analisis faktor dan potensi bahaya …eprints.ums.ac.id/54628/12/naskah publikasi.pdfmembayar biaya...

17
ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA YANG DAPAT MENYEBABKAN KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DI BAGIAN PRODUKSI INDUSTRI GARMEN CV. AKURAT MOJOLABAN SUKOHARJO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: YASMINA INTAN REISITA J 410 151 005 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: dangdiep

Post on 02-Mar-2019

263 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA YANG DAPAT

MENYEBABKAN KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT

KERJA DI BAGIAN PRODUKSI INDUSTRI GARMEN CV. AKURAT

MOJOLABAN SUKOHARJO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

YASMINA INTAN REISITA

J 410 151 005

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

i

Page 3: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

i

J410151001

Page 4: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

i

Page 5: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

1

ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA YANG DAPAT

MENYEBABKAN KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT

KERJA DI BAGIAN PRODUKSI INDUSTRI GARMEN CV. AKURAT

MOJOLABAN SUKOHARJO

ABSTRAK

Tingginya kasus kecelakaan kerja menunjukkan kurangnya kesadaran pekerja

maupun pihak perusahaan dalam menangani masalah K3. Risiko kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja dapat dianalisa dengan metode identifikasi bahaya. CV.

Akurat selama ini belum pernah melakukan identifikasi faktor dan potensi bahaya.

Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya di bagian produksi

CV. Akurat Mojolaban Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif

dengan pendekatan critical incidents. Objek penelitiannya proses kerja, manusia,

alat serta bahan yang digunakan selama proses produksi. Hasil identifikasi

menunjukkan terdapat 38 sumber bahaya, 10 sumber bahaya kategori tingkat

bahaya tinggi, 7 sumber bahaya kategori bahaya sedang, dan 21 sumber bahaya

kategori bahaya rendah. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyebab

sumber bahaya antara lain lingkungan kerja yang tidak aman, peralatan/mesin dan

bahan yang tidak aman, dan sikap kerja yang tidak aman. Saran untuk perusahaan

diharapkan segera mengambil tindakan pengendalian terhadap sumber bahaya

terutama pada tingkat bahaya tinggi dan tingkat bahaya sedang.

Kata kunci : Analisis faktor dan potensi bahaya, Kecelakaan Kerja, Penyakit

Akibat Kerja

ABSTRACT

High rates of occupational accident indicates that there is still less of awareness

of the labors either the company regarding health and safety work issue. Accident

risk and occupational disease can be analyzed by hazard identification method.

CV. Akurat has never identified factors and potential hazards. The aim of the

research is to know the factors and potential hazard at the production part of CV.

Akurat Mojolaban Sukoharjo. This research is qualitative research with critical

incidents approach. The objects of the research are work process, human, tools

and materials used during the production process. The result of identification

shows that there are 38 hazard sources, 10 hazard sources in high hazard

category, 7 hazard sources in medium hazard category, and 21 hazard sources in

low hazard category. From the result of this research can be concluded that the

cause of hazard source such as the unsafe working environment, the unsafe of

equipment or machinery and materials, and the unsafe of working attitude. The

suggestions for the company is to take control immediately toward hazard sources

especially in high hazard and medium hazard level.

Keyword : Analysis of Factors and Potential Hazards, Work Accident,

Occupational Illness.

Page 6: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

2

1. PENDAHULUAN

Industrialisasi di Indonesia telah mendorong tumbuhnya industri di

berbagai sektor. Hal tersebut yang mendukung penggunaan teknologi,

peralatan, mesin serta bermacam-macam bahan untuk menghasilkan produk

atau jasa yang bagus agar dapat bersaing di pasaran. Namun, seiring dengan

kemajuan dan perkembangan tersebut memicu berbagai masalah Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3), seperti bertambahnya sumber bahaya,

meningkatnya potensi bahaya, risiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja

(Notoatmodjo, 2011).

Aspek K3 pada perusahaan di Indonesia belum menjadi prioritas,

khususnya perusahaan swasta. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut

meminimalkan tenaga kerja dan pengeluaran dengan meraih keuntungan yang

sebesar-besarnya serta kurang pedulinya pihak perusahaan akan pentingnya

aspek K3, sehingga masih banyak peristiwa kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja yang terjadi. Padahal dengan adanya peristiwa kecelakaan kerja di

suatu perusahaan akan mengurangi profit perusahaan itu sendiri karena harus

membayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu,

membayar kerugian bahkan mengganti alat atau mesin yang rusak akibat

kecelakaan tersebut (Rinanti, 2013). Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, pemerintah menghimbau pada

setiap perusahaan harus menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) maupun OHSAS: 18001 (Occupational Health and

Safety Series).

Identifikasi Bahaya (Hazards Identification), Penilaian Risiko (Risk

Assessment) dan Pengendalian Risiko (Risk Control) atau yang disingkat

HIRARC merupakan suatu elemen pokok dalam Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang berkaitan dengan upaya

pencegahan dan pengendalian bahaya. HIRARC dilakukan pada seluruh

aktivitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi yang mengandung

potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja. Keseluruhan proses dari HIRARC yang disebut juga dengan

Page 7: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

3

manajemen risiko (risk management), kemudian akan menghasilkan dokumen

HIRARC yang sangat berguna untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja

(Ramli, 2010).

Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO), pada

tahun 2012 ILO mencatat angka kematian yang diakibatkan karena kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Sedangkan

data pada tahun 2013 disebutkan bahwa setiap 15 detik terdapat 1 tenaga kerja

yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan 160 tenaga kerja mengalami

sakit akibat kerja (Kemenkes RI, 2014). Selanjutnya berdasarkan data ILO

pada tahun 2015, setiap hari terjadi sekitar 6.000 kecelakaan kerja yang

mengakibatkan korban fatal di dunia (Viva News, 2015).

Data dari Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga Kemenkes RI

2014, jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia mengalami peningkatan dari

tahun 2011 hingga tahun 2013. Tercatat sebanyak 9.891 kasus pada tahun

2011, kemudian tahun 2012 angka kecelakaan kerja yang terjadi sebanyak

21.735 kasus, dan pada tahun 2013 terdapat 35.917 kasus kecelakaan kerja.

Data terakhir yang didapat pada tahun 2014 tercatat sebanyak 24.910 kasus

kecelakaan kerja, dan pada akhir tahun 2015 telah terjadi kecelakaan kerja

sejumlah 105.182 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.375

orang. Demikian pula dengan jumlah kasus penyakit akibat kerja pada tahun

2011 sebanyak 57.929 kasus, tahun 2012 tercatat angka penyakit akibat kerja

yang terjadi 60.322 kasus, tahun 2013 sebanyak 97.144 kasus penyakit akibat

kerja dan data terakhir yang didapat pada tahun 2014 terjadi 40.694 kasus

(Safetyshoe, 2016).

Cooper (2009) berpendapat bahwa dari seluruh kecelakaan kerja yang

terjadi, 80-95% disebabkan oleh unsafe act. Pendapat Cooper tersebut

didukung oleh hasil riset dari National Safety Council (NSC) US (2011)

menunjukkan bahwa 88% kecelakaan kerja disebabkan adanya unsafe act, 10%

karena unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya. Penelitian lain

yang dilakukan oleh DuPont Company (2005) menyatakan bahwa 96%

Page 8: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

4

kecelakaan kerja disebabkan oleh unsafe act dan 4% disebabkan oleh unsafe

condition (Retnani dan Ardyanto, 2013).

Di Indonesia pernah terjadi kecelakaan kerja di industri tekstil yaitu

pada tanggal 20 Desember 2011 di PT. Embee Plumbon Textile Cirebon

seorang karyawan mengalami kecelakaan kerja pada saat memperbaiki kelahar

mesin drawing. Kelahar pecah, serpihan besi bearing masuk ke bagian mata

dan dikeluarkan lewat operasi (Lion Indonesia, 2012). Kecelakaan kerja juga

terjadi di pabrik tekstil PT Budi Agung Sentosa kawasan Rancaekek,

Kabupaten Bandung pada tanggal 19 Januari 2017. Seorang karyawan pabrik

tersebut meninggal dengan kondisi mengenaskan akibat kaki terpeleset saat

hendak memasukan kain ke dalam mesin pengering pembuat kain hingga

badannya terseret dan masuk ke dalam mesin spin (Pikiran Rakyat, 2017).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Listyowati pada tahun

2010 tentang analisis tingkat risiko keselamatan kerja pada proses pemintalan

(spinning) di bagian produksi PT. Unitex Tbk yang bergerak dibidang tekstil

menyatakan bahwa hasil identifikasi di bagian produksi adalah jari tangan

terjepit mesin. Selain itu terdapat bahaya lain seperti kaki terlindas mesin

shinomaki, kejatuhan babbin, kejatuhan cones, dan tersengat listrik. Hasil

konsekuensi yang paling tinggi adalah tersengat listrik dan risiko yang paling

kecil adalah terjepit mesin, kejatuhan cones, kejatuhan babbin dan terlindas

mesin shinomaki.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Wildan Zamani di Unit

Spinning I PT. Sinar Pantja Djaja Tekstil Semarang pada tahun 2013, diperoleh

hasil identifikasi bahaya menunjukan bahwa pada area carding terdapat 22

potensi bahaya dan pada area ring spinning terdapat 40 potensi bahaya. Hasil

penilaian risiko menunjukkan pada area carding terdapat 4 aktivitas dengan

risiko medium dan pada area ring spinning terdapat 5 aktivitas dengan tingkat

risiko medium.

CV. Akurat merupakan salah satu perusahan swasta yang bergerak di

bidang garmen (pembuatan pakaian jadi). Di industri ini terdapat beberapa unit

bagian, antara lain bagian cutting, loading, accesories, laser, press, sewing,

Page 9: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

5

quality control dan packing. Masing-masing bagian dan seluruh kegiatan

operasional yang dilakukan di industri garmen tersebut memiliki berbagai

macam potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja karena melibatkan

berbagai macam bahan, peralatan, alat-alat listrik, mesin dan banyaknya

interaksi antara pekerja dengan peralatan.

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di industri

garmen CV. Akurat terhadap proses produksi dan lingkungan kerja dengan

cara observasi dan wawancara dengan beberapa tenaga kerja didapatkan hasil

bahwa masih terdapat banyak faktor bahaya yang dapat menyebabkan penyakit

akibat kerja, diantaranya tenaga kerja banyak yang mengeluhkan bising akibat

mesin cutting dan mesin jahit, merasa sering haus karena tempat kerja yang

panas, merasakan pegal-pegal di bagian punggung atas, bahu, lengan, tangan

dan kaki. Selain itu, juga terdapat potensi bahaya yang menyebabkan

kecelakaan kerja, antara lain terkena sengatan panas dan paparan panas dari

setrika, mesin press dan mesin laser, tersayat pisau potong pada saat

memotong kain di bagian cutting, tertusuk jarum pada saat menjahit di bagian

sewing.

Masih tingginya angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di

Indonesia khususnya di industri garmen maupun tekstil serta banyaknya faktor

dan potensi bahaya yang belum diidentifikasi dengan jelas, maka perlu

dilakukan analisis faktor dan potensi bahaya sehingga bisa ditemukan upaya

pengendalian dan solusi yang tepat sasaran agar angka kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja bisa diturunkan. Industri garmen CV. Akurat belum

pernah melakukan analisis faktor dan potensi bahaya pada bagian produksi,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis faktor dan

potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja di bagian produksi industri garmen CV. Akurat Mojolaban Sukoharjo.

2. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

menggunakan pendekatn critical incidents. Subjek penelitian yang diambil

terdiri adalah 6 orang yang bekerja dibagian produksi. Teknik pengambilan

Page 10: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

6

sample dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling yaitu

teknik pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan kriteria yang

ditentukan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.Hasil

3.1.1 Hasil identifikasi potensi bahaya di bagian produksi, diketahui bahwa di

bagian produksi terdapat 12 potensi bahaya, dengan rincian: 1 potensi

bahaya kategori tingkat risiko tinggi, 2 potensi bahaya kategori tingkat

risiko sedang dan 9 potensi bahaya kategori tingkat risiko rendah.

3.1.2 Hasil identifikasi faktor bahaya di bagian produksi, diketahui bahwa di

bagian produksi terdapat 26 faktor bahaya, dengan rincian: 9 faktor

bahaya kategori tingkat risiko tinggi, 5 faktor bahaya kategori tingkat

risiko sedang, dan 12 faktor bahaya kategori tingkat risiko rendah.

3.2.Pembahasan

3.2.1 Potensi Bahaya

3.2.1.1 Pada tahap cutting yaitu pisau potong sudah sesuai Permenaker RI

No. 04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan produksi pasal 4

yaitu terdapat pelindung mesin.

3.2.1.2 Pada tahap loading yaitu alat numbering belum sesuai dengan

Permenaker RI No. 04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan

produksi pasal 4 karena belum terdapat pelindung mesin.

3.2.1.3 Tahap accesories belum sesuai dengan Permenakertrans RI Nomor

PER. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD) pasal 2

karena belum disediakan APD yaitu sarung tangan.

3.2.1.4 Tahap laser sudah sesuai dengan Permenaker RI No. 04/MEN/1985

tentang pesawat tenaga dan produksi pasal 4 karena sudah ada

pengaman mesin.

Page 11: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

7

3.2.1.5 Tahap press belum sesuai dengan Permenakertrans RI Nomor PER.

08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD) pasal 2 karena

belum disediakan APD yaitu sarung tangan.

3.2.1.6 Tahap sewing sudah sesuai dengan Permenaker RI No.

04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan produksi pasal 4 karena

sudah ada pengaman mesin untuk melindungi pekerja dari tertusuk

jarum.

3.2.2 Faktor Bahaya

3.2.2.1 Tahap cutting sudah memenuhi peraturan Permenakertrans RI

Nomor PER. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD)

pasal 2 karena sudah disediakan masker untuk pekerja agar

terlindung dari bahaya debu kain.

3.2.2.2 Tahap loading sudah memenuhi peraturan PMP No.7 Tahun 1964

tentang syarat kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat

kerja pasal 2 karena sudah tersedia peredam panas, ventilasi, kipas

angin serta air minum di tempat kerja.

3.2.2.3 Tahap accesories sudah memenuhi peraturan PMP No.7 Tahun 1964

tentang syarat kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat

kerja pasal 2 karena sudah tersedia peredam panas, ventilasi, kipas

angin serta air minum di tempat kerja.

3.2.2.4 Tahap laser belum sesuai dengan Permenakertrans RI Nomor PER.

08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD) pasal 2 karena

belum tersedia APD berupa ear plug/ear muff.

3.2.2.5 Tahap press belum sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun

1970 tentang keselamatan kerja pasal 3 (1) karena pekerja masih

banyak yang mengalami kelelahan akibat duduk terlalu lama.

3.2.2.6 Tahap sewing sudah memenuhi peraturan PMP No.7 Tahun 1964

tentang syarat kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat

kerja pasal 2 karena sudah tersedia peredam panas, ventilasi, kipas

angin serta air minum di tempat kerja.

Page 12: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

8

3.2.2.7 Tahap quality control belum sesuai dengan Undang-Undang No. 1

Tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 3 (1) poin m karena

masih banyak pekerja yang mengalami kelelahan akibat bekerja

dengan berdiri pada waktu yang lama.

3.2.2.8 Tahap packing sudah memenuhi peraturan Permenakertrans RI

Nomor PER. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD)

pasal 2 karena sudah disediakan masker untuk pekerja agar

terlindung dari bahaya debu kain.

4 PENUTUP

4.1.Kesimpulan

4.1.1 Hasil identifikasi potensi bahaya di bagian produksi, diketahui bahwa di

bagian produksi terdapat 12 potensi bahaya, dengan rincian: 1 potensi

bahaya kategori tingkat risiko tinggi, 2 potensi bahaya kategori tingkat

risiko sedang dan 9 potensi bahaya kategori tingkat risiko rendah.

4.1.2 Hasil identifikasi faktor bahaya di bagian produksi, diketahui bahwa di

bagian produksi terdapat 26 faktor bahaya, dengan rincian: 9 faktor

bahaya kategori tingkat risiko tinggi, 5 faktor bahaya kategori tingkat

risiko sedang, dan 12 faktor bahaya kategori tingkat risiko rendah.

4.1.3 Sumber potensi bahaya di bagian produksi CV. Akurat yang dapat

menyebabkan kecelakaan kerja antara lain: pisau potong, alat

numbering, gunting, peralatan berantakan, mesin laser, mesin cutting

sticker, mesin press, setrika, dan mesin jahit.

4.1.4 Faktor bahaya di bagian produksi CV. Akurat yang dapat menyebabkan

penyakit akibat kerja antara lain: terpapar debu/serat kain dan aroma

khas kain, terpapar bising, terpapar iklim kerja panas, komputer,

kelelahan akibat berdiri, jongkok dan duduk, terpapar getaran dari

mesin, dan tempat duduk yang tidak ergonomis.

4.1.5 Pengendalian risiko yang telah diterapkan antara lain: rekayasa teknik

seperti pemberian cerobong asap pada mesin laser, pemberian peredam

panas, adanya ventilasi, pemberian kipas angin dan pengaman pada

mesin. Pengendalian administratif seperti istirahat 1 jam dari 8 jam

Page 13: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

9

kerja dan pengecekan listrik secara berkala oleh mekanik serta

melakukan pengendalian dengan menyediakan APD berupa masker.

4.1.6 Penyebab kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja antara lain:

lingkungan kerja yang tidak aman seperti udara panas, bising, dan

getaran dari mesin; peralatan atau mesin dan bahan yang tidak aman

seperti mesin press yang tidak dilengkapi dengan pengaman, bahan

kain yang memiliki banyak serat sehingga debu dapat terpapar ke

pekerja; dan sikap kerja yang tidak aman seperti memotong kain

dengan sikap jongkok dan berdiri dalam waktu yang lama.

4.2.Saran

4.2.1 Manajemen Perusahaan

4.2.1.1 Diharapkan dapat mempunyai ahli K3 sesuai dengan Permenaker

RI No.2 Tahun 1992 tentang tata cara penunjukan, kewajiban dan

wewenang ahli K3.

4.2.1.2 Diharapkan dapat membentuk P2K3 sesuai dengan Kepmenaker RI

No.4 Tahun 1987 tentang panitia pembina keselamatan dan

kesehatan kerja serta tata cara penunjukan ahli K3.

4.2.1.3 Diharapakan dapat menerapkan SMK3 agar kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja dapat diminimalkan yang sesuai dengan

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang penerapan

SMK3.

4.2.1.4 Diharapkan melakukan identifikasi terhadap sumber-sumber

bahaya potensial dan melakukan penilaian risiko secara rutin

sehingga dapat dilakukan tindakan pengendalian risiko kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja.

4.2.1.5 Diharapkan segera mengambil tindakan pengendalian terhadap

sumber potensi bahaya tingkat bahaya tinggi dan sedang berupa:

Page 14: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

10

4.2.1.5.1 Melakukan pengendalian rekayasa teknik seperti:

memasang peredam bising dan penambah pendingin

ruangan.

4.2.1.5.2 Melakukan pengendalian administratif seperti:

melakukan housekeeping secara rutin, pemberian

Instruksi Kerja (IK) dan penerapan SOP sesuai dengan

aktivitas pekerjaan yang dilakukan, pemeriksaan

kesehatan secara berkala untuk pekerja, perawatan secara

rutin terhadap mesin dan peralatan, diharapkan

memberikan pelatihan dan training K3 kepada semua

pekerja secara rutin agar dapat meningkatkan kesadaran

pekerja tentang bahaya K3 dan kesadaran dalam

memakai APD secara baik dan benar, diharapkan

melakukan pengawasan secara rutin mengenai kepatuhan

karyawan dalam menggunakan APD dan memberikan

sanksi bagi pekerja yang tidak menggunakan APD secara

baik dan benar.

4.2.1.6 Melakukan pengendalian dengan menambah Alat Pelindung Diri

(APD) sesuai dengan aktivitas pekerjaan seperti sarung tangan,

sepatu keselamatan, sumbat telinga dan masker.

4.2.2 Pekerja

4.2.2.1 Diharapkan pekerja mematuhi aturan dan kebijakan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.

4.2.2.2 Selalu menggunakan APD pada tempat-tempat yang diwajibkan

harus memakainya.

4.2.2.3 Bekerja sesuai dengan Instruksi Kerja (IK) dan SOP yang ada.

4.2.3 Institusi Terkait

4.2.3.1 Melakukan sosialisasi tentang penerapan K3 di perusahaan.

4.2.3.2 Melakukan pengawasan dan penegakan peraturan perudang-

undangan K3 untuk dilaksanakan oleh perusahaan.

Page 15: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

11

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, A. R. (2016). Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA) Sebagai

Upaya Mengurangi Risiko Kecelakaan Kerja dan Risiko Penyakit Akibat

Kerja di Bagian Produksi PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

[Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.

Australian/ New Zealand Standard. (2004). Australian Standard/ New Zealand

Standard 4360: 2004 Risk Management. Diakses: 8 April

2017.Http://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=LQMgVfuSFseIuAT6m

YDQAw#q=Australian%2FNew+Zealand+Standard.+2004.+Australian+Sta

ndard%2FNew+Zealand+Standard+4360:2004+%E2%80%9CRisk+Manag

ement%E2%80%9D.

Irianto, K. (2014). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan ke 1. Bandung: Alfabeta.

Kemenkes RI. (2014). Satu Orang Pekerja di Dunia Meninggal Setiap 15 Detik

Karena Kecelakaan Kerja. Diakses: 25 Mei 2017.

Http://www.depkes.go.id/article/print/201411030005/1-orang-pekerja-di-

dunia-meninggal-setiap-15-detik-karena-kecelakaan -kerja.html

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) serta Tata Cara Penunjukan

Ahli Keselamatan Kerja. Jakarta: Kepmenakertrans RI.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 609 Tahun 2012 tentang

Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat

Kerja. Jakarta: Kepmenakertrans RI.

Lion Indonesia. (2012). Laporan Investigasi Kasus Pelanggaran K3 di PT. Embee

Plumbon Textile Cirebon Jawa Barat. Diakses: 8 April 2017.

Http://lionindonesia.org/blog/2012/04/01/laporan-investigasi-kasus-

pelanggaran-k3-di-pt-embee-plumbon-textile-cirebon-jawa-barat/

Listyowati, W. (2010). Analisis Tingkat Risiko Keselamatan Kerja pada Proses

Pemintalan (Spinning) di Bagian Produksi PT. Unitex Tbk, Tahun 2010

(Studi Kualitatif). [Skripsi Ilmiah]. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.

Page 16: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

12

Notoatmodjo. (2011). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Cetakan ke 2.

Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,

Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja. Jakarta: Kemenakertrans

RI.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per -04/MEN/1985 tentang Pesawat

Tenaga dan Produksi. Jakarta: Kemenakertrans RI.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.02/MEN/1992 tentang Tata Cara

Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli K3. Jakarta: Kemenakertrans

RI.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-08/MEN/VII/2010

tentang Alat Pelindung Diri. Jakarta: Kemenakertrans RI.

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Jakarta: Permen RI.

Pikiran Rakyat. (2017). Pekerja Pabrik Rancaekek Tewas Mengenaskan. Diakses:

8 April 2017. Http://www.pikiran-rakyat.com/bandung

raya/2017/01/19/pekerja-pabrik-rancaekek-tewas-mengenaskan-391110

Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

OHSAS:18001. Cetakan ke 2. Jakarta: Dian Rakyat.

Rejeki, S. (2015). Sanitasi Hygiene dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

Cetakan ke 1. Bandung: Rekayasa Sains.

Retnani, N.D., & Ardyanto, D. (2013). Analisis Pengaruh Activator dan

Consequence terhadap Safe Behavior pada Tenaga Kerja di PT. Pupuk

Kalimantan Timur Tahun 2013. The Indonesian Journal of Occupational

Safety and Health. Vol. 2. No. 2. Juli-Desember 2013: 119–129.

Rinanti, E. (2013). Penerapan Hazard Identification and Risk Asessment (HIRA)

Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Bagian Industri PT.

Hanil Indonesia Boyolali. [Naskah Publikasi]. Surakarta: Fakultas Ilmu

Kesehatan UMS.

Safetyshoe. (2016). Data Kecelakaan Kerja Tahun 2016. Diakses: 21 April 2017.

Http://www.safetyshoe.com/tag/data-kecelakaan-kerja-tahun-2016/

Page 17: ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA …eprints.ums.ac.id/54628/12/NASKAH PUBLIKASI.pdfmembayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian bahkan

13

Saputra, A.D. (2015). Gambaran Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bagian Spinning IV Production PT.

Asia Pacific Fibers Tbk, Kabupaten Kendal. [Skripsi Ilmiah]. Semarang:

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Sitorus, A.T. (2010). Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Tahun 2009 (Studi Kasus di Unit Utility PT. S.K. Keris

Banten). [Skripsi Ilmiah]. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang.

Suma’mur, P.K. (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).

Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Swaputri, E. (2009). Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja (Studi Kasus di PT.

Jamu Air Mancur). [Skripsi Ilmiah]. Semarang: Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan

Implementasi K3 di Tempat Kerja. Cetakan ke 1. Surakarta: Harapan

Press.

Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Viva News. (2015). Angka Kecelakaan Kerja di Indonesia Tinggi, Salah Siapa?

Diakses: 25 Mei 2017. Http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/644430-

angka-kecelakaan-kerja-di-indonesia-tinggi-salah-siapa

Zamani, W. (2013). Identifikasi Bahaya Kecelakaan Unit Spinning I

Menggunakan Metode HIRARC di PT. Sinar Pantja Djaja. [Skripsi Ilmiah].

Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.