analisis kecukupan ruang terbuka hijau ... - …

27
1 ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENYERAP EMISI CO 2 DI PERKOTAAN MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA (STUDI KASUS: SURABAYA PUSAT DAN SELATAN) ADEQUACY ANALYSIS OF GREEN OPEN SPACE AS CO 2 EMISSION ABSORBER IN URBAN BY USING STELLA PROGRAM (CASE STUDY: CENTRAL AND SOUTH OF SURABAYA) Soegih Ratri Widyanadiari 1) , Rahmat Boedisantoso 2) dan Abdu Fadli Assomadi 3) 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya 60111-Jawa Timur 2 , 3 Dosen Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya 60111-Jawa Timur Abstrak Gas karbon dioksida (CO 2 ) adalah salah satu gas rumah kaca yang berpotensi menyebabkan pemanasan global. Emisi gas tersebut yang berasal dari sisa pembakaran kegiatan transportasi, permukiman, dan industri saat ini cenderung meningkat. Salah satu cara untuk menguranginya adalah dengan memanfaatkan tumbuhan untuk menyerapnya. Dalam penelitian ini dilakukan analisis kecukupan Ruang Terbuka Hijau (RTH) eksisting di Surabaya Pusat dan Selatan dalam menyerap emisi CO 2 . Analisis kemampuan penyerapan CO 2 oleh RTH eksisting dilakukan menggunakan simulasi model program Stella. Setelah itu kemampuan RTH dalam menyerap CO 2 setelah direncanakan dua skenario upaya peningkatan daya serap CO 2 juga dianalisis, yakni mengoptimalkan luas pepohonan pada RTH eksisting serta gabungan pengelolaan RTH yang belum dikelola pemerintah dan penambahan RTH baru. Hasil analisis menunjukkan bahwa emisi CO 2 yang dihasilkan di Surabaya Pusat sebesar 320,522.80 ton CO 2 /tahun dan di Surabaya Selatan sebesar

Upload: others

Post on 29-Nov-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

1

ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU

SEBAGAI PENYERAP EMISI CO2 DI PERKOTAAN

MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA

(STUDI KASUS: SURABAYA PUSAT DAN SELATAN)

ADEQUACY ANALYSIS OF GREEN OPEN SPACE

AS CO2 EMISSION ABSORBER IN URBAN

BY USING STELLA PROGRAM

(CASE STUDY: CENTRAL AND SOUTH OF SURABAYA)

Soegih Ratri Widyanadiari1), Rahmat Boedisantoso 2) dan Abdu Fadli Assomadi3)

1 Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya 60111-Jawa Timur

2 , 3 Dosen Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya 60111-Jawa Timur

Abstrak

Gas karbon dioksida (CO2) adalah salah satu gas rumah kaca yang berpotensi menyebabkan pemanasan global.

Emisi gas tersebut yang berasal dari sisa pembakaran kegiatan transportasi, permukiman, dan industri saat ini cenderung

meningkat. Salah satu cara untuk menguranginya adalah dengan memanfaatkan tumbuhan untuk menyerapnya. Dalam

penelitian ini dilakukan analisis kecukupan Ruang Terbuka Hijau (RTH) eksisting di Surabaya Pusat dan Selatan dalam

menyerap emisi CO2. Analisis kemampuan penyerapan CO2 oleh RTH eksisting dilakukan menggunakan simulasi

model program Stella. Setelah itu kemampuan RTH dalam menyerap CO2 setelah direncanakan dua skenario upaya

peningkatan daya serap CO2 juga dianalisis, yakni mengoptimalkan luas pepohonan pada RTH eksisting serta gabungan

pengelolaan RTH yang belum dikelola pemerintah dan penambahan RTH baru. Hasil analisis menunjukkan bahwa

emisi CO2 yang dihasilkan di Surabaya Pusat sebesar 320,522.80 ton CO2/tahun dan di Surabaya Selatan sebesar

Page 2: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

2

966,308.80 ton CO2/tahun, sedangkan kemampuan RTH eksisting dalam menyerap emisi CO2 di Surabaya Pusat

sebesar 5,405.28 ton CO2/tahun (1.69%) dan di Surabaya Selatan sebesar 5,719.20 ton CO2/tahun (0.59%).

Penggabungan kedua skenario upaya peningkatan daya serap CO2 menghasilkan peningkatan daya serap CO2 menjadi

sebesar 6,673.34 ton CO2/tahun (2.08%) di Surabaya Pusat dan sebesar 13,760.04 ton CO2/tahun (1.42%) di Surabaya

Selatan.

Kata kunci: Emisi CO2, Ruang Terbuka Hijau, Program Stella.

Abstract

Carbon dioxide (CO2) is one of the greenhouse gases that potential to cause global warming. CO2 emissions

from combustion of transportation, settlement, and industry activites tend to increase. One way to reduce it is to use

the plants to absorb it. This study analyzes the adequacy of the existing Green Open Space to absorb CO2 emissions

in Central and South of Surabaya. Analysis of the CO2 absorption capability of the existing public Green Open Space is

done by using simulation model with Stella program. After that, the CO2 absorption by Green Open Space after the two

scenarios in order to increase the CO2 absorption is analyzed as well. The scenarios are optimizing the trees area on

existing Green Open Space and the combination of recommendation to manage Green Open Space which has not been

managed yet by government and the addition of new Green Open Space. The analysis shows that the CO2 emissions

generated in the Central of Surabaya is 320,522.80 tons/year and in the South of Surabaya is 966,308.80 tons/year,

whereas the ability of the existing green open space to absorb CO2 emissions in Central of Surabaya is 5,405.28 tons

CO2/year (1.69%) and in South of Surabaya is 5,719.20 tons CO2/year (0.59%). The combination of the two scenarios

results the improvement of CO2 absorption to the size of 6,673.34 tons CO2/year (2.08%) at the Central of Surabaya

and 13,760.04 tons CO2/year (1.42%) at the South of Surabaya.

Key words: CO2 Emissions, Green Open Space, Stella Program.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelepasan emisi CO2 yang berlebihan ke udara bebas menyebabkan kadar gas rumah kaca di

atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global (Nagara,

2008). Oleh karena itu, gas CO2 di udara harus diupayakan tidak terus bertambah naik. Salah satu

Page 3: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

3

cara untuk mereduksi CO2 di daerah perkotaan adalah mengurangi emisi karbon dan membangun

hutan kota (Dahlan, 1992).

Kenyataan yang terjadi berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

Surabaya, RTH publik yang dikelola seluas 16.65 ha atau 4.21% dari luas wilayah Surabaya Pusat

dan seluas 12.35 ha atau 1.35% dari luas wilayah Surabaya Selatan. Sedangkan menurut Undang-

undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal harus

memiliki luasan 30% dari luas total wilayah dengan porsi 20% sebagai RTH publik dan 10%

sebagai RTH privat. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, komposisi

20% RTH publik jika dibandingkan dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) ini meliputi taman

sebesar 12.5%, jalan 6%, dan lain-lain seperti pemakaman, lapangan olahraga, dan lahan pertanian

perkotaan sebesar 1.5%.

Berdasarkan fakta yang terjadi dan belum adanya kajian mengenai kecukupan RTH dalam

menyerap emisi CO2 di wilayah Surabaya, maka dilakukan penelitian yang bertujuan menganalisis

kecukupan RTH eksisting sebagai penyerap emisi CO2 dan kemampuan RTH dalam menyerap

emisi CO2 setelah dilakukan upaya peningkatan daya serap CO2 di wilayah Surabaya Pusat dan

Selatan. Yang menjadi fokus sebagai penyerap emisi CO2 dalam penelitian ini hanyalah pohon

pelindung pada taman dan jalur hijau karena daya serap pohon pelindung lebih besar dibandingkan

dengan semak maupun rumput, dan proporsi RTH publik yang paling besar adalah untuk taman dan

jalan sehingga dianggap yang paling mempengaruhi dibandingkan yang lainnya. RTH privat tidak

difokuskan karena proporsinya tidak sebesar taman kota dan jalur hijau pada RTH publik, selain itu

lokasinya yang tersebar dan tidak terdaftar resmi, sehingga proporsinya dapat dianggap sebagai

pelengkap RTH publik.

Penelitian ini dilakukan di wilayah Surabaya Pusat dan Selatan karena merupakan wilayah

yang padat dengan permukiman penduduk dan juga sebagai wilayah perdagangan/jasa maupun

Page 4: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

4

industri yang kebutuhan pemakaian bahan bakar fosil sebagai sumber bahan bakar cukup tinggi dan

juga selalu dilewati oleh transportasi darat sehingga arus lalu lintas pun ramai, sehingga jumlah

emisi karbon yang dihasilkan besar (Kusuma, 2010). Alat bantu dalam analisis ini adalah dengan

menggunakan model simulasi Program Stella. Digunakannya Program Stella ini karena keunggulan

Program Stella yang memungkinkan penggunaan beberapa variabel secara bersamaan serta dapat

menampilkan model simulasi pendekatan berupa mind mapping sehingga kita bisa melihat variabel-

variabel yang mempengaruhi secara langsung.

Permasalahan

Permasalahan yang akan diteliti pada Tugas Akhir (TA) ini adalah:

1. Bagaimanakah kemampuan RTH eksisting dalam menyerap emisi CO2 dari kegiatan

transportasi, industri, dan permukiman di wilayah Surabaya Pusat dan Selatan?

2. Bagaimanakah kemampuan daya serap CO2 oleh RTH eksisting di wilayah Surabaya Pusat

dan Selatan dibandingkan dengan emisi CO2 yang dihasilkan dari kegiatan transportasi,

industri, dan permukiman?

3. Bagaimanakah kemampuan RTH dalam menyerap emisi CO2 setelah upaya peningkatan daya

serap CO2?

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kemampuan RTH eksisting dalam menyerap emisi CO2 dari kegiatan transportasi,

industri, dan permukiman di wilayah Surabaya Pusat dan Selatan.

2. Memetakan kemampuan penyerapan CO2 oleh RTH eksisting dan emisi CO2 yang dihasilkan

dari kegiatan transportasi, industri, dan permukiman di wilayah Surabaya Pusat dan Selatan.

Page 5: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

5

3. Menganalisis kemampuan RTH dalam menyerap CO2 setelah dilakukan upaya peningkatan

daya serap CO2 di wilayah Surabaya Pusat dan Selatan.

Batasan Masalah

1. Data survey untuk perhitungan ulang emisi CO2 dari penelitian terdahulu yang akan dianalisis

hanya dari sektor transportasi, industri dan permukiman di wilayah Surabaya Pusat dan Selatan.

2. Emisi CO2 dari kegiatan permukiman dan industri yang dihitung hanyalah emisi CO2 primer

saja.

3. Emisi CO2 yang dihitung di wilayah penelitian tidak memperhitungkan pengaruh arah angin

sehingga dianggap beban emisi maksimum (tidak terdispersi).

4. Data RTH eksisting di wilayah Surabaya Pusat dan Selatan yang dimaksud dalam penelitian ini

hanyalah RTH publik berupa taman kota dan jalur hijau yang dikelola oleh Dinas Kebersihan

dan Pertamanan Kota Surabaya mengenai lokasi eksisting serta luasnya.

5. Daya serap CO2 oleh RTH yang dihitung dalam penelitian ini adalah daya serap pohon pelindung

saja, tidak termasuk perdu dan rumput.

6. Upaya peningkatan daya serap CO2 yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan dua

skenario, yakni

a) Mengoptimalkan luas pohon pelindung yang ditanam pada RTH eksisting yang mengacu

pada persyaratan luas minimum tanaman hijau pada RTH yang tercantum dalam Peraturan

Daerah Kota Surabaya No. 7 Tahun 2002.

b) Merekomendasikan RTH yang belum dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kota Surabaya dan penambahan RTH baru di lahan yang masih tersedia mengacu pada

RTRW Kota Surabaya 2013.

7. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

• Jenis dan jumlah pohon pelindung pada RTH eksisting.

Page 6: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

6

• Luas pohon pelindung pada RTH eksisting.

5. Analisis kemampuan RTH eksisting dalam menyerap emisi CO2 dan analisis kemampuan

penyerapan RTH terhadap emisi CO2 setelah upaya peningkatan daya serap CO2 dalam

penelitian ini dilakukan dengan simulasi menggunakan Program Stella.

Landasan Teori

Emisi Karbon Dioksida (CO2) dan Gas Rumah Kaca (GRK)

Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang

masuk dan/atau dimasukkannnya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak

mempunyai potensi sebagai unsur pencemar (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara). Sedangkan emisi karbon dioksida (CO2) berarti pemancaran atau

pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara. Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah

kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global.

CO2 tersebut menyerap sinar matahari (radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga

suhu atmosfer menjadi naik. Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan

permukaan air laut. (Nagara, 2008).

Gas rumah kaca (GRK) adalah sejumlah gas yang menimbulkan efek rumah kaca.

Sedangkan yang dimaksud efek rumah kaca adalah diserap dan dipantulkannya kembali

radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di

permukaan bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan

bumi terus meningkat.

Ada 6 jenis gas yang digolongkan sebagai GRK yaitu karbon dioksida (CO2), dinitro oksida

(N2O), metana (CH4), Sulfur heksaflorida (SF6), Perflorokarbon (PFCs), dan hidroflorokarbon

(HFCs). Efek rumah kaca timbul karena gas

rumah kaca mempunyai indeks pemanasan global atau disebut juga potensi pemanasan gas rumah

Page 7: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

7

kaca seperti ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Indeks Pemanasan Global Gas Rumah Kaca

Jenis Gas Rumah Kaca

Potensi Pemanasan (ton CO2

ekuivalen) Karbon dioksida (CO2) 1 Metana (CH4) 21 Nitro oksida (N2O) 310 Hydrofluorocarbon (HFCs) 500

Sulfur hexafluorida (SF6)

9,200

Sumber: Samiaji, 2009

Maksud angka-angka pada Tabel 1 misalnya efektivitas N2O dalam menyerap panas kira-

kira 310 kali lebih besar daripada CO2 dan efektivitas CH4 dalam menyerap panas kira-kira 21

kali lebih besar daripada CO2. Meskipun CO2 mempunyai potensi pemanasan yang paling kecil,

tetapi karena konsentrasinya di atmosfer ádalah yang paling besar dibanding gas rumah kaca yang

lain yakni sekitar 55%, maka justru CO2 yang sekarang menjadi bahan perhatian dunia karena

diisukan menjadi penyebab utama pemanasan global (Samiaji, 2009). Prosentase konsentrasi gas

rumah kaca di atmosfer dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Prosentase Gas Rumah Kaca di Atmosfer

Sumber Emisi CO2

Penggunaan bahan bakar fosil merupakan sumber utama emisi CO2 di dunia dan mencapai

74% dari total emisi. Konversi lahan mempunyai kontribusi sebesar 24% dan industri semen

sebesar 3% (Sugiyono, 1998). Bahan bakar fosil ini digunakan untuk pemanasan dan pendinginan,

Page 8: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

8

transportasi, industri, konversi energi dan pembakaran beraneka macam produksi industri dan

buangan rumah tangga. Sumber – sumber emisi CO2 ini sangat bervariasi, tetapi dapat digolongkan

menjadi 4 macam sebagai berikut:

a. Mobile Transportation (sumber bergerak) antara lain: kendaraan bermotor, pesawat udara,

kereta api, kapal bermotor dan penenganan/evaporasi gasoline.

b. Stationary Combustion (sumber tidak bergerak) antara lain: perumahan, daerah perdagangan,

tenaga dan pemasaran industri, termasuk tenaga uap yang digunakan sebagai energi oleh

industri.

c. Industrial Processes (proses industri) antara lain: proses kimiawi, metalurgi, kertas dan

penambangan minyak.

d. Solid Waste Disposal (pembuangan sampah) antara lain: buangan rumah tangga dan

perdagangan, buangan hasil pertambangan dan pertanian.

Emisi CO2 dapat pula dikategorikan menjadi:

Emisi Langsung

Emisi ini merupakan emisi yang keluar langsung dari aktifitas atau sumber dalam ruang batas

yang ditetapkan. Contohnya emisi CO2 dari kendaraan bermotor.

Emisi Tidak Langsung

Emisi ini merupakan hasil dari aktifitas di dalam ruang batas yang ditetapkan. Contohnya

konsumsi energi listrik di rumah tangga (Suhedi, 2005).

Daur Global CO2

Menurut Afdal (2007), teori kesetimbangan karbon di alam menjelaskan bahwa bagian

terbesar dari karbon yang berada di Bumi adalah dalam bentuk gas CO2. Hanya sebagian dari CO2

ini yang tinggal di atmosfer, sisanya diserap oleh daratan(tumbuhan dan tanah) dan samudera. Gas

CO2 dapat diserap dari atmosfer melalui berbagai cara, yakni:

Page 9: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

9

• Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesis yang mengubah gas CO2 menjadi

karbohidrat dan melepaskan gas O2 ke atmosfer.

• Pada permukaan laut di daerah kutub, temperatur yang lebih rendah menyebabkan gas CO2

lebih mudah larut. Selanjutnya, CO2 yang terlarut tersebut akan terbawa ke lapisan air yang

lebih dalam karena massanya yang menjadi lebih berat.

• Pada laut bagian atas dengan produktivitas tinggi, organisme membentuk memanfaatkan CO2

dalam kehidupannya; misalnya membentuk cangkang karbonat atau bagian-bagian tubuh

lainnya yang keras, serta proses fotosintesis oleh ganggang laut.

Samudera mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengurangi peningkatan konsentrasi

CO2 di atmosfer. Disolusi air laut memberikan kesempatan yang besar untuk menenggelamkan CO2

antropogenik, hal ini disebabkan CO2 mempunyai daya larut yang tinggi. Di samping itu, CO2 juga

memisahkan diri ke dalam ion-ion dan berinteraksi dengan unsur pokok air laut.

Menurut Odum (1996), Penggunanaan bahan bakar fosil dan kegiatan agro-industri

menghasilkan CO2 yang dilepaskan ke atmosfer. CO2 di tmosfer digunakan oleh tanaman/vegetasi

dan biota laut (fitoplankton) untuk proses fotosintesis dan sebagian besar larut di lautan yang

disimpan dalam bentuk karbonat. Selain itu, kegiatan gunung berapi dan respirasi makhluk hidup

juga melepaskan CO2 di udara. Daur Global CO2 lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

SEDIMEN

Gambar 2. Daur Global CO2

Page 10: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

10

Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Peraturan Daerah Kota Surabaya No.7 tahun 2002 Tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau

menjelaskan bahwa ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan

ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota,

kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga kawasan hijau dan kawasan hijau

pekarangan. Sedangkan menurut Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Peyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, yang dimaksud dengan Ruang Terbuka

Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat

terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Peyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan menjelaskan bahwa Ruang Terbuka

Hijau (RTH) terbagi menjadi dua berdasarkan kepemilikan dan pengelolaannya, yakni RTH Privat

dan RTH Publik. RTH Privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang

pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung

milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Sedangkan RTH Publik adalah RTH yang

dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan

masyarakat secara umum.

Jenis Ruang Terbuka Hijau

Peraturan Daerah Kota Surabaya No.7 tahun 2002 menjelaskan bahwa RTH dibagi menjadi

beberapa jenis:

a. Kawasan Hijau Pertamanan Kota

Pemanfaatannya lebih difungsikan sebagai taman dengan jenis tanaman tahunan maupun

semusim yang bervariasi, 90% (sembilan puluh persen) dari luas areal harus dihijaukan.

Page 11: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

11

Sedangkan 10% (sepuluh persen) lainnya dapat digunakan untuk kelengkapan taman, seperti

jalan setapak, bangku taman, kolam hias, dan bangunan penunjang taman lainnya.

b. Kawasan Hijau Hutan Kota & Kawasan Konservasi

Berfungsi juga sebagai taman Kota, ditanami jenis tanaman tahunan dengan jarak tanam

rapat, 90% (sembilan puluh persen) - 100% (seratus persen) dari luas areal harus dihijaukan.

Sedangkan areal lainnya dapat digunakan untuk kelengkapan penunjang kawasan tersebut.

c. Kawasan Hijau Rekreasi Kota

Merupakan Ruang Terbuka Hijau yang pemanfaatannya sebagai tempat rekreasi baik aktif

maupun pasif, vegetasi yang ditanam bervariasi, 60% (enam puluh persen) dari luas areal harus

dihijaukan. Areal yang tidak dihijaukan digunakan untuk sarana/bangunan penunjang seperti

Gazebo/Bale-bale, Kantor Pengelola, Ruang Pameran, Tempat Bermain Anak, Parkir dan

kelengkapan taman lainnya.

d. Kawasan Hijau Permakaman

Berfungsi sebagai Taman Pemakaman Umum yang dikelola Pemerintah Daerah,

pemanfaatan dikhususkan untuk pemakaman jenazah dengan vegetasi penutup tanah/rumput

lebih dominan daripada tanaman pelindung.

e. Kawasan Hijau Pertanian dan Pekarangan

Pemanfaatannya dikhususkan untuk menunjang bidang Pertanian Tanaman Pangan,

Hortikultura, 80% (delapan puluh persen) - 90% (sembilan puluh persen) dari luas areal dalam

bentuk hijau.

f. Kawasan Hijau Jalur Hijau

Merupakan Ruang Terbuka Hijau dalam bentuk Jalur Hijau Tepi Pantai, Jalur Hijau Tepi

Sungai, Jalur Hijau Tepi/Tengah Jalan, Jalur Hijau sepanjang Rel kereta Api, Jalur Hijau di

bawah penghantar listrik tegangan tinggi. Kawasan ini kurang lebih 90% (sembilan puluh

Page 12: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

12

persen) dari luas arealnya harus dihijaukan dengan jenis vegetasi pohon, perdu, semak hias dan

penutup tanah/rumput.

Proporsi Ruang Terbuka Hijau

Pembinaan ruang terbuka hijau haruslah mengikuti struktur nasional atau daerah dengan

standar-standar yang ada. Perlunya penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau menurut UU

No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ditetapkan bahwa proporsi luasannya paling sedikit

30% dari luas wilayah kota, yang diisi oleh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun

yang sengaja ditanam. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Wilayah Perkotaan, proporsi RTH pada wilayah

perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10%

terdiri dari ruang terbuka hijau privat.

Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota,

baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain

yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus

dapat meningkatkan nilai estetika kota. RTH publik seluas minimal 20% dimaksudkan agar

proporsi RTH minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan

pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat.

Komposisi untuk RTH publik sebesar 20% ini jika dibandingkan dengan Koefisien Dasar

Bangunan (KDB) meliputi 12.5% taman, 6% jalan, dan 1.5% lain-lain seperti pemakaman,

lapangan olahraga, dan lahan pertanian perkotaan (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun

2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan).

Yang dimaksud dengan KDB adalah adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh

lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai

sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. Bagan proporsi RTH kawasan

Page 13: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

13

perkotaan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 dapat dilihat pada

Gambar 3

Gambar 3. Bagan Proporsi RTH Kawasan Perkotaan

. Penyerapan Karbon Dioksida Oleh Tanaman

Sebagaimana diketahui, tumbuhan melakukan fotosistesis untuk membentuk zat makanan atau energi

yang dibutuhkan tanaman tersebut. Dalam fotosintesis tersebut tumbuhan menyerap karbondioksida (CO2)

dan air yang kemudian di rubah menjadi glukosa dan oksigen dengan bantuan sinar matahari. Reaksi

fotosintesis adalah sebagai berikut.

cahaya matahari

6CO2 + 6H20 → C6H1206 + 6O2 + energi

klorofil

Kesemua proses ini berlangsung di klorofil. Kemampuan tanaman sebagai penyerap CO2 berbeda-

beda. Banyak faktor yang mempengaruhi daya serap CO2. Diantaranya ditentukan oleh mutu klorofil. Mutu

klorofil ditentukan berdasarkan banyak sedikitnya magnesium yang menjadi inti klorofil. Semakin besar

tingkat magnesium, daun akan berwarna hijau gelap. (Alamendah, 2010).

Page 14: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

14

Penelitian Endes N. Dahlan memberikan hasil bahwa trembesi (Samanea saman) terbukti menyerap

paling banyak karbondioksida. Dalam setahun, trembesi mampu menyerap 28.488,39 kg karbondioksida.

Selain pohon trembesi, didapat juga berbagai jenis tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi sebagai

tanaman penyerap CO2. Pohon-pohon itu diantaranya adalah cassia, kenanga, pingku, beringin, krey payung,

matoa, mahoni, dan berbagai jenis tanaman lainnya. Daftar tanaman yang mempunyai daya serap

karbondioksida yang tinggi berdasarkan hasil riset Endes N. Dahlan yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Daya Serap CO2 oleh Berbagai Jenis Pohon

No Nama Lokal Nama IlmiahDaya Serap CO2

(Kg/pohon/tahun)1 Trembesi Samanea saman 28,448.392 Cassia Cassia sp 5,295.473 Kenanga Canangium odoratum 756.594 Pingku Dysoxylum excelsum 720.495 Beringin Ficus benyamina 535.906 Krey payung Fellicium decipiens 404.837 Matoa Pornetia pinnata 329.768 Mahoni Swettiana mahagoni 295.739 Saga Adenanthera pavoniana 221.1810 Bungkur Lagerstroema speciosa 160.1411 Jati Tectona grandis 135.2712 Nangka Arthocarpus heterophyllus 126.5113 Johar Cassia grandis 116.2514 Sirsak Annona muricata 75.2915 Puspa Schima wallichii 63.3116 Akasia (auriculiforAcacia auriculiformis 48.6817 Flamboyan Delonix regia 42.2018 Sawo kecik Manilkara kauki 36.1919 Tanjung Mimusops elengi 34.2920 Bunga merak Caesalpinia pulcherrima 30.9521 Sempur Dilena retusa 24.2422 Khaya Khaya anthotheca 21.9023 Merbau pantai Intsia bijuga 19.2524 Akasia (mangium) Acacia mangium 15.1925 Angsana Pterocarpus indicus 11.1226 Asam kranji Pithecelobium dulce 8.4827 Saputangan Maniltoa grandiflora 8.2628 Dadap merah Erythrina cristagalli 4.5529 Rambutan Nephelium lappaceum 2.1930 Asam Tamarindus indica 1.4931 Kempas Coompasia excelsa 0.20

Sumber: Dahlan, 2007

Page 15: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

15

Keterangan Tabel 2:

1-2 : Sangat tinggi

3-5 : Tinggi

6-10 : Agak tinggi

11-16 : Sedang

17-24 : Rendah

24-31 : Sangat rendah

Hutan yang mempunyai berbagai macam tipe penutupan vegetasi memiliki kemampuan atau

daya serap terhadap CO2 yang berbeda. Tipe penutupan vegetasi tersebut berupa pohon, semak

belukar, padang rumput, sawah. Daya serap berbagai macam tipe vegetasi terhadap CO2 dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Daya Serap Gas CO2 Berbagai Tipe Penutup Vegetasi

No. Tipe Daya serap Daya serap Penutupan gas CO2 gas CO2 (kg/ha/hari) (ton/ha/th)

1 Pohon 1,559.10 569.07 2 Semak Belukar 150.68 55.00 3 Padang Rumput 32.88 12.00 4 Sawah 32.99 12.00

Sumber: Prasetyo et al., 2002

Optimalisasi Ruang Terbuka Hijau

Optimalisasi Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Program Pemerintah Kota Surabaya yakni

Program Ruang Terbuka Hijau dan Pertamanan yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Surabaya, memiliki sasaran sebagai berikut.

• Bertambahnya luas RTH yang ada sehingga luas RTH yang ada proporsional dengan luas

wilayah Kota Surabaya.

• Meningkatnya jumlah RTH yang dikelola Pemerintah Kota

• Meningkatnya kualitas RTH

Page 16: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

16

Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam mewujudkan sasaran program tersebut adalah

pembebasan/penyediaan lahan RTH di Kota Surabaya, penataan, dan revitalisasi RTH dalam rangka

mengoptimalkan RTH.

Menurut Rijal (2008), usaha pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai bentuk

optimalisasi RTH dapat dilaksanakan dengan dua cara, yakni

a. Intensifikasi

Berupa usaha penanaman tanaman untuk mengkayakan dan memperbaiki serta meningkatkan

mutu tata hijau pada wilayah-wilayah yang sudah merupakan daerah tata hijau. Cara ini dapat

dilakukan pada daerah-daerah yang tidak dimungkinkan lagi dilaksanakan penambahan luas

ruang terbuka hijau karena keterbatasan lahan. RTH yang telah ada dapat dikayakan dengan

menambahkan struktur tambahan misalnya menanam vegetasi dari jenis yang berbeda dan

mengatur komposisi tanaman yang ada dalam suatu lahan RTH sehingga kemampuan tata hijau

tersebut dalam menyerap CO2 semakin tinggi.

b. Ekstensifikasi

Berupa upaya pengembangan RTH dengan menambah luasan daerah tata hijau pada wilayah

perkotaan yang masih memungkinkan. Wilayah kota yang masih kosong dan belum

termanfaatkan dengan baik merupakan daerah yang potensial untuk dikembangkan menjadi RTH

baru. Pembangunan RTH tersebut dibangun dengan bentuk dan tipe RTH yang sesuai dengan

dengan kondisi lingkungan yang ada, yakni yang masih memiliki cukup lahan untuk dibangun

RTH baru misalnya pada jalur kanan, kiri, dan tengah/median jalan serta sempadan sungai.

Perhitungan Statistik Penentuan Sampel RTH

Untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan daya serap CO2 oleh RTH yang ada di tiap

kecamatan di wilayah Surabaya Pusat dan Selatan ini, dilakukan perhitungan statistik untuk

menentukan jumlah sampel RTH yang disurvey. Untuk perhitungan penentuan sampel, digunakan

Page 17: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

17

rumus statistik Sampling Acak Stratifikasi menurut Susilaningrum dan Purhadi, 2003 dalam

“Modul Ajar Teknik Sampling” yang dapat dilihat pada persamaan berikut.

di mana

N = jumlah keseluruhan RTH di Surabaya Pusat & Selatan

Nh = ukuran populasi kelompok ke-h (jumlah RTH tiap jenis pada tiap kelompok emisi)

2hσ = varians emisi pada kelompok ke-h

hw = pembobot dari kelompok ke-h = Nh : N

D = 2

1ZB

− 2α

, dengan

B = Bias, yaitu batas kekeliruan sampling yang dikehendaki.

Z = Angka baku yang diperoleh dari tabel normal standar → 1.96

Program Stella

Program STELLA merupakan perangkat lunak (software) untuk pemodelan berbasis flow

chart. Stella termasuk bahasa pemrograman interpreter dengan pendekatan lingkungan multi-level

hierarkhis, baik untuk menyusun model maupun berinteraksi dengan model. Alat penyusun model

yang tersedia dalam Stella adalah sebagai berikut.

1. Stocks, yang merupakan hasil suatu akumulasi; fungsinya untuk menyimpan informasi berupa nilai

suatu parameter yang masuk ke dalamnya

2. Flows, berfungsi seperti aliran, yaitu menambah dan mengurangi stock; arah anak panah menunjukkan

arah aliran tersebut, aliran bisa satu arah maupun dua arah

=

=

+= L

1h

2hh

2

L

1h h

2h2

h

σNDN

wσN

n

Page 18: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

18

3. Converters, berfungsi luas; dapat digunakan untuk menyimpan konstanta, input bagi suatu persamaan ,

melakukan kalkulasi dari berbagai input lainnya atau menyimpan data dalam bentuk grafis (tabulasi x

dan y); secara umum fungsinya adalah untuk mengubah suatu input menjadi output; dan

4. Connectors, berfungsi menghubungkan elemen-elemen dari suatu model (Boedisantoso, 2011).

Simbol dalam program Stella dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Simbol dalam Program Stella

Fungsi Software Stella adalah menciptakan suatu model, dan dari model tersebut selanjutnya

dapat dilakukan simulasi, analisis dan komunikasi. Cara program Stella bekerja adalah melalui

tahap-tahap sebagai berikut:

1. Mapping dan Numerating

⇒ Tahap menerjemahkan pola pikir ke dalam bentuk peta yang disebut Level Peta/Model

(Model Level/Map), yang dilanjutkan dengan proses pengurutan dan penghitungan angka-

angka masukan.

2. Simulating

⇒ Tahap di mana program melakukan proses terpola dalam bentuk grafik atau tabel, setelah

dilakukan intervensi pada angka dalam tabel-tabel atau pada grafik yang ada.

3. Analyzing

⇒ Tahap di mana program menunjukkan alternatif hasil perubahan dari adanya intervensi

simulasi data masukan atau grafik.

4. Communicating

⇒ proses transformasi hasil kerja program secara informatif, yang menggambarkan secara

sederhana dan mudah dimengerti oleh pada penggunanya (Jumali, 2009).

Page 19: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

19

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Dalam penelitian ini, yang dipakai sebagai studi kasus adalah wilayah Surabaya Pusat dan

Selatan. Peta wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Wilayah Studi Surabaya Pusat dan Selatan

METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka penelitian pada Tugas Akhir ini adalah:

LATAR BELAKANG

Kajian Pustaka• IPCC 2006 mengenai CO2 sebagai

penyebab utama pemanasan global• Undang-undang No. 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang• Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2008

tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

• Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 7 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau

Realita• Perkembangan pembangunan di segala

bidang menyebabkan emisi CO2 dari kegiatan transportasi, industri dan permukiman meningkat

• Berdasarkan data Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, Ruang Terbuka Hijau publik yang dikelola oleh baru sekitar 4.61% dari luas wilayah Surabaya Pusat dan 1,35% dari luas wilayah Surabaya Selatan

RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN

METODE

Analisis Data dan Pembahasan • Data sekunder (jumlah KK, hasil survey

jumlah kendaraan) dan referensi hasil penelitian terdahulu digunakan untuk perhitungan ulang emisi CO2.

• Hasil perhitungan ulang emisi CO2 dan data RTH eksisting digunakan dalam perhitungan statistika penentuan sampel RTH yang akan disurvey.

• Data primer dikumpulkan.• Perhitungan daya serap CO2 RTH

eksisting menggunakan program Stella.• Pemetaan daya serap CO2 dan emisi total

CO2 menggunakan Autocad.• Perhitungan daya serap CO2 setelah

upaya peningkatan daya serap CO2 oleh RTH menggunakan program Stella.

Studi Literatur• Literatur mengenai emisi CO2 dari kegiatan

transportasi, industri, dan pemukiman• Literatur mengenai perhitungan statistika

penentuan sampel• Literatur mengenai daya serap CO2

berdasarkan jenis pohon dan luas pohon• Literatur mengenai penggunaan program

Stella• Penelitian terdahulu

Hasil yang Diharapkan Sesuai Dengan Tujuan Penelitian:

• Didapatkan kemampuan RTH eksisting dalam menyerap emisi CO2

• Didapatkan pemetaan kemampuan penyerapan CO2 RTH eksisting dan total emisi CO2

• Didapatkan kemampuan RTH dalam menyerap CO2 setelah upaya peningkatan daya serap CO2

><Gap

Rumusan Masalah• Bagaimanakah kemampuan RTH

eksisting dalam menyerap emisi CO2 dari kegiatan transportasi, industri, dan pemukiman di Surabaya Pusat dan Selatan?

• Bagaimanakah kemampuan daya serap CO2 oleh RTH eksisting dibandingkan dengan emisi CO2 di wilayah Surabaya Pusat dan Selatan?

• Bagaimanakah kemampuan penyerapan CO2 setelah upaya peningkatan daya serap CO2 oleh RTH?

Tujuan Penelitian• Menganalisis kemampuan RTH

eksisting dalam menyerap emisi CO2 dari kegiatan transportasi, industri, dan permukiman di wilayah Surabaya Pusat dan Selatan

• Memetakan kemampuan penyerapan CO2 oleh RTH eksisting dan total emisi CO2 yang dihasilkan dari kegiatan transportasi, industri, dan permukiman di wilayah Surabaya Pusat dan Selatan

• Menganalisis kemampuan penyerapan CO2 setelah dilakukan upaya peningkatan daya serap CO2 oleh RTH

HASIL PENELITIAN

Pengumpulan Data PrimerSurvey sampel RTH eksisting di Surabaya Pusat dan Selatan, meliputi:• Jenis pohon pelindung• Jumlah tiap jenis pohon

pelindung• Diameter tajuk rata-rata tiap jenis

pohoh pelindung

Pengumpulan Data Sekunder• Lokasi dan luas RTH eksisting di

Surabaya Pusat dan Selatan• Peta Administrasi, Peta Jalan,

Peta RTRW Kota Surabaya• Jumlah KK per kecamatan di

Surabaya Pusat dan Selatan tahun 2010

• Data hasil survey jumlah kendaraan tiap jalan di Kota Surabaya tahun 2010

Gambar 6. Kerangka Penelitian

Page 20: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Emisi CO2 di Surabaya Pusat dan Selatan

Pada penelitian ini, emisi CO2 yang dihitung adalah emisi CO2 primer yang dihasilkan dari

kegiatan permukiman, industri, dan transportasi di tiap kecamatan yang berada pada wilayah

Surabaya Pusat dan Selatan. Emisi CO2 dari kegiatan permukiman dan industri yang dihitung hanya

emisi CO2 primer saja, sedangkan emisi CO2 sekundernya tidak diperhitungkan karena sumber

emisinya berasal dari PLTU yang lokasinya tidak berada di wilayah penelitian, sehingga tidak

efektif bila dilakukan analisis penyerapan emisi CO2 oleh RTH yang ditanam di wilayah penelitian.

Adapun hasil perhitungan ulang emisi CO2 yang terjadi di wilayah Surabaya Pusat dan Selatan

adalah sebagai berikut.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Ulang Emisi CO2 di Surabaya Pusat dan Selatan

ton CO2/bulan ton CO2/tahun ton CO2/bulan ton CO2/tahun ton CO2/bulan ton CO2/tahun ton CO2/bulan ton CO2/tahun1 Tegalsari 948.03 11,376.30 0.00 0.00 8,628.81 103,545.73 9,576.82 114,921.822 Genteng 494.00 5,928.01 0.00 0.00 4,257.65 51,091.76 4,751.20 57,014.373 Bubutan 649.37 7,792.39 0.00 0.00 6,395.21 76,742.49 7,045.43 84,545.134 Simokerto 1,091.34 13,096.03 0.00 0.00 4,244.79 50,937.44 5,336.79 64,041.485 Sawahan 1,682.72 20,192.63 0.00 0.00 12,410.04 148,920.45 14,092.42 169,109.046 Wonokromo 1,397.43 16,769.14 0.00 0.00 13,310.16 159,721.97 14,708.15 176,497.817 Karang Pilang 1,493.37 17,920.39 118.76 1,425.14 4,055.79 48,669.44 5,667.30 68,007.608 Dukuh Pakis 806.64 9,679.66 0.00 0.00 10,431.64 125,179.64 11,238.98 134,867.759 Wiyung 801.24 9,614.93 0.00 0.00 11,596.25 139,154.96 12,398.57 148,782.81

10 Wonocolo 932.39 11,188.64 0.00 0.00 8,501.03 102,012.32 9,431.09 113,173.0911 Gayungan 781.17 9,374.00 0.00 0.00 7,439.27 89,271.21 8,221.81 98,661.7412 Jambangan 486.94 5,843.31 0.00 0.00 4,279.48 51,353.71 4,767.41 57,208.96

No Wilayah KecamatanEmisi CO2

Permukiman Industri TransportasiTotal Emisi Total Emisi

Surabaya Pusat

Surabaya Selatan

Sumber: Hasil perhitungan, 2011

Perhitungan Daya Serap CO2 oleh RTH Eksisting

Sebelum melakukan perhitungan daya serap CO2 oleh pohon pelindung pada seluruh RTH

eksisting yang ada pada tiap kecamatan di wilayah Surabaya Pusat dan Selatan, dilakukan dengan

langkah pendahuluan sebagai berikut.

Page 21: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

21

Penentuan Sampel Ruang Terbuka Hijau

Perhitungan statistik untuk menentukan jumlah sampel RTH yang disurvey dilakukan guna

mempermudah dalam melakukan perhitungan daya serap CO2 oleh seluruh RTH eksisting yang ada

di tiap kecamatan di wilayah Surabaya Pusat dan Selatan, sehingga tidak perlu semua RTH eksisting

disurvey. Rumus yang digunakan adalah rumus statistik Sampling Acak Stratifikasi (Susilaningrum

dan Purhadi, 2003). Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Penentuan Sampel RTH Tiap Kelompok Emisi

Kecamatan

Taman Kota 1. Bambu Runcing

1. Prestasi

2. Apsari

1. Jaksa Agung Suprapto

2. Injoko

3. Bubutan

4. Anggrek

5. Simolawang Baru

Kecamatan

Taman Kota 1. CendanaTaman Rekreasi

1. Dolog

Jalur Hijau 1. A. Yani

Kecamatan

Taman Kota 1. MayangkaraTaman Rekreasi

1. Bungkul

1. Adityawarman

2. Arjuno

Wilayah Kategori Emisi A

Genteng, Jambangan, Simokerto,

Karangpilang, Bubutan, Gayungan

Taman Rekreasi

Jalur Hijau

Wilayah Kategori Emisi B

Wiyung, Wonocolo, Tegalsari,

Dukuh Pakis

Wilayah Kategori Emisi C

Sawahan, Wonokromo

Jalur Hijau

Sumber: Hasil perhitungan, 2011

Daya serap CO2 oleh pohon pelindung dihitung untuk tiap sampel RTH dengan dua cara, yakni

I. Perhitungan menggunakan data daya serap CO2 per pohon hasil penelitian Endes N. Dahlan

dari IPB yang telah dipaparkan dalam Tabel 2. Jika pohon yang disurvey tidak daftar pohon

Page 22: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

22

yang tercantum dalam tabel tersebut, digunakan pendekatan daya serap per hektar area

pepohonan yang telah dipaparkan pada Tabel 3

II. Perhitungan menggunakan pendekatan daya serap per hektar area pepohonan yang telah

dipaparkan pada Tabel 3 pada untuk seluruh pohon pelindung yang ada tanpa melihat

jenisnya.

Perhitungan daya serap CO2 RTH yang tidak disurvey di tiap kecamatan wilayah Surabaya Pusat

dan Selatan dilakukan berdasarkan rata-rata daya serap CO2 tiap jenis RTH eksisting pada tiap

kelompok emisi menggunakan program Stella. Berikut adalah hasil perhitungan daya serap CO2

oleh RTH Eksisting per kecamatan di Surabaya Pusat dan Selatan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Daya Serap CO2 dan Prosentase Penyerapan CO2

oleh RTH Eksisting Tiap Kecamatan di Surabaya Pusat dan Selatan

Wilayah Kecamatan Luas

Wilayah (ha)

Luas RTH

Eksisting (ha)

% Luas RTH

Eksisting

Emisi Total (ton

CO2/tahun)

Perhitungan Berdasarkan Jumlah dan Jenis Pohon

Pelindung Luas Area Pohon Pelindung

Daya Serap CO2

RTH Eksisting

(ton CO2/tahun)

%Penyerapan CO2 Eksisting

Daya Serap CO2

RTH Eksisting

(ton CO2/tahun)

%Penyerapan CO2 Eksisting

Surabaya Pusat

Tegalsari 429 5.34 1.24 114,921.82 328.32 0.10 2,463.00 0.77 Genteng 404 8.72 2.16 57,014.37 453.36 0.14 2,070.60 0.65 Bubutan 386 2.24 0.58 84,545.13 64.20 0.02 723.12 0.23 Simokerto 259 0.36 0.14 64,041.48 15.12 0.00 148.56 0.05

Total Surabaya Pusat 1478 16.65 4.12 320,522.80 861.00 0.27 5,405.28 1.69

Surabaya Selatan

Sawahan 693 2.58 0.37 169,109.04 281.52 0.03 1,903.68 0.20 Wonokromo 847 6.55 0.77 176,497.81 330.96 0.03 2,318.04 0.24 Karang Pilang 923 0.00 0.00 68,007.60 0.00 0.00 0.00 0.00

Dukuh Pakis 994 0.82 0.08 134,867.75 42.24 0.00 360.72 0.04 Wiyung 1246 0.44 0.04 148,782.81 22.92 0.00 223.56 0.02 Wonocolo 678 1.03 0.15 113,173.09 53.40 0.01 470.76 0.05 Gayungan 607 0.93 0.15 98,661.74 139.80 0.01 442.44 0.05 Jambangan 419 0.00 0.00 57,208.96 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Surabaya Selatan 6407 12.35 1.57 966,308.80 870.84 0.09 5,719.20 0.59

Sumber: Hasil Perhitungan, 2011

Page 23: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

23

Pemetaan Daya Serap CO2 oleh RTH Eksisting dan Total Emisi CO2 di Tiap Kecamatan

Hasil perhitungan daya serap CO2 oleh RTH eksisting menggunakan program Stella dan hasil

ranking emisi CO2 total yang dihasilkan per kecamatan dipetakan seperti pada Gambar 8.

Gambar 8. Pemetaan Total Emisi CO2 dan Daya Serap CO2 RTH Eksisting

Peningkatan Daya Serap CO2 oleh Ruang Terbuka Hijau

Peningkatan daya serap CO2 oleh RTH dilakukan dengan dua skenario:

Skenario 1

Mengoptimalkan luas pohon pelindung pada RTH eksisting mengacu pada luas minimum tanaman

hijau untuk RTH yang tercantum dalam peraturan perundangan yang berlaku (Peraturan Daerah Kota

Surabaya No. 7 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau).

Skenario 2

Page 24: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

24

Merekomendasikan pengelolaan RTH yang belum dikelola oleh pemerintah (Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Surabaya) dan menambah RTH baru di lahan yang tersedia mengacu pada Peta

RTRW Kota Surabaya 2013.

Hasil perhitungan daya serap CO2 setelah dilakukan dua skenario upaya peningkatan daya serap

CO2 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Perhitungan Peningkatan Daya Serap CO2 oleh RTH

Optimalisasi Luas Pohon Pelindung

Rekomendasi RTH belum dikelola

RTH Baru sesuai RTRW 2013

(1) (2) (3) = (2)/(1)*100% (4) (5) (6) (7) = (4) + (5) + (6) (8) = (7)/(1)*100%

Tegalsari 114,921.82 2,463.00 0.77 2,566.80 104.16 0.00 2,670.96 0.83Genteng 57,014.37 2,070.60 0.65 2,232.96 362.76 0.00 2,595.72 0.81Bubutan 84,545.13 723.12 0.23 723.12 107.18 0.00 830.30 0.26Simokerto 64,041.48 148.56 0.05 148.56 427.80 0.00 576.36 0.18

320,522.80 5,405.28 1.69 5,671.44 1,001.90 0.00 6,673.34 2.08Sawahan 169,109.04 1,903.68 0.20 1,903.68 0.00 0.00 1,903.68 0.20Wonokromo 176,497.81 2,318.04 0.24 2,432.40 242.00 1,209.04 3,883.44 0.40Karang Pilang 68,007.60 0.00 0.00 0.00 391.00 0.00 391.00 0.04Dukuh Pakis 134,867.75 360.72 0.04 363.84 614.00 325.00 1,302.84 0.13Wiyung 148,782.81 223.56 0.02 224.16 679.26 2,231.10 3,134.52 0.32Wonocolo 113,173.09 470.76 0.05 474.00 49.32 0.00 523.32 0.05Gayungan 98,661.74 442.44 0.05 442.44 246.48 1,007.00 1,695.92 0.18Jambangan 57,208.96 0.00 0.00 0.00 925.32 0.00 925.32 0.10

966,308.80 5,719.20 0.59 5,840.52 3,147.38 4,772.14 13,760.04 1.42

%Penyerapan CO2 RTH Eksisting

Surabaya Pusat

Total Surabaya Pusat

Surabaya Selatan

Total Surabaya Selatan

Wilayah Kecamatan

Emisi Total (ton

CO2/tahun)

Daya Serap CO2 RTH Eksisting

(ton CO2/tahun)

%Penyerapan CO2 RTH

Skenario I + II

Daya Serap CO2 oleh RTH Skenario I + II

(ton CO2/tahun)

Daya Serap CO2

oleh RTH Skenario I (ton CO2/tahun)

Daya Serap CO2 oleh RTH Skenario II (ton CO2/tahun)

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah:

1. Total daya serap emisi CO2 oleh pohon pelindung pada RTH eksisting di Surabaya Pusat adalah

sebesar 5,405.28 ton CO2/tahun (1.69%) dan di Surabaya Selatan sebesar 5,719.20 ton CO2/tahun

(0.59%).

2. Hasil pemetaan total emisi CO2 yang dihasilkan di tiap kecamatan menunjukkan bahwa emisi CO2

yang tertinggi terjadi di Kecamatan Wonokromo sebesar 176,497.81 ton CO2/tahun dan emisi CO2

terendah terjadi di Kecamatan Genteng sebesar 57,014.37 81 ton CO2/tahun. Sedangkan hasil

pemetaan daya serap emisi CO2 oleh RTH eksisting menunjukkan bahwa penyerapan emisi CO2

Page 25: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

25

tertinggi terjadi di Kecamatan Tegalsari sebesar 2,463.00 ton CO2/tahun dan penyerapan emisi CO2

terendah terjadi di Kecamatan Simokerto sebesar 148.56 ton CO2/tahun. Daya serap emisi CO2

Kecamatan Jambangan dan Karangpilang sebesar 0 (nol) ton CO2/tahun karena pada kecamatan

tersebut tidak terdapat RTH eksisting yang dikelola Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota

Surabaya, sehingga tidak dapat dianalisis daya serap CO2-nya.

3. Hasil peningkatan daya serap CO2 yang dilakukan dengan dua skenario upaya yakni:

• Mengoptimalkan luas pohon pelindung yang ditanam di RTH eksisting mampu meningkatkan

daya serap CO2 menjadi 5,671.44 ton CO2/tahun (1.77%) di Surabaya Pusat dan 5,840.52 ton

CO2/tahun (0.60%) di Surabaya Selatan.

• Merekomendasikan pengelolaan RTH yang belum dikelola oleh DKP Kota Surabaya dan

penambahan RTH baru di wilayah yang masih memiliki sisa lahan mampu meningkatkan daya

serap CO2 menjadi 6,407.18 ton CO2/tahun (2.00%) di Surabaya Pusat dan 13,638.72 ton

CO2/tahun (1.41%) di Surabaya Selatan.

Dengan gabungan kedua skenario tersebut, dapat dihasilkan peningkatan daya serap CO2 menjadi sebesar

6,673.34 ton CO2/tahun (2.08%) di Surabaya Pusat dan 13,760.04 ton CO2/tahun (1.42%) di Surabaya

Selatan.

SARAN

Beberapa saran untuk studi kontribusi emisi karbon pada masa mendatang, antara lain:

1. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk menghitung kemampuan daya serap CO2 oleh perdu

dan rumput juga, karena perdu dan rumput juga memberikan kontribusi dalam penyerapan CO2.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk perhitungan kemampuan daya serap CO2 oleh RTH

privat karena RTH privat juga memberikan kontribusi dalam penyerapan CO2, sehingga didapatkan

kemampuan daya serap CO2 oleh RTH lebih menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

26

Afdal. 2007. Siklus Karbon dan Karbon Dioksida di Atmosfer dan Samudera. Oseana Vol. XXXII

No. 2: 29-41

Anonim. 2002. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 tahun 2002 Tentang Pengelolaan Ruang

Terbuka Hijau

Anonim. 2006. Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Anonim. 2006. Makalah Lokakarya IPB tentang Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan

Anonim. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 tahun 2008 Tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

Alamendah, 2010. Tanaman Penyerap Karbondioksida.

<URL:http://alamendah.wordpress.com/2010/09/01/tanaman-penyerap-karbondioksida>

Arini, F. 2010. Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya

Bagian Timur. Tugas Akhir. Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi

Sepuluh Nopember

Asririzky, R. T. 2010. Kajian Carbon Footprint dari Kegiatan Permukiman di Surabaya Bagian

Tengah (Pusat dan Selatan). Tugas Akhir. Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan Institut

Teknologi Sepuluh Nopember

Badan Pusat Statistik, 2010. Data Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga

Boedisantoso, R. 2010. Optimasi Kesetimbangan Karbon (Carbon Footprint – Carbon Sinks).

Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota: untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup.

Jakarta: Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia

Dahlan, E. N. 2007. Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota Sebagai Sink Gas CO2 Antropogenik

dari Bahan Bakar Minyak dan Gas di Kota Bogor dengan Pendekatan Sistem Dinamik.

Disertasi. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. 2006.

Page 27: ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU ... - …

27

Jinca, M.Y., Hariyati, dan Makhyani, F. 2009. Pencemaran Udara Karbon Monoksida dan

Nitrogen Oksida Akibat Kendaraan Bermotor Pada Ruas Jalan Padat Lalu Lintas Kota

Makassar. Surabaya: Universitas Kristen Petra

Jumali, M.A. 2009. Mengenal Software Stella. <URL:http://prof-

pinter.blogspot.com/2009/08/mengenal-sofware-stella.html>

Kusuma, W. P. 2010. Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya

Bagian Barat. Tugas Akhir. Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi

Sepuluh Nopember

Nagara, T.A. 2008. Dampak Negatif Penggunaan Energi Fosil dari Sektor Transportasi dan

Industri. <URL:http://www.kamase.org/?p=162>

Odum, E.P. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Jogjakarta: Gajahmada University Press

Prasetyo, L.B., U. Rosalina, D. Murdiyarso, G. Saito dan H. Tsuruta. 2002. Integrating Remote

Sensing and GIS for Estimating Aboveground Biomass and Green House Gases Emission.

CEGIS Newsletter Vol 1- April 2002

Rijal, S. 2008. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar Tahun 2017. Jurnal Hutan dan

Masyarakat Vol. III No.1 : 68-69

Samiaji, T. 2009. Upaya Mengurangi CO2 di Atmosfer. Berita Dirgantara Vol. 10 No. 3: 92-95

Setiawan, R. Y. 2010. Kajian Carbon Footprint dari Kegiatan Industri di Kota Surabaya. Tugas

Akhir. Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Suhedi, F. 2005. Emisi CO2 dari Konsumsi Energi Domestik. Pusat Litbang Permukiman

Departemen Pekerjaan Umum

Sugiyono, A. 1998. Strategi Penggunaan Energi di Sektor Transportasi. Majalah BPP Teknologi

85: 34-40

Susilaningrum, D. dan Purhadi. 2003. Modul Ajar Teknik Sampling. Surabaya : Jurusan Statistika

Institut Teknologi Sepuluh Nopember