analisis faktor-faktor yang mempengaruhi …eprints.undip.ac.id/32115/1/jurnal_punya_abi.pdf ·...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERUSAHAAN BERPINDAH KAP PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI INDONESIA
ABHIEMANYU PERDHANA PUTRA
SURYA RAHARJA, S.E., M.Si., Akt.
Universitas Diponegoro Semarang
ABSTRACT This research aims to know empirical evidence as for factors influencing
auditor switching on the manufacture firm listed in Indonesia Stock Exchange. The factors to be análysised in this research is firm size (KAP), client size (LnTA), share growth (SH_GR), Management Turnover (CEO), financial distress (DER), the previous year’s audit opinion (OPINI), and return on equity (ROE).
The data being used is from manufacturing company which is listed in “Bursa Efek Indonesia” (BEI) in 2004-2009 period. By using logistic regression in SPSS 16 software, this research tried to test effect of Accounting Firm Size, Client Size, share growth, Management Turnover, financial distress, the previous year’s audit opinion, and return on equity towards Auditor Switching.
The result of this research shown below: (1) Accounting Firm Size does not have significant effect on Auditor Switching, (2) Client Size does not have significant effect towards Auditor Switching, (3) Share Growth has significant effect towards Auditor Switching, (4) Management Turnover has significant effect towards Auditor Switching, (5) Financial Distress has significant effect towards Auditor Switching, (6) The Previous Year’s Audit Opinion does not have significant effect towards Auditor Switching and finally (7) Return On Equity has significant effect on Auditor Switching. Keywords: auditor switching, auditor–client relationship, auditor rotation, independency.
2
A. PENDAHULUAN
Manajemen perusahaan berkewajiban menyajikan laporan keuangan untuk
menunjukkan hasil kinerja mereka kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Ada
kemungkinan laporan keuangan ini dipengaruhi kepentingan pribadi, sementara
pihak ketiga, yaitu pihak eksternal selaku pemakai laporan keuangan sangat
berkepentingan untuk mendapatkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
Untuk itu dibutuhkan peran akuntan publik sebagai pihak yang independen untuk
menengahi kedua pihak (antara agen dan principal) dengan kepentingan berbeda
(Lee, 1993 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007), yaitu untuk memberi penilaian
dan pernyataan pendapat (opini) terhadap kewajaran laporan keuangan yang
disajikan.
Independensi seorang auditor merupakan hal yang penting bagi auditor
ketika ia menjalankan tugas pengauditan yang mengharuskan ia memberi
penilaian atas kewajaran laporan keuangan kliennya. Sikap independensi
bermakna bahwa auditor tidak mudah dipengaruhi, (Standar Profesinal Akuntan
Publik/SPAP, 2001), sehingga auditor akan melaporkan apa yang ditemukannya
selama proses pelaksanaan audit laporan keuangan.
Martina (2010) berpendapat bahwa wajar adanya jika pengguna laporan
keuangan, regulator, dan pihak-pihak lain selalu mempertanyakan apakah auditor
bisa independen dalam menjalankan tugasnya. Keraguan tentang independensi ini
bertambah berat karena kantor akuntan publik selama ini diberi kebebasan untuk
memberikan jasa non-audit kepada klien yang mereka audit. Pemberian jasa non-
audit ini menambah besar jumlah dependensi kantor akuntan kepada kliennya.
Kritik terhadap dependensi merupakan pengaruh dari ketersediaan kantor
akuntan publik yang sedikit, sementara perusahaan yang meminta jasa audit
banyak. Kantor akuntan publik yang melakukan praktik audit diwajibkan terdaftar
di BAPEPAM-LK dan hanya kantor akuntan publik yang terdaftar yang berhak
untuk mengaudit (Suparlan dan Andayani, 2010). Kantor akuntan publik sendiri
memiliki perbedaan kualitas antar mereka sehingga perusahaan akan cenderung
memilih kantor akuntan yang kualitasnya baik. Maka dari itu, hubungan antara
3
klien dengan auditor akan muncul dengan sendirinya dan sangat besar
kemungkinan akan terjalin hubungan jangka panjang.
Adanya pesan pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) dilatarbelakangi
oleh runtuhnya KAP Arthur Anderson di Amerika Serikat pada tahun 2001,
sebagai salah satu KAP besar yang masuk dalam jajaran lima KAP terbesar di
dunia atau Big 5 (Diaz, 2009). KAP Arthur Anderson telibat dalam kecurangan
yang dilakukan oleh kliennya Enron sehingga gagal mempertahankan
independensinya. Skandal ini melahirkan The Sarbanas Oxley Act (SOX) pada
tahun 2002. Kemudian pesan ini digunakan oleh berbagai negara untuk
memperbaiki struktur pengawasan terhadap KAP dengan menerapkan rotasi wajib
KAP dan auditor (Suparlan dan Andayani, 2010). Sampai saat ini banyak badan
regulator dari berbagai negara yang telah menerapkan adanya rotasi wajib auditor
tersebut.
Fenomena mengenai pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik
(KAP) memang sangat menarik untuk dikaji, hal ini dikarenakan banyak faktor
yang dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan pergantian
auditor atau KAP. Faktor-faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor klien
maupun faktor yang berasal dari auditor. Penelitian ini melihat pengaruh faktor-
faktor yang menyebabkan perusahaan publik berpindah auditor dari KAP yang
satu ke KAP yang lain. Penelitian menggunakan variabel independen ukuran
KAP, ukuran klien, share growth, pergantian manajemen, financial distress, opini
audit tahun sebelumnya, dan ROE, sementara itu variabel dependen adalah
pergantian KAP.
B. TELAAH TEORI
1. Teori Keagenan
Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling dalam
Suparlan dan Andayani (2010) menyatakan masalah agensi disebabkan oleh
adanya perbedaan kepentingan dan informasi asimetri antara manajemen (agent)
dengan shareholder (principle). Perbedaan tersebut menimbulkan konflik
kepentingan: (1) antara shareholders dan manajer, (2) antara shareholders dan
4
debtholders, dan (3) antara manajer, shareholders, dan debtholders. Ada beberapa
mekanisme yang dapat digunakan untuk mengurangi masalah agensi yaitu melalui
kebijakan dividen, kebijakan utang, dan kepemilikan oleh institusi.
Jensen dan Meckling dalam Wijayanti (2011) juga berpendapat bahwa
konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen
tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya
keagenan (agency cost). Dalam teori agensi, auditor independen berperan sebagai
penengah kedua belah pihak (agent dan principle) yang berbeda kepentingan.
Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul
dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer).
Dalam teori agensi ini, audit independen berfungsi untuk mengurangi
biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen
(manajer). Tingkat biaya tersebut bervariasi pada organisasi, tergantung pada
variabel seperti ukuran perusahaan, dan kepemilikan saham manajemen. Dalam
informasi ekonomi, pemilihan auditor yang dapat dipercaya digunakan sebagai
sinyal kejujuran manajemen (Dopuch dan Simunic, 1980; Dopuch dan Simunic,
1982 dalam Nasser et al., 2006).
2. Teori Tentang Perpindahan Auditor (Auditor Switching)
Auditor switching merupakan perpindahan auditor (KAP) yang dilakukan
oleh perusahaan klien. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang bisa
berasal dari faktor klien maupun faktor auditor (Kadir, 1994 dalam Wijayanti,
2010). Mardiyah (2002) juga menyatakan dua faktor yang mempengaruhi
perusahaan berpindah KAP adalah faktor klien (Client-related Factors), yaitu:
kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public
Offering (IPO) dan faktor auditor (Auditor-related Factors), yaitu: fee audit dan
kualitas audit.
Pada kondisi dimana tidak ada aturan yang mewajibkan pergantian auditor
(auditor switching hanya bersifat sukarela), terdapat dua kemungkinan yang akan
terjadi ketika klien mengganti auditornya yaitu, auditor mengundurkan diri atau
auditor diberhentikan oleh klien. Apapun kemungkinan yang akan terjadi,
perhatian utama tetap pada alasan apa saja yang mendasari terjadinya peristiwa
5
auditor switching tersebut dan ke mana klien tersebut akan berpindah auditor. Jika
alasan tersebut karena ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka
diekspektasi klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien.
Menurut Wijayanti (2010), ketika klien mencari auditor baru terjadi
ketidaksimetrisan informasi antara auditor dan klien. Hal ini terjadi karena
informasi yang dimiliki klien lebih besar dibandingkan informasi yang dimiliki
auditor. Pada saat itu klien pasti mencari auditor yang kemungkinan besar akan
sepakat dengan praktik akuntansi perusahaan. Sehingga ada dua kemungkinan
yang terjadi jika auditor bersedia menerima klien baru. Kemungkinan pertama
adalah auditor telah memiliki informasi yang cukup lengkap tentang usaha klien.
Kemungkinan kedua auditor sebenarnya tidak memiliki informasi yang cukup
tentang klien tetapi menerima klien hanya untuk alasan lain, misalnya alasan
finansial.
Febrianto (2009) menyatakan bahwa pergantian auditor secara wajib
dengan secara sukarela bisa dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus
perhatian dari isu tersebut. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela, maka
fokus perhatian utama adalah pada sisi klien. Sebaliknya, jika pergantian terjadi
secara wajib, fokus perhatian utama beralih kepada auditor.
3. Peraturan Pemerintah Indonesia Mengenai Rotasi Wajib Auditor.
Saat ini, masalah independensi auditor menjadi semakin penting dalam hal
pemberian jasa audit oleh akuntan publik. Pemerintah sebagai regulator
diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan dari semua pihak, baik pihak
perusahaan, pihak akuntan, dan pihak eksternal yang memerlukan laporan
keuangan perusahaan. Bentuk campur tangan pemerintah dalam hal isu
independensi adalah dengan membentuk peraturan-peraturan yang mewajibkan
adanya rotasi auditor ataupun masa kerja audit (audit tenure).
Di Indonesia, peraturan yang mengatur tentang audit tenure adalah
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003
pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tersebut merupakan perubahan
atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002, yang mengatur
bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu enti/tas dapat
6
dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan
oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008
tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian
jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP
paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan
publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan
kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak
memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang sama (pasal 3 ayat
2 dan 3). Adanya peraturan tersebut menyebabkan perusahaan memiliki keharusan
untuk melakukan pergantian auditor dan KAP mereka setelah jangka waktu
tertentu.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
359/KMK.06/2003 tentang “Jasa Akuntan Publik” dan Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan
Publik” merupakan dasar yang digunakan dalam penelitian karena periode waktu
penelitian ini adalah tahun 2004-2009. Dalam penelitian ini tahun 2004
diasumsikan sebagai tahun pertama perusahaan menerapkan rotasi wajib auditor.
Sedangkan pada tahun 2008, Perusahaan dengan masa penugasan KAP telah
mencapai 5 tahun dapat memperpanjang masa penugasan KAP menjadi 6 tahun
karena adanya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching
4.1 Ukuran KAP
Banyak anggapan bahwa KAP yang lebih besar (Big 4) biasanya lebih
mampu mempertahankan tingkat independensi daripada rekan-rekan mereka yang
lebih kecil karena mereka menyediakan berbagai layanan untuk klien dalam
jumlah yang besar, sehingga mengurangi ketergantungan mereka pada klien
tertentu (Dopuch, 1984; Wilson dan Grimlund, 1990 dalam Nasser et al., 2006).
Menurut Wijayanti (2010), perusahaan akan lebih memilih KAP dengan kualitas
7
yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dan untuk
meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan.
Berdasarkan argumen di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan lebih memilih
KAP besar yang dianggap lebih berkualitas dibandingkan KAP kecil. Oleh karena
itu, perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP besar memiliki kemungkinan
kecil untuk berganti KAP. Oleh karena itu, hipotesis dinyatakan sebagai berikut:
H1 : Ukuran KAP berpengaruh secara negatif terhadap auditor switching pada
perusahaan di Indonesia.
4.2 Ukuran Klien
Simunic et al. (1987), Francis et al. (1988), dan Abbott et al. (2000) dalam
Suparlan dan Andayani (2010) menunjukkan hubungan positif antara ukuran klien
dengan pemilihan perusahaan audit yang memiliki kualitas yang tinggi. Sinason et
al., (2001) dalam Wijayanti (2011) mengemukakan bahwa perusahaan besar
mungkin memerlukan biaya awal yang lebih besar untuk auditor baru. Kenaikan
biaya (baik fiskal langsung dan tidak langsung) dapat menyebabkan peningkatan
hubungan auditor-klien, sehingga meningkatkan penguasaan auditor. Klien juga
dikenai biaya awal saat terlibat dengan auditor baru. Berdasarkan argumen di atas,
dapat dikatakan bahwa biaya audit untuk klien yang kecil mungkin lebih sedikit
dibandingkan klien yang besar. Sehingga hipotesis yang terbentuk adalah :
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh secara positif terhadap auditor switching
pada perusahaan di Indonesia.
4.3 Share Growth
Loughram et al. (1997) dalam Suparlan dan Andayani (2010)
menyebutkan bahwa perusahaan yang menerbitkan saham biasanya
memperlihatkan perbaikan kinerja dan mengindikasikan peluang pertumbuhan
dimasa depan. Knechel et al. (2008) menyatakan perusahaan memutuskan untuk
meggunakan KAP besar terkait dengan kebutuhan dana, ekuitas atau hutang.
Dengan penggunaan dana tambahan maka membutuhkan pengawasan yang tinggi
sehingga investor lebih percaya kepada perusahaan. Oleh karena itu hipotesis
yang diajukan sebagai berikut:
8
H3 : Share growth perusahaan publik berpengaruh secara positif terhadap auditor
switching pada perusahaan di Indonesia.
4.4 Pergantian Manajemen
Pergantian manajemen perusahaan dapat diikuti oleh perubahan kebijakan
dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP. Perusahaan akan mencari
KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansinya (Nagy, 2005
dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Manajemen memerlukan auditor yang
lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang
cepat. Jika hal ini tidak terpenuhi, kemungkinan besar perusahaan akan mengganti
auditornya (Joher et al., 2000 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pergantian manajemen memungkinkan
klien untuk memilih auditor baru yang lebih berkualitas dan sepakat dengan
kebijakan akuntansi perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis dinyatakan sebagai
berikut :
H4 : Pergantian manajemen berpengaruh secara positif terhadap auditor switching
pada perusahaan di Indonesia.
4.5 Financial Distress
Ada dorongan yang kuat untuk berpindah auditor pada perusahaan yang
terancam bangkrut. Kesulitan keuangan signifikan mempengaruhi perusahaan
yang terancam bangkrut untuk berpindah KAP (Schwartz dan Menon, 1985 dalam
Wijayanti, 2010). Selain itu, Schwartz dan Soo (1995) dalam Damayanti dan
Sudarma (2007) menyatakan bahwa perusahaan yang bangkrut lebih sering
berpindah auditor daripada perusahaan yang tidak bangkrut.
Klien dengan tekanan finansial cenderung untuk menggantikan KAP
mereka dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang lebih sehat (Schwartz dan
Menon, 1985; Hudaib dan Cooke, 2005 dalam wijayanti, 2010). Dengan
demikian, auditor pada distressed clients memiliki audit tenure yang lebih pendek
dibandingkan dengan rekan-rekan audit mereka pada klien yang lebih sehat dan
pada gilirannya akan cenderung diganti. Hipotesis berikutnya dinyatakan sebagai
berikut:
9
H5 : Financial distress berpengaruh secara negatif terhadap auditor switching
pada perusahaan di Indonesia.
4.6 Opini Audit Tahun Sebelumnya
Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian (tidak
sesuai harapan perusahaan), perusahaan akan berpindah KAP yang mungkin dapat
memberikan opini sesuai dengan yang diharapkan perusahaan (Tandirerung, 2006
dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Manajemen akan memberhentikan
auditornya atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya
dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih lunak/more pliable (Carcello
dan Neal, 2003 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Chow dan Rice (1982)
mendapatkan bukti empiris bahwa perusahaan cenderung berpindah KAP setelah
menerima qualified opinion atas laporan keuangannya. Jadi:
H6 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara negatif terhadap auditor
switching pada perusahaan di Indonesia.
4.7 ROE
Ashbaugh et al. (2003) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menjadikan
ROE sebagai variabel kontrol dalam penelitiannya untuk faktor-faktor yang
menentukan pemilihan audior oleh klien. Sehingga dalam penelitian ini ROE
diprediksi akan mempengaruhi pergantian KAP karena menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk membayar auditor dari KAP yang lebih besar. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ROE yang tinggi memungkinkan suatu perusahaan untuk
mengganti KAP mereka menjadi KAP yang lebih besar. Oleh karena itu hipotesis
yang diajukan sebagai berikut :
H7 : ROE perusahaan berpengaruh secara positif terhadap auditor switching pada
perusahaan di Indonesia.
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Penentuan Populasi, Sampel, dan Sumber Data
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2004-
2009. Alasan penggunaan tahun 2004-2009 yaitu untuk memberikan gambaran
10
terbaru dari perusahaan manufaktur. Dasar penentuan pemilihan sampel adalah
sampel yang memenuhi kelengkapan data. Metode pengumpulan sampel
(sampling method) yang digunakan adalah purposive sampling. Metode purposive
sampling adalah metode pengumpulan sampel yang berdasarkan tujuan penelitian.
Adapun syarat sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang
menyajikan informasi lengkap yang berupa informasi nama KAP, total aset, aset
lancar, utang lancar, utang tidak lancer, total equity, retained earning, EAT
(earning after tax), saham beredar, TL (total liabilities), nama CEO, dan opini
audit yang diberikan pada periode t-1, selain itu tidak diaudit oleh KAP yang
sama selama 5 tahun berturut-turut.
Perusahaan sampel lebih dari satu kali berganti KAP hanya diambil pada
pergantian pertama kali pada periode amatan. Selanjutnya mengambil sampel
berpasangan (matched-pairs sample) antara perusahaan yang berganti KAP
dengan perusahaan yang tidak berganti KAP. Model ini telah digunakan oleh
Marganingsih (2008) dan Suparlan (2010). Kriteria yang digunakan adalah
mempunyai periode waktu yang sama antara perusahaan yang berganti KAP
dengan perusahaan yang tidak berganti KAP, memiliki ukuran perusahaan yang
sama antara perusahaan yang berganti KAP dengan perusahaan yang tidak
berganti KAP, dan bergerak pada industri yang sama antara perusahaan yang
berganti KAP dengan perusahaan yang tidak berganti KAP.
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode 2005-2009 masing-masing berjumlah 136 perusahaan pada
tahun 2005, 136 perusahaan tahun 2006, 142 perusahaan tahun 2007, 135
perusahaan tahun 2008, dan 118 perusahaan tahun 2009. Dari jumlah tersebut
hanya 85 perusahaan yang memiliki data lengkap sesuai kriteria untuk 5 tahun
penelitian. Sampel penelitian berjumlah 126 perusahaan, terdiri dari 63
perusahaan yang melakukan pergantian KAP dan 63 perusahaan yang tidak
melakukan pergantian KAP.
11
2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
2.1 Variabel Dependen : Auditor switching
Pengukuran auditor switching menggunakan variabel dummy, jika
perusahaan klien mengganti auditornya maka diberi nilai 1. Sedangkan jika
perusahaan klien tidak mengganti auditornya maka diberikan nilai 0.
2.2 Variabel Independen
Variabel independen terdiri dari (1) ukuran KAP, diukur menggunakan
variabel dummy, diberi 1 jika perusahaan klien diaudit oleh KAP Big 4, dan diberi
0 jika diaudit oleh KAP non Big 4. (2) Ukuran klien, dihitung dengan melakukan
logaritma natural atas total asset perusahaan. (3) Share growth, diukur dengan
menggunakan variabel dummy, diberi nilai 1 jika perusahaan klien melakukan
peningkatan jumlah saham, dan diberi nilai 0 jika perusahaan klien tidak
meningkatkan jumlah sahamnya. (4) Pergantian manajemen, diukur menggunakan
variabel dummy, diberi nilai 1 jika perusahaan klien melakukan pergantian
manajemen, dan diberi nilai 0 jika perusahaan klien tidak melakukan pergantian
manajemen. (5) Financial distress, diukur dengan menggunakan Debt to Equity
Ratio (DER) yaitu total kewajiban dibagi total ekuitas. (6) Opini audit tahun
sebelumnya, diukur dengan meenggunakan variabel dummy, jika perusahaan klien
menerima opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified) maka diberikan
nilai 1. Sedangkan jika perusahaan klien menerima opini wajar tanpa
pengecualian (unqualified), maka diberikan nilai 0. (7) ROE, diukur
menggunakan laba setelah pajak dibagi dengan ekuitas.
3. Alat Analisis
Perumusan model regresi yang digunakan adalah :
SWITCHt = β0 + β1 KAP + β2 LnTA + β3 SH_GR + β4 CEO + β5 DER + β6 OPINI
+ β7 ROE + e
Keterangan:
SWITCH : auditor switching
β 0 : konstanta
β 1 – β8 : koefisien regresi
KAP : ukuran KAP
12
LnTA : ukuran klien
SH_GR : share growth
CEO : pergantian manajemen
DER : financial distress
OPINI : opini audit tahun sebelumnya
ROE : return on equity
E : residual error
4. Pengujian Hipotesis Penelitian dan Asumsi Klasik
Hair (2006) menyatakan regresi logit tidak dihadapkan pada asumsi-
asumsi klasik yang ketat dan lebih robust ketika asumsi klasiknya terpenuhi.
Menguji kelayakan model regresi dengan nilai Hosmer and Lemeshow Goodness
of Fit > α = 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan model mampu
memprediksi atau diterima. Sedangkan menilai keseluruhan model (overall model
fit) dengan dengan metoda Maximum Likehood (ML), membandingkan nilai -2
Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai - 2 Log
Likehood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Dapat juga digunakan untuk
menentukan jika variabel bebas ditambahkan pada model, jika terjadi penurunan
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model tersebut menunjukkan nilai regresi
yang baik.
Selanjutnya, koefisiensi Determinasi (Nagelkerke R Square) adalah nilai
koefisien Nagelkerke R Square, Cox & Snell R Square. Nagelkerke’s R Square
adalah modifikasi koefisien Cox dan Snell nilainya berkisar antara < Nagelkerke’s
R2 < 1. Semakin besar nilai Nagelkerke’s R Square (mendekati 100%) semakin
baik model regresi. Nilai Nagelkerke’s R Square sebesar 0 berarti variasi dari
variabel dependen tidak dapat diterangkan sama sekali oleh variabel
independennya, dan sebaliknya. Sedangkan matrik klasifikasi menunjukkan
prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan berganti KAP.
13
5. Model Penelitian
D. HASIL PENELITIAN DAN INTEPRETASI HASIL
1. Statistik Deskriptif dan Pengujian Asumsi Klasik
Data stastistik deskriptif penelitian adalah sebagai berikut, (1) ukuran KAP
memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1 dengan nilai rata-rata 0.56 dan
standar deviasi sebesar 0.499. (2) Ukuran klien, menunjukkan nilai minimum 24
dan nilai maksimum 30.41 dengan nilai rata-rata 27,2276 dan standar deviasi
1.532. (3) Share growth menunjukkan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1
dengan nilai rata-rata 0.08 dan standar deviasi 0.271. (4) Pergantian manajemen
memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1 dengan nilai rata-rata 0.52 dan
standar deviasi 0.502. (5) Opini audit tahun sebelumnya menunjukkan nilai
minimum 0 dan nilai maksimum 1 dengan nilai rata-rata 0.05 dan standar deviasi
0.214. (6) Financial distress memiliki nilai minimum -27.436 dan nilai
maksimum 10.574 dengan nilai rata-rata 0.88544 dan standar deviasi 3.0718. (7)
ROE menunjukkan nilai minimum -2.308 dan nilai maksimum 4.875 dengan nilai
rata-rata 0.10037 dan standar deviasi 0.529413.
Penelitian ini menggunakan variabel dummy, diberi nilai 1 jika perusahaan
klien mengganti KAP dan 0 jika perusahaan klien tidak mengganti KAP. Jumlah
Ukuran KAP
Auditor switching
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
Ukuran klien
Share growth
Pergantian manajemen
Financial distress
Opini audit tahun sebelumnya
ROE
14
sampel 126 perusahaan, terdiri dari 63 perusahaan yang berganti KAP dan 63
perusahaan yang tidak berganti KAP.
Pengujian ini menggunakan matrik korelasi antar variabel bebas untuk
melihat besarnya korelasi antar variabel independen. hasil menunjukkan bahwa
koefisien korelasi antar variabel independen tidak ada yang bernilai lebih dari 0,8
sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel
independen, oleh karena itu model ini dapat digunakan lebih lanjut untuk menguji
hipotesis.
2. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian menunjukkan nilai Chi-sguare
sebesar 8,720 dengan signifikansi (p) sebesar 0,366. Pengujian model fit dengan
membandingkan nilai -2 log Likehood (-2LL) pada awal (Block Number = 0)
dengan nilai -2 log Likehood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Nilai -2LL
awal sebesar 174,641. Setelah dimasukkan kedelapan variabel independen, nilai -
2LL mengalami penurunan menjadi 153,409. Penurunan Likelihood (-2LL) ini
menunjukkan model regresi lebih baik atau dengan model yang dihipotesiskan fit
dengan data.. Besarnya nilai koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai
Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square adalah 0,207 yang berarti
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen
adalah sebesar 20,7%, sedangkan sisanya sebesar 79,3% dijelaskan oleh variabel-
variabel diluar model penelitian. Sedangkan menurut nilai Cox & Snell R Square
adalah 0,155.
Matrik klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi kemungkinan berganti KAP yang dilakukan oleh perusahaan.
Kekuatan prediksi perusahaan mengganti KAP adalah sebesar 67,7%. Kekuatan
prediksi model perusahaan yang tidak mengganti KAP adalah sebesar 59,4 %.
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model berikut:
SWITCH = -0,842 - 0,458KAP + 0,007LnTA - 2,447SH_GR + 0,823CEO +
0,160DER + 0,160OPINI + 1.960ROE
15
3. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel independen yang mempunyai hubungan yang signifikan secara
statistik dengan nilai Wald > α=5% adalah share growth, pergantian manajemen,
financial distress, dan ROE. Pergantian KAP dipengaruhi oleh share growth,
pergantian manajemen, financial distress, dan ROE. Sedangkan variabel ukuran
KAP, ukuran klien, dan opini audit tahun sebelumnya tidak berhubungan terhadap
pergantian KAP.
Hasil pengujian hipotesis pertama, berkaitan dengan ukuran KAP.
Variabel ukuran KAP (KAP) menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,458
dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,352, lebih besar dari α = 5%. Karena
tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-1 tidak berhasil
didukung. Penelitian ini gagal membuktikan adanya pengaruh ukuran KAP
terhadap auditor switching. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Sinason et al. (2001), tapi tidak mendukung penelitian Nasser et
al. (2006), Damayanti dan Sudarma (2008), dan Wijayanti (2010).
Menurut hasil pengujian menunjukkan bahwa perusahaan yang telah
menggunakan jasa KAP Big Four tidak melakukan pergantian KAP. Adanya
faktor expertise KAP merupakan salah satu faktor yang menentukan perubahan
audit dimana perusahaan akan lebih memilih KAP Big Four untuk meningkatkan
kredibilitas perusahaan di mata pelaku pasar modal.
Hasil pengujian yang menghasilkan arah pengaruh negatif menunjukkan
bahwa perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP Big Four memiliki
kemungkinan yang lebih kecil untuk melakukan pergantian KAP. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa perusahaan lebih memilih KAP Big Four
karena kualitas audit yang tinggi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan
dan untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan.
Hasil pengujian hipotesis kedua, berkaitan dengan ukuran klien.
Variabel ukuran klien (LnTA) menunjukkan koefisien regresi positif sebesar
0,007 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,964, lebih besar dari α = 5%.
Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-2 tidak
berhasil didukung. Penelitian ini gagal membuktikan adanya pengaruh ukuran
16
klien terhadap auditor switching. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Sheng dan Wang (2006) serta Wijayanti (2010)
yang menyatakan bahwa ukuran klien tidak mempengaruhi auditor switching.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinason et al. (2001), Nasser et
al. (2006), serta Suparlan dan Andayani (2010) bertentangan dengan hasil
penelitian ini.
Klien yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan
peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan
KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan Zimmerman, 1986).
Menurut hasil penelitian menunjukkan klien-klien dengan total aset kecil
cenderung berpindah ke KAP yang bukan tergolong Big Four, sedangkan emiten
dengan total aset besar tetap memilih KAP Big Four sebagai auditornya, yang
mencerminkan kesesuaian ukuran antara KAP dengan kliennya. Sebagian besar
sampel penelitian terdiri dari klien dengan total aset kecil sehingga tidak ada
kecenderungan untuk melakukan auditor switching.
Hasil pengujian hipotesis ketiga, tentang share growth. Variabel share
growth (SH_GH) menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 2,447 dengan
tingkat signifikansi (p) sebesar 0,028, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat
signifikansi (p) lebih kecil dari α = 5% maka hipotesis ke-3 berhasil didukung.
Penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh share growth terhadap
auditor switching. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Sinason et al.(2001), dan Suparlan dan Andayani (2010) yang menyatakan bahwa
share growth mempengaruhi auditor switching. Sedangkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nasser et al. (2006) dan Wijayanti (2010) bertentangan dengan
hasil penelitian.
Menurut hasil penelitian menunjukkan perusahaan yang menerbitkan
saham biasanya memperlihatkan perbaikan kinerja dan mengindikasikan peluang
pertumbuhan dimasa depan. Dengan penggunaan dana tambahan maka
membutuhkan pengawasan yang tinggi sehingga menyebabkan para pemegang
saham memilih untuk melakukan auditor switching menuju kepada KAP yang
lebih berkualitas.
17
Knechel et al. (2008) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyatakan
bahwa perusahaan menggunakan KAP besar terkait dengan kebutuhan dana,
maupun ekuitas, karena menerbitkan kembali jumlah saham yang beredar
menunjukkan adanya tambahan dana. Loughram et al (1997) dalam Suparlan dan
Andayani (2010) menyebutkan bahwa perusahaan yang menerbitkan saham
biasanya memperlihatkan perbaikan kinerja, sehingga mendorong untuk berganti
ke KAP yang berkualitas.
Hasil pengujian hipotesis keempat, berkaitan dengan pergantian
manajemen. Variabel pergantian manajemen (CEO) menunjukkan koefisien
regresi positif sebesar 0,823 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,042, lebih
kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α = 5% maka
hipotesis ke-4 berhasil didukung. Penelitian ini berhasil membuktikan adanya
pengaruh pergantian manajemen (CEO) terhadap auditor switching. Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Hudaibe dan Cooke (2005) serta Sinarwati (2010) tetapi bertentangan dengan
hasil penelitian Chow dan Rice (1982), Schwartz dan Menon (1985), Damayanti
dan Sudarma (2008), Suparlan dan Andayani (2010) serta Wijayanti (2010).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pergantian manajemen
diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan
pemilihan KAP. Manajemen memerlukan auditor yang lebih berkualitas dan
mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat.
Pergantian manajemen memungkinkan perusahaan untuk memilih auditor
yang lebih berkualitas dan sepakat dengan kebijakan akuntansi perusahaan.
Sinarwati (2010) menyatakan bahwa manajemen yang baru berharap bahwa KAP
yang baru lebih bisa diajak bekerjasama dan lebih bisa memberikan opini seperti
yang diharapkan oleh manajemen, disertai adanya preferensi tersendiri tentang
auditor yang akan digunakan manajemen.
Hasil pengujian hipotesis kelima, tentang financial distress. Variabel
financial distress (DER) menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,416
dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,005, lebih kecil dari α = 5%. Karena
tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α = 5% maka hipotesis ke-4 berhasil
18
didukung. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hudaib
dan Cooke (2005), dan Sinarwati (2010) yang menyatakan bahwa financial
distress mempengaruhi auditor switching. Sementara itu hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nasser et al. (2006), Damayanti dan Sudarma (2008), dan
Wijayanti (2010) bertentangan dengan hasil penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan keuangan menjadi salah
satu faktor penyebab perusahaan untuk melakukan auditor switching. Perpindahan
ini disebabkan adanya ketidakpercayaan perusahaan terhadap auditor.
Perpindahan auditor pada penelitian ini lebih kepada KAP Big Four ke KAP Non
Big Four atau dari KAP Non Big Four ke Non Big Four, karena ketika perusahaan
memutuskan untuk berpindah ke KAP Big Four justru akan semakin menyulitkan
kondisi keuangan perusahaan karena kenaikan jasa audit. Selain itu, auditee yang
insolvent dan mengalami posisi keuangan yang tidak sehat lebih mungkin untuk
mengikat auditornya untuk menjaga kepercayaan para pemegang saham dan
kreditor serta mengurangi risiko litigasi.
Hasil pengujian hipotesis keenam, berkaitan dengan opini audit tahun
seebelumnya. Variabel opini audit tahun sebelumnya (OPINI) menunjukkan
koefisien regresi positif sebesar 0,160 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar
0,868, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α =
5% maka hipotesis ke-6 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil
membuktikan adanya pengaruh opini audit terhadap auditor switching. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian Damayanti dan Sudarma (2008) dan
Wijayanti (2010) yang menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya tidak
berpengaruh terhadap auditor switching. Sementara itu penelitian ini bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hudaib dan Cooke (2005) dan Sheng dan
Wang (2006), yang kemudian didukung oleh Chow dan Rice (1992) dan Lubis
(2000) yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung untuk berpindah auditor
setelah menerima opini qualified.
Hasil pengujian yang gagal menemukan adanya pengaruh signifikan
diduga disebabkan karena pada umumnya perusahaan sampel telah mendapatkan
opini unqualified. Selain itu, jika perusahaan menggunakan KAP Big Four, hal
19
tersebut menyebabkan perusahaan tidak terlalu memiliki keleluasaan untuk
melakukan auditor switching apabila penugasan KAP oleh manajemen dianggap
tidak lagi sesuai. Pergantian kelas KAP dari Big Four dikhawatirkan dapat
menyebabkan adanya sentimen negatif dari pelaku pasar terhadap kualitas
pelaporan keuangan dari perusahaan. Sebaliknya, pergantian kelas KAP ke Big
Four dikhawatirkan dapat menyebabkan tidak adanya kemungkinan untuk
mendapatkan opini unqualified karena pertimbangan kualitas audit lebih baik.
Hasil pengujian hipotesis ketujuh, tentang ROE. Variabel ROE
menunjukkan koefisien regresi postif sebesar 1,960 dengan tingkat signifikansi (p)
sebesar 0,034, lebih kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil
dari α = 5% maka hipotesis ke-7 berhasil didukung. Penelitian ini berhasil
membuktikan adanya pengaruh ROE terhadap auditor switching. Hasil penelitian
ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ashbaugh et al. (2003), tapi
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suparlan dan Andayani
(2010).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin besar tingkat ROE yang
dimiliki oleh suatu perusahaan akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam
membayar KAP yang lebih besar. Hal ini akan mempengaruhi perusahaan untuk
berpindah ke KAP yang lebih besar dan lebih berkualitas. Ashbaugh et al (2003),
menggunakan ROE sebagai faktor yang yang memberikan pengaruh dalam
pemilihan auditor, yang artinya ROE mampu memberikan pengaruh terhadap
perusahaan yang berganti KAP.
20
E. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Simpulan
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh ukuran KAP, ukuran klien, share
growth, pergantian manajemen, financial distress, opini audit, dan ROE terhadap
auditor switching. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel dependen,
yaitu auditor switching. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah
ukuran KAP, ukuran klien, share growth, pergantian manajemen, financial
distress, opini audit, dan ROE. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis
regresi logistik (logistic regression) dengan program Statistical Package for
Social Sciences (SPSS) Ver. 16. Data sampel perusahaan sebanyak 126
pengamatan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2005-2009.
Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat diringkas sebagai
berikut:
1. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh ukuran KAP terhadap
auditor switching selama lima tahun pengamatan (2005-2009).
2. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh ukuran klien terhadap
auditor switching selama lima tahun pengamatan (2005-2009).
3. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa secara statistic terbukti terdapat pengaruh share growth terhadap
auditor switching selama lima tahun pengamatan (2005-2009).
4. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa secara statistik terbukti terdapat pengaruh pergantian manajemen
terhadap auditor switching selama lima tahun pengamatan (2005-2009).
5. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa secara statistik terbukti terdapat pengaruh financial distress terhadap
auditor switching selama lima tahun pengamatan (2005-2009).
6. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh opini audit terhadap
auditor switching selama lima tahun pengamatan (2005-2009).
21
7. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa secara statistik terbukti terdapat pengaruh ROE terhadap auditor
switching selama lima tahun pengamatan (2005-2009).
Keterbatasan
Sebagaimana lazimnya suatu penelitian empiris, hasil penelitian ini juga
mengandung beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Penelitian ini hanya menguji pengaruh variabel-variabel ukuran KAP, ukuran
klien, share growth, pergantian manajemen, financial distress, opini audit, dan
ROE terhadap auditor switching. Variabel-variabel lain yang mungkin
berpengaruh juga terhadap auditor switching tidak diuji dalam penelitian ini.
Misalnya, sejumlah variabel penting seperti karakteristik corporate
governance yang dapat meningkatkan pengetahuan mengenai audit tenure dan
auditor switching di Indonesia, tidak dimasukkan ke dalam model regresi.
2. Periode penelitian yang digunakan hanya terbatas lima tahun. Periode waktu
yang terbatas tersebut tentunya mempengaruhi hasil penelitian ini.
3. Auditor switching dalam penelitian ini hanya memperhatikan pergantian pada
tingkat KAP, tidak memperhatikan pergantian pada tingkat akuntan publik
(auditor independen).
4. Hanya sebesar 20,7% saja variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel independen. Ada kemungkinan ada variabel lain yang berpengaruh
terhadap variabel dependen.
5. Penelitian ini tidak mengklasifikasikan KAP berdasarkan keahliannya, hal itu
didasarkan karena perusahaan sampel yang digunakan hanya perusahaan
manufaktur. Ada kemungkinan faktor itu juga berpengaruh pada penelitian
jika diteliti lebih mendalam.
Saran
Saran yang didasarkan pada beberapa keterbatasan sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya mungkin dapat mempertimbangkan untuk
menggunakan objek penelitian seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI,
sehingga dapat dilihat generalisasi teori secara valid.
22
2. Penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan beberapa variabel lain
yang mungkin mempengaruhi auditor switching untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai audit tenure dan auditor switching di Indonesia.
3. Periode penelitian selanjutnya sebaiknya lebih dari lima tahun karena periode
yang lebih panjang diharapkan dapat memungkinkan klasifikasi berdasarkan
audit tenure.
4. Penelitian selanjutnya hendaknya juga memperhatikan pergantian pada tingkat
akuntan publik (auditor independen).
5. Adanya pengelompokan pada KAP yang akan menjadi sampel.
Pengelompokan berdasarkan keahlian dari masing-masing KAP, misal KAP
ahli untuk perusahaan manufaktur, perusahaan dagang, perusahaan jasa, atau
untuk perusahaan keuangan.
23
REFERENSI
Adibowo, S. 2009. “Pengaruh Audit Firm Tenure, Audit Firm Size dan Industry Spesialization terhadap Earning Quality”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Afriansyah, Z. dan S.V.N.P. Siregar. 2007. “Konsentrasi Pasar Audit di
Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi 10, Makasar. Aryanti, A.D. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Klien Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik (Survey Beberapa KAP di Surabaya dan Malang). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.
Bursa Efek Indonesia. n.d. Indonesian Capital Market Directory 2005-
2009. Jakarta: Bursa Efek Indonesia.
Chow, C.W. dan S.J. Rice. 1982. “Qualified Audit Opinions and Auditor Switching”. The Accounting Review, Vol. LVII, No. 2, pp. 326-335.
Damayanti, S. dan M. Sudarma. 2007. “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik”. Simposium Nasional Akuntansi 11, Pontianak.
Febrianto, R. 2009. “Pergantian Auditor dan Kantor Akuntan Publik”.
http://rfebrianto.blogspot.com/2009/05/pergantian-auditor-dan-kantor-akuntan.html, diakses 25 November 2009.
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hudaib, M. dan T.E. Cooke. 2005. “The Impact of Managing Director Changes and Financial Distress on Audit Qualification and Auditor Switching”. Journal of Business Finance & Accounting, Vol. 32, No. 9/10, pp. 1703-39.
Kadir, M.N. 1994. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan
Berpindah KAP. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Kartika, R.D. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Klien Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik (Auditor Changes). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.
24
Kawijaya, Nelly dan Juniarti. 2002. “Faktor-Faktor yang Mendorong
Perpindahan Auditor (Auditor Switch) pada Perusahaan-Perusahaan di Surabaya dan Sidoarjo. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 4, No. 2, pp. 93-105
Lubis, F. 2000. “Hubungan Dua Arah (Simultaneous) antara Pendapat
Audit dengan Pergantian Akuntan”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 2, pp. 171-181.
Mardiyah, A.A. 2002. “Pengaruh Faktor Klien dan Faktor Auditor
terhadap Auditor Changes: Sebuah Pendekatan dengan Model Kontinjensi RPA (Recursive Model Algorithm)”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 3, No. 2, pp. 133-154.
Menteri Keuangan, 2003, Keputusan Menteri Keuangan Nomor
423/KMK.06/2002 jo 359/KMK.06/2003 tentang “Jasa Akuntan Publik” , Jakarta.
Menteri Keuangan, 2008, Peraturan Menteri keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa akuntan Publik”, Jakarta.
Nasser et al. 2006. “Auditor-Client Relationship: the Case of Audit Tenure and Auditor Switching in Malaysia”. Managerial Auditing Journal, Vol. 21 Iss:7, pp.724-737
Schwartz, K.B. dan K. Menon. 1985. “Auditor Switches by Failing Firm”.
The Accounting Review, Vol. LX, No. 2, pp. 248-261.
Setyarno, E.B., I. Januarti, dan Faisal. 2006. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Perumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang.
Sinarwati, Ni Kadek. 2010. ”Mengapa Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik?”. Simposium Nasional Akuntansi 13, Purwokerto.
Sinason, D.H., J.P. Jones, dan S.W. Shelton. 2001. “An Investigation of
Auditor and Client Tenure”. Mid-American Journal of Business, Vol. 16, No. 2, pp. 31-40.
Wijayanti, Martina Putri. 2010. Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching di Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.