analisis kinerja perusahaan pertambangan sebelum …
TRANSCRIPT
i
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN
SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERLAKUAN
PERATURAN PEMERINTAH NO. 1 TAHUN 2014
Oleh :
ARDIAN CHRISTIANTO
NIM : 232011105
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ffiPrR ptI sT.r rA.AN TI N IV TRS IT,\S
LiNi".,'EF,sf l AS t l{J5 f irN sA f Y,t \,r AL'Alit1il. i)ilr:*cgor,r SJ - 6(i Sai.rtiqa ii)Ti i
Jana 1'enqah, liidc:rtsia'l'i:$. OZt)lt - 3)1i1 ?, t::at, ftl9ll 32i4.13
[ uaii: iibrrrrilqadur.uhslv.r:du ; hi:tp:.rllibrcry.riLsw-crlu
PERNYATAAN TIDAK PTAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIM
Fakultas
Judul tugas akhir
Ardian Christianto
2320t1105
Ekonomika&Bisnis
Email :[email protected]
Program Studi : Akuntansi
Analisis Kinerja Perusahaan Pertambangan Sebelum Dan Sesudah Pemberlakuan PP No.
lTahun 2014
Pembimbing 1. Supatmi, SE., M.Ak
Hans Hananto Andreas, SE., M.Si
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pemah diajukan untuk mendapatkan gelar
kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun di institusi pendidikan lainnya.
2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan, rumusan, dan hasil
pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tatpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pernbimbing
akademik dan narasurnber penelitian.
3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah diketahui dan disetujui olehpernbimbing.
4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain,kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan
dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada penyimpangan dan
ketidakbenaran dalam pemyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah diperoleh karena karya saya ini, serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku diUniversitas Kristen Satya Wacana.
i-
2.
2h:r:n20l5
F-LtB-080
ii
iii
iv
MOTTO
“Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya”
(Matius 21:22)
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia”
(Roma 8:28)
“Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang
tiada berdaya”
(Yesaya 40:29)
“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada
pengertianmu sendiri”
(Amsal 3:5)
“Batu permata tidak dapat dihaluskan tanpa digesek begitu juga dengan orang yang
sempurna tidak akan ada tanpa ujian”
(Confusius)
“Bila orang mulai dengan kepastian, dia akan berakhir dengan keraguan. Jika orang
mulai dengan keraguan, dia akan berakhir dengan kepastian.”
(Francis Bacon)
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan anugerah dan
rahmat-Nya yang sungguh luar biasa kepada penulis mulai dari awal sampai pada akhir
kuliah dan pembuatan kertas kerja ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan
kertas kerja ini dengan baik. Penyusunan kertas kerja ini digunakan sebagai salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak-pihak terkait yang telah
membantu dan mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak langsung selama
perkuliahan dan sampai pada akhirnya kertas kerja ini boleh selesai dengan baik. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluargaku Papa dan Mama yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan
doa, dan telah bersusah payah dalam membiayai seluruh studi penulis. Ko Matius dan Ci
Jessica yang telah menjadi saudara terbaik bagi penulis serta mendukung penulis selama
menjalani kuliah.
2. Ibu Supatmi, SE., M.Ak selaku pembimbing I dan Bapak Hans Hananto Andreas SE.,
M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
membimbing penulis menyelesaikan kertas kerja ini. Terimakasih atas ide-ide, saran dan
kritik yang membangun selama ini. Suatu kebanggaan bagi saya pernah dimbimbing
oleh Ibu dan Bapak.
3. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana.
4. Bapak Dr Usil Sis Sucahyo, SE., MBA, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis maupun Fakultas lainnya yang telah
membagikan pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga demi kemajuan dan
perkembangan akademik penulis.
6. Staf Tata Usaha (TU) Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah membantu penulis
selama kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
vi
7. Sahabat-sahabat terbaik penulis selama menjalani studi di Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana; Hendra, Yulius, Simeon, Christanto, Rabin;
serta rekan seperjuangan seluruh angkatan 2011 Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang
tidak disebutkan satu per satu.
8. Keluarga kos Cemara 2 dan tante kos yang telah menjadi bagian keluarga kecil bagi
penulis di Salatiga.
Salatiga, 29 Januari 2015
Penulis
ARDIAN CHRISTIANTO
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………..………….……i
Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi…………………………………………………….ii
Halaman Persetujuan Skripsi…………………………………………………….…………..iii
Motto…………………………………………………………………………...…………....iv
Ucapan Terima Kasih………………………………………………………………...………v
Daftar Isi……………………………………………………………………….……………vii
Daftar Lampiran…………………………………...… …………………….….……………ix
Abstract……………………………………………………………………………………….x
Pendahuluan………………………………………………………………….……...………..1
Tinjauan Teoritis & Perumusan Hipotesis…………………………………….….…………..7
Teori Stakeholder………………………………………………..….…………….…..7
Kinerja Perusahaan……………………………………………….….……….………8
Kinerja Keuangan……………………………………………….……………………9
Kinerja Pasar…………………………………………………………….......………10
Metoda Penelitian…………………………………………………………………...………12
Populasi Dan Sampel...………………………………………………….…..…....…12
Jenis dan Sumber Data…………………………………………………..….….……12
Definisi Operasional Variabel…………………………………………….…….…..12
Teknik Analisis……………………………………………………………..…….…13
Langkah Analisis....………………………………………………………...….……14
viii
Hasil Dan Pembahasan
Penentuan Sampel Penelitian…………………………………….………………….14
Statistik Deskriptif…………………………………………………………………..15
Uji Normalitas………………………………………………………………………16
Uji Hipotesis……………………………..…………………………….……………17
Penutup
Kesimpulan……………………………………………………………….…………20
Implikasi Teoritis……………………………………………………….…………...20
Keterbatasan………………………………………………………………………...20
Saran………………………………………………….……………………………..21
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………22
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Sampel & Data Penelitian……………………………..………...............26
Lampiran 2. Hasil Uji Normalitas…………………..............................................................29
Lampiran 3. Hasil Uji Paired Sample T Test...…………………………………...........……31
1
PENDAHULUAN
Mineral dan batubara merupakan sumber daya alam tak terbarukan yang mempunyai
peranan penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak, serta memberi nilai tambah
secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat (UU No 4 Tahun 2014). Kewenangan Pemerintah dalam pengelolaan
pertambangan mineral dan batubara, diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
(UU Minerba) tentang Pertambangan Mineral dan Batubara sebagai pengganti Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1967. Tujuan dari UU ini untuk meningkatkan penerimaan negara
melalui nilai tambah mineral di dalam negeri, serta mengembangkan industri domestik
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dalam mendukung pelaksanaan UU Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) telah mengeluarkan dua peraturan untuk mendukung pelaksanaan UU
Minerba No. 4 Tahun 2009 yang telah diberlakukan pada 12 Januari 2014. Dua peraturan
tersebut adalah PP No. 1 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan Mineral
dan Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 1 Tahun 2014 Tentang Kriteria Peningkatan
Nilai Tambah Mineral PP No. 1 Tahun 2014.
Berperan sebagai eksportir terbesar dunia, Indonesia telah menjadi pemasok penting
kebutuhan komoditas tersebut di beberapa negara. Larangan ekspor bahan tambang mentah
yang diatur dalam Pasal 112C ayat 1 dan 2 PP No. 1 Tahun 2014 dimana pemegang kontrak
karya dan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi harus melakukan pemurnian
hasil tambang di dalam negeri, yang mulai berlaku sejak tanggal 12 Januari 2014. Dalam
Pasal 47 UU No. 4 Tahun 2009 disebutkan bahwa Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi
Produksi meliputi IUP Operasi Produksi mineral logam, mineral bukan logam, mineral
bukan logam jenis tertentu, batuan, dan batubara. Larangan ekspor bahan tambang mentah
dilakukan karena selama ini kuantitasnya sangat besar, namun nilai ekspornya tidak masuk
dalam kategori unggulan, yaitu hasil tambang tersebut mempunyai nilai jual rendah karena
hanya dijual secara gelondongan. Dalam Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) Pasal 2 No. 1 menyatakan golongan komoditas yang dapat
ditingkatkan nilai tambahnya adalah mineral logam, mineral bukan logam, dan batuan.
Namun, menurut Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM), R Sukhyar, batubara tidak masuk dalam pelarangan
2
ekspor bahan mentah tersebut. Alasan tidak masuknya batubara dalam pelarangan ekspor
bahan mentah karena komoditas ini tidak ada nilai tambah karena batubara tidak bisa diolah
kembali (merdeka.com).
Sementara itu pemerintah melalui Kementrian Keuangan juga menerbitkan PMK No
6/PMK.011/2014 yang mengatur Bea Keluar (BK) sebesar 20-60 persen sampai tahun 2016
yang bersifat progresif terhadap ekspor enam jenis mineral logam dalam bentuk konsentrat
(tembaga, besi, mangan, timbal, seng, dan ilenite) yang sudah memenuhi batas pengolahan.
Dengan besarnya bea keluar yang harus dibayarkan, para pengusaha yang tak ingin
menghadapi masalah baru hendaknya mulai segera merealisasikan pembangunan smelter.
Smelter adalah yaitu sebuah fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi
meningkatkan kandungan logam seperti timah, nikel, tembaga, emas, dan perak hingga
mencapai tingkat yang memenuhi standar di dalam negeri guna memberikan nilai tambah
sebelum ekspor. Diharapkan pembangunan smelter ini akan meningkatkan investasi dalam
negeri karena fasilitas smelter yang ada saat ini masih terbatas. Semester pertama tahun
2014 dimulai dengan adanya kewajiban membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian
mineral di dalam negeri paling lambat Januari 2014, sebagaimana diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (UU Minerba).
Terlepas dari pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 industri batubara tengah
tertekan dalam beberapa tahun terakhir. Krisis ekonomi tahun 2012 menyebabkan tingkat
permintaan batubara terus menurun. Pada tahun 2012 harga batubara menyentuh harga
tertingginya pada level US$112,87 per ton. Sementara pada 2013 harga tertingginya pada
level US$90,09 per ton. Level harga tersebut tidak melebihi harga rata-rata batubara pada
2010 sebesar US$ 91,74 per ton. Sejumlah analis menilai, harga batubara belum
menunjukkan tanda-tanda untuk bangkit dalam jangka pendek. Adhe Mustofa, analis
Asjaya Indosurya Securities misalnya menyatakan, jika beberapa waktu terakhir harga
batubara sedikit naik, itu disebabkan karena adanya seasonal trend, yaitu musim dingin
yang terjadi di Eropa paling tidak hingga akhir tahun ini. Namun, dua belas bulan
berikutnya akan terjadi oversupply batubara (fokus.kontan.co.id). Grafik harga rata-rata
batubara acuan selama beberapa tahun terakhir adalah sebagai berikut:
3
Gambar 1
Rata-Rata Harga Batubara Acuan Tahun 2009-2015
Sumber: Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
Emiten batubara telah menyiapkan sejumlah strategi menghadapi tren pelemahan
harga batubara. Pelemahan harga batubara merupakan dampak dari kebijakan China yang
mengurangi impor batubara kalori rendah yang menyebabkan batubara di pasar dunia
mengalami over supply. Di sisi lain perusahaan-perusahaan penambang batubara mengalami
kendala akibat cuaca yang tak menentu yang mempengaruhi aktivitas penambangan. Salah
satu manajemen PT Bukit Asam Tbk melihat hingga saat ini tidak melihat adanya pengaruh
pelemahan harga batubara saat ini terhadap kinerja keuangan. Perseroan juga telah
mengantisipasi penurunan tersebut dengan mengoptimalkan volume penjualan, khususnya
batubara kalori tinggi (ift.co.id).
Kebijakan Indonesia melarang ekspor mineral mentah mulai 12 Januari 2014 telah
membuat pasar panik. Harga nikel dan tembaga melonjak di pasar internasional. Kebijakan
terbaru pemerintah menjadi sorotan dunia karena akan mempengaruhi pasokan barang
tambang, mengingat Indonesia adalah produsen tambang dunia. Harga nikel melonjak ke
level tertinggi dalam tiga bulan hingga Januari 2014 menyusul laporan yang menyebutkan
Indonesia, produsen mineral terbesar di dunia, menahan kapal China menjelang penerapan
larangan ekspor mineral mentah. Saat itu nikel untuk pengiriman tiga bulan naik 3,8%
menjadi US$13.860 per metrik ton di London Metal Exchange. Harga tembaga untuk
pengiriman tiga bulan juga ikut naik 1,2% menjadi US$7.302,5 per ton atau US$3,31 per
Ряд1, 78
0
20
40
60
80
100
120
140
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Dal
am U
S$
4
pound. Di New York, untuk pengiriman Maret 2014 naik 1,35% menjadi US$3,34 per
pound di divisi New York Mercantile Exchange (NYMEX) (bisnis.liputan6.com). Berikut
ini adalah grafik harga spot nikel dan tembaga lima tahun terakhir:
Sumber: www.kitco.com
Gambar 2
Harga Spot Nikel 2010-2015
Sumber: www.kitco.com
Gambar 3
Harga Spot Tembaga 2010-2015
Para pelaku pasar memperkirakan bahwa pelarangan ekpor tidak akan diberlakukan
100 persen dan akan terjadi kelonggaran-kelonggaran. Harga nikel sempat mengalami
penurunan selama beberapa hari berturut, yaitu pada tanggal 25 Januari hingga 27 Januari
2014. Harga komoditas logam tersebut melemah karena adanya spekulasi Indonesia sebagai
5
produsen kemungkinan tidak jadi menerapkan kebijakan yang melarang ekspor barang
tambang secara menyeluruh.
Harga nikel berjangka London Metal Exchange (LME) sempat mengalami
peningkatan tajam pada tanggal 23 Januari 2014. Saat itu harga komoditas ini melejit ke
posisi 14.820 dollar per metric ton yang merupakan harga paling tinggi sejak tanggal 23
Oktober 2013 dimana sebelumnya tanggal 20 Januari 2014 harga nikel membukukan
penurunan sebesar 1.4 persen. Harga tembaga di (LME) juga mengalami pergerakan yang
juga melemah. Harga pada 27 Januari 2014 berada pada posisi 7.177 dollar per metric ton
setelah sempat menyentuh level 7.610 dollar yang merupakan posisi paling rendah sejak
tanggal 11 Desember 2013 (vibiznews.co.id)
Pemberlakuan atas PP No. 1 Tahun 2014 menuai pro dan kontra. Wakil Presiden
Jusuf Kalla, misalnya menyambut baik aturan pelarangan ekspor mineral mentah yang
mulai diterapkan pemerintah tahun ini 2014. Menurutnya, peningkatan nilai tambah hasil
tambang di Indonesia mutlak untuk dilakukan. Selain itu, pada tiga tahun mendatang
penerimaan negara akan berkurang karena penurunan ekspor mineral. Namun pada tahun
keempat, ketika perusahaan-perusahaan tambang telah membangun pemurnian atau smelter,
penerimaan negara dapat meningkat dua kali lipat. Selain itu, kebijakan ini menunjukkan
keberpihakan pemerintah terhadap kepentingan dalam negeri. Karena itu, diharapkan
pemaksimalan sumber daya alam dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia
(bisnis.news.viva.co.id).
Sementara itu, Ketua Komite Tetap bidang Batubara Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) Indonesia Bob Kamandanu dengan diberlakukannya peraturan tersebut, pengusaha
tambang dilarang melakukan ekspor mineral mentah, dan harus melakukan pemrosesan
terlebih dahulu. Lebih lanjut dia menyatakan, pemerintah dalam membuat peraturan ini
belum menyiapkan infrastruktur pendukung yang memadai. Salah satunya pembangkit
listrik besar yang diperlukan untuk pembangunan pabrik pemurnian (smelter). Proses
perizinan yang cepat juga masih belum mendukung. Penerapan bea keluar ekspor mineral
mentah justru hanya memberatkan pengusaha dan menghambat investasi mineral. Kebijakan
hilirisasi juga secara nyata akan memperbesar defisit neraca pembayaran karena pendapatan
negara (ekbis.sindonews.com).
6
PP No. 1 Tahun 2014 yang mulai diberlakukan tahun 2014 dampaknya akan mulai
terasa pada perusahaan-perusahaan pertambangan yang ada di Indonesia, khususnya
dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 menyebabkan
pendapatan yang menurun akibat larangan ekspor dalam bentuk mineral mentah sehingga
laba perusahaan menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Wilson Sofan, analis Reliance
Securities yang menyatakan kinerja emiten-emiten mineral logam berpotensi menurun
akibat larangan ekspor mineral mentah karena emiten-emiten selama ini mengandalkan
penjualan ekspor. Kinerja tiga emiten logam, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Cita
Mineral Investindo (CITA) dan PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) tercatat turun
signifikan sebagai imbas larangan ekspor mineral mentah yang mulai diimplementasikan
sejak 12 Januari 2014. PT Cita Mineral Investindo Tbk yang selama ini mengekspor bijih
bauksit dan PT Central Omega Tbk yang mengekspor bijih nikel mulai 12 Januari 2014
sudah menghentikan aktivitas ekspornya. Kedua perusahaan pada tahun tersebut akan fokus
untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (ift.co.id).
Peneliti CRMS (Centre for Risk Management Studies) Purnasari (2013) dalam
www.crmsindonesia.org berpendapat beberapa risiko yang akan dihadapi perusahaan
pertambangan adalah risiko regulasi dikarenakan perubahan regulasi yang ada akan
berdampak pada perubahan aktivitas perusahaan. Selain itu dengan pemberlakuan larangan
ekspor mineral mentah, perusahaan juga akan menghadapi risiko strategis yang muncul
akibat keputusan bisnis yang merugikan atau pelaksanaan yang tidak tepat dan berujung
pada pendapatan atau modal. Risiko lain yang dapat dihadapi oleh perusahaan yaitu risiko
kehilangan pangsa pasar yang selama ini telah menampung supply barang mentah yang
dikirim perusahaan-perusahaan Indonesia. Sedangkan bagi para pekerja tambang juga
menghadapi risiko kehilangan pekerjaan akibat adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
oleh pihak perusahaan dan kehilangan sumber pendapatannya.
Dari penelitian sebelumnya oleh Nurlamiah meneliti pengaruh pengumuman
pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 terhadap reaksi pasar (2014) diperoleh hasil terdapat
perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan dan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman
pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 dengan sampel perusahaan pertambangan batubara dan
mineral. Menurut Jogiyanto (2003) jika pengumuman mengandung informasi (information
7
content), maka diharapkan pasar bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh
pasar. Pengumuman atas pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 akan mendapatkan reaksi dari
pasar saham. Reaksi pasar dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas
perusahaan pertambangan yang bersangkutan.
Penelitian ini meneliti kinerja fundamental yaitu kinerja keuangan dan kinerja pasar
emiten pertambangan sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014. Sampel
penelitian adalah perusahaan pertambangan diluar batubara yang go public di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2013-2014. Kinerja perusahaan yaitu kinerja pasar akan diukur
menggunakan rasio Tobin’s Q. Tobin’s Q digunakan sebagai indikator untuk mengukur
kinerja perusahaan, khususnya nilai perusahaan, yang menunjukkan suatu performa
manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan (Sudiyatno dan Puspitasari 2010).
Sedangkan kinerja keuangan akan diukur menggunakan rasio keuangan.
Penelitian ini bermanfaat bagi investor dan calon investor untuk menganalisis
terhadap investasi dan pengambilan keputusan investasi khususnya pada sektor
pertambangan mineral dan batubara setelah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014. Penelitian
ini juga diharapkan dapat member manfaat, informasi, dan masukan yang berguna bagi
manajemen perusahaan dalam menetapkan kebijakan yang akan diambil perusahaan terkait
pemberlakuan PP No. 1 tahun 2014.
TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Teori Stakeholder
Stakeholder merupakan individu atau kelompok, baik di dalam maupun diluar
perusahaan, yang mempunyai kepentingan terhadap hidup dan matinya perusahaan dan
sekaligus dapat mempengaruhi kinerja organisasi (Kuncoro 2005). Penelitian Freeman dan
McVea (2001) menyebutkan bahwa sebuah organisasi merupakan bagian dari grup
stakeholder dan tujuan sebuah organisasi adalah memelihara kebutuhan dan kepentingan
dari para stakeholder-nya. Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah
entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan
manfaat bagi stakeholder-nya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat
dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut (Ghozali
dan Chariri 2007).
8
Iryanie (2009) menyatakan secara garis besar kriteria kepuasan masing-masing
stakeholders dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1
Interest dan Kepentingan masing-masing Stakeholders
STAKEHOLDERS KRITERIA KEPUASAN
1. Pemegang saham Prestasi keuangan
2. Karyawan Kepuasan kerja, gaji, supervise
3. Konsumen Kualitas, pelayanan, lokasi, harga
4. Kreditor Creditworthiness
5. Komunitas Kontribusi terhadap komunitas
6. Pemasok Transaksi yang memuaskan
7. Pemerintah Kepatuhan terhadap hukum
Sumber: Iryanie (2009)
Pada pendekatan stakeholder, suatu organisasi akan berusaha untuk memenuhi
lingkungan dari kelompok-kelompok seperti para karyawan, pemasok, dan investor serta
masyarakat (Robbins dan Coulter 1999).
Konsensus yang berkembang dalam konteks teori stakeholder adalah bahwa laba
akuntansi hanyalah merupakan ukuran return bagi pemegang saham (shareholder),
sementara value added adalah ukuran yang lebih akurat yang diciptakan oleh stakeholders
dan kemudian didistribusikan kepada stakeholders yang sama (Meek dan Gray 1988) dalam
(Ulum et al., 2008). Dengan demikian keduanya (value added dan return) dapat
menjelaskan kekuatan teori stakeholder dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja
organisasi (Ulum et al., 2008).
Kinerja Perusahaan
Indrawan (2011) mendefinisikan kinerja perusahaan sebagai kinerja perusahaan
merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam perioda tertentu dengan
mengacu pada standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja perusahaan merupakan
hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai
ukuran yang di sepakati. Kinerja perusahaan memerlukan pengukuran demi penilaian
maupun evaluasi bagi perusahaan, karena melalui pengukuran kinerja perusahaan dapat
dinilai seberapa jauh tindakan perusahaan ke posisi kompetitif yang kuat (Purba 2009).
9
Kinerja perusahaan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu kinerja pasar dan kinerja
keuangan. Kinerja pasar suatu perusahaan mencerminkan seberapa baik prospek suatu
perusahaan di mata investor. Kinerja pasar berhubungan dengan nilai perusahaan di pasar
modal. Sedangkan kinerja keuangan bersifat historis, yang artinya kinerja keuangan dihitung
berdasarkan informasi-informasi sebelumnya (Gunawan dan Sukarta 2013). Menurut
Sucipto (2013) kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat
mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan laba.
Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan penilaian analisis rasio keuangan.
Analisis rasio sangat bermanfaat bagi manajemen untuk perencanaan dan pengevaluasian
prestasi atau kinerja perusahaan (Munawir 2002).
Penelitian ini difokuskan pada perubahan laba akibat pemberlakuan PP No.1 Tahun
2014 yang diukur menggunakan rasio profitabilitas yaitu ROA dan ROE, sebagaimana
penelitian Rizki (2012) dalam mengukur kinerja perusahaan sektor pertambangan perioda
2008-2011. Sedangkan pengukuran kinerja pasar menggunakan Tobin’s Q rasio dari nilai
pasar asset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham yang beredar dan
hutang (enterprise value) terhadap replacement cost dari aktiva perusahaan (Fiakas 2005).
Perumusan Hipotesis
Kinerja Keuangan
Peraturan Pemerintah ini mensyaratkan hasil tambang harus dimurnikan dalam
negeri melalui fasilitas pengolahan hasil tambang (smelter). Perusahaan yang tidak
mempunyai pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) akan mengalami penurunan laba
yang signifikan bahkan perusahaan tersebut akan mengalami gangguan likuiditas
keuangannya sehingga tidak mampu membagikan dividen pada periode tersebut (Nurlamiah
2014). Hingga kini, setidaknya ada tiga komoditas yang akan defisit smelter tahun 2014,
yaitu tembaga, bauksit, dan nikel.
Menurut catatan Bank Dunia jumlah ekspor mineral pada tahun 2012 total bernilai
10,4 Milyar Dollar atau sekitar lima persen dari total nilai ekspor Indonesia. PT Aneka
Tambang Tbk terpengaruh akibat pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 dimana berdasarkan
laporan keuangan disebutkan rugi bersih yang diderita mencapai Rp775,28 Miliar sepanjang
10
periode 2014. Padahal, setahun sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk masih meraup laba Rp
409,94 Miliar. PT Aneka Tambang Tbk sepanjang tahun 2013 memang turun tajam dimana
hanya melakukan penjualan Rp9,4 Triliun, menurun dari setahun sebelumnya Rp11,29
triliun. Laba kotor yang diperoleh ANTM sepanjang tahun lalu juga menurun menjadi
Rp776,4 Miliar dari setahun sebelumnya Rp1,6 Triliun. Rugi tahun berjalan mencapai
Rp775,28 Miliar dari sebelumnya laba Rp409,94 Miliar (marketbisnis.com).
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba menjadi fokus utama dalam
penilaian kinerja perusahaan. Jika perusahaan memiliki kinerja keuangan terganggu maka
investor enggan untuk menanamkan modalnya. Di sisi lain perusahaan tetaplah harus
mengutamakan mereka yang memiliki kepentingan di dalamnya (stakeholder). Hal ini sesuai
dengan pernyataan bahwa suatu organisasi akan berusaha untuk memenuhi lingkungan dari
kelompok-kelompok seperti para karyawan, pemasok, dan investor serta masyarakat
(Robbin dan Coulter 1999).
Dengan demikian berdasarkan penjelasan sebelumnya hipotesis pertama adalah
sebagai berikut:
H1: Kinerja keuangan perusahaan pertambangan sesudah pemberlakuan PP No. 1
Tahun 2014 mengalami penurunan dibanding sebelum pemberlakuan PP No.
1 Tahun 2014.
Kinerja Pasar
Pemberlakuan atas PP No. 1 Tahun 2014 akan mengirimkan sinyal negatif ke
perusahaan pertambangan. Atas pemberlakuan tersebut akan membuat pasar bereaksi yang
ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas perusahaan pertambangan yang
bersangkutan. Rata-rata harga saham merupakan indikator dari kinerja pasar. Pemberlakuan
PP No. 1 Tahun 2014 menyebabkan pendapatan perusahaan menurun terutama pendapatan
yang berasal dari kegiatan ekspor dalam bentuk mineral mentah dan juga biaya yang tinggi
untuk membangun smelter. Perusahaan yang tidak memiliki smelter apabila ingin
melakukan ekspor tentunya harus mengolah produknya dahulu di lokasi yang berbeda.
Dengan menurunnya jumlah pendapatan dan komitmen perusahaan yang ingin membangun
smelter akan diikuti dengan meningkatnya biaya sehingga laba perusahaan menjadi
11
menurun. SFAC No. 1 menyatakan bahwa laba akuntansi adalah alat ukur yang baik untuk
mengukur kinerja perusahaan dan bahwa laba akuntansi bisa digunakan untuk meramalkan
aliran kas perusahaan (Hendriksen dan Van Breda 2001). Berdasarkan data Bursa Efek
Indonesia (BEI), indeks sektor saham tambang turun 4,8 persen secara year to date (ytd).
Turunnya harga saham tersebut dapat disebabkan karena kemungkinan risiko investasi yang
ditanggung investor menjadi semakin besar dan kemungkinan return yang akan diperoleh
menjadi semakin kecil, sehingga banyak investor yang enggan membeli suatu saham
perusahaan atau bahkan menjual saham tersebut, sehingga harga saham tersebut cenderung
akan bergerak turun. Sejalan dengan Purnomo (1998) harga saham memberikan indikasi
perubahan harapan pemodal akibat perubahan kinerja keuangan.
Salah satu hal yang dilakukan apabila kinerja perusahaan menurun adalah
mengurangi jumlah tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang diberikan kepada
masyarakat dan lingkungan. Berkaitan dengan teori stakeholder, maka para stakeholders
memberikan apresiasi yang lebih bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kegiatan
CSR. Meskipun tujuan utama dari kegiatan-kegiatan ini bukan untuk meningkatkan laba
perusahaan, namun kegiatan-kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi
nilai pasar perusahaan (Indrawan 2011). Penelitian yang mendukung adanya hubungan
antara CSR dengan kinerja pasar salah satunya adalah penelitian Dahlia dan Siregar (2008)
yang menunjukkan bahwa aktivitas CSR berpengaruh positif terhadap kinerja pasar.
Indikator kinerja pasar yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu CAR (Cumulative
Abnormal Return) yang diukur dengan menggunakan market adjusted model.
Penelitian Nurlamiah (2014) yang menganalisis dan menjelaskan pengaruh larangan
ekspor mineral mentah terhadap abnormal return dan volume perdagangan saham pada
perusahaan pertambangan yang masuk kelompok Daftar Efek Syariah (DES) diperoleh hasil
terdapat perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan antara periode sebelum dan
sesudah peristiwa pengumuman pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014.
Oleh karena itu dari penjelasan sebelumnya dapat ditarik hipotesis kedua sebagai
berikut:
12
H2: Kinerja pasar perusahaan pertambangan sesudah pemberlakuan PP No. 1
Tahun 2014 mengalami penurunan dibanding sebelum pemberlakuan PP No.
1 Tahun 2014.
METODA PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian adalah seluruh perusahaan pertambangan yang go public di
Bursa Efek Indonesia tahun 2013 dan 2014. Sampel dari penelitian adalah total perusahaan
pertambangan yang dipilih secara purposive sampling, dimana sampel harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan pertambangan yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2014.
2. Perusahaan pertambangan yang bergerak di bidang mineral dan batuan.
3. Perusahaan pertambangan yang menerbitkan laporan keuangan triwulanan pada
tahun 2013-2014.
4. Kelengkapan data penelitian, yaitu data keuangan dan harga saham.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder berupa laporan
keuangan triwulanan yang dikeluarkan oleh perusahaan pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014. Laporan keuangan
tersebut diperoleh website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Sedangkan untuk data harga
saham diperoleh melalui website www.yahoofinance.com.
Definisi Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja pasar dan kinerja keuangan perusahaan.
Kinerja pasar yaitu prestasi manajemen dalam menciptakan nilai pasar perusahaan. Kinerja
pasar perusahaan diukur dengan menggunakan Tobin’s Q (Klapper dan Love 2002). Tobin’s
Q merupakan rasio dari nilai pasar aset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah
saham yang beredar dan hutang (enterprise value) terhadap replacement cost dari aktiva
perusahaan (Fiakas 2005). Pengukuran Tobin’s Q menggunakan rumus yang sesuai dengan
13
kondisi transaksi keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia yaitu sebagai berikut
(Masyitoh 2010) :
Market Value of Equity + Liabilities
Tobin’s Q = ---------------------------------------------
Total Assets
Keterangan:
MVE: harga penutupan saham akhir tahun buku x banyaknya saham biasa yang beredar
Liabilities: total kewajiban
Interpretasi dari skor Tobins’ Q adalah sebagai berikut:
Tobin’s Q < 1 Menggambarkan bahwa saham dalam kondisi undervalued, manajemen telah
gagal dalam mengelola aset perusahaan, dan potensi pertumbuhan investasi rendah.
Tobin’s Q = 1 Menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average, manajemen stagnan
dalam mengelola aset, dan potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang.
Tobin’s Q >1 Menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued, manajemen berhasil
dalam mengelola aset perusahaan, dan potensi pertumbuhan investasi tinggi.
Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan rasio profitabilitas. Rasio ini
digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba baik yang berasal dari kegiatan operasional maupun kegiatan non operasional. Rasio
profitabilitas yang digunakan adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE)
sebagaimana penelitian Rizki (2012) dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan
pertambangan go public.
Rumus penghitungan ROA adalah Net Income available to common stockholders
dibandingkan dengan total asset. Sedangkan rumus perhitungan ROE adalah net income
available to common stockholders dibandingkan dengan common stock.
Teknik Analisis
Teknis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik parametrik.
Sebelum dilakukan uji beda, data diuji normalitasnya dengan uji Kolmogorov – Smirnov. Uji
beda dilakukan dengan menggunakan alat uji Peringkat Tanda Wilcoxon (Wilcoxon Signed
Ranks Test) untuk data yang berdistribusi tidak normal, sedangkan data yang berdistribusi
normal menggunakan Paired Sample T Test.
14
Langkah Analisis
Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel-
variabel penelitian ini dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi absolute yang
menunjukkan angka rata-rata, media kisaran dan deviasi standar.
2. Uji Normalitas
Normalitas adalah kewajaran distribusi data mempunyai distribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Data berdistribusi
normal apabila tingkat signifikasinya lebih besar dari 0,05. Apabila data tidak
berdistribusi normal maka akan dilakukan transformasi data terlebih dahulu.
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji adanya kinerja perusahaan pertamabangan
yang go public di BEI sebelum dan sesudah diberlakukannya PP No. 1 Tahun 2014.
Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut :
Ho : µ sebelum ≤ µ sesudah
Ha : µ sebelum > µ sesudah
Pengujian hipotesis menggunakan Paired Sample T Tes apabila data berdistribusi normal,
sedangkan bila data tetap tidak berdistribusi normal menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank
Test dengan menggunakan program SPSS versi 16, dengan tingkat signifikasi 5%. Hipotesis
diterima apabila nilai signifikasi < α=0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, obyek yang dijadikan populasi adalah semua perusahaan
pertambangan go public tahun 2013-2014 yaitu sebanyak 39 perusahaan.
15
Tabel 2
Proses Pemilihan Sampel
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan mineral logam 8
2 Perusahaan batuan 2
3 Sampel akhir 10
Dari populasi tersebut, sampel penelitian yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan sebanyak 10 perusahaan dengan rincian delapan pertambangan mineral logam
dan dua perusahaan batu-batuan, untuk laporan keuangan triwulanan tahun 2013 (sebelum
pemberlakuan) dan laporan keuangan triwulanan tahun 2014 (sesudah pemberlakuan),
sehingga diperoleh 80 total pengamatan.
Statistik Deskriptif
Berikut adalah deskriptif variabel yang ditinjau dari nilai rata-rata, standart deviasi,
nilai maksimum dan nilai minimum untuk periode sebelum dan sesudah pemberlakuan PP
No. 1 Tahun 2014.
Tabel 3
Statistik Deskriptif
Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
ROA Sebelum -0,186 0,211 0,032 0,078
Sesudah -0,272 0,114 -0,006 0,063
ROE Sebelum -0,201 0,327 0,049 0,106
Sesudah -0,277 0,158 0,005 0,093
Tobins
Q
Sebelum
Sesudah
0,365
0,368
2,327
1,926
1,087
1,130
0,401
0,434 Sumber: Data diolah, 2015
Dari Tabel 3 diketahui ROA secara rata-rata setelah pemberlakuan PP No. 1 tahun
2014 menurun dibanding sebelum pemberlakuan PP No. 1 tahun 2014 (-0,006<0,033). Ini
berarti setelah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 rata-rata perusahaan mengalami
kerugian bersih 0,6% dari total aset yang digunakan dari sebelumnya sebesar 3,2%. Nilai
minimum -0,272 dimiliki oleh PT Cakra Mineral Tbk pada triwulan empat sesudah
pemberlakuan PP No.1 Tahun 2014. Nilai ROA yang negatif mengindikasikan kerugian
yang dialami perusahaan tersebut (Sihombing dan Supramono 2014). Penurunan ROA rata-
16
rata setelah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 juga menunjukan adanya penurunan
kemampuan perusahaan pertambangan untuk mendapatkan laba dari asset yang digunakan.
ROE secara rata-rata setelah pemberlakuan PP No. 1 tahun 2014 menurun dibanding
sesudah pemberlakuan PP No. 1 tahun 2014 (0,005<0,049). Ini berarti setelah pemberlakuan
PP No. 1 Tahun 2014 rata-rata tingkat return (penghasilan) yang di peroleh pemilik
perusahaan atas modal yang di investasikan menurun 4,4% dari sebelumnya sebesar 4,9%.
Nilai minimum -0,277 dimiliki oleh PT Cakra Mineral Tbk pada triwulan empat sesudah
pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014. Nilai ROE yang negatif mengindikasikan perusahaan
tidak dapat memberikan hasil terhadap modal yang diinvestasikan investor pada perusahaan
tersebut (Sihombing dan Supramono 2014). Penurunan ROE rata-rata setelah pemberlakuan
PP No. 1 Tahun 2014 juga menunjukan adanya penurunan kemampuan perusahaan
pertambangan untuk mendapatkan laba dari modalnya sendiri.
Dari tabel 3 Tobin’s Q secara rata-rata sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No. 1
tahun 2014 sama-sama mengalami overvalued yaitu 1,087 dan 1,130. Kondisi overvalued ini
berarti ini berarti nilai pasar perusahaan sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun
2014 lebih besar dibandingkan dengan nilai buku tercatat yang dilihat dari aset perusahaan.
Nilai Tobin’s Q terendah dimiliki oleh PT Mitra Investindo Tbk pada triwulan empat
sebelum pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 yaitu sebesar 0,365 (undervalued). Dari
keseluruhan perusahaan sampel, terdapat tiga perusahaan yang paling sering memiliki nilai
Tobin’s Q di bawah satu yaitu PT Mitra Investindo Tbk, PT Cakra Mineral Tbk, dan PT
Aneka Tambang Tbk. Adanya penilaian undervalued terhadap perusahaan dikarenakan
biaya penggantian aktiva perusahaan lebih tinggi dari harga sahamnya, sehingga akan
mengimplikasikan harga saham perusahaan pun menjadi undervalued.
Hasil statistik deskriptif ini menjadi bukti awal bahwa kinerja keuangan yang diukur
menggunakan rasio profitabilitas yaitu ROA dan ROE setelah pemberlakuan PP No. 1
Tahun 2014 mengalami penurunan, sebaliknya kinerja pasar yang diukur dengan Tobin’s Q
tidak mengalami penurunan setelah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bertujuan apakah data penelitian
distribusi normal atau tidak. Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan uji
17
metode Kolmogorov Smirnov test, pemilihan metode ini didasarkan bahwa Kolmogorov
Smirnov test merupakan metode yang umum digunakan untuk menguji normalitas data (Hair
et al., 1998). Data dikatakan berdistribusi normal apabila memiliki nilai signifikasi >
α=0,05. Berikut adalah hasil uji Kolmogorov Smirnov dengan software SPSS versi 16.00.
Apabila data berdistribusi normal maka uji hipotesis menggunakan uji Paired Sample T
Test. Data yang belum berdistribusi normal ditransformasi dahulu dengan di logaritma.
Apabila setelah ditransformasi data tetap tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis
menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test.
Tabel 4
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data diolah, 2015
Dari tabel 4 tersebut semua data memiliki nilai signifikasi > α = 0,05 maka dapat
disimpulkan semua data setelah ditransformasi berdistribusi normal, sehingga alat uji
hipotesis menggunakan uji Paired Sample T Test.
Uji Hipotesis
Dari hasil pengujian hipotesis uji Wilcoxon Signed Rank Test dengan variabel ROA,
ROE, dan Tobin’s Q pada perusahaan pertambangan yang go public di BEI sebelum dan
sesudah diberlakukannya PP No. 1 Tahun 2014 menghasilkan pengujian statistik sebagai
berikut:
Data Tingkat
Signifikasi
Data Asli
Tingkat
Signifikasi Hasil
Transformasi
Keputusan Alat Uji Hipotesis
ROA sebelum
ROA sesudah
ROE sebelum
ROE sesudah
Tobin’s Q sebelum
Tobin’s Q sesudah
0,041 0.103 Berdistribusi normal Paired sample t test
0,123 Berdistribusi normal
0,325 Berdistribusi normal Paired sample t test
0,591 Berdistribusi normal
0,570
0,060
Berdistribusi normal
Berdistribusi normal Paired sample t test
18
Tabel 5
Hasil Uji Paired Sample T Test
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di Tabel 5 didapatkan hasil bahwa kinerja
keuangan yang diukur dengan ROA sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun
2014 tidak mengalami perbedaan yang signifikan yang berarti tidak terjadi penurunan
kemampuan perusahaan pertambangan untuk mendapatkan laba dari aset yang digunakan.
Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi ROA sebesar 0,443 > (α=0,05). Dengan demikian
maka hipotesis 1 yang menyatakan kinerja keuangan perusahaan pertambangan yang diukur
dengan ROA sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 mengalami penurunan dibanding
sebelum pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 ditolak. Diketahui bahwa selama perioda
sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 terjadi penurunan laba sebesar
124%, sedangkan kenaikan aset sebesar 7%. Penurunan ROA tersebut dapat terjadi karena
penurunan laba yang diterima perusahaan yang mungkin terjadi akibat berkurangnya
pendapatan perusahaan karena perusahaan dilarang mengekspor produknya ke luar negeri,
melainkan harus memberikan nilai tambah dahulu di dalam negeri sesuai dengan aturan
yang berlaku. Apabila perusahaan tetap melakukan ekspor maka perusahaan juga dikenakan
bea keluar yang tinggi yang tentunya akan mengurangi keuangan perusahaan. Kenaikan aset
sebesar 7% dapat terjadi karena beberapa perusahaan mulai membangun smelternya guna
mengolah hasil tambangnya sehingga hasil tambangnya menjadi lebih tinggi nilainya untuk
diekspor nanti. Hal inilah yang diduga menyebabkan tidak adanya penurunan ROA karena
meski laba menurun tetapi ada kompensasi yaitu kenaikan aset.
Sementara itu dari hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa kinerja keuangan yang
diukur dengan ROE sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 mengalami
perbedaan yang signifikan. Perbedaan ini dibuktikan dengan nilai signifikasi ROE sebesar
Variabel Operasional Tingkat Signifikasi
ROA 0.443
ROE 0.043
Tobin’s Q 0.203
19
0,043 < (α=0,05) yang berarti terjadi penurunan kemampuan perusahaan pertambangan
untuk mendapatkan laba dari modalnya sendiri. Dengan demikian maka hipotesis 1 yang
menyatakan kinerja keuangan perusahaan pertambangan yang diukur dengan ROE sesudah
pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 mengalami penurunan dibanding sebelum
pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 diterima. Penurunan ROE ini dapat terjadi karena
penurunan laba sebesar 124% dan penurunan ekuitas sebesar 2%. Penurunan ekuitas sebesar
2% menunjukan tidak ada penambahan modal yang berarti oleh perusahaan.
Kinerja pasar yang diukur dengan Tobin’s Q sebelum dan sesudah pemberlakuan PP
No. 1 Tahun 2014 dari hasil pengujian hipotesis tidak mengalami perbedaan yang
signifikan. Tidak adanya perbedaan ini dibuktikan dengan nilai signifikasi Tobin’s Q
sebesar 0,203 < (α=0,05). Dari hasil tersebut maka hipotesis 2 yang menyatakan kinerja
pasar perusahaan pertambangan sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 mengalami
penurunan dibanding sebelum pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 ditolak. Nilai pasar
selama perioda sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 hanya turun
sebesar 2%. Turunnya nilai pasar tersebut merupakan konsekuensi logis jangka pendek yang
dialami perusahaan pertambangan terkait pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 dimana
investor tidak banyak mengubah keputusannya untuk berinvestasi di sektor pertambangan
mineral dan batuan yang berarti investor menyadari dampak pemberlakuan PP No. 1 Tahun
2014 dalam jangka pendek. Diluar hal tersebut juga terdapat hal lain yang menyebabkan
turunnya nilai pasar seperti harga komoditas tambang di pasar internasional yang belum
membaik dan pelemahan kinerja ekonomi negara-negara besar. Namun dalam jangka
menengah investor juga melihat perkembangan ekonomi domestik dan faktor-faktor
eksternal seperti harga minyak mentah dunia yang mengalami kenaikan dapat dijadikan
sebagai isu positif yang mampu mengangkatnya, sehingga dimungkinkan harga saham
sektor pertambangan juga mengalami kenaikan yang signifikan. Dengan demikian meskipun
kinerja laba perusahaan menurun, namun kinerja pasar tidak berubah signifikan.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya yaitu Nurlamiah (2014)
yang menemukan dalam jangka pendek terdapat perbedaan yang signifikan antara perioda
sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 yang
dilihat dengan perbedaan rata-rata abnormal return. Tidak didukungnya hipotesis penelitian
ini dikarenakan hanya diukur dalam tempo satu tahun, sehingga belum merefleksikan
20
dampak pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 yang sesungguhnya. Namun penelitian ini
menemukan adanya penurunan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE setelah
pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 dalam jangka waktu satu tahun.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan yang dapat
diambil antara lain yaitu kinerja keuangan perusahaan pertambangan yang diukur dengan
ROA tidak mengalami penurunan namun kinerja keuangan yang diukur dengan ROE
sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 mengalami penurunan dibanding sebelum
pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014. Sedangkan kinerja pasar perusahaan pertambangan
yang diukur dengan Tobin’s Q sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 tidak
mengalami penurunan dibanding sebelum pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014.
Implikasi Terapan
Dalam kaitannya dengan pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 maka manajemen
perusahaan pertambangan diharapkan memiliki alternatif kebijakan dan mengatur strategi
misalnya dengan melakukan variasi produk yang bisa laku di dalam negeri maupun luar
negeri agar penurunan laba yang terjadi tidak terlalu besar. Dengan adanya informasi
pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 menyebabkan kinerja keuangan yang diukur dengan
ROE menurun maka bagi investor dan calon investor juga harus menyadari risiko yang
mungkin terjadi di sektor pertambangan yang memungkinkan tingkat return yang
didapatkan semakin kecil.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain adalah perioda waktu
pengamatan yang digunakan kurang panjang yaitu hanya satu tahun setelah pemberlakuan
PP No. 1 Tahun 2014 sehingga dampak pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 masih kurang
terlihat, jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini hanya 10 perusahaan dikarenakan
ketidaklengkapan data yang disajikan di website Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu
terdapat faktor-faktor lain selain pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 yang mungkin dapat
21
mempengaruhi kinerja perusahaan pertambangan misalnya harga komoditas tambang di
pasar internasional yang belum membaik dan pelemahan kinerja ekonomi negara-negara
besar.
Saran
Penelitian selanjutnya disarankan dapat memperpanjang perioda pengamatan
dampak pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 terhadap kinerja perusahaan pertambangan
serta menggunakan rasio keuangan lainnya misalnya current ratio dan debt ratio ataupun
rasio non keuangan seperti economic value added dan market value added. Selain itu
penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat mengidentifikasi dan menghubungkan faktor-
faktor lain yang kemungkinan juga ikut mempengaruhi terjadinya penurunan kinerja
perusahaan pertambangan seperti harga pasar dunia dan isu perlambatan ekonomi.
22
Daftar Pustaka
Chariri, Anis., dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Dahlia, Lely., dan Veronika Silvia Siregar. 2008. Pengaruh corporate social responsibility
terhadap kinerja perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa
Efek Indonesia pada Tahun 2005 dan 2006). Simposium Nasional Akuntansi XI.
Pontianak.
Fiakas, Debra. 2005. Tobin’s Q: Valuing Small Capitalization Companies. Available at
http://www.articlesbase.com.
Fokus Kontan. 2013. Badai menerpa emiten batubara mencoba bertahan. Available at
http:www.fokus.kontan.co.id.
Freeman, R. E., dan John McVea. 2001. A stakeholder approach to strategic management.
Working Paper. No. 01-02. Darden Graduate School of Business Administration.
University of Virginia.
Gunawan, Kadek Hendra., dan Sukartha. 2013. Kinerja pasar dan kinerja keuangan sesudah
marger dan akusisi di bursa efek indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
5.2: 271-290.
Hair et al. 1998. Multivariate Data Analysis, Fifth Edition. Prentice Hall. Upper Saddle
River. New Jersey.
Hendriksen E. S., dan M. F. Van Breda. 2001. Accounting Theory, edisi 5. McGraw-Hill.
New York.
23
Indrawan, Danu Candra. 2011. Pengaruh corporate social responsibility terhadap kinerja
perusahaan. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Tidak
Dipublikasikan.
Indonesia Finance Today. 2014. Tren penurunan batubara tak pengaruhi kinerja emiten.
Available at http://www.ift.co.id.
Iryanie, Emy. 2009. Komitmen stakeholder perusahaan terhadap kinerja sosial dan kinerja
keuangan. Tesis. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Tidak
Dipublikasikan.
Jogiyanto, H. M. 2003 Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.
Klapper, Laora F., dan Inessa Love. 2002. Corporate governance, investor protection and
performance in emerging markets. World Bank Policy Research Working Paper No.
2818.
Kuncoro, Mudrajat. 2005. Otonomi Daerah dan Pembangunan Daerah: Reformasi,
Perencanaan, Strategis dan Peluang. Jakarta: Erlangga.
Liputan 6. 2014. Harga nikel dan tembaga naik jelang larangan ekspor mineral. Available at
http://www.bisnis.liputan6.com.
Masyitoh, Rena Adi. 2010. Pengaruh penerapan corporate governance perception index
terhadap Tobin’s dan Return On Equity (ROE) pada perusahaan go public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi. Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Perbanas.
Merdeka. 2014. ESDM sebut batu bara tidak terkena dampak pelarangan ekspor. Available
at: http://www.merdeka.com.
24
Munawir, S. 2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.
Nurlamiah, Farida. 2014. Pengaruh pengumuman pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014
terhadap abnormal return dan volume perdagangan saham. Skripsi. Yogyakarta:
Fakultas Syariah dan Hukum UIN. Tidak Dipublikasikan.
Purnasari, Yosefin A. 2013. Risiko dan manfaat pemberlakuan undang-undang minerba di
indonesia. Available at http://www.crmsindonesia.org.
Purnomo, Yogo. 1998. Keterkaitan Kinerja Keuangan dan Harga Saham. Jakarta: BPFE UI.
Sihombing, Erpina Desy C., dan Supramono. Fenomena saham tidur dan kinerjanya. Jurnal
Eknomi & Bisnis Vol. XVII No. 2. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Sindonews. 2014. Kadin Harap Jokowi Kaji Ulang Penerapan UU Minerba. Available at:
http://www.ekbis.sindonews.com.
Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sudiyatno., dan Puspitasari. Tobin’s Q dan Altman Z-Score sebagai indikator pengukuran
kinerja perusahaan. Kajian Akuntansi, Pebruari 2010 Vol. 2. No. 1 ISSN : 1979-
4886. Semarang: Universitas Stikubank
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No.4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan
Batubara.
_________________. 2014. Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No 1
Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan
Pengolahan Dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri.
25
_________________. 2014. Peraturan Menteri Keuangan No 6/PMK.011/2014 tentang
perubahan Kedua Atas PMK No. 75/PMK.011/2012 tentang Penetapan Barang
Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar.
Robbin, Stephen P., dan Marry Coulter.1999. Manajemen Edisi Ke-6. Jakarta: Prenhallindo.
Rizki, Eka Cahya. 2012. Analisa rasio keuangan untuk menilai kinerja perusahaan sektor
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011.
Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Tidak
Dipublikasikan.
Purba, A. Rosmaida. 2009. Pemanfaatan limbah padat pabrik kertas rokok sebagai pengisi
bahan papan gipsum partisi dengan perekat tepung tapioka. Tesis. Medan: Program
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Tidak Dipublikasikan.
Ulum, Ihyaul., Imam Ghozali, dan Anis Chariri. 2008. Intellectual capital dan kinerja
keuangan perusahaan; suatu analisis dengan pendekatan partial least squares.
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) Ke XI Pontianak.
Vibiznews. 2014. Harga nikel dan tembaga bergerak turun di tengah spekulasi kelonggaran
larangan ekspor Indonesia. Available at http://www.vibiznews.com.
Viva. 2014. JK: Pelarangan ekspor mineral mentah untungkan RI empat tahun lagi.
Available at http://www.bisnis.news.viva.co.id.
26
Lampiran 1 Data Sampel & Data Penelitian
1. Data ROA
No Kode
Saham
Triwulan 1
2013
Triwulan 2
2013
Triwulan 3
2013
Triwulan 4
2013
Triwulan 1
2014
Triwulan
2 2014
Triwulan 3
2014
Triwulan
4 2014
1 INCO 0.014 0.019 0.020 0.017 0.008 0.029 0.055 0.074
2 PSAB -0.025 -0.013 -0.023 -0.033 0.012 0.026 0.018 0.030
3 ANTM 0.023 0.019 0.016 0.019 -0.013 -0.031 0.025 -0.035
4 CKRA 0.004 0.003 0.000 0.000 -0.003 -0.004 -0.007 -0.272
5 DKFT 0.061 0.080 0.167 0.211 -0.023 -0.018 -0.016 0.039
6 SMRU -0.029 -0.072 -0.124 -0.186 -0.037 -0.069 -0.016 -0.013
7 TINS 0.017 0.022 0.021 0.065 0.013 0.026 0.028 0.065
8 CTTH 0.014 0.018 0.014 0.001 0.044 0.023 0.038 0.003
9 MITI 0.051 0.080 0.092 0.140 0.014 0.028 0.114 0.021
10 CITA 0.073 0.141 0.175 0.182 -0.037 -0.077 -0.103 -0.138
27
2. Data ROE
Kode
Saham
Triwulan 1
2013
Triwulan
2 2013
Triwulan
3 2013
Triwulan 4
2013
Triwulan 1
2014
Triwulan 2
2014
Triwulan 3
2014
Triwulan 4
2014
1 INCO 0.018 0.025 0.027 0.022 0.010 0.038 0.071 0.096
2 PSAB -0.057 -0.033 -0.065 -0.101 0.037 0.079 0.054 0.091
3 ANTM 0.035 0.029 0.027 0.032 -0.022 -0.053 0.046 -0.065
4 CKRA 0.004 0.003 0.000 0.000 -0.003 -0.004 -0.007 -0.277
5 DKFT 0.084 0.089 0.194 0.232 -0.025 -0.019 -0.017 0.041
6 SMRU -0.032 -0.079 -0.135 -0.201 -0.040 -0.075 -0.032 -0.026
7 TINS 0.022 0.031 0.105 0.020 0.020 0.042 0.066 0.114
8 CTTH 0.044 0.063 0.054 0.006 0.158 0.091 0.147 0.013
9 MITI 0.078 0.127 0.141 0.197 0.020 0.040 0.150 0.028
10 CITA 0.123 0.211 0.263 0.327 -0.063 -0.131 -0.174 -0.234
28
3. Data Tobin’s Q
Kode
Saham
Triwulan 1
2013
Triwulan
2 2013
Triwulan
3 2013
Triwulan 4
2013
Triwulan 1
2014
Triwulan 2
2014
Triwulan 3
2014
Triwulan 4
2014
1 INCO 1.292 1.123 1.078 1.196 1.321 1.504 1.508 1.476
2 PSAB 1.171 0.955 0.861 0.863 0.896 0.979 1.009 0.935
3 ANTM 0.989 0.840 1.038 0.890 0.925 0.920 0.932 0.920
4 CKRA 1.009 0.948 0.863 0.926 0.995 0.772 0.854 0.998
5 DKFT 2.327 1.971 1.461 1.430 1.877 1.873 1.885 1.926
6 SMRU 1.480 1.678 0.867 1.539 1.359 1.249 1.442 1.707
7 TINS 1.408 1.112 1.550 1.401 1.708 1.585 1.486 1.364
8 CTTH 0.945 1.020 1.005 0.999 0.988 0.994 0.978 1.006
9 MITI 0.442 0.437 0.437 0.365 0.368 0.996 0.915 0.900
10 CITA 1.251 0.804 0.735 0.792 0.410 0.412 0.425 0.411
29
Lampiran 2. Hasil Uji Normalitas
1. Uji Normalitas ROA
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROASBLM ROASSDH
N 40 40
Normal Parametersa Mean .03185 -.00600
Std. Deviation .077678 .063096
Most Extreme Differences Absolute .220 .187
Positive .220 .139
Negative -.141 -.187
Kolmogorov-Smirnov Z 1.394 1.180
Asymp. Sig. (2-tailed) .041 .123
Uji Normalitas ROA Setelah Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROASBLM ROASSDH
N 32 21
Normal Parametersa Mean -1.62553 -1.60295
Std. Deviation .727354 .349468
Most Extreme Differences Absolute .214 .129
Positive .099 .102
Negative -.214 -.129
Kolmogorov-Smirnov Z 1.212 .592
Asymp. Sig. (2-tailed) .106 .874
30
2. Uji Normalitas ROE
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROESBLM ROESSDH
N 40 40
Normal Parametersa Mean .04852 .00462
Std. Deviation .106440 .093103
Most Extreme Differences Absolute .151 .122
Positive .151 .063
Negative -.124 -.122
Kolmogorov-Smirnov Z .952 .772
Asymp. Sig. (2-tailed) .325 .591
3. Normalitas Tobin’s Q
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TobinSBL TobinSSDH
N 40 40
Normal Parametersa Mean 1.08745 1.12982
Std. Deviation .401386 .434296
Most Extreme Differences Absolute .124 .210
Positive .124 .210
Negative -.106 -.120
Kolmogorov-Smirnov Z .784 1.325
Asymp. Sig. (2-tailed) .570 .060
31
Lampiran 3. Hasil Uji Paired Sample T Test
1. Uji Paired Sample T Test ROA
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 ROASBLM - ROASSDH .014222 .412514 .097230 -.190916 .219360 .146 17 .885
2. Uji Paired Sample T Test ROE
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 ROESBLM - ROESSDH .043900 .157397 .024887 -.006438 .094238 1.764 39 .086
32
3. Uji Paired Sample T Test Tobin’s Q
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 TobinSBL - TobinSSDH -.042375 .318738 .050397 -.144312 .059562 -.841 39 .406