analisis kualitas permukiman dengan citra sentinel dan sig
TRANSCRIPT
Analisis Kualitas Permukiman dengan Citra
Sentinel dan SIG di Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2019
1
ANALISIS KUALITAS PERMUKIMAN DENGAN CITRA SENTINEL
DAN SIG DI KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA
1)Jovi Gem’s Wibowo,
2)Frederik Samuel Papilaya, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. O. Notohamidjojo No 1-10 Salatiga 50715, Indonesia
Email : 1)
Abstract
The city's rapid development leads to a variety of social, economic and spatial issues.
Planning and structuring the city is one of the exits that can be used to determine the
standard quality of urban environment housing. Management and analysis can be done
manually but this will take a long time and a lot of energy. Another alternative can be
done by utilizing the Geographic Information System (GIS). Research on settlement
quality study aims to know the conditions of settlement in Argomulyo subdistrict, Salatiga
City through remote sensing data from Sentinel-2A satellite imagery. The quality of the
good settlement has an area of 85.67 ha, the quality of medium settlements has an area of
243.57 ha, and for the quality of low settlements has an area of 386.5 ha.
Keywords : Quality of Settlements, GIS, Sentinel-2A Imagery
Abstrak
Perkembangan pesat kota ini mengarah pada berbagai masalah sosial, ekonomi dan
spasial. Perencanaan dan penataan kota adalah salah satu pintu keluar yang dapat
digunakan untuk menentukan kualitas standar perumahan lingkungan perkotaan.
Manajemen dan analisis dapat dilakukan secara manual tetapi ini akan memakan waktu
yang lama dan banyak energi. Alternatif yang lain dapat dilakukan dengan memanfaatkan
Sistem Informasi Geografi (SIG). Penelitian tentang studi kualitas permukiman bertujuan
untuk mengetahui kondisi permukiman di Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga melalui
data penginderaan jarak jauh dari citra satelit Sentinel-2A. Kualitas permukiman yang
baik memiliki luas 85,67 ha, kualitas permukiman menengah memiliki luas 243,57 ha,
dan untuk kualitas permukiman rendah memiliki luas wilayah 386,5 ha.
Kata kunci: Kualitas Permukiman, SIG, Citra Sentinel-2A
1)Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen
Satya Wacana. 2)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana.
2
3
4
5
6
1. Pendahuluan
Perkembangan kota yang pesat menyebabkan timbulnya berbagai
permasalahan baik sosial, ekonomi maupun masalah penataan ruang.
Pertumbuhan SDM yang tinggi tanpa diimbangi penambahan sarana dan
prasarana serta fasilitas cenderung mengakibatkan permukiman menjadi sangat
padat. Disisi lain, kepadatan permukiman di kota disebabkan kota merupakan
sentral kegiatan manusia dan menawarkan berbagai kesempatan yang lebih baik
daripada didaerah pedesaan, sehingga banyak penduduk pedesaan yang
melakukan migrasi ke kota untuk memperbaiki kehidupan. Hal inilah yang
menimbulkan berbagai persoalan mengenai tata ruang untuk permukiman,
pendidikan, perdagangan, rekreasi, industri, olahraga, dan ekonomi [1].
Salah satu jalan keluar yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas
suatu permukiman yang standar untuk lingkungan perkotaan melalui perencanaan
dan penataan kota. Kaitannya dengan hal tersebut dalam rangka program dan
proyek peningkatan kualitas lingkungan khususnya permukiman kumuh di
perkotaan, memang perlu dilakukan penilaian atas kondisi permukiman. Hasil dari
penilaian dapat menentukan apakah wilayah tersebut perlu diperbaiki atau tidak.
Memang ada penilaian yang ditujukan untuk membangun kembali
(redevelopment) dalam rangka meningkatkan kualitas hidup penghuninya [2].
Masalah permukiman kota merupakan suatu hal yang perlu untuk segera
diatasi. Adapun untuk pengelolaan dan analisa data ini dapat dilakukan secara
manual, namun cara ini akan memerlukan waktu yang lama serta tenaga yang
banyak. Untuk itu, diperlukan suatu alternatif untuk mengatasi kendala tersebut
yaitu dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Penelitian tentang kajian kualitas permukiman ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi permukiman di Kecamatan Argomulyo, kota Salatiga.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan dan pertimbangan
bagi pemerintah daerah untuk menentukan kebijakan terhadap pengelolaan
permukiman serta tersedianya data kualitas permukiman di wilayah Kecamatan
Argomulyo.
2. Studi Pustaka
Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan adalah penelitian
mengenai pemanfaatan citra satelit Quickbird untuk memetakan permukiman di
Kelurahan Maguwoharjo, Yogyakarta. Penentuan tingkat kualitas permukiman
didasari oleh beberapa parameter, yaitu kepadatan rumah, lebar jalan, tata letak,
kondisi jalan, pohon pelindung, kondisi halaman, lokasi permukiman, air bersih,
rawan bencana, dan sanitasi [3].
Penelitian selanjutnya yang digunakan sebagai acuan kedua adalah analisis
kombinasi citra Sentinel-1A dan Sentinel-2A untuk klasifikasi tutupan lahan di
Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
citra Sentinel-2A memiliki tingkat akurasi klasifikasi tutupan lahan yang cukup
baik dengan asumsi tingkat kepercayaan >85% [4].
Pada Penelitian ini dilakukan analisis kualitas permukiman di Kecamatan
Argomulyo, Kota Salatiga. Parameter yang digunakan berupa kepadatan
permukiman, tata letak bangunan, aksesbilitas, pohon pelindung dan lokasi
7
permukiman. Sedangkan untuk interpretasi visual menggunakan citra Sentinel-
2A.
Permukiman merupakan lingkungan di luar kawasan lindung yang berupa
areal perkotaan dan pedesaan yang berfungsi sebagai tempat yang mendukung
prikehidupan dan penghidupan. Kualitas permukiman menampilkan derajat
kemampuan suatu permukiman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya [5].
Sentinel merupakan data dari citra satelit yang diperoleh tanpa dipungut biaya
apapun. Sentinel-2 merupakan satelit pertama yang diluncurkan sebagai bagian
dari program ESA (European Space Agency) Copernicus. Satelit ini membawa
berbagai petak resolusi tinggi imager multispectral dengan 12 band spektral.
Satelit ini dapat melakukan pengamatan terestrial yang berfungsi dalam deteksi
perubahan lahan tutupan, pemantauan hutan dan manajemen bencana alam dan
dapat digunakan untuk kajian-kajian memantau penutupan lahan. Data Sentinel
dapat digunakan untuk monitoring lingkungan, perencanaan ruang, air, hutan dan
vegetasi, carbon dan sumber daya alam, serta hasil pertanian secara global.
Berikut dapat dilihat pada tabel 1 terkait karakteristik 12 band pada citra Sentinel-
2.
Tabel 1. Karakteristik Citra Sentinel-2 [6]
Band Resolusi Spasial (m) Panjang Gelombang (µm)
Band 1 – Coastal Aerosol 60 0,443
Band 2 – Blue 10 0,490
Band 3 – Green 10 0,560
Band 4 – Red 10 0,665
Band 5 – Vegetation Red Edge 20 0,705
Band 6 – Vegetation Red Edge 20 0,740
Band 7 – Vegetation Red Edge 20 0,783
Band 8 – NIR 10 0,842
Band 8A – Vegetation Red Edge 20 0,865
Band 9 – Water Vapour 60 0,945
Band 10 – SWIR – Cirrus 60 1,375
Band 11 – SWIR 20 1,610
Band 12 – SWIR 20 2,190
NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) merupakan pengkalkulasian
citra yang bertujuan untuk memperoleh tingkat kehijauan pada wilayah vegetasi.
NDVI dapat menunjukan parameter yang berkaitan dengan vegetasi, antara lain:
biomassa dedaunan hijau, daerah dedaunan hijau yang merupakan nilai yang
dapat diperkirakan untuk pembagian vegetasi. Area tingkat kehijauan berada pada
interval -1 hingga 1 [7]. Rumus yang digunakan untuk memperoleh indeks
vegetasi seperti persamaan (1) berikut:
𝑁𝐷𝑉𝐼 =
(1)
8
Keterangan: NDVI = Normalized Difference Vegetation Index (nilai indeks area vegetasi).
Band NIR = Kanal inframerah dekat pada citra terkoreksi Radiometrik.
Band Red = Kanal merah pada citra terkoreksi radiometrik.
NDBI (Normalized Difference Build-up Index) merupakan proses pemetaan
suatu lahan terbangun yang terotomatisasi. NDBI dianggap sebagai alternatif
dalam pemetaan suatu wilayah terbangun secara obyektif dan cepat [8]. Parameter
yang digunakan untuk mengidentifikasi permukiman kumuh dapat menggunakan
parameter NDBI dengan menggunakan persamaan (2) berikut:
𝑁𝐷 𝐼 𝐼 𝑁𝐼
𝐼 𝑁𝐼
(2) Keterangan:
NDBI = Normalized Difference Built-up Index (nilai indeks area
terbangun)
Band SWIR = band shortwave infrared (kanal inframerah gelombang pendek)
pada citra terkoreksi radiometric
Interpretasi citra merupakan kegiatan menganalisis dan menentukan arti
penting dari objek pada citra atau foto udara [9]. Interpretasi data dalam inderaja
dilakukan secara digital untuk data numerik dan data secara manual bagi data
visual. Interpretasi data inderaja dilakukan untuk memodifikasi data numerik atau
data visual menjadi informasi bagi keperluan tertentu. Pengenalan suatu objek
terdiri atas tiga rangkaian, yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis [10]. Deteksi
adalah pemantauan terhadap suatu objek pada citra. Identifikasi adalah upaya
menentukan suatu objek yang telah dideteksi. Pada tahap analisis dilakukan
setelah semua data dikumpulkan.
Kepadatan permukiman adalah penggunaan penutupan atap dan kerapatan
rumah antara rumah satu dengan yang lainnya [11]. Satuan unit-unit pemetaan
atau blok bangunan dapat diukur secara kualitatif berdasarkan tingkat
keseragaman. Kepadatan permukiman atau kepadatan rumah dihitung dengan
menggunakan rumus seperti persamaan (3) dan parameter kepadatan permukiman
dapat dilihat pada tabel 2.
∑
∑
(3) Tabel 2. Parameter Kepadatan Permukiman [12]
Kepadatan Rumah Skor
< 40%; Jarang 1
40% - 60%; Sedang 2
> 60%; Padat 3
9
Pola permukiman menunjukan beberapa bangunan yang memiliki ukuran
yang relatif sama pada suatu permukiman. Pola permukiman mengikuti pola
tertentu yang kemudian dikelompokan dalam satuan unit yang sama dan
dikelompokan menjadi kelas teratur. Jika terdapat ukuran dan letak suatu
bangunan tergolong sama yang berpatokan pada suatu pola, maka bangunan
tersebut akan dilakukan pengelompokan pemetaan yang sama pada satuan unit
[12]. Parameter tata letak bangunan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Parameter Tata Letak Bangunan [12]
Kondisi Tata Letak Skor
> 50% bangunan tertata teratur 1
25-50% bangunan tertata teratur 2
< 25% bangunan tertata teratur 3
Aksesibilitas diukur dengan variabel lebar jalan dan kondisi jalan dapat
dilihat pada tabel 4 dan tabel 5. Lebar jalan menunjukkan lebar dan rata badan
jalan antara jalan utama dengan jalan lokal pada blok unit permukiman sedangkan
kondisi jalan masuk merupakan kondisi badan jalan sebagai penghubung antara
jalan utama dengan jalan lokal pada suatu blok unit permukiman [12].
a) Lebar Jalan
Tabel 4. Parameter Lebar Jalan [12]
Lebar jalan Skor
Lebih dari 6m ; 2-3 mobil dapat lewat 1
4m – 6m ; 1-2 mobil dapat lewat 2
Kurang dari 4 m 3
b) Kondisi Jalan
Tabel 5. Parameter Kondisi Jalan Masuk [12]
Pohon pelindung dianggap sebagai peneduh lingkungan dan juga berfungsi
sebagai salah satu poin pengurangan polusi kendaraan bermotor dalam penilaian
kualitas permukiman [12]. Untuk perhitungan pohon pelindung di setiap unit
permukiman dihitung dengan menggunakan persamaan (4), dimana juga terdapat
parameter pohon pelindung pada tabel 6.
∑
∑
(4)
Kondisi jalan Skor
> 50% telah diperkeras dengan aspal, semen atau konblok 1
25-50% jalan pada blok permukiman telah diperkeras 2
< 25% jalan pada blok permukiman telah diperkeras 3
10
Tabel 6. Parameter Pohon Pelindung [12]
Kondisi pohon pelindung Skor
> 50% jalanan memiliki pohon pelindung 3
25-50% jalanan memiliki pohon pelindung 2
< 25% jalanan memiliki pohon pelindung 1
Penilaian parameter ini didasari oleh jauh dekatnya unit permukiman dengan
pusat keramaian berupa kawasan perdagangan, jalan utama dan jasa [12].
Kategori untuk parameter ini ditunjukkan pada tabel 7.
Tabel 7. Parameter Lokasi Permukiman [12]
Kondisi lokasi permukiman Skor
Baik, Jauh dari sumber polusi, dekat dengan fasilitas kota. 1
Sedang, Terpaparnya polusi pada lokasi tergolong sedikit. 2
Buruk, Lokasi dekat dengan sumber polusi, terpapar polusi
secara langsung. 3
Cara penilaian setiap parameter baik untuk analisis data secara terrestrial
maupun analisa data yang diperoleh dari hasil interpretasi citra penginderaan jauh
digunakan faktor penimbang atau bobot pada masing-masing parameter yang
nantinya akan dikalikan dengan besarnya parameter itu sendiri. Besar kecilnya
nilai bobot atau faktor penimbang akan sangat berpengaruh terhadap penilaian
kualitas permukiman. Parameter yang digunakan dalam penilaian kualitas
permukiman ditunjukkan pada tabel 8.
Tabel 8. Bobot Parameter - Parameter Kualitas Permukiman [3]
Parameter Bobot
Kepadatan Permukiman 11
Tata Letak Permukiman 1
Lebar Jalan Masuk 3
Kondisi Jalan Masuk 5
Pohon Pelindung 4
Lokasi Permukiman 6
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Argomulyo yang merupakan salah satu
dari 4 Kecamatan di Kota Salatiga, terletak kurang lebih 1,6 km arah barat -
selatan dari pusat pemerintahan Kota Salatiga dan kurang lebih 2 km dari pusat
Kota Salatiga, yang merupakan pusat pengembangan kawasan Salatiga selatan
dengan batas–batas wilayah. Dibagian utara adalah Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga, dibagian timur adalah Kecamatan Tengaran Kab. Semarang, dibagian
selatan Kecamatan Getasan kabupaten Semarang, dan dibagian barat Kecamatan
Sidomukti Kota Salatiga. Luas wilayah Kecamatan Argomulyo kurang lebih
1.852,69 Ha, dengan jumlah penduduk 46.733 jiwa (Kantor Catatan Sipil di Kota
11
Salatiga Th.2016). Topografi wilayah Kecamatan Argomulyo sebagian besar
merupakan dataran dengan ketinggian kurang lebih 450-675 m dpl, dengan
kemiringan kurang dari 15% dan datar 85%, dengan rata - rata curah hujan yang
cukup tinggi, yakni 1.419 mm pertahun, dengan pembagian wilayah Argomulyo
bagian utara yang terdiri dari Kelurahan Ledok merupakan daerah datar.
Argomulyo bagian timur terdiri dari Kelurahan Cebongan dan Kelurahan
Noborejo. Argomulyo bagian barat terdiri dari Kelurahan kumpulrejo dan
Kelurahan Tegalrejo. Argomulyo bagian selatan terdiri dari Kelurahan Randuacir
[13].
Tahapan-tahapan penelitian terdiri atas 4 bagian, yang mana: (1) identifikasi
masalah, yaitu melakukan pengidentifikasian terhadap persebaran kualitas
permukiman di Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. (2) Tahap persiapan,
dilakukannya pengumpulan data, analisis dan rencana penyusunan laporan terkait
kualitas permukiman. Tahap ini melakukan studi pustaka untuk mencari wawasan
mengenai kualitas permukiman dan metode-metode penelitian. (3) Pengumpulan
data, penelitian ini menggunakan data citra Sentinel-2A dari Kecamatan
Argomulyo, Kota Salatiga. Data yang dikumpulkan meliputi dua jenis data yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari citra Sentinel-2A dari
website scihub.copernicus.eu yang akan digunakan untuk interpretasi visual [14].
Sedangkan data sekunder didapatkan dari penilaian setiap parameter. Parameter
yang digunakan sebagai penentu kualitas permukiman adalah kepadatan
permukiman, tata letak, lebar jalan, kondisi jalan, pohon pelindung, dan lokasi
permukiman [12]. (4) Pengolahan data dan analisis data, metode yang digunakan
untuk menganalisis kualitas permukiman adalah interpretasi visual, skoring dan
overlay dari parameter-parameter yang digunakan [3].
4. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mengkaji kualitas permukiman
yang berada di Kecamatan Argomulyo dengan menggunakan citra Sentinel-2A.
Parameter kualitas permukiman diinterpretasi dan dinilai kualitas permukimannya
dengan cara memisahkan lahan permukiman dan non permukiman. Lahan
permukiman diidentifikasi berdasarkan blok-blok wilayah permukiman.
Penggunaan lahan non permukiman dapat diklasifikasikan sebagai daerah lahan
kosong dan hutan.
Penentuan kualitas permukiman suatu daerah menggunakan beberapa
parameter. Dari beberapa parameter tersebut terdapat enam parameter yang
diinterpretasi dalam penelitian ini dari citra yaitu parameter kepadatan penduduk,
parameter tata letak / pola permukiman, parameter lebar jalan, parameter kondisi
jalan, parameter pohon pelindung, dan parameter lokasi permukiman. Parameter
kepadatan penduduk merupakan parameter yang diperolah dari tampilan citra
penginderaan jauh. Data yang diperoleh dari inderaja aplikasi citra yaitu data luas
blok permukiman dan luas atap karena luas atap pada setiap blok permukiman
terdapat penghuni rumah kemudian dapat menghitung kepadatan penduduk. Pada
suatu daerah jika terjadi kepadatan penduduk yang tinggi, maka dampaknya akan
terlihat juga pada kepadatan bangunan yang juga akan tinggi, yang mana akan
berdampak buruk pada kualitas permukiman. Karena disebabkan lahan yang
12
semakin sempit akibat ditempati banyak penduduk, maka akan membuat daerah
tersebut semakin kumuh dan tidak terawat dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 Peta Parameter Kepadatan Permukiman
Parameter yang digunakan, dinilai dengan tiga kategori karena memudahkan
dalam pengkelasan kualitas permukiman. Pada parameter tata letak terdapat
bangunan yang tata letaknya pada daerah perkampungan tergolong teratur, dilihat
dari arah hadap rumah yang tidak sama dan tidak ada akses. Tata letak
permukiman di daerah perumahan memiliki bangunan yang lebih teratur dengan
pada umumnya memiliki ukuran yang sama. Untuk interpretasi tata letak
permukiman pada citra dapat ditandai dengan arah hadap atap yang berbeda-beda,
dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 Peta Parameter Tata Letak
13
Parameter lebar jalan merupakan parameter yang digunakan untuk
menentukan tingkat aksesbilitas suatu permukiman. Jika banyak jalan yang dapat
digunakan untuk menuju suatu permukiman maka permukiman tersebut memiliki
aksesbilitas yang baik. Pada citra terkadang lebar jalan sulit diinterpretasi karena
jalan tidak tampak jelas. Penilaian lebar jalan berdasarkan parameter dapat dilalui
dengan mobil atau tidak. Jika suatu permukiman memiliki nilai parameter lebar
jalan tinggi maka tingkat kenyamanan baik yang mana terlihat pada gambar 3.
Gambar 3 Peta Parameter Lebar Jalan
Kondisi jalan merupakan paramater pengukur selanjutnya yang mana kondisi
jalan tergolong baik jika jalan tersebut terbuat dari aspal atau konblok. Jalan yang
tergolong aspal memudahkan dan juga membuat pengguna jalan merasa nyaman.
Jalan aspal pada umumnya mudah ditemui pada daerah perkotaan, dibandingkan
dengan daerah kampung yang mana terdapat jalan aspal tetapi masih banyak juga
terdapat jalan yang belum terbuat dari aspal. Parameter lebar jalan dan kondisi
jalan saling berhubungan yaitu jika suatu permukiman memiliki jalan yang besar
atau lebar diasumsikan sudah diperkeras dengan aspal. Kondisi jalan yang
diperkeras dengan aspal menunjukan kualtitas permukiman yang tergolong baik
karena membantu dalam memudahkan aksesbilitas. Dapat dilihat pada gambar 4.
14
Gambar 4 Peta Parameter Kondisi Jalan
Pohon pelindung yang berada di tepi jalan memiliki fungsi selain sebagai
penyejuk pejalan kaki juga untuk mengurangi polusi udara dari kendaraan
bermotor yang mengeluarkan gas udara yang kotor sehingga menyebabkan udara
lingkungan menjadi kotor. Dengan kata lain jika adanya keberadaan pohon
pelindung di tepi jalan yang semakin banyak maka akan mengurangi sebagian
besar polusi udara dari kendaraan bermotor. Melalui aplikasi citra, pengukuran
parameter pohon pelindung lebih mudah diinterpretasi, karena objek pohonnya
tampak jelas. Tanda objek pohon pada aplikasi citra adalah rona hijau yang mana
terlihat bergerombol karena disebabkan kerimbunan daun. Dapat dilihat pada
gambar 5.
15
Gambar 5 Peta Parameter Pohon Pelindung
Daerah yang jauh dari sumber polusi maupun jauh dari fasilitas kota
merupakan lokasi permukiman yang baik. Sumber polusi ataupun fasilitas kota
merupakan dua hal yang dikaitkan dengan pengukuran parameter pada citra blok
permukiman. Sumber polusi dapat bersumber dari kendaraan, industri, atau yang
lain, yang nampak pada gambar 6.
Gambar 6 Peta Parameter Lokasi Permukiman
Peta kepadatan bangunan diperoleh berdasarkan analisis NDBI (Normalized
Difference Built-up Index) citra Sentinel-2A yang digunakan untuk mengkalkulasi
area terbangun (permukiman). Hasil pengolahan NDBI pada citra mendapatkan
luas dengan kategori kepadatan jarang 121,51 Ha, kepadatan sedang 322,78 Ha
dan kepadatan padat 271,5 Ha. Peta tata letak diperoleh berdasarkan hasil analisis
secara visual kondisi bangunan pada masing-masing blok area. Hasil analisis pada
citra mendapatkan luas dengan kategori > 50% tertata secara teratur 59,83 Ha, 25-
50% tertata secara teratur 68,03 Ha, dan < 25% tertata secara teratur 53,84 Ha.
Peta lebar jalan diperoleh berdasarkan hasil analisis secara visual pada setiap lebar
jalan masing-masing blok area. Hasil analisis pada citra mendapatkan luas dengan
kategori > 6 meter 202,99 Ha dan < 4 meter 512,80 Ha. Peta kondisi jalan
diperoleh berdasarkan hasil analisis secara visual pada setiap kondisi jalan
masing-masing blok area. Hasil analisis pada citra mendapatkan luas dengan
kategori jalan diperkeras > 50% 386,26 Ha dan 25-50% 329,53 Ha. Peta pohon
pelindung diperoleh berdasarkan analisis NDVI (Normalized Difference
Vegetation Index) citra Sentinel-2A yang digunakan untuk mengkalkulasi area
vegetasi (tingkat kehijauan tanaman). Hasil pengolahan NDVI pada citra
mendapatkan luas dengan kategori jalanan memiliki pohon pelindung > 50%
80,52 Ha, 25 -50% 55,1 Ha, dan < 50% 46,08 Ha. Peta lokasi permukiman
diperoleh berdasarkan hasil buffering yang digunakan untuk mengetahui jarak.
16
Hasil pengolahan buffering pada citra mendapatakan luas dengan kategori ± 5km
dari polusi udara 4,41 Ha, ± 3km 434,75 Ha, dan ± 1km 276,64 Ha.
Dari hasil pengolahan data berdasarkan interpretasi untuk enam parameter
tersebut kemudian dilakukan proses overlay atau tumpang susun untuk
mendapatkan hasil peta akhir berupa peta kualitas permukiman baik, sedang, dan
buruk di Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Dalam menentukan kelas hasil
dari overlay ini dengan cara menghitung interval kelasnya caranya adalah skor
nilai tertinggi dikurangi skor nilai terendah dibagi dengan jumlah kelas yang
diinginkan yakni 3 kelas. Untuk skor tertinggi hasilnya sebesar 85 sedangkan
untuk skor terendah adalah 36. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh interval
kelasnya 18. Jadi untuk kelas baik skornya antara 31 – 48, kelas sedang 49 – 66,
dan untuk kelas rendah 67 – 85. Sedangkan kelas yang tidak berinterval adalah 0
(bukan permukiman). Untuk kelas kualitas permukiman baik dengan skor 31 – 48
di Kecamatan Argomulyo seluas 85,67 Ha. Ketentuan atau kriteria kualitas
permukiman baik yaitu memiliki kepadatan bangunan yang baik tidak terlalu
padat, kerapatan vegetasi atau pohon pelindung jalan yang banyak, memiliki pola
permukiman yang teratur, tata letak permukiman yang tentunya dekat dengan
pusat kota atau sarana perkotaan serta jauh dari polusi udara, memiliki akses jalan
yang baik. Kelas permukiman sedang dengan skor 49 – 66 memiliki luas 243,57
Ha. Untuk kriterianya antara lain kepadatan bangunan yang tidak terlalu padat dan
tidak terlalu jarang, kerapatan pohon pelindung yang sedang, memiliki lebar jalan
4 – 6 meter, 25 – 50% kondisi jalan sudah diperkeras oleh aspal, tata letak
permukiman tidak terlalu jauh dengan pusat kota, dan tidak terlalu terpengaruh
langsung dengan polusi udara. Kelas permukiman rendah atau buruk dengan skor
67 – 85 memiliki luas 386,5 Ha. Untuk kriterianya antara lain kepadatan
bangunan yang padat. Kerapatan pohon pelindung yang jarang atau tidak ada
pohon pelindung sama sekali, memiliki lebar jalan dibawah 4 meter, kondisi jalan
masih berbentuk tanah, tata letak permukiman jauh dari pusat kota, dan
terpengaruh langsung dengan polusi udara. Dilihat pada gambar 7.
17
Gambar 7 Peta Kualitas Permukiman
Dari hasil perhitungan luas masing-masing kelas permukiman diketahui
bahwa untuk Kecamatan Argomulyo didominasi oleh kualitas permukiman buruk,
kemudian sedang, dan yang terakhir baik. Untuk kualitas permukiman baik berada
di sekitar Kelurahan Kumpulrejo dan Kelurahan Tegalrejo saja. Untuk kualitas
permukiman sedang sebagian besar menyebar di seluruh Kelurahan tetapi tidak
semuanya. Dan untuk kualitas rendah atau buruk di dominasi di daerah-daerah
yang padat akan permukiman seperti sebagian Kelurahan di Kecamatan
Argomulyo kecuali untuk Kelurahan Kumpulrejo karena sebagian besar adalah
permukiman baik dan sedang. Untuk lebih jelas dalam membedakan kualitas
permukiman dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Luas dan Kelas Kualitas Permukiman di Kecamatan Argomulyo
Kualitas Permukiman Kelas Luas (Ha)
Non Permukiman 0 1.100,94
Baik 1 85,67
Sedang 2 243,57
Buruk 3 386,5
Total 1.816,68
5. Kesimpulan dan Saran
Terdapat beberapa parameter yang diinterpretasi untuk menentukan kualitas
permukiman di Kecamatan Argomulyo melalui data inderaja (Citra Sentinel-2A)
adalah parameter kepadatan permukiman, parameter tata letak, parameter lebar
jalan, parameter kondisi jalan, parameter pohon pelindung, dan parameter lokasi
permukiman. Kualitas permukiman baik memiliki luas 85,67 Ha, permukiman
sedang memiliki luas 243,57 Ha, dan untuk kualitas permukiman rendah memiliki
luas 386,5 Ha. Dapat disimpulkan bahwa di seluruh Kecamatan Argomulyo
didominasi oleh daerah kualitas permukiman buruk kecuali untuk Kelurahan
Kumpulrejo. Kualitas permukiman baik berada di sebagian Kelurahan
Kumpulrejo dan Kelurahan Tegalrejo saja. Kualitas permukiman sedang berada di
sebagian Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan Tegalrejo, Kelurahan Cebong,
Kelurahan Randucir, Kelurahan Noborejo, dan sedikit di Kelurahan Ledok.
Penelitian selanjutnya membutuhkan studi literatur dan pengetahuan yang
mendalam mengenai inderaja pada citra Sentinel-2A serta konsep yang lebih
18
matang untuk melakukan analisis yang lebih dalam agar penelitian yang
direncanakan berjalan sesuai dengan tahapan yang ada. Disarankan juga untuk
menambahkan beberapa parameter lain yang memenuhi syarat dari wilayah
tertentu dalam kajian penelitian agar analisis lebih akurat. Selanjutnya untuk
pemerintah Kota Salatiga sebaiknya melakukan pemetaan atau pengecekan lahan
agar tetap terjaga dari permukiman liar. Pemerintah juga seharusnya mengadakan
diskusi dengan masyarakat dalam membahas soal permukiman yang buruk dan
berdampak pada tata ruang Kota Salatiga.
19
Daftar Pustaka
[1] Bintarto. 1987 . Pola kota dan Permasalahannya. Fakultas Geografi,
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
[2] Judohusodo. 1991. Timbulnya Permukiman Liar didaerah Perkotaan.
Jurnal ilmu – ilmu sosial, No 1, tahun 1991, hal 1-5, Gramedia. Jakarta.
[3] Prasetyo, T. W. dan Rahayu. S. 2013. Kajian Kualitas Permukiman
Dengan Citra Quickbird Dan SIG Di Kecamatan Serengan kota Surakarta.
Jurnal Teknik PWK, Volume 2 , No 2, 2013.
[4] Putri, R. D., Sukmono. A., dan Sudarsono. B. 2018. Analisis Kombinasi
Citra Sentinel-1A Dan Citra Sentinel-2A Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan
(Studi Kasus: Kabupaten Demak, Jawa Tengah). Jurnal Geodesi Undip.
Volume 7, No 2, Tahun 2018.
[5] Harahap, Barlin. 2007. Pemanfaatan Citra Pengindraan Jauh dan Sistem
Informasi Geografiuntuk Pemetaan Kualitas Permukiman di Kawasan
Tegalrejo kota Yogyakarta. Fakultas Geografi UGM: Yogyakarta.
[6] ESA. 2015. Sentinel-2 User Handbook. ESA Standard Document User
Handbook. European Space Agency.
[7] Assyakur, A. R. dan Adnyana, I. W. S. 2009. Analisis Indeks Vegetasi
menggunakan Citra Alos/Avnir-2 dan Sistem Informasi Geografis (SIG)
untuk Evaluasi Tata Ruang Denpasar. Jurnal Bumi Lestari-9. Hal 1-11.
[8] Danoedoro, P. 2012. Pengantar Pengindraan Jauh Digital. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
[9] Ambarasakti, G. Y. (2013). Analisis Kualitas Lingkungan Permukiman
Dengan Menggunakan Aplikasi Citra Penginderaan Jauh Tahun 2006 Dan
2010 Di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
[10] Kurniadi, A. (2014). Analisis Kualitas Lingkungan Permukiman Di
Kecamatan kotagede kota Yogyakarta Menggunakan Citra Quickbird
(Doctoral dissertation, Fakultas Ilmu Sosial).
[11] Soemarwoto, Otto. 1991. Analisis Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
[12] Mudzakir. 2008. Aplikasi Citra IKONOS dan SIG untuk Menilai Kualitas
Permukiman di Kecamatan Pakualaman kota Yogyakarta. Tugas Akhir.
Fakultas Geografi. UGM: Yogyakarta
[13] http://argomulyo.salatiga.go.id/tentang-kami/