analisis dasar pertimbangan hakim dalam …digilib.unila.ac.id/25506/3/skripsi tanpa bab...

71
ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BAGI PELAKU YANG MENGEMBALIKAN KERUGIAN NEGARA PADA TINDAK PIDANA KORUPSI. (Studi Putusan Nomor : 56/Pid.Sus-TPK/2014/PN.TJK) (Skripsi) Oleh Muhammad Yulian FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: doanngoc

Post on 23-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN

PIDANA BAGI PELAKU YANG MENGEMBALIKAN KERUGIAN

NEGARA PADA TINDAK PIDANA KORUPSI.

(Studi Putusan Nomor : 56/Pid.Sus-TPK/2014/PN.TJK)

(Skripsi)

Oleh

Muhammad Yulian

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

ABSTRAK

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN

PIDANA BAGI PELAKU YANG MENGEMBALIKAN KERUGIAN

NEGARA PADA TINDAK PIDANA KORUPSI.

(Studi Putusan Nomor: 56/PID.SUS-TPK/2014/PN.TJK)

Oleh

MUHAMMAD YULIAN

Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan luar biasa (extraordinary

crime) yang penanganannya juga dilakukan secara luar biasa (extraordinary).

Rendahnya putusan hakim menunjukkan hakim kurang peka terhadap upaya

pencegahan dan pemberantasan korupsi karena putusan rendah dikhawatirkan

tidak akan menimbulkan efek jera. Permasalahan penelitian ini adalah: Apakah

yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana bagi pelaku

yang mengembalikan kerugian negara dalam Putusan Nomor: 56/PID.SUS-

TPK/2014/PN.TJK dan apakah penjatuhan pidana minimal bagi pelaku yang

mengembalikan kerugian negara dalam Putusan Nomor: 56/ PID.SUS-TPK/ 2014/

PN.TJK telah memenuhi rasa keadilan substantif?

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan empiris. Jenis data

terdiri dari data primer dan sekunder. Narasumber terdiri dari Jaksa pada

Kejaksaan Negeri Bandar Lampung, Hakim pada Pengadilan Negeri Tanjung

Karang dan Akademisi pada Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila.

Analisis data menggunakan analisis kualitatif.

Hasil penelitian dan pembahasan ini menunjukkan: Dasar pertimbangan hakim

dalam penjatuhan pidana bagi pelaku yang mengembalikan kerugian negara dalam

Putusan Nomor: 56/PID.SUS-TPK/2014/PN.TJK terdiri dari hal yang

meringankan dan memberatkan. Hal yang meringankan adalah terdakwa yang

masih mempunyai tanggungan keluarga, dan belum pernah di hukum sebelumnya,

sedangkan hal yang memberatkan adalah bahwasannya perbuatan terdakwa

bertentangan dengan program pemerintah untuk menciptakan Aparatur Negara

yang bebas dari praktek KKN. Hakim juga sesuai mempertimbangkan terdakwa

yang telah mengembalikan kerugian keuangan negara. Sehingga Hakim

menjatuhkan pidana yaitu penjara selama 1 tahun, denda sebesar Rp. 50.000.000,-

Page 3: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

Muhammad Yulian

(lima puluh juta rupiah) subsider pidana kurungan selama 2 bulan dan pidana

tambahan berupa uang pengganti sebesar Rp. 576.095.852,00 (lima ratus tujuh

puluh enam juta sembilan puluh lima ribu delapan ratus lima puluh dua rupiah),

putusan tersebut telah memenuhi teori keseimbangan antara kesalahan terdakwa,

ketentuan undang-undang, serta hukuman yang dijatuhkan kepada terdakwa.

Putusan tersebut sudah memenuhi rasa keadilan substantif, namun menurut

penulis belum sesuai dengan rasa keadilan di masyarakat. Sanksi pidana diberikan

sesuai dengan berat dan ringannya kesalahan yang dilakukan, oleh karena tindak

pidana korupsi merupakan yang kejahatan luar biasa sudah seharusnya

pemidanaan nya juga harus secara luar biasa, sehingga tidak bertentangan dengan

rasa keadilan masyarakat yang mengharapkan pemberantasan tindak pidana

korupsi.

Saran dalam penelitian ini adalah majelis hakim yang menangani tindak pidana

korupsi diharapkan untuk lebih konsisten mengemban amanat pemberantasan

tindak pidana korupsi. Hakim dalam menjatuhkan pidana kepada pelaku tindak

pidana korupsi disarankan untuk mempertimbangkan besar kerugian negara yang

diakibatkan oleh perbuatan terdakwa dan walaupun terdakwa telah mengembalikan

kerugian keuangan negara yang ditimbulkan, sebaiknya hakim tidak serta merta

memberikan pengurangan sanksi pidana.

Kata Kunci: Dasar Pertimbangan Hakim, Penjatuhan Pidana, Tindak Pidana

Korupsi.

Page 4: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN

PIDANA BAGI PELAKU YANG MENGEMBALIKAN KERUGIAN

NEGARA PADA TINDAK PIDANA KORUPSI.

(Studi Putusan Nomor : 56/Pid.Sus-TPK/2014/PN.TJK)

Oleh

Muhammad Yulian

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 5: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS
Page 6: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS
Page 7: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

i

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Muhammad Yulian, penulis

dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 12

Januari 1996.

Penulis adalah anak terakhir dari empat bersaudara dari

pasangan Bapak Syaiful Hambali dan Ibu Yunani Karim.

Penulis mengawali Pendidikan formal di SD Negeri 2 Beringin Raya Bandar

Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, SMP Negeri 14 Bandar Lampung

diselesaikan pada tahun 2010 dan SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang

diselesaikan pada tahun 2013.

Selanjutnya pada tahun 2013 Penulis diterima sebagai Mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Lampung, program pendidikan Strata 1 (S1) melalui jalur

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan pada

pertengahan Juni 2015 penulis memfokuskan diri dengan mengambil bagian

Hukum Pidana.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi intern

fakultas. Organisasi intern yang diikuti penulis yaitu Dewan Perwakilan

Mahasiswa Fakultas Hukum (DPM-FH), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas

Hukum (BEM-FH) dan Himpunan Mahasiswa (HIMA) Hukum Pidana Fakultas

Hukum. Pada tahun 2014-2015 penulis tercatat sebagai Anggota Dinas Seni dan

Page 8: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

ii

Kekaryaan BEM-FH Unila, selanjutnya pada tahun 2015-2016 penulis menjadi

Anggota Dinas Pengembangan Organisasi HIMA Hukum Pidana serta diberi

kepercayaan untuk menjabat sebagai Kepala Dinas Seni dan Kekaryaan BEM-FH

Unila, yang selanjutnya dialihkan sebagai Kepala Dinas Komunikasi dan

Informasi (KOMINFO) BEM-FH Unila. Pada tahun 2016-2017 penulis masih

diberi kepercayaan untuk mengurus beberapa lembaga kemahasiswaan, penulis

merangkap jabatan sebagai Ketua Komisi Advokasi dan Hubungan Luar DPM-FH

dan sebagai Asisten 1 HIMA Hukum Pidana Fakultas Hukum. Penulis juga telah

mengikuti program pengabdian langsung kepada masyarakat yaitu Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di desa Simpang Sari, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten

Lampung Barat selama 60 (enam puluh) hari pada bulan Januari sampai Maret

2016. Kemudian pada tahun 2017 penulis menyelesaikan skripsi sebagai salah

satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

Page 9: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

iii

MOTO

“Karena pengalaman burukmu akan berguna untuk orang lain jika kamu ceritakan, dan tak akan berguna jika kamu simpan.”

(Muhammad Yulian, S.H.)

"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain

di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu

membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat

memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan

(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui."

(Q.S. Al-Baqarah [2] : 188)

Page 10: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

iv

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah-Nya dan dengan segala kerendahan hati,

Kupersembahkan Skripsi ini kepada :

Kedua Orang Tua Tercinta, Ayahanda Syaiful Hambali dan Ibunda Yunani Karim

Yang senantiasa membesarkan, mendidik, membimbing, berdoa, berkorban dan mendukungku, terima kasih untuk semua kasih sayang

dan cinta luar biasa sehingga aku bisa menjadi seseorang yang kuat dan konsisten kepada cita-cita.

Kakak-kakakku:

Selviani Saputri, S.H., Indah Roma Susanti, S.Pd., dan Dina Ariyanti S.E. yang selalu memotivasi dan memberikan doa untuk keberhasilanku

Terima kasih atas kasih sayang tulus yang diberikan, semoga suatu saat

dapat membalas semua budi baik dan nantinya dapat menjadi anak yang membanggakan kalian.

Almamater tercinta Universitas Lampung

Tempatku memperoleh ilmu dan merancang mimpi untuk jalan menuju kesuksesanku kedepan.

Page 11: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

v

SANWACANA

Alhamdulilahirobbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT

karena atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan

Pidana Bagi Pelaku Yang Mengembalikan Kerugian Negara Pada Tindak

Pidana Korupsi (Studi Putusan Nomor: 56/PID.SUS-TPK/2014/PN.TJK).”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas

Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan

untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Pada penulisan skripsi ini

penulis mendapatkan bimbingan, arahan serta dukungan dari berbagai pihak

sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Pada kesempatan kali

ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-

besarnya terhadap :

1. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

Page 12: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

vi

2. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas

Hukum Universitas Lampung yang telah membantu penulis menempuh

pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H., selaku Sekertaris Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung dan Dosen Pembahas II yang telah

menjawab segala kegundahan dan kegelisahan hati, serta memberikan kritik,

saran, dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan masukan sehingga Penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Budi Rizki Husin, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan masukan sehingga Penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas I yang telah

memberikan kritik dan saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Rinaldy Amrullah, S.H.,M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membibing penulis selama ini dalam perkuliahan.

8. Seluruh Dosen Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh

dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

9. Para staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung, terutama pada

Bagian Hukum Pidana: Mba Sri, Bu As, Babe, dan Bude Siti.

10. Bapak Novian Saputra, S.H.,M.Hum selaku Hakim Pengadilan Negeri

Tanjung Karang, Bapak Arie Apriansyah, S.H selaku Jaksa pada Kejaksaan

Negeri Bandar Lampung dan Ibu Dr. Nikmah Rosidah, S.H.,M.H yang telah

Page 13: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

vii

sangat membantu dalam membantu dalam mendapatkan data yang diperlukan

dalam penulisan skripsi ini, terima kasih untuk semua kebaikan dan

bantuannya.

11. Teristimewa untuk kedua orangtuaku ayahanda Syaiful Hambali dan ibunda

Yunani Karim, yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, doa, semangat

dan dukungan yang diberikan selama ini. Terimakasih atas segalanya semoga

Ian dapat membahagiakan, membanggakan, dan menjadi anak yang berbakti

untuk ayah dan ibu.

12. Kakak-kakak kandungku: Selviani Saputri, S.H., Indah Roma Susanti, S.Pd.,

Dina Ariyanti, S.E., terima kasih untuk doa dan dukungan yang diberikan

selama ini. Semoga kelak kita dapat menjadi orang sukses yang akan

membanggakan untuk orangtua.

13. Saudara tak sedarah namun sepenanggungan jua: Villiane Puspa Negara,

S.Ak., Wulan Kusuma Dewi, S.An., Yesica Nurzaman, S.Psi, yang selalu ada

dan mendengar keluh kesahku selama ini dalam proses penulisan maupun

kehidupan, terima kasih atas bantuan, semangat dan dukungannya selama ini.

14. Sahabat seperjuangan dalam proses perkuliahan: Dian Ferdisa Puteri, S.H.,

Fitra Suanadia, S.H., Ginta Monita, S.H., Heni Aprilia S.H., Hidayah Bekti

Ningsih, S.H., Jusnia Rajusima, S.H., Lucyani Putri Wulandari, S.H., Mustanti

Irena Wati, S.H., Netiana Sari, S.H., Nia Amanda, S.H., R.A. Alfajriyah F.Z,

S.H, Rara Berthania, S.H., Roro Ayu Ariananda, S.H., Yoranda Tiara S.,

S.Stp., dan Masyita Nafila, terima kasih telah mendengarkan keluh kesahku,

mendukung, membantu dan menyemangatiku dalam proses menyelesaikan

Page 14: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

viii

studi di Universitas Lampung ini. Semoga persahabatan kita selalu kompak

untuk selamanya dan kita semua bisa menjadi orang sukses nantinya.

15. Teman-teman yang membuat masa perkuliahan menjadi penuh sukacita: Lisca

Juita, S.H., Annisa Drahika, S.H., Anggun Ariena Rahman, S.H., Faranissa

Yona Ramadhani, S.H., Tutut Wury H., S.H., Riska Putri Mulya,S.H., Reni

Febrianti, S.H., Rima Ayu Safitri, S.H., Mega Sekar Ningrum, S.H., Niken

Chandra Lupita, S.H., Mutia Ayu Trihastari, S.H., Nur Aisah, S.H., Nikita

Riskila, S.H.

16. Sahabat-sahabatku: Ghanes Vita Maulitama, S.E., Mangifera Marsha, S.Ab.,

Nadia Maudina Eldarini, S.Ip., Rina Apriana, A.Md., Novita Supardi, S.E.,

Hestia Melani Malano, B.A., yang masih tetap setia mendukung agar

tercapainya gelar sarjana hukum ini.

17. Teman-teman Hima Pidana 2013: M. Alriezki Natamenggala, S.H., M. Luki

Samad, S.H., M.Guntur H.T., S.H., Hari Putra P., S.H., M. Arief Koenang,

S.H., Yunicha Nita H., S.H., Alentin Putri A., S.H., Nugraha Aditama, S.H.,

Wahyu Olan S. S.H., M. Akbar S. Agung, S.H., dan teman-teman yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu yang selama ini membantu menambah

wawasan dan berteman selayaknya keluarga baru.

18. Kakak-kakak senior Fakultas Hukum Universitas Lampung Ragiel Armanda

Arief, S.H., Sari Tirta Rahayu, S.H., Mia Nasya Tamara, S.H., Siti Dwi

Karuniati, S.H., Yoya Nalamba, S.H., Nuning Andriyani, S.H., yang telah

memberikan banyak masukan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

19. Adik-adik junior Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lampung: Ririk, Yuris, Ghina, Asyiva, Mayang, Ijah, Mulei, Novalinda,

Page 15: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

ix

Maraya, Nares, Regita, Yolanda, Intan, Mentari, Triani, Anis Maret, Rico,

Reza, dan adik-adik yang lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu,

terimakasih atas semangat dan dukungan yang telah kalian berikan selama ini.

20. Adik-adik junior Fakultas Hukum Universitas Lampung Angkatan 2014:

Zulfa, Jihan, Teteh, Marsha, Novalda, Beboh, Nabila, Arin, Nadya, Putri Ayu,

Annti, Nita, Eldi, Cimong, Ferry, terimakasih atas semangat, canda dan tawa

yang telah kalian berikan selama ini.

21. Teman-teman Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Hukum Unila,

terimakasih telah menemani ku dalam berproses selama ini. See you on top!

22. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas semua bantuan dan

dukungannya.

Akhir kata atas bantuan, dukungan, serta doa dan semangat dari kalian, penulis

yang hanya mampu mengucapkan mohon maaf apabila ada yang salah dalam

penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuaan pada

umumnya dan ilmu hukum khususnya hukum pidana.

Bandar Lampung, Februari 2017

Penulis

Muhammad Yulian

Page 16: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

DAFTAR ISI

Halaman

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup .................................................................. 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................................... 8

D. Kerangka Teori dan Konseptual ...................................................................... 9

E. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 17

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum terhadap Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana ....... 18

B. Tindak Pidana Korupsi ................................................................................... 23

C. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana ............................... 28

D. Teori Pemidanaan ........................................................................................... 32

E. Kerugian Negara ............................................................................................. 38

F. Keadilan Substantif ........................................................................................ 42

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah ....................................................................................... 45

B. Sumber dan Jenis Data ................................................................................... 46

C. Penentuan Narasumber ................................................................................... 48

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ....................................... 48

E. Analisis Data .................................................................................................. 49

Page 17: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

IV. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penjatuhan Pidana Bagi Pelaku

yang Mengembalikan Kerugian Negara pada Tindak Pidana

Korupsi dalam Putusan No. 56/PID.SUS-TPK/2014/PN.TJK ....................... 50

B. Penjatuhan Pidana Minimal Bagi Pelaku yang Mengembalikan

Kerugian Negara dalam Putusan No. 56/PID.SUS-TPK/2014/PN.TJK

terhadap Keadilan Substantif .......................................................................... 76

V. PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................................ 83

B. Saran ............................................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 18: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tindak pidana korupsi (Tipikor) merupakan perbuatan melawan hukum yang

berdampak pada kerugian keuangan negara dan menghambat pembangunan

nasional, sehingga harus diberantas dalam rangka mewujudkan masyarakat adil

dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Selain

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, tindak pidana korupsi

juga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan

nasional.

Upaya penanggulangan tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana khusus,

memiliki sistem pengadilan tersendiri yang disebut dengan Pengadilan Tindak

Pidana Korupsi. Pengadilan ini dibentuk agar majelis hakim yang menangani

perkara korupsi lebih intensif dan fokus dalam memformulasikan dan

menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana korupsi secara maksimal.

Keberadaan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi didasarkan pada spirit semangat

reformasi hukum dalam penegakan hukum dan pemberantasan tindak pidana

korupsi. Pengadilan Tipikor sebagai bagian dari lembaga negara yang dalam

Page 19: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

2

melaksanakan tugas dan wewenang di bidang penegakan hukum pidana khusus

korupsi bersifat independent dari pengaruh atau intervensi kekuasaan manapun.

Setiap pelaku yang terbukti melakukan tindak pidana korupsi harus

mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum, sesuai dengan

ketentuan undang-undang. Setiap warga negara wajib menjunjung hukum, namun

demikian dalam kenyataan sehari-hari adanya warga negara yang lalai/sengaja

tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan masyarakat, dikatakan

bahwa warga negara tersebut melanggar hukum karena kewajibanya tersebut telah

ditentukan berdasarkan hukum. Seseorang yang melanggar hukum harus

mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai dengan aturan hukum.

Hakim dalam membuat putusan harus memperhatikan segala aspek di dalamnya,

yaitu mulai dari perlunya kehati-hatian serta dihindari sedikit mungkin

ketidakcermatan, baik bersifat formal maupun materiil sampai dengan adanya

kecakapan terknik dalam membuatnya.1 Jika hal-hal negatif tersebut dapat

dihindari, tentu saja diharapkan dapat dalam diri hakim hendak lahir, tumbuh dan

berkembang adanya sikap atau sifat kepuasan moral.

Pandangan negatif masyarakat terhadap hakim dapat dihindari dengan memutus

perkara secara teliti dan adil, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan terhadap

suatu putusan. Dari dalam diri hakim hendaknya lahir, tumbuh dan berkembang

adanya sikap/sifat kepuasan moral jika keputusan yang dibuatnya dapat menjadi

tolak ukur untuk kasus yang sama, sebagai bahan referensi bagi kalangan teoritis

dan praktisi hukum serta kepuasan nurani jika sampai dikuatkan dan tidak

1 Lilik Mulyadi, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana, Teori, Praktik, Teknik Penyusunan

dan Permasalahannya, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010, hlm. 155.

Page 20: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

3

dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung jika perkara tersebut

sampai ke tingkat banding atau kasasi.

Hakim dalam membuat putusan harus memperhatikan segala aspek di dalamnya,

yaitu mulai dari perlunya kehati-hatian serta dihindari sedikit mungkin

ketidakcermatan, baik bersifat formal maupun materiil sampai dengan adanya

kecapakan teknik dalam membuatnya. Hakim yang cermat dan hati-hati dalam

merumuskan putusannya tersebut akan menghasilkan putusan yang benar-benar

berlandaskan pada keadilan dan memenuhi aspek kepastian hukum.

Putusan pidana minimal dalam suatu perkara pidana cenderung kurang memenuhi

rasa keadilan. Hal ini sesuai dengan teori keadilan secara umum, yaitu sebagai

perbuatan atau perlakuan yang adil. Sementara adil adalah tidak berat sebelah,

tidak memihak dan berpihak kepada yang benar. Keadilan menurut kajian filsafat

adalah apabila dipenuhi dua prinsip, yaitu tidak merugikan seseorang dan

perlakuan kepada tiap-tiap manusia apa yang menjadi haknya. Jika kedua prinsip

ini dapat dipenuhi barulah itu dikatakan adil.2

Hakim dalam hal ini kurang memenuhi keadilan substantif dalam menjatuhkan

pidana terhadap pelaku tindak pidana korupsi, keadilan substantif dimaknai

keadilan yang diberikan sesuai dengan aturan-aturan hukum substantif, dengan

tanpa melihat kesalahan-kesalahan proseduran yang tidak berpengaruh pada hak-

hak substantif penggugat. Ini berarti bahwa apa yang secara formal-prosedural

benar bisa saja disalahkan secara materiil dan substansinya melanggar keadilan.

Demikian sebaliknya, apa yang secara formal salah bisa saja dibenarkan jika

2 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung, Penerbit Alumni,1986. hlm.64.

Page 21: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

4

secara materill dan substansinya sudah cukup adil (hakim dapat menoleransi

pelanggaran prosedural asalkan tidak melanggar substansi keadilan).3

Hakim tidak dapat menjatuhi pidana minimal terhadap terdakwa yang

mengembalikan kerugian negara yang ditimbulkan, karena korupsi merupakan

kejahatan luar biasa yang seharusnya penanganan perkaranya dilakukan secara

luar biasa pula, dan pihak-pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak

langung dalam terjadinya atau mempermudah terlaksananya tindak pidana

tersebut. Terdakwa seharusnya dipidana sesuai dengan berat atau ringannya

kesalahan yang dilakukan sebagai wujud upaya pemberantasan tindak pidana

korupsi di Indonesia.

Salah satu perkara tindak pidana korupsi dalam Putusan Nomor: 56/PID.SUS-

TPK/2014/PN.TJK dengan Terdakwa Drs. Suwoko M.Pd bin Sukamto yang

melakukan Tindak Pidana Korupsi Pengadaan Proyek Pencetakan Buku Bahasa

Lampung Kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar Kabupaten Lampung Tengah, sehingga

mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp. 586.095.852,00 (lima ratus delapan

puluh enam juta sembilan puluh lima ribu delapan ratus lima puluh dua rupiah).4

Jaksa Penuntut Umum menyatakan bahwa Terdakwa Drs. Suwoko M.Pd bin

Sukamto telah terbukti secara sah dan menyakinkan menurut hukum bersalah

melakukan tindak pidana “turut serta melakukan korupsi” sebagaimana diatur dan

diancam hukum dalam Pasal 3 Jo. Pasal 18 Ayat 1 huruf B Undang-Undang

Republik Indonesia No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

3Ibid.

4 https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/24820f8802e0394c7403ec808628935b. Di akses

pada tanggal 25 Mei 2016. Pukul 20.45.

Page 22: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

5

Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) KUHP.

Jaksa Penuntut Umum menuntut agar majelis hakim menjatuhkan pidana terhadap

Terdakwa berupa pidana selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan dan denda

sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) subsidair 3 (tiga) bulan

kurungan serta membayar uang pengganti sebesar Rp. 576.095.852,00 (lima ratus

tujuh puluh enam juta sembilan puluh lima ribu delapan ratus lima puluh dua

rupiah) subsidair 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan penjara.

Majelis hakim menjatuhkan pidana terhadap terdakwa yaitu pidana penjara selama

1 (satu) tahun dan denda sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dengan

ketentuan apabila denda tidak dibayar dapat diganti dengan kurungan selama 2

(dua) bulan. Selain itu majelis hakim menghukum Terdakwa dengan pidana

tambahan berupa membayar uang pengganti kepada Negara sebesar

Rp.576.095.852,00 (lima ratus tujuh puluh enam juta sembilan puluh lima ribu

delapan ratus lima puluh dua rupiah) dengan ketentuan apabila tidak dibayar maka

dalam tenggang waktu 1 (satu) bulan sejak putusan perkara, maka harta bendanya

dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut dan

dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk

membayar uang pengganti, dipidana dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun

6 (enam) bulan.

Kesenjangan yang terjadi dalam putusan tersebut adalah seharusnya terdakwa

dihukum dengan sanksi pidana maksimal, sebagaimana diatur dalam Pasal 3

Page 23: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

6

Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang menyebutkan

sanksi pidana maksimal adalah kurungan penjara selama 4 tahun, tetapi pada

kenyataannya terdakwa hanya dipidana selama 1 tahun penjara dan denda sebesar

Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) subsidair selama 2 bulan kurungan

penjara.

Selain kesenjangan di atas dapat diidentifikasi pula bahwa dalam putusan tersebut

terdapat ketidaksesuaian antara putusan hakim dengan Surat Edaran Mahkamah

Agung Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pemidanaan Agar Setimpal dengan Berat

dan Sifat Kejahatannya. Surat Edaran tersebut menyatakan bahwa kecenderungan

meningkatnya kualitas dan kuantitas tindak pidana terutama di bidang ekonomi

memerlukan penanganan serta kebijakan pemidanaan secara khusus. Oleh karena

itu terhadap tindak pidana korupsi, Mahkamah Agung mengharapkan agar

pengadilan menjatuhkan sanksi pidana yang sungguh-sungguh setimpal beratnya

dan sifat tindak pidana tersebut jangan sampai menjatuhkan sanksi pidana yang

menyinggung rasa keadilan di dalam masyarakat.

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2000 jo Surat Edaran Mahkamah

Agung Nomor 1 Tahun 2001 sebenarnya sudah memberikan arahan agar perkara

korupsi diprioritaskan dan hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku setimpal

dengan perbuatannya. Spirit yang terkandung dalam Surat Edaran Mahkmah

Agung tersebut adalah perbuatan korupsi sangat merugikan masyarakat.

Rendahnya putusan perkara korupsi ini pula yang menjadi salah satu temuan tim

peneliti putusan hakim kerjasama Komisi Yudisial dan Norwegian Center for

Human Rights (NCHR). Putusan ringan untuk perkara korupsi masih ditemukan.

Page 24: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

7

Rendahnya putusan hakim menurut tim peneliti membuktikan bahwa hakim

kurang peka terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi karena

putusan rendah tidak akan menimbulkan efek jera.5

Kasus di atas yang melibatkan Terdakwa Drs. Suwoko M.Pd bin Sukamto yang

melakukan Tindak Pidana Korupsi Pengadaan Proyek Pencetakan Buku Bahasa

Lampung Kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar Kabupaten Lampung Tengah, sehingga

mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp. 586.095.852,00 (lima ratus delapan

puluh enam juta sembilan puluh lima ribu delapan ratus lima puluh dua rupiah)

hanya dijatuhkan putusan kurungan 1 tahun penjara dan denda sebesar

Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) subsidair 2 bulan penjara. Putusan

tersebut kurang sesuai, sebagai perbandingan pada kasus pencurian 2 batang

pohon jati yang dilakukan oleh Nenek Asyani di Situbondo. Nenek Asyani

dijatuhi pidana 1 tahun penjara dengan masa percobaan 1 tahun 3 bulan dan denda

Rp. 500.000.000,- subsider 1 hari hukuman percobaan.6 Oleh karena itu, penulis

ingin mengetahui apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam

menjatuhkan sanksi pidana minimal terhadap terdakwa dalam Putusan Nomor

56/Pid.Sus-TPK/2014/PN.Tjk.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan melakukan kajian dan penelitian

yang berjudul : Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana

Bagi Pelaku Yang Mengembalikan Kerugian Negara Pada Tindak Pidana Korupsi

(Studi Putusan Nomor: 56/PID.SUS-TPK/2014/PN.TJK).

5 http://www.lexregis.com/?menu=news&idn=411. Diakses pada tanggal 07 September 2016

pukul 17.30 6 http://news.liputan6.com/read/2219231/nenek-asyani-terdakwa-pencuri-kayu-divonis-1-tahun-

penjara. Diakses pada tanggal 04 Februari 2017. Pukul 19.50 Wib.

Page 25: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

8

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini adalah:

a. Apakah dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana bagi pelaku yang

mengembalikan kerugian negara pada tindak pidana korupsi dalam Putusan

Nomor: 56/PID.SUS-TPK/2014/PN.TJK?

b. Apakah penjatuhan pidana minimal bagi pelaku yang mengembalikan kerugian

negara sudah sesuai dengan keadilan substantif?

2. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup ilmu penelitian adalah hukum pidana, dengan kajian mengenai

dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana bagi pelaku yang

mengembalikan kerugian negara pada tindak pidana korupsi dalam Putusan

Nomor: 56/PID.SUS-TPK/2014/PN.TJK. Penelitian dilaksanakan pada tahun

2016.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana bagi

pelaku yang mengembalikan kerugian negara pada tindak pidana korupsi

dalam Putusan Nomor: 56/PID.SUS-TPK/2014/PN.TJK.

b. Untuk mengetahui penjatuhan pidana minimal bagi pelaku yang

mengembalikan kerugian negara sudah sesuai dengan keadilan substantif.

Page 26: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

9

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan Penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis, diharapkan dapat berguna untuk memperkaya kajian ilmu

hukum pidana, khususnya kajian tentang putusan hakim terhadap pelaku tindak

pidana korupsi.

b. Kegunaan Praktis, diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran

bagi aparat dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap tindak pidana

korupsi.

D. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah abstraksi hasil pemikiran atau kerangka acuan atau dasar

yang relevan untuk pelaksanaan penelitian hukum.7 Berdasarkan pernyataan di

atas maka kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori

Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Minimal.

a. Teori Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana

Hakim dalam mengadili pelaku tindak pidana harus melalui proses penyajian

kebenaran dan keadilan dalam suatu putusan pengadilan sebagai rangkaian proses

penegakan hukum, maka dapat dipergunakan teori kebenaran. Dengan demikian,

putusan pengadilan dituntut untuk memenuhi teori pembuktian, yaitu saling

berhubungan antara bukti yang satu dengan bukti yang lain, misalnya, antara

keterangan saksi yang satu dengan keterangan saksi yang lain atau saling

berhubungan antara keterangan saksi dengan alat bukti lain (Pasal 184 KUHAP).

7Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1986. hlm. 103

Page 27: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

10

Dalam menjatuhkan pidana hakim juga menggunakan pertimbangan yang bersifat

yuridis ataupun non-yuridis.

1. Pertimbangan yuridis

Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim yang

didasarkan pada faktor-faktor yang terungkap di dalam persidangan dan oleh

undang-undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam

putusan. Pertimbangan yang bersifat yuridis di antaranya:

a. Dakwaan jaksa penuntut umum.

b. Tuntutan pidana.

c. Keterangan saksi.

d. Keterangan terdakwa.

e. Barang-barang bukti.

f. Pasal-pasal dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi.

2. Pertimbangan non yuridis

Di samping pertimbangan yang bersifat yuridis hakim dalam menjatuhkan

putusan membuat pertimbangan yang bersifat non yuridis. Pertimbangan

yuridis saja tidaklah cukup untuk menentukan nilai keadilan dalam memutus

sanksi pidana minimal bagi pelaku yang mengembalikan kerugian dalam

tindak pidana korupsi tanpa ditopang dengan pertimbangan non yuridis yang

bersifat sosiologis, psikologis, kriminologis dan filosofis.

Menurut Mazkenzie ada beberapa teori atau pendekatan yang dapat dipergunakan

oleh hakim dalam penjatuhan putusan dalam suatu perkara pidana, yaitu:

Page 28: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

11

1. Teori Keseimbangan

Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan antara syarat-syarat yang

ditentukan undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang tersangkut atau

berkaitan dengan perkara, yaitu antara lain seperti adanya keseimbangan yang

berkaitan dengan masyarakat dan kepentingan terdakwa.

2. Teori Pendekatan Seni dan Intuisi

Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari

hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan hakim menyesuaikan

dengan keadaan dan pidana yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana, hakim

akan melihat keadaan pihak terdakwa atau penuntut umum dalam perkara

pidana.

3. Teori Pendekatan Keilmuan

Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana

harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian khususnya dalam

kaitannya dengan putusan terdahulu dalam rangka menjamin konsistensi dari

putusan hakim. Pendekatan keilmuan ini merupakan semacam peringatan

bahwa dalam memutus suatu perkara, hakim tidak boleh semata-mata atas

dasar instuisi atau instink semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu

pengetahuan hukum dan juga wawasan keilmuan hakim dalam menghadapi

suatu perkara yang harus diputuskannya.

4. Teori Pendekatan Pengalaman

Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat membantunya

dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari, dengan

pengalaman yang dimilikinya, seorang hakim dapat mengetahui bagaimana

Page 29: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

12

dampak dari putusan yang dijatuhkan dalam suatu perkara pidana yang

berkaitan dengan pelaku, korban maupun masyarakat.

5. Teori Ratio Decidendi

Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, yang

mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang

disengketakan, kemudian mencari perundang-undangan yang relevan dengan

pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum dalam penjatuhan

putusan, serta pertimbangan hakim harus didasarkan pada motivasi yang jelas

untuk menegakkan hukum dan memberikan keadilan bagi pihak yang

berpekara.

6. Teori Kebijaksanaan

Teori ini diperkenalkan oleh Made Sadhi Astuti, di mana sebenarnya teori ini

berkenaan dengan putusan hakim dalam perkara di pengadilan anak. Aspek ini

menekankan bahwa pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua ikut

bertanggung jawab untuk membimbing, membina, mendidik dan melindungi

anak, agar kelak dapat menjadi manusia yang berguna bagi keluarga,

masyarakat dan bagi bangsanya.8

Kekuasaan kehakiman merupakan badan yang menentukan dan kekuatan kaidah-

kaidah hukum positif dalam konkretisasi oleh hakim melalui putusannya.

Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang diciptakan

dalam suatu negara, dalam usaha menjamin keselamatan masyarakat menuju

kesejahteraan rakyat, peraturan-peraturan tersebut tidak ada artinya, apabila tidak

8Ibid, hlm.105-106

Page 30: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

13

ada kekuasaan kehakiman yang bebas yang diwujudkan dalam bentuk peradilan

yang bebas dan tidak memihak, sebagai salah satu unsur Negara Hukum.9

Secara konstektual ada tiga esensi yang terkandung dalam kebebasan hakim

dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman, yaitu:

a. Hakim hanya tunduk pada hukum dan keadilan;

b. Tidak seorangpun termasuk pemerintah dapat mempengaruhi atau

mengarahkan putusan yang akan dijatuhkan oleh hakim;

c. Tidak ada konsekuensi terhadap pribadi hakim dalam menjalankan tugas dan

fungsi yudisialnya.10

b. Teori Pemidanaan

Sanksi Pidana adalah suatu hukuman sebab akibat, sebab adalah kasusnya dan

akibat adalah hukumannya, orang yang terkena akibat akan memperoleh sanksi

baik masuk penjara ataupun terkena hukuman lain dari pihak berwajib. Negara

dalam menjatuhkan sanksi pidana haruslah menjamin kemerdekaan individu dan

menjaga supaya pribadi manusia tetap dihormati. Oleh karena itu pemidanaan

harus mempunyai tujuan dan fungsi yang dapat menjaga keseimbangan individu

dengan kepentingan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para ahli hukum terkemuka

dalam hukum pidana, mengemukakan teori pemidanaan atau penghukuman dalam

hukum pidana dikenal ada tiga aliran yaitu:

9 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif, Jakarta: Sinar

Grafika, 2010, hlm. 103. 10

Ibid, hlm. 104

Page 31: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

14

a. Absolute atau vergeldings theorieen (vergelden/imbalan)

Aliran ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus dicari pada kejahatan

itu sendiri untuk menunjukkan kejahatan itu sebagai dasar hubungan yang

dianggap sebagai pembalasan, imbalan (velgelding) terhadap orang yang

melakukan perbuatan jahat. Oleh karena kejahatan itu menimbulkan

penderitaan bagi si korban.

b. Relative atau doel theorieen (doel/maksud, tujuan)

Dalam ajaran ini yang dianggap sebagai dasar hukum dari pemidanaan adalah

bukan velgelding, akan tetapi tujuan (doel) dari pidana itu. Jadi aliran ini

menyandarkan hukuman pada maksud dan tujuan pemidanaan itu, artinya teori

ini mencari manfaat daripada pemidanaan (nut van de straf).

c. Vereningings theorieen (teori gabungan)

Teori ini sebagai reaksi dari teori sebelumnnya yang kurang dapat memuaskan

menjawab mengenai hakikat dari tujuan pemidanaan. Menurut ajaran teori ini

dasar hukum dari pemidanaan adalah terletak pada kejahatan itu sendiri, yaitu

pembalasan atau siksaan, akan tetapi di samping itu diakuinya pula sebagai

dasar pemidanaan itu adalah tujuan daripada hukum.11

c. Teori Keadilan Substantif

Keadilan substantif di dalam Black’s Law Dictionary 7th Edition dimaknai

sebagai “Justice Fairly Administered According to Rules of Substantive Law,

Regardless of Any Procedural Errors Not Affecting The Litigant’s substantive

Rights. (Keadilan yang diberikan sesuai dengan aturan-aturan hukum substantif,

11

Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Satu, Balai Lektur Mahasiswa, Jakarta, hlm. 56.

Page 32: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

15

dengan tanpa melihat kesalahan-kesalahan prosedural yang tidak berpengaruh

pada hak-hak substantif Penggugat).

Keadilan substantif terfokus atau berorientasi kepada nilai-nilai fundamental yang

terkandung di dalam hukum. Sehingga hal-hal yang menitikberatkan kepada aspek

prosedural akan di “nomor dua kan”. Secara teoritik, keadilan substantif dibagi ke

dalam empat bentuk keadilan, yakni keadilan distributif, keadilan retributif,

keadilan komutatif, dan keadilan korektif. Keadilan distributif menyangkut

pengaturan dasar segala sesuatu, buruk baik dalam mengatur masyarakat.

Berdasarkan keadilan ini, segala sesuatu dirancang untuk menciptakan hubungan

yang adil antara dua pihak/masyarakat. Prinsip pokok dalam keadilan distributif

adalah setiap orang harus mendapat/andil/kesempatan yang sama untuk

memperoleh keadilan.

Keadilan substantif dimaknai keadilan yang diberikan sesuai dengan aturan-aturan

hukum substantif, dengan tanpa melihat kesalahan-kesalahan prosedural yang

tidak berpengaruh pada hak-hak substantif penggugat. Ini berarti bahwa apa yang

secara formal prosedural benar bisa saja disalahkan secara materiil dan

substansinya melanggar keadilan. Demikian sebaliknya, apa yang secara formal

salah bisa saja dibenarkan jika secara materiil dan substansinya sudah cukup adil

(hakim dapat menoleransi pelanggaran prosedural asalkan tidak melanggar

substansi keadilan).

Page 33: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

16

2. Konseptual

Konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan

dalam melaksanakan penelitian.12

Konseptual dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis adalah upaya untuk memecahkan suatu permasalahan berdasarkan

prosedur ilmiah dan melalui pengujian sehingga hasil analisis dapat diterima

sebagai suatu kebenaran atau penyelesaian masalah.13

2. Penjatuhan pidana adalah proses diputuskannya perkara pidana dengan cara

memberikan hukuman terhadap pelaku tindak pidana sesuai dengan kesalahan

yang dilakukannya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan.14

3. Pelaku tindak pidana adalah setiap orang yang melakukan perbuatan melanggar

atau melawan hukum sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang dan

diberi sanksi demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan

umum.15

4. Kerugian Negara adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang

nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik

sengaja maupun lalai.16

5. Tindak Pidana Korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum

melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.17

12

Soerjono Soekanto, Loc Cit. 13

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta, Rineka Cipta, 2005, hlm. 54 14

P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1984, hlm. 20. 15

Satjipto Rahardjo. Bunga Rampai Permasalahan dalam Sistem Peradilan Pidana. Pusat

Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Jakarta. 1998. hlm. 25 16

Pasal 1 Angka 22 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 17

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undangan Nomor 20 Tahun

2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UUPTPK)

Page 34: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

17

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dalam lima bab, dengan sistematka penulisan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Berisi Latar Belakang, Permasalahan dan Ruang Lingkup, Tujuan dan

Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori dan Konseptual serta Sistematika

Penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tinjauan pustaka dari berbagai konsep atau kajian yang berhubungan

yaitu tinjauan umum putusan hakim, tindak pidana korupsi, dan dasar

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana.

III. METODE PENELITIAN

Berisi Pendekatan Masalah, Sumber Data, Penentuan Narasumber, Prosedur

Pengumpulan dan Pengolahan Data serta Analisis Data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi deskripsi dan analisis Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penjatuhan

Pidana Bagi Pelaku yang Mengembalikan Kerugian Negara pada Tindak

Pidana Korupsi dalam Putusan Nomor. 56/PID.SUS-TPK/2014/PN.TJK dan

kesesuaian penjatuhan pidana minimal terhadap keadilan susbstantif.

V. PENUTUP

Berisi kesimpulan umum yang didasarkan pada hasil analisis dan pembahasan

penelitian serta berbagai saran sesuai dengan permasalahan yang ditujukan

kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian.

Page 35: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

18

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum terhadap Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana

Berdasarkan ketentuan Pasal 14 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa putusan diambil berdasarkan

sidang permusyawaratan hakim yang bersifat rahasia. Pada Ayat (2) menyatakan

bahwa dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim wajib menyampaikan

pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari putusan.

Perihal putusan hakim atau putusan pengadilan merupakan aspek penting dan

diperlukan untuk menyelesaikan perkara pidana. Dengan demikian dapat

disimpulkan lebih jauh bahwasannya putusan hakim di satu pihak berguna bagi

terdakwa guna memperoleh kepastian hukum tentang statusnya dan sekaligus

dapat mempersiapkan langkah berikutnya terhadap putusan tersebut dalam arti

dapat berupa menerima putusan, melakukan upaya hukum verzet, banding, atau

kasasi, melakukan grasi, dsb. Sedangkan di pihak lain, apabila ditelaah melalui

visi hakim yang mengadili perkara, putusan hakim adalah mahkota dan puncak

pencerminan nilai-nilai keadilan, kebenaran hakiki, HAM, penguasaan hukum

Page 36: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

19

atau fakta secara mapan, mumpuni, dan faktual, serta visualisasi etika, mentalitas,

dan moralitas dari hakim yang bersangkutan.18

Ditinjau dari Pasal 195 KUHAP, semua putusan pengadilan hanya sah dan

mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang terbuka untuk umum.

Putusan yang dibacakan oleh hakim merupakan bentuk tanggung jawab seorang

hakim kepada Tuhan Yang Maha Esa, pencari keadilan, masyarakat, pengadilan

yang lebih tinggi. Untuk itu, putusan harus dibacakan dalam sidang umum. Oleh

karena putusan mengandung pertanggungjawaban, maka acara pembacaan

putusan harus dilakukan dalam sidang terbuka untuk umum dan pengadilan

berkewajiban untuk memberitahukan kepada masyarakat dan pihak-pihak yang

berpekara perihal jadwal pembacaan putusan itu.19

Seorang hakim dalam membuat Putusan pengadilan, harus memperhatikan apa

yang diatur dalam Pasal 197 KUHAP, yang berisikan berbagai hal yang harus

dimasukkan dalam surat Putusan. Adapun berbagai hal yang harus dimasukkan

dalam sebuah putusan pemidanaan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 197

KUHAP. Sistematika putusan hakim adalah:

1. Nomor Putusan

2. Kepala Putusan/Irah-irah (Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa)

3. Identitas Terdakwa

4. Tahapan Penahanan (Jika Ditahan)

5. Surat Dakwaan

18

Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hlm. 152-153 19

Ibid, hlm.153

Page 37: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

20

6. Tuntutan Pidana

7. Pledoi

8. Fakta Hukum

9. Pertimbangan Hukum

10. Peraturan Perundang-Undangan Yang Menjadi Dasar Pertimbangan

11. Terpenuhinya Unsur-Unsur Tindak Pidana

12. Pernyataan Kesalahan Terdakwa

13. Alasan Yang Memberatkan atau Meringankan Hukuman

14. Kualifikasi dan Pemidanaan

15. Penentuan Status Barang Bukti

16. Biaya Perkara

17. Hari dan Tanggal Musyawarah Serta Putusan

18. Nama Hakim, Penuntut Umum, Panitera Pengganti, Terdakwa, dan Penasihat

Hukumnya.20

Tahapan penjatuhan pidana oleh hakim, dalam perkara pidana dilakukan dalam

beberapa tahapan, yaitu hakim pada saat menganalisis apakah terdakwa

melakukan perbuatan atau tidak, yang dipandang primer adalah segi masyarakat,

yaitu perbuatan sebagai tersebut dalam rumusan aturan pidana. Sebelum

menjatuhkan putusan, hakim harus bertanya kepada diri sendiri, jujurkah ia dalam

mengambil keputusan ini, atau sudah tepatkah putusan yang diambilnya itu, akan

dapat menyelesaikan suatu sengketa, atau adilkah putusan ini, atau seberapa jauh

manfaat yang dijatuhkan oleh seorang hakim bagi para pihak dalam perkara atau

20

Ibid, hlm. 154-155

Page 38: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

21

bagi masyarakat pada umumnya. Jenis-jenis putusan dalam hukum acara pidana

terdiri dari:

1. Putusan Bebas, dalam hal ini berarti Terdakwa dinyatakan bebas dari tuntutan

hukum. Berdasarkan Pasal 191 Ayat (1) KUHAP, putusan bebas terjadi apabila

Pengadilan berpendapat bahwa hasil dari pemeriksaan di sidang Pengadilan

kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan tidak terbukti secara sah

dan menyakinkan karena tidak terbukti adanya unsur perbuatan melawan

hukum yang dilakukan oleh Terdakwa.

2. Putusan Lepas, dalam hal ini berdasarkan Pasal 191 Ayat (2) KUHAP

Pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada Terdakwa

terbukti, namun putusan tersebut, dalam pandangan hakim, bukan merupakan

suatu tindak pidana.

3. Putusan Pemidanaan, dalam hal ini berarti Terdakwa secara sah dan

menyakinkan telah terbukti melakukan tindak pidana yang didakwakan

kepadanya, oleh karena itu Terdakwa dijatuhi hukuman pidana sesuai dengan

ancaman pasal pidana yang didakwakan kepada Tedakwa.21

Pasal 191 Ayat (1) dan Ayat (2) KUHAP mengatur putusan bebas dan putusan

lepas, sebagai berikut:

1. Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan

terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah

dan menyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.

21

Ibid, hlm. 161

Page 39: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

22

2. Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada

terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindakan pidana,

maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.

Penjelasan Pasal 191 Ayat (1) KUHAP disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

“perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti sah dan menyakinkan”

adalah tidak cukup terbukti menurut penilaian hakim atas dasar pembuktian

dengan menggunakan alat bukti menurut ketentuan hukum acara pidana.

Perbedaan antara putusan bebas dan lepas dapat ditinjau dari segi hukum

pembuktian, yaitu pada putusan bebas (vrijspraak) tindak pidana yang

didakwakan jaksa/penuntut umum dalam surat dakwaannya tidak terbukti secara

sah dan menyakinkan menurut hukum. Dengan kata lain, tidak dipenuhinya

ketentuan asas minimum pembuktian (yaitu dengan sekurang-kurangnya 2 alat

bukti yang sah) dan disertai kenyakinan hakim (Vide Pasal 183 KUHAP).

Sedangkan, pada putusan lepas (onslag van recht vervolging), segala tuntutan

hukum atas perbuatan yang dilakukan terdakwa dalam surat dakwaan

jaksa/penuntut umum telah terbukti secara sah dan menyakinkan menurut hukum,

akan tetapi terdakwa tidak dapat dijatuhi pidana, karena perbuatan tersebut bukan

merupakan tindak pidana.22

Putusan bebas berarti terdakwa dinyatakan bebas dari tuntutan hukum (vrijspraak)

atau acquittal, dalam arti dibebaskan dari pemidanaan. Tegasnya, terdakwa tidak

dipidana. Berbeda hal nya jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang

didakwakan kepada terdakwa tidak dipidana. Terdakwa diputus lepas dari segala

22

Ibid, hlm. 160

Page 40: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

23

tuntutan hukum sebagaimana disebut dalam Pasal 191 Ayat (2) KUHAP, maka ini

dinamakan putusan lepas.23

B. Tindak Pidana Korupsi

Pengertian korupsi dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana

telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UUPTKP) tidak disebutkan pengertian

korupsi secara tegas. Pasal 2 Ayat (1) menyebutkan:

“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan

pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)

tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.

1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”

Berdasarkan pengertian korupsi dalam Pasal 2 Ayat (1) UUPTPK di atas, dapat

disimpulkan ada tiga unsur tindak pidana korupsi yaitu secara melawan hukum

melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi yang dapat merugikan negara atau perekonomian negara; Pasal 3

menyebutkan bahwa tindak pidana korupsi dilakukan dengan tujuan

menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,

menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena

jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara; dan memberi hadiah atau janji kepada Pegawai Negeri

dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau

kedudukannya tersebut.

23

M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jakarta, Sinar

Grafika, 2005, hlm. 347.

Page 41: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

24

Pelaku tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut:

1. Setiap orang yang berarti perseorangan

2. Korporasi dalam Undang-Undang Nomor. 31 Tahun 1999 adalah kumpulan

orang dan atau kekayaan yang terorganisir, baik berupa badan hukum maupun

tidak. Badan Hukum di Indonesia terdiri dari Perseroan Terbatas (PT),

Yayasan, Korperasi dan Indonesische Maatchapij op Andelen (IMA),

sementara perkumpulan orang dapat berupa Firma, Commanditaire

Vennootschap (CV), dsb.

3. Pegawai Negeri yang dimaksud dengan Pegawai Negeri (Pejabat) dalam Pasal

1 Ayat (2) Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No. 20

Tahun 2001 meliputi Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Negeri Sipil Pusat,

Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Negeri Sipil lain yang ditetapkan

dengan aturan Pemerintah. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia; Angkatan

Darat; Angkatan Laut; Angkatan Udara; Angkatan Kepolisian.

Korupsi secara umum diartikan sebagai perbuatan yang berkaitan dengan

kepentingan publik atau masyarakat luas untuk kepentingan pribadi dan atau

kelompok tertentu. Dengan demikian secara spesifik ada tiga fenomena yang

tercakup dalam istilah korupsi, yaitu penyuapan (bribery), pemerasan (extraction),

dan nepotisme (nepotism).24

Kejahatan korupsi pada hakikatnya termasuk ke dalam kejahatan ekonomi, hal ini

bisa dibandingkan dengan anatomi kejahatan ekonomi sebagai berikut:

24

Syed Husein Alatas, Sosiologi Korupsi, Sebuah Penjelajahan Dengan Dara Kontemporer,

Jakarta: LP3ES. 1983, hlm. 12

Page 42: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

25

1. Penyamaran atau sifat tersembunyi maksud dan tujuan kejahatan

2. Keyakinan si pelaku terhadap kebodohan dan kesembronoan si korban

3. Penyembunyian pelanggaran.25

Pidana khusus ini memuat ketentutan-ketentuan yang dari ketentuan pidana umum

yang menyangkut sekelompok orang atau perbuatan-perbuatan tertentu. Khususan

dari hukum pidana khusus dapat dilihat adanya ketentuan mengenai dapat

dipidana suatu perbuatan, ketentuan tentang pidana dan tindakan dan mengenai

dapat dituntutnya perbuatan. Pidana khusus menunjuk kepada diferinisasi hukum

pidana, suatu kecenderungan yang bertentangan dengan adanya unifikasi dan

ketentuan umum dari hukum pidana khusus mempunyai tujuan dan fungsi sendiri,

akan tetapi azas-azas hukum pidana khususnya “tiada pidana tanpa kesalahan”

harus dihormati.

Selain pembagian hukum pidana dalam hukum pidana yang dikodifikasikan

dengan hukum pidana yang tidak dikodifikasikan ada pembagian lain ialah hukum

pidana umum (ius commune) dan hukum pidana khusus (ius singulare atau ius

speciale). Hukum pidana umum dan hukum pidana khusus. Hukum pidana umum

dan hukum pidana khusus ini tidak boleh diartikan dengan bagian umum dan

bagian khusus dari hukum pidana, karena memang bagian dari umum dari hukum

pidana menurut ketentuan-ketentuan atau ajaran-ajaran umum, sedang bagian

khususnya memuat perumusan tindak-tindak pidana.

Semula dimaksudkan agar suatu kodifikasi itu memuat suatu bahan hukum yang

lengkap, akan tetapi kita mengetahui bahwa terbentuknya peraturan perundang-

25

Barda Nawawi Arief dan Muladi, Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1992,

hlm.56

Page 43: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

26

undangan pidana di luar kodifikasi tidak dapat dihindarkan mengingat

pertumbuhan masyarakat terutama di bidang sosial dan ekonomi (di KUHP)

dalam buku keduanya memuat sebagian besar dari delik-delik berupa kejahatan,

sedang di buku ketiga dimuat sebagian kecil dari delik-delik berupa pelanggaran.

Undang-Undang Pidana Khusus adalah undang-undang pidana selain kitab

undang-undang hukum pidana yang merupakan induk peraturan hukum pidana.

Tindak Pidana Korupsi di Indonesia sangat kompleks dan sudah merambat ke

mana-mana dalam lapisan masyarakat pelaku tindak pidana korupsi tidak saja dari

kalangan pegawai negeri pada pejabat rendah tetapi sudah merambat pada

pengusaha, menteri, duta besar, dan lain-lain dalam semua tingkatan baik dari

kalangan eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Beberapa jenis tindak pidana

korupsi yaitu sebagai berikut:

1. Penggelapan

Tindak pidana korupsi penggelapan antara lain ditandai dengan adanya para

pelaku, seperti menggelapkan aset-aset harta kekayaan negara atau keuangan

negara untuk memperkaya dirinya sendiri atau orang lain.

2. Pemerasan

Tindak pidana korupsi pemerasan antara lain dengan ditandai adanya pelaku

seperti mamaksa seseorang secara melawan hukum yang berlaku agar

memberikan sesuatu barang atau uang kepada yang bersangkutan.

3. Penyuapan

Tindak pidana korupsi penyuapan antara lain ditandai adanya para pelaku,

seperti memberikan suap kepada oknum-oknum pegawai negeri agar si

Page 44: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

27

penerima suap memberikan kemudahan dalam pemberian izin, kredit Bank dll,

yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

4. Manipulasi

Tindak pidana korupsi manipulasi antara lain ditandai dengan para pelakunya

yang melakukan mark-up proyek pembangunan, SPJ, pembiayaan

gedung/kantor, pengeluaran anggaran fiktif.

5. Pungutan Liar

Tindak pidana korupsi pungutan liar antara lain ditandai dengan adanya para

pelaku yang melakukan pungutan liar di luar ketentuan peraturan. Umumnya,

pungutan liar ini dilakukan terhadap seseorang/korporasi jika ada kepentingan

atau berurusan dengan instansi pemerintah.

6. Kolusi dan Nepotisme

Yaitu pengangkatan sanak saudara, teman-teman atau kelompok politiknya

pada jabatan-jabatan dalam kedinasan aparat pemerintah tanpa memandang

keahlian dan kemampuan.26

Tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja

terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa

dan bernegara pada umumnya. Tindak Pidana Korupsi yang meluas dan sistematis

juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi

masyarakat, dan karena itu semua maka tindak pidana korupsi tidak lagi dapat

digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar

biasa, oleh karena itu diperlukan penegakan hukum yang komperehensif.

26

Eddy Mulyadi Soepardi, Memahami Kerugian Keuangan Negara sebagai Salah Satu Unsur

Tindak Pidana Korupsi, Yogyakarta: Ghalia Indonesia, 2009, hlm. 3

Page 45: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

28

C. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana

Seorang hakim dalam hal menjatuhkan pidana kepada terdakwa tidak boleh

menjatuhkan pidana tersebut kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat

bukti yang sah, sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak

pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya (Pasal

183 KUHAP). Alat bukti sah yang dimaksud adalah : a. Keterangan saksi; b.

Keterangan ahli; c. Surat; d. Petunjuk; e. Keterangan Terdakwa atau hal yang

secara umum sudah diketahui sehingga tidak perlu dibuktikan (Pasal 184

KUHAP).27

Pasal 185 Ayat (2) KUHAP menyebutkan bahwa keterangan seorang saksi saja

tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan

yang didakwakan kepadanya, sedangkan dalam Ayat 3 menyebutkan ketentuan

tersebut tidak berlaku apabila disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya

(unus testis nullus testis).28

Kekuasaan kehakiman merupakan badan yang menentukan dan kekuatan kaidah-

kaidah hukum positif dalam konkretisasi oleh hakim melalui putusannya.

Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang diciptakan

dalam suatu negara, dalam usaha menjamin keselamatan masyarakat menuju

kesejahteraan rakyat, peraturan-peraturan tersebut tidak ada artinya, apabila tidak

ada kekuasaan kehakiman yang bebas yang diwujudkan dalam bentuk peradilan

yang bebas dan tidak memihak, sebagai salah satu unsur Negara Hukum. Sebagai

pelaksana dari kekuasaan kehakiman adalah hakim, yang mempunyai kewenangan

27

Satjipto Rahardjo, Bunga Rampai Permasalahan Dalam Sistem Peradilan Pidana. Pusat

Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Jakarta. 1998. hlm. 11 28

Ibid.

Page 46: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

29

dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan hal ini dilakukan oleh

hakim melalui putusannya. Fungsi hakim adalah memberikan putusan terhadap

perkara yang diajukan, di mana dalam perkara pidana, hal itu tidak terlepas dari

sistem pembuktian negatif, yang pada prinsipnya menentukan bahwa suatu hak

atau peristiwa atau kesalahan dianggap telah terbukti, di samping adanya alat-alat

bukti menurut undang-undang juga ditentukan keyakinan hakim yang dilandasi

dengan integritas moral yang baik.29

Hakim pengadilan mengambil suatu keputusan dalam sidang pengadilan,

mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu:

1. Kesalahan pelaku tindak pidana

Hal ini merupakan syarat utama untuk dapat dipidananya seseorang. Kesalahan

di sini mempunyai arti seluas-luasnya, yaitu dapat dicelanya pelaku tindak

pidana tersebut. Kesengajaan dan niat pelaku tindak pidana harus ditentukan

secara normatif dan tidak secara fisik. Untuk menentukan adanya kesengajaan

dan niat harus dilihat dari peristiwa demi peristiwa, yang harus memegang

ukuran normatif dari kesengajaan dan niat adalah hakim.

2. Motif dan tujuan dilakukannya suatu tindak pidana

Kasus tindak pidana mengandung unsur bahwa perbuatan tersebut mempunyai

motif dan tujuan untuk dengan sengaja melawan hukum.

3. Cara melakukan tindak pidana

Pelaku melakukan perbuatan tersebut ada unsur yang direncanakan terlebih

dahulu untuk melakukan tindak pidana tersebut. Memang terdapat unsur niat di

dalamnya yaitu keinginan si pelaku untuk melawan hukum.

29

Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif, Jakarta: Sinar

Grafika, 2010, hlm. 103

Page 47: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

30

4. Riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi.

Riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi pelaku tindak pidana juga sangat

mempengaruhi putusan hakim dan memperingan hukuman pelaku.

5. Sikap batin pelaku tindak pidana

Hal ini dapat diidentifikasikan dengan melihat pada rasa bersalah, rasa

penyesalan dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut. Pelaku juga

memberikan ganti rugi atau uang santunan pada keluarga korban dan

melakukan perdamaian secara kekeluargaan.

6. Sikap dan tindakan pelaku sesudah melakukan tindak pidana

Pelaku dalam dimintai keterangan atas kejadian tersebut, ia menjelaskan tidak

berbelit-belit, ia menerima dan mengakui kesalahannya, karena hakim melihat

pelaku berlaku sopan dan mau bertanggungjawab, juga mengakui semua

perbuatannya dengan berterus terang dan berkata jujur.

7. Pengaruh pidana terhadap masa depan pelaku

Pidana juga mempunyai tujuan yaitu selain membuat jera kepada pelaku tindak

pidana, juga untuk mempengaruhi pelaku agar tidak mengulangi perbuatannya

tersebut, membebaskan rasa bersalah kepada pelaku, memasyarakatkan pelaku

dengan mengadakan pembinaan, sehingga menjadikannya orang yang lebih

baik dan berguna.

8. Pandangan masyarakat terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku

Dalam suatu tindak pidana masyarakat menilai bahwa tindakan pelaku adalah

suatu perbuatan tercela, jadi wajar saja kepada pelaku untuk dijatuhi hukuman,

agar pelaku mendapatkan ganjarannya dan menjadikan pelajaran untuk tidak

melakukan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Hal

Page 48: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

31

tersebut dinyatakan bahwa ketentuan ini adalah untuk menjamin tegaknya

kebenaran, keadilan dan kepastian hukum.30

Hakim yang bebas dan tidak memihak telah menjadi ketentuan universal. Ia

menjadi ciri Negara Hukum. Sistem yang dianut di Indonesia, pemeriksaan di

sidang pengadilan yang dipimpin oleh Hakim, hakim itu harus aktif bertanya dan

memberi kesempatan kepada pihak terdakwa yang diawali oleh penasihat

hukumnya untuk bertanya kepada saksi-saksi, begitu pula kepada penuntut umum.

Semua itu dengan maksud menemukan kebenaran materiil. Hakimlah yang

bertanggung jawab atas segala yang diputuskannya.31

Jaringan kerja (network) dalam sistem peradilan pidana akan terlihat dalam

penegakkan hukum pidana yang merupakan suatu rangkaian proses, terdiri dari

tahapan-tahapan, yaitu: (1) tahapan perumusan perbuatan-perbuatan yang dapat di

pidana, yang menjadi wewenang lembaga legislatif (kebijakan legislatif), (2)

tahapan penerapan/aplikatif yang menjadi wewenang lembaga yudikatif

(kebijakan yudikatif), dan (3) tahapan pelaksanaan/administratif yang menjadi

kewenangan lembaga legislatif (kebijakan legislatif).32

30

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,

PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001. hlm. 77 31

Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif, Sinar Grafika,

Jakarta, 2010. hlm. 112 32

Erna Dewi dan Firganefi, Sistem Peradilan Pidana Indonesia (Dinamika dan Perkembangan),

PKKPUU FH Unila. Bandar Lampung, 2013, hlm.15

Page 49: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

32

D. Teori Pemidanaan

Pidana adalah suatu hukuman sebab akibat, sebab adalah kasusnya dan akibat

adalah hukumannya, orang yang terkena akibat akan memperoleh sanksi baik

masuk penjara ataupun terkena hukuman lain dari pihak berwajib. Menurut

Sudarto yang dimaksud dengan pidana adalah penderitaan yang sengaja

dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-

syarat tertentu. Roeslan Saleh menyatakan bahwa pidana adalah reaksi atas delik,

dan ini berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpakan negara kepada

pembuat delik itu.

Perkembangan teori pemidanaan cenderung beranjak dari prinsip “menghukum”

yang berorientasi ke belakang (backward-looking) ke arah gagasan/ide

“membina” yang berorientasi ke depan (forward-looking). Menurut Saleh,

pergeseran orientasi pemidanaan disebabkan oleh karena hukum pidana berfungsi

dalam masyarakat. Dalam literatur berbahasa Inggris tujuan pidana biasa disingkat

dengan tiga R dan satu D. Tiga R ialah Reformation, Restraint, dan Retribution,

sedangkan satu D ialah Deterrence yang terdiri atas individual deterrence dan

general deterrence. Ada 3 golongan utama teori untuk membenarkan penjatuhan

pidana, yaitu:

1. Teori Absolut atau Teori Pembalasan

Teori ini memberikan statement bahwa penjatuhan pidana semata-mata karena

seseorang telah melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana. Pidana

merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada

orang yang telah melakukan kejahatan. Adapun yang menjadi dasar

Page 50: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

33

pembenarannya dari penjatuhan pidana itu terletak pada adanya kejahatan itu

sendiri, oleh karena itu pidana mempunyai fungsi untuk menghilangkan

kejahatan tersebut.

Menurut Johanes Andenaes, tujuan utama dari pidana adalah untuk memuaskan

tuntutan keadilan (to satesfy the claims of justice), sedangkan pengaruh-

pengaruh lainnya yang menguntungkan adalah hal sekunder. Jadi menurutnya

bahwa pidana yang dijatuhkan semata-mata untuk mencari keadilan dengan

melakukan pembalasan.33

Lebih lanjut Immanuel Kant, mengatakan bahwa pidana menghendaki agar

setiap perbuatan melawan hukum harus dibalas karena merupakan suatu

keharusan yang bersifat mutlak yang dibenarkan sebagai pembalasan. Oleh

karena itu konsekuensinya adalah setiap pengecualian dalam pemidanaan yang

bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu selain pembalasan harus

dikesampingkan.

Tokoh lain yang menganut teori absolut ini adalah Hegel, ia berpendapat

bahwa pidana merupakan suatu keharusan logis sebagai konsekuensi dari

adanya kejahatan. Kejahatan adalah pengingkaran terhadap ketertiban hukum

suatu negara yang merupakan perwujudan dari cita-cita susila, maka pidana

merupakan suatu pembalasan. Lebih lanjut Hegel mengatakan bahwa tindak

pidana itu harus ditiadakan dengan melakukan pemidanaan sebagai suatu

pembalasan yang seimbang dengan beratnya perbuatan yang dilakukan.34

33

Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Penerbit Alumni, Bandung, 2002, hlm. 11 34

Ibid, hlm. 10

Page 51: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

34

Hugo de Groot dengan mengikuti pendapat dari Phitagoras, menuliskan bahwa

kita tidak seharusnya menjatuhkan suatu pidana karena seseorang telah

melakukan kejahatan, akan tetapi untuk mencegah supaya orang jangan

melakukan kejahatan lagi.35

2. Teori Relatif atau Teori Tujuan

Menurut teori ini penjatuhan pidana bukanlah sekedar untuk melakukan

pembalasan atau pengimbalan. Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai

tetapi hanya sebagai sarana melindungi kepentingan masyarakat. Lebih lanjut

teori ini menjelaskan bahwa tujuan dari penjatuhan pidana adalah sebagai

berikut:

a. Teori menakutkan yaitu tujuan dari pidana itu adalah untuk menakut-

nakuti seseorang, sehingga tidak melakukan tindak pidana baik terhadap

pelaku itu sendiri maupun terhadap masyarakat (preventif umum).

b. Teori memperbaiki yaitu bahwa dengan menjatuhkan pidana akan

mendidik para pelaku tindak pidana sehingga menjadi orang yang baik

dalam masyarakat (preventif khusus).36

Sedangkan prevensi khusus, dimaksudkan bahwa pidana adalah pembaharuan

yang esensi dari pidana itu sendiri. Sedangkan fungsi perlindungan dalam teori

memperbaiki dapat berupa pidana pencabutan kebebasan selama beberapa

waktu. Dengan demikian masyarakat akan terhindar dari kejahatan yang akan

terjadi. Oleh karena itu pemidanaan harus memberikan pendidikan dan bekal

untuk tujuan kemasyarakatan.

35

Djoko Prakoso, Hukum Penitensir Di Indonesia, Armico, Bandung, 1988, hlm. 20 36

Ruslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia, Aksara Baru, Jakarta, 1983, hlm. 26.

Page 52: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

35

Selanjutnya Van Hamel yang mendukung teori prevensi khusus memberikan

rincian sebagai berikut:

a. Pemidanaan harus memuat suatu anasir yang menakutkan supaya si

pelaku tidak melakukan niat buruk.

b. Pemidanaan harus memuat suatu anasir yang memperbaiki bagi terpidana

yang nantinya memerlukan suatu reclessering.

c. Pemidanaan harus memuat suatu anasir membinasakan bagi penjahat

yang sama sekali tidak dapat diperbaiki lagi

d. Tujuan satu-satunya dari pemidanaan adalah mempertahankan tata tertib

hukum.37

Menurut pandangan modern, prevensi sebagai tujuan dari pidana adalah

merupakan sasaran utama yang akan dicapai sebab itu tujuan pidana

dimaksudkan untuk kepembinaan atau perawatan bagi terpidana, artinya

dengan penjatuhan pidana itu terpidana harus dibina sehingga setelah selesai

menjalani pidananya, ia akan menjadi orang yang lebih baik dari sebelum

menjalani pidana. 38

3. Teori Gabungan

Selain teori absolut dan teori relatif juga ada teori ketiga yang disebut teori

gabungan. Teori ini muncul sebagai reaksi dari teori sebelumnya yang kurang

dapat memuaskan menjawab mengenai tujuan dari pemidanaan. Tokoh utama

yang mengajukan teori gabungan ini adalah Pellegrino Rossi. Teori ini berakar

pada pemikiran yang bersifat kontradiktif antara teori absolut dengan teori

37

Djoko Prakoso, Op Cit, hlm. 23. 38

Ibid.

Page 53: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

36

relatif. Teori gabungan berusaha menjelaskan dan memberikan dasar

pembenaran tentang pemidanaan dari berbagai sudut pandang yaitu:

a. Dalam rangka menentukan benar dan atau tidaknya asas pembalasan,

mensyaratkan agar setiap kesalahan harus dibalas dengan kesalahan,

maka terhadap mereka telah meninjau tentang pentingnya suatu pidana

dari sudut kebutuhan masyarakat dan asas kebenaran.

b. Suatu tindak pidana menimbulkan hak bagi negara untuk menjatuhkan

pidana dan pemidanaan merupakan suatu kewajiban apabila telah

memiliki tujuan yang dikehendaki.

c. Dasar pembenaran dari pidana terletak pada faktor tujuan yakni

mempertahankan tertib hukum.39

Lebih lanjut Rossi berpendapat bahwa pemidanaan merupakan pembalasan

terhadap kesalahan yang telah dilakukan, sedangkan berat ringannya

pemidanaan harus sesuai dengan justice absolute (keadilan yang mutlak) yang

tidak melebihi justice sosial (keadilan yang dikehendaki oleh masyarakat),

sedangkan tujuan yang hendak diraih berupa:

a. Pemulihan ketertiban,

b. Pencegahan terhadap niat untuk melakukan tindak pidana (general

preventif),

c. Perbaikan pribadi terpidana,

d. Memberikan kepuasan moral kepada masyarakat sesuai rasa keadilan,

e. Memberikan rasa aman bagi masyarakat.40

39

Muladi, Op Cit, hlm. 19.

Page 54: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

37

Dengan demikian, teori gabungan ini berusaha memadukan konsep-konsep

yang dianut oleh teori absolut dan teori relatif. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa tujuan pemidanaan yaitu disamping penjatuhan pidana itu harus

membuat jera, juga harus memberikan perlindungan serta pendidikan terhadap

masyarakat dan terpidana.

Di samping teori-teori tersebut yang menjelaskan tentang tujuan pemidanaan,

dapat pula kita temukan dalam konsep Rancangan K.U.H.Pidana baru (konsep

tahun 2006) pada Pasal 54 ayat (1) tersebut menyebutkan:

a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma

hukum dan pengayoman masyarakat.

b. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga

menjadi orang yang baik dan berguna.

c. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana,

memulihkan keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai dalam

masyarakat, dan

d. membebaskan rasa bersalah pada terpidana;

sedangkan pada ayat (2) disebutkan juga bahwa pemidanaan tidak

dimaksudkan untuk menderitakan dan merendahkan matabat manusia. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa yang tercantum di dalam Rancangan KUHP

merupakan penjabaran teori gabungan dalam arti luas. Ia meliputi usaha

prevensi, koreksi, kedamaian dalam masyarakat dan pembebasan rasa bersalah

pada terpidana.

40

Ibid.

Page 55: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

38

E. Kerugian Negara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kata rugi, kerugian dan

merugikan sebagai berikut:

„kata”rugi”(1) adalah kurang dari harga beli atau modalnya (2) kurang dari modal,

(3)‟rugi” adalah, tidak mendapatkan faedah (manfaat), tidak beroleh sesuatu yang

berguna, “kerugian” adalah menanggung atau menderita rugi, sedangkan kata

“merugikan” adalah mendatangkan rugi kepada..., sengaja menjual lebih rendah

dari harga pokok.”

Pengertian kerugian sebagai “hilang, kekurangan atau berkurangnya”, selanjutnya

diimpelementasikan kedalam rumusan keuangan negara Pasal 1 dan pasal 2

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 200341

maka rumusan “kerugian keuangan

negara” akan menjadi rumusan sebagai berikut:

Hilang atau berkurangnya hak dan kewajiban negara yang nyata dan pasti dapat

dinilai dengan uang, akibat perbuatan sengaja melawan hukum dalam bentuk:

a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan

melakukan pinjaman;

b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan

negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

c. Penerimaan negara dan pengeluaran negara;

d. Penerimaan daerah dan pengeluaran daerah;

41

Hernold Ferry Makawimbang, Memahami Menghindari Perbuatan Merugikan Keuangan

Negara Dalam Tindak Pidana Korupsi dan Pencucian Uang, Thafa Media, Yogyakarta 2015, hlm.

43.

Page 56: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

39

e. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain

berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat

dinilai dengan termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan

negara/perusahaan daerah.42

Pengembalian Kerugian Negara sebagaimana sudah kita ketahui dalam Pasal 2

dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, bahwa salah satu unsur dari

Tindak Pidana Korupsi adalah dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara. Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999,

pengembalian kerugian keuangan negara atau perekonomian negara tidak

menghapus pidananya pelaku tindak pidana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999. Oleh karena itu, bila pelaku Tindak

Pidana Korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 telah memenuhi

unsur/elemen pasal dimaksud, maka pengembalian kerugian keuangan negara atau

perekonomian negara tidak menghapuskan pidana terhadap pelaku tindak pidana

tersebut.

Dengan demikian, pengembalian kerugian keuangan negara atau perekonomian

negara hanya merupakan salah satu alasan meringankan hukuman (clementie)

saja. Sementara sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

banyak kasus korupsi yang apabila kerugian keuangan negara telah dikembalikan

atau kerugian perekonomian negara telah dikembalikan, maka tindak pidananya

dianggap telah hilang.43

42

Ibid, hlm.44 43

Darwan Prints, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2002,

hlm. 62.

Page 57: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

40

Pidana tambahan (Pasal 10 huruf b KUHP) terdiri dari pencabutan hak-hak

tertentu (Pasal 35 KUHP) seperti :

a. Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan yang tertentu;

b. Hak memasuki Tentara Nasional;

c. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-

aturan umum;

d. Hak menjadi penasihat (readsman) atau pengurus menurut hukum, hak menjadi

wali, wali pengawas, pengampu atau pengampu pengawas atas anak yang

bukan anak sendiri.

e. Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian atau pengampuan

atas anak sendiri.

f. Hak menjalankan pekerjaan yang ditentukan.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi mengatur ketentuan lain tentang Pidana Tambahan tersebut yang diatur

dalam Pasal 18 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tersebut.

Adapun hukuman tambahan itu dapat berupa :

1. Perampasan barang bergerak yang terwujud atau tidak berwujud, atau barang

tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana

korupsi termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi

dilakukan begitu pula harga dari barang yang menggantikan barang tersebut;

2. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama

dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi tersebut;

3. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk paling lama 1 (satu) tahun;

Page 58: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

41

4. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh

atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh

Pemerintah kepada Terpidana;

5. Dalam hal Terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu

1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan (Pasal 18 ayat (2)) yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh

Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. Dalam hal

Terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar

uang pengganti (Pasal18 ayat (3)), maka dipidana penjara lamanya tidak

melebihi ancaman maksimum dari pidana pokonya sesuai Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam

putusan pengadilan.

Tindak Pidana Korupsi yang Merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian

Negara Diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 yang menyebutkan:

“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan

pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)

tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.

1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.

Unsur-unsurnya :

1. Pelaku (manusia dan korporasi).

2. Melawan hukum.

3. Memperkaya diri sendiri atau orang lain.

4. Dapat merugikan negara atau perekonomian negara

Page 59: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

42

Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 Setiap orang yang dengan tujuan menguntungan

diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,

kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang

dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan

pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling

lama 20 (dua puluh) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Unsur-unsurnya :

1. Pelaku (manusia dan korporasi).

2. Menguntungkan diri sendiri, orang lain, pelaku, atau korporasi.

3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada

padanyakarena jabatan atau kedudukan.

4. Merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara.

F. Keadilan Substantif

Keadilan menurut Barda Nawawi Arief adalah perlakuan yang adil, tidak berat

sebelah, tidak memihak dan berpihak kepada yang benar. Keadilan menurut kajian

filsafat adalah apabila dipenuhi dua prinsip, yaitu: pertama tidak merugikan

seseorang dan yang kedua, perlakuan kepada tiap-tiap manusia apa yang menjadi

haknya. Jika kedua prinsip ini dapat dipenuhi barulah itu dikatakan adil. Keadilan

legal yaitu perlakuan yang sama terhadap semua orang sesuai dengan hukum yang

berlaku. Itu berarti semua orang harus dilindungi dan tunduk pada hukum yang

ada secara tanpa pandang bulu. Keadilan dalam konteks hukum menyangkut

hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan negara. Intinya

adalah semua orang atau kelompok masyarakat diperlakukan secara sama oleh

Page 60: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

43

negara dihadapan dan berdasarkan hukum yang berlaku. Semua pihak dijamin

untuk mendapatkan perlakuan yang sama sesuai dengan hukum yang berlaku.44

Keadilan menyangkut hubungan horizontal antara warga yang satu dengan warga

yang lain. Dengan demikian peranan keadilan dan nilai-nilai di dalam masyarakat

harus dipertahankan untuk menetapkan kaedah hukum apabila diharapkan kaedah

hukum yang diciptakan itu dapat berlaku efektif. Berhasil atau gagalnya proses

pembaharuan hukum ditentukan oleh pelembagaan hukum dalam masyarakat.45

Pada praktiknya, pemaknaan keadilan dalam penanganan sengketa-sengketa

hukum ternyata masih dapat diperdebatkan. Banyak pihak merasakan dan menilai

bahwa lembaga pengadilan kurang adil karena terlalu syarat dengan prosedur,

formalistis, kaku, dan lamban dalam memberikan putusan terhadap suatu

sengketa. Faktor tersebut tidak lepas dari cara pandang hakim terhadap hukum

yang kaku dan normatif-prosedural dalam melakukan konkretisasi hukum.46

Ide keadilan mengandung banyak aspek dan dimensi, yaitu keadilan hukum,

keadilan ekonomi, keadilan politik dan bahkan keadilan sosial. Memang benar,

keadilan sosial tidak identik dengan keadilan ekonomi atau pun keadilan hukum.

Bahkan keadilan sosial juga tidak sama dengan nilai-nilai keadilan yang

diimpikan dalam falsafah kehidupan yang biasa dikembangkan oleh para filosof.

Namun, ujung dari pemikiran dan impian-impian tentang keadilan itu adalah

keadilan aktual dalam kehidupan nyata yang tercermin dalam struktur kehidupan

kolektif dalam masyarakat. Artinya, ujung dari semua ide tentang kadilan hukum

dan keadilan ekonomi adalah keadilan sosial yang nyata. Karena itu, dapat

44

Sudarto, Op Cit. hlm. 64 45

Barda Nawawi, Op Cit, hlm. 23 46

Ibid.

Page 61: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

44

dikatakan bahwa konsep keadilan sosial itu merupakan simpul dari semua dimensi

dan aspek dari ide kemanusiaan tentang keadilan. Istilah keadilan sosial tersebut

terkait erat dengan pembentukan struktur kehidupan masyarakat yang didasarkan

atas prinsip-prinsip persamaan (equality) dan solidaritas. Dalam konsep keadilan

sosial terkandung pengakuan akan martabat manusia yang memiliki hak-hak yang

sama yang bersifat asasi.47

Keadilan substantif dimaknai keadilan yang diberikan sesuai dengan aturan-aturan

hukum substantif, dengan tanpa melihat kesalahan-kesalahan prosedural yang

tidak berpengaruh pada hak-hak substantif penggugat. Ini berarti bahwa apa yang

secara formal prosedural benar bisa saja disalahkan secara materiil dan

substansinya melanggar keadilan. Demikian sebaliknya, apa yang secara formal

salah bisa saja dibenarkan jika secara materiil dan substansinya sudah cukup adil

(hakim dapat menoleransi pelanggaran prosedural asalkan tidak melanggar

substansi keadilan). Dengan kata lain, keadilan substansif bukan berarti hakim

harus selalu mengabaikan bunyi undang-undang. Melainkan, dengan keadilan

substantif berarti hakim bisa mengabaikan undang-undang yang tidak memberi

rasa keadilan, tetapi tetap berpedoman pada formal-prosedural undang-undang

yang sudah memberi rasa keadilan sekaligus menjamin kepastian hukum.48

47

Jimly Asshidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Jakarta, Sinar Grafika, 2010,hlm. 3 48

Ibid, hlm. 65

Page 62: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

45

III.METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya.49

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara

pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris.

1. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan mempelajari, melihat dan

menelaah mengenai beberapa hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-

asas hukum, konsepsi, pandangan, doktrin-doktrin hukum, peraturan hukum

dan sistem hukum yang berkenaan dengan permasalahan penelitian ini.

Pendekatan masalah secara yuridis normatif dimaksudkan untuk memperoleh

pemahaman tentang pokok bahasan yang jelas mengenai gejala dan objek yang

sedang diteliti yang bersifat teoritis berdasarkan atas kepustakaan dan literatur

yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Penelitian ini

bukanlah memperoleh hasil yang dapat diuji melalui statistik, tetapi penelitian

ini merupakan penafsiran subjektif yang merupakan pengembangan teori-teori

dalam kerangka penemuan ilmiah.

49

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta. 1983, hlm. 43

Page 63: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

46

2. Pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk mempelajari hukum dalam

kenyataan atau berdasarkan fakta yang didapat secara objektif di lapangan,

baik berupa pendapat, sikap dan perilaku aparat penegak hukum yang

didasarkan pada identifikasi hukum dan efektifitas hukum.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah tempat dari mana data tersebut diperoleh. Adapun sumber dan

jenis data yang akan dipergunakan dalam penulisan skripsi ini terbagi atas dua

yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber pertama.50

Dengan begitu data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan

wawancara kepada narasumber untuk memperoleh informasi dan data yang

dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang dibahas.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang berasal dari hasil penelitian kepustakaan

dengan melalui studi peraturan perundang-undangan, tulisan atau makalah-

makalah, buku-buku, dokumen, arsip, dan literatur-literatur dengan

mempelajari hal-hal yang bersifat teoritis, konsep-konsep dan pandangan

mempelajari hal-hal yang bersifat teoritis, konsep-konsep, pandangan-

pandangan, doktrin, asas-asas hukum, serta bahan lain yang berhubungan dan

menunjang dalam penulisan skripsi ini.

50

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali Press. 1984. hlm. 12

Page 64: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

47

Data sekunder dalam penulisan skripsi ini terdiri dari bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

a. Bahan Hukum Primer, adalah berupa perundang-undangan yang terdiri dari:

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo. Undang-Undang Nomor 73

Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana.

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana.

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara

yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

5. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

Republik Indonesia.

b. Bahan Hukum Sekunder, adalah bahan hukum yang berhubungan dengan

bahan hukum primer, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015

tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

c. Bahan Hukum Tersier, bersumber dari bahan-bahan hukum yang dapat

membantu pemahaman dalam menganalisa serta memahami permasalahan,

seperti literatur, kamus hukum dan sumber lain yang sesuai.

Page 65: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

48

C. Penentuan Narasumber

Penelitian ini membutuhkan narasumber sebagai sumber informasi untuk

memberikan penjelasan terkait dengan permasalahan yang dibahas.

Narasumber penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hakim Tipikor pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang = 1 orang

2. Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung = 1 orang

3. Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila = 1 orang+

Jumlah = 3 orang

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka dan studi

lapangan:

a. Studi pustaka (library research), adalah pengumpulan data dengan

menelaah, mengutip bahan kepustakaan dan melakukan pengkajian

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan bahasan.

b. Studi lapangan (field research), dilakukan sebagai usaha mengumpulkan

data secara langsung di lapangan penelitian guna memperoleh data yang

dibutuhkan. Studi lapangan dilaksanakan dengan wawancara (interview),

yaitu mengajukan tanya jawab kepada narasumber penelitian dengan

menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan.

2. Pengolahan Data

Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data

lapangan atau data empirik, sehingga data yang diperoleh dapat mempermudah

permasalahan yang diteliti. Pengolahan data meliputi tahapan sebagai berikut:

Page 66: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

49

a. Seleksi Data, data yang terkumpul kemudian diperiksa untuk mengetahui

kelengkapan data, selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan

yang diteliti.

b. Klasifikasi Data, penempatan data menurut kelompok-kelompok yang telah

ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan

dan akurat untuk kepentingan penelitian.

c. Sistematisasi Data, penempatan data yang saling berhubungan dan

merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada sub pokok bahasan

sesuai sistematika yang ditetapkan untuk mempermudah interpretasi data.

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan cara

dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang mudah dibaca

dan dimengerti untuk diinterpretasikan dan ditarik kesimpulan guna menjawab

permasalahan penelitian. Analisis data dilakukan secara deskripstif kualitatif,

artinya hasil penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian

kalimat yang mudah dibaca, dimengerti untuk diinterpretasikan dan ditarik

kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan secara induktif, yaitu menarik

kesimpulan berdasarkan hal-hal yang bersifat khusus lalu disimpulkan secara

umum dan selanjutnya dari berbagai kesimpulan tersebut dapat diajukan saran.

Page 67: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana bagi pelaku yang

mengembalikan kerugian negara pada tindak korupsi dalam Putusan Nomor:

56/PID.SUS-TPK/2014/PN.TJK terdiri dari hal yang meringankan dan

memberatkan. Hal yang meringankan terdiri dari terdakwa yang masih

mempunyai tanggungan keluarga, dan belum pernah di hukum sebelumnya,

sedangkan hal yang memberatkan adalah bahwasannya perbuatan terdakwa

bertentangan dengan program pemerintah untuk menciptakan Aparatur Negara

yang bebas dari praktek KKN.

Majelis hakim juga mempertimbangkan terdakwa yang telah mengembalikan

kerugian keuangan negara. Sehingga hakim menjatuhkan pidana yaitu penjara

selama 1 (satu) tahun, denda sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

subsider pidana kurungan selama 2 (dua) bulan dan pidana tambahan berupa

uang pengganti sebesar Rp.576.095.852,- (lima ratus tujuh puluh enam juta

sembilan puluh lima ribu delapan ratus lima puluh dua rupiah),dengan

ketentuan apabila tidak dibayar dalam tenggang waktu 1 (satu) bulan, maka

Page 68: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

84

harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang

pengganti tersebut dan dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang

mencukupi untuk membayar uang pengganti, dipidana dengan pidana penjara

selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan. Putusan tersebut telah memenuhi

teori keseimbangan antara kesalahan terdakwa, ketentuan undang-undang, serta

hukuman yang dijatuhkan kepada terdakwa.

2. Putusan hakim terhadap pelaku tindak pidana korupsi dalam Putusan Nomor:

56/PID.SUS-TPK/2014/PN.TJK sudah memenuhi rasa keadilan substantif.

Akan tetapi, menurut penulis putusan tersebut belum memenuhi rasa keadilan

di masyarakat, karena walaupun terdakwa telah mengembalikan kerugian

negara yang ditimbulkan, akan tetapi hakim sebaiknya tidak serta merta

menjatuhi pidana minimal terhadap terdakwa, karena dikhawatirkan hal

tersebut akan berdampak pada rasa kepercayaan masyarakat terhadap

penegakan hukum di Indonesia. Sebagai perbandingan pada kasus pencurian 2

batang pohon jati yang dilakukan oleh Nenek Asyani di Situbondo. Nenek

Asyani dijatuhi pidana 1 tahun penjara dengan masa percobaan 1 tahun 3 bulan

dan denda Rp. 500.000.000,- subsider 1 hari hukuman percobaan.Sanksi pidana

diberikan sesuai dengan berat dan ringannya kesalahan yang dilakukan, oleh

karena tindak pidana korupsi merupakan yang kejahatan luar biasa sudah

seharusnya pemidanaan nya juga harus secara luar biasa, sehingga tidak

bertentangan dengan rasa keadilan masyarakat yang mengharapkan

pemberantasan tindak pidana korupsi.

Page 69: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

85

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Majelis hakim yang menangani tindak pidana korupsi di masa yang akan

datang diharapkan untuk lebih konsisten mengemban amanat pemberantasan

tindak pidana korupsi, dengan cara lebih cermat dan tepat dalam menjatuhkan

putusan terhadap pihak-pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam terjadinya atau mempermudah terlaksananya tindak pidana

tersebut sesuai dengan berat atau ringannya kesalahan yang dilakukan oleh

pelaku.

2. Hakim diharapkan untuk lebih meningkatkan sanksi pidana yang akan

dijatuhkan, mengingat tindak pidana korupsi adalah tindak pidana luar biasa

yang memerlukan penanganan yang luar biasa pula, walaupun pelaku telah

mengembalikan kerugian keuangan negara yang ditimbulkan.

Page 70: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

DAFTAR PUSTAKA

Referensi buku-buku:

Asshidiqie, Jimly. 2010. Konstitusi dan Konstitusionalisme. Jakarta: Sinar

Grafika.

Dewi, Erna dan Firganefi. 2013. Sistem Peradilan Pidana Indonesia (Dinamika

dan Perkembangan). Bandar Lampung: PKKPUU FH Unila.

Harahap, M.Yahya 2005. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP.

Jakarta: Sinar Grafika.

Kartanegara, Satochid. 1998. Hukum Pidana Bagian Satu. Jakarta:

Balai Lektur Mahasiswa.

Lexy J. Moleong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Moeljanto. 1993. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum

Pidana. Jakarta: Bina Aksara.

Muladi. 2002. Lembaga Pidana Bersyarat. Bandung: Penerbit Alumni.

Mulyadi, Lilik. 2007. Hukum Acara Pidana. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

----------. 2010. Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana, Teori, Praktik,

Teknik Penyusunan dan Permasalahannya. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Nawawi Arief, Barda. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan

Penanggulangan Kejahatan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

---------- dan Muladi. 1992. Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung: Alumni.

Prakoso, Djoko. 1988. Hukum Penitensir Di Indonesia. Bandung: Armico.

Rahardjo, Satjipto. 1998. Bunga Rampai Permasalahan Dalam Sistem Peradilan

Pidana. Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum

Jakarta.

Page 71: ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM …digilib.unila.ac.id/25506/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 . ABSTRAK ... ANALISIS

Reksodiputro, Mardjono. 1994. Sistem Peradilan Pidana Indonesia (Melihat

Kejahatan dan Penegakan Hukum dalam Batas-Batas Toleransi). Jakarta:

Pusat Keadilan dan Pengabdian Hukum.

Rifa’i, Ahmad. 2010. Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum

Progresif. Jakarta: Sinar Grafika.

Saleh, Ruslan. 1983. Stelsel Pidana Indonesia. Jakarta: Aksara Baru.

Soekanto, Soerjono. 1984. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali Press.

----------. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

Soepardi, Eddy Mulyadi. 2009. Memahami Kerugian Keuangan Negara sebagai

Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi. Yogyakarta: Ghalia Indonesia.

Sudarto. 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana. Bandung: Penerbit Alumni.

Syed Husein Alatas. 1983. Sosiologi Korupsi, Sebuah Penjelajahan Dengan Dara

Kontemporer. Jakarta: LP3ES.

Undang-undang terkait:

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun

1958 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang - Undang Nomor 81 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman

Pelaksanaan KitabUndang-Undang Hukum Acara Pidana

Internet:

http://www.lexregis.com/?menu=news&idn=411