analisis data - file.upi.edufile.upi.edu/direktori/fpbs/jur._pend._bhs._dan_sastra_indonesia/... ·...
TRANSCRIPT
37
BAB 4
ANALISIS DATA
Iklan kampanye partai politik yang menjadi bahan analisis dalam penelitian
ini adalah iklan yang tayang pada masa-masa akhir kampanye dan mendekati jadwal
Pemilu legislatif, yaitu pada 1 Januari 2009–5 April 2009. Hal ini dipilih dengan
pertimbangan bahwa pada rentang waktu tersebut, partai politik sedang gencar-
gencarnya beriklan di televisi dan disebabkan juga oleh iklan kampanye yang lebih
beragam.
Berikut daftar beberapa partai politik yang beriklan di televisi menjelang
Pemilu 2009 dan menjadi bahan analisis adalah sebagai berikut.
NO. NAMA PARTAI TOPIK IKLAN NOMOR
URUT
1 Partai Hati Nurani (Hanura) krisis 1
2 Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) orang yang berani 4
3 Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) stimulus 5
4 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
(PKPI) jujur
7
5 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) track record 8
6 Partai Amanat Nasional (PAN) artis 9
7 Partai Golongan Karya (Golkar) swasembada beras 23
8 Partai Persatuan dan Pembangunan (PPP) assalamu'alaikum 24
9 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) kontrak politik
28
10 Partai Demokrat swasembada beras 31
38
4.1 Analisis Teks, Intertekstual, dan Praktik Sosiokultural
4.1.1 Iklan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
Teks Iklan
(1) MVO: 2009, krisis di depan mata.
(2) “Kenapa harus takut?” begitulah kata Wiranto.
(3) Beragam krisis telah menempanya menjadi sosok yang tangguh,
tak tergoda kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan.
(4) Wiranto : ABRI mengajak semua pihak agar bersikap tenang.
(5) MVO : Kini hati nuraninya kembali terpanggil.
(6) Wiranto : Ayo, bekerja dengan hati bersama Partai Hanura!
(7) Lagu: Hanura untuk rakyat
4.1.1.1 Analisis Teks dan Intertekstualitas
Tabel 4.1.1.1.1
Variabel Teks (Mikro)
No. Unsur Pemaparan
1 Representasi Dalam anak kalimat: Kosakata
(4) ABRI mengajak semua pihak agar bersikap tenang.
(6) Ayo, bekerja dengan hati bersama partai Hanura!
Tata bahasa (grammar)
(4) ABRI (S) mengajak (P) semua pihak (O) agar bersikap tenang (K).
Metafora
(5) Kini hati nuraninya kembali terpanggil.
(6) Ayo, bekerja dengan hati bersama partai Hanura!
Kombinasi anak kalimat:
(3) Beragam krisis telah menempanya menjadi sosok yang tangguh,
tak tergoda kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan.
Rangkaian antarkalimat: (2) “Kenapa harus takut?” begitulah kata Wiranto.
(3) Beragam krisis telah menempanya menjadi sosok yang tangguh,
tak tergoda kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan.
2 Relasi (4) Wiranto: ABRI mengajak semua pihak agar bersikap
tenang.
(6) Wiranto: Ayo, bekerja dengan hati bersama Partai
Hanura!
3 Identitas (2) “Kenapa harus takut?” begitulah kata Wiranto.
(3) Beragam krisis telah menempanya menjadi sosok yang
tangguh, tak tergoda kekuasaan, menomorsatukan
kedaulatan.
(7) Lagu: Hanura untuk rakyat
39
PEMBAHASAN TABEL 4.1.1.1.1
1. Representasi
- Representasi dalam anak kalimat
Kosakata
(4) ABRI mengajak semua pihak agar bersikap tenang.
Penggunaan kata mengajak tersebut memiliki konotasi yang halus
dibandingkan dengan kata „menyuruh‟ atau lainnya. ABRI digambarkan memiliki
hubungan baik dengan pihak-pihak yang dimaksudkan pada masa itu (1998), yang
menunjukkan tidak adanya tingkatan, apakah yang satu lebih di atas daripada yang
lainnya. Kata tersebut mengindikasikan kesetaraan.
(6) Ayo, bekerja dengan hati bersama partai Hanura!
Interjeksi ajakan ayo diiringi verba intransitif bekerja. Di sini tidak ada yang
menyuruh melakukan atau disuruh melakukan, misalnya „ayo pilih‟. Bekerja adalah
sebuah konotasi untuk melakukan upaya dengan disertai kerja keras, bukan sekadar
memilih dan selesai sampai di situ. Akan tetapi, ini berlanjut pada kerja selanjutnya.
Tata bahasa (grammar)
(4) ABRI mengajak semua pihak agar bersikap tenang.
Pada kalimat (5), terdapat potongan kata-kata Wiranto pada saat menjabat
sebagai Panglima ABRI (1998). Dalam teks, digambarkan dalam bentuk peristiwa
yang menunjukkan bagaimana pada posisinya, menampilkan Wiranto sebagai
perwakilan ABRI, sebagai pelaku yang menyuruh semua pihak untuk bersikap
tenang.
Metafora
(6) Ayo, bekerja dengan hati bersama partai Hanura!
Dalam kalimat imperatif tersebut terdapat metafora yang digunakan untuk
mengajak pemirsa untuk bekerja bersama Partai Hanura. Metafora tampak pada
penggunaan „bekerja dengan hati‟. Penggunaan tersebut memiliki makna lain yaitu
tidak sekadar bekerja yang berhubungan dengan fisik atau otak, tetapi menyertakan
40
hati yang lebih bersifat psikis. Ini disebut personifikasi, bila bekerja tersebut
dihubungkan dengan pertanyaan „dengan siapa dia bekerja‟. Jawabannya adalah
dengan A, B, atau C. Hati di sini dianggap orang/ benda hidup. Penggunaan seperti
ini, dapat mengindikasikan bahwa kegiatan bekerja harus dibarengi dengan hati/
keyakinan dan tidak cukup dengan fisik/ otak saja. Ini ditujukan untuk memberi arti
atau makna dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.
(5) Kini hati nuraninya kembali terpanggil.
Pada (5), hati nurani dianggap sama atau diposisikan seperti manusia
(personifikasi). Di sini tidak mungkin hati bisa dipanggil atau terpanggil. Jika
dia memilikinya, dapat dikatakan dia mempunyai telinga untuk mendengar panggilan
tersebut seperti manusia. Menggunakan hati nurani dapat diartikan memiliki nilai
kemanusiaan, jauh dari kekerasan. Hal ini tentu kontras dengan keadaan pada
masa itu yang tidak terkendali, identik dengan suasana kerusuhan bahkan
kekerasan.
- Representasi kombinasi anak kalimat
(3) Beragam krisis telah menempanya menjadi sosok yang tangguh, tak tergoda
kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan.
Penggunaan elaborasi yang ditandai oleh kata sambung relatif yang digunakan
untuk memperinci dan menguraikan sosok Wiranto. Sosoknya antara lain
digambarkan sebagai seorang yang tangguh, tidak tergoda kekuasaan, dan
mementingkan kedaulatan.
- Representasi rangkaian antarkalimat
(1) 2009, krisis di depan mata.
(2) “Kenapa harus takut?” begitulah kata Wiranto.
(3) Beragam krisis telah menempanya menjadi sosok yang tangguh, tak tergoda
kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan
Sosok Wiranto adalah pusat dalam iklan ini. Dia digambarkan lebih rinci
daripada Partai Hanura sendiri. Dari awal sampai akhir yang ditampilkan dalam iklan
tersebut adalah ketua Partai Hanura, Wiranto. Ini menunjukkan bahwa iklan ini
41
menggunakan latar dengan mengangkat sosoknya sebagai bahan yang sedang dijual
dengan menyinggung peristiwa pada rentang atau jarak antara masa lalu (1998) dan
keberadaannya sekarang sebagai Ketua Partai Hanura (2009).
2. Relasi
Empat pihak muncul dalam iklan ini, yaitu Wiranto; ABRI; Partai Hanura;
dan rakyat Indonesia. Dalam teks iklan disebutkan bahwa Wiranto memiliki kaitan
yang erat dengan ABRI. Pada (4) Wiranto: ABRI mengajak semua pihak agar
bersikap tenang, Wiranto ditampilkan sebagai orang yang memiliki jabatan yang
tinggi di tubuh ABRI, yang terbukti pada tindakannya saat berbicara di depan
khalayak atas nama ABRI.
Partai Hanura digambarkan sebagai partai yang mengajak bermitra dengan
rakyat yang ditunjukkan dengan adanya penggunaan kata bekerja yang terdapat pada
(6), “Ayo, bekerja dengan hati bersama partai Hanura!”
3. Identitas
Wiranto mendapat porsi lebih dalam iklan ini. Lebih dari sekadar ketua Partai
Hanura, tetapi juga untuk membuka dan menunjukkan sosoknya pada masa lalu yang
masih kontra sampai sekarang kepada khalayak.
(2) “Kenapa harus takut?” begitulah kata Wiranto.
(3) Beragam krisis telah menempanya menjadi sosok yang tangguh, tak tergoda
kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan.
Pernyataan “kenapa harus takut?” menunjukkan bahwa dia tidak takut.
Penggunaan kalimat interogatif tersebut memiliki makna menantang dan menegaskan
bahwa dia benar-benar tidak takut. Jika dibahasakan kembali, seolah-olah dia ingin
mengatakan bahwa krisis itu tidak ada apa-apanya, apa yang harus ditakutkan.
Posisi pemirsa dalam iklan ini adalah sebagai calon pemilih atau rakyat dalam
teks. Pada (7) Lagu: Hanura untuk rakyat, teks menunjukkan tujuan atau misi Partai
42
Hanura, yaitu untuk rakyat. Penempatan posisi pemirsa sebagai rakyat
mengindikasikan Partai Hanura juga untuk pemirsa yang menonton iklan tersebut.
Tabel 4.1.1.1.2
Variabel Intertekstualitas
No. Unsur Pemaparan
1 Manifest Intertectuality:
Representasi
wacana
(3) Beragam krisis telah menempanya menjadi sosok yang tangguh,
tak tergoda kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan.
(4) Wiranto: ABRI mengajak semua pihak agar bersikap tenang,
Pengandaian (3) ... tak tergoda kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan
Negasi (3) ... tak tergoda kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan,
Metadiscourse (1) 2009, krisis di depan mata.
(2) “Kenapa harus takut?” begitulah kata Wiranto.
2
Interdiscursivity:
Genre (6) Ayo, bekerja dengan hati bersama partai Hanura!
Tipe aktivitas (2) “Kenapa harus takut?” begitulah kata Wiranto.
(6) Ayo, bekerja dengan hati bersama partai Hanura!
Gaya (3) Beragam krisis telah menempanya menjadi sosok yang tangguh,
tak tergoda kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan.
(4) Wiranto : ABRI mengajak semua pihak agar bersikap
tenang.
(5) Kini hati nuraninya kembali terpanggil.
(6) Wiranto : Ayo, bekerja dengan hati bersama partai
Hanura! (7) Lagu: Hanura untuk rakyat
Wacana (3) Beragam krisis telah menempanya menjadi sosok yang tangguh,
tak tergoda kekuasaan, menomorsatukan
kedaulatan.
(5) Kini hati nuraninya kembali terpanggil.
PEMBAHASAN TABEL 4.1.1.1.2
1. Manifest Intertectuality:
- Representasi wacana
Wacana lisan yang digunakan dalam iklan ini mengusung tema krisis dengan
menampilkan sosok Wiranto. Iklan ini lebih terpusat pada pengenalan Wiranto.
Pertama-tama iklan diawali dengan pembahasan mengenai krisis 2009, kemudian
muncul kutipan kata-kata Wiranto yang disampaikan oleh MVO sebagai pendapat
43
atas topik krisis tersebut. Khalayak kemudian digiring untuk mengenal lebih dalam
lagi mengenai sosoknya (3).
(3) Beragam krisis telah menempanya menjadi sosok yang tangguh, tak tergoda
kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan.
Kemudian dilanjutkan dengan penggunaan penanda waktu dahulu dan
sekarang. Pada (4), Wiranto: ABRI mengajak semua pihak agar bersikap tenang,
ABRI tersebut sebagai penanda waktu pernyataan Wiranto tersebut, di mana ABRI
kini telah berganti nama menjadi TNI. Penggunaan akronim ABRI pada masa-masa
sekarang sudah jarang digunakan dan penggunaannya sudah tidak berlaku lagi dan
menunjukkan penjelasan sejarah saja. Penanda rentang waktu ynang berbeda yang
kedua adalah kata kini. Kata tersebut sebagai keterangan waktu 2009 yang
merupakan titimangsa iklan tersebut ditayangkan. Di akhir iklan, Wiranto mengajak
atas namanya untuk memilih Partai Hanura.
- Pengandaian
Kalimat (3), ... tak tergoda kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan,
menghubungkan dengan teks atau peristiwa pada tahun 1998. Proposisi tersebut
membuat pandangan bahwa hal tersebut benar adanya.
- Negasi
Penggunaan negasi pada kalimat (3), ... tak tergoda kekuasaan,
menomorsatukan kedaulatan, sebagai penegasan bahwa dirinya lebih mementingkan
kedaulatan Indonesia dibandingkan kepentingan pribadinya, yaitu kekuasaan.
- Metadiscourse
Iklan memposisikan dirinya sebagai promotor Partai Hanura ke hadapan
pemirsa televisi dengan mengangkat sosok Wiranto. Teks memberikan identifikasi
mengenai sosok Wiranto ke hadapan publik.
2. Interdiscursivity:
- Genre
(6) Ayo, bekerja dengan hati bersama partai Hanura!
Iklan kampanye televisi partai
44
- Tipe aktivitas
(2) “Kenapa harus takut?” begitulah kata Wiranto.
(6) Ayo, bekerja dengan hati bersama partai Hanura!
Konstruksi kampanye di televisi ini antara lain pertama-tama mengangkat
tema krisis yang dihubungkan dengan sosok Wiranto yang digambarkan
berpengalaman dalam menghadapi krisis, kemudian ditampilkan kesiapan dan
keberaniannya menghadapi krisis 2009 dengan pernyataan “Kenapa harus takut?”.
Digambarkan pula mengenai sosok dirinya dahulu dan sekarang yang tidak berubah
dalam hal kemampuan menghadapi krisis. Di bagian akhir barulah Partai Hanura
disebutkan dalam kalimat imperatif pada (6), Ayo, bekerja dengan hati bersama
partai Hanura!
- Gaya
Gaya yang dipilih dalam iklan ini bernuansakan formal. Hal ini tampak pada
penggunaan kosakata baku, seperti menempanya, tangguh, mengajak, dan bekerja.
Pada bahasa lisan yang disampaikan oleh Wiranto terdapat kata tidak baku kenapa
yang menunjukkan bahasa tidak resmi.
- Wacana
Wacana yang digunakan dalam iklan ini adalah wacana naratif, yaitu dengan
menceritakan atau menampilkan Wiranto sebagai sosok yang lebih ditonjolkan. Hal
tersebut dibuktikan dengan penggunaan pronomina persona ketiga –nya, yang
menampilkan Wiranto sebagai orang yang dibicarakan dalam iklan.
(3) Beragam krisis telah menempanya menjadi sosok yang tangguh, tak tergoda
kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan.
(5) Kini hati nuraninya kembali terpanggil.
Penonjolan tersebut bertujuan untuk memperluas pengetahuan pemirsa televisi
mengenai sosoknya yang masih kontra sampai sekarang. Iklan menyajikan potongan
peristiwa dahulu (tahun 1998) dan kemudian ditampilkan sosoknya yang sekarang
yaitu sebagai sosok yang menjadikan masa lalu sebagai pengalaman berharganya
sebagai bekal pembentukan karakternya yang sekarang.
45
4.1.1.2 Praktik Sosiokultural
Tabel 4.1.1.2.1
Variabel Praktik Sosiokultural (Makro)
No. Unsur Pemaparan
1 Situasional (1) 2009, krisis di depan mata..
(4) Beragam krisis telah menempanya menjadi sosok yang tangguh,
tak tergoda kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan
2 Institusional (1) 2009, krisis di depan mata.
(2) “Kenapa harus takut?”
(3) Beragam krisis telah menempanya menjadi sosok yang tangguh,
tak tergoda kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan.
(4) Wiranto : ABRI mengajak semua pihak agar bersikap
tenang.
3 Sosial (3) Beragam krisis telah menempanya menjadi sosok yang tangguh,
tak tergoda kekuasaan, menomorsatukan kedaulatan.
PEMBAHASAN TABEL 4.1.1.2.1
1. Situasional
Dalam situasi krisis global yang melanda pada permulaan tahun 2009
tersebut, tema „krisis‟ dijadikan isu yang diangkat dalam iklan ini. Dalam situasi
tersebut, Wiranto ditampilkan sebagai sosok yang tidak takut menghadapi krisis
apapun dengan bekal pengalaman yang didapatkan saat melewati krisis 1998 silam.
2. Institusional
Khalayak pemirsa yang menonton iklan ini, mendapat suguhan iklan berupa
pencitraan Wiranto sebagai Ketua Umum Partai Hanura yang digambarkan memiliki
keberanian menghadapi krisis dan berpengalaman menghadapinya. Dengan adanya
keberanian dan tidak takut terhadap krisis serta adanya pengalaman adalah sesuatu
yang disuguhkan untuk menarik ketertarikan pemirsa televisi sebagai warga negara
yang mempunyai hak pilih.
3. Sosial
Pencitraan ke hadapan khalayak merupakan upaya yang dapat mengubah
pandangan mereka sebelumnya. Sebagian masyarakat merasa kurang tertarik dan
kurang bersemangat pada Pemilu legislatif ini. Pertama, tidak adanya pengetahuan
46
yang memadai tentang betapa pentingnya fungsi lembaga legislatif ini. Juga, karena
mereka tidak mengenal secara personal dengan calon legislator yang hendak mereka
pilih. Selain itu, juga karena masyarakat memerlukan figur yang dapat
merepresentasikan partai yang beriklan dan yang mereka kenal baik. Inilah yang
tampak pada iklan Partai Hanura tersebut.
Teks Iklan
(1) MVO: Jika Anda ingin perubahan, pilih partai nomor 4.
(2) Jika Anda ingin kemandirian ekonomi, pilih partai nomor 4.
(3) Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4.
(4) Pilih partai nomor 4, PPRN, karena PPRN adalah partai pilihan orang-
orang yang berani mendorong perubahan untuk kemandirian ekonomi, dan
kedaulatan politik.
(5) Partai Peduli Rakyat Nasional, pilihan orang yang berani melakukan
perubahan.
4.1.2.1 Analisis Teks dan Intertekstualitas
Tabel 4.1.2.1.1
Variabel Teks (Mikro)
No. Unsur Pemaparan
1 Representasi Dalam anak kalimat:
Kosakata
- pilih
(1) Jika Anda ingin perubahan, pilih partai nomor 4.
(2) Jika Anda ingin kemandirian ekonomi, pilih partai nomor 4. (3) Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4.
(4) Pilih partai nomor 4, PPRN, karena ....
- orang yang berani
(3) Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor
4.
(4) ... partai pilihan orang-orang yang berani mendorong
perubahan untuk kemandirian ekonomi dan kedaulatan politik.
(5) ... pilihan orang yang berani melakukan perubahan.
Kombinasi anak kalimat:
(1) Jika Anda ingin perubahan, pilih partai nomor 4.
(2) Jika Anda ingin kemandirian ekonomi, pilih partai nomor 4.
(3) Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4.
(4) Pilih partai nomor 4, PPRN, karena PPRN adalah partai pilihan
orang-orang yang berani mendorong perubahan untuk kemandirian
ekonomi dan kedaulatan politik.
47
PEMBAHASAN TABEL 4.1.2.1.1
1. Representasi
- Representasi dalam anak kalimat
pilih
Verba transitif pilih digunakan untuk menyuruh untuk menentukan satu
pilihan di antara banyak pilihan secara langsung. Partai nomor 4 menempati fungsi
subjek dengan peran sebagai sasaran yang disuruh untuk dipilih.
orang yang berani
(3) Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4.
Nomina orang diterangkan dalam bentuk klausa relatif-restriktif, maka klausa
itu merupakan bagian integral dari nomina yang diterangkannya. Pada kalimat
tersebut tampak bahwa target pemilih yang dituju/disapa terspesifikasi , yaitu
hanyalah orang yang berani. Sama halnya pada kalimat (4).
(4) ... partai pilihan orang-orang yang berani mendorong perubahan untuk
kemandirian ekonom, dan kedaulatan politik.
(5) Partai Peduli Rakyat Nasional, pilihan orang yang berani melakukan perubahan.
Rangkaian antarkalimat:
(3) Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4.
(4) Pilih partai nomor 4, PPRN, karena PPRN adalah partai pilihan
orang-orang yang berani mendorong perubahan untuk
kemandirian ekonomi dan kedaulatan politik.
(5) Partai Peduli Rakyat Nasional, pilihan orang yang berani
melakukan perubahan.
2 Relasi (1) Jika Anda ingin perubahan, pilih partai nomor 4.
(2) Jika Anda ingin kemandirian ekonomi, pilih partai nomor 4.
(3) Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4.
3 Identitas (1) Jika Anda ingin perubahan, pilih partai nomor 4.
(2) Jika Anda ingin kemandirian ekonomi, pilih partai nomor 4.
(3) Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4.
(4) Pilih partai nomor 4, PPRN, karena PPRN adalah partai pilihan
orang-orang yang berani mendorong perubahan untuk kemandirian
ekonomi, dan kedaulatan politik.
48
Klausa relatif yang berani mendorong perubahan... membatasi makna kata
orang-orang. Teks iklan tampak bahwa PPRN hanya dipilih oleh orang-orang yang
mempunyai sifat tersebut.
(1) ... pilihan orang yang berani melakukan perubahan.
Iklan tersebut menunjukkan bahwa PPRN hanya diperuntukkan bagi orang-
orang yang berani melakukan perubahan, jika selain dari itu tidak ada keharusan
memilih partai yang bersangkutan.
- Representasi kombinasi anak kalimat
(1) Jika Anda ingin perubahan, pilih partai nomor 4.
(2) Jika Anda ingin kemandirian ekonomi, pilih partai nomor 4.
(3) Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4.
PPRN memberikan persyaratan pada pemirsa, yaitu ditandai dengan adanya
kata jika. Klausa subordinatif pada kalimat (1), (2), dan (3) ditampilkan pada muka
kalimat untuk menguraikan syarat yang harus dipenuhi yaitu berupa representasi
keinginan khalayak.
- (3) Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4.
- (4) Pilih partai nomor 4, PPRN, karena PPRN adalah partai pilihan orang-orang
yang berani mendorong perubahan untuk kemandirian ekonomi dan kedaulatan
politik.
- (5) Partai Peduli Rakyat Nasional, pilihan orang yang berani melakukan
perubahan.
Pada kalimat (3), (4), dan (5) terdapat bentuk elaborasi yang ditandai oleh
subordinatif yang. Penggunaan subordinatif yang adalah untuk memperinci dan
memperjelas nomina orang, yaitu memberi batasan makna dari nomina orang yang
disapa pada iklan tersebut. Pada kalimat (4), terdapat bentuk koherensi mempertinggi,
di mana klausa karena PPRN adalah partai pilihan orang-orang yang berani
mendorong perubahan untuk kemandirian ekonomi dan kedaulatan politik
mempunyai posisi yang lebih tinggi daripada klausa pilih partai nomor 4, PPRN.
49
Klausa karena PPRN adalah partai pilihan orang-orang... tampil sebagai penyebab
dipilihnya PPRN.
- Representasi rangkaian antarkalimat
(3) Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4.
(4) Pilih partai nomor 4, PPRN, karena PPRN adalah partai pilihan orang-orang
yang berani mendorong perubahan untuk kemandirian ekonomi dan
kedaulatan politik.
Teks iklan mengajak orang yang berani untuk memilih nomor 4. Pada kalimat
(4) pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan yang menjelaskan alasan mengapa
harus memilih nomor 4.
2. Relasi
Dua pihak, yaitu pemirsa televisi (Anda) dan PPRN. Hubungan yang
dibangun dalam iklan tersebut yakni komunikasi 2 arah dengan adanya penggunaan
pronomina persona Anda oleh PPRN sebagai kata sapaan untuk pemirsa televisi.
PPRN membidikkan misi partainya dengan target yaitu pemirsa.
Pembicara dalam iklan (MVO) bertindak sebagai representasi PPRN dalam
mempromosikan partai tersebut kepada pemirsa. MVO mengajak pemirsa (Anda)
untuk melakukan transaksi. Yang satu bertindak untuk menawarkan (PPRN) dan
yang satunya memilih (pemirsa). PPRN menjual topik perubahan ekonomi politik
kepada pemirsa televisi yang disapa dalam teks dengan pronomina Anda. Hubungan
yang dibangun mengalirkan komunikasi formal antara keduanya serta lebih
meyakinkan lagi bagi partai yang beriklan tersebut membangun jarak yang tidak
dekat dengan pemilihan pronomina Anda yang lazimnya digunakan untuk menyapa
orang yang baru ditemui atau baru dikenal.
Dengan menggunakan kata ingin pada kalimat (1) dan (2) sebagai upaya
menggerakkan hati pemirsa untuk memilih PPRN. Dalam masa sulit seperti ini tidak
ada yang tidak ingin mencapai perubahan ke arah yang lebih baik juga ingin ekonomi
bangsanya dapat mandiri.
50
3. Identitas
Pemirsa diletakkan pada posisi Anda. Pemirsa disapa dalam iklan tersebut
yang diandaikan bahwa mereka memiliki pengetahuan akademis yang setara dengan
pembicara. Dengan adanya penggunaan frasa akademis yang tampak pada iklan
seperti kemandirian ekonomi dan kedaulatan politik mungkin hanya akan dipahami
oleh segelintir orang saja.
Pembicara (VMO) merepresentasikan dirinya sebagai pihak PPRN yang
mengajak dan mempromosikan PPRN kepada khalayak pemirsa. PPRN adalah
produk yang sedang dijual dalam iklan tersebut. Frasa akademis kemandirian
ekonomi dan kedaulatan politik digunakan untuk melancarkan janji partainya yang
dapat menunjukkan dirinya (PPRN) memiliki prestise di hadapan khalayak.
Tabel 4.1.2.1.2
Variabel Intertekstualitas
No. Unsur Pemaparan
1 Manifest Intertectuality:
Representasi
wacana
4. Jika Anda ingin perubahan, pilih partai nomor 4.
5. Jika Anda ingin kemandirian ekonomi, pilih partai nomor 4.
6. Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4.
7. Pilih partai nomor 4, PPRN, karena PPRN adalah partai
pilihan orang-orang yang berani mendorong perubahan untuk
kemandirian ekonomi dan kedaulatan politik.
8. Partai Peduli Rakyat Nasional, pilihan orang yang berani
melakukan perubahan.
Pengandaian (1) Jika Anda ingin kemandirian ekonomi, pilih partai nomor 4.
Metadiscourse (1) Jika Anda ingin perubahan, pilih partai nomor 4.
(2) Jika Anda ingin kemandirian ekonomi, pilih partai nomor 4.
(3) Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4.
2
Interdiscursivity:
Genre Jika Anda ingin perubahan, pilih partai nomor 4.
Jika Anda ingin kemandirian ekonomi, pilih partai nomor 4.
(3) Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor
4.perubahan.
Tipe aktivitas (1) Jika Anda ingin perubahan, pilih partai nomor 4.
(2) Jika Anda ingin kemandirian ekonomi, pilih partai nomor 4.
51
PEMBAHASAN TABEL 4.1.2.1.2
1. Manifest Intertectuality:
- Representasi wacana
Wacana tulisan dibalut dengan wacana lisan. Wacana tulisan yang digunakan
tersebut ditransfer ke dalam wacana lisan yang tampak dengan tidak adanya
perubahan sedikitpun, atau dengan kata lain, wacana tulisan yang dilisankan atau
dibacakan.
- Pengandaian
Ingin perubahan? ingin kemandirian ekonomi dan kedaulatan politik?
Indonesiaperlu berubah atau keluar dari kondisi sekarang, mandiri dalam bidang
ekonomi, dan politik yang berdaulat. Semuanya itu mengandaikan Indonesia belum
mencapai itu semua dan akan tercapai jika memilih partai nomor 4 tersebut.Ironi
- Metadiscourse
Pronomina Anda digunakan untuk menyapa pemirsa televisi dengan
spesifikasi ingin berubah dan mencapai ekonomi yang mandiri serta orang yang
berani. PPRN hadir dalam teks iklan sebagai partai yang hanya diperuntukan bagi
orang yang berani mendorong perubahan.
2. Interdiscursivity:
- Genre
(1) Jika Anda ingin perubahan, pilih partai nomor 4.
(2) Jika Anda ingin kemandirian ekonomi, pilih partai nomor 4.
(3) Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4. (4) Pilih partai nomor 4, PPRN, karena PPRN adalah partai
pilihan orang-orang yang berani mendorong perubahan untuk
kemandirian ekonomi dan kedaulatan politik.
(5) Partai Peduli Rakyat Nasional, pilihan orang yang berani
melakukan perubahan.
Gaya Jika Anda ingin perubahan, pilih partai nomor 4.
Jika Anda ingin kemandirian ekonomi, pilih partai nomor 4.
Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4.
Wacana Jika Anda ingin perubahan, pilih partai nomor 4.
Jika Anda ingin kemandirian ekonomi, pilih partai nomor 4.
Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4.
52
(3) Jika Anda adalah orang yang berani, pilih partai nomor 4.perubahan.
Genre yang digunakan adalah iklan kampanye televisi. Hal ini ditandai oleh
adanya ajakan untuk memilih partai tersebut.
- Tipe aktivitas
Iklan di bagian muka dibangun oleh persyaratan memilih partai PPRN
(kalimat 1, 2, 3, dan 4). Di bagian akhir, penjelasan mengenai partai yang
bersangkutan (kalimat 5).
- Gaya
Bahasa yang digunakan dalam iklan bersifat formal yang ditandai dengan
penggunaan pronomina Anda sebagai sapaan orang yang diajak berbicara.
Penggunaan pronomina Anda membangun hubungan yang tak pribadi dan dirahkan
tidak pada satu orang khusus. Hubungan yang dibangun berjauhan atau adanya jarak
antara pembicara atau PPRN dengan yang diajak berbicara atau pemirsa.
- Wacana
Tema perubahan ekonomi politik digunakan sebagai janji dengan membawa
pesan kampanye dengan solusi berupa suruhan atau ajakan untuk memilih partai yang
bersangkutan. Wacana yang digunakan dalam iklan ini adalah wacana hortatorik yang
ditandai dengan penggunaan persona kedua Anda. Wacana iklan tersebut berisikan
ajakan dalam upaya mempengaruhi pemirsa televisi agar tertarik dengan pendapat
yang dikemukakan oleh pembicara mengenai PPRN.
4.1.2.2 Analisis Praktik Sosiokultural
Tabel 4.1.2.2.1
Variabel Praktik Sosiokultural (Makro)
No. Unsur Pemaparan
1 Situasional (4) Pilih partai nomor 4, PPRN, karena PPRN adalah partai pilihan
orang-orang yang berani mendorong perubahan untuk kemandirian
ekonomi dan kedaulatan politik.
2 Institusional (4) Pilih partai nomor 4, PPRN, karena PPRN adalah partai pilihan
orang-orang yang berani mendorong perubahan untuk kemandirian
ekonomi dan kedaulatan politik.
3 Sosial (4) Pilih partai nomor 4, PPRN, karena PPRN adalah partai pilihan
orang-orang yang berani mendorong perubahan untuk kemandirian
ekonomi, dan kedaulatan politik.
53
PEMBAHASAN TABEL 4.1.2.2.1
1. Situasional
Kemandirian ekonomi dan kedaulatan politik diangkat sebagai isu dalam iklan
ini. Masalah ekonomi bangsa yang masih tergantung oleh pihak asing membuat
Indonesia semakin terpuruk. Juga mengenai kedaulatan politik yang terusik oleh
berbagai singgungan negara lain yang mengobrak-abrik bumi Nusantara, contohnya
kasus Sipadan dan Ligitan yang direbut oleh pihak Malaysia. Masalah ekonomi dan
politik yang dialami oleh Indonesia dalam iklan tersebut menjadi bahan untuk
mempromosikan PPRN.
2. Institusional
Dalam perekonomian yang sulit ini serta kondisi politik yang tidak menentu,
masyarakat membutuhkan partai yang mampu membawa perubahan pada kondisi
Indonesia yang lebih baik. Ini juga yang dimanfaatkan oleh PPRN untuk menarik
perhatian khalayak pemirsa.
3. Sosial
Dalam teks iklan disebutkan, Partai Peduli Rakyat Nasional, pilihan orang
yang berani melakukan perubahan. Ini menunjukkan masih adanya ketakutan-
ketakutan dalam pikiran masyarakat untuk memilih partai pendatang atau baru yang
belum mempunyai banyak pengalaman. Mereka takut kalau partai-partai tersebut
hanya mengumbar janji. Mereka juga mempunyai anggapan bahwa partai baru tidak
berpengalaman dalam mengatasi permasalahan bangsa. Frasa orang yang berani
digunakan untuk menghilangkan anggapan masyarakat yang masih memiliki krisis
kepercayaan kepada partai-partai baru.
4.1.3 Iklan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
Teks Iklan
(1) Prabowo Subianto: Saya Prabowo Subianto, dengan gagasan dari partai
Gerindra.
(2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan
kerja, pemerintah mengumumkan stimulus 71,3 trilyun
54
rupiah, tapi siapa yang mendapat uangnya. (3) 43 trilyun adalah keringanan pajak bagi orang kaya.
(4) 2 ½ trilyun untuk menurunkan bea impor masuk.
(5) 10,6 trilyun untuk perusahaan besar.
(6) Kurang dari 1 persen yang ditujukan bagi para petani.
(7) Bayangkan jika modal 71 trilyun itu untuk petani kecil,
nelayan, buruh, dan pedagang pasar tradisional.
(8) Lebih baik menanam ladang 7 juta hektar.
(9) Jutaan bahan bakar untuk kapal nelayan.
(10) Menciptakan 42 juta lapangan kerja baru.
(11) Itulah stimulus bagi rakyat.
(12) Sebuah gagasan dari partai yang membawa perubahan,
Gerindra.
4.1.3.1 Analisis Teks dan Intertekstualitas
Tabel 4.1.3.1.1
Variabel Teks (Mikro)
No. Unsur Pemaparan
1 Representasi Dalam anak kalimat:
Kosakata
(1) Saya Prabowo Subianto, dengan gagasan dari partai Gerindra.
(2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan kerja,
pemerintah mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah, tapi
siapa yang mendapat uangnya.
(11) Itulah stimulus bagi rakyat.
(11) Itulah stimulus bagi rakyat.
Tata bahasa (grammar) (1) Saya (S) Prabowo Subianto (P), dengan gagasan dari partai
Gerindra (K).
(2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan kerja,
pemerintah mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah, tapi siapa
yang mendapat uangnya.
Metafora
(2) ... tapi siapa yang mendapat uangnya.
(2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan kerja,
pemerintah mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah, tapi siapa
yang mendapat uangnya.
Kombinasi anak kalimat: (2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan kerja,
pemerintah mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah, tapi siapa
yang mendapat uangnya.
(6) Kurang dari 1 persen yang ditujukan bagi para petani.
(12) Sebuah gagasan dari partai yang membawa perubahan, Gerindra.
(2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan kerja,
pemerintah mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah, tapi siapa
yang mendapat uangnya.
55
(7) Bayangkan jika modal 71 trilyun itu untuk petani kecil, nelayan, buruh, dan pedagang pasar tradisional.
Rangkaian antarkalimat:
(1) Saya Prabowo Subianto, dengan gagasan dari partai Gerindra.
2 Relasi (7) Bayangkan jika modal 71 trilyun itu untuk petani kecil, nelayan, buruh, dan pedagang pasar tradisional.
(3) 43 trilyun adalah keringanan pajak bagi orang kaya.
(4) 2 ½ trilyun untuk menurunkan bea impor masuk.
(5) 10,6 trilyun untuk perusahaan besar.
(6) Kurang dari 1 persen yang ditujukan bagi para petani.
3 Identitas (3) 43 trilyun adalah keringanan pajak bagi orang kaya.
(4) 2 ½ trilyun untuk menurunkan bea impor masuk.
(5) 10,6 trilyun untuk perusahaan besar.
(7) Bayangkan jika modal 71 trilyun itu untuk petani kecil, nelayan,
buruh, dan pedagang pasar tradisional.
(9) Jutaan bahan bakar untuk kapal nelayan.
(11) Itulah stimulus bagi rakyat.
PEMBAHASAN TABEL 4.1.3.1.1
1. Representasi
- Representasi dalam anak kalimat
Kosakata
(1) Saya Prabowo Subianto, dengan gagasan dari partai Gerindra.
Pemakaian kata gagasan sebagai konotasi misi atau janji Partai Gerindra. Di
awal dan akhir teks, kita menemukan kata tersebut yang menunjukkan bentuk formal
dan akademis untuk menggantikan posisi misi atau janji. Kata janji dalam
perkembangannya dikaitkan dengan ingkar atau sesuatu yang diumbardan tidak ada
kerja nyata. Gagasan memiliki konotasi positif, sesuatu yang ditawarkan untuk
kepentingan orang banyak dan bukan kelompok tertentu. Penggunaannya memberi
kesan positif kepada khalayak.
Pada kalimat (2) dan (11), terdapat kata stimulus. Stimulus yang memiliki arti
pendorong, hanya akrab di telinga segelintir orang saja, yaitu seperti kalangan
akademisi. Sebaliknya, istilah stimulus cukup asing di telinga rakyat kecil.
(2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan kerja, pemerintah
mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah, tapi siapa yang mendapat uangnya.
56
(11) Itulah stimulus bagi rakyat.
Pada kalimat (11), terdapat partikel penegas –lah yang digunakan untuk
memberi penegasan khusus pada subjek itu sebagai representasi gagasan yang
diuraikan oleh Prabowo.
(11) Itulah stimulus bagi rakyat.
Tata bahasa (grammar)
(1) Saya (S) Prabowo Subianto (P), dengan gagasan dari partai Gerindra (K).
Penggunaan bentuk peristiwa pada (1), di mana pelaku yang ditampilkan yaitu
Prabowo sebagai pelaku yang menyampaikan gagasan.
(2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan kerja, pemerintah
mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah, tapi siapa yang mendapat
uangnya.
Penggunaan bentuk peristiwa (2) sebagai penegasan pelaku kebijakan
stimulus yang digambarkan tidak tepat sasaran, yakni pemerintah.
Metafora
(2) ... tapi siapa yang mendapat uangnya.
Pada (2), terdapat penggunaan gaya bahasa retoris/oratoris yang ditandai oleh
bentuk interogatif. Gaya bahasa yang biasa digunakan dalam retorika (pidato) oleh
seorang orator (ahli pidato), dipakai untuk menyangsikan kebijakan pemerintah.
(2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan kerja, pemerintah
mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah, tapi siapa yang mendapat uangnya.
Gaya bahasa eufimisme dengan penggunaan frasa kehilangan lapangan kerja
menampilkan gaya bahasa untuk pelembut, lebih sopan dan postif. Frasa tersebut
digunakan untuk menggantikan kata menganggur yang berkonotasi negatif.
- Representasi kombinasi anak kalimat
(2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan kerja, pemerintah
mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah, tapi siapa yang mendapat
uangnya.
(6) Kurang dari 1 persen yang ditujukan bagi para petani.
57
(12) Sebuah gagasan dari partai yang membawa perubahan, Gerindra.
Penggunaan kata sambung relatif yang pada kalimat (2) digunakan untuk
mengiringi kata tanya siapa, subjek orang yang dimaksud dalam teks. Pada kalimat
(6), yang digunakan untuk memperinci subjek, yang menunjukkan bahwa tidak hanya
para petani yang mendapat porsi kurang dari 1 persen. Pada kalimat (12), yang
digunakan untuk memperjelas fungsi keterangan, dari partai yang membawa
perubahan, yaitu tempat/asal yang mengeluarkan gagasan tersebut.
(2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan kerja, pemerintah
mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah, tapi siapa yang mendapat
uangnya.
Penggunaan koordinator tapi untuk menunjukkan koherensi berupa
perpanjangan yang bersifat kontras antara kebijakan stimulus yang berjumlah besar
dan siapa yang mendapatkannya.
(7) Bayangkan jika modal 71 trilyun itu untuk petani kecil, nelayan, buruh, dan
pedagang pasar tradisional.
Koordinator dan digunakan untuk perpanjangan sebagai tambahan. Bukan
hanya petani kecil, nelayan, dan buruh, tetapi juga pedagang pasar tradisional.
- Representasi rangkaian antarkalimat
Gagasan berupa stimulus bagi rakyat dari Partai Gerindra diperkenalkan dari
awal hingga akhir. Siapa yang mengeluarkan gagasan, alasan munculnya gagasan,
sampai pada penjelasan isi gagasan. Alasan munculnya gagasan ditampilkan sebagai
latar teks iklan yang menunjukkan bahwa iklan tersebut merupakan kritikan terhadap
pemerintahan yang sedang berkuasa.
2. Relasi
Sebelas pihak, antara lain Prabowo Subianto, Partai Gerindra, pemerintah,
rakyat, orang kaya, perusahaan besar, petani (kecil), nelayan, buruh, dan pedagang
pasar tradisional.
58
Sebagai partai pendatang, Partai Gerindra menampilkan dirinya kontra dengan
pemerintah, yaitu dengan membandingkan kebijakan yang dibuat pemerintah dan
program yang ditawarkan oleh Partai Gerindra.
Prabowo mendefinisikan dirinya sebagai sosok yang pro terhadap rakyat (kecil).
(7) Bayangkan jika modal 71 trilyun itu untuk petani kecil, nelayan, buruh, dan
pedagang pasar tradisional.
Pemerintah dalam iklan tersebut digambarkan kurang memperhatikan rakyat kecil
dan tidak tepat sasaran.
(3) 43 trilyun adalah keringanan pajak bagi orang kaya.
(4) 2 ½ trilyun untuk menurunkan bea impor masuk.
(5) 10,6 trilyun untuk perusahaan besar.
(6) Kurang dari 1 persen yang ditujukan bagi para petani.
3. Identitas
Pemirsa diletakkan pada posisi rakyat kecil. Porsi yang diperuntukkan bagi
rakyat kecil yang sedikit itu dapat menggugah kesadaran khalayak bahwa hal tersebut
sangat tidak adil.
Pemerintah sebagai pihak yang didefinisikan oleh Prabowo dideskripsikan
memiliki kebijakan yang tidak tepat sasaran.
(3) 43 trilyun adalah keringanan pajak bagi orang kaya.
(4) 2 ½ trilyun untuk menurunkan bea impor masuk.
(5) 10,6 trilyun untuk perusahaan besar.
Keberpihakan terhadap rakyat kecil adalah misi berusaha untuk diangkat ke
hadapan khalayak. Penggunaan preposisi bagi dan untuk pada (7, 9, dan 11).
(7) Bayangkan jika modal 71 trilyun itu untuk petani kecil, nelayan, buruh, dan
pedagang pasar tradisional.
(9) Jutaan bahan bakar untuk kapal nelayan.
(11) Itulah stimulus bagi rakyat.
59
Tabel 4.1.3.1.2
Variabel Intertekstualitas
No. Unsur Pemaparan
1 Manifest Intertectuality:
Representasi
wacana
(2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan kerja,
pemerintah mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah, tapi
siapa yang mendapat uangnya.
Pengandaian (8) Lebih baik menanam ladang 7 juta hektar.
(9) Jutaan bahan bakar untuk kapal nelayan.
(10) Menciptakan 42 juta lapangan kerja baru.
Ironi (8) Lebih baik menanam ladang 7 juta hektar.
(9) Jutaan bahan bakar untuk kapal nelayan.
(10) Menciptakan 42 juta lapangan kerja baru.
Metadiscourse (2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan kerja,
pemerintah mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah, tapi
siapa yang mendapat uangnya.
2
Interdiscursivity:
Genre (12) Sebuah gagasan dari partai yang membawa perubahan,
Gerindra.
Tipe aktivitas (1) Saya Prabowo Subianto, dengan gagasan dari partai
Gerindra.
(2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan
kerja, pemerintah mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah, tapi siapa yang mendapat uangnya.
(3) 43 trilyun adalah keringanan pajak bagi orang kaya.
(4) 2 ½ trilyun untuk menurunkan bea impor masuk.
(5) 10,6 trilyun untuk perusahaan besar.
(6) Kurang dari 1 persen yang ditujukan bagi para petani.
(7) Bayangkan jika modal 71 trilyun itu untuk petani kecil,
nelayan, buruh, dan pedagang pasar tradisional.
(8) Lebih baik menanam ladang 7 juta hektar.
(9) Jutaan bahan bakar untuk kapal nelayan.
(10) Menciptakan 42 juta lapangan kerja baru.
(11) Itulah stimulus bagi rakyat.
Gaya (2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan kerja,
pemerintah mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah, tapi siapa yang mendapat uangnya.
(11) Itulah stimulus bagi rakyat.
(11) Itulah stimulus bagi rakyat.
Wacana (2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan kerja,
pemerintah mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah,
tapi siapa yang mendapat uangnya.
60
PEMBAHASAN TABEL 4.1.3.1.2
1. Manifest Intertectuality:
- Representasi wacana
Tema dalam iklan tersebut adalah stimulus ekonomi. Gagasan yang
ditawarkan kepada khalayak disampaikan dalam bentuk retorika. Hal ini tampak
dengan adanya identifikasi iklan yang menampilkan satu suara atau satu pembicara,
walaupun tidak dalam sikap berdiri dan berada di hadapan banyak orang secara
langsung.
- Pengandaian
Penggunaan bentuk pengandaian pada (8, 9, dan 10), menunjukkan bahwa
iklan tersebut memberi anggapan di depan bahwa rakyat kekurangan ladang, nelayan
kekurangan bahan bakar, dan jumlah lapangan kerja yang sedikit.
- Ironi
Pada kalimat (8), (9), dan (10), terdapat kritikan terhadap pemerintah dan
menunjukkan bahwa petani, nelayan, dan pencari kerja masih kekurangan untuk
dapat melangsungkan kehidupan mereka. Petani semakin tersingkir dari pekerjaannya
karena lahan pertanian semakin tergusur oleh banyak didirikannya pemukiman.
Nelayan masih kesulitan berlayar karena harga BBM tidak terjangkau oleh mereka.
Juga, masih besarnya angka pengangguran, dikarenakan jumlah pencari kerja yang
tidak sebanding dengan lapangan kerja yang ada.
- Metadiscourse
Pembuat teks memberikan tingkatan yang berbeda ke dalam teks yang dia
miliki dan membuat jarak dirinya dengan tingkat teks yang lain. Pemerintah
mendapat kritikan dari Partai Gerindra dengan memposisikan pemerintah sebagai
yang didefinisikan, yakni mengeluarkan kebijakan yang tidak tepat sasaran.
61
2. Interdiscursivity:
- Genre
(12) Sebuah gagasan dari partai yang membawa perubahan, Gerindra.
Genre yang digunakan adalah iklan kampanye televisi. Ini ditunjukkan dengan
pemunculan nama Partai Gerindra pada penyampaian program stimulus tersebut.
- Tipe aktivitas
Sebuah gagasan dari partai yang membawa perubahan, Gerindra. Iklan
disampaikan oleh mulut Prabowo Subianto sendiri dari awal hingga akhir. Iklan
pertama-tama diawali oleh pengenalan pembicara sebagai pembawa gagasan dari
Partai Gerindra. Siapa yang mengeluarkan gagasan, alasan munculnya gagasan,
sampai pada penjelasan isi gagasan. Stimulus untuk rakyat dari Partai Gerindra
ditawarkan dan diperkenalkan dengan penggunaan angka-angka untuk memunculkan
fakta berupa data.
- Gaya
Gaya yang disuguhkan dalam iklan yaitu formal dan bersifat akademis, seperti
penggunaan istilah stimulus.
- Wacana
Wacana mengenai gagasan ini ditampilkan dengan membangun suatu pola
pikir masyarakat atau pemirsa televisi, bahwa kebijakan pemerintah tidak memihak
rakyat kecil. Sebaliknya, Partai Gerindra ditampilkan sebagai partai pendatang yang
kontra dengan pemerintah. Wacana yang digunakan untuk memaparkan pokok
pikiran berupa gagasan yaitu wacana ekspositorik dengan membandingkan kebijakan
pemerintah dengan gagasan dari Partai Gerindra.
62
4.1.2.3 Analisis Praktik Sosiokultural
Tabel 4.1.2.3.1
Variabel Praktik Sosiokultural (Makro) No. Unsur Pemaparan
1 Situasional (2) Ketika sebagian orang Indonesia kehilangan lapangan kerja,
pemerintah mengumumkan stimulus 71,3 trilyun rupiah, tapi
siapa yang mendapat uangnya.
2 Institusional (7) Bayangkan jika modal 71 trilyun itu untuk petani kecil, nelayan,
buruh, dan pedagang pasar tradisional.
3 Sosial (7) Bayangkan jika modal 71 trilyun itu untuk petani kecil, nelayan,
buruh, dan pedagang pasar tradisional.
PEMBAHASAN TABEL 4.1.2.3.1
1. Situasional
Iklan ini didorong oleh keadaan ekonomi Indonesia. Sasaran dari gagasan
stimulus yang ditawarkan Partai Gerindra disesuaikan dengan situasi dan kondisi
susah dan sulit yang dialami rakyat kecil yang hampir terlupakan hak hidupnya.
Mulai dari berkurangnya lahan petani untuk petani karena banyak didirikannya
pemukiman. Nelayan yang kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk kapalnya. Juga,
pedagang pasar tradisional semakin terpinggir oleh merebaknya pasar modern. Selain
itu, pengangguran yang semakin meningkat.
2. Institusional
Masyarakat di tengah kondisi yang serba sulit ini, mengharapkan perubahan
ekonomi ke arah yang lebih baik. Ini juga yang dipertimbangkan oleh pembuat iklan
untuk mengangkat isu ekonomi dengan menawarkan gagasan stimulus untuk rakyat.
3. Sosial
Masyarakat mendukung kebijakan yang memiliki keberpihakan kepada rakyat
kecil. Partai Gerindra hadir dengan memanfaatkan kecenderungan tersebut untuk
menarik simpati khalayak.
63
4.1.3 Analisis Ideologi
Ideologi dalam iklan tersebut ialah ideologi pragmatisme yang mengangkat
tema „stimulus ekonomi‟ untuk rakyat kecil. Bagi masyarakat atau rakyat kecil
masalah ini merupakan sesuatu yang sangat urgen untuk melangsungkan kehidupan
mereka.
(10) Bayangkan jika modal 71 trilyun itu untuk petani kecil, nelayan,
buruh, dan pedagang pasar tradisional.
4.1.4 Iklan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
Teks Iklan
(1) Pengamen : Jujur itu bukan cuma bicara apa adanya.
(2) Anak punk : Jujur itu nggak ngeliat penampilan.
(3) Supir taksi : Jujur itu mengembalikan apa yang bukan miliknya.
(4) Penjual kain : Jujur itu apa adanya, tidak dilebihkan-lebihkan dan tidak dikurang-kurangkan.
(5) Anak SMA : Jujur itu kalau suka ya diomongin. Iya kan, yang?
(6) : Jujur itu kata dan perbuatan harus sesuai.
(7) Pegawai salon : Jujur itu tidak malu mengakui kesalahan.
(8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI) : Hanya dengan
kejujuran kita bisa mengatasi masalah bangsa ini.
(9) MVO: PKPI Indonesia bersama satu tujuan membangun Indonesia.
(10) Contreng nomor tujuh!
4.1.4.1 Analisis Teks dan Intertekstualitas
Tabel 4.1.4.1.1
Variabel Teks (Mikro) No. Unsur Pemaparan
1 Representasi Dalam anak kalimat:
Kosakata
(10) Contreng nomor tujuh!
Tata bahasa (grammar)
(8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI) : Hanya dengan
kejujuran (K) kita (S) bisa mengatasi (P) masalah bangsa ini (O).
Kombinasi anak kalimat: (3) Supir taksi : Jujur itu mengembalikan apa yang bukan
miliknya.
(4) Penjual kain: Jujur itu apa adanya, tidak dilebihkan-
lebihkan dan tidak dikurang-kurangkan.
(6) : Jujur itu kata dan perbuatan harus sesuai.
Rangkaian antarkalimat:
(1) Pengamen : Jujur itu bukan cuma bicara apa
64
adanya. (2) Anak punk : Jujur itu nggak ngeliat penampilan.
(3) Supir taksi : Jujur itu mengembalikan apa yang
bukan miliknya.
(4) Penjual kain : Jujur itu apa adanya, tidak
dilebihkan-lebihkan dan tidak
dikurang-kurangkan.
(5) Anak SMA : Jujur itu kalau suka ya diomongin.
Iya kan, yang?
(6) : Jujur itu kata dan perbuatan harus
sesuai.
(7) Pegawai salon : Jujur itu tidak malu mengakui
kesalahan.
2 Relasi (8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI) : Hanya dengan kejujuran kita bisa mengatasi masalah bangsa ini.
(9) PKPI Indonesia bersama satu tujuan membangun Indonesia.
3 Identitas (1) Pengamen : Jujur itu bukan cuma bicara apa adanya.
(2) Anak punk : Jujur itu nggak ngeliat penampilan.
(3) Supir taksi : Jujur itu mengembalikan apa yang
bukan miliknya.
(4) Penjual kain : Jujur itu apa adanya, tidak
dilebihkan-lebihkan dan tidak
dikurang-kurangkan.
(5) Anak SMA : Jujur itu kalau suka ya diomongin.
Iya kan, yang?
(6) : Jujur itu kata dan perbuatan harus sesuai.
(7) Pegawai salon : Jujur itu tidak malu mengakui kesalahan.
(8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI) : Hanya dengan
kejujuran kita bisa mengatasi masalah bangsa ini.
(9) PKPI Indonesia bersama satu tujuan membangun Indonesia.
(10) Contreng nomor tujuh!
PEMBAHASAN TABEL 4.1.4.1.1
1. Representasi
- Representasi dalam anak kalimat:
Kosakata
(10) Contreng nomor tujuh!
Penggunaan kata contreng digunakan untuk menyuruh pemirsa secara
langsung yaitu mencontreng nomor tujuh.
Tata bahasa (grammar)
(8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI) : Hanya dengan
65
Kejujuran (K) kita (S) bisa mengatasi (P) masalah bangsa ini (O).
Pada kalimat (8), terdapat bentuk peristiwa yang disampaikan oleh Meutia
Hatta. Pelaku yang ditampilkan adalah pronomina pertama inklusif kita yang
melakukan apa yang disebutkan predikat bisa mengatasi.
- Representasi kombinasi anak kalimat:
Penggunaan bentuk elaborasi yang ditandai oleh kata sambung relatif yang
pada kalimat (3). Penggunaan yang yaitu untuk mengiringi kata tanya apa, sebagai
penjelas objek yang dimaksud dalam teks. Pada kalimat (4) dan (6), terdapat
penggunaan koordinator dan yang menunjukkan perpanjangan yang menunjukkan
tambahan dan gabungan. Tidak hanya tidak dilebih-lebihkan, tetapi juga tidak
dikurang-kurangkan. Juga, harus adanya penyetaraan antara kata dan perbuatan, jika
timpang maka dapat dikatakan tidak jujur.
- Representasi rangkaian antarkalimat:
Dengan pengangkatan tema kejujuran, iklan ini menguraikan definisi sifat
jujur secara terinci yang direpresentasikan oleh pengamen, anak punk, supir taksi,
penjual kain, anak SMA, dan pegawai salon. Pendefinisian sifat jujur disesuaikan
oleh peran aktor tersebut. Apakah sebagai pengamen, anak punk, supir taksi, dan
seterusnya. Hampir 100% definisi jujur hadir dalam teks iklan.
2. Relasi
Tiga pihak yang hadir dalam iklan ini, yaitu rakyat (pengamen, anak punk,
supir taksi, penjual kain, anak SMA, pegawai salon), PKPI, dan Indonesia.
PKPI mengikutsertakan peran rakyat yang ditandai oleh penggunaan
penggunaan pronomina inklusif kita. Teks tersebut menunjukkan tidak saja PKPI,
tetapi juga rakyat berperan untuk membangun bangsa.
(8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI) : Hanya dengan
kejujuran kita bisa mengatasi masalah bangsa ini.
PKPI menunjukkan dirinya sebagai partai yang memiliki tujuan untuk
membangun Indonesia.
(9) PKPI Indonesia bersama satu tujuan membangun Indonesia.
66
Bangsa (rakyat Indonesia) dapat membangun negaranya, yaitu dengan modal
kejujuran.
(8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI) : Hanya dengan
kejujuran kita bisa mengatasi masalah bangsa ini.
(9) PKPI Indonesia bersama satu tujuan membangun Indonesia.
3. Identitas
Pemirsa televisi diposisikan pada pihak rakyat. Rakyat Indonesia
direpresentasikan oleh pengamen, anak punk, supir taksi, penjual kain, anak SMA,
dan pegawai salon. Rakyat kecil merepresentasikan bahwa kejujuran dapat dimulai
dari yang kecil atau sepele dan dapat dimulai dari kalangan bawah atau rakyat kecil.
PKPI tidak secara langsung mengutarakan atau menunjukkan dirinya adalah
partai yang jujur. Namun PKPI menggunakan kejujuran sebagai modal serta
tujuannya membangun Indonesia.
Indonesia digambarkan sebagai negara yang sedang mengalami krisis
kejujuran yang mengakibatkan merebaknya kasus-kasus yang berhubungan dengan
ketidakjujuran.
Tabel 4.1.4.1.2
Variabel Intertekstualitas
No. Unsur Pemaparan
1 Manifest Intertectuality:
Representasi
wacana
(1) Pengamen : Jujur itu bukan cuma bicara apa adanya.
(2) Anak punk : Jujur itu nggak ngeliat penampilan.
(3) Supir taksi : Jujur itu mengembalikan apa yang bukan
miliknya.
(4) Penjual kain : Jujur itu apa adanya, tidak dilebihkan-
lebihkan dan tidak dikurang-kurangkan. (5) Anak SMA : Jujur itu kalau suka ya diomongin.
Iya kan, yang?
(6) : Jujur itu kata dan perbuatan harus
sesuai.
(7) Pegawai salon : Jujur itu tidak malu mengakui
kesalahan.
(8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI) : Hanya
dengan kejujuran kita bisa mengatasi masalah bangsa ini.
Pengandaian 8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI) : Hanya
dengan kejujuran kita bisa mengatasi masalah bangsa ini.
67
Negasi (1) Pengamen : Jujur itu bukan cuma bicara apa adanya. (2) Anak punk : Jujur itu nggak ngeliat penampilan.
(3) Supir taksi : Jujur itu mengembalikan apa yang
bukan miliknya.
(4) Penjual kain : Jujur itu apa adanya, tidak dilebihkan-lebihkan
dan tidak dikurang-kurangkan.
(7) Pegawai salon : Jujur itu tidak malu mengakui
kesalahan.
Metadiscourse (8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI): Hanya dengan
kejujuran kita bisa mengatasi masalah bangsa ini.
2
Interdiscursivity:
Genre (9) PKPI Indonesia bersama satu tujuan membangun Indonesia.
(10) Contreng nomor tujuh!
Tipe aktivitas (1) Pengamen : ...
(2) Anak punk : ...
(3) Supir taksi : ...
(4) Penjual kain : ...
(5) Anak SMA : ...
(6) : ...
(7) Pegawai salon : ...
(8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI) : Hanya
dengan kejujuran kita bisa mengatasi masalah bangsa ini. (9) PKPI Indonesia bersama satu tujuan membangun
Indonesia.
(10) Contreng nomor tujuh!
Gaya (1) Pengamen : Jujur itu bukan cuma bicara apa
adanya.
(2) Anak punk : Jujur itu nggak ngeliat penampilan.
(5) Anak SMA : Jujur itu kalau suka ya diomongin. Iya
kan, yang?
(9) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI):
Hanya dengan kejujuran kita bisa mengatasi
masalah bangsa ini.
Wacana (8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI): Hanya dengan
kejujuran kita bisa mengatasi masalah bangsa ini.
PEMBAHASAN TABEL 4.1.4.1.2
1. Manifest Intertectuality:
- Representasi wacana
Iklan kampanye tersebut disuguhi oleh uraian contoh mengenai sifat jujur.
Tema ini disampaikan oleh pengamen dan lainnya sebagai representasi rakyat
Indonesia. Penyampaian tema „jujur‟ ini pun disampaikan mengenai hal-hal yang
68
sepele/kecil, disesuaikan dengan aktor yang berbicara, apakah itu pengamen dan
seterusnya.
- Pengandaian
Meutia Hatta mengatakan, “Hanya dengan kejujuran kita bisa mengatasi
masalah bangsa ini”. Pernyataan tersebut menjawab permasalahan bangsa akhir-
akhir ini, seperti korupsi dan lain-lain. Kejujuran sebagai modal membangun bangsa.
Pada kalimat (8), disebutkan masalah bangsa. Ini mengandaikan bahwa bangsa kita
tengah ditimpa berbagai permasalahan akibat bersikap tidak jujur. Dalam kasus ini,
pembuat iklan menghubungkan dengan teks atau peristiwa lain, apakah itu korupsi
dan lain sebagainya.
- Negasi
Pada kalimat-kalimat tersebut terdapat bentuk negasi. Hal ini ditandai oleh
penggunaan konjungtor bukan (1,3), konjungtor nggak (2), dan konjungtor tidak
(4,7). Penggunaan negasi atau pengingkaran, digunakan untuk memberikan
penegasan dengan adanya penyangkalan terhadap kata-kata yang diiringi oleh
konjungtor tersebut. kata-kata yang diiringi oleh konjungtor negasi menunjukkan
yang banyak dan sering terjadi di kalangan masyarakat yang tidak mengedepankan
kejujuran, yaitu cukup bicara apa adanya, melihat orang dari penampilannya, tidak
mengembalikan apa yang bukan miliknya, dilebihkan-lebihkan dan dikurang-
kurangkan, serta malu mengakui kesalahan.
Metadiscourse
Bangsa Indonesia didefinisikan mengalami krisis kejujuran yang selama ini
menjadi penyebab munculnya permasalahan bangsa.
2. Interdiscursivity:
- Genre
(9) PKPI Indonesia bersama satu tujuan membangun Indonesia.
(10) Contreng nomor tujuh!
69
Genre yang digunakan adalah iklan kampanye televisi. Dalam teks iklan,
PKPI muncul sebagai partai yang beriklan dengan mengajak pemirsa televisi untuk
mencontreng partai tersebut.
- Tipe aktivitas
Tipe aktivitas yang dibangun dalam genre iklan kampanye televisi ini adalah
pertama-tama dimunculkan berbagai representasi rakyat Indonesia yang menguraikan
sifat jujur dalam pandangan mereka. Iklan diakhiri dengan pernyataan serta ajakan
dari Meutia Hatta (Ketua PKPI) dengan mengusung tema kejujuran. Dalam mengajak
pemirsa, teks iklan menggunakan suruhan langsung, yaitu pemakaian verba transitif
contreng.
- Gaya
Gaya yang digunakan yaitu informal. Hal ini tampak pada bahasa yang
digunakan, seperti pada kalimat (1, 2, 5, dan 8).
Pengamen : Jujur itu bukan cuma bicara apa adanya.
Anak punk : Jujur itu nggak ngeliat penampilan.
(5) Anak SMA : Jujur itu kalau suka ya diomongin. Iya kan, yang?
(8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI): Hanya dengan kejujuran kita bisa
mengatasi masalah bangsa ini.
Bahasa informal identik dengan bahasa yang digunakan masyarakat dalam
kesehariannya.
- Wacana
Tema „jujur‟ ini dipilih sebagai jawaban permasalahan bangsa yang sedang
krisis kejujuran. Sikap jujur diutarakan sebagai sifat yang dapat menyokong
pembangunan bangsa. Pemilihan tema „jujur‟ ini juga serasi dengan nomor urut partai
yang bersangkutan, yaitu 7 (tujuh). „Jujur‟ dan „tujuh‟ memiliki bunyi rima yang
serasi yaitu berima uu. Hal ini dapat digunakan sebagai cara agar masyarakat
memiliki ingatan yang lebih tajam dan tidak lupa dengan partai tersebut sehingga
masyarakat akan mudah mengingatnya. Wacana naratif dalam iklan ini digunakan
untuk memperluas pengetahuan pemirsa mengenai sifat jujur.
70
4.1.4.2 Analisis Praktik Sosiokultural
Tabel 4.1.4.2.1
Variabel Praktik Sosiokultural (Makro)
No. Unsur Pemaparan
1 Situasional (8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI): Hanya dengan
kejujuran kita bisa mengatasi masalah bangsa ini.
2 Institusional (8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI): Hanya dengan
kejujuran kita bisa mengatasi masalah bangsa ini.
3 Sosial (1) Pengamen : Jujur itu bukan cuma bicara apa adanya. (2) Anak punk: Jujur itu nggak ngeliat penampilan.
(3) Supir taksi: Jujur itu mengembalikan apa yang bukan miliknya.
(4) Penjual kain: Jujur itu apa adanya, tidak dilebihkan-lebihkan
dan tidak dikurang-kurangkan.
(5) Anak SMA : Jujur itu kalau suka ya diomongin. Iya kan,
yang?
(6) ... : Jujur itu kata dan perbuatan harus
sesuai.
(7) Pegawai salon : Jujur itu tidak malu mengakui
kesalahan.
(8) Prof. Ir. Meutia Hatta Swasono (Ketua PKPI) : Hanya
dengan kejujuran kita bisa mengatasi masalah bangsa ini.
PEMBAHASAN TABEL 4.1.4.2.1
1. Situasional
Banyaknya berbagai kasus dan skandal pejabat pemerintahan yang semakin
tampak ke permukaan, diangkat sebagai isu dengan mengusung tema „jujur‟. Di mana
sifat tersebut merupakan pangkal yang dapat mengurangi berbagai permasalahan
bangsa.
2. Institusional
Pengangkatan tema „jujur‟ dalam iklan merupakan terobosan baru di tengah
berbagai iklan yang mengusung visi-misi/janji mereka, apakah itu secara langsung
atau pun tidak. Khalayak dapat tergugah dengan pemakaian tema tersebut untuk
memupuk kesadaran khalayak yang semakin hari semakin dipusingkan oleh berbagai
kasus-kasus akibat krisis kejujuran.
3. Sosial
Masyarakat memiliki pandangan tersendiri mengenai iklan kampanye.
Menurut pandangan mereka, iklan tersebut hanyalah berisikan janji-janji dan
71
masyarakat sudah bosan dan tidak percaya lagi dengan janji-janji. Sifat jujur
merupakan sifat yang positif dalam pandangan masyarakat.
4.1.5 Iklan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Teks Iklan
(1) FVO: Pemilu itu penting, ibarat obat bagi bangsa kita yang sakit-sakitan, makanya kita harus pilih orang dan partai yang benar-benar bagus.
(2) Caranya paling gampang lihat track recordnya.
(3) Contohnya PKS.
(4) Menolak seluruh uang suap, gak pernah terlibat satu pun kasus
korupsi, apalagi skandal DPR.
(5) Bersih, kan? (suara: tepuk tangan)
(6) Ketawa
(7) Siapa pun kita, mau Jawa, Sunda, Aceh, Bugis, Dayak, Tionghoa,
Papua, Padang, Banjar, merah, kuning, hijau, biru.
(8) Pilih caleg-caleg PKS untuk DPR lebih baik!
4.1.5.1 Analisis Teks dan Intertekstualitas
Tabel 4.1.5.1.1
Variabel Teks (Mikro)
No. Unsur Pemaparan
1 Representasi Dalam anak kalimat:
Kosakata
(4) Menolak seluruh uang suap, gak pernah terlibat satu pun kasus
korupsi, apalagi skandal DPR.
(7) Siapa pun kita, mau Jawa, Sunda, Aceh, Bugis, Dayak,
Tionghoa, Papua, Padang, Banjar, merah, kuning, hijau, biru. Tata bahasa (grammar)
(1) Pemilu itu penting, ibarat obat bagi bangsa kita yang sakit-sakitan
...
Metafora
(1) Pemilu itu penting, ibarat obat bagi bangsa kita yang sakit-sakitan
....
(7) Siapapun kita, mau Jawa, Sunda, Aceh, Bugis, Dayak, Tionghoa,
Papua, Padang, Banjar, merah, kuning, hijau, biru.
Kombinasi anak kalimat:
(1) Pemilu itu penting, ibarat obat bagi bangsa kita yang sakit-sakitan,
makanya kita harus pilih orang dan partai yang benar-benar bagus. (4) Menolak seluruh uang suap, gak pernah terlibat satu pun kasus
korupsi, apalagi skandal DPR.
(1) Pemilu itu penting, ibarat obat bagi bangsa kita yang sakit-sakitan,
makanya kita harus pilih orang dan partai yang benar-benar bagus.
72
Rangkaian antarkalimat: (4) Menolak seluruh uang suap, gak pernah terlibat satu pun kasus
korupsi, apalagi skandal DPR.
2 Relasi (1) Pemilu itu penting, ibarat obat bagi bangsa kita yang sakit-sakitan,
makanya kita harus pilih orang dan partai yang benar-benar
bagus.
(4) Menolak seluruh uang suap, gak pernah terlibat satu pun kasus
korupsi, apalagi skandal DPR.
(8) Pilih caleg-caleg PKS untuk DPR lebih baik!
3 Identitas (1) Pemilu itu penting, ibarat obat bagi bangsa kita yang sakit-sakitan,
makanya kita harus pilih orang dan partai yang benar-benar bagus.
(4) Menolak seluruh uang suap, gak pernah terlibat satu pun kasus
korupsi, apalagi skandal DPR.
PEMBAHASAN TABEL 4.1.5.1.1
1. Representasi
- Representasi dalam anak kalimat:
Kosakata
Penggunaan partikel pun menunjukkan pengerasan arti kata satu dan siapa.
Partikel pun yang mengiringi kata satu digunakan untuk menegaskan bahwa PKS
benar-benar bersih dari berbagai kasus, baik korupsi atau pun skandal DPR. Kata
tanya siapa yang menyatakan hubungan konsesif dengan penggunaan partikel pun ini
menegaskan dari mana saja tidak dibeda-bedakan atau dipersoalkan oleh PKS.
Tata bahasa (grammar)
Pada (1), terdapat bentuk tindakan. Kita ditampilkan sebagai pelaku yang
melakukan tindakan yaitu memilih orangdan partai yang benar-benar bagus. Dalam
iklan tersebut, walaupun belum terjadi, janji atau harapan dengan dilakukannya
tindakan tersebut akan mengakibatkan atau berdampak pada kondisi bangsa
Indonesia. Penggunaan bentuk tindakan tersebut menunjukan kondisi bangsa
Indonesia ada di tangan kita (bangsa Indonesia).
Metafora
(1) Pemilu itu penting, ibarat obat bagi bangsa kita yang sakit-sakitan ....
Penggunaan gaya bahasa asosiasi pada kalimat (1) membandingkan Pemilu
dengan obat, yaitu yang ditandai oleh kata ibarat. Perbandingan antara keduanya
73
memberikan gambaran tentang betapa pentingnya Pemilu sebagaimana pentingnya
obat untuk menyembuhkan penyakit.
Dalam kalimat tersebut terdapat pula metafora yang ditandai oleh penggunaan
reduplikasi verba taktransitif sakit-sakitan. Kata tersebut digunakan untuk
membandingkan secara langsung yang mengungkapkan perasaan pembuat iklan.
Makna sakit-sakitan dalam teks iklan adalah „permasalahan secara berulang atau
terus menerus dialami bangsa yang datang silih berganti.
(7) Siapapun kita, mau Jawa, Sunda, Aceh, Bugis, Dayak, Tionghoa, Papua, Padang,
Banjar, merah, kuning, hijau, biru.
Penggunaan warna merah, kuning, hijau, dan biru merepresentasikan rakyat
Indonesia yang beragam, apakah itu agama, suku, atau lainnya.
- Representasi kombinasi anak kalimat
Pada kalimat (1), terdapat bentuk elaborasi yang ditandai oleh kata sambung
relatif. Penggunaannya yaitu untuk menjelaskan mengapa bangsa kita memerlukan
obat, dalam hal ini Pemilu.
Pada kalimat (1) dan (4), adanya penggunaan koordinator dan dan apalagi.
Keduanya digunakan untuk menunjukkan perpanjangan berupa tambahan. Dalam (1),
kita digambarkan harus memilih yang bagus bukan saja orang, tetapi juga partai.
Juga, penggunaan apalagi memberikan perpanjangan yang memberikan penegasan
bahwa tidak hanya tidak terlibat korupsi begitu pula skandal DPR.
(2) Pemilu itu penting, ibarat obat bagi bangsa kita yang sakit-sakitan, makanya kita
harus pilih orang dan partai yang benar-benar bagus.
Penggunaan subordinator makanya menyatakan akibat dari begitu pentingnya
Pemilu untuk mengobati bangsa Indonesia, yaitu mengakibatkan/ mengistruksikan/
menyarankan kepada pemirsa untuk memilih orang dan partai yang benar-benar
bagus.
- Representasi rangkaian antarkalimat:
Iklan menunjukkan prestasi PKS sebagai yang ditonjolkan dalam teks.
Dengan latar Pemilu, PKS dihadirkan sebagai pendukung Pemilu. Dengan uraian
74
prestasinya, PKS digambarkan sebagai partai yang dapat menjadikan DPR lebih baik,
yaitu bersih dari berbagai kasus atau pun skandal DPR.
2. Relasi
Tiga pihak, yaitu bangsa Indonesia, calon legislatif (caleg) PKS, dan DPR.
Bangsa Indonesia digambarkan membutuhkan orang-orang dan partai yang bersih
untuk dipilih pada Pemilu 2009 untuk „menyembuhkan‟ bangsanya yang sedang
sakit. DPR berperan dalam perbaikan bangsa. Lembaga yang bertugas untuk
menyusun undang-undang ini memiliki tanggung jawab pada kepentingan orang
banyak. Calon legislatif (caleg) PKS mengisi kursi DPR di Senayan selama masa
jabatannya digambarkan tidak pernah terlibat kasus-kasus yang mencoreng nama baik
DPR.
3. Identitas
Pemirsa diletakkan pada posisi bangsa Indonesia yang sedang sakit-
sakitan.dengan keadaan bangsa yang seperti itu, pemirsa didorong untuk ikut
berpartisipasi agar dapat keluar dari kondisi tersebut, yaitu dengan memilih PKS.
Caleg PKS sebagai bagian dari tercapainya track record yang disebutkan dalam iklan
tersebut, memposisikan mereka sebagai produk yang sedang dijual.
DPR didefinisikan membutuhkan wakil rakyat yang bersih dari berbagai
kasus yang menghambat kinerja DPR sendiri sehingga berakibat pada kondisi
Indonesia yang semakin terpuruk.
Tabel 4.1.5.1.2
Variabel Intertekstualitas
No. Unsur Pemaparan
1 Manifest Intertectuality:
Representasi
wacana
FVO: Pemilu itu penting, ibarat obat bagi bangsa kita yang sakit-
sakitan, makanya kita harus pilih orang dan partai yang benar-
benar bagus.
....
Pengandaian (4) Menolak seluruh uang suap, gak pernah terlibat satupun kasus korupsi, apalagi skandal DPR.
Negasi (4) Menolak seluruh uang suap, gak pernah terlibat satupun kasus
75
korupsi, apalagi skandal DPR.
Metadiscourse (4) Menolak seluruh uang suap, gak pernah terlibat satu pun kasus korupsi, apalagi skandal DPR.
2
Interdiscursivity:
Genre (8) Pilih caleg-caleg PKS untuk DPR lebih baik!
Tipe aktivitas (1) Pemilu itu penting, ibarat obat bagi bangsa kita yang sakit-
sakitan, makanya kita harus pilih orang dan partai yang benar-
benar bagus.
Gaya (4) Menolak seluruh uang suap, gak pernah terlibat satu pun kasus
korupsi, apalagi skandal DPR.
Wacana (4) Menolak seluruh uang suap, gak pernah terlibat satu pun kasus
korupsi, apalagi skandal DPR.
PEMBAHASAN TABEL 4.1.5.1.2
1. Manifest Intertectuality:
- Representasi wacana
Wacana ditampilkan selain dalam bentuk visualisasi, juga dibahasakan
melalui lisan dan tulisan. Porsi tulisan yang tampil di layar kaca (visualisasi) hanya
sedikit dan merupakan penegasan dari teks yang disampaikan secara lisan. Secara
verbal atau lisan, teks mengenai prestasi partai PKS disampaikan melalui mulut
seorang aktor yaitu seorang remaja wanita.
- Pengandaian
Kalimat tersebut menunjukkan bahwa terdapat teks atau peristiwa lain yaitu
anggota kasus korupsi dan skandal lainnya yang mencoreng nama DPR, PKS
digambarkan tidak termasuk di dalamnya. Kalimat tersebut memberikan pandangan
di pemirsa bahwa hal yang dipaparkan adalah suatu kebenaran.
- Negasi
Pada kalimat (4), mengandaikan bahwa bahwa PKS tidak terlibat dan tidak
termasuk dalam bagian orang-orang (anggota legislatif) yang bermasalah.
- Metadiscourse
Metadiscourse menampilkan aktor sebagai pembicara dengan memposisikan
DPR sebagai objek yang didefinisikan. DPR diidentifikasikan sebagai lembaga
76
pemerintahan yang memiliki daftar hitam dengan banyaknya kasus korupsi maupun
skandal.
2. Interdiscursivity:
- Genre
(8) Pilih caleg-caleg PKS untuk DPR lebih baik!
Genre yang digunakan adalah iklan kampanye televisi. Genre ini ditunjukkan
dengan adanya penggunaan ajakan untuk memilih PKS.
- Tipe aktivitas
Iklan diawali dengan menguraikan latar berupa kondisi yang dialami
Indonesia yang membutuhkan perbaikan. Dalam rangka kampanye, Pemilu
digambarkan sbagai momen untuk perbaikan tersebut. selanjutnya dipaparkan
bagaimana dan apa yang harus dilakukan oleh kita (bangsa Indonesia). PKS
digambarkan memiliki prestasi yaitu sebagai partai yang bersih dari segala macam
kasus maupun skandal DPR. PKS di akhir iklan mengajak pemirsa dengan sasaran
yang luas dan tidak terbatas oleh suku, agama, dan lainnya.
- Gaya
Wacana monolog yang disampaikan oleh remaja wanita digunakan sebagai
representasi kaum muda dan kaum wanita. Pemilihan remaja wanita sebagai aktor
yaitu untuk merepresentasikan pemilih (pemirsa televisi) agar sependapat dengan
argumen aktor. Bahasa disesuaikan dengan pembicara, yaitu remaja yang umumnya
menggunakan bahasa nonformal dalam kesehariannya. Pemakaian kata tidak baku
gak seperti berikut menunjukkan adanya penggunaan bahasa sehari-hari dalam
menyampaikan pesan kampanye.
- Wacana
PKS dalam iklannya menunjukkan dirinya sebagai partai bersih tanpa skandal
apa pun. Wacana „partai yang bersih‟ dipilih dan diangkat dalam iklan dikonsruksi
dengan menghubungkannya dengan berbagai kasus anggota legislatif yang
bermasalah dan muncul ke permukaan belakangan. Wacana yang digunakan yaitu
wacana argumentatif atau disebut juga wacana persuasif. Teks iklan berisikan ajakan
77
disertai paparan mengenai kelebihan PKS digunakan unruk membujuk atau
meyakinkan pemirsa agar memilih PKS.
4.1.5.2 Analisis Praktik Sosiokultural
Tabel 4.1.5.2.1
Praktik sosiokultural (Makro)
No. Unsur Pemaparan
1 Situasional (4) Menolak seluruh uang suap, gak pernah terlibat satupun kasus
korupsi, apalagi skandal DPR.
2 Institusional (8) Pilih caleg-caleg PKS untuk DPR lebih baik!
3 Sosial (4) Menolak seluruh uang suap, gak pernah terlibat satu pun kasus
korupsi, apalagi skandal DPR.
PEMBAHASAN TABEL 4.1.5.2.1
1. Situasional
Skandal seks dan korupi/suap anggota DPR yang pada waktu belakangan
mulai terkuak dan muncul ke permukaan , menjadi isu yang diangkat dalam iklan.
PKS hadir dalam iklannya sebagai partai yang memiliki catatan perjalanan (track
record) yang bersih dari semua skandal maupun kasus korupsi/suap.
2. Institusional
Masyarakat mengharapkan dan membutuhkan wakil mereka di DPR mampu
menjalankan amanah dari rakyat dengan sebaik-baiknya. Ini pun yang dimanfaatkan
oleh PKS untuk memunculkan ketertarikan khalayak (masyarakat) dengan
menunjukkan dirinya sebagai partai yang bersih.
3. Sosial
Kasus seperti korupsi maupun skandal DPR lainnya merupakan perbuatan
yang memperburuk kondisi rakyat Indonesia. Contohnya kasus suap/korupsi
merugikan negara dengan jumlah yang tidak sedikit hanya untuk kepentingan diri
sendiri atau kelompok. Skandal seks dapat memperburuk moral bangsa dengan
pelaku dari tubuh DPR yang seharusnya dapat menjadi teladan dan contoh yang baik
bagi masyarakat luas.
78
4.1.6 Iklan Partai Amanat Nasional (PAN)
Teks Iklan
(1) Wanda Hamidah : Masa depan ada di tangan kita
Eko Patrio : bukan di tangan orang lain
Mandra : bukan di tangan para pembuat janji.
(2) Ikang Fauzi : Saatnya kita bangkitkan kekuatan sendiri,
Adrian Maulana : saatnya ciptakan perubahan,
Mandra : karena kita mampu,
(semua) : karena kita mampu. (3) Raslina Rasyidin : Untuk perubahan,
Wanda Hamidah : pilih PAN
Mayla Fayza : nomor sembilan!
(4) Derry Drajat : Untuk Indonesia baru,
Adrian Maulana : pilih PAN nomor sembilan!
(5) : Pilih PAN!
Derry Drajat : Pilih PAN!
Wanda, Derry, Ikang : Pilih PAN
Mandra : nomor sembilan 3x!
(6) Sutrisno Bachir (Ketua PAN) : Kita mampu untuk Indonesia baru.
(7) (semua) : Apa? (8) Sutrisno Bachir (Ketua PAN) : Pilih PAN nomor sembilan!
4.1.6.1 Analisis Teks dan Intertekstualitas
Tabel 4.1.6.1.1
Variabel Teks (Mikro)
No. Unsur Pemaparan
1 Representasi Dalam anak kalimat:
Kosakata (2) Saatnya kita bangkitkan kekuatan sendiri,
saatnya ciptakan perubahan,
karena kita mampu.
Tata bahasa (grammar)
(6) Sutrisno Bachir (Ketua PAN) : Kita (S) mampu (P) untuk
Indonesia baru (K).
Metafora
(1) bukan di tangan para pembuat janji (2) Saatnya kita bangkitkan kekuatan sendiri,...
Kombinasi anak kalimat:
- (2) Ikang Fauzi : Saatnya kita bangkitkan kekuatan
sendiri,
Adrian Maulana : saatnya ciptakan perubahan,
Mandra : karena kita mampu,
79
(semua) : karena kita mampu. - (3) Untuk perubahan, pilih PAN nomor sembilan!
(4) Untuk Indonesia baru, pilih PAN nomor sembilan!
Rangkaian antarkalimat:
(3) Wanda Hamidah : pilih PAN
Mayla Fayza : nomor sembilan!
(4) Derry Drajat : Untuk Indonesia baru,
Adrian Maulana : pilih PAN nomor sembilan!
: Pilih PAN!
Derry Drajat : Pilih PAN!
Wanda, Derry, Ikang : Pilih PAN
Mandra : nomor sembilan 3x!
(8) Sutrisno Bachir (Ketua PAN) : Pilih PAN nomor sembilan!
2 Relasi (3) Untuk perubahan, pilih PAN nomor sembilan!
(4) Untuk Indonesia baru, pilih PAN nomor sembilan!
(1) Masa depan ada di tangan kita
(2) Saatnya kita bangkitkan kekuatan sendiri,
karena kita mampu,
karena kita mampu.
3 Identitas (1) Masa depan ada di tangan kita, ....
(3) Untuk perubahan, pilih PAN nomor sembilan!
(4) Untuk Indonesia baru, pilih PAN nomor sembilan!
PEMBAHASAN TABEL 4.1.6.1.1
1. Representasi
- Representasi dalam anak kalimat:
Kosakata
(2) Saatnya kita bangkitkan kekuatan sendiri,
saatnya ciptakan perubahan,
karena kita mampu.
kekuatan;menunjukkan kesamaan arti dengan kemampuan.
ciptakan; mencipta memerlukan suatu proses untuk mencapai tujuannya, yaitu
perubahan. Pemakaian –kan di samping kata cipta, menyatakan suruhan atau
ajakan untuk menciptakan perubahan.
mampu; digunakan untuk menjelaskan kapasitas yang dimiliki subjek pelaku yaitu
kita.
Tata bahasa (grammar)
(6) Sutrisno Bachir (Ketua PAN) : Kita (S) mampu (P) untuk Indonesia baru (K).
80
Pada (6) terdapat penggunaan bentuk peristiwa. Kita dinyatakan sebagai
pelaku yang mampu mewujudkan Indonesia baru.
Metafora
(1) bukan di tangan para pembuat janji
Para pembuat janji dalam teks bermakna „orang yang lupa atau ingkar
terhadap janji-janjinya‟.
(2) Saatnya kita bangkitkan kekuatan sendiri,
Pemakaian kata bangkitkan mempunyai makna „bangun dari keterpurukan‟.
Ini untuk menggambarkan ajakan kepada rakyat untuk membangun kekuatan atau
kemampuan sendiri agar tidak tergantung lagi dengan orang/ pihak lain.
- Representasi kombinasi anak kalimat:
- (2) Ikang Fauzi : Saatnya kita bangkitkan kekuatan
sendiri,
Adrian Maulana : saatnya ciptakan perubahan,
Mandra : karena kita mampu,
(semua) : karena kita mampu.
Klausa subordinatif karena kita mampu menyatakan penyebab kita sudah
waktunya membangkitkan kekuatan sendiri dan menciptakan perubahan.
(3) Untuk perubahan, pilih PAN nomor sembilan!
(4) Untuk Indonesia baru, pilih PAN nomor sembilan!
Visi-misi PAN, tampak dengan penggunaan subordinator untuk, yaitu
mencapai perubahan dan Indonesia baru.
- Representasi rangkaian antarkalimat:
Yang menonjol dalam iklan tersebut adalah ajakan atau suruhan untuk
memilih partai yang bersangkutan. Yaitu, pada (3, 4, dan 8) sebanyak enam kali (6x)
pengulangan disebutkan oleh artis serta Sutrisno Bachir yang bertujuan untuk
semakin menajamkan daya ingat pemirsa terhadap partai tersebut.
(3) Wanda Hamidah : pilih PAN
Mayla Fayza : nomor sembilan!
81
(4) Derry Drajat : Untuk Indonesia baru,
Adrian Maulana : pilih PAN nomor sembilan!
: Pilih PAN!
Derry Drajat : Pilih PAN!
Wanda, Derry, Ikang : Pilih PAN
Mandra : nomor sembilan 3x!
(8) Sutrisno Bachir (Ketua PAN) : Pilih PAN nomor sembilan!
2. Relasi
Lima pihak, antara lain PAN, rakyat Indonesia (kita), Indonesia, orang lain,
dan pembuat janji
PAN digambarkan sebagai jawaban untuk menuju Indonesia baru.Indonesia
memerlukan perubahan untuk masa depan yang lebih baik. Rakyat Indonesia
bersama-sama dengan PAN menuju Indonesia baru.
(3) Untuk perubahan, pilih PAN nomor sembilan!
(4) Untuk Indonesia baru, pilih PAN nomor sembilan!
Hubungan antara PAN dengan rakyat Indonesia direpresentasikan dengan
penggunaan pronomina pertama inklusif kita. Penggunaan pronomina kita bersifat
inklusif, yakni mencakupi tidak saja pembicara tapi juga pendengar (pemirsa). Hal
tersebut menyatakan bahwa rakyaat Indonesia diikutsertakan dalam iklan.
(1) Masa depan ada di tangan kita
(2) Saatnya kita bangkitkan kekuatan sendiri,
karena kita mampu,
karena kita mampu.
Pembicara dari PAN mengajak pemirsa (rakyat INdonesia) untuk bangkit
dengan kekuatan sendiri dan menciptakan perubahan
3. Identitas
Pemirsa diletakkan pada posisi rakyat Indonesia (kita). Penggunaan bentuk
pronomina inklusif kita memposisikan pemirsa sebagai bagian dalam penentu masa
82
depan yang lebih baik. PAN digambarkan sebagai partai yang mempunyai misi
melakukan perubahan.
Tabel 4.1.6.1.2
Variabel Intertekstualitas
No. Unsur Pemaparan
1 Manifest Intertectuality:
Representasi
wacana
Adrian Maulana : saatnya ciptakan perubahan,
Mandra : karena kita mampu,
(semua) : karena kita mampu.
Pengandaian (1) Mandra : bukan di tangan para pembuat
janji.
(2) Mandra : karena kita mampu,
(semua) : karena kita mampu.
Negasi (1) Wanda Hamidah : Masa depan ada di tangan kita
Eko Patrio : bukan di tangan orang lain
Mandra : bukan di tangan para pembuat
janji.
Metadiscourse (1) Wanda Hamidah : Masa depan ada di tangan kita Eko Patrio : bukan di tangan orang lain
Mandra : bukan di tangan para pembuat
janji.
2
Interdiscursivity:
Genre Untuk Indonesia baru, pilih PAN nomor sembilan!
Tipe aktivitas (3) Untuk perubahan, pilih PAN nomor sembilan!
(4) Untuk Indonesia baru, pilih PAN nomor sembilan!
Gaya Masa depan ada di tangan kita
Wacana (9) Wanda Hamidah : Masa depan ada di tangan kita
Eko Patrio : ....
Mandra : ... (10) Ikang Fauzi : ...
Adrian Maulana : ...
PEMBAHASAN TABEL 4.1.6.1.2
1. Manifest Intertectuality:
- Representasi wacana
Tema mengenai perubahan dikonstruksi secara berbeda oleh PAN dalam iklan
kampanyenya. Pertama-tama yang tampak adalah adanya penggunaan artis dalam
iklan. Hal yang membedakan adalah, karena artis yang menjadi pembicara tampil
83
sebagai seorang yang mencalonkan diri sebagai legislator bukan sebagai aktor
(pelaku atau pemain peran sebagai orang lain).
- Pengandaian
Pada (1), mengandaikan kepada masyarakat bahwa terdapat teks atau
peristiwa lain mengenai kebanyakan partai hanya mengumbar janji tanpa ada
pelaksanaan/ buktinya.
Pada (2), mengandaikan kepada masyarakat bahwa rakyat Indonesia mampu
menciptakan perubahan tanpa harus tergantung oleh kekuatan lain.
- Negasi
Penggunaan bentuk negasi (pengingkaran) tersebut digunakan untuk
menegaskan serta menjelaskan bahwa masa depan ada tergantung oleh kita, bukan
oleh orang lain atau pun oleh para pembuat janji.
- Metadiscourse
PAN mendefinisikan para pembuat janji bukan penentu perubahan atau pun
perbaikan Indonesia (kalimat 1).
2. Interdiscursivity:
- Genre
Untuk Indonesia baru, pilih PAN nomor sembilan!
Genre iklan ini adalah iklan kampanye televisi. Genre ini tampak dengan
pemunculan PAN yang mengajak pemirsa televisi untuk memilihnya.
- Tipe aktivitas
Komposisi yang dibangun, antara lain diawali dengan pandangan PAN
mengenai perubahan. Kemudian pemirsa diajak untuk memilih PAN. Pada bagian
akhir, ditampilkan sosok ketua PAN, Sutrisno Bachir yang menyampaikan misi serta
ajakan untuk memilih PAN.
- Gaya
Gaya yang digunakan yaitu formal.
- Wacana
84
Tema perubahan dikonstruksi dengan menggunakan aktor (para artis calon
legislator) sebagai penyampai pesan kampanye. Wacana yang digunakan dalam iklan
tersebut yaitu wacana naratif untuk menyajikan isu perubahan dengan penonjolan
tokoh pelaku orang pertama jamak inklusif kita.
4.1.6.2 Analisis Praktik Sosiokultural
Tabel 4.1.6.2.1
Variabel Praktik Sosiokultural (Makro)
No. Unsur Pemaparan
1 Situasional (1) Wanda Hamidah : Masa depan ada di tangan kita
Eko Patrio : bukan di tangan orang lain
Mandra : bukan di tangan para pembuat
janji. (2) Ikang Fauzi : Saatnya kita bangkitkan
kekuatan sendiri,
Adrian Maulana : saatnya ciptakan perubahan,
Mandra : karena kita mampu,
(semua) : karena kita mampu.
2 Institusional Adrian Maulana : saatnya ciptakan
perubahan,
Mandra : karena kita mampu,
(semua) : karena kita mampu.
3 Sosial .(2) Mandra : karena kita mampu,
(semua) : karena kita mampu.
PEMBAHASAN TABEL 4.1.6.2.1
1. Situasional
Masyarakat membutuhkan perubahan di untuk mencapai masa depan
Indonesia yang lebih baik. Ini pula yang dimanfaatkan oleh PAN dengan mengangkat
isu perubahan.
(2) Ikang Fauzi : Saatnya kita bangkitkan kekuatan sendiri,
Adrian Maulana : saatnya ciptakan perubahan,
Mandra : karena kita mampu,
(semua) : karena kita mampu.
85
Indonesia masih tergantung oleh bantuan pihak asing. Hal tersebut yang
membuat Indonesia terhambat dalam mencapai perubahan dikarenakan tidak mampu
memaksimalkan kemampuan diri sendiri.
2. Institusional
Masyarakat membutuhkan perubahan kondisi mereka ke arah yang lebih baik.
PAN juga memanfaatkan popularitas caleg artisnya untuk menarik minat dan
ketertarikan pemirsa pada PAN, yaitu melalui penggunaan caleg artis yang
mencalonkan diri menjadi anggota legislatif.
3. Sosial
Masyarakat kita lebih menaruh harapan pada orang yang menjanjikan sesuatu
perbaikan kepada mereka. Mereka lebih tergantung kepada orang lain, dan tidak
berusaha untuk melakukan perubahan dengan tangan atau kemampuan yang mereka
punyai.
Selain pengangkatan isu perubahan, iklan tersebut menampilkan para artis
calon anggota legislatif, yaitu berjumlah 9 artis. Jumlah ini merepresentasikan teman-
teman seprofesi mereka yang juga mencalonkan diri. PAN terkenal sebagai partai
artis, dikarenakan calon anggota legislatif ini cukup banyak yang berasal dari
kalangan artis dibandingkan partai lain, yaitu jumlahnya kurang lebih mencapai 18
orang. Dengan keberadaannya tersebut, PAN dinilai hanya memanfaatkan popularitas
para artis untuk menarik minat masyarakat. Pandangan sebagian masyarakat terhadap
artis-artis tersebut yakni mereka hanya menggunakan popularitas untuk mendapatkan
kursi di DPR dengan tanpa dibarengi dengan kemampuan yang cukup. Artis
dipandang hanya bermodalkan penampilan saja dan kurang kompeten dalam bidang
politik. Dengan kata lain, masyarakat meragukan kemampuan mereka sebagai
politisi. Untuk menjawab hal tersebut, PAN menggunakan kata mampu dalam
iklannya, sebagai representasi bahwa artis juga mempunyai kemampuan yang sama
dengan politisi lain untuk dapat membangun bangsa.
(2) Mandra : Karena kita mampu.
(semua) : Karena kita mampu.
86
Perkataan karena kita mampu oleh Mandra diamini oleh semua artis yang
terlibat dalam iklan tersebut.
4.1.7 Iklan Partai Golongan Karya (Golkar)
Teks Iklan
(1) MVO: Sampai 2007 kita masih harus impor beras.
(2) Tahun 2008 Partai Golkar di DPR dan di pemerintahan berhasil mewujudkan
swasembada beras.
(3) Tahun ini kita akan ekspor beras. (4) Lagu: Maju bersama Golkar
(5) 2 Petani : Untuk hari esok yang lebih baik.
(6) Yusuf Kalla (Ketua Umum Partai Golkar) : Terus dukung kami untuk
memajukan kesejahteraan bangsa!
(7) MVO: Maju Bersama Golkar!
4.1.7.1 Analisis Teks dan Intertekstualitas
Tabel 4.1.7.1.1
Variabel Teks (Mikro)
No. Unsur Pemaparan
1 Representasi Dalam anak kalimat:
Kosakata
(1) Sampai 2007 kita masih harus impor beras.
(6) Terus dukung kami untuk memajukan kesejahteraan bangsa!
Tata bahasa (grammar)
(1) Sampai 2007 (K) kita (S) masih harus impor (P) beras (O).
(2) Tahun 2008 (K) Partai Golkar di DPR dan di
pemerintahan (S) berhasil mewujudkan (P)
swasembada beras (O).
(3) Tahun ini (K) kita (S) akan ekspor (P) beras(O).
Kombinasi anak kalimat:
(2) Tahun 2008 Partai Golkar di DPR dan di pemerintahan
berhasil mewujudkan swasembada beras.
(5) 2 Petani : Untuk hari esok yang lebih baik.
Rangkaian antarkalimat: (1) Sampai 2007 kita masih harus impor beras.
(2) Tahun 2008 Partai Golkar di DPR dan di pemerintahan
berhasil mewujudkan swasembada beras.
(3) Tahun ini kita akan ekspor beras.
2 Relasi (1) Sampai 2007 kita masih harus impor beras.
(2) Tahun 2008 Partai Golkar di DPR dan di pemerintahan berhasil
87
mewujudkan swasembada beras. (6) Yusuf Kalla (Ketua Umum Partai Golkar) : Terus
dukung kami untuk memajukan kesejahteraan bangsa!
3 Identitas (1) Sampai 2007 kita masih harus impor beras.
(2) Tahun 2008 Partai Golkar di DPR dan di pemerintahan berhasil
mewujudkan swasembada beras.
(6) Yusuf Kalla (Ketua Umum Partai Golkar) : Terus
dukung kami untuk memajukan kesejahteraan bangsa!
PEMBAHASAN TABEL 4.1.7.1.1
1. Representasi
- Representasi dalam anak kalimat:
Kosakata
(1) Sampai 2007 kita masih harus impor beras.
Klaim keberhasilan ini, digambarkan dengan pendeskripsian yang runtut
dalam teks. Dikatakan, “Sampai 2007 kita masih harus impor beras. Tahun 2008
Partai Golkar di DPR dan di pemerintahan berhasil mewujudkan swasembada beras.
Tahun ini kita akan ekspor beras.”
Jika diperhatikan, pada frasa “Sampai 2007...”, kita menemukan
pendeskripsian yang kurang atau dapat dikatakan setengah-setengah sehingga dapat
menimbulkan beragam spekulasi. Ada dua hal, yang pertama, “sampai 2007”
menunjuk pada masa pemerintahan sebelumnya, bisa saja kalau dirunut ke belakang.
Mulai dari pemerintahan Megawati, bergerak mundur yaitu pemerintahan
Abdurrahman Wahid, kemudian pemerintahan Habibie, dan bahkan sebelumnya lagi,
ditambah lagi dengan kata “masih” yang bermakna statis dan tidak adanya perbaikan.
Kedua, pencapaian di tahun selanjutnya yaitu 2008 dan 2009, dideskripsikan sebagai
suatu prestasi partai incumbent ini. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa pada
tahun-tahun sebelumnya atau bahkan pemerintahan sebelumnya tidak mampu
mencapai prestasi yang setara dengannya.
(6) Terus dukung kami untuk memajukan kesejahteraan bangsa!
Pada kalimat imperatif, “Terus dukung kami untuk memajukan kesejahteraan
bangsa!”, pemilihan kata “dukung” dapat dimaknai sebagai perintah yang secara tidak
88
langsung dan secara halus menyuruh pemirsa untuk mencontreng dengan kiasan kata
tersebut. Penggunaan verba transitif “dukung” di sini dipilih oleh pembuat iklan
ketimbang kata perintah langsung, seperti “contreng!” atau “pilih!”.
Tata bahasa (grammar)
(1) Sampai 2007 (K) kita (S) masih harus impor (P) beras (O).
(2) Tahun 2008 (K) Partai Golkar di DPR dan di pemerintahan (S)
berhasil mewujudkan (P) swasembada beras (O).
(3) Tahun ini (K) kita (S) akan ekspor (P) beras(O).
Dalam kalimat tersebut, bermakna bahwa Partai yang bersangkutan ingin
menampakkan hasil kerjanya dalam sebuah bentuk peristiwa. Ditampakkan secara
jelas, siapa yang diletakkan sebagai pelaku yang berjasa dan berperan aktif. Pada (1)
dan (3), disebutkan siapa yang bertindak sebagai yang mengalami kemajuan atau
menuju pada perbaikan. Pada (2), disebutkan secara langsung yang bertindak serta
berperan aktif dalam mewujudkan swasembada beras.
Partai Golkar dideskripsikan sebagai motor atau penggerak serta sebagai
partai yang berjasa dalam pencapaian ini. Pendeskripsian tersebut dapat digunakan
sebagai nilai jual Partai Golkar untuk mendapatkan simpati khalayak. Keadaan
Indonesia yang digambarkan mengalami perbaikan sejak sebelum tahun 2007, 2008,
sampai 2009.
- Representasi kombinasi anak kalimat:
(2) Tahun 2008 Partai Golkar di DPR dan di pemerintahan berhasil mewujudkan
swasembada beras.
Bentuk perpanjangan berupa tambahan yang ditandai oleh koordinator dan
digunakan untuk memberikan penjelasan bahwa tidak hanya di DPR, tetapi juga di
pemerintahan, Partai Golkar mampu mewujudkan swasembada beras.
(5) 2 Petani : Untuk hari esok yang lebih baik.
Pada kalimat (5), terdapat bentuk elaborasi yang ditandai dengan adanya
penggunaan yang. Kata sambung relatif yang tersebut digunakan untuk memperinci
tujuan dari dipilihnya Partai Golkar.
89
- Representasi rangkaian antarkalimat
Iklan menguraikan perbaikan dari tahun ke tahun. Iklan digunakan sebagai
bahan laporan kepada pemirsa yakni rakyat Indonesia atas kinerja partai incumbent.
2. Relasi
Pihak-pihak yang diangkat dalam iklan ini ada 4 pihak, antara lain Indonesia,
Partai Golkar, petani, dan Jusuf Kalla..
Iklan tersebut menggunakan kosakata formal dalam upaya promosi partainya
tersebut. Banyak yang menganggap, kosakata ini lebih memiliki prestise
dibandingkan dengan jenis kosakata yang lain. Hal tersebut juga dapat menunjukkan
konstruksi hubungan yang formal di mana penonjolan kelas akan lebih terasa.
3. Identitas
Teks iklan tersebut menggambarkan bagaimana pemirsa diletakkan pada
posisi kita (Indonesia). Teks ingin menonjolkan keberhasilan tersebut sebagai prestasi
bersama. Teks tersebut mensugestikan kepada khalayak untuk ikut menjadi bagian
dari perbaikan keadaan Indonesia. Keberhasilan swasembada beras ini diklaim oleh
partai pengiklan dan dijadikan isu dalam mempromosikan partai yang bersangkutan.
Petani, sebagai pelengkap pelaku dan merupakan bagian dari keberhasilan yang telah
dicapai. Jusuf Kalla diletakkan sebagai perwakilan dari Partai Golkar di mana partai
ini direpresentasikan dalam kata ganti kami.
Tabel 4.1.7.1.2
Variabel Intertekstualitas
No. Unsur Pemaparan
1 Manifest Intertectuality:
Representasi wacana
(1) Sampai 2007 kita masih harus impor beras. (2) Tahun 2008 Partai Golkar di DPR dan di pemerintahan
berhasil mewujudkan swasembada beras.
(3) Tahun ini kita akan ekspor beras.
90
Pengandaian (1) Sampai 2007 kita masih harus impor beras. (2) Tahun 2008 Partai Golkar di DPR dan di
pemerintahan berhasil mewujudkan swasembada beras.
(3) Tahun ini kita akan ekspor beras.
Metadiscourse (1) Sampai 2007 kita masih harus impor beras.
(2) Tahun 2008 Partai Golkar di DPR dan di
pemerintahan berhasil mewujudkan swasembada
beras.
(3) Tahun ini kita akan ekspor beras.
2
Interdiscursivity:
Genre (6) Terus dukung kami untuk memajukan kesejahteraan
bangsa!
Tipe aktivitas (1) Sampai 2007 kita masih harus impor beras.
(2) Tahun 2008 Partai Golkar di DPR dan di pemerintahan
berhasil mewujudkan swasembada beras.
(3) Tahun ini kita akan ekspor beras.
(5) 2 Petani : Untuk hari esok yang lebih baik.
Gaya (1) Sampai 2007 kita masih harus impor beras.
(3) Tahun ini kita akan ekspor beras.
Wacana (1) Sampai 2007 kita masih harus impor beras.
(2) Tahun 2008 Partai Golkar di DPR dan di pemerintahan berhasil mewujudkan swasembada beras.
(3) Tahun ini kita akan ekspor beras.
PEMBAHASAN TABEL 4.1.7.1.2
1. Manifest Intertectuality:
- Representasi wacana
Teks iklan Partai Golkar yang bertajuk swasembada beras tersebut berusaha
untuk memperkenalkan serta mempromosikan partai yang bersangkutan. Fokus
perhatian dalam teksnya yakni hasil kerja nyata partai pengiklan dengan mengusung
wacana mengenai keberhasilan partai incumbent tersebut dalam mewujudkan
Indonesia berswasembada beras.
- Pengandaian
Sampai 2007 mengandaikan masa-masa sebelum partai ini menduduki posisi
pemerintahan dan masa-masa awal memerintah sejak 2005, Indonesia masih
mengimpor beras. Baru pada tahun 2008, kinerja pemerintah menunjukkan prestasi
swasembada beras dan dilajutkan dengan rencana ekspor pada tahun 2009.
- Metadiscourse
91
Tahun 2007, digambarkan masih mengimpor beras. Pendefinisian ini untuk
membatasi tahun-tahun berikutnya yang membuahkan prestasi, yaitu Indonesia
berswasembada beras dan adanya rencana ekspor, di mana Jusuf Kalla dari Partai
Golkar sedang memerintah.
2. Interdiscursivity:
- Genre
(6) Terus dukung kami untuk memajukan kesejahteraan bangsa!
Iklan kampanye televisi adalah genre iklan ini. Ini ditunjukkan dengan ajakan
untuk terus mendukung kami (Partai Golkar) dengan misi untuk memajukan
kesejahteraan bangsa.
- Tipe aktivitas
Iklan dibuka dengan pendeskripsian rentetan peristiwa atau keadaan yang
dialami Indonesia (rakyat Indonesia). Dalam iklan tersebut, pembuat iklan (partai)
menggunakan teks lain, yaitu data mengenai prestasi swasembada beras di Indonesia.
Hal ini dapat dilihat, pada teks iklan disebutkan “Sampai 2007 kita masih harus impor
beras”. Selain itu, teks lain yang juga digunakan yaitu mengenai jumlah ketersedian
beras apakah surplus atau sebaliknya selama kurun waktu tertentu.
Selanjutnya, terdapat tuturan dari pelaku iklan yakni 2 orang petani yang
ditampilkan dalam bagian iklan. Dua petani: “Untuk hari esok yang lebih baik”. Jika
dilihat mereka (2 petani) mengisi kekosongan pendukung nilai yang sedang dijual ini,
yaitu swasembada beras. Petani digambarkan sebagai posisi yang diuntungkan dari
bagian keberhasilan ini. Petani tersebut dideskripsikan menaruh harap bagi Indonesia
yang lebih baik. Tuturan dari petani yang berisi harapan tersebut mengindikasikan
dukungan terhadap Partai Golkar.
Tidak lengkap rasanya jika tidak menampilkan sosok empunya partai
tersebut dalam iklan yang bernuansa kampanye ini. Hal ini dapat menambah
keyakinan bagi khalayak sebagai pemilik hak suara pada pergelutan pemilu 2009.
Dapat juga sebagai upaya pencitraan partai atau pun dirinya. Ini tentunya akan dinilai
oleh pemirsa, baik tidaknya, meragukan tidaknya, meyakinkan tidaknya. Pencitraan
92
di sini, dapat diupayakan yaitu salah satunya dalam teks. Dalam iklan tersebut,
disertakan tulisan berupa data nama lengkap serta jabatannya, yaitu Jusuf Kalla dan
Ketua Umum Partai Golkar saat dirinya bertutur. Tujuan kampanye adalah untuk
mengumpulkan sejumlah dukungan, dalam tuturan Jusuf Kalla juga berisi ajakan
disertai janji partainya, yaitu ditunjukkan dengan, “Terus dukung kami untuk
memajukan kesejahteraan bangsa!”. Penggunaan subordinator “untuk” semakin
memperjelas tujuan dipilihnya Partai Golkar dan sekaligus berisikan janji yang
diusungnya.
- Gaya
Kosakata yang digunakan bersifat persuasif. Pembuat iklan mengonstruksi
pengetahuan dan informasi mengenai partai pengiklan yang ditujukan kepada
konsumen dalam hal ini pemilih pada pelaksanaan pemilu. Bahasa yang digunakan
yaitu bersifat tidak formal.
- Wacana
Wacana “swasembada beras” diangkat sebagai isu untuk menarik ketertarikan
khalayak, di mana beras adalah bahan makanan pokok hampir seluruh rakyat
Indonesia. Genre iklan televisi ini bernuansakan kampanye. Tipe aktivitasnya
memposisikan pembuat iklan (partai) sebagai subjek dan khalayak sebagai pemirsa
atau pemilih. Dalam iklan dideskripsikan keberhasilan Partai Golkar, serta ajakan
untuk mendukung partai berlambang beringin ini. Kemudian diakhiri dengan
semboyan partai Golkar „Maju Bersama Golkar‟. Wacana yang digunakan dalam
iklan ini yaitu wacana naratif dengan penonjolan pronomina persona pertama yaitu
kita dan kami.
93
4.1.7.2 Analisis Praktik Sosiokultural
Tabel 4.1.7.2.1
Variabel Praktik Sosiokultural (Makro)
No. Unsur Pemaparan
1 Situasional (1) Sampai 2007 kita masih harus impor beras.
(2) Tahun 2008 Partai Golkar di DPR dan di pemerintahan
berhasil mewujudkan swasembada beras.
(3) Tahun ini kita akan ekspor beras.
2 Institusional (1) Sampai 2007 kita masih harus impor beras.
(2) Tahun 2008 Partai Golkar di DPR dan di pemerintahan
berhasil mewujudkan swasembada beras.
(3) Tahun ini kita akan ekspor beras.
(5) 2 Petani : Untuk hari esok yang lebih baik.
3 Sosial (1) Sampai 2007 kita masih harus impor beras.
(2) Tahun 2008 Partai Golkar di DPR dan di pemerintahan
berhasil mewujudkan swasembada beras.
(3) Tahun ini kita akan ekspor beras.
1. Situasional
Pembuatan iklan ini dipengaruhi oleh aspek situasional, yaitu pada masa
kampanye saat ini. Dalam kampanye diperlukan sesuatu yang dapat dijual kepada
khalayak luas. Berkaitan dengan itu pula, sebagai partai incumbent, Partai Golkar
memiliki kuasa serta keuntungan dalam menggunakan hasil kerja atau pun prestasi
yang dicapai selama menjabat. Iklan tersebut mengusung tajuk swasembada beras.
Sebagai negara agraris, Indonesia sangat kaya. Namun, masih saja banyak yang
kelaparan dan menderita kemiskinan. Partai Golkar melalui iklannya, ingin mengubah
pandangan tersebut, bahwa Indonesia berhasil swasembada beras dan akan ekspor
beras. Khalayak akan berubah pandangan tentang Indonesia, yaitu berhasil keluar dari
keterpurukan dalam pemenuhan bahan pangan.
2. Institusional
Biro iklan harus mempromosikan partai politik yang bersangkutan dengan
menonjolkan kelebihan yang dipunyai partai agar disukai dan mendapat simpati dari
khalayak. Dengan begitu, nantinya dipilih pada pelaksanaan pemilu. Tema yang
diangkat dan dipilih dalam iklan Partai Golkar ini adalah swasembada beras. Ini bisa
jadi sebagai upaya menarik simpati khalayak yang menginginkan Indonesia sejahtera.
94
Salah satunya dari aspek perbaikan pangan. Masalah ini merupakan hal yang urgen.
Di mana kebutuhan setiap manusia adalah pangan, selain sandang dan papan. Beras
merupakan bahan makanan yang dikonsumsi oleh sebagian besar rakyat Indonesia.
Dalam masa kampanye, iklan dimanfaatkan oleh partai politik untuk dapat
mengangkat namanya menjadi bagus dan baik di mata pemirsa. Hal ini secara tidak
langsung mengontrol pandangan atau pikiran khalayak.
3. Sosial
Kemampuan suatu negara dalam pengelolaan dan pemenuhan bahan makanan
pokok rakyatnya, merupakan sesuatu yang dapat dikatakan sebagai prestasi yang
membanggakan.
Indonesia kaya sekali bahan makanan pokok yang dapat dikonsumsi
rakyatnya. Namun, kebijakan pangan monokultur pada masa orde baru membuat
rakyat Indonesia menjadi ketergantungan hanya pada satu jenis bahan makanan
(monokultur). Ini semakin membuat kebutuhan akan beras semakin meningkat. Nasi,
adalah salah satu sajian yang dikonsumsi sebagian besar rakyat Indonesia yang
terbuat dari beras. Orang Indonesia dapat dikatakan ketergantungan terhadap
makanan yang satu ini, sehingga ada ungkapan “belum makan rasanya, kalau belum
makan nasi”. Sebanyak apa pun makanan yang masuk ke mulut orang Indonesia,
belum bisa dikatakan sudah makan sebelum perut mereka terisi nasi.
4.1.8 Iklan Partai Persatuan dan Pembangunan (PPP)
Teks Iklan
(1) Lagu : Di bawah kibaran bendera warna hijau berlambang Ka’bah.
(2) 1: Assalamu‟alaikum.
(3) 2: Wa‟alaikumsalam. (4) 1: Tanpa persatuan tidak ada pembangunan.
(5) 2: Pembangunan bukan karena kami oleh kami,
3: bukan karena mereka oleh mereka,
4: tapi karena kita oleh kita.
(6) (semua) : Untuk Indonesia.
Keterangan: 1, 2, 3, dan 4 adalah tokoh-tokoh PPP
95
4.1.8.1 Analisis Teks dan Intertekstualitas
Tabel 4.1.8.1.1
Variabel Teks (Mikro)
No. Unsur Pemaparan
1 Representasi Dalam anak kalimat: Kosakata
(4) 1: Tanpa persatuan tidak ada pembangunan.
(5) 2: Pembangunan bukan karena kami oleh kami.
3: Bukan karena mereka oleh mereka.
4: Tapi karena kita oleh kita.
Preposisi oleh digunakan untuk menunjukkan siapa yang berperan
sebagai pelaku pembangunan.
Tata bahasa (grammar)
(4)1: Tanpa persatuan (S) tidak ada (P) pembangunan (Pel).
Metafora
(1) Di bawah kibaran bendera warna hijau berlambang Ka‟bah.
Kombinasi anak kalimat:
(5) 2: Pembangunan bukan karena kami oleh kami, 3: bukan karena mereka oleh mereka,
4: tapi karena kita oleh kita.
Rangkaian antarkalimat:
(1) Lagu : Di bawah kibaran bendera warna hijau
berlambang Ka‟bah.
2 Relasi (1) Lagu : Di bawah kibaran bendera warna hijau
berlambang Ka‟bah.
3 Identitas (5) 2: Pembangunan bukan karena kami oleh kami,
3: bukan karena mereka oleh mereka,
4: tapi karena kita oleh kita.
PEMBAHASAN TABEL 4.1.8.1.1
1. Representasi
- Representasi dalam anak kalimat:
Kosakata
(4) 1: Tanpa persatuan tidak ada pembangunan.
Subordinator tanpa menyatakan persatuan sebagai alat untuk mencapai
pembangunan.
(5) 2: Pembangunan bukan karena kami oleh kami.
3: Bukan karena mereka oleh mereka.
96
4: Tapi karena kita oleh kita.
Preposisi oleh digunakan untuk menunjukkan siapa yang berperan sebagai
pelaku pembangunan.
Tata bahasa (grammar)
(4) 1: Tanpa persatuan (S) tidak ada (P) pembangunan (Pel).
Persatuan ditampilkan sebagai alat yang mampu mendorong pembangunan.
Metafora
(1) Di bawah kibaran bendera warna hijau berlambang Ka’bah.
Metafora yang digunakan dalam syair lagu tersebut adalah deskripsi PPP
untuk mengidentifikasikan bahwa partai yang beriklan adalah PPP yang dijelaskan
dengan deskripsi bendera PPP, berwarna hijau dengan lambang Ka‟bah.
- Representasi kombinasi anak kalimat:
(5) 2: Pembangunan bukan karena kami oleh kami,
3: bukan karena mereka oleh mereka,
4: tapi karena kita oleh kita.
Koordinator (te)tapi menjadi penghubung yang menyatakan perpanjangan berupa
kontra antara anak kalimat sebelumnya, yaitu pembangunan bukan karena kami oleh
kami, bukan karena mereka oleh mereka.
- Representasi rangkaian antarkalimat:
Iklan meletakkan latar persatuan yaitu dengan penggunaan lagu mars sebagai
pembuka. Hal ini untuk menegaskan dan memperkenalkan kepada pemirsa bahwa
persatuan menjadi tema sebagai representasi PPP.
2. Relasi
Dua pihak, yaitu PPP dan rakyat Indonesia. PPP ditampilkan secara implisit
hadir lewat syair lagu yang mengawali iklan, di bawah kibaran bendera warna hijau
berlambang Ka’bah (1). PPP dideskripsikan sebagi partai yang mengusung persatuan
untuk pembangunan Indonesia.
97
PPP ditampilkan sebagai partai yang mempunyai peran dan yang melakukan
pembangunan dengan mengikutsertakan rakyat Indonesia yang ditandai oleh
pronomina inklusif kita. Tidak hanya PPP sebagai pembicara, tetapi juga melibatkan
kerja sama pendengar (pemirsa).
3. Identitas
Pemirsa diposisikan pada pihak rakyat Indonesia. PPP sebagai partai yang
memiliki misi membangun bangsa dengan modal persatuan bangsa untuk mencapai
persatuan dan pembangunan Indonesia.
Tabel 4.1.8.1.2
Variabel Intertekstualitas
No. Unsur Pemaparan
1 Manifest Intertectuality:
Representasi
wacana
(4) 1: Tanpa persatuan tidak ada pembangunan.
(5) 2: Pembangunan bukan karena kami oleh kami.
3: Bukan karena mereka oleh mereka.
Pengandaian (1) Di bawah kibaran bendera warna hijau berlambang Ka‟bah.
Negasi (4) 1: Tanpa persatuan tidak ada pembangunan. (5) 2: Pembangunan bukan karena kami oleh kami.
3: Bukan karena mereka oleh mereka.
Ironi (4) 1: Tanpa persatuan tidak ada pembangunan.
Metadiscourse (5) 2: Pembangunan bukan karena kami oleh kami.
3: Bukan karena mereka oleh mereka.
4: Tapi karena kita oleh kita.
2
Interdiscursivity:
Genre Lagu : Di bawah kibaran bendera warna hijau berlambang
Ka‟bah.
Tipe aktivitas (1) Lagu : Di bawah kibaran bendera warna hijau berlambang
Ka‟bah.
(2) 1: Assalamu‟alaikum. (3) 2: Wa‟alaikumsalam.
(1) 1: Tanpa persatuan tidak ada pembangunan.
(5) 2: Pembangunan bukan karena kami oleh kami,
3: bukan karena mereka oleh mereka,
4: tapi karena kita oleh kita.
(6) (semua) : Untuk Indonesia.
Gaya 4: Tapi karena kita oleh kita.
Wacana (5) 2: Pembangunan bukan karena kami oleh kami.
3: Bukan karena mereka oleh mereka.
4: Tapi karena kita oleh kita.
98
1. Manifest Intertectuality:
- Representasi wacana
Tema yang diangkat dalam iklan ini yaitu persatuan dan pembangunan. Selain
merepresentasikan kondisi atau keadaan Indonesia, topik ini juga merepresentasikan
serta mendeskripsikan partai yang bersangkutan, yaitu Partai Persatuan
Pembangunan. Persatuan direpresentasikan oleh ucapan salam umat Muslim, yakni
assalamu‟alaikum. Penggunaannya bukan saja sebagai kata sapaan semata tetapi di
dalamnya mengandung doa yang dapat merekatkan rasa persaudaraan. Jika
persaudaraan telah terjalin maka tercapailah kata „persatuan‟. Dalam iklan ini
persatuan digambarkan memiliki hubungan yang kait-mengait.
- Pengandaian
Penggunaan lagu mars PPP sebagai pembuka iklan mendeskripsikan bahwa
PPP mengidentifikasikan dirinya sebagai partai yang mendorong persatuan untuk
pembangunan bangsa yang merupakan tema iklan tersebut.
- Negasi
Pada (4) terdapat bentuk negasi yang menegaskan bahwa pembangunan hanya
dapat terwujud jika ada persatuan. Pada (5), penggunaan bukan sebagai penegasan
bahwa pembangunan bukan dilakukan dan tergantung oleh kami atau pun mereka.
- Ironi
Kalimat tersebut menggambarkan bahwa pembangunan Indonesia terhambat
oleh tidak adanya persatuan.
- Metadiscourse
Iklan mendefinisikan pihak kami dan mereka sebagai pihak yang tidak
memiliki kuasa dalam mencapai pembangunan, yang ditonjolkan dalam iklan ini
adalah peran kita sebagai pelaku pembangunan.
2. Interdiscursivity:
- Genre
Iklan kampanye televisi.
99
- Tipe aktivitas
Iklan ini diawali dengan identifikasi iklan dengan adanya lagu mars PPP
sebagai pembuka teks iklan. Kemudian dilanjutkan dengan penampilan tokoh PPP
yang saling bertegur sapa dengan ucapan salam (assalamu‟alaikum). Berikutnya iklan
menghadirkan pernyataan berangkai mengenai persatuan dan pembangunanyang
disampaikan oleh tokoh-tokoh PPP. Barulah pada akhir disampaikan misi PPP,
„untuk Indonesia‟.
- Gaya
Gaya yang digunakan dalam iklan ini adalah tidak formal.
- Wacana
Rangkaian tuturan dalam iklan tersut menggunakan wacana naratif yang ditunjukkan
dengan adanya penonjolan pelaku pembangunan dengan penggunaan pronomina
pertama kami dan kita, juga pronomina ketiga mereka.
(5) 2: Pembangunan bukan karena kami oleh kami.
3: Bukan karena mereka oleh mereka.
4: Tapi karena kita oleh kita.
Misi PPP, „untuk Indonesia‟ yang disampaikan serempak atau secara bersama-sama
menunjukkan persatuan tokoh PPP atau representasi bangsa Indonesia.
4.1.8.2 Analisis Praktik Sosiokultural
Tabel 4.1.8.2.1
Variabel Praktik Sosiokultural (Makro)
No. Unsur Pemaparan
1 Situasional (4) 1: Tanpa persatuan tidak ada pembangunan.
(5) 2: Pembangunan bukan karena kami oleh kami.
3: Bukan karena mereka oleh mereka.
2 Institusional (4) 1: Tanpa persatuan tidak ada pembangunan.
(5) 2: Pembangunan bukan karena kami oleh kami.
3: Bukan karena mereka oleh mereka.
3 Sosial (2) 1: Assalamu‟alaikum.
(3) 2: Wa‟alaikumsalam.
100
PEMBAHASAN TABEL 4.1.8.2.1
1. Situasional
Banyak diberitakan dan dilaporkan kerusuhan bahkan bentrokan di berbagai
wilayah Indonesia, apakah karena pertentangan beda suku, beda pendapat, atau hal
lainnya, menjadi topik iklan ini. Hal tersebut sangat kontra dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika yang menggambarkan persatuan Indonesia. Bangsa Indonesia
sampai saat ini belum mencapai pembangunan yang maksimal, karena terhambat oleh
tidak adanya persatuan bangsa.
2. Institusional
Tema „persatuan dan pembangunan‟ diangkat dalam iklan tersebut. Terjadinya
kerusuhan atau bentrokan di berbagai daerah di Indonesia hanya menghasilkan
kerugian, bukan saja harta, tetapi nyawa juga bisa menjadi taruhannya. Ini pula yang
patut dipertanyakan, ke manakah moral Indonesia? Masyarakat Indonesia sudah lelah
dengan berbagai tragedi yang merenggut banyak nyawa tak bersalah. Untuk itu PPP
mengangkat isu ini untuk menggugah ketertarikan pemirsa.
3. Sosial
Dari Wikipedia, assalamu’alaikum merupakan salam dalam Bahasa Arab, dan
digunakan oleh kultur Muslim. Salam ini adalah sunnah Nabi Muhammad SAW,
yang dapat merekatkan Ukhuwah Islamiyah umat Muslim di seluruh dunia. Untuk
yang mengucapkan salam, hukumnya adalah Sunnah. Sedangkan bagi yang
mendengarnya, wajib untuk menjawabnya. Penggunaan assalamu’alaikum dalam
iklan ini sebagai pembuka pembicaraan. Di mana ucapan salam sebagai pernyataan
atau pemberitahuan bahwa „Anda aman dari bahaya tangan dan lidahku‟. Hal tersebut
merepresentasikan bahwa terdapat kaitan yang erat antara ucapan salam dengan tema
persatuan yang diuraikan dalam iklan tersebut. Penggunaan ucapan salam tersebut
merepresentasikan bahwa PPP merupakan partai Islam. Bangsa Indonesia dengan
berbagai perbedaan yang dimilikinya, telah mendeklarasikan persatuan mereka
dengan kesamaan tujuan yaitu dalam kesatuan Nusantara, Indonesia.
101
4.1.9 Iklan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
Teks Iklan
(1) SUPER : Kemiskinan masih 35 juta
(2) Pemulung sampah : Masih seperti ini, tambah susah.
(3) SUPER : Pengangguran masih jutaan
(4) Pencari kerja : Cari kerja tambah susah.
(5) SUPER : Sembako masih tak terjangkau
(6) Ibu rumah tangga : Sembako tambah mahal.
(7) FVO: Ayo, kita lakukan perubahan! (8) PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak politik mengubah nasib
rakyat dengan memperjuangkan sembako murah, menciptakan lapangan kerja, dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
(9) Rakyat : Jadi, jangan lupa contreng PDI Perjuangan nomor dua delapan!
4.1.9.1 Analisis Teks dan Intertekstualitas
Tabel 4.1.9.1.1
Variabel Teks (Mikro) No. Unsur Pemaparan
1 Representasi Dalam anak kalimat:
Kosakata
masih
(1) Kemiskinan masih 35 juta
(2) Pemulung sampah : Masih seperti ini, tambah susah.
(3) Pengangguran masih jutaan
(5) Sembako masih tak terjangkau
(5) Sembako masih tak terjangkau
(7) Ayo, kita lakukan perubahan!
- (9) Jadi, jangan lupa contreng PDI Perjuangan nomor dua delapan!
Tata bahasa (grammar)
PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak politik (S) mengubah (P) nasib rakyat (O) dengan
memperjuangkan sembako murah, menciptakan lapangan kerja, dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat (K).
(7) Ayo, kita (S) lakukan (P) perubahan (O)!
Metafora
(8) PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak
politik mengubah nasib rakyat dengan memperjuangkan
sembako murah, menciptakan lapangan kerja, dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kombinasi anak kalimat:
(8) PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak
politik mengubah nasib rakyat dengan memperjuangkan sembako murah, menciptakan lapangan kerja, dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Rangkaian antarkalimat:
(1) SUPER: Kemiskinan masih 35 juta
(2) Pemulung sampah : Masih seperti ini, tambah susah.
102
(3) SUPER: Pengangguran masih jutaan (4) Pencari kerja : Cari kerja tambah susah.
(5) SUPER: Sembako masih tak terjangkau
(6) Ibu rumah tangga : Sembako tambah mahal.
(7) Ayo, kita lakukan perubahan!
(8) PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak politik
mengubah nasib rakyat dengan memperjuangkan sembako murah,
menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
1 (9) Rakyat: Jadi, jangan lupa contreng PDI Perjuangan nomor dua
delapan!
2 Relasi (8) PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak politik
mengubah nasib rakyat dengan memperjuangkan sembako murah,
menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3 Identitas (1) SUPER : Kemiskinan masih 35 juta (2) Pemulung sampah : Masih seperti ini, tambah susah.
(3) SUPER: Pengangguran masih jutaan
(4) Pencari kerja : Cari kerja tambah susah.
(5) SUPER: Sembako masih tak terjangkau
(6) Ibu rumah tangga : Sembako tambah mahal.
PEMBAHASAN TABEL 4.1.9.1.1
1. Representasi
- Representasi dalam anak kalimat:
Kosakata
masih
(1) SUPER: Kemiskinan masih 35 juta
(2) Pemulung sampah : Masih seperti ini, tambah susah.
(3) SUPER: Pengangguran masih jutaan
(5) Sembako masih tak terjangkau
Penggunaan kata masih pada (1) (2) (3) dan (5) tersebut menunjukkan
keadaan yang statis dan tidak tampak perubahan ke arah yang lebih baik. Pada (1) dan
(3), menunjukkan bahwa jumlah yang disebutkan tersebut begitu besar dan harus
dikurangi.
(5) Sembako masih tak terjangkau
103
Pemakaian frasa tak terjangkau untuk menggantikan kata mahal. Frasa tak
terjangkau memiliki konotasi yang halus untuk menyebutkan harga yang begitu
tinggi yang menyebabkan tidak terbeli oleh masyarakat..
(7) Ayo, kita lakukan perubahan!
Penggunaan interjeksi ajakan ayo yaitu untuk mengajak rakyat Indonesia
melakukan perubahan bersama PDIP.
(9) Jadi, jangan lupa contreng PDI Perjuangan nomor dua
delapan!
Pemakaian kata jadi merupakan saran dan kesimpulan iklan tersebut. Kalimat
imperatif yang ditandai oleh penggunaan jangan lupa adalah untuk melarang untuk
lupa atau tidak boleh lupa dan harus ingat. Contreng merupakan suruhan langsung
kepada pemirsa apa yang harus dilakukannya.
Tata bahasa (grammar)
PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak politik (S) mengubah
(P) nasib rakyat (O) dengan memperjuangkan sembako murah, menciptakan
lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat (K).
PDIP dihadirkan dalam bentuk peristiwa yaitu PDIP sebagai pelaku yang
akan melakukan pengubahan nasib rakyat.
(7) Ayo, kita (S) lakukan (P) perubahan (O)!
PDIP tampil sebagai pelaku yang mengajak rakyat untuk melakukan
perubahan.
Metafora
(8) PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak politik mengubah
nasib rakyat dengan memperjuangkan sembako murah, menciptakan
lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Metafora yang dibangun dalam kalimat tersebut, yaitu memperjuangkan
sembako murah memiliki makna „berusaha sekuat tenaga untuk menurunkan harga
sembako‟.
104
- Representasi kombinasi anak kalimat:
(9) PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak politik mengubah
nasib rakyat dengan memperjuangkan sembako murah, menciptakan lapangan
kerja, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kata sambung relatif yang menandai penggunaan bentuk elaborasi. Bentuk
tersebut untuk memperinci dan menjelaskan nomina satu-satunya partai yaitu hanya
PDIP, partai yang membuat kontrak politik, sedangkan yang lainnya tidak.
Bentuk lainnya adalah perpanjangan yang menunjukkan tambahan penjelasan
mengenai isi kontrak politik, selain memperjuangkan sembako murah dan
menciptakan lapangan kerja, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan rakyat.
- Representasi rangkaian antarkalimat
Iklan menghadirkan kondisi masyarakat dalam situasi perekonomian yang
masih sulit. Representasi rakyat kecil (wong cilik) dengan menggunakan pemulung
sampah, pencari kerja, dan ibu rumah tangga, kondisi bangsa yang ditampilkan
berupa data, yaitu jumlah kemiskinan, pengangguran, dan harga sembako diamini
oleh pernyataan langsung oleh aktor iklan tersebut. Isu ekonomi yang statis (yang
ditandai oleh kata masih) mendapat dukungan melalui pernyataan atau pun keluhan
rakyat kecil tersebut.
2. Relasi
Dua pihak, yaitu rakyat dan PDIP.
PDIP digambarkan sebagai partai yang membawa misi perubahan untuk wong
cilik dengan kontrak politiknya. Pemulung sampah, pencari kerja, dan ibu rumah
tangga merupakan representasi wong cilik yang dijanjikan oleh PDIP mengubah
nasib rakyat.
105
3. Identitas
Pemirsa diletakkan pada posisi rakyat kecil (wong cilik) yang hidup dalam
kesusahan. Rakyat dalam iklan ini digambarkan menggantungkan harapan mencapai
perubahan di pundak PDIP.
PDIP dengan misinya mengubah nasib rakyat hadir dalam teks sebagai solusi
atau jawaban bagi keadaan Indonesia yang sekarang.
Tabel 4.1.9.1.2
Variabel Intertekstualitas
No. Unsur Pemaparan
1 Manifest Intertectuality:
Representasi
wacana
FVO: PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak
politik mengubah nasib rakyat dengan memperjuangkan sembako
murah, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Pengandaian (1) SUPER : Kemiskinan masih 35 juta
(3) SUPER : Pengangguran masih jutaan
(5) SUPER : Sembako masih tak terjangkau
Negasi (5) SUPER : Sembako masih tak terjangkau
2
Interdiscursivity:
Genre Rakyat: Jadi, jangan lupa contreng PDI Perjuangan nomor dua
delapan!
Tipe aktivitas (1) SUPER : Kemiskinan masih 35 juta
(2) Pemulung sampah : Masih seperti ini, tambah susah.
(3) SUPER : Pengangguran masih jutaan
(4) Pencari kerja : Cari kerja tambah susah.
(5) SUPER : Sembako masih tak terjangkau
(6) Ibu rumah tangga : Sembako tambah mahal.
(7) Ayo, kita lakukan perubahan!
(8) PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak
politik mengubah nasib rakyat dengan memperjuangkan
sembako murah, menciptakan lapangan kerja, dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. (9) Rakyat : Jadi, jangan lupa contreng PDI Perjuangan
nomor dua delapan!
Gaya (4) Pencari kerja : Cari (mencari) kerja tambah susah.
Wacana (8) PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak politik
mengubah nasib rakyat dengan memperjuangkan sembako murah,
menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
106
PEMBAHASAN TABEL 4.1.9.1.2
1. Manifest Intertectuality:
- Representasi wacana
Tema mengenai kontrak politik tersebut menggunakan FVO (female voice)
sebagai representasi pembawa kebijakan atau program yaitu Megawati yang juga
seorang wanita. Kehadiran Megawati dalam iklan tersebut hanya dalam bentuk
visualisasi, sedangkan verbalnya disuarakan oleh FVO.
- Pengandaian
(1) SUPER : Kemiskinan masih 35 juta
(3) SUPER : Pengangguran masih jutaan
(5) SUPER : Sembako masih tak terjangkau
Pernyataan dengan adanya penggunaan kata masih memberi anggapan di
depan bahwa perekonomian Indonesia statis dan tidak mengalami perbaikan.
2. Interdiscursivity:
- Genre
(9) Rakyat : Jadi, jangan lupa contreng PDI Perjuangan nomor dua delapan!
Iklan kampanye televisi merupakan genre iklan ini, yaitu ditunjukkan dengan
adanya ajakan untuk mencontreng PDIP.
- Tipe aktivitas
Iklan ini diawali dengan uraian dan penggambaran keadaan Indonesia yang
memprihatinkan, yaitu dengan representasi kemiskinan, pengangguran, dan sembako
mahal. Kemudian PDIP dihadirkan membawa janji perubahan dengan kontrak
politiknya. Di akhir baru pemirsa diajak/ disuruh untuk memilih partai tersebut.
- Gaya
Gaya yang dipilih dalam iklan tersebut, bersifat nonformal yaitu ditandai oleh
penggunaan kata tidak baku cari.
(4) Pencari kerja : Cari (mencari) kerja tambah susah.
- Wacana
107
Wacana yang dibangun yaitu kontrak politik PDIP. Wacana ini dibuka dengan
deskripsi kehidupan rakyat kecil yang kekurangan antara lain pemulung sampah
sebagai representasi kemiskinan, pencari kerja sebagai representasi jumlah
pengangguran, serta ibu rumah tangga sebagai representasi rakyat Indonesia yang
tidak mampu membeli sembako. PDIP sendiri hadir sebagai representasi solusi
mencapai kesejahteraan.
4.1.9.2 Analisis Praktik Sosiokultural
Tabel 4.1.9.2.1
Variabel Praktik Sosiokultural (Makro)
No. Unsur Pemaparan
1 Situasional (1) SUPER : Kemiskinan masih 35 juta.
(2) Pemulung sampah : Masih seperti ini, tambah susah.
(3) SUPER : Pengangguran masih jutaan.
(4) Pencari kerja : Cari kerja tambah susah.
(5) SUPER : Sembako masih tak terjangkau.
(6) Ibu rumah tangga : Sembako tambah mahal.
2 Institusional (8) PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak politik
mengubah nasib rakyat dengan memperjuangkan sembako murah,
menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3 Sosial (8) PDI Perjuangan satu-satunya partai yang berani kontrak politik
mengubah nasib rakyat dengan memperjuangkan sembako murah,
menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Masyarakat membutuhkan langkah nyata bukan sekadar janji. Kini,
masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan janji-janji.
PEMBAHASAN TABEL 4.1.9.2.1
1. Situasional
Kemiskinan kini telah mencapai 35 juta, pengangguran 9,43 juta orang,
sembako semakin tidak terjangkau. Hal tersebut diangkat oleh PDIP sebagai
partainya wong cilik dalam iklannya dengan membuat kontrak politik. Situasi
Indonesia yang belum sejahtera, kurangnya lapangan kerja, dan harga sembako
(sembilan bahan pokok) yang melambung membuat rakyat Indonesia hidup dalam
kondisi serba kekurangan.
108
2. Institusional
Masyarakat akan sangat tertarik pada partai yang memperhatikan rakyat kecil.
Kebutuhan akan pemenuhan ekonomi saat ini sangat urgen. Karena dari sinilah
kehidupan selanjutnya bermula. Banyaknya rakyat Indonesia yang belum sejahtera,
rakyat membutuhkan suatu perubahan ekonomi ke arah yang lebih baik. PDIP dalam
iklannya menggunakan kontrak politik untuk menarik simpati rakyat (pemirsa).
Kontrak politik untuk Perubahan dideklarasikan pada 19 Februari 2009, yang
dilaporkan dalam iklan dalam rangka memenangkan pilihan pemirsa.
3. Sosial
Masyarakat membutuhkan langkah nyata bukan sekadar janji. Kini,
masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan janji-janji.
4.1.10 Iklan Partai Demokrat
Teks Iklan
(1) SUPER: Pidato Kenegaraan Presiden RI (15 Agustus 2008)
(2) SBY : Saya menyampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia.
(3) Pada tahun ini, kita kembali mencapai swasembada beras. (4) Ini adalah untuk pertama kalinya, sejak masa orde baru.
(5) Produksi beras nasional lebih tinggi daripada konsumsi beras
kita.
(6) Petani A : Penghasilan kami membaik.
(7) Petani B : Siapa dulu presidennya?
(8) Petani A dan B : SBY
(9) MVO: Partai Demokrat terus mendukung kebijakan pemerintahan presiden SBY yang
berhasil mewujudkan swasembada beras.
(10) Pilih Partai Demokrat nomor 31!
(11) Mari kita dukung terus!
(12) Lanjutkan!
109
4.1.10.1 Analisis Teks dan Intertekstualitas
Tabel 4.1.10.1.1
Variabel Teks (Mikro) No. Unsur Pemaparan
1 Representasi Dalam anak kalimat:
Kosakata
Kata suruh
(10) Pilih Partai Demokrat nomor 31!
(11) Mari kita dukung terus!
(12) Lanjutkan!
(2) Saya menyampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia.
(9) Partai Demokrat terus mendukung kebijakan pemerintahan presiden
SBY yang berhasil mewujudkan swasembada beras.
Tata bahasa (grammar)
(2) SBY : Saya (S) menyampaikan (P) kepada
seluruh rakyat Indonesia (K).
(3) Pada tahun ini (K), kita (S) kembali mencapai (P) swasembada
beras (O).
(9) Partai Demokrat (S) terus mendukung (P) kebijakan
pemerintahan presiden SBY yang berhasil mewujudkan
swasembada beras (K /art P Pel ).
Kombinasi anak kalimat:
(9) Partai Demokrat terus mendukung kebijakan pemerintahan presiden
SBY yang berhasil mewujudkan swasembada beras.
Rangkaian antarkalimat:
(9) Partai Demokrat terus mendukung kebijakan pemerintahan presiden
SBY yang berhasil mewujudkan swasembada beras
2 Relasi (7) Petani B : Siapa dulu presidennya?
(8) Petani A dan B : SBY.
3 Identitas (7) Petani B : Siapa dulu (P) presidennya (O)?
PEMBAHASAN TABEL 4.1.10.1.1
1. Representasi
- Representasi dalam anak kalimat:
Kosakata
Kata suruh
(10) Pilih Partai Demokrat nomor 31!
(11) Mari kita dukung terus!
110
(12) Lanjutkan!
Pemakaian kalimat imperatif yang berpredikat verba transitif pilih,
menunjukkan posisi Partai Demokrat sebagai subjek sasaran kalimat tersebut.
Pemakaian interjeksi ajakan mari memiliki fungsi untuk menghaluskan isi kalimat
imperatif tersebut.
Kata lanjutkan adalah bentuk suruhan untuk menindaklanjuti atau meneruskan
yang ditandai dengan sufiks –kan sebagai penekanan terhadap kata yang
dilekatkannya, lanjut.
menyampaikan dan mendukung
(2) Saya menyampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia.
(9) Partai Demokrat terus mendukung kebijakan pemerintahan
presiden SBY yang berhasil mewujudkan swasembada beras.
Kata menyampaikan dan mendukung digunakan untuk menyatakan hubungan
yang bersifat formal dan resmi.
Tata bahasa (grammar)
(2) SBY : Saya (S) menyampaikan (P) kepada seluruh
rakyat Indonesia (K).
(3) Pada tahun ini (K), kita (S) kembali mencapai (P) swasembada beras (O).
(9) Partai Demokrat (S) terus mendukung (P) kebijakan
pemerintahan presiden SBY yang berhasil mewujudkan swasembada beras (K /art
P Pel ).
Pada kalimat (2), terdapat bentuk paeristiwa di mana SBY atas nama dirinya
menampilkan dirinya sebagai pelaku yang melakukan tindakan menyampaikan
tersebut.
Pada kalimat (3), bentuk peristiwa menampilkan pelaku kita sebagai pelaku,
yaitu antara Presiden sebagai pembicara dengan pemirsa atau pendengar pidato di
acara kenegaraan, bekerja bersama-sama dalam mencapai kata swasembada beras.
111
Bentuk peristiwa pada kalimat (9), menampilkan Partai Demokrat bertindak
sebagai pelaku yang mendukung atau sejalan dan setuju dengan kebijakan dari
pemerintahan Presiden SBY.
- Representasi kombinasi anak kalimat
(9) Partai Demokrat terus mendukung kebijakan pemerintahan
presiden SBY yang berhasil mewujudkan swasembada beras.
Kalimat tersebut menggunakan bentuk elaborasi yang ditandai dengan kata
sambung relatif yang untuk memperinci nomina „pemerintahan Presiden SBY‟.
Bentuk tersebut untuk menjelaskan dukungan Partai Demokrat, baik dukungan moral
atau pun kerja, atas keberhasilan swasembada beras.
- Representasi rangkaian antarkalimat
Keberhasilan swasembada beras merupakan tema yang diangkat dalam iklan
ini. Pernyataan dari petani dihadirkan dalam teks untuk mendukung tema tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan tersebut mendapat respon yang baik dari
rakyatnya.
2. Relasi
Lima pihak yang muncul dalam iklan ini, yaitu Presiden SBY, rakyat,
pemerintah, Partai Demokrat, dan petani.
Presiden Indonesia (SBY) membangun hubungan dirinya dengan rakyat
dengan menggunakan pronomina kita untuk menginformasikan keberhasilan
swasembada beras merupakan usaha bersama dan keberhasilan bersama.
SBY ditampilkan mempunyai hubungan yang dekat dengan petani. Sebagai
rakyatnya, petani tidak segan-segan memanggil presidennya, dengan panggilan
sehari-hari, yaitu SBY. Panggilan SBY tersebut, menggambarkan bahwa SBY
sebagai presiden tidak membangun jarak dengan rakyatnya.
(7) Petani B : Siapa dulu presidennya?
(8) Petani A dan B : SBY
112
Partai Demokrat merupakan partai pendukung Presiden SBY. Partai
Demokrat menggunakan keberhasilan program swasembada beras pemerintahan
Presiden SBY untuk menarik simpati khalayak pemirsa.
3. Identitas
Pemirsa diletakkan pada posisi rakyat Indonesia yang digambarkan telah
berhasil mencapai swasembada beras.
Di mata pendukungnya, Presiden SBY digambarkan merupakan presiden
kebanggaan rakyatnya. Hal ini tampak dari ungkapan petani yang menunjukkan
perasaan hatinya seperti berikut.
(7) Petani B : Siapa dulu (P) presidennya (O)?
Tabel 4.1.10.1.2
Variabel Intertekstualitas
No. Unsur Pemaparan
1 Manifest Intertectuality:
Representasi
wacana SBY : Saya menyampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia. Pada
tahun ini, kita kembali mencapai swasembada beras. Ini adalah untuk
pertama kalinya, sejak masa orde baru. Produksi beras nasional lebih
tinggi daripada konsumsi beras kita.
Pengandaian (4) Ini adalah untuk pertama kalinya, sejak masa orde baru.
(5) Produksi beras nasional lebih tinggi daripada konsumsi beras kita.
Metadiscourse (9) Partai Demokrat terus mendukung kebijakan pemerintahan
presiden SBY yang berhasil mewujudkan swasembada beras.
2
Interdiscursivity:
Genre (10) Pilih Partai Demokrat nomor 31!
Tipe aktivitas SBY : Saya menyampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia.
Pada tahun ini, kita kembali mencapai swasembada beras. Ini adalah
untuk pertama kalinya, sejak masa orde baru. Produksi beras
nasional lebih tinggi daripada konsumsi beras kita.
Petani A : Penghasilan kami membaik.
Petani B : Siapa dulu presidennya?
Petani A dan B : SBY
Gaya (8) Petani A dan B : SBY (9) Partai Demokrat terus mendukung kebijakan pemerintahan
Presiden SBY yang berhasil mewujudkan swasembada beras.
Wacana SBY : Saya menyampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia.
Pada tahun ini, kita kembali mencapai swasembada beras. Ini adalah
untuk pertama kalinya, sejak masa orde baru. Produksi beras
nasional lebih tinggi daripada konsumsi beras kita.
113
PEMBAHASAN TABEL 4.1.10.1.2
1. Manifest Intertectuality:
- Representasi wacana
Iklan tersebut menampilkan paparan prestasi kerja pemerintahan Presiden
SBY yang merupakan representasi Partai Demokrat. Pada bagian pembuka, iklan
menampilkan cuplikan pidato Presiden. Dalam hal ini, wacana tulisan disampaikan
kembali secara lisan. Kemudian ditampilkan pernyataan langsung dari pihak petani
sebagai respon dari keberhasilan tersebut.
- Pengandaian
(4) Ini adalah untuk pertama kalinya, sejak masa orde baru.
Pernyataan dari cuplikan pidato tersebut mengandaikan bahwa terdapat teks
atau peristiwa lain yang menjelaskan bahwa masa-masa setelah orde baru dan
sebelum SBY memerintah, tidak mampu menyamai keberhasilannya.
(5) Produksi beras nasional lebih tinggi daripada konsumsi beras kita.
Pernyataan tersebut mengandaikan dan memberi anggapan di depan bahwa
hal tersebut benar untuk mendukung pernyataan keberhasilan swasembada beras.
- Metadiscourse
Partai Demokrat mendefinisikan Presiden SBY sebagai presiden yang berhasil
mewujudkan swasembada beras. Peran partai Demokrat hanya sebagai peran
pendukung yaang muncul dalam teks.
2. Interdiscursivity:
- Genre
(10) Pilih Partai Demokrat nomor 31!
Iklan kampanye televisi merupakan genre iklan ini. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya ajakan untuk memilih Partai Demokrat.
- Tipe aktivitas
Iklan ini diawali dengan uraian dan penggambaran prestasi swasembada beras
Indonesia oleh pemerintahan Presiden SBY dalam bentuk cuplikan pidato kenegaraan
114
pada 15 Agustus 2008. Kemudian didukung oleh respon dari aktor pendukung yaitu
petani. Selain petani, dukungan juga datang dari partai pengiklan yaitu Partai
Demokrat. Di bagian akhir Partai Demokrat mengajak pemirsa televisi untuk memilih
mereka.
- Gaya
Gaya yang dipilih dalam iklan tersebut, bersifat resmi yang disesuaikan dengan
wacana yang dipakai yaitu pidato. Akan teapi pada pernyataan petani dan Partai
Demokrat, gaya yang digunakan adalah nonformal yang menunjukkan ragam intim,
yaitu dengan penggunaan panggilan sehari-hari untuk menyebut presidennya, yaitu
SBY daripada Susilo Bambang Yudoyono.
(8) Petani A dan B : SBY
(9) Partai Demokrat terus mendukung kebijakan pemerintahan Presiden SBY yang
berhasil mewujudkan swasembada beras.
- Wacana
Wacana yang dibangun yaitu menggunakan wacana pidato. Walaupun hanya dalam
bentuk cuplikan, wacana tersebut memiliki peran untuk menyampaikan pesan
kampanye. Jenis wacana yang digunakan yaitu wacana naratif yaang ditandai oleh
penggunaan pronomina pertama saya, kita, dan kami.
4.1.10.2 Analisis Praktik Sosiokultural
Tabel 4.1.10.2.1
Variabel Praktik sosiokultural (Makro)
No. Unsur Pemaparan
1 Situasional SBY : Saya menyampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia. Pada
tahun ini, kita kembali mencapai swasembada beras. Ini adalah untuk
pertama kalinya, sejak masa orde baru. Produksi beras nasional lebih
tinggi daripada konsumsi beras kita.
2 Institusional SBY : Saya menyampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia. Pada
tahun ini, kita kembali mencapai swasembada beras. Ini adalah untuk
pertama kalinya, sejak masa orde baru. Produksi beras nasional lebih
tinggi daripada konsumsi beras kita.
Petani A : Penghasilan kami membaik.
Petani B : Siapa dulu presidennya?
Petani A dan B : SBY
3 Sosial SBY : Saya menyampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia. Pada
115
tahun ini, kita kembali mencapai swasembada beras. Ini adalah untuk
pertama kalinya, sejak masa orde baru. Produksi beras nasional lebih
tinggi daripada konsumsi beras kita.
Petani A : Penghasilan kami membaik.
Petani B : Siapa dulu presidennya?
Petani A dan B : SBY
PEMBAHASAN TABEL 4.1.10.2.1
1. Situasional
Pada kesempatan pidato kenegaraan dalam rangka memperingati Hari Ulang
Tahun Proklamasi ke-63 Kemerdekaan Republik Indonesia yang dilaksanakan
setahun sekali merupakan kesempatan penting bagi rakyat Indonesia untuk
mengetahui kinerja pemerintahan yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi.
Prestasi swasembada beras yang disampaikan pada pidato tersebut dimanfaatkan
sebagai bagian pendukung iklan Partai Demokrat.
2. Institusional
Beras adalah bahan pangan pokok rakyat Indonesia. Kampanye partai dengan
mengangkat tema swasembada beras digunakan untuk menarik simpati rakyat, yaitu
dengan menonjolkan pencapaian atau prestasi swasembada beras. Dikatakan bahwa
ini adalah prestasi kedua setelah masa orde baru, digunakan sebagai barometer yang
mensejajarkan masa kini dengan kejayaan pada masa orde baru.
Penonjolan kinerja Presiden SBY menjadi hal yang sentral, sementara Partai
Demokrat tampil hanya sebagai pendukung. Pemakaian sosok Presiden dengan
keberhasilannya, untuk memanfaatkan kecenderungan rakyat yang lebih tertarik pada
figur daripada melihat partai.
3. Sosial
Masyarakat dari hari ke hari semakin cerdas memilih apa yang baik menurut
mereka masing-masing. Dengan bekal pengalaman di masa lalu yang dengan mudah
termakan janji yang hanya sekadar kata-kata tanpa adanya bukti nyata, masyarakat
sudah tidak membutuhkan janji-janji semata atau bahkan sudah tidak percaya lagi
akan janji yang disodorkan kepada mereka. Mereka membutuhkan adanya bukti nyata
116
atau adanya pengalaman yang mereka miliki sebagai modal menuju perbaikan
bangsa. Hal tersebut sebagai pilihan mereka yang berakar dari pengalaman-
pengalaman mereka yang memunculkan ketakutan-ketakutan dalam memilih partai
pendatang baru yang belum memiliki modal cukup berupa pengalaman.
Kebutuhan pangan adalah hal yang urgen, maka pemenuhannya haruslah
tercapai, termasuk beras yang menjadi bahan makanan pokok rakyat Indonesia.
Masyarakat Indonesia semakin ketergantungan dengan bahan makanan pokok yang
satu ini. Adanya ungkapan „belum dikatakan sudah makan, kalau belum makan nasi‟
merepresentasikan monokultur bangsa Indonesia.
4.2 Praktik Kewacanaan (Konsumsi)
4.2.1 Persentase Respon Iklan Kampanye Televisi
Dalam menjaring respon pemirsa televisi terhadap iklan kampanye di
televisi, penulis mengambil responden dengan perincian berikut.
Usia pemula (17-22) sebanyak 9 responden dan usia bukan pemula (23-
lebih) sebanyak 16 responden. Jenis kelamin, laki-laki sebanyak 7 responden dan
perempuan sebanyak 18 responden. Pekerjaan, ibu rumah tangga sebanyak 5
responden, CPNS/PNS/guru honorer sebanyak 4 responden, wiraswasta sebanyak 7
responden, mahasiswa sebanyak 3 responden, dan pelajar sebanyak 1 responden.
Pendidikan, tamatan SD sebanyak 2 orang, SMP sebanyak 4 orang, SMA sebanyak 7
orang, dan perguruan tinggi sebanyak 12 orang.
117
Tabel 4.2.1 Respon Pemirsa Televisi terhadap Pemilihan Tema ‘Perubahan’
oleh Partai Baru Berdasar Pendidikan Terakhir
Dari tabel tersebut, sebanyak 32% tertarik dengan tema perubahan dari partai
baru dengan perincian tingkat pendidikan SMA sebanyak 4% dan Perguruan Tinggi
sebanyak 28%. Ketertarikan terhadap tema perubahan didominasi oleh Perguruan
Tinggi, sedangkan SMA jumlahnya lebih sedikit.
Responden yang menyatakan kurang tertarik sebanyak 64%, dengan
persentase SD sebanyak 8%, SMP sebanyak 16%, SMA sebanyak 24%, dan
Perguruan Tinggi sebanyak 16%. Persentase kurang tertarik didominasi oleh SMA,
disusul oleh SMP, Perguruan Tinggi, dan SD.
Responden yang menyatakan tidak tertarik sebanyak 4% yang berasal dari
tingkat pendidikan Perguruan Tinggi. Persentase tidak tertarik yang sedikit
(a) (b) (c) (d)
Tingkat
Ketertarikan
Tema/
Pendidikan
Partai Peduli
Rakyat Nasional,
pilihan orang yang
berani melakukan
perubahan.
Sebuah gagasan
dari partai yang
membawa
perubahan,
Gerindra.
Untuk
perubahan,
pilih PAN
nomor
sembilan!
Ayo,
kita
lakukan
perubah
an!
SD
SMP
SMA 1 1 4
PT 2 4 1 7 28
3 4 1 8 32
SD 2 2 8
SMP 2 2 4 16
SMA 3 1 2 6 24
PT 3 1 4 16
2 6 1 7 16 64
SD
SMP
SMA
PT 1 1 4
1 1 4
2 9 5 9 25 100
Frek %
Tema Perubahan
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
Tertarik
Kurang tertarik
Tidak tertarik
118
menunjukkan tema perubahan tersebut cukup efektif dalam menarik perhatian
pemirsa televisi.
Hasil persentase keseluruhan menunjukkan tema tersebut kurang menarik
perhatian pemirsa televisi dengan jumlah persentase kurang menarik sebanyak 64%
yang didominasi oleh tingkat pendidikan SMA. Pemilihan tema perubahan dari partai
baru mampu menarik perhatian pemirsa dari tingkat pendidikan Perguruan Tinggi.
Dari perolehan tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Perguruan Tinggi
lebih dinamis sebagai representasi ketertarikan pada tema-tema baru atau partai baru,
sedangkan tingkat pendidikan SMA, SMP, dan SD menyatakan kurang tertarik pada
tema-tema baru atau partai baru.
Dari tabel tersebut, menunjukkan jumlah ketertarikan pada tema perubahan
pada dari Partai Gerindra dan PDIP lebih besar. “Sebuah gagasan dari partai yang
membawa perubahan, Gerindra” dan “Ayo, kita lakukan perubahan!” disukai oleh
responden sebanyak masing-masing 9 responden. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
keduanya mengusung tema perubahan dengan menampilkan isu ekonomi rakyat kecil
yang semakin terpinggirkan bahkan terlupakan. Isu tersebut menjadi perpaduan yang
mampu menarik minat pemirsa dengan situasi di Indonesia.
Tabel 4.2.2
Respon Pemirsa Televisi terhadap Penggunaan Ajakan
Berdasar Usia
(a) (b) (c) (d)
Pengaruh
ajakan/ Usia
Ayo, bekerja
dengan hati
bersama partai
Hanura!
Jika Anda ingin
perubahan,
pilih partai
nomor 4!
Jadi,
jangan
lupa
contreng
PDI
Perjuangan
Mari kita
dukung
terus!
17-22 1 2 2 5 20
23 1 1 2 8
1 1 2 3 7 28
17-22 1 4 5 20
23 1 11 12 48
1 1 15 17 68
17-22
23 1 1 4
1 1 4
2 1 3 19 25 100
Frek %
Jenis ajakan
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
Mendorong
Kurang
mendorong
Tidak
mendorong
119
Dari perolehan pengaruh penggunaan ajakan berdasarkan usia, yang
menyatakan dapat mendorong untuk memilih partai yang bersangkutan didominasi
oleh usia pemula yang berusia antara 17-22 tahun dengan persentase 20%, sisanya
usia bukan pemula dengan kisaran usia 23 dengan persentase 8%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa usia pemula terdorong oleh ajakan dalam iklan.
Perolehan kurang mendorong didapat dari pemilih bukan pemula sebanyak
48%, sedangkan usia pemula sebanyak 20%. Dominasi pengaruh ajakan dalam iklan
yang menunjukkan kurang mendorong berasal dari usia bukan pemula. Dominasi
tersebut menunjukkan, usia bukan pemula kurang terdorong oleh penggunaan ajakan
dalam iklan tersebut.
Responden sebanyak 4% menyatakan tidak terdorong oleh ajakan dari iklan
tersebut dengan didominasi oleh usia bukan pemula. Usia 23 tahun ke atas atau usia
bukan pemula menyatakan tidak terdorong oleh penggunaan ajakan tersebut.
Sebanyak 19 dari 25 responden menyatakan terdorong oleh ajakan dari Partai
Demokrat, “Mari kita dukung terus!”. Penggunaan interjeksi ajakan mari merupakan
bentuk ajakan yang halus dengan secara tidak langsung menunjukkan harapan dari
Partai Demokrat. Selain itu, penggunaan pronomina inklusif kita menunjukkan ajakan
yang ditujukan untuk partai pengiklan dengan pemirsanya. Interjeksi ajakan mari dan
pronomina inklusif kita digunakan sebagai upaya mendorong ketertarikan khalayak
untuk memilih partai yang bersangkutan.
120
Tabel 4.2.3
Respon Pemirsa Televisi terhadap Keterpahaman Isi/ Maksud Iklan
Berdasar Pendidikan Terakhir
Dari tabel di atas menunjukkan tingkat keterpahaman terhadap isi atau
maksud iklan cukup tinggi, dengan perolehan persentase sebanyak 76% yang
menyatakan mengerti/ paham dan sebanyak 24% kurang mengerti/ paham.
Tingkat pendidikan Perguruan Tinggi menyatakan mengerti sebanyak 32%,
SMA sebanyak 20%, SMP sebanyak 16%, dan sebanyak SD 8%. Hal tersebut
menunjukkan tingkat Perguruan Tinggi lebih banyak yang memahami isi atau
maksud iklan dibandingkan dengan tingkat pendidikan SMA, SMP, dan SD.
(a) (b) (c) (d)
Tingkat
Keterpahaman
Iklan/ Pendidikan
Itulah
stimulus
bagi
rakyat.
Hanya dengan
kejujuran kita
bisa mengatasi
masalah
bangsa ini.
Masa depan
ada di tangan
kita, bukan di
tangan orang
lain.
Tanpa
persatuan
tidak ada
pembangun
an.
SD 1 1 2 8
SMP 1 2 1 4 16
SMA 3 2 5 20
PT 3 1 3 1 8 32
7 3 5 4 19 76
SD
SMP
SMA 2 2 8
PT 3 1 4 16
5 1 6 24
SD
SMP
SMA
PT
7 3 10 5 25 100
Frek %
Teks Iklan
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
Mengerti
Kurang Mengerti
Tidak Mengerti
121
Responden menyatakan kurang mengerti sebanyak 24%, dari SMA sebanyak
8% dan Perguruan Tinggi sebanyak 16%. Responden yang menyatakan kurang
mengerti lebih banyak berasal dari Perguruan Tinggi dibandingkan dengan SMA.
Dari tabel juga menunjukkan responden lebih mengerti/ memahami isi iklan
dari Partai PAN “Masa depan ada di tangan kita, bukan di tangan orang lain”
sebanyak 10 responden, lainnya dari Partai Gerindra “Itulah stimulus bagi rakyat”
sebanyak 7 responden. Dari Partai PPP “Tanpa persatuan tidak ada pembangunan”
sebanyak 5 responden dan Partai PKPI “Hanya dengan kejujuran kita bisa mengatasi
masalah bangsa ini” sebanyak 3 responden.