analisis kinerja baznas kota tangerang ......nya kepada penulis, sehingga penulis dapat...
TRANSCRIPT
ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN
DENGAN PENDEKATAN INDEKS ZAKAT NASIONAL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh
Akbar Prayogi
NIM: 11150820000065
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440H/2019 M
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ii
LEMBER PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
iv
LEMBAR KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Akbar Prayogi
NIM : 11150820000065
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juli 2019
(Akbar Prayogi)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama : Akbar Prayogi
2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 27 Agustus 1997
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Anak ke- dari : 2 dari 2
6. Alamat : Jl. H. Ramli No. 40
Kel. Menteng Dalam, Kec. Tebet
Jakarta Selatan 12870
7. Telepon : 082246336940
8. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN 1. TK (2002-2003) : Yayasan Mercu Suar 2. SD (2003-2009) : SDN Kebagusan 02 Pagi 3. SMP (2009-2012) : SMPN 175 Jakarta 4. SMK (2012-2015) : SMKN 8 Jakarta 5. S1 (2015-2019) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Anggota Kerohanian Islam SMPN 175 Jakarta (2003-2009) 2. Band SMKN 8 Jakarta (2012-2013) 3. Bendahara Kerohanian Islam SMKN 8 Jakarta (2013-2014) 4. HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2016-2017) 5. Bendahara KKN SEIHA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2018)
IV. LATAR BELAKANG ORANG TUA 1. Ayah : Alm. Basri
2. Tempat, tanggal lahir : -
3. Pekerjaan : -
4. Ibu : Juhairiyah
5. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 3 Mei 1969
6. Pekerjaan : Karyawan Swasta
7. Alamat : Jl. H. Ramli No. 40
Kel. Menteng Dalam, Kec. Tebet
Jakarta Selatan 12870
8. Telepon : 081281441947
vi
PERFORMANCE ANALYSIS OF BAZNAS SOUTH TANGERANG CITY
WITH NATIONAL ZAKAT INDEX APPROACH
ABSTRACT
High poverty rate was a crucial problem faced by Indonesia. Poverty data
recorded at the Central Statistics Agency (BPS) September 2018, the number of
poor people in Indonesia reached 25.67 million people. One of the redistribution
instruments that can be used to reduce poverty was zakat. The potential of zakat at
South Tangerang City in 2018 was approximately Rp 5 billion, but the fund
collected was Rp 4.3 billion. This result shows that the management of zakat was
not optimized both in terms of collection and distribution of zakat. This study aims
to evaluate the performance of zakat institutions, and the influence of zakat on the
welfare of mustahik in Tangerang Selatan. The research was conducted with survey
to 100 households of mustahik by means of interview using questionnaire. The
sampling method that used in this research was convenience sampling technique.
Analysis of the research was done by National Zakat Index (IZN) with Muti-Stage
Weight Index Method.
The result of this study indicate that the index value in the macro dimension
was 0.083, this means that the performance evaluation of the role of the government
and society in the aggregate was not good. The index value on the micro dimension
was 0.65, meaning that the assessment of the performance of zakat institutions and
the impact of zakat on mustahiq were in good condition. South Tangerang City’s
zakat performance was good enough with an index value of 0.42.
Keywords: National Zakat Index, Performance of Zakat Practices, Poverty
vii
ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN
DENGAN PENDEKATAN INDEKS ZAKAT NASIONAL
ABSTRAK
Kemiskinan merupakan masalah yang krusial di Indonesia dengan angka
kemiskinan cukup tinggi. Data kemiskinan yang tercatat di Badan Pusat Statistik
(BPS) September 2018, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 25,67 juta
orang. Salah satu instrumen redistribusi yang dapat digunakan untuk mengurangi
tingkat kemiskinan adalah zakat. Potensi zakat di Kota Tangerang Selatan pada
tahun 2018 sekitar Rp 5 miliar, akan tetapi dana yang terhimpun baru sekitar Rp
4.3 miliar. Hal ini menunjukkan belum optimalnya pengelolaan zakat baik segi
penghimpunan maupun penyaluran zakat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi kinerja perzakatan yang mencakup peran pemerintah dan
masyarakat, kinerja lembaga zakat, serta pengaruh zakat terhadap kesejahteraan
mustahik di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan survei
terhadap 100 rumah tangga mustahik melalui wawancara menggunakan kuesioner.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik convenience sampling. Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Zakat Nasional (IZN) dengan
metode yang dinamakan Multi-Stage Weight Index.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai indeks pada dimensi
makro sebesar 0.083, artinya penilaian kinerja peran pemerintah dan masyarakat
secara agregat berada pada kondisi tidak baik. Nilai indeks pada dimensi mikro
sebesar 0.65, artinya penilaian kinerja lembaga zakat dan dampak zakat terhadap
mustahik berada pada kondisi baik. Kinerja perzakatan Kota Tangerang Selatan
cukup baik dengan nilai indeks sebesar 0.42.
Kata kunci: Indeks Zakat Nasional, Kinerja Zakat, Kemiskinan
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini
yang berjudul: “Analisis Kinerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan Dengan
Pendekatan Indeks Zakat Nasional” dengan lancar. Shalawat serta salam
senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW teladan
bagi insan di muka bumi. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua (Alm. Bapak dan Mama) yang telah menjadi penyemangat
terbesar dan terbaik dalam hidup dan yang telah memberikan dukungan tiada
henti baik berupa doa maupun kasih sayang berlimpah kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., CRMP., BKP. selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Rini SE., Ak., CA. selaku dosen dosen pembimbing penelitian yang
telah bersedia meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.
7. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas
bantuan, perhatian dan pelayanan yang diberikan kepada penulis.
ix
8. Sahabat tercinta di kampus dari awal semester hingga sekarang alias
Mashlahah (Bagas, Fatih, Fiqih, dan Bening) yang selalu bersama-sama
berjuang dari semester awal hingga saat ini, memberikan bantuan, doa,
dukungan serta meluangkan waktu untuk penulis. Thank you so much and see
you on top!
9. Keluarga besar LDK UIN Jakarta yang dalam kesibukannya masing-masing
tetap memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis.
10. Seluruh teman Akuntansi 2015 (khususnya Akuntansi B) yang telah banyak
memberikan motivasi kepada penulis.
Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Juni 2019
Akbar Prayogi
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.......................................................................i
LEMBER PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .......................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................................ iii
LEMBAR KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. v
ABSTRACT .............................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 9
D. Rumusan Masalah .......................................................................................10
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................11
F. Manfaat Penelitian ......................................................................................11
BAB II ................................................................................................................... 13
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 13
A. Tinjauan Literatur........................................................................................13
1. Syariah Enterprise Theory ..................................................................13
2. Konsep Metafora Amanah ..................................................................15
3. Teori Akuntansi Manajemen ...............................................................17
4. Pengertian Zakat ..................................................................................18
5. Golongan Penerima Zakat ...................................................................21
6. Hikmah dan Manfaat Zakat .................................................................23
7. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) ............................................25
8. International Standard of Zakat Management (ISZM) ........................27
xi
9. Indonesia Magnificence of Zakat ........................................................29
10. Balance Scorecard ...............................................................................30
11. Indeks Zakat Nasional (IZN)...............................................................32
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................35
C. Kerangka Pemikiran ....................................................................................42
BAB III.................................................................................................................. 43
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 43
A. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................................43
B. Model Penentuan Sampel ............................................................................43
1. Populasi dan Sampel ...........................................................................43
2. Metode Pengambilan Sampel ..............................................................44
C. Metode Pengumpulan Data .........................................................................44
D. Metode Analisis Data ..................................................................................45
1. Indeks Zakat Nasional .........................................................................45
2. Indeks Kesejahteraan CIBEST ............................................................49
3. Indeks Modifikasi IPM........................................................................57
BAB IV ................................................................................................................. 60
PEMBAHASAN ................................................................................................... 60
A. Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan ...................................................60
B. Karakteristik Kepala Keluarga Mustahik ....................................................62
C. Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Makro ...................................................65
1. Indikator Regulasi ...............................................................................65
2. Indikator Dukungan APBD .................................................................65
3. Indikator Database Lembaga Zakat.....................................................66
D. Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Mikro ....................................................70
1. Indikator Kelembagaan .......................................................................70
2. Indikator Dampak Zakat......................................................................73
E. Indeks Zakat Nasional .................................................................................81
F. Analisis IZN Kota Tangerang Selatan dengan IZN Kota/Kabupaten Lain.84
G. Implikasi Kebijakan ....................................................................................98
BAB V ................................................................................................................. 100
PENUTUP ........................................................................................................... 100
A. Kesimpulan ...............................................................................................100
xii
B. Saran ..........................................................................................................101
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 102
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 103
xiii
DAFTAR TABEL
1.1 Jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin ……… 3
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ………………………………… 35
3.1 Skor Kebutuhan Spiritual ………………………………………… 53
3.2 Kuadran CIBEST ………………………………………………… 56
4.1 Karakteristik Kepala Keluarga Mustahik……………………….... 63
4.2 Skoring Variabel Regulasi………………………………………... 65
4.3 Skoring Variabel Dukungan APBD……………………………… 66
4.4 Skoring Variabel -Variabel Database Lembaga Zakat………….... 68
4.5 Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Makro………………………... 70
4.6 Skoring Variabel -Variabel Kelembagaan……………………….. 72
4.7 Skoring Variabel Indeks Kesejahteraan CIBEST………………... 73
4.8 Klasifikasi Rumah Tangga Mustahik
Berdasarkan Kuadran CIBEST…………………………………... 75
4.9 Hasil Perhitungan Perubahan Indeks CIBEST ………………….. 76
4.10 Nilai Modofikasi IPM……………………………………………. 76
4.11 Skoring Variabel Indeks Modifikasi IPM……………………….. 77
4.12 Skoring Variabel Indeks Kemandirian…………………………... 79
4.13 Nilai indeks variabel, indikator, dan dimensi mikro……………... 80
4.14 Nilai Indeks Zakat Nasional Kota Tangerang Selatan………….... 81
4.15 Analisis IZN Kota Tangerang Selatan
dengan IZN Kota/Kabupaten Lain………………………………. 84
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Komponen Pembentuk IZN……………………………………… 34
2.2 Skema Kerangka Pemikiran……………………………………... 42
3.1 Kuadran CIBEST ….………………………………….................. 50
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner Penelitian……..……………………………………… 106
2 Skoring Dimensi Makro & Mikro..……………………………... 114
3 Tabel Perhitungan Indeks Harapan Hidup……………………… 118
4 Tabel Perhitungan Harapan Lama Sekolah…………………….. 122
5 Tabel Perhitungan Harapan Lama Sekolah……………………... 126
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah besar dan sejak lama telah ada, dan hal
ini menjadi kenyataan di dalam kehidupan (Amalia dan Mahalli, 2012). Angka
kemiskinan yang tinggi di Indonesia menjadi bahan evaluasi bagi bangsa ini
untuk mencari instrumen yang tepat dalam mempercepat penurunan
kemiskinan tersebut. Berbagai kebijakan baik sektoral, moneter dan fiskal
maupun kebijakan lainnya ternyata belum efektif dalam menurunkan angka
kemiskinan yang signifikan bagi bangsa ini. Lingkaran kemisikinan yang
terjadi di Indonesia diakibatkan kurangnya masyarakat miskin untuk
mendapatkan modal. Sistem ekonomi saat ini yang tidak berpihak kepada
masyarakat miskin ditenggarai menjadi penyebabnya sulitnya menurunkan
angka kemiskinan di Indonesia (Pratama, 2015).
Jumlah penerimaan dana zakat yang dihimpun dalam kurun waktu tahun
2016 adalah sebesar Rp 97.637.657.910 dengan nilai penyaluran sebesar Rp
67.727.019.807. Sedangkan untuk tahun 2017, penerimaan dana zakat senilai
Rp 138.096.290.551 dengan nilai penyaluran sebesar Rp 118.071.046.770.
Dan untuk tahun 2018, penerimaan dana zakat senilai Rp 195.092.051.942
dengan nilai penyaluran sebesar Rp 175.811.470.985. Dapat disimpulkan
bahwa baik penerimaan dan penyaluran zakat mengalami peningkatan yang
cukup signifikan, namun menjadi sebuah pertanyaan mengapa jumlah
2
penduduk miskin di beberapa daerah justru bertambah, termasuk di Kota
Tangerang Selatan.
Data kemiskinan yang tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS) September
2018, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 25,67 juta orang
(9,66%), berkurang sebesar 0,91 juta orang dibandingkan dengan kondisi
September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang (10,12%). Salah satu provinsi
yang menyumbang angka kemiskinan adalah Provinsi Banten, dimana pada
bulan September 2015 berjumlah 690.670 jiwa, pada bulan September 2016
berjumlah 657.740 jiwa, pada bulan September 2017 berjumlah 699.830 jiwa,
dan pada bulan September 2018 berjumlah 668.740 jiwa. Dan salah satu kota
yang menyumbang angka kemiskinan adalah Kota Tangerang Selatan. Pada
tahun 2018 angka kemiskinan di Kota Tangerang Selatan berjumlah 28.210
jiwa atau sekitar 1,68 persen. Angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun-
tahun sebelumnya (lihat Tabel 1.1). Akan tetapi angka ini sudah jauh lebih
rendah jika dibandingkan dengan kota lainnya dan presentase kemiskinan di
Indonesia saat ini. Dan juga dibutuhkan salah satu instrumen untuk membantu
dalam meminimalisir angka kemiskinan.
3
Tabel 1.1 Jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin Kota
Tangerang Selatan tahun 2015-2018
Sumber: BPS (2018)
Menurut Beik (2009), berbagai kebijakan pemerintah dibuat untuk
mengatasi kemiskinan, namun kebijakan yang dibuat kurang berjalan dengan
baik dan dibutuhkan instrumen alternatif dalam mengatasi kemiskinan. Salah
satu instrumen alternatif tersebut adalah zakat, infaq, dan shadaqah. Zakat
merupakan salah satu instrumen Islami yang digunakan untuk distribusi
pendapatan dan kekayaan (Pratama, 2015). Zakat memiliki peranan yang sangat
strategis dalam upaya pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi.
Berbeda dengan sumber keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak
memiliki dampak balik apapun bagi muzakki kecuali ridha dan mengharap
pahala dari Allah semata. Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat
tidak ada sistem kontrolnya (Damanhur & Nurainiah, 2016). Menurut Musfiqoh
(2002) yang dikutip oleh Damanhur (2016), pemberdayaan kegiatan zakat,
beserta infaq dan shodaqah merupakan strategi untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat serta usaha mengurangi ketergantungan
ekonomi Indonesia terhadap bantuan-bantuan luar, dan membebaskan
masyarakat dari problem kemiskinan. Zakat bagi orang Islam adalah alat untuk
melaksanakan tugas ekonomi dan moral (Multifiah, 2011). Dalam bidang
Tahun Jumlah Penduduk
Miskin (Jiwa) Presentase
Kemiskinan (%)
2015 25.890 1,69
2016 26.380 1,67
2017 28.730 1,76
2018 28,210 1,68
4
moral, zakat berperan dalam membersihkan hati dari sifat kikir karena
menumbuhkan rasa berbagi dan juga mensucikan harta yang dimiliki setiap
muzakki agar Allah ridho akan harta kekayaan tersebut (Multifiah, 2011).
Menurut Qadir (1998), Pengelolaan zakat melalui lembaga memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan secara individu, yaitu:
1. Disiplin dalam pembayaran zakat
2. Menjaga perasaan rendah diri mustahik apabila berhadapan langsung
dengan muzaki
3. Mencapai efisiensi, efektivitas, dan sasaran yang tepat dalam
penggunaan harta zakat
4. Menunjukkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan negara
dan pemerintahan yang sesuai dengan sasaran Islami.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
menjelaskan bahwa lembaga yang berwenang untuk melakukan tugas
pengelolaan zakat secara nasional adalah Badan Zakat Nasional (BAZNAS).
Sesuai dengan pasal 9, BAZNAS juga dapat dibantu dengan Lembaga Amil
Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dalam pelaksanaan, pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan dana zakat. BAZNAS dan LAZ dapat
didirikan di tingkat provinsi hingga kabupaten/kota bahkan sampai membentuk
Unit Pengumpul Zakat (UPZ). Lembaga resmi zakat dibentuk sebagai usaha
dalam pengoptimalan potensi zakat nasional.
Sebelumnya, belum ada indikator yang diakui secara nasional dalam
menilai keberhasilan organisasi pengelola zakat. Namun terdapat beberapa
5
penelitian yang mengguakan alat pengukuran lain seperti penelitian yang
dilakukan oleh Lubis (2017) dengan rasio yang digunakan untuk mengukur
kinerja keuangan BAZNAS. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio-rasio
yang terdapat pada aspek kinerja fiskal (fiscal performance), aspek dukungan
publik (public support) dan aspek efisiensi penghimpunan dana (fundraising
efficiency).
Polinggapo (2015) menggunakan Balance Scorecard dalam mengukur
kinerja Lembaga Amil Zakat. Balance Scorecard memberikan rerangka
komprehensif unttuk menerjemahkan visi ke dalam sasaran strategik. Menurut
Mulyadi (2001, 338), balance scorecard menggunakan empat perspektif dalam
merumuskan sasaran strategik yang komprehensif, yaitu perspektif keuangan,
perspektif customer, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan.
Yuanta (2016) melakukan penelitian penilaian kinerja Lembaga Amil
Zakat dengan pendekatan Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ). IMZ atau
Indonesia Magnificence of Zakat adalah lembaga konsultasi pemberdayaan dan
manajemen organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang pelatihan, konsultasi
dan pendampingan, serta riset dan advokasi zakat. Metode pengukuran kinerja
ini disebut dengan kinerja prima pengelola zakat. Metode pengukuran kinerja
OPZ oleh IMZ dengan mengunakan lima komponen pengukuran yang
digunakan pada tahun 2011, yaitu kinerja kepatuhan syariah, legalitas, dan
kelembagaan, kinerja manajemen, kinerja keuangan, kinerja program
pendayagunaan, dan kinerja legitimasi sosial (Yuanta, 2016). Harto (2018)
6
mengukur kinerja lembaga zakat dengan International Standard of Zakat
Management (ISZM). Pengukuran kinerja keuangan lembaga zakat yang
tercantum dalam ISZM terdiri atas pengukuran terhadap efisiensi lembaga zakat
dan pengukuran terhadap kapasitas organisasi. Pengukuran komponen efisiensi
ini akan memperlihatkan apakah pengelolaan dana yang dilakukan lembaga
zakat sudah efisien atau belum. Lembaga zakat yang dikatakan efisien apabila
mengeluarkan sedikit biaya untuk mendapatkan penghimpunan dana dimana
usaha penghimpunan ini harus sejalan dengan program dan pelayanan lembaga
zakat (PEBS-FEUI & IMZ, 2010).
Pada tanggal 13 Desember 2016, Pusat Kajian Strategi (Puskas)
BAZNAS menetapkan suatu konsep yang digunakan untuk mengukur kinerja
pengelolaan zakat yang dinamakan dengan Indeks Zakat Nasional (IZN). IZN
bertujuan untuk melihat sejauh mana kontribusi pemerintah dan masyarakat
terhadap pengelolaan zakat serta dampak zakat terhadap mustahik. IZN dapat
di aplikasikan pada tingkat pusat dan tingkat daerah. Tujuan IZN adalah agar
semua pihak yang terlibat dalam perzakatan dapat mengukur diri dan
meningkatkan kinerja sehingga semua institusi zakat dapat membantu
perkembangan perzakatan di Indonesia (BAZNAS, 2016).
BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebagai lembaga resmi pengelola
zakat dapat melakukan evaluasi secara berkala untuk mengetahui langkah-
langkah yang akan dilakukan dalam usaha memperbaiki kondisi pengelolaan
zakat oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Evaluasi kinerja pengelolaan
zakat berdasarkan pada perhitungan Indeks Zakat Nasional (IZN). Indeks Zakat
7
Nasional (IZN) yang disusun oleh tim peneliti Pusat Kajian Strategis (Puskas)
BAZNAS merupakan sebuah indeks komposit yang dibangun dengan tujuan
untuk mengukur perkembangan kondisi perzakatan nasional (BAZNAS, 2016).
Nilai IZN dapat merepresentasi kondisi dan perkembangan zakat di tingkat
kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Hasil analisis dari nilai IZN dapat
digunakan untuk memperbaiki kinerja BAZNAS dari sisi makro dan mikro.
Amalia dan Mahalli (2012) melakukan penelitian untuk melihat sejauh
mana pengaruh potensi dan peranan zakat dalam mengentaskan kemiskinan di
Kota Medan. Hasil Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Potensi zakat yang
ada pada BAZDASU Kota Medan berasal dari pemerintahan, swasta dan
perbankan dan zakat yang dikelola di distribusikan dalam bentuk
pendayagunaan zakat melalui skim produktif, bantuan pinjaman dan modal
dengan metode Qardul Hasan, pelatihan dan ketrampilan serta bantuan pada
sentra ternak & pertanian. Dari hasil penelitian yang dilakukan masyarakat
sangat setuju pemanfaatan zakat melalui bantuan pinjaman & modal di sertai
pelatihan dan keterampilan yang nantinya akan membantu perekonomian
masyarakat dan menjadi mayarakat yang mandiri.
Pratama (2015), melakukan penelitian dengan studi kasus pada program
zakat produktif pada Badan Amil Zakat Nasional. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa meskipun dana zakat yang terkumpul masih sangat kecil,
tetapi memiliki dampak nyata dalam upaya pengentasan kemisikinan melalui
program zakat produktif. Dan zakat menjadi instrument keuangan yang efektif
dalam permasalahan modal kaum miskin.
8
Dan mengenai penelitian terdahulu yang membahas kinerja zakat dengan
pendekatan Indeks Zakat Nasional, salah satunya telah dilakukan oleh Hilmiyah
dan Beik (2017), melakukan penelitian dengan fokus wilayah Kabupaten
Bogor. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kinerja zakat Bogor
berada pada kategori cukup baik dengan nilai sebesar 0,532. Kinerja zakat
secara makro di Kabupaten Bogor berada pada kategori kurang baik dengan
nilai sebesar 0,40. Dilihat dari adanya regulasi yang mengatur tentang zakat,
dukungan APBD untuk operasional BAZNAS Kabupaten Bogor, dan database
lembaga zakat, Kabupaten Bogor memperoleh nilai 0, 1, dan 0 berturut-turut.
Kinerja zakat secara mikro di Kabupaten Bogor berada pada kategori sudah baik
dengan nilai sebesar 0,62. Dari sisi kelembagaan dan dampak zakat, kinerja
BAZNAS Kabupaten Bogor memperoleh nilai 0,65 dan 0,60 berturut-turut.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian ini karena belum ditemukan penelitian yang membahas mengenai
analisis kinerja zakat dengan pendekatan Indeks Zakat Nasional (IZN)
khusunya di wilayah Kota Tangerang Selatan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk melihat sejauh mana kontribusi pemerintah dan masyarakat terhadap
pengelolaan zakat serta dampak zakat terhadap mustahik, khusunya di wilayah
Kota Tangerang Selatan. Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap agar
masyarakat turut aktif dalam mengawasi kinerja Lembaga Zakat agar terjadi
pemerataan ekonomi dalam rangka mengurangi angka kemiskinan yang ada.
Dengan demikian peneliti memberi judul skripsi ini sebagai “Analisis Kinerja
BAZNAS Kota Tangerang Selatan Dengan Pendekatan Indeks Zakat Nasional”.
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatar, maka identifikasi masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini terkait dengan analisis kinerja zakat,
misalnya:
1. Cukup baiknya kinerja zakat di Kota Tangerang Selatan namun terdapat
peningkatan jumlah penduduk miskin dan presentase kemiskinan.
2. Cukup baiknya kinerja zakat secara makro dan mikro di Kota Tangerang
Selatan
3. Cukup regulasi dan dukungan APBD untuk operasional BAZNAS Kota
Tangerang Selatan
4. Cukup baiknya kinerja lembaga dan dampak zakat BAZNAS Kota
Tangerang Selatan
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalah yang
hendak diteliti dalam penelitiani ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis Kinerja Zakat dengan Pendekatan Indeks Zakat
Nasional (IZN)
Dari sekian banyak instrumen perhitungan analisis, peneliti
hanya berfokus dengan pendekatan Indeks Zakat Nasional (IZN).
IZN yang disusun oleh Tim Peneliti Pusat Kajian Strategis (Puskas)
BAZNAS, merupakan sebuah indeks komposit yang dibangun
dengan tujuan untuk mengukur perkembangan kondisi perzakatan
10
nasional. IZN diharapkan dapat menjadi indikator yang dapat
memberikan gambaran sejauh mana zakat telah berperan terhadap
kesejahteraan mustahik, dan juga menunjukkan pada tahap apa
institusi zakat telah dibangun, baik secara internal kelembagaan,
partisipasi masyarakat, maupun dari sisi dukungan yang diberikan
pemerintah. Formulasi IZN ini diharapkan dapat menjadi standard
measurement atau pengukuran standar kinerja zakat nasional yang
diukur secara periodik (misalnya setiap tahun) sehingga evaluasi
dilakukan secara berkelanjutan. Selain pada tingkat nasional, IZN
juga dapat dilakukan pada tingkat regional provinsi hingga
perbandingan antara daerah, dan evaluasi distribusi kinerja zakat
dapat dilakukan.
2. Hanya pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan
Dari sekian banyak BAZNAS yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia, penelitian ini hanya fokus pada BAZNAS Kota Tangerang
Selatan yang berada di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja perzakatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan
dengan pendekatan Indeks Zakat Nasional?
11
2. Berapa nilai Indeks Zakat Nasional BAZNAS Kota Tangerang
Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini, maka tujuan dari penelitian antara lain :
1. Menganalisis kinerja perzakatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan
dari dimensi makro dan mikro.
2. Menganalisis Indeks Zakat Nasional BAZNAS Kota Tangerang
Selatan.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini dapat bermanfaat atas
hal-hal sebagai berikut:
1. Kontribusi Teoritis
a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, sebagai bahan referensi untuk
menambah ilmu pengetahuan terkait dengan kinerja zakat.
b. Peneliti berikutnya,sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan
melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
c. Penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai analisis kinerja perzakatan di wilayah penelitian.
12
2. Kontribusi Praktis
a. Sebagaimana tinjauan yang diharapkan dapat dijadikan sebagai
informasi yang dapat berpartisipasi dalam meningkatkan kinerja
perzakatan di Indonesia dalam rangka mengentaskan kemiskinan yang
ada. Dan sebagai bukti bahwa dengan adanya analisis ini berdasarkan
beberapa data dan laporan keuangan, masyarakat menjadi yakin dan
ikut berpartisipasi aktif dalam mensukseskan kegiatan zakat di
Indonesia.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Syariah Enterprise Theory
Syariah Enterprise Theory tidak mendudukkan manusia sebagai pusat
dari segala sesuatu sebagaimana dipahami oleh antroposentrisme. Tapi
sebaliknya, Syariah Enterprise Theory menempatkan Tuhan sebagai pusat
dari segala sesuatu. Tuhan menjadi pusat tempat kembalinya manusia dan
alam semesta. Oleh karena itu, manusia di sini hanya sebagai wakil-Nya
(khalifatullah fil ardh), sebagai perpanjangan tangan yang memiliki
konsekuensi patuh terhadap semua hukum-hukum Tuhan. Artinya sebagai
khalifatullah fil ardh manusia memiliki misi mulia yaitu menciptakan dan
mendistribusikan kesejahteraan (materi dan nonmateri) bagi seluruh
manusia dan alam semesta, untuk mempermudah tugas ini manusia dapat
menciptakan organisasi (organisasi profit atau organisasi non-profit) yang
digunakan sebagai instrumen dalam mengemban tugas tersebut sehingga
organisasi diharuskan mempertanggung jawabkan seluruh aktivitas kepada
Allah secara vertikal, dan kemudian dijabarkan lagi dalam bentuk
pertanggungjawaban secara horizontal kepada umat manusia lain serta
pada lingkungan alam (Kalbarini & Suprayogi, 2014).
Proses kembali kepada Tuhan memerlukan proses penyatuan dan
pendekatan diri dengan sesama manusia dan alam sekaligus dengan
14
hukum-hukum yang melekat di dalamnya. Tentu saja konsep ini sangat
berbeda dengan Entity Theory yang menempatkan manusia dalam hal ini
stakeholders sebagai pusat, sehingga Syariah Enterprise Theory ini sangat
erat kaitannya dengan aspek akuntabilitas yang ada pada Badan Amil Zakat
karena mampu untuk menjawab segala aspek yang berkaitan secara
mendasar didalamnya terutama yang berkaitan dengan pengelolaan
akuntansi zakat.
Syariah Enterprise Teory menyeimbangkan nilai egoistik (maskulin)
dengan nilai altruistik (feminim), nilai materi (maskulin) dengan nilai
spiritual (feminim). Dalam syari’ah islam, bentuk keseimbangan tersebut
secara konkrit diwujudkan dalam salah satu bentuk ibadah yaitu zakat.
Zakat (yang kemudian dimetaforakan menjadi metafora zakat) secara
implisit mengandung nilai egoistik-altruistik, materispiritual, dan individu-
jamaah.
Tuhan menjadi pusat tempat kembalinya manusia dan alam semesta.
Kepatuhan manusia (dan alam) semata-mata dalam rangka kembali kepada
tuhan dengan jiwa yang tenang. Dengan menempatkan Tuhan sebagai
stakeholder tertinggi, maka tali penghubung antara muzakki maupun
pengelola zakat lebih membangkitkan kesadaran akan sesuatu yang
diamanahkan dan diberi amanah sehingga para penggunanya tetap terjamin
(mustahik). Konsekuensi menetapkan Tuhan sebagai stakeholder tertinggi
adalah digunakannya sunnatullah sebagai basis bagi konstruksi akuntansi
syari’ah. Hal ini tercermin dalam konsep metafora amanah dimana nilai,
15
tata cara dan praktek hidup yang diatur islam merupakan sebuah dimensi
universal yang mencakup keseluruhan aspek hidup manusia, di dunia
maupun di akhirat. Selain itu amanah dari Allah yang didalamnya melekat
sebuah tanggung jawab untuk menggunakan cara dan tujuan yang
ditetapkan oleh Sang Maha Pemberi Amanah.
2. Konsep Metafora Amanah
Amanah dalam konteks ekonomi menyatakan bahwa segala sumber
daya milik Allah dan manusia adalah seseorang yang diberi amanah untuk
menyebar misi sakral yang ditugaskan kepadanya. Tujuan organisasi
menurut Islam adalah menyebarkan rahmat bagi semua makhluk (Kalbarini
& Suprayogi, 2014). Tujuan itu pada hakekatnya tidak terbatas pada
kehidupan dunia individu, tetapi juga kehidupan setelah dunia ini.
Morgan (1986) dalam Triyuwono (2000:10) menyatakan bahwa
metafora adalah suatu cara berpikir dan melihat yang mempengaruhi cara
seseorang melakukan interpretasi dan memahami realitas sosialnya.
Kalbarini (2014) menyatakan bahwa metafora amanah dalam bentuk
operasional bisa diturunkan menjadi metafora zakat atau realitas organisasi
yang di metaforakan dengan zakat (zakat metaphorized organisational
reality). Senada dengan Koni (2014) bahwa dalam melakukan segala
sesuatu harus didasarkan pada kesadaran diri (selfconsciousness) sebagai
khalifah di bumi mempunyai konsekuensi bahwa semua aktivitas harus
sesuai dengan kekuatan Tuhan (the will of God) dan dapat bermanfaat bagi
sesama mahluk Tuhan (rahmatan lil alamin).
16
Pemahaman konsep organisasi dalam konteks amanah akan membawa
manusia pada pemahaman bahwa setiap aktivitas adalah untuk mencari
ridha Allah. Ini merupakan bentuk pencapaian paling tinggi, lebih tinggi
dari ukuran materialisme. Dalam tataran tersebut, tujuan lembaga tidak bisa
dibatasi hanya untuk memperoleh laba yang maksimal guna meningkatkan
kekayaan pemilik, tetapi perlu juga diarahkan pada pemenuhan tuntutan
sosial masyarakat yang selama ini selalu terabaikan (stakeholder oriented)
disamping menjaga kelestarian alam lingkungan (environment oriented)
(Triyuwono, 2006:352).
Dalam konteks metafora amanah, tujuan lembaga yang
memaksimalkan laba tidak lagi relevan. Metafora amanah ini dapat
dijelaskan pada hal yang lebih operasional lagi yaitu zakat. Organisasi
dengan metafora amanah ini tidak saja mempunyai kepedulian terhadap
kesejahteraan manusia tetapi juga kesejahteraan (kelestarian) alam yang
dikelola dengan cara-cara yang adil dengan menggunakan potensi internal
yaitu dengan akal dan hati (Kholmi, 2012). Dalam tradisi islam atau
organisasi yang menggunakan metafora amanah, Badan Amil Zakat harus
dioperasikan atas dasar nilai-nilai etika yaitu etika yang diformulasikan
dalam bentuk syariah. Dalam pengertian luas, syariah merupakan pedoman
yang digunakan oleh umat islam untuk berperilaku dalam segala aspek
kehidupan. Bila metafora ini secara sadar diterima dan di praktikkan dalam
kegiatan pada suatu lembaga secara lebih menyeluruh, maka akan tercipta
17
apa yang dinamakan dengan realitas organisasi dengan jaringan-jaringan
kuasa Ilahi.
3. Teori Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen adalah proses pengukuran, pencatatan,
pengklasifikasian, peringkasan dan pelaporan serta penyajian data biaya
yang diperlukan oleh pihak intern perusahaan yaitu pihak manajemen untuk
pengambilan keputusan (Indrayati, 2018). Akuntansi manajemen timbul
karena akibat adanya kebutuhan akan informasi akuntansi yang dapat
membantu manajemen dalam memimpin suatu perusahaan yang semakin
besar dan semakin kompleks. Akuntansi manajemen merupakan suatu
sistem informasi yang mana dengan informasi ini manajemen dapat
mengambil keputusan-keputusan dalam hal memimpin selia
mengendalikan kegiatan-kegiatan perusahaan. Seorang manajer harus
dapat menjabarkan teori manajemen dan teoriteori lainnya dalam bentuk
angka-angka yang nyata, sehingga manajemen dapat menganalisa dan
menginterprestasikan angka-angka tersebut dalam rangka pengambilan
keputusan.
Dengan demikian pengertian lain dari akuntansi manajemen adalah
bagaimana menggunakan data yang tersedia untuk tujuan pengambilan
keputusan (Sucipto, 2004). Menurut Garrison dan Norren (2000) yang
dikutip oleh Luther (2016), akuntansi manajemen adalah akuntansi yang
berkaitan dengan penyediaan informasi kepada para manajer untuk
membuat perencanaan dan pengendalian operasi serta dalam pengambilan
18
keputusan. Menurut Mulyadi (2001) akuntansi manajemen dapat
dipandang dari dua sudut yaitu akuntansi manajemen sebagai salah satu
tipe akuntansi dan akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe informasi.
Dapat disimpulkan bahwa akuntansi manajemen adalah penerapan
teknik-teknik dan konsep-konep yang tepat dalam pengelolaan data
ekonomi historikal dan yang diproyeksikan dari suatu satuan usaha untuk
membantu manajemen dalam menyusun rencana dan tujuan-tujuan
ekonomi yang rasional (Luther, 2016).
Alasan pemilihan teori ini adalah karena hasil penelitian ini dapat
dijadikan dasar bagi pihak manajemen untuk mengambil keputusan,
menyusun rencana dan implementasi agar lembaga dapat mengoperasikan
usahanya menjadi lebih baik lagi, dalam rangka meningkatkan angka
kesejahteraan masyarakat dan mengurangi angka kemisikinan yang ada,
sehingga terjadi pemerataan ekonomi antar masyarakat.
4. Pengertian Zakat
Zakat adalah salah satu pilar penting dalam ajaran Islam. Secara
etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan
(at-thaharatu) dan berkah (albarakatu). Sedangkan secara terminologis,
zakat mempunyai arti mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan
tertentu untuk diberikan kepada kelompok tertentu (Mustahik) dengan
persyaratan tertentu pula. (Hafidhuddin, 2002).
Menurut bahasa, kata “zakat” berarti tumbuh, berkembang, subur atau
bertambah. Dalam Al-Quran dan hadis disebutkan, “Allah memusnahkan
19
riba dan menyuburkan sedekah” (QS. al-Baqarah[2]: 276); “Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan menyucikan mereka” (QS. at-Taubah[9]: 103); “Sedekah tidak akan
mengurangi harta” (HR. Tirmizi). Menurut istilah, dalam kitab al-Hâwî,
al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama pengambilan tertentu dari
harta yang tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk diberikan kepada
golongan tertentu.
Adapun kata infak dan sedekah, sebagian ahli fikih berpendapat bahwa
infak adalah segala macam bentuk pengeluaran (pembelanjaan), baik untuk
kepentingan pribadi, keluarga, maupun yang lainnya. Sementara kata
sedekah adalah segala bentuk pembelanjaan (infak) di jalan Allah. Berbeda
dengan zakat, sedekah tidak dibatasi atau tidak terikat dan tidak memiliki
batasan-batasan tertentu. Sedekah, selain bisa dalam bentuk harta, dapat
juga berupa sumbangan tenaga atau pemikiran, dan bahkan sekadar
senyuman.
Menurut Al-Qardhawi (2002) yang dikutip oleh Beik (2009) bahwa
tujuan mendasar ibadah zakat itu adalah untuk menyelesaikan berbagai
macam persoalan sosial seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain.
Sistem distribusi zakat merupakan solusi terhadap persoalan-persoalan
tersebut dengan memberikan bantuan kepada orang miskin tanpa
memandang ras, warna kulit, etnis, dan atribut-atribut keduniawian lainnya.
Pramanik (1993) berpendapat bahwa zakat dapat memainkan peran
yang sangat signifikan dalam meredistribusikan pendapatan dan kekayaan
20
dalam masyarakat muslim. Dalam studinya, Pramanik menyatakan bahwa
dalam konteks makro ekonomi, zakat dapat dijadikan sebagai instrumen
yang dapat memberikan insentif untuk meningkatkan produksi, investasi,
dan untuk bekerja. Zakat adalah mekanisme transfer terbaik dalam
masyarakat.
Menurut Al Qardhawi (1973) yang dikutip oleh Khoirunnisa (2017)
bahwa zakat sejak pertama diwajibkan telah ditentukan kadar dan
jumlahnya tetapi hanya diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan fakir dan
miskin. Namun, setelah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam
hijrah ke Madinah, diberlakukan beberapa ketentuan dengan syarat yang
harus dipenuhi dalam zakat meliputi:
a. Islam
Zakat hanya diwajibkan untuk umat Islam dan merupakan rukun
Islam.
b. Sempurna ahliyahnya
Sebagian berpendapat zakat termasuk ibadah madlah dan sebagian
berpendapat zakat merupakan taklif maali (kewajiban atas harta) dan
yang terakhir inilah menurut sebagian ulama merupakan pendapat yang
rajih (terpilih).
c. Sempurnanya kepemilikan
Kepemilikan muzaki (orang yang wajib zakat) atas harta yang mau
dizakatkan merupakan kepemilikan yang sempurna, dalam artian harta
tersebut tidak terdapat kepemilikan dan hak orang lain.
21
d. Berkembang
Harta tersebut mendatangkan income atau tambahan kepada
pemiliknya, seperti hasil pertanian, pertambangan da lain-lain.
e. Nisab
Harta yang wajib dizakati harus sampai pada kadar tertentu, yang
disebut nisab. Harta zakat yang telah mencapai nisab harus ada dalam
kepemilikan ahlinya sampai waktu 12 bulan qamariyah, kecuali hasil
pertanian, perkebunan, barang tambang, madu dan sejenisnya.
Dalam Kitab Fiqih Zakat (Qardhawi, 2000) dikutip oleh Pratama (2015),
bahwa tujuan dan dampak zakat bagi si penerima (mustahik) antara lain:
a. Zakat akan membebaskan si penerima dari kebutuhan, sehingga dapat
merasa hidup tentram dan dapat meningkatkan khusyu ibadat kepada
Tuhannya.
b. Zakat menghilangkan sifat dengki dan benci. Karena sifat ini akan
melemahkan produktifitas. Islam tidak memerangi penyakit ini dengan
semata-mata nasihat dan petunjuk, akan tetapi mencoba mencabut
akarnya dari masyarakat melalui mekanisme zakat, dan
menggantikannya dengan persaudaraan yang saling memperhatikan
satu sama lain.
5. Golongan Penerima Zakat
Golongan yang berhak menerima zakat menurut Hafidhuddin (2002)
adalah sebagai berikut:
22
a. Fakir adalah golongan masyarakat yang tidak memiliki penghasilan
dikarenakan tidak memiliki pekerjaan atau sudah tidak dapat bekerja
lagi.
b. Miskin adalah golongan masyarakat yang memiliki penghasilan namun
penghasilannya tidak dapat mencukupi kebutuhan dasar hidupnya.
c. Amil (pengurus) zakat yaitu panitia atau orang-orang yang melakukan
segala kegiatan yang berkaitan dengan zakat. Amil bertugas mengurus
zakat, mencatat, mengadministrasikan, menagih zakat,
mendistribusikan, serta melakukan sosialisasi dengan menggunakan
sebagian besar atau seluruh waktunya. Amil yang melakukan tugas
tersebut berhak mendapatkan bagian sebesar 12.5 persen dari dana
zakat. Biaya tersebut termasuk biaya transportasi dan biaya lain yang
dibutuhkan dalam pengelolaan zakat.
d. Muallaf yaitu golongan orang yang baru masuk Islam, yang imannya
masih dianggap lemah. Mereka diberikan bagian dana zakat agar
bertambah keimanannya dan merasa diperhatikan dalam Islam.
e. Hamba sahaya yaitu seseorang budak baik laki-laki maupun perempuan
yang dijanjikan oleh tuannya bahwa dia boleh memerdekakan dirinya
dengan syarat harus menebusnya atau membayarnya dengan sejumlah
harta tertentu. Dana zakat juga digunakan untuk memerdekakan hamba
sahaya untuk menghilangkan perbudakan dalam masyarakat. Budak
disini adalah seseorang yang dimiliki secara penuh seperti pada masa
Rasulullah saw. Oleh karena itu, tidak diperbolehkan mengeluarkan
23
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bermasalah dengan majikannya
menggunakan dana zakat.
f. Gharimin yaitu orang yang sama sekali tidak dapat melunasi utangnya.
Utang yang dimaksud adalah utang karena keadaan terdesak, bukan
utang untuk memenuhi kebutuhan sekunder. Orang-orang yang
termasuk dalam kelompok gharimin antara lain kelompok yang
mempunyai utang untuk kemaslahatan diri dan keluarganya, kelompok
orang yang mempunyai utang untuk kemaslahatan orang lain, serta
kelompok orang yang memiliki usaha kemanusiaan yang terpaksa
berutang untuk memenuhi kebutuhan lembaganya.
g. Fii Sabilillah yaitu orang yang berjuang di jalan Allah dalam
menegakkan Islam. Perjuangan yang dilakukan dapat berupa perang
melawan orang kafir pada zaman Rasulullah dan sahabat. Dewasa ini,
jihad termasuk mengabdikan diri untuk mengajarkan Islam di
pedalaman, menyebarkan buku-buku tentang Islam, serta menuntut
ilmu (sekolah).
h. Ibnu sabil yaitu orang yang kehabisan perbekalan dalam perjalanan
yang bukan perjalanan maksiat.
6. Hikmah dan Manfaat Zakat
Menurut Hafidhuddin (2002), zakat memiliki hikmah dan manfaat bagi
orang yang berzakat (muzakki), penerima zakat (mustahik), harta yang
24
dikeluarkan zakatnya, dan bagi masyarakat secara keseluruhan. Hikmah dan
manfaat zakat antara lain sebagai berikut:
a. Perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya,
menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan
ketenangan hidup sekaligus mengembangkan harta yang dimiliki.
b. Zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk menolong,
membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin agar dapat
memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas hidup mereka, serta
terhindar dari kekufuran.
c. Sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya dan para
mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan
Allah serta sebagai bentuk jaminan sosial dalam Islam.
d. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar agar usaha yang
dijalankan dalam memeroleh harta sesuai dengan ketentuan Allah
SWT.
e. Distribusi pendapatan. Harta tidak berputar di kelompok tertentu saja.
Pengelolaan zakat dengan baik dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
25
7. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat dalam BAB III bahwa untuk
melaksanakan pengelolaan zakat di Indonesia pemerintah membentuk
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). BAZNAS merupakan lembaga
pemerintah non-struktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab
kepada Presiden melalui Menteri. BAZNAS memiliki fungsi
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, serta pelaporan
dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat. Dalam Pasal 15
dijelaskan bahwa dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada
tingkat provinsi dan kabupaten/kota dibentuk BAZNAS provinsi dan
BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS juga dapat dibantu oleh Lembaga
Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dalam pelaksanaan
pengelolaan zakat.
BAZNAS menjalankan empat fungsi yaitu:
a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,
b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,
c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat, serta
d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.
Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka BAZNAS
memiliki beberapa kewenangan sebagai berikut:
a. Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat,
26
b. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi,
BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ, serta
c. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan
dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ.
BAZNAS memiliki visi yaitu “Menjadi pengelola zakat terbaik dan
terpercaya di dunia”. Disamping visi, BAZNAS juga memiliki beberapa
misi. Misi BAZNAS adalah:
a. Mengkoordinasikan BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota,
dan LAZ dalam mencapai target-target nasional,
b. Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan zakat nasional,
c. Mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat untuk
pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan
pemoderasian kesenjangan sosial,
d. Menerapkan sistem manajemen keuangan yang transparan dan
akuntabel berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkini,
e. Menerapkan sistem pelayanan prima kepada seluruh pemangku
kepentingan zakat nasional,
f. Menggerakan dakwah islam untuk kebangkitan zakat nasional melalui
sinergi ummat,
g. Melibatkan diri secara aktif dalam memimpin gerakan zakat dunia,
h. Mengarusutamakan zakat sebagai instrumen pembangunan menuju
masyarakat yang adil dan makmur, baldatun thayyibatun warabbun
ghafuur, dan
27
i. Mengembangkan kompetensi amil zakat yang unggul dan menjadi
rujukan dunia.
8. International Standard of Zakat Management (ISZM)
Pengukuran kinerja keuangan lembaga zakat yang tercantum dalam
International Standard of Zakat Management (ISZM) terdiri atas
pengukuran terhadap efisiensi lembaga zakat dan pengukuran terhadap
kapasitas organisasi.
Pengukuran komponen efisiensi ini akan memperlihatkan apakah
pengelolaan dana yang dilakukan lembaga zakat sudah efisien atau belum.
Lembaga zakat yang dikatakan efisien apabila mengeluarkan sedikit biaya
untuk mendapatkan penghimpunan dana dimana usaha penghimpunan ini
harus sejalan dengan program dan pelayanan lembaga zakat (PEBS-FEUI
& IMZ, 2010). Berdasarkan hal tersebut maka pengeluaran yang dilakukan
lembaga zakat harus lebih banyak digunakan untuk program dan
pelayanannya.
Efisiensi pengelolaan zakat dapat diukur dengan rasio beban program,
rasio beban operasional, rasio beban penghimpunan dan efisiensi
penghimpunan (PEBS-FEUI, 2010). Rasio beban program didapat dengan
membagi total biaya program dengan total biaya yang dikeluarkan
lembaga zakat selama satu tahun. Biaya program yang dimaksudkan
adalah pengeluaran yang ditujukan untuk pemberdayaan mustahik. Beban
operasional adalah pengeluaran lembaga zakat untuk kegiatan operasional,
yang mana hal ini tercermin dalam penggunaan dana amil. Rasio ini
28
didapat dengan membandingkan total pengeluaran untuk operasional
dengan keseluruhan pengeluaran. pelayanan untuk mustahik. Beban
penghimpunan dalam lembaga zakat adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam rangka penghimpunan dana, seperti biaya iklan, sosialisasi dll.
Rasio beban penghimpunan didapat dengan membagi total beban
penghimpunan dengan keseluruhan beban atau pengeluaran lembaga
zakat. Rasio efisiensi penghimpunan didapat dengan membagi total biaya
yang dikeluarkan untuk menghimpun dana dengan total kontribusi yang
diberikan oleh muzakki atau penghimpunan dana dari muzakki.
Perlunya analisis terhadap kapasitas lembaga zakat adalah untuk
menentukan seberapa jauh keberlangsungan program dan pelayanan
lembaga zakat dan seperti apa lembaga zakat dapat mempertahankannya.
Pengukuran kapasitas lembaga zakat menurut ISZM terdiri atas rasio
pertumbuhan penerimaan dana, rasio pertumbuhan beban program dan
rasio modal kerja.
Rasio pertumbuhan penghimpunan dana ini akan berdampak bagi
perencanaan penyaluran dan ekspansi lembaga zakat (PEBS-FEUI, 2010).
Rasio ini didapatkan dengan mencari selisih dari penghimpunan dana
zakat di tahun berjalan dengan tahun sebelumnya kemudian dibandingkan
dengan penghimpunan dana tahun sebelumnya. Rasio pertumbuhan beban
program didapatkan dengan membandingkan selisih beban program tahun
berjalan dari tahun sebelumnya dengan beban program tahun sebelumnya.
29
Rasio modal kerja didapat dengan membandingkan modal kerja dengan
total beban lembaga zakat.
9. Indonesia Magnificence of Zakat
Pengukuran kinerja OPZ terkini di Indonesia adalah metode
pengukuran kinerja oleh IMZ. IMZ atau Indonesia Magnificence of Zakat
adalah lembaga konsultasi pemberdayaan dan manajemen organisasi
nirlaba yang bergerak dalam bidang pelatihan, konsultasi dan
pendampingan, serta riset dan advokasi zakat. Metode pengukuran kinerja
ini disebut dengan kinerja prima pengelola zakat.
Awal mulanya pada tahun 2010, PEBS-FEUI bekerja sama dengan
IMZ melakukan pengukuran kinerja OPZ dan mempublikasikan hasilnya
dalam IZDR 2010 (Indonesia Zakat & Development Report). Kemudian
pada tahun 2011, IMZ menerbitkan buku IZDR 2011 dengan menambah
kriteria kinerja manajemen yang menilai tiga aspek penting, yaitu
penghimpunan, pendayagunaan, dan manajemen. Penilaian kinerja dengan
pendekatan IMZ dapat menilai kinerja Organisasi Pengelola Zakat secara
komprehensif. Penjabaran penilaian ke dalam lima komponen yang lebih
spesifik merupakan kelebihan bagi metode ini jika dibandingkan dengan
metode pengukuran kinerja lainnya. Metode pengukuran kinerja OPZ oleh
IMZ dengan mengunakan lima komponen pengukuran yang digunakan
pada tahun 2011, yaitu , yaitu kinerja kepatuhan syariah, legalitas, dan
kelembagaan, kinerja manajemen, kinerja keuangan, kinerja program
pendayagunaan, dan kinerja legitimasi sosial (Yuanta, 2016).
30
10. Balanced Scorecard
Robert S. Kaplan dan David P. Norton (1996) dalam Hansen dan
Mowen (2009) menyatakan bahwan Balanced Scorecard adalah sistem
manajemen strategis yang mendefinisikan sistem akuntansi
pertanggungjawaban berdasarkan strategi. Balanced Scorecard
menerjemahkan misi dan strategi organisasi dalam tujuan operasional dan
ukuran kinerja dalam empat perspektif, yaitu perspektif keuangan,
perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan (infrastruktur). Perspektif keuangan
menjelaskan konsekuensi ekonomi tindakan yang diambil dalam tiga
perspektif lain. Perspektif pelanggan mendefinisikan segmen pasar dan
pelanggan di mana unit bisnis akan bersaing. Perspektif proses nilai
kepada pelanggan dan pemilik. Akhirnya, perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan (infrastruktur) mendefinisikan kemampuan yang diperlukan
organisasi untuk memperoleh pertumbuhan jangka panjang dan perbaikan.
Perspektif terakhir mengacu pada tiga faktor utama yang
memungkinkannya, yaitu kemampuan pegawai, kemampuan sistem
informasi, dan perilaku pegawai (motivasi, pemberdayaan, dan
penyejajaran) (Hansen & Mowen, 2009: 366).
a. Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan menetapkan tujuan kinerja keuangan jangka
pendek dan jangka panjang. Perspektif keuangan mengacu pada
konsekuensi keuangan global dari ketiga perspektif lainnya. Jadi,
31
tujuan dan ukuran perspektif lain harus dihubungkan dengan tujuan
keuangan. Perspektif keuangan memiliki tiga tema strategis:
pertumbuhan pendapatan, penurunan biaya, dan pemanfaatan aset.
Ketiga tema ini merupakan elemen penting bagi pengembangan
tujuan dan ukuran operasional spesifik.
b. Perspektif Pelanggan
Perspektif pelanggan adalah sumber komponen pendapatan dari
tujuan keuangan. Perspektif ini mendefinisikan dan memilih
pelanggan dan segmen pasar di mana perusahaan memutuskan untuk
bersaing.
c. Perspektif Proses Bisnis Internal
Proses adalah sarana menciptakan nilai pelanggan dan pemegang
saham. Jadi, perspektif proses mencakup identifikasi proses yang
diperlukan untuk mencapai tujuan pelanggan dan keuangan. Untuk
memberikan kerangkan kerja yang diperlukan perspektif ini, rantai
nilai proses didefinisikan. Rantai nilai proses terdiri atas tiga proses,
proses inovasi, proses operasional, dan proses pascapenjualan. Proses
inovasi mengantisipasi kebutuhan yang timbul dan kebutuhan yang
potensial dari pelanggan, serta menciptakan produk dan jasa baru
untuk memuaskan kebutuhan itu. Proses ini mewakili apa yang
disebut gelombang panjang dari penciptaan nilai. Proses operasional
menghasilkan serta mengurumkan produk dan jasa yang telah ada
kepada pelanggan. Proses ini dimulai dengan pesanan pelanggan dan
32
berakhir dengan pengiriman produk atau jasa. Proses ini merupakan
gelombang pendek dari penciptaan nilai. Proses jasa pascapenjualan
meberikan pelayanan yang cepat tanggap dan penting bagi pelanggan
setelah produk atau jasa telah dikirim.
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Infrastruktur)
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah sumber
kemampuan yang memungkinan penyelesaian atau pencapaian tujuan
tiga perspektif lainnya. Perspektif ini memiliki tiga tujuan utama:
peningkatan kemampuan pegawai; peningkatan inovasi,
pemberdayaan, dan pelibatan pegawai; serta peningkatan kemampuan
sistem informasi.
11. Indeks Zakat Nasional (IZN)
Indeks Zakat Nasional (IZN) yang disusun oleh tim peneliti Pusat
kajian strategis (Puskas) BAZNAS merupakan sebuah indeks komposit
yang dibangun dengan tujuan untuk mengukur perkembangan kondisi
perzakatan nasional. IZN diharapkan dapat menjadi indikator yang dapat
memberikan gambaran sejauh mana zakat telah berperan terhadap
kesejahteraan mustahik dan juga dapat memberikan gambaran pada tahap
apa institusi zakat telah dibangun, baik secara internal kelembagaan,
partisipasi masyarakat, maupun dari sisi dukungan yang diberikan
pemerintah (Puskas BAZNAS 2016).
Dalam perkembangan pengelolaan zakat, baik di Indonesia maupun
ada level internasional, sampai saat ini memang belum ada alat ukur
33
standar yang dapat dipakai untuk mengukur kinerja dan perkembangan
zakat. Padahal, keberadaan alat ukur ini sangat penting dalam menentukan
keberhasilan pencapaian pembangunan zakat. Selain itu, dengan
mengetahui perkembangan pencapaian kinerja zakat, dapat juga diukur
sejauh mana kontribusi zakat terhadap pembangunan ekonomi sosial.
Sehingga IZN diharapkan menjadi sebuah ukuran standar yang dapat
dipakai oleh regulator, lembaga zakat dan juga masyarakat dalam
mengevaluasi perkembangan zakat secara nasional.
Penyusunan IZN dilakukan dengan menggunakan penelitian berbasis
mixed methods. Mixed Methods research merupakan sebuah metodologi
penelitian yang mengintegrasikan metode kuantitatif, dan penelitian
kualitatif. Metode kualitatif digunakan dalam menyusun komponen
pembentuk IZN, sedangkan metode kuantitatif digunakan dalam
membentuk model estimasi penghitungannya. Dalam menentukan
komponen-komponen yang membentuk IZN, tim peneliti Puskas
BAZNAS juga menetapkan sebuah pedoman yang menjadi konsep dasar
dalam keseluruhan proses penyusunan index yang dibuat. Pedoman
tersebut disingkat dengan istilah SMART, yaitu komponen indeks yang
memenuhi kriteria Spesific, Measurable, Aplicable, Reliable, dan Timely.
Dari proses kajian yang telah dilakukan oleh Tim Peneliti Pusat Kajian
Strategis BAZNAS, didapatkan komponen-komponen pembentuk IZN
yang dibagi menjadi dimensi makro dan dimensi mikro. Kedua dimensi
tersebut kemudian dibreak-down lagi ke dalam komponen yang lebih
34
detail, komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Setiap komponen
juga memiliki bobot kontribusi yang telah ditentukan melalui mekanisme
Focus Group Discussion (FGD) dan kriteria ekspert judgment. Secara
umum, keseluruhan komponen IZN dapat digambarkan dalam Gambar 1.
Gambar 2.1
Komponen Pembentuk IZN
Sumber: Puskas BAZNAS (2016)
35
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Fitriani dan
Irfan Syauqi
Beik
(2017)
Analisis Kinerja
Perzakatan Kabupaten
Pati (Studi Kasus:
BAZNAS Kabupaten
Pati)
Kinerja zakat.
Instrumen
analisis.
Penelitian
kualitatif.
Responden dan
lokasi penelitian.
Kinerja zakat di Kabupaten Pati
berada pada kategori cukup baik
dengan nilai
sebesar 0,60.
Kinerja zakat secara makro di
Kabupaten Pati berada pada
kategori baik dengan
nilai sebesar 0,70.
Dilihat dari adanya regulasi yang
mengatur tentang zakat,
dukungan APBD untuk
operasional BAZNAS Kabupaten
Pati, dan database lembaga zakat,
Kabupaten Pati
memperoleh nilai 1, 1, dan 0
berturut-turut.
36
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Kinerja zakat secara mikro di
Kabupaten Pati berada pada
kategori cukup baik
dengan nilai sebesar 0,53.
Dari sisi kelembagaan dan
dampak zakat, kinerja BAZNAS
Kabupaten Pati
memperoleh nilai 0,65 dan 0,45
berturut-turut.
2 Ulfah Laelatul
Hilmiyah dan
Irfan Syauqi
Beik
(2017)
Penghitungan Indeks
Zakat Nasional (IZN)
Pengelolaan Zakat
Kabupaten Bogor
Kinerja zakat.
Instrumen
analisis.
Penelitian
kualitatif.
Responden dan
lokasi penelitian.
Kinerja zakat di Kabupaten
Bogor berada pada kategori
cukup baik dengan nilai
sebesar 0,532.
Kinerja zakat secara makro di
Kabupaten Bogor berada pada
kategori kurang baik
dengan nilai sebesar 0,40.
Dilihat dari adanya regulasi yang
mengatur tentang zakat,
dukungan APBD untuk
operasional BAZNAS Kabupaten
Bogor, dan database lembaga
zakat, Kabupaten
Bogor memperoleh nilai 0, 1, dan
0 berturut-turut.
37
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Kinerja zakat secara mikro di
Kabupaten Bogor berada pada
kategori sudah baik
dengan nilai sebesar 0,62.
Dari sisi kelembagaan dan
dampak zakat, kinerja BAZNAS
Kabupaten Bogor
memperoleh nilai 0,65 dan 0,60
berturut-turut.
3 Elok Nurlita dan
Marlina
Ekawaty
(2017)
Pengaruh Zakat
Terhadap Konsumsi
Rumah Tangga
Mustahik
(Studi Pada Penerima
Zakat Dari Baznas Kota
Probolinggo)
Variabel Zakat. Variabel Konsumsi.
Responden dan
lokasi penelitian.
Penelitian
Kuantitatif.
Instrumen alat ukur
penelitian.
Bahwa zakat yang diterima dan
jumlah anggota rumah tangga
berpengaruh terhadap konsumsi
rumah tangga mustahik.
Selain itu, pendapatan rumah
tangga sebagai variabel perantara
juga berpengaruh terhadap
konsumsi rumah tangga mustahik,
sedangkan pendidikan kepala
rumah tangga dan usia kepala
rumah tangga tidak berpengaruh
terhadap konsumsi rumah tangga
mustahik
4 Hidayaneu
Farchatunnisa,
dan Prof. Dr.
Penghitungan Indeks
Zakat Nasional (IZN)
Kinerja zakat.
Instrumen
analisis.
Responden dan
lokasi penelitian.
Kinerja zakat Kota Bandung dari
sisi makro memiliki nilai indeks
38
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
KH. Didin
Hafiduddin,
(2017)
Pengelolaan Zakat Kota
Bandung
Penelitian
kualitatif.
0,047 yang dinilai masih belum
optimal.
Kinerja zakat Kota Bandung dari
sisi mikro, cukup baik yakni pada
nilai indeks IZN 0,56.
Kelembagaan pengelolaan zakat
Kota Bandung memiliki nilai
indeks 0,5 yang dinilai cukup
baik
Nilai indeks dampak zakat
memiliki nilai indeks 0,6 yang
dinilai sudah baik
Dari sisi regulasi dan alokasi
APBD pengelolaan zakat Kota
Bandung memiliki nilai indeks
IZN 0,00 melihat pengadaan
regulasi tentang pengelolaan
zakat Kota Bandung baru sebatas
instruksi walikota
Kinerja zakat di Kota Bandung
dengan menggunakan metode
CIBEST dan modifikasi IPM
mendapat nilai indeks sebesar
0,60 dengan indeks variable
39
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
kemandirian mustahik zakat Kota
Bandung sebesar 0,50.
5 Widiawati,
Nunung
Nurhayati, dan
Ifa Hanifia
Senjiati
(2016)
Kinerja Pengelolaan
Zakat Menggunakan
Indeks Zakat Nasional
(IZN) di BAZNAS
Provinsi Jawa Barat.
Kinerja zakat.
Instrumen
analisis.
Penelitian
kualitatif.
Responden dan
lokasi penelitian.
Kinerja Pengelolaan Zakat di
BAZNAS Provinsi Jawa Barat
mendapatkan nilai indeks 0,57
yang artiya, kinerja pengelolaan
zakat di BAZNAS Provinsi Jawa
Barat termasuk dalam kategori
baik. Nilai indeks tersebut
berdasarkan perhitungan dari
setiap nilai indeks pada dimensi
makro dan dimensi mikro.
6 Damanhur dan
Nurainiah
(2016)
Analisis Pengaruh
Bantuan Zakat
Terhadap Tingkat
Kesejahteraan
Masyarakat Kabupaten
Aceh Utara
Analisis Pengaruh
Bantuan Zakat
Responden dan
lokasi penelitian.
Penelitian
kuantitatif.
Menggunakan SPSS
Zakat berpengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Aceh Utara.
Variabel terikat (Pendapatan)
dapat dipengaruhi sebesar 33,3%
oleh saluran dana zakat , dan
sisanya sebesar
66,7% dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini.
40
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7 Yoghi Citra
Pratama
(2015)
Peran Zakat Dalam
Penanggulangan
Kemiskinan
(Studi Kasus : Program
Zakat Produktif Pada
Badan Amil Zakat
Nasional)
Variabel Zakat. Variabel
Kemiskinan.
Responden dan
populasi penelitian.
Indeks pengukuran
(Headcount ratio,
rasio kesenjangan
kemiskinan dan rasio
kesenjangan, Indeks
Sen, dan Indeks
Foster, Greer dan
Thorbecke (FGT)).
Bahwa karakteristik mustahik
yang memperoleh dana zakat
produktif dari baznas didominasi
dari gender perempuan, dimana
berdasarkan penelitian ini kaum
perempuan mencapai 92,5%.
Secara keseluruhan mustahik
menilai program zakat produktif
sudah berjalan dengan sangat
baik, hal ini dinyatakan oleh 45%
responden yang terlibat dalam
penelitian ini dan cukup baik
dinilai dari 55% dari total
responden.
Meskipun dana zakat yang
terkumpul masih sangat kecil,
tetapi memiliki dampak nyata
dalam upaya pengentasan
kemisikinan melalui program
zakat produktif. Dan zakat
menjadi instrument keuangan
yang efektif dalam permasalahan
modal kaum miskin.
41
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
8 Amalia dan
Kasyful Mahalli
(2012)
Potensi Dan Peranan
Zakat Dalam
Mengentaskan
Kemiskinan Di Kota
Medan
Variabel Zakat.
Responden dan
populasi penelitian.
Menggunakan
program SPSS.
Penelitian
Kuantitatif.
Dari hasil penelitian yang
dilakukan masyarakat sangat
setuju pemanfaatan zakat melalui
bantuan pinjaman & modal di
sertai pelatihan dan ketrampilan
yang nantinya akan membantu
perekonomian masyarakat dan
menjadi mayarakat yang mandiri
9 Irfan Syauqi
Beik
(2009)
Analisis Peran Zakat
dalam Mengurangi
Kemiskinan : Studi
Kasus Dompet Dhuafa
Republika
Analisis Peran
Zakat
Penelitian
Kualitatif
Responden dan
lokasi penelitian.
Indeks pengukuran
(Headcount ratio,
rasio kesenjangan
kemiskinan dan rasio
kesenjangan, Indeks
Sen, dan Indeks
Foster, Greer dan
Thorbecke (FGT)).
Zakat mampu mengurangi jumlah
keluarga miskin dari 84 persen
menjadi 74 persen. Kemudian
dari aspek kedalaman
kemiskinan, zakat juga terbukti
mampu mengurangi kesenjangan
kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan, sedangkan ditinjau
dari tingkat keparahan
kemiskinan, zakat juga mampu
mengurangi tingkat keparahan
kemiskinan
42
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar berikut:
Gambar 2.2
Skema Kerangka Pemikiran
BAZNAS Kota Tangerang Selatan
Penilaian Kinerja Perzakatan
BAZNAS Kota Tangerang Selatan
Dimensi Makro Dimensi Mikro
Regulasi Dukungan
APBD
Indeks Zakat Nasional (IZN)
Database
Lembaga
Zakat
Kelembagaan Dampak Zakat
Jumlah
lembaga
zakat
resmi,
mustahik,
dan
muzakki
terdaftar
Rasio
muzakki
individu
Rasio
muzakki
badan
Penghimpunan
Pengelolaan
Penyaluran
Pelaporan
Indeks
kesejahteraan
CIBEST
Modifikasi IPM
Kemandirian
Rekomendasi Pengoptimalan Kinerja BAZNAS
Kota Tangerang Selatan
Rekomendasi Akuntansi Manajemen BAZNAS
Kota Tangerang Selatan
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini bertujuan
adalah untuk melihat sejauh mana kontribusi pemerintah dan masyarakat
terhadap pengelolaan zakat serta dampak zakat terhadap mustahik. Agar lebih
fokus terhadap penelitian yang dilakukan, maka ruang lingkup penelitian
difokuskan hanya pada BAZNAS yang berada di Kota Tangerang Selatan.
B. Model Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Setelah menentukan ruang lingkup penelitian, pihak peneliti
selanjutnya menentukan populasi yang akan diuji. Menurut Sekaran (2011:
121) yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan kelompok orang,
kejadian, atau hal dan minat yang ingin peneliti investigasi. Sedangkan
sampel adalah subkelompok atau sebagian dari populasi. Dengan
mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan yang dapat
digeneralisasikan terhadap populasi penelitan (Sekaran, 2011: 123).
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah rumah tangga mustahik
yang berlokasi di Kota Tangerang Selatan, sedangkan responden yang
menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 rumah tangga yang
merupakan mustahik dari program Layanan Mustahik.
44
2. Metode Pengambilan Sampel
Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik convenience sampling istilah umum yang mencakup
variasi luasnya prosedur pemilihan responden dimana unit sampel yang
ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur dan
bersifat kooperatif (Tim FEB UIN Jakarta, 2012). Sedangkan menurut
Sekaran (2011) convenience sampling merupakan pengumpulan informasi
dari anggota populasi yang dengan senang hati bersedia memberikannya.
Metode pemilihan sampel yang digunakan dimaksudkan untuk
mengantisipasi adanya kemungkinan tidak didapatkannya jawaban dari
para mustahik yang berada di wilayah Kota Tangerang Selatan. Hal lain
yang dianggap penting adalah jumlah data yang terkumpul, agar tetap dapat
memenuhi kriteria pengolahan data.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder, dengan keterangan sebagai berikut:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara
dengan menggunakan kuesioner terhadap pihak BAZNAS Kota Tangerang
Selatan dan rumah tangga mustahik yang mendapatkan dana zakat melalui
program Layanan Mustahik pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
2. Data sekunder diperoleh dari data-data yang sudah tersedia pada BAZNAS
Kota Tangerang Selatan terkait dengan database mustahik, gambaran
umum BAZNAS Kota Tangerang Selatan, dan laporan keuangan BAZNAS
45
Kota Tangerang Selatan. Data pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Tangerang Selatan, UNDP, serta literatur lainnya untuk melengkapi data
primer dalam penelitian.
3. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat
lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
D. Metode Analisis Data
1. Indeks Zakat Nasional
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks
Zakat Nasional (IZN). Adapun teknik estimasi perhitungan yang dilakukan
dalam memperoleh nilai IZN menggunakan metode yang dinamakan Stage
Weighted Index. Metode ini menggabungkan beberapa proses tahapan
pembobotan yang telah diberikan pada setiap komponen penyusun index,
sehingga pembobotan yang diberikan pada setiap komponen tersebut harus
dilakukan dan bersifat prosedural.
Keseluruhan prosedur estimasi perhitungan indeks tersebut adalah
sebagai berikut (Puskas BAZNAS 2016):
Tahap pertama, membuat skoring skala likert dengan rentang 1-5,
dimana 1 menggambarkan kondisi paling buruk dan 5 kondisi paling baik.
Skoring ini dibuat untuk keseluruhan variabel penyusun indeks.
46
Tahap kedua, menghitung indeks setiap variabel dengan formula
sebagai berikut:
Keterangan:
Ii = Indeks pada variabel i
Si = Nilai skor aktual pada pengukuran variabel i
Smax = Skor maksimal
Smin = Skor minimal
Tahap ketiga, mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap
variabel dengan bobot masing-masing untuk memperoleh indeks pada
indikator. Dua indikator yaitu regulasi dan anggaran pemerintah tidak
diturunkan ke variabel yang lebih detail sehingga tidak memerlukan
perhitungan khusus pada tahap ini. Tiga indikator lain yang diturunkan ke
dalam beberapa variabel memiliki perhitungan khusus sebagai berikut:
a. Indeks Indikator Database Lembaga Zakat
X13= 0.33X131 + 0.33X132 + 0.33X133
Keterangan:
X13 : Indeks Indikator Database Lembaga Zakat
X131 : Indeks Variabel Jumlah Lembaga Zakat, Muzaki, dan Mustahik
47
X132 : Indeks Variabel Rasio Muzaki Individu terhadap Jumlah Rumah
Tangga
X133 : Indeks Variabel Rasio Muzaki Badan terhadap Jumlah Badan
Usaha
b. Indeks Indikator Kelembagaan
X21= 0.30X211 + 0.20X212 + 0.30X213 + 0.20X214
Keterangan:
X12 : Indeks Indikator Kelembagaan
X211 : Indeks Variabel Penghimpunan
X212 : Indeks Variabel Pengelolaan
X213 : Indeks Variabel Penyaluran
X214 : Indeks Variabel Pelaporan
c. Indeks Indikator Dampak Zakat
X22= 0.40X221 + 0.40X222 + 0.20X223
Keterangan:
X22 : Indeks Indikator Dampak Zakat
X221 : Indeks Variabel Kesejahteraan CIBEST (material dan spiritual)
X222 : Indeks Variabel Modifikasi IPM (pendidikan dan kesehatan)
X223 : Indeks Variabel Kemandirian
48
Tahap keempat, mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap
indikator dengan bobot masing-masing untuk memperoleh indeks pada
dimensi makro dan dimensi mikro.
a. Indeks Dimensi Makro
X1= 0.30X11 + 0.40X12 + 0.30X13
Keterangan:
X1 : Indeks Dimensi Makro
X11 : Indeks Indikator Regulasi
X12 : Indeks Indikator Dukungan APBD
X13 : Indeks Indikator Database Lembaga Zakat
b. Indeks Dimensi Mikro
X2= 0.40X21 + 0.60X22
Keterangan:
X2 : Indeks Dimensi Mikro
X21 : Indeks Indikator Kelembagaan
X22 : Indeks Indikator Dampak Zakat
Tahap kelima, mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap
dimensi dengan bobot masing-masing untuk memperoleh Indeks Zakat
Nasional, yaitu:
49
IZN= 0.40X1 + 0.60X2
Keterangan:
IZN : Indeks Zakat Nasional
X1 : Dimensi Makro
X2 : Dimensi Mikro
Nilai indeks yang dihasilkan akan berada pada rentang 0.00-1.00.
Nilai 0.00 artinya nilai indeks paling rendah yaitu “nol”, sedangkan nilai
1.00 artinya nilai indeks paling tinggi yaitu “satu”. Semakin rendah indeks
maka tidak baik kinerja perzakatan, semakin tinggi indeks maka sangat baik
kinerja perzakatan.
Kriteria Nilai IZN :
a. 0.00-0.20 : Kinerja Tidak Baik
b. 0.21-0.40 : Kinerja Kurang Baik
c. 0.41-0.60 : Kinerja Cukup Baik
d. 0.61-0.80 : Kinerja Baik
e. 0.80-1.00 : Kinerja Sangat Baik
2. Indeks Kesejahteraan CIBEST
Center of Islamic Business and Economics Studies (CIBEST) Model
atau indeks CIBEST dikembangkan oleh Beik & Arsyianti (2014).
Pengembangan indeks ini didasarkan pada kuadran CIBEST yang terbagi
menjadi empat area, yaitu area kesejahteraan, kemiskinan spiritual,
kemiskinan material, dan kemiskinan absolut.
50
Gambar 3.1
Kuadran CIBEST
Indeks CIBEST menghitung jumlah penduduk yang berada di
masingmasing kuadran dan implikasinya terhadap kebijakan pemerintah.
Fokus kebutuhan yang perlu dihitung adalah kebutuhan material dan
spiritual. Dalam konsep CIBEST, unit analisis yang digunakan adalah
rumah tangga/keluarga. Hal tersebut karena keluarga/rumah tangga harus
dipandang sebagai sesuatu yang utuh. Dalam konsep CIBEST, rumah
tangga/keluarga ini dibagi menjadi enam sub kelompok, yaitu: kepala
rumah tangga/keluarga, orang dewasa bekerja, orang dewasa tidak bekerja
(>18 tahun), remaja usia 14-18 tahun, anak-anak usia 7-13 tahun, dan anak-
anak berusia enam tahun atau kurang dari enam tahun.
Penelitian ini menggunakan perhitungan berdasarkan pendapatan
rumah tangga per bulan dan garis kemiskinan rumah tangga atau Material
Value (MV) sebagai dasar perhitungan. Penentuan garis kemiskinan pada
penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu penentuan garis kemiskinan material
dan garis kemiskinan spiritual. Kategori garis kemiskinan material juga
dibagi dua yaitu garis kemiskinan rumah tangga sebelum memperoleh
51
bantuan dana zakat dan garis kemiskinan rumah tangga setelah memperoleh
bantuan dana zakat. Hal ini didasari atas perbedaan waktu dan kondisi
rumah tangga mustahik pada periode sebelum dan sesudah mendapatkan
bantuan dana zakat.
Material Value (MV) memiliki formula tersendiri untuk mengukur
standar minimal kebutuhan material suatu rumah tangga yang harus
dipenuhi. Secara formula, penentuan MV merupakan total dari hasil
perkalian harga barang dan jasa yang dibutuhkan (Beik dan Arsyianti 2016).
Secara matematis formula tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:
MV : standar minimal kebutuhan material yang harus dipenuhi rumah
tangga (Rp atau mata uang lain) atau dapat disebut sebagai Garis
Kemiskinan Material
Pi : Harga barang dan jasa (Rp atau mata uang lain)
Mi : Jumlah minimal barang dan jasa yang dibutuhkan
Penelitian ini memiliki keterbatasan waktu sehingga tidak akan
dilakukan survey, maka nilai MV didasarkan pada perkalian garis
kemiskinan material Kota Tangerang Selatan per kapita per bulan, yaitu Rp
549.150,00 pada tahun 2018 dengan jumlah anggota keluarga.
52
MV = Garis Kemiskinan Kota Tangerang Selatan x jumlah anggota
keluarga
Perhitungan garis kemiskinan spiritual atau Spiritual Value (SV) digunakan
untuk mengukur kondisi rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Beik
dan Arsyianti (2015) merumuskan standar pemenuhan lima variabel yaitu
pelaksanaan ibadah shalat, puasa, zakat, lingkungan keluarga, dan kebijakan
pemerintah.
53
Sumber: Beik dan Arsyianti (2015)
Tabel 3.1 Skor Kebutuhan Spiritual
Variabel Standar
Kemiskinan 1 2 3 4 5
Shalat
Melarang
orang
lain
shalat
Menolak
konsep
shalat
Melaksanakan
shalat
wajib tidak
rutin
Melaksanakan
shalat wajib
rutin tapi
tidak selalu
berjamaah
Melaksanakan
shalat wajib
rutin
berjamaah
dan
melakukan
shalat sunnah
Skor rata-rata
untuk
keluarga
yang
secara
spiritual
miskin
adalah 3
(SV=3)
Puasa
Melarang
orang
lain
puasa
Menolak
konsep
puasa
Melaksanakan
puasa
wajib tidak
penuh
Hanya
melaksanakan
puasa wajib
secara penu
Melaksanakan
puasa wajib
dan puasa
sunnah
Zakat dan
Infak
Melarang
orang
lain
berzakat
dan infak
Menolak
zakat dan
infak
Tidak
pernah
berinfak
walau sekali
dalam
setahun
Membayar
zakat fitrah
dan zakat
harta
Membayar
zakat fitrah,
zakat harta,
dan
infak/sedekah
Lingkungan
Keluarga
Melarang
anggota
keluarga
ibadah
Menolak
pelaksana
an ibadah
Menganggap
ibadah
urusan
pribadi
anggota
keluarga
Mendukung
ibadah
anggota
keluarga
Membangun
suasana
keluarga yang
mendukung
ibadah secara
bersama-sama
Kebijakan
Pemerintah
Melarang
ibadah
untuk
setiap
keluarga
Menolak
pelaksana
an ibadah
Menganggap
ibadah
urusan
pribadi
masyarakat
Mendukung
ibadah
Menciptakan
lingkungan
yang kondusif
untuk ibadah
54
Indeks CIBEST yang diperlukan dalam IZN hanya besaran indeks
kesejahteraan. Formula indeks kesejahteraan adalah sebagai berikut:
Dimana,
W : Indeks kesejahteraan; 0 < W < 1
w : jumlah keluarga sejahtera atau berada di kuadran 1
N : Jumlah keluarga yang diobservasi
Dalam penelitian ini, skor kebutuhan spiritual akan menggunakan
pendekatan persepsi dari kepala keluarga. Kepala keluarga menggambarkan
kondisi dari masing-masing variabel indikator kebutuhan spiritual dalam
rumah tangga tersebut.
Pemenuhan kebutuhan spiritual dihitung berdasarkan standar
pemenuhan lima variabel, diantaranya skor pelaksanaan ibadah shalat,
zakat, puasa, lingkungan keluarga/rumah tangga, dan kebijakan pemerintah,
dapat dilihat pada Tabel 3. Skor diberikan pada masing-masing variabel
dengan menggunakan skala likert antara 1 hingga 5. Garis kemiskinan
spiritual (SV) nilainya adalah sama dengan tiga.
55
Perhitungan skor spiritual individu anggota rumah tangga/keluarga
didasarkan pada rumus berikut ini:
Keterangan :
Hi = skor aktual keluarga ke-i
Vpi = skor shalat anggota keluarga ke-i
Vfi = skor puasa anggota keluarga ke-i
Vzi = skor zakat dan infak anggota keluarga ke-i
Vhi = skor lingkungan keluarga menurut anggota keluarga ke-I
Vgi = skor kebijakan pemerintah menurut anggota keluarga ke-i
Hasil skor individu anggota keluraga, kemudian dapat ditentukan
skor spiritual rumah tangga/keluarga dengan menjumlahkan skor seluruh
anggota keluarga dan membaginya dengan jumlah anggota keluarga.
Formula perhitungan sebagai berikut:
Keterangan:
SH = skor rata-rata kondisi spiritual keluarga
Hh = skor kondisi spiritual anggota keluarga ke-h
MH = jumlah anggota keluarga
56
Hasil nilai spiritual lebih besar dari nilai SV, maka keluarga tersebut
dikatakan kaya spiritual. Hasil dari perhitungan nilai material dan spiritual
menggambarkan kondisi setiap keluarga secara material dan spiritual.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan terhadap masing-
masing keluarga yang diamati maka akan didapatkan nilai MV dan SV.
Nilai SV dan MV tersebut menjadi acuan untuk menempatkan sebuah
rumah tangga dalam kategori kemiskinan berdasarkan kuadran CIBEST.
Tabel 3.2 Kuadran CIBEST
Sumber: Beik dan Arsyianti (2015)
Jika nilai aktual skor spiritual rumah tangga (SH) lebih besar dari
SV dan pendapatan lebih besar dari MV maka rumah tangga tersebut masuk
ke kategori kuadaran I yang tercukupi kebutuhan material dan spiritualnya.
Rumah tangga yang memiliki nilai SH lebih besar dari nilai SV dan
pendapatan lebih rendah dari nilai MV, maka rumah tangga tersebut masuk
kedalam kategori kuadran II. Rumah tangga dengan skor spiritual lebih kecil
dari nilai SV dan pendapatan lebih besar dari nilai MV maka rumah tangga
tersebut masuk kedalam kuadran III. Rumah tangga yang memiliki skor
Skor Aktual < Nilai MV > Nilai MV
> Nilai SV
Kaya spiritual, Miskin
material
(Kuadran II)
Kaya spiritual, kaya
material
(Kuadran I)
< Nilai SV
Miskin spiritual, Miskin
material
(Kuadran IV)
Miskin spiritual, kaya
material
(Kuadran III)
57
spiritual lebih kecil dari nilai SV dan pendapatan lebih kecil dari MV, maka
rumah tangga tersebut masuk kedalam kategori kuadran IV.
3. Indeks Modifikasi IPM
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjelaskan cara penduduk
dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan,
kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM dibentuk oleh tiga dimensi
dasar yaitu umur dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak.
Perhitungan setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum
dan nilai maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Indeks Angka Harapan Hidup
Dimana,
Ikesehatan : Indeks Kesehatan
AHH : Angka Harapan Hidup
AHHmin : Angka Harapan Hidup Minimum
AHHmaks : Angka Harapan Hidup Maksimum
58
b. Indeks Harapan Lama Sekolah
Keterangan :
IHLS : Indeks Harapan Lama Sekolah
HLS : Harapan Lama Sekolah
HLSmin : Harapan Lama Sekolah Minimum
HLSmaks : Harapan Lama Sekolah Maksimum
c. Indeks Rata-Rata Lama Sekolah
Keterangan :
IRLS : Indeks Rata-Rata Lama Sekolah
RLS : Rata-Rata Lama Sekolah
RLSmin : Rata-Rata Lama Sekolah Minimum
RLSmaks : Rata-Rata Lama Sekolah Maksimum
d. Indeks Pendidikan
Keterangan :
Ipendidikan : Indeks Pendidikan
IHLS : Indeks Harapan Lama Sekolah
IRLS : Indeks Lama Sekolah
59
e. Indeks Pembangunan Manusia
Perhitungan IPM menggunakan metode baru yang berdasarkan
angka harapan hidup saat lahir (AHH), harapan lama sekolah (HLS)
dan rata-rata lama sekolah (RLS), PNB per kapita, rata-rata geometrik
(BPS 2014). Modifikasi IPM yang dihitung dalam penelitian ini yaitu
kesehatan dan pendidikan.
Keterangan :
IPM : Indeks Pembangunan Manusia
Ikesehatan : Indeks Kesehatan
Ipendidikan : Indeks Pendidikan
Untuk melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat
melalui pengelompokkan IPM ke dalam beberapa kategori, yaitu:
Nilai IPM Kriteria
0 – 60 IPM Rendah
61 – 70 IPM Sedang
71 – 80 IPM Tinggi
81 – 100 IPM Sangat Tinggi
60
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan
Pengelolaan Zakat Infaq dan Sedekah mengacu pada UU Nomor 23 Tahun
2011 pengganti UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan
Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 Tahun 1999 tentang
pelaksanaan UU Nomor 38 Tahun 1999 serta Keputusan Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D-291 Tahun 2000 Tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.
Keputusan Walikota Tangerang Selatan No. 451.12/Kep.281-Huk/2016,
tentang Pengangkatan Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional Kota Tangerang
Selatan masa kerja 2016-2921, tertanggal 30 Desember 2016.
Visi Baznas Kota Tangerang Selatan ialah mewujudkan masyarakat muslim
dan muslimat yang sadar akan zakat serta memiliki keyakinan bahwa BAZ
adalah wadah untuk memenuhi rasa keadilan bagi para asnafnya. Untuk
mencapai visi tersebut, BAZNAS melaksanakan misi sebagai berikut:
1. Mewujudkan pengelolaan zakat yang berdaya guna bagi kesejahteraan
ummat;
2. Memudahkan pelayanan pembayaran zakat bagi muzakki dan
penyalurannya kepada mustahik;
3. Mewujudkan masyarakat yang sadar zakat, suka berinfak dan
bersedekah;
61
4. Menjadikan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebagai wadah yang
amanah dan transparan dalam pengelolaan.
BAZNAS Kota Tangerang Selatan melaksanakan pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan dana masyarakat berupa dana zakat, dana
infak/sedekah secara profesional dan transparan. Dana yang telah terkumpul
didistribusikan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip
pemerataan, keadilan dan kewilayahan melalui mekanisme konsumtif dan
produktif dalam bentuk program yaitu sebagai berikut:
1. Bidang Pendidikan
2. Bidang Ekonomi
3. Bidang Kesehatan
4. Bidang Keagamaan dan Dakwah Advokasi
5. Bidang Kemanusiaan
Susunan Pengurus BAZNAS Kota Tangerang Selatan berdasarkan
Keputusan Walikota No. 451.12/Kep.281-Huk/2016 tanggal 30 Desember
2016 tentang Pengangkatan Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional Kota
Tangerang Selatan 2016-2021 adalah sebagai berikut:
Ketua :
KH. Endang Saefudin, MA
Ketua I, Bidang Pengumpulan :
Teten Kurniawan
62
Ketua II, Bidang Distribusi dan Pendayagunaan :
H. Muhammad Salbini, LC
Ketua III, Bidang Perencanaan Keuangan dan Pelaporan:
Drs. H. Ucup Yusuf, M.Pd
Ketua IV, Bidang Administrasi SDM dan Umum :
H. Muhammad Thohir, SQ
B. Karakteristik Kepala Keluarga Mustahik
Responden dalam penelitian kali ini berjumlah 100 orang yang
merupakan mustahik (penerima dana zakat) dari Badan Amil Zakat Nasional
Kota Tangerang Selatan. Dalam penelitian kali ini, yang diwawancarai
(sebagai narasumber) adalah kepala keluarga atau yang mewakili kepala
keluarga.
Karakteristik kepala keluarga mustahik tersebut akan disajikan dalam
tabel 4.1 sebagai berikut:
63
Tabel 4. 1 Karakteristik Kepala Keluarga Mustahik
Karakteristik Jumlah Presentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 62 62%
Perempuan 38 38%
Usia
21-40 4 4%
41-60 85 85%
>60 11 11%
Status Pernikahan
Menikah 51 51%
Duda/Janda 49 49%
Pendidikan
Tidak Sekolah 5 5%
SD 48 48%
SMP 17 17%
SMA 30 30%
Pekerjaan
Karyawan 1 1%
Pedagang 62 62%
Buruh 13 13%
Sektor Jasa 9 9%
Tidak Bekerja 15 15%
Ukuran Keluarga
1-3 orang 76 76%
4-6 orang 24 24%
Sumber: Data Primer (2018)
Berdasarkan tabel 4.1, mayoritas kepala keluarga mustahik yang telah
mendapatkan bantuan dari dana zakat Badan Amil Zakat Nasional Kota
Tangerang Selatan berjenis kelamin laki-laki dengan presentase 62 persen.
Kepala keluarga mayoritas berada pada usia produktif yaitu usia 21-60 tahun,
64
dengan presentase tertinggi berada pada rentang usia 41-60 tahun yaitu 85
persen, untuk kepala keluarga dengan rentang usia tidak produktif atau lebih
dari 60 tahun sebesar 11 persen, kemudian rentang usia 21-40 tahun sebesar 4
persen. Sebanyak 51 persen atau 51 orang dari 100 kepala rumah tangga
memiliki status menikah dan 49 persen atau sebanya 49 orang duda/janda.
Tingkat pendidikan kepala keluarga tergolong rendah karena mayoritas
kepala keluarga hanya memiliki pendidikan setara Sekolah Dasar (SD) yaitu
48 persen, 30 persen setara Sekolah Menengah Atas (SMA), 17 persen Sekolah
Menengah Pertama (SMP), dan 5 persen tidak pernah bersekolah.
Dari aspek pekerjaan, mayoritas pekerjaan kepala keluarga adalah
pedagang sebesar 62 persen. Pekerjaan lain yang dilakukan kepala keluarga
mustahik adalah sebagai buruh sebanyak 13 persen, sektor jasa 9 persen dan
karyawan 1 persen. Kepala keluarga yang tidak bekerja memiliki presentase
yang cukup besar setelah berdagang, yaitu 15 persen. Ukuran tanggungan
keluarga mayoritas 1-3 orang dengan jumlah 76 keluarga atau sebesar 76
persen, ukuran ini tergolong kecil. Untuk ukuran keluarga 4-6 orang dapat
dikategorikan sebagai ukuran keluarga sedang, dalam data ini berjumlah 24
keluarga dengan presentase 24 persen. Dalam penelitian ini, tidak terdapat
untuk ukuran keluarga lebih dari 6 orang mengingat sebagian besar keluarga
sudah berpisah kartu keluarga (KK) dari kepala keluarga mustahik.
65
C. Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Makro
1. Indikator Regulasi
Indikator regulasi memiliki satu variabel, yaitu variabel regulasi.
Variabel regulasi mendapat skor 1, artinya BAZNAS Kota Tangerang
Selatan belum memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang peraturan
pengelolaan zakat. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah. Hal ini
menyebabkan variabel regulasi mendapat nilai indeks sebesar 0.
Interpretasinya adalah kinerja dari sisi regulasi tidak baik.
Sumber: Data Sekunder 2018 (diolah)
Perhitungan nilai indeksnya adalah sebagai berikut:
I11= Si-Smin
= 1-1
0,00 Smax-Smin 5-1
2. Indikator Dukungan APBD
Indikator dukungan APBD memiliki satu variabel, yaitu variabel
dukungan APBD. Variabel dukungan APBD mendapat skor 1, artinya
BAZNAS Kota Tangerang Selatan mendapatkan alokasi APBD untuk
operasional pada tahun 2018 sebesar Rp 600.000.000 dan pada tahun 2017
sebesar Rp. 500.000.000. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah,
Tabel 4. 2 Skoring Variabel Regulasi
Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja
Regulasi
Belum memiliki
Peraturan Daerah
(Perda) tentang peraturan pengelolaan
zakat
1 Sangat
Lemah 0,00
Tidak
Baik
66
karena rasio APBD terhadap biaya operasional BAZNAS Daerah kurang
dari 20%, yakni sebesar 0,59%. Hal ini menyebabkan variabel dukungan
APBD mendapat nilai indeks sebesar 0. Interpretasinya adalah kinerja dari
sisi dukungan APBD tidak baik.
Sumber: Data Sekunder 2018 (diolah)
Perhitungan indeksnya adalah sebagai berikut:
I12= Si-Smin
= 1-1
0,00 Smax-Smin 5-1
3. Indikator Database Lembaga Zakat
Indikator database lembaga zakat terdiri atas tiga variabel, yaitu
variabel jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik terdaftar,
rasio muzakki individu, dan rasio muzakki badan. Variabel jumlah
lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik terdaftar mendapat skor 4,
artinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki database jumlah
lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik per lembaga. Variabel
ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel jumlah
lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik mendapat nilai indeks
sebesar 0.75. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi jumlah lembaga zakat
Tabel 4. 3 Skoring Variabel Dukungan APBD
Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja
Dukungan
APBD
Rasio APBD terhadap
biaya operasional
BAZNAS Daerah
kurang dari 20%
1 Sangat
Lemah 0,00
Tidak
Baik
67
resmi, muzakki, dan mustahik kuat. Perhitungan nilai indeksnya adalah
sebagai berikut:
I131= Si-Smin
= 4-1
0,75 Smax-Smin 5-1
Variabel rasio muzakki individu mendapat skor 1, artinya rasio
jumlah muzakki terdaftar terhadap jumlah rumah tangga kurang dari 1
persen. Jumlah muzakki terdaftar hanya 34 jiwa dari 419.313 rumah
tangga. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah. Hal ini
menyebabkan variabel rasio muzakki individu mendapat nilai indeks
sebesar 0. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi rasio muzakki individu
tidak baik. Perhitungan nilai indeksnya adalah sebagai berikut:
I132= Si-Smin
= 1-1
0,00 Smax-Smin 5-1
Variabel rasio muzakki badan mendapat skor 1, artinya rasio jumlah
muzakki badan usaha terhadap jumlah badan usaha kurang dari 1 persen.
Sebanyak 49 badan usaha yang terdaftar sebagai muzakki dari 134 badan
usaha di Kota Tangerang Selatan. Variabel ini berada pada kategori sangat
lemah. Hal ini menyebabkan variabel rasio muzakki badan mendapat nilai
indeks sebesar 0. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi rasio muzakki
badan tidak baik. Perhitungan nilai indeksnya adalah sebagai berikut:
I133= Si-Smin
= 1-1
0,00 Smax-Smin 5-1
68
Tabel 4. 4 Skoring Variabel -Variabel Database Lembaga Zakat
Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja
Jumlah
lembaga
zakat resmi,
muzakki,
dan
mustahik
terdaftar
Memiliki database
jumlah lembaga zakat
resmi, jumlah muzaki
dan mustahik per
lembaga
4 Kuat 0,75 Baik
Rasio
jumlah
muzaki
individu
Rasio jumlah muzakki
terdaftar terhadap
jumlah rumah tangga
kurang dari 1 persen
1 Sangat
Lemah 0.00
Tidak
Baik
Rasio
muzakki
badan
Rasio jumlah muzakki
badan usaha terhadap
jumlah badan usaha
kurang dari 1 persen
1 Sangat
Lemah 0.00
Tidak
Baik
Sumber: Data Sekunder 2018 (diolah)
Setelah mendapatkan skor dan nilai indeks pada setiap variabel,
kemudian mengalikan nilai indeks dengan bobot masing-masing untuk
memperoleh indeks pada indikator database lembaga zakat. Formula yang
digunakan pada tahap ketiga sebagai berikut:
X13 = 0.33X131 + 0.33X132 + 0.33X133
= 0.33(0,75) + 0.33(0) + 0.33(0)
= 0,25
Nilai indeks yang didapat berdasarkan perhitungan diatas untuk
indikator database lembaga zakat bernilai 0,25 artinya kinerja lembaga
untuk indikator database lembaga zakat kurang baik.
69
Hasil perhitungan berikutnya yaitu dengan mengalikan nilai indeks
yang diperoleh pada setiap indikator dengan bobot masing-masing untuk
memperoleh nilai indeks pada dimensi makro, yaitu:
X1 = 0.30X11 + 0.40X12 + 0.30X13
= 0.33(0) + 0.33(0) + 0.33(0,25)
= 0,083
Berdasarkan perhitungan indeks tiap variabel dan indikator
diperoleh nilai indeks dimensi makro yang disajikan pada perhitungan di
atas. Dari perhitungan di atas diketahui bahwa nilai indeks dimensi makro
sebesar 0.08. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi makro tidak baik.
Nilai ini diperoleh dari pembobotan masing-masing indeks indikator.
Indikator regulasi mendapat nilai indeks 0, artinya kinerja dari sisi regulasi
tidak baik. Indikator dukungan APBD mendapat nilai indeks 0, artinya
kinerja dari sisi dukungan APBD tidak baik. Indikator database lembaga
zakat mendapat nilai indeks sebesar 0.25, artinya kinerja dari sisi database
lembaga zakat kurang baik.
70
Tabel 4. 5 Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Makro
Dimensi Nilai
Indeks Indikator
Niai
Indeks Variabel
Nilai
Indeks
Makro 0,083
Regulasi (X11) 0,00 Regulasi 0,00
Dukungan
APBD (X12) 0,00
Dukungan
APBD 0,00
Database
Lembaga
Zakat (X13)
0,25
Jumlah lembaga
zakat resmi,
muzakki, dan
mustahik
terdaftar
0,75
Rasio jumlah
muzaki individu 0.00
Rasio muzakki
badan 0.00
Sumber: Data Sekunder 2018 (diolah)
D. Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Mikro
1. Indikator Kelembagaan
Indikator kelembagaan terdiri atas empat variabel yaitu variabel
penghimpunan, pengelolaan, penyaluran, dan pelaporan. Variabel
penghimpunan mendapat skor 5, artinya pertumbuhan penghimpunan
lebih dari 20 persen. BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada tahun 2018
berhasil menghimpun dana sebesar Rp 4.301.537.795 dan tahun 2017
menghimpun dana sebesar Rp 1.918.866.984. Dana yang terhimpun
mengalami kenaikan sebesar Rp 2.382.670.811 atau sebesar 224 persen.
Variabel ini berada pada kategori sangat kuat. Hal ini menyebabkan
variabel penghimpunan mendapat nilai indeks sebesar 1. Interpretasinya
adalah kinerja dari sisi penghimpunan sangat baik. Perhitungan indeksnya
adalah sebagai berikut:
71
I211= Si-Smin
= 5-1
1 Smax-Smin 5-1
Variabel pengelolaan mendapat skor 5, artinya BAZNAS Kota
Tangerang Selatan memiliki SOP pengelolaan, rencana strategis, dan
program kerja tahunan. Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini
menyebabkan variabel pengelolaan mendapat nilai indeks 1.
Interpretasinya adalah kinerja dari sisi pengelolaan sangat baik.
Perhitungan indeksnya adalah sebagai berikut:
I212= Si-Smin
= 5-1
1 Smax-Smin 5-1
Variabel penyaluran mendapat skor 4, artinya Allocation to
Collection Ratio (ACR) diantara 50-69%, penyaluran bantuan konsumtif
dan produktif dilakukan dua kali dalam setahun, dan terdapat anggaran
untuk program dakwah. BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada tahun
2018 menyalurkan dana sebesar Rp 3.027.906.688 atau sebesar 70,4%
persen dari total dana yang terhimpun. Variabel ini berada pada kategori
kuat. Hal ini menyebabkan variabel penyaluran mendapat nilai indeks
sebesar 0,75. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi penyaluran baik.
Perhitungan indeksnya adalah sebagai berikut:
I213= Si-Smin
= 4-1
0,75 Smax-Smin 5-1
Variabel pelaporan mendapat skor 4, artinya BAZNAS Kota
Tangerang Selatan memiliki laporan keuangan teraudit eksternal. Variabel
72
ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel pelaporan
mendapat nilai indeks sebesar 0.75. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi
pelaporan kurang baik. Perhitungan indeksnya adalah sebagai berikut:
I214= Si-Smin
= 4-1
0,75 Smax-Smin 5-1
Tabel 4. 6 Skoring Variabel -Variabel Kelembagaan
Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja
Penghimpunan
(X211)
Pertumbuhan
penghimpunan
lebih dari 20
persen
5 Sangat
Kuat 1
Sangat
Baik
Pengelolaan
(X212)
Memiliki SOP
pengelolaan,
rencana strategis,
dan program kerja
tahunan
5 Sangat
Kuat 1
Sangat
Baik
Penyaluran
(X213)
Allocation to
Collection Ratio
(ACR) diantara 50-
69%, penyaluran
bantuan konsumtif
dan produktif
dilakukan dua kali
dalam setahun, dan
terdapat anggaran
untuk program
dakwah
4 Kuat 0,75 Baik
Pelaporan
(X214)
Memiliki laporan
keuangan teraudit
eksternal
4 Kuat 0,75 Baik
Sumber: Data Sekunder 2018 (diolah)
Setelah mendapatkan nilai indeks variabel penyusun indikator
kelembagaan, kemudian perhitungan nilai indeks indikator kelembagaan
adalah sebagai berikut:
73
X21 = 0.30X211 + 0.20X212 + 0.30X213+0.20X214
= 0.30(1) + 0.20(1) + 0.30(0,75) + 0.20(0,75)
= 0,875
Nilai indeks indikator kelembagaan adalah 0.875 yang artinya secara
kelembagaan, BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki kinerja yang
sangat baik.
2. Indikator Dampak Zakat
a. Variabel Indeks Kesejahteraan CIBEST
Variabel indeks kesejahteraan CIBEST mendapat skor 4, artinya
rumah tangga mustahik yang sejahtera berada pada rentang nilai 0.61-
0.080. Variabel ini berada pada kategori kuat. Dengan perhitungan
nilai indeks kesejahteraan CIBEST yaitu:
I221= Si-Smin
= 4-1
0,75 Smax-Smin 5-1
Maka dari itu nilai indeks kesejahteraan CIBEST adalah 0.75.
Interpretasinya adalah dari sisi dampak zakat terhadap jumlah rumah
tangga mustahik baik (lihat tabel 4. 7).
Tabel 4. 7 Skoring Variabel Indeks Kesejahteraan CIBEST
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)
Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja
Indeks
Kesejahteraan
CIBEST
Rumah tangga mustahik
yang sejahtera berada
pada nilai 0,79
4 Kuat 0,79 Baik
74
Hal ini diperoleh melalui analisis kuadran CIBEST dan perhitungan
model CIBEST. Berdasarkan tabel 4. 7 diketahui bahwa sebelum
adanya bantuan dana zakat, jumlah rumah tangga mustahik yang
berada pada kuadran I sejahtera (kaya material dan spiritual) sebanyak
67 rumah tangga. Rumah tangga mustahik tersebut memiliki rata-rata
skor spiritual sebesar 3,79 dan rata-rata pendapatan sebesar Rp
3.714.925.
Setelah adanya bantuan dana zakat, jumlah rumah tangga mustahik
pada kuadran I meningkat menjadi 79 rumah tangga. Rumah tangga
mustahiki tersebut memiliki rata-rata skor spiritual sebesar 3,81 dan
rata-rata pendapatan sebesar Rp 3.765.823. Jumlah rumah tangga
mustahik pada kuadran II kemiskinan material (kaya spiritual tetapi
miskin material) sebelum adanya bantuan dana zakat sebanyak 33
rumah tangga. Rumah tangga mustahik tersebut memiliki rata-rata
skor spiritual sebesar 3,88 dan rata-rata pendapatan sebesar Rp
824.242. Setelah adanya bantuan dana zakat, jumlah rumah tangga
mustahik pada kuadran II menurun menjadi 21 rumah tangga dengan
rata-rata skor spiritual sebesar 3,89 dan rata-rata pendapatan sebesar
Rp 876.190. Tidak ada rumah tangga mustahik yang masuk ke dalam
kuadran III dan kuadran IV.
75
Tabel 4. 8 Klasifikasi Rumah Tangga Mustahik
Berdasarkan Kuadran CIBEST
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan model CIBEST diketahui bahwa
indeks kesejahteraan sebelum menerima bantuan dana zakat nilai
indeksnya sebesar 0,67 dan sesudah menerima bantuan dana zakat
nilai indeksnya meningkat menjadi 0,79 atau naik 12 persen. Ini
berarti setelah menerima bantuan dana zakat, sebesar 12 persen rumah
tangga mustahik mampu memenuhi kebutuhan material dan spiritual.
Nilai indeks kemiskinan material sebelum menerima bantuan dana
zakat adalah sebesar 0,33. Sesudah menerima bantuan dana zakat nilai
indeksnya menurut menjadi 0,21 atau turus 12 persen. Penurunan nilai
indeks ini dipengaruhi oleh pendistribusian dana zakat produktif
sebagai suntikan modal usaha rumah tangga mustahik. Tidak ada
rumah tangga yang masuk kategori kuadran III dan kuadran IV (lihat
tabel 4.9).
No Kuadran
Sebelum Zakat Sesudah Zakat
Rata-
rata
Skor
Spiritual
Rata-rata
Pendapatan
Jumlah
Rumah
Tangga
Rata-
rata
Skor
Spiritual
Rata-rata
Pendapatan
Jumlah
Rumah
Tangga
1 Kuadran
I 3,795 3.714.925 67 3,816 3.765.823 79
2 Kuadran
II 3,881 824.242 33 3,895 876.190 21
3 Kuadran
III - - - - - -
4 Kuadran
IV - - - - - -
76
Tabel 4. 9 Hasil Perhitungan Perubahan Indeks CIBEST
Indeks CIBEST
Nilai
Indeks
Tanpa
Zakat
Nilai
Indeks
Dengan
Zakat
Presentase
Perubahan
(%)
Indeks Kesejahteraan
(W) 0,67 0,79 12
Indeks Kemiskinan
Materiil (Pm) 0,33 0,21 12
Indeks Kemiskinan
Spiritual (Ps) - - -
Indeks Kemiskinan
Absolut (Pa) - - -
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)
b. Variabel Modifikasi IPM
Modifikasi Indeks Pembangunan Manusia hanya terdiri dari Indeks
Pendidikan dan Kesehatan, sedangkan untuk Indeks Pengeluaran telah
ditentukan dalam perhitungan Indeks CIBEST. Indeks Kesehatan
memiliki dua komponen yaitu Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata
Lama Sekolah, sedangkan Indeks Kesehatan dijelaskan oleh Angka
Harapan Hidup. Berdasarkan hasil estimasi perhitungan modifikasi
IPM tingkat individu pada mustahik BAZNAS Kota Tangerang
Selatan, dari 100 responden diperoleh rata-rata nilai modifikasi IPM
sebagai berikut:
Tabel 4. 10 Nilai Modofikasi IPM
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)
Komponen IPM Nilai Indeks (Persen)
Indeks Kesehatan 0,2816 28,16
Indeks Pendidikan 0,4458 44,58
Modifikasi IPM 0,3543 35,43
77
Variabel modifikasi IPM mendapat skor 2, artinya rumah tangga
mustahik dilihat dari aspek pendidikan dan kesehatan berada pada
rentang nilai 0.21-0.40. Variabel ini berada pada kategori kurang baik.
Hal ini menyebabkan variabel modifikasi IPM mendapat nilai indeks
sbesar 0.25. Interpretasinya adalah dari sisi pendidikan dan kesehatan
rumah tangga mustahik kurang baik (lihat Tabel 4. 11).
Tabel 4. 11 Skoring Variabel Indeks Modifikasi IPM
Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja
Modifikasi
IPM
Rata-rata rumah tangga
mustahik dilihat dari aspek
kesehatan dan pendidikan
berada pada nilai 0,35
2 Kurang 0,25 Kurang
Baik
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)
Perhitungan nilai indeks variabel kemandirian adalah sebagai
berikut:
Dalam hal ini, dampak zakat terhadap IPM tidak signifikan.
Farchatunnisa (2017) mengatakan hal ini disebabkan karena dana
zakat yang disalurkan kepada mustahik sifatnya kondisional dan tidak
bersifat kontinyu. Dampak zakat terhadap tingkat kesehatan dan
pendidikan mustahik kurang signifikan karena mustahik mengajukan
bantuan pada saat mustahik memerlukan bantuan untuk biaya
pendidikan dan biaya pengobatan. Tidak ada pengecekan lebih lanjut
I222 = Si-Smin
= 2-1
0,25 Smax-Smin 5-1
78
yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan terhadap
mustahik yang mengajukan bantuan untuk kesehatan dan pendidikan.
Nilai tersebut dihitung berdasarkan angka harapan hidup yang
mencerminkan tingkat kesehatan mustahik dan harapan lama sekolah
dan rata-rata lama sekolah untuk indeks pendidikan. Angka harapan
lama sekolah menggambarkan lamanya sekolah yang diharapkan akan
dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Rata-rata
lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh
penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Nilai indeks
modifikasi IPM berdasarkan estimasi perhitungan sebesar 0,354
artinya nilai tersebut berada pada kategori kurang baik.
c. Variabel Kemandirian
Nilai indeks variabel kemandirian diberikan skor 3 yang artinya rata-
rata rumah tangga mustahik di kota Tangerang Selatan memiliki
pekerjaan atau usaha dan tidak memiliki tabungan. Perhitungan nilai
indeks variabel kemandirian adalah sebagai berikut:
Tidak terdapat rumah tangga mustahik yang memiliki skor 1 dengan
kriteria tidak memiliki pekerjaan dan tabungan dan juga tidak terdapat
rumah tangga mustahik yang memiliki skor 2 dengan kriteria memiliki
pekerjaan (serabutan). Rumah tangga mustahik yang mendapat skor 3
I223 = Si-Smin
= 3-1
0,5 Smax-Smin 5-1
79
dengan kriteria hanya memiliki satu dari pekerjaan tetap atau
usaha/bisnis sebanyak 78 rumah tangga atau sebesar 78 persen.
Rumah tangga mustahik yang memiliki skor 4 dengan kriteria
memiliki salah satu dari pekerjaan tetap atau usaha/bisnis dan
memiliki tabungan sebanyak 18 rumah tangga atau sebesar 18 persen.
Dan rumah tangga mustahik yang memiliki skor 5 dengan kriteria
memiliki pekerjaan tetap, usaha/bisnis dan memiliki tabungan
sebanyak 4 rumah tangga atau sebesar 4 persen. Skor ini berada pada
kategori cukup. Indeks variabel kemandirian sebesar 0,5. Artinya
kinerja dari sisi kemandirian rumah tangga mustahik cukup baik (lihat
tabel 4. 12).
Tabel 4. 12 Skoring Variabel Indeks Kemandirian
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)
Hasil dari perhitungan setiap variabel, kemudian dapat menentukan
nilai indeks indikator dampak zakat. Perhitungan nilai indeks
tersebut sebagai berikut:
X22 = 0.40X221 + 0.40X222 + 0.20X223
0.40(0,75) + 0.40(0,25) + 0.20(0,5)
0.5
Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja
Kemandirian
Hanya Memiliki Satu
dari Pekerjaan Tetap
atau Usaha/Bisnis
3 Cukup 0,5 Cukup
Baik
80
Hasil perhitungan setiap indikator yang menyusun dimensi mikro
dapat dilihat pada Tabel 4. 13.
Tabel 4. 13 Nilai indeks variabel, indikator, dan dimensi mikro
Dimensi Nilai
Indeks Indikator
Niai
Indeks Variabel
Nilai
Indeks
Mikro 0,65
Kelembagaan
(X21) 0,875
Penghimpunan
(X211) 1
Pengelolaan
(X212) 1
Penyaluran
(X213) 0,75
Pelaporan
(X214) 0,75
Dampak
Zakat (X22) 0,5
Kesejahteraan
Material dan
spiritual (Indeks
Kesejahteraan
CIBEST)
(X221)
0,75
Pendidikan dan
Kesehatan
(Modifikasi
IPM) (X222)
0,25
Kemandirian
(X223) 0,5
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)
Hasil perhitungan nilai indeks setiap variabel dan indikator
berdasarkan formula berikut:
X2 = 0.40X21+0.60X22
= 0.40(0.875) + 0.60(0.5)
= 0,65
81
Nilai indeks dimensi mikro mendapatkan nilai 0.65 yang artinya
kinerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan dilihat dari sisi mikro
termasuk kriteria yang baik. Hasil yang baik dilihat dari sisi mikro
harus dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan lagi karena zakat
merupakan instrumen alternatif dalam mengatasi masalah
kemiskinan. Zakat yang dikelola dengan baik dapat memberikan
dampak kepada mustahik sehingga lebih mandiri dan mampu
bertransformasi menjadi muzaki sehingga dapat mengurangi
kemiskinan.
E. Indeks Zakat Nasional
Indeks zakat nasional didapatkan dari hasil perhitungan indeks dimensi
makro dan mikro. Berdasarkan hasil perhitungan dari nilai indeks dimensi
makro dan mikro, kemudian didapatkan hasil IZN Kota Tangerang Selatan
yaitu:
Tabel 4. 14 Nilai Indeks Zakat Nasional Kota Tangerang Selatan
No Dimensi
Nilai
Indeks Kinerja
1 Makro 0,083 Tidak
Baik
2 Mikro 0,65 Baik
IZN Kota Tangerang Selatan 0,42 Cukup
Baik
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)
Hasil perhitungan nilai Indeks Zakat Naisonal Kota Tangerang Selatan
berdasarkan formula berikut:
82
IZN = 0.40X1+0.60X2
= 0.40(0.083)+0.60(0.65)
= 0.42
Hasil perhitungan diatas menunjukkan nilai Indeks Zakat Nasional
BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebesar 0.42. Hal ini menjelaskan bahwa
kinerja perzakatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sudah cukup baik. Nilai
ini berada pada kondisi cukup baik karena berdasarkan kinerja lembaga
BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada aspek kelembagaan dan dampak zakat
berkontribusi dengan baik terhadap perzakatan di Kota Tangerang Selatan.
Meskipun pada sisi makro yaitu dilihat dari peran pemerintah dan partisipasi
masyarakat kurang baik terhadap perzakatan di Kota Tangerang Selatan.
Hasil penelitian ini sejalan oleh penelitian Suryaningtyas (2017) yang
berjudul Analisis Kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang. Hasil penelitian
Suryaningtyas (2017) menunjukkan nilai IZN 0.60 yang berarti cukup baik.
Hal ini dikarenakan asil perhitungan indeks pada dimensi makro yaitu sebesar
0.70 yang artinya kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang secara makro sudah
baik. Nilai indeks pada dimensi mikro sebesar 0.53 yang menunjukkan bahwa
kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang dari sisi mikro cukup baik.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fitriani (2017) yang
berjudul Analisis Kinerja Perzakatan Kabupaten Pati (Studi Kasus: BAZNAS
Kabupaten Pati. Hasil penelitian Fitriani (2017) menunjukkan nilai IZN 0.392
yang berarti kurang baik. Hal ini dikarenakan nilai indeks pada dimensi makro
83
sebesar 0.05, artinya penilaian kinerja peran pemerintah dan masyarakat secara
agregat berada pada kondisi tidak baik. Nilai indeks pada dimensi mikro
sebesar 0.62, artinya penilaian kinerja lembaga zakat dan dampak zakat
terhadap mustahik berada pada kondisi baik.
Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya kemungkinan besar dikarenakan adanya
perbedaan responden. Responden pada penelitian Fitriani (2017) adalah
mustahiq di wilayah Kabupaten Pati, sehingga hasilnya menunjukkan bahwa
kinerja BAZNAS Kabupaten Pati dengan pendekatan Indeks Zakat Nasional
kurang baik, dengan nilai IZN 0.392.
84
F. Analisis IZN Kota Tangerang Selatan dengan IZN Kota/Kabupaten Lain
Tabel 4. 15 Analisis IZN Kota Tangerang Selatan dengan IZN
Kota/Kabupaten Lain
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)
Indikator/Kota Kota Tangerang
Selatan
Kab.
Tangerang Kab. Pati
Kab.
Cilacap
Kab.
Bogor
Makro
Indikator Regulasi 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00
Dukungan APBD 0,00 1,00 0,00 0,50 1,00
Database Lembaga Zakat 0,25 0,00 0,17 0,25 0,00
Jumlah lembaga zakat resmi,
muzakki, dan mustahik
terdaftar
0,75 0,00 0,50 0,75 0,00
Rasio jumlah muzaki individu 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Rasio muzakki badan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Mikro
Indikator Kelembagaan 0,875 0,65 0,65 0,825 0,65
Penghimpunan 1,00 0,75 1,00 1,00 1,00
Pengelolaan 1,00 0,75 0,75 0,75 0,75
Penyaluran 0,75 0,75 0,50 0,75 0,50
Pelaporan 0,75 0,25 0,25 0,75 0,25
Indikator Dampak Zakat 0,50 0,45 0,60 0,60 0,60
Indeks Kesejahteraan CIBEST 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75
Modifikasi IPM 0,25 0,25 0,50 0,50 0,50
Kemandirian 0,50 0,25 0,50 0,50 0,50
Indeks Zakat Nasional 0,42 0,6 0,392 0,524 0,532
Kategori Cukup Cukup Kurang Baik Cukup Cukup
85
Dalam indikator regulasi, BAZNAS Kota Tangerang Selatan belum memiliki
Peraturan Daerah (Perda) tentang peraturan pengelolaan zakat, sehingga nilai indeks
pada indikator ini menunjukkan angka 0 yang berarti sangat lemah, berbeda dengan
BAZNAS di Kabupaten Tangerang yang telah memiliki regulasi terkait zakat yang
tertera dalam Perda Nomor 24 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat, Infaq, dan
Shadaqah di Kabupaten Tangerang. Perda tersebut dibuat sebagai bentuk pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Perda Nomor 24
Tahun 2004 terdiri atas 11 bab dan 24 pasal yang menjelaskan aturan dalam
pengelolaan ZIS di Kabupaten Tangerang. Perda tersebut ditetapkan di Tigaraksa pada
tanggal 28 Juni 2004 oleh Bupati Tangerang pada periode tersebut, yaitu H.Ismet
Iskandar. Di sisi lain, wilayah Kabupaten Pati dimana BAZNAS belum memiliki
Peraturan Daerah (Perda) tentang peraturan pengelolaan zakat. Sehingga variabel ini
berada pada kategori sangat lemah. Hal ini menyebabkan variabel regulasi mendapat
nilai indeks sebesar 0 sebagaimana BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Untuk
BAZNAS Kabupaten Cilacap, skor skala likert dan nilai indeks regulasi yang
didapatkan oleh BAZNAS Kabupaten Cilacap adalah 0. Nilai 0 menunjukkan bahwa
kinerja BAZNAS Kabupaten Cilacap terkait pengadaan Perda dinilai tidak baik,
sejalan dengan BAZNAS Bogor yang tidak memiliki Peraturan Daerah yang mengatur
tentang zakat, namun kondisi aktual mengenai peraturan zakat di Kabupaten Bogor
hanya terdapat Instruksi Bupati Bogor Nomor 1 Tahun 2015 tentang Optimalisasi
Pengumpulan ZIS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bogor dan BUMD melalui
BAZNAS Kabupaten Bogor.
Dalam indikator dukungan APBD, BAZNAS Kota Tangerang Selatan
mendapatkan alokasi APBD untuk operasional Rp 600.000.000. Variabel ini berada
pada kategori sangat lemah, karena rasio APBD terhadap biaya operasional BAZNAS
86
daerah kurang dari 20%, yakni 0,59%. Hal ini menyebabkan variabel dukungan APBD
mendapat nilai indeks sebesar 0. Sedangkan APBD untuk biaya operasional BAZNAS
Kabupaten Tangerang sebesar Rp 650.000.000. Alokasi APBD tersebut digunakan
untuk membayar listrik, internet, memberikan insentif pada pengurus BAZNAS, dan
lain-lain. Rasio alokasi APBD untuk zakat terhadap dana operasional yang dibutuhkan
oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam pengelolaan zakat adalah sebesar 76
persen. Rasio tersebut lebih dari 75 persen, sehingga diberikan skor 5. Dengan begitu
didapatkan nilai indeks variabel dukungan APBD adalah 1 yang artinya kinerja
BAZNAS Kabupaten Tangerang dari sisi dukungan APBD sangat baik.
Pada BAZNAS Kabupaten Pati, variabel dukungan APBD mendapat
skor 1 yang artinya BAZNAS Kabupaten Pati belum mendapatkan alokasi
APBD untuk operasional. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah. Hal
ini menyebabkan variabel dukungan APBD mendapat nilai indeks sebesar 0.
Nilai indeks indikator dukungan APBD untuk BAZNAS Kabupaten
Cilacap adalah 0.5, yang menunjukkan bahwa terdapat dukungan dana dari
APBD sebesar 30% untuk BAZNAS Kabupaten Cilacap. Pada BAZNAS
Kabupaten Bogor, nilai indeks yang didapatkan untuk indikator dukungan
APBD adalah satu, artinya BAZNAS Kabupaten Bogor mendapatkan alokasi
dana APBD dalam pelaksanaan perzakatan di Kabupaten Bogor. Biaya
operasional BAZNAS Kabupaten Bogor dibebankan pada anggaran
pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Bogor melalui bantuan hibah pemda
Kabupaten Bogor. Dana APBD yang diberikan untuk BAZNAS Kabupaten
Bogor sebesar 1 miliar.
87
Indikator database lembaga zakat terdiri atas tiga variabel, yaitu
variabel jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik terdaftar, rasio
muzakki individu, dan rasio muzakki badan.
Variabel jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik terdaftar
mendapat skor 4, artinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki database
jumlah lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik per lembaga.
Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel jumlah
lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik mendapat nilai indeks sebesar
0.75. Pada BAZNAS Kabupaten Tangerang, variabel jumlah lembaga zakat
resmi, muzaki, dan mustahik mendapatkan skor 1 karena BAZNAS Kabupaten
Tangerang tidak memiliki database jumlah lembaga zakat resmi, muzaki, dan
mustahik. BAZNAS Kabupaten Tangerang hanya memiliki data Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) 29 kecamatan sebagai upaya untuk membantu dalam
menghimpun dan menyalurkan dana zakat. Lembaga zakat yang terdapat di
Kabupaten Tangerang tidak ada yang mendaftar secara resmi ke BAZNAS
Kabupaten Tangerang. Lalu pada BAZNAS Kabupaten Pati, variabel jumlah
lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik terdaftar mendapat skor 3, artinya
BAZNAS Kabupaten Pati memiliki 2 dari database jumlah lembaga zakat
resmi, jumlah muzakki dan mustahik. Variabel ini berada pada kategori cukup.
Hal ini menyebabkan variabel jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan
mustahik mendapat nilai indeks sebesar 0.5. Interpretasinya adalah kinerja dari
sisi jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik cukup baik. Indikator
database BAZNAS Kabupaten Cilacap mendapat nilai 0.248 yang artinya
88
kinerja BAZNAS Kabupaten Cilacap terhadap database kelembagaan dinilai
kurang baik. Dan pada BAZNAS Kabupaten Bogor, variabel jumlah lembaga
zakat resmi, muzaki dan mustahik mendapatkan nilai skor satu karena tidak
memiliki database lembaga zakat resmi serta kelengkapan database terkait
jumlah muzaki dan mustahik yang terdaftar pada BAZNAS Kabupaten Bogor.
Nilai indeks pada variabel tersebut adalah nol artinya database lembaga zakat
tidak baik.
Variabel rasio muzakki individu Kota Tangerang Selatan mendapat
skor 1, artinya rasio jumlah muzakki terdaftar terhadap jumlah rumah tangga
kurang dari 1 persen. Jumlah muzakki terdaftar hanya 34 jiwa dari 419.313
rumah tangga. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah. Hal ini
menyebabkan variabel rasio muzakki individu mendapat nilai indeks sebesar
0. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi rasio muzakki individu tidak baik.
Variabel rasio muzaki individu Kabupaten Tangerang mendapatkan
skor 1 karena rasio jumlah individu yang terdaftar terhadap rumah tangga di
Kabupaten Tangerang hanya sebesar 0.012 persen yang kurang dari satu
persen. Muzaki individu yang terdaftar di BAZNAS Kabupaten Tangerang
hanya 100 orang dari 827 015 rumah tangga. Jumlah muzaki yang hanya sedikit
terdaftar pada BAZNAS Kabupaten Tangerang disebabkan kesadaran
masyarakat dalam membayar zakat yang masih rendah. Variabel rasio muzakki
individu Kabupaten Pati mendapat skor 1, artinya rasio jumlah muzakki
terdaftar terhadap jumlah rumah tangga kurang dari 1 persen. Jumlah muzakki
terdaftar hanya 32 jiwa dari 424 616 rumah tangga. Variabel ini berada pada
89
kategori sangat lemah. Hal ini menyebabkan variabel rasio muzakki individu
mendapat nilai indeks sebesar 0. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi rasio
muzakki individu tidak baik Sedangkan variabel muzaki individu Kabupaten
Cilacap indeks 0 dikarenakan jumlah muzaki individu kurang dari 1 persen
dibandingkan keseluruhan individu. Pada BAZNAS Kabupaten Bogor, rasio
muzaki individu mendapatkan skor satu artinya rasio muzaki individu terdaftar
atau yang memiliki NPWZ kurang dari satu persen yakni 0.003 persen. Nilai
indeks pada variabel rasio muzaki individu terhadap jumlah rumah tangga
daerah bernilai nol atau tidak baik.
Variabel rasio muzakki badan mendapat skor 1, artinya rasio jumlah
muzakki badan usaha terhadap jumlah badan usaha kurang dari 1 persen.
Sebanyak 49 badan usaha yang terdaftar sebagai muzakki dari 134 badan usaha
di Kota Tangerang Selatan. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah.
Hal ini menyebabkan variabel rasio muzakki badan mendapat nilai indeks
sebesar 0. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi rasio muzakki badan tidak
baik.
Variabel rasio muzaki badan Kabupaten Tangerang mendapatkan skor
1 karena rasio jumlah badan usaha yang terdaftar terhadap badan usaha di
Kabupaten Tangerang sebesar 0.82 persen. Muzaki badan usaha yang terdaftar
di BAZNAS Kabupaten Tangerang hanya 40 badan usaha dari total 4 883
badan usaha yang terdapat di Kabupaten Tangerang. Variabel rasio muzaki
badan Kabupaten Pati mendapat skor 1, artinya rasio jumlah muzakki badan
usaha terhadap jumlah badan usaha kurang dari 1 persen. Belum ada badan
90
usaha yang terdaftar sebagai muzakki dari 531 badan usaha di Kabupaten Pati.
Variabel ini berada pada kategori sangat lemah. Hal ini menyebabkan variabel
rasio muzakki badan mendapat nilai indeks sebesar 0. Interpretasinya adalah
kinerja dari sisi rasio muzakki badan tidak baik. Sedangkan variabel muzaki
badan usaha Kabupaten Cilacap indeks 0 dikarenakan jumlah muzaki badan
usaha kurang dari 1 persen dibandingkan keseluruhan badan usaha yang
terdaftar. Dan pada BAZNAS Kabupaten Bogor, rasio muzaki badan usaha
mendapatkan skor satu artinya rasio muzaki badan usaha terdaftar kurang dari
satu persen yakni nol persen. Nilai indeks yang didapatkan adalah nol atau
tidak baik karena tidak adanya badan usaha yang mengeluarkan zakat
perusahaan pada BAZNAS Kabupaten Bogor.
Nilai indeks yang didapat BAZNAS Kota Tangerang Selatan untuk
indikator database lembaga zakat bernilai 0,25 artinya kinerja lembaga untuk
indikator database lembaga zakat kurang baik. Sedangkan nilai indeks
indikator database lembaga zakat BAZNAS Kabupaten Tangerang adalah 0
yang artinya kinerja tidak baik dilihat dari database lembaga zakat pada
BAZNAS Kabupaten Tangerang. Nilai indeks yang didapat BAZNAS
Kabupaten Pati untuk indikator database lembaga zakat bernilai 0,17 artinya
kinerja lembaga untuk indikator database lembaga zakat tidak baik.
Nilai indeks yang didapat BAZNAS Kabupaten Cilacap untuk indikator
database lembaga zakat bernilai 0,25 artinya kinerja lembaga untuk indikator
database lembaga zakat kurang baik. Dan nilai indeks yang didapat BAZNAS
91
Kabupaten Bogor untuk indikator database lembaga zakat bernilai 0,00 artinya
kinerja lembaga untuk indikator database lembaga zakat tidak baik.
Indikator kelembagaan terdiri atas empat variabel yaitu variabel
penghimpunan, pengelolaan, penyaluran, dan pelaporan. Variabel
penghimpunan mendapat skor 5, artinya pertumbuhan penghimpunan lebih
dari 20 persen. Variabel ini berada pada kategori sangat kuat. Hal ini
menyebabkan variabel penghimpunan mendapat nilai indeks sebesar 1.
Interpretasinya adalah kinerja dari sisi penghimpunan sangat baik. Variabel
penghimpunan untuk BAZNAS Kabupaten Tangerang mendapatkan skor 4.
Hal ini menyebabkan variabel penghimpunan mendapat nilai indeks sebesar
0,75. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi penghimpunan baik.
Variabel penghimpunan BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 5,
artinya pertumbuhan penghimpunan lebih dari 20 persen. Variabel ini berada
pada kategori sangat kuat. Hal ini menyebabkan variabel penghimpunan
mendapat nilai indeks sebesar 1. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi
penghimpunan sangat baik. Variabel penghimpunan BAZNAS Kabupaten
Cilacap mendapat nilai indeks 1.00 yang berarti kinerja penghimpunan dana
zakat yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Cilacap sangat baik. Variabel
penghimpunan BAZNAS Kabupaten Bogor mendapatkan skor 5 yang artinya
pertumbuhan dana ZIS yang dapat dihimpun oleh BAZNAS Kabupaten Bogor
lebih dari 20 persen. Nilai indeks yang didapatkan pada variabel penghimpunan
sebesar satu artinya kinerja dari peningkatan penghimpunan dana zakat sangat
baik.
92
Variabel pengelolaan BAZNAS Kota Tangerang Selatan mendapat
skor 5, artinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki SOP pengelolaan
zakat, rencana strategis, sertifikasi ISO/manajemen mutu, dan program kerja
tahunan. Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel
pengelolaan mendapat nilai indeks 1. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi
pengelolaan sangat baik. Variabel pengelolaan BAZNAS Kabupaten
Tangerang mendapat skor 4 yang menunjukkan bahwa BAZNAS Kabupaten
Tangerang memiliki sekurang-kurangnya 3 dari SOP pengelolaan zakat,
rencana strategis, sertifikasi ISO/manajemen mutu, dan program kerja tahunan.
Variabel pengelolaan BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 4,
artinya BAZNAS Kabupaten Pati memiliki sekurang-kurangnya 3 dari SOP
pengelolaan zakat, rencana strategis, sertifikasi ISO/manajemen mutu, dan
program kerja tahunan. Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini
menyebabkan variabel pengelolaan mendapat nilai indeks 0.75. Interpretasinya
adalah kinerja dari sisi pengelolaan baik. Variabel pengeloaan BAZNAS
Kabupaten Cilacap dengan indeks 0.75. nilai tersebut berarti bahwa kinerja
pengelolaan dana zakat yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Cilacap sudah
baik. BAZNAS Kabupaten Cilacap memiliki SOP, program kerja, dan rencana
strategis. Variabel pengelolaan BAZNAS Kabupaten Bogor mendapatkan skor
4 artinya BAZNAS Kabupaten Bogor memiliki SOP pengelolaan zakat,
rencana strategis, dan program kerja tahunan sehingga nilai indeks yang
didapatkan sebesar 0.75. Hal ini berarti, kinerja dalam pengelolaan baik.
93
Variabel penyaluran mendapat skor 4, artinya Allocation to Collection
Ratio (ACR) diantara 50-69%, penyaluran bantuan konsumtif dan produktif
dilakukan dua kali dalam setahun, dan terdapat anggaran untuk program
dakwah. BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada tahun 2018 menyalurkan
dana sebesar Rp 3.027.906.688 atau sebesar 70,4% persen dari total dana yang
terhimpun. Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan
variabel penyaluran mendapat nilai indeks sebesar 0,75. Interpretasinya adalah
kinerja dari sisi penyaluran baik. Variabel penyaluran BAZNAS Kabupaten
Tangerang juga mendapatkan skor 4. Variabel ini berada pada kategori kuat.
Hal ini menyebabkan variabel penyaluran mendapat nilai indeks sebesar 0,75.
Interpretasinya adalah kinerja dari sisi penyaluran baik.
Variabel penyaluran BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 3,
artinya Allocation to Collection Ratio (ACR) kurang dari 20 persen. Variabel
ini berada pada kategori lemah. Hal ini menyebabkan variabel penyaluran
mendapat nilai indeks sebesar 0.5. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi
penyaluran cukup baik. Variabel penyaluran BAZNAS Kabupaten Cilacap
mendapat nilai indeks 0.75. Nilai tersebut berarti bahwa kinerja penyaluran
dana zakat yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Cilacap sudah baik. Variabel
penyaluran BAZNAS Kabupaten Bogor mendapatkan skor 3 artinya
Allocation to Collection Ratio (ACR) BAZNAS Kabupaten Bogor berada pada
rentang 50-69. Nilai indeks pada variabel penyaluran sebesar 0.5 artinya
penyaluran dana zakat yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Bogor cukup baik.
94
Variabel pelaporan mendapat skor 4, artinya BAZNAS Kota Tangerang
Selatan memiliki laporan keuangan teraudit eksternal. Variabel ini berada pada
kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel pelaporan mendapat nilai indeks
sebesar 0.75. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi pelaporan kurang baik.
Variabel pelaporan BAZNAS Kabupaten Tangerang mendapatkan skor 2
karena laporan keuangan BAZNAS Kabupaten Tangerang tidak teraudit.
Laporan keuangan tersebut hanya teraudit secara internal. Variabel pelaporan
BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 2, artinya BAZNAS Kabupaten Pati
memiliki laporan keuangan belum teraudit eksternal. Variabel ini berada pada
kategori lemah. Hal ini menyebabkan variabel pelaporan mendapat nilai indeks
sebesar 0.25. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi pelaporan kurang baik.
Variabel pelaporan BAZNAS Kabupaten Cilacap mendapat nilai indeks 0.75,
yang artinya kinerja BAZNAS Kabupaten Cilacap terkait pelaporan dana zakat
dinilai baik. Variabel pelaporan BAZNAS Kabupaten Bogor mendapatkan skor
2 artinya BAZNAS Kabupaten Bogor memiliki laporan keuangan namun tidak
teraudit. Laporan keuangan BAZNAS Kabupaten Bogor hanya teraudit
internal. Nilai indeks yang didapatkan sebesar 0.25 artinya pelaporan yang
dilakukan BAZNAS Kabupaten Bogor kurang baik.
Nilai indeks indikator kelembagaan adalah 0.875 yang artinya secara
kelembagaan, BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki kinerja yang sangat
baik. Nilai indeks indikator kelembagaan adalah 0.65 yang artinya secara
kelembagaan, BAZNAS Kabupaten Tangerang dan BAZNAS Kabupaten Pati
memiliki kinerja yang baik. Indikator kelembagaan BAZNAS Kabupaten
95
Cilacap memiliki nilai indeks 0.825 yang artinya secara kelembagaan,
BAZNAS Kabupaten Cilacap memiliki kinerja yang sangat baik. Nilai indeks
pada indikator kelembagaan sebesar 0.65. Hal ini berarti, kinerja BAZNAS
Kabupaten Bogor berdasarkan aspek kelembagaan baik.
Variabel indeks kesejahteraan CIBEST mendapat skor 4, artinya rumah
tangga mustahik yang sejahtera berada pada rentang nilai 0.61-0.080. Variabel
ini berada pada kategori kuat.Maka dari itu nilai indeks kesejahteraan CIBEST
adalah 0.75. Interpretasinya adalah dari sisi dampak zakat terhadap jumlah
rumah tangga mustahik baik. Indeks kesejahteraan CIBEST BAZNAS
Kabupaten Tangerang mendapat hasil 0.69 diberikan skor empat. Nilai indeks
variabel indeks kesejahteraan CIBEST adalah 0.75 yang artinya kesejahteraan
mustahik di Kabupaten Tangerang termasuk kategori baik. Variabel indeks
kesejahteraan CIBEST BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 4, artinya
rumah tangga mustahik yang sejahtera berada pada rentang nilai 0.61-0.80.
Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel indeks
kesejahteraan CIBEST mendapat nilai indeks sebesar 0.75. Interpretasinya
adalah dari sisi dampak zakat terhadap jumlah rumah tangga mustahik baik.
Variabel indeks kesejahteraan CIBEST BAZNAS Kabupaten Cilacap
mendapatkan skor 4 dan berada pada kriteria kuat yang berarti nilai indeks
CIBEST adalah 61 – 80 persen. Nilai indeks variabel adalah 0.75 yang artinya
kinerja zakat terhadap kesejahteraan mustahik berada pada kondisi baik.
Variabel indeks kesejahteraan CIBEST BAZNAS Kabupaten Bogor
mendapatkan 4 empat yang artinya nilai indeks yang didapatkan adalah 0.75,
96
artinya dana zakat BAZNAS Kabupaten Bogor berdampak baik terhadap
kondisi rumah tangga mustahik.
Variabel modifikasi IPM mendapat skor 2, artinya rumah tangga
mustahik dilihat dari aspek pendidikan dan kesehatan berada pada rentang nilai
0.21-0.40. Variabel ini berada pada kategori kurang baik. Hal ini menyebabkan
variabel modifikasi IPM mendapat nilai indeks sbesar 0.25. Interpretasinya
adalah dari sisi pendidikan dan kesehatan rumah tangga mustahik kurang baik.
Hasil perhitungan indeks pendidikan dan kesehatan BAZNAS Kabupaten
Tangerang dengan menggunakan modifikasi IPM mendapatkan hasil 0.34 atau
dengan presentase 34 persen yang artinya IPM rendah. Nilai indeks variabel
modifikasi IPM adalah 0.25 yang artinya pembangunan manusia dilihat dari
pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Tangerang termasuk kategori kurang
baik.
Variabel modifikasi IPM BAZNAS Kabuipaten Pati mendapat skor 3,
artinya rumah tangga mustahik dilihat dari aspek pendidikan dan kesehatan
berada pada rentang nilai 0.41-0.60. Variabel ini berada pada kategori cukup.
Hal ini menyebabkan variabel modifikasi IPM mendapat nilai indeks sbesar
0.5. Interpretasinya adalah dari sisi pendidikan dan kesehatan rumah tangga
mustahik cukup baik. IPM mustahik Kabupaten Cilacap adalah 43.61 persen.
Nilai tersebut tergolong pada klasifikasi cukup baik. Hal ini berarti responden
dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh kesehatan dan
pendidikan dengan cukup baik. Variabel modifikasi IPM BAZNAS Kabupaten
Bogor mendapatkan skor 3 artinya nilai indeks pendidikan dan kesehatan
97
berada pada rentang 0.41-0.60 yakni 0.458. Nilai indeks modifikasi IPM
sebesar 0.5 artinya indeks kesehatan dan indeks pendidikan mustahik cukup
baik.
Variabel kemandirian BAZNAS Kota Tangerang Selatan mendapat
skor 3, artinya rata-rata rumah tangga mustahik di kota Tangerang Selatan
memiliki pekerjaan atau usaha dan tidak memiliki tabungan. Variabel ini
berada pada kategori cukup. Indeks variabel kemandirian sebesar 0.5. Artinya
kinerja dari sisi kemandirian rumah tangga mustahik cukup. Variabel kemandirian
BAZNAS Kabupaten Tangerang mendapat skor 2, artinya rata-rata rumah
tangga mustahik memiliki pekerjaan tidak tetap dan tidak memiliki tabungan.
Variabel ini berada pada kategori lemah. Indeks variabel kemandirian sebesar
0.25. Artinya kinerja dari sisi kemandirian rumah tangga mustahik kurang
baik.Variabel kemandirian BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 3, artinya
rata-rata rumah tangga mustahik memiliki pekerjaan atau usaha dan tidak
memiliki tabungan. Variabel ini berada pada kategori cukup. Indeks variabel
kemandirian sebesar 0.5. Artinya kinerja dari sisi kemandirian rumah tangga mustahik
cukup. Nilai variabel kemandirian BAZNAS Kabupaten Cilacap yang diteliti adalah
0.60 yang artinya dampak zakat terhadap kemandirian mustahik cukup baik. Variabel
kemandirian BAZNAS Kabupaten bogor mendapatkan 3 yang artinya rata-rata rumah
tangga mustahik memiliki salah satu pekerjaan tetap atau usaha/bisnis namun tidak
memiliki tabungan. Nilai indeks yang diperoleh sebesar 0.5 artinya tingkat
kemandirian mustahik cukup.
Hasil IZN BAZNAS Kota Tangerang Selatan menunjukkan angka 0,42 yang
berarti kinerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan berada dalam kategori cukup. Sama
98
halnya dengan hasil IZN Baznas Kabupaten Tangerang, IZN Baznas Kabupaten
Cilacap dan IZN Baznas Kabupaten Bogor yang masing-masing menunjukkan angka
0,6, 0,5 dan 0,5 yang berarti bahwa kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang, Baznas
Kabupaten Cilacap dan Baznas Kabupaten Bogor berada dalam kategori cukup.
Namun hasil IZN pada BAZNAS Kabupaten Pati menujukkan angka 0,392 yang
berarti kinerja BAZNAS Kabupaten Pati berada dalam kategori kurang baik.
G. Implikasi Kebijakan
Berdasarkan hasil perhitungan indeks zakat nasional Kota Tangerang
Selatan, ada beberapa kebijakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kinerja perzakatan Kota Tangerang Selatan. Untuk dimensi makro dapat
ditingkatkan melalui nilai indeks indikator dukungan APBD dan variabel rasio
muzakki badan dari indikator database lembaga zakat. Nilai indeks indikator
dukungan APBD dapat ditingkatkan dengan adanya alokasi APBD Kota
Tangerang Selatan untuk operasional BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Nilai
indeks variabel rasio muzakki badan dapat ditingkatkan dengan adanya MoU
atau nota kesepahaman antara BAZNAS Kota Tangerang Selatan dan badan
usaha milik daerah (BUMD). MoU ini terkait kewajiban BUMD untuk
membayar zakat. Hal ini akan berdampak pada pertambahan jumlah dana zakat
yang terhimpun di BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
Sementara itu, dari dimensi mikro dapat dilakukan dengan pembuatan peta
pengalokasian dana zakat sehingga tepat sasaran. Peta ini dapat berdasarkan
jumlah penduduk miskin yang ada di Kota Tangerang Selatan. Kecamatan
dengan jumlah penduduk miskin tertinggi menjadi prioritas utama. Dengan
99
demikian, diharapkan zakat dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan
antar masyarakat serta dapat mentransformasikan para mustahik menjadi
muzakki.
Lalu terkait dengan manajemen akuntansi pada BAZNAS Kota Tangerang
Selatan, dapat ditingkatkan dengan mengaudit Laporan Keuangan setiap
periode, serta menampilkan angka audit dalam laporan audit paling tidak
selama dua periode, agar dapat diketahui serta dibandingkan antara periode
berjalan dengan periode sebelumnya apakah terdapat peningkatan atau
penurunan dalam hal penghimpunan dan penyaluran zakat, sehingga dapat
menjadi evaluasi tersendiri bagi pihak BAZNAS Kota Tangerang Selatan
dalam rangka mengurangi angka kemiskinan di Kota Tangerang Selatan
khususnya dan di Negara Indonesia umumnya.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Kinerja perzakatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sudah cukup
baik. Nilai ini berada pada kondisi cukup baik karena berdasarkan
kinerja lembaga BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada aspek
kelembagaan dan dampak zakat berkontribusi dengan baik terhadap
perzakatan di Kota Tangerang Selatan. Meskipun pada sisi makro yaitu
dilihat dari peran pemerintah dan partisipasi masyarakat kurang baik
terhadap perzakatan di Kota Tangerang Selatan
2. Nilai indeks pada dimensi makro sebesar 0.083, artinya penilaian
kinerja peran pemerintah dan masyarakat secara agregat berada pada
kondisi tidak baik. Nilai indeks pada dimensi mikro sebesar 0.65,
artinya penilaian kinerja lembaga zakat dan dampak zakat terhadap
mustahik berada pada kondisi baik. Secara keseluruhan dilihat dari
hasil perhitungan indeks dimensi makro dan mikro kinerja perzakatan
Kota Tangerang Selatan berada pada kondisi cukup baik dengan nilai
indeks 0.42.
101
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, beberapa saran yang dapat
diajukan adalah sebagai berikut :
1. Perlu adanya dukungan APBD demi keberlangsungan operasional
BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
2. BAZNAS Kota Tangerang Selatan perlu melakukan MoU atau nota
kesepahaman dengan badan usaha milik daerah (BUMD) di Kota
Tangerang Selatan terkait kewajiban membayar zakat.
3. BAZNAS Kota Tangerang Selatan perlu membuat peta pengalokasian
dana zakat sehingga tepat sasaran.
4. BAZNAS Kota Tangerang Selatan perlu melakukan sistem mentoring
terhadap penerima manfaat zakat, khususnya pada program zakat
produktif dalam hal ini modal usaha. Penelitian menemukan adanya
penggunaan dana zakat yang tidak tepat guna, seperti menggunakan
dana zakat yang semestinya digunakan sebagai modal usaha tapi pada
pelaksanaannya digunakan untuk membayar utang dan kegiatan
konsumtif mustahik.
5. Mentoring pada kondisi spiritual mustahik juga diperlukan, karena
penelitian menunjukkan bahwa hampir tidak ada peningkatan dari sisi
spiritual mustahik pasca mendapatkan bantuan zakat.
6. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menghitung indeks zakat
nasional tingkat provinsi dan membandingkan kinerja antar BAZNAS.
102
DAFTAR PUSTAKA
Amalia dan Kasyful Mahalli. (2012). Potensi Dan Peranan Zakat Dalam
Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Medan. Ekonomi Dan Keuangan, 1(1),
70–87.
Anonim. Presentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi 2007-2018. Diakses
melalui https://bps.go.id/dynamictable/2016/08/18/1219/presentase-
penduduk-miskin-menurut-provinsi-2007---2018.html, pada tanggal 17 April
2019.
Anonim. Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota 2015-2018. Diakses
melalui https://www.bps.go.id/dynamictable/2017/08/03/1260/jumlah-
penduduk-miskin-menurut-kabupaten-kota-2015---2018.html, pada tanggal
17 April 2019.
Anonim. Presentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaen/Kota 2015-2018.
Diakses melalui
https://www.bps.go.id/dynamictable/2017/08/03/1261/persentase-penduduk-
miskin-menurut-kabupaten-kota-2015---2018.html, pada tanggal 17 April
2019.
Anonim. Presentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi 2007-2018. Diakses
melalui https://www.bps.go.id/dynamictable/2016/08/18/1219/persentase-
penduduk-miskin-menurut-provinsi-2007---2018.html, pada tanggal 17 April
2019.
BAZNAS. (2016). Indeks Zakat Nasional. Jakarta: Puskas BAZNAS.
Beik, Irfan Syauqi. (2009). Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan:
Studi Kasus Dompet Dhuafa. Pemikiran Dan Gagasan, II.
Beik, Irfan Syauqi dan Laily Dwi Arsyianti. (2015). Construction Of CIBEST
Model As Measurement Of Poverty and Welfare Indices From Islamic. Al-
Iqtishad, VIII(1), 87–104.
Damanhur dan Nurainiah. (2016). Analisis Pengaruh Bantuan Zakat Terhadap
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Aceh Utara. Visioner &
Strategis, 5(2), 71–82.
Farchatunnisa, Hidayaneu., Didin Hafidhuddin dan Khalifah Muhamad Ali. (2017).
Analisis Kinerja Baznas Kota Bandung. Bogor: Institus Pertanian Bogor.
Fitriani. (2017). Analisis Kinerja Perzakatan Kabupaten Pati (Studi Kasus:
BAZNAS Kabupaten Pati). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
103
Hafidhuddin. (2002). Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani
Press.
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. (2009). Akuntansi Manajerial. (L.
Alfiah, Ed.) (8th ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Harto, Prayogo P., Vivi Sufi Anggraeni dan Ai Nur Bayinah. (2018). Komparasi
Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat. Akuntansi Dan Keuangan Islam,
6(1), 19–33.
Hilmiyah, Ulfah Laelatul. (2017). Analisis Kinerja Perzakatan BAZNAS Kabupaten
Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Indrayati. (2017). Akuntansi Manajemen. Malang: Media Nusa Creative.
Kalbarini, Rahmah Yulisa dan Noven Suprayogi. (2014). Implementasi
Akuntabilitas dalam Konsep Metafora Amanah di Lembaga Bisnis Syariah
(Studi Kasus: Swalayan Pamella Yogyakarta). Jestt, 1(7), 506–517.
Khoirunnisa, Ayu Amalia. (2017). Analisis Kinerja BAZNAS Kabupaten Cilacap
Ddengan Pendekatan Indeks Zakat Nasional. Bogor: Institus Pertanian Bogor.
Kholmi, Masiyah. (2012). Akuntabilitas dan Pembentukan Perilaku Amanah dalam
Masyarakat Islam. Jurnal Salam, 15(1), 1–18.
Koni, Wiwin. (2014). Kapitalis, Akuntansi Syariah: Solusi Krisis Akuntansi. Jurnai
Al Mizan, 10(1), 107–120.
Luther, Cicilia Cynthia. (2016). Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi
Manajemen Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Pada Kentucky Fried
Chicken Di Manado). Jurnal EMBA, 4(1), 505–513.
Marhaeni, Harmawanti. (2019). Profil Kemiskinan di Indonesia September 2018.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
(2018). Profil Kemiskinan di Indonesia September 2017.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Multifiah. (2011). ZIS Untuk Kesejahteraan Umat. Malang: Universitas Brawijaya
Press.
Mulyadi. (2001). Balance Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk
Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.
(2001). Sistem Akuntansi (3rd ed.). Jakarta: Salemba Empat.
104
Nurlita, Elok dan Marlina Ekawaty. (2017). Pengaruh Zakat Terhadap Konsumi
Rumah Tangga Mustahik (Studi Pada Penerima Zakat Dari BAZNAS Kota
Probolinggo). Ekonomi Dan Bisnis Islam, 3(2), 85–105.
PEBS-FEUI. (2010). Menggagas Arsitektur Zakat Indonesia: Menuju Sinergi
Pemerintah dan Masyarakat Sipil Dalam Pengelola Zakat Nasional. Jakarta:
IMZ.
Polinggapo, Seviawati. (2015). Pengukuran Kinerja Lembaga Pengelola Zakat,
Infaq dan Sedekah Dengan Menggunakan Metode Balance Scorecard.
Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.
Pramanik. (1993). Development and Distribution in Islam. Pelanduk Publications,
Petaling Jaya.
Pratama, Yoghi Citra. (2015). Peran Zakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan
(Studi Kasus: Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional).
The Journal of Tauhidinomics, 1(1), 93–104.
Qadir, A. (1998). Zakat dalam Dimensi Mahdah dan Sosial. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Romantin, Maya, Efri Syamsul Bahri dan Ahmad Tirmidzi Lubis. (2017). Analisis
Kinerja Keuangan Lembaga Zakat (Studi Kasus : Badan Amil Zakat
Nasional). Perisai, 2(1), 14–34.
Sucipto. (2004). Penerapan Akuntansi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan.
Sumatera Utara: Repository Universitas Sumatera Utara.
Suryaningtyas, Rahma. (2017). Analisis Kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Tim FEB UIN Jakarta. (2012). Buku Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta:
Universitas Islam Syarif Hidayatullah.
Triyuwono, I. (2000). Organisasi dan Akuntansi Syari’ah. Yogyakarta: LkiS.
(2006). Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syari’ah.
Jakarta: Radjawali Press.
Widiawati, Nunung Nurhayati dan Ifa Hanifia Senjiati. (2017). Kinerja
Pengelolaan Zakat Menggunakan Indeks Zakat Nasional (IZN) di BAZNAS
Provinsi Jawa Barat. Keuangan Dan Perbankan Syariah, 308–314.
Yuanta, Ines. (2016). Penilaian Kinerja Lembaga Amil Zakat Dengan Pendekatan
Indonesia Magnificence of Zakat. Jember: Universitas Jember.
105
LAMPIRAN-LAMPIRAN
106
LAMPIRAN 1
Kuesioner Penelitian
107
ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN
Peneliti: Akbar Prayogi
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui dampak zakat di Kota Tangerang
Selatan terhadap kemiskinan, pembangunan manusia, dan kemandirian yang
telah disusun oleh Tim Pusat Kajian Strategis BAZNAS serta sebagai syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Akuntansi dalam bidang Ilmu Akuntansi pada
UIN Syarif Hidayatullah. Semua informasi yang didapat akan dijaga
kerahasiaannya.
Catatan Penting:
o Kepala Keluarga, disingkat KK adalah orang yang memiliki tanggung
jawab tertinggi di dalam rumah tangga. (bisa laki-laki atau perempuan).
o Anggaran Anggota Keluarga, disingkat AK adalah mereka yang hidup
dan tinggal bersama KK dikediaman/rumah yang sama.
108
NOMOR KUESIONER (Area/Urutan):
Tanggal Wawancara:
Nama Kepala Keluarga: Alamat Lengkap: No. Hp (jika ada);
BAGIAN A: INFORMASI PERSONAL
Nama Jenis
Kelamin Status
Tahun Lahir
Pendidikan Formal
Terakhir *
Apakah Mengikuti Pendidikan Informal **
L/P 1. Kepala Keluarga (KK)
2. Anggota Keluarga (AK)
1. Tidak Pernah Sekolah
2. SD 3. SMP 4. SMA 5. Diploma 6. Universitas
a. Ya (sebutkan) b. Tidak
Catatan:
Pendidikan terakhir (lengkap dengan tingkatnya: misal SMP kelas 2, kuliah tingkat 1, dsb)
Kegiatan informal termasuk: kursus, les, kerja paket, pelatihan, diskusi/ceramah mingguan (harus rutin)
BAGIAN B: PENDAPATAN KELUARGA
Anggota Status
Pekerjaan Pendapatan Rutin (Rp/Bulan)
Pendapatan tidak rutin
Pendapatan dari aset yang disewakan
Total Pendapatan
KK = Kepala Keluarga AK = Anggota Keluarga
1. Karyawan 2. Petani 3. Pedagang 4. Buruh 5. Lain-lain
(sebutkan)
1. Kiriman keluarga
2. Bantuan pemerintah
3. Kiriman pihak lain
4. Lain-lain (sebutkan)
1. Tanah 2. Rumah 3. Kendaraan 4. Peralatan 5. Lain-lain
(sebutkan)
KK
AK 1
AK 2
AK 3
AK 4
Dst
Catatan:
Pekerjaan yang dicatat adalah pekerjaan yang dilakukan selama satu bulan terakhir
109
Jika pendapatan tidak tetap, maka diperkirakan dalam satuan waktu yang termudah, misalnya perminggu; per 3 bulan; per hari. Kemudian dibulatkan menjadi pendapatan selama satu bulan.
BAGIAN C: INFORMASI TABUNGAN DAN SIMPANAN
No Jenis Tabungan Ya Tidak Jumlah
1 Memiliki tabungan di bank konvensional
2 Memiliki tabungan di bank syariah
3 Memiliki tabungan di koperasi konvensional
4 Memiliki tabungan di koperasi syariah/IMBT
5 Memiliki tabungan di lembaga zakat
6 Mengikuti arisan uang rutin
7 Memiliki tabungan di rumah dalam bentuk celengan, brankas, dan sejenisnya
BAGIAN D: INFORMASI KESEHATAN
No Indikator Ya Tidak
1 Memiliki atap rumah yang terbuat dari genteng dan sejenisnya
2 Memiliki dinding rumah yang terbuat dari tembok dan sejenisnya
3 Memiliki fasilitas listrik memadai
4 Memiliki lantai permanen
5 Memiliki fasilitas air bersih (air PAM/air tanah)
6 Memiliki fasilitas sanitasi (toilet) memadai
7 Memiliki penyakit berat menahun (seperti TBC, stroke, diabetes, jantung, dll)
8 Memiliki cacat fisik akibat kecelakaan (diamputasi, dsb)
9 Memiliki akses kesehatan (BPJS, dan sejenisnya)
10 Tidak memiliki anggota keluarga yang merokok
BAGIAN E: BANTUAN ZAKAT DARI BAZNAS DAN LAZ
1. Jumlah bantuan yang diterima KK + AK dari BAZNAS atau lembaga zakat lainnya (jika ada) dikonversi ke nilai rupiah selama satu bulan terakhir
Jumlah Pendapatan Nilai Bantuan Zakat per Keluarga (Rp)
Penambahan Pendapatan Pasca Zakat (Rp/bulan)
Bantuan Konsumtif (detailkan): a. Pangan b. Kesehatan c. Pendidikan d. Biaya hidup
lainnya
Bantuan Produktif (detailkan): a. Bantuan modal
Omset Usaha Keuntungan
110
b. Bantuan alat c. Bantuan lain
Lainnya (.......)
Total Tambahan Zakat
Keterangan: *jika dengan sebab bantuan, pendapatan bertambah1 Untuk kolom omset usaha dan keuntungan, dapat dipilih salah satu saja
BAGIAN F: PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN DARI BAZNAS
No Jenis Pembinaan/Pendampingan Ya Tidak
1 Pembinaan spiritual (pengajian/pertemuan rutin) sekurang-kurangnya 1x dalam sebulan
2 Pembinaan dan peningkatan kapasitas usaha sekurangkurangnya 1x dalam 6 bulan
3 Pendampingan rutin sekurang-kurangnya 2x dalam 1 bulan
BAGIAN G: TOTAL PENGELUARAN RUMAH TANGGA (Dalam 1 Bulan Terakhir)
Catatan: Perkirakan pengeluaran rata-rata per item dalam waktu yang paling mudah ( misalkan per hari/ minggu/ bulan/ dsb) lalu diakumulasi selama 1 bulan.
Jenis Pengeluaran Pengeluaran KK
Saja Total (KK+AK)
Total Bulanan (KK+AK)
Sewa rumah (jika rumah kontrakan)
Listrik, air, dan gas
Konsumsi makanan sehari-hari
Biaya Sekolah: - SPP - Uang Saku
Transportasi (Angkutan umum, bensin)
Komunikasi (pulsa)
Kesehatan: - Obat-obatan - Konsultasi
medis
Belanja Pakaian
Kosmetika
Rokok
Sumbangan hajatan
Hiburan (Pasar malam, bioskop, dll)
Utang jatuh tempo
1 Contoh: bantuan produktif pengadaan mesin Rp 2 juta. Dengan sebab pengadaan mesin, mustahik memiliki usaha dengan omset Rp 500 ribu/hari dan keuntungan Rp 50 ribu/hari. Maka masukkan nilai Rp 500 ribu/hari atau Rp 15 juta/bulan ke dalam kolom omset usaha, dan masukkan Rp 50 ribu/hari atau Rp 1.5 juta/bulan ke kolom keuntungan. Yang dihitung sebagai tambahan pendapatan adalah kolom keuntungan.
111
Pelunasan cicilan/kredit barang per bulan
Lainnya (sebutkan)
BAGIAN H: EVALUASI KEGIATAN IBADAH RUMAH TANGGA MUSTAHIK SEBELUM DAN SESUDAH ZAKAT Evaluasi Ibadah Rumah Tangga Mustahik sebelum menerima dana zakat.
Variabel Skala Likert
Keterangan 1 2 3 4 5
Shalat
Puasa
Zakat & Infak
Lingkungan Keluarga
Kebijakan Pemerintah
Evaluasi Ibadah Rumah Tangga Mustahik sesudah menerima dana zakat.
Variabel Skala Likert
Keterangan 1 2 3 4 5
Shalat
Puasa
Zakat & Infak
Lingkungan Keluarga
Kebijakan Pemerintah
112
ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN
Peneliti: Akbar Prayogi
BAZNAS Kabupaten/Kota: Nama Pengisi/Jabatan:
No Komponen Ketersediaan/Variabel Deskripsi Variabel
1 Peraturan Daerah (Perda) tentang Zakat
Ada / Tidak Ada* No. Perda :
2
Alokasi APBD untuk BAZNAS kab/kota 2 tahun terakhir
Tahun 2017 Ada / Tidak Ada*
Rp.
Tahun 2018 Ada / Tidak Ada*
Rp.
3 Database Tahun 2018
a. Lembaga zakat resmi yang terdaftar di BAZNAS (termasuk BAZNAS kab/kota dan LAZ ditingkat kab/kota)
1. (nama lembaga):
2. (nama lembaga):
3. (nama lembaga):
4. (nama lembaga):
5. (nama lembaga):
6. (nama lembaga):
b. Jumlah mustahik yang terdaftar
(jiwa)
c. Jumlah muzakki perorangan yang terdaftar
(jiwa)
d. Jumlah muzakki badan usaha yang terdaftar
(unit)
e. Jumlah total rumah tangga di tingkat kabupaten/kota
(RT)
f. Jumlah total badan usaha di tingkat kabupaten/kota
(unit)
4 Penghimpunan Dana Zakat
Total Penghimpunan Tahun 2017: Rp.
Tahun 2018: Rp.
5 Pengelolaan Zakat 2018
Program Kerja Ada / Tidak Ada*
113
Rencana Strategis Ada / Tidak Ada*
Standar Operational Procedures (SOP)
Ada / Tidak Ada*
Jenis SOP:
Sertifikat ISO Ada / Tidak Ada*
Jenis ISO:
6 Penyaluran Dana Zakat 2018
Total Dana Zakat yang Disalurkan
Rp.
Dana Zakat untuk kegiatan Dakwah
Ada / Tidak Ada* Jika Ada: Rp.
Penyaluran Zakat Produktif
Rencana Penyaluran pada Bulan:
Realisasi Penyaluran pada Bulan:
Penyaluran Zakat Sosial/Konsumtif
Rencana Penyaluran pada Bulan:
Realisasi Penyaluran pada Bulan:
7 Pelaporan Zakat 2018
Laporan Keuangan
Ada / Tidak Ada* Teraudit / Tidak Teraudit*
Dipublikasikan / Tidak dipublikasikan *
Jika Teraudit, mendapat opini WTP / Tidak WTP *
Laporan Audit Syariah Ada / Tidak Ada*
8
Biaya Operasional Pengelolaan Zakat 2018
Rp.
114
LAMPIRAN 2
Skoring Dimensi Makro & Mikro
115
Skoring Dimensi Makro dan Mikro
1. Dimensi Makro
No Variabel Kriteria (1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = cukup, 4 = kuat, 5 = sangat kuat)
1 2 3 4 5
1 Regulasi Nasional
Memiliki UU zakat berserta perangkat peraturan pendukung di tingkat nasional serta memiliki Perda zakat di <25% provinsi
Memiliki UU zakat berserta perangkat peraturan pendukung di tingkat nasional serta memiliki Perda zakat sekurang-kurangnya di 25% provinsi
Memiliki UU zakat berserta perangkat peraturan pendukung di tingkat nasional serta memiliki Perda zakat sekurang-kurangnya di 50% provinsi
Memiliki UU zakat berserta perangkat peraturan pendukung di tingkat nasional serta memiliki Perda zakat sekurangkurangnya di 75% provinsi
Memiliki UU zakat berserta perangkat peraturan pendukung di tingkat nasional serta memiliki Perda zakat di seluruh provinsi
2 Regulasi Daerah (untuk perhitungan level provinsi)
Memiliki Perda zakat di tingkat provinsi dan Perda zakat di <25% kab/kota di provinsi tersebut
Memiliki Perda zakat di tingkat provinsi dan Perda zakat sekurang-kurangnya di 25% kab/kota di provinsi tersebut
Memiliki Perda zakat di tingkat provinsi dan Perda zakat sekurang-kurangnya di 50% kab/kota di provinsi tersebut
Memiliki Perda zakat di tingkat provinsi dan Perda zakat sekurang-kurangnya di 75% kab/kota di provinsi tersebut
Memiliki Perda zakat di tingkat provinsi dan Perda zakat di seluruh kab/kota di provinsi tersebut
3 APBN untuk BAZNAS
Rasio APBN terhadap biaya operasional BAZNAS <20%
Rasio APBN terhadap biaya operasional BAZNAS sekurangkurangnya 20%
Rasio APBN terhadap biaya operasional BAZNAS sekurangkurangnaya 30%
Rasio APBN terhadap biaya operasional BAZNAS sekurangkurangnya 50%
Rasio APBN terhadap biaya operasional BAZNAS sekurangkurangnya 75%
4 APBD untuk BAZNAS daerah (untuk perhitungan level provinsi)
Rasio APBD terhadap biaya operasional BAZNAS daerah <20%
Rasio APBD terhadap biaya operasional BAZNAS daerah sekurang-kurangnya 20%
Rasio APBD terhadap biaya operasional BAZNAS daerah sekurang-kurangnya 30%
Rasio APBD terhadap biaya operasional BAZNAS daerah sekurang-kurangnya 50%
Rasio APBD terhadap biaya operasional BAZNAS daerah sekurang-kurangnya 75%
116
1. Dimensi Makro
No Variabel Kriteria (1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = cukup, 4 = kuat, 5 = sangat kuat)
1 2 3 4 5
5 Jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik
Tidak memiliki database dari jumlah lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik per lembaga
Memiliki 1 dari database jumlah lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik per lembaga
Memiliki 2 dari database jumlah lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik per lembaga
Memiliki database jumlah lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik per lembaga
Memiliki database jumlah lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik per lembaga serta peta sebarannya
6 Rasio jumlah muzaki individu terhadap jumlah rumah tangga nasional
Rasio jumlah muzaki terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap rumah tangga nasional <1%
Rasio jumlah muzaki terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah rumah tangga nasional 1- 3.9%
Rasio jumlah muzaki terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah rumah tangga nasional 4-6.9%
Rasio jumlah muzaki terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah rumah tangga nasional 7-10%
Rasio jumlah muzaki terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah rumah tangga nasional >10%
7 Rasio muzaki badan usaha terhadap jumlah badan usaha nasional
Rasio jumlah muzaki badan terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah badan usaha <1%
Rasio jumlah muzaki badan terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah badan usaha 1-1.9%
Rasio jumlah muzaki badan terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah badan usaha 2-2.9%
Rasio jumlah muzaki badan terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah badan usaha 3-3.9%
Rasio jumlah muzaki badan terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah badan usaha ≥4%
Keterangan: Khusus tingkat kabupaten/kota, keberadaan Perda pengelolaan zakat akan membuat nilai indeks regulasi = 1, dan ketiadaan Perda pengelolaan zakat akan membuat nilai indeks regulasi = 0.
2. Dimensi Mikro
No Variabel Kriteria (1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = cukup, 4 = kuat, 5 = sangat kuat)
1 2 3 4 5
1 Penghimpunan Pertumbuhan (YoY) <5%
Pertumbuhan (YoY) 5- 9%
Pertumbuhan (YoY) 10-14%
Pertumbuhan (YoY) 15-19%
Pertumbuhan (YoY) >20%
2 Pengelolaan Tidak memiliki SOP pengelolaan zakat, rencana strategis, sertifikasi
Memiliki sekurangkurangnya 1 dari SOP pengelolaan zakat,
Memiliki sekurangkurangnya 2 dari SOP pengelolaan
Memiliki sekurangkurangnya 3 dari SOP pengelolaan zakat,
Memiliki SOP pengelolaan zakat, rencana strategis, sertifikasi
117
2. Dimensi Mikro
No Variabel Kriteria (1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = cukup, 4 = kuat, 5 = sangat kuat)
1 2 3 4 5
ISO/manajemen mutu, dan program kerja tahunan
rencana strategis, sertifikasi ISO/manajemen mutu, dan program kerja tahunan
zakat, rencana strategis, sertifikasi ISO/manajemen mutu, dan program kerja tahunan
rencana strategis, sertifikasi ISO/manajemen mutu, dan program kerja tahunan
ISO/manajemen mutu, dan program kerja tahunan
3 Penyaluran ACR <20% PS >12 bulan PE > 15 bulan Tidak ada anggaran untuk PD
ACR 20-49% PS 9-12 bulanPE 12-15 bulan PD minimal dialokasikan 0.1-<2.5% anggaran
ACR 20-49% PS 6-<9 bulan PE 9-<12 bulan PD minimal dialokasikan 2.5- <7.5% anggaran
ACR 50-69% PS 3-<6 bulan PE 6-<9 bulan PD minimal dialokasikan 7.5-<10% anggaran
ACR 20-49% PS <3 bulan PE <6 bulan PD minimal dialokasikan ≥10% anggaran
4 Pelaporan Tidak memiliki laporan keuangan
Memiliki laporan keuangan yang tidak teraudit
Memiliki laporan keuangan teraudit tapi tidak WTP
Memiliki laporan keuangan teraudit WTP dan publikasi pelaporan berkala
Memiliki laporan keuangan teraudit WTP, memiliki laporan audit syariah dan publikasi pelaporan berkala
5 Indeks kesejahteraan CIBEST (W)
Nilai indeks 0-0.20
Nilai indeks 0.21-0.40
Nilai indeks 0.41- 0.60
Nilai indeks 0.61-0.80
Nilai indeks >0.80
6 Modifikasi IPM
Nilai indeks 0-0.20
Nilai indeks 0.21-0.40
Nilai indeks 0.41- 0.60
Nilai indeks 0.61-0.80
Nilai indeks >0.80
7 Kemandirian Tidak memiliki pekerjaan dan usaha/bisnis
Memiliki pekerjaan tidak tetap (serabutan)
Hanya memiliki salah satu dari pekerjaan tetap atau usaha/bisnis
Memiliki salah satu dari pekerjaan tetap atau usaha/bisnis dan memiliki tabungan
Memiliki pekerjaan tetap, usaha/bisnis, dan tabungan
Keterangan: Keterangan: ACR= Allocation to Collection Ratio, PS=Program Sosial, PE=Program Ekonomi, PD=Program Dakwah. Sumber: Puskas BAZNAS (2016)
118
LAMPIRAN 3
Tabel Perhitungan Indeks
Harapan Hidup
119
No Tahun Lahir AHH AHH MIN AHH MAX IAHH
1 1954 21,2 20 85 0,018000
2 1966 27,9 20 85 0,121538
3 1957 35,0 20 85 0,230923
4 1978 42,4 20 85 0,344769
5 1971 52,2 20 85 0,495692
6 1972 36,8 20 85 0,258462
7 1961 27,0 20 85 0,108000
8 1971 35,9 20 85 0,244769
9 1972 51,0 20 85 0,477385
10 1968 33,2 20 85 0,202308
11 1976 53,6 20 85 0,517077
12 1969 44,0 20 85 0,369077
13 1955 33,5 20 85 0,207846
14 1975 51,1 20 85 0,478769
15 1970 35,0 20 85 0,230154
16 1965 27,1 20 85 0,108769
17 1965 30,1 20 85 0,155538
18 1968 41,1 20 85 0,324615
19 1941 11,5 20 85 0,130615
20 1955 22,0 20 85 0,030615
21 1973 47,9 20 85 0,428615
22 1973 37,7 20 85 0,272615
23 1969 49,1 20 85 0,448115
24 1970 35,0 20 85 0,230154
25 1980 44,3 20 85 0,373846
26 1942 22,0 20 85 0,030974
27 1978 38,5 20 85 0,285231
28 1975 35,8 20 85 0,243231
29 1977 51,2 20 85 0,479231
30 1977 41,5 20 85 0,330154
31 1975 39,6 20 85 0,301385
32 1968 29,6 20 85 0,147692
33 1970 31,3 20 85 0,174462
34 1970 35,0 20 85 0,230154
35 1972 36,8 20 85 0,258462
36 1968 33,2 20 85 0,203077
37 1967 39,9 20 85 0,305641
38 1948 13,6 20 85 -0,098000
39 1968 29,6 20 85 0,147692
40 1975 48,8 20 85 0,443115
41 1968 29,6 20 85 0,147692
42 1965 43,7 20 85 0,364423
120
No Tahun Lahir AHH AHH MIN AHH MAX IAHH
43 1968 29,6 20 85 0,147692
44 1979 54,0 20 85 0,523795
45 1970 35,0 20 85 0,230154
46 1952 19,6 20 85 0,006923
47 1971 54,2 20 85 0,525462
48 1963 46,7 20 85 0,411385
49 1967 46,4 20 85 0,406000
50 1958 51,0 20 85 0,476692
51 1948 24,9 20 85 0,075692
52 1970 47,9 20 85 0,429346
53 1960 37,9 20 85 0,275077
54 1958 40,3 20 85 0,312000
55 1949 36,1 20 85 0,247000
56 1965 30,5 20 85 0,161385
57 1979 47,9 20 85 0,428923
58 1959 37,9 20 85 0,275692
59 1975 52,9 20 85 0,505538
60 1965 44,0 20 85 0,369385
61 1960 43,3 20 85 0,359077
62 1979 50,7 20 85 0,471692
63 1968 41,2 20 85 0,325385
64 1968 32,3 20 85 0,188923
65 1965 43,1 20 85 0,355385
66 1967 31,0 20 85 0,168462
67 1965 30,5 20 85 0,161385
68 1955 24,0 20 85 0,061692
69 1959 42,8 20 85 0,350923
70 1970 42,9 20 85 0,352154
71 1966 31,4 20 85 0,174923
72 1963 55,9 20 85 0,552615
73 1965 29,7 20 85 0,148769
74 1965 44,5 20 85 0,377077
75 1969 40,8 20 85 0,320154
76 1965 31,8 20 85 0,181846
77 1965 29,2 20 85 0,141846
78 1966 31,0 20 85 0,168923
79 1965 30,5 20 85 0,161385
80 1968 42,3 20 85 0,343077
81 1965 29,7 20 85 0,148769
82 1970 51,2 20 85 0,480308
83 1965 35,9 20 85 0,244308
84 1969 49,7 20 85 0,456154
121
No Tahun Lahir AHH AHH MIN AHH MAX IAHH
85 1966 30,5 20 85 0,162000
86 1970 50,0 20 85 0,461231
87 1969 44,8 20 85 0,381846
88 1963 37,2 20 85 0,264923
89 1968 32,3 20 85 0,188923
90 1972 52,2 20 85 0,494769
91 1968 40,2 20 85 0,310923
92 1965 43,3 20 85 0,358769
93 1966 43,6 20 85 0,363077
94 1963 35,2 20 85 0,233385
95 1968 32,3 20 85 0,188923
96 1970 42,3 20 85 0,343385
97 1972 45,5 20 85 0,392462
98 1970 34,1 20 85 0,216462
99 1965 30,5 20 85 0,161385
100 1970 41,7 20 85 0,334000
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)
122
LAMPIRAN 4
Tabel Perhitungan Harapan Lama
Sekolah
123
No Tahun Lahir HLS HLS MIN HLS MAX IHLS
1 1954 4,2 0 18 0,233333
2 1966 6,45 0 18 0,358333
3 1957 4,95 0 18 0,275000
4 1978 7,95 0 18 0,441667
5 1971 7,2 0 18 0,400000
6 1972 7,2 0 18 0,400000
7 1961 5,7 0 18 0,316667
8 1971 7,2 0 18 0,400000
9 1972 7,2 0 18 0,400000
10 1968 6,45 0 18 0,358333
11 1976 7,95 0 18 0,441667
12 1969 6,45 0 18 0,358333
13 1955 4,95 0 18 0,275000
14 1975 7,95 0 18 0,441667
15 1970 7,2 0 18 0,400000
16 1965 6,45 0 18 0,358333
17 1965 6,45 0 18 0,358333
18 1968 6,45 0 18 0,358333
19 1941 2,1 0 18 0,116667
20 1955 4,95 0 18 0,275000
21 1973 7,2 0 18 0,400000
22 1973 7,2 0 18 0,400000
23 1969 6,45 0 18 0,358333
24 1970 7,2 0 18 0,400000
25 1980 8,7 0 18 0,483333
26 1942 2,1 0 18 0,116667
27 1978 7,95 0 18 0,441667
28 1975 7,95 0 18 0,441667
29 1977 7,95 0 18 0,441667
30 1977 7,95 0 18 0,441667
31 1975 7,95 0 18 0,441667
32 1968 6,45 0 18 0,358333
33 1970 7,2 0 18 0,400000
34 1970 7,2 0 18 0,400000
35 1972 7,2 0 18 0,400000
36 1968 6,45 0 18 0,358333
37 1967 6,45 0 18 0,358333
38 1948 3,45 0 18 0,191667
39 1968 6,45 0 18 0,358333
40 1975 7,95 0 18 0,441667
124
No Tahun Lahir HLS HLS MIN HLS MAX IHLS
41 1968 6,45 0 18 0,358333
42 1965 6,45 0 18 0,358333
43 1968 6,45 0 18 0,358333
44 1979 7,95 0 18 0,441667
45 1970 7,2 0 18 0,400000
46 1952 4,2 0 18 0,233333
47 1971 7,2 0 18 0,400000
48 1963 5,7 0 18 0,316667
49 1967 6,45 0 18 0,358333
50 1958 4,95 0 18 0,275000
51 1948 3,45 0 18 0,191667
52 1970 7,2 0 18 0,400000
53 1960 5,7 0 18 0,316667
54 1958 4,95 0 18 0,275000
55 1949 3,45 0 18 0,191667
56 1965 6,45 0 18 0,358333
57 1979 7,95 0 18 0,441667
58 1959 4,95 0 18 0,275000
59 1975 7,95 0 18 0,441667
60 1965 6,45 0 18 0,358333
61 1960 5,7 0 18 0,316667
62 1979 7,95 0 18 0,441667
63 1968 6,45 0 18 0,358333
64 1968 6,45 0 18 0,358333
65 1965 6,45 0 18 0,358333
66 1967 6,45 0 18 0,358333
67 1965 6,45 0 18 0,358333
68 1955 4,95 0 18 0,275000
69 1959 4,95 0 18 0,275000
70 1970 7,2 0 18 0,400000
71 1966 6,45 0 18 0,358333
72 1963 5,7 0 18 0,316667
73 1965 6,45 0 18 0,358333
74 1965 6,45 0 18 0,358333
75 1969 6,45 0 18 0,358333
76 1965 6,45 0 18 0,358333
77 1965 6,45 0 18 0,358333
78 1966 6,45 0 18 0,358333
79 1965 6,45 0 18 0,358333
80 1968 6,45 0 18 0,358333
125
No Tahun Lahir HLS HLS MIN HLS MAX IHLS
81 1965 6,45 0 18 0,358333
82 1970 7,2 0 18 0,400000
83 1965 6,45 0 18 0,358333
84 1969 6,45 0 18 0,358333
85 1966 6,45 0 18 0,358333
86 1970 7,2 0 18 0,400000
87 1969 6,45 0 18 0,358333
88 1963 5,7 0 18 0,316667
89 1968 6,45 0 18 0,358333
90 1972 7,2 0 18 0,400000
91 1968 6,45 0 18 0,358333
92 1965 6,45 0 18 0,358333
93 1966 6,45 0 18 0,358333
94 1963 5,7 0 18 0,316667
95 1968 6,45 0 18 0,358333
96 1970 7,2 0 18 0,400000
97 1972 7,2 0 18 0,400000
98 1970 7,2 0 18 0,400000
99 1965 6,45 0 18 0,358333
100 1970 7,2 0 18 0,400000
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)
126
LAMPIRAN 5
Tabel Perhitungan Rata-Rata
Lama Sekolah
127
No Tahun Lahir RLS RLS MIN RLS MAX IRLS
1 1954 6 0 15 0,4
2 1966 12 0 15 0,8
3 1957 12 0 15 0,8
4 1978 12 0 15 0,8
5 1971 12 0 15 0,8
6 1972 9 0 15 0,6
7 1961 9 0 15 0,6
8 1971 12 0 15 0,8
9 1972 9 0 15 0,6
10 1968 9 0 15 0,6
11 1976 12 0 15 0,8
12 1969 12 0 15 0,8
13 1955 6 0 15 0,4
14 1975 9 0 15 0,6
15 1970 6 0 15 0,4
16 1965 9 0 15 0,6
17 1965 12 0 15 0,8
18 1968 9 0 15 0,6
19 1941 0 0 15 0
20 1955 6 0 15 0,4
21 1973 6 0 15 0,4
22 1973 12 0 15 0,8
23 1969 12 0 15 0,8
24 1970 12 0 15 0,8
25 1980 12 0 15 0,8
26 1942 12 0 15 0,8
27 1978 12 0 15 0,8
28 1975 12 0 15 0,8
29 1977 12 0 15 0,8
30 1977 12 0 15 0,8
31 1975 12 0 15 0,8
32 1968 12 0 15 0,8
33 1970 12 0 15 0,8
34 1970 9 0 15 0,6
35 1972 6 0 15 0,4
36 1968 9 0 15 0,6
37 1967 9 0 15 0,6
38 1948 6 0 15 0,4
39 1968 9 0 15 0,6
128
No Tahun Lahir RLS RLS MIN RLS MAX IRLS
40 1975 6 0 15 0,4
41 1968 9 0 15 0,6
42 1965 12 0 15 0,8
43 1968 6 0 15 0,4
44 1979 12 0 15 0,8
45 1970 6 0 15 0,4
46 1952 0 0 15 0
47 1971 9 0 15 0,6
48 1963 6 0 15 0,4
49 1967 6 0 15 0,4
50 1958 6 0 15 0,4
51 1948 0 0 15 0
52 1970 12 0 15 0,8
53 1960 6 0 15 0,4
54 1958 0 0 15 0
55 1949 6 0 15 0,4
56 1965 6 0 15 0,4
57 1979 12 0 15 0,8
58 1959 0 0 15 0
59 1975 12 0 15 0,8
60 1965 12 0 15 0,8
61 1960 6 0 15 0,4
62 1979 6 0 15 0,4
63 1968 6 0 15 0,4
64 1968 9 0 15 0,6
65 1965 6 0 15 0,4
66 1967 6 0 15 0,4
67 1965 6 0 15 0,4
68 1955 6 0 15 0,4
69 1959 6 0 15 0,4
70 1970 12 0 15 0,8
71 1966 6 0 15 0,4
72 1963 6 0 15 0,4
73 1965 6 0 15 0,4
74 1965 6 0 15 0,4
75 1969 6 0 15 0,4
76 1965 6 0 15 0,4
77 1965 6 0 15 0,4
78 1966 12 0 15 0,8
129
No Tahun Lahir RLS RLS MIN RLS MAX IRLS
79 1965 6 0 15 0,4
80 1968 6 0 15 0,4
81 1965 6 0 15 0,4
82 1970 9 0 15 0,6
83 1965 9 0 15 0,6
84 1969 6 0 15 0,4
85 1966 6 0 15 0,4
86 1970 6 0 15 0,4
87 1969 12 0 15 0,8
88 1963 6 0 15 0,4
89 1968 6 0 15 0,4
90 1972 9 0 15 0,6
91 1968 6 0 15 0,4
92 1965 6 0 15 0,4
93 1966 6 0 15 0,4
94 1963 6 0 15 0,4
95 1968 12 0 15 0,8
96 1970 6 0 15 0,4
97 1972 6 0 15 0,4
98 1970 6 0 15 0,4
99 1965 6 0 15 0,4
100 1970 6 0 15 0,4
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)