analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur …eprints.perbanas.ac.id/1531/1/artikel...
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR
MODAL PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN YANG
TERDAFTAR DI BEI 2010-2013
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program Pendidikan Sarjana
Jurusan Akuntansi
Oleh :
NORMA PARAMITHA
NIM : 2010310238
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
S U R A B A Y A
2015
PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH
N a m a : Norma Paramitha
Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 15 Agustus 1992
NIM : 2010310238
Jurusan : Akuntansi
Program Pendidikan : Strata 1
Konsentrasi : Keuangan
J u d u l : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada
Perusahaan Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI 2010-
2013
Disetujui dan diterima baik oleh :
Dosen Pembimbing,
Tanggal : ............................
(Prof. Dr. Drs. R. Wilopo, M.Si., Ak. CFE)
Ketua Program Sarjana Akuntansi
Tanggal : .............................
(Dr.Luciana Spica Almilia, S.E., M.Si.)
1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR
MODAL PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN YANG
TERDAFTAR DI BEI 2010-2013
Norma Paramitha
2010310238
Email : [email protected]
ABSTRACT
This study aimstodetermine the factorsthatinfluence thecapitalstructureona
miningcompanylisted onthe Indonesia Stock Exchange. Independent variables usedare firm
size, growth,profitability, ownership structure andbusinessrisks, while thedependent
variableused is thecompany's capital structure. The method usedispurposive sampling
methodandobtained a sample of8companies. Datawere analyzedbythe classical assumption,
namelynormality test,multicollinearityandheteroscedasticity testusingSPSSversion16.00.
Based on the resultsof this study concludedthatthe size ofthe company,growth,profitability,
ownership structureand the businessrisks has no influence onthe company's capitalstructure.
Key words: Size, Growth, Profitability, Ownership Structure and Business Risk
PENDAHULUAN
Dunia usaha mengalami
kemunduran saat ini. Banyak hal yang
menyebabkan permasalahan keuangan
yang berimbas pada sulitnya perusahaan
mendapatkan pinjaman guna pendanaan
perusahaan. Sebagai contoh, kebijakan
moneter dan fiskal, pengaruh politik dalam
negeri, tingkat suku bunga bank serta
tingkat inflasi yang berpengaruh terhadap
kebijakan perusahaan untuk melakukan
pinjaman. Fenomena yang terjadi saat ini
adalah menurunnya harga minyak dalam
pasar Cina yang menunjukkan situasi
terburuk dalam lima tahun terakhir yang
sampai pada tingkat terendah di tahun
2009. Pasar modal Amerika dan Eropa
juga jatuh selama dua hari berturut - turut
sejak dibuka awal pekan lalu. Hal ini
diakibatkan kekhawatiran bahwa turunnya
harga minyak akan mengakibatkan
memburuknya perekonomian dunia.
Dampak dari peristiwa ini, pasar saham
Yunani sampai ajlok 13 persen. Contoh
kejadian tersebut pastinya berdampak pada
struktur modal perusahaan. Untuk
menghadapi permasalahan tersebut
perusahaan harus cermat dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan struktur
modal.
Struktur modal menggambarkan
pembiayaan permanen suatu perusahaan
yang terdiri dari hutang jangka panjang
dan modal sendiri. Jika realisasi hutang
dibawah target, maka memerlukan
pinjaman lebih dan apabila rasio hutang
melebihi target, maka saham akan dijual
(Margaretha, 2011:112). Tujuan dari
manajemen struktur modal adalah untuk
menggabungkan berbagai sumber dana
yang digunakan perusahaan untuk
membiayai operasionalnya pada waktu
tertentu (Ahmad dan Herni, 2010:138).
Hasil yang akan didapatkanyaitu biaya
modal yang minimum dan harga saham
yang maksimum. Pengertian struktur
2
modal berbeda dengan struktur keuangan,
dimana struktur keuangan menggambarkan
susunan keseluruhan pos neraca sisi kredit
yang terdiri dari hutang, baik jangka
pendek maupun jangka panjang dan modal
sendiri. Jadi, perbedaannya terletak pada
sebagian atau keseluruhan hutang suatu
perusahaan dengan modal sendiri.
Adapun aspek-aspek yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan
struktur modal yaitu, ukuran perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, profitabilitas,
struktur kepemilikan dan risiko bisnis.
Ukuran perusahaan merupakan ukuran
atau besarnya asset yang dimiliki
perusahaan (Saidi, 2004). Pertumbuhan
perusahaan dianggap mampu untuk
memberikan kesempatan berinvestasi bagi
para investor serta aspek-aspek positif
lainnya untuk mendukung kelangsungan
hidup perusahaan tersebut. Karena investor
menilai perusahaan dengan pertumbuhan
yang tinggi merupakan prospek yang
menguntungkan sehingga diharapkan akan
memberikan return yang tinggi pula.
Profitabilitas memiliki prioritas penting
dalam mempertahankan kelangsungan
hidup pada suatu usaha dalam periode
jangka panjang. Hal ini dikarenakan
profitabilitas menunjukkan apakah badan
usaha tersebut mempunyai prospek yang
baik di masa mendatang. Faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat
risiko yang akan ditanggung pemegang
saham beserta rate of return yang
diharapkan perusahaan yaitu besar
kecilnya keputusan struktur modal suatu
perusahaan.
Penelitian tentang struktur modal
telah banyak dilakukan sebelumnya.
Seperti yang dilakukan Glenn Indrajaya,
Herlina, Rini Setiadi (2011) yang meneliti
pengaruh struktur aktiva, ukuran
perusahaan, tingkat pertumbuhan,
profitabilitas, dan risiko bisnis terhadap
struktur modal pada perusahaan sector
pertambangan yang listing di BEI periode
2004-2007, Seftianne & Ratih Handayani
(2011) meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal pada
perusahaan publik sektor manufaktur,
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti
ingin mengetahui apakah ukuran
perusahaan, pertumbuhan perusahaan,
profitabilitas, struktur modal dan risiko
bisnis pada perusahaan sektor
pertambangan dari tahun 2010–2013
berpengaruh terhadap struktur modal?
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
pengaruh dari ukuran perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, profitabilitas,
struktur modal dan risiko bisnis terhadap
struktur modal di perusahaan sektor
pertambangan.
KERANGKA TEORITIS DAN
HIPOTESIS
Trade-Off Theory
Trade-Off Theory menyatakan bahwa tiap-
tiap perusahaan dapat menentukan rasio
hutang perusahaannya secara optimal.
Dalam menentukan struktur modal yang
optimal, perusahaan dapat memasukkan
beberapa faktor yang mempengaruhinya
diantaranya yaitu biaya keagenan (agency
costs), pajak dan biaya kesulitan keuangan
(financial distress) tetapi tetap
memperhatikan asumsi efisiensi pasar dan
asymmetric information. Donaldson
(1961) dalam Glenn (2011) melakukan
riset terhadap struktur modal perusahaan di
Amerika Serikat. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan-
perusahaan di Amerika Serikat yang
memiliki profitabilitas yang tinggi
cenderung memiliki rasio hutang yang
rendah. Hal ini berbanding terbalik dengan
Trade-Off Theory dimana teori ini tidak
dapat menjelaskan hubungan negatif antara
tingkat profitabilitas dan rasio hutang.
Dapat disimpulkan bahwa setiap
perusahaan harus menentukan target
struktur modal. Biaya dan keuntungan
(return) akibat dari penggunaan hutang
yaitu sama. Hal ini dikarenakan struktur
modal pada perusahaan tersebut dapat
memaksimalkan nilai perusahaannya.
3
Agency Theory
Teori ini menyatakan bahwa adanya
hubungan agency yaitu hubungan
mengenai adanya pemisahan antara
pemilik dan pengelola (manajemen) dalam
suatu perusahaan (Lina dan Joni, 2010).
Pemisahan ini dapat terjadi karena pemilik
melakukan diversifikasi portofolio dengan
mendelegasikan kewenangan dan
pengambilan keputusan oleh manajer
dalam mengelola financial perusahaannya.
Teori ini digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara dua pihak yang memiliki
kepentingan yang berbeda.
Pecking Order Theory
Pecking Order Theory menyatakan bahwa
profitabilitas yang tinggi dalam suatu
perusahaan maka memiliki hutang yang
relatif kecil (Lina dan Joni, 2010). Teori
ini menyatakan bahwa tidak terdapat
adanya struktur modal yang optimal.
Gitman (2009) mengatakan bahwa terdapat
tahap-tahap dalam memilih sumber
pendanaan perusahaan, yaitu:
a. Sumber dana internal akan lebih dipilih
oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan
sumber dana internal lebih dapat
meminimalisir adanya asymmetric
information yang dapat terjadi
daripada sumber dana eksternal.
b. Apabila perusahaan membutuhkan
sumber dana eksternal, maka hal
pertama yang akan dilakukan
perusahaan yaitu memilih sekuritas
yang paling aman yaitu hutang dengan
tingkat risiko yang paling rendah.
Kedua memilih hutang dengan tingkat
risiko yang lebih tinggi sampai dengan
pilihan terakhir yaitu memilih saham
biasa.
c. Adanya kebijakan dividen yang tetap
yaitu dimana perusahaan akan
menetapkan jumlah pembayaran
dividen yang tetap dan tidak
terpengaruh dengan besar kecilnya
perusahaan tersebut dalam
memperoleh laba.
d. Perusahaan dapat mengantisipasi
apabila terjadi kekurangan atau
kelebihan dari persediaan kas karena
adanya faktor kebijakan dividen yang
tetap serta adanya kesempatan untuk
berinvestasi yaitu dengan mengambil
portofolio investasi yang tersedia.
Pecking Order Theory tidak
menjelaskan adanya target dalam
struktur modal tetapi menjelaskan
adanya tahapan dalam menggunakan
pendanaan manakah yang akan
digunakan berdasarkan tingkat risiko
yang ada.
Signaling Theory
Signal atau isyarat adalah suatu tindakan
yang diambil manajemen perusahaan yang
memberikan petunjuk kepada investor
mengenai cara pandang manajemen
terhadap prospek perusahaan, baik saat ini
maupun dimasa yang akan datang
(Brigham dan Houston, 2006:40).
Signaling Theory didasari oleh adanya
asymmetric information antara manajer
dengan investor (shareholder). Karena
adanya asymmetric information dari waktu
ke waktu, maka perusahaan harus menjaga
kapasitas cadangan pinjamannya.
Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan adalah keputusan
tentang asal mula dana yang diperoleh
untuk membeli aktiva perusahaan.
Terdapat dua macam sumber dana, yaitu
dana pinjaman (hutang) atau biasa disebut
sebagai sumber dana eksternal yang
berasal dari luar perusahaan, seperti
kreditur dan modal sendiri yang disebut
sebagai sumber dana internal yang berasal
dari dalam perusahaan seperti laba ditahan
(I Made, 2011:3).
Ukuran Perusahaan
Gambaran kemampuan financial suatu
perusahaan pada waktu tertentu dapat
tercermin dalam ukuran perusahaan. Besar
kecilnya ukuran suatu perusahaan
merupakan cerminan seberapa besar
tingkat risiko yang akan dihadapi oleh para
investor sebelum mereka melakukan
investasi pada perusahaan tersebut (Lina
4
dan Joni, 2010). Seperti yang telah
dijelaskan dalam Trade-Off Theory bahwa
umumnya perusahaan besar memiliki
kemungkinan yang kecil dalam
menghadapi risiko kebangkrutan. Brigham
dan Houston (2011:198) mengatakan
bahwa keputusan struktur modal suatu
perusahaan ditentukan dengan besar
kecilnya ukuran suatu perusahaan.
Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu
cerminan dari perkembangan bisnis yang
dikelola oleh suatu perusahaan pada
periode saat ini yang kemudian
dibandingkan dengan periode sebelumnya
(Rachmawati dan Pancawati, 2012). Dapat
disimpulkan pengertian pertumbuhan
perusahaan merupakan kemampuan
perusahaan untuk meningkatkan ukuran
perusahaan. Perusahaan yang tumbuh
dengan tinggi dapat terlihat dari
keuntungan yang didapatkan oleh
perusahaan tersebut.
Profitabilitas
Profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba melalui semua
kemampuan sumber daya yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas dan modal
(Harahap, 2013:304). Profitabilitas
merupakan tingkat pengembalian (rate of
return) perusahaan yang sangat tinggi atas
investasi maka perusahaan tersebut akan
menggunakan hutang yang relatif rendah
(Brigham dan Houston, 2011:198).
Tingkat pengembalian (rate of retun)
perusahaan yang tinggi memungkinkan
perusahaan tersebut untuk membiayai
kebutuhan pendanaannya dengan sumber
dana internal. Selain itu profitabilitas dapat
diartikan sebagai ukuran dalam
menentukan keseluruhan efektifitas
manajemen yang ditunjukkan oleh besar
kecilnya tingkat keuntungan yang
diperoleh, baik melalui penjualan maupun
dengan investasi (Fahmi, 2011:135).
Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan merupakan susunan
kepemilikan saham yang dimiliki. Susunan
kepemilikan saham tersebut yakni
perbdaningan antara jumlah saham yang
dimiliki oleh orang dalam perusahaan
(insider) dengan jumlah yang dimiliki oleh
para investor (outsider) (Sugiarto,
2009:59). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa struktur kepemilikan
merupakan bagian antara kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajemen
dalam kepemilikan saham suatu
perusahaan.
Struktur kepemilikan umumnya dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu:
1. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah
proporsi saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga
seperti perusahaan bank atau
kepemilikan institusi lainnya (Elva,
2012). Institusi dapat diartikan sebagai
suatu lembaga yang memiliki
kepentingan cukup besar terhadap
investasi, salah satunya yaitu investasi
saham. Institusi memantau
perkembangan terkait dengan investasi
yang dijalankannya sehingga potensi
adanya kecurangan dapat diminimalisir
karena tingkat pengendalian yang
tinggi diberikan terhadap tindakan
manajemen dan institusi melakukannya
secara profesional.
2. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan
proporsi pemegang saham oleh
manajemen yang berkontribusi secara
aktif dalam pengambilan keputusan
perusahaan selain direktur dan
komisaris (Rimba, 2010). Kepemilikan
saham oleh pihak manajerial oleh
beberapa peneliti dipercaya mampu
untuk pengendalian.
Risiko Bisnis
Terdapat dua jenis risiko, yaitu risiko binis
(business risk) dan risiko keuangan
(financial risk) (Margaretha, 2011:113).
Risiko bisnis merupakan risiko yang
5
dihadapi perusahaan dari adanya kegiatan
bisnisyang akan terjadi apabila perusahaan
tidak menggunakan dana hutang yang
dimilikinya. Sedangkan menurut Glenn
dan Rini (2011), risiko bisnis merupakan
risiko utama yang selalu dimiliki
perusahaan dan risiko keuangan (financing
risk) yang dianggap sebagai risiko lainnya
di dalam perusahaan akibat penggunaan
hutang oleh perusahaan. Dapat
disimpulkan bahwa risiko bisnis
merupakan suatu keadaan yang tidak dapat
dipastikan oleh siapapun, baik saat ini
maupun yang akan datang yang pasti akan
dihadapi seluruh perusahaan dalam
menjalankan kegiatan bisninya.
Modal
Modal yaitu aktiva tetap yang digunakan
untuk beroperasi (Margaretha, 2011:119).
Modal pada dasarnya terbagi atas dua
bagian yaitu modal aktif dan modal pasif.
Brigham dan Houston (2006:62)
menyatakan bahwa modal adalah jumlah
dari hutang jangka panjang, saham
preferen, dan saham biasa, atau pos-pos
tersebut ditambah dengan hutang jangka
pendek yang dikenakan beban bunga.
Definisi modal dalam Standar Akuntansi
Keuangan ialah hak residual atas asset
perusahaan setelah dikurangi kewajiban
(IAI, 2009:9). Modal dibagi menjadi dua
jenis pengertian, yaitu :
a. Modal Abstrak – Konkrit, modal
abstrak/capital value suatu perusahaan
untuk jangka waktu tertentu adalah
relatatif permanen, sedangkan modal
konkrit/capital goods mengalami
perubahan atau tidak tetap.
b. Modal Aktif – Pasif, modal aktif
adalah modal yang berada disebelah
debet dari neraca atau sebelah kanan
dari neraca dimana modal
menggambarkan sumber seluruh dana
yang diperoleh perusahaan
diutamakan. Sedangkan modal pasif
adalah modal yang menggambarkan
bentuk-bentuk asal mula dana yang
diperoleh perusahaan. Pembagian
modal aktif ini ditentukan oleh cara
dan lamanya rotasi. Modal aktif terbagi
antara aktiva lancar dan aktiva tetap.
Perbdaningan antara kedua aktiva
tersebut akan menentukan besar
kecilnya kekayaan yang dimiliki suatu
perusahaan. Selain itu aktiva juga bisa
dibedakan berdasarkan fungsi
bekerjanya yaitu modal aktif dibedakan
dalam modal kerja (working capital
assets) dan aktiva, modal aktif
dibedakan dalam modal kerja (working
capital assets) dan aktiva tetap (fixed
capital assets). Pembagian modal pasif
ditentukan berdasarkan asal mula dana
tersebut diperoleh. Modal pasif terbagi
atas modal sendiri dan modal asing.
Selain itu dapat ditinjau berdasarkan
dari lamanya penggunaan. Modal pasif
terbagi antara modal jangka panjang
dan modal jangka pendek.
Struktur Modal
Struktur modal adalah suatu
pengkombinasian atau perimbangan antara
hutang dengan modal sendiri yang
digunakan perusahaan untuk mendapatkan
modal (Sri, 2010:1). Struktur modal
merupakan suatu bagian atau persentase
dalam menentukan pemenuhan kebutuhan
pembelanjaan perusahaan (Ahmad dan
Herni, 2010:137). Menurut Fahmi
(2012:185) struktur modal merupakan
gambaran dari proporsi financial
perusahaan antara modal yang dimiliki
perusahaan dengan bersumber dari hutang
jangka panjang dan modal sendiri untuk
pembiayaan pembelanjaan perusahaan.
Pengertian yang berbeda mengenai
struktur modal perusahaan yaitu komposisi
hutang dengan ekuitas (Suko, 2006).
Tujuan struktur modal adalah
“menggabungkan sumber pendanaan yang
digunakan oleh perusahaan untuk
memaksimalkan nilai perusahaan dengan
cara memaksimalkan harga saham dan
meminimalkan biaya modal serta
menyeimbangkan antara risiko dengan
tingkat pengembaliannya” (Pratiwi, 2011).
Dapat disimpulkan bahwa struktur modal
merupakan kombinasi antara hutang (dana
6
luar) dan modal sendiri (dana dalam)
perusahaan dengan tujuan untuk
mendapatkan modal yang digunakan untuk
operasional perusahaan.
FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI STRUKTUR
MODAL
Ukuran Perusahaan
Besar kecilnya suatu perusahaan dapat
tercermin dalam ukuran perusahaan
tersebut. Cerminan tersebut memberikan
isyarat bahwa ukuran suatu perusahaan
menentukan seberapa besar perusahaan
tersebut untuk memiliki kesempatan di
dalam mendapatkan sumber dana dari
berbagai pihak, khususnya para investor.
Perusahaan yang menggunakan modal
asing relatif tinggi, biasanya terdapat pada
perusahaan dengan ukuran yang besar.
Dapat ditelaah bahwa perusahaan dengan
ukuran besar jelas memiliki kebutuhan
pendanaan yang lebih besar pula
dibandingkan dengan perusahaan dengan
ukuran kecil.
H1 : ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap struktur modal
Pertumbuhan Perusahaan
Brigham dan Houston (2011:198)
mengatakan bahwa pertumbuhan suatu
perusahaan yang lebih cepat harus dapat
melebihi perusahaan dengan pertumbuhan
yang lebih lambat dalam mengandalkan
diri terhadap modal eksternal atau hutang.
Namun, perusahaan selalu dihadapkan
pada risiko yang lebih tinggi. Dengan
demikian, perusahaan cenderung
menurunkan minat mereka dalam
penggunaan modal eksternal atau hutang.
Hal ini juga mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Glenn dan Rini (2011)
dimana semakin tinggi tingkat
pertumbuhan suatu perusahaan, maka
semakin tinggi pula persentase hutang
yang akan digunakan dalam perusahaan
tersebut. Dapat dikatakan pula bahwa
perusahaan tersebut menggunakan modal
yang lebih sedikit dibdaningkan dengan
persentase hutang yang dimiliki.
H2 : pertumbuhan perusahaan berpengaruh
terhadap struktur modal.
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan
suatu perusahaan dalam memperoleh laba
dengan jalan melakukan penjualan, total
aktiva serta modal sendiri (Margaretha dan
Lina, 2005). Kondisi keuangan perusahaan
yang stabil atau baik, maka perusahaan
tersebut akan menggunakan hutang yang
relatif lebih sedikit walaupun kesempatan
berhutang yang dimiliki lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan yang
mengalami kondisi keuangan yang buruk.
Sehingga perusahaan lebih memilih
mendanai sebagaian besar kebutuhan
pendanaannya dengan sumber dana
internal yang mereka miliki. Hal ini
sejalan dengan Pecking Order Theory
dimana perusahaan lebih memilih
menggunakan sumber dana internal
daripada menggunakan sumber dana
eksternal. Dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi laba perusahaan yang dimiliki maka
persentase modal yang dimiliki atau
digunakan akan semakin tinggi pula. Hal
ini menandakan bahwa persentase hutang
yang akan digunakan perusahaan akan
semakin menurun.
H3 : profitabilitas berpengaruh terhadap
struktur modal.
Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan mencerminkan
persentase atau bagian kepemilikan yang
dimiliki dalam suatu perusahaan.
Perusahaan yang dikuasai oleh insider
cenderung akan menggunakan hutang
dalam mempertahankan efektifitas kontrol
terhadap perusahaan. Dengan demikian
semakin besar proporsi kepemilikan
insider, maka akan semakin besar pula
proporsi hutang dalam struktur modal
perusahaan.
H4: struktur kepemilikan berpengaruh
terhadap struktur modal.
7
Risiko Bisnis
Gitman (2009), risiko bisnis adalah risiko
yang dihadapi perusahaan ketika
perusahaan tidak mampu untuk membiayai
kegiatan bisnisnya. Brigham dan Houston
(2006) mengatakan bahwa meningkatnya
risiko bisnis dalam suatu perusahaan
diakibatkan oleh tingginya penggunaan
hutang oleh perusahaan. Akibat dari
meningkatnya risiko bisnis ini maka
persentase kebangkrutan yang akan
dihadapi perusahaan semakin besar pula.
Trade-Off Theory menjelaskan bahwa
semakin tinggi adanya kemungkinan
terjadinya financial distress maka semakin
meningkat pula persentase terjadinya
financial distress costs. Faktor inilah yang
kemudian menyebabkan hutang yang
digunakan perusahaan semakin rendah
sehingga hutang yang digunakan
perusahaan relatif kecil.
H5: risiko bisnis berpengaruh terhadap
struktur modal.
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
yang menggunakan data kuantitatif, data
bersifat data sekunder karena data adalah
laporan keuangan perusahaan sektor
pertambangan dari tahun 201 – 2013. Data
diperoleh dari ICMD dan www.idx.com .
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan sektor pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, metode
yang digunakan untuk memilih sampel
adalah purposive sampling .
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Identifikasi variabel :
Variabel dependent : struktur modal diukur
dengan rumus:
Variabel independent :
Ukuran perusahaan diukur dengan rumus:
Pertumbuhan perusahaan diukur dengan
rumus:
Profitabilitas diukur dengan rumus:
Struktur kepemilikan diukur dengan
rumus:
Ukuran
(X1)
Pertumbuhan
(X2)
Profitabilitas
(X3)
Struktur
Kepemikikan
(X4)
Risiko Bisnis
(X5)
Struktur Modal
(Y)
8
Risiko bisnis diukur dengan rumus:
)
Teknik analisis data :
Teknik analisis yang digunakan
adalah SPSS for window yang terdiri dari
analisis deskrivtif terlebih dahulu,
kemudian melakukan uji asumsi klasik,
yang dimulai dari uji normalitas
menggunakan uji kolomogorof Smirnov
jika nilai sifnifikansi diatas 0,05
kesimpulannya data terdistribusi Normal,
uji heteroskedastisitas dilakukan dengan
uji glejser dilihat dari nilai signifikansinya
dan uji multikolonearitas dilihat dari
Variance Inflation Factor (VIF), jika VIF
dibawah 10 kesimpulannya variabel
independent tidak memiliki korelasi satu
sama lain. Kemudian melakukan uji
hipotesis yaitu uji F, koefisien determinasi
dan Uji t.
ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji statistik
deskriptive yang dirangkum menjadi tabel
1 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
memiliki nilai minimum dan maksimum
yaitu 25.47 dan 30.72. Nilai minimum
menunjukkan bahwa PT. Mitra Investindo
Tbk pada tahun 2010 memiliki total asset
yang lebih kecil dibandingkan dari tahun
berikutnya. Hal ini menandakan bahwa
terjadi peningkatan, baik dalam hal piutang
maupun investasi yang dimiliki. PT.
Aneka Tambang (Persero) Tbk adalah
perusahaan yang memiliki nilai paling
tinggi dari perusahaan-perusahaan lainnya
yang artinya PT. Aneka Tambang
(Persero) Tbk dapat memaksimalkan
penggunaan asset yang dimiliknya dengan
baik. Pertumbuhan perusahaan
menunjukkan hasil bahwa nilai minimum
dan maksimumnya yaitu -0.12 dan 2.67.
PT. Exploitasi Energi Indonesia Tbk
adalah perusahaan yang memiliki nilai
paling rendah dan nilai paling tinggi dari
perusahaan lainnya. Hal ini menandakan
bahwa terjadi penurunan dalam
penggunaan asset yang dimiliki oleh PT.
Exploitasi Energi Indonesia Tbk pada
tahun 2012, akan tetapi pihak manajemen
dapat memperbaikinya dengan cepat
sehingga hasilnya dapat terlihat pada tahun
2013 yang dapat mencapai nilai tertinggi
dari pada perusahaan lainnya. Profitabilitas
menunjukkan hasil bahwa nilai minimum
dan maksimumnya yaitu 0.0015 dan 0.27.
PT. Citatah Industri Marmer Tbk adalah
perusahaan yang memiliki nilai paling
rendah dari yang lainnya. Hal ini
menandakan bahwa PT. Citatah Industri
Marmer Tbk pada tahun 2013 mengalami
penurunan penjualan dari tahun
sebelumnya dan PT. Bukit Asam (Persero)
Tbk adalah perusahaan yang memiliki
profitabilitas paling tinggi daripada
perusahaan lainnya di tahun 2011. Struktur
kepemilikan dapat dibedakan menjadi dua
bentuk, yaitu kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial. Berdasarkan tabel
1 menunjukkan hasil bahwa nilai
minimum dan maksimum dari kepemilikan
institusional yaitu sebesar 0.25 dan 1. PT.
Exploitasi Energi Indonesia Tbk adalah
perusahaan yang memiliki nilai paling
rendah dari yang lainnya. Hal ini
menandakan bahwa pada perusahaan PT.
Exploitasi Energi Indonesia Tbk tidak
memiliki sebuah lembaga yang dapat
memantau perkembangan yang terjadi
didalam perusahaannya. Kelemahan yang
terjadi dimungkinkan karena pihak
manajemen yang kurang dapat menarik
para investor atau lembaga yang terkait
untuk dapat memantau kinerjanya selama
ini. PT. Golden Energy Mines Tbk adalah
perusahaan yang memiliki nilai tertinggi
9
yang dapat diartikan bahwa perusahaan
tersebut dapat menarik para investor atau
lembaga yang dapat membantu pihak
manajemen dalam mengendalikan
perusahaan atau terkait dengan investasi
yang dijalankan dengan tingkat
professional yang tinggi. Nilai minimum
dan maksimum dari kepemilikan
manajerial yaitu sebesar 0.00 dan 0.75. PT.
Golden Energy Mines Tbk adalah
perusahaan yang memiliki nilai paling
rendah dari yang lainnya. Hal ini
menandakan bahwa PT. Golden Energy
Mines Tbk tidak memiliki para pemegang
saham yang berkontribusi secara aktif
dalam pengambilan keputusan. PT.
Exploitasi Energi Indonesia Tbk adalah
perusahaan yang memiliki nilai paling
tinggi dalam kepemilikan saham direksi.
Manfaatnya yaitu keputusan yang diambil
memberikan nilai positif dan bermanfaat
bagi keseluruhan perusahaan dibandingkan
dengan manfaat bagi para investor.Risiko
bisnis menunjukkan hasil bahwa nilai
minimum dan maksimumnya yaitu 52.23
dan 57.32. PT. Mitra Investindo Tbk
adalah perusahaan yang memiliki nilai
paling rendah dari yang lainnya. Hal ini
menandakan bahwa PT. Mitra Investindo
Tbk kurang dapat meminimalisir
terjadinya risiko yang akan datang,
sedangkan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk
adalah perusahaan yang dapat
meminimalisir terjadinya risiko di masa
mendatang. Struktur modal menunjukkan
hasil bahwa nilai minimum dan
maksimumnya yaitu 0.01 dan 0.28. PT.
Golden Energy Mines Tbk adalah
perusahaan yang memiliki nilai paling
rendah dan paling tinggi. Hal ini
menandakan bahwa PT. Golden Energy
Mines Tbk pada tahun 2010 dapat menarik
para investor karena perusahaan tersebut
memiliki nilai hutang yang lebih kecil
daripada nilai asset yang dimilikinya, akan
tetapi pada tahun 2011 mengalami
penurunan sehingga nilai hutang yang
dimiliki lebih rendah daripada nilai
assetnya.
Tabel 1
Ringkasan Hasil Uji Deskriptive
Variabel Minimum Maximum Mean Diatas Rata -
rata
Ukuran 25,4675 30,7159 28,396790 1,6657558
Pertumbuhan -,1211 2,6689 ,378234 ,6132854
Profitabilitas ,0015 ,2683 ,104449 ,0735708
Kep. Institusional ,2532 1,0000 ,615202 ,2250656
Kep. Manajerial ,0000 ,7468 ,328300 ,2405252
Risiko Bisnis 52,2309 57,3165 55,013043 1,6668351
Struktur Modal ,0068 ,2776 ,112865 ,0704467
Sebelum melakukan pengujian
hipotesisi data terlebih dahulu di uji
asumsi klasik agar hasilnya terbebas dari
bias. Berdasarkan tabel 3 diatas, uji
normalitas yang dilakukan dengan uji
kolomogorof smirnov mengatakan bahwa
data normal terlihat dari nilai
signifikansinya diatas 0.05. Uji
multikolinearitas menjelaskan berdasarkan
nilai VIF yang berada dibawah 10 bahwa
kelima variabel independen terdeteksi
adanya multikolinearitas. Uji
heteroskedastisitas menjelaskan bahwa
terdapat variabel independen yang
teridentifikasi heteroskedastisitas. Hal ini
10
dikarenakan nilai signifikansi t berada di bawah 0.05.
Tabel 2
Rangkuman Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik Hasil Kesimpulan
Uji Normalitas –
kolomogorov
smirnov
Asymp Sig. (2-
tailed)
0.686 Normal
Uji Multikolinearitas VIF Ukuran 30.109 Teridentifikasi
Multikolinearitas Pertumbuhan 1.670
Profitabilitas 3.243
Kep. Institusional 9.802
Kep. Manajerial 12.606
Risiko Bisnis 45.514
Uji
Heteroskedastisitas –
Uji glejser
Sig. t Ukuran 0.876 Terdeteksi
Heteroskedastisitas Pertumbuhan 0.888
Profitabilitas 0.487
Kep. Institusional 0.080
Kep. Manajerial 0.300
Risiko Bisnis 0.802
Uji F
Berdasarkana tabel 3 variabel
ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, profitabilitas, kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial dan
risiko bisnis secara simultan bersama–
sama tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen yaitu struktur modal. Nilai
signifikansi F nya diatas 0.05 yaitu 0.913
Tabel 3
Uji Statistik F
ANOVA
Model F Sig
Regression 0.334 0.913
Uji Koefisien determinasi
Dari tabel 5 dilihat pada Adjusted R
Square sebesar -0.148 atau 1.48 persen
artinya adalah variabel independen yang
terdiri dari ukuran perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, profitabilitas,
kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial dan risiko bisnisdapat
menjelaskan variabel dependen yaitu
struktur modal sebesar 1.48 persen,
sedangkan sisanya yaitu 98.52 persen
dijelaskan oleh faktor lain diluar model
11
Tabel 4
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R Square Adjusted R Square
1 0.074 -0.148
Tabel 5
Hasil Uji t
Coefficients
Model F Sig
(Constant) 0.774 0.446
Ukuran 0.892 0.381
Pertumbuhan -0.124 0.902
Profitabilitas 1.043 0.307
Kep. Institusional -0.292 0.773
Kep. Manajerial -0.254 0.802
Risiko Bisnis -0.811 0.425
Uji statistik t
Uji t yang dilakukan menyatakan
bahwa dari enam variabel bebas tidak
terdapat variabel bebas yang memberikan
pengaruhnya secara parsial terhadap
variabel terikat yaitu struktur modal.
Berdasarkan tabel 5ukuran perusahaan
dengan nilai t hitung dari hasil output
SPSS sebesar 0.892 dengan signifikansi
sebesar 0.381 > 0.05. Oleh karena itu
ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap struktur modal perusahaan.Tidak
adanya pengaruh ukuran perusahaan
terhadap struktur modal dapat
dimungkinkan merujuk pada konsistensi
terhadap teori yang menyatakan bahwa
perusahaan dengan ukuran besar memiliki
fleksibilitas untuk mengakses pasar modal
untuk mendapatkan dana eksternal.
Pertumbuhan perusahaan dengan
nilat t hitung dari hasil output SPSS
sebesar -0.124 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0.902 > 0.05. Artinya bahwa
pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan.Tidak adanya pengaruh dalam
penelitian ini dimungkinkan karena
perusahaan sektor pertambangan tidak
maksimal dalam penggunaan sumber daya
yang dimiliki.
Profitabilitas dengan nilai t hitung
dari hasil output SPSS sebesar 1.043
dengan signifikansi sebesar 0.307 > 0.05
berarti profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap struktur modal perusahaan.Tidak
adanya pengaruh profitabilitas dalam
penelitian ini dimungkinkan karena
perusahaan sektor pertambangan
mengalami penurunan dalam
menghasilkan laba sehingga semakin kecil
pula kemampuan perusahaan untuk
membiayai kebutuhan investasinya dari
sumber pendanaan internal.
Kepemilikan institusional memiliki
nilai t hitung dari hasil output SPSS
sebesar -0.292 dengan signifikansi sebesar
0.773 > 0.05 yang artinya kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap
struktur modal perusahaan.Tidak adanya
pengaruh pada penelitian ini
dimungkinkan karena suatu lembaga
keuangan atau institusi yang terdapat
didalam perusahaan sektor pertambangan
tidak memiliki kecenderungan untuk
berkontribusi secara aktif didalam
perusahaan.
12
Kepemilikan manajerial
menunjukkan nilai t hitung dari hasil
output SPSS sebesar -0.254 dengan
signifikansi sebesar 0.802 > 0.05.Hal ini
berarti H0 diterima dan H5 ditolak yang
artinya bahwa kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan.Tidak adanya pengaruh pada
penelitian ini dimungkinkan karena pihak
manajemen yang terdapat didalam
perusahaan sektor pertambangan tidak
maksimal dalam mengelola perusahaan.
Risiko bisnis menunjukkan nilai t
hitung dari hasil output SPSS sebesar -
0.811 dengan signifikansi sebesar 0.425 <
0.05. Artinya bahwa risiko bisnis
berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan.Tidak adanya pengaruh dari
risiko bisnis terhadap struktur modal dapat
dimungkinkan karena penurunan peluang
terjadinya laba setelah menurunnya harga
minyak dalam pasar Cina yang berakibat
pada memburuknya perekonomian dunia
dalam sektor pertambangan.
KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
DAN KETERBATASAN
Penelitian ini memiliki tujuan
untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Variabel independen yang dimaksud yaitu
ukuran perusahaan (size), pertumbuhan
perusahaan (growth), profitabilitas
(profitability), struktur kepemilikan
(ownership structure) dan risiko bisnis
(business risk) sedangkan variabel
dependennya yaitu struktur modal
perusahaan (capital structure). Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
perusaan sektor pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2010-2013. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yang bersumber dari data sekunder,
dimana berasal dari Indonesian Capital
Market Directory (ICMD), Annual Report,
dan penelitian terdahulu. Total perusahaan
yang terdaftar selama periode penelitian
yakni 41 perusahaan, namun setelah
dilakukan purposive sampling data yang
dapat diolah dan sesuai dengan criteria
menjadi 8 perusahaan saja dan data yang
dapat diolah sebanyak 32 data.
Dalam penelitian ini menggunakan
uji regresi berganda, dimana sebelum
melakukan regresi terlebih dahulu data di
uji asumsi klasik agar mengetahui apakah
data terbebas dari penyakit–penyakit
asumsi klasik. Berdasarkan uji normalitas
data terdisribusi normal. Selain uji
normalitas data juga melakukan uji
multikolinearitas dan uji
heteroskedastisitas.
Data dalam penelitian ini terdeteksi
adanya multikolinearitas dan
heteroskedastisitas dari keenam variabel.
Pengujian selanjutnya adalah uji F yang
menjelaskan bahwa variabel ukuran
perusahaan, pertumbuhan perusahaan,
profitabilitas, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial dan risiko bisnis
tidak berpengaruh secara simultan.
Berdasarkan uji t, dari keenam
variabel independen tidak ada variabel
yang memberikan pengaruh yang
signifikan secara parsial. Ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap
struktur modal perusahaan.Tidak adanya
pengaruh ukuran perusahaan terhadap
struktur modal dapat dimungkinkan
merujuk pada konsistensi terhadap teori
yang menyatakan bahwa perusahaan
dengan ukuran besar memiliki fleksibilitas
untuk mengakses pasar modal untuk
mendapatkan dana eksternal. Pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh dalam
penelitian ini dimungkinkan karena
perusahaan sektor pertambangan tidak
maksimal dalam penggunaan sumber daya
yang dimiliki. Profitabilitas tidak
berpengaruh profitabilitas dalam penelitian
ini dimungkinkan karena perusahaan
sektor pertambangan mengalami
penurunan dalam menghasilkan laba
sehingga semakin kecil pula kemampuan
perusahaan untuk membiayai kebutuhan
investasinya dari sumber pendanaan
internal. Kepemilikan institusional tidak
berpengaruh dimungkinkan karena suatu
lembaga keuangan atau institusi yang
13
terdapat didalam perusahaan sektor
pertambangan tidak memiliki
kecenderungan untuk berkontribusi secara
aktif didalam perusahaan. Kepemilikan
manajerial tidak menunjukkan
pengaruhnya dimungkinkan karena pihak
manajemen yang terdapat didalam
perusahaan sektor pertambangan tidak
maksimal dalam mengelola perusahaan.
Begitu pula dengan risiko bisnis yang
tidak berpengaruh terhadap struktur modal
dapat dimungkinkan karena penurunan
peluang terjadinya laba setelah
menurunnya harga minyak dalam pasar
Cina yang berakibat pada memburuknya
perekonomian dunia dalam sektor
pertambangan.
Adapun keterbatasan dalam
penelitian ini, pertama dalam penelitian ini
variabel yang digunakan hanya
memperhatikan faktor-faktor intern
perusahaan saja, kedua yaitu sampel yang
digunakan dalam penelitian ini hanya
berfokus pada sektor pertambangan saja.
Hal ini terkait adanya latar belakang yang
dipaparkan oleh peneliti dan didukung
oleh adanya fenomena yang terjadi saat
ini. Hasil dari penelitian ini tidak dapat
menjadi cerminan untuk keseluruhan
perusahaan yang melakukan kebijakan
struktur modal. Ketiga dalam penelitian ini
terdeteksi adanya multikolinearitas antar
variabel independen dalam model regresi
yaitu ukuran perusahaan, kepemilikan
manajerial dan risiko bisnis. Keempat
berdasarkan pengujian yang dilakukan
dalam penelitian ini, maka tidak ditemukan
adanya pengaruh secara parsial pada
variabel independen terhadap variabel
independen.
Saran yang dapat diberikan dalam
penelitian ini adalah penelitian selanjutnya
dapat menggunakan variabel independen
lainnya seperti faktor-faktor ekstern yang
dimungkinkan dapat menilai kebijakan
struktur modal perusahaan, selain itu
peneliti selanjutnya dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan
keseluruhan perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai objek
penelitiannya sehingga teori yang
diterapkan dapat valid.
DAFTAR RUJUKAN
Abdul Halim. 2007. Manajemen
Keuangan Bisnis, Bogor: Ghalia
Indonesia.
Agus Sartono. 2010.
ManajemenKeuangan: Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi.
Ahmad Rodoni dan Herni Ali. 2010.
Manajemen Keuangan. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Amelia, Eka. 2010. “Analisis Pengaruh
Profitabilitas, Pertumbuhan Asset,
dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Struktur Modal”.
Bambang Riyanto.2008. Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan.
Yogyakarta: Badan Penerbit
Fakultas Ekonomi.
Brigham, F Eugene and Houston. 2006.
Dasar-dasar Manajemen
Keuangan, Buku 2, Jakarta:
Salemba Empat.
Brigham, F Eugene and Houston. 2011.
Dasar-dasar Manajemen
Keuangan, Buku 4, Jakarta:
Salemba Empat.
Fachrudin, Khaira Amalia. 2011. “Analisis
Pengaruh Struktur Modal, Ukuran
Perusahaan, dan Agency Cost
Terhadap Kinerja Perusahaan”.
Fahmi Irham.2012.Pengantar Manajemen
Keuangan Teori dan Soal Jawab.
Bandung. Alfabeta.
Glenn, Herlina dan Rini Setiadi. 2011.
“Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran
Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan,
Profitabilitas dan RisikoBisnis
14
Terhadap Struktur Modal: Studi Empiris
Pada Perusahaan Sektor
Pertambangan yang Listing Di
Bursa Efek Indonesia Periode
2004-2007”.
Gitman, Lawrence. 2009. Principles of
Managerial Finance. Prentice Hall
Hardi, Yusralaini dan Septi Dwiani. 2007.
“Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur yang
Listing Di Bursa Efek
Indonesia”,Journal of Accounting.
16
Hermuningsih, Sri. 2013. “Pengaruh
Profitabilitas, Growth Opportunity,
Struktur Modal Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan
Publik Di Inonesia”.
Hidayati,Nurul. 2009. “Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan
Aktiva dan Risiko Bisnis Terhadap
Struktur Modal Studi
PadaPerusahaan yang Masuk
Kelompok Jakarta Islamic Index”.
Journal of Accounting.
I Made Sudana, 2011. Manajemen
Keuangan Perusahaan: Teori dan
Praktik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Imam Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program IBM
APSS 19. Edisi Cetakan ke
5.Semarang : Badan Penerbit
Undip
Khrisnan, V. Sivarama and Moyer, R.
Charles. 1996. “Determinants of
Capital Structure: An Empirical
Analysis of Firms in Industrialized
Countries”. Managerial Finance,
Vol. 22, Issue 2, pp. 39-55.
Lina dan Joni. 2010. “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal”,
Jurnal Bisnis dan Akuntansi,Vol
12, No 2, Hal 81-96.
Margaretha, Farah dan Lina Sari. 2005.
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Perusahaan
Multinasional Di Indonesia”.
Media Riset Bisnis & Manajemen,
Vol 5, No 2, Hal 230-252.
Prabansari, Yuke & Hadri Kusuma, 2005.
“Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal
Pada Perusahaan Manufaktur Go
Public yang Terdaftar Di Bursa
Efek Jakarta”. Majalah Sinergi,
Edisi Khusus On Finance, hlm 1-
15.
Pratiwi, Made, 2011. “Pengaruh Struktur
Modal dan Struktur Kepemilikan
Terhadap Free Cash Flow dan
Kebijakan Dividen Pada
Perusahaan-Perusahaan yang Go
Public Di Bursa Efeke Indonesia”,
Tesis S2 Universitas Udayana
Denpasar.
Rachmawati dan Pancawati. 2012.
“Determinan Kebijakan Hutang
(Dalam Agency Theory dan
Pecking Order Theory)”. Dinamika
Akuntansi, Keuangan dan
Perbankan, Hal 11-24.
Saidi. 2004. “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal
Pada Perusahaan Manufaktur Go
Public Di BEJ Tahun 1997-2002”,
Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol 11,
No 1, Hal 44-58.
Seftianne dan Ratih Handayani, 2011.
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Perusahaan
Publik Sektor Manufaktur”, Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Vol 13, No
1, Hal 39-56.
Setiana, Esa. 2012. “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Perusahaan
Manufaktur yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia (BEI)”.Journal of
Accounting, Vol 4, No 3.
Setyo, Dedy Adi Wibowo. 2007. “Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Perusahaan
Manufaktur Go Public Di Bursa
Efek Jakarta (BEJ) Tahun 2003-
2005”, Skripsi Sarjana S1
Universitas Negeri Semarang.
15
Sih, Dyah Rahayu. 2005. “Pengaruh
Kepemilikan Saham Manajerial
dan Institusional Pada Struktur
Modal Perusahaan”, Jurnal
Akuntansi dan Auditing, Vol 1, No
2,Hal 181-197.
Sri Dwi. 2010. Manajemen Keuangan
Lanjut, Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sriwardany. 2006. “Pengaruh
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap
Kebijaksanaan Struktur Modal dan
Dampaknya Terhadap Perubahan
Harga Saham Pada Perusahaan
Manufaktur”, Tesis S2 Universitas
Sumatera Utara.