analisa kadar total padatan tersuspensi (tss) dari air
TRANSCRIPT
ANALISA KADAR TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DARI
AIR LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN METODE
GRAVIMETRI DI INSTALASI PENGOLAHAN
AIR LIMBAH PDAM TIRTANADI
CEMARA MEDAN
TUGAS AKHIR
DIAH PUTRI RAMADHANI
142401054
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISA KADAR TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DARI
AIR LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN METODE
GRAVIMETRI DI INSTALASI PENGOLAHAN
AIR LIMBAH PDAM TIRTANADI
CEMARA MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai
gelar Ahli Madya
DIAH PUTRI RAMADHANI
142401054
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Analisa Kadar Total Padatan Tersuspensi
(TSS) dari Air Limbah Domestik
Menggunakan Metode Gravimetri di
Instalasi Pengolahan Air Limbah
PDAM Tirtanadi Cemara Medan
Persetujuan : Tugas Akhir
Nama : Diah Putri Ramadhani
Nomor Induk Mahasiswa : 142401054
Program Studi : D-3 Kimia
Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, Agustus 2017
Disetujui oleh
Program Studi D-3 Kimia Pembimbing,
Ketua,
Dr.Minto Supeno,MS Dr.Emma Zaidar Nst,M.Si
NIP.196105091987031002 NIP.195512181987012001
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,
Dr.Cut Fatimah Zuhra,M.Si
NIP.197404051999032001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
ANALISA KADAR TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DARI AIR
LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN
METODE GRAVIMETRI DI INSTALASI
PENGOLAHANAIR LIMBAH
PDAM TIRTANADI
CEMARA MEDAN
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali
beberapa kutipan dari ringkasan masing-masing yang disebutkan sumbernya.
Medan, Agustus 2017
Diah Putri Ramadhani
142401054
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini sebagai salah
satu syarat dalam penyelesaian program D3 KIMIA. Dalam penulisan ini banyak
pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Dr.Emma Zaidar Nst,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing,mengarahkan dan mendidik penulis dalam penulisan karya
ilmiah ini.
2. Bapak Dr.Keristan Sebayang,M.Si selaku Dekan Fakultas MIPA USU.
3. Ibu Dr.Cut Fatimah Zuhra,M.Si selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA
USU.
4. Bapak Dr.Minto Supeno,MS selaku ketua jurusan D3 KIMIA.
5. Terkhusus orang tua saya tercinta Bapak Jumiran dan Ibu Dewi Baskini
Harun atas semua dukungan yang telah diberikan baik berupa materi
maupun moril.
6. Saudara dan saudari saya M.Ali Wira dan Dara Rezeki yang telah
membantu baik dalam bentuk materi maupun moril dalam menyelesaiakan
study Ahli Madya.
7. Teman-teman yang selalu memberi motivasi dan semangat kepada saya
Helva Silvianita,Samroh Tulaili Sitorus, Nurlatifah Az-Zahro,Ayu
Sintya,Dwi Melia Astika,Caravita dan teman lainnya yang tidak mampu
disebutkan semuanya.
8. Teman-teman seperjuangan di D3 KIMIA USU terkhusus kepada Adinda
Faridah,Khairunnisa,Wardatun Jamilah,Nova Astria,Hesri Elpriyanti,Jani
fita dan Monica Apriani.
9. Partner PKL tersayang Adinda Faridah Situmorang dan Khairunnisa.
10. Karyawan-karyawan PDAM Tirtanadi IPAL Cemara.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
juga mengucapkan terimakasih atas segala kritik dan saran. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih dan semoga karya lmiah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua
Medan, Agustus 2017
Penulis
Diah Putri Ramadhani
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISA KADAR TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DARI AIR
LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN METODE GRAVIMETRI
DI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PDAM
TIRTANADI CEMARA MEDAN
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa total padatan tersuspensi (TSS) dari air limbah domestik
menggunakan metode gravimetri di Instalasi Pengolahan Air Limbah PDAM
Tirtanadi Cemara Medan. Pemeriksaan kadar total padatan tersuspensi dilakukan
dengan menggunakan metode gravimetri. Air limbah yang telah homogen disaring
dengan kertas saring 0,45 µm yang telah ditimbang sehingga residu yang tertahan
pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103-105 ˚C
dan kenaikan berat saringan itulah yang mewakili total padatan tersuspensi (TSS).
Hasil analisa yang diperoleh minimal 2 mg/L dan maksimal 29 mg/L.
Apabila dibandingkan kadar parameter limbah hasil analisa dengan parameter
baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, maka air limbah yang dianalisa masih berada di bawah 30 mg/L kadar
mutu air limbah tersebut.
Kata kunci : total padatan tersuspensi, gravimetri, air limbah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TOTAL CONTENT ANALYSIS OF SPECIFIC CONDITION (TSS) FROM
DOMESTIC WASTE WATER USING GRAVIMETRY METHOD
IN WASTE WATER TREATMENT INSTALLATION
PDAM TIRTANADI CEMARA MEDAN
ABSTRACT
A total suspended solids (TSS) analysis of domestic wastewater using gravimetry
method in Wastewater Treatment Plant PDAM Tirtanadi Cemara Medan has been
conducted. Examination of total suspended solid content was done using
gravimetric method. The homogenised waste water is filtered off with a filter
paper of 0.45 μm which has been weighed so that the residue retained on the filter
is dried until it reaches a constant weight at 103-105 ˚C and the weight gain of the
filter represents the total suspended solid (TSS).
The results obtained at least 2 mg/L and a maximum of 29 mg/L.
Compared with the parameters of effluent with the parameters of liquid waste
quality determined by the Minister of Environment and Forestry, the waste water
analyzed is still below 30 mg/L of the quality level of the waste water.
Keywords : total suspended solids , gravimetry, waste water
.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Singkatan x
Daftar Lampiran xi
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 4
1.3. Tujuan 4
1.4. Manfaat 4
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1. Air 5
2.2. Pencemaran Air 6
2.3. Air Limbah 8
2.4. Sumber dan Macam Air Limbah 9
2.5. Ciri-ciri Air Limbah 10
a. Ciri-ciri Fisik 10
b. Ciri-ciri Kimiawi 11
c. Ciri-ciri Biologis 12
2.6. Limbah Cair 12
a. Aktivitas Manusia 12
b. Aktivitas Alam 13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.7. Proses Pengolahan Air Limbah Cemara 14
2.8. Dampak Buruk Air Limbah 22
2.9. Zat Padat / Jumlah (Total Solids) 23
2.10. Gravimetri 25
Bab III Metodologi Percobaan
3.1. Alat 28
3.2. Bahan 28
3.3. Prosedur Percobaan 29
Bab IV Hasil dan Pembahasan
4.1. Hasil 30
4.2. Perhitungan 31
4.3. Pembahasan 31
Bab V Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan 34
5.2. Saran 34
Daftar Pustaka
Lampiran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
4.1 Hasil Pengukuran Total Padatan Tersuspensi dari 23
Air Limbah Domestik di IPAL Cemara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Tabel
2.1 Air 5
2.3 Air Limbah 8
2.7.1 Inlet 14
2.7.2 Screw Pump 14
2.7.3a Screen Kasar 15
2.7.3b Screen Halus 16
2.7.4 Grit Chamber 17
2.7.5 Splitter Box 17
2.7.6 UASB Reaktor 18
2.7.8 Skimming Tank 19
2.7.9a Aerated Pond 20
2.7.9b Facultative Pond 20
2.7.10 Outlet 21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR SINGKATAN
DO = Disolved Oxygen
TSS = Total Suspended Solids
WWTP = Waste Water Treatment Plant
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lamp
1 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan 38
Kehutanan Republik Indonesia No.P.68
Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik
2 Perhitungan 39
3 Skema Proses Pengolahan Air Limbah PDAM 42
Tirtanadi IPA Limbah Cemara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk
hidup memerlukan air. Tanpa air tak akan ada kehidupan. Demikian pula manusia
tak dapat hidup tanpa air. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air
untuk kehidupan kita sebagai makhluk hayati dan kedua, air untuk kehidupan kita
sebagai manusia yang berbudaya.
Baik kuantitas maupun kualitas air harus dapat memenuhi kebutuhan kita.
Di sebagian besar tanah air kita, curah hujan cukup tinggi. Karena itu dari segi
kuantitas di banyak tempat di negara kita, air tidak menjadi masalah, apalagi jika
kita dapat mengelolanya dengan baik. Akan tetapi dari segi kualitas, air kita
makin memperihatinkan.
Kualitas air ditentukan oleh banyak faktor, yaitu zat yang terlarut, zat yang
tersuspensi, dan makhluk hidup, khususnya jasad renik, di dalam air. Air murni,
yang tidak mengandung zat yang terlarut, tidak baik untuk kehidupan kita.
Sebaliknya zat yang terlarut ada yang bersifat racun. Apabila zat yang terlarut, zat
yang tersuspensi dan makhluk hidup dalam air membuat kualitas air menjadi tidak
sesuai untuk kehidupan kita, air itu disebut tercemar.
Pencemaran dapat berasal dari beberapa sumber. Sumber pencemaran
yang paling utama di negara kita ialah limbah rumah tangga. Pencemaran itu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berasal dari kira-kira 150 juta orang. Yang terkena dan menderita dari pencemaran
itu juga berjuta orang. Setiap tahunnya orang yang menderita sakit muntah berak
dan sakit perut lebih dari 5 juta orang dan yang meninggal setiap tahunnya paling
sedikit beberapa ratus orang. Orang yang mengidap penyakit cacing paling sedikit
50% dari seluruh penduduk kita, jadi paling sedikit 75 juta orang. Oleh karena itu
penanggulangan masalah pencemaran oleh limbah rumah tangga harus diberi
prioritas yang tertinggi.
Limbah domestik terdiri dari pembuangan air kotor dari kamar-kamar
mandi, kakus dan dapur. Kotoran-kotoran itu merupakan campuran yang rumit
dari zat-zat bahan mineral dan organik dalam banyak bentuk, termasuk partikel-
partikel besar dan kecil benda padat, sisa-sisa bahan-bahan larutan dalam keadaan
terapung dan dalam bentuk koloid dan setengah koloid (Mahida,1993).
Pada awalnya tujuan dari pengolahan air limbah adalah untuk
menghilangkan bahan-bahan tersuspensi dan terapung, pengolahan bahan organik
biodegradable serta mengurangi organisme patogen. Namun sejalan dengan
perkembangannya, tujuan pengelolaan air limbah sekarang ini juga terkait dengan
aspek estetika dan lingkungan.
Pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan
bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan
dengan bantuan kolam stabilisasi. Kolam stabilisasi merupakan kolam yang
digunakan untuk mengolah air limbah secara alamiah. Kolam stabilisasi sangat
direkomendasikan untuk pengolahan air limbah di daerah tropis dan negara
berkembang sebab biaya yang diperlukan untuk membuatnya relatif murah tetapi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
membutuhkan area yang luas dan detention time yang cukup lama (biasanya 20-
50 hari). Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan
pada Instalasi Pengolahan Air Limbah / IPAL (Waste Water Treatment Plant/
WWTP) (Mulia,2005).
Lokasi pengolahan air limbah terletak di jalan Perkebunan Kelurahan Pulo
Brayan Bengkel. Luas area pengolahan air limbah yaitu ± 11 Ha. Sumber utama
air limbah yang diolah oleh IPA Limbah PDAM Tirtanadi adalah air limbah
domestik/ rumah tangga. Penyaluran air limbah domestik melalui jaringan
perpipaan menuju unit instalasi pengolahan air limbah domestik PDAM Tirtanadi
Cemara (IPAL Cemara,2002).
Dalam air limbah terdapat parameter-parameter yang perlu diketahui.
Parameter tersebut dapat menentukan kualitas dan karakteristik dari air limbah
tersebut. Adapun salah satu parameter tersebut yaitu total padatan tersuspensi
(TSS). Dimana total padatan tersuspensi (TSS) adalah jumlah bobot bahan yang
tersuspensi dalam suatu volume air tertentu, dengan satuan mg perliter (Pujiastuti
dkk,2013).
Berdasarkan PerMenLHK No.P.68 Tahun 2016 telah ditetapkan bahwa
kadar baku mutu total padatan tersuspensi (TSS) adalah 30 mg/L. Jika lebih dari
30 mg/L maka dinyatakan tidak memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dari uraian diatas penulis ingin
mengetahui kadar total padatan tersuspensi (TSS) dalam air limbah domestik di
Instalasi Pengolahan Air Limbah PDAM Tirtanadi Cemara, apakah sesuai
standard yang ditetapkan oleh PerMenLHK No.P.68 Tahun 2016.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.2 Permasalahan
Apakah kadar total padatan tersuspensi (TSS) dalam air limbah domestik di
Instalasi Pengolahan Air Limbah PDAM Tirtanadi Cemara sesuai standard yang
ditetapkan oleh PerMenLHK No.P.68 tahun 2016 ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui kadar total padatan tersuspensi (TSS) dalam air limbah
domestik di Instalasi Pengolahan Air Limbah PDAM Tirtanadi Cemara, apakah
sesuai standard yang ditetapkan oleh PerMenLHK No.P.68 tahun 2016.
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui kadar total padatan tersuspensi (TSS) dalam air limbah
domestik di Instalasi Pengolahan Air Limbah PDAM Tirtanadi Cemara, apakah
sesuai standard yang ditetapkan oleh PerMenLHK No.P.68 tahun 2016.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Gambar 2.1. Air
Air merupakan bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan manusia,hewan dan
tanaman yaitu sebagai media pegangkutan zat-zat makanan, juga merupakan
sumber energi serta berbagai keperluan lainnya (Sasongko dkk,2014).
Kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena sebenarnyalah zat pembentuk
tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, yang jumlahnya sekitar 73 % dari
bagian tubuh tanpa jaringan lemak (lean body mass). Dengan perkataan lain,
jumlah air yang terdapat dalam tubuh manusia :
a. Sekitar 80 % dari berat badan (untuk bayi dengan low birth weight).
b. Sekitar 70-75% dari berat badan (untuk neonatus).
c. Sekiat 65% dari berat badan (untuk anak).
d. Sekitar 55-60% dari berat badan (untuk orang dewasa).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jika membicarakan tentang macam air yang dikaitkan dengan sumber atau
asalnya, maka air dapat dibedakan atas :
1. Air hujan, embun ataupun salju, yakni air yang didapat dari angkasa,
karena terjadinya proses presipitasi dari awan, atmosfir yang mengandung
uap air.
2. Air permukaan tanah, dapat berupa air yang tergenang atau air yang
mengalir, seperti danau, sungai, laut. Air dari sumur yang dangkal, adalah
juga air permukaan tanah.
3. Air dalam tanah, yakni air permukaan tanah yang meresap ke dalam tanah,
jadi telah mengalami penyaringan oleh tanah ataupun batu-batuan. Air
dalam tanah ini sekali waktu juga akan menjadi air permukaan, yakni
dengan mengalirnya air tersebut menuju ke laut (Azwar,1996).
2.2 Pencemaran Air
Pembuangan air limbah secara langsung ke lingkungan inilah yang menjadi
penyebab utama terjadinya pencemaran air. Limbah baik berupa padatan maupun
cairan yang masuk ke air lingkungan menyebabkan terjadinya penyimpangan dari
keadaan normal air dan ini berarti suatu pencemaran. Indikator atau tanda bahwa
air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat
diamati melalui :
1. Adanya perubahan suhu air.
2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen.
3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut.
5. Adanya mikroorganisme.
6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.
Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini apabila
tidak disertai dengan program pengelolaan limbah yang baik akan memungkinkan
terjadinya pencemaran air, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Bahan buangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan industri adalah
penyebab utama terjadinya pencemaran air. Komponen pencemar air tersebut
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Bahan buangan padat.
b. Bahan buangan organik.
c. Bahan buangan anorganik.
d. Bahan buangan olahan bahan makanan.
e. Bahan buangan cairan berminyak.
f. Bahan buangan zat kimia.
g. Bahan buangan berupa panas (Wardhana,1995)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3 Air Limbah
Gambar 2.3. Air Limbah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2011,air
limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air
limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestic) maupun industrie (industry).
Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting :
1. Tinja (faeces), berpotensi mengandung mikroba patogen.
2. Air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen dan Posfor, serta
kemungkinan kecil mikro-organisme.
3. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar
mandi. Grey water sering juga disebut dengan istilah sullage.
Campuran faeces dan urine disebut sebagai excerta, sedangkan campuran
excerta dengan air bilasan toilet disebut sebagai black water. Mikroba patogen
banyak terdapat pada excerta. Excerta ini merupakan cara transport utama bagi
penyakit bawaan air (Mulia,2005).
Air limbah rumah tangga dihasilkan oleh rumah tangga yang memperoleh
penyediaan air ledeng dalam rumah dan yang mempunyai jamban banjur yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dihubungkan dengan sistem saluran riol yag menampung semua air limbah
(buangan) rumah tangga lainnya. Secara keseluruhan, di Dunia Ketiga, hanya
sedikit rumah tangga yang menghasilkan limbah riol, karena sistem riol
merupakan teknologi penyehatan yang sangat mahal; kebanyakan rumah tangga
membuang ekskreta (tinja-tampung) dan limbah secara terpisah (Mara dan
Sandy,1989).
Jumlah air limbah rumah tangga dari suatu daerah biasanya sekitar 60-75
% dari air yang disalurkan ke daerah itu. Sisanya dipakai pada proses industri,
penyiraman kebun dan lainnya. Besar aliran rumah industri bervariasi menurut
jenis dan ukuran industri yang ada, pengawasan industri tersebut, jumlah air yang
pemakaiannya berulang, serta cara yang dipergunakan untuk pemrosesan
setempat, bila ada. (Linsley dkk,1979)
2.4 Sumber dan Macam Air Limbah
Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah yang lazim dikenal ialah:
1. yang berasal dari rumah tangga (domestic sewage), misalnya air dari
kamar mandi, dari dapur.
2. yang berasal dari perusahaan (commercial wastes), misalnya dari hotel,
restoran, kolam renang.
3. yang berasal dari industri (industrial wastes), seperti dari pabrik baja,
pabrik tinta, pabrik cat.
4. yang berasal dari sumber lainnya, seperti air hujan yang bercampur dengan
air comberan, dan lain sebagainya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tergantung dari sumbernya ini, maka macam serta komposisi air limbah beraneka
ragam. Pada lazimnya susunan air kotor terdiri tiga komponen yang utama, yakni :
a. bahan padat,
b. bahan cair,
c. bahan gas.
Kesemua bahan-bahan ini berada dalam air limbah dalam bentuk :
a. bahan yang mengapung (floating material),
b. bahan yang larut (dissolved solids),
c. bahan koloidal (colloids),
d. bahan mengendap (sediment).
e. bahan melayang (dispersed solids) (Azwar,1996).
2.5 Ciri-ciri Air Limbah
a. Ciri-ciri Fisik
Bahan padat total terdiri dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat terapung
serta senyawa-senyawa yang larut dalam air. Kandungan bahan padat terlarut
ditentukan dengan mengeringkan serta menimbang residu yang didapat dari
pengeringan contoh air. Bila residu ini dinyalakan, maka bahan padat yang
teruapkan akan terbakar. Bahan padat teruapkan ini diperkirakan adalah bahan-
bahan organik, walaupun beberapa bahan organik tidak akan terbakar dan
beberapa bahan anorganik akan terpecah pada suhu yang tinggi.
Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi
umum air limbah. Jika warnanya coklat muda, maka umur air kurang dari 6 jam.
Warna abu-abu muda sampai setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sedang mengalami pembusukan atau telah ada dalam sistem pengumpul untuk
beberapa lama. Bila warnanya abu-abu tua atau hitam, air limbah sudah
membusuk setelah mengalami pembusukan oleh bakteri dengan kondisi anaerobik
(tanpa adanya oksigen). Penghitaman warna air limbah sring disebabkan oleh
adanya pembentukan berbagai sulfida, khususnya ferrous sulfida. Ini dihasilkan
pada saat hidrogen sulfida yang timbul pada kondisi anaerobik bersenyawa
dengan logam-logam valensi dua, seperti besi, yang mungkin tersedia.
Bau air limbah yang baru biasanya tidak begitu merangsang, tetapi
berbagai senyawa yang berbau dilepaskan pada saat air limbah terurai secara
biologis pada kondisi anaerobik. senyawa utama yang berbau adalah hidrogen
sulfida (tercium seperti telur busuk). Senyawa-senyawa lain seperti indol, skatol,
cadaverin, dan mercaptan yang terbentuk pada kondisi anaerobik mungkin pula
menyebabkan bau yang lebih merangsang daripada bau hidrogen sulfida.
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi daripada air bersih, karena adanya
tambahan air hangat dari pemakaian perkotaan. Suhu air limbah bervariasi dari
musim ke musim dan juga tergantung pada letak geografisnya. Pada daerah yang
dingin, suhu berkisar antara 45 sampai 65˚ F (7-18˚C), sedangkan pada daerah
panas berkisar antara 55 sampai 75˚F (13-24˚C).
b. Ciri-ciri Kimiawi
Pegujian kimia yang utama adalah yang bersangkutan dengan amonia bebas,
nitroge organik, nitrit, nitrat, fosfor organik dan fosfor anorganik. Pengujian-
pengujian lain seperti klorida, sulfat, pH serta alakalinitas diperlukan untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengkaji dapat tidaknya air limbah yang sudah diolah dipakai kembali, serta
untuk mengendalikan berbagai proses pengolahan.
c. Ciri-ciri Biologis
Ciri-ciri biologis limbah kadang-kadang merupakan hal yang penting. Karena ada
beribu-ribu bakteri per milimeter dalam air limbah yang belum diolah, maka
perhitungan keseluruhan jarang dilakukan. Walaupun demikian, pengujian untuk
coliform pada buangan instalasi kadang-kadang dilakukan untuk mengkaji dapat
tidaknya dibuang ke perairan yang dipakai untuk rekreasi. (Linsley,1979)
Limbah cair biasanya mengandung mikroorganisme yang memiliki
peranan penting dalam pengolahan limbah cair secara biologi, tetapi ada juga
mikroorganisme yang membahayakan bagi kehidupan manusia. Mikroorganisme
tersebut antara lain bakteri, jamur, protozoa dan algae (Mubin dkk,2016).
2.6 Limbah Cair
Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan
pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi
yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan, dan perdagangan),
sumber industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air
permukaan, atau air hujan. Limbah cair bersumber dari:
a. Aktivitas Manusia
Aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair sangat beragam, sesuai dengan
jenis kebutuhan manusia yang sangat beragam pula. Beberapa jenis aktivitas
manusia yang menghasilkan limbah cair diantaranya adalah aktivitas dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bidang rumah tangga, perkantoran, perdagangan, perindustrian, pertanian, dan
pelayanan jasa.
b. Aktivitas Alam
Hujan merupakan aktivitas alam yang menghasilkan limbah cair yang disebut air
larian (storm water runoff). Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan
merembes ke dalam tanah ( dan sebagian besar lainnya (± 70%) akan
mengalir di permukaan tanah menuju sungai, telaga, atau tempat lain yang lebih
rendah. Air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah akan menjadi air
permukaan (surface water) yang dapat masuk ke saluran limbah cair rumah
tangga (sanitary sewer) yang retak atau sambungannya kurang sempurna, sebagai
air luapan (inflow).
Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan
perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya. Menurut Hammer (1977,
hlm.295-298), volume limbah cair dari daerah perumahan bervariasi, dari 200
sampai 400 liter per orang per hari, tergantung pada tipe rumah. Aliran terbesar
berasal dari rumah keluarga tunggal yang mempunyai beberapa kamar mandi,
mesin cuci otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume
limbah cair sebesar 400 liter/orang/hari biasa digunakan untuk limbah cair rumah
tangga yang mencakup limbah cair dari perumahan dan perdagangan, ditambah
dengan rembesan air tanah (infiltration) (Soeparman dan Suparmin,2001).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.7 Proses Pengolahan Air Limbah Cemara
1. Inlet
Gambar 2.7.1. Inlet
Merupakan bak pengumpulan utama air limbah yang masuk secara gravitasi
melalui trunk sewer RCP Dia 1300 mm dari pumping station di jalan H.M Yamin
dengan debit maksimum 20.137 m3/hari dan dari Komplek Perumahan Cemara
Asri dengan debit maksimum 2.945 m3/
hari.
2. Screw Pump
Gambar 2.7.2. Screw Pump
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berfungsi untuk memompakan air limbah dari inlet pada elevasi +8,87 sampai
pada ketinggian +16,59 yang cukup untuk dapat mengalirkan air limbah secara
gravitasi ke unit instalasi pengolahan air limbah selanjutnya. Pompa yang
digunakan adalah jenis Ardrimedian Screw. Tipe pompa ini merupakan jenis yang
tepat digunakan untuk mengangkat air terutama bila air limbah mengandung
partikel atau benda yang keras dan besar. Pada kondisi saat ini (tahap I)
dibutuhkan 2 (dua) unit pompa dengan kapasitas masing-masing 1.310 m3/jam, 1
(satu) pompa untuk kondisi normal dan 1 (satu) unit lagi untuk kapasitas
maksimum. Unit ini dilengkapi dengan pipa by pass ke Sungai Kera (Overflow).
3. Screen
Gambar 2.7.3a. Screen Kasar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.7.3b. Screen Halus
Screen (saringan) berfungsi untuk menyisihkan benda-benda yang terbawa dalam
aliran. Dengan demikian tidak mengganggu aliran dan dapat melindungi instalasi
pengolahan dari kemungkinan penyumbatan atau kerusakan atau peralatan pada
unit-unit selanjutnya. Screen terdiri dari 2 jenis yaitu :
a. Screen kasar dengan jarak antara kisi adalah 50 mm, bekerja secara
normal.
b. Screen halus dengan jarak antara kisi adalah 6 mm.
Kotoran yang terkumpul pada screen dibuang ke dalam kontainer yang
selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan akhir.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Grit Chamber
Gambar 2.7.4. Grit Chamber
Fungsi ini untuk memisahkan kerikil dan pasir yang terbawa dalam aliran untuk
mencegah penyumbatan dan terbentuknya endapan pasir dalam reaktor UASB.
Pemisahan pasir ini dilaksanakan secara mekanikal dan dilengkapi dengan alat
untuk membuat pasir.
5. Splitter Box
Gambar 2.7.5. Splitter Box
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Splitter Box adalah tangki pembagi aliran yang berfungsi untuk mendistribusikan
aliran ke unit pengolahan utama (reaktor UASB). Tangki pembagi aliran ini
mempunyai 6 (enam) outlet yang masing-masing membawa aliran ke setiap
reaktor UASB dengan kapasitas 450 m3/jam.
6. UASB Reaktor
Gambar 2.7.6. UASB Reaktor
UASB merupakan singkatan Up Flow Anaerobic Sludge Blanket, yang sering juga
dikenal dengan istilah pengolahan air limbah menggunakan selimut lumpur
anaerobic sistem aliran ke atas. Sesuai dengan namanya air buangan yang masuk
dialirkan ke atas dan akan mengalami kontak dengan komunitas-komunitas
mikroorganisme yang terdapat pada selimut lumpur. Pada selimut lumpur ini
terjadi proses pengolahan air buangan tersebut. Saat ini terdapat 1 (satu) unit
reaktor UASB dengan volume masing-masing 3.040 m3 (19,2 m x 9,02 m x 4,06
m). Dengan waktu detensi rata-rata 7 jam, diharapkan efisiensi pemisahan BOD
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pada proses ini adalah 79 %. Dalam proses ini juga akan dihasilkan gas metan
yang akan dimanfaatkan sebagai tenaga listrik.
7. Sludge Drying Beds
Lumpur dari reaktor UASB dipompakan dan dikeringkan pada unit ini.
Berdasarkan pengalaman, lumpur dari reaktor UASB mempunyai karakteristik
pengeringan yang sangat baik. Untuk desain ini direncanakan periode 4 (empat)
minggu untuk siklus pengisian, pengeringan, pembersihan, dan perbaikan dari
Drying Bed. Setelah kering, lumpur dipisahkan dengan scaper manual atau
mekanis.
8. Skimming Tank
Gambar 2.7.8. Skimming Tank
Berfungsi untuk menghilangkan scum dari effluent UASB yang terjadi. Unit ini
dilengkapi dengan spray nozzle untuk memecahkan scum.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9. Aerated and Facultative Pond
Gambar 2.7.9a. Aerated Pond
Gambar 2.7.9b. Facultative Pond
Merupakan kelanjutan proses pengolahan air limbah dari UASB sehingga
memenuhi kriteria persyaratan yang ditetapkan pemerintah. Kolam aerasi ini
dilengkapi dengan 5 (lima) unit aerator yang berfungsi untuk meninjeksi oksigen
agar kadar oksigen di dalam air cukup sehingga mikroorganisme dapat hidup dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
air menjadi lebih bersih. Kedalaman kolam ± 2.5 m untuk mencegah dasar kolam
tergerus oleh turbulensi dari aerator. Kolam fakultatif berfungsi untuk
memisahkan suspended solid yang berasal dari proses aerasi. Total luas kolam ±
3.1 Ha.
10. Outlet
Gambar 2.7.10. Outlet
Merupakan titik akhir saluran pembuangan limbah sebelum air limbah disalurkan
ke sungai (IPAL Cemara,2002).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.8 Dampak Buruk Air Limbah
Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk
bagi bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Gangguan kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit
bawaan air (waterborne disease). Selain itu di dalam air limbah mungkin juga
terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah
yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit
(misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain).
2. Penurunan kualitas lingkungan
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya: sungai dan
danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Sebagai contoh,
bahan organik yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai
dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut (Disolved Oxygen) di
dalam sungai tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam
air yang membutuhkan oksigen akan terganggu,dalam hal ini akan mengurangi
perkembangannya.
Adakalanya, air limbah juga dapat merembes ke dalam air tanah, sehingga
menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasnya
akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sebagai peruntukannya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Gangguan terhadap keindahan
Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu kesehatan
dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Contoh yang sederhana adalah air
limbah yang mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan perubahan
warna pada badan air penerima. Walaupun pigmen tersebut tidak menimbulkan
gangguan terhadap kesehatan, tetapi terjadi gangguan keindahan terhadap badan
air penerima tersebut.
Kadang-kadang air limbah dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila
terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari
badan air, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut.
4. Gangguan terhadap kerusakan benda
Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakteri
anaerobik menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat
proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi (misalnya pipa saluran air
limbah) dan bangunan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya air tersebut maka
biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang berarti akan menimbulkan
kerugian material (Mulia,2005).
2.9 Zat Padat / Jumlah (Total Solids)
Bahan padat (solids) adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan
dan pengeringan pada suhu 103˚-105˚ C. Dalam analisa air, dikenal beberapa
istilah tentang bahan padat ini. Istilah-istilah itu adalah :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Dissolved solids dan undisolved solids.
b. Volatile solids dan fixed solids.
c. Settleable solids dan unsettlebele solids (Sutrisno, 2002).
Bahan padat tersuspensi adalah bahan padat yang dihilangkan pada
penyaringan (filtration) melaui media standar halus dengan diameter 1 mikron.
Bahan padat tersuspensi dikelompokkan lagi dalam bahan padat tetap (fixed
solids) dan yang menguap (volatile solids). Bahan padat yang menguap
merupakan bahan yang bersifat organik yang diharapkan dapat dihilangkan
melalui penguraian secara biologis (biological degradation) atau pembakaran
(incineration). Fixed solids merupakan bahan padat yang bersifat tetap. Bahan
padat tersuspensi selanjutnya dapat dikelompokkan lagi berdasarkan sifat atau
kemampuan pengendapannya. Bahan padat yang dapat diendapkan (settleable
solids) secara normal dapat dihilangkan dalam ukuran besar pada tangki
sedimentasi.bahan padat yang tidak dapat mengendap (nonsettleable solids)
memerlukan perlakuan tambahan, baik secara kimia ataupun biologis, untuk
menghilangkannya dari limbah cair. Kandungan bahan padat tersuspensi penting
dalam perencanaan dan pembuangan, sebab menentukan persyaratan bangunan
untuk penanganan lumpur, termasuk persyaratan untuk penghilangan air
(dewatering) dan pengeringan (drying) lumpur untuk pembuangan akhir
(Soeparman dan Suparmin,2001).
Padatan tersuspensi terdiri dari komponen terendapkan, bahan melayang dan
komponen tersuspensi koloid. Padatan tersuspensi mengandung bahan anorganik
dan bahan organik. Bahan anorganik antara lain berupa liat dan butiran pasir,
sedangkan bahan organik berupa sisa-sisa tumbuhan dan padatan biologi lainnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
seperti sel alga, bakteri dan sebagainya, dapat pula berasal dari kotoran hewan,
kotoran manusia, lumpur dan limbah industri. (Pujiastuti dkk,2013)
Bahan padat terlarut adalah bahan padat yang terdapat dalam filtrat yang
diperoleh setelah penghilangan bahan padat tersuspensi. Bahan ini mewakili
garam-garam dalam larutan, termasuk garam-garam mineral dari penyediaan air.
Bahan padat terlarut penting terutama apabila limbah cair akan digunakan kembali
setelah pengolahan. Bahan padat terlarut tidak dapat dihilangkan melalui
pengolahan konvensional ( Soeparman dan Suparmin,2001).
2.10 Gravimetri
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling
sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhanaan
itu jelas kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan
menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain. Meskipun
gravimetri merupakan cara pemeriksaan kimia terhitung yang paling tua dan
paling jelas urutan kerjanya, namun pemakaiannya terbatas karena pengerjaannya
memakan waktu lama. Selain itu, berbagai persyaratan harus dipenuhi agar
penentuan terhitung dapat dilakukan dengan memuaskan. Persyaratan itu antara
lain :
1. Zat yang akan ditentukan harus dapat diendapkan secara terhitung
(sekurang-kurangnya 99,9% kesempurnaan pengendapannya). Ini berarti
bahwa endapan yang terbentuk harus cukup sukar larut. Umumnya,
endapan yang dipakai dalam gravimetri mempunyai kelarutan atau hasil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kali kelarutan yang sangat rendah, sehingga kehilangan yang disebabkan
oleh kelarutannya dapat diabaikan.
2. Endapan yang terbentuk harus cukup murni dan dapat diperoleh dalam
bentuk yang cocok untuk pengolahan selanjutnya. Endapan yang
berbentuk hablur kasar lebih cocok untuk pengolahan selanjutnya dalam
gravimetri daripada endapan yang berbentuk hablur halus atau endapan
yang tak berbentuk ( Rivai, 2006).
Nilai TSS air dapat diketahui menggunakan metode gravimetri. Metode
gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi
pengendapan. Langkah pengukuran pada gravimetri adalah pengukuran berat.
Analit secara fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya maupun dengan
solvennya. Persyaratan yang harus dipenuhi agar gravimetri dapat berhasil ialah
terdiri dari proses pemisahan yang harus cukup sempurna sehingga kualitas analit
yang tidak mengendap secara analit tidak ditentukan dan zat yang ditimbang harus
mempunyai susunan tertentu dan harus murni atau mendekati murni (Fatimah
dkk,2014).
Padatan tersuspensi total adalah pengukuran kualitas air yang biasanya
disingkat TSS (Rashmi,2015). Konsentrasi padatan tersuspensi mengancam
kehidupan spesies ikan, yang menyebabkan infeksi yang menyusahkan dimana
abrasi insang parah. Kemampuan mencari makanan ikan juga berkurang karena
halangan yang disebabkan oleh padatan yang bergerak dalam suspensi yang
selanjutnya membuat spesies ini tersedia bagi predator. Oksigen terlarut yang ada
di dalam air sangat dipengaruhi oleh adanya partikel tersuspensi. Sinar matahari
yang diserap oleh partikel tersuspensi, meningkatkan suhu air yang mengurangi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kapasitas menahan oksigen dari air hangat dan mengganggu spesies air
dingin.keberadaan TSS lebih lanjut mengurangi produksi oksigen karena
mengganggu penetrasi cahaya yang diperlukan untuk fotosintesis oleh tanaman
(Shah dkk,2014).
Semakin banyak padatan tersuspensi yang ada di bawah air, semakin tinggi
endapan lumpur di muara. Nyabakken (1992) menyatakan bahwa pembentukan
sedimen juga dipengaruhi oleh air laut, karena mengandung cukup banyak bahan
yang tersuspensi. Dalam penelitian ini, degradasi hutan yang disebabkan oleh
kegiatan penambangan liar dan pembalakan liar di daerah aliran sungai bagian
atas membawa banyak kawasan hutan beralih ke area tambang emas, perkebunan
dan pertanian. Kondisi ini menyebabkan tingginya tingkat erosi di hulu yang
berdampak pada sedimentasi tinggi di hilir (Manoppo dkk,2014).
Pencernaan anaerobik limbah padat adalah proses yang dengan cepat
mendapatkan momentum untuk kemajuan baru terutama di daerah fermentasi
anaerob kering dan telah menjadi fokus perhatian utama dalam pengelolaan
limbah di seluruh dunia (Beevi dkk,2013). Dalam studi kasus, hasil pengukuran
dinyatakan sebagai konsentrasi TSS dalam mg / L, namun untuk alasan yang
disebutkan di atas, hal tersebut tidak mencerminkan nilai sebenarnya
(Dolinar,2014).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
1. Beaker glass 250 ml Pyrex
2. Botol aquadest
3. Alat penyaring
4. Oven Fisher Scientific
5. Desikator Normax
6. Neraca analitik Sartorius
7. Penjepit
8. Pinset
9. Cawan porselen Pyrex
10. Pipet volumetri 100 ml Pyrex
11. Batang pengaduk
3.2 Bahan
1. Kertas saring yang berpori 0,45 µm Whatmann
2. Air limbah (aq)
3. Aquadest (l)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3 Prosedur
Letakkan kertas saring yang berpori 0,45 µm ke dalam cawan porselen. Bilas
kertas saring dengan aquadest. Lalu, Keringkan kertas saring di dalam oven pada
temperature 103-105 ˚C selama 1 jam dan dinginkan dalam desikator selama 10
menit kemudian timbang dengan neraca analitik. Keringkan kertas saring kembali
dan dinginkan dalam desikator kemudian timbang dengan neraca analitik. Siapkan
kertas saring yang telah diketahui beratnya pada alat penyaring. Lalu,Sampel
dikocok kemudian dipipet sebanyak 100 ml dengan pipet volumetri.Saring sampel
dengan alat penyaring kemudian keringkan kertas saring pada oven dengan suhu
103-105 ˚C selama 1 jam dan dinginkan kertas saring di dalam desikator selama
10 menit lalu timbang dengan neraca analitik. Keringkan kertas saring kembali
dan dinginkan dalam desikator kemudian timbang dengan neraca analitik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Total Padatan Tersuspensi dari air limbah domestik
di IPAL Cemara
Keterangan :
A = Nilai numerik berat kertas saring (g)
B = Nilai numerik berat kertas saring berisi padatan tersuspensi (g)
Tanggal Berat Kertas Saring (A) Berat Kertas Saring (B) Berat
Padatan
(B-A)
Hasil
Akhir
(mg/L) Terima Selesai I II Rata-rata I II Rata-rata
03 Januari 2017 04 Januari 2017 0,0765 0,0761 0,07630 0,0795 0,0789 0,07920 0,00290 29
03 Januari 2017 04 Januari 2017 0,0767 0,0760 0,07635 0,0793 0,0787 0,07900 0,00265 26,5
09 Januari 2017 11 Januari 2017 0,0722 0,0715 0,07185 0,0730 0,0730 0,07300 0,00115 11,5
09 Januari 2017 11 Januari 2017 0,0731 0,0730 0,07305 0,0753 0,0753 0,07530 0,00225 22,5
16 Januari 2017 17 Januari 2017 0,0737 0,0728 0,07325 0,0738 0,0731 0,07345 0,00020 2
16 Januari 2017 17 Januari 2017 0,0731 0,0734 0,07325 0,0744 0,0740 0,07420 0,00095 9,5
16 Januari 2017 17 Januari 2017 0,0730 0,0726 0,07280 0,0733 0,0729 0,07310 0,00030 3
20 Januari 2017 23 Januari 2017 0,0741 0,0738 0,07395 0,0759 0,0753 0,07560 0,00165 16,5
20 Januari 2017 23 Januari 2017 0,0743 0,0740 0,07415 0,0747 0,0742 0,07445 0,00030 3
20 Januari 2017 23 Januari 2017 0,0742 0,0739 0,07405 0,0747 0,0738 0,07425 0,00020 2
20 Januari 2017 23 Januari 2017 0,0749 0,0745 0,07470 0,0789 0,0740 0,07645 0,00175 17,5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2 Perhitungan
Padatan Tersuspensi =
=
= 29 mg/L
4.3 Pembahasan
Hasil pengukuran yang dilakukan terhadap air limbah domestik yang telah
diproses berdasarkan parameter air limbah yaitu Total Padatan Tersuspensi (TSS)
diperoleh menunjukkan bahwa kadar total padatan tersuspensinya masih lebih
kecil apabila dibandingkan dengan kadar maksimal untuk air limbah yang telah
ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
Pada pengukuran Total Padatan Tersuspensi (TSS), besarnya kadar total
padatan tersuspensi pada limbah cair domestik telah memenuhi baku mutu limbah
cair domestik sesuai PerMenLHK No.P.68 Tahun 2016. Dimana persyaratan
kadar maksimum yang diperoleh untuk total padatan tersuspensi (TSS) adalah 30
mg/L. Nilai TSS (berupa limbah cair) tidak bersifat toksik, akan tetapi jika
berlebihan, terutama TSS dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang akan
menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolam air dan akhirnya berpengaruh
terhadap proses fotosintesis di perairan.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada 03 Januari 2017 diperoleh
kadar Total Padatan Tersuspensi yang tertinggi yaitu sebesar 29 mg/L. Hal itu
dikarenakan banyaknya partikel-partikel suspensi seperti tanah liat, lumpur,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton dan organisme lainnya di dalam
air limbah sehingga menyebabkan kadar Total Padatan Tersuspensi yang
diperoleh tinggi. Sedangkan pada 16 dan 20 Januari 2017 diperoleh kadar Total
Padatan Tersuspensi (TSS) yang terendah yaitu 2 mg/L. Hal itu dikarenakan
padatan yang terdapat di air limbah tersebut lebih didominasi oleh padatan yang
berasal dari lumpur.
Limbah cair mengandung berbagai macam zat padat dari material yang
kasar sampai dengan material yang bersifat koloidal. Dalam karakterisasi limbah
cair material kasar selalu dihilangkan sebelum dilakukan analisis contoh terhadap
zat padat (Mubin dkk,2016).
Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air
karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air
meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser
(Agustira dkk,2013).
Kekeruhan terjadi karena adanya zat-zat koloid yang melayang dan zat-zat
yang terurai menjadi ukuran yang lebih (tersuspensi) oleh binatang, zat-zat
organik, jasad renik, lumpur, tanah, dan benda-benda lain yang melayang. Tidak
dapat dihubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua jenis
zat suspensi, karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butir (Mubin
dkk,2016).
Kekeruhan digunakan untuk menyatakan derajat kegelapan di dalam air
yang disebabkan oleh bahan-bahan melayang. Kekeruhan mempengaruhi
penetrasi cahaya matahari yang masuk ke badan perairan, sehingga dapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menghalangi proses fotosintesis dan produksi primer perairan. Kekeruhan
memiliki korelasi positif dengan padatan tersuspensi, yaitu semakin tinggi nilai
kekeruhan maka semakin tinggi pula nilai padatan tersuspensi. Warna air
mempunyai hubungan dengan kualitas perairan. Warna perairan dipengaruhi oleh
adanya padatan terlarut dan padatan tersuspensi (Pujiastuti dkk,2013).
Karakteristik yang sangat mencolok pada limbah cair adalah berwarna yang
umumnya disebabkan oleh zat organik dan algae. Air limbah yang baru biasanya
berwarna abu-abu. (Mubin dkk,2016)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari analisa kadar total padatan tersuspensi (TSS) yang dilakukan terhadap air
limbah domestik disimpulkan bahwa total padatan tersuspensi (TSS) yang
diperoleh minimal 2 mg/L dan maksimal 29 mg/L masih sesuai standard yang
ditetapkan oleh PerMenLHK No.P.68 Tahun 2016.
5.2 Saran
a. Dalam melakukan praktikum agar berhati-hati dan teliti, supaya hasil yang
didapatkan benar.
b. Dalam menghitung pun juga harus lebih teliti, supaya apa yang dikerjakan
menghasilkan nilai yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Agustira,R dkk. 2013. Kajian Karakteristik Kimia Air, Fisika Air dan
Debit Sungai pada Kawasan DAS Padang Akibat Pembuangan Limbah
Tapioka. Jurnal Online Agroekoteknologi. 1 (3) : 618
Azwar,A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Cetakan Kedelapan.
Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya
Beevi.S dkk2013. Effect of Total Solid Concentration on Anaerobic Digestion
Of the Organic Fraction of Municipal Solid Waste. International Journal of
Scientific and Research Publications. 3 (8) : 1
Dolinar,B. 2014. Practical Application of the Results for Optically Measured
Total Suspended Solids Concentrations in the Drava River. Journal of
Water Resource and Protection. 6 : 711
Fatimah,A dkk. 2014. Perancangan Alat Ukur TSS (Total Suspended
Solid) Air Menggunakan Sensor Serat Optik Secara Real Time. Jurnal
Ilmu Fisika. 6 (2) : 68
Linsley,R.Y dkk. 1979.Teknik Sumber Daya Air.Edisi Ketiga. Jilid
Kedua. Jakarta : Erlangga
Mahida,U.N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Cetakan
Keempat. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Manopo,L dkk. 2014. Sedimentation Rateand Total Suspended Solids
(TSS) in Melombo Area, Salurang Village, Sangihe Archipelage
Regency. International Journal of Engineering Inventions.3 (7) : 53
Mara,D dan Sandy,C. 1989. Pemanfaatan Air Limbah dan Ekskreta Patokan
untuk Perlindungan Kesehatan Masyarakat. Bandung : ITB Bandung
Mubin,F dkk. 2016. Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah
Domestik di Kelurahan Istiqlal Kota Manado. Jurnal Sipil Statik.
4 (3) : 212-214
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mulia,R.M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha
Ilmu
PDAM Tirtanadi. 2002. Instalasi Pengolahan Air Limbah Cemara. Medan
Pujiastuti,P dkk. 2013. Kualitas dan Beban Pencemaran Perairan Waduk
Gajah Mungkur. Jurnal Ekosains. V(1) : 64-65
Rashmi. 2015. An Examination of Total Solid Percentage Comparison between
Oven, Mojonnier. SSRG Internatioal Journal of Humanities and Social
Science. 25
Rivai,H. 2006. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI-Press
Sasongko,E.B dkk. 2014. Kajian Kualitas Air dan Penggunaan Sumur
Gali oleh Masyarakat di Sekitar Sungai Kaliyasa Kabupaten Cilacap.
Jurnal Ilmu Lingkungan. 12(2) : 72
Shah,S.M.H dkk. 2014. Concentration of Total Suspended Solids (TSS)
Influenced by the Simulated Rainfall Event on Highway Embankment.
IACSIT International Journal of Engineering and Technology. 6 (6) : 496
Soeparman dan Soeparmin. 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair Suatu
Pengantar. Jakarta : Kedokteran EGC
Sutrisno,T dan Eni,S. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Rineka
Cipta
Wardhana,W.A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi
Yogyakarta
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016
TENTANG
BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK
BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK TERSENDIRI
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak & Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100 ml 3000
Debit L/orang/hari 100
Keterangan:
*= Rumah susun, penginapan, asrama, pelayanan kesehatan, lembaga
pendidikan, perkantoran, perniagaan, pasar, rumah makan, balai
pertemuan, arena rekreasi, permukiman, industri, IPAL kawasan, IPAL
permukiman, IPAL perkotaan, pelabuhan, bandara, stasiun kereta
api,terminal dan lembaga pemasyarakatan.
Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
KRISNA RYA SITI NURBAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perhitungan
Padatan Tersuspensi =
=
= 26,5 mg/L
Padatan Tersuspensi =
=
= 11,5 mg/L
Padatan Tersuspensi =
=
= 22,5 mg/L
Padatan Tersuspensi =
=
= 2 mg/L
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Padatan Tersuspensi =
=
= 9,5 mg/L
Padatan Tersuspensi =
=
= 3 mg/L
Padatan Tersuspensi =
=
= 16,5 mg/L
Padatan Tersuspensi =
=
= 3 mg/L
Padatan Tersuspensi =
=
= 2 mg/L
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Padatan Tersuspensi =
=
= 17,5 mg/L
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKEMA PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PDAM
TIRTANADI IPA LIMBAH CEMARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA