analisis determinan tingkat partisipasi angkatan...
TRANSCRIPT
ANALISIS DETERMINAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN
KERJA (TPAK) DI BEBERAPA PROVINSI INDONESIA
TAHUN 2008-2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Disusun Oleh :
Tenti Apriyanti Rukmana
NIM : 11150840000016
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLLAH JAKARTA
1441 H / 2019 M
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Tenti Apriyanti Rukmana
2. Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 12 April 1997
3. Alamat : Kp. Kebon Kelapa, Rt/Rw : 002/006,
Ds. Buaran Jati, Kec. Sukadiri, Kab.
Tangerang
4. Telepon : 0896-1914-1239
5. Email : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1. SDN Buaran Jati 1 Tahun 2003 – 2009
2. MTs Daarul Muqimien Tahun 2009 – 2012
3. SMA Negeri 11 Kabupaten Tangerang Tahun 2012 – 2015
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 – 2019
ii
ABSTRACT
This aims to look at Determinant Analysis of Labor Force
Participation Rates in Several Provinces in Indonesia 2008 – 2017. This
study uses secondary data and panel data analysis with the Fixed Effect
Model (FEM) approach.The results of this study indicate that the
Provincial Minimum Wage variable has a negative and significant effect
on the level of labor force participation in several Provinces in Indonesia
2008 - 2017. As for the variable Age, Education and Economic Growth
have a negative and not significant effect on the level of labor force
participation in several provinces in Indonesia 2008 - 2017.
Simultaneously, the variable Provincial Minimum Wage, Age, Education
and Economic Growth significantly influence the labor force participation
rate.
Keywords: Labor Force Participation Rate. Provincial Minimum Wage.
Age. Education. Economic growth. Fixed Effect Model (FEM).
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat Analisis Determinan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja di Beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2008
– 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan menggunakan
analisis data panel dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM). Hasil
dari penilitian ini menunjukkan bahwa variabel Upah Minimum Provinsi
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat partisipasi
angkatan kerja di beberapa Provinsi di Indonesia tahun 2008 – 2017.
Sedangkan untuk variabel Umur, Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat partisipasi
angkatan kerja di beberapa Provinsi di Indonesia tahun 2008 – 2017.
Secara simultan, variabel Upah Minimum Provinsi, Umur, Pendidikan dan
Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap tingkat partisipasi
angkatan kerja.
Kata kunci : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Upah Minimum Provinsi.
Umur. Pendidikan. Pertumbuhan Ekonomi. Fixed Effect Model (FEM).
iv
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahiim
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan
kepada kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat, nikmat dan kasih
sayang-Nya kepada penulis selama ini, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini berjudul "ANALISIS DETERMINASI
TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA DI BEBERAPA
PROVINSI INDONESIA TAHUN 2008 - 2017"dengan baik. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah memberikan syafa'at kepada umatnya
sehingga kita dapat berubah dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dengan selesainya penyusunan dan penulisan skripsi
ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Adapun
ungkapan terimakasih ini penulis tunjukkan kepada :
1. Orang tua penulis, Emak Suheti dan Abah Sarpin yang selalu
memberikan do'a yang tiada hentinya serta restu dan dukungan moril
maupun materi kepada penulis, sehingga penulis selalu optimis dan
tetap semangat dalam menjalani kehidupan khususnya dalam
menyelesaikan skripsi ini. Segala jerih payah selama ini tidak cukup
terbalaskan oleh saya, Terima kasih atas segalanya semoga saya dapat
terus membahagiakan dan membanggakan kalian dan kalian selalu
dalam lindungan kasih sayang Allah SWT. Aamiin.
v
2. Kedua adikpenulis, Peti Andiani dan Hafizah Yanti yang telah
memberikan dukungan sekaligus menjadi penghibur selama
penyelesaian skripsi ini.
3. Seluruh keluarga besar Almh. Nenek Ijong yang selalu memberikan
dukungan dan mendo'akan penulis hingga terselesaikannya penulis
skripsi ini.
4. Bapak Amilin, Prof.,Dr.,M.Si.,Ak.,C.A,QIA.,BKP.,CRMP. Selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Muhammad Hartana Iswandi Putra, M.Si. dan Bapak Deni
Pandu Nugraha, M.Sc. Selaku ketua jurusan dan sekretaris jurusan
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syrif
Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Zaenal Muttaqien, MPP. Selaku dosen pembimbing skripsi,
terimakasih atas seluruh kesediaan waktu, tenaga dan pikiran dan ilmu
yang bermanfaat yang telah diberikan hingga penulis skripsi ini
selesai. Semoga Bapak selalu diberikan kesehatan dan keberkahan
oleh Allah SWT.
7. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan, M.Sc selaku dosen pembimbing
akademik yangtelah memberikan arahan dan bimbingan selama proses
perkuliahan.
8. Seluruh dosen serta jajaran staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang
telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna dan
berharga bagi penulis selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi
ini.
9. Teman terbaik seperkotsan yaitu Kak Ifah, Biul, Afi, Alma dan Parida
yang telah memebrikan banyak cerita dan selalu menjadi pengingat
ketika salah.
10. Teman terbaik seperjuangan "Minceu Lovers" (Andini, Asih, Ayu
fatimah, Aza, Diyah SN, Khairunnisa, Maretta, Maria, Priska, Rara,
vi
Resha, Sofi) yang saling berbagi dan saling menyemangati satu sama
lain.
11. Seluruh teman-teman Ekonomi Pembangunan 2015 yaitu kelas EP A
dan Kelas Konsentrasi Perencanaan Pembangunan, yang telah
melewati bersama selama empat tahun.
12. Teman-teman KKN 170 BERNABEU dan Warga Kampung Cisurian
yang telah memberikan cerita baru dan semangat.
13. Teman-teman semasa SMA dan teman-teman eskul PMR "icess &
ecess" yang selalu memberikan semangat dan berbagi tawa.
14. Seluruh teman-teman ARMY "Indomy" yaitu Ka Yaya, Risma, Ka
Achan, Ellen, Lysia, Fio, Ka Asri, Ka Dzulfah, Teh Empit yang selalu
bisa menghibur penulis dalam mengerjakan skripsi.
15. Teman-teman dari BTS yaitu Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min
Yoongi, Jung Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung dan Jeon Jungkook
yang selalu menghibur dan selalu mengingatkan untuk lebih
menghargai serta mencintai diri sendiri.
16. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Terimakasih atas kebaikan kalian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.
Oleh sebab itu, penukis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang
membangun untuk pencapaian yang lebih baik.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Jakarta, Agustus 2019
Tenti Apriyanti Rukmana
vii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBINGAN
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................. vii
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................................ 1
B. Batasan Masalah ........................................................................................................ 9
C. Rumusan Masalah .................................................................................................... 9
D. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 11
E. Manfaat penelitian ................................................................................................. 12
viii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ....................................................................................................... 13
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja .................................................................. 13
2. Upah Minimum Provinsi ................................................................................... 15
3. Umur .................................................................................................................. 17
4. Pendidikan ......................................................................................................... 18
5. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................................................... 19
B. Penelitian Terdahulu .............................................................................................. 21
C. Kerangka Teoritis ................................................................................................... 28
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................... 31
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................................................... 31
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................................... 32
D. Metode Analisis Data ............................................................................................. 32
E. Pemilihan Metode Data Panel ................................................................................ 35
F. Uji Asumsi Klasik .................................................................................................... 36
G. Uji Statistik ............................................................................................................ 38
H. Operasional Variabel Penelitian ............................................................................. 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................................... 42
1. Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat ............................................................. 42
2. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ...................................................... 44
3. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Tengah ............................................... 46
4. Gambaran Umum Provinsi Bali ........................................................................ 48
5. Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Tengah ................................................... 51
6. Gambaran Umum Provinsi Maluku Utara ........................................................ 54
7. Gambaran Umum Provinsi Papua Barat ........................................................... 57
ix
B. Permodelan dan Pengolahan Data .......................................................................... 59
1. Uji Chow ............................................................................................................ 59
2. Uji Hausman ....................................................................................................... 60
3. Fixed Effect Model ............................................................................................. 61
C. Uji Asumsi Klasik ................................................................................................. 64
1) Uji Normalitas .............................................................................................. 64
2) Uji Multikolinearitas .................................................................................... 64
3) Uji Heteroskedastisitas ................................................................................. 65
4) Uji Autokorelasi ........................................................................................... 66
D. Pengujian Hipotesis ............................................................................................... 67
1. Uji t – Statistik dan Interpretasi Hasil Analisis ................................................. 67
2. Uji F – Statistik dan Interpretasi Hasil Analisi ................................................. 69
3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ......................................................................... 71
E. Analisis Ekonomi ................................................................................................... 71
1. Upah Minimum Provinsi Terhadap TPAK ....................................................... 71
2. Umur Terhadap TPAK ...................................................................................... 72
3. Pendidikan Terhadap TPAK ............................................................................. 73
4. Pertumbuhan Ekonomi Terhadap TPAK .......................................................... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 75
B. Saran ...................................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 77
LAMPIRAN .................................................................................................................. 81
x
DAFTAR GRAFIK
4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Jawa Barat .............................. 43
4.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Sumatera Utara ....................... 44
4.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Kalimantan Tengah ................ 47
4.4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Bali ......................................... 50
4.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Sulawesi Tengah .................... 53
4.6 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Maluku Utara .......................... 56
4.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Papua Barat ............................ 58
4.8 Hasil Uji Normalitas ...................................................................................... 64
xi
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 28
4.1 Peta Provinsi Jawa Barat ................................................................................ 42
4.2 Peta Provinsi Sumatera Utara ......................................................................... 44
4.3 Peta Provinsi Kalimantan Tengah .................................................................. 47
4.4 Peta Provinsi Bali ........................................................................................... 49
4.5 Peta Provinsi Sulawesi Tengah ...................................................................... 52
4.6 Peta Provinsi Maluku Utara ........................................................................... 55
4.7 Peta Provinsi Papua Barat .............................................................................. 57
xii
DAFTAR TABEL
1.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Indonesia (%) Tahun 2008 – 2017...... 3
1.2 Upah Minimum Provinsi Tahun 2008 – 2017 .................................................. 5
1.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur (%) Tahun 2008 – 2017 ............................ 6
1.4 Jumlah Angkatan Kerja Pendidikan Tamatan SMA (%)
Tahun 2008 – 2017 ........................................................................................... 7
1.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Harga Konstan (%)
Tahun 2008 – 2017 ........................................................................................... 8
2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 23
3.1 Operasi Variabel Penelitian ............................................................................ 40
4.1 Uji Chow ........................................................................................................ 60
4.2 Uji Hausman ................................................................................................... 61
4.3 Hasil Regresi Data Panel ................................................................................ 62
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................................. 65
4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ......................................................................... 66
4.6 Hasil Uji Autokorelasi .................................................................................... 66
4.7 Hasil Uji Statistik ........................................................................................... 67
4.8 Hasil Uji F-statistik ........................................................................................ 70
4.9 Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ............................................................ 71
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Estimasi Data
1. Pooled Least Square ................................................................................. 81
2. Fixed Effect Model .................................................................................. 82
3. Uji Chow .................................................................................................. 83
4. Random Effect Model .............................................................................. 84
5. Uji Hausman ............................................................................................. 85
6. Uji Asumsi Klasik .................................................................................... 86
Lampiran 2
Data Penelitian .............................................................................................. 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri dari 17.504 pulau. Indonesia memiliki 33 pronvinsi yang terbagi
dalam tiga wilayah bagian yaitu bagian barat, bagian tengah dan bagian
timur. Bagian barat Indonesia terdiri dari delapan belas provinsi yaitu
Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Lampung, Kep. Bangka Belitung, Kepulauan Riau,
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa
Timur, Banten, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Sementara
untuk bagian tengah Indonesia terdiri dari sebelas provinsi yaitu Provinsi
Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Dan untuk Indonesia
bagian timur terdiri dari empat provinsi yaitu Provinsi Maluku, Maluku
Utara, Papua Barat dan Papua.
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan penduduk
terbanyak di dunia yang menempati posisi ke empat setelah Republik
Rakyat China, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia
berjumlah 265.015.300 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari 133,17 juta jiwa
laki-laki dan 131,88 juta jiwa perempuan. Ketika laju pertumbuhan
penduduk yang lebih cepat, maka akan meningkatkan bertambahnya
jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja dan akan menyebabkan persediaan
tenaga kerja juga harus banyak. Jika kesempatan kerja yang dapat tidak
mencukupi sedangkan jumlah angakatan kerja yang semakin lama semakin
bertambah dan itu hanya akan menyebabkan jumlah pengangguran
2
bertambah banyak, yang akhirnya hanya akan menjadi beban
pembangunan nasional yang lebih berat bagi Negara.
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dapat
menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang. Salah satu tujuan dari pembangunan
ekonomi yaitu untuk menyediakan lapangan kerja yang cukup untuk
mengejar pertumbuhan angkatan kerja yang lajunya lebih cepat. Untuk
Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia yang mana
pertumbuhan angkatan kerja lebih cepat. Hal ini dikarenakan pertumbuhan
penduduk di Negara berkembang cenderung lebih cepat sehingga dapat
melebihi pertumbuhan kapital. Selain itu di Negara berkembang,
mempunyai struktur industri yang lebih cenderung diversifikasikan atau
lebih beranekaragam dan keterampilan penduduk yang belum mencukupi
sesuai permintaan.
Salah satu indikator dalam pembangunan ekonomi yaitu dengan
melihat tingkat partisipasi angkatan kerja pada suatu daerah tertentu.
Tingkat partisipasi angkatan kerja sendiri merupakan penduduk usia kerja
yang ikut serta pada pasar tenaga kerja, baik yang bekerja maupun yang
sedang mencari kerja. Semakin tinggi tingkat partisipasi angkatan kerja
maka akan menunjukkan bahwa semakin tinggi pula angkatan kerja yang
tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
Berikut merupakan data tingkat partisipasi angkatan kerja di Indonesia
tahun 2008 – 2017 :
3
Tabel 1.1
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di
Indonesia (%) Tahun 2008 – 2017
Tahun
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
(TPAK)
(%)
2008 67,2
2009 67,2
2010 67,7
2011 68,3
2012 67,8
2013 66,8
2014 66,6
2015 65,8
2016 66,3
2017 66,7
Sumber Badan Pusat Statistik 2018
Pada table 1.1 dapat dilihat bahwa tingkat partisipasi angkatan
kerja di Indonesia tertinggi pada tahun 2011 sebesar 68,3% yang
sebelumnya berada di 67%. Pada tahun 2012 sampai tahun 2015
mengalami penurunan yang sebelumnya 67,8% menjadi 65,8%. Namun di
tahun 2016 dan 2017 naik kembali menjadi 66,3% dan 66,7%. Meningkat
atau menurunnya tingkat partisipasi angkatan kerja dipengaruhi oleh faktor
sosial, ekonomi dan demografi. Faktor-faktor yang dianggap penting
pengaruhnya yaitu upah, umur, pendidikan dan pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja ini antara lain disebabkan
oleh kondisi sosial dan ekonomi nasional yang relatif membaik, sehingga
memberikan pengaruh terhadap faktor-faktor produksi di Indonesia. Maka
secara langsung naik turunnya faktor produksi ini akan memberikan
dampak terhadap tinggi rendahnya faktor permintaan dan penawaran
terhadap tenaga kerja. Terciptanya lapangan kerja atau usaha merupakan
dampak positif dari peningkatan pertumbuhan ekonomi disuatu Negara
atau wilayah.
4
Dari penjelasan diatas bahwa Indonesia memiliki tiga bagian
wilayah yaitu bagian barat Indonesia, bagian tengah Indonesia dan bagian
timur Indonesia. Dalam rangka untuk memperoleh pandangan yang
komprehensif dari masing-masing bagian wilayah tersebut telah dipilih
tujuh provinsi yang memiliki jumlah penduduk dari mulai terbanyak,
sedang dan paling sedikit jumlah penduduknya untuk digunakan dalam
penelitian tingkat partisipasi angkatan kerja. Dari ketujuh provinsi tersebut
yaitu dari bagian barat Indonesia ada Provinsi Jawa Barat, Provinsi
Sumatera Utara dan Provinsi Kalimantan Tengah. Sementara untuk bagian
tengah Indonesia yaitu Provinsi Bali, dan Provinsi Sulawesi Tengah.
Sedangkan untuk bagian timur Indonesia yaitu Provinsi Maluku Utara dan
Papua Barat. Provinsi yang terpilih dalam penelitian ini akan menjadi
representatif untuk menggambarkan kondisi dari faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pasrtisipasi angkatan kerja yaitu upah minimum
provinsi, umur, pendidikan dan pertumbuhan ekonomi.
Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan
kerja salah satunya yaitu upah, karena salah satu faktor pendorong
produktivitas menjadi lebih optimal merupakan sistem pengupahan dalam
perusahaan. Upah yang akan diterima oleh para tenaga kerja bergantung
pada jumlah tingkat produktivitas dari tenaga kerja itu sendiri. Data yang
mengenai kenaikan upah diberbagai negara, terutama negara maju
maupun negara berkembang menunjukkan bahwa para pekerja berkaitan
erat antara kenaikan upah para pekerja dengan kenaikan produktivitas
(Sukirno, 2003). Faktor tingkat upah dapat mempengaruhi orang untuk
masuk atau tidaknya kedalam pasar tenaga kerja. Dimana jika tingkat
upah tinggi maka makin banyak masyarakat akan masuk kedalam pasar
tenaga kerja, otomatis dapat meningkatkan tingkat partisipasi angkatan
kerja (TPAK).
5
Penetapan pada upah minimum provinsi ini dilakukan dengan
proses yang panjang setiap tahunnya. Untuk mengetahui lebih rinci
mengenai perkembangan upah minimum provinsidi beberapa provinsi di
Indonesia tahun 2008 – 2017, dapat dilihat pada tabel 1.2, sebagai berikut :
Table 1.2
Upah Minimum Provinsi Tahun 2008 – 2017
Tahun Jabar Sumut Kalteng Bali Sulteng Malut Pabar
2008 568.193 822,205 765,868 682,650 670,000 700,000 1.105,500
2009 628.191 905,000 873,089 760,000 720,000 770,000 1.180,000
2010 671.500 965,000 986,590 829,316 777,500 847,000 1.210,000
2011 732.000 1.200,000 1.134,580 890,000 827,500 889,350 1.410,000
2012 780.000 1.305,000 1.327,459 967,500 885,000 960,498 1.450,000
2013 850.000 1.375,000 1.553,127 1.181,000 995,000 1.200,622 1.720,000
2014 1.000.000 1.505,850 1.723,970 1.542,600 1.250,000 1.440,764 1.870,000
2015 1.000.000 1.625,000 1.896,367 1.621,172 1.500,000 1.577,617 2.015,000
2016 1.321.355 1.811,875 2.057,558 1.807,600 1.670,000 1.681,266 2.237,000
2017 1.420.624 1.961,355 2.227,307 1.956,727 1.807,775 1.975,152 2.421,500
Sumber Badan Pusat Statistik 2018
Berdasarkan pada tabel 1.2 menunjukkan bahwa upah minimum
provinsi Jawa Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Bali, Sulawesi
Tengah, Maluku Utara, dan Papua Barat dari tahun 2008 sampai 2017
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan kerja
yaitu umur, yang dimaksud umur menurut Bada Pusat Statistik (BPS),
merupakan penduduk yang tergolong dalam usia angkatan produktif yang
dinyatakan dalam satuan jumlah atau angka. Umur tenaga kerja berkaitan
langsung dengan kondisi fisik seseorang tenaga kerja dalam melakukan
kegiatannya. Semakin tua umur tenaga kerja maka kondisi fisiknya lebih
rendah sehinga akan berpengaruh pada produtikvitas tenaga kerja. Pada
umur tertentu tingkat partisipasi mencapai titik optimal kemudian
menurun hingga titik terendah, terutama pada kelompok umur 60 tahun
keatas.
6
Berikut merupakan rincian mengenai perkembangan jumlah
angkatan kerja menurut umur di beberapa provinsi di Indonesia tahun
2008 – 2017, dapat dilihat pada tabel 1.3 :
Tabel 1.3
Jumlah Penduduk Menurut Umur (%) Tahun 2008 – 2017
Tahun Jabar Sumut Kalteng Bali Sulteng Malut Pabar
2008 96 64 97 58 67 65 69
2009 96 65 97 58 67 62 69
2010 96 63 97 56 63 62 65
2011 97 63 97 61 63 62 66
2012 96 64 97 62 63 62 66
2013 96 64 97 62 66 63 67
2014 96 64 94 61 66 63 69
2015 96 59 98 56 66 65 66
2016 91 64 97 58 66 63 66
2017 96 64 97 56 66 63 66
Sumber Badan Pusat Statistik 2018
Berdasarkan pada tabel 1.3 menunjukkan bahwa jumlah angkatan
kerja menurut umur di Provinsi Jawa Barat, Sumatera Utara, Kalimantan
Tengah, Bali, Sulawesi Tengah, Maluku Utara dan Papua Barat dari tahun
2008 sampai 2017 mengalami fluktuasi setiap tahunnya.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan
kerja salah satunya pendidikan. Pendidikan yang dimaksud yaitu
sejauhmana tingkat pendidikan yang ditamatkan. Pendidikan pada
umumnya dibagi menjadi beberapa tahap seperti prasekolah, sekolah dasar,
sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi atau universitas.
Pendidikan yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendidikan yang
ditamatkan pada tingkat sekolah menengah atas (SMA). Karena disetiap
tahunnya penyerapan tenaga kerja terbanyak berasal dari SMA. Faktor
seseorang bekerja setelah lulus sekolah menengah atas yaitu karena faktor
ekonomi yang membuat seseorang untuk memutuskan sekolah hanya
sampai dengan SMA dan lebih baik bekerja membantu perekonomian
keluarga.
7
Salah satu indikator untuk melihat kualitas angkatan kerja yaitu
dengan melihat tingkat pendidikan yang ditamatkan. Karena pada
umumnya seseorang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi akan
mempunyai produktivitas kerja yang lebih baik. Dengan perkembangan
pengetahuan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih tinggi dan
lamanya menempuh pendidikan, maka akan memiliki pekerjaan dan upah
yang lebih baik dibandinkan yang rendah pendidikannya. Dengan
demikian, pendidikan merupakan syarat dalam meningkatkan
produktivitas kerja.
Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 1.4 mengenai
perkembangan pendidikan yang ditamatkan sekolah menengah atas (SMA)
di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2008 – 2017, sebagai berikut :
Tabel 1.4
Jumlah Angkatan Kerja Pendidikan Tamatan SMA (%)
Tahun 2008 – 2017
Tahun Jabar Sumut Kalteng Bali Sulteng Malut Pabar
2008 63 29.27 18 26 18 22 24
2009 63 31.99 20 27 19 23 26
2010 47 32.26 20 29 19 24 25
2011 41 32.52 21 30 21 24 27
2012 55 32.73 21 32 22 25 30
2013 39 34.16 23 32 22 26 31
2014 39 35.48 24 33 22 27 25
2015 10 37.59 25 32 23 30 46
2016 12 36.28 24 32 24 31 45
2017 8 78.54 25 35 23 29 48
Sumber Badan Pusat Statistik 2018
Berdasarkan pada tabel 1.4 menunjukkan bahwa jumlah
pendidikan tamatan SMA di Provinsi Jawa Barat, Sumatera Utara,
Kalimantan Tengah, Bali, Sulawesi Tengah, Maluku Utara dan Papua
Barat dari tahun 2008 sampai 2017 mengalami fluktuasi setiap tahunnya.
Faktor lain dari sisi ekonomi yang mempengaruhi tingkat
partisipasi angkatan kerja yaitu pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan
8
ekonomi merupakan perkembangan dari kegiatan perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi meningkat sehingga
kemakmuran masyarakat juga akan meningkat. Pertumbuhan ekonomi
memiliki kaitan yang erat terhadap jumlah penduduk. Jika jumlah
penduduk selalu bertambah maka angkatan kerja juga akan bertambah.
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yang digunakan yaitu PDB
bedasarkan harga konstan. Dengan menggunakan harga konstan, pengaruh
terhadap harga sudah dihilangkan walaupun angka yang muncul
merupakan nilai dari total output barang dan jasa.
Untuk mengetahui perkembangan dari pertumbuhan ekonomi di
beberapa provinsi di Indonesia tahun 2008 – 2017, dapat dilihat pada tabel
1.5 sebagai berikut :
Tabel 1.5
Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Harga Konstan
(%) Tahun 2008 – 2017
Tahun Jabar Sumut Kalteng Bali Sulteng Malut Pabar
2008 5.83 6.39 6.17 5.97 5.47 5.99 7.84
2009 4.29 5.07 5.57 5.33 5.85 6.05 7.02
2010 6.20 6.35 6.50 5.83 6.56 7.96 26.82
2011 6.50 6.66 7.01 6.49 8.13 6.80 3.64
2012 6.50 6.45 6.87 6.65 8.87 6.98 3.63
2013 6.33 6.07 7.37 6.69 9.59 6.36 7.36
2014 5.09 5.23 6.21 6.73 5.07 5.49 5.38
2015 5.04 5.10 7.01 6.03 15.56 6.10 4.15
2016 5.66 5.18 6.36 6.24 9.98 5.77 4.52
2017 5.29 5.12 6.74 5.59 7.14 7.67 4.01
Sumber Badan Pusat Statistik 2018
Berdasarkan pada tabel 1.5 menunjukkan bahwa laju
pertumbuhan ekonomi berdasarkan harga konstan di Provinsi Jawa
Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Bali, Sulawesi Tengah,
Maluku Utara dan Papua Barat dari tahun 2008 sampai 2017
mengalami fluktuasi setiap tahunnya.
9
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Indonesia dengan
judul “Analisis Determinan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) Di Beberapa Provinsi Indonesia Tahun 2008 – 2017”.
B. Batasan masalah
Penulis membatasi penelitian pada 7 provinsi di Indonesia.
Provinsi-provinsi yang dipilih untuk penelitian ini berdasarkan geografi
dan demografi. Provinsi tersebut adalah Jawa Barat, Sumatera Utara,
Kalimantan Tengah, Bali, Sulawesi Tengah, Malukut Utara dan Papua
Barat. Tahun penelitian dari 2008 – 2017. Variabel upah minimum
provinsi, umur, pendidikan dan pertumbuhan ekonomi merupakan variabel
bebas (X). Keempat variabel tersebut merupakan variabel yang akan
mempengaruhi variabel tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebagai
variabel terikat (Y). Penelitian ini hanya mengkaji bagaimana variabel
upah minimum provinsi, umur, pendidikan dan pertumbuhan ekonomi
dapat berpengaruh terhadap variabel ekspor baik secara parsial dan secara
simultan.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah sangat penting karena dapat digunakan untuk
mengarahkan analisis dan pengumpulan data. Secara geografi Indonesia
merupakan negara yang memiliki kepulauan terbanyak di dunia. Selain itu
Indonesia juga memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam tiga bagian
wilayah yaitu wilayah Indonesia bagian barat, wilayah Indonesia bagian
tengah dan wilayah Indonesia bagian timur. Menurut World Bank,
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki penduduk
terbanyak di dunia yang menempati posisi keempat setelah Republik
Rakyat China, India dan Amerika Serikat. Dengan banyaknya jumlah
10
penduduk maka akan meningkatkan jumlah tenaga kerja dan angkatan
kerja pula. Jika jumlah kesempatan kerja tidak dapat mencukupi
sedangkan jumlah tenaga kerja bertambah maka akan menyebabkan
jumlah pengangguruan meningkat. Namun ketika jumlah pertumbuhan
penduduk yang rendah akan menyebabkan tingkat PDB per kapita yang
lebih tinggi, selain itu juga akan meningkatkan pendapatan, tabungan,
investasi serta menurunkan tingkat kemiskinan.
Demografi Indonesia yang memiliki hubungan dengan
perekenomian yaitu dengan penduduk usia muda yang ada di Indonesia.
Indonesia memiliki kelimpahan penduduk dengan usia produktif kerja.
Penduduk dengan usia produktif kerja adalah sebuah kekuatan untuk
ekonomi nasional, jika penduduk tersebut bisa mendapatkan pendidikan
yang memadai dan memiliki cukup banyak kesempatan kerja. Ketika
penduduk usia kerja mulai bekerja sehingga produksi pun akan meningkat.
Dengan adanya pekerjaan berarti pendapatan akan menjadi lebih tinggi,
rumah tangga akan menkonsumsi produk lebih banyak lagi. Rumah tangga
akan menabung lebih banyak karena jumlah anak yang bergantung pada
orangtua juga berkurang sehingga tingkat investasi pun bertambah. Selain
itu juga, ketika sebagian besar penduduk usia kerja mendekati masa
pensiun, maka penduduk akan mulai untuk menabung dan berinvestasi
untuk hari tua. Dengan demikian, hasil peningkatan akumulasi modal
tersebut dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi secara lebih
lanjut.
Maka dari itu untuk meganalisis masalah tersebut, maka munculah
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh upah minimum provinsi terhadap tingkat
partisipasi angkatan kerja di beberapa Provinsi di Indonesia Tahun
2008 – 2017 ?
11
2. Bagaimana pengaruh umur terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja
di beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2008 – 2017 ?
3. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap tingkat partisipasi angkatan
kerja di beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2008 – 2017 ?
4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat
partisipasi angkatan kerja di beberapa Provinsi di Indonesia Tahun
2008 – 2017 ?
5. Bagaimana pengaruh upah minimum provinsi, umur, pendidikan, dan
Pertumbuhan ekonomi secara simultan terhadap tingkat partisipasi
angkatan di beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2017?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh upah minimum provinsi terhadap tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) di beberapa Provinsi di Indonesia
Tahun 2008 – 2017.
2. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap tingkat partisipasi
angkatan kerja (TPAK) di beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2008
– 2017.
3. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap tingkat partisipasi
angkatan kerja (TPAK) di beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2008
– 2017.
4. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) di beberapa Provinsi di Indonesia
Tahun 2008 – 2017.
5. Untuk mengetahui pengaruh upah minimum provinsi, umur,
pendidikan dan pertumbuhan ekonomi secara simultan terhadap
12
tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di beberapa Provinsi di
Indonesia Tahun 2008 – 2017.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka
maanfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu, sebagai
berikut :
1. Manfaat bagi pemerintah dan instasi terkait, diharapkan penelitian
ini dapat menjadi salah satu bahan untuk pertimbangan pemerintah
selaku pengambil kebijakan dalam memperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan kerja.
2. Manfaat bagi masayrakat ilmiah, diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan
tentang dampak yang ditimbulkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan kerja. Hasil penelitian
ini juga dapat dijadikan sebagai refrensi acuan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), tingkat partisipasi
angkatan kerja merupakan penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.
Penduduk yang sudah memasuki usia kerja terdiri dari angakatan dan
bukan angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan penduduk yang
sudah memasuki usia kerja yaitu 15 tahun ke atas yang bekerja atau
punya pekerjaan namun tidak bekerja atau menaggur. Angkatan kerja
merupakan yang aktif dalam kegiatan ekonomi. Sedangkan bukan
angkatan kerja merupakan penduduk yang masih sekolah dan
mengurus rumah tangga. Keterlibatan penduduk dalam kegiatan
ekonomi diukur dari penduduk yang termasuk dalam pasar kerja yaiu
yang bekerja atau yang mencari pekerjaan. Menurut Rusli (1995),
berpendapat bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan
ukuran yang tergolong dalam jumlah angkatan kerja untuk setiap 100
penduduk usia kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah
persentase dari penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang
merupakan angkatan kerja.
Menurut Mantra (2003 : 120), berpendapat bahwa jika semakin
tinggi tingkat partisipasi angkatan kerja maka semakin tinggi pula
angkatan kerja yang sama dalam satu kelompok. Begitu juga
sebaliknya. Jika semakin tinggi jumlah penduduk yang bersekolah dan
mengurus rumah tangga, maka akan semakin tinggi pula jumlah yang
14
termasuk ke dalam golongan yang bukan angkatan kerja, dan
mengakibatkan kecilnya tingkat partisipasi angkatan kerja.
Menurut Simanjuntak (2001:45), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat pasrtisipassi angkatan kerja yaitu sebagai
berikut :
1. Penduduk yang masih berstatus pelajar dan yang mengurus rumah
tangga.
2. Jenis kelamin. Maksudnya tingkat partisipasi angkatan kerja laki-
laki lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat partisispasi
angkatan kerja perempuan. Karna menurut nilai dari msyarakat
laki-laki lah yang wajib bertanggung jawab dalam mencari nafkah.
3. Tingkat umur.
4. Tingkat upah.
5. Tingkat pendidikan
Sedangkan menurut sumarsono (2003 : 19) berpendapat bahwa
faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan kerja yaitu
sebagai berikut :
1. Jumlah penduduk yang masih berstatus pelajar. Maksudnya jika
jumlah penduduk yang bersekolah besar maka tingkat partisipasi
angkatan kerjanya kecil.
2. Jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga. Jadi, jika semakin
banyak anggota yang mengurus rumah tangga maka tingkat
partisipasi angkatan kerjanya semakin kecil.
3. Tingkat penghasilan keluarga. Jika keluarga memiliki penghasilan
yang besar, maka kemungkinan anggota keluarga untuk bekerja
kecil, dan itu akan mengakibatkan tingkat partsipasi angkatan kerja
kecil.
4. Sturtuk umur.
5. Tingkat upah.
6. Tingkat pendidikan.
15
7. Kegiatan ekonomi. Maksudnya program pembangunan pada salah
satu pihak yang menyebabkan melibatkan lebih banyak pihak dan
dilain pihak, program pembangunan menimbulkan harapan baru.
2. Upah Minimum Provinsi
Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No.13 Tahun 2000, Bab 1,
pasal 1, Ayat 30, menyatakan bahwa upah meurpakan hak pekerja atau
buruh yang diterima dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha kepada pekerja yang telah ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah ataua akan dilakukan. Menurut
Sukirno (2008), secara teoritis, upah yang diberikan oleh pengusaha
merupakan harga dari tenaga yang dikorbankan pekerja yang terbagi
menjadi dua macam yaitu : upah nominal dan upah rill. Upah normal
merupakan sejumlah upah dalam bentuk uang yang diterima secara
rutin para pekerja. Sedangkan upah nominal merupakan upah nominal
yang diperoleh serta dapat ditukarkan dengan barang dan jasa yang
diukur berdasarkan banyaknya barang dan jasa yang didapatkan dari
penukaran tersebut.
Menurut Sukirno (2005), Upah merupakan pembayaran atas jasa
yang telah disediakan oleh tenaga kerja kepada pengusaha. Sedangkan
upah minimum menurut Tjiptoherijanto (2003), merupakan
pembayaran yang telah ditetapkan dan disetujui oleh pemerintah,
pengusaha dan serikat pekerja. Tujuannya agar terpenuhi standar
minimum hidup, sehingga penduduk yang berpendapatan rendah dapat
terangkat derajatnya.
Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari
upah pokok yang didalamnya sudah termasuk upah tanpa tunjangan
dan upah tunjangan tetap dan telah ditetapkan oleh gubernur sebagai
jaringan pengaman. Upah minimum terdiri dari :
16
1) Upah minimum provinsi, yaitu upah minimum yang
diberlakukan untuk seluruh kabupaten/kota dalam satu
provinsi.
2) Upah minimum kabupaten/kota yaitu upah minimum yang
hanya berlaku di wilayah kabupaten/kota.
3) Upah minimum sektoral, yaitu upah minimum yang berlaku
secara sektoral dalam satu provinsi.
4) Upahminimum sektoral kabupaten/kota, yaitu upah
minimum yang berlaku secra sektoral di wilayah
kabupaten/kota.
Peraturan menteri menetapkan bahwa upah minimum sektoral
pada tingkat provinsi seharusnya lebih tinggi, sedikitnya lima persen
dari satandar upah minimum yang ditetapkan di tingkat provinsi.
Begitu pula upah minimum sektoral di tingkat kabupaten/kota harus
lebih tinggi lima persen dari standar upah minimum kabupaten/kota.
Melalui adanya kebijakan pengupahan, pemerintah Indonesia
berusaha menetapkan upah minimum yang sesuai dengan standar
kelayakan hidup penduduk. Upah minimum pada masa lalu ditetapkan
atas dasar kebutuhan fisik minimum, namun pada selanjutnya
didasarkan pada kebutuhan hidup minimum. Namun peraturan
perundangan terbaru, UU No. 78/2015, yang menyatakan bahwa upah
minimum didasarkan pada kebutuhan hidup layak, perundangan ini
telah di tetapkan sepenuhnya, sehingga penetapan terhadap upah
minimum berdasarkan pada kebutuhan hidup layak.
17
Rumus perhitungan upah minimum yaitu :
UMn = UMt + {UMt x (Inflasit + %∆PDBt)}
Dimana :
UMn : Upah minimum yang akan ditetapkan
UMt : Upah minimum tahun berjalan
Inflasit : Inflasi yang dihitung dari periode September tahun lalu
sampai dengan periode September tahun berjalan.
∆PDBt : pertumbuhan PDB yang dihitung dari pertumbuhan PDB
yang mencakup periode kwartal III dan IV tahun
saebelumnya dan periode kwartal I dan II tahun berjalan.
Rumus perhitungan upah minimum adalah upah minimum
tahun berjalan ditambah dengan hasil perkalian antara upah minimum
berjalan dengan penjumlahan tingkat inflasi nasional taun berjalah
dengan tingkat pertumbuhan PDB tahun berjalan. Upah minimum
tahun berjalan sebagai dasar perhitungan upah minimum yang akan
ditetapkan dalam rumus perhitungan upah minimum, sudah
berdasarkan kebutuhan hidup layak.
3. Umur
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, umur adalah lama
waktu hidup sejak dilahirkan. Umur merupakan info yang mengenai
tentang tanggal, bulan dan tahun pada saat kelahiran menurut system
kalender masehi. Umur atau usia merupakan satuan waktu yang
mengukur keberadaan suatu benda atau mahluk hidup ataupun mati.
Usia yang termasuk kedalam usia angkatan produktif yaitu pada
kisaran 20 sampai 30 tahun. Umur tenaga kerja berkaitan langsung
dengan kondisi fisik seseorang tenaga kerja dalam kegiatannya. Pada
18
saat umur tertentu tingkat partisipasi angkatan mencapai titik paling
optimal kemudian menurun sehingga mencapai titik terendah, terutama
pada kelompok umur 60 tahun keatas.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu pembelajaran, pengetahuan,
keterampilan dan kebiasaan yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan dan penelitian.
Pendidikan pada umumnya dibagi menjadi bebrapa tahap yaitu, tahan
prasekolah, tahap sekolah dasar, sekolah menemgah pertama, sekolah
menengah atas dan perguruan tinggi/universitas. Pendidikan
merupakan salah satu kebijakan yang dilakuakan pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan dalam dunia kerja yaitu dengan melaksanakan
pendidikan dasar selama dua belas tahun.
Menurut Horton dan Hunt, pendidikan memiliki fungsi yaitu,
sebagai berikut :
1) Mempersiapkan setiap penduduk untuk mencari nafkah.
2) Untuk mengembangkan kemampuan sesorang demi mencapai
kepuasan pribadi serta bagi kepentingan masyarakat.
3) Untuk melastarikan kebudayaan.
4) Untuk menanamkan keterampilan yang diperlukan dalam
partisipasi demokrasi.
Sumber daya manusia yang memiliki kemampuan merupakan
penggerak utama dalam melestarikan serta dapat menciptakan sumber
daya alam yang berpotensial dan dapat digunakan bagi kelangsungan
hidup manusia di bumi ini. Hal ini sesuai dengan pendapat M. Ilyasin
yang menyatakan bahwa konsep pendidikan didefinisikan sebagai
bagaimana cara seseorang dalam mempersiapkan sumber daya
manusia yang memiliki keahlian dan keterampialn yang sesuai dengan
tuntunan pembangunan bangsa.
19
5. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan dari
kondisi perekonomian suatu negara secara berkelanjutan menuju
kearah kondisi yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan
ekonomi juga dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi
barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian pada selang waktu
tertentu. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maka akan
semakin cepat pula proses betambahnya output wilayah, sehingga
memungkinan perkembangan disuatu wilayah semakin baik.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan
dalam pembangunan ekonomi, karena kesejahteraan dan kemajuan
dalam suatu perekonomian ditentukan dari besarnya pertumbuhan
yang ditunjukkan oleh perubahan output nasional.
Secara umum teori pertumbuhan ekonomi dikelompokkan
kepada dua bagian, yaitu teori pertumbuhan ekonomi klasik dan teori
pertumbuhan ekonomi neo klasik. Menurut teori ekonomi klasik,
pertumbuhan ekonomidi asnalisis berdasarkan kepercayaan dan
efektivitas mekanisme passer. Dan menurut Adam Smith,
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pertumbuhan
output total dan pertumbuhan penduduk. Karena pada sektor
produktivitas yang menggunakan faktor produksinya sangat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Menurut Sukirno (2008),
produktivitas tersebut dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana
seperti pendidikan, pelatihan dan manajemen yang lebih baik.
20
Menurut Todaro (2004), berpendapat bahwa ada tiga faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu sebagai berikut :
1) Akumulasi modal yang mencakup semua bentuk atau jenis
investasi.
2) Pertumbuhan penduduk yang meninngkatkan jumlah angkatan
kerja pada tahun yang akan datang.
3) Kemajuan teknologi.
Menurut Mankiw (2006), mengatakan bahwa model dari MRW
(Mankiw, Romer, dan Weil), mengusulkan bahwa model pertumbuhan
neo klasik menggunakan variabel akumulasi modal manusia. Karena
akumulasi modal merupakan sumber utama dari pertumbuhan ekonomi.
Dan sumber pertumbuhan ekonomi yang berasal dari pertumbuhan
kapital, tenaga kerja dan modal manusia. Teori klasik juga menyatakan
bahwa tenaga kerja pun, merupakan salah satu faktor yang dapat
menjelaskan tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi. Dalam teori
Solow yang merupakan teori klasik juga, menyatakan bahwa bahwa
laju pertumbuhan angkatan kerja berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Teori Solow berpendapat bahwa jika semakin
banyak angkatan kerja, maka semakin banyak pula kemampuan output
yang dapat dihasilkan. Dan ini akan mendorong tingkat penawaran
agregat serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
21
B. Penelitian Terdahulu
Dengan adanya penelitian serupa yang sudah dilakukan penelitian
sebelumnya sangat membantu dalam penelitian yang akan dilakukan.
Berikut merupakan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai landasan
penelitian ini, yaitu :
Wisna Sarsi dalam penlitiannya yang berjudul “Pengaruh Tingkat
Upah Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja Di Provinsi Riau” menyatakan bahwa variabel tingkat upah dan
pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang berpengaruh terhadap
tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Riau.
Borgan Bonerri dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Pendidikan Dan Upah Terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Di
Kota Manado” menyatakan bahwa pendidikan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja. Sedangkan upah
memilki pengaruh terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja.
Nugraha Setiawan dalam penelitiannya yang berjudul “Struktur
Ketenagakerjaan Dan Partisipasi Angkatan Kerja Di Pedesaan Indonesia :
Analisis Hasil Sakernas 2006” menyatakan bahwa karna tingkat
pendidikan yang ralatif lebih rendah, namun tingkat partisipasi angkatan
kerja lebih tinggi, artinya kelompok umur dan tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja.
Armidi, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja dan Indeks Harga Konsumen terhadap Upah
Minimum Provinsi Jambi”, menyatakan bahwa, tingkat partisipasi
angkatan kerja secara parsial tudak berpengaruh signifikan terhadap upah
minimum provinsi Jambi.
Cut Putri dan Putri Susanti, dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap
22
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kota Lhokseumae Periode 2007-
2015”, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki arah hubungan
yang positif.
Fiki dan Hudiyanto, dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di
Indonesia Tahun 2010-2015”, menyatakan bahwa upah dan pendidikan
memiliki arah hubungan yang negatif.
Mumtaz Hussain dalam penelitiannya yang berjudul
“Socioeconomic and Demographic Factors Affecting Labor Force
Participation in Pakistan” menyatakan bahwa tingkat pendidikan, umur,
lokasi tempat tinggal memiliki dampak positif dan signifikan terhadap
tingkat partisipasi angkatan kerja.
Ernest Buffy, dalam penelitiannya yang berjudul “The Short Run
Effect The Minimum Wage On Employment And Labor Market
Participation : Evidence From An Individual Level Panel” menyatakan
bahwa Pendidikan memiliki dampak dimasa depan yang signifikan
terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja.
Martin, dalam penelitiannya yang berjudul “The Relatioan
Between Aducation And Labor Force Participation Of Aborigional
Peoples : A Simulation Analysis Using The Demosim Population
Projection Model”, menyatakan bahwa Disana dikatakan bahwa
peningkatan upah minimun naik, tingkat partisipasi angkatan kerja
menurun. Ini berarti arah hubungannya negatif.
Reddy, dalam penelitiannya yang berjudul “Labour Force
Participation Of Elderly In India : Patterns And Determinant”, menyatakan
bahwa Semakin meningkatnya usia kerja semakin meningkat tingkat
partisipasi angkatan kerja di pedesaan India.
23
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1.
Wisna
Sarsi
(2014)
Pengaruh
Tingkat Upah
Dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Terhadap
Tingkat
Partisipasi
Angkatan Kerja
Di Provinsi
Riau
Metode
deskriftif dan
data model
regresi
berganda
dengan SPSS
versi 16.
Variabel upah
dan pertumbuhan
ekonomi
memiliki
hubungan yang
berpengaruh
terhadap tingkat
partisipasi
angkatan kerja di
Provinsi Riau
2.
Borgan
Bonerri
(2018)
Pengaruh
Pendidikan Dan
Upah Terhadap
Tingkat
Partisipasi
Angkatan Kerja
Di Kota
Manado.
Analisis
regresi
berganda.
Pendidikan tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap tingkat
partisipasi
angkatan kerja.
Sedangkan upah
memilki
pengaruh
terhadap tingkat
partisipasi
angkatan kerja.
24
3.
Nugraha
Setiawan
(2008)
Struktur
Ketenagakerjaan
Dan Partisipasi
Angkatan Kerja
Di Pedesaan
Indonesia :
Analisis Hasil
Sakernas 2006.
Model
pendekatan
analisis
deskriftif
terhadap data
sekunder
Karna tingkat
pendidikan yang
ralatif lebih
rendah, namun
tingkat
partisipasi
angkatan kerja
lebih tinggi,
artinya
kelompok umur
dan tingkat
pendidikan
berpengaruh
terhadap tingkat
partisipasi
angkatan kerja.
4.
Armidi
(2018)
Pengaruh
Tingkat
Partisipasi
Angkatan Kerja
dan Indeks
Harga
Konsumen
terhadap Upah
Minimum
Provinsi Jambi
Analisis
Deskriptif
dan Ananlisis
Kuantitatif
Tingkat
Partisipasi
Angkatan Kerja
secara parsial
tudak
berpengaruh
signifikan
terhadap Upah
Minimum
Provinsi Jambi.
25
5.
Fiki dan
Hudiyanto
(2016)
Analisis faktor-
faktor yang
mempengaruhi
Tingkat
Partisipasi
Angkatan Kerja
di Indonesia
Tahun 2010-
2015
Metode yang
digunakan
Random
Effect Model
Upah dan
Pendidikan
memiliki arah
hubungan yang
negatif.
6.
Cut Putri
dan Putri
Susanti
(2018)
Pengaruh
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Pertumbuhan
Penduduk
Terhadap
Tingkat
Partisipasi
Angkatan Kerja
di Kota
Lhokseumae
Periode 2007-
2015
Metode yang
digunakan
Multiple
Linear Model
Regresi
Pertumbuhan
Ekonomi
memiliki arah
hubungan yang
positif.
7.
Mumtaz
Hussain
(2016)
Socioeconomic
and
Demographic
Factors
Affecting Labor
Force
Participation in
Pakistan.
Hypothesis
binary logit
model.
Karna tingkat
pendidikan yang
ralatif lebih
rendah, namun
tingkat
partisipasi
angkatan kerja
lebih tinggi,
26
artinya
kelompok umur
dan tingkat
pendidikan
berpengaruh
terhadap tingkat
partisipasi
angkatan kerja.
8.
Martin S
(2014)
The Relatioan
Between
Aducation And
Labor Force
Participation Of
Aborigional
Peoples: A
Simulation
Analysis Using
The Demosim
Population
Projection
Model.
Menggunakan
statistic
canada's
demosin
population
projection
model
Pendidikan
memiliki
dampak dimasa
depan yang
signifikan
terhadap tingkat
partisipasi
angkatan kerja.
9.
Ernest
Buffy
(2019)
The Short Run
Effect The
Minimum Wage
On Employment
And Labor
Market
Participation :
Evidence From
An Individual
Menggunakan
within -
individual
variation and
short 4 -
month panels.
Disana dikatakan
bahwa
peningkatan
upah minimun
naik, tingkat
partisipasi
angkatan kerja
menurun. Ini
berarti arah
27
Level Panel hubungannya
negatif.
10.
Reddy
(2016)
Labour Force
Participation Of
Elderly In
India : Patterns
And
Determinants
Menggunakan
data cross-
section model
regresi
probit.
Semakin
meningkatnya
usia kerja
semakin
meningkat
tingkat
partisipasi
angkatan kerja di
pedesaan India.
28
C. Kerangka Teoritis
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Analisis Determinan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) Di Beberapa
Provinsi Indonesia Tahun 2008-2017
Variabel Dependen :
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (Y)
Variabel Independen :
- UMP (X1)
- Umur (X2)
- Pendidikan (X3)
- Pertumbuhan Ekonomi
(X4)
Fixed Effect Model
Uji Hipotesis :
1. Uji t
2. Uji f
3.Adj R2
Kesimpulan dan Saran
Alat Analisis
Data Panel
Pemilihan Model
1. Uji Chow
2. Uji Hausman
29
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah kesimpulan teoritis yang masih harus dibuktikan
kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah :
1. H0 : Tidak terdapat pengaruh Upah Minimum Provinsi secara parsial
terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja di beberapa Provinsi di
Indonesia pada tahun 2008 – 2017.
H1 : Terdapat pengaruh Upah Minimum Provinsi secara parsial
terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja di beberapa Provinsi di
Indonesiapada tahun 2008 – 2017.
2. H0: Tidak terdapat pengaruh Umur secara parsial terhadap tingkat
partisipasi angkatan kerja di beberapa Provinsi di Indonesia pada
tahun 2008 – 2017.
H1 : Terdapat pengaruh Umur secara parsial terhadap tingkat
partisipasi angkatan kerja di beberapa Provinsi di Indonesia pada
tahun 2008 – 2017.
3. H0 : Tidak terdapat pengaruh Pendidikan secara parsial terhadap
tingkat partisipasi angkatan kerja di beberapa Provinsi di Indonesia
pada tahun 2008 – 2017.
H1 : Terdapat pengaruh Pendidikan secara parsial terhadap tingkat
partisipasi angkatan kerja di beberapa Provinsi di Indonesia pada
tahun 2008 – 2017.
4. H0 : Tidak terdapat pengaruh Pertumbuhan Ekonomi secara parsial
terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di beberapa Provinsi di
Indonesia pada tahun 2008 – 2017.
H1 : Terdapat pengaruh Pertumbuhan Ekonomi secara parsial terhadap
tingkat partisipasi angkatan kerja di beberapa Provinsi di Indonesia
pada tahun 2008 – 2017.
5. H0 : Tidak terdapat pengaruhUpah Minimum
Provinsi,Umur,Pendidikan, dan Pertumbuhan ekonomi secara simultan
30
terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di beberapa Provinsi di
Indonesia pada tahun 2008 – 2017.
H1 : Terdapat pengaruh Upah Minimun Provinsi, Umur, Pendidikan,
dan Pertumbuhan ekonomi secara simultan terhadap Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja di beberapa Provinsi di Indonesia pada
tahun 2008 – 2017.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian yang digunakan dalam penelitian ini pada
periode 2008 – 2017 dengan menggunakan data panel. Penelitian ini
memfokuskan kepada lima Provinsi di Indonesia yaitu, Jawa Barat,
Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Bali, Sulawesi Tengah, Maluku
Utara dan Papua Barat. Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel
dependen dan empat variabel independen. Dimana variabel dependen
dalam penilitian ini yaitu tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK).
Sedangkan untuk variabel bebas atau variabel independen yang digunakan
adalah pendidikan, umur, upah dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang
dilakukan bersifat kuantitatif dan jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sekunder, yang mana data diperoleh atau dikumpulkan
dari berbagai sumber penelitian yang sudah ada.
B. Metode Penentuan Sample
Metode penentuan sampel dalam penelitian tentu akan sangat
membantu karena penelitian dihadapkan pada sampel yang beranekaragam
dari populasi. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tingkat partisipasi angkatan kerja di beberapa Provinsi di Indonesia
tahun 2008 sampai 2017. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara purposive sampling.
Metode purposive sampling merupakan metode dimana dalam
penelitian ini untuk menentukan pengambilan sampel berdasarkan
penilaian yang sesuai dengan persayaratan yang dijadikan sampel
penelitian dengan tujuan peneliti diharapkan dapat menjawab
32
permasalahan dalam penelitian tersebut. Pada dasarnya sampel yang
dipilih berdasarkan pertimbangan, dan hasil dari penilitian digunakan
untuk menarik kesimpulan tentang variabel-variabel di dalam sampel.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian, pengumpulan data harus dilakukan agar
memperoleh hasil dari tujuan penelitian. Dalam pengumpulan data, penulis
menggunakan beberapa cara :
1. Studi Lapangan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau instasi resmi terkait
seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Bappeda, Survei angkatan
Kerja Nasional (Sakernas) dan World Bank.
2. Studi Kepustakaan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil dari
kepustakaan yang dilakukan penulis untuk memperoleh dari buku,
literatur, artikel, jurnal, dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan aspek yang diteliti.
3. Internet research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari internet yang berhubungan dengan apa yang harus
diteliti.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh merupakan hasil dari
pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menenkanka pada angka.
Dalam penelitian ini menggunakan analisis data panel. Data panel
merupakan gabungan dari cross sectiondan data time seriesyaitu sejumlah
variabel diteliti atas jumlah kategori dan dikumpulkan dalam suatu jangka
waktu tertentu. Analisis regresi data panel adalah analisis regresi yang
didasarkan pada data panel untuk mengamati hubungan antara variabel
33
dependen dan variabel independen. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
akan dilakukan mengenai masalah tingkat partisipasi angkatan kerja di
Indonesia, dengan menggunakan studi kasus di lima provinsi dan tahun
yang akan diteliti dari tahun 2008-2017. Perhitungan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan bantuan program EViews8 dan Excel 2007.
Menurut Gujrati (2003) terdapat dua keungulan jika menggunakan
data panel, yaitu pertama data panel dapat diperhitungkan heterogenitas
individu secara eksplisit dan memperbolehkan variabel spesifik individu,
sehingga menghasilkan data panel yang dapat digunakan untuk menguji
model yang lebih kompleks. Kedua, jika dari efek spesifik signifikan dan
berhubungan dengan variabel penjelas, maka data panel yang digunakan
akan menyebabkan pegurangan secara substansial dalam masalah omitted
variabel.
Berikut model yang akan diestimasi :
Y = β + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + εit
Dimana :
Y = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
X1it = Upah Minimum Provinsi di Provinsi i pada tahun t
X2it = Umur Provinsi di Provinsi i pada tahun t
X3it = Pendidikan Provinsi di Provinsi i pada tahun t
X4it = Pertumbuhan Ekonomidi Provinsi i pada tahun t
β = Konstanta/intersert
β1,β2,β3,β4 = Koefisien regresi pada masing-masing variabel bebas
εit = error term di Provinsi i pada tahun t
34
Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan data
panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu, pendekatan PLS
(Pooled Least Square), pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model) dan
pendekatan efek acak (Random Effect Model). Berikut penjelasannya :
1. Pooled Least Square (PLS)
Pooled Least Square (PLS)merupakan model regresi yang
pendekatannya paling sederhana karena menggabungkan data cross
section dan data time series sebagai analisisnya. Dalam pendekatan ini
tidak memperhatikan dimensi antar individu maupun rentang waktu.
sehingga model metode ini menggunakan pendekatan Ordinary Least
Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model
data panel.
2. Fixed Effect Model (FEM)
Menurut Widarjono (2007)Fixed Effect Model (FEM) merupakan
model pendekatan yang mengasumsikan bahwa setiap intersep dari
setiap individu berbeda sedangkan slope antar individu tetap. Metode
ini menggunakan variabel dummy untuk mengetahui adanya
perbedaan intersep antar individu. Karena itu Fixed Effect Model
(FEM) ini sering disebut juga sebagai Least Square Dummy Variabels
(LSDV).
3. Random Effect Model (REM)
Dalam mengestimasi data panel pada pendekatan Random Effect
Model (REM) diasumsikan bahwa setiap variabel memiliki perbedaan
intersep. Random Effect Model (REM) ini berguna jika individu yang
diambil sebagai sampel adalah pilihan acak yang merupakan
perwakilan dari populasi. Metode ini juga memperhitungkan error
mungkin akan berkorelasi dengan cross section dan time series.
Keuntungan menggunakan Random Effect Model (REM) yaitu
35
menghilangkan heterokedastisitas. Model ini sering disebut Error
Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS).
E. Pemilihan Metode Data panel
Untuk memilih model yang paling tepat terdapat dua tahap pengujian
dalam memilih metode data panel yang dapat dilakukan, yaitu uji chow
dan uji hausman. Pertama harus membandingkan PLS dengan FEM
terlebih dahulu. Kemudian dilakukan uji chow atau uji F-test. Jika hasil
menunjukkan model PLS yang diterima, maka model PLS lah yang akan
dianalisa. Tapi jika model FEM yang diterima, maka tahap kedua, yaitu
dengan melakukan perbandingan lagi pada model REM. Setelah itu
dilakukan pengujian dengan Hausman test untuk menentukkan metode
mana yang akan dipilih, apakah FEM atau REM. Berikut penjelasan
mengenai Uji Chow dan Uji Hausman.
1. Uji Chow
Uji Chow merupakan pengujian untuk menentukan model Pooled
Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang lebih tepat
untuk digunakan dalam mengestimasi data panel. Jika nilai
probabilitas lebih besar dari α = 0,05 maka hasilnya yaitu terima H0,
sehingga metode yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini
yaitu PLS, sedangkan jika nilai probabilitas lebih kecil dari α = 0,05
maka hasilnya terima H1, sehingga metode yang dipilih untuk
digunakan dalam penelitian ini yaitu FEM.
Terima H0 = Pooled Least Square
Terima H1 = Fixed Effect Model
Jika Uji Chow memilih Fixed Effect Modelmaka langkah
selanjutnya melakukan Random Effect Model dan setelah itu barulah
melakukan hausman test untuk memilihFixed Effect Model atau
Random EffectModel.
36
2. Uji Hausman
Uji Hausman merupakan pengujian dalam statisktik untuk
memilih apakah Fixed Effect Model atau Random Effect Model yang
lebih tepat digunakan. Dalam Uji Hausman dilihat dari Chi-Square
statistik dan derajat kebebasan (df) sebesar jumlah dari variabellalu
dibandingkan dengan Chi-Square table. Jika hasilnya terima H0 maka
model yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini yaitu Random
Effect Effect (REM), namun sebaliknya jika hasilnya terima H1, maka
model yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini yaitu Fixed
Effect Model (FEM).
Terima H1 atau P value < 0.05 = Fixed Effect Model
Terima H0 atau P value > 0.05 = Random Effect Effect
Jika Uji Hausman memilih Fixed Effect Model maka yang harus
dilakukan selanjutnya yaitu Uji Asumsi Klasik. Namun jika Uji
Hausman memilih Random Effect Effect maka uji yang harus
dilakukan yaitu dengan Uji Lagrange Multiplier.
F. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2012), melakukan uji normalitas dalam
model regresi ini bertujuan untuk menguji apakah residual
terdistribusi normal. Dalam penelitian metode yang akan
digunakan yaitu dengan melihat probabilitas plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Pada
distribusi normal akan ditentukan dengan garis lurus diagonal, dan
jika distribusi data residual terdistribusi normal, makagaris yang
menggambarkan data yang sebenarnya akan mengikuti garis yang
diagonal.
37
2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas merupakan adanya hubungan linear
antar variabel bebas dalam model regresi. Menurut Winarno (2011)
keberadaan multikolinearitas terdapat pada nilai R2 yang tinggi,
namun variabel independen kebanyakan yang tidak signifikan,
dengan menghitung koefisien korelasi antar varibel indenpenden.
Jika koefisiennya rendah, maka tidak adanya multikolinearitas.
Berikutnya dengan melakukan regresi auxiliary, yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih pada variabel
independen yang dapat mempengaruhi satu variabel independen
dengan yang lain secara bersama-sama. Jika nilai F hitung lebih
besar dari F table pada α dan derajat kebebasan yang ditentukan,
maka hasilnya akan terdapat unsure multikolinearitas.
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya
perbedaan varian dari residual variabel independen yang diketahui
dalam model regresi ini. Jika adanya varian dari residual variabel
independen yang bergerak konstan, maka disebut dengan
homoskedastisitas. Namun jika varian dari residual variabel
independen membentuk pola tertentu, maka itu artinya
heteroskedastisitas (Yuwono : 2005). Terjadinya
heteroskedastisitas ketika nilai varian pada error yang berbeda.
Adanya heteroskedastisitas pada hasil regresi memiliki akibat
sebagai berikut, yaitu variasi tidak lagi minimum, pengujian dari
koefisien regresi menjadi kurang kuat, dan kesimpulan yang
diambil menjadi salah.
Menurut Winarno (2011), ada beberapa cara untuk
mengidentifikasi adanya heteroskedastisitas atau tidak, yaitu
dengan metode grafik, uji park, uji glesjer, uji spearman, uji
bruesch pagan-godfrey, dan uji white.
38
4) Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi merupakan hubungan yang menunjukkan
residual pada satu observasi dengan residual observasi lainnya
(Winarno 2011). Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya
autokolerasi dalam model regresi yaitu dengan menggunakan nilai
pada durbin Watson. Jika DW sama dengan 2 (Ghozali, 2012).
G. Uji Statistik
Dalam penelitian ini dilakukan tiga pengujian untuk mengetahui
bahwa jika nilai variabel dependen berpengaruh pada variabel independen,
sebagai berikut :
1. Uji Koefisien Determinasi R2
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa
besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen
dalam penelitian ini. Nilai R2 berada pada kisaaran nol dan satu. Jika
nilai R2 sama dengan nol, maka variabel independen tidak dapat
menjelaskan variabel dependen. Sedangkan, jika nilai R2 sama dengan
1, maka variabel independen dapat menjelaskan secara keseluruhan
variabel dependen.
2. Uji t (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh
signifikansipada masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh signifikansi secara parsial, yaitu dengan membandingkan
nilai probabilitas masing-masing variabel independen dengan tingkat
signifikansi α yang telah ditentukan. Jika probilitas nilai t-hitung lebih
besar dari taraf siginifikansi α yang telah ditentukan maka terima H0,
dan jika probabilitas nilai t-hitung lebih kecil dari taraf signifikansi α
39
yang telah di tentukan maka terima H1. Berikut hipotesis dalam
pengujian pada t-satstik :
H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial
antara variabel independen terhadap variabel dependen.
H1 : Diduga terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
3. Uji F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh dari
seluruh variabel independen secara simultan terhadap variabel
dependen. Untuk menentukan pengaruh signifikan secara simultan
dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas pada F-statistik
dengan taraf signifikansi α yang telah ditentukan. Jika nilai
probabilitas F-statistik lebih besar dari F-tabel maka terima H1, dan
jika F-statistik lebih kecil dari F-tabel maka terima H0. Berikut
hipotesis dalam pengujian pada F-statistik :
H0 : Diduga semua variabel independen tidak terdapat pengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen.
H1 : Diduga semua variabel independen terdapat pengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen.
40
H. Operasional Variabel Penelitian
Table 3.1
Operasi Variabel Penelitian
Jenis Variabel Indikator Definisi Variabel
Dependen (Y) Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
Tolak ukur yang digunakan pada
variabel tingkat partisipasi angkatan
kerja merupakan tenaga kerja yang
aktif dalam kegiatan ekonomi, baik
yang bekerja atau pun yang mencari
pekerjaan di beberapa provinsi di
Indonesia tahun 2008 – 2017
dengan satuan unit persen.
Independen
(X1)
Upah Minimum
Provinsi
Tolak ukur yang digunakan pada
variabel upah minimum provinsi
merupakan hasil atau pembayaran
atas jasa yang telah dilakukan oleh
pekerja yang disediakan pengusaha
yang telah disesuaikan dibeberapa
provinsi di Indonesia thun 2008 –
2017 dengan satuan unit rupiah.
Independen
(X2) Umur
Tolak ukur yang digunakan pada
umur merupakanseseorang yang
telah memasuki usai kerja di
bebrapa provinsi di Indonesia tahun
2008 – 2017 dengan satuan unit
persen.
Independen
(X3) Pendidikan
Tolak ukur yang digunakan pada
variabel pendidikan merupakan
jumlah tamatan sekolah menengah
atas (SMA) yang sedang mencari
41
pekerjaan di beberapa provinsi di
Indonesia tahun 2008 – 2017
dengan satuan unit persen.
Independen
(X4)
Pertumbuhan
Ekonomi
Tolak ukur yang digunakan pada
variabel pertumbuhan ekonomi
merupakan jumlah PDRB di
beberapa provinsi di Indonesia
tahun 2008 – 2017 dengan satuan
unit persen.
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat memilki luas wilayah 35.377,76 Km2 yang
terletak pada 5°50’ sampai 7°50’ lintang selatan dan 104°48’ sampai
108°48’ bujur timur. Luas dataran wilayah Provinsi Jawa Barat terdiri
dari pegunungan curam yang berada di selatan dengan ketinggian
1500 mdpl, wilayah lereng bukit yang landai ditengah pada ketinggian
100-1500 mdpl, dan disebelah utara terdapat aliran sungai dan wilayah
dataran dengan ketinggian 0-50 mdpl. Wilayah di Provinsi Jawa Barat
memilki wilayah administrasi yang terdiri dari 18 wilayah kabupaten
dan 9 kota.
Gambar 4.1
Peta Provinsi Jawa Barat
43
Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2017 sebanyak
48.037827 yang terdiri dari 24,34 juta jiwa laki-laki dan 23,70 juta
jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk 1.358 per km2.
Penduduk terbanyak berada di Kabupaten Bogor yaitu sebanyak 5,71
juta jiwa. Akibat dari masuknya industri yang menjadi dorongan
urbanisasi hampir 72,5% penduduk Jawa Barat tinggal di daerah
perkotaan. Jumlah angkatan kerja di Jawa Barat pada tahun 2017
sebanyak 22,39 juta jiwa dan sekitar 8,22% penduduk Jawa Barat
adalah penganguran, dengan tingakt partisipasi angkatan kerja di
Provinsi Jawa Barat sebesar 63,34%.
Grafik 4.1
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Jawa Barat
Perekonomian Jawa Barat digerakkan oleh 20,55 juta jiwa pekerja
yang didominasi oleh lulusan sekolah dasar (SD) sebanyak 30,17%
dan lulusan sekolah menengah atas (SMA) sebanyak 40,87%.
Perekonomian Jawa Barat disumbang oleh sektor lapangan usaha yang
sebagian besar berada disektor perdagangan yaitu sebesar 28,64%, lalu
12,92% pada sektor keuangan dan 10, 91% oleh sektor jasa.
63.09 62.89
62.38
61.34
63.64
62.82 62.72
60.34 60.65
63.34
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TPAK
44
Petumbuhan ekonomi di Jawa Barat pada tahun 2017 sebesar
5,29%, dimana angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan tahun
2016 yang mencapai 5,66%. Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi
didorong oleh sektor informasi dan komunikasi sebesar 11,85%,
sedangkan laju pertumbuhan ekonomi yang terendah ada pada sektor
perdagangan listrik dan gas yaitu -11,42%.
2. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, dengan
luas wilayah 72.981,23 km2 yang terletak pada 1°- 4° lintang utara dan
98°-100° bujur timur. Provinsi Sumatera Utara berbatasan dengan
daerah perairan dan laut serta dua provinsi, 1 negara. Di sebelah utara
berbatasan dengan Provinsi Aceh, di sebalah timur dengan Negara
Malaysia, di sebelah selatan dengan Provinsi Riau, dan di sebelah barat
berbatasan dengan Samudra Hindia. Provinsi Jawa Tengah memiliki
wilayah administrasi yang terbagi menjadi 25 kabupaten dan 8 kota.
Gambar 4.2
Peta Provinsi Sumatera Utara
45
Provinsi Sumatera Utaramerupakan provinsi yang memiliki jumlah
pendudukan terbesar keempat di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara
pada tahun 2017 sebanyak 14,262.147 jiwa, yang terdiri dari 7.116.896
jiwa penduduk laki-laki dan 7.145.251 jiwa penduduk perempuan.
Penduduk Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017 lebih banyak
tinggal didaeran perdesaan jika dibandingkan dnegan penduduk
perkotaan. Jumlah penduduk yang tinggal di perdesaan sebanyak 50,01%
dan untuk daerah perkotaan sebanyak 49,99%.
Grafik 4.2
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Sumatera Utara
Pada tahun 2017 tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi
Sumatera Utara sebanyak 68,88%, angka ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan angka tingkat partisipasi angkatan kerja pada
tahun 2016 sebesar 65,99%. Pada tahun 2017 jumlah penduduk
angkatan kerja di Provinsi Sumatera sebanyak 6,74 juta jiwa yang
tediri dari 6,37 juta jiwa yang bekerja dan 377 ribu jiwa termasuk
pengangguran. Angkatan kerja di Provinsi Sumatera pada tahun 2017
68.33 69.14
69.51
72.09
69.41
70.67
67.07 67.28
65.99
68.88
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TPAK
46
sebagian besar didominasi oleh penduduk yang tamatan sekolah
menengah atas (SMA) yang mencapai 36,5%. Sepertiga atau sekitar
38,50% penduduk Provinsi Sumatera Utara bekerja sebagai buruh atau
karyawan dan yang berusaha sendiri sebanyak 19,81%. Penduduk
Provinsi Sumatera Utara ini sebagian besar bekerja diserap oleh sektor
pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan yaitu sebanyak 37,52%
dan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar kedua yaitu sektor
perdagangan, hotel, dan restoran sebanyak 22,16%.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara mengalami
fluktuasi, pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera
Utara sebesar 5.12%, angka ini menurun jika dibandingkan dengan
tahun 2016 yang sebesar 5,18%. Pertumbuhan ekonomi Provinsi
Sumatera Utara dikontribusi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan yang mencapai 21.40% dan diikut oleh sektor industri
sebesar 20,29%.
3. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Tengah
Pulau Kalimantan merupakan wilayah terluas kedua di
Indonesia setelah Pulau Papua. Provinsi Kalimantan Tengah termasuk
kedalam bagian wilayah indonesia bagian barat. Provinsi Kalimantan
Tengah memiliki puas wilayah 153 564 km² atau 8.04%. Letak
Provinsi Kalimantan Tengah berada diantara 8°45`Lintang Utara dan
3°30` Lintang Selatan dan berada diantara 110°45`-115°51`Bujur
Timur. Letak Provinsi Kalimantan Tengah sebelah utara berbatasan
dengan Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, sebelah selatan
Provinsi Kalimantan Tengah berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah
timur berbatasan dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan,
dan sebelah barat berbatasan dengan Kalimantan Barat. Provinsi
Kalimantan Tengah memiliki wilayah administrasi yang terdiri dari 13
kabupaten dan 1 kota.
47
Gambar 4.3
Peta Provinsi Kalimantan Tengah
Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun
2017 sebanyak 2.605.274 jiwa, yang terdiri dari 1.361.715 jiwa laki-
laki dan 1.243.559 jiwa perempuan. Jumlah penduduk terbanyak
berada di Kabupaten Kotawaringin Timur yaitu sebanyak 446.094 jiwa.
Penduduk yang memiliki paling sedikit yaitu kabupaten Sukamana
59.775 jiwa. Penduduk usia 0-14 tahun sebanyak 9,72%, penduduk
usia 15-64 sebanyak 69,02% dan 65> sebanyak 3,18%.
Grafik 4.3
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Kalimantan Tengah
71.24 71.22
69.86 70.14 69.88
68.5 68.56
71.11 71.3
67.74
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TPAK
48
Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun
2017 yang merupakan angkatan kerja sebanyak 1.276.669 jiwa yang
terdiri dari bekerja 1.222.707 jiwa dan pengangguran terbuka sebanyak
53.962 jiwa. Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Kalimantan
Tengah sebesar 67.74%. Pekerja paling banyak pada umur 35-44 yaitu
sebanyak 341.940 jiwa. Angkatan kerja yang paling mendominasi oleh
penduduk yang merupakan tamatan dari tingkat sekolah dasar yaitu
362.718 jiwa. Sektor yang menyerap tenaga kerja yaitu ssktor
pertanian sebanyak 490.488 jiwa dan sektor perdagangan hotel dan
restoran sebanyak 240.396 jiwa. Jumlah proporsi pekerja didominasi
oleh buruh atau karyawan yaitu sebanyak 515.400 jiwa. Upah
minimum provinsi di Kalimantan Tengah yaitu sebesar 2.227.307
rupiah, upah minimum regional tertinggi yaitu Kabupaten Barito
Selatan sebesar 2.546.298 rupiah, sedangkan upah minimum regional
terendah yaitu Kabupaten Barito Timur sebesar 2.230.500 rupiah.
Pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan
Tengah yaitu sebesar 6.74%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi berada di
Kabupaten Kotawaringin Timur 7.99% dan Kabupaten Kapuas 7.62%,
sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi terendah berada di Kabupaten
Seruyan sebesar 5.15%.
4. Gambaran Umum Provinsi Bali
Provinsi Bali atau yang sering dikenal sebagai Pulau Dewata
atau Paradise Island ini, pada tahun 2017 memiliki luas wilayah
secara keseluruhan mencapai 5.636,66 km2 atau 0.29%dari luas
Indonesia. Letak Provinsi Bali diantara 08°03´40ʺ sampai 08°50´48ʺ
Lintang Selatan dan 144°25´53ʺ sampai 115°42´40ʺ Bujur Timur.
Letak Provinsi Bali berada diantara Pulau Jawa dan Pulau Lombok.
Batas utara Provinsi Bali dengan Laut Bali, sebelah selatan berbatasan
dengan Samudra Hindia, untuk sebelah barat berbatasan dengan Selat
Bali dan sebelah timur berbatasan dengan selat Lombok. Wilayah
49
Provinsi Bali memiliki wilayah administrasi yang terdiri dari delapan
kabupaten dan satu kota. Diantara delapan kabupaten dan satu kota
tersebut kabupaten Buleleng memiliki luas terbesar sebesa 1.365,88
km2 dan untuk luas wilayah terkecil berada di kota Denpasar yang
hanya seluas 127,78 km2.
Gambar 4.4
Peta Provinsi Bali
Jumlah penduduk Bali pada tahun 2017 sebanyak 4.246,5 ribu
jiwa,yang terdiri dari 2.138,4 ribu jiwa penduduk laki-laki dan 2.108,4
ribu jiwa penduduk perempuan. Penduduk terbanyak di Provinsi Bali
berada di Kota Denpasar sebanyak 914.3 ribu jiwa, sedangkan untuk
daerah yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit berada di
Kabupaten Klungkung yang hanya sebanyak 177.4 ribu jiwa.
50
Grafik 4.4
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Bali
Jumlah penduduk Provinsi Bali pada tahun 2017 yang
merupakan penduduk usia kerja sebanyak 3.235.563 jiwa, yang terdiri
dari 1.619.455 laki-laki dan 1.616.108 perempuan. Dari jumlah
penduduk usai kerja tersebut, jumlah angkatan kerja sebanyak
2.434.450 jiwa, yang terdiri dari 2.398.307 jiwa merupakan yang
bekerja dan sisanya 36.143 jiwa merupakan pengangguran terbuka.
Provinsi Bali memiliki angka tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar
75.24% dan unutk tingkat pengangguran terbuka sebanyak 1.48%.
Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Povinsi Bali
didominasi oleh sektor perdagangan, rumah makan, dan akomodasi
sebesar 760.093 jiwa. Selain itu sektor pertanian, perkebunan
kehutanan dan perikanan juga sektor yang menyerap tenaga kerja
terbanyak yaitu sebesar 466.307 jiwa. Dan untuk yang paling sedikit
menyerap tenaga kerja yaitu sektor listrik dan air dan sektor
pertambangan dan penggalian yang hanya sebesar 6,248 dan 6.536
jiwa.
Jumlah porsi pekerja terbesar di Provinsi Bali didominasi oleh
buruh atau karyawan yaitu sebanyak 1.103.525 jiwa. Jumlah penduduk
yang bekerja terbanyak pada usia 40-44 tahun sebanyak 320.061 jiwa.
77.86 77.82 77.38
75.19
76.58
74.93 74.91
75.51
77.24
75.24
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TPAK
51
Sedangkan pada usia 15-19 tahun hanya sebanyak 89.063 jiwa. Jumlah
penduduk yang bekerja berdasarkan pendidikan yang ditamatkan
terbanyak berasal dari tingkat sekolah menengah atas dan kejuruan
yaitu sebanyak 846.035 jiwa. Pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi
di Provinsi Bali sebesar 5.59%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi
disumbang oleh sektor penyedia akomodasi dan makan minum sebesar
9,25%. Hal ini disebabkan oleh perkembangan pariwisata di Bali yang
menyebabkan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum paling
mendominasi PDRB di Bali.
5. Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Tengah
Provinsi Sulawesi Tengah berada dibagian timur wilayah
Indonesia. Pada tahun 2017 Provinsi Sulawesi Tengah memiliki luas
wilayah sebesar 61.841,29 km2. Provinisi Sulawesi Tengah terletak
diantara 2°22` lintang utara dan 3°48` lintang selatan dan terletak
diantara 119°22` - 124°22` bujur timur. Sebelah utara Provinsi
Sulawesi Tengah berbatsan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi
Gorontalo, sedangkan untuk sebelah selatan Provinsi Sulawesi Tengah
berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan, sebelah baratnya
berbatasan dengan Selat Makassar dan sebelah timur berbatsan dengan
Provinsi Maluku. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.39
tahun 2015 Provinsi Sulawesi Tengah memiliki wilayah administrasi
yang terdiri dari 12 wilayah kabupaten dan 1 wilayah kota. Terdapat
tiga wilayah kabupaten/kota yang memiliki luas wilayah terbesar di
Provinsi Sulawesi Tengah yaitu Kabupaten Morowali Utara sebesar
10.004,28 km2 kemudian Kabupaten Banggai sebesar 9.672,70 km
2
dan Kabupaten Poso sebesar 7.112,25 km2.
52
Gambar 4.5
Peta Provinsi Sulawesi Tengah
Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2017
sebanyak 2,96 juta jiwa yang terdiri dari 1,51 juta jiwa penduduk laki-
laki dan 1,45 juta jiwa penduduk perempuan. Terdapat tiga wilayah
kanupaten/kota dengan jumlah penduduk terbanyak di Provinsi
Sulawesi Tengah yaitu Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 474.339
jiwa, lalu Kota Palu sebanyak 379.782 jiwa, dan Kabupaten Banggai
sebanyak 365.616 jiwa.
Pada tahun 2017 Provinsi Sulawesi Tengah memiliki jumlah
angkatan kerja sebanyak 1.428.583 jiwa yang terdiri dari pekerja
sebanyak 1,374.214 jiwa dan pengangguran terbuka sebanyak 54.369
jiwa. Jumlah angkatn kerja terbanyak berada di Kabupaten Parigi
Moutong sebanyak 225.029 jiwa. Angka tingkat partisipasi angkatan
kerja di Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2017 sebesar 67,14%.
53
Grafik 4.5
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Sulawesi Tengah
Proporsi pekerja di dominasi oleh buruh/karyawan sebanyak
390.427 jiwa dan yang berusaha sendiri sebanyak 313.493 jiwa. Selain
itu penduduk yang bekerja berdasarkan umur di dominasi oleh umur
35-44 tahun sebanyak 378.118 jiwa. Sedangkan pekerja yang dilihat
dari tamatan sekolah tertinggi yaitu sekolah dasar sebanyak 406,970
dan sekolah menengah atas sebanyak 246.287 jiwa. Dan untuk sektor
yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Provinsi Sulawesi
Tengah di dominasi oleh tiga sektor yaitu sektor pertanian sebanyak
608.746 jiwa, lalu sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan
sebanyak 277,670 jiwa dan sektor perdagangan besar, eceran, rumah
makan dan hotel sebanyak 218.002 jiwa.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada tahub
2017 sebesar 7.14%. terdapat ada empat sektor yang mendominasi
perekonomian di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu ada sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan sebesar 28,92%, lalu ada sektor
pertambangan dan penggalian sebesar 12,83%, ada sektor konstruksi
sebesar 12,50% dan sektor industri pengolahan sebesar 12,34%. Pada
69.76 69.27 69.22
68.65
65.92 65.56
66.76 67.51
72.28
67.14
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TPAK
54
tahun 2017 ada kabupaten/kota yang memiliki nilai PDRB terbesar
yaitu Kabupaten Banggai sebesar 23.661.262 juta rupiah dan Kota
Palu sebesar 20.593.579 juta rupiah. Sedangkan yang memiliki PDRB
terkecil yaitu Kabupaten Banggai Laut dengan nilai PDRB 2.020.671
juta rupiah.
6. Gambaran Umum Provinsi Maluku Utara
Provinsi Maluku Utara berada dibagian timur Indonesia.
Provinsi Maluku Utara memiliki luas wilayah 31.982,50 km². Letak
Provinsi Maluku Utara diantara 3° lintang utara dan 3° lintang selatan,
dan berada diantara 124° dan 129° bujur timur. Sebelah utara Provinsi
Maluku Utara berbatasan dengan Samudra Pasifik, sebelah selatan
berbatasan dengan Laut Seram, sebelah timur berbatasan dengan Laut
Halmahera dan sebelah barat berbatasan dengan Laut Maluku. Provinsi
Maluku Utara memiliki wilayah admnistrasi yang teridiri dari 8
kabipaten dan 2 kota. Wilayah yang memiliki luas terbesar di Provinsi
Maluku Utara yaitu Kabupaten Halmahera sebesar 8.148,32 km² atau
25.48% sedangkan untuk wilayah yang memiliki luas wilayah terkecil
di Provinsi Maluku Utara yaitu Kota Ternate sebesar 111,39 km² atau
0.35%.
55
Gambar 4.6
Peta Provinsi Maluku Utara
Jumlah penduduk Provinsi Maluku Utara pada tahun 2017
yaitu sebanyak 1.209.342 jiwa, yang terdiri dari 616.858 jiwa laki-laki
dan 592.484 jiwa perempuan. Penduduk terbanyak berada di
Kabupaten Halmahera Selatan yaitu sebanyak 227.280 jiwa. Penduduk
usia kerja di Provinsi Maluku Utara yaitu sebanyak 811.067 jiwa, dan
sudah termasuk jumlah angkatan kerja sebanyak 516.231 atau 63,65%,
yang terdiri dari 488.715 jiwa yang bekerja dan 27.516 jiwa
pengangguran terbuka. Tingkat partisipasi angkatan kerja Provinsi
Maluku Utara yaitu sebesar 63,65%.
56
Grafik 4.6
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Maluku Utara
Jumlah proporsi pekerja terbesar di Provinsi Maluku Utara
didominasi oleh buruh/karyawan sebanyak 170.948 jiwa dan berusaha
sendiri sebanyak 112.975 jiwa. Penduduk yang merupakan angkatan
kerja terbanyak di Provinsi Maluku Utara yaitu berumur 35-44
sebanyak 140.691 jiwa. Sektor yang paling banyak menyerap tenaga
kerja di Provinsi Maluku Utara yaitu sektor pertanian, perkebunan,
kehutanan, perburuan dan perikanan sebanyak 199.027 jiwa atau
40,72%. Selain itu sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan
yaitu sebanyak 106.991 jiwa. Untuk angkatan kerja dari tamatan
pendidikan tertinggi yaitu sekolah menengah atas yaitu sebanyak
123.583 jiwa dan sekolah dasar 112.735 jiwa.
Pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku
Utara sebesar 7,67%. Terdapat tiga sektor yang mendominasi
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara yaitu sektor pertanian
sebesar 23,95%, sektor perdagangan besar dan eceran resparasi mobil
dan sepeda motor sebesar 17,42% dan sektor administrasi
65.94
64.19
65.11
64.57
66.05
64.35
63.88
66.43 66.19
63.65
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TPAK
57
pemerintahan, pertahanan dan juminan sosial wajib sebesar 15,81%.
PDRB tertinggi di Provinsi Maluku Utara berada di Kota Ternate
sebesar 8.687.975,5 rupiah, sedangkan yang terendah berada di
Kabupaten Talibu yaitu sebesar 1.163.279 rupiah.
7. Gambaran Umum Provinsi Papa Barat
Papua Barat berada di wilayah bagian timur Indonesia. Provinsi
Papua Barat memiliki luas wilayah sebesar 102.955,15 km2. Letak
Provinsi Papua Barat berada di antara 0-4° lintang selatan dan berada
di antara 124°-132° bujur timur. Sebelah utara Provinsi Papua Barat
berbatasan dengan Samudra Pasifik, sebelah selatan berbatasan dengan
Laut Banda, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Papua, dan
sebelah barat berbatasan Laut Seram. Terdapat 4 wilayah yang
memiliki terluas di Provinsi Papua Barat yaitu Kabupaten Teluk
Bintuni sebesar 20.840,83km2, Kabupaten Kaimana sebesar
16.241,48km2, Kabupaten Fakfak sebesar 14.320,00km2 dan
Kabupaten Tambraw sebesar 11.529,18 km2. Provinsi Papua Barat
memiliki wilayah administrasi yang terdiri dari 12 kabupaten dan 1
kota.
Gambar 4.7
Peta Provinsi Papua Barat
58
Jumlah penduduk Provinsi Papua Barat pada tahun 2017
sebanyak 915.361 jiwa, yang terdiri dari 481.939 jiwa laki-laki dan
433.422 jiwa perempuan. Terdapat tiga kabupaten/kota dengan jumlah
penduduk terbanyak berada di Kota Sorong 239.815 jiwa, Kabupaten
Manokwari 166.780 jiwa dan Kabupaten Sorong 84.906 jiwa. Jumlah
penduduk yang merupakan angkatan kerja 430.478 jiwa yang terdiri
dari jumlah yang bekerja sebesar 402.526 jiwa dan jumlah
pengangguran terbuka sebesar 27.952 jiwa. Tingkat partisipasi
angkatan kerja Provinsi Papua Barat sebesar 67,47%.
Grafik 4.7
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Papua Barat
Jumlah proporsi pekerja terbesar di Provinsi Papua Barat
didominasi oleh buruh atau karyawan sebanyak 156.037 jiwa. Menurut
pendidikan yang ditamatkan jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua
Barat didominasi dari tingkat pendidikan yang ditamatkan sekolah
menengah atas yaitu sebesar 101.694 jiwa. Untuk jumlah angkatan
kerja berdasarkan umur berada di umur 35-44 tahun sebesar 111.024
jiwa. Terdapat tiga sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja
68.15 68.52
69.29
66.87 67.2
66.69
68.3 68.68
70.05
67.47
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TPAK
59
di Provinsi Papua Barat yaitu sektor pertanian sebesar 141.972 jiwa,
sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan sebesar 95.068 jiwa
dan sektor perdagangan besar eceran, rumah makan dan hotel sebesar
71.700 jiwa.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat pada tahun 2017
sebesar 4.01%. Sektor yang paling banyak menyumbang pada
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua Barat yaitu sektor konstruksi
sebesar 9.44% dan sektor real estat sebesar 8.43%.
B. Permodelan dan Pengolahan Data
Analisis model Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dengan variabel
independen Upah Minimum Provinsi, Umur, Pendidikan, dan
Pertumbuhan Ekonomi, menggunakan regresi panel data yang dilakukan
dengan melalui tiga pendekatan metode dalam mengelola data. Pendekatan
tersebut yaitu pendekatan dengan metode Pooled Least Square (PLS),
pendekatan Fixed Effect Model (FEM) dan pendekatan Random Effect
Model (REM). Berikut ini merupakan penerapan dari pemilihan model
yang dilakukan.
1. Uji Chow
Dilakukan pengujian terhadap Uji Chow ini untuk mengetahui
model data panel mana yang lebih baik untuk digunakan dalam
penelitian ini. caranya dengan melihat nilai probabilitas (P-Value) F-
statistik lebih kecil dari taraf signifikansi α = 5% dan dengan hipotesis
sebagai berikut :
H0 diterima, maka model Pooled Least Square (PLS) yang dipilih
H1 diterima, maka model Fixed Effect Model (FEM) yang dipilih
Berdasarkan hasil dari model Fixed Effect Model dan Pooled
Least Square maka didapatlah nilai probabilitas F-statistik sebagai
berikut :
60
Tabel 4.1
Uji Chow
Effect Test Statistik d.f Prob
Cross-section F 52.201334 (6,59) 0.0000
Cross-section Chi-
Square 128.934078 6 0.0000
Sumber : Hasil Pengelohan Data Dengan Eviews 8.0
Berdasarkan hasil Uji Chow pada tabel 4.1 didapat nilai F-
statistik sebesar 52.201334 dengan d.f (6,59) dan nilai probailitasnya
sebesar 0.0000, yang berarti bahwa nilai probabilitas F-statistik lebih
kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0.0000 < 0.05). Maka H1
diterima, sehingga model panel data yang lebih tepat dipilih yaitu
Fixed Effect Model dibandingkan Pooled Least Square. Setelah
mengetahui bahwa metode Fixed Effect Model yang dipilih, maka
selanjutnya perlu dilakukan Uji Hausman untuk mengetahui model
Fixed Effect Modelatau Random Effect Model yang lebih tepat dipilih
untuk penelitian ini.
2. Uji Hausman
Dilakukan pengujian terhadap uji hausman untuk mengetahui
model data panel mana yang akan dipilih dan gunakan dalam
penelitian. Pengujian Uji Hausman dilakukan untuk mengetahui model
mana yang paling tepat digunakan anatara Fixed Effect Modelatau
Random Effect Model. Dalam Uji Hausman cara menentukan
pemilihan model yang tepat dengan melihat Chi-square Statistic lalu
dibandingkan dengan Chi-Square table, dan dibuat hipotesisnya
sebagai berikut :
H0 diterima, maka model Fixed Effect Model (FEM) yang dipilih
H1 diterima, maka model Random Effect Model (REM)yang dipilih
61
Berdasarkan hasil pengolahan dari Uji Hausman, maka dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Uji Hausman
Test Summary Chi-Square
Statistic Chi-Sq. d.f Prob.
Cross-section
Random 14.471818 4 0.0059
Sumber : Hasil Pengelohan Data Dengan Eviews 8.0
Berdasarkan hasil Uji Hausman pada tabel 4.2 didapatlah nilai
Chi-Square Statistik sebesar 14.471818 dengan d.f (4) dan nilai
probabilitas sebesar 0.0059. artinya nilai probabilitasnya lebih kecil
dibanding dengan nilai α = 5% (0.05 > 0.0059) maka H1 diterima,
sehingga metode yang lebih tepat digunakan yaitu Fixed Effect Model.
3. Fixed Effect Model
Model data panel yang terpilih untuk digunakan dalam
penelitian ini yaitu dengan menggunakan model Fixed Effect Model,
berikut merupakan penjelasan melalui persamaannya :
TPAK = -6.368183 – 2.274957 UMP + 7.269917 UMUR + 0.011106
PDDK + 0.044699 PE + eit
Dimana :
TPAK : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
UMP : Upah Minimum Provinsi
UMUR : Umur Angkatan Kerja
PDDK : Pendidikan Tamatan SMA
PE : Pertumbuhan Ekonomi
eit : error term
62
Berdasarkan hasil dari uji chow dan uji Hausman yang sudah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini
terpilih metode analisis dengan menggunakan pendekatan Fixed Effect
Model (FEM).
Tabel 4.3
Hasil Regresi Data Panel
Fixed Effect Model
Variabel Coefficient Std. Error t-statistik Prob.
C -6.368183 76.58045 -0.083157 0.9340
UMP? -2.274957 1.217009 -1.869302 0.0665
UMUR? 7.269917 6.320349 1.150240 0.2547
PDDK? 0.011106 0.476822 0.023292 0.9815
PE? 0.044699 0.061385 0.728180 0.4694
Fixed Effects (Cross)
_JABAR --C -21.83067
_SUMUT --C -9.204275
_KALTENG –C 6.908483
_BALI --C 7.649806
_SULTENG –C 0.944601
_MALKUT –C 5.059390
_PABAR –C 10.47267
R-square 0.907265
Adjusted R-square 0.891548
S.E of Regression 1.404944
F-statistic 57.72243
Prob (F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil Pengelohan Data Dengan Eviews 8.0
Berdasarkan hasil dari regresi data panel pada tabel 4.3 dapat
dilihat pada nilai koefisien pada masing-masing variabel independen
63
ada yang memiliki arah hubungan yang positif dan negatif. Pada
variabel ump memiliki arah hubungan yang negatif terhadap tingkat
partisipasi angkatan kerja. Adanya hubungan negatif pada upah
minimum provinsi terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
berarti bahwa setiap kenaikan yang terjadi pada upah minimum
provinsi maka tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami
penurunan. Karena perusahaan mengurangi jumlah pekerja dan jumlah
penduduk usia kerja yang memasuki angkatan kerja bertambah, namun
yang bertambah bukan yang bekerja melainkan pengangguran.
Berbeda halnya dengan variabel upah minimum provinsi.
Variabel umur, pendidikan dan pertumbuhan ekonomi justru
menunjukkan arah hubungan yang positif terhadap tingkat partisipasi
angkatan kerja. Hal ini bearti bahwa setiap peningkatan yang terjadi
pada umur, pendidikan dan pertumbuhan ekonomi maka akan terjadi
pula pada kenaikan terhadap tingkat pasrtisipasi angkatan kerja.
Setiap Provinsi pun memiliki hubungan individu yang berbeda-
beda pada setiap perubahan dari variabel ump, umur, pendidikan dan
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil yang pengolahan data dapat
dilihat pada nilai koefisien pada setiap Provinsi ada yang memiliki
arah hubungan yang positif dan negatif. Nilai koefisien pada Provinsi
Jawa Barat, dan Sumatera Utara memiliki arah hubungan yang negatif.
Sedangkan Provinsi Kalimantan Tengah, Bali, Sulawesi Tengah,
Maluku Utara dan Papua Barat memiliki arah hubungan yang positif,
hal ini berarti bahwa lima provinsi yang memiliki hubungan positif
tersebut memiliki jumlah tingkat partisipasi angkatan kerja yang tinggi
dibandingkan dengan dua provinsi yang memiliki arah hubungan yang
negatif, karena kedua provinsi tersebut yaitu Jawa Barat, dan Sumatera
Utara memiliki jumlah tingkat partisipasi yang rendah.
64
C. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Melakukan pengujian normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah data terdristribusi normal atau tidak, karena
model regresi yang baik akan memiliki data yang terdistribusi
normal.untuk melihat adanya normalitas dapat dilihat dari grafik
dan uji statistik. Dalam penelitian ini menggunakan uji grafik
dimana akan dilihat dan dibandingkan dengan nilai probabilitas
dan nilai jarque bera.
Grafik 4.8
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0
Berdasarkan hasil uji normalitas pada gambar grafik 4.8 di atas,
didapatlah nilai Jarque-Bera 4.934500 dan nilai probabilitas
0.084818, yang berarti bahwa nilai probabilitas dan Jarque-Bera
lebih besar dari nilai α = 5% (0.084818 > 0.05) maka terima
H0yang artinya data tersebut terdistribusi normal.
2) Uji Multikolinearitas
Melakukan pengujian multikolinearitas bertujuan untuk
mengetahui apakah ada hubungan linear yang tepat antara variabel
bebas yang satu dengan yang lainnya. Jika nilai koefisien lebih dari
0
2
4
6
8
10
-7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Series: Standardized Residuals
Sample 2008 2017
Observations 70
Mean -7.40e-15
Median -0.513852
Maximum 8.885815
Minimum -6.001744
Std. Dev. 4.043002
Skewness 0.616799
Kurtosis 2.587609
Jarque-Bera 4.934500
Probability 0.084818
65
0,80 (> 0,80) maka dalam regresi tersebut terdapat
multikolinearitas, dan begitupun sebaliknya.
Table 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
UMP UMUR PDDK PE
UMP 1.000000 -0.275436 -0.106943 -0.011621
UMUR -0.275436 1.000000 0.569982 -0.189386
PDDK -0.106943 0.569982 1.000000 0.120259
PE -0.011621 -0.189386 0.120259 1.000000 Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada table 4.4 di
atas, maka didapatlah nilai koefisien dari variabel-variabel bebas
yang menunjukkan bahwa tidak tidak adanya multikolenearitas,
karena nilai koefisien korelasi antara variabel bebas lebih kecil dai
0,80 (< 0,80).
3) Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteoskedastisitas dilakukan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi terjadi perbedaan varian dari residual
variabel independen. Pengujian heroskedastisitas dilakuakan
dengan berbagai cara uji yaitu dengan uji Breusch Pagan Godfrey,
uji Harvey, uji Glesjer dan uji White. Dalam pengujian ini peneliti
menggunakan uji Glesjer, dan uji Glesjer ini berlaku untuk model
regresi yang telah memilih model fixed effect. Jika nilai
probabilitas lebih besar maka terima H0 artinya data bersifat
homoskedastisitas, dan jika terima H1 artinya data bersifat
heteroskedastisitas.
66
Table 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Coefficient Probabilitas
C -6.368183 0.9198
UMP -2.274957 0.0268
UMUR 7.269917 0.1556
PDDK 0.011106 0.9802
PE 0.044699 0.2472
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 4.5
dengan melakukan serangkaian uji dengan menggunakan uji
glesjer, maka didapatlah hasil yang berada pada table 4.5 di atas
yang mengartikan bahwa variabel-variabel tersebut memiliki nilai
probabilitas lebih besar dari α = 0.05 yaitu terima H0 maka model
regresi tersebut tidak memilki masalah heteroskedastisitas.
4) Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan antara perubahan waktu.
Cara untuk menguji atau melihat ada atau tidaknya korelasi bisa di
uji dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW). Jika tidak
adanya autokorelasi maka DW > DU dan nila 4 – DU dan
begitupun sebaliknya.
H0 diterima, artinya data tidak ada masalah dengan autokorelasi.
H1 diterima, artinya ada masalah dengan autokorelasi
Table 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Durbin Watson 1.795360
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0
67
Berdasarkan hasil Uji Autokorelasi pada table 4.6 dengan
menggunakan uji Durbin Watson, maka didapatlah nilai Durbin
Watson sebesar 1.795360. Nilai DU untuk jumlah variabel (k) = 5
dan jumlah data sebanyak 70 observasi yaitu 1.73505.
Nilai1.795360> 1.73505 dan nilai 4 -1.795360> 1.73505. Maka H0
diterima, artinya data tidak ada masalah dengan autokorelasi.ini
berarti bahwa tidak terdapat autokorelasi kareana nilai DW > DU.
D. Pengujian Hipotesis
1. Uji Statistik dan Interpretasi Hasil Analisis
Uji t digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh
siginifikansi hubungan antara variabel independen yaitu variabel upah
minimum provinsi, umur, pendidikan dan pertumbuhan ekonomi
terhadap variabel dependen yaitu tingkat partisipasi angkatan kerja
secara parsial. Untuk menentukan apakah ada atau tidaknya hubungan
sgnifikansi secara parsial yaitu dengan membandingkan nilai
probabilitas pada masing-masing variabel yang telah diolah dengan
tingkat signifikansi α = 10% dan hal tersebut akan diketahui apakah
menerima atau menolak hipotetsis.
Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik
Variabel t-statistic Prob.
UMP -1.869302 0.0665
UMUR 1.150240 0.2547
PDDK 0.023292 0.9815
PE 0.728180 0.4694
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0
68
Berdasarkan dari hasil uji t-statistik pada table 4.7,
menunjukkan bahwa nilai probabilitas setipa variabel memiliki
hubungan sebagai berikut :
a. Variabel UMP memiliki nilai t-statistik negatif sebesar -1.869302
dengan nilai probabilitas sebesar 0.0665, nilai probabilitas UMP
lebih kecil dari taraf signifikansi α = 10% (0.0665 < 0.1) maka
terima H1, artinya variabel UMP memiliki arah hubungan t-statistik
negatif dan berpengaruh signifikan, terhadap tingkat partisipasi
angkatan kerja secara parsial pada ketujuh provinsi.
b. Variabel Umur memiliki nilai t-statistik positif sebesar
1.150240dengan probabilitas sebesar 0.2547, nilai probabilitas
Umur lebih besar dari tingkat signifikansi 10% (0.2547 > 0.1)
maka terima H0, artinya variabel Umur tidak memiliki pengaruh
secara signifikan terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja secra
parsial.
c. Variabel Pendidikan memiliki nilai probabilitas sebesar 0.9815,
nilai probabilitas Pendidikan lebih besar dari tingkat signifikansi
10% (0.9815 > 0.1) maka terima H0, artinya variabel Pendidikan
tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat partisipassi angkatan
kerja secara parsial.
d. Variabel Pertumbuhan Ekonomi memiliki nilai probabilitas sebesar
0.4694, nilai probabilitas Pertumbuhan Ekonomi lebih besar dari
tingkat signifikansi 10% (0.4694 > 0.1) maka H0 diterima, artinya
variabel Pertumbuhan Ekonomi tidak memiliki pengaruh terhadap
tingkat partisipasi angkatan kerja secara parsial.
Selain untuk membuktikan apakah ada pengaruh yang
signifikan secara parsial, uji t-statistik dapat juga digunakan untuk
untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian yang telah dibuat,
berikut hipotetsis dalam penelitian ini :
69
a) H0 : Tidak terdapat pengaruh UMP secara parsial terhadap tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) di beberapa Provinsi di
Indonesia 2008 – 2017.
H1 : Terdapat pengaruh UMP secara parsial terhadap tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) di beberapa Provinsi di
Indonesia 2008 – 2017.
b) H0 : Tidak terdapat pengaruh Umur secara parsial terhadap tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) di beberapa Provinsi di
Indonesia 2008 – 2017.
H1 : Terdapat pengaruh Umur secara parsial terhadap tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) di beberapa Provinsi di
Indonesia 2008 – 2017.
c) H0 : Tidak terdapat pengaruh Pendidikan secara parsial terhadap
tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di beberapa Provinsi di
Indonesia 2008 – 2017.
H1 : Terdapat pengaruh Pendidikan secara parsial terhadap tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) di beberapa Provinsi di
Indonesia 2008 – 2017.
d) H0 : Tidak terdapat pengaruh Pertumbuhan Ekonomi secara parsial
terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di beberapa
Provinsi di Indonesia 2008 – 2017.
H1 : Terdapat pengaruh Pertumbuhan Ekonomi secara parsial
terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di beberapa
Provinsi di Indonesia 2008 – 2017.
2. Uji F-statistik dan Interpretasi Hasil Analisis
Uji F-statistik digunkan untuk mengetahui apakah ada
pengaruh dari seluruh variabel independen yaitu Upah Minimum
Provinsi, Umur, Pendidikan, dan Pertumbuhan Ekonomi secara
simuktan terhadap variabel independen yaitu Tingkat Parttiaipasi
Angkatan Kerja. Untuk menentukan pengaruh signifikan secara
70
simultan dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas pada
F-statistik dengan tingkat signifikansi α = 5% (0.05). Hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
H0 : Tidak terdapat pengaruh Upah Minimum Provinsi, Umur,
Pedndidikan dan Pertumbuhan Ekonomi secara simultan
terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di beberapa
Provinsi di Indonesia tahun 2008 – 2017.
H1 : Terdapat pengaruh Upah Minimum Provinsi, Umur,
Pedndidikan dan Pertumbuhan Ekonomi secara simultan
terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di beberapa
Provinsi di Indonesia tahun 2008 – 2017.
Berdasarkan hasil regresi data panel, diperoleh hasil Uji F-statistik
sebagai berikut :
Tabel 4.8
Hasil Uji F-statistik
F-statistik Prob (F-statistik)
57.72243 0.000000
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0
Berdasarkan hasil dari Uji F-statistik pada tabel 4.8 F-statistik
memiliki nilai sebesar 57.72243 dan probabilitas (F-statistik) sebesar
0.000000, nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan tingkat signifikansi
α = 5% (0.000000 < 0.05) maka H1 diterima, yang artinya bahwa
variabel-variabel independen yaitu Upah Minimum Provinsi, Umur,
Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi memiliki pengaruh secara
simultan terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di beberapa
Provinsi di Indonesia tahun 2008 – 2017.
71
3. Uji Koefisien Determinasi ( Adjusted R2 ) dan Interpretasi Hasil
Analisis
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk
mengukur seberapa besar kemampuan variabel independen yaitu Upah
Minimum Provinsi, Umur, Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi
menjelaskan variabel dependen yaitu Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja.
Tabel 4.9
Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
R-square 0.907265
Adjusted R-square 0.891548
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0
Berdasarkan hasil dari Uji Koefisien Determinasi pada tabel
4.9 Nilai adjusted R-square sebesar 0.891548 yang artinya sebesar
89.15% variabel Upah Minimum Provinsi, Umur, Pendidikan dan
Pertumbuhan Ekonomi dapat menjelaskan variabel Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja. Sisanya sebesar 10.85% dijelaskan oleh variabel lain
diluar penelitian ini yang dapat mempengaruhi Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja..
E. Analisis Ekonomi
1. Upah Minimum Provinsi terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja
Dalam penelitian ini, upah minimum provinsi memiliki
hubungan negatif namun signifikan terhadap tingkat partisipasi
angkatan kerja. Artinya, apabila upah minimum provinsi meningkat,
maka akan terjadi penurunan terhadap tingkat partisipasi angkatan
kerja begitupun sebaliknya. Hubungan negatif yang dimiliki upah
terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja ini disebabkan oleh adanya
beberapa faktor, salah satu diantaranya yaitu jumlah pekerja akan
72
dikurangi oleh perusahaan pada saat meningkatnya upah. Selain itu
disebabkan juga oleh faktor jumlah pertumbuhan penduduk usia kerja
yang termasuk angkatan kerja jika semakin besar menyebabkan
melimpahnya tenaga kerja sehingga akan menaikkan umlah
pengangguran.
Pada hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya
yang telah diteliti oleh Wisna Sarsi, Tri Sukirno Putro dan Lapeti Sari,
yang berjudul “Pengaruh Tingkat Upah Dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Di Provinsi Riau”.
Selain itu ada pula penelitian terdahulu yang mendukung penelitian
yang ditelah diteliti oleh Armidi, Erfit dan Yulmardi, yang berjudul
“Pengaru Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Dan Indeks Harga
Konsumen Terhadap Upah Minimum Provinsi Jambi”. Hasil dari
kedua penelitian ini menyatakan bahwa upah minimum provinsi
memiliki hubungan yang negatif terhadap tingkat partisipasi angkatan
kerja.
2. Umur terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Dalam penelitian ini, variabel umur memiliki arah hubungan
positif terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja. Artinya apabila
umur yang sudah memasuki usia kerja mengalami peningkat maka
akan terjadi kenaikan pula terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja,
begitupun sebaliknya. Hubungan positif yang ada pada umur terhadap
tingkat partisipasi angkatan kerja ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Slamet (1994 : 142) bahwa umur memiliki
pengaruh pada keaktifan seseorang untuk berpartisipasi. Umur yang
sudah memasuki usia kerja memiliki pengaruh positif terhadap tingkat
partisipasi angkatan kerja.
Pada hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang
diteliti oleh, Rabin Ibnu Zainal, yang berjudul “Model Probit Pemetaan
73
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan Di Provinsi
Sumatera Selatan (Pengaruh Usia, Pendidikan, Dan Satatus Pernikahan
Terhadap Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Di Kota Palembang).
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa umur memiliki hubungan
yang positif terhadap tingkat partisipasi angakatan kerja.
3. Pendidikan terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Dalam penelitian ini, pendidikan memiliki arah hubungan
positif terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja. Artinya apabila
lulusan pendidikan sekolah menengah atas (SMA) mengalami
peningkatan maka akan terjadi kenaikan pula terhadap tingkat
partisipasi angkatan kerja karena arah hubungannya positif. Lulusan
sekolah menengah atas (SMA) baik yang memilih untuk melanjutkan
sekolah kejenjang lebih tinggi ataupun yang bekerja maka akan
termasuk kedalam pednuduk usia kerja. Hubungan positif yang ada
pada pendidikan terhadap tingkat partisipasi angakatan kerja ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa pendidikan memiliki pengaruh
yang positif terhadap jumlah tingkat partisipasi angkatan kerja.
Pada hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian
sebelumnya yang telah diteliti oleh Kadek Borgan Boneri, yang
berjudul “Pengaruh Pendidikan dan Upah Terhadap Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) di Kota Manado. Selain itu ada pula
penelitian terdahulu yang mendukung penelitian yang ditelah diteliti
oleh Fiki Dwi Ramadayanti dan Hudiyanto, yang berjudul “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
di Indonesia Tahun 2010 – 2015”. Hasil dari kedua penelitian
terdahulu ini menyatakan bahwa pendidikan memiliki hubungan yang
negatif terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja.
74
4. Pertubuhan Ekonomi terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Dalam penelitian ini, jumlah pertumbuhan ekonomi memiliki
hubungan positif terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja. Artinya
bahwa semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka akan terjadi
kenaikan pula terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja pada ketujuh
Provinsi tersebut, begitupun sebaliknya. Hal itu berarti bahwa aktivitas
perekonomian terus mengalami peningkatan dan jumlah penduduk
yang berusia pekerja pada ketujuh provinsi tersebut merupakan
berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pada hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya
yang ditelah diteliti oleh Fiki Dwi Ramadayanti dan Hudiyanto, yang
berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja di Indonesia Tahun 2010 – 2015”. Selain
itu ada pula penelitian terdahulu yang mendukung penelitian yang
ditelah diteliti oleh Cut Putri Melita Sari dan Putri Susanti, yang
berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Pertumbuhan
Penduduk Terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Di Kota
Lhokseumae Periode 2007-2015”. Hasil dari kedua penelitian ini
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang
positif dan terhadap tingkat pasrtisipasi angkatan kerja.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka didapatlah
kesimpulan dari Analisis Determinan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
di Beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2008 – 2017, yaitu sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upah minimum provinsi
berpengaruh signifikan dan menunjukkan arah hubungan yang negatif
terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dengan tingkat
kepercayaan 90% di provinsi-provinsi yang diteliti. Hubungan ini
memiliki arti apabila upah minimum provinsi meningkat maka tingkat
partisipasi angkatan kerja akan menurun.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur tidak berpengaruh
signifikan dan menunjukkan arah hubungan yang positif terhadap
tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di provinsi-provinsi yang
diteliti. Arah hubungan positif ini memiliki arti jika jumlah umur
angkatan kerja meningkat maka tingkat partisipasi angkatan kerja
(TPAK) juga akan meningkat, dan sebaliknya.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh
signifikan dan menunjukkan arah hubungan yang positif terhadap
tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di provinsi-provinsi yang
diteliti. Arah hubungan positif ini memiliki arti jika jumlah lulusan
pendidikan sekolah menengah atas (SMA) meningkat maka tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) juga akan meningkat, dan
sebaliknya.
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak
berpengaruh signifikan dan menunjukkan arah hubungan yang positif
terhadap tingkat partisipasi angkatan (TPAK) di provinsi-provinsi
yang diteliti. Hubungan positif ini memiliki arti jika pertumbuhan
76
ekonomi meningkat maka tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
juga akan meningkat, dan sebaliknya.
5. Upah minimum provinsi, umur, pedidikan dan pertumbuhan ekonomi
memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan atau secara
bersama-sama terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di
provinsi-provinsi yang diteliti. Sehingga, jika terjadi perubahan pada
upah minimum, umur, pendidikan dan pertumbuhan ekonomi disuatu
provinsi secafa simultan, maka akan dapat mempengaruhi tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) di provinsi-provinsi yang diteliti.
B. Saran
1. Bagi Pemerintah
a) Dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat kebijakan untuk
meningkatkan jumlah lapangan kerja, agar angkatan kerja
tercukupi.
b) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan memberi
bantuan pada pendidikan dan pelatihan, agar meningkatkan
kualitas kemampuannya.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a) Memperbarui tahun penelitian agar lebih terkini dengan periode
yang lebih panjang.
b) Menambah variabel-varibel bebas lain diluar variabel ini yang
mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan kerja agar dapat
memberikan gambaran danvariabel penelitiannya lebih bervariatif.
77
DAFTAR PUSTAKA
Agus Widarjono. 2007. “Ekonometrika : Teori Dan Aplikasi Untuk
Ekonomi Dan Bisnis, Edisi Kedua”. Yogyakarta : Ekonisia FE
Universitas Islam Indonesia.
Arizka. 2017. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja di Pulau Kalimantan”. Jurnal FEUII.
Badan Pusat Statistik Bali. https://bali.bps.go.id/. Dikases pada tanggal 7
Juli 2019
Badan Pusat Statistik Jawa Barat.https://jabar.bps.go.id/. Dikases pada
tanggal 13 Desember 2018.
Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah. https://banten.bps.go.id/.
Dikases pada tanggal 7 Juli 2019.
Badan Pusat Statistik Maluku Utara. https://malut.bps.go.id/. Dikases pada
tanggal 10Juli 2019.
Badan Pusat Statistik Papua Barat. https://papuabarat.bps.go.id/. Dikases
pada tanggal 7 Juli 2019.
Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah. https://sulteng.bps.go.id/. Dikases
pada tanggal 7 Juli 2019.
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. https://sumut.bps.go.id/. Dikases
pada tanggal 9 Maret 2019..
Baltagi, Bagi. 2005. “Econometric Analysis Of Panel Data, Third Edition,
John Wiley & Sons”.
Bonerri, Kadek. 2018. Pengaruh Pendidikan Dan Upah Terhadap Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Di Kota Manado. Jurnal
berkah ilmiah efisiensi. Vol 18, No.10 tahun 2018.
78
David, Card, "Causal Effect Of Education On Earnings," In Handbook Of
Labor Economics, Orley Ashen Felter and David Card (Eds).
Amsterdam: North-Holland, 1999: pp. 1801–1863
Ernest Buffy . 2019. “The Short Run Effect The Minimum Wage On
Employment And Labor Market Participation : Evidence From An
Individual Level Panel”. University of corado dever an IZA. IZA
DP No.12137
Gujrati Damodar. 2003. “Basic Econometrics 4th Edition” McGraw-Hill,
New York.
KBBI. Umur. https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/umur.html.
Diakses tanggal 11-Desember-2018
Kuncoro, Mudrajad. 2003. “Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah dan
Kebijakan”. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Kusuma, Panca. 2014. “Analisis Tingkat PartisipasiAngkatanKerja (TPAK)
Provinsi Nusa Tenggara Barati”. Jurnal Valid.Vol 11, No. 22, 26-
32.
Ma’ruf A,. dan Wihastuti, L. 2008. “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia :
Determinann Dan Prospeknya”. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Vol 9, No.1, 44 – 55.
Mankiw Gregory. 2006. “Pengntar Ekonomi Makro Edisi Ketiga”.
Salemba Empat.
Mantra, I.B. 2003. Demografi Umum. Jakarta : pustaka belajar.
Martin S. 2014. “The Relatioan Between Aducation And Labor Force
Participation Of Aborigional Peoples : A Simulation Analysis
Using The Demosim Population Projection Model”. Canadian
studies in population. 41 No.1-2 : 144-164
79
Mulya, Alfira. 2010. Fixed Effect Model Pada Regresi Data Panel”. Bet.
Vol.3, No.2, Hal 134-145
Nachrowi, N Djalal dan Hardius Usman. 2006. “Pendekatan Popular Dan
Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi Dan Keuangan”.
Jakarta LPFE Universitas Indonesia
Reddy. 2016. “Labour Force Participation Of Elderly In India : Patterns
And Determinants.” International journal of social economics.
Rusli, 1983. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta : Lembaga Penelitian
Pendidikan Dan Penerangan Ekonomi Dan Social LP3ES.
Sholichah, Aas. 2018. “Teori – Teori Pendidikan Dala Al-Qur’an”
Edukasi Islam, Jurnal Pendidikan Islam. Vol 07, No.1
Simanjuntak J.P. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Sirusa. https://sirusa.bps.go.id/index.php?r=indikator/view&id=51.
Diakses tanggal 11 Desember 2018.
Sukirno, Sadono. 2005. Makro Ekonomi Modern. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2008. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta PT. Raja
Grafindo Persada.
Sulistiawati, Rini. 2012. “Pengaruh Upah Minimum Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Dan Kesejahteraan Masyarakat Di
Provinsi Di Indonesia. Jurnal EKSOS. Vol 8, No.3, hal 195 – 211.
ISSN 1693 – 9093.
Sumarsono, Sonny. 2003. “Ekonomi Sumber Daya Manusia”. Graham
Ilmu Yogyakarta.
80
Tjiptoherijanto, 1990. “Upah Minimum Dan Serkat Kerja, Dalam
Ekonomi Sumber Daya Manusia”. Jakarta : lembaga demografi
fakultas ekonomi universitas Indonesia.
Umiarso. Zamroni. 2011. “Pendidikan Pembebasan Dalam Persefektif
Barat Dan Timur” Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenaga Kerjaan. Jakarta.
Vian. 2017. “Analisis Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Berdasarkan
Kegiatan Ekonomi Masyarakat Desa Tegalsari Kecamatan
Tegalsari Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015”.
JurnalPendidikanEkonomi. Vol 11, No. 1.
Wikipedia, Pendidikan, https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan. Di akses
tanggal 27-november-2018.
Wikipedia. Umur. https://id.wikipedia.org/wiki/Umur. Diakses tanggal 11-
Desember-2018
Winarno. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews,
Edisi Ketiga.Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan (UPP
STIM YKPN)
Wisna. 2014. “Pengaruh Tingkat Upah dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Provinsi Riau”.
JOM FEKON. Vol 1, No.2.
Yuwono, Prapto. 2005. Ekonometrika.Cetakan Pertama. Penerbit Andi.
Bandung.
81
Lampiran 1 : Hasil Estimasi Data
1. Pooled Least Square (PLS)
Dependent Variable: TPAK?
Method: Pooled Least Squares
Date: 07/18/19 Time: 17:36
Sample: 2008 2017
Included observations: 10
Cross-sections included: 7
Total pool (balanced) observations: 70 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 41.92552 18.64615 2.248482 0.0279
UMP? 0.172035 1.124710 0.152959 0.8789
UMUR? -2.312283 0.429999 -5.377420 0.0000
PDDK? 4.606724 0.735935 6.259687 0.0000
PE? 0.006688 0.140450 0.047615 0.9622 R-squared 0.414974 Mean dependent var 68.39200
Adjusted R-squared 0.378972 S.D. dependent var 4.266183
S.E. of regression 3.361980 Akaike info criterion 5.331686
Sum squared resid 734.6890 Schwarz criterion 5.492293
Log likelihood -181.6090 Hannan-Quinn criter. 5.395481
F-statistic 11.52652 Durbin-Watson stat 0.352411
Prob(F-statistic) 0.000000
82
2. Fixed Effect Model (FEM)
Dependent Variable: TPAK?
Method: Pooled Least Squares
Date: 07/18/19 Time: 17:42
Sample: 2008 2017
Included observations: 10
Cross-sections included: 7
Total pool (balanced) observations: 70 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -6.368183 76.58045 -0.083157 0.9340
UMP? -2.274957 1.217009 -1.869302 0.0665
UMUR? 7.269917 6.320349 1.150240 0.2547
PDDK? 0.011106 0.476822 0.023292 0.9815
PE? 0.044699 0.061385 0.728180 0.4694
Fixed Effects (Cross)
_JAWABARAT--C -21.83067
_SUMATERAUTARA--C -9.204275
_KALTENG--C 6.908483
_BALI--C 7.649806
_SULTENGAH--C 0.944601
_MALUKUUTARA--C 5.059390
_PAPUABARAT--C 10.47267 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.907265 Mean dependent var 68.39200
Adjusted R-squared 0.891548 S.D. dependent var 4.266183
S.E. of regression 1.404944 Akaike info criterion 3.661199
Sum squared resid 116.4581 Schwarz criterion 4.014534
Log likelihood -117.1420 Hannan-Quinn criter. 3.801548
F-statistic 57.72243 Durbin-Watson stat 1.795360
Prob(F-statistic) 0.000000
83
3. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 52.201334 (6,59) 0.0000
Cross-section Chi-square 128.934078 6 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: TPAK?
Method: Panel Least Squares
Date: 07/18/19 Time: 17:42
Sample: 2008 2017
Included observations: 10
Cross-sections included: 7
Total pool (balanced) observations: 70 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 41.92552 18.64615 2.248482 0.0279
UMP? 0.172035 1.124710 0.152959 0.8789
UMUR? -2.312283 0.429999 -5.377420 0.0000
PDDK? 4.606724 0.735935 6.259687 0.0000
PE? 0.006688 0.140450 0.047615 0.9622 R-squared 0.414974 Mean dependent var 68.39200
Adjusted R-squared 0.378972 S.D. dependent var 4.266183
S.E. of regression 3.361980 Akaike info criterion 5.331686
Sum squared resid 734.6890 Schwarz criterion 5.492293
Log likelihood -181.6090 Hannan-Quinn criter. 5.395481
F-statistic 11.52652 Durbin-Watson stat 0.352411
Prob(F-statistic) 0.000000
84
4. Random Effect Model (REM)
Dependent Variable: TPAK?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/18/19 Time: 17:43
Sample: 2008 2017
Included observations: 10
Cross-sections included: 7
Total pool (balanced) observations: 70
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 89.06049 13.00154 6.849994 0.0000
UMP? -0.850191 0.533252 -1.594352 0.1157
UMUR? -0.941478 0.835161 -1.127301 0.2638
PDDK? 0.380581 0.463847 0.820489 0.4149
PE? 0.029601 0.060264 0.491185 0.6249
Random Effects (Cross)
_JAWABARAT--C -4.432239
_SUMATERAUTARA--C 1.724206
_KALTENG--C 1.053085
_BALI--C 7.318269
_SULTENGAH--C -0.519671
_MALUKUUTARA--C -4.044561
_PAPUABARAT--C -1.099089 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 2.603890 0.7745
Idiosyncratic random 1.404944 0.2255 Weighted Statistics R-squared 0.063502 Mean dependent var 11.50298
Adjusted R-squared 0.005872 S.D. dependent var 1.518355
S.E. of regression 1.513891 Sum squared resid 148.9713
F-statistic 1.101884 Durbin-Watson stat 1.427001
Prob(F-statistic) 0.363273 Unweighted Statistics R-squared 0.101891 Mean dependent var 68.39200
Sum squared resid 1127.865 Durbin-Watson stat 0.188482
85
5. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 14.471818 4 0.0059
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. UMP? -2.274957 -0.850191 1.196753 0.1928
UMUR? 7.269917 -0.941478 39.249319 0.1900
PDDK? 0.011106 0.380581 0.012206 0.0008
PE? 0.044699 0.029601 0.000136 0.1960
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: TPAK?
Method: Panel Least Squares
Date: 07/18/19 Time: 17:44
Sample: 2008 2017
Included observations: 10
Cross-sections included: 7
Total pool (balanced) observations: 70 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -6.368183 76.58045 -0.083157 0.9340
UMP? -2.274957 1.217009 -1.869302 0.0665
UMUR? 7.269917 6.320349 1.150240 0.2547
PDDK? 0.011106 0.476822 0.023292 0.9815
PE? 0.044699 0.061385 0.728180 0.4694 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.907265 Mean dependent var 68.39200
Adjusted R-squared 0.891548 S.D. dependent var 4.266183
S.E. of regression 1.404944 Akaike info criterion 3.661199
Sum squared resid 116.4581 Schwarz criterion 4.014534
Log likelihood -117.1420 Hannan-Quinn criter. 3.801548
F-statistic 57.72243 Durbin-Watson stat 1.795360
Prob(F-statistic) 0.000000
86
6. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
2) Uji Multikolinearitas
UMP UMUR PDDK PE
UMP 1.000000 -0.275436 -0.106943 -0.011621
UMUR -0.275436 1.000000 0.569982 -0.189386
PDDK -0.106943 0.569982 1.000000 0.120259
PE -0.011621 -0.189386 0.120259 1.000000
3) Uji Autokolerasi
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.907265 Mean dependent var 68.39200
Adjusted R-squared 0.891548 S.D. dependent var 4.266183
S.E. of regression 1.404944 Akaike info criterion 3.661199
Sum squared resid 116.4581 Schwarz criterion 4.014534
Log likelihood -117.1420 Hannan-Quinn criter. 3.801548
F-statistic 57.72243 Durbin-Watson stat 1.795360
Prob(F-statistic) 0.000000
0
2
4
6
8
10
-7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Series: Standardized Residuals
Sample 2008 2017
Observations 70
Mean -7.40e-15
Median -0.513852
Maximum 8.885815
Minimum -6.001744
Std. Dev. 4.043002
Skewness 0.616799
Kurtosis 2.587609
Jarque-Bera 4.934500
Probability 0.084818
87
4) Uji Heteroskedastisitas
-.06
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
.08
1 -
08
1 -
10
1 -
12
1 -
14
1 -
16
2 -
08
2 -
10
2 -
12
2 -
14
2 -
16
3 -
08
3 -
10
3 -
12
3 -
14
3 -
16
4 -
08
4 -
10
4 -
12
4 -
14
4 -
16
5 -
08
5 -
10
5 -
12
5 -
14
5 -
16
6 -
08
6 -
10
6 -
12
6 -
14
6 -
16
7 -
08
7 -
10
7 -
12
7 -
14
7 -
16
RESID
Dependent Variable: TPAK
Method: Panel Least Squares
Date: 07/18/19 Time: 17:52
Sample: 2008 2017
Periods included: 10
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 70
White diagonal standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -6.368183 62.26821 -0.102270 0.9189
UMP -2.274957 1.001844 -2.270769 0.0268
UMUR 7.269917 5.053528 1.438583 0.1556
PDDK 0.011106 0.444717 0.024974 0.9802
PE 0.044699 0.038243 1.168817 0.2472 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.907265 Mean dependent var 68.39200
Adjusted R-squared 0.891548 S.D. dependent var 4.266183
S.E. of regression 1.404944 Akaike info criterion 3.661199
Sum squared resid 116.4581 Schwarz criterion 4.014534
Log likelihood -117.1420 Hannan-Quinn criter. 3.801548
F-statistic 57.72243 Durbin-Watson stat 1.795360
Prob(F-statistic) 0.000000
88
Lampiran 2. Data Penelitian
No Provinsi Tahun TPAK UMP UMUR PDDK PE
1 Jawa Barat 2008 63.09 568.193 96 63 5.83
2 Jawa Barat 2009 62.89 628.191 96 63 4.29
3 Jawa Barat 2010 62.38 671.500 96 47 6.20
4 Jawa Barat 2011 61.34 732.000 97 41 6.50
5 Jawa Barat 2012 63.64 780.000 96 55 6.50
6 Jawa Barat 2013 62.82 850.000 96 39 6.33
7 Jawa Barat 2014 62.72 1.000.000 96 39 5.09
8 Jawa Barat 2015 60.34 1.000.000 96 10 5.04
9 Jawa Barat 2016 60.65 1.321.355 91 12 5.66
10 Jawa Barat 2017 63.34 1.420.624 96 8 5.29
11 Sumatera
Utara 2008
68.33 822.205
64 29.27
6.39
12 Sumatera
Utara 2009
69.14 905.000
65 31.99
5.07
13 Sumatera
Utara 2010
69.51 965.000
63 32.26
6.35
14 Sumatera
Utara 2011
72.09 1.200.000
63 32.52
6.66
15 Sumatera
Utara 2012
69.41 1.305.000
64 32.73
6.45
16 Sumatera
Utara 2013
70.67 1.375.000
64 34.16
6.07
17 Sumatera
Utara 2014
67.07 1.505.850
64 35.48
5.23
18 Sumatera
Utara 2015
67.28 1.625.000
59 37.59
5.10
19 Sumatera
Utara 2016
65.99 1.811.875
64 36.28
5.18
20 Sumatera
Utara 2017
68.88 1.961.355
64 78.54
5.12
21 Kalimantan
Tengah 2008
71.24 765.868
97 18
6.17
22 Kalimantan
Tengah 2009
71.22 873.089
97 20
5.57
23 Kalimantan
Tengah 2010
69.86 986.590
97 20
6.50
24 Kalimantan
Tengah 2011
70.14 1.134.580
97 21
7.01
25 Kalimantan
Tengah 2012
69.88 1.327.459
97 21
6.87
26 Kalimantan
Tengah 2013
68.50 1.553.127
97 23
7.37
89
27 Kalimantan
Tengah 2014
68.56 1.723.970
94 24
6.21
28 Kalimantan
Tengah 2015
71.11 1.896.367
98 25
7.01
29 Kalimantan
Tengah 2016
71.30 2.057.558
97 24
6.36
30 Kalimantan
Tengah 2017
67.74 2.227.307
97 25
6.74
31 Bali 2008 77.86 682.650 58 26 5.97
32 Bali 2009 77.82 760.000 58 27 5.33
33 Bali 2010 77.38 829.316 56 29 5.83
34 Bali 2011 75.19 890.000 61 30 6.49
35 Bali 2012 76.58 967.500 62 32 6.65
36 Bali 2013 74.93 1.181.000 62 32 6.69
37 Bali 2014 74.91 1.542.600 61 33 6.73
38 Bali 2015 75.51 1.621.172 56 32 6.03
39 Bali 2016 77.24 1.807.600 58 32 6.24
40 Bali 2017 75.24 1.956.727 56 35 5.59
41 Sulawesi
Tengah 2008
69.76 670.000
67 18
5.47
42 Sulawesi
Tengah 2009
69.27 720.000
67 19
5.85
43 Sulawesi
Tengah 2010
69.22 777.500
63 19
6.56
44 Sulawesi
Tengah 2011
68.65 827.500
63 21
8.13
45 Sulawesi
Tengah 2012
65.92 885.000
63 22
8.87
46 Sulawesi
Tengah 2013
65.56 995.000
66 22
9.59
47 Sulawesi
Tengah 2014
66.76 1.250.000
66 22
5.07
48 Sulawesi
Tengah 2015
67.51 1.500.000
66 23
15.56
49 Sulawesi
Tengah 2016
72.28 1.670.000
66 24
9.98
50 Sulawesi
Tengah 2017
67.14 1.807.775
66 23
7.14
51 Maluku Utara 2008 65.94 700.000 65 22 5.99
52 Maluku Utara 2009 64.19 770.000 62 23 6.05
53 Maluku Utara 2010 65.11 847.000 62 24 7.96
54 Maluku Utara 2011 64.57 889.350 62 24 6.80
55 Maluku Utara 2012 66.05 960.498 62 25 6.98
56 Maluku Utara 2013 64.35 1.200.622 63 26 6.36
57 Maluku Utara 2014 63.88 1.440.764 63 27 5.49
90
58 Maluku Utara 2015 66.43 1.577.617 65 30 6.10
59 Maluku Utara 2016 66.19 1.681.266 63 31 5.77
60 Maluku Utara 2017 63.65 1.975.152 63 29 7.67
61 Papua Barat 2008 68.15 1.105.500 69 24 7.84
62 Papua Barat 2009 68.52 1.180.000 69 26 7.02
63 Papua Barat 2010 69.29 1.210.000 65 25 26.82
64 Papua Barat 2011 66.87 1.410.000 66 27 3.64
65 Papua Barat 2012 67.20 1.450.000 66 30 3.63
66 Papua Barat 2013 66.69 1.720.000 67 31 7.36
67 Papua Barat 2014 68.30 1.870.000 69 25 5.38
68 Papua Barat 2015 68.68 2.015.000 66 46 4.15
69 Papua Barat 2016 70.05 2.237.000 66 45 4.52
70 Papua Barat 2017 67.47 2.421.500 66 48 4.01