analisis hasil persilangan trihibrid (albino ...analisis hasil persilangan trihibrid (albino, snow,...
TRANSCRIPT
ANALISIS HASIL PERSILANGAN TRIHIBRID (ALBINO, SNOW, DAN
ECLIPSE) PADA LEOPARD GECKO (Eublepharis macularius)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Avanda Frido Gyonada
NIM : 131434025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS HASIL PERSILANGAN TRIHIBRID (ALBINO, SNOW, DAN
ECLIPSE) PADA LEOPARD GECKO (Eublepharis macularius)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Avanda Frido Gyonada
NIM : 131434025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku.
Filipi 4 : 13
He has made everything beautiful in it’s time.
(Ecclesiastes 3 : 11)
Karyaku ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai perjalanan hidupku
Kedua orang tuaku tercinta, Yason Sugiharto dan Nini Trikarni
Keluarga dan saudaraku
Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungan dan doa
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
Keluarga Besar Pendidikan Biologi 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ANALISIS HASIL PERSILANGAN TRIHIBRID (ALBINO, SNOW, DAN
ECLIPSE) PADA LEOPARD GECKO (Eublepharis macularius)
Avanda Frido Gyonada
131434025
Universitas Sanata Dharma
ABSTRAK
Leopard gecko (Eublepharis macularius) adalah jenis tokek yang hidup di
permukaan tanah dan aktif pada fajar dan senja hari. Saat ini leopard gecko
memiliki enam fenotip resesif, yaitu albino tremper, albino rainwater, albino bell,
eclipse, patternless, dan blizzard, serta satu fenotip kodominan yaitu snow. Keenam
fenotip resesif dan satu fenotip kodominan ini dapat diturunkan menjadi berbagai
jenis corak dan warna pada leopard gecko. Proses pengembangbiakkan yang mudah
merupakan alasan utama hewan ini menjadi komoditas budidaya. Untuk
menghasilkan leopard gecko dengan harga yang lebih tinggi di pasaran dapat
dilakukan dengan menyilangkan leopard gecko dengan fenotip yang berbeda untuk
mendapatkan individu leopard gecko yang memiliki beberapa sifat beda. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hasil persilangan trihibrid antara strain albino, snow
dan eclipse serta mengetahui rasio fenotip yang muncul pada filial.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dengan model
rancangan eksperimental. Penelitian dilakukan dengan menyilangkan 4 ekor
indukan leopard gecko (1 ekor jantan dan 3 ekor betina) yang memiliki 3 sifat
pembeda (albino, snow dan eclipse). Penelitian dilakukan selama kurang lebih 6
bulan. Data yang diperoleh merupakan diagram hasil persilangan dan dianalisis
secara deskriptif.
Hasil persilangan yang didapatkan yaitu 25 ekor filial dan terdapat 13 ekor
filial yang memiliki fenotip sama dengan parental serta 12 ekor filial yang memiliki
fenotip berbeda dengan parental. Pada persilangan ini muncul 2 ekor leopard gecko
dengan kombinasi ketiga gen yang seluruhnya bersifat resesif yaitu albino, snow
(homozigot resesif) dan eclipse.
Kata kunci : Leopard Gecko (Eublepharis macularius), trihibrid, resesif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
AN ANALYSIS OF TRIHYBRID RESULTS (ALBINO, SNOW, AND
ECLIPSE) ON LEOPARD GECKO (Eublepharis macularius)
Avanda Frido Gyonada
131434025
Sanata Dharma University
ABSTRACT
Leopard gecko (Eublepharis macularius) is a type of gecko that lives on the ground
and active at dawn and dusk. Currently leopard gecko has six recessive fenotypes,
namely albino tremper, albino rainwater, albino bell, eclipse, patternless, and
blizzard, and one codominant fenotype, snow. The six recessive fenotypes and one
codominant fenotype, various types of hues and colors were derived from leopard
gecko. An easy breeding process is the main reason for this animal to be a
cultivation commodity. To produce a leopard gecko with a higher price, the
breeders usually crossing leopard geckos with different fenotypes to get offspring
leopard gecko which have several different properties. This study aims to determine
the results of trihybrid crosses between albino, snow and eclipse strains and find
out the phenotypic ratio that appears in the filial.
The type of research conducted was qualitative research with experimental design
models. The study was carried out by crossing 4 leopard gecko sires (1 male and 3
females) which had 3 distinguishing features (albino, snow and eclipses). The study
was conducted for approximately 6 months. The data obtained is a crossing
diagram results and analyzed descriptively.
The results of the crossing there were a total of 25 filials and 13 filials which had
the same phenotype as parental and 12 filials which had a different phenotype from
parental. In this cross, 2 leopard gecko appeared with a combination of all three
genes which are all recessive, namely albino, snow (homozygot recessive) and
eclipse.
Keywords: Leopard Gecko (Eublepharis macularius), trihybrid, recessive
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini. Penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Hasil Persilangan Trihibrid
(Albino, Snow, dan Eclipse) pada Leopard Gecko (Eublepharis macularius)”
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program
Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma. Dalam penyusunan dan
penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dan bimbingan serta dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati dan menuntun penulis dalam
penilitian baik perencanaan, proses, hingga akhir penulisan skripsi ini
sehingga dapat berjalan dengan baik.
2. Universitas Sanata Dharma sebagai lembaga yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis dalam berkarya menyelesaikan program studi di
Pendidikan Biologi.
3. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan FKIP dan Bapak
Dr. Marcellinus Andy Ruditho, S.Pd. selaku Ketua Jurusan JPMIPA
Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Biologi serta Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing penulis menyelesaikan pendidikan.
5. Ibu Retno Herrani Setyati, M.Biotech. selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Biologi yang selalu mengingatkan akan penyelesaian skripsi
dan yang selalu memberikan masukan, saran, semangat serta dukungan.
6. Ibu Y.M Lauda Feroniasanti, M.Si. selaku dosen pembimbing yang selalu
sabar dan tulus dalam membimbing, memberikan solusi, memberikan
arahan, saran dan kritik, serta semangat dan dukungan setiap bimbingan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
7. Bapak Ibu Dosen Pendidikan Biologi yang telah membimbing dan
memberikan ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan di Pendidikan
Biologi.
8. Mas Arif selaku staff sekretariat JPMIPA yang telah memberikan
kemudahan.
9. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Yason Sugiharto dan Ibu Nini Trikarni,
Adiku Kelvin yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Segenap keluarga besar, yang selalu memberikan doa, dukungan, dan
motivasi.
11. Teman- temanku tersayang, Dila, Hosea, Niken, Karlin, Ira, Val, Alex,
Fredy, Gerald, Ko Ronny, Ko Willy, Michael, Jojo, dan Yoyo yang telah
memberi dukungan, motivasi kepada peneliti, dan membantu mengatasi
kesulitan dalam melakukan penelitian.
12. Teman- teman Pendidikan Biologi 2013 tercinta, terimakasih atas
kebersamaan kita selama empat tahun ini, terimakasih untuk semua
keakraban, dukungan dan kerjasamanya.
13. Kepada semua pihak, semua orang dan instansi yang tidak sempat penulis
sebutkan yang telah memberikan doa, bantuan, dan dukungan kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan
sumbangan dalam ilmu pengetahuan.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ........................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................ vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5
A. Klasifikasi Leopard Gecko (Eublepharis macularius) ............................. 5
B. Habitat Leopard Gecko (Eublepharis macularius) ................................... 7
C. Variasi Fenotip pada Leopard Gecko (Eublepharis macularius) ............. 8
1. Resesif ................................................................................................. 8
2. Dominan .............................................................................................. 14
3. Kodominan .......................................................................................... 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
D. Perawatan Leopard Gecko (Eublepharis macularius) .............................. 19
1. Kandang .............................................................................................. 20
2. Pencahayaan dan Suhu ........................................................................ 20
3. Substrat ................................................................................................ 21
4. Makan .................................................................................................. 21
5. Minum ................................................................................................. 22
E. Reproduksi Leopard Gecko (Eublepharis macularius) ............................ 22
F. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 24
G. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 24
H. Hipotesa ..................................................................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 27
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 27
C. Batasan Penelitian ..................................................................................... 28
D. Alat dan Bahan .......................................................................................... 28
E. Cara Kerja ................................................................................................. 28
F. Metode Analisis Data ................................................................................ 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 31
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan .............................................................. 31
1. Hasil Persilangan Pejantan M1 dengan Betina P1 .............................. 32
2. Hasil Persilangan Pejantan M1 dengan Betina P2 .............................. 36
3. Hasil Persilangan Pejantan M1 dengan Betina P3 .............................. 39
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 42
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 43
A. Kesimpulan ............................................................................................... 43
B. Saran .......................................................................................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB VI IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN
UNTUK PEMBELAJARAN .......................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................ 24
Tabel 4.1 Morfologi Parental (P) .................................................................... 32
Tabel 4.2 Hasil Persilangan M1 x P1 .............................................................. 33
Tabel 4.3 Hasil Persilangan M1 x P2 .............................................................. 36
Tabel 4.4 Hasil Persilangan M1 x P3 .............................................................. 39
Tabel 4.5 Kumpulan Filial yang dihasilkan .................................................... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Leopard Gecko ............................................................................ 7
Gambar 2.2 Penyebaran Wilayah Habitat Leopard Gecko ............................. 7
Gambar 2.3 Tremper Albino (Texas Albino) .................................................. 9
Gambar 2.4 Rainwater Albino (Las Vegas Albino) ........................................ 10
Gambar 2.5 Bell Albino (Florida Albino) ....................................................... 11
Gambar 2.6 Eclipse ......................................................................................... 11
Gambar 2.7 Mata Leopard Gecko Eclipse ...................................................... 12
Gambar 2.8 Mata snake eye pada Leopard Gecko Eclipse ............................. 12
Gambar 2.9 Mata Leopard Gecko Marble Eye ............................................... 13
Gambar 2.10 Murphy Patternless ................................................................... 13
Gambar 2.11 Blizzard ..................................................................................... 14
Gambar 2.12 Enigma (1) ................................................................................. 15
Gambar 2.13 Enigma (2) ................................................................................. 15
Gambar 2.14 White and Yellow ....................................................................... 16
Gambar 2.15 Gem Snow (1) ............................................................................ 16
Gambar 2.16 Gem Snow (2) ............................................................................ 17
Gambar 2.17 TUG Snow ................................................................................. 17
Gambar 2.18 Mack Snow ................................................................................ 18
Gambar 2.19 Super Snow ................................................................................ 19
Gambar 2.20 Giant .......................................................................................... 19
Gambar 2.21 Jenis kelamin Leopard Gecko ................................................... 23
Gambar 2.22 Bagan Kerangka Berpikir .......................................................... 26
Gambar 4.1 Diagram Persilangan M1 x P1 .................................................... 34
Gambar 4.2 Diagram Persilangan M1 x P2 .................................................... 38
Gambar 4.3 Diagram Persilangan M1 x P3 .................................................... 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 46
Lampiran 2 Silabus ......................................................................................... 47
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................. 53
Lampiran 4 Materi Pembelajaran .................................................................... 61
Lampiran 5 Lembar Kerja Peserta Didik ........................................................ 76
Lampiran 6 Instrumen Penilaian ..................................................................... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemampuan organisme berkembang biak atau menghasilkan
keturunan merupakan salah satu karakteristik kehidupan.
Perkembangbiakan dapat terjadi melalui suatu perkawinan, yang akan
menghasilkan suatu keturunan. Keturunan mewarisi sifat parental,
penerusan sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya disebut pewarisan
sifat atau hereditas (heredity, dari kata Latin here, pewaris). Bidang sains
yang mempelajari hereditas dan variasi dalam penurunan sifat adalah
genetika (Campbell, 2008).
Leopard gecko atau Eublepharis macularius adalah jenis tokek yang
hidup di permukaan tanah dan aktif pada fajar dan senja hari. (Mirza et al
dalam Ramadhani, 2016). Leopard gecko dewasa memiliki panjang tubuh
mencapai 18-27 cm. Leopard gecko termasuk insektivora dengan pakan
utama serangga. Serangga yang paling umum sebagai pakan adalah
jangkrik. Beberapa peternak juga menggunakan ulat hongkong, ulat jerman,
cacing lilin, cacing sutra serta anak mencit sebagai variasi pakan untuk
leopard gecko.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Dalam dunia industri reptil peliharaan di Indonesia, leopard gecko
merupakan hewan peliharaan yang tergolong baru. Warna tubuh yang unik
pada leopard gecko menjadi alasan utama sebagai hewan piara. Warna
tubuh yang unik didapat dari perkawinan selektif. Selain itu, perawatan
yang mudah dan dapat bertahan dengan pakan terbatas dalam waktu lama
juga menjadi alasan hewan ini diminati (Deric, 2012). Bagi para peternak,
proses mengembangbiakkan dan menetaskan telur yang mudah pada
leopard gecko merupakan alasan utama hewan ini menjadi komoditas
budidaya hewan kesayangan.
Saat ini leopard gecko memiliki enam fenotip resesif, yaitu albino
tremper, albino rainwater, albino bell, eclipse, patternless, dan blizzard,
serta satu fenotip kodominan yaitu snow (Deric, 2012). Keenam fenotip
resesif dan satu fenotip kodominan ini diturunkan berbagai jenis corak dan
warna pada leopard gecko. Indonesia saat ini memiliki banyak peternak
yang berpotensi menghasilkan leopard gecko dengan berbagai keragaman
warna serta corak baru.
Untuk menghasilkan leopard gecko dengan harga yang lebih tinggi
di pasaran dapat dilakukan dengan menyilangkan leopard gecko dengan
fenotip yang berbeda untuk mendapatkan satu individu leopard gecko yang
memiliki beberapa sifat beda. Berdasarkan uraian permasalahan di atas,
maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hasil
Persilangan Trihibrid (Albino, Snow, dan Eclipse) pada Leopard Gecko
(Eublepharis macularius)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil persilangan trihibrid antara strain albino, snow dan
eclipse?
2. Berapakah rasio fenotip yang muncul pada filial?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui hasil persilangan trihibrid antara strain albino, snow dan
eclipse.
2. Mengetahui rasio fenotip yang muncul pada filial.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang
pewarisan sifat pada leopard gecko (Eublepharis macularius) serta
mendapatkan leopard gecko dengan fenotip trihibrid resesif.
2. Bagi Pendidikan
Penelitian ini dapat menambah variasi contoh dalam pembelajaran
biologi SMA kelas XII pada materi pokok genetika tentang bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
rasio fenotip pada filial yang dihasilkan dari persilangan trihibrid serta
dapat menjadi sumber referensi ilmiah untuk dijadikan landasan bagi
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi bagi masyarakat
khususnya breeder dan pehobi leopard gecko tentang persilangan
trihibrid pada leopard gecko (Eublepharis macularius) yang melibatkan
strain albino, snow, dan eclipse.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Leopard Gecko (Eublepharis macularius)
Leopard gecko adalah hewan krepuskular, yaitu hewan yang aktif
pada waktu fajar dan senja (Mirza et al dalam Ramadhani, 2016). Leopard
gecko memiliki tubuh yang panjang dan sempit dengan ekor lebar, pendek
dan berlemak. Tubuhnya memiliki warna dasar kuning dan terdapat totol-
totol atau bercak hitam. Leopard gecko hasil tangkaran memiliki berbagai
macam pola dan warna yang berbeda.
Tidak seperti kebanyakan tokek, leopard gecko memiliki kelopak
mata yang dapat bergerak dan jari kaki yang tidak lengket karena leopard
gecko memiliki lamellae lebih sedikit pada telapak kaki dibandingkan jenis
tokek lain. Umur leopard gecko yang berada di alam liar ialah 15 tahun,
sedangkan umur leopard gecko yang berapa dalam penangkaran ialah 20
tahun (catatan Ron Tremper menunjukkan umur tertua 29 tahun). Leopard
gecko dewasa memiliki panjang sekitar 18-27 cm dan berat sekitar 45-65g
sedangkan anakan yang baru menetas berukuran panjang 6,5-8,4 cm dan
berat sekitar 3g (Anonim, 2006). Beberapa jantan yang berasal dari
bloodline Super Giant dapat mencapai hampir 30 cm dan memiliki berat
melebihi 160 gram (Anonim, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Leopard gecko merupakan pengumpan oportunistik (opportunistic
feeders), yang berarti leopard gecko tidak akan pergi mencari mangsa
namun menunggu mangsa lewat di depan mata. Leopard gecko banyak
menghabiskan waktunya bersembunyi di kayu atau di bawah batu. Salah
satu perilaku leopard gecko adalah sering menjilati bola matanya dengan
alasan yang tidak diketahui. Leopard gecko tidak seagresif spesies lain,
meskipun pejantannya bersifat teritorial dan bisa agresif pada pejantan lain
(Anonim, 2006).
Leopard gecko pertama kali digambarkan sebagai spesies oleh ahli
zoologi Edward Blyth pada tahun 1854 sebagai Eublepharis macularius.
Nama Eublepharis berasal dari kombinasi kata Yunani Eu (baik) dan
blephar (kelopak mata) karena leopard gecko memiliki kelopak mata,
sedangkan macularius berasal dari macula bahasa Latin yang berarti
"bintik" atau "noda", mengacu pada hewan ini memiliki bintik atau totol
atau noda pada tubuhnya (Abraham dalam Ramadhani, 2016). Taksonomi
selengkapnya dari hewan ini ialah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Bangsa : Squamata
Keluarga : Eublepharidae
Marga : Eublepharis
Jenis : Eublepharis macularius (Blyth, 1854)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Gambar 2.1 Leopard Gecko
Sumber: K&N Exotics (www.reptilecalculator.com)
B. Habitat Leopard Gecko (Eublepharis macularius)
Habitat leopard gecko adalah di daerah semi-gurun, padang rumput
kering, dan daerah berbatu di wilayah selatan Asia seperti Iran, Irak,
Afghanistan, Pakistan dan India. Leopard gecko hidup dapat ditemukan
pada lantai dasar hutan yang meliputi bagian bawah kayu, bongkahan batu
besar, tumpukan daun kering dan lubang dalam tanah (Anonim, 2006)
Gambar 2.2 Penyebaran Wilayah Habitat Leopard Gecko
Sumber: Anonim, 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Suhu musim dingin di daerah ini dapat sangat rendah, di bawah
10°C, sehingga memaksa hewan bawah tanah ini melakukan semi-hibernasi
yang disebut brumation, yaitu hidup dengan cadangan lemak. Leopard
gecko berada pada liang sepanjang hari tapi menjadi aktif saat fajar dan
senja apabila suhu menguntungkan (hangat). Hewan ini biasa hidup secara
soliter, sehingga dalam penangkaran biasanya satu kandang digunakan
untuk satu ekor hewan (McLean and Vickaryous dalam Ramadhani, 2016).
C. Variasi Fenotip pada Leopard Gecko (Eublepharis macularius)
Saat ini leopard gecko memiliki enam fenotip resesif, yaitu albino
tremper, albino rainwater, albino bell, eclipse, patternless, dan blizzard,
serta satu fenotip kodominan yaitu snow (Deric, 2012). Keenam fenotip
resesif dan satu fenotip kodominan ini diturunkan berbagai jenis corak dan
warna pada leopard gecko, selain itu proses persilangan selective breed yang
sudah dilakukan oleh banyak peternak sudah menghasilkan fenotip- fenotip
baru di antaranya marble eye, enigma, white and yellow (w/y), giant dan
masih banyak lagi.
1. Resesif
a. Albino
Saat ini terdapat 3 strain dari albino yaitu: Tremper Albino
(Texas Albino), Rainwater Albino (Las Vegas Albino), dan Bell
Albino (Florida Albino). Semua garis keturunan albino membawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
gen yang berbeda untuk mengendalikan sifat unik yang dimiliki oleh
masing- masing tipe.
Perkawinan silang antar tipe albino satu dengan yang lain
akan menghasilkan keturunan yang normal dengan membawa kedua
genetik albino yang berbeda. Menyilangkan leopard gecko antar tipe
albino merupakan hal yang sudah dilarang oleh para breeder. Hal ini
merupakan kode etik dalam menyilangkan leopard gecko karena
akan mengakibatkan kerancuan genetik pada keturunan selanjutnya
(Perez, 2011).
(1.) Tremper Albino (Texas Albino)
Tremper Albino atau Texas Albino merupakan strain albino
pertama yang ditemukan pada tahun 1996 oleh Ron Tremper.
Tremper albino memiliki warna yang beragam mulai dari
cokelat tua hingga kuning muda, oranye dan merah muda. Mata
dari strain albino ini cenderung berwarna perak dengan urat
merah (Perez, 2011).
Gambar 2.3 Tremper Albino (Texas Albino)
Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
(2.) Rainwater Albino (Las Vegas Albino)
Rainwater Albino atau Las Vegas Albino pertama kali
ditemukan oleh Tim Rainwater pada tahun 1998 (Anonim,
2013).
Gambar 2.4 Rainwater Albino (Las Vegas Albino)
Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com)
(3.) Bell Albino (Florida Albino)
Bell Albino (dahulu sering disebut Florida Albino) adalah strain
terbaru dari strain albino leopard gecko dan ditemukan oleh
Mark Bell. Mata dari strain albino ini sangatlah mudah
dibedakan dari strain albino lainnya yaitu berwarna merah
muda. Bell albino cenderung memiliki pola totol- totol cokelat,
selain itu, sering ditemukan warna lavender pada strain ini
(Perez, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Gambar 2.5 Bell Albino (Florida Albino)
Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com)
b. Eclipse
Sifat Eclipse adalah mutasi mata yang bersifat resesif, sifat ini
menyebabkan pigmen mata menjadi hitam pekat, atau pada banyak
kasus hanya mengakibatkan sebagian mata saja yang berwarna
hitam. Istilah dari “snake eye” mengacu pada leopard gecko yang
hanya memiliki setengah mata “eclipse” (Anonim, 2013).
Gambar 2.6 Eclipse
Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 2.7 Mata Leopard Gecko Eclipse
Sumber: H&K Geckos (www.reptilecalculator.com)
Gambar 2.8 Mata snake eye pada Leopard Gecko Eclipse
Sumber: Steve Sykes Geckos Etc. (www.reptilecalculator.com)
c. Marble Eye
Marble eye adalah sifat pigmen mata resesif yang berbeda dari gen
eclipse. Hal ini telah dibuktikan oleh sendiri oleh penemunya Matt
Baronak. Leopard gecko dengan sifat marble eye akan memiliki
berbagai pigmen acak di seluruh mata, mata nampak “hancur”
dengan warna (Anonim, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Gambar 2.9 Mata Leopard Gecko Marble Eye
Sumber: Matt Baronak SaSobek Reptiles
(www.reptilecalculator.com)
d. Murphy Patternless
Murphy Patternless pertama kali dihasilkan pada tahun 1991 oleh
Pat Murphy. Murphy patternless pada umumnya berwarna abu-abu
solid/ perak dengan tanda kuning muda dan tidak memiliki semua
pola hitam dan kuning yang umumnya terkait dengan leopard gecko
(Anonim, 2013).
Gambar 2.10 Murphy Patternless
Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com)
Saat menetas, murphy patternless memiliki bintik- bintik dan
bercak- bercak berwarna cokelat muda, kuning, dan abu-abu di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
tubuh mereka, tetapi akan hilang seiring mencapai usia dewasa. Saat
murphy patternless dewasa, mereka akan mengembangkan sedikit
warna kuning pada tubuhnya (Anonim, 2008).
e. Blizzard
Blizzard ditemukan oleh Jay Villa dari Prehistoric Pets pada tahun
1995, gen ini sangatlah mirip dengan murphy patternless. Seperti
murphy patternless, blizzard adalah gen resesif yang sangat
sederhana. Saat menetas blizzard tidak memiliki pola dan warnanya
bervariasi dari putih, kuning hingga ungu tua. Seiring bertambahnya
usia, blizzard akan memiliki warna abu-abu solid (Anonim, 2008).
Gambar 2.11 Blizzard
Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com)
2. Dominan
a. Enigma
Enigma merupakan gen dominan pada leopard gecko, dan dapat
dilihat dari keturunannya yang memiliki pigmen mata oranye di
mata serta pola garis khusus di kepala dan hidungnya (Anonim,
2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gambar 2.12 Enigma (1)
Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com)
Enigma memiliki totol/ pola yang berbeda dari leopard gecko pada
umumnya. Enigma dewasa terkadang memiliki banyak pola
campuran serta cenderung memiliki banyak titik (Anonim, 2008).
Gambar 2.13 Enigma (2)
Sumber: H&K Geckos (www.reptilecalculator.com)
b. White and Yellow (W/Y)
White and Yellow merupakan salah satu gen dominan yang terlihat
sama dalam bentuk homozigot atau heterozigot. White and Yellow
umunya terlihat sama dengan leopard gecko pada umumnya hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
yang membedakan ialah White and Yellow memiliki pigmen warna
yang lebih cerah (Anonim, 2013).
Gambar 2.14 White and Yellow
Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com)
c. Gem Snow
Gem Snow merupakan salah satu gen dominan leopard gecko. Gem
Snow berbeda dengan Mack Snow karena tidak memiliki bentuk
homozigot resesif seperti yang terdapat pada Mack Snow (Anonim,
2013).
Gambar 2.15 Gem Snow (1)
Sumber: Bright Albino (www.reptilecalculator.com)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Gambar 2.16 Gem Snow (2)
Sumber: Edwin EH-Gekko’s (www.reptilecalculator.com)
d. TUG Snow
TUG Snow merupakan gen dominan yang ditemukan dari
sekelompok leopard gecko liar yang dibiakkan oleh Craig Stewart
di The Urban Gecko. Leopard gecko dengan merek dagang ini
memiliki warna putih bersih dan hanya memiliki sedikit totol hitam
pada kepala dan tubuhnya (Anonim, 2013).
Gambar 2.17 TUG Snow
Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
3. Kodominan
a. Mack Snow
Mack Snow merupakan salah satu gen kodominan yang ditandai
dengan warna hitam dan putih saat menetas. Seiring bertambahnya
usia, mack snow akan menunjukkan warna kuning pada tubuhnya
dan pada saat dewasa akan sangat sulit dibedakan dengan leopard
gecko normal. Genetik homozigot resesif pada mack snow disebut
super snow (Anonim, 2013).
Gambar 2.18 Mack Snow
Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com)
Super Snow
Super Snow merupakan versi homozigot resesif dari mack snow.
Saat menetas super snow memiliki warna hitam/ abu-abu dengan
garis- garis samar pada bagian punggungnya. Super snow juga
memiliki warna mata hitam pekat (seperti pada genetik resesif
eclipse). Saat dewasa super snow memiliki warna dasar putih
dengan totol- totol hitam yang berjejer membentuk pola garis
vertikal pada tubuhnya (Anonim, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Gambar 2.19 Super Snow
Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com)
b. Giant/ Super Giant
Giant merupakan bentuk kodominan yang dikembangkan
oleh Ron Tremper pada tahun 2000, Super Giant merupakan bentuk
homozigot resesif dari Giant (Anonim, 2013).
Gambar 2.20 Giant
Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com)
D. Perawatan Leopard Gecko (Eublepharis macularius)
Leopard gecko (Eublepharis macularius) telah ditangkarkan di
Amerika Serikat selama lebih dari 40 tahun dan merupakan salah satu kadal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
yang paling sering dipelihara saat ini. Leopard gecko memiliki beragam
warna, pola dan ukuran. Leopard gecko merupakan dinosaurus yang hadir
dalam ukuran kecil dan merupakan salah satu spesies dari reptil yang cocok
dijadikan hewan peliharaan (Anonim, 2011).
1. Kandang
Akuarium 10 - 20 galon dapat menampung satu sampai dua
leopard gecko dari menetas hingga dewasa. Tank yang lebih besar
cenderung menyebabkan gecko tersesat dari properti penghangat dan
kotak persembunyian. Sebagian besar orang menggunakan kotak plastik
sebagai kandang leopard gecko, hal ini membuat leopard gecko jarang
terlihat jika kotak tertutup. Apapun kandang yang digunakan minimal
harus memiliki tinggi 30 cm dan memiliki ventilasi yang baik.
Sebuah kotak persembunyian yang diisi dengan moss basah atau
vermikulit sangat diperlukan leopard gecko agar dapat melancarkan
proses pergantian kulitnya. Selain itu, peralatan ini juga diperlukan saat
leopard gecko akan meletakkan telurnya (Anonim, 2011).
2. Pencahayaan dan Suhu
Cara terbaik untuk menghangatkan leopard gecko adalah dengan
menggunakan undertank heating pad yang diletakkan pada dasar
kandang. Pemanasan satu ujung kandang sangatlah penting. Hal ini
memungkinkan terjadinya variasi suhu yang dibutuhkan oleh leopard
gecko. Batuan panas yang cenderung menjadi terlalu panas untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
leopard gecko harus dihindari karena dapat mengakibatkan luka bakar
pada leopard gecko itu sendiri.
Untuk display, penggunaan lampu pijar rendah watt dapat
diletakkan di atas akuarium dan dibiarkan selama 12 jam sehari. Suhu
yang ideal di dalam kotak berlindung adalah 30 - 32°C setiap waktu.
Sedangkan suhu udara di sekitar ruangan tempat leopard gecko
ditempatkan harus di atas 23°C (Anonim, 2011).
3. Substrat
Koran/ kertas bekas, batuan kecil, kerikil, rumput sintetis, batu
datar atau tidak ada alas penutup dapat digunakan pada kandang leopard
gecko. Leopard gecko muda atau lemah mungkin mengonsumsi pasir
atau partikel halus lain yang terdapat dikandang dapat menyebabkan
impaksi pada usus (Castellanos, 2011).
4. Makan
Serangga hidup adalah makanan pokok bagi leopard gecko,
serangga yang menjadi pilihan terbaik untuk digunakan adalah
mealworms (ulat hongkong) atau jangkrik. Penangkaran di Amerika
Serikat telah menggunakan mealworms (Tenebrio molitor) tanpa
masalah kesehatan sejak 1978 (Anonim, 2011).
Semua serangga harus terlebih dahulu diberikan diet bernutrisi
setidaknya selama 12 jam sebelum diberikan sebagai makan leopard
gecko. Proses ini disebut “gut loading”, dan itu sangat penting bagi
kesehatan leopard gecko. Cukup letakkan serangga pada tempat gut load
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dengan sepotong kentang untuk dijadikan sumber air dan nutrisi. Gut
loading akan memastikan semua serangga yang akan dijadikan pakan
menjadi lebih sehat dan dalam jangka panjang akan berdampak pada
kesehatan leopard gecko (Castellanos, 2011).
Porsi makan yang tepat untuk leopard gecko ialah dua serangga
untuk setiap inci panjang leopard gecko setiap dua hari sekali. Oleh
karena itu, leopard gecko dengan panjang 4 inci akan menerima delapan
mealworms tiga hingga empat kali seminggu (Anonim, 2011).
5. Minum
Pemberian tempat minum dangkal dengan air tawar harus
tersedia setiap saat. Pemberian air minum harus diperhatikan agar tidak
sampai tumpah. Substrat kandang harus dijaga agar tetap kering.
Vitamin tidak boleh ditambahkan pada air minum leopard gecko.
(Anonim, 2011)
E. Reproduksi Leopard Gecko (Eublepharis macularius)
Perbedaan jenis kelamin pada leopard gecko terletak pada adanya
pori- pori pra-anal berbentuk huruf “V” yang berada di antara kaki belakang
pada leopard gecko jantan, selain itu terdapat pula tonjolan hemipenis yang
terletak pada pangkal ekor (Castellanos, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Gambar 2.21 Jenis kelamin leopard gecko jantan (kiri) dan betina
(kanan)
Sumber: www.geckoboa.com
Leopard gecko mencapai kematangan seksualnya pada usia 1,5
hingga 2 tahun. Musim kawin dari leopard gecko berlangsung pada saat
musim panas yaitu januari hingga september. Leopard gecko betina dapat
menyimpan spermatozoa di saluran telur mereka selama musim kawin.
Setelah perkawinan, betina akan membutuhkan banyak kalsium untuk
kesehatan dan produksi telur. Dalam satu musim bertelur, seekor betina
dapat bertelur 4 hingga 8 kali, masing- masing dengan selang waktu 1
sampai 4 minggu. Pada satu kali bertelur, betina menghasilkan dua butir
telur. Betina memulai masa kehamilan sekitar 21-28 hari. Telur akan
menetas setelah 45-105 hari inkubasi (Anonim, 2006).
Penentuan jenis kelamin pada leopard gecko bergantung pada suhu
inkubasi. Penentuan jenis kelamin diyakini terjadi selama 2 minggu pertama
proses inkubasi telur. Penelitian menunjukkan bahwa telur yang menetas
menjadi leopard gecko jantan diinkubasi dalam suhu lebih tinggi sekitar 30-
32,5 °C sedangkan telur yang akan menetas menjadi leopard gecko betina
pada suhu lebih rendah sekitar 26- 28 °C. Rata- rata suhu inkubasi untuk
leopard gecko jantan berlangsung sekitar 35 hari dan leopard gecko betina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
selama 69 hari. Leopard gecko jantan pada umumnya akan menetas lebih
cepat dikarenakan proses inkubasi berlangsung dengan suhu yang lebih
tinggi sedangkan proses inkubasi leopard gecko betina akan membutuhkan
waktu yang lebih lama karena suhu yang lebih rendah (Castellanos, 2011).
F. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang relevan dengan
penelitian ini adalah:
Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan
No. Penelitian Hasil Referensi
1. Implementasi
Diagonalisasi Matriks
untuk menyelidiki
pewarisan autusomal
pada generasi ke-n
Pada persilangan
induk yang
mempunyai 2
bentuk persamaan
akan memperoleh
hasil peluang
keturunan yang
sama dengan
peluang
perkawinan silang
ilmu genetika
pada umumnya.
Agustini,
2016
2. Pengaruh Persilangan
Strain Wild Type (N)
dengan White (W)
terhadap Jumlah
Keturunan F2 Lalat
Buat (Drosphila sp.)
Persilangan
berbeda strain
pada Droshopilla
sp. normal dengan
white berpengaruh
terhadap jumlah
keturunan F2 nya.
Amelia,
2016
G. Kerangka Berpikir
Leopard gecko atau Eublepharis macularius adalah jenis tokek yang
hidup di permukaan tanah dan aktif pada fajar dan senja hari. Dalam dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
industri hewan peliharaan di Indonesia, leopard gecko merupakan hewan
peliharaan yang tergolong baru. Warna tubuh yang unik pada leopard gecko
menjadi alasan utama sebagai hewan peliharaan. Warna tubuh yang unik di
dapat dari perkawinan secara selektif. Selain itu, perawatan yang mudah dan
dapat bertahan dengan pakan terbatas dalam waktu lama juga menjadi
alasan hewan ini diminati. Bagi para peternak, proses mengembangbiakkan
dan menetaskan telur yang mudah pada leopard gecko merupakan alasan
utama hewan ini menjadi komoditas budidaya hewan kesayangan.
Saat ini leopard gecko memiliki enam fenotip resesif, yaitu albino
tremper, albino rainwater, albino bell, eclipse, patternless, dan blizzard,
serta satu fenotip kodominan yaitu snow. Keenam fenotip resesif dan satu
fenotip kodominan ini diturunkan berbagai jenis corak dan warna pada
leopard gecko. Indonesia saat ini memiliki banyak peternak yang berpotensi
dalam menghasilkan leopard gecko dengan berbagai keragaman warna serta
corak baru. Untuk menghasilkan leopard gecko dengan harga yang lebih
tinggi di pasaran dapat dilakukan dengan menyilangkan leopard gecko
dengan fenotip yang berbeda untuk mendapatkan satu individu leopard
gecko dengan memiliki beberapa sifat beda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Gambar 2.22 Bagan Kerangka Berpikir
H. Hipotesa
Berdasarkan rumusan masalah dan studi pustaka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Hasil persilangan trihibrid antara strain albino, snow dan eclipse
akan memiliki persentase yang kecil untuk mendapatkan ketiga
genotip resesif tersebut.
2. Rasio fenotip yang muncul pada filial 5 : 3 : 3 : 2 : 2 : 1 : 1 : 1 dengan
kemungkinan kecil mendapat rasio fenotip baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan model
rancangan eksperimental. Dalam penelitian ini ada 3 jenis variabel yaitu :
1. Variabel bebas
Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah morfologi
parental Leopard Gecko (Eublepharis macularius) yaitu strain Albino,
Snow, dan Eclipse.
2. Variabel terikat
Pada penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah morfologi
anakan yang dihasilkan dari persilangan.
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang,
substrat kandang, porsi makan, kotak inkubasi telur, serta media
inkubasi telur (perlite).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Bener, Kecamatan
Tegalrejo, Yogyakarta. Bertempat di rumah peneliti. Penelitian ini
dilaksanakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dilaksanakan selama kurang lebih 6 bulan yaitu pada bulan Mei 2016 hingga
Oktober 2016.
C. Batasan Penelitian
Adapun dalam penelitian ini memiliki batasan- batasan yakni
sebagai berikut:
1. Leopard gecko (Eublepharis macularius) yang digunakan adalah strain
Albino, Snow dan Eclipse.
2. Objek penelitian ini terbatas pada turunan F1 leopard gecko
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kontainer plastik,
kotak plastik, media untuk meletakkan telur (spaghnum moss), media
untuk inkubasi telur (perlite), ember, kertas bekas, dan alat tulis.
2. Bahan
Kertas label, Air, kapur dolomit, jangkrik, leopard gecko (Eublepharis
macularius)
E. Cara Kerja
1. Seleksi Indukan
Tahap pertama yang dilakukan dalam proses persilangan leopard gecko
ialah pemilihan indukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
umur kedua indukan harus sudah lebih dari 7 bulan serta indukan betina
yang digunakan harus dalam masa ovulasi. Ovulasi pada leopard gecko
betina dapat diketahui dengan melihat tanda berupa lingkaran merah
pada bagian bawah tubuhnya. Sedangkan birahi pada leopard gecko
jantan ditandai dengan perilaku menggetarkan ekornya.
2. Penyatuan Kedua Indukan
Kedua indukan leopard gecko dipasangkan pada kandang yang sama
selama 3 hingga 7 hari, dan setelah terjadi kopulasi (perkawinan) kedua
indukan leopard gecko kembali dipisah pada kandang yang berbeda.
3. Kehamilan Leopard Gecko
Tahapan selanjutnya adalah proses kehamilan leopard gecko, proses
kehamilan leopard gecko berlangsung selama 2 hingga 4 minggu. Saat
leopard gecko hamil, dilakukan penambahan porsi makan dan diberi
kalsium tambahan seperti kapur dolomit. Selain itu disediakan tempat
dari kotak plastik yang di dalamnya berisi sphagnum moss lembab untuk
leopard gecko bertelur.
4. Inkubasi Telur
Proses inkubasi telur leopard gecko, tahap yang dilakukan saat setelah
leopard gecko bertelur ialah inkubasi telur. Setelah leopard gecko
bertelur, telur harus segera dipindahkan ke tempat inkubasi yang berupa
kotak plastik tertutup yang di dalamnya diberi media berupa perlite
lembab dan diletakkan di suhu 30 °C. Proses inkubasi telur berlangsung
selama 21 hingga 105 hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
5. Perlakuan pada Anakan Leopard Gecko
Setelah menetas, leopard gecko dipindahkan ke kandang yang lebih
besar dan diberi alas berupa tisu yang dibasahi dan diberi kapur dolomit.
Leopard gecko akan mulai makan setelah berumur 3 hari/ setelah
melakukan proses pergantian kulit/ shedding yang pertama kalinya.
F. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh merupakan data mentah hasil penelitian yang
terdiri dari persilangan leopard gecko dan akan diolah secara kualitatif
menggunakan tabel serta grafik dan dianalisis secara deskriptif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Seluruh parental yang digunakan termasuk dalam satu garis
keturunan strain albino yang sama yaitu strain Albino Bell, sehingga jika
sesama leopard gecko albino disilangkan satu dengan yang lainnya tidak
akan menghasilkan keturunan yang normal non-albino dengan kerancuan
genetik yaitu membawa dua sifat heterozigot dari strain albino yang
berbeda. Alasan peneliti memilih parental ini ialah ketersediaan leopard
gecko yang dimiliki oleh peneliti hanya satu garis keturunan strain albino
bell saja dikarenakan peneliti tidak ingin mendapatkan leopard gecko yang
memiliki gen yang rancu karena tercampur gen dari strain albino lainnya,
selain itu peneliti ingin mendapatkan leopard gecko dengan genetik yang
kompleks dan memiliki asal usul yang jelas (satu strain albino saja) karena
dengan terciptanya leopard gecko yang memiliki genetik kompleks akan
menjadikan leopard gecko itu sendiri semakin menarik dan unik secara
morfologinya yang akan meningkatkan harga jualnya. Untuk memperoleh
leopard gecko dengan morfologi yang menarik dan memiliki genetik yang
kompleks bisa dilakukan persilangan dengan selektif gen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Persilangan yang dilakukan dengan memijahkan 1 ekor induk jantan
dengan 3 ekor induk betina yang memiliki fenotip/ morfologi yang berbeda.
Morfologi parental yang digunakan dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Morfologi Parental (P)
Jenis
Kelamin Fenotip
Kode
Parental
Jantan Albino + Snow + Eclipse M1
Betina
Albino + Snow + Normal Non-Eclipse P1
Albino + Snow + Eclipse P2
Normal Non-Albino + Snow (homozigot
resesif) + Eclipse (Gen Snow) P3
Persilangan Trihibrid yang peneliti lakukan ialah persilangan yang
mengambil fenotip / morfologi dari leopard gecko albino, snow, dan eclipse.
Karena peneliti menggunakan strain snow dalam penelitian ini, maka mata
eclipse yang terdapat pada strain snow dengan genetik homozigot resesif
(super snow) akan dituliskan menjadi eclipse (gen snow) mengingat hal ini
merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh super snow (genetik homozigot
resesif) yaitu memiliki mata yang sama seperti eclipse namun bukanlah
sebuah fenotip yang diturunkan seperti yang nampak pada tabel 4.1
morfologi parental betina dengan kode P3.
1. Hasil Persilangan Pejantan M1 dengan Betina P1
Hasil persilangan antara pejantan M1 dengan betina P1
menghasilkan 10 ekor anakan. Fenotip anakan hasil persilangan M1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dengan P1 dapat dilihat pada tabel 4.2 serta diagram persilangan antara
M1 dengan P1 dapat dilihat pada gambar 4.1.
Tabel 4.2 Hasil Persilangan M1 x P1
Tanggal Penetasan Fenotip Kode
Kloter
05 Juli 2016 Albino + Normal Non-Snow + Eclipse A1 i
06 Juli 2016 Albino + Snow + Eclipse A1 ii
22 Juli 2016 Albino + Snow + Eclipse A2 i
23 Juli 2016 Albino + Snow + Normal Non-Eclipse A2 ii
11 Agustus 2016 Albino + Snow + Normal Non-Eclipse A3 i
12 Agustus 2016 Albino + Normal Non-Snow + Eclipse A3 ii
22 Agustus 2016 Albino + Snow (homozigot resesif) +
Eclipse (Gen Snow) A5 i
23 Agustus 2016 Albino + Normal Non-Snow + Eclipse A5 ii
31 Agustus 2016 Albino + Normal Non-Snow + Normal
Non-Eclipse A4 i
31 Agustus 2016 Albino + Normal Non-Snow + Normal
Non-Eclipse A4 ii
Keterangan : A = Hasil persilangan M1 x P1 ; 1-5 = Kode kloter anakan ke-… ;
i-ii = Kode anakan pada kloter yang sama
Hasil persilangan M1 x P1 menghasilkan 10 ekor anakan yang
seluruhnya membawa sifat albino, sifat albino tersebut diperoleh dari
kedua induknya yang juga albino mengingat genotip dari albino ialah
homozigot resesif maka tidak akan ada yang menjadi normal non-albino
pada persilangan M1 x P1 kali ini. Pada gen snow terdapat 4 ekor anakan
yang membawa sifat kodominan snow dan muncul 1 ekor anakan yang
menjadi super snow (snow dengan genotip homozigot resesif) sementara
5 ekor memiliki genotip homozigot dominan sehingga tidak menjadi
snow dan merupakan normal non-snow. Gen snow merupakan sifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kodominan dimana jika terdapat leopard gecko dengan genotip
heterozigot akan menjadi snow sedangkan bentuk dari genotip
homozigot dominan akan menjadi normal non-snow dan untuk genotip
homozigot resesif akan menjadi super snow dengan morfologi yang
berbeda dengan snow genotip heterozigot yaitu tidak dijumpainya
pigmen kuning dan memiliki mata yang nampak seperti eclipse seperti
yang terlihat pada gambar 4.1 dengan kode anakan A5i.
Gambar 4.1 Diagram Persilangan M1 x P1
Persilangan M1 x P1 membuktikan bahwa genotip mata pada
induk betina P1 terbukti karier/ heterozigot eclipse. Hal ini ditandai
dengan munculnya 5 ekor anakan dengan gen eclipse sedangkan untuk
satu anakan super snow/ snow dengan genotip homozigot resesif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
merupakan suatu fenomena dimana setiap leopard gecko dengan genotip
ini akan memiliki mata yang nampak seperti gen eclipse maka akan
ditulis dengan eclipse (gen snow) mengingat parental betina P1 memiliki
mata normal non-eclipse yang membawa/ karier gen eclipse.
Pada persilangan M1 x P1 jarak menetasnya leopard gecko
dalam kloter yang sama sangatlah dekat bahkan pada kloter keempat
dengan kode A4 kedua anakan menetas pada hari yang sama hal ini
dipengaruhi oleh suhu yang seimbang pada kotak inkubasi tiap- tiap
kloter. Namun terdapat suatu keanehan yang terlihat pada tabel 4.2
dimana kloter kelima dengan kode A5 menetas lebih dulu daripada
kloter sebelumnya (A4) dimana jarak antar kloter telur antara 2 hingga
4 minggu. Hal ini dapat dipengaruhi perbedaan suhu inkubasi antara
kloter keempat (A4) dan kloter kelima (A5). Mengingat peneliti
menginkubasi di wadah yang berbeda dan sering membasahi media
penetasan yang dapat mengakibatkan perbedaan suhu dan kelembaban
udara pada tiap kloter telur yang di inkubasi.
Perbedaan rentang waktu penetasan biasanya juga dapat
dijadikan patokan oleh breeder untuk memprediksi jenis kelamin
anakan walaupun terkadang dapat meleset. Rentang waktu penetasan
yang singkat dipengaruhi oleh suhu yang lebih hangat dan biasanya akan
menjadikan anakan leopard gecko berjenis kelamin jantan dan
sebaliknya. Secara umum, induksi suhu inkubasi memberikan pengaruh
terhadap ekspresi gen determinasi seks sehingga pertumbuhan embrio
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
yang diinkubasi pada suhu jantan (30 – 32,5°C) memiliki
kecenderungan lebih cepat dibandingkan dengan embrio yang
diinkubasi pada suhu betina (26 - 28°C).
Pada gambar 4.1 merupakan diagram persilangan antara M1
dengan P1, pada gambar tersebut hanya dicantumkan tiga ekor anakan
hasil persilangan yaitu A1 i , A1 ii serta A5 i Ketiganya merupakan
perwakilan fenotip trihibrid yang berbeda.
2. Hasil Persilangan Pejantan M1 dengan Betina P2
Dari hasil persilangan antara pejantan M1 dengan betina P2
menghasilkan 11 ekor anakan. Fenotip anakan hasil persilangan M1
dengan P2 dapat dilihat pada tabel 4.3 serta diagram persilangan antara
M1 dengan P2 dapat dilihat pada gambar 4.2.
Tabel 4.3 Hasil Persilangan M1 x P2
Tanggal Penetasan Fenotip Kode
Kloter
09 Juli 2016 Albino + Normal Non-Snow + Eclipse B1 i
10 Juli 2016 Albino + Snow (homozigot resesif) +
Eclipse B1 ii
26 Juli 2016 Albino + Snow + Eclipse B2 i
27 Juli 2016 Albino + Snow + Eclipse B2 ii
10 Agustus 2016 Albino + Snow + Eclipse B3 i
11 Agustus 2016 Albino + Normal Non-Snow + Eclipse B3 ii
26 Agustus 2016 Albino + Snow + Eclipse B4 i
26 Agustus 2016 Albino + Snow (homozigot resesif) +
Eclipse B4 ii
10 September 2016 Albino + Snow + Eclipse B5 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
11 September 2016 Albino + Snow + Eclipse B5 ii
27 September 2016 Albino + Snow + Eclipse B6 i
Keterangan : B = Hasil persilangan M1 x P2 ; 1-6 = Kode kloter anakan ke-… ;
i-ii = Kode anakan pada kloter yang sama
Hasil persilangan M1 x P2 menghasilkan 11 ekor anakan yang
seluruhnya membawa sifat albino, sifat albino tersebut diperoleh dari kedua
induknya yang juga albino. Pada gen snow terdapat 7 ekor anakan yang
membawa sifat kodominan snow dan muncul 2 ekor anakan yang menjadi
super snow (snow dengan genotip homozigot resesif) sementara 5 ekor tidak
membawa gen snow dan menjadi normal non-snow. Persilangan M1 x P2
ini menghasilkan 2 anakan super snow/ snow dengan genotip homozigot
resesif dengan mata eclipse yang merupakan gen eclipse itu sendiri karena
kedua induknya membawa gen resesif eclipse, berbeda dengan persilangan
M1 x P1 yang terdapat pada tabel 4.2 dimana gen eclipse yang muncul pada
fenotip mata anakan super snow tersebut masih belum pasti karena salah
satu induknya memiliki mata yang normal non-eclipse.
Pada persilangan kali ini jumlah anakan yang dihasilkan di kloter
ke-6 dengan kode B6 hanya 1 ekor diakibatkan karena salah satu telur yang
dihasilkan oleh induk betina mengalami kegagalan saat proses inkubasi
sehingga hanya 1 ekor yang berhasil menetas. Kegagalan telur saat
diinkubasi dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal
ialah telur tersebut slug atau tidak memiliki embrio, kebanyakan kasus
seperti ini terjadi jika induk betina yang digunakan memiliki umur yang
terlalu muda dan kekurangan asupan nutrisi sehingga telur yang dihasilkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
bersifat infertil. Selain itu asupan kalsium juga sangat penting bagi induk
yang sedang hamil karena, jika terjadi kekurangan asupan kalsium telur
yang dihasilkan memiliki morfologi yang buruk dengan kebanyakan kasus
memiliki cangkang yang lembek. Pada saat leopard gecko meletakkan
telurnya, telur yang dihasilkan mempunyai cangkang yang lembek namun
beberapa saat kemudian telur akan mengeras. Leopard gecko hamil yang
kekurangan asupan kalsium biasanya akan menghasilkan telur dengan
cangkang yang lembek sehingga pada saat inkubasi telur akan mudah
terkena jamur. Faktor eksternal yang memengaruhi kegagalan telur saat
diinkubasi adalah kelembaban, jika jumlah uap air terlalu tinggi akan
mengakibatkan munculnya jamur pada cangkang telur sehingga telur dapat
tidak menetas.
Gambar 4.2 Diagram Persilangan M1 x P2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3. Hasil Persilangan Pejantan M1 dengan Betina P3
Dari hasil persilangan antara pejantan M1 dengan betina P3
menghasilkan 4 ekor anakan. Fenotip anakan hasil persilangan M1
dengan P3 dapat dilihat pada tabel 4.4 serta diagram persilangan antara
M1 dengan P3 dapat dilihat pada gambar 4.3.
Tabel 4.4 Hasil Persilangan M1 x P3
Tanggal Penetasan Fenotip Kode
Kloter
07 September 2016 Albino + Snow + Normal Non-Eclipse C1 i
08 September 2016 Normal Non-Albino + Snow + Eclipse C1 ii
01 Oktober 2016 Normal Non-Albino + Snow + Normal
Non-Eclipse C2 i
01 Oktober 2016 Normal Non-Albino + Snow (homozigot
resesif) + Eclipse (Gen Snow) C2 ii
Keterangan : C = Hasil persilangan M1 x P3 ; 1-2 = Kode kloter anakan ke-… ;
i-ii = Kode anakan pada kloter yang sama
Hasil persilangan M1 x P3 hanya menghasilkan 4 ekor anakan
(2 kloter) walaupun pada awalnya terdapat 8 butir telur yang dihasilkan
namun gagal menetas karena terserang jamur saat proses inkubasi.
Anakan yang dihasilkan pada persilangan ini 3 di antaranya memiliki
fenotip normal non-albino dan 1 ekor albino. Hal ini membuktikan
bahwa induk betina yang digunakan membawa (karier) gen albino. Pada
gen snow seluruh anakan membawa sifat kodominan snow karena induk
betina yang digunakan merupakan super snow/ snow dengan homozigot
resesif sehingga apabila snow homozigot resesif disilangkan dengan
normal non-snow maka anakan yang muncul 100% membawa gen snow
begitu pula jika super snow disilangkan dengan snow akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
menghasilkan 50% snow dan 50% super snow. Fenotip parental P3 pada
bagian mata ialah 100% mata normal yang nampak seperti mata dari gen
eclipse karena fenomena super snow, namun membawa/ karier gen
eclipse. Hal ini dibuktikan dengan adanya anakan dengan gen eclipse
dan normal non-eclipse yang keluar.
Gambar 4.3 Diagram Persilangan M1 x P3
Persilangan antara pejantan (M1) dengan ketiga betina (P1, P2, dan
P3) menghasilkan 25 ekor anakan/ filial, dari seluruh anakan yang mewarisi
sifat trihibrid adalah anakan yang berasal dari parental P1 dan P2 saja.
Anakan yang berasal dari parental P3 belum mengeluarkan sifat tribrid
karena anakan yang berhasil menetas hanya 4 ekor saja, sehingga jika dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dari kuantitas anakan yang berhasil menetas maka kemungkinan untuk
mendapatkan anakan dengan sifat trihibrid cukuplah sulit. Sifat trihibrid
yang dihasilkan dari filial dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Kumpulan Filial yang dihasilkan
Filial yang
memiliki- Fenotip
Jumlah
Filial
(ekor)
Persentase
Fenotip
sama
dengan
parental
Albino – Snow – Eclipse 9 36 %
Albino – Snow – Normal Non-Eclipse 3 12 %
Normal Non-Albino – Snow (homozigot
resesif) – Eclipse (Gen Snow) 1 4 %
Fenotip
berbeda
dengan
parental
Albino – Normal Non-Snow – Eclipse 5 20 %
Albino – Normal Non-Snow – Normal
Non-Eclipse 2 8 %
Albino – Snow (homozigot resesif) –
Eclipse 2 8 %
Albino – Snow (homozigot resesif) –
Eclipse (Gen Snow) 1 4 %
Normal Non-Albino – Snow – Eclipse 1 4 %
Normal Non-Albino – Snow – Normal
Non-Eclipse 1 4 %
Total: 25 100 %
Keterangan:
Rasio fenotip yang muncul pada filial ialah 9 : 3 : 1 : 5 : 2 : 2 : 1 : 1 : 1
Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan
leopard gecko dengan kombinasi ketiga gen yaitu albino, snow (homozigot
resesif) dan eclipse, dari persilangan yang telah dilakukan peneliti
mendapatkan 2 ekor filial yang memiliki fenotip tersebut. Leopard gecko
dengan fenotip trihibrid seperti itu memiliki harga pasaran yang lebih tinggi
daripada leopard gecko lain yang dihasilkan dari penelitian ini. Selain itu
peneliti juga ingin melakukan persilangan lebih lanjut dengan leopard gecko
yang diinginkan tersebut untuk mendapatkan motif pied pada leopard gecko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dengan fenotip ini. Leopard gecko dengan motif pied merupakan leopard
gecko snow homozigot resesif dan eclipse yang memiliki warna belang
putih yang lebih banyak dari leopard gecko biasanya. Warna putih tersebut
dapat timbul dari persilangan antar fenotip ini.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:
1. Jumlah keturunan yang dihasilkan oleh leopard gecko dalam sekali
perkawinan cukup sedikit sehingga cukup sulit untuk mendapatkan
variasi fenotip.
2. Jumlah literatur mengenai topik ini masih sangat kurang sehingga topik
yang dibahas masih kurang mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Hasil persilangan trihibrid antara strain albino, snow dan eclipse ialah:
(Albino – Snow – Eclipse) (Albino – Snow – Normal Non-Eclipse)
(Normal Non-Albino – Snow *homozigot resesif* – Eclipse *Gen
Snow*) (Albino – Normal Non-Snow – Eclipse) (Albino – Normal Non-
Snow – Normal Non-Eclipse) (Albino – Snow *homozigot resesif* –
Eclipse) (Albino – Snow *homozigot resesif* – Eclipse *Gen Snow*)
(Normal Non-Albino – Snow – Eclipse) (Normal Non-Albino – Snow –
Normal Non-Eclipse)
2. Rasio fenotip yang muncul pada filial ialah 9 : 3 : 1 : 5 : 2 : 2 : 1 : 1 : 1
B. Saran
1. Dalam persilangan perlu menggunaan jumlah parental dengan jumlah
yang banyak untuk mendapatkan variasi fenotip pada filial yang
dihasilkan.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan dalam persilangan trihibrid leopard
gecko dengan fenotip lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB VI
IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN
Hasil penelitian mengenai analisis hasil persilangan trihibrid (albino, snow,
dan eclipse) pada leopard gecko (Eublepharis macularius) yang telah dilakukan ini
dapat diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah khususnya untuk SMA
kelas XII pada materi pokok Genetika. Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan
pada materi mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi rasio fenotip yang muncul
pada filial. Kompetensi Dasar dalam materi ini yaitu:
KD 3.5 Memahami pola- pola Hukum Mendel
KD 4.5 Mengaitkan pola- pola Hukum Mendel dengan peristiwa yang
ditemukan sehari- hari
Hasil dari penelitian tentang analisis hasil persilangan trihibrid (albino,
snow, dan eclipse) pada leopard gecko (Eublepharis macularius) menghasilkan 2
ekor filial yang memiliki fenotip trihibrid resesif yang artinya ketiga sifat (albino,
snow, dan eclipse) tersebut muncul pada satu individu. Atas dasar ini, penelitian
yang telah dilakukan dapat menambah variasi pembelajaran biologi secara lanjut
tentang bagaimana rasio fenotip pada filial. Perencanaan proses pembelajaran dapat
dilihat dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terlampir pada
lampiran 3, pembelajaran dirancang dalam 3 kali pertemuan sebanyak 9 jam
pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, 2016, Implementasi Diagonalisasi Matriks untuk menyelidiki pewarisan
autusomal pada generasi ke-n, Skripsi, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, Makassar.
Anonim, 2006, Leopard Gecko,
http://www.rosamondgiffordzoo.org/assets/uploads/animals/pdf/LeopardG
ecko.pdf, diakses pada tanggal 20 Agustus 2018.
Anonim, 2008, Leopard Gecko Geneticts, https://www.geckoboa.com/leopard-
gecko-genetics.html, diakses pada tanggal 04 Februari 2018.
Anonim, 2011, Leopard Gecko Care – Basic,
http://www.leopardgecko.com/leopardgeckocare101.html, diakses pada
tanggal 04 Februari 2018.
Anonim, 2013, Leopard Gecko Morphs – Eublepharis macularius,
http://www.reptilecalculator.com/leopard-gecko-morphs/, diakses pada
tanggal 03 Februari 2018.
Amelia, Rumi, 2016, Pengaruh Persilangan Strain Wild Type (N) dengan White (W)
terhadap Jumlah Keturunan F2 Lalat Buat (Drosphila sp.), Skripsi, Institut
Agama Islam Negeri Palangkaraya, Palangkaraya.
Campbell, N.A., 2008. Biologi Jilid 1 Edisi 8. Erlangga. Jakarta.
Castellanos, Cody, 2011, Leopard Gecko Eublepharis macularius,
https://www.professionalreptiles.com/caresheets/leos.pdf, diakses pada
tanggal 13 September 2018.
Deric. 2012. Memilih dan Memelihara 35 Jenis Reptil dan Amfibi yang digemari.
Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka.
Perez, Donna J., 2011, Facts on the Albino Leopard Gecko, Pets: Reptiles
Amphibians, http://ezinearticles.com/?Facts-on-the-Albino-Leopard-
Gecko&id=5715062, diakses pada tanggal 24 Agustus 2018.
Ramadhani, Muhammad Reza, 2016, Berat Badan dan Morfometrik Leopard
Gecko (Eublepharis macularius) Pada Berbagai Umur, Skripsi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian
Keterangan :
A. Leopard gecko saat menetas di dalam kotak yang berisi media perlite.
B. Pemindahan leopard gecko ke kandang yang lebih besar.
C. Kandang pembesaran leopard gecko.
A B
C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Lampiran 2
SILABUS SMA IPA
Satuan Pendidikan : SMA Budya Wacana Yogyakarta
Matapelajaran : Biologi Peminatan
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pokok : Pola Pewarisan Sifat pada Hukum Mendel
Alokasi Waktu : 9 JP (3 x 3 JP)
Kompetensi Inti (KI) :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Media, Alat dan
Bahan
5. Pola Pewarisan Sifat pada Hukum Mendel
3.5 Memahami pola-
pola Hukum Mendel
Hukum Mendel
• Pewarisan
Sifat
• Genotip
• Fenotip
• Monohibrid
• Dihibrid
Mengamati
• Mengamati keanekaragaman
gen, dan jenis pada
lingkungan sekitar (keluarga,
teman sekolah, tetangga, dll).
• Mengkaji literatur tentang
istilah- istilah: alel, genotip,
dan fenotip.
• Pewarisan sifat menurut
Mendel.
Observasi Sikap Ilmiah
(jujur, disiplin,
bertanggung jawab
gotong royong dan
santun)
Tes
• Pemahaman konsep pola-
pola pewarisan sifat dan
penerapannya dalam
kehidupan sehari- hari
• Pemahaman perhitungan
genotip dan fenotip
3 JP • Buku Biologi
siswa
• Kotak kancing
genetika
• Lembar Kerja
Siswa (LKS) 4.5 Mengaitkan pola-
pola Hukum Mendel
dengan peristiwa
yang ditemukan
sehari- hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Menanya
Siswa dimotivasi untuk
bertanya tentang:
• Variasi mahluk hidup
• Ciri- ciri mahluk hidup yang
diwariskan (misalnya ciri- ciri
tubuh dalam anggota keluarga
siswa)
• Bagaimana pewarisan sifat itu
terjadi
• Hukum Mendel
Eksplorasi / Eksperiment:
• Melakukan simulasi
persilangan monohibrid dan
dihibrid menggunakan
kancing genetika.
• Mengkaitkan hasil
demonstrasi dan simulasi
dengan kajian literatur tentang
pola penurunan sifat menurut
Mendel (Hukum Mendel I dan
II).
• Membuat bagan persilangan
monohibrid dan dihibrid mulai
dari membuat simbul gen,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
gamet, genotip dan
menentukan fenotip induk dan
menentukan ratio genotip dan
fenotip F1 dan F2 nya
menggunakan sistem papan
catur atau sistem garpu.
Mengasosiasikan
• Latihan soal persilangan
monohibrid dan dihibrid pada
berbagai organisme
(tumbuhan, hewan dan
manusia).
• Membuat kesimpulan tentang
persilangan menurut pola
Mendel.
Mengkomunikasikan
• Membuat laporan tertulis hasil
percobaan persilangan dengan
kancing genetika menurut
pola Mendel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Penyimpangan
Hukum Mendel
• Atavisme
(Interaksi)
• Kriptomeri
• Polimeri
• Epistasis dan
Hipostasis
• Komplementer
Mengamati
• Pewarisan sifat menurut
penyimpangan semu Hukum
Mendel.
Menanya
Siswa dimotivasi untuk
bertanya tentang:
• Atavisme
• Kriptomeri
• Polimeri
• Epistasis dan hipostasis
• Komplementer
Eksplorasi/ Eksperiment:
• Melakukan demonstrasi
penyilangan dihibrid
menggunakan baling- baling
genetika untuk mendapatkan
data hasil persilangan.
• Melakukan analisis pewarisan
sifat menurut penyimpangan
Observasi
Sikap ( jujur, disiplin,
bertanggung jawab,
gotong royong dan
santun)
Tes
• Pemahaman konsep
penyimpangan Hukum
Mendel
• Pemahaman perhitungan
hasil persilangan (genotip
dan fenotip)
6 JP • Buku Biologi
Siswa
• Baling- baling
genetika
• Lembar Kerja
Siswa (LKS)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Hukum Mendel dari hasil
percobaan.
Mengasosiasikan
• Latihan soal persilangan :
Interaksi, Kriptomeri,
Polimeri, Komplementer,
Epistasis dan Hipostasis.
• Membuat kesimpulan tentang
persilangan menurut pola
Mendel dan penyimpangan
Hukum Mendel.
Mengkomunikasikan
• Mempresentasikan hasil
pembahasan soal persilangan
di papan tulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMA Budya Wacana
Matapelajaran : Biologi Peminatan
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pokok : Pola Pewarisan Sifat pada Hukum Mendel
Alokasi Waktu : 9 JP (3 x 3 JP)
A. Kompetensi Inti (KI) :
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif,
dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No Kompetensi Dasar No Kompetensi Dasar
3.5 Memahami pola- pola
Hukum Mendel (C2) 4.5
Mengaitkan pola- pola
Hukum Mendel dengan
peristiwa yang ditemukan
sehari- hari.
No Indikator Penyampaian
Kompetensi (IPK) No
Indikator Penyampaian
Kompetensi (IPK)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
3.5.1
Mengetahui konsep dasar
tentang pewarisan sifat
(C1) 4.5.1
Mempresentasikan
persilangan monohibrid
dan dihibrid 3.5.2
Menganalisis pola
persilangan monohibrid
dan dihibrid (C4)
3.5.3
Menjelaskan
penyimpangan semu pada
Hukum Mendel (C2) 4.5.2
Mempresentasikan pola
penyimpangan semu
Hukum Mendel 3.5.4
Memecahkan persoalan
terkait Hukum Mendel
(C4)
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menggunakan
model pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning), peserta didik kelas XII
dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dalam
mempelajari pola pewarisan sifat pada Hukum Mendel dan mengaitkannya
dengan peristiwa yang ditemukan sehari- hari dengan menunjukkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, kerjasama, dan santun.
D. Materi Pembelajaran
Konsep:
Pengertian pewarisan sifat, genotip, fenotip monohibrid, dihibrid, atavisme,
kriptomeri, polimeri, komplementer, epistasis dan hipostasis.
Prosedur:
Langkah- langkah membuat bagan persilangan monohibrid, dihibrid, atavisme,
kriptomeri, polimeri, komplementer, epistasis dan hipostasis.
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Model : Pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning)
Metode : Discovery learning
F. Alat/ Media Pembelajaran dan Sumber Belajar
1. Alat : LCD, Laptop
2. Media : Kancing genetika, baling- baling genetika
3. Sumber Belajar
• Power point tentang Pola Pewarisan Sifat pada Hukum Mendel
• Buku Paket:
- Ferdinand P, Fictor dan Moekti Aribowo. 2009. Praktis Belajar
Biologi 3 untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan
Depertemen Pendidikan Nasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
- Pratiwi D.A. dan Hinrina Perdhana Sari. 2015. Biologi untuk
Sekolah Menengah Atas (SMA)- Madrasah Aliyah (MA) Kelas XII.
Jakarta: Erlangga
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama: 3 JP (3 x 45 menit)
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
Pendahuluan 15’
1. a. Guru memberikan salam, meminta salah satu siswa
memimpin doa.
b. Guru melakukan presensi untuk mengecek kehadiran
siswa serta meminta siswa membuang sampah yang
ada di sekitar tempat duduknya dan membuang pada
tempat sampah yang telah disediakan di depan kelas.
c. Guru memberikan apersepsi dengan mengajak siswa
mengamati teman sebelahnya. Kemudian mengajukan
pertanyaan, yaitu:
- Apakah yang menyebabkan dalam satu buah
jagung terdapat ragam warna yang bervariasi?
d. Guru mengecek kesiapan mental siswa dan memberikan
motivasi dengan bertanya:
- Perbedaan dan persamaan apa saja yang kalian
dan teman kalian miliki?
- Termasuk ke dalam apakah fenomena tersebut?
- Apa saja yang menyebabkan terjadinya fenomena
tersebut?
e. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran
yaitu memahami prinsip dan dasar pola pewarisan sifat.
f. Guru menyampaikan garis besar materi ringkas yang
akan dipelajari tentang pola pewarisan sifat.
g. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok.
Setiap kelompok terdiri dari empat hingga lima orang.
Kegiatan Inti 105’
1. Stimulation (Pemberian Stimulus)
a. Guru memberikan kasus tentang ciri- ciri makhluk
hidup yang diwariskan misalnya ciri- ciri tubuh dalam
anggota keluarga, siswa mengamati bagaimana
proses dari pewarisan sifat tersebut.
b. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil
pengamatannya di depan kelas.
c. Guru memberikan klarifikasi di depan kelas.
2. Problem Statement (Identifikasi Masalah)
a. Setiap kelompok diberikan soal tentang pewarisan
sifat, persilangan monohibrid dan dihibrid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
b. Peserta didik mengerjakan soal- soal yang telah
diberikan oleh guru dengan menggunakan kancing
genetika.
3. Data Collection (Pengumpulan Data)
a. Peserta didik mencari dan membaca berbagai
referensi dari berbagai sumber guna melengkapi
jawaban dari lembar kerja tersebut.
4. Data Processing (Pengolahan Data)
a. Setiap kelompok diberikan waktu untuk mengerjakan
soal persilangan monohibrid dan dihibrid pada lembar
kerja yang didapatkan.
5. Verification (Verifikasi)
a. Setiap peserta didik melakukan verifikasi data dengan
santun melalui pendapat dengan teman kelompok
lain yang mempresentasikan hasil olahan datanya.
6. Generalization (Menarik Kesimpulan)
a. Peserta didik berdiskusi kembali untuk
menyimpulkan hasil dari diskusi bersama guru secara
tertulis dalam lembar kerja.
b. Setiap kelompok menyampaikan kesimpulannya
secara lisan.
c. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menanyakan mengenai materi tentang hukum
Mendel: genotip, fenotip, monohibrid, dan dihibrid.
d. Guru menampilkan hasil presentasi siswa di depan
kelas.
e. Guru memberikan klarifikasi terkait dengan materi
yang telah dipresentasikan peserta didik.
Kegiatan Penutup 15’
1. a. Guru mengecek kelengkapan data yang dikerjakan siswa.
b. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan informasi
mengenai penyimpangan semu hukum Mendel sebagai
tindak lanjut
Pertemuan Kedua: 3 JP (3 x 45 menit)
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
Pendahuluan 15’
1. a. Guru memberikan salam, meminta salah satu siswa
memimpin doa.
b. Guru melakukan presensi untuk mengecek kehadiran
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
c. Guru memberikan apersepsi dengan bertanya tentang
tugas yang diberikan yaitu mengumpulkan informasi
mengenai penyimpangan semu hukum Mendel.
d. Guru menayangkan gambar ayam yang memiliki bentuk
jengger yang berbeda. Kemudian mengajukan
pertanyaan, yaitu:
- Apakah ada perbedaan antara variasi jengger
ayam dengan variasi rambut yang kita miliki?
e. Guru mengecek kesiapan mental siswa dan memberikan
motivasi dengan bertanya:
- Apakah fenomena tersebut sesuai dengan hukum
Mendel?
f. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran
yaitu memahami prinsip penyimpangan semu hukum
Mendel: atavisme, kriptomeri, polimeri.
g. Guru menyampaikan garis besar materi ringkas yang
akan dipelajari tentang pola penyimpangan semu hukum
Mendel.
h. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok.
Setiap kelompok terdiri dari empat hingga lima orang.
Kegiatan Inti 105’
1. Stimulation (Pemberian Stimulus)
a. Guru memberikan berbagai kasus tentang
penyimpangan semu hukum Mendel misalnya
persilangan pada variasi bentuk jengger ayam, siswa
mengamati bagaimana proses dari persilangan
tersebut.
b. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil
pengamatannya di depan kelas.
c. Guru menayangkan jawaban yang tepat di depan
kelas.
2. Problem Statement (Identifikasi Masalah)
a. Setiap kelompok diberikan soal tentang persilangan
penyimpangan semu hukum Mendel serta baling-
baling genetika.
b. Peserta didik memecahkan permasalahan soal- soal
yang telah diberikan oleh guru menggunakan baling-
baling genetika.
3. Data Collection (Pengumpulan Data) a. Peserta didik mencari dan membaca berbagai
referensi dari berbagai sumber guna melengkapi
jawaban dari lembar kerja tersebut.
4. Data Processing (Pengolahan Data)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
a. Setiap kelompok diberikan waktu untuk mengerjakan
soal persilangan penyimpangan semu hukum Mendel
pada lembar kerja yang didapatkan.
b. Guru meminta siswa untuk memastikan bahwa setiap
jawaban sudah sesuai dengan perhitungan.
5. Verification (Pembuktian)
a. Peserta didik melakukan verifikasi data dengan
santun melalui pendapat dengan teman kelompok
lain yang mempresentasikan hasil olahan datanya.
6. Generalization (Menarik Kesimpulan)
a. Peserta didik berdiskusi kembali untuk
menyimpulkan dari hasil diskusi bersama guru secara
tertulis dalam lembar kerja.
b. Setiap kelompok menyampaikan kesimpulannya
secara lisan.
c. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menanyakan mengenai materi tentang
persilangan pada penyimpangan semu hukum
Mendel: atavisme, kriptomeri, polimeri.
d. Guru mengklarifikasi jawaban siswa terkait dengan
materi penyimpangan semu hukum Mendel.
Kegiatan Penutup 15’
1. a. Peserta didik diminta menyimpulkan apa yang telah
dipelajari.
b. Guru melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
meminta siswa untuk mengumpulkan informasi
mengenai penyimpangan semu hukum Mendel lain yaitu
epistasis, hipostasis dan komplementer.
Pertemuan Ketiga: 3 JP (3 x 45 menit)
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
Pendahuluan 15’
1. a. Guru memberikan salam, meminta salah satu siswa
memimpin doa.
b. Guru melakukan presensi untuk mengecek kehadiran
siswa.
c. Guru memberikan apersepsi dengan menayangkan
contoh- contoh lain dari penyimpangan semu hukum
Mendel yang telah dibahas pada minggu lalu.
d. Guru memberikan kegiatan motivasi dengan bertanya:
- Apa perbedaan atavisme, kriptomeri, polimeri,
epistasis, hipostasis, dan komplementer?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
e. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran
yaitu memahami prinsip penyimpangan semu hukum
Mendel: epistasis, hipostasis, komplementer.
f. Guru menyampaikan garis besar materi ringkas yang
akan dipelajari tentang pola penyimpangan semu hukum
Mendel.
g. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok
yang sama seperti pada pertemuan sebelumnya.
Kegiatan Inti 105’
1. Data Processing (Pengolahan Data)
a. Peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk
menyatukan dan mengolah data yang telah dikerjakan
pada pertemuan sebelumnya.
b. Peserta didik menuliskan hasil perhitungan ke
dalam lembar kerja sesuai dengan hasil yang
didapatkan. c. Dalam mengerjakan lembar kerja, peserta didik dapat
membaca berbagai referensi dari berbagai sumber
guna menambah pengetahuan dan pemahaman
tentang materi penyimpangan semu hukum Mendel
yang sedang dipelajari.
d. Satu atau dua kelompok mengkomunikasikan atau
mempresentasikan didepan kelas secara lisan hasil
persilangan yang dikerjakan sedangkan kelompok
lain menanggapi presentasi kelompok tersebut.
e. Guru menampilkan hasil presentasi peserta didik di
depan kelas.
2. Verification (Pembuktian)
a. Peserta didik melakukan verifikasi data dengan
sikap dan bahasa yang santun melalui pendapat
dengan teman kelompok lain yang mempresentasikan
hasil olahan datanya.
b. Peserta didik diarahkan guru untuk
mendokumentasikan data atau konsep hasil verifikasi.
3. Generalization (Menarik Kesimpulan)
a. Peserta didik berdiskusi kembali untuk
menyimpulkan dari hasil diskusi bersama guru secara
tertulis dalam lembar kerja.
b. Setiap kelompok menyampaikan kesimpulannya
secara lisan.
c. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menanyakan mengenai materi tentang
persilangan pada penyimpangan semu hukum
Mendel: epistasis, hipostasis, komplementer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
d. Guru mengklarifikasi jawaban siswa terkait dengan
materi penyimpangan semu hukum Mendel.
Kegiatan Penutup 15’
1. a. Peserta didik diminta untuk menyimpulkan apa yang
telah dipelajari.
b. Peserta didik menjawab pertanyaan terkait materi yang
telah dibahas.
c. Peserta didik diminta untuk mengungkapkan apa manfaat
yang diperoleh setelah mempelajari materi
penyimpangan semu hukum Mendel.
d. Peserta didik diberi tugas oleh guru untuk mengumpulkan
informasi tentang materi selanjutnya tentang hereditas
dan penyakit turunan.
e. Guru memberitahu peserta didik bahwa di pertemuan
berikutnya akan diadakan Ulangan Harian tentang Pola
Pewarisan Sifat Hukum Mendel dan Penyimpangan
Semu Hukum Mendel.
H. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian:
a. Penilaian sikap : Observasi/ pengamatan
b. Penilaian pengetahuan : Tes tertulis (Ulangan Harian)
c. Penilaian keterampilan : Unjuk kerja
2. Bentuk Penilaian:
a. Observasi : Lembar pengamatan aktivitas peserta didik
b. Tes tertulis : Uraian dan lembar kerja
c. Unjuk kerja : Lembar penilaian presentasi
3. Instrumen Penelitian (terlampir)
Yogyakarta,
Mengetahui :
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 4
Materi Pembelajaran yang akan disampaikan
A. Pewarisan Sifat
Pada setiap proses perkawinan, tidak semua sifat yang ada pada induk
atau orangtua diwariskan kepada anak-anaknya. Apabila salah satu orang tuamu
memiliki rambut ikal (keriting) maka tidak semua anak akan memiliki rambut
keriting. Hal ini karena sifat yang diwariskan berasal dari kedua orangtua,
bukan hanya satu.
Pada kasus rambut keriting, sifat rambut keriting ini bersifat lebih
berkuasa dibandingkan dengan sifat rambut lurus sehingga anak akan lebih
banyak memiliki rambut keriting dibandingkan dengan rambut lurus. Sifat lebih
berkuasa rambut keriting ini dinamakan dengan dominan dan sifat rambut lurus
dinamakan resesif.
Rambut lurus disebabkan karena ada interaksi gen resesif dari ibu dan
ayah. Dalam ilmu Genetika, bentuk rambut yang dihasilkan dari interaksi gen
itu disebut dengan fenotip (penampakan), sedangkan interaksi gen di dalam
tubuh diartikan sebagai genotip (penyebab penampakan sifat). Genotip
biasanya dituliskan dalam suatu simbol-simbol yang menjelaskan suatu sifat.
Sifat yang dominan ditulis dengan huruf besar dan sifat resesif ditulis dalam
huruf kecil.
Pada rambut keriting dan lurus, genotip yang dituliskan adalah KK atau
Kk untuk keriting dan kk untuk rambut lurus. Kk tetap menghasilkan fenotip
rambut keriting karena K dominan terhadap k penyebab rambut lurus.
Apabila rambut kedua orangtua Anda adalah keriting, sedangkan Anda
berambut lurus maka Anda jangan berpikir bahwa Anda adalah bukan
keturunan orang tua Anda karena tidak memiliki kesamaan rambut dengan
mereka. Hal ini dimungkinkan jika kedua orangtua memiliki gen heterozigot.
Perhatikan Gambar 1 berikur.
Keterangan:
K = gen keriting (dominan)
k = gen lurus (resesif)
KK = homozigot dominan/ keriting
Kk = heterozigot/ keriting
kk = homozigot/ lurus
Gambar 1 Pola distribusi gen- gen dari kedua orangtua kepada keturunannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Genotip dari suatu sifat dapat ditulis dalam dua bentuk. Apabila genotip
rambut keriting tersebut adalah KK maka genotip ini disebut dengan
homozigot (terdiri atas genotipe yang sama). Jika Kk disebut heterozigot,
terdiri atas genotip yang berlainan, namun masih memengaruhi satu sifat. Dari
gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang anak yang dilahirkan dari
keluarga tersebut memiliki peluang 75% berambut keriting dan 25% berambut
lurus.
B. Pola- pola Hereditas
Pewarisan sifat dari induk kepada turunannya mengikuti suatu pola
hereditas (pewarisan sifat) tertentu. Pola pewarisan sifat pertama kali diamati
oleh Mendel.
Setelah diteliti lebih lanjut, para ilmuwan mendapati perbedaan-
perbedaan yang tidak sesuai dengan pola yang dikemukakan Mendel, antara lain
penyimpangan semu hukum Mendel, pautan dan pindahan silang, determinasi
seks, dan gen letal.
1. Hukum Mendel
Pewarisan sifat dipelajari pertama kali oleh Gregor Johann
Mendel (1822–1884). Mendel melakukan percobaan pewarisan sifat pada
tanaman ercis (Pisum sativum) (perhatikanlah Gambar 2).
Gambar 2 Percobaan yang dilakukan Mendel pada tanaman ercis (Pisum
sativum)
Ada beberapa alasan mengapa tanaman ercis dipilih oleh Mendel
untuk memulai percobaannya ini, di antaranya sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
a. Tanaman ercis (Pisum sativum) memiliki variasi yang cukup kontras,
di antaranya:
• Warna biji : kuning dan hijau
• Kulit biji : kisut dan halus
• Bentuk buah/ polong : halus dan bergelombang
• Warna bunga : ungu dan putih
• Tinggi batang : panjang dan pendek
• Posisi bunga : aksial (ketiak daun) dan terminal
(ujung batang)
b. Dapat melakukan penyerbukan sendiri.
c. Cepat menghasilkan keturunan.
d. Mudah dikawinsilangkan.
Dalam percobaannya, Mendel selalu menuliskan perihal data yang
diperolehnya dan menemukan suatu keteraturan jumlah perbandingan pada
setiap sifat yang dikawinkannya tersebut (perhatikan Gambar 3).
Gambar 3 Perbedaan sifat yang mencolok pada tanaman ercis (Pisum
sativum)
Seluruh hasil pengamatan terhadap percobaannya itu menghasilkan
perbandingan 3 : 1. Dari percobaan pertamanya ini, Mendel kemudian
merumuskan suatu hipotesis bahwa sifat yang ada pada organisme akan
diturunkan secara bebas atau dikenal dengan Hukum I Mendel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
a. Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid merupakan persilangan yang hanya
menggunakan satu macam gen yang berbeda atau menggunakan satu
tanda beda. Anda telah mengetahui bahwa ada pasangan gen pada
kromosom homolognya yang berpengaruh terhadap suatu sifat. Melalui
percobaan yang dilakukan oleh Mendel maka Anda dapat lebih
mengerti mengenai pengaruh alel yang memberikan variasi pada bentuk
atau fenotip makhluk hidup.
Mendel mengawinkan bunga ercis berwana ungu dengan bunga
ercis berwarna putih. Perkawinan induk ini dinamakan dengan parental
(P). Hasil perbandingan anakan yang diperoleh disebut dengan filial (F).
Hasil perkawinan pertama adalah seluruhnya memiliki warna
bunga ungu. Tumbuhan kacang ercis sesama bunga ungu ini lalu
dikawinkan sesamanya dan diperoleh hasil 3 bunga ungu berbanding
satu bunga putih. Perhatikan Gambar 4.
Sumber: Biological cience, 1986
Gambar 4 Persilangan monohibrid menghasilkan rasio fenotip
3 : 1
Pada beberapa kasus, terdapat gen sealel yang tidak dominan
terhadap lainnya. Keadaan ini disebut dominan tidak penuh. Pada
dominan tidak penuh, individu heterozigot memiliki fenotip
pencampuran dari kedua sifat gen sealel. Sifat ini disebut intermediet.
b. Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid merupakan persilangan yang menggunakan
dua tanda beda atau dua pasangan kromosom yang berbeda. Suatu sifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
dari organisme tidak hanya diturunkan melalui satu jenis alel saja, tetapi
beberapa sifat juga dapat diturunkan oleh beberapa alel secara
bersamaan.
Sifat ini dipelajari oleh Mendel dalam percobaan kacang ercisnya.
Mendel melihat adanya beberapa sifat kacang ercis yang disilangkan
muncul dalam generasi selanjutnya. Ia mulai dengan menyilangkan dua
sifat beda, seperti kacang ercis biji bulat warna kuning dengan biji kisut
warna hijau.
Jika kacang ercis biji bulat adalah BB dan kacang ercis biji warna
kuning adalah KK maka kacang ercis biji bulat warna kuning adalah
BBKK dan kacang ercis biji kisut warna hijau adalah bbkk.
Dari persilangan parental kacang ercis biji bulat warna kuning
(BBKK) dengan kacang ercis biji kisut warna hijau (bbkk), warna
kuning seluruhnya (BbKk).
Perkawinan antara F1 dapat dilakukan dengan perhitungan
sebagai berikut.
Dari metode di atas, diperoleh perbandingan fenotip = 9/16 biji
bulat kuning, 3/16 biji bulat hijau, 3/16 biji kisut kuning, dan 3/16 biji
kisut hijau. Dalam banyak persilangan antara organisme heterozigot
dengan dua pasang gen, maka kombinasi perbandingan 9 : 3 : 3 : 1
adalah jumlah yang sangat umum ditemukan. Perhatikanlah Gambar 5.
Dari percobaan ini, Mendel menemukan bahwa setiap sifat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
kedua induk diturunkan secara bebas dan tidak terikat dengan sifat yang
lainnya sehingga Mendel menamakannya hukum pemisahan secara
bebas atau disebut Hukum II Mendel. Jika terdapat dua individu
berbeda dalam dua sifat atau lebih maka sifat yang satu akan diturunkan
tidak bergantung pada pasangan sifat lainnya.
Gambar 5 Persilangan dihibrid yang dilakukan Mendel menghasilkan
rasio fenotip 9 : 3 : 3 : 1
Pada banyak kejadian, para ilmuwan mendapatkan jumlah
perbandingan anakan F2 yang berbeda perbandingan jumlah umum yang
ditemukan oleh Mendel dalam percobaannya. Perbandingan tersebut adalah
misalnya (15 : 1), (12 : 3 : 1 ), (9 : 3 : 4), atau (9 : 6 : 1). Namun, jika
diperhatikan dengan saksama, perbandingan-perbandingan tersebut
merupakan kombinasi dari perbandingan genotip yang ditemukan oleh
Mendel 9 : 3 : 3 : 1. Karenanya, beberapa perbandingan lain yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
ditemukan sebagai hasil dari perkawinan organisme dengan dua sifat beda
dinamakan dengan penyimpangan semu hukum Mendel. Selain itu,
terdapat juga beberapa pengembangan dari dasar-dasar pengetahuan
genetika Mendel yang digunakan untuk mengetahui berbagai macam
pola pewarisan sifat yang akan Anda pelajari selanjutnya.
2. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Pada tahun 1906, W. Bateson dan R.C Punnet menemukan bahwa
pada persilangan F2 dapat menghasilkan rasio fenotip 14 : 1 : 1 : 3. Mereka
menyilangkan kacang kapri berbunga ungu yang serbuk sarinya lonjong
dengan bunga merah yang serbuk sarinya bulat. Rasio fenotip dari keturunan
ini menyimpang dari hukum Mendel yang seharusnya pada keturunan kedua
(F2) perbandingan rasionya 9 : 3 : 3 : 1.
Tahun 1910 T.H. Morgan, seorang sarjana Amerika dapat
memecahkan misteri tersebut. Morgan menemukan bahwa kromosom
mengandung banyak gen dan mekanisme pewarisannya menyimpang dari
Hukum II Mendel. Pada lalat buah, sampai saat ini telah diketahui kira-kira
ada 5.000 gen, sedangkan lalat buah hanya memiliki 4 pasang kromosom
saja. Berarti, pada sebuah kromosom tidak terdapat sebuah gen saja,
melainkan puluhan bahkan ratusan gen.
Pada umumnya, gen memiliki pekerjaan sendiri-sendiri untuk
menumbuhkan sifat, tetapi ada beberapa gen yang berinteraksi atau
dipengaruhi oleh gen lain untuk menumbuhkan sifat. Gen tersebut mungkin
terdapat pada kromosom yang sama atau pada kromosom yang berbeda.
Interaksi antargen akan menimbulkan perbandingan fenotip yang
keturunannya menyimpang dari hukum Mendel, keadaan ini disebut
penyimpangan semu hukum Mendel. Jika pada persilangan dihibrid, menurut
Mendel perbandingan fenotip F2 adalah 9 : 3 : 3 : 1, pada penyimpangan
semu perbandingan tersebut dapat menjadi (9 : 3 : 4), (9 : 7), atau (12 : 3 :
1). Perbandingan tersebut merupakan modifikasi dari 9 : 3 : 3 : 1. Interaksi
gen yang menyebabkan terjadinya penyimpangan hukum Mendel terdapat
4 bentuk, yaitu atavisme, kriptomeri, polimeri, epistasis, hipostasis, dan
komplementer.
a. Atavisme (Interaksi)
Atavisme atau interaksi bentuk pada pial (jengger) ayam
diungkap pertama kali oleh W. Bateson dan R.C. Punnet. Karakter
jengger tidak hanya diatur oleh satu gen, tetapi oleh dua gen yang
berinteraksi. Pada beberapa jenis ayam, gen R mengatur jengger untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
bentuk ros, gen P untuk fenotip pea, gen R dan gen P jika bertemu
membentuk fenotip walnut. Adapun gen r bertemu p menimbulkan
fenotip singel (Gambar 6).
Sumber: Biological cience, 1986
Gambar 6 Bentuk jengger pada ayam (a) single, (b) pea, (c) walnut,
dan (d) ros.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Berdasarkan hasil persilangan tersebut, kita mendapatkan
rasio fenotip sebagai berikut:
9 Walnut : 3 Ros : 3 Pea : 1 Singel
Berbeda dengan persilangan yang dilakukan oleh Mendel dengan
kacang ercisnya maka sifat dua buah bentuk jengger dalam satu ayam
sangatlah ganjil. Dengan adanya interaksi antara dua gen dominan dan
gen resesif seluruhnya akan menghasilkan variasi fenotip baru, yakni
ros dan pea.
Gen dominan R yang berinteraksi dengan gen resesif p akan
menghasilkan bentuk jengger ros dan gen resesif r yang bertemu dengan
gen dominan P akan menghasilkan bentuk jengger pea. Perbedaan
bentuk jengger ayam ini dinamakan dengan atavisme.
b. Kriptomeri
Salah satu penyimpangan dari hukum Mendel adalah adanya
kriptomeri, yaitu gen dengan sifat dominan yang hanya akan muncul jika
hadir bersama dengan gen dominan lainnya. Peristiwa ini pertama kali
diamati oleh Correns pada saat pertama kali mendapatkan hasil
perbandingan persilangan bunga Linaria maroccana dari galur
alaminya yaitu warna merah dan putih. Hasil F1 dari persilangan
tersebut ternyata menghasilkan bunga berwarna ungu seluruhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Dari hasil persilangan antara generasi F1 berwarna ungu ini,
dihasilkan generasi Linaria maroccana dengan perbandingan F2
keseluruhan antara bunga warna ungu : merah : putih adalah 9 : 3 : 4.
Setelah dilakukan penelitian, warna bunga merah ini disebabkan
oleh antosianin, yakni suatu pigmen yang berada dalam bunga. Bunga
berwarna merah diidentifikasi sebagai bunga yang tidak memiliki
antosianin. Dari penelitian lebih jauh, ternyata warna merah disebabkan
oleh antosianin yang hadir dalam kondisi sel yang asam dan jika hadir
dalam kondisi basa akan dihasilkan bunga dengan warna ungu. Bunga
tanpa antosianin akan tetap berwarna putih jika hadir dalam kondisi
asam ataupun basa. Bunga merah ini bersifat dominan terhadap bunga
putih yang tidak berantosianin.
Jika kita misalkan bunga dengan antosianin adalah A dan bunga
tanpa antosianin adalah a, sedangkan pengendali sifat sitoplasma basa
adalah B dan pengendali sitoplasma bersuasana asam adalah b,
persilangan antara bunga putih dengan bunga merah hingga dihasilkan
keturunan kedua adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
c. Polimeri
Salah satu tujuan dari persilangan adalah menghasilkan varietas
yang diinginkan atau hadirnya varietas baru. Dari persilangan yang
dilakukan oleh Nelson Ehle pada gandum dengan warna biji merah
dengan putih, ia menemukan variasi warna merah yang dihasilkan pada
keturunannya.
Peristiwa ini mirip dengan persilangan dihibrid tidak dominan
sempurna yang menghasilkan warna peralihan seperti merah muda.
Hanya saja, warna yang dihasilkan ini tidak hanya dikontrol oleh satu
pasang gen saja, melainkan oleh dua gen yang berbeda lokus, namun
masih memengaruhi terhadap sifat yang sama. Peristiwa ini dinamakan
dengan polimeri.
Pada contoh kasus persilangan antara biji gandum berwarna merah
dengan biji gandum berwarna putih dapat Anda perhatikan pada bagan
berikut.
Hasil persilangan di atas menghasilkan perbandingan fenotip 15
kulit biji berwarna merah dan hanya satu kulit biji berwarna putih.
Warna merah dihasilkan oleh gen dominan yang terkandung di dalam
gandum tersebut, baik M1 maupun M2.
Pada kenyataannya, warna merah yang dihasilkan sangat
bervariasi, mulai dari warna merah tua, merah sedang, merah muda,
hingga merah pudar mendekati putih. Semakin banyak gen dominan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
yang menyusunnya, semakin merah juga warna kulit gandum tersebut.
Peristiwa polimeri ini melibatkan beberapa gen yang berada di
dalam lokus berbeda namun memengaruhi satu sifat yang sama. Pada
kasus warna kulit biji gandum ini, efek dari hadirnya gen dominan
bersifat akumulatif terhadap penampakan warna merah. Jadi, semakin
banyak gen dominan pada organisme, akan semakin merah juga
dihasilkan warna kulit biji gandumnya.
d. Epistasis dan Hipostasis
Dalam interaksi beberapa gen ini, kadang salah satu gen bersifat
menutupi baik terhadap alelnya dan alel lainnya. Sifat ini dikenal
dengan nama epistasis dan hipostatis. Epistasis adalah sifat yang
menutupi, sedangkan hipostasis adalah sifat yang ditutupi.
Pasangan gen yang menutup sifat lain tersebut dapat berupa gen resesif
atau gen dominan. Apabila pasangan gen dominan yang menyebabkan
epistasis, prosesnya dinamakan dengan epistasis dominan, sedangkan jika
penyebabnya adalah pasangan gen resesif, prosesnya dinamakan dengan
epistasis resesif. Peristiwa epistasis ini dapat ditemukan pada pembentukan
warna biji tanaman sejenis gandum dan pembentukan warna kulit labu
(Cucurbita pepo).
Pada pembentukan warna kulit biji gandum, Nelson Ehle
menyilangkan dua varietas gandum warna kulit biji hitam dengan warna
kulit biji kuning. Nelson Ehle adalah seorang peneliti yang pertama kali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
mengamati pengaruh epistasis dan hipostatis pada pembentukan warna
kulit biji gandum. Hasil pengamatannya menunjukkan bahwa 100%
warna kulit biji yang dihasilkan adalah hitam.
Pada persilangan sesama F2, dihasilkan gandum dengan kulit biji
berwarna hitam, kuning, dan putih. Perbandingan fenotipnya dapat
diperhatikan pada diagram persilangan berikut ini.
Dari diagram tersebut dapat kita peroleh perbandingan fenotipnya,
yaitu 12 hitam : 3 kuning : 1 putih.
Dapat dilihat pada persilangan ini, setiap kemunculan gen H
dominan maka fenotip yang dihasilkannya adalah langsung warna biji
hitam. Warna biji kuning hanya akan hadir apabila gen dominan K
bertemu dengan gen resesif h, sedangkan warna putih disebabkan oleh
interaksi sesama gen resesif. Dengan demikian, gen dominan H bersifat
epistasis terhadap gen K sehingga peristiwa ini dinamakan dengan
epistasis dominan.
Peristiwa epistasis lainnya dapat ditemukan pada pembentukan
warna rambut tikus. Warna hitam pada rambut tikus disebabkan oleh
adanya gen R dan C bersama, sedangkan warna krem disebabkan oleh
rr dan C. Apabila terdapat gen cc, akan dihasilkan warna albino.
Perhatikan diagram berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Persilangan antartikus berwarna hitam homozigot dengan tikus
berwarna albino menghasilkan generasi pertama F1 tikus berwarna
hitam semua. Berdasarkan hasil persilangan kedua, ternyata dihasilkan
rasio fenotip 9 hitam : 3 krem : 4 albino.
Kita dapat melihat, adanya gen resesif cc menyebabkan semua
warna rambut tikus albino. Adapun kombinansi gen dominan
menyebabkan warna hitam. Hadirnya gen dominan C menyebabkan
warna rambut tikus krem.
e. Komplementer
Salah satu tipe interaksi gen-gen pada organisme adalah saling
mendukung munculnya suatu fenotip atau sifat. W. Bateson dan R.C.
Punnet yang bekerja pada bunga Lathyrus adoratus menemukan
kenyataan ini. Mereka melakukan persilangan sesama bunga putih dan
menghasilkan keturunan F2 bunga berwana ungu seluruhnya. Pada
persilangan bunga- bunga berwarna ungu F2, ternyata dihasilkan bunga
dengan warna putih dalam jumlah yang banyak dan berbeda dengan
perkiraan sebelumnya, baik hukum Mendel atau sifat kriptomeri.
Penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh keduanya
mengungkapkan ada dua gen yang berinteraksi memengaruhi warna
bunga, yakni gen yang mengontrol munculnya bahan pigmen (C) dan
gen yang mengaktifkan bahan tersebut (P). Jika keduanya tidak hadir
bersamaan, tentu tidak saling melengkapi antara sifat satu dengan yang
lainnya dan menghasilkan bunga dengan warna putih (tidak berpigmen).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Apabila tidak ada bahan pigmen, tentu tidak akan muncul warna,
meskipun ada bahan pengaktif pigmennya. Begitupun sebaliknya,
apabila tidak ada pengaktif pigmen maka pigmen yang telah ada tidak
akan dimunculkan dan tetap menghasilkan bunga tanpa pigmen
(berwarna putih). Persilangan yang dilakukan oleh Bateson dan Punnet
dapat diamati pada diagram berikut ini.
Sifat yang dihasilkan oleh interaksi gen yang saling melengkapi
dan bekerja sama ini dinamakan dengan komplementer. Ketidakhadiran
sifat dominan pada suatu pasangan gen tidak akan memunculkan sifat
fenotip dan hanya akan muncul apabila hadir bersama-sama dalam
pasangan gen dominannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 5
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK I
Pola Pewarisan Sifat pada Hukum Mendel
Nama Kelompok:
1……………………
2……………………
3……………………
4……………………
1. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan aplikasi Hukum Mendel I dalam persilangan
monohibrid dengan benar
2. Siswa dapat menjelaskan aplikasi Hukum Mendel I dalam persilangan
dihibrid dengan benar
2. Alat dan Bahan
1. Persilangan Monohibrid
- Toples (2 buah)
- 5 Pasang kancing berwarna merah
- 5 Pasang kancing berwarna putih
2. Persilangan Dihibrid
- Toples (4 buah)
- 5 Pasang kancing berwarna merah
- 5 Pasang kancing berwarna putih
- 5 Pasang kancing berwarna hijau
- 5 Pasang kancing berwarna kuning
3. Cara Kerja
Persilangan Monohibrid
1. Pada masing- masing toples masukkan 5 kancing berwarna merah dan 5
kancing berwarna putih. Dua toples tersebut mewakili dua individu pada
generasi F1 pada percobaan, kancing berwarna merah mewakili gen
dominan (M) dan kancing berwarna putih mewakili gen resesif (m).
2. Kocok masing- masing stoples hingga semua kancing tercampur.
3. Masukkan satu tangan ke dalam satu toples dan tangan satunya ke toples
lain. Ambil kancing tersebut secara bersamaan dan acak (jangan memilih
waktu mengambil). Letakkan kedua kancing tersebut di atas meja (kancing
mewakili zigot). Catat hasilnya apakah kombinasi kancing berupa merah-
merah, merah-putih, atau putih-putih.
4. Ulangi proses ini sebanyak 10 kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Persilangan Dihibrid
1. Pada tiap toples masukkan:
- Toples 1: 5 kancing berwarna merah dan 5 kancing berwarna putih
- Toples 2: 5 kancing berwarna merah dan 5 kancing berwarna putih
- Toples 3: 5 kancing berwarna hijau dan 5 kancing berwarna kuning
- Toples 4: 5 kancing berwarna hijau dan 5 kancing berwarna kuning
2. Toples 1 sampai 4 mewakili dua individu yang memiliki dua sifat beda pada
generasi F1 pada percobaan, kancing berwarna merah mewakili gen
dominan (M), kancing berwarna putih mewakili gen resesif (m) serta
kancing berwarna hijau mewakili gen dominan (H), kancing berwarna
kuning mewakili gen resesif (h)
3. Kocok masing- masing stoples hingga semua kancing tercampur.
4. Masukkan satu tangan ke dalam toples 1 dan tangan satunya ke toples 2.
Minta bantuan temanmu untuk melakukan hal yang sama pada toples 3 dan
4. Ambil kancing tersebut secara bersamaan dan acak (jangan memilih
waktu mengambil). Letakkan keempat kancing tersebut di atas meja
(kancing mewakili zigot). Catat hasilnya apakah kombinasi kancing berupa
merah-merah, merah-putih, atau putih-putih.
5. Ulangi proses ini sebanyak 10 kali.
Tabel Hasil Pengamatan
Persilangan Monohibrid
Pengambilan ke- Kancing yang terambil
MM (Merah) Mm (Merah) mm (Putih)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Pertanyaan:
1. Hitunglah frekuensi fenotip dan genotipnya dari 10 kali pengambilan,
bandingkan pula dengan perbandingan menurut Mendel!
2. Buatlah diagram persilangannya!
Jawab:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Persilangan Dihibrid
Pengambilan
ke-
Kancing yang terambil
MMHH MMHh MMhh MmHH MmHh Mmhh mmHH mmHh mmhh
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah:
Pertanyaan:
1. Hitunglah frekuensi fenotip dan genotipnya dari 10 kali pengambilan, bandingkan pula dengan perbandingan menurut Mendel!
2. Buatlah diagram persilangannya!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Jawab:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK II
Pola Pewarisan Sifat pada Hukum Mendel
Nama Kelompok:
1……………………
2……………………
3……………………
4……………………
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat membuktikan salah satu penyimpangan Hukum Mendel:
Kriptomeri
B. Alat dan Bahan
1. Baling- baling genetika
2. Alat tulis
C. Cara Kerja
1. Gunakanlah sepasang baling- baling genetika. Berilah di bagian ujung-
ujung kayu sebuah kode, tandai dengan kertas dan tulis dengan spidol,
kode- kodenya yaitu: AB, Ab, aB, ab
2. Pertemukanlah kedua ujung bagian kayu dengan kode sama (AB bertemu
dengan AB) setelah itu putar secara bersamaan
3. Hentikan secara acak baling- baling tersebut, lalu catat di lembar kerja
yang sudah disediakan
4. Ulangi langkah ketiga sebanyak 95 kali. Pastikan hasil dicatat dengan baik
di atas kertas secara rapi dan tersusun
5. Setelah mendapat hasilnya secara keseluruhan, tentukan perbandingan
genotip dan fenotipnya.
Hasil Pengamatan
Genotip Fenotip Frekuensi Jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Pertanyaan:
1. Berapakah perbandingan fenotip pada F1?
2. Samakah perbandingan tersebut dengan perbandingan yang dikemukakan
Mendel?
Jawab:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 6
KISI- KISI SOAL ULANGAN
Jenjang Pendidikan : SMA Budya Wacana Yogyakarta
Mata Pelajaran : Biologi Peminatan
Kelas/ Semester : XII / I
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Jumlah Soal : 10 soal
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Indikator C1 C2 C3 C4 C5 No
Soal
Kunci
Jawaban
Bentuk
Soal
3.5.1 Mengetahui
konsep dasar
tentang pewarisan
sifat
√ 1 c Pilihan
Ganda
3.5.2 Menganalisis pola
persilangan
monohibrid dan
dihibrid
√ 2 a Pilihan
Ganda
√ 3 d Pilihan
Ganda
√ 6 c Pilihan
Ganda
3.5.3 Menjelaskan
penyimpangan
semu Hukum
Mendel
√ 4 e Pilihan
Ganda
√ 5 c Pilihan
Ganda
√ 9 e Pilihan
Ganda
√ 10 b Pilihan
Ganda
3.5.4 Memecahkan
persoalan terkait
Hukum Mendel
√ 7 c Pilihan
Ganda
√ 8 c Pilihan
Ganda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
KISI- KISI SOAL ULANGAN
Jenjang Pendidikan : SMA Budya Wacana Yogyakarta
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/ Semester : XII / I
Bentuk soal : Uraian
Jumlah soal : 3 soal
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Indikator C1 C2 C3 C4 C5 No
Soal
Kunci
Jawaban
Bentuk
Soal
3.5.1 Mengetahui
konsep dasar
tentang pewarisan
sifat
√ 1 Terlampir Uraian
3.5.5 Menganalisis pola
persilangan
monohibrid dan
dihibrid
√ 2 Terlampir Uraian
4.5.1 Menjelaskan
penyimpangan
semu Hukum
Mendel
√ 3 Terlampir Uraian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Soal Tes Tertulis Pilihan Ganda
SOAL ULANGAN
I. Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda silang (x) pada huruf
A, B, C, D atau E dengan benar!
1. Individu bergenotip AABbccDd merupakan individu dengan jumlah sifat
beda …
a. Monohibrid
b. Dihibrid
c. Trihibrid
d. Tetrahibrid
e. Polihibrid
2. Persilangan ercis bentuk buah bulat dominan galur murni dengan ercis
bentuk buah kisut galur murni akan menghasilkan F1 …
a. Semua bulat
b. Semua kisut
c. ½ keturunannya galur murni
d. ¼ keturunannya galur murni
e. Bulat, kisut = 3:1
3. Apabila rambut lurus adalah sifat resesif, maka dari perkawinan dua
orangtua yang keduanya berambut keriting heterozigotik kemungkinan
anak-anaknya adalah …
a. Semua berambut keriting
b. 25% berambut keriting, 75% berambut lurus
c. 50% berambut keriting, 50% berambut lurus
d. 75% berambut keriting, 25% berambut lurus
e. Semua berambut lurus
4. Peristiwa penyimpangan semu hukum Mendel muncul dalam bentuk …
a. Kriptomeri jika terdapat beberapa pasang gen yang mempengaruhi sifat
yang sama, perbandingan F2 = 15 : 1
b. Polimeri jika ekspresi dua pasang gen dominan saling melengkapi,
perbandingan F2 = 9 : 3 : 4
c. Epistasis hipostasis jika suatu gen dominan ekspresinya bergantung
pada gen dominan lain, perbandingan F2 = 9 : 7
d. Komplementer jika suatu gen dominan ekspresinya menutupi gen
dominan lain, perbandingan F2 = 12 : 3 : 1
e. Atavisme jika ekspresi suatu gen dominan akan dipengaruhi
adanya suatu gen dominan lain, perbandingan F2 = 9 : 3 : 3 : 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
5. Ayam berpial walnut (RrPp) bila disilangkan dengan ayam berpial pea
(rrPP), maka keturunannya yang berpial pea adalah …
a. 100%
b. 75%
c. 50%
d. 25%
e. 0%
6. Tanaman jeruk berukuran besar rasa asam disilangkan dengan tanaman
jeruk berukuran kecil rasa manis. Masing-masing pasangan sifat merupakan
turunan galur murni. Bila ukuran besar dan rasa asam dominan terhadap
ukuran kecil dan rasa manis, maka rumusan genotip yang sesuai untuk
kedua induk adalah …
a. bbAA x BBaa
b. bbAA x bbAA
c. BBAA x bbaa
d. BBAA x bbAa
e. BbAa x BbAa
7. Gandum berbiji hitam disilangkan dengan gandum berbiji kuning, diperoleh
keturunan dengan rasio 2 hitam : 2 kuning. Kemungkinan genotip kedua
parental tersebut adalah …
a. HHKk x hhKk
b. HhKk x hhKk
c. HhKK x hhKk
d. HHKK x hhKk
e. HHKK x hhKK
8. Pada tanaman semangka bentuk buah bulat (B) dominan terhadap buah
lonjong (b) dan warna kulit buah hijau (H) dominan terhadap kulit buah
bergaris-garis. Tanaman semangka bentuk buah bulat warna hijau
heterozigot (BbHh) melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan
keturunan sebanyak 320 batang. Berapa batang keturunan yang berfenotip
bentuk buah bulat kulit bergaris-garis?
a. 20
b. 40
c. 60
d. 120
e. 180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
9. Pada persilangan tanaman dengan sifat kriptomeri antara tanaman
berbunga ungu (AABb) dengan tanaman merah (Aabb), akan
menghasilkan perbandingan keturunan tanaman dengan warna bunga ...
a. Ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4
b. Ungu : merah : putih = 12 : 3 : 1
c. Ungu : merah = 9 : 7
d. Ungu : merah = 15 : 1
e. Ungu : merah = 3 : 1
10. Pada bunga Lathyrus odorotus gen C dan gen P merupakan gen
komplementer. Apabila gen C bertemu gen P akan menghasilkan bunga
warna ungu. Bunga Lathyrus odorotus warna putih (CCpp) disilangkan
dengan bunga warna putih (ccPP), kemudian F1 disilangkan sesamanya
maka akan dihasilkan perbandingan fenotip sebagai berikut ...
a. Ungu : putih = 12 : 4
b. Ungu : putih = 9 : 7
c. Ungu : putih = 1 : 15
d. Ungu : putih = 7 : 9
e. Ungu : putih = 15 : 1
II. Uraian
Jawablah pertanyaan- pertanyaan berikut dengan tepat!
1. Pada tanaman kacang gen B (biji bulat) dominan terhadap gen b (biji kisut).
Jelaskan genotip parental apa yang dapat menghasilkan rasio fenotip kacang
biji bulat : kacang biji kisut = 1 : 1 pada keturunannya …
2. Pada bunga Anthurium majus gen A menentukan adanya
antosinin. A dominan terhadap a. Gen B menentukan sifat basa pada cairan
sel sedangkan alel resesifnya b menentukan cairan sel bukan basa. Jika
bunga Anthurium majus merah (AAbb) disilangkan dengan yang berbunga
putih (aaBB) dan F1 disilangkan dengan sesamanya, tentukan:
a. Gamet F1
b. macam genotip dan fenotip F2
3. Sebut dan jelaskan 6 penyimpangan semu hukum Mendel!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
KUNCI JAWABAN
I. Pilihan Ganda
1. b 6. c
2. a 7. c
3. d 8. c
4. e 9. e
5. c 10. b
II. Uraian
1. Gen B biji bulat
Gen b biji kisut
Agar didapatkan fenotip biji bulat : biji kisut = 1 : 1, maka genotip
parentalnya
Biji bulat (BB) atau (Bb)
Biji kisut (bb)
Jadi terdapat dua kemungkinan persilangan yaitu, BB x bb atau Bb x
bb. Persilangan yang akan menghasilkan perbandingan fenotip 1 : 1
ialah Bb dengan bb
Maka, genotip parentalnya adalah
P Bb x bb
2. Bunga Merah (AAbb) x Bunga Putih (aaBB)
a. Fenotip: Bunga Merah x Bunga Putih
Genotip: AAbb x aaBB
Gamet: Ab aB
F1: AaBb (Bunga Ungu)
Fenotip: Bunga Ungu x Bunga Ungu
Genotip: AaBb x AaBb
Gamet: AB, Ab, aB, ab AB, Ab, aB, ab
b. Diagram Persilangan
♂/♀ AB Ab aB ab
AB AABB
(ungu)
AABb
(ungu)
AaBB
(ungu)
AaBb
(ungu)
Ab AABb
(ungu)
Aabb
(merah)
AaBb
(ungu)
Aabb
(merah)
aB AaBB
(ungu)
Aabb
(ungu)
aaBB
(putih)
aaBb
(putih)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
ab AaBb
(ungu)
Aabb
(merah)
aaBb
(putih)
Aabb
(putih)
3. Penyimpangan Semu Hukum Mendel:
a. Atavisme (Interaksi) : Merupakan interaksi antara dua gen
dominan dan gen resesif seluruhnya akan menghasilkan variasi
fenotip baru.
Rasio fenotip = 9 : 3 : 3 :1
b. Kriptomeri : Gen dengan sifat dominan yang hanya akan muncul
jika hadir bersama dengan gen dominan lainnya.
Rasio fenotip = 9 : 3 : 4
c. Polimeri : Merupakan peristiwa yang melibatkan beberapa gen
yang berada di dalam lokus berbeda namun memengaruhi satu sifat
yang sama.
d. Epistasis : Merupakan sifat yang menutupi dalam interaksi
beberapa gen.
e. Hipostasis : Merupakan sifat yang ditutupi dalam interaksi
beberapa gen.
f. Komplementer : Merupakan sifat yang dihasilkan oleh interaksi
gen yang saling melengkapi dan bekerja sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Rubrik Penilaian Kognitif
No. Jawaban Skor Aspek yang Dinilai
1. Gen B biji bulat
Gen b biji kisut
Agar didapatkan fenotip biji bulat :
biji kisut = 1 : 1, maka genotip
parentalnya
Biji bulat (BB) atau (Bb)
Biji kisut (bb)
Jadi terdapat dua kemungkinan
persilangan yaitu, BB x bb atau Bb
x bb. Persilangan yang akan
menghasilkan perbandingan
fenotip 1 : 1 ialah Bb dengan bb
Maka, genotip parentalnya adalah
P : Bb x bb
10 Siswa mampu menjawab
dengan tepat
5 Siswa menjawab kurang
benar
0 Siswa tidak memberikan
jawaban
2. F1 : AaBb (Bunga Ungu)
Gamet : AB, Ab, aB, ab
5 Siswa mampu menjawab
dengan tepat
2 Siswa menjawab kurang
benar
0 Siswa tidak memberikan
jawaban
AABB : ungu
AABb : ungu
AaBB : ungu
AaBb : ungu
AAbb : merah
Aabb : merah
aaBB : putih
aaBb : putih
aabb : putih
15 Siswa mampu menjawab
dengan tepat
8 Siswa menjawab kurang
benar
0 Siswa tidak memberikan
jawaban
3. Penyimpangan Semu Hukum
Mendel:
a. Atavisme (Interaksi) :
Merupakan interaksi antara
dua gen dominan dan gen
resesif seluruhnya akan
menghasilkan variasi
fenotip baru. Rasio fenotip
= 9 : 3 : 3 :1
b. Kriptomeri : Gen dengan
sifat dominan yang hanya
akan muncul jika hadir
bersama dengan gen
30 Siswa mampu menjawab 6
macam penyimpangan
semu hukum Mendel
dengan tepat dan lengkap.
(setiap penyimpangan
benar poin 5)
18 Siswa mampu menjawab 6
macam penyimpangan
semu hukum Mendel
dengan benar namun
kurang tepat dan lengkap
(setiap penyimpangan poin
3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dominan lainnya. Rasio
fenotip = 9 : 3 : 4
c. Polimeri : Merupakan
peristiwa yang melibatkan
beberapa gen yang berada
di dalam lokus berbeda
namun memengaruhi satu
sifat yang sama.
d. Epistasis : Merupakan sifat
yang menutupi dalam
interaksi beberapa gen.
e. Hipostasis : Merupakan
sifat yang ditutupi dalam
interaksi beberapa gen.
f. Komplementer :
Merupakan sifat yang
dihasilkan oleh interaksi
gen yang saling
melengkapi dan bekerja
sama.
6 Siswa hanya menyebutkan
penyimpangan semu
hukum Mendel (setiap
jawaban poin 1)
0 Siswa tidak memberikan
jawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PENILAIAN TES
No. Nama Siswa
Butir Soal
Jumlah
Skor
Nilai
Siswa
Pilihan Ganda Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3
Skor
1. Siswa A
2. Siswa B
3. Siswa C
4. ……
5.
dst
Jumlah skor maksimum = 100
Nilai = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 x 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
PENILAIAN AFEKTIF
Pengamatan Perilaku/ Sikap Ilmiah
Materi :
Kelas/ Semester : XII/I
Lembar Penilaian/ Sikap Ilmiah
No. Nama Siswa Aspek yang Dinilai Jumlah
Skor Nilai
1 2 3 4 5
1. Siswa A
2. Siswa B
3. Siswa C
4. ……
5.
Dst
Rubrik Penilaian Perilaku/ Sikap Ilmiah
No. Aspek yang Dinilai 1 2 3 Keterangan
1. Jujur
2. Disiplin
3. Tanggung Jawab
4. Kerjasama
5. Santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Rubrik Penilaian Perilaku/ Sikap Ilmiah
No Aspek yag
Dinilai Kategori Penilaian Skor
1.
Jujur Tidak menyontek dalam mengerjakan tugas,
melaporkan data atau informasi apa adanya, dan
mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki
3
Jika hanya 2 aspek yang tercapai 2
Jika hanya 1 aspek yang tercapai 1
2. Disiplin Mengikuti praktikum sesuai dengan langkah yang
ditetapkan, memakai seragam sesuai tata tertib, dan
mengumpulkan tugas tepat waktu
3
Jika hanya 2 aspek yang tercapai 2
Jika hanya 1 aspek yang tercapai 1
3. Tanggung
Jawab
Melaksanakan tugas individu/ kelompok dengan
baik, mengembalikan barang yang dipinjam, dan
meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan
3
Jika hanya 2 aspek yang tercapai 2
Jika hanya 1 aspek yang tercapai 1
4. Kerjasama Aktif dalam kerja kelompok, suka menolong teman/
orang lain, dan bersedia melakukan tugas sesuai
kesepakatan
3
Jika hanya 2 aspek yang tercapai 2
Jika hanya 1 aspek yang tercapai 1
5. Santun Menggunakan bahasa santun saat menyampaikan
pendapat dalam diskusi kelompok, memperlakukan
orang lain sebagaimana diri sendiri ingin
diperlakukan, dan tidak menyela pembicaraan pada
waktu yang tidak tepat
3
Jika hanya 2 aspek yang tercapai 2
Jika hanya 1 aspek yang tercapai 1
Keterangan:
Jumlah skor maksimum = 15
Nilai yang dicapai :
Nilai = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 x 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Kriteria nilai :
76 100 = A
51 75 = B
26 50 = C
1 25 = D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
LEMBAR OBSERVASI PSIKOMOTORIK
Lembar Penilaian Observasi Presentasi
No. Nama Siswa Aspek yang Dinilai Jumlah
Skor Nilai
1 2 3
1. Siswa A
2. Siswa B
3. Siswa C
4. ……
5.
dst
Lembar pengamatan Observasi
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Kemampuan
1 2 3
1. Keterampilan berkomunikasi dalam
menjelaskan hasil diskusi kelompok
2. Kecakapan dalam menganalisis hasil
diskusi (perluasan materi) saat presentasi
berlangsung
3. Kemampuan dalam menjawab pertanyaan
Jumlah:
Rubrik Penilaian Presentasi
No. Aspek yang Dinilai Kategori Penilaian Skor
1. Keterampilan
berkomunikasi dalam
menjelaskan hasil
diskusi kelompok
Menjelaskan dengan benar, jelas, dan
tidak sekedar membaca slide 3
Jika hanya 2 aspek yang tercapai 2
Jika hanya 1 aspek yang tercapai 1
2. Kecakapan dalam
menganalisis hasil
diskusi (perluasan
materi) saat presentasi
berlangsung
Cepat, tepat dan mampu memecahkan
masalah sesuai dengan konteks
permasalahan
3
Jika hanya 2 aspek yang tercapai 2
Jika hanya 1 aspek yang tercapai 1
3. Kemampuan dalam
menjawab pertanyaan
Menjawab pertanyaan dengan baik,
yakin, tegas dengan berdiskusi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
bersama teman kelompok terlebih
dahulu
Jika hanya 2 aspek yang tercapai 2
Jika hanya 1 aspek yang tercapai 1
Keterangan:
Jumlah skor maksimum = 9
Nilai yang dicapai :
Nilai = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 x 100
Kriteria nilai :
76 100 = A
51 75 = B
26 50 = C
1 25 = D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI