analisis fonetik dan fonemik bahasa dayak sawai desa sekonau kecamatan rawak kabupaten sekadau

30
1 NAMA: DEONESIA DESI KELAS: B PAGI NIM: 511100028 BAGIAN 1 RENCANA PENELITIAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana komunikasi utama yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari bahasa selalu digunakan baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan sarana yang efektif untuk memenuhi hasrat dan keinginannya sehingga bahasa merupakan sarana yang paling efektif untuk berhubungan dan bekerja sama. Bahasa dapat tumbuh dan berkembang sesui dengan perkembangan dan pertumbuhan pemikiran penggunanya. Bahasa itu bersifat dinamis, bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja ada kosa kata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi. Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang

Upload: rahelianto

Post on 17-Jun-2015

2.668 views

Category:

Education


6 download

DESCRIPTION

Tugas Penelitian Bahasa Oleh :Deonesia Desi Nim: 511100028

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

1

NAMA: DEONESIA DESI

KELAS: B PAGI

NIM: 511100028

BAGIAN 1

RENCANA PENELITIAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana komunikasi utama yang digunakan oleh manusia

untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari bahasa selalu digunakan baik

dalam situasi resmi maupun tidak resmi. Sebagai makhluk sosial, manusia

memerlukan sarana yang efektif untuk memenuhi hasrat dan keinginannya

sehingga bahasa merupakan sarana yang paling efektif untuk berhubungan dan

bekerja sama. Bahasa dapat tumbuh dan berkembang sesui dengan perkembangan

dan pertumbuhan pemikiran penggunanya. Bahasa itu bersifat dinamis, bahasa itu

tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat

terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja yaitu fonologi,

morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja ada

kosa kata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak

digunakan lagi. Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang

Page 2: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

2

sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh seseorang yang mempunyai latar

belakang sosial dan kebiasaan berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam.

(Wibowo, 2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan

berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional,

yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk

melahirkan perasaan dan pikiran.

Bahasa sebagai alat untuk eskpresi diri dan sebagai alat komunikasi adalah

fungsi bahasa secara sempit. Secara luas fungsi bahasa adalah untuk mengadakan

integrasi dan adaptasi sosial, dan untuk mengadakan kontrol sosial. Secara garis

besar sarana komunikasi dibedakan menjadi dua macam yaitu komunikasi bahasa

lisan dan bahasa tulis. Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang

digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk

mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk

mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi

tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3). Bahasa

tidak terlepas dari kehidupan manusia karena bahasa sebagai alat komunikasi

yang sangat penting dalam kehidupan oleh karena itu dengan bahasa manusia

dapat berbicara mengenai apaun, baik yang disenagi maupun yang tidak disenagi.

Aktivitas manusia tidak dapat berlangsung tanpa bahasa. Pada era sekarang ini,

semakin tinggi peradaban manusia maka semakin tinggi pula intensitas

pengguanan bahasa yang didukung kemajuan teknologi.

Page 3: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

3

Bahasa Indonesia memiliki keberagaman suku dan bahasa, dengan bahasa

Indonesia sebagai bahasa nasional. Satu di anataranya adalah suku dayak yang

mempunyai bahasanya sendiri. Suku dayak terbagi lagi ke dalam sub-sub dengan

bahasa yang berbeda seperti sub suku Dayak Sawai. Suku ini tinggal selain di

sepanjang Sungai Sekadau, juga bermukim disepanjang Sungai Mentrap. Bahasa

yang dituturkan oleh masyarakat Dayak Sawai sepintas lalu tidak memperlihat

perbedaan dengan bahasa Jawantn, Taman Melayu, yang hidup berdampingan

dengan suku Dayak Sawai. Oleh karena itu, suku-suku tersebut hampir semuanya

dapat berkomunikasi dengan baik atau menimal dapat saling paham. Tetapi tidak

semuanya kosakata yang diucapkan oleh masyarakat Dayak Sawai dapat

dipahami oleh suku Jawantn,

Tamn Melayu, tentunya kosakata yang tidak dipahami tersebut adanya

kesalah paham dalam berkomunikasi. Maka dari itu penulis tertarik menganalisis

fonetik dan fonemik bahasa dayak sawai di desa Sekonau. Secara umum, bahasa

Dayak Sawai memperlihatkan ciri-ciri bahasa Dayak yang dapat dikelompokan

dalam kelompok melayik. Salah satu ciri bahasa Dayak Sawai ini adalah

pengucapan konsonan [ r] uvular menjadi [v ] frikatif misalnya /kuRang/ „

kurang‟. Gejala ini muncul baik posisi awal kata, tengah kata, maupun pada posisi

akhir (Surjani Alloy dkk. 2008: 274).

Surjani Alloy dkk (2008: 274) menyatakan bahawa wilayah penyebaran

Dayak Sawai sebagaimana disinggung di atas umumnya terdapat di Kecamatan

Sekadau Hulu bagian timur dan bagian selatan. Suku ini bermukim disepanjang

Page 4: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

4

dua sungai besar, yaitu Sungai Sekadau dan Sungai Mentrap, yang tersebar di 14

kampung. Kampung-kampung ini tidaklah semuanya dihuni oleh suku Dayak

Sawai. Kelompok ini juga berasimilasi dengan berbagai subsuku Dayak yang ada

di sekitarnya, terutama dayak taman dan jawantn meskipun jumlahnya sangat

kecil. Adapun jumlah populasi Dayak Sawai pada saat penelitian ini dilakukan

berjumlah 4.825 jiwa. Untuk mempermudah pengambilan data, penulis

membatasi lokasi penelitian di Desa Sekonau. Desa Sekonau Kecamatan Rawak,

Kabupaten Sekadau. Berdasarkan pengamatan penulis memilih Desa Sekonau

sebagai lokasi penelitian dikarenakan bahasa yang digunakan merupakan bahasa

yang masih belum tercampur dengan bahasa lain dan didukung kondisi

masyarakat yang masih asli. Fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil

dari ujaran beserta dengan “gabungan” antarbunyi yang membentuk silabel atau

suku kata (Abdul Chaer, 2009: 5). Dalam studi linguistik terdapat empat

subdisiplin ilmu lingustik, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

Fonologi mendeskripsikan masalah bunyi. Morfologi mendeskripsikan bentuk

kata. Sintaksis mendeskripsikan bentuk kalimat, dan semantik mendeskripsikan

bentuk makna. Luasnya sistem bahasa yang ada, maka pada penelitian ini dibatasi

tentang fonologi bahasa Dayak Sawai. Penulis tertarik mengkaji mengenai

fonologi karena fonologi merupakan subdisiplin ilmu yang paling mendasar

dalam tataran lingustik. Bidang kajian mencakup dua aspek yaitu aspek fonetik

dan fonemik. Dalam bidang fonetik dan fonemik memiliki banyak bagian maka

Page 5: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

5

dari itu penulis mengkaji mengenai vokal, konsonan dan deretan pada bagaian

fonetik dan pada bagian fonemik penulis mengkaji mengenai fonem.

Alasan penulis dalam mengambil penelitian “Analisis Fonetik dan Fonemik

Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau”.

Pertama berdasarkan kajian kepustakaan, belum ada penelitian ilmiah mengenai

fonologi bahasa Dayak Sawai. Kedua sebagai usaha penulis untuk

mendokumentasikan secara tertulis agar terjadi kelestrian penggunaan bahasa

Dayak Sawai. Ketiga penelitian ini juga sebagai upaya menambah literatur

kebahasaan khususnya literatur bahasa daerah.

Harapan penulis dalam penelitian ini, dari berbagai kalangan masyarakt akan

lebih menghargai bahasa daerah serta sebagai sarana untuk saling mempelajari

dan mengenal berbagai bentuk kebahasaan dalam meningkatkan persaudaraan

antarsuku bangsa. Dalam penelitian analisis fonetik dan fonemik bahasa dayak

Sawai dapat memberikan sumbangan dalam bidang pembelajaran dan penelitian

ini dapat dimenfaatkan sebagai bahan pengajaran bahasa dan sasatra Indonesia,

khususnya di bidang pembelajaran kebahasaan sebagai bahan perbandingan

dalam proses pembelajaran di sekolah.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, masalah umum pada penelitian

ini adalah “Bagaimanakah Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai

Page 6: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

6

Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau”. Masalah penelitian ini

terbagi menjadi dua submasalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah fonetik dalam bahasa Dayak Sawai di Desa Sekonau

Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau?

2. Bagaimanakah fonemik dalam bahasa Dayak Sawai di Desa Sekonau

Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Fonetik

dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai di desa Sekonau Kabupaten Sekadau.

Penelitian ini secara khusus bertujuan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan fonetik bahasa Dayak Sawai didesa Sekonau Kabupaten

Sekadau yang berkaitan dengan inventarisasi bunyi dan mendeskripsi bunyi.

2. Mendeskripsikan fonemik bahasa Dayak Sawai didesa Sekonau Kabupaten

Sekadau yang berkaitan dengan pembuktian status fonem dan alofonnya dan

struktur fonem dalam suku kata.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun

prktis. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah sebagai bahan pembelajaran dan

pengembangan dalam kajian kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan

Page 7: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

7

fonologinya, khususnya fonetik dan fonemik. Manfaat praktisnya antara lain

sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mempu meberi sumbangan serta menambah

wawasan tentang bahasa khususnya mengenai fonetik dan fonemik bahasa

Dayak Sawai.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru bahasa Indonesia

sebagai salah satu alternasi bahan pembelajaran bahasa Indonesia.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan untuk memudahkan

penelitian dalam pengumpulan data sehingga arah penelitian ini menjadi lebih

jelas. Berdasarkan masalah penelitian, perincian bahwa aspek Fonetik dan

Fonemik bahasa Dayak Sawai di Desa Sekonau Kecamatan Rawak

Kabupaten Sekadau. Dengan demikian, ruang lingkup penelitian ini akan

mengamati bunyi vokal, bunyi konsonan dan fonem bahasa Dayak Sawai.

Objek kajian fonetik adalah cabang fonologi yang menyelidiki bunyi bahasa

menurut cara pelafalan, sifat-sifat akuistiknya, dan cara penerimaannya oleh

Page 8: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

8

telinga manusia, sedangkan fonemik adalah fonem dalam fungsinya sebagai

pembeda makna kata.

a. Definisi Oprasional

1. Pengertian Fonologi

Fonologi adalah bunyi-bunyi bahasa sebagai stuan terkecil dari ujaran

beserta dengan “gabungan” antarbunyi yang membentuk silabel atau suku

kata. Serta juga dengan unsure-unsur suprasegmentalnya, seperti tekanan,

nada, hentian dan durasi.

2. Fonetik

Fonetik adalah cabang kajian lingustik yang meneliti bunyi-bunyi

bahasa tanpa melihat apakah bunyi-bunyi itu dapat membedakan makna

kata atau tidak.

3. Fonemik

Fonemik adalah bunyi bahasa dengan memperhatikan statusnya sebagai

pembedaan makna.

4. Pengertian Dayak Sawai

Dayak Sawai atau yang terkadang disebut juga Dayak Sawai adalah

kelompok masyarakat suku Dayak di Kabupaten Sanggau yang bermukim

di Kecamatan Sekadau Hulu.

F. Metodologi Penelitian

Page 9: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

9

1. Metode Penelitian dan Bentuk Penelitian

a. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2013:6) menyatakan

bahwa, metode penelitian pendidikan merupkan cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada

gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan

mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Metode penelitian

adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai pemahaman,

narbuko dan achmadi, (2011:3). Moh. Nasir (dalam Mahmud, 2011:98)

mengemukakan bahwa ada 4 jenis metode yang dapat digunakan dalam

sebuah penelitian, antara lain:

a. Metode historik studi,

b. Metode deskripstif,

c. Metode eksperi mental,

d. Metode grounded research,

Penelitian ini mengkaji fonologi bahasa Dayak Sawai didesa

Sekonau Kabupaten Sekadau, meliputi: fonetik dan fonemiknya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode

deskriptif. Metode deskriptif artinya data yang diperoleh dari menulis

karangan dan diuraikan mengunakan kata-kata atau kalimat. Mahmud

Page 10: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

10

(2011:101) berpendapat metode deskriptif tepat digunakan apabila

penelitian ditunjukan untuk mengambarkan kondisi faktual

penyelengaraan pendidikan atau hal-hal lain yang berkenaan dengan

dunia pendidikan. Mahmud (2011:100) menyatakan bahwa, penelitian

deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati

permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan objek

tertentu.

Alasan mengambil metode deskriptif karena penelitian ini

dilakukan yang berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang

memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga

yang dihasilkan atau dicatat berupa pemberian bahasa yang dikatakan

sifatnya seperti potret, paparan seperti apa adanya. Dalam hal ini,

metode deskriptif memberikan gambaran yang objektif tentang

Fonologi Bahasa Dayak Sawai didesa Sekonau Kabupaten Sekadau.

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif

merupakan suatu strategi pemecahan masalah dalam penelitian tanpa

menggunakan analisis statistik, tetapi dengan menggunakan cara

berfikir logis berdasarkan data kualitatif yang dikumpulkan melalui

studi dokumentasi observasi atau wawancara secara mendalam

terhadap objek atau subjek penelitian (Zuldafrial, 2010: 3). Penelitian

kualitatif adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk

Page 11: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

11

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas

sosial, sikap, kepercayan, persepsi, pemikiran orang secara individual

maupun kelompok (Nana Syaodih Sukmadinata, 2011: 60).

Dapat disintesiskan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian untuk mendeskripsikan fenomena baik individu maupun

kelompok dan tanpa menggunakan analisis statistik.

b. Bentuk Penelitian

Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni

metode deskriptif, maka akan disertai juga dengan bentuk penelitian yang

tepat. Mahmud (2011:101-105) menjelaskan,beberapa bentuk penelitian

deskriptif, yaitu:

a) Studi survei, merupakan penyelidikan dengan gerak kearah luas

dan merata yang digunakan untuk melakukan penarikan

kesimpulan secara umum dari sampel yang ditentukan;

b) Studi kasus, yaitu peneliti yang dilakukan untuk mengungkap

suatu keadaan secara mendalam, intensif, baik mengenai

perseorangan, secara individual, maupun kelompok, lembaga

masyarakat;

c) Studi komparatif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk

membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta

tersebut berdasarkan kerangka pemikiran tertentu;

d) Studi korelasi, yakni pengumpulan data atau menentukan ada atau

tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan tingkat

hubungan;

Page 12: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

12

e) Studi kausal komparatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan

untuk mengambarkan skema hubungan dan pengaruh yang lebih

dalam dari dua atau lebih fakta dan sifat objek yang diteliti;

f) Analisis isi (content analysis). Ricard Budd (dalam mahmud,

2011: 104) mengatakan bahwa, analisis isi adalah teknik sistematis

untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat

untuk mengobservasi dan menganalisis perilaku komunikasi yang

terbuka dari komunikator yang terpilih;

g) Studi filsafat, yaitu metode penelitian yang fokusnya pada subtansi

pemikiran.

Berdasarkan bentuk penelitian di atas maka bentuk penelitian

yang dianggap relevan dangan penelitian ini adalah bentuk

penelitian menggunakan studi survey. Studi survei, seperti yang

diungkapkan, (Mahmud, 2011, 101-105) adalah penyelidikan

dengan gerak kearah luas dan merata yang digunakan untuk

melakukan penarikan kesimpulan secara umum dari sampel yang

ditentukan. Dengan demikian penelitian ini untuk mendapatkan

informasi tentang “Fonologi Bahasa Dayak Sawai”. Dengan

melakukan observasi secara langsung guna mendapatkan data yang

lebih objektik dan mendeskripsikannya sesui dengan keadaan atau

kenyatan yang ada dilapangan penelitian.

2. Data dan Sumber

a. Data dalam penelitian ini adalah yang berupa bunyi-bunyi bahasa dalam

bahasa Dayak Sawai didesa Sekonau Kabupaten Sekadau.

b. Sumber data

Page 13: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

13

Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa yang dituturkan asli

bahasa Dayak Sawai didesa Sekonau Kabupaten Sekadau yang diperoleh

melalui pengamatan dan pencatatan lapangan secara langsung. Subjek

penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat asli penutur

bahasa Dayak Sawai didesa Sekonau Kabupaten Sekadau.

3. Teknik dan Alat Pengumpul Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan alat pengumpul data yang akan digunakan dalam suatu

penelitian terlebih dulu harus diketahui jenis data yang akan dikumpulkan.

Teknik dan alat pengumpul data yang akan digunakan dalam suatu

penelitian terlebih dulu harus diketahui jenis data yang akan dikumpulkan.

Hadari Nawawi (1983: 94) mengatakan bahwa ada 6 macam teknik

penelitian pengumpulan data, yaitu:

1. Teknik observasi langsung,

2. Teknik observasi tidak langsung,

3. Teknik komunikasi langsung,

4. Teknik komunikasi tidak langsung,

5. Teknik studi dokumenter,

6. Teknik pengukuran.

Dari keenam teknik tersebut, penelitian ini menggunakan teknik

komunikasi langsung yaitu dengan wawancara dan perekaman, dan

teknik observasi langsung yaitu simak dan catatan. Teknik komunikasi

langsung adalah cara mengumpulkan data yang mengharuskan seorang

Page 14: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

14

peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka

dengan sumber data, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun

dalam situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut. Teknik

komunikasi langsung merupakan teknik penjaringan data melalui

percakapan antara peneliti dan informan. Pelaksanaan teknik ini

dilakukan dengan cara tanya jawab langsung sesuai dengan korpus

data yang telah dipersiapkan. Teknik perekaman dalam penelitian ini

dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang sebenarnya

dalam bentuk pita rekaman yang akan ditranskripsikan dalam bentuk

tulisan. Dan teknik observasi langsung adalah suatu metode

pengumpulan data secara langsung, dimana penelitian langsung

mengamati gejala-gejala yang diteliti dari suatu objek penelitian

b. Alat Pengumpul Data

Instrument penelitian ini menggunakan instrumen bantu, yaitu

alat perekam, kartu data atau catatan lapangan. Alat perekam

digunakan untuk merekam tuturan informan, catatan lapangan

digunakan untuk mencatat konteks tuturan.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data ini didasarkan pada teknik yang dikemukan oleh

(Sugiyono, 2013: 330). Dalam teknik penggumpulan data, triangulasi

diaartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat mengabungkan dari

Page 15: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

15

berbagai teknik penggumpulan data dan sumebr data yang telah ada. Bila

penelitian melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenrnya

penelitian mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan

berbagai sumber data. Triangulasi teknik, berarti penelitian menggunakan

teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari

sumber data yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif,

wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara

serempak. Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2013: 330) menyatakan

bahawa, triangulasi “the aim is not to determine the truth about some social

phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one‟s

understanding of what ever is being investigated”. Tujuan dari triagulasi

bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada

peningkatan pemahaman penelitian terhadap apa yang telah ditemukan.

Bogdan (dalam Sugiyono, 2013:330) menyatakan bahawa, “what the

qualitative researcher is interested in is not truth per se, but rather

perspectives. Thus, rather than trying to determine the “truth” of people‟s

perceptions, the purpose of corroboration is to help researchers increase their

understanding and the probability that their finding will be seen as credible or

worthy of concideration by others”.

Dapat disintesiskan triangulasi adalah teknik untuk menguji kradibilitas

data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama

Page 16: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

16

dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan

wawancara lalu dicek observasi, dokumentasi. Dalam penelitian ini,

trianggulasi digunakan untuk memeriksa keabsahan dan kesalahan data

sebagai strategi yang dapat meningkatkan kredibitas penelitian ini.

G. Jadwal Penelitian

H. TABEL 1.2

I. JADWAL RENCANA KEGIATAN PENELITIAN

Bulan

Kegiatan

Maret

2014

April

2014

Mei

2014

Juni

2014

Juli

2014

Agustus

2014

Sept

2014

Okt

2014

Mengajukan outline

penelitian

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Konsultasi BAB I dan

BAB II

Seminar Skripsi

Page 17: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

17

Persiapan Penelitian

Pelaksanan Penelitian

Pengolahan dan Analisis

data

Konsultasi BAB I s/d

BAB V

Sidang Skripsi

Keterangan :

Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan perminggu dalam bulan

BAGIAN II

FONETIK DAN FONEMIK BAHASA DAYAK SAWAI DI DESA

SEKONAU

A. Fonologi

1. Pengertian Fonologi

Fonologi adalah bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran

beserta dengan “gabungan” antarbunyi yang membentuk silabel atau suku

kata. Serta juga dengan unsur-unsur suprasegmentalnya, seperti tekanan, nada,

Page 18: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

18

hentian dan durasi. Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik,

fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa

menurut fungsinya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:244),

fonologi dimaknai sebagai ilmu tentang bunyi bahasa, terutama yang

mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi. Menurut Abdul Chaer

(2003:102), secara etimologi istilah “fonologi” ini dibentuk dari kata “fon”

yang bermakna “bunyi” dan “logi” yang berarti “ilmu”. Jadi, secara

sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari

bunyi-bunyi bahasa pada umumnya. Verhaar (1984:36) mengatakan bahwa

fonologi merupakan bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi-

bunyi suatu bahasa tertentu sesuai dengan fungsinya untuk membedakan

makna leksikal dalam suatu bahasa.

Dapat disintesiskan bahwa fonologi adalah bagian tata bahasa atau

bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum.

a. Fonetik

Fonetik adalah cabang kajian lingustik yang meneliti bunyi-bunyi

bahasa tanpa melihat apakah bunyi-bunyi itu dapat membedakan makna

kata atau tidak (Chaer, 2009: 10). Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki

dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta

mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat

ucap manusia (Keraf, 1984: 30). Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki

penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa; ilmu

Page 19: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

19

interdisipliner linguistik dengan fisika, anatomi, dan psikologi

(Kridalaksana, 1995: 56).

Jadi dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

Fonetik yaitu cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem

sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga mempelajari

cara kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan

penggunaan bahasa.

1) Jenis- Jenis Fonetik

(1). Fonetik Artikulatoris

Fonetik artikulatoris adalah juga fonetik organis atau fonetik

fisiologis meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diproduksi

oleh alat-alat ucap manusia.

(2). Fonetik Akustik

Fonetik akustik adalah bunyi bahasa ketika merambat di

udara, anatara lain membicarakan: gelombang bunyi beserta

frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara, spectrum,

tekanan dan intensitas bunyi.

(3). Fonetik Auditori

Fonetik auditori adalah meneliti bagaimana bunyi-bunyi

bahasa itu “diterima oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu

didengar dan dapat dipahami.

2) Transkripsi Fonetik

Page 20: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

20

Transkripsi fonetik adalah penulisan bunyi-bunyi bahasa secara

akurat atau aecra tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan

fonetik.

3) Alat Ucap

Sebenarnya alat-alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi-

bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama lain yang bersifat fisiologi.

Misalnya, paru-paru untuk bernafas, lidah untuk mencecap, dan gigi

untuk mengunyah. Namun, alat-alat itu secara lingustik digunakan

untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa sewaktu berujar.

4) Proses Pembunyian

Alat ucapa atau alat bicara yang membicarakan dalam proses

memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen yaitu:

(1). Komponen subglotal

Komponen subglotas terdiri dari paru-paru (kiri dan kanan)

saluran bronchial, dan salauran pernafasan (trakea). Fungsi utama

komponen subglotal ini adalah “ member” arus udara yang

merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa.

(2). Komponen Laring

Komponen laring (tenggorok) merupakan kotak yang terbentuk

dari tulang rawan yang berbentuk lingkaran. Di dalamnya terdapat

pita suara. Laring berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara

antara paru-paru, mulut, dan hidung.

Page 21: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

21

(3). Komponen Supraglotal

Komponen supraglotal adalah alat-alat ucapa yang berbeda di

dalam rongga mulut dan rongga hidung baik yang menjadi

articulator aktif maupun yang menjadi articulator pasif.

5) Jenis- Jenis Bunyi Bahasa

(1). Bunyi Vokal, Kononan dan Semi Vokal

Bunyi-bunyi vocal, konsonan dan semi vocal dibedakan

berdasarkan tempat dan cara artikulasinya. Vokal adalah

bunyi bahasa yang dihasilkan dengan cara, setelah arus udara

keluar dari glottis (celah pita suara), alau arus ujar hanya

“digangu” atau diubaha oleh posisi lidah dan bentuk mulut.

Misalnya bunyi [i], bunyi [a], dan bunyi [u]. sedangkan bunyi

konsonan terjadi setelah arus ujar hambatan dari articulator

aktif artikulator pasif. Misalnya bunyi [b] yang mendapatkan

hambatan pada kedua bibir , bunyi [d] yang mendapatkan

hambatan pada ujung lidah (apeks) dan gigi atas, atau bunyi

[g] yang mendapatkan hambatan pada belakang lidah

(dorsum) dan langit-langit lunak (velum). Sedangkan bunyi

semi vokal adalah bunyi yang proses pembentukannya mula-

mula secara vocal lalu diakhir secara konsonan.

(2). Bunyi Oral dan Bunyi Nasal

Page 22: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

22

Kedua bunyi ini dibedakan berdasarkan keluarnya arus

ujar. Bila arus ujar ke luar melalui rongga mulut maka disebut

bunyi oral. Bila ke luar melalui rongga hidung disebut bunyi

nasal. Bunyi nasal yang ada hanyalah bunyi [m] yang

merupakan nasala bilabial bunyi [n] yang merupakan nasal

laminopalatal, dan bunyi [ή ] yang merupakan nasal

laminopalatal, dan bunyi [ŋ] yang merupakan nasal

dorsovelar.

(3). Bunyi Bersuara dan Bunyi tidak Bersuara

Kedua bunyi ini dibedakan berdasarkan ada tidaknya

getaran pada pita suara sewaktu buyi itu diproduksi. Bila pita

suara turut bergetar pada proses pembunyian itu, maka

disebut bunyi bersuara. Yang termasuk bunyi bersuara antara

lain bunyi [b], bunyi [d] dan bunyi [g]. bila pita suara tidak

bergetar disebut bunyi tidak bersuara. Hal ini terjadi karena

glottis pada pita suara itu terbuka agak lebar. Dalam bahasa

Indonesia hanya ada emapat buah bunyi tidak bersuara yaitu:

bunyi [s], bunyi [k], bunyi [p] dan bunyi [t].

(4). Bunyi Keras dan Bunyi Lunak

Perbedaan kedua bunyi ini berdasarkan ada tidaknya

ketegangan kekuatan arus udara ketika bunyi ini di

artikulasikan. Sebuah bunyi disebut keras (fortis) apabila

Page 23: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

23

terjadi karena pernafasan yang kuat dan otot yang tegang.

Bunyi [t], [k], dan [s] adalah forrtis. Sebaliknya sebuah bunyi

disebut lunak (lenis) apabila terjadi karena pernafasan lembut

dan otot kendur. Bunyi seperti [d], [g] dan [z] adalah lenis.

(5). Bunyi Panjang dan Bunyi Pendek

Perbedaan kedua bunyi ini didasarkan pada lama dan

tidaknya bunyi itu diartikulasi. Baik bunyi vocal maupun

bunyi konsonan dapat dibagi atas bunyi panang dan bnuyi

pendek.

(6). Bunyi Tunggal dan Bunyi Rangkap

Perbedaan ini berdasarkan pada hadirnya sebuah bunyi

yang tidak sama sebagai satu kesatuan dalam sebuah silabel

(suku kata). Bunyi rangkap vocal disebut diftong dan bunyi

tunggal vocal disebut monoftong. Bunyi rangkap konsonan

disebut klaster.

(7). Bunyi Nyaring dan Tidak Nyaring

Perbedaan kedua bunyi ini berdasarkan derajat

kenyaringan (sonoritas) bunyi-bunyi itu yang ditentukan oleh

besar kecilnya ruang resonansi pada waktu bunyi itu di

ujarkan. Bunyi vocal pada umumnya mempunyai sonoritas

yang lebih tinggi dari pada konsonan.

(8). Bunyi Egresif dan Bunyi Ingresif

Page 24: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

24

Perbedaan kedua bunyi ini berdasrkan dari mana

datangnya arus udara dalam pembentukan bunyi itu. Kalau

araus uadar dating dari dalam (seperti dari paru-paru), maka

bunyi tersebut disebut bunyi egresif, bila datangnya dari luar

disebut bunyi ingresif.

(9). Bunyi Segmental dan Bunyi Suprasegmental

Perbedaan kedua bunyi ini didasarkan pada dapat

tidaknya bunyi itu disegmentasikan. Bunyi yang dapat

disegmentasikan seperti semu bunyi vokal dan bunyi

konsonan adalah bunyisegmental , sedangkan bunyi atau

unsure yang tidak dapat disegmentasikan, yang menyertai

bunyi segmental itu, seperti tekanan, nada, jeda, dan durasi

(pemanjangan) disebut bunyi atau unsure suprasegmental atau

nonsegmental.

(10). Bunyi Utama dan Bunyi Seretaan

Dalam pertuturan bunyi-bunyi bahasa itu tidak berdiri

sendiri-sendiri, melainkan saling pengaruh-mempengaruhi

baik dari bunyi yang ada sebelumnya maupun dari bunyi

sesudahnya.

6) Bunyi Vokal

Vokal adalah jenis bunyi bahasa yang ketika dihasilkan atau

diproduksi, setelah arus udara ke luar dari glottis tidak

Page 25: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

25

mendapatkan hambatan dari alat ucap, melainkan hanya diganggu

oleh posisi lidah, baik vertical maupun horizontal dan bentuk

mulut. Bunyi-bunyi vokal dapat diklasifikasi yaitu:

(1). Tinggi rendahnya posisi lidah

(2). Maju mundurnya lidah

(3). Striktur

(4). Bentuk mulut

7) Bunyi Diftong

Konsep diftong berkaitan dengan dua buah vocal dan yang

merupakan satu bunyi dalam satu silabel. Namum posisi lidah

ketika mengucap bergeser ke atas atau ke bawah. Karena itu

dikenal adanya tiga macam diftong, yaitu diftong naik, difong

turun, dan diftong memusat.

8) Bunyi Konsonan

Konsonan adalah bunyi bahasa yang produksi dengan cara,

setelah arus ujar keluar dari glottis, lalu mendapatkan hambatan

pada alat-alata ucap tertentu dalam rongga mulut atau rongga

hidung.bunyi konsonan dapat diklasifikasi berdasarkan:

(1). Tempat artikulasi,

(2). Cara artikulasi,

(3). Bergetar tidaknya pita suara,

(4). Striktur.

Page 26: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

26

9) Unsur Suprasegmental

Unsur suprasegmental ini “bekerja” atau berlangsung sewaktu

bunyi segmental diproduksikan. Unsur suprassegmental yang

disebut juga cirri-ciri prosodi dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

(1). Tekanan,

(2). Nada,

(3). Jeda atau persendian,

(4). Durasi

10) Silabel atau Suku Kata

Suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam satuan araus

ujaran. Satu silabel biasanya melibatkan satu bunyi vocal, atau satu

vocal dan satu konsonan atau lebih. Silabel sebagai satuan ritmis

terkecil mempunyai puncak kenyaringan (sonoritas) yang biasanya

jatuh pada sebuah bunyi vokal. Kenyaringan atau sonoritas, yang

menjadi puncak silabel terjadi karena adanya ruang resonansi

berupa rongga mulut, rongga hidung, atau rongga-rongga lain di

dalam kepala atau dada.

b. Fonemik

Fonemik adalah bunyi bahasa atau fon; sedangkan objek kajian

fonemik adalah fonem. Fonetik yaitu mengkaji bunyi-bunyi bahasa

dengan tidak memperhatikan status bunyi itu bisa membedakan makna

Page 27: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

27

kata atau tidak (Chaer, 2009: 62). Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u];

dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada

bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang

berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.

Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran

menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Dalam kajiannya, fonetik

akan berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta

menjelaskan sebab-sebabnya. Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b]

yang terdapat, misalnya, pada kata [paru] dan [baru] adalah menjadi

contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b] itu

menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu (Chaer,

1994: 102).

a) Fonem dan Alofon

Fonem merupakan abstraksi dari satu atau sejumlah fon, baik

vokal maupun konsonan atau satu kesatuan bunyi terkecil yang

dapat membedakan makna kata. Sedangkan alofon membicarakan

tentang vokal. Bunyi vokal depan tinggi ada dua yaitu vokal depan

tinggi atas [i] dan vocal depan tinggi bawah [l]. begitu juga vokal

belakang tinggi ada dua, yaitu vokal belakang tinggi atas [u] dan

vocal belakang tinggi bawah [U].

b) Fonem Bahasa Indonesia

Page 28: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

28

(a). Fonem vokal

Nama-nama fonem vokal yang ada dalam bahasa

Indonesia adalah /i/ vokal depan, tinggi, tidak bundar. /e/ vokal

depan, sedang, atas, tidak budar. /a/ vokal depan, rendah, tidak

bundar. / ə/ vocal tengah, sedang, tidak baik. /u/ vokal

belakang, atas, bundar. /o/ vokal belakang, sedang, bundar.

(b). Fonem diftong

Fonem diftong yang ada dalam bahasa Indonesia adalah

fonem diftong /ay/, diftong /aw/, dan diftong /oy/.

(c). Fonem konsonan

Nama-namanya fonem konsonan bahasa Indonesia

adalah /b/ konsonan bilabial, hambat, bersuar. /p/ konsonan

bilabial, hambat, tidak bersuar. /m/ konsonan bilabial, nasal.

/w/ Konsonan bilabial, semi vokal. /f/ Konsonan labiodentals,

geseran, tak bersuara. /d/ Konsonan apikoalveolar, hambat,

bersuara. /t/ Konsonan apikoalveolar, hambat, tak bersuara.

/n/Konsonan apikoalveolar, nasal. /l/Konsonan apikoalveolar,

sampingan. /r/ Konsonan apikoalveolar, getar. /z/ konsonan

laminoalveolar, geseran, bersuara. /s/ konsonan

laminoalveolar, geseran, tak bersuara. /ᶴ/ konsonan

laminopalatal, geseran, bersuara. /ñ/ konsonan laminopalatal,

nasal. /j/ konsonan laminopalatal, paduan, bersuara. /c/

Page 29: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

29

konsonan laminopalatal, paduan, tak bersuara. /y/ konsonan

laminopalatal, semivokal. /g/ konsonan dorsovelar, hambat,

bersuara. /k/ konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara. /ŋ/

konsonan dorsovelar, nasal. /x/ konsonan dorsovelar, geseran,

bersuara. /h/ konsonan laringal, geseran, bersuara. /?/ konsonan

glotal, hambat.

B. Bahasa Dayak Sawai

1. Pengertian Dayak Sawai

Dayak Sawai atau yang terkadang disebut juga Dayak Sawai adalah

kelompok masyarakat suku Dayak di Kabupaten Sanggau yang bermukim

di Kecamatan Sekadau Hulu. Suku ini tinggal selain di sepanjang Sungai

Sekadau, juga bermukim disepanjang Sungai Mentrap. Bahasa yang

dituturkan oleh masyarakat Dayak Sawai sepintas lalu tidak memperlihat

perbedaan dengan bahasa Jawantn, Taman Melayu, yang hidup

berdampingan dengan suku Dayak Sawai. Oleh karena itu, suku-suku

tersebut hampir semuanya dapat berkomunikasi dengan baik atau menimal

dapat saling paham. Disepanjang dua sungai besar, yaitu Sungai Sekadau

dan Sungai Mentrap, yang tersebar di 14 kampung. Kampung-kampung

Page 30: Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau

30

ini tidaklah semuanya dihuni oleh suku Dayak Sawai. Kelompok ini juga

berasimilasi dengan berbagai subsuku Dayak yang ada di sekitarnya,

terutama dayak taman dan jawantn meskipun jumlahnya sangat kecil.

Adapun jumlah populasi Dayak Sawai pada saat penelitian ini dilakukan

berjumlah 4.825 jiwa. bahasa Dayak Sawai memperlihatkan ciri-ciri

bahasa Dayak yang dapat dikelompokan dalam kelompok melayik. Salah

satu ciri bahasa Dayak Sawai ini adalah pengucapan konsonan [ r] uvular

menjadi [v ] frikatif k. Gejala ini muncul baik posisi awal kata, tengah

kata, maupun pada posisi akhir (Surjani Alloy dkk. 2008: 274).

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Narbuko. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Alloy, Sujarni dkk. 2008. Mozaik Dayak Keberagaman Subsuku dan

Bahasa Dayak di Kalimatan Barat. Pontianak: Institut

Dayakkologi.

Chaer, abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Nawawi, Hadari. (2003). Metodologi Penelitian Bidang Sosial.

Yogyakarta: Gajah Mada University Pres.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantiatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zuldafrial. 2010. Penelitian Kuantatif. Pontianak: Stain Pontianak Press.