analisis ekonomi pembangunan pembangkit...
TRANSCRIPT
ANALISIS EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA MEGAMENDUNG
KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR,
JAWA BARAT
ANGGI AYU OCTAVIANI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Ekonomi
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Desa Megamendung,
Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2012
Anggi Ayu Octaviani
H44080028
RINGKASAN
ANGGI AYU OCTAVIANI. Analisis Ekonomi Pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikrohidro di Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing Oleh YUSMAN SYAUKAT.
Indonesia kaya akan sumber energi mikrohidro, sehingga salah satu bentuk
dari Desa Mandiri Energi (DME) adalah pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Kabupaten Bogor telah menjadi sasaran lokasi
PLTMH, salah satunya di Kecamatan Megamendung yang dinamakan PLTMH
Ciesek. PLTMH Ciesek selesai dibangun pada bulan Desember 2011 dan mulai
beroperasi pada Januari 2012.
Penelitian ini dilakukan untuk menjadi bahan evaluasi agar pelaksanaan
program PLTMH dapat berkelanjutan dan memberikan informasi untuk
pembangunan PLTMH di lokasi lain. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1)
mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai pembangunan PLTMH Ciesek,
(2) mengidentifikasi kinerja produksi, distribusi, dan sistem pembayaran listrik
PLTMH Ciesek, (3) mengestimasi kelayakan dan keberlanjutan PLTMH Ciesek.
Penelitian ini dilakukan di Desa Megamendung, Kecamatan
Megamendung, Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja
(purposive) pada bulan Juni-Juli 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara
kepada masyarakat dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari
Unit Pelaksana Teknis Dinas Energi Sumberdaya dan Mineral Wilayah I Cianjur,
Kantor Desa Megamendung, dan pengelola PLTMH Ciesek. Data penelitian
diolah dan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan bantuan software
Microsoft Excel 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% responden mendapatkan
manfaat dari adanya PLTMH Ciesek. Manfaat yang dirasakan diantaranya yaitu
penerangan, akses informasi baru, menciptakan lapangan pekerjaan, dan
mempermudah pekerjaan. Persepsi masyarakat terhadap kondisi lingkungan,
ekonomi, dan pengelolaan PLTMH Ciesek dinilai berdasarkan skala Likert.
Setelah melakukan perhitungan dengan skala Likert, dapat diketahui bahwa
masyarakat sangat setuju jika PLTMH tidak mengakibatkan kebisingan. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai persepsi sebesar 4,75. Selain itu, masyarakat sangat
setuju bahwa PLTMH tidak menyebabkan penurunan kualitas air, yang
ditunjukkan dengan nilai persepsi yang diperoleh sebesar 4,68.
Perhitungan dengan skala Likert juga dilakukan untuk mengetahui nilai
persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Kampung Paseban. Dari hasil
perhitungan, didapat nilai persepsi responden sebesar 2,67 yang berarti bahwa
masyarakat menilai penambahan penghasilan yang kurang baik. Masyarakat
menilai bahwa adanya PLTMH tidak begitu berdampak pada penghasilan yang
didapat. Peningkatan sarana prasarana industri kecil dinilai baik oleh masyarakat.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai persepsi responden yang diberikan yaitu sebesar
4,16.
Perhitungan dengan skala Likert juga dilakukan untuk mengetahui nilai
persepsi masyarakat terhadap pengelolaan PLTMH di Kampung Paseban.
Masyarakat menilai bahwa keberadaan kelompok dan kinerja kelompok sudah
sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai persepsi yang diperoleh kedua hal
tersebut berada pada selang 4,2 sampai 5,0. Nilai persepsi masyarakat mengenai
keberadaan kelompok yaitu 4,42. Nilai persepsi masyarakat mengenai kinerja
kelompok yaitu 4,60.
PLTMH Ciesek telah beroperasi sejak bulan Januari 2012. Potensi daya
yang dihasilkan yaitu sebesar 18,8 kilowatt atau sebesar 18.800 watt. Kapasitas
daya listrik yang dihasilkan yaitu sebesar 11,2 kilowatt atau sebesar 11.200 watt.
Waktu layanan listrik dari PLTMH Ciesek selama 15 jam dari pukul 16.00 sampai
07.00 WIB.
Daya listrik yang ada telah didistribusikan pada 61 rumah warga yang
terletak di Kampung Paseban. Pendistribusian listrik ini dilakukan secara
bertahap. Pada bulan Januari 2012, jumlah rumah yang dialiri listrik dari PLTMH
sebanyak 54 rumah, bulan Februari 2012 jumlahnya bertambah menjadi 61
rumah. Penggunaan daya maksimum di Kampung Paseban sebesar 110 watt pada
setiap sambungan atau rumah.
Kehadiran PLTMH Ciesek memberi keuntungan bagi masyarakat yang
tinggal di Kampung Paseban. Keuntungan dari adanya PLTMH bagi masyarakat
Paseban yaitu mereka tidak perlu membayar biaya pemasangan listrik. Apabila
dibandingkan dengan listrik yang berasal dari PLN, untuk pemasangan baru
dengan kapasitas daya terendah kelompok rumah tangga yaitu 450 VA dikenakan
biaya pemasangan sebesar Rp 657.000. Selain itu, keuntungan yang dirasakan
masyarakat yaitu tarif listrik yang lebih murah jika dibandingan dengan listrik dari
PLN. Tarif listrik per kWh dari PLTMH Ciesek yaitu sebesar Rp 582, sedangkan
tarif listrik yang berasal dari PLN rata-rata sebesar Rp 729 per kWh.
Estimasi kelayakan PLTMH Ciesek diperoleh dengan analisis biaya dan
manfaat yaitu perhitungan net present value (NPV). Pembangunan PLTMH
Ciesek merupakan proyek pemerintah dengan umur ekonomis proyek yang
diasumsikan sepuluh tahun. Discount rate yang digunakan adalah pada tingkat
diskonto 12%. Estimasi kelayakan dilakukan dengan dua skenario, skenario I
yaitu apabila biaya investasi dimasukkan sebagai komponen pengeluaran karena
modal sendiri dan skenario II yaitu apabila biaya investasi tidak dimasukkan
sebagai komponen pengeluaran karena merupakan dana hibah dari pemerintah.
Hasil perhitungan yang diperoleh adalah NPV1 bernilai negatif sebesar Rp
697.352.771 dan NPV2 sebesar Rp 28.138.111. Selain itu, dilakukan pula
perhitungan analisis sensitivitas pada skenario II. Analisis sensitivitas yang
dilakukan adalah perubahan terhadap biaya (biaya operasional dan pemeliharaan)
dan perubahan terhadap manfaat. Perubahan biaya operasional dan pemeliharaan
diasumsikan mengalami peningkatan sebesar 25%. Hasil perhitungan
menunjukkan NPV2 berubah menjadi Rp 16.272.642.
Kata kunci: pembangkit listrik, mikrohidro, Megamendung
ANALISIS EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA MEGAMENDUNG
KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR,
JAWA BARAT
ANGGI AYU OCTAVIANI
H44080028
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi : Analisis Ekonomi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro di Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Nama : Anggi Ayu Octaviani
NRP : H44080028
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec
NIP. 19631227 198811 1 001
Diketahui,
Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT
NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus:
UCAPAN TERIMAKASIH
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan cinta kasih-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam proses penyusunan
skripsi ini terutama kepada:
1. Mama tercinta (Ance Mariana), Papa tercinta (Erwin), adik tercinta (Fajrin
Riyanto) serta seluruh anggota keluarga yang telah memberikan dukungan,
doa, nasihat, kasih sayang dan cintanya.
2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Manajemen dan selaku dosen pembimbing skripsi yang bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, saran dengan penuh kesabaran
kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
3. Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen penguji utama dan Nia Kurniawati
Hidayat, SP, M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah
memberikan saran.
4. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik.
5. Dosen-dosen dan Staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.
Terimakasih atas semua ilmu pengetahuan dan bantuan yang diberikan
kepada penulis.
6. Kepala Seksi Energi Unit Pelaksana Teknis Dinas ESDM Wilayah I Cianjur
Bapak Denny Rachmat atas bantuan dan informasi yang telah diberikan.
7. Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Bogor yang telah
memberikan informasi.
8. Muhammad Rifki yang senantiasa memberikan bantuan, semangat, dan saran
kepada penulis.
9. Bapak Anda, Bapak Eman, dan Bapak Dede selaku pengelola PLTMH di
Kampung Paseban serta masyarakat Kampung Paseban yang telah
memberikan bantuan dan informasi selama penelitian.
10. Teman-teman satu bimbingan skripsi: Aziz, Nina, Fatim, Dini, Icha atas doa,
semangat, masukan, dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung saat suka dan duka: Indri,
Fridayanti, Icha Anggita, Annette, Elok, Andini, Adnan, dan Erna.
12. Sahabat “Destroyer”: Anisa, Sarah, Sabila, dan Allisa atas kebersamaan dan
semangat yang diberikan pada penulis.
13. Teman-teman satu tim Kuliah Kerja Profesi, Andini, Alya, As ad, Nova, dan
Mimi. Terima kasih atas kerjasama, dukungan, dan kebersamaannya,
sehingga menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi penulis.
14. Keluarga besar ESL 45, terima kasih atas doa, semangat, dan kebersamaan
selama ini serta pengalaman yang diberikan pada penulis.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas
bantuannya.
Bogor, Desember 2012
Penulis
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, penguasa alam semesta. Puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Ekonomi
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Desa Megamendung,
Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” ini dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan
lain bagi yang ingin menyusun penelitian yang sejenis.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembangunan pembangkit
listrik tenaga mikrohidro dari segi ekonomi. Penulis berharap penelitian ini dapat
memberikan masukan bagi pihak pemerintah dan masyarakat serta dapat
bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL . ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR . ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10
2.1 Konsep Biaya .................................................................................. 10
2.1.1 Definisi Biaya .................................................. ................... 10
2.1.2 Penggolongan Biaya .................................................. ......... 10
2.2 Biaya Produksi Jangka Pendek ....................................................... 13
2.3 Studi Kelayakan .............................................................................. 14
2.4 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro .......................................... 16
2.4.1 Keberlanjutan PLTMH .................................................. ..... 18
2.4.2 Keberlanjutan PLTMH dari Aspek Ekonomi ...................... 22
2.4.3 Analisis Ekonomi Pembangunan PLTMH ......................... 25
2.5 Persepsi............................................................................................ 27
2.6 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 28
III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................. 30
IV. METODE PENELITIAN ....................................................................... 33
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 33
4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 33
4.3 Metode Pengambilan Sampel .......................................................... 33
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data............................................ 34
4.4.1 Identifikasi Persepsi ............................................................ 34
4.4.2 Identifikasi Kinerja Produksi, Sistem Distribusi, dan
Sistem Pembayaran ............................................................. 35
4.4.3 Estimasi Kelayakan dan Keberlanjutan ............................... 35
V. GAMBARAN UMUM ........................................................................... 37
5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung .......................................... 37
5.2 Pembangunan PLTMH Ciesek ........................................................ 39
5.3 Karakteristik Responden ................................................................. 40
5.3.1 Jenis Kelamin Responden ................................................... 41
5.3.2 Usia Responden ................................................................... 41
5.3.3 Tingkat Pendidikan Responden ........................................... 41
5.3.4 Jenis Pekerjaan Responden ................................................. 42
5.3.5 Tingkat Pendapatan Responden .......................................... 43
5.3.6 Jumlah Anggota Keluarga Responden ................................ 43
5.3.7 Lama Tinggal Responden .................................................... 44
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 45
6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan PLTMH Ciesek ..... 45
6.2 Kinerja Produksi, Distribusi, dan Sistem Pembayaran Listrik ........ 51
6.2.1 Kinerja Produksi PLTMH Ciesek ....................................... 51
6.2.2 Distribusi Listrik PLTMH Ciesek ....................................... 52
6.2.3 Sistem Pembayaran Listrik PLTMH Ciesek ....................... 53
6.3 Estimasi Kelayakan dan Keberlanjutan PLTMH Ciesek ................ 54
6.3.1 Estimasi Kelayakan PLTMH Ciesek ................................... 54
6.3.2 Keberlanjutan PLTMH Ciesek ............................................ 58
VII. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 61
7.1 Kesimpulan...................................................................................... 61
7.2 Saran .............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 63
LAMPIRAN ...................................................................................................... 65
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Pasokan Energi Primer Indonesia (SBM) Berdasarkan
Sumber Tahun 2006-2010 ..................................................
1
2. Kondisi Energi Fosil Indonesia Tahun 2010....................... 2
3. Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian........ 34
4. Sebaran Persil Tanah Berdasarkan Jenis Sertifikat Tanah
di Desa Megamendung Tahun 2012...................................
37
5. Sebaran Persil Lahan Berdasarkan Peruntukannya di Desa
Megamendung Tahun 2012.................................................
38
6. Rentang Usia Responden di Kampung Paseban................. 41
7. Tingkat Pendidikan Responden di Kampung Paseban........ 42
8. Jenis Pekerjaan Responden di Kampung Paseban.............. 42
9. Tingkat Pendapatan Responden di Kampung Paseban....... 43
10. Jumlah Anggota Keluarga Responden di Kampung
Paseban................................................................................
44
11. Lama Tinggal Responden di Kampung Paseban................ 44
12. Manfaat yang Dirasakan Responden Setelah Adanya
PLTMH...............................................................................
47
13. Persepsi Responden terhadap Kapasitas Listrik
PLTMH...............................................................................
48
14. Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi Lingkungan
Kampung Paseban Setelah Adanya PLTMH......................
49
15. Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi Ekonomi
Kampung Paseban Setelah Adanya PLTMH......................
50
16. Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan PLTMH
Ciesek..................................................................................
51
17. Tarif Listrik per kWh PLTMH Ciesek dalam Satu
Bulan...................................................................................
54
18. Komponen Biaya Investasi PLTMH Ciesek Tahun
2011.....................................................................................
55
19. Biaya Operasional PLTMH Ciesek Tahun
2012....................................................................................
56
20. Total Penerimaan PLTMH Ciesek Tahun
2012.....................................................................................
56
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Diagram Alur Pemikiran .................................................... 32
2. Kondisi Responden mengenai Kepemilikan Sumber
Listrik Sebelum Adanya PLTMH.......................................
46
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Daftar Warga yang Membayar Iuran Listrik PLTMH
Ciesek .................................................................................
66
2. Persepsi Masyarakat mengenai Pembangunan PLTMH
Ciesek..................................................................................
67
3. Cashflow (Skenario I)......................................................... 70
4. Cashflow (Skenario II)........................................................ 71
5. Analisis Sensitivitas pada Skenario II (perubahan
terhadap biaya)....................................................................
72
6. Analisis Sensitivitas pada Skenario II (perubahan
terhadap manfaat)................................................................
73
7. Dokumentasi Penelitian...................................................... 74
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam.
Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara
optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam sektor energi, baik energi
fosil maupun energi non fosil. Energi fosil antara lain energi batubara, minyak
bumi, gas alam, dan Coal Bed Methane (CBM). Energi non fosil terdiri dari panas
bumi, tenaga angin, tenaga surya, tenaga air, mikrohidro, dan bahan bakar nabati.
Pasokan energi primer Indonesia meningkat dari tahun ke tahun sebagaimana
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pasokan Energi Primer Indonesia (dalam SBM) Berdasarkan
Sumber Tahun 2006-2010
Komponen 2006 2007 2008 2009 2010
Batu bara 205.779.290 258.174.000 224.587.657 236.439.000 281.400.000
Minyak
mentah 461.349.420 474.032.509 480.900.640 489.850.056 550.457.089
Gas alam 196.599.386 183.623.636 236.049.566 253.198.465 285.886.730
Tenaga air 24.256.796 28.450.964 29.060.413 28.696.408 44.559.410
Panas
bumi 11.182.742 11.421.759 13.423.610 14.973.198 14.681.920
Keterangan: SBM (Setara Barel Minyak)
Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2011)
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, maka permintaan terhadap
kebutuhan energi juga meningkat, sementara cadangan energi yang dimiliki
semakin terbatas dan menipis baik dalam hal kuantitas maupun kualitasnya. Hal
ini yang mendorong perlu adanya konservasi dan diversifikasi energi.
Saat ini Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan energi dalam
negeri sendiri. Kelangkaan bahan bakar minyak masih terjadi di sejumlah lokasi
begitu pula dengan adanya pemadaman listrik yang terjadi di berbagai daerah. Hal
2
ini tentu bertolak belakang dengan fakta bahwa Indonesia memiliki potensi energi
yang sangat melimpah (KLH, 2009).
Selama periode 2004-2009 produksi minyak dan gas cenderung menurun,
namun batubara cenderung meningkat. Energi tidak terbarukan (minyak bumi,
batubara, dan gas) dalam pasokan energi primer nasional masih mendominasi
pada tahun 2008. Peningkatan terbesar pasokan energi primer terjadi pada
batubara selama 2004-2008. Dari sektor listrik, kapasitas terpasang pembangkit
listrik meningkat pada tahun 2008 jika dibandingkan pada tahun 2007,
peningkatan terbesar terjadi pada PLTU jika dibandingkan dengan kondisi pada
tahun 2004. Sektor rumah tangga merupakan konsumen terbesar energi final,
diikuti oleh industri, transportasi, perdagangan, dan lainnya sepanjang 2004-2008
(KLH, 2009).
Sumber energi yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik di
Indonesia didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya batubara.
Daerah yang mengalami kekurangan daya listrik seperti Sulawesi, Kalimantan,
Nusa Tenggara dan Papua pembangkit listriknya masih menggunakan BBM
(bahan bakar minyak). Minyak bumi dan batubara merupakan energi tidak
terbarukan yang lama-kelamaan akan habis. Berdasarkan data dari Kementerian
Energi dan Sumberdaya Mineral, saat ini Indonesia telah mengimpor sumber
energi fosil seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kondisi Energi Fosil Indonesia (dalam SBM) Tahun 2010
Komponen Produksi Impor Ekspor
Batu bara 1.155.690.000 232.000 873.600.000
Minyak mentah 344.888.000 101.093.000 134.473.000
BBM 241.156.000 150.349.000 3.410.000
Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2011)
3
BBM yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik berasal dari
impor. Hal ini menyebabkan biaya untuk membangkitkan listrik menjadi sangat
besar dan menguras devisa negara. Di sisi lain, sebenarnya Indonesia memiliki
sumber energi baru dan terbarukan untuk membangkitkan listrik. Hal ini tentu
akan meringankan beban negara dalam pembiayaan untuk pembangkit listrik.
Salah satu upaya pemerintah dalam menanggulangi permasalahan energi
adalah dengan merancang program Desa Mandiri Energi (DME). DME adalah
desa yang masyarakatnya memiliki kemampuan memenuhi lebih dari 60%
kebutuhan energinya (listrik dan bahan bakar) dari energi terbarukan yang
dihasilkan melalui pendayagunaan potensi sumberdaya setempat. Pengembangan
DME bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, membuka lapangan kerja untuk
mensubstitusi bahan bakar minyak serta menciptakan kegiatan ekonomi produktif
(KLH, 2010).
Selama tahun 2009, DME tumbuh sebesar 44%, tahun 2008 terdapat 424
unit, pada akhir tahun 2009 jumlah DME bertambah menjadi 612 unit. Dari 612
unit tersebut, 429 unit diantaranya berbasis bahan bakar nabati (BBN), sementara
183 unit lainnya berbasis energi setempat non BBN seperti mikrohidro, tenaga
angin, tenaga surya, biogas, biomassa, serta energi baru terbarukan lainnya (KLH,
2009).
Indonesia tercatat sebagai negara yang kaya akan sumber energi
mikrohidro, yaitu pembangkit energi yang memanfaatkan tenaga air dalam skala
yang tidak begitu besar. Berdasarkan hasil survey, sumber energi mikrohidro
berpotensi menghasilkan tenaga listrik sebesar 75.000 MW, jauh lebih besar dari
energi yang selama ini dihasilkan yaitu sebesar 29.000 MW (KLH, 2009)
4
Adanya potensi yang besar tersebut menyebabkan pemerintah membuat
program DME khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).
PLTMH diharapkan mampu membantu pengentasan krisis energi listrik yang
terjadi saat ini. Data statistik menampilkan bahwa rasio elektrifikasi di Indonesia
saat ini baru mencapai angka 58%. Berarti dari jumlah penduduk 237.641.000
jiwa, masih ada sekitar 145 juta penduduk yang tidak mendapat pelayanan energi
listrik, terlebih lagi bagi mereka yang tinggal di daerah pedesaan (Dinas ESDM,
2009).
Selama ini, Perusahaan Listrik Negara (PLN) menjalankan sistem
pembangkit listrik tersentralisasi (terpusat dan berskala besar) yang ternyata
belum optimal dalam hal transmisi dan distribusi listrik. Oleh karena itu,
dimunculkanlah sistem pembangkit listrik yang terdesentralisasi yaitu dengan
pembangunan PLTMH di desa yang belum menerima pasokan listrik dari PLN.
PLTMH ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat
yang ada di sekitarnya.
Kabupaten Bogor telah menjadi sasaran lokasi pelaksanaan DME
khususnya yang berbasis mikrohidro yang dimulai sejak tahun 2005. PLTMH
tersebar di beberapa kecamatan yaitu di Kecamatan Sukajaya, Kecamatan
Megamendung dan Kecamatan Leuwiliang. Salah satu daerah yang telah
memanfaatkan mikrohidro yaitu Kampung Paseban, Desa Megamendung,
Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
1.2 Perumusan Masalah
Indonesia mengalami penurunan produksi minyak nasional sejak lima
tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena penurunan produksi secara alamiah
5
(natural decline) cadangan minyak pada sumur-sumur yang berproduksi. Selain
itu, pertambahan jumlah penduduk juga telah mengakibatkan peningkatan
kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada
peningkatan konsumsi BBM. Dengan adanya permasalahan seperti ini, maka
pemerintah telah mengumumkan rencana untuk mengurangi ketergantungan
Indonesia pada bahan bakar minyak. Hal ini tercermin dengan dikeluarkannya
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan
Energi Nasional yang menyatakan bahwa, pada tahun 2025 nanti konsumsi
minyak bumi diharapkan turun menjadi 20%, gas alam naik menjadi 30%,
batubara naik menjadi 30%, sedangkan energi baru dan terbarukan naik menjadi
17 %. Kebijakan tersebut menekankan pada penggunaan gas alam dan batu bara
sebagai pengganti BBM, akan tetapi kebijakan tersebut juga menetapkan sumber
daya yang dapat diperbaharui sebagai pengganti BBM.
Listrik merupakan salah satu unsur yang penting dalam kehidupan
manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Kadir (1995) bahwa energi listrik
mempunyai peranan sebagai pendorong perekonomian. Hal ini mempunyai dua
sebab, pertama adalah karena energi listrik merupakan bahan bakar bagi industri.
Tersedianya tenaga listrik akan memudahkan perkembangan industri, demikian
juga dengan pertumbuhan ekonomi. Kedua adalah dengan adanya penerangan
listrik memungkinkan manusia belajar di malam hari, sehingga energi listrik
merupakan faktor penting dalam mencerdaskan masyarakat, yang berperan pula
pada produktivitas bangsa dan secara langsung mempengaruhi keadaan
perekonomian.
6
Kebutuhan energi listrik di suatu daerah semakin meningkat karena
tingginya angka pertumbuhan penduduk pada suatu daerah. Hal tersebut
dikarenakan setiap individu memiliki kebutuhan penggunaan energi listrik dengan
kuantitas tertentu. Kenaikan permintaan dan kebutuhan energi listrik menjadi
suatu masalah jika tidak diimbangi dengan penyediaan energi listrik yang
memadai. Kondisi yang terjadi sekarang ini justru menunjukkan adanya krisis
energi listrik yang ditunjukkan oleh fakta adanya kebijakan pemadaman listrik
secara bergilir dan juga adanya kampanye efisiensi penggunaan listrik kepada
masyarakat. Selain itu, terdapat daerah-daerah di Indonesia yang belum terjangkau
oleh listrik.
Saat ini, pembangkit listrik konvensional di Indonesia menggunakan
bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utama. Hal ini bertolakbelakang dengan isu
menipisnya cadangan sumber-sumber bahan bakar fosil tersebut. Krisis
persediaan energi listrik disebabkan oleh adanya krisis bahan bakar fosil seperti
minyak bumi, gas alam, dan batubara. Konsumsi energi minyak bumi dan
batubara untuk jangka panjang bukan hal yang relevan. Solusi bagi krisis energi
listrik dari bahan bakar fosil yaitu dengan menemukan sumber energi alternatif.
Sumber energi alternatif tersebut harus dapat menjadi bahan bakar substitusi yang
efektif, efisien, ramah lingkungan, dan dapat diakses oleh masyarakat luas.
Sumber energi alternatif juga harus berasal dari sumber energi yang dapat
diperbaharui. Sumber energi yang dapat diperbaharui akan selalu tersedia dalam
kuantitas dan kualitas yang cukup. Salah satu sumber energi yang dapat
diperbaharui yaitu mikrohidro.
7
Mikrohidro saat ini mulai dikembangkan sebagai sumber energi baru
untuk pembangkit listrik. Pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) sudah
mulai dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia, terutama di daerah
pegunungan yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik dari Perusahaan Listrik
Negara (PLN) karena kondisi geografis dan kesulitan dalam mengaksesnya.
Dengan adanya PLTMH, suatu desa dapat mandiri dalam menyuplai kebutuhan
listriknya sendiri. Kabupaten Bogor telah menerapkan pembangunan PLTMH di
Kecamatan Megamendung. Salah satu desa yang ditunjuk sebagai lokasi
pembangunan PLTMH yaitu Desa Megamendung.
PLTMH di Kampung Paseban dinamakan PLTMH Ciesek karena sumber
airnya berasal dari Sungai Ciesek. Sebelum adanya PLTMH, masyarakat di
Kampung Paseban masih menggunakan kincir tradisional dan lampu tempel.
Kedua sumber penerangan ini belum mampu memenuhi kebutuhan listrik
masyarakat Kampung Paseban. Keberlanjutan dari PLTMH dinilai sangat penting
karena merupakan bagian menyeluruh dari sebuah proses pembangunan perdesaan
dan pembangunan nasional secara umum.
Apabila dilihat dari sisi ekonomi, PLTMH dapat memberi manfaat ganda.
Pertama yaitu penghematan pengeluaran biaya untuk energi dibandingkan
penggunaan energi lain. Kedua yaitu pendorong munculnya usaha-usaha produktif
dengan memanfaatkan energi yang dihasilkan. Usaha produktif ini diperlukan
untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam mengelola PLTMH secara
berkelanjutan. Selain itu, pembangunan PLTMH ini diharapkan dapat memutar
roda perekonomian di perdesaan. Hal itu dapat terwujud jika ada suatu panduan
8
untuk melihat potensi dan mengembangkan usaha-usaha produktif berbasis
mikrohidro.
Berdasarkan uraian tersebut, beberapa masalah yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai pembangunan PLTMH Ciesek?
2. Bagaimana kinerja produksi, distribusi, dan sistem pembayaran listrik
PLTMH Ciesek?
3. Bagaimana kelayakan dan keberlanjutan PLTMH Ciesek?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai pembangunan PLTMH
Ciesek.
2. Mengidentifikasi kinerja produksi, distribusi, dan sistem pembayaran listrik
PLTMH Ciesek.
3. Mengestimasi kelayakan dan keberlanjutan PLTMH Ciesek.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak. Hasil penelitian yang akan dilaksanakan ini dapat bermanfaat
untuk berbagai hal, antara lain:
1. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai PLTMH dan kelayakan PLTMH, serta sebagai bahan
pertimbangan dalam membuat kebijakan dan keputusan yang berkaitan
dengan pembangunan PLTMH.
9
2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk
memperbaiki kondisi kehidupan di masa yang akan datang.
3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian yang akan dilakukan ini dapat menjadi
rujukan untuk penelitian yang terkait.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Biaya
Biaya (cost) adalah segala pengeluaran yang berhubungan dengan hasil
yang diharapkan di masa yang akan datang. Dalam pengertian ekonomi, biaya
tidak lain adalah investasi. Berbeda dengan pengertian ongkos (expenses), yang
diartikan sebagai pengeluaran yang dilakukan untuk manfaat yang telah didapat
saat ini atau yang lalu saat melakukan transaksi (Putong, 2003).
2.1.1 Definisi Biaya
Pengertian biaya secara luas menurut Mulyadi (2005) adalah pengorbanan
sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang
kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu. Terdapat empat unsur pokok dalam
definisi biaya tersebut, yaitu biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi,
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi dan
pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Kuswadi (2005) menjelaskan biaya adalah pengorbanan atau nilai sumber
ekonomis yang dikeluarkan karena memproduksi atau melakukan sesuatu yang
membutuhkan biaya. Biaya mengandung dua unsur yaitu kuantitas sumberdaya
yang digunakan dan harga tiap unit sumber itu. Menurut Supriyono (2007) biaya
adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka
memperoleh penghasilan (revenues) dan akan dipakai sebagai pengurang
penghasilan.
2.1.2 Penggolongan Biaya
Biaya dapat digolongkan dalam dua jenis. Pertama, biaya eksplisit yaitu
segala biaya yang dikeluarkan dalam rangka mendapatkan faktor-faktor produksi.
11
Kedua adalah biaya implisit (tersembunyi), yaitu semua biaya taksiran yang
dimiliki oleh faktor produksi apabila digunakan. Selain itu, biaya dapat
digolongkan menjadi biaya internal yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka
operasional perusahaan dan biaya eksternal yaitu biaya yang seharusnya
ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat operasional perusahaan yang
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya (Putong, 2003).
Penggolongan biaya menurut Supriyono (2007) dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu:
1) Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan perusahaan:
a) Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan semua biaya yang berhubungan dengan
kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi
terdiri dari beberapa komponen biaya, yaitu biaya bahan baku langsung,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
b) Biaya Non Produksi
Biaya non produksi dibedakan menjadi tiga macam biaya, yaitu:
i) Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan penjualan produk. Biaya ini meliputi biaya untuk
melaksanakan fungsi penjualan, penyimpangan produk jadi,
pengemasan dan pengiriman barang, pemberian kredit dan
pengumpulan piutang dan pembuatan faktur atau administrasi
penjualan.
12
ii) Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi umum merupakan biaya yang terjadi dalam
rangka penentuan kebijakan, pengarahan dan pengawasan kegiatan
perusahaan secara keseluruhan.
iii) Biaya Keuangan
Biaya keuangan adalah semua biaya yang terjadi dalam fungsi
keuangan seperti biaya bunga.
2) Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas
atau volume
a) Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan dan tidak
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai
tingkatan tertentu. Biaya satuan berubah berbanding terbalik dengan
perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan semakin
rendah biaya satuan dan sebaliknya jika volume kegiatan semakin rendah
maka biaya satuan semakin tinggi.
b) Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Semakin besar volume kegiatan,
maka semakin tinggi jumlah total biaya variabel dan sebaliknya semakin
rendah volume kegiatan, maka semakin rendah jumlah total biaya
variabel. Biaya satuan pada biaya variabel bersifat konstan karena tidak
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.
13
c) Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sesuai
dengan perubahan volume kegiatan, tetapi perubahannya tidak
sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan maka semakin besar jumlah
biaya total dan sebaliknya jika volume kegiatan semakin rendah maka
semakin rendah biaya totalnya, namun perubahannya tidak sebanding.
3) Penggolongan biaya sesuai dengan objek atau pusat biaya yang dibiayai
a) Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang manfaatnya dapat diidentifikasi
kepada objek atau pusat biaya tertentu.
b) Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang manfaatnya tidak dapat
diidentifikasi kepada objek atau pusat biaya tertentu atau biaya yang
manfaatnya dapat dinikmati oleh beberapa objek.
2.2 Biaya Produksi Jangka Pendek
Biaya produksi menurut Mulyadi (2005) adalah biaya-biaya yang terjadi
untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Djojodipuro
(1991) menjelaskan bahwa biaya produksi adalah biaya penggunaan berbagai
faktor produksi bagi perusahaan. Biaya produksi adalah pengeluaran, tetapi tidak
semua pengeluaran merupakan biaya produksi. Untuk menjadi biaya tersebut,
maka suatu pengeluaran harus memenuhi beberapa syarat. Syarat tersebut adalah
tak dapat dihindarkan, dapat diduga, dan dapat dinyatakan secara kuantitatif.
Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya
produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Dengan
14
demikian dapat dikatakan bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau
semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu
jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Nuraini, 2009).
Nuraini (2009) juga menerangkan bahwa terdapat dua kategori biaya
produksi, yaitu biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka panjang.
Biaya produksi jangka pendek meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya berubah
(variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
menghasilkan sejumlah output tertentu, besarnya tetap tidak tergantung dari
output yang dihasilkan. Biaya seperti ini biasa disebut dengan biaya overhead atau
biaya yang tidak dapat dihindari (unavoidable cost). Dalam produksi jangka
panjang, semua biaya adalah biaya berubah. Biaya berubah adalah biaya yang
besarnya berubah-ubah tergantung dari sedikit banyaknya jumlah output yang
dihasilkan. Biaya ini sering disebut dengan biaya langsung atau biaya yang dapat
dihindari (avoidable cost)
Dari pengertian tentang biaya dalam jangka pendek maka perlu pula
dijelaskan bahwa besarnya keuntungan dapat diperoleh dari pemanfaatan biaya-
biaya tersebut adalah TR-TC dimana TR adalah total revenue (penerimaan total),
sedangkan titik pulang pokok (BEP) tercapai bila TR = TC.
2.3 Studi Kelayakan
Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam memutuskan untuk
menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak
dalam penilaian ini adalah kemungkinan gagasan suatu usaha yang akan
dilaksanakan memberikan manfaat (benefit) baik dalam arti finansial maupun
sosial (Ibrahim, 2003).
15
Gittinger (1986) menyebutkan bahwa kriteria yang dapat digunakan
sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek yang dilaksanakan adalah
kriteria investasi. Dasar penilaian investasi adalah perbandingan antara jumlah
nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-
manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan
manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek.
Analisis proyek memiliki beberapa tujuan diantaranya: 1) untuk
mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu
proyek, 2) menghindari pemborosan sumber-sumber, yatu dengan menghindari
pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian
terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat memilih alternatif proyek
yang paling menguntungkan, dan 4) menentukan prioritas investasi (Umar, 2003).
Salah satu kriteria dalam analisis kelayakan adalah net present value (NPV). NPV
suatu proyek adalah selisih antara nilai sekarang manfaat dengan arus biaya.
Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan.
Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:
1) NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar
modal sosial Opportunity Cost faktor produksi normal atau dengan kata lain,
proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.
2) NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
3) NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
digunakan atau dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya
tidak dilaksanakan.
16
Suatu proyek menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi perubahan-
perubahan baik dari sisi penerimaan atau pengeluaran yang akhirnya akan
mempengaruhi tingkat kelayakan proyek. Analisis sensitivitas bertujuan untuk
melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek jika ada suatu kesalahan
atau perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat
(Kadariah, 2001). Pada umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan sensitif
berubah-ubah akibat empat masalah yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan
pelaksanaan, dan hasil (Gittinger, 1986).
2.4 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
PLTMH biasa disebut mikrohidro, adalah suatu pembangkit listrik kecil
yang menggunakan tenaga air di bawah kapasitas 200 kW yang dapat berasal dari
saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi
terjun (head) dan debit air. Umumnya PLTMH adalah pembangkit listrik tenaga
air jenis run-off river head diperoleh tidak dengan cara membangun bendungan
besar, tetapi dengan mengalihkan sebagian aliran air sungai ke salah satu sisi
sungai dan menjatuhkannya lagi ke sungai yang sama pada suatu tempat dimana
head yang diperlukan sudah diperoleh. Dengan melalui pipa pesat air diterjunkan
untuk memutar turbin yang berada di dalam rumah pembangkit. Energi mekanik
dari putaran poros turbin akan diubah menjadi energi listrik oleh sebuah
generator. PLTMH sebagai sumber energi terbarukan dikembangkan di banyak
negara termasuk Indonesia, karena beberapa keuntungan yaitu:
1) Berdasarkan aspek teknologi terdapat keuntungan dan kemudahan pada
pembangunan dan pengelolaan PLTMH dibandingkan pembangkit listrik
jenis lain, yaitu:
17
a) Konstruksinya relatif sederhana
b) Mudah dalam perawatan dan penyediaan suku cadang
c) Dapat dioperasikan dan dirawat oleh masyarakat desa
d) Biaya operasi dan perawatan rendah.
2) Selain dapat menyediakan listrik untuk kebutuhan rumah tangga, kehadiran
PLTMH juga dapat menyediakan energi yang cukup besar dan dapat
dimanfaatkan kegiatan-kegiatan produktif terutama pada siang hari ketika
beban listrik rendah. Berdasarkan sudut pandang ini kelebihan PLTMH
yaitu:
a) Meningkatkan produktivitas dan aktivitas ekonomi masyarakat melalui
munculnya atau meningkatnya produktivitas industri kecil rumah tangga
b) Menciptakan lapangan-lapangan kerja baru di desa.
3) Pengoperasian PLTMH menuntut adanya suatu lembaga tersendiri yang
menjalankan fungsi-fungsi pengelolaan dan perawatan. Lembaga tersebut
akan menambah keberadaan lembaga yang sudah ada di desa dan secara tidak
langsung dapat menjadi media pengembangan kapasitas masyarakat dalam
pengelolaan kelembagaan dan pelayanan publik.
4) PLTMH ramah terhadap lingkungan karena tidak menghasilkan polusi udara
atau limbah lainnya dan tidak merusak ekosistem sungai. Penyediaan listrik
menggunakan PLTMH akan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil
(misalnya minyak tanah dan solar) untuk penerangan dan kegiatan rumah
tangga lainya. Selain itu tambahan manfaat langsung yang dirasakan oleh
masyarakat dari sumberdaya air diharapkan dapat mendorong masyarakat
18
untuk memelihara daerah tangkapan air demi menjamin pasokan air bagi
kelangsungan operasi PLTMH.
2.4.1 Keberlanjutan PLTMH
Teknologi yang handal dan ketersediaan tenaga air yang terus-menerus
merupakan syarat mutlak bagi keberlanjutan PLTMH. Selain itu, sejauh mana
PLTMH dapat berkelanjutan juga bergantung pada kemauan dan kemampuan
masyarakat pengguna dalam melakukan dan membiayai pengelolaan serta
pemeliharaan.
Kemauan masyarakat pengguna untuk terlibat dan membayar cenderung
dipengaruhi oleh sejauh mana layanan PLTMH sesuai dengan harapan mereka.
Pendekatan terbaik sehingga PLTMH dapat dibangun, dikelola dan memberikan
layanan yang sesuai dengan harapan masyarakat adalah pendekatan partisipatif,
yaitu melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan mulai dari
perencanaan, pembangunan sampai pengoperasian (KESDM, 2010).
Berdasarkan pandangan dari sisi ekonomi, kehadiran layanan listrik dapat
memberikan dampak positif kepada masyarakat melalui dua cara: pertama,
penghematan pengeluaran untuk energi dibandingkan dengan jika tidak ada
pasokan listrik; dan kedua, peningkatan kegiatan-kegiatan ekonomi produktif
yang memanfaatkan pasokan listrik. Dampak positif ini pada akhirnya akan
meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam membiayai pengelolaan dan
pemeliharaan. Oleh karena itu, setidaknya terdapat empat aspek yang saling
berkaitan dan perlu diperhatikan dalam pengembangan PLTMH, yaitu:
19
1) Aspek Teknik
PLTMH bukanlah teknologi yang tergolong rumit. Berdasarkan
pengalaman, PLTMH relatif mudah dipahami dan dioperasikan oleh masyarakat
perdesaan. Meskipun demikian PLTMH membutuhkan pemeliharaan khusus agar
tetap dapat beroperasi secara layak dalam jangka panjang. Pada dasarnya ada dua
hal yang menentukan kelayakan teknis dari operasional PLTMH, yaitu: (1)
pemilihan teknologi, (2) standarisasi dan jaminan pemeliharaan.
2) Aspek Ekonomi
Berdasarkan rentang waktu, keberlanjutan PLTMH sebagai solusi
permanen pasokan listrik bagi suatu lokasi setidaknya dipandang dengan dua cara.
Pertama yaitu keberlanjutan operasi PLTMH sampai berakhir umur pakainya.
Kedua yaitu keberlanjutan layanan listrik setelah itu.
Semua biaya yang dibutuhkan untuk mempertahankan keberlanjutan
PLTMH harus dapat dipenuhi oleh pendapatan PLTMH yang idealnya hanya
bersumber dari iuran listrik yang dikumpulkan dari masyarakat pengguna. Oleh
karena itu, besarnya iuran atau tarif listrik seharusnya ditentukan berdasarkan
besarnya biaya yang harus dikeluarkan.
3) Aspek Sosial
Pembangunan PLTMH dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat
sangat relevan dengan kebijakan desentralisasi penyediaan energi (listrik)
perdesaan. Pendekatan ini menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk
meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya material dan
non material yang penting. Masyarakat memiliki potensi baik dilihat dari sumber
daya alam maupun dari sumber sosial dan budayanya.
20
Social preparation dalam pengembangan program listrik perdesaan perlu
dilaksanakan mengingat masyarakat memiliki ‘kekuatan’ yang bila digali dan
dikembangkan akan dapat menjadi kekuatan yang besar untuk pengentasan
kemiskinan. Masyarakat yang tentunya lebih memahami kebutuhannya sendiri
perlu difasilitasi agar lebih mampu mengenali permasalahan-permasalahannya
sendiri dan merumuskan rencana-rencananya serta melaksanakan pembangunan
secara mandiri dan swadaya.
Dalam kaitannya dengan pengembangan listrik perdesaan, pembangunan
dan pengelolaan sumberdaya alam (dalam hal ini adalah sumberdaya air) oleh
masyarakat lokal merupakan media pengembangan rasa percaya diri masyarakat,
yang akan menjadi dasar utama kemampuan kemandirian masyarakat tersebut.
Pengalaman program listrik perdesaan di beberapa negara berkembang
menunjukkan bahwa pengembangan kapasitas masyarakat lokal merupakan unsur
penting dalam keberlanjutan program.
Dalam proses pemberdayaan masyarakat dan pembangkitan kemandirian,
partisipasi merupakan komponen yang sangat penting. Tumbuhnya partisipasi
masyarakat akan menjadi jaminan berlangsungnya pembangunan energi perdesaan
secara berkelanjutan. Untuk itu perlu strategi pendampingan masyarakat yang
dapat memaksimalkan tingkat partisipasi.
Ada empat hal yang mempengaruhi persiapan sosial dari operasional
PLTMH, yaitu: (1) Partisipasi Masyarakat, (2) Pola Pemanfaatan Listrik, (3)
Pengembangan Kelembagaan dan (4) Dukungan Kelembagaan.
21
4) Aspek Sumberdaya Alam
Keberlanjutan PLTMH ditentukan dukungan potensi sumberdaya alam
yang ada, terutama ketersediaan air sungai sebagai sumber energi primer bagi
PLTMH. Ketersediaan air sungai sangat tergantung pada konservasi catchment
area (wilayah tangkapan air) dari hulu sungai tersebut. Lingkungan hidup yang
terjaga dan terpelihara akan menjamin kelestarian sumberdaya air dan menjamin
pasokan energi primer bagi PLTMH.
Program pelistrikan perdesaan melalui pengembangan PLTMH
seyogyanya diiringi dengan kegiatan konservasi hutan. Masyarakat yang
menggunakan PLTMH diharapkan dapat memahami manfaat keberadaan hutan
sebagai catchment area. Dengan demikian, masyarakat juga akan tergerak untuk
menjaga kelestarian hutan, dengan tidak melakukan penebangan liar dan merusak
keanekaragaman hayati yang terdapat di sekitar hutan. Lebih jauh, masyarakat
juga akhirnya dapat mengambil peranan penting untuk menjaga agar hutan tetap
terpelihara.
Pengelolaan sumberdaya alam sebaiknya dilakukan oleh masyarakat
sendiri berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang mereka miliki. Masyarakat
perlu didorong untuk secara mandiri merumuskan aturan-aturan yang kemudian
harus disepakati bersama sehingga semua anggota masyarakat terikat pada aturan-
aturan itu. Kesepakatan-kesepatakan yang terbentuk di masyarakat demi
kelestarian hutan juga menumbuhkan dan melestarikan kearifan budaya lokal
yang sebenarnya telah dimiliki bangsa Indonesia.
Dalam aturan-aturan yang disepakati tersebut juga perlu dicantumkan
sanksi-sanksi yang diberlakukan bagi mereka yang melanggar sehingga aturan
22
tersebut bisa benar-benar berlaku sebagai norma atau nilai bagi masyarakat.
Kesepakatan konservasi ini jika dilaksanakan secara konsisten dengan penerapan
sanksi yang tegas akan menentukan keberlanjutan operasional PLTMH dari aspek
sumberdaya alam.
2.4.2 Keberlanjutan PLTMH dari Aspek Ekonomi
Empat hal yang mempengaruhi keberlanjutan PLTMH dari aspek
ekonomi, yaitu: (1) pembiayaan pembangunan, (2) pembiayaan pengelolalaan, (3)
penetapan tarif listrik dan (4) pemanfaatan untuk kegiatan ekonomi produktif.
1) Pembiayaan Pembangunan
Pembangunan PLTMH dan sistem penyaluran listrik membutuhkan biaya
yang relatif besar. Pada umumnya biaya pembangunan berasal dari luar
masyarakat pengguna karena terbatasnya kemampuan pembiayaan oleh
masyarakat. Kontribusi masyarakat juga tetap diperlukan untuk menekan
kebutuhan biaya. Biaya dari luar dapat berbentuk hibah, pinjaman, ataupun
investasi, sedangkan kontribusi dari masyarakat bisa berbentuk materi, tenaga,
ataupun uang.
Sampai saat ini, sebagian besar dana dari luar untuk pembangunan
PLTMH berbentuk hibah. Artinya masyarakat pengguna tidak perlu
mengembalikan dana pembangunan. Meskipun demikian, bukan berarti
masyarakat tidak perlu membayar biaya penyusutan nilai asset. Demi
keberlanjutan PLTMH, biaya penyusutan perlu diperhitungkan dalam penetapan
iuran listrik sehingga pada saat PLTMH selesai umur pakainya telah tersedia dana
yang cukup untuk membangun PLTMH baru sebagai pengganti.
23
Pada kasus dana pembangunan berasal dari pinjaman, kemampuan
masyarakat dalam mengembalikan pinjaman dapat menjadi indikasi untuk
diperolehnya lagi pinjaman serupa di waktu mendatang. Begitu juga jika dana
pembangunan merupakan investasi, kembalian investasi yang diperoleh dapat
menjadi indikasi kelayakan investasi serupa. Persoalannya, pembiayaan
pembangunan PLTMH menggunakan dana-dana komersial cenderung tidak layak
secara ekonomis. Untuk itu, perlu diupayakan skema-skema khusus agar PLTMH
dapat dibangun menggunakan dana pinjaman atau investasi.
Berkaitan dengan program pembangunan perdesaan, pengembangan
PLTMH seharusnya dapat mendorong pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini
perlu diupayakan agar muncul swadaya masyarakat di dalam komponen
pembiayaan. Bantuan bersubsidi penuh idealnya hanya digunakan pada kondisi
tertentu. Besarnya kontribusi masyarakat dalam pembangunan PLTMH juga akan
semakin meningkatkan rasa memiliki terhadap sarana yang dibangun. Rasa
memiliki ini pada akhirnya dapat meningkatkan partisipasi dari masyarakat.
2) Pembiayaan Pengelolaan
Selintas biaya operasional PLTMH terkesan murah karena energi
primernya adalah air yang praktis tidak perlu dibeli. Tetapi biaya perawatan
instalasi pembangkit (bangunan sipil maupun pembangkit listrik) dan jaringan
transmisi ataupun distribusi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi jika
terjadi kerusakan yang mengharuskan perbaikan besar.
Biaya operasional dan perawatan meliputi:
a) Biaya operasional rutin (gaji pengelola, biaya administrasi).
24
b) Pemeliharaan dan perbaikan terjadwal yang besar biayanya seharusnya
sudah dapat diperkirakan sejak awal.
c) Perbaikan kerusakan-kerusakan tidak terduga.
3) Penetapan Tarif Listrik
Keberlanjutan PLTMH akan lebih mungkin tercapai jika pendapatan yang
diperoleh dari iuran pengguna dapat menutupi semua biaya yang harus
ditanggung. Oleh karena itu, tarif listrik perlu ditetapkan sedemikian rupa
sehingga dapat menghasilkan total pendapatan yang diharapkan. Tarif listrik yang
terlalu rendah pada akhirnya akan merugikan masyarakat sendiri. Biaya yang
harus ditanggung oleh suatu PLTMH secara garis besar yaitu biaya modal dan
biaya operasional pemeliharaan.
Jika PLTMH dibangun menggunakan dana pinjaman, maka biaya modal
yang harus dibayar berupa angsuran dan bunga pinjaman. Jika PLTMH dibangun
menggunakan dana investasi, maka biaya modal yang harus dibayar berupa
penyusutan dan kembalian (return) untuk investasi. PLTMH yang dibangun
menggunakan dana hibah dapat dianggap sebagai investasi oleh masyarakat
pengguna, sehingga biaya penyusutan dan kembalian investasi tersebut menjadi
milik masyarakat. Akumulasi uang dari penyusutan dan kembalian investasi
tersebut harus dipisahkan. Sedapat mungkin dana tersebut tidak diganggu gugat
karena merupakan dana cadangan untuk investasi kembali ketika PLTMH yang
ada perlu diganti dengan yang baru karena sudah habis umur pakainya.
Biaya operasional dan pemeliharaan terdiri atas biaya operasional rutin,
biaya pemeliharaan dan perbaikan terjadwal dan biaya perbaikan-perbaikan yang
tidak terduga. Informasi-informasi tentang kebutuhan biaya-biaya tersebut perlu
25
dijelaskan kepada masyarakat pengguna agar masyarakat dapat bersikap lebih
bijaksana pada saat musyawarah penetapan tarif. Selain itu penetapan tarif juga
perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain, misalnya daya beli masyarakat,
pemerataan dan rasa keadilan.
4) Pemanfaatan untuk Kegiatan Ekonomi Produktif
Pada umumnya pemanfaatan listrik PLTMH oleh masyarakat perdesaan
adalah untuk penerangan dan hiburan (televisi dan radio) di malam hari.
Penggunaan pada siang hari hampir tidak ada, bahkan kebanyakan PLTMH hanya
dioperasikan pada malam hari.
Penggunaan listrik untuk penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya
bukan berarti tidak memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat.
Setidaknya masyarakat bisa menghemat pengeluaran jika dibandingkan dengan
penggunaan lampu minyak tanah atau generator diesel untuk penerangan. Namun
dampak positif PLTMH akan semakin meningkat jika adanya layanan listrik juga
mendorong berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif yang
memanfaatkan energi listrik pada siang hari. Dampak positif ini pada akhirnya
akan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga iuran listrik juga lebih lancar.
Bagi pengelola PLTMH sendiri, termanfaatkannya energi pada siang hari akan
semakin meningkatkan peluang untuk memperoleh pendapatan (Dinas ESDM,
2009)
2.4.3 Analisis Ekonomi Pembangunan PLTMH
Pembangunan PLTMH di Indonesia pada umumnya dibiayai
menggunakan dana-dana hibah. Penggunaan dana pinjaman atau investasi untuk
PLTMH masih belum populer. Begitu juga pembiayaan PLTMH dengan pola
26
swadaya biasanya hanya mampu dilakukan oleh perusahaan swasta ataupun
perorangan yang digunakan untuk kepentingan usaha atau bisnis.
Namun tidak berarti bahwa penggunaan dana investasi atau pinjaman tidak
layak untuk PLTMH. Meskipun skema komersial murni hampir tidak mungkin
diterapkan, masih terdapat alternatif-alternatif lain yang bisa dicoba. Sebagai
contoh perpaduan antara hibah, pinjaman lunak dan pinjaman komersial dengan
grace period (waktu tenggang) yang panjang serta swadaya masyarakat (baik
dalam bentuk material, finansial maupun tenaga).
Analisis kelayakan ekonomi pembangunan PLTMH dimulai dengan
menentukan sifat sumber dana seperti hibah, pinjaman, investasi, swadaya, atau
perpaduan antara sumber-sumber tersebut. Kemudian langkah-langkah
selanjutnya adalah sebagai berikut:
a) Menentukan masa pengembalian seluruh investasi (Break Event Point)
b) Merancang pola pengembalian dana (kepada investor, bank atau kas lembaga
pengelola PLTMH)
c) Membuat proyeksi keuangan lengkap dengan cash flow, neraca rugi laba,
Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV)
d) Menentukan rata-rata biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat per bulan
e) Memperkirakan jumlah iuran listrik per bulan yang harus dikeluarkan per
kepala keluarga.
Sumber dana perlu diketahui bentuknya untuk menentukan besarnya dana
yang harus dikembalikan oleh masyarakat setempat melalui pembayaran iuran
bulanan. Pengembalian untuk dana pinjaman meliputi angsuran dan bunga
pinjaman, sedangkan pengembalian untuk dana investasi meliputi penyusutan dan
27
kembalian (return) untuk investasi. PLTMH yang dibangun menggunakan dana
hibah dapat dianggap sebagai investasi oleh masyarakat pengguna. Penjajagan
awal kepada pihak penyandang dana perlu dilakukan untuk menentukan besarnya
bunga, return, dan masa pengembalian. Lebih baik lagi jika kesepakatan dengan
penyandang dana sudah dapat diperoleh sejak awal.
Analisis keuangan harus dibuat untuk beberapa opsi pembangunan yang
layak secara teknis. Pada akhirnya yang menentukan apakah ada atau tidak opsi
pembangunan yang layak adalah masyarakat pengguna. Meskipun demikian,
dengan membandingkan perkiraan jumlah iuran listrik yang harus ditanggung
masyarakat dan tingkat daya beli yang diperoleh dari hasil studi, sejak awal kita
bisa membuang opsi yang menghasilkan iuran listrik terlalu mahal. Begitu juga
jika sudah ada informasi tentang batas maksimum ketersediaan dana dari
penyandang dana dan besarnya kontribusi masyarakat, kita memiliki pegangan
tentang batas maksimum total anggaran proyek.
2.5 Persepsi
Leavitt (1978) menyatakan bahwa persepsi dalam arti sempit ialah
penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas
ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu. Persepsi seseorang ditentukan oleh kebutuhan individu yang
mendorong individu berperilaku, dimana perilaku individu tersebut ditentukan
oleh persepsi mereka terhadap lingkungan.
Sarwono (1999) dalam Triani (2009) menyatakan bahwa persepsi
seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah
faktor-faktor yang terdapat dalam individu, seperti jenis kelamin, perbedaan
28
generasi (umur), motif, tingkat pendidikan, dan tingkat pengetahuan. Faktor
eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan luar yang mempengaruhi
persepsi seseorang, seperti lingkungan sosial budaya (misalnya suku bangsa) dan
media komunikasi dimana seseorang memperoleh informasi tentang sesuatu.
Effendi (1977) mengungkapkan bahwa persepsi adalah penginderaan
terhadap kesan yang timbul dari lingkungannya. Daya persepsi seseorang dapat
diperkuat oleh adanya pengetahuan dan pengalaman. Semakin sering seseorang
menempatkan diri dalam komunikasi, akan semakin kuat daya persepsinya.
Secara umum persepsi seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: (1) diri orang
yang bersangkutan (sikap, motivasi, kepentingan, pengalaman, dan harapan); (2)
sasaran persepsi (orang, benda atau peristiwa); (3) situasi (keadaan lingkungan).
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Habibah (2012) adalah dampak
pembangkit listrik tenaga mikrohidro terhadap sosial, ekonomi, dan lingkungan di
Kampung Lebakpicung, Cibeber, Lebak, Banten. Hasil penelitian ini menjelaskan
bahwa pembangunan PLTMH memberikan berbagai manfaat kepada masyarakat,
terutama listrik untuk penerangan. Dampak langsung adanya PLTMH hanya
dirasakan oleh responden yang memiliki mata pencaharian sebagai tukang
bangunan dan pemilik warung. Pembangunan PLTMH memberikan dampak
terhadap kelembagaan agama, kelembangaan adat, dan kelembagaan formal di
Kampung Lebakpicung. Setelah pembangunan PLTMH (tahun 2011), telah terjadi
penghematan pada total konsumsi energi di Kampung Lebakpicung yaitu sebesar
Rp 1.212.068 per bulan dan telah terjadi surplus pada total pendapatan bersih di
Kampung Lebakpicung yaitu sebesar Rp 5.963.985 per bulan. Setelah
29
pembangunan PLTMH (pada tahun 2011) diketahui terdapat hubungan antara
pendapatan dengan biaya listrik. Surplus pendapatan akan cenderung diiringi juga
oleh peningkatan biaya listrik.
Penelitian yang dilakukan oleh Al-Kindi (2011) adalah analisis tekno
ekonomi mikrohidro untuk desa mandiri energi di Kampung Lebakcipung,
Hegarmanah, Cibeber, dan Lebak Provinsi Banten. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa tarif per bulan yang digunakan berdasarkan jumlah jenis
barang elektronik yang dipunyai setiap rumah tangga. Total semua iuran adalah
RP 754.000 per bulan. Setelah dihitung analisis biayanya pembangunan PLTMH
di Kampung Lebakpicung tidak layak untuk bisnis, dikarenakan iuran yang
dibayar sangat kecil hanya sebesar Rp 239 per kWh yang seharusnya Rp 1.015 per
kWh. Hal ini disebabkan besarnya biaya awal sebesar Rp 263.600.000 dan biaya
perbaikan sebesar Rp 5.466.000 per tahun. Akan tetapi pembangunan PLTMH
dimaksudkan untuk memberikan pelayanan listrik pada Kampung Lebakpicung
maka masyarakat tidak wajib membayarnya.
Dalam perhitungan NPV, IRR, dan Payback period dilakukan dengan
membuat asumsi. Tarif listrik golongan pelayanan sosial 2200 VA, tarif listrik
untuk rumah tangga 1300 VA dan 2200 VA dianggap sebagai pemasukan
(benefit) dan tarif PLTMH sebagai pengeluaran (cost). Tujuan pengasumsian
untuk mengetahui keuntungan yang didapat oleh masayarakat Kampung
Lebakpicung dibanding dengan tarif PLN.
30
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Setiap aktivitas ekonomi pasti memerlukan energi dalam pelaksanaannya.
Akan tetapi, tahun demi tahun menunjukkan kondisi energi yang semakin
berkurang. Energi yang menipis ini tentu tidak akan dapat memenuhi kebutuhan
terhadap energi di seluruh daerah di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah
mencanangkan program DME yang digunakan untuk memajukan suatu daerah
agar dapat secara mandiri dalam menyediakan energi untuk daerahnya. Selain itu,
diharapkan pula untuk dapat memenuhi kebutuhan energi di luar daerahnya.
Program DME ini tentu tidak terlepas dari peran aktif masyarakatnya. Hal ini
dikarenakan masyarakatlah yang menjadi aktor utama dalam mengembangkan
program DME. Dengan adanya program DME ini, tentu harus ada manfaat yang
dapat dirasakan masyarakat, yaitu kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan
masyarakat ini terkandung dalam tiga tujuan pengembangan DME. Salah satu
bentuk pengembangan program DME ini yaitu pembangunan PLTMH.
PLTMH dibangun atas dasar keterbatasan aksesibilitas dalam
pendistribusian listrik oleh PLN. Hal ini dikarenakan letak desa yang sulit
dijangkau oleh jaringan listrik. Adapun desa yang mudah terjangkau, akan tetapi
proses instalasi jaringan listrik memerlukan biaya yang sangat mahal.
Dengan adanya PLTMH, suatu desa dapat mandiri dalam menyediakan
kebutuhan listriknya sendiri. Kabupaten Bogor telah menerapkan pembangunan
PLTMH di Kecamatan Megamendung. Desa yang ditunjuk sebagai lokasi
pembangunan PLTMH yaitu Desa Megamendung khususnya di Kampung
Paseban.
31
Tahap awal dari penelitian ini adalah dengan mengidentifikasi persepsi
masyarakat terhadap pembangunan PLTMH Ciesek di Desa Megamendung.
Persepsi masyarakat ini akan berpengaruh terhadap pengembangan PLTMH
Ciesek. Pendekatan analisis deskriptif dan wawancara langsung kepada responden
digunakan untuk menentukan persepsi masyarakat. Tahap kedua adalah
mengidentifikasi kinerja produksi, distribusi, dan sistem pembayaran listrik yang
dilakukan dengan analisis deskriptif dan wawancara langsung kepada pihak yang
terkait dengan pengelolaan PLTMH Ciesek. Tahap ketiga adalah mengestimasi
kelayakan dan keberlanjutan PLTMH Ciesek. Hasil analisis tersebut diharapkan
dapat memberikan informasi serta membantu pemerintah dalam menentukan
kebijakan dalam mengembangkan sumber energi alternatif dalam membangkitkan
listrik. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, dibuat alur pemikiran yang
dapat dilihat pada Gambar 1.
32
Keterangan: Hubungan langsung
Cakupan penelitian
Gambar 1. Diagram Alur Pemikiran
Aktivitas ekonomi memerlukan energi dalam pelaksanaanya
Energi listrik
Belum adanya jaringan listrik dari
PLN ke desa
Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro
1. Keberlanjutan PLTMH di lokasi penelitian
2. Informasi bagi pemerintah dalam menentukan
kebijakan sumber energi alternatif dalam
membangkitkan listrik
Kinerja produksi,
distribusi, dan sistem
pembayaran listrik
PLTMH:
Analisis Deskriptif
Estimasi kelayakan dan
keberlanjutan PLTMH:
Analisis Kelayakan
Persepsi masyarakat
mengenai PLTMH:
Analisis Deskriptif
Masyarakat
Pengguna Pengelola
33
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Paseban, Desa Megamendung,
Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan
lokasi penelitian dilakukan secara sengaja karena di Kampung Paseban terdapat
salah satu PLTMH yang baru dibangun. Pengambilan data primer dilakukan pada
bulan Juni sampai dengan Juli 2012.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui proses wawancara langsung kepada
masyarakat setempat dengan menggunakan kuesioner. Wawancara dilakukan
untuk mendapatkan informasi mengenai persepsi masyarakat terhadap
pembangunan PLTMH Ciesek, kinerja produksi dari PLTMH, distribusi listrik
PLTMH, dan sistem pembayaran dari PLTMH.
Data sekunder meliputi data yang relevan dan terkait dengan penelitian.
Data sekunder diperoleh dari Unit Pelaksana Teknis Dinas ESDM Wilayah I
Cianjur, Kantor Desa Megamendung, pengelola PLTMH Ciesek serta studi
literatur terkait lainnya. Data primer dan data sekunder ini diolah secara
kuantitatif dan kualitatif yang akan dianalisa secara deskriptif.
4.3 Metode Penentuan Jumlah Sampel
Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh maka penentuan lokasi
penelitian ditentukan secara sengaja (purposive sampling). Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 57 responden (kepala keluarga) yang merupakan
konsumen listrik dari PLTMH Ciesek.
34
4.4 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian yang telah dilakukan, dianalisis
secara kualitatif dan kuantitatif agar data menjadi lebih mudah diinterpretasikan
dan dipahami. Hal ini akan membuat informasi yang akan disampaikan menjadi
lebih mudah. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan
program software Microsoft Excel 2007. Data yang diolah kemudian dianalisis
secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar, dan grafik. Tabel 3
menguraikan keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data, dan metode
analisis data dalam penelitian.
Tabel 3. Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian
No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data
1. Mengidentifikasi persepsi
masyarakat mengenai
pembangunan PLTMH Ciesek
Data primer Analisis deskriptif
kualitatif
2 Mengidentifikasi kinerja
produksi, sistem distribusi, dan
sistem pembayaran listrik
PLTMH Ciesek
Data primer dan
sekunder
Analisis deskriptif
kualitatif
3 Mengestimasi kelayakan dan
keberlanjutan PLTMH Ciesek
Data primer dan
sekunder
Analisis kelayakan
Sumber: Penulis (2012)
4.4.1. Identifikasi Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan PLTMH
Ciesek
Analisis data yang digunakan untuk mengidentifikasi persepsi masyarakat
dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan
suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 1999).
35
Menurut Hasan (2009), terdapat beberapa kelebihan analisis deskriptif,
salah satunya adalah peneliti dapat memberikan rangkuman hasil penelitian dalam
bentuk lebih berarti dan ringkas, karena memberikan aturan-aturan tertentu. Selain
itu, analisis ini dapat menarik kesimpulan (memberi konsep-konsep dan general).
4.4.2 Identifikasi Kinerja Produksi, Sistem Distribusi, dan Sistem
Pembayaran PLTMH Ciesek
Analisis data yang digunakan untuk mengidentifikasi kinerja produksi,
sistem distribusi dan sistem pembayaran PLTMH dilakukan dengan menggunakan
analisis deskriptif. Informasi yang akan dicari yaitu mengenai kinerja produksi
dari PLTMH, sistem distribusi listrik PLTMH dari produsen sampai ke konsumen,
dan sistem pembayaran dalam memanfaatkan PLTMH Ciesek.
4.4.3 Estimasi Kelayakan dan Keberlanjutan PLTMH Ciesek
Estimasi kelayakan pembangunan PLTMH Ciesek dilakukan dengan
analisis biaya dan manfaat. Analisis biaya dan manfaat yang dilakukan yaitu
dengan perhitungan net present value (NPV). Manfaat dan biaya yang dihitung
dengan discount factor yang telah memperhitungkan time value of money selama
umur proyek. Manfaat dalam proyek ini berupa manfaat langsung yaitu hasil
penjualan listrik kepada masyarakat yang menjadi penerimaan bagi PLTMH
Ciesek. Besarnya iuran listrik dari PLTMH Ciesek dibedakan menjadi dua
kategori. Kategori I yaitu tarif listrik sebesar Rp 15.000 untuk konsumen listrik
yang tidak memiliki barang elektronik dan kategori II yaitu tarif listrik sebesar Rp
20.000 untuk konsumen listrik yang memiliki barang elektronik seperti televisi.
36
Nilai NPV dapat dicari dengan menggunakan Microscoft Excel atau secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: (Gittinger, 1986)
Keterangan:
Bt = penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t (rupiah)
Ct = biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (rupiah)
1/(1+i)t = Discount Factor (asumsi i = 12%)
n = umur proyek (asumsi 10 tahun)
t = 1,2,3,........n
37
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung
Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa
Megamendung berbatasan dengan Desa Karang Tengah di sebelah utara, Desa
Cilember di sebelah timur, Desa Cipayung Girang di sebelah selatan, dan Desa
Tugu Utara di sebelah barat.
Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,
jarak dari pusat kota administratif (Depok) adalah 42 km, jarak dari ibu kota
Kabupaten Bogor (Cibinong) adalah 38 km, jarak dari ibu kota Provinsi Jawa
Barat (Bandung) adalah 120 km, dan jarak dari ibu kota negara (Jakarta) adalah
80 km. Wilayah Desa Megamendung terbentang seluas 1200 Ha yang terbagi
menjadi wilayah berbukit, dataran tinggi, dan lereng gunung. Desa Megamendung
terletak 600-900 m di atas permukaan laut.
Berdasarkan status kepemilikannya, tanah di Desa Megamendumg terbagi
menjadi 763,4 Ha (63,6%) tanah bersertifikat dan 436,6 Ha (36,4%) tanah yang
belum bersertifikat. Status tanah Desa Megamendung dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Sebaran Persil Tanah berdasarkan Jenis Sertifikat Tanah di Desa
Megamendung Tahun 2012
No. Status Jumlah (buah) Luas (Ha)
1. Tanah bersertifikat
Sertifikat Hak Milik 32 6,4
Sertifikat Hak Guna Usaha 1 136,0
Sertifikat Hak Guna Bangunan 120 360,0
Sertifikat Hak Pakai 87 261,0
2. Tanah yang belum bersertifikat - 436,6
Total 240 1200,0
Sumber: Desa Megamendung (2012)
38
Tabel 5 menunjukkan bahwa tanah di Desa Megamendung paling banyak
diperuntukkan bagi hutan Perhutani, yaitu seluas 668,5 Ha (55%) dan untuk
pemukiman atau perumahan, yaitu seluas 300 Ha (25%). Tanah di Desa
Megamendung berdasarkan peruntukannya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sebaran Persil Lahan berdasarkan Peruntukannya di Desa
Megamendung Tahun 2012
No. Peruntukan Luas Persentase (%)
1. Jalan 45,50 Km 100,00
2. Perkuburan 0,50 Ha 0,04
3. Bangunan umum 1,50 Ha 0,01
4. Jalur hijau 30,00 Ha 2,60
5. Sawah dan ladang 150,00 Ha 13,04
6. Pemukiman/perumahan 300,00 Ha 26,07
7. Lain-lain (Hutan Perhutani) 668,50 Ha 58,24
Total Luas (tanpa jalan) 1150,50 Ha 100,00
Sumber: Desa Megamendung (2012)
Mayoritas penduduk di Desa Megamendung lulusan SMA, yaitu sebanyak
1.200 orang. Lulusan SMP sebanyak 1.078 orang, lulusan Sekolah Dasar
sebanyak 350 orang, lulusan taman kanak-kanak sebanyak 176 orang, dan lulusan
akademi serta sarjana sebanyak 345 orang. Jumlah penduduk di Desa
Megamendung berdasarkan jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki sebanyak
3.298 orang (45%) dan perempuan sebanyak 3.017 orang (55%).
Desa Megamendung terdiri atas 18 Rukun Tetangga (RT) dan 5 Rukun
Warga (RW) dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 1.835. Berdasarkan
data yang diperoleh, mayoritas penduduk Desa Megamendung beragama Islam
atau sebanyak 6.284 orang (99,3%), Kristen Protestan berjumlah 9 orang (0,2%),
Kristen Katholik berjumlah 20 orang (0,4%), dan Hindu sebanyak 5 orang (0,1%).
Penelitian ini secara khusus difokuskan pada Kampung Paseban karena di
daerah ini terdapat lokasi pembangunan PLTMH. Kampung Paseban merupakan
bagian dari Desa Megamendung yang terletak di RT 04/05. Kampung Paseban ini
39
terletak 900 meter di atas permukaan laut. Jarak dari pusat Desa Megamendung ke
Kampung Paseban adalah 7 km dan merupakan kampung yang paling jauh dari
pusat desa tersebut. Masyarakat Kampung Paseban biasanya menggunakan motor
atau berjalan kaki dalam mobilitasnya sehari-hari karena tidak ada kendaraan
umum untuk mencapai Kampung Paseban. Jika menggunakan angkutan umum
berupa ojeg, biasanya masyarakat dikenakan tarif sebesar Rp 40.000 dari
Kampung Paseban ke pusat Desa Megamendung.
Kondisi Kampung Paseban sangat berbeda dengan kondisi Desa
Megamendung secara umum. Berdasarkan informasi Ketua RT Kampung
Paseban, penduduk di Kampung Paseban terdiri dari 70 kepala keluarga.
Masyarakat di kampung tersebut mayoritas bekerja di bidang pertanian, yaitu
sebagai buruh tani, tukang kebun, dan peternak. Berdasarkan pengamatan di
lapangan, kondisi rumah tinggal di Kampung Paseban kurang layak dibandingkan
dengan wilayah lain di Desa Megamendung.
Kampung Paseban tidak memiliki fasilitas kesehatan dan pendidikan,
sehingga masyarakat harus pergi ke kampung terdekat, yaitu Kampung Citamiang
yang berjarak sekitar 2 km dari Kampung Paseban yang dapat ditempuh dengan
menggunakan motor dalam waktu tempuh selama 20 menit. Terdapat sebuah
mushola yang digunakan masyarakat di Kampung Paseban untuk beribadah.
5.2 Pembangunan PLTMH Ciesek
Pemerintah Provinsi Jawa Barat menunjuk beberapa lokasi pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Kabupaten Bogor, yang tersebar pada
tiga kecamatan yaitu Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Sukajaya, dan
Kecamatan Megamendung.
40
PLTMH Ciesek berlokasi di Kampung Paseban, Desa Megamendung,
Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi
PLTMH ini berada pada ketinggian 200 m di atas permukaan laut. Pembangunan
PLTMH ini didasari karena permintaan listrik yang meningkat dari masyarakat
Kampung Paseban. Oleh karena itu, masyarakat yang diperantarai oleh aparat
Desa Megamendung mengajukan permohonan pada pemerintah daerah agar
Kampung Paseban dapat menikmati listrik dari PLN. Akan tetapi, karena jaraknya
yang jauh dari pusat listrik PLN, menjadikan Kampung Paseban tidak mendapat
aliran langsung dari PLN. Jika dipaksakan untuk mendistribusikan listrik dari
PLN ke Kampung Paseban, maka akan membuat biaya menjadi sangat mahal.
Sebagai gantinya, maka pemerintah daerah melakukan pembangunan
PLTMH yang memanfaatkan sumber energi setempat. PLTMH ini 100% didanai
oleh pemerintah. Besarnya dana yang digunakan untuk membangun PLTMH ini
adalah sebesar Rp 725.490.882. PLTMH Ciesek dibangun sejak akhir tahun 2011
dan mulai beroperasi pada Januari 2012. Kegiatan pembangunan PLTMH terdiri
dari lima tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pekerjaan bangunan sipil, tahap
pekerjaan mekanikal dan elektrikal, pekerjaan distribusi dan instalasi rumah.
5.3 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian yang dilakukan di Kampung Paseban adalah
warga yang tinggal di Kampung Paseban dan merupakan konsumen listrik dari
PLTMH Ciesek. Responden ini berjumlah 57 orang. Karakteristik utama
responden yang dapat diketahui adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan lama tinggal di
Kampung Paseban.
41
5.3.1 Jenis Kelamin Responden
Sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah laki-laki, yaitu
sebanyak 37 orang (65%), sedangkan responden perempuan berjumlah 20 orang
(35%). Responden yang didominasi laki-laki dikarenakan pada umumnya kepala
keluarga sebagai pengambil keputusan dalam suatu rumah tangga adalah laki-laki,
sehingga untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam survei laki-laki lebih
berperan.
5.3.2 Usia Responden
Tingkat usia responden bervariasi, yaitu antara 20 sampai 85 tahun. Usia
responden sebagian besar terdapat pada sebaran usia 31 sampai 40 tahun, yaitu
sebanyak 30%, sedangkan responden yang paling sedikit adalah responden
dengan selang usia 21 tahun ke bawah sebanyak 4%. Tingkat usia responden
sangat mempengaruhi keputusan responden dalam menjawab pertanyaan survei.
Perbandingan distribusi usia responden dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rentang Usia Responden di Kampung Paseban
Usia
(tahun)
Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
<21 2 4
21-30 12 21
31-40 17 30
41-50 15 26
51-60 5 9
>60 6 11
Sumber: Data primer, diolah (2012)
5.3.3 Tingkat Pendidikan Responden
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa mayoritas
pendidikan responden tergolong rendah. Responden yang memiliki pendidikan
terakhir Sekolah Dasar (SD) sebanyak 81%, SLTP sebanyak 9%, SLTA sebayak
42
2%, dan yang tidak sekolah sebanyak 9%. Perbandingan jumlah responden
berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Responden di Kampung Paseban
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
SD 46 81
SLTP 5 5
SLTA 1 1
Tidak sekolah 5 5
Sumber: Data primer, diolah (2012)
5.3.4 Jenis Pekerjaan Responden
Pekerjaan responden terdiri dari beberapa jenis yaitu buruh tani, petani,
pedagang, pekebun, penjaga villa, dan lainnya. Responden yang bekerja sebagai
buruh tani merupakan responden terbanyak yaitu 33%. Responden yang bekerja
sebagai petani dan pekebun, masing-masing sebanyak 18% dan 7%. Ada pula
responden yang bekerja sebagai pedagang yaitu sebanyak 12%. Responden yang
menjadi ibu rumah tangga sebanyak 19%, sedangkan sisanya sebanyak 11 % ada
yang bekerja sebagai penjaga villa dan objek wisata, tukang ojeg, dan penjual
pala. Perbandingan jumlah responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat
pada tabel 8.
Tabel 8. Jenis Pekerjaan Responden di Kampung Paseban
Jenis Pekerjaan Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
Buruh tani 19 33
Pedagang 7 12
Petani 10 18
Pekebun 4 7
Ibu rumah tangga 11 19
Lainnya 6 11
Sumber: Data primer (diolah), 2012
43
5.3.5 Tingkat Pendapatan Responden
Berdasarkan hasil survei, masyarakat di Kampung Paseban berada pada
tingkat pendapatan menengah ke bawah. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian
besar responden memiliki pendapatan di bawah Rp 500.000 yaitu sebanyak 46%.
Responden yang memiliki pendapatan antara Rp 500.000 sampai dengan
Rp 800.000 sebanyak 30%. Sebanyak 23% responden memiliki pendapatan antara
Rp 800.001 sampai dengan Rp 1.100.000, sedangkan sisanya sebanyak 2%
memiliki pendapatan di atas Rp 1.100.000. Perbandingan jumlah responden
berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Tingkat Pendapatan Responden di Kampung Paseban
Tingkat Pendapatan
(Rp)
Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
< 500.000 26 46
500.000-800.000 17 30
800.001-1.100.000 13 23
>1.100.000 1 2
Sumber: Data primer, diolah (2012)
5.3.6 Jumlah Anggota Keluarga Responden
Karakteristik responden yang perlu diketahui yaitu jumlah anggota
keluarga atau jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah. Jumlah ini akan
mempengaruhi konsumsi untuk pemenuhan kebutuhan listrik. Sebanyak 32%
responden, jumlah anggota keluarganya sebanyak 4 orang. Responden yang
jumlah anggota keluarganya 8 orang dan merupakan jumlah terbanyak hanya 2%.
Perbandingan jumlah responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat
dilihat pada Tabel 10.
44
Tabel 10. Jumlah Anggota Keluarga Responden di Kampung Paseban
Anggota Keluarga
(orang)
Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
2 8 14
3 8 14
4 18 32
5 14 25
6 4 7
7 4 7
8 1 2
Sumber: Data primer, diolah (2012)
5.3.7 Lama Tinggal Responden di Kampung Paseban
Berdasarkan survei yang dilakukan, sebagian masyarakat yang tinggal di
Kampung Paseban merupakan penduduk pendatang. Responden yang tinggal
lebih dari 30 tahun hanya 11%. Responden yang telah tinggal selama 11 tahun
sampai 15 tahun sebanyak 30%. Responden yang telah tinggal selama 16 tahun
sampai 20 tahun sebanyak 18% Perbandingan distribusi responden berdasarkan
lama tinggal dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Lama Tinggal Responden di Kampung Paseban
Lama Tinggal
(tahun)
Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
<5 8 14
5-10 9 16
11-15 17 30
16-20 10 18
21-25 3 5
26-30 4 7
>30 6 11
Sumber: Data primer, diolah (2012)
45
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek
Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH
merupakan suatu pandangan yang dapat menjadi evaluasi bagi pemerintah
setempat dalam menerapkan PLTMH baik di wilayah setempat ataupun di
wilayah lainnya. Persepsi masyarakat mengenai aspek lingkungan dilihat dari
kebisingan dan kualitas air. Hal ini berkaitan dengan segi konservasi, karena
pengadaan PLTMH secara tidak langsung akan mempengaruhi lingkungan
sekitarnya dalam hal ini adalah lingkungan fisik. Setiap pembangunan berarti
melakukan eksplorasi ataupun modifikasi terhadap lingkungan, sehingga akhirnya
akan mempengaruhi daya dukung lingkungan. Persepsi mengenai aspek ekonomi
dilihat dari penambahan penghasilan dan peningkatan sarana prasarana industri
kecil. Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan PLTMH dilihat dari keberadaan
kelompok dan kinerja kelompok.
Sebelum memaparkan persepsi masyarakat terhadap adanya pembangunan
PLTMH, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai kondisi umum masyarakat
Kampung Paseban terkait dengan sebelum dan setelah adanya listrik dari
PLTMH. Pembangunan PLTMH di Kampung Paseban telah memberikan
perubahan bagi masyarakat yang tinggal disana. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, sebanyak 42 responden (74%) menyatakan bahwa sebelum adanya
PLTMH, mereka sudah mendapatkan listrik yang dihasilkan dari kincir tradisional
sebanyak 41 responden dan lainnya menggunankan genset sebanyak 1 responden.
Sisanya sebanyak 15 responden (26%) menyatakan bahwa mereka belum
mendapatkan listrik. Responden yang belum memiliki sumber listrik hanya
46
mengandalkan lampu tempel yang menggunakan minyak tanah untuk penerangan
di rumah mereka. Persentase kondisi responden terhadap kepemilikan sumber
listrik sebelum adanya PLTMH terdapat pada Gambar 2.
Sumber : Data primer, diolah (2012)
Gambar 2. Kondisi Responden Mengenai Kepemilikan Sumber Listrik
Sebelum Adanya PLTMH
Setelah menggunakan listrik dari PLTMH, mereka sudah tidak
menggunakan lampu tempel lagi. Akan tetapi, sebagian masyarakat masih tetap
memasang kincir tradisional untuk dipakai ketika listrik dari PLTMH padam.
Berdasarkan hasil penelitian, seluruh responden (100%) menyatakan bahwa
keberadaan PLTMH memberikan manfaat bagi mereka. Manfaat yang dirasakan
tiap responden bervariasi. Selain penerangan, responden merasakan bahwa
pengadaan PLTMH ini bermanfaat bagi mereka dalam mengakses informasi baru.
Selain itu, pengadaan PLTMH juga bermanfaat dalam mempermudah pekerjaan
mereka. Responden yang hanya merasakan manfaat penerangan dari listrik yang
dihasilkan dari PLTMH sebanyak 26%. Sebanyak 67% responden menyatakan
bahwa listrik yang dihasilkan oleh PLTMH bermanfaat untuk penerangan dan
dapat menambah akses informasi baru. Sebanyak 5% responden menyatakan
bahwa adanya pengadaan PLTMH ini menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk
Ada Listrik
74%
Tidak Ada
Listrik
26%
47
mereka. Sisanya sebanyak 2% merasakan bahwa adanya listrik dari PLTMH
mempermudah pekerjaan mereka. Adapun persepsi masyarakat mengenai manfaat
yang dirasakan, dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Manfaat yang Dirasakan Responden Setelah Adanya PLTMH
No. Manfaat
Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
1. Penerangan 15 26
2. Penerangan dan Akses
Informasi Baru 38 67
3. Menciptakan Lapangan
Pekerjaan 3 5
4. Mempermudah Pekerjaan 1 2
Total 57 100
Sumber: Data primer, diolah (2012)
Selain adanya manfaat yang dirasakan responden, ada pula keluhan yang
dirasakan responden. Seluruh responden (100%) menyatakan bahwa listrik yang
berasal dari PLTMH masih mengalami gangguan, seperti voltase tidak stabil dan
listrik yang tiba-tiba padam di malam hari.
Sebanyak 100% responden menyatakan bahwa iuran yang dibebankan
pada mereka masih terjangkau. Jika dibandingkan dengan sumber listrik
sebelumnya yaitu minyak tanah, solar, maupun kincir tradisonal, maka
pengeluaran responden untuk mendapat listrik dari PLTMH lebih murah.
Pembuatan kincir tradisonal membutuhkan biaya sebesar Rp 2.000.000 untuk
pemasangan pertama kali, dan biaya pemeliharaan sebulan sekali sebesar Rp
10.000, biaya perbaikan 2 bulan atau 3 bulan sekali sebesar Rp 30.000 untuk
pembelian karet dan laher yang rusak. Volume minyak tanah yang digunakan
untuk lampu tempel bervariasi setiap rumah tangga tergantung jumlah lampu yang
digunakan. Rata-rata penggunaan minyak tanah setiap bulannya yaitu sebanyak 3
liter dengan harga minyak tanah di Kampung Paseban sebesar Rp 10.000 per liter.
Satu orang responden memakai genset untuk menghasilkan listrik di rumahnya
48
sebelum adanya listrik dari PLTMH. Biaya yang dikeluarkan setiap bulan yaitu
sebesar Rp 100.000.
Kepuasan konsumen menjadi salah satu faktor penentu keberlangsungan
PLTMH. Sebanyak 61% responden menyatakan bahwa kapasitas listrik yang ada
saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan mereka, sedangkan sebanyak 39%
responden merasa bahwa listrik yang ada saat ini belum sesuai dengan kebutuhan
mereka. Responden yang merasa bahwa kapasitas listrik yang ada sekarang ini
masih kurang karena mereka menginginkan jumlah listrik yang lebih besar.
Mereka ingin menggunakan alat elektronik lain seperti setrika dan rice cooker.
Persepsi masyarakat mengenai kapasitas listrik dari PLTMH dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Persepsi Responden Terhadap Kapasitas Listrik PLTMH
Indikator Kepuasan Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
Sesuai 35 61
Tidak Sesuai 22 39
Sumber: Data primer, diolah (2012)
Pembangunan PLTMH di Kampung Paseban, baik secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi kondisi lingkungan fisik yang ada di
Kampung Paseban. Berdasarkan hasil yang didapat, sebanyak 75% responden
menyatakan sangat setuju jika PLTMH tidak menimbulkan kebisingan bagi
masyarakat. Sebanyak 25% responden menyatakan setuju jika PLTMH tidak
menimbulkan kebisingan bagi masyarakat. Selain dari kebisingan, aspek
lingkungan dapat pula dilihat dari segi kualitas air. Sebanyak 75% responden
sangat setuju jika PLTMH tidak menyebabkan penurunan kualitas air. Responden
sebanyak 18% menyatakan setuju jika PLTMH tidak menyebabkan penurunan
kualitas air, dan sisanya sebanyak 7% kurang setuju jika PLTMH tidak
49
menyebabkan kualitas air. Persepsi masyarakat terhadap kondisi lingkungan
Kampung Paseban dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Lingkungan Kampung
Paseban Setelah Adanya PLTMH
No. Sub Indikator Persepsi (%) Total
(%) 1 2 3 4 5
1. PLTMH tidak
mengakibatkan kebisingan 0 0 0 26 74 100
2. PLTMH tidak
menyebabkan penurunan
kualitas air
0 0 7 18 75 100
Sumber: Data primer, diolah (2012)
Keterangan:
1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = kurang setuju
4 = setuju; 5 = sangat setuju
Setelah melakukan perhitungan dengan skala likert, maka dapat diketahui
bahwa masyarakat sangat setuju jika PLTMH tidak mengakibatkan kebisingan.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai persepsi sebesar 4,75. Selain itu, masyarakat
sangat setuju bahwa PLTMH tidak menyebabkan penurunan kualitas air, yang
ditunjukkan dengan nilai persepsi yang diperoleh sebesar 4,68. Masyarakat
menilai bahwa PLTMH merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan,
karena dampak yang ditimbulkannya dapat diminimalisir bahkan tidak ada sama
sekali.
Aspek lain yang dapat dilihat dari adanya pembangunan PLTMH yaitu
aspek ekonomi. Aspek ekonomi meliputi penambahan penghasilan dan
peningkatan sarana prasarana industri kecil. Responden yang merasakan
penambahan penghasilan sangat baik setelah adanya PLTMH hanya sebanyak 5%.
Sebanyak 53% responden menyatakan penambahan penghasilan yang tidak baik,
Mereka menginginkan dengan adanya PLTMH dapat menambah penghasilan
mereka. Sebanyak 56% responden menyatakan bahwa peningkatan sarana
50
prasarana industri kecil setelah adanya PLTMH sudah baik sementara sebanyak
30% responden menyatakan bahwa peningkatan sarana prasarana industri kecil
sangat baik.
Tabel 15. Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Ekonomi Kampung
Paseban Setelah Adanya PLTMH
No. Sub Indikator Persepsi (%) Total
(%) 1 2 3 4 5
1. Penambahan penghasilan 0 53 33 9 5 100
2. Peningkatan sarana
prasarana industri kecil 0 0 14 56 30 100
Sumber: Data primer, diolah (2012)
Keterangan:
1 = sangat tidak baik; 2 = tidak baik; 3 = kurang baik
4 = baik; 5 = sangat baik
Perhitungan dengan skala Likert juga dilakukan untuk mengetahui nilai
persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Kampung Paseban. Dari hasil
perhitungan, didapat nilai persepsi responden sebesar 2,67 yang berarti bahwa
masyarakat menilai bahwa penambahan penghasilan yang kurang baik.
Masyarakat menilai bahwa adanya PLTMH tidak begitu berdampak pada
penghasilan yang didapat. Peningkatan sarana prasarana industri kecil dinilai baik
oleh masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai persepsi responden yang
diberikan yaitu sebesar 4,16.
Aspek ketiga yang dapat dilihat yaitu mengenai pengelolaan PLTMH.
PLTMH dikelola oleh kelompok pengguna mikrohidro. Sebanyak 54% responden
menyatakan bahwa keberadaan kelompok sangat baik Sebanyak 60% responden
menyatakan kinerja kelompok sudah sangat baik. Persepsi masyarakat terhadap
kondisi sosial kelembagaan, dapat dilihat pada Tabel 16.
51
Tabel 16. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan PLTMH Ciesek
No. Sub Indikator Persepsi (%) Total
(%) 1 2 3 4 5
1. Keberadaan kelompok 0 0 12 33 54 100
2. Kinerja kelompok 0 0 0 40 60 100
Sumber: Data primer, diolah (2012)
Keterangan:
1 = sangat tidak baik; 2 = tidak baik; 3 = kurang baik
4 = baik; 5 = sangat baik
Perhitungan dengan skala Likert juga dilakukan untuk mengetahui nilai
persepsi masyarakat terhadap pengelolaan PLTMH di Kampung Paseban.
Masyarakat menilai bahwa keberadaan kelompok dan kinerja kelompok sudah
sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai persepsi yang diperoleh kedua hal
tersebut berada pada selang 4,2 sampai 5,0. Nilai persepsi masyarakat mengenai
keberadaan kelompok yaitu 4,42. Nilai persepsi masyarakat mengenai kinerja
kelompok yaitu 4,60.
6.2 Kinerja Produksi, Distribusi, dan Sistem Pembayaran Listrik
PLTMH Ciesek
6.2.1 Kinerja Produksi PLTMH Ciesek
PLTMH merupakan salah satu pembangkit listrik yang tidak menggunakan
bahan bakar sebagai media pembangkitnya. PLTMH menggunakan air sebagai
media pembangkitnya. Penggunaan PLTMH relatif lebih mudah dibanding
dengan pembangkit listrik jenis lainnya. Secara teknis, PLTMH memiliki tiga
komponen utama yaitu air sebagai sumber energi, turbin, dan generator. PLTMH
Ciesek mendapatkan energi dari aliran air yang berasal dari Sungai Ciesek.
PLTMH Ciesek telah beroperasi sejak bulan Januari 2012. Potensi daya
yang dihasilkan yaitu sebesar 18,8 kW atau sebesar 18.800 watt. Kapasitas daya
listrik yang dihasilkan yaitu sebesar 11,2 kW atau sebesar 11.200 watt.
52
Listrik yang berasal dari PLTMH dinyalakan pukul 16.00 WIB dan
dimatikan kembali pukul 07.00 WIB. Operator bertugas dalam menyalakan turbin
setiap harinya. Terkadang, listrik tiba-tiba padam di malam hari, maka operator
segera menuju rumah pembangkit untuk menyalakan turbin kembali. Setiap
konsumen memiliki waktu pelayanan aliran listrik yang sama dari PLTMH Ciesek
yaitu selama 15 jam. PLTMH Ciesek hanya mengalirkan listrik selama 15 jam
untuk menjaga kondisi mesin mikrohidro agar tidak cepat rusak. Akan tetapi,
khusus pada hari minggu ataupun hari libur, listrik dialirkan selama 24 jam.
6.2.2 Distribusi Listrik PLTMH Ciesek
Daya listrik yang ada telah didistribusikan pada 61 rumah warga yang
terletak di Kampung Paseban. Pendistribusian listrik ini dilakukan secara
bertahap. Pada bulan Januari 2012, jumlah rumah yang dialiri listrik dari PLTMH
sebanyak 54 rumah, bulan Februari 2012 jumlahnya bertambah menjadi 61
rumah. Masing-masing rumah diberikan pembatas daya atau Miniatur Circuit
Board (MCB) dengan kapasitas 1 ampere atau setara dengan 220 volt.
Kebutuhan listrik masyarakat, khususnya pada program pelistrikan desa
sangat dibatasi. Hal ini didasarkan adanya ketersediaan potensi sumber daya air,
kemampuan memelihara dan membiayai penggunaan listrik, serta besaran biaya
pembangunan. Penggunaan listrik dari PLTMH oleh masyarakat di Kampung
Paseban umumnya hanya untuk penerangan dan televisi ataupun radio di malam
hari sementara pada siang hari sebagian besar masyarakat bekerja.
Penggunaan daya maksimum di Kampung Paseban sebesar 110 watt pada
setiap sambungan atau rumah. Daya sebesar 110 watt digunakan untuk
penerangan yang menggunakan 3 buah lampu masing-masing 15 watt sehingga
53
total daya untuk penerangan berjumlah 45 watt. Selain penerangan, daya yang ada
digunakan untuk penggunaan alat elektronik seperti televisi dengan daya 60 watt.
Penggunaan tersebut dianggap cukup untuk kebutuhan pelistrikan perdesaan pada
Kampung Paseban.
6.2.3 Sistem Pembayaran PLTMH Ciesek
Sistem pembayaran listrik PLTMH Ciesek ditentukan berdasarkan
kesepakatan warga. Besarnya iuran PLTMH yang harus dikeluarkan responden
hanya digolongkan menjadi dua kategori. Kategori I yaitu tarif listrik sebesar Rp
15.000 untuk konsumen listrik yang tidak memiliki barang elektronik dan kategori
II yaitu tarif listrik sebesar Rp 20.000 untuk konsumen listrik yang memiliki
barang elektronik seperti televisi.
Pembayaran iuran listrik dilakukan setiap bulan pada tanggal 7. Penagihan
iuran ini dilakukan oleh bendahara yang mendatangi setiap rumah warga.
Kegiatan penagihan ini dilakukan dalam dua hari karena letak rumah yang
menyebar dan sangat berjauhan.
Kehadiran PLTMH Ciesek tentunya memberi keuntungan bagi masyarakat
yang tinggal di Kampung Paseban. Keuntungan dari adanya PLTMH bagi
masyarakat Paseban yaitu mereka tidak perlu membayar biaya pemasangan listrik.
Apabila dibandingkan dengan listrik yang berasal dari PLN, untuk pemasangan
baru dengan kapasitas daya terendah kelompok rumah tangga yaitu 450 VA
dikenakan biaya pemasangan sebesar Rp 657.000.
Selain itu, keuntungan yang dirasakan masyarakat yaitu tarif listrik yang
lebih murah jika dibandingan dengan listrik dari PLN. Tarif listrik per kWh dari
PLTMH Ciesek yaitu sebesar Rp 582, sedangkan tarif listrik yang berasal dari
54
PLN rata-rata sebesar Rp 729 per kWh. Tabel 17 menunjukkan tarif listrik per
kWh dari PLTMH Ciesek.
Tabel 17. Tarif Listrik per kWh PLTMH Ciesek dalam Satu Bulan
Kategori Daya
(Watt)
Layanan
per hari
(Jam)
Jumlah
pemakaian listrik
per bulan
(kWh)
Tarif listrik
per bulan
(Rp)
Tarif listrik
per kWh
(Rp)
I 45 15 20,25 15.000 741
II 105 15 47,25 20.000 423
Rata-rata 582
Sumber: Data primer, diolah (2012)
6.3 Estimasi Kelayakan dan Keberlanjutan PLTMH Ciesek
Pembangunan PLTMH Ciesek dilakukan pada tahun 2011 dan mulai
beroperasi menghasilkan listrik pada bulan Januari 2012. PLTMH Ciesek
merupakan salah satu program dari Provinsi Jawa Barat dalam bidang listrik
perdesaan. Pengadaan suatu proyek harus ditinjau dari sisi kelayakan dan
keberlanjutannya agar pembangunan proyek tersebut tidak sia-sia.
6.3.1 Estimasi Kelayakan PLTMH Ciesek
Estimasi kelayakan PLTMH Ciesek dilakukan dengan analisis biaya dan
manfaat yaitu perhitungan NPV. Identifikasi biaya dan manfaat proyek dilakukan
terlebih dahulu untuk membuat cashflow.
Biaya yang dikeluarkan dalam pembangunan PLTMH Ciesek terdiri dari
biaya investasi, biaya operasional dan pemeliharaan. Berikut ini rincian biaya
PLTMH Ciesek :
1) Biaya Investasi
Biaya investasi PLTMH adalah biaya yang dikeluarkan untuk membangun
PLTMH. Biaya investasi terdiri dari biaya pembangunan sarana PLTMH dan
biaya lain-lain. Biaya pembangunan sarana PLTMH terdiri dari biaya pekerjaan
55
persiapan, biaya pekerjaan sipil, biaya pekerjaan mekanikal dan elektrikal,
pekerjaan jaringan distribusi, dan biaya instalasi rumah. Biaya lain-lain terdiri dari
biaya untuk training operator dan buku manual.
Biaya pekerjaan persiapan adalah biaya yang dikeluarkan pada tahap awal
rencana pembangunan PLTMH yang terdiri dari kegiatan setting out dan
bouwplank dan kegiatan mobilisasi bahan dan alat. Biaya persiapan ini mencapai
Rp 37.500.000.
Biaya pekerjaan mekanikal dan elektrikal merupakan biaya terbesar yang
dikeluarkan dalam pembangunan PLTMH Ciesek. Peralatan mekanikal dan
elektrikal terdiri dari turbin set, generator, panel control, ballast load, setup
instalasi, aksesoris, dan transportasi pengangkutan peralatan dari Bandung ke
lokasi PLTMH Ciesek. Biaya pekerjaan mekanikal dan elektrikal PLTMH Ciesek
ini mencapai Rp 291.500.000.
Biaya investasi PLTMH Ciesek secara keseluruhan yaitu Rp 725.490.882
yang hanya dikeluarkan pada tahun ke 0. Komponen biaya secara lengkap
disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18. Komponen Biaya Investasi PLTMH Ciesek Tahun 2011
Uraian Jumlah (Rp)
Pekerjaan persiapan 37.500.000
Pekerjaan sipil 194.410.982
Pekerjaan mekanikal dan elektrikal 291.500.000
Pekerjaan jaringan distribusi 132.675.000
Instalasi rumah (SRIR) 57.404.900
Lain-lain 12.000.000
Total 725.490.882
Sumber: Dinas ESDM Wilayah I Cianjur (2012)
2) Biaya Operasional dan Pemeliharaan
PLTMH Ciesek belum memiliki pengeluaran untuk biaya tidak tetap
seperti penggantian alat yang rusak. Biaya tetap dalam operasional PLTMH
56
Ciesek adalah biaya per bulan untuk menggaji karyawan yang mengoperasikan
dan merawat pembangkit listrik. Biaya tetap secara rinci disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Biaya Operasional PLTMH Ciesek Tahun 2012
Personil Jumlah Biaya/bulan
(Rp)
Total
Biaya/bulan
(Rp)
Total
Biaya/tahun
(Rp)
Ketua PLTMH 1 100.000 100.000 1.200.000
Administrasi 1 100.000 100.000 1.200.000
Operator 2 250.000 500.000 6.000.000
700.000 8.400.000
Sumber: Data primer, diolah (2012)
Biaya tidak tetap adalah biaya yang dialokasikan untuk keperluan operasi
dan pemeliharaan peralatan atau mesin PLTMH, terdiri atas pelumas, perawatan
bangunan, dan perawatan jalan. Dikarenakan PLTMH Paseban masih terhitung
baru dalam beroperasi dan alat-alat yang ada masih bagus, maka biaya-biaya
tersebut belum dikeluarkan.
Manfaat dari PLTMH berupa manfaat langsung yang diterima oleh
PLTMH yang berasal dari iuran warga yang memakai listrik dari PLTMH.
Besarnya iuran ditentukan berdasarkan kesepakatan warga. Iuran yang dibayarkan
warga menjadi penerimaan bagi PLTMH. Total penerimaan PLTMH Ciesek yaitu
Rp 13.380.000 per tahun yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Total Penerimaan PLTMH Ciesek Tahun 2012
Jenis Tarif
(Rp/bulan)
Jumlah Rumah
tangga Pengguna
Total/bulan
(Rp)
Total/tahun
(Rp/)
15.000 21 315.000 3.780.000
20.000 40 800.000 9.600.000
1.115.000 13.380.000
Sumber: Data primer, diolah (2012)
Dalam melakukan estimasi kelayakan PLTMH, diasumsikan
Pembangunan PLTMH Ciesek memiliki umur ekonomis proyek selama sepuluh
tahun yang didasarkan pada ketahanan alat mikrohidro. Asumsi lain yang
57
digunakan adalah menggunakan tingkat suku bunga sebesar 12% yang merupakan
suku bunga pinjaman. Hal ini didasarkan pada kondisi apabila masyarakat
Kampung Paseban tidak mendapat hibah dari pemerintah sehingga harus
meminjam dana untuk membangun PLTMH.
Estimasi kelayakan dilakukan dengan dua skenario, skenario I yaitu
apabila biaya investasi dimasukkan sebagai komponen pengeluaran karena modal
sendiri dan skenario II yaitu biaya investasi tidak dimasukkan sebagai komponen
pengeluaran karena merupakan dana hibah dari pemerintah. Skenario II
merupakan kondisi yang sebenarnya dari PLTMH Ciesek.
Tidak semua daerah yang berpotensi dalam mengembangkan PLTMH
mendapat bantuan dana dari pemerintah. Oleh karena itu, pembiayaan berasal dari
modal sendiri ataupun berupa pinjaman dan akan termasuk dalam komponen
biaya.
Pada PLTMH Ciesek, dana yang digunakan dalam membangun PLTMH
berasal dari dana hibah Provinsi Jawa Barat sebesar Rp 725.490.882. Masyarakat
tidak perlu mengembalikan dana tersebut, sehingga biaya investasi tersebut tidak
dimasukkan ke dalam komponen biaya PLTMH Ciesek. Biaya per tahun yang
dikeluarkan oleh PLTMH Ciesek hanya berupa biaya operasional dan
pemeliharaan PLTMH sebesar Rp 8.400.000. Penerimaan per tahun yang
diperoleh oleh PLTMH Ciesek sebesar Rp 13.380.000.
Perhitungan NPV dilakukan pada skenario I dan skenario II dengan asumsi
penerimaan dan biaya tetap sampai akhir umur proyek. Berdasarkan perhitungan
pada skenario I diperoleh NPV1 yang bernilai negatif sebesar Rp 697.352.771 dan
perhitungan pada skenario II diperoleh NPV2 sebesar Rp 28.138.111.
58
NPV1 yang bernilai negatif menunjukkan bahwa proyek pembangunan
PLTMH tidak menguntungkan secara ekonomi, sementara NPV2 menunjukkan
bahwa proyek pembangunan PLTMH menguntungkan secara ekonomi.
Pada skenario I menunjukkan bahwa proyek PLTMH tidak
menguntungkan karena nilai investasi yang besar, sementara penerimaan relatif
kecil. Agar proyek PLTMH ini dapat menguntungkan secara ekonomi, maka perlu
adanya upaya dalam meningkatkan penerimaan. Upaya ini dapat dilakukan
dengan memanfaatkan listrik PLTMH yang belum terpakai. Salah satunya dengan
membuat usaha penggilingan kopi. Usaha penggilingan kopi ini memanfaatkan
aliran listrik dari PLTMH yang akan menjadi penerimaan bagi PLTMH. Selain
itu, penambahan penerimaan juga dapat dilakukan dengan cara menambah
konsumen listrik yang berasal dari masyarakat yang belum mendapat aliran listrik
dari PLN.
6.3.2 Keberlanjutan PLTMH Ciesek
Sejauh ini, belum ada rencana dari PLN untuk menyalurkan listrik ke
Kampung Paseban, sehingga layanan listrik oleh PLTMH Ciesek harus
berkelanjutan. Ditinjau dari aspek teknis, keberlanjutan PLTMH bergantung pada
ketersediaan sumberdaya air. Oleh karena itu, kuantitas dan kualitas air di wilayah
PLTMH Ciesek harus dijaga. PLTMH dan masyarakat harus sama-sama
berkontribusi dalam upaya konservasi air di wilayah PLTMH Ciesek. Upaya yang
dapat dilakukan masyarakat seperti tidak membuang sampah ke sungai dan tidak
menebang pohon sembarangan. Upaya yang dilakukan oleh PLTMH Ciesek yaitu
bekerja sama dengan Perhutani dalam melakukan penghijauan. Upaya-upaya
tersebut diharapkan dapat menjaga keberlanjutan PLTMH Ciesek.
59
Selain dari aspek teknis, keberlanjutan PLTMH Ciesek ditentukan pula
dari aspek ekonomi yaitu mengenai pembiayaan PLTMH. Pembangunan PLTMH
dan sistem penyaluran listrik membutuhkan biaya yang relatif besar, begitu pula
dengan PLTMH Ciesek. Pembangunan PLTMH Ciesek sangat bergantung pada
hibah dari pemerintah. Selain pembiayaan pembangunan PLTMH Ciesek, ada
pembiayaan pengelolaan yang masih dapat tertutupi dari iuran masyarakat.
PLTMH Ciesek masih tergolong baru sehingga belum ada biaya perbaikan. Akan
tetapi, perlu adanya antisipasi dalam menghadapi kenaikan biaya pengeloaan.
Oleh karena itu, dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat apa yang akan
terjadi terhadap hasil analisis proyek jika ada suatu perubahan dalam dasar-dasar
perhitungan biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas yang dilakukan adalah
perubahan terhadap biaya (biaya operasional dan pemeliharaan) dan perubahan
terhadap manfaat. Analisis sensitivitas pada penelitian ini dilakukan terhadap
skenario II. Perubahan biaya operasional dan pemeliharaan pada skenario II
diasumsikan mengalami peningkatan sebesar 25%. Hasil perhitungan
menunjukkan NPV2 berubah menjadi Rp 16.272.642 yang menunjukkan bahwa
peningkatan biaya sebesar 25% masih tetap menguntungkan atau layak untuk
dilaksanakan.
Perubahan terhadap manfaat yang dilakukan adalah dengan meningkatkan
jumlah konsumen listrik pada konsumen kategori II yang menggunakan daya
listrik sebesar 105 watt. Peningkatan ini berdasarkan adanya sisa kapasitas listrik
dari PLTMH Ciesek sebesar 6055 watt. Konsumen listrik pada kategori II
diasumsikan mengalami peningkatan sebesar 58 orang sehingga totalnya menjadi
98 rumah tangga. Hasil perhitungan menunjukkan NPV sebesar Rp 94.923.747.
60
Keberlanjutan PLTMH Ciesek sangat bergantung pada pembiayaan dari
pemerintah karena biaya investasi yang digunakan untuk membangun PLTMH
terlalu mahal. Masyarakat Kampung Paseban dapat secara mandiri membangun
PLTMH jika biaya yang dikeluarkan disesuaikan dengan kemampuan mereka
yaitu mencari peralatan mikrohidro yang lebih murah.
61
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1) Masyarakat telah mendapat manfaat dari adanya listrik dari PLTMH. Persepsi
masyarakat Kampung Paseban terhadap adanya pembangunan PLTMH
Ciesek secara keseluruhan dinilai baik. Akan tetapi, masyarakat menilai
bahwa adanya PLTMH kurang berdampak pada penghasilan mereka.
2) Kapasitas daya listrik dari PLTMH telah didistribusikan pada 61 pelanggan
listrik. Kapasitas daya listrik yang dihasilkan PLTMH sebesar 11.200 watt
dan hanya termanfaatkan sebesar 5145 watt sehingga terdapat kelebihan
kapasitas sebesar 6055 watt. Iuran listrik PLTMH Ciesek relatif murah
dibandingkan dengan PLN.
3) Masyarakat Kampung Paseban mendapatkan keuntungan dengan adanya
proyek PLTMH Ciesek. Biaya investasi tidak ditanggung oleh masyarakat
karena adanya hibah dari pemerintah Provinsi Jawa Barat sehingga proyek
PLTMH dikatakan layak. Adanya peningkatan pada biaya operasional dan
pemeliharaan PLTMH Ciesek sebesar 25% masih tetap menguntungkan
secara ekonomi. Perubahan terhadap manfaat PLTMH dilakukan dengan
menambah jumlah konsumen listrik sebesar 58 rumah tangga. Keberlanjutan
PLTMH Ciesek sangat bergantung pada pemerintah apabila masih
menggunakan skema pembiayaan investasi yang ada saat ini. Masyarakat
Kampung Paseban dapat secara mandiri membangun PLTMH jika biaya
investasi yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan mereka.
62
7.2 Saran
1) Pembangunan PLTMH oleh pemerintah dapat diterapkan pada wilayah
daerah aliran sungai lainnya baik di wilayah Bogor, maupun di Jawa Barat
khususnya bagi daerah yang sulit mendapat aliran listrik dari PLN karena
PLTMH bermanfaat bagi masyarakat.
2) Pembatasan daya listrik pada setiap sambungan rumah seharusnya
memperhatikan kebutuhan masyarakat dalam memanfaatkan listrik
3) Perlu adanya kerja sama antara masyarakat dan pengelola PLTMH dalam
menjaga kuantitas dan kualitas sumberdaya air.
4) Perlu adanya pengawasan dan pendampingan dari Unit Pelaksana Teknis
Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Wilayah I Cianjur agar PLTMH dapat
berkelanjutan.
63
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kindi, Hablinur. Analisis Tekno Ekonomi Mikrohidro Untuk Desa Mandiri
Energi Di Kampung Lebakcipung, Hegarmanah, Cibeber, dan Lebak
Provinsi Banten. [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral. 2009. Panduan Pengembangan Usaha
Produktif di Lokasi PLYMH. Dinas ESDM. Jakarta.
Djojodipuro, Marsudi. 1991. Teori Harga. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi.
Jakarta.
Effendy, O.U. 1984. Hubungan Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Karya.
Bandung.
Gittinger, J Price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua.
UI Press-John Hopkins. Jakarta.
Habibah, Heni. 2012. Dampak Ekonomi dan Lingkungan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro Lebakpicung Desa Hegarmanah Provinsi Banten.
[Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Hasan, Iqbal. 2009. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. PT Bumi Aksara.
Jakarta
Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT Asdi Mahasatya. Jakarta
Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta
Kadir, Abdul. 1995. Energi Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi
Ekonomi Edisi Kedua. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2010. Pedoman Studi Kelayakan
Komprehensif Berkelanjutan. Kementerian ESDM. Jakarta.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2011. Handbook of Energy and
Economic Statistics of Indonesia 2011. Kementerian ESDM. Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2009. Status Lingkungan Hidup Indonesia
Tahun 2008. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2010. Status Lingkungan Hidup Indonesia
Tahun 2009. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta.
64
Kuswadi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan
dan Akuntansi Biaya. PT.Elex Media Komputindo. Jakarta.
Leavitt, H.J. 1978. Psikologi Manajemen. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.
Lipsey, et al. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Jaka Warsana dan Kirbrandoko
[penerjemah]. Bina Rupa Aksara. Jakarta.
Mankiw, N. Gregory. 2000. Pengantar Ekonomi. Edisi Kedua: Jilid 1. Harvard
University. Harvard.
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya Edisi 5. Aditya Media. Yogyakarta.
Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Nuraini, Ida. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro. Universitas Muhammadiyah
Malang. Malang.
Putong, Iskandar. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro (Edisi 2). Ghalia
Indonesia. Jakarta.
Supriyono, R. A. 2007. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan
Harga Pokok. BPFE. Yogyakarta.
Umar, H. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
LAMPIRAN
66
Lampiran 1. Daftar Warga yang Membayar Iuran Listrik PLTMH Ciesek
No. Nama Iuran per
bulan No. Nama
Iuran per
bulan
1. Aas Rp 15.000 32. Iban Rp 15.000
2. Aat Rp 20.000 33. Ii Rp 15.000
3. Aca Rp 20.000 34. Ita Rp 15.000
4. M.Adang Rp 20.000 35. Itun Rp 20.000
5. Adang Rp 20.000 36. Jama Rp 15.000
6. Ade E Rp 20.000 37. Jarud Rp 20.000
7. Farman Rp 20.000 38. Kades Rp 20.000
8. Ahmad Rp 20.000 39. Karma Rp 20.000
9. Ajun Rp 15.000 40. Kariman Rp 20.000
10. Anas Rp 20.000 41. Kasman Rp 20.000
11. Anda Rp 20.000 42. Kodel Rp 20.000
12. Ano Rp 15.000 43. Lilis Rp 20.000
13. Atang F Rp 15.000 44. Ma ijah Rp 15.000
14. Atang N Rp 20.000 45. Maman Rp 20.000
15. Ating Rp 20.000 46. Ma'mun Rp 15.000
16. Caca Rp 15.000 47. Nandar Rp 20.000
17. Cucu Rp 15.000 48. Nenah Rp 20.000
18. Dasef Rp 15.000 49. Nuraeni Rp 20.000
19. Dede E Rp 15.000 50. Nurdin Rp 15.000
20. Dede T Rp 20.000 51. Oco Rp 15.000
21. Didi Rp 20.000 52. Oman E Rp 15.000
22. Dulah Rp 20.000 53. Oman L Rp 20.000
23. Dulhak Rp 20.000 54. Oo Rp 15.000
24. Edeh Rp 20.000 55. Robin Rp 20.000
25. Ema S Rp 20.000 56. Sadam Rp 20.000
26. Eman S Rp 20.000 57. Ucih Rp 15.000
27. Eman Sule Rp 15.000 58. Udin Rp 20.000
28. Enti Rp 20.000 59. Ujum Rp 20.000
29. Sutisna Rp 20.000 60. Wawan Rp 20.000
30. Hendi Rp 20.000 61. Asep Rp 20.000
31. Heri Rp 15.000
67
Lampiran 2. Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan PLTMH Ciesek
Nama J enis
Kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan
Jumlah
Anggota Keluarga Pendapatan
Lama
Tinggal
Persepsi terhadap kondisi
lingkungan
Persepsi terhadap kondisi ekonomi Persepsi terhadap
pengelolaan PLTMH
Kebisingan Penurunan
kualitas air
Penambahan
penghasilan
Peningkatan sarpras
industri kecil
Keberadaan
kelompok
Kinerja
kelompok
Anda L 30 SD swasta 3 800000 25 2 5 5 4 4 4
Dede L 38 SD buruh 5 700000 14 4 5 5 4 5 4
Nasrudin L 32 SD buruh 3 750000 26 5 4 3 4 3 4
Oman L 47 SD buruh 4 600000 25 5 4 3 4 4 5
Hendik L 35 SD pedagang 4 850000 8 5 5 4 3 5 5
Aat L 36 SD buruh 4 1080000 18 5 3 2 4 4 4
Ade L 38 SD buruh 4 500000 30 5 5 2 4 5 4
Lisnawati P 20 SMP IRT 3 - 2 4 5 2 4 3 4
Ita P 63 SD IRT 7 - 25 5 5 4 4 4 5
Karma L 50 SD buruh 4 750000 30 5 4 2 4 5 4
Asep L 31 SMP pekebun 4 750000 1 5 4 3 4 4 4
Ajat L 41 SD tukang kebun 5 600000 12 2 4 5 3 3 5
Nandar L 27 SD pekebun 3 1000000 20 5 4 2 4 5 4
Oo L 42 SD petani 4 500000 35 4 4 3 4 4 5
Adam M L 25 SD buruh 4 800000 7 5 5 4 4 3 5
Nenah P 40 SD IRT 2 - 10 5 5 2 4 4 4
Dini P 35 SD IRT 2 - 17 4 5 2 4 4 4
Mus L 69 SD
4 - 17 4 5 3 3 5 4
Didi L 49 SD penjaga villa 7 1000000 12 4 5 2 4 5 4
Nyai P 28
tidak
sekolah IRT 2 - 25
5 5 3 4 3 4
Eman L 48 SD petani 3 1000000 22 5 5 2 4 5 5
Lilis P 27 SD IRT 6 - 11 5 5 2 3 4 5
Uti P 27 SD IRT 5 - 11 4 3 3 4 4 5
Asiah P
tidak
sekolah IRT
-
5 5 2 5 5 4
Enok P 45 SD IRT 5 - 20 5 5 2 4 5 5
68
Otang N L 39 SD buruh 4 - 23 5 4 3 4 5 5
Ii P 30 SD pedagang 5 1000000 26 4 5 2 4 4 4
Nuraini P 21 SD pedagang 2 1000000 26 5 5 2 4 4 5
Eti P 40 SD pekebun 8 200000 12 5 3 3 4 5 5
Cucu L 85 SD buruh tani 2 - 30 4 5 2 4 4 5
Dede E L 37 SMP jual beli pala 5 850000 30 2 5 2 4 5 4
Mamun L 63 SD petani padi 4 300000 27 5 4 3 5 4 5
Ating L 30 SD buruh 5 - 23 5 5 2 4 5 5
Nurdin L 27 SD peternak 3 1500000 27 5 4 4 5 5 4
Ida P 35 SD warung 4 1000000 15 4 5 3 5 5 4
Bi Edeh P 60 SD warung 2 1000000 26 5 5 2 4 4 5
Nurhalimah P 43 SD warung 4 850000 15 4 5 2 5 4 5
Heri L 40 SD ojeg 4 400000 14 5 5 3 3 5 5
Ma'ijah P 67
tidak
sekolah
kuli,jual
kripik 3 - 24
4 5 2 5 4 4
Entis RT L 43 SD buruh harian 5 - 23 5 5 2 3 4 5
Oco L 60
tidak sekolah
petani 3 - 28 5 5 3 5 5 4
Nursih P 40 SD arit rumput 4 - 5 5 5 3 3 5 4
Titi P 30 SD warung 7 900000 3 5 5 2 5 5 5
Ano L 20 SMP buruh 2 800000 2 4 5 2 4 4 5
Parman L 45 SD petani 6 - 16 5 5 4 5 4 5
Adang L 30 STM curug 5 1000000 32 5 5 2 3 5 5
Rohayani P 41 SD petani 5 500000 36 5 5 3 5 5 5
Udin L 47 SD petani 4 700000 25 5 5 3 5 5 5
Kasman L 56 SD buruh tani 5 600000 15 5 5 3 4 5 4
Jarud L 35 SD buruh 4 500000 10 5 5 2 5 4 5
Iban P 50 SD irt 6 - 45 5 3 2 5 5 5
Ahmad L 51 SD petani 6 750000 40 4 5 3 5 5 5
Ati P 43
tidak
sekolah irt 4 - 28
5 5 2 4 4 5
69
Dulhaq L 40 SD buruh tani 5 500000 34 5 5 2 5 5 5
Wawan L 38 SMP buruh tani 5 550000 15 5 5 2 5 4 5
Ujum L 49 SD petani 5 700000 40 5 5 2 4 5 5
Maman L 53 SD arit rumput 7 400000 43 5 5 3 5 5 5
70
Lampiran 3. Cashflow (Skenario I)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN
Iuran listrik 0 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000
TOTAL PENERIMAAN 0 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000
BIAYA
1. Biaya Investasi Awal
a. Pekerjaan persiapan 37500000
b. Pekerjaan sipil 194410982
c. Pekerjaan mekanikal dan elektrikal 291500000
d. Pekerjaan jaringan distribusi 132675000
e. Instalasi rumah 57404900
f. Lain-lain 12000000
TOTAL BIAYA INVESTASI 725490882
2. Biaya operasional dan pemeliharaan
Gaji operator 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000
NET BENEFIT (720510882) 4980000 4980000 4980000 4980000 4980000 4980000 4980000 4980000 4980000 4980000
DF (12%) 1,000 0,893 0,797 0,712 0,636 0,567 0,507 0,452 0,404 0,361 0,322
PV of NB (725490882) 4446429 3970026 3544666 3164880 2825786 2523023 2252699 2011339 1795838 1603427
NPV1 (697352771)
71
Lampiran 4. Cashflow (Skenario II)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN
Iuran listrik 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000
TOTAL PENERIMAAN 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000
BIAYA
1. Biaya Investasi Awal
a. Pekerjaan persiapan
b. Pekerjaan sipil
c. Pekerjaan mekanikal dan elektrikal
d. Pekerjaan jaringan distribusi
e. Instalasi rumah
f. Lain-lain
TOTAL BIAYA INVESTASI
2. Biaya operasional dan pemeliharaan
Gaji operator 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000
NET BENEFIT 4980000 4980000 4980000 4980000 4980000 4980000 4980000 4980000 4980000 4980000
DF 12% 0,893 0,797 0,712 0,636 0,567 0,507 0,452 0,404 0,361 0,322
PV of NB 4446429 3970026 3544666 3164880 2825786 2523023 2252699 2011339 1795838 1603427
NPV2’ 28138111
72
Lampiran 5. Analisis Sensitivitas pada Skenario II (perubahan terhadap biaya)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN
Iuran listrik 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000
TOTAL PENERIMAAN 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000 13380000
BIAYA
Biaya operasional dan pemeliharaan
Gaji operator 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000
Biaya pemeliharaan 2100000 2100000 2100000 2100000 2100000 2100000 2100000 2100000 2100000 2100000
TOTAL BIAYA 10500000 10500000 10500000 10500000 10500000 10500000 10500000 10500000 10500000 10500000
NET BENEFIT 2880000 2880000 2880000 2880000 2880000 2880000 2880000 2880000 2880000 2880000
DF 12% 0,893 0,797 0,712 0,636 0,567 0,507 0,452 0,404 0,361 0,322
PV of NB 2571429 2295918 2049927 1830292 1634189 1459098 1302766 1163184 1038557 927283
NPV2 16272642
73
Lampiran 6. Analisis Sensitivitas pada Skenario II (perubahan terhadap manfaat)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN
Iuran listrik 27300000 27300000 27300000 27300000 27300000 27300000 27300000 27300000 27300000 27300000
TOTAL PENERIMAAN 27300000 27300000 27300000 27300000 27300000 27300000 27300000 27300000 27300000 27300000
BIAYA
1. Biaya Investasi Awal
a. Pekerjaan persiapan
b. Pekerjaan sipil
c. Pekerjaan mekanikal dan elektrikal
d. Pekerjaan jaringan distribusi
e. Instalasi rumah
f. Lain-lain
TOTAL BIAYA INVESTASI
2. Biaya operasional dan pemeliharaan
Gaji operator 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000 8400000
Biaya pemeliharaan 2100000 2100000 2100000 2100000 2100000 2100000 2100000 2100000 2100000 2100000
TOTAL BIAYA 10500000 10500000 10500000 10500000 10500000 10500000 10500000 10500000 10500000 10500000
NET BENEFIT 16800000 16800000 16800000 16800000 16800000 16800000 16800000 16800000 16800000 16800000
DF 12% 0,893 0,797 0,712 0,636 0,567 0,507 0,452 0,404 0,361 0,322
PV of NB 15000000 13392857 11957908 10676704 9532771 8511403 7599467 6785238 6058248 5409150
NPV2 94923747
74
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
75
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 8 Oktober 1990 dari pasangan
Erwin dan Ance Mariana. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Ciriung 2 pada
tahun 2002, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Cibinong
pada tahun 2005, dan pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiswa
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian
Bogor (USMI) pada tahun 2008. Penulis diterima di Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Selama di Institut Pertanian Bogor penulis aktif terlibat dalam kepanitiaan
berbagai acara serta pengurus organisasi yang ada di lingkungan kampus Institut
Pertanian Bogor. Penulis pernah tergabung dalam Dewan Perwakilan Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Manajemen (DPM FEM) sebagai Bendahara Komisi IV
periode tahun 2009-2010. Penulis juga tergabung dalam club Ekonomi
Sumberdaya Himpunan Profesi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan Resources and Environmental Economics Student Association
(REESA) periode 2011-2012. Selama masa studi penulis mendapatkan beasiswa
Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2010-2012.