analisis deiksis dalam novel emprit abuntut bedhug …

207
i ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Gumilang Laksana NIM 112160412 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2014

Upload: others

Post on 01-Feb-2022

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

i

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL

EMPRIT ABUNTUT BEDHUG

KARYA SUPARTO BRATA

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Gumilang Laksana

NIM 112160412

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2014

Page 2: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

ii

Page 3: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

iii

Page 4: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama mahasiswa : Gumilang Laksana

NIM : 112160412

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Judul Skripsi : Analisis Deiksis dalam Novel Emprit

Abuntut Bedhug karya Suparto Brata

menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya sendiri dan bukan plagiat orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti/dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat,

saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh

Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, 24 Maret 2014

Yang membuat pernyataan,

Gumilang Laksana

NIM 112160412

Page 5: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt.

Yang telah melimpahkan nikmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis dalam

proses penyusunan skripsi ini. Berkat petunjuk dan pertolongan-Nya, penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan yang berarti.

Skripsi ini disusun dalam rangka penyelesaian studi Strata I Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penulis menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini dapat berhasil berkat dukungan dan bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis merasa berkewajiban menyampaikan ucapan

terima kasih kepada beberapa pihak di bawah ini.

1. Drs. H. Supriyono, M.Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Purworejo.

2. Drs. H. Hartono, MM. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Purworejo.

3. Yuli Widiyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Jawa.

4. Rochimansyah, M.Pd. selaku pembimbing I.

5. Herlina Setyowati, M.Pd. selaku pembimbing II.

6. Semua Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa di

Universitas Muhammadiyah Purworejo.

7. Berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 6: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

vi

Penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat untuk pembaca pada

umumnya, dan khususnya Program Studi Bahasa dan Sastra Jawa sebagai

pengembangan dan pengkajian analisis deiksis dalam bentuk novel. Selain itu,

kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan penelitian

ini.

Purworejo, 24 Maret 2014

Gumilang Laksana

NIM 112160412

Page 7: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

vii

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

1. “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S.

Al-Baqarah: 153)

2. Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya, yang boleh

direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri. (Ibu Kartini)

PERSEMBAHAN

Tak henti-hentinya penulis berucap syukur

pada Mu Rabb, atas segala karunia yang Engkau

selipkan dalam perjalanan hidupku. Terima kasih

untuk setiap curahan doa dukungan, semangat dan

kasih sayang yang tak terbatas dan hanya kepada

insan mulia berikut ini ku persembahkan karya

kecil ini:

1. Kepada kedua orang tuaku Bapak Kuat

Handoko dan Ibu Suharyati tercinta, terima

kasih atas kasih sayang dan cintamu, aku

yakin aku ada dalam setiap nafas dan doa-

doamu.

2. Adik-adikku Didik Eko SA, Rizal Dewanto

dan Mutiara Aulia KW terima kasih telah

memberikan motivasi.

3. Teman tersayang dan terbaikku Ari

Kurniawati, Andi, Akbar, Avan, Dimas,

Ilham, Agus, Aji, Anggit yang selalu

memberikan motivasi dalam penyelesaian

skripsi.

4. Teman-teman angkatan 2009 khususnya PBSJ

kelas B yang selama 4 tahun telah bersama-

sama terima kasih atas dukungan dan

semangatnya.

Page 8: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

viii

ABSTRAK

Gumilang Laksana. “Analisis Deiksis dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug

Karya Suparto Brata”. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa

dan sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2014.

Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan bentuk deiksis dalam novel

Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata, (2) mendeskripsikan fungsi deiksis

dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam

penelitian ini berupa kutipan-kutipan kalimat percakapan yang terdapat dalam

novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata. Sumber data adalah novel

Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini digunakan teknik pustaka, teknik simak dan teknik catat. Instrumen

penelitian adalah peneliti dan nota pencatat. Teknik analisis data digunakan

teknik analisis isi, dan dalam penyajian hasil analisis peneliti menggunakan teknik

informal.

Hasil analisis deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto

Brata adalah ditemukanya jenis deiksis persona, deiksis temporal, dan deiksis

lokatif. Jenis deiksis persona adalah deiksis persona pertama tunggal (aku, -ku,

dak-, kula), deiksis persona pertama jamak (awake dhewe, kita), deiksis persona

kedua tunggal (kowe, -mu, panjenengan, sampean, kok-), dan deiksis persona

ketiga tunggal (dheweke, piyambakipun). Wujud deiksis temporal adalah deiksis

temporal „samenika‟, deiksis temporal „saiki‟, deiksis temporal „mengko‟, deiksis

temporal „mangke‟, deiksis temporal „mau‟, dan deiksis temporal „wingi‟.

Sedangkan wujud deiksis lokatif adalah deiksis lokatif „kono‟, deiksis lokatif

„kana‟, deiksis lokatif „mriki‟, deikisi lokatif „mriku‟ dan deiksis lokatif „ngrika‟.

Kata kunci: deiksis; novel.

Page 9: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

ix

ABSTRAK

Gumilang Laksana. “Analisis Deiksis dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug

Karya Suparto Brata”. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa

dan sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2014.

Panaliten punika ancasipun: (1) ngandharaken wujud deiksis ing salebeting

novel Emprit Abuntut Bedhug anggitanipun Suparto Brata, (2) ngandharaken

fungsi deiksis ing salebeting novel Emprit Abuntut Bedhug anggitanipun Suparto

Brata.

Jinis panaliten inggih punika deskriptif kualitatif. Data wonten panaliten

punika arupi kutipan-kutipan kalimat percakapan wonten novel Emprit Abuntut

Bedhug anggitanipun Suparto Brata. Sumber data inggih punika novel Emprit

Abuntut Bedhug anggitanipun Suparto Brata. Anggenipun ngempalaken data

migunakaken teknik pustaka, teknik simak lan teknik cathet. Instrumen panaliten

inggih punika panaliti lan nota cathetan. Teknik analisis data migunakaken teknik

analisis isi, lan anggenipun nyamektakaken asil dipun ginakaken metode informal.

Asil analisis deiksis ing salebeting novel Emprit Abuntut Bedhug

anggitanipun Suparto Brata inggih punika dipunmangertosi jinis deiksis persona,

deiksis temporal, deiksis lokatif lan fungsi deiksis. Wujudipun lan fungsi deiksis

inggih punika deiksis persona pertama tunggal (aku, -ku, dak-, kula), deiksis

persona pertama jamak (awake dhewe, kita), deiksis persona kedua tunggal

(kowe, -mu, panjenengan, sampean, kok-), lan deiksis persona ketiga tunggal

(dheweke, piyambakipun). Wujudipun deiksis temporal inggih punika deiksis

temporal „samenika‟, deiksis temporal „saiki‟, deiksis temporal „mengko‟, deiksis

temporal „mangke‟, deiksis temporal „mau‟, lan deiksis temporal „wingi‟. Dene

wujudipun deiksis lokatif inggih punika deiksis lokatif „kono‟, deiksis lokatif

„kana‟, deiksis lokatif „mriki‟, deikisi lokatif „mriku‟ lan deiksis lokatif „ngrika‟.

Tembung wos: deiksis; novel

Page 10: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

PERNYATAAN ................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

ABSTRAK .......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 3

C. Batasan Masalah ......................................................................... 4

D. Rumusan Masalah ...................................................................... 4

E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4

F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5

1. Manfaat Teoretis ..................................................................... 5

2. Manfaat Praktis ....................................................................... 5

G. Sistematika Skripsi ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORITIS ......................... 7

A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7

B. Kajian Teoretis ............................................................................ 10

1. Pragmatik ................................................................................ 10

2. Ruang Lingkup Pragmatik ...................................................... 13

a. Deiksis ................................................................................ 13

b. Tindak Ujar ....................................................................... 13

c. Praanggapan (presupposition) ........................................... 14

d. Implikatur Percakapan (conversational implicature) ........ 14

3. Hakikat Deiksis ....................................................................... 15

a. Pengertian Deiksis ............................................................ 15

b. Macam-macam Deiksis ..................................................... 16

c. Fungsi Deiksis .................................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 20

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 20

B. Sumber Data dan Data ................................................................. 20

C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 21

D. Instrumen Penelitian Data ........................................................... 22

Page 11: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

xi

E. Teknik Analisis Data ................................................................... 23

F. Metode Penyajian Data................................................................ 24

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN HASIL ANALISIS PENELITIAN ........ 25

A. Penyajian Data ............................................................................. 25

1. Deiksis Persona ....................................................................... 25

2. Deiksis Temporal .................................................................... 27

3. Deiksis Lokatif ........................................................................ 27

B. Pembahasan Data......................................................................... 28

1. Deiksis Persona ....................................................................... 28

a. Deiksis Persona Pertama Tunggal “aku” ........................... 28

b. Deiksis Persona Pertama Tunggal “-ku” ........................... 52

c. Deiksis Persona Pertama Tunggal “dak-“ ......................... 56

d. Deiksis Persona Pertama Tunggal “kula” ......................... 62

e. Deiksis Persona Pertama Jamak “awake dhewe” .............. 70

f. Deiksis Persona Pertama Jamak “kita” ............................. 71

g. Deiksis Persona Kedua Tunggal “kowe”........................... 72

h. Deiksis Persona Kedua Tunggal “-mu”............................. 81

i. Deiksis Persona Kedua Tunggal “panjenengan” .............. 89

j. Deiksis Persona Kedua Tunggal “sampeyan” ................... 92

k. Deiksis Persoan Kedua Tunggal “kok-“ ............................ 94

l. Deiksis Persona Ketiga Tunggal “dheweke” ..................... 95

m. Deiksis Persona Ketiga Tunggal “piyambakipun” ........... 97

2. Deiksis Temporal..................................................................... 99

a. Deiksis Temporal “samenika”........................................... 99

b. Deiksis Temporal “saiki” .................................................. 101

c. Deiksis Temporal “mengko” ............................................. 105

d. Deiksis Temporal “mangke” ............................................. 108

e. Deiksis Temporal “mau” ................................................... 108

f. Deiksis Temporal “wingi” ................................................. 112

3. Deiksis Lokatif ........................................................................ 114

a. Deiksis Lokatif “kono” ...................................................... 114

b. Deiksis Lokatif “mriki” ..................................................... 115

c. Deiksis Lokatif “mriku” .................................................... 116

d. Deiksis Lokatif “kana” ...................................................... 117

e. Deiksis Lokatif “ngrika” ................................................... 117

4. Fungsi Deiksis ........................................................................ 118

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 134

A. Simpulan ...................................................................................... 134

B. Saran ............................................................................................ 135

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 136

LAMPIRAN ....................................................................................................... 138

Page 12: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Sajian Data Deiksis Persona dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug karya

Suparto Brata ..................................................................................... 25

Tabel 2: Sajian Data Deiksis Temporal dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug

karya Suparto Brata ........................................................................... 27

Tabel 3: Sajian Data Deiksis Lokatif dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug karya

Suparto Brata ..................................................................................... 28

Page 13: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sinopsis novel Emprit Abuntut Bedhug ......................................... 139

Lampiran 2. Biografi Pengarang ........................................................................ 141

Lampiran 3. Kutipan ........................................................................................... 143

Lampiran 4. Surat Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ................................ 194

Lampiran 5. Kartu Bimbingan Skripsi .............................................................. 195

Page 14: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang

objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai

medianya. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan suatu kecakapan

dalam menggunakan bahasa yang berbentuk dan bernilai sastra. Berkaitan

dengan maksud tersebut, sastra selalu bersinggungan dengan pengalaman

manusia yang lebih luas daripada yang bersifat estetik saja. Sastra selalu

melibatkan pikiran pada kehidupan sosial, moral, psikologi, dan agama.

Berbagai segi kehidupan dapat diungkapkan dalam karya sastra. Sastra dapat

memberikan kesenangan atau kenikmatan kepada pembacanya. Seringkali

dengan membaca sastra muncul ketegangan–ketegangan (suspense). Dalam

ketegangan itulah diperoleh kenikmatan estetis yang aktif. Adakalanya dengan

membaca sastra kita terlibat secara total dengan apa yang dikisahkan.

Manusia diciptakan sebagai makhluk Tuhan yang dibekali dengan akal

untuk berpikir. Kemampuan berpikir tersebut dilengkapi dengan kemampuan

berbahasa untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pikiran. Kemampuan

berbahasa tersebut sebagai refleksi kebutuhan manusia akan perlunya

berinteraksi dengan yang lain. Manusia memiliki potensi atau bekal kodrati

untuk menguasai bahasa yang dominan di lingkungannya. Menurut Chaer dan

Agustina (2010:11) bahasa adalah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh

sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.

1

Page 15: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

2

Deiksis selalu hadir baik dalam komunikasi sehari-hari maupun dalam

suatu teks atau bacaan. Deiksis merupakan kata-kata yang bersifat menunjuk

pada hal tertentu, baik orang atau benda, tempat maupun waktu.. Deiksis

digunakan untuk mengetahui siapa penuturnya, siapa atau apa yang dimaksud

dalam tuturan tersebut, dan kapan waktu dalam tuturan itu terjadi. Hal ini

disebut juga dengan konteks kalimat. Dengan kata lain, deiksis juga terikat

dengan konteksnya untuk menentukan mengacu ke manakah rujukannya

tersebut. Sifat rujukan digunakan untuk mengetahui arah rujukan yang

dituturkan oleh penutur. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai deiksis dan

sifat rujukannya, maka penulis mengambil data mengenai jenis-jenis deiksis

dan fungsi deiksis dari cerita yang terdapat pada novel Emprit Abuntut Bedhug

karya Suparto Brata. Di dalam karya sastra terdapat kesulitan untuk melakukan

suatu komunikasi menggunakan bahasa tertentu apabila tidak terdapat sistem

referensi atau deiksis. Dalam ungkapan deiksis mempunyai peranan penting,

sehingga lawan bicara dapat memahami ungkapan tersebut, yang antara lain

melalui konteks. Setiap konteks lisan maupun tulisan memiliki latar belakang,

tujuan pembicaran dan tempatnya.

Emprit Abuntut Bedhug merupakan salah satu novel Karya Suparto Brata.

Novel ini disusun dengan indah menggunakan bahasa Jawa. Novel Emprit

Abuntut Bedhug karya Suparto Brata banyak menggunakan kata penunjuk

(deiksis). Banyaknya deiksis yang digunakan Suparto Brata dalam

menceritakan isi novel, menjadikan novel tersebut dapat dianalisis dengan

pendekatan bahasa, khususnya tentang deiksis. Analisis deiksis di novel

Page 16: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

3

tersebut berpusat di aspek deiksis persona, deiksis lokatif, deiksis temporal.

Aspek tersebut berguna sekali untuk memudahkan pembaca dalam memahami

isi novel.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti sangat tertarik untuk menganalisis

novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata secara deiksis. Alasan yang

melatarbelakangi penelitian ini adalah banyak makna deiksis yang belum

diungkapkan dengan sebenarnya, sehingga banyak pembaca mengalami

kesulitan untuk memahami deiksis dalam novel tersebut. Oleh sebab itu,

dalam penelitian ini dipilih judul “Analisis Deiksis dalam Novel Emprit

Abuntut Bedhug karya Suparto Brata”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

mengidentifikasi masalah yang ada sebagai berikut :

1. banyak orang yang tidak memahami deiksis dalam novel Emprit Abuntut

Bedhug karya Suparto Brata.

2. kurangnya pemahaman para pembaca terhadap deiksis dalam novel Emprit

Abuntut Bedhug yang disebabkan karena beberapa faktor, misalnya tingkat

pandidikan, ketajaman berpikir, kurangnya pengetahuan dan lain-lain.

3. di dalam novel Emprit Abuntut Bedhug Karya Suparto Brata, banyak

terdapat makna deiksis yang belum diungkapkan sehingga perlu dikaji untuk

memudahkan pembaca dalam memahami novel tersebut.

Page 17: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

4

4. kurangnya ilmu dan pengetahuan kepada peneliti dalam memahami karya

sastra khususnya keperluan kebahasaan dalam bentuk deiksis dalam novel

Emprit Abuntut Bhedug Karya Suparto Brata.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada

masalah berikut ini.

1. Bagaimana bentuk deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya

Suparto Brata.

2. Bagaimana fungsi deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya

Suparto Brata.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang peneliti rumuskan dalam

penelitian ini yaitu:

1. bagaimana bentuk deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya

Suparto Brata?

2. bagaimana fungsi deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya

Suparto Brata?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah:

Page 18: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

5

1. mendeskripsikan bentuk deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya

Suparto Brata;

2. mendeskripsikan fungsi deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya

Suparto Brata.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoretis

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah khazanah kajian tentang

bahasa, terutama di bidang pragmatik khususnya di bagian deiksis.

2. Manfaat secara praktis

a. Penelitian ini dapat memberikan wawasan tambahan kepada mahasiswa

bahasa Jawa.

b. Penelitian ini dapat memberikan referensi kepada peneliti lain yang akan

melakukan penelitian di bidang deiksis.

c. Penelitian ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan kepada peneliti

dalam memahami karya sastra khususnya keperluan kebahasaan dalam

bentuk deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.

G. Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi merupakan suatu gambaran dalam penulisan

skripsi. Dalam penyusunan skripsi ini ada lima bab yang masing-masing

mencangkup beberapa sub bab, yaitu:

Page 19: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

6

Bab I Pendahuluan, berisi tujuh sub bab, yaitu (a) latar belakang,

(b) identifikasi masalah, (c) pembatasan masalah, (d) rumusan masalah (e)

tujuan penelitian (f) manfaat penelitian (g) sistematika skripsi.

Bab II landasan teori, berisi dua sub bab, yaitu (a) tinjauan pustaka,

dan (b) kajian teori. Dalam bab ini, berisi uraian tentang kajian terdahulu

dan teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian.

Bab III metode penelitian, berisi enam sub bab, yaitu (a) jenis

penelitian, (b) data dan sumber data, (c) teknik pengumpulan data, (d)

instrumen penelitian, (e) teknik analisis data, (f) metode penyajian data.

Bab IV pembahasan, berisi tentang penyajian dan pembahasan

data. Dalam bab ini penulis menganalisis bentuk dan fungsi deiksis dalam

novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.

Bab V penutup, kesimpulan dan saran. Bagian akhir dari skripsi ini

memuat daftar pustaka dan lampiran. Lampiran terdiri dari: Biografi

singkat pengarang dan sinopsis cerita.

Page 20: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap kajian

yang terdahulu sehingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian

terdahulu dengan kajian yang akan dilakukan. Di bawah ini adalah

penelitian-penelitian terdahulu terhadap novel dengan analisis deiksis yang

dijadikan sebagai tinjauan pustaka oleh peneliti.

Nanik Mugiarti (2010), mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa

dan Seni Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, IKIP PGRI

Semarang, menulis skripsi dengan judul “Analisis Deiksis ing Salebeting

Novel Kubur Ngemut Wewadi Anggitanipun A.Y. Suharyono“. Nanik

mempermasalahkan tentang bagaimana deiksis (1) deiksis persona yang

mencakup (a) deiksis persona pertama tunggal, (b) deiksis persona

pertama jamak, (c) deiksis persona kedua tunggal, dan (d) deiksis persona

ketiga tunggal, (2) deiksis temporal (samenika, saiki, mengko, mangke,

mau, wingi), (3) deiksis lokatif (kana, ngriki, ngriku, ngrika) dalam novel

Kubur Ngemut Wewadi Anggitanipun A.Y. Suharyono. Dalam

penelitiannya, Nanik menyebutkan bagaimana wujud deiksis yang ada

dalam novel Kubur Ngemut Wewadi Anggitanipun A.Y. Suharyono.

Wujud deksis yang terdapat dalam novel yang diteliti Nanik adalah

dieksis persona yaitu meliputi: bentuk deiksis persona pertama dak- „-ku‟

7

Page 21: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

8

(enklitik), ingkang- „-ku‟ (enklitik) dan –ku „-ku‟ (enklitik). Bentuk deiksis

persona pertama singularis yang berupa kata meliputi aku „saya‟, ulun

„saya‟, kula „saya‟, kawula „saya‟ dan ingsun „saya‟. Bentuk deiksis

persona pertama singularis yang berupa frasa, yaitu: pun kakang „saya‟.

Deiksis persona pertama dualis yang berbentuk kata, yaitu: kita „kita‟,

sedangkan yang berbentuk frasa, yaitu: awake dhewe „kita sendiri‟, kula

dalah paduka „saya dan anda‟. Adapun bentuk deiksis persona pertama

pluralis dalam penelitian ini muncul dalam wujud kata, yaitu: kita „kita‟.

Adapun bentuk deiksis persona kedua singularis dalam wujud klitika, yaitu

kok- „- mu‟ (proklitik), keng- „-mu‟ (proklitik), -mu „-mu‟ (enklitik),

sedangkan yang berwujud kata meliputi kowe „kamu‟, sira „kamu‟, Paduka

„anda‟, kita „kamu‟. Bentuk deiksis persona kedua pluralis yang berupa

kata, yaitu: kita ‟kamu‟, sedangkan dalam bentuk frasa, yaitu: sira

katelune „kalian bertiga‟, sira kabeh „kalian semua‟, kita kabeh „kalian

semua‟. Bentuk deiksis persona ketiga singularis yang berupa klitika

adalah –e „-nya‟ (enklitik), sedangkan bentuk deiksis persona ketiga yang

berupa kata meliputi sing ‟yang‟, kang „yang‟, dheweke „dia‟ Kelebihan

penelitian yang dilakukan oleh Nanik Mugiarti (2010) ialah selain meneliti

bentuk deiksis, dalam penulisan skripsinya Nanik menggunakan bahasa

jawa. Persamaan dengan yang akan penulis lakukan adalah sama-sama

menggunakan pendekatan pragmatik dan sama-sama mengkaji novel.

Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis adalah meneliti tentang

bentuk-bentuk dan fungsi deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug

Page 22: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

9

Karya Suparto Brata, sedangkan Nanik mengkaji macam-macam dieksis

yang terdapat dalam novel Kubur Ngemut Wewadi Anggitanipun A.Y.

Suharyono.

Penelitian yang dilakukan oleh Nofitasari (2012) dalam skripsinya

yang berjudul ”Deiksis Sosial dalam Novel Laskar Pelangi”. Dalam

penelitiannya Nofitasari menemukan deiksis dan mendeskripsikan tindak

tutur lokusi, ilokusi, perlokusi, serta mendeskripsikan peranan tindak tutur

dalam novel Laskar Pelangi. Hasil penelitian pada deiksis sosial meliputi

empat macam yang pertama bentuk deiksis sosial dikelompokkan menjadi

tiga yaitu deiksis sosial berupa kata, frasa dan klausa. Kedua deiksis sosial

tersebut dibedakan menurut makna ungkapannya yaitu lugas dan kias.

Ketiga dijabarkan lagi dengan penggunaan fungsi yaitu fungsi pembeda

tingkatan sosial seseorang, menjaga sikap sosial, dan menjaga sopan

santun berbahasa. Keempat maksud deiksis sosial mencakup enam

maksud, yaitu maksud merendah, meninggikan, kasar, normal, halus,

sopan, melebih lebihkan dan menyindir.

Penelitian yang dilakukan Nofitasari memiliki persamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Persamaan

dengan yang akan penulis lakukan adalah sama-sama mengkaji novel

dalam deiksis yang digunakan dalam novel tersebut. Perbedaan penelitian

yang dilakukan penulis adalah meneliti tentang bentuk-bentuk deiksis

dalam novel Emprit Abuntut Bedhug Karya Suparto Brata, sedangkan

Page 23: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

10

Novitasari hanya mengkaji deiksis sosial yang terdapat dalam novel

Laskar Pelangi.

B. Kajian Teoretis

Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teoretis yang memuat

beberapa kumpulan materi terpilih dari beberapa sumber untuk dijadikan

sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti.

1. Pragmatik

a. Pengertian Pragmatik

Istilah pragmatik digunakan pertama oleh filosof yaitu Charles

Morris. Menurut pendapatnya, pragmatik adalah cabang semiotik yang

mempelajari relasi tanda dan penafsirannya (Lavinson dalam Rustono,

1999:1). Pragmatik merupakan bagian ilmu tanda atau semiotik.

Kekhususan bidang ini adalah penafsiran atas tanda atau bahasa.

Levinson (dalam Rustono, 1999:2) menjabarkan delapan

pengertian pragmatik yaitu (1) pragmatik adalah kajian mengenai

hubungan antara tanda (lambang) dan penafsirannya, (2) pragmatik

adalah kajian mengenai penggunaan bahasa, (3) pragmatik adalah

kajian bahasa dari perspektif fungsi di dalam arti bahwa kajian ini

mencoba untuk menjelaskan aspek-aspek struktur linguistik dengan

mengacu pada pengaruh-pengaruh dan sebab-sebab nonlinguistis, (4)

pragmatik kajian mengenai hubungan-hubungan di antara bahasa dan

konteks, (5) pragmatik berkaitan dengan topik mengenai aspek-aspek

Page 24: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

11

makna ujaran yang tidak dapat dijelaskan dengan mengacu langsung

pada persyaratan kebenaran (truth condition) dan kalimat yang

diajarkan, (6) pragmatik adalah kajian tentang hubungan-hubungan di

antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar dari penjelasan

tentang pemahaman bahasa, (7) pragmatik adalah kajian mengenai

kemampuan pengguna bahasa untuk menyesuaikan kalimat dengan

konteks sehingga kalimat tersebut patut (diujarkan), (8) pragmatik

adalah kajian tentang deiksis, implikatur, praanggapan, tindak tutur,

dan aspek- aspek struktur wacana. Dari delapan pengertian itu dapat

dinyatakan bahwa Levinson telah berusaha meliput berbagai aspek

yang terkait dengan pragmatik. Aspek-aspek itu adalah relasi tanda dan

penafsirannya, penggunaan bahasa, fungsi bahasa, konteks, penutur,

kepatutan, dan topik-topik pragmatik.

Parker (dalam Rustono, 1999:3) berpandangan bahwa pragmatik

adalah kajian mengenai bagaimana bahasa dipakai untuk

berkomunikasi. Pragmatik dan semantik itu berbeda tetapi saling

melengkapi (Leech dalam Rustono, 1999:14). Bambang Kaswanti

Purwo (dalam Rustono, 1999:10) berpendapat, pragmatik dapat dibagi

menjadi dua hal yaitu: (1) pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan,

yang dibedakan menjadi: (a) pragmatik sebagai bidang kajian

linguistik, dan (b) pragmatik sebagai salah satu segi di dalam bahasa.

(2) pragmatik sebagai sesuatu yang mewarnai tindakan mengajar.

Page 25: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

12

Verhaar (2010: 14) menegaskan bahwa pragmatik merupakan

cabang ilmu linguistik yang membahasa apa yang termasuk dalam

struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan lawan

tutur, serta sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang mencakup

unsur-unsur luar bahasa. Kushartanti (2005:104) berpendapat bahwa

pragmatik merupakan suatu cabang ilmu linguistik yang mengkaji

makna yang dipengaruhi oleh hal-hal di luar bahasa. Sementara itu,

menurut Wijana (2009:4) pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang

mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan

kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi.

Leech (dalam Wijana 2009:5), memaparkan bahwa pragmatik

sebagai cabang ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa

berintegrasi dengan tata bahasa yang terdiri atas fonologi, morfologi,

sintaksis, dan semantik melalui pragmatik. Yule (2006:3) menjelaskan

bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh

penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca).

Yule juga menjelaskan bahwa tipe studi ini perlu melibatkan

penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu

konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa

yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana

cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang sesuai

dengan orang yang mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam

keadaan apa. Berdasarkan berbagai pengertian tentang pragmatik di

Page 26: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

13

atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pragmatik

adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau

penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca.

b. Ruang Lingkup Pragmatik

Mulyana (2005:79) menjelaskan bahwa bidang kajian pragmatik

mencakup empat hal yaitu deiksis, tindak ujar (speech acts),

praanggapan (presupposition), dan implikatur percakapan

(conversational implicature).

1. Deiksis

Deiksis yaitu hal atau fungsi menunjuk sesuatu di luar

bahasa (Mulyana, 2005:79). Kata-kata yang bermakna persona

(saya), tempat (sini), dan waktu (sekarang), misalnya adalah kata-

kata yang bersifat deiktis. Kata-kata seperti itu tidak memiliki

referensi yang tetap. Referensi kata saya, sini, sana, sekarang,

besok, baru dapat diketahui jika dikatakan pula siapa, di tempat

mana, dan waktu kapan kata-kata itu diucapkan.

2. Tindak Ujar

Tindak ujar (speech acts) yaitu fungsi bahasa sebagai sarana

penindak (Mulyana, 2005:80). Semua kalimat atau ujaran yang

diucapkan oleh penutur sebenarnya mengandung fungsi

komunikasi tertentu. Tuturan dari seseorang (penutur) tentu saja

Page 27: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

14

tidak semata-mata hanya asal bicara, tetapi mengandung maksud

tertentu. Konsep tindak ujar dalam kajian pragmatik terbagi

menjadi tiga macam, yaitu tindak lokusi (locutionary act), ilokusi

(ilocutionary act), dan perlokusi (perlocutionary act).

3. Praanggapan (presupposition)

Istilah presuposisi yaitu turunan dari bahasa Inggris

presupposition, yang berarti „perkiraan,persangkaan‟ (Mulyana,

2005:14). Konsep ini muncul dari perdebatan panjang tentang

„hakekat rujukan‟ (yaitu apa-apa, sesuatu, benda, keadaan, dan

sebagainya).Rujukan itulah yang dimaksud sebagai praanggapan,

yaitu anggapan dasar atau menyimpulkan dasar mengenai konteks

dan situasi berbahasa yang membuat bentuk bahasa menjadi

bermakna bagi pendengar atau pembaca.

4. Implikatur percakapan (conversational implicature)

Dalam lingkup analisis wacana, implikatur adalah ujaran

yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya

diucapkan (Grice dalam Mulyana, 2005:11). Secara struktural,

implikatur berfungsi sebagai jembatan atau rantai yang

menghubungkan antara “yang diucapkan” dengan “yang

diimplikasikasikan”. Jadi, suatu dialog yang mengandung

implikatur akan selalu melibatkan penafsiran yang tidak langsung.

Page 28: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

15

Dalam komunikasi verbal, implikatur biasanya sudah diketahui

oleh pembicara, dan karenanya tidak perlu diungkapkan secara

eksplisit.

Kajian pragmatik menurut Mulyana (2005:79) bidang kajian

pragmatik mencakup empat hal yaitu deiksis, tindak ujar (speech acts),

praanggapan (presupposition), dan implikatur percakapan

(conversational implicature). Kajian pragmatik menurut Levinson

memasukkan hal yang berbeda yaitu aspek-aspek struktur wacana yang

terkait dengan pragmatik. Aspek tersebut yaitu relasi tanda dan

penafsirannya, penggunaan bahasa, fungsi bahasa, konteks, penutur,

kepatutan, dan topik-topik pragmatik. Analisis yang akan dibahas

dalam penelitian ini hanya tentang deiksis dalam sebuah novel.

2. Hakikat Deiksis

a. Pengertian Deiksis

Menurut Yule (2006:13) dalam bahasa Yunani deiksis adalah

istilah teknis untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan

tuturan. Bentuk bahasa tersebut bisa berbentuk kata atau frasa. Deiksis

dapat juga sebagai ungkapan yang terkait dengan konteksnya.

Contohnya di kalimat “Aku tresna marang dheweke”, informasi dari

kata ganti “aku” dan “dheweke” hanya dapat ditelusuri dari konteks

ujarannya. Ungkapan-ungkapan yang hanya dapat dimengerti dari

konteks ujaran itu yang disebut deiksis.

Page 29: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

16

Kushartanti (2005:111) menjelaskan deiksis yaitu cara merujuk

dalam suatu hal yang berkaitan erat dengan konteks penutur, dengan

demikian ada rujukan yang berasal dari penutur, dekat dengan penutur

dan jauh dari penutur. Dari pendapat para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa deiksis adalah kalimat yang digunakan di dalam

tindak tutur, yang referennya berpindah-pindah atau berubah-ubah,

tergantung pada siapa yang jadi penutur, dan tergantung pada waktu

dan tempat dituturkan kalimat tersebut.

b. Macam Deiksis

Yule (2006:13) membagi deiksis menjadi tiga jenis yaitu deiksis

persona, deiksis lokatif (tempat), dan deiksis temporal (waktu).

1. Deiksis Persona

Istilah persona berasal dari kata Latin persona merupakan

terjemahan dari kata Yunani proposan yang mempunyai arti

„topeng‟ (topeng yang digunakan dalam tokoh sandiwara), dan

juga dapat diartikan peranan atau watak para tokoh sandiwara

(Yule, 2006:15). Referen yang diacu oleh kata ganti persona

berubah-ubah tergantung pada peranan peserta tindak ujar. Orang

yang masih berbicara memperoleh peranan sebagai persona

pertama. Apabila jadi pendengar, orang itu jadi persona kedua.

Jika orang yang tidak ada di tempat terjadi pembicaraan tetapi jadi

bahan pembicaraan, orang tersebut jadi persona ketiga.

Page 30: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

17

Di bahasa Indonesia ada tiga bentuk kata ganti persona,

begitu juga dalam bahasa Jawa. Kata ganti persona tersebut

berbentuk persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga.

Persona pertama adalah bentuk yang digunakan oleh penutur untuk

menunjuk dirinya sendiri seperti aku, kula, kawula, ingsun, dak/

tak, ku-, -ku, dan kita. Persona kedua adalah pendengar atau

pembaca sebagai partisipan di dalam situasi bahasa tertentu; teman

berbicara, seperti kowe, sampeyan, panjenengan, kok-/ ko-, dan –

mu. Persona ketiga adalah bentuk persona yang digunakan penutur

untuk menunjuk pihak lain di luar penutur dan pendengar, seperti

dheweke, panjenenganipun, piyambakipun, di-, dipun-, -e, -ne, -

ipun, dan –nipun.

2. Deiksis Temporal (waktu)

Deiksis temporal adalah pemberian bentuk di rentang waktu

seperti yang dimaksud penutur di dalam kejadian bahasa (Yule,

2006:22). Deiksis temporal menuju pada waktu kejadiannya

pembicaraan. Contoh kata dan frase samenika, saiki, mengko,

mangke, mau, wingi.

3. Deiksis Lokatif (tempat)

Deiksis lokatif adalah pemberian bentuk di tempat menurut

peserta di dalam kejadian bahasa (Yule, 2006:19). Deiksis lokatif

Page 31: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

18

pusatnya ada di penutur. Contohnya kata dan frasa kene, ing kono,

dan nang kana termasuk deiksis karena untuk mengerti makna kata

tersebut harus mengerti siapa, kapan, dan dimana pembicaraan

tersebut dituturkan.

Menurut Chaer dan Agustina (2010:57) yang dimaksud

deiksis yaitu hubungan antara kata yang digunakan dalam tindak

tutur dengan referen kata itu yang tidak tetap atau dapat berubah

dan berpindah. Kata-kata yang referennya bisa menjadi tidak tetap

ini disebut kata-kata deiktis. Kata-kata yang referensnya deiksis ini

antara lain, adalah kata-kata yang berkenaan dengan persona

(dalam tindak tutur berupa kata-kata pronominal), tempat (dalam

tindak tutur berupa kata-kata yang menyatakan tempat, seperti di

sini, di sana, di situ), dan waktu, seperti tadi, besok, nanti, dan

kemarin.

Verhaar (2010:398) menjelaskan bahwa deiksis berakar

pada persona pertama tunggal, dan menyangkut persona, waktu,

dan ruang. Waktu yang menjadi akar adalah waktu penutur

menuturkan sesuatu dan waktu tersebut adalah saat kini. Ruang

yang menjadi akar adalah tempat penutur berada sewaktu ia

menuturkan tuturan.

Page 32: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

19

c. Fungsi Deiksis

Dalam KBBI (2005:245), deiksis diartikan hal atau fungsi

menunjuk sesuatu di luar bahasa; kata yang mengacu kepada persona,

waktu, dan tempat suatu tuturan. Dalam kegiatan berbahasa, kata-kata

atau frasa-frasa yang mengacu kepada beberapa hal tersebut

penunjukannya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada

siapa yang menjadi pembicara, saat dan tempat dituturkannya kata-

kata itu. Kata-kata seperti saya, dia, kamu rnerupakan kata-kata yang

penunjukannya berganti-ganti. Rujukan kata-kata tersebut barulah

dapat diketahui jika diketahui pula siapa, di mana, dan pada waktu

kapan kata-kata itu diucapkan. Dalam bidang linguistik istilah

penunjukan semacam itu disebut deiksis (Yule, 2006:13).

Dari definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa deiksis adalah bentuk

bahasa baik berupa kata maupun lainnya yang berfungsi sebagai

penunjuk hal atau fungsi tertentu di luar bahasa. Dengan kata lain,

sebuah bentuk bahasa bisa dikatakan bersifat deiksis apabila acuan/

rujukan/ referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti pada siapa

yang menjadi si pembicara dan bergantung pula pada saat dan tempat

dituturkannya kata itu. Jadi, deiksis merupakan kata-kata yang tidak

memiliki referen yang tetap.

Page 33: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul “Analisis Deiksis dalam Novel Emprit Abuntut

Bedhug Karya Suparto Brata“ merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan

naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman

tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus (Moleong, 2011:

5). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian.

Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah (Moleong, 2011: 6). Penelitian ini mengkaji tentang analisis deiksis

yang terdapat dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.

Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data dan kemudian analisis

data dengan tujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan makna deiksis

dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.

B. Sumber Data dan Data

Menurut Arikunto (2010: 161), data yaitu hasil pencatatan peneliti, baik

berupa fakta ataupun angka. Sumber data merupakan subjek dari mana data

dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172). Data dalam penelitian ini berupa

20

Page 34: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

21

kutipan-kutipan kalimat percakapan yang terdapat dalam novel Emprit

Abuntut Bedhug karya Suparto Brata. Sumber data dalam penelitian ini

adalah novel yang berjudul Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata yang

diterbitkan oleh Penerbit Narasi tahun 2009. Kutipan-kutipan kalimat

percakapan tersebut tidak semua sebagai data, tetapi hanya yang mengandung

deiksis yaitu deiksis persona, deiksis lokatif, dan deiksis temporal.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik pustaka, teknik simak dan catat. Teknik pustaka menurut Edi Subroto

(1992: 42) yaitu mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh

data. Mahsun (2012: 92) menjelaskan teknik baca catat merupakan

penyimakan penggunaan bahasa, istilah menyimak di sini tidak hanya

berkaitan dengan penggunaan bahasa lisan tetapi juga bahasa tulis (catat).

Teknik ini digunakan untuk mengadakan penyimakan terhadap analisis

bentuk deiksis yang terdapat dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya

Suparto Brata antara lain dengan membaca novel Emprit Abuntut Bedhug

karya Suparto Brata. Hasil penyimakan ini kemudian dicatat dalam kartu

pencatat data.

Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

1. membaca secara kritis dan teliti novel Emprit Abuntut Bedhug karya

Suparto Brata.

Page 35: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

22

2. mengidentifikasikan makna deiksis yang terkandung dalam novel

Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata,

3. mencatat data yang berhubungan dengan makna deiksis tersebut ke

dalam kartu pencatat data.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga

lebih mudah diolah (Arikunto, 2010: 203). Dalam penelitian kualitatif

instrumen utamanya adalah peneliti sendiri (human instrument) dan

dibantu dengan kertas pencatat data yang berbentuk nota catatan yang

dibuat tabel untuk mempermudah penulis dalam pencatatan data. Segala

sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam

keadaan serba tidak pasti dan tidak jelas itu sendiri sebagai alat satu-

satunya yang dapat mencapainya.

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai

instrumen dibantu dengan bolpoin, buku dan kartu pencatat data. Buku

pencatat data digunakan untuk mencatat kutipan, ikhtisar dan beberapa

acuan yang ditulis sebagaimana adanya baik secara lengkap maupun tidak

keseluruhan dikutip, sedangkan kartu pencatat data digunakan untuk

membuat catatan yang khusus datang dari penyidik sendiri sebagai reaksi

terhadap sesuatu sumber yang dibaca.

Page 36: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

23

Tabel

Sajian Data Bentuk Deiksis dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug

Karya Suparto Brata

No. Deiksis Data Nomor Data

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis

isi atau content analysis. Content analysis merupakan teknik penelitian

untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematik dan

kuantitatif isi komunikasi yang tampak (Ismawati, 2011: 81). Penulis

mengkaji isi novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata melalui

pendekatan deiksis. Data yang telah terkumpul, kemudian peneliti analisis

dengan menggunakan langkah – langkah sebagai berikut:

1. mengidentifikasi dan mengumpulkan data sesuai dengan teori deiksis

dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

pustaka, teknik simak dan teknik catat. Teknik pustaka

mempergunakan sumber – sumber tertulis untuk memperoleh data,

sedangkan teknik simak dan catat digunakan untuk mengadakan

Page 37: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

24

penyimakan terhadap analisis bentuk deiksis kemudian hasil

penyimakan tersebut dicatat di dalam kartu pencatat data,

2. menganalisis data berdasarkan teori deiksis dalam novel Emprit

Abuntut Bedhug karya Suparto Brata,

3. menyimpulkan hasil penelitian. Kesimpulan ditentukan setelah

menganalisis bentuk bentuk deiksis yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.

F. Metode Penyajian Data

Dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode informal. Metode

informal adalah perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa walaupun

dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993: 145). Dalam

skripsi ini penyajian hasil analisis yang berupa kata-kata biasa tanpa lambang-

lambang, meskipun dalam penyajian hasil analisis penelitian ini menggunakan

tabel dan angka itu hanya untuk mempermudah dalam penyajian data.

Page 38: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

25

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN HASIL ANALISIS PENELITIAN

A. Penyajian Data

Sebelum dilakukan pembahasan data, terlebih dahulu disajikan

data hasil penelitian. Data mencakup: (i) deiksis persona dalam novel

Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata, (ii) deiksis temporal dalam

novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata, (iii) deiksis lokatif

dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.

1. Deiksis Persona

Di bawah ini disajikan tabel yang memuat data deiksis persona

terkait dengan kutipan percakapan dalam novel Emprit Abuntut Bedhug

karya Suparto Brata. Agar efektif, data yang berupa kutipan percakapan

novel tidak disertakan, tetapi hanya ditunjukkan dengan halaman teks

kutipan tersebut dalam novel Emprit Abuntut Bedhug. Teks data akan

disajikan dalam subbab pembahasan.

Tabel 1

Sajian Data Deiksis Persona dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug

Karya Suparto Brata

No. Deiksis Data Nomor Data

1. Deiksis

Persona

Persona

Pertama

Tungggal

a. Aku 23,24,27,28,3

0,34,39,41,43,

49,53,55,58,5

9,60,61,62,63,

65,66,73,75,8

4,86,88,89,90,

92,101,103,10

9,110,111,114

,128,132,133,

135,145,146,1

50,153,156,15

25

Page 39: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

26

7,159,

b. - ku 35,89,100,105

,108,132,133,

138,146,159

c. dak- 23,28,29,34,3

9,40,59,98,10

4,110,114,132

,137,147,157

d. kula 31,33,36,38,4

7,50,53,55,62,

63,66,73,75,9

2,105,108,113

,115,122,

Persona

Pertama

Jamak

a. awake dhewe 65,150

b. kita 50,130

Persona

Kedua

Tunggal

a. kowe 40,52,58,59,6

2,64,66,67,68,

69,71,75,87,8

9,90,91,94,10

3,108,122,130

,132,142,144,

153

b. –mu 33,34,39,43,5

4,55,58,65,66,

71,73,76,85,8

7,90,96,99,10

3,114,158

c. panjenengan 46,47,53,74,9

9,101,139

d. sampeyan 30,31,32,35,4

8,119,126

e. kok- 69,70,84

Persona

Ketiga

Tunggal

a. dheweke 49,101,104,14

8,157

b. piyambakipun 76,80,81,105,

115,124

Page 40: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

27

2. Deiksis Temporal

Di bawah ini disajikan tabel yang memuat data deiksis temporal

terkait dengan kutipan percakapan dalam novel Emprit Abuntut Bedhug

karya Suparto Brata. Agar efektif, data yang berupa kutipan percakapan

novel tidak disertakan, tetapi hanya ditunjukkan dengan halaman teks

kutipan tersebut dalam novel Emprit Abuntut Bedhug. Teks data akan

disajikan dalam subbab pembahasan.

Tabel 2

Sajian Data Deiksis Temporal dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug

Karya Suparto Brata

No. Deiksis Data Nomor Data

1. Temporal a. Samenika 68,93,103,123

b. Saiki 33,35,36,50,66,115,134

c. Mengko 55,59,63,101,160

d. Mangke 109

e. Mau 18,36,50,53,61,91,100,131,150

f. Wingi 55,91,114

3. Deiksis Lokatif

Di bawah ini disajikan tabel yang memuat data deiksis lokatif

terkait dengan kutipan percakapan dalam novel Emprit Abuntut Bedhug

karya Suparto Brata. Agar efektif, data yang berupa kutipan percakapan

novel tidak disertakan, tetapi hanya ditunjukkan dengan halaman teks

Page 41: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

28

kutipan tersebut dalam novel Emprit Abuntut Bedhug. Teks data akan

disajikan dalam subbab pembahasan.

Tabel 3

Sajian Data Deiksis Lokatif dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug

Karya Suparto Brata

No. Deiksis Data Nomor Data

1. Lokatif a. Kono 155

b. Mriki 106,123

c. Mriku 147,148

d. Kana 99

e. Ngrika 151

B. Pembahasan Data

Pada skripsi ini, penulis menganalisis deiksis dalam novel Emprit Abuntut

Bedhug karya Suparto Brata. Penulis memfokuskan pada 3 tahap

pembahasan, meliputi: 1. menganalisis deiksis persona dalam novel Emprit

Abuntut Bedhug karya Suparto Brata, 2. menganalisis deiksis temporal dalam

novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata, 3. menganalisis deiksis

lokatif dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.

1. Deiksis Persona

a. Deiksis Persona Pertama Tunggal “aku”

1) Jarot nyaut buku, dibukaki ana ing ngisor lampu. Karepe

arep sinau. Marga kabare kantore arep nganakake ujian

Page 42: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

29

kanggo unggah-unggahan pangkat. Nanging pikirane

Jarot ora bisa uwal saka kanthong biru-kuning kang katon

ngegla ana ngarepe.

“Umpama kantong iki dakbukak, isine mas-inten kang

larang regane ngono, aku mesti enggal-enggal lapur pulisi

Nanging mokal yen isine mas-inten kok sing duwe

ngemohi. Lan ndeleng gemandhule lan grenjele ora pantes

yen bangsane mas-masan”(Emprit Abuntut Bedhug:23)

Terjemahan:

Jarot mengambil buku, dibuka di bawah lampu.

Keinginannya ingin belajar. Karena kabarnya kantornya

akan mengadakan ujian kenaikkan pangkat. Tetapi pikiran

Jarot tidak bisa lepas dari bungkusan biru-kuning yang

terlihat tergeletak di depannya.

“Seandainya bungkusan ini saya buka, isinya mas-berlian

yang mahal harganya, saya harus cepat-cepat lapor polisi.

Tetapi tidak mungkin kalau isinya mas-berlian tapi yang

punya menolak. Dan dilihat dari gantungannya dan

bentuknya tidak pantas kalau itu merupakan mas-berlian.”

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis persona

pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh

Jarot. „Aku‟ disini mengarah kepada Jarot.

2) “Kok nyiksa piker timen! Yen aku wis weruh apa isine,

apa anane terus daktata, dakbalekake asale rak uwis. Rak

ora jenenge dosa.”pikirane Jarot digathuk-gathukake

dhewe.(Emprit Abuntut Bedhug:24)

Terjemahan:

“Kenapa begitu menyiksa pikiran! Kalau saya sudah

melihat apa isinya, apa adanya terus saya tata, saya

kembalikan asalnya maka sudah, dan tidak mungkin akan

berdosa.”pikiran Jarot sendiri.

Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Jarot.„Aku‟ disini mengarah kepada Jarot.

Page 43: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

30

3) “Layak kok sengol timen guneme! Dicungi barang darbeke

kok wangsulane mbesengut, nulak! Lan mlayu nggenjrit!

Ah, ora mokal saiki, Nyalawadi tenan! Aku sing goblog!

Ora mikir cepet! Utawa mikir kliru marga srakah! Dhuwe

melik kepengin ndhakoni duweke wong liya.”(Emprit

Abuntut Bedhug:27)

Terjemahan:

“Kenapa ucapannya dengan nada tinggi! Ditunjukkan

barang seperti ini kenapa jawabanya marah dan menolak!

Dan lari tunggang langgang! Ah tidak mungkin sekarang.

Aneh sekali! Saya yang bodoh! Tidak berpikir cepat! Atau

berfikir salah karena serakah! Mempunyai keinginan

memiliki barang milik orang lain.”

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis persona

pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh

Jarot. „Aku‟ di sini mengarah kepada Jarot. Kutipan di atas

mengungkapkan bahwa Jarot merasa dirinya yang bodoh tidak bisa

berfikir cepat dan serakah.

4) “Pirang-pirang sasi iki aku repot banget, Dhik Handaka,”

ngendikane Pak Indra marang dayohe.(Emprit Abuntut

Bedhug:28)

Terjemahan:

“Beberapa bulan ini saya sibuk sekali, Dhik Handaka,”

ucap Pak Indra kepada tamunya.

Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Inspektur Indra. „Aku‟ di sini mengarah kepada

Inspektur Indra. Dalam percakapan di atas mengungkapkan bahwa

Inspektur Indra mengutarakan kepada Detektif Handaka bahwa

beberapa bulan ini dirinya sedang sibuk sekali.

Page 44: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

31

5) “La ya ora dadi ngapa. Aku mung kluyar-kluyur, kok.

Menggko yen wis bosen neng Surabaya rak mulih neh

nyang Sala dhewe.”wangsulane Handaka.(Emprit Abuntut

Bedhug:30)

Terjemahan:

“La tidak jadi masalah. Saya cuma mondar-mandir saja.

Nanti kalau sudah bosan di Surabaya kan pulang lagi ke

Solo sendiri.” Jawaban Detektif Handaka.

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis persona

pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh

Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada Detektif

Handaka.

6) “Aku krungu kabar, jare wis ana sing ditangkepi, antara

liya maratuwane si manten lanang, Tionghoa sing

mbangun omah setan kui.”(Emprit Abuntut Bedhug:30)

Rerembugan iku lagi tekan kono. Inspektur Indra durung

njlentrehake critane omah angker iku, kasigeg tekane

punggawa pulisi piket ngirid Jarot menyang kamar

Inspekturan.

Terjemahan:

“saya dengar kabar, katanya sudah ada yang ditangkap,

antara lain mertuanya pengantin pria, Tionghoa yang

membangun rumah setan tersebut.”

Obrolan baru sampai di situ. Inspektur Indra belum

menjelaskan cerita rumah angker itu, terhenti datangnya

petugas polisi piket yang membawa Jarot ke kamar

Inspektur.

Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Inspektur Indra. „Aku‟ di sini mengarah kepada

Inspektur Indra.

Page 45: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

32

7) “La iya, ta, yen mengkono. Aku saguh-saguh wae, nanging

bantuan saka panjenengan iya tetep dakarep-

arep.”(Emprit Abuntut Bedhug:34)

“Wis, ta, aja kuwatir. Bab honorarium mesthi ana! Aku

ngreti.”

“Sing baku bantuan kapercayan, Mas. Panjenengan kudu

percaya marang caraku nyambutgawe,” clathune

Handaka.

Terjemahan:

“La iya kan, kalau begitu. Saya siap siap saja tapi bantuan

dari anda juga tetap saya tunggu-tunggu.”

“Sudahlah jangan khawatir. Soal bayaran pasti ada! Saya

paham.”

“Yang benar bantuan kepercayaan,Mas. Anda harus

percaya dengan cara saya bekerja,” ujar Handaka.

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa terdapat deiksis

persona tunggal „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh

Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada Detektif

Handaka.

8) Jarot ora kober mangsuli. Dheweke terus mlebu, diiringi

Detektip Handaka. Ing kelonggaran iku, Apip salaman

tepungan karo Handaka.

“Yok apa, Rot, kabare awak pena?” Apip mindhoni takon.

“Suwi, ya, awake dhewe iki padha-padha gak cethukan?”

“Ah, kowe iku, Pip. Gak ngrasakna repote uwong! Anu,

Pip. Ana gawene aku mrene iki. Kowe eling tenan, aku

srempetan sepedhah mau?”

“Jelas! Kowe ngalamun ruh arek ayu, nggak?”ujare karo

ngguyu.

“Nah, iku! Aku perlu seksi, Pip. Seksi lek aku tiba

srempetan ndhuk tengahe praliman Blawuran ngisor jam

lonceng.”(Emprit Abuntut Bedhug:39)

Terjemahan:

Jarot tidak sempat menjawab. Dirinya terus masuk, diiringi

detektif Handaka. Pada kesempatan itu, Apip berjabat

tangan berkenalan dengan Handaka.

Page 46: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

33

“Yok apa, Rot, kabarnya baik kan?” Apip bertanya kedua

kalinya. “Lama ya, kita sama-sama tidak pernah bertemu?”

“Ah, kamu itu, Pip. Tidak merasakan repotnya orang! Itu

Pip. Ada sebabnya saya kesini. Kamu ingat betul, Saya

srempetan sepeda tadi?”

“Jelas! Kamu melamun melihat orang cantik, iya tidak?”

sambil tertawa.

“Nah itu! Saya butuh saksi, Pip. Saksi kalau saya jatuh

terserempet di tengah tengah simpang lima Blawuran

bawah jam lonceng.”

Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa terdapat

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Jarot. „Aku‟ di sini mengarah kepada Jarot.

9) “Tapine, Rot. Lah mongsok aku ngerti koen nemu

kanthong iku?terus ndhuk kantong ana ali-aline? Kapan

eruhku nyekseni sampek njlimet ngono iku?”(Emprit

Abuntut Bedhug:41)

“Nanging rak bener, ta, dheweke tabrakan?” pitakone

Handaka.

“Srempetan, Mas. Srempetan terus dhawah. Lak ngono,

tah, Rot?” clathune Apip, setengah nganggo tata krama

marang Handaka.

Terjemahan:

“Tetapi, Rot Lah masak saya tahu kamu menemukan

bungkusan itu? Terus di bungkusan tersebut ada cincin?

Kapan melihatku menyaksikan sampai teliti seperti itu?”

“Tetapi tidak betul, kan, dirinya kecelakaan?” pertanyaan

Handaka.

“Srempetan, Mas. Srempetan terus jatuh. Bukan begitu,

Rot?” ujar Apip, setengah memakai tata krama kepada

Handaka.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa terdapat

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Apip. „Aku‟ di sini mengarah kepada Apip.

10) “Sara, Pip! Gak ngira aku! Permulaan cumak srempetan,

le. Ndadak kedibelan perkara koyo ngene! Mbok!” Jarot

Page 47: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

34

gedheg-gedheg karo mlaku metu menyang pekarangan

omah.(Emprit Abuntut Bedhug:43)

Terjemahan:

“Sakit, Pip! Tidak menyangka saya! Permulaan hanya

srempetan. Mendadak terkena masalah seperti ini!” Jarot

geleng-geleng kepala sambil berjalan keluar menuju

halaman rumah.

Percakapan di atas menunjukan adanya bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Jarot. „Aku‟ di sini mengarah kepada Jarot.

11) “oh, wong sing ngetutake aku mau mesthi!”pocapane

Jarot kawetu. (Emprit Abuntut Bedhug:49)

Terjemahan:

“Oh pasti orang ini yang membuntuti saya tadi!” ucap

Jarot.

Dalam kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya

bentuk deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan

tersebut dituturkan oleh Jarot. „Aku‟ disini mengarah kepada Jarot.

12) “Ora, dhik. Aku kudu weruh reaksi sing wajar. Nganggo

ali-ali mau aku isih durung cetha, Jeng Era iki mung

ethok-ethok ora ngerti, apa temenan ora ngerti bab

kanthong saisine iki. Reaksi iku perlu kanggo

penyelidikan,”ujare Handaka adreng (Emprit Abuntut

Bedhug:53)

Terjemahan:

“Tidak, Dik. Saya harus melihat reaksi yang wajar.

Memakai cincin tadi saya masih belum jelas, Jeng Era ini

hanya pura-pura tidak tahu, apa memang tidak tahu tentang

bungkusan seisinya ini. Reaksi ini perlu untuk

penyelidikan” ujar Handaka lagi.

Page 48: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

35

Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada

Detektif Handaka.

13) “Mengko yen wonge muncul, sliramu kudu enggal aweh

sasmita. Bisa, ta?” rembuge Detektip Handaka.

“Benjing-enjing kula mucal,” wangsulane Erawati.

“Mengko aku sing mamitake menyang sekolahan. Kanthi

layang kapulisian. Nangendi ta anggonmu

mulang?”(Emprit Abuntut Bedhug:55)

Terjemahan:

“Nanti jika orangnya muncul, kamu harus cepat memberi

tanda. Bisa, kan?” rencana Detektif Handaka.

“Besok pagi-pagi saya mengajar,” jawab Erawati.

“Nanti saya yang memintakan ijin ke sekolahan. Dengan

surat dari kepolisian. Dimana tempat kamu mengajar?”

Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada

Detektif Handaka. Kutipan percakapan di atas mengungkapkan

bahwa Detektif Handaka yang akan memintakan izin ke sekolah

tempat Erawati mengajar.

14) “Hello, Er! Kena apa, ta, Er, sikepmu ok owah timen

marang aku?” clathune Nusyirwan. (Emprit Abuntut

Bedhug:58)

Terjemahan:

“Hello, Er! Kenapa Er, sikapmu kok sangat berubah

terhadap saya?” ujar Jarot.

Page 49: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

36

Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Nusyirwan. „Aku‟ di sini mengarah kepada

Nusyirwan.

15) “Mesthi wae aku tepung karo Dhik Erawati iki. Rong

minggu lawase dheweke nginep ana ngomahku,

dakkandhani kowe! La kowe apane?“ wangsulane Jarot

tumantang.(Emprit Abuntut Bedhug:59)

Terjemahan:

“Pasti saya kenal sama Dhik Erawati ini. Dua minggu

lamanya dia tidur di rumah saya, saya beri tahu kamu! La

kamu apanya?” Jawab Jarot menantang.

Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Nusyirwan. „Aku‟ di sini mengarah kepada

Nusyirwan.

16) “Sajrone rong minggu iki, kowe nyang endi, ta, Er, kok

nggeblas ora kandha-kandha?Lan yen ketemu aku banjur

mlayu kepati-pati ninggal aku?” pitakone Jarot.(Emprit

Abuntut Bedhug:60)

Terjemahan:

“Selama dua minggu ini, kamu kemana saja Er? Kok, tidak

bilang-bilang dan kalau bertemu saya langsung lari

tunggang-langgang meninggalkan saya” tanya Nusyirwan.

Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Nusyirwan. „Aku‟ di sini mengarah kepada

Page 50: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

37

Nusyirwan. Kutipan percakapan di atas mengungkapkan bahwa

Erawati lari tunggang langgang jika bertemu dengan Nusyirwan.

17) “aku kandha blaka wae, aku iki pulisi.Yen kowe nyata

tepung karo Jeng iki, apa kowe bisa mbuktekake?”

pitakone Handaka iku nratas rembug. (Emprit Abuntut

Bedhug:61)

Terjemahan:

“Saya berbicara terang terangan saja, saya ini polisi. Kalau

kamu memang tahu gadis ini, apa kamu bisa

membuktikan?” Tanya Handaka menyela percakapan.

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis persona

pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh

Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada Detektif

Handaka.

18) “aku ora rumangsa tepung kowe!” Erawati kaya Srikandi

nantang Bisma. (Emprit Abuntut Bedhug:62)

Terjemahan:

“Saya tidak merasa kenal anda!” Erawati seperti Srikandhi

menantang Bisma.

Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini mengarah kepada Erawati.

Dalam kutipan percakapan di atas mengungkapkan bahwa Erawati

merasa tidak mengenal Nusyirwan.

19) “Iya, Iya. Nusyirwan, ya? Aku Handaka. Kene numpak

pick-up kene. O, iya. Anu, Dhik. Aku kepingin krungu

pengakune keng ibu dhewe bab tepungmu karo Dhik

Erawati iki.”(Emprit Abuntut Bedhug:63)

Page 51: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

38

Terjemahan:

“Iya, Iya. Nusyirwan, ya? Saya Handaka. Sini naik pick-up

sini. O, Iya. Itu, Dhik. Saya ingin mendengar pengakuan

dari ibu sendiri tentang perkenalanmu dengan Dhik Erawati

ini.”

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis persona

pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh

Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada Detektif

Handaka. Kutipan percakapan di atas mengungkapakan bahwa

Detektif Handaka berbicara kepada Nusyirwan bahwa Detektif

Handaka ingin mendengar pengakuan dari ibu tentang

perkenalannya dengan Erawati .

20) “Aku rak pareng, ta, nyuwun ngampil tilpun kuwi

dhisik?” pitakone Handaka nalika weruh tilpun ing meja

cedhak gang memburi. (Emprit Abuntut Bedhug:65)

Terjemahan:

“Saya tidak boleh, kan, meminjam telepon itu dulu?” tanya

Handaka sewaktu melihat telepon di meja dekat jalan ke

belakang.

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis persona

pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh

Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada Detektif

Handaka.

21) “Aku nganti duwe pangiro ala marang polahmu.kang

nyalawadi, nak Era! Sokur, saiki kowe wis bali!

Sokur…!”(Emprit Abuntut Bedhug:66)

Terjemahan:

Page 52: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

39

“Saya sampai punya prasangka buruk terhadap tingkahmu

yang salah nak Era! Sukur, sekarang kamu sudah pulang,

Sukur…!”

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis persona

pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh

Jarot. „Aku‟ disini mengarah kepada Jarot. Kutipan percakapan

diatas mengungkapkan bahwa Jarot hampir memiliki prasanggka

buruk kepada tingkah laku Erawati.

22) “Ah Ora bisa! Aku nemu ya wis ngono kuwi”ujare Jarot

(Emprit Abuntut Bedhug:73)

Terjemahan:

“Ah tidak bisa! Saya menemukan sudah seperti itu” ujar

Jarot.

Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Jarot. „Aku‟ di sini mengarah kepada Jarot.

23) “Ssttt! Aja regejegan dhewe! Aku sing ngurus” Handaka

nugel rembug engkel-engkelan mau.(Emprit Abuntut

Bedhug:75)

Terjemahan:

“Ssttt! Jangan ribut sendiri! Saya yang mengurus” Handaka

menghentikan percakapan yang sama kerasnya tadi.

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa terdapat deiksis

persona tunggal „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh

Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada Detektif

Handaka.

Page 53: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

40

24) “Percaya aku, aku ora tau ngambah omah kene sak

durunge iki.”(Emprit Abuntut Bedhug:84)

Handaka katon nyepelekake. Dheweke takon maneh

marang Nusyirwan.

“Dadi, kokkira Jeng Erawati iki saiki wong sing lagi lali!”

Terjemahan:

“Percaya saya, saya belum pernah menapakkan kaki di

rumah ini sebelumnya.”

Handaka terlihat menyepelekan. Dirinya bertanya kembali

kepada Nusyirwan.

“Jadi, kamu kira Jeng Erawati ini sekarang orang yang

sedang lupa!”

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat deiksis

persona tunggal „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh

Erawati. „Aku‟ di sini mengarah kepada Erawati. Kalimat

percakapan di atas mengungkapkan bahwa Erawati belum pernah

menapakan kakinya di rumah yang ditunjukkan oleh Nusyirwan.

25) Detektip Handaka mencerengi Jarot, nudingi bungkusan

tangan tugel karo nyuwara sora,“iki bisa uga perkara

rajapati kang nyalawadi, dhik Jarot! Aku kang kapasrahan

mbongkar wewadi iki dening polisi! Yen aku ora waspada,

bisa uga kadurjanan kaya ngene iki mbrabag, temahan ora

becik kanggone masyarakat!”(Emprit Abuntut Bedhug:86)

Terjemahan:

Detektif Handaka melihat Jarot sambil menunjuk

bungkusan potongan tangan dengan bersuara keras, “ini

bisa saja masalah pembunuhan yang berbahaya, dik Jarot!

Saya yang ditugaskan membongkar masalah ini oleh polisi!

Kalau saya tidak waspada, bisa saja kejahatan seperti ini

bisa menyebar, dan contoh yang tidak baik untuk

masyarakat!”

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat deiksis

persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

Page 54: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

41

dituturkan oleh Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada

Detektif Handaka.

26) Erawati nyendhal tangane, ucul saka gondhelane

Nusyirwan.

“Aku wis kanthi becik nulung nggoleki uwong ndugal

kuwi.”(Emprit Abuntut Bedhug:88)

Terjemahan:

Erawati melepaskan tangannya, melepaskan dari

genggaman Nusyirwan.

“Saya sudah sangat baik menolong mencari orang jahat

itu.”

Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini mengarah kepada Erawati.

27) “Oh, aku ngerti, kowe pulisi palsu! Ora duwe sandhangan

dhines. Palsu! Kowe padha wae karo wartawan-wartawan

kae! Oh, oh!”(Emprit Abuntut Bedhug:89)

“Ana ngendi??!! Wangsulana!!” pitakone Handaka sora.

“Iku urusanku dhewe! Urusanku dheeeweeee!!”

wangsulane Erawati karo kesuh.

Terjemahan:

“Oh, saya tau, kamu polisi palsu! Tidak punya pakaian

dinas. Palsu! Kamu sama saja dengan wartawan-wartawan

itu! Oh, oh!”

“Ada dimana??!! Jawab!!” tanya Handaka keras.

“Itu urusanku sendiri! Urusanku sendiiiriii!!” jawab

Erawati marah.

Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini mengarah kepada Erawati.

Page 55: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

42

Kalimat percakapan di atas mengungkapkan bahwa menunjukan

Erawati menganggap Detektif Handaka itu polisi palsu.

28) “Aku lunga menyang Semarang! Semaraaang!!

Kandhakna kancamu yen arep kandha! Kandhakna

marang sekongkelanmu!! Aku lunga menyang

Semaraaang!!” ujare Erawati jerat-jerit.(Emprit Abuntut

Bedhug:90)

Terjemahan:

“Saya pergi ke Semarang! Semaraaang!! Sampaikan

kepada temanmu kalau mau bilang! Bilang ke

sekongkolannu!! Saya pergi ke Semaraaaang!!” ujar

Erawati sambil berteriak-teriak.

Berdasarkan kutipan percakapan di atas menunjuk adanya

bentuk deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan

tersebut dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini mengarah kepada

Erawati. Kalimat percakapan di atas mengungkapkan bahwa

Erawati pergi ke Semarang.

29) “O, ngreti aku saiki. Jenengmu ki Erawati, mesthi!”

“Ah! Apa pantes aku duwe jeneng apik kaya

ngono?”(Emprit Abuntut Bedhug:92)

“Pantes banget! Cocog! Saiki aku ngundang kowe Dhik

Era ngono wae. Ya?”

Terjemahan:

“O, tahu saya sekarang. Namamu Erawati, pasti!”

“Ah! Apa pantas saya punya nama bagus seperti itu?”

“Pantas sekali! Cocok! Sekarang saya memanggil kamu

Dik Era begitu saja. Ya?”

Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini mengarah kepada Erawati.

Page 56: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

43

Kalimat percakapan di atas mengungkapkan bahwa apakah dia

pantas untuk memiliki nama sebagus itu.

30) Jarot sedang berbicara dengan Detektif Handaka.

Jarot arep muni,”Yen mung Nunus aku wis ora kuwatir.

Tangkepe Erawati marang Nunus saprene iki nyata-nyata

ora dhemen.”Emprit Abuntut Bedhug:101)

Terjemahan:

Jarot mau berkata,”kalau hanya Nunus saya sudah tidak

khawatir. Tanggapan Erawati kepada Nunus sampai

sekarang ini kenyataanya tidak senang”

Berdasarkan kutipan percakapan diatas terdapat deiksis

persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Jarot. „Aku‟ di dalam kutipan mengarah kepada

Jarot.

31) “Kula lingsem sanget. Mas Jarot! Aja nyawang aku

dhisik. Yen ora merga karepe pulisi, aku ora wani ngaton

kaya ngene ana ngarepe priya”(Emprit Abuntut

Bedhug:103)

“Heh! Jeng Erawati! Kowe ngreti apa sing dikarepake

Dhik Nunus kuwi! Kowe ngreti apa kekuranganmu! Iya,

apa, ora?” pitakone Handaka.

Terjemahan:

“Saya malu sekali. Mas Jarot! Jangan melihat saya dahulu.

Kalau tidak karena keinginan polisi, aku tidak berani tampil

begini di depan pria.”

“Hei! Jeng Erawati! Kamu tahu apa yang diinginkan Dik

Nunus itu!Kamu tahu apa kekuranganmu! Iya, apa tidak?”

pertanyaan Handaka.

Kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di sini

mengarah kepada Erawati. Dalam percakapan di atas Erawati

Page 57: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

44

mengungkapkan bahwa jangan melihat dirinya dahulu, dirinya

sangat malu karena dia tidak biasa tampil di depan pria.

Percakapan tersebut dituturkan oleh Erawati dan „aku‟ di dalam

kutipan percakapan mengarah kepada Erawati.

32) “Kajaba kuwi aku perlu tenagane Dhik Jarot. Aku butuh

wong kuwat.”(Emprit Abuntut Bedhug:109)

“Tiyang kiyat? Kangge menapa? Usung-usung kursi? Kula

kadospundi?”pitakone Erawati

“Eh, sida! Kepriye, wong wis dandan ngono! Ya, sida.

Nanging ora karo Dhik Jarot. Karo Dhik Nusyirwan!”

ujare Handaka kuwasa.

Terjemahan:

“Selain itu saya membutuhkan tenaga Dik Jarot. Saya

butuh orang kuat.”

“Orang kuat? Untuk apa? Mengangkat kursi? Saya

bagaimana?” tanya Erawati.

“Eh, jadi! Bagaimana, sudah bersolek begitu! Iya, jadi.

Tetapi tidak dengan Dik Jarot. Dengan Dik Nusyirwan!”

ujar Handaka berkuasa.

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat deiksis

persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di dalam kutipan

menunjukkan kata ganti Detektif Handaka, dalam kutipan tersebut

Detektif Handaka menyatakan dirinya membutuhkan bantuan

tenaga Jarot. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka

dan „aku‟ di dalam kutipan percakapan mengarah kepada Detektif

Handaka.

33) “Sing nemu aku ki ya kapan?! Aku ki jan dadi kurban

tenan! Wong nyatane, diganggu dioyak-oyak! Saiki

ditindhes dipeksa laku kesiksen ngene!” gumremenge

Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:110)

Terjemahan:

Page 58: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

45

“Yang menemukan saya ini kapan?! Saya juga menjadi

korban! Nyatanya, diganggu dikeja-kejar! Sekarang

ditindas sampai tersiksa begini!” ujar Erawati.

Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Erawati. Dalam percakapan di atas

Erawati bercerita bahwa dirinya merasa disiksa dan ditindas.

Percakapan tersebut dituturkan oleh Erawati dan „aku‟ di dalam

kutipan percakapan mengarah kepada Erawati.

34) “Aku iki kudune wes wegah ngono, nggugu pakone pulisi.

Gela aku, kena apa wong-wong iki nalika teka ing omahku

ora dakusir kaya wartawan-wartawan plonco

iku!”grenang-greneng Erawati kanthi ulat

mbesengut.(Emprit Abuntut Bedhug:111)

Terjemahan:

“Saya ini seharusnya tidak mau seperti itu, percaya

perintah polisi. Kecewa aku. Kenapa orang-orang ini jika

datang kerumahku tidak saya usir seperti wartawan-

wartawan tidak sopan itu!” gumam Erawati sampai terlihat

marah.

Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Erawati. Dalam percakapan di atas

Erawati mengungkapkan bahwa dirinya sangat kecewa terhadap

polisi karena tidak tegas. Percakapan tersebut dituturkan oleh

Erawati dan „aku‟ di dalam kutipan percakapan mengarah kepada

Erawati.

Page 59: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

46

35) “Aku seneng yen kowe nganggo klambi ireng kaya

duwekmu sing wingi kae. Koksimpen neng endi, ta, saiki?”

pitakone Nusyirwan. (Emprit Abuntut Bedhug:114)

Terjemahan:

“Saya senang kalau kamu memakai baju hitam seperti

milikmu kemarin. Kamu simpan dimana, ta, serkarang?”

tanya Nusyirwan.

Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di sini

mengarah kepada Nusyirwan. Nusyirwan menyatakan bahwa

dirinya lebih suka kalau Erawati memakai baju hitam miliknya

yang dulu pernah dia pakai.

36) “Aku eling kabeh apa lelakonku. Aku ora edan. Ora perlu

kowe tuku apa-apa sing padha karo sing dhek wingi.”ujare

Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:114)

Terjemahan:

“Saya ingat semua kelakuanku. Saya tidak gila. Tidak perlu

kamu membeli apa-apa seperti yang kemarin.” Ucap

Erawati.

Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini menunjukkan kata ganti

tokoh Erawati.

37) “Dudu, Pak. Kuwi dudu badan aluse Ndara Siti,”

wangsulane Handaka.

“Lha kok olehe jebles! Sak penganggone!”

“Iya. Anu, Pak. Aku mengko perlu katerangan saka kowe.

Sapa jenengmu, Pak?”(Emprit Abuntut Bedhug:128)

Terjemahan:

Page 60: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

47

“Bukan, Pak. Itu bukan arwah Nyonya Siti,” jawab

Handaka.

“Lah kok sangat mirip!

“iya. Itu, Pak. saya nanti memerlukan keterangan dari

kamu. Siapa namamu, Pak?”

Dalam kalimat percakapan di atas terdapat deiksis persona

pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh

Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada Detektif

Handaka.

38) “Iya. Iya, ngono. Akur aku karo mas Nunus,” ujare

Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:132)

Terjemahan:

“Iya. Iya, begitu. Setuju saya dengan mas Nunus,” ujar

Erawati

Kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ disini mengarah kepada Erawati..

Dalam percakapan diatas Erawati mengungkapkan bahwa dirinya

setuju dengan pemikiran Mas Nusyirwan.

39) “Mas Nunus, aku dudu anake wong sugih. Bapakku ngasta

ana DPU Sala, pidalem ing Kampung Batangan.

Sedulurku pat-belas sing urip sanga” Siti Respati leren.

Nata ambegan. Nata pikiran. (Emprit Abuntut

Bedhug:132)

Terjemahan:

“Mas Nunus, saya bukan anak orang kaya. Ayah saya

bekerja di DPU Solo, tempat tinggal di Desa Batangan.

Saudaraku empat belas yang hidup sembilan” Siti Respati

berhenti, mengatur nafas dan mengatur pikiran.

Page 61: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

48

Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ disini

menunjukan kata ganti tokoh Siti Respati.

40) “Tenan ta, sing iki aku durung krungu. Terus?“ pitakone

Erawati.(Emprit Abuntut Bedhug:133)

Terjemahan:

“Benar kan, yang ini saya belum mendengar. Terus?” tanya

Erawati.

Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Erawati. Dalam percakapan di atas

mengungkapkan bahwa Erawati belum pernah mendengar masalah

tersebut.

41) “Sapa?” pitakone Jarot marang Bu Guru.

“Sutahal kuwi! Mongsok aku tepung karo wong kaya

ngono!? Huh! Pratingkahe wae aku wis mbleneg!” ujare

Erawati sumengit.(Emprit Abuntut Bedhug:135)

Terjemahan:

“Siapa?” pertanyaan Jarot kepada Bu Guru.

“Sutahal itu! Masa saya kenal dengan orang seperti itu!?

Huh! Tingkahnya saja sudah membuat saya muak.” Ucap

Erawati marah

Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di sini

menunjukakn kata ganti tokoh Erawati. Dalam percakapan di atas

Erawati mengungkapkan bahwa dirinya sudah muak melihat

tingkah Sutahal.

Page 62: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

49

42) “Aku wis ikhlas, kok, kelangan tangan. Marga aku wis

tetep ketemu karo sedulur kembarku, lan oleh ijol bojo

Mas Nunus iki. Rak iya, ta, Mas? Panjenengan rak tetep

kersa nggarwa aku, ta, sanajan tanganku sing kiwa

puthul?” Siti Respati kanthi legane ati ngakoni

kesalahane. (Emprit Abuntut Bedhug:145)

Terjemahan:

“Saya sudah ikhlas kok, kehilangan tangan. Karena saya

sudah bertemu dengan saudara kembar saya, dan mendapat

Suami Mas Nunus ini. Bukan begitu, kan, Mas? Anda tetap

mau menjadi suami saya, kan, walaupun tangan kiri saya

terpotong?” Siti Respati sangat lega hatinya mengakui

kesalahannya.

Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Siti Respati.

43) “Oh, kuwi layangku, Dhiajeng! Aku sing nulis!” Aloke Siti

Respati. (Emprit Abuntut Bedhug:146)

Terjemahan:

“Oh, itu surat saya, Nona! Saya yang menulis” ujar Siti

Respati

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona tunggal pertama yaitu kata imbuhan „aku‟. „Aku‟ di dalam

percakapan menunjukkan kata ganti tokoh Siti Respati.

44) “Iya, iya, Yu. Aku ngreti, kok, saiki. Pancen, wong

ngukuhi benere dhewe kuwi sebenere wong bodho,

pandelenge ditutupi setan.” Wangsulane Erawati. (Emprit

Abuntut Bedhug:150)

Terjemahan:

Page 63: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

50

“Iya, iya, Mbak. Saya tahu, kok, sekarang. Memang, orang

mempertahankan benarnya sendiri itu sebenarnya orang

bodoh, penglihatannya di tutupi setan.” Jawab Erawati.

Dari kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini menunjukkan kata ganti

tokoh Erawati.

45) Kabeh padha ngguyu krungu tantangane Erawati nganggo

tembung Madura.

“Wartawanmu piye, wartawanmu?” Nusyirwan isih duwe

karep mbeda.

“E, lha cobo yen wani cedhak aku,…”(Emprit Abuntut

Bedhug:153)

Terjemahan:

Semua tertawa mendengar tantangan Erawati memakai

bahasa Madura.

“Wartawan kamu bagaimana, wartawanmu?” Nusyirwan

masih mempunyai keinginan yang lain.

“E, lah coba saja kalau berani mendekat pada saya,...”

Dalam kalimat percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini menunjukkan kata ganti

tokoh Erawati.

46) “Wah Mas Handaka ki sakjane kejem, lho.”ujare Erawati.

“Gek umpama ora enggal konangan Sutahal...? utawa

babar pisan ora bakal ketemu? Kepripun?”

“Ya, aku ki detektip. Ya mesthi ana akal liya.”(Emprit

Abuntut Bedhug:156)

Terjemahan:

“Wah, Mas Handaka ini sebenarnya kejam lo.” Ujar

Erawati.

Page 64: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

51

“Seumpama tidakcepat ketahuan Sutahal...? atau sama

sekali tidak ketemu? Bagaimana?”

“Iya, saya ini detektif. Iya pasti banyak akal yang lain.”

Dalam kutipan kalimat percakapan di atas terdapat deiksis

persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di dalam kutipan di atas

menunjukkan kata ganti tokoh Detektif Handaka.

47) “Iiiih, siya-siya! Aku ora kesurupan, kok. Waras. Eling.

Kenya ayu, suci-murni, disapa wong lanang ora ditepungi,

ya genah cemberut, kok aneh!” aloke Erawati. (Emprit

Abuntut Bedhug:157)

Terjemahan:

“Iiiih, sia-sia! Saya tidak kesurupan, kok. Sehat. Ingat.

Kenya cantik, suci-murni, disapa laki-laki tidak dikenali,

ya jelas cemberut. Kok aneh!” ujar Erawati.

Dari kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini menunjukkan kata ganti

tokoh Erawati.

48) “Kosik. Kosik. Kelingan aku. Piye lelakonku dhek cilik,

aku durung ngreti? Apa ya tenan ibune Yu Siti ki ya

ibuku?” pitakone Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:159)

Terjemahan:

“Sebentar. Sebentar. Teringat saya. Bagaimana kelakuanku

waktu kecil, saya belum tahu? Apa benar ibu Mbak Siti itu

juga ibuku?” tanya Erawati.

Kutipan dari percakapan di atas menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut

Page 65: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

52

dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini menunjukkan kata ganti

tokoh Erawati.

b. Deiksis Persona Pertama Tunggal “-ku”

1) “Ya ngono iku cara nyambutgaweku. Panjenengan kari

kersa percaya apa ora?”(Emprit Abuntut Bedhug:35)

“Ya, ya, ya. Aku pancen durung tau nyambutgawe bareng

kowe. Kapan wiwitmu nyambutgawe?”

“Saiki,” wangsulane Handaka.

Terjemahan:

“Ya begini ini cara kerja saya. Anda tinggal percaya apa

tidak?”

“Ya, ya, ya. Saya memang belum pernah bekerja bersama

kamu. Kapan kamu mulai bekerja?”

“Sekarang,” jawab Handaka.

Dalam kutipan percakapan di atas menunjukkan adanya

bentuk deiksis persona pertama tunggal yaitu „-ku‟. Percakapan

tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka. „-ku‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Detektif Handaka.

2) “iku urusanku dhewe! Urusanku dheeeeweeee!!”

wangsulane Erawati(Emprit Abuntut Bedhug:89)

Terjemahan:

“Itu urusan saya sendiri! Urusan saya sendiiiriii!!” jawab

Erawati.

Dalam kutipan percakapan di atas menunjukkan adanya

bentuk deiksis persona pertama tunggal yaitu „-ku‟. Percakapan

tersebut dituturkan oleh Erawati. „-ku‟ di sini menunjukkan kata

ganti tokoh Erawati.

Page 66: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

53

3) “Aku ora ngira priye-priye, Dhik. Aku mung nonton

kanyatane. Anggone ngilang saka ngomah utawa saka

sekolahane iku ora kalap. Nanging genah

sengaja”wangsulane Detektip Handaka.

“Sengaja ?! Dados Mas Handaka ndakwa Dhik Era mboten

kalap?”

“Dhik Jarot. Ngati-ati, lo!”

Jarot mbrabak abang raine.

“Lha kuwi, atimu wiwit buntu! Iku ateges kurban moril.

ngilangake kepercayaanku marang kowe.”(Emprit Abuntut

Bedhug:100)

Terjemahan:

“Saya tidak mengira bagaimana, Dik. Saya hanya melihat

kenyataannya. Dirinya menghilang dari rumah atau dari

sekolahan itu tidak lupa tetapi benar sengaja” jawab

Detektif Handaka.

“Sengaja?! Jadi Mas Handaka menuduh Dik Era tidak

lupa?”

“Dik Jarot. Hati-hati, lho!”

Muka Jarot berubah menjadi merah.

“Nah itu, hatimu mulai buntu! Itu menandakan korban

moral. Menghilangkan kepercayaan saya kepada kamu”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat deiksis persona

pertama tunggal yaitu „-ku‟. „-ku‟ di dalam kutipan menunjukkan

kata ganti Detektif Handaka.

4) “Kena apa, Bu?”

“nak Era nyilih cemaraku.”(Emprit Abuntut Bedhug:105)

Terjemahan:

“Kenapa, Bu?”

“saudari Era pinjam cemaraku.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „-ku‟. „-ku‟ disini menunjukkan kata

ganti tokoh ibu dari Nusyirwan.

Page 67: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

54

5) “Sumbut karo anggonku kacipuhan.”wangsulane Erawati.

(Emprit Abuntut Bedhug:108)

Terjemahan:

“imbang dengan perjuanganku.” Jawab Erawati.

Kutipan percakapan di atas juga terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „-ku‟. „-ku‟ di sini menunjukkan kata

ganti tokoh Erawati.

6) “Mas Nunus, aku dudu anake wong sugih. Bapakku

ngasta ana DPU Sala, pidalem ing kampung batangan.

Sedulurku pat-belas sing urip sanga. Aku nomer sepuluh,

utawa nomer pitu kang urip.” Siti Respati leren. Nata

ambegan. Nata pikiran.(Emprit Abuntut Bedhug:132)

Terjemahan:

“Mas Nunus, saya bukan anak orang kaya. Ayah saya

bekerja di DPU Solo, tempat tinggal di Desa Batangan.

Saudara saya empat belas yang hidup sembilan. Saya

nomor sepuluh, atau nomor tujuh dari yang masih hidup.

Bapak saya bekerja di DPU Sala.” Siti Respati berhenti.

Mengatur nafas. Mengatur pikiran.

Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona

pertama tunggal yaitu „-ku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh

Siti Respati. „-ku‟ di sini menagarah kepada Siti Respati.

7) Siti Respati leren. Nata ambegan. Nata pikiran.

“Tenan, ta, sing iki aku durung krungu. Terus?” pitakone

Erawati.

“Atiku wiwit goreh maneh…”(Emprit Abuntut Bedhug:133)

Terjemahan:

Siti Respati berhenti. Mengatur nafas dan pikiran.

“Benar, kan, yang ini saya belum pernah mendengar.

Terus?” tanya Erawati.

“hatiku mulai goyah lagi..”

Page 68: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

55

Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona

pertama tunggal yaitu „-ku‟. „-ku‟ di sini menunjukkan kata ganti

tokoh Siti Respati. Dalam percakapan di atas Siti Respati

mengungkapkan bahwa hatinya mulai goyah lagi.

8) “Kena apa kok terus nggeblas saka sandingku?” pitakone

Nusyirwan kepengin banget ngreti. (Emprit Abuntut

Bedhug:139)

Terjemahan:

“Kenapa kok terus pergi dari sampingku?” tanya

Nusyirwan ingin sekali mengetahui.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „-ku‟. „-ku‟ di sini menunjukkan kata

ganti tokoh Nusyirwan.

9) “Oh, kuwi layangku dhiajeng!”aloke Siti Respati. (Emprit

Abuntut Bedhug:146)

Terjemahan:

“Oh, itu suratku dik!” jawab Siti Respati.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona tunggal pertama yaitu kata imbuhan „-ku‟. „-ku‟ di dalam

percakapan menunjukkan kata ganti tokoh Siti Respati. Dalam

percakapan di atas menyatakan Siti Respati yang mengirim surat.

10) “Kosik. Kosik. Kelingan aku. Piye lelakonku dhek cilik,

aku durung ngreti? Apa ya tenan ibune YuSiti ki ya ibuku?”

pitakone Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:159)

Terjemahan:

Page 69: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

56

“Sebentar. Sebentar. Ingat saya. bagaimana tingkah laku

saya saat kecil, saya belumtahu? Apa benar ibu Mbak Siti

itu juga adalah ibuku?” tanya Erawati.

Dari kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „-ku‟. „-ku‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Erawati.

c. Deiksis Persona Pertama Tunggal “dak-“

1) Jarot nyaut buku, dibukaki ana ing ngisor lampu. Karepe

arep sinau. Marga kabare kantore arep nganakake ujian

kanggo unggah-unggahan pangkat. Nanging pikirane

Jarot ora bisa uwal saka kanthong biru-kuning kang katon

ngegla ana ngarepe.

“Umpama kantong iki dakbukak, isine mas-inten kang

larang regane ngono, aku mesti enggal-enggal lapur pulisi

Nanging mokal yen isine mas-inten kok sing duwe

ngemohi. Lan ndeleng gemandhule lan grenjele ora pantes

yen bangsane mas-masan”(Emprit Abuntut Bedhug:23)

Terjemahan:

Jarot mengambil buku, dibuka di bawah lampu.

Keinginannya ingin belajar. Karena kabarnya kantornya

akan mengadakan ujian kenaikkan pangkat. Tetapi pikiran

Jarot tidak bisa lepas dari bungkusan biru-kuning yang

terlihat tergeletak di depannya.

“Seandainya bungkusan ini saya buka, isinya mas-berlian

yang mahal harganya, saya harus cepat-cepat lapor polisi.

Tetapi tidak mungkin kalau isinya mas-berlian tapi yang

punya menolak. Dan dilihat dari gantungannya dan

bentuknya tidak pantas kalau itu merupakan mas-berlian.”

Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Jarot. Mengungkapkan bahwa Jarot

berandai andai bungkusan itu dibuka olehnya.

Page 70: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

57

2) “Aku lagi ngurus rajakaya ilang iki. Nanging dakkira

gampang wae. Barange genah rajakaya, gedhe-gedhe,gek

ora umum, mesthi gampang olehe nggoleki. Dakkira ora

perlu pembantu,” wangsulane Pak Indra. (Emprit Abuntut

Bedhug:29)

Terjemahan:

“Saya sedang mengurus barang yang sangat mahal yang

hilang ini. Tapi saya kira mudah saja. Barangnya jelas

sangat berharga, besar-besar, tidak umum, pasti sangat

mudah mencarinya. Saya kira tidak perlu orang lain untuk

membantu,” jawab Pak Indra.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Inspektur Indra.

3) “Ora ngono, Mas. Sing dakkarepake iku, yen wong iki

ditahan, wong bukti kaculikane durung ana,” wangsulane

Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:34)

Terjemahan:

“ Tidak begitu, Mas. Yang saya inginkan itu, jika orang ini

ditahan, tetapi bukti kejahatannya belum ada,” jawab

Handaka.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Detektif Handaka.

4) “Iya, iya. Apa butuhmu dakbantu.”(Emprit Abuntut

Bedhug:34)

“Aku nyuwun pulisi saregu sing gampang diajak playon

ngetutake langkahku”

“Kanggo ngurus tangan putung iki? Perlu pulisi saregu?

Kanggo apa wae?” pitakone Inspektur Indra.

Terjemahan:

“Iya, iya. Apa kebutuhanmu saya bantu.”

Page 71: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

58

“Saya meminta polisi satu regu yang mudah diatur dengan

caraku”

“Untuk mengurus tangan patah ini? Butuh polisi satu regu?

Untuk apa saja?” tanya Inspektur Indra.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Inspektur Indra.

5) “Koen iku aneh-aneh ae. Ngono ae perlu seksi, Rot!”

“Ngene, le, Pip. Ndhuk kana maeng aku nemu kanthong.

Dakkira ae, kantong iku duweke arek klambi koning sing

nyrempet sepedhaku maeng.”(Emprit Abuntut Bedhug:39)

Terjemahan:

“Kamu itu aneh-aneh saja. Begitu saja perlu saksi, Rot!”

“Begini Pip. Di sana tadi saya menemukan bungkusan.

Saya kira, bungkusan itu punya anak baju kuning yang

menyerempet sepeda saya tadi.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Jarot. Dalam percakapan di atas mengungkapkan

bahwa Jarot mengira bahwa bungkusan tersebut milik anak baju

kuning yang tadi menyerempetnya.

6) “Dadi kowe weruh, rak iya, ta?”Handaka takon.

Apip manthuk rada kurang seneng atnie

“Ngene, dakterangake. Kancamu iki diterka ngumpetake

barang colongan wujud ali-ali rega limang-ewu

rupiyah”(Emprit Abuntut Bedhug:40)

Terjemahan:

“Jadi kamu melihat, bukan begitu, kan?” Tanya Handaka.

Apip menganggukkan kepalanya agak kurang senang

hatinya.

Page 72: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

59

“Begini, saya terangkan. Teman kamu ini dituduh

menyembunyikan barang curian berbentuk cincin dengan

harga lima ribu rupiah”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Detektif Handaka.

7) “Mesthi wae aku tepung karo Dhik Erawati iki. Rong

minggu lawase dheweke nginep ana ing ngomahku,

dakkandani kowe! La kowe, apane?” wangsulane

Nusyirwan. (Emprit Abuntut Bedhug59)

Terjemahan:

“Jelas saja saya kenal dengan Dik Erawati ini. Dua minggu

lamanya dirinya menginap di rumah saya, saya kasih tahu

kamu! Lha kamu, apanya?” jawab Nusyirwan.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Nusyirwan.

8) “Daksuwun kanthi alus, Jeng. Kowe kersa mbiyantu

penggaweanku iki,” celathune Handaka.(Emprit Abuntut

Bedhug:98)

Terjemahan:

“Saya minta dengan halus, Jeng. Kamu mau membantu

pekerjaan saya ini,” tanya Handaka.

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat deiksis

persona pertama tunggal yaitu „dak-‟. „Dak-„ di sini menunjukkan

kata ganti Detektif Handaka. Dalam percakapan tersebut

mengungkapkan bahwa Handaka meminta kepada erawati untuk

membantu pekerjaannya.

Page 73: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

60

9) “Ora, Dhik Nunus. Nalika nginep ana kene, Jeng Era apa

ora tau ngirim layang?”pitakone Handaka.

“Kintun serat? Dhateng sinten?”

“Lha ya kuwi sing arep daktakokake. Yen wis tau kirim

layang, dheweke kirim layang menyang kutha ngendi,

menyang sapa?”(Emprit Abuntut Bedhug:104)

Terjemahan:

“Tidak, Dik Nunus. Sewaktu menginap di sini, Jeng Era

apa tidak pernah mengirim surat?” tanya Handaka.

“Menulis surat? Kepada siapa?”

“ lah ya itu yang akan saya tanyakan. Kalau pernah

mengirim surat, dirinya mengirim surat ke kota mana,

kepada siapa?”

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat deiksis

persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di dalam kutipan

menunjukkan kata ganti Detektif Handaka.

10) “Jeng Era. Daksuwun maneh, manuto pokoke Mas

Handaka kuru iki,” ujare Handaka. (Emprit Abuntut

Bedhug:110)

Terjemahan:

“Jeng Era. Saya minta lagi, pokoknya percaya Mas

Handaka yang kurus ini,” ujar Handaka.

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat deiksis

persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di dalam kutipan

menunjukkan kata ganti Detektif Handaka, dalam kutipan tersebut

menyatakan bahwa Detektif Handaka meminta Erawati untuk

percaya pada dirinya.

11) “Ora ana barang sing dakmilikake saka kowe!”(Emprit

Abuntut Bedhug:114)

Terjemahan:

Page 74: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

61

“Tidak ada barang yang aku miliki dari kamu.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Nusyirwan

12) “Sakjane Mas Nunus rak wis dhamang kabeh, wong wis

dakcritani. Mas Handaka uga wis pirsa.” ujare Siti

Respati. (Emprit Abuntut Bedhug:132)

Terjemahan:

“Sebenarnya Mas Nunus juga sudah tahu semua, orang

sudah saya kasih tahu. Mas Handaka juga sudah tahu.”

Ujar Siti Respati.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Siti Respati.

13) “Lha Mas Nunus salah tampa. Aku takon apa Mas Nunus

tepung Erawati ing SGKP, kok banjur ngira aku jeneng

Erawati. Ya, wis, jeneng iku banjur dakenggo ngono wae,

sawetara, tanpa permisi karo sing duwe.”(Emprit Abuntut

Bedhug:137)

Terjemahan:

“Lah Mas Nunus salah tanggap. Saya tanya apa Mas

Nunus kenal dengan Erawati di SGKP, kok jadi mengira saya

namanya Erawati. Iya, sudah nama ini terus saya pakai itu

saja, sementara, tanpa meminta izin dengan yang punya.”

Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona

pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan kata

ganti tokoh Siti Respati.

14) “Dakkira kowe nggoleki Jeng Era.”(Emprit Abuntut

Bedhug:147)

Page 75: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

62

Terjemahan:

“Saya sangka kamu mencari Jeng Era.”

Dalam kalimat percakapan di atas terdapat kutipan yang

terdapat deiksis persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di

dalam kutipan menunjukkan kata ganti Detektif Handaka.

15) “Dadi wong wadon liya sing daktemokake keri mesthi

jenenge jeneng wadon sing sijine.”(Emprit Abuntut

Bedhug:157)

Terjemahan:

“Jadi wanita lain yang saya temukan terakhir pasti

namanya nama wanita yang satu.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Nusyirwan.

d. Deiksis Persona Pertama Tunggal “kula“

1) “ Anu, Pak. Kula manggih kanthong menika. Wonten

praliman Blawuran mrika.”(Emprit Abuntut Bedhug:31)

“Nah, enggih. Mang dhudhah isine, terus mang pek

artane, nggih, ta?”

“Anu, Pak. Mboten ngaten. Sanes arta. Nanging

menika....! Pareng kuladhudhah kulaedalaken, Pak?”

pitakone Jarot.

Terjemahan:

“ Begini, Pak. Saya menemukan bungkusan tersebut. Di

simpang lima Blawuran.”

“Nah, iya. Di buka isinya, terus di ambil uangnya, begitu,

kan?”

Page 76: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

63

“Begini, Pak. Bukan begitu. Bukan uang. Tetapi itu....!

Boleh saya buka lalu saya keluarkan, Pak?” tanya Jarot.

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di atas

menunjukkan kata ganti Jarot. Jarot mengungkapkan bahwa dia

menemukan bungkusan tersebut.

2) “Saestu, kok, Pak!”

“Mokal niku. Pun ngaku mawon. Teng pundi sampeyan

angsal tangan niku? Tiyange mang aniaya teng pundi?

Ngaku!”

“Leres, Pak. Kula mboten damel crita mokal!” wangsulane

Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug: 33)

Terjemahan:

“Betul, kok, Pak!”

“Palsu itu. Sudah mengaku saja. Dimana anda mendapat

potongan tangan itu? Orang tersebut disiksa di mana?

Mengaku!”

“Benar,Pak. Saya tidak mengarang cerita plasu!” jawab

Jarot.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa terdapat

deiksis persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di atas

menunjukkan kata ganti Jarot. Jarot mengungkapkan bahwa dia

membenarkan bahwa dia tidak mengarang cerita sendiri.

3) “Oh, inggih. Wonten, Pak, anu, Mas. Si Apip, kanca kula.

Kula saweg ketheker-ketheker nagekaken sepedhah, Apip

langkung lan aruh-aruh kula. Kula sumerep griyanipun,”

celathune Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug:36)

Terjemahan:

“Oh, Iya. Ada, Pak, eh, Mas. Apip, teman saya. Saya

sedang berusaha membangunkan sepeda, Apip lewat dan

menolong saya. Saya tahu rumahnya,” ujar Jarot.

Page 77: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

64

Berdasarkan kutipan di atas terdapat deiksis persona pertama

tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di atas menunjukkan kata ganti Jarot.

Jarot mengungkapkan bahwa dia tahu rumah Apip.

4) “Kula mboten pangling. Menika griyanipun kanca kula,

yen dereng pindhah,” ujare Jarot. (Emprit Abuntut

Bedhug:38)

Terjemahan:

“Saya tidak lupa. Jika rumah teman saya, kalau belum

pindah,” ujar Jarot

Berdasarkan kutipan di atas terdapat deiksis persona pertama

tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di atas menunjukkan kata ganti Jarot.

Jarot mengungkapkan bahwa dia tidak lupa dengan rumah

temannya.

5) “Kula mboten kesesa. Nanging menapa perlu kula

criyosaken? Kula sampun bosen kedah criyos bab dhiri

kula dhateng para wartawan, terus wawancara wonten

majalah. Bosen! Risi kula kalyan wartawan-wartawan

ingusan menika!” ujare Erawati dadi sumengit.”(Emprit

Abuntut Bedhug:47)

Terjemahan:

“Saya. Tidak tergesa-gesa. Tetapi apa perlu saya ceritakan?

Saya sudah bosan bercerita tentang diri saya kepada para

wartawan, terus wawancara di majala. Bosan! Terganggu

saya dengan wartawan-wartawan itu!”

Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona

pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan kata ganti

tokoh Erawati.

6) “Kula sanes ingkang gadhah kanthong menika”(Emprit

Abuntut Bedhug:50)

Page 78: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

65

Terjemahan:

“Saya bukan yang punya bungkusan tersebut”

Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk

deiksis persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Jeng Erawati. Dalam percakapan di

atas Jeng Erawati mengungkapkan bahwa barang tersebut bukan

miliknya.

7) “Mboten sisah, mboten sisah, Pak. Kula naming kaget

sekedhap, kok!” ujare Erawati. (Emprit Abuntut

Bedhug:53)

Terjemahan:

“Tidak usah, tidak usah, Pak. Saya cuma terkejut sebentar,

kok!” ujar Erawati.

Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona

pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan kata ganti

tokoh Erawati.

8) “Kadospundi cara kula mbiyantu?” putusane

Erawati(Emprit Abuntut Bedhug:55)

Terjemahan:

“Bagaimana cara saya ikut membantu?” keputusan Erawati.

Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona

pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan kata ganti

tokoh Erawati. Dalam percakapan di atas Erawati menyanggupi

bagaimana cara ikut membantu.

9) “Aku ora rumangsa tepung karo kowe!” ujare Erawati

kaya Srikandhi nantang Bisma. “Saestu Mas Handaka

Page 79: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

66

Kula mboten tepang kaliyan piyambakipun.” (Emprit

Abuntut Bedhug:62)

Terjemahan:

“Saya tidak merasa kenal kamu!” ujar Erawati seperti

Srikandhi menantang Bisma. “Benar Mas Handaka. Saya

tidak mengenal orang tersebut”

Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona

pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan kata ganti

tokoh Erawati.

10) “O, inggih, inggih. Kula mangertos.” Ujare Nusyirwan

wicaksana.

“Wis, ayo numpak pick-up!”printahe Handaka.

“Mas. Kula mbekta sepedhah motor piyambak”(Emprit

Abuntut Bedhug:63)

Terjemahan:

“O, iya, iya. Saya mengerti” ujar Nusyirwan Bijaksana.

“Sudah, ayo naik pick-up!” perintah Handaka.

“Mas. Saya membawa sepeda motor sendiri”

Berdasarkan kutipan kalimat percakapan di atas terdapat

deiksis persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di atas

menunjukkan kata ganti Nusyirwan..

11) “Menika kamar kula. Lajeng, sebelah menika, kamaripun

Dhik Erawati nalika wonten mriki. Kelingan ora kowe,

Er?” ujare Nusyirwan sinambi lumaku ndhereake Detektip

Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:66)

Terjemahan:

“Itu kamar saya. Terus, disebelahnya, kamar Dik Erawati

pada saat tinggal di sini. Ingat tidak kamu, Er?” ujar

Nusyirwan sambil menemani Detektif Handaka.

Page 80: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

67

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Nusyirwan.

12) Nusyirwan mesem. Pitakon iku diwangsuli kanthi senenge

ati,“Kala piyambakipun wonten ing griya ngriki,

piyambakipun nyanggupi badhe dados sisihan

kula.”(Emprit Abuntut Bedhug:75)

Terjemahan:

Nusyirwan tersenyum. Pertanyaan tersebut dijawabnya

dengan senang hati,“Pada saat itu dirinya ada di rumah ini,

dirinya bersedia akan jadi pendamping saya.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Nusyirwan. Nusyirwan menjelaskan bahwa

Erawati menyanggupi untuk menjadi pendamping dirinya.

13) Nusyirwan ngeterake nganti Erawati lungguh, terus mateni

pick-up. Bubar ngono Nusyirwan gage nyedhaki Handaka.

“Anu, Mas Pulisi. Eh, Detektip. Kula kemutan kadospundi

wiwitipun piyambakipun ngaken nama Erawati.”(Emprit

Abuntut Bedhug:92)

Terjemahan:

Nusyirwan mengantarkan hingga Erawati duduk, lalu

mematikan pick-up. Setelah itu Nusyirwan ceoat

mendekati Handaka.

“Begini, Mas Polisi. Eh, Detektif. Saya ingat bagaimana

dirinya mengaku bernama Erawati.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Nusyirwan.

Page 81: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

68

14) Yu Sikah diiringi Nusyirwan menyang ngarepan.

Ing ngarepan bareng ditakoni Handaka Yu Sikah

mangsuli,“Inggih, Den. Kula dipunutus ngeposaken.

Nanging mboten ngretos serat menika dhumateng sinten.

Kula radi wegah maos seratan tangan, Den.”(Emprit

Abuntut Bedhug:105)

Terjemahan:

Yu Sikah ditemani Nusyirwan hingga depan.

Di depan setelah di tanya oleh Handaka, Yu Sikah

menjawab,“Iya, Mas. Saya di perintah untuk mengeposkan.

Tetapi tidak tahu surat tersebut ditujukan kepada siapa.

Saya agak malas membaca tulisan tangan, Mas.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Yu Sikah.

15) “Priye, Dhik Nunus, saiki?” pitakone Handaka

“Jebles Putri Sala!”

“Apa kowe wis tau weruh Putri Sala?”

“Kula sampun nate wektu dipunajak marak dhateng

nglebet Kraton Solo.”(Emprit Abuntut Bedhug:108)

Terjemahan:

“Bagaimana, Dik Nunus, sekarang?” tanya Handaka

“Mirip Putri Solo!”

“Apa kamu sudah pernah melihat Putri Solo?”

“Saya sudah pernah waktu diajak ke dalam Keraton Solo.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Nusyirwan. Nusyirwan menjelaskan bahwa

dirinya pernah di ajak berkunjung ke dalam Keraton Solo.

16) “Kula inggih sampun bosen, lho, Mas Handaka. Nganti

apal rega-regane barang sing didhasar kabeh!” Erawati

nyelani kandha. (Emprit Abuntut Bedhug:113)

Page 82: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

69

Terjemahan:

“Saya juga sudah bosan, lho, Mas Handaka. Sampai hafal

harga-harganya barang yang ada di dasar semua!” Erawati

menyela pembicaraan.

Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona

pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan kata

ganti tokoh Erawati.

17) “Kena apa ta Dhik Jarot, katone kok kuwatir?”

“Piyambakipun sampun mboten purun ningali kula menika

wau.”(Emprit Abuntut Bedhug:115)

Terjemahan:

“Kenapa Dik Jarot, kelihatannya khawatir sekali?

“Dirinya tadi sudah tidak mau menemui saya.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Jarot.

18) “Lan tresna dumateng kula malih, inggih?”(Emprit

Abuntut Bedhug:122)

Terjemahan:

“Dan cinta kepada saya lagi, iya?”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Nusyirwan.

Page 83: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

70

e. Deiksis Persona Pertama Jamak “awake dhewe”

1) “Aku rak pareng, ta, nyuwun ngampil tilpun kuwi dhisik?”

pitakone Handaka.

“La mangga, menawi ngersakaken.”

“Kene nomer tilpune pira?”

“Selatan, empat-delapan-tujuh.”

“Dhik Jarot. Nyambat, Dhik, tilpuna Pak Indra seksi III,

matura awake dhewe ana kene.”(Emprit Abuntut

Bedhug:65)

Terjemahan:

“Saya tidak boleh, ya, meminjam telepon itu dulu?” tanya

Handaka.

“Silahkan, apabila menginginkan.”

“Sini nomor teleponnya berapa?”

“Selatan, empat-delapan-tujuh.”

“DikJarot. Bicara, Dik, teleponkan Pak Indra seksi III,

bicara saja kita ada di sini.”

Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona

pertama jamak yaitu „awake dhewe‟. „Awake dhewe‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Detektif Handaka dan Jarot. Dalam

percakapan di atas Detektif Handaka memerintah jarot untuk

menelepon Inspektur Indra dan memberitahukan bahwa Handaka

dan Jarot ada di sini.

2) “Lha wong salah tampa, kok, Jeng. Wong salah tampa,

salah pangreten, lali, kuwi mesthi fanatik ngira awake

dhewe bener, ngugemi kebenerane. Wani mati. Diterka

ndhugal apa kurangajar, ya wani wae. Ora arep isin! Lha

wong rupamu ya jebles rupaku, ya disengguh yen kowe

kuwi aku!” Siti Respati mbelani tunangane. (Emprit

Abuntut Bedhug:150)

Terjemahan:

“Lah memang salah menerima, kok, Jeng. Memang salah

salah menerima, salah pengertian, lupa, itu pasti fanatik

menyangka dirinya sendiri benar, membanggakan

Page 84: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

71

kebenarannya. Berani mati. Dituduh jahat apa kurang ajar,

berani saja. Tidak ingin malu! Lah muka kamu mirip muka

Saya, ya jelas kamu disangka sebagai Saya!” Siti respati

membela tunangannya.

Kutipan percakapan di atas terdapat deiksis persona

pertama jamak yaitu „awake dhewe‟. „Awake dhewe‟ di sini

menunjukkan kata ganti Erawati. Siti Respati mengungkapkan

bahwa tunangannya tidak bersalah, karena terjadi kesalah

pahaman yang mengira Erawati adalah Siti Respati.

f. Deiksis Persona Pertama Jamak “kita”

1) “Inggih. Saged ugi mekaten. Nanging, nanging kula

mboten tepang kaliyan tiyang menika menika?” ujare

Jarot.

“Dhek mau kowe ya kandha ora kenal lan ora niteni Dhik

Erawati iki. Sidane saiki ya bisa nemokake. Jeng Era

mesthi kersa mbiyantu kita, arep mbenerake barang kang

ora bener! Nggih, ta, Jeng?” ujare Handaka kanthi yakin.

(Emprit Abuntut Bedhug:50)

Terjemahan:

“Iya. Bisa jadi begitu. Tetapi, tetapi saya tidak kenal

dengan orang-orang tersebut?” ujar Jarot.

“Dek, kamu tadi bilang tidak mengenal dan tidak

menunggu Dik Erawati ini. Akhirnya juga bisa

menemukan. Jeng Era pasti mau membantu kita, mau

membenarkan hal yang tidak benar! Bukan begitu Jeng?”

ujar Handaka sangat yakin.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona pertama jamak yaitu „kita‟. „Kita‟ di sini menunjukkan

dan mengarah ke tokoh Detektif Handaka dan Jarot.

2) Dina Sebtu wayah jam papat sore panase isih sumelet, ana

becak mandheg ing omah nomer sewelas. Sing numpak

Page 85: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

72

priyayi nom-noman. Sing lanang mbayar becak, sing

wadon ngenteni karo mbener-mbenerake roke kang

sakjane wis bener. Wong nom-noman loro mau Jarot lan

Erawati.

“Ayo, ta, Mas, rada cepet. Aku selek pengin ketemu Yu

Siti. Saiki dheweke mesthi wis dandan, dadi ora kaya sing

kita weruhi yen ana rumah sakit kae.” (Emprit Abuntut

Bedhug:130)

Terjemahan:

Hari Sabtu sekitar jam empat sore panasnya masih

menyengat, ada becak berhenti di Rumah nomor sebelas.

Yang menaiki anak muda. Yang laki-laki membayar becak,

yang perempuan menunggu sambil membenarkan roknya

yang sebenarnya sudah benar. Dua anak muda tersebut

adalah Jarot dan Erawati.

“ Ayo , ta, Mas, agak cepat. Saya tidak sabar untuk segera

bertemu Mba Siti. Sekarang dirinya pasti sudah berdandan,

jadi tidak seperti yang kita lihat pada waktu di Rumah

Sakit itu.”

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat deiksis

persona pertama jamak yaitu „kita‟. „Kita‟ di atas menunjukkan

kata ganti Jarot dan Erawati.

g. Deiksis Persona Kedua Tunggal“kowe”

1) “Dadi kowe weruh, rak iya, ta?” Handaka takon sereng.

Apip manthuk rada kurang seneng atine.(Emprit Abuntut

Bedhug:40)

Terjemahan:

“Jadi kamu melihat, iya kan?” Handaka bertanya dengan

tegas. Apip mengangguk sedikit kurang suka hatinya

Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua

tunggal yaitu terdapat pada kata „kowe‟. „Kowe‟ dalam

Page 86: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

73

percakapan di atas dituturkan oleh Handaka dan mengarah kepada

Apip.

2) “Mas Jarot dateng kapulisen! Manggih barang adi ingkang

cilik ngene, upama disingitake dhewe wae rak ora dadi

perkara, Mas? Kowe ki kebangetan jujure….!” Ujare

Erawati terus mbalekake ali-ali mau marang

Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:52)

Terjemahan:

“ Mas Jarot ke kepolisian! Menemukan barang yang kecil

begini, seandainya dismpan sendiri saja kan tidak jadi

masalah mas? Kamu keterlaluan jujurnya…!” ucap Erawati

sambil mengembalikan cincin tadi ke Handaka.

Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua

tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh

Erawati dan mengarah kepada Jarot.

3) “Kowe apa tepung karo putri iki, kok nyapa-nyapa?”

pitakone pemuda kuru sing mau meh ketabrak si Kenya iku

sajak nantan marang wong bagus sing nyapa si

kenya.(Emprit Abuntut Bedhug:58)

Terjemahan:

“ Kamu apa kenal sama putri ini, kenapa menyapa-nyapa?”

Tanya pemuda kurus yang tadi hampir tertabrak si gadis itu

sambil seakan-akan menantang orang gagah yang menyapa

si gadis.

Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua

tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh

Detektif Handaka dan mengarah kepada Nusyirwan.

4) “yen bener kowe tepung priyayi putri iki, ayo padha ngiwa

kana. Aku duwe rembug sethitik karo kowe,” celathune

nom noman sing kuru mau.(Emprit Abuntut Bedhug:59)

Terjemahan:

Page 87: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

74

“kalau bener kamu kenal orang terhormat ini, ayo kita

kesana. Saya punya musyawarah sedikit sama kamu,” ucap

orang muda yang kurus tadi.

Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua

tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh

Detektif Handaka dan mengarah kepada Nusyirwan.

5) “Kowe ki piye ta, Er?! Kok mentolo muni mengkono?”

panyarune wong bagus.(Emprit Abuntut Bedhug:62)

Terjemahan:

“Kamu bagamana sih, Er?! Kenapa tega bilang seperti

itu?” ujarnya orang bagus.

Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua

tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh

Nusyirwan dan mengarah kepada Erawati

6) “Kowe apa anak ontang-anting?” (Emprit Abuntut

Bedhug:64)

Terjemahan:

“Kamu apakah anak tunggal?

Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua

tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh

Detektif Handaka dan mengarah kepada Nusyirwan.

7) “Aku nganti duwe pangiro ala marang polahmu.kang

nyalawadi, nak Era! Sokur, saiki kowe wis bali!

Sokur…!”(Emprit Abuntut Bedhug:66)

Terjemahan:

“Saya sampai punya prasangka buruk terhadap tingkahmu

yang sudah keterlaluan nak Era! Sukur, sekarang kamu

sudah pulang, Sukur…!”

Page 88: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

75

Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua

tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas mengarah

kepada Erawati.

8) “ Rak ya waras, ta, Kowe, Nak Era? Rak ora kurang sawiji

apa?”(Emprit Abuntut Bedhug:67)

Terjemahan:

“ sehat kan kamu, nak Era? tidak kurang sedikitpun?”

Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua

tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh

Ibu Nusyirwan dan mengarah kepada Erawati.

9) “Kowe rak neng mburi kene dhisik, ta, Er? Ibu durung

mari kangene ngono sajake?” penarine Nisyirwan marang

Erawati, ngrengkuh-ngregkuh.(Emprit Abuntut

Bedhug:68)

Terjemahan:

“Kamu tidak di belakang sini dahulu, ta, Er? Ibu belum

sembuh kangennya bengitu kelihatanya?” bujuknya

Nusyirwan kepada Erawati mengiba.

Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua

tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh

Nusyirwan dan mengarah kepada Erawati.

10) “Kapan kowe weruh kantong iki kang

pungkasan?”(Emprit Abuntut Bedhug:69)

Terjemahan:

“kapan kamu melihat bungkusan ini terakhir kali?”

Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua

tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh

Handaka dan mengarah kepada Nusyirwan

11) “Dadi kowe ngakoni yen kanthong lan ali-ali iki asale

saka kowe?”(Emprit Abuntut bedhug:71)

Page 89: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

76

Terjemahan:

“Jadi kamu mengakui kalau bungkuan dan cincin ini

berasal dari kamu?”

Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua

tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh

Handaka dan mengarah kepada Nusyirwan.

12) “Kowe ora perlu nutuh-nutuh aku!” panggetake

Erawati.(Emprit Abuntut Bedhug:75)

Terjemahan:

“Kamu tidak perlu nuduh-nuduh saya?” ancam Erawati

Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua

tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh

Handaka dan mengarah kepada Nusyirwan.

13) “Er,. Kena apa kowe kok kakehan punika?” bisike

Nusyirwan bareng wis dansah sawatara. Saya larut ing

wirama musike.(Emprit Abuntut Bedhug:87)

Terjemahan:

“Er. Kenapa kamu kok kebanakan seperti itu?” bisik

Nusyirwan saat dansa sudah di mulai sebentar. Semakin

larut dalam irama musiknya.

Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua

tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh

Nusyirwan dan mengarah kepada Erawati.

14) “kowe rak wes ngerti pitakonku. Wangsulana!”(Emprit

Abuntut Bedhug:89)

Terjemahan:

“kamu kan sudah tahu pertanyaan saya. Makanya

dijawab!”

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Erawati yang dituturkan oleh Detektif Handaka.

Page 90: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

77

15) “Erawati! Erawati! elinga, kowe dadi urusane pulisi

ngertia! Aja nggugu karepmu dhewe! Swarane Handaka

nggreget lan atos.(Emprit Abuntut Bedhug:90)

Terjemahan:

“Erawati! Erawati! ingatlah! Kamu jadi urusannya polisi

tahu tidak! Jangan nurut kemauan km sendiri! Suaranya

Handaka sedikit membentak dan keras.

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Erawati yang dituturkan oleh Detektif Handaka.

16) “O, dadi kowe ki guru SGKP, ta?” bisike Nusyirwan

swarane kendho.(Emprit Abuntut Bedhug:91)

Terjemahan:

“ O, jadi kamu ini guru SGKP, ta?” bisik Nusyirwan

dengan suara melemah.

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Erawati yang dituturkan oleh Nusyirwan.

17) “Kowe kabeh ditelik, diawasi obah mosikmu dening polisi,

marga tinerka kacenthok melu urun tumindak ing

kadurjanan iki. Ngerti?” ujare Handaka mbubarake

parepatan.(Emprit Abuntut Bedhug:94)

Terjemahan:

“Kamu semua diintai, diawasi tingkahlakumu oleh polisi,

sebab diterka terlibat si kejahatan ini. Paham?” ujar

Handaka membubarkan diskusi.

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh semuanya yang ada di diskusi tersebut dan

dituturkan oleh Detektif Handaka.

Page 91: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

78

18) “Kowe kersa mbiyantu pegaweanku iki,” celathune

Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:103)

Terjemahan:

“Kamu merasa membantu pekerjaanku ini” ucap Handaka.

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Jarot yang dituturkan oleh Detektif Handaka.

19) “Heh! Jeng Erawati! Kowe ngerti apa sing dikarepke Dhik

Nunus kuwi! Kowe ngerti apa kekuranganmu! Iya apa

ora?” pitakonane Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:103)

Terjemahan:

“Heh! Jeng Erawati! Kamu tahu apa yang diinginkan Dhik

Nunus itu! Kamu tahu apa kekuranganmu! Iya apa tidak?”

Tanya Handaka.

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Erawati yang dituturkan oleh Detektif Handaka.

20) “Apa kowe wis tau weruh Putri Sala?”(Emprit Abuntut

Bedhug:108)

Terjemahan:

“Apa kamu pernah melihat Putri Solo?”

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Jarot yang dituturkan oleh Detektif Handaka.

21) “Apa kowe isih rumangsa cocog karo Erawati iki?”

Pitakonane Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:122)

Terjemahan:

“Apakah Kamu masih merasa cocok sama Erawati ini?”

Tanya Handaka

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Nusyirwan yang dituturkan oleh Detektif

Handaka.

22) “Heh, Jeng Erawati! Kowe aja lali yen isih dadi teliking

pulisi!” mrana-mrana keprungu swara sora

sumingit.(Emprit Abuntut Bedhug:130)

Page 92: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

79

Terjemahan:

“Heh, Jeng Erawati! Kamu jangan lupa kalau masih jadi

mata-mata polisi” kesana kesana ketahuan tingkahnya.

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Erawati yang dituturkan oleh Detektif Handaka.

23) “Jeng Era! Sing arep crita ki, kowe apa mbakyumu?!”

pitakone Detektif Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:132)

Terjemahan:

“Jeng Era! Yang mau cerita ini, kamu apa kakak

perempuanmu?!” Tanya Detektif Handaka.

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Erawati yang dituturkan oleh Detektif Handaka.

24) “Lo, kowe ya dansah barang karo Mas Nunus?” pitakone

mbakyu marang adhi kembarane, Siti Respati marang

Erawati.(Emprit Abuntut Bedhug:142)

Terjemahan:

“Lo, kamu juga dansa sama Mas Nunus?” Tanya kakak

perempuan kepada adik kemarnya. Siti Respati pada

Erawati.

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Erawati yang dituturkan oleh Siti Respati

25) “Anggone terus-terusan nguber kowe ki sawise tulisane

dipecak ing Arek Surabaya.apa sadurunge?” pitakone

Handaka.(Emprit Abuntu Bedhug:144)

Terjemahan:

“Saat terus- menerus mengejar kamu ni sesudah tulisane

dimuat di Arek Surabaya apa sebelumnya?” Tanya

Handaka.

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Siti Respati yang dituturkan oleh Detektif

Handaka.

26) “E, ya bisa cara Madura barang, ta, Kowe kuwi?”

pitakone Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:153)

Terjemahan:

“E, ya bisa cara Madura segala kan. Kamu itu?” Tanya

Handaka

Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan

Page 93: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

80

kata ganti tokoh Siti Respati yang dituturkan oleh Detektif

Handaka.

h. Deiksis Persona Kedua Tunggal“-mu”

1) “Priye, Dhik Handaka, pamrayogamu? Wong iki kudu

ditahan, rak iya, ta?”(Emprit Abuntut Bedhug:33)

Handaka mikir dhisik sadurunge mangsuli pitakon

Inspektur Indra, “Yen aku, lo, Mas....Yen aku sing ngurus

prekara iki, dheweke dakbebasake wae.”

Terjemahan:

“Bagaimana, Dik Handaka, pendapatmu? Orang ini harus

ditahan., bukan begitu?”

Handaka berfikir dahulu sebelum menjawab pertanyaan

Inspektur Indra, “Seaindainya saya, ya, Mas....Seandainya

saya yang mengurus masalah ini, dirinya saya bebaskan

saja.”

Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona

kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di sini menunjukkan kata ganti

tokoh Detektif Handaka. Dalam deiksis tersebut tokoh Detektif

Handaka di tanya oleh Inspektur Indra tentang bagaimana

pendapatnya tentang memutuskan keputusan suatu masalah.

2) “Panjenengan kudu percaya marang caraku

nyambutgawe,”celathune Handaka.

“Iya, iya. Apa butuhmu dakbantu?”(Emprit Abuntut

Bedhug:34)

“Aku nyuwun pulisi saregu?”

“Kanggo ngurus tangan putung iki? Perlu pulisi saregu?

Kanggo apa wae?” Pitakone Inspektur Indra.

Terjemahan:

“Anda harus percaya dengan caraku bekerja,”ucap

Handaka.

“Iya, iya. Apa keperluanmu saya bantu?”

“Saya meminta polisi satu regu?”

“Untuk menangani potongan tangan ini? Membutuhkan

polisi satu regu?Untuk apa saja?” tanya Inspektur Indra

Page 94: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

81

Dalam kutipan percakapan di atas terdapa bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di sini menunjukkan kata

ganti tokoh Detektif Handaka. Dalam deiksis tersebut tokoh

Detektif Handaka di tanya oleh Inspektur Indra tentang apa saja

keperluan yang dibutuhkan oleh Detektif Handaka akan Inspektur

Indra penuhi.

3) “Ngene, lo, Pip. Ndhuk kana maeng aku nemu kanthong.

Dakkira ae, kanthong iku duwekke arek klambi koning sing

nyerempet sepdhahku maeng.”

“La rak enak, nemu barange arek ayu? Kena gawe tandha

mata!”

“Tandha mata gundhulmu iku!”(Emprit Abuntut

Bedhug:39)

Terjemahan:

“Begini, Pip. Di sana tadi saya menemukan bungkusan.

Saya kira, bungkusan itu kepunyaan orang berbaju kuning

yang menyenggol sepdaku tadi.”

“Lah tidak enak, memnemukan barangnya orang cantik?

Bisa dijadikan cendera mata!”

“Cendera mata kepalamu itu!”

Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona

kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di sini menunjukkan kata ganti

tokoh Apip.

4) “Slamet ae awakmu, Rot!” ujare Apip (Emprit Abuntut

Bedhug:43)

Terjemahan:

“selamat saja dirimu, Rot!” ucap Apip.

Page 95: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

82

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di sini menunjukkan kata

ganti tokoh Jarot.

5) “Aku lan Dhik Jarot iki nyuwun kanthi banget supaya Jeng

Era saguh nganakake wektu lan tenaga kanggo mbiyantu

mbabarake prekara iki. Piye-piyea, sliramu ya katut

kesangkut, Jeng, marga kandhane Dhik Jarot, kanthong

iku asale saka setang sepedhamu!” (Emprit Abuntut

Bedhug:54)

Terjemahan:

“Saya dan Dik Jarot ini minta dengan sangat agar Jeng Era

sanggup mengadakan waktu dan tenaga untuk membantu

menyelesaikan masalah ini. Bagaimanapun juga, kamu ikut

terlibat, Jeng, karena kata Dik Jarot, bungkusan itu asalnya

dari stang sepedamu!”

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk

deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas

menunjukkan kata ganti tokoh Erawati. Dalam percakapan di atas

Jarot memberitahu kalau bungkusan tersebut jatuh dari sepeda

Erawati.

6) ”Ping pira ta sliramu ketemu wong kuwi? Ana ngendi

wae?”(Emprit Abuntut Bedhug:55)

“Kaping kalih. Kalawingi lan kala wau. Sadaya kedadosan

ing Toko Mardi Busana, Lurung Praban.”

“Sesuk-esuk sliramu kudu wira-wiri ing kono

maneh.”rembuge Detektip Handaka.

“Benjing-enjing kula mucal,”wangsulane Erawati.

Terjemahan:

“berapa kali dirimu bertemu orang itu? Dimana saja?”

“Dua kali, waktu kemarin dan tadi. Semua kejadian di Toko

Mardi Busana, Lurung Praban.”

“Besok pagi kamu harus bolak-balik ke situ lagi.”rencana

Detektif Handaka.

Page 96: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

83

“Besok pagi saya mengajar,”jawab Erawati.

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk

deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas

menunjukkan kata ganti tokoh Erawati

7) “Helo, Er! Kena apa, ta, Er, sikepmu kok owah timen

marang aku?”(Emprit Abuntut Bedhug:58)

Terjemahan:

“halo, Er! Kenapa ya, Er, sikapmu kok berbeda sekali sama

saya?”

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk

deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas

menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.

8) “O, ngono. Saiki aku kepengin ketemu keng ibu minangka

seksimu anggonmu srawung karo Jeng Era iki”ujare

Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:65)

“O, inggih. Mangke kulaaturanipun.”

“Yen ngono ora susah diaturi wae. Aku karo Jeng Era wae

sing sowan mrana.”

Nusyirwan mesem.

Terjemahan:

“O, begitu. Sekarang saya ingin bertemu dengan ibu jika

itu saksimu bagimu bergaul dengan Mba Era ini.”

“Oh, iya. Nanti saya kasih tahu.”

“Kalau begitu tidak usah dikasih tahu saja. Saya bersama

Jeng Era yang pergi kesana.”

Nusyirwan tersenyum.

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk

deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas

menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan.

Page 97: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

84

9) “Aku nganti duwe pangira ala marang polahmu. Nak Era!

Sokur, saiki kowe wis bali! Sokur....!” Ngendika ngono

mau banjur Erawati dirangkul, kaya patrape wong suwe

ora tetemon. (Emprit Abuntut Bedhug:66)

Terjemahan:

“Saya mempunyai pikiran yang jelek terhadap tingkah

lakumu, Nak Era! Syukur, sekarang kamu sudah pulang!

Syukur....!”berbicara seperti itu lalu Erawati dipeluk,

seperti orang yang sudah lama tidak bertemu.

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk

deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas

menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.

10) Sawise sareh sawetara, Nusyirwan lagi bisa kumecap.

“Saka rumangsamu, sapa sing ngiseni kanthong iki

nganggo tangan kuwi?” pitakone Handaka. (Emprit

Abuntut Bedhug:73)

Terjemahan:

Setelah istirahat sementara, Nusyirwan baru bisa bicara.

“Dari pendapatmu, siapa yang mengisi kantong ini

menggunakan tangan itu?” tanya Handaka.

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk

deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas

menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan.

11) “Dhik Nunus,” suwarane Handaka kalem lan antep “Aja

angger nerka! Wangsulana dhisik pitakon-pitakonku.

Geneya anggonmu nggodha Jeng Era mesthi ana ing

Mardi Busana”(Emprit Abuntut Bedhug:76)

Terjemahan:

“Dik Nunus,”suara Handaka pelan dan tegas “Jangan

semabarangan menuduh! Jawab dulu pertanyaan-

pertanyaanku. Beginikah caramu menggoda Mba Era pasti

waktu di Mardi Busana”

Page 98: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

85

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk

deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas

menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan. Dalam percakapan di

atas Detektif Handaka menanyakan kepada Nusyirwan bagaimana

cara Nusyirwan menggoda Erawati di Toko Mardi Busana.

12) “Apa cara kaya ngono iku mathuk karo

gagasanmu?”(Emprit Abuntut Bedhug:85)

Terjemahan:

“Apa cara seperti itu sependapat dengan gagasanmu?”

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk

deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas

menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan.

13) “Sapa jenengmu satemene, Cah Ayu?”(Emprit Abuntut

Bedhug:87)

Erawati Ratu Luwes meneng wae.

Terjemahan:

“Siapa nama kamu sebenarnya, Gadis Cantik?”

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk

deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas

menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.

14) “Erawati! Erawati! Elinga, kowe dadi urusane pulisi,

ngerti! Aja nggugu karepmu dhewe!” swarane Handaka

antep. (Emprit Abuntut Bedhug:90)

Terjemahan:

Page 99: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

86

“Erawati! Erawati! Ingat, kamu menjadi urusan polisi,

paham! Jangan menuruti kemauanmu sendiri!”suara

Handaka tegas.

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk

deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas

menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.

15) “Weruh Jeng Era nganggo ageman cara Jawa kaya

mengkono, priye prasakanmu?”(Emprit Abuntut

Bedhug:96)

Nusyirwan ngguyu, rumangsa diuja prasakane.

Terjemahan:

“Lihat Jeng Era memakai pakaian adat Jawa seperti itu,

bagaimana perasaan kamu?”

Nusyirwan tersenyum, merasa sedang diuji perasaannya.

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk

deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas

menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan.

16) “Gage! Nyang kana, lo! Kamarmu dhek dhisik,”ujare

Nusyirwan bareng ngreti Erawati mogog. (Emprit Abuntut

Bedhug:99)

Terjemahan:

“Cepat! Kesana, itu! Kamar kamu yang dulu,”ucap

Nusyirwan setelah tahu Erawati berhenti.

Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk

deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas

menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.

17) “Heh! Jeng Erawati! Kowe ngreti apa sing dikarepake

Dhik Nunus kuwi! Kowe ngerti apa kekuranganmu! Iya,

apa, ora?” pitakone Handaka. (Emprit Abuntut

Bedhug:103)

Page 100: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

87

Terjemahan:

“Hei! Jeng Erawati! Kamu tahu apa yang diinginkan Dik

Nunus itu! Kamu mengerti apa kekuranganmu! Iya, apa,

tidak?” tanya Handaka.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di sini menunjukkan kata

ganti tokoh Erawati.

18) “Aku kepengin aweh apa-apa sing anyar tumprapmu kang

kanthi ndadekake senenge atimu saiki iki.”(Emprit Abuntut

Bedhug:114)

Terjemahan:

“Saya ingin memberi apa saja yang baru menurut anda

yang bisa membuat senang hati kamu sekarang ini”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di sini menunjukkan kata

ganti tokoh Erawati.

19) “Sssstt, Jeng Siti! O, iya. Aku wis matur ibumu ing

Batangan yen kowe slamet lan ketemu adhimu barang. Ibu

banget bungahe,” ujare Detektip Handaka. (Emprit

Abuntut Bedhug:158)

Terjemahan:

“Sssstt, Jeng Siti! O, iya. Saya sudah memberi kabar

kepada ibumu di Batangan kalau kamu selamat dan sudah

bertemu adik kamu juga.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di sini menunjukkan kata

ganti tokoh Siti Respati.

Page 101: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

88

i. Deiksis Persona Kedua Tunggal“panjenengan”

1) Handaka ora nerusake pameksane supaya Erawati ayu

kuwi ngakoni kanthong iku. Mikir-mikir sedhela, banjur

takon, “Piye Dhik Jarot?”

“Heh?! O, anu menika. kala wau panjenengan pancen

sampun nampik, kemutan ta?”ujare Jarot nerka.(Emprit

Abuntut Bedhug:46)

Terjemahan:

Handaka tidak meneruskan pemaksaannya supaya Erawati

cantik itu mau mengakui bungkusan tersebut. Berpikir

sebentar, lalu bertanya, “Bagaimana Dik Jarot?”

“Heh?! O, anu begini tadi anda sudah memang sudah

menolak, teringat kan?” ucap Jarot menebak.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat deiksis persona

kedua tunggal yaitu „panjenengan‟. „Panjenengan‟ di atas

menunjukkan kata ganti DetektifHandaka.

2) “Mboten ngaten, Jeng Erawati. Cobi, kulaaturi

nyariyosaken lelampahan panjenengan sonten menika

wau?”pitakone Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:47)

Terjemahan:

“Tidak begitu, Jeng Erawati. Coba, saya persilahkan

menceritakan kegiatan anda waktu sore tadi?” tanya

Handaka.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „panjenengan‟. „Panjenengan‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.

3) “Panjenengan menika mbok sampun ngajrih-ajrihi ngaten,

ta , Mas!” ujar Jarot nuduh marang Handaka(Emprit

Abuntut Bedhug:53)

Terjemahan:

Page 102: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

89

“Anda itu sudah menakut-nakuti begitu, kan, mas!”ucap

Jarot menuduh kepada Detektif Handaka.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „panjenengan‟. „Panjenengan‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Handaka.

4) “Bisa wae, ta. Upama sliramu weruh kanthong iku

cumanthel ing sepedhahmu ing papan titipan sepedhah

Toko Mardi Busana.”ujar Detektip Handaka gawe crita.

“Dados panjenengan ndakwa tangan menika saking kula

aslinipun?!”pitakone Erawati karo ngadeg, pipine abang

mangar-mangar saking getering atine.(Emprit Abuntut

Bedhug:74)

Terjemahan:

”Bisa saja, kan. Seumpama kamu melihat bungkusan itu

tergantung di sepedamu di tempat penitipan sepeda Toko

Mardi Busana.”ucap DetektifHandak mengarang cerita.

“Jadi anda menuduh ini dari saya aslinya?!” tanya Erawati

sambil berdiri, pipinya memerah karena hatinya gemetar.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „panjenengan‟. „Panjenengan‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Detektif Handaka.

5) “Mas. Punapa panjenengan tetep nginten yen

piyambakipun saweg mboten enget purwa-duksina?

Sawektu kalap ing salebeting kalih minggu

menika?”pitakone Jarot marang Handaka. (Emprit

Abuntut Bedhug:99)

Terjemahan:

“Mas. Apa anda tetap mengira dirinya masih tidak ingat

kejadian awal? Pada saat lupa pada waktu dua minggu

itu?” tanya Jarot kepada Handaka.

Page 103: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

90

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „panjenengan‟. „Panjenengan‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Detektif Handaka.

6) “Dados miturut panjenengan?”(Emprit Abuntut

Bedhug:101)

“Walah, Dhik Jarot!Lha ya wis genah. Juri-juri kae apa

dhasare nganti milih Erawati nganti dadi Ratu Luwes.”

Terjemahan:

“Jadi menurut anda,?”

“Halah, Dik Jarot! Sudah jelas. Juri-juri itu mempunyai

dasar sampai memilih Erawati hingga menjadi Ratu

Luwes.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „panjenengan‟. „Panjenengan‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Jarot.

7) “Terus? Kena apa kok terus nggeblas saka

sandhingku?”pitakone Nusyirwan kepengin banget ngreti.

“Panjenengan ora ngrasakake.”(Emprit Abuntut

Bedhug:139)

Terjemahan:

“Terus? Kenapa kok terus pergi dari sampingku?”tanya

Nusyirwan ingin sekali mengetahui.

“Anda tidak merasakannya”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „panjenengan‟. „Panjenengan‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan.

j. Deiksis Persona Kedua Tunggal“sampeyan”

Page 104: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

91

1) “Hah, sampeyan mboten goroh?”pitakone Inspektur.

(Emprit Abuntut Bedhug:31)

“mboten, Pak. Yektos, mboten!”wangsulane Jarot.

Terjemahan:

“Hah, anda tidak bohong?”tanya Inspektur.

“tidak, Pak. Yakin, tidak!”jawab Jarot.

Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona

kedua tunggal yaitu „sampeyan‟. „Sampeyan‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Jarot. Dalam deiksis tersebut tokoh Jarot di tanya

oleh Inspektur Indra apakah Jarot benar-benar tidak berbohong.

2) “Mokal niku. Pun ngaku mawon. Kang pundi sampeyan

angsal tangan niku? Tiyange mang aniaya teng pundi?

Ngaku!”(Emprit Abuntut Bedhug:32)

“Leres, Pak. Kula mboten damel crita mokal!”wangsulane

Jarot.

Terjemahan:

“Palsu itu. Mengaku saja. Darimana anda meendapat

tangan itu? Orang tersebut dianiaya di mana? Mengaku!”

“Betul, Pak. Saya tidak membuat cerita palsu!”jawab Jarot.

Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona

kedua tunggal yaitu „sampeyan‟. „Sampeyan‟ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Jarot.

3) “Prekara sampeyan kula pasrahake teng pembantu kula

niki. Namine Detektip Handaka.”ujare Inspektur Indra.

(Emprit Abuntut Bedhug:35)

“Asmane sapa, Dhik?”pitakone Handaka.

“Jarot, Mas.”

Terjemahan:

“masalah anda, saya serahkan kepada pembantu saya ini.

Namanya Detektif Handaka.”ucap Inspektur Indra.

“Namanya saiapa, Dik?”tanya Handaka

Page 105: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

92

“Jarot, Mas.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „sampeyan‟. „Sampeyan‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Jarot.

4) “oh!”unine Erawati kaget. Mripate blalak merga wedi.

“Pun, cobi dicritakake mawon lelampahan sampeyan sore

wau,”ujare Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:48)

Terjemahan:

“oh!” ucap Erawati kaget. Matanya meloltot karena takut.

“sudah, coba ceritakan saja kegiatan anda sore tadi.”ucap

Handaka.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „sampeyan‟. „Sampeyan‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.

5) “Sampeyan napane?”(Emprit Abuntut Bedhug:126)

“abdinipun.”

“Sing onten griya sinten, Pak?”pitakone Detektip

Handaka.

“Den Tahal, Pak.”

Terjemahan:

“Anda apanya?”

“pembantunya.”

“yang ada di rumah siapa?”tanya Detektif Handaka.

“Tuan tahal, Pak.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „sampeyan‟. „Sampeyan‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Pembantu dari tokoh Sutahal.

k. Deiksis Persona Kedua Tunggal“kok-”

Page 106: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

93

1) “Mas, aku aja kokculake ijen ana kene, ya?”celathune

Erawati marang Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug:69)

Terjemahan:

“Mas, saya jangan kamu lepas sendirian di sini, ya?”ucap

Erawati kepada Jarot.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „kok-„. „Kok-„ di sini menunjukkan

kata ganti tokoh Jarot.

2) “kena apa ora kokjaluk bali saka tangane Dik

Jarot?”(Emprit Abuntut Bedhug:70)

Terjemahan:

“kenapa tidak kamu minta dari tangan dik Jarot?”

Dalam kutipan percakapan di atas menunjukan adanya

bentuk deiksis persona kedua tunggal yaitu „kok-„. „Kok-„ disini

menunjukan kata ganti tokoh Erawati. Dalam deiksis tersebut

tokoh Erawati di tanya oleh Detektif Handaka kenapa bungkusan

tersebut tidak di minta oleh Erawati.

3) Handaka katon nyepelekake ujare wong ayu iku. Dheweke

takon maneh marang Nusyirwan.

“dadi, kokkira Jeng Erawati iki saiki wong sing lagi lali,

wong sing lagi ora eling marang lelakon kang wis tau

dilakoni?”(Emprit Abuntut Bedhug:84)

Terjemahan:

Handaka terlihat menyepelekan ucapan orang cantik ini.

Dirinya bertanya lagi kepada Nusyirwan.

“jadi, kamu kira Mba Erawati ini sekarang orang yang

sedang tidak ingat, orang yang sedang lupa dengan

kelakuan yang pernah dilakukannya?”

Page 107: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

94

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat unsur deiksis

persona kedua tunggal yaitu kata „kok-„. „Kok-„ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan.

l. Deiksis Persona KetigaTunggal“dheweke”

1) “… Dheweke mesthi kena didadekake seksi, seksi kang

wigati!”(Emprit Abuntut Bedhug:49)

Terjemahan:

“… dirinya pasti bisa dijadikan saksi, saksi yang berarti!”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „dheweke‟. „Dheweke‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan. Dalam percakapan

tersebut Nusyirwan bisa dijadikan saksi yang sangat berarti.

2) “Ing sekolahan dheweke nemoni direktrise...”(Emprit

Abuntut Bedhug:101)

Terjemahan:

“Di sekolahan dirinya menemui kepalanya...”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „dheweke‟. „Dheweke‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.

3) “Dheweke durung rampung tenan anggone

macak…”(Emprit Abuntut Bedhug:104)

Terjemahan:

“Dia belum benar selesai berdandan...”

Page 108: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

95

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „dheweke‟. „Dheweke‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.

4) “Dheweke wis nggeblas nyopiri pickup…”(Emprit Abuntut

Bedhug:148)

Terjemahan:

“Dia sudah pergi mengendarai pickup…”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „dheweke‟. „Dheweke‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Sutahal. Dalam percakapan

tersebut Sutahal sudah pergi mengendarai pickup.

5) “Nanging sajrone dadi urusan neng kene biyen kae

dheweke rak genah.”(Emprit Abuntut Bedhug:157)

Terjemahan:

“Tapi sesungguhnya jadi urusan disini adalah dulu dirinya

itu tidak jelas.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „dheweke‟. „Dheweke‟ di sini

menunjukkan kata ganti tokoh Siti Respati.

m. Deiksis Persona KetigaTunggal “piyambakipun”

1) “Piyambakipun nyuwun ditumbas-ake bahan

pakean”(Emprit Abuntut Bedhug:80)

Terjemahan:

“dirinya minta dibelikan bahan pakaian”

Page 109: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

96

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „piyambakipun‟. „Piyambakipun‟ di

sini menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.

2) “Dangu- dangu piyambakipun purun kula ajak mlampah-

mlampah…”(Emprit Abuntut Bedhug:81)

Terjemahan:

“Lama-lama dirinya mau saya ajak jalan-jalan…”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „piyambakipun‟. „Piyambakipun‟ di

sini menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.

3) “...piyambakipun nyuwun kertas,...”(Emprit Abuntut

Bedhug:105)

Terjemahan:

“...dirinya meminta kertas,...”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „piyambakipun‟. „Piyambakipun‟ di

sini menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.

4) “Piyambakipun sampun mboten purun ningali kula menika

wau”(Emprit Abuntut Bedhug:115)

Terjemahan:

“Dia sudah tidak mau menengok saya dari tadi”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „piyambakipun‟. „Piyambakipun‟ di

sini menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.

Page 110: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

97

5) “Kula kraos sanget nalika mbeta piyambakipun ndamel

variasi ingkang radi rumit”(Emprit Abuntut Bedhug:124)

Terjemahan:

“Saya merasakan sangat saat membawa dirinya membuat

variasi yang agak rumit”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

persona kedua tunggal yaitu „piyambakipun‟. „Piyambakipun‟ di

sini menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.

Berdasarkan analisis deiksis persona dalam novel Emprit Abuntut Bedhug

karya Suparto Brata, peneliti dapat menghitung jumlah deiksis persona yang

terdapat pada kutipan-kutipan kalimat percakapan sebagai berikut:

1. Jumlah deiksis persona pertama tunggal “aku”: 45

2. Jumlah deiksis persona pertama tunggal “-ku” 10

3. Jumlah deiksis persona pertama tunggal “dak-“ 15

4. Jumlah deiksis persona pertama tunggal “kula” 19

5. Jumlah deiksis persona pertama jamak “awake dhewe” 2

6. Jumlah deiksis persona pertama jamak “kita” 2

7. Jumlah deiksis persona kedua tunggal “kowe” 25

8. Jumlah deiksis persona kedua tunggal “-mu” 20

9. Jumlah deiksis persona kedua tunggal “panjenengan” 7

10. Jumlah deiksis persona kedua tunggal “sampeyan” 7

11. Jumlah deiksis persona kedua tunggal “kok-“ 3

12. Jumlah deiksis persona kedua tunggal “dheweke” 5

13. Jumlah deiksis persona kedua tunggal “piyambakipun” 6

Page 111: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

98

2. Deiksis Temporal

a. Deiksis Temporal “samenika”

1) Nusyirwan bertanya kepada Detektif Handaka

“Kadospundi samenika, Mas Pulisi?” pitakone Nusyirwan,

nagih menange anggone oleh paseksen.(Emprit Abuntut

Bedhug:68)

Terjemahan:

“Bagaimana sekarang, Mas Polisi?” pertanyaan Nusyirwan,

meminta menang dalam kesaksian.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „samenika‟. „Samenika‟ di sini menunjukkan kata ganti

waktu yaitu sekarang. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan.

Kata „samenika‟ mengarah kepada waktu saat penutur menuturkan

percakapan tersebut.

2) Nusyirwan sedang bercerita

“Nanging kula lajeng mboten enget bab SGKP menika ngantos

samenika wau.” Mengkono critane Nusyirwan.(Emprit

Abuntut Bedhug:93)

Terjemahan:

“Tetapi saya tidak ingat bab SGKP itu sampai sekarang.”

Begitu cerita Nusyirwan.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „samenika‟. „Samenika‟ di sini menunjukkan kata ganti

waktu yaitu sekarang. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan.

Dalam percakapan tersebut mengungkapkan bahwa sampai saat ini

Page 112: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

99

atau sekarang Nusyirwan tidak ingat sama sekali bab SGKP tersebut.

Kata „samenika‟ mengarah kepada waktu saat penutur menuturkan

percakapan tersebut.

3) Nusyirwan glogap-glagep, wangsulane,”Inggih. Inggih.

Nanging kok benten kaliyan Dhik Erawati kala sepisanan

kepanggih kula? Samenika.... Samenika, nuwun sewu, kirang

luwes. Kirang trap, kirang trep...."(Emprit Abuntut

Bedhug:103)

Terjemahan:

Nusyirwan gugup menjawabnya,”Iya. Iya. Tetapi kok berbeda

dengan Dik Erawati waktu pertama kali bertemu saya?

Sekarang.... Sekarang, permisi, kurang cocok. Kurang pas.....”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal

yaitu „samenika‟. „Samenika‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu

saat ini atau sekarang. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan.

Dalam percakapan tersebut mengungkapkan bahwa Nusyirwan

sekarang menjadi gugup karena jawaban yang berbeda pada saat

pertama kali bertemu Erawati. Kata „samenika‟ mengarah kepada

waktu saat penutur menuturkan percakapan tersebut.

4) Nusyirwan menjawab pertanyaan Detektif Handaka.

“...Dene Dhik Era samenika yen omong sampun kados tiyang

Surabaya mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:123)

Terjemahan:

“....Kalau Dik Era sekarang berbicaranya sudah seperti orang

Surabaya sini.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal

yaitu „samenika‟. „Samenika‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu

Page 113: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

100

saat ini atau sekarang. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan.

Dalam percakapan tersebut mengungkapkan bahwa sekarang berbicara

Erawati sudah seperti orang Surabaya. Kata „samenika‟ mengarah

kepada waktu saat penutur menuturkan percakapan tersebut.

b. Deiksis Temporal “saiki”

1) Inspektur Indra berbicara kepada Detektif Handaka.

“Heh, wong kaculikan jaman saiki, jare! Maling bisa wae

slinthutan ana ngarep kacamatane pulisi!”(Emprit Abuntut

Bedhug:33)

Terjemahan:

“Heh, orang sudah terbawa zaman sekarang, katanya! Pencuri

bisa saja berkeliaran di depan kacamata polisi!”

Dalam kutipan percakapan diatas menunjukan adanya bentuk

deiksis temporal yaitu „saiki‟. „Saiki‟ disini menunjukan kata ganti

waktu sekarang. Percakapan tersebut dituturkan oleh Inspektur Indra.

Dalam percakapan tersebut mengungkapkan bahwa zaman sekarang

banyak pencuri yang banyak lolos dari pengawasan polisi.

2) Inspektur Indra menyuruh Detektif Handaka untuk

membenarkan sikap duduknya.

“Saiki,” wangsulane Handaka karo mbenerake sikep

lungguhe.(Emprit Abuntut Bedhug:35)

Terjemahan:

“Sekarang,” jawaban Handaka sambil membenarkan sikap

duduknya.

Page 114: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

101

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal

yaitu „saiki‟. „Saiki‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu sekarang.

Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka. Dalam

percakapan tersebut mengungkapkan bahwa sekarang Handaka

membenarkan sikap duduknya yang semula duduknya tidak benar.

3) Inspektur Indra mengajak Jarot dan Detektif Handaka.

“La, ngono. Ayo, saiki diparani.”(Emprit Abuntut Bedhug:36)

Terjemahan:

“La, begitu. Ayo, sekarang di datangi.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal

yaitu „saiki‟. „Saiki‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu sekarang.

Percakapan tersebut dituturkan oleh Inspektur Indra. Dalam

percakapan tersebut mengungkapkan bahwa Inspektur Indra mengajak

Jarot dan Detektif handaka untuk memeriksa segera potongan tangan

yang telah ditemukan. Kata „saiki‟ mengarah kepada waktu saat

penutur menuturkan percakapan tersebut.

4) Handaka berbicara kepada Jarot.

“Dhek mau kowe ya kandha ora kenal lan ora niteni Dhik

Erawati iki. Sidane saiki ya bisa nemokake.”(Emprit Abuntut

Bedhug:50)

Terjemahan:

“Saat tadi kamu bicara tidak kenal dan tidak memahami Dik

Erawati ini. Akhirnya sekarang dapat menemukannya.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal

yaitu „saiki‟. „Saiki‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu sekarang.

Page 115: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

102

Percakapan tersebut dituturkan oleh Handaka. Kata „saiki‟ mengarah

kepada waktu saat penutur menuturkan percakapan tersebut.

5) Ibu Nusyirwan berbicara kepada Erawati.

“Nak Era! Sokur, saiki kowe wis bali! Sokur.....!” Ngendika

ngono mau banjur gapyuk Erawati dirangkul, dikekep-kekep

kaya patrape wong tresna suwe ora tetemon.(Emprit Abuntut

Bedhug:66)

Terjemahan:

“Nak Era! Syukur, sekarang kamu sudah pulang! Syukur....!”

Setelah berbicara lalu Erawati dirangkul, dipeluk, ibarat orang

yang saling suka yang sudah lama tidak bertemu.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal

yaitu „saiki‟. „Saiki‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu sekarang.

Percakapan tersebut dituturkan Ibu Nusyirwan. Dalam percakapan

tersebut mengungkapkan bahwa saat Erawati sampai dirumah

Nusyirwan dan bertemu Ibu Nusyirwan. Kata „saiki‟ mengarah kepada

waktu saat penutur menuturkan percakapan tersebut.

6) Handaka berbicara kepada Nusyirwan.

“Saiki wis ana majune ngono, lo, Dhik,” aloke Handaka

ngandhani Nusyirwan, weruh Erawati sing ndhisiki ngajak

Nusyirwan.(Emprit Abuntut Bedhug:115)

Terjemahan:

“Sekarang sudah ada kemajuannya, lo, Dik.”ucap Handaka

memberi tahu Nusyirwan, melihat Erawati lebih dulu mengajak

Nusyirwan.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal

yaitu „saiki‟. „Saiki‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu sekarang.

Percakapan tersebut dituturkan oleh Handaka. Dalam percakapan

Page 116: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

103

tersebut mengungkapkan bahwa Handaka melihat sebuah kemajuan

dari Nusyirwan. Kata „saiki‟ mengarah kepada waktu saat penutur

menuturkan percakapan tersebut.

7) Jarot berbicara kepada Siti Respati.

“Iya. Iya. Saiki jamane Siti Respati! Golek tunangan nganggo

detektip!” ujare jaka bagus cedhake Siti Respati ngarih-

arih.(Emprit Abuntut Bedhug:134)

Terjemahan:

“Iya. Iya. Sekarang zamannya Siti Respati! Mencari tunangan

memakai detektif!” kata Jaka Bagus mendekati Siti Respati

diam-diam.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal

yaitu „saiki‟. „Saiki‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu sekarang.

Percakapan tersebut dituturkan oleh Jarot. Dalam percakapan tersebut

mengungkapkan bahwa cara zaman sekarang mencari tunangan sudah

semakin modern yaitu dengan menggunakan detektif. Kata „saiki‟

mengarah kepada waktu saat penutur menuturkan percakapan tersebut.

c. Deiksis Temporal “Mengko”

1) Detektif Handaka memberi perintah kepada Erawati.

“...Sesuk esuk sliramu kudu wira wiri ing kono meneh. Kita

ngulat-ulatake. Mengko yen wonge muncul, sliramu kudu

enggal aweh sasmita. Bisa, ta?” rembuge Detektip

Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:55)

Terjemahan:

“...Besok pagi kamu harus kesana kemari di tempat itu lagi.

Kita harus menyempatkan. Nanti kalau orangnya terlihat, kamu

Page 117: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

104

harus cepat memberi informasi, bisa kan?” rencananya Detektif

Handaka.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „mengko‟. „Mengko‟ di sini menunjukkan kata ganti

waktu nanti. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka.

Kata „mengko‟ mengarah kepada waktu sesudah penutur menuturkan

percakapan tersebut.

2) Jarot berbicara kepada Erawati.

“Aku ora mung ngaku-aku tepung Dhik Erawati iki. Mengko

dakbuktekake. Rak iya, ta, Er?”(Emprit Abuntut Bedhug:59)

Terjemahan:

“Aku tidak Cuma mengaku-aku kenal Dik Erawati ini. Nanti

kubuktikan. Bukan begitu, Er?”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „mengko‟. „Mengko‟ di sini menunjukkan kata ganti

waktu nanti. Percakapan tersebut dituturkan oleh Jarot. Dalam

percakapan tersebut mengungkapkan bahwa Jarot tidak hanya berpura

pura kenal Erawati, dan dia bersedia membuktikan nanti jika orang

lain tidak percaya padanya. Kata „mengko‟ mengarah kepada waktu

sesudah penutur menuturkan percakapan tersebut.

3) Handaka bertanya kepada Nusyirwan.

“O, mengkono? Wis, ngene wae. Dhik Jarot nggocenga

sepedhah montor. Mengko dietutake pick-up saka mburi. Aja

banter-banter, dalan Surabaya rame. Ngendi, ta, Dhik,

daleme?”.(Emprit Abuntut Bedhug:63)

Terjemahan:

Page 118: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

105

“O, begitu? Sudah, begini saja. Dik Jarot mbonceng sepeda

motor. Nanti diikuti pick-up dari belakang. Jangan cepat-cepat,

jalan Surabaya ramai. Dimana Dik, rumahnya?”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „mengko‟. „Mengko‟ di sini menunjukkan kata ganti

waktu nanti. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka.

Dalam percakapan tersebut mengungkapkan bahwa nanti pick up

tersebut mengikuti dari belakang. Kata „mengko‟ mengarah kepada

waktu sesudah penutur menuturkan percakapan tersebut.

4) Detektif Handaka berbicara kepada Jarot.

“Aja nggaya, Dhik Jarot. Yen kowe gelem mbiyantu aku

temenan, mengko dakgolekake sing gandes, ta, wis.”(Emprit

Abuntut Bedhug:101)

Terjemahan:

“Jangan bergaya, Dik Jarot. Kalau kamu membantu aku

beneran, nanti tak carikan yang bagus, bukan begitu.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „mengko‟. „Mengko‟ di sini menunjukkan kata ganti

waktu nanti. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka.

Dalam percakapan tersebut mengungkapkan detektif Handaka

menyuruh Jarot untuk membantunya, setelah itu Handaka akan segera

membantu Jarot untuk menemukan wanita yang lebih cantik dari

Erawati. Kata „mengko‟ mengarah kepada waktu sesudah penutur

menuturkan percakapan tersebut.

5) Erawati sedang berbicara kepada Siti Respati.

Page 119: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

106

“Ibu ngila-ilani ngono marga kuwatir yen aku mengko

nggoleki kowe.”(Emprit Abuntut Bedhug:160)

Terjemahan:

“Ibu berpesan begitu karena khawatir kalau aku nanti mencari

kamu.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „mengko‟. „Mengko‟ di sini menunjukkan kata ganti

waktu nanti. Percakapan tersebut dituturkan oleh Erawati. Dalam

percakapan tersebut mengungkapkan bahwa agar selalu ingat pesan

ibu, karena kalau lupa, dia akan segera mencari saudara kembarnya.

Yang dimaksud di sini adalah Erawati yang akan mencari Siti Respati.

Kata „mengko‟ mengarah kepada waktu sesudah penutur menuturkan

percakapan tersebut.

d. Deiksis Temporal “Mangke”

1) Erawati bericara kepada Detektif Handaka.

“Mangke rumiyin ta, ta, tuwan detektip.” (Emprit Abuntut

Bedhug:109)

Terjemahan

“Nanti dulu ta, ta, tuan detektif.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „mangke‟. „Mangke‟ di sini menunjukkan kata ganti

waktu nanti. Percakapan tersebut dituturkan oleh Erawati. Dalam

percakapan tersebut mengungkapkan bahwa Erawati menyuruh

Page 120: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

107

Detektif Handaka untuk jangan tergesa gesa untuk membantunya,

karena ingatan Erawati yang belum kembali pulih.

e. Deiksis Temporal “Mau”

1) Jarot sedang bergumam dalam Hati.

“La kanthonge sapa yen dudu kanthonge arek mau?...”(Emprit

Abuntut Bedhug:18)

Terjemahan:

“La bungkusan siapa kalau bukan bungkusan anak tadi?...”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu

tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Jarot. Dalam percakapan

tersebut mengungkapkan bahwa bungkusan yang dibawa oleh

perempuan tadi. Kata „mau‟ mengarah pada waktu sebelum

percakapan tersebut dituturkan.

2) Detektif Handaka bertanya kepada Jarot.

“Kandhamu mau, kowe ora duwe seksi nalika tabrakan ing

Blawuran mau?....”(Emprit Abuntut Bedhug:36)

Terjemahan:

“Katamu tadi, kamu tidak punya saksi dalam kecelakaan di

Blawuran tadi?....”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu

tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka. Dalam

percakapan tersebut mengungkapkan bahwa tadi telah terjadi

Page 121: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

108

kecelakaan di Blawuran. Kata „mau‟ mengarah pada waktu sebelum

percakapan tersebut dituturkan.

3) Handaka bertanya kepada Jarot

“Dhek mau kowe ya kandha ora kenal lan ora niteni Dhik

Erawati iki.....”(Emprit Abuntut Bedhug:50)

Terjemahan:

“Dek tadi kamu juga bilang tidak kenal dan tidak menduga Dik

Erawati iki...”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu

tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka. Dalam

percakapan tersebut mengungkapkan bahwa tadi tidak menduga

bahwa itu Erawati. Kata „mau‟ mengarah pada waktu sebelum

percakapan tersebut dituturkan.

4) Detektif Handaka menjelaskan kepada Jarot.

“Ora, Dhik. Aku kudu weruh reaksi sing wajar. Nganggo ali-

ali mau aku isih durung cetha, .....”(Emprit Abuntut

Bedhug:53)

Terjemahan:

“Tidak, Dik. Saya harus melihat reaksi yang wajar. Memakai

cincin tadi saya masih belum jelas,....”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu

tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka. Dalam

percakapan tersebut mengungkapkan bahwa cincin yang dipakai tadi

belum menjelaskan betul pada penyelidikan yang dilakukan oleh

Page 122: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

109

Detektif Handaka. Kata „mau‟ mengarah pada waktu sebelum

percakapan tersebut dituturkan.

5) Jarot bertanya kepada Erawati.

“... Seksine napa niku wau?... “(Emprit Abuntut Bedhug:61)

Terjemahan:

“... Saksinya apa itu tadi?...”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu

tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Jarot. Dalam percakapan

tersebut mengungkapkan bahwa saksi yang tadi dalam urusan polisi

adalah Erawati. Kata „mau‟ mengarah pada waktu sebelum

percakapan tersebut dituturkan.

6) Handaka menyuruh Nunus untuk memutarkan musik tadi.

“Dhik Nunus. Balenana maneh musik iku mau, lan dansaha

maneh!” clathune Detektip Handaka lirih.(Emprit Abuntut

Bedhug:91)

Terjemahan:

“Dik Nunus. Kembalikan musik itu tadi, dan dengarkan

lagi!”ujar Detektif Handaka lirih.

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu

tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka. Kata

„mau‟ mengarah pada waktu sebelum percakapan tersebut dituturkan.

7) Detektif Handaka berbicara kepada Jarot.

Page 123: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

110

“... Perlu dakkandhakake yen nganti jam rolas awan mau, ana

wartawan kang pijer-pijer kepengin nemoni

dheweke....”(Emprit Abuntut Bedhug:100)

Terjemahan:

“... Perlu saya ucapkan kalau sampai jam dua belas siang tadi,

ada wartawan tiba-tiba ingin menemui dia....”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu

tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka. Dalam

percakapan tersebut mengungkapkan bahwa tadi siang ada wartawan

yang tiba-tiba ingin menemui Erawati. Kata „mau‟ mengarah pada

waktu sebelum percakapan tersebut dituturkan.

8) Nunus berbicara kepada Erawati

“Alah-alah-alah! Kemayune saya ndadi, adhiku kuwi! Ngukuhi

benere dhewe kuwi wong bodho, lo, kandhamu

mau.....!”(Emprit Abuntut Bedhug:150)

Terjemahan:

“Alah-alah-alah! Sombongnya semakin menjadi, adikku itu!

Memperlihatkan dirinya sendiri itu orang bodo, lo, ucapanmu

tadi...!”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu

tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nunus. Dalam percakapan

tersebut mengungkapkan bahwa Nunus melihat kesombongan Erawati

yang senang memamerkan kepribadiannya dan menganggap ucapan

Erawati tadi seperti orang yang bodoh yang hanya bisa berbicara saja.

Page 124: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

111

Kata „mau‟ mengarah pada waktu sebelum percakapan tersebut

dituturkan.

f. Deiksis Temporal “wingi”

1) Detektif Handaka bertanya kepada Erawati perihal bertemunya

dengan Sutahal.

“Kaping kalih. Kala wingi lan kala wau....”(Emprit Abuntut

Bedhug:55)

Terjemahan:

“Yang kedua. Yang kemarin dan yang tadi...”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „wingi‟. „Wingi‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu

kemarin. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka.

Dalam percakapan tersebut mengungkapkan bahwa Erawati bertemu

sutahal dua kali yaitu kemarin dan tadi.

2) Nusyirwan sedang berbicara dengan Erawati

“Dakkira lulusan SGKP, wingi kae.”(Emprit Abuntut

Bedhug:91)

Terjemahan:

“Saya kira lulusan SGKP, kemarin itu.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „wingi‟. „Wingi‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu

kemarin. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan. Dalam

percakapan tersebut mengungkapkan bahwa Nusyirwan mengira

Page 125: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

112

Erawati adalah lulusan SGKP kemarin saja, tetapi kenyataanya

Erawati sudah menjadi guru SGKP.

3) Nusyirwan memberi saran kepada Erawati.

“Er. Mundhut bakal iki maneh apa priye? Olehku tuku ya kene,

kok, wingi kae.”(Emprit Abuntut Bedhug:114)

Terjemahan:

“Er. Ambil bahan ini lagi apa bagaimana? Kepunyaanku juga

membeli disini, yang kemarin itu.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

temporal yaitu „wingi‟. „Wingi‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu

kemarin. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan. Dalam

percakapan tersebut mengungkapkan bahwa Nusyirwan kemarin

meembeli bahan di Toko Mardi Busana lalu menyarankan Erawati

untuk mengambil bahan tersebut juga.

Berdasarkan analisis deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya

Suparto Brata, peneliti dapat menghitung jumlah deiksis temporal yang

terdapat pada kutipan-kutipan kalimat percakapan sebagai berikut:

1. Jumlah deiksis temporal “samenika” 4

2. Jumlah deiksis temporal “saiki” 7

3. Jumlah deiksis temporal “mengko” 5

4. Jumlah deiksis temporal “mangke” 1

5. Jumlah deiksis temporal “mau” 9

6. Jumlah deiksis temporal “wingi” 3

Page 126: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

113

3. Deiksis Lokatif

a. Deiksis Lokatif “kono”

1) Detektif Handaka menjawab pertanyaan Jarot

“Nanging dudu kuwi karepku. Uga aku durung oleh titik melik

bab anane Sutahal ing kono.”(Emprit Abuntut Bedhug:155)

Terjemahan:

“Tapi bukan itu keinginanku. Juga aku belum dapat titik terang

masalahnya adanya Sutahal di situ.”

Kutipan percakapan diatas menunjukan adanya bentuk deiksis

lokatif yaitu „kono‟. „Kono‟ disini menunjukan kata ganti tempat yang

menunjukan Toko Mardi Busana. Percakapan tersebut dituturkan oleh

Detektif Handaka. Dalam percakapan tersebut mengungkapkan bahwa

Detektif Handaka belum dapat menemukan titik terang yang

menunjukan adanya Sutahal disitu. Kata „kono‟ mengarah pada Toko

Mardi Busana.

b. Deiksis Lokatif “mriki”

1) Yu Sikah menjawab pertanyaaan dari Nusyirwan.

“...Era dereng wonten mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:106)

Terjemahan:

“...Era belum ada disini.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis lokatif

yaitu „mriki‟. „Mriki‟ di sini menunjukkan tempat yaitu Surabaya.

Percakapan tersebut dituturkan oleh Yu Sikah. Dalam percakapan

Page 127: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

114

tersebut mengungkapkan bahwa Erawati waktu itu belum ada di

Surabaya. Kata „mriki‟ mengarah pada Kota Surabaya.

2) Nusyirwan sedang berbicara kepada jarot membahas tentang

Erawati.

“Dene Dhik Era samenika yen omong sampun kados tiyang

Surabaya mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:123)

Terjemahan:

“Kalau Dik Era sekarang berbicaranya sudah seperti orang

Surabaya sini.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis lokatif

yaitu „mriki‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan. „Mriki‟

di sini menunjukkan kata ganti tempat yang mengungkapkan kalau

Erawati gaya bicaranya sudah seperti orang Surabaya. Kata „mriki‟

mengarah pada kota Surabaya.

c. Deiksis Lokatif “mriku”

1) Nusyirwan bmenjawab pertanyaaan dari Detektif Handaka

“...ingkang kula sengguh Jeng Siti menika wonten ing toko

mriku.”(Emprit Abuntut Bedhug:147)

Terjemahan:

“...yang saya tunggu Jeng Siti itu ada di toko itu.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis lokatif

yaitu „mriku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan. „Mriku‟

di sini menunjukkan kata ganti tempat yang mengungkapkan bahwa

Page 128: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

115

Jeng Siti ada di Toko Mardi Busana. Kata „mriku‟ mengarah pada

Toko Mardi Busana.

2) Nusyirwan bertanya kepada Detektif Handaka.

“Ing mriku sumerap kanthongipun, lajeng kemutan menawi

sampun srawung kaliyan kula selaminipun kalih

minggu.”(Emprit Abuntut Bedhug:148)

Terjemahan:

“Di situ terlihat bungkusannya, lalu teringat kalau sudah

bersama dengan saya selama dua minggu.”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis lokatif

yaitu „mriku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan. „Mriku‟

di sini menunjukkan kata ganti tempat yang mengungkapkan bahwa di

Toko Mardi Busana tersebut Erawati menemukan bungkusannya. Kata

„mriku‟ mengarah pada Toko Mardi Busana.

d. Deiksis Lokatif “kana”

1) Nusyirwan menyuruh Erawati.

“Gage! Nyang kana, lo! Kamarmu dhek dhisik,”(Emprit

Abuntut Bedhug:99)

Terjemahan:

“Cepat! Kesana, lo! Kamarmu yang dulu,”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis lokatif

yaitu „kana‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan. „Kana‟

di sini menunjukkan kata ganti tempat yang mengungkapkan

Page 129: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

116

Nusyirwan menyuruh Erawati untuk segera pergi ke kamarnya yang

dulu. Kata „kana‟ mengarah pada kamar Erawati.

e. Deiksis Lokatif “ngrika”

1) Erawati bertanya kepada Detektif Handaka.

“Lajeng? Menapa Sutahal leres manggihi lelampahan ingkang

onya ing keramean Mardi Busana ngrika?” pitakone Erawati

(Emprit Abuntut Bedhug:151)

Terjemahan:

“Terus? Kenapa Sutahal benar menampakan diri di keramaian

Mardi Busana itu?”

Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis

lokatif „ngrika‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh Erawati.

„Ngrika‟ di sini menunjukkan kata ganti tempat yang

mengungkapkan Erawati tidak percaya kalau Sutahal benar

menampakkan diri di keramaian. Kata „ngrika‟ dalam kutipan

percakapan tersebut mengarah ke Toko Mardi Busana.

Berdasarkan analisis deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya

Suparto Brata, peneliti dapat menghitung jumlah deiksis temporal yang

terdapat pada kutipan-kutipan kalimat percakapan sebagai berikut:

1. Jumlah deiksis lokatif “kono” 1

2. Jumlah deiksis lokatif “mriki” 2

3. Jumlah deiksis lokatif “mriku” 2

4. Jumlah deiksis lokatif “kana” 1

5. Jumlah deiksis lokatif “ngrika” 1

Page 130: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

117

4. Fungsi Deiksis

a. Fungsi Deiksis Persona

1) Deiksis Persona Pertama Tunggal

a) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „aku‟ rujukan atau referennya berpindah-

pindah. Kata „aku‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan deiksis

persona pertama tunggal yang terdapat pada nomor data

23,24,27,28,30,34,39,41,43,49,53,55,58,59,60,61,62,63,65,66,7

3,75,84,86,88,89,90,92,101,103,109,110,111,114,128,132,133,

135,145,146,150,153,156,157,159.

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 23:

“Umpama kantong iki dakbukak, isine mas-inten kang

larang regane ngono, aku mesti enggal-enggal lapur pulisi

Nanging mokal yen isine mas-inten kok sing duwe ngemohi.

Lan ndeleng gemandhule lan grenjele ora pantes yen

bangsane mas-masan”(Emprit Abuntut Bedhug:23)

Terjemahan:

“Seandainya bungkusan ini saya buka, isinya mas-berlian

yang mahal harganya, saya harus cepat-cepat lapor polisi.

Tetapi tidak mungkin kalau isinya mas-berlian tapi yang

punya menolak. Dan dilihat dari gantungannya dan

bentuknya tidak pantas kalau itu merupakan mas-berlian.”

Kata „aku‟ dalam kutipan percakapan di atas mengacu kepada

Jarot.

Page 131: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

118

b) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „-ku‟ rujukan atau referennya berpindah-

pindah. Kata „-ku‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan deiksis

persona pertama tunggal yang terdapat pada nomor data

35,89,100,105,108,132,133,139,146,159.

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 35:

“Ya ngono iku cara nyambutgaweku. Panjenengan kari

kersa percaya apa ora?”(Emprit Abuntut Bedhug:35)

Terjemahan:

“Ya begini ini cara kerja saya. Anda tinggal percaya apa

tidak?”

Kata „-ku‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah kepada

Detektif Handaka.

c) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „dak-„ rujukan atau referennya berpindah-

pindah. Kata „dak-„ di sini berfungsi untuk menunjukkan

deiksis persona pertama tunggal yang terdapat pada nomor

data:

23,28,29,34,39,40,59,98,104,110,114,132,137,147,157.

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 104:

“Lha ya kuwi sing arep daktakokake. Yen wis tau kirim

layang, dheweke kirim layang menyang kutha ngendi,

menyang sapa?”(Emprit Abuntut Bedhug:104)

Page 132: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

119

Terjemahan:

“ lah ya itu yang akan saya tanyakan. Kalau pernah

mengirim surat, dirinya mengirim surat ke kota mana,

kepada siapa?”

Kata „dak-„ dalam kutipan percakapan di atas mengarah kepada

Detektif Handaka.

d) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „kula‟ rujukan atau referennya berpindah-

pindah. Kata „kula‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan

deiksis persona pertama tunggal yang terdapat pada nomor data

31,33,36,38,47,50,53,55,62,63,66,73,75,92,105,108,113,115,12

2,

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 31:

“ Anu, Pak. Kula manggih kanthong menika. Wonten

praliman Blawuran mrika.”(Emprit Abuntut Bedhug:31)

Terjemahan:

“ Begini, Pak. Saya menemukan bungkusan tersebut. Di

simpang lima Blawuran.”

Kata „kula‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah kepada

Jarot.

2) Deiksis Persona Pertama Jamak

Page 133: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

120

a) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „awake dhewe‟ rujukan atau referennya

berpindah-pindah. Kata „awake dhewe‟ di sini berfungsi untuk

menunjukkan deiksis persona pertama jamak yang terdapat

pada nomor data 65 dan 150.

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 150:

“Lha wong salah tampa, kok, Jeng. Wong salah tampa,

salah pangreten, lali, kuwi mesthi fanatik ngira awake

dhewe bener, ngugemi kebenerane. Wani mati. Diterka

ndhugal apa kurangajar, ya wani wae. Ora arep isin! Lha

wong rupamu ya jebles rupaku, ya disengguh yen kowe

kuwi aku!” Siti Respati mbelani tunangane. (Emprit

Abuntut Bedhug:150)

Terjemahan:

“Lah memang salah menerima, kok, Jeng. Memang salah

salah menerima, salah pengertian, lupa, itu pasti fanatik

menyangka dirinya sendiri benar, membanggakan

kebenarannya. Berani mati. Dituduh jahat apa kurang ajar,

berani saja. Tidak ingin malu! Lah muka kamu mirip muka

Saya, ya jelas kamu disangka sebagai Saya!” Siti respati

membela tunangannya.

Kata „awake dhewe‟ dalam kutipan percakapan di atas

mengarah kepada Erawati.

b) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „kita‟ rujukan atau referennya berpindah-

pindah. Kata „kita‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan deiksis

persona pertama jamak yang terdapat pada nomor data 50 dan

130.

Page 134: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

121

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 130:

“Ayo, ta, Mas, rada cepet. Aku selek pengin ketemu Yu Siti.

Saiki dheweke mesthi wis dandan, dadi ora kaya sing kita

weruhi yen ana rumah sakit kae.” (Emprit Abuntut

Bedhug:130)

Terjemahan:

“ Ayo , ta, Mas, agak cepat. Saya tidak sabar untuk segera

bertemu Mba Siti. Sekarang dirinya pasti sudah berdandan,

jadi tidak seperti yang kita lihat pada waktu di Rumah Sakit

itu.”

Kata „kita‟ dalam percakapan di atas mengarah kepada Jarot

dan Erawati.

3) Deiksis Persona Kedua Tunggal

a) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „kowe‟ rujukan atau referennya

berpindah-pindah. Kata „kowe‟ di sini berfungsi untuk

menunjukkan deiksis persona kedua tunggal yang terdapat pada

nomor data:

40,52,58,59,62,68,69,71,75,87,89,90,91,94,103,108,122,130,13

2,142,144,153.

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 52:

“Mas Jarot dateng kapulisen! Manggih barang adi ingkang

cilik ngene, upama disingitake dhewe wae rak ora dadi

perkara, Mas? Kowe ki kebangetan jujure….!” Ujare

Erawati terus mbalekake ali-ali mau marang

Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:52)

Terjemahan:

“ Mas Jarot ke kepolisian! Menemukan barang yang kecil

begini, seandainya dismpan sendiri saja kan tidak jadi

Page 135: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

122

masalah mas? Kamu keterlaluan jujurnya…!” ucap Erawati

sambil mengembalikan cincin tadi ke Handaka.

Kata „kowe‟ dalam percakapan di atas mengarah kepada Jarot.

b) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „-mu‟ rujukan atau referennya berpindah-

pindah. Kata „-mu‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan deiksis

persona kedua tunggal yang terdapat pada nomor data:

33,34,39,43,54,55,58,65,66,73,76,85,87,90,96,99,103,114,158.

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 33:

“Priye, Dhik Handaka, pamrayogamu? Wong iki kudu

ditahan, rak iya, ta?”(Emprit Abuntut Bedhug:33)

Handaka mikir dhisik sadurunge mangsuli pitakon

Inspektur Indra, “Yen aku, lo, Mas....Yen aku sing ngurus

prekara iki, dheweke dakbebasake wae.”

Terjemahan:

“Bagaimana, Dik Handaka, pendapatmu? Orang ini harus

ditahan., bukan begitu?”

Handaka berfikir dahulu sebelum menjawab pertanyaan

Inspektur Indra, “Seaindainya saya, ya, Mas....Seandainya

saya yang mengurus masalah ini, dirinya saya bebaskan

saja.”

Kata „-mu‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah kepada

Detektif Handaka.

c) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „panjenengan‟ rujukan atau referennya

berpindah-pindah. Kata „panjenengan‟ di sini berfungsi untuk

Page 136: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

123

menunjukkan deiksis persona kedua tunggal yang terdapat pada

nomor data 46,47,53,74,99,101, dan 139

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 99:

“Mas. Punapa panjenengan tetep nginten yen

piyambakipun saweg mboten enget purwa-duksina?

Sawektu kalap ing salebeting kalih minggu

menika?”pitakone Jarot marang Handaka. (Emprit

Abuntut Bedhug:99)

Terjemahan:

“Mas. Apa anda tetap mengira dirinya masih tidak ingat

kejadian awal? Pada saat lupa pada waktu dua minggu

itu?” tanya Jarot kepada Handaka.

Kata „panjenengan‟ dalam kutipan percakapan di atas

mengarah kepada Detektif Handaka.

d) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „sampeyan‟ rujukan atau referennya

berpindah-pindah. Kata „sampeyan‟ di sini berfungsi untuk

menunjukkan deiksis persona kedua tunggal yang terdapat pada

nomor data 31,32,35,48,119, dan 126

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 48:

“oh!”unine Erawati kaget. Mripate blalak merga wedi.

“Pun, cobi dicritakake mawon lelampahan sampeyan sore

wau,”ujare Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:48)

Terjemahan:

“oh!” ucap Erawati kaget. Matanya meloltot karena takut.

Page 137: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

124

“sudah, coba ceritakan saja kegiatan anda sore tadi.”ucap

Handaka.

Kata „sampeyan‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah

kepada Erawati.

e) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „kok-„ rujukan atau referennya berpindah-

pindah. Kata „kok-„ di sini berfungsi untuk menunjukkan

deiksis persona kedua tunggal yang terdapat pada nomor data

69,70, dan 84.

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 69:

“Mas, aku aja kokculake ijen ana kene, ya?”celathune

Erawati marang Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug:69)

Terjemahan:

“Mas, saya jangan kamu lepas sendirian di sini, ya?”ucap

Erawati kepada Jarot.

Kata „kok-„ dalam kutipan percakapan di atas mengarah kepada

Jarot.

4) Deiksis Persona Ketiga Tunggal

a) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „dheweke‟ rujukan atau referennya

berpindah-pindah. Kata „dheweke‟ di sini berfungsi untuk

menunjukkan deiksis persona ketiga tunggal yang terdapat pada

nomor data 49,101,104,148, dan 157.

Page 138: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

125

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 157:

“Nanging sajrone dadi urusan neng kene biyen kae

dheweke rak genah.”(Emprit Abuntut Bedhug:157)

Terjemahan:

“Tapi sesungguhnya jadi urusan disini adalah dulu dirinya

itu tidak jelas.”

Kata „dheweke‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah

kepada Siti Respati.

b) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „piyambakipun‟ rujukan atau referennya

berpindah-pindah. Kata „piyambakipun‟ di sini berfungsi untuk

menunjukkan deiksis persona ketiga tunggal yang terdapat pada

nomor data 76,80,81,105,115, dan 124

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 81:

“Dangu- dangu piyambakipun purun kula ajak mlampah-

mlampah…”(Emprit Abuntut Bedhug:81)

Terjemahan:

“Lama-lama dirinya mau saya ajak jalan-jalan…”

Kata „piyambakipun‟ dalam kutipan percakapan di atas

megarah kepada Erawati.

Page 139: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

126

b. Fungsi Deiksis Temporal

1) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „samenika‟ rujukan atau referennya

berpindah-pindah. Kata „samenika‟ di sini berfungsi untuk

menunjukkan deiksis temporal yang terdapat pada nomor data

68,93,103, dan 123

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 123:

“...Dene Dhik Era samenika yen omong sampun kados

tiyang Surabaya mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:123)

Terjemahan:

“....Kalau Dik Era sekarang berbicaranya sudah seperti

orang Surabaya sini.”

Kata „samenika‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah

kepada waktu saat penutur menuturkan percakapan tersebut.

2) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „saiki‟ rujukan atau referennya berpindah-

pindah. Kata „saiki‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan

deiksis temporal yang terdapat pada nomor data

33,35,36,50,66,115, dan 134.

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 66:

“Nak Era! Sokur, saiki kowe wis bali! Sokur.....!”

Ngendika ngono mau banjur gapyuk Erawati dirangkul,

Page 140: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

127

dikekep-kekep kaya patrape wong tresna suwe ora

tetemon.(Emprit Abuntut Bedhug:66)

Terjemahan:

“Nak Era! Syukur, sekarang kamu sudah pulang!

Syukur....!” Setelah berbicara lalu Erawati dirangkul,

dipeluk, ibarat orang yang saling suka yang sudah lama

tidak bertemu.

Kata „saiki‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah kepada

waktu saat penutur menuturkan percakapan tersebut.

3) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „mengko‟ rujukan atau referennya

berpindah-pindah. Kata „mengko‟ di sini berfungsi untuk

menunjukkan deiksis temporal yang terdapat pada nomor data

55,59,63,101, dan 160.

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 55:

“...Sesuk esuk sliramu kudu wira wiri ing kono meneh. Kita

ngulat-ulatake. Mengko yen wonge muncul, sliramu kudu

enggal aweh sasmita. Bisa, ta?” rembuge Detektip

Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:55)

Terjemahan:

“...Besok pagi kamu harus kesana kemari di tempat itu lagi.

Kita harus menyempatkan. Nanti kalau orangnya terlihat,

kamu harus cepat memberi informasi, bisa kan?”

rencananya Detektif Handaka.

4) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „mangke‟ rujukan atau referennya

berpindah-pindah. Kata „mangke‟ di sini berfungsi untuk

Page 141: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

128

menunjukkan deiksis temporal yang terdapat pada nomor data

109.

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 109:

“Mangke rumiyin ta, ta, tuwan detektip.” (Emprit Abuntut

Bedhug:109)

Terjemahan

“Nanti dulu ta, ta, tuan detektif.”

5) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „mau‟ rujukan atau referennya berpindah-

pindah. Kata „mau‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan

deiksis temporal yang terdapat pada nomor data

18,36,50,53,91,100,131, dan 150.

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 36:

“Kandhamu mau, kowe ora duwe seksi nalika tabrakan ing

Blawuran mau?....”(Emprit Abuntut Bedhug:36)

Terjemahan:

“Katamu tadi, kamu tidak punya saksi dalam kecelakaan di

Blawuran tadi?....”

Kata „mau‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah kepada

waktu sebelum percakapan tersebut dituturkan.

6) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „wingi‟ rujukan atau referennya

Page 142: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

129

berpindah-pindah. Kata „wingi‟ di sini berfungsi untuk

menunjukkan deiksis temporal yang terdapat pada nomor data

55,91, dan 114.

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 114:

“Er. Mundhut bakal iki maneh apa priye? Olehku tuku ya

kene, kok, wingi kae.”(Emprit Abuntut Bedhug:114)

Terjemahan:

“Er. Ambil bahan ini lagi apa bagaimana? Kepunyaanku

juga membeli disini, yang kemarin itu.”

Kata „wingi‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah

kepada waktu sebelum percakapan tersebut dituturkan.

c. Fungsi Deiksis Lokatif

1) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „kono‟ rujukan atau referennya berpindah-

pindah. Kata „kono‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan

deiksis lokatif yang terdapat pada nomor data 155.

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 155:

“Nanging dudu kuwi karepku. Uga aku durung oleh titik

melik bab anane Sutahal ing kono.”(Emprit Abuntut

Bedhug:155)

Terjemahan:

“Tapi bukan itu keinginanku. Juga aku belum dapat titik

terang masalahnya adanya Sutahal di situ.”

Page 143: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

130

Kata „kono‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah pada

Toko Mardi Busana.

2) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „mriki‟ rujukan atau referennya

berpindah-pindah. Kata „mriki‟ di sini berfungsi untuk

menunjukkan deiksis lokatif yang terdapat pada nomor data

106 dan 123,

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 123:

“Dene Dhik Era samenika yen omong sampun kados tiyang

Surabaya mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:123)

Terjemahan:

“Kalau Dik Era sekarang berbicaranya sudah seperti orang

Surabaya sini.”

Kata „mriki‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah pada

Kota Surabaya.

3) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „mriku‟ rujukan atau referennya

berpindah-pindah. Kata „mriku‟ di sini berfungsi untuk

menunjukkan deiksis lokatif yang terdapat pada nomor data

147 dan 148.

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 148:

Page 144: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

131

“Ing mriku sumerap kanthongipun, lajeng kemutan

menawi sampun srawung kaliyan kula selaminipun kalih

minggu.”(Emprit Abuntut Bedhug:148)

Terjemahan:

“Di situ terlihat bungkusannya, lalu teringat kalau sudah

bersama dengan saya selama dua minggu.”

Kata „mriku‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah pada

Toko Mardi Busana.

4) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „kana‟ rujukan atau referennya berpindah-

pindah. Kata „kana‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan

deiksis lokatif yang terdapat pada nomor data 99.

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 99:

“Gage! Nyang kana, lo! Kamarmu dhek dhisik,”(Emprit

Abuntut Bedhug:99)

Terjemahan:

“Cepat! Kesana, lo! Kamarmu yang dulu,”

Kata „kana‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah pada

kamar Erawati.

5) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit

Abuntut Bedhug kata „ngrika‟ rujukan atau referennya

berpindah-pindah. Kata „ngrika‟ di sini berfungsi untuk

menunjukkan deiksis lokatif yang terdapat pada nomor data

151.

Page 145: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

132

Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang

terdapat pada nomor data 151:

“Lajeng? Menapa Sutahal leres manggihi lelampahan

ingkang onya ing keramean Mardi Busana ngrika?”

pitakone Erawati (Emprit Abuntut Bedhug:151)

Terjemahan:

“Terus? Kenapa Sutahal benar menampakan diri di

keramaian Mardi Busana itu?”

Kata „ngrika‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah pada

Toko Mardi Busana.

Page 146: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

133

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap Novel Emprit

Abuntut Bedhug Karya Suparto Brata, peneliti mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Deiksis yang ditemukan di dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya

Suparto Brata yaitu deiksis persona, deiksis temporal, dan deiksis lokatif.

Wujud deiksis persona yang ditemukan yaitu a) deiksis persona pertama

tunggal, seperti: aku, -ku, dak-, kula, b) deiksis pertama jamak, seperti:

awake dhewe, kita, c) deiksis persona kedua tunggal, seperti: kowe, -mu,

panjenengan, sampeyan, sliramu, kok-, d) deiksis persona ketiga tunggal,

seperti: dheweke, piyambakipun. Wujud deiksis temporal yang ditemukan

yaitu: a) deiksis temporal „samenika‟, b) deiksis temporal „saiki‟, c) deiksis

temporal „mengko‟, d) deiksis temporal „mengke‟, e) deiksis temporal

„mau‟, dan f) deiksis temporal „wingi‟. Wujud deiksis lokatif yang

ditemukan yaitu: a) deiksis lokatif „kene‟, b) deiksis lokatif „kono‟, c)

deiksis lokatif „kana‟, d) deiksis lokatif „ngriki‟, e) deiksis lokatif „ngriku‟,

dan f) deiksis lokatif „ngrika‟.

2. Fungsi deiksis yang ditemukan di dalam novel Emprit Abuntut Bedhug

karya Suparto Brata yaitu a) aku, -ku, dak-, kula menunjukan fungsi

deiksis persona pertama tunggal, b) awake dhewe, kita menunjukan fungsi

deiksis persona pertama jamak, c) kowe, -mu, panjenengan, sampeyan,

sliramu, kok- menunjukan fungsi deiksis persona kedua tunggal, d)

133

Page 147: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

134

dheweke, piyambakipun menunjukan fungsi deiksis persona ketiga

tunggal. Fungsi deiksis temporal yang ditemukan yaitu: a) deiksis

temporal „samenika‟, b) deiksis temporal „saiki‟, c) deiksis temporal

„mengko‟, d) deiksis temporal „mengke‟, e) deiksis temporal „mau‟, dan f)

deiksis temporal „wingi‟. Fungsi deiksis lokatif yang ditemukan yaitu: a)

deiksis lokatif „kene‟, b) deiksis lokatif „kono‟, c) deiksis lokatif „kana‟, d)

deiksis lokatif „ngriki‟, e) deiksis lokatif „ngriku‟, dan f) deiksis lokatif

„ngrika‟.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis ingin

menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan informasi awal bagi penelitian

berikutnya. Novel Emprit Abuntut Bedhug diharapkan dapat ditulis dari

segi yang berbeda sekaligus melestarikan khasanah kesusastraan

terutama kesusastraan Jawa.

2. Bagi Pembaca

Bagi pembaca pada umumnya diharapkan skripsi ini dapat

menambah wawasan dan pengetahuan tentang karya sastra, khususnya

tentang deiksis dalam novel.

Page 148: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

135

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Citra.

Brata, Suparto. 2007. Emprit Abuntut Bedhug. Yogyakarta: Narasi.

Chaer, Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra.

Surakarta: Yuma Pustaka.

Kushartanti, 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Mahsun, 2012. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan

Tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Moleong, Lexsi. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda Jaya.

Mugiarti, Nanik. 2010. Analisis Deiksis ing Salebeting Novel Kubur Ngemut

Wewadi. Semarang: IKIP PGRI Semarang.

Mulyana, 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-Prinsip

Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nofitasari. 2012. Deiksis Sosial dalam Novel Laskar Pelangi. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Rustono, 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: CV. IKIP Semarang

Press.

Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural.

Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Verhaar, J.W.M. 2012. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Verhaar, J.W.M. 2010. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Page 149: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

136

Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi, Muhammad. 2009. Analisis Wacana

Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.

Page 150: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

137

LAMPIRAN

Page 151: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

138

LAMPIRAN 1

SINOPSIS

NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG

KARYA SUPARTO BRATA

Novel "Emprit Abuntut Bedhug " karya Suparto Brata. Novel ini

menceritakan tentang perjuangan seorang wanita yang mencari saudara

kembarnya di Surabaya dengan bekal majalah yang memuat saudara kembarnya

tersebut. Wanita itu bernama Siti Respati, Siti Respati dari Solo ke Surabaya

karena dia ingin membuktikan apa yang dikatakan neneknya benar sewaktu ia

kecil bahwa ia memiliki saudara kembar. Setiap ia bertanya pada keluarganya,

tidak ada yang mau menjawab. Kebetulan teman kerja Siti Respati berkata kalau

dirinya dimuat di majalah " Arek Surabaya " dan dikenal sebagai Ratu Luwes.

Cepat – cepat Siti Respati membaca majalah tersebut dan yakin kalau Erawati

adalah saudara kembarnya. Dari awal berangakat, Siti Respati sudah mulai tidak

tenang batinnya, dia gelisah, perutnya enek dan muntah – muntah. Kemudian ada

seorang lelaki yang menawarinya agar diberi balsem , Siti Respati mau dan

percaya kalau Sutahal itu orang baik. Karena kurang hati – hatinya akhirnya Siti

Respati tertipu oleh Sutahal, laki – laki yang memberi balsem itu. Jadi, sebaiknya

kita harus lebih hati – hati dan waspada terhadap orang yang belum kita kenal.

Sutahal pura – pura baik dihadapan Siti Respati. Ketika Siti Repati sakit didalam

kereta, Sutahal menawari balsem dan sehingga Siti terkena rayuan gombal Tahal.

Hingga Jarot, pemuda yang ikut dalam klub atlit bianarag menemukan ptongan

tangan yang misterius.

Page 152: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

139

Jarot yang awalnya tabrakan ketika naik sepeda dengan seorang wanita

muda yang cantik, kemudian menemukan kantong yang awalnya Jarot bahkan

belum tahu isi kantong tersebut. Kemudian jarot mengembalikan kantong itu

kepada wanita yang tabrakan dengan Jarot. Tetapi wanita itu menolak dengan

ketakutan, Jarot lalu membawa pulang kantong misterius tersebut.

Setelah sesampainya dirumah, Jarot penasaran akan isi kantong tersebut,

kemudian ia memberanikan diri membuka kantong itu. Jarot kaget dan takut,

ternyata isi kantong tersebut ialah potongan tangan seorang wanita yang dimana

di jari manisnya ada cincin berlian. Karena takut, Jarot membawa kantong itu ke

kantor polisi. Kemudian, pencarian dan penyelidikan pun dimulai. Didalam

pencarian saudara kembarnya Siti memang berbeda dengan Erawati, perempuan

yang cantik luar dalam. Dia memang berbeda dengan kembarannya Siti Respati.

Kalau erawati sering berpakaian modern yaitu dengan memakai rok gaya eropa,

sedangkan Siti Respati masih menggunakan pakaian adat jawa yakni kebaya dan

jarik lengkap dengan rias rambut diwajahnya.

Didalam penyidikan kasus yang dihadapi Jarot itu ternyata potongan

tangan yang ditemui itu adalah sebuah tangan wanita yang bernama Siti Repati

saudara kembarnya Erawati. Setelah sekian banyak bukti – bukti yang cukup luat

akhirnya polisi datang kerumah Sutahal, Sutahal adalah orang yang menculik dan

memotong tangan Siti Respati. Kemudian Erawati bisa menemukan saudara

kembarnya yang telah disekap oleh Sutahal di kediamannya . Siti Respati yang

sudah tidak berdaya itu lalu ditangani dengan dibawa kerumah sakit.

Page 153: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

140

LAMPIRAN 2

BIOGRAFI PENGARANG

Suparto Brata, nama lengkapnya adalah Raden Mas Suparto Brata

terlahir di Surabaya pada tanggal 27 Februari 1923 dari pasangan Raden Suratman

dan Bandara Raden Ajeng Jembawati. Kedua orangtuanya berasal dari Surakarta

Hadiningrat. Suparto Brata adalah sastrawan yang produktif menerbitkan buku

fiksi berbahasa Jawa dan Indonesia. Suparto Brata pernah mendapat penghargaan

dari South East Asia Write Award (2007), penghargaan Rancage (2000, 2001 dan

2005) serta tercatat dalam buku Five Thousand Personalities of the World Sixth

Edition (1998) terbitan The American Biographical Institute, Inc, USA. Dalam

menulis, Suparto Brata seringkali menggunakan nama amara, di antaranya Peni

dan Eling Jatmiko.

Karier sastra Jawanya bermula dari tulisan-tulisannya di Majalah Panjebar

Semangat, Surabaya. Majalah berbahasa Jawa ini juga memberinya anugerah saat

sayembara penulisan Cerita bersambung pada tahun 1959. Cerita bersambung itu

kemudian dibukukan dalam bentuk novel yang berjudul Lara Lapane Kaum

Republik. Novel ini kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh

Suparto sendiri menjadi Kaum Republik.

Dalam menulis, acap kali ia menggunakan nama samaran, di antaranya

Peni dan Eling Jatmiko. Berkat kegigihannya, ia pernah mendapat penghargaan

Hadiah Sastera Rancagé tiga kali. Novel dan kumpulan cerpen Jawa yang pernah

ia tulis di antaranya: Tanpa Tlacak, Emprit Abuntut Bedhug, Kadurakan ing Kidul

Page 154: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

141

Dringu, Katresnan kang Angker, Asmarani, Pethite Nyai Blorong,Nyawa 28,

Tretes Tintrim, Lara Lapane Kaum Republik, Sanja Sangu Trembela, Lintang

Panjer Sore, Jaring Kalamangga, Kamar Sandi, Garuda Putih, Nglacak Ilange

Sedulur Ipe, Ngingu Kutuk ing Suwakan, Donyane Wong Culika, dan Lelakone Si

lan Man

Istri bernama Rr. Ariyati, anak seorang petani kaya di Ngombol,

Purworejo (Jawa Tengah). Menikah tanggal 22 Mei 1962, mempunyai anak 4

orang, yaitu Tatit Merapi Brata (1963), Teratai Ayuningtyas (1965), Neograha

Semeru Brata (1969), Tenno Singgalang Brata (1971). Tahun 1988 pensiun

sebagai pegawai negeri, rumahnya pindah ke Rungkut Asri III / 12 Perum YKP

RL I-C 17 Surabaya. Istri meninggal 2 Juni 2002. Anak-anaknya sudah sarjana

semua, punya istri, anak, rumah, kendaraan, pekerjaan. Sekarang Suparto Brata

hidup serumah dengan anak-cucu dan menantu, keluarga Ir. Wahyudi Ramadani,

MMT .

Page 155: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

142

LAMPIRAN 3

Kutipan deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug

Karya Suparto Brata

a. Deiksis Persona

a. Deiksis Persona Pertama Tunggal “aku”

1) Jarot nyaut buku, dibukaki ana ing ngisor lampu. Karepe arep

sinau. Marga kabare kantore arep nganakake ujian kanggo

unggah-unggahan pangkat. Nanging pikirane Jarot ora bisa

uwal saka kanthong biru-kuning kang katon ngegla ana

ngarepe.

“Umpama kantong iki dakbukak, isine mas-inten kang larang

regane ngono, aku mesti enggal-enggal lapur pulisi Nanging

mokal yen isine mas-inten kok sing duwe ngemohi. Lan ndeleng

gemandhule lan grenjele ora pantes yen bangsane mas-

masan”(Emprit Abuntut Bedhug:23)

Terjemahan:

Jarot mengambil buku, dibuka di bawah lampu. Keinginannya

ingin belajar. Karena kabarnya kantornya akan mengadakan

ujian kenaikkan pangkat. Tetapi pikiran Jarot tidak bisa lepas

dari bungkusan biru-kuning yang terlihat tergeletak di

depannya.

“Seandainya bungkusan ini saya buka, isinya mas-berlian yang

mahal harganya, saya harus cepat-cepat lapor polisi. Tetapi

tidak mungkin kalau isinya mas-berlian tapi yang punya

menolak. Dan dilihat dari gantungannya dan bentuknya tidak

pantas kalau itu merupakan mas-berlian.”

2) “Kok nyiksa piker timen! Yen aku wis weruh apa isine, apa

anane terus daktata, dakbalekake asale rak uwis. Rak ora

jenenge dosa.”pikirane Jarot digathuk-gathukake

dhewe.(Emprit Abuntut Bedhug:24)

Terjemahan:

“Kenapa begitu menyiksa pikiran! Kalau saya sudah melihat apa

isinya, apa adanya terus saya tata, saya kembalikan asalnya

maka sudah, dan tidak mungkin akan berdosa.”pikiran Jarot

sendiri.

3) “Layak kok sengol timen guneme! Dicungi barang darbeke kok

wangsulane mbesengut, nulak! Lan mlayu nggenjrit! Ah, ora

Page 156: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

143

mokal saiki, Nyalawadi tenan! Aku sing goblog! Ora mikir

cepet! Utawa mikir kliru marga srakah! Dhuwe melik kepengin

ndhakoni duweke wong liya.”(Emprit Abuntut Bedhug:27)

Terjemahan:

“Kenapa ucapannya dengan nada tinggi! Ditunjukkan barang

seperti ini kenapa jawabanya marah dan menolak! Dan lari

tunggang langgang! Ah tidak mungkin sekarang. Aneh sekali!

Saya yang bodoh! Tidak berpikir cepat! Atau berfikir salah

karena serakah! Mempunyai keinginan memiliki barang milik

orang lain.”

4) “Pirang-pirang sasi iki aku repot banget, Dhik Handaka,”

ngendikane Pak Indra marang dayohe.(Emprit Abuntut

Bedhug:28)

Terjemahan:

“Beberapa bulan ini saya sibuk sekali, Dhik Handaka,” ucap Pak

Indra kepada tamunya.

5) “La ya ora dadi ngapa. Aku mung kluyar-kluyur, kok. Menggko

yen wis bosen neng Surabaya rak mulih neh nyang Sala

dhewe.”wangsulane Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:30)

Terjemahan:

“La tidak jadi masalah. Saya cuma mondar-mandir saja. Nanti

kalau sudah bosan di Surabaya kan pulang lagi ke Solo sendiri.”

Jawaban Detektif Handaka.

6) “Aku krungu kabar, jare wis ana sing ditangkepi, antara liya

maratuwane si manten lanang, Tionghoa sing mbangun omah

setan kui.”(Emprit Abuntut Bedhug:30)

Rerembugan iku lagi tekan kono. Inspektur Indra durung

njlentrehake critane omah angker iku, kasigeg tekane punggawa

pulisi piket ngirid Jarot menyang kamar Inspekturan.

Terjemahan:

“saya dengar kabar, katanya sudah ada yang ditangkap, antara

lain mertuanya pengantin pria, Tionghoa yang membangun

rumah setan tersebut.”

Page 157: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

144

Obrolan baru sampai di situ. Inspektur Indra belum menjelaskan

cerita rumah angker itu, terhenti datangnya petugas polisi piket

yang membawa Jarot ke kamar Inspektur.

7) “La iya, ta, yen mengkono. Aku saguh-saguh wae, nanging

bantuan saka panjenengan iya tetep dakarep-arep.”(Emprit

Abuntut Bedhug:34)

“Wis, ta, aja kuwatir. Bab honorarium mesthi ana! Aku ngreti.”

“Sing baku bantuan kapercayan, Mas. Panjenengan kudu

percaya marang caraku nyambutgawe,” clathune Handaka.

Terjemahan:

“La iya kan, kalau begitu. Saya siap siap saja tapi bantuan dari anda juga tetap saya tunggu-tunggu.” “Sudahlah jangan khawatir. Soal bayaran pasti ada! Saya paham.” “Yang benar bantuan kepercayaan,Mas. Anda harus percaya dengan cara saya bekerja,” ujar Handaka.

8) Jarot ora kober mangsuli. Dheweke terus mlebu, diiringi

Detektip Handaka. Ing kelonggaran iku, Apip salaman tepungan

karo Handaka.

“Yok apa, Rot, kabare awak pena?” Apip mindhoni takon.

“Suwi, ya, awake dhewe iki padha-padha gak cethukan?”

“Ah, kowe iku, Pip. Gak ngrasakna repote uwong! Anu, Pip.

Ana gawene aku mrene iki. Kowe eling tenan, aku srempetan

sepedhah mau?”

“Jelas! Kowe ngalamun ruh arek ayu, nggak?”ujare karo

ngguyu.

“Nah, iku! Aku perlu seksi, Pip. Seksi lek aku tiba srempetan

ndhuk tengahe praliman Blawuran ngisor jam lonceng.”(Emprit

Abuntut Bedhug:39)

Terjemahan:

Jarot tidak sempat menjawab. Dirinya terus masuk, diiringi

detektif Handaka. Pada kesempatan itu, Apip berjabat tangan

berkenalan dengan Handaka.

“Yok apa, Rot, kabarnya baik kan?” Apip bertanya kedua

kalinya. “Lama ya, kita sama-sama tidak pernah bertemu?”

“Ah, kamu itu, Pip. Tidak merasakan repotnya orang! Itu Pip.

Ada sebabnya saya kesini. Kamu ingat betul, Saya srempetan

sepeda tadi?”

“Jelas! Kamu melamun melihat orang cantik, iya tidak?” sambil

tertawa.

Page 158: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

145

“Nah itu! Saya butuh saksi, Pip. Saksi kalau saya jatuh terserempet di tengah tengah simpang lima Blawuran bawah jam lonceng.”

9) “Tapine, Rot. Lah mongsok aku ngerti koen nemu kanthong

iku?terus ndhuk kantong ana ali-aline? Kapan eruhku nyekseni

sampek njlimet ngono iku?”(Emprit Abuntut Bedhug:41)

“Nanging rak bener, ta, dheweke tabrakan?” pitakone

Handaka.

“Srempetan, Mas. Srempetan terus dhawah. Lak ngono, tah,

Rot?” clathune Apip, setengah nganggo tata krama marang

Handaka.

Terjemahan:

“Tetapi, Rot Lah masak saya tahu kamu menemukan bungkusan

itu? Terus di bungkusan tersebut ada cincin? Kapan melihatku

menyaksikan sampai teliti seperti itu?”

“Tetapi tidak betul, kan, dirinya kecelakaan?” pertanyaan

Handaka. “Srempetan, Mas. Srempetan terus jatuh. Bukan begitu, Rot?” ujar Apip, setengah memakai tata krama kepada Handaka.

10) “Sara, Pip! Gak ngira aku! Permulaan cumak srempetan, le.

Ndadak kedibelan perkara koyo ngene! Mbok!” Jarot gedheg-

gedheg karo mlaku metu menyang pekarangan omah.(Emprit

Abuntut Bedhug:43)

Terjemahan:

“Sakit, Pip! Tidak menyangka saya! Permulaan hanya

srempetan. Mendadak terkena masalah seperti ini!” Jarot

geleng-geleng kepala sambil berjalan keluar menuju halaman

rumah.

11) “oh, wong sing ngetutake aku mau mesthi!”pocapane Jarot

kawetu. (Emprit Abuntut Bedhug:49)

Terjemahan:

“Oh pasti orang ini yang membuntuti saya tadi!” ucap Jarot.

12) “Ora, dhik. Aku kudu weruh reaksi sing wajar. Nganggo ali-ali

mau aku isih durung cetha, Jeng Era iki mung ethok-ethok ora

ngerti, apa temenan ora ngerti bab kanthong saisine iki. Reaksi

iku perlu kanggo penyelidikan,”ujare Handaka adreng (Emprit

Abuntut Bedhug:53)

Terjemahan:

Page 159: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

146

“Tidak, Dik. Saya harus melihat reaksi yang wajar. Memakai

cincin tadi saya masih belum jelas, Jeng Era ini hanya pura-pura

tidak tahu, apa memang tidak tahu tentang bungkusan seisinya

ini. Reaksi ini perlu untuk penyelidikan” ujar Handaka lagi.

13) “Mengko yen wonge muncul, sliramu kudu enggal aweh

sasmita. Bisa, ta?” rembuge Detektip Handaka.

“Benjing-enjing kula mucal,” wangsulane Erawati.

“Mengko aku sing mamitake menyang sekolahan. Kanthi

layang kapulisian. Nangendi ta anggonmu mulang?”(Emprit

Abuntut Bedhug:55)

Terjemahan:

“Nanti jika orangnya muncul, kamu harus cepat memberi tanda.

Bisa, kan?” rencana Detektif Handaka.

“Besok pagi-pagi saya mengajar,” jawab Erawati.

“Nanti saya yang memintakan ijin ke sekolahan. Dengan surat

dari kepolisian. Dimana tempat kamu mengajar?”

14) “Hello, Er! Kena apa, ta, Er, sikepmu ok owah timen marang

aku?” clathune Nusyirwan. (Emprit Abuntut Bedhug:58)

Terjemahan:

“Hello, Er! Kenapa Er, sikapmu kok sangat berubah terhadap

saya?” ujar Jarot.

15) “Mesthi wae aku tepung karo Dhik Erawati iki. Rong minggu

lawase dheweke nginep ana ngomahku, dakkandhani kowe! La

kowe apane?“ wangsulane Jarot tumantang.(Emprit Abuntut

Bedhug:59)

Terjemahan:

“Pasti saya kenal sama Dhik Erawati ini. Dua minggu lamanya

dia tidur di rumah saya, saya beri tahu kamu! La kamu apanya?”

Jawab Jarot menantang.

16) “Sajrone rong minggu iki, kowe nyang endi, ta, Er, kok

nggeblas ora kandha-kandha?Lan yen ketemu aku banjur mlayu

kepati-pati ninggal aku?” pitakone Jarot.(Emprit Abuntut

Bedhug:60)

Terjemahan:

“Selama dua minggu ini, kamu kemana saja Er? Kok, tidak

bilang-bilang dan kalau bertemu saya langsung lari tunggang-

langgang meninggalkan saya” tanya Nusyirwan.

Page 160: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

147

17) “aku kandha blaka wae, aku iki pulisi.Yen kowe nyata tepung

karo Jeng iki, apa kowe bisa mbuktekake?” pitakone Handaka

iku nratas rembug. (Emprit Abuntut Bedhug:61)

Terjemahan:

“Saya berbicara terang terangan saja, saya ini polisi. Kalau

kamu memang tahu gadis ini, apa kamu bisa membuktikan?”

Tanya Handaka menyela percakapan.

18) “aku ora rumangsa tepung kowe!” Erawati kaya Srikandi

nantang Bisma. (Emprit Abuntut Bedhug:62)

Terjemahan:

“Saya tidak merasa kenal anda!” Erawati seperti Srikandhi

menantang Bisma.

19) “Iya, Iya. Nusyirwan, ya? Aku Handaka. Kene numpak pick-up

kene. O, iya. Anu, Dhik. Aku kepingin krungu pengakune keng

ibu dhewe bab tepungmu karo Dhik Erawati iki.”(Emprit

Abuntut Bedhug:63)

Terjemahan:

“Iya, Iya. Nusyirwan, ya? Saya Handaka. Sini naik pick-up sini.

O, Iya. Itu, Dhik. Saya ingin mendengar pengakuan dari ibu

sendiri tentang perkenalanmu dengan Dhik Erawati ini.”

20) “Aku rak pareng, ta, nyuwun ngampil tilpun kuwi dhisik?”

pitakone Handaka nalika weruh tilpun ing meja cedhak gang

memburi. (Emprit Abuntut Bedhug:65)

Terjemahan:

“Saya tidak boleh, kan, meminjam telepon itu dulu?” tanya

Handaka sewaktu melihat telepon di meja dekat jalan ke

belakang.

21) “Aku nganti duwe pangiro ala marang polahmu.kang

nyalawadi, nak Era! Sokur, saiki kowe wis bali!

Sokur…!”(Emprit Abuntut Bedhug:66)

Terjemahan:

“Saya sampai punya prasangka buruk terhadap tingkahmu yang

salah nak Era! Sukur, sekarang kamu sudah pulang, Sukur…!”

22) “Ah Ora bisa! Aku nemu ya wis ngono kuwi”ujare Jarot

(Emprit Abuntut Bedhug:73)

Page 161: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

148

Terjemahan:

“Ah tidak bisa! Saya menemukan sudah seperti itu” ujar Jarot.

23) “Ssttt! Aja regejegan dhewe! Aku sing ngurus” Handaka nugel

rembug engkel-engkelan mau.(Emprit Abuntut Bedhug:75)

Terjemahan:

“Ssttt! Jangan ribut sendiri! Saya yang mengurus” Handaka

menghentikan percakapan yang sama kerasnya tadi.

24) “Percaya aku, aku ora tau ngambah omah kene sak durunge

iki.”(Emprit Abuntut Bedhug:84)

Handaka katon nyepelekake. Dheweke takon maneh marang

Nusyirwan.

“Dadi, kokkira Jeng Erawati iki saiki wong sing lagi lali!”

Terjemahan:

“Percaya saya, saya belum pernah menapakkan kaki di rumah

ini sebelumnya.”

Handaka terlihat menyepelekan. Dirinya bertanya kembali

kepada Nusyirwan.

“Jadi, kamu kira Jeng Erawati ini sekarang orang yang sedang

lupa!”

25) Detektip Handaka mencerengi Jarot, nudingi bungkusan tangan

tugel karo nyuwara sora,“iki bisa uga perkara rajapati kang

nyalawadi, dhik Jarot! Aku kang kapasrahan mbongkar wewadi

iki dening polisi! Yen aku ora waspada, bisa uga kadurjanan

kaya ngene iki mbrabag, temahan ora becik kanggone

masyarakat!”(Emprit Abuntut Bedhug:86)

Terjemahan:

Detektif Handaka melihat Jarot sambil menunjuk bungkusan

potongan tangan dengan bersuara keras, “ini bisa saja masalah

pembunuhan yang berbahaya, dik Jarot! Saya yang ditugaskan

membongkar masalah ini oleh polisi! Kalau saya tidak waspada,

bisa saja kejahatan seperti ini bisa menyebar, dan contoh yang

tidak baik untuk masyarakat!”

26) Erawati nyendhal tangane, ucul saka gondhelane Nusyirwan.

“Aku wis kanthi becik nulung nggoleki uwong ndugal

kuwi.”(Emprit Abuntut Bedhug:88)

Terjemahan:

Page 162: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

149

Erawati melepaskan tangannya, melepaskan dari genggaman

Nusyirwan.

“Saya sudah sangat baik menolong mencari orang jahat itu.”

27) “Oh, aku ngerti, kowe pulisi palsu! Ora duwe sandhangan

dhines. Palsu! Kowe padha wae karo wartawan-wartawan kae!

Oh, oh!”(Emprit Abuntut Bedhug:89)

“Ana ngendi??!! Wangsulana!!” pitakone Handaka sora.

“Iku urusanku dhewe! Urusanku dheeeweeee!!” wangsulane

Erawati karo kesuh.

Terjemahan:

“Oh, saya tau, kamu polisi palsu! Tidak punya pakaian dinas.

Palsu! Kamu sama saja dengan wartawan-wartawan itu! Oh,

oh!”

“Ada dimana??!! Jawab!!” tanya Handaka keras.

“Itu urusanku sendiri! Urusanku sendiiiriii!!” jawab Erawati

marah.

28) “Aku lunga menyang Semarang! Semaraaang!! Kandhakna

kancamu yen arep kandha! Kandhakna marang

sekongkelanmu!! Aku lunga menyang Semaraaang!!” ujare

Erawati jerat-jerit.(Emprit Abuntut Bedhug:90)

Terjemahan:

“Saya pergi ke Semarang! Semaraaang!! Sampaikan kepada

temanmu kalau mau bilang! Bilang ke sekongkolannu!! Saya

pergi ke Semaraaaang!!” ujar Erawati sambil berteriak-teriak.

29) “O, ngreti aku saiki. Jenengmu ki Erawati, mesthi!”

“Ah! Apa pantes aku duwe jeneng apik kaya ngono?”(Emprit

Abuntut Bedhug:92)

“Pantes banget! Cocog! Saiki aku ngundang kowe Dhik Era

ngono wae. Ya?”

Terjemahan:

“O, tahu saya sekarang. Namamu Erawati, pasti!”

“Ah! Apa pantas saya punya nama bagus seperti itu?”

“Pantas sekali! Cocok! Sekarang saya memanggil kamu Dik Era

begitu saja. Ya?”

30) Jarot arep muni,”Yen mung Nunus aku wis ora kuwatir.

Tangkepe Erawati marang Nunus saprene iki nyata-nyata ora

dhemen.”Emprit Abuntut Bedhug:101)

Terjemahan:

Page 163: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

150

Jarot mau berkata,”kalau hanya Nunus saya sudah tidak

khawatir. Tanggapan Erawati kepada Nunus sampai sekarang ini

kenyataanya tidak senang”

31) “Kula lingsem sanget. Mas Jarot! Aja nyawang aku dhisik. Yen

ora merga karepe pulisi, aku ora wani ngaton kaya ngene ana

ngarepe priya”(Emprit Abuntut Bedhug:103)

“Heh! Jeng Erawati! Kowe ngreti apa sing dikarepake Dhik

Nunus kuwi! Kowe ngreti apa kekuranganmu! Iya, apa, ora?”

pitakone Handaka.

Terjemahan:

“Saya malu sekali. Mas Jarot! Jangan melihat saya dahulu.

Kalau tidak karena keinginan polisi, aku tidak berani tampil

begini di depan pria.”

“Hei! Jeng Erawati! Kamu tahu apa yang diinginkan Dik Nunus

itu!Kamu tahu apa kekuranganmu! Iya, apa tidak?” pertanyaan

Handaka.

32) “Kajaba kuwi aku perlu tenagane Dhik Jarot. Aku butuh wong

kuwat.”(Emprit Abuntut Bedhug:109)

“Tiyang kiyat? Kangge menapa? Usung-usung kursi? Kula

kadospundi?”pitakone Erawati

“Eh, sida! Kepriye, wong wis dandan ngono! Ya, sida. Nanging

ora karo Dhik Jarot. Karo Dhik Nusyirwan!” ujare Handaka

kuwasa.

Terjemahan:

“Selain itu saya membutuhkan tenaga Dik Jarot. Saya butuh

orang kuat.”

“Orang kuat? Untuk apa? Mengangkat kursi? Saya bagaimana?”

tanya Erawati.

“Eh, jadi! Bagaimana, sudah bersolek begitu! Iya, jadi. Tetapi

tidak dengan Dik Jarot. Dengan Dik Nusyirwan!” ujar Handaka

berkuasa.

33) “Sing nemu aku ki ya kapan?! Aku ki jan dadi kurban tenan!

Wong nyatane, diganggu dioyak-oyak! Saiki ditindhes dipeksa

laku kesiksen ngene!” gumremenge Erawati. (Emprit Abuntut

Bedhug:110)

Terjemahan:

“Yang menemukan saya ini kapan?! Saya juga menjadi korban!

Nyatanya, diganggu dikeja-kejar! Sekarang ditindas sampai

tersiksa begini!” ujar Erawati.

Page 164: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

151

34) “Aku iki kudune wes wegah ngono, nggugu pakone pulisi. Gela

aku, kena apa wong-wong iki nalika teka ing omahku ora

dakusir kaya wartawan-wartawan plonco iku!”grenang-

greneng Erawati kanthi ulat mbesengut.(Emprit Abuntut

Bedhug:111)

Terjemahan:

“Saya ini seharusnya tidak mau seperti itu, percaya perintah

polisi. Kecewa aku. Kenapa orang-orang ini jika datang

kerumahku tidak saya usir seperti wartawan-wartawan tidak

sopan itu!” gumam Erawati sampai terlihat marah.

35) “Aku seneng yen kowe nganggo klambi ireng kaya duwekmu

sing wingi kae. Koksimpen neng endi, ta, saiki?” pitakone

Nusyirwan. (Emprit Abuntut Bedhug:114)

Terjemahan:

“Saya senang kalau kamu memakai baju hitam seperti milikmu

kemarin. Kamu simpan dimana, ta, serkarang?” tanya

Nusyirwan.

36) “Aku eling kabeh apa lelakonku. Aku ora edan. Ora perlu kowe

tuku apa-apa sing padha karo sing dhek wingi.”ujare Erawati.

(Emprit Abuntut Bedhug:114)

Terjemahan:

“Saya ingat semua kelakuanku. Saya tidak gila. Tidak perlu

kamu membeli apa-apa seperti yang kemarin.”ucap Erawati.

37) “Dudu, Pak. Kuwi dudu badan aluse Ndara Siti,” wangsulane

Handaka.

“Lha kok olehe jebles! Sak penganggone!”

“Iya. Anu, Pak. Aku mengko perlu katerangan saka kowe. Sapa

jenengmu, Pak?”(Emprit Abuntut Bedhug:128)

Terjemahan:

“Bukan, Pak. Itu bukan arwah Nyonya Siti,” jawab Handaka.

“Lah kok sangat mirip!

“iya. Itu, Pak. saya nanti memerlukan keterangan dari kamu.

Siapa namamu, Pak?”

38) “Iya. Iya, ngono. Akur aku karo mas Nunus,” ujare Erawati.

(Emprit Abuntut Bedhug:132)

Terjemahan:

“Iya. Iya, begitu. Setuju saya dengan mas Nunus,” ucap Erawati.

Page 165: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

152

39) “Mas Nunus, aku dudu anake wong sugih. Bapakku ngasta ana

DPU Sala, pidalem ing Kampung Batangan. Sedulurku pat-

belas sing urip sanga” Siti Respati leren. Nata ambegan. Nata

pikiran. (Emprit Abuntut Bedhug:132)

Terjemahan:

“Mas Nunus, saya bukan anak orang kaya. Ayah saya bekerja di

DPU Solo, tempat tinggal di Desa Batangan. Saudaraku empat

belas yang hidup sembilan” Siti Respati berhenti, mengatur

nafas dan mengatur pikiran.

40) “Tenan ta, sing iki aku durung krungu. Terus?“ pitakone

Erawati.(Emprit Abuntut Bedhug:133)

Terjemahan:

“Benar kan, yang ini saya belum mendengar. Terus?” tanya

Erawati.

41) “Sapa?” pitakone Jarot marang Bu Guru.

“Sutahal kuwi! Mongsok aku tepung karo wong kaya ngono!?

Huh! Pratingkahe wae aku wis mbleneg!” ujare Erawati

sumengit.(Emprit Abuntut Bedhug:135)

Terjemahan:

“Siapa?” Pertanyaan Jarot ke Bu Guru

“Sutahal itu! Masa saya kenal dengan orang kaya begitu!? Huh!

Tingkahnya saja saya sudah muak!” ucap Erawati marah.

42) “Aku wis ikhlas, kok, kelangan tangan. Marga aku wis tetep

ketemu karo sedulur kembarku, lan oleh ijol bojo Mas Nunus

iki. Rak iya, ta, Mas? Panjenengan rak tetep kersa nggarwa

aku, ta, sanajan tanganku sing kiwa puthul?” Siti Respati kanthi

legane ati ngakoni kesalahane. (Emprit Abuntut Bedhug:145)

Terjemahan:

“Saya sudah ikhlas kok, kehilangan tangan. Karena saya sudah

bertemu dengan saudara kembar saya, dan mendapat Suami Mas

Nunus ini. Bukan begitu, kan, Mas? Anda tetap mau menjadi

suami saya, kan, walaupun tangan kiri saya terpotong?” Siti

Respati sangat lega hatinya mengakui kesalahannya.

43) “Oh, kuwi layangku, Dhiajeng! Aku sing nulis!” Aloke Siti

Respati. (Emprit Abuntut Bedhug:146)

Terjemahan:

Page 166: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

153

“Oh, itu surat saya, Nona! Saya yang menulis” ujar Siti Respati.

44) “Iya, iya, Yu. Aku ngreti, kok, saiki. Pancen, wong ngukuhi

benere dhewe kuwi sebenere wong bodho, pandelenge ditutupi

setan.” Wangsulane Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:150)

Terjemahan:

“Iya, iya, Mbak. Saya tahu, kok, sekarang. Memang, orang

mempertahankan benarnya sendiri itu sebenarnya orang bodoh,

penglihatannya di tutupi setan.” Jawab Erawati.

45) Kabeh padha ngguyu krungu tantangane Erawati nganggo

tembung Madura.

“Wartawanmu piye, wartawanmu?” Nusyirwan isih duwe karep

mbeda.

“E, lha cobo yen wani cedhak aku,…”(Emprit Abuntut

Bedhug:153)

Terjemahan:

Semua tertawa mendengar tantangan Erawati memakai bahasa

Madura.

“Wartawan kamu bagaimana, wartawanmu?” Nusyirwan masih

mempunyai keinginan yang lain.

“E, lah coba saja kalau berani mendekat padaku,...”

46) “Wah Mas Handaka ki sakjane kejem, lho.”ujare Erawati.

“Gek umpama ora enggal konangan Sutahal...? utawa babar

pisan ora bakal ketemu? Kepripun?”

“Ya, aku ki detektip. Ya mesthi ana akal liya.”(Emprit Abuntut

Bedhug:156)

Terjemahan:

“Wah, Mas Handaka ini sebenarnya kejam lo.” Ujar Erawati.

“Seumpama tidakcepat ketahuan Sutahal...? atau sama sekali

tidak ketemu? Bagaimana?”

“Iya, saya ini detektif. Iya pasti banyak akal yang lain.”

47) “Iiiih, siya-siya! Aku ora kesurupan, kok. Waras. Eling. Kenya

ayu, suci-murni, disapa wong lanang ora ditepungi, ya genah

cemberut, kok aneh!” aloke Erawati. (Emprit Abuntut

Bedhug:157)

Terjemahan:

“Iiiih, sia-sia! Saya tidak kesurupan, kok. Sehat. Ingat. Kenya

cantik, suci-murni, disapa laki-laki tidak dikenali, ya jelas

cemberut. Kok aneh!” ujar Erawati.

Page 167: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

154

48) “Kosik. Kosik. Kelingan aku. Piye lelakonku dhek cilik, aku

durung ngreti? Apa ya tenan ibune Yu Siti ki ya ibuku?”

pitakone Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:159)

Terjemahan:

“Sebentar. Sebentar. Teringat saya. Bagaimana kelakuanku

waktu kecil, saya belum tahu? Apa benar ibu Mbak Siti itu juga

ibuku?” tanya Erawati.

b. Deiksis Persona Pertama Tunggal “-ku”

1) “Ya ngono iku cara nyambutgaweku. Panjenengan kari kersa

percaya apa ora?”(Emprit Abuntut Bedhug:35)

“Ya, ya, ya. Aku pancen durung tau nyambutgawe bareng kowe.

Kapan wiwitmu nyambutgawe?”

“Saiki,” wangsulane Handaka.

Terjemahan:

“Ya begini ini cara kerja saya. Anda tinggal percaya apa tidak?”

“Ya, ya, ya. Saya memang belum pernah bekerja bersama kamu.

Kapan kamu mulai bekerja?”

“Sekarang,” jawab Handaka.

2) “iku urusanku dhewe! Urusanku dheeeeweeee!!” wangsulane

Erawati(Emprit Abuntut Bedhug:89)

Terjemahan:

“Itu urusan saya sendiri! Urusan saya sendiiiriii!!” jawab

Erawati.

3) “Aku ora ngira priye-priye, Dhik. Aku mung nonton kanyatane.

Anggone ngilang saka ngomah utawa saka sekolahane iku ora

kalap. Nanging genah sengaja”wangsulane Detektip Handaka.

“Sengaja ?! Dados Mas Handaka ndakwa Dhik Era mboten

kalap?”

“Dhik Jarot. Ngati-ati, lo!”

Jarot mbrabak abang raine.

“Lha kuwi, atimu wiwit buntu! Iku ateges kurban moril.

ngilangake kepercayaanku marang kowe.”(Emprit Abuntut

Bedhug:100)

Terjemahan:

Page 168: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

155

“Saya tidak mengira bagaimana, Dik. Saya hanya melihat

kenyataannya. Dirinya menghilang dari rumah atau dari

sekolahan itu tidak lupa tetapi benar sengaja” jawab Detektif

Handaka.

“Sengaja?! Jadi Mas Handaka menuduh Dik Era tidak lupa?”

“Dik Jarot. Hati-hati, lho!”

Muka Jarot berubah menjadi merah.

“Nah itu, hatimu mulai buntu! Itu menandakan korban moral.

Menghilangkan kepercayaan saya kepada kamu”

4) “Kena apa, Bu?”

“nak Era nyilih cemaraku.”(Emprit Abuntut Bedhug:105)

Terjemahan:

“Kenapa, Bu?”

“saudari Era pinjam cemaraku.”

5) “Sumbut karo anggonku kacipuhan.”wangsulane Erawati.

(Emprit Abuntut Bedhug:108)

Terjemahan:

“imbang dengan perjuanganku.” Jawab Erawati.

6) “Mas Nunus, aku dudu anake wong sugih. Bapakku ngasta ana

DPU Sala, pidalem ing kampung batangan. Sedulurku pat-belas

sing urip sanga. Aku nomer sepuluh, utawa nomer pitu kang

urip.” Siti Respati leren. Nata ambegan. Nata pikiran.(Emprit

Abuntut Bedhug:132)

Terjemahan:

“Mas Nunus, saya bukan anak orang kaya. Ayah saya bekerja di

DPU Solo, tempat tinggal di Desa Batangan. Saudara saya

empat belas yang hidup sembilan. Saya nomor sepuluh, atau

nomor tujuh dari yang masih hidup. Bapak saya bekerja di DPU

Sala.” Siti Respati berhenti. Mengatur nafas. Mengatur pikiran.

7) Siti Respati leren. Nata ambegan. Nata pikiran.

“Tenan, ta, sing iki aku durung krungu. Terus?” pitakone

Erawati.

“Atiku wiwit goreh maneh…”(Emprit Abuntut Bedhug:133)

Terjemahan:

Page 169: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

156

Siti Respati berhenti. Mengatur nafas dan pikiran.

“Benar, kan, yang ini saya belum pernah mendengar. Terus?”

tanya Erawati.

“hatiku mulai goyah lagi..”

8) “Kena apa kok terus nggeblas saka sandingku?” pitakone

Nusyirwan kepengin banget ngreti. (Emprit Abuntut

Bedhug:139)

Terjemahan:

“Kenapa kok terus pergi dari sampingku?” tanya Nusyirwan

ingin sekali mengetahui.

9) “Oh, kuwi layangku dhiajeng!”aloke Siti Respati. (Emprit

Abuntut Bedhug:146)

Terjemahan:

“Oh, itu suratku dik!” jawab Siti Respati.

10) “Kosik. Kosik. Kelingan aku. Piye lelakonku dhek cilik, aku

durung ngreti? Apa ya tenan ibune YuSiti ki ya ibuku?”

pitakone Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:159)

Terjemahan:

“Sebentar. Sebentar. Ingat saya. bagaimana tingkah laku saya

saat kecil, saya belum tahu? Apa benar ibu Mbak Siti itu juga

adalah ibuku?” tanya Erawati.

c. Deiksis Persona Pertama Tunggal “dak-“

1) Jarot nyaut buku, dibukaki ana ing ngisor lampu. Karepe arep

sinau. Marga kabare kantore arep nganakake ujian kanggo

unggah-unggahan pangkat. Nanging pikirane Jarot ora bisa

uwal saka kanthong biru-kuning kang katon ngegla ana

ngarepe.

“Umpama kantong iki dakbukak, isine mas-inten kang larang

regane ngono, aku mesti enggal-enggal lapur pulisi Nanging

mokal yen isine mas-inten kok sing duwe ngemohi. Lan ndeleng

gemandhule lan grenjele ora pantes yen bangsane mas-

masan”(Emprit Abuntut Bedhug:23)

Terjemahan:

Page 170: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

157

Jarot mengambil buku, dibuka di bawah lampu. Keinginannya

ingin belajar. Karena kabarnya kantornya akan mengadakan

ujian kenaikkan pangkat. Tetapi pikiran Jarot tidak bisa lepas

dari bungkusan biru-kuning yang terlihat tergeletak di depannya.

“Seandainya bungkusan ini saya buka, isinya mas-berlian yang

mahal harganya, saya harus cepat-cepat lapor polisi. Tetapi tidak

mungkin kalau isinya mas-berlian tapi yang punya menolak.

Dan dilihat dari gantungannya dan bentuknya tidak pantas kalau

itu merupakan mas-berlian.”

2) “Aku lagi ngurus rajakaya ilang iki. Nanging dakkira gampang

wae. Barange genah rajakaya, gedhe-gedhe,gek ora umum,

mesthi gampang olehe nggoleki. Dakkira ora perlu pembantu,”

wangsulane Pak Indra. (Emprit Abuntut Bedhug:29)

Terjemahan:

“Saya sedang mengurus barang yang sangat mahal yang hilang

ini. Tapi saya kira mudah saja. Barangnya jelas sangat berharga,

besar-besar, tidak umum, pasti sangat mudah mencarinya. Saya

kira tidak perlu orang lain untuk membantu,” jawab Pak Indra.

3) “Ora ngono, Mas. Sing dakkarepake iku, yen wong iki ditahan,

wong bukti kaculikane durung ana,” wangsulane Handaka.

(Emprit Abuntut Bedhug:34)

Terjemahan:

“ Tidak begitu, Mas. Yang saya inginkan itu, jika orang ini

ditahan, tetapi bukti kejahatannya belum ada,” jawab Handaka.

4) “Iya, iya. Apa butuhmu dakbantu.”(Emprit Abuntut Bedhug:34)

“Aku nyuwun pulisi saregu sing gampang diajak playon

ngetutake langkahku”

“Kanggo ngurus tangan putung iki? Perlu pulisi saregu?

Kanggo apa wae?” pitakone Inspektur Indra.

Terjemahan:

“Iya, iya. Apa kebutuhanmu saya bantu.”

“Saya meminta polisi satu regu yang mudah diatur dengan

caraku”

“Untuk mengurus tangan patah ini? Butuh polisi satu regu?

Untuk apa saja?” tanya Inspektur Indra.

Page 171: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

158

5) “Koen iku aneh-aneh ae. Ngono ae perlu seksi, Rot!”

“Ngene, le, Pip. Ndhuk kana maeng aku nemu kanthong.

Dakkira ae, kantong iku duweke arek klambi koning sing

nyrempet sepedhaku maeng.”(Emprit Abuntut Bedhug:39)

Terjemahan:

“Kamu itu aneh-aneh saja. Begitu saja perlu saksi, Rot!”

“Begini Pip. Di sana tadi saya menemukan bungkusan. Saya

kira, bungkusan itu punya anak baju kuning yang menyerempet

sepeda saya tadi.”

6) “Dadi kowe weruh, rak iya, ta?”Handaka takon.

Apip manthuk rada kurang seneng atnie

“Ngene, dakterangake. Kancamu iki diterka ngumpetake

barang colongan wujud ali-ali rega limang-ewu

rupiyah”(Emprit Abuntut Bedhug:40)

Terjemahan:

“Jadi kamu melihat, bukan begitu, kan?” Tanya Handaka.

Apip menganggukkan kepalanya agak kurang senang hatinya.

“Begini, saya terangkan. Teman kamu ini dituduh

menyembunyikan barang curian berbentuk cincin dengan harga

lima ribu rupiah”

7) “Mesthi wae aku tepung karo Dhik Erawati iki. Rong minggu

lawase dheweke nginep ana ing ngomahku, dakkandani kowe!

La kowe, apane?” wangsulane Nusyirwan. (Emprit Abuntut

Bedhug59)

Terjemahan:

“Jelas saja saya kenal dengan Dik Erawati ini. Dua minggu

lamanya dirinya menginap di rumah saya, saya kasih tahu kamu!

Lha kamu, apanya?” jawab Nusyirwan.

8) “Daksuwun kanthi alus, Jeng. Kowe kersa mbiyantu

penggaweanku iki,” celathune Handaka.(Emprit Abuntut

Bedhug:98)

Terjemahan:

“Saya minta dengan halus, Jeng. Kamu mau membantu

pekerjaan saya ini,” tanya Handaka.

Page 172: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

159

9) “Ora, Dhik Nunus. Nalika nginep ana kene, Jeng Era apa ora

tau ngirim layang?”pitakone Handaka.

“Kintun serat? Dhateng sinten?”

“Lha ya kuwi sing arep daktakokake. Yen wis tau kirim layang,

dheweke kirim layang menyang kutha ngendi, menyang

sapa?”(Emprit Abuntut Bedhug:104)

Terjemahan:

“Tidak, Dik Nunus. Sewaktu menginap di sini, Jeng Era apa

tidak pernah mengirim surat?” tanya Handaka.

“Menulis surat? Kepada siapa?”

“ lah ya itu yang akan saya tanyakan. Kalau pernah mengirim

surat, dirinya mengirim surat ke kota mana, kepada siapa?”

10) “Jeng Era. Daksuwun maneh, manuto pokoke Mas Handaka

kuru iki,” ujare Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:110)

Terjemahan:

“Jeng Era. Saya minta lagi, pokoknya percaya Mas Handaka

yang kurus ini,” ujar Handaka.

11) “Ora ana barang sing dakmilikake saka kowe!”(Emprit

Abuntut Bedhug:114)

Terjemahan:

“Tidak ada barang yang aku miliki dari kamu.”

12) “Sakjane Mas Nunus rak wis dhamang kabeh, wong wis

dakcritani. Mas Handaka uga wis pirsa.” ujare Siti Respati.

(Emprit Abuntut Bedhug:132)

Terjemahan:

“Sebenarnya Mas Nunus juga sudah tahu semua, orang sudah

saya kasih tahu. Mas Handaka juga sudah tahu.” Ujar Siti

Respati.

13) “Lha Mas Nunus salah tampa. Aku takon apa Mas Nunus

tepung Erawati ing SGKP, kok banjur ngira aku jeneng

Erawati. Ya, wis, jeneng iku banjur dakenggo ngono wae,

sawetara, tanpa permisi karo sing duwe.”(Emprit Abuntut

Bedhug:137)

Terjemahan:

Page 173: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

160

“Lah Mas Nunus salah tanggap. Saya tanya apa Mas Nunus

kenal dengan Erawati di SGKP, kok jadi mengira saya namanya

Erawati. Iya, sudah nama ini terus saya pakai itu saja,

sementara, tanpa meminta izin dengan yang punya.”

14) “Dakkira kowe nggoleki Jeng Era.”(Emprit Abuntut

Bedhug:147)

Terjemahan:

“Saya sangka kamu mencari Jeng Era.”

15) “Dadi wong wadon liya sing daktemokake keri mesthi jenenge

jeneng wadon sing sijine.”(Emprit Abuntut Bedhug:157)

Terjemahan:

“Jadi wanita lain yang saya temukan terakhir pasti namanya

nama wanita yang satu.”

d. Deiksis Persona Pertama Tunggal “kula”

1) “ Anu, Pak. Kula manggih kanthong menika. Wonten praliman

Blawuran mrika.”(Emprit Abuntut Bedhug:31)

“Nah, enggih. Mang dhudhah isine, terus mang pek artane,

nggih, ta?”

“Anu, Pak. Mboten ngaten. Sanes arta. Nanging menika....!

Pareng kuladhudhah kulaedalaken, Pak?” pitakone Jarot.

Terjemahan:

“ Begini, Pak. Saya menemukan bungkusan tersebut. Di

simpang lima Blawuran.”

“Nah, iya. Di buka isinya, terus di ambil uangnya, begitu, kan?”

“Begini, Pak. Bukan begitu. Bukan uang. Tetapi itu....! Boleh

saya buka lalu saya keluarkan, Pak?” tanya Jarot.

2) “Saestu, kok, Pak!”

“Mokal niku. Pun ngaku mawon. Teng pundi sampeyan angsal

tangan niku? Tiyange mang aniaya teng pundi? Ngaku!”

“Leres, Pak. Kula mboten damel crita mokal!” wangsulane

Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug: 33)

Page 174: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

161

Terjemahan:

“Betul, kok, Pak!”

“Palsu itu. Sudah mengaku saja. Dimana anda mendapat

potongan tangan itu? Orang tersebut disiksa di mana?

Mengaku!”

“Benar,Pak. Saya tidak mengarang cerita plasu!” jawab Jarot.

3) “Oh, inggih. Wonten, Pak, anu, Mas. Si Apip, kanca kula. Kula

saweg ketheker-ketheker nagekaken sepedhah, Apip langkung

lan aruh-aruh kula. Kula sumerep griyanipun,” celathune

Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug:36)

Terjemahan:

“Oh, Iya. Ada, Pak, eh, Mas. Apip, teman saya. Saya sedang

berusaha membangunkan sepeda, Apip lewat dan menolong

saya. Saya tahu rumahnya,” ujar Jarot.

4) “Kula mboten pangling. Menika griyanipun kanca kula, yen

dereng pindhah,” ujare Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug:38)

Terjemahan:

“Saya tidak lupa. Jika rumah teman saya, kalau belum pindah,”

ujar Jarot.

5) “Kula mboten kesesa. Nanging menapa perlu kula criyosaken?

Kula sampun bosen kedah criyos bab dhiri kula dhateng para

wartawan, terus wawancara wonten majalah. Bosen! Risi kula

kalyan wartawan-wartawan ingusan menika!” ujare Erawati

dadi sumengit.”(Emprit Abuntut Bedhug:47)

Terjemahan:

“Saya. Tidak tergesa-gesa. Tetapi apa perlu saya ceritakan?

Saya sudah bosan bercerita tentang diri saya kepada para

wartawan, terus wawancara di majala. Bosan! Terganggu saya

dengan wartawan-wartawan itu!”

6) “Kula sanes ingkang gadhah kanthong menika”(Emprit

Abuntut Bedhug:50)

Terjemahan:

Page 175: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

162

“Saya bukan yang punya bungkusan tersebut”

7) “Mboten sisah, mboten sisah, Pak. Kula naming kaget

sekedhap, kok!” ujare Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:53)

Terjemahan:

“Tidak usah, tidak usah, Pak. Saya cuma terkejut sebentar, kok!”

ujar Erawati.

8) “Kadospundi cara kula mbiyantu?” putusane Erawati(Emprit

Abuntut Bedhug:55)

Terjemahan:

“Bagaimana cara saya ikut membantu?” keputusan Erawati.

9) “Aku ora rumangsa tepung karo kowe!” ujare Erawati kaya

Srikandhi nantang Bisma. “Saestu Mas Handaka Kula mboten

tepang kaliyan piyambakipun.” (Emprit Abuntut Bedhug:62)

Terjemahan:

“Saya tidak merasa kenal kamu!” ujar Erawati seperti Srikandhi

menantang Bisma. “Benar Mas Handaka. Saya tidak mengenal

orang tersebut”

10) “O, inggih, inggih. Kula mangertos.” Ujare Nusyirwan

wicaksana.

“Wis, ayo numpak pick-up!”printahe Handaka.

“Mas. Kula mbekta sepedhah motor piyambak”(Emprit Abuntut

Bedhug:63)

Terjemahan:

“O, iya, iya. Saya mengerti” ujar Nusyirwan Bijaksana.

“Sudah, ayo naik pick-up!” perintah Handaka.

“Mas. Saya membawa sepeda motor sendiri”

11) “Menika kamar kula. Lajeng, sebelah menika, kamaripun Dhik

Erawati nalika wonten mriki. Kelingan ora kowe, Er?” ujare

Nusyirwan sinambi lumaku ndhereake Detektip Handaka.

(Emprit Abuntut Bedhug:66)

Page 176: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

163

Terjemahan:

“Itu kamar saya. Terus, disebelahnya, kamar Dik Erawati pada

saat tinggal di sini. Ingat tidak kamu, Er?” ujar Nusyirwan

sambil menemani Detektif Handaka.

12) Nusyirwan mesem. Pitakon iku diwangsuli kanthi senenge

ati,“Kala piyambakipun wonten ing griya ngriki, piyambakipun

nyanggupi badhe dados sisihan kula.”(Emprit Abuntut

Bedhug:75)

Terjemahan:

Nusyirwan tersenyum. Pertanyaan tersebut dijawabnya dengan

senang hati,“Pada saat itu dirinya ada di rumah ini, dirinya

bersedia akan jadi pendamping saya.”

13) Nusyirwan ngeterake nganti Erawati lungguh, terus mateni

pick-up. Bubar ngono Nusyirwan gage nyedhaki Handaka.

“Anu, Mas Pulisi. Eh, Detektip. Kula kemutan kadospundi

wiwitipun piyambakipun ngaken nama Erawati.”(Emprit

Abuntut Bedhug:92)

Terjemahan:

Nusyirwan mengantarkan hingga Erawati duduk, lalu

mematikan pick-up. Setelah itu Nusyirwan ceoat mendekati

Handaka.

“Begini, Mas Polisi. Eh, Detektif. Saya ingat bagaimana dirinya

mengaku bernama Erawati.”

14) Yu Sikah diiringi Nusyirwan menyang ngarepan.

Ing ngarepan bareng ditakoni Handaka Yu Sikah

mangsuli,“Inggih, Den. Kula dipunutus ngeposaken. Nanging

mboten ngretos serat menika dhumateng sinten. Kula radi

wegah maos seratan tangan, Den.”(Emprit Abuntut

Bedhug:105)

Terjemahan:

Yu Sikah ditemani Nusyirwan hingga depan.

Di depan setelah di tanya oleh Handaka, Yu Sikah

menjawab,“Iya, Mas. Saya di perintah untuk mengeposkan.

Page 177: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

164

Tetapi tidak tahu surat tersebut ditujukan kepada siapa. Saya

agak malas membaca tulisan tangan, Mas.”

15) “Priye, Dhik Nunus, saiki?” pitakone Handaka

“Jebles Putri Sala!”

“Apa kowe wis tau weruh Putri Sala?”

“Kula sampun nate wektu dipunajak marak dhateng nglebet

Kraton Solo.”(Emprit Abuntut Bedhug:108)

Terjemahan:

“Bagaimana, Dik Nunus, sekarang?” tanya Handaka

“Mirip Putri Solo!”

“Apa kamu sudah pernah melihat Putri Solo?”

“Saya sudah pernah waktu diajak ke dalam Keraton Solo.”

16) “Kula inggih sampun bosen, lho, Mas Handaka. Nganti apal

rega-regane barang sing didhasar kabeh!” Erawati nyelani

kandha. (Emprit Abuntut Bedhug:113)

Terjemahan:

“Saya juga sudah bosan, lho, Mas Handaka. Sampai hafal harga-

harganya barang yang ada di dasar semua!” Erawati menyela

pembicaraan.

17) “Kena apa ta Dhik Jarot, katone kok kuwatir?”

“Piyambakipun sampun mboten purun ningali kula menika

wau.”(Emprit Abuntut Bedhug:115)

Terjemahan:

“Kenapa Dik Jarot, kelihatannya khawatir sekali?

“Dirinya tadi sudah tidak mau menemui saya.”

18) “Lan tresna dumateng kula malih, inggih?”(Emprit Abuntut

Bedhug:122)

Terjemahan:

“Dan cinta kepada saya lagi, iya?”

Page 178: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

165

e. Deiksis Persona Pertama Jamak “awake dhewe”

1) “Aku rak pareng, ta, nyuwun ngampil tilpun kuwi dhisik?”

pitakone Handaka.

“La mangga, menawi ngersakaken.”

“Kene nomer tilpune pira?”

“Selatan, empat-delapan-tujuh.”

“Dhik Jarot. Nyambat, Dhik, tilpuna Pak Indra seksi III, matura

awake dhewe ana kene.”(Emprit Abuntut Bedhug:65)

Terjemahan:

“Saya tidak boleh, ya, meminjam telepon itu dulu?” tanya

Handaka.

“Silahkan, apabila menginginkan.”

“Sini nomor teleponnya berapa?”

“Selatan, empat-delapan-tujuh.”

“DikJarot. Bicara, Dik, teleponkan Pak Indra seksi III, bicara

saja kita ada di sini.”

2) “Lha wong salah tampa, kok, Jeng. Wong salah tampa, salah

pangreten, lali, kuwi mesthi fanatik ngira awake dhewe bener,

ngugemi kebenerane. Wani mati. Diterka ndhugal apa

kurangajar, ya wani wae. Ora arep isin! Lha wong rupamu ya

jebles rupaku, ya disengguh yen kowe kuwi aku!” Siti Respati

mbelani tunangane. (Emprit Abuntut Bedhug:150)

Terjemahan:

“Lah memang salah menerima, kok, Jeng. Memang salah salah

menerima, salah pengertian, lupa, itu pasti fanatik menyangka

dirinya sendiri benar, membanggakan kebenarannya. Berani

mati. Dituduh jahat apa kurang ajar, berani saja. Tidak ingin

malu! Lah muka kamu mirip muka Saya, ya jelas kamu disangka

sebagai Saya!” Siti respati membela tunangannya.

f. Deiksis Persona Pertama Jamak “kita”

1) “Inggih. Saged ugi mekaten. Nanging, nanging kula mboten

tepang kaliyan tiyang menika menika?” ujare Jarot.

“Dhek mau kowe ya kandha ora kenal lan ora niteni Dhik

Erawati iki. Sidane saiki ya bisa nemokake. Jeng Era mesthi

kersa mbiyantu kita, arep mbenerake barang kang ora bener!

Page 179: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

166

Nggih, ta, Jeng?” ujare Handaka kanthi yakin. (Emprit Abuntut

Bedhug:50)

Terjemahan:

“Iya. Bisa jadi begitu. Tetapi, tetapi saya tidak kenal dengan

orang-orang tersebut?” ujar Jarot.

“Dek, kamu tadi bilang tidak mengenal dan tidak menunggu Dik

Erawati ini. Akhirnya juga bisa menemukan. Jeng Era pasti mau

membantu kita, mau membenarkan hal yang tidak benar! Bukan

begitu Jeng?” ujar Handaka sangat yakin.

2) Dina Sebtu wayah jam papat sore panase isih sumelet, ana

becak mandheg ing omah nomer sewelas. Sing numpak priyayi

nom-noman. Sing lanang mbayar becak, sing wadon ngenteni

karo mbener-mbenerake roke kang sakjane wis bener. Wong

nom-noman loro mau Jarot lan Erawati.

“Ayo, ta, Mas, rada cepet. Aku selek pengin ketemu Yu Siti.

Saiki dheweke mesthi wis dandan, dadi ora kaya sing kita

weruhi yen ana rumah sakit kae.” (Emprit Abuntut Bedhug:130)

Terjemahan:

Hari Sabtu sekitar jam empat sore panasnya masih menyengat,

ada becak berhenti di Rumah nomor sebelas. Yang menaiki anak

muda. Yang laki-laki membayar becak, yang perempuan

menunggu sambil membenarkan roknya yang sebenarnya sudah

benar. Dua anak muda tersebut adalah Jarot dan Erawati.

“ Ayo , ta, Mas, agak cepat. Saya tidak sabar untuk segera

bertemu Mba Siti. Sekarang dirinya pasti sudah berdandan, jadi

tidak seperti yang kita lihat pada waktu di Rumah Sakit itu.”

g. Deiksis Persona Kedua Tunggal “kowe”

1) “Dadi kowe weruh, rak iya, ta?” Handaka takon sereng. Apip

manthuk rada kurang seneng atine.(Emprit Abuntut Bedhug:40)

Terjemahan:

“Jadi kamu melihat, iya kan?” Handaka bertanya dengan tegas.

Apip mengangguk sedikit kurang suka hatinya.

2) “Mas Jarot dateng kapulisen! Manggih barang adi ingkang

cilik ngene, upama disingitake dhewe wae rak ora dadi perkara,

Page 180: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

167

Mas? Kowe ki kebangetan jujure….!” Ujare Erawati terus

mbalekake ali-ali mau marang Handaka.(Emprit Abuntut

Bedhug:52)

Terjemahan:

“ Mas Jarot ke kepolisian! Menemukan barang yang kecil

begini, seandainya dismpan sendiri saja kan tidak jadi masalah

mas? Kamu keterlaluan jujurnya…!” ucap Erawati sambil

mengembalikan cincin tadi ke Handaka.

3) “Kowe apa tepung karo putri iki, kok nyapa-nyapa?” pitakone

pemuda kuru sing mau meh ketabrak si Kenya iku sajak nantan

marang wong bagus sing nyapa si kenya.(Emprit Abuntut

Bedhug:58)

Terjemahan:

“ Kamu apa kenal sama putri ini, kenapa menyapa-nyapa?”

Tanya pemuda kurus yang tadi hampir tertabrak si gadis itu

sambil seakan-akan menantang orang gagah yang menyapa si

gadis.

4) “yen bener kowe tepung priyayi putri iki, ayo padha ngiwa

kana. Aku duwe rembug sethitik karo kowe,” celathune nom

noman sing kuru mau.(Emprit Abuntut Bedhug:59)

Terjemahan:

“kalau bener kamu kenal orang terhormat ini, ayo kita kesana.

Saya punya musyawarah sedikit sama kamu,” ucap orang muda

yang kurus tadi.

5) “Kowe ki piye ta, Er?! Kok mentolo muni mengkono?”

panyarune wong bagus.(Emprit Abuntut Bedhug:62)

Terjemahan:

“Kamu bagamana sih, Er?! Kenapa tega bilang seperti itu?”

ujarnya orang bagus.

6) “Kowe apa anak ontang-anting?” (Emprit Abuntut Bedhug:64)

Terjemahan:

Page 181: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

168

“Kamu apakah anak tunggal?

7) “Aku nganti duwe pangiro ala marang polahmu.kang

nyalawadi, nak Era! Sokur, saiki kowe wis bali!

Sokur…!”(Emprit Abuntut Bedhug:66)

Terjemahan:

“Saya sampai punya prasangka buruk terhadap tingkahmu yang

sudah keterlaluan nak Era! Sukur, sekarang kamu sudah pulang,

Sukur…!”

8) “ Rak ya waras, ta, Kowe, Nak Era? Rak ora kurang sawiji

apa?”(Emprit Abuntut Bedhug:67)

Terjemahan:

“ sehat kan kamu, nak Era? tidak kurang sedikitpun?”

9) “Kowe rak neng mburi kene dhisik, ta, Er? Ibu durung mari

kangene ngono sajake?” penarine Nisyirwan marang Erawati,

ngrengkuh-ngregkuh.(Emprit Abuntut Bedhug:68)

Terjemahan:

“Kamu tidak di belakang sini dahulu, ta, Er? Ibu belum sembuh

kangennya bengitu kelihatanya?” bujuknya Nusyirwan kepada

Erawati mengiba.

10) “Kapan kowe weruh kantong iki kang pungkasan?”(Emprit

Abuntut Bedhug:69)

Terjemahan:

“kapan kamu melihat bungkusan ini terakhir kali?”

11) “Dadi kowe ngakoni yen kanthong lan ali-ali iki asale saka

kowe?”(Emprit Abuntut bedhug:71)

Terjemahan:

“Jadi kamu mengakui kalau bungkuan dan cincin ini berasal dari

kamu?”

12) “Kowe ora perlu nutuh-nutuh aku!” panggetake

Erawati.(Emprit Abuntut Bedhug:75)

Terjemahan:

“Kamu tidak perlu nuduh-nuduh saya?” ancam Erawati

Page 182: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

169

13) “Er,. Kena apa kowe kok kakehan punika?” bisike Nusyirwan

bareng wis dansah sawatara. Saya larut ing wirama

musike.(Emprit Abuntut Bedhug:87)

Terjemahan:

“Er. Kenapa kamu kok kebanakan seperti itu?” bisik Nusyirwan

saat dansa sudah di mulai sebentar. Semakin larut dalam irama

musiknya

14) “kowe rak wes ngerti pitakonku. Wangsulana!”(Emprit Abuntut

Bedhug:89)

Terjemahan:

“kamu kan sudah tahu pertanyaan saya. Makanya dijawab!”.

15) “Erawati! Erawati! elinga, kowe dadi urusane pulisi ngertia!

Aja nggugu karepmu dhewe! Swarane Handaka nggreget lan

atos.(Emprit Abuntut Bedhug:90)

Terjemahan:

“Erawati! Erawati! ingatlah! Kamu jadi urusannya polisi tahu

tidak! Jangan nurut kemauan km sendiri! Suaranya Handaka

sedikit membentak dan keras.

16) “O, dadi kowe ki guru SGKP, ta?” bisike Nusyirwan swarane

kendho.(Emprit Abuntut Bedhug:91)

Terjemahan:

“ O, jadi kamu ini guru SGKP, ta?” bisik Nusyirwan dengan

suara melemah.

17) “Kowe kabeh ditelik, diawasi obah mosikmu dening polisi,

marga tinerka kacenthok melu urun tumindak ing kadurjanan

iki. Ngerti?” ujare Handaka mbubarake parepatan.(Emprit

Abuntut Bedhug:94)

Terjemahan:

“Kamu semua diintai, diawasi tingkahlakumu oleh polisi, sebab

diterka terlibat si kejahatan ini. Paham?” ujar Handaka

membubarkan diskusi.

Page 183: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

170

18) “Kowe kersa mbiyantu pegaweanku iki,” celathune

Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:103)

Terjemahan:

“Kamu merasa membantu pekerjaanku ini” ucap Handaka.

19) “Heh! Jeng Erawati! Kowe ngerti apa sing dikarepke Dhik

Nunus kuwi! Kowe ngerti apa kekuranganmu! Iya apa ora?”

pitakonane Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:103)

Terjemahan:

“Heh! Jeng Erawati! Kamu tahu apa yang diinginkan Dhik

Nunus itu! Kamu tahu apa kekuranganmu! Iya apa tidak?”

Tanya Handaka.

20) “Apa kowe wis tau weruh Putri Sala?”(Emprit Abuntut

Bedhug:108)

Terjemahan:

“Apa kamu pernah melihat Putri Solo?”

21) “Apa kowe isih rumangsa cocog karo Erawati iki?” Pitakonane

Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:122)

Terjemahan:

“Apakah Kamu masih merasa cocok sama Erawati ini?” Tanya

Handaka

22) “Heh, Jeng Erawati! Kowe aja lali yen isih dadi teliking

pulisi!” mrana-mrana keprungu swara sora sumingit.(Emprit

Abuntut Bedhug:130)

Terjemahan:

“Heh, Jeng Erawati! Kamu jangan lupa kalau masih jadi mata-

mata polisi” kesana kesana ketahuan tingkahnya.

23) “Jeng Era! Sing arep crita ki, kowe apa mbakyumu?!” pitakone

Detektif Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:132)

Terjemahan:

“Jeng Era! Yang mau cerita ini, kamu apa kakak

perempuanmu?!” Tanya Detektif Handaka.

Page 184: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

171

24) “Lo, kowe ya dansah barang karo Mas Nunus?” pitakone

mbakyu marang adhi kembarane, Siti Respati marang

Erawati.(Emprit Abuntut Bedhug:142)

Terjemahan:

“Lo, kamu juga dansa sama Mas Nunus?” Tanya kakak

perempuan kepada adik kemarnya. Siti Respati pada Erawati.

25) “Anggone terus-terusan nguber kowe ki sawise tulisane dipecak

ing Arek Surabaya.apa sadurunge?” pitakone Handaka.(Emprit

Abuntu Bedhug:144)

Terjemahan:

“Saat terus- menerus mengejar kamu ni sesudah tulisane dimuat

di Arek Surabaya apa sebelumnya?” Tanya Handaka.

26) “E, ya bisa cara Madura barang, ta, Kowe kuwi?” pitakone

Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:153)

Terjemahan:

“E, ya bisa cara Madura segala kan. Kamu itu?” Tanya

Handaka.

h. Deiksis Persona Kedua Tunggal “-mu”

1) “Priye, Dhik Handaka, pamrayogamu? Wong iki kudu ditahan,

rak iya, ta?”(Emprit Abuntut Bedhug:33)

Handaka mikir dhisik sadurunge mangsuli pitakon Inspektur

Indra, “Yen aku, lo, Mas....Yen aku sing ngurus prekara iki,

dheweke dakbebasake wae.”

Terjemahan:

“Bagaimana, Dik Handaka, pendapatmu? Orang ini harus

ditahan., bukan begitu?”

Handaka berfikir dahulu sebelum menjawab pertanyaan

Inspektur Indra, “Seaindainya saya, ya, Mas....Seandainya saya

yang mengurus masalah ini, dirinya saya bebaskan saja.”

2) “Panjenengan kudu percaya marang caraku

nyambutgawe,”celathune Handaka.

“Iya, iya. Apa butuhmu dakbantu?”(Emprit Abuntut

Bedhug:34)

Page 185: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

172

“Aku nyuwun pulisi saregu?”

“Kanggo ngurus tangan putung iki? Perlu pulisi saregu?

Kanggo apa wae?” Pitakone Inspektur Indra.

Terjemahan:

“Anda harus percaya dengan caraku bekerja,”ucap Handaka.

“Iya, iya. Apa keperluanmu saya bantu?”

“Saya meminta polisi satu regu?”

“Untuk menangani potongan tangan ini? Membutuhkan polisi

satu regu?Untuk apa saja?” tanya Inspektur Indra.

3) “Ngene, lo, Pip. Ndhuk kana maeng aku nemu kanthong.

Dakkira ae, kanthong iku duwekke arek klambi koning sing

nyerempet sepdhahku maeng.”

“La rak enak, nemu barange arek ayu? Kena gawe tandha

mata!”

“Tandha mata gundhulmu iku!”(Emprit Abuntut Bedhug:39)

Terjemahan:

“Begini, Pip. Di sana tadi saya menemukan bungkusan. Saya

kira, bungkusan itu kepunyaan orang berbaju kuning yang

menyenggol sepdaku tadi.”

“Lah tidak enak, memnemukan barangnya orang cantik? Bisa

dijadikan cendera mata!”

“Cendera mata kepalamu itu!”

4) “Slamet ae awakmu, Rot!” ujare Apip (Emprit Abuntut

Bedhug:43)

Terjemahan:

“selamat saja dirimu, Rot!” ucap Apip.

5) “Aku lan Dhik Jarot iki nyuwun kanthi banget supaya Jeng Era

saguh nganakake wektu lan tenaga kanggo mbiyantu

mbabarake prekara iki. Piye-piyea, sliramu ya katut kesangkut,

Jeng, marga kandhane Dhik Jarot, kanthong iku asale saka

setang sepedhamu!” (Emprit Abuntut Bedhug:54)

Terjemahan:

“Saya dan Dik Jarot ini minta dengan sangat agar Jeng Era

sanggup mengadakan waktu dan tenaga untuk membantu

Page 186: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

173

menyelesaikan masalah ini. Bagaimanapun juga, kamu ikut

terlibat, Jeng, karena kata Dik Jarot, bungkusan itu asalnya dari

stang sepedamu!”

6) ”Ping pira ta sliramu ketemu wong kuwi? Ana ngendi

wae?”(Emprit Abuntut Bedhug:55)

“Kaping kalih. Kalawingi lan kala wau. Sadaya kedadosan ing

Toko Mardi Busana, Lurung Praban.”

“Sesuk-esuk sliramu kudu wira-wiri ing kono maneh.”rembuge

Detektip Handaka.

“Benjing-enjing kula mucal,”wangsulane Erawati.

Terjemahan:

“berapa kali dirimu bertemu orang itu? Dimana saja?”

“Dua kali, waktu kemarin dan tadi. Semua kejadian di Toko

Mardi Busana, Lurung Praban.”

“Besok pagi kamu harus bolak-balik ke situ lagi.”rencana

Detektif Handaka.

7) “Helo, Er! Kena apa, ta, Er, sikepmu kok owah timen marang

aku?”(Emprit Abuntut Bedhug:58)

Terjemahan:

“halo, Er! Kenapa ya, Er, sikapmu kok berbeda sekali sama

saya?”

8) “O, ngono. Saiki aku kepengin ketemu keng ibu minangka

seksimu anggonmu srawung karo Jeng Era iki”ujare Handaka.

(Emprit Abuntut Bedhug:65)

“O, inggih. Mangke kulaaturanipun.”

“Yen ngono ora susah diaturi wae. Aku karo Jeng Era wae sing

sowan mrana.”

Nusyirwan mesem.

Terjemahan:

“O, begitu. Sekarang saya ingin bertemu dengan ibu jika itu

saksimu bagimu bergaul dengan Mba Era ini.”

“Oh, iya. Nanti saya kasih tahu.”

“Kalau begitu tidak usah dikasih tahu saja. Saya bersama Jeng

Era yang pergi kesana.”

Nusyirwan tersenyum.

Page 187: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

174

9) “Aku nganti duwe pangira ala marang polahmu. Nak Era!

Sokur, saiki kowe wis bali! Sokur....!” Ngendika ngono mau

banjur Erawati dirangkul, kaya patrape wong suwe ora

tetemon. (Emprit Abuntut Bedhug:66)

Terjemahan:

“Saya mempunyai pikiran yang jelek terhadap tingkah lakumu,

Nak Era! Syukur, sekarang kamu sudah pulang!

Syukur....!”berbicara seperti itu lalu Erawati dipeluk, seperti

orang yang sudah lama tidak bertemu.

10) Sawise sareh sawetara, Nusyirwan lagi bisa kumecap.

“Saka rumangsamu, sapa sing ngiseni kanthong iki nganggo

tangan kuwi?” pitakone Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:73)

Terjemahan:

Setelah istirahat sementara, Nusyirwan baru bisa bicara.

“Dari pendapatmu, siapa yang mengisi kantong ini

menggunakan tangan itu?” tanya Handaka.

11) “Dhik Nunus,” suwarane Handaka kalem lan antep “Aja

angger nerka! Wangsulana dhisik pitakon-pitakonku. Geneya

anggonmu nggodha Jeng Era mesthi ana ing Mardi

Busana”(Emprit Abuntut Bedhug:76)

Terjemahan:

“Dik Nunus,”suara Handaka pelan dan tegas “Jangan

semabarangan menuduh! Jawab dulu pertanyaan-pertanyaanku.

Beginikah caramu menggoda Mba Era pasti waktu di Mardi

Busana”

12) “Apa cara kaya ngono iku mathuk karo gagasanmu?”(Emprit

Abuntut Bedhug:85)

Terjemahan:

“Apa cara seperti itu sependapat dengan gagasanmu?”

13) “Sapa jenengmu satemene, Cah Ayu?”(Emprit Abuntut

Bedhug:87)

Page 188: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

175

Erawati Ratu Luwes meneng wae.

Terjemahan:

“Siapa nama kamu sebenarnya, Gadis Cantik?”

14) “Erawati! Erawati! Elinga, kowe dadi urusane pulisi, ngerti!

Aja nggugu karepmu dhewe!” swarane Handaka antep. (Emprit

Abuntut Bedhug:90)

Terjemahan:

“Erawati! Erawati! Ingat, kamu menjadi urusan polisi, paham!

Jangan menuruti kemauanmu sendiri!”suara Handaka tegas.

15) “Weruh Jeng Era nganggo ageman cara Jawa kaya mengkono,

priye prasakanmu?”(Emprit Abuntut Bedhug:96)

Nusyirwan ngguyu, rumangsa diuja prasakane.

Terjemahan:

“Lihat Jeng Era memakai pakaian adat Jawa seperti itu,

bagaimana perasaan kamu?”

Nusyirwan tersenyum, merasa sedang diuji perasaannya.

16) “Gage! Nyang kana, lo! Kamarmu dhek dhisik,”ujare

Nusyirwan bareng ngreti Erawati mogog. (Emprit Abuntut

Bedhug:99)

Terjemahan:

“Cepat! Kesana, itu! Kamar kamu yang dulu,”ucap Nusyirwan

setelah tahu Erawati berhenti.

17) “Heh! Jeng Erawati! Kowe ngreti apa sing dikarepake Dhik

Nunus kuwi! Kowe ngerti apa kekuranganmu! Iya, apa, ora?”

pitakone Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:103)

Terjemahan:

“Hei! Jeng Erawati! Kamu tahu apa yang diinginkan Dik Nunus

itu! Kamu mengerti apa kekuranganmu! Iya, apa, tidak?” tanya

Handaka.

Page 189: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

176

18) “Aku kepengin aweh apa-apa sing anyar tumprapmu kang

kanthi ndadekake senenge atimu saiki iki.”(Emprit Abuntut

Bedhug:114)

Terjemahan:

“Saya ingin memberi apa saja yang baru menurut anda yang bisa

membuat senang hati kamu sekarang ini”

19) “Sssstt, Jeng Siti! O, iya. Aku wis matur ibumu ing Batangan

yen kowe slamet lan ketemu adhimu barang. Ibu banget

bungahe,” ujare Detektip Handaka. (Emprit Abuntut

Bedhug:158)

Terjemahan:

“Sssstt, Jeng Siti! O, iya. Saya sudah memberi kabar kepada

ibumu di Batangan kalau kamu selamat dan sudah bertemu adik

kamu juga.”

i. Deiksis Persona Kedua Tunggal “panjenengan”

1) Handaka ora nerusake pameksane supaya Erawati ayu kuwi

ngakoni kanthong iku. Mikir-mikir sedhela, banjur takon, “Piye

Dhik Jarot?”

“Heh?! O, anu menika. kala wau panjenengan pancen sampun

nampik, kemutan ta?”ujare Jarot nerka.(Emprit Abuntut

Bedhug:46)

Terjemahan:

Handaka tidak meneruskan pemaksaannya supaya Erawati

cantik itu mau mengakui bungkusan tersebut. Berpikir sebentar,

lalu bertanya, “Bagaimana Dik Jarot?”

“Heh?! O, anu begini tadi anda sudah memang sudah menolak,

teringat kan?” ucap Jarot menebak.

2) “Mboten ngaten, Jeng Erawati. Cobi, kulaaturi nyariyosaken

lelampahan panjenengan sonten menika wau?”pitakone

Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:47)

Terjemahan:

Page 190: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

177

“Tidak begitu, Jeng Erawati. Coba, saya persilahkan

menceritakan kegiatan anda waktu sore tadi?” tanya Handaka.

3) “Panjenengan menika mbok sampun ngajrih-ajrihi ngaten, ta ,

Mas!” ujar Jarot nuduh marang Handaka(Emprit Abuntut

Bedhug:53)

Terjemahan:

“Anda itu sudah menakut-nakuti begitu, kan, mas!”ucap Jarot

menuduh kepada Detektif Handaka.

4) “Bisa wae, ta. Upama sliramu weruh kanthong iku cumanthel

ing sepedhahmu ing papan titipan sepedhah Toko Mardi

Busana.”ujar Detektip Handaka gawe crita.

“Dados panjenengan ndakwa tangan menika saking kula

aslinipun?!”pitakone Erawati karo ngadeg, pipine abang

mangar-mangar saking getering atine.(Emprit Abuntut

Bedhug:74)

Terjemahan:

”Bisa saja, kan. Seumpama kamu melihat bungkusan itu

tergantung di sepedamu di tempat penitipan sepeda Toko Mardi

Busana.”ucap DetektifHandak mengarang cerita.

“Jadi anda menuduh ini dari saya aslinya?!” tanya Erawati

sambil berdiri, pipinya memerah karena hatinya gemetar.

5) “Mas. Punapa panjenengan tetep nginten yen piyambakipun

saweg mboten enget purwa-duksina? Sawektu kalap ing

salebeting kalih minggu menika?”pitakone Jarot marang

Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:99)

Terjemahan:

“Mas. Apa anda tetap mengira dirinya masih tidak ingat

kejadian awal? Pada saat lupa pada waktu dua minggu itu?”

tanya Jarot kepada Handaka.

6) “Dados miturut panjenengan?”(Emprit Abuntut Bedhug:101)

“Walah, Dhik Jarot!Lha ya wis genah. Juri-juri kae apa

dhasare nganti milih Erawati nganti dadi Ratu Luwes.”

Terjemahan:

Page 191: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

178

“Jadi menurut anda,?”

“Halah, Dik Jarot! Sudah jelas. Juri-juri itu mempunyai dasar

sampai memilih Erawati hingga menjadi Ratu Luwes.”

7) “Terus? Kena apa kok terus nggeblas saka

sandhingku?”pitakone Nusyirwan kepengin banget ngreti.

“Panjenengan ora ngrasakake.”(Emprit Abuntut Bedhug:139)

Terjemahan:

“Terus? Kenapa kok terus pergi dari sampingku?”tanya

Nusyirwan ingin sekali mengetahui.

“Anda tidak merasakannya”

j. Deiksis Persona Kedua Tunggal “sampeyan”

1) “Hah, sampeyan mboten goroh?”pitakone Inspektur. (Emprit

Abuntut Bedhug:31)

“mboten, Pak. Yektos, mboten!”wangsulane Jarot.

Terjemahan:

“Hah, anda tidak bohong?”tanya Inspektur.

“tidak, Pak. Yakin, tidak!”jawab Jarot.

2) “Mokal niku. Pun ngaku mawon. Kang pundi sampeyan angsal

tangan niku? Tiyange mang aniaya teng pundi?

Ngaku!”(Emprit Abuntut Bedhug:32)

“Leres, Pak. Kula mboten damel crita mokal!”wangsulane

Jarot.

Terjemahan:

“Palsu itu. Mengaku saja. Darimana anda meendapat tangan itu?

Orang tersebut dianiaya di mana? Mengaku!”

“Betul, Pak. Saya tidak membuat cerita palsu!”jawab Jarot.

3) “Prekara sampeyan kula pasrahake teng pembantu kula niki.

Namine Detektip Handaka.”ujare Inspektur Indra. (Emprit

Abuntut Bedhug:35)

“Asmane sapa, Dhik?”pitakone Handaka.

“Jarot, Mas.”

Page 192: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

179

Terjemahan:

“masalah anda, saya serahkan kepada pembantu saya ini.

Namanya Detektif Handaka.”ucap Inspektur Indra.

“Namanya saiapa, Dik?”tanya Handaka

“Jarot, Mas.”

4) “oh!”unine Erawati kaget. Mripate blalak merga wedi.

“Pun, cobi dicritakake mawon lelampahan sampeyan sore

wau,”ujare Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:48)

Terjemahan:

“oh!” ucap Erawati kaget. Matanya meloltot karena takut.

“sudah, coba ceritakan saja kegiatan anda sore tadi.”ucap

Handaka.

5) “Sampeyan napane?”(Emprit Abuntut Bedhug:126)

“abdinipun.”

“Sing onten griya sinten, Pak?”pitakone Detektip Handaka.

“Den Tahal, Pak.”

Terjemahan:

“Anda apanya?”

“pembantunya.”

“yang ada di rumah siapa?”tanya Detektif Handaka.

“Tuan tahal, Pak.”

k. Deiksis Persona Kedua Tunggal “kok-”

1) “Mas, aku aja kokculake ijen ana kene, ya?”celathune Erawati

marang Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug:69)

Terjemahan:

“Mas, saya jangan kamu lepas sendirian di sini, ya?”ucap

Erawati kepada Jarot.

2) “kena apa ora kokjaluk bali saka tangane Dik Jarot?”(Emprit

Abuntut Bedhug:70)

Terjemahan:

Page 193: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

180

“kenapa tidak kamu minta dari tangan dik Jarot?”

3) Handaka katon nyepelekake ujare wong ayu iku. Dheweke takon

maneh marang Nusyirwan.

“dadi, kokkira Jeng Erawati iki saiki wong sing lagi lali, wong

sing lagi ora eling marang lelakon kang wis tau

dilakoni?”(Emprit Abuntut Bedhug:84)

Terjemahan:

Handaka terlihat menyepelekan ucapan orang cantik ini. Dirinya

bertanya lagi kepada Nusyirwan.

“jadi, kamu kira Mba Erawati ini sekarang orang yang sedang

tidak ingat, orang yang sedang lupa dengan kelakuan yang

pernah dilakukannya?”

l. Deiksis Persona Ketiga Tunggal “dheweke”

1) “… Dheweke mesthi kena didadekake seksi, seksi kang

wigati!”(Emprit Abuntut Bedhug:49)

Terjemahan:

“… dirinya pasti bisa dijadikan saksi, saksi yang berarti!”

2) “Ing sekolahan dheweke nemoni direktrise...”(Emprit Abuntut

Bedhug:101)

Terjemahan:

“Di sekolahan dirinya menemui kepalanya...”

3) “Dheweke durung rampung tenan anggone macak…”(Emprit

Abuntut Bedhug:104)

Terjemahan:

“Dia belum benar selesai berdandan...”

4) “Dheweke wis nggeblas nyopiri pickup…”(Emprit Abuntut

Bedhug:148)

Terjemahan:

Page 194: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

181

“Dia sudah pergi mengendarai pickup…”

5) “Nanging sajrone dadi urusan neng kene biyen kae dheweke

rak genah.”(Emprit Abuntut Bedhug:157)

Terjemahan:

“Tapi sesungguhnya jadi urusan disini adalah dulu dirinya itu

tidak jelas.”

m. Deiksis Persona Ketiga Tunggal “piyambakipun”

1) “Piyambakipun nyuwun ditumbas-ake bahan pakean”(Emprit

Abuntut Bedhug:80)

Terjemahan:

“dirinya minta dibelikan bahan pakaian”

2) “Dangu- dangu piyambakipun purun kula ajak mlampah-

mlampah…”(Emprit Abuntut Bedhug:81)

Terjemahan:

“Lama-lama dirinya mau saya ajak jalan-jalan…”

3) “...piyambakipun nyuwun kertas,...”(Emprit Abuntut

Bedhug:105)

Terjemahan:

“...dirinya meminta kertas,...”

4) “Piyambakipun sampun mboten purun ningali kula menika

wau”(Emprit Abuntut Bedhug:115)

Terjemahan:

“Dia sudah tidak mau menengok saya dari tadi”

5) “Kula kraos sanget nalika mbeta piyambakipun ndamel variasi

ingkang radi rumit”(Emprit Abuntut Bedhug:124)

Page 195: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

182

Terjemahan:

“Saya merasakan sangat saat membawa dirinya membuat variasi

yang agak rumit”

b. Deiksis Temporal

a. Deiksis Temporal “samenika”

1) Nusyirwan bertanya kepada Detektif Handaka

“Kadospundi samenika, Mas Pulisi?” pitakone Nusyirwan,

nagih menange anggone oleh paseksen.(Emprit Abuntut

Bedhug:68)

Terjemahan:

“Bagaimana sekarang, Mas Polisi?” pertanyaan Nusyirwan,

meminta menang dalam kesaksian.

2) Nusyirwan sedang bercerita

“Nanging kula lajeng mboten enget bab SGKP menika ngantos

samenika wau.” Mengkono critane Nusyirwan.(Emprit

Abuntut Bedhug:93)

Terjemahan:

“Tetapi saya tidak ingat bab SGKP itu sampai sekarang.” Begitu

cerita Nusyirwan.

3) Nusyirwan glogap-glagep, wangsulane,”Inggih. Inggih.

Nanging kok benten kaliyan Dhik Erawati kala sepisanan

kepanggih kula? Samenika.... Samenika, nuwun sewu, kirang

luwes. Kirang trap, kirang trep...."(Emprit Abuntut

Bedhug:103)

Terjemahan:

Nusyirwan gugup menjawabnya,”Iya. Iya. Tetapi kok berbeda

dengan Dik Erawati waktu pertama kali bertemu saya?

Sekarang.... Sekarang, permisi, kurang cocok. Kurang pas.....”

Page 196: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

183

4) Nusyirwan menjawab pertanyaan Detektif Handaka.

“...Dene Dhik Era samenika yen omong sampun kados tiyang

Surabaya mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:123)

Terjemahan:

“....Kalau Dik Era sekarang berbicaranya sudah seperti orang

Surabaya sini.”

b. Deiksis Temporal “saiki”

1) Inspektur Indra berbicara kepada Detektif Handaka.

“Heh, wong kaculikan jaman saiki, jare! Maling bisa wae

slinthutan ana ngarep kacamatane pulisi!”(Emprit Abuntut

Bedhug:33)

Terjemahan:

“Heh, orang sudah terbawa zaman sekarang, katanya! Pencuri

bisa saja berkeliaran di depan kacamata polisi!”

2) Inspektur Indra menyuruh Detektif Handaka untuk

membenarkan sikap duduknya.

“Saiki,” wangsulane Handaka karo mbenerake sikep

lungguhe.(Emprit Abuntut Bedhug:35)

Terjemahan:

“Sekarang,” jawaban Handaka sambil membenarkan sikap

duduknya.

3) Inspektur Indra mengajak Jarot dan Detektif Handaka.

“La, ngono. Ayo, saiki diparani.”(Emprit Abuntut Bedhug:36)

Terjemahan:

“La, begitu. Ayo, sekarang di datangi.”

Page 197: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

184

4) Handaka berbicara kepada Jarot.

“Dhek mau kowe ya kandha ora kenal lan ora niteni Dhik

Erawati iki. Sidane saiki ya bisa nemokake.”(Emprit Abuntut

Bedhug:50)

Terjemahan:

“Saat tadi kamu bicara tidak kenal dan tidak memahami Dik

Erawati ini. Akhirnya sekarang dapat menemukannya.”

5) Ibu Nusyirwan berbicara kepada Erawati.

“Nak Era! Sokur, saiki kowe wis bali! Sokur.....!” Ngendika

ngono mau banjur gapyuk Erawati dirangkul, dikekep-kekep

kaya patrape wong tresna suwe ora tetemon.(Emprit Abuntut

Bedhug:66)

Terjemahan:

“Nak Era! Syukur, sekarang kamu sudah pulang! Syukur....!”

Setelah berbicara lalu Erawati dirangkul, dipeluk, ibarat orang

yang saling suka yang sudah lama tidak bertemu.

6) Handaka berbicara kepada Nusyirwan.

“Saiki wis ana majune ngono, lo, Dhik,” aloke Handaka

ngandhani Nusyirwan, weruh Erawati sing ndhisiki ngajak

Nusyirwan.(Emprit Abuntut Bedhug:115)

Terjemahan:

“Sekarang sudah ada kemajuannya, lo, Dik.”ucap Handaka

memberi tahu Nusyirwan, melihat Erawati lebih dulu mengajak

Nusyirwan.

7) Jarot berbicara kepada Siti Respati.

“Iya. Iya. Saiki jamane Siti Respati! Golek tunangan nganggo

detektip!” ujare jaka bagus cedhake Siti Respati ngarih-

arih.(Emprit Abuntut Bedhug:134)

Terjemahan:

Page 198: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

185

“Iya. Iya. Sekarang zamannya Siti Respati! Mencari tunangan

memakai detektif!” kata Jaka Bagus mendekati Siti Respati

diam-diam.

c. Deiksis Temporal “mengko”

1) Detektif Handaka memberi perintah kepada Erawati.

“...Sesuk esuk sliramu kudu wira wiri ing kono meneh. Kita

ngulat-ulatake. Mengko yen wonge muncul, sliramu kudu

enggal aweh sasmita. Bisa, ta?” rembuge Detektip

Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:55)

Terjemahan:

“...Besok pagi kamu harus kesana kemari di tempat itu lagi. Kita

harus menyempatkan. Nanti kalau orangnya terlihat, kamu harus

cepat memberi informasi, bisa kan?” rencananya Detektif

Handaka.

2) Jarot berbicara kepada Erawati.

“Aku ora mung ngaku-aku tepung Dhik Erawati iki. Mengko

dakbuktekake. Rak iya, ta, Er?”(Emprit Abuntut Bedhug:59)

Terjemahan:

“Aku tidak Cuma mengaku-aku kenal Dik Erawati ini. Nanti

kubuktikan. Bukan begitu, Er?”

3) Handaka bertanya kepada Nusyirwan.

“O, mengkono? Wis, ngene wae. Dhik Jarot nggocenga

sepedhah montor. Mengko dietutake pick-up saka mburi. Aja

banter-banter, dalan Surabaya rame. Ngendi, ta, Dhik,

daleme?”.(Emprit Abuntut Bedhug:63)

Terjemahan:

“O, begitu? Sudah, begini saja. Dik Jarot mbonceng sepeda

motor. Nanti diikuti pick-up dari belakang. Jangan cepat-cepat,

jalan Surabaya ramai. Dimana Dik, rumahnya?”

Page 199: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

186

4) Detektif Handaka berbicara kepada Jarot.

“Aja nggaya, Dhik Jarot. Yen kowe gelem mbiyantu aku

temenan, mengko dakgolekake sing gandes, ta, wis.”(Emprit

Abuntut Bedhug:101)

Terjemahan:

“Jangan bergaya, Dik Jarot. Kalau kamu membantu aku

beneran, nanti tak carikan yang bagus, bukan begitu.”

5) Erawati sedang berbicara kepada Siti Respati.

“Ibu ngila-ilani ngono marga kuwatir yen aku mengko nggoleki

kowe.”(Emprit Abuntut Bedhug:160)

Terjemahan:

“Ibu berpesan begitu karena khawatir kalau aku nanti mencari

kamu.”

d. Deiksis Temporal “mangke”

1) Erawati bericara kepada Detektif Handaka.

“Mangke rumiyin ta, ta, tuwan detektip.” (Emprit Abuntut

Bedhug:109)

Terjemahan

“Nanti dulu ta, ta, tuan detektif.”

e. Deiksis Temporal “mau”

1) “La kanthonge sapa yen dudu kanthonge arek mau?...”(Emprit

Abuntut Bedhug:18)

Terjemahan:

“La bungkusan siapa kalau bukan bungkusan anak tadi?...”

2) Detektif Handaka bertanya kepada Jarot.

Page 200: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

187

“Kandhamu mau, kowe ora duwe seksi nalika tabrakan ing

Blawuran mau?....”(Emprit Abuntut Bedhug:36)

Terjemahan:

“Katamu tadi, kamu tidak punya saksi dalam kecelakaan di

Blawuran tadi?....”

3) Handaka bertanya kepada Jarot

“Dhek mau kowe ya kandha ora kenal lan ora niteni Dhik

Erawati iki.....”(Emprit Abuntut Bedhug:50)

Terjemahan:

“Dek tadi kamu juga bilang tidak kenal dan tidak menduga Dik

Erawati iki...”

4) Detektif Handaka menjelaskan kepada Jarot.

“Ora, Dhik. Aku kudu weruh reaksi sing wajar. Nganggo ali-ali

mau aku isih durung cetha, .....”(Emprit Abuntut Bedhug:53)

Terjemahan:

“Tidak, Dik. Saya harus melihat reaksi yang wajar. Memakai

cincin tadi saya masih belum jelas,....”

5) Jarot bertanya kepada Erawati.

“... Seksine napa niku wau?... “(Emprit Abuntut Bedhug:61)

Terjemahan:

“... Saksinya apa itu tadi?...”

6) Handaka menyuruh Nunus untuk memutarkan musik tadi.

“Dhik Nunus. Balenana maneh musik iku mau, lan dansaha

maneh!” clathune Detektip Handaka lirih.(Emprit Abuntut

Bedhug:91)

Terjemahan:

Page 201: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

188

“Dik Nunus. Kembalikan musik itu tadi, dan dengarkan

lagi!”ujar Detektif Handaka lirih.

7) Detektif Handaka berbicara kepada Jarot.

“... Perlu dakkandhakake yen nganti jam rolas awan mau, ana

wartawan kang pijer-pijer kepengin nemoni dheweke....”(Emprit

Abuntut Bedhug:100)

Terjemahan:

“... Perlu saya ucapkan kalau sampai jam dua belas siang tadi,

ada wartawan tiba-tiba ingin menemui dia....”

8) Nunus berbicara kepada Erawati

“Alah-alah-alah! Kemayune saya ndadi, adhiku kuwi! Ngukuhi

benere dhewe kuwi wong bodho, lo, kandhamu

mau.....!”(Emprit Abuntut Bedhug:150)

Terjemahan:

“Alah-alah-alah! Sombongnya semakin menjadi, adikku itu!

Memperlihatkan dirinya sendiri itu orang bodo, lo, ucapanmu

tadi...!”

f. Deiksis Temporal “wingi”

1) Detektif Handaka bertanya kepada Erawati perihal bertemunya

dengan Sutahal.

“Kaping kalih. Kala wingi lan kala wau....”(Emprit Abuntut

Bedhug:55)

Terjemahan:

“Yang kedua. Yang kemarin dan yang tadi...”

2) Nusyirwan sedang berbicara dengan Erawati

“Dakkira lulusan SGKP, wingi kae.”(Emprit Abuntut

Bedhug:91)

Page 202: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

189

Terjemahan:

“Saya kira lulusan SGKP, kemarin itu.”

3) Nusyirwan memberi saran kepada Erawati.

“Er. Mundhut bakal iki maneh apa priye? Olehku tuku ya kene,

kok, wingi kae.”(Emprit Abuntut Bedhug:114)

Terjemahan:

“Er. Ambil bahan ini lagi apa bagaimana? Kepunyaanku juga

membeli disini, yang kemarin itu.”

c. Deiksis Lokatif

a. Deiksis Lokatif “kono”

1) Detektif Handaka menjawab pertanyaan Jarot

“Nanging dudu kuwi karepku. Uga aku durung oleh titik melik

bab anane Sutahal ing kono.”(Emprit Abuntut Bedhug:155)

Terjemahan:

“Tapi bukan itu keinginanku. Juga aku belum dapat titik terang

masalahnya adanya Sutahal di situ.”

b. Deiksis Lokatif “mriki”

1) Yu Sikah menjawab pertanyaaan dari Nusyirwan.

“...Era dereng wonten mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:106)

Terjemahan:

“...Era belum ada disini.”

2) Nusyirwan sedang berbicara kepada jarot membahas tentang

Erawati.

“Dene Dhik Era samenika yen omong sampun kados tiyang

Surabaya mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:123)

Page 203: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

190

Terjemahan:

“Kalau Dik Era sekarang berbicaranya sudah seperti orang

Surabaya sini.”

c. Deiksis Lokatif “mriku”

1) Nusyirwan bmenjawab pertanyaaan dari Detektif Handaka

“...ingkang kula sengguh Jeng Siti menika wonten ing toko

mriku.”(Emprit Abuntut Bedhug:147)

Terjemahan:

“...yang saya tunggu Jeng Siti itu ada di toko itu.”

2) Nusyirwan bertanya kepada Detektif Handaka.

“Ing mriku sumerap kanthongipun, lajeng kemutan menawi

sampun srawung kaliyan kula selaminipun kalih

minggu.”(Emprit Abuntut Bedhug:148)

Terjemahan:

“Di situ terlihat bungkusannya, lalu teringat kalau sudah

bersama dengan saya selama dua minggu.”

d. Deiksis Lokati “kana”

1) Nusyirwan menyuruh Erawati.

“Gage! Nyang kana, lo! Kamarmu dhek dhisik,”(Emprit

Abuntut Bedhug:99)

Terjemahan:

“Cepat! Kesana, lo! Kamarmu yang dulu,”

Page 204: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

191

e. Deiksis Lokatif “ngrika”

1) Erawati bertanya kepada Detektif Handaka.

“Lajeng? Menapa Sutahal leres manggihi lelampahan ingkang

onya ing keramean Mardi Busana ngrika?” pitakone Erawati

(Emprit Abuntut Bedhug:151)

Terjemahan:

“Terus? Kenapa Sutahal benar menampakan diri di keramaian

Mardi Busana itu?”

Page 205: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

192

Page 206: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

193

Page 207: ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG …

194