analisis 5c (character, capacity, capital, collateral, …repository.uinjambi.ac.id/1908/1/skripsi...
TRANSCRIPT
ANALISIS 5C (CHARACTER, CAPACITY, CAPITAL, COLLATERAL,
CONDITION OF ECONOMY) PADA PEMBIAYAAN USAHA MIKRO KECIL
MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN SAROLANGUN (STUDY KASUS
BNI SYARIAH KCP SINGKUT)
SKRIPSI
ROSITA
NIM: EES.150850
PEMBIMBING
Dr.M. NAZORI MAJID, S,Ag.,M.SI
BAMBANG KURNIAWAN, S.P.,M.E
PROGRAM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
MOTTO
Artinya:
“Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. At-Taubah [9]:105).
iv
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah..Alhamdulillah..alhamdulillahhirobbil’alamin
Rasa Syukur Yang Mendalam Atas Kehadirat Allah SWT Karena Berkatnya Lah Saya Dapat Menyelesaikan Skripsi Saya Dengan Baik.Tidak Lupa Pula Aku Panjatkan Shalawat Beriring Salam Kuhadiahkan Untuk Rosulullah SAW.
Skripsi ini ku persembahkan untuk kedua orang tua ku
Ibu yang sangat aku cintai Rohaeti yang telah mendidik ku dari kecil dan ayah yang sangat aku sayangi Suharna yang selalu berjuang untuk keluarga tanpa kenal lelah.
Untuk abangku (Mulyana, Hendra, Erwin) dan untuk kakak iparku (Maryatun, Evi, Sumiati) kemudian teruntuk adek ku tersayang (Sesi Susanti) terimakasih untuk
support kalian selama ini.
Serta untuk keluarga besar ku yang paling aku sayangi
Untuk sahabat-sahabat ku Melyna, Isti’anah, Leni, Aryanti, Rosdiana, Putri Rahayu
yang selalu support dan membantu dalam semua hal.
Untuk keluarga RKPH (Anah, Ayuni, Elita, Ella, Izza, dan yang lainnya)
Semoga allah melimpahkan pahala yang berlipat ganda Dan semoga allah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada mereka semua.
Amin Ya Robbal’alamin.
v
ABSTRAK
Rosita, EES150850, Analisi 5C (character,capacity,capital,collateral,condition of
economy) pada pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Sarolangun (Study Kasus BNI Syariah KCP Singkut).
Analisis 5C yaitu character, capacity, capital, collateral, condition of
economy merupakan analisis yang digunakan untuk melihat layak atau
tidaknya calon nasabah untuk di berikan pembiayaan. UMKM merupakan
usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dijalankan oleh perorangan atau
badan usaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis 5C yaitu
character, capacity, capital, collateral, condition of economy pada
pembiayaan UMKM di Desa Pasar Singkut. Jenis penelitian yang
digunakan yaitu kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dengan cara
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subyek penelitian terdiri dari 6
orang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di peroleh hasil dan
kesimpulan sebagai berikut: pertama dalam penerapan analisis 5C, yaitu
character, capacity, capital, collateral, condition of economy pada pemilik
usaha pabrik tahu dan pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut sudah
diterapkan, hal ini di buktikan pada saat melakukan pembiayaan pihak
pemilik usaha di tanya tentang kepribadian dari pemilik usaha,
kemampuan dalam mengelola usahanya, persediaan barang yang
merupakan bagian dari modal, angunan yang merupakan dari jaminan dan
prospek usaha kedepannya. Kedua Kendala dalam penerapan analisis 5C
pada pemberian pembiayaan UMKM di Desa Pasar Singkut masih sering
terjadi. Tidak tepatnya dalam membayar angusaran, belum bisa mengikuti
kemajuan teknologi, nilai jaminan lebih kecil dari dana yang di ajukan.
Ketiga Peranan analisis 5C yang dimana Character, Capacity, Capital,
Collateral, Condition Of Economy digunakan untuk melihat bahwa
UMKM di Desa Pasar Singkut tidak layak diberikan pembiayaan, karena
tidak bisa memenuhi analisis character, capacity, dan collateral.
Kata kunci: penerapan prinsip 5C, kendala prinsip 5C, peranan analisis 5C.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-nya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dan tidak lupa shalawat
beriring salam saya panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini diberi judul “Analisi 5C (Character, Capacity, Capital,
Collateral, Condition Of Economy) Pada Pembiayaan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) Di Kabupaten Sarolangun” (Study Kasus BNI Syariah
KCP Singkut).
Adapun tujuan dari penyusunaan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir
yang merupaka syarat untuk meraih gelar Sarjana Strata Satu (S. 1) dalam jurusan
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi. Dalam penyelesaian Skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan
rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data maupun dalam
penyusunaannya. Berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, Terutama dari
Bapak Dr. Nazori Majid, S.Ag.,M.Si dan Bapak Bambang Kurniawan, SP.,M.E
selaku pembimbing I dan II. Hal yang pantas menulis ucapkan adalah kata
terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi
ini. Serta kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Subhan, M.EI. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam UIN STS Jambi.
vii
2. Ibu Dr. Rafida, SE., M.EI, Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE., ME, Ibu Dr.
Halimah Dja’far, M.Fil.I, Selaku Wakil Dekan I, II, dan III di Lingkungan
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
3. Bapak Dr. Sucipto, S.Ag., MA. Dan Ibu G.W.I Awal Habibah, M.E.Sy
selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
4. Bapak dan Ibu Dosen, dan seluruh Civitas Akademik Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
5. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunaan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Disamping itu, disadarikan bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT
kita memohan ampunaan-Nya, dan kepada manusia kita mohon kemaafannya.
Semoga amal kebaikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Jambi, 22 Mei 2019
ROSITA
EES 150850
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................................... i
NOTA DINAS .................................................................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................................... iii
MOTTO .............................................................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................................. 9
E. Batasan Masalah................................................................................................................. 9
F. Kerangka Teori .................................................................................................................. 10
G. Kerangka Pemikiran ........................................................................................................ 38
H. Tinjauan pustaka ............................................................................................................... 39
BAB II. METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat Penelitian ...................................................................................... 42
B. Pendekatan Penelitian ...................................................................................................... 42
C. Jenis Dan Sumber Data ................................................................................................... 43
D. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................................................... 43
E. Teknik Analisis Data ....................................................................................................... 45
ix
BAB III. GAMBAR UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah kec. Singkut kab. Sarolangun ........................................................................ 47
B. Visi Misi UMKM Desa Pasar Singkut ....................................................................... 48
C. Struktur pemilik pabrik Desa Pasar Singkut ............................................................. 49
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Penerapan Analisis 5C Pada Pembiayaan UMKM Di Desa Pasar Singkut....53
B. Kendala yang terjadi pada pembiayaan UMKM di Desa Pasar Singkut ........ 60
C. Peranan analisis 5C pada pembiayaan pada UMKM di Desa PasaSingkut ... 63
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 67
B. Saran ................................................................................................................................... 68
C. Kata penutup .................................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah pembiayaan UMKM di Kabupaten Sarolangun ........................ 3
Tabel 2. Jumlah Pembiayaan yang diterima UMKM Singkut .............................. 5
Tabel 3. Jumlah pendapatan UMKM Desa Pasar Singkut .................................... 6
Tabel 4. Jumlah pabrik di Desa Pasar Singkut .......................................................... 7
Tabel 5. Jenis UMKM ...................................................................................................... 48
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur pemilik pabrik di Desa Pasar Singkut ......................... 49
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UMKM merupakan salah satu sektor perekonomian yang menempati
posisi yang strategis untuk mempercepat perubahan struktur dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.1 Adapun UMKM diatur dalam Undang-
Undang No. 20 Tahun 2008 yang berbunyi UMKM adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha.2
Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi yang dimana masyarakatnya
memiliki usaha di bidang UMKM, adapun perkembangan UMKM di kota Jambi
dari tahun ke tahun semakin meningkat ini di lihat dengan semakin banyaknya
UMKM yang berkembang di provinsi Jambi. Adapun jumlah UMKM di Provinsi
Jambi sebanyak 98.105 UMKM.3 Namun UMKM memiliki Masalah yang sering
dihadapi yaitu masalah finansial.
Terdapat dua masalah dalam kegiatan UMKM yakni aspek finansial
(mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja) dan finansial jangka panjang
1 Ratih Tresnati, Neni Sri Imaniyati Tasya Aspiranti, Kajian Faktor-Faktor Penghambat Akses Kredit Industri Kecil Dan Produk Tekstil Di Kabupaten Bandung, Jurnal: Issn 2089-3590, 2010, hlm. 253.
2 Y Sri Susilo, “Peran Perbankan Dalam Pembiayaan Di Provinsi Diy”, Jurnal: Keungan
Dan Perbankan, Vol. 14, No. 3, 2010. hlm.468.
3 Badan Pusat Statistik
1
2
untuk investasi yang sangat di perlukan demi pertumbuhan output jangka
panjang.4 Bagaimana pun tidak dapat di pungkiri bahwa berkembangnya UMKM
di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya Sumber Daya Manusia (SDM),
Pemasaran, dan Pembiayaan. Dalam faktor pembiayaan terdapat beberapa
masalah yang menjadi faktor berkembangnya UMKM diantaranya modal.
Modal yang lemah tidak akan mampu membangun usaha bagi pedagang
kecil dan tidak akan mampu mengembangkan usahanya tersebut, karena modal
merupakan kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh
perusahaan.5 Berkaitan dengan masalah modal, UMKM membutuhkan dukungan
pembiayaan dari lembaga perbankan.
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan deficit unit.6 Adapun penyaluran dana yang di berikan oleh bank
kepada pengusaha yaitu berupa pembiayaan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah.
Berikut ini disajikan tabel jumlah data yang menerima pembiayaan UMKM di
Kabupaten Sarolangun tahun 2013-2017.
4 Dewi Anggraini, “Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi Pengembangan UMKM Di
Kota Medan (Studi Kasus BANK BRI)”, Jurnal: Ekonomi dan Keuangan Vol, 1, No. 3, 2013. hlm. 110.
5 Ni Wayan Ana Purnamayanti Dkk, “ Pengaruh Pemberian Kredit dan Modal Terhadap Pendapatan UKM”, Jurnal: Manajemen, Vol. 2, Tahun 2014, hlm. 2.
6 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), hlm. 160.
3
Tabel. 1
Jumlah Pembiayaan UMKM di Kabupaten Sarolangun
(Dalam Juta Rupiah)
Tahun 2013-2017
No Tahun Dana Pembiayaan
UMKM
1 2013 585.707
2 2014 578.703
3 2015 566.054
4 2016 587.707
5 2017 639.763
Jumlah 2.957.934
Sumber Data: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi
Berdasarkan tabel di atas Kabupaten Sarolangun memiliki jumlah data
pembiayaan yang turun naik yaitu, pada tahun 2013-2015 mengalami penurunan
kemudian dari tahun 2016-2017 mengalami kenaikan, dengan begitu dana yang di
dapatkan oleh pihak UMKM di Kabupaten Sarolangun setiap tahunnya sedikit
sehingga bisa berakibat pada perkembangan UMKM itu sendiri. Kabupaten
Sarolangun merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi UMKM yang
patut di kembangkan namun pembiayaan yang di dapatkan oleh pihak UMKM
dari bank untuk memberikan pembiayaan kepada UMKM tersebut kurang, hal itu
terjadi karena kurangnya kepercayaan dari pihak bank dalam memberikan
pembiayaan, sehingga berdampak terhadap perkembangan UMKM itu sendiri.
UMKM itu sendiri memiliki masalah pada terbatasnya modal yang dimiliki.
4
Keterbatasan modal ini disebabkan oleh sulitnya UMKM dalam
mengakses lembaga keuangan formal bank. Sedangkan tambahan modal dari
pihak bank merupakan pendukung yang sangat penting bagi UMKM untuk dapat
bertahan dan kemudian meningkatkan skala usahanya.7
Berdasarkan penelitian terdahulu Ratih Tresnati dkk, kesulitan
UMKM untuk mengakses lembaga keuangan bank disebabkan pada umumnya
UMKM tidak dapat memenuhi analisis 5C yang diminta oleh bank. Adapun
analisis 5C itu terdiri dari character, capacity, capital, colleteral, condition of
economy.8 Habib Nur Fatahillah, dalam menilai serta dalam mengetahui layak
atau tidaknya pemberian pembiayaan mikro yang akan diberikan kepada calon
nasabah menggunakan prinsip 5C yang terdiri atas character, capacity, capital,
condition of economy, collateral.9 Alif Rodliya Wahid, Dalam melakukan
penilaian permohonan pembiayaan diperlukan prinsip analisis pembiayaan. Dalam
lembaga keuangan, prinsip penilaian dikenal dengan prinsip 5C. Prinsip ini
meliputi character, capacity, capital, collateral dan condition of economy.10
Singkut merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Sarolangun yang
mengajukan pembiayaan UMKM terhadap salah satu lembaga keuangan yang
7 Ratih Tresnati, Neni Sri Imaniyati Tasya Aspiranti, “Kajian Faktor-Faktor Penghambat
Akses Kredit Industri Kecil Dan Produk Tekstil Di Kabupaten Bandung”, Jurnal: Issn 2089-3590, 2010, hlm. 254.
8 Ibid, hlm. 254.
9 Habib Nur Fatahillah, “Implementasi Prinsip 5C Pada Pembiayaan Mikro Di Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Pemalang”, skripsi: jurusan manajemen perbankan syariah,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Purwokerto, 2018, hlm. 5.
10 Dwi Retno Rahayu, “Implementasi Prinsip 5c Dalam Pembiayaan Mudharabah Di KSPPS Arthamadina Batang”, skripsi: jurusan perbankan syariah, fakultas ekonomi dan bisnis islam, UIN walisongo, 2018, hlm. 7.
5
berada di Kecamatan Singkut. Berikut ini di sajikan tabel jumlah pembiayaan
yang di terima oleh UMKM di Kecamatan Singkut.
Tabel 2.
Jumlah Pembiayaan yang di terima UMKM Singkut
No Jenis UMKM Pembiayaan
1. Usaha Mikro 50 juta
2. Usaha Kecil 100 juta
3. Usaha Menengah 200 juta
Sumber data: Wawancara Pemilik UMKM di Kecamatan Singkut
Berdasarkan tabel diatas setiap jenis Usaha Mikro, Kecil, Menengah
(UMKM) di Kecamatan Singkut memiliki jumlah pembiayaan yang diterima
berbeda-beda, karena kapasitas dari usaha mempengaruhi jumlah modal yang
dimiliki semakin besar usahanya maka semakin besar pula modal yang di
perlukannya, di Kecamatan Singkut Usaha Mikro menerima pembiayaan sebesar
50 juta per usahanya, kemudian Usaha Kecil menerima pembiayaan sebesar 100
juta per usahanya, dan Usaha besar menerima pembiayaan sebesar 200 juta per
usahanya.
Kecamatan Singkut memiliki jenis UMKM yang bermacam-macam mulai
dari usaha makanan, usaha batu bata, usaha genteng rumah, dan lain-lain. Dari
semua UMKM tersebut pemilik UMKM banyak mendapatkan tambahan modal
usaha dari pembiayaan yang di ajukan terhadap lembaga keuangan. Salah satu
desa di kecamatan singkut yang mengajukan pembiayaan untuk modal usahanya
adalah desa pasar singkut.
6
Desa Pasar Singkut merupakan desa yang berada di Kecamatan Singkut
yang memiliki UMKM, yang dimana UMKM tersebut yaitu Pabrik Tahu dan
Pabrik Kerupuk. Yang dimana terdapat 5 pabrik tahu dan 2 pabrik kerupuk di desa
pasar singkut tersebut. Adapun pendapatan pabrik tahu dan pabrik kerupuk di desa
pasar singkut berbeda-beda. Berikut ini disajikan tabel jumlah pendapatan
UMKM di Desa Pasar Singkut.
Tabel 3.
Jumlah Pendapatan UMKM Desa Pasar Singkut tahun 2016-2018
Tahun 2016-2018
No Nama pabrik
2016 2017 2018
1. Pabrik Tahu Iis 360 juta 495 juta 600 juta
2. Pabrik Tahu Iwan 216 juta 306 juta 504 juta
3. Pabrik Tahu Engkong 144 juta 180 juta 252 juta
4. Pabrik Tahu Rahwan 252 juta 324 juta 400 juta
5. Pabrik Tahu Idris 180 juta 198 juta 288 juta
6. Pabrik Kerupuk Atik 288 juta 300 juta 360 juta
7. Pabrik Kerupuk Savana 100 juta 126 juta 144 juta
Sumber data: Wawancara Pemilik pabrik di Desa Pasar Singkut
Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa pendapatan yang diterima
oleh setiap pabrik setiap tahunya mengalami kenaikan. Akan tetapi dari
pendapatan yang di terima oleh setiap pabrik di Desa Pasar Singkut ini tidak
7
mencukupi untuk menutupi semua modal usahanya, untuk menambah modal
usaha pemilik pabrik mengajukan pembiayaan terhadap perbankan yang berada di
Kecamatan Singkut, yaitu BNI Syariah. Akan tetapi dari semua desa di
Kecamatan Singkut, Desa Pasar Singkut memiliki masalah dalam pengajuan
pembiayaannya yang dimana UMKM di Desa Pasar Singkut tidak bisa memenuhi
analisis 5C dalam proses pengajuan pembiayaanya. Karena tidak dapat memenuhi
analisis 5C tersebut maka pembiayaan yang di ajukan oleh UMKM di Desa Pasar
Singkut tidak di setujui oleh pihak perbankan.
Adapun ananlisis 5C tersebut yaitu analisis character, capacity, capital,
collateral, condition of economy. 5C merupakan analisis yang digunakan pihak
bank untuk melihat atau menilai bahwa UMKM di Desa Pasar Singkut layak atau
tidak untuk diberikan pembiayaan untuk modal usahanya. Kurangnya pembiayaan
ini berdampak terhadap modal yang dimiliki UMKM tersebut. Kurangnya modal
berdampak terhadap perkembangan UMKM di desa ini. Berikut ini tabel jumlah
UMKM di Desa Pasar Singkut dari tahun 2013-2017.
Tabel 4.
Jumlah Pabrik di Desa Pasar Singkut Tahun 2013 – 2017
Tahun Pabrik Tahu Pabrik Kerupuk
2013 8 pabrik 5 pabrik
2014 6 pabrik 5 pabrik
2015 6 pabrik 4 pabrik
2016 5 pabrik 3 pabrik
2017 5 pabrik 2 pabrik Sumber data: Disperidagkop Kabupaten Sarolangun
8
Berdasarkan tabel di atas dapat kita ketahui hampir setiap tahun terjadi
pengurangan pabrik pada desa pasar singkut, hal ini di karenakan kurangnya
modal dari pemilik pabrik tersebut. Sehingga UMKM di desa pasar singkut tidak
bisa bertahan lama. Hal ini terjadi karena susahnya akses UMKM di desa ini
dalam melakukan pembiayaan terhadap bank dikarenakan UMKM tidak dapat
memenuhi analisis 5C.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini di beri judul
“Analisis 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition Of
Economy) Pada Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menenegah (UMKM) di
Kabupaten Sarolangun (Study Kasus BNI Syariah KCP Singkut).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan analisis 5C pada pemberian pembiayaan UMKM di
Desa Pasar Singkut?
2. Apa kendala yang terjadi pada pemberian pembiayaan UMKM di Desa
Pasar Singkut?
3. Bagaimana peranan analisis 5C dalam pemberian pembiayaan pada
UMKM di Desa Pasar Singkut?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan analisis 5C pada pemberian
pembiayaan UMKM di Desa Pasar Singkut?
2. Untuk mengetahui apa kendala yang terjadi pada pemberian pembiayaan
UMKM di Desa Pasar Singkut?
9
3. Untuk mengetahui bagaimana peranan analisis 5C pada pemberian
pembiayaan pada UMKM di Desa Pasar Singkut?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu
pengetahuan tentang prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral,
Condition) yang berperan dalam pemberian pembiayaan terhadap UMKM.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan keilmuan kepada
pengusaha tentang prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral,
Condition) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). b. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat di jadikan referensi penelitian sejenis di masa yang
akan datang.
E. Batasan Masalah
Supaya penelitian ini lebih terarah dan terfokus maka penulis perlu
membatasinya adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Jenis pembiayaan yang di teliti hanya pembiayaan yang di ajukan oleh
pihak UMKM di Desa Pasar Singkut dan jumlahnya sebanyak 7 UMKM.
2. Kendala 5C yang di teliti adalah kendala dari pihak yang mengajukan
pembiayaan yaitu pihak UMKM Desa Pasar Singkut.
10
3. Peranan analisis 5C yang di teliti yaitu peranan analisis caharacter,
capacity, capital, collateral, sondition of economy untuk pihak UMKM
F. Landasan Teori
1. Teori Analisis Prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Colleteral,
Condition Of Economy)
Salah satu tahapan yang harus di lalui dalam memberikan pembiayaan
adalah tahapan analisis prinsip 5C. Menurut Ikatan Bankir Indonesia Prinsip 5C
merupakan salah satu analisis yang digunakan oleh pihak bank sebelum
memberikan pembiayaan kepada nasabah guna untuk meminimalisir resiko yang
akan terjadi dikemudian hari. Adapun prinsip 5C tersebut adalah sebagai berikut:
a. Character (Karakter)
Watak atau kepribadian debitur merupakan suatu unsur penting dalam
pemberian kredit. Yang dimaksud dengan watak adalah pribadi yang baik dari
calon debitur, yaitu mereka yang selalu menepati janjinya dan berupaya mencegah
perbuatan yang tercela. Debitur yang demikian mampu untuk mengembalikan
kredit seperti yang dijanjikan. Di samping itu calon debitur harus memiliki
lingkungan yang baik, tidak terlibat tindakan kriminal, bukan merupakan pejudi,
pemabuk, atau tindakan terpuji lainnya.11
Penilaian karakter calon nasabah pembiayaan dilakukan untuk dapat
menyimpulkan bahwa nasabah pembiayaan tersebut jujur, beritikad baik, dan
11
Etty Mulyati, Kredit Perbankan: Aspek Hukum dan Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2016), hlm. 125.
11
tidak akan menyulitkan bank dikemudian hari. Penilaian mengenai karakter
lazimnya dilakukan melalui :
1. Bank Checking, melalui sistem informasi debitur (SID) pada bank Indonesia
(BI). SID menyediakan informasi pembiayaan yang terkait nasabah, antara lain
informasi mengenai bank pemberi pembiayaan, nilai fasilitas pembiayaan yang
telah diperoleh, kelancaran pembayaran, serta informasi lain yang terkait
dengan fasilitas pembiayaan tersebut.
2. Trade Checking, pada supplier dan pelanggan nasabah pembiayaan, untuk
meneliti reputasi nasabah di lingkungan mitra bisnisnya.
3. Informasi dari asosiasi usaha tempat calon nasabah pembiayaan terdaftar,
untuk meneliti calon nasabah pembiayaan dalam interaksi diantara pelaku
usaha dalam asosiasi.12
Aspek ini menggambarkan keinginan atau kemauan para pembeli untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya sesuai dengan persyaratannya yang sudah di
tetapkan oleh penjual. Pola-pola pembayaran utang pada masa lalu dapat dijadikan
pedoman yang sangat berguna dalam menilai karakter seorang calon langganan.13
Alat yang digunakan untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari
calon nasabah dapat dilakukan dengan cara antara lain:
1. Meneliti riwayat hidup calon nasabah
2. Meneliti reputasi calon nasabah tersebut dilingkungan usahanya
12 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Kredit Secara Sehat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2015), hlm. 250.
13 Lukman Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan, (Jakarta Utara: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 265.
12
3. Meminta bank to bank information
4. Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana calon nasabah berada
5. Memberi informasi apakah calon nasabah suka berjudi
6. Mencari informasi apakah calon nasabah memiliki hobi berfoya-foya14
b. Capacity (Kapasitas)
Merupakan Penilaian kemampuan calon nasabah pembiayaan dalam
bidang usahanya dan kemampuan manajemen nasabah pembiayaan dilakukan
agar bank yakin bahwa usaha yang akan diberikan pembiayaan tersebut dikelola
oleh orang-orang yang tepat. Pendekatan yang dapat digunakan dalam menilai
capacity nasabah, antara lain sebagai berikut:
1. Pendekatan historis, yaitu menilai kinerja nasabah dimasa lalu (past
performance).
2. Pendekatan finansial, yaitu menilai kemampuan keuangan calon nasabah
pembiayaan.
3. Pendekatan yuridis, yaitu melihat secara yuridis person yang berwenang
mewakili calon nasabah pembiayaan dalam melakukan penandatangan
perjanjian pembiayaan dengan bank.
4. Pendekatan manajerial, yaitu menilai kemampuan nasabah melaksanakan
fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan.
5. Pendekatan teknis, yaitu menilai kemampuan calon nasabah pembiayaan
terkait teknis produksi, seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan,
administrasi, dan keuangan. 15
14 Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, Credit Management Handbook, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 290.
13
Ada sesuatu standar ukuran capacity, bila ukuran pengusaha berada di
bawah standar maka kemampuanya untuk menggerakan usaha walaupun dengan
bantuan bank akan menimbulakan keraguan bank. Dalam hal capacity ini diteliti
tentang:
1. Pengalamannya dalam bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya (umum
dan kejuruan).
2. Pengalaman-pengalaman bisnisnya dalam menyesuaikan diri dengan kondisi
perekonomian atau ketentuan-ketentuan pemerintah serta mengikuti
perkembangan kemajuan teknologi dan sistem-sistem perusahaan modern.
3. Bagaimana kekuatan perusahaan sekarang dalam sektor yang dijalankannya.16
c. Capital (Modal)
Modal adalah sarana produksi yang menghasilkan, bukan sebagai faktor
produksi pokok, melainkan sebagai sarana untuk mengadakan tanah dan tenaga
kerja. Semua benda yang menghasilkan pendapatan selain tanah harus dianggap
modal termasuk barang-barang milik umum.17
Penilaian atas posisi keuangan calon nasabah pembiayaan secara
keseluruhan termasuk aliran kas, baik untuk masa lalu maupun proyeksi pada
masa yang akan datang, dilakukan untuk mengetahui kemampuan permodalan
nasabah pembiayaan dalam menjalankan proyek atau usaha nasabah pembiayaan
yang bersangkutan.18
15 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Kredit Secara Sehat . . . , hlm. 251.
16
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm.
148.
17 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori Dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi , (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 113.
18 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Kredit Secara Sehat . . . , hlm. 251.
14
Menyangkut dengan kemampuan modal yang dimiliki oleh seseorang
pada saat ia melaksanakan bisnisnya tersebut. Maka akan lebih baik jika
melakukan peminjaman kepada pihak perbankan atau leasing maka angka
pengajuan kreditnya tersebut adalah melebihi dari kepemilikan modal yang
dimilikinya. Karena jika melakukan peminjaman dana melebihi dari kepemilikan
modal yang dipunyainya maka jelas ini akan menimbulkan risiko dikemudian hari
apalagi jika terjadinya persoalan kemacetan dalam cash flow atau aliran kas yang
dimilikinya.19
Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya,
berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya:
1. Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan
modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan.
misalnya setoran pemilik perusahaan. sementara itu modal asing adalah modal
yang bersumber dari luar perusahaan. misalnya, modal yang berupa pinjaman
bank.
2. Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkret dan modal
abstrak. Modal konkret adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam
proses produksi. Misalnya, mesin, gedung, mobil, dan peralatan. Sedangkan
yang dimaksud dengan modal absatrak adalah modal tidak memiliki bentuk
nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan. misalnya, hak paten, nama
baik, dan hak merek.
19
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan . . . , hlm. 148.
15
3. Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal
masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan
dan hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya. Contoh rumah
pribadi yang disewakan. Modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oleh
pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi.
Contoh rumas sakit umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan.
4. Modal berdasarkan sifatnya. Dibagi menjadi modal tetap dan modal lancar.
Modal tetap adalah jenis modal yang dapat digunakan secara berulang-ulang.
Misalnya mesin-mesin dan bangunan pabrik. Modal lancar adalah modal yang
habis digunakan dalam satu kali proses produksi, misalnya bahan baku.20
d. Collateral (Jaminan)
Penilaian atas agunan yang dimiliki oleh calon nasabah pembiayaan
dilakukan untuk mengetahui kecukupan nilai agunan sesuai dengan pemberian
pembiayaan. Agunan yang diserahkan nasabah pembiayaan dipertimbangkan
dapat mencukupi pelunasan kewajiban nasabah pembiayaan dalam hal keuangan
nasabah tidak mampu memenuhi kewajiban.21
Menggambarkan jumlah aktiva yang dijadikan sebagai barang jaminan
oleh calon langganan. Akan tetapi biasanya hal ini bukanlah merupakan
pertimbangan yang sangat penting karena tujuan perusahaan dalam memberikan
kredit bukanlah untuk menyita dan kemudian menjual aktiva langganan, tetapi
20 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori Dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi . . . , hlm.
113. 21 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori Dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi . . . , hlm.
113.
16
tekanannya adalah pada pembayaran kredit yang diberikan pada waktu yang
sudah ditetapkan.22
Jaminan dalam istilah perbankan disebut objek jaminan. Jaminan
biasanya diartikan dengan harta benda milik debitur yang dijadikan jaminan atas
piutangnya. Kredit senantiasa dibayangi oleh resiko, untuk berjaga-jaga timbulnya
resiko ini diperlukan benteng untuk menyelamatkannya, yaitu jaminan sebagai
sarana pengaman atau resiko yang mungkin timbul atas cedera janjinya nasabah di
kemudian hari.23
Barang jaminan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
1. Tangibel (berwujud), ialah angunan yang memiliki wujud fisik sehingga dapat
di raba dan di sentuh. Seperti tanah, kendaraan, mesin, bangunan, dan lainnya.
2. Intangibel (tidak berwujud), ialah angunan yang tidak memiliki wujud namun
memiliki value yang lebih dari barang yang berbentuk fisik. Seperti hak paten,
franchise, merek dagang, hak cipta, dan lainnya.24
e. Condition Of Economy (Kondisi Ekonomi)
Kondisi atau situasi yang memberikan dampak positif kepada usaha
calon debitur atau sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Pasal 8 Undang-
Undang Perbankan, yaitu hubungan faktor ekonomi secara umum serta kondisi
pada sektor usaha di pemohon kredit perlu mendapatkan perhatian dari pihak bank
untuk memperkecil risiko yang mungkin timbul akibat kondisi ekonomi. Kondisi
22 Lukman Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan . . . , hlm.265.
23 Etty Mulyati, Kredit Perbankan: aspek hukum dan pengembangan usaha mikro kecil dalam pembangunan perekonomian indonesia . . . , hlm.126.
24
Ikatan Bangkir Indonesia (IBI), Mengelola Kredit Secara Sehat...Hlm.126.
17
ini dapat terpengaruh oleh keadaan sosial, politik, dan ekonomi dari satu periode
tertentu perkiraan yang akan terjadi pada waktu mendatang.25
Penilaian atas kondisi pasar di dalam negeri maupun di luar negeri baik
masa lalu maupun yang akan datang. Dilakukan untuk mengetahui prospek
pemasaran dari hasil usaha nasabah pembiayaan yang dibiayai.
Beberapa hal yang dapat digunakan dalam melakukan analisis condition
of economy, antara lain:
1. regulasi pemerintah pusat dan daerah
2. kondisi makro dan mikro ekonomi
3. situasi politik dan keamanan
4. kondisi lain yang mempengaruhi pemasaran.26
2. Pembiayaan
a. Definisi Pembiayaan
Berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 pembiayaan
adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan dan kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.27
Pembiayaan juga merupakan aktivitas utama bank yang menghasilkan
pendapatan bagi bank syariah. investasi sejumlah dana kepada pihak lain dalam
bentuk pembiayaan juga memiliki risiko-risiko seperti gagal bayar dari nasabah
25 Etty Mulyati, Kredit Perbankan: aspek hukum dan pengembangan usaha mikro kecil
dalam pembangunan perekonomian indonesia . . . ,.hlm.126.
26 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Kredit Secara Sehat . . . , hlm. 251
27Ismail, perbankan syariah, (jakarta: kencana prenada media group, 2001), hlm. 105-
106.
18
pembiayaan.28
Pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain unruk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga.29
Untuk menetapkan golongan kualitas pembiayaan, pada masing masing
komponen ditetapkan kriteria-kriteria tertentu untuk masing-masing kelompok
produk pembiayaan, maka pembiayaan digolongkan kepada 5 keriteria :
1. Lancar
Apabila pembayaran angsuran tepat waktu, tidak ada tunggakan sesuai
dengan persyaratan akad dan disertai dokumentasi perjanjian piutang lengkap dan
pengikatan agunan kuat.
2. Dalam perhatian khusus
Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin
sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari, dokumentasi perjanjian piutang lengkap
dan pengikatan agunan kuat serta pelanggaran terhadap persyaratan perjanjian
piutang yang tidak prinsipil.
3. Kurang lancar
Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
margin yang telah melewati 90 (sembilan puluh) hari sampai dengan 180 (seratus
delapan puluh) hari, dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan
pengikatan agunan kuat, terjadi pelanggaran terhadap persyaratan pokok
perjanjian piutang, dan berupaya melakukan perpanjangan piutang untuk
menyembunyikan kesulitan keuangan.
28
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), hlm.203.
29 Arrison Hendry, Perbankan Syariah, (Jakarta: Muamalah Institute, 1999), hlm. 17.
19
4. Diragukan
Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin
telah melewati 180 (seratu delapan puluh) hari sampai dengan 270 (dua ratus
tujuh puluh) hari. Dokumentasi perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan
agunan lemah serta terjadi pelanggaran yang prinsip terhadap persyaratan pokok
perjanjian piutang.
5. Macet
Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin
yang telah melewati 270 (dua ratus tujuh puluh) hari, dan dokumentasi perjanjian
piutang dan atau pengikatan agunan tidak ada.30
b. Jenis Pembiayaan
1. Jenis Pembiayaan Berdasarkan Tujuan Penggunaan
a. Pembiayaan Konsumtif.
Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi
kebutuhan.31
Pembiayaan ini umumnya untuk perorangan seperti untuk
pembelian rumah tinggal, pembelian mobil untuk keperluan pribadi. Pembayaran
kembali pembiayaan berupa angsuran berasal dari gaji atau pendapatan lainnya
bukan dari obyek yang di biayainya.32
Jenis pembiayaan yang termasuk dalam jenis pembiayaan konsumtif,
antara lain:
30
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah . . . , hlm. 205.
31 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 161.
32 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Kredit Secara Sehat . . . , hlm. 248.
20
1. Pembiayaan perumahan, yaitu fasilitas pembiayaan untuk pembelian,
pembangunan atau renovasi rumah tinggal, rumah susun, ruko, apartement dan
lain-lain. Dengan jaminan berupa obyek yang dibiayai.
2. Pembiayaan mobil, yaitu fasilitas pembiayaan untuk pembelian kendaran
bermotor roda dua atau kendaran roda empat, dengan jaminan berupa
kendaraan bermotor yang dibiayai tersebut
3. Pembiayaan multiguna, yaitu fasilitas pembiayaan untuk segala keperluan yang
bersifat konsumtif, dengan jaminan penghasilan sebagai pegawai atau
profesional, atau tanah berikut bangunan tempat tinggal.
4. Kartu pembiayaan, yaitu fasilitas pembiayaan tanpa agunan untuk keperluan
kemudahan pembayaran dan transaksi pengambilan tunai. Transaksi dilakukan
melalui sarana kartu yang diberikan kepada perorangan pemegang kartu. Kartu
pembiayaan diterbitkan oleh bank setelah aplikasi permohonannya di setujui
bank yang bersangkutan.33
b. Pembiayaan Komersial
Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada perorangan atau badan usaha
yang dipergunakan untuk membiayai suatu kegiatan usaha tertentu. Pembayaran
kembali pembiayaan komersial berasal dari hasil usaha yang dibiayai.
Pembiayaan yang termasuk dalam jenis pembiayaan komersial adalah sebagai
berikut:
1. Pembiayaan mikro, yaitu fasilitas pembiayaan yang diberikan untuk
membiayai kegiatan usaha mikro.
33 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Kredit Secara Sehat . . . , hlm. 254-255.
21
2. Pembiayaan usaha kecil, yaitu fasilitas pembiayaan yang diberikan untuk
membiayai kegiatan usaha kecil.
3. Pembiayaan usaha menengah, yaitu fasilitas pembiayaan yang diberikan untuk
membiayai kegiatan usaha menengah.
4. Pembiayaan korporasi, yaitu fasilitas pembiayaan yang diberikan untuk
membiayai kegiatan usaha perusahaan. 34
2. Jenis Pembiayaan Berdasarkan Keperluan
Jenis pembiayaan berdasarkan keperluan dapat dikelompokkan menjadi
berikut ini:
a. Pembiayaan modal kerja
Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi, maupun
secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi dan untuk
keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.35
Pembiayaan modal kerja juga merupakan fasilitas pembiayaan yang
dipergunakan untuk menambah modal kerja suatu perusahaan. pembiayaan modal
kerja dipakai untuk pembelian bahan baku, biaya-biaya produksi, pemasaran, dan
modal kerja untuk operasional lainnya.36
b. Pembiayaan investasi
Pembiayaan investasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.37
34 Ibid, hlm. 255.
35
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 160.
36 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Kredit Secara Sehat . . . , hlm. 255.
37
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 160.
22
Pembiayaan investasi merupakan fasilitas yang dipergunakan untuk pembelian
barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi,
maupun ekspansi. Pembiayaan investasi biasanya bersifat jangka panjang atau
menengah.
c. Pembiayaan proyek
yaitu fasilitas pembiayaan yang digunakan untuk pembiayaan investasi
maupun modal kerja untuk proyek.38
3. Jenis Pembiayaan Berdasarkan Jangka Waktu
Jenis pembiayaan berdasarkan jangka waktu dapat dikelompokkan
menjadi sebagai berikut:
a. Pembiayaan jangka pendek, yaitu fasilitas pembiayaan dengan tenggang waktu
pelunasan kepada bank tidak lebih dari satu tahun. Pembiayaan jenis ini
biasanya berupa pembiayaan modal kerja untuk perdagangan, industri, dan
sektor lainnya.
b. Pembiayaan jangka menengah, yaitu fasilitas pembiayaan dengan tenggang
waktu pelunasan kepada bank lebih dari satu tahun sampai dengan tiga tahun.
Contoh pembiayaan jenis ini seperti pembiayaan untuk pembelian kendaraan
dan pembiayaan modal kerja untuk kontruksi.
c. Pembiayaan jangka panjang, yaitu fasilitas pembiayaan dengan jangka waktu
pembiayaan yang diberikan lebih dari tiga tahun. Misalnya pembiayaan untuk
pembangunan pabrik besar, jalan tol, dan bandara besar.39
38
Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Kredit Secara Sehat . . . , hlm. 256.
39 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Kredit Secara Sehat . . . , hal. 257.
23
4. Jenis pembiayaan berdasarkan sifat pelunasan
Pembiayaan berdasarkan sifat pelunasannya dapat dikelompokkan
menjadi sebagai berikut:
a. Pembiayaan dengan angsuran, yaitu fasilitas pembiayaan dengan pembayaran
kembali pokok pembiayaan dilaksanakan secara bertahap sesuai jadwal
ditetapkan dalam perjanjian pembiayaan.
b. Pembiayaan dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo, yaitu fasilitas
pembiayaan dengan pembayaran kembali pokok pembiayaan tidak diatur
secara bertahap melainkan harus dikembalikan secara sekaligus pada tanggal
jatuh tempo sebagaimana ditetapkan di dalam perjanjian pembiayaan.40
5. Jenis Pembiayaan Berdasarkan Perjanjian Atau Akad Pembiayaan
Pada bank syariah pembiayaan di berikan berdasarkan perjanjian atau
akad. Akad pembiayaan adalah suatu kesepakatan atau perjanjian antara bank dan
nasabah yang menjadi dasar pemberian fasilitas pembiayaan. Jenis pembiayaan
berdasarkan perjanjian atau akad dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut: a.
Pembiayaan berdasarkan perjanjian transaksi jual-beli, yaitu fasilitas
pembiayaan yang berdasarkan perjanjian atau akad jual-beli antara bank dan
nasabah. Pembiayaan dengan akad ini meliputi pembiayaan murabahah,
istisna, dan salam.
b. Pembiayaan berdasarkan perjanjian transaksi penanam modal, yaitu fasilitas
pembiayaan yang berlandaskan perjanjian atau akad penanam modal bank
kepada nasabah dengan nisbah bagi hasil.
40
Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Kredit Secara Sehat . . . , hlm. 258.
24
c. yang disepakati bersama. Pembiayaan dengan akad ini meliputi pembiayaan
mudharabah dan musyarakah.
d. Pembiayaan berdasarkan perjanjian transaksi sewa- menyewa dan sewa-beli,
yaitu fasilitas pembiayaan yang berlandaskan perjanjian atau akad sewa-
menyewa atau sewa beli antara bank dengan nasabah. Pembiayaan dengan
akad ini meliputi pembiayaan ijarah (sewa-menyewa) dan ijarah muntahiya
bittamlik (sewa-beli).
e. Pembiayaan berdasarkan perjanjian transaksi pinjam-meminjam, yaitu fasilitas
pembiayaan yang berlandaskan perjanjian atau akad pinjam-meminjam antara
bank dengan nasabah. Pembiayaan dengan akad ini disebut qard.41
C. Unsur Pembiayaan
Dalam setiap kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah harus
terdapat unsur-unsur yang terkandung dalam pembiayaan tersebut. Unsur-unsur
pembiayaan ini akan menentukan kejelasan suatu akad yang terjadi. Pada
pembiayaan yang ada di bank syariah, terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Adanya dua belah pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul mal) dan
penerima pembiayaan (mudharib)
2. Adanya kepercayaan shahibul maal kepada mudharib yang di dasarkan atas
prestasi, yaitu potensi mudharib.
3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul maal dengan pihak
lainnya yang berjanji membayar dari mudharib kepada shahibul maal.
41
Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Kredit Secara Sehat . . . , hlm. 259.
25
4. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari shahibul maal kepada
mudharib.
5. Adanya unsur waktu (time elelment)
6. Adanya unsur resiko (degree of risk) baik dari pihak shahibul maal maupun
pihak mudharib.42
D. Tujuan Pembiayaan
Kegiatan pembiayaan yang dilakukan bank syariah merupakan suatu
bentuk pengoptimalan dana yang ada di bank syariah tersebut dengan berbagai
tujuan dan motif. Beberapa tujuan pembiayaan di bank syariah adalah sebagai
berikut:
1. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa
keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola
bersama nasabah.
2. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar
terjamin sehingga tujuan dari profitability dapat benar-benar tercapai tanpa
hambatan yang berarti.43
E. Fungsi Pembiayaan
Suatu pembiayaan yang telah dilakukan oleh bank syariah akan
mengambarkan bahwa bank syariah telah tersebut telah menjalankan fungsinya
sebagai media penyalur dana. Pembiayaan yang dilakukan bank syariah memiliki
beberapa fungsi lainnya yaitu:
1. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang
42
Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, Credit Management Handbook... hlm. 701-
710. 43
Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, Credit Management Handbook... hlm.71 1.
26
2. Pembiayaan meningkatkan utility (daya guna) suatu barang
3. Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
4. Pembiayaan menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
5. Pembiayaan sebagai alat stabilitas ekonomi
6. Pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasaional
7. Pembiayaan sebagai alat hubung ekonomi internasional
F. Akad Pembiayaan
1. Akad Mudharabah
Transaksi mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih
pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) memercayakan sejumlah modal
kepada pengelolaan (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi 100% modal dari shahibul
maal dan keahlian dari mudharib.
Dengan akad ini, manfaat utama bagi nasabah adalah penggunaan
pembiayaan mudharabah untuk memenuhi kebutuhan permodalan usaha nasabah.
Selain digunakan untuk pembiayaan modal kerja, secara umum pembiayaan
mudharabah dapat digunakan untuk pembelian barang investasi dan pembiayaan
proyek. Pembiayaan mudharabah merupakan produk penyaluran dana bank untuk
membantu usaha nasabah melalui penyediaan modal usaha. 44
Berdasarkan ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005
tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan
44
Daeng Naja, Akad Bank Syariah , (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011), hlm. 52.
27
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, telah ditetapkan bahwa ketentuan
pembiayaan melalui akad mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Bank bertindak sebagai shahibul mal yang menyediakan dana secara penuh,
dan nasabah bertindak sebagai mudharib yang mengelola dana dalam kegiatan
usaha.
b. Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana dan pembagian keuntungan di
tentukan berdasarkan kesepakatan bank dan nasabah.
c. Bank tidak ikut serta dalam pengelolaan usaha nasabah, tetapi memiliki hak
dalam pengawasan dan pembinaan usaha nasabah.
d. Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai/barang.
e. Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai harus dinyatakan
jumlahnya
f. Dalam hal pembiayaan diberikan dengan bentuk barang maka barang yang
diserahkan harus dinilai berdasarkan harga perolehan atau harga pasar wajar.
g. Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah
yang disepakati.
h. Bank menanggung seluruh risiko kerugian usaha yang dibiayai, kecuali jika
nasabah melakukan kecurangan, lalai, atau menyalahi perjanjian yang
mengakibatkan kerugian usaha.45
2. Akad Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah
keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai
45 Daeng Naja, Akad Bank Syariah ...hlm. 53.
28
pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan.
Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga
jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad. Dalam prakti perbankan murabahah lazimnya
dilakukan dengan cara pembayaran cicilan.46
Bagi nasabah, akad murabahah merupakan model pembiayaan
alternatif dalam pengadaan barang-barang kebutuhan. Melalui pembiayaan
murabahah nasabah akan mendapatkan kemudahan mengangsur pembayaran
dengan jumlah yang sesuai berdasarkan kesepakatan dengan pihak bank. Bagi
bank syariah, pembiayaan murabahah merupakan akad penyaluran dana yang
cepat serta mudah. Melalui murabahah bank syariah akan mendapat profit berupa
margin dan selisih pembelian dan penjualan.
Secara yuridis formal berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.
7/46/PBI/2005 tentang akad penghimmpun dan penyaluran dana bagi bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, telah ditetapkan bahwa
ketentuan pembiayaan melalui jual beli murabahah adalah sebagai berikut:
Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan
murabahah berlaku persyaratan sebagai berikut:
a. Bank menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian jual beli barang.
b. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada kepada bank
ditentukan berdasarkan kesepakatan bank dan nasabah.
46 Ibid, hlm. 43.
29
c. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya.
d. Dalam hal bank mewakilkan kepada kepada nasabah untuk membeli barang
maka akad murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi
milik bank.
e. Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka atau urbun saat
menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah.
f. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan agunan tambahan selain
barang yang dibiayai bank.
g. Kesepakatan margin harus ditentukan satu kali pada awal akad dan tidak
berubah selama periode akad.
h. Angsuran pembiayaan selama periode akad harus dilakukan secara
profesional.47
3. Akad Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memeberikan kontribusi dana
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan.48
Melalui akad ini, kebutuhan nasabah untuk mendapatkan tambahan
modal kerja dapat terpenuhi setelah mendapatkan pembiayaan dari bank. Selain
dipergunakan untuk pembiayaan modal kerja, secara umum pembiayaan
musyarakah digunakan untuk pembelian barang investasi dan pembiayaan proyek.
47
Daeng Naja, Akad Bank Syariah ...hlm. 44.
48 Nurul Huda, Purnama Putra, Novarini, Yosi Mardoni, Baitul Mal Wa TamwiI, ( Jakarta: AMZAH, 2016) hlm. 18.
30
Bagi bank, pembiayaan musyarakah memberi manfaat berupa keuntungan dari
hasil pembiayaan.49
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang akad
penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, telah ditetapkan bahwa ketentuan pembiayaan bagi
hasil melalui akad musyarakah adalah sebagai berikut:
Dalam kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan
berdasarkan musyarakah berlaku persyaratan paling kurang:
a. Bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan
bersama-sama menyediakan dana atau barang untuk membiayai suatu kegiatan
usaha tertentu.
b. Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan bank sebagai mitra usaha dapat
ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tugas dan wewenang yang
disepakati.
c. Bank berdasarkan kesepakatan dengan nasabah dapat menunjuk nasabah untuk
mengelola usaha.
d. Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai atau barang.
e. Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk barang maka barang yang
diserahkan harus dinilai secara tunai berdasarkan kesepakatan.
f. Jangka waktu pembiayaan, pengambilan dana, dan pembagian keuntungan di
tentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dan nasabah.
49
Daeng Naja, Akad Bank Syariah ...hlm. 51.
31
g. Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah
yang disepakati.
h. Bank dan nasabah menanggung kerugian secara proporsional menurut porsi
modal masing-masing, kecuali jika terjadi kecurangan, lalai, atau menyalahi
perjanjian dari salah satu pihak.
i. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu
investasi kecuali atas dasar kesepakatan para pihak.50
3. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
a. Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah unit usaha produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha
disemua sektor ekonomi. Di indonesia definis UMKM diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2008 tentang UMKM.51
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), UMKM di definisikan
sebagai berikut:
1. Usaha Mikro (UM)
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorang dan/ atau badan
usaha perorangan.52
50
Daeng Naja, Akad Bank Syariah ...hlm. 51.
51 Tulus T.H. Tambunan, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2017), hlm. 1.
52 Rachmawati Budiarto, Pengembangan UMKM Antara Konseptual Dan Pengalaman Praktis, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2015), hlm. 3.
32
2. Usaha Kecil (UK)
Usaha Kecil (UK) adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung daru usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria.
3. Usaha Menengah (UM)
Usaha Menengah (UM) adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik lanhsung maupun tidak langsung dari usaha mikro, usaha
kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha menengah sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang tersebut.53
Kemampuan usaha kecil untuk mampu bertahan lebih baik
dibandingkan usaha besar karena sifat alamiah yang dimiliki usaha kecil
tersebut.54
Pada dasarnya usaha kecil di indonesia ini di dominasi oleh unit usaha
tradisional yang hanya dapat dibangun dan di operasi hanya dengan modal kerja
dan modal investasi kecil.
b. Kriteria-Kriteria UMKM
1. Kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
53
Tulus T.H. Tambunan, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. . . , hlm. 4.
54 Rachmawati Budiarto, Pengembangan UMKM Antara Konseptual Dan Pengalaman Praktis. . . , hlm. 3.
33
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000 (tiga ratus juta
rupiah).55
2. Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000 (dua miliar lima ratus
juta rupiah).
3. Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 (dua miliar lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.50.000.000.000 (lima puluh
miliar rupiah).56
c.Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan UMKM
1. Prinsip pemberdayaan UMKM
a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan UMKM untuk
berkarya dengan prakarsa sendiri.
b. Mewujudkan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan.
55
Leonardus Saiman, Kewirausahaan, (Jakarta: Salemba Empat, 2016), hlm. 9.
56 Leonardus Saiman, Kewirausahaan . . . , hlm. 9.
34
c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai
dengan kompetensi UMKM.
d. Peningkatan daya saing UMKM.
e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara
terpadu.57
2. Tujuan pemberdayaan UMKM
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang,
dan berkeadilan.
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang
tangguh dan mandiri.
c. Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan
lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan
pengentasan rakyat dan kemiskinan.58
d.Aspek Pendanaan Dan Pembiayaan UMKM
1. Aspek Pendanaan UMKM
Berdasarkan Pasal 8 UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM, aspek
pendanaan usaha sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (1) huruf a
ditunjukkan untuk:
a. Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi UMKM untuk dapat
mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank.
b. Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya, sehingga
dapat di akses oleh UMKM.
57 Ibid, hlm. 8.
58 Leonardus Saiman, Kewirausahaan . . . , hlm. 9.
35
c. Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat,
murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan
d. Membantu para pelaku Usaha Mikro Dan Usaha Kecil untuk mendapatkan
pembiayaan dan jasa/produk keuangan lainnya yang disediakan oleh perbankan
dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan sistem
konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan yang disediakan oleh
pemerintah.59
2. Pembiayaan UMKM
Sebagaimana Pasal 21 UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM, aspek
pembiayaan UMKM diatur:
a. Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan pembiayaan bagi usaha mikro
dan kecil.
b. Badan usaha milik negara dapat menyediakan pembiayaan dari penyisihan
bagian laba tahunan yang di alokasikan kepada usaha mikro dan kecil dalam
bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.
c. Usaha besar nasional dan asing dapat menyediakan pembiayaan yang
dialokasikan kepada usaha mikro dan kecil dalam bentuk pemberian pinjaman,
penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.
59 Ibid, hlm. 10.
36
d. Pemerintah, pemerintah daerah, dan dunia usaha dapat memberikan hibah,
mengusahakan bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber sumber
pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk usaha mikro dan kecil.60
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan RI No. 40/KMK.06/2003
tentang pendanaan Kredit Usaha Mikro Dan Kecil, mengatur bahwa jumlah
maksimal kredit yang dapat diberikan oleh pihak perbankan kepada nasabah: a.
Usaha Mikro
Usaha mikro mendapat jumlah kredit sebesar RP. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah), dengan jangka waktu pinjaman:
1. Untuk kredit investasi, maksimal 5 tahun termasuk tenggang waktu
pembayaran angsuran atau grace period, dan
2. Untuk kredit modal kerja, maksimal 1 tahun dan dapat diperpanjang maksimal
2 tahun.61
b. Usaha Kecil
Usaha kecil mendapat jumlah kredit sebesar RP.500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah), dalam jangka waktu pinjaman:
1. Untuk kredit investasi, maksimal 5 tahun termasuk tenggang waktu
pembayaran angsuran atau grace period, dan
2. Untuk kredit modal kerja, maksimal 1 tahun dan dapat di perpanjang maksimal
2 tahun.
60 Leonardus Saiman, Kewirausahaan . . . , hlm. 11.
61 Budi Harsono, Tiap Orang Bisa Menjadi Sukses Melalui UMKM, (Jakarta: Pt Elex Media Komputindo, 2014), hlm. 32.
37
c. Usaha menengah
Usaha menegah dalam pembiayaan perbankan masuk dalam segmen
kredit dengan nilai pinjaman dari sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).62
UMKM sangat penting karena ciri-ciri khas mereka, antara lain sebagai
berikut:
1. Jumlah perusahaan sangat banyak sekali (jauh melebihi usaha besar), terutama
dari kategori usaha mikro dan usaha kecil. Berbeda dengan usah besar dan
usaha menengah, usaha mikro dan usaha kecil tersebar diseluruh peloksok
pedesaan, termasuk di wilayah-wilayah yang relatif terisolasi. Dalam kata lain,
kemajuan pembangunan ekonomi pedesaan sangat ditentukan oleh kemajuan
pembangunan UMKM nya.
2. Karena sangat padat karya, yang berarti mempunyai suatu potensi
pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan UMKM dapat
dimasukkan sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-kebijakan nasional
meningkatkan kesempatan kerja dan menciptaka pendapatan, terutama bagi
masyarakat miskin.
3. Tidak hanya mayoritas dari umkm berlokasi di pedesaan. Kegiatan-kegiatan
produksi dari kelompok usaha ini juga pada umumnya berbasis pertanian.
4. Banyak umkm bisa tumbuh pesat. Bahkan banyak umkm bisa bertahan pada
saat ekonomi indonesia dilanda suatu kerisis besar pada tahun 1997/98. Oleh
62
Budi Harsono, Tiap Orang Bisa Menjadi Sukses Melalui UMKM . . . , hlm. 32
38
sebab itu, kelompok usaha ini dianggap sebagai perusahaan-perusahaan yang
memiliki fungsi sebagai basis bagi perkembangan usaha lebih besar.
5. UMKM bisa menjadi suatu titik permulaan bagi mobilisasi tabungan/investasi
di pedesaan, sementara pada waktu yang sama kelompok usaha ini dapat
berfungsi sebagai tempat pengujian dan peningkatan kemampuan berwirausaha
dari orang-orang desa.
6. Pasar utama bagi UMKM adalah untuk barang-barang konsumsi sederhana
dengan harga relatif murah.
7. Salah satu keunggulan dari UMKM adalah tingkat fleksibilitasnya yang tinggi
relatif Terhadap pesaingnya usaha besar. 63
G.Kerangka Pemikiran
Analisis 5C
character capacity capital Collateral
Condition of economy
Pembiayaan
UMKM
63 Tulus T.H. Tambunan, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2017),
hlm. 9-11.
39
H. Tinjauan Pustaka
No Nama
Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
Penelitian
1 Ratih Kajian faktor- Metode Hasil penelitian
Tresnati, faktor penelitian menunjukkan bahwa faktor
dkk penghambat akses kuantitatif yang paling signifikan
kredit industri berpengaruh terhadap akses
kecil, tekstil dan kredit usaha kecil adalah
produk tekstil di faktor collateral. Artinya
Kabupaten pengambilan keputusan
Bandung kredit paling ditentukan
oleh jaminan.
2 Ita Analisis Meteode Penerapan analisis prinsip
Purnama character, penelitian 6c di bank bri syariah
Sari capacity, capital, kualitatif cabang jambi menggunakan
collateral, deskriftif prioritas tiga prinsip yaitu,
condition of character, capacity,
economy,constrai collateral, sedangkan tiga
n (6C) pada prinsip lainnya menjadi
pembiayaan PT. pendukung saja. Adapun
Bank Brisyariah Hambatan-hambatan dalam
Cabang Jambi penerapan analisis
pemberian pembiayaan dari
sisi nasabah yaitu dari
analisis character,capacity,
collateral.
3 Yuli Peranan penilaian Metodelog Hasil penelitian
Artinings prinsip 5C dalam i menunjukkan
bahwa ih
pemberian penelitian peranan analisis 5c dalam
pembiayaan di kualitatif. pemberian pembiayaan di
40
BTN Syariah btn syariah cabang
Cabang yogyakarta utamanya
Yogyakarta adalah untuk mencegah dan
meminimalisir terjadinya
pembiayaan bermasalah.
4 Diah Pengaruh Five Metodelog Hasil penelitian ini
Ayu Dwi “C”S Of Credit i menunjukkan bahwa secara
Wulanda Terhadap Proses penelitian parsial Character,
ri Pemberian Kredit Kuantitatif Capacity, Capital,
Pada Bpr Di Kota . Colaterall dan Condition of
Semarang. Economy berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap keputusan
pemberian kredit pada BPR
di kota Semarang. Secara
bersama-sama terbukti
bahwa variabel
Character, Capacity,
Capital, Collateral dan
Condition of Economy
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
keputusan pemberian kredit
pada Bank Perkreditan
Rakyat di Kota
Semarang.
5 Refan Penerapan Prinsip Metodelog Dalam penerapan Prinsip
Erdi 5C Terhadap i
5C terhadap pengambilan
keputusan kredit PT.
Pengambilan penelitian BPR Nguter Surakarta lebih
Keputusan kualitatif
menekankan prinsip
Character, Collateral,
dan Capital, sedangkan
41
Kredit Pada PT. prinsip lainnya yaitu
BPR Nguter
Capital, dan Condition of
economy digunakan sebagai
Surakarta pendukung untuk
Tugas Akhir.
menguatkan data calon
debitur.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka dapat dijadikan acuan dalam
penelitian sekarang adapun penelitian sekarang yaitu Analisis 5C Pada
Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) di Kabupaten Sarolangun .
Secara umum pembahasan penelitian ini hampir sama dengan penelitian terdahulu
namun ada perbedaan antara penelitian ini dan penelitian terdahulu adalah Lokasi
penelitian yang di pilih berbeda, pada penelitian ini lokasi yang di ambil di
Kabupaten Sarolangun, Kecamatan Singkut, Desa Pasar Singkut dan Berdasarkan
penelitian di atas hampir sama permasalahannya, namun pada penelitian sekarang
permasalahanya lebih di fokuskan kepada Analisis 5C terhadap pelaku UMKM
dalam pengambilan pembiayaan.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Pasar Singkut, Kecamatan Singkut,
Kabupaten Sarolangun. Lokasi ini dipilih karena pada Desa tersebut UMKM nya
memiliki masalah dalam pengambilan pembiayaan. Kegiatan Penelitian ini
dimulai sejak disahkanya penelitian, yaitu pada bulan Desember 2018.
B. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. perencanaan penelitian kualitatif adalah skema atau
program dari penelitian yang berisi outline tentang apa yang harus dilakukan oleh
peneliti mulai dari pertanyaan sampai pada analisis dan data final yang dilakukan.
Deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang digunakan untuk
menemukan pengetahuan terhadap subyek penelitian pada suatu saat tertentu.
Kata deskriptif berasal dari bahasa latin “descriptivus” yang berarti uraian.
Penelitian kualitatif deskriptif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau
keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian
dilakukan.64
64 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: Referensi, 2013),
hlm. 10.
42
43
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan
data skunder. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
organisasi yang menerbitkan atau menggunakannya.65
Data primer pada
penelitian ini penulis ambil dari informasi dilapangan melalui observasi dan
wawancara di lokasi penelitian.
2. Data skunder
Data skunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi
yang bukan pengolahnya.66
Data skunder pada penelitian ini penulis ambil dari
dokumentasi, literatur, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian
ini.
D. Instrumen Pengumpulan Data
1. Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. 67
Bahwa melalui observasi
peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan observasi partisipatif. Dalam observasi
partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa
65
Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2005), hlm. 70.
66 Ibid, hlm. 71.
67 Jejen Musfah, Tips Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm.58.
44
yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.68
Dan kemudian
observasi partisipatif dikhususkan menjadi observasi partisipatif pasif. Jadi dalam
penelitian observasi partisipatif pasif ini peneliti datang di tempat kegiatan orang
yang diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.69
2. Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dari
suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal
dari reponden yang lebih mendalam. 70
Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara terstruktur,
wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti
atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang
akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara pengumpul data
telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawbannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya.71
3.
Dokumentasi
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
68 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 309.
69 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi . . . , hlm. 310.
70 Ibid, hlm.316.
71 Ibid, hlm 318.
45
kehidupan, (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar misalnya poto, gambar hidup, dan sketsa. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya, karya seni, yang dapat berupa gambar.72
Dalam
penelitian ini dokumen berbentuk tulisan berupa sejarah dari berdirinya pabrik
tahu yang berada di desa pasar singkut kemudian dokumen yang berbentuk
gambar berupa poto dari pabrik itu sendiri. Metode Dokumentasi merupakan
pelengkap dari metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
model analisis data mengalir (flow model). Sejumlah langkah analisis terdapat
pada model yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.73
1. Pengumpulan Data
Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang terkait
dengan pertanyaan dan atau tujuan penelitian.
2. Reduksi Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yakni dari pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.
Setelah di pelajari maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data.
Langkah ini berkaitan erat dengan proses menyeleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, mengabstraksikan, dan mentransformasikan data mentah yang
72 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan . . . , hlm. 326.
73 Jejen Musfah, Tips Menulis Karya Ilmiah. . . , hlm. 62.
46
diperoleh dari hasil penelitian. Reduksi data dilakukan selama penelitian
berlangsung. Peneliti sudah mengetahui data-data apa saja yang dibutuhkan terkait
penelitiannya.
3. Penyajian Data
Setelah melakukan reduksi data maka langkah selanjutnya dalam analisis
data adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan
peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang umum
dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang menceritakan secara
panjang lebar temuan penelitian. Namun untuk teks naratif tertentu ada yang
dialihkan menjadi bentuk gambar, bagan, dan tabel. Dalam penelitian ini penulis
menggunaka teks yang bersifat naratif.
4. Kesimpulan atau Verifikasi
Setelah data yang dikumpul direduksi dan selanjutnya disajikan, maka
langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan atau
verifikasi. Data yang terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara, dan
dokumentasi yang terkait dengan penelitian yang direduksi untuk dipilih mana
yang lebih tepat untuk disajikan. Proses pemilihan data akan difokuskan pada data
yang mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan, atau untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang terkait dengan masalah penelitian.
Penarikan kesimpulan tidak terlepas dari fenomena permasalahan yang diteliti.74
74
Jejen Musfah, Tips Menulis Karya Ilmiah . . . , hlm. 62-64.
BAB III
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
1. Sejarah Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun
Kecamatan Singkut merupakan kecamatan yang berada di Kabupaten
Sarolangun, kata Singkut itu sendiri di ambil dari kata “sangkut” yang bearti
“nyangku”, karena pada zaman presiden Suharto ada penduduk dari jawa yang
merantau ke daerah ini, dan rombongan tersebut menemui sebuah sungai yang
cukup besar dan setelah meminum air tersebut orang-orang itu tidak dapat
kembali ke kampung halamannya, atau dalam arti orang-orang tersebut tersangkut
di tepian sungai dan akhirnya merekapun menetap di daerah tersebut dan
membuat sebuah kelompok.
Ketika pemerintah membuat transmigrasi dari Jawa, orang jawa yang
sudah menetap di situ menyarankan membuat nama daerah itu menjadi Singkut,
yang di setujui oleh pemerintah. Kecamatan Singkut di resmikan pada tanggal 13
juni 1970 semasa pemerintahan presiden Suharto. Pada tahun 2010 jumlah desa
sudah mencapai 11 desa 1 kelurahan.
Diantara 11 desa tersebut salah satu desa di Kecamatan Singkut memiliki
Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) dimana desa itu adalah Desa Pasar
Singkut, desa ini merupakan desa yang memiliki UMKM di bandingkan desa-desa
lainnya, UMKM itu sendiri berupa usaha pabrik tahu dan usaha pabrik kerupuk.
47
48
Ada 7 UMKM di desa itu yaitu 5 pabrik tahu dan 2 pabrik kerupuk. adapun 7
UMKM tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 5.
Jenis UMKM
No Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
1. Pabrik keupuk Savana Pabrik tahu Iwan Pabrik tahu Iis
2. Pabrik tahu Engkong Pabrik tahu Rahwan Pabrik kerupuk Atik
3. Pabrik tahu Idris
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah unit usaha produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha disemua
sektor ekonomi. Usaha mikro kecil menengah (UMKM) merupakan salah satu
bagian penting dari perekonomian suatu daerah peran penting tersebut telah
mendorong Desa Pasar Singkut untuk terus berupaya mengembangkan UMKM.
Walaupun kecil dalam skala jumlah pekerjanya, aset dan omzet nya, namun begitu
UMKM sangat berperan dalam perekonomian Desa Pasar Singkut.
B. Visi Dan Misi
Visi
Menuju Usaha Mikro Kecil Menengah Yang Mandiri dan Berkualitas.
49
Misi
a. Mendorong terwujudnya usaha yang mampu membantu perekonomian
sekitar.
b. Membangun UMKM yang tangguh melalui peningkatan kapasitas usaha,
inovasi dan kreatifitas.
Gambar 1
STRUKTUR PEMILIK PABRIK DI DESA PASAR SINGKUT
PEMILIK UMKM
PABRIK TAHU PABRIK
KERUPUK
Iis
Iwan
Engkong Rahwan Idris
Karyawan
Karyawan Karyawan
Karyawan Karyawan
Atik Savana
Karyawan
Karyawan
50
1. Pabrik tahu
a. Pabrik Iis
Pabrik tahu milik ibu Iis didirikan mulai dari tahun 2005, awal ibu Iis
mendirikan pabrik ini di karenakan ingin membuka lowongan pekerjaan untuk
warga sekitar dan untuk membantu meningkatkan perekonomian di lingkungan
sekitarnya. Pabrik tahu ini mampu memproduksi tahu sebanyak 7000 yang
berukuran kecil dan 2.250 yang berukuran besar. Hingga sampai saat ini pabrik
ibu iis memiliki 4 orang karyawan.
b. Pabrik Iwan
Pabrik tahu milik bapak Iwan di kelola secara turun temurun, yang
pertama kali didirikan oleh ayahnya yaitu pada tahun 1992. Pabrik tahu bapak
Iwan ini dalam sehari dapat memproduksi sebanyak 4000 tahu yang berukuran
besar dan yang berukuran kecil. Hingga saat ini pabrik bapak Iwan memiliki 4
orang karyawan
c. Pabrik Engkong
Pabrik tahu milik Engkong didirikan pada tahun 1992, pabrik tahu
Engkong ini merupakan pabrik yang pertama kali didirikan di Desa Pasar Singkut
tersebut. Pabrik tahu Engkong merupakan pabrik yang satu-satunya mampu
bertahan selama 27 tahun meskipun telah mengalami pasang surut. Dalam sehari
pabrik tahu Engkong ini mampu memproduksi sebanyak 5000 tahu berukuran
besar dan berukuran kecil. Sampai saat ini pabrik Engkong memiliki 4 orang
karyawan.
51
d. Pabrik Rahwan
Pabrik tahu milik bapak Rahwan ini mulai didirikan dari tahun 2003,
awal mula pabrik ini didirikan karena bapak Rahwan ingin memulai usaha baru
karea sebelum mendirikan pabriknya bapak Rahwan berprofesi sebagai pedagang
biasa. Setiap harinya pabrik bapak rahwan mampu menghasilkan tahu sebanyak
5000 yang berukuran kecil maupun yang berukuran besar. Hingga saat ini pabrik
bapak Rahwan memiliki karyawan sebanyak 4 orang karyawan.
e. Pabrik Idris
Pabrik tahu milik bapak Idris ini mulai didirikan pada tahun 2010, awal
mula bapak Idris mendirikan usaha pabrik tahu ini karena bapak Idris melihat
peluang usaha tahu di pasaran lumayan bagus sehingga bapak Idris tertarik untuk
membuka usahanya ini. Hingga saat ini setiap harinya pabrik tahu bapak Idris
mampu menghasilkan 3500 tahu yang berukuran kecil dan 5000 tahu yang
berukuran besar. Hingga saat ini tahu milik bapak Idris ini memiliki karyawan
sebanyak 4 orang.
2. Pabrik Kerupuk
Di Desa Pasar Singkut ada 2 pabrik kerupuk yang masih bertahan samapi
sekarang adapun pabrik kerupuk itu yaitu pabrik kerupuk milik ibu Atik dan
pabrik kerupuk milik Savana.
52
a. Pabrik Atik
Berdirinya Pabrik kerupuk ibu Atik di Desa Pasar Singkut mulai dari
tahun 2001, awal mula berdiri pabrik kerupuk milik ibu Atik ini karena keinginan
ibu Atik untuk mengembangkan kemampuannya dalam membuat kerupuk dan
sekalian membuka peluang usaha baru, kemampuan ibu Atik dalam mengelola
kerupuk ini di dapat saat dia masih tinggal di pulau jawa, hingga saat ini pabrik
ibu Atik memiliki karyawan sebanyak 5 orang.
b. Pabrik Savana
Pabrik ini didirikan pada tahun 2013 awal mula pabrik ini didirikan
bukanlah pabrik kerupuk melainkan pabrik keripik setelah 4 tahun berjalan pabrik
keripik ini kemudian beralih menjadi pabrik kerupuk dengan alasan bahwa pabrik
kerupuk lebih bagus prospeknya untuk kedepannya. Kemudian dari tahun 2017
pabrik kerupk ini dijalankan oleh ibu Savana. Sekarang pabrik Savana ini sudah
memiliki 4 orang karyawan, yang dimana 2 orang karyawanya sebagai pengelola
kerupuk dan 2 orangnya lagi sebagai penjual.
BAB IV
Hasil Dan Pembahasan
A. Penerapan Analisis 5C Pada Pembiayaan UMKM Di Desa Pasar Singkut
Sebelum melakukan pembiayaan pihak UMKM terlebih dahulu di
analisis menggunakan analisis 5C. Adapun analisis 5C pada pembiayaan UMKM
di Desa Pasar Singkut bertujuan untuk menilai layak atau tidaknya UMKM
tersebut untuk di berikan pembiayaan oleh suatu lembaga keuangan.
1. Character
Analisis karakter digunakan untuk
melihat kepribadian dari pemilik
usaha pabrik tahu yang akan melakukan pembiayaan yaitu untuk melihat apakah
pemilik usaha pabrik tahu tersebut tinggal di lingkungan yang baik, dan tidak
terlibat tindakan kriminal atau tindakan terpuji lainnya. Berdasarkan hasil
wawancara bersama pemilik usaha pabrik tahu di Desa Pasar Singkut yaitu ibu Iis,
narasumber mengatakan bahwa:75
“Waktu saya mengajukan pinjaman untuk modal usaha saya ke bank,
saya di tanya dulu oleh pihak bank yang datang kerumah saya mereka menanyakan tentang kesehariaan saya, terus mereka juga menanyakan
kalau lingkungan sekitar rumah saya itu bagaimana”.
Pernyataan yang dikatakan ibu Iis selaku pemilik usaha pabrik tahu sama
dengan pernyataan ibu Atik selaku pemilik usaha pabrik kerupuk di Desa Pasar
Singkut, narasumber mengatakan:76
75
Wawancara Ibu Iis, Tanggal 4 Mei 2019, Pukul 14.00 Wib.
76 Wawancara Ibu Atik, Tanggal 6 Mei 2019, Pukul 10.00 Wib.
53
54
“Biasanya saya kalau ditanya tentang kepribadian iya paling mereka
cuman nanya kegiatan saya sehari-hari apa, terus keadaan kondisi lingkungan saya di sekitar seperti apa, iya intinya mereka nanya
tentang saya, paling cuman itu yang pihak bank tanyakan ke saya”
Perkataan dari ibu Iis sebagai pemilik usaha pabrik tahu dan perkataan
ibu Atik sebagai pemilik pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut di dukung oleh
perkataan dari salah satu karyawan dari PT. BNI Syariah Unit Singkut yaitu
bersama Ermi, Marketing di BNI Syariah, narasumber mengatakan:77
“Untuk menilai karakter nasabah pertama kita bisa melakukan cek
bahan dengan menggunakan cek ideb (informasi debitur) disini kita
bisa lihat rutinitas pinjaman atau kredit dia di tempat lain. yang kedua
survei secara langsung terhadap nasabah, kalau survei langsung kita
biasanya bertanya kepada calon nasabah itu secara langsung kalau
bertanya secara langsung kita bisa bertanya tentang keseharian
mereka dan kita juga bisa lihat keadaan lingkungan tempat tinggal
mereka”.
Dari hasil wawancara saya bersama pemilik usaha pabrik tahu dan
kerupuk di Desa Pasar Singkut serta karyawan dari PT. BNI Syariah Unit Singkut
dapat diketahui bahwa karakter seseorang dapat dilihat dari aktivitas keseharian
calon nasabah dan dari kondisi di lingkungan calon nasabah juga.
2. Capacity
Analisis capacity ini dilakukan untuk menilai kemampuan pemilik usaha
pabrik tahu dan usaha pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut dalam bidang
usahanya serta kemampuan pemilik usaha pabrik tahu dan usaha pabrik kerupuk
dalam memanajemen usahanya. Penilaian kemampuan pemilik usaha dilihat dari
pengalaman-pengalaman pemilik usaha dalam melakukan bisnisnya. Berdasarkan
77 Wawancara ibu Ermi Marketing PT BNI Syariah Unit Singkut, Tanggal 8 Mei 2019,
Pukul 10.30 Wib.
55
hasil wawancara bersama pemilik usaha pabrik tahu di Desa Pasar Singkut yaitu
bapak Iwan , narasumber mengatakan:78
“Pihak bank menanyakan kepada saya bagaimana pengalaman saya dalam mengelola usaha saya dan sebelumnya saya pernah melakukan
usaha ini atau belum ”.
Perkataan dari bapak Iwan selaku pemilik pabrik tahu selaras dengan
perkataan ibu Savana pemilik pabrik kerupuk yaitu, narasumber mengatakan:79
“Iya pihak bank menanyakan pengalaman saya dalam menjalankan
bisnis saya ini. Kata pihak bank apa saya itu sudah berpengalaman
dalam usaha saya ini terus katanya sebelum usaha saya yang sekarang
usaha ibu dulu apa, biasanya sih itu yang pihak bank tanyakan kalau
saya mau ngambil pembiayaan untuk modal usaha saya”
Kemudian perkataan dari bapak Iwan dan ibu Savana selaku pemilik
usaha pabrik tahu dan kerupuk di dukung juga oleh perkataan dari salah satu
karyawan dari PT. BNI Syariah Unit Singkut yaitu bersama Ermi, Marketing di
BNI Syariah, narasumber mengatakan:80
“Bahwa untuk melihat capacity dari calon nasabah yaitu dengan menilai keadaan usaha tersebut dan pengalaman dari pemilik usahanya juga,
dengan melihat pengalamanya kita bisa tahu kapasitas dia dalam mengelola usahanya”.
Berdasarkan hasil wawancara bersama bapak Iwan dan ibu Savana
pemilik usaha pabrik kerupuk dan usaha pabrik tahu beserta karyawan dari PT.
BNI Syariah Unit Singkut dapat di simpulkan bahwa capacity dapat dilihat
melalui kemampuan usaha dari pemilik usaha yaitu dengan melihat pengalaman
78
Wawancara bapak Iwan, Tanggal 4 Mei 2019, Pukul 13.00 Wib.
79 Wawancara Ibu Savana, Tanggal 7 Mei 2019, Pukul 09.00 Wib.
80 Wawancara Ibu Ermi Marketing PT. BNI Syariah Unit Singkut, Tanggal 8 Mei 2019, Pukul. 10.30 Wib.
56
usaha dari pemilik usaha itu sendiri, karena semakin lama pengalamnya semakin
bagus kapasitas pemilik usaha dalam mengelola usahanya.
3. Capital
Analisis capital merupakan analisis penilaian atas posisi keuangan
dilakukan dengan menilai modal dari pemilik usaha pabrik tahu dan usaha pabrik
kerupuk yang mengajukan pembiayaan, modal dapat dilihat dari inventory
(persediaan) barang dari usaha tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dari
pemilik usaha pabrik tahu di Desa Pasar Singkut yaitu bapak Iwan, narasumber
mengatakan bahwa:81
”Waktu saya mengajukan pinjaman untuk modal usaha saya ini ke pihak
bank, kan pihak bank biasanya survei dulu tuh, jadi mereka nanya dan
melihat persediaan jumlah barang dan bahan baku untuk produk tahu
saya ini, terus mereka juga nanya berapa stock bahan baku yang selalu
ada di pabrik ini dan berapa hari sekali stock bahan baku untuk tahu
ini datang ”.
Perkataan dari bapak Iwan ini juga selaras dengan perkataan dari ibu Iis
sama-sama pemilik pabrik tahu yang ada di Desa Pasar Singkut, narasumber
mengatakan:82
“Iya mereka nanya sih, kan biasanya waktu survei kerumah saya mereka
melihat dan nanaya keadaan pabrik saya dan melihat apa saja yang
ada di pabrik saya ini, iya terutama persediaan barang bahan baku yang ada di pabrik saya ini.”
Perkataan dari bapak Iwan dan ibu Iis selaku pemilik pabrik tahu di Desa
Pasar Singkut di dukung juga dengan perkataan dari salah satu karyawan PT. BNI
81 Wawancara Bapak Iwan, Tanggal 4 Mei 2019, Pukul 13.00 Wib.
82 Wawancara Ibu Iis, Tanggal 4 Mei 2019, Pukul 14.00 Wib.
57
Syariah Unit Singkut yaitu bapak Suparno, Sub Branch Manager di BNI Syariah
Unit Singkut, narasumber mengatakan:83
“Bahwa untuk melihat modal dari calon nasabah, kita dari PT. BNI Syariah bisa melihat dari asset yang di miliki oleh calon nasabah
seperti inventory (persediaan) barang dan jumlah bahan baku yang dimiliki calon nasabah.”
Berdasarkan hasil wawancara bersama pemilik usaha pabrik tahu di Desa
Pasar Singkut dan salah satu karyawan PT. BNI Syariah Unit Singkut ini dapat
disimpulkan bahwa analisis capital merupakan analisis yang berhubungan dengan
modal dapat dilihat dengan jumlah persediaan barang dan jumlah bahan baku dari
calon nasabah.
4. Collateral
Analisis collateral dilakukan untuk menilai atau melihat atas angunan
yang dimiliki oleh pemilik usaha pabrik kerupuk dan usaha pabrik tahu di Desa
Pasar Singkut dilakukan untuk mengetahui apa saja yang biasa di jaminkan oleh
pemilik usaha di Desa Pasar Singkut ini serta melihat nilai dari angunan itu
sendiri. berdasarkan wawancara bersama pemilik usaha pabrik tahu Iis,
narasumber mengatakan bahwa:84
“Kalau untuk jaminan biasanya saya menjaminkan sertifikat tanah kalau gak sertifikat palingan BPKB kendaran saya. Kebetulan oge bank yang
biasa saya pinjam itu biasanya kalau jaminan nya paling dua itu kalau gak sertifikat iya BPKB. Jadi iya kebetulan ibu juga punyanya
sertifakat dan BPKB juga”.
83 Wawancara Bapak Suparno, Sub Branch Manager Bni Syariah Unit Singkut, Tanggal 8
Mei 2019, Pukul 11.00 Wib.
84 Wawancara Ibu Iis, Tanggal 4 Mei 2019, Pukul 14.00 Wib.
58
Perkataan dari ibu Iis ini selaras juga dengan perkataan ibu Atik pemilik
pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut, narasumber mengatakan:85
“Selama saya minjam uang kebank saya selalu menjaminkan sertifikat rumah, kalau enggak sertifikat rumah iya paling BPKB dari kendaraan
saya paling yang saya jaminkan. Tapi kalau saya lebih seringnya
sertifikat rumah”.
Kemudian perkataan dari ibu Iis dan ibu Atik ini di dukung oleh
perkataan dari salah satu karyawan PT. BNI Syariah Unit Singkut yaitu bersama
Ermi, Marketing di BNI Syariah Unit Singkut, narasumber mengatakan:86
“Kebetulan di BNI Syariah ini yang bisa dijaminkan hanya berupa
sertifikat, BPKB kendaraan dan deposit. Jadi calon nasabah hanya menjaminkan ketiga barang tersebut kalau tidak sertifikat, BPKB, dan
deposito yang mereka miliki”.
Berdasarkan wawancara bersama pemilik usaha pabrik tahu dan usaha
pabrik kerupuk serta karyawan dari PT. BNI Syariah Unit Singkut dapat di
simpulkan bahwa sertifikat tanah dan BPKB kendaraan merupakan barang yang
bisa digunakan untuk dijadikan jaminan dalam proses pembiayaan.
5. Conditon of economy
Untuk menilai kondisi ekonomi dari pemilik usaha pabrik tahu dan
pemilik usaha pabrik kerupuk kondisi ekonomi ini biasa dapat dilihat dari kondisi
pasar dari usaha yang di jalankan oleh pemilik usaha. Berdasarkan hasil
85
Wawancara Ibu Atik, Tanggal 6 Mei 2019, Pukul 10.00 Wib.
86 Wawancara Ibu Ermi, Marketing Pt. Bni Unit Singkut, Tanggal 8 Mei 2019, Pukul
10.30 Wib.
59
wawancara bersama pemilik usaha pabrik tahu Iwan, narasumber mengatakan
bahwa:87
“Iya...Kalau untuk Prospek usaha sih iya di tanyakan ke saya, kalau
untuk prospek usaha palingan mereka nanya usaha saya ini kalau
untuk kedepannya bakal bagus atau maju enggak, kemudian persaingan
di luar sangat ketat jadi usaha saya ini bisa bersaing atau tidak dengan
usaha yang lainnya”.
Perkataan bapak Iwan ini selaras dengan perkataan ibu Savana selaku
pemilik usaha pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut, narasumber mengatakan
bahwa:88
“Biasanya sih kalau prospek usaha kadang ditanyakan juga, paling mereka nanya apakah usaha saya ini kedepanya kira-kira akan bagus
atau engak. Mungkin dari prospek usaha saya ini mereka melihat kalau usaha saya ini bagus apa tidak jika di berikan pinjaman modal”.
Berdasarkan perkataan dari bapak Iwan dan ibu Savana selaku pemilik
usaha di Desa Pasar Singkut di dukung juga dengan perkataan dari salah satu
karyawan PT. BNI Syariah Unit Singkut yaitu bersama Ermi, marketing BNI
Syariah Unit Singkut, narasumber mengatakan bahwa :89
“Untuk kondisi pasar dan prospek usaha dari calon nasabah bisa kami
pertimbangkan untuk memberikan pembiayaan terhadap calon
nasabah. Kita juga dari BNI Syariah juga sangat memperhatikan
perkembangan usaha yang dimiliki calon nasabah kami, kami juga
membaca peluang pasar di masyarakat untuk produk usaha yang calon
nasabah kelola”.
Dari hasil wawancara saya bersama pemilik usaha pabrik tahu bapak
Iwan dan usaha pabrik kerupuk ibu Savana serta karyawan dari PT. BNI Syariah
87 Wawancara Bapak Iwan, Tanggal 4 Mei 2019, Pukul 13.00 Wib.
88 Wawancara Ibu Savana, Tanggal 7 Mei 2019, Pukul 09.00 Wib.
89 Wawancara Ibu Ermi, Marketing Pt. Bni Syariah Unit Singkut, Tanggal 8 Mei 2019, Pukul 10.30 Wib.
60
Unit Singkut ini dapat di simpulkan bahwa prospek usaha dari pemilik usaha
dapat berperan dalam pemberian pembiayaan terhadap pemilik usaha.
B. Kendala yang terjadi pada pembiayaan UMKM di Desa Pasar Singkut
Berdasarkan hasil wawancara saya bersama pemilik usaha pabrik tahu
dan usaha pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut, dalam penerapan pemberian
pembiayaan pada UMKM di Desa Pasar Singkut mengalami beberapa kendala
yaitu:
1. Character
Menurut keterangan pihak pemilik usaha pabrik tahu dan pemilik usaha
pabrik kerupuk mereka mereka sering tidak tepat waktu dalam melakukan
pembayaran angsuran. Hal ini di ungkapkan oleh pemilik pabrik tahu Iis,
narasumber menyatakan bahwa:90
“Kalau ibu sih... enggak juga selalu tepat kalau tepat mah, iya kadang
saya telat juga dalam membayar angsurann saya kebank tapi kadang juga ibu tepat bayar angsurannya”.
Perkataan dari ibu Iis ini selaras dengan perkataan dari ibu Savana
pemilik usaha kerupuk di Desa Pasar Singkut, narasumber mengatakan:91
“Iya kalau masalah bayar angsuran kadang pernah juga saya gak tepat bayar angsuran saya. Tapi saya pernah juga bayar tepat waktu, iya
imbang kadang bisa telat kadang juga tepat”.
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pemilik usaha pabrik
tahu ibu Iis dan pemilik usaha pabrik kerupuk ibu Savana ini tidak memiliki itikad
90 Wawancara Ibu Iis, Tanggal 4 Mei 2019, Pukul 14.00 Wib.
91 Wawancara Ibu Savana, Tanggal 7 Mei 2019, Pukul 09.00 Wib.
61
untuk membayar angsuran kepada bank, buktinya mereka masih suka telat bayar
angsuran ke bank. sehingga akan terjadi pembiayaan macet, ketika sudah terjadi
pembiayaan macet maka dari pihak bank akan mempertimbangkan lagi untuk
memberikan pembiayaan di kemudian hari.
2. Capacity
Menurut keterangan pemilik usaha pabrik tahu dan pabrik kerupuk di
Desa Pasar Singkut bahwa mereka belum begitu mengikuti kemajuan teknologi
dalam melakukan proses produksi. Hal ini di ungkapkan oleh pemilik usaha
pabrik tahu Bapak Iwan, narasumber mengatakan bahwa:92
“Tidak, karena saya masih mengelola usaha saya dengan cara yang
sama seperti ayah saya mengelolanya yaitu dengan pake cara
tradisional, saya masih memepertahankan cara tradisional untuk
mengelola usaha saya ini, semuanya pokoknya serba tradisional mulai
dari awal proses mengelola tahu sampe tahap akhir kami semuanya
serba tradisional”.
Dari perkataan Bapak Iwan ini selaku pemilik usaha pabrik tahu ternyata
selaras dengan perkataan Ibu Atik pemilik pabrik kerupuk, narasumber
mengatakan:93
”Kebetulan di pabrik saya ini, saya masih pake sistem tradisional dalam mengelola usaha saya, mulai dari cetak kerupuk, kemas kerupuk, dan
goreng kerupuk semuanya kami lakukan secara tradisional, tidak mengunakan mesin”.
Dalam suatu ukuran kapasitas pengusaha jika ukuran pengusaha di
bawah kemampuannya untuk menggerakkan usaha mereka maka akan
menimbulkan keraguan bank dalam memberikan pembiayaan. salah satu
92 Wawancara Bapak Iwan, Tanggal 4 Mei 2019, Pukul 13.00 Wib.
93 Wawancara Ibu Atik, Tanggal 6 Mei 2019, Pukul 10.00 Wib.
62
kapitasnya adalah mengelola usahanya dilihat dari kemampuan pengusaha dalam
mengikuti kemajuan-kemajuan teknologi.
3. Collateral
Permohonan angunan yang di ajukan oleh pihak pemilik usaha pabrik
tahu dan usaha pabrik kerupuk yang ada di Desa Pasar Singkut, kadang jumlah
nilai dari angunan tersebut lebih kecil dari pada jumlah nilai pembiayaan yang di
ajukan, hal ini di ungkapkan oleh pemilik usaha pabrik tahu dan kerupuk di Desa
Pasar Singkut yaitu Iis, narasumber mengatakan bahwa:94
“Tidak pernah sih karna kalau soal masalah harga angunan, saya tidak pernah memperkirakan nilai dari harga angunan saya dan jumlah dana
yang saya ajukan yang penting saya hanya memberikan angunan untuk sebagai jaminan dari pembiayaan saya itu”.
Perkataan dari ibu Iis ini selaku pemilik usaha pabrik tahu selaras dengan
perkataan ibu Savana pemilik usaha pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut,
narasumber mengatakan:95
“Kalau saya sih gak pernah memperkirakan nilai dari jumlah jaminan saya itu, paling saya taunya cuman ngasih jaminan saya aja, dan juga
gak pernah saya kirakan berapa jumlah nilai harga dari jaminan saya itu”.
Karena sering terjadinya permohonan pembiayaan yang terlalu besar dan
nilai dari angunan yang lebih kecil dari pembiayaan, ini menjadi kendala bagi
pemilik usaha pabrik tahu dan pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut dalam
mengajukan pembiayaan.
94 Wawancara Ibu Iis , Tanggal 4 Mei 2019, Pukul 14.00 Wib.
95 Wawancara Ibu Savana, Tanggal 7 Mei 2019, Pukul 09.00 Wib.
63
Berdasarkan wawancara saya bersama pemilik usaha pabrik tahu dan
kerupuk di Desa Pasar Singkut bahwa kendala yang sering terjadi dalam analisis
5C pada pemberian pembiayaan yang menjadi kendalanya yaitu di analisis
Character, Capacity, Collateral. Analisis Charcter, Capacity, Collateral yang
paling sering di perhatikan dan menjadi kendala ketika pihak calon nasabah ingin
mengajukan pembiayaan sedangkan analisis Capital dan Condition Of Economy
tidak begitu di perhatikan.
C. Peranan analisis 5C pada pembiayaan UMKM di Desa Pasar Singkut
Berdasarkan hasil wawancara bersama pemilik usaha pabrik tahu dan
pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut, peranan analisis 5C pada pembiayaan
UMKM di desa pasar singkut yaitu:
1. Character
Setelah melakukan wawancara bersama pemilik usaha pabrik tahu dan
pemilik usaha pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut bahwa peranan analisis
Character digunakan untuk melihat kepribadian dari pemilik usaha pabrik tahu
dan pemilik usaha kerupuk di Desa Pasar Singkut dalam melakukan pengajuan
pembiayaan untuk modal usahanya. Dari analisis Character ini dapat diketahui
bahwa pemilik usaha ini tidak memiliki itikad baik dalam mengembalikan
pembiayaan di kemudian hari.
64
2. Capacity
Dari hasil wawancara bersama pemilik usaha pabrik tahu dan kerupuk di
Desa Pasar Singkut, Peran dari analisis Capacity digunakan untuk menilai
kemampuan usaha dari pemilik pabrik tahu dan pemilik pabrik kerupuk itu.
kemampuan usahanya dapat dilihat dari cara dia dalam mengelola usahanya.
Pemilik usaha pabrik tahu dan pabrik kerupuk dalam mengelola usahanya masih
secara tradisional sehingga hasil yang di produksinya masih terbatas.
3. Capital
Setelah melakukan wawancara bersama pemilik usaha pabrik tahu dan
pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut. Peranan Capital dalam analisis 5C pada
pembiayaan yaitu untuk melihat kelancaran dari pemasukan dan pengeluaran
persediaan barang yang dimiliki oleh pemilik usaha tersebut, dan juga untuk
melihat berapa banyak jumlah persediaan bahan baku yang masih dimiliki oleh
pemilik pabrik tahu dan kerupuk di Desa Pasar Singkut ini. Dengan melihat
jumlah persedian barang dan jumlah bahan baku dapat diketahui kelancaran
tingkat modal yang dimilikinya.
4. Collateral
Setelah melakukan wawancara bersama pemilik usaha pabrik tahu dan
pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut bahwa peranan analisis Collateral
digunakan untuk melihat jaminan yang dimiliki oleh pemilik pabrik kerupuk dan
tahu di Desa Pasar Singkut dalam melakukan pengajuan pembiayaan untuk modal
usahanya. Dari hasil wawancara tersebut didapat bahwa jaminan yang di
65
ajukan oleh pemilik usaha pabrik tahu dan kerupuk ini tidak dapat memenuhi dari
jumlah dana yang di ajukannya.
5. Condition of economy
Setelah melakukan wawancara bersama pemilik usaha pabrik tahu dan
pabrik kerupuk analisis Condition Of Economy merupakan analisis yang berperan
untuk melihat prospek usaha yang sedang dijalankan. Karena prospek usaha dari
pabrik tahu dan kerupuk di Desa Pasar Singkut itu bagus, maka pihak perbankan
akan mempertimbangkan pembiayaan yang di ajukan oleh pemilik pabrik tahu
dan pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut ini.
Berdasarkan peranan analisis 5C dimana Character, Capacity, Capital,
Collateral, Condition Of Economy di atas dapat disimpulkan bahwa pemilik usaha
pabrik tahu dan pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut tidak layak diberikan
pembiayaan, ini disebabkan karena pemilik usaha pabrik tahu dan kerupuk dari
tidak mampu memenuhi analisis Caharacter, Capacity, dan Collateral. Dari
analisis Caharacter di ketahui bahwa pemilik usaha pabrik tahu dan pabrik
kerupuk tidak memiliki itikad baik dalam mengembalikan angsuran pembiayaan
dikemudian hari, kemudian dari analisis Capacity diketahui bahwa usaha pabrik
tahu dan pabrik kerupuk ini masih mengelola usahanya secara tradisional
sehingga akan susah bersaing dengan usaha yang lainnya dan hasil produksinya
masih terbatas, dan dari analisis Collateral diketahui nilai dari jaminan yang
diajukan tidak mampu memenuhi dana yang diminta.
66
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ita
Purnamasari yaitu Analisis Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition
Of Economy, Constrain (6C) pada pembiayaan PT. Bank Brisyariah Cabang
Jambi, pada penelitian ini dan penelitian Ita Purnamasari masalah yang di bahas
sama. Yaitu membahas tentang hambatan atau kendala yang terjadi saat analisis
pada pemberian pembiayaan, adapun hambatan atau kendala yang terjadi yaitu
dari analisis Character, Capacity, dan Collateral.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam penerapan analisis 5C, yaitu character, capacity, capital,
collateral, condition of economy pada pemilik usaha pabrik tahu dan
pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut sudah diterapkan, hal ini di buktikan
pada saat melakukan pembiayaan pihak pemilik usaha di tanya tentang
kepribadian dari pemilik usaha yang merupakan bagian dari analisis
caharacter, kemampuan dalam mengelola usahanya bagian dari analisis
capacity, persediaan barang dan jumlah bahan baku yang merupakan
bagian dari analisis capital, angunan yang merupakan dari jaminan bagian
analisis collateral dan prospek usaha kedepannya merupakan bagian
analisis condition of economy.
2. Kendala dalam penerapan analisis 5C pada pemberian pembiayaan
UMKM di Desa Pasar Singkut masih sering terjadi. Adapun kendala yang
sering dihadapi oleh pemilik usaha pabrik tahu dan pabrik kerupuk yaitu di
analisis character, capacity, dan collateral. Di analisis character pemilik
usaha masih tidak tepat dalam membayar angusaran, kemudian kendala
dari analisis capacity yaitu pemilik usaha pabrik tahu dan pabrik kerupuk
di Desa Pasar Singkut belum bisa mengikuti kemajuan teknologi, dan dari
analisis collateral kendala yang terjadi yaitu nilai jaminan lebih kecil dari
dana yang di ajukan.
67
68
3. Dalam peranan analisis analisis 5C yang dimana Character, Capacity,
Capital, Collateral, Condition Of Economy di ketahui bahwa usaha pabrik
tahu dan pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut tidak layak diberikan
pembiayaan, karena tidak bisa memenuhi analisis character, capacity, dan
collateral.
B. Saran
1. Sebaiknya pihak pemilik usaha pabrik tahu dan pabrik kerupuk di Desa
Pasar Singkut lebih memperhatikan analisis 5C tersebut Character,
Capacity, Capital, Collateral, Condition Of Economy ketika ingin
mengajukan pembiayaan.
2. Sebaiknya untuk kedepan pemilik usaha agar bisa lebih tepat dalam
membayar angusaran pembiayaan, kemudian mengikuti kemajuan
teknologi dalam melakukan usahanya, dan harus bisa memperkirakan
jumlah angunan dan dana yang diajukan.
3. Sebaiknya pemilik usaha harus lebih bisa memperhatikan setiap aspek
analisis 5C dimana Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition Of
Economy agar usahanya layak untuk diberikan pembiayaan oleh pihak
bank.
C. Kata Penutup
Demikian karya ini ditulis, semoga bisa bermanfaat khususnya bagi
penulis dan bagi masyarakat umumnya. Karya ini penulis sadari masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak tentunya sangat berarti untuk perbaikan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio Muhammad Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
Arrison Hendry, Perbankan Syariah, Jakarta: Muamalah Institute, 1999.
Badan Pusat Statistik.
Budiarto Rachmawati, Pengembangan UMKM Antara Konseptual Dan Pengalaman Praktis, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2015.
Desperindagkop Kabupaten Sarolangun.
Dewi Anggraini, “Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi Pengembangan UMKM Di Kota Medan (Studi Kasus BANK BRI)”, Jurnal: Ekonomi dan Keuangan Vol, 1, No. 3, 2013.
Etty Mulyati, Kredit Perbankan: Aspek Hukum dan Pengembangan Usaha Mikro
Kecil Dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2016.
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan, Bandung: Alfabeta, 2016.
Budi Harsono, Tiap Orang Bisa Menjadi Sukses Melalui UMKM. Jakarta: Pt Elex Media Komputindo, 2014.
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014.
Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Kredit Secara Sehat, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. 2015.
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2001.
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Jakarta: Referensi,
2013.
Jejen Musfah, Tips Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: Kencana, 2016.
Ni Wayan Ana Purnamayanti dkk, “ Pengaruh Pemberian Kredit dan Modal Terhadap Pendapatan UKM”, Jurnal: Manajemen, Vol. 2, Tahun 2014.
Ratih Tresnati, Neni Sri Imaniyati Tasya Aspiranti, “Kajian Faktor-Faktor Penghambat Akses Kredit Industri Kecil Dan Produk Tekstil Di Kabupaten Bandung”, Jurnal: Issn 2089-3590, 2010.
Veithzal Rivai, dan Andria Permata Veithzal. Credit Management Handbook.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.
Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori Dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi ,
Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Leonardus Saiman, Kewirausahaan, Jakarta: Salemba Empat, 2016.
Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2005.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, Bandung: Alfabeta, 2013.
Syamsuddin Lukman, Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004.
Tulus T.H. Tambunan, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2017.
Y Sri Susilo, “Peran Perbankan Dalam Pembiayaan Di Provinsi Diy”, Jurnal:
Keungan Dan Perbankan, Vol. 14, No. 3, 2010.
LAMPIRAN
DAFTAR INFORMAN
No Nama Informan Jabatan/Pekerjaan
1. Iis Pemilik Pabrik Tahu
2. Atik Pemilik Pabrik Kerupuk
3. Savana Pemilik Pabrik Kerupuk
4. Iwan Pemilik Pabrik Tahu
5. Suparno Sub Branch Manager BNI
Syariah Unit Singkut
6. Ermi Marketing BNI Syariah Unit
Singkut
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Wawancara Bersama Pemilik Pabrik Kerupuk Dan Tahu Di Desa Pasar Singkut
Poto bersama Ibu Ermi sebagai Marketing di PT. BNI Syariah Unit Singkut
setelah melakukan wawancara
Poto bersama Bapak Suparno sebagai Sub Branch Manager PT. BNI Syariah Unit
Singkut setelah melakukan wawancara
Poto pabrik tahu di Desa Pasar Singkut
Pabrik kerupuk di Desa Pasar Singkut
PT BNI Syariah Unit Singkut di Jl. Lintas Sumatera Desa Bukit Tigo Rt.10 Rw.05
Kec. Singkut Kab. Sarolangun
1. Transkip wawancara pertama
Hari/tanggal
: Sabtu, 4 Mei 2019
Waktu
: 14.00 Wib
Nama Informan
: Iis
Jabatan
: Pemilik Usaha Pabrik Tahu
a. Aspek Character
1. Apakah ibu selalu tepat waktu dalam membayar angsuran ke bank ?
Jawab: kalau ibu sih... enggak juga selalu tepat kalau tepat mah, iya kadang saya
telat juga dalam membayar angsurann saya kebank tapi kadang juga ibu
tepat bayar angsurannya.
2. Apakah ibu pernah di tanya tentang kepribadian oleh pihak bank pada saat
ingin mengajukan pembiayaan untuk modal usaha ibu?
Jawab: kalau masalah tentang pribadi saya sih pernah juga pihak bank nanya,
selama saya minjam uang kebank iya kadang orang dari bank nya itu nnya
soal itu tadi, tapi ya gak begitu mendalam nanya sama sayanya paling
nanya biasa-biasa aja sih.
3. Apa saja yang pihak bank tanyakan tentang kepribadian ibu itu ?
Jawab: waktu saya mengajukan pinjaman untuk modal usaha saya ke bank, saya
di tanya dulu oleh pihak bank yang datang kerumah saya mereka
menanyakan tentang kesehariaan saya, terus mereka juga menanyakan
kalau lingkungan sekitar rumah saya itu bagaimana.
b. Aspek Capacity
1. Apakah ibu pernah ditanya berapa lama usaha ibu berdiri oleh pihak bank pada
saat ingin mengajukan pembiayaan untuk modal usaha ibu?
Jawab: ohh.. kalau soal nanya berdiri usaha saya pasti, selama saya mau minjam
uang pasti ditanya, kan biasanya pihak daru bank yang mau saya pinjamin
untuk modal saya itu biasanya tuh kan ada survei dulu kerumah sebelum
ngasih pinjmanya, nah.. di survei itu mereka nanya kesaya tentang berdiri
pabrik saya ini, pokoknya seputar usaha saya ditanya oleh mereka.
2. Sudah berapa lama ibu mendirikan usaha ibu ini?
Jawab: kebetulan saya mendirikan usaha ini dari tahun 2005, jadi kalau di hitung-
hitung bearti usaha saya ini sudah 14 tahun berdirinya, sudah cukup lama
iya usaha saya ini.
3. Apakah pengalaman ibu dalam mengelola usaha di tanya oleh pihak bank
ketika ingin mengajukan pembiayaan untuk modal usaha ibu?
Jawab: pernah juga sih ditanyakan kalau soal pengalaman saya dalam mengelola
usaha saya, kalau saya mah soal pengalaman dalam usaha saya ini
insaallah sudah berpengalaman karna saya sudah lama mengelola usaha
saya ini.
4. Apakah ibu selalu menerapkan kemajuan teknologi untuk mengelola usaha ibu
ini ?
Jawab: kalau kemajuan teknologi kebetulan saya belum begitu menggunakannya
di pabrik saya ini, karena di pabrik saya, saya masih memakai cara
tradisional untuk mengelola usaha saya, baik dari cetak tahu nya saya dan
karyawan saya masih pake cetakan tradisional.
c. Aspek Capital
1. Apakah alat-alat produksi yang ibu gunakan milik sendiri atau menyewa?
Jawab: kebetulan semua alat produksi yang saya gunakan itu milik pribadi, jadi
semua alat produksi itu milik saya semua tidak ada yang menyewa sama
orang.
2. Apakah ketika mengajukan pembiayaan pihak bank menanyakan persediaan
barang dan bahan baku yang ada di pabrik ibu?
Jawab: iya mereka nanya sih, kan biasanya waktu survei kerumah saya mereka
melihat dan nanaya keadaan pabrik saya dan melihat apa saja yang ada di
pabrik saya ini, iya terutama persediaan barang bahan baku yang ada di
pabrik saya ini.
3. Apakah persedian barang dan bahan baku produk ibu selalu ada?
Jawab: saya mah selalu memprioritaskan barang dan bahan baku untuk tahu saya,
jadi iya selalu ada, karena kalau nanti saya mau buat tahu kalau barang
bahan baku sudah ada jadi enak saja, dan kadang kan harga kedelai tuh
mahal jadi saya kadang stock kedelai banyak kalau harga kedelai lagi
murah.
d. Aspek Collateral
1. Apa saja yang biasa ibu jaminkan untuk jaminan ke bank ?
Jawab: Kalau untuk jaminan biasanya saya menjaminkan sertifikat tanah kalau
gak sertifikat palingan BPKB kendaran saya. Kebetulan oge bank yang
biasa saya pinjam itu biasanya kalau jaminan nya paling dua itu kalau gak
sertifikat iya BPKB. Jadi iya kebetulan ibu juga punyanya sertifakat dan
BPKB juga.
2. Apakah ibu pernah memperkirakan harga dari jaminan ibu terhadap jumlah
dana yang ibu ajukan ?
Jawab: tidak pernah sih karna kalau soal masalah harga angunan, saya tidak
pernah memperkirakan nilai dari harga angunan saya dan jumlah dana
yang saya ajukan yang penting saya hanya memberikan angunan untuk
sebagai jaminan dari pembiayaan saya itu.
e. Aspek Condition Of Economy
1. Apakah usaha ibu ini di dukung oleh pemerintah daerah ?
Jawab: enggak, karena usaha saya ini saya dirikan sendiri, jadi gak ada dukungan
pemerintah di usaha saya ini.
2. Apakah usaha ibu ini menjanjikan untuk di jalankan dalam prospek jangka
waktu kedepannya ?
Jawab: kalau untuk prospek usaha saya sendiri sih menjanjikan, karena tahu kan
merupakan makanan yang banyak di sukai masyarakat. Dan juga tahu
produk saya ini banyak juga diminati oleh masyarakat sekitar. Jadi kalau
untuk prospek kedepan insaallah bagus.
3. Apakah prospek usaha ibu di tanyakan oleh pihak bank ketika mengajukan
pembiayaan untuk modal usaha ibu ?
Jawab: kalau prospek usaha sih heeh ditanya, biasanya mah pihak bank nanya ke
saya itu gini kira-kira usaha ibu ini kalau di jalankan kedepanya akan
bagus apa engak, Terus dari hasil usaha saya ini bisa enggak membayar
angsuran setiap bulannya iya saya jawab aja bisa.
2. Transkip wawancara kedua
Hari/tanggal
: minggu, 4 Mei 2019
Waktu
: 13.00 Wib
Nama Informan
: 1wan
Jabatan
: Pemilik Usaha Pabrik Tahu
a. Aspek Character
1. Apakah bapak selalu tepat waktu dalam membayar angsuran ke bank ?
Jawab: ahh.. nya kadang enggak tepat juga saya bayar angsuran nya, kalau lagi
tepat iya saya bayarnya tepat kalau lagi telat iya telat. Iya tergantung
keadaan dan kondisi saja.
2. Apakah ibu pernah di tanya tentang kepribadian oleh pihak bank pada saat
ingin mengajukan pembiayaan untuk modal usaha bapak?
Jawab: iya pernah
3. Apa saja yang pihak bank tanyakan tentang kepribadian bapak itu ?
Jawab: kalau untuk nanya tentang kepribadian paling mereka nanya keseharian
saya bagaimana, apa saja yang saya lakukan sehari-hari, kemudian
lingkungan sekitar saya juga ditanyakan. Iya paling cuman sebatas itu
yang ditanya kesaya.
b. Aspek Capacity
1. Apakah bapak pernah ditanya berapa lama usaha bapak berdiri oleh pihak bank
pada saat ingin mengajukan pembiayaan untuk modal usaha bapak?
Jawab: selama saya minjam uang kebank untuk usaha saya ini, kalau untuk
tentang berdiri usaha selama ini selalu ditanyakan sama saya, iya mereka
selalu nanya sudah berapa lama saya mengelola usaha saya ini dan sudah
berapa lama saya mendirikan usaha saya ini.
2. Sudah berapa lama bapak mendirikan usaha bapak ini?
Jawab: kurang lebih saya mendirikan usaha saya sudah 28 tahun. Iya karena usaha
saya ini kan usaha turun temurun jadi sudah lama berdirinya, usaha saya
ini mulai di dirikan oleh ayah saya sejak tahun 1991 dulu. Jadi iya usaha
saya ini bisa dibilang sudah cukup lama berdirinya, dan alhamdulilah
masih bisa bertahan sampe sekarang.
3. Apakah pengalaman bapak dalam mengelola usaha di tanya oleh pihak bank
ketika ingin mengajukan pembiayaan untuk modal usaha bapak?
Jawab: iya ditanyakan juga, pihak bank menanyakan kepada saya bagaimana
pengalaman saya dalam mengelola usaha saya dan sebelumnya saya
pernah melakukan usaha ini atau belum.
4. Apakah bapak selalu menerapkan kemajuan teknologi untuk mengelola usaha
bapak ini ?
Jawab: tidak, karena saya masih mengelola usaha saya dengan cara yang sama
seperti ayah saya mengelolanya yaitu dengan pake cara tradisional, saya
masih memepertahankan cara tradisional untuk mengelola usaha saya ini,
semuanya pokoknya serba tradisional mulai dari awal proses mengelola
tahu sampe tahap akhir kami semuanya serba tradisional.
c. Aspek Capital
1. Apakah alat-alat produksi yang bapak gunakan milik sendiri atau menyewa?
Jawab: semua alat produksi untuk mengelola tahu saya itu semuanya milik saya
pribadi saya sendiri. jadi saya gak perlu menyewa untuk alat produksi saya
itu.
2. Apakah ketika mengajukan pembiayaan pihak bank menanyakan persediaan
barang dan bahan baku yang ada di pabrik bapak?
Jawab: iya kalau soal itu kadang ditanyakan juga, paling mereka nanya berapa
stock bahan baku yang selalu ada di pabrik saya ini dan berapa hari sekali
stock bahan baku datang. Mungkin mereka mau tau perputaran dari
persedian barang dan bahan baku dari produk saya.
3. Apakah persedian barang dan bahan baku produk ibu selalu ada?
Jawab: Waktu saya mengajukan pinjaman untuk modal usaha saya ini ke pihak
bank, kan pihak bank biasanya survei dulu tuh, jadi mereka nanya dan
melihat persediaan jumlah barang dan bahan baku untuk produk tahu saya
ini, terus mereka juga nanya berapa stock bahan baku yang selalu ada di
pabrik ini dan berapa hari sekali stock bahan baku untuk tahu ini datang
d. Aspek Collateral
1. Apa saja yang biasa bapak jaminkan untuk jaminan ke bank ?
Jawab: kalau saya biasanya iya kadang BPKB kendaran saya dan iya kadang juga
sertifikat tanah saya.
3. Apakah ibu pernah memperkirakan harga dari jaminan ibu terhadap jumlah
dana yang ibu ajukan ?
Jawab: kalau untuk memperkirakan harga jaminan saya enggak pernah, iya paling
saya cuman menjaminkan jaminan saya aja dan ngajukan pinjmaman saya,
jadi saya gak pernah memperkirakan nilai dari jaminan saya itu.
e. Aspek Condition Of Economy
1. Apakah usaha ibu ini di dukung oleh pemerintah daerah ?
Jawab: kalau dukungan pemerintah tidak ada, usaha saya ini asli saya kelola dan
saya dirikan sendiri tanpa bantuan siapa pun terutama pihak pemerintah.
2. Apakah usaha ibu ini menjanjikan untuk di jalankan dalam prospek jangka
waktu kedepannya ?
Jawab: iya menjanjikan, buktinya usaha yang saya kelola ini sudah bertahan
kurang lebih 28 tahun. Kalau tidak menjanjikan mungkin usaha saya gak
akan berdiri sampai 28 tahun. Bagi saya produk tahu yang saya jual juga di
sukai oleh konsumen, banyak konsumen yang pesan tahu produksi saya
baik untuk dijual kembali atau untuk konsumsi mereka, dari situ saya bisa
lihat kalau usaha saya bisa menjanjikan jika dijalankan untuk kedepanya.
3. Apakah prospek usaha ibu di tanyakan oleh pihak bank ketika mengajukan
pembiayaan untuk modal usaha ibu ?
Jawab: Iya...Kalau untuk Prospek usaha sih iya di tanyakan ke saya, kalau untuk
prospek usaha palingan mereka nanya usaha saya ini kalau untuk
kedepannya bakal bagus atau maju enggak, kemudian persaingan di luar
sangat ketat jadi usaha saya ini bisa bersaing atau tidak dengan usaha yang
lainnya
3.Transkip Wawancara Ketiga
Hari/tanggal
: senin, 6 Mei 2019
Waktu
: 10.00 Wib
Nama Informan
: Atik
Jabatan
: Pemilik Usaha Pabrik kerupuk
a. Aspek Character
1. Apakah ibu selalu tepat waktu dalam membayar angsuran ke bank ?
Jawab: kalau di bilang tepat terus iya gak juga sih.. pernah juga waktu itu saya
telat bayar angsuran saya, tapi gak sering juga telat tapi pernah, tapi saya
juga kadang bayar angsuran tepat waktu juga kok.
2. Apakah ibu pernah di tanya tentang kepribadian oleh pihak bank pada saat
ingin mengajukan pembiayaan untuk modal usaha ibu?
Jawab: kalau masalah pribadi iya pernah juga ditanya waktu pihak bank
melakukan survei kerumah saya, waktu survei itulah saya ditanya-tanya
tentang dana yang saya pinjam digunakan untuk apa, pokoknya nanya
seputar saya sih.
3. Apa saja yang pihak bank tanyakan tentang kepribadian ibu itu ?
Jawab: biasanya saya kalau ditanya tentang kepribadian iya paling mereka cuman
nanya kegiatan saya sehari-hari apa, terus keadaan kondisi lingkungan
saya di sekitar seperti apa, iya intinya mereka nanya tentang saya, paling
cuman itu yang pihak bank tanyakan ke saya.
b. Aspek Capacity
1. Apakah ibu pernah ditanya berapa lama usaha ibu berdiri oleh pihak bank pada
saat ingin mengajukan pembiayaan untuk modal usaha ibu?
Jawab: kalau masalah berdiri usaha pernah, waktu itu pernah juga mereka
menanyakan sama saya kalau usaha saya ini sudah berapa lama berdiri,
selain nanya sudah berapa lama berdiri mereka juga nanya kenapa ibu
mendirikan usaha ini, iya seputar usaha saya juga ditanyakan oleh
mereka.
2. Sudah berapa lama ibu mendirikan usaha ibu ini?
Jawab: awalnya saya mendirikan pabrik saya ini dari tahun 2005 jadi usaha saya
ini kurang lebih sudah 15 tahun pabrik keripik saya ini berdiri, iya
meskipun jatuh bangun dalam mengelolanya, tapi saya gak pernah nyerah
saya terus berusaha agar usaha kerupk saya ini bisa terus lancar.
3. Apakah pengalaman ibu dalam mengelola usaha di tanya oleh pihak bank
ketika ingin mengajukan pembiayaan untuk modal usaha ibu?
Jawab: kalau pengalaman mungkin suatu yang penting iya dalam mengelola
usaha, jadi waktu saya mau ngambil pinjaman iya ditanyakan juga sama
pihak banknya, kata mereka pengalaman ibu bagaimana dalam mengelola
usaha ibu ini terus sebelum usaha ini ibu mendirikan usaha apa.
4. Apakah ibu selalu menerapkan kemajuan teknologi untuk mengelola usaha ibu
ini ?
Jawab: Kebetulan di pabrik saya ini, saya masih pake sistem tradisional dalam
mengelola usaha saya, mulai dari cetak kerupuk, kemas kerupuk, dan
goreng kerupuk semuanya kami lakukan secara tradisional, tidak
mengunakan mesin.
c. Aspek Capital
1. Apakah alat-alat produksi yang ibu gunakan milik sendiri atau menyewa?
Jawab: semua alat produksi yang saya gunakan untuk membuat kerupuk saya itu
semuanya milik saya sendiri. iya meskipun waktu itu saya belinya secara
berangsur-angsur tapi alhamdulilah sekarang semua alat produksi untuk
buat kerupuk saya sudah lengkap dan semua alat produksi itu milik saya
sendiri.
2. Apakah ketika mengajukan pembiayaan pihak bank menanyakan persediaan
barang dan bahan baku yang ada di pabrik ibu?
Jawab: waktu itu mereka melakukan survei kerumah saya, di survei itulah mereka
nanya dan melihat-lihat persediaan barang dan bahan baku yang saya
miliki di pabrik saya ini, iya mereka kadang secara langsung menanyakan
kemudian mereka juga melihat-lihat langsung persediaan barang dan
bahan baku yang ada.
3. Apakah persedian barang dan bahan baku produk ibu selalu ada?
Jawab: kalau untuk bahan baku saya selalu nyetok bahan baku untuk kerupuk
saya itu, karena kalau sudah ada stock saya gak akan susah kalau mau buat
kerupuk, karena bahan-bahannya sudah ada tersedia.
d. Aspek Collateral
1. Apa saja yang biasa ibu jaminkan untuk jaminan ke bank ?
Jawab: selama saya minjam uang kebank saya selalu menjaminkan sertifikat
rumah, kalau enggak sertifikat rumah iya paling BPKB dari kendaraan
saya paling yang saya jaminkan. Tapi kalau saya lebih seringnya sertifikat
rumah.
2. Apakah ibu pernah memperkirakan harga dari jaminan ibu terhadap jumlah
dana yang ibu ajukan ?
Jawab: ahh saya mah...engak pernah kalau untuk menmperkirakan harga dari
jaminan saya itu, yang saya tau cuman menjaminkan barang jaminan saya
aja, saya gak pernah memperkirakan harganya dengan jumlah pinjaman
saya.
e. Aspek Condition Of Economy
1. Apakah usaha ibu ini di dukung oleh pemerintah daerah ?
Jawab: enggak... karena usaha saya ini memang saya yang mengelola sendiri dari
awal mula saya bangun pabrik kerupuk saya ini, kalau untuk pemerintah
gak pernah ada ikut campur dalam usaha saya ini, semua modal usaha saya
juga modal sendiri meskipun kadang pinjam ke bank juga.
2. Apakah usaha ibu ini menjanjikan untuk di jalankan dalam prospek jangka
waktu kedepannya ?
Jawab: kalau dibilang menjanjikan iya menjanjikan juga, karena usaha kerupuk
saya ini sangat menjanjikan untuk di jalankan kedepannya, sampai
sekarang alhamdulilah karena banyak masyarakat yang memesan kerupuk
saya ini.
3. Apakah prospek usaha ibu di tanyakan oleh pihak bank ketika mengajukan
pembiayaan untuk modal usaha ibu ?
Jawab: iya mereka suka nanya, propek usaha ibu kedepannya kira-kira seperti apa
terus mereka juga nanya apa penghasilan dari usaha saya nanti bisa
melunasi angsuran dari pinjaman saya, mungkin dari prospek usaha saya
mereka bisa menilai kemampuan saya dalam membayar angsuran
nantinya.
4. Transkip wawancara keempat
Hari/tanggal
: Selasa,7 Mei 2019
Waktu
: 09.00 Wib
Nama Informan
: Savana
Jabatan
: Pemilik Usaha Pabrik Kerupuk
a. Aspek Character
1. Apakah ibu selalu tepat waktu dalam membayar angsuran ke bank ?
Jawab: iya kalau masalah bayar angsuran kadang pernah juga saya gak tepat bayar
angsuran saya. Tapi saya pernah juga bayar tepat waktu, iya imbang
kadang bisa telat kadang juga tepat.
2. Apakah ibu pernah di tanya tentang kepribadian oleh pihak bank pada saat
ingin mengajukan pembiayaan untuk modal usaha ibu?
Jawab: kalau masalah sifat kepribadian saya iya mereka pernah juga nanya, ya
paling yang ditanyakan sama sayanya biasa-biasa aja sih gak terlalu detail
pertanyaanya.
3. Apa saja yang pihak bank tanyakan tentang kepribadian ibu itu ?
Jawab: biasanya iya paling mereka nanya keadaan keseharian saya di lingkungan
sekitar saya, iya seputar itu saja sih yang biasa tanya kesaya.
b. Aspek Capacity
1. Apakah ibu pernah ditanya berapa lama usaha ibu berdiri oleh pihak bank pada
saat ingin mengajukan pembiayaan untuk modal usaha ibu?
Jawab: iya pernah, mereka nanya kesaya itu, apakah usaha saya ini sudah lama
berdiri terus sejak kapan usaha saya berdiri terus kenapa saya mendirikan
usaha saya. Iya mungkin mereka ingin melihat lama usaha saya berdiri
kemungkinan kalau sudah berdiri lama bearti usaha saya mampu bertahan.
2. Sudah berapa lama ibu mendirikan usaha ibu ini?
Jawab: kalau dihitung-hitung usaha saya ini sudah 6 tahun berdiri, saya
mendirikan usaha saya ini sejak tahun 2014 lalu, awalnya pabrik saya ini
pabrik kerupuk tapi setelah berjalan berapa tahun saya melihat peluang
usaha kerupuk lebih lumayan bagus dari pada keripik, jadi saya
memutuskan untuk mengganti produk saya menjadi kerupuk sampai
sekarang, dan alhamdulilah hasilnya lumayan bagus.
3. Apakah pengalaman ibu dalam mengelola usaha di tanya oleh pihak bank
ketika ingin mengajukan pembiayaan untuk modal usaha ibu?
Jawab: iya pihak bank menanyakan pengalaman saya dalam menjalankan bisnis
saya ini. Kata pihak bank apa saya itu sudah berpengalaman dalam usaha
saya ini terus katanya sebelum usaha saya yang sekarang usaha ibu dulu
apa, biasanya sih itu yang pihak bank tanyakan kalau saya mau ngambil
pembiayaan untuk modal usaha saya.
4. Apakah ibu selalu menerapkan kemajuan teknologi untuk mengelola usaha ibu
ini ?
Jawab: tidak, saya masih pake cara tradisional atau manual dalam mengelola
usaha saya. Dari awal mulai usaha sampai sekarang saya masih
menggunakan sistem tradisional dalam membuat kerupuk saya ini.
c. Aspek Capital
1. Apakah alat-alat produksi yang ibu gunakan milik sendiri atau menyewa?
Jawab: semua alat yang saya miliki untuk alat produksi kerupuk saya ini
alhamdulilah semuanya milik saya sendiri.
2. Apakah ketika mengajukan pembiayaan pihak bank menanyakan persediaan
barang dan bahan baku yang ada di pabrik ibu?
Jawab: ohh,,, iya mereka nanya, kalau masalah persediaan barang dan bahan baku
mereka menanyakan berapa hari sekali persediaan barang dan bahan baku
saya datang. Terus mereka juga langsung lihat kepabrik saya untuk melihat
persedian barang yang ada dan jumlah bahan baku yang ada.
3. Apakah persedian barang dan bahan baku produk ibu selalu ada?
Jawab: bahan baku itu penting jadi iya selalu ada bahan baku untuk kerupuk saya,
mangkannya saya selalu menyetok bahan baku saya di pabrik. Karena
proses buat kerupuk itu lama mulai dari cetak kerupuk kemudian ketika
sudah tercetak kerupuk yang masih mentah itu di jemur terlebih dahulu
biar nantinya bagus, jadi buat kerupuk tu gak bisa langsung proses sehari
mangkannya saya selalu menyetok bahan baku saya itu, agar lebih mudah.
d. Aspek Collateral
1. Apa saja yang biasa ibu jaminkan untuk jaminan ke bank ?
Jawab: yang biasanya saya jaminkan untuk jaminan saya kalau saya minjam uang
kebank saya selalu menjaminkan sertifikat tanah saya ini.
2. Apakah ibu pernah memperkirakan harga dari jaminan ibu terhadap jumlah
dana yang ibu ajukan ?
Jawab: Kalau saya sih gak pernah memperkirakan nilai dari jumlah jaminan saya
itu, paling saya taunya cuman ngasih jaminan saya aja, dan juga gak
pernah saya kirakan berapa jumlah nilai harga dari jaminan saya itu
e. Aspek Condition Of Economy
1. Apakah usaha ibu ini di dukung oleh pemerintah daerah ?
Jawab: tidak, buakn usaha saya saja yang tidak di dukung pemerintah tetapi usaha
lain yang ada disini juga saya rasa usaha yang mandiri semua, didirikan
oleh pribadi tanpa dukungan pemerintah daerah setempat.
2. Apakah usaha ibu ini menjanjikan untuk di jalankan dalam prospek jangka
waktu kedepannya ?
Jawab: iya menjanjikan, karena kalau tidak menjanjikan saya tidak akan
mengganti pabrik keripik saya menjadi pabrik kerupuk, karena pada
awalnya pabrik saya ini pabrik keripik bukan kerupuk.
3. Apakah prospek usaha ibu di tanyakan oleh pihak bank ketika mengajukan
pembiayaan untuk modal usaha ibu ?
Jawab: Biasanya sih kalau prospek usaha kadang ditanyakan juga, paling mereka
nanya apakah usaha saya ini kedepanya kira-kira akan bagus atau engak.
Mungkin dari prospek usaha saya ini mereka melihat kalau usaha saya ini
bagus apa tidak jika di berikan pinjaman modal.
5.Transkip Wawancara Kelima
Hari/tanggal
: Rabu, 8 Mei 2019
Waktu
: 10.30 Wib
Nama Informan
: Ermi
Jabatan
: Marketing di PT. BNI Syariah Unit Singkut
a. Aspek Character
1. apakah pihak nasabah selalu tepat dalam membayar angsuran?
Jawab: itu sih.. pasti iya. Namanya resiko pembiayaan pasti ada, kita kan pasti
mau nasabah lancar tapi ada juga yang gak lancar. Kalau kondisi sekarang
sih masih koperatif.
2.jika nasabah telat dalam membayar angsuran apa dikemudian hari nasabah itu
akan diberikan lagi pembiayaan atau tidak?
Jawab: kalau untuk kondisi itu tadi, itu menjadi pertimbangan lagi bagi kami
pihak BNI Syariah untuk memberikan pembiayaan bagi nasabah itu, jika
posisi nya tidak lancar dan tersendat dalam melakukan angsuran maka
kami tidak akan memberikan pembiayaan lagi kepada nasabah itu tadi.
4. bagaimana cara menilai karakter dari calon nasabah ?
jawab: untuk menilai karakter nasabah pertama kita bisa melakukan cek bahan
dengan menggunakan cek ideb (informasi debitur) disini kita bisa lihat
rutinitas pinjaman atau kredit dia di tempat lain. yang kedua survei secara
langsung terhadap nasabah, kalau survei langsung kita biasanya bertanya
kepada calon nasabah itu secara langsung kalau bertanya secara langsung
kita bisa bertanya tentang keseharian mereka dan kita juga bisa lihat
keadaan lingkungan tempat tinggal mereka.
5. apa saja yang ditanyakan secara langsung kepada calon nasabah ketika menilai
karakter calon nasabah itu?
Jawab: jika kami melakukan survei langsung kepada nasabah, biasanya kami dari
pihak BNI Syariah bertanya seputar kepribadian calon nasabah misalnya
kita bertanya tentang aktivitas dia, keseharian dia dilingkungan sekitar dia
itu seperti apa.
b. Aspek Capacity
1. apakah lama berdirinya usaha calon nasabah berperan dalam pemberian
pembiayaan?
Jawab: iya.. kita punya ketentuan tersendiri untuk pembiayaan modal usaha yang
di ajukan oleh calon nasabah minimal usaha yang kami akan biayayai itu
sudah berdiri selama 2 tahun, kalau sudah berdiri 2 tahun maka
pengalaman dia di usaha naik turunnya sudah tau.
2.apakah penggunaan teknologi dalam proses produksi berperan dalam pemberian
pembiayaan?
Jawab: kalau penggunaan teknologi kita bisa lihat dulu dari usaha apa yang
mereka jalankan, kalau usaha yang mereka jalankan itu bergerak di
pengolahan seperti pabrik iya tentu saja penggunaan teknologi itu berperan
dalam proses produksi.
3. bagaimana cara menilai kapasitas dari calon nasabah?
Jawab: Bahwa untuk melihat capacity dari calon nasabah yaitu dengan menilai
keadaan usaha tersebut dan pengalaman dari pemilik usahanya juga,
dengan melihat pengalamanya kita bisa tahu kapasitas dia dalam
mengelola usahanya.
c. Aspek Capital
1. apakah kepimilikan alat-alat produksi berperan dalam pemberian pembiayaan?
Jawab: tentunyalah...pasti berperan karena alat-alat produksi yang calon nasabah
miliki itu kan sebagian dari modal calon nasabah itu sendiri. kami dari
pihak BNI Syariah memperhatikan pemilikan alat produksi dari calon
nasabah. Kepemilikan modal itu sangat diperhatikan jika calon nasabah
melakukan pembiayaan.
2.bagaimana cara menilai modal dari calon nasabah?
Jawab: kami dari BNI Syariah biasanya kita kalau melihat modal calon nasabah
itu bisa kita lihat dari jumlah bahan baku yang dimiliki calon nasabah dan
juga kita bisa lihat dari jumlah persediaan barang yang mereka miliki. Dari
situ kita lihat juga berapa hari sekali mereka membeli bahan baku jadi dari
situ kita bisa lihat perputaran persediaan yang mereka miliki.
d. Aspek Collateral
1. apa saja yang biasa calon nasabah jaminkan?
Jawab: kebetulan di BNI Syariah ini yang bisa dijaminkan hanya berupa sertifikat,
BPKB kendaraan dan deposit. Jadi calon nasabah hanya menjaminkan
ketiga barang tersebut kalau tidak sertifikat, BPKB, dan deposito yang
mereka miliki.
2. apakah ada nilai dari jaminan nasabah yang tidak mencukupi dari jumlah dana
yang di ajukan?
Jawab: iya ada juga, untuk jaminan angka minimal pemberian kepada nasabah
dan kita ada persentase dari nilai angka jaminan itu. Pernah ada yang
menjaminkan sertifikat rumah yang senilai 100 juta kemudian mereka
mengajukan jaminan lebih dari 100 juta jadi kami tidak memeberikannya
kecuali calon nasabah mau dana yang di ajukan di turunkan kurang dari
100 juta baru kami bisa memberikannya.
e.Aspek Condition Of Economy
1. apakah dukungan pemerintah terhadap usaha berperan dalam pemberian
pembiayaan?
Jawab: bisa karena disamping itu kami dari BNI Syariah bekerjasama dengan
pemerintah, jadi dukungan pemerintah juga bisa berperan ketika kami
memberikan pembiayaan terhadap calon nasabah kami.
2.apakah prospek usaha untuk kedepannya berperan dalam pemberian
pembiayaan?
Jawab: Untuk kondisi pasar dan prospek usaha dari calon nasabah bisa kami
pertimbangkan untuk memberikan pembiayaan terhadap calon nasabah.
Kita juga dari BNI Syariah juga sangat memperhatikan perkembangan
usaha yang dimiliki calon nasabah kami, kami juga membaca peluang
pasar di masyarakat untuk produk usaha yang calon nasabah kelola.
6. .Transkip Wawancara Keenam
Hari/tanggal
: Rabu, 8 mei 2019
Waktu
: 11.00 Wib
Nama Informan
: Suparno
Jabatan
: Sub Branch Manager PT. BNI Syariah Unit Singkut
a. Aspek Character
1. apakah pihak nasabah selalu tepat dalam membayar angsuran?
Jawab: tidak juga... karena dalam sebuah perbankan tentu pasti ada nasabah-
nasabah yang mempunyai komitmen tinggi terhadap fasilitasnya tapi ada
sebagian juga yang pembayaran angsuran pembiayaanya telat, dan
dilakukan penagihan juga. Tetapi di BNI Syariah ini jumlah nasabah yang
seperti itu tidak terlalu banyak.
3.jika nasabah telat dalam membayar angsuran apa dikemudian hari nasabah itu
akan diberikan lagi pembiayaan atau tidak?
Jawab: itu akan menjadi pertimbangan lagi bagi kami, jika diberikan pun kami
pihak BNI Syariah melihat situasi dan melihat apakah usahanya masih
jalan, apakah kemauannya masih ada, kemampuan masih ada, itu kita nilai
semua, dan kita melakukan komunikasi dengan tim penagih kalau soal itu.
4.bagaimana cara menilai karakter dari calon nasabah ?
jawab: pertama kita bisa menggunakan ideb (informasi debitur) untuk melihat
nasabah itu punya fasilitas pembiayaan dimana saja, kondisi
pembiayaanya seperti apa, kolektibilitas fasilitas seperti apa, jaminanya
seperti apa, dan pada waktu melakukan ideb itu kita akan mendapatkan
informasi tentang karakter nasabah. Kedua kita bisa melakukan on the spot
yang dilakukan oleh marketing dan SBH mendatangi nasabah kemudian
menanyakan nasabah itu tentang aktivitas dia dan keseharian dia.
5. apa saja yang ditanyakan secara langsung kepada calon nasabah ketika menilai
karakter calon nasabah itu?
Jawab: biasanya kami dari pihak BNI Syariah kalau melakukan survei langsung
kepada nasabah, kami biasanya bertanya tentang kepribadian mereka
seperti kita bisa menanyakan keseharian dia seperti apa, aktivitas dia
seperti apa dan keadaan lingkungan sekitarnya bagaimana.
b. Aspek Capacity
1. apakah lama berdirinya usaha calon nasabah berperan dalam pemberian
pembiayaan?
Jawab: iya tentu berperan, kami dari PT. BNI Syariah pembiayaan yang kami
berikan untuk usaha, minimal usaha itu sudah berdiri selama 2 tahun usaha
itu berdiri.
2.apakah penggunaan teknologi dalam proses produksi berperan dalam pemberian
pembiayaan?
Jawab: iya tentu berperan secara skala nasional, penggunaan teknologi dalam
proses produksi berperan dalam kami memberikan pembiayaan untuk
calon nasabah kami.
4. bagaimana cara menilai kapasitas dari calon nasabah?
Jawab: untuk melihat capacity dari calon nasabah kami dari PT. BNI Syariah bisa
melihat pengalaman usaha dari calon nasabah kita, seperti apa pengalaman
calon nasabah itu dalam mengelola usahanya.
c. Aspek Capital
1. apakah kepimilikan alat-alat produksi berperan dalam pemberian pembiayaan?
Jawab: iya berperan, dengan melihat alat produksi dari calon nasabah kita bisa tau
kapasitas nasabah dalam mengelola usahanya, dan juga dengan melihat
alat produksi calon nasabah yang akan kami biayayai kami bisa tau modal
yang dimiliki calon nasabah itu.
2.bagaimana cara menilai modal dari calon nasabah?
Jawab: Bahwa untuk melihat modal dari calon nasabah, kita dari PT. BNI Syariah
bisa melihat dari asset yang di miliki oleh calon nasabah seperti inventory
(persediaan) barang dan jumlah bahan baku yang dimiliki calon nasabah.
d. Aspek Collateral
1. apa saja yang biasa calon nasabah jaminkan?
Jawab: kami dari PT. BNI Syariah punya ketentuan tersendiri soal jaminan, kami
hanya meneriman dalam bentuk sertifikat, BPKB, dan deposito calon
nasabah.
2. apakah ada nilai dari jaminan nasabah yang tidak mencukupi dari jumlah dana
yang di ajukan?
Jawab: ada juga yang seperti itu, tapi PT. BNI Syariah mempunyai solusi untuk
masalah nilai jaminan lebih kecil dari jumlah dana yang di ajukan biasanya
kita menurunkan jumlah dari dana yang di minta oleh calon nasabah.
e.Aspek Condition Of Economy
1. apakah dukungan pemerintah terhadap usaha berperan dalam pemberian
pembiayaan?
Jawab: kalau dukungan pemerintah bisa juga berperan, karena kami pihak BNI
Syariah bekerja sama baik dengan pengadilan soal masalah jaminan.
2.apakah prospek usaha untuk kedepannya berperan dalam pemberian
pembiayaan?
Jawab: iya kami dari PT. BNI Syariah memantau prospek usaha nasabah
kedepannya, dan kami juga berharap setelah memdapatkan pembiayaan
dari kami usaha calon nasabah bisa lebih baik lagi.
Data Jumlah Pendapatan UMKM Desa Pasar Singkut tahun 2016-2018
Tahun 2016-2018
No Nama pabrik
2016 2017 2018
1. Pabrik Tahu Iis 360.000.000 495.000.000 600.000.000
2. Pabrik Tahu Iwan 216.000.000 306.000.000 504.000.000
3. Pabrik Tahu Engkong 144.000.000 180.000.000 252.000.000
4. Pabrik Tahu Rahwan 252.000.000 324.000.000 400.000.000
5. Pabrik Tahu Idris 180.000.000 198.000.000 288.000.000
6. Pabrik Kerupuk Atik 288.000.000 300.000.000 360.000.000
7. Pabrik Kerupuk 100.000.000 126.000.000 144.000.000
Savana
Sumber data: Wawancara Pemilik pabrik di Desa Pasar Singkut
CURRICULUM VITAE
Nama : Rosita
Tempat, Tanggal lahir : Singkut, 28 Agustus 1996
E-mail : [email protected]
No. HP : 082172204148
Alamat : Desa Siliwangi Patok 26, Kec. Singkut,
Kab.Sarolangun.
Pendidikan Formal
1. SDN No.116/VII siliwangi dari 2002-2008
2. SMPN 3 Sarolangun dari 2008-2011
3. SMAN 2 Sarolangun dari 2011-2014
Pengalaman Organisasi
1. Organisasi Ekstra Kurikuler:
Drumband
Motto Hidup
Apa Yang Kamu Tanam Itu Yang Kamu Tuai, Maka Tanamlah
Kebaikan Maka Kamu Akan Menuai Kebaikan Pula.
Jambi, 22 Mei 2019
Rosita NIM EES.150850