analisis lokasi dan alokasi persampahan di daerah...

19
ANALISIS LOKASI DAN ALOKASI PERSAMPAHAN DI DAERAH KABUPATEN BOYOLALI DENGAN METODE P-MEDIAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Oleh: YOGA ARDI NUGROHO D600 130 038 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: tranminh

Post on 30-Jul-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS LOKASI DAN ALOKASI PERSAMPAHAN DI DAERAH

KABUPATEN BOYOLALI DENGAN METODE P-MEDIAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Oleh:

YOGA ARDI NUGROHO

D600 130 038

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

i

ii

iii

1

ANALISIS LOKASI DAN ALOKASI PERSAMPAHAN DI DAERAH KABUPATEN

BOYOLALI DENGAN METODE P-MEDIAN

Abstrak

Sampah ialah limbah yang bersifat padat yang terdiri dari bahan organik dan bahan

anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola. Pemerintah merupakan

pihak yang dapat menentukan keputusan guna pengolahan permasalahan sampah ada.

Faktor urbanisasi yang melanda di sebagian besar kota di Indonesia juga melanda di

Boyolali yang juga berpengaruh pada timbulan sampah. Hal ini menyebabkan banyaknya

aduan di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali terkait kebutuhan TPS (tempat

pembuangan sementara). Saat ini di Boyolali terdapat 62 TPS yang tersebar di kecamatan

Boyolali dan sebagian kecamatan Mojosongo. Banyaknya jumlah TPS pastinya bukan

hal yang terlalu positif, pasalnya membuat biaya operasional TPS tersebut meningkat.

Selain itu, 17 kecamatan lainnya sebenarnya memerlukan pelayanan terkait sampah,

namun respon pemerintah yang kurang membuat masyarakat banyak membuang sampah

sembarangan dan memunculkan adanya tempat pembuangan liar. Untuk membantu

menyelesaikan permasalahan tersebut, diusulkan untuk membuat pembuangan resmi dan

bagaimana nantinya volume sampah tersebut dialokasikan menuju setiap pembuangan

akhir. Dengan menggunakan metode P-median yang merupakan metode lokasi alokasi

yang dapat menentukan keputusan berdasarkan meminimasi total jarak rata – rata antar

TPS menuju pembuangan akhir. Berdasarkan hasil dari metode ini didapatkan hasil

berupa keputusan bilangan biner (1,0) untuk mengalokasikan volume sampah yang

berada di kabupaten Boyolali menuju salah satu pembuangan akhir di Boyolali yang

berjumlah 5 dengan tepat.

Kata Kunci: Sampah, Boyolali, TPS, Pembuangan akhir, P Median.

Abstract

Solid waste is comprising organic materials and inorganic materials that are deemed to

be useless and must be managed. The government is the part that can determine the

decision for processing waste problems exist. Urbanization factors that hit most cities in

Indonesia also hit Boyolali which also affected the waste generation. This led to many

complaints in the District Office of the Environment Boyolali related to the needs of

waste station (temporary dumping). Currently in Boyolali there are 62 polling stations

spread in the sub-district Boyolali and part of Mojosongo district. The large number of

waste station certainly not too positive, the article makes the operational costs of TPS is

increasing. In addition, the other 17 sub-districts actually need waste-related services, but

the government's inadequate response to the community throws garbage away and

creates a landfill. To help solve the problem, it is proposed to make official disposal and

how later the waste volume will be allocated towards each final disposal. Using the P-

median method which is the method of allocation location that can determine the decision

based on minimizing the average distance between the waste station to the final disposal.

Based on the result of this method, the result is a binary number (1.0) decision to allocate

the volume of garbage in Boyolali district to one of the final dumps in Boyolali which is

5 correctly.

Keyword: Waste, Boyolali, Waste Station, Disposal, P Median

2

1. PENDAHULUAN

Kabupaten Boyolali yang terletak di Jawa Tengah terbagi menjadi 19 kecamatan dan 266 desa

atau kelurahan, pusat pemerintahan kabupaten Boyolali saat ini berada di kecamatan Boyolali dan

kecamatan Mojosongo. Faktor urbanisasi telah membuat kecamatan Boyolali dan Mojosongo

menjadi 2 kecamatan dengan kepadatan penduduk terpadat di kabupaten Boyolali sehingga sampah

juga menjadi permasalahan yang sangat memerlukan penanganan serius . Berdasarkan data dari Dinas

Lingkungan Hidup, tercatat terdapat 62 tempat pembuangan sementaara (TPS) yang masih aktif yang

terdapat di kecamatan Boyolali dan 6 kontainer sampah yang terdapat di kecamatan Mojosongo.

Selain memudahkan masyarakat dalam membuang sampah, banyaknya TPS juga menjadi pertanyaan

seberapa efektif kah jumlah TPS tersebut yang memiliki jarak yang relatif dekat satu dengan lainnya.

Berbanding terbalik dengan kecamatan Boyolali yang memiliki jumlah TPS yang banyak, hanya ada

6 kontainer sampah yang tersebar di luar kecamatan Boyolali, itupun hanya kontainer yang berada di

kecamatan Ngemplak, Simo, dan perumahan Ngaru-aru Banyudono yang boleh digunakan oleh

umum, sedangkan 3 sisanya dikhususkan untuk pasar dan obyek wisata.

Permasalahan seperti ini merupakan salah satu faktor permasalahan sampah di indonesia.

Ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya

membuat munculnya TPS – TPS liar atau illegal yang akan membuat keadaan lingkungan tercemar.

Hal semacam ini dapat hampir di setiap kecamatan di luar kecamatan Boyolali dan Mojosongo,

ditemukan masih banyak masyarakat yang membuang sampah di bantaran sungai dan lahan – lahan

kosong karena tidak adanya TPA ataupun TPS di dekat sana. Tentunya pemerintah tidak tutup mata

akan permasalahan seperi ini, untuk saat ini kabupaten Boyolali baru memiliki satu TPA yang berada

di kelurahan Winong, kecamatan Boyolali, kabupaten Boyolali, serta TPST (tempat pengelolaan

sampah terpadu) yang baru beroperasi sekitar setengah tahun yang terletak di kecamatan Teras dan

TPST di komplek kabupaten selatan. Guna menanggulagi sampah di daerah Boyolali utara

pemerintah pun sudah membangun TPST (tempat pembuangan akhir terpadu) yang berada di

Karanggede. Tentunya dengan adanya opsi pembuangan akhir yang baru harus diintegrasikan

sedemikian rupa supaya pengaloksian sampah menuju setiap fasilitas sampah tersebut dapat

dilakukan dengan tepat, salah satu tujuan dari lokasi dan pengalokasian fasilitas adalah bagaimana

mengalokasikan fasilitas pelayanan tersebut sedemikian rupa sehingga biaya yang dikeluarkan untuk

memenuhi pelayanan tersebut adalah minimal. Disamping masyarakat yang semuanya ingin terlayani

terkait permasalahan sampah, pemerintah juga tidak dapat memberikan pelayanan yang sangat

memuaskan karena pasti akan terkendala dengan biaya sehingga yang menjadi persoalan lain adalah

bagaimana pemerintah dapat mengoptimalkan anggaran yang ada untuk memenuhi setiap tuntutan

3

yang ada. Seperti yang dijelaskan oleh Daskin (2008) ada suatu metode terkait lokasi dan alokasi

yang dapat digunakan untuk meminimalkan biaya distribusi, yaitu metode P-Median.

2. METODE

Menurut Daskin (2013) ada beberapa model dalam pengklasifikasian lokasi berdasarkan pada

ruang di mana masalah dimodelkan, yang dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 2.1 Klasifikasi model lokasi menurut daskin

Model analitik adalah model lokasi yang sederhana, model ini biasanya mengasumsikan bahwa

permintaan berdistribusi normal, Itu berarti bahwa kepadatan permintaan adalah konstan selama

memenuhi pelayanan dalam daerah tersebut. Salah satu cara untuk berpikir tentang hal ini adalah

bahwa wilayah permintaan merupakan sebuah sepotong roti dan kepadatan permintaan ketebalan

selai kacang yang menyebar sempurna dengan tepat bahkan ketebalannya juga di atas roti tersebut,

sehingga fasilitas pelayanan dapat diletakkan di mana saja. Model analitik biasanya diselesaikan

dengan menggunakan kalkulus atau teknik sederhana lainnya. Akan tetapi asumsi yang diperlukan

harus kuat untuk mengembangkan batas model dalam penerapannya pada kasus tertentu.

Meskipun namanya continous location model, tetapi metode ini berasumsi bahwa permintaan

terjadi pada titik - titik tertentu yang tingkat atau jumlah permintaan di titik – titik tersebut sudah

dapat diduga, sehingga fasilitas layanan yang akan dibuatpun juga dapat ditentukan dimana saja

asalkan masih dalam wilayah tersebut. Model ini dapat diselesaikan dengan membuat prosedur

numerik dan riset operasi lanjut.

Network location models merupakan jenis pemodelan yang digunakan untuk memenuhi

permintaan yang bersifat harus bisa saling terhubung antar setiap node nya. Salah satu contoh nya

adalah sistem pembangunan jalan raya atau jalan tol, penelitian seperti ini digunakan guna

menentukan algoritma yang efisien guna memecahkan permasalahan khusus suatu jaringan lokasi.

Cabang terakhir dari pengklasifikasian model adalah discrete location models, merupakan model

yang tidak membuat asumsi tertentu tentang permintaan dan fasilitas lokasi, biasanya hanya diberi

4

lokasi atau koordinat titik permintaan dan kandidat lokasi, jarak antara permintaan dan kandidat

lokasi tidak perlu mematuhi rumus tertentu. Model ini sering dirumuskan dengan model

pemrograman integer dan diselesaikan dengan menggunakan metode eksak atau dapat

dikombinasikan dengan perkiraan heuristik yang tepat.

Gambar 2.2 Pengklasifikasian discrete location model menurut daskin

Gambar 2.2 diatas menjabarkan secara ringkas tentang discrete location model yang dibagi

menjadi 3 bidang. Covering based model yang mengasumsi bahwa ada cakupan jarak atau waktu

terhadap permintaan yang harus dilayani baik yang bersifat “covered” atau “served adequately”.

Model seperti biasanya digunakan dalam merancang fasilitas pelayanan darurat dimana memiliki

berbagai pedoman dalam mencakup semua permintaan. Sebagai contoh dalam menentukan pos

pemadam kebakaran yang mungkin tidak dapat secara cepat melayani semua titik karena lebih dari

10 menit perjalanan dari stasiun terdekat tetapi permintaan (pemadaman api) di lokasi tersebut masih

akan bisa terlayani bila berada dalam wilayah pelayanan. Covering based model dibagi menjadi 3

kelas yaitu set covering, max covering, dan p-Center.

Median based models merupakan metode yang mempertimbangkan jarak antara titik permintaan

dan fasilitas. Model seperti ini biasanya digunakan dalam konteks perencanaan distribusi yang sangat

memperhitungkan biaya transportasi. Model ini dibagi menjadi 2 kelas yaitu p-median dan fixed

charge.

Apabila tidak ada model yang sesuai dengan kategori yang ada maka dapat menggunakan

pemodelan lain yaitu p-dispersion dimana akan memaksimalkan jarak minimum antara setiap

pasangan fasilitas. Model jenis ini biasanya digunakan oleh perusahaan – perusahaan waralaba guna

meminimalisir kanibalisasi antar outlet.

5

2.1 P-median

P-median merupakan salah satu jenis model optimisasi, berdasarkan pendapat Septiandre (2016)

penggunaan model p-median adalah salah satu penyelesaian permasalahan lokasi untuk

menempatkan fasilitas yang terdekat pada titik sekumpulan konsumen supaya memiliki jarak yang

terpendek antar fasilitas dan komunikasinya. Hal ini juga seperti yang dijelaskan oleh Kawi (2009)

dan daskin (2013) bahwa metode p-median dapat digunakan untuk memperoleh suatu lokasi dalam

sebuah jaringan yang dapat meminimalkan biaya total. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan dari

penggunaan metode p-median adalah untuk menentukan lokasi yang optimum dari beberapa fasilitas

dengan meminimasi jumlah total jarak rata-rata antara titik permintaan dengan fasilitas terdekat

(Nurcahyono,2010).

Metode p-median termasuk juga dalam mixed integer liniear programming yang menggunakan

algoritma biner dimana hasil atau keputusan yang didapat berupa bilangan 0 atau 1. Metode p-median

serta untuk semua metode dalam model lokasi diskrit masuk dalam kondisi NP hard atau suatu

kondisi masalah dimana untuk menemukan solusi optimalnya memerlukan waktu yang tidak singkat.

Pada metode p-median ini mensyaratkan adanya dua jenis data, yaitu bobot simpul atau bobot pada

TPS atau sumber sampah, serta jarak atau waktu tempuh antar titik tersebut, besaran bobot yang

digunakan setidaknya mencerminkan keadaan sumber sampah atau TPS, bisa berupa volume,

kapasitas, atau penilaian tersendiri.

Berdasarkan permasalahan yang berada di kabupaten Boyolali maka model p-median ini dapat

diformulasikan sebagai berikut:

1. Variabel Input

Vi : Volume sumber sampah pada titik i

Dij : Jarak atau waktu tempuh antara sumber sampah pada titik i dan lokasi atau kandidat lokasi

j

P : Jumlah fasilitas yang akan ditempatkan

Cj : Kapasitas TPST atau TPA

2. Variabel Keputusan

Xj ={ 0 bila tidak

1 bila lokasi TPST atau TPA 𝑗 dipilih atau dipertahankan

Yij ={ 0 bila tidak

1 bila sumber sampah pada titik i, dilayani oleh TPST atau TPA pada titik 𝑗

3. Fungsi Tujuan

Minimum ∑ 𝑖 ∑ V𝑖 D𝑖𝑗 Y𝑖𝑗𝑗 (2.1)

6

4. Fungsi Kendala atau Batasan

∑ X𝑗𝑗 = 𝑃 (2.2)

∑ Y𝑖𝑗𝑗 = 1 ∀𝑖 ∈ 𝐼 (2.3)

Yij – Xj ≤ 0 ∀𝑖 ∈ 𝐼 ; 𝑗 ∈ 𝐽 (2.4)

Xj ∈ {0,1} ∀𝑗 ∈ 𝐽 (2.5)

Yij ∈ {0,1} ∀𝑖 ∈ 𝐼 ; 𝑗 ∈ 𝐽 (2.6)

∑ V𝑖 Y𝑖𝑗𝑖 <= C𝑗 X𝑗 ∀𝑗 ∈ 𝐽 (2.7)

5. Keterangan

2.1 Fungsi tujuan dari formulasi tersebut adalah guna meminimumkan total waktu tempuh rata –

rata antara sekumpulan permintaan (sumber sampah) dengan fasilitas (TPST/TPA).

2.2 Fungsi batasan (2.2) menyatakan bahwa P sebagai banyaknya TPST/TPA yang diharapkan

ideal.

2.3 Fungsi batasan (2.3) menyatakan bahwa setiap titik kebutuhan i (sumber sampah) harus

ditugaskan secara tepat ke satu fasilitas j (TPST/TPA).

2.4 Fungsi batasan (2.4) menyatakan bahwa minimal ada satu alternatif TPST/TPA yang dapat

memenuhi titik kebutuhan (sumber sampah).

2.5 Fungsi batasan (2.5) menyatakan bahwa lokasi TPST/TPA tersebut tetap dipertahankan atau

tidak

2.6 Fungsi batasan (2.6) menyatakan bahwa titik kebutuhan (sumber sampah) tersebut dapat

terlayani atau tidak.

2.7 Fungsi batasan (2.7) menyatakan bahwa total volume sampah yang dapat dikirimkan ke suatu

TPST/TPA tidak boleh melebihi kapasitas TPST/TPA tersebut.

7

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kabupaten Boyolali terbagi menjadi 19 kecamatan seperti yang tertera pada gambar berikut ini.

Gambar 4.1 Peta kabupaten boyolali

Dari 19 kecamatan tersebut, permasalahan sampah paling banyak muncul di kecamatan Boyolali.

Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terdapat 62 lokasi TPS yang berada di dalam

dalam kota atau kecamatan Boyolali yang berupa TPS bangunan serta 9 TPS kontainer, dan 6 lokasi

TPS yang berada di luar kota yang berupa TPS kontainer. Selain TPS, di kabupaten Boyolali terdapat

5 lokasi pembuangan akhir. 4 berupa TPST yang berada di kecamatan Mojosongo, tepatnya di

komplek kabupaten selatan namun belum beroperasi, dua buah TPST di kecamatan Teras yang

terletak di desa Tawangsari dan Doplang yang sudah beroperasi semua, serta 1 buah TPST yang

berada di kecamatan Karanggede namun baru . Kemudian 1 buah TPA yang sudah beroperasi sejak

lama yang berada di desa Winong kecamatan Boyolali.

Tabel 4.1 Daftar TPST dan TPA di kabupaten Boyolali

No TPST/TPA Kode Status Koordinat Kapasitas

(m3/hari)

1 TPST Teras PA 1 Sudah Beroperasi (-7.519503,110.662933) 20

2 TPST Komplek Kabupaten Selatan PA 2 Belum Beroperasi (-7.548868,110.606354) 20

3 TPST Karanggede PA 3 Belum Beroperasi (-7.348938,110.655289) 45

4 TPST Doplang PA 4 Sudah Beroperasi (-7.581087,110.641033) 20

5 TPA Winong PA 5 Sudah Beroperasi (-7.534110,110.570580) 150

Telah dilakukan observasi guna melakukan evaluasi terkait respon masyarakat terhadap

keberadaan TPS disekitarnya, pada tahap evaluasi ini peneliti melakukan wawancara langsung

kepada warga yang berada di sekitar TPS terkait keberadaan TPS tersebut apakah meresahkan warga

atau tidak serta melihat keefektifan TPS bila digabung atau dimerger dengan TPS didekatnya yang

8

merupakan satu kawasan, sehingga dapat mengurangi biaya operasional TPS dan waktu bongkar muat

petugas kebersihan dalam mengangkut sampah.

Masih terdapat 17 kecamatan di kabupaten Boyolali yang pelayanan sampahnya masih kurang,

dengan tidak adanya TPS atau TPA di dekat sumber sampah atau pemukiman padat penduduk. Hal

ini menyebabkan banyak warga membuang sampah secara sembarangan, berdasarkan survei yang

sudah dilakukan hamper setiap jembatan yang merupakan kawasan padat penduduk akan ditemui

pembuangan sampah illegal di sekitar jembatan. Pembuangan liar semacam ini dapat ditemui di

Ampel, Cepogo, Musuk, Teras, Banyudono, Ngemplak, Nogosari, Simo, Karanggede, dan Kemusu.

Pembuangan secara illegal ini pastinya akan berdampak buruk terhadap lingkungan terutama sungai

dan daerah muara sungai yang pada akhirnya akan menyebabkan banjir. Sejatinya pembuangan illegal

seperti ini dapat dibuat menjadi resmi, menurut kepala UPT TPA Winong untuk membuat

pembuangan illegal menjadi resmi sebenarnya mudah, mungkin hanya masyarakat saja belum

mengetahuinya. Secara sederhana alur pengajuan adanya tempat pembuangan sampah menjadi resmi

dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Masyarakat melakukan pengaduan

adanya pembuangan sampah liar kepada

DLH

Petugas DLH melakukan survei lokasi

Pembangunan TPS

Pengajuan proposal pembangunan TPS

kepada DPU & ESDM

Lokasi layak untuk dibangun

TPS

Tidak

Ya

Gambar 4.2 Alur pengajuan TPS resmi

Dari 17 kecamatan yang belum terlayani pelayanan sampahnya secara optimal, diusulkan pada

desa – desa tertentu yang sudah kepadatan penduduknya sudah tinggi dapat dibangun TPS yang

memiliki kapasitas setidaknya sama dengan volume sampah yang dihasilkan.

Setelah dilakukannya evaluasi terhadap TPS yang resmi maupun tidak resmi kemudian mencari

waktu tempuh dari setiap TPS menuju TPST atau TPA dengan menggunakan aplikasi google maps

didapatkan hasil rekap data sebagai berikut.

9

Tabel 4.5 Rekap TPS dan waktu tempuh menuju TPST dan TPA

No Lokasi Sumber Sampah Volume Sampah

(m3/hari)

Waktu tempuh (Menit)

PA 1 PA 2 PA 3 PA 4 PA 5

1 Perumahan BSP Singkil* 4 18 13 53 27 14

2 Perumahan BSI Singkil* 4.5 18 12 52 27 13

3 Pandean Selatan, Balai desa kiringan 1.5 19 13 55 25 12

4 Dk. Ngambuh, Selatan makam 1.5 21 14 52 27 14

5 Timur Satlantas Boyolali 1.5 19 11 52 23 11

6 RS Umi Barokah 0.5 19 12 53 24 12

7 Belakang SMP 3 Karanggeneng 1 18 11 55 24 12

8 RS PKU Aisyah 0.75 19 14 57 77 26

9 Transfer Depo Pusung** 6 16 7 55 21 8

10 Jl. Kemuning 2** 2 18 9 55 22 9

11 Belakang SD 9 Boyolali 2 17 9 58 22 6

12 Depan Bank Guna Daya** 2.5 15 7 60 20 7

13 Depan panti Marhaen 3 13 5 61 19 10

14 Kauman Baru 0.5 18 5 61 19 8

15 Dk. Dawung Jl. Merapi** 2.5 16 7 60 21 7

16 Selatan Mie Ayam Sor Nongko** 1.5 17 7 58 21 6

17 Barat Sumur Umum (jl.Anggrek) 0.5 18 6 59 20 8

18 Barat Patung sapi Pulisan 2 18 6 54 19 6

19 Jl. Pahlawan utara bangjo 1 14 4 55 19 9

20 Belakang Luwes 1 13 5 56 18 10

21 Jalan Pisang batas kota 2 12 6 56 18 10

22 Utara Radio Karisma 3 14 4 57 18 10

23 Perumahan Madu Mulyo** 3 17 5 55 18 8

24 Belakang Gor Boyolali 2 18 5 54 19 8

25 Belakang SMK 1 Boyolali 2 18 6 54 19 8

26 Dalam SMK 1 Boyolali 1 18 5 54 19 8

27 Perumahan griya Pulisen 2 17 5 55 19 6

28 MAN Boyolali** 4 15 5 56 19 8

29 Depan DPD Golkar 1.5 18 5 54 19 6

30 Jalan Cendana 1** 2 19 11 52 21 7

31 Jalan Cendana 3** 2 20 12 53 22 9

32 Gambiran Square (Gerobak) 1 19 11 52 23 9

33 Jembatan Klatak 1 18 10 55 23 7

34 Jembatan Bayem Poncodoyo 1 18 10 54 23 7

35 Dk. Cepek 1.5 22 12 51 25 10

36 Depan Koramil Boyolali 4.5 19 11 52 23 12

37 Desa Butuh 2 14 6 63 13 15

38 Komplek Kab Utara 2 15 3 61 16 12

39 Asrama Yonif 408 1 18 5 58 18 9

40 RSU Pandanaran 2 18 6 55 20 5

41 Utara Syadion Sonolayu 6 15 12 59 17 10

42 Pasar Boyolali 6 16 9 55 24 10

43 Komplek Kab Selatan 2 16 3 61 15 12

10

No Lokasi Sumber Sampah Volume Sampah

(m3/hari)

Waktu tempuh (Menit)

PA 1 PA 2 PA 3 PA 4 PA 5

44 Pasar Sunggingan 6 18 9 52 20 9

45 Asrama Brimob Mojosongo 1 12 11 54 19 17

46 Pasar Bangak 1 17 29 39 33 34

47 Obyek Wisata Pengging 0.5 14 18 59 19 26

48 RSU Simo 1 30 42 28 46 43

49 Rs Assyfa Sambi 1 17 30 38 34 35

50 Perum ngaru aru 2 12 18 57 22 23

51 TPS Donohudan Ngemplak 2 36 43 60 39 58

52 Jembatan barat pasar ampel*** 1.5 32 24 38 37 23

53

Jembatan jalan Ampel - cepogo Desa

Tanduk*** 1.5 29 21 40

35 20

54 Jembatan dk tumang Cepogo*** 4 34 24 63 34 14

55 Selatan Lapangan Teras*** 1 8 14 60 18 25

56 Banyudono Lor*** 3 7 17 54 29 23

57 Banyudono Kidul*** 1 14 19 59 23 25

58 Desa Gombang Sawit*** 2 20 17 67 14 27

59

Jembatan Nogosari Selatan MIN

Tinawas*** 1.5 45 51 48

56 56

60 Pinggir Sungai Sawahan Ngemplak*** 4 36 42 57 45 47

61 Jembatan Simo*** 1 28 41 28 47 43

62 Samping kandang sapi karanggede*** 2 54 53 7 68 53

63 Pasar guwo kemusu*** 2 77 63 28 91 74

64 Pasar juwangi*** 2 98 107 62 127 107

65 Pasar kacangan andong*** 2 53 66 23 73 68

66 Mudal Boyolali*** 4 18 15 49 28 16

* TPS yang digabung

** TPS yang mendapatkan tambahan volume sampah dari TPS yang diusulkan dihilangkan

*** TPS liar yang diharapkan menjadi resmi

Dari data – data yang sudah ada yaitu data volume sampah, kapasitas TPST / TPA, serta jarak

antara TPS menuju TPST / TPA kemudian dimuat dalam model lingo berdasarkan formulasi

matematis metode P median sebagai berikut.

MODEL:

!P median;

SETS:

! Jumlah sumber sampah 66, dan pembuangan akhir 5;

SET_i/1..66/: V;

SET_j/1..5/: X, C;

LINK_ij (SET_i, SET_j): D, Y;

ENDSETS

DATA:

! Data volume sampah setiap sumber sampah;

V = 4 4.5 1.5 1.5 1.5 0.5 1 0.75 6 2 2 2.5 3 0.5 2.5 1.5 0.5 2

1 1 2 3 3 2 2 1 2 4 1.5 2 2 1 1 1 1.5 4.5 2 2 1 2 6 6 2 6 1 1 0.5 1

1 2 2 1.5 1.5 4 1 3 1 2 1.5 4 1 2 2 2 2 4;

11

! Data waktu tempuh dari sumber sampah menuju setiap pembuangan

akhir;

D = 18 13 53 27 14 18 12 52 27 13 19 13 55 25 12 21 14 52 27

14 19 11 52 23 11 19 12 53 24 12 18 11 55 24 12 19 14 57 77 26 16 7

55 21 8 18 9 55 22 9 17 9 58 22 6 15 7 60 20 7 13 5 61 19 10 18 5

61 19 8 16 7 60 21 7 17 7 58 21 6 18 6 59 20 8 18 6 54 19 6 14 4 55

19 9 13 5 56 18 10 12 6 56 18 10 14 4 57 18 10 17 5 55 18 8 18 5 54

19 8 18 6 54 19 8 18 5 54 19 8 17 5 55 19 6 15 5 56 19 8 18 5 54 19

6 19 11 52 21 7 20 12 53 22 9 19 11 52 23 9 18 10 55 23 7 18 10 54

23 7 22 12 51 25 10 19 11 52 23 12 14 6 63 13 15 15 13 61 16 12 18

5 58 18 9 18 6 55 20 5 15 12 59 17 10 16 9 55 24 10 16 3 61 15 12

18 9 52 20 9 12 11 54 19 17 17 29 39 33 34 14 18 59 19 26 30 42 28

46 43 17 30 38 34 35 12 18 57 22 23 36 43 60 39 58 32 24 38 37 23

29 21 40 35 20 34 24 63 34 14 8 14 60 18 25 7 17 54 29 23 14 19 59

23 25 20 17 67 14 27 45 51 48 56 56 36 42 57 45 47 28 41 28 47 43

54 53 7 68 53 77 63 28 91 74 98 107 62 127 107 53 66 23 73 68 18 15

49 28 16;

! Data kapasitas setiap pembuangan akhir;

C = 20 20 45 20 150;

ENDDATA

!Fungsi Tujuan;

MIN = @SUM(SET_i(i):@SUM(SET_j(j): V(i) * D(i,j) * Y(i,j)));

!Fungsi Kendala 2.2;

@SUM(SET_j(j): X(j)) = 5;

!Fungsi Kendala 2.3;

@FOR(SET_i(i):

@SUM(SET_j(j): Y(i,j)) = 1);

!Fungsi Kendala 2.4;

@FOR(LINK_ij(i,j): Y(i,j) - X(j) <= 0);

!Fungsi Kendala 2.7;

@FOR(SET_j(j):

@SUM(SET_i(i): Y(i,j) * V(i)) <= C(j) * X (j));

!Fungsi Kendala 2.5 dan 2.6;

@FOR(SET_j(j):@BIN (X));

@FOR(LINK_ij(i,j):@BIN (Y));

Berdasarkan hasil perhitungan software lingo 11. Didapatkan suatu hasil keputusan terkait

pengalokasian sampah menuju setiap pembuangan akhir, secara sederhana hasil dapat dilihat pada

tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Hasil keputusan pengalokasian sampah dengan software lingo 11

No Lokasi TPS

Volume

Sampah

(m3/hari)

Hasil

Keputusan Tujuan Pembuangan

1 Perumahan BSP Singkil* 4 Y(1,5) TPA Winong

2 Perumahan BSI Singkil* 4.5 Y(2,5) TPA Winong

3 Pandean Selatan, Balai desa kiringan 1.5 Y(3,5) TPA Winong

4 Dk. Ngambuh, Selatan makam 1.5 Y(4,5) TPA Winong

12

No Lokasi TPS

Volume

Sampah

(m3/hari)

Hasil

Keputusan Tujuan Pembuangan

5 Timur Satlantas Boyolali 1.5 Y(5,5) TPA Winong

6 RS Umi Barokah 0.5 Y(6,5) TPA Winong

7 Belakang SMP 3 Karanggeneng 1 Y(7,5) TPA Winong

8 RS PKU Aisyah 0.75 Y(8,2) TPST Kantor Selatan

9 Transfer Depo Pusung** 6 Y(9,5) TPA Winong

10 Jl. Kemuning 2** 2 Y(10,5) TPA Winong

11 Belakang SD 9 Boyolali 2 Y(11,5) TPA Winong

12 Depan Bank Guna Daya** 2.5 Y(12,5) TPA Winong

13 Depan panti Marhaen 3 Y(13,2) TPST Kantor Selatan

14 Kauman Baru 0.5 Y(14,5) TPA Winong

15 Dk. Dawung Jl. Merapi** 2.5 Y(15,5) TPA Winong

16 Selatan Mie Ayam Sor Nongko** 1.5 Y(16,5) TPA Winong

17 Barat Sumur Umum (jl.Anggrek) 0.5 Y(17,5) TPA Winong

18 Barat Patung sapi Pulisan 2 Y(18,5) TPA Winong

19 Jl. Pahlawan utara bangjo 1 Y(19,2) TPST Kantor Selatan

20 Belakang Luwes 1 Y(20,2) TPST Kantor Selatan

21 Jalan Pisang batas kota 2 Y(21,2) TPST Kantor Selatan

22 Utara Radio Karisma 3 Y(22,2) TPST Kantor Selatan

23 Perumahan Madu Mulyo** 3 Y(23,5) TPA Winong

24 Belakang Gor Boyolali 2 Y(24,2) TPST Kantor Selatan

25 Belakang SMK 1 Boyolali 2 Y(25,5) TPA Winong

26 Dalam SMK 1 Boyolali 1 Y(26,5) TPA Winong

27 Perumahan griya Pulisen 2 Y(27,5) TPA Winong

28 MAN Boyolali** 4 Y(28,5) TPA Winong

29 Depan DPD Golkar 1.5 Y(29,5) TPA Winong

30 Jalan Cendana 1** 2 Y(30,5) TPA Winong

31 Jalan Cendana 3** 2 Y(31,5) TPA Winong

32 Gambiran Square (Gerobak) 1 Y(32,5) TPA Winong

33 Jembatan Klatak 1 Y(33,5) TPA Winong

34 Jembatan Bayem Poncodoyo 1 Y(34,5) TPA Winong

35 Dk. Cepek 1.5 Y(35,5) TPA Winong

36 Depan Koramil Boyolali 4.5 Y(36,5) TPA Winong

37 Desa Butuh 2 Y(37,2) TPST Kantor Selatan

38 Komplek Kab Utara 2 Y(38,2) TPST Kantor Selatan

39 Asrama Yonif 408 1 Y(39,2) TPST Kantor Selatan

40 RSU Pandanaran 2 Y(40,5) TPA Winong

41 Utara Syadion Sonolayu 6 Y(41,5) TPA Winong

42 Pasar Boyolali 6 Y(42,5) TPA Winong

43 Komplek Kab Selatan 2 Y(43,2) TPST Kantor Selatan

44 Pasar Sunggingan 6 Y(44,5) TPA Winong

45 Asrama Brimob Mojosongo 1 Y(45,1) TPST Tawangsari Teras

46 Pasar Bangak 1 Y(46,1) TPST Tawangsari Teras

47 Obyek Wisata Pengging 0.5 Y(47,1) TPST Tawangsari Teras

48 RSU Simo 1 Y(48,3) TPST Karanggede

13

No Lokasi TPS

Volume

Sampah

(m3/hari)

Hasil

Keputusan Tujuan Pembuangan

49 Rs Assyfa Sambi 1 Y(49,1) TPST Tawangsari Teras

50 Perum ngaru aru 2 Y(50,1) TPST Tawangsari Teras

51 TPS Donohudan Ngemplak 2 Y(51,1) TPST Tawangsari Teras

52 Jembatan barat pasar ampel*** 1.5 Y(52,5) TPA Winong

53

Jembatan jalan Ampel - cepogo Desa

Tanduk*** 1.5 Y(53,5) TPA Winong

54 Jembatan dk tumang Cepogo*** 4 Y(54,5) TPA Winong

55 Selatan Lapangan Teras*** 1 Y(55,1) TPST Tawangsari Teras

56 Banyudono Lor*** 3 Y(56,1) TPST Tawangsari Teras

57 Banyudono Kidul*** 1 Y(57,1) TPST Tawangsari Teras

58 Desa Gombang Sawit*** 2 Y(58,4) TPST Doplang

59

Jembatan Nogosari Selatan MIN

Tinawas*** 1.5 Y(59,1) TPST Tawangsari Teras

60 Pinggir Sungai Sawahan Ngemplak*** 4 Y(60,1) TPST Tawangsari Teras

61 Jembatan Simo*** 1 Y(61,3) TPST Karanggede

62 Samping kandang sapi karanggede*** 2 Y(62,3) TPST Karanggede

63 Pasar guwo kemusu*** 2 Y(63,3) TPST Karanggede

64 Pasar juwangi*** 2 Y(64,3) TPST Karanggede

65 Pasar kacangan andong*** 2 Y(65,3) TPST Karanggede

66 Mudal Boyolali*** 4 Y(66,5) TPA Winong

* TPS yang digabung

** TPS yang mendapatkan tambahan volume sampah dari TPS yang diusulkan dihilangkan

*** TPS liar yang diharapkan menjadi resmi

Tabel 4.7 Rekapitulasi volume sampah pada setiap TPST/TPA

No Pembuangan Akhir Volume Masuk

(m3)

Kapasitas

(m3)

1 TPST Tawangsari Teras 18 20

2 TPST Kab. Selatan 19.75 20

3 TPST Karanggede 10 45

4 TPST Doplang 2 20

5 TPA Winong 91.5 150

Jumlah 141.25 255

Timbulan sampah dari setiap sumber sampah telah dialokasikan menuju setiap pembuangan akhir,

seperti yang tertera pada tabel 4.7 tidak ada yang melebihi kapasitas setiap TPST atau TPA.

Berdasarkan tabel 4.7 secara umum formulasi matematis yang diolah dalam lingo secara umum

hasilnya sudah sesuai dengan fungsi batasan utama yang dimasukkan, yaitu kapasitas pembuangan

akhir dan pemilihan pengalokasian sampah berdasarkan jarak total rata – rata.

Gambar 4.3 berikut ini merupakan peta pengalokasian sampah dalam kota apabila TPA dan TPST

yang ada sudah mulai beroperasi. Pada model ini TPS nomor 41 yaitu TPS belakang stadion Sonolayu

yang sebenarnya lebih dekat menuju TPST Komplek kantor selatan harus dialokasikan menuju TPA

Winong dikarenakan volume yang masuk di TPST tersbut sudah mendekati batas kapasitas

14

pengolahan sampah di TPST tersebut. TPST komplek kantor selatan memang tidak mendapatkan

kiriman sampah dari luar kota. Untuk pengalokasian sampah luar kota dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.3 Peta pengalokasian sampah dalam kota menuju TPA dan 4 TPST

Gambar 4.4 Peta pengalokasian sampah luar kota menuju TPA dan 4 TPST

15

4.4 PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian ini ialah pemerintah Boyolali segera mengoperasikan TPST komplek

kabupaten selatan serta TPST Karanggede, dengan sumber sampah yang masuk berdasarkan tabel

4.6. Untuk meningkatkan efektifitas petugas dalam mengelola sampah, pemerintah dapat

meminimalisir jumlah TPS yang ada di kecamatan Boyolali yang berada dalam satu kawasan atau

satu jalan yang memungkinkan untuk digabung. Kemudian, khususnya untuk sampah di pembuangan

liar sebanyak 15 lokasi tersebut dapat segera ditindaklanjuti oleh pemerintah guna mencegah dampak

negatif untuk lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Daskin, Mark. S. 2008. What You Should Know About Location Modeling. Dept. Of Engineering and

Management Sciences. Northwestern University.

Daskin, Mark. S. 2013. Network and Discrete Location Models, Algorithms, and Applications Second

Edition. John Wiley & Sons, Inc. Hoboken. New Jersey

Kawi, Adolof Eduward. Rusdiansyah Ahmad. 2009. Analisis Penentuan Lokasi Pembangunan

Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) Untuk Program Konversi Minyak Tanah ke LPG 3 Kg

di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Metode P-Median. Manajemen Teknologi. ITS.

Surabaya. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X.

Nurcahyono, Ike. Suletra, I Wayan. Liquiddanu, Eko. 2010. Penentuan lokasi Ideal SD dan MI se

kecamatan pejagoan Kabupaten Kebumen dengan Menggunakan Model P-Median, P-Center,

dan Max Covering. Jurusan Teknik Industri. UNS. Surakarta. Prosiding Performa 2010 Vol.

9, No. 2: 1-10.

Septiandre. Siswanto, Nurhadi. 2016. Penentuan Lokasi Gudang Penyangga Regional PT. “X”

Wilayah jawa Timur. Manajemen Teknologi. ITS. Surabaya. Jurnal Studi Manajemen dan

Bisnis. Vol. 3 No.2 tahun 2016.