamatan yang mempunyai areal panen ubi kayu terluas dan
produksi tertinggi yaitu Kecamatan Bandar Mataram dengan luas panen dan
produksi sebesar 12.502 Ha dan 300.588 Ha. Desa Mataram Udik dan desa
Mataram Jaya merupakan sentra produksi ubi kayu di kecamatan Bandar
Mataram. Selain itu, pemilihan ke dua desa tersebut sebagai daerah penelitian
pula didasarkan atas pertimbangan bahwa ubi kayu merupakan komoditas
unggulan yang banyak diusahakan serta merupakan daerah yang strategis
untuk pengembangan ubi kayu karena terletak dekat dengan industri
pengolahan ubi kayu (Dinas Pertanian dan Ketahan Pangan Kabupaten
Lampung Tengah, 2016).
29
Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2017.
Populasi petani ubi kayu di Desa Mataram Udik dan Desa Mataram Jaya
masing-masing yaitu 783 petani dan 244 petani, sehingga jumlah populasi
petani ubi kayu di ke dua desa tersebut adalah 1.027 petani. Dari jumlah
populasi ubi kayu di ke dua desa tersebut ditentukan jumlah sampel menurut
Roscoe dalam Sugiyono (2011) menjelaskan bahwa ukuran sampel yang
layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500, sehingga
ditentukan sampel dalam penelitian ini yaitu sebesar 40 responden.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana, yaitu
pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan
elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih
sebagai sampel.
Perhitungan pengambilan sampel untuk setiap desa pada penelitian ini
yakni menggunakan rumus berikut (Saryono, 2010):
Keterangan:
na = Jumlah petani yang diambil sari masing-masing desa
n = jumlah sampel petani (keseluruhan)
Na = Jumlah populasi petani di masing-masing desa
N = Jumlah populasi petani keseluruhan (di 2 desa)
Secara rinci perhitungan sampel untuk masing- masing desa yakni sebagai
berikut:
30
C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui metode survei, yaitu dengan
mewawancarai secara langsung petani ubi kayu dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang telah disediakan sebagai alat bantu pengumpulan
data. Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan instansi terkait dalam
penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Pendapatan Usahatani
Untuk menjawab tujuan penelitian pertama dan kedua, metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Pendapatan Usahatani ubi
kayu. Tujuan akhir suatu usaha adalah mendapatkan laba (sisa usaha).
Pendapatan dalam usahatani ubi kayu diperoleh dari hasil penjualan ubi
kayu. Pendapatan diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan
yang diterima dari hasil usaha dengan biaya produksi yang dikeluarkan
dalam satu musim. Penerimaan merupakan jumlah uang yang diterima dari
hasil penjualan produk yang dihasilkan. Biaya merupakan jumlah uang yang
dikeluarkan selama proses usahtani ubi kayu. Secara matematis untuk
menghitung besarnya pendapatan dari usahatani ubi kayu dapat ditulis
sebagai berikut :
I = TR - TC
31
Keterangan:
I : Pendapatan (Rp)
TR : Total Penerimaan (Rp)
TC : Total Biaya (Rp)
Usahatani dikatakan menguntungkan jika penerimaan yang diperoleh lebih
besar dibandingkan dengan biaya produksi, dimana perbandingan antara
penerimaan dan biaya produksi selalu lebih besar dari satu (Mubyarto, 1989).
Biaya pokok produksi merupakan total biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi atau menghasilkan suatu produk dalam satu periode. Perhitungan
biaya pokok produksi ubi kayu adalah dengan membagi total seluruh biaya
produksi dengan jumlah produksi ubi kayu per satu musim tanam. Biaya pokok
produksi dan penjualan per satuan unit pada dasarnya adalah biaya yang
melekat pada suatu aktiva yang belum dikonsumsikan atau digunakan dalam
merealisasikan pendapatan dalam satu periode musim tanam (Mulyadi, 1991).
32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Rata-rata produksi usahatani ubi kayu sebesar 24,94 ton/ha dengan
pendapatan rata-rata usahatani ubi kayu per hektar di atas biaya tunai
sebesar Rp12.854.874 dan di atas biaya total sebesar Rp5.716.769.
2. Biaya pokok produksi usahatani ubi kayu adalah sebesar Rp547/kg
dengan selang kepercayaan 95% antara Rp420/kg dan Rp863/kg.
B. Saran
1. Posisi tawar petani yang lemah saat panen raya membuat harga yang
diterima petani rendah, oleh karena itu perlu adanya kebijakan harga acuan
penjualan ubi kayu. Berdasarkan hasil penelitian harga ubi kayu antara
Rp420/kg dan Rp863/kg dengan selang kepercayaan 95%, maka petani ubi
kayu dapat menggunakan selang tertinggi yaitu Rp863/kg sebagai harga
acuan penjualan ubi kayu.
2. Diperlukan suatu tindakan yang melibatkan produsen, pedagang , industri
secara terintegrasi dan pemerintah selaku pengambil keputusan dalam
penentuan harga ubi kayu, sehingga semua pelaku kemitraan dapat bekerja
secara sinergis dan saling menguntungkan.
58
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. 2015. Lampung Dalam Angka 2015.
Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung.
Daniarti dan Najiati. 1999. Palawija Budidaya dan Analisis Usahatani. PT
Penebar Swadaya. Jakarta.
Defri, Karmizon. 2011. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Produksi Usahatani Ubi Jalar. Skripsi. Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Departemen Pertanian dan Ketahanan Pangan Nasional. 2008. Laporan
Tahunan. Jakarta.
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Propinsi Lampung. 2016. Laporan
Tahunan. Bandar Lampung.
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Lampung Tengah. 2016. Laporan
Tahunan. Lampung Tengah.
Eka, Miftakhul. 2012. Jurnal pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian vol.21, No.2 Desember 2012:95-105. www.unila.ac.id. Diakses
tanggal 20 Maret 2017.
Hendrawanto. 2009. Analisis Keuntungan dan Daya Saing Kompetitif Usahatani
Jagung Hibrida Pioner dan Bersari Beras di Kawasan Usaha Agribisnis
Terpadu (KUAT) Sanggau Ledo Komplek. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Diponegoro.
Luqman, Addinirwan. 2014. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis
Usahatani Ubi Kayu Desa Galuga Kecamatan Cibungbulang Kabupaten
Bogor. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
59
Mulyadi. 1991. Akuntan Biaya Edisi Kelima. STIE YKPN. Yogyakarta.
Prihandana, Rama dan Roy Hendroko. 2008. Energi Hijau. Penebar Swadaya.
Jakarta
Purwono dan Heni Purnamawati. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan
Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
R. A. Supriyono. 2002. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat. Jakarta.
Rukmana, R. 1997. Ubi kayu: Budidaya dan Pascapanen. Kanisius.
Yogyakarta.
Sakti, Putra. 2003. Analisis Keuntungan dan Efisiensi Ekonomi Relatif Pada
Industri Kerajinan Mebel Kursi Rotan di Bengkulu. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Padjajaran.
Saryono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Alfabeta. Bandung.
Sigit, Larsito. 2005. Analisis Keuntungan Usahatani Tembakau Rakyat dan
Efisiensi Ekonomi Relatif Menurut Skala Luas Lahan Garapan. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Universitas Diponegoro.
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Press. Jakarta.
Soekartawi. 1993. Resiko dan Ketidakpastian dalam Agribisnis: Teori dan
Aplikasinya. PT Raja Grafindo. Jakarta.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 2002. Teori Ekonomi Produksi dengan Bahasan Analisis Fungsi
Produksi Cobb-Douglass. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sugiarto, dkk. 2003. Teknik Sampling. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Supranto. 1983. Ekonometrik. Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.
Jakarta.
UPTD Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Bandar Mataram.
2016. Kecamatan Bandar Mataram Dalam Angka 2016. Lampung Tengah.