analisa kotari dan beaver
TRANSCRIPT
SEMINAR AKUNTANSI
KEUANGAN
Kelompok
AYUTDIA MAHARANI 041142037LATIFA INDIRA DEWI 041142054INDAH KURNIYAWATI 041142058
MAGISTER AKUNTANSIPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS AIRLANGGA
2013CAPITAL MARKET RESEARCH IN ACCOUNTING
S.P. KothariSloan School of Management, Massachusetts Institute of Technology, Cambridge,
MA 02142, USA
Pendahuluan
Penelitian ini menguji tentang hubungan antara pasar modal dan laporan keuangan.
Setidaknya ada 4 sumber utama dari penelitian pasar modal di akuntansi ini adalah analisis
fundamental dan penilaian, menguji efisiensi pasar modal, dan Akuntansi dalam kontrak
kerja dan proses politik. Penelitian ini peneliti mengambil topik “current interest” termasuk
menguji efisiensi pasar. Apakah ada hubungan antara pasar modal yang efisien dengan
informasi akuntansi, analisis fundamental, dan nilai relevansi laporan keuangan?. Penelitian
ini dapat membantu pengambilan keputusan di pasar investasi, penyusunan standar akuntansi,
dan keputusan disclosure keuangan perusahaan.
Dalam penelitian pasar modal di Akuntansi setidaknya ada 4 sumber utama ini :
1. Analisis fundamental dan penilaian
Analisis fundamental ini menggunakan informasi laporan keuangan perusahaan
sebelum dan saat ini untuk menentukan pergerakan harga saham yang terjadi saat ini.
2. Menguji efisiensi pasar modal
Jika suatu pengumuman mengandung informasi, maka dimaksudkan pasar akan
bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi tersebut
ditunjukkan dengan perubahan harga sekuritas yang bersangkutan. Jika suatu
pengumuman mengandung informasi, maka akan tercermin dengan adanya abnormal
return yang diterima oleh investor.
3. Akuntansi dalam kontrak kerja dan proses politik
- Teori Akuntansi Positif (TAP) memprediksi bahwa tingkat kesulitan keuangan
perusahaan dapat mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi. Jika
perusahaan mengalami kesulitan keuangan, manajer sebagai agen dapat dianggap
akan melanggar kontrak.
- TAP beranggapan bahwa perusahaan akan mengorganisir diri dalam cara yang
efisien sehingga dapat memaksimalkan prospek mereka untuk bertahan hidup.
- TAP berkenaan dengan memprediksi tindakan-tindakan sebagai pilihan kebijakan
akuntansi oleh manajer perusahaan dan bagaimana manajer akan merespon
standar akuntansi baru yang diusulkan.
4. Regulasi pengungkapan
SEC juga menjamin bahwa investor memperoleh pengungkapan informasi keuangan
yang dipublikasi di perdagangan sekuritas. Akibatnya badan ini memiliki kewenangan
untuk mengeluarkan standar akuntansi bagi perusahaan yang dibawah yuridiksinya.
SEC (Securities and Exchange Commission) mendelegasikan tanggung jawab kepada
FASB (Financial Accounting Standard Board). Contoh : tentang pengaturan pasar
modal, konsekuensi ekonomi yang menyebabkan penerbitan pengungkapan standar
baru.
Penelitian ini meninjau penelitian tahun 1980an dan 1990an :
1. Penelitian Koefisien Respon Laba
Ada 4 hipotesa yang menjelaskan besaran koefisien respon laba :
a. Harga yang menuntun laba (prices lead earnings)
b. Pasar Modal yang tidak Efisien
c. Gangguan (noise) pada laba dan kurang baiknya GAAP (Generally Accepted
Accounting Principles).
d. Laba Transitori
Para peneliti telah menggunakan berbagai rancangan penelitian untuk memisahkan
keempat hipotesa diatas untuk menjelaskan lemahnya hubungan antara return dengan
laba dan mengapa koefisien respon laba konservatif terlalu rendah dibandingkan dengan
koefisien respon laba nonkonservatif berdasarkan properti runtun waktu langkah acak
laba tahunan.
2. Sifat time series, manajemen, dan analis peramalan laba.
Konservatisme yang diukur berdasarkan sifat-sifat time series dari earning menjelaskan
kecondongan dari distribusi earning relatif terhadap distribusi arus kas, dan variabilitas
earning terhadap arus kas.
3. Isu-isu metodologis dan penelitian pasar modal.
Isu-isu utama didalam penelitian pasar modal adalah :
a. Uji statistik bias karena korelasi silang dalam data atau sisa regresi
b. Model regresi return dan harga
c. Penggabungan informasi yang terkandung dalam model alternative
4. Model akrual discretionary dan non discretionary.
Pendekatan ini berusaha memisahkan total akrual menjadi komponen non discretionary
accruals (merupakan komponen yang akrual diluar kebijakan manajemen) dan
discretionary accruals (komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajemen atau
manajer melakukan intervensi dalam proses laporan keuangan).
1. Yang menarik dari paper ini :
Pertama, penelitian ini menguji pasar modal yang efisien terkait dengan informasi
akuntansi, analisis fundamental, dan nilai relevansi laporan keuangan dengan metodologi
event study. Kedua, penelitian analisis fundamental menggunakan rasio-rasio keuangan
dan memprediksi laba dan tingkat pengembalian. Ketiga, memisahkan keempat hipotesa
diatas untuk menjelaskan lemahnya hubungan antara return dengan laba dan mengapa
koefisien respon laba konservatif terlalu rendah dibandingkan dengan koefisien respon
laba nonkonservatif berdasarkan properti runtun waktu langkah acak laba tahunan.
2. Poin kekuatan artikel ini :
Penelitian ini menawarkan perspektif baru dalam literatur akuntansi. Penelitian ini dapat
membantu pengambilan keputusan di pasar investasi, penyusunan standar akuntansi, dan
keputusan disclosure keuangan perusahaan.
3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bagus untuk kepentingan akademisi, investor, dan badan yang mengatur pasar
keuangan serta penyusun standard.
Analisis Hipotesis dan Pengujian Artikel
Rumusan masalah:
Apakah ada hubungan antara pasar yang efisien dengan informasi akuntansi, analisis
fundamental, dan nilai relevansi laporan keuangan ?.
Topik penelitian ini menarik karena beberapa alasan:
Ide yang dikemukakan yaitu memberikan perspektif baru yang menyatakan bahwa
ternyata angka laba kotor lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang
hubungan antara laba dan harga saham.
Hipotesis:
H1: Semakin tinggi kualitas Internal Audit Function (IAF) berpengaruh terhadap rendahnya
manajemen laba.
H2: Semakin efektif komite audit berpengaruh terhadap rendahnya manajemen laba.
H3: Semakin tinggi kualitas eksternal auditor berpengaruh terhadap rendahnya manajemen
laba.
H4: Semakin tinggi management’ power berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H5: Semakin besar ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H6: Umur perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.
H7: Semakin tinggi leverage berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H8: Semakin tinggi kompleksitas perusahaan berpengaruh terhadap tingginya manajemen
laba.
H9: Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap tingginya
manajemen laba.
H10: Semakin tinggi pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H11: Semakin tinggi market-to-book rasio berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H12: Semakin tinggi volatilitas cash flow berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H13: Semakin tinggi ROA berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H14: Semakin tinggi net loss berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H15: Perusahaan yang tercatat di NYSE berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H16: Semakin tinggi industri dummies berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H17: Semakin tinggi year dummies berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
2. Sampel dan Desain Penelitian
Sampel
Penelitian ini tidak menggunakan sampel
Desain Penelitian
a. Hipotesis diuji dengan memeriksa apakah variabel kualitas Internal Audit Function (IAF)
berpengaruh terhadap abnormal accrual. Selain itu dimasukkan pula variabel corporate
governance lainnya untuk menguji manakah yang memiliki pengaruh paling besar dari
keempat variabel corporate goovernance. Untuk mengontrol insentif lainnya yang
berpengaruh terhadap abnormal accrual, maka variabel assets, age, complexity, CFO,
SalesGrowth, MB, CFOVolatility, ROA, Loss, NYSE, IndustryDummies, dan
YearDummies dimasukkan ke dalam model. Metode pengujian yang digunakan adalah
regresi multivariat.
AbnAccr = o + 1IAQuality + 2ACEffectiveness + 3AuditorSpecialist + 4Gindex +
5Assets + 6Age + 7Leverage + B8Complexity + 9CFO + 10SalesGrowth + 11MB +
12CFOVolatility + 13ROA + 14Loss + 15NYSE + 16-20IndustryDummies + 21-
25YearDummies +
b. Hipotesis diuji dengan statistik deskriptif yaitu membandingkan sample perusahaan yang
missed analyst’ forecast, perusahaan yang met/beat analyst’ forecast, dan perusahaan
yang tidak memenuhi kedua kriteria tersebut. Selain itu masing-masing ketiga sample
perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lainnya secara keseluruhan. Pengujian
dilakukan dengan chi-square k sample.
Above = o + 1IAQuality + 2ACEffectiveness + 3AuditorSpecialist + 4Gindex +
5Assets + 6Age + 7Leverage + B8Complexity + 9CFO + 10SalesGrowth + 11MB +
12CFOVolatility + 13ROA + 14Loss + 15NYSE + 16-20IndustryDummies + 21-
25YearDummies +
Metode pengujian hipotesis:
- Pengujian variabel independen terhadap variabel dependen abnormal accrual dengan
regresi multivariat.
- Pengujian variabel independen terhadap variabel dependen missed/met-beat analyst’
forecast dengan chi-square k sample.
- Sensitivitas analysis dilakukan dengan metode least-square 2 tahap.
KONTRIBUSI
Penelitian ini memberikan pemahaman kepada perusahaan dan komite audit mengenai
pentingnya kualitas internal audit dan mengeksplorasi cara untuk meningkatkan fungsi
internal audit. Bagi internal audit standard-setters, mereka dapat mempertimbangkan temuan
penelitian ini terkait dengan peran potensial internal auditing dalam pelaporan eksternal.
Keterbatasan:
Beberapa keterbatasan penelitian adalah:
1. Pemilihan sample tidak dilakukan secara random, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat
digeneralisasi.
2. Terkait dengan terbatasnya ketersediaan data, sample pada penelitian ini relatif kecil
dibandingkan dengan banyak penelitian manajemen laba.
3. Data IIA database diperoleh melalui survey yang masih berlanjut, sehingga kemungkinan
mengandung respon error yang menyebabkan noise pada sample.
4. Econometric tools yang digunakan pada penelitian ini terbatas, sehingga hasil penelitian
ini sebaiknya diintepretasikan dengan hati-hati.
Implikasi:
Tidak disebutkan implikasi atas penelitian ini.
KRITIK
1. Penggunaan missed/met-beat analyst forecast sebagai proksi manajemen laba tidak tepat.
Menurut penelitian Lang dan Lundholm (1996), perusahaan yang banyak mengeluarkan
forthcoming disclosure dan dipublikasikan tepat waktu, analis cenderung mengurangi
bobot penilaiannya pada informasi lain dalam model forecasting-nya (lebih bergantung
pada forthcoming disclosure), sehingga forecast yang dihasilkan analyst sesuai dengan
laporan earnings aktual. Temuan Lang dan Lundholm ini membantah asumsi yang
digunakan oleh penelitian ini bahwa semua laporan keuangan yang met-beat analyst
forecast mengandung manajemen laba, karena jika perusahaan tersebut banyak
mengeluarkan disclosure, maka analyst forecast justru yang menyesuaikan dengan
manajemen forecast.
2. Hasil pengujian IAF terhadap manajemen laba dengan menggunakan proksi abnormal
akrual bahwa IAF berpengaruh signifikan terhadap negatif akrual (income-decreasing),
tetapi tidak berpengaruh terhadap positif akrual (income-increasing). Penelitian ini
memberikan alasan bahwa eksternal auditor lebih concern dengan income-increasing,
sehingga membatasi internal auditor terhadap income-increasing. Menurut saya alasan ini
tidak masuk akal, berarti internal auditor yang berkualitas hanya peduli dengan income-
decreasing saja. Alasan ini bertolak belakang dengan teori pendukung yang digunakan
yaitu bahwa internal auditor sensitif terhadap insentif manajemen melakukan misreport
laporan keuangan dan mereka meningkatkan budget jam kerjanya ketika manajemen
memiliki insentif yang tinggi untuk misreport (Asare et all, 2008).
3. Peneliti yang hanya memiliki akses ke laporan keuangan tidak mungkin mengetahui
motivasi dibalik kenaikan (penurunan) piutang (utang), atau apakah kenaikan (penurunan)
tersebut termasuk diskresi atau non-diskresi atau keduanya. Untuk membedakan akrual
diskresi dan non-diskresi seharusnya peneliti memiliki akses ke pembukuan dan catatan-
catatan perusahaan dalam sampelnya agar dapat menentukan akrual diskresi spesifik yang
dilakukan manajemen perusahaan tersebut.
4. Data Institutes of Internal Auditors (IIA) yang digunakan sebagai sampel merupakan hasil
survey respon dari Chief Audit Executive (CAE) atau kepala internal audit perusahaan,
bukan mandatory, sehingga ada kemungkinan CAE memberikan hasil kompilasi yang
tidak sesuai realitas perusahaan (palsu). Hal ini dapat dilihat dari 4.178 firm-years
observations di IIA database, sebesar 3.098 tidak cocok (matched) dengan data
Compustat. Ada kemungkinan sampel mengandung noise.
5. Hasil pengujian menyatakan efektivitas komite audit rendah pada perusahaan yang
missed analyst’ forecast dibandingkan dengan perusahaan yang met-beat analyst’
forecast. Penelitian ini tidak dapat menjelaskan temuan tersebut.
Menurut saya penyebabnya adalah proksi efektivitas komite audit (ACEffectiveness)
kurang tepat. Seharusnya peneliti juga menggunakan proksi ada atau tidaknya komite
audit.
Data tidak tersedia, maka digunakan proksi yang disarankan BRC (1999), yaitu: financial
literacy skill, assessing the committee’s charter, fulfilling the charter, accountability for
auditor relations, relation with external auditors, discussion of accounting, disclosure of
reviews, reviewing quaterly reports. Jadi dari data IIA dan compustat, peneliti melihat
apakah dari 10 proksi tersebut dilakukan oleh perusahaan. Bila ya, diberi point 1. Namun
belum tentu hal tersebut dilakukan oleh komite audit perusahaan.
6. Teori pendukung hipotesis yang digunakan adalah penelitian-penelitian terdahulu dan
logika pemikiran, bukan pada teori baku yang sudah diterima umum (textbook).
Akibatnya saat hasil pengujian tidak sesuai harapan, peneliti bingung memberikan alasan
yang tepat.
7. Proksi missed/met-beat analyst forecast mengandung masalah endogenitas. Hal ini dapat
dilihat dari analisis sensitivitas dengan menggunakan least square 2 tahap, menemukan
bahwa hubungan IAQuality dengan proksi missed/met-beat analyst forecast tidak
signifikan. Endogenitas dapat menimbulkan measurement error, autoregresi dengan
autokorelasi, omitted variables, dan sample selection errors.
8. Pada bagian literatur review peneliti justru melakukan kritik atas penelitian sebelumnya
(Davidson et all, 2005), sehingga pengungkapan teori pendukung kurang tajam. Justru
pengungkapan teori pendukung lebih banyak pada bagian introduction.
9. Jumlah sample terlalu sedikit, sehingga tidak dapat digeneralisasi. Selain itu sample tidak
dipilih secara random, sehingga bila diujikan terhadap kelompok perusahaan lain
kemungkinan memberikan hasil pengujian yang berbeda.
PERSPECTIVES ON RECENT CAPITAL MARKET RESEARCH
William H. BeaverStanford University
Pendahuluan
Penelitian ini mengklasifikasi riset-riset mengenai efisiensi pasar ke dalam tiga bidang
yaitu post earnings announcement drift, market to book ratios, dan isu-isu akuntansi
kontekstual. Riset dalam area isu-isu akuntansi kontekstual menguji efisiensi pasar
berdasarkan beberapa fitur
Penelitian ini menemukan bahwa kualitas Internal Audit Function (IAF) berpengaruh
signifikan negatif terhadap abnormal akrual (proksi ke-1 manajemen laba). Namun saat
diujikan dengan positif dan negatif abnormal akrual, kualitas IAF berpengaruh moderate
terhadap negatif abnormal akrual, dan tidak berpengaruh terhadap positif abnormal akrual.
Penelitian ini juga menemukan bahwa perusahaan yang missed analyst forecast (proksi ke-2
manajemen laba) memiliki kualitas IAF yang tinggi dibanding sample perusahaan lainnya.
Dalam analisis sensitivitas dengan pengujian least-square 2 tahap, ditemukan bahwa
model abnormal akrual tidak memiliki potensi endogenitas. Namun untuk pengujian model
missed/met-beat analyst forecast dengan least-square, ditemukan bahwa model ini tidak
signifikan.
Apa yang menjadi kekuatan artikel ini ?
Penelitian ini merupakan yang pertama menggunakan kualitas IAF untuk menguji
pengaruhnya terhadap manajemen laba, dan menghasilkan pengujian yang negatif signifikan
antar kedua variabel tersebut. Penelitian ini juga menjadi yang pertama menggunakan data
Institute of Internal Audit (IIA), yang baru tersedia sejak tahun 2000, sehingga belum ada
penelitian yang menggunakan data ini sebelumnya.
Penelitian ini juga merupakan kritik atas penelitian yang dilakukan Davidson (2005) yang
menemukan bahwa ada atau tidaknya IAF tidak berhubungan dengan rendahnya manajemen
laba. Penelitian ini mengkritik penelitian Davidson (2005) bahwa penggunaan proksi
presence or absence IAF tidak tepat karena pekerjaan yang dilakukan IAF bervariasi
(keuangan, operasional, fraud, pengendalian, audit sistem, dsb), demikian pula kualitas IAF.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya untuk mencari proksi lain
untuk manajemen laba. Bila data tersedia, penelitian ini memberikan masukan agar
melakukan pengujian apakah perusahaan dengan kualitas IAF yang tinggi lebih kecil
kemungkinan mengalami laporan keuangan restatement, terkait dengan tuntutan SEC, atau
kemungkinan mengalami tuntutan atas penyimpangan laporan keuangan.
Analisa Hipotesis dan Pengujian Artikel
Rumusan masalah:
Apakah kualitas Internal Audit Function (IAF) berpengaruh terhadap manajemen laba?
Topik penelitian ini menarik karena beberapa alasan:
- Ide yang dikemukakan berangkat dari logika pemikiran yang sederhana, yaitu semakin
tinggi kualitas internal audit, semakin rendah manajemen laba, karena internal audit
berfungsi sebagai pihak ketiga yang melakukan monitor terhadap kemungkinan terjadinya
manajemen laba sepanjang tahun. Hal ini sesuai temuan Brown dan Pinello (2007) yang
menyatakan bahwa audit eksternal akhir tahun mampu mengurangi manajemen laba yang
terjadi pada kuartal keempat.
- Penelitian mengenai topik ini masih sangat sedikit, dan penelitian ini bermaksud
mendorong penelitian lebih lanjut mengenai peran internal audit dalam meningkatkan
kualitas pelaporan eksternal.
Hipotesis:
H1: Semakin tinggi kualitas Internal Audit Function (IAF) berpengaruh terhadap rendahnya
manajemen laba.
H2: Semakin efektif komite audit berpengaruh terhadap rendahnya manajemen laba.
H3: Semakin tinggi kualitas eksternal auditor berpengaruh terhadap rendahnya manajemen
laba.
H4: Semakin tinggi management’ power berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H5: Semakin besar ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H6: Umur perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.
H7: Semakin tinggi leverage berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H8: Semakin tinggi kompleksitas perusahaan berpengaruh terhadap tingginya manajemen
laba.
H9: Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap tingginya
manajemen laba.
H10: Semakin tinggi pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H11: Semakin tinggi market-to-book rasio berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H12: Semakin tinggi volatilitas cash flow berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H13: Semakin tinggi ROA berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H14: Semakin tinggi net loss berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H15: Perusahaan yang tercatat di NYSE berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H16: Semakin tinggi industri dummies berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
H17: Semakin tinggi year dummies berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.
Sampel dan Desain Penelitian
Sampel
Penelitian ini menggunakan data yang dipublikasikan yaitu data Institute of Internal Audit
(IIA) dan compustat. Data IIA berupa suatu kompilasi atas respon survey dari Chief Audit
Executive perusahaan. Total perusahaan yang diperoleh dari data IIA adalah 218 perusahaan
untuk tahun 2000 – 2005 dengan 528 firm-year observations. Data perusahaan yang diperoleh
dari IIA diterima peneliti dalam kondisi anonim, sehingga peneliti harus menghubungkannya
dengan data compustat, untuk mengidentifikasi perusahaan.
Desain Penelitian
a. Hipotesis diuji dengan memeriksa apakah variabel kualitas Internal Audit Function (IAF)
berpengaruh terhadap abnormal accrual. Selain itu dimasukkan pula variabel corporate
governance lainnya untuk menguji manakah yang memiliki pengaruh paling besar dari
keempat variabel corporate goovernance. Untuk mengontrol insentif lainnya yang
berpengaruh terhadap abnormal accrual, maka variabel assets, age, complexity, CFO,
SalesGrowth, MB, CFOVolatility, ROA, Loss, NYSE, IndustryDummies, dan
YearDummies dimasukkan ke dalam model. Metode pengujian yang digunakan adalah
regresi multivariat.
AbnAccr = o + 1IAQuality + 2ACEffectiveness + 3AuditorSpecialist + 4Gindex +
5Assets + 6Age + 7Leverage + B8Complexity + 9CFO + 10SalesGrowth + 11MB +
12CFOVolatility + 13ROA + 14Loss + 15NYSE + 16-20IndustryDummies + 21-
25YearDummies +
b. Hipotesis diuji dengan statistik deskriptif yaitu membandingkan sample perusahaan yang
missed analyst’ forecast, perusahaan yang met/beat analyst’ forecast, dan perusahaan
yang tidak memenuhi kedua kriteria tersebut. Selain itu masing-masing ketiga sample
perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lainnya secara keseluruhan. Pengujian
dilakukan dengan chi-square k sample.
Above = o + 1IAQuality + 2ACEffectiveness + 3AuditorSpecialist + 4Gindex +
5Assets + 6Age + 7Leverage + B8Complexity + 9CFO + 10SalesGrowth + 11MB +
12CFOVolatility + 13ROA + 14Loss + 15NYSE + 16-20IndustryDummies + 21-
25YearDummies +
Metode pengujian hipotesis:
- Pengujian variabel independen terhadap variabel dependen abnormal accrual dengan
regresi multivariat.
- Pengujian variabel independen terhadap variabel dependen missed/met-beat analyst’
forecast dengan chi-square k sample.
- Sensitivitas analysis dilakukan dengan metode least-square 2 tahap.
KRITIK
10. Penggunaan missed/met-beat analyst forecast sebagai proksi manajemen laba tidak tepat.
Menurut penelitian Lang dan Lundholm (1996), perusahaan yang banyak mengeluarkan
forthcoming disclosure dan dipublikasikan tepat waktu, analis cenderung mengurangi
bobot penilaiannya pada informasi lain dalam model forecasting-nya (lebih bergantung
pada forthcoming disclosure), sehingga forecast yang dihasilkan analyst sesuai dengan
laporan earnings aktual. Temuan Lang dan Lundholm ini membantah asumsi yang
digunakan oleh penelitian ini bahwa semua laporan keuangan yang met-beat analyst
forecast mengandung manajemen laba, karena jika perusahaan tersebut banyak
mengeluarkan disclosure, maka analyst forecast justru yang menyesuaikan dengan
manajemen forecast.
11. Hasil pengujian IAF terhadap manajemen laba dengan menggunakan proksi abnormal
akrual bahwa IAF berpengaruh signifikan terhadap negatif akrual (income-decreasing),
tetapi tidak berpengaruh terhadap positif akrual (income-increasing). Penelitian ini
memberikan alasan bahwa eksternal auditor lebih concern dengan income-increasing,
sehingga membatasi internal auditor terhadap income-increasing. Menurut saya alasan ini
tidak masuk akal, berarti internal auditor yang berkualitas hanya peduli dengan income-
decreasing saja. Alasan ini bertolak belakang dengan teori pendukung yang digunakan
yaitu bahwa internal auditor sensitif terhadap insentif manajemen melakukan misreport
laporan keuangan dan mereka meningkatkan budget jam kerjanya ketika manajemen
memiliki insentif yang tinggi untuk misreport (Asare et all, 2008).
12. Peneliti yang hanya memiliki akses ke laporan keuangan tidak mungkin mengetahui
motivasi dibalik kenaikan (penurunan) piutang (utang), atau apakah kenaikan (penurunan)
tersebut termasuk diskresi atau non-diskresi atau keduanya. Untuk membedakan akrual
diskresi dan non-diskresi seharusnya peneliti memiliki akses ke pembukuan dan catatan-
catatan perusahaan dalam sampelnya agar dapat menentukan akrual diskresi spesifik yang
dilakukan manajemen perusahaan tersebut.
13. Data Institutes of Internal Auditors (IIA) yang digunakan sebagai sampel merupakan hasil
survey respon dari Chief Audit Executive (CAE) atau kepala internal audit perusahaan,
bukan mandatory, sehingga ada kemungkinan CAE memberikan hasil kompilasi yang
tidak sesuai realitas perusahaan (palsu). Hal ini dapat dilihat dari 4.178 firm-years
observations di IIA database, sebesar 3.098 tidak cocok (matched) dengan data
Compustat. Ada kemungkinan sampel mengandung noise.
14. Hasil pengujian menyatakan efektivitas komite audit rendah pada perusahaan yang
missed analyst’ forecast dibandingkan dengan perusahaan yang met-beat analyst’
forecast. Penelitian ini tidak dapat menjelaskan temuan tersebut.
Menurut saya penyebabnya adalah proksi efektivitas komite audit (ACEffectiveness)
kurang tepat. Seharusnya peneliti juga menggunakan proksi ada atau tidaknya komite
audit.
Data tidak tersedia, maka digunakan proksi yang disarankan BRC (1999), yaitu: financial
literacy skill, assessing the committee’s charter, fulfilling the charter, accountability for
auditor relations, relation with external auditors, discussion of accounting, disclosure of
reviews, reviewing quaterly reports. Jadi dari data IIA dan compustat, peneliti melihat
apakah dari 10 proksi tersebut dilakukan oleh perusahaan. Bila ya, diberi point 1. Namun
belum tentu hal tersebut dilakukan oleh komite audit perusahaan.
15. Teori pendukung hipotesis yang digunakan adalah penelitian-penelitian terdahulu dan
logika pemikiran, bukan pada teori baku yang sudah diterima umum (textbook).
Akibatnya saat hasil pengujian tidak sesuai harapan, peneliti bingung memberikan alasan
yang tepat.
16. Proksi missed/met-beat analyst forecast mengandung masalah endogenitas. Hal ini dapat
dilihat dari analisis sensitivitas dengan menggunakan least square 2 tahap, menemukan
bahwa hubungan IAQuality dengan proksi missed/met-beat analyst forecast tidak
signifikan. Endogenitas dapat menimbulkan measurement error, autoregresi dengan
autokorelasi, omitted variables, dan sample selection errors.
17. Pada bagian literatur review peneliti justru melakukan kritik atas penelitian sebelumnya
(Davidson et all, 2005), sehingga pengungkapan teori pendukung kurang tajam. Justru
pengungkapan teori pendukung lebih banyak pada bagian introduction.
18. Jumlah sample terlalu sedikit, sehingga tidak dapat digeneralisasi. Selain itu sample tidak
dipilih secara random, sehingga bila diujikan terhadap kelompok perusahaan lain
kemungkinan memberikan hasil pengujian yang berbeda.