analisis hambatan partisipasi anggota …digilib.unila.ac.id/28576/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
ANALISIS HAMBATAN PARTISIPASI ANGGOTA PERKUMPULAN
PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DALAM KEGIATAN
PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI
(Studi di Kampung Sritejokencono Kecamatan Kotagajah
Kabupaten Lampung Tengah)
(Skripsi)
Oleh
BAGUS PRAYOGI W
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ii
ANALYSIS OF PARTICIPATION OBLIGATIONS MEMBERSHIP
FARMERS WATER USERS (P3A) IN ACTIVITIES
MANAGEMENT OF IRRIGATION NETWORKS
(Study in Kampung Sritejokencono Kotagajah District
Regency of Central Lampung)
By
Bagus Prayogi Wahid
NPM 1216011021
ABSTRACT
This study aims to identify and explain the obstacles of participation of
P3A farmers in irrigation network management activities in Kampung
Sritejokencono Kotagajah District in terms of participation and inhibiting factors
of participation.
This research is a qualitative descriptive research. The location of research
is Kampung Sritejokencono Kotagajah District. The research period starts from
August 2016 until August 2017. The research informant is a member of P3A
consisting of farmer owner, patani tiller, and farm laborer. Data collection
techniques with in-depth interviews, obsrvation, documentation and literature
study. Test the validity of data with triangulation of sources and techniques. The
technique used to analyze the data that is descriptive qualitative with steps
include: data collection, data reduction, presentation of data in the form of
narrative then drawing conclusions.
The results of this research are: 1. Form of participation in irrigation
network management activities in Kampung Sritejokencono namely: (a) money
participation (property) (b) participation of personnel (c) skills participation
(skill). 2. Inhibiting factors of farmer participation in the management of irrigation
networks in Kampung Sritejokencono namely: (a) internal barriers include: the
age of young and too old farmers are not very actively participate, gender affects
the participation rate, especially women who are considered less able to provide
support in form of manpower, other work is considered more important than
participating in the management of irrigation networks. (b) external factors
include: poverty makes farmers lazy to participate, unsuitable village bureaucracy
makes farmers less active in mutual assistance activities, less public awareness to
cooperate.
Keywords: Form of participation, Participation barriers, Irrigation Network
Management
iii
ANALISIS HAMBATAN PARTISIPASI ANGGOTA PERKUMPULAN
PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DALAM KEGIATAN
PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI
(Studi di Kampung Sritejokencono Kecamatan Kotagajah
Kabupaten Lampung Tengah)
Oleh
Bagus Prayogi Wahid
NPM 1216011021
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan hambatan
partisipasi petani anggota P3A dalam kegiatan pengelolaan jaringan irigasi di
Kampung Sritejokencono Kecamatan Kotagajah ditinjau dari bentuk partisipasi
serta faktor penghambat partisipasi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Adapun lokasi
penelitian adalah Kampung Sritejokencono Kecamatan Kotagajah. Waktu
penelitian dimulai dari Bulan Agustus 2016 sampai Bulan Agustus 2017.
Informan penelitian merupakan anggota P3A yang terdiri dari petani pemilik,
patani penggarap, dan buruh tani. Teknik pengumpulan data dengan wawancara
mendalam, obsrvasi, dokumentasi dan studi pustaka. Uji keabsahan data dengan
triangulasi sumber dan teknik. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data
yakni deskriptif kualitatif dengan langkah meliputi: pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data dalam bentuk naratif kemudian penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini adalah: 1. Bentuk partisipasi dalam kegiatan
pengelolaan jaringan irigasi di Kampung Sritejokencono yakni: (a) partisipasi
uang (harta benda) (b) partisipasi tenaga (c) partisipasi keterampilan (skill). 2.
Faktor penghambat partisipasi petani dalam pengelolaan jaringan irigasi di
Kampung Sritejokencono yakni: (a) hambatan internal meliputi: usia petani yang
masih muda dan terlalu tua tidak terlalu aktif berpartisipasi, jenis kelamin
mempengaruhi tingkat partisipasi, terutama wanita yang dinilai kurang mampu
memberikan dukungan dalam bentuk tenaga, pekerjaan lain dianggap lebih
penting daripada ikut berpartisipasi dalam pengelolaan jaringan irigasi. (b) faktor
eksternal meliputi: kemiskinan membuat petani malas untuk ikut berpartisipasi,
birokrasi kampung yang tidak sesuai membuat petani kurang aktif dalam kegiatan
gotong-royong, kesadaran masyarakat yang berkurang untuk bergotong-royong.
Kata kunci: Bentuk partisipasi, Hambatan partisipasi, Pengelolaan Jaringan
Irigasi
iv
ANALISIS HAMBATAN PARTISIPASI ANGGOTA PERKUMPULAN
PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DALAM KEGIATAN
PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI
(Studi di Kampung Sritejokencono Kecamatan Kotagajah
Kabupaten Lampung Tengah)
Oleh
BAGUS PRAYOGI W
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SOSIOLOGI
Pada
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Bagus Prayogi Wahid.
Lahir di Kotagajah Lampung Tengah, pada
tanggal 02 Agustus 1993. Penulis merupakan anak
pertama, dari pasangan Bapak Suyatno dan Ibu
Srinarsih. Penulis berkebangsaan Indonesia dan
beragama Islam. Kini penulis beralamat di Perum.
Villa Mutiara Jln. Bumi manti Kampung Baru
Kedaton Bandar Lampung.
Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis :
1. TK Pertiwi Sritejokencono Kotagajah Lampung Tengah yang diselesaikan
pada tahun 2000.
2. SDN 2 Sritejokencono Kotagajah Lampung Tengah yang diselesaikan pada
tahun 2006.
3. SMPN 1 Kotagajah Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2009.
4. SMA Negeri Kotagajah Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2012.
Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi melalui jalur Ujian
Mandiri. Pada tahun 2012 penulis mengikuti organisisi Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ) Sosiologi Unila dan Organisasi Cendekia Fisip Unila sebagai
anggota. Di tahun 2014 penulis menjabat sabagai Kabid Pengabdian Masyarakat
ix
HMJ Sosiologi Unila periode 2014/2015. Pada Januari 2015 penulis melakukan
Kuliah Kerja Nyata di Kampung Sukobinangun, Kecamatan Way Seputih,
Kabupaten Lampung Tengah. Pada semester akhir tahun 2017 penulis telah
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS HAMBATAN PARTISIPASI
ANGGOTA PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DALAM
KEGIATAN PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI (Studi di Kampung
Sritejokencono Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah)” .
x
MOTTO
Jangan segan untuk mengulurkan tangan dan jangan juga segan untuk menjabat
tangan orang lain yang datang.
~ Pope John XXIII~
Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan selama ada komitmen bersama
untuk menyelesaikannya
~ Penulis ~
xi
PERSEMBAHAN
Atas limpahan Rahmat dan Karunia Allah Subhanahuwata’ala saya
persembahkan karya tulis ini kepada:
1. Bapak Suyatno, Ibu Srinarsih, serta Adikku Nurul Aprilia Amanah.
Keluarga tercinta yang selalu memberi dukungan dalam semua wujud
dan doa.
2. Almamater Universitas Lampung, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Jurusan Sosiologi.
3. Agama, Nusa dan Bangsa.
xii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Hambatan Partisipasi Anggota Perkumpulan Petani Pemakai
Air (P3a) dalam Kegiatan Pengelolaan Jaringan Irigasi (Studi di Kampung
Sritejokencono Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah)” dengan
lancar.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, saran, doa, dan motivasi
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Syarief Makhya, M.S.i selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung yang telah memberikan fasilitas dan
kemudahan selama penulis menuntut ilmu
2. Ikram, M.S.i selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIPOL UNILA yang telah
memberikan kesempatan serta dukungan dalam penyelesaian tugas akhir
skripsi
3. Dewi Ayu Hidayati, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
selalu bersedia membimbing dan mengarahkan penulis
4. Bapak Drs. I Gede Sidemen, M.Si selaku Dosen Pembahas Skripsi yang
telah bersedia membahas dan mengarahkan penulis
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Sosiologi FISIPOL UNILA yang telah
mendidik dan memberikan ilmunya
6. Budi Inwardoyo selaku Kepala Kampung Sritejokencono dan semua
aparatur Kampung atas bantuan dan kerjasamanya
7. Keluargaku tercinta, Bapak Suyatno, Ibu Srinarsih, Adikku Nurul Aprilia
Amanah serta Mbahku Hadi Wiyono dan Sukati. Keluarga tercinta yang
selalu memberi dukungan dalam semua wujud dan doa
8. Temanku Iwan Panji Winata, Nurhidayat, Bryan Eko F, Dhimitri Putra
Budiangga, Sandy Prasetyo, Hendra Kusuma Putra untuk jasa-jasanya
xiii
9. Teman Kos Villa Mutiara Hanif Irfan F dkk yang sudah bersama-sama
seperti keluarga kedua
10. Teman-teman Jurusan Sosiologi Angkatan 2012 yang sudah bersama-
sama menempuh pendidikan selama ini
11. Anggota KKN Sukobinangun Tahun 2015 yang berhasil menjadi salah
satu sisi kenangan tak terlupakan
12. Teman Komunitas Badminton Keramat (KBK) yang selalu memberi
semangat olahraga bersama selama di Kota Bandar Lampung
13. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Aamiin.
Bandar Lampung, 29 Juli 2017
Penulis
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
COVER DALAM .......................................................................................... iv
PERSETUJUAN ............................................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... viii
MOTTO .......................................................................................................... x
PERSEMBAHAN ........................................................................................... xi
KATA PENGANTAR .................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Petani P3A ............................................................... 10
1. Pengertian Petani ............................................................................ 10
2. Pengertian Petani Penggarap .......................................................... 11
3. Pengertian Petani Pemilik .............................................................. 12
4. Pengertian Buruh Tani atau Petani Kecil ....................................... 12
5. Pengertian Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A ........................ 12
xv
B. Tinjauan tentang Pengelolaan Jaringan Irigasi .................................... 13
1. Jaringan Irigasi ............................................................................... 13
2. Pengelolaan Jaringan Irigasi .......................................................... 14
C. Tinjauan tentang Partisipasi Masyarakat ............................................. 16
1. Pengertian Partisipasi Masyarakat ................................................. 16
2. Bentuk dan Tipe Partisipasi ........................................................... 17
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi ............................... 22
4. Hambatan Partisipasi Masyarakat dalam
Pengelolaan Jaringan Irigasi .......................................................... 25
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 26
E. Bagan Kerangka Pemikiran.................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ..................................................................................... 31
B. Fokus Penelitian ................................................................................... 31
C. Lokasi Penelitian .................................................................................. 32
D. Teknik Penentuan Informan ................................................................. 33
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 34
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 39
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kampung Sritejokencono ........................................................ 42
B. Bidang Pemerintahan ........................................................................... 43
1. Umum ............................................................................................. 43
2. Pertanahan ...................................................................................... 44
3. Kependudukan................................................................................ 46
4. Perangkat Kampung/Kelurahan ..................................................... 49
5. Lembaga Kemasyarakatan ............................................................. 50
6. Pelayanan Masyarakatan ................................................................ 50
7. Pajak/Retribusi ............................................................................... 50
8. Dewan Perwakilan Kampung (DPK) ............................................. 51
9. Peraturan Kampung ........................................................................ 51
xvi
10. Keputusan Kepala Kampung/Kepala Kelurahan ........................... 51
11. Keuangan dan Sumber-sumber Pendapatan Kampung .................. 52
12. Keamanan Kampung/Kelurahan .................................................... 52
13. Survey dan Penelitian ..................................................................... 53
C. Bidang Pembangunan........................................................................... 54
1. Agama ............................................................................................ 54
2. Pendidikan ...................................................................................... 54
3. Sarana Olaah Raga/Kesenian/Kebudayaan .................................... 54
4. Prasarana Perhubungan .................................................................. 55
5. Industri ........................................................................................... 55
6. Pengairan ........................................................................................ 55
7. Pertanian ......................................................................................... 56
8. Pertamanan dan Lingkungan Hidup ............................................... 56
9. Perikanan ........................................................................................ 56
10. Peternakan ...................................................................................... 57
11. Perdagangan/Jasa ........................................................................... 57
12. Perkoperasian ................................................................................. 67
D. BIDANG KEMASYARAKATAN ...................................................... 58
1. Keagamaan ..................................................................................... 58
2. Kesehatan ....................................................................................... 58
3. Olah Raga ....................................................................................... 59
4. Organisasi Sosial ............................................................................ 60
E. SEJARAH SINGKAT P3A TIRTAKENCANA ................................. 60
F. PERMASALAHAN DAN POTENSI KAMPUNG ............................ 62
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Informan ......................................................................... 63
B. Latar Belakang Informan ..................................................................... 64
C. Bentuk Partisipasi Petani P3A dalam Kegiatan Pengelolaan
Jaringan Irigasi Kampung Sritejokencono ........................................... 68
D. Analisis Hambatan Partisipasi Petani dalam Kegiatan
Pengelolaan Jaringan Irigasi ................................................................. 83
xvii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN .................................................................................... 98
B. SARAN ................................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pemikiran tentang Bentuk Partisipasi ........................................................ 19
2. Tipe Partisipasi ........................................................................................... 20
3. Daftar Informan .......................................................................................... 35
4. Orbitrasi (jarak dari Pusat Pemerintah Kampung/Kelurahan ..................... 44
5. Status Tanah Kampung Sritejokencono ..................................................... 44
6. Tanah Peruntukan....................................................................................... 44
7. Tanah Penggunaan ..................................................................................... 45
8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, KK, dan Kewarganegaraan ... 46
9. Jumlah Penduduk Menurut Agama ............................................................ 46
10. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia .............................................. 47
11. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........................................ 47
12. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ........................................... 48
13. Jumlah Penduduk Menurut Mobilitas/Mutasi Penduduk ........................... 49
14. Jumlah Perangkat Kampung ...................................................................... 49
15. Jumlah Lembaga Kemasyarakatan ............................................................. 50
16. Pelayanan Masyarakat ................................................................................ 50
17. Jumlah Pajak Retribusi ............................................................................... 50
18. Jumlah Dewan Perwakilan Kampung ........................................................ 51
19. Jumlah Peraturan Kampung. ...................................................................... 51
20. Jumlah Keputusan Kepala Kampung ......................................................... 51
21. Jumlah Keuangana dan Sumber Pendapatan Kampung ............................. 52
22. Jumlah Keamanan Kampung ..................................................................... 52
23. Jumlah Survey dan Penelitian. ................................................................... 53
24. Jumlah Sarana Peribadatan ........................................................................ 54
25. Sarana Pendidikan Umum .......................................................................... 54
26. Sarana Olah raga. ....................................................................................... 54
27. Prasarana Perhubungan .............................................................................. 55
xix
28. Industri ....................................................................................................... 55
29. Pengairan .................................................................................................... 55
30. Pertanian ..................................................................................................... 56
31. Kebersihan.................................................................................................. 56
32. Perikanan .................................................................................................... 56
33. Peternakan .................................................................................................. 57
34. Perdagangan/Jasa ....................................................................................... 57
35. Perkoperasian ............................................................................................. 57
36. Keagamaan ................................................................................................. 58
37. Kesehatan ................................................................................................... 58
38. Olahraga ..................................................................................................... 59
39. Organisasi Sosial ........................................................................................ 60
40. Bangunan Jaringan Irigasi .......................................................................... 61
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Pemikiran........................................................................ 30
2. Bagan Struktur Organisasi P3A Tirtakencana Kampung Sritejokencono
Kec. Kotagajah Kab. Lampung Tengah ..................................................... 61
3. Kondisi sawah kekeringan kekurangan air di Kampung Sritejokencono .. 73
4. Kondisi bak pembagian air jaringan irigasi yang dipenuhi sampah dan
rerumputan yang sangat memprihatinkan .................................................. 76
5. Kondisi jaringan Irigasi tersier yang seluruh badan salurannya dipenuhi
rerumputan yang seharusnya dibersihkan secara berkala .......................... 78
6. Kondisi jaringan irigasi tersier yang sudah direhabilitasi namun
kondisinya sangat kotor dan tidak terawat di Kampung Sritejoikencono .. 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada dasarnya bertujuan untuk
mencapai masyarakat yang makmur dan sejahtera, karena kesejahteraan adalah
keinginan yang diharapkan oleh semua lapisan masyarakat. Pembangunan tidak
akan pernah mencapai tujuannya jika meninggalkan masyarakat untuk ikut
berperan aktif di dalamnya. Karena masyarakat yang aktif dapat mempercepat
proses dan tercapainya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.
Pembangunan akan dinilai berhasil jika pembagunan tersebut membawa revolusi
kesejahteraan dalam masyarakat, sehingga proses pembagunan merupakan proses
tawar menawar antara kebutuhan masyarakat dengan keinginan pemerintah yang
nantinya diupayakan sebagai tujuan bersama. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
pembagunan, partisipasi masyarakat merupakan hal yang sangat mempengaruhi
keberhasilan proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah yang hanya sepihak saja tidak akan mendapatkan hasil yang sesuai
seperti apa yang diharapkan.
Menurut Gusman (2015), saat ini di beberapa wilayah Indonesia masih belum
dapat merasakan pembangunan yang merata. Permasalahan pembangunan daerah
yang tidak merata tersebut saat ini menjadi tantangan Pemerintah dan bangsa
Indonesia. Pembangunan harus terjadi di seluruh wilayah Indonesia, dan dapat
2
dinikmati oleh semua masyarakat Indonesia, tidak terfokus pada satu wilayah
tertentu saja. Untuk dapat menciptakan percepatan pembangunan yang merata,
dibutuhkan partisipasi dari semua pihak, tidak hanya mengandalkan pemerintah
pusat saja melalui APBN, tetapi juga keaktifan dari pemerintah daerah dan
masyarakat.
Gusman (2015) juga mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat harus lebih
banyak dilibatkan untuk membangun infrastruktur di daerah, seperti kerjasama
antara pemerintah daerah dengan perusahaan swasta sebagai investor untuk
pembangunan infrastruktur daerah. Tantangan bangsa kita ini adalah bagaimana
merajut kebersamaan, membangun persatuan antar masyarakat, saling
mempercayai satu sama lain, jangan saling meniadakan, sehingga energi positif
ini akan sangat penting untuk mendorong pembangunan dalam segala sektor.
Untuk menciptakan pembangunan yang merata maka pembangunan di daerah
pedesaan adalah solusinya, agar tidak terjadi ketimpangan antara pembangunan
yang ada di desa dengan yang di kota. Dalam pelaksanaan pembagunan pedesaan,
pemerintah haruslah mendasarkan pada pentidakuan akan peranan penting yang
dimainkan oleh pedesaan sejak dahulu. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa
desa mempunyai makna yang strategis bagi setiap pertumbuhan.
Seperti halnya yang dikemukakan oleh Kartasasmita (2001:66) bahwa hakekat
pembangunan nasional adalah manusia itu sendiri yang merupakan titik pusat dari
segala upaya pembangunan dan yang akan dibangun adalah kemampuan dan
3
kekuatannya sebagai pelaksana dan penggerak pembangunan. Pada hakekatnya
pembangunan desa dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah terutama
dalam memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan pembinaan, dan pengawasan
agar dapat ditingkatkan kemampuan masyarakat dalam usaha menaikkan taraf
hidup dan kesejahteraannya.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Soetrisno (1995) yang memberikan dua
macam definisi tentang partisipasi rakyat (masyarakat) dalam pembangunan,
yaitu: Pertama, partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat
terhadap rencana/proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya
oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam definisi ini
diukur dengan kemauan rakyat untuk ikut bertanggungjawab dalam pembiayaan
pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan proyek
pembangunan pemerintah.
Kedua, partisipasi rakyat merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan
rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan
hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat
tidak hanya diukur dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya
pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan
arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka.
Selanjutnya berdasarkan Permendagri No 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan
Pembangunan Desa, pembangunan di desa merupakan model pembangunan
4
partisipatif yaitu sistem pengelolaan pembangunan di desa secara musyawarah
mufakat dan gotongroyong yang merupakan cara hidup masyarakat yang telah
lama berakar di wilayah Indonesia. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5
Permendagri Nomor 66 tahun 2007, karakteristik pembangunan partisipatif
diantaranya direncanakan dengan pemberdayaan dan partisipatif. Pemberdayaan
yaitu upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, sedangkan partisipatif yaitu
keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses
pembangunan.
Di masyarakat desa/kampung, partisipasi masyarakat dalam pembangunan sering
disebut dengan gotongroyong atau ada lagi yang menyebut sebagai gugur gunung
(pada masyarakat suku jawa). Karena mayoritas mata pencaharian masyarakat
desa/kampung adalah petani, kegiatan partisipatif yang sering dilakukan
masyarakat desa adalah pengelolaan jaringan irigasi, seperti pembersihan dan
pemeliharaan saluran irigasi, terutama ketika musim tanam padi akan segera tiba.
Menurut Badan Litbang Kementerian PUPR (2015), pengelolaan irigasi
merupakan salah satu sektor pendukung utama bagi keberhasilan pembangunan
pertanian, terutama dalam rangka meningkatkan produksi pangan khususnya
beras. Diharapkan dengan meningkatnya produksi pangan tersebut maka
kesejahteraan masyarakat petani akan meningkat. Namun dalam
perkembangannya kinerja pengelolaan irigasi kurang berjalan dengan baik dan
tidak maksimal, seperti kegiatan perawatan, perbaikan atau pemeliharaan jaringan
5
irigasi yang tertunda (divert maintenance), dan kerusakan saluran irigasi yang
disebabkan ulah manusia dan bencana alam. Hal-hal tersebut menyebabkan
jaringan irigasi tidak berfungsi dengan baik.
Faktor-faktor yang menyebabkan pengelolaan jaringan irigasi tidak berjalan
dengan baik antara alin adalah kurang maksimalnya partisipasi dari masyarakat
sekitar dan kurangnya ketersediaan dana untuk perawatan serta pemeliharaan
jaringan irigasi. Peran serta masyarakat sangatlah diperlukan untuk menunjang
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Kedua belah pihak harus bisa
berkolaborasi untuk mewujudkan pembangunan yang lebih baik lagi.
Badan Litbang Kementerian PUPR (2015) juga menambahkan bahwa saat ini
ketersedian dana operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi hanya mencapai
kurang dari 50% kebutuhan, sehingga banyak jaringan irigasi menjadi tidak
terpelihara dan memberikan konsekuensi yang lebih mahal karena jaringan irigasi
tersebut harus direhabilitasi. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) diharapkan
dapat lebih berperan dalam pengelolaan jaringan irigasi untuk mengatasi masalah
pemeliharaan tersebut. Peran P3A yang ada sekarang masih terbatas dan belum
mengarah kepada peningkatan fungsi dan peran dalam pengembangan dan
pengelolaan irigasi.
Sementara itu Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (dalam Suryowati,2014)
menegaskan pentingnya rehabilitasi jaringan irigasi untuk mencapai target
swasembada padi pada 2017 mendatang. Sebab, kondisi irigasi saat ini mengalami
6
kerusakan rata-rata mencapai 52 persen, atau sekitar 3,3 juta hektar lahan dari
total 7,3 juta hektar lahan.
"Kami telah cek di lapangan, di 18 provinsi (60 kabupaten). Bahkan
kerusakan irigasi di Sumatera Utara mencapai 80 persen, dan di Aceh 60
persen. Rata-rata kerusakan irigasi di seluruh Sumatera mencapai 50
persen. Ini yang menyebabkan produksi padi kita turun," kata Amran
dalam rapat Badan Anggaran DPR-RI.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman juga mengatakan bahwa kerusakan
irigasi tersebut berkontribusi terhadap penurunan produksi padi hingga 4,5 juta
ton per tahun. Irigasi tersebut mengalami kerusakan karena tidak dilakukan
rehabilitasi selama 20 bahkan hingga 30 tahun lamanya (Suryowati, 2014).
Kampung Sritejokencono Kecamatan Kotagjah Kabupaten Lampung Tengah yang
merupakan tempat penelitian ini mayoritas penduduknya berprofesi sebagai
petani, petani baik itu petani pemilik, petani penggarap, maupun buruh tani. Data
monografi Kampung Sritejokencono Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung
Tengah pada tahun 2015 menyebutkan bahwa dari jumlah keseluruhan warga
4.272 jiwa 3.340 jiwa bekerja sebagai petani baik itu petani pemilik, petani
penggarap, maupun buruh tani.
Petani Kampung Sritejokencono mayoritas bekerja sebagai petani padi dan
jagung, namun tidak semua petani memiliki tanah atau lahan garapan. Ada petani
penggarap dan ada juga petani pemilik yang masih bekerja lagi sebagai buruh tani.
Petani penggarap adalah mereka yang dipercaya oleh petani pemilik untuk
mengolah lahan garapan karena mereka mempunyai kemampuan lebih untuk
bertani, yang kemudian hasil panen harus dibagi antara petani pemilik lahan
7
dengan petani penggarap itu sendiri sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak
untuk masalah bersaran nilai pembagianya.
Kampung Sritejokencono tahun 2015 memiliki 6 dusun, 32 RT, serta satu
Gapoktan, dan masing-masing dusun memiliki kelompok tani. Selain itu,
Kampung Sritejokencono juga memiliki Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
yang diberi nama Tirtakencana sebagai wadah masyarakat dalam mengelola
jaringan irigasi yang dibutuhkan dalam pertanian.
Suratno salah seorang Kepala Dusun yang merupakan petani pemilik yang
menjadi anggota P3A di Kampung Sritejokencono mengungkapkan bahwa
Kampung Sritejokencono sudah sejak zaman dahulu memiliki lembaga P3A dan
seluruh masyarakat petani desa sudah tergabung di dalamnya sebagai anggota.
Namun pada kenyataanya petani yang tergabung sebagai anggota kurang
menyadari dan kurang berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan jaringan irigasi.
Beliau juga menambahkan bahwa Kampung Sritejokencono hanya memiliki
jaringan irigasi sekunder dan tersier saja, karena letak geografis Kampung
Sritejokencono yang berada dipinggir perbatasan antara kabupaten Lampung
Tengah dan Lampung Timur sehingga tidak dilalui oleh jaringan irigasi primer.
Untuk jaringan irigasi yang ada di Kampung Sritejokencono kondisinya sudah
tidak terawat, khususnya jaringan irigasi tersier yang sering terabaikan seperti
kondisi bak pembagian air yang sudah jebol, banyaknya sampah di area jaringan
irigasi yang dapat menyumbat debit air dan lainya. Pemerintah biasanya hanya
terfokus pada jaringan irigasi primer dan sekunder dalam melakukan rehabilitasi.
8
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di daerah tempat tinggalnya, masih
banyak ditemukan jaringan irigasi yang kondisinya sangat memprihatinkan,
seperti saluran yang tersumbat sampah, keretakan bahkan kerusakan pada dinding,
saluran irigasi yang ditumbuhi dengan lumut dan rumput yang menyebabkan
aliran air tidak mengalir dengan baik, sehinggga intensitas penggunaan air dari
jaringan irigasi harus lebih banyak.
Sebenarnya jika masyarakat menyadari pentingnya jaringan/saluran irigasi
terhadap keberlangsungan hidup, khususnya bagi para perkumpulan petani
pemakai air (P3A) untuk bisa memakainya sebagai salah satu sarana pertanian,
maka masyarakat petani tidak akan mengabaikan dan lebih memperhatikan
kondisi jaringan irigasi yang sudah tidak baik lagi. Pola berfikir inilah yang harus
dimiliki oleh para petani untuk menumbuhkan jiwa yang lebih partisipatif. Tidak
akan ada gunanya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah jika masyarakat
tidak sadar untuk memiliki dan menjaganya.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menjelaskan tentang apa yang menjadi
faktor penghambat partisipasi petani P3A dalam kegiatan pengelolaan jaringan
irigasi di Kapmpung Sritejokencono tidak berjalan secara maksimal, padahal di
kampung tersebut mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani yang
membutuhkan sarana irigasi tersebut, apalagi sebenernya berdasarkan pra riset
berupa wawancara yang dilakukan peneliti dengan Bapak Suratno bahwa
diKampung Sritejokencono dalam kegiatan pengelolaan jaringan irigasi mendapat
bantuan dana dari pemerintah pusat.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang muncul adalah:
1. Bagaimana bentuk partisipasi petani anggota P3A dalam kegiatan pengelolaan
jaringan irigasi di Kampung Sritejokencono Kecamatan Kotagajah?
2. Apakah yang menjadi faktor penghambat partisipasi petani anggota P3A
dalam kegiatan pengelolaan jaringan irigasi di Kampung Sritejokencono
Kecamatan Kotagajah?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan hambatan
partisipasi petani anggota P3A dalam kegiatan pengelolaan jaringan irigasi di
Kampung Sritejokencono Kecamatan Kotagajah.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitan ini adalah:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih ide, pemikiran pengembangan
ilmu dan referensi bagi penelitian sejenis, khususnya masalah yang berkaitan
dengan Sosiologi Pedesaan, Sosiologi Pembangunan
2. Secara Praktis
Hasil penelitian dapat memberikan masukan bagi para pengambil kebijakan yaitu
pihak Pemerintah dan Departemen Pertanian dalam upaya melaksanakan program
yang menggunakan pendekatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjaun tentang Petani dan P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air)
1. Pengertian Petani
Menurut Wolf (dalam Pusparini Devi, 2013 :11) petani adalah penduduk yang
secara eksestensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan yang
otonom tentang proses cocok tanam. Kategori itu dengan demikian mencakup
penggarap atau penerima bagi hasil maupun pemilik lahan selama mereka ini
berada pada posisi pembuat keputusan yang relevan tentang bagaimana
pertumbuhan tanaman mereka. Menurut Lenin (1990:19), petani dibedakan dalam
tiga kelompok, yaitu:
a. Kaum petani yang kaya (termasuk kualak) yang mungkin memperkerjakan
sendiri beberapa buruh upahan tetapi yang jelas bisa menghasilkan sejumlah
surplus penting yang bisa dipasarkan.
b. Petani menengah, yang merupakan penyewa atau memiliki tanah sendiri yang
sempit menghasilkan surplus tetapi sedikit hasilnya.
c. Petani miskin, yaitu yang hidup terutama dari menjual tenaganya dan
karenanya merupakan seorang proletar dan bagian dari massa yang
membanting tulang.
Menurut Mubiarto (1994:35), ciri khas kehidupan petani adalah perbedaan pola
penerimaan pendapatan dan pengeluarannya. Pendapatan petani hannya diterima
setiap musim panen dan ketika menjadi buruh tani, sedangkan pengeluarannya
11
harus diadakan setiap hari, setiap minggu atau kadang-kadang dalam waktu yang
sangat mendesak sebelum panen tiba.
Petani disini adalah orang yang mata pencahariaan utamanya berocok tanam di
sawah baik yang mempunyai lahan garapan atau yang tidak mempunyai lahan.
2. Pengertian Petani Penggarap
Menurut Planck (1993:195-160) istilah petani penggarap digunakan karena
memiliki proses yang panjang dan karena disebabkan suatu hal. Penggarap berasal
terutama dari kelompok sosial pedesaan bawah, yaitu petani setengah kenceng,
petani ngindung, petani templek, dan petani tlosor.
Petani setengah kenceng adalah pemilik rumah dan pekarangan. Petani ngindung
adalah pemilik rumah di pekarangan yang dimiliki orang lain. Petani templek
adalah petani yang tidak memiliki tanah, menikah dan memiliki rumah tinggal
sendiri menjalankan rumah tangganya secara mandiri di pekarangan yang
dimiliki orang lain, sedangkan petani telosor adalah petani yang hidup pada
sebuah keluarga, yang tidak memiliki tanah ataupun tempat tinggal.
Yang dimaksud dalam penelitian ini disebut petani penggarap apabila petani yang
tidak memiliki lahan garapan namun pekerjaannya adalah bercocok tanam yang
sering disebut petani gurem, yaitu mereka menggarap tanah milik tuan tanah yang
dalam proses dari penanaman hingga massa panen dan hasil panennya dibagi dua
berdasarkan kesepakatan sebelumnya antara petani penggarap itu sendiri dengan
pemilik tanah yang digarap.
12
3. Pengertian Petani Pemilik
Menurut Penny dan Ginting, (1994:27), petani pemilik adalah mereka yang
mempunyai pekarangan dan mereka hidup di tengah-tengan pekarangan mereka
dan mereka mengetahui seluk beluk pekarangan dan usaha pekarangan itu.
Jadi petani pemilik dalam penelitian ini adalah mereka yang memiliki
tanah/sawah dan mereka tinggal didekat sawah yang dia miliki dan mereka sendiri
yang menggarap lahan tanah atau sawahnya sehingga mereka mendapatkan hasil
dari sawah yang mereka kelola sendiri.
4. Pengertian Buruh Tani atau Petani Kecil
Menurut Soekarti, (1988:27), mereka yang disebut petani kecil atau buruh tani
ialah orang yang mempunyai ciri pendapatan yang masih rendah, yaitu kurang
dari 240kg beras perkapita/tahun, mereka memiliki lahan sempit kurang dari 0,25
Ha, mereka memiliki modal yang sedikit dan pengetahuan yang masih rendah.
Jadi buruh tani dalam penelitian ini adalah mereka yang terbilang tidak
mempunyai tanah atau bahkan tidak mempunyai tanah garapan namun mereka
bekerja layaknya seorang petani disawah. Biasanya mereka bekerja untuk petani
pemilik atau petani penggarap yang tanah atau sawah garapanya luas dan tidak
bisa melakukan proses pengerjaan pertanian disawah sendiri sehingga
membutuhkan bantuan dari para buruh tani.
5. Pengertian Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Pramulia (2014), mengungkapkan bahwa Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
adalah kelembagaan yang ditumbuhkan oleh petani yang mendapat manfaat secara
13
langsung dari pengelolaan air pada jaringan irigasi, air permukaan, embung/dam
parit dan air tanah, termasuk kelembagaan kelompok tani ternak, perkebunan, dan
hortikultura yang memanfaatkan air irigasi/air tanah dangkal/air permukaan dan
air hasil konservasi/embung.
B. Tinjauan tentang Pengelolaan Jaringan Irigasi
1. Jaringan Irigasi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007, menyebutkan bahwa
jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007 juga menyebutkan
bahwa ada beberapa jenis jaringan irigasi, yaitu:
a. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan
bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
b. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
c. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran tersier,
saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta
bangunan pelengkapnya.
14
Dalam penelitian ini jaringan irigasi primer yang menghantarkan debit air ke
Kampung Sritejokencono berada di sekitar kotagajah pusat yang melewati
Punggur Trimurjo dan Tegineneg, lantaran sumber Airnya berasal dari bendungan
yang berada di Tegineneng. Untuk Kampung Sritejokencono hanya terdapat
jaringan irigasi sekunder dan tersier saja yang kondisinya sudah tidak terlalu baik,
khususnya untuk jaringan irigasi tersiernya.
2. Pengelolaan Jaringan Irigasi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007 menyebutkan bahwa
pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan operasi dan pemeliharaan serta
rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi.
a. Operasi Jaringan Irigasi
Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya,
termasuk kegiatan membuka menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana
tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air,
melakukan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan
mengevaluasi. Agar operasi jaringan dapat dilaksanakan dengan baik harus
tersedia data pendukung antara lain:
1) Peta Wilayah Kerja Pengelolaan Irigasi sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab.
2) Peta Daerah Irigasi dengan batas daerah irigasi dan plotting saluran induk dan
saluran sekunder, bangunan air, lahan irigasi serta pembagian golongan.
3) Skema Jaringan Irigasi yang menggambarkan saluran induk dan saluran
sekunder, bangunan air dan bangunan lainnya yang ada disetiap ruas dan
15
panjang saluran, petak tersier dengan data debit rencana, luas petak, kode
golongan yang masing-masing dilengkapi dengan nomenklatur.
b. Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan
irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan
operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan,
perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus
menerus. Adapun jenis pemeliharaan jaringan irigasi terdiri dari:
1) Pengamanan Jaringan Irigasi
Pengamanan jaringan irigasi merupakan upaya untuk mencegah dan
menanggulangi terjadinya kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan oleh daya
rusak air, hewan atau manusia guna mempertahankan fungsi dari jaringan irigasi
tersebut.
2) Pemeliharaan Rutin.
Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan
kondisi jaringan irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian
konstruksi yang diubah atau diganti.
3) Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang
dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang
membidangi irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A/ GP3A/ IP3A secara
swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanakan
dengan kontraktual.
16
c. Rehabilitasi
Adalah Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam atau kerusakan berat
akibat terjadinya kejadian luar biasa (seperti pengrusakan/ penjebolan tanggul,
longsoran tebing yang menutup jaringan, tanggul putus dll) dan penanggulangan
segera dengan konstruksi tidak permanen agar jaringan irigasi tetap berfungsi.
C. Tinjauan tentang Partisipasi Masyarakat
1. Pengertian Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan
masyarakat dalam proses:
a. Pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat,
b. Pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah,
c. Pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan
d. Keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam
proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap:
a. Sosialisasi
b. Perencanaan
c. Pelaksanaan
d. Pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau
dalam bentuk materill (PTO PNPM PPK, 2007).
17
Pengertian lain tentang partisipasi masyarakat menurut Hetifah Sj. Soemarto
(2003) adalah proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan
organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses:
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Pemantauan kebijakan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehiduapan
mereka.
Berdasarkan beberapa pengertian partisipasi di atas, dapat dibuat kesimpulan
bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang
(masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program
pembangunan dan terlibat langsung mulai dari:
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Monitoring sampai ke
d. Tahap evaluasi yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan mereka.
2. Bentuk dan Tipe Partisipasi
Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu
program pembangunan, yaitu :
a. Partisipasi uang
b. Partisipasi harta benda
c. Partisipasi tenaga
d. Partisipasi keterampilan
e. Partisipasi buah pikiran
18
f. Partisipasi social
g. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan
h. Partisipasi representatif.
Menurut Holil, (1980: 81), partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk
memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang
memerlukan bantuan partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk
menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.
Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk
pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program,
sedangkan partisipasi keterampilan yaitu memberikan dorongan melalui
keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang
membutuhkannya dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan
yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya (Hamijoyo, 2007: 21 &
Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11).
Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide,
pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun
untuk memperlancar pelaksanaan program dan untuk mewujudkannya dengan
memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang
diikutinya (Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11).
19
Penjelasan mengenai bentuk-bentuk partisipasi dan beberapa ahli yang
mengungkapkannya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 1. Pemikiran tentang Bentuk Partisipasi
No Nama Pakar Pemikiran Tentang Bentuk Partisipasi
1. (Hamijoyo, 2007: 21;
Chapin, 2002: 43 &
Holil, 1980: 81)
Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi
untuk memperlancar usaha-usaha bagi
pencapaian kebutuhan masyarakat yang
memerlukan bantuan
2. (Hamijoyo, 2007: 21 &
Pasaribu dan Simanjutak,
2005: 11)
Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang
diberikan dalam bentuk tenaga untuk
pelaksanaan usaha-usaha yang dapat
menunjang keberhasilan suatu program.
3. (Hamijoyo, 2007: 21 &
Pasaribu dan Simanjutak,
2005: 11)
Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan
dorongan melalui keterampilan yang
dimilikinya kepada anggota masyarakat lain
yang membutuhkannya. Dengan maksud agar
orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang
dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.
4. (Hamijoyo, 2007: 21 &
Pasaribu dan Simanjutak,
2005: 11)
Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi
berupa sumbangan berupa ide, pendapat atau
buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun
program maupun untuk memperlancar
pelaksanaan program dan juga untuk
mewujudkannya dengan memberikan
pengalaman dan pengetahuan guna
mengembangkan kegiatan yang diikutinya.
5. (Chapin, 2002: 43 &
Holil, 1980: 81)
Partisipasi dalam proses pengambilan
keputusan. Masyarakat terlibat dalam setiap
diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil
keputusan yang terkait dengan kepentingan
bersama.
20
Sekretariat Bina Desa (1999: 32-33) mengidentifikasikan partisipasi
masyarakat menjadi 7 (tujuh) tipe berdasarkan karakteristiknya, yaitu:
Tabel 2. Tipe Partisipasi
No Tipologi Karakteristik
1. Partisipasi pasif/
manipulative
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara
diberitahu apa yang sedang atau telah terjadi
(b) Pengumuman sepihak oleh manajemen atau
pelaksana proyek tanpa memperhatikan
tanggapan masyarakat;
(c) Informasi yang dipertukarkan terbatas pada
kalangan profesional di luar kelompok sasaran.
2. Partisipasi dengan cara
memberikan informasi
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian
seperti dalam kuesioner atau sejenisnya;
(b) Masyarakat tidak punya kesempatan untuk
terlibat dan mempengaruhi proses penyelesaian;
(c) Akurasi hasil penelitian tidak dibahas
bersama masyarakat.
3. Partisipasi melalui
konsultasi
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara
berkonsultasi;
(b) Orang luar mendengarkan dan membangun
pandangan-pandangannya sendiri untuk
kemudian mendefinisikan permasalahan dan
pemecahannya, dengan memodifikasi
tanggapan-tanggapan masyarakat;
(c) Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan
bersama;
(d) Para profesional tidak berkewajiban
mengajukan pandangan-pandangan masyarakat
(sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti.
4 Partisipasi untuk (a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara
21
insentif materil menyediakan sumber daya seperti tenaga kerja,
demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi,
dan sebagainya;
(b) Masyarakat tidak dilibatkan dalam
eksperimen atau proses pembelajarannya;
(c) Masyarakat tidak mempunyai andil untuk
melanjutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pada saat insentif yang disediakan/diterima
habis.
5. Partisipasi fungsional (a) Masyarakat berpartisipasi dengan
membentuk kelompok untuk mencapai tujuan
yang berhubungan dengan proyek;
(b) Pembentukan kelompok (biasanya) setelah
ada keputusan-keputusan utama yang disepakati;
(c) Pada awalnya, kelompok masyarakat ini
bergantung pada pihak luar (fasilitator, dll)
tetapi pada saatnya mampu mandiri.
6. Partisipasi interaktif (a) Masyarakat berpartisipasi dalam analisis
bersama yang mengarah pada perencanaan
kegiatan dan pembentukan lembaga sosial baru
atau penguatan kelembagaan yang telah ada;
(b) Partisipasi ini cenderung melibatkan metode
inter-disiplin yang mencari keragaman
perspektif dalam proses belajar yang terstruktur
dan sistematik;
(c) Kelompok-kelompok masyarakat
mempunyai peran kontrol atas keputusan-
keputusan mereka, sehingga mereka mempunyai
andil dalam seluruh penyelenggaraan kegiatan.
7. Self mobilization (a) Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil
inisiatif secara bebas (tidak dipengaruhi/ditekan
pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem atau
22
nilai-nilai yang mereka miliki;
(b) Masyarakat mengembangkan kontak
dengan lembaga-lembaga lain untuk
mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan
sumberdaya yang dibutuhkan; (c) Masyarakat
memegang kendali atas pemanfaatan
sumberdaya yang ada.
Sumber: Sekretariat Bina Desa (1999: 32-33)
Pada dasarnya, tidak ada jaminan bahwa suatu program akan berkelanjutan
melalui partisipasi semata. Keberhasilannya tergantung sampai pada tipe macam
apa partisipasi masyarakat dalam proses penerapannya. Artinya, sampai sejauh
mana pemahaman masyarakat terhadap suatu program sehingga ia turut
berpartisipasi. Maka di dalam penelitian ini partisipasi yang dimaksud oleh
peneliti adalah partisipasi tenaga, dimana masyarakat atau petani berpartisipasi
dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang
keberhasilan kegiatan pengelolaan jaringan irigasi.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
suatu program. Faktor-faktor tersebut dapat mendukung keberhasilan program
namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya
faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.
Angell (dalam Ross, 1967: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam
masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:
23
a. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan
dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya,
suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.
b. Pekerjaan dan Penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan
menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan
penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong
seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.
Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung
oleh suasana yang mapan perekonomian.
c. Lamanya Tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi
seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa
memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang
besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.
Sedangkan menurut Holil (1980: 9-10), unsur-unsur dasar partisipasi sosial yang
juga dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah:
a. Kepercayaan diri masyarakat
b. Solidaritas dan integritas sosial masyarakat
c. Tanggung jawab sosial dan komitmen masyarakat
d. Kemauan dan kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki keadaan dan
membangun atas kekuatan sendiri
24
e. Prakarsa masyarakat atau prakarsa perseorangan yang diterima dan diakui
sebagai/menjadi milik masyarakat
f. Kepentingan umum murni, setidak-tidaknya umum dalam lingkungan
masyarakat yang bersangkutan, dalam pengertian bukan kepentingan umum
yang semu karena penunggangan oleh kepentingan perseorangan atau
sebagian kecil dari masyarakat
g. Organisasi, keputusan rasional dan efisiensi usaha
h. Musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan
i. Kepekaan dan ketanggapan masyarakat terhadap masalah, kebutuhan-
kebutuhan dan kepentingan-kepentingan umum masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program juga
dapat berasal dari unsur luar/lingkungan. Menurut Holil (1980: 10), ada 4 poin
yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yang berasal dari
luar/lingkungan, yaitu:
a. Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat, antara warga
masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial di dalam
masyarakat dengan sistem di luarnya;
b. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan keluarga,
pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan bangsa yang
menguntungkan bagi serta mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi
masyarakat;
c. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan
struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan
mendorong terjadinya partisipasi sosial;
25
d. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan di dalam keluarga
masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yang memungkinkan dan
mendorong timbul dan berkembangnya prakarsa, gagasan, perseorangan atau
kelompok.
4. Hambatan Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Pengelolaan Jaringan
Irigasi.
Hambatan yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari faktor dari
dalam masyarakat (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal adalah faktor
yang berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan
kesatuan kelompok di dalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau
ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan,
pekerjaan, dan penghasilan (Slamet, 1994:97).
Sedangkan menurut Sunarti (2003:9), faktor-faktor eksternal ini dapat dikatakan
stakeholder, yaitu semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh
terhadap program ini.
Sunarti (dalam Suryawan, 2004:29), menjelaskan tentang hambatan-hambatan
eksternal yang dapat ditemui dalam pelaksanaan partisipasi oleh masyarakat yang
bersangkutan, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Kemiskinan
Hambatan ini dapat merupakan faktor yang mendasar karena dengan kemiskinan
seseorang akan berpikir lebih banyak untuk melakukan sesuatu yang mungkin saja
tidak menguntungkan bagi diri atau kelompoknya
b. Pola Masyarakat yang Heterogen
26
Hal tersebut akan mentidakibatkan timbulnya persaingan dan prasangka dalam
sistem masyarakat yang ada;
c. Sistem birokrasi.
Faktor ini dapat dijumpai di lingkungan pemerintahan. seringkali birokrasi yang
ada melampaui standar serta terpaku pada prosedur formal yang komplek.
D. Kerangka Pemikiran
Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang dan belum bisa
dikatakan maju, hal tersebut terbukti dengan masih banyaknya pembangunan yang
harus dilakukan dan dibenahi oleh pemerintah Indonesia di berbagai sektor. Jika
dilihat lebih mendalam tentang pembangunan pemerintah saat ini yang masih
kurang memuaskan, hal ini dikarenakan pembangunan yang ada sekarang kurang
seimbang antara pembanguan di perkotaan dengan pembangunan yang ada di
desa. Pembangunan di perkotaan sangatlah pesat sedangkan pembangunan yang
ada di desa tidak terlalu diperhatikan oleh pemerintah sehingga terkesan
dikesampingkan. Jika hal ini dibiarkan begitu saja sepertinya akan tidak adil bagi
masyarakat di pedesaan yang kurang mendapatkan perhatian oleh pemerintah,
untuk itu pembangunan haruslah seimbang dan merata agar tercipta norma
Pancasila terutama sila kelima yang berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia fokus utama
pembangunan yang paling efektif di Indonesia saat ini adalah pembangunan desa
karena pada hakekatnya tidak bisa dipungkiri bahwa sumber pangan utama di
Indonesia berasal dari pedesaan, yaitu tanaman padi yang ditanam oleh petani di
27
desa dan diolah manjadi beras. Dalam upaya peningkatan produksi pangan
tanaman padi, pemerintah memiliki peran yang begitu besar bersama masyarakat
sekitar untuk mengembangkanya melalui program pembangunan yang ada di
desa.
Dalam meningkatkan produktifitas pangan di sektor pertanian, khususnya
tanaman padi, hal yang perlu di perhatikan adalah mengenai sarana dan prasarana
pendukung pertanian seperti jaringan irigasi yang saat ini seperti diabaikan oleh
masyarakat maupun pemerintah. Padahal jika dilihat dari kontribusinya, jaringan
irigasi merupakan faktor utama dalam proses pertumbuhan tanaman padi yang
berkualitas sehingga nantinya akan dapat meningkatkan produksi pangan. Dari hal
itulah pengelolaan pembangunan jaringan irigasi menjadi pekerjaan utama yaang
harus dilakukan oleh pemerintah.
Dalam proses pengelolaan jaringan irigasi, peranserta atau partisipasi masyarakat
sangat penting untuk menunjang keberhasilanya. Partisipasi masyarakat sangat
dibutuhkan dalam kegiatan pengelolaan jaringan irigasi seperti dalam hal operasi,
pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi. Namun pada kenyataanya
partisipasi masyarakat tani yang terlihat kurang berjalan dengan maksimal. Hal
tersebut dapat terlihat dari kondisi jaringan irigasi yang ada di Kampung
Sritejokencono sudah banyak yang rusak dan tidak terawat lagi seperti kondisi bak
pembagian air yang sudah jebol, banyaknya sampah di area jaringan irigasi yang
dapat menyumbat debit air dan lainya.
28
Ada beberapa faktor yang menghambat kurangnya partisipasi petani dalam
pengelolaan jaringan irigasi sebagai berikut :
1. Faktor internal yaitu tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan
oleh ciri-ciri demografis dan sosiologis seperti umur, jenis kelamin,
pengetahuan, pekerjaan dan penghasilan.
a. Umur dalam penelitian ini dimaksudkan apabila para petani memiliki usia
yang terlalu muda ataupun terlalu tua dapat mempengaruhi partisipasi.
b. Jenis kelamin dalam penelitian ini maksudnya adalah biasanya petani yang
berjenis kelamin laki-laki lebih aktif dalam kegiatan pengelolaan jaringan
irigasi
c. Pekerjaan dan penghasilan dimaksudkan apabila para petani memiliki
pekerjaan sampingan selain bertani maka tingkat kesibukan mereka akan
semakin tinggi dan dapat mempengaruhi mereka dalam berpartisipasi karena
minimnya waktu luang untuk melakukan kegiatan pengelolaan jaringan irigasi
2. Sedangkan faktor eksternal yaitu kemiskinan, sistem birokrasi dan sistem
upah.
a. Kemiskinan dimaksudkan apabila para petani di Kampung Sritejokencono
miskin maka dapat mempengaruhi tingkat partisipasi, dimana masyarakat
petani cenderung malas untuk mengikuti kegiatan pengelolaan jaringan irigasi
demi mencari penghasilan tambahan.
b. Sistem birokrasi dimaksudkan apabila sistem demokrasi pemerintahan
kampung tidak sesuai dengan keinginan masyarakat petani khususnya maka
akan membuat masyarakat/petani malas untuk mengikuti segala program
29
ataupun kebijakan yang ada di kampung dengan demikian partisipasi
masyarakat petani dapat terpengaruhi.
c. Sistem upah yang dimaksud merupakan segala kegiatan persawahan meliputi
dari pembibitan, tanam, pemeliharaan dan pemupukan sampai dengan
pemenenan semuanya dapat dikerjakan orang lain dengan memberi upah
buruh atau pekerja.
30
E. Bagan Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Pengelolaan Jaringan
Irigasi
Bentuk Partisipasi Petani
Pemeliharaan Jaringan
Irigasi Kurang Baik
Rehabilitasi Jaringan
Irigasi Kurang Baik
Operasi Jaringan
Irigasi Kurang Baik
Hambatan Pertisipasi
Internal Eksternal
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Penghasilan
Kemiskinan
Sistem Birokrasi
Sistem Upah
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Iskandar (2010:61),
penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk memberi uraian mengenai
fenomena atau gejala sosial yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang nilai
variable, baik satu variabel atau lebih independent berdasarkan indikator-indikator
dari variabel yang diteliti tanpa harus membuat perbandingan atau
menghubungkan antara variabel yang diteliti guna eksplorasi dan klasifikasi
dengan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang
diteliti. Penelitian jenis deskriptif bertujuan menganalisis hambatan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan pengelolaan jaringan irigasi. Jenis penelitian ini tidak
sampai mempersoalkan asosiatif dan komparatif antara variabel-variabel
penelitian yang ada.
Dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini bermaksud
menganalisis secara mendalam tentang bentuk dan hambatan partisipasi petani
anggota P3A dalam kegiatan pengelolaan jaringan irigasi, maka tipe penelitian
kualitatif tepat digunakan dalam penelitian ini.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian sangat penting dalam penelitian kualitatif karena melalui fokus
penelitian akan dapat membatasi studi yang diteliti. Fokus memberikan batasan
dalam pengumpulan data, sehingga dalam pembatasan ini akan dipahami masalah-
32
masalah yang menjadi tujuan penelitian. Tanpa adanya fokus penelitian, peneliti
ini akan terjebak oleh melimpahnya volume data yang diperoleh di lapangan.
Fokus dalam penelitian ini adalah:
1. Bentuk partisipasi petani anggota P3A dalam kegiatan pengelolaan jaringan
irigasi
a. Operasi jaringan irigasi
b. Pemeliharaan jaringan irigasi
c. Rehabilitasi jaringan irigasi
2. Faktor penghambat partisipasi petani anggota P3A dalam kegiatan
pengelolaan jaringan irigasi terdiri dari faktor internal yaitu tingkah laku
individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti:
a. Umur/usia
b. Jenis kelamin
c. Pengetahuan
d. Pekerjaan
Sedangkan faktor eksternal yaitu:
a. Kemiskinan,
b. Sistem birokrasi
c. Sistem upah.
C. Lokasi Penelitian
Afrizal (2011:128) menyatakan bahwa lokasi penelitian merupakan tempat di
mana penelitian akan dilakukan. Lokasi penelitian juga dapat diartikan sebagai
setting atau konteks sebuah penelitian. Tempat tersebut tidak selalu mengacu
33
kepada wilayah, tetapi juga kepada organisasi dan sejenisnya. Lokasi penelitian
dalam penelitian ini adalah Kampung Sritejokencono Kecamatan Kotagajah
Kabupaten Lampung Tengah. Dipilihnya lokasi penelitian ini berdasarkan
pertimbangan bahwa di lokasi penelitian ini:
1. Banyak terdapat jaringan irigasi tersier yang sudah rusak.
2. Mayoritas warganya bekerja sebagai petani padi yang banyak memanfaatkan
sistem jaringan irigasi sebagai sarana pengairan sawah.
3. Kampung Sritejokencono merupakan daerah tempat tinggal peneliti yang
mempengaruhi waktu, biaya, dan tenaga.
4. Kampung Sritejokencono masih jarang digunakan sebagai lokasi objek
penelitian.
D. Teknik Penentuan Informan
Teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling,
dimana penentuan informan dengan pertimbangan khusus. Peneliti dapat
menemukan karakteristik yang tepat berdasarkan kebutuhan analisis yang
diperlukan dalam penelitian ini. Menurut Iskandar (2010:74), purposive sampling
adalah teknik penentuan informan berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti
berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap memiliki sangkut paut
dengan karakteristik yang sudah diketahui sebelumnya dengan pertimbangan
tertentu.
34
Informan dalam penelitian ini dipilih dengan beberapa kriteria yang dianggap
memahami dan mengetahui terkait informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
Adapun informan yang diwawancarai yaitu:
1. Kepala petugas pengairan sawah (ILI-ILI) Kampung Sritejokencono.
2. Petani pemilik sawah di Kampung Sritejokencono.
3. Petani penggarap di Kampung Sritejokencono.
4. Buruh tani di Kampung Sritejokencono.
5. Petugas pengairan sawah (ILI-ILI) di Kampung Sritejokencono.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan unsur yang sangat penting digunakan untuk
memperoleh data yang akurat dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah:
1. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo 2006: 72). Menurut
Iskandar (2010:217), teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data
kualitatif dengan menggunakan instrument, yaitu pedoman wawancara.
Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan subyek penelitian yang terbatas.
Untuk memperoleh data yang memadai sebagai cross check, peneliti juga
menggunakan teknik wawancara dengan subyek yang terlibat dalam interaksi
35
sosial yang dianggap memiliki pengetahuan, mendalami situasi dan mengetahui
informasi untuk mewakili informasi atau data yang dibutuhkan untuk mejawab
fokus penelitian.
Berdasarkan penggunaan teknik wawancara mendalam, peneliti ingin
mendapatkan informasi mengenai bentuk dan faktor penghambat partisipasi
masyarakat Kampung Sritejokencono dalam pengelolaan jaringan irigasi.
Wawancara mendalam dilakukan dengan lima informan sebagai berikut:
Tabel 3. Daftar Informan
No Nama (Petani) Usia Status Jabatan P3A
1. Suyanto (Petani
Penggarap)
37 Anggota P3A
2. Sutikno (Petani
Pemilik)
46 Petugas pengairan (ili-ili) Bendahara
3. Slamet (Petani
Pemilik)
53 Petugas pengairan ( ili-ili) Sekretaris
4. Sukiman (Buruh
Tani)
50 Anggota P3A
5. Sudarto (Petani
Pemilik)
52 Anggota P3A
Didalam wawancara mendalam terhadap kelima informan di atas peneliti secara
langsung menemui informan di lapangan, baik disaat informan sedang berada di
sawah, bekerja, maupun saat sedang berada di rumah demi untuk mendapatkan
informasi yang bagus serta akurat. Namun di dalam melakukan wawancara
mendalam peneliti juga menemui kesulitan, yaitu waktu dan keberadaan informan
yang tidak menentu sehingga peneliti harus berulangkali mencari letak keberadaan
informan, serta harus mengatur waktu terlebih dulu untuk dapat melakukan
36
wawancara. Kendala yang dialami peneliti selanjutnya adalah terdapat beberapa
informan yang masih kebingungan dengan kata-kata dan istilah yang bersifat
ilmiah sehingga pemahaman informan terhadap pertanyaan yang diberikan oleh
peneliti kurang dipahami dan jawaban yang diberikan oleh informan terkadang
tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan. Oleh karena itu peneliti harus
berulangkali menanyakan kepada informan serta menjelaskan kata atau istilah
yang tidak dimengerti oleh informan terlebih dahulu.
2. Observasi
Menurut Iskandar (2010:76), salah satu pengumpulan data yang utama dalam
mengkaji situasi sosial yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah dengan
menggunakan teknik observasi partisipatif, dimana peneliti berinteraksi secara
penuh dalam situasi sosial dengan subyek penelitian. Teknik ini digunakan untuk
mengamati, memahami peristiwa secara cermat, mendalam, dan terfokus terhadap
subyek penelitian, baik dalam suasana formal maupun santai.
Data yang ingin diperoleh melalui teknik observasi ini adalah data pelengkap
setelah wawancara mendalam. Artinya selain mendengarkan secara objektif hasil
wawancara mendalam, maka perlu pengamatan secara objektif pula seperti teknik
observasi ini. Data yang dimaksud adalah apa saja yang dilakukan oleh kelima
informan dan bagaimana keseharianya.
Dalam observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap kelima informan selama
beberapa bulan terkahir ini tidak ada satupun dari kelima informan yang terbukti
sedang melakukan pengelolaan jaringan irigasi, baik itu operasi, pemeliharaan,
37
maupun rehabilitasi jaringan irigasi kecuali petugas pengairan yang itu juga hanya
melakukan kegiatan membuka atau menutup saluran irigasi saja walaupun melihat
kondisi saluran irigasi tersier yang sudah tidak baik lagi.
Informan pertama, yakni Suyanto hanya sibuk mengurusi tanaman miliknya
sendiri dan lebih memilih bekerja serabutan mencari uang tambahan.
Informan kedua Sutikno akhir-akhir ini juga hanya sibuk mengurusi lahan
persawahan sendiri dan terlihat cuma beberapa kali melakukan kegiatan membuka
menutup saluran irigasi.
Informan ketiga Slamet terlihat lebih sibuk dengan bisnis barunya, keseharianya
lebih sering terlihat di jalan kesana kemari baik dengan sepeda motor ataupun
mobil, tapi tak jarang juga sedang berada di sawah untuk mengairi sawah.
Informan keempat Sukiman lebih sering menghabiskan waktunya sebagai kuli
panggul di pabrik dan sibuk mengurusi hewan peliharaan miliknya.
Informan kelima Sudarto lebih terlihat santai di rumah tanpa banyak kegiatan dan
hanya sesesaat keluar kesawah mencari rumput untuk hewan peliharaan sapi
setiap sore hari.
3. Dokumentasi
Teknik ini merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan
dengan fokus permasalahan penelitian. Dokumen-dokumen yang dimaksud adalah
dokumen pribadi, dokumen resmi, referensi-referensi, foto-foto, dan rekaman
kaset. Data ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menguji, menafsirkan, bahkan
untuk meramalkan jawaban dari fokus permasalahan penelitian. Dengan
menggunakan teknik ini, data yang diperoleh dengan cara wawancara dan
38
observasi akan menjadi semakin kuat. Data yang diperoleh dari teknik ini dapat
bermanfaat untuk menguji dan menafsirkan bahan untuk mendapatkan jawaban
sementara dari fokus permasalah penelitian.
Di dalam penelitian ini peneliti melakukan dokumentasi secara langsung, yaitu
dengan merekam hasil wawancara, melakukan sesi foto bersama kelima informan,
serta belusukan mencari gambar/foto ke tempat-tempat saluran irigisi yang
kondisinya sudah tidak terawat lagi.
4. Studi Pustaka
Menurut Nazir (1998 : 112) studi kepustakaan merupakan langkah yang penting
dimana setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya
adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik
penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan
dapat diperoleh dari buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan
disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran, dll). Bila telah
diperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera disusun secara teratur untuk
dipergunakan dalam penelitian. Studi kepustakaan meliputi proses umum, seperti
mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis
dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti mencari beberapa teori yang berkaitan dengan
analisis hambatan partisipasi petani dalam pengelolaan jaringan irigasi dengan
mencari buku-buku yang ada di perpustakaan kampus dan melihat penelitian
terdahulu, namun peneliti juga lebih banyak menggunakan media internet yang
39
kiranya sesuai dengan topik bahasan untuk dijadikan sebagai literatur teori dalam
penelitian yang dilakukan.
F. Teknik Analisa Data
Bogdan dan Taylor (dalam Iskandar, 2010:221), menyatakan bahwa analisis data
adalah proses secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti
yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada
tema dan ide itu. Menurut Sugiyono (dalam Iskandar, 2010:221), analisis data
kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil pengamatan (observasi), wawancara, catatan lapangan, dan
studi dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke sintesis, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.
Sedangkan Miles dan Huberman (dalam Iskandar, 2010:221), menyatakan bahwa,
analisis data kualitatif mempergunakan kata-kata yang selalu disusun dalam
sebuah teks yang diperluas atau dideskripsikan. Ada tiga tahapan yang harus
dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pengumpulan data dan memilah data mentah di
dalam penelitian. Peneliti harus mampu merekam data lapangan dalam bentuk
catatan-catatan lapangan, harus ditafsirkan atau diseleksi masing-masing data
yang relevan dengan fokus masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti
40
menggunakan wawancara mendalam untuk mendapatkan data dan informasi
secara langsung dengan merekam hasil wawancara dan kemudian data rekaman
ditulis oleh peneliti untuk direduksi agar peneliti nantinya dapat memilah data
yang sesuai dengan fokus penelitian. Peneliti juga melakukan observasi dengan
mengamati objek yang berkaitan dengan penelitian tersebut lalu mencatat data
yang diperoleh untuk dipilah atau diseleksi data mana yang relevan untuk
menambah variasi data yang akan direduksi.
2. Penyajian Data
Dalam penelitian ini penyajian data yang dilakukan pertama adalah memasukan
data yang sudah direduksi (dari informan melalui wawancara mendalam ke dalam
sejumlah matriks secara singkat atau daftar kategori setiap data yang didapat
berbentuk teks naratif, maupun data yang diperoleh dari arsip pemerintah
Kampung Sritejokencono yang disajikan dengan tabel-tabel yang diberi
penjelasan agar data yang disajikan lebih mudah dimengerti). Kemudian data
tersebut dapat dianalisis oleh peneliti untuk disusun secara sistematis, atau
simultan sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah
yang diteliti berkaitan dengan pengelolaan jaringan irigasi di Kampung
Sritejokencono.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan penyajian
data sehingga dapat disimpulkan. Dalam penelitian ini, penarikan kesimpulan
sementara masih dapat diuji kembali dengan data di lapangan, dengan cara
merefleksikan kembali hasil penelitian yang sudah disajikan sebelumnya. Peneliti
juga melakukan teknik tukar pikiran dengan teman sejawat agar dapat memberi
41
masukan atas simpulan penelitian ini dan peneliti juga melakukan triangulasi data
agar kebenaran ilmiah tercapai sepenuhnya. Pertama-tama kesimpulan tersebut
kabur, tetapi lama kelamaan semakin jelas karena peneliti melakukan verifikasi
data dengan mengecek kembali data-data sebelumnya sehingga peneliti dapat
memberi kesimpulan yang valid dan sesuai dengan kenyataan.
42
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kampung Sritejokencono
Kampung Sritejokencono terletak di antara Way Bunut dan Way Punggur di
wilayah Propinsi Lampung. Pembukaan Kampung ini dimulai tanggal 23 Juni
1953 yang dilaksanakan oleh Jawatan Transmigrasi, berdasarkan Beskut dari
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 49 tanggal 25 Juni 1924.
Oleh pemerintah Kampung dijadikan daerah pertanian/perkebunan Kopi, namun
dengan kondisi tanah tidak cocok berubah menjadi lahan singkong, dengan ini
sebagai persedian makan para transmigrasi tersebut dan kemudian berubah
menjadi lahan persawahan sampai sekarang ini. Pada akhir tahun 1955 datanglah
transmigrasi asal Jawa Tengah sejumlah 170 KK, meliputi 450 jiwa yang
kemudian diberikan jatah tanah untuk pekarangan ¼ Ha dan 1 ¾ Ha untuk lahan
pertanian, kemudian masih ada penambahan KK lagi dari pendatang terakhir
tahun 1962.
Dengan keadaan Kampung seperti pada tanggal 15 Agustus 1955 Kampung ini di
beri nama “Sritejokencono” oleh perintis kampung Bpk. R. Soemaryo dan pada
waktu itu diangkat menjadi Kepala Kampung. Menurut yang merintis nama Desa
Sritejokencono ini diartikan Sri adalah Dewi Padi, Tejo adalah Pelangi, dan
Kencono adalah Emas. Dengan harapan apabila desa ini memiliki nasib yang baik
kelak akan menjadi gudangnya panen pangan yang banyak dan cukup karena Sri
43
nya. Demikian halnya desa ini akan memiliki kelebihan atau kejayaan bagaikan
pelangi yang indah dan dapat terlihat dimana-mana. Serta emas yang merupakan
lambang kemakmuran bagi masyarakat Sritejokencono. Adapun Kepala Kampung
yang pernah menjabat di Kampung Sritejokencono:
1. R. Soemaryo Tahun 1955 sampai tahun 1980
2. Prabowo Santoso S.Pd. tahun 1980 sampai tahun 2000
3. Hadi Subeno tahun 2000 sampai tahun 2012
4. Budi Inwardoyo tahun 2012 sampai sekarang
B. Bidang Pemerintahan
1. Umum
a. Luas Kampung/Kelurahan 1.035 Ha
b. Letak Geografis dan Batas Wilayah Kampung. Pada saat ini Kampung
Sritejokencono terbentuk dengan luas wilayah 1035 Ha dengan batas wilayah
sebagai berikut:
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Saptomulyo Lampung
Tengah.
2) Sebelah Utara berbatas dengan Desa Tulung Balak Lampung Timur.
3) Sebelah Timur berbatas dengan Desa Trisnomulyo Lampung Timur.
4) Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Wonosari Lampung Timur.
Letak Kampung Sritejokencono tepatnya berada di sebelah Tenggara Ibu Kota
Kecamatan Kotagajah, jarak dari Kampung Sritejokencono ke Ibu Kota
Kecamatan sekitar 9 km sedangkan jarak ke Ibu Kota Kabupaten sekitar 30
km, Ketinggian Tanah dari Permukaan Laut adalah 50 m, suhu tofografi
44
(Dataran Rendah, Tinggi, dll) adalah 270C. Berikut kondisi geografisnya
berdasarkan orbitasi adalah:
Tabel 4. Orbitasi (jarak dari Pusat Pemerintah Kampung/Kelurahan) Kampung
Sritejokencono.
a. Jarak Dari Pusat Pemerintahan Kecamatan 9 km
b. Jarak dari Ibukota Kabupaten 20 km
c. Jarak dari Ibukota Provinsi 60 km
d. Jarak dari Ibukota Negara 600 km
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jarak Kampung Sritejokencono menuju
pusat pemerintahan kecamatan adalah sejauh 9 km, jarak menuju ibukota
kabupaten sejauh 20 km, jarak menuju Ibukota provinsi sejauh 60 km dan jarak
meuju Ibukota negara adalah sejauh 600 km.
2. Pertanahan
Tabel 5. Status Tanah di Kampung Sritejokencono.
a. Sertifikat Hak Milik 1625 Buah 637,650 Ha
b. Tanah Kas Kampung:
- Tanah Kampung Lainnya
1,5 Ha
c. Tanah Bersertifikat 1625 Buah 637,650 Ha
d. Tanah yang Belum bersertifikat 744 Buah, 379 Ha.
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Jika dilihat dari rincian tabel di atas dapat diketahui bahwa Kampung
Sritejokencono memiliki sertifikat tanah hak milik sebanyak 1625 buah dan seluas
637,50 Ha, tanah kas kampung seluas 1,50 Ha dan tanah yang belum bersertifikat
sebanyak 744 buah seluas 379 Ha.
Tabel 6. Tanah Peruntukan di Kampung Sritejokencono.
a. Jalan 22 km
b. Sawah dan Ladang 849,50 Ha
c. Bangunan Umum 5,50 Ha
45
d. Empang 9 Ha
e. Pemukiman Rumah 141 Ha
f. Perkuburan 3 Ha
g. Lain-lain 5 Ha
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Kampung Sritejokencono memiliki jalan
sepannjang 22km, luas tanah yang diperuntukan sawah dan ladang adalah seluas
849,50 Ha, tanah yang dipeuntukan bangunan umum seluas 5,50 Ha, yang
diperuntukan empang seluas 9 Ha, yang diperuntukan pemukiman rumah seluas
141 Ha, yang diperuntukan perkuburan/pemakaman seluas 3 Ha dan tanah yang
diperuntukan lain-lain seluas 5 Ha.
Tabel 7. Tanah Penggunaan di Kampung Sritejokencono.
a. Industri 0,50 Ha
b. Pertokoan 0,50 Ha
c. Perkantoran 0,25 Ha
d. Pasar Kampung 0,60 Ha
e. Tanah Wakaf 0,50 Ha
f. Tanah Sawah:
1) Irigasi Tehnis
2) Irigasi Setengah Tehnis
3) Irigasi Tadah Hujan
581 Ha
27 Ha
6 Ha
g. Tanah Kering:
1) Pekarangan
2) Perladangan
141 Ha
33,50 Ha
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tanah yang digunakan sebagai
lahan industri seluas 0,50 Ha, sebagai lahan pertokoan seluas 0,50 Ha, sebagai
perkantoran 0,25 Ha, sebagai pasar kampung 0,60 Ha, sebagai tanah wakaf 0,50,
46
sebagai lahan persawahan irigasi tehnis 581 Ha, lahan persawahan irigasi setengah
tehnis 27 Ha, lahan persawahan irigasi tadah hujan 6 Ha, sebagai lahan tanah
kering pekarangan 141 Ha dan sebagai lahan tanah kering perladangan seluas
33,50 Ha.
3. Kependudukan
Tabel 8. Jumlah penduduk Menurut Jenis Kelamin, KK, dan Kewarganegaraan di
Kampung Sritejokencono
a. Jenis Kelamin
1) Laki-laki
2) Perempuan
3) Jumlah Seluruhnya
2217 Orang
2055 Orang
4272 Orang
b. Kepala Keluarga 1136 KK
c. Kewarganegaraan
1) WNI
2) WNA
4272
0
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan kependudukan di
Kampung Sritejokencono adalah sejumlah 4272 orang yang terdiri dari 2272
orang berjeniskelamin laki-laki, 2055 orang perempuan, yang memiliki 1136
jumlah KK dan dari jumlah keseluruhannya adalah warga negara Indonesia asli.
Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kampung Sritejokencono.
a. Islam 4087 Orang
b. Kristen 16 Orang
c. Katolik 169 Orang
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukan daftar jumlah penduduk menurut agama Kampung
Sritejokencono yang mayoritas beragama islam sejumlah 4087 orang, beragama
katolik dengan 169 orang dan yang terakhir beragama kristen sejumlah 16 orang.
47
Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia di Kampung
Sritejokencono.
a. Kelompok usia Pendidikan:
1) 00-03 tahun
2) 04-06 tahun
3) 07-12 tahun
4) 13-15 tahun
5) 16-18 tahun
6) 19 tahun keatas
48 Orang
127 Orang
328 Orang
400 Orang
307 Orang
237 Orang
b. Kelompok Usia Tenaga Kerja:
1) 10-14 tahun
2) 15-19 tahun
3) 20-26 tahun
4) 27-40 tahun
5) 41-56 tahun
6) 57 tahun keatas
233 Orang
481 Orang
612 Orang
441 Orang
552 Orang
610 Orang
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk menurut
kelompok usia pendidikan 00-03 tahun sejumlah 48 orang, 04-06 tahun sejumlah
127, 07-12 tahun sejumlah 328, 13-15 sejumlah 400 orang, 16-18 sejumlah 307
orang, 19 tahun keatas 237 0rang. Dan selanjutnya jumlah penduduk menurut
kelompok usia tenaga kerja 10-14 tahun adalah sejumlah 233 orang, 15-19 tahun
sejumlah 481 orang, 20-26 tahun sejumlah 612 orang, 27-40 tahun sejumlah 441
orang, 41-56 tahun sejumlah 552 orang dan 57 keatas adalah sejumlah 610 orang.
Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kampung
Sritejokencono.
a. Lulusan Pendidikan Umum:
1) Taman Kanak-kanak
2) Sekolah Dasar
43 Orang
65 Orang
48
3) SMP / SLTP
4) SMA / SLTA
5) Sarjana/ Diploma
270 Orang
157 Orang
34 Orang
b. Lulusan Pendidikan Khusus :
1) Pendidikan Keagamaan
3 Orang
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
taman kanak-kanak adalah sejumlah 43 orang, menurut sekolah dasar 65 orang,
menurut sekolah menengah pertama 170 orang, menurut sekolah menengah atas
adalah sejumlah 36 orang, sedangkan penduduk yang lulusan pendidikan khusus
(keagamaan) hanya 3 orang saja.
Tabel 12. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kampung
Sritejokencono.
a. Karyawan:
1) Pegawai Negeri Sipil
2) TNI / POLRI
3) Swasta
152 Orang
9 Orang
113 Orang
b. Wiraswasta / Pedagang 78 Orang
c. Tani 3340 Orang
d. Pertukangan 123 Orang
e. Buruh tani 433 Orang
f. Pensiunan 30 Orang
g. Pemulung 1 Orang
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk menurut mata
pencaharian adalah Pegawai Negeri Sipil berjumlah 152 orang, TNI/ POLRI 9
orang, Swasta 113 orang, Wiraswasta/ Pedagang 78 orang, Tani 334 orang,
Pertukangan 123 orang, Buruh tani 433 orang, Pensiunan 30 orang dan Pemulung
1 orang.
49
Tabel 13. Jumlah Penduduk Menurut Mobilitas/Mutasi penduduk di Kampung
Sritejokencono.
a. Lahir:
1) Laki-laki
2) Perempuan
3) Jumlah Seluruhnya
15 Orang
22 Orang
37 Orang
b. Mati:
1) Laki-laki
2) Perempuan
3) Jumlah Seluruhnya
16 Orang
22 Orang
38 Orang
c. Datang:
1) Laki-laki
2) Perempuan
3) Jumlah Seluruhnya
2 Orang
3 Orang
2 Orang
d. Pindah:
1) Laki-laki
2) Perempuan
3) Jumlah seluruhnya
7 Orang
8 Orang
15 Orang
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan jumlah penduduk menurut Mobilitas/ mutasi
penduduk, Lahir : laki-laki 15 orang, Perempuan 22 orang, Jumlah seluruhnya 37
orang. Mati : laki-laki16 orang, perempuan 22 orang, jumlah seluruhnya 38 orang.
Datang: Laki-laki 2 orang, Perempuan 3 orang, Jumlah Seluruhnya 2 orang.
Pindah: Laki-laki 7 orang, Perempuan 8 orang, Jumlah Seluruhnya 15 orang..
4. Perangkat Kampung/Kelurahan
Tabel 14. Jumlah Perangkat Kampung Sritejokrncono.
a. Kepala Urusan 5 Orang
b. Kepala Dusun/ Lingkungan 6 Orang
50
Dari tabel jumlah perangkat kampung didapatkan Jumlah Kepala Urusan 5 orang
dan Kepala Dusun/ Lingkungan 6 orang.
5. Lembaga Kemasyarakatan
Tabel 15. Jumlah Lembaga Kemasyarakatan di Kampung Sritejokencono.
1. a. Jumlah RT
b. Jumlah RW
c. Jumlah Pengurus RT dan RW
24 Unit
12 Unit
36 Orang
2. Jumlah Pengurus LKMK 15 Orang
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Dari tabel jumlah lembaga Kemasyarakatan dapat disimpulkan Jumlah RT 24
Unit, RW 12 Unit, Pengurus RT dan RW 36 orang, dan Jumlah Pengurus LKMK
15 orang.
6. Pelayanan Masyarakat
Tabel 16. Jumlah Pelayanan Masyarakat di Kampung Sritejokencono.
1. Pelayanan Umum 530 Orang
2. Pelayanan Kependudukan 40 Orang
3. Pelayanan Legilasi 10 Orang
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan jumlah Pelayanana Masyarakat Pelayanan Umum 530
orang, Pelayanan Kependudukan 40 orang dan Pelayanan Legilasi 10 orang.
7. Pajak/ Retribusi
Tabel 17 Jumlah Pajak Retribusi di Kampung Sritejokencono.
1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
a. Jumlah SPPT
b. Jumlah Ketetapan
2690 Buah
Rp. 56.977.736
2. Pajak Retribusi lainnya
a. Jumlah wajib Pajak (WP)
b. Jumlah SPPT
1 Orang
1 Orang
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
51
Tabel di atas menunjukkan Jumlah Pajak Retribusi, yaitu Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) : Jumlah SPPT 2690 Buah, Jumlah Ketetapan Rp. 56.977.736.
Pajak Retribusi Lainnya : Jumlah Wajib Pajak (WP) 1 orang, Jumlah SPPT 1
orang.
8. Dewan Perwakilan Kampung (Dpk)
Tabel 18. Jumlah Dewan Perwakilan Kampung Sritejokencono.
a. Jumlah Anggota DPK 7 Orang
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel Jumlah Dewan Perwakilan Kampung Menunjukkan Jumlah Anggota DPK
7 orang.
9. Peraturan Kampung
Tabel 19. Jumlah Peraturan Kampung Sritejokencono.
a. Jumlah Peraturan kampung yang telah ditetapkan 1 Buah
b. Jumlah peraturan kampung yang telah ditetapkan 1 Buah
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan Jumlah Peraturan Kampung. Jumlah peraturan
kampung yang telah ditetapkan 1 Buah dan jumlah Peraturan kampung yang telah
diteapkan 1 Buah.
10. Keputusan Kepala Kampung/ Kepala Kelurahan
Tabel 20. Jumlah Keputusan Kepala Kampung Sritejokencono.
a. Jumlah keputusan sebagai tindak lanjut dari
peraturan kampong
1 Buah
b. Jumlah keputusan yang merupakan
kebijaksanaan kepala kampung/ kepala kelurahan
1 Buah
c. Jumlah keputusan kepala kelurahan yang bersifat
mengatur
2 Buah
d.
Jumlah keputusan kepala kelurahan yang bersifat
mengatur
2 Buah
52
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan Keputusan Kepala Kampung/ Kepala Kelurahan,
Jumlah Keputusan sebagai tindak Lanjut dari Peraturan Kampung 1 buah, jumlah
keputusan yang merupakan kebijaksanaan Kepala Kampung/ Kepala Kelurahan 1
Buah, jumlah Keputusan Kepala Kelurahan yang bersifat Mengatur 2 Buah, dan
Jumlah Keputusan Kepala Kelurahan yang bersiat mengatur 2 Buah.
11. Keuangan dan Sumber-Sumber Pendapatan Kampung
Tabel 21. Jumlah Keuangan dan Sumber Pendapatan Kampung Sritejokencono.
a. Sumber pendapatan
1. Bantuan Pemerintah Kabupaten
2. Bantuan Pemerintah Provinsi
3. Bantuan Pemerintah Pusat
4. Sumbangan dari Pihak Ketiga/ Pajak
Rp. 86.751.000
Rp. 5.600.000
Rp. 277.726.543,57
Rp. 22.778.297,97
Jumlah Rp. 392.855.841,54
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan Jumlah Keuangan dan Sumber pendapatan kampung.
Bantuan Pemerintah Kabupaten Rp. 86.751.000, Bantuan Pemerintah Provinsi Rp.
5.600.000, Bantuan Pemerintah Pusat Rp. 277.726.543,57, Sumbangan dari Pihak
Ketiga/Pajak Rp. 22.778.297,97 jumlah keseluruhannya yaitu Rp. 392.778.297,97.
12. Keamanan Kampung/Kelurahan
Tabel 22 Jumlah Keamanan Kampung Sritejokencono.
a. Pembina Hansip:
1. Jumlah anggota:
a. Laki-laki
20 Orang
2. Jumlah hansip terlatih 20 Orang
b. Ketentraman dan Ketertiban:
1. Jumlah penyuluhan
2. Jumlah Pos Kamling
2 kali
26 buah
53
3. Jumlah Peronda Kampung 189 kelompok
c. Pemilhan Umum tahun 2015 (Bupati):
1. Jumlah Pemilih
2. Jumlah TPS
3. Pembinaan dan Pengawasan Bekas
Napi/Tapol G.30 S/PKI :
1. Jumlah Bekas Napi
2. Jumlah Bekas Tapol G.30 S/PKI
- Golongan B
- Golongan C
3979 Orang
8 lokasi
2 Orang
1 Orang
1 Orang
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan jumlah Keamanan kampung yaitu, Pembina Hansip
jumlah anggota laki-laki 20 orang, Jumlah hansip terlatih 20 orang, Jumlah
Penyuluhan 2 kali, jumlah pos kamling 26 buah, jumlah peronda kampung 189
kelompok, Pemilihan Umum tahun 2015 jumlah Pemilih 3979 orang, Jumlah TPS
8 Lokasi. Pembinaan dan Pengawasan Bekas Napi/ Tapol G.30 S/PKI Yaitu
Jumlah Bekas Napi 2 orang, jumlah bekas tapol G 30 S/PKI yaitu Golongan B 1
orang dan Golongan C 1 orang.
13. Survey dan Penelitian
Tabel 23. Jumlah Survey dan Penelitian di Kampung Sritejokencono.
a. Jumlah Survey dan Penelitian 3 Kali
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas meunjukkan Jumlah Survey dan Penelitian yaitu sebanyak 3 kali.
54
C. BIDANG PEMBANGUNAN
1. Agama
Tabel 24. Jumlah Sarana Peribadatan di Kampung Sritejokencono.
a. Jumlah Masjid 10 Buah
b. Jumlah Mushollah 9 Buah
c. Jumlah Gereja 1 Buah
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel jumlah sarana Peribadatan menunjukkan Jumlah Masjid 10 Buah, Jumlah
Mushollah 9 Buah, dan Jumlah Gereja 1 Buah.
2. Pendidikan
Tabel 25. Sarana Pendidikan Umum di Kampung Sritejokencono.
a. Kelompok Bermain (SWASTA) Gedung 2 Buah
b. Taman Kanak-kanak (SWASTA) Gedung 3 Buah
c. Sekolah Dasar (NEGERI) Gedung 4 Buah
d. SMTP (NEGERI) Gedung 1 Buah
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan Jumlah Kelompok Bermain (SWASTA) Gedung 2
Buah, taman kanak-kanak (SWASTA) Gedung 3 Buah, sekolah Dasar (NEGERI)
Gedung 4 buah, dan SMTP (GEDUNG) Gedung 1 buah.
3. Sarana Olah Raga/Kesenian/Kebudayaan
Tabel 26. Sarana Olah Raga di Kampung Sritejokencono.
a. Lapangan Sepak Bola 3 Buah
b. Lapangan Volley 6 Buah
c. Lapangan Bulu Tangkis 1 Buah
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel sarana olahraga menunjukkan Lapangan Sepak Bola 3 buah, Lapangan
Volley 6 Buah, dan Lapangan Bulu tangkis 1 Buah.
55
4. Prasarana Perhubungan
Tabel 27. Prasarana Perhubungan di Kampung Sritejokencono.
a. Jalan
1. Dusun/ Lingkungan
2. Kampung
22 km
11 km
b. Jembatan 8 Buah
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan Ukuran Dusun/ Lingkungan 22km, Kampung 11 km
dan jumlah Jembatan 8 buah.
5. Industri
Tabel 28. Industri di Kampung Sritejokencono.
a. Kecil 2 Buah
b. Rumah Tangga 5 Buah
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan bahwa Industri Kecil 2 Buah, dan Industri Rumah
Tangga 5 Buah.
6. Pengairan
Tabel 29. Pengairan di Kampung Sritejokencono.
a. Waduk/ Ceck Dam Luas 6 Ha, Jumlah 4 Buah
b. Saluran Irigasi 5000 Buah
c. Gorong-gorong 24 Buah
d. Pembagi Air 54 Buah
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan Waduk/ Cek Dam Luas 6 Ha dan Berjumlah 4 Buah,
Saluran irigasi 5000 buah, Gorong-gorong 24 Buah dan Pembagi air 54 Buah.
56
7. Pertanian
Tabel 30. Pertanian di Kampung Sritejokencono
a. Padi dan Palawija :
1. Padi
2. Jagung
3. Ketela Pohon
660 Ha, 4290 Ton
50 Ha, 400 Ton
10 Ha, 60 Ton
b. Sayur-sayuran :
1. Kacang Panjang
2. Terong
3. Lombok
1 Ha, 12 Ton
1 Ha, 12 Ton
0,25 Ha, 12 Ton
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan Padi 660 Ha 4290 Ton, Jagung 50 Ha 400 Ton, Ketela
Pohon 10 Ha, 60 Ton, Kacang Panjang 1 Ha 12 Ton Terong 1 Ha 12 Ton dan
Lombok 0,25 Ha, 12 Ton.
8. Pertamanan dan Lingkungan Hidup
Tabel 31. Kebersihan di Kampung Sritejokencono.
a. Lokasi Pembuangan Sampah Sementara 1 Buah
b. Volume Sampah 10 M3
c. Personil Kebersihan 1 Orang
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan Lokasi Pembuangan Sampah sementara 1 buah,
Volume sampah 10 M3 dan Personil Kebersihan 1 orang.
9. Perikanan
Tabel 32. Perikanan di Kampung Sritejokencono.
a. Empang/ Kolam 10 Ha, 50 Ton
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan Empang/ Kolam 10 Ha 50 Ton.
57
10. Peternakan
Tabel 33. Peternakan di Kampung Sritejokencono.
a. Ayam Kampung 2000 ekor
b. Ayam Ras 200 ekor
c. Itik 100 ekor
d. Kambing 28 ekor
e. Sapi Biasa 602 ekor
f. Kerbau 10 ekor
g. Kuda 1 ekor
h. Babi 12 ekor
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan Ayam Kampung 2000 ekor, ayam ras 200 ekor, itik
100 ekor, kambing 28 Ekor, sapi biasa 602 ekor, kerbau 10 ekor, kuda 1 ekor dan
babi 12 ekor.
11. Perdagangan/Jasa
Tabel 34. Perdagangan/Jasa di Kampung Sritejokencono.
a. Perdagangan :
1. Pasar Lingkungan
2. Toko
1 Buah, 37 Kios
12 Buah
b. Jasa :
1. Bank/ BMT
2 Buah
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel Perdagangan/ Jasa menunjukkan Pasar Lingkungan 1 Buah 37 Kios, Toko
12 Buah dan Bank/ BMT 2 Buah.
12. Perkoperasian
Tabel 35. Perkoperasian Kampung Sritejokencono
a. Koperasi Simpan Pinjam 2 Buah
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan Koperasi Simpan Pinjam 2 Buah.
58
D. BIDANG KEMASYARAKATAN
1. Keagamaan
Tabel 36. Keagamaan di Kampung Sritejokencono.
a. Majelis Ta’lim 10 Kelompok, 500 anggota
b. Majelis Gereja 4 Kelompok, 240 anggota
c. Remaja Masjid 18 Kelompok, 300 anggota
d. Remaja Gereja 4 Kelompok, 40 anggota
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel bidang kemasyarakatan menunjukkan jumlah majelis ta’lim 10 kelompok
500 anggota, majelis gereja 4 kelompok 240 anggota, remaja masjid 18
mkelompok 300 anggota dan remaja gereja 4 kelompok 40 anggota.
2. Kesehatan
Tabel 37. Kesehatan di Kampung Sritejokencono.
a. Pos Klinik/ KB
- Jumlah pasangan usia subur bulan 12-
2015
- Jumlah pasangan usia subur masuk KB
- Jumlah Akseptor KB satu tahun yang
mempergunakan :
1. Pil
2. IUD
3. Suntik
4. MOP
5. MOW
6. Susuk
7. KB Mandiri
1 Buah
1070 Orang
1070 Orang
.
197 Orang
14 Orang
245 Orang
14 Orang
11 Orang
267 Orang
149 Orang
b. Posyandu 6 Buah
c. PUSKESMAS
1. Jumlah Puskesmas
2. Tenaga Dokter
1 Buah
1 Buah
2 Orang
59
3. Tenaga Bidan 7 Orang
d. PUSKEMAS PEMBANTU
1. Tenaga Dokter
2. Tenaga Bidan
2 Orang
7 Orang
e. Praktek Dokter
1. Dokter Umum
2. Dokter Gigi
3. Dukun Bayi
1 Orang
1 Orang
1 Orang
2 Orang
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel Kesehatan di atas menunjukkan jumlah Pos Klinik/ KB 1 Buah, pasangan
usia subur bulan 12 2015 1070 orang, Jumlah akseptor KB satu tahun yang
menggunakan Pil 197 orang, IUD 14 orang, Suntik 245 orang, MOP 14 orang,
MOW 11 orang, Susuk 267 orang, KB Mandiri 149 orang, posyandu 6 Buah,
Jumlah Puskesmas 1 Buah, Tenaga Dokter 2 orang, Tenaga Bidan 7 orang.
Puskesmas Pembantu, Tenaga Dokter 2 orang, Tenaga Bidan 7 orang. Praktek
Dokter yaitu Dokter Umum 1 orang, Dokter Gigi 1 orang dan Dukun Bayi 2
orang.
3. Olah Raga
Tabel 38. Olahraga di Kampung Sritejokencono.
a. Sepak Bola 2 Kesebelasan
b. Volly Ball 6 Perkumpulan
c. Bulutangkis 1 Perkumpulan
d. Tenis Meja 1 Perkumpulan
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan Jumlah Sepak Bola 2 Kesebelasan, Volly Ball 6
Perkumpulan, Bulutangkis 1 Perkumpulan Tenis Meja 1 Perkumpulan.
60
4. Organisasi Sosial
Tabel 39. Organisasi Sosial di Kampung Sritejokencono.
a. Karang Taruna 60 anggota
b. Penyandang Tuna :
1. Tuna Netra
2. Tuna Rungu
3 Orang
5 Orang
c. Pemulung 1 Orang
d. Nikah, Talak, Cerai, Rujuk :
1. Nikah
2. Cerai
30 Orang
5 Orang
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan Karang Taruna Berjumlah 60 anggota, Tuna Netra 3
orang, Tuna Rungu 5 orang, Pemulung 1 orang, Nikah 30 orang dan Cerai 5
orang.
E. SEJARAH SINGKAT P3A TIRTAKENCANA
Pada tahun 1970 Kampung Sritejokencono yang mulanya dijadikan sebagai lahan
pertanian singkong yang kemudian diubah menjadi lahan persawahan. Jaringan
irigasi tersier mulai dibangun disetiap areal ladang persawahan demi mencukupi
kebutuhan air untuk tanaman padi maupun jagung. Sejak itulah pada tahun 1972
dibentuk suatu organisasi yang mengatur pengelolaan air irigasi pertanian yaitu
P3A Tirtakencana.
Nama Tirtakencana berasal dari kata Tirta yang berarti air dan kencana yang
berarti emas. Hal ini dimaksudkan agar nantinya P3A Tirtakencana dapat
memberikan sumber air yang bermanfaat bagi para petani sehingga menjadikan
petani di Kampung Sritejokencono makmur sejahtera.
61
Tujuan didirikanya P3A Tirtakencana ini adalah supaya masyarakat petani di
Kampung Sritejokencono mempunyai wadah atau sarana berkumpul dalam
membahas berbagai masalah serta mencari solusi yang ada khususnya dibidang
pertanian demi menunjang kelancaran petani dalam bercocok tanam.
Adapun luas waduk, jumlah saluran irigasi, gorong-gorong serta bak pembagian
air yang dimiliki oleh P3A Tirtakencana Kampung Sritejokencono sebagai
berikut:
Tabel 40. Bangunan Jaringan Irigasi Kampung Sritejokencono.
1. Waduk/ Ceck Dam Luas 6 Ha, Jumlah 4 Buah
2. Saluran Irigasi 5000 Buah
3. Gorong-gorong 24 Buah
4. Pembagi Air 54 Buah
Sumber data: Data Monografi Kampung Sritejokencono Tahun 2015.
Struktur Organisasi P3A Tirtakencana Kampung Sritejokencono Kecamatan
Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah
Gambar 2. Bagan struktur organisasi P3A Tirtakencana Kampung Sritejokencono
Kec. Kotagajah Kab. Lampung Tengah
Ketua
Supaham
Sekretaris
Slamet
Ulu-Ulu
Tugiman
BD.6 Ka+Ki
Mujono
BD.1. Ka+Ki
Parsito
BD.7 Ka
Slamet
Bendahara
Sutikno
BD.7 Ki
Sutikno
BD.8 Ka
Parjono
BD.8 Ka
Tukijo
BD.10 Ka+Ki
Tugiman
BU.1 Ka+Ki
Sutrisno
BD.9 Ki
Sutiman
BD.9 Ka
Ismail
BD.8 Ki.2
Memen
BD.8 Ki.1
Maryanto
62
F. Permasalahan dan Potensi Kampung
Permasalahan yang ada di kampung berasal dari masalah kondisi prasarana yaitu
seperti lingkungan, kesehatan, pendidikan, sosial budaya, keamanan dan
sumberdaya perekonomian yang ada di kampung. Untuk Kampung
Sritejokencono masalah prasaran lingkungan seperti jalan dan irigasi merupakan
hal utama yang harus diperbaiki. Kemudian potensi yang ada di kampung
merupakan peluang atau kondisi lain yang bisa dioptimalkan dari gambaran
masalah yang ada di kampung yang bisa merubah keadaan menjadi lebih baik.
Jika maslah yang ada di atas dapat di atasi bisa saja Kampung Sritejokencono
menjadi salah satu kampung Swasembada beras yang ada di Lampung karena
sebenarnya Kampung Sritejokencono memiliki potensi lahan pertanian padi yang
sangat menjanjikan. Jika irigasi lancar untuk proses penanaman sampai panen
hasilnya pasti akan melimpah begitu pula jika sarana jalan sudah baik maka akses
untuk menjual padi semakin mudah bagi para petani di Kampung Sritejokencono.
98
BAB VI PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Analisis Hambatan
Partisipasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam Kegiatan Pengelolaan
Jaringan Irigasi (Studi Di Kampung Sritejokencono Kecamatan Kotagajah
Kabupaten Lampung Tengah) dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bentuk partisipasi petani
a. Partisipasi Uang (Harta Benda)
Petani kampung Sritejokencono diwajibkan untuk membayar janggol kepada
aparat kampung setelah musim panen, janggol tersebut bisa berupa uang tunai
dan bisa juga berupa padi hasil panen dari petani.
b. Partisipasi Tenaga
Partisipasi Tenaga yang belum maksimal dan belum sesuai dengan yang
diharapkan, baik itu dari proses operasi, pemeliharaan, maupun rehabilitasi
jaringan irigasi. Seharusnya untuk dapat menjaga saluran irigasi tetap bersih
dan terawat, diperlukan partisipasi para petani pemakai air yang maksimal
sehingga kelancaran dari air saluran irigasi dapat mengalir lancar tanpa
hambatan dan kondisi badan saluran irigasinya tetap terjaga tanpa ada sedikit
bagian-bagian yang rusak dan membutuhkan rehabilitasi, yang pastinya
memerlukan biaya yang lebih mahal.
99
2. Hambatan Partisipasi
a. Hambatan Internal:
1) Faktor Umur/Usia (Partisipasi Lebih Banyak dilakukan Kelompok Petani
P3A yang Berusia 30-55 Tahun). Petani yang rentang usia terlalu muda
maupun terlalu tua tingkat partisipasinya rendah dalam pengelolaan
jaringan irigasi di Kampung Sritejokencono.
2) Pengaruh Jenis Kelamin/Gender (Tidak ada Petani Berjenis Kelamin
Perempuan yang Berpartisipasi). Petani laki-laki menganggap bahwa
kegiatan pengelolaan jaringan irigasi bila dilaksanakan bersama kaum
perempuan, maka hanya akan merepotkan saja dan membuat kegiatan
tersebut ribet/terhambat.
3) Faktor Pekerjaan dan Penghasilan (Kurang memenuhi kebutuhan).
pekerjaan dan penghasilan dapat mempengaruhi partisipasi petani dalam
kegiatan pengelolaan jaringan irigasi. Pekerjaan mereka dianggap kurang
mumpuni untuk mendapatkan penghasilan yang kiranya layak dan sesuai
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga informan yang banyak
dan susah unutk ditebak.
b. Hambatan eksternal antara lain:
1) Kemiskinan merupakan faktor eksternal awal yang menghambat petani
P3A Kampung Sritejokencono untuk berpartisipasi, karena kemiskinan
membuat petani lebih memilih meluangkan waktunya untuk bekerja
sampingan mencari uang tambahan daripada untuk ikut berpartisipasi
dalam pengelolaan jaringan irigasi.
100
2) Sistem birokrasi yang kurang baik dari pemerintah Kampung
Sritejokencono. Minimnya kebijakan pembangunan untuk jaringan irigasi
dan minimnya peran serta aparat kampung dalam menggerakan
masyarakat, khususnya petani untuk mengikuti kegiatan pengelolaan
jaringan irigasi dan terlebih dengan akses jalan kesawah yang buruk
membuat petani malas untuk berpartisipasi.
3) Kesadaran masyarakat yang berkurang untuk bergotong-royong
(Berpartisipasi). Dahulu segala kegiatan mengenai pertanian bisa
dikerjakan secara bersama dengan gotong-royong, sekarang mulai terkikis
dengan adanya sistem upah. Para petani saat ini enggan untuk melakukan
kegiatan gotong-royong apabila kegiatan tersebut tidak ada upah langsung
yang dapat diterima oleh mereka seperti kegiatan pengelolaan jaringan
irigasi ini.
B. Saran
Berdasrakan kesimpulan yang sudah dipaparkan di atas mengenai Analisis
Hambatan Partisipasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam Kegiatan
Pengelolaan Jaringan Irigasi (Studi Di Kampung Sritejokencono Kecamatan
Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah), peneliti memberikan saran kepada
pihak-pihak yang bersangkutan sebagai berikut:
1. Bagi para petani P3A Kampung Sritejokencono
Diharapkan agar dapat berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan jaringan
irigasi secara maksimal, karena dengan menilik kondisi jaringan irigasi saat ini
101
sangat buruk dan kebutuhan air yang diperlukan petani untuk dapat mengairi
sawah dari musim kemusim semakin berkurang.
2. Bagi Aparatur Kampung Sritejokencono
Diharapkan dapat menjalankan birokrasinya seoptimal mungkin, terlebih
untuk jaringan irigasi. Aparatur kampung khususnya Kepala Kampung
diharapkan dapat menjadi figur atau motor penggerak dari masyarakat petani
yang bisa menjadi teladan dalam melaksanakan segala kegiatan yang ada di
Kampung Sritejokencono.
3. Bagi P3A Kampung Sritejokencono Beserta Petugas Pengairan (Ili-ili)
Diharapkan dapat mengevaluasi dan lebih meningkatkan partisipasinya dalam
kegiatan operasi jaringan irigasi dan melakukan musyawarah bersama dalam
mengatasi masalah gagal panen yang dihadapi oleh petani di beberapa musim
terakhir.
4. Bagi Dinas Perairan PU
Diharapkan bisa sering turun lapangan melihat kondisi jaringan irigasi di
perkampungan agar lebih mengetahui secara jelas bagaimana kondisinya saat
ini dan berupaya untuk bisa memperbaikinya.
5. Bagi Semua Lapisan masyarakat Kampung Sritejokencono
Diharapkan agar dapat terus melestarikan nilai-nilai sosial (gotong-royong)
yang sudah menjadi identitas bangsa Indonesia, jangan selalu mengharapkan
upah untuk segala urusan yang menyangkut kepentingan bersama.
102
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
Anonim.2015. Monografi Kampung Sritejokencono. Metro: Aneka Printing.
Direktorat Jenderal Pengairan. 1986. Standar Perencanaan Irigasi (KP. 01-05).
Departemen Pekerjaan Umum. Bandung: CV. Galang Persada.
Isbandi. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas: dari
Pemikiran Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press.
Iskandar. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: Gaung Persasda Press (GP Press).
Kartasasmita, Ginanjar. 2001. Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan
Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: Pustaka CIDESINDO.
M. Nazir,2003. metode penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia.
Mubiyarto. 1972. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.
Penny D.H dan Meneth Ginting. 1984. Pekarangan Petani dan Kemiskinan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Permendagri No 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007 tentang Jaringan Irigasi
Pusparini Devi. 2013. Analisis Hambatan Pelaksanaan PUPAP Dalam Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Petani Penggarap. Lampung: UNILA
Rahman H.I, 2007. Sistem Politik Indonesia, Yogjakarta: Graha Ilmu.
Ritzer, G. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Terjemahan
Alimandan. Jakarta: Rajawali.
Soekaerti. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian, Depok: UI.
Sutopo, HB. 2006. Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS Press.
Syahyuti. 2005. Partisipasi. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Bogor: IPB
103
Sumber Internet
Badruddin Syamsiah. 2009. Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial Di Indonesia
Pra Dan Pasca Runtuhnya Orde Baru.
https://profsyamsiah.wordpress.com/2009/04/23/49/. Diakses 7 Feb 2017
Fajar. 2015. Pembangunan di Indonesia Tidak Merata.
http: html#sthash.bbNhilhW.dpuf. Diakses pada 16 Februari 2016
Frameit. 2013. Hambatan dalam Partisipasi Masyarakat.
http://2frameit.blogspot.co.id.html. Diakses pada 10 Maret 2016
Litbang. 2013. Operasi Pemeliharaan Irigasi Partisipatif.
http://litbang.pu.go.id. Diakses pada 1 Maret 2016
Pramulia Sigit. 2014. Kelembagaan P3A Tahun 2014. Bappeda Deli Serdang
http://www.slideshare.net. Diakses pada 16 Februari 2016
Reynold Sumayku. 2015. Irigasi Rusak Indonesia Kehilangan Produksi Padi 4-5
ton. http://nationalgeographic.co.id/berita. Diakses pada 17 Februari 2016
Sacafirmansyah. 2009. Partisipasi Masyarakat. https:// wordpress.com. Diakses
pada 17 Februari 2016.
Sartia Ase. 2015. Inilah Beberapa Definisi Pembangunan Desa Menurut Para
Ahli. http://materiibelajar.blogspot.co.id/2015/12/28.html. Diakses 16 Feb
2016