analisis literasi media pada pusat studi media dan...
TRANSCRIPT
ANALISIS LITERASI MEDIA PADA PUSAT STUDI MEDIA DAN
KOMUNIKASI REMOTIVI (Studi Kasus Playlist Literasi di YouTube)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Aminatuz Zuhriyah
NIM. 1113051000006
KONSENTRASI JURNALISTIK
PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H./2018 M.
i
ii
ABSTRAK
Aminatuz Zuhriyah (1113051000006)
Analisis Literasi Media Pada Pusat Studi Media dan Komunikasi Remotivi(Studi Kasus Playlist Literasi di YouTube)
Playlist Literasi media merupakan salah satu produk Remotivi yang memuatkonten teori dalam melihat media di YouTube. Tujuannya untuk mengedukasikhalayak agar mengetahui cara kerja media dalam membuat produknya. Sehingga,masyarakat mampu menghadapi terpaan media. Remotivi sendiri merupakanlembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kajian media dankomunikasi. Pada tahun 2014, mendapatkan Tasrif Award dari AJI karenakegigihannya dalam mengembangkan literasi media kepada masyarakat,menumbuhkan, mengelola, dan merawat sikap kritis masyarakat terhadap televisi,serta mendorong profesionalisme pekerja televisi untuk menghasilkan tayanganyang bermutu, sehat dan mendidik.
Berdasarkan latar belakang tersebut muncul lah pertanyaan penelitian. Bagaimanaanalisis konten literasi media pada YouTube Remotivi?
Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatankualitatif dengan paradigma konstruktivis. Penelitian jenis ini menunjukkanbahwa kebenaran suatu realitas sosial adalah kebenaran yang bersifat relatif darihasil konstruksi sosial. Peneliti melakukan observasi, wawancara, studi kasus danstudi pustaka untuk mendapatkan data penelitian. Teknik analisis yang digunakanadalah analisis teks dan gambar Teun A Van Dijk. Teori yang digunakan penelitiadalah teori literasi media Art Silverblatt. Teori ini menjelaskan konsep tentangbagaimana cara memahami literasi media untuk memberikan pemahaman tentangdiskursus media.
Literasi media yang dilakukan Remotivi menggunakan YouTube denganmembagi menjadi lima playlist diantaranya; Literasi, Yang Tidak Media Katakan(YTMK), Kliping Peristiwa Media, Kampanye, dan yang terbaru adalahKenakalan Remaja di Era Informatika. Namun, karena keragaman playlist dansedikitnya tim YouTube menjadikan channel ini tidak konsisten dalammengunggah video-video literasinya. Selain itu, konsep yang digunakan dalamplaylist-nya juga masih mentah karena kebingungan tim YouTube untukmenyentuh lapisan khalayak dalam hal pengetahuan bermedia.
Dengan demikian, apa yang dilakukan Remotivi dalam channel YouTube-nya merupakan sebuah gerakan sosial yang memanfaatkan media digital dalampenyebarannya
Kata Kunci: Remotivi, gerakan sosial, YouTube, literasi media.
iii
KATA PENGANTAR
Bisillahirrahmaanirrahiim
Segala puji milik Allah SWT, Tuhan pemilik jiwa, akal, dan tenaga setiap
manusia yang diciptakannya. Karena dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya,
pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan tanggung jawab akademisnya yang
sempat tertunda. Shalawat serta salam senantiasa dipanjatkan kepada sang
revolusioner, Nabi Muhammad SAW dan seluruh keluarga, para sahabat, para
pengikutnya.
Bagi peneliti, skripsi bukanlah formalitas yang harus diselesaikan dengan
cepat dan tanpa kualitas. Ada prosedur dan syarat yang harus dipenuhi peneliti
untuk layak disebut sebagai karya ilmiah. Hal itu membutuhkan waktu, tenaga,
fikiran ekstra dan perhatian khusus peneliti untuk merampungkannya. Berkat
tekanan dan paksaan dari berbagai pihak, akhirnya peneliti merampungkan skripsi
ini meskipun masih terdapat kekurangan. Dengan keterbatasan penyelesaian
skripsi ini tentu tidak luput dari bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun
materil. Oleh karenanya peneliti ingin mengucapkan terimakasih dan
mendedikasikan skripsi ini kepada:
1. Kedua orangtua terhebat, Ayah M. Sholeh dan Ibu Mufarrohah yang
telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil, kasih
sayang yang tulus, pengorbanan serta doa yang tak kunjung henti.
Adik semata wayang, Naily Ilmiyati yang telah memberikan doa dan
semangat.
iv
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief
Subhan, M.A., beserta jajarannya.
3. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, M. Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik DRA. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A.
4. Dosen pembimbing skripsi, Rachmat Baihaky, MA yang telah
menyediakan waktu di tengah kesibukannya untuk membimbing
peneliti sehingga skripsi ini selesai dengan baik dan lancar.
5. Penguji sidang skripsi, Bintan Humeira, M.Si dan Siti Nurbaya, M.Si
yang telah memberikan saran dan kritik membangun untuk
memerbaiki dan menyempurnakan penelitian ini.
6. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi atas ilmu yang diberikan kepada peneliti.
7. Pusat Studi Media dan Komunikasi, Remotivi. Khususnya kepada Mas
Heychael, Kak Aya, Mas Yoyon, Mas Fariz, dan mbak Uci.
8. Tim diskusi penelitian, Dosen KPI IAIN Surakarta, Mas Abraham
Zakky Zulhazmi, S.Kom.I., MA. Hum. Terimakasih untuk arahan dan
masukannya sejak sebelum seminar proposal skripsi. Mbak Qurrota
A’yun, S.Sos dan Mas Yani Fatrur Rohman, S.Sos terimakasih untuk
arahan, dukungan, dan buku refrensinya. Semoga S2 kalian selesai
tepat waktu dan di waktu yang tepat.
9. Tim pendamping skripsi, Ahmad Mas’ad Ali, terimakasih untuk doa,
kesabaran dalam mendampingi, mendengarkan keluh kesah dan
semangat serta bantuan mengolah data skripsi. Atul dan cak Masluh,
terimakasih telah menemani wawancara. Cak Aji dan Sarah,
v
terimakasih telah meluangkan waktu untuk membantu menerjemahkan
buku refrensi dan memberikan motivasi dikala peneliti jenuh.
10. Sahabat-sahabat peneliti,Kabinet First Garden (Menlu: Sri, Menag:
Nanda, Mendikbud: Fahrul, Menhub: Iqbal, Menpora: Najib,
Menbumn: Suqron) Lia, Ida, Kak Irma, Memey dan Azizi dengan
sabar mendengar keluh kesah selama mengerjakan penelitian.
11. Kawan-kawan di organisasi Image Jabodetabek, PMII Komfakda,
Kopri Cabang Ciputat, PPT IMIKI UIN Jakarta, dan HMK Jurnalistik
yang telah memberikan pengalaman dan kesempatan peneliti untuk
belajar dan berproses.
12. Teman-teman Jurnalistik angkatan 2013, khususnya Jurnalistik A.
Terimakasih sudah memberikan cerita suka duka selama kuliah dan
teman-teman KKN HISTORIA 2016, terutama untuk Ketua dan
sekretaris juga kepada Kartika dan Sherly.
13. Serta seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Akhirnya denan mengucapkan alhamdulillah peneliti dapat menyelesaikan
studi S1 dengan cukup memuaskan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai
bahan refrensi untuk para akademisi.
Jakarta, 14 Mei 2018
Aminatuz Zuhriyah
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ............................................ Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK .......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ................................................................ 4
1. Batasan Masalah ................................................................................................. 4
2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
C. Tujuan dan Siginifikansi Penelitian ........................................................................ 5
1. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5
2. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 5
D. Metodologi Penelitian ............................................................................................. 6
1. Paradigma Penelitian........................................................................................... 6
2. Pendekatan Penelitian ......................................................................................... 7
3. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 7
4. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................. 8
5. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................................... 9
6. Teknik Pengolahan Data ................................................................................... 10
7. Teknik Analisis Data......................................................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan............................................................................................ 13
BAB II LANDASAN TEORITIS ................................................................................... 15
A. Media Sosial YouTube.......................................................................................... 15
B. Gerakan Sosial Melalui Media Digital.................................................................. 19
C. Teori Literasi Media Art Silverblatt...................................................................... 21
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ................................................................ 38
A. Analisis Teks dan Gambar Teun A Van Dijk ....................................................... 38
B. Kondisi Baru Penyiaran di Indonesia.................................................................... 40
vii
D. Perkembangan Literasi Media di Indonesia .......................................................... 42
E. Gambaran Umum Remotivi................................................................................... 46
1. Sejarah Singkat Remotivi .................................................................................. 46
2. Profil Pendiri Remotivi ...................................................................................... 50
3. Struktur Lembaga Remotivi............................................................................... 52
4. Visi dan Misi Remotivi...................................................................................... 54
5. Pendanaan Remotivi .......................................................................................... 55
F. YouTube Remotivi Sebagai Media untuk Literasi ................................................ 55
G. Data Statistik YouTube Remotivi.......................................................................... 58
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 62
A. Temuan Penelitian Literasi Media pada Konten YouTube Remotivi.................... 62
B. Analisis Temuan ................................................................................................... 68
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 89
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 89
B. Saran...................................................................................................................... 90
C. Rekomendasi ......................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 92
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Konten Media Sosial yang Sering Dikunjungi .............................. 3
Gambar 1.2Penetrasi Pengguna Internet Indonesia Berdasarkan Usia .............. 3
Gambar 2.1 Media Sosial dengan Pengguna Aktif Terbesar di Indonesia (TW III
& IV 2016)...................................................................................................... 17
Gambar 2.2 Konten Media Sosial yang Sering dikunjungi ............................... 17
Gambar 3.1 Presentase Generasi Milenial dalam Mencari Sumber Informasi ... 44
Gambar 3.2 Logo Remotivi 2011-2015............................................................ 49
Gambar 3.3 Logo Remotivi 2015-Sekarang ..................................................... 50
Gambar 3.4 Struktur Lembaga Remotivi.......................................................... 52
Gambar 3.5 Frekuensi Milik Publik ................................................................ 53
Gambar 3.6 Rapotivi ....................................................................................... 53
Gambar 4.1 Alur produksi video Literasi ......................................................... 70
Gambar 4.2 Alur Produksi Video YTMK ........................................................ 72
ix
DAFTAR TABEL
Tabel3.1 Jenis Sanksi ...................................................................................... 41
Tabel3.2 Data Tingkat Minat Baca di Dunia .................................................... 42
Tabel3.3 Rubrik Yang Tidak Media Katakan................................................... 58
Tabel3.4 Rubrik Literasi .................................................................................. 59
Tabel3.5 Rubrik Kampanye ............................................................................. 60
Tabel3.6 Rubrik Kliping Peristiwa Media........................................................ 61
Tabel4.1 Kelebihan dan Kekurangan YouTube Remotivi ................................ 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak runtuhnya rezim orde baru, kebebasan bermedia mulai
menunjukkan taringnya yang ditandai dengan menjamurnya media massa,
baik cetak maupun elektronik.Dampak dari persaingan industri media
tersebut berakibat pada produksi konten media. Menurut data yang dilansir
KPI tentang indeks kualitas siaran tiga tahun terakhir, kualitas siaran tv
masih di bawah standar yang ditetapkan yakni 4.00 pada tahun 2015 dan
2016 serta 3.00 pada tahun 20171. Dewasa ini,yang menjadi sorotan
adalah derasnya arus media tidak dibarengi dengan pemahaman literasi
media.Hal tersebut menjadi perhatian Remotivi agar khalayak yang hidup
di dunia sesak media tetap waspada terhadap terpaan media dengan
menghadirkan konten literasi dalam YouTube-nya.
Playlist Literasi media merupakan salah satu produk Remotivi yang
memuat konten teori dalam melihat media di YouTube. Tujuannya untuk
mengedukasi khalayak agar mengetahui cara kerja media dalam membuat
produknya. Sehingga, masyarakat mampu menghadapi terpaan
mediadanmelek terhadap sisi lain dari suatu peristiwa yang disajikan
media.Playlist ini berisi tentang teori yang disederhanakan dalam bentuk
video dengan mengambil studi kasus peristiwa di televisi.
1https://www.kpi.go.id/index.php/id/publikasi/survei-indeks-kualitas-siaran-televisidiakses pada 31 Agustus 2017.
2
Remotivi hadir sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat di
Indonesia yang bergerak di bidang literasi sekaligus pemantauan media
dengan asumsi untuk memerbaiki kualitas dan kesenjangan di industri
media. Kajian utamanya 60% pada media telivisi dan 40% di media
lain.Remotivi mengonstruk pikiran khalayak untuk lebih kritis terhadap
media khususnya televisi. Khalayak dididik sebagai konsumen aktif agar
turut serta menjadi bagian dari kontrol sosial. Mantan direktur Remotivi,
Heychael mengatakan bahwa,literasi media dijadikan sebagai upaya
Remotivi untuk melawan kuasa media. Lanjutnya, KPI belum ada
kesungguhan dalam memantau kualitas media, begitupun dengan industri
media yang masih menyalahgunakan frekuensi publik melalui tayangan
yang tidak berkualitas dan kesenjangan konten media.
Empat tahun setelah berdiri, Remotivi mendapat penghargaan
Tasrif Award 2014 dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) sebagai lembaga
yang peduli terhadap demokratisasi frekuensi di Indonesia dalam ranah
perwujudan siaran televisi yang lebih sehat dan bermanfaat bagi
publik2.Penghargaan tersebut diberikan karena kegigihannya dalam
mengembangkan literasi media kepada masyarakat,menumbuhkan,
mengelola, dan merawat sikap kritis masyarakat terhadap televisi, serta
mendorong profesionalisme pekerja televisi untuk menghasilkan tayangan
yang bermutu, sehat dan mendidik.
2https://aji.or.id/read/press-release/297/siaran-pers-udin-award-dan-tasrif-award.htmldiunggah pada 30 Agustus 2014. Diakses pada 13 September 2017.
3
Gambar 1.13
Konten Media Sosial yang Sering Dikunjungi
Seiring berkembangnya zaman
, banyak bentuk-bentuk literasi
Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII),
di Indonesia sendiri, YouTube menempati urutan ketiga media sosial yang
sering dikunjungi khalayak media. Hal ini menunjukkan tingginya
masyarakat dalam menggunakan YouTube.
Gambar 1.2
Penetrasi Pengguna Internet Indonesia Berdasarkan Usia
3https://apjii.or.id/content/read/39/264/Survei-Internet-APJII-2016. Diterbitkan padaNovember 2016. Diakses pada 24 Desember 2017.
4
Dari data APJII di atas menunjukkan bahwa pengguna internet
didominasi oleh usia 25-34 tahun dan posisi kedua dimonisasi oleh usia
10-24 tahun. Usia generasi millennial berkisar antara 17-27 tahun.
Sehingga bisa dikatakan bahwa generasi milenial mendominasi
penggunaan internet. Sedangkan menurut berita yang dimuat di CNN
Indonesia, kelompok usia yang sering mengunjungi YouTube adalah
kelompok dengan usia 18-29 tahun4 atau yang disebut generasi milenial.
Untuk menjangkau generasi millenial, Remotivi memanfaatkan media baru
untuk mengampanyekan literasi media yaitu melalui website
Remotivi.or.id dan channel YouTube Remotivi sebagai bentuk literasi
media yang kontekstual dengan zaman. Jika dilihat dari gambar 1.2
generasi milenial gemar mengakses YouTube.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan penulis, maka
penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Analisis Literasi Media
Pada Pusat Studi Media dan Komunikasi Remotivi (Studi Kasus
Playlist Literasi di YouTube)”
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, maka
peneliti membatasi masalah penelitian untuk lebih memfokuskan pada
4https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150214143544-185-32127/youtube-dalam-angka-angka. Diunggah pada 15 Februari 2015. Diakses 24 Desember 2017. 15.08 WIB.
5
konten playlist yang dilakukan Remotivi melalui YouTube. Peneliti
mengambil video literasi dengan viewer terbanyak.
2. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui permasalahan yang akan diteliti, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana analisis literasi media
yang dilakukan Remotivi melalui YouTube?”
C. Tujuan dan Siginifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui literasi media yang
dilakukan Remotivi melalui YouTube.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dan kegunaan penelitian ini ditinjau dari dua hal
yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis. Secara akademis,
penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bentuk kontribusi bagi
pengembangan kajian dan riset Ilmu Komunikasi di Indonesia pada
umumnya, dan khususnya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah. Dengan mengangkat kajian
literasi media, penelitian ini dapat memberikan ide kepada kampus
untuk menjadikan kajian literasi media sebagai mata kuliah wajib bagi
mahasiswa Ilmu Komunikasi serta membantu para akademisi untuk
menganalisis isi media yang bersifat melek media. Artinya dunia yang
sesak media ini harus dibarengi dengan tingkat kecerdasan dalam
bermedia. Ditinjau dari sisi pragmatis, penelitian ini juga menjadi
6
bentuk kontribusi dan kritik kepada pegiat literasi media untuk
mengembangkan strategi dan jaringan kepada pihak lain, baik yang
berada di lingkungan akademisi maupun masyarakat sekitar.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Lexy J. Moleong mengutip pernyataan Bogdan dan Bilken
menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan proposisi yang
mengarahkan cara berpikir dalam penelitian5. Artinya bahwa
paradigma merupakan salah satu metode berpikir yang digunakan oleh
peneliti dalam melakukan penelitian, baik sebelum atau sesudah
penelitian. Tujuannya yaitu agar peneliti tidak keluar dari jalur cara
berpikir penelitiannya.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme yaitu
paradigma yang menunjukkan bahwa kebenaran suatu realitas sosial
adalah kebenaran yang bersifat relatif dari hasil konstruksi sosial.
Paradigma ini menolak paradigma positivism yang memisahkan subjek
dan objek komunikasi. Artinya paradigma ini menilai kajian sosial
secara subjektif dan objektif.
Paradigma ini menyatakan bahwa individu menginterpretasikan
serta bereaksi sesuasi dengan koseptual dan pemikiran6. Juga
memandang bahwa pesan komunikasi mustahil untuk diinterpretasikan
secara seragam. Penerima pesanlah yang harus memaknai pesan itu
5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja RosydaKarya, 1997), cet. 8, h. 30.
6Elvinaro Ardianto dan Bambang Q-Annes, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2009), cet. 2, h. 151.
7
sendiri sesuai dengan pengalaman masing-masing. Selain itu, realitas
sosial yang dihasilkan adalah perpaduan dari realitas subjektif dan
realitas objektif.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif yang merupakan suatu cara menggambarkan dan
medeskripsikan beberapa variable yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti dari sebuah fenomena atau gejala social7. Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan sebuah fenomena dengan mengumpulkan
data secara mendalam8. Dimana peneliti lebih fokus pada literasi
media Remotivi dalam bentuk videografis.
Lexy J Moleong mengutip dari pernyataan Bogdan dan Taylor
yang mendefinisikan pendekatan kualiatatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati9.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian literasi media yang dilakukan YouTube
Remotiviini dilakukan di beberapa tempat diantaranya di kantor
Remotivi yang terletak di Jl Cumi-cumi1 no 3A RT/RW 14/007 Jati,
Pulogadung 13220. Selain itu peneliti juga mengunjungi beberapa
7 Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014).Cet. 1, h.262.
8 Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta: Kencana, 2007). Cet.2. h. 58.
9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja RosydaKarya, 1997), h. 3.
8
perpustakaan yang menyajikan literatur Ilmu Komunikasi ataupun
yang menyajikan data-data sekunder. Dalam hal ini peneliti
berkunjung di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Umum Universitas Padjajaran, dan
Perpustakaan Umum Universitas Indonesia. Sedangkan waktu
penelitian yang diambil oleh peneliti adalah 6 bulan sejak Desember
2017.
4. Teknik Pengumpulan Data
Umumnya, data penelitian kualitatif berupa informasi subtansif.
Artinya sulit untuk dinumerasikan. Penelitian ini secara garis besar
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu observasi, wawancara, dan
dokumentasi10.
a. Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan oleh panca indra
manusia. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil riset yang
komprehensif dan mendalam11. Artinya suatu proses pengamatan
dan pencatatan secara sistematis mengenai gejala-gejala yang
diteliti. Observasi ini menjadi salah satu dari teknik pengumpulan
data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, yang direncanakan
dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan
(reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya). Jenis observasi yang
dilakukan oleh penelitian ini adalah non partisipan dengan
10 Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. (Yogyakarta: LKiS, 2008). Cet. 2. h. 96.11Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi Kebijakan
Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 107.
9
pengamatan secara tidak langsung terhadap tayangan. Oleh
karenanya peneliti mengamati dan meneliti secara streaming video
yang diunggah di channel YouTube Remotivi.
b. Wawancara mendalam (indept interview) dilakukan sebagai metode
pengumpulan data yang digunakan untuk memeroleh informasi
langsung dari narasumbernya12. Wawancara mendalam dianggap
sebagai sebuah kolaborasi antara pewawancara dan partisipan.
Peneliti memilih wawancar mendalam karena tertarik dengan
teknik literasi media Remotivi dalam bentuk video. Adapun
wawancara dilakukan kepada orang-orang yang berkepentingan
dalam penelitian yaitu direktur Remotivi dan tim videografis.
c. Kajian literatur atau pustaka adalah data yang didapat oleh peneliti
melalui sumber-sumber tertulis seperti buku, majalah, dll. Kajian
literatur dalam penulisan ini adalah teori-teori dan uraiannya yang
didapat melalui beberapa sumber buku. Teori dan pengetahuan
tersebut selanjutnya digunakan untuk mengamati dan menganalisa
temuan-temuan di lapangan mengenasi literasi media di channel
YouTube Remotivi.
5. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Pusat Studi Media dan
KomunikasiRemotivi dan objek dari penelitian ini yaituchannel YouTube
yang diproduksi oleh Remotivi sebagai bentuk literasi media.
12 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasidan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 35.
10
6. Teknik Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengolah dan
menganalisa data dengan cara menghimpun, mempelajari, memilah,
dan memberi ulasan. Data diolah selain dalam bentuk narasi juga
dalam bentuk tabel, grafik dan gambar.
7. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalahanalisis teks
dan gambar Teun A Van Dijk yaitu mengelaborasikan elemen-elemen
sehingga bisa diaplikasikan secara praktis dengan membagi kerangka
analisis menjadi tiga bagian seperti struktur makro yang terdiri dari
tema, superstruktur membahas tentang skema, dan struktur mikro yang
di dalamnya terdapat elemen semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris13.
Data yang telah dikumpulkan baik data dari hasil wawancara
maupun data dari studi literatur akan diolah dengan melihat empat
playlist pada channel YouTube Remotivikemudian dibedah dengan
menggunakan analisis teks dan gambar milik Van Dijk. Dengan begitu
dapat mengantarkan peneliti untuk menganalisis konten literasi media
pada YouTube Remotivi.
E. Tinjauan Pustaka
Guna kajian pustaka adalah membandingkan, menyatakan bahwa
perumusan masalah dalam penelitian berbeda, sehingga dapat menghindari
terjadinya pengulangan dalam penelitian. Dengan kata lain, tinjauan
13Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,dam Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosydakarya, 2004), cet. 3, hlm. 73.
11
pustaka merupakan alat penguat bagi proses penelitian yang dilakukan
peneliti, bahwa peneliti tidak melakukan proses plagiasi pada penelitian
sebelumnya. Sehingga dalam tinjauan pustaka ini, akan dijelaskan tentang
perbedaan dan kesamaan antara penelitian yang peneliti buat dengan
penelitian sebelumnya.
Sebelum menyusun skripsi ini lebih lanjut, maka peneliti terlebih
dahulu menelusuri penelitian yang sudah dilakukan di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
penelitian dari Universitas lain. Adapun beberapa penelitian terdahulu
yaitu :
Skripsi berjudul “Literasi Media Televisi Dengan Pendekatan
Inokulasi di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat” yang ditulis pada
tahun 2015 oleh Nidya Mustika Armi, mahasiswa Program Studi
Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini membahas
tentang kegiatan literasi media yang dilakukan oleh KPI Pusat dengan
menggunakan pendekatan inokulasi yang merupakan teknik pencegahan
terhadap efek media. Hasil temuan penelitian ini adalah bahwa pendekatan
inokulasi dalam literasi media televisi di KPI Pusat lebih kepada
pencegahan terhadap efek media massa. Masyarakat diedukasi agar tidak
hanya menjadi penikmat isi siaran melainkan juga menjadi pengamat isi
siaran, sehingga khalayak mendapatkan haknya yaitu tayangan yang
berkualitas dan bermanfaat. Letak perbedaan penelitian ini adalah pada
teori dan objek yang diteliti.
12
Penelitian selanjutnya ditulis pada tahun 2013 oleh mahasiswa
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Birotul Nur Khamilah
dengan judul “Kegiatan Literasi Media Bagi Pelajar (Studi Deskriptif
Kualitatif di Komisi Penyiaran Indonesia Daerah DIY). Penelitian tersebut
bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas literasi televisi media yang
diselenggarakan oleh KPID DIY untuk siswa di kota Yogyakarta. Selain
itu, metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Kemudian,
penelitian tersebut menggunakan teori literasi media dan komunikasi
persuasif dalam kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KPID
DIY menggunakan fungsi manajemen untuk dipegang sosialisasi literasi
media televisi. Fungsi manajemen terdiri dari merencanakan, mengatur,
menggerakkan dan mengendalikan. Karena itu, sosialisasi dapat berjalan
dengan cukup baik. Perbedaan penelitian yang ditulis Birotul Nur
Khamilah dengan penelitian ini adalah pada objek penelitian. Tidak hanya
itu, teori literasi media yang digunakan masih bersifat umum sedangkan
penelitian ini menggunakan teori literasi media milik Art Silverblatt.
Skripsi dengan judul “Peran Remotivi dalam Meningkatkan
Kualitas Pers di Indonesia” pada tahun 2016 karya Agniya Khoiri,
mahasiswa Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran. Penelitian ini fokus pada kegiatan lembaga
Remotivi dalam mempertahankan eksistensinya serta peranannya dalam
sistem pers. Perbedaannya terletak pada objek penelitiannya dimana
13
batasan masalah dalam penelitian ini lebih kepada YouTube Remotivi.
Selain itu, fokus kajiannya juga berbeda.
Thesis karya Agus Maulana, mahasiswa pasca sarjana Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman dengan judul
“Pendidikan Literasi Media (Studi Deskriptif Strategi Komunikasi dalam
Pendidikan Literasi Media pada Lembaga Remotivi di Jakarta)” pada tahun
2014. Fokus penelitian ini terletak pada basis pelatihanRemotivi sebagai
strategi dalam meningkatkan tingkat literasi media pada masyarakat
dengan menggunakan teori Perencanaan Charles R Berger dimana asumsi
dasarnya adalah bagaimana rencana dibuat dan dirumuskan.Hasil
temuannya berupa perencanaan Remotivi dalam memanfaatkan new media
pada playlistRemotivi.or.id sebagai strategi untuk mencapai tujuan yaitu
literasi media kepada masyarakat. Perbedaan tesis dengan penelitian ini
adalah pada teori dan batasan penelitian, jika penelitian fokus kajiannya
pada lembagaRemotivi maka penelitian ini lebihkepada konten YouTube
Remotivi.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian yang akan dibahas terdiri dari lima bab, dan masing-
masing bab terdiri dari sub bab, yaitu:
BAB I Merupakan bab pendahuluan yang di dalamnya mencakup;
latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian, kajian pustaka, dan sistematika penulisan.
14
BAB II Merupakan bab yang membahas tentang tinjauan teoritis
yang akan digunakan dalam penulisan ini. Di dalamnya
meliputi; media sosial YouTube, peran media digital
dalam gerakan sosial, danteori literasi media Art
Silverblatt..
BAB III Bab ini merupakan gambaran umum media yang
membahas; kondisi baru penyiaran di Indonesia,
perkembangan literasi media di Indonesia, gambaran
umum Remotivi, YouTube sebagai media untuk literasi,
data statistik YouTube Remotivi, analisis teks dan gambar
Van Dijk.
BAB IV Bab ini menjelaskan dan menguraikan hasil analisis dan
temuan penelitian analisis literasi media pada konten
literasi di YouTube Remotivi.
BAB V Bab penutup yang membahas kesimpulan dan saran.
15
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang landasan teori yang
menjadi alat untuk menganalisis objek kajian penelitian. Teori tersebut nantinya
akan digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ada di bab sebelumnya.
A. Media Sosial YouTube
Dalam buku Media Sosial karya Rulli Nasrullah disebutkan bahwa
ada beberapa definisi media sosial dari berbagai penelitian. Setidaknya
terdapat lima definisi yang sudah ditulis oleh para peneliti1, berikut
pemaparan definisinya;
Boyd mendefiniskan media sosial sebagai perangkat lunak yang
digunakan oleh komunitas maupun individu untuk saling berkomunikasi,
dalam kasus tertentu mereka dapat saling berkolaborasi atau bermain2.
Misalnya, pembuatan group atau saling memberikan komentar di media
sosial. Boyd menambahkan bahwa media sosial memiliki kekuatan di
mana konten yang dihasilkan oleh pengguna, bukan oleh editor
sebagaimana yang dilakukan oleh media massa (user generated
content).3Di sinilah dapat dilihat titik perbedaan antara media massa
dengan media sosial dimana konten yang dihasilkan lebih independen
dibanding media massa.
1Rulli Nasrullah, Media Sosial : Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi,(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), hlm. 11.
2Rulli Nasrullah, Media Sosial : Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi,hlm. 11.
3Rulli Nasrullah, Media Sosial : Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi,hlm. 11.
16
Pengertian media sosial oleh Boyd di atas disederhanakan oleh
Mandibergh yang mengemukakan bahwa media sosial merupakan sebuah
wadah atau media yang dapat digunakan untuk bekerja sama dalam
menghasilkan konten (user generated content)4. Artinya media sosial
dapat dijadikan sebagai alat untuk memroduksi konten dengan orang lain.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa media sosial
merupakan suatu platform media berupa media online yang dapat
digunakan oleh siapa saja untuk kepentingan individu tanpa terikat oleh
suatu organisasi.
YouTube termasuk salah satu media sosial yang paling populer
saat ini. Menurut data laporan Wearesocial dan Hootsuite yang bertajuk
Digital in 2017: Southeastasia yang bersumber dari Globalwebindex (TW
III dan IV 2016) menunjukkan bahwa media sosial yang paling aktif
digunakan di Indonesia adalah YouTube, yakni mencapai 49 persen.
Adapun jumlah pengguna aktif media sosial di tanah air mencapai 106 juta
pengguna aktif, atau sekitar 40 persen dari populasi5.
4 Rulli Nasrullah, Media Sosial : Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi,hlm. 11
5https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/09/13/inilah-media-sosial-dengan-pengguna-aktif-terbesar-di-indonesia diakses pada 9 Februari 2018, pukul 17.53
17
Gambar 2.16
Media Sosial dengan Pengguna Aktif Terbesar di Indonesia (TW III & IV
2016)
Sedangkan menurut data survey APJII 2016, YouTube menempati
urutan ke tiga media sosial yang sering dikunjungi.
Gambar 2.2
Konten Media Sosial yang Sering dikunjungi
6https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/09/13/inilah-media-sosial-dengan-pengguna-aktif-terbesar-di-indonesia diakses pada 9 Februari 2018, pukul 17.59
18
YouTube dianggap mampu memengaruhi kondisi politik di suatu
negara7. Menurut Google Indonesia, YouTube telah menjembatani
kepentingan rakyat Indonesia, mulai dari kepentingan budaya, politik,
ekonomi, bahkan tentang pemerintahan8. Sehingga tidak berlebihan jika
YouTube dijadikan sebagai strategi kampanye literasi media karena begitu
masif perkembangan dan pengaruhnya.
Melihat YouTube akan menjadi salah satu media sosial populer
mendatang, Remotivi mulai melebarkan sayap dalam mengembangkan
literasi media. YouTube dinilai menjadi media strategis untuk menyasar
kalangan muda dalam hal bermedia. Sejak saat itu, pada tahun 2015 secara
resmi Remotivi menggunakan channel YouTube sebagai bagian dari
strategi literasi media.
Terdapat lima playlist dalam channel YouTube Remotivi yakni
Literasi, Yang Tidak Media Katakan (YTMK), Kampanye, Kliping
Peristiwa Media, dan yang terbaru adalah Kenakalan Remaja di Era
Informastika. Playlist Literasi membahas tentang suatu teori secara
mendalam dan videonya cenderung panjang. Playlist Yang Tidak Media
Katakan (YTMK) durasi waktu antara 3 sampai 7 menit membahas
tentang isu yang sedang hangat dibicarakan di media9. Sedangkan playlist
Kampanye berupa video sindiran dan ajakan khalayak agar melek terhadap
7Tim Pusat Humas Kementrian Perdagangan RI, Panduan Optimalisasi Media SosialUntuk Kementrian Perdagangan RI, (Jakarta: Kementrian Perdagangan RI, 2014), cet. 1, hlm. 64.
8Tim Pusat Humas Kementrian Perdagangan RI, Panduan Optimalisasi Media SosialUntuk Kementrian Perdagangan RI, hlm. 65.
9Olahan wawancara peneliti Remotivi, Wisnu Prasetyo Utomo, 23 Maret 2017
19
media. Playlist Kliping Peristiwa Media adalah video yang diambil dari
arsip akun YouTube milik industri media maupun arsip pribadi Remotivi
yang diunggah ulang di akun YouTube Remotivi.Playlist Kenakalan
Remaja di Era Informatika merupakan video satir atau meme untuk
meliterasi khalayak melalui lelucon.
B. Gerakan Sosial Melalui Media Digital
Menurut Jenkins dalam jurnal yang ditulis Merlina Lim, Media
sosial menyediakan ruang bagi individu, terutama bagi genarasi muda agar
dapat berpartisipasi baik dalam hal konsumsi dan distribusi pengetahuan ,
ide, dan budaya. Budaya partisipasif ini berfungsi sebagai infrastruktur
yang siap digunakan untuk kegiatan sosial dan politik dan berbah menjadi
keterlibatan sipil10. Artinya, dengan adanya media digital, setiap individu
dapat berkontribusi sebagai konsumen maupun produsen konten yang
dapat membuat perubahan baik di bidang sosial maupun politik.
Munculnya teknologi digital, dapat memberikan dampak pada
perubahan sosial. Pola baru aktivisme digital menurut Bennet dan
Segerberg dalam artikel yang berjudul Gerakan Sosial dalam Konektivitas
Digital yang ditulis Aulia Nastiti mengatakan bahwa terdapat tiga tipologi
aksi berdasarkan bentuk organisasi dan jejaring yang dihasilkan. Pertama,
crowd-enabled action yaitu aksi yang dilakukan murni dari personal
individu sebagai suatu reaksi terhadap suatu fenomena kemudian dikritisi
karena dapat memengaruhi khalayak dan pada akhirnya dapat menarik aksi
10 Merlyna Lim, Many Clicks but Little Sticks: Social Media Activism in Indonesia,Journal of Contemporary Asia, Volume 43, Nomer 4, 2013, hlm. 640.
20
serupa. Peran media digital pada tipe ini sebagai struktur sekaligus agen
organisasi. Kedua, organizationally-enabled action yaitu logika hibrid
collective dan connective action berjalan beriringan. Meskipun melalui
media digital, namun tetap ada struktur formal yang digawangi badan
organisasi. Organisasi membuka partisipasi personal melalui berbagai
kampanye. Ketiga, organizationally-brokered action yaitu aksi yang
dipusatkan pada kontrol organisasi tertentu, peran media digital hanya
sebagai wadah untuk menyebarkan ide atau gagasan. Anggota organisasi
tetap menjadi aktor mobilisasi. Untuk menarik orang berpartisipasi,
gerakan ini menggunakan collective action frame sebagai tipe
gerakannya11.
Dikutip dalam artikel berjudul Sosial Media Sebagai Gerakan
Sosial yang ditulis Ummu A’yunin, Usman Hamid, pendiri komunitas
change.org, mengatakan setidaknya ada empat fungsi media sosial12:
pertama, sebagai alat informasi, artinya khalayak dapat menyalurkan dan
mendapatkan informasi melalui media sosial. Kedua, sebagai alat
interaksi, media sosial menjadi medium interaksi yang efektif karena tidak
terbatas oleh jarak dan waktu. Ketiga, sebagai alat partisipasi, di sini lah
peran penting media sosial dalam sebuah gerakan sosial. Keempat, sebagai
alat desentralisasi isu dan aktor, yaitu medium untuk membahas isu yang
ringan dan sederhana, khalayak bisa membahas berbagai isu baik bertema
berat maupun ringan.
11http://www.remotivi.or.id/kupas/408/Gerakan-Sosial-dalam-Konektivitas-Digitaldiakses pada 8 Juli 2018. 17.05 WIB.
12https://www.academia.edu/18770232/SOSIAL_MEDIA_SEBAGAI_GERAKAN_SOSIALdiakses pada 9 Juli 2018.14.34 WIB.
21
Merlyna Lim dalam artikelnya berjudul Many Clicks but Little
Sticks: Social Media Activism in Indonesia berpendapat bahwa meskipun
media sosial tujuan utamanya bukan untuk memajukan dan memerdalam
demokrasi, tetapi karena memungkinkan berbagai bidang dapat ditemukan
di sana, dari berbagai bidang tersebut memungkinkan individu untuk
memiliki pastisipasi ruang lebih besar, secara budaya san sosial. Maka,
secara tidak langsung media sosial menghasilkan ruang publik yang ideal
dimana partisipasi publik yang kuat dan efektif dapat terjadi13.
C. Teori Literasi Media Art Silverblatt
Literasi media menurut Art Silverblatt merupakan gerakan sadar
melek media oleh khalayak media massa dengan menggunakan pendekatan
proses penyampaian pesan media kepada konsumen media14. Gerakan
penyampaian pesan media tersebut dapat berupa film, berita, buku, iklan,
dan lain sebagainya. Proses tersebut dapat memberikan pemahaman
tentang budaya yang ada di masyarakat sebagai bagian dari proses
komunikasi massa.
W. James Potter mendefinisikan literasi media sebagai suatu
perspektif atau kemampuan diri untuk melihat suatu media15. Perspektif
tersebut berupa pengetahuan dan keahlian untuk menganalisis pesan
13Merlyna Lim, Many Clicks but Little Sticks: Social Media Activism in Indonesia,Journal of Contemporary Asia, hlm. 638.
14Art Silverblatt dalamApriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas Bermedia KhalayakMedia Massa, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 12.
15W. James Potter, Media Literacy, (USA: Sage Publication, 2005), 3th edition, hlm. 22.
22
media16. Kemampuan ini menjadi penting agar khalayak sadar akan pesan
dan makna produk media ketika terlibat dalam interaksi.
Sedangkan menurut Stanley J. Baran, literasi media dipandang
sebagai rangkaian gerakan sadar media17. Tujuannya untuk meningkatkan
kontrol dan keterampilan individu terhadap media18. Artinya literasi media
dijadikan sebagai alat untuk melindungi diri dari terpaan media.
Titik perbedaan definisi literasi media dari ketiga pakar
komunikasi tersebut adalah jika Silverblatt menekankan melek media
sebagai sebuah gerakan khalayak terhadap media. Maka senada dengan
silverblatt, Baran juga melihat literasi media sebagai sebuah gerakan tetapi
lebih kepada individu media bukan khalayak pada umumnya. Sedangkan
Potter memandang bahwa literasi media sebagai suatu pengetahuan untuk
menganalisis media.
Menurut Silverblatt, Literasi media dibangun berdasarkan beberapa
elemen penting yang dirangkum menjadi lima elemen yaitu;
Pertama, menyadari dampak media terhadap individu maupun
masyarakat19. Media massa memiliki dampak baik dan buruk bagi
khalayak. Disadari atau tidak, kedua dampak tersebut dapat memengaruhi
perilaku dan budaya khalayak. Misalnya, seorang anak yang bertengkar
dengan temannya dengan alasan karena mengikuti apa yang pernah dilihat
di tv.
16W. James Potter, Media Literacy, hlm. 22.17Stanley J. Baran dalamApriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak
Media Massa, hlm. 8.18Stanley J. Baran dalamApriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak
Media Massa, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011),hlm. 8.19Art Silverblatt dalamYosal Iriantara, Literasi Media : Apa, Mengapa, Bagaimana,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009), hlm. 22.
23
Kedua, memahami proses komunikasi massa20. Ketika khalayak
memahami komponen dari komunikasi massa dan bagaimana komunikasi
tersebut berlangsung dan dibangun, maka khalayak akan mengetahui
perbedaan media dalam mengelola pesan21. Kita juga dapat membangun
persepsi bagaimana industri media itu bekerja, apa saja kewajiban media
terhadap khalayak begitupun sebaliknya.
Ketiga, mengembangkan strategi yang dapat digunakan untuk
menganalisis dan mendiskusikan pesan-pesan media22. Untuk mengetahui
makna atau pesan media, khalayak harus memiliki pedoman dasar
pemikiran dan refleksi. Pedoman dasar tersebut digunakan untuk
mengartikan makna atau pesan media kemudian kita harus memiliki objek
untuk menjadi bahan kajian. Misalnya, maksud dari sebuah tulisan dapat
dilihat dari framing tulisan. Kemudian kita bisa mengetahui maksud dari
foto tersebut dilihat dari waktu pengambilan foto, angel yang digunakan,
dan lain sebagainya. Jika kita tidak dapat memaknai sebuah pesan, maka
kita akan menelan mentah-mentah pesan yang dibuat oleh pembuat pesan.
Keempat, menyadari bahwa konten media merupakan sebuah teks
yang memberikan pemahaman kepada budaya dan diri sendiri23. Informasi
mengenai budaya bisa didapatkan dengan mudah melalui sebuah
komunikasi. Dalam konteks saat ini, dunia yang disesaki oleh media
20Art Silverblatt dalamYosal Iriantara, Literasi Media : Apa, Mengapa, Bagaimana, hlm.22.
21Art Silverblatt dalam Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa: Literasi Mediadan Budaya, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hlm. 32.
22Art Silverblatt dalamYosal Iriantara, Literasi Media : Apa, Mengapa, Bagaimana, hlm.22.
23Art Silverblatt dalamYosal Iriantara, Literasi Media : Apa, Mengapa, Bagaimana, hlm.23.
24
mampu menyediakan segala macam informasi yang dapat membentuk
suatu budaya baru dalam kehidupan masyarakat.
Kelima, kemampuan untuk menikmati, memahami dan
mengapresiasi isi media24. Pemahaman tentang literasi media bukan berarti
anti media. Literasi media tidak mengajarkan untuk menjauhi sama sekali
media. Justru ketika khalayak melek media maka akan mengetahui mana
konten yang baik dan buruk, kemudian mengapresiasi dari hasil kerja
produsen konten media.
Cakupan kegiatan literasi media menurut Potter dibagi menjadi
lima elemen, diantaranya:
Pertama, literasi media merupakan sebuah rangkaian bukan
pengelompokan25. Artinya sasaran literasi media tidak hanya pada satu
tingkatan sekolah atau salah satu media, tetapi menyeluruh dan
berkesinambungan dari berbagai tingkatan sekolah dan seluruh media
massa. Misalnya, penyebaran literasi media mulai dari sekolah dasar
kemudian pembelajarannya dilanjutkan hingga perguruan tinggi.
Kemudian media penyebaran literasi media juga pada beberapa medium
seperti koran, televisi, media siber, radio, dan sebagainya.
Kedua, mengembangkan literasi media merupakan hal yang
penting26. Pentingnya Mengembangkan literasi media baik secara
24Art Silverblatt dalamYosal Iriantara, Literasi Media : Apa, Mengapa, Bagaimana, hlm.23.
25James W. Potter dalamdalamYosal Iriantara, Literasi Media : Apa, Mengapa,Bagaimana, hlm. 12.
26James W. Potter dalamdalamApriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas BermediaKhalayak Media Massa, hlm. 12.
25
intelektual maupun emosi dapat mendorong seseorang untuk merasakan
dampak pesan media.
Ketiga, sifat literasi media adalah multidimensional yang
mencakup kognitif, emosi, estetika, dan moral27. Kognitif dalam hal ini
adalah khalayak dapat berpikir kritis terhadap konten media, dari segi
emosi, khalayak mampu merasakan dampak konten media bagi dirinya
maupun orang lain28. Setelah mengetahui maksud dan dampak konten
media, khalayak dapat menilai bahwa produk media merupakan bagian
dari seni serta di dalamnya mengandung nilai moral29.
Keempat, kemampuan untuk menelaah makna pada pesan media30.
Mengkaji makna di balik pesan media merupakan bagian dari literasi
media. Khalayak dapat dikatakan literate apabila mampu menggali makna
pada pesan media.
Kelima, literasi media memiliki tujuan untuk memberikan banyak
tafsiran dan kontrol terhadap media31. Keunggulan dari literasi media
adalah khalayak mampu membentengi diri dari dampak media. Semua
pesan yang disajikan tidak serta merta dicerna.
Berbeda dengan Silverblatt dan Potter yang mengemukakan lima
elemen dalam literasi media, Baran mengidentifikasi elemen literasi media
27James W.PotterdalamYosal Iriantara, Literasi Media : Apa, Mengapa, Bagaimana, hlm.32.
28James W. Potter dalamdalamApriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas BermediaKhalayak Media Massa, hlm. 13
29James W. Potter dalamApriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas Bermedia KhalayakMedia Massa, hlm. 14
30James W. Potter dalamApriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas Bermedia KhalayakMedia Massa, hlm. 13.
31James W. Potter dalamYosal Iriantara, Literasi Media : Apa, Mengapa, Bagaimana,hlm. 32.
26
menjadi 8 poin. 5 poin diantaranya merupakan elemen yang digagas oleh
Silverblatt.
Pertama, keterampilan berpikir kritis yang dapat memungkinkan
khalayak untuk menilai secara independen pesan media32. Kedua,
memahami tentang proses komunikasi massa33.Ketiga, kesadaran akan
dampak dari media bagi individu maupun masyarakat34.Keempat,
memiliki strategi untuk menganalisis dan mendiskusikan pesan
media35.Kelima, memahami bahwa konten media memberikan wawasan
tentang kebudayaan bagi khalayak36.Keenam, mampu untuk menikmati,
memahami, serta menghargai konten media37.Ketujuh, membangun
keterampilan produksi yang efektif dan bertanggung jawab38.Kedelapan,
memahami kewajiban etika dan moral praktisi media39.
Melalui bukunya Media Literacy : Keys to Interpreting Media
Messages, Art Silverblatt menyebutkan empat aspek yang harus dipahami
dalam literasi media. Aspek tersebut mencakup proses, konteks,
framework, dan produksi nilai.
32Stanley J. Baran dalamApriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas Bermedia KhalayakMedia Massa, hlm. 14.
33Stanley J. Baran dalamApriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas Bermedia KhalayakMedia Massa, hlm. 14.
34Stanley J. Baran dalamApriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas Bermedia KhalayakMedia Massa, hlm. 14.
35Stanley J. Baran dalamApriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas Bermedia KhalayakMedia Massa, hlm. 14.
36Stanley J. Baran dalamApriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas Bermedia KhalayakMedia Massa, hlm. 14.
37Stanley J. Baran dalamApriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas Bermedia KhalayakMedia Massa, hlm. 14.
38Stanley J. Baran dalamApriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas Bermedia KhalayakMedia Massa, hlm. 14.
39Stanley J. Baran dalamApriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas Bermedia KhalayakMedia Massa, hlm. 14.
27
1. Proses. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ‘proses’
memiliki makna pengolahan yang menghasilkan produk40. Artinya
untuk menghasilkan suatu produk pasti ada suatu rangkaian
sebelumnya, dan dalam konteks komunikasi di dalamnya pasti
menghasilkan pesan komunikasi.Untuk mengetahui bagaimana
prosesnya maka kunci pertama untuk menafsirkan proses pesan
komunikasitersebut adalah harus mengetahui unsur-unsurnya yaitu41.
a. Function, di setiap ‘proses’ pasti memiliki fungsi atau tujuan
tertentu di dalamnya42. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
segala aktivitas komunikasi dapat dimotivasi oleh banyak tujuan.
Maksud dan fungsi tersebut dibagi menjadi empat yaitu Latent
Function (Fungsi Laten) yang mengacu pada maksud atau tujuan
komunikator tersembunyi43. Komunikator mengemas pesan
komunikasi dengan berbagai cara agar maksud dan tujuannya tidak
jelas nampak. Misalnya, orang yang mengiklankan produknya
dalam bentuk adegan dalam film. Tujuan utamanya yaitu untuk
memersuasi khalayak agar mengikuti cara berpikirnya.
Fungsi kedua yaitu Multiple Function (Fungsi Ganda) yang
menunjukkan bahwa dalam satu waktu mediator bisa memiliki dua
fungsi seperti fungsi dalam periklanan yaitu memromosikan
penjualan barang dan jasa tetapi di lain sisi juga harus melayani
40 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan danKebudayaan Republik Indonesia, KBBIOffline, Edisi V.
41Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, (London:Praeger Publisher, 1995), hlm. 20
42Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages,hlm. 2043Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 22
28
pelanggan44. Misalnya, terdapat iklan susu kental manis dengan
slogan banyak memiliki nutrisi. Khalayak tidak sadar bahwa
dibalik manisnya susu kental manis terdapat banyak kandungan
gula yang tidak baik untuk kesehatan. Dari sini dapat diketahui
bahwa yang diuntungkan utamanya bukan pada pengiklan karena
jika khalayak mengetahui bahaya dari kandungan gula yang terlalu
banyak akan mengganggu kesehatan sehingga tidak membeli
produk susu kental manis tersebut.
Ketiga, Undefined Function (Fungsi tidak terdefinisi).
Fungsi ini tidak memiliki maksud dan tujuan yang jelas, akibatnya
presentasi yang ditampilkan buruk. Akan tetapi, fungsi ini juga
dapat dimanfaatkan untuk menarik khalayak45. Misalnya terdapat
suatu program acara yang persuasif dan informatif, namun di saat
yang sama program tersebut bertujuan untuk menghibur sehingga
tujuan utama dari program tersebut tidak dapat diidentifikasi.
Keempat, False Function (Fungsi Palsu) yang mengacu
pada program media yang menawarkan satu fungsi tetapi memiliki
tujuan lain46. Misalnya, program acara infotaimen di Net Tv
“Entertaiment News” yang menyuguhkan berita dengan metode
layaknya jurnalistik sehingga khalayak memercayai kredibilitas
beritanya. Padahal tujuan utama dari infotaiment adalah untuk
menghibur.
44Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 2245Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 2346Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 24
29
Dengan demikian, produksi media terkadang berusaha memenuhi
beberapa fungsi yang berlainan. Misalnya agar tetap kompetitif,
seorang jurnalis dituntut untuk menyajikan informasi tetapi dikemas
dengan hiburan dan tidak menutup kemungkinan karena tuntutan
tersebut, jurnalis mengubah isi dalam prosesnya sehingga tujuan utama
untuk memberikan informasi hilang begitu saja.
b. Comparative Media (media komparatif) yaitu komunikator
memanfaatkan sifat-sifat yang melekat pada media47. Misalnya,
koran identik dengan “tulisan” maka untuk menghidupkan
imajinasi pembaca agar dapat memahami maksud tulisan adalah
dengan menggunakan diksi yang tepat dan dapat mendeskripsikan
suatu masalah dengan baik. Contoh lainnya adalah radio. Sifat
yang melekat pada radio adalah audio. Produser tidak bisa
memaksakan visual masuk ke dalam radio layaknya televisi.
Sehingga untuk mentransformasikan informasi adalah dengan
memilih diksi yang beragam dan suara yang kreatif.
Untuk menilai karakteristik suatu media, ada lima hal yang
harus dipertimbangkan yaitu indra yang terlibat dalam menerima
informasi, kecepatan presentasi, lingkungan dimana media dapat
diterima, penyebarluasan jadwal presentasi (program acara), dan
yang kelima adalah peggunaan dan harapan penonton48.
c. Media Communicator (Komunikator Media) merupakan orang
yang berada di balik pembuatan program di media, baik film,
47Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 2448Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 24
30
sinetron, dan lain sebagainya. Sering ditemui, khalayak dapat
menikmati hasil produksi tanpa mengetahui siapa yang
membuatnya. Dalam literasi media, mengetahui komunikator
media sangat penting untuk melihat pesan di balik program yang
dibuat49.
d. Audience disebut juga dengan konsumen media yang di dalamnya
terdapat teori penerimaan. Teori tersebut membahas soal
bagaimana khalayak menerima pesan media yang mengacu pada
aliran pemikiran yang menyadari bahwa penonton berperan aktif
dalam menafsirkan informasi yang diterima melalui media massa.
Bahkan khalayak dapat menafsirkan informasi jauh berbeda dari
pesan yang dimaksud oleh komunikator media50.
Identifikasi khalayak juga sangat penting untuk mengetahui
segmentasi pasar. Sehingga program yang disajikan kepada
khalayak tepat sesuai target. Namun, identifikasi khalayak ini
menjadi tantangan tersendiri dari komunikator media karena
khalayak memiliki minat yang berbeda sesuai dengan latar
belakang, demografis, psikologi, suku, prioritas, lingkungan
komunikasi dan lain sebagainya. Identifikasi khalayak ini nantinya
akan memengaruhi isi media, oleh karena itu identifikasi khalayak
memberikan perspektif bahwa pesan media telah dikembangkan
dan disajikan untuk menjangkau khalayak yang dituju51.
49Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 3350Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 3451Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 35
31
2. Konteks mengacu pada unsur-unsur sekitarnya yang secara halus
mengatur makna dan pengungkapan52. Unsur-unsur tersebut dibagi
menjadi tiga yakni:
a. Konteks sejarah. Jika dilihat dari sejarah, kita merupakan produk
dari kejadian sejarah yang berada di sekitar kita. Komunikator
media menghasilkan karya yang berasal dari hal-hal signifikan dari
kejadian sehari-hari. Jelasnya, tujuan utama dari jurnalis adalah
untuk merekam kejadian yang mengandung signifikansi politik
atau sosial53. Dalam kaitannya dengan penyajian sejarah atau
sebuah informasi, wartawan tulis/cetak memiliki kelebihan dalam
menganalisis suatu sejarah secara mendalam, namun karena
keterbatasan ruang (space) wartawan tulis sering tidak melengkapi
tulisan sehingga dapat menimbukan ahistori dalam penulisan
sejarah atau berita. Sedangkan wartawan televisi sering tidak
memiliki cukup waktu untuk melengkapi informasiyang dia
dapatkan, selain itu informasi yang divisualisasikan juga tidak
mudah dan cenderung sulit sehingga menimbulkan ahistori dalam
menyajikan informasi54.
Ian I. Mitroff dan Warren Bennis menyatakan bahwa
televisi berita sering menyajikan informasi secara terpisah, tanpa
konteks sejarah yang memberikan makna:
With very few exceptions, most issues on network
television news are presented in a completely ahistorical
52Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 3953Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 3954Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 39
32
context of no context whatsoever. Most news issues,
especially local items, merely appear; they drop in from out
of the blue... the overall effect is one of dazzling confusion.
Little or no attempt is made to present a larger view in
which the issues could be located in a coherent
framework55.
Ada beberapa pengecualian, banyak isu yang ditampilkan
di tv berita yang disajikan tidak secara utuh sehingga efek yang
diterima khalayak berbeda. Namun, jika kita memandang secara
luas, kita dapat menemukan isu-isu tersebut dalam kerangka isu
lain yang lebih koheren.
Melihat program media dari era yang berbeda juga dapat
memberikan perspektif budaya ke dalam periode dimana karya
tersebut diproduksi56.
b. Konteks kebudayaan.Antropolog mempelajari peradaban kuno
dengan menggali artefak untuk merekonstruksi potret masyarakat.
Dengan cara yang sama, studi tentang budaya populer memiliki
fungsi hermeneutik, atau interpretif, melengkapi sarana untuk
memahami budaya57. Russel B. Nye memberikan definisi
komprehensif tentang budaya populer : budaya populer
menggambarkan produksi, artistik dan komersil, didesain untuk
55Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 4056Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 4157Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 43
33
konsumsi massal, yang menarik dan mengekspresikan rasa dan
pemahaman tentang public majority, kebebasan dan kontrol oleh
standar minoritas, mereka menggambarkan nilai-nilai, keyakinan
dan pola dari pandangan dan perasaan umum yang tersebar dan
diterima oleh masyarakat Amerika58.
Dalam konteks budaya terdapat istilah populer. Menurut
Russel B. Nye, bahwa istilah populer berkonotasi penerimaan yang
berarti persetujuan dan pembagian nilai-nilai untuk mengapresiasi
dan mengagumi sikap serta kesopanan ketika bermedia59. Dalam
hal ini, budaya populer menggambarkan atitud, nilai-nilai, tingkah
laku, kesukaan, dan mitos yang menggambarkan sebuah budaya.
Apabila khalayak tidak menyukai tayangan kekerasan, maka dia
berhak untuk tidak menontonnya. Sehingga pandangan khalayak
menjadi kunci utama untuk membuat program media.
c. Struktur. Terdapat tiga struktur dalam media yaitu pertama, pola
kepemilikan, dimana pemilik media memiliki pengaruh yang besar
terhadap konten media60. Kedua, Media dan peraturan pemerintah,
dimana setiap negara memiliki kebijakan mengenai isi dan
penyebaran informasi melalui jalur komunikasi massa. hubungan
antara sistem media dan kebijakan pengaturan pemerintah ini
berperan dalam membentuk kualitas dan keragaman pesan media61.
Ketiga, struktur internal. Struktur internal organisasi media terdiri
58Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 4359Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 4560Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 5961Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 61
34
dari unsur-unsur berikut: sumber daya perusahaan produksi,
kerangka organisasi (yaitu, departemen, lini tanggung jawab, dan
proses pengambilan keputusan yang berbeda). Faktor organisasi ini
berdampak terhadap kebijakan sehari-hari serta pada perencanaan
jangka panjang62. Di dalam struktur internal terdapat dua organisasi
yaitu organisasi newsroom yang di dalamnya terdapat tiga struktur
penting yakni manajer umum, manajer bisnis, dan direktur berita.
Manajer umum bertanggung jawab atas semua pekerjaan di stasiun
tv, termasuk rencana jangka panjang, pelayanan komunitas,
programing, dan pertimbangan anggaran. Manajer bisnis
bertanggung jawab terhadap segala aspek finasial dalam stasiun
berita. Sedangkan direktur berita bertanggung jawab terhadap
stasiun berita harian. Merujuk pada Jim Willis dan Diane B Willis,
misi atau tujuan direktur berita yaitu untuk membuat berita selalu
dikompromikan dengan tekanan untuk mendapatkan rating yang
tinggi. Selain itu, proses pengambilan kebijakan di broadcast
newsroom juga memiliki dampak terhadap sebuah informasi63.
Sebagai contoh ketika editor memberikan tugas kepada reporter.
Reporter melaporkan informasi yang didapatkan kepada editor
melalui seorang asisten editor, maka asisten editor hanya
menyampaikan informasi yang dianggapnya penting dan tidak
menyampaikan informasi sepenuhnya dari reporter di lapangan.
62Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 6363Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 64
35
3. Framework mengacu pada berbagai elemen struktural suatu
produksi64. Pesan media dapat dilihat dari Framework atau kerangka
kerja sebuah media. Untuk mengetahui kerangka kerja tersebut maka
ada beberapa elemen diantaranya:
Introduction (judul). Ketika melihat judul sebuah berita atau
informasi di media cetak maupun elektronik maka khalayak secara
tidak langsung mengetahui maksud dari informasi yang disajikan,
karena pada dasarnya judul memuat keseluruhan isi informasi65. Di
industri media, judul menjadi sesuatu yang penting untuk menarik
khalayak agar membaca atau menonton produk media. Dari sebuah
judul, khalayak mengharapkan informasi yang ingin didapatkan
melalui produk media tersebut, sehingga judul menjadi hal yang
menarik untuk menganalisis pesan media.
Plot merupakan serangkaian tindakan yang telah direncanakan oleh
komunikator media untuk saling membangun sebuah ide cerita66.
Artinya media memiliki alurnya sendiri untuk menceritakan suatu
peristiwa.
Terdapat empat unsur plot yaitu: konten eksplisit berisi tentang
aktivitas atau tindakan yang tampak pada sebuah acara media67.
Misalnya adegan-adegan yang ada dalam sebuah acara. Jika produk
media tersebut berupa media cetak maka cara melihatnya dari setiap
teks yang direfleksikan untuk menggambarkan sebuah informasi atau
64Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 87.65Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 71.66Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 72.67Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 72.
36
cerita tersebut. Namun, konten eksplisit ini berbicara dalam konteks
film atau tv. Cara yang paling efektif untuk mengidentifikasi pesan
media adalah dengan mencatat beberapa adegan penting dalam konten
media sehingga dapat disimpulkan pesan yang terkandung di
dalamnya68.
Kedua adalah respon afektif yang berbicara tentang emosi
khalayak di setiap adegan cerita69. Tujuan dari sebuah alur cerita
adalah untuk mencapai klimaks. Di setiap alur cerita terdapat beberapa
adegan yang menguras emosi khalayak, namun ketika mencapai
klimaks, emosi yang dialami di setiap prosesnya akan dilupakan.
Tujuan produsen media dalam setiap adegan peristiwa adalah untuk
membuat efek dramatis sehingga dengan mudah dapat memengaruhi
khalayak media. Padahal respon emosional menjadi dasar untuk
menganalisis secara kritis.
Ketiga, konten tersirat yaitu makna di balik suatu peristiwa di
setiap adegan. Hal ini dapat dianalisis dari hubungan antara satu
adegan dengan adegan lainnya juga dapat dilihat dari karakter yang
diperankan oleh setiap pemain70.
Keempat, pengembangan karakter merupakan salah satu cara untuk
mengetahui pesan media. Khalayak dapat melihat karakter setiap
pemain apakah ada perubahan karakter di sana atau tidak. Hal tersebut
68Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 7469Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 7470Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 76
37
juga dapat dilihat dari manfaat apa yang didapatkan dari setiap
karakter71.
Genre adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu program agar
mudah dikenali72. Secara sederhana genre dapat dikatakan sebagai
jenis acara. Misalnya dalam konteks film terdapat genre film horor,
komedi, romantis, petualangan, dan lain sebagainya.
Logical Conclusion (kesimpulan yang logis). Tidak jarang sebuah
film maupun iklan yang menarik kesimpulan tidak logis. Kesimpulan
yang dibuat jauh dari konten yang disajikan sebelumnya73. Misalnya,
terdapat iklan Sosis So Nice yang diperankan oleh para atlet renang.
Iklan tersebut menceritakan tentang prestasi atlet renang kemudian
para atlet mengatakan bahwa dia makan-makanan yang bermutu
sambil menujukkan sosis So Nice.
4. Nilai produksi (production values) nilai produksi tergantung pada
tipe dan kualitas media tersebut. Nilai produksi dapat dianalogikan
sebagai ‘tata bahasa’ dari elemen-elemen yang memengaruhi sebagai
berikut: pertama, cara audiens menerima informasi. kedua, penekanan
atau interpretasi ditempatkan pada informasi oleh komunikator media.
Ketiga, reaksi penonton terhadap informasi74. Misalnya, gaya
pengemasan program berita di Net TV berbeda dengan gaya program
berita di Metro TV. Beberapa berita, baik di stasiun tv maupun di
71Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 7872Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 7873Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 8474Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 89
38
koran juga berbeda dalam mengarahkan khalayak memandang sosok
Jokowi dalam pilpres 2019.
Namun disini juga perlu dicatat bahwa komunikator media yang
cerdas menggunakan nilai produksi yang melibatkan khalayak untuk
memerbaiki kualitas media75. Misalnya ketika suatu program berita
dikemas dengan sebuah talkshow lebih menarik dibandingkan dengan
program berita yang dikemas dengan model paket berita. Ketertarikan
khalayak tersebut dilihat dari rating pemirsa, sehingga komunikator
media dapat mengemas berita lain dengan model talkshow.
Nilai produksi memiliki beberapa elemen yaitu editing, color,
lighting, shape, scale, relative position, movemnet, point of view,
angle, connotation, performance, dan sound. Elemen-elemen inilah
juga dapat menyampaikan pesan komunikasi76. Misalnya untuk
menciptakan kesan mood atau kebutuhan artistik sebuah adegan maka
cahaya yang digunakan adalah pictorial light.
75Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 8976Art Silverblatt, Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, hlm. 90
38
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Berbeda dengan bab sebelumnya, pada bab ini peneliti akan
mendeskripsikan gambaran umum media. Bab ini menjadi penting karena
bertujuan untuk membantu peneliti dalam menganalisa objek dengan menemukan
fakta, fenomena, serta gejala pada objek penelitian. Dengan begitu peneliti dapat
mengungkap temuan dari hasil penelitian pada bab selanjutnya.
A. Analisis Teks dan Gambar Teun A Van Dijk
Analisis wacana menurut Teun A Van Dijkbukan semata-mata
menganalisis suatu teks, lebih dari itu,yaitu menganalisis suatu rangkaian
teks produksi, sehingga dapat diketahui alasan mengapa muncul teks
tersebut1. Model analisis wacana seperti ini menjadi ciri khas Van Dijk dan
disebut juga sebagai koginisi sosial, istilah tersebut digunakan untuk
menjelaskan struktur serta proses terbentuknya suatu teks2. Karena tidak
ada segala sesuatu dibuat tanpa adanya sebab.
Van Dijk menyatakan bahwa koginisi sosial terbagi menjadi dua
arti yaitu proses teks diproduksi dan bagaimana nilai-nilai itu diserap dan
disebar oleh pembuat teks3.Jika ditelaah padaplaylist literasi di YouTube
Remotivi,maka akan dibagi menjadi dua bagian yaitu bagaimana proses
teks diproduksi oleh tim YouTube Remotivi dan di lain sisi
1Teun A Van Dijk dalam Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media,(Yogyakarta: LkiS, 2011), cet. IX, hlm. 221.
2Teun A Van Dijk dalam Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis TeksMedia,hlm. 221.
3Teun A Van Dijk dalam Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media,hlm. 220.
39
menggambarkan bagaimana nilai-nilaikognisi literasi itu menyebar dan
diserap oleh tim YouTube Remotivi.
Terdapat tiga struktur yang dikemukakan oleh Van Dijk. Pertama,
struktur makro, dalam hal ini yang menjadi perhatian adalah tematik yaitu
berkaitan dengan topik dari suatu teks4. Topik sendiri menggambarkan
keseluruhan maksud atau inti pesan yang disampaikan oleh pembuat
konten. Topik disebut juga sebagai makna umum suatu teks.
Kedua, superstruktur yaitu skema atau rangkaian pendapat untuk
mendukung makna umum dengan memberikan beberapa alasan
pendukung5. Elemen yang akan dianalisis terdiri dari kerangka teks,
pendahuluan, isi, penutup, serta kesimpulan6. Sehingga dapat diketahui
bentuk umum dari suatu teks sebagai strategi untuk mendukung makna
umum.
Ketiga, struktur mikro adalah makna dari suatu wacana yang dapat
diidentifikasi melalui kata, kalimat, anak kalimat, proposisi, parafase yang
digunakan dalam teks tersebut7. Jika dijabarkan maka struktur mikro
dibagi menjadi empat bagian yaitu semantik merupakan makna yang
ditekankan dalam teks dimana di dalamnya terdapat latar, detail, maksud,
praanggapan, dan nominalisasi. Sintaksis diamati untuk mengetahui
bagaimana pendapat disampaikan melalui bentuk kalimat, kohererensi,
4Teun A Van Dijk dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, (Bandung:Remaja Rosy Karya, 2004) cet. III, hlm. 74.
5Teun A Van Dijk dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, hlm. 76.6Teun A Van Dijk dalam Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media,
hlm. 227.7Teun A Van Dijk dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, hlm. 73.
40
serta kata ganti. Stilistik terdiri dari leksikon yaitu dengan melihat kata
apa yang digunakan dalam teks. Retorisyaitu bagaimana dan dengan cara
cara apa penekanan dilakukan dengan melihat elemen grafis dan metafora
ekspresi8.
B. Kondisi Baru Penyiaran di Indonesia
Dalam kajian tv seperti yang ditulis oleh Wisnu Prasetyo Utomo
yang berjudul “Membaca Gerak Industri Televisi” hingga saat ini,
diskursus media televisi sebagai ruang publik dan institusi sosial hanya
terdengar sebagai isapan jempol balaka9. Adanya keebebasan media
termasuk media penyiaran memberikan dampak pada kebebasan industri
media yang berdasarkan konsep kapitalisme sehingga media tidak lagi
independen karena ditunggangi oleh kepentingan ekonomi maupun
politik10. Hal ini berakibat pada kualitas tayangan televisi yang semakin
mengabaikan kepentingan publik.
Berbeda dengan media cetak yang lahir sebagai bentuk institusi
sosial, industri televisi menjamur ketika terjadi masa transisi kekuasaan
sebagai bentuk kebebasan pers yang sering digaungkan sebagai kebebasan
berekspresi sehingga tidak ada desain khusus untuk membingkai ke mana
arah dan format yang dikehendaki11. Di sini terjadi ketidak jelasan fungsi
dari institusi penyiaran itu sendiri, apakah sebagai intitusi sosial, institusi
ekonomi, atau institusi politik.
8Teun A Van Dijk dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, hlm. 74.9Wisnu Prasetyo Utomo, Orde Media: Kajian Televisi dan Media di Indonesia Pasca-
Orde Baru, (Yogyakarta: INSISTPress, 2015), hlm. 220.10Iswandi Syahputra, Rezim Media, (Jakarta: Gramedia, 2013), hlm. 29.11Iswandi Syahputra, Rezim Media, hlm. 42.
41
Kedatangan industri televisi yang secara tiba-tiba tersebut banyak
diminati oleh khalayak dan memicu timbulya culture shockseperti
tayangan hiburan dan periklanan yang semakin tidak terkontrol sehingga
posisi tawar-menawar dalam kebijakan atau regulasi memiliki bergaining
power cukup kuat12. Hingga saat ini, sebanyak 14 stasiun televisi swasta
yang hadir di Indonesia masih belum mampu menjawab kebutuhan
informasi secara cepat, akurat, tajam dan terpercaya serta dapat mencakup
berbagai kalangan baik secara geografis13. Misalnya, masih banyaknya
sanksi yang diberikan KPI pada beberapa program stasiun dari tahun ke
tahun seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Jenis Sanksi14
Jenis Sanksi Tahun2015 2016 2017
Peringatan 95 51 3Peringatan Tertulis 25 106 109Teguran Pertama - 13 -Teguran Kedua 2 - -
Teguran Tertulis 257 146 58Penghentian Sementara 2 2 2
12Iswandi Syahputra, Rezim Media, hlm. 43.13Eva Arifin, Broadcasting to be broadcaster, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 42.14http://www.kpi.go.id/index.php/id/edaran-dan-sanksi, diakses pada 28 Maret 2018,
pkl. 20.54 WIB.
42
D. Perkembangan Literasi Media di Indonesia
Seperti yang sudah diuraikan pada sub bab sebelumnya bahwa
kondisi penyiaran di Indonesia cukup mengkhawatirkan apalagi jika
melihat minat baca masyarakat Indonesia cukup rendah yang
menyebabkan kesalahan dalam memahami konten media. Berdasarkan
data dari World’s Most Literate Nations Ranked menunjukkan bahwa
tingkat minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah melihat dari data
61 negara, Indonesia mendapat peringkat nomor dua dari bawah.
Tabel 3.2
Data Tingkat Minat Baca di Dunia15
Country Ranke Country RankeFinland 1 France 12Norway 2 Luxembourg 13Iceland 3 Estonia 14
Denmark 4 New Zealand 15Sweden 5 Australia 16
Switzerland 6 United Kingdom 17United States 7 Belgium 18
Germany 8 Israel 19Latvia 9 Poland 20
Netherlands 10 Malta 21Canada 11 South Korea 22
Czech Republic 23 Brazil 43Ireland 24 Croatia 44
Italy 25 Qatar 45Austria 26 Costa Rica 46Russia 27 Argentina 47
Slovenia 28 Mauritius 48Hungary 29 Serbia 49
Slovak Republic 30 Turkey 50Lithuania 31 Georgia 51
Japan 32 Tunisia 52Cyprus 33 Malaysia 53
Bulgaria 34 Albania 54Spain 35 Panama 55
15https://webcapp.ccsu.edu/?news=1767&data, diunggah pada 7 Maret 2016, diaksespada 27 Maret 2018, pkl. 13.47 WIB.
43
Singapore 36 South Africa 56Chile 37 Colombia 57
Mexico 38 Morocco 58China 39 Thailand 50Greece 40 Indonesia 60
Romania 41 Botswana 61Portugal 42
Sumber : World’s Most Literate Nations Ranked
Pada tahun 2012, Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan data
yang menunjukkan bahwa sebanyak 91,58% penduduk Indonesia yag
berusia di atas 10 tahun lebih gemar menonton televisi dibandingkan
dengan membaca buku, majalah, maupun koran dengan presentase
17,58%16. Tahun 2015, Perpustakaan Nasional juga melakukan kajian
yang nenunjukkan hasil minat baca masyarakat Indonesia masih tergolong
rendah dengan angka 25,1%17. Selain itu, survei yang dilakukan CSIS ada
bulan Agustus 2017 menunjukkan bahwa generasi milenial 57% masih
menggunakan tv untuk mencari informasi yang disusul dengan media
online dengan perolehan 39% dan media cetak hanya 4%18.
16https://regional.kompas.com/read/2016/04/28/21020061/Minat.Baca.Rendah.Mayoritas.Warga.Indonesia.Hobi.Nonton.Televisi, diakses pada 27 Maret 2018, Pkl. 15.42 WIB.
17https://regional.kompas.com/read/2016/04/28/21020061/Minat.Baca.Rendah.Mayoritas.Warga.Indonesia.Hobi.Nonton.Televisi, diakses pada 27 Maret 2018, Pkl. 15.42 WIB.
18https://regional.kompas.com/read/2016/04/28/21020061/Minat.Baca.Rendah.Mayoritas.Warga.Indonesia.Hobi.Nonton.Televisi, diakses pada 27 Maret 2018. Pkl. 15.42 WIB.
44
Gambar 3.1
Presentase Generasi Milenial dalam Mencari Sumber
Informasi19
Sumber: Survei Nasional Centre for Strategic and International Studies
Melihat kondisi minat baca masyarakat Indonesia yang dinilai
masih rendah ini menjadi tonggak awal munculnya literasi media. Sebab
dikhawatirkan budaya minim membaca menjadi dampak buruk bagi
perkembangan masyarakat Indonesia dengan menelan mentah-mentah info
hoaks yang beredar tanpa mengonfirmasi kebenarannya. Di Indonesia
sendiri literasi media termasuk hal yang baru dan dalam Perkembangannya
baru mencari bentuk yang sesuai.
Dalam buku Literasi Media karya Yosal Iriantara disebutkan
bahwa pola literasi media tidak bisa disamaratakan. Mengingat
pengalaman khalayak dalam mengonsumsi media berbeda-beda20. Tentu
ini menjadi dinamika sendiri di Indonesia untuk mencari pola yang sesuai
19http://industri.bisnis.com/read/20171103/105/705870/survei-membuktikan-generasi-milenial-lebih-suka-nonton-tv, diakses pada 27 Maret 2018, pkl. 15.41 WIB. Survei tersebutdilakukan oleh CSIS pada tanggal 23-30 Agustus 2017.
20Yosal Iriantara, Literasi Media: Apa, Mengapa, Bagaimana, (Bandung : SimbiosaRekatama Media, 2009), hlm. 64.
57%39%
4% 0%
TV MEDIA ONLINE MEDIA CETAK
45
agar dapat diterapkan di Indonesia, sehingga perkembangannya pun
terbagi dalam beberapa periode.
Periode pertama yaitu terjadi pada tahun 1990-2000 yang
dinamakan dengan periode mencari bentuk. Pada periode ini, Yayasan
Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) mengadakan seminar untuk
orangtua dan guru. Seminar-seminar tersebut juga dilakukan di berbagai
lembaga institusi seperti Perguruan Tinggi. Tema yang diangkat adalah hal
yang populer dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Selain seminar
setengah hari, YKAI juga melakukan workshop tingkat Asia-Pasific yang
kemudian memunculkan pasal deklarasi bahwa televisi memiliki peran
penting dalam pertumbuhan anak21.
Periode selanjutnya yaitu periode pematangan yang terjadi pada
tahun 2000-2010. Meskipun kegiatan literasi media cenderung sama
dengan periode sebelumnya, namun ada beberapa perbedaannya yaitu
terletak pada durasi waktu seminar yang dipersingkat dan dengan
mengadakan roadshow yang melibatkan anak. Penerapan literasi media
yang dilakukan di jalur sekolah juga pernah di lakukan untuk pertama
kalinya dengan menjadikannya sebagai mata pelajaran. Uji coba tersebut
dilakukan pada tahun 2002 dan secara serius diuji cobakan pada tahun
2006-201022.
Pada tahun 2010 hingga sekarang menjadi periode perkembangan
lambat. Hal ini dikarenakan absennya Perguruan Tinggi dalam
21Apriadi Tambukara, Literasi Media : Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 32.
22Apriadi Tambukara, Literasi Media : Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 33.
46
mengembangkan isu ini. Studi ilmu komunikasi seharusnya menjadi
jembatan awal untuk melakukan literasi media sehingga konsep yang
diberikan oleh LSM dalam melakukan literasi media tidak seragam
melainkan sangat beragam23.
Menurut Direktur Remotivi Periode 2015-2018, Mohammad
Heychael, Indonesia sendiri sangat lambat dalam melakukan literasi media
dibanding dengan negara-negara maju lainnya. Masyarakat Indonesia
masih punya PR besar dalam menangani isu ini ketika melihat banyaknya
hoax tersebar di berbagai media sosial.24
E. Gambaran Umum Remotivi
Remotivi merupakan suatu lembaga studi media dan komunikasi
yang dibentuk di Jakarta pada tahun 2010 atas inisiatif warga yang
merespon praktik industri media pasca Orde Baru (Orba) yang semakin
komersial dan mengabaikan tanggung jawab publiknya25.
1. Sejarah Singkat Remotivi
Delapan tahun lalu, tepatnya pada tahun 2010 masyarakat yang
peduli dengan konten televisi membuat suatu perkumpulan group facebook
yang mereka namai dengan “Masyarakat Anti Tayangan Televisi Buruk”.
Group facebook ini lah yang menjadi cikal bakal berdirinya Lembaga
Pusat Kajian Media dan Komunikasi Remotivi. Group yang salah satunya
23Apriadi Tambukara, Literasi Media : Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 33.
24Data olahan wawancaraDirektur Remotivi, Mohammad Heychael, 3 Februari 2018.25http://www.remotivi.or.id/konten/1/profil diakses tanggal 3 Februari 2018, pukul 05.57.
47
diprakarsai oleh Roy Thaniago ini digunakan sebagai medium curhat dan
diskusi menyoal konten televisi.26
Pada tahun 2011, para anggota group mengadakan pertemuan
untuk membahas keberlangsungan komunitas tersebut. Akhirnya muncul
ide untuk mengembangkan komunitas “Masyarakat Anti Tayangan
Televisi Buruk” menjadi sebuah lembaga yang bergerak di bidang pusat
kajian media dan komunikasi dengan cakupan kerjanya meliputi advokasi,
penelitian, dan penerbitan. Khusus mengaji konten yang ada di media
televisi27.
dasar munculnya nama Remotivi adalah selain karena fokus
kajiannya di bidang televisi, istilah Remotivi diambil dari kata “remot”
dimana orang bisa mengendalikan tayangan televisi dengan hanya
memencet tombol-tombol yang ada di remot. Dengan menggunakan remot
orang bisa menentukan mana tayangan televisi yang bagus dan tidak28.
Keseriusan mengelola Remotivi semakin kuat dengan adanya dana
dari Yayasan Tifa pada tahun 2011. Dana tersebut digunakan untuk
mengelola berbagai kegiatan salah satunya melakukan diskusi-diskusi.
Saat itu kantor Remotivi berada di dalam kantor LSPP (Lembaga Studi
Pers Pembangunan). Ketika Remotivi sudah mulai dikenal segelintir publik
dengan kualitas produk yang dihasilkan, maka Remotivi mulai
26Data olahan wawancaraDirektur Remotivi Periode 2015-2018, Mohammad Heychael, 3Februari 2018.
27Data olahan wawancaraDirektur Remotivi Periode 2015-2018, Mohammad Heychael, 3Februari 2018.
28Data olahan wawancaraDirektur Remotivi Periode 2015-2018, Mohammad Heychael, 3Februari 2018.
48
membutuhkan kantor sendiri untuk memperluas ruang gerak produksi
dengan menyewa rumah di Kwitang Kramat Sentiong29.
Media pertama yang digunakan untuk memublikasikan hasil kerja
Remotivi adalah websitewww.Remotivi.org . Website tersebut berisi artikel
tentang sebuah tayangan televisi yang sebelumnya sudah direkam selama
24 jam kemudian dikliping dan selanjutnya ditonton dan ditulis oleh para
pegiat Remotivi30.
Tahun 2014 menjadi puncak kemasyhuran Remotivi di mata
publik. Bertepatan dengan tahun politik, Remotivi mendapat tawaran
kerjasama oleh Dewan Pers untuk melakukan riset tentang Independensi
Televisi. Riset tersebut membuat Remotivi kembali dilirik oleh Yayasan
Tifa untuk melanjutkan riset dan literasi media kepada masyarakat31. Di
tahun ini pula Remotivi mendapat penghargaan Tasrif Award dari AJI
(Aliansi Jurnalis Independen) sebagai lembaga yang peduli demokratisasi
frekuensi di Indonesia dalam ranah perwujudan siaran televisi yang lebih
sehat dan bermanfaat bagi publik. Penghargaan tersebut diberikan karena
kegigihannya dalam megembangkan literasi media kepada masyarakat,
menumbuhkan, mengelola, dan merawat sikap kritis masyarakat terhadap
televisi, serta mendorong profesionalisme pekerja televisi untuk
menghasilkan tayangan yang bermutu, sehat dan mendidik32.
29Data olahan wawancaraDirektur Remotivi Periode 2015-2018, Mohammad Heychael, 3Februari 2018.
30Data olahan wawancaraDirektur Remotivi Periode 2015-2018, Mohammad Heychael, 3Februari 2018.
31Data olahan wawancaraDirektur Remotivi Periode 2015-2018, Mohammad Heychael, 3Februari 2018.
32https://aji.or.id/read/press-release/297/siaran-pers-udin-award-dan-tasrif-award.htmldiunggah pada 30 Agustus 2014. Diakses pada 13 September 2017.
49
Berkaca dari pengalaman tahun politik saat Pemilu 2014. Tahun
2015 Remotivi mulai mengembangkan kajiannya dengan memantau isu-isu
di media sosial. Hoaks banyak tersebar dan dibuat di media sosial
menjadikan alasan utama Remotivi tidak hanya berfokus pada televisi33.
Meski demikian, televisi masih menjadi kajian utamanya dengan
presentase 60% televisi dan 40% media sosial34.
Banyak perubahan yang terjadi pada Remotivi di tahun 2015, selain
fokus kajiannya semakin melebar, Remotivi juga mengubah citranya di
mata masyarakat dengan memerbaiki design web serta logo. Hal ini
dikarenakan mayoritas masyarakat memandang bahwa Remotivi hanya
sebuah lembaga advokasi televisi35. Padahal saat lembaga ini berdiri sudah
mencitrakan dirinya sebagai pusat studi.
Gambar 3.2
Logo Remotivi 2011-2015
33Data olahan wawancaraDirektur Remotivi Periode 2015-2018, Mohammad Heychael, 3Februari 2018.
34Data olahan wawancaraDirektur Remotivi Periode 2015-2018, Mohammad Heychael,10 Agustus 2017.
35Data olahan wawancaraDirektur Remotivi Periode 2015-2018, Mohammad Heychael, 3Februari 2018.
50
Gambar 3.3
Logo Remotivi 2015-Sekarang
2. Profil Pendiri Remotivi
Seperti yang sudah dijelaskan di sub bab sebelumnya. Remotivi
didirikan akibat adanya praktek eksploitasi frekuensi yang sejatinya milik
publik. Televisi yang seharusnya mendidik dijadikan sebagai media
hiburan semata tanpa memikirkan efek akibat tayangan yang disajikan.
Berdirinya Remotivi tidak terlepas dari para pendirinya. Jika
merujuk pada profil Remotivi di website-nya, maka akan ditemukan empat
pendiri secara struktural. Di luar itu hanya ada pegiat, relawan, serta
kontributor. Berdasarkan wawancara dengan Direktur Remotivi, secara
historis, pendirinya tidak hanya yang tertulis di websiteRemotivi,
melainkan masih banyak lagi yang tidak tercatat karena tidak semua orang
hanya fokus pada Remotivi.
Roy Thaniago merupakan salah satu pendiri Remotivi dan pernah
menjabat sebagai Direktur sejak tahun 2010-2015. Dia merupakan peneliti
dan penulis lepas yang fokus pada isu tentang media, budaya, dan
51
masyarakat36. Selain itu, dia juga aktif sebagai pengajar musik dan pernah
bekerja di AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) pada divisi
kebudayaan serta sebagai Redaktur di Majalah Bung! Dan
karbonjournal.org37. pendidikan S1 nya diselesaikan di Universitas Pelita
Harapan Jurusan Musik dan menyelesaikan studi masternya di Lund
University, Swedia pada bidang Kajian Media dan Komunikasi.
Mohammad Heychael merupakan generasi kedua pendiri Remotivi,
saat ini dia menjabat sebagai direktur sejak tahun 2015 menggantikan Roy
Thaniago. Selain aktif di Remotivi, Heychael juga tercatat sebagai dosen
komunikasi tidak tetap di Universitas Indonesia (UI) dan Universitas
Multimedia Nasional (UMN). Dia menyelesaikan pendidikan S1 nya di
Universitas Padjajaran (Unpad) jurusan komunikasi dan melanjutkan S2
dengan jurusan yang linier dengan sebelumnya38.
Selain Roy Thaniago dan Mohammad Heychael, salah satu pendiri
Remotivi lainnya adalah Jefri Gabriel, namun saat ini dia sudah tidak aktif
lagi di Remotivi dan memilih menjadi pekerja kantoran di Microsoft39.
Berbeda dengan tiga pendiri sebelumnya, Rosalina Lie merupakan
satu-satunya perempuan yang ikut terlibat dalam membidani lahirnya
Remotivi. Namun saat ini sudah tidak aktif sebagai peneliti di Remotivi dan
36Diakses dari situs resmi Remotivi. http://www.remotivi.or.id/pegiat/1/Roy-Thaniago,pada 7 Februari 2018, pukul 21.31.
37Diakses dari platform resmi ayorek.http://ayorek.org/author/roythaniago/#sthash.etLnTzcX.dpbs, pada 7 Februari 2018, pukul 21.38.
38Data wawancara ketua divisi sekretaris keuangan dan arsip, Suci Wulaningsih, 19Februari 2018.
39Data wawancara ketua divisi sekretaris keuangan dan arsip, Suci Wulaningsih, 19Februari 2018.
52
memilih fokus sebagai ibu rumah tangga dan mengurus event organizer
(EO) miliknya40.
3. Struktur Lembaga Remotivi
Gambar 3.441
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa Remotivi
sendiri memiliki dua divisi utama dan satu divisi pendukung. Divisi utama
membawahi divisi riset dan media serta divisi advokasi dan kampanye,
sedangkan divisi pendukung membawahi divisi sekretaris keuangan dan
arsip.
Website dan YouTube merupakan bagian dari Divisi Riset dan
Media dimana di dalamnya terdapat hasil penelitian yang dilakukan oleh
Remotivi. Rapotivi, frekuensimilikpublik.org, dan KNRP (Koalisi
40Data wawancara ketua divisi sekretaris keuangan dan arsip, Suci Wulaningsih, 19Februari 2018.
41Data olahan wawancara Direktur Remotivi, Mohammad Heychael, 10 Agustus 2017.
Divisi Risetdan Media
Website Youtube
52
memilih fokus sebagai ibu rumah tangga dan mengurus event organizer
(EO) miliknya40.
3. Struktur Lembaga Remotivi
Gambar 3.441
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa Remotivi
sendiri memiliki dua divisi utama dan satu divisi pendukung. Divisi utama
membawahi divisi riset dan media serta divisi advokasi dan kampanye,
sedangkan divisi pendukung membawahi divisi sekretaris keuangan dan
arsip.
Website dan YouTube merupakan bagian dari Divisi Riset dan
Media dimana di dalamnya terdapat hasil penelitian yang dilakukan oleh
Remotivi. Rapotivi, frekuensimilikpublik.org, dan KNRP (Koalisi
40Data wawancara ketua divisi sekretaris keuangan dan arsip, Suci Wulaningsih, 19Februari 2018.
41Data olahan wawancara Direktur Remotivi, Mohammad Heychael, 10 Agustus 2017.
Remotivi
Divisi Utama
Youtube
DivisiAdvokasi dan
Kampanye
frekuensimilikpublik.org Rapotivi KNRP
DivisiPendukung
DivisiSekretarisKeuangandan Arsip
52
memilih fokus sebagai ibu rumah tangga dan mengurus event organizer
(EO) miliknya40.
3. Struktur Lembaga Remotivi
Gambar 3.441
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa Remotivi
sendiri memiliki dua divisi utama dan satu divisi pendukung. Divisi utama
membawahi divisi riset dan media serta divisi advokasi dan kampanye,
sedangkan divisi pendukung membawahi divisi sekretaris keuangan dan
arsip.
Website dan YouTube merupakan bagian dari Divisi Riset dan
Media dimana di dalamnya terdapat hasil penelitian yang dilakukan oleh
Remotivi. Rapotivi, frekuensimilikpublik.org, dan KNRP (Koalisi
40Data wawancara ketua divisi sekretaris keuangan dan arsip, Suci Wulaningsih, 19Februari 2018.
41Data olahan wawancara Direktur Remotivi, Mohammad Heychael, 10 Agustus 2017.
KNRP
DivisiPendukung
DivisiSekretarisKeuangandan Arsip
53
Nasional Reformasi Penyiaran) merupakan bagian dari Divisi Advokasi
dan Kampanye. KNRP sendiri bekerja untuk mengadvokasi UU Penyiaran
dan hal-hal yang di luar isi siaran. Berbeda dengan Rapotivi yang fokus
pada isi siaran televisi yang tidak sesuai dengan P3SPS, sedangkan
frekuensimilikpublik.org adalah sebuah platform yang digunakan untuk
mengadvokasi dan mengampanyekan hak-hak masyarakat atas frekuensi
yang digunakan oleh perusahaan media. Divisi Sekretaris Keuangan dan
Arsip merupakan divisi pendukung yang mengurusi hal-hal mengenai
dokumen-dokumen untuk kepentingan lembaga Remotivi.
Gambar 3.5
Gambar 3.6
54
4. Visi dan Misi Remotivi
Visi yang diusung Remotivi adalah “dunia pertelevisian yang
melayani kepentingan publik berdasarkan prinsip keadilan dan kesetaraan,
serta tumbuhnya kesadaran publik sebagai warga negara yang punya hak
atas frekuensi, informasi, dan hiburan yag sehat”42.
Misi yang dibawa Remotivi berjumlah lima poin yaitu sebagai
berikut:
a. Mengupayakan regulasi yang melayani kepentingan publik dan mengawasi
penegaknya.
b. Mendorong profesionalisme pekerja televisi.
c. Mengorganisasi partisipasi publik melalui penyadaran posisinya sebagai
warga negara yang punya hak atas frekuensi, informasi, dan hiburan yang
sehat.
d. Memroduksi dan mengelola pengetahuan yang menopang upaya
demokratisasi televisi.
e. Menjadi lembaga swadaya masyarakat yang independen, profesional, dan
berkelanjutan43.
42Diakses pada situs resmi Remotivi. http://www.remotivi.or.id/konten/1/profil, pada 7Februari 2018, pukul 22.05.
43Diakses pada situs resmi Remotivi. http://www.remotivi.or.id/konten/1/profil, pada 7Februari 2018, pukul 22.16.
55
5. Pendanaan Remotivi
Remotivi yang merupakan pusat kajian media dan komunikasi
dalam menjalankan operasional lembaganya sangat mengandalkan bantuan
dana dari lembaga donor baik yang ada di dalam maupun luar negeri.
Selanjutnya, untuk menutupi kekurangan dana tersebut Remotivi
menggunakan dana pribadi yang didapat dari penjualan merchandise
seperti kaos, tas, dan mug. Selain itu juga melakukan kerjasama penelitian
dengan lembaga lain yang menghasilkan dana serta proyek pembuatan
video company pofile perusahaan.
Sejak berdirinya lembaga Remotivi sudah ada beberapa lembaga
donor yang memberikan donasi diantaranya Yayasan Tifa dan Cipta Media
Seluler. Kerjasama penelitian juga pernah dilakukan dengan Dewan Pers,
Komnas Perempuan, dan Filantropi Indonesia. Untuk mendapatkan donor
dan kerjasama penelitian, Remotivi mengajukan dan diajak oleh lembaga
yang memiliki visi yang sama. Kode etik pendonor juga diberlakukan agar
pendonor tidak mengintervensi konten yang diproduksi oleh Remotivi44.
F. YouTube Remotivi Sebagai Media untuk Literasi
Seiring dengan perkembangan waktu, Remotivi merasakan
dinamika dalam melakukan literasi media. Selain memroduksi tulisan
yang dimuat melalui web-nya, Remotivi juga pernah turun ke lapangan
dalam melakukan literasi media seperti siswa SMA dan ibu-ibu yang
44Data olahan wawancaraDirektur Remotivi Periode 2015-2018, Mohammad Heychael, 3Februari 2018.
56
mengantar sekolah anaknya di TK. Keterbatasan dana serta kurangnya
SDM membuat Remotivi kembali fokus pada literasi media melalui
produksi pengetahuan dengan menghasilkan tulisan-tulisan yang dimuat di
website.
Layaknya lembaga Remotivi, channel YouTube Remotivi hadir
tidak serta merta. Menurut Produser YouTube Remotivi, lahirnya channel
YouTube bukan sesuatu yang disengaja. Saat tahun 2013-2014
frekuensimilikpublik.org melakukan kampanye melalui video yang
dibagikan di akun twitter dan facebook Remotivi. Seiring
perkembangannya, Remotivi membutuhkan wadah untuk menyimpan
video-video yang sudah dihasilkannya sebagai arsip lembaga. YouTube
menjadi pilihan untuk menyimpan arsip video tersebut45.
Tahun 2015, seiring dengan jangkauan kajian Remotivi yang
meluas pada isu media sosial, terbesit ide untuk menyajikan konten secara
populer. Jika melihat kajian televisi yang notabene menggunakan audio
visual maka menjadi hal yang seimbang apabila cara menyajikan konten
Remotivi juga menggunakan audio visual46. Selain itu, melihat media
sosial YouTube yang menjadi media sosial ke tiga yang sering dikunjungi
khalayak47 menjadikan Remotivi semakin yakin untuk mengelola channel
YouTube Remotivi. Sejak saat itu, channel YouTube dikelola secara serius
dengan memroduksi beberapa video.
45Olahan wawancara produser YouTube Remotivi, Yonvantra Arief, 3 Februari 2018.46Olahan wawancara produser YouTube Remotivi, Yonvantra Arief, 3 Februari 2018.47https://apjii.or.id/content/read/39/264/Survei-Internet-APJII-2016. Diterbitkan pada
November 2016. Diakses pada 24 Desember 2017.
57
Channel YouTube memiliki tiga rubrik yaitu Rubrik Literasi,
Rubrik Yang Tidak Media Katakan Atau Biasa Disebut Rubrik YTMK,
Rubrik Kampanye, dan Rubrik Kliping Peristiwa Media. Rubrik Literasi
membahas tentang teori-teori dan analisis panjang serta mendalam melalui
video. Rubrik YTMK (Yang Tidak Media Katakan) lebih fokus pada isu-
isu aktual baik di tv maupun media sosial48. Ketiga adalah rubrik
kampanye yang berisi seruan atau ajakan kepada khalayak agarmengawal
dan memantau kebijakan maupun peristiwa yang dibuat oleh lembaga
pemerintah maupun perusaahan media. Empat Rubrik Kliping Peristiwa
Media yang berisi tentang dokumentasi sebuah peristiwa media dan
seputarnya49.
Video-video yang dihasilkan akan diunggah setiap satu bulan
sekali untuk rubrik literasi, namun hanya memroduksi 6 video pada tahun
2014-2015 kemudian tidak diproduksi lagi karena keterbatasan SDM yang
kompeten dan mumpuni di bidang video. Rubrik YTMK diproduksi setiap
dua minggu sekali, saat ini sudah ada 45 video yang sudah diproduksi dan
diunggah sejak tahun 2015 hingga penelitian ini ditulis. Rubrik baru yang
dinamai YPK ini baru menghasilkan empat video sejak akhir 2017 hingga
saat penelitian ini ditulis.
48Olahan wawancara peneliti Remotivi, Wisnu Prasetyo Utomo, 23 Maret 2017.49https://www.youtube.com/channel/UC4XFp28z1NfApMtSpxqiCwA, diakses pada 7
April 2018, pkl. 00.49 WIB
58
G. Data Statistik YouTube Remotivi
Sejak channel Youtube Remotivi didirikan, hingga saat ini telah
tercatat sebanyak 84 video yang telah diunggah dari tahun 2013 hingga
Maret 2018 dengan 25,746 subcriber50
Tabel 3.3
Rubrik Yang Tidak Media Katakan51
No. Yang Tidak Media Katakan JumlahViewer
1. Wajah Kota dalam Meikarta 533,4402. Fakta di Media 15,7153. Di Balik Manisnya Iklan Susu Kental Manis 148,3954. Yang Penonton Katakan #2 11,4075. Opini Tentang Opini 13,0656. Politik Tapi Entertaiment 20,9717. Yang Penonton Katakan #3 6,2718. Gambar Buram Yahudi di Media Indonesia 47,5139. Ahok yang Cerai Kenapa Kita yang Galau? 13,751
10. Populisme dan Wacana LGBT dalam RKUHP 5,26011. Sirkus Kemiskinan di Layar Kaca 56,73612. Aspirasi Warga Soal Pesbukers dan GGS 24,07213. Yang Penonton Katakan #4 3,80014. Bagaimana TV One dan Metro TV Memberitakan Polemik
Pencalonan Kapolri yang Baru?13,464
15. Polemik KPK-Polri dalam Editorial Metro TV 1,52716. Alfito Show: Talkshow atau Newslatter? 7,73917. Sensasi dan Eksploitasi dalam Pemberitaan Deudeuh 3,63518. Papua dalam Media Indonesia 13,59119. Kekerasan dalam Budaya Media Kita 6,00920. Persekusi di Media Sosial 4,02921. Anti Asing dan Aseng: Nasionalisme Palsu di Media 15,25522. Kenapa Bangga Jadi Indonesia? 12,38023. You Can’t Lie To Me 40,03624. Informasi tapi Iklan 13,05025. Para Penjaja Iba di Televisi 33,624
50https://www.youtube.com/user/remotivi diakses pada 17 Maret 2018, pkl. 14.10 WIB.51https://www.youtube.com/user/remotivi/videos diakses pada 17 Maret 2018. Pkl, 04.00
WIB.
59
26. Drama Sidang Jessica 9,30727. Mendadak Halal 39,72728. Wajah-Wajah Pria dalam Iklan Layar Kaca 42,14929. Tentang Engeline dan Kasus Kekerasan Anak 2,85130. Apa Pengaruh TV Digital Pada Internet Boardband? 4,81131. Dibalik Gelombang Pemecatan Pekerja Media 5,02232. Pertanyaan-Pertanyaan Ajaib di Berita Televisi 24,59033. Menerawang di Awang-Awang 3.16434. Anatomi Narasi Konspirasi dari Kolonialisasi Cina Hingga
Bumi yang Datar15,498
35. Victim Blaming dalam Berita Kriminal 5,72136. Perihal Privasi di Media 9,20637. Memancing dalam Definisi Iklan yang Keruh 11,64538. Mengapa Demonstrasi di Televisi Penuh Kekerasan? 5,28939. Sensor Untuk Apa? 28,65540. Gentayangan Dalam Televisi 15,34641. Performa Tayangan Televisi di Mata Publik 2015-2016 3,73142. Membaca Agenda Setting Media 7,52843. Perang Media Atas Pesan Singkat 2,43944. Promosi di Tengah Teror 6,87445. Televisi Sebagai Pengusir Hantu Komunis 6,41446. Potret Perempuan Tanpa Kata 13,63047. Komersialisasi Kesehatan di Layar Televisi 12,99648. Prespektif yang Hilang Dalam Pembangunan 16,47549. Trik Menjaring Klik Media Daring 4,85050. Menguji Kehormatan Media 3,96551. Keajaiban-Keajaiban dalam Sinetron Indonesia 49,078
Tabel 3.4
Rubrik Literasi52
No. Literasi JumlahViewer
1. Frekuensi Milik Parpol? 16,2012. Bagaimana Memeriksa Kebenaran Sebuah Berita? 9,4103. Framing: Cara Media Memanipulasi Informasi 23,2034. Masih Percaya Media? 111,8005. Melipat Indonesia dalam Berita Televisi 14,1926. Pagar Api 4,110
52https://www.youtube.com/user/remotivi/videos diakses pada 17 Maret 2018. Pkl, 04.00WIB.
60
7. Anatomi Media: Media Sebagai Perantara 2,5468. Diani Citra: Televisi Digital Adalah Keniscayaan 1,7689. Literasi Tayangan Televisi- Privasi Publik di Televisi 4,063
10. Literasi Tayangan Televisi- Malpraktik Jurnalisme 3,35411. Literasi Tayangan Televisi- Perlindungan Anak dan
Remaja1,722
Tabel 3.5
Rubrik Kampanye53
No. Kampanye JumlahViewer
1. #Rapotivi- Tayangan Anak Anda Bermasalah? 2,4002. #Rapotivi- Apa dan Bagaimana Rapotivi? 1,4813. #Rapotivi- Tayangan Berita Bermasalah? 1,6064. #Rapotivi- apa dan Bagaimana Rapotivi? 1,4815. #FrekuensiMilikPublik- Tayangan TV Bukan Buat Gue 21,3756. #FrekuensiMilikPublik- Otak Dimakan TV 12,1847. #FrekuensiMilikPublik- TV, Jasamu Tiada 305,6198. #KawalRUUPenyiaran- Iklan Bakal Tambah Banyak! 8,1299. #KawalRUUPenyiaran- Partai Politik Bakal Punya TV
Sendiri!2,408
10. #KawalRUUPenyiaran- Narasumber Televisi Bakal BisaDipidana!
1,520
11. #SensorLebay3 4,66612. #SensorLebay2 5,62013. #SensorLebay1 6,120
53https://www.youtube.com/user/remotivi/videos diakses pada 17 Maret 2018. Pkl, 04.00WIB.
61
Tabel 3.6
Rubrik Kliping Peristiwa Media54
No. Kliping Peristiwa Media JumlahViewer
1. Kepergok Bahlul 5,9662. Allan Nairn: Masih Ada Ancaman Terhadap Kebebasan
Pers di Indonesia1,937
3. Evaluasi Dengar Pendapat KPI-RCTI 1,4024. Evaluasi Dengar Pendapat KPI-TVOne 1,2925. Evaluasi Dengar Pendapat KPI-SCTV 1,7426. Uji Kelayakan dan Kepatutan Komisioner KPI 2016-2019 9797. TVRI disusupi kampanye Golkar dan Aburizal Bakrie 2,2319. Diskusi Orde Media dan Hari-Hari Penuh Omong Kosong 1,984
54https://www.youtube.com/user/remotivi/videos diakses pada 17 Maret 2018. Pkl, 04.00WIB.
62
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan menguraikan secara rinci hasil temuan
penelitian dengan menggunakan analisis teks dan gambar Teun A Van Dijk dan
teori Literasi Media milik Art Silverblatt.
A. Temuan Penelitian Literasi Media pada Konten YouTube Remotivi
Literasi media yang dilakukan YouTube Remotivi menggunakan
lima macam model diantaranya playlist Literasi, playlist Yang Tidak
Media Katakan, playlist Kampanye, playlist Kliping Peristiwa Media,
dan yang terbaru playlist Kenakalan Remaja di Era Informatika. Meski
maksud dan tujuannya sama, namun kelima playlist tersebut memiliki
pola dan konsep yang berbeda. Artinya, masing-masing playlist punya
ciri khas.
Video berjudul Masih Percaya Media?padaplaylist literasisering
menggunakan kalimat tanya di awal video untuk menarik perhatian
khalayak. Hal ini juga dilakukan agar ada interaksi antara khalayak
dengan pembuat konten video, seperti pada kalimat“pada pemilu 2014
lalu kamu dukung siapa? kamu juga mendukung media-media yang
mendukung mereka? Sebenarnya siapa sih yang media tersebut
dukung?” kalimat pembuka tersebut mengajak khalayak agar berpikir
dan tertarik dengan pembahasan yang akan dipaparkan selanjutnya. Di
menit 0.41 tepatnya setelah penjelasan pemilik media yang merangkap
menjadi ketua partai politik, terdapat pertanyaan dimana posisi
63
Jokowi-Prabowo? Kalimat ini mengajak khalayak untuk mulai
menganalisis hubungan antara pemilik media sekaligus pengurus partai
politik dengan calon presiden 2014.Setelah penjelasan mengenai
keberpihakan tersebut, di akhir video terdapat pertanyaan lagi “berarti
mungkin nggak kalau terjadi sebaliknya? Metrotv mendukung
Prabowo, TVOne dan RCTI mendukung Jokowi. Kalau itu yang
terjadi, apakah dukunganmu terhadap media juga berubah? Kalimat
tanya tersebut mengajak khalayak untuk berpikir tentang pengaruh
pemberitaan terhadap khalayak yang menontonnya. “kalau begitu
ceritanya apakah menurutmu ini hanya terjadi di berita politik? Kira-
kira bagaimana ya dengan peristiwa atau kasus lain di luar pemilu?
Bisa-bisa juga tergantung arahan pemiliknya ya” kalimat tersebut
bermakna ajakan untuk melihat konten lain di media yang diintervensi
oleh pemiliknya.
Bahasa yang digunakan dalam video ini juga sederhana agar
mudah dipahami oleh khalayak dari berbagai latar pendidikan seperti
pada kalimat “Surya Paloh adalah orang yang paling banyak
diberitakan positif. Ya kita sama-sama tahu kalau Surya adalah
pemilik MetroTV sekaligus ketua umum Partai Nasdem”. Pemilihan
bahasa pada kalimat di tersebut sederhana karena tidak menggunakan
‘istilah’ maupun bahasa asing.Selain mengamati video, pada
kesempatan lain, peneliti juga mewawancarai produser YouTube
Remotivi, Yovantra Arif untuk mengonfirmasi terkait penggunaan
bahasa agar dipahami khalayak yaitu dengan menghindari ‘istilah’ agar
64
mudah dicerna “pada istilah Relasi Kuasa, ya orang belum tentu
mengerti itu. Jadi kita lebih sering menghindari kata-kata itu agar
orang nggak bingung” ungkapnya.
Untuk mendukung kalimat yang disampaikan, gambar menjadi
sangat penting peranannya, apalagi dalam konteks media sosial
YouTube. Seperti penggunaan gambar roket berwarna biru dan kuning
dengan tulisan angka dua di badan roket yang melejit ke atas dengan
background biru tua bertuliskan ‘Jokowi’ yang disandingkan dengan
gambar balon yang turun ke bawah dengan bentuknya yang tidak
beraturan, berwarna biru muda, biru tua, oranye, dan kuning yang
diikatkan pada kotak oranye bergambar burung garuda. Seperti kita
tahuwarna biru dan kuning identik dengan warna MetroTV. Angka dua
adalah nomer urut calon presiden Jokowi-Kalla dan burung garuda
adalah lambang Partai Gerindra yang merupakan partai pendukung
utama Prabowo. Hal ini menjadi penekanan bahwa MetroTV
mendukung Jokowi dengan jumlah dan nada pemberitaan yang tidak
seimbang.
Jika dilihat secara keseluruhan, video ini mengajak khalayak untuk
mengidentifikasi pemberitaan yang dikonsumsinya dengan melihat sisi
lain berita. Video ini juga memberikan penjelasan di awal video
tentang siapa pemilik media sekaligus menjabat pengurus partai
kemudian menganalisis konten pemberitaan yang dihubungkan dengan
kondisi politik saat pilpres. Setelah itu, di akhir video diberi
65
kesimpulan bahwa pemberitaan di media senada dengan pergerakan
politik pemiliknya.
Video pada playlist Yang Tidak Media Katakan (YTMK) dengan
judulWajah Kota dalam Meikartaberdurasi 3.59 menit. Tema yang
diangkat adalah tentang eksploitasi ekonomi masyarakat Jakarta oleh
iklan properti Meikarta. Alur video tersebut diawali dengan
menjelaskan gencarnya promosi iklan properti milik Group Lippo
kemudian menganalisis pesan melalui gambar dan suara yang
ditampilkan dalam iklan. Setelah itu dilanjutkan dengan menampilkan
pemberitaan tentang proyek properti Meikarta di beberapa media.
Kemudian diakhiri dengan kesimpulan bahwa iklan Meikarta tidak
memberikan solusi atas kemelut Kota Jakarta melainkan menjauhkan
masyarakat dari kota.
Penggunaankata ganti ‘kita’ dalam kalimat “gencarnya promosi
iklan Meikarta membuat bisikan anak ini terngiang di benak kita”,
dapat memberi kesan bahwa khalayak terganggu dengan adanya iklan
Meikarta yang dipromosikan secara terus-menerus, sehingga iklan ini
layak untuk diangkat menjadi bahan kajian. Jika ditelaah kembali,
video tersebut juga menggabungkan antar kalimat untuk menunjukkan
letak kejanggalan iklan bahwa yang dijual oleh group Lippo hanya
imaji.Seperti pada kalimat “group Lippo pun dengan jumawa
membual soal betapa modernnya Meikarta. Meikarta punya komputer
ala fiksi ilmiah, toko baju ala fiksi ilimiah, dan jendela rumah ala fiksi
ilmiah. Meikarta memiliki teknologi yang belum ada di dunia. Tapi
66
tunggu dulu, Meikarta juga belum ada di dunia.” Pengulangan kata
“ala fiksi ilmiah” juga menjadi tanda bahwa Remotivi ingin
menekankan bahwa fasilitas Meikarta hanya fantasi.
Terdapat beberapa gambar screnshoot yang ditonjolkan dalam
video yang dinaratori Yovantra Arif yaitu berita mengenai keunggulan
proyek Meikarta di awal video diantaranya berita yang ditulis
Tempo.co dengan judul ‘Keuntungan Membeli Apartemen Meikarta’,
‘Hirup Aroma Kesegaran di Central Park Meikarta’. Satu berita yang
ditulis BeritaSatu.com berjudul ‘Meikarta Gairahkana Ekonomi
Nasional’. Satu berita ditulis oleh TheJakartaPost dengan judul
‘Lippo’s Meikarta Secures 32,000 Fixed Buyers’dan di pertengahan
video kembali menunjukkan screnshoot berita yang
dipostingRepublika.co.id dengan judul ‘Belum Kantongi Izin, Meikarta
Ngotot Lanjutkan Pemasaran’dan berita yang diposting oleh Tirto.id
dengan judul ‘Mencari Fulus saat Izin Meikarta Belum Terurus’.
Video ini menunjukkan perbandingan gencarnya iklan Meikarta
dengan masalah yang sedang dihadapi. Artinya Remotivi menunjukkan
bahwa iklan Meikarta bermasalah karena iklan yan ditampilkan tidak
sesuai dengan kenyataan.
Video dengan judul TV Jasamu Tiada pada playlist Kampanye ini
bercerita tentang dampak tayangan televisi. Dikemas dengan konsep
paduan suara anak-anak SD dengan dirijen guru berkepala televisi.
Televisi di sana digambarkan bermata merem berwarna merah dan
bergigi. Di atasnya terdapat antena sehingga menyerupai alien yang
67
dapat dimaknai televisi yang menyeramkan. Kemudian cast yang
ditampilkan adalah anak-anak berseragam SD dan dipandu guruyang
notabene merupakan seorang pendidik kemudian ditampilkan
berkepala tv dimaknai tv menjadi pendidik anak-anak. Lirik paduan
suara yang berbunyi “kita jadi bisa pacaran dan ciuman, karena
siapa? Kita jadi tahu masalah artis cerai, karena siapa? Kita pintar
dandan dibimbing tv. Kita jadi lebay dididik tv. Tv pemerintah
membuat gelap gulita. Jasamu tiada”gabungan kalimat tersebut
menunjukkan akibat dan sebab tayangan tv yang tidak berkualitas
terhadap anak-anak. Pengulangan kata “karena siapa” sebagai
penekanan adanya akibat.
Video dari playlist Kliping Peristiwa Media dengan judul
‘Kepergok Bahlul’ di awal video, ditampilkan tulisan yang
memberitahukan isi video kemudian dilanjutkan dengan menunjukkan
tulisan (transkip rekaman) suasana pemilihan komisioner KPI dengan
anggota DPR komisi 1 dan ditampilkan foto serta jabatan si pemilik
suara dalam rekaman. Di akhir video, ditampilkan tugas dan gaji serta
tunjangan komisi 1 DPR. Jika ditelaah lebih dalam, “pada tanggal 2-3
Juli lalu, komisi I DPR RI mengadakan uji kepatutan dan kelayakan
calon anggota KPI Pusat. Sayangnya, proses tersebut nampak tidak
memiliki parameter penilaian yang jelas” bisa dimaknai kekecewaan
terhadap proses pemilihan komisioner KPI. Kemudian didukung
dengan menampilkan foto dan tulisan jabatan untuk menyempurnakan
bukti adanya kejanggalan dalam pemilihan komisioner KPI. Hal ini
68
bisa diartikan bahwa Remotivi ingin menunjukkan kualitas anggota
komisi 1 DPR dan kualitas komisioner KPI. Jika disimpulkan secara
keseluruhan video yang berdurasi 5.17 menit ini, adalah menunjukkan
kinerja anggota komisi 1 DPR tidak sebanding dengan gaji dan
fasilitas yang diterima.
B. Analisis Temuan
1. Literasi Media di YouTube Remotivi
Jika melihat temuan-temuan di atas, dapat diketahui bahwa literasi
media yang dilakukan Remotivi pada YouTube-nya menggunakan
perspektif teoritis, sebagaimana video pada playlist Literasi dan
playlist YTMK.Meski sekilas nampak sama namun keduanya
memiliki perbedaan yang terletak pada penggambaran
kasus.PlaylistLiterasi digambarkan dengan cara membandingkan isu
yang sama di media yang berbeda. Sedangkanplaylist YTMK fokus
pada satu isu yang kemudian dianalisis dari berbagai elemen.Berbeda
lagi denganvideo pada playlist Kampanye dan playlist Kliping
Peristiwa Media. Keduanya sama-sama menggunakan kalimat satir
yaitu dengan sindiran untuk menunjukkan protesnya terhadap konten
media yang dianggap buruk. Meski sekilas sama, namun keduanya
juga memiliki perbedaan. Playlist Kampanye cenderung santai yaitu
dikemas dengan lagu atau adegan percakapan sehari-hari. Sedangkan
playlist Kliping Peristiwa Media merupakan kumpulan peristiwa di
media yang dianggap bermasalah.
69
Keragaman konten literasi media tersebut barang tentu menjadi
cerminan model literasi media di dunia digital. Konten yang
ditampilkan pun dapat menyesuaikan khalayak dari berbagai latar
pendidikan. Misalnya dengan gaya kalimat satir, menggunakan teori,
membandingkan isu, maupun mengupas satu isu. Sehingga khalayak
dapat memilih konten literasi media mana yang ingin dikonsumsi
sesuai dengan seleranya masing-masing Namun, upaya literasi media
menggunakan media online seperti YouTube tersebut perlu
dikembangkan agar konten-konten yang disajikan lebih menarik dan
memicu khalayak untuk terus belajar literasi media.
Jika dilihat, literasi media yang digunakan oleh YouTube Remotivi
masih sebatas menyajikan cuplikan adegan produk komunikasi di
media kemudian dianalisis menggunakan perspektif dan metode yang
diaplikasikan melalui video. Namun belum memberi contoh nyata
bagaimana seharusnya produk komunikasi dibuat. Misalnya, Remotivi
membuat iklan serupa atau parodi dengan metode literasi. Sehingga
tidak sebatas mengaji letak kesalahan tersebut, tapi juga membuat
produk komunikasi tandingan sebagai upaya meliterasi masyarakat
sekaligus sindiran terhadap industri media. Kedua iklan tandingan tapi
serupa tersebut nantinya menjadi bahan compare masyarakat yang
melihat agar dapat membaca pesan dari produk komunikasi dan
mengetahui kualitas produk komunikasi yang selayaknya.
70
2. Upaya Literasi Media di YouTube Remotivi
Upaya Remotivi untuk meliterasi khalayak tidak terlepas dari
proses produksinya, yaitu,Playlist literasi menggunakan konsep
analisis panjang dan mendalam. Menurut produser YouTube Remotivi,
Yovantra Arif, pembuatan video literasi merupakan proses yang
cukup panjang dengan deadline satu bulan sekali. Konten video
literasi berisi uraian mendalam tentang teori komunikasi yang dikemas
dengan audio visual semenarik mungkin. Dengan kata lain, video
literasi merupakan kajian media yang ada di buku kemudian
disederhanakan dan diejawantahkan dalam bentuk audio-visual agar
khalayak memahami kajian media meskipun tidak membaca buku.
Gambar 4.1
Alur produksi video Literasi
Namun, peneliti melihat bahwa rencana produksi playlist Literasi
satu bulan sekali belum terlaksana. Dalam kurun waktu empat tahun sejak
Membaca buku teori
Membuat naskah
Menentukan av skripsksnsdskrip
Video editing
Posting ke YouTube
71
ditetapkannya YouTube sebagai media literasi, hanya terdapat 11 video
playlist Literasi yang diunggah. Artinya, target untuk membuat video
Literasi belum tercapai. Selain itu, peneliti juga melihat terbatasnya tim
produksi yang terdiri dari tiga orang menjadi kendala produksi yang pada
akhirnya tidak sesuai dengan target.
Playlist YTMK lebih fokus terhadap isu-isu aktual disertai dengan
data dan fakta, didukung teori dan metode untuk menganalisis problem.
Dengan kata lain, video YTMK merupakan video esai yang berisi suatu
fenomena menggunakan perspektif untuk menghasilkan temuan yang
kemudian disimpulkan dan direfleksikan dalam bentuk video. Menurut
penulis naskah Fariz Dzaki, proses pembuatan video YTMK melalui
beberapa tahap untuk menjadi layak disajikan kepada khalayak. Tahap
pertama brandstorming mencari ide dengan mengamati media yang
memresentasikan fenomena selama dua minggu, dimana cara
penyajiannya tersebut bermasalah. Dari proses brandstorming, akan
mendapatkan paling banyak enam ide dan dibawa ke meja redaksi yang
diadakan satu minggu sekali. Di sana, ide tersebut didiskusikan bersama
dengan berbagai argumen untuk mencari ide mana yang lebih layak dan
perlu diangkat. Setelah ide ditetapkan, langkah selanjutnya membuat
outline oleh Fariz dibantu dengan produser untuk menggali ide lebih
dalam serta pembuatan naskah. Dari deskontruksi masalah menjadi sebuah
naskah kemudian dibawa ke audio visual skrip (av-skrip) untuk membuat
video sesuai naskah. Proses editing video selama 3-5 hari kemudian di-
72
publish. Jika dihitung dari pembuatan naskah ke video final membutuhkan
waktu selama dua minggu.
Gambar 4.2
Alur Produksi Video YTMK
Melalui proses produksi video YTMK sebagaimana dijelaskan di
atas, dapat peneliti simpulkan bahwa ideologi yang digunakan
sebagaimana tiga video YTMK yang dianalisis, playlist ini menggunakan
pendekatan ekonomi politik sebagai paradigma kajiannya. Asumsi
dasarnya terletak pada kesenjangan antara pemilik media dengan publik
yang terletak pada produk komunikasinya yang dikaji oleh Remotivi.
Yovantra Arif mengatakan, bahwa ekonomi politik merupakan
Mencari ide
Membuat naskah
Membuatoutline
Pemilihan av skrip
Video editing
Membuat naskah
Rapat redaksi
Membuat outline
Pemilihan av skrip
Editing video
Posting ke YouTube
73
problemdasar produk televisi sehingga kajiannya pun diperluas lagi tidak
sebatas ekonomi politik. Tapi lebih dari itu, problem yang lebih urgent
yang akan digali dan dikaji lebih dalam oleh Remotivi.
Selain itu, peneliti melihat bahwa isu yang dikaji masih didominasi
kasus yang ada di televisi dengan kesenjangannya. Padahal dewasa ini,
media sosial menjadi media terbanyak yang mendistribusikan hoaks serta
isu yang ‘digoreng’ sedemikian rupa hingga menimbulkan konflik antar
masyarakat. Sehingga alangkah baiknya jika kajian medianya diperluas
dengan mengambil isu yang aktual di media sosial dengan presentase
50:50 sebagai upaya literasi media secara menyeluruh.
Video kampanye berisi sindiran tentang fenomena yang terjadi di
media. Proses produksinya bekerjasama dengan orang-orang di luar
Remotivi. Pihak Remotivi hanya memberikan ide dan proses produksinya
dikerjakan oleh partner. Selain itu, video kampanye merupakan hasil dari
video kampanye frekuensi milik publik yang sudah lama diproduksi
sebelum lahirnya YouTube sebagai media untuk literasi. Peneliti melihat
bahwa video ini sebagai bentuk protes terhadap industri media serta
pemerintah dalam hal ini KPI atas kebijakan yang dibuatnya. Akan tetapi,
sebagaimana yang diungkapkan Silverblatt bahwa tujuan seseorang
memahami literasi media adalah agar dapat mengapresiasi produk
komunikasi yang dinilai mampu mengedukasi khalayak. Di sini, Remotivi
hanya membuat kampanye protes atas produk komunikasi maupun
kebijakan yang tidak baik. Sebagai penyeimbang, seharusnya Remotivi
membuat kampanye terhadap produk komunikasi serta kebijakan
74
pemerintah yang sudah baik. Sehingga fungsi Remotivi sebagaimana yang
dijelaskan oleh mantan direktur Remotivi, Mohammad Heychael, bahwa
hubungan antara Remotivi dengan KPI adalah hate and loverelation dapat
tercapai. Selain itu, Remotivi juga dapat memberikan dukungan serta
membantu memromosikan produk dan kebijakan yang sudah dilakukan
oleh industri media maupun KPI agar bisa dijadikan contoh dan gambaran
kepada khalayak bagaimana produk komunikasi yang semestinya
dikonsumsi.
Kliping peristiwa media merupakan video fenomena di media yang
diambil dari YouTube kemudian diunggah secara mentah oleh Remotivi
tanpa ada proses editing. Karena sasaran dari khalayak YouTube Remotivi
tidak terbatas, artinya tidak ada tingkatan kemampuan pengetahuan
tentang literasi media. Maka peneliti melihat tidak adanya proses editing
menjadi pertimbangan bagi universalnya viewer yang belum pernah
mengenal literasi media. Artinya, literasi media pada playlist ini belum
bisa menyentuh seluruh viewer, sebab Remotivi hanya menampilkan ulang
peristiwa yang terjadi tanpa ada narasi ataupun subtittle bagi video yang
menggunakan Bahasa Inggris seperti pada video berjudul “Allan Nairn:
Masih Ada Ancaman Terhadap Kebebasan Pers di Indonesia”. Peneliti
melihat komentar khalayak pada video ini banyak yang mengeluh tidak
memahami maksud dari video tersebut karena seluruhnya menggunakan
Bahasa Inggris, baik pewawancara maupun narasumber menggunakan
bahasa yang sama.
75
Literasi media yang dilakukan YouTube Remotivi selaras dengan
teori yang dikembangan oleh Art Silverblatt yang berpendapat bahwa
literasi media merupakan sebuah gerakan melek media oleh khalayak
dengan menggunakan pendekatan proses penyampaian media kepada
khalayak1. YouTube Remotivi adalah sebuah gerakan literasi media yang
dikemas melalui video dan disebar luaskan melalui media sosial dengan
sasaran utamanya khalayak media usia muda.
Adapun proses literasi media yang digunakan Remotivi dalam
YouTube-nya jika ditinjau dari aspek literasi media milik Silverblatt maka
akan diuraikan sebagai berikut:
a. Proses, produk media tidak terlepas dari adanya proses, sebab
di sana lah terjadinya pembentukan pesan media.Seperti yang
dikatakan oleh Fariz, bahwa produk komunikasi yang
disebarkan kepada khalayak memiliki pesan yang ingin
disampaikan, baik secara langsung maupun dibungkus dengan
simbol atau tanda.Dalam setiap proses pembuatan produk
komunikasi, terdapat empat unsur di dalamnya.
Pertama,fungsi atau tujuan dibuatnya produk komunikasi
tersebut.fariz menceritakan bahwa dalam melakukan literasi
media, dia mengamati program acara selama dua minggu untuk
mengetahui letak fenomena yang bermasalah. Dari amatan itu
Fariz mengetahui tujuan utama dibuatnya program acara
tersebut.Fungsi atau tujuan produk komunikasi pun terbagi
1 Art Silverblatt dalam Apriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas Bermedia KhalayakMedia Massa, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 12.
76
menjadi empat macam. Fungsi laten, fungsi ganda, fungsi tidak
terdefinisi, dan fungsi palsu.
kedua, media komparatif. Fariz menjelaskan bahwa
mengkaji literasi media dapat juga dilihat dari unsur yang
melekat pada media tersebut (audio dan visual pada televisi).
Seperti pada video “Wajah Kota dalam Meikarta” yang
menonjolkan sisi gambar dengan kalimat dari narator. Menurut
Fariz, iklan properti tersebut bermasalah dalam strategi
komunikasinya karena terlalu berlebihan dan yang
dipromosikan adalah sebuah imaji, sebab gambar yang
ditampilkan iklan tersebut adalah teknologi masa depan yang
belum ada di dunia.
Ketiga, komunikator media atau pembuat konten
media.Menurut Fariz, menjadi penting mengetahui siapa yang
membuat konten dari produk komunikasi untuk memudahkan
identifikasi maksud dari produk yang dihasilkan dengan cara
melihat stasiun televisi apa, siapa pemiliknya, latar belakang
pemilik media.
Jelas, pemilik media itu sangat memengaruhi konten
media2
Senada dengan Fariz, Yovantra Arif, juga mengatakan bahwa
pembuat konten media memiliki pengaruh yang signifikan
2Wawancara pribadi dengan Fariz Dzaky, Penulis naskah YTMK, 27 April 2018, 22.30,Kedai Kopi Suaka, Rawabuntu.
77
terhadap hasil produksi media. Baik pemilik media maupun
pemred media tersebut.
Keempat, audien. Yovantra Arif mengatakan bahwa
kehadiran audien sangat penting dalam memberikan kontribusi
ide kajian. Hal tersebut tertuang pada kolom komentar video
YouTube Remotivi.
Banyak dari teman-teman yang mengajukanprogram
acara untuk kami kaji. Mereka merasa ada yang
bermasalah tapi tidak tahu letak masalahnya di mana.
Saran tersebut kami tampung tapi tidak semua kami kaji,
karena kami melihat urgensi masalahnya3.
b. Konteks. Art Silverblatt berpendapat bahwa penting dalam
literasi media untuk melihat konteks produk komunikasi agar
pesan yang dimaksud komunikator sampai kepada komunikan.
Remotivi dalam menganalisis produk-produk komunikasi
melihat konteks sebagai bahan tambahan dalam melakukan
kajian mendalam untuk membongkar maksud dan tujuan dari
produk komunikasi itu sendiri. Konteks dibagi menjadi tiga
bagian yaitu konteks sejarah, budaya, dan strukur.
Yovantra Arif, menceritakan bahwa dalam mengkaji media
yang pertama kali dilihat adalah konten media kemudian
konteks medianya seperti konteks sejarah, budaya dan struktur
medianya. Namun, lagi-lagi tidak semua isu dapat dikaji
3Wawancara probadi dengan Yovantra Arif, Produser YouTube Remotivi, 10 Mei 2018,14.00, Cafe Killiney, Kalibata City.
78
menggunakan semua konteks tersebut, tergantung apakah isu
itu relevan dengan kaitan sejarah maupun budaya masa lampau.
Sebagaimana dalam video berjudul“Situs Kemiskinan di Layar
Kaca”. Adanya sirkus atau tontonan ‘orang aneh’ maupun
orang miskin sudah ada sejak pertengahan abad ke-19 di New
York, Amerika Serikat yang terkenal dengan dime museums
yang kerap dipasarkan sebagai wahana pengetahuan dan
hiburan bagi rakyat jelata. Remotivi memberikan refleksi
dengan menggambarkan sejarah di masa lalu tentang
bagaimana penyandang disabilitas dan orang yang dianggap
lain sebagaimana umumnya dijadikan sebagai tontonan untuk
kepentingan ekonomi. Begitupun dalam konteks budaya, jika
isu tersebut ada sangkut pautnya dengan budaya, maka
Remotiviakan membandingkan antara budaya saat ini dan
budaya terdahulu.
Struktur sendiri dibagi menjadi tiga bagian yaitu pola
kepemilikan. Seperti yang dikatakan Yovantra Arif, bahwa
Remotivi berpegang pada prinsip diversity of ownership yang
menitik beratkan pada keberagaman kepemilikan. Peneliti
melihat bahwa Remotivi menggunakan unsur tersebut pada
kajiannya. Namun, lagi-lagi tidak semua kajian video
menggunakan unsur tersebut karena melihat isu yang dikaji.
Hal ini dibenarkan oleh Yovantra Arif saat diskusi dengan
peneliti, penggunaan unsur ini biasanya terjadi pada isu politik
79
dan ekonomi. Media dan peraturan pemerintah,kualitas
konten media juga ditentukan oleh hubungan antara perusahaan
media dengan peraturan pemerintah, UU Penyiaran. Menurut
peneliliti Remotivi, Alinda Rimaya, KPI longgar terhadap
peraturan yang sudah ditetapkan melalui P3SPS. Sehingga
kualitas siaran yang tidak mendidik masih menjamur. Peneliti
melihat konsistensi Remotivi dalam terdapat hubungan hate
and love relation dalam mengawal KPI. Di sisi lain Remotivi
menjadi juga memantau kinerja KPI.
c. Framework, dalam literasi media, mengetahui kerangka
produk komunikasi sangat penting untuk membedah elemen
struktural agar dapat menemukan pesan yang dimaksud oleh
pembuat konten. Peneliti melihatRemotivi menganalisis produk
komunikasi tersebut melalui beberapa poin diantaranya,
1. Introduction, judul pada produk komunikasi mewakili
keseluruhan isi, sehingga untuk mencari maksud atau pesan
komunikasi dapat dilakukan dengan melihat judul sebab
sangat memengaruhi konten. Peneliti melihat Remotivi
melakukan analisis terhadap beberapa berita dari sebuah
judul untuk mengetahui makna dan pesan yang dimaksud,
sebagaimana pada video analisis yang berjudul ‘Framing:
Cara Media Memanipulasi Informasi’. Pada menit 3.11,
video tersebut menjelaskan informasi yang ditulis hanya
80
mengenai sampah sisa demo atau tuntutan buruh yang ingin
liburan ke Bali dengan melihat dari judul berita.
2. Plot,merupakan serangkaian tindakan yang sudah
direncanakan oleh komunikator media untuk membangun
sebuah ide. Plot sendiri dibagi menjadi tiga, konten
eksplisit. Sebagaimana yang dikatakan oleh Yovantra Arif
bahwa penulis naskah melihat seluruh program acara
kemudian mencatat adegan yang dianggap penting untuk
diteliti. Respon afektifyang berbicara tentang emosi
khalayak dalam melihat setiap adegan cerita dengan tujuan
untuk memengaruhi khalayak media.Remotivi dengan
analisis videonya yang berjudul ‘Sirkus Kemiskinan di
Layar Kaca’. Analisis yang digunakan adalah menceritakan
kesusahan hidup para kontestan program Microfon Pelunas
Hutang. Remotivi menunjukkan cuplikan adegan Oky
Lukman sebagai pembawa acara yang menangis dengan
mengatakan bahwa khalayak harus membantu para
kontestan untuk melunasi hutang, secara tidak langsung
Oky mengajak para khalayak untuk bersedekah. Isak tangis
Oky diikuti juga oleh para juri dan penonton di studio yang
disorot oleh Campers untuk memerlihatkan detail
kesedihan dengan tujuan nguras emosi khalayak agar
bersimpati kepada para kontestan.Konten tersirat, untuk
menganalisis ini dapat dilihat dari hubungan satu adegan
81
dengan adegan lainnya.Remotivi menganalisis video dengan
judul Wajah Kota Dalam Meikarta’ yang menganalisis
setiap adegan yang ditampilkan iklan properti Meikarta,
secara spesifik dapat dikatakan bahwa hunian Meikarta
adalah hunian nyaman bagi warga Jakarta. Remotivi
menunjukkan beberapa adegan mulai dari cerita tentang apa
yang dilihat dan dirasakan oleh anak kecil dalam mobil
kemudian menampilkan cuplikan iklan yang menceritakan
indahnya Meikarta. Remotivi menyimpulkan bahwa makna
yang tersirat dalam iklan tersebut yaitu keindahan Meikarta
dan suramnya Kota Jakarta.Pengembangan karakter,
pesan media dapat disampaikan melalui karakter setiap
cast.Remotivimenganalisis video yang berjudul ‘Di Balik
Manisnya Susu Kental Manis’ cast anak dalam iklan
digambarkan lesu dan tidak bersemangat, namun setelah
minum susu kental manis, anak kembali bersemangat, sehat
dan berprestasi. Remotivi melihat pesan yang ingin
disampaikan pengiklan yaitu nikmatnya susu kental manis
yang menyehatkan.
3. Genre merupakan ciri khas produk komunikasi. Khalayak
dapat mengidentifikasi produk komunikasi melalui genre.
Yovantra Arif selaku produser YouTube Remotivi
menceritakan tidak semua isu dikaji menggunakan genre.
Hanya kasus tertentu saja, unsur ini digunakan dalam
82
sebuah kajian. Hal ini serupa dengan videonya yang
berjudul ‘Masih Percaya Media?’ Remotivi menganalisis
stasiun tv berita Metro TV dan TVOne yang merupakan
stasiun tv berita tetapi muatan beritanya lebih banyak
membahas soal pemilik media yang notabene pengurus
partai politik beserta kegiatan partainya.
4. Logical conclusion merupakan kesimpulan yang sesuai
dengan logika. Banyak produk komunikasi yang
menggunakan kesimpulan aneh dan tidak sesuai dengan
adegan yang ditampilkan sebelumnya. Mengidentifikasi
kesimpulan yang masuk akal penting dilakukan dalam
literasi media. Menurut Fariz, dalam mengkaji sebuah
media dapat dilihat dari beberapa sudut pandang seperti
strategi komunikasi, kesimpulan yang tidak sesuai dengan
logika, dan sebagainya. Dari masalah-masalah tersebut
kemudian dikumpulkan dan didiskusikan dengan produser
YouTube Remotivi untuk menentukan metode apa yanng
nantinya digunakan untuk mengkaji masalah
tersebut.Sebagaimana dalam video yang berjudul ‘Dibalik
Manisnya Iklan Susu Kental Manis’.Remotivi mengkaji
logika gambaran bahwa susu dapat membangun keluarga
yang bahagia melalui tagline dalam susu kental manis
frisian flag.
83
d. Nilai Produksi dapat dianalogikan sebagai tata bahasa dari
elemen-elemen yang memengaruhi. Nilai produksi tergantung
pada tipe dan kualitas media. Elemen dari nilai produksi dapat
dilihat dari editing, lighting, point of view, dan
lainnya.Remotivi menggunakan elemen-elemen tersebut untuk
menganalisis problem di media.Sebagaimana pada video
‘Wajah Kota Dalam Meikarta’. Ada beberapa elemen yang
dianalisis seperti backsound sendu, lighting suram, banjir,
macet, dan kriminal pada Kota Jakarta. Berdasarkan elemen-
elemen tersebut, Remotivi menyimpulkan bahwa pesan yang
disampaikan oleh komunikator yaitu Jakarta adalah kota
kumuh yang tidak layak huni. Kemudian Remotivi membahas
lighting cerah dan penuh dengan hijaunya pepohonan ketika
menceritakan kondisi Meikarta. Selain video Meikarta, video
‘Manisnya Iklan Susu Kental Manis’ juga dikaji melalui point
of view seorang ibu dan anak yang menjadi sorotan utama iklan
ini dan Remotivi membahas elemen-elemen tersebut. Akan
tetapi, konsep ini hanya digunakan untuk mengkaji playlist
YTMK dan tidak berlaku untuk playlist lain.
Jika melihat paparan di atas, dapat diketahui bahwa literasi media
yang digunakan oleh YouTube Remotivibelum memberi contoh nyata
bagaimana seharusnya produk komunikasi dibuat. Misalnya, Remotivi
membuat iklan serupa atau parodi tetapi dengan metode literasi. Sehingga
tidak sebatas mengkaji letak kesalahan tersebut, tapi juga membuat produk
84
komunikasi tandingan sebagai upaya meliterasi masyarakat sekaligus
sindiran terhadap industri media. Kedua iklan tandingan tapi serupa
tersebut nantinya menjadi bahan compare masyarakat yang melihat agar
dapat membaca pesan dari produk komunikasi dan mengetahui kualitas
produk komunikasi yang selayaknya.
Menurut produser video YouTube, Yovantra Arif, 60% video
literasi Remotivi menggunakan kasus yang ada di televisi, karena
menurutnya televisi masih dikonsumsi oleh kalangan muda di daerah.
Bahkan masih ada sebagian kalangan muda urban yang masih menonton
program televisi, sehingga penggunaan YouTube dinilai mampu
menyeimbangkan kasus yang dibedah dengan media penyampaiannya.
Akan tetapi peneliti melihat bahwa masih adanya kesenjangan digital
antara remaja di kota dan di daerah. Menurut hasil survei studi ground-
breaking yang menganalisis aktivitas dan perilaku online di kalangan anak
dan remaja yang dilakukan oleh Kementrian Kominfo, Kementrian PPPA
dan UNICEF menunjukkan bahwa di daerah perkotaan, hanya 13 persen
anak dan remaja yang tidak menggunakan internet, sementara di daerah
pedesaan ada 87 persen anak dan remaja yang tidak menggunakan internet.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta, dan Banten misalnya hampir
semua responden menggunakan internet. Sementara itu, di Maluku Utara
dan Papua Barat hanya sepertiga responden yang menggunakan internet4.
Sehingga upaya literasi media melalui YouTube dinilai belum efektif.
4https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3834/Siaran+Pers+No.+17-PIH-KOMINFO-2-2014+tentang+Riset+Kominfo+dan+UNICEF+Mengenai+Perilaku+Anak+dan+Remaja+Dalam+Menggunakan+Internet+/0/siaran_pers diakses pada 14 Mei 2018, pkl. 17.29.
85
Meskipun literasi media yang dilakukan Remotivi juga secara offline
(seminar kepada ibu-ibu muda di Kota Bandung) namun, kegiatan tersebut
juga belum menyentuh ke daerah.
Tabel 4.1
Kelebihan dan Kekurangan YouTube Remotivi
No. Kelebihan Kekurangan1. Sasaran viewer dapat
menyentuh generasi milenial.Sasaran viewer belum menyentuh
seluruh lapisan masyarakat.Konsumen media bukan hanya
generasi milenial. Selain itu jugaadanya kesenjangan digital di
kota dan daerah.2. Pembahasan isu di tv apple to
apple dengan media untukliterasi (audio dan visual).
Isu yang dikaji masih didominasioleh isu di media televisi, belumseimbang dengan isu di media
sosial maupun media lain.3. Literasi dengan gaya baru
menggunakan media sosialYouTube.
Sedikitnya tim YouTube sehinggajadwal upload tidak sesuai
rencana.4. Playlist Remotivi beragam,
menjadi pilihan bagi khalayak.Belum adanya konsistensi dalam
pembuatan setiap playlist,tergantung dari mood tim
Remotivi dalam produksinya.
3. Literasi Media di YouTubeSebagai Bagian dari Gerakan Sosial
Jika ditelaah berdasarkan elemen literasi media yang dikemukakan
oleh Art Silverblatt, maka, apa yang dilakukan Remotivi di
YouTubenya dapat dikatakan sebagai gerakan literasi media yang
memanfaatkan media digital karena terdapat sebuah praktik-praktik
yang dilakukan oleh kelompok masyarakat untuk melakukan
kesadaran terhadap lingkungan masyarakat dengan isu literasi media
melalui media online. Dimana media online dijadikan sebagai medium
yang memberikan peluang terhadap gerakan-gerakan sosial. Seperti
86
gerakan kesadaran bermedia yang dilakukan oleh Remotivi. Gerakan
literasi media di YouTube Remotivi ini dapat dikategorikan sebagai
organizationally-brokered action. Dimana anggota YouTube Remotivi
tetap sebagai pemegang kendali konten dan YouTube dijadikan
sebagai medium penyebarannya. Di sini lah peran YouTube sebagai
media sosial dalam sebuah gerakan sosial.
Adapun elemen Art Silverblatt tersebut, jika dijabarkan sebagai
berikut:
a. Menyadari dampak media terhadap individu
Lahirnya gerakan sosial literasi media, Remotivi tidak
terlepas dari kesadaran masyarakat mengenai penyalagunaan
frekuensi publik untuk kepentingan ekonomi pribadi. Adanya
eksploitasi frekuensi berdampak pada konten yang disajikan,
karena fokus terhadap rating dan share, sehingga menggugurkan
fungsi media massa yaitu mendidik. Dalam sebuah wawancara
dengan produser YouTube Remotivi, Yovantra Arif mengatakan
bahwa adanya literasi media ini untuk menyadarkan para pekerja
media agar mengetahui produk komunikasi yang dihasilkan
bermasalah.
b. Memahami proses komunikasi massa
Konten literasi media dalam YouTube Remotivi dilakukan
dengan memahami dan membedah proses pembuatan produk
komunikasi sebelum dipublikasin. Namun, kegiatan ini hanya
terjadi pada playlist literasi dan playlist YTMK.
87
c. Mengembangkan strategi yang dapat digunakan untuk
menganalisis dan mendiskusikan pesan-pesan media
Jika melihat empat playlist yang disajikan di YouTube
Remotivi, kita mengetahui ada empat pola literasi media yaitu
membandingkan satu isu di beberapa media, mengupas satu isu di
satu media, menggunakan kalimat satir, dan mengumpulkan
peristiwa yang terjadi di media. Ini menjadi salah satu strategi
analisis yang dikembangkan untuk lebih luas dalam menjangkau
pesan-pesan yang tersembunyi dari produk komunikasi.
d. Menyadari bahwa konten media merupakan sebuah teks yang
memberikan pemahaman kepada budaya dan diri sendiri
Jika melihat video berjudul ‘masih percaya media?’ dalam
kontennya terdapat pertanyaan “kalau begitu, apakah dukunganmu
terhadap media tersebut juga berubah?” artinya konten media
memberikan pengaruh kepada khalayak di dunia. Remotivi
membantu menyadari pengaruh atau akibat yang akan diterima
khalayak setelah menonton berita di televisi.
e. Kemampuan untuk menikmati, memahami, mengapresiasi isi
media
Kemampuan ini belum sepenuhnya dimiliki oleh Remotivi,
karena belum memberikankah apresiasi terhadap produk
komunikasi. Hal ini terscermin dalam playlist literasi media yang
diunggah dalam YouTube-nya. Konten yang disajikan belum ada
88
yang memberikan apresiasi terhadap produk komunikasi yang
dianggap sudah memenuhi kriteria produk media yang ‘sehat’.
89
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini peneliti akan menyimpulkan temuan penelitian yang telah
dijelaskan secara terstruktur pada bab-bab sebelumnya. Peneliti juga akan
menguraikan saran guna perkembangan keilmuan di kalangan akademisi dan
praktisi. Kesimpulan ini diharapkan dapat memudahkan pembaca untuk
menemukan inti jawaban dari rumusan masalah penelitian. Adapun saran
merupakan bentuk motivasi peneliti untuk terbukanya cakrawala keilmuan yang
lebih luas dan dalam.
A. Kesimpulan
Setelah melakukan kajian sebagaimana peneliti paparkan dalam
bab-bab sebelumnya, maka peneliti menyimpulkan bahwa konten yang
terdapat pada empat jenis playlist di YouTube Remotivi mengandung
unsur literasi media berdasarkan analisis teks dan gambar Teun A Van
Dijk.Perbedaan keempat jenis playlisttersebut menjadi cara atau strategi
Remotivi dalam mengembangkan konsep literasi media untuk menyentuh
seluruh khalayak yang aktif di media sosial seperti YouTube.
Upaya literasi media yang dilakukan oleh Remotivi pada channel
YouTube-nya merupakan sebuah gerakan sosial yang memanfaatkan
media digital sebagai medium literasinya.Gerakan literasi ini dapat
dikategorikan sebagai organizationally-brokered action. Dimana anggota
YouTube Remotivi tetap sebagai pemegang kendali konten dan YouTube
90
dijadikan sebagai medium penyebarannya. Di sini lah peran YouTube
sebagai media sosial dalam sebuah gerakan sosial.
B. Saran
Agar tujuan dan hasil dapat terlaksana dengan masksimal, maka
segala proses harus dilaksanakan dengan baik. pada kesempatan ini,
peneliti bermaksud memberikan masukan kepada pihak YouTube Remotivi
dalam melakukan kampanye literasi media agar bisa terwujud dengan
baik. YouTube Remotivi sebaiknyamembuat video parodi bagaimana
seharusnya produk komunikasi dibuat tanpa menyalahi peraturan yang
sudah ditetapkan. Baik P3SPS maupun kode etik jurnalistik. Sehingga
mampu menjadi contoh nyata bagi stasiun televisi lain agar mengikuti pola
produksi yang semestinya. Jangkauan isu yang dikaji juga diperlebar
dengan mengaji isu di luar media televisi. Selain itu, produksi video juga
harus konsisten dalam mengunggah videonya. Dalam praktek literasi
media, diharapkan khalayak dapat mengapresiasi produk media yang
sudah memenuhi standar P3SPS, kode etik jurnalistik, dan peraturan lain
tekait media. Apresiasi tersebut dapat memicu produk media yang
dihasilkan oleh media lain agar terpacu untuk membuat produk-produk
unggulan media dengan tidak melanggar UU Penyiaran maupun kode etik
dan standar produk media lain. Namun, Remotivi belum memberikan
apresiasi tersebut karena hanya kritikan yang ditampilkan di YouTube
Remotivi.
91
C. Rekomendasi
Bekerjasama dengan Kemendagri dan berbagai kampus untuk
melakukan literasi media di Indonedia secara menyeluruh.
Mengajukan UU ke DPR sebagai bentuk literasi secara legitimasi.
Menetapkan literasi media sebagai mata kuliah maupun mata
pelajaran wajib dalam pendidikan di Indonesia.
92
DAFTAR PUSTAKA
Buku/E-book:
Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi, Jakarta: Bumi Aksara,
2014.
Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Annes. Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2009.
Arifin, Eva. Broadcasting to be broadcaster, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, KBBIOffline, Edisi V.
Baran, Stanley J. Pengantar Komunikasi Massa: Literasi Media dan Budaya,
Jakarta: Salemba Humanika, 2011.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi
Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya, Jakarta: Kencana, 2008.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKiS,
2011
Iriantara, Yosal. Literasi Media : Apa, Mengapa, Bagaimana, Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2009.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2007.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosyda
Karya, 1997.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Rosdakarya, 2006.
93
Nasrullah, Rulli. Media Sosial : Perspektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017.
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: LKiS, 2008.
Potter, W. James. Media Literacy 3th edition, USA: Sage Publication, 2005.
Silverblatt, Art. Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages, London:
Praeger Publisher, 1995.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosyda Karya,
2004.
Syahputra, Iswandi. Rezim Media, Jakarta: Gramedia, 2013.
Tambukara, Apriadi. Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa,
Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Tim Pusat Humas Kementrian Perdagangan RI. Panduan Optimalisasi Media
Sosial Untuk Kementrian Perdagangan RI, Jakarta: Kementrian
Perdagangan RI, 2014, cet. 1.
Utomo, Wisnu Prasetyo. Orde Media: Kajian Televisi dan Media di Indonesia
Pasca-Orde Baru, Yogyakarta: INSISTPress, 2015.
Internet/Digital :
Alaydrus, Hadijah. “Survei Membuktikan Generasi Milenial Lebih Suka
Menonton TV” Artikel diakses pada 27 Maret 2018 dari
http://industri.bisnis.com/read/20171103/105/705870/survei-membuktikan-
generasi-milenial-lebih-suka-nonton-tv
94
A’yun, Ummu. “Sosial Media Sebagai Gerakan Sosial” diakses pada 9 Juli 2018
dari
https://www.academia.edu/18770232/SOSIAL_MEDIA_SEBAGAI_GERA
KAN_SOSIAL
Munir, Syahrul. “Minat Baca Rendah, Mayoritas Warga Indonesia Hobi Nonton
Televisi” Artikel diakses pada 27 Maret 2018 dari
https://regional.kompas.com/read/2016/04/28/21020061/Minat.Baca.Renda
h.Mayoritas.Warga.Indonesia.Hobi.Nonton.Televisi
Tim Administrator website aji.or.id, “Press Release Udin Award dan Tasrif
Award” Diakses pada 13 September 2017 dari https://aji.or.id/read/press-
release/297/siaran-pers-udin-award-dan-tasrif-award.html
Tim CSSU, “World’s Most Literate Nations Ranked” diakses pada 27 Maret 2018
dari https://webcapp.ccsu.edu/?news=1767&data
Tim Kata Data Indonesia, “Inilah Media Sosial dengan Pengguna Aktif Terbesar
di Indonesia” Artikel diakses pada 9 Februari 2018 dari
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/09/13/inilah-media-sosial-
dengan-pengguna-aktif-terbesar-di-indonesia
Tim KPI, “Edaran dan Sanksi” diakses pada 28 Maret 2018 dari
http://www.kpi.go.id/index.php/id/edaran-dan-sanksi
Tim KPI, “Hasil Survei Indeks Kualitas Siaran Televisi” diakses pada 31 Agustus
2017 dari https://www.kpi.go.id/index.php/id/publikasi/survei-indeks-
kualitas-siaran-televisi
95
Tim Redaksi AJI, “Siaran Pers Udin Award dan Tasrif Award” Diakses pada 13
September 2017 dari https://aji.or.id/read/press-release/297/siaran-pers-
udin-award-dan-tasrif-award.html
Tim Redaksi APJII, “Survei Internet APJII 2016” Diakses pada 24 Desember
2017 dari https://apjii.or.id/content/read/39/264/Survei-Internet-APJII-2016
Tim Redaksi platform ayorek.org “Author” diakses pada pada 7 Februari 2018
http://ayorek.org/author/roythaniago/#sthash.etLnTzcX.XPxZWyhn.dpbs
Tim Redaksi Remotivi, “Pegiat” Diakses pada 7 Februari 2018 dari
http://www.remotivi.or.id/pegiat/1/Roy-Thaniago
Tim Redaksi Remotivi, “Profil Remotivi” diakses tanggal 3 Februari 2018 dari
http://www.remotivi.or.id/konten/1/profil
Tim Redaksi Remotivi, “Gerakan Sosial dalam Konektivitas Digital” diakses pada
8 Juli 2018 dari http://www.remotivi.or.id/kupas/408/Gerakan-Sosial-dalam-
Konektivitas-Digital
Tim Youtube CNN, “Youtube Dalam Angka-Angka” Diakses 24 Desember 2017.
15.08 WIB dari https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150214143544-
185-32127/youtube-dalam-angka-angka.
Tim YouTube Remotivi, “Video Remotivi” diakses pada 7 April 2018 dari
https://www.youtube.com/channel/UC4XFp28z1NfApMtSpxqiCwA
Jurnal:
96
Lim, Merlyna. Many Clicks but Little Sticks: Social Activism in Indonesia Journal
of Contemporary Asia, vol.43, No. 4, 2013.
Wawancara:
Fariz Dzaki, Penulis Naskah YouTube Remotivi, di Kantor Remotivi: Jl. Cumi-
cumi 1 No 3A RT/RW 14/007 Jati Pulogadung dan di Kedai Kopi Suaka
Rawabuntu, 3 Februari 2018 dan 27 April 2018
Mohammad Heychael, Direktur Remotivi Periode 2015-2018, di Kantor
Remotivi: Jl. Cumi-cumi 1 No 3A RT/RW 14/007 Jati Pulogadung, 10
Agustus 2017 dan 3 Februari 2018.
Suci Wulaningsih, Ketua Divisi Sekretaris Keuangan dan Arsip, via-chatting
WhatsApp, 19 Februari 2018.
Wisnu Prasetyo Utomo, Peneliti Remotivi, via-chatting WhatsApp, 23 Maret
2017.
Yonvantra Arief, Produser YouTube Remotivi, di Kantor Remotivi: Jl. Cumi-
cumi 1 No 3A RT/RW 14/007 Jati Pulogadung dan Kalibata City, 3
Februari 2018 dan 10 Mei 2018.
Skripsi/Tesis:
Armi, Nidya Mustika. 2015. “Literasi Media Televisi Dengan Pendekatan
Inokulasi di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat”. Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
97
Khamilah, Birotul Nur Khamilah. 2013. “Kegiatan Literasi Media Bagi Pelajar
(Studi Deskriptif Kualitatif di Komisi Penyiaran Indonesia Daerah DIY)”.
Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Humaniora, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Khoiri, Agniya. 2016 “Peran Remotivi dalam Meningkatkan Kualitas Pers di
Indonesia”.Skripsi S1 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.
Maulana, Agus. 2014. “Pendidikan Literasi Media (Studi Deskriptif Strategi
Komunikasi dalam Pendidikan Literasi Media pada Lembaga Remotivi di
Jakarta)” Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Jenderal Soedirman.