analisis kinerja penyaluran kredit mikro...
TRANSCRIPT
ANALISIS KINERJA PENYALURAN KREDIT MIKRO SEKTOR AGRIBISNIS DAN DAMPAKNYA
TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA (Studi Kasus : Bank BJB Cabang Bogor)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian (SP)
Oleh Tirto Agung Anugerah Wicaksono
NIM : 1110092000069
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, September 2014
Tirto Agung Anugerah Wicaksono
CURRICULUM VITAE
Tirto Agung Anugerah Wicaksono
Place, Date of Birth : Jakarta, January 16, 1991
Address : Jl. Pinus Raya AG2/16, Reni Jaya
Pamulang-Tangerang Selatan
Religion : Islam
Phone Number : 085693130259
Email : [email protected]
GPA : 3.43 (Scale 4)
Formal Education
1997 – 2003 : Pamulang 1 Elementary School
2003 – 2006 : 1 Pamulang Junior High School
2006 – 2009 : 1 Cisauk Senior High Schoo
2010 – 2014 : Syarif Hidayatullah Islamic State University of Jakarta
majoring in Agribusiness, S1 program
i
RINGKASAN
TIRTO AGUNG ANUGERAH WICAKSONO, Kinerja Penyaluran Kredit Mikro Sektor Agribisnis dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Nasabah (Studi Kasus : Bank BJB Cabang Bogor). (Di Bawah bimbingan Dr. MUHANDIS NAHTADIWRYA, M.Si dan ACHMAD TJACHJA NUGRAHA SP. MP).
Pemberdayaan UMKM menjadi sangat strategis karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Kendala modal merupakan salah satu penghambat utama bagi UMKM untuk mengembangkan usahanya. Bantuan modal dalam bentuk kredit bagi pengusaha kecil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan modal. Adanya penyaluran kredit mikro oleh Bank BJB Cabang Bogor menjadi salah satu solusi dari permasalahan permodalan untuk pengusaha kecil. Kredit mikro yang disalurkan harus bermanfaat untuk meningkatkan produtivitas usahanya, sehingga pendapatan pengusaha dapat meningkat. Tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis kinerja penyaluran kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor. 2) Menganalisis berapa besar pengaruh pemberian kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor terhadap tingkat pendapatan usaha sektor agribisnis. Penelitian dilakukan di Bank BJB Cabang Bogor yang berlokasi di Jalan Kapten Muslihat No. 11-13, Kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa Bank BJB Cabang Bogor salah satu cabang yang banyak memiliki debitur kredit mikro di sektor Agribisnis. Kegiatan pengambilan data penelitian ini dilakukan pada bulan april-Juni 2014. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan staff serta kuesioner bagi responden. Data sekunder didapatkan dari berbagai laporan keuangan bank serta buku-buku literatur. Responden adalah nasabah kredit mikro sektor agribisnis Bank BJB Cabang Bogor yang masih aktif hingga Juni 2014. Data yang diperoleh diolah secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan bantuan program komputer, yakni SPSS 21.0. Penyaluran kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor belum mencapai target menurut penilaian internal bank pada sub variabel NPL. Hal ini ditunjukkan dengan persentase NPL di atas persentase yang ditetapkan Bank Indonesia. NPL kredit mikro setiap tahun meningkat dengan laju perubahan per tahun -38,93%. Namun, dari segi penilaian realisasi kredit menunjukkan hal positif. Realisasi kredit telah mencapai target yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut penilaian nasabah, penyaluran kredit mikro sudah tergolong baik. Hal ini berdasarkan parameter-parameter seperti prosedur pinjaman, biaya provisi, realisasi kredit,
ii
tingkat bunga, agunan, dan pelayanan petugas. Parameter yang nilainya paling besar adalah prosedur pinjaman sedangkan, nilainya paling kecil adalah tingkat bunga. Pemberian pinjaman kredit telah mampu meningkatkan pendapatan usaha responden. Hal ini ditunjukkan pendapatan usaha responden meningkat sebesar 9,74%. Nilai uji statistik t-hitung juga menunjukkan secara nyata perubahan pendapatan usaha responden sebelum dan sesudah menerima kredit dengan nilai koefisian t = 4,414 dan P value = 0,000.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas seluruh rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat berserta salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW yang telah menyampaikan ajaran islam sebagai penyejuk
hati dan penyelamat umat manusia dari belenggu kebodohan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas
bantuan moril dan materil yang diberikan oleh pihak-pihak yang telah mendukung
tersesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada :
1. Ibu dan Ayah, orangtuaku tercinta selama ini tidak pernah berhenti
memberikan kasih saying, do’a, serta segala upaya dalam memberikan
dukungan kepada penulis.
2. Bapak Dr. Muhandis Nahtadiwirya, M.Si dan Bapak Achmad Tjahja
Nugraha, SP, MP selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan solusi yang
bermanfaat bagi penulis dalam proses pelaksanaan penelitian dan
penulisan skripsi.
3. Bapak Dr. Edmon Daris, MS dan Drs. Acep Muhib, MM selaku dosen
penguji yang telah bersedia memberikan kritik dan saran yang bermanfaat
demi kesempurnaan penulisan skripsi.
4. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si. selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi.
iv
5. Bapak Drs. Acep Muhib, MM selaku Ketua Program Studi Agribisnis.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar pada Program Studi Agribisnis
yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat, dan nasehat yang
berharga, serta pengalaman kuliah yang tidak terlupakan.
7. Bapak Agung selaku staf internal audit bank bjb Cabang Bogor yang telah
memberikan izin penulis melaksanakan penelitian dan terbuka
memberikan informasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penulisan
skripsi.
8. Stia Rahmawulan Permatasari yang selalu memberikan support dan
berbagi pemikiran bersama penulis.
9. Teman-teman “Tagor Team” Ichsan, Hendrik, Fahmi, Andhika, Adit,
Ilham, Alam, Adrian, Reza, Sofyanto, Riki Natanegara, dan Ricky Ade
atas semangat, dan informasi selama penelitian hingga penulisan skripsi
serta sebagai teman diskusi.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Ciputat, September 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN ....................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii DAFTAR ISI ....................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Perumusan Masalah........................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Usaha Mikro Kecil Menengah ........................................................ 9 B. Pengertian Bank ........................................................................... 10 C. Konsep Kinerja ............................................................................ 11 D. Pengertian Kredit ......................................................................... 12 E. Jenis-jenis Kredit .......................................................................... 13 F. Penilaian Kredit............................................................................ 16 G. Manfaat Kredit Bagi UMKM ....................................................... 21 H. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 22 I. Penelitian Terdahulu .................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 29 B. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 29 C. Metode Pengambilan Sampel ....................................................... 29 D. Metode Pengolahan dan Analisis Data .......................................... 30
1. Analisis Kualitatif................................................................... 30 2. Analisis Kuantitatif ................................................................. 33
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Bank BJB ........................................................................ 35 B. Struktur Organisasi Bank BJB Cabang Bogor ............................... 38 C. Produk Bank BJB Cabang Bogor.................................................. 38 D. Sistem Penyaluran Kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor ........... 40
1. Persyaratan Awal .................................................................... 41 2. Pendaftaran ............................................................................ 42 3. Pemeriksaan Terhadap Usaha Nasabah ................................... 43 4. Pencairan Kredit ..................................................................... 44 5. Pembinaan dan Pengawasan Nasabah ..................................... 45
vi
6. Pelunasan Kredit .................................................................... 45 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden .............................................................. 47 1. Usia ........................................................................................ 47 2. Tingkat Pendidikan ................................................................. 47 3. Pendapatan Bersih .................................................................. 48 4. Lama Usaha............................................................................ 49 5. Frekuensi Peminjaman Kredit ................................................. 50
B. Kinerja Penyaluran Kredit Mikro Menurut Penilaian Bank ........... 51 1. Target dan Realisasi Kredit ..................................................... 51 2. Non Performing Loan (NPL) .................................................. 52
C. Kinerja Penyaluran Kredit Mikro Menurut Penilaian Nasabah ...... 56 1. Prosedur Pinjaman .................................................................. 56 2. Realisasi Kredit ...................................................................... 58 3. Biaya Provisi .......................................................................... 59 4. Tingkat Bunga ........................................................................ 60 5. Agunan ................................................................................... 61 6. Pelayanan Petugas .................................................................. 63
D. Analisis Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah Menerima Kredit ........................................................................................... 65 1. Pendekatan Kualitatif ............................................................. 66 2. Pendekatan Kuantitatif............................................................ 67
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 69 B. Saran ............................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 71 LAMPIRAN ...................................................................................................... 73
vii
DAFTAR TABEL
1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Besar Per Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2011 Atas Dasar Harga Berlaku ............................................................................. 2
2. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Besar Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2011 ....... 3
3. Kredit Bank Campuran Berdasarkan Sektor ekonomi .................................... 4 4. Perkembangan Kredit Mikro Bank BJB......................................................... 6 5. Skor Penilaian Kinerja ................................................................................ 32 6. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Usia .................................... 47 7. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan............. 48 8. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Pendapatan Bersih .............. 49 9. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Lama Usaha ....................... 49 10. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Frekuensi Pinjaman Kredit . 50 11. Target dan Realisasi Kredit Mikro Bank BJB Cabang Bogor ....................... 51 12. Perkembangan NPL Kredit Mikro Bank BJB Cabang Bogor ....................... 53 13. Penilaian Responden Berdasarkan Prosedur Pinjaman ................................. 57 14. Penilaian Responden Berdasarkan Realisasi Kredit ..................................... 58 15. Penilaian Responden Berdasarkan Biaya Provisi ......................................... 59 16. Penilaian Responden Berdasarkan Tingkat Bunga ....................................... 61 17. Penilaian Responden Berdasarkan Agunan .................................................. 62 18. Penilaian Responden Berdasarkan Pelayanan Petugas ................................. 63 19. Penilaian Penyaluran Kredit Mikro Sektor Agribisnis Menurut Responden
Bank BJB Cabang Bogor Tahun 2014 ......................................................... 64 20. Perubahan Pendapatan Usaha Nasabah Kredit Mikro Bank BJB Cabang
Bogor 2014 ................................................................................................. 66 21. Hasil Uji Statistik t-hitung Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha .......... 67
viii
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................... 25 2. Struktur Organisasi Bank BJB Cabang Bogor ............................................. 38 3. Sistem Penyaluran Kredit Mikro Nasabah Bank BJB Cabang Bogor ........... 41
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner .................................................................................................... 73 2. Daftar Pertanyaan Wawancara .................................................................... 76 3. Daftar Tingkat Pendapatan .......................................................................... 77 4. Hasil Uji Validitas Menggunakan SPSS 21 ................................................. 78 5. Hasil Uji Reliabilitas Menggunakan SPSS 21 .............................................. 79 6. Hasil Uji Normalitas Menggunakan SPSS 21 .............................................. 80 7. Hasil Uji t Menggunakan SPSS 21 .............................................................. 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian
Indonesia adalah sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Pemberdayaan UMKM menjadi sangat strategis karena potensinya yang besar
dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi
tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan
kesejahteraannya.
Di Indonesia, peran UMKM mampu memberikan kontribusi bagi
perekonomian nasional, khususnya dalam pembentukan Produk Domestik Bruto
(PDB) Nasional dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari nilai PDB
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada tahun 2011 mencapai 4.303.571,5
miliyar lebih besar dari PDB skala usaha besar, sedangkan sektor pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan yang memiliki nilai paling besar kedua
dari keseluruhan nilai di skala Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yaitu sebesar
1.010.335,8 miliyar. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM) dan usaha besar menurut sektor ekonomi di Indonesia
tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.
2
Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Besar Per Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2011 Atas Dasar Harga Berlaku
No. Sektor Ekonomi Skala Usaha
UMKM (Rp. Milyar)
Besar (Rp. Milyar)
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
1.010.335,8 48.773,2
2. Pertambangan dan penggalian 128.475,0 707.997,7 3. Industri Pengolahan 786.297,3 1.412.848,8 4. Listrik, Gas dan Air 6.714,3 40.906,5 5. Bangunan 279.845,4 358.718,8 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.147.600,7 39.319,2 7. Pengangkutan dan komunikasi 220.278,6 254.879,2 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 329.605,0 239.145,9
9. Jasa-jasa 394.419,5 20.2925,3 PDB 4.303.571,5 3.123.514,6 PDB Tanpa Migas 4.303.571,5 3.079.512,6
Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM, 2013
Selain kontribusi terhadap pembentukan PDB, usaha mikro kecil dan
menengah juga mampu berperan dalam menyediakan lapangan kerja yang luas
bagi masyarakat. Pada tahun 2011, UMKM mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 101.722.458 orang dari total penyerapan usaha mikro, kecil dan
menengah, sedangkan usaha besar menyerap sebanyak 43.081.018 orang dari
total penyerapan usaha besar (Kementrian Koperasi dan UMKM, 2013).
Besarnya jumlah tenaga kerja yang diserap pada sektor usaha mikro, kecil,
menengah dan besar merupakan salah satu kunci solusi dalam melakukan
peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Jumlah penyerapan tenaga
kerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan usaha besar menurut
sektor ekonomi di Indonesia tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.
3
Tabel 2. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Besar Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2011
No. Sektor Ekonomi Skala Usaha
UMKM (Orang)
Besar (Orang)
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
43.081.018 592.243
2. Pertambangan dan penggalian 1.343.488 139.985 3. Industri Pengolahan 11.877.631 1.471.635 4. Listrik, Gas dan Air 169.324 118.449 5. Bangunan 5.379.986 184.852 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 22.108.306 139.985 7. Pengangkutan dan komunikasi 7.067.798 86.144 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 1.913.270 111.270
9. Jasa-jasa 8.781.638 46.662 Jumlah 101.722.258 2.839.711
Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM, 2013
Salah satu kondisi yang menyebabkan sektor UMKM kurang berkembang
adalah kurangnya penyediaan modal bagi para pelaku usaha untuk
mengembangkan usahanya. Kendala modal merupakan salah satu penghambat
utama bagi pengusaha untuk mengembangkan usahanya. Melihat dari sisi
agribisnis, sebagian besar petani Indonesia masih sangat lemah dalam
mengakses sumber-sumber permodalan formal.
Lemahnya kepemilikan modal disebabkan oleh kecilnya skala usaha sehingga
tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan akumulasi modal. Setiap selesai
panen, hasil penjualan digunakan untuk membayar pinjaman sarana produksi dan
kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan lembaga yang dapat
membantu pengusaha agribisnis dalam penyediaan modal usahanya. Salah satu
lembaga tersebut adalah bank. Sebagai lembaga yang berfungsi untuk
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut,
4
maka diharapkan bank dapat membantu pengusaha agribisnis terutama berskala
kecil untuk meningkatkan produktivitas sektor agribisnis Indonesia melalui
kredit yang diberikannya.
Bantuan modal dalam bentuk kredit ini tentunya diharapkan dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membantu petani dalam memenuhi
kebutuhan permodalan dan meningkatkan produktivitas usaha mikro pertanian.
Peningkatan produktivitas tersebut mencerminkan bahwa bantuan kredit yang
diberikan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk tujuan produktif. Salah satu
indikator peningkatan produktivitas ini adalah peningkatan pendapatan yang
diterima petani. Peningkatan pendapatan ini dapat menjadi tolak ukur seberapa
besar peranan dan kontribusi kredit terhadap pendapatan petani. Berdasarkan
data Kredit Perbankan (Tabel 3), penyaluran kredit untuk pertanian mengalami
peningkatan setiap tahunnya dalam selang 2011 – 2013.
Tabel 3. Kredit Bank Campuran Berdasarkan Sektor Ekonomi No. Sektor Ekonomi 2011
(Milyar Rp) 2012
(Milyar Rp) 2013
(Milyar Rp) 1. Pertanian, Perburuan dan
Kehutanan 4.979 6.280 9.819
2. Perikanan 228 257 234 3. Industri Pengolahan 41.936 51.871 66.911 4. Perdagangan Besar dan Eceran 15.439 25.798 29.529
Sumber : Bank Indonesia, 2014
Kredit mikro sesuai dengan definisi Bank Indonesia, seperti tercantum dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) tahun 2012, merupakan kredit yang diberikan
kepada pelaku usaha yang memenuhi kriteria usaha mikro. Hingga tahun lalu,
Bank Indonesia mencatat jumlah pembiayaan perbankan kepada sektor mikro
5
baru sekitar 4,1% dari total kredit perbankan. Dengan demikian, masih terdapat
peluang bagi bank untuk meningkatkan penyaluran kredit mikro.
Bank BJB sebagai salah satu lembaga perbankan milik Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten, salah satu tujuan didirikannya adalah
untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi di daerah, termasuk dalam hal ini
di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor. Maka diharapkan keberadaannya dapat
memberikan respon positif terhadap program-program pemerintah dalam
memperhatikan usaha mikro.
Kredit mikro merupakan salah satu andalan Bank BJB dalam mengelola
pertumbuhan kinerja. Pilihan tersebut terbukti telah membuat Bank BJB berhasil
mencapai performa positif, dengan total kredit mikro yang telah disalurkan
hingga akhir 2013 mencapai Rp. 5,35 triliun atau 8,25% dari total kredit yang
disalurkan oleh Bank BJB (Bank BJB, 2014).
B. Perumusan Masalah
Persaingan dalam industri perbankan kini semakin ketat, terlebih didorong
oleh perkembangan pengetahuan pelaku usaha mikro yang semakin pandai dalam
memilih bank. Pelaku usaha mikro kini semakin selektif dalam memilih bank,
yaitu bank yang dapat memberikan kinerja yang efektif dalam penyaluran kredit.
Bank terbaik merupakan bank yang dapat memenuhi segala kebutuhan finansial
nasabahnya, baik dari aspek produk, fitur, tingkat bunga, tingkat layanan maupun
jaringan distribusinya.
Bank BJB Cabang Bogor memiliki peluang penyaluran kredit mikro yang
besar terhadap sektor pertanian karena ruang lingkup Bank BJB Cabang Bogor
6
meliputi 40 kecamatan, yaitu Kecamatan Babakan Madang, Kecamatan
Bojonggede, Kecamatan Caringin, Kecamatan Cariu, Kecamatan Ciampea,
Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cibinong, Kecamatan Cibungbulang, Kecamatan
Cigombong, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cileungsi,
Kecamatan Ciomas, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan
Citeurep, Kecamatan Dramaga, Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan Gunung
Sindur, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Jonggol, Kecamatan Kemang,
Kecamatan Kelapa Nunggal, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Leuwisadeng,
Kecamatan Megamendung, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Pamijahan,
Kecamatan Parung, Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Rancu Bungur,
Kecamatan Rumpin, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan
Sukaraja, Kecamatan Tajurhalang, Kecamatan Tamansari, Kecamatan
Tanjungsari, Kecamatan Tenjo, dan Kecamatan Tenjolaya.
Tabel 4. Perkembangan Kredit Mikro Bank BJB
No. SKIM Kredit Desember 2012 Desember 2013 Juta Rp NPL Juta Rp NPL
1. Bandung 2.664.074 3,66% 3.361.895 12,19% 2. Jakarta 86.019 3,66% 90.060 4,44% 3. Serang 1.035.526 0,04% 1.093.145 12,71% 4. Cirebon 118.595 0,00% 161.032 3,92% 5. Tasik 159.196 3,35% 300.761 0,00% 6. Bogor 41.116 6,88% 54.597 15,71% 7. Bekasi 76.814 4,27% 70.720 10,31%
Sumber : Bank BJB, 2014
Tabel 4 memperlihatkan bahwa kendala dihadapi Bank BJB Cabang bogor
adalah jumlah nasabah yang menunggak meningkat setiap tahunnya. Hal ini
menjadi masalah karena nilai NPL pada tahun 2013 mengalami peningkatan
sangat signifikan sebesar 15,71% dari tahun sebelumnya hanya sebesar 6,88%.
7
Nilai NPL ini diakibatkan kredit macet sehingga dapat menyebabkan kinerja
dinilai tidak baik. Selain itu, jumlah kredit mikro yang disalurkan mengalami
penurunan sebesar -39,08%.
Sistem penyaluran kredit di Bank BJB Cabang Bogor meliputi mekanisme
dan prosedur penyaluran kredit yang terdiri atas beberapa tahap mulai dari proses
pemenuhan berkas persyaratan awal hingga pengembalian kredit kepada bank.
Sistem penyaluran kredit mikro pada Bank BJB Cabang Bogor telah berjalan
dengan baik. Namun, terdapat kendala dalam mekanisme penyaluran kredit yakni
realisasi kredit yang memerlukan waktu lama bagi beberapa nasabah. Pihak
nasabah sebagai pelaku usaha, kendala utama dalam mengajukan permohonan
kredit kepada bank diantaranya, besarnya bunga yang dianggap terlalu tinggi,
tidak adanya agunan, dan persyaratan dokumen.
Penyaluran kredit kepada para nasabah dimaksudkan untuk mengembangkan
usaha petani, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan. Berdasarkan
permasalahan diatas, penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja penyaluran kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor yang
telah dilaksanakan ?
2. Berapa besar pengaruh pemberian kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor
terhadap tingkat pendapatan usaha sektor agribisnis ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis kinerja penyaluran kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor.
8
2. Menganalisis berapa besar pengaruh pemberian kredit mikro Bank BJB
Cabang Bogor terhadap tingkat pendapatan usaha sektor agribisnis.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan. Bagi pihak bank, dapat memberikan manfaat sebagai gambaran
tentang keadaan perkreditan bagi para pengambil keputusan untuk menetapkan
kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kredit, khususnya dalam
menyalurkan kredit lebih efektif bagi usaha mikro kecil dan menengah. Hasil
penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi penelitian
sejenis dan menambah pengetahuan di bidang perkreditan bagi para pembaca.
Bagi penulis, semoga dapat memperkaya ilmu dan pengetahuan yang telah
diperoleh di masa perkuliahan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Usaha Mikro Kecil Menengah
Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha produktif milik keluarga
atau perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang dari usaha besar. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2008 kriteria usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sebagai
berikut :
1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) hingga Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
10
3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) hingga Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).
B. Pengertian Bank
Secara sederhana dalam Kasmir (2002) bank dapat diartikan sebagai lembaga
keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa
bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan
yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya apakah hanya
menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya.
Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud
dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Kasmir (2002) dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa,
bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan
dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Masyarakat kelebihan dana
maksudnya adalah masyarakat yang memiliki dana disimpan di bank atau
masyarakat yang memiliki dana dan akan digunakan untuk investasi di bank.
11
Dana yang disimpan di bank aman karena terhindar dari kehilangan atau
kerusakan. Penyimpanan uang di bank di samping aman juga menghasilkan
bunga dari uang yang disimpanya. Oleh bank dana simpanan masyarakat ini
disalurkan kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana. Bagi masyarakat
yang kekurangan dana atau membutuhkan dana untuk membiayai suatu usaha
atau kebutuhan rumah tangga dapat menggunakan pinjaman ke bank. Kepada
masyarakat yang akan diberikan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi.
Masyarakat peminjam juga dikenakan bunga dan biaya administrasi yang
besarnya tergantung masing-masing bank.
C. Konsep Kinerja
Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam
Nawawi (2006) adalah (a) sesuatu yang dicapai, (b) prestasi yang diperlihatkan,
(c) kemampuan kerja. Menurut Lavasque dalam Nawawi (2006), kinerja adalah
segala sesuatu yang dikerjakan seseorang dan hasilnya dalam melaksanakan
fungsi suatu pekerjaan. Dari kedua pengertian tersebut dapat diartikan kinerja
merupakan kemampuan kerja dan hasil atau prestasi yang dicapai dalam
melaksanakan suatu pekerjaan.
Menurut Nawawi (2006) kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor yang
terdiri dari pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian. (a) Pengetahuan,
khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
dalam bekerja. Seperti jenis dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah
diikuti di bidangnya. (b) Pengalaman, yang tidak sekedar jumlah waktu atau
lamanya dalam bekerja, tetapi berkenaan juga dengan substansi yang dikerjakan
12
jika dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama akan meningkatkan kemampuan
dalam mengerjakan suatu bidang tertentu. (c) Kepribadian, berupa kondisi di
dalam seseorang dalam menghadapi bidang kerjanya, seperti minat, bakat,
kemampuan bekerjasama/keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi kerja, dan
sikap terhadap pekerjaan.
Penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997) adalah penentuan secara periodik
efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Organisasi
pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya
merupakan penilaian atas prilaku manusia dalam melaksanakan peran yang
mereka mainkan dalam organisasi.
D. Pengertian Kredit
Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya
si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang
disalurkannnya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si
penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban
untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya
(Kasmir, 2002).
Definisi kredit menurut Raymond P. Kent dalam Suyatno (1995) adalah hak
untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada
waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-
barang sekarang.
13
Kasmir (2002) menjelaskan pengertian kredit berdasarkan Undang-Undang
Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
melunasi utangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga. Sedangkan
menurut Kasmir (2002) pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tersebut
dengan imbalan atau bagi hasil.
E. Jenis-Jenis Kredit
Pemberian fasilitas kredit dikelompokan kedalam jenis yang masing-
masingnya dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk
mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki
berbagai karakteristik tertentu. Secara umum menurut Kasmir (2003) jenis-jenis
kredit dilihat dari 5 segi, yaitu segi kegunaan, segi tujuan kredit, segi jangka
waktu, segi jaminan, dan segi sektor usaha. Berikut penjabaran kelima segi
tersebut.
1. Dilihat dari Segi Penggunaan
Ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit, yaitu :
a. Kredit investasi
Yaitu kredit biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau
membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu
14
periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah
untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
b. Kredit modal kerja
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan peningkatan produksi
dalam operasional. Kredit modal kerja merupakan kredit yang dicairkan
untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.
2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit
Jenis kredit ditinjau dari tujuan adalah :
a. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan
suatu barang maupun jasa.
b. Kredit Konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk konsumsi atau dipakai secara
pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang
dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang
atau badan usaha.
c. Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan
biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini
sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan
membeli barang dalam jumlah tertentu.
15
3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu
Artinya lamanya masa pemberian kredit dimulai dari pertama sekali
diberikan sampai masa pelunasan, jenis kredit ini adalah :
a. Kredit jangka pendek
Yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling
lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kredit ini berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun.
Kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya diatas 3 atau 5 tahun.
Kredit ini biasanya digunakan untuk investasi jangka panjang.
4. Dilihat dari Segi Jaminan
Jenis kredit dilihat dari segi jaminan adalah :
a. Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan
tersebut dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya
setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang
diberikan si calon debitur.
b. Kredit tanpa jaminan
Yaitu kredit diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit
jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas
si calon debitur selama berhubungan dengan si pemilik kredit.
16
5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha
Jenis kredit dilihat dari sektor usaha sebagai berikut :
a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor pertanian
atau perkebunan rakyat.
b. Kredit peternakan, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
peternakan.
c. Kredit industri, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor industri
pengolahan baik industri kecil, menengah atau besar.
d. Kredit pertambangan, merupakan kredit yang dibiayai untuk usaha
pertambangan.
e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang dibiayai untuk membangun
sarana dan prasarana pendidikan.
f. Kredit profesi, diberikan kepada kalangan professional.
F. Penilaian Kredit
Penilaian kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisa
atau menilai suatu permohonan kredit sehingga dapat memberikan keyakinan
pada bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak
(feasible). Adanya analisa yang mempertimbangkan berbagai faktor ini
dimaksudkan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya default oleh calon
debitur.
Kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan
nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis prinsip
17
'6C', prinsip '6A' (Dendawijaya, 2001), dan prinsip '7P' (Kasmir, 2002). Prinsip
'6C' meliputi:
1. Character (kepribadian), yaitu menyangkut sifat, kepribadian, dan citra
calon debitur dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan kemauan dan
kesungguhan membayar angsuran kredit yang tentunya sangat berpengaruh
terhadap integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan
pemanfaatan pemberian kredit dengan benar.
2. Capital (modal) merupakan kepemilikan terhadap modal dan kemampuan
nasabah dalam membiayai perusahaannya. Perbandingan besarnya
pembiayaan dari bank dengan modal sendiri dapat dilihat berdasarkan
laporan keuangan perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit.
3. Capacity (kemampuan) terkait dengan kesanggupan dan kemampuan calon
debitur untuk melunasi pokok pinjaman diserta dengan bunga dan syarat-
syarat lain dalam perjanjian. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi
usaha, pendapatan/omzet usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat
profitabilitasnya maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan
kewajiban lain semakin besar.
4. Condition of economy (kondisi ekonomi), pertimbangan atas situasi ekonomi
yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang berpengaruh
terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnya mempengaruhi keberhasilan
pemanfaatan dan pengembalian kredit.
5. Collateral (agunan) yakni berupa ketersediaan jaminan yang sesuai dan
seimbang dengan jumlah kredit yang diberikan sehingga pihak bank tidak
18
perlu merasa khawatir ketika terjadi kemacetan dalam pengembalian
pinjaman karena agunan tersebut dapat menjadi pengganti pengembalian
kredit.
6. Constrain (keterbatasan) merupakan faktor-faktor yang menjadi penghambat
berupa faktor-faktor sosial psikologis dalam suatu wilayah tertentu yang
menyebabkan suatu usaha tidak mungkin untuk dijalankan.
Prinsip ‘6A’ mencakup aspek-aspek yang perlu diperhatikan pihak bank
terhadap nasabah yang mengajukan kredit yaitu :
1. Aspek yuridis bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan legalitas
perusahaan calon penerima kredit.
2. Aspek pasar dan pemasaran mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat
diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta
meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam
menghadapi persaingan.
3. Aspek teknis bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha
dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan usaha serta seberapa
besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya sebagai suatu
entitas bisnis.
4. Aspek manajemen mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola
usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya.
5. Aspek keuangan bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mengelola keuangannya.
19
6. Aspek sosial ekonomi merupakan suatu kajian terhadap nilai tambah yang
dapat diterima pemerintah dan masyarakat dari sudut pandang sosial dan
makro ekonomi seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak
pemerintah.
Sedangkan prinsip '7P' dalam kredit atau Seven P’s of Credit dalam penilaian
kredit, antara lain:
1. Personality
Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah
lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap
emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
Penilaian ini dilakukan pada tenaga kerja dan pengelola serta orang-orang
yang terlibat langsung dalam bisnis nasabah.
2. Party
Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya,
sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan
mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
3. Purpose
Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit
dapat bermacam-macam. Apakah untuk modal kerja atau investasi,
konsumtif atau produktif dan lain sebagainya. Purpose merupakan penilaian
terhadap tujuan penggunaan kredit dan merupakan penilaian sasaran kredit.
20
4. Prospect
Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lainnya usahanya mempunyai
prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit
yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan
tetapi juga nasabah. Prospect merupakan penilaian masa depan usaha,
perkembangan usaha ke depannya. Penilaian ini dilakukan bagi bank antara
risiko dengan pendapatan yang diperoleh.
5. Payment
Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka
akan semakin baik, sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat
ditutupi oleh sektor lainnya. Payment merupakan kemampuan membayar
kembali kredit. Penilaian ini dilakukkan dengan menggunakan financial
statement dengan memperhitungkan ketidakpastian di masa depan.
6. Profitability
Menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau
akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan
diperolehnya.
21
7. Protection
Protection merupakan kemungkinan gagal perlu jaminan sebagai benteng
terakhir untuk berlindung. Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha
dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan
barang atau orang atau jaminan asuransi.
G. Manfaat Kredit Bagi UMKM
Dalam perekonomian modern, sektor perbankan telah dikenal sebagai
lembaga keuangan sangat strategis yang mempunyai peran menentukan arah dan
perkembangan perekonomian suatu wilayah atau daerah. Salah satu fungsi dan
peran perbankan dalam pembangunan tersebut terhadap pengusaha kecil adalah
turut membantu usaha dengan pemberian kredit.
Wijaya (2002) menjelaskan bahwa pengusaha kecil dan masyarakat kecil
membutuhkan layanan kredit yang lain, yang tidak berorientasi kepada ada
tidaknya agunan atau jaminan tetapi lebih menekankan pengembangan
kewirausahaan masyarakat. Secara umum kredit yang diperlukan masyarakat
adalah :
1. Kredit yang murah yaitu bunga dan biaya-biaya lainnya haruslah serendah-
rendahnya.
2. Kemudahan untuk memperolehnya dengan prosedur yang sederhana dan
tidak berbelit-belit.
3. Ketepatan waktu dalam arti penerimaan pinjaman juga diperlukan karena
kalau jumlah yang diberikan terlalu kecil tidak dapat memenuhi
22
kebutuhannya, sebaliknya apabila terlalu besar akan dipergunakan untuk
tujuan lain.
H. Kerangka Pemikiran
Kredit disalurkan melalui berbagai macam lembaga pembiayaan, salah
satunya adalah perbankan. Bank menyalurkan kredit dengan menjalankan
fungsinya sebagai lembaga penyalur dana ke masyarakat. Penyaluran kredit
diharapkan target tercapai agar dapat meningkatkan kesejahteraan, mengatasi
keterbatasan modal usaha, mendukung kelancaran arus barang/jas sebagai sektor
riil, dan meningkatkan produktivitas dalam masyarakat asalkan penyaluran kredit
tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk kegiatan produktif dan berguna.
Penyaluran kredit mikro diharapkan dapat berjalan sesuai target yang telah
ditetapkan bank, maka itu perlu dikaji mengenai bagaimana kinerja penyaluran
kredit mikro tersebut. Mekanisme penyaluran kredit terdiri dari syarat-syarat dan
prosedur pemberian kredit. Dalam penyalurannya, pihak bank mengalami
kendala. Oleh karena itu, penilaian terhadap kinerja penyaluran kredit diperlukan
berdasarkan penilaian pihak bank dan pihak nasabah. Kriteria kinerja dari sisi
manajemen bank dinilai berdasarkan aspek-aspek berikut (Anugrah, 2013) :
a) Target dan realisasi kredit, yaitu jumlah permohonan yang diterima dan
direalisai oleh Bank BJB dan jumlah kredit yang telah disalurkan kepada
usaha mikro. Semakin besar persentase realisasi kredit maka kinerja kredit
dinilai baik.
23
b) Non Performing Loan (NPL), yaitu perbandingan antara jumlah kredit yang
diberikan dengan tingkat kolektibilitas yang merupakan kredit bermasalah
dengan total kredit yang diberikan oleh bank.
c) Analisis pengaruh penyaluran kredit terhadap pendapatan usaha : Analisis
mengenai seberapa besar kredit yang diberikan pihak bank mampu
meningkatkan pendapatan usaha nasabah. Kredit mikro diberikan untuk
mengembangkan usaha kecil dan peranannya dalam meningkatkan
pendapatan usaha mereka.
Sedangkan, penilaian penyaluran kredit merupakan persepsi atau opini
nasabah mengenai proses penyaluran kredit yang sudah berjalan di Bank BJB
Cabang Bogor meliputi aspek-aspek berikut (Anugrah, 2013) :
a) Prosedur pinjaman, yaitu tahapan yang harus dilalui sejak proses
permohonan kredit hingga realisasi kredit kepada nasabah.
b) Realisasi kredit, yaitu cairnya kredit setelah melalui tahapan proses dengan
melihat ketepatan pada setiap proses yang dilakukan.
c) Biaya provisi, yaitu biaya yang dikeluarkan selama proses permohonan
kredit sampai direalisasikan.
d) Tingkat bunga, yaitu biaya yang dibebankan kepada nasabah sebagai bentuk
dukungan operasional kegiatan bagi bank.
e) Agunan, yaitu sumber pemberdayaan terakhir yang diharapkan oleh bank
apabila pengembalian kredit bermasalah atau macet.
f) Pelayanan petugas, yaitu pelayanan yang diberikan bank kepada nasabah
mulai dari proses permohonan hingga pengembalian kredit.
24
Kinerja penyaluran kredit turut mempengaruhi besarnya pendapatan yang
diterima. Kinerja penyaluran kredit memberikan dampak pada jumlah
pendapatan nasabah. Pendapatan yang diterima juga dipengaruhi oleh besaran
input dan output yang dikeluarkan. Pada penelitian ini salah satu bank yang
menjalankan fungsi sebagai media penyaluran kredit adalah Bank BJB Cabang
Bogor.
Selanjutnya, setelah melakukan penilaian kinerja penyaluran kredit maka akan
dilihat seberapa besar kredit yang diberikan pihak bank mampu meningkatkan
pendapatan usaha nasabah. Kredit mikro diberikan untuk mengembangkan usaha
kecil dan peranannya dalam meningkatkan pendapatan usaha mereka.
Pengukuran pendapatan usaha dilihat dengan membandingkan pendapatan
sebelum dan sesudah menerima kredit. Perbedaan antara tingkat pendapatan total
usaha sebelum dan sesudah menerima kredit diukur dengan menggunakan uji
statistik t-hitung untuk data berpasangan (Walpole, 1995).
Hasil dari analisis tersebut adalah untuk mengevaluasi kinerja kredit mikro
serta dapat memberikan rekomendasi bagi pihak bank yang bersangkutan
mengenai kinerja penyaluran kredit mikro itu sendiri. Bagan kerangka pemikiran
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
25
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
I. Penelitian Terdahulu
Penelitian Pardosi (1998) tentang efektivitas penyaluran kredit pembinaan
peningkatan pendapatan petani dan nelayan kecil (P4K) dan analisis pendapatan
petani pengguna kredit, menyimpulkan bahwa (1) penyaluran kredit cukup
efektif berdasarkan kriteria penilaian yang digunakan (persyaratan awal, prosedur
pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat bunga, pelayanan, dan
Sistem Penyaluran Kredit Mikro Bank BJB Bogor
Penilaian internal bank : 1. Target dan realisasi
kredit 2. Non Performing
Loan (NPL)
Penilaian pada nasabah : 1. Prosedur pinjaman 2. Realisasi kredit 3. Biaya provisi 4. Tingkat bunga 5. Agunan 6. Pelayanan petugas
Kinerja Penyaluran Kredit Mikro
Pendapatan Usaha Mikro
Rekomendasi Mengenai Sistem Kredit Mikro
26
pembinaan kepada nasabah, jarak/lokasi pelayanan), (2) proyek P4K telah
memberi dampak yang positif terhadap peningkatan pendapatan keluarga petani-
nelayan kecil (PNK).
Novitasari (2006) meneliti mengenai Analisis Kinerja Kredit Umum
Pedesaaan dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Rumah tangga
Kecil di BRI Unit Kreo. Dalam hasil penelitiannya, kinerja kredit bank dinilai
bagus sedangkan untuk nasabah faktor agunan dan bunga masih dirasa cukup
berat. Selain itu, tingkat perubahan pendapatan usaha responden Kupedes lebih
besar bila dibandingkan dengan tingkat perubahan pendapatan usaha non
Kupedes.
Sevia (2008) meneliti mengenai Kinerja Penyaluran Kredit Umum Pedesaan
(KUPEDES) serta Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha
Nasabah di BRI Unit Citeureup. Dalam hasil penelitiannya, penyaluran Kupedes
sudah tergolong efektif karena dari pihak nasabah mampu meningkatkan
pendapatan usahanya setelah menerima pinjaman kredit. Sedangkan dari pihak
bank, tujuannya telah tercapai dengan pencapaian target kredit dan realisasinya
yang tercapai serta menurunya persentase tunggakan setiap tahunnya.
Anugrah (2013) meneliti mengenai Efektivitas Penyaluran Kredit UMKM
Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor. UMKM merupakan salah
satu bidang bisnis yang memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan nasional. Keterbatasan modal sebagai salah satu
faktor yang menghambat perkembangan UMKM. Bank adalah lembaga
keuangan yang dapat membantu masyarakat untuk mengatasi keterbatasan modal
27
dengan pinjaman dalam bentuk kredit. Tujuan dari penilitian ini adalah untuk
menganalisis sistem, efektivitas, dan pengaruh kredit terhadap pendapatan
UMKM. Observasi dan wawancara dilakukan dengan 45 responden sebagai
nasabah sektor agribisnis BRI unit Ciampea dengan metode proporsional dan
purposive sampling. Hasilnya adalah penyaluran kredit menurut pihak bank
menunjukkan penilaian efektif berdasarkan adanya tren peningkatan dana kredit
dan proporsi jumlah nasabah sektor agribisnis dari tahun 2010-2012 serta
persentase tunggakan dan NPL masing-masing 2,16 dan 3,65 masih dalam
kondisi keuangan yang ideal bagi bank. Selain itu, perubahan omzet dan
pendapatan responden setelah menerima kredit meningkat masing-masing
sebesar 27,51% dan 28,25% dari omzet dan pendapatan sebelumnya. Perubahan
dalam jumlah pendapatan responden telah melampaui perkiraan perubahan omzet
dan pendapatan setelah menerima kredit menurut pihak bank yaitu omzet dan
pendapatan responden meningkat sebesar 20% setiap tahun.
Immanuel (2013) meneliti mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Realisasi KUR di Sektor Agribisnis di Unit Harjasari Bogor. Peran UMKM
dalam perekonomian Indonesia selama ini menunjukkan posisi strategisnya
dalam mendukung pertumbuhan nasional. Permodalan merupakan hambatan
utama bagi UMKM. Salah satu program pemerintah bagi UMKM yang usaha
feasible namun belum bankable. Pemerintah meningkatkan plafon KUR Mikro
dari lima juta menjadi 20 juta rupiah. Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis mekanisme penyaluran KUR dan mendeskripsikan faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi realisasi pinjaman KUR. Sampel dalam penelitian
28
ini adalah para debitur yang bergerak di sektor agribisnis yaitu 37 debitur.
Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi KUR dengan
menggunakan model analisis Regresi Linear Berganda, sehingga dapat diketahui
variabel-variabel independent yang berpengaruh secara nyata terhadap realisasi
kredit sebagai variabel dependent. Variabel independent yaitu agunan, umur
responden, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, pendapatan bersih responden,
dan frekuensi pinjaman. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda,
faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi KUR di BRI
Unit Harjasari meliputi Frekuensi pinjaman kredit dan pendapatan bersih
perbulan.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bank BJB Cabang Bogor yang beralamatkan di Jalan
Kapten Muslihat No.11-13, Kota Bogor. Kegiatan pengambilan data penelitian
ini dilakukan pada bulan April-Juni 2014.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
mempertimbangkan kesediaan pihak perusahaan memberikan izin untuk
melakukan penelitian di perusahaannya. Lokasi Bank BJB Cabang Bogor sengaja
dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan salah satu cabang yang banyak
memiliki debitur kredit mikro di sektor Agribisnis.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan staff dan bagian kredit di kantor
yang bersangkutan serta kuesioner bagi responden dari nasabah kredit mikro.
Data sekunder didapatkan dari berbagai laporan keuangan bank yang
bersangkutan serta buku-buku panduan yang berkaitan dengan kegiatan
penelitian.
C. Metode Pengambilan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Sampel
30
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2009).
Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel atau responden adalah
Purposive Sampling, dimana teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2009). Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah
antara 30 sampai dengan 500 (Sugiyono, 2009).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah nasabah penerima kredit
mikro Bank BJB Cabang Bogor sektor agribisnis yang masih aktif berjumlah 87
orang. Berdasarkan hal tersebut ditentukan jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah sebesar 35 orang dengan pertimbangan yang mendapatkan jumlah plafond
sama dan usaha di sektor perikanan.
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan statistika deskriptif
yaitu suatu metode yang berkaitan dengan pengumpulan data pengujian suatu
gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Informasi yang
diperoleh berdasarkan jumlah responden untuk kemudian disajikan baik
dalam bentuk tabel sederhana ataupun dalam tabel distribusi frekuensi bagi
data yang disajikan dalam beberapa kelompok. Melalui analisis deskriptif,
informasi dikelompokkan berdasarkan kesamaan jawaban. Informasi yang
diperoleh dipresentasekan berdasarkan jumlah responden untuk kemudian
disajikan dalam bentuk tabel. Penyusunan tabel, diagram, grafik, dan besar-
31
besaran lain di suatu media, termasuk ke dalam statistika deskriptif (Walpole,
1995).
Penentuan tercapai atau tidaknya target penyaluran kredit mikro penilaian
nasabah menggunakan pengukuran skala likert dengan menghadapkan
responden pada sebuah pernyataan, kemudian responden diminta untuk
memberi tanggapan yang terdiri dari tiga tingkatan dengan pemberian skor.
Skor tertinggi diberikan untuk jawaban yang paling mendukung dan skor
terendah diberikan untuk jawaban yang kurang mendukung. Penentuan
jenjang tiga (1,2,3) digunakan dengan mempertimbangkan bahwa kelompok
responden adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan yang masih relatif
rendah, sehingga kurang mampu membedakan jawaban secara lebih tajam
(Pardosi, 1998).
Penilaian tanggapan responden terhadap penyaluran kredit akan dibagi
menjadi kategori yang menentukan baik atau buruknya kinerja. Berdasarkan
skor yang diperoleh dari tanggapan responden kemudian ditentukan rentang
skala atau selang untuk menentukan tercapainya target penyaluran kredit
mikro. Skala atau selang diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang
mungkin dengan total skor minimal yang mungkin dibagi jumlah kategori
jawaban (Umar, 2005).
Selang yang didapat maka dapat ditentukan skor penilaian penyaluran
kredit mikro yaitu dengan membagi tiga diantara total minimal yang mungkin
sampai total maksimal yang mungkin didapat dan dibagi menjadi tiga selang
penilaian. Selang terendah menyatakan bahwa kinerja penyaluran kredit
32
buruk, sedangkan selang tertinggi menyatakan bahwa kinerja penyaluran
kredit baik.
Ada tiga kategori penilaian tanggapan responden terhadap penyaluran
kredit yaitu kinerja baik, kinerja cukup, dan kinerja buruk. Nilai skor adalah
antara 210 – 630 (angka berdasarkan pengalian skor terendah dan tertinggi
dengan jumlah parameter dan responden yang ada). Angka skor terendah 210
diperoleh dari hasil kali antara jumlah sampel responden sebesar 35 orang
dengan jumlah parameter yang ada yaitu enam. Sedangkan, angka 630
diperoleh dari hasil penjumlahan skor maksimum dari setiap parameter (skor
maksimum 3 dikali skor terendah). Selang untuk setiap tingkat penilaian
adalah 139 yang diperoleh dari hasil pengurangan skor tertinggi dan skor
terendah, lalu dibagi dengan banyaknya kategori penilaian. Kemudian hasil
tersebut akan dikurangi dengan nilai satu sebagai selisih dari masing-masing
kategori penilaian.
Setelah nilai selang ditentukan, maka selanjutnya dapat ditentukan selang
skala untuk setiap kategori penilaian penyaluran kredit. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Skor Penilaian Kinerja Kategori Penilaian Total Skor
Kinerja Buruk Kinerja Cukup Kinerja Baik
210-349 350-489 490-630
Berdasarkan Tabel 5, bila total skor berada diantara 210-349, maka
penyaluran kredit mikro dinilai buruk yang mengindikasikan bahwa apa yang
menjadi harapan responden tidak sesuai dengan tujuan pihak bank, dalam hal
33
ini penyaluran kredit mikro. Nilai total skornya 350-489, penyaluran kredit
mikro sudah dinilai cukup berarti tujuan pihak bank dan responden menilai
masih ada harapan yang kurang tercapai, hal ini dapat dilihat dari skor
bernilai paling kecil dalam kategori ini. Sedangkan, total skor 490-620
menunjukkan penyaluran kredit mikro dinilai baik. Hal ini berarti harapan
responden sejalan dengan tujuan dari pihak bank agar penyaluran kredit
mikro sudah baik sehingga bermanfaat bagi responden.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis penyaluran kredit pada Bank BJB Cabang Bogor terhadap
pendapatan usaha mikro dilakukan pengujian statistik sederhana. Analisis
penyaluran kredit menggunakan uji statistik yaitu uji t-berpasangan (t-paired
test) dengan langkah-langkah dalam uji statistik sebagai berikut (Sugiyono,
2009) :
1) Menentukan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang
masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis dalam penelitian adalah penyaluran kredit mikro berpengaruh
terhadap pendapatan nasabah Bank BJB Cabang Bogor. Kriteria
pengaruh penyaluran kredit terhadap pendapatan nasabah Bank BJB
Cabang Bogor, yaitu perubahan pendapatan usaha responden nasabah
Bank BJB Cabang Bogor memiliki perbedaan nyata sebelum dan
sesudah menerima kredit. Hipotesis dinyatakan sebagai berikut :
34
Ho : rata-rata pendapatan usaha sebelum mendapatkan kredit = rata-
rata pendapatan usaha setelah mendapatkan kredit
H1 : rata-rata pendapatan usaha sebelum mendapatkan kredit ≠ rata-
rata pendpatan usaha sesudah mendapatkan kredit
2) Menentukan uji-t statistik untuk data berpasangan
Uji-t berpasangan (Paired t-test) digunakan untuk membandingkan
selisih dua mean dari dua sampel yang berpasangan dengan asumsi data
berdistribusi normal. Penelitian ini mengukur mean besar pendapatan
dan selisih pendapatan antara kondisi sebelum menerima kredit dengan
setelah menerima kredit.
3) Kriteria Uji berguna untuk memeriksa pernyataan hipotesis serta
memberikan kebenaran yang sesungguhnya dari pernyataan hipotesis
tersebut. Kriteria uji meliputi :
Ho ditolak apabila t-hitung > t-tabel, db = n-1 atau p-value < α
Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel, db = n-1 atau p-value > α
Analisis data dilakukan dengan bantuan software komputer yang
sesuai dengan kebutuhan dalam melakukan analisis data, sehingga dapat
diperoleh hasil analisis yang akurat dan memudahkan dalam interpretasi
secara deskriptif. Penggunaan α = 0,05 karena tingkat kepercayaan pada
peneliti pada penelitian ini cukup besar dan jumlah responden yang
diambil tidak banyak.
35
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Bank BJB
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. yang dikenal
dengan nama bank bjb, adalah bank umum yang sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Banten, pemerintah kota/kabupaten
se-Jawa Barat dan Banten, dan publik.
Awal berdirinya bank bjb bermula dari NV DENIS (De Erste Nederlansche
Indische Shareholding), yang berkedudukan di Bandung dan bergerak di bidang
hipotek. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan milik Belanda yang
dinasionalisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia (RI)
Nomor 33 Tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan di Indonesia Milik
Belanda yang dinasionalisasi.
Tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa
Barat mendirikan “PT Bank Karja Pembangunan Daerah Jawa Barat” dengan
modal dasar dari kas daerah sebesar Rp. 2.500.000, berdasarkan Akta Pendirian
No.125 tanggal 19 November 1960 juncto, Akta Perubahan No.125 tanggal
tanggal 21 maret 1961 dan Akta Perubahan No. 84 tanggal 13 Mei 1961,
keduanya dibuat di hadapan Noezar, Notaris di Bandung, serta dikukuhkan
dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor
7/GKDH/BPD/61 tertanggal 20 Mei 1961 tentang Pembentukan Perusahaan
Daerah PT Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa Barat.
36
Dalam rangka penyesuaian dengan ketentuan Undang-Undang Republik
Indonesia No.13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank
Pembangunan Daerah, bentuk hukum Perseroan diubah dari Perseroan Terbatas
Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa Barat menjadi Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
No.11/PD-DPRD/1972 tanggal 27 Juni 1972 tentang Penyempurnaan Kedudukan
Hukum Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa-Barat. Nama PD Bank Karja
Pembangunan Daerah Jawa Barat selanjutnya diubah menjadi BPD Jabar sesuai
Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 1/DP-040/PD/1978 Tanggal 27 Juni 1978.
Pada tahun 1992 sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia
No.25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992 status BPD Jabar meningkat
menjadi bank umum devisa. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun
1995, BPD Jabar memiliki sebutan Bank Jabar dengan logo baru.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat No.22
Tahun 1998 tanggal 14 Desember 1998 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan
Terbatas (PT). Bentuk hukum Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat berubah
yang semula Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas. Perda tersebut
dituangkan lebih lanjut pada Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999
juncto dan Akta Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999, keduanya dibuat di
hadapan Popy Kuntari Sutresna, S.H., Notaris di Bandung yang telah
memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman RI berdasarkan Surat Keputusan
No.C2-7103.HT.01.01.TH.99 tanggal 16 April 1999, didaftarkan dalam Daftar
37
Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kabupaten/Kota Madya Bandung
di bawah No.871/BH.10.11/IV/99 tanggal 24 April 1999, serta telah diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No.39 tanggal 14 Mei 1999, Tambahan
No.2811, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD)
menjadi Perseroan Terbatas (PT).
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tanggal 16 April 2001
menyetujui peningkatan modal dasar Bank Jabar menjadi Rp 1 triliun.
Selanjutnya, berdasarkan hasil keputusan RUPS yang diselenggarakan pada
tanggal 14 April 2004 berdasarkan Akta Nomor 10 Tanggal 14 April 2004,
modal dasar Bank Jabar dinaikkan dari Rp 1 triliun menjadi Rp 2 triliun. Melihat
perkembangan prospek usaha yang terus membaik, hasil RUPS tanggal 5 April
2006 menetapkan kenaikan modal dasar Bank Jabar dari Rp 2 triliun menjadi Rp
4 triliun.
Pada bulan November 2007, sebagai tindak lanjut SK Gubernur BI Nomor
9/63/kep.gbi/2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat Menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, dilaksanakan penggantian call
name dari “Bank Jabar” menjadi “Bank Jabar Banten”.
Seiring dengan perkembangan jaringan kantor yang lebih luas maka
berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank
Pembangunan Jawa Barat dan Banten Nomor 26 tanggal 21 April 2010 dan
sesuai Surat Bank Indonesia No. 12/78/APBU/Bd tanggal 30 Juni 2010 perihal
Rencana Perubahan Logo, serta Surat Keputusan Nomor 1337/SK/DI(R-
38
PPN/2010 tanggal 5 Juli 2010, maka pada tanggal 8 Agustus 2010 nama “Bank
Jabar Banten” resmi berubah menjadi “bank bjb”.
B. Struktur Organisasi Bank BJB Cabang Bogor
Organisasi merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebagai alat bantu manajemen. Tentunya struktur organisasi harus
sesuai dengan ruang lingkup kegiatannya. Struktur organisasi harus dibuat secara
sederhana dan efektif agar dapat bekerja secara efisien.
Struktur organisasi Bank BJB Cabang Bogor sama seperti struktur organisasi
lain yaitu menggunakan garis yang menerangkan kedudukan paling tinggi hingga
paling rendah jabatannya dan struktur organisai pada Bank BJB juga merupakan
suatu kesatuan yang saling berkaitan dan saling berinteraksi. Struktur Organisasi
Bank BJB Cabang Bogor dapat dilihat pada Gambar 2.
C. Produk Bank BJB Cabang Bogor
Produk dan layanan yang ditawarkan oleh Bank BJB Cabang Bogor saat ini
terdiri dari consumer banking, micro & small business, commercial banking,
treasury, dan international banking.
Cabang
Manager Komersial
Manager Konsumer
Manager Operasional
Cabang Pembantu
Kontrol Internal Cabang Supervisi Kredit
Gambar 2. Struktur Organisai Bank BJB Cabang Bogor
Divisi Audit Internal
39
1. Consumer Banking
Consumer banking meliputi Bancassurance, bjb Deposito, bjb Deposito
Suka-suka, bjb Giro Perorangan, bjb Kredit Guna Bhakti, bjb KPR, Reksa
Dana, Simpeda, Tabunganku, bjb Tandamata, bjb Tandamata Berjangka, bjb
Tandamata Bisnis, bjb Tandamata Gold, dan bjb Tandamata Purnabakti.
2. Micro & Small Business
Micro & Small Business meliputi bjb Kredit BPR, bjb Kredit Kopkar, bjb
KKPE, bjb Kredit Mikro Utama, bjb Kridamas, bjb KUR, bjb SSRG, Kredit
Cinta Rakyat Jawa Barat.
3. Commercial Banking
Commercial Banking meliputi bjb Deposito Korporasi, bjb Garansi Bank,
bjb Giro Korporasi, bjb Kredit Investasi Umum, bjb Kredit Modal Kerja, bjb
Kredit Sindikasi, Pemberian Kredit Kepada Perusahaan Pembiayaan, dan bjb
Pinjaman Daerah.
4. Treasury
Treasury meliputi Capital Market Product, bjb Money Changer, Dana
Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), Dealing Room, Foreign Exchange
Trading, Hedging Instrument, Money Market Account, ORI 010.
5. International Banking
International Banking meliputi bjb Deposito Valas, bjb Giro Valas, bjb
Remittance, SKBDN, bjb Tandamata Dollar, dan Trade Finance & Servicer.
40
6. Layanan
Layanan meliputi bjb Precious, bjb Call 14049, Inkaso, bjb Kas Mobil
Keliling, Kiriman Uang, Layanan Western Union bank bjb, Safe Deposit Box,
Weekend Banking, Hospital Guarantee, Modul Penerimaan Negara, Jasa
Kustodian bank bjb, dan e-banking.
D. Sistem Penyaluran Kredit Mikro Bank BJB Cabang Bogor
Bank BJB Bogor menyediakan empat jenis kredit usaha mikro bagi
nasabahnya yaitu Kredit Mikro Utama, Kredit Cinta Rakyat Jawa Barat, Kredit
Usaha Rakyat, dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi. Keempat jenis kredit
ini memiliki perbedaan karakteristik diantaranya frekuensi penggunaan kredit,
besar agunan, suku bunga, dan jumlah plafon. Bank BJB Cabang Bogor dalam
menyalurkan kredit usaha mikro tidak terlepas dari syarat-syarat maupun
prosedur yang harus dipenuhi oleh debitur. Kredit usaha mikro tidak langsung
diberikan oleh pihak Bank BJB Cabang Bogor sebelum mengenal karakteristik
calon debitur dengan baik.
Prosedur penyaluran kredit usaha mikro melewati beberapa tahap. Tahap awal
dimulai dari sosialisasi mengenai adanya kredit yang disalurkan kepada
masyarakat dengan memberikan brosur dan tabel angsuran. Selanjutnya,
pengajuan atau pemberian kredit diawali dengan mengisi formulir yang tersedia
di Bank BJB Cabang Bogor. Pihak bank akan menilai atas pengajuan kredit yang
dilakukan pelaku usaha. Kepala Cabang Pembantu meneliti data kredit yang telah
dikumpulkan dan mengambil keputusan. Jumlah plafon yang dapat diberikan
Bank BJB Cabang Bogor, diantaranya plafon Kredit Mikro Utama sebesar Rp
41
500.000.000, plafon Kredit Cinta Rakyat Jawa Barat sebesar Rp 20.000.000,
plafon KUR sebesar Rp 20.000.000, dan plafon KKPE sebesar Rp 50.000.000
untuk individu dan Rp 500.000.000 untuk kelompok tani/koperasi. Semua
prosedur penyaluran kredit tidak lepas dari prinsip 6C (Character, Capital,
Capacity, Collateral, Constraint, dan Condition of Economy). Proses pencairan
kredit di Bank BJB Cabang Bogor memerlukan waktu kurang lebih satu minggu
dari pengajuan kredit. Sistem penyaluran kredit usaha mikro yang dilakukan oleh
Bank BJB Cabang Bogor (Gambar 3).
Gambar 3. Sistem Penyaluran Kredit Mikro Nasabah Bank BJB Cabang Bogor
1. Persyaratan Awal
Prosedur awal dalm pengajuan kredit harus dilakukan di kantor Bank BJB
Cabang Bogor pada jam kerja dan petugas yang melayani Customer Service.
Calon nasabah harus membawa kelengkapan identitas dari untuk permohonan
pinjaman atau kredit, yaitu :
a. Form Permohonan Kredit
b. Fotokopi KTP Pemohon (suami/istri), Kartu Keluarga dan Surat Nikah
c. Pas foto pemohon ukuran 3 x 4 sebanyak 1 lembar
Persyaratan Awal Pendaftaran Pemeriksaan Usaha
Pencairan Kredit Pembinaan dan Pengawasan Pelunasan Kredit
42
d. Fotokopi Rekening Koran/Tabungan/Giro/Deposito
e. Fotokopi Rekening Listrik, Telepon, PDAM
f. Surat Keterangan Usaha
g. Fotokopi Bukti Kepemilikan Jaminan (KUR dan KKPE tidak diwajibkan
menggunakan agunan akan tetapi tidak menutup kemungkinan pihak
bank meminta jaminan atau agunan ringan)
h. Fotokopi PBB Tahun Terakhir
Calon nasabah dapat memilih jumlah serta jangka waktu pengembalian
kredit usaha mikro sesuai dengan kemampuannya berdasarkan ketentuan
kredit yang berlaku. Jangka waktu angsuran yang dapat dipilih calon debitur
antara 3-5 tahun. Customer service akan menjelaskan beberapa produk kredit
yang ada di Bank BJB Cabang Bogor dan memberikan pilihan sesuai dengan
kemampuan usahanya.
2. Pendaftaran
Customer Service akan memeriksa kelengkapan berkas. Setelah seluruh
kelengkapan berkas dipenuhi, maka dilakukan proses pendaftaran. Customer
service juga menanyakan kepada nasabah apakah pernah atau tidak
melakukan pinjaman ditempat lain dan memastikan kegiatan yang pernah
dilakukan calon peminjam di tempat lain tidak mengalami keterlambatan
dalam membayar. Dalam hal ini, pihak bank bjb Cabang Bogor bekerjasama
dengan Bank Indonesia melalui BI-Checking.
Seluruh berkas diberikan kepada Kepala Cabang Pembantu untuk diproses
lebih lanjut. Kepala Cabang Pembantu akan memeriksa kelengkapan
43
persyaratan yang diperlukan dan berkas pengajuan pinjaman dari customer
service.
3. Pemeriksaan Terhadap Usaha Nasabah
Pemeriksaan terhadap aspek-aspek usaha calon nasabah sangat dibutuhkan
untuk mengurangi risiko terjadinya tunggakan. Pemeriksaan dilakukan staff
bank dengan cara datang langsung ke lokasi usaha maupun ke rumah calon
nasabah. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk melakukan penilaian usaha
dan mengetahui aktivitas nasabah setiap harinya. Selain itu, staff bank
penilaian dapat melalui wawancara langsung dengan tetangga atau relasi.
Pemeriksaan tersebut menggunakan prinsip 6C. Oleh karena itu, staff bank
harus dapat mengamati dan memeriksa secara tepat guna mendapatkan data
yang akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menganalisis usaha calon
nasabah. Adapun kriteria yang dilakukan dalam penilaian tersebut adalah :
a. Menilai usaha yang dijalankan sesuai dengan surat keterangan usaha yang
sudah dilengkapi
b. Memastikan alamat nasabah sesuai dengan alamat pada KTP
c. Meninjau usaha yang dijalankan calon nasabah memiliki prospek yang
baik
d. Memastikan kebenaran agunan yang dijaminkan di bank
Pemeriksaan terhadap usaha calon nasabah dapat dilihat dari aspek
pemasaran, aspek keuangan, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi.
Aspek pemasaran dianalisis prospek usaha dan laba untuk menjamin bahwa
usaha tersebut akan terus berkembang. Aspek ini meliputi keadaan pasar, baik
44
permintaan maupun penawaran terhadap usaha yang akan dijalankan calon
nasabah.
Penilaian terhadap aspek keuangan dilakukan dengan cara melihat data
keuangan calon nasabah dari kegiatan usaha yang sudah dijalankan atau
apabila usaha baru dapat dilihat dari bussines plan calon nasabah. Data
tersebut menunjukkan perkiraan sejauh mana keuntungan dari usaha yang
dijalankan dimasa akan datang. Selain itu, untuk mengetahui seberapa besar
keadaan usaha dan menjadi pertimbangan jumlah pinjaman yang dikeluarkan
bank.
Aspek manajemen dapat mencerminkan hubungan antara kemampuan,
pengalaman, kejujuran, cara mengelola usaha, serta hubungan antara pemilik
dengan karyawannya. Aspek sosial ekonomi dapat dilihat dari peran usaha
calon nasabah tersebut terhadap lingkungan masyarakat disekitarnya.
Misalkan adalah kasus flu burung, dimana secara tidak langsung berpengaruh
terhadap usaha peternakan ayam maupun unggas lainnya, dimana masyarakat
sekitar cenderung tidak menerima apabila di sekitar lingkungannya berdiri
usaha peternakan tersebut.
4. Pencairan Kredit
Pencairan kredit akan dilakukan pihak bank setelah nasabah memenuhi
berbagai persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian kredit dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak yang disahkan notaries. Pencairan
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu langsung dikirim ke
45
rekening nasabah ataupun ke rekening perusahaan yang menjadi rekan
nasabah.
5. Pembinaan dan Pengawasan Nasabah
Kelancaran dalam pembayaran pinjaman merupakan hal yang sangat
diinginkan oleh bank terhadap seluruh nasabah yang melakukan pinjaman
kredit usaha mikro. Pembinaan dan pengawasan terhadap nasabah diharapkan
dapat mengurangi risiko terjadinya tunggakan dalam pembayaran agunan.
Formulir pembinaan akan dibawa pada waktu melakukan pembinaan dan
pengawasan sehingga nantinya dapat diketahui apabila nasabah memiliki
masalah dalam usahanya.
Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan pihak bank meliputi beberapa
aspek, yaitu :
a. Administrasi kredit yang memadai
b. Kewajiban debitur menyampaikan laporan-laporan usaha yang
dibutuhkan.
c. Kewajiban bagi pihak bank (account officer) untuk melakukan kunjungan
sewaktu-waktu ke perusahaan yang diberikan kredit
d. Konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur
e. Adanya sistem peringatan
6. Pelunasan Kredit
Tahap pelunasan ini diharapkan nasabah dapat memenuhi kewajibannya
terhadap bank sesuai dengan kesepakatan yang terdapat dalam perjanjian
kredit. Nasabah membayar angsuran pokok pinjaman beserta bunga sesuai
46
dengan jadwal yang telah disepakati sampai lunas. Namun, tidak semua
debitur membayar kewajiban tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pihak
Bank BJB perlu melakukan penilaian perkembangan usaha debitur,
penggunaan kredit maupun perlindungan kepentingan bank yang dilakukan
secara administratif di lapangan.
47
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
1. Usia
Usia seseorang identik dengan tingkat kedewasaannya. Umumnya,
semakin tinggi usia seseorang maka semakin dewasa pula sikap dan
perilakunya. Tingkatan usia mempengaruhi kematangan berpikir dan
kebijakan dalam mengambil keputusan atau bertindak. Sejalan dengan
peningkatan usia juga meningkatkan pengalaman mengelola usaha sehingga
keberhasilan usaha lebih terjamin.
Tabel 6. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Usia Selang Usia
(Tahun) Jumlah (Orang)
Persentase (%)
25-35 6 17,14 36-46 18 51,43 47-57 9 25,71 58-68 2 5,71 Total 35 100
Berdasarkan Tabel 6. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
berada pada kisaran usia 36 tahun hingga 46 tahun yakni sebesar 51,43%. Hal
ini menunjukkan responden memiliki usia yang termasuk dalam golongan
usia produktif, diharapkan mampu mengembangkan usahanya dengan baik
dan memiliki tingkat kematangan berfikir dalam menjalankan usahanya.
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi pengetahuan yang diketahui
orang tersebut. Pengetahuan dalam mengerti dan memahami tentang cara
48
pengajuan dan penerimaan pinjaman. Semakin tinggi pendidikan seseorang
biasanya lebih berdisplin dan bertanggung jawab dalam menjalankan
kewajibannya. Dalam hal ini, berdisplin dan bertanggung jawab dalam
memenuhi kewajiban membayar angsuran kredit.
Tabel 7. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah
(Orang) Persentase
(%) SD 12 34,29
SMP 11 31,43 SMA 8 22,86
Diploma-Sarjana 4 11,43 Total 35 100
Gambaran umum mengenai tingkat pendidikan terakhir responden dapat
dilihat pada Tabel 7. Dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang tidak
bersekolah dan terlihat adanya pemerataan pendidikan responden. Sebesar
34,29% tingkat pendidikannya Sekolah Dasar (SD), ini merupakan persentase
tertinggi, sedangkan terendah tingkat pendidikanya sebesar 11,43%. Hal ini
menunjukkan bahwa kredit mikro di bank bjb Cabang Bogor perlu
menyikapinya dengan terus menyesuaikan kebijakan pelayanan yang sesuai
dengan segmen responden di atas.
3. Pendapatan Bersih
Pendapatan usaha merupakan suatu sumber pemenuhan kebutuhan hidup
bagi pelaku usaha. Semakin tinggi pendapatan pelaku usaha maka semakin
tinggi pula kemampuannya dalam membiayai kebutuhan hidup sehari-hari
dan membayar kewajiban kepada bank atas pinjamannya. Pendapatan usaha
dapat mencerminkan kemampuan dalam memenuhi kewajiban pengembalian
49
kredit dengan baik/lancar karena pendapatan tersebut sebagai sumber dalam
membayar angsuran kredit.
Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Pendapatan Bersih Pendapatan Bersih Per Bulan
(Rupiah) Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1.000.000-3.000.000 21 60,00 3.000.001-4.000.000 9 25,71 4.000.001-6.000.000 5 14,29
Total 35 100 Jumlah responden kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor menurut
pendapatan bersih per bulan dapat dilihat pada Tabel 8, diketahui persentase
tertinggi sebesar 60% memiliki pendapatan bersih kurang dari tiga juta
rupiah. Persentase terendah diperoleh pendapatan di atas empat juta rupiah
per bulan yaitu 14,29%.
4. Lama Usaha
Lama usaha dapat menunjukkan keandalan seseorang dalam menjalankan
usahanya. Semakin lama pengalaman seseorang dalam berusaha
mencerminkan kemapanan dalam usaha yang digelutinya sehingga peluang
keberhasilan usahanya lebih terjamin.
Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Lama Usaha Lama Usaha
(Tahun) Jumlah (Orang)
Persentase (%)
≤ 1 3 8,57 1-3 7 20,00 4-6 10 28,57 ≥ 7 15 42,86
Total 35 100 Berdasarkan Tabel 9. dapat dilihat bahwa sebesar 42,86% (15 orang) dari
total seluruh responden telah menjalankan usahanya selama sama dengan
50
lebih besar dari tujuh tahun. Kemudian sebesar 28,57% (10 orang) dengan
lama usaha 4 hingga 6 tahun dan lama usaha kurang dari tiga tahun yaitu
28,57% (10 orang). Gambaran umum lama usaha sektor agribisnis yang telah
dijalankan menunjukkan bahwa sebagian besar nasabah Bank BJB Cabang
Bogor kredit mikro memiliki pengalaman yang cukup.
5. Frekuensi Peminjaman Kredit
Karakter responden dapat dilihat dari frekuensi pinjaman kreditnya,
dimana frekuensi pinjaman dapat diketahui bahwa seberapa besar loyalitas
nasabah Bank BJB dan meningkatkan kepercayaan Bank BJB. Frekuensi
pinjaman kredit mengindikasikan bahwa semakin sering meminjam maka
nasabah akan lebih memahami pola kredit yang diambil, prosedur kredit baik
pengajuan kredit, perealisasian hingga pengembalian kredit serta memahami
menggunakan kredit untuk memajukan usahanya.
Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Frekuensi Pinjaman Kredit Frekuensi
(kali) Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 5 14,29 2 9 25,71 3 11 31,43 4 8 22,88
≥ 5 2 5,71 Total 35 100
Ditinjau dari sebaran responden berdasarkan frekuensi pinjaman kredit
dapat dilihat pada Tabel 10, diketahui bahwa sebagian besar responden
berada pada tiga kali frekuensi pinjaman kredit. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki tingkat kepercayaan yang cukup untuk
51
melakukan pinjaman kredit di Bank BJB Cabang Bogor. Selain itu, pihak
bank pun tidak perlu melakukan survey kembali ketika responden ingin
melakukan pinjaman.
B. Kinerja Penyaluran Kredit Mikro Menurut Penilaian Bank
1. Target dan Realisasi Kredit
Bank BJB Cabang Bogor telah merealisasikan kredit mikro selama tahun
2014 per Juni lebih dari 50% atau sebagian dari total kredit mikro yang
diberikan. Jumlah kredit mikro yang disalurkan Bank BJB Cabang Bogor
dari tahun 2012 – Juni 2014 adalah sebesar Rp 144.756.762.000.
Tabel 11. Target dan Realisasi Kredit Mikro Bank BJB Cabang Bogor
Posisi Target (Rp ribu)
Realisasi (Rp ribu) Persentase (%)
Desember tahun 2012 53.620.659 41.116.213 76,68 Desember tahun 2013 53.620.659 54.597.028 101,82 Juni tahun 2014 82.732.044 49.043.521 59,28
Data pada Tabel 11. menunjukkan bahwa Bank BJB Cabang Bogor dalam
hal pencapaian target dan realisasi kredit mikro mengalami fluktuatif. Pada
tahun 2012, Bank BJB Cabang Bogor hanya memenuhi target pencapaian
sebesar 76,68%, walaupun sudah terhitung baik namun belum mencapai
target yang ditetapkan Bank BJB Cabang Bogor. Target pada tahun 2013
adalah sebesar Rp 53.620.659.000. Ini terbukti pada tahun 2013, realisasi
kredit mengalami kenaikan sehingga target tercapai bahkan melampaui
sebesar 101,82%. Berdasarkan pencapaian pada tahun 2013, maka Bank BJB
Cabang Bogor meningkatkan target kredit mikro sebesar Rp 82.732.044.000.
Berbagai penjelasan di atas menyimpulkan bahwa dari sudut pandang
52
realisasi dana kredit menunjukkan kinerja sudah efektif karena penyaluran
kredit mikro selalu meningkat selama tiga tahun terakhir.
2. Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) adalah salah satu indikator kunci untuk
menilai kinerja fungsi bank, karena NPL yang tinggi adalah indikator
gagalnya bank dalam mengelola bisnis antara lain timbul masalah likuiditas
(ketidakmampuan membayar pihak ketiga), rentabilitas (utang tidak bisa
ditagih), solvabilitas (modal berkurang). Sedangkan laba merosot adalah
salah satu imbasnya karena praktis bank kehilangan sumber pendapatan di
samping harus menyisihkan pencadangan sesuai kolektibilitas kredit.
Selektifitas dan kehati-hatian yang dilakukan manajemen dalam memberikan
kredit dapat mengurangi risiko kredit macet. Oleh karena itu, diperlukan
manajemen yang baik agar memiliki kinerja NPL yang baik.
Dalam menyalurakn kredit, bank mempunyai harapan agar kredit tersebut
mempunyai risiko minimal dalam arti dapat dikembalikan sepenuhnya tepat
waktu dan tidak menjadi kredit bermasalah. Namun pada kenyataannya, bila
bank gagal dalam mengelola risiko tersebut hubungannya dengan perkreditan
bank akan timbul kredit bermasalah.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP 2004, Rumus Non
Performing Loan (NPL) adalah :
푁푃퐿 =퐾푟푒푑푖푡푦푎푛푔푏푒푟푚푎푠푎푙푎ℎ(푘푢푟푎푛푔푙푎푛푐푎푟, 푑푖푟푎푔푢푘푎푛,푚푎푐푒푡)
푇표푡푎푙푘푟푒푑푖푡푦푎푛푔푑푖푘푒푙푢푎푟푘푎푛
53
Adapun besaran yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia mengenai rasio
Non Performing Loan adalah maksimal 5%. Jika melebihi 5%, maka akan
mempengaruhi tingkat kesehatan bank yang bersangkutan.
Tabel 12. Perkembangan NPL Kredit Mikro Bank BJB Cabang Bogor Jenis Data
Tahun 2011 (%)
Tahun 2012 (%)
Tahun 2013 (%)
Juni tahun 2014
(%)
Laju Perubahan Per Tahun
(%) NPL 1,77 6,88 15,71 18,43 -38,93
Berdasarkan Tabel 12, memperlihatkan bahwa dari tahun ke tahun selama
empat tahun terakhir, NPL kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor mengalami
kenaikan persentase yang cukup besar. Pada tahun 2011, NPL kredit mikro
sebesar 1,77%, sedangkan per Juni tahun 2014 sebesar 18,43%. Selain itu,
laju perubahan NPL per tahun sebesar -38,93%. Menurut besaran NPL yang
ditetapkan Bank Indonesia, hal ini melebihi 5% akan menjadi kendala bagi
kesehatan keuangan bank. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
peningkatan NPL adalah sebagai berikut :
a. Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR) terhadap NPL
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk
keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana
yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank (Ali, 2004:264). Secara
singkat bisa dikatakan besarnya nilai CAR akan menungkatkan
kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit. Dengan CAR
54
diatas 20%, perbankan bisa memacu pertumbuhan kredit hingga 20%-
25% setahun (Soedarto 2004:119).
Kiat yang banyak ditempuh oleh bank umum memperkuat CAR
dalam rangka menggenjot ekspansi kredit pada tahun berikutnya adalah
dengan penerbitan obligasi subordinasi (subdebt) dan right issue.
Semakin tinggi CAR, maka semakin besar pula sumber daya finansial
yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan
mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran
kredit seperti kredit yang bermasalah (macet). Menurut Surat Edaran
Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 CAR dirumuskan
sebagai berikut :
퐶퐴푅 =푀푂퐷퐴퐿
퐴푇푀푅(퐴퐾푇퐼푉퐴푇퐸푅푇퐼푀퐵퐴푁퐺푀퐸푁푈푅푈푇푅퐸푆퐼퐾푂)
b. Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap NPL
LDR merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara
kredit yang dikeluarkan oleh sebuah bank dengan total dana pihak
ketiga yang dihimpun oleh sebuah bank. Adapun dana pihak ketiga yang
terdiri dari giro, tabungan, dan simpanan deposito. Banyaknya dana
pihak ketiga yang dihimpun oleh sebuah bank, berbanding lurus dengan
besarnya kredit yang dikeluarkan, artinya semakin banyak dan pihak
ketiga maka semakin banyak pula kredit yang dikeluarkan. Dengan
demikian, secara penuh LDR akan meningkat dan risiko terjadinya NPL
pada bank tersebut semakin tinggi. Jadi, semakin tinggi LDR, maka
55
semakin tinggi NPL. Secara matematis BOPO dapat dirumuskan sebagai
berikut :
퐿퐷푅 =푇푂푇퐴퐿퐾푅퐸퐷퐼푇
퐷푃퐾
c. Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif (NIM) terhadap NPL
NIM merupakan selisih antara suku bunga pendanaan (funding)
dengan suku bunga pinjaman diberikan (lending) atau dalam bentuk
absolute, yang merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan
dengan total biaya bunga pinjaman. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.
Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam
penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit, sebaliknya ketika
NIM menunjukkan persentase yang minim, maka akan terjadi
kecenderungan munculnya kredit macet dalam hal ini akan
meningkatkan rasio NPL. Adapun standar yang ditetapkan Bank
Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas. Semakin besar rasio ini
maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang
dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil. Secara matematis NIM dapat dirumuskan
sebagai berikut :
퐹표푟푚푢푙푎푝푒푟ℎ푖푡푢푛푔푎푛푁퐼푀 =푃푒푛푑푎푝푎푡푎푛
푅푎푡푎 − 푅푎푡푎퐴푘푡푖푣푎푃푟표푑푢푘푡푖푓
56
d. Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional terhadap NPL
BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan
operasi. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank
dalam rangka menjalankan aktivitas usaha utamanya seperti biaya
bunga, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja, biaya operasi lainnya.
Semakin kecil rasio ini, maka semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan bank yang bersangkutan. Menurut ketentuan Bank
Indonesia efisiensi operasi diukur dengan BOPO batas maksimum
BOPO adalah 90%. Efisiensi operasi juga mempengaruhi kinerja bank,
BOPO menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor
produksinya dengan tepat guna dan berhasil. Ketika sesuai dengan
standar, maka bank mampu menyalurkan kredit dengan lancar karena
kinerja keuangan lancar. Secara matematis BOPO dapat dirumuskan
sebagai berikut :
퐵푂푃푂 =퐵푖푎푦푎푂푝푒푟푎푠푖표푛푎푙
푃푒푛푑푎푝푎푡푎푛푂푝푒푟푎푠푖표푛푎푙 100%
C. Kinerja Penyaluran Kredit Mikro Menurut Penilaian Nasabah
1. Prosedur Pinjaman
Prosedur pinjaman adalah tahapan yang harus dilalui sejak proses
permohonan hingga realisasi kredit kepada nasabah. Calon nasabah datang ke
kantor Bank BJB Cabang Bogor dengan membawa persyaratan yang diminta
bank. Kemudian petugas memeriksa kelengkapan persyaratan berkas. Calon
nasabah diminta mengajukan jumlah pinjaman yang dikehendaki dengan
57
jangka waktu tertentu. Pengajuan jumlah pinjaman disesuaikan dengan
agunan yang dimiliki calon nasabah. Setelah berkas sudah lengkap, calon
nasabah menunggu giliran untuk diadakan pemeriksaan secara langsung oleh
petugas bank ke tempat usaha calon nasabah.
Pemeriksaan ini berguna untuk memeriksa apakah usaha nasabah layak
dibiayai atau tidak, selain itu memastikan bukti pemilikan agunan yang
diajukan calon nasabah. Apabila setelah diperiksa hasilnya adalah usaha
calon nasabah layak untuk diberikan kredit, maka petugas bank segera
menyusun laporan untuk kemudian diberikan kepada pihak yang berwenang
untuk memutuskan pemberian pinjaman.
Indikator dari penilaian penyaluran kredit mikro berdasarkan prosedur
pinjaman adalah :
a. Mudah, yaitu tidak berbelit-belit dalam tahapan pencairan dana.
b. Sedang, yaitu tidak berbelit-belit, tetapi prosesnya lamban.
c. Sulit, yaitu berbelit-belit dan prosesnya lamban.
Tabel 13. Penilaian Responden Berdasarkan Prosedur Pinjaman Kriteria Penilaian Rating Frekuensi
(Orang) Skor
Mudah 3 30 90 Sedang 2 3 6
Sulit 1 2 2 Total 35 98
Penilaian responden terhadap prosedur pinjaman di Bank BJB Cabang
Bogor, sebanyak 30 responden menyatakan prosedur pinjaman dianggap
mudah dan tahapan pencairan dana cepat, dengan skor penilaian 90,
sebanyak 3 responden menyatakan sedang dan 2 responden menyatakan
58
sulit. Total skor penilaian kriteria prosedur pinjaman adalah 98 dari total
maksimum 105. Responden yang menyakini mudah karena pada saat
mengisi formulir pinjaman, responden diberi penjelas dengan jelas oleh
petugas bank sehingga responden tidak merasa kebingungan, sedangkan
responden yang menyatakan sulit karena menunggu giliran pengecekan
langsung usahanya dari petugas bank. Proses yang lama mengakibatkan
kegiatan usaha dan kegiatan lain nasabah terganggu.
2. Realisasi Kredit
Realisasi kredit merupakan jangka waktu cairnya kredit setelah melalui
tahapan proses dengan melihat ketepatan pada setiap proses yang dilakukan
sejak pengajuan pinjaman.
Indikator dari penilaian penyaluran kredit mikro berdasarkan realisasi
kredit adalah :
a. Cepat, yaitu jangka paling lambat 1 minggu sejak pengajuan pinjaman.
b. Sedang, yaitu jangka waktu 2 minggu hingga 1 bulan sejak pengajuan
pinjaman.
c. Lama, yaitu jangka waktu lebih dari satu bulan sejak pengajuan
pinjaman.
Tabel 14. Penilaian Responden Berdasarkan Realisasi Kredit Kriteria Penilaian Rating Frekuensi
(Orang) Skor
Cepat 3 24 72 Sedang 2 9 18 Lama 1 2 2 Total 35 92
59
Penilaian parameter realisasi kredit menunjukkan penilaian yang tidak
sempurna. Total skor penilaian kriteria realisasi kredit adalah 100 dari total
maksimum 105, dengan 24 responden merasa kredit telah dapat diperoleh
dalam jangka waktu kurang dari satu minggu setelah pengajuan kredit dan 9
responden lainnya kredit telah diperoleh dari dua minggu setelah pengajuan
kredit. Responden yang memperoleh kredit dalam jangka waktu yang lama
biasanya merupakan nasabah baru dalam meminjam.
3. Biaya Provisi
Biaya yang dikeluarkan selama proses permohonan atau pengajuan kredit
oleh calon nasabah merupakan biaya provisi. Besar kecilnya biaya yang
dikeluarkan calon nasabah sebagai biaya provisi sebesar 0,5% dari besarnya
pinjaman atau kredit yang diajukan dan disetujui.
Indikator dari penilaian penyaluran kredit mikro berdasarkan biaya provisi
adalah :
a. Ringan, yaitu tidak memberatkan peminjam.
b. Sedang, yaitu peminjam kesulitan untuk mencari dana awal.
c. Berat, yaitu memberatkan biaya kepada peminjam.
Tabel 15. Penilaian Responden Berdasarkan Biaya Provisi Kriteria Penilaian Rating Frekuensi
(Orang) Skor
Ringan 3 27 81 Sedang 2 5 10 Berat 1 3 3 Total 35 94
Penilaian parameter biaya provisi menunjukkan penilaian yang tidak
sempurna, sebanyak 26 responden menilai biaya provisi yang di bebankan
60
bank kepada calon nasabah adalah ringan. Sebagian besar responden
menyatakan bahwa biaya provisi yang mereka bayarkan tidak memberatkan
karena dibandingkan dengan pinjaman bank keluarkan. Sedangkan 7
responden menyatakan biaya provisi adalah ringan dan 2 responden
menyatakan berat. Biaya provisi terdiri atas biaya beberapa materai yaitu satu
buah untuk surat pengakuan utang, satu buah kuitansi pencairan dana kredit
dan dua buah untuk surat kuasa memasang hak tanggungan.
4. Tingkat Bunga
Tingkat bunga adalah biaya yang dibebankan kepada nasabah sebagai
bentuk dukungan operasional kegiatan bagi bank. Tingkat suku bunga kredit
ini ditetapkan agar menutup seluruh biaya pembiayaan, diantaranya biaya
operasional, biaya risiko kredit, serta merupakan keuntungan yang digunakan
untuk menjaga kelangsungan dan pengembangan bank itu sendiri. Ketentuan
tingkat bunga setiap produk kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor berbeda-
beda, yakni Kredit Mikro Utama sebesar 14,00% untuk nasabah baru dan
12,00% untuk nasabah lama, Kredit Cinta Rakyat Jawa Barat sebesar 8,30%
efektif per tahun, dan Kredit Usaha Rakyat sebesar 22,00% efektif per tahun.
Indikator dari penilaian penyaluran kredit mikro berdasarkan tingkat
bunga adalah :
a. Ringan, yaitu tidak memberatkan biaya kepada peminjam dan diberikan
pemahaman dengan jelas kegunaan jasa yang diberikan.
b. Sedang, yaitu tidak memberatkan biaya kepada peminjam, tetapi tidak
ada penjelasan kegunaannya.
61
c. Berat, yaitu memberatkan biaya kepada peminjam dan tidak mendapat
penjelasan kegunaannya.
Tabel 16. Penilaian Responden Berdasarkan Tingkat Bunga Kriteria Penilaian Rating Frekuensi
(Orang) Skor
Ringan 3 24 72 Sedang 2 7 14 Berat 1 4 4 Total 35 90
Berdasarkan Tabel 16, dari 35 responden sebanyak 24 orang menyatakan
bahwa tingkat bunga yang ditetapkan pihak bank untuk kredit mikro adalah
ringan. Sedangkan responden yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga
sedang sebanyak 7 responden. Hal ini disebabkan karena responden
mengharapkan tingkat bunga lebih kecil lagi. Karena sebagian besar
responden menyatakan bahwa tingkat bunga ringan, maka penyaluran kredit
mikro berdasarkan tingkat bunga dinilai baik.
5. Agunan
Jaminan adalah bentuk pembayaran terakhir yang diharapkan oleh bank
apabila pengembalian kredit bermasalah atau macet. Pemberian kredit harus
berdasarkan pada keyakinan bank atas kemampuan dan kesanggupan nasabah
untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Bank harus
melakukan penilaian yang seksama terhadap personal, kemampuan
membayar calon nasabah, modal, prospek usaha debitur, dan agunan.
Agunan yang dimiliki calon nasabah sebelumnya diperiksa oleh petugas
bank bahkan didokumentasikan ke dalam berkas pinjaman nasabah. Hal ini
untuk membuktikan bahwa calon nasabah tersebut memiliki agunan yang
62
dapat dijadikan jaminan untuk mengajukan pinjaman kredit dan sebagai salah
satu syarat yang harus dipenuhi dalam permohonan pinjaman kredit.
Besarnya agunan juga turut mempengaruhi besarnya pinjaman kredit yang
disetujui oleh pihak bank. Calon nasabah pun diberi penjelasan bahwa pada
saat permohonan telah disetujui, maka agunan calon nasabah adalah objek
jaminan. Jenis agunan yang diberikan nasabah diantaranya BPKB kendaraan
bermotor, Surat Keterangan Usaha, Surat Tanah, Surat Kepemilikan
Bangunan, dan Surat Berharga (Deposito, Tabungan, ORI, dll).
Indikator dari penilaian penyaluran kredit mikro berdasarkan agunan
adalah :
a. Mudah, yaitu mudah dipenuhi dan biaya relatif murah.
b. Kurang, yaitu mudah dipenuhi dan biaya relatif tinggi.
c. Sulit, yaitu sulit dijangkau dan biaya relatif tinggi.
Tabel 17. Penilaian Responden Berdasarkan Agunan Kriteria Penilaian Rating Frekuensi
(Orang) Skor
Ringan 3 28 84 Sedang 2 5 10 Berat 1 2 2 Total 35 96
Sebanyak 28 responden menyatakan tidak kesulitan memberikan agunan
untuk mengajukan kredit, responden sanggup memenuhi agunan yang
dibutuhkan untuk permohonan pinjaman kredit. Sedangkan 5 responden dan
2 responden menyatakan bahwa jenis agunan yang diberikan oleh nasabah
kepada bank adalah sedang dan berat. Responden merasa bila seseorang yang
meminjam dengan jumlah kredit yang lebih sedikit hendaknya memberikan
63
agunan yang lebih ringan. Oleh karena itu, responden menginginkan adanya
peninjauan terhadap kebijakan agunan dari pihak bank meliputi pemberian
agunan yang sesuai dengan besar pinjaman yang diperoleh nasabah.
6. Pelayanan Petugas
Pelayanan petugas merupakan pelayanan yang diberikan bank kepada
calon nasabah mulai dari proses permohonan hingga pengembalian kredit.
Pelayanan ini dinilai meliputi kinerja petugas seperti keramahan petugas,
kemampuan petugas menjelaskan prosedur pinjaman kredit mikro, kesigapan
dan ketelitian petugas serta panjangnya jam pelayanan kantor.
Indikator dari penilaian penyaluran kredit mikro berdasarkan pelayanan
petugas adalah :
a. Baik, yaitu berkantor tetap dan selalu ada untuk melayani nasabah dengan
baik.
b. Sedang, yaitu berkantor tetap, namun kadang kala kurang dapat melayani
nasabah dengan baik.
c. Buruk, yaitu berkantor tidak tetap, namun kadang kala tidak dapat
melayani nasabah dengan baik.
Tabel 18. Penilaian Responden Berdasarkan Pelayanan Petugas Kriteria Penilaian Rating Frekuensi
(Orang) Skor
Baik 3 28 84 Sedang 2 6 12 Buruk 1 1 1 Total 35 97
Penilaian responden berdasarkan pelayanan petugas dapat dilihat pada
Tabel 18, diketahui sebanyak 28 responden menyatakan bahwa responden
64
menilai pelayanan petugas bank sudah baik. Nasabah merasakan
kekeluargaan yang begitu erat ketika bersinggungan dengan petugas bank
tanpa melanggar kesopanan. Akan tetapi, ada 6 responden menyatakan
petugas bank tidak melayani dengan baik. Hal ini disebabkan nasabah harus
menunggu lama ketika petugas bank tidak ada di tempat pelayanan.
Berdasarkan penjelasan Bab III, selang penilaian penyaluran kredit secara
keseluruhan adalah antara 245-735 dengan ketentuan jika total skor berada
antara 245-408, maka penyaluran kredit dinilai tidak efektif. Jika total skor
berada antara 409-572, maka penyaluran kredit dinilai cukup efektif dan total
skor 573-735 adalah penyaluran kredit dinilai efektif. Hasil dari penelitian
dapat dilihat pada tabel adalah sebagai berikut :
Tabel 19. Penilaian Penyaluran Kredit Mikro Sektor Agribisnis Menurut Responden Bank BJB Cabang Bogor Tahun 2014
No. Kriteria Penilaian Total Skor Skor Maksimum 1. Prosedur Pinjaman 98 105 2. Realisasi Kredit 92 105 3. Biaya Provisi 94 105 4. Tingkat Bunga 90 105 5. Agunan 96 105 6. Pelayanan Petugas 97 105 Total 567 630
Kategori Penilaian KINERJA BAIK Hasil perhitungan skor penilaian kinerja diatas, diperoleh total skor 567
dari total maksimum 630 yang menunjukkan bahwa penyaluran kredit mikro
menurut responden nasabah sudah baik berdasarkan nilai selang yang telah
ditentukan sebelumnya yaitu total skor 490-630 termasuk kategori kinerja
baik. Hal ini berarti tujuan bank menyalurkan kredit untuk mengembangkan
usaha nasabah sudah tercapai sesuai dengan harapan.
65
Parameter yang memberikan peran paling besar dalam penilaian kinerja
penyaluran kredit mikro sektor agribisnis pada nasabah Bank BJB Cabang
Bogor adalah prosedur pinjaman, hal ini karena total skor penilaian kinerja
tertinggi.
D. Analisis Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah Menerima Kredit
Pendapatan adalah selisih dari penerimaan penjualan produk, yang diperoleh
dari hasil perkalian harga dan kuantitas dikurang biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan output. Ketepatan penyaluran kredit mikro tidak hanya diukur dari
ketepatan kelompok sasaran yang ingin dicapai sebagai penerima manfaat yakni
para pelaku usaha mikro. Penyaluran kredit mikro menjadi efektif apabila
diberikan kepada orang yang tepat dengan jumlah yang tepat, sehingga tujuan
penyaluran kredit mikro untuk mengembangkan usaha mikro dapat terwujud dan
terjadi peningkatan pendapatan yang diperoleh pelaku usaha karena adanya
tambahan modal dari kredit.
Kredit mikro diberikan pada para pelaku usaha yang memiliki usaha layak
untuk dibiayai. Hal ini untuk menghindari kredit menunggak atau macet. Analisis
pendapatan nasabah kredit mikro dilakukan untuk melihat dampak penggunaan
kredit mikro. Cara dalam mengukur seberapa besar dampak dari penggunaan
kredit usaha sektor agribisnis adalah dengan membandingkan pendapatan usaha
sebelum dan sesudah menerima pendapatan. Pendapatan rata-rata sebelum
menerima kredit adalah pendapatan responden pada saat memulai usahanya.
Sedangkan, pendapatan rata-rata setelah menerima kredit adalah pendapatan
usaha responden per tahun pada saat penelitian ini dilakukan setelah menerima
66
kredit untuk menambah modal. Pendapatan diukur dalam satuan rupiah.
Penilaian dilakukan oleh beberapa nasabah sebagai responden yang merupakan
sampel pada penelitian ini sebanyak 35 responden.
Analisis pendapatan nasabah dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan
antara lain :
1. Pendekatan Kualitatif
Berdasarkan analisis menggunakan pendekatan kualitatif, terjadi perubahan
pendapatan nasabah setelah menerima kredit sebesar 9,74% dari pendapatan
sebelumnya. Pendapatan usaha rata-rata responden sebelum menerima kredit
adalah Rp 2.731.086, sedangkan pendapatan usaha rata-rata responden
sesudah menerima kredit adalah Rp 3.025914 dengan selisih sebesar Rp
294.828, dapat dilihat pada Tabel 20. Hal ini menunjukkan terjadi
peningkatan pendapatan usaha responden setelah melakukan kredit.
Tabel 20. Perubahan Pendapatan Usaha Nasabah Kredit Mikro bank bjb Cabang Bogor Tahun 2014
Sektor
Rata-Rata Sebelum Kredit
(Rp)/periode usaha
Rata-Rata Setelah Kredit (Rp)/periode
usaha
Selisih (Rp)
Perubahan (%)
Perikanan 2.731.086 3.025.914 294.828 9,74
Persentase peningkatan pendapatan belum cukup untuk membuktikan
bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada tingkat pendapatan sebelum dan
sesudah menerima kredit mikro yang kemudian dimanfaatkan untuk
pengembangan usaha responden. Oleh karena itu, dilakukan uji-t berpasangan
untuk data berpasangan agar dapat dilihat perbedaan nyata diantara
pendapatan sebelum dan sesudah menerima kredit mikro.
67
2. Pendekatan Kuantitatif
Perubahan pendapatan usaha responden bukan hanya dapat dijelaskan
melalui pendekatan kualitatif, namun juga dapat dijelaskan melalui
pendekatan kuantitatif. Penilaian kuantitatif menggunakan uji statistik t-hitung
yang dapat menyatakan data berpasangan agar dapat dilihat perbedaan nyata
diantara pendapatan sebelum dan sesudah menerima kredit mikro.
Hasil pengujian t-hitung dalam penelitian ini, terhadap pendapatan usaha
responden nasabah Bank BJB Cabang Bogor sebelum dan sesudah menerima
kredit mikro diperoleh nilai t-hitung sebesar | -4,414 |. Nilai t-hitung yang
diperoleh ini, nilainya lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 2,032. Berdasarkan
kriteria uji yang telah dijelaskan pada bab III, bila t-hitung > t-tabel pada taraf
nyata lima persen (α = 0,05) maka Tolak Ho. Kesimpulan dari penilaian t-
hitung adalah bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada tingkat pendapatan
dapat juga dilihat dari nilai P value. Nilai P value yang diperoleh adalah 0,000
dan angka ini lebih kecil dari α (0,05). Maka, karena P value < α berarti
terdapat perbedaan yang nyata pada tingkat pendapatan responden sebelum
dan sesudah menerima kredit mikro. Perubahan tingkat pendapatan responden
berbeda nyata melalui pengujian nilai t-hitung dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Hasil Uji Statistik t-hitung terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha
Nilai t-hitung
Nilai t-tabel
Kesimpulan P value α Kesimpulan
4,414 2,032 Tolak Ho 0,000 0,05 Tolak Ho
Pemberian kredit mikro bertujuan untuk membantu nasabah sebagai pelaku
usaha sebagai bentuk perhatian untuk kemajuan usaha mikro. Selain dapat
68
mengembangkan usaha, tentu saja kesejahteraan nasabah diharapkan
meningkat seiring meningkatnya pendapatan usaha setelah mendapat
tambahan modal dari kredit. Kedua analisis di atas membuktikan bahwa
terdapat dampak secara nyata penyaluran kredit mikro sektor agribisnis
terhadap perubahan besarnya pendapatan usaha responden nasabah Bank BJB
Cabang Bogor.
69
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang penulis telah paparkan, maka penulis dapat
menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Penyaluran kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor belum mencapai target
menurut penilaian internal bank pada sub variabel NPL. Hal ini ditunjukkan
dengan persentase NPL di atas persentase yang ditetapkan Bank Indonesia.
NPL kredit mikro meningkat dengan laju perubahan per tahun -38,93%.
Namun, dari segi penilaian realisasi kredit menunjukkan hal positif.
Realisasi kredit telah mencapai target yang telah ditetapkan. Pada tahun
2013, realisasi kredit mencapai 101,82%. Sedangkan menurut penilaian
nasabah, penyaluran kredit mikro sudah tergolong baik. Hal ini berdasarkan
parameter-parameter seperti persyaratan awal, prosedur pinjaman, biaya
provisi, realisasi kredit, tingkat bunga, agunan, dan pelayanan petugas.
Parameter yang nilainya paling besar adalah prosedur pinjaman sedangkan,
nilainya paling kecil adalah tingkat bunga.
2. Pemberian pinjaman kredit telah mampu meningkatkan pendapatan usaha
responden. Hasil penelitian, pendapatan usaha responden meningkat sebesar
9,74%. Nilai uji statistik t-hitung juga menunjukkan secara nyata perubahan
pendapatan usaha responden sebelum dan sesudah menerima kredit mikro.
70
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai
berikut :
1. Perlu penelitian lanjutan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi NPL agar pihak bank mampu meminimalisir Non Performing
Loan (NPL) dan mampu berada dibawah standar yang ditetapkan Bank
Indonesia, yaitu sebesar 5%.
2. Pihak Bank BJB Cabang Bogor disarankan untuk meningkatkan jumlah
pemanfaat kredit di wilayah Kota/Kabupaten Bogor agar semakin banyak
pengusaha yang dapat meningkatkan pendapatan usaha mereka.
71
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputra, Iksan. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Non Performing Loan pada PT. Bank Mandiri.” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanudddin Makassar, 2012.
Ali, Mashud. Asset Liability Management, “Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko
Operasional”, Jakarta : PT. Gramedia, 2004 Bank Jabar Banten. Laporan Tahunan bank bjb, 2014. . Laporan Bulanan bank bjb Cabang Bogor, 2014. Bank Indonesia. Statistik Perbankan, 2014. Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001.
Fitrianingsih, Sevia. “Kinerja Penyaluran Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) serta Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Nasabah di PT. BRI Unit Citeureuo Cabang Bogor.” Skripsi S1 Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2008.
Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. Manajemen Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Kementrian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia. Indikator Makro Usaha
Kecil dan Menengah, 2013. Mahadhi, Anugrah. “Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor.” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2013.
Mulyadi. Akuntansi Manajemen: Konsep, manfaat dan rekayasa. (Edisi kedua).
Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1997. Nawawi, H. Evaluasi dan Manajemen kinerja di Lingkungan Perusahaan dan
Industri. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2006. Nicholson, Walter. Teori Ekonomi Mikro : Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1999. Novitasari. “Analisis Kinerja dan Dampak Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES)
Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil (Kasus : BRI Unit Kreo).” Skripsi S1 Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2006.
72
Pardosi, Riris P. “Efektivitas Penyaluran Kredit Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K) dan Analisis Pendapatan Petani Pengguna Kredit (Studi Kasus di Wilayah Kerja BRI Cabang Sukabumi).” Skripsi S1 Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 1998.
Sari, Regina. “Pengaruh Kredit Dana Bergulir Terhadap Tingkat Pendapatan
Pengusaha Makanan Olahan Anggota Koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara.” Skripsi S1 Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Sembiring, Immanuel. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha
Rakyat (KUR) di Sektor Agribisnis (Kasus Pada BRI Unit Harjasari-Bogor).” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manjemen, Institut Pertanian Bogor, 2013.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survai. Jakarta : PT.
Pustaka LP3ES Indonesia, anggota IKAPI, 1989. Soedarto, Mochammad. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran
Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat (Studi Kasus pada BPR di Wilayah kerja BI Semarang).” Tesis S2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Diponegoro Semarang, 2004.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta, 2009 Suyatno, T. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995. Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005. Walpole, R.E. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1995. Wijaya, Krisna. Analisis Pemberdayaan Usaha Kecil (kumpulan pemikiran). Bogor:
Pustaka Wirausaha Muda, 2002.
73
Lampiran 1. Kuesioner
ANALISIS KINERJA PENYALURAN KREDIT MIKRO SEKTOR AGRIBISNIS DAN DAMPAKNYA TERHADAP
PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA (Studi Kasus : Bank BJB Cabang Bogor)
Oleh : Tirto Agung Anugerah Wicaksono (1110092000069)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua. Perkenalkanlah saya selaku mahasiswa meminta bantuan kepada Anda untuk mengisi kuesioner di bawah ini. Kuesioner ini merupakan alat bantu dalam penelitian skripsi saya. Sekecil apapun penelitian informasi yang Anda berikan kepada saya akan sangat besar artinya bagi kelancaran penelitian skripsi saya ini. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih. I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama : ................................................................................ 2. Usia : ...................tahun 3. Tingkat Pendidikan : a. SD d. Diploma
b. SMP e. S1 c. SMA f. Lainnya, ...................
4. Lama Usaha : ...................tahun 5. Berapa pendapatan/omzet usaha per bulan yang anda terima ?
Rata-rata pendapatan sebelum memperoleh kredit
Rp.................................................. ......................................................
Rata-rata pendapatan sesudah memperoleh kredit
Rp.................................................. ......................................................
6. Pengalaman menerima kredit di BJB Bogor : ......................................kali
II. TANGGAPAN TERHADAP KINERJA KREDIT MIKRO
Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini dengan mengisi kotak pilihan dengan tanda √ sesuai dengan kedaan sebenarnya. 7. Prosedur Pinjaman
Pengertian : tahapan yang harus dilalui sejak proses permohonan kredit hingga realisasi kredit kepada nasabah
Mudah (skor = 3) : tidak berbelit-belit/tidak terlalu banyak tahapan pencairan kredit
Sedang (skor = 2) : tidak berbelit-belit, tetapi prosesnya lambat
74
Sulit (skor = 1) : berbelit-belit/prosesnya panjang dan prosesnya lambat
8. Realisasi Kredit
Pengertian : cairnya kredit setelah melalui tahapan proses dengan melihat ketepatan pada setiap proses yang dilakukan
Cepat (skor = 3) : jangka waktu paling lambat 1 minggu sejak pengajuan pinjaman
Sedang (skor = 2) : jangka waktu 2 minggu – 1 bulan dari sejak
pengajuan pinjaman Lama (skor = 1) : jangka waktu lebih dari satu bulan dari sejak
pengajuan pinjaman 9. Biaya Administrasi
Pengertian : biaya yang dikeluarkan selama proses permohonan kredit sampai direalisasikan
Ringan (skor = 3) : tidak memberatkan peminjam Sedang (skor = 2) : peminjam kesulitan untuk mencari dana awal
Berat (skor = 1) : memberatkan biaya kepada peminjam
10. Tingkat Bunga Pengertian : biaya yang dibebankan kepada nasabah sabagai bentuk
dukungan operasional kegiatan bagi bank Ringan (skor = 3) : tidak memberatkan biaya kepada peminjam
dan diberikan pemahaman dengan jelas kegunaan jasa yang diberikan
Sedang (skor = 2) : tidak memberatkan biaya kepada peminjam,
tetapi tidak ada penjelasan kegunaannya Berat (skor = 1) ; memberatkan biaya kepada peminjam dan
tidak mendapat penjelasan kegunaannya
11. Agunan Pengertian : sumber pemberdayaan terakhir yang diharapkan oleh bank
apabila pengembalian kredit bermasalah atau macet Mudah (skor = 3) : mudah dipenuhi dan biaya relatif murah Kurang (skor = 2) : mudah dipenuhi dan biaya relatif tinggi Sulit (skor = 1) : sulit dijangkau dan biaya relatif tinggi
75
12. Pelayanan Petugas Pengertian : pelayanan yang diberikan bank kepada nasabah mulai dari
proses permohonan hingga pengembalian kredit Baik (skor = 3) : berkantor tetap dan jam pelayanan panjang,
petugas bank memberi penjelasan cara mengisi, dan memberi pendampingan usaha kepada peminjam
Sedang (skor = 2) : berkantor tetap dan jam pelayanan panjang,
petugas member penjelasan cara mengisi, dan tidak memberi pendampingan usaha kepada peminjam
Buruk (skor = 1) : berkantor tetap dan jam pelayanan pendek,
petugas bank memberi penjelasan cara mengisi, dan tidak memberi pendampingan usaha kepada peminjam
13. Pendapatan Usaha
Pengertian : penerimaan usaha dikurangi pengeluaran usaha Naik (skor = 3) : pendapatan usaha meningkat setelah
mendapatkan kredit Tetap (skor = 2) : pendapatan usaha tetap setelah mendapatkan
kredit Turun (skor = 1) : pendapatan usaha menurun setelah
mendapatkan kredit
76
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Wawancara
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana struktur organisasi Bank BJB Cabang Bogor ?
2. Apakah yang dimaksud kredit mikro dan ada berapa jenis kredit mikro
tersebut ?
3. Berapa jumlah nasabah kredit mikro yang masih aktif di sektor agribisnis
hingga Juni 2014 ?
4. Bagaimana sistem penyaluran kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor ?
5. Berapa target dan realisasi kredit mikro tiga tahun terakhir ?
6. Berapa NPL kredit mikro tiga tahun terakhir ?
77
Lampiran 3. Tabel Tingkat Pendapatan
Tabel Tingkat Pendapatan Responden
No. Resp Pendapatan Per Periode Usaha Sebelum Kredit Sesudah Kredit
1 3.870.000 3.870.000 2 3.500.000 3.600.000 3 1.150.000 1.300.000 4 1.640.000 2.000.000 5 1.340.000 1.550.000 6 3.000.000 3.250.000 7 3.500.000 3.750.000 8 2.000.000 2.150.000 9 2.400.000 2.500.000
10 5.900.000 6.000.000 11 2.650.000 3.650.000 12 5.500.000 5.500.000 13 2.730.000 3.200.000 14 2.560.000 2.600.000 15 3.970.000 4.000.000 16 3.330.000 3.430.000 17 4.320.000 4.400.000 18 4.800.000 4.800.000 19 1.780.000 1.800.000 20 1.575.000 2.000.000 21 1.000.000 1.000.000 22 2.200.000 2.600.000 23 3.600.000 4.500.000 24 2.500.000 2.760.000 25 2.000.000 2.470.000 26 1.778.000 1.800.000 27 1.455.000 1.550.000 28 2.250.000 2.300.000 29 3.000.000 3.000.000 30 3.790.000 4.000.000 31 2.000.000 2.900.000 32 1.000.000 1.577.000 33 4.250.000 4.250.000 34 2.150.000 2.850.000 35 1.100.000 3.000.000
Rata-rata 2.731.086 3.025.914
78
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Menggunakan SPSS 21
Correlations
Prosedur Realisasi Biaya Bunga Agunan Pelayanan Skor_total
Prosedur
Pearson Correlation 1 .315 .509** .079 -.079 -.068 .589**
Sig. (2-tailed) .066 .002 .651 .652 .699 .000
N 35 35 35 35 35 35 35
Realisasi
Pearson Correlation .315 1 .227 .101 -.030 .203 .614**
Sig. (2-tailed) .066 .190 .565 .864 .241 .000
N 35 35 35 35 35 35 35
Biaya
Pearson Correlation .509** .227 1 -.048 -.152 -.239 .464**
Sig. (2-tailed) .002 .190 .786 .383 .167 .005
N 35 35 35 35 35 35 35
Bunga
Pearson Correlation .079 .101 -.048 1 .086 .049 .487**
Sig. (2-tailed) .651 .565 .786 .624 .779 .003
N 35 35 35 35 35 35 35
Agunan
Pearson Correlation -.079 -.030 -.152 .086 1 .422* .388*
Sig. (2-tailed) .652 .864 .383 .624 .012 .021
N 35 35 35 35 35 35 35
Pelayanan
Pearson Correlation -.068 .203 -.239 .049 .422* 1 .403*
Sig. (2-tailed) .699 .241 .167 .779 .012 .016
N 35 35 35 35 35 35 35
Skor_total
Pearson Correlation .589** .614** .464** .487** .388* .403* 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .005 .003 .021 .016
N 35 35 35 35 35 35 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
79
Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas Menggunakan SPSS 21
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 35 100.0
Excludeda 0 .0
Total 35 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.364 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Prosedur 13.40 2.188 .329 .223
Realisasi 13.57 2.076 .322 .213
Biaya 13.51 2.375 .111 .364
Bunga 13.63 2.299 .095 .384
Agunan 13.46 2.550 .069 .384
Pelayanan 13.43 2.546 .129 .347
80
Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas Menggunakan SPSS 21
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
SebelumKredit .105 35 .200* .947 35 .094
SesudahKredit .080 35 .200* .975 35 .585
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
SebelumKredit
81
82
SesudahKredit
83
84
Lampiran 7. Hasil Uji t Menggunakan SPSS 21
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 SebelumKredit 2731085.71 35 1271008.316 214839.617
SesudahKredit 3025914.29 35 1197813.262 202467.395
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 SebelumKredit & SesudahKredit 35 .950 .000
Paired Samples Test Paired Differences t df Sig.
(2-tailed) Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Pair 1 SebelumKredit -
SesudahKredit
-294828.571 395181.528 66797.870 -430578.176 -159078.967 -4.414 34 .000