analisis faktor resiko terjadinya penyakit …repository.unimus.ac.id/207/1/cyntia arum..pdf · an...
TRANSCRIPT
i
HALAMAN JUDUL
ANALISIS FAKTOR RESIKO TERJADINYA PENYAKIT
DERMATITIS KONTAKDI RSUD TUGUREJO SEMARANG
2014
SKRIPSI
Diajukanuntukmemenuhitugasdanmelengkapisyaratdalammenempuh
ProgramPendidikanSarjanaFakultasKedokteran
DisusunOleh :
Cynthia Ayuningtias Santoso Putri
H2A012054
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015
HALAMAN PERSETUJUAN
http://lib.unimus.ac.id
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah dari :
Nama : Cynthia Ayuningtias Santoso Putri
NIM : H2A012054
Fakultas : Kedokteran
Universitas : UniversitasMuhammadiyah Semarang
Tingkat : Program PendidikanSarjana
Judul : ANALISIS FAKTOR RESIKO TERJADINYA
PENYAKIT DERMATITIS KONTAK DI RSUD
TUGUREJO SEMARANG 2014
Bagian : IlmuKulitdanKelamin
Pembimbing : 1. dr. EkoKrisnarto, SpKk
2. dr. Kanti Ratnaningrum, M.Sc
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam memenuhi
Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
Semarang,
Pembimbing I, Pembimbing II,
dr. Eko Krisnarto, SpKk dr.Kanti Ratnaningrum, M.Sc
NIK. 28.6.1026.246
http://lib.unimus.ac.id
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS FAKTOR RESIKO TERJADINYA PENYAKIT DERMATITIS
KONTAK DI RSUD TUGUREJO SEMARANG 2014
Disusunoleh :
Cynthia Ayuningtias Santoso Putri
H2A012054
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang pada tanggal – November 2015 dan telah
diperbaiki sesuai dengan saran-saran yang diberikan.
Semarang,
Tim Penguji
dr. Eko Krisnarto, Sp.Kk ( )
dr. Kanti Ratnaningrum, M.Sc ( )
dr. Retno Indrastiti, Sp.Kk ( )
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
Memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Tanggal,
dr.M. Riza Setiawan
NIK .28.6.1026.215
http://lib.unimus.ac.id
iv
PERNYATAAN
Nama : Cynthia Ayuningtias Santoso Putri
Nim : H2A012054
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “ANALISIS FAKTOR
RESIKO TERJADINYA PENYAKIT DERMATITIS KONTAK DI RSUD
TUGUREJO SEMARANG 2014” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang
bukan karya saya dalam skripsi tersebut diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam
daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh
dari skripsi tersebut.
Semarang,
Yang membuatpernyataan
Cynthia Ayuningtias S.P
http://lib.unimus.ac.id
v
AN PERNYATAANKATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul Analisis Faktor Resiko Terjadinya Dermatitis Kontak Di
RSUD Tugurejo Semarang 2014 Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi
tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Pendidikan Sarjana pada Program
PendidikanDokterFakultasKedokteranUniversitasMuhammadiyah Semarang.
Penulis merasa beberapa pihak berperan dalam penulisan skripsi,
makadariitupenulismengucapkanterimakasihkepada :
1. dr. SitiMoetmainah, SpOG (K), MARS,
selakuDekanFakultasKedokteranUniversitasMuhammadiyah Semarang.
2. dr. Eko Krisnarto, Sp.KKselakudosenpembimbing I yang
telahmemberikanbimbingan, arahan, danmasukan yang
sangatbergunabagipenulisdalampenyusunanskripsiini.
3. dr. Kanti Ratnaningrum, M.Scselakudosenpembimbing II yang
telahmemberikanbimbingan, arahan, danmasukan yang
sangatbergunabagipenulisdalampenyusunanskripsiini.
4. dr. Retno Indrastiti, Sp.KKselakupenguji yang telahmemberikankritikdan
saran kepadapenulissehinggaskripsiinimenjadilebihbaik.
5. Keluargasaya, BapakHendro Santoso Putro, Ibu Laela Zuhriyah, kakak-kakak,
dan adik-adik saya yang telahmemberikandukunganbaik moral maupun
material dansenantiasamendoakan.
http://lib.unimus.ac.id
vi
http://lib.unimus.ac.id
vii
KATA PENGA NTAR
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat
Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah
Kajen Kabupaten Pekalongan Tahun 2016”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Semarang.
2. Prof. Dr. dr. Rifki Muslim, Sp.B, Sp.U selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang.
3. dr. Merry Tiyas Anggraini, M.Kes selaku ketua tahap pendidikan akademik
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
4. dr. Siti Amaliah, M.Kes selaku dosen pembimbing pertama atas segala
bimbingan dan arahannya hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. dr. Hema Dewi Anggraheny, M.Kes selaku dosen pembimbing kedua atas
segala bimbingan dan arahannya sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. dr. Gunadi, M.Kes selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan kritik dan saran yang membuat skripsi ini lebih baik.
7. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pekalongan atas
ijin yang diberikan.
8. dr. Dwi Arie Gunawan, Sp.B selaku direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kajen Kabupaten Pekalongan atas ijin penelitian yang diberikan dan bantuan
dalam pelaksanaan penelitian.
http://lib.unimus.ac.id
viii
9. dr. Moh. Hasyim Purwadi, M.Kes dan Evie Murniaty, SH, M.Kn sebagai
Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan bantuan moral dan financial
selama pelaksanaan penelitian.
10. Durrotun Nafisah, Amd.Keb yang telah membantu peneliti dalam
pengumpulan data selama penelitian berlangsung.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmatNya bagi kita semua.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Semarang, Januari 2017
Penulis
http://lib.unimus.ac.id
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................... v
KATA PENGANTAR......................................................................................... vii
DAFTAR ISI......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
ABSTRAK ........................................................................................................... xv
ABSTRACT........................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C. Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 3
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1. Tujuan Umum ........................................................................................... 4
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
1. Manfaat Teoritis........................................................................................ 4
2. Manfaat Praktis ......................................................................................... 4
F. Keaslian Penelitian...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 8
A. Hipertensi .................................................................................................... 8
1. Definisi...................................................................................................... 8
2. Etiologi...................................................................................................... 9
3. Patofisiologi .............................................................................................. 9
4. Gejala Klinis ........................................................................................... 10
5. Faktor Risiko........................................................................................... 10
http://lib.unimus.ac.id
x
6. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 15
7. Komplikasi.............................................................................................. 15
8. Penatalaksanaan ...................................................................................... 16
B. Perilaku Kesehatan.................................................................................... 18
1. Perilaku Kepatuhan ................................................................................... 19
a. Definisi.................................................................................................... 19
b. Pengukuran Tingkat Kepatuhan.............................................................. 19
c. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat ........................... 20
D. Kerangka Teori.......................................................................................... 23
E. Kerangka Konsep ...................................................................................... 23
F. Hipotesis.................................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 24
A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................... 24
B. Jenis Penelitian.......................................................................................... 24
C. Populasi, Sampel dan Objek Penelitian .................................................... 24
1. Populasi................................................................................................... 24
2. Sampel..................................................................................................... 24
3. Besar Sampel .......................................................................................... 25
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................... 26
E. Alat dan Bahan.......................................................................................... 27
F. Alur Penelitian .......................................................................................... 28
G. Teknik Analisis Data................................................................................. 28
H. Jadwal Penelitian....................................................................................... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 30
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 30
1. Analisis Univariat ................................................................................... 30
2. Analisis Bivariat...................................................................................... 31
B. Pembahasan............................................................................................... 33
BAB V PENUTUP............................................................................................... 35
A. Simpulan ................................................................................................... 35
B. Saran.......................................................................................................... 35
http://lib.unimus.ac.id
xi
1. Bagi Pasien Hipertensi ............................................................................ 35
2. Bagi Keluarga Pasien Hipertensi ............................................................ 35
3. Bagi Petugas Kesehatan .......................................................................... 36
4. Bagi Peneliti Selanjutnya ........................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 37
LAMPIRAN......................................................................................................... 41
http://lib.unimus.ac.id
xii
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel halTabel 1.1 Keaslian Penelitian 5Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII 8Tabel 2.2 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT
Menurut Kriteria Asia Pasifik 13Tabel 2.3 Pedoman Gizi Seimbang 17Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian 26Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian 29Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 30Tabel 4.2 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi 31Tabel 4.3 Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan
Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi 32Tabel 4.4 Analisis Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi 32
http://lib.unimus.ac.id
xiii
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar halGambar 2.1 Kerangka Teori 23Gambar 2.2 Kerangka Konsep 23Gambar 3.1 Alur Penelitian 28
http://lib.unimus.ac.id
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Lampiran halLampiran 1. Analisis Data 41Lampiran 2. Gambar Proses Pengambilan Data 44Lampiran 3. Lembar Perijinan Fakultas Kedokteran UNIMUS 45Lampiran 4. Lembar Perijinan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Pekalongan 46Lampiran 5. Lembar Perijinan dari Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten
Pekalongan 47Lampiran 6. Lembar Pernyataan Persetujuan Responden 48Lampiran 7. Lembar Kuesioner 49
http://lib.unimus.ac.id
xv
ABSTRAK
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN KELUARGATERHADAP TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN
HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAJENKABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016
Mohammad Hasvian Ahda1, Siti Amaliah2, Hema Dewi Anggraheny3
ABSTRAKLatar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang dapat dikontrol, untuk itukepatuhan minum obat merupakan salah satu kunci keberhasilan dari pengendalian hipertensi.Tingkat pendidikan dan dukungan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi tingkatkepatuhan minum obat antihipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungantingkat pendidikan dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat antihipertensi padapasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan tahun 2016.
Metode: Penelitian observasional analitik dengan metode potong lintang. Pengambilan sampeldengan metode konsekutif sampling sebanyak 74 responden. Analisis univariat dilakukan untukmengetahui karakteristik responden. Analisis bivariat menggunakan uji rank spearman.Pengukuran kepatuhan dilakukan dengan menggunakan kuesioner MMAS (modified moriskyadherence scale).
Hasil: Mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan tinggi sebanyak 52,7%. Sebagian besarresponden mendapatkan dukungan keluarga yang tinggi sebanyak 89,2%. Kemudian sebanyak73% dari total responden termasuk dalam kategori tingkat kepatuhan tinggi dalam minum obatantihipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan. Hasil uji RankSpearman menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan (p=0,0001) dan dukungankeluarga (p=0,0001) dengan kepatuhan minum obat.
Kesimpulan: Semakin tinggi tingkat pendidikan dan dukungan keluarga responden maka semakintinggi pula tingkat kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi yang melakukan rawat jalan diRumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan.
Kata kunci: hipertensi, kepatuhan, obat
1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang2. Dosen bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Semarang3. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
http://lib.unimus.ac.id
xvi
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF EDUCATION LEVEL AND FAMILY SUPPORTTOWARDS MEDICATION ADHERENCE LEVELS OF HYPERTENSIVEPATIENTS AT THE GENERAL HOSPITAL OF KAJEN PEKALONGAN
YEAR 2016Mohammad Hasvian Ahda1, Siti Amaliah2, Hema Dewi Anggraheny3
ABSTRACTBackground: Hypertension is a disease that can be controlled, therefore medication adherence isone of the keys to success in controlling hypertension. The level of education and family supportare factors that affect the level of antihypertensive medication adherence. This study aims toanalyze the correlation between education level and family support for antihypertensivemedication adherence on an outpatient basis at the General Hospital of Kajen Pekalongan year2016.
Method: Analytic observational study with cross sectional method. The samples were taken withconsecutive sampling method as much as 74 respondents. Univariate analysis was conducted todetermine the characteristics of the respondent. The bivariate analysis using Rank Spearman test.Measurement of adherence using questionnaires of MMAS (modified morisky adherence scale).
Result: The majority of respondents have higher education levels as much as 52,7%. Most ofrespondents gets a high family support amounted 89,2%. Later as many as 73% of the totalrespondents included in the category of a high level of adherence in taking antihypertensivemedications in the General Hospital of Kajen Pekalongan. Rank Spearman test results indicate acorrelation between the level of education (p = 0.0001) and family support (p = 0.0001) towardsmedication adherence.
Conclusion: Increasing level of education and family support will be increasing towardsmedication adherence of outpatient hypertensive patients at the General Hospital of KajenPekalongan.
Keywords : hypertension, adherence, drug
1. Student of Medical School of Universitas Muhammadiyah Semarang2. Lecturer In Public Health Science at Medical School of Universitas Muhammadiyah
Semarang3. Lecturer at Medical School of Universitas Muhammadiyah Semarang
http://lib.unimus.ac.id
1
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan masalah kesehatan
penting bagi dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer dan salah satu
penyebab kematian dini yang paling utama di dunia. World Health Organization
(WHO) memperkirakan 9,4 juta penderita hipertensi terbunuh tiap tahunnya dan
akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin padat.1
Persentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara
berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010
menyebutkan, prevalensi hipertensi di negara berkembang lebih tinggi sekitar
40% dibandingkan dengan negara maju yang mencapai angka 35% dari total
penduduknya. World Health Organization menyatakan bahwa kawasan Afrika
mengalami peningkatan prevalensi hingga mencapai angka 46% sementara
Amerika mencapai 35%.1
Prevalensi hipertensi pada orang dewasa di kawasan Asia Tenggara mencapai
36%. Dari sepuluh negara di kawasan Asia Tenggara, Indonesia menempati
peringkat ketiga berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebesar 42,7% dan
menduduki urutan kedua berdasarkan jenis kelamin perempuan dengan 39,2%.
Data hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia menunjukkan bahwa persentase
populasi hipertensi pada orang dewasa di Jawa Tengah mencapai 26,4%.1,2
Berdasarkan data penderita hipertensi yang melakukan rawat jalan di Rumah
Sakit Umum Daerah Kajen pada tahun 2014 sebanyak 0,8%. Sedangkan penderita
hipertensi yang melakukan rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
mengalami peningkatan sebesar 1,12% menjadi 2.01% pada tahun 2015. Belum
adanya penelitian yang dilakukan mengenai kepatuhan minum obat antihipertensi
di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan menjadi salah satu
alasan penulis memilih tempat pelaksanaan penelitian.4
Manajemen penatalaksanaan hipertensi sangat penting untuk mencegah
kerusakan organ, termasuk stroke dan gagal jantung, dan menurunkan risiko
http://lib.unimus.ac.id
2
penyakit kardiovaskular. Intervensi pada keluarga penderita hipertensi dan
penatalaksanaan secara farmakoterapi juga merupakan bentuk dasar dari
manajemen penatalaksanaan hipertensi. Hanya dua pertiga pasien dengan
hipertensi yang menyadari status hipertensi mereka, yang berarti bahwa sebagian
besar segmen dari populasi mengalami hipertensi yang belum terdiagnosis dan
tidak diobati. Bahkan pada pasien dengan hipertensi, ada juga yang tidak diobati
karena berbagai alasan.5
Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan
untuk mencapai keberhasilan pengobatan diantaranya tingkat pendidikan, lama
menderita hipertensi, dukungan keluarga, peran petugas kesehatan, dan motivasi
berobat pasien hipertensi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Exa Puspita
menyebutkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan
minum obat pada pasien hipertensi. Namun penelitian yang dilakukan oleh Tisna
menyebutkan bahwa faktor pendidikan tidak memiliki hubungan yang signifikan.
Dalam penelitiannya Pujiyanto mengatakan bahwa anggota keluarga yang
menunjukkan sikap peduli terhadap anggota keluarga yang sakit hipertensi
berperan penting terhadap kepatuhan minum obat antihipertensi. Hal ini
sependapat dengan penelitian Violita dkk bahwa ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum obat antihipertensi. Dari beberapa penelitian di
atas dapat disimpulkan bahwa faktor tingkat pendidikan menunjukkan hasil yang
berbeda sedangkan faktor dukungan keluarga menunjukkan hasil yang sama
dengan desain penelitian yang berbeda sehingga peneliti tertarik untuk meneliti
kembali faktor tingkat pendidikan dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan
minum obat pada pasien hipertensi.6,7
Menurut pandangan Islam pengobatan merupakan upaya yang dilakukan
untuk mencapai kesembuhan dari suatu penyakit. Dari Usamah bin Syarik
radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau berkata :
هللا، عباد یا نعم : فقال أنتداوى؟ هللا، رسول یا : فقال األعراب، وجاءت وسلم، علیھ هللا صلى النبي عند ك نت
الھرم : قال ھو؟ ما : قالوا واحد . داء غیر شفاء لھ وضع إال داء یضع لم وجل عز للھا فإن تداووا،
Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu
datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah,
http://lib.unimus.ac.id
3
bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab : “Iya, wahai para hamba Allah,
berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah meletakkan sebuah
penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka
bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-
Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi).31
Berdasarkan hadits di atas disebutkan bahwa berobat merupakan hal yang
dianjurkan oleh Rasulullah, karena berobat merupakan salah satu upaya yang
syariatkan oleh Islam untuk mencapai kesembuhan.31
B. Rumusan Masalah
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.
Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada
pelayanan kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi
yang cukup tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Di samping itu pengendalian hipertensi belum adekuat
meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.2
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang dapat dikontrol, untuk itu
kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi merupakan salah satu kunci dari
keberhasilan dari pengendalian hipertensi. Diperlukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi obat demi mencapai target
tekanan darah yang diinginkan. Paling sedikit 50% pasien yang diresepkan obat
antihipertensi tidak meminum obat sesuai yang direkomendasikan.20
Dari data tersebut, peneliti ingin mengetahui sejauh mana faktor tingkat
pendidikan dan dukungan keluarga terhadap tingkat kepatuhan pasien dalam
minum obat antihipertensi. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat
menjadi sumber informasi untuk petugas kesehatan dan masyarakat mengenai
pentingnya kepatuhan minum obat antihipertensi.
C. Pertanyaan Penelitian
Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan dan dukungan keluarga terhadap
tingkat kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum
Daerah Kajen ?
http://lib.unimus.ac.id
4
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan
dan dukungan keluarga terhadap tingkat kepatuhan minum obat pada pasien
hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tingkat pendidikan pasien hipertensi.
b. Mendeskripsikan dukungan keluarga pasien hipertensi.
c. Mendeskripsikan tingkat kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi.
d. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan terhadap tingkat kepatuhan minum
obat pasien hipertensi.
e. Menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat kepatuhan minum
obat pasien hipertensi.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah perbendaharaan ilmu
pengetahuan di bidang kedokteran, terutama mengenai kepatuhan minum obat
pada pasien hipertensi. Selain itu, sebagai data bagi penelitian berikutnya
mengenai topik faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat
antihipertensi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk memberi informasi
kepada tenaga medis untuk memotivasi pasien beserta keluarganya untuk
mematuhi anjuran pengobatan pada pasien hipertensi. Sedangkan untuk pasien
hipertensi dan keluarganya, diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi tentang faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam
melaksanakan pengobatan.
http://lib.unimus.ac.id
5
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1. 1. Keaslian PenelitianPeneliti, tahun, dan judul
penelitianJumlahSampel
DesainPenelitian
Hasil
Exa Puspita, 2015, Faktor-faktor yang berhubungandengan kepatuhan penderitahipertensi dalam menjalanipengobatan.6
84responden6
Penelitiananalitikdeskriptifdenganmetodepenelitiancrosssectional.6
Faktor tingkat pendidikanterakhir (p=0,000), lamamenderita hipertensi(p=0,005), tingkatpengetahuan tentanghipertensi (p=0,000),dukungan keluarga(p=0,000), peran petugaskesehatan (p=0,000),motivasi berobat (p=0,000)memiliki hubungan dengankepatuhan dalam menjalanipengobatan hipertensi. Faktorjenis kelamin, statuspekerjaan, keikutsertaanasuransi kesehatan danketerjangkauan akses kepelayanan kesehatan tidakberhubungan dengankepatuhan dalam menjalanipengobatan hipertensi(p>0,05).6
Nandang Tisna Ali Ami Jayadkk, 2009, Faktor-faktor yangberhubungan dengan tingkatkepatuhan pasien dalamminum obat antihipertensi diPuskesmas Pamulang kotaTangerang Selatan propinsiBanten tahun 2009.8
92responden8
Penelitiananalitikdeskriptifdenganmetodepenelitiancrosssectional.8
Faktor penyebab yang tidakmemiliki hubungan signifikandengan kepatuhan minumobat antihipertensi adalahpendidikan, sosial ekonomi(pendapatan), pekerjaan, jeniskelamin, pengetahuan,transportasi, dan jarak,sedangkan faktor yangmemiliki hubungan signifikanyaitu usia.8
Pujiyanto dkk, 2007, Faktorsosio ekonomi yangmempengaruhi kepatuhanminum obat antihipertensi.9
8responden9
Menggunakandesain studikualitatifdenganwawancaramendalam.9
Faktor motivasi berperanpenting dalam kepatuhanminum obat. Motivasi positifmemiliki efek terhadapkepatuhan minum obat yanglebih kuat dibandingkandengan motivasi negatif.Sikap caring anggota keluargajuga berperan penting dalamkepatuhan minum obat.9
http://lib.unimus.ac.id
6
Peneliti, tahun, dan judulpenelitian
JumlahSampel
DesainPenelitian
Hasil
Fajrin Violita dkk, 2015,Faktor yang berhubungandengan kepatuhan minum obathipertensi di wilayah kerjaPuskesmas Segeri KabupatenPangkep, Sulawesi Selatan.10
134responden10
Jenispenelitianadalahobservasionalanalitikdenganmetode crosssectional.10
Hasil penelitian menunjukkanbahwa berdasarkankarakteristik respondenterbanyak adalah umur 60-74tahun sebanyak 41,8%, jeniskelamin perempuan 69,4%,pendidikan akhir SDsebanyak 53,7%, bekerjasebagai ibu rumah tangga40,3%, telah menikah 96,3%dan berpendapatan rendahsebanyak 80,6%. Prevalensipenderita yang patuh minumobat adalah 41,8% dan yangtidak patuh sebesar 58,2%.Hasil uji chi-squaremenunjukkan ada hubunganantara tingkat pengetahuan(p=0,019), dukungan keluarga(p=0,005) dan dukunganpetugas kesehatan (p=0,025)dengan kepatuhan minumobat. Faktor umur, statuspekerjaan, pendapatan, lamamenderita hipertensi dan jenisterapi antihipertensi tidakberhubungan dengankepatuhan minum obat(p>0,05).10
Habtamu Abera dkk, 2013,Assessment of prevalence andassociated factors ofadherence to antihypertensiveagents among adults on followup in Adama Referal hospital,East Shoa.11
365responden11
Penelitianobservasionalanalitikdenganmetode crosssectional.11
Hubungan yang mungkin dansignifikansi secara statistikdiukur dengan menggunakanOR dengan CI 95% danp<0,05. Lebih dari setengah(59,5%) dari responden yangditemukan patuh terhadappengobatan mereka.kelompok usia (46-55 tahun)OR: 0,30 (0,142- 0,640),Kurangnya informasi OR =0,12 (0,258-0,583) danadanya faktor penyerta OR =0,50 (0. 290-0,893),ditemukan memilikihubungan yang signifikandengan kepatuhan.11
Perbedaan penelitian ini dibandingkan penelitian diatas adalah pada tempat
pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kajen Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini mengenai faktor dukungan keluarga
http://lib.unimus.ac.id
7
dan tingkat pendidikan terhadap kepatuhan minum obat antihipertensi. Dengan
demikian, penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dari segi tempat
pelaksanaan dan faktor yang diteliti yaitu tingkat pendidikan dan dukungan
keluarga.
http://lib.unimus.ac.id
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah kondisi medis saat seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal menurut World Health Organization hipertensi bila
peningkatan tekanan darah istirahat yang menetap yaitu tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.12
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi esensial atau sering disebut hipertensi primer untuk membedakannya
dengan hipertensi karena sebab-sebab yang diketahui yaitu hipertensi sekunder.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
hipertensi derajat 1 dan derajat 2.13
Selain itu hipertensi emergensi (krisis) dikarakteristikkan dengan
peningkatan tekanan darah mencapai >180/120 dengan disertai adanya
keterlibatan kerusakan organ. Contoh organ yang terlibat diantaranya otak, mata,
jantung dan ginjal. Sedangkan hipertensi urgensi adalah peningkatan tekanan
darah mencapai >180/120 namun tanpa disertai adanya keterlibatan kerusakan
organ.13
Tabel 2. 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII13
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik(mmHg)
Tekanan Darah Diastolik(mmHg)
Normal < 120 < 80Prehipertensi 120-139 80-89Hipertensi derajat I 140-159 90-99Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100
http://lib.unimus.ac.id
9
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Hipertensi Primer
Merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Ini merupakan tipe paling umum dan mencakup 95%
dari luas kasus hipertensi. Hipertensi primer biasanya timbul pada umur 30-
50 tahun.
b. Hipertensi Sekunder
Peningkatan tekanan darah akibat penyakit tertentu dengan penyebab
diketahui mencakup 5% dari kasus hipertensi. Penyebab spesifik diketahui,
seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma,
koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-
lain.14
3. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.15
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolaritas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis),
sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolaritasnya. Untuk mengencerkannya,
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya
akan meningkatkan tekanan darah.15
http://lib.unimus.ac.id
10
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume
dan tekanan darah.15
4. Gejala Klinis
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi
mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang
bermakna. Sebagian besar tanpa disertai gejala yang mencolok dan manifestasi
klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala
saat terjaga, kadang disertai mual dan muntah akibat tekanan darah
intrakranium, penglihatan kabur akibat kerusakan retina yang disebabkan
hipertensi, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf,
nokturia akibat peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema
dependen yang disebabkan peningkatan tekanan kapiler.16
Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit kepala,
epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata
berkunang-kunang dan pusing.14
5. Faktor Risiko
Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi, antara
lain :
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
1) Riwayat hipertensi pada keluarga (keturunan)
Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika salah satu dari
orang tua mempunyai hipertensi maka anaknya mempunyai 25%
kemungkinan menderita hipertensi. Jika kedua orang tua mempunyai
hipertensi, kemungkinan anaknya menderita hipertensi 60%. Riwayat
http://lib.unimus.ac.id
11
keluarga (orang tua, kakek, nenek, dan saudara kandung) yang menunjukkan
adanya tekanan darah yang tinggi merupakan faktor risiko paling kuat bagi
seseorang untuk mengidap hipertensi di masa yang akan datang17,18
2) Umur
Hipertensi merupakan penyakit multifaktoral yang munculnya oleh
karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan
darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan
mengalami penebalan karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan
otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan
menjadi kaku. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas
simpatik.19
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
1) Merokok
Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam
Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya
bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. Komponen ini paling
banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin yang terkandung di dalam asap
rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah
atau plasma antara 40-50 ng/ml. Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat
stimulan dan pada dosis tinggi bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik,
denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian
O2 bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokonstriksi pada
pembuluh darah perifer. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan
mempengaruhi otak atau susunan saraf pusat. Nikotin ini dapat meracuni
saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer
karena dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan
dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah
(aterosklerosis) dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada
pemakainya.20
http://lib.unimus.ac.id
12
Produk lain dari asap rokok adalah karbon monoksida. Gas karbon
monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau yang dihasilkan
oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas
karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam
transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling
rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar
karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%.20
Selain zat diatas, Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah
kandungan nikotin dan uap air diasingkan yang merupakan senyawa
polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya
kandungan tar yang beracun ini, sebagian dapat merusak sel paru karena tar
akan menempel pada jalan nafas dan paru-paru sehingga mengakibatkan
terjadinya kanker. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut
sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan
membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran
pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per
batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan
bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg.
Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-
paru, ketika pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-
kali dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak.20
2) Stres
Stres bisa bersifat fisik maupun mental, yang menimbulkan ketegangan
lebih cepat, kelenjar seperti tiroid dan adrenalin juga akan bereaksi dengan
meningkatkan pengeluaran hormon dan kebutuhan otak terhadap darah akan
meningkat dan pada akhirnya akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah
yang mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat. Stres akan meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan
darah.13,21,22
http://lib.unimus.ac.id
13
Stres dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi dan
karakteristik personal. Hal tersebut dapat memicu pengeluaran katekolamin
yang dapat menyebabkan prevalensi kadar kolesterol serum meningkat,
sehingga akan mempermudah terjadinya aterosklerosis.25
3) Obesitas
Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Indeks Massa
Tubuh (IMT) adalah salah satu cara untuk mengukur status gizi seseorang.
Perhitungannya adalah sebagai berikut := ( )( ) 100Tabel 2. 2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT
Menurut Kriteria Asia Pasifik24
Kategori IMT (Kg/m2)Underweight < 18,5Normal 18,5 – 22,9Overweight > 23,0Pra-obesitas 23,0 – 24,9Obesitas I 25,0 – 29,9Obesitas II > 30
Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang
obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada
obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf
simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.13
Perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat
badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan
hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan
perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan
insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya
reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus.25
Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat
badan lebih. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular. Semakin besar massa tubuh, makin banyak darah yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan makanan ke jaringan
http://lib.unimus.ac.id
14
tubuh. Volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri
sehingga tekanan darah meningkat. Seseorang yang gemuk lebih mudah
terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30 tahun mempunyai
risiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita yang
langsing dengan usia yang sama.24
4) Konsumsi garam
Asupan garam berlebih mempengaruhi sistem renin angiotensin yang
berperan penting dalam pengaturan tekanan darah. Produksi renin
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin
berperan dalam proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II.
Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang mengakibatkan
menyimpan garam dalam air. Keadaan ini yang berperan pada timbulnya
hipertensi.13
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik
cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan
tekanan darah. Pada seseorang yang mengonsumsi garam 3 gram atau kurang
per harinya ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan
garam sekitar 7-8 gram per hari tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi.27,28
5) Aktivitas fisik (olahraga)
Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko menderita diabetes melitus
dan hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang
tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih
tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar
tekanan yang dibebankan pada arteri sehingga tekanan darah meningkat.17
Aktivitas fisik atau olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan
penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dan melatih otot jantung
sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu.29
http://lib.unimus.ac.id
15
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang
dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan
organ dan faktor risiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya
dilakukan pemeriksaan urinalisis secara mikroskopis (sedimen urin) untuk
mengetahui fungsi ginjal, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah
puasa, kolesterol total, kolesterol HDL). Sebagai tambahan dapat dilakukan
pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin, protein 24 jam, asam urat, kolesterol
LDL, TSH, dan ekokardiografi.14
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam darah dipakai untuk menilai
fungsi ginjal. Pemeriksaan yang lebih tepat adalah pemeriksaan Creatinin
Clearance Test (CTC). Selain itu pemeriksaan kalium dalam serum dapat
membantu menyingkirkan kemungkinan aldosteronisme primer pada pasien
hipertensi.13,14
7. Komplikasi
a. Stroke
Stroke dapat terjadi akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain
otak yang terpajan tekanan darah tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang.
Arteri otak mengalami arteriosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.16
b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah.16
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kegagalan progresif akibat tekanan
darah tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus,
aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron yang dapat terganggu dan
berlanjut menjadi hipoksik atau kematian.16
http://lib.unimus.ac.id
16
d. Ensepalopati
Ensepalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna. Tekanan
yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan kelainan kapiler dan
mendorong cairan ke ruang interstisial diseluruh susunan saraf pusat.16
e. Kejang
Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang baru lahir
mungkin memiliki berat lahir kecil akibat fungsi placenta tidak adekuat,
kemudian dapat dialami hipoksi dan asidosis jika ibu kejang selama atau
sebelum proses persalinan.16
8. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
Pengobatan hipertensi tidak hanya mengutamakan pemberian obat-obat
antihipertensi terapi juga harus disertai perubahan pola hidup diantaranya
menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan berat badan berlebih,
konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik
serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.30
Modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan tekanan darah antara lain:
1) Makan Gizi Seimbang
Modifikasi diet terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi. Dianjurkan untuk makan buah dan sayur 5 porsi per-hari, karena
cukup mengandung kalium yang dapat menurunkan tekanan darah sistolik
(TDS) 4,4 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) 2,5 mmHg. Asupan
natrium hendaknya dibatasi <100 mmol (2g)/hari serata dengan 5g (satu
sendok teh kecil) garam dapur, cara ini berhasil menurunkan TDS 3,7 mmHg
dan TDD 2 mmHg. Bagi pasien hipertensi, asupan natrium dibatasi lebih
rendah lagi, menjadi 1,5 g/hari atau 3,5 – 4 g garam/hari. Walaupun tidak
semua pasien hipertensi sensitif terhadap natrium, namun pembatasan asupan
natrium dapat membantu terapi farmakologi menurunkan tekanan darah dan
menurunkan risiko penyakit kardioserebrovaskuler.20
http://lib.unimus.ac.id
17
Tabel 2.3. Pedoman Gizi Seimbang21
Garam Natrium Klorida Batasi garam <5 gram (1 sendok teh) per hari Kurangi garam saat memasak Membatasi makanan olahan dan cepat saji
Buah-buahan dan sayuran 5 porsi (400-500 gram) buah-buahan
dan sayuran per hari
(1 porsi setara dengan 1 buah jeruk,apel, mangga, pisang atau 3 sendokmakan sayur yang sudah dimasak)
Makanan Berlemak Batasi daging berlemak, lemak susu dan
minyak goreng (1,5 – 3 sendok makan perhari) Ganti sawit/minyak kelapa dengan zaitun,
kedelai, jagung, lobak atau minyak sunflower Ganti daging lainnya dengan ayam (tanpa kulit)
Ikan Makan ikan sedikitnya tiga kali
perminggu Utamakan ikan berminyak seperti tuna,
makarel, salmon
2) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih.
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap
tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting
dalam pencegahan dan kontrol hipertensi. Hubungan erat antara obesitas
dengan hipertensi telah banyak dilaporkan. Upayakan untuk menurunkan
berat badan sehingga mencapai IMT normal 18,5-22,9 kg/m2, lingkar
pinggang <90 cm untuk laki-laki atau <80 cm untuk perempuan.20
3) Meningkatkan aktivitas fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50%
daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit
sebanyak lebih dari 3x per hari penting sebagai pencegahan primer dari
hipertensi. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur membuat jantung lebih kuat.
Hal tersebut berperan pada penurunan Total Peripher Resistance yang
bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah. Melakukan aktifitas fisik dapat
menurunkan tekanan darah sistolik sekitar 5-10 mmHg. Berolahraga seperti
senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit (sejauh 3 kilometer) lima
kali per-minggu, dapat menurunkan TDS 4 mmHg dan TDD 2,5 mmHg.
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga, atau hipnosis dapat mengontrol
sistem syaraf, sehingga menurunkan tekanan darah.20
4) Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih
http://lib.unimus.ac.id
18
dari 2-3 gelas setiap hari dapat meningkatkan risiko hipertensi. Mengurangi
alkohol selama 1 s.d. 4 minggu pada penderita hipertensi yang biasa minum
alkohol, akan menurunkan TDS rerata 3,8 mmHG. Selain itu juga penderita
disarankan untuk mulai mengganti persediaan alkohol dengan jus buah atau
buah-buahan untuk mengalihkan perhatian penderita dari konsumsi
alkohol.20,21,30
b. Farmakologi
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC
VII yaitu :30
1) Diuretik
a) Tiazid : Hidrochlortiazid, Bendroflumetiazid, Klorotiazid.
b) Loop diuretik : Furosemide, Torsemide.
c) Hemat kalium : Spironolaktone, Triamteren.
2) Alpha-1 Blocker : Terazosin, Doksazosin.
3) Alpha-2 Central Agonist : Metildopa, Clonidin.
4) Beta Blocker (tidak diberikan pada pasien asma bronkial) : Propanolol,
Atenolol, Bisoprolol, Metoprolol, Karvedilol.
5) Antagonis Kalsium Dihidropiridin : Amlodipine, Felodipine, Nifedipine,
Nicardipine.
6) Antagonis Kalsium non-Dihidropiridin : Verapamil, Diltiazem.
7) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) : Captopril, Enapril,
Lisinopril, Ramipril, Quinapril, Imidapril, Perindopril Arginine.
8) Angiotensin II Receptor Blocker atau ATI receptor antagonist/blocker
(ARB) : Losartan, Vaisartan, Candesartan, Irbesartan, Telmisartan,
Olmesartan.
9) Direct Renin Inhibitor (DRI) : Aliskiren.
10) Direct Vasodilator : Hidralazin, Minoxidin, Diazoksin.
B. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan merupakan suatu respon individu terhadap stimulus yang
terdiri dari 4 unsur pokok yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan lingkungan.
http://lib.unimus.ac.id
19
Menurut Green, masalah kesehatan dipengaruhi oleh faktor perilaku. Perilaku
sendiri terbentuk oleh 3 faktor utama diantaranya :
a. Faktor-faktor Predisposisi merupakan faktor sebelum terjadinya suatu perilaku
yang menjelaskan alasan dan motivasi untuk berperilaku diantaranya
pengetahuan, keyakinan, nilai sikap dan demografi meliputi umur, jenis
kelamin, pekerjaan, dan pendidikan.32
b. Faktor-faktor Pendukung, agar terjadi perilaku tertentu, diperlukan perilaku
pemungkin, suatu motivasi yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan seperti puskesmas, obat-
obatan, dan sebagainya.32
c. Faktor-faktor Pendorong, merupakan faktor perilaku yang memberikan peran
dominan bagi menetapnya suatu perilaku yaitu keluarga, petugas kesehatan dan
petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.32
1. Perilaku Kepatuhan
a. Definisi
Kepatuhan (adherence) secara umum didefinisikan sebagai tingkatan
perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan atau
melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan
kesehatan.5
Definisi kepatuhan (adherence) menurut Kemenkes adalah suatu bentuk
perilaku yang timbul akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan
pasien sehingga pasien mengerti rencana dengan segala konsekwensinya dan
menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya. Kepatuhan pasien juga
dapat diartikan sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan
yang diberikan oleh petugas kesehatan. Kepatuhan pasien sangat diperlukan
untuk mencapai keberhasilan sebuah terapi pada pasien yang mengikuti
ketentuan-ketentuan kesehatan profesional.32
b. Pengukuran Tingkat Kepatuhan
Keberhasilan pengobatan pasien hipertensi dipengaruhi oleh peran aktif
pasien dan kesediaanya untuk memeriksakan ke dokter sesuai dengan jadwal
yang ditentukan serta kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi.
http://lib.unimus.ac.id
20
Kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat dapat diukur menggunakan
metode MMAS-8 (Modifed Morisky Adherence Scale). Morisky secara khusus
membuat skala untuk mengukur kepatuhan dalam mengkonsumsi obat dengan
delapan butir pernyataan-pernyataan yang menunjukan frekuensi kelupaan
dalam minum obat, kesengajaan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan
dokter, kemampuan untuk mengendalikan dirinya untuk tetap minum obat.33,37
c. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat
1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan klien
dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut
merupakan pendidikan yang aktif.6,33
Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menyerap dan
menerima informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta dalam
pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih
tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas
sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut
berperan serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan
keluarganya.3
2) Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis, yang secara fisik
melekat pada masing-masing jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Jenis
kelamin berkaitan dengan peran kehidupan dan perilaku yang berbeda antara
laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Dalam hal menjaga kesehatan,
biasanya kaum perempuan lebih memperhatikan kesehatanya dibandingkan
dengan laki-laki. Perbedaan pola perilaku sakit juga dipengaruhi oleh jenis
kelamin, perempuan lebih sering mengobatkan dirinya dibandingkan dengan
laki-laki.6,32
http://lib.unimus.ac.id
21
3) Peran Petugas Kesehatan
Peran Petugas Kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi
perilaku kesehatan. Dukungan mereka terutama berguna saat pasien
menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting.
Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara
menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan
secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang
telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya.6
4) Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat
dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tenteram apabila
mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan
tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau
mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti saran-
saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya.
Dukungan dapat ditujukan melalui sikap yaitu dengan mengingatkan waktu
minum obat, waktu istirahat, waktu kontrol serta menyiapkan obat yang harus
diminum oleh pasien.6,33
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga
lain merupakan faktor-faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap program-
program medis. Keluarga dapat mengurangi kecemasan yang disebabkan oleh
penyakit tertentu dan dapat mengurangi ketidaktaatan.8,34
5) Sikap atau Motivasi Individu Ingin Sembuh
Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu sendiri.
Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat
berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
penderita dalam kontrol penyakitnya.6
6) Status pekerjaan
Menurut Thomas pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
http://lib.unimus.ac.id
22
membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Orang yang bekerja cenderung
memiliki sedikit waktu untuk mengunjungi fasilitas kesehatan.6,7,32
7) Keyakinan
Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani kehidupan.
Penderita yang berpegang teguh terhadap keyakinannya akan memiliki jiwa
yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya,
demikian juga cara perilaku akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan
kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan penderita, dimana
penderita memiliki keyakinan yang kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan
larangan kalau mengetahui akibatnya.6
http://lib.unimus.ac.id
23
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori
E. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
F. Hipotesis
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam
minum obat antihipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen.
2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien dalam
minum obat antihipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen.
TingkatPendidikan
Kepatuhan pasienminum obat
antihipertensiDukunganKeluarga
Faktor Predisposisi :- Jenis Kelamin- Tingkat Pendidikan Terakhir- Status Pekerjaan- Keyakinan
Faktor Pendorong :- Dukungan Keluarga- Peran Petugas Kesehatan
Kepatuhan PasienMinum Obat
Antihipertensi
Faktor Pendukung :- Motivasi Individu Ingin
Sembuh
http://lib.unimus.ac.id
24
BAB III METODE PENELITIAN
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Tempat : Klinik Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
Waktu : September 2016
Disiplin Ilmu : Ilmu Kesehatan Masyarakat
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan
potong lintang (cross sectional) karena pada desain studi ini seluruh variabel
diukur dan diamati pada saat yang bersamaan.
C. Populasi, Sampel dan Objek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien hipertensi yang
melakukan rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten
Pekalongan sejumlah 758 pasien berdasarkan data tahun 2015.4
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah pasien hipertensi yang melakukan rawat jalan
di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan yang memenuhi
kriteria penelitian. Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara konsekutif
sampling yaitu mencari penderita yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
sampai dipenuhi jumlah sampel yang diperlukan.
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien hipertensi yang melakukan rawat jalan diatas usia 20 tahun di klinik
rawat jalan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
2) Pasien hipertensi yang bersedia menjadi responden.
b. Kriteria Eksklusi
1) Pasien hipertensi yang mengalami komplikasi seperti stroke, infark
miokard, gagal ginjal, dan ensepalopati.
http://lib.unimus.ac.id
25
3. Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan adalah pasien hipertensi diatas 20 tahun
yang melakukan rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten
Pekalongan menggunakan rumus minimal sampel Gazpers dan Vincent.36
n =∝/ . ( )( ) ∝/ . ( )
n =, . , ( , ), .( ) , . , ( , )
n =,, ,
n =,,
n = 74,4
n : besarnya sampel minimal.
N : jumlah populasi 758 pasien.
Zα/2 : nilai Z pada derajat kepercayaan 95% = 1,96
P : proporsi hal yang diteliti = 0,0573.
d : presisi = 0,05
Dengan demikian jumlah sampel yang diambil oleh peneliti sebanyak 74
responden.
http://lib.unimus.ac.id
26
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat ukur,
maka variabel harus diberi batasan atau definisi yang operasional.
Tabel 3. 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Kode KategoriSkala
Variabel
TingkatPendidikan
Lamanya sekolah atautingkat sekolah yangtelah diikuti olehresponden.
Wawancara/angket
1
2
3
Rendah(Tidaksekolahdan SD)
Menengah(SMP dan
SMA )
Tinggi(Perguruan
Tinggi)
Ordinal
DukunganKeluarga
Keterlibatan anggotakeluarga untukmemotivasi penderitahipertensi selamamelaksanakanpengobatan.Skor Jawaban : jumlahsoal 5.1. Ya, nilai 12. Tidak, nilai 0
Wawancara/angket
1
2
Dukunganrendah
(jika skor< 3)
Dukungantinggi (jikaskor ≥ 3-5
Ordinal
KepatuhanMinumObat
kondisi yangmempengaruhikepatuhan pasien untukminum obat sesuaidengan instruksi daritenaga medis. Kepatuhanpasien diukurmenggunakan kuesionerMMAS 8 yang terdiridari pertanyaanmengenai jadwal minumobat, lupa minum obat,tidak minum obat, danminum obat namun tidaksesuai dengan yangdiresepkan oleh dokter.
Wawancara/angket
1 : Skor> 2
2 : Skor= 1 s.d
2
3 : Skor= 0
KepatuhanRendah
KepatuhanSedang
KepatuhanTinggi
Ordinal
http://lib.unimus.ac.id
27
E. Alat dan Bahan
1. Instrumen Penelitian
a. Rekam medik lengkap dan register catatan medik yang didapatkan dari Rumah
Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan tahun 2015.
b. Profil kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan
tahun 2015.
c. Kuesioner identitas responden.
d. Kuesioner kepatuhan minum obat menggunakan MMAS-8 (Modified Morisky
Adherence Scale).37
e. Kuesioner dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pasien
hipertensi.6
2. Data Yang Dikumpulkan
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden
menggunakan 3 kuesioner, yaitu :
1) Kuesioner identitas.
2) Kuesioner MMAS-8 untuk mengukur tingkat kepatuhan minum obat.37
3) Kuesioner dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pasien
hipertensi.6
b. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari profil kesehatan dan rekam medik lengkap
yang didapatkan Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan
tahun 2015.4
http://lib.unimus.ac.id
28
F. Alur Penelitian
Gambar 3.1. Alur Penelitian
G. Teknik Analisis Data
1. Teknik analisis dalam penelitian ini meliputi analisis univariat untuk mengetahui
proporsi dan distribusi frekuensi tiap variabel dari hasil penelitian.
2. Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan dan dukungan keluarga dengan
tingkat kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum
Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan dengan menggunakan metode Spearman.
Perijinan :
1. Bappeda Kabupaten Pekalongan2. Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
Populasi Sumber :Seluruh pasien hipertensi yang
melakukan rawat jalan di RumahSakit Umum Daerah Kajen tahun
2015
(N = orang)Sampel :
Pasien hipertensi rawat jalan di RumahSakit Umum Daerah Kajen
N = 74 responden
Wawancara dengan responden hipertensi keluargatentang kepatuhan minum obat dan dukungan keluarga
Tabulating, editing, dananalisis data
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
http://lib.unimus.ac.id
29
H. Jadwal Penelitian
Tabel 3. 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian 2016
Kegiatan Mei
Juni
Juli
Agu
stus
Sept
embe
r
Okt
ober
Nov
embe
r
Des
embe
r
Janu
ari
2017
Penyusunan proposalPenelitian pendahuluanSeminar proposalPengambilan sampelMengumpulkan dataPengolahan dataAnalisis dataUjian Skripsi
http://lib.unimus.ac.id
30
BAB IV HA SIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
Kabupaten Pekalongan pada bulan September 2016. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan dan dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum obat antihipertensi di Rumah Sakit Umum
Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan.
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada September 2016 didapatkan
jumlah sampel berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi sebanyak 74
responden. Pengambilan data menggunakan catatan rekam medis serta wawancara
kepada responden.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk memperoleh karakteristik responden yang
telah diteliti meliputi tingkat pendidikan, dukungan keluarga, dan tingkat
kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik RespondenVariabel Frekuensi Persentase (%)
PendidikanRendah 8 10,8Menengah 27 36,5Tinggi 39 52,7
UsiaLansia ( > 60 tahun) 29 39,2Tidak Lansia ( < 60 tahun) 45 60,8
Jenis KelaminLaki-laki 28 37,8Perempuan 46 62,2
Dukungan KeluargaRendah 8 10,8Tinggi 66 89,2
PekerjaanTidak Bekerja 15 20,3Petani/Buruh 9 12,2Pedagang 21 28,4Pegawai Swasta 12 16,2PNS 17 23
Kepatuhan Minum ObatRendah 8 10,8Sedang 12 16,2Tinggi 54 73,0
http://lib.unimus.ac.id
31
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk
dalam kategori tingkat pendidikan tinggi mencapai 39 responden (52,7%)
diantaranya 21 responden tamat D1 (28,3%), 11 responden tamat D3 (14,8%),
dan 7 responden tamat S1 (9,4%). Sedangkan beberapa responden masuk dalam
kategori pendidikan rendah sebanyak 8 responden (10,8%) yaitu 3 responden
tidak sekolah (4%) dan 5 responden tamat SD (6,7%).
Berdasarkan tabel 4.1, sebagian besar responden termasuk dalam kategori
tidak lansia yaitu usia dibawah 60 tahun sebanyak 45 responden (60,8%). Selain
itu berdasarkan jenis kelamin responden perempuan lebih banyak mencapai 46
responden (62,2%). Kemudian sebagian besar responden memiliki tingkat
dukungan keluarga yang tinggi sebesar 66 responden (89,2%).
Pada tabel 4.1 menyatakan bahwa sebagian kecil responden tidak bekerja
sebanyak 15 responden (20,3%). Selain itu, sebagian besar responden memiliki
tingkat kepatuhan minum obat yang tinggi mencapai 54 responden (73%).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat antihipertensi, analisis dilakukan
dengan uji statistik Spearman’s, tingkat kepercayaan 95% (α ≤ 0,05). Berikut ini
adalah hasil analisis bivariat antara tingkat pendidikan dan dukungan keluarga
dengan kepatuhan minum obat antihipertensi.
Kemudian untuk mengetahui kuat lemahnya derajat keeratan hubungan
antara variabel-variabel yang diteliti, digunakan tabel kriteria pedoman untuk
koefisien korelasi.
Tabel 4.2. Pedoman Interpretasi Koefisien KorelasiInterval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah0,20 – 0,399 Rendah0,40 – 0,599 Sedang/Moderat0,60 – 0,799 Kuat0,80 – 1,000 Sangat Kuat
a. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi
Hasil analisis bivariat antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan minum
obat antihipertensi seperti tertera dalam tabel dibawah ini :
http://lib.unimus.ac.id
32
Tabel 4.3. Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan KepatuhanMinum Obat Antihipertensi
Variabel P RTingkat Pendidikan
0,000 0,465Kepatuhan Minum Obat
Tabel diatas menunjukkan hasil uji statistik nilai p = 0,000 ( p ≤ 0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat
pendidikan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi. Selain itu, dari hasil
analisis korelasi sederhana (r) didapat korelasi antara tingkat pendidikan
responden dengan kepatuhan minum obat antihipertensi (r) adalah 0,465. Hal
ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sifatnya moderat antara tingkat
pendidikan responden dengan kepatuhan minum obat antihipertensi.
Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, berarti semakin
tinggi tingkat pendidikan responden maka dapat meningkatkan kepatuhan
minum obat pada pasien hipertensi.
b. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi
Hasil analisis bivariat antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat antihipertensi seperti tertera dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.4. Analisis Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan KepatuhanMinum Obat Antihipertensi
Variabel P RDukungan Keluarga
0,000 0,691Kepatuhan Minum Obat
Tabel diatas menunjukkan hasil uji statistik nilai p = 0,000 ( p ≤ 0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum obat antihipertensi. Selain itu, dari hasil
analisis korelasi sederhana (r) didapat korelasi antara dukungan keluarga
responden dengan kepatuhan minum obat antihipertensi (r) adalah 0,691. Hal
ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara dukungan keluarga
responden dengan kepatuhan minum obat antihipertensi. Sedangkan arah
hubungan adalah positif karena nilai r positif, berarti semakin tinggi dukungan
keluarga responden maka semakin tinggi kepatuhan minum obat pada pasien
hipertensi.
http://lib.unimus.ac.id
33
B. Pembahasan
Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan
responden secara signifikan berhubungan dengan tingkat kepatuhan minum obat
pada pasien hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Exa Puspita yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara
tingkat pendidikan dengan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi. Hal ini
terjadi karena masyarakat yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung
memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas sehingga lebih mudah
menyerap dan menerima informasi, serta dapat berperan aktif dalam mengatasi
masalah kesehatan dirinya maupun anggota keluarga lainnya.3,6
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap dan
menerima informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta dalam
pembangunan kesehatan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan
klien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut
merupakan pendidikan yang aktif. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang
lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih
luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut
berperan serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya.
Dengan belajar baik secara formal maupun non formal manusia akan memiliki
pengetahuan, dengan pengetahuan yang diperoleh maka klien akan mengetahui
manfaat dari saran atau nasihat tenaga medis sehingga akan termotivasi untuk
patuh menjalani pengobatan.3,6,33
Variabel lain yang diteliti selain tingkat pendidikan adalah dukungan
keluarga. Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa dukungan keluarga
responden berhubungan secara signifikan, positif, dan kuat terhadap tingkat
kepatuhan minum obat pasien hipertensi. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
dukungan keluarga pasien maka semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien dalam
http://lib.unimus.ac.id
34
minum obat antihipertensi. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Violita dkk yang menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan kepatuhan minum obat antihipertensi.10
Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh Pujiyanto dalam penelitian
kualitatifnya dengan metode wawancara secara mendalam pada 8 responden
menemukan bahwa anggota keluarga (suami) yang menunjukkan sikap peduli
kepada anggota keluarga (isteri) yang menderita hipertensi berperan penting
dalam kepatuhan minum obat antihipertensi. Para informan yang diperhatikan
oleh anggota keluarganya, bisa berupa mengingatkan untuk minum obat atau
bahkan menyiapkan obat pada waktunya, terbukti lebih patuh minum obat
dibandingkan dengan informan yang anggota keluarganya tidak atau setidaknya
kurang memperhatikan kebutuhan khusus yang bersangkutan untuk minum obat
antihipertensi secara teratur.9
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga
lain merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan kepatuhan
terhadap program-program medis. Dukungan keluarga merupakan bagian dari
penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa
senang dan tenteram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya,
karena dengan dukungan tersebut penderita akan percaya diri untuk menghadapi
atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti
saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolaan
penyakitnya. Dukungan dapat ditujukan melalui sikap yaitu dengan mengingatkan
waktu minum obat, waktu istirahat, waktu kontrol serta menyiapkan obat yang
harus diminum oleh pasien.8,33,34
Penelitian ini hanya meneliti tingkat pendidikan dan dukungan keluarga
responden terhadap kepatuhan minum obat antihipertensi. Sedangkan masih ada
beberapa faktor lainnya seperti usia, jenis kelamin, dan sosial ekonomi yang
belum dapat dikontrol oleh peneliti. Peneliti hanya mengukur tingkat kepatuhan
melalui lembar kuesioner.
http://lib.unimus.ac.id
35
BAB V PENUTUP
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil uji analisis Spearman’s tentang tingkat pendidikan dan
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di
Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan didapatkan hasil
sebagai berikut:
1. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat kepatuhan
minum obatnya.
2. Semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi tingkat kepatuhan
minum obatnya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan oleh peneliti adalah :
1. Bagi Pasien Hipertensi
Diharapkan bagi pasien hipertensi agar senantiasa menjaga kepatuhan
minum obat antihipertensi untuk mengendalikan tekanan darahnya dan juga
mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi lebih lanjut.
2. Bagi Keluarga Pasien Hipertensi
Diharapkan kepada keluarga atau kerabat terdekat pasien dapat berperan
aktif dalam memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien hipertensi seperti
mengingatkan pasien untuk minum obat rutin, menyiapkan obat yang hendak
diminum oleh pasien, dan mengantar pasien untuk kontrol ke dokter agar selalu
mematuhi anjuran terapi yang telah diberikan oleh dokter serta melakukan
upaya-upaya pencegahan dan perencanaan pola hidup sehat bagi pasien dan
anggota keluarga yang lain seperti membatasi konsumsi garam <5 gram (1
sendok teh) per hari, batasi makanan olahan dan cepat saji, batasi daging
berlemak, lemak susu, mengganti daging lainnya dengan ayam (tanpa kulit),
mengonsumsi 5 porsi buah-buahan dan sayuran per hari, makan ikan sedikitnya
3 kali per minggu.
http://lib.unimus.ac.id
36
3. Bagi Petugas Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien hipertensi supaya keluarga
atau kerabat dekat pasien hipertensi yang melakukan rawat jalan di Rumah Sakit
Umum Daerah Kajen ikut terlibat. Dengan adanya keterlibatan anggota
keluarganya atau kerabat dekatnya diharapkan dapat menciptakan kondisi yang
nyaman bagi penderita hipertensi supaya terapi berjalan dengan baik dan terjaga
pola hidupnya.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian serupa, diharapkan
meneliti variabel lain yang mempengaruhi tingkat kepatuhan minum obat pada
pasien hipertensi seperti usia, jenis kelamin, sosial ekonomi, motivasi ingin
sembuh, dan peran petugas kesehatan pada penelitian selanjutnya.
http://lib.unimus.ac.id
37
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. High Blood Pressure, Global and Regional Overview. World HealthDay 2013. 2013.
2. RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian Dan PengembanganKesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013.
3. DINKES. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2014. Semarang:Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015.
4. RSUD Kajen. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kajen KabupatenPekalongan tahun 2015. Kajen: Rumah Sakit Umum Daerah Kajen. 2015.
5. Sabate E, World Health Organization, WHO Adherence to Long TermTherapies Project, Global Adherence Interdisciplinary Network. Adherenceto long-term therapies : evidence for action. Geneva: World HealthOrganization. 2003. xv, 198 p.
6. Puspita, E. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan PenderitaHipertensi Dalam Menjalani Pengobatan. Semarang: Universitas NegeriSemarang. 2016.
7. van der Wal MH, Jaarsma T, van Veldhuisen DJ. Non-compliance in patientswith heart failure; how can we manage it?. Oxford: Eur J Heart Fail. 2006.27, 434-440.
8. Jaya N. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan pasiendalam minum obat antihipertensi di Puskesmas Pamulang Kota TangerangSelatan Propinsi Banten. Jakarta: Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah. 2009.
9. Pujiyanto. Faktor sosio ekonomi yang mempengaruhi kepatuhan minum obatantihipertensi. Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas KesehatanMasyarakat. 2007.
http://lib.unimus.ac.id
38
10. Violita F, Thaha I, Dwinata, I. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhanminum obat hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Segeri. Makassar:Universitas Hasanuddin Fakultas Kesehatan Masyarakat. 2015.
11. Hareri H, Gedefaw M, Simeng B. Assessment of prevalence and associatedfactors of adherence to antihypertensive agents among adults on follow up inAdama Referal hospital, East Shoa, Ethiopia-cross sectional study. DebreMarkos: Debre Markos University College of Health Sciences. InternationalJournal of Current Microbiology and Applied Sciences. 2013. 3(1): 760-770.
12. Zulfi kri Kaliggis. Tatalaksana Hipertensi Sindrom Koroner Akut dan GagalJantung. Jakarta: Balai Penerbit RS Harapan Jantung Kita. 2001. Hal 42 – 62.
13. Yogiantoro M. Hipertensi esensial. Dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid IEdisi V. Jakarta: FKUI. 2008.
14. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I :Nefrologi dan Hipertensi. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. 2005. Hal 518 –521.
15. Leonardo S. Lilly et, al. Hypertension. Pathophysiology of Heart DiseaseFifth Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2011. Hal 301 – 323.
16. Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. 2001. Hal : 356.
17. Sheps, Sheldon, G. Mayo. Clinic Hypertension. Mengatasi Tekanan DarahTinggi. Jakarta: PT.Intisari Mediatama. 2005. Hal 26 – 158.
18. Hembing, D. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah Tinggi, cetakanVIII. Jakarta: Penerbit Swadaya. 2001. Hal 10 – 11.
19. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam:Robn and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia:Elsevier Saunders. 2005. Hal 528 – 529.
http://lib.unimus.ac.id
39
20. Depkes RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi.Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2013.
21. Sunardi T, Soetardjo S. Hidangan Sehat Untuk Penderita Hipertensi. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama. 2000.
22. Marliani L, Tantan S. 100 Question & Answer Hipertensi. Jakarta: PT ElexMedia Komputindo. 2007. Hal 1 – 61.
23. Ferketich et, al. Links Among Depression, Race, Hypertension, and the Heart.USA: J Clin Hypertens 2(6) Le Jacq Communications, Inc. 2000. 410 – 412.
24. Sugondo, Sidartawan. Obesitas. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam JilidIII Edisi V. Jakarta: FKUI. 2008. Hal 1919 – 1924.
25. Widyastuti-Nurmasari, Hertanto W Subagio. Hubungan Beberapa IndikatorObesitas dengan Hipertensi pada Perempuan. Semarang: Media MedikaIndonesiana Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2006.
26. Purwati, S., Salimar, R. Perencanaan Menu untuk Penderita Tekanan DarahTinggi. Jakarta: Penerbit Swadaya. 2005.
27. Radecki Thomas E. J. D. Hypertension: Salt is a Major Risk Factor. USA: JCardiovasc. 2000. 7(1); 5 – 8.
28. Kaplan, M. Norman. Measurement of Blood Pressure and PrimaryHypertension: Pathogenesis in Clinical Hypertension: Seventh Edition. MarBaltimore, Maryland: Williams & Wilkins. 1998.
29. Beevers, DG. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Penyakit DarahTinggi. Jakarta: Dian Rakyat. 2002.
30. Anonim. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2014. Perhimpunan DokterHipertensi Indonesia. Jakarta: InaSH. 2014.
http://lib.unimus.ac.id
40
31. Hadits Riwayat. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud,Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi. Tentang Anjuran Berobat Dalam Ajaran Islam.
32. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta. 2010.
33. Evadewi, Putu Kenny Rani. Kepatuhan Mengonsumsi Obat Pasien Hipertensidi Denpasar ditinjau dari Kepribadian Tipe A dan Tipe B, Vol.1, No. 1.Universitas Udayana: Denpasar. 2013. hal 32-42.
34. Criswell TJ, Weber CA, Xu Y, Carter BL. Effect of self-efficacy and socialsupport on adherence to antihypertensive drugs, J pharmacotherapy.2010;30(5):432-41.
35. Dosh SA. The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults.J.Fam Pract. 2001. 50:707-712
36. Sastroasmoro, Sudigdo. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 4.Jakarta: Sagung Seto. 2011.
37. Morisky, et al. Predictive validity of a medication adherence measure in anoutpatient setting. Los Angeles: The Journal of Clinical Hypertension. 2008.Vol 10; 350-351
http://lib.unimus.ac.id
41
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Data
1. Analisis Univariat
a. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden
b. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Responden
c. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
d. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden
Usia
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid Lansia 29 39,2 39,2 39,2
Tidak Lansia 45 60,8 60,8 100,0
Total 74 100,0 100,0
Pendidikan
8 10.8 10.8 10.827 36.5 36.5 47.339 52.7 52.7 100.074 100.0 100.0
RendahMenengahTinggiTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Dukungan keluarga
8 10.8 10.8 10.866 89.2 89.2 100.074 100.0 100.0
RendahTinggiTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Jenis kelamin
28 37.8 37.8 37.846 62.2 62.2 100.074 100.0 100.0
Laki-lakiPerempuanTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
http://lib.unimus.ac.id
42
e. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden
f. Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Minum Obat Responden
Pekerjaan
15 20.3 20.3 20.39 12.2 12.2 32.4
21 28.4 28.4 60.812 16.2 16.2 77.017 23.0 23.0 100.074 100.0 100.0
Tidak BekerjaPetani/BuruhPedagangPegawai SwastaPNSTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Kepatuhan minum obat
8 10.8 10.8 10.812 16.2 16.2 27.054 73.0 73.0 100.074 100.0 100.0
RendahSedangTinggiTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
http://lib.unimus.ac.id
43
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan antara Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Kepatuhan Minum
Obat Antihipertensi
b. Hubungan antara Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Kepatuhan Minum
Obat Antihipertensi
Correlations
1.000 .465**. .000
74 74.465** 1.000.000 .
74 74
Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N
Pendidikan
Kepatuhan minum obat
Spearman's rhoPendidikan
Kepatuhanminum obat
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlations
1.000 .691**. .000
74 74.691** 1.000.000 .
74 74
Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N
Dukungan keluarga
Kepatuhan minum obat
Spearman's rho
Dukungankeluarga
Kepatuhanminum obat
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
http://lib.unimus.ac.id
44
Lampiran 2. Gambar Proses Pengambilan Data
http://lib.unimus.ac.id
45
Lampiran 3. Lembar Perijinan Fakultas Kedokteran UNIMUS
http://lib.unimus.ac.id
46
Lampiran 4. Lembar Perijinan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Pekalongan
http://lib.unimus.ac.id
47
Lampiran 5. Lembar Perijinan dari Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
http://lib.unimus.ac.id
48
Lampiran 6. Lembar Pernyataan Persetujuan Responden
http://lib.unimus.ac.id
49
Lampiran 7. Lembar Kuesioner
http://lib.unimus.ac.id