analisa jurnal perbedaan tingkat insomnia lansia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot...

3
Latar belakang Menurut Lueckenotte (1996) kebutuhan dasar yang harus dipenuhi adalah kebutuhan akan oksigen, cairan & elektrolit, nutrisi, eliminasi, seksualitas, aktivitas dan olahraga, keamanan, serta kebutuhan tidur dan istirahat. Tetapi kebutuhan yang sering tidak disadari peranannya adalah kebutuhan tidur dan istirahat (Kaplan dan Sadoc k, 1997). Ini disebabkan kare na akibat yang timbul dari tidak adekuatnya kebutuhan tidur secara perlahan, yaitu baru dirasakan jika sudah terjadi pada kerusakan fungsi otot dan otak. Salah satu hal yang dapat menyebabkan tidak adekuatnya kebutuhan tidur adalah insomnia. Insomnia merupakan keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh satu dari hal  berikut : sulit tidur, sering terbangun di malam hari dan sulit untuk tertidur kembali, bangun terlalu  pagi, dan tidur ya ng kurang nyeny ak. Oleh karena itu penyembuhan terhadap insomnia sangat diperlukan. Relaksasi merupakan salah satu teknik dalam terapi perilaku yang pertama kali diperkenalkan oleh Edmund Jacobson. Menurut Miltenberger (2004) teknik relaksasi terdiri dari beberapa macam yaitu relaksasi otot (  progresive muscle relaxation), pernafasa n diafragma , imagery training, blofeedback , dan hipnosis. Relaksasi progresif merupakan metode relaksasi termurah, tidak memerlukan imajinasi, tidak ada efek samping, mudah untuk dilakuakn, serta dapat membuat tubuh dan pikiran terasa tenang, rileks, dan lebih mudah untuk tidur ( Davis, 1995). Tujuan Mengidentifikasi perbedaan tingkat insomnia lansia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif pada lansia di Balai Perlindungan Tresna Werdh a Ciparay Bandung. Proses Pengumpulan data Penelitian ini menggunakan metode quasi ekperimen tanpa kelompok kontrol dengan  pendekatan one g roup Pretest-Postes t design. Penelitian ini meng gunakan satu kelom pok sampel yang diwawancara sebanyak dua kali yaitu wawancara sebelum ekperimen (posttest), dan wawancara

Upload: fitri-wahyuni-putri

Post on 16-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Latar belakangMenurut Lueckenotte (1996) kebutuhan dasar yang harus dipenuhi adalah kebutuhan akan oksigen, cairan & elektrolit, nutrisi, eliminasi, seksualitas, aktivitas dan olahraga, keamanan, serta kebutuhan tidur dan istirahat. Tetapi kebutuhan yang sering tidak disadari peranannya adalah kebutuhan tidur dan istirahat (Kaplan dan Sadock, 1997). Ini disebabkan karena akibat yang timbul dari tidak adekuatnya kebutuhan tidur secara perlahan, yaitu baru dirasakan jika sudah terjadi pada kerusakan fungsi otot dan otak.Salah satu hal yang dapat menyebabkan tidak adekuatnya kebutuhan tidur adalah insomnia. Insomnia merupakan keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh satu dari hal berikut : sulit tidur, sering terbangun di malam hari dan sulit untuk tertidur kembali, bangun terlalu pagi, dan tidur yang kurang nyenyak. Oleh karena itu penyembuhan terhadap insomnia sangat diperlukan. Relaksasi merupakan salah satu teknik dalam terapi perilaku yang pertama kali diperkenalkan oleh Edmund Jacobson. Menurut Miltenberger (2004) teknik relaksasi terdiri dari beberapa macam yaitu relaksasi otot ( progresive muscle relaxation), pernafasan diafragma, imagery training, blofeedback, dan hipnosis. Relaksasi progresif merupakan metode relaksasi termurah, tidak memerlukan imajinasi, tidak ada efek samping, mudah untuk dilakuakn, serta dapat membuat tubuh dan pikiran terasa tenang, rileks, dan lebih mudah untuk tidur (Davis, 1995).TujuanMengidentifikasi perbedaan tingkat insomnia lansia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif pada lansia di Balai Perlindungan Tresna Werdha Ciparay Bandung.Proses Pengumpulan dataPenelitian ini menggunakan metode quasi ekperimen tanpa kelompok kontrol dengan pendekatan one group Pretest-Postest design. Penelitian ini menggunakan satu kelompok sampel yang diwawancara sebanyak dua kali yaitu wawancara sebelum ekperimen (posttest), dan wawancara setelah ekperimen (posttest). pretest dan posttes dilakuakn menggunakan kuesioner Insomnia Ratting Scale yang telah dimodifikasi. Pretest dilakukan terhadap 30 orang responden dua hari sebelum intervensi dan postest dilakuan tujuh hari setelah intervensi latihan relaksasi otot progresif, hal ini dilakuak karena latihan relaksasi otot progresif dilaksanakan 20-30 menit dalam satu hari secara teratur dalam satu minggu.Setelah mendapatkan data awal tentang tingkat insomnia responden peneliti membagi responden ke dalam 4 kelompok. Setiap kelompoknya terdiri dari 7-8 dan seluruh responden dilatih untuk melakukan latihan relaksasi otot progresif selama 20-30 menit untuk satu kali latihanyang dipimpin oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh 3 teman peneliti yang sebelumnya telah dilatih relaksasi otot progresif.Pada saat dilaksanakan relaksasi otot progresif responden diminta untuk memakai pakaian yang tidak terlalu ketat, dianjurkan buang air kecil terlebih dahulu, konsentrasi. Pada saat latihan relaksasi otot progresi responden diminta berbaring terlentang, mata tertutup dan melonggarkan pakian di sekitar leher dan pinggang.

Pelaksanaan latihan relaksasi ototprogresifa. Tahap persiapanPeneliti memposisikan tubuh lansia secara nyaman. Lansia diinstruksikan untuk berbaring terlentang dengan rileks, mata tertutup, melonggarkan pakaian disekitar leher dan pinggang.b. Tahap pelaksanaanPada tahapan ini responden melaksanakan latihan relaksasi otot progresif dengan dibimbing langsung oleh peneliti sendiri.c. Tahap penutupanPada tahapan ini responden bersiap-siap untuk istirahat. Sesudah latihan relaksasi otot progresifa. Tahap pengukuran tingkat insomniaPengukuran dilakukan di wisma masing-masing lansia setelah dilakukan intervensi latihan relaksasi otot progresif selama satu minggu yaitu setelah 7 kali latihan relaksasi otot progresif.b. Tahap evaluasiPada tahapan ini peneliti menanyakan kembali perasaan responden dan menjelaskan bahwa intervensi telah selesai dilakukan.Hasil penelitianBerdasarkan hasil penelitian perbedaan tingkat insomnia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif menunjukkan terdapat penurunan tingkat insomnia lansia sesudah dilakuakn latihan relaksasi otot progresif selama 20-30 menit, satu kali sehari secara teratur selama satu minggu. Hal ini terbukti dari adanya penurunan skor insomnia pada lansia tersebut, yaitu sesudah diberikan intervensi latihan relaksasi otot progresif terjadi penurunan jumlah lansia pada tingkat insomnia ringan menjadi 10 lansia, tingkat insomnia berat dan sangat berat menjadi tidak ada sama sekali, dan terdapat 19 lansia dalam keadaan tidak ada keluhan insomnia.Hal tersebut di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Edmund Jacobson (1920) dalam Davis (1995) bahwa latihan relaksasi otot progresif yang dilaksanakan 20-30 menit, satu kali sehari secara teratur selama satu minggu cukup efektif dalam menurunkan insomnia.Penelitian Jacobson ini dilanjutkan oleh para pengikutnya diantaranya Benson (dalam Miltenberger, 2004), Benson dan Klipper (dalam Kazdin, 2001), kemudian Bernstein and Borkovec (dalam Miltenberger, 2004).