analisis efisiensi pemasaran kedelai (glycine...
TRANSCRIPT
-
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI (Glycine max)
Di Desa Binangun, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar
Oleh
Lailatul Badriyah
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2017
-
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Analisis Efisiensi Pemasaran Kedelai (Glycine max) Di
Desa Binangun, Kecamatan Binangun, Kabupaten
Blitar
Nama Mahasiswa : Lailatul Badriyah
NIM : 125040107111021
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Menyetujui:
Dosen Pembimbing Utama
Dr. Ir. Syafrial, MS.
NIP. 19580529 198303 1 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Mangku Purnomo,SP,M.Si.,Ph.D
NIP. 19770420 200501 1 001
Tanggal Persetujuan :
-
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
MAJELIS PENGUJI
Tanggal Lulus:
Penguji I
Andrean Eka Hardana, SP., MP.,MBA
NIK. 201607900818 1 001
Penguji II
Anisa Aprilia, SP., MP., MBA
NIK. 201609870425 2001
Penguji III
Dr. Ir. Syafrial, MS
NIP. 19580529 198303 1 001
-
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Pemasaran
Kedelai (Glycine max) di Desa Binangun, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar”
adalah hasil penelitian saya sendiri dengan arahan dan bimbingan dosen pembimbing
utama skripsi. Skripsi ini tidak pernah diajukan untuk tujuan lain dan hanya ditujukan
untuk memperoleh gelar S1 di Universitas Brawijaya. Sepanjang pengetahuan saya
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
kecuali, rujukan dalam naskah ini yang disebutkan dalam daftar pustaka. Pernyataan
ini saya buat atas kesadaran sendiri dan dengan sebenar-benarnya menurut fakta yang
ada.
Malang, Agustus 2017
-
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Blitar, tepatnya pada tanggal 16 September 1993 dan
merupaka putri pertama dari dua bersaudara dari seorang Bapak bernama Suparman
dan seorang Ibu bernama Sridatin. Pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-
Kanak di TK Pertiwi Jegu 01 (1999-2000), melanjutkan ke jenjang berikutnya di
SD Negeri Jegu 02 (2000-2006), melanjutkan ke jenjang sekolah menengah
pertama di SMP Negeri 1 Sutojayan (2006-2009) dan jenjang pendidikan menengah
atas selanjutnya adalah SMA Negeri 1 Talun (2009-2012). Setelah lulus dari
jenjang pendidikan menengah atas, penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan
perguruan tinggi dengan menjadi salah satu mahasiswa di Universitas Brawijaya
dan mengambil konsentrasi keilmuan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian pada tahun 2012.
Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti kegiatan baik akademik
maupun non akademik. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Pengantar Usaha
Tani pada tahun 2015/2016. Kegiatan non akademik yang penulis ikuti adalah
mengikuti kegiatan ukm mahasiswa yaitu sebagai anggota IAAS dan mengikuti
beberapa kepanitiaan dalam kampus.
-
Halaman Persembahan
Alhamdulillah, rasa syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas
segala limpahan karunia, rahmat dan hidayahnya sehingga saya bisa memenuhi
serta menyelesaikan tugas dan kewajiban pendidikan ini dengan baik. Tugas akhir
skripsi saya persembahkan teruntuk:
Kedua orangtua saya, Bapak Suparman dan Ibu Sridatin,
Adik saya Lina Jati Fajaroh.
Selain itu terumakasih saya ucapkan teruntuk teman seperjuangan saya (Teman-
teman Gesrek, Teman-teman Bandar, dan Lailis) yang meluangkan waktu sibuk
mereka untuk memberi semangat, arahan dan nasehat terkait skripsi kepada saya
Penelitian skripsi ini mengajarkan saya dalam hal kesabaran,
ketekunan, percaya kepada kemampuan diri sendiri dan ketentuan-Nya.
Usaha, niat, dan ibadah menuntun saya mencapai hasil saat ini dalam menuntut
ilmu.
-
i
RINGKASAN
LAILATUL BADRIYAH. 1250407111021. Analisis Efisiensi Pemasaran
Kedelai di Desa Binangun, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar. Dibawah
bimbingan Dr. Ir. Syafrial, MS.
Salah satu sentra kedelai di Kabupaten Blitar ada di Desa Binangun,
Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar. Kedelai yang ditanam di Desa Binangun
adalah varietas Anjasmoro. Harga jual kedelai di tingkat petani dan lembaga
pemasaran masih rendah dibandingkan harga kedelai nasional. Harga kedelai pada
tingkat petani Rp 6000/kg, harga tersebut terbilang rendah karena harga kedelai
tingkat produsen nasional sebesar Rp 8327/kg. Harga kedelai tingkat pedagang
sebesar Rp 12.764/kg sedangkan harga pada tiap lembaga pemasaran kedelai di
lokasi penelitian dibawah Rp 7000/kg. Selisih harga di tingkat produsen berkisar
Rp 2000/kg dan selisih harga di tingkat pedagang berkisar Rp 5000/kg. Harga jual
kedelai lebih banyak ditentukan oleh tengkulak. Biaya pengangkutan dan
pengambilan keuntungan pada lembaga pemasaran menyebabkan besarnya biaya
pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi saluran pemasaran,
fungsi pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar serta untuk menganalisis
efisiensi pemasaran ditinjau dari marjin pemasaran, share petani, efisiensi harga,
dan efisiensi operasional.
Metode yang digunakan ada dua yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi fungsi pemasaran, saluran
pemasaran dan perilaku pasar. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis
struktur pasar dengan perhitungan IHH dan CR4 dan efisiensi pemasaran melalui
margin pemasaran, share harga petani, efisiensi harga, dan efisiensi operasional.
Hasil dari penelitian ini terdapat 4 saluran pemasaran kedelai. Pihak yang
terlibat dalam proses pemasaran adalah petani sebagai produsen kedelai dan
lembaga pemasaran yang terlibat antaralain tengkulak, pengepul, pengecer dan
pedagang besar. Fungsi pemasaran yang ada meliputi penjualan, pembelian,
pengangkutan, penyimpanan, pengemasan, sortasi dan grading, bongkar muat,
penanggungan resiko, retribusi dan transaksi. Masing-masing lembaga melakukan
fungsi berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang mereka miliki.
Struktur pasar yang terbentuk di daerah penelitian adalah oligopoli dan
monopoli namun yang sesuai dengan keadaan di lapang adalah struktur pasa
oligopoli. Perilaku pasar pada penentuan harga komoditas, petani menjadi pihak
penerima harga dan lembaga pemasaran sebagai pembentuk harga. Kerjasama yang
terjadi di tempat penelitian adalah antar lembaga pemasaran. Pada analisis marjin
pemasaran, share petani, maka dari 4 saluran pemasaran yang ada di Desa
Binangun, saluran pemasaran pertama merupakan saluran yang memberikan
keuntungan dan share harga terbesar bagi petani, tetapi saluran pertama mempunyai
kelemahan karean kuantitas kedelai yang dijual hanya sedikit. Saluran pemasaran
alternatif lain yang menguntukan bagi petani adalah saluran pemasaran II karena
memberikan share harga yang cukup tinggi bagi petani dengan jumlah pembelian
kedelai yang banyak. Pada efisiensi harga kegiatan pemasaran sudah efisien karena
selisih harga lebih dari biaya transportasi dan prosesing, sedangkan pada efisiensi
operasional belum efisien karena pada saat membeli produk di petani produk yang
diangkut tidak memenuhi muatan maksimal.
-
ii
SUMMARY
Lailatul Badriyah. 125040107111021. Analysis Marketing of Soybean in
Binangun Village, Subdistric Binangun, Blitar Regency. Under the guidance
of Dr. Ir. Syafrial, MS.
One of the soybean center in Blitar Regency is in Binangun Village, Binangun
Sub-District, Blitar Regency. Soybean in Binangun Village is Anjasmoro variety.
The selling price of soybean at farmer and marketing institution in research location
level are low compared to national soybean price. Soybean price at farmer level Rp
6000/ kg, the price is low compare with the national soybean farmer price is Rp
8327/ kg. Soybean price in national marketing agency is Rp 12,764/ kg while the
price of each soybean marketing agency in research location is below Rp 7000 / kg.
Price difference at farmers level are around Rp 2000/ kg and price difference at
marketing agencies level are around Rp 5000/ kg. Soybean selling price is
determined more by the middleman. Transportation costs and profit-taking on
marketing agencies lead to the huge cost of marketing. This research aims to
identify marketing channel, marketing function, market structure and market
conduct and to analyze marketing efficiency refer to marketing margin, farmer
share, price efficiency, and operational efficiency.
There are two method used that are qualitative and quantitative analysis.
Qualitative analysis is used to identify marketing functions, marketing channels and
market behavior. Quantitative analysis is used to analyze market structure with IHH
and CR4 calculation and marketing efficiency through marketing margin, farmer
price share, price efficiency, and operational efficiency.
The results of this study are 4 channels of soybean marketing. The people
involved in the marketing process are farmers as producers of soybeans and
marketing agencies involved are middle man, collectors, retailers and wholesalers.
Marketing functions consist of purchase, sales, sorting, packaging, transportation,
handling, storage, transaction, risk, and retribution. Each institution performs
different functions according to their needs and abilities.
The market structure formed in the research area are oligopoly and monopoly,
but in accordance with the situation in the field is the oligopoly market structure.
Market conduct on commodity pricing, farmers being the price taker and marketing
agencies as price maker. Cooperation that occurred at the research site is between
marketing institutions. In marketing margin analysis and farmers share from 4
marketing channels in Binangun Village, the first marketing channel is the channel
that gives profit and biggest share price for farmers, but the first channel has
weakness the quantity of soybean sold only slightly. Another alternative marketing
channel for farmers is marketing channel II because it provides a high share price
for farmers with large quantities of soybean purchases. On the price efficiency of
marketing activities have been efficient because the price difference is more than
the cost of transportation and processing, while the operational efficiency is not
efficient because at the time of purchase products in farmers, products transported
below maximum payload.
-
iii
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang dengan
rahmat dan hidayahNya telah menuntun penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Pemasaran Kedelai (Glycine max) di Desa
Binangun, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar”. Penelitian ini disusun sebagai
salah satu persyaratan meraih gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya selain itu penyusunan laporan
ini sebagai media penunjang kebutuhan khalayak umum yang ingin mengetahui dan
memahami tentang efisiensi pemasaran kedelai di daerah penelitian.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar -
besarnya, kepada Dr. Ir. Syafrial, MS., selaku dosen pembimbing skripsi dan
sebagai dosen pembimbing akademik atas segala kesabaran, nasehat, arahan dan
bimbingannya kepada penulis. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada
Andrean Eka Hardana, SP., MP., MBA dan Anisa Aprilia, SP., MP., MBA sebagai
dosen penguji atas nasihat, arahan dan bimbingan kepada penulis. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Ketua Jurusan Mangku Purnomo, SP, M.Si, Ph.D
dan beserta seluruh dosen atas bimbingan dan arahan yang selama ini diberikan
serta kepada karyawan Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas
Brawijaya atas fasilitas dan bantuan yang diberikan.
Penghargaan yang tulus penulis berikan kepada kedua orangtua dan adik
atas doa, cinta, kasih sayang, pengertian dan dukungan yang diberikan kepada
penulis. Juga kepada rekan Sosial Ekonomi angkatan 2012 atas bantuan, dukungan
dan kebersamaan selama ini. Penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak, dan memberikan sumbangan pemikiran dalam
kemajuan ilmu pengetahuan.
Malang, Mei 207
Penulis,
-
v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................... i
SUMMARY .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah............................................................................. 5
1.4Tujuan ............................................................................................. 5
I.5 Kegunaan Penelitian....................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ....................................................... 6
2.2 Tinjauan Tentang Pemasaran ......................................................... 9
2.3 Struktur Pasar ................................................................................. 19 2.4 Perilaku Pasar ................................................................................. 22 2.5 Kinerja Pasar .................................................................................. 23
III. KERANGKA TEORITIS .................................................................. 28
3.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 28
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................. 29
IV. METODE PENELITIAN .................................................................. 33
4.1 Pendekatan Penelitian .................................................................... 33 4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 33 4.3 Teknik Penentuan Sample .............................................................. 33 4.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 34 4.5 Teknik Analisis Data ...................................................................... 35
-
vi
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 42
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 42
5.2 Karakteristik Responden ................................................................ 46
5.3 Saluran Pemasaran Kedelai ............................................................ 55
5.4 Fungsi Pemasaran .......................................................................... 57
5.5 Struktur Pasar ................................................................................. 65
5.6 Perilaku Pasar ................................................................................. 66 5.7 Analisis Efisiensi Pemasaran ......................................................... 67
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 79
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 79
6.2 Saran ............................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 81
LAMPIRAN .............................................................................................. 84
-
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Definisi operasional ...................................................................... 30 2. Penggunaan Lahan Desa Binangun ............................................... 43 3. Jumlah Penduduk Desa Binangun ................................................. 43 4. Jumlah Penduduk Usia Produktif .................................................. 44 5. Jumlah Penduduk Desa Binangun Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..................................................................................... 45
6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ....................... 45 7. Distribusi petani kedelai berdasarkan kelompok umur ................. 47 8. Distribusi petani kedelai berdasarkan tingkat pendidikan ............ 48 9. Distribusi petani kedelai berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 49
10. Distribusi petani kedelai berdasarkan mata pencaharian utama ... 50 11. Distribusi petani kedelai berdasarkan mata pencaharian
Sampingan ..................................................................................... 50
12. Distribusi petani kedelai berdasarkan pengalaman usahatani ....... 51 13. Distribusi petani kedelai berdasarkan luas lahan .......................... 52 14. Distribusi responden lembaga pemasaran berdasarkan kelompok
Umur ............................................................................................. 52
15. Distribusi responden lembaga pemasaran berdasarkan tingkat Pendidikan ..................................................................................... 53
16. Distribusi responden lembaga pemasaran berdasarkan mata pencaharian sampingan ................................................................. 54
17. Distribusi responden lembaga pemasaran berdasarkan pengalaman usaha ......................................................................... 55
18. Fungsi – Fungsi Pemasaran Kedelai Desa Binangun .................... 58 19. Hasil Perhitungan IHH dan CR4 ................................................... 65 20. Distribusi Margin, Share Harga, dan Ratio K/B Saluran
Pemasaran Kedelai I ..................................................................... 68
21. Distribusi Margin, Share Harga, dan Ratio K/B Saluran Pemasaran Kedelai II ................................................................... 69
22. Distribusi Margin, Share Harga, dan Ratio K/B Saluran Pemasaran Kedelai III .................................................................. 71
23. Distribusi Margin, Share Harga, dan Ratio K/B Saluran Pemasaran Kedelai IV .................................................................. 73
24. Efisiensi Harga Berdasarkan Biaya Transportasi .......................... 75 25. Efisiensi Harga Berdasarkan Biaya Processing ............................ 76 26. Efisiensi Operasional Berdasarkan Fungsi Pengangkutan ............ 77
-
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan terhadap margin tataniaga dan nilai margin tataniaga ................................. 26
2. Kerangka Pemikiran Analisis Pemasaran kedelai ......................... 29 3. Skema saluran pemasaran kedelai Desa Binangun ....................... 55
-
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Harga kedelai impor lebih rendah dari harga kedelai lokal merupakan faktor
pendorong melajunya kedelai impor. Kondisi ini akan mempengaruhi posisi tawar
petani dimana hal tersebut tidak menguntungkan bagi petani karena menyebabkan
ketidakpastian penerimaan yang diperoleh petani dari kegiatan usahatani. Salah
satu kendala dalam meningkatkan pendapatan petani adalah posisi tawar petani
yang lemah dibandingkan dengan pedagang/ tengkulak. Keadaan ini disebabkan
karena umumnya struktur pasar di tingkat petani adalah bukan pasar persaingan
sempurna. Karakteristik komoditi pertanian salah satunya adalah bersifat homogen
dan massal. Sifat homogen mengindikasikan bahwa konsumen tidak bisa
mengindikasi sumber-sumber penawaran disubtitusi secara sempurna oleh
produsen lainnya. Sifat massal memberikan indikasi bahwa jumlah komoditi
pertanian yang dihasilkan seorang produsen dianggap sangat kecil dibandingkan
jumlah komoditi total yang dipasarkan, sehingga produsen pertanian secara
individual tidak dapat mempengaruhi harga yang berlaku di pasar dan bertindak
sebagai penerima harga (price taker) (Purwanti dkk, 2008).
Soekartawi (1993) mengemukakan, salah satu kelemahan pengembangan
produk pertanian adalah kurang diperhatikannya aspek dan/atau permasalahan
pemasaran produk tersebut sehingga mengakibatkan tidak efisiennya sistem
pemasaran. Pemasaran yang tidak efisien mengakibatkan kenaikan harga yang
berlebih ditangan konsumen, sehingga diperlukan perbaikan efisiensi pemasaran.
Adanya pemasaran yang tidak efisien juga disebabkan oleh bentuk pasar yang
kurang bersaing, rantai pemasaran yang terlalu panjang dan sistem kelembagaan
yang tidak sehat, hal inilah yang merupakan masalah pemasaran yang pada
umumnya berpengaruh terhadap tingkat harga yang diterima petani (Orizanto,
2014).
Menurut teori Mellor (1967) serta Smalley dan Ehui (1995), bahwa
perbaikan efisiensi pemasaran akan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan
berkurangnya marjin pemasaran yang pada akhirnya mendorong kenaikan harga
jual produsen dan lebih lanjut akan meningkatkan produksi output. Semakin besar
-
2
terjadi perbaikan efisiensi pemasaran hasil pertanian, semakin turun pengeluaran
riil semua rumah tangga. Adanya perbaikan efisiensi pemasaran, akan berdampak
pada turunnya marjin perdagangan dan pengangkutan sehingga dapat
meningkatkan daya beli dan menekan pengeluaran riil rumah tangga, termasuk
konsumen, pemerintah dan perusahaan (produsen). Berdasarkan persentase
turunnya pengeluaran riil, produsen merupakan pelaku ekonomi yang mendapatkan
keuntungan terbesar dengan adanya kebijakan perbaikan efisiensi pemasaran hasil
pertanian.
Syahri (2010) dan Orizanto (2014) menyebutkan fluktuasi harga kedelai
terjadi setiap tahun, sehingga petani harus menerima harga jual yang rendah
sehingga merugikan petani. Penyaluran kedelai dari produsen ke konsumen akhir
banyak melibatkan lembaga pemasaran yang mengakibatkan rantai pemasaran
panjang. Pada pelaksanakan fungsi-fungsi pemasaan, lembaga pemasaran berupaya
memperoleh keuntungan yang tinggi dari setiap pengeluaran biaya pemasaran.
Akibatnya pengambilan keuntungan tidak proposional dengan pengorbanannya,
pengambilan keuntungan yang tidak proposional menjadikan margin pada saluran
pemasaran tinggi, sehingga share harga yang diterima petani rendah. Ditambah
kurang tanggapnya petani produsen mengetahui informasi pasar terbuka.
Swastika (2016) pada penelitiannya mengenai structure, conduct,
performance pada kedelai mengungkapkan akses petani terhadap informasi
pembentukan harga masih terbatas. Petani belum mampu mempengaruhi konsumen
sehingga petani memerlukan perantara untuk menghubungkan mereka kepada
pasar, dimana menunjukkan tingginya tingkat ketergantungan petani kedelai
kepada lembaga pemasaran. Evertina (2008) melakukan studi efisiensi pemasaran
mengunakan analisis struktur, perilaku dan kinerja pasar. Pada analisis struktur
dapat diketahui mengenai struktur pasar yang terbentuk. Struktur pasar dipengaruhi
oleh faktor internal, yaitu konsentrasi pasar, dan faktor eksternal yaitu hambatan
masuk ke dalam pasar dan kebijakan pemerintah. Struktur pasar yang berkaitan
dengan jumlah pelaku usaha berikut potensi pengaruhnya di pasar menjadi salah
satu langkah awal untuk menggali informasi yang lebih mendalam lagi tentang
perilaku (conduct), seperti perilaku harga apa yang terjadi di pasar komoditas
-
3
kedelai, setelah menganalisis struktur dan perilaku dapat dianalisis kinerja
(performance) pemasaran kedelai.
Penelitian ini merupakan penelitian efisiensi pemasaran kedelai yang
dilakukan di lokasi penelitian yang bertujuan untuk menganalisis struktur pasar,
perilaku pasar, dan kinerja pasar komoditas kedelai dilokasi penelitian. Penelitian
ini membatasi ruang lingkupnya pada struktur pasar menggunakan pengukuran
IHH dan CR4, perilaku pasar mengenai keputusan harga dan kolusi, serta kinerja
pasar menggunakan perhitungan margin, share petani, efisiensi harga dan efisiensi
operasional. Perilaku pasar mengenai kebijakan harga dan promosi penjualan tidak
dibahas di penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Pembangunan sektor pertanian membutuhkan perbaikan keseimbangan
dalam produksi dan pemasaran. Pembangunan pertanian tidak akan efektif apabila
hanya memperbaiki sistem produksi dan mengabaikan sistem pemasaran karena
perbaikan pendapatan petani tergantung juga pada perbaikan sistem pemasaran.
Pada sisi petani, suatu sistem tataniaga yang efektif dan efisien merupakan salah
satu yang mendorong peningkatan produksi pertanian (Anindita, 2004).
Usahatani kedelai dengan skala yang kecil dan tersebar (spatial) salah satu
faktor penyebab tingginya biaya pengumpulan, sehingga fluktuasi produksi juga
dibarengi dengan fluktuasi harga pasar. Selain hal tersebut, petani umumnya berada
dalam posisi tawar yang lemah, sehingga harga kedelai ditingkat petani lebih
banyak ditentukan oleh pedagang. Karena tingkah laku para pedagang/ lembaga
pembeli kedelai cenderung menentukan harga secara sepihak, keadaan harga pasar
ini tidak dapat di nikmati oleh petani secara maksimal (Tahir, 2011).
Pada pemasaran panjangnya saluran pemasaran akan mempengaruhi
besarnya marjin pemasaran. Semakin besar marjin pemasaran, maka selisih harga
ditingkat petani dan konsumen akan semakin besar. Tidak efisiennya pemasaran
bisa disebabkan oleh penggunaan fasilitas pemasaran yang kurang maksimal dan
adanya perubahan harga yang meningkat yang dilakukan oleh lembaga pemasaran.
Efisiensi pemasaran dapat tercapai apabila biaya pemasaran dapat ditekan,
perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi,
-
4
serta adanya fasilitas transportasi secara memadai akan mempengaruhi terwujudnya
kompetisi pasar yang sehat (Soekartawi, 1989).
Kedelai hasil pertanian di lokasi penelitian memiliki harga yang lebih
rendah daripada harga kedelai tingkat nasional. Di lokasi penelitian petani memiliki
posisi tawar yang rendah dan lembaga pemasaran mengikuti harga yang terbentuk
di pasar. Rata-rata kedelai dijual ke luar daerah karena konsumen komoditas kedelai
merupakan konsumen industri. Harga kedelai yang rendah sedangkan lembaga
pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang membutuhkan biaya untuk
pelaksanaanya membuat harga di tingkat petani menjadi semakin rendah pula.
Harga kedelai pada tingkat petani di lokasi penelitian dibeli oleh lembaga
pemasaran dengan harga Rp 6000/kg, harga tersebut terbilang rendah karena harga
kedelai tingkat produsen nasional berdasarkan data kemendag tahun 2015 sebesar
Rp 8327/kg. Data kemendag tahun 2015 menyebutkan harga kedelai tingkat
pedagang sebesar Rp 12.764/kg sedangkan harga pada tiap lembaga pemasaran
kedelai di lokasi penelitian dibawah Rp 7000/kg. Selisih harga di tingkat produsen
berkisar Rp 2000/kg dan selisih harga di tingkat pedagang berkisar Rp 5000/kg.
Di lokasi penelitian petani kedelai menjual produknya ke tengkulak. Pada
transaksi jual beli petani dengan tengkulak, tengkulak lebih banyak menentukan
harga kedelai, dari tengkulak kedelai dijual kembali ke konsumen maupun lembaga
pemasaran lain. Permintaan kedelai banyak berasal dari luar daerah sehinga
lembaga pemasaran menjual sebagian besar kedelai ke luar daerah yang
mengakibatkan peningkatan biaya transportasi dan biaya untuk fungsi pemasaran
lain. Biaya yang meningkat di lembaga pemasaran tidak diimbangi dengan harga
kedelai yang tinggi mengakibatkan rendahnya harga kedelai di tingkat petani. Oleh
karena itu dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimana
saluran pemasaran,fungsi pemasaran, struktur pasar, dan perilaku pasar yang
dilakukan lembaga pemasaran kedelai di lokasi penelitian? 2) Bagaimana efisisensi
pemasaran kedelai dari setiap saluran pemasaran ditinjau dari analisis margin
pemasaran, share petani, efisiensi harga, dan efisiensi operasional ?
-
5
1.3 Batasan Masalah
Pada penelitian mengenai efisiensi pemasaran kedelai terdapat beberapa
pembatasan masalah. Batasan masalah pada penelitian ini adalah kedelai yang
diteliti adalah kedelai khusus konsumsi dengan varietas Arjuna. Harga kedelai
adalah harga yang berlaku saat penelitian dilakukan.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Mengidentifikasi saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, dan
perilaku pasar kedelai di lokasi penelitian.
2. Menganalisis efisiensi pemasaran kedelai ditinjau dari analisis margin
pemasaran, share petani, efisiensi harga, dan efisiensi operasional.
1.5 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi Petani
Penelitian dapat memberikan informasi sudah efisien atau belum kegiatan
pemasaran yang dilakukan oleh petani.
2. Bagi Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran akan mengetahui pemasaran yang dilakukan sudah efisien
atau belum, serta sebagai informasi untuk menentukan langkah menuju sistem
pemasaran yang lebih efisien.
3. Bagi Pemerintah daerah
Penelitian ini dapat memberikan masukan dalam menentukan kebijakan untuk
lebih meningkatkan kesejahteraan petani kedelai khususnya di daerah
penelitian.
4. Bagi civitas akademi
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan referensi untuk penelitian
yang serupa.
-
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Pendekatan efisiensi pemasaran dilakukan untuk mengukur penampilan
pasar (market performance). Kerangka untuk mengetahui bagaimana pasar berjalan
secara fair dan efisien dalam sistem pemasaran dapat dilakukan melalui pendekatan
struktur, tingkah laku, dan penampilan pasar atau structure, conduct, and
performance (SCP) approach (Anindita, 2004). Penelitian tentang efisiensi
pemasaran produk pertanian sudah banyak dilakukan untuk mengetahui bagaimana
fenomena yang terjadi di pasar pada suatu produk pertanian. Penelitian terdahulu
mengenai efisiensi pemasaran yang menjadi rujukan oleh peneliti adalah penelitian
yang dilakukan oleh Syahri (2010) dan Orizanto (2014) pada komoditas kedelai,
Sujarwo dkk (2011) pada komoditas jagung dan Krisnamurti (2002) pada
komoditas Bawang Merah. Tinjauan penelitian terdahulu digunakan sebagai
masukan dan menjadi acuan penelitian yang dilakukan sekarang, sehingga
memudahkan peneliti dalam menentukan metode pengumpulan data, metode
analisis data, dan menentukaan hipotesis data.
Penelitian terdahulu oleh Syahri (2010), Orizanto (2014), Sujarwo dkk
(2011), dan Krisnamurti (2002) memiliki tujuan penelitian untuk menganalisis
saluran pemasaran dan fungsi pemasaran namun pada Krisnamurti (2002) terdapat
penelitian tentang struktur pasar. Metode analisis yang digunakan untuk
menganalisis saluran dan fungsi pemasaran adalah kualitatif, sedangkan untuk
analisis struktur pasar Krisnamurti (2002) menggunakan alat analisis IHH dan
CR4. Pada penelitian Syahri (2010) dengan judul “Analisis Efisiensi Pemasaran
Kedelai (Glycine max L) di Desa Nglaban Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk”
terdapat tujuh saluran pemasaran dan pelaksanaan fungsi pemasaran di lokasi
penelitian adalah fungsi pembelian, transportasi, bongkar muat, pengeringan,
pengemasan, penyimpanan, retribusi, dan penjualan. Penelitian Orizanto (2014)
dengan judul “Analisis Efisiensi Pemasaran Kedelai (Glycine Max) di Kecamatan
Kencong Kabupaten Jember” mendapati empat saluran pemasaran. Fungsi
pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran di lokasi penelitian adalah
fungsi pembelian, transportasi, bongkar-muat, pengemasan, penjemuran, retribusi
-
7
dan penjualan. Hasil penelitian Sujarwo dkk (2011) dengan judul “ Analisis
Efisiensi Pemasaran Jagung (Zea Mays L.) di Desa Segunung, Kecamatan
Dlanggu, Kabupaten Mojokerto” memiliki dua saluran pemasaran dengan fungsi
pemasaran yang dilakukan oleh lembaga yang terlibat adalah fungsi penjualan,
pembelian, transportasi, bongkar muat, pengemasan, transaksi dan retribusi. Pada
penelitian Krisnamurti (2002) dengan judul “Analisis Efisiensi Pemasaran Bawang
Merah (Allium ascaloniicum)” di Desa Gadingkulon Kecamaan Dau Kabupaten
Malang terdapat tiga saluran pemasaran. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh
pihak yang terkait adalah fungsi penjualan, pembelian, pengemasan, transportasi,
bongkar muat, retribusi dan transaksi. Struktur pasar yang terbentuk di daerah
penelitian pada tingkat tengkulak dan pengepul adalah oligopsoni.
Berdasarkan penelitian terdahulu tentang efisiensi pemasaran yang
dilakukan oleh Syahri (2010), Orizanto (2014), Sujarwo dkk (2011), dan
Krisnamurti (2002), alat analisis yang digunakan adalah margin pemasaran, share
harga di tingkat petani, efisiensi harga dan efisiensi operasional. Penelitian
terdahulu mengungkapkan bahwa share petani terbesar terdapat pada saluran
pertama karena petani berhadapan langsung dengan konsumen. Hasil analisis
Syahri (2010), mengungkapkan bahwa efisiensi harga pada fungsi transportasi dan
fungsi prosesing yang dilakukan lembaga pemasaran telah efisien karena selisih
harga yang didapat lebih tinggi dari rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk
transportasi dan fungsi prosesing. Melalui analisis efisiensi operasional pada fungsi
transportasi dari ke enam saluran pemasaran yang melakukan transportasi dapat
disimpulkan bahwa kapasitas angkut yang digunakan oleh masing-masing lembaga
pemasaran tidak efisien pada tingkat tengkulak karena penggunaan transportasi
dibawah muatan maksimal. Pada analisis margin diperoleh margin terkecil pada
saluran pemasaran ke II dengan jumlah Rp 109,52/kg hal ini menunjukkan bahwa
saluran ke II efisien karena memperoleh marjin pemasaran yang paling rendah.
Orizanto (2014) pada analisis margin, saluran pemasaran ke II telah efisien karena
memiliki total margin paling kecil dengan jumlah sebesar Rp 184,00/kg. Melalui
analisis efisiensi harga didapatkan hasil fungsi transportasi dan fungsi prosessing
yang dilakukan lembaga pemasaran efisien karena selisih harga yang didapat lebih
tinggi dari rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk fungsi transportasi dan fungsi
-
8
prosessing. Melalui analisis efisiensi operasional fungsi transportasi dapat
disimpulkan dari ketiga saluran pemasaran yang melakukan transportasi tidak
efisien hal ini karena penggunaan alat transportasi dibawah kapasitas angkut.
Penelitian yang dilakukan oleh Sujarwo, dkk (2011). Share paling tinggi yang
diterima petani ada pada saluran pemasaran I sebesar 59,65%. Sedangkan share
paling rendah diterima petani terdapat pada saluran pemasaran ke II, yakni 56,34%..
Rendahnya share yang diterima petani menunjukkan bahwa petani tidak cukup
terlibat dalam proses pembentukan harga. Melalui pendekatan analisis efisiensi
harga didapatkan hasil bahwa fungsi transportasi dan fungsi prosesing yang
dilakukan oleh lembaga pemasaran sudah efisien karena selisih harga yang didapat
lebih besar dari rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk melakukan fungsi
transportasi dan fungsi prosesing. Pada efisiensi operasional belum efisien karena
komoditas yang di bawwa alat angkut tidak memenuhi muatan maksimal.
Krisnamurti (2002), margin pemasaran yang ada pada berbagai saluran pemasaran
adalah berbeda-beda dan jumlahnya belum merata bila dibandingkan volume yang
diperdagangkan. Share biaya pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran
memiliki nilai yang berbeda-beda tiap lembaga pemasaran yang terlibat sehingga
jumlahnya belum merata. Nilai K/B ratio sebenarnya sudah menunjukkan suatu
pemasaran yang efisien, tetapi karena distribusinya tidak merata maka pemasaran
dianggap belum efisien.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu pemasaran hasil pertanian
dikataan tidak efisien apabila saluran pemasarannya terlalu panjang, share petani
rendah, margin pemasaran yang terlalu besar, penggunaan alat transportasi dibawah
muatan maksimal. Terdapat kesamaan dalam analisis efisiensi pemasaran dengan
penelitian terdahulu yaitu persamaan dalam penggunaan alat analisis yaitu IHH dan
CR4 untuk mengetahui struktur pasar, margin pemasaran, share harga, efisiensi
harga dan efisiensi operasional untuk menganalisis efisiensi pemasaran. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi dilakukannya
penelitian dan adanya analisis perilaku pasar tentang kesepakatan harga dan kolusi.
-
9
2.2 Tinjauan Tentang Pemasaran
2.2.1 Pengertian Pemasaran
Pasar seringkali didefinisikan sebagai tempat bertemunya pembeli dan
penjual di suatu tempat yang dikatakan sebagai pasar, sehingga jika berbicara
tentang suatu pasar seringkali kita mengasumsikan pasti menyangkut pembeli,
penjual, dan fasilitas pasar. Seiring dengan kemajuan zaman, pada kenyataannya
suatu pasar bukan berarti pembeli dan penjual harus saling bertemu, tetapi mereka
dapat melakukan transaksi dengan bantuan fasilitas yang ada (telepon, faksimile,
internet, dan lainlain) tanpa perlu saling bertemu di suatu tempat (Modul PHP,
2012). Pasar menurut Kotler (1998) meliputi keseluruhan pembeli potensial yang
akan memenuhi kebutuhan dan keinginannya, dimana pembeli tersebut bersedia
dan mampu membeli alat-alat pemuas melalui pertukaran. Ini merupakan definisi
berdasarkan sudut pandang penjual, sehingga pasar dianggap sebagai sumber
permintaan dari barang-barang yang ditawarkan.
Banyak definisi tentang pemasaran, seperti yang dikemukakan Downey dan
Erickson (1989) bahwa pemasaran merupakan ilmu yang menelaah terhadap aliran
produk secara fisik dan ekonomis dari produsen melalui lembaga pemasaran kepada
konsumen. Pemasaran menurut Kotler (1998) adalah proses sosial dan manajemen,
dimana individu-individu atau kelompok dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginannya melalui pembuatan dan pertukaran suatu produk dan uang dengan
individuindividu atau kelompok-kelompok lainnya.
FAO pada tahun 1958 dalam Sudiyono (2004) mendefinisikan pemasaran
hasil pertanian sebagai serangkaian kegiatan ekonomi berturut-turut yang terjadi
selama perjalanan komoditi hasil-hasil pertanian mulai dari produsen primer sampai
ke tangan konsumen. Definisi pemasaran dari Anindita (2004) menyatakan bahwa
pemasaran hasil pertanian merupakan suatu runtutan kegiatan atau jasa yang
dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.
2.2.2 Lembaga Pemasaran
Menurut Koerniawati (2012) lembaga pemasaran adalah badan usaha atau
individu yang menyelenggarakan aktivitas pemasaran, menyalurkan jasa dan
produk pertanian kepada konsumen akhir serta memiliki jejaring dan koneksitas
dengan badan usaha dan atau individu lainnya. Lembaga pemasaran muncul sebagai
-
10
akibat kebutuhan konsumen untuk memperoleh produk yang diinginkan sesuai
waktu, tempat dan bentuknya.
Peran lembaga pemasaran adalah melakukan fungsi-fungsi pemasaran serta
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara maksimal. Konsumen
memberikan balas jasa atas fungsi pemasaran yang dilakukan oleh
lembagakonsumen. Nilai balas jasa tersebut tercermin pada besarnya margin
pemasaran. Umumnya lembaga pemasaran dapat digolongkan menurut
penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan dan fungsi pemasaran yang
dilakukan (Koerniawati, 2012).
Berdasarkan penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan
lembaga pemasaran, Koerniawati (2012) membedakan lembaga pemasaran menjadi
tiga kelompok yaitu:
1. Lembaga pemasaran yang bukan pemilik namun mempunyai kuasa atas produk
(agent middleman) , di antaranya:
a. Perantara, makelar, atau broker baik selling broker maupun buying broker.
Broker merupakan pedagang perantara yang tidak secara aktif berpartisipasi
dalam melakukan fungsi pemasaran, mereka hanya berperan menghubungkan
pihak-pihak yang bertransaksi. Bila transaksi berhasil dilaksanakan, broker
akan memperoleh komisi atas jasa mereka
b. Commission agent, yaitu pedagang perantara yang secara aktif turut serta
dalam pelaksanaan fungsi pemasaran terutama yang berkaitan dengan proses
seleksi produk, penimbangan dan grading. Umumnya mereka memperoleh
komisi dari perbedaan harga produk
2. Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai produk pertanian yang
diperjual belikan, antara lain:
a. Pedagang pengepul atau pengumpul, penebas, tengkulak atau contract buyer,
whole seller: mereka umumnya menaksir total nilai produk pertanian dengan
cara menaksir jumlah hasil panen dikalikan dengan harga yang diharapkan
pada saat panen (expectation price). Dalam praktek on farm bila contract buyer
adalah penebas atau ijon maka setelah ada kesepakatan harga, mereka akan
bertanggung jawab memelihara tanaman sampai panen selesai dilakukan.
Biaya panen dibayar oleh penebas.
-
11
b. Grain millers : pedagang atau lembaga pemasaran yang memiliki gudang
penyimpan produk pertanian. Mereka membel aneka produk pertanian
utamanya padi dan palawija dan sekaligus menangani pasca panen
c. Eksporter dan importer
3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai produk
pertanian yang ditransaksikan:
a. Processors dan manufaktur: lembaga-lembaga ini sangat berperan dalam
proses tata niaga agroproduk sebab keberadaannya menjadi jaminan pasar bagi
produk pertanian. Sebagai contoh dapat diamati industri-industri pangan
olahan seperti produsen sari apel, buah kaleng, susu Pasteurisasi, pakan ternak,
penggilingan padi, baik dalam skala mikro, kecil, menengah hingga industri
besar seperti Pabrik Gula (PG), Pabrik Kelapa Sawit (PKS), dan sebagainya.
b. Facilitative organizations: salah satu bentuk organisasi fasilitatif yang sudah
dikenal di Indonesia adalah pasar lelang ikan. Sub Terminal Agribisnis,
walaupun belum sepenuhnya berjalan dengan baik sudah menawarkan
alternatif transaksi berbagai produk pertanian melalui lelang.
c. Trade associations: asosiasi perdagangan agroproduk yang terutama bertujuan
untuk mengumpulkan, mengevaluasi, dan mendistribusikan informasi pada
anggotanya. Contoh asosiasi dagang semacam ini adalah AEKI (Asosiasi
Ekspor Kopi Indonesia) dan ICO (international Coffe Agreement).
2.2.3 Saluran Pemasaran Produk Pertanian
Saluran pemasaran adalah rute yang dilalui oleh produk pertanian ketika
produk bergerak dari farm gate yaitu petani produsen ke pengguna atau pemakai
terakhir. Produk pertanian yang berbeda akan mengikuti saluran pemasaran yang
berbeda pula. Umumnya saluran pemasaran terdiri atas sejumlah lembaga
pemasaran dan pelaku pendukung. Mereka secara bersama-sama megirimkan dan
memindahkan hak kepemilikan atas produk dari tempat produksi hingga ke penjual
terakhir (Musselman dkk, 1992). C. Glenn Walters dalam Bayuswastha (1982)
mendefinisikan saluaran pemasaran sebagai sekelompok pedagang dan agen
perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu
produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.
-
12
Panjang pendeknya saluran pemasaran menurut Hanafiah (1986) tergantung
antara lain pada faktor-faktor sebagai berikut:
1. Jarak antara produsen ke konsumen
2. Cepat tidaknya produk yang ditransaksikan rusak
3. Skala produksi
4. Posisi keuangan lembaga pemasaran yang terlibat.
Saluran pemasaran barang konsumsi umumnya ada lima saluran yaitu:
a. Produsen – Konsumen
Saluran terpendek, saluran paling sederhana untuk distribusi barang-barang
konsumen tanpa melalui atau melibatkan perantara.
b. Produsen – Pengecer – Konsumen
Dalam saluran ini produsen menjual pada pengecer dalam jumlah yang besar,
tanpa menggunakan perantara.
c. Produsen – Wholesaler (Pedagang Besar) – Pengecer – Konsumen
Saluran ini banyak digunakan oleh produsen dan sering disebut distribusi
tradisional. Di sini produsen hanya melayani pembelian dalam jumlah yang
besar saja dan tidak menjual pada pengecer. Pembelian pengecer dilayani
wholesaler dan pembelian konsumen dilayani pengecer.
d. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen
Banyak produsen lebih suka menggunakan manufacturer agen broker atau
perantara agen yang lain daripada menggunakan wholesaler untuk mencapai
pasar pengecer, khususnya middleman agen antara produsen dan retailer
(pengecer).
e. Produsen – Agen – Wholesaler (Pedagang Besar) –Pengecer - Konsumen
Produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan
barangnya pada wholesaler yang kemudian menjualnya pada pengecer kecil.
2.2.4 Fungsi-Fungsi Pemasaran
Dalam proses tata niaga produk pertanian dari produsen hingga konsumen
akhir, terjadi peningkatan nilai tambah baik berupa nilai guna, tempat maupun
waktu. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan fungsi produksi sebelum produk
pertanian sampai ke konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh
-
13
lembaga-lembaga pertanian antara lain mencakup fungsi pertukaran, fungsi fisik
dan fungsi fasilitasi (Koerniawati, 2012).
1. Fungsi Pertukaran
Dalam tata niaga produk pertanian fungsi ini mencakup kegiatan pengalihan
hak pemilikan atas produk. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan
pembelian. Dalam melakukan fungsi penjualan, produsen harus memperhatikan
kualitas, kuantitas, bentuk dan waktu yang diinginkan konsumen atau partisipan
pasar dari rantai pemasaran berikutnya. Selain itu fungsi pertukaran juga menjadi
titik penentuan harga pasar. Sesuai dengan karakteristik konsentrasi distributif pada
sistem tataniaga produk pertanian, fungsi pembelian umumnya diawali dengan
aktivitas mencari produk, mengumpulkan dan menegosiasikan harga.
2. Fungsi Fisik
Fungsi fisik ini mencakup aktivitas handling (perlakuan), pengangkutan
(pemindahan), penyimpanan dan perubahan fisik produk sebagai berikut:
a. Storage function : fungsi penyimpanan merupakan aktivitas yang bertujuan
agar produk tersedia dalam volume transaksi yang memadai pada waktu yang
diinginkan. Sebagaimana diketahui, sebagian besar produk pertanian bersifat
musiman sehingga ketersediaannya tidak terdistribusi merata sepanjang tahun.
Agar produk pertanian tertentu selalu tersedia dalam volume transaksi dan
waktu yang diinginkan harus dilakukan pengelolaan stok produksi tahunan.
Dengan demikian ada beberapa tipe penyimpanan berdasarkan motivasi atau
alasan dilakukannya penyimpanan, yaitu:
1) Seasonal stocks: ada sejumlah produk pertanian yang proses konsumsinya
dilakukan sepanjang tahun namun periode panennya relatif pendek, contoh
bawang putih. Peyimpanan musiman ini bersifat jangka pendek tergantung
pada daya simpan produk dan periode panennya
2) Carryover stocks: hal ini dilakukan untuk produk pertanian yang tersedia
sepanjang tahun namun level produktivitasnya fluktuatif, contohnya telur dan
daging ayam. Fungsi penyimpanan umumnya ditujukan agar harga produk
stabil. Penyimpanan persediaan juga harus mempertimbangkan penurunan
kualitas produk akibat lamanya waktu penyimpanan
-
14
3) Speculative stocks: jenis penyimpanan ini dilakukan untuk produk-produk
pertanian yang pola permintaannya sepanjang tahun berbeda. Misalnya
permintaan kurma, tepung terigu dan bahan-bahan pembuat kue yang selalu
meningkat menjelang lebaran mendorong pedagang untuk melakukan
speculative stocks. Penyimpanan atau penimbunan produk umumnya
dilakukan pedagang sejak harga produk dan pola permintaan belum meningkat.
Stok spekulatif juga dilakukan karena alasan jarak tempuh transportasi yang
intensif waktu. Untuk mengantisipasi permintaan mendadak, lembaga
pemasaran harus memiliki simpanan cadangan produk.
Ada dua jenis fungsi penyimpanan yang biasa dilakukan lembaga pemasaran
yaitu:
1) penyimpanan yang dilakukan untuk menyetarakan produksi tahunan dengan
pola permintaan, contoh dari penyimpanan semacam ini adalah reserve atau
buffer stock beras di gudang-gudang Dolog (Anindita,2004)
2) penyimpanan pada setiap level saluran pemasaran oleh lembaga pemasaran
yang berkepentingan menjaga kontinyuitas distribusi produk. Hal ini dapat
diamati pada inventarisasi stok produk baik yang dilakukan oleh produsen,
penjual grosir, pengecer maupun oleh konsumen.
Pada umumnya penyimpanan menjadi hal yang sangat penting dilakukan
jika komoditas pertanian yang ditransaksikan dipanen dan dipasarkan dalam jangka
waktu pendek. Penyimpanan menjadi kurang penting untuk produk pertanian yang
dipasarkan sepanjang tahun dan melimpah pada saat panen raya. Storage function
hampir tak pernah dilakukan untuk produk-produk yang dipasarkan dalam kuantitas
yang relatif sama sepanjang tahun. Meskipun demikian dalam skala kecil pengguna
produk pertanian khususnya agroindustri selalu memiliki unit manajemen inventory
untuk menjamin kelancaran pasokan bahan baku produksinya.
b. Transportation function: kegiatan bongkar dan muat termasuk dalam fungsi
transportasi
Tujuan utama transportasi adalah untuk memberikan nilai guna tempat pada
suatu produk dengan memindahkannya dari sentra produksi ke sentra konsumsi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi fungsi transportasi antara lain: jarak dan
waktu tempuh transportasi ke lokasi produksi, daerah pasar yang dilayani, kualitas
-
15
dan ukuran produk yang dikemas, bentuk komoditi ketika dipasarkan, jenis dan tipe
layanan transportasi yang digunakan.Biaya transportasi telah memainkan peran
yang luar biasa dalam tataniaga produk pertanian. Biaya transportasi terendah dari
lokasi produksi akan menentukan keunggulan komparatif suatu produk pertanian.
Untuk jenis komoditi tertentu, truk mungkin menjadi alat transportasi dengan tarif
termurah, namun untuk komoditi lain bisa jadi kereta apilah yang termurah. Dengan
demikian bila dalam tata niaga mungkin saja terjadi disparitas harga produk
pertanian yang sama, sebagai akibat perbedaan jarak antara sentra produksi dan
lokasi penjualan (pasar). Disparitas harga tersebut besarnya adalah harga pasar
dikurangi biaya transport.
c. Processing function: fungsi ini dicirikan oleh adanya perubahan wujud fisik
produk
Biaya transportasi juga erat kaitannya dengan fungsi pengolahan. Produk
olahan susu, seperti keju, susu bubuk dan mentega yang telah mengalami
transformasi bentuk akan lebih mudah dipasarkan dengan biaya transportasi rendah
dibandingkan dengan susu cair. Oleh karena itu penjualan susu murni cair lebih
banyak dilakukan di sekitar lokasi pemerahan sapi.
Dari uraian di atas diperoleh informasi bahwa biaya transportasi tidak hanya
dipengaruhi oleh perbedaan lokasi produksi, tetapi juga lokasi agroindustri di mana
produk pertanian diolah lebih lanjut. Selain itu fungsi transportasi berhubungan
timbal balik dengan fungsi pengolahan dalam hal ukuran dan kualitas produk yang
ditransaksikan. Karena pada umumnya harga produk semakin mahal seiring dengan
semakin tingginya kualitas dan ukuran produk, maka produsen dan penjual
berusaha untuk tidak memasarkan produk dengan ukuran terkecil dan kualitas
terendah agar dapat menutup biaya pemasaran. Hal ini merupakan alasan
pentingnya ditentukan ukuran dan tingkatan kualitas produk pertanian (grade)
sebelum dipasarkan.
3. Fungsi Fasilitasi.
Pada dasarnya fungsi fasilitasi adalah segala hal yang bertujuan untuk
memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Dimaksudkan fungsi ini dapat
menjadi upaya perbaikan sistem tata niaga sehingga efisiensi operasional dan
penetapan harga jual dapat tercapai. Termasuk dalam fungsi fasilitasi adalah
-
16
standarisasi dan grading, fungsi pembiayaan, fungsi penanggungan resiko, fungsi
informasi pasar, riset pemasaran dan penciptaan permintaan.
a. Standarisasi dan grading: Fungsi ini merupakan fungsi penunjang keberhasilan
atau kelancaraan terjadinya transaksi. Standarisasi merupakan kegiataan yang
meliputi penetapan standar untuk produk, pengolahan produk dalam rangka
penetapan standar-standar yang sesuai dan bila perlu dilakukan tindakan
pengorganisasian sesuai dengan standar yang ditetapkan (Assauri, 1987).
Apabila produk mempunyai kualitas, ukuran dan jenis yang seragam serta nilai
ciri-ciri sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka konsumen dapat membeli
produk tersebut dengan kepercayaan bahwa produk itu sesuai dengan
kebutuhannya (Assauri, 1987).
b. Pembiayaan: Fungsi pembiayaan mencakup fungsi pengelolaan sumber daya
dan pengalokasian dana, termasuk pengaturan syarat-syarat penbayaran atau
kredit yang dibutuhkan dalam rangka usaha untuk memungkinkan barang atau
produk mencapai konsumen akhir. Kegiatan fungsi-fungsi pemasaran yang
memerlukan dana atau pembiayaan adalah pembelian atau penjualan, biaya
penggudangan, biaya angkut pengepakan, sortasi dan kegiatan promosi
(Assauri, 1987).
c. Penanggungan Resiko: dalam pemasaran barang dan jasa selalu terdapat
sejumlah resiko yang tidak dapat dihindarkan. Resiko yang terdapat dalam
pemasaran mencakup penurunan mutu, kehilangan, kerusakan, perpanjangan
kredit dan perubahan penawaran atau permintaan yang semuanya berdampak
terhadap harga. Resiko ini disebabkan pergerakan atau pemindahan barang
melalui saluran pemasaran yang sering memakan waktu (Assauri, 1987).
Untuk produk-produk pertanian mempunyai resiko dalam kerusakan atau
turunnya mutu akibat pergerakkan atau pemindahan barang dalam saluran
pemasaran yang membutuhkan waktu. Guna menghindari dan mengatasi resiko
di atas dapat dilakukan beberapa cara diantaranya usaha pengadaan cold storage
dan kendaraan pendingin (refrigerated cars), usaha ini dapat di tempuh dalam
rangka mengurangi tingkat resiko yang timbul dari penurunan mutu atau
kerusakan produk pertanian.
-
17
d. Informasi Pasar: informasi dibutuhkan dalam menetapkan keputusan yang akan
diambil untuk pemasaran suatu produk. Informasi pasar mengenai produk apa
dan produk yang bagaimana yang diinginkan oleh kelompok konsumen yang
ingin dilayani serta berapa besar jumlahnya akan sangat menentukan
keberhasilan pemasaran produk yang dihasilkan. Untuk dapat menentukan
produk yang akan dihasilkan dengan tepat maka dibutuhkan informasi, baik dari
konsumen maupun informasi tentang perusahaan pesaing. Informasi pasar yang
dikumpulkan berupa data–data yang harus dinilai atau dianalisis dan
diimplementasikan untuk dapat melihat situasi dan kondisi yang dihadapi dalam
pemasaran produk. Baik tidaknya hasil penganalisaan informasi pasar
ditentukan oleh kelengkapan dan ketepatan data serta metode analisa yang
digunakan. Keahlian tenaga penjual diuji dengan melihat kemampuan dalam
menganalisa data dan informasi pasar (Assauri, 1987).
2.2.5 Biaya Pemasaran
Menurut Anindita (2004), biaya-biaya yang terlibat dalam perhitungan
biaya pemasaran adalah biaya transportasi, biaya pengepakan, biaya prosesing,
biaya gudang, dan biaya atas modal yang digunakan. Dalam perhitungannya perlu
dirinci biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemasaran yang dilakukan.
Ada 8 kemungkinan biaya yang terjadi dalam biaya pemasaran produk pertanian,
yaitu:
1. Biaya Persiapan dan Biaya Pengepakan
Biaya yang masuk dalam biaya persiapan adalah biaya pembersihan, sortasi,
dan grading. Sedangkan biaya pengepakan tergantung dari tujuan penjualan,
sebagai contoh penjualan ke supermarket akan mengeluarkan biaya pengepakan
yang relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan penjualan ke pasar tradisional.
2. Biaya Handling
Kegiatan yang diperhitungkan dalam biaya handling adalah pengepakan dan
pembukaan pak, bongkar dan muat yang kemudian dimasukkan kegudang/toko dan
akan dikeluarkan kembali untuk dijual.
-
18
3. Biaya Transportasi
Pengangkutan yang dilakukan di daerah pedesaan, peran manusia dan
hewan dalam transportasi relatif besar. Transportasi dengan truk atau kontainer
membutuhkan perhitungan biaya yang cermat.
4. Biaya Produk yang Hilang
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pemasaran seperti sortasi,
grading, dan lain-lain akan menyebabkan penyusutan karena banyak kerusakan
yang terjadi serta penanganan yang kurang baik. Sehingga harga satu kilogram
dipetani tidak dapat disamakan dengan harga satu kilogram di tingkat pengecer.
Satu kilogram ditingkat petani bisa saja menjadi kurang dari satu kilogram ditingkat
pengecer. Penyusutan yang besar sering terjadi pada saat musim panen karena
produk tidak laku. Penyusutan juga dapat disebabkan oleh jarak yang jauh.
Perhitungan penyusutan akan menjadi susah ketika berat produk tetap, tetapi
produk telah mengalami penurunan kualitas.
5. Biaya Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah untuk menyediakan produk ada di setiap
waktu. Biaya yang dikeluarkan tidak sedikit terutama untuk biaya gudang yang
digunakan. Yang perlu diperhitungkan apakah biaya penyimpanan relatif sesuai
dengan kenaikan harga jual dari sebuah produk pertanian.
6. Biaya Processing
Biaya processing perlu memperhitungkan konversi. Biaya prosesing
tergantung dari tingkat efisiensi organisasi yang melakukan. Biaya ini juga
tergantung dari biaya bahan bakar, biaya depresiasi, upah tenaga kerja, dan lain-
lain.
7. Biaya Modal
Biaya modal mungkin tidak begitu nyata, tetapi sebenarnya penting untuk
diperhitungkan karena bisa saja pedagang meminjam dari bank. Uang yang
dipinjam tersebut perlu ditambah dengan biaya kolateral dan bunga. Biaya yang
tidak berasal dari pinjaman perlu dihitung opportunity cost-nya.
-
19
8. Pungutan-pungutan, Komisi, dan Pembayaran tidak resmi
Biaya retribusi di pasar, komisi ke pedagang perantara, pajak-pajak dan
biaya yang dikeluarkan secara tidak resmi harus dimasukkan dalam biaya
pemasaran.
Selisih harga yang dipasarkan ke produsen dan harga yang diberikan oleh
konsumen dikurangi dengan biaya pemasaran disebut keuntungan pemasaran.
Masing-masing lembaga ingin mendapatkan keuntungan, maka harga yang
dibayarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran juga berbeda. Semakin maju
tingkat pengetahuan produsen, lembaga pemasaran dan konsumen terhadap
penguasaan informasi pasar, maka semakin merata distribusi marjin pemasaran
yang diterima. Jarak yang mengantarkan produksi pertanian dari produsen ke
konsumen menyebabkan terjadinya perbedaan besarnya keuntungan. Perbedaan
harga di masing-masing lembaga pemasaran sangat bervariasi tergantung besar
kecilnya keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran
(Soekartawi, 1993).
2.3 Struktur Pasar
Struktur pasar adalah bagaimana suatu pasar terorganisasi berdasarkan pada
karakteristik yang menentukan hubungan antara berbagai penjual di pasar, antara
berbagai pembeli, dan antara pembeli dan penjual di pasar. Dengan kata lain,
struktur pasar membahas organisasi dari suatu pasar sehingga organisasi pasar
mempengaruhi keadaan persaingan dan penentuan harga di pasar (Anindita, 2004).
Struktur pasar merupakan environment yang berpengaruh dimana perusahaan itu
berada, jadi dengan sendirinya apabila environment itu berada, maka kebijakannya
itu juga akan berada. Environment itu tak hanya bentuk pasar,tetapi ada juga hal –
hal yang lain, yaitu misalnya struktur pemerintah, bentuk kenegaraan, sistem
sosialnya dan sebagainya.
Terdapat ada empat karakteristik pasar yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan struktur pasar, yaitu : jumlah atau ukuran pasar, kondisi atau keadaan
produk, kondisi keluar atau masuk pasar, tingkat pengetahuan informasi pasar yang
dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran misalnya biaya, harga, dan kondisipasar
antara partisipan (Dahl dan Hammond 1977). Berdasarkan sifat dan bentuknya,
-
20
pasar menurut Limbong dan Sitorus (1987) diklasifikasikan menjadi dua struktur
pasar yaitu :
1. Pasar bersaing sempurna yang mempunyai ciri-ciri antara lain : terdapat
banyak jumlah pembeli maupun penjual, pembeli dan penjual hanya menguasai
sebagian kecil dari barang dan jasa yang dipasarkan sehingga tidak dapat
mempengaruhi harga (penjual dan pembeli berperan sebagai penerima harga,
barang atau jasa yang dipasarkan bersifat homogen, serta penjual dan pembeli
bebas keluar masuk pasar).
2. Pasar bersaing tidak sempurna, dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi pembeli
dan sisi penjual. Dari sisi pembeli terdiri dari pasar monopolistik, monopoli,
oligopoli dan duopoli.
Karakteristik pasar persaingan murni adalah jumlah penjual dan pembeli
relatif banyak dan seimbang dalam jumlah sehingga harga yang terbentuk
merupakan hasil akhir dari interaksi penawaran dan permintaan. Petani secara
individu tidak dapat mempengaruhi harga bebas sebab pangsa pasar (market share)
yang dimiliki petani tersebut sangat kecil sekali (Sudiyono 2001).
Pasar persaingan monopolistik mempunyai 3 karakteristik utama yaitu,
produk yang dihasilkan berbeda corak, jumlah penjual relatif banyak dan adanya
persaingan tidak sempurna, terdiri dari banyak penjual dan pembeli yang
melakukan transaksi pada berbagai harga dan bukan atas harga dengan produk yang
berbeda corak (Sudiyono 2001). Karakteristik utama pasar oligopoli adalah adanya
beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang homogen ataupun berbeda
corak, sehingga tindakan perusahaan satu mempengaruhi dan mendapatkan reaksi
perusahaan lain. Oligopoli yang menghasilkan produk yang homogen disebut
oligopoli murni, sedangkan oligopoli yang menghasilkan produk berbeda corak
disebut oligopoli terdeferensiasi (Sudiyono, 2001).
Struktur pasar produk pertanian yang banyak dijumpai dalam praktek adalah
pasar persaingan monopolistik dan oligopoli (Sudiyono 2001). Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal :
1. Bagian pangsa pasar (market share) yang dimiliki petani umumnya sangat
kecil, sehingga petani dalam pemasaran produk pertanian bertindak sebagai
penerima harga (price taker).
-
21
2. Produk pertanian pada umumnya diproduksi secara masal dan homogen,
sehingga apabila petani menaikkan harga komoditi yang dihasilkan akan
menyebabkan konsumen beralih untuk mengkonsumsi komoditi yang
dihasilkan petani lainnya.
3. Komoditi yang dihasilkan mudah rusak (perishable), sehingga harus
secepatnya dijual tanpa memperhitungkan harga.
4. Lokasi produksi terpencil dan sulit dicapai oleh alat transportasi yang mudah
dan cepat.
5. Petani kekurangan informasi harga dan kualitas serta kuantitas yang diinginkan
konsumen, sehingga petani mudah diperdaya lembaga-lembaga pemasaran
yang berhubungan dengan petani langsung.
6. Adanya kredit dan pinjaman dari lembaga kepada petani yang bersifat
mengikat.
Apabila hal-hal tersebut berbeda, maka kebijakannya akan berbeda pula.
Untuk mengetahui market structure maka penggolongan tingkat konsentrasi pasar
didasarkan pada tingkat konsentrasi pasar yang diukur dengan menggunakan
rumusan Concretation Ratio (CR) dan The Herfindahl-Hirschman Index (HHI).
Karena tingkat konsentrasi industri merupakan suatu variable, maka variable ini
tentunya dapat diukur.
Concentration Rasio (CR) secara luas dipergunakan untuk mengukur
pangsa dari output, turnover, value added, jumlah pegawai atau nilai aset dari total
industri. Biasanya jumlah perusahaan N yang dihitung proporsi pangsa pasarnya
adalah 4, sehingga dikenal sebagai CR4. Menurut Baladina (2011), CR4 digunakan
untuk mengetahui derajat konsentrasi pasar empat pembeli terbesar dipasar,
sehingga dapat diketahui secara umum gambaran imbangan posisi tawar-menawar
petani terhadap pedagang dengan rumus :
CR4 = 𝐾𝑟1+...+𝐾𝑟4
𝐾𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑥100% ………………………………………………. (1)
Kriteria CR4:
a. CR4
-
22
Angka CR4 yang tinggi akan menunjukkan bahwa pasar didominasi oleh
sejumlah kecil perusahaan, yang berarti bentuk struktur oligopoli. Terdapat
tingkatan oligopoli, mulai dari moderately concentrated oligopolistic markets
hingga highly concentrated oligopolies, yang mengindikasikan tingkat rendah
hingga tinggi dari pengaruh pasar. Semakin rendah CR4, semakin dekat pasar pada
kondisi perfectly competitive.
HHI bertujuan untuk mengetahui derajat konsentrasi pembeli di pasar,
sehingga dapat diketahui secara umum gambaran imbangan posisi tawar-menawar
petani terhadap pedagang. Indeks Herfindhal didefinisikan sebagai jumlah pangkat
dua pangsa pasar dari seluruh perusahaan yang ada dalam industri, dan
diformulasikan:
HHI = ∑ 𝐾𝑟𝑖𝑛𝑖=0 2………………………………………………………... (2)
Dimana :
Kri = Pangsa pembelian komoditi dari pedagang ke-i.
n = jumlah pedagang yang ada pada suatu wilayah pasar produk.
IIH = Indeks Hirschman-Herfindahl
Keterangan :
1) HHI = 1 maka pasar mengarah monopoli/monopsoni.
2) HHI = 0 maka pasar mengarah pada pasar persaingan sempurna.
3) 0 < HHI < 1 maka pasar mengarah pada oligopoli/oligopsoni.
2.4 Perilaku Pasar
Perilaku pasar atau market conduct merupakan cara perusahaan
menyesuaikan situasi di pasar dimana perusahaan tersebut ikut sebagai pembeli
atau penjual. Tingkah laku atau pola perusahaan yang ditunjukkan di pasar
seringkali dikatakan sebagai marketing practices. Ada lima dimensi dari tingkah
laku dalam pasar menurut Anindita (2004) yaitu:
1. Prinsip dan metode yang digunakan perusahaan atau sekelompok perusahaan
dalam menentukan harga dan tingkat output.
2. Kebijakan harga dari perusahaan atau sekelompok perusahaan.
3. Promosi penjualan dari perusahaan atau sekelompok perusahaan.
-
23
4. Alat koordinasi dan saling penyesuaian dari harga, produk, dan promosi
penjualan dalam persaingan di antara penjual. Hal ini berkaitan dengan berbagai
persetujuan kolusi berkenaan dengan harga, produk, atau pengeluaran promosi
penjualan, kolusi tersembunyi (tacit collusion) dalam bentuk dari pengendali
harga (price leadership) oleh satu perusahaan utama atau pembatalan
persetujuan kolusi melalui pemotongan harga secara rahasia yang mengarah
dalam persaingan tidak sempurna (imperfect competition).
5. Adanya atau tidak adanya taktik khusus atau tindakan preatory.
Tingkah laku pasar yang merupakan cerminan dari struktur pasar dapat
menggambarkan tingkat efisiensi ekonomi di pasar (Anindita, 2004). Ada beberapa
kriteria yang menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi meliputi:
1. Banyak perusahaan di pasar untuk menciptakan persaingan yang kompetitif.
2. Perusahaan berusaha menjual pada tingkat harga yang lebih rendah daripada
pesaingnya.
3. Perusahaan menawarkan perbaikan produk untuk merangsang minat pembeli.
4. Perusahaan menekankan kualitas dan jasa.
5. Tidak ada kerjasama secara hokum diantara perusahaan dalam harga atau hal
lain, dengan kata lain perusahaan tidak bersama dalam satu perusahaan dan
setuju tidak bersaing.
6. Klaim produk secara benar.
7. Perbedaan atau batas produk ada dan didasarkan atas perbedaan yang jelas
bukan atas perbedaan psikologis yang diciptakan oleh advertensi.
2.5 Kinerja Pasar
Penampilan atau kinerja pasar adalah penilaian terhadap sumberdaya
ekonomi yaitu sampai berapa jauh tindakan atau tingkah laku industri di pasar
menyimpang dari kemungkinan sumbangan terbaik yang dapat dicapai sesuai
dengan tujuan social ekonomi masyarakat yang relevan.
Struktur pasar dan tindakan pasar secara langsung akan mempengaruhi
penampilan dari suatu industri Jika struktur dan tindakan pasar sesuai harapan
masyarakat, sehingga pasar menjadi fair dan efisien, maka penampilan pasar akan
sesuai pula dengan harapan masyarakat (Anindita, 2004).
-
24
Ada beberapa faktor yang digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh
penyimpangan penampilan pasar dari tujuan masyarakat yaitu:
1. Tujuan yang relevan dari masyarakat.
2. Komponen kelembagaan dan fungsional dari system pemasaran.
3. Faktor-faktor lingkungan yang sesuai sehingga sistem pemasaran dapat
berjalan.
Untuk mengetahui penampilan pasar dapat dilakukan dengan mencermati
beberapa hal antara lain:
1. Harga relatif terhadap biaya rata-rata produksi atau tingkat keuntungan
2. Relatif efisiensi produksi. Efisiensi produksi dipengaruhi oleh skala usaha atau
ukuran mesin. Suatu perusahaan dapat bekerja paling efisien karena berjalan
pada tingkat kelebihan kapasitas (excess capacity).
3. Ukuran dari biaya promosi penjualan relatif terhadap biaya produksi.
4. Karakteristik produk, meliputi pemilihan desain, tingkat kualitas, dan ragam
produk dalam berbagai pasar.
5. Tingkat kemajuan perusahaan dan industry, baik pengembangan produk
maupun teknik produksi.
6. Ukuran margin pemasaran relatif terhadap biaya produksi.
7. Ukuran tingkat penjualan relatif terhadap sumberdaya pemasaran.
8. Ukuran dari marketing loss.
Menurut Mubyarto (1987), efisiensi pemasaran adalah suatu proses atau
upaya untuk memperoleh manfaat atau guna yang maksimal dengan pengorbanan
yang minimal. Sehingga efisiensi pemasaran didefinisikan sebagai proses untuk
memperoleh keuntungan yang maksimal dengan biaya yang minimal. Terdapat dua
batasan pemasaran yang efisien, yaitu:
1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen ke konsumen dengan
biaya semurah-murahnya.
2. Mampu mengadakan pembagian yang adil terhadap marjin pemasaran.
Pengukuran efisiensi pemasaran menggunakan perbandingan output
pemasaran dengan biaya pemasaran pada umumnya dapat digunakan untuk
memperbaiki efisiensi pemasaran dengan mengubah rasio keduanya. Upaya
perbaikan efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan meningkatkan output
-
25
pemasaran atau mengurangi biaya pemasaran (Sudiyono, 2002). Efisiensi ekonomi
dapat diukur dengan nilai persentase marjin pemasaran dan bagian yang diterima
oleh produsen. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bahwa pemasaran
dianggap efisien secara ekonomis yaitu apabila tiap-tiap saluran pemasaran
mempunyai nilai marjin pemasaran yang rendah dan nilai persentase bagian yang
diterima produsen tinggi (Darmawanti, 2005).
Menurut Soekartawi (1993), faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai
ukuran efisiensi pemasaran adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan pemasaran
2. Harga yang diterima konsumen.
3. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran yang memadai untuk melancarkan
transaksi jual beli barang, penyimpanan, dan transportasi.
4. Kompetisi pasar, persaingan diantara pelaku pemasaran.
Menurut Azzaino (1981), kriteria mengenai pasar yang tidak efisien adalah
terjadinya perbedaan yang besar antar daerah, terjadi perbedaan harga yang besar
antar musim, dan kecilnya persentase yang diterima petani. Sedangkan menurut
Anindita (2004), ada tiga macam penyebab pemasaran tidak efisien yaitu
panjangnya saluran pemasaran, tingginya biaya pemasaran, dan kegagalan pasar.
Marjin didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayar kepada penjual
pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir (Saefuddin dan Hanafiah
1986). Perlakuan yang berbeda-beda yang diberikan masing-masing pelaku
pemasaran terhadap komoditas yang dipasarkan menyebabkan perbedaan harga jual
antar tiap lembaga yang terlibat hingga sampai ke konsumen akhir. Perbedaan harga
inilah yang disebut dengan marjin pemasaran.
-
26
Gambar 1. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan terhadap margin
tataniaga dan nilai margin tataniaga
Sumber: Hammond dan Dahl, 1977
Keterangan :
Pr : Harga retail Sr : Supply retail Dr : Demand retail
Pf : Harga farmer Sf : Supply farmer Df : Demand farmer
Qr, f : Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan konsumen
Pada gambar 1 diatas dapat dilihat besarnya margin pemasaran adalah hasil
perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dengan jumlah
produk yang dipasarkan (Pr – Pf) x Qr,f. Besaran (Pr – Pf) menunjukkan marjin
pemasaran komoditi per unit.
Rendahnya marjin pemasaran suatu komoditas belum tentu dapat
mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam
melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan harga yang
diterima petani terhadap harga yang dibayar konsumen akhir (farmer’s share).
Share yang diterima lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam persentase
(Limbong dan Sitorus 1987).
Ada dua macam pengukuran efisiensi pemasaran yaitu operational
efficiency dan pricing efficiency. Operational efficiency digunakan untuk
mengukur suatu kejadian dimana biaya pemasaran berkurang tetapi output dapat
meningkat sedangkan pricing efficiency adalah bentuk kedua efisiensi pemasaran
yang didasarkan atas asumsi pasar kompetitif yang efisien. Efisiensi operasional
memperhatikan hubungan antara input dan output. Apabila tingkat output dapat
-
27
meningkat dengan jumlah input tetap atau semakin menurun berarti terjadi
peningkatan dalam efisiensi operasional (Anindita, 2004). Pricing efficiency
(efisiensi harga) berkenaan dengan kemampuan system pemasaran dalam
mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan proses produksi dan
pemasaran sesuai dengan keinginan konsumen (Crawford, 1997). Dalam pasar yang
bersaing sempurna, harga di pasar akan mencerminkan biaya produksi.
Efisiensi harga seringkali diukur melalui ratio antara input dan output,
seperti efisiensi tenaga kerja diukur melalui jumlah tenaga kerja yang dilakukan
dengan output yang dihasilkan. Dalam efisiensi pemasaran di pertanian, input dapat
berupa tenaga kerja, mesin, energi dan lain-lain sedangkan output meliputi waktu,
bentuk, tempat, dan kepemilikan (Anindita, 2004). Pengukuran efisiensi
transportasi digunakan juga dengan kapasitas muatan maksimal alat angkut yaitu
apakah alat angkut digunakan secara penuh (full capacity), apakah alat angkut
digunakan tidak memenuhi kapasitas muatan maksimal (under capacity), atau alat
angkut digunakan melebihi kapasitas (over capacity). Alat angkut yang tidak
digunakan secara penuh menunjukkan bahwa penggunaan alat angkut tersebut tidak
efisien. Sedangkan alat angkut yang penuh dan melebihi kapasitas dapat dikatakan
sudah efisien (Anindita, 2004).
-
28
III. KERANGKA TEORITIS
3.1. Kerangka Pemikiran
Pemasaran yang efisien adalah pemasaran yang mampu menyampaikan
hasil-hasil dari petani atau produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-
murahnya dan mampu mengadakan pembagian secara adil dari keseluruhan harga
yang dikeluarkan konsumen terakhir pada semua pihak yang ikut serta dalam
kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut (Mubyarto, 1989). Pendekatan
SCP dilakukan untuk mengawasi persaingan diantara perusahaan di berbagai pasar.
Bagaimana perusahaan melakukan tindakan akibat struktur pasar yang ada dan
lebih lanjut terhadap penampilan pasar. Apabila pasar berjalan tidak sesuai harapan
maka akan berdampak terhadap fairness dan efisiensi dari sistem pemasaran
(Anindita, 2004).
Alat analisis yang digunakan terdapat analisis saluran pemasaran untuk
melihat panjang pendeknya saluran pemasaran kedelai di lokasi penelitian, fungsi
pemasaran untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan lembaga
pemasaran untuk memasarkan kedelai serta biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan fungsi pemasaran. Analisis struktur pasar dengan IHH dan CR4 untuk
mengetahui konsentrasi pasar dan hambatan keluar masuk pasar . Perilaku pasar
kedelai untuk mengetahui kesepakatan harga yang terjadi di pasar dan kolusi/
kerjasama antara produsen dengan produsen, produsen dengan lembaga pemasaran
dan lembaga pemasaran dengan sesama lembaga pemasar. Melalui analisis margin
pemasaran dapat diketahui rasio keuntungan dan biaya ditingkat lembaga
pemasaran dan petani. Apabila berdasarkan marjin pemasaran share harga yang
diterima oleh petani cukup besar, maka pemasaran dapat dikatakan efisien. Selain
itu ada dua macam pengukuran efisiensi pemasaran yaitu operational eficiency dan
pricing eficiency. Efisiensi operasional digunakan untuk mengukur suatu kejadian
di mana biaya pemasaran berkurang tetapi output dapat meningkat sedangkan untuk
efisiensi harga adalah bentuk kedua efisiensi pemasaran yang didasarkan atas
asumsi pasar kompetitif yang efisien (Anindita, 2004).
Dalam upaya menyalurkan kedelai dari produsen menuju konsumen
diperlukan sarana transportasi untuk mengangkutnya. Masih sedikitnya jumlah
-
29
produksi akan mempengaruhi rendahnya kapasitas angkut kendaraan dan bongkar
muat. Hal ini akan berdampak pada rendahnya efisiensi operasional yang dilakukan
oleh lembaga pemasaran dalam mengangkut kedelai. Maka dari itu perbaikan
efisiensi pemasaran sangat diperlukan dalam sistem pemasaran kedelai, baik dalam
penganggaran biaya pemasaran maupun penggunaan fasilitas transportasi yang ada.
Hal ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan pendapatan bagi petani maupun
lembaga pemasaran yang terlibat. Berdasarkan uraian tersebut, maka secara ringkas
kerangka pemikiran disajikan dalam gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Analisis Pemasaran kedelai
Sumber: Anindita, 2004
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah pengartian suatu variabel dalam istilah yang
bisa diamati, bisa diuji, atau bisa dijadikan angka. Tanpa sebuah definisi
operasional, variabel memicu penafsiran yang luas. Pada saat menentukan konsep-
konsep yang perlu didefinisikan secara operasional bisa dilihat dari judul penelitian
walaupun tidak semua judul dapat memberi petunjuk hal yang perlu didefinisikan
secara operasional (Djiwandono, 2015). Berikut definisi operasional efisiensi
pemasaran kedelai di lokasi penelitian.
Pemasaran Kedelai
Struktur Pasar Perilaku Pasar Kinerja Pasar
a. Konsentrasi pasar
b. Jumlah
pemasar
a. Kesepakatan harga
b. Kolusi
a. Margin pemasaran
b. Share harga di tingkat petani
c. Efisiensi harga d. Efisiensi
operasional
-
30
Tabel 1. Definisi operasional Efisiensi Pemasaran Kedelai
No Konsep Variabel Definisi operasional variabel Pengukuran variabel
1 Pendekatan struktur
pasar CR4 a. CR4=
𝐾𝑟1+...+𝐾𝑟4
𝐾𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑥100%
konsentrasi rasio
Kuantitas kedelai yang dibeli
oleh 4 lembaga pemasaran
terbesar.
Berat komoditas kedelai yang
dibeli perlembaga (kg)
konsentrasi rasio total Kuantitas kedelai yang dibeli
semua pedagang
Jumlah total berat komoditas
yang dibeli oleh semua lemaga
(kg)
Pendekatan struktur
pasar
b. Hirschman Herfindahl Index
(HHI)
HHI = ∑ 𝐾𝑟𝑖𝑛𝑖=0 2
konsentrasi rasio ke-i Kuantitas kedelai yang dibeli
oleh lembaga pemasaran ke i
Berat komoditas kedelai yang
dibeli perlembaga (kg)
Konsentrasi rasio total Kuantitas kedelai yang dibeli
semua pedagang
Jumlah total berat komoditas
yang dibeli oleh semua lemaga
(kg)
2 Perilaku pasar
a. Penetapan Harga Harga komoditas Harga komoditas yang terbentuk
di tingkat petani dan lembaga
pemasaran. Penetapan harga
lebih banyak dipengarui oleh
petani atau lebih banyak
dtentukan oleh lembaga pemasar.
-
-
31
Tabel 1. (Lanjutan)
No Konsep Variabel Definisi operasional variabel Pengukuran variabel
Perilaku pasar
b. Kolusi dan taktik Kerjasama antara produsen dan
lembaga pemasaran
Kerjasama yang dilakukan
diantara produsen dengan
produsen, produsen dengan
lembaga pemasaran maupun
kerjasama lembaga pemasaran
satu dengan yang lain pada
kegiatan pemasaran.
-
3 Kinerja Pasar.
a. Margin pemasaran MP= Pr-Pf
Harga ditingkat produsen Harga yang ditawarkan petani
kepada lembaga pemasaran
Harga kedelai di tingkat petani
dalam satuan Rp/kg
Harga ditingkat pengecer Harga yang ditawarkan pengecer
kepada konsumen
Harga kedelai di tingkat pengecer
dalam satuan Rp/kg Rp/kg
Distribusi margin Perbandingan besarnya margin
terhadap masing-masing lembaga
pemasaran
Pembagian besar margin
dinyatakan dalam persentase (%)
b. Share harga petani
Shp =𝑃𝑓
𝑃𝑟 𝑥 100%
Harga ditingkat produsen Harga ditingkat produsen adalah
harga yang akan ditawarkan oleh
petani ke lembaga pemasaran
Harga kedelai di tingkat petani
dalam satuan Rp/kg
Harga ditingkat pengecer Harga yang ditawarkan pengeer
kepada konsumen
Harga kedelai di tingkat pengecer
dalam satuan Rp/kg
-
32
Tabel 1. (Lanjutan)
No Konsep Variabel Definisi Variabel Pengukuran
c. Efisiensi Pemasaran (Efisiensi harga)
Hji – Hj(i-1)≥ BT
Hji – Hj(i-1)≥ BP
Harga jual pada lembaga
pemasaran ke-i
Harga jual kedelai pada lembaga
pemasaran ke-i
Harga jual kedelai dalam satuan
Rp/Kg
Harga jual pada lembaga
pemasaran sebelum i
Harga jual kedelai pada lembaga
pemasaran sebelum lembaga
pemasaran ke-i
Harga jual kedelai dalam satuan
Rp/Kg
Biaya transportasi Biaya transportasi yang
dilakukan oleh pihak yang terkait
pemasaran
Biaya yang dikeluarkan untuk
fungsi transportasi dalam satuan
Rp/kg
Biaya prosesing Biaya prosesing yang dilakukan
oleh pihak yang terkait
pemasaran
Biaya yang dikeluarkan untuk
fungsi prosesing dalam satuan
Rp/kg
d. Efisiensi Pemasaran (Efisiensi Operasional)
Cp = 100%, maka efisien
Cp < 100%, dikatakan
tidak efisien
Kapasitas angkut Muatan kedelai pada kendaraan
dalam mengangkut komoditas
kedelai dari masing-masing
lembaga pemasaran
Berat kedelai yang diangkut pada
satu alat transportasi dengan
satuan kg/ alat angkut
-
33
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan dilakukan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif digunakan untuk menganalisis saluran pemasaran, fungsi pemasaran dan
perilaku pasar di lokasi penelitian. Efisiensi pemasaran menggunakan analisis
kuantitatif dengan alat analisis margin pemasaran, share harga di ti