analisis kelayakan usaha pembesaran ikan ...repository.ub.ac.id/6518/1/amalia nur wahidah.pdfii...
TRANSCRIPT
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN PATIN PADA USAHA PERSEORANGAN “TIRTO MAS FARM” DI KELURAHAN BEDURI
KABUPATEN PONOROGO PROVINSI JAWA TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh : AMALIA NUR WAHIDAH NIM. 135080400111001
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
ii
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN PATIN PADA USAHA PERSEORANGAN “TIRTO MAS FARM”DI KELURAHAN BEDURI
KABUPATEN PONOROGO PROVINSI JAWA TIMUR
SKRIPSI
PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh : AMALIA NUR WAHIDAH NIM. 135080400111001
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan Skripsi yang saya tulis
ini benar-benar hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan Skripsi ini
hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, Agustus 2017 Mahasiswa
( AMALIA NUR WAHIDAH )
NIM. 135080400111001
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Tinta hitam diatas kertas putih tertulis dengan rapi yang tak menunjukkan
rasa letihnya, ucapan rasa syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga penulis
mampu menyusun serta menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu yang berjudul
“Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Patin Pada Usaha Perseorangan
Tirto Mas Farm di Kelurahan Beduri Kabupaten Ponorogo”
Bantuan dan Dukungan yang diberikan kepada penulis sehingga mampu
bertahan dan berdiri dengan tegap disini, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam
penulisan skripsi hingga terselesaikan secara langsung maupun tidak langsung:
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kelancaran dan pertolongan
2. Ayah dan Ibu yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga di beri
kemudahan dan tetap bertahan sejauh ini dalam menyelesaikan laporan
skripsi.
3. Bapak Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Dr.
Ir. Anthon Efani, MP selaku dosen pembimbing 2 yang telah bersedia
memberikan waktunya untuk membimbing penyusunan laporan Skripsi
sehingga dapat terselesaikan. Penulis sampaikan terimakasih atas
kesabaran, arahan, ilmu yang telah diberikan selama proses penulisan
skripsi.
4. Bapak Dr. Ir. Mimit Primyastanto, MP selaku dosen penguji 1 dan Ibu
Wahyu Handayani, S.Pi,. MBA, MP selaku dosen penguji 2 yang telah
bersedia memberikan waktunya. Penulis ucapkan terimakasih atas ilmu,
saran dan pertanyaan selama proses ujian berlangsung.
vi
5. Bapak Aji Wicaksono selaku pemilik usaha pembesarn ikan patin “Tirto Mas
Farm” di Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo
yang telah memberikan informasi selama penelitian.
6. Keluarga besarku Nenek, Kakek, Tante Fitri, Tante Elik, Om Didit, Om
Wahyu, Dek Alfi, Dek Aziz dan Dek Syahdan terimakasih untuk doa yang
selalu kalian ucapkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
tepat waktu.
7. Ifa Fajarika dan Helmi Yunitasari yang telah memberi bantuan, dukungan
dan semangat serta canda tawa yang berhasil kalian selipkan di kehidupan
penulis yang dapat menghilangkan penat sejenak kepada penulis sehingga
Laporan Skripsi dapat terselesaikan.
8. Hafiz Nurdiansyah terimakasih telah menemani penulis dengan penuh
kesabaran ketika terjatuh selama ini, selalu memberikan doa, dukungan dan
bantuan setiap penulis membutuhkanya. Semoga setiap pengorbananmu
tidak akan sia-sia dan semoga kelak menjadi orang sukses.
9. Seluruh teman-teman AP angkatan 2013 terimakasih atas bantuan yang
kalian berikan secara langsung maupun tidak langsung selama awal menjadi
mahasiswa baru hingga menjadi sekarang. Semoga menjadi orang yang
sukses dunia akhirat.
Malang, Agustus 2017
Penulis
vii
RINGKASAN AMALIA NUR WAHIDAH. 135080400111001.Skripsi tentang Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Patin Pada Usaha Perseorangan “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (dibawah bimbingan Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS dan Dr. Ir. Anthon Efani, MP.)
Ikan Patin merupakan salah satu komoditi yang memiliki sifat
menguntungkan untuk dibudidaya. Kebutuhan protein hewani masyarakat semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Selain itu prospek pasar domestik dan pasar luar negeri ikan patin sangat baik namun, tingkat produksi ikan patin di Indonesia masih tergolong rendah untuk mengisi kebutuhan pasar. Tirto Mas Farm adalah satu-satunya usaha yang membudidaya ikan patin di Ponorogo.
Penelitian ini dilaksanakan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo pada bulan Mei 2017. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan aspek teknis, aspek manajemen dan aspek pemasaran pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”. (2) Untuk menganalisis aspek finansiil jangka pendek dan jangka panjang usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”, (3) Untuk menganalisis tingkat sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Jenis data penelitian yaitu data kuantitatif dan data kualitatif sedangkan, sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Penentuan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik
pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.
Aspek teknis pada usaha ini meliputi lokasi usaha yang mudah dijangkau; sarana terdiri dari kolam dan peralatan usaha; prasarana yang digunakan adalah sumber air yang berasal dari sumur pompa, akses jalan dalam kondisi baik, alat komunikasi yang digunakan adalah handphone; faktor produksi yang digunakan adalah benih, pakan dan tenaga kerja; proses produksi dimulai dari persiapan kolam, penebaran benih ikan patin, pemeliharaan ikan patin serta pemanenan; hasil produksi selama setahun sebesar 72 Ton. Aspek manajemen meliputi perencanaan secara garis besar dilakukan oleh pemilik usaha sedangkan, perencanaan detailnya dilakukan tenaga kerja; pengorganisasian yang ada yaitu pemilik usaha memberikan tugas langsung kepada tenaga kerja; penggerakan dilakukan pemilik usaha dengan memberikan pengarahan dan motivasi; dan pengawasan dilakukan oleh salah satu tenaga kerja yang sudah dipercaya pemilik usaha. Aspek pemasaran meliputi strategi pemasaran terdiri dari segmentasi pasar dengan tidak membagi konsumen berdasarkan kelasnya, target pasar yang dipilih adalah pasar konsumen yaitu pasar tradisional Ngawi, posisi pasar yang dilakukan yaitu selalu memasok ikan patin ke pedagang pengumpul; bauran pemasaran meliputi produk berupa ikan patin hidup, penentuan harga sesuai harga pasar yaitu sebesar Rp. 15.500/kg, promosi tidak dilakukan karena hasil langsung dipasarkan ke pedagang pengumpul, tempat usaha mudah dijangkau; dan saluran pemasaran yang diterapkan yaitu mulai dari pembudidaya ke pedagang pengumpul kemudian dijual ke pengecer setelah itu baru dijual ke konsumen.
Analisis finansiil jangka pendek pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto
Mas Farm” meliputi modal sebesar Rp. 1.352.399.667; biaya total sebesar Rp.
viii
739. 264. 667; penerimaan sebesar Rp. 1.116.000.000; keuntungan sebesar Rp. 376.735.333; R/C Ratio sebesar 1,51; rentabilitas sebesar 50,96%; dan
BEPsales sebesar Rp. 154.540.483 serta BEPunit sebanyak 9.970 kg. Sedangkan finansiil jangka panjang meliputi Net Present Value (NPV) diperoleh nilai sebesar Rp. 1. 399. 364.360; Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) sebesar 3,28; Internal Rate of Return (IRR) sebesar 61%; dan Payback Periode (PP)
selama 1 tahun 6 bulan. Analisis finansiil jangka pendek dan jangka panjang pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dalam kondisi normal layak dan menguntungkan untuk dijalankan.
Analisis sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” pada tingkat kenaikan biaya maksimum sebesar 34%, tingkat penurunan benefit maksimum sebesar 23% serta tingkat kenaikan biaya dan penurunan benefit secara bersamaan sebesar 13% masih layak untuk dijalankan dan selebihnya usaha tidak layak untuk dijalankan.
Pemilik usaha diupayakan untuk membuat surat izin usaha sebagai legalitas untuk memudahkan dalam penyuluhan dan pengenalan teknologi baru untuk budidaya ikan patin. Pemerintah Kabupaten Ponorogo melalui Dinas Pertanian bidang Perikanan dan Kelautan turut serta membantu pembudidaya dalam mengembangkan usaha budidaya ikan patin dengan mengadakan penyuluhan dan pelatihan. Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini mengenai strategi pengembangan usaha pembesaran ikan patin.
ix
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyajikan Laporan Skripsi yang berjudul
Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Patin Pada Usaha Perseorangan
“Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten
Ponorogo , Jawa Timur. Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang
meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek finansiil jangka
pendek maupun jangka panjang serta analisis sensitivitas.
Diharapkan dengan tersusunnya Laporan Skripsi ini dapat bermanfaat,
terutama bagi mahasiswa program studi Agrobisnis Perikanan. Karena itu sangat
disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis,
walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih
dirasakan banyak kekurangtepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran
yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Malang, Agustus 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
RINGKASAN ....................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix DAFTAR ISI .......................................................................................................... x DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3 1.4 Kegunaan Penelitian.................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 5 2.2 Deskripsi Ikan Patin ..................................................................................... 8 2.3 Studi Kelayakan Usaha ............................................................................... 10 2.3.1 Aspek Teknis ......................................................................................... 11
2.3.2 Aspek Manajemen ................................................................................ 16 2.3.3 Aspek Pemasaran ................................................................................. 20 2.3.4 Aspek Finansiil ...................................................................................... 22 2.3.5 Analisis Sensitivitas ............................................................................... 29
2.4 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 30
III. METODE PENELITIAN .................................................................................... 32 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................ 32 3.2 Jenis dan Metode Penelitian ........................................................................ 32 3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 33 3.4 Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 34 3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 34 3.6 Analisis Data ............................................................................................... 35
3.6.1 Analisis Deskriptif Kualitatif ................................................................... 36 3.6.2 Analisis Deskriptif Kuantitatif ................................................................. 37
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................................................... 45 4.1 Letak Geografis dan Topografis .................................................................. 45 4.2 Keadaan penduduk .................................................................................... 45 4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 45 4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ............................ 46 4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .......................... 47 4.3 Keadaan Umum Usaha Perikanan di Ponorogo ......................................... 47 4.4 Gambaran Umum Usaha ............................................................................ 48
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 50
5.1 Aspek Teknis .............................................................................................. 50 5.2 Aspek Manajemen ...................................................................................... 60 5.3 Aspek Pemasaran ...................................................................................... 62 5.4 Aspek Finansiil ........................................................................................... 66 5.4 1. Aspek Finansiil Jangka Pendek ........................................................... 66 5.4.2 Aspek Finansiil Jangka Panjang ........................................................... 71 5.5 Tingkat Sensitivitas ..................................................................................... 73
xi
5.6 Faktor yang mempengaruhi usaha ............................................................. 77
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 79 6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 79 6.2 Saran .......................................................................................................... 79 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 81 LAMPIRAN ............................................................................................................ 85
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tingkat kepadatan bedasarkan luas lahan ....................................................... 14
2. Data penduduk berdasarkan jenis kelamin Kelurahan Beduri ........................... 46
3. Data penduduk berdasarkan mata pencaharian Kelurahan Beduri ................... 46
4. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Kelurahan Beduri ............... 47
5. Peralatan yang digunakan pada usaha pembesaran ikan patin
“Tirto Mas Farm” ................................................................................................ 52
6. Hasil analisis sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin
“Tirto Mas Farm” ................................................................................................ 77
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ikan Patin ......................................................................................................... 9
2. Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 31
3. Kolam Pembesaran Ikan Patin ........................................................................ 51
4. Bagan proses produksi ikan patin ................................................................... 59
5. Struktur organisasi pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” ....... 63
6. Saluran pemasaran ikan patin pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas
Farm” .............................................................................................................. 66
7. Grafik Break Event Point ................................................................................. 70
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta lokasi penelitian ...................................................................................... 85
2. Rincian modal tetap pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” per
tahun ............................................................................................................... 86
3. Rincian modal kerja pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” per
tahun ............................................................................................................... 87
4. Analisis jangka pendek ................................................................................... 88
5. Kenaikan investasi .......................................................................................... 90
6. Analisis jangka panjang (Normal) .................................................................... 91
7. Analisis jangka panjang (Biaya naik 34%) Layak ............................................ 92
8. Analisis jangka panjang (Biaya naik 35%) Tidak Layak ................................... 93
9. Analisis jangka panjang (Benefit turun 23%) Layak ......................................... 94
10. Analisis jangka panjang (Benefit turun 24%) Tidak Layak ............................... 95
11. Analisis jangka panjang (Biaya Naik 13% dan Benefit turun 13%) Layak ........ 96
12. Analisis jangka panjang (Biaya Naik 14% dan Benefit turun 14%)
Tidak Layak .................................................................................................... 97
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perikanan merupakan sektor yang memilik peranan bagi perekonomian
Indonesia. Sektor perikanan membantu peningkatan devisa, meningkatkan
pendapatan nelayan atau petani ikan dan pembangunan daerah. Perikanan dan
kelautan Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi dan termasuk
prospek bisnis yang cukup besar, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu
sektor andalan untuk mengatasi krisis ekonomi (Dahuri, 2000).
Ikan patin adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki prospek
yang baik karena nilai jualnya cukup tinggi dan pembudidayaannya cukup
mudah. Ikan ini memiliki sifat yang menguntungkan untuk dibudidaya yaitu
fekunditas tinggi, bersifat omnivora, dapat beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan, tidak membutuhkan perairan yang mengalir dan pada perairan
dengan kandungan oksigen rendah masih layak untuk pembesaran Ikan patin.
Selain itu, Ikan patin memiliki sedikit duri, tidak bersisik dan dagingnya berwarna
putih serta mudah dikuliti untuk dijadikan ikan olahan yaitu fillet (Kementrian
Kelautan dan Perikanan, 2012).
Menurut Khairuman dan Khairul (2008), prospek pemasaran Ikan patin
tidak lepas dari perhitungan akan kebutuhan protein hewani masyarakat secara
umum. Sebagaimana diketahui, kebutuhan protein hewani masyarakat secara
umum akan meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk,
pendidikan, dan taraf hidup masyarakat. Selain itu, munculnya kesadaran
masyarakat akan bahaya kolesterol menjadi pertimbangan saat memilih jenis
protein hewani ikan termasuk patin yang dinilai lebih aman daripada ternak jenis
lain, karena kolesterolnya relatif lebih rendah sebesar 1,09 %.
2
Prospek pasar Ikan patin sebagai komoditas baru dalam dunia
perdagangan sangat baik. Permintaan komoditas Ikan patin dari pasar Uni
Eropa, Amerika Serikat, Eropa Timur dan Eropa Tengah sangat tinggi sebesar
1,1 juta ton per tahun. Selama ini permintaan Ikan patin dunia hanya dipenuhi
dari Negara Vietnam yang memasok Ikan patin. Peluang ekspor Ikan patin
semakin terbuka setelah Amerika membatasi impor Ikan patin dari Vietnam
karena mengandung bahan berbahaya. Kondisi tersebut adalah peluang untuk
mengisi kebutuhan pasar Amerika Serikat dan Indonesia dapat menjadi salah
satu produsen Ikan patin (Ditjen Pengembangan Ekspor Negeri, 2013).
Hasil produksi total ikan patin nasional pada tahun 2010 hingga 2015
secara berturut-turut sebesar 147.888 ton, 229.267 ton, 347.000 ton, 410.883 ton
418.002 ton dan 339.111 ton. Pada tahun 2015, hasil produksi Ikan patin
mengalami penurunan (Dinas Kelautan dan Perikanan Jatim, 2015). Total
produksi patin Indonesia berada dibawah Vietnam yang berhasil memproduksi
hampir 1,03 ton. Mengingat produksi Ikan patin masih tergolong rendah dengan
permintaan yang tinggi dan peluang pasar Ikan patin yang masih luas, maka
budidaya Ikan patin di Indonesia perlu digalakkan lagi untuk meningkatkan
produksi Ikan patin.
Ponorogo adalah salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki peluang
untuk meningkatkan produksi Ikan patin karena hasil produksi Ikan patin masih
sedikit yaitu sebesar 9 ton pada tahun 2015. Tirto Mas Farm merupakan suatu
usaha budidaya ikan yang bergerak dalam budidaya Ikan patin pada kegiatan
pembesaran. Tirto Mas Farm ini adalah usaha perseorangan yang dimiliki oleh
Bapak Aji Wicaksono sebagai pemilik usaha. Letak usaha tersebut berada di
jalan Mliwis, Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo,
Jawa Timur. Usaha ini sudah berjalan selama tiga tahun. Tirto Mas Farm adalah
satu-satunya usaha pembesaran ikan patin di Kecamatan Ponorogo.
3
Selama ini belum ada laporan analisis finansiil mengenai usaha
pembesaran Ikan patin pada usaha ”Tirto Mas Farm” sehingga perlu dilakukan
pengkajian mengenai kelayakan usaha pembesaran Ikan patin untuk mengetahui
sejauh mana usaha tersebut layak untuk diteruskan sebagai suatu investasi yang
baik. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan patin Pada
Usaha Perseorangan Tirto Mas Farm di Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo,
Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aspek teknis, aspek manajemen dan aspek pemasaran pada
usaha pembesaran Ikan patin “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri,
Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur?
2. Bagaimana aspek finansiil jangka pendek dan jangka panjang pada usaha
pembesaran Ikan patin “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri, Kecamatan
Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur?
3. Bagaimana tingkat sensitivitas pada usaha pembesaran Ikan “Tirto Mas
Farm” di Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo,
Provinsi Jawa Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan aspek teknis, aspek manajemen dan aspek
pemasaran pada usaha pembesaran Ikan patin “Tirto Mas Farm” di
Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi
Jawa Timur.
4
2. Untuk menganalisis kelayakan finansiil jangka pendek dan jangka panjang
pada usaha pembesaran Ikan patin “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri,
Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
3. Untuk menganalisis tingkat sensitivitas pada usaha pembesaran Ikan patin
“Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten
Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
1.4 Kegunaan
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Lembaga Akademis atau Perguruan Tinggi
Sebagai sumber pengetahuan dan informasi evaluasi usaha agar dapat
meningkatkan serta mengembangkan usaha pembesaran ikan patin.
b. Pembudidaya Ikan
Sebagai sumber informasi yang dapat dijadikan referensi untuk
pengembangan usaha.
c. Pemerintah
Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan untuk
menciptakan lapangan usaha di Sektor Perikanan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian Riska (2015) dengan judul Strategi Pengembangan
Usaha Budidaya Ikan Lele Pada Usaha Toni Makmur di Kawasan Agropolitan,
Jombang mengenai aspek teknis yang ada meliputi sarana prasarana, faktor
produksi, proses produksi dan hasil produksi. Sarana yang digunakan dalam
budidaya yaitu kolam beton, kolam terpal, jaring, timbangan, sabit, cangkul,
keranjang,gerobak dorong, pipa air, dan drum plastik. Prasarana yang
menunjang kegiatan budidaya yaitu sumber air yang berasal dari sumur bor,
akses jalan sudah diaspal dan lokasi berada di persimpangan jalan, alat
komunikasi menggunakan handphone, instalasi listrik menggunakan daya
sebesar 900 Watt. Faktor produksi pada usaha ini antara lain benih, tenaga kerja,
dan pakan. Benih yang digunakan berukuran 4-5 cm untuk pembesaran yang
diperoleh dari rekan pemilik usaha dekat lokasi usaha yang hanya menjual benih
ikan lele saja sehingga ketersediaannya melimpah. Tenaga kerja berasal dari
daerah Kauman berjumlah satu orang pekerja tetap tetapi jika panen ada pekerja
tambahan. Pakan yang digunakan ada tiga macam diperoleh dari kios penjualan
pakan dekat lokasi usaha dan tidak menggunakan pakan alternatif. Proses
produksi diawali dengan persiapan kolam yaitu membersihkan kolam, pengisian
air selama seminggu untuk mengembangbiakkan pakan alami lele, langkah
selanjutnya penebaran benih dengan padat tebar 300-350/m3 ukuran 4-5 cm,
setelah itu ikan lele dipelihara dalam kurun waktu tiga bulan dalam sekali
produksi, kegiatan terakhir adalah proses pemanenan. Hasil produksi berupa
ikan lele segar yang dijual langsung kepada tengkulak dan konsumen dengan
ukuran 12 ekor/kg.
6
Hasil penelitian Pernandes (2016) yang berjudul The Prospects Of Shark
Catfish (Pangasius hypothalmus) Farming Development In Kelurahan Palas,
Rumbai Subdistricts, Pekanbaru City, Riau Province mengenai aspek
manajemen dan aspek pemasaran. Aspek manajemen terdiri dari fungsi
perencanaan, organisasi, aktualisasi dan pengendalian. Fungsi perencanaan
yang meliputi penyusunan rencana kerja terdiri dari empat komponen yaitu
persiapan kolam, penebaran benih, pemeliharaan dan pemanenan. Setelah itu
penjadwalan kerja pemilihan benih yang bagus. Fungsi organisasi tidak
terstruktur karena dikelola sendiri oleh pemilik usaha. Fungsi aktualisasi yaitu
tahap pelaksanaan usaha pembesaran ikan patin yang dilaksanakan tidak
khusus atau seperti biasa sesuai rencana dan mampu terselesaikan dengan
baik. Fungsi pengendalian dengan memantau secara langsung pekerjaan seperti
kolam yang jebol, pencurian atau yang lainnya untuk mencegah adanya
kesalahan yang dapat merugikan usaha. Pada aspek pemasaran yaitu bauran
pemasaran yang terdiri dari produk, harga dan promosi. Produk yang dihasilkan
ikan patin konsumsi hasil budidaya pembesaran dengan ukuran lebih sama
dengan satu kilogram. Harga yang ditetapkan berkisar Rp. 13.000-15.000 sesuai
harga dipasaran saat itu. Promosi tidak dilakukan oleh pemilik usaha karena
pembeli yang mencari informasi dan datang langsung ke lokasi usaha.
Pada penelitian Hasnibar (2014) dengan judul Strategi Pemasaran
Produk Olahan Ikan Patin di Desa Koto, Riau mengenai strategi pemasaran
meliputi segmentasi pasar, target pemasaran dan positioning. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut pemasaran produk dibagi menjadi dua segmen berdasarkan
geografisnya yaitu pasar dalam daerah dan pasar luar daerah. Target pemasaran
produk olahan patin meliputi seluruh segmen pasar yaitu pasar dalam daerah
dan luar daerah dengan pertimbangan permintaan, harga serta jarak tempuh ke
pasar tujuan dalam memasok produk. Positioning produk olahan ikan patin
7
dilakukan dengan dua langkah yaitu pemasok selalu memenuhi permintaan
produk pada setiap segmen dan membangun image produk ke konsumen.
Penelitian mengenai analisis kelayakan suatu usaha telah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya tetapi dengan jenis produk yang berbeda. Penelitian yang
terkait dengan analisis kelayakan usaha telah dilakukan oleh Rohmawati (2010)
dengan judul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar
Pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa usaha tersebut secara finansiil layak
dengan nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp. 2.039.639.749,00, nilai Net B/C
diperoleh sebesar 4,08, nilai IRR sebesar 60%, payback period sebesar 2,03,
nilai manfaat bersih yang diperoleh sebesar Rp. 434.591.902,00. Hasil analisis
sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan harga penjualan menunjukkan usaha
tersebut masih tetap layak untuk dilanjutkan. Penurunan harga jual ikan hias
sebesar 20% menghasilkan NPV Rp. 1.125.203.260,00 ; IRR sebesar 34 %; Net
B/C sebesar 2,43. Sedangkan untuk penurunan harga jual ikan hias sebesar 30
persen, menghasilkan NPV sebesar 667.985.016,00; Net B/C sebesar 1,79 dan
IRR sebesar 24 %.
Martha (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kelayakan
Industri Fillet Ikan Patin Beku mengemukakan bahwa usaha industri dilihat dari
aspek teknis, manajemen, aspek pasar dan finansiil layak untuk dilaksanakan.
Pada penelitian ini hasil analisis finansiil dengan nilai NPV sebesar
Rp.219.008.659,99; Net B/C Rasio 1,24; IRR 27,02% dan Payback Period satu
tahun sepuluh bulan. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa proyek tersebut
masih layak untuk dilaksanakan jika terjadi perubahan kenaikan harga bahan
baku hingga 5% dan tidak layak lagi terjadi kenaikan harga bahan baku mulai
10% serta penurunan harga jual sebesar sebesar 5%.
8
Dwirosyadha (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Finansiil
Penggunaan Lampu Petromak sebagai Pemanas pada Budidaya Pembenihan
Ikan Patin Nusa Hias Farm di Desa Cibitung Tengah Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis
finansiil dengan nilai R/C sebesar 1,97; PP sebesar 1,73; NPV sebesar Rp.
695.550.355,5; Net B/C diperoleh sebesar 27,69%; IRR sebesar 457,26%.
Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm dengan menggunakan pemanas
petromak akan menjadi tidak layak jika terjadi kenaikan harga minyak tanah
sebesar 1.161,87%, kenaikan harga pakan sebesar 1.228,65% dan penurunan
harga benih sebesar 98,57%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
penggantian teknologi pemanas menjadi petromak layak untuk dilakukan karena
dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan.
2.2 Deskripsi Ikan Patin
Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) banyak ditemukan di perairan
umum seperti sungai, waduk, dan rawa. Kerabat dekat Ikan patin yang ada di
Indonesia umumnya memiliki ciri-ciri keluarga Pangasidae, yaitu bentuk
badannya sedikit memipih, tidak bersisik, atau sisiknya halus sekali. Kerabat Ikan
patindi Indonesia cukup banyak diantaranya : Pangasius polyuranoda (ikan
juaro), Pangasius macronema (ikan roes, riu, lancang), Pangasius micronemus
(wakal, riuscaring), Pangasius nasutus (pedado), Pangasius nieuwenhuisii
(lawang). Ikan patin jenis ikan penghuni asli perairan umum Indonesia yaitu
terutama Sumatera, Kalimantan dan Jawa (Susanto dan Amri, 1999). Gambar
ikan patin dapat dilihat pada Gambar 1.
Menurut Prahasta dan Masturi (2009), jika dilihat secara ilmiah dalam
taksonomi hewan atau sistematika hewan, Ikan patin dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.
9
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostarioplaysi
Subordo : Siluriodea
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius pangasius
(Sumber : Google, 2017)
Gambar 1. Ikan Patin
Patin (Pangasius pangasius) adalah salah satu ikan asli perairan
Indonesia yang telah berhasil di domestikasi. Patin tergolong ikan unggul karena
rasa dagingnya lezat dan gurih, merupakan ikan berukuran besar, respon
terhadap pakan buatan dan dalam pembudidayaannya tumbuh cepat. Patin
mempunyai bentuk tubuh memanjang, agak pipih, dan tidak bersisik. Panjang
tubuhnya dapat mencapai 120 cm. warna tubuh patin pada bagian punggung
keabu-abuan atau kebiru-biruan dan bagian perut putih keperak-perakan. Kepala
patin relatif kecil dengan mulut terletak di ujung agak ke bawah. Pada sudut
10
mulutnya terdapat dua pasang sungut (kumis) pendek yang berfungsi sebagai
peraba.
Menurut Bidayani (2007), Ikan patin merupakan jenis ikan ekonomis yang
cukup digemari masyarakat yang saat ini telah dibudidayakan di kolam, keramba
maupun jaring apung. Ikan ini termasuk jenis ikan liar yang mudah beradaptasi
dengan lingkungan dan tumbuh normal dalam kolam terbatas karena ikan patin
mudah menyesuaikan diri dengan perairan tenang maupun mengalir. Ikan ini
dibudidayakan secara intensif yang mampu memakan semua pakan yang
diberikan atau dapat dikatakan pemakan segala (omnivora).
2.3 Studi Kalayakan Usaha
Studi kelayakan usaha merupakan suatu usaha untuk mengetahui sejauh
mana tingkat keberhasilan pelaksanaan proyek berjalan sesuai rencana dan
akan memberikan hasil seperti yang diharapkan. Proyek adalah keseluruhan
aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat
(benefit), atau suatu aktivitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk
mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dan yang dapat
direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah, 2001).
Feasibility study atau Studi kelayakan usaha adalah suatu studi untuk
melakukan penilaian tehadap instansi pada proyek tertentu yang sedang atau
akan dilaksanakan. Studi ini digunakan untuk memberikan arahan investasi pada
proyek tertentu itu layak dilaksanakan atau tidak. Atas dasar risk and uncertainty
(risiko dan ketidakpastian) dimasa yang akan datang, diperlukan studi secara
multidisipliner sebelum pengambilan keputusan. Hal ini berdampak bahwa untuk
melakukan studi ini melibatkan team work dari berbagai keahlian disiplin ilmu
yang kuat misalnya : managerial skill, rekayasa teknologi (teknokrat), hukum
(advokat), ekonomi, policy maker (birokrat), akuntan, psikologi kesehatan dan
11
lain-lain yang terkait dengan investasi proyek tertentu. Apabila feasibility study ini
akan dilaksanakan pada investasi proyek dengan “social oriented“, maka akan
dilakukan studi tentang layak tidaknya investasi tersebut secara sosial dengan
pertimbangan benefit sosial ekonomis. Sedangkan untuk investasi pada proyek
dengan “profit oriented”, maka feasibility study dilakukan untuk penilaian layak
atau tidaknya suatu investasi proyek tersebut dengan pertimbangan benefit
ekonomis (Primyastanto, 2011).
Aspek yang diteliti dalam studi kelayakan usaha adalah aspek
pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen serta aspek keuangan. Setiap
aspek saling berkaitan satu sama lain sehingga hasil analisis aspek tersebut
menjadi terintregasi. Penjelasan aspek-aspek studi kelayakan usaha adalah
sebagai berikut.
2.3.1 Aspek Teknis
Aspek teknis mencakup masalah penyediaan sumber-sumber dan
pemasaran hasil-hasil produksi, seperti lokasi proyek, besaran skala operasional
untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment,
layout, proses produksi, serta ketepatan penggunaan teknologi. Aspek teknis
akan mengungkapkan kebutuhan apa saja yang diperlukan dan bagaimana
secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Pada aspek teknis dipaparkan
beberapa faktor, yaitu penentu keputusan produksi, tata letak pabrik, serta
pemilihan mesin, peralatan dan teknologi untuk produksi (Umar, 2003).
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
aspek teknis adalah masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak,
penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan
teknologi. Kelengkapan kajian aspek teknis sangat tergantung dari jenis usaha
yang dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritas tersendiri.
12
Menurut Wild World Found (2015), untuk mendukung suksesnya kegiatan
budidaya ikan patin maka pembudidaya harus memahaminya. Hal yang perlu
dipahami adalah pemilihan lokasi budidaya, penyiapan sarana dan prasarana
budidaya, penyiapan dan penebaran benih, penyiapan dan pemberian pakan,
pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen
sebagai berikut.
1. Pemilihan lokasi budidaya
Usaha budidaya ikan patin perlu disesuaikan dengan lingkungan yang ada
disekitar daerah agar usaha yang dijalankan bias berjalan dengan baik.
Persyaratan umum dalam pemilihan lokasi yaitu tidak terletak didaerah yang
tinggi sumber pencemarannya, sesuai dengan rencana tata ruang dan
wilayah, tidak berdekatan dengan lahan pertanian yang menggunakan
pestisida, mudah dijangkau, mudah mendapatkan sarana produksi pakan dan
benih, kondisi keamanan baik. Persyaratan khusus dalam pemilihan lokasi
yaitu dekat dengan sumber air, terletak di daerah rawan banjir, tanah tidak
bersifat sulfat masam, penerapan sarana pengolah limbah serta biosecurity
berupa pagar keliling untuk mencegah hewan berkeliaran.
2. Penyiapan sarana dan prasarana budidaya
Sarana yang digunakan dalam budidaya ikan patin adalah kolam. ukuran
kolam pembesaran yang ideal 1.000-5.000 m2 dan ukuran kolam yang
menggunakan sistem air mengalir sebaiknya empat persegi panjang dengan
ukuran 50-100 m2. Persiapan kolam yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut.
a. Memeriksa pematang dan pintu kolam, jika terdapat kebocoran atau
kerusakan segera dilakukan penambalan dan perbaikan.
13
b. Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit yang memanjang dari arah
pemasukan air kearah pengeluaran air. Ukuran parit adalah lebar 30-50
cm dengan kedalaman 10-15 cm.
c. Tinggi pematang dari dasar kolam minimal 1-1,5 m dengan tingkat
kemiringan sebesar 0,5 - 1% mengarah ke saluran pembuangan. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan pengeringan kolam dan memudahkan
kegiatan panen.
d. Pemasangan saringan di pintu pengeluaran untuk mencegah masuknya
hewan predator, serta untuk menghindari ikan lolos keluar dari kolam.
e. Membuang semua sisa air dari siklus sebelumnya atau yang berasal dari
rebesan dan kebocoran tanggul
f. Lakukan pemasangan saringan pada saluran pemasukkan air kemudian
lakukan pengisian air.
g. Setelah air siap maka benih bisa ditebar
3. Penebaran benih
Sebelum penebaran benih ikan patin diperlukan benih yang unggul dan
bebas penyakit yang berasal dari pembenih. Kriteria benih yang baik adalah
Ukuran seragam dan tidak cacat, gerakannya lincah, jika air diputar dalam
bak, bibit akan bergerak melawan arus, warna tubuh gelap cerah, responsif
terhadap kejutan dan pakan yang diberikan, semua pendederan bibit ikan
patindilakukan di kolam, panjang tubuh 2-3 inchi untuk di tebar di kolam,
diutamakan yang sudah mendapatkan vaksinasi, gunakan benih yang sudah
bisa mengkonsumsi pakan pellet. Setelah itu benih ikan patindapat ditebar.
Penebaran benih dilakukan pada pagi hari atau sore hari saat cuaca tidak
panas. Benih yang telah tiba di lokasi dilakukan aklimatisasi (penyesuaian
terhadap lingkungan air baru) dengan cara kantong yang berisi bibit
14
NO
JENIS WADAH BUDIDAYA
UKURAN BENIH LUAS KOLAM
(m)
KEPADATAN
(ekor/m³)
KEPADATAN
(ekor/unit)
1 Kolam air tenang 2,5”-3,5” (±50 gr) 15x30X1,2
11 6.000
2
Kolam air tenang
(budidaya intensf)
2,5”-3,5” (±50 gr)
15x30X1,2
27
15.000
3
Kolam air deras 2,5”-3,5” (±50 gr) 7x3x1,2
84 2.100
4
Karamba
jaring
apung
2,5”-3,5” (±50 gr)
3x3x2
277
5.000
5 Karamba tancap 2,5”-3,5” (±50 gr)
5x6x2
50 3.000
Sumber: Wild World Found, 2015
dimasukkan ke dalam kolam. Setelah suhu dalam kantong relatif sama
dengan suhu di luar kantong (ditandai dengan timbulnya uap air di dinding
kantong),bisa dilakukan dengan memasukkan air kolam kedalam kantong
secara bertahap setelah suhunya sama kemudian benih dilepaskan kedalam
wadah budidaya. Tingkat kepadatan tebar benih berdasarkan luas lahan
dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Tingkat kepadatan tebar berdasarkan luas lahan
4. Pemberian pakan
Pakan yang diberikan mulai dari benih ukuran 2 inchi adalah pakan
buatan/pelet pabrikan) dengan frekuensi 2 kali sehari pagi (sekitar jam 9) dan
sore hari (jam 5). Benih hingga berumur 3 bulan (±50 gr) gunakan pakan
dengan kadar protein minimal 28 %. Setelah ikan berumur 3 bulan bisa
digunakan pakan dengan kadar protein skitar 21-24 %. Jumlah pelet yang
diberikan tergantung nafsu makan ikan, selama masih mau makan bisa
diberikan terus hingga ikan berhenti makan.Tingkat FCR untuk pembesaran
ikan patinmaksimal 1,68. Selain pakan, dalam pembesaran ikan patin juga
dapat ditambahkan probiotik dengan kandungan utama Baccillus sp. sebagai
dekomposer sisa makanan dan bahan lain yang terdapat dalam air sehingga
tidak berbahaya bahkan bisa menjadi makanan bagi ikan. Pemberian
15
probiotik adalah sekali sebulan atau berdasarkan pengamatan visual
kecerahan air kolam, semakin pekat warna air maka pemberian probiotik bisa
dilakukan lebih dari sekali dalam sebulan. Untuk pembesaran atau setelah
berumur 2 bulan dapat juga menggunakan pakan buatan sendiri agar lebih
murah.
5. Pemeliharaan
Pada pemeliharaan ikan patin perlu dilakukan pengecekan pagar pengaman
kolam dan perbaikan tanggul serta pintu air yang rusak atau bocor. Kualitas
air juga perlu dilakukan pemantauan agar kualitas air tidak menurun.
6. Panen dan pasca panen
Ikan patin dapat dipanen setelah pemeliharan selama 6 bulan. Sebelum
dipanen ikan dipuasakan terlebih dahulu selama 1 hari untuk menghindari
muntah pada saat pengangkutan. Panen patin di kolam dilakukan dengan
cara menggiring ikan dari bagian hilir ke bagian hulu menggunakan jaring.
Pengambilan ikan dilakukan dengan menggunakan jala 2-3 buah dan tenaga
kerja yang diperlukan sebanyak 2-3 orang. Kemudian ikan ditempatkan
dalam wadah penampungan yang telah diaerasi. Pengangkutan
menggunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20˚C dan waktu
pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
Produksi didefinisikan sebagai segala kegiatan yang ditujukan untuk
menciptakan atau menambah guna atas suatu benda untuk memenuhi
kebutuhan atau kepuasan manusia. Proses untuk menghasilkan barang dan jasa
dinamakan proses produksi. Proses produksi dimana satu atau beberapa faktor
produksi (input) diubah menjadi hasil produksi (output). Perubahan bentuk,
tempat, dan waktu penggunaan menentukan penggunaan input untu
16
menghasilkan output yang diinginkan. Tersedianya produksi dipengaruhi
beberapa faktor diantaranya yaitu komoditi yang dibudidayakan, luas lahan
budidaya, tenaga kerja, modal (bibit, pupuk, obat-obatan), manajemen dan faktor
sosial ekonomi produsen (Soekartawi, 2013).
2.3.2 Aspek Manajemen
Manajemen adalah upaya - upaya yang dilakukan untuk menggerakkan
organisasi melalui implementasi fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuan
organisasi. Fungsi manajemen meliputi: a) perencanaan merupakan kegiatan
menentukan tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, b) pengorganisasian
merupakan proses pemberian perintah, pengalokasian sumberdaya serta
pengaturan kegiatan secara terkoordinir kepada individu dan kelompok untuk
menerapkan rencana, c) pengarahan adalah proses untuk menumbuhkan
semangat pada karyawan agar dapat bekerja keras dalam melaksanakan
rencana, d) pengendalian digunakan untuk melihat kesesuaian kegiatan dengan
tujuan (Amirullah, 2015).
Aspek manajemen difokuskan pada kondisi internal perusahaan. Aspek-
aspek yang diperhatikan pada studi kelayakan terdiri dari manajemen pada
masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek,
pelaksana studi masing-masing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu
bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, serta
jumlah tenaga kerja yang digunakan.
Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup penting
dianalisis untuk kelayakan suatu usaha karena walaupun suatu usaha telah
dinyatakan layak, tanpa didukung dengan manajemen dan organisasi yang baik,
bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan. Baik menyangkut masalah
17
sumberdaya manusia maupun menyangkut rencana perusahaan secara
keseluruhan haruslah disusun sesuai dengan tujuan perusahaan. Tujuan
perusahaan akan lebih mudah tercapai apabila memenuhi kaidah-kaidah atau
tahapan dalam proses manajemen (Kasmir dan Jakfar, 2003).
Menurut Umar (2003), aspek manajemen untuk mengetahui suatu bisnis
dapat dinyatakan layak atau tidak meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan dan pengawasan yang dapar dipaparkan sebagai berikut.
1. Perencanaan
Dalam menyusun perencanaan hendaknya dapat dikaji dari beberapa sisi
yaitu sisi pendekatan pembuatan perencanaan, sisi fungsi perencanaan,
sisi jangka waktu pelaksanaan, dan sisi tingkat perencanaan.
2. Pengorganisasian
Langkah dalam pengorganisasian secara garis besar yaitu merinci
seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan organisasi, membagi beban
kerja kedalam aktivitas yang secara logis dan memadai,
mengkobinasikan pekerjaan anggota organisasi, dengan logis dan efisien,
menetapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan anggota
organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis, memantau efektivitas
organisasi dan mengambil langkah penyesuaian untuk mempertahankan
atau meningkatkan efektivitas. Asas organisasi merupakan berbagai
pedoman yang secara maksimal hendaknya dilaksanakan agar diperoleh
struktur organisasi yang baik dan aktivitas organisasi berjalan dengan
lancar. Asas organisasi adalah sebagai berikut.
a. Perumusan tujuan organisasi
Rumusan tujuan utama organisasi yang dibuat dapat mempermudah
pemilihan bentuk organisasi, pembentukan struktur organisasi dan
kebutuhan pejabat.
18
b. Departemenisasi
Penyusunan unit organisasi yang diperlukan dalam organisasi untuk
melaksanakan fungsi yang ada. Hal yang perlu diperhatikan adalah
jumlah unit organisasi yang dibuat hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan dan nama satuan organisasi hendaknya tertib sehingga
dapat diketahui fungsinya melalui nama itu.
c. Pembagian kerja
Pembagian kerja yang harus diperhatikan yaitu tiap unit organisasi
harus mempunyai rincian aktivitas dan tugas yang jelas, variasi tugas
bagi pekerja hendaknya sejenis atau erat hubungannya dan beban
tugas hendaknya adil
d. Koordinasi
Suatu organisasi harus memiliki keselarasan aktivitas diantara unit
organisasi pejabat lainnya. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
konflik, kekembaran pekerjaan, kekosongan pekerjaan dan merasa
lepas dari satu sama lain.
e. Pelimpahan wewenang
Penyerahan sebagian hak untuk mengambil keputusan yang
diperlukan agar tugas serta tanggung jawab yang diberikan dapat
dilaksanakan dengan baik. Pelimpahan wewenang biasanya
diterapkan jika bawahan jumlahnya terlalu banyak.
f. Kesatuan perintah
Setiap pejabat dalam organisasi hendaknya hanya mendapat perintah
dan bertanggung jawab kapada seorang atasan tertentu karena
organisasi yang tidak memiliki kesatuan perintah akan menimbulkan
kebingungan dan keraguan dari para bawahan.
19
g. Fleksibelitas
Struktur organisasi hendaknya mudah diubah untuk dapat
disesuaikan dengan perubahan yang terjadi tanpa mengurangi
kelancaran aktivitas yang berjalan.
3. Penggerakan
Penggerakan merupakan bagian dari manajemen yang hendaknya
diperkirakan berjalan baik sehingga dapat dinyatakan layak. Hal tersebut
dikaji dari dua sisi. Pertama, fungsi pergerakan yang harus terpenuhi
yaitu mempengaruhi orang lain, melakukan daya tolak pada seseorang,
membuat seseorang mengerjakan tugas dengan baik, memelihara dan
memupuk kesetiaan pada pimpinan serta tugas dan organisasi tempat
mereka bekerja. Kedua, sikap dan perilaku seorang pemimpin hendaknya
memiliki jiwa kepemimpinan yang dapat menggerakkan bawahannya
4. Pengawasan
Fungsi pokok pengawasan adalah mencegah terjadinya penyimpangan,
memperbaiki penyimpangan, mendinamisasikan organisasi dan
mempertebal rasa tanggungjawab. Fungsi tersebut dapat berjalan
dengan baik apabila memperhatikan prinsip fungsi pengawasan sebagai
berikut.
a. Pengendalian hendaknya direncanakan dengan baik
b. Dapat merefleksikan sifat pengawasan yang unik dari bidang yang
diawasi
c. Pelaporan penyimpangan yang dilakukan dengan segera
d. Pengawasan harus bersifat fleksibel, dinamis dan ekonomis
e. Dapat merefleksikan pola kerja unit organisasi
20
f. Dapat menjamin diberlakukannya tindakan korektif yaitu segera
diketahui apa yang salah, dimana terjadinya kesalahan dan siapa
yang bertanggungjawab.
2.3.3 Aspek Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat
individu atau kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan
menciptakan, menawarkan dan bertukar barang yang memiliki nilai satu sama
lain (Shinta, 2011). Kegiatan pemasaran biasanya dilakukan di pasar yang
merupakan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli untuk melakukan
transaksi. Analisis aspek pemasaran bertujuan untuk memahami besar potensi
pasar yang tersedia, mengetahui luas pasar, jumlah permintaan terhadap produk,
dan kondisi persaingan.
Menurut Umar (2003), Analisis kelayakan dari aspek ini yang utama
adalah dalam hal:
1. Penentuan segmentasi, target, dan posisi produk pada pasarnya.
2. Kajian untuk mengetahui konsumen potensial, seperti perihal sikap, perilaku,
serta kepuasan mereka atas produk.
3. Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran yang akan
dilaksanakan.
Pengusaha hendaknya mengetahui pasar yang akan dipilih untuk
menawarkan produknya sehingga, perlu dilakukan penentuan pasar sasaran.
Penentuan pasar sasaran dengan melakukan segmentasi pasar, target pasar
sasaran dan posisi produk di pasar. Tindak lanjut penentuan pasar adalah
melakukan segmentasi pasar dengan memilah-milah pasar membentuk segmen
yang relatif homogen. Setelah itu dilakukan target pasar yaitu dengan memilih
segmen pasar yang ingin dilayani karena perusahaan memiliki sumberdaya
21
terbatas untuk memenuhi pasar meskipun telah disegmentasikan.
Selanjutnya,penentuan posisi produk mana yang ingin ditempati dalam segmen
tersebut.
Menurut Shinta (2011), strategi pemasaran meliputi segemtasi pasar,
target pasar dan posisi pasar yang diuraikan sebagai berikut:
Segmentasi, suatu pengetahuan untuk membagi-bagi pasar yang heterogen
kedalam kelompok-kelompok yang lebih homogeny yang responsif terhadap
produk yang ingin ditawarkan marketer.
Targeting, menetapkan target pasar yaitu satu atau beberapa segmen pasar
yang akan menjadi focus kegiatan pemasaran. Marketer harus memiliki
keberaniannya pada beberapa segmen dan meninggalkan segmen yang
lainnya.
Positioning, sesuatu yang dilakukan marketer terhadap otak calon
pelanggan dengan menempatkan produk dalam otak konsumen, sehingga
calon konsumen memiliki penilaian dengan produk itu.
Pencapaian hasil pemasaran yang diinginkan suatu perusahaan harus
menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran pemasaran.
Adapun yang dimaksud dengan bauran pemasaran menurut Kottler (2002) yaitu
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus menerus untuk
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Menurut Shinta (2011),
bauran pemasaran terdiri dari produk, harga, promosi dan tempat yang masing-
masing diuraikan sebagai berikut:
Produk adalah sesuatu yang ditawarkan pada pasar baik produk nyata
ataupun produk tidak nyata (jasa) sehingga dapat memuaskan keinginan
dan kebutuhan pasar.
22
Harga adalah suatu nilai yang dinyatakan dalam bentuk rupiah guna
pertukaran/transaksi atau sejumlah uang yang harus dibayar konsumen
untuk mendapatkan barang dan jasa. Penetapan harga memiliki implikasi
penting terhadap strategi bersaing perusahaan.
Promosi merupakan bentuk komunikasi pemasaran yang berusaha untuk
menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk dan mengingat pasar
sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli
dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
Tempat Adanya tempat yang sesuai maka produk akan dengan mudah
untuk didistribusikan ke konsumen secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Anindita (2008) dalam Adida (2014), sistem pemasaran hasil
perikanan merupakan serangkaian dari tiga sub sistem yang saling terkait yaitu
produksi, konsumsi dan saluran pemasaran. Sektor produksi merupakan sub
sistem sebagai produsen yang memproduksi produk yang akan ditawarkan
kepada konsumen akhir (sektor konsumsi) melalui saluran pemasaran. Saluran
pemasaran terdiri dari pelaku pasar atau perantara yang bertanggungjawab agar
produk yang disediakan dapat tersedia untuk konsumen yang membutuhkan.
2.3.4 Aspek Finansiil
Aspek finansiil bertujuan untuk menghitung kebutuhan dana, baik
kebutuhan dana untuk modal kerja. Dilihat dari sisi finansiil, proyek bisnis
dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu
memenuhi kewajiban finansiilnya (Umar, 2003). Analisis finansiil dalam kerangka
evaluasi proyek lebih bersifat analisis arus dana. Dana investasi bagi suatu
perusahaan itu sendiri yang berupa dana penyusutan dan laba yang ditahan dan
dapat dari luar perusahaan berupa kredit bank (Gray, 2007)
23
Menurut Ibrahim (2003) biaya investasi adalah biaya yang diperlukan
dalam pembangunan usaha, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin,
peralatan, biaya pemasangan, biaya studi kelayakan dan biaya lainnya yang
berhubungan dengan pembangunan proyek. Modal kerja adalah biaya yang
dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah pembangunan usaha siap,
terdiri dari biaya tetap,dan biaya tidak tetap. Selain biaya investasi dan modal
kerja, yang perlu diperhatikan juga dalam aspek finansiil adalah sumber modal,
proses perputaran uang, break even point, dan analisis dampak usaha terhadap
perekonomian masyarakat secara keseluruhan. Analisis Finansiil terdiri dari
analisis jangka pendek dan jangka panjang sebagai berikut.
Analisis Finansiil Jangka Pendek
Analisis jangka pendek merupakan analisis yang dilakukan dalam jangka
waktu bulanan, tengah tahunan dan paling lama satu tahun. Kegiatan setelah
pemasaran yaitu menghitung dan menganalisis kelayakan suatu usaha
khususnya pada usaha perseorangan “Tirto Mas Farm” dengan menggunakan
aspek finansiil jangka pendek. Adapun aspek finansiil jangka pendek yaitu
sebagai berikut.
a. Permodalan
Menurut Primyastanto (2011), modal terdiri dari modal aktiva dan modal
pasiva. Modal aktiva dibedakan menjadi dua yaitu modal kerja dan modal tetap.
Modal tetap merupakan modal tidak habis pakai atau habis dalam jangka waktu
yang lama sedangkan, modal kerja adalah modal yang habis pakai. Modal pasiva
dibedakan menjadi dua yaitu modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri
berasal dari perusahaan itu sendiri dapat berupa cadangan, laba atau dari modal
saham sedangkan, modal asing berasal dari kreditur yang berupa hutang.
24
b. Biaya total (Total Cost)
Menurut Pernandes (2016), Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap adalah
biaya yang dikeluarkan yang besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi,
antara lain sewa atau pembelian lahan, pembelian alat dan perlengkapan, biaya
penyusutan dan biaya perawatan. Pada biaya tetap yang dihitung adalah biaya
pembelian alat dan perlengkapakan, biaya perawatan dan biaya penyusutan,
sedangkan biaya pembelian lahan tidak dihitung. Menurut Riyanto (2001), Biaya
total merupakan total pengeluaran dari usaha yang didefinisikan sebagai semua
nilai masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi. Biaya total
dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.
c. Penerimaan (Total Revenue)
Penerimaan atau Total Revenue (TR) adalah pendapatan kotor usaha
yang didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu
(Primyastanto, 2011). Penerimaan adalah nilai total produk yang dihasilkan
dalam waktu tertentu, dimana besar penerimaan tergantung pada harga dan
jumlah produk yang dihasilkan. Penerimaan diperoleh dari perkalian antara
jumlah produksi dengan harga per unit (Soekartawi,2003).
d. Keuntungan
Menurut Pernandes (2016), Pendapatan bersih atau keuntungan (Net
Income) adalah selisih antara pendapatan kotor dengan total biaya yang
dikeluarkan. Keuntungan merupakan selisih antara penghasilan total atau Total
Revenue (TR) dengan pembiayaan total atau Total Cost (TC). Jika TR dikurangi
TC hasilnya positif, maka suatu usaha dapat dinilai menguntungkan. Sebaliknya
jika TR dikurangi TC hasilnya negatif, maka suatu usaha dapat dinilai merugikan.
25
Suatu usaha dikatakan mengalami break event point (BEP) atau impas apabila
nilai keuntungan sama dengan nol (Harianto, 2003).
e. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
Analisis R/C Ratio merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan
relatif suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan
tersebut. Suatu usaha dikatakan layak bila R/C lebih besar dari 1 (R/C > 1). Hal
ini menggambarkan semakin tinggi nilai R/C, maka tingkat keuntungan suatu
usaha akan semakin tinggi (Effendi dan Oktariza, 2006). R/C (Revenue Cost
Ratio) dimaksudkan untuk mengetahui besarnya nilai perbandingan antara
jumlah total penerimaan dengan jumlah total biaya yang telah dikeluarkan untuk
menjalankan produksi dalam periode tertentu. Analisa ini merupakan salah satu
analisis untuk mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan sudah menghasilkan
keuntungan atau belum (Soekartawi, 2003).
f. Rentabilitas
Menurut Primyastanto (2011), ada beberapa indikator yang dijadikan tolok
ukur untuk menghitung efisiensi modal yang ditanam pada usaha untuk melihat
gambaran kelancaran dan keberhasilan usaha. Rentabilitas suatu perusahaan
menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut.
g. Break Event Point (BEP)
Menurut Kurniawan et.al, (2013), menyatakan bahwa Break Even Point
adalah titik dimana besarnya total revenue sama dengan total biaya (TR=TC).
Break Even Point disebut juga sebagai titik impas. Cara menghitung nilai BEP
unit maka dapat dihitung dengan cara biaya tetap dibagi hasil pengurangan
harga penjualan per unit dikurangi dengan variabel cost per unit. Cara untuk
26
mengetahui nilai BEP sales yaitu dapat dicari dengan membagi biaya tetap
dengan hasil pengurangan dari satu dikurangi hasil bagi dari biaya variabel
dengan total penjualan/penerimaan. BEP (Break Even Point) merupakan titik
impas, yaitu keadaan dimana suatu usaha berada pada posisi tidak memperoleh
keuntungan dan tidak mengalami kerugian. BEP adalah teknik analisa
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, volume kegiatan dan
keuntungan (Primyastanto, 2011).
Analisis Finansiil Jangka Panjang
Analisis jangka panjang merupakan analisis yang dilakukan dalam jangka
waktu 10 tahun kedepan. Pada umumnya ada lima kriteria yang digunakan
dalam penilaian aspek finansiil jangka panjang, yaitu Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period
(PP), dan analisis sensitivitas.
a. Net Present Value (NPV)
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), Metode Net Present Value
(NPV) adalah menghitung antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di
masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu
ditentukan terlebih dulu tingkat suku bunga yang dianggap relevan. Apabila nilai
sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih
besar daripada nilai sekarang investasi, maka proyek ini dikatakan
menguntungkan sehingga diterima. Apabila lebih kecil (NPV negatif), proyek
ditolak karena tidak menguntungkan.
Menurut Mahyuddin et.,al (2014), Net Present Value merupakan selisih
antara nilai sekarang arus manfaat dengan nilai sekarang arus biaya selama
umur proyek, pada tingkat bunga tertentu. Proyek dianggap menguntungkan atau
27
Go (proyek dapat berlangsung/ dilaksanakan) jika nilai NPV > 0. Net Present
Value (NPV) dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang
ditimbulkan oleh investasi. Net Present Value diartikan sebagai nilai bersih
sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal.
Pada perhitungan NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan.
Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu sebagai berikut.
1. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian
sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Proyek
tersebut tidak untung maupun rugi.
2. NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
3. NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan, atau merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.
b. Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan metode menghitung perbandingan antara nilai
sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa datang dengan nilai
sekarang investasi. Apabila lebih besar dari satu, maka proyek dikatakan
menguntungkan, tetapi kalau kurang dari satu maka dikatakan tidak
menguntungkan. Metode ini sebagaimana dengan metode NPV yaitu perlu
menentukan tingkat bunga yang akan digunakan terlebih dahulu (Husnan dan
Suwarsono, 2000).
Menurut Rohmawati (2010), Ratio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai
sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Net B/C
menunjukkan tingkat tambahan manfaat pada setiap sebesar satu rupiah. Proyek
layak dilaksanakan apabila nilai Net B/C lebih dari satu.
28
Kriteria Investasi berdasarkan Net B/C adalah:
1. Net B/C = 1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak untung ataupun rugi
2. Net B/C > 1, maka NPV > 0, artinya proyek tersebut menguntungkan
3. Net B/C < 1, maka NPV < 0, proyek tersebut merugikan
c. Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Ismail (2013), Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang
menyamakan present value kas keluar yang diharapkan dengan present value
aliran kas masuk yang diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga
yang menyebabkan Net Present value (NPV) sama dengan nol. Menurut
Mahyuddin et.,al (2014), IRR menunjukkan nilai discount rate pada saat NPV=0.
Biasanya rumus IRR tidak dapat dipecahkan secara langsung, namun dapat
didekati dengan cara interpolasi, yaitu dengan terlebih dahulu menentukan NPV
yang bernilai positif dan NPV yang bernilai negatif dengan tingkat bunga masing-
masing. Jika IRR > i (tingkat discount rate), berarti NPV > 0, ini menunjukkan
bahwa proyek tersebut menguntungkan atau Go.
d. Payback Periode (PP)
PP (Payback Period) merupakan metode yang digunakan untuk
menghitung lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah
diinvestasikan dari aliran kas masuk (proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh
proyek investasi tersebut. Apabila proceeds setiap tahunnya jumlahnya sama
maka payback period (PP) dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara
membagi jumlah investasi (outlays) dengan proceeds tahunan(Suliyanto, 2010).
PP adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus
permintaan cash in flow secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam
bentuk present value atau dapat disimpulkan suatu nilai dimana dari nilai tersebut
29
dapat diketahui berapa lama usaha yang dijalankan bias mengembalikan modal
yang ditanam baik modal tetap atau modal tidak tetap (Mahyuddin et.,al, 2014).
2.3.5 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis
kelayakan proyek, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan
yang berubah ubah atau adanya sesuatu kesalahan dalam dasar-dasar
perhitungan biaya dan manfaat. Analisis sensitivitas setiap kemungkinan harus
dicoba yang berarti bahwa setiap kali harus dilakukan analisis kembali. Hal ini
perlu karena analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang
mengandung banyak ketidakpastiaan dan perubahan yang akan terjadi di masa
yang akan datang, sehingga dapat mengantisipasi perubahan-perubahan
tersebut. Pada sektor perikanan, proyek usaha dapat berubah-ubah sebagai
akibat dari empat permasalahan utama yaitu perubahan harga jual pokok,
keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan nilai volume
produksi (Taufik, 2013).
Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji sejauh mana perubahan
unsur-unsur dalam aspek finansiil mempengaruhi keputusan yang diambil. Gray
et al (2007) menambahkan bahwa analisa sensitivitas diperlukan apabila terjadi
kesalahan dalam menilai suatu biaya atau manfaat serta untuk mengantisipasi
terjadinya perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut
dilaksanakan. Perhitungan kembali perlu dilakukan mengingat proyeksi-proyeksi
yang dilaksanakan mengandung unsur ketidakpastian tentang apa yang terjadi
dimasa yang akan datang. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi adalah
sebagai berikut :
30
Kenaikan dalam biaya kontruksi (cost over-run) karena perhitungan yang
terlalu rendah dimana kemudian ternyata pada saat pelaksanaan biaya-biaya
meningkat karena peningkatan harga peralatan, mesin dan bahan bangunan.
Perubahan dalam harga hasil produksi, misalnya karena turunnya harga
produk di pasaran umum.
Terjadinya penurunan pelaksanaan pekerjaan (produktivitas menurun), dan
lain-lain.
2.4 Kerangka Pemikiran
Budidaya merupakan suatu kegiatan usaha yang mengkoordinir faktor
produksi berupa lahan, tenaga kerja, dan modal sehngga memberikan manfaat
sebaik-baiknya. Ikan patin adalah salah satu komoditas ikan air tawar yang
cukup digemari masyarakat. Menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan
(2012), potensi pasar untuk ikan patin sangat besar baik dalam negeri maupun
luar negeri. Salah satu usaha budidaya ikan patin yaitu usaha pembesaran ikan
patin. Tirto Mas Farm yang merupakan usaha perseorangan di Kelurahan
Beduri, Ponorogo yang memproduksi ikan patin. Penelitian ini diawali dengan
mendeskripsikan aspek teknis, aspek manajemen dan aspek pemasaran pada
usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” setelah itu menganalisis
kelayakan aspek finansiil. Proses analisis setiap komponen saling berkaitan
dengan komponen yang lain sehingga hasil analisis menjadi terintregasi. Analisis
kelayakan finansiil pada usaha pembesaran Ikan patin yaitu analisis jangka
pendek dan jangka panjang. Analisis finansiil jangka pendek meliputi modal,
biaya, penerimaan, R/C Ratio, Keuntungan, BEP dan Rentabilitas. Pada analisis
finansiil jangka panjang usaha pembesaran ikan patin menggunakan beberapa
kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Langkah selanjutnya adalah
menganalisis tingkat sensitivitas.
31
Nilai dari kriteria investasi tersebut akan menunjukkan seberapa besar
kelayakan untuk menjalankan usaha pembesaran Ikan Patin. Apabila usaha
layak untuk diteruskan maka perlu dilakukan ekspansi usaha. Namun, apabila
usaha tidak layak maka perlu pengkajian ulang untuk mengetahui besaran
ekspansi yang layak agar usaha dapat diteruskan dan bertumbuhkembang.
Kerangka pemikiran analisis kelayakan usaha pembesaran ikan patin pada
usaha perseorangan “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri dapat dilihat pada
Gambar 2.
Aspek Finansiil
Usaha Pembesaran Ikan patin “ TIRTO MAS FARM “
Jangka Pendek : - Modal - Biaya - Penerimaan - R/C - Keuntungan - BEP - Rentabilitas
Jangka Panjang : - NPV - Net B/C - IRR - PP
- Aspek Teknis - Aspek Manajemen - Aspek Pemasaran
Pertumbuhan Usaha
LAYAK
Pengkajian ulang untuk mengetahui besaran ekspansi yang layak
TIDAK LAYAK
Ekspansi usaha
Analisis sensitivitas
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
32
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada usaha perseorangan “Tirto Mas Farm” di
Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa
Timur. Tempat penelitian ini dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan
bahwa “Tirto Mas Farm” adalah satu-satunya usaha budidaya Ikan patin
bergerak pada kegiatan pembesaran di Kecamatan Ponorogo. Waktu penelitian
dilakukan pada bulan Mei 2017.
3.2 Metode dan Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Menurut Nawawi (2012), metode deskriptif dapat diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subyek/orang penelitian (seorang, lembaga, masyarakat
dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya. Hasil penelitian ditekankan pada pemberian gambaran
obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Menurut Nawawi (2012), studi kasus merupakan penelitian yang memusatkan diri
secara intensif terhadap satu obyek tertentu dengan mempelajarinya sebagai
suatu kasus. Data yang terkumpul disusun dan dipelajari menurut urutanya dan
dihubungankan dengan satu sama lain secara menyeluruh dan integral agar
menghasilkan gambaran dari kasus yang diselidiki. Pada taraf akhir studi kasus
harus mampu menemukan cara yang dapat ditempuh untuk melakukan
perbaikan terhadap aspek yang menunjukkan kelainan kasus yang diselidiki.
33
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ada dua macam, yaitu data kuantitatif dan
data kualitatif. Menurut Nawawi (2012), data kualitatif banyak digunakan dalam
penelitian filosofis dan sebagian digunakan dalam penelitian deskriptif yang
dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian sedangkan, jenis data kuantitatif
dinyatakan dalam bentuk angka baik yang berasal dari transformasi data
kualitatif maupun sejak semula sudah bersifat kuantitatif.
Sumber data pada penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu data primer
dan sekunder yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer ialah data yang berupa teks hasil wawancara dan diperoleh
melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam
penelitiannya. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti (Sarwono,2006).
Data yang akan diambil langsung pada penelitian diperoleh dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi serta wawancara. Data yang
dikumpulkan meliputi data lokasi usaha, sarana dan prasarana yang
digunakan,faktor produksi pada usaha, proses pembesaran Ikan Patin, hasil
produksi, fungsi manajemen pada usaha, struktur organisasi, sejarah berdirinya
usaha, strategi pemasaran yang dilakukan pada usaha tersebut, bauran
pemasaran, saluran pemasaran yang ada, permodalan usaha, biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk usaha, dan faktor-faktor yang mempengaruhi usaha
pembesaran ikan patin.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang bersumber pada data statistik yang
dikumpulkan oleh beberapa instansi atau lembaga (Mantra,2008). Data sekunder
yang akan dikumpulkan meliputi data geografis dan topografi daerah penelitian,
34
keadaan umum penduduk di daerah penelitian dan keadaan umum perikanan di
Kabupaten Ponorogo. Sumber data didapat dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Ponorogo, serta literatur dari internet ataupun buku.
3.4 Metode Penentuan Sampel
Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil
sampel secara sengaja atau purposive sampling. Menurut Nawawi (2012), pada
teknik ini pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian dan ukuran
sampel tidak dipermasalahkan. Unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan
kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Cara pengambilan sampel secara purposive sampling dalam penelitian ini
dilakukan dengan menentukan responden yang benar-benar mengetahui
informasi tentang usaha pembesaran Ikan patin“Tirto Mas Farm”. Responden
yang dipilih yaitu pemilik usaha dan tenaga kerja yang terlibat dalam usaha
pembesaran Ikan patin“Tirto Mas Farm”.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh informasi, gambaran dan
keterangan yang berkaitan dengan studi kelayakan yang akan diteliti. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala–gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan
data apabila sesuai dengan tujuan penelitian,direncanakan dan dicatat secara
sistematis serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya
(Usman dan Purnomo,2014). Tahap observasi dilakukan dengan pengamatan
terhadap lokasi penelitian.
35
b. Wawancara
Keberhasilan dalam mendapatkan data atau informasi dari obyek yang
diteliti sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam melakukan
wawancara. Proses wawancara akan berhasil apabila pewawancara berkemauan
mendengarkan dengan sabar,dapat melakukan interaksi dengan orang lain
secara baik dan dapat mengemas pertanyaan dengan baik (Sarwono,2006).
Tahap wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab langsung
dengan pihak terkait yaitu pemilik usaha dan tenaga kerja mengenai lokasi
usaha, sarana dan prasarana yang digunakan,faktor produksi pada usaha,
proses pembesaran ikan patin, hasil produksi, fungsi manajemen pada usaha,
struktur organisasi, sejarah berdirinya usaha, strategi pemasaran yang dilakukan
pada usaha tersebut, bauran pemasaran, saluran pemasaran yang ada,
permodalan usaha, biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usaha, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi usaha pembesaran ikan patin.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengambilan data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen. Keuntungan menggunakan dokumentasi adalah biayanya
relatif murah,waktu dan tenaga lebih efisien. Kelemahannya adalah data yang
diambil dari dokumen cenderung sudah lama dan kalau ada yang salah maka
peneliti juga ikut salah dalam mengambil datanya. Data yang dikumpulkan
dengan teknik ini cenderung data sekunder (Usman dan Purnomo,2014).
Dokumentasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu melalui pengumpulan data
dari Badan Pusat Statistik Ponorogo mengenai data keadaan umum lokasi
penelitian.
3.6 Analisis Data
Menurut Sugiyono (2014), menyatakan bahwa analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
36
wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan
data kedalam kategori,menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih yang penting dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Analisis data ini digunakan untuk menjawab
tujuan dari penelitian. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjawab
tujuan mengenai aspek teknis, aspek pemasaran dan aspek manajemen
sedangkan, analisis deskriptif kuantitatif digunakan sebagai analisis aspek
finansiil dan sensitivitas. Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif penelitian ini
dapat dijelaskan sebagai berikut.
3.6.1 Analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis deskriptif kualitatif merupakan proses pencarian dan penyusunan
data sistematik melalui transkrip wawancara,catatan lapang dan dokumentasi
yang secara akumulasi menambah pemahaman peneliti terhadap yang
ditemukan. Menyusun data berarti menggolongkan dalam pola atau tema.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis data ialah kegiatan analisis
mengkategorikan data untuk mendapat pola hubungan, tema, menaksir apa yang
bermakna serta menyampaikan kepada orang lain (Usman dan Purnomo,2014).
Pada penelitian ini, data dianalisis menggunakan analisis deskriptif
kualitatif untuk mengetahui gambaran mengenai aspek pada usaha pembesaran
Ikan patin Tirto Mas Farm yaitu aspek pemasaran, aspek teknis, dan aspek
manajemen. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi, kemudian diolah dan dijelaskan secara deskriptif.
Aspek Teknis
Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aspek teknis pada usaha
pembesaran Ikan patin meliputi lokasi usaha, prasarana dan sarana budidaya,
37
faktor produksi usaha pembesaran ikan patin, proses kegiatan budidaya Ikan
patin mulai dari persiapan kolam, persiapan benih, pakan, pemeliharaan Ikan
patin sampai proses pemanenan Ikan patin yang dilakukan dalam usaha
pembesaran Ikan patin pada Tirto Mas Farm serta hasil produksi yang diperoleh.
Aspek Manajemen
Aspek manajemen dikaji untuk mengetahui sumberdaya manusia dalam
menjalankan jenis pekerjaan pada usaha pembesaran ikan patin pada Tirto Mas
Farm. Penelitian pada aspek manajemen yang dilakukan dalam perencanaan
usaha pembesaran ikan patin di “Tirto Mas Farm” berkaitan dengan faktor
produksi yang akan digunakan, penentuan jumlah kolam yang akan difungsikan.
Penelitian pada aspek manajemen yang dilakukan dalam pengorganisasian
usaha pembesaran ikan patin di “Tirto Mas Farm” dilihat dari pemilik usaha
dalam membagi pekerjaan dan memberi pengarahan kepada tenaga kerja.
Selain itu, struktur organisasi dan koordinasi tenaga kerja pada usaha tersebut
juga penting agar bisa berjalan dengan efisien serta maksimal. Penelitian pada
aspek manajemen yang dilakukan dalam penggerakan usaha pembesaran ikan
patin di “Tirto Mas Farm” dengan melihat kesesuaian hasil kinerja yang dilakukan
tenaga kerja. Penelitian pada aspek manajemen yang dilakukan dalam
pengawasan usaha pembesaran ikan patin di “Tirto Mas Farm” dengan melihat
aktivitas tenaga kerja yang dilakukan untuk menghidari kerugian atau
penyimpangan pada usaha.
Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran yang akan diteliti pada usaha ini adalah strategi
pemasaran (segmentasi pasar, target pasar dan posisi pasar), bauran
pemasaran (produk, harga, tempat dan promosi) dan saluran pemasaran yang
diterapkan dalam usaha pembesaran ikan patin pada “Tirto Mas Farm”.
38
3.6.2 Analisis Deskriptif Kuantitatif
Analisis data pada penelitian kuantitatif bersifat deduktif,uji empiris teori
yang dipakai dan dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara tuntas
dengan menggunakan sarana statistik (Sarwono,2006).
Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansiil
meliputi aspek finansiil jangka pendek, aspek finansiil jangka panjang dan
analisis sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”. Tahap
ini data kuantitatif dikumpulkan dari lapang, kemudian dianalisis menggunakan
bantuan perangkat lunak Microsoft Office Excel 2007 yang akan ditampilkan
dalam bentuk tabulasi sehingga dapat dijelaskan secara deskriptif . Adapun
penjabaran masing-masing aspek finansiil jangka pendek, aspek finansiil jangka
panjang dan analisis sensitivitas adalah sebagai berikut.
Aspek Finansiil Jangka Pendek
a. Permodalan
Menurut Primyastanto (2011), modal usaha merupakan barang atau uang
yang bersama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang baru.
Modal usaha tersebut berupa modal tetap dan modal kerja.
b. Biaya Total
Menurut Primyastanto (2011), rumus biaya total adalah sebagai berikut.
Dimana:
TC = Total Cost
FC = Fixed Cost
VC = Variabel Cost
TC = FC + VC
TC
=
FC
+
VC
TC
=
FC
+
39
c. Penerimaan
Menurut Soekartawi (2003), penerimaan secara umum dapat dirumuskan
sebagai berikut.
Dimana:
TR = Penerimaan (Rp/unit)
P = Harga (Rp)
Q = Jumlah barang (unit)
d. R/C
Menurut Soekartawi (2001), untuk mengetahui perbandingan antara
penerimaan dan biaya yang dikeluarkan petani ikan dalam usaha maka rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut.
Apabila :
R/C > 1, maka usaha tersebut dapat dikatakan menguntungkan (layak)
R/C = 1, maka usaha tersebut dapat dikatakan impas
R/C < 1, maka usaha tersebut dapat dikatakan mengalami kerugian
TR = P X Q
R/C = 𝑻𝑹
𝑻𝑪
40
e. Keuntungan
Menurut Soekartawi (2003), Keuntungan diperoleh dari penerimaan
dikurangi biaya total yang dikeluarkan untuk produksi dengan rumus sebagai
berikut:
Dimana:
Π = Keuntungan
TR = Penerimaan
TC = Total Biaya
f. Rentabilitas
Menurut Primyastanto (2011), Rentabilitas secara umum dirumuskan
sebagai berikut:
Dimana:
R = Rentabilitas (%)
L = Jumlah keuntungan yang diperoleh selama periode tertentu (Rp)
M = Modal yang digunakan untuk menghasilkan laba (Rp)
g. Break Event Point (BEP)
Menurut Riyanto (2001), Break Event Point dapat dirumuskan sebagai
berikut.
π = TR - TC
R = M
L X 100 %
41
BEP atas dasar sales
Dimana :
FC = Biaya tetap
VC = Variabel cost
S = Nilai penjualan (jumlah penerimaan)
BEP atas dasar unit (BEP unit):
Dimana :
FC = biaya tetap
p = harga per unit
v = biaya variabel per unit
Atau:
s
vc
FCBEP
1
vp
FCBEP
BEP unit = asatuanh
BEPsales
arg
42
Aspek Finansiil Jangka Panjang
a. NPV ( Net Present Value)
Menurut Gray (2007), rumus perhitungan Net Present Value adalah
sebagai berikut.
Dimana:
Bt = manfaat yang diperoleh setiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan setiap tahun
n= jumlah tahun
i= tingkat suku bunga (diskonto)
Dengan kriteria :
NPV > 0 = Layak
NPV < 0 = Tidak layak/ rugi
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Menurut Gray (1997) dalam Supit (2015), Net B/C digunakan untuk
ukuran tentang efisiensi dalam penggunaan modal. Rumus perhitungan Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah sebagai berikut.
ti)(1
CtBtΣ
n
1tNPV
n
i
i
i
n
i
BN
BN
CNetB
1
1
)(
)(
/
43
Kriteria investasi berdasarkan Net B/C adalah:
Net B/C =1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak menguntungkan
ataupun rugi
Net B/C > 1, maka NPV > 0, artinya proyek menguntungkan
Net B/C < 1, maka NPV < 0, artinya proyek tidak
menguntungkan/merugi
c. IRR (Internal Rate of Return)
Menurut Supit (2015), Internal Rate of Return dapat dirumuskan sebagai
berikut :
IRR = '"
"'
'' NPV
iiNPVNPV
i
Keterangan :
I’ = tingkat suku bunga pada interpolasi pertama (lebih kecil)
I” = tingkat suku bunga pada interpolasi kedua (lebih besar)
NPV’ = nilai NPV pada discount rate pertama (positif)
NPV” = nilai NPV pada discount rate kedua (negatif)
Kriteria perhitungan IRR :
Jika IRR > discount rate yang telah ditentukan, maka usaha layak
dijalankan.
Jika IRR < discount rate yang telah ditentukan, maka usaha tidak layak
dijalankan.
Jika IRR < discount rate yang telah ditentukan, maka usaha tidak layak
dijalankan
IRR = '"
"'
'' NPV
iiNPVNPV
i
44
d. Payback Period (PP)
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), perhitungan yang digunakan dalam
menghitung masa pengembalian modal investasi sebagai berikut.
Analisis Sensitivitas
Menurut Rahmawati (2011), Analisa sensitivitas dilakukan untuk menguji
kembali suatu analisis kelayakan usaha agar dapat terlihat pengaruh yang akan
terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah atau adanya kesalahan dalam dasar-
dasar perhitungan biaya dan manfaat. Suatu analisis sensitivitas dikerjakan
dengan mengubah suatu unsur atau dengan mengkombinasikan unsure lain,
kemudian menentukan pengaruh pada hasil analisis. Analisis Switching Value
dilakukan secara coba-coba terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
sehingga dapat diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang
boleh terjadi agar usaha budidaya masih dapat memperoleh keuntungan normal
(NPV = 0).
Menurut Sulistyo (2015), analisis sensitivitas dapat ditinjau atas dua
perpektif yaitu:
1. Sensitivitas terhadap dirinya sendiri yaitu sensitivitas pada kondisi break
event point saat NPV = 0 atau AE = 0 atau jumlah faktor bunga = 0.
2. Sensitivitas terhadap alternatif lain, biasanya ditemukan jika terdapat (n)
alternatif yang harus dipilih salah satunya untuk dilaksanakan.
𝑃𝑃 =𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑘𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Topografi
Lokasi penelitian dilaksanakan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto
Mas Farm” di Kelurahan Beduri. Secara geografis Kelurahan Beduri terletak di
Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur dengan luas
wilayah Kelurahan Beduri 1,29 Km2. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan
Beduri dengan daerah disekitarnya adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kelurahan Gupolo, Bareng dan Ngunut
Sebelah Timur : Kelurahan Keniten
Sebelah Selatan: Kelurahan Jingglong
Sebelah Barat : Kelurahan Nambangrejo, Gandukepuh dan Sragi
Topografi Kelurahan Beduri merupakan dataran rendah yang terletak
pada ketinggian ± 129 meter di atas permukaan laut dan memiliki jumlah hari
hujan 57 hari pada tahun 2015 dengan jumlah curah hujan terbesar terjadi pada
bulan februari mencapai 412 mm.
4.2 Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk sekitar usaha “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri,
Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo dapat diketahui berdasarkan jumlah
penduduk, mata pencaharian dan tingkat pendidikan.
4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh dari data statistik Ponorogo tahun 2016 dapat
diketahui bahwa jumlah penduduk Kelurahan Beduri berjumlah 2.401 jiwa pada
Tahun 2015. Jumlah tersebut terbagi atas penduduk laki-laki sebanyak 1.197
jiwa dengan presentase 49,85 % dan jumlah penduduk perempuan sebanyak
46
1.204 jiwa dengan persentase 50,15 %. Dapat disimpulkan bahwa jumlah
penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Data
jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai
berikut.
Tabel 2. Data penduduk berdasarkan jenis kelamin Kelurahan Beduri
Jenis Kelamin Jumlah ( Jiwa ) Persentase (%)
Laki-Laki 1.197 49,85Perempuan 1.204 50,15Jumlah Penduduk 2.401 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Ponorogo, 2016
4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Berdasarkan data yang diperoleh dari data statistik Ponorogo tahun 2016
dapat diketahui bahwa sebagian besar mata pencaharian pokok masyarakat
Kelurahan Beduri adalah sebagai Buruh Tani sebanyak 249 jiwa. Mata
pencaharian penduduk Kelurahan Beduri diurutan kedua adalah Perdagangan
sebanyak 233 jiwa. Selain itu penduduk Kelurahan Beduri yang memiliki mata
pencaharian lainnya sebesar 255 jiwa, jumlah tersebut bermata pencaharian
selain petani, pengusaha industri, buruh industri, pengusaha bangunan, buruh
bangunan, angkutan, PNS, pegawai swasta, TNI/POLRI dan pensiunan. Jumlah
penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data penduduk berdasarkan mata pencaharian Kelurahan Beduri
Mata Pencaharian Jumlah ( Jiwa ) Persentase (%)
Petani 221 15,8Buruh Tani 249 17,8Pengusaha Industri 26 1,8Buruh Industri 37 2,6Pengusaha Bangunan 4 0,3Buruh Bangunan 76 5,5Perdagangan 233 16,6Angkutan 30 2,2Pegawai Negeri Sipil 39 2,7Pegawai Swasta 221 15,7TNI-Polri 10 1,4Pensiunan 21 1,5Lainnya 255 17,9
Sumber : Badan Pusat Statistik Ponorogo, 2016
47
4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data yang diperoleh dari data statistik Ponorogo tahun 2016
dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk yang mendominasi adalah
tamatan SD sebanyak 543 jiwa. Selanjutnya peringkat kedua yang diduduki
yaitu tamatan SLTA sebanyak 522 jiwa. Tingkat pendidikan peringkat ketiga
yaitu Belum atau tidak sekolah sebanyak 387 jiwa. Pada peringkat keempat
diduduki oleh jenjang tamat Perguruan Tinggi sebanyak 266 jiwa. Penduduk
Kelurahan Beduri yang belum atau tidak tamat SD sebanyak 259 jiwa. Tingkat
penduduk suatu daerah akan mempengaruhi keadaan sosial ekonomi dalam
daerah tersebut. Apabila kualitas sumberdaya masyarakat baik maka kondisi
sosial ekonomi suatu daerah tersebut baik dan sebaliknya apabila kualitas
sumberdaya masyarakatnya rendah maka kondisi sosial ekonomi daerah juga
cenderung rendah terutama dalam memanfaatkan sumberdaya alam wilayah
tersebut. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Kelurahan
Beduri
Tingkat Pendidikan Jumlah ( Jiwa ) Persentase (%)
Tamat Perguruan Tinggi 266 11,1Tamat SLTA 522 21,7Tamat SLTP 424 17,7Tamat SD 543 22,6Belum / Tidak Tamat SD 259 10,8Belum / Tidak Sekolah 387 16,1
Sumber : Badan Pusat Statistik Ponorogo, 2016
4.3 Keadaan Umum Perikanan di Kabupaten Ponorogo
Perikanan di Kabupaten Ponorogo terdiri dari budidaya di perairan umum
dan budidaya di kolam. Luas areal perairan umum 252,19 Ha dengan jumlah
produksi sebesar 20,89 ton. Luas areal lahan untuk budidaya kolam 20,89 Ha
dengan jumlah produksi sebesar 1.643,71 ton. Jumlah produksi kolam lebih
48
besar dibandingkan dengan jumlah produksi perairan umum. Jenis ikan hasil
produksi perairan umum adalah Baung putih, Nilam, Udang, Katak dan lainnya.
Hasil produksi perairan umum terbesar adalah jenis ikan Nilam yang diproduksi
Kecamatan Ngebel sebesar 6.560 kg pada Tahun 2015. Sedangkan pada
budidaya di kolam, jenis ikan yang dihasilkan adalah Lele sebesar 1.369,08 ton,
Gurami sebesar 158,70 ton, Nila sebesar 106,94 ton, dan Patin sebesar 9 ton.
Jumlah RTP budidaya kolam di Kabupaten Ponorogo yaitu 2.096 orang (Badan
Pusat Statistik Ponorogo, 2016).
4.4 Gambaran Umum Usaha
Tirto Mas Farm terletak di jalan Mliwis, Kelurahan Beduri, Kecamatan
Ponorogo, Kabupaten Ponorogo. Tirto Mas Farm merupakan usaha perorangan
yang bergerak di bidang perikanan yaitu usaha pembesaran ikan patin. Produk
yang dihasilkan pada usaha “Tirto Mas Farm” adalah ikan patin segar. Usaha
pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” ini belum memiliki surat izin usaha.
Usaha ini mempunyai luas lahan sebesar 5.850 m2. Lahan tersebut meliputi
kolam pembesaran patin, mess karyawan, tempat parkir, dan gudang. Kolam
pembesaran ikan patin berukuran 3,5 m x 12 m berjumlah 30 kolam. Usaha
perikanan milik Bapak Aji didirikan dengan nama Tirto Mas Farm pada tahun
2009. Pembangunan usaha dimulai pada tahun 2007 sampai akhir tahun 2008.
Awalnya pemilik usaha membudidayakan ikan lele di kolamnya selama 5 tahun.
Pemilik usaha kemudian mencoba untuk membudidayakan ikan patin pada tahun
2014. Hal tersebut dilakukan karena pedagang pengumpul ikan lele di Ponorogo
tidak mau mengambil ikan lele yang siap dipanen ketika banyak pembudidaya
ikan lele lain juga memanen ikan lele serta jumlah pesaing budidaya ikan lele
sudah banyak di Ponorogo sehingga pemilik usaha beralih pada budidaya ikan
49
patin yang memiliki peluang usaha. Pemilihan lokasi Usaha ini cukup strategis
karena berada di kawasan pedesaan tetapi dekat dengan pasar.
Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” ini memiliki jumlah
tenaga kerja sebanyak 2 orang. Lokasi usaha mudah dijangkau oleh kendaran
roda dua maupun roda empat dan jalan menuju lokasi usaha sudah beraspal.
Pemilik usaha mendapatkan pellet yang didistribusikan PT. CARGIL melalui
distributor Tulungagung. Benih ikan patin diperoleh dari pedagang pengumpul
dari Ngawi.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Aspek Teknis
Aspek teknis adalah salah satu aspek yang berpengaruh terhadap usaha
yang dijalankan. Aspek teknis pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas
Farm” meliputi lokasi usaha, sarana dan prasarana, faktor produksi (input),
proses pembesaran ikan patin, serta hasil produksi yang dihasilkan (output).
Aspek aspek tersebut saling berkaitan dengan tujuan untuk keberhasilan usaha
yang dijalankan berkaitan dengan input dan output yang dihasilkan. Berikut
adalah uraian dari aspek teknis tersebut.
a. Lokasi usaha
Lokasi usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” berada di jalan
Mliwis, Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo. Daerah
tersebut termasuk daerah yang tidak terlalu tinggi sumber pencemarannya dan
berada di kawasan lahan pertanian yang berdekatan dengan sungai sehingga
dapat dikatakan lokasi usaha ini terletak di daerah rawan banjir. Lokasi usaha
berada di tempat terbuka sehingga kolam mendapatkan penyinaran matahari
yang cukup. Tempat usaha ini mudah dijangkau karena berada di daerah
pedesaan tetapi tidak jauh dari perkotaan
b. Sarana
Sarana merupakan sesuatu yang digunakan untuk mendukung dalam
pencapaian tujuan. Sarana yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan patin
“Tirto Mas Farm” yaitu kolam dan peralatan-peralatan yang digunakan untuk
kegiatan usaha pembesaran ikan patin. Sarana kolam dan peralatan dapat
diuraikan sebagai berikut.
51
1. Kolam
Sarana yang penting dalam usaha pembesaran ikan patin adalah kolam
sebagai tempat pemeliharaan ikan patin. Kolam yang digunakan pada usaha
pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” adalah kolam beton yang berbentuk
empat persegi panjang berjumlah 30 unit. Ukuran kolam pembesaran ikan
patin “Tirto Mas Farm” sebesar 3,5 m x 12 m. Pada sisi kolam terdapat
saluran masuk (inlet) dan saluran keluar (outlet) untuk air. Bagian dasar
kolam dibuat caren berbentuk empat persegi didekat saluran pembuangan
dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 30 cm. Tinggi pematang dari dasar kolam
adalah 80 cm – 130 cm dengan tingkat kemiringan sebesar 0,5 % mengarah
ke saluran pembuangan. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam
pengeringan kolam dan pemanenan ikan patin. Gambar kolam dapat dilihat
pada Gambar 3.
Gambar 3. Kolam Pembesaran Ikan Patin
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pembesaran ikan patin “Tirto Mas
Farm” dapat di lihat pada Tabel 5.
52
Tabel 5. Peralatan yang digunakan pada usaha pembesaran ikan patin“Tirto Mas Farm”
No.
Nama Alat Kegunaan Gambar
1. Jaring Untuk menangkapikan patin dalamjumlah banyak
2. Timbangandigital
Untuk menimbangberat ikan patin
3. Keranjang Sebagai wadahsementara ikanpatin waktuditimbang
Dilanjutkan
53
Lanjutan Tabel 5. Peralatan yang digunakan pada usaha pembesaran ikanpatin “Tirto Mas Farm”
No. Nama Alat Kegunaan Gambar
4. Seser Untuk menangkapikan patin dalamjumlah sedikit
5. Jerigen Sebagai wadahsementara benih
6. Bak plastik Untuk wadahsementara
7. Sabit Untukmembersihkanrumput
Dilanjutkan
54
Lanjutan Tabel 5. Peralatan yang digunakan pada usaha pembesaran ikanpatin “Tirto Mas Farm”
No. Nama Alat Kegunaan Gambar
8. Gerobaksorong
Untuk mengambilpakan dari gudang
9. Pipa Untuk saluran airinlet dan outlet
c. Prasarana
Prasarana adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang
berlangsungnya suatu proses. Prasarana yang digunakan pada usaha
pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” adalah sumber air, akses jalan, alat
komunikasi dan instalasi listrik. Prasarana dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Sumber air
Sumber air merupakan komponen yang penting untuk kelangsungan hidup
dari ikan patin saat di kolam. Sumber air yang digunakan pada usaha
pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” berasal dari sumur pompa. Jumlah
sumur yang dimiliki sebanyak 3 unit dengan kualitas air yang baik.
55
2. Akses jalan
Keadaan jalan menuju lokasi usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
di Kelurahan Beduri sudah cukup baik dan memadai. Hal ini dikarenakan
semua jalan yang melintasi Kelurahan tersebut sudah diaspal dan kondisi
jalan dalam keadaan baik serta tidak berlubang. Kondisi jalan ini
memudahkan usaha sebagai penunjang dalam usaha pembesaran ikan
patin.
3. Alat Komunikasi
Komunikasi sangat penting terkait dengan kegiatan pemasaran. Alat
komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu usaha. Salah
satu peran alat komunikasi adalah sebagai alat penghubung kepada pembeli
atau konsumen. Alat komunikasi yang digunakan oleh pemilik usaha untuk
menghubungi pedagang pengumpul adalah handphone. Komunikasi yang
dilakukan pemilik usaha yaitu dengan pedagang pengumpul serta distributor
yang menjual pakan. Alat komunikasi sangat membantu antara pembudidaya
ikan patin dengan pedagang pengumpul ketika ikan patin siap dipanen.
4. Instalasi listrik
Listrik memiliki peranan saat berlangsungnya suatu usaha pembesaran.
Tenaga listrik digunakan untuk memberikan penerangan dan menggerakkan
pompa air agar air mengalir ke kolam. Daya listrik yang digunakan pada
usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” sebesar 900 Watt dengan
jumlah 3 unit. Pembeliaan listrik pada usaha ini dengan menggunakan token.
d. Faktor Produksi (Input)
Faktor produksi adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
memproduksi barang. Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
faktor produksi yang digunakan adalah sebagai berikut.
56
1. Benih
Benih ikan patin yang digunakan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto
Mas Farm” adalah benih ikan patin yang berukuran 4 cm. Benih ukuran 4 cm
tersebut langsung dimasukkan kedalam kolam pembesaran ikan patin. Benih
ikan patin diperoleh dari pedagang pengumpul yang berasal dari Ngawi.
Benih ikan patin biasanya dikirim langsung ke lokasi usaha oleh pedagang
pengumpul Ngawi. Transaksi dilakukan secara langsung setelah benih
sampai di lokasi usaha “Tirto Mas Farm”. Harga benih ikan patin ukuran 4 cm
yaitu Rp. 250/ekor. Ketersediaan benih ikan patin cukup ada karena
pedagang pengumpul memperoleh benih ikan patin dari Balai Benih Ikan
Ngawi.
2. Pakan
Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” menggunakan pakan
buatan atau pellet yang diperoleh melalui distributor di Tulungagung. Ada tiga
macam pakan yang digunakan dalam usaha ini yaitu pellet PF 7404, pellet
PF 7404-1, dan pellet Presto 2ml. Setiap satu kali produksi menghabiskan
540 sak pakan pellet PF 7404, 450 sak untuk pellet PF 7404-1, dan 720 sak
untuk pellet Presto 2ml. Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
hanya menggunakan pakan pellet dan tidak menggunakan pakan pengganti
atau pakan alternatif. Pellet diperoleh dari PT. CARGIL yang didistribusikan
melalui distributor Tulungagung. Ketersediaan pakan cukup baik karena
distributor selalu siap kirim jika pemilik usaha menghubunginya.
3. Tenaga kerja
Pada usaha ini, tenaga kerja berasal dari desa Slahung dengan jumlah 2
orang . Pada saat pemanenan tidak ada tenaga kerja tambahan. Tenaga
57
kerja memiliki jam kerja yaitu 8 jam/hari dan upah yang diterima sebesar Rp.
1.000.000 yang dibayarkan satu bulan sekali. Rata-rata pendidikan terakhir
tenaga kerja pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” adalah
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
e. Proses produksi
Produksi adalah suatu proses transformasi untuk mengubah berbagai
banyak input atau sumber – sumber daya menjadi output berupa barang dan
jasa, sehingga manfaatnya meningkat. Usaha “ Tirto Mas Farm ” merupakan
usaha yang bergerak dibidang penyediaan ikan patin hidup, proses produksi ikan
patin dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Persiapan kolam
Kolam yang digunakan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
yaitu kolam beton berukuran 3,5 x 12 m. Tahap pertama dalam persiapan
kolam yaitu membuka saluran pembuangan untuk mengeringkan kolam
dengan membuang semua sisa air dari siklus air sebelumnya, membersihan
kolam dari lumpur dan rumput dipinggir kolam. Langkah selanjutnya
kemudian menutup saluran pembuangan dan mengisi kolam dengan air
kolam dari kolam pembesaran ikan patin yang belum dipanen menggunakan
selang. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan plankton
sebagai pakan alami benih ikan patin. Kolam diisi air hingga ketinggian air
mencapai 100 cm.
2. Penebaran benih Ikan Patin
Setelah kolam sudah siap, benih ikan patin yang dikirim pedagang
pengumpul langsung dimasukkan ke dalam kolam pembesaran tanpa
dilakukan pendederan terlebih dahulu. Benih ikan patin yang tiba tidak
58
dilakukan penyesuaian terhadap lingkungan air baru. Kegiatan penebaran
benih dilakukan pada waktu pagi hari. Benih yang ditebarkan berukuran 4
cm dengan padat tebar 2.000 ekor/ kolam.
3. Pemeliharaan Ikan Patin
Pemeliharaan ikan patin dilakukan dalam kurun waktu 6-7 bulan satu kali
produksi. Pemeliharaan ikan patin meliputi pemberian pakan dan
pengecekan kualitas air kolam. Pemberian pakan ikan patin dimulai dari
benih tiba sampai panen. Pakan yang digunakan adalah pakan buatan atau
pelet namun, benih ikan patin yang baru dimasukkan kedalam kolam tidak
diberikan pakan pelet terlebih dahulu agar benih ikan patin memakan
plankton yang tersedia dikolam selama satu minggu benih ikan baru
diberikan pakan pelet. Frekuensi pemberian pakan pelet 2 kali sehari yaitu
pagi sekitar pukul 08.00 dan sore hari sekitar pukul 16.00. Jenis pakan dan
jumlah pemberian pakan ikan patin berubah setiap bulannya karena harus
menyesuaikan dengan pertumbuhan ikan patin. Semakin besar ikan maka
pakan yang diberikan juga semakin banyak. Apabila nafsu makan ikan patin
menurun maka ikan perlu diberikan vitamin. Pengecekan kualitas air
dilakukan dengan mengganti air kolam serta mengontrol kondisi ikan. Setiap
hari air kolam dibuang sekitar 5 cm untuk membuang kotoran ikan yang
berada didasar kolam kemudian air diisi ulang sampai mencapai ketinggian
air semula. Pada budidaya ika patin, serangan hama dan penyakit tergolong
sedikit karena ikan patin memiliki daya tahan yang baik dengan kondisi
lingkungan.
4. Pemanenan Ikan Patin
Kegiatan terakhir yang dilakukan pada pembesaran ikan patin adalah
pemanenan. Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
59
pemanenan dilakukan secara parsial atau tidak keseluruhan. Sebelum
dilakukan pemanenan, ikan patin dipuasakan atau tidak diberi makan selama
sehari untuk menghindari kematian. Panen ikan patin menggunakan jaring
dengan cara menggiring ikan patin dari bagian hilir ke bagian hulu. Kegiatan
pemanenan dilakukan oleh tenaga kerja sebanyak 2 orang. Ikan Patin yang
sudah terjaring kemudian dipilih yang berukuran 300 gram – 1kg lalu
dimasukkan ke keranjang untuk ditimbang. Setelah ditimbang, ikan patin
dimasukkan ke wadah sementara yaitu drum. Waktu pemanenan dilakukan
pada waktu suhu rendah yaitu pada pagi hari. Hal tersebut dilakukan agar
ikan patin yang akan dipanen tidak mengalami stress. Pada saat panen perlu
menghindari terjadinya luka pada ikan patin karena dapat menurunkan nilai
jual ikan patin.
Proses produksi ikan patin mulai dari persiapan lahan sampai pemanenan
dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Bagan proses produksi ikan patin
Persiapan Kolam Budidaya
Penebaran Benih Ikan
Patin
Pemeliharaan Ikan Patin
Pengecekan Kualitas Air
Kolam
Pemberian pakan
Pemanenan
60
f. Hasil Produksi (Output)
Siklus produksi pembesaran ikan patin selama setahun dilakukan
sebanyak dua kali. Hasil produksi ikan patin sekali produksi sebesar 36 ton
sedangkan, total produksi ikan patin selama setahun sebesar 72 Ton. Setiap
kolam menghasilkan ikan patin sebanyak 1,2 ton dengan jumlah kolam yang
difungsikan sebanyak 30 unit kolam. Ikan patin yang dijual memiliki ukuran
terkecil sebesar 300 gram dan paling besar ukuran 1 kg.
5.2 Aspek Manajemen
Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”, aspek manajemen
yang ada masih cukup berjalan dengan baik. Adapun aspek manajemen tersebut
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan adalah
sebagai berikut.
a. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan oleh pemilik usaha pembesaran ikan patin
“Tirto Mas Farm”yaitu pemilik usaha memberikan petunjuk perencanaan secara
garis besar sedangkan perencanaan detailnya diserahkan kepada kreativitas
tenaga kerja. Perencanaan dalam penyediaan bahan baku berupa benih ikan
patin ukuran 4 cm yang jumlahnya menyesuaikan kolam yang kosong dengan
perkiraan padat tebar 2.000 ekor/kolam. Perencanaan ketersediaan tenaga kerja
apabila ada tenaga kerja yang ingin keluar, maka tenaga kerja tersebut harus
membawa pengganti yang baru. Perencanaan ketersediaan pakan yaitu
melakukan order sebulan sebelum pakan yang ada di gudang habis. Apabila
terjadi keterlambatan dalam pengiriman pakan, maka pakan diganti dengan jenis
lain untuk sementara waktu sampai pakan tersedia. Perencanaan persiapan
kolam dengan merencanakan jumlah kolam yang akan difungsikan untuk
penebaran benih. Perencanaan pada usaha ini dapat dikatakan baik untuk aspek
61
teknis sedangkan, untuk aspek pemasaran dan finansiil perencanaan masih
belum ada sehingga pemilik usaha juga perlu melakukan perencanaan dari segi
pemasaran dan finansiil agar usaha dapat berjalan menjadi lebih baik.
b. Pengorganisasian
Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”, pengorganisasian
yang ada yaitu pemilik usaha sekaligus pemimpin memberikan tugas kepada
tenaga kerja. Pemilik usaha sebagai penanggungjawab dari pengadaan bahan
baku, sarana prasarana yang digunakan dan komunikasi dengan pedagang
pengumpul berkaitan pemasaran ikan patin. Tenaga kerja bekerja pada kegiatan
teknis usaha pembesaran ikan patin mulai dari persiapan kolam, penebaran
benih ikan patin, pemberian pakan, pengontrolan air, pembersihan kolam dan
pemanenan ikan patin. Struktur organisasi usaha ini adalah organisasi lini yaitu
pemilik usaha memberikan tugas kepada tenaga kerja tanpa melalui perantara.
Pada usaha ini tidak ada pelimpahan wewenang dan tenaga kerja hanya
mendapat perintah serta bertanggungjawab pada pemilik usaha. Pada usaha ini
belum ada pengelompokkan pekerjaan sesuai tugas, wewenang dan
tanggungjawab namun, pemilik usaha dan tenaga kerja saling berkoordinasi
untuk mencapai tujuan. Usaha pembesaran ikan patin dapat dikatakan belum
berjalan dengan baik. Struktur organisasi pada usaha pembesaran ikan patin
“Tirto Mas Farm” dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Struktur organisasi pada usaha pembesaran ikan patin“Tirto Mas Farm”
PEMILIK USAHA“BAPAK AJI”
TENAGA KERJA“TUKIRAN”
TENAGA KERJA“BAGUS”
62
c. Penggerakan
Penggerakan dilakukan oleh pemilik usaha sendiri dengan mengarahkan
tugas dari tenaga kerja yang bekerja tidak sesuai dengan tujuan. Penggerakan
tersebut meliputi instruksi dalam pemberian pakan, pengontrolan kualitas air dan
pemanenan. Pemilik usaha mampu mempengaruhi tenaga kerja sehingga
tenaga kerja mengerjakan tugas dengan baik. Tenaga kerja dapat bekerja tanpa
adanya paksaan karena pemilik usaha memiliki sikap positif terhadap tenaga
kerja dan tidak otoriter dalam mengarahkan tugas. Penggerakan yang dilakukan
oleh pemilik usaha pada usaha ini cukup baik karena selalu ada komunikasi
antara pemilik usaha dengan tenaga kerja untuk saling bekerjasama dalam
mencapai tujuan.
d. Pengawasan
Pengawasan dilakukan untuk menghindari kerugian dari usaha untuk
diperbaiki. Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”, pengawasan
dilakukan oleh Pak Tukiran yaitu salah satu tenaga kerja yang sudah dipercaya
oleh pemilik usaha. Pengawasan yang dilakukan hanya pada kegiatan teknis
meliputi pengawasan dalam penebaran benih, kondisi air maupun ikan, sarana
yang rusak, pemberian pakan dan pengawasan kolam agar tidak terjadi
pencurian. Apabila terjadi penyimpangan, maka Pak Tukiran harus mengetahui
kesalahan tersebut dan segera melaporkan penyimpangan yang terjadi kepada
pemilik usaha. Pengawasan pada usaha ini cukup baik dari aspek teknis
sedangkan pengawasan pada aspek pemasaran dan finansiil belum ada.
5.3 Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran yang pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas
Farm” meliputi strategi pemasaran (segmentasi pasar, target pasar dan posisi
63
pasar), bauran pemasaran (product, price, place,promotion) dan saluran
pemasaran yang diuraikan sebagai berikut.
a. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran bertujuan untuk mengetahui investasi atau bisnis
yang akan dijalankan dapat berhasil dengan baik atau tidak oleh karena itu perlu
melakukan strategi bersaing yang tepat. Pada usaha pembesaran ikan patin
“Tirto Mas Farm” strategi pemasaran meliputi segmentasi pasar, target pasar dan
posisi pasar.
Segmentasi pasar
Segmentasi pasar dapat diartikan sebagai pembagian pasar menjadi
beberapa kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin memerlukan produk
yang berbeda pula. Segmentasi pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas
Farm” tidak membagi konsumen menjadi beberapa kelompok karena produk ikan
patin hidup dijual kepada pedagang pengumpul dan tidak melayani penjualan
dalam bentuk eceran. Kegiatan pemasaran dilakukan sepenuhnya oleh
pedagang pengumpul yang berasal dari Ngawi. Pedagang pengumpul menjual
ikan patin tersebut ke pengecer yang ada di pasar tradisional Ngawi.
Target pasar
Target pasar adalah memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih
untuk dilayani. Target pasar dari produk ikan patin hidup adalah pasar
konsumen. Pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul ini membidik
pasar tradisional Ngawi sebagai target pasar. Pada usaha pembesaran ikan patin
“Tirto Mas Farm” belum membidik pasar industri karena produk belum mampu
memenuhi standar ikan patin yang diinginkan oleh pasar industri, sehingga
hanya pasar tradisional yang dijadikan target pasar sasaran.
64
Posisi pasar
Posisi pasar merupakan sesuatu yang dilakukan terhadap otak calon
pelanggan atau strategi komunikasi terhadap konsumen agar calon konsumen
memiliki penilaian tertentu dan mengidentifikasikan dirinya dengan produk
tersebut. Posisi pasar yang dilakukan pada produk ini adalah pemilik usaha
memiliki pembeli tetap (pedagang pengumpul) dan selalu memasok ikan patin
pada pedagang pengumpul.
b. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran atau marketing mix terdiri dari produk, harga, tempat
dan promosi. Bauran pemasaran pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas
Farm” dapat diuraikan sebagai berikut.
Produk
Ikan yang dihasilkan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
adalah ikan patin hidup. Keunggulan yang dimiliki pada usaha ini yaitu dapat
menyediakan ikan patin hidup berkualitas karena tidak menggunakan bahan
kimia dalam membudidayakan. Produk ikan patin ini belum memiliki deversifikasi
produk karena pengetahuan pemilik usaha yang masih minim dan belum ada
penyuluhan dari Dinas Pertanian Ponorogo terkait dengan olahan ikan berbahan
dasar ikan patin.
Harga
Harga yang ditawarkan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas
Farm” ukuran 1-3 ekor/kg sebesar Rp. 15.500,-/kg. Penetapan harga tersebut
menyesuaikan dengan harga pasar. Harga ikan patin tidak terlalu sering
mengalami fluktuasi harga atau cenderung tetap, sehingga pemilik usaha jarang
mengalami kerugian.
65
Promosi
Promosi merupakan suatu upaya untuk memberitahukan atau
menawarkan produk dengan tujuan menarik calon konsumen agar membelinya.
Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”, kegiatan promosi tidak
dilakukan karena hasil panen ikan patin langsung dipasarkan kepada pedagang
pengumpul saja. Promosi pada usaha ini tergolong pasif dan belum
mempromosikan ikan patin hidup.
Tempat
Usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” berlokasi di Jalan Mliwis,
Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo. Letak usaha ini
cukup strategis karena mudah dijangkau. Akses menuju lokasi usaha mudah
untuk dijangkau dengan transportasi, berada tidak jauh dengan perkotaan.
c. Saluran Pemasaran
Saluran distribusi yang dilakukan pada usaha pembesaran ikan patin
“Tirto Mas Farm” yaitu saluran pemasaran melalui pedagang pengumpul yang
berasal dari Ngawi. Usaha ini tidak melayani penjualan secara eceran atau
langsung ke konsumen. Apabila ada konsumen yang datang ke kolam pada saat
panen kemudian konsumen ingin membeli ikan patin tersebut, maka pemilik
usaha memberikan ikan patin secara gratis. Pedagang pengumpul biasanya
sekali mengambil ikan patin sebanyak 4 kwintal. Proses pemasaran dilakukan
ketika ikan patin sudah siap panen, dua hari sebelum panen pemilik usaha
melakukan komunikasi dengan pedagang pengumpul.Transaksi jual beli
dilakukan setelah kegiatan pemanenan dengan sistem pembayaran langsung.
Saluran pemasaran dimulai dari pembudidaya ikan patin “Tirto Mas Farm” yang
dijual kepada pedagang pengumpul yang berasal dari Ngawi dengan harga Rp.
66
15.000/ kg. Kemudian pedagang pengumpul Ngawi tersebut menjual ke
pedagang pengecer di pasar Ngawi dengan harga Rp. 18.500/kg. Terakhir ikan
patin dijual ke konsumen akhir pasar Ngawi dengan harga Rp. 21.000/kg.
Saluran pemasaran dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Saluran pemasaran ikan patin pada usaha pembesaran ikanpatin “Tirto Mas Farm”
5.4 Aspek Finansiil
Aspek finansiil adalah aspek yang digunakan dalam menentukan
kelayakan suatu usaha. Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
analisis yang digunakan adalah analisis finansiil jangka pendek dan analisis
finansiil jangka panjang. Analisis finansiil jangka pendek meliputi permodalan,
biaya produksi, penerimaan, R/C ratio, keuntungan, Rentabilitas dan BEP.
Analisis finansiil jangka panjang meliputi NPV, IRR, Net B/C, Payback Periode,
dan sensitivitas. Aspek finansiil jangka pendek dan jangka panjang dapat
diuraikan sebagai berikut.
5.4.1 Aspek Finansiil Jangka Pendek
Analisis jangka pendek digunakan untuk memperkirakan pembiayaan
selama satu tahun pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”. Analisis
jangka pendek dapat diuraikan sebagai berikut.
Pembudidaya
66
15.000/ kg. Kemudian pedagang pengumpul Ngawi tersebut menjual ke
pedagang pengecer di pasar Ngawi dengan harga Rp. 18.500/kg. Terakhir ikan
patin dijual ke konsumen akhir pasar Ngawi dengan harga Rp. 21.000/kg.
Saluran pemasaran dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Saluran pemasaran ikan patin pada usaha pembesaran ikanpatin “Tirto Mas Farm”
5.4 Aspek Finansiil
Aspek finansiil adalah aspek yang digunakan dalam menentukan
kelayakan suatu usaha. Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
analisis yang digunakan adalah analisis finansiil jangka pendek dan analisis
finansiil jangka panjang. Analisis finansiil jangka pendek meliputi permodalan,
biaya produksi, penerimaan, R/C ratio, keuntungan, Rentabilitas dan BEP.
Analisis finansiil jangka panjang meliputi NPV, IRR, Net B/C, Payback Periode,
dan sensitivitas. Aspek finansiil jangka pendek dan jangka panjang dapat
diuraikan sebagai berikut.
5.4.1 Aspek Finansiil Jangka Pendek
Analisis jangka pendek digunakan untuk memperkirakan pembiayaan
selama satu tahun pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”. Analisis
jangka pendek dapat diuraikan sebagai berikut.
Pedagangpengumpul Pengecer
66
15.000/ kg. Kemudian pedagang pengumpul Ngawi tersebut menjual ke
pedagang pengecer di pasar Ngawi dengan harga Rp. 18.500/kg. Terakhir ikan
patin dijual ke konsumen akhir pasar Ngawi dengan harga Rp. 21.000/kg.
Saluran pemasaran dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Saluran pemasaran ikan patin pada usaha pembesaran ikanpatin “Tirto Mas Farm”
5.4 Aspek Finansiil
Aspek finansiil adalah aspek yang digunakan dalam menentukan
kelayakan suatu usaha. Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
analisis yang digunakan adalah analisis finansiil jangka pendek dan analisis
finansiil jangka panjang. Analisis finansiil jangka pendek meliputi permodalan,
biaya produksi, penerimaan, R/C ratio, keuntungan, Rentabilitas dan BEP.
Analisis finansiil jangka panjang meliputi NPV, IRR, Net B/C, Payback Periode,
dan sensitivitas. Aspek finansiil jangka pendek dan jangka panjang dapat
diuraikan sebagai berikut.
5.4.1 Aspek Finansiil Jangka Pendek
Analisis jangka pendek digunakan untuk memperkirakan pembiayaan
selama satu tahun pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”. Analisis
jangka pendek dapat diuraikan sebagai berikut.
Konsumen
67
a. Permodalan
Menurut Agustina (2015), Modal merupakan barang atau uang yang
dipergunakan untuk menjalankan usaha agar tetap berlangsung. Ada tiga jenis
modal yang dikeluarkan yaitu modal investasi awal, modal kerja dan modal
operasional. Modal yang digunakan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto
Mas Farm” adalah modal tetap dan modal kerja. Modal tetap meliputi lahan,
kolam, gudang, jaring, timbangan digital, sabit, keranjang, gerobak sorong, pipa
air, jerigen, seser, pompa air, bak plastik, selang kecil, selang besar, kabel listrik,
lampu, kalkulator dan gayung. Hasil analisis investasi atau modal tetap pada
usaha pembesaran ikan patin diperoleh nilai sebesar Rp. 613.135.000. Nilai
penyusutan investasi per tahun pada usaha ini sebesar Rp. 47.474.667.
Penyusutan diperoleh dari jumlah nilai suatu barang dibagi dengan umur teknis
barang tersebut. Perhitungan modal tetap dan penyusutan modal tetap serta re-
investasi dapat dilihat pada lampiran 5. Selain modal tetap dalam usaha juga
terdapat modal kerja yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Modal kerja
pada usaha ini diperoleh nilai sebesar Rp. 739.264.667.
b. Biaya Total (Total Cost)
Menurut Mahyuddin (2008), biaya produksi merupakan semua
pengeluaran yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang
atau jasa. Biaya produksi tidak hanya berbentuk uang tetapi juga bias berupa
tenaga kerja, benih, sewa lahan dan semua asset yang dimanfaatkan untuk
produksi. Biaya yang dikeluarkan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas
Farm” terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya
yang tidak tergantung dengan banyak sedikitnya produk yang dihasilkan
sedangkan, biaya variabel merupakan biaya yang besarnya tergantung pada
input yang dihasilkan. Biaya tetap pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas
68
Farm” meliputi biaya penyusutan, biaya perawatan kolam, pajak, dan upah
tenaga kerja. Besar biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha pembesaran ikan
patin “Tirto Mas Farm” dalam satu tahun sebesar Rp. 60.554.667. Biaya variabel
pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” meliputi pembelian benih,
pakan, vitamin, dan token listrik. Biaya variabel pada usaha pembesaran ikan
patin “Tirto Mas Farm” sebesar Rp. 678.710.000. Biaya total produksi pada
usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” sebesar Rp 739.264.667.
Adapun rincian biaya total dapat dilihat pada Lampiran 4.
c. Penerimaan (Total Revenue)
Menurut Mahyuddin (2008), penerimaan adalah jumlah uang yang
diperoleh dari hasil penjualan. Siklus produksi ikan patin dalam setahun pada
usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” sebanyak dua kali produksi. Hasil
produksi ikan patin selama 1 siklus produksi pada usaha pembesaran ikan patin
“Tirto Mas Farm” yaitu 36.000 kg sehingga, total produksi ikan patin sebesar
72.000 kg per tahun.
Penerimaan yang diperoleh dari penjualan ikan patin pada usaha
pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” sebesar Rp. 1.116.000.000 dalam satu
tahun. Jumlah penjualan ikan patin sebanyak 72.000 Kg dengan harga sebesar
Rp. 15.500/kg ikan patin. Rincian total penerimaan dalam satu tahun pada usaha
pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dapat dilihat pada Lampiran 4.
d. Revenue Cost Ratio (R/C)
Revenue Cost Ratio digunakan untuk menghitung keuntungan relatif
usaha dalam 1 tahun terhadap biaya yang dipakai. Berdasarkan hasil
perhitungan R/C ratio pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
diperoleh nilai sebesar 1,51. Nilai tersebut menunjukkan nilai >1 yang berarti
bahwa usaha pembesaran ini menguntungkan dalam kurun waktu satu tahun.
69
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Riska (2015) bahwa perhitungan R/C
Ratio yang dihasilkan pada usaha budidaya ikan lele “Toni Makmur” adalah >1
yang artinya usaha ini menguntungkan dalam setahun dengan nilai sebesar 1,9.
Adapun rincian perhitungan R/C ratio dapat dilihat pada Lampiran 4
e. Keuntungan
Menurut Suharno (2007), keuntungan didefinisikan sebagai penerimaan
bersih atau besarnya penerimaan setelah dikurangi biaya. Keuntungan dapat
diperoleh apabila TC < TR sehingga, TR-TC memiliki hasil positif.
Keuntungan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto
Mas Farm” sebesar Rp. 376.735.333 dalam satu tahun. Hasil perhitungan
tersebut menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan patin dapat dikatakan
untung karena nilai penerimaan sebesar Rp. 1.116.000.000 lebih besar daripada
biaya total sebesar Rp. 739.264.667 sehingga TR-TC diperoleh nilai positif.
Adapun rincian perhitungan keuntungan dapat dilihat pada Lampiran 4.
f. Break Event Point (BEP)
BEP merupakan perhitungan yang digunakan untuk mengetahui posisi
suatu usaha dalam keadaan tidak untung dan tidak merugi. Kondisi BEP yaitu
dimana titik impas yaitu TR=TC yang berarti produsen dalam kondisi pulang
pokok. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai BEP sales pada usaha pembesaran
ikan patin “Tirto Mas Farm” sebesar Rp. 154.540.483 dengan jumlah produksi
sebanyak 9.970 kg. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha akan mengalami
kerugian apabila jumlah produksi kurang dari 9.970 kg per tahun. Penerimaan
yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan patin “ Tirto Mas Farm” sebesar
Rp. 1.116.000.000 dengan jumlah produksi sebanyak 72.000 kg per tahun. Grafik
Break Event Point pada usaha ini dapat dilihat pada Gambar 7. Nilai penerimaan
pada usaha ini lebih besar dibandingkan nilai BEP sales dan jumlah produksi
70
lebih banyak dibandingkan BEP unit sehingga dapat dikatakan bahwa usaha
berada dalam keadaan menguntungkan.
Hal tersebut sesuai menurut hasil penelitian Rosalina (2014) bahwa
penjualan lele mengalami titik impas dengan produksi minimal 844 kg yang
berarti jika produksi dibawah 844 kg akan mengalami kerugian. Rincian
perhitungan dari BEP dapat dilihat pada Lampiran 4.
Gambar 7. Grafik Break Event Point
g. Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan suatu usaha dengan modal yang bekerja
didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Hasil perhitungan Rentabilitas
pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” sebesar 50,96 %. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa usaha ini mampu menghasilkan laba sebesar
50,96 % dengan modal yang telah dikeluarkan. Setiap Rp. 1 modal yang ditanam
TRTR
Rp. 1.116.000.000
E VC
0
FC
9.970 kg 72.000 kg
TC
Rp. 154.540.483
71
menghasilkan laba sebesar Rp. 50, 96. Sehingga dapat dikatakan bahwa usaha
pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” menguntungkan. Adapun rincian
perhitungan nilai Rentabilitas dapat dilihat pada Lampiran 4.
5.4.2 Aspek Finansiil Jangka Panjang
Analisis jangka panjang digunakan untuk memperkirakan pembiayaan
pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dalam kurun waktu sepuluh
tahun. Analisis jangka panjang dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih present value benefit dan present value dari
biaya. Perhitungan NPV pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
menggunakan discount rate sebesar 13 % pada kondisi normal nilai NPV yang
diperoleh sebesar Rp. 1.399.364.360. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” layak untuk
dijalankan dalam kurun waktu 10 tahun kedepan karena memiliki nilai positif. Hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian Maulana (2008) bahwa usaha pembuatan
bandeng isi memperoleh nilai NPV > 0 yaitu sebesar Rp. 13.646.116 yang
artinya bahwa usaha pembuatan bandeng isi ini layak untuk dijalankan. Adapun
rincian perhitungan NPV dapat dilihat pada Lampiran 6.
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio merupakan angka perbandingan antara jumlah
present value yang positif dengan present value yang negatif. Perhitungan ini
digunakan untuk mengetahui rasio manfaat-biaya suatu proyek atau keuntungan
ekonomis. Nilai Net B/C ratio pada keadaan normal pada usaha pembesaran
ikan patin “Tirto Mas Farm” adalah sebesar 3,28. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa nilai Net B/C lebih besar dari satu sehingga, dapat dikatakan usaha ini
72
layak untuk dijalankan kurun waktu 10 tahun kedepan. Nilai Net B/C sama
dengan 3,28 artinya setiap Rp. 1 yang dikeluarkan selama umur proyek
menghasilkan Rp. 3,28 satuan manfaat bersih.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Maulana (2008) bahwa
kriteria lain yang dianalisis pada usaha bandeng isi adalah Net B/C yang memiliki
nilai Net B/C > 1 yaitu sebesar 1,29 yang menunjukkan usaha ini layak
dijalankan. Nilai Net B/C sama dengan 1,29 artinya setiap Rp. 1 yang dikeluarkan
selama umur proyek menghasilkan Rp. 1,29 satuan manfaat bersih. Rincian
perhitungan nilai Net B/C dapat dilihat pada Lampiran 6.
c. Internal Rate of Return (IRR)
Nilai IRR pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dalam
keadaan normal sebesar 61%. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan tingkat
suku bunga yaitu sebesar 13% sehingga, usaha ini layak untuk dijalankan. Hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian Rahmawati (2011) yaitu perhitungan
nilai IRR diperoleh sebesar 51% yang menunjukkan bahwa kemampuan untuk
mengembalikan modal yang digunakan lebih besar dari tingkat discount rate
yang digunakan yaitu sebesar 8% sehingga usaha pembenihan ikan patin ini
layak untuk dijalankan. Adapun rincian perhitungan nilai IRR dapat dilihat pada
Lampiran 6.
d. Payback Periode (PP)
Nilai payback periode pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas
Farm” pada kondisi normal sebesar 1,63 Tahun. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa jangka waktu pengembalian modal yang digunakan
untuk investasi adalah 1 tahun 6 bulan. Hasil tersebut dapat dikatakan layak
karena periode pengembalian pinjaman uang ke bank pendek sehingga usaha
tersebut memiliki resiko dan likuiditas yang lebih baik.
73
Hal tersebut sesui dengan pernyataan menurut Saefuddin (2015) bahwa
Payback Periode digunakan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk
pengembalian modal yang telah digunakan untuk investasi. Kriteria PP tidak
mempunyai batas yang jelas sehingga, semuanya tergantung pemilik modal yang
pada umumnya menyukai periode yang pendek. Untuk rincian perhitungan
payback periode dapat dilihat pada Lampiran 6.
5.5 Tingkat Sensitivitas
Analisis sensitivitas menunjukkan bagian-bagian yang peka terhadap
perubahan dalam suatu variabel, sehingga para pengusaha melakukan
pengawasan pada usahanya. Menurut Rahmawati (2011), analisis sensitivitas
dilakukan dengan cara switching value atau coba-coba yang menyebabkan
usaha masih dapat memperoleh keuntungan normal yakni NPV sama dengan
nol, IRR sama dengan tingkat suku bunga deposito, Net B/C sama dengan satu
dan PP sama dengan sepuluh tahun. Usaha tidak layak untuk dijalankan apabila
nilai NPV <0, Net B/C <1 , IRR < Suku Bunga dan nilai PP yang semakin
panjang.
Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dalam kondisi
normal memenuhi kriteria investasi yang baik, tetapi jika terjadi perubahan
kenaikan atau penurunan benefit pada tingkatan tertentu usaha dapat dikatakan
tidak layak. Besar presentase kenaikan biaya atau penurunan benefit yang
diasumsikan menunjukkan tingkat kelayakan usaha. Apabila asumsi presentase
semakin besar, maka dapat diketahui seberapa layak usaha untuk dijalankan
pada presentase tertentu. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui titik
puncak kenaikan biaya atau penurunan benefit yang berdampak pada kelanjutan
usaha pembesaran ikan patin.
74
Kenaikan Biaya
Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dilakukan analisis
sensitivitas dengan asumsi kenaikan biaya. Dasar pengambilan asumsi ini
mengingat adanya kondisi ekonomi di Indonesia yang tidak menentu yang akan
berdampak pada biaya produksi, maka asumsi kenaikan biaya tersebut
diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya inflasi yang lebih tinggi. Asumsi
kenaikan biaya akan dapat menggambarkan hal yang terjadi pada usaha
terhadap kenaikan biaya tidak tetap, perawatan kolam, lahan dan pengadaan
investasi baru.
Asumsi biaya naik 34 %
Pada kondisi normal usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 1.399.364.360; Net B/C sebesar 3,28; IRR
sebesar 61 %; dan PP selama 1 tahun 6 bulan. Perubahan scenario dengan
kenaikan biaya sebesar 34 % diperoleh nilai nilai NPV sebesar Rp.
35.478.135; Net B/C sebesar 1,06; IRR sebesar 15 %; dan PP selama 4
tahun 8 bulan. Hasil analisis sensitivitas pada kenaikan biaya sebesar 34 %
menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” masih
layak untuk dilanjutkan.
Asumsi biaya naik 35 %
Pada kondisi normal usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 1.399.364.360; Net B/C sebesar 3,28; IRR
sebesar 61 %; dan PP selama 1 tahun 6 bulan. Perubahan scenario dengan
kenaikan biaya sebesar 35% diperoleh nilai NPV sebesar Rp. -4.636.166;
Net B/C sebesar 0,99; IRR sebesar 13 %; dan PP selama 5 tahun 2 bulan.
Hasil analisis sensitivitas pada kenaikan biaya sebesar 35% menunjukkan
bahwa usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” tidak layak untuk
75
dilanjutkan. Hal tersebut dikarenakan terdapat nilai NPV yang kurang dari 0
dan nilai Net B/C kurang dari 1.
Penurunan Benefit
Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dilakukan analisis
sensitivitas dengan asumsi penurunan benefit. Dasar pengambilan asumsi
penurunan benefit adalah apabila terjadi penurunan penerimaan karena adanya
kerusakan produk, mutu bahan baku, maka dapat menurunkan hasil penjualan.
Asumsi benefit turun 23 %
Pada kondisi normal usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 1.399.364.360; Net B/C sebesar 3,28; IRR
sebesar 61 %; dan PP selama 1 tahun 6 bulan. Perubahan skenario dengan
penurunan benefit sebesar 23% diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 6.556.184;
Net B/C sebesar 1,01; IRR sebesar 13%; dan PP selama 5 tahun 1 bulan.
Hasil analisis sensitivitas pada penurunan benefit sebesar 23% menunjukkan
bahwa usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” masih layak untuk
dilanjutkan.
Asumsi benefit turun 24 %
Pada kondisi normal usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 1.399.364.360; Net B/C sebesar 3,28; IRR
sebesar 61 %; dan PP selama 1 tahun 6 bulan. Perubahan skenario dengan
penurunan benefit sebesar 24% diperoleh nilai NPV sebesarRp. -54.000.693;
Net B/C sebesar 0,91; IRR sebesar 11%; dan PP selama 5 tahun 6 bulan.
Hasil analisis sensitivitas pada penurunan benefit sebesar 24% menunjukkan
bahwa usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” tidak layak untuk
dilanjutkan. Hal tersebut dikarenakan terdapat nilai NPV yang kurang dari 0,
76
nilai Net B/C kurang dari 1 dan IRR dibawah tingkat suku bunga pinjaman
bank.
Kenaikan Biaya dan Penurunan Benefit
Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dilakukan analisis
sensitivitas dengan asumsi kenaikan biaya dan penurunan benefit. Hal tersebut
untuk mengantisipasi terjadinya tingkat inflasi dan penurunan benefit yang
bersamaan.
Biaya naik 13 % dan benefit turun 13 %
Analisis sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
dengan asumsi bahwa biaya naik sebesar 13 % yang bersamaan dengan
penurunan benefit sebesar 13 % sehingga diperoleh nilai NPV sebesar Rp.
90. 639.047; Net B/C sebesar 1,15; IRR sebesar 17%; dan PP selama 4
tahun 5 bulan. Hasil analisis sensitivitas pada kenaikan biaya sebesar 13%
dan penurunan benefit sebesar 13% menunjukkan bahwa usaha pembesaran
ikan patin “Tirto Mas Farm” masih layak untuk dilanjutkan.
Biaya naik 14 % dan benefit turun 14 %
Analisis sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
dengan asumsi bahwa biaya naik sebesar 14% yang bersamaan dengan
penurunan benefit sebesar 14% sehingga diperoleh nilai NPV sebesar Rp. -
10.032.131; Net B/C sebesar 0,98; IRR sebesar 13%; dan PP selama 5
tahun 2 bulan. Hasil analisis sensitivitas pada kenaikan biaya sebesar 14%
dan penurunan benefit sebesar 14% menunjukkan bahwa usaha pembesaran
ikan patin “Tirto Mas Farm” tidak layak untuk dilanjutkan. Hal tersebut
dikarenakan terdapat nilai NPV yang kurang dari 0 dan nilai Net B/C kurang
dari 1.
77
Analisis sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
menunjukkan bahwa usaha budidaya masih dapat memperoleh keuntungan
normal dan masih layak untuk dilaksanakan pada tingkat kenaikan biaya
maksimum sebesar 34%, tingkat penurunan benefit maksimum sebesar 23%
serta kenaikan biaya 13% dan penurunan benefit 13%. Analisis sensitivitas
menunjukkan bahwa usaha tidak layak lagi jika terjadi kenaikan biaya mulai 35%,
penurunan benefit sebesar 24% serta kenaikan biaya 14% dan penurunan
benefit 14%. Hasil analisis sensitivitas secara singkat pada usaha pembesaran
ikan patin “Tirto Mas Farm” dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut.
Tabel 6. Hasil analisis sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin “TirtoMas Farm”.
No . KondisiAnalisis Ekonomi
NPV Net B/C IRR PP
1. Normal Rp. 1.116.000.000 3,28 61 % 1,63
2. Biaya naik 34 % Rp. 35.478.135 1,06 15 % 4,89
3. Biaya naik 35 % Rp. -4.636.166 0,99 13 % 5,20
4. Benefit turun 23 % Rp. 6.556.184 1,01 13 % 5,11
5. Benefit turun 24 %Rp. -54.000.693
0,91 11 % 5,63
6.Biaya naik 13%Benefit turun 13 %
Rp. 90.639.047 1,15 17 % 4,52
7.Biaya naik 14 %Benefit turun 14 %
Rp. -10.032.131 0,98 13 % 5,24
Sumber: Data diolah, 2017
5.5 Faktor yang mempengaruhi usaha pembesaran ikan patin
Setiap usaha pasti memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya
usaha,baik faktor pendukung atau faktor penghambat yang dapat memperlancar
jalannya usaha. Berikut adalah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”.
a. Faktor Pendukung
Faktor-faktor yang mendukung kelancaran usaha pembesaran ikan patin
“Tirto Mas Farm” adalah sebagai berikut.
78
1. Produksi tidak tergantung musim karena ikan patin memiliki sifat seperti
ikan lele yang dapat bertahan hidup pada musim hujan dan kemarau
sehingga usaha masih bisa berjalan.
2. Pesaing budidaya ikan patin masih sedikit karena sebagian besar
pembudidaya di Ponorogo membudidayakan ikan lele.
b. Faktor Penghambat
Faktor-faktor yang menghambat usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas
Farm” sebagai berikut:
1. Usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” belum memiliki surat izin
usaha.
2. Belum ada pembagian tugas secara terstruktur dari tenaga kerja pada
usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
3. Belum ada penyuluhan dan pelatihan dari Dinas Pertanian bidang
Perikanan mengenai budidaya ikan patin.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada usaha pembesaran ikan
patin “Tirto Mas Farm” mengenai Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan
Patin “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri Kecamatan Ponorogo Kabupaten
Ponorogo, Jawa Timur dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Aspek teknis yang ada pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”
ini meliputi lokasi usaha, sarana dan prasarana, faktor produksi, proses
produksi, hasil produksi. Aspek manajemen meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan. Aspek pemasaran meliputi
strategi pemasaran, bauran pemasaran dan saluran pemasaran.
2. Aspek finansiil jangka pendek dan jangka panjang pada usaha pembesaran
ikan patin “Tirto Mas Farm” dalam kondisi normal layak dan menguntungkan
untuk dijalankan.
3. Usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” masih layak dijalankan
apabila tingkat kenaikan biaya maksimum sebesar 34%, tingkat penurunan
benefit maksimum sebesar 23% serta tingkat kenaikan biaya dan penurunan
benefit secara bersamaan sebesar 13% selebihnya usaha tidak layak untuk
dijalankan.
6.2 Saran
Saran yang diberikan untuk usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas
Farm” adalah sebagai berikut.
1. Untuk pemilik usaha, diupayakan membuat surat izin usaha untuk
memudahkan dalam penyuluhan dan pengenalan teknologi baru untuk
budidaya.
80
2. Untuk Pemerintah Kabupaten Ponorogo melalui Dinas Pertanian bidang
Perikanan dan Kelautan turut serta membantu pembudidaya dalam
mengembangkan usaha budidaya dengan mengadakan penyuluhan dan
pelatihan.
3. Untuk peneliti lain, diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini mengenai
strategi pengembangan usaha pembesaran ikan patin.
DAFTAR PUSTAKA
Adida. 2014. Efisiensi Pemasaran Benih Ikan Gurami Ukuran ‘Nguku’ ditinjau dariKeragaan Pasar di Kelurahan Duren Seribu Depok Jawa Barat. JurnalManajemen Perikanan dan Kelautan. Vol 1.No.1.
Agustina, Tri Siwi. 2015. Kewirausahaan Teori dan Penerapan pada Wirausahadan UKM di Indonesia. Mitra Wacana Media: Jakarta.
Amirullah. 2015. Pengantar Manajemen. Mitra Wacana Media: Jakarta.
Badan Pusat Statistik Ponorogo. 2016. Kecamatan Ponorogo dalam Angka 2016.Ponorogo.
Bidayani, Endang. 2007. Analisa Usaha Budidaya Ikan Patin dan Lele DumboHasil Subtitusi Pelet dengan Usus Ayam di Kolong Bekas PenambanganTimah. AKUATIK-Jurnal Sumberdaya Perairan Vol.1(1): 21-27.
Dahuri, R. 2000. Prospek Bisnis Perikanan dan Kelautan Indonesia. Agrimedia :6 (1): 26-29.
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Timur. 2015. Laporan TahunanStatistik Perikanan Budidaya di Jawa Timur Tahun 2015. DirektoratJendral Perikanan Budidaya Kementrian Perikanan Republik Indonesia.
Direktorat Jendral Pengembangan Ekspor Negeri. 2013. Warta Ekspor Ikan PatinHasil Alam Bernilai Ekonomi dan Berpotensi Ekspor Tinggi. KementrianPerdagangan Republik Indonesia.
Dwirosyadha, Ganang Arytra. 2008. Analisis Finansial Penggunaan LampuPetromak sebagai Pemanas pada Budidaya Pembenihan Ikan Patin NusaHias Farm di Desa Cibitung Tengah Kecamatan Ciampea, KabupatenBogor Jawa Barat. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.
Effendi, Irzal dan Oktariza, W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Google image. 2017. Ikan Patin. www. Google. Com. Diakses pada tanggal 2
Februari 2017 pukul 12.45 WIB.
Gray, C., P. Simanjuntak, L.K. Sabur,P.F.L. Maspaitella, dan R.C.G. Varley.
2007. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Harianto. 2003. Kajian Kelayakan Usaha Ekspor Ikan Kerapu Dengan PenerapanAlat Pengangkutan Darat Dan Teknik Kemasan Pengiriman Udara. JurnalSains dan Teknologi Indonesia, Vol. 5, No. 5, hal: 180-183.
Hasnibar, Sesni., Hamdi Hamid dan Lamun Bathara. 2014. Strategi PemasaranProduk Olahan Ikan Patin (Pangasius sutci) di Desa Koto MesjidKecamatan xiii Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. UniversitasRiau: Riau.
Husnan S, Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : UnitPenerbit dan Percetakan AMP YKPN.
82
Ibrahim, Yacob M. 2003. Studi Kelayakan Bisnis (Edisi Revisi). PT Rineka Cipta,Jakarta.
Ismail, Indradi, Dian Wijayanto, Taufik Yulianto dan Suroto. 2013. AnalisisKelayakan Usaha Perikanan Laut Kabupaten Kendal. Jurnal SaintekPerikanan Vol.8(2): 52-56.
Kadariah, 2001. Evaluasi Proyek : Analisis Ekonomis. Lembaga Penerbitan
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Kadariah., Lien Karlina dan Clive Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek EdisiRevisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia:Jakarta.
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media Group :Jakarta.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012.Analisis Usaha Pembesaran Ikan
Patin. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya: Jakarta
Kottler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Jakarta : Prenhallindo.
Kurniawan, R.P., Eni Istiyanti dan Uswatun Hasanah. 2013. Analisis Usahatani
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Di Lahan Tegalan Desa
Ketawangrejo Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo. Surya Agritama
Vol.II No.1 Maret 2013. Fakultas Pertanian Universitas Muhamadiyah
Purworejo. Purworejo.
Mahyuddin, Idiannor., Emmy Sri Mahreda., Rina Mustika.,dan Irma Febrianty.2014. Analisis Kelayakan dan Sensitivitas Harga Input Pada UsahaBudidaya Ikan Lele dalam Kolam Terpal di Kota Banjarbaru ProvinsiKalimantan Selatan. EnviroScienteae 10: 9-17.
Mahyuddin, Kholish. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya:Jakarta.
Mantra,Ida Bagoes. 2008. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Martha, Ronny. 2006. Analisis Kelayakan Industri Fillet Ikan Patin Beku(Pangasius hypophthalmus) di Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor: FakultasTeknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Maulana, Mochammad Evan Setya. 2008. Analisis Kelayakan Usaha PembuatanBandeng Isi Pada BANISI di kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung,Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Nawawi, H. Hadari. 2012. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah MadaUniversity Press: Yogyakarta.
Pernandes, Judhi Eka., Lamun Bathara., dan Viktor Amrifo. 2016. The ProspectsOf Shark Catfish (Pangasius hypothalmus) Farming Development InKelurahan Palas, Rumbai Subdistricts, Pekanbaru City, Riau Province.Faculty of Fishieries and Marine Scinces. University of Riau
83
Prahasta, A. dan M. Hasanawi. 2009. Agribisnis Ikan Patin. Pustaka Grafika:Bandung.
Primyastanto, M. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan (Sebagai Aplikasi DariTeori Studi Kelayakan Usaha Perikanan). UB Press. UniversitasBrawijaya. Malang. https://www. google. co.id/webhp?sourceid=chromeinstant&ion=1&espv=2&ie=UTF8#q=FEASIBILITY+STUDY+USAHA+PERIKANAN+primyastanto. Diakses tanggal 1Februari 2017.
Rahmawati, Rini. 2011. Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin PadaAlma Fish Farm di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. FakultasEkonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Riska, Fiya Fajriya. 2015. Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele(Clarias sp.) Pada Usaha Perseorangan Toni Makmur di KawasanAgropolitan Desa Kauman Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang, JawaTimur. Skripsi. FPIK UB: Malang.
Riyanto. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Gajah Mada UniversityPress : Yogyakarta.
Rohmawati, Oom. 2010. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan HiasAir Tawar Pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor Utara,Kota Bogor. Skripsi. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. InstitutPertanian Bogor.
Rosalina, Dwi. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Lele di KolamTerpal di Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah. Maspari Journal6(1): 20-24.
Saefuddin, E. Mubarok. 2015. Ekonomi Manajerial Dan Strategis Bisnis. InMedia: Jakarta.
Sarwono,Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shinta, Agustina. 2011. Manajemen Pemasaran. UB-Press : Malang.
Soekartawi. 2001. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Soekartawi. 2013. Agribisnis dan Aplikasinya. Rajawali Press: Jakarta.
Soekartiwi. 2003. Manajemen Pemasaran. Salemba Empat : Jakarta.
Sugiyono .2014. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Suharno. 2007. Ekonomi Manajerial. Andi Yogyakarta : Yogyakarta.
Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Andi : Yogyakarta.
Supit, R. Maria. 2015. Evaluasi Kelayakan Usaha Pengolahan Daging Buah Pala
(Studi Kasus Usaha Pengolahan Daging Buah Pala di Desa Karegesan
Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara). Fakultas Pertanian.
Universitas Sam Ratulangi : Manado.
Susanto, H. dan Amri, K. 1999. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya, Jakarta.
84
Taufik, M. Ani Muani, dan Radian. 2013. Analisis Kelayakan Investasi UsahaPembenihan Ikan di Balai Benih Ikan (BBI) Lokal Kabupaten Kubu Raya.Jurnal Social Economic of Agriculture. Vol.2(2): 60-67.
Umar, H. 2000. Studi Kelayakan Bisnis, Manajemen, Metoda dan Kasus. PTGramedia Pustaka Utama, Jakarta
Umar, Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis (Teknik Menganalisis KelayakanRencana Bisnis secara Komprehensif). PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Usman,Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2014. Metode PenelitianSosial.Jakarta : Bumi Aksara.
Wild World Found Indonesia. 2015. Better Management Practices (BMP) IkanPatin Siam Sistem Kolam, Keramba Jaring Tancap dan Keramba JaringApung. WWF-Indonesia : Jakarta.