analisis faktor-faktor yang berpengaruh …digilib.unila.ac.id/51408/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP PEMILIHAN METODE PENILAIAN
PERSEDIAAN AVERAGE
(Skripsi)
Oleh
Meily Fatanagina
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
ABSTRAK
Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemilihan Metode
Penilaian Persediaan Average
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BursaEfek Indonesia
Periode (2012-2016)
Oleh
MEILY FATANAGINA
Penelitian ini bertujuan untuk menguji ukuranperusahaan, leverage, rasiolancar
dan intensitas persediaan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan
Average.Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 -2016. Berdasarkan metode purposive
sampling, jumlah sampel yang diperoleh adalah 615 perusahaan. Sumber data
diperoleh dari laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2012-2016 .Metode analisis data menggunakan analisis regresi logistic
dengan aplikasi software SPSS 21.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variable rasio lancer dan itensitas
persediaan berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan average. Sedangkan ukuran perusahaan dan leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
Kata kunci : ukuran perusahaan, leverage, rasio lancar, intensitas
persediaan, metode penilaian persediaan Average.
ABSTRACT
Analysis of Factors that Influence the Selection of Average Inventory
Assessment Methods
(Study in Manufacturing Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange
Period (2012-2016)
By
MEILY FATANAGINA
This study aims to examine the size of the company, leverage, current ratio and
inventory intensity on the selection of the Average inventory valuation method.
The population of this study are manufacturing companies listed on the Indonesia
Stock Exchange (IDX) in 2012-2016. Based on the purposive sampling method,
the number of samples obtained was 615 companies. Data sources are obtained
from annual reports of companies listed on the Indonesia Stock Exchange in
2012-2016. Data analysis method uses logistic regression analysis with SPSS 21
software application.
The results of this study indicate that the variable current ratio and inventory
itensity have a significant effect on the selection of the average inventory
valuation method. While the size of the company and leverage have no significant
effect on the selection of inventory valuation methods.
Keywords: company size, leverage, current ratio, inventory intensity,
Average inventory valuation method.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP PEMILIHAN METODE PENILAIAN
PERSEDIAAN AVERAGE
Oleh
Meily Fatanagina
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbilalamin
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang begitu besar
dan salawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW
Kupersembahkan skripsi ini kepada :
Kedua orang tua tercinta, Bapak Mulkan Munzir dan Ibu Fatonah Sadeli
atas doa, cinta, kasih sayang, pengorbanan, dukungan, nasihat, saran dan segala
hal yang telah diberikan selama ini
Kepada adik tercinta Aulia Rahma Dini terima kasih atas segala keceriaan,
canda tawa, kasih sayang, pengertian dan dukungan .
Kepada kakak-kakak sepupu tercinta, Aris Apriansyah S.E.,M.M. , Reva
Meiliana S.E.,M.Si.,Akt , Ratih Damayanti S.E. , MarthalenaS.Sos.M.Sos. ,
Devi Ariyanti danNurul Hidayati Amd. Atas dukungan, semangat, perhatian
dan nasihat serta sabar selama ini dalam membimbing.
Seluruh keluarga, sahabat dan teman-temanku yang selalu memberikan
semangat, doa dan dukungan yang tiada henti.
Almamater tercinta, Universitas Lampung
MOTO
“ Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolong dan meneguhkan kedududukanmu “
( QS. Muhammad : 7 )
Barang Siapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut
ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke Surga. Tidaklah berkumpul
suatu kaum di salah satu masjid di antara masjid-masjid Allah, mereka membaca
Kitabullah serta saling mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka
ketenangan dan rahmat serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut
mereka di hadapan Allah.
( HR. Muslim )
Jangantakut bermimpi karena hidup berawal dari mimpi.
( Meily Fatanagina )
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 19 Mei
1995 sebagai putri pertama dari dua bersaudara pasangan
Mulkan Munzir dan Fatonah Sadeli. Penulis memiliki satu
orang adik perempuan bernama Aulia Rahma Dini
Pendidikan yang telah diselesaikan oleh penulis adalah
sebagai berikut:
1. Taman Kanak-Kanak di TK Kartika II-VI Bandar Lampung, lulus pada
tahun 2001.
2. Sekolah Dasar di SD Kartika II-V Bandar Lampung, lulus pada tahun
2007.
3. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bandar Lampung, lulus pada
tahun 2010.
4. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Bandar Lampung, lulus pada
tahun 2013.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan berhasil lulus ujian komprehensif
tanggal 4 September 2018. Selama menjadi mahasiswi penulis aktif Himpunan
Mahasiswa Akuntasi (Himakta) Universitas Lampung sebagai Kepala Bidang
Kesekretariatan periode 2014/2015.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karna limpahan rahmat dan
karunia-Nya dan salawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan Average”,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas
Lampung dapat terselesaikan.
Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan
berbagai pihak baik moril maupun materil. Dalam kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S. E., M. Si.,selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
4. Bapak Dr. Tri JokoPrasetyo, S.E.,M.Si.,Akt selaku DosenPembimbing I dan
Ibu Mega Metalia, S.E.,M.Si.,Akt serta Ibu Niken Kusumawardani S.E.,
M.Sc., Akt dan Ibu Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
waktu, kritik, saran, masukan dan semangat untuk penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. A. Zubaidi Indra, M.M., C.A., C.P.A., Akt selaku Dosen Penguji
Utama yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun selama
proses penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si., M.S.Ak., Akt., selaku
Pembimbing Akademik selama masa perkuliahan.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga bagi penulis
selama menempuh program pendidikan S1.
8. Karyawan dan karyawati jurusan S1 Akuntansi yang banyak membantu
dalam kelancaran perkuliahan.
9. Kedua orang tuaku tersayang, ayah Mulkan Munzir dan mama Fatonah Sadeli
Terima kasih atas limpahan kasih sayang, dukungan, doa, nasihat, semangat,
dan dengan setia membimbing penulis. Tiada kata yang dapat
menggambarkan rasa syukur dan rasa terima kasih penulis atas segala yang
telah diberikan.
10. Adik tersayang Aulia Rahma Dini atas dukungan, dan semangat selama ini.
11. Kepada kakak-kakak sepupu tercinta, Aris Apriansyah S.E.,M.M. , Reva
Meiliana S.E.,M.Si.,Akt , Ratih Damayanti S.E. , Marthalena S.Sos.M.Sos. ,
Devi Arianti dan Nurul Hidayati Amd, atas dukungan, semangat, perhatian
dan nasihat serta sabar selama ini dalam membimbing.
12. KeluargaBesar H. Sadeli & Ibu Suhana dan Keluarga Besar H.Munzir & Ibu
Rusnah yang menjadi keluarga saya yang paling berharga.
13. Pinkan Mambo : Amalia Kusumawati Hudisaputri dan Tri Indah Febrianti
terima kasih atas kenangan dan kegembiraan selama 5 tahun ini.
14. Teman Pejuang Skripsi: Paulus, Julian, Yudi, Wahyu, Wido terima kasih atas
masukan yang terkadang tidak berfaedah. You are rock guys.
15. Himadut yang sudah sukses di karirnya masing-masing: Inun, Ari, Terry,
Veiga, Putri, Jobest, Anis yang sudah bergelar Sarjana Ekonomi semua,
sukses buat kalian semua.
16. Teman-teman KKN di Desa Gedau , Pesisir Utara : Mba Tifa, Mba Jun, Erni,
Bang Ikhsan, Bang Satria, Bang Jupri terima kasih atas hari-hari tak
terlupakan selama KKN 60 harinya.
17. Presidium Himakta 2014-2015 : Bang Madon, Bang Arul, Bang Naufal, Bang
Digun, Dimas, Mba Saumi, Mba trida, Mba evi, Mba Esa, Ari terima kasih
atas bimbingan selama di organisasi.
18. Keluarga Besar Putri Hijab Manajemen yang selama ini selalu mendukung
apapun yang saya lakukan.
19. Teman-teman seperjuangan selama menari yang tergabung di grup Keluarga
dan teman teman Makeup_Bdl yang tidak bias saya sebutkan satu persatu
20. Teman-teman Connect yang sama-sama berproses belajar Bahasa Inggris .
21. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2013 dan pihak lain yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis mohon maaf atas segala kekurangannya. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi banyak pihak dikemudian hari.
Bandar Lampung,7Oktober2018
Penulis,
MeilyFatanagina
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
ABSTRACT ..................................................................................................... iii
HALAMAN JUDUL .................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAAN ................................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... vii
PERSEMBAHAN ......................................................................................... viii
MOTO ........................................................................................................... ix
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... x
SANWACANA ............................................................................................. xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xx
I. BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 9
1.3 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................... 10
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 10
1.5 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 11
II. BAB II LANDASAN TEORI ................................................................ 12
2.1 Teori Keagenan ................................................................................. . 12
2.2 Pengertian Persediaan ......................................................................... . 14
2.2.1 Sistem Pencatatan Persediaan Perpetual...................................... 15
2.2.2 Sistem Pencatatan Persediaan Periodik....................................... 17
2.2.3 Perbedaan Metode Pencatatan Periodik dana Perpetual.............. 18
2.2.4 Metode Penilaian Persediaan....................................................... 18
2.2.4.1 Metode Penilaian Persediaan Rata-rata........................... 19
2.2.4.2 Metode Penilaian Persediaan FIFO................................. 20
2.2.5 Kelebihan dan Kelemahan Setiap Metode Penialaian Persediaan 21
2.2.5.1 Metode First In First Out (FIFO)..................................... 21
2.2.5.2 Metode Last In First Out (LIFO)...................................... 21
2.2.5.3 Metode Rata-Rata............................................................. 22
2.3 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 23
2.4 Kerangka pemikiran ............................................................................... 24
2.5 Pengaruh antar Variabel Penelitian....................................................... 24
2.5.1 Pengaruh antara Ukuran Perusahaan dengan pemilihan Metode
Persediaan...................................................................................... 24
2.5.2 Pengaruh antara Leverage dengan Pemilihan Metode Persediaan 25
2.5.3 Pengaruh antara Rasio Lancar dengan Pemilihan Metode
Persediaan....................................................................................... 26
2.5.4 Pengaruh antara Intensitas Persediaan dengan Pemilihan Metode
Persediaan ...................................................................................... 27
2.6 Pengembangan Hipotesis........................................................................... 27
2.6.1 Ukuran Perusahaan dan Metode Penilaian Persediaan Average .... 27
2.6.2 Leverage dan Metode Penilaian Persediaan Average..................... 28
2.6.3 Rasio Lancar dan Metode Penilaian Persediaan Average .............. 29
2.6.4 Intensitas Persediaan dan Metode Penilaian Persediaan Average... 29
III. BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 31
3.1 Sumber Data ...................................................................................... 31
3.2 Jenis Penelitian ................................................................................. 32
3.3 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 32
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 33
3.5 Variabel Penelitian ........................................................................... 34
3.5.1 Variabel Terikat (Dependent Variable).................................... 34
3.5.2 Variabel Bebas (Independent Variable).................................... 34
3.6 Definisi Operasional Variabel............................................................ 34
3.7 Metode Analisis.................................................................................. 37
3.7.1 Statistik Deskriptif..................................................................... 37
3.7.2 Pengujian Hipotesis.................................................................... 38
IV. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 40
4.1 Hasil Analisis .................................................................................... 40
4.1.1 Data dan Sampel ...................................................................... 40
4.1.2 Statistik Deskriptif dan Frequency Metode Persediaan............ 41
4.1.3 Hasil dan pembahasan Uji Variat Tunggal................................. 44
4.1.4 Menguji Kelayakan Model Regresi Logistik.............................. 46
4.1.5 Hasil dan Pembahasan Uji Variat Berganda............................... 49
4.1.6 Pengujian Hipotesis..................................................................... 50
4.2 Pembahasan......................................................................................... 52
V. BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 57
5.1 Simpulan ............................................................................................. 57
5.2 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 58
5.3 Implikasi Penelitian ............................................................................ 58
5.4 Saran..................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Daftar Tabel
Tabel :
Tabel 1. Perbedaan Metode Pencatatan Periodik dan Perpetual ……….18
Tabel 2. Penelitian Terdahulu…………………………………………...23
Tabel 3. Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian………………………...40
Tabel 4. Statistik Deskriptif……………………………………………..41
Tabel 5. Frekuensi Metode Persediaan………………………………….44
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data Dengan Kolmogonov Smirnov….…45
Tabel 7. Hasil Uji Beda Mann Whitney……….………………………...46
Tabel 8. Gambaran Jumlah Kasus Penelitian……………….…………...47
Tabel 9. Nilai-2 Log Likelihood untuk Model dengan Konstanta dan
Variabel Independen ……….………………………………….48
Tabel 10. Hasil Pengujian Multivariate….………………………………49
Daftar Lampiran
Lampiran 1 : Uji Statistik Deskriptif
Lampiran 2 : Uji Frekuensi Metode Persediaan
Lampiran 3 : Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Lampiran 4 : Uji Beda Mann Whitney
Lampiran 5 : Gambaran Jumlah Kasus Penelitian
Lampiran 6 : Tabel Iteration History
Lampiran 7 : Tabel Model Summar
Lampiran 8 : Tabel Variables in the Equation
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mencari laba adalah tujuan utama perusahaan didirikan serta syarat agar
perusahaan mampu bertahan dalam menjalankan usahanya, karena perusahaan
dituntut untuk bisa memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Selain itu, setiap
perusahaan pasti menginginkan agar perusahaannya berkembang. Keinginan itu
dapat dicapai jika didukung oleh kemampuan manajemen yang handal baik dalam
hal produksi, pemasaran maupun investasi. Produksi, pemasaran dan investasi
merupakan kegiatan yang saling terikat dan tidak dapat dipisahkan. Ketika pada
tahap produksi terdapat hambatan atau kendala, maka akan terhambat pula
kegiatan pemasaran dan investasi.
Hambatan atau kendala dalam kegiatan produksi dapat terjadi karena beberapa
hal, salah satunya adalah karena persediaan. Ketika terjadi kendala dalam
persediaan misalnya keterlambatan persediaan, maka proses produksi secara
otomatis juga akan terhambat yang nantinya akan berdampak pula dalam hal
kemampuan memperoleh laba. Soemarso (2004) menerangkan persediaan barang
dagang (mercandise infentory) adalah barang-barang yang dimiliki oleh
2
perusahaan untuk dijual kembali, untuk perusahaan pabrik yang termasuk dalam
persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses selanjutnya.
Persediaan pada perusahaan pabrik terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan
dalam proses dan persediaan barang jadi.
Menurut Baridwan (2008) istilah persediaan barang dipakai untuk menunjukan
barang barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk
memproduksi barang-barang yang akan dijual, atau dalam perusahaan dagang,
barang-barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali. Sedangkan menurut
Skousen (2004) kata persediaan ditujukan untuk barang barang-barang yang
tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan
manufaktur persediaan ditujukan untuk barang dalam proses produksi atau yang
ditempatkan dalam kegiatan produksi.
Melihat dari definisi yang telah diutarakan serta fungsi persediaan bagi
perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan memiliki peran yang
sangat penting dalam suatu perusahaan. Persediaan memiliki andil yang besar
dalam menjaga stabilitas operasional perusahaan. Begitu pentingnya peran
persediaan, maka diperlukan suatu pemilihan metode akuntansi persediaan yang
tepat bagi suatu perusahaan. Salah satu arti penting pemilihan metode akuntansi
persediaan yaitu untuk proses pengendalian persediaan. Tidak semua perusahaan
memiliki kebijakan yang sama dalam memilih metode akuntansi persediaan
karena metode akuntansi persediaan yang digunakan juga harus memperhatikan
jenis kegiatan operasional perusahaan. Persediaan berpengaruh terhadap neraca
3
maupun laporan laba rugi. Dalam neraca sebuah perusahaan dagang atau
perusahaan manufaktur, persediaan seringkali merupakan bagian yang sangat
besar dari keseluruhan aset lancaryang dimiliki perusahaan, meskipun demikian
jumlah dan persentase berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan yang
lainnya, terkadang persediaan menggambarkan 70% dari kesuluruhan aset lancar
(Jusup,2005). Sehingga dapat diambil kesimpulan persediaan barang dagang
merupakan kunci utama dalam jenis usaha dagang dan manufaktur. Jika
diibaratkan, persediaan merupakan kebutuhan primer dalam jenis usaha dagang
dan manufaktur. Dapat dikatakan demikian, karena ketika terjadi masalah dalam
persediaan, maka akan terganggu pula semua kegiatan operasional perusahaan.
Contoh: keterlambatan pengiriman persediaan. Ketika persediaan kosong karena
terlambat, maka kegiatan operasional perusahaan juga terhenti hingga
mendapatkan persediaan untuk kegiatan operasional perusahaan. Oleh karena itu,
manajemen perlu tanggap dalam merencanakan dan mengendalikan persediaan
mengingat organisasi perusahaan yang terus berkembang, sehingga persediaan
dapat dikelola dengan lebih profesional.
Dalam laporan rugi laba, persediaan memegang peranan sangat vital dalam
penentuan hasil operasi perusahaan untuk suatu periode. Angka laba kotor
misalnya adalah sesuatu yang diamati terus menerus oleh manajemen, pemilik,
dan pihak-pihak lain yang berkepentingan (Jusup,2005). Oleh karena itu
manajemen harus berusaha untuk menjaga keseimbangan persediaan agar tidak
terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah. Persediaan yang terlalu kecil akan
menimbulkan kekecewaan konsumen, sebaliknya persediaan yang terlalu
4
tinggiakan menyebabkan biaya penyimpanan dan pemeliharaan persediaan akan
melambung.
Seperti yang sudah dijelaskan Jusup (2005) persediaan barang dagang sangat
berpengaruh terhadap laopran laba rugi dan neraca. Contohnya, kesalahan dalam
perhitungan fisik perusahaan akan mengakibatkan kekeliruan persediaan akhir,
aset lancar dan total aset dalam neraca. Disamping itu, kesalahan dalam
perhitungan fisik perusahaan akan menimbulkan kekeliruan harga pokok
penjualan (CGS), laba kotor, dan net income pada laporan laba rugi. Harga pokok
penjulan sendiri adalah semua pengeluaran-pengeluaran langsung atau tidak
langsung yang berhubungan dengan perolehan, penyiapan dan penempatan
persediaan tersebut agar dapat dijual (Baridwan,2008). Oleh karena itu, pemilihan
metode akuntansi persediaan yang tepat sangat diperlukan dalam suatu
perusahaan.
Berdasarkan PSAK 14 (1994), pemilihan metode akuntansi yang diakui di
Indonesia ada tiga. Metode akuntansi tersebut yaitu metode Masuk Pertama
Keluar Pertama (MPKP) atau yang sering disebut dengan First In First Out
(FIFO), Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau yang sering disebut dengan
Last In First Out (LIFO), dan metode rata-rata atau weighted average. Tetapi
sekarang ini terdapat revisi yang membedakan metode akuntansi persediaan atau
dengan kata lain telah dilakukannya revisi PSAK 14 (revisi 2008). Jika sebelum
revisi terdapat 3 metode akuntansi persediaan yang diakui, maka setelah
5
adanyarevisi, metode akuntansi yang diakui hanya FIFO dan weighted average.
Dengan kata lain, metode LIFO sudah tidak diakui di PSAK 14 (revisi 2008).
PSAK 14 (revisi 2008) berbanding lurus dengan peraturan perpajakan di
Indonesia. Dapat dikatakan demikian karena kesamaan pengakuan metode
akuntansi persediaan yang boleh dipergunakan. PSAK 14 (revisi 2008) dan
peraturan perpajakan di Indonesia sama-sama hanya mengakui FIFO dan
weighted average saja sebagai metode akuntansi persediaan. Hal ini tercermin
dalam Undang-Undang No.36 tahun 2008 dimana metode akuntansi persediaan
yang diakui hanya FIFO dan weighted average. Tetapi apabila suatu perusahaan
dalam laporan keuangan menggunakan metode identifikasi khusus atau LIFO
maka untuk tujuan pajak harus membuat kembali dengan metode yang
diperbolehkan yaitu metode average dan FIFO.
Dalam pemilihan metode akuntansi persediaanaverage, terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi pemilihan metode tersebut. Faktor faktor yang
mempengaruhi hal itu antara lain variabilitas persediaan, besaran
perusahaan/ukuran perusahaan, leverage, margin laba kotor, intensitas persediaan,
variabilitas harga pokok penjualan dan rasio lancar (Setiyanto,2012). Variabilitas
persediaan merupakan variasi dari nilai persediaan akhir dalam sebuah perusahaan
dimana nilai persediaan akhir tersebut tidak sama dan variatif. Variasi tersebut
menggambarkan operasional perusahaan. Rasio leverage merupakan gambaran
hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset, rasio ini dapat
melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan
6
kemampuanperushaaan digambarkan oleh modal (Harahap,2011). Sedangkan
intensitas persediaan menunjukan berapa cepat perputaran persediaan dalam
siklus produksi normal (Harahap,2011). Rasio lancar menurut Harahap (2011)
menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Dan
margin laba kotor merupakan ukuran yang mempengaruhi kebijakan-kebijakan biaya
yang lebih rinci (Purwanto, 2006).
Beberapa penelitian yang terkait dengan persediaan telah dilakukan sebelumnya.
Beberapa peneliti tersebut yaitu Marwah (2012)menguji faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menghasilkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemilihan metode
persediaan sedangkan leverage, likuiditas dan laba sebelum pajak tidah
berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Hasil
penelitian tersebut disebabkan oleh adanya keterbatasan variabel penelitian yang
dilakukan oleh Marwah, hal ini berarti bahwa semakin banyak variabel
pengamatan akan memberikan hasil yang lebih baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Srimonah (2008), menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan. Penelitian ini menghasilkan ukuran
perusahaan saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode
persediaan, sedangkan variabilitas persediaan, struktur kepemilikan, leverage, dan
rasio lancar tidak berpengaruh secara siginifikan. Penelitian yang dilakukan oleh
Syailendra (2013), penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
7
pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Penelitian ini menghasilkan bahwa variabilitas persediaan, ukuran
perusahaan dan struktur kepemilikan berpengarih signifikan terhadap metode
penilaian persediaan, tetapi untuk intensitas persediaan dan variabilitas persediaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap metode penilaian persediaan.. Sedangkan
penelitian yang dilakukan Setiyanto (2012) dengan objek yang sama yaitu
perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia menghasilkan
bahwa variabilitas persediaan, ukuran perusahaan, intensitas persediaan dan
variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh signifikan terhadap metode
penilaian persediaan sedangkan leverage, margin laba kotor dan rasio lancar tidak
berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
Dari penelitian terdahulu, terdapat berbagai hasil yang berbeda-beda antara
peneliti yang satu dengan peneliti yang lain. Beberapa variabel yang telah diteliti
oleh peneliti sebelumnya menghasilkan bahwa ada beberapa variabel yang tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
Atas dasar itulah penelitian ini dilakukan, yaitu untuk menguji kembali beberapa
variabel yang tidak signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan
khususnya untuk metode average.
Peneliti melanjutkan penelitian sebelumnya karena menganggap hal ini menarik
karena penggunaan metode penilaian persediaan average akan menghasilkan
output yang berbeda dengan menggunakan metode selain average. Contoh:
penggunaan metode average dalam keadaan inflasi akan
8
menguntungkanperusahaan karena akan mengurangi beban pajak, perusahaan
akan cenderung memilih sistem akuntansi persediaan average karena laba yang
dihasilkan akan lebih kecil dan pajak yang dibayarkan juga akan menjadi lebih
kecil. Penelitian ini juga dilakukan mengingat beberapa fenomena perusahaan
mengganti metode penilaian persediaan menjadi average dengan tujuan tertentu,
contoh : Kedawung Setia Industrial (KDSI) yang sebelumnya menggunakan
metode FIFO menjadi average(efektif 1 Januari 2012). Karena alasan itulah
penulis meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian
akuntansi persediaanaverage.
Penelitian ini mereplikasi penelitian terdahulu dari Setiyanto (2012) adapun
perubahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah judul penelitian lebih
dikhususkan kepada metode average, tahun penelitian menjadi tahun 2012 sampai
dengan tahun 2016 dikarenakan keterbatasan tahun penelitian yang dilakukan
Setiyanto (2012) yaitu hanya 3 tahun dan dinilai tidak akurat dan bias dan penulis
menghilangkan 3 variabel yaitu variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok
penjualan dan margin laba kotor dikarenakan dari penelitian-penelitian terdahulu
menghasilkan hasil yang sama yaitu berpengaruh signifikan, oleh karena itu
variabel variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan dan margin
laba kotor tidak penulis lanjutkan penelitiannya. Selain itu, peneliti mengambil
jenis objek penelitian ini yaitu menggunakan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
9
Seperti yang sudah dijelaskan, persediaan memiliki peran penting dalam
operasional sebuah perusahaan. Pemilihan metode penilaian persediaanaverage
menjadi salah satu pusat perhatian dalam berbagi penelitian karena pemilihan
metode akuntansi persediaan akan mempengaruhi neraca dan laporan laba/rugi.
Berdasarkan berbagai hal yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis
melakukan sebuah penelitian mengenai persediaan pada perusahaan manufaktur,
dengan judul: “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Pemilihan Metode Penilaian PersediaanAverage”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka perumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah ukuran perusahaan mempengaruhi pemilihan metode akuntansi
persediaanaverage?
2. Apakah leverage mempengaruhi pemilihan metode akuntansi
persediaanaverage?
3. Apakah rasio lancar mempengaruhi pemilihan metode akuntansi
persediaanaverage?
4. Apakah intensitas persediaan mempengaruhi pemilihan metode akuntansi
persediaanaverage?
10
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk meneliti permasalahan yang ada dan lebih mengarah pada pembahasan
maka penulis hanya membatasi masalah pada faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode penilaian persediaan averagepada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 sampai 2016.
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diutarakan, maka dapat diketahui
bahwa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk membuktikan secara empiris apakah ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaanaverage.
2. Untuk membuktikan secara empiris apakah leverage berpengaruh terhadap
pemilihan metode akuntansi persediaanaverage.
3. Untuk membuktikan secara empiris apakah rasio lancar berpengaruh
terhadap pemilihan metode akuntansi persediaanaverage.
4. Untuk membuktikan secara empiris apakah intensitas persediaan
berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaanaverage.
11
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain sebagai
berikut:
1. Bagi perusahaan, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan penentuan
kebijakan untuk meningkatkan laba sehingga menjadi optimal.
2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
informasi serta wawasan.
3. Bagi akademik, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk proses
pengembangan ilmu pengetahuan akuntansi khususnya yang berkaitan
dengan persediaan. Hasil penetian ini juga dapat dijadikan sebagai
kontribusi dalam pengembangan teori dan sebagai bahan referensi bagi
penelitian selanjutnya.
12
BAB IILANDASAN TEORI
2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan
mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik
kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam
perusahaan. Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi
keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Teori
keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai
kepentingan yang berbeda. Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan
kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Dalam model keagenan
dirancang sebuah sistem yang melibatkan kedua belah pihak, sehingga diperlukan
kontrak kerja antara pemilik (principal) dan manajemen (agent).
Dalam kesepakatan tersebut diharapkan dapat memaksimumkan utilitas principal,
dan dapat memuaskan serta menjamin agen untuk menerima reward dari hasil
aktivitas pengelolaan perusahaan. Perbedaan kepentingan antara pemilik dan
manajemen terletak pada maksimalisasi manfaat (utility) pemilik (principal)
dengan kendala (constraint) manfaat (utility) dan insentif yang akan diterima oleh
13
manajemen (agent). Karena kepentingan yang berbeda sering muncul konflik
kepentingan antara pemegang saham/ pemilik (principal) dengan manajemen
(agent).
Seperti yang sudah dijelaskan ada berbagai motivasi yang mendorong perusahaan
untuk memaksimalkan keuntungan. Salah satu caranya adalah menyesuaikan
metode akuntansi persediaan dengan kondisi ekonomi yang sedang terjadi
sehingga dapat menaikkan laba atau menurunkan laba sehingga turut serta
mengurangi biaya pajak. Pada saat terjadi inflasi, metode FIFO akan
menghasilkan laba yang lebih besar daripada menggunakan metode rata-rata
(average). Sebaliknya, perusahaan yang menggunakan metode rata-rata
diuntungkan dalam hal pembayaran pajak karena pajak yang harus dibayarkan
menjadi lebih kecil. Dalam hal tersebut sering terjadi konflik perbedaan
kepentingan antara pemegang saham dengan manajer. Pemilik saham ingin
mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dilain sisi manajer juga ingin
mendapatkan reward atas kerja keras yang dilakukannya.
Ketika metode FIFO yang digunakan maka keuntungan lebih berpihak kepada
manajer karena laba yang dihasilkan lebih besar dan manajer akan mendapatkan
bonus yang besar. Berbanding terbalik dengan pemegang saham, karena laba yang
di dapat lebih besar maka biaya pajak yang ditanggung juga semakin besar.
Pemegang saham dalam hal ini lebih menyukai metode average karena dapat
menurunkan laba dan biaya pajak yang ditanggungnya.
14
2.2 Pengertian Persediaan
Persediaan barang dagang (mercandise infentory) adalah barang-barang yang
dimiliki oleh perusahaan untuk dijual kembali, untuk perusahaan pabrik yang
termasuk dalam persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk
proses selanjutnya. Persediaan pada perusahaan pabrik terdiri dari persediaan
bahan baku, persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi
(Soemarso,2004).Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan
adalah seperti kutipan berikut, Menurut Earl at al. (2004) kata persediaan
ditujukan untuk barang barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan
bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur persediaan ditujukan
untuk barang dalam proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan
produksi.
Adapun menurut Earl at al. (2004) persediaan merupakan bagian paling aktif
dalam operasi perusahaan, secara terus menerus dibeli atau diproduksi, sebagian
besar dari sumber daya perusahaan dapat diinvestasikan dalam barang yang dibeli
atau diproduksi. Menurut Baridwan (2008) istilah persediaan barang dipakai
untuk menunjukan barang barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau
digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual, atau dalam
perusahaan dagang, barang-barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali.
Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan
tersebut meliputi barang dagang, bahan baku, barang dalam proses dan barang
15
jadi. Dari kesimpulan tersebut telah terlihat perbedaan antara perusahaan dagang
dengan perusahaan manufaktur jika dilihat dari persediaan yang digunakan. Di
dalam perusahaan dagang hanya terdapat barang jadi saja. Sedangkan di dalam
perusahaan manufaktur meliputi bahan baku, barang dalam proses dan barang
jadi.
Persediaan memiliki peran yang sangat penting bagi perusahaan. Dikatakan
demikian karena persediaan berperan untuk mempertahankan stabilitas
operasional perusahaan dan menentukan tingkat keuntungan perusahaan. Jika
persediaan di kelola dengan baik maka proses produksi maupun penjualan akan
berjalan dengan lancar dan pesanan pembelian dapat terpenuhi sedangkan jika
penanganan persediaan tidak dilaksanakan dengan baik maka akan mengakibatkan
resiko terganggunya proses produksi atau tidak terpenuhinya pesanan pembelian
yang dapat merugikan perusahaan. Manajemen juga harus berusaha untuk
menjaga keseimbangan persdiaan agar tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu
rendah. Persediaan yang terlalu kecil akan menimbulkan kekecewaan konsumen,
sebaliknya persediaan yang terlalu tinggi akan menyebabkan biaya penyimpanan
dan pemeliharaan persediaan akan melambung (Jusup,2005). Terdapat dua sistem
pencatatan untuk persediaan, yaitu Sistem Pencatatan Persediaan periodik dan
Sistem Pencatatan Persediaan Perpetual (Baridwan, 2008)
2.2.1 Sistem Pencatatan Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory System)
Dalam metode perpetual setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri
yang merupakan buku pembantu persediaan, dan setiap perubahan dalam
persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah
16
persediaan sewaktu waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam
rekening persediaan (Baridwan,2008). Tidak jauh berbeda dengan pendapat Dunia
(2011) metode persediaan perpetual pencatatannya dilakukan secara terus
menerus terhadap penambahan dan pengurangan persediaan, sehingga dapat
diketahui saldo dari masing masing persediaan bahan tersebut setiap saat, dan saat
terjadi transaksi penerimaan dan pemakian bahan.
Sistem perpetual ini sering kali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai
yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga
perusahaan mengatur pemesanan kembali persediaan saat mencapai jumlah
tertentu. Contoh perusahaan yang menerapkan misalnya perusahaan mobil,
perusahaan pesawat terbang, mebel, dan peralatan rumah tangga. Menurut Jusup
(2005) ciri- ciri terpentingdalam sistem perpetual adalah sebagai berikut:
1. Pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet rekening
persediaan, bukan rekening pembelian.
2. Harga pokok penjualan dihitung untuk tiap transaksi penjualan, dicatat
dengan mendebet rekening harga pokok penjualan, dan mengkredit
rekening persediaan
3. Persediaan merupakan rekening kontrol dan dilengkapi dengan
pembantu persediaan yang berisi catatan untuk tiap jenis persediaan.
Buku pembantu persediaan menunjukan kuantitas dan harga perolehan
untuk setiap jenis barang yang ada dalam persediaan.
17
2.2.2 Sistem Pencatatan Persediaan Periodik (Periodic Inventory System)
Menurut Baridwan (2008) penggunaan metode periodik mengharuskan adanya
perhitungan berang yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan,
perhitungan persediaan (stock opname) ini diperlukan untuk mengetahui berapa
jumlah barang yang masih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya.
Perhitungan tersebut meliputi pengukuran dan penimbangan barang – barang yang
ada pada akhir satu periode untuk kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga
atau biaya. Sehingga dapat dikatakan perusahaan yang menerapkan sistem
periodik umumnya memiliki karakteristik persediaan yang beraneka ragam namun
nilainya relatif kecil. Disebut sistem periodik karena penghitungan jumlah dan
nilai persediaan hanya akan diketahui pada akhir periode saja untuk penyiapan
pembuatan laporan keuangan. Dalam metode ini mutasi persediaan barang tidak
diikuti dalam buku-buku, setiap pembelian barang.
Menurut Dunia (2011) sistem periodik mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Dalam penetapkan persediaan harus dilakukan perhitungan fisik atas
barang yang ada diperusahaan agar dapat menentukan nilai persediaan
akhir periode dan menghitung biaya atau harga pokok bahan yang
dipakai.
2. Terdapat beberapa akun yang digunakan dalam mencatat transaksi
pembelian dan transaksi lainnya yang berkaitan seperti akun pembelian,
akun biaya pengangkutan pembelian, akun pemotongan pembelian, serta
akun pembelian retur.
3. Biaya atau harga pokok bahan yang dipakai dihitung dengan cara
menambahkan persediaan awal periode dengan pembelian lalu dikurangi
18
persediaan bahan akhir periode yang akhirnya menghasilkan harga
pokok bahan yang dipakai.
2.2.3 Perbedaan Metode Pencatatan Periodik dan Perpetual
Menurut Earl at al. (2004) terdapat perbedaan antara sistem pencatatan periodik
dan perpetual :
Tabel 2.1Perbedaan Metode Pencatatan Periodik dan Perpetual
Periodik PerpetualPersediaan
Diketahui hanya setelah dilakukanperhitungan secara fisik akhir periode
Dapat diketahui setiap harinya
Harga Pokok PenjualanDaiketahui hanya setelah dilakukanperhitungan fisik akhir periode
Dapat diketahui setiap harinya
Penyusutan PersediaanTidak dapat dihitung Dapat dihitung dengancara
membandingkan catatanpersediaan dengan hasilperhitungan
Ayat JurnalTidak ada jurnal yang dibuat untukmencatat harga pokok penjualanhingga akhir periode. Pembelianpersediaan didebit ke akun pembeliansementara
Jurnal harga pokok penjulalandibuat saat terjadi penjualanPembelian persediaan langsungdidebit ke akun persediaan barangdagang
Kualitas Informasi vs Biaya OperasionalKualitas informasi lebih rendah, tetapibiaya operasional lebih murah
Kualitas informasi lebih tinggi,tetapi biaya operasional lebihtinggi
2.2.4 Metode Penilaian Persediaan
Metode penilaian persediaan yang boleh digunakan di Indonesia sekarang ini ada
2. Metode penilaian persediaan tersebut adalah metode average dan FIFO. Jika
dulu metode penilaian persediaan yang diperbolehkan ada 3 yaitu metode rata-
rata, FIFO dan LIFO, maka sekarang menurut PSAK 14 (revisi 2008) telah
19
mengalami perubahan yaitu hanya metode rata-rata dan FIFO saja yang boleh
digunakan. Hal ini juga sejalan dengan peraturan perpajakan di Indonesia yang
hanya memperbolehkan menggunakan metode rata-rata dan FIFO
2.2.4.1 Metode Penilaian Persediaan Rata-rata (average)
Menurut Soemarso (2004) metode penilaian rata-rata merupakan metode
penetapan harga pokok persediaan dimana dianggap bahwa harga pokok rata-rata
dari barang yang tersedia untuk dijual akan digunakan untuk menilai harga pokok
yang dijual dan yang terdapat dalam persediaan. Tidak jauh berbeda dengan
pendapat Soemarso, menurut Earl at al. (2004) metode biaya rata-rata
membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit, metode ini didasarkan
pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-
rata yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada setiap harga.
Sedangkan menurut Dunia (2011) metode rata-rata untuk manufaktur adalah
metode akuntansi yang digunakan dalam menentukan harga pokok atau biaya per
unit dari produk yang selesai untuk masing masing departemen produksi, dimana
biaya per unit dihitung dengan elemen biaya yang sama yang ditambahkan pada
periode berjalan dan dibago dengan angka produksi ekuivalen.
Sehingga dari pendapat para ahli tersebut terdapat perbedaan dalam metode FIFO
dengan Metode average. Perbedaan itu adalah pada metode ini barang-barang
yang dipakai atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga
pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan
kuantitasnya. Keterbatasan dalam metode rata-rata adalah nilai persediaan secara
20
terus menerus mengandung pengaruh dari kos paling awal dan nilai-nilai tersebut
bisa mempunyai lag yang signifikan di belakang current price dalam periode
yang mengalami perubahan harga yang cepat, naik atau turun. Pada saat harga
stabil, penggunaan metode yang berbeda akan menghasilkan laba yang tidak jauh
berbeda.
Menurut Hansen & Mowen (2012) jika terjadi perubahan harga input manufaktur
dari satu periode ke periode berikutnya, FIFO menghasilkan biaya per unit yang
lebih akurat (sehingga lebih terkini) daripada metode rata-rata tertimbang. Biaya
per unityang lebih akurat berarti pengendalian biaya yang lebih baik, keputusan
penentuan harga yang lebih baik, dan lain lain.
2.2.4.2 Metode Penilaian Persediaan FIFO
Menurut Jusup (2005) Metode FIFO menganggap bahwa barang yang lebih
dahulu dibeli, akan dijual lebih dahulu. Dengan demikian harga perolehan yang
terlebih dahulu dibeli, dianggap akan menjadi harga pokok penjualan lebih dulu
juga. FIFO seringkali sejalan dengan aliran fisik barang dagangan, karena dalam
manajemen yang baik biasanya barang yang paling lama, dijual terlebih dahulu,
pada metode ini persediaan akhir ditentukan dengan mengambil harga perolehan
per unit dari pembelian paling akhir dan bergerank mundur sampai semua unit
dalam persediaan mendapat harga perolehan (Jusup,2005). Saat metode FIFO
digunakan selama periode inflasi atau kenaikan harga-harga secara umum, biaya
unit yang lebih awal akan lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang paling
akhir, oleh karena itu FIFO akan menghasilkan laba kotor yang lebih tinggi
21
daripada yang ditunjukan oleh harga pokok penjualan, hal ini juga berpengaruh
kebalikan apabila terjadi deflasi (James at al.2009).
Sedangkan menurut Baridwan (2008) FIFO merupakan barang barang ang
dikeluarkan dari gudang akan dibebani dengan harga pokok pembelian yang
terakhir disusul dengan yang masuk sebelumnya. Dunia (2011) menjelaskan
tentang metode FIFO dalam perusahaan manufaktur yaitu metode akuntansi yang
digunakan dalam menentukan harga pokok atau biaya per unit dari produk yang
selesai untuk masing-masing departemen produksi, dimana unit dan biaya dari
persediaan barang dalam proses pada awal periode dihitung dan dilaporkan secara
terpisah dari unit yang selesai yang berasal dari produksi periode sekarang dengan
demikian dalam metode ini dihasilkan dua angka harga pokok atau biaya per unit
dari produk.
2.2.5 Kelebihan dan Kelemahan Setiap Metode Penilaian Persediaan
2.2.5.1 Metode First In First Out (FIFO)
Menurut Earl at al. (2004) metode FIFO memiliki kelebihan yaitu sesuai dengan arus
fisik barang dan saldo persediaan akhir hampir sama dengan biaya penggantian.
Sedangkan keterbatasan metode ini adalah mencocokan biaya terdahulu dengan
pendapatan saat ini, keuntungan dan kerugian pemilikan persediaan merupakan
bagian dari laba kotor, serta tidak ada pajak penghasilan yang ditangguhkan.
2.2.5.2 Metode Last In First Out (LIFO)
Metode LIFO ( Last In First Out) Metode LIFO menandingkan biaya dari barang-
barang yang paling akhir dibeli terhadap pendapatan. Persediaan akhir akan
22
ditentukan dengan menggunakan unit total sebagai dasar perhitungan dengan
mengabaikan tanggal-tanggal pembelian yang terlibat. Menurut Earl at al. (2004)
LIFO memiliki kelebihan yaitu mencocokan biaya saat ini dengan pendapatan saat
ini, tidak memasukan kerugian pemilikan persediaan dalam laba kotor dan adanya
tangguhan pajak penghasilan, sedangkan kerugian menggunakan metode ini adalah
tidak sesuai dengan arus fisik barang, potensi likuidasi LIFO dapat menarik biaya
persediaan lama ke harga pokok penjualan, dan saldo persediaan akhir terdiri dari
biaya lama dari lapisan LIFO dan secara substansial dapat lenih rendah jumlahnya
daripada biaya pergantian saat ini hal ini diimbangi sebagian oleh pengungkapan
tambahan.
2.2.4.3 Metode Rata- Rata
Metode Rata-rata merupakan kompromi antara FIFO dan LIFO (Jamesat al. 2009)
Dalam metode ini mempunyai kelebihan yaitu dari serangkaian pembeian, biaya rata
rata akan tetap sama tanpa memperhatikan arah kecenderungan harga. Metode ini
tidak jauh berbeda dengan metode FIFO, karena akan memberikan hasil yang
mendekati sama, oleh karena itu kelebihan metode ini adalah harga persediaan
akhirnya sangat dipengaruhi harga-harga sekarang (Baridwan,2008). Sedangkan
keterbatasannya terletak saat terjadi perubahan harga, jika dibandingkan dengan FIFO
metode ini dinilai kurang akurat (Hansen & Mowen, 2012)
23
2.3 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2Penelitian Terdahulu
NamaPeneliti
Judul Variabel Hasil Penelitian
Srimonah(2008)
Analisis Faktor-FaktorYang MempengaruhiPemilihan MetodePenilaian PersediaanPada PerusahaanManufaktur Di BursaEfek Indonesia
- Ukuran Perusahaan- Variabilitas Persediaan- Struktur Kepemilikan- Leverage- Rasio Lancar
- Signifikan- Tidak Signifikan- Tidak Signifikan- Tidak Signifikan- Tidak Signifikan
Marwah(2012)
Analisis Faktor-FaktorYang MempengaruhiPemilihanMetode PenilaianPersediaan PadaPerusahaanManufaktur YangTerdaftar Di BEITahun 2007-2010
- Ukuran perusahaan- Leverage- Likuiditas- Laba sebelum pajak
- Signifikan- Tidak Signifikan- Tidak Signifikan- Tidak Signifikan
Setiyanto(2012)
Analisis Faktor-FaktorYangBerpengaruh TerhadapPemilihan MetodeAkuntansi PersediaanPada Perusahaan DagangDan Manufaktur YangTerdaftar DiBEI Tahun 2008-2010
- Variabilitaspersediaan- Ukuran perusahaan- Intensitas persediaan- Variabilitas hargapokok penjualan- Leverage- Margin laba kotor- Rasio lancar
- Signifikan
-Signifikan-Signifikan-Signifikan
-Tidak Signifikan-Tidak Signifikan-Tidak Signifikan
Syailendra(2013)
Analisis Faktor-FaktorYang BerpengaruhTerhadap PemilihanMetode PenilaianPersediaan PadaPerusahaan DagangDan Manufaktur YangTerdaftar Di BEITahun 2008-2012
- Struktur kepemilikan- Ukuran perusahaan- Variabilitas persediaan- Intensitas Persediaan- Variabilitas Laba
- Signifikan- Signifikan- Signifikan- Tidak signifikan-Tidak signifikan
Maharani(2014)
Pengaruh UkuranPerusahaan, MarginLaba Kotor DanPerputaran PersediaanTerhadap PemilihanMetode Penilaian -
- Ukuran Perusahaan- Margin Laba Kotor- Perputaran Persediaan(Intensitas Persediaan)
- Tidak signifikan- Tidak signifikan-Tidak signifikan
24
Persediaan PadaPerusahaan ManufakturSektor Industri BarangKonsumsi YangTerdaftar Di BursaEfek Indonesia Periode2009-2013
Sumber : diolah peneliti (2018)
2.4 Kerangka Pemikiran
Variabel Bebas Variabel Terkait
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
2.5 Pengaruh antar Variabel Penelitian
2.5.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pemilihan Metode
Persediaan.
Perusahaan yang lebih besar lebih menyukai metode penilaian yang dapat
menunda pelaporan laba. Kondisi ini ada dengan asumsi bahwa transfer kekayaan
bagi perusahaan besar relatif lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Transfer kekayaan yang secara langsung dilakukan adalah pembayaran pajak.
UkuranPerusahaan
Rasio Lancar
IntensitasPersediaan
LeverageMetode Penilaian
PersediaanAverage
25
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan besar cenderung
memilih metode average karena biaya pajak yang dibayarkan relatif lebih kecil
dibandingkan ketika perusahaan menggunakan metode lainnya. Kecenderungan
metode penilaian persediaan yang digunakan perusahaan besar adalah metode
average yang dapat menurunkan laba. Penggunaan metode average selain bisa
memperoleh penghematan pajak, juga bisa menghindari political cost atau biaya
politis ( Syailendra, 2013).
Karena beberapa alasan tersebut, ukuran perusahaan akan mempengaruhi
pemilihan metode akuntansi persediaanaverage. Biaya politik dari pemerintah
berupa ancaman regulasi dan nasionalisasi lebih besar dirasakan oleh perusahaan
besar ( Setiyanto, 2013) karena apabila perusahaan melaporkan laba yang besar
maka akan dicurigai melakukan monopoli (Setiyanto, 2013). Sedangkan untuk
perusahaan kecil, mereka akan memilih metode yang dapat menaikkan laba untuk
dapat memperoleh pinjaman dari bank karena bank menilai kinerja perusahaan
melalui laba yang dihasilkan (Setiyanto,2012).
2.5.2 Pengaruh Leverage terhadap Pemilihan Metode Persediaan
Leverage menggambarkan tingkat sampai sejauh mana efek dengan pendapatan
tetap (utang dan preferen) digunakan dalam struktur modal suatu perusahaan
(Brigham & Houston, 2011) sehingga hal ini dapat mempengaruhi pemilihan
metode akuntansi persediaan. Ketika rasio leverage rendah, maka utang
perusahaan juga rendah. Dengan utang yang rendah, maka perusahaan memiliki
resiko yang rendah dan juga beban bunga yang rendah. Perusahaan akan memilih
metode average ketika terjadi inflasi karena akan menurunkan persediaan akhir
26
yang nantinya akan berakibat pada turunnya aktiva lancar dan agar biaya pajaknya
juga turun.
Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal
maupun aset (Harahap,2011) sehingga jumlah utang yang lebih besar dalam
struktur modal perusahaan akan menyebabkan perusahaan membayar beban
bunga yang besar, sebaliknya, ketika perusahaan memiliki tingkat financial
leverage rendah, maka perusahaan dapat menggunakan metode akuntansi
persediaan yang menurunkan laba yaitu metode average agar dapat menghemat
pajak (Setiyanto,2012).
2.5.3 Pengaruh Rasio Lancar terhadap Pemilihan Metode Persediaan
Rasio lancar menurut Brigham & Houston (2010) adalah rasio yang menunjukan
sampai sejauh apa kewajibanlancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan
dikonversi menjadi kas dalam waktu tertentu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Harahap (2008) aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang, dan persediaan,
sedangkan kewajiban lancar terdiri dari utang dagang, utang jangka pendek yang
jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pajak yang masih harus dibayar dan biaya-biaya
lain yang masih harus dibayar. Menurutnya rasio lancar menunjukan tingkat
keamanan kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan membayar utang-
utang tersebut karena para kreditor yang akan meminjamkan dananya pasti melihat
dari laba dan rasio lancar. Oleh karena itu rasio lancar dapat mempengaruhi
pemilihan metode akuntansi persediaanaverage. Semakin tinggi rasio lancarnya,
maka kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya juga
akan semakin besar dan perusahaan akan menggunakan metode average.
27
2.5.4 Pengaruh Intensitas Persediaan terhadap Pemilihan Metode
Persediaan
Intensitas persediaan menunjukkan berapa kali persediaan tersebut berputar
sepanjang tahun jadi rasio perputaran persediaan diyatakan sebagai penjualan
dibagi dengan persediaan (Brigham & Houston, 2010). Jadi semakin rendah
persediaan akhir, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen persediaan berjalan
dengan baik. Intensitas persediaan dapat mempengaruhi pemilihan metode
akuntansi persediaan yang digunakan. Ketika persediaan tinggi, maka manajer
akan memilih metode average agar persediaannya menjadi lebih kecil daripada
ketika menggunakan metode lainnya. Hal ini dilakukan agar kinerja manajer
dalam mengelola persediaan dianggap baik oleh perusahaan karena semakin
rendah persediaan, maka semakin efisien pula pengelolaan persediaannya
(Syailendra, 2013). Menurut Harahap (2011) Rasio perputaran persediaan
menunjukan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal,
semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan
berjalan cepat. Dalam hal ini bila perhitungan dilakukan dengan harga pokok
penjualan maka persediaan rata-rata barang dagang juga dihitung berdasarkan
harga pokok.
2.6 Pengembangan Hipotesis
2.6.1 Ukuran Perusahaan dan Metode Penilaian Persediaan Average.
Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan.
Karena perusahaan besar lebih cenderung memilih metode penilaian persediaan
average. Melihat penjelasan itu, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah
28
ukuran perusahaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi
persediaanaverage. Tetapi bagi perusahaan besar, perubahan metode akuntansi
persediaan juga tidak dapat dilakukan seenaknya karena nantinya akan berdampak
kurang baik bagi perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang sering mengganti-ganti
metode akuntansi persediaannya dengan tujuan mengecilkan pajak akan
dimungkinkan mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama dari kantor pajak.
Hal ini terjadi karena dengan berubahnya metode akuntansi persediaan, maka laba
yang dihasilkan juga akan berubah yang nantinya pajak yang dibayarkan juga
akan berubah-ubah. Atas penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka
dibuatlah hipotesis sebagai berikut:
H1 : Ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi
persediaan average.
2.6.2 Leverage dan Metode Penilian Persediaan Average
Telah banyak peneliti yang melakukan penelitian mengenai pengaruh leverage
terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Hasil yang diperoleh dari
berbagai penelitian bervariasi. Beberapa penelitian mengemukakan perusahaan
yang memiliki tingkat financial leverage rendah akan menggunakan average. Jadi
jika perusahaan memiliki rasio leverage yang tinggi maka dapat dikatakan bahwa
perusahaan tersebut sebagian besar dibiayai oleh pinjaman, dan akan memilih
metode yang dapat menaikkan laba untuk menghindari terjadinya pelanggaran
perjanjian hutang dimana jika perjanjian hutang dilanggar maka akan
menimbulkan biaya (Marwah, 2011). Tetapi sebaliknya, jika leverage suatu
perusahaan rendah maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut sebagian
besar dibiayai oleh modal sendiri.
29
Dengan demikian, jika rasio leverage tinggi maka perusahaan memiliki resiko dan
biaya atas utang perusahaan yang tinggi, sedangkan perusahaan dengan financial
leverage rendah maka resikonya dan biaya atas utangnya juga kecil. Melihat dari
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dibuatlah hipotesis:
H2 : Leverage memiliki pengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi
persediaanaverage.
2.6.3 Rasio Lancar dan Metode Penilaian Persediaan Average
Semakin besar laba dan rasio lancarnya, maka kreditor akan semakin yakin bahwa
perusahaan mampu membayar kewajibannya (Harahap, 2011). Oleh karena itu
rasio lancar dapat mempengaruhi metode penilaian persediaan average.Sehingga
perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggiakansedikit menurunkan labanya
agar dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, yaitu dengan
menggunakan metode average (Marwah, 2011). Penelitian mengenai rasio lancar
terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan telah dilakukan oleh beberapa
peneliti dengan hasil rasio lancar signifikan mempengaruhi pemilihan metode
akuntansi persediaan. Atas dasar penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya,
maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut:
H3 : Rasio Lancar memliki pengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi
persediaanaverage.
2.6.4 Intensitas Persediaan dan Metode Penilaian Persediaan Average
Perusahaan yang menggunakan average mempunyai indikasi inventory turn over
yang lebih rendah dan hari perputaran persediaan yang lebih tinggi dibandingkan
30
jika perusahaan menggunakan metode lainnya. Ketika perusahaan menggunakan
metode average maka nilai persediaan akhir akan lebih rendah sedangkan harga
pokok penjualannya akan menjadi lebih rendah, maka perusahaan mempunyai
indikasi inventory turnover yang lebih rendah dibandingkan jika menggunakan
metode lainnya (Setiyanto,2012). Sedangkan menurut Maharani (2014)
perusahaan yang menggunakan metode average akan cenderung memiliki tingkat
perputaran persediaan yang rendah sehingga keuntungan yang dihasilkan
jugalebih rendah. Hal ini dikarenakan setiap barang yang terjual oleh perusahaan
telah dibebankan dengan harga rata-rata dan barang yang belum terjual. Atas
berbagai pendapat diatas maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut:
H4 : Intensitas Persediaan memiliki pengaruh terhadap pemilihan metode
akuntansi persediaanaverage.
31
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Sumber Data
Menurut Sarwono (2006), dilihat dari sumber perolehannya data dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu :
1. Data Primer
Merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi
ataupun dalam bentuk file-file dan data ini harus cicari memalui
narasumber yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang
kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data.
2. Data Sekunder
Merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
atau memalui media perantara. Data ini sudah tersedia sehingga
penelitihanya mencari dan mengumpulkannya saja, misalnya: data
diperpustakaan, kantor-kantor pemerintah, biro pusat statistik, dan
internet.
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, karena data yang diperoleh
secara tidak langsung atau melalui media perantara. Data yang digunakan adalah
32
data sekunder yang didapat secara tidak langsung memalui perantara orang lain
dan dokumen yang mendukung penelitian. Penelitian ini menggunakan data yang
berasal dari Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang diambil dari www.idx.co.id dari tahun 2012 sampai dengan
2016. Untuk mengetahui metode persediaan yang digunakan dapat dilakukan
dengan menggunakan skala nominal yaitu variabel dummy dengan memberikan
nilai 0 pada pemilihan metode persediaan selain metode rata-rata dan memberikan
nilai 1 pada pemilihan metode persediaan lainnya.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif,
yaitu penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta
hubungan-hubungannya. Penelitian kuantitatif lebih mengedepankan kajian
pustaka sebagai validasi data. Setiap kalimatnya berupa pendapat dari ahli-ahli
yang terdapat dalam buku.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode
Dokumentasi. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti mengambil
data berdasarkan dokumen-dokumen sumber seperti laporan laba rugi dan neraca
serta dari buku literatur, jurnal referensi, peraturan-peraturan dan sebagainya.
33
Metode ini digunakan untuk memeperoleh data mengenai laporan keuangan
utamanya neraca dan laba rugi serta data lain yang diperlukan seperti persediaan,
total aktiva, dan sebagainya dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan data yang terkumpul tersebut dapat dihitung
dan diketahui informasi mengenai pemilihan metode penilaian persediaanaverage.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan periode pengamatan tahun 2012-2016. Sampel yang dipilih
dalam penelitian ini menggunakan metode purposive non random sampling.
Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah :
1. Melaporkan laporan keuangan perusahaan secara berturut-turut pada tahun
2012-2016
2. Menggunakan satu metode akuntansi penilaian persediaan saja
3. Menggunakan metode penilaian persediaan akuntansi secara konsisten
selama periode pengamatan.
4. Perusahaan yang tidak melakukan akuisisi atau merger selama periode
pengamatan.
34
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode akuntansi
persediaan yaitu average dan metode lainnya. Variabel terikat ini bersifat
kualitatif dan merupakan variabel dummy. Oleh karena itu, pengukuran dilakukan
dengan menggunakan skala nominal. Indikator variabel ini memberikan nilai 0
pada pemilihan metode selain average dan memberikan nilai 1 pada pemilihan
metode persediaan average.
3.5.2 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat)
variabel, yaitu:
a. Ukuran Perusahaan
b. Leverage
c. Rasio Lancar
d. Intensitas Persediaan
3.6 Definisi Operasional Variabel
1. Ukuran Perusahaan
Perusahaan yang lebih besar lebih menyukai metode penilaian yang dapat
menunda pelaporan laba. Kondisi ini ada dengan asumsi bahwa transfer kekayaan
bagi perusahaan besar relatif lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Transfer kekayaan yang secara langsung dilakukan adalah pembayaran pajak.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan besar cenderung
memilih metode rata-rata karena biaya pajak yang dibayarkan relatif lebih kecil
35
dibandingkan ketika perusahaan menggunakan metode lainnya. Kecenderungan
metode penilaian persediaan yang digunakan perusahaan besar adalah metode
rata-rata yang dapat menurunkan laba. Penggunaan metode rata-rata selain bisa
memperoleh penghematan pajak, juga bisa menghindari political cost atau biaya
politis (Syailendra, 2013). Karena beberapa alasan tersebut, ukuran perusahaan
akan mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Ukuran perusahaan
adalah penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutandibagi periode penelitian
(Saripudin,2010). Karena nilai penjualan bersih cukup besar maka dalam
pengukurannya dikonversikan dalam logaritma natural
Ukuran Perusahaan : LN Total Aset
2. Leverage
Leverage menggambarkan tingkat sampai sejauh mana efek dengan pendapatan
tetap (utang dan preferen) digunakan dalam struktur modal suatu perusahaan
(Brigham & Houston, 2011) sehingga hal ini dapat mempengaruhi pemilihan
metode akuntansi persediaan. Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang
perusahaan terhadap modal maupun aset (Harahap,2011) sehingga jumlah utang
yang lebih besar dalam struktur modal perusahaan akan menyebabkan perusahaan
lebih memilih metode yang menaikkan laba. Jadi jika perusahaan memiliki rasio
leverage yang tinggi maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut sebagian
besar dibiayai oleh pinjaman. Tetapi sebaliknya, jika leverage suatu perusahaan
rendah maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut sebagian besar dibiayai
36
oleh modal sendiri. Leverage dapat diukur dengan cara (Brigham dan
Houston,2010):
Leverage : Total utang
Total aset
3. Rasio Lancar
Rasio lancar menurut Brigham & Houston (2010) adalah rasio yang menunjukan
sampai sejauh apa kewajibanlancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan
dikonversi menjadi kas dalam waktu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Harahap
(2011) aset lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang, dan persediaan, sedangkan
kewajiban lancar terdiri dari utang dagang, utang jangka pendek yang jatuh tempo
dalam waktu satu tahun, pajak yang masih harus dibayar dan biaya-biaya lain yang
masih harus dibayar. Menurutnya rasio lancar menunjukan tingkat keamanan kreditor
jangka pendek atau kemampuan perusahaan membayar utang-utang tersebut. Oleh
karena itu rasio lancar dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi
persediaan. Rasio lancar dapat diukur dengan cara (Harahap,2011):
Rasio lancar : Aset lancar
Utang lancar
4. Intensitas Persediaan
Intensitas persediaan menunjukkan berapa kali persediaan tersebut berputar
sepanjang tahun jadi rasio perputaran persediaan diyatakan sebagai penjualan
dibagi dengan persediaan (Brigham & Houston, 2010). Jadi dapat ditarik
37
kesimpulan semakin rendah persediaan akhir, maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen persediaan berjalan dengan baik. Intensitas persediaan dapat
mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan yang digunakan. Menurut
Harahap (2011) Rasio perputaran persediaan menunjukan berapa cepat perputaran
persediaan dalam siklus produksi normal, semakin besar rasio ini semakin baik
karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat. Dalam hal ini bila
perhitungan dilakukan dengan harga pokok penjualan maka persediaan rata-rata
barang dagang juga dihitung berdasarkan harga pokok. Sedangkan bila cara yang
digunakan dengan harga jual maka rata-rata persediaan barang dagang dihitung
berdasarkan harga jual. Intensitas persediaan diukur dengan cara (Purwanto, 2006)
Intensitas persediaan : Harga pokok penjualan
Persediaan
3.7 Metode Analisis
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan alat statistik:
3.7.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif ini dilakukan untuk meneliti dan memberikan gambaran
mengenai variabel-variabel penelitian. Variabel penelitian ini antara lain ukuran
perusahaan, leverage, rasio lancar, dan intensitas persediaan. Gambaran yang
dapat diberikan dari statistik deskriptif ini yaitu mean, minimal, maximal, serta
standar deviasi dari setiap variabel.
38
3.7.2 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, maka digunakan teknik statistik :
1. Uji variat tunggal (univariate)
Uji univariate dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney apabila data
terdistribusi tidak normal, sedangkan apabila data terdistribusi normal maka
pengujian dilakukan dengan t-test.Kedua pengujian tersebut dimaksudkan untuk
menguji apakah terdapat perbedaan antara metode akuntansi persediaan average
dengan metode persediaan akuntansi persediaan lainnya. Untuk menguji
normalitas data menggunakan kolmogonov smirnov.
2. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Sebelum menggunakan regresi logistik maka perlu adanya analisis Overall Model Fit
yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu model dikatakan fit atau tidak
terhadap data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi Likelihood.
Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model menggambarkan data
input. Untuk itu penilaiannya dilakukan dengan membandingkan angka -2 Log
Likelihood pada awal (block Number = 0) dengan angka -2 Log Likelihood pada
akhir (Block Number = 1). Jika angka -2 Log Likelihood pada awal (Block Number =
0) lebih besar dari angka -2 Log Likelihood pada akhir (Block Number = 1), atau
dengan kata lain mengalami penurunan maka menunjukkan model yang lebih baik.
3. Uji variat berganda (multivariate)
Uji multivariate dengan menggunakan regresi logistic (logistic regression) metode
Bacward Stepwise (WALD), yang digunakan untuk menguji pengaruh dari
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Analisis hipotesis dengan
39
menggunakan regresi logit dapat digunakan apabila variabel dependen dan
variabel independentnya campuran variabel metrik dan non metrik. Regresi logit
tidak memerlukan asumsi normalitas pada variabel independennya (Ghozali,
2011).Model yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y= β + β1UP + β2LEV + β4RL + β5IP + e
Keterangan :UP = Ukuran perusahaanLV = LeverageRL = Rasio lancarIP = Intensitas Persediaan
57
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh ukuran
perusahaan, leverage, rasio lancar dan intensitas persediaan terhadap pemilihan
metode peniliaian persediaanaverage pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang telah go public periode 2012-2016.
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji variat tunggal
(univariate) dan uji variat berganda (multivariate) terhadap seluruh data, maka
didapat kesimpulan bahwa faktor faktor pemilihan metode penilaian persediaan,
yaitu :
1. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan average.
2. Leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode
penilaian persediaanaverage.
3. Rasio lancar berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode
penilaian persediaanaverage.
4. Intensitas persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan
metode penilaian persediaanaverage.
58
Hal ini berarti rasio lancar, dan intensitas persediaan dapat memepengaruhi
perusahaan dalam menentukan metode penilaian persediaanaverage, dan ukuran
perusahaan, leverage, belum tentu mempengaruhi perusahaan dalam menentukan
metode penilaian persediaanaverage.
5.2 Keterbatasan Penelitian
1. Beberapa perusahaan melakukan delisting dan initial public offering pada
periode penelitian sehingga perusahaan tersebut tidak dapat menjadi bahan
penelitian.
2. Terdapat beberapa perusahaan yang tidak mempublikasi laporan
keuangannya di bursa efek indonesia pada periode pangamatan.
5.3 Implikasi Penelitian
1. Penelitian ini membuktikan secara empiris pengaruh dari ukuran
perusahaan, leverage,rasio lancar dan intensitas persediaan yang
merupakan faktor-faktor dalam pemilihan metode penilaian persediaan
average pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2012-2016
2. Bagi perusahaan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan
untuk menghasilkan laba yang lebih optimal.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menamabah pengetahuan,
informasi serta wawasan.
59
4. Bagi akademik, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk proses
pengembangan ilmu pengetahuan akauntansi khususnya yang berkaitan
dengan persediaan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai
kontribusi dalam pengembangan teori dan sebagai bahan referensi bagi
penelitian selanjutnya.
5.4 Saran
1. Dalam hal pemilihan metode persediaan, hendaknya manajer memilih
metode yang tepat bagi kondisi perusahaan dengan memperhatikan
beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian
persediaan.
2. Mengganti variabel lain yang dapat lebih menjelaskan pemilihan metode
penilaian persediaan misalkan net profit margin.
3. Menambah data primer untuk mendukung data sekunder yang digunakan,
hal ini dimaksudkan untuk mengetahui alasan dari manager dalam
pengambilan keputusan pemilihan metode akuntansi persediaan.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. 2008. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Brigham, Eugene F and Houston, Joel F. 2010. Dasar DasarManajemenKeuangan.(Alihbahasa Ali Akbar Yulianto). Buku Satu. EdisiSebelas.Jakarta: Salemba
---------- 2011. Dasar Dasar ManajemenKeuangan.(Alihbahasa Ali AkbarYulianto). Buku Dua. Edisi Sebelas.Jakarta: Salemba
Dunia, Firdaus Ahmad. 2011. Akuntansi Biaya. Edisi Dua. Jakarta:SalembaEmpat
Earl K. Stice, James D, Stice and Skousen K, Fred. 2004. AkuntansiIntermediate.Buku Satu.Edisi Lima Belas. Jakarta: Salemba Empat
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19. Semarang: Universitas Diponegoro
Hansen, Don R and Mowen, Maryanne M. 2012. AkuntansiManajerial.(Alihbahasa DenyArnos Kwary). Buku Satu. Edisi Delapan.Jakarta: SalembaEmpat
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan.Jakarta:Rajawali Pers
Jusup, AL Haryono, 2005. Dasar Dasar Akuntansi. Buku Dua. EdisiEnam.Yogyakarta :Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN
Maharani, Restu. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Margin Laba KotorDanPerputaranPersediaan Terhadap Pemilihan Metode Penilaian PersediaanPada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi YangTerdaftar Di BEI Periode 2009-2013. Jurnal Bisnis dan AkuntansiUniveritas Maritim Raja Ali Haji.Diambil dari :http://www.jurnal.umrah.ac.id ( diaksestanggal25 Desember 2016)
Marwah, Shofaa. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang MempengaruhiPemilihanMetodePenilaian Persediaan Pada PerusahaanManufaktur YangTerdaftar Di BEI Tahun 2007-2010. Jurnal Bisnis dan AkuntansiUniversitas Lampung.Diambil dari :
http://www.fe-akuntansi.unila.ac.id (diaksestanggal25 Desember 2016)
Purwanto, Iwan. 2006.Manajemen Strategi. Bandung: Yrama WidyaReeve, James M, Warren, Carl S et al. 2009. Pengantar Akuntansi. Buku
Satu.Jakarta:Salemba Empat
Sangeroki, Seyla. 2011. Ukuran Perusahaan Dan Margin Laba Kotor TerhadapPemilihan Metode Penilaian Persediaan Di Perusahaan Manufaktur. JurnalAkuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado.Diambil dari :http://www.eprints.undip.ac.id (diaksestanggal 10 Januari 2017 )
Setiyanto, Kukuh Budi. 2012. Analisis Faktor-Faktor YangBerpengaruhTerhadapPemilihanMetodeAkuntansi PersediaanPada Perusahaan Dagang DanManufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2008-2010. Jurnal Akuntansi.Universitas Diponegoro.Diambil dari :http://www.jurnal.undip.ac.id (diaksestanggal10 Januari 2017)
Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Buku Satu. Edisi Lima.Jakarta:Salemba Empat
Sujarweni, V Wiratna. 2014. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka BaruPress
Srimonah. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PemilihanMetodePenilaianPersediaan Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI. JurnalBisnis dan Akuntansi. Universitas Semarang.Diambil dari :http://www.digilib.umrah.ac.id (diaksestanggal12 Januari 2017)
Syailendra, Brian Raharja. 2013. Analisis Faktor-Faktor YangBerpengaruhTerhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan PadaPerusahaan Dagang Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2008-2012. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Universitas Diponegoro.Diambil dari :http://www.eprints.undipp.ac.id (diaksestanggal12 Januari 2017)
http://www.idx.co.id(diaksestanggal1 September 2017 )