analisis marketing esia

23
Page | 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Telekomunikasi di Indonesia melalui Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), Pemerintah mengatur dan mengawasi penyelenggaraan jasa dan jaringan telekomunikasi di Indonesia. Depkominfo juga memiliki otoritas untuk mengatur alokasi spektrum frekuensi radio untuk penyelenggaraan jasa telekomunikasi di mana setiap operator pengguna diwajibkan untuk membayar Biaya Hak Penggunaan frekuensi ( BHP ) yang besarnya disesuaikan dengan suatu formula tertentu. Pemerintah juga mewajibkan operator untuk membayar dana kontribusi Universal Service Obligation ( USO ) sebesar 0.75% ( tahun depan 1% ) dari gross revenue operator dipotong beban interkoneksi dan bad debt setiap tahunnya. Dana USO tersebut akan digunakan untuk pengembangan sarana dan penetrasi telekomunikasi di seluruh desa di Indonesia guna menopang target fixed line teledensity rate yang sebesar 8%. Pada dasarnya layanan seluler di Indonesia terbagi menjadi dua jenis layanan, yakni full mobility dan fixed wireless access. Pada layanan full mobility, mobilitas jaringan aksestanpa kabel tidak dibatasi pada suatu area tertentu ( Simpati, As, Halo, Mentari, IM3,Matrix, Xplor, Bebas, Jempol ) sementara layanan fixed wireless access dibatasi pada area operasi tertentu ( Esia, Fleksi, Star One ), sehingga tarif untuk [email protected]

Upload: text

Post on 10-Jun-2015

6.775 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Data diperoleh dari laporan per-periode yang didownload dari my-esia.com

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Marketing ESIA

Page | 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri Telekomunikasi di Indonesia melalui Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo),

Pemerintah mengatur dan mengawasi penyelenggaraan jasa dan jaringan telekomunikasi di Indonesia.

Depkominfo juga memiliki otoritas untuk mengatur alokasi spektrum frekuensi radio untuk

penyelenggaraan jasa telekomunikasi di mana setiap operator pengguna diwajibkan untuk membayar

Biaya Hak Penggunaan frekuensi ( BHP ) yang besarnya disesuaikan dengan suatu formula tertentu.

Pemerintah juga mewajibkan operator untuk membayar dana kontribusi Universal Service Obligation

( USO ) sebesar 0.75% ( tahun depan 1% ) dari gross revenue operator dipotong beban interkoneksi

dan bad debt setiap tahunnya. Dana USO tersebut akan digunakan untuk pengembangan sarana dan

penetrasi telekomunikasi di seluruh desa di Indonesia guna menopang target fixed line teledensity rate

yang sebesar 8%.

Pada dasarnya layanan seluler di Indonesia terbagi menjadi dua jenis layanan, yakni full mobility dan

fixed wireless access. Pada layanan full mobility, mobilitas jaringan aksestanpa kabel tidak dibatasi

pada suatu area tertentu ( Simpati, As, Halo, Mentari, IM3,Matrix, Xplor, Bebas, Jempol ) sementara

layanan fixed wireless access dibatasi pada area operasi tertentu ( Esia, Fleksi, Star One ), sehingga

tarif untuk fixed wireless access adalah sama dengan tarif telepon tetap PSTN. Terdapat 12 operator

telekomunikasi bergerak yang memiliki izin di Indonesia, yang terbagi menjadi operator full mobility dan

operator FWA.

Total pelanggan seluler ( termasuk Flexi ) di Indonesia pada FY05 diestimasikan telahmencapai 51.6

juta pelanggan. Dimana lebih dari 80% pangsa pasar dikuasai oleh Telkom, Indosat dan Excelcomindo.

Teledensity rate untuk seluler sendiri diprediksi akan mencapai 40% di FY10.

Dibandingkan dengan Malaysia, Thailand dan Filipina, Indonesia memiliki teledensity rate seluler

terendah sementara profil GDP per kapita Indonesia relatif sama jika dibandingkan dengan Thailand

dan Filipina. Hal ini mengindikasikan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menyamai

teledensity rate kedua negara tersebut. Pada tahun 2010 pelanggan seluler di Indonesia diprediksi

akan melampaui 90 jutapelanggan, yang merefleksikan teledensity rate 38%. Jika saat ini pelanggan

layanan telekomunikasi bergerak ( termasuk FWA ) di Indonesia mencapai 51.6 juta pelanggan, maka

setidaknya masih ada potensi pertumbuhan 40 juta pelanggan dalam lima tahun ke depan.

[email protected]

Page 2: Analisis Marketing ESIA

Page | 2

Sementara itu, Selama 8 tahun terakhir (tahun 1996 – 2004) industri seluler Indonesia mengalami

pertumbuhan pelanggan. Pertumbuhan yang fenomenal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara

lain:

1. Variasi handset yang makin beragam

2. Diperkenalkannya kartu pra-bayar oleh operator seluler pada tahun 1998

3. Harga handset yang makin murah / terjangkau yang disebabkan oleh:

a) Persaingan antar produsen telepon seluler yang semakin ketat dan juga tingkat produksi

produsen telepon seluler yang telah mencapai skala ekonomis

b) Munculnya pasar handset bekas (second hand) baik handset bekas dari dalam negeri

maupun handset bekas dari luar negeri (refurbishment)

4. Adanya fasilitas pembiayaan konsumen sehingga handset dapat dicicil

5. Daerah jangkauan operator seluler (coverage area) yang semakin luas sampai ke daerah terpencil

seiring dengan ekspansi yang dilakukan oleh para operator seluler

6. Perubahan pola hidup masyarakat (terutama di kota-kota besar) yang semakin membutuhkan

sarana komunikasi yang fleksibel dan mobile (membutuhkan mobilitas tinggi), hal ini dapat dilihat

juga dari pengguna telepon seluler yang tidak terbatas pada kalangan tertentu saja (kaum eksekutif)

namun sekarang pengguna telepon seluler sudah mencakup berbagai lapisan masyarakat dari

segala tingkat ekonomi maupun usia. Selain karena kebutuhan, sekarang ini penggunaan telepon

juga merupakan bagian dari gaya hidup dari masyarakat modern yang telah lebih maju dalam hal

pengetahuan teknologi.

7. Persaingan antar operator seluler yang menguntungkan konsumen seperti: harga kartu perdana

(starter pack) yang semakin murah, tarif pulsa yang semakin kompetitif, bebas roaming antar

daerah, dan produk-produk inovatif lainnya.

Namun dibalik pertumbuhan industri seluler yang tinggi, persaingan antar operator juga semakin ketat

(fierce competition) yang membawa dampak sebagai berikut:

1. Average Revenue Per User (ARPU) yang semakin rendah akibat terjadinya perang tariff antar

operator seluler dan diluncurkannya produk voucher pulsa isi ulang (untuk kartu pra-bayar) yang

sangat murah sebagai upaya menjaring pelanggan yang memiliki daya beli relatif rendah.

[email protected]

Page 3: Analisis Marketing ESIA

Page | 3

2. Tingkat kartu hangus (churn rate) yang tinggi akibat harga jual starter pack yang ditekan sangat

rendah demi menjaring pelanggan sebanyak-banyaknya. Rendahnya harga jual starter pack ini

mengakibatkan banyak pelanggan yang memperlakukan starter pack hanya sebagai calling card yang

akan segera dibuang setelah pulsa habis digunakan. Adapun churn rate pada tahun 2004 adalah 8%

dan kemudian meningkat menjadi 12% pada kuartal I tahun 2005. yang cukup tinggi dengan

pertumbuhan 65% CAGR pertahun dan tingkat penetrasi seluler (teledensitas) yang meningkat secara

signifikan dari hanya 1,7% pada tahun 2000 menjadi 14,4% pada tahun 2004.

Layanan seluler sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Full Mobility: Layanan mobilitas jaringan akses tanpa kabel yang tidak dibatasi pada suatu daerah

operasi tertentu, dengan contoh produk seperti: Fren, Bebas, Xplore, Jempol, Simpati, Kartu AS, Halo,

IM3, Smart, Matrix dan Mentari

2. Limited Mobility / Fixed Wireless Access: Layanan mobilitas jaringan akses tanpa kabel yang

terbatas pada suatu daerah operasi tertentu dengan contoh produk seperti: Esia, Flexi, StarOne,

Saat ini, sebagian besar pelanggan seluler di Indonesia menggunakan layanan Full Mobility, dimana

terdapat 3 operator seluler utama yang menguasai pangsa pasar industri seluler di Indonesia yaitu PT

Telkomsel (±55,15%), PT Indosat Tbk (31,37%) dan PT Excelcomindo Tbk (11,03%). Adapun operator

seluler Indonesia yang saat ini aktif melakukan penetrasi pasar adalah PT Telkom Tbk, PT Telkomsel,

PT Indosat Tbk, PT Exelcomindo Tbk, PT Mobile-8 Telecom, PT Bakrie Telecom Tbk, PT Mandara

Seluler Indonesia (d/h Mobisel)

Code Division Multiple Access (CDMA)

Secara umum teknologi seluler dikembangkan oleh dua pengembang teknologi seluler utama dunia

yaitu dari Amerika Serikat dan benua Eropa. Pada awalnya Amerika Serikat mengembangkan teknologi

yang diberi nama Advance Mobile Phone System (AMPS), namun dalam perkembangannya

penggunaan teknologi AMPS tidak bertumbuh dengan baik dan kalah bersaing dibanding penggunaan

teknologi Global System for Mobile Communication (GSM) yang pengembangannya berasal dari benua

Eropa yang disebabkan oleh beberapa keterbatasan teknologi AMPS.

Lalu seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, Amerika Serikat telah mengembangkan

teknologi yang diberi nama Code Division Multiple Access jenis 2000-1X (CDMA 2000-1X) yang

disebut juga teknologi CDMA 2000-1X juga disebut teknologi pra-3G atau sering juga dikenal sebagai

teknologi 2½G atau 2¾G karena memiliki kemampuan transmisi data yang tinggi yang hanya bisa

dibandingkan dengan GSM teknologi GPRS (2½G) atau EDGE (2¾G).

[email protected]

Page 4: Analisis Marketing ESIA

Page | 4

Dengan kemajuan teknologi CDMA dan adopsi oleh operator-operator di seluruh dunia, pengguna

Dengan kemajuan teknologi CDMA dan adopsi oleh operator-operator di seluruh dunia, pengguna

teknologi CDMA dunia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yaitu mencapai 67x dalam kurun

waktu 8 tahun atau mengalami pertumbuhan CAGR 69,22%. teknologi CDMA dunia mengalami

pertumbuhan yang sangat pesat yaitu mencapai 67x dalam kurun waktu 8 tahun atau mengalami

pertumbuhan CAGR 69,22%.

1.2 Tujuan

Dasar dari diadakannya penulisan ini adalah untuk mengetahui strategi pemasaran apa yang

diterapkan oleh perusahaan Bakrie Telecom dalam persaingan pasar CDMA.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Segmenting, Targeting, Positioning

2.1.1 Definisi Segmenting

[email protected]

Page 5: Analisis Marketing ESIA

Page | 5

Menurut Hermawan Kartajaya dalam bukunya, “MarkPlus on Strategy”, Segmenting merupakan

pemetaan (mapping) suatu pasar menjadi beberapa kategori dengan mengumpulkan perilaku yang

serupa dari pelanggan kedalam sebuah segmen.

Freddy Rangkuti dalam bukunya “Business Plan” mendefinisikan segmentasi sebagai identifikasi

kelompok-kelompok pelanggan yang memberikan respon yang berbeda dibandingkan dengan

kelompok pelanggan lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, Segmentasi merupakan pemetaan suatu pasar menjadi

beberapa kategori dengan identifikasi perilaku dan respon yang berbeda menjadi segmen-segmen.

2.1.2 Definisi Targeting

Hermawan Kartajaya dalam bukunya, “Hermawan Kartajaya on Targeting” mendefinisikan targeting

sebagai penentuan segmen-segmen pasar yang potensial bagi perusahaan dalam mengalokasikan

segala sumber daya secara efektif.

Lalu, Kalman Applbaum dalam bukunya “The Marketing Era” mendefinisikan targeting sebagai,

“The act developing measures of segment attractiveness and selecting one or more market segments to enter”

Maka, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa targeting merupakan proses mengkaji pasar potensial untuk

dimasuki dan dibangun dengan pengalokasian sumber daya secara efektif.

2.1.3 Definisi Positioning

Menurut Al Ries dan Jack Trout dalam buku “Business Plan”, Positioning merupakan suatu cara menempatkan

produk sehingga tertanam dalam benak pelanggan.

Sementara Wind dalam buku “MarkPlus on Strategy” mengatakan bahwa, positioning merupakan posisi yang

ditempati suatu produk dalam suatu pasar sebagaimana yang dipersepsikan oleh target market.

Dapat disimpulkan bahwa positioning merupakan, cara menempatkan produk dalam suatu pasar hingga

tertanam dalam benak target market.

2.2 Definisi Marketing Concept

[email protected]

Page 6: Analisis Marketing ESIA

Page | 6

Kotler (2000:18) mendefinisikan Marketing Concept, “The marketing concept holds that the key to achieving all

the organizational goals consist in determining the needs and wants of target market and delivering the desired

satisfactions more effectively and efficiently than competitors”

Pada definisi Kotler tersebut jelas bahwa konsep pemasaran menekankan pada kepuasan konsumen sebagai

suatu tujuan yang harus dicapai.

2.3. Definisi Selling Concept

David Barnes dalam bukunya, “Understanding Business” mendefinisikan Selling Concept sebagai “emphasizes

action directed at stimulating consumers interest through aggressive sales and promotion efforts”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa usaha penekanan pada pemberian rangsangan kepada target

market agar berminat pada suatu produk melalui usaha penjualan dan promosi yang agresif.

2.4 Definisi Needs dan Wants

Kotler mendefinisikan needs sebagai persyaratan dasar manusia seperti makanan, udara, air, pakaian,

tempat berteduh, rekreasi, pendidikan, dan hiburan.

Sementara wants sebagai keinginan pada produk spesifik yang didukung oleh kemampuan untuk

membayar.

2.5 Definisi Product Attribute

Kotler dalam bukunya,”Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation and Control”

menyebutkan bahwa, “Atribut produk memiliki dimensi dimensi yang terkait dengan produk atau merek

seperti performance, conformance, daya tahan, keandalan, desain, gaya, reputasi dll yang menjadi

petimbangan bagi konsumen dalam menentukan pilihannya”

2.6 Definisi Analisis SWOT

Dalam Wikipedia.org disebutkan bahwa, “SWOT Analysis is a strategic planning method used to

evaluate the Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats involved in a project or in a business

venture”

[email protected]

Page 7: Analisis Marketing ESIA

Page | 7

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Segmenting, Targeting, Positioning ESIA

Sekarang ini, jumlah penduduk negara kita sekitar 220 juta jiwa. Kira-kira 30% dari jumlah itu adalah

usia balita dan usia lanjut, jadi sisanya sekitar 160 juta jiwa. Angka ini tidak otomatis menjadi pasar

seluler. Setelah dikurangi kelompok ekonomi kelas terendah, angkanya menjadi sekitar 140 juta saja.

Hingga kini terdapat kurang-lebih 90 juta nomor yang beredar di pasar. Angka ini juga tidak langsung

menunjukkan jumlah pemakainya hanya sekitar 60 juta saja. Sehingga, bisa ditarik angka kasar bahwa

masih ada sekitar 80 juta konsumen Indonesia yang belum terjamah telepon seluler. Mereka ini

kebanyakan berasal dari kelas menengah-bawah yang tinggal di perkotaan dan pedesaan. Gambaran

profesi mereka adalah pedagang sayur di pasar-pasar tradisional, penjual bakso, supir angkutan

umum, dan lain-lain. Jadi, tantangan dan peluang yang bakal dihadapi para operator telekomunikasi

ke depan adalah melayani pasar kelas bawah dengan menyiapkan program yang benar-benar pas

[email protected]

Page 8: Analisis Marketing ESIA

Page | 8

dengan segmen tersebut. Beberapa pemain seluler tampak mulai melirik pasar ini. Ceria yang

dikeluarkan oleh anak perusahaan Sampoerna fokus menggarap pasar pedesaan dengan CDMA. Lalu,

di perkotaan, sepertinya Esia paling getol menyusup di pasar menengah-bawah.

3.1.1 Segmenting ESIA

3.1.2 Targeting ESIA

Dengan prediksi pertumbuhan industri seluler yang semakin meningkat di 2008 dan prediksi market

growth akan tumbuh jauh di atas 30%. Asumsi itu, salah satunya, juga berdasarkan pada munculnya

pemain baru di bisnis ini.

Esia sendiri terus memperluas pasar dengan meningkatkan pemakai seluler. Tahun ini, Bakrie Telecom

memang disibukkan dengan ekspansi nasional. Banjarmasin, Palembang, Pekanbaru, Batam,

Pontianak, Balikpapan, Lampung, Makassar, Denpasar, Manado, Surabaya, Semarang, Solo,

Yogyakarta, Medan, Padang, Kediri, Batu dan Malang. Target mereka selanjutnya adalah bisa

beroperasi di semua kota besar di Indonesia.

Maka dapat dipastikan bahwa ESIA menetapkan konsumen menengah-bawah yang berdomisili

diperkotaan.

[email protected]

ATAS

ATAS

MENENGAH

BAWAH

MENENGAH

ATAS

MENENGAH

BAWAH

BAWAH

ATAS

MENENGAH

BAWAH

Kelas Ekonomi

ATAS

ATAS

MENENGAH

BAWAH

MENENGAH

ATAS

MENENGAH

BAWAH

BAWAH

ATAS

MENENGAH

BAWAH

Kelas Ekonomi

Page 9: Analisis Marketing ESIA

Page | 9

3.1.3. Positioning ESIA

Dengan positioning statement, “provider telekomunikasi termurah di Indonesia”. ESIA menawarkan

produk- produk berkualitas, murah dan terjangkau namun tidak murahan demi mendukung dan

memperkuat positioning statement.

Marketing dan Selling Concept ESIA

[email protected] Market

Tarif Telpon Murah Print Ad, TV Ad

Servis dan Pelayanan

Produksi Kartu Perdana Penjualan Profit

Page 10: Analisis Marketing ESIA

Page | 10

Marketing Concept ESIA dimulai dari analisa pasar dan target market melalui berbagai pendekatan,

dan diperoleh data bahwa

80 juta konsumen Indonesia yang belum terjamah telepon seluler. Mereka ini kebanyakan berasal dari

kelas menengah-bawah yang tinggal di perkotaan dan pedesaan. Gambaran profesi mereka adalah

pedagang sayur di pasar-pasar tradisional, penjual bakso, supir angkutan umum, dan lain-lain.

Hingga akhirnya ESIA menawarkan produk termurah dengan tarif dasar:

Nelpon ke semua nomor ESIA se-Indonesia

Dari menit Pertama Rp 50,-/menit

Sejam non stop Rp 1000,-/jam

Tarif setelah 1 jam Rp 15,-/menit Nelpon ke luar kota, tekan 01010 + kode area + no esia tujuan

Contoh menelepon ke Denpasar: 0101003619909999

Nelpon ke Luar Negeri

Nelpon ke 59 negara Rp 1500,-/menit

Tekan 01010 + kode negara + kode area + no telepon

Contoh menelepon ke Kuala Lumpur, Malaysia: 0101006031234xxxx

Tarif Per Menit Jangkauan lokal esia kini DIPERLUAS hingga 200 km Telepon ke semua operator

seluler jauuuh lebih hemat

[email protected]

Model Marketing dan Selling Concept ESIA

Page 11: Analisis Marketing ESIA

Page | 11

Pukul Pukul

06.00 - 21.59 22.00 - 05.59

Dalam kota (lokal) Rp. 800,- Rp. 800,-

Antar kota, zona < 200 km Rp. 800,- Rp. 800,-

Antar kota, zona > 200 km Rp 2.727,- Rp. 1.818,-

Tarif Per Menit Telepon ke telepon Rumah

Pukul Pukul

06.00 - 21.59 22.00 - 05.59

Dalam kota (lokal) Rp. 250,- Rp. 250,-

Antar kota, zona < 200 km Rp. 1.000,- Rp. 1.000,-

Antar kota, zona > 200 km Rp 2.273,- Rp. 1.364,-

SMS

Ke semua nomor telepon se-Indonesia Rp. 1/ karakter

tidak berlaku untuk SMS Premium, SMS layanan dan karakter khusus

Operator Luar Negeri Rp. 1.000,- /SMS

Cara : 01010+kode negara+kode area+no telepon

SMS NON STOP

Non Stop 1 hari Rp 750,-

Non Stop 7 hari Rp 4.000,- Contoh menelepon ke Kuala Lumpur, Malaysia: 0101006031234xxxx

DV8.88

(telepon ke 888) Rp 750,- /menit

Akses WAP dan data Rp 250,- /menit

Nada Sambung Rp 9.000,- /lagu/bulan

Rp 3.000,- /lagu/minggu

Esia GoGo

Call Forwarding

(biaya pengalihan panggilan) Rp 50,- /menit

SMS Forwarding

[email protected]

Page 12: Analisis Marketing ESIA

Page | 12

(biaya pengalihan SMS) GRATIS

Terakhir, Menghasilkan profit dari kepuasan konsumen dengan berbagai layanan berikut:

Jenis layanan ESIA

terdiri atas ESIA prabayar dan esia pasca bayar

Perdana murah

Rp, 15.000 sudah termasuk pulsa Rp. 20.000

Bonus Talktime

Bila menerima telpon dari nomor GSM Indonesia yang dikenal oleh sistem dan tidak diberikan bila menerima telpon dari nomor CDMA, PSTN, SLI ataupun menerima SMS

TalkTime

waktu bicara yg lebih lama diperoleh pelanggan Nilai Rupiah dalam voucher bisa sama tetapi

lamanya bicara berbeda-beda untuk tiap operator……dan TalkTime ESIA adalah yang paling lama.

Tarif 1000 / 1 jam

Untuk percakapan sesama esia selama 60 menit atau 1 jam nonstop hanya dikenakan biaya Rp. 1000 (exclude ppn 10 %) Karena sesama esia hanya telepon Rp 50 per menit sedangkan telepon antar GSM

BISA MENCAPAI Rp 80 ribu lebih untuk per jamnya

3.3 Product Attribute Provider CDMA

Dari pengamatan yang dilakukan, dapat dijabarkan atribut produk CDMA adalah sebagai berikut:

1. Merek

2. Area Coverage

3. Kualitas Suara

4. Tarif

5. Servis dan Layanan Pelanggan

6. Fitur

7. Variasi Jenis Voucher

8. Variasi Program Layanan

9. Handphone khusus

[email protected]

Page 13: Analisis Marketing ESIA

Page | 13

10. Variasi Konten

11. Kemudahan Memperoleh/Distribusi

3.4 Analisis SWOT ESIA

Strength

Menurut pengamatan dari data yang diperoleh, ESIA memiliki keunggulan sebagai berikut

1. Biaya modal untuk teknologi yang relative lebih rendah disbanding pemain lamasebagai pemain

Sebagai pemain baru di industri telekomunikasi, ESIA dapat mengakses teknologi terbaru

dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan pemain – pemain lama. Dalam dua

tahun terakhir harga untuk sebuah teknologi telah mengalami penurunan sekitar 40%,

sementara itu fitur – fitur yang ditawarkasn cenderung meningkat.

Weakness

1. Jaringan Distribusi yang Relatif Lemah

Jaringan distribusi ESIA saat ini hanya terdiri dari 20 gerai dan 50 distributor, sangat lemah jika

dibandingkan dengan Telkom Flexi yang bersinergi dengan Telkomsel yang setidaknya

memiliki 15-20 gerai di tiap provinsi.

2. Lack of Coverage

ESIA hanya memiliki total 198 Base Transceiver Station (BTS). Sangat sedikit jika

dibandingkan dengan jumlah BTS Telkom Flexi yang mencapai 1.382 BTS.

Opportunity

1. Big Number of Untapped Network

Jumlah penduduk Negara kita sekitar 220 juta jiwa. Sekitar 30% dari jumlah itu adalah usia

balita dan usia lanjut. Jadi tersisa sekitar 160 juta jiwa. Dipotong kelompok ekonomi kelas

terendah, angkanya menjadi sekitar 140 juta jiwa saja. Hingga kini terdapat kurang lebih 90

juta nomor yang beredar dipasar, angka ini juga tidak langsung menunjukkan jumlah

[email protected]

Page 14: Analisis Marketing ESIA

Page | 14

pemakainya yang hanya 60 juta jiwa saja. Sehinnga bisa ditarik kesimpulan bahwa masih ada

sekitar 80 juta konsumen yang belum terjamah telepon seluler.

Threat

1. Kompetisi yang Semakin Ketat

Persaingan tidak hanya datang dari Flexi dan StarOne sebagai kompetitor utama, namun juga

produk GSM yang semakin agresif. Masuknya Hutchisson dan Maxis yang juga masuk ke

industri melalui layanan berbasis GSM juga menambah ketat persaingan dalam

memperebutkan pangsa pasar.

[email protected]

Strength Weakness

OpportunityThreat

Lower Cost for

technology

Weak Distribution Network

Lack of Coverage

Big Number of Untapped

Network

Strong Competition

and New Entrance

Page 15: Analisis Marketing ESIA

Page | 15

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pasar telekomunikasi seluler di Indonesia masih terbuka lebar dan menarik minat investor. Namun,

persaingan di industri ini juga bakal bertambah ketat, terutama di segmen menengah ke bawah.

Telekomunikasi seluler beberapa tahun belakangan ini menjadi industri yang paling bersinar

pertumbuhannya. Ini tidak mengherankan karena semua pemain seluler begitu gencar menjaring

konsumen dengan menawarkan tarif murah.

Untuk itulah ESIA dengan berbagai strategi pemasarannya masuk dan terlibat dalam pasar tersebut

guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan telekomunikasi yang murah.

[email protected]

Page 16: Analisis Marketing ESIA

Page | 16DAFTAR PUSTAKA

Applbaum, Kalman. The Marketing Era: from professional practice to global provisioning. Routledge.

2004

Desselle, Shane P. Pharmacy Management: Essentials for All Practice Settings. McGraw-Hill

Profesional. 2008

Kartajaya, Hermawan. MarkPlus on strategy: 12 tahun perjalanan MarkPlus&Co membangun strategi

perusahaan. Gramedia Pustaka Utama.2002

Rangkuti, Freddy. Business plan: teknik membuat perencanaan bisnis dan analisis kasus. Gramedia.

2000

[email protected]